trauma oklusi dan hubungannya dengan penyakit periodontal

18
MAKALAH ORAL BIOLOGY 4 TRAUMA DAN PENYAKIT PERIODONTAL OLEH : Gabriela Maretta (0412100406 3) Fina Rahma Husaina (04121004064) Resty Wahyu (04121004065) Heztri Sela Prima (04121004066) Sheilladelia Shavira (0412100 4067) Wahyu Dwi Putra (04101004019) Dosen Pembimbing: drg. Shanty Chairani, M.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014

Upload: resty-wahyu-veriani

Post on 15-Oct-2015

332 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

added on May 17th, 2014

TRANSCRIPT

  • MAKALAH ORAL BIOLOGY 4

    TRAUMA DAN PENYAKIT PERIODONTAL

    OLEH :

    Gabriela Maretta (04121004063)

    Fina Rahma Husaina (04121004064)

    Resty Wahyu (04121004065)

    Heztri Sela Prima (04121004066)

    Sheilladelia Shavira (04121004067)

    Wahyu Dwi Putra (04101004019)

    Dosen Pembimbing: drg. Shanty Chairani, M.Si

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    2014

  • 1. Definisi Trauma Oklusi

    Tekanan oklusal normal adalah ketika gigi mendapat tekanan fungsional tanpa

    melebihi kapasitas adaptasi jaringan pendukung dibawahnya sehingga tidak melukai

    jaringan tersebut. Kemampuan jaringan periodonsium untuk beradaptasi terhadap

    tekanan oklusal berbeda-beda pada setiap orang atau pada orang yang sama namun

    waktunya berbeda. Efek dari tekanan oklusal pada jaringan periodonsium dipengaruhi

    oleh besar, arah, durasi, dan frekuensi dari tekanan tersebut. Stimulasi oklusal

    fungsional merupakan hal yang penting dalam menjaga ligamen periodontal dan tulang

    alveolar yang sehat agar memiliki struktur yang baik. Kurangnya tekanan oklusal

    menyebabkan atropi periodontal yang ditandai dengan terjadinya penipisan dari ruang

    ligamen periodontal, penurunan densitas dari tulang trabekular serta serat-serat ligamen

    periodontal yang mengendur. Sedangkan jika besarnya tekanan oklusal meningkat,

    maka jaringan periodonsium akan member respon berupa pelebaran pada ruang

    ligamen periodontal, penambahan dan pelebaran pada seratserat ligamen periodontal

    dan penambahan densitas pada tulang alveolar.

    Perubahan arah tekanan oklusal menyebabkan reorientasi pada tekanan dan

    tegangan di dalam jaringan periodonsium. Tekanan ke arah lateral dan tekanan yang

    bersifat rotasi lebih merusak jaringan periodonsium. Selain itu, tekanan yang secara

    konstan diarahkan ke tulang lebih merusak daripada tekanan yang sifatnya intermittent.

    Semakin sering terjadinya tekanan oklusal pada jaringan periodonsium, maka jaringan

    periodonsium akan semakin rusak. Pada beberapa keadaan tekanan oklusal dapat

    merusak jaringan periodonsium dan menyebabkan terjadinya trauma oklusi. Dapat

    disimpulkan bahwa trauma oklusi adalah kerusakan jaringan periodonsium akibat

    tekanan oklusi yang melebihi kapasitas adaptasi jaringan periodonsium. Sedangkan

    oklusi yang menyebabkan kerusakan disebut oklusi traumatik.

    2. Etiologi Trauma Oklusi

    Beberapa faktor penyebab yang dapat meningkatkan tekanan pada jaringan

    periodonsium yaitu:

    Ketidakseimbangan oklusi

    o Hambatan oklusal pada waktu oklusi sentris (kontak prematur

    dan gerak artikulasi (blocking))

  • Hasil dari kontak abnormal ini dapat terjadi langsung atau tidak

    langsung pada gigi yang bersangkutan.

    a. Langsung

    Ketika tekanan oklusal meningkat, efek tekanan akan diterima

    langsung oleh gigi yang terlibat. Pada umumnya jika terjadi atrisi

    jaringan periodonsium tetap sehat, tetapi sejumlah kasus menunjukkan

    bahwa walaupun atrisi terjadi, kerusakan periodonsium tetap ada

    terutama jika terdapat iritan lokal, misalnya plak yang menurut sejumlah

    ahli hal ini berhubungan dengan terbentuknya poket infraboni.

