tugas rheologi
TRANSCRIPT
1. Chewiness : kenyal . Contoh : permen yupi, marshmallow, permen sugus
2. Firmness : kuat/keras . Contoh : bengkoang, wortel
3. Softness : kelembekan. Contoh: bolu, roti, keju, telur rebus
4. Juiciness : Keadaan sifat banyak airnya/ sarinya. Contoh: melon, semangka,
jeruk
5. Fibrousness : berserabut/berserat/berbenang2. Contoh: daging
6. Grittiness : berpasir/seperti pasir. Contoh: telur asin, semangka
7. Mealiness : seperti tepung. Contoh : kue sagu
8. Stickiness : keadaan bergetah/ lengket. Contoh: dodol, permen karet
9. Oiliness : berminyak. Contoh: bika ambon, martabak
1. Pendahuluan
Cryoprotectant adalah bahan yang biasa ditambahkan dalam pembuatan surimi yang
tidak langsung diolah menjadi produk lanjutan, melainkan akan disimpan terlebih dahulu
pada suhu beku dalam waktu yang lama.
Fungsi Cryoprotectant adalah sebagai antidenaturan. Penyimpanan surimi dalam
waktu lama bertujuan untuk menjaga stok daging ikan di pasaran. Penambahan
Cryoprotectant dalam pembuatan surimi dapat mencegah denaturasi protein selama masa
pembekuan (Nielse dan Piegot 1994 dalam Eryanto 2006). Cryoprotectant dibutuhkan untuk
menminimalisasikan denaturasi protein selama masa penyimpanan beku. Sukrosa dan
sorbitol sering digunakan bersamaan dengan 0,3% sodium tripolifosfat, masing-masing
dengan konsentrasi 4% dan 4-5% (Pipattasatayanuwong et al. 1995 dalam Eryanto, 2006).
Bahan yang biasa digunakan sebagai Cryoprotectant adalah jenis gula misalnya
sukrosa, sorbitol, polifosfat. Jenis polifosfat yang digunakan sebagai bahan tambahan
makanan antara lain adalah dinatrium fosfat, natrium heksametafosfat dan natrium
tripolifosfat (STTP). Polifosfat dapat menambah nilai kelembutan dan memperbaiki sifat
surimi, terutama sifat elastisitas dan kelembutan. Polifosfat dapat memperbaiki daya ikat air
(water holding capacity) dan memberikan sifat pasta yang lebih lembut pada produk-produk
olahan surimi.
Nielsen dan Piegott (1994) dalam Jannah (2010) menyatakan bahwa gula mempunyai
grup polihidroksi yang dapat bereaksi dengan molekul air oleh ikatan hidrogen, sehingga
dapat meningkatkan tegangan permukaan dan mencegah keluarnya molekul air dari protein
dan stabilitas protein tetap terjaga.
Dalam pengikatannya dengan protein, molekul cryoprotectant berikatan melalui ikatan
hidrogen, disulfida, ionik dan hidrofobik (Suzuki 1981 dalam Maryana 2008). Bahan yang
dapat digunakan sebagai cyroprotectant harus memiliki salah satu gugus penting, seperti
COOH atau OH. Selain itu juga gugus pendukung lainnya seperti –SH, -NH2, -SO3H, -
OPO3H2 (Matsumoto dan Noguchi 1992 dalam Maryana 2008)
2. ISI
MEKANISME CRYOPROTECTION DAN CRYOSTABILIZATION
a. Antioksidan.
Polifosfat pada konsentrasi 0,2 sampai 0.3 % biasanya ditambahkan sebagai sinergis
untuk efek cryoprotectif pada penambahan karbihodrat dalam pembuatan surimi. Fosfat
dapat berfungsi sebagai pengkhelat ion-ion kalsium yang menyebabkan agregasi protein.
Sebagai antioksidan pada lipid, fosfat juga menjaga protein dari denaturasi yang disebabkan
oleh hidrolisis atau autooksidasi fosfolipid. Antioksidan lainnya juga dapat berfungsi dalam
menjaga lemak tak jenuh dan protein selama penyimpanan beku.
b. Penurunan Titik Beku.
Pembentukan es oleh reaktan khususnya garam dan ion-ion hidrogen (pH rendah),
perpidahan panasnya dapat menidakstabilkan protein. Volume Bentuk es meningkat seiring
dengan menurunnya temperatur dibawah titik beku. Jadi dengan penekanan titik pembekuan
dengan larutan-larutan yang berat molekulnya rendah, mempengaruhi konsentrasi
pembekuan protein pada beberapa suhu penyimpanan beku yang utama juga akan
dikurangi. Titik beku air ditetapkan sebagai suhu dimana tekanan uap pada fase padat (es)
sama dengan tekanan uap pada fase cair. Jadi berdasarkan kesamaan massa, berat molekul
larutan yang rendah akan memiliki molaritas yang besar dan juga mempunyai pengaruh
yang besar terhadap penurunan titik beku. Interaksi antara larutan dan molekul air
mempengaruhi tekanan uap air yang dapat menyebabkan penyimpangan dari kebiasaan yang
ideal (standar). Penyebab utama ketidakcocokan pada makromolekul larutan ditimbulkan
dari bentuk dan ukuran, yang ditandai dengan penghilangan volume molekulnya. Hilangnya
volume ini, yang dihitung sebagai volume yang dihilangkan oleh larutan (diuapkan), oleh
karena tidak tersedia pada molekul lainnya pada larutan dan menyebabkan luas tidak dapat
diduga terhadap batang-batang asimetrik atau gulungan acak (pada freezer).
c. Cryostabilisasi dengan penambahan Berat Molekul Tinggi.
