tugas dr.joko

23
Tugas Mata 1. Penampang sagital bola mata a. Conjuctiva : selaput lendir yang mengandung banyak pembuluh darah. b. Sklera : suatu lapisan luar yang keras dan opak di posterior yang mengandung jaringan ikat kolagen yang kenyal dan memberikan bentuk pada bola mata. c. Kornea : suatu lapisan luar yang keras dan transparan di anterior (selaput bening mata) yang tembus cahaya dan avaskuler. d. Uvea : lapisan vascular yang merupakan jaringan lunak, terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. e. Pupil. f. Sudut bilik mata depan. g. Lensa mata : badan yang bening dan bikonveks, berfungsi membiaskan cahaya sehingga difokuskan pada retina. h. Badan kaca : mengisi sebagian besar bola mata dibelakang lensa, bening, dan konsistensinya lunak. Avascular. i. Retina : membran bening dan tipis terdiri atas penyebaran serabut – serabut saraf optik, letaknya diantara badan kaca dan koroid. 1

Upload: urban-closet

Post on 30-Oct-2014

120 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Dr.joko

Tugas Mata

1. Penampang sagital bola mata

a. Conjuctiva : selaput lendir yang mengandung banyak pembuluh darah.

b. Sklera : suatu lapisan luar yang keras dan opak di posterior yang mengandung jaringan

ikat kolagen yang kenyal dan memberikan bentuk pada bola mata.

c. Kornea : suatu lapisan luar yang keras dan transparan di anterior (selaput bening mata)

yang tembus cahaya dan avaskuler.

d. Uvea : lapisan vascular yang merupakan jaringan lunak, terdiri atas iris, badan siliar, dan

koroid.

e. Pupil.

f. Sudut bilik mata depan.

g. Lensa mata : badan yang bening dan bikonveks, berfungsi membiaskan cahaya sehingga

difokuskan pada retina.

h. Badan kaca : mengisi sebagian besar bola mata dibelakang lensa, bening, dan

konsistensinya lunak. Avascular.

i. Retina : membran bening dan tipis terdiri atas penyebaran serabut – serabut saraf optik,

letaknya diantara badan kaca dan koroid.

1

Page 2: Tugas Dr.joko

2. Lintasan penglihatan (visual pathways)

Keterangan visual pathways :

Jalur penglihatan merupakan istilah untuk jalur syaraf yang menghubungkan bagian belakang

mata dengan visual cortex. Yaitu bagian otak yang menafsirkan citra cermin yang dilihat oleh

retina.

Bidang pandang masing-masing mata terbagi menjadi sisi nasal dan temporal. Jalur

penglihatan pada masing-masing sisi terdiri dari :

A. Syaraf optik yang terdiri dari urat-urat halus dari bidang nasal dan temporal.

B. Chiasma, merupakan tempat pertemuan syaraf-syaraf optik dari kedua belah mata;

urat-urat halus dari masing-masing retina melintas kesisi lainnya, dan urat halus

temporal berada pada sisi yang sama dan membentuk :

Lintasan optik (optic tract).

Radiasi optik, yang menyebar ke dalam.

Occipital cortex

Visual cortex kanan menerima informasi dari kedua bagian kiri bidang pandang, sedangkan

visual cortex kiri menerima dari bagian kanan bidang pandang. Serabut syaraf optik dari sisi

temporal bidang pandang menuju ke cortex sisi yang sama, tetapi yang dari bidang nasal

menyeberang pada chiasma dan menuju ke cortex sisi yang berlawanan.

2

Page 3: Tugas Dr.joko

Sesungguhnya terdapat 2 jalur saraf penglihatan utama menuju visual cortex di otak, yaitu

melalui lateral geniculate nucleus (LGN) dan melalui superior colliculus. Analisis tentang

informasi visual, misalnya yang berhubungan dengan warna, dimulai pada visual cortex

utama. Sebagian dari informasi ini lalu dikirimkan kembali ke superior colliculus. Akan

tetapi, informasi ke superior colliculus dapat diterima langsung dari retina melalui LGN. Jalur

penglihatan dari retina ke LGN ini disebut jalur penglihatan perifer (peripheral visual

pathways), sedangkan jalur yang menuju ke visual cortex disebut jalur penglihatan sentral

(central visual pathways). Ketunanetraan dapat diakibatkan oleh gangguan pada satu atau

kedua jalur ini.

