topik 7.syarat umum lap perkerasan jalan

56
BAB VII SYARAT TEKNIS LAPISAN JALAN Kompetensi Hasil pembelajaran diharapkan mahasiswa memahami, menjelaskan, mengunakan pengetahuan tentang karakteristik dan syarat teknik lapisan perkerasan jalan melalui pemecahan teknis sebagai bagian rancangan tikungan jalan dan kelengkapan jalan. Pendahuluan Perkerasan jalan yang dikonstruksikan dalam bentuk bahan massif dengan posisi diratakan dengan kelandaian tertentu, memiliki superelevasi jalan sesuai standart, kemiringan dan perkerasan terdiri dari bagian permukaannya untuk dapat melayani kendaraan yang lewat di atasnya dengan kuat, nyaman dan aman. (Asiyanto (2008:81) Perencanaan dan pelaksanaan ruas jalan perlu diperhatikan dua hal yaitu.. 1) Keadaan geometri jalan sangat menentukan dalam memberikan jaminan keamanan bagi kendaraan, terutama kendaraan yang melaju dengan kecepatan sesuai rencana. 138

Upload: aztaurrivai

Post on 02-Oct-2015

79 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Perkerasan Jalan

TRANSCRIPT

BAB VII

SYARAT TEKNIS LAPISAN JALAN Kompetensi

Hasil pembelajaran diharapkan mahasiswa memahami, menjelaskan, mengunakan pengetahuan tentang karakteristik dan syarat teknik lapisan perkerasan jalan melalui pemecahan teknis sebagai bagian rancangan tikungan jalan dan kelengkapan jalan.

Pendahuluan Perkerasan jalan yang dikonstruksikan dalam bentuk bahan massif dengan posisi diratakan dengan kelandaian tertentu, memiliki superelevasi jalan sesuai standart, kemiringan dan perkerasan terdiri dari bagian permukaannya untuk dapat melayani kendaraan yang lewat di atasnya dengan kuat, nyaman dan aman. (Asiyanto (2008:81) Perencanaan dan pelaksanaan ruas jalan perlu diperhatikan dua hal yaitu..

1) Keadaan geometri jalan sangat menentukan dalam memberikan jaminan keamanan bagi kendaraan, terutama kendaraan yang melaju dengan kecepatan sesuai rencana. Pada jalan-jalan konvensional keadaan geometri jalan sudah ada namun pada kondisi kecepatan yang direnanakan saat itu, dan sekarang sudah mengalami perubahan kecepatan sehingga menimbulkan masalah dan perlu mendapatkan perhatian. Jalan yang harus dapat melayani kendaraan dengan kecepatan tinggi seperti jalan tol, persyaratan geometri jalan tidak boleh diabaikan, terutama pada lokasi tertentu daerah tikungan, dimana kan terjadi gaya dorong keluar (sentrifugal) yang harus dilawan atau dikurangi dengan suatu kemiringan jalan dan kondisi perkerasan yang dapat menimbulkan gesekan permukaan. Selain itu kemiringan jalan juga berfungsi untuk mengalirkan air yang ada di permukaan jalan, sehingga kondisi jalan tetap kering, tidak tergenang saat hujan yang dapat merusak struktur jalan dan juga dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

2) Konstruksi perkerasan jalan yang sering digunakan adalah jenis perkerasan lentur terdiri dari subag lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima dan menyalurkan beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan perkerasan bawahnya (Silvia Sukirman,1999). Konstruksi lapisan perkerasan lentur terdiri dari: (1) Lapisan permukaan (surface course); (2) Lapisan pondasi atas (base course); (3) Lapisan pondasi bawah (subbase course); (4) Lapisan tanah dasar (subgrade).

Sifat pembebanan vertikal dari lalu lintas kendaraan ( beban kendaraan dan muatan), beban horisontal (gaya rem), dari pembebanan dan penyebaran gaya maka muatan dari berat kendaraan akan didistribusikan disalurkan kelapisan lapisan perkerasan yang tersusun oleh masing-masing lapisan. perkerasan jalan memiliki perbedaan secara fisik dan kekuatan bahan, penyebaran beban makin ke bawah penyebaran dan distribusi beban semakin kecil seiring dengan kosep pembebanan berdasarkan luas penyebaran melalui sudut 45, dan luasan penyebaran beban. secara hirarki lapisan permukaan atas harus mampu menerima seluruh jenis gaya vertikal, rem/ horisontal dan getaran, sedangkan lapisan perkerasan tengah menerima gaya desakan atas dan kesamping rem serta getaran, dan tanah dasar akan menerima gaya vertikal dan getaran. sehingga setiap lapisan memiliki syarat-syarat teknis yang harus dipenuhi oleh masing-masing kualitas mutu bahan lapisan.