    b. Tidak langsung

    Arah dari pergeseran yang mana mengakhiri penutupan sentrik

    tergantung dari inklinasi cusp yang terlibat. Kontak prematur pada

    inklinasi yang mengarah ke mesial pada cusp bagian atas akan

    menghasilkan pergeseran ke depan. Dalam banyak kasus pergeseran

    dapat terjadi baik ke depan, ke belakang atau ke samping. Jika

    pergeseran oklusal ke depan, gigi insisif atas menjadi subjek

    meningkatnya beban horizontal, tetapi jika pergeseran ke belakang, TMJ

    akan menerima tekanan.

    o Gigi hilang tidak diganti

    Hal ini berperan dalam kerusakan jaringan periodonsium dengan

    beberapa cara. Ketika gigi bagian proksimal tidak didukung oleh gigi

    tetangganya karena telah diekstraksi, tekanan oklusal menekan

    periodonsium dan mengakibatkan gigi semakin lama menjadi miring.

    Tekanan oklusal pada gigi yang miring menjadi semakin divergen pada

    poros gigi.

    Hilangnya gigi-gigi fungsional akan menghasilkan perubahan

    hubungan dan keseimbangan tekanan di antra gigi-gigi. Jika kerusakan

    periodontal sudah terjadi, tekanan ini memperberat kerusakan. Kejadian

    ini hampir tidak dapat dihindari, karena kerusakan yang terjadi pada

    kontak normal yang disebabkan oleh tipping pada gigi, akan menuju

    pada impaksi dan stagnasi makanan yang menghasilkan inflamasi

    gingiva dan formasi poket.

    o Perbandingan mahkota akar tidak seimbang

  • Hasil pengamatan klinis sejumlah ahli menunjukkan bahwa gigi dengan

    mahkota yang besar dan permukaan oklusal yang lebar tetapi akarnya

    pendek dan runcing, menyebabkan trauma oklusi, karena tekanan

    oklusal yang jatuh pada permukaan gigi akan melebihi kapasitas

    adaptasi jaringan periodonsiumnya.

    o Kontak edge to edge

    Analisis klinis menunjukkan bahwa kontak edge-to-edge sering

    menyebabkan trauma oklusi jaringan pendukungnya.

    o Alat prostetik dan restorasi yang buruk

    Kebiasaan buruk

    o Bruxism (grinding dan clenching)

    o Menggunakan tusuk gigi

    Etiologi lainnya :

    1. Perubahan pada tekanan oklusal

    Besarnya tekanan oklusi meningkat sehingga terjadi pelebaran ruang

    periodontal, peningkatan jumlah dan lebar serat ligament periodontal,

    dan peningkatan densitas tulang alveolar.

    Perubahan arah tekanan oklusi dapat mengakibatkan reorientasi tekanan

    dalam periodonsium sehingga serat ligament periodontal utama diatur

    sedemikian rupa untuk mengakomodasi tekanan oklusi sepanjang sumbu

    utama gigi.

    Durasi tekanan oklusi tekanan konstan pada tulang lebih berefek negatif

    dibandingkan tekanan intermiten.

    Frekuensi tekanan oklusi. Semakin banyak frekuensi tekanan intermiten,

    semakin besar injuri terhadap jaringan periodonsium.

    2. Berkurangnya kemampuan jaringan periodonsium uantuk menerima

    tekanan oklusi.

    Stres oklusal yang melebihi batas adaptasi jaringan dapat menimbulkan trauma

    oklusi, karena :

    Aktifitas abnormal / parafungsi

    Menggeletuk, mengerot dan menggigit benda asing

  • Perawatan gigi

    Geligi tiruan sebagian lepasan kurang baik dan orthodontic

    Ketidakharmonisan oklusal

    Kontak gigi yang mengganggu kelancaran gerak menutup di sepanjang setiap arah ke

    posisi intercuspal.

    3. Klasifikasi Trauma Oklusi

    Trauma oklusi dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan etiologi

    yang terjadi, yaitu :