3. Produksi dan sirkulasi Humor Aquous

Aquos humor ialah cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan posterior mata. Komposisi

humor aquos serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat,

piruvat, dan laktat yang lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah. Volume

cairan ini ±250 µL, dan kecepatan pembentukannya bervariasi diurnal adalah 1,5-2 µL/men.

Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi daripada tekanan plasma

- Pembentukan dan Aliran Aquos Humor

Aquos humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah masuk ke kamera posterior, aquos humor

mengalir melalui pupil ke kamera anterior lalu ke jalinan trabekular di sudut kamera anterior.

Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan

prosesus sekretorius epitel siliaris.

- Aliran Keluar Aquos Humor

Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik yang dibungkus oleh sel-

sel trabekular yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori semakin mengecil

sewaktu mendekati kanalis schlemm. Adanya kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam

jalinan trabekula membuat kecepatan drainage aquos humor juga meningkat. Aliran aquos humor 3

Page 4: Tugas Dr.joko

ke dalam kanalis schlemm bergantung pada pembentukan saluran-saluran transeluler siklik di

lapisan endotel. Saluran eferen dari kanalis schlemm menyalurkan cairan ke dalam sistim vena.

Sejumlah kecil aquos humor keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan melewati sela-sela

sklera (aliran uveoskleral). Resistensi utama terhadap aliran keluar humor aquos dari kamera

anterior adalah lapisan endotel saluran schlemm dan bagian-bagian jalinan trabekular di dekatnya-

bukan dari sistem pengumpul vena. Tekanan di jaringan vena episklera menentukan besar

minimum tekanan intraokular yang dicapai oleh terapi medis.

4. Pembagian klinis katarak serta gejala dan tanda pada tiap stadium

- Katarak Kongenital

a. Katarak terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun

b. Pada ibu terdapat riwayat infeksi prenatal: rubella pada trimester pertama, dan pemakaian

obat selama kehamilan

Riwayat kejang, tetani, ikterus atau hepatosplenomegali.

c. Pada pupil terlihat bercak putih/ suatu leukokoria.

d. Visus tidak mencapai

- Katarak Juvenil

Pada anak usia >3bulan – 9 tahun.

- Katarak Senilis : Pada usia >50 th

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Massif

Cairan Lensa Normal Bertambah (air

masuk)dangkal

Normal Berkurang (air

+ masa lensa

keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata

depan

Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik

mata

Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos

Penyulit - Glaukoma - Uveitis +

Glaukoma

Insipien : kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks

anterior dan posterior ( katarak kortikal)

4

Page 5: Tugas Dr.joko

Intumesen : kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang

degenerative menyerap air. Masuknya air kedalam celah lensa mengakibatkan

lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata

menjadi dangkal disbanding dengan keadaan normal.

Imatur : sebagian lensa keruh. Kekeruhan belum mengenai seluruh lapis lensa.

Matur : kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Cairan lensa akan keluar.

Hipermatur : katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi

keras/ melembek dan mencair. Lensa mengecil, berwarna kering dan kering.

Morgagni : korteks lensa berbentuk sekantong susu disertai dengan nukleus yang

terbenam kedalam korteks lensa karena lebih berat.

Brunesen ; katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama

pada nucleus lensa.

Selain itu, terdapat jenis – jenis katarak yang lain :

Katarak rubella :

Ditularkan melalui Rubella pada ibu hamil

Katarak Brunesen

Katarak yang berwarna coklat sampai hitam, terutama pada nucleus lensa

Dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi.

Katarak Komplikata :

Katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi.

Mempunyai tanda khusus yaitu selamanya dimulai di korteks atau dibawah kapsul

menuju ke korteks atau dibawah kapsul menuju sentral

Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu-waktu menjadi katarak

lamelar.

Katarak karena penyakit metabolik :

Galaktosemia : karena defisiensi galaktokinase

Intoksikasi obat :

Steroid

Klorpromazin

Amiodarone

Emas

Miotik

Diabetes :

Akibat adanya penyakit Diabetes Mellitus.

Meningkatkan insidens maturasi katarak >>

5

Page 6: Tugas Dr.joko

Pada lensa terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsularyang sebagian jernih dengan

pengobatan.

Katarak Sekunder

Adanya cincin Soemmering (akibat kapsul pesterior yang pecah) dan

Mutiara Elsching (epitel subkapsular yang berproliferasi)

5. Pembagian klinis glaucoma beserta gejala dan tanda

Menurut Vaughen, Glaucoma dapat diklasifikasikan sbb :

a. Glaukoma Primer

Glaukoma simpleks (sudut terbuka)

Peningkatan TIO.