Gambar Susunan Lapisan Perkerasan Jalan Lentur

1. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)

Lapisan tanah dasar diperoleh melalui desain gradasi yang disesuaikan dengan syarat teknis dalam pelaksanaan kerja sesuai komposisi lalulintas dan lalu lintas Harian (LHR) serta tonase kendaraan yang diijinkan. Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli aau tanah urugan yang dipadatkan jika tanah aslinya bergradasi baik, sedangkan tanah urug bergradasi baik yang didatangkan dari tempat pencampuran dan dipadatkan lapis demi lapis ketebalan max 30 em dan atau tanah yang distabilisasi dengan kapur atau bahan lainnya. Pemadatan lapisan tanah yang baik akan diperoleh jika dilakukan pada kadar air optimum dan diusahakan kadar air tersebut konstan selama pelaksanan dan konsolidasi sesuai umur rencana. Jika daerah sekitar jalan sering tergenang air maka upaya dapat dicapai dengan perlengkapan drainase yang memenuhi syarat disepanjang ruas jalan atau perlakuan pada area tertentu agar kondisi lapisan tanah yang memiliki sifat kohesif. Ditinjau dari kondisi muka tanah terhadap duga rencana konstruksi duga sub grade, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas: (1) lapisan tanah dasar dilakukan pengalian; (2) lapisan tanah dasar dilakukan penimbunan; (3) lapisan tanah dasar langsung sebagai badan jalan.

Lapisan tanah dasar dari penimbunan dipadatkan dan digilas mekanis terlebih dahulu sehingga tercapai kestabilan sesuai tinggi rencana duga jalan, dan tidak mengalami terhadap perubahan bentuk volume badan jalan. Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat ditentukan oleh sifat-sifat daya dukung tanah dasar. Masalah-masalah yang sering ditemui menyangkut tanah dasar adalah:

1) Mampu menahan perubahan bentuk tetap dari jenis tanah tertentu akibat beban lalu lintas. Tanah yang mengalami perubahan bentuk yang besar akan mengakibatkan jalan tersebut cepat rusak. Jenis tanah memiliki sifat plastisitas tinggi cenderung untuk mengalami perubahan bentuk. Susunan lapisan tanah lunak yang terdapat di bawah tanah dasar harus diperhatikan. Daya dukung tanah dasar yang dipakai di buktikan, ditunjukkan melalui hasil uji nilai CBR besaran merupakan indikasi dari perubahan kerapatan dan kepadatan bentuk.2) Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air. kejadian ini dapat dikurangi dengan memadatkan tanah pada kadar air optimum sehingga mencapai kepadatan tertentu dan mengurangi perubahan volume tanah setelah dipadatkan yang mungkin terjadi saat kondisi area berubah saat cuaca hujan. Kelengkapan berupa drainase tepi jalan, dan daerah pematusan tampungan air yang baik dapat menjaga kemungkinan berubahnya kadar air pada lapisan tanah dasar.3) Daya dukung tanah dasar yang tidak merata pada setiap ruas lokasi dengan macam tanah bergradasi yang berbeda, perlu dikaji mengenai jenis dan sifat tanah dasar sepanjang jalan, sehinga dapat mengurangi akibat tidak meratanya daya dukung tanah dasar, sehingga perencanaan tebal lapisan perkerasan dapat dibuat sesuai umur rencana, dan atau membagi jalan menjadi segmen-segmen berdasarkan sifat tanah yang berlainan, dengan ragam perlakuan konstruksi.

4) Daya dukung yang tidak merata akibat pelaksanaan yang kurang baik saat pemadatan, akibat pembebanan lalu lintas ataupun akibat mutu tanah dasar itu sendiri (pada tanah dasar tanah timbunan). Upaya dapat diatasi dengan melakukan pengawasan yang baik saat pelaksanaan pekerjaan tanah dasar.5) Perbedaan penurunan (differential settlement) akibat terdapatnya lapisan-lapisan tanah lunak di bawah tanah dasar akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk tetap. kejadian dapat diatasi dengan melakukan penyelidikan tanah sebelum dilakukan pelaksanaan. Pemeriksaan dengan menggunakan alat boring dapat memberikan gambaran yang jelas tentang lapisan tanah di bawah lapisan tanah dasar.