Menurut Carpentern dan Crowe melaporkan bahwa beberapa polimer dengan berat
molekul yang tinggi ( seperti, Polivinilpirolidon, polietilen glikol, dan dextran), merupakan
cryoptotectan yang baik karena secara stearikal dihilangkan dari permukaan protein sesuai
dengan ukurannya. Akan tetapi, suatu mekanisme tambahan telah diteliti oleh peneliti lain
yang menjelaskan efek cryoprotectif pada banyak poliol dengan berat molekul besar dan
polimer glukosa (produk hidrolisis zat tepung (pati), suatu mekanisme dimana glukosa
dimasukkan kedalam perhitungan peningkatan dramatis pada viskositas yang terjadi selama
polimer ini dibekukan dan dalam bentuk es. Penambahan bahan yang berberat molekul
tinggi adalah untuk meningkatkan viscositas dari produk (surimi), agar dapat mengurangi
laju reaksi pada setiap suhu subfreezing.
d. Pengeluaran Larutan dari Permukaan Protein
Penambahan cryoprotectant bertujuan untuk mengeluarkan larutan dari permukaan
protein, selain itu, hidrasi preferensial protein dengan keberadaan gula adalah karena
kemampuan gula untuk meningkatkan tegangan permukaan air. Peningkatan tegangan
permukaan air dengan adanya poliol dan gula telah dikaitkan dengan ikatan hidrogen kuat
atau lebih luas antara kelompok-kelompok hidroksil terlarut dan molekul air.
Larutan dapat mempengaruhi kekuatan hidrasi jika mereka diadsorbsi ke dalam protein-
permukaan air, dimana akan menghasilkan sebuah permukaan dengan mengubah kapasitas
menjadi polarisasi air dan pergerakan permukaan atau diluar dari permukaan dan juga
membuat sebuah penghalang antar makromolekul . Faktor utama yang berpengaruh
terhadap ketidakstabilan protein pada suhu subambient adalah penurunan kekuatan interaksi
hidrofobik intramolekul, yang menstabilkan struktur protein asli, dengan menurunnya
temperatur.
Salah satu jenis natrium laktat, sukrosa, mampu menstabilkan aktomiosin dengan
meningkatkan tegangan . Dengan mengukur tegangan permukaan akan memperlihatkan
konsentrasi sodium laktat yang berhubungan mengaerat dengan stabilisasi dan destabilisasi
aktomiosin pada proses pemanasan, yang mengkibatkan tegangan permukaan bisa
meningkat atau menurun. Penurunan tegangan permukaan ini menghasilkan molekul yang
amphifilik.
e. Ligan Pembatas
Miosin adalah heksamer yang terdiri dari dua rantai identik dan dua pasang rantai
esensial dan diatur dengan nukleotida binding yang spesifik. Nukleotida ATP, ADP, IMP
memberikan efek perlindungan pada actomyosin ikan yang disimpan di suhu 20oC
sementara katabolit - katabolit nukleotida, inosin dan hipoksantin, menstabilkan aktomiosin.
Ikatan ATP menginduksi perubahan dalam struktur miosin, yang menyebabkan peningkatan
stabilitas protein. Pentingnya interaksi ligan-protein bertujuan untuk mengaktifkan
sinergitas gula dengan konsentrasi yang rendah dari ion Zn2+ sehingga ATPase tetrametik
dan fosfofruktokinase menjadi stabil selama freeze-thawing (Carpenter et al).
f. Vitrifikasi
Dalam Surimi, Vitrifikasi merupakan suatu cara pengawetan tanpa menggunakan es.
Tujuannya adalah untuk membekukan produk tanpa hilangnya mutu dari produk tersebut.
Untuk memperoleh hasil yang maksimal, Cryoprotectant ditambahkan untuk meningkatkan
Tg dengan bantuan tekanan yang tinggi selama proses pembekuan dan atau pencairan untuk
menurunkan titik beku/leleh sehingga proses pembekuan berjalan cepat, sehingga
memungkinkan produk tersebut aman, karena hampir tidak mungkin proses vitrifikasi
dilakukan tanpa bantuan dari bahan tambahan lain (Cryoprotectant), karena alasan
kelayakan produk.
3. Kesimpulan
1. Berdasarkan mekasinmenya, efek cryoprotective bekerja dengan baik pada saat proses
pembekuan.
2. Cryoprotectant memiliki kemampuan untuk mengikat air dan mengeluarkan larutan dari
permukaan protein.
3. Cryoprotectant adalah bahan yang dapat menginaktifkan kondensasi dengan cara
mengikat molekul air melalui ikatan hidrogen.
DAFTAR PUSTAKA
Eryanto, Indra. 2006. Karakteristik Surimi Fillet Ikan Nila (Oreochromis sp.) Yang Disimpan
Pada Suhu Dingin [Skripsi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.
Maryana, Finda. 2008. Penggunaan Kappa Karaginan Murni Dari Kappaphycus alvarezii
Sebagai Cryoprotectant Pada Surimi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) [Skripsi]. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.
Park, Jae, W. 2005. Surimi and Surimi Seafood Second Edition. USA. Taylor & Francis Group.
TUGAS
ILMU DAN TEKNOLOGI SURIMI
“MEKANISME CRYOPROTECTION DAN CRYOSTABILIZATION”
OLEH :
FEBRINA OLIVIA AKERINAC351120111
TEKNOLOGI HASIL PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013