Perubahan lapangan pandang

Mata terasa sakit oada pagi hari

Glaukoma sudut sempit

Peningkatan TIO.

Bilik mata depan dangkal.

Edema kornea

Dilatasi pupil

Kemerahan di badan silier.

b. Glaukoma Congenital

Primer atau infantile : epifora, fotofobia, mata besar, kornea buram.

Menyertai penyakit kongenital lainnya

c. Glaukoma Sekunder

Perubahan lensa

Kelainan uvea

Trauma

Bedah

Rubeosis

Steroid, dll

d. Glaukoma Absolut

Berikut merupakan perbandingan antara Glaukoma sudut tertutup, Glaukoma simpleks,

Glaukoma infantile

6

Page 7: Tugas Dr.joko

Glaukoma sudut

tertutup

Glaukoma simpleks Glaukoma infantile

Serangan Decade ke – 5 Decade ke – 6 Bayi

Tipe penderita Emosional Arteriosklerotik ♂ > ♀

B.M.D Dangkal Normal Dalam sekali

Sudut B.M.D Sempit Biasa, terbuka Kelainan kpongenital

Halo + serangan

Papil Ekskavasi bila lanjut +, dini Dalam sekali

Tekanan Naik bila diprovokasi Variasi diurnal tinggi Tinggi

Pengobatan Dini, iridektomi Medikamentosa, bila gagal

filtr

Goniotomi

Prognosis Dini, baik Sedang / buruk buruk

6. P embagian secara klinis berdasarkan letak anatomis dari uveitis beserta gejala dan tanda masing-

masing

Klasifikasi klinis secara internasional:

a. Uveitis temporal : terjadi > 3 bulan.

b. Uveitis akut : onset simptomatik terjadi tiba – tiba dan sembuh > 6 minggu.

c. Uveitis kronik : uveitis yang berlangsung secara perlahan, selama berbulan – bulan

atau bertahun – tahun, seringkali onset tidak jelas dan asimptomatis.

Pembagian anatomis:

Uveitis Anterior

Gejala utama uveitis anterior akut adalah : fotofobia, miosis, hipopion, dan sinekia

posterior, nyeri, mata merah, penglihatan menurun dan lakrimasi.

Gejala uveitis anterior kronik adalah : mata terlihat putih dan gejala minimal

meskipun telah terjadi inflamasi yang berat.

Uveitis Intermediet

Gejala biasanya berupa floater, meskipun kadang – kadang penderita mengeluhkan

gangguan penglihatan berupa gambaran “snow ball” di vitreous humor akibat

edema makular sistoid kronik, mata tidak merah

Uveitis Posterior

Terdapat lesi putih pada retina / koroid berupa eksudat.

Vaskulitis retina dan Ablasio retina

7

Page 8: Tugas Dr.joko

Edema N. II

Panuveitis infiltrat sel yang merata disemua unsur traktus uvealis

7. Pembagian klinis ablatio retina berdasar penyebabnya

Ablatio retina suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dengan sel epitel pigmen

retina / koroid, yang akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang

bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap.

a. Ablasi retina regmatogenosa

- Ablasi retina yang terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke

belakang antara sel pigmen epitel dengan retina dan terjadi pendorongan retina oleh

badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke

rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigemn

koroid.

Gejala klinis :

1. Gangguan penglihatan yang terlihat sebagai tabir menutup

2. Fotopsia pada lapang penglihatan

b. Ablasi retina eksudatif

- Ablasi retina yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah retina dan mengangkat

retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah

retina dan koroid (ekstravasasi), hal ini disebabkan oleh penyakit koroid. Cairan di bawah

retina tidak dipengaruhi oleh posisi kepala, dan ablasi dapat hilang atau menetao

bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang.Gejala klinis :

1. penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat.

2. permukaan retina yang terangkat terlihat seperti cincin

c. Ablasi retina tarikan atau traksi

- Ablasi retina yang terjadi akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan

mengakibatkan ablasi retina dan penglihatan turun tanpa rasa sakit. Pada badan kaca

terdapat jaringan fibrosis yang disebabkan DM proliferatif, trauma, dan pdarahan badan

kaca akibat bedah atau infeksi.