6) Kondisi geologi dari lokasi jalan perlu dipelajari dengan teliti, jika ada kemungkinan lokasi jalan berada pada daerah patahan, longsoran dan penurunan secara terstruktur, erosi..3.Lapisan Perkerasan (Subbase Course) Pondasi bagian Bawah Posisi lapis perkerasan ( subbase course) pondasi bawah yang terletak antara lapisan base pondasi atas dan tanah dasar ( subgrade) dinamakan lapisan perkerasan (subbase course). Lapisan prkerasan subbase course, lapisan pondasi bawah ini berfungsi:

1) sebagai bagian komponen dari lapisan konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai nilai CBR 20% dan Plastisitas Indeks (PI) 10%;2) sebagai lapisan alternatif menurunkan mengurangi pengunaan lapisan base yang tebal, sehingga efisiensi penggunaan material dapat dilakukan. Material lapisan sub base pondasi bawah, secara biaya relatif murah dibandingkan dengan lapisan perkerasan base di atasnya;3) untuk alternative dalam penentuan ketebalan lapisan konstruksi, guna mengurangi tebal lapisan base di atasnya yang lebih mahal;.4) sebagai lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di tanah dasar.5) sebagai lapisan membantu saat pekerjaan konstruksi sepanjang jalan dapat berjalan lancar. Kondisi ini ditemui di lapangan yang harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca atau rendanya daya dukung tanah dasar menahan roda-roda alat berat.6) lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis base course.Jenis material lapisan sub base yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain,

1. Agregat bergradasi baik dibedakan atas: (a) sirtu/pitrun kelas A, (b) sirtu/pitrun kelas B, (c) sirtu/pitrun kelas C.

2. Stabilisasi pada bahan lapisan sub base pondasi bawaha. Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Treated Subbase)b. Stabilisasi agregat dengan kapur (Lime Treated Subbase)

c. Stabilisasi tanah dengan semen (Soil Cement Stabilization)

d. Stabilisasi tanah dengan kapur (Soil Lime Stabilization)

4. Lapisan Perkerasan Atas (Base Course) pondasi bagian atasPosisi lapisan perkerasan atas yang terletak di antara lapisan sub base pondasi bawah dan lapisan permukaan jalan dinamakan lapisan perkerasan atas (base course). Fungsi lapisan base course atau pondasi atas ini antara lain,

1) sebagai bagian lapisan perkerasan yang menahan gaya vertical, horisontal rem melintang dari beban roda, getarasn dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya;2) sebagai lapisan antara berfungsi pendistribusian untuk lapisan perkerasan bawah;

c) sebagai lapisan antara bantalan lapisan permukaan ( surface) jalan.

Material yang akan digunakan untuk lapis perkerasan atas base adalah material yang memiliki sifat lapisan perkerasan atas tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material dengan nilai CBR > 50% dan Plastisitas Indeks (PI) < 4%. Bahan-bahan alam seperti batu pecah, kerikil pecah, stabilisasi tanah dan atau dengan semen dan kapur dapat digunakan sebagai lapis perkerasan atas.

Jenis material lapis perkerasan atas yang umum digunakan di Indonesia antara lain,

1. Agregat bergradasi baik dapat dibagi atas: (a) batu pecah kelas A, (b) batu pecah kelas B, (c) batu pecah kelas C. Batu pecah kelas A mempunyai gradasi yang lebih kasar dari batu pecah kelas B, batu pecah kelas B lebih kasar dari batu pecah kelas C. Kriteria dari masing-masing jenis lapisan di atas dapat diperoleh dari spesifikasi yang telah melalui uji material dan pengujian.2. perkerasan sistem Mac adam, sistem tindih menindih antara materail dengan berbagai ukuran, di masing-masing susunan lapisan.3. Perkerasan sistem Telford, sistem desakan antara material dengan berbagai ukuran batuan di sususan tiap lapisan4. Penetrasi Macadam (Lapen)

5. Aspal beton perkerasani (Asphalt Concrete Base/Asphalt Treated Base)

6. Stabilisasi yang dipakai terdiri dari:

a. Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Treated Base)

b. Stabilisasi agregat dengan kapur (Lime Treated Base)

c. Stabilisasi agregat dengan aspal (Asphalt Treated Base)5. Kelengkapan Penopang pada Tanah dasar

Bahan penopang tanah yang memiliki sifat perubahan bentuk akibat kondisi air tanah dan yang kurang baik daya dukungnya dan selalau mengalami perubahan akibat kondisi lingungan disekitar jalan maka dapat dilakukan dengan mengunakan bahan konstruksi alternate atau hasil olahan pabrikBahan Geotekstil

Bahan ini diproduksi dengan bahan berbagai macam serat untuk memenuhi persyaratan-persyaratan yang sesuai spesifik konstruksi jalan. Bahan sintetis geotekstil, yang sering disebut plastic mesh, mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan serat alam. Serat geotekstil biasanya terdiri atas serat berkekuatan tarik tinggi dibungkus dalam lembaran polyolefin datar, dan merupakan serat yang tidak terkorosi, ringan, dan lentur.

Struktur geotekstil dapat digunakan untuk menstabilkan dan meningkatkan daya dukung tanah lunak. Strukturnya fisiknya yang berbentuk lembaran dapat dengan mudah dilalui oleh air dan tidak menyumbat. Selain itu geotekstil juga berfungsi sebagai lapisan yang mengkondisi dan mendistribusikann beban, sehingga mengurangi distribusi tegangan yang terjadi pada tanah lunak di bawahnya.