    1. Trauma oklusi primer, terjadi jika terdapat peningkatan kekuatan dan durasi dari

    tekanan oklusal yang berlebihan pada jaringan periodonsium normal atau sehat (tidak

    terdapat kelainan gingiva, kehilangan jaringan ikat, ataupun migrasi apikal dari epitel

    penghubung). Menurut Manson, lesi yang ditimbulkan dari oklusi traumatik ini dapat

    atau tidak dapat mengalami peradangan pada jaringan marginal pada periodonsium,

    tetapi pada dasarnya lesi ini tidak mengalami kehilangan tulang alveolar. Tetapi ada

    pendapat lain yang mengatakan bahwa oklusi traumatik primer juga dapat

    menyebabkan kerusakan tulang alveolar yaitu bila hambatan oklusal yang

    menyebabkan trauma oklusi tidak dikoreksi. Contoh penyebab trauma oklusi primer :

    restorasi yang terlalu tinggi, pemasangan protesa yang menyebabkan tekanan berlebih

    pada gigi penyangga. Perubahan yang terjadi antara lain pelebaran ruang ligamen

    periodontal, kegoyangan gigi, rasa sakit. Perubahan yang terjadi biasanya bersifat

    reversible, dapat hilang jika oklusi traumatik dikoreksi. Lesi ini timbul karena tekanan

    yang berlebihan pada gigi yang mempunyai tulang pendukung yang normal.

  • Gambar. 1: Gambaran trauma oklusi primer

    2. Trauma oklusi sekunder, terjadi ketika tekanan oklusal normal yang diterima

    menjadi berlebihan karena telah terdapat kehilangan jaringan yang parah atau

    berkurangnya kemampuan jaringan periodonsium untuk menahan tekanan oklusal.

    Tekanan normal yang diterima menjadi tidak normal pada jaringan pendukung yang

    sudah terkena penyakit dan akan semakin parah. Gigi dengan truma oklusi sekunder

    dapat mengalami kerusakan tulang alveolar yang cepat dan juga mengakibatkan

    pembentukan poket.

    Gambar. 2: Gambaran trauma oklusi sekunder

    Selain itu, trauma oklusi dapat juga bersifat akut atau kronis.

    1. Trauma oklusi akut didapat dari tekanan oklusal yang tiba-tiba, seperti ketika

    menggigit benda keras. Selain itu, restorasi atau alat prostetik lain yang dapat merubah

    arah tekanan oklusal pada gigi dapat juga menyebabkan trauma oklusi akut. Gejala

    yang ditimbulkan berupa gigi terasa sakit, sensitif terhadap perkusi dan peningkatan

    mobilitas gigi. Jika tekanan ini dapat dihilangkan atau dikoreksi, gejala akan hilang dan

    luka dapat sembuh. Tetapi jika tidak dikoreksi, luka pada jaringan periodonsium akan

    semakin parah dan dapat menimbulkan nekrosis jaringan yang ditandai dengan adanya

    formasi abses periodontal. Trauma oklusi akut juga dapat menyebabkan robeknya

    sementum.

    2. Trauma oklusi kronis lebih sering ditemukan dan menunjukkan gejala yang lebih

    signifikan daripada trauma oklusi akut. Trauma oklusi bentuk ini sering disebabkan

    karena perubahan secara bertahap dari oklusi akibat adanya pergeseran gigi, ekstrusi

    gigi, dan kebiasaan parafungsi seperti bruksism.

  • 4. Respon Jaringan terhadap Peningkatan Tekanan Oklusal

    Pengaruh tekanan oklusi traumatik terhadap jaringan periodonsium dapat terjadi

    melalui tiga tingkatan, yaitu cedera atau luka, perbaikan dan adaptasi perubahan bentuk

    dari jaringan periodonsium.

    Tahap 1 : Cedera / Luka

    Besar, lokasi dan pola kerusakan jaringan tergantung pada besar, frekuensi dan

    arah gaya yang menyebabkan kerusakan tersebut. Tekanan berlebih yang ringan akan

    menstimulasi resorpsi pada tulang alveolar disertai terjadinya pelebaran ruang ligamen

    periodontal. Tegangan berlebih yang ringan juga menyebabkan pemanjangan serat-

    serat ligamen periodotal serta aposisi tulang alveolar. Pada area dimana terdapat

    peningkatan tekanan, jumlah pembuluh darah akan berkurang dan ukurannya mengecil.

    Sedangkan pada area yang ketegangannya meningkat, pembuluh darahnya akan

    membesar. Tekanan yang besar akan menyebabkan terjadinya perubahan pada jaringan

    periodonsium, dimulai dengan tekanan dari serat-serat yang menimbulkan area

    hyalinisasi. Kerusakan fibroblas dan kematian sel-sel jaringan ikat kemudian terjadi

    yang mengarah kepada area nekrosis pada ligamen periodontal. Perubahan pembuluh

    darah terjadi selama 30 menit, hambatan dan stase (penghentian) pembuluh darah

    terjadi selama dua sampai tiga jam, pembuluh darah terlihat bersama eritrosit yang

    mulai terbagi menjadi kepingan-kepingan dan dalam waktu antara satu hingga tujuh

    hari, terjadi disintegrasi dinding pembuluh darah dan melepaskan isinya ke jaringan

    sekitarnya. Pada keadaan ini terjadi peningkatan resorpsi tulang alveolar dan

    permukaan gigi.