8. G ejala dan tanda ulkus kornea oleh jamur dan bakteri

8

Page 9: Tugas Dr.joko

Ulkus kornea hilangnya sebagian permukaaan kornea akibat kematian jaringan kornea.

Ulkus kornea karena bakteri dan jamur akan terdapat defek epitel yang dikelilingi

leukosit polimorfonuklear.

Gejala :

- Mata merah

- Mata sakit ringan sampai berat

- Fotofobia

- Penglihatan menurun

- Kadang kotor

Tanda :

- Kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek epitel yang bila diberi

pewaraan fluoresein akan berwarna hijau di tengahnya.

- Iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang pada

kornea.

- Penipisan kornea, lipatan descemet, reaksi jaringan uvea akibat gangguan

vaskularisasi berupa suar, hipopion, hifema, dan sinekia posterior.

- Coccus gram positif, Stafilococcus aureus dan Streptococcus : terdapat gambaran

ulkus yang terbatas, berbentuk bulat, atau lonjong, dan berwarna putih abu - abu.

- Pseudomonas : ulkus akan terlihat melebar dengan cepat, bahan purulen berwarna

kuninghijau yang melekat pada permukaan ulkus.

- Jamur : Pada ulkus terdapat infiltrat berwarna abu-abu dikelilingi infiltrat

halus disekitarnya ( fenomena satelit ).

9. Gejala dan tanda konjungtivitis bakteri, virus, dan alergi

- Konjungtivitis merupakan peradangan konjuntiva atau radang selaput lendir yang

menutupi belakang kelopak dan bola mata, dengan gambaran klinis dapat berupa hiperemi

konjuntiva bulbi , lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata pada pagi hari,

pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel,

membran,pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa ada benda asing, dan adenopati

preaurikula. Bilik mata dan pupil dalam batas normal.

Virus Bakteri AlergiGatal Minimal Minimal Hebat Air mata Profuse Sedang Sedang

9

Page 10: Tugas Dr.joko

Eksudasi Minimal (jarang,air) Mengucur (purulen atau mukopurulen)

Minimal (berserabut, lengket,putih)

Injeksi konjungtiva Sedang Mencolok Ringan-sedangAdenopati preaurikular

Lazim Jarang Tidak ada

Papil +/- - +Folikel - + -Sakit tenggorokan dan panas yang menyertai

Sewaktu-waktu Jarang Tidak pernah

Pewarnaan kerokan dan eksudat

Monosit Bakteri, PMN Eosinofil

10. Diagnosa banding dari mata merah dan jelaskan tanda-tandanya

Konjungtivitis Keratitis Iritis akut Glaucoma akut

Sakit Kesat Sedang Sedang-hebat Hebat-menyebar

Kotoran Sering purulen Refleks epifora Ringan -

Fotofobia Ringan Hebat Hebat Sedang

Kornea Jernih & terang Eksudat Keratik presipitat Edema epitel

Iris Normal Muddy Abu2-hijau

Penglihatan N < N < N < N

Sekret + - - -

Flare - - / + ++ -

Pupil N < N < N > N

Tekanan N N < N > (pegal) > N (sgt pegal)

Vaskularisasi a.konjungtiva

posterior

a.siliaris Pleksus siliaris Episkleral

Injeksi Konjungtiva Siliar Siliar Episkleral

Pengobatan Antibiotik Antibiotik,

sikloplegik

Steroid+sikloplegik Miotika, diamox

+ operasi

Uji Bakteri Sensibilitas Infeksi lokal Tonometri

11. Fungsi dari :

a. midriasil : bekerja pada otot iris dan berfungsi melebarkan pupil

10

Page 11: Tugas Dr.joko

- melebarkan pupil sehingga mudah untuk melakukan pemeriksaan fundus.

- melemahkan akomodasi pada pemeriksaan kelainan refraksi anak – anak.

- menekan peradangan dan melepaskan sinekia pada kasus peradangan

intraokular.