Lembaran geotekstil mempunyai keunggulan yang mendasar dibandingkan bahan padat, jika digunakan sebagai lembaran yang dipasang horizontal mempekokoh kedudukan lapisan valume tanah rugan untuk dapat meningkatkan daya dukung tanah asli. Dibandingkan dari bahan lain sejenis yang berpori memiliki kekurangan dapat porositasnya setelah beroperasi. dan akan mengakibatkan meningkatnya air pori pada bahan lapisan diatas geotekstil, mengakibatkan terpisahnya butiran tanah dari bagian bahan padat dan dapat melemahkan struktur lapisan permukaan tanah tersebut. Penggunaan lembaran polythene juga mengakibatkan tergenangnya air pada tanah di atas lembaran tersebut, akan tetapi dengan plastis mesh, atau jaring palstik kandungan air dapat mengalir dan mencegah terjadinya penyumbatan dan tidak menurunkan kekuatan daya dukung tanah.

Keunggulan dari penggunaan geotekstil dapat menguntungkan antara lain;1) untuk mengurangi ketebalan lapisan konstruksi jalan yang diperlukan dan dapat dipergunakan sebagai konstruksi penahan palisan jalan pada lokasi jenis dan sifat tanah yang mempunyai nilai CBR minimum. Namun demikian harus tetap diperhatikan rencana tebal struktur minimum yang diperlukan untuk mencegah bahaya pembekuan lapisan tanah. Umumnya tanah dengan daya dukung rendah sangat rentan terhadap bahaya pembekuan dan perubahan fisik.2) Geotekstil membantu menghasilkan lapisan perkerasan tanah dengan kepadatan tinggi, ketahanan gaya geser material untuk mendistribusikan beban vertikal dan mempertahankan tanah lunak di bagian bawah dari lapis tanah dasar, sehingga menjadikan tanah lebih kohesif.

Keunggulan pengisian mengunakan urugan tanah berpori jika bahan geotekstil digunakan untuk:

1) Mengurangi kemungkinan hilangnya material berbutir dari lapisan perkerasan bawah (masuk ke lapisan tanah dasar), akibat meresapnya air melalui perkerasan jalan;

2) Mencegah tercampurnya material lapisan tanah dasar dan lapisan perkerasan bawah (lapisan penutup) selama konstruksi dan selama masa pelayanan;

3) Memungkinkan pekerjaan terus berlangsung walaupun dalam kondisi cuaca buruk;

4) Memungkinkan konstruksi perkerasan dilaksanakan di atas kondisi tanah jelek, dimana penggunaan metode konstruksi tradisional tidak akan memungkinkan6. Tahapan Perencanan Menurut Asiyanto (2008:97), perencanaan cara pelaksanaan pada (construction method) pekerjaan lapis perkerasan mengunakan perkerasan lentur (flexible pavement) dijelaskan dengan urut-urutan sebagai berikut: (a) pekerjaan persiapan lahan , (b) pekerjaan pengukuran lahan dan material, (c) pekerjaan pelaksanaan.Rencana Tahapan Persiapan Tahapana pesiapan dilakukan antara lain

1. Survei lapangan.

Survey pendahuluan dilakukan untuk menetapkan letak quarry tanah yang diperlukan untuk material timbunan yang memenuhi syarat kualitas dan kuantitas, dan lokasi disposal area yang diperlukan untuk tempat pembuangan tanah bekas galian yang tidak memenuhi sebagai material timbunan, menetapkan letak quarry sirtu yang memenuhi syarat sebagai material subbase, menetapkan letak quarry batu, bila pengadaan batu pecah akan diproduksi sendiri dengan stone crusher untuk bahan agregat. Hal yang diperlukan dalam mengestimisasi pelaksanaan

1) Pembiayaan survei dilakukan pada waktu proses perhitungan biaya (cost estimate), tetapi terkadang perlu dilakukan survei ulang untuk meyakinkan survei pertama atau mencari alternatif yang lebih bagus. 2) Situasi letak plant harus direncanakan sebaik-baiknya agar lalu lintas dump truck yang memasukkan bahan baku (raw material) tidak saling mengganggu dengan dump truck yang membawa hasil produk (hot mix), dengan menyusun site plan yang baik. Jalan masuk/keluar dump truck harus dibuat cukup kuat untuk menjamin kelancaran transportasi material/hot mix. 3) Dibuat drainase lingkungan yang baik agar lokasi base camp tidak terganggu pada musim hujan. Alat-alat yang menggunakan ukuran (berat, volume, temperature, dan lain-lain) agar menggunakan kalibrasi yang masih berlaku, termasuk alat laboratorium. Dibuat mix design untuk hot mix sesuai spesifikasi yang ada dengan menggunakan material yang akan dipakai. Dilakukan field survey untuk review design sesuai dengan kondisi lokasi pekerjaan yang akan dilakukan.