    Tegangan yang sangat besar menyebabkan pelebaran ligamen periodontal,

    trombosis, pendarahan dalam jaringan, robeknya ligamen periodontal dan resorpsi

    tulang alvelolar. Tekanan yang sangat besar hingga dapat menekan akar kearah tulang,

    dapat menyebabkan nekrosis pada ligamen periodontal dan tulang. Tulang teresorpsi

    dari ligamen periodontal yang masih vital yang bersebelahan dengan daerah nekrotik

    dan sumsum tulang trabekula. Proses ini dinamakan undermining resorption. Daerah

    furkasi merupakan daerah yang mudah mengalami kerusakan akibat tekanan oklusal

    berlebih. Luka pada jaringan periodonsium menyebabkan depresi aktivitas mitotik dan

    tingkat proliferasi dan diferensiasi pada fibroblas, formasi kolagen dan pada formasi

    tulang. Hal ini dapat kembali ke normal ketika tekanan tersebut dihilangkan.

  • Tahap 2 : Perbaikan

    Perbaikan selalu terjadi secara konstan dalam jaringan periodonsium yang

    normal dan trauma oklusi menstimulasi peningkatan aktivitas perbaikan. Jaringan yang

    rusak dihilangkan, selsel dan seratserat jaringan ikat, tulang dan sementum dibentuk

    dalam usaha untuk menggantikan jaringan periodonsium yang rusak. Ketika tulang

    teresorpsi akibat tekanan oklusal yang berlebihan, tubuh berusaha menggantikan tulang

    trabekula yang tipis dengan tulang baru. Proses ini dinamakan formasi tulang

    penahan atau buttressing bone fomation untuk mengkompensasi kehilangan tulang.

    Hal ini adalah gambaran proses reparatif yang berhubungan dengan trauma oklusi.

    Tahap 3 : Adaptasi perubahan bentuk dari jaringan periodonsium

    Ketika proses perbaikan tidak dapat menandingi kerusakan yang diakibatkan

    oklusi, jaringan periodonsium merubah bentuk dalam usaha untuk menyesuaikan

    struktur jaringan dimana tekanan tidak lagi melukai jaringan. Hasil dari proses ini

    adalah penebalan pada ligamen periodontal yang mempunyai bentuk funnel pada

    puncak dan angular pada tulang tanpa formasi poket dan terjadi kelonggaran pada gigi

    yang bersangkutan.

    Fase cedera menunjukkan peningkatan pada daerah resorpsi dan penurunan

    pada daerah formasi tulang, sedangkan fase perbaikan menunjukkan peningkatan

    formasi dan penurunan resorpsi tulang. Setelah pengadaptasian perubahan bentuk

    jaringan periodonsium, maka resorpsi dan formasi tulang akan kembali normal. Trauma

    oklusi terjadi bila tekanan yang jatuh pada permukaan gigi melebihi kemampuan

    adaptasi jaringan periodonsium sehingga menimbulkan kerusakan jaringan

    periodonsium.

    4.1. Respon Gingiva Terhadap Trauma Oklusi

    Resesi gingival dapat dipicu oleh kontak langsung dari gigi degan gingival, seperti

    dalam kasus overbite yang parah, dimana gigi insisivus atas merusak gingival labial

    dari gigi insisivus bawah. Konsep Glickman menyatakan bahwa jalur penyebaran plak

    terkait lesi pada gingival dapat diubah jika kekuatan dalam jumlah yang abnormal

    bekerja pada gigi yang memiliki plak subgingiva. Dia menjelaskan bahwa gigi yang

    tidak mengalami trauma menunjukkan adanya suprabony pocket dan horizontal bone

    loss, sedangkan gigi dengan trauma menunjukkan kerusakan tulang angular dan

    terdapat infrabony pocket.

  • Struktur periodontal dibagi menjadi dua zona:

    1. The zone of irritation

    2. The zone of co-destruction

    Zona iritasi meliputi gingival marginal dan interdental, yang dipengaruhi oleh plak

    mikroba. Hubungan plak dan lesi, pada gigi yang tidak mengalami trauma, inflamasi

    menyebar dalam arah apikal, pertama melibatkan tulang alveolar dan kemudian ruang

    ligament periodontal. Oleh karena itu, terdapat (horizontal) bone loss.