- melebarkan pupil selama pembedahan lensa yang memerlukan pupil tetap besar.

b. pantokain : obat anestesi diagnostik pemeriksaan tonometer, uji tanel, pemeriksaan

dengan goniolens, dan untuk bedah pengeluaran benda asing pada kornea atau konjungtiva

c. timolol : Timolol maleate adalah penghambat reseptor beta adrenergik non selektif

yang digunakan untuk pengobatan glaukoma dalam bentuk sediaan tetes mata

dengan kadar 0,25%, 0,5% dan 0,68%. Sama seperti Brinzolamide, Timolol maleate

mengurangi tekanan pada mata akibat glaukoma.

d. pilokarpin : antiglaukoma meningkatkan fasilitas pengeluaran cairan bola mata dengan

membuka sudut bilik mata dengan miosis

e. asetazolamide : menghambat enzim karbonik anhidrase yang akan mengakibatkan diuresis

dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola mata.

f. manitol : mengakibatkan cairan ekstraseluler hiperosmotik sehingga terjadi dehidrasi sel

dan diuresis.

g. gentamisin : antibiotik yang efektif untuk kuman gram positif, gram negatif basil, dan

pseudomonas.

h. kloramfenikol : antibiotik yang efektif untuk kuman gram negatif dan positif, klamidia

dan riketsia.

i. efisel : antiseptik untuk kuman gram positif dan negatif, juga memiliki aktivitas antijamur.

J. atropin : siklopegik kuat (melumpuhkan otot sfingter iris sehingga terjadi dilatasi pupil,

selain juga mengakibatkan paralisis otot siliar sehingga melumpuhkan akomodasi) dan

midriatik.

12. Definisi dari :

a. hipopion : penimbunan sel radang di bagian bawah bilik mata depan, terdapat pada

tukak kornea, iritis berat, endoftalmitis, dan tumor intraokular.

b. Hifema : darah dalam bilik mata depan yang terjadi akibat trauma tumpul yang

merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.

c. Sinekia anterior : perlengketan iris dengan sudut irido-kornea yang timbul karena

akar iris maju ke depan menghalangi pengeluaran aquos, edema, dan pembengkakan

11

Page 12: Tugas Dr.joko

pada dasar iris, sehingga setelah terjadi organisasi dan eksudasi pada sudut

iridokornea, menarik iris ke arah sudut.

d. Sinekia posterior : perlengketan iris dengan kapsul depan lensa, dapat berbentuk

benang atau dengan dasar luas dan tebal.

e. Keratik presipitat : pengendapan kumpulan sel radang dalam bilik mata depan pada

endotel kornea akibat aliran konveksi aquos humor, gaya berat, dan perbedaan

potensial listrik endotel kormea.

f. Infiltrat : kumpulan sel-sel radang

g. Pterigium : suatu pertumbuhan fibrivaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif

dan invasif, berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah

kornea.

h. Trikiasis : keadaan dimana bulu mata mengarah pada bola mata yang akan

menggosok kornea atau konjungtiva.

i. Entropion : suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo palpebra

ke arah dalam sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva.

13. Trias akomodasi

akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi

otot siliar. Refleks akomodasi akan timbul bila mata melihat kabur dan pada waktu konvergensi atau

melihat dekat. Menurut Wijana (1993) ,bila seseorang melihat suatu objek pada jarak dekat, maka

terjadi trias akomodasi, yaitu :

1. Kontraksi dari otot siliaris yang berguna agar zonula zin mengendor, lensa dapat

mencembung, sehingga cahaya datang dapat diteruskan ke retina.

2. Konstriksi dari otot rektus internus, sehingga timbul konvergensi, dan mata tertuju

padabenda itu.

3. Konstriksi otot konstriksi pupil dan timbulah miosis , supaya cahaya yang masuk tidak

berlebih dan terlihat dengan jelas.

14. Cara koreksi mata pada miop ia

Orang dengan miopia diberi lensa cekung/konkaf (S-) yang terkecil agar tanpa

akomodasi dapat melihat jau

15. Kelainan refraksi dan definisinya

a) Presbiopi

Gangguan akomodasi pada usia lanjut yang terjadi akibat kelemahan otot akomodasi

dan lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.

12

Page 13: Tugas Dr.joko

Gejala klinis : mata lelah, berair, dan sering terasa pedas setelah membaca

b) Ametropia

Keadaan pembiasan mata dengan panjang bola mata yang tidak seimbang akibat

kelainan kekuatan pembiasan sinar media penglihatan atau kelainan bentuk bola

mata.

a. Ametropia aksial ametropia akibat sumbu optik bola mata yang lebih panjang

atau lebih pendek sehingga bayangan benda difokuskan di depan atau di belakang

bola mata.

b. Ametropia refraktif ametropia akibat kelainan sistem pembiasan sinar di dalam

mata.