Dalam pedoman lelang tentang Rencana Kerja dan Syarat teknis spesifikasi umum (2008), diwajibkan sebagai kontraktor harus membangun, menyediakan, memasang, memelihara, membersihkan, menjaga, dan pada saat selesainya kontrak harus memindahkan atau membuang semua bangunan kantor darurat, gudang-gudang penyimpanan, barak-barak pekerja, dan bengkel-bengkel yang dibutuhkan untuk pengelolaan dan pengawasan proyek sesai kondisi semula. Kantor dan fasilitasnya ditempatkan sesuai dengan lokasi dan denah lapangan yang telah disetujui, dimana penempatannya diusahakan sedekat mungkin dengan daerah kerja (site).2. Rencana Pengukuran

Pekerjaan pengukuran lokasi jalan dilakukan untuk menjamin ketepatan pengukuran, hasil penentuan duga rencana badan jalan merupakan pekerjaan awal yang sangat menentukan, tahap pekerjaan selanjutnya meliputi.

1) Pemasangan patok-patok as jalan pada setiap jarak lebih kurang 50 meter untuk bagian jalan yang lurus. Untuk bagian jalan yang lengkung, dapat dibuat patok-patok as yang jaraknya lebih dekat sehingga terbentuk garis lengkungnya. Selain patok as, dipasang juga patok-patok bantu dan patok elevasi yang diletakkan di tempat yang aman (tidak terganggu oleh kegiatan pekerjaan). 2). Patok-patok ukur tersebut harus diikat dengan titik tetap yang ada, baik koordinatnya maupun elevasinya sehingga setiap saat dapat dikontrol kembali. 3). Rencana duga badan jalan yang terletak pada daerah galian maupun timbunan dibuatkan bentuk profilnya dengan menggunakan bahan papan kayu sebagai pedoman pelaksanaan pembuatan tanggul urugan dan galian sebagai pedoman pembuatan badan jalan. Profil yang dibuat dari papan kayu tersebut diberi tanda dengan cat warna yang berbeda pada tiap lapisan dengan ukuran ketebalan sesuai dengan desain rencana profil, juga berfungsi untuk mengetahui kebutuhan volume bahan material yang akan dihampar.3.Rencana pekerjaan TanahPekerjaan tanah mencakup penggalian, penanganan bekas galian mobilisasi, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan galian ini. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya, pembuangan bahan yang tidak terpakai dan tanah humus, pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, bekas galian bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian, pengupasan dan pembuangan bahan bekas perkerasan beraspal pada perkerasan lama, dan pembentukan profil dan penampang yang sesuai dengan spesifikasi dan memenuhi ketinggian persegmen, ketinggian, dan bentuk penampang melintang yang ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan Rencana Pekerjaan Galian Tanah

Prosedur umum pekerjaan penggalian adalah sebagai berikut:

1) Penggalian dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan konstruksi permanen.

2) Pekerjaan galian dilaksanakan dengan meminimal gangguan mungkin terjadi saat pengalian terhadap bahan material konstruksi di bawah dan di luar batas galian.

3) Bilamana bahan material konstrukasi yang terekspos pada garis formasi arah jalan atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.4) Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar, dijumpai pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan diperoleh dari cara menimbun kembali dengan bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan.

5) Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika, menurut Direksi Pekerjaan, tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal. Rencana Peralatan Kerja Peralatan kerja yang dibutuhkan dalam pekerjaan galian tanah dan material masif misal perkerasan lama, beton maupun batu antara lain:

1) Excavator Stone Breaker, Dump Truck, Excavator, dan Bulldozer. Dalam pekerjaan galian ini digunakan alat-alat berat untuk menghemat waktu dan biaya. Excavator stone breaker merupakan alat berat yang berfungsi memecah batu atau membongkar struktur perkerasan fleksibel dan beton existing. Berikut ini adalah salah satu proses pembongkaran bagian jalan dengan peralatan jenis excavator stone breaker.

Gambar Excavator Stone Breaker2). dump truck. Dump truck ini sangat efektif digunakan dalam pekerjaan timbunan dan galian ini karena dapat menumpahkan muatan secara hidrolis yang menyebabkan satu sisi baknya terangkat, sedangkan satu sisi lainnya berfungsi sebagai sumbu putar atau engsel. Bentuk operasioanl dump truck dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar Dump TruckPerlatan kerja lain adalah Alat penggali sering disebut excavator. Terdapat dua tipe excavator yaitu (1) excavator yang berjalan menggunakan roda kelabang (crawler excavator) dan (2) excavator yang menggunakan roda karet dipompa (wheel excavator). Dalam proyek pembangunan jalan dapat digunakan crawler excavator yang berfungsi memindahkan hasil bongkaran beton ke dalam dump truck. Bentuk mekanik excavator ini terdapat pada gambar

Gambar Crawler Excavator

3) Bulldozer digunakan sebagai alat pendorong tanah ke depan maupun ke samping, tergantung pada sumbu kendaraan. Terdapat berbagai bentuk sudut (blade) pada bulldozer yang mempunyai fungsi berbeda pada masing-masing bentuk sudu. Pada pekerjaan tanah bulldozer roda kelabang yang berfungsi untuk pekerjaan perataan tanah.