    Pada zone of co-destruction meliputi ligamen periodontal, sementum, dan tulang

    alveolar, yang secara koronal dibatasi oleh transeptal dan serat kolagen dentoalveolar.

    Jaringan pada region ini menjadi tempat lesi yang disebabkan oleh trauma dari oklusi.

    Penyebaran inflamasi ini dari zona iritasi secara langsung ke bawah ke ligamen

    periodontal dan karena itu kerusakan tulang angular dengan infrabony pockets terlihat.

    (gambar 3 dan 4)

    Empat kemungkinan yang dapat terjadi ketika gigi dengan inflamasi pada gingival

    dikarenakan trauma:

    1. Trauma dari oklusi mungkin mengubah jalur pelebaran inflamasi gingival ke

    jaringan dasar. Inflamasi mungkin dilanjutkan ke ligament periodontal daripada

    ke tulang alveolar dan menghasilkan angular bone loss dengan infrabony

    pockets.

    2. Hal ini mungkin mendukung lingkungan untuk membentuk dan melekatkan

    plak dan kalkulus dan mungking bertangung jawab dalam perkembangan lesi

    yang lebih dalam.

    3. Plak supragingiva dapat menjadi subgingiva jika gigi dimiringkan karena

    pemakaian orthodonti atau bermigrasi ke daerah edentulous, menghasilkan

    perubahan dari suprabony pocket menjadi infrabony pocket.

    4. Peningkatan mobilitas gigi yang berhubungan dengan trauma periodonsium

    mungkin memiliki efek pemicu pada metabolit plak dalam meningkatkan

    difusinya.

  • Gambar 3: jalur proses inflamasi

    Gambar 4: Zona iritasi dan zona ko-destruksi

    4.2. Respon Sementum Terhadap Peningkatan Tekanan Oklusal

    Beban oklusal yang berlebihan dapat mempengaruhi akar gigi seperti terjadinya

    resorpsi. Akar gigi dilindungi oleh sementum. Sementum merupakan struktur yang

    menyerupai tulang. Namun sementum lebih resisten terhadap resorpsi daripada tulang.

    Sejumlah teori menjelaskan dalam beberapa hipotesis hal ini terjadi kerena sementum

    lebih keras dan lebih terminieralisasi dibandingkan tulang. Sementum juga bersifat

    antiangiogenik, sehingga dapat mencegah akses osteoklas. Walaupun demikian, bila

    kekuatan besar diberikan pada apeks gigi, sementum juga dapat mengalami resorpsi.

    Beberapa studi juga mengatakan tekanan yang ringan dan intermitten dapat memicu

    terjadinya hipersementosis pada akar gigi.

  • 4.3. Respon Ligamen Periodontal Terhadap Peningkatan Tekanan Oklusal

    Tidak seperti luka pada gingivitis dan periodontitis, yang dimulai dari jaringan

    gingiva, luka karena trauma oklusi dimulai dari ligamen periodontal dan meliputi

    sementum dan tulang alveolar. Stimulasi oklusal fungsional merupakan hal yang

    penting dalam menjaga ligamen periodontal yang sehat agar memiliki struktur yang

    baik. Jika besarnya tekanan oklusal melebihi kapasitas adaptif, maka akan terjadi

    respon berupa pelebaran pada ruang ligamen periodontal, penambahan dan pelebaran

    pada serat-serat ligamen periodontal. Perubahan histologis yang terjadi berupa

    gangguan sistem sirkulasi, edema, dan hyalinisasi serat ligamen periodontal, infiltrat

    inflamasi sedang, dan piknosis (inti sel menyusut) nukleus osteoblas, sementoblas, serta

    fibroblas. Ruang ligamen periodontal bertambah luas dan terlihat berbentuk seperti jam

    pasir.

    Ligamen periodontal gigi yang terkena traumatogenik oklusi menunjukkan

    respon berupa zona tegangan dan tekanan yang nyata. Tingkat keparahan lesi trauma

    oklusal pada ruang ligamen periodontal tergantung pada besarnya kekuatan. Pada

    kekuatan yang rendah, perubahan mikroskopis berupa peningkatan vaskularisasi,

    peningkatan permeabilitas vaskuler, trombosis, dan terganggunya fibroblas dan serat

    kolagen. Pada kekuatan sedang, osteoklas terlihat pada permukaan alveolus dan

    membentuk jala resorpsi tulang. Pada kekuatan yang lebih tinggi, trauma oklusal dapat

    menyebabkan nekrosis jaringan ligamen periodontal, termasuk lisisnya sel, dan

    gangguan pada pembuluh darah serta hialinisasi serat kolagen. Osteoklas terlihat pada

    ruang sumsum yang berdekatan dengan tulang alveolar, menghasilkan resorpsi tulang.