Ametropia ditemukan dalam bentuk-bentuk kelainan :

1. Miopia panjang bola mata anteroposterior terlalu besar atau kekuatan

pembiasan media refraksi terlalu kuat. Pasien akan menyatakan melihat jelas

apabila melihat dekat , sedangkan melihat jauh kabur shingga disebut rabun jauh.

2. Hipermetropi gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh

tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Pasien

mengeluh penglihatan jauh dan dekat kabur, sakit kepala, silau, dan kadang

melihat gands, disertai mata lelah dan sakit karena terus berakomodasi.

3. Astigmatisme berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik pada retina tetapi

pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus akibat kelainan kelengkungan

permukaan kornea.

16. Makna dari :

1. Enukleasi : pengangkatan seluruh bola mata dan sebagian nervus optikus

2. Eviserasi : pengangkatan semua isi bola mata dengan tetap mempertahankan sklera,

kapsula tenon, konjungtiva, dan nervus optikus

3. Afakia : suatu keadaan dimana mata tidak mempunyai lensa sehingga mata tersebut

menjadi hipermetropi tinggi.

4. Pseudofakos : keadaan dimana lensa mata telah digantikan dengan lensa artifisial,

seperti pada operasi katarak.

5. Endoftalmitis : peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat infeksi setelah

trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis, berbentuk radang supuratif di dalam

rongga mata dan struktur di dalamnya yang akan memberikan abses di dalam badan

kaca.

13

Page 14: Tugas Dr.joko

6. Eksenterasi : tindakan pengangkatan seluruh orbitam termasuk bola mata, jarigan

lunak orbita, serta kelopak mata.

17. Pembagian klinis dari retinopati diabetika disertai gambar funduskopi

Pembagian stadium menurut Daniel Vaughan DKK:

a. Stadium I : mikroaneurisma (tanda khas tampak sebagai perdarahan bulat kecil di

daerah papil dan macula, vena sedikit melebar.

b. Stadium II : vena melebar, eksudat kecil-kecil, tampak keras seperti lilin, tersebar

atau terkumpul seperti bunga

c. Stadium III: stadium II + cotton wool patches, sebagai akibat iskemik pada aorta

terminal.

d. Stadium IV : vena- vena melebar, siaonosis, tampak sebagai sosis.

14

Page 15: Tugas Dr.joko

18. Pembagian klinis retinopati hipertensi disertai gambar funduskopi

Menurut Keith-Wagener (1939)

a. Stadium I : perubahan vaskuler minimal, fundus yang hampir normal

b. Stadium II : terjadi iregulasi caliber arteriol dan perlemahan fokal. Tanda-tanda

penyakit vaskuler retina adalah eksudat keras di macula. Bercak cotton wool

dobawah macula, dan alur2 dilapisan serat saraf dibelakang diskus yang

mengisyaratkan mikro infark sebelumnya

c. Stadium III : jelas tampak perlemahan mencolok arteriol retina dengan bantak

mikroinfark dan sebuah perdarahan retina yang besar

d. Stadium IV : perubahan seperti stadium III, tetapi dengan tambahan berupa

pembengkakan virus.

Mild hypertensive retinopathy

Moderate hypertensive retinopathy

15

Page 16: Tugas Dr.joko

Malignan hypertensive retinophaty

19. Perbedaan konjungtiva injeksi dan korneal injeksi

Injeksi Konjungtival Injeksi Korneal / Injeksi Siliar

Berwarna pembuluh darah yang merah segar Berwarna lebih ungu dibandingkan dengan pelebaran

pembuluh darah konjungtival

Mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan

arteri konjungtiva posterior melekat longgar pada

konjungtiva bulbi yang mudah lepas dari dasarnya

sklera

Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila

digerakkan karena melekat erat dengan jaringan

perikornea

Ukuran pembuluh darah makin besar ke bagian

perifer, karena asalnya dari bagian perifer atau arteri

siliar anterior

Ukuran sangat halus terletak disekitar korneal, paling

padat sekitar korneal dan berkurang kearah forniks

Pada radang konjungtiva pembuluh darah terutama

didapatkan didaerah forniks

Pembuluh darah tidak tampak

Dengan tetes adrenalin 1:1000 injeksi akan lenyap

sementara

Pembuluh darah perikornea tidak menciut bila diberi

epinefrin atau adrenalin 1:1000

Tidak ada fotofobia Fotofobia

Gatal Hanya lakrimasi, sakit tekan dalam sekitar kornea

Pupil dalam ukuran normal dengan reaksi normal Pupil irregular kecil (iritis) dan lebar (glaukoma)

16