Gambar Bulldozer Roda Kelabang Hasil yang dicapai pada pekerjaan tanah berupa ukuran toleransi dimensi dari pekerjaan galian ini antara lain: kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah proses galian dengan beda tinggi landasan perkerasan tidak beraspal tidak boleh lebih dari 2 cm dari yang ditentukan dalam gambar, sedang untuk galian perkerasan beraspal duga tiap pias jalantidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang disyaratkan. Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai memiliki arah aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan (Spesifikasi dan syarat Teknis Umum:2006).Semua bahan galian tanah dan batu yang dapat dipakai dalam batas-batas dan lingkup proyek bilamana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali. Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut (peat), sejumlah besar akar atau bahan tumbuh-tumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang akan menyulitkan pemadatan bahan di atasnya atau yang mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki, diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen. Setiap galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian yang digunakan sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan di luar Daerah Milik Jalan (DaMiJa)Rencana Pekerjaan TimbunanPekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan, dan pemadatan tanah atau bahan berbutir kasar dan halus yang disetujui untuk pembuatan timbunan, penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan. Timbunan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan, dan timbunan pilihan di atas tanah rawa.1) Timbunan pilihan akan digunakan sebagi lapis penopang (capping layer) untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik. 2) Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilitas lereng atau pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis. 3) Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air. Toleransi dimensi yang disyaratkan antara lain, (a) elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan, (b) seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas, (c) permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis profil yang ditentukan, dan (e) timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm. Timbunan badan jalan pada jalan lama dikerjakan dengan menggunakan pelaksanaan setengah lebar jalan sehingga setiap saat jalan tetap terbuka untuk lalu lintas. Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan dari spesifikasi. 4. Bahan Tanah sebagai Timbunan badan JalanBahan timbunan tanah harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui direksi. timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan terdiri dari bahan tanah atau batu. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang diklasifiikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut Unified atau Casagrande Soil Classification System. Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis sama sekali tidak boleh digunakan pada ketinggian 30 cm lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki CBR tidak kurang dari 6% setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100% kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1742-1989. Tanah sangat ekspansif yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai very high atau extra high, tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas/PI (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).

Dalam segala hal, seluruh timbuan pilihan harus diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989, memiliki CBR paling sedikit 10% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 03-1742-1989. Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan dalam keadaan jenuh atau banjir yang tidak dapat dihindari, haruslah pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas maksimum 6% (Spesifikasi dan syarat Teknis Umum:2006). 5. Jenis Peralatan PemadatanPeralatan yang dibutuhkan dalam pekerjaan timbunan ini antara lain, dump truck, bulldozer, vibrator roller/grid roller, truk tangki air (water tank truck). Alat khusus yang digunakan sebagai alat angkut adalah dump truck. Dump truck ini sangat efektif digunakan dalam pekerjaan galian ini karena dapat menumpahkan muatan secara hidrolis yang menyebabkan satu sisi baknya terangkat, sedangkan satu sisi lainnya berfungsi sebagai sumbu putar atau engsel. Bulldozer digunakan sebagai alat pendorong tanah ke depan maupun ke samping, tergantung pada sumbu kendaraan. Terdapat berbagai bentuk sudu (blade) pada bulldozer yang mempunyai fungsi berbeda pada masing-masing bentuk sudu. Pada proyek ini digunakan bulldozer roda kelabang yang berfungsi untuk pekerjaan perataan tanah. Dalam pekerjaan pembuatan jalan ini juga diperlukan pamadatan tanah hasil penimbunan, agar tanah pada kondisi mampat secara sempurna diperlukan pemadatan tanah secara mekanis yang ummnya dilakukan dengan menggunakan mesin penggilas (roller). Dalam proyek pembangunan jalan ini, digunakan vibrator roller dan sheep foot roller untuk pekerjaan pemadatan tersebut. Vibrator roller ini adalah mesin pamadat dengan roda silinder baja di bagian depan yang dapat digetarkan. Efisiensi alat ini sangat tinggi dan dapat digunakan secara luas dalam setiap jenis pemadatan tanah. Bentuk mekanis vibrator roller dapat dilihat pada.