    Selain itu, resorpsi permukaan akar juga dapat terjadi pada lesi oklusal trauma.

    Kekuatan oklusi menstimulasi reseptor-reseptor pada ligamen periodontal untuk

    mengatur pergerakan rahang dan kekuatan oklusi. Tanpa gigi antagonis, ligamen

    periodontal akan mengalami atrofi non-fungsional. Kegoyangan gigi merupakan tanda

    klinis dari sifat viskoelastis ligamen dan respon fungsional. Tekanan oklusal yang

    ringan dan juga intermitten akan menstimulasi terjadinya pelebaran ligamen

    periodontal. Sedangkan pada tekanan yang besar dan tiba-tiba akan menyebabkan

    terjadinya perubahan pada jaringan periodonsium, dimulai dengan tekanan dari serat-

    serat yang menimbulkan area hyalinisasi. Kerusakan fibroblas dan kematian sel-sel

    jaringan ikat kemudian mengarah terjadinya nekrosis dan kehilangan perlekatan pada

    ligamen periodontal.

  • 4.4. Respon Tulang Alveolar Terhadap Peningkatan Tekanan Oklusal

    Trauma oklusal menyebabkan meningkatnya tekanan oklusalsehingga

    kepadatan tulang alveolar bertambah. Tekanan oklusal yang melebihi kapasitas adaptasi

    jaringan tersebut akan menyebabkan terjadinya resorbsi tulang alveolar. Pada trauma

    oklusal, tekanan cenderung didistribusikan ke ligamen periodontal dan kelebihan

    tekanan akan menyebarkan sedikit peningkatan kadar remodeling tulang mediator.

    Padatrauma oklusal, kekuatan yang berlebihan dan eksentrik, tetapi

    jaringan periodontal beradaptasi dengan penebalan tulang kortikal alveolar,

    meningkatkan kepadatan trabecular dan ketidakteraturan perluasan ruang periodontal.

    Hal ini terjadi di seluruh panjang dan lebar dari akar gigi dan jaringan sekitarnya. Pada

    daerah servikal dari jaringan periodontal, jika oklusal trauma terjadi terlalu kuat dan

    persisten dapat menyebabkan peregangan / traksi dan / atau kompresi berlebihan dari

    ligamen periodontal. Di daerah serviks, akumulasi dari mediator dapat naik ke

    titik merangsang terutama aktivitas resorpsi tulang.

    5. Mekanisme Kerusakan Tulang Akibat Trauma Oklusi

    Trauma dari oklusi dapat menyebabkan kerusakan tulang baik ada atau tidaknya

    inflamasi. Jika tidak ada inflamasi, perubahan disebabkan oleh berubahnya trauma

    oklusi dari peningkatan tekanan dan regangan dari ligamen periodontal, dan

    peningkatan osteoklas dari tulang alveolar, sampai nekrosis dari ligamen periodontal

    dan tulang serta resorbsi dari struktur tulang dan gigi. Perubahan ini bersifat reversible

    karena dapat diperbaiki jika sumber tekanan dihilangkan. Bagaimanapun trauma yang

    terus menerus dari oklusi menghasilkan pelebaran yang berbentuk corong dari bagian

    puncak ligamen periodontal, dengan resorbsi dari tulang di sekitarnya. Perubahan yang

    dapat menyebabkan puncak tulang yang berbentuk angular ini menunjukkan adanya

    adaptasi jaringan ligamen periodontal. Tetapi, bentuk tulang yang angular, dapat

    memperlemah penyanggaan gigi dan menyebabkan mobilitas gigi. Ketika

    dikombinasikan dengan inflamasi, trauma oklusi mempercepat kerusakan tulang yang

    disebabkan oleh inflamasi dan menyebabkan pola tulang yang tidak beraturan.