Gambar Vibrator RollerPerlatan timbunan dan perataan, selain menggunakan vibrator roller, dalam pekerjaan pemadatan tanah ini juga digunakan grid roller. Roller jenis ini mempunyai mesin penggilas berbentuk anyaman. Alat ini memberikan efek pemadatan pada bagian bawah permukaan,namun pemadatannya tidak bisa rata sebab rodanya berbentuk anyaman. Grid roller sangat baik jika digunakan untuk menggilas lapisan material berbutir kasar dan relatif tidak lengket.

Gambar Motor GraderPeralatanyang dibutuhkan dalam proses membantu proses pemadatan tanah ini adalah truk tanki air. Air dibutuhkan untuk menyempurnakan proses dan hasil pemadatan tersebut. Kapasitas truk tanki air yang digunakan adalah 8.000 liter.

Gambar Grid Roller

Gambar Truk Tanki Air (Water Tank Truck)

6. Rencana Penghamparan dan Pemadatan Timbunan

Sebelum penghamparan timbunan dilakukan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang. Jika tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan di atasnya.Untuk pekerjaan penghamparan timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Jika timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya. Tanah timbunan diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selam musim hujan.Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3% di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus atau tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini dilaksanakan hingga mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan. Setiap lapisan timbunan yang dihampar, kemudian dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji kepadatannya sebelum lapisan berikutnya dihampar. Timbunan dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati terus menerus divariasi agar dapar menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut. 7.Pengendalian Mutu PekerjaanJumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu bahan mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dengan paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan. Setelah persetujuan bahan timbunan yang diusulkan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan dan sumber bahannya dapat diamati. Program pengendalian mutu bahan rutin dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit, dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif seperti yang disyaratkan.

Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar dipadatkan sampai 95% dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10% bahan yang tertahan pada ayakan , kepadatan kering maksimum yang diperoleh dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar, dipadatkan sampai dengan 100% dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

Pengujian kepadatan dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka pekerjaan harus diperbaiki. Pengujian dilakukan sampai kedalaman penuh, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m. Percobaan pemadatan di lapangan dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya digunakan dalam menetapkan lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya (Spesifikasi Syarat Teknis Umum:2006).8. Rencana Pekerjaan Lapis Perkerasan Agregat

Pekerjaan Lapisan Perkerasan meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan, dan pemadatan agregat bergradasi di atas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detil yang ditunjukkan dalam gambar, dan memelihara lapisan pondasi agregat yang telah selesai sesuai dengan yang disyaratkan. Pemrosesan ini meliputi pemecahan, pengayakan, pemisahan, pencampuran, dan operasi lainnya yang perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan dari spesifikasi.

Pada permukaan semua lapis perkerasan agregat tidak boleh terdapat ketidak rataan yang dapat menampung air dan semua punggung (camber) permukaan itu sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar. Tebal total minimum Lapis perkerasan Agregat Kelas A dan Kelas B tidak boleh kurang 1 cm dari tebal yang disyaratkan. Tebal minimum Lapis perkerasan Agregat A tidak boleh kurang 1 cm dari tebal yang disyaratkan. Pada permukaan Lapis perkerasan Pondasi Agregat Kelas A yang disiapkan untuk lapisan resap pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan yang terlepas harus dibuang dengan sikat yang keras, maka penyimpangan maksimum pada kerataan permukaan yang diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m, diletakkan sejajar atau melintang sumbu jalan, maksimum satu sentimeter.

Permukaan lapis akhir lapisan perkerasan harus sesuai gambar, dengan toleransi di bawah ini

Tabel 1 Toleransi Permukaan Lapis Akhir

Bahan dan Lapisan Pondasi AgregatToleransi Tinggi Permukaan

Lapisan Pondasi Agregat Kelas B digunakan sebagai Lapis Pondasi Bawah (hanya permukaan atas dari Lapisan Pondasi Bawah).+ 0 cm- 2 cm

Permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk Lapis Resap Pengikat atau Pelaburan (Perkerasan dan Bahu Jalan).+1 cm- 1 cm

Bahu Jalan Tanpa Penutup Aspal dengan Lapis Pondasi Agregat Kelas B (hanya pada lapis permukaan).Memenuhi Pasal 4.2.1 (3)

Sumber: Spesifikasi Umum 9.Jenis Bahan Perkerasan AgregatTerdapat dua kelas yang berbeda dari lapis perkerasan pondasi agregat, yaitu Kelas A dan Kelas B. Pada umumnya Lapis perkerasan Pondasi Kelas A adalah mutu Lapis perkerasan Pondasi Atas untuk suatu lapisan di bawah lapisan beraspal, dan Lapis perkerasan Pondasi Kelas B boleh digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup aspal berdasarkan ketentuan.Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm terdiri dari partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan. Bilamana digunakan untuk Lapis perkerasan pondasi Agregat Kelas A, maka untuk agregat kasar ini harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah. Sedangkan untuk Lapis perkerasan Pondasi Agregat Kelas B, agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 50% berat agregat kasar ini harus mempunyai paling sedkit satu bidang pecah. Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm terdiri dari pertikel pasir alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya.

Seluruh Lapis perkerasan pondasi agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara basah) yang diberikan pada tabel 7.2 dan memenuhi sifat-sifat yang diberikan pada tabel 7.3.Tabel 2 Gradasi Lapis Pondasi Agregat

Ukuran AyakanPersentase Berat yang Lolos

ASTM(mm)Kelas AKelas B

250100

1 37,510088 95

125,079 85 70 85

3/89,5044 58 30 65

No. 44,7529 44 25 55

No. 102,017 30 15 40

No. 400,4257 17 8 20

No. 2000,0752 8 2 8

Sumber: Spesifikasi syarat teknis Umum2006Tabel 3 Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat

Sifat-sifatKelas AKelas B

Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 03-2417-1990)0 40%0 40%

Indeks Plastisitas (SNI 03-1966-1990)0 6 0 10

Hasil Kali Indeks Plastisitas dengan % Lolos Ayakan No. 200Maks. 25-

Batas Cair (SNI 03-1967-1990)0 25 0 35

Bagian yang Lunak (SK SNI M-01-1994-03)0 5%0 5%

CBR (SNI 03-1744-1989)Min 90%Min. 60%

Sumber: Spesifikasi syarat Teknis Umum 2006 Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui, dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.

9.Rencana Penghamparan dan Pemadatan Lapis Perkerasan Agregat

1. Penyiapan Formasi untuk Lapis perkerasan pondasi agregat Lapis perkerasan pondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu. Jika Lapis perkerasan pondasi agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi yang disiapkan, maka lapisan ini diselesaikan sepenuhnya sesuai pada lokasi dan jenis lapisan yang terdahulu. Lokasi yang disediakan untuk pekerjaan Lapisan perkerasan pondasi agregat, disiapkan dan mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan paling sedikit 100 meter ke depan rencana akhir lokasi penghamparan Lapis perkerasan pondasi pada setiap saat. Perbaikan tempat-tempat yang kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh formasi itu disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi agregat dihampar. Jika Lapis perkerasan pondasi agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal lama yang tidak rusak, maka diperlukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik. Penghamparan LapisanLapis perkerasan pondasi agregat dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang merata dan dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan. Kadar air dalam galian harus tersebar secara merata. Setiap lapisan dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Jika akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut diusahakan sama tebalnya. Lapis perkerasan pondasi Agregat dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui yang tidak menyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat lapis perkerasan pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

Pemadatan LapisanSegera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100% dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D. Mesin gilas beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis perkerasan pondasi Agregat. Pemadatan dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3% di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D. Operasi penggilasan dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber-superelevasi, penggilasan dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata. Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin gilas, dipadatkan dengan timbrid mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.Pengujian lapisan Pemadatan Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan awal harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan minimum pada tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih untuk mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan tersebut. Setelah persetujuan mutu bahan Lapis perkerasan pondasi Agregat yang diusulkan, seluruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila terdapat perubahan mutu bahan atau metode produksinya. Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan dilaksankan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut untuk setiap 1000 meter kubik bahan yang diproduksi paling sedikit meliputi tidak kurang lima pengujian indeks plastisitas, lima pengujian gradasi partikel, dan satu penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-1989, metode D. Pengujian CBR dilakukan dari waktu ke waktu. Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan, secara rutin diperiksa menggunakan SNI 03-2827-1992. Pengujian dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan tidak boleh berselang lebih dari 200 m.

Teknik Pengujian material Kepadatan Sand Cone TestTes kepadatan terhadap pekerjaan tanah di lapangan dilaksanakan dengan Sand Cone Test. Dari tes tersebut diperoleh berat volume kering tanah, kemudian dibandingkan dengan berat volume kering hasil percobaan di laboratorium untuk jenis tanah yang sama. Angka persentase yang diperoleh menunjukkan tingkat kepadatan yang dicapai terhadap standar. Prosedur percobaan Sand Cone Test adalah sebagai berikut, mula-mula botol sand cone diisi dengan pasir gradasi (pasir khusus untuk sand cone) yang telah dikalibrasi terlebih dulu. Kemudian botol sand cone ditimbang berikut pasir gradasi di dalamnya (W-6). Setelah itu, pelat lapangan diletakkan di permukaan tanah yang akan dites dalam posisi yang mantap. Setelah dirasa posisi plat sudah mantap, dilakukan pengambilan contoh tanah dengan cara mengeruk sesuai dengan diameter lubang pelat lapangan dengan menggunakan sendok tanah. Kemudian kaleng lapangan ditimbang dalam keadaann kosong (W-9). Tahap selanjutnya yaitu, memasukkan semua tanah hasil sendokan ke dalam