    5.1. Mekanisme Molekuler Trauma Oklusi Pada Ligamen Periodontal

  • Ketika tekanan oklusi traumatik mengenai gigi, respon dari ligamen periodontal

    adalah peningkatan permeabilitas pembuluh darah (vasodilatasi) yang ditandai dengan

    melebarnya ruang ligamen periodontal. Tekanan yang ditimbulkan oleh trauma oklusi

    akan menyebabkan sekresi prostaglandin yaitu PGE-2, PGD-12, PGD-2, yang

    kemudian akan mengaktivasi osteoklas untuk membentuk RANK. Sel fibroblast pada

    ligamen periodontal juga akan menghasilkan RANKL yang akan berikatan dengan

    RANK sehingga menyebabkan maturasi osteoklas, yang selanjutnya akan

    menyebabkan resorpsi tulang.

    5.2. Mekanisme Molekuler Trauma Oklusi Pada Sementum dan Tulang Alveolar

    Ketika tekanan yang berlebihan mengenai gigi, sel osteosit akan

    mengekspresikan osteopontin dan prostaglandin. Osteopontin dapat memicu aktivasi

    osteoklas yang menyebabkan terjadinya resorpsi tulang. Proses resorpsi itu merupakan

    hasil dari ikatan osteoklas dengan matriks mineral pada permukaan sementum. Yang

    memperentarai ikatan itu ialah osteopontin yang merupakan major cell dan

    hydroxyapatite-binding-protein yang disintesis oleh osteoblas.

    Prostaglandin khususnya PGE2 merupakan regulator yang kuat terhadap

    osteoblas dan osteoklas. Prostaglandin ini kemudian mengaktivasi osteoklas yang

    kemudian menghasilkan RANK. PGE2 juga menstimulasi peningkatan produksi

    RANKL oleh osteoblas. Ketika terjadi ikatan antara RANK dan RANKL osteoklas

    mengalami maturasi sehingga tulang alveolar mengalami resorpsi.

    6. Trauma karena Perawatan Ortodontik

    Penelitian-penelitian telah dilakukan mengenai suatu variasi dari substansi yang

    terlibat dalam remodeling tulang. Perubahan-perubahan di dalam komposisi GCF

    (Gingival Crevicular Fluid) sebagai konsekuensi dari bakteri yang menyebabkan

    inflamasi juga telah dievaluasi. Mekanisme remodeling tulang selama perawatan

    ortodonti berhubungan dengan pelepasan mediator inflamasi pada satu sisi, seperti

    PGE2 dan Interleukin-1 ( IL-1), dan produksi neuropeptida dari sisi lainnya, seperti

    Substance P.

    Terjadi peningkatan osteocalcin dan piridinium dari kolagen tulang dalam GCF

    dari gigi yang telah dirawat ortodonti (Griffiths dkk.,1988). Selama perawatan

    ortodonti, level dari mediator yang berbeda dalam GCF, yakni IL-1, IL-6, TNF-,

  • EGF, dan 2 microglobulin, menunjukkan peningkatan yang signifikan (Uematsu

    dkk.,1996). Grieve (1994) menemukan hasil yang sama pada PGE dan IL-1. Lowney

    dkk. (1995) menemukan peningkatan TNF- dalam GCF dari gigi yang menerima

    tekanan mekanis ortodonti. Sitokin meliputi chemokines, interleukins, interferons dan

    TNF. Sitokin dapat menstimulasi chemokines dan sitokin pro-inflamatory atau anti

    inflamasi yakni interferon (Julkunen 2003).

    IL-1 adalah sitokin dengan efek pro-inflamatory. IL-1 diekspresikan dalam dua

    isoform: IL-1 dan IL-1. IL-1 mempertinggi resorpsi tulang dan menghambat

    pembentukan tulang (Nguyen dkk. 1991). Hasil penelitian mengenai level IL-1

    diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana jaringan periodontal bereaksi

    terhadap tekanan mekanis. Saito dkk. 1991 menyatakan IL-1 meningkat signifikan

    pada sisi tarikan setelah aplikasi tekanan mekanis. Alat yang dipakai pada perawatan

    ortodonti dapat menyebabkan penumpukan plak bakteri dan penumpukan debris

    makanan, yang menghasilkan gingivitis. Oleh karena itu, klinisi wajib memperhatikan

    kesehatan periodontal sebelum, selama, dan sesudah pemakaian piranti ortodonti.

    Sebagai contoh yang paling sederhana pada aplikasi elastic separator, biasanya elastik

    separator disisipkan diantara gigi sehingga didapatkan ruang untuk pemasangan band

    pada gigi molar yang digunakan sebagai penjangkar.

    7. Gambaran Klinis dan Radiografis Trauma Oklusi

    Kerusakan yang ditimbulkan oleh trauma oklusi periodontal bervariasi

    berdasarkan keparahan dari besarnya tekanan serta lamanya waktu terjadinya

    perubahan tersebut. Terdapat keluhan-keluhan subjektif dan perubahan-perubahan

    klinis yang sering ditemukan pada kasus-kasus yang berkaitan dengan trauma oklusi.

    Perubahan-perubahan tersebut, yaitu :

    Sakit atau ketidaknyamanan

    Sensitif pada tekanan

    Sakit pada wajah atau sendi temporomandibula

    Resesi pada gingiva

    Celah pada gingiva yang disebut Stillmans Cleft

    Pembesaran gingiva yang hiperplastis dan menyeluruh atau disebut juga Mc

    Calls Festoon.

  • Poket periodontal / kehilangan perlekatan epitel gingiva

    Kegoyangan gigi

    Migrasi dan atau posisi gigi yang abnormal.

    Gambaran RO :

    1. Pelebaran irregular ruang periodontal

    2. Pelebaran bagian puncak pada ruang ligamentum periodonsium

    3. Diskontinuitas atau penebalan pada lamina dura

    4. Kerusakan tulang alveolar ke arah vertikal

    5. Radiolusensi pada furkasi

    6. Radiolusensi dan kondensasi tulang alveolar atau resorpsi akar

    Gambar. 7 Gambaran Ro jaringan periodonsium akibat oklusi traumatik

    (A), Pelebaran bagian puncak (crest) pada ruang ligamen periodontium.

    (B), Pelebaran yang irregular di seluruh ruang ligamen periodontal.

    (C), Bentuk yang angular kehilangan tulang.

    (D), Radiolusensi pada bagian furkasi

  • LAMPIRAN

    MEKANISME TRAUMA OKLUSI PADA LIGAMEN PERIODONTAL

    .

    menghasilkan

    menyebabkan

    MENYEBABKAN

    menyebabkan

    berikatan

    Aktivasi

    Mensekresi

    Perubahan Vaskular

    (Vasodilatasi)

    PGE(Prostaglandin)

    PGE-2 PGD-12

    PGD-2

    RANKL

    Osteoklas

    RANK

    Maturasi osteoklas

    Trauma oklusi pada

    ligament periodontal

    fibroblas

    Resopsi tulang

    Pelebaran ruang ligament

    periodontal

  • MEKANISME TRAUMA OKLUSI PADA SEMENTUM DAN TULANG

    ALVEOLAR

    menyebabkan

    ekspresi

    aktivasi

    melepaskan

    melepaskan berikatan

    Trauma Oklusi Pada

    Sementum dan Tulang

    Osteocytes

    Osteopontin

    Osteoklas

    Resorpsi Tulang

    PGE(Prostaglandin)

    PGE-2

    Osteoklas

    osteoblas RANK RANKL

    Maturasi osteoklas

    Resopsi tulang

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Newman, Takei, Perry. Fermin. 2012. Carranza's Clinical Periodontology. 11th ed. China: Elsevier

    2. Nukaga J, Kobayashi M, Shinki T, Song H, Takada T, Takiguchi T, Kamijo R, Hasegawa K. Regulatory effects of interleukin-1beta and prostaglandin E2 on

    expression of receptor activator of nuclear factor-kappaB ligand in human

    periodontal ligament cells. J Periodontol. 2004 Feb;75(2):249-59.

    3. Liu XH, Kirschenbaum A, Yao S, Levine AC.Interactive effect of interleukin-6 and prostaglandin E2 on osteoclastogenesis via the OPG/RANKL/RANK

    system

    4. Ann N Y Acad Sci. 2006 Apr;1068:225-33. 5. Nomura S, Takano-Yamamoto T. Molecular events caused by mechanical

    stress in bone. Matrix Biol. 2000 May;19(2):91-6.

    6. Hakeda Y1, Arakawa T, Ogasawara A, Kumegawa M. Recent progress in studies on osteocytes--osteocytes and mechanical stress. Kaibogaku Zasshi.

    2000 Oct;75(5):451-6.

    7. Cameron G. Walker1, Yoshihiro Ito1, Smit Dangaria1, Xianghong Luan1,2, and Thomas G.H.Diekwisch. RANKL, Osteopontin, and Osteoclast Homeostasis in

    a Hyper-Occlusion Mouse Model. Eur J Oral Sci. 2008 August ; 116(4): 312318.

    8. Shalu Bathla. 2011. Periodontics Revisited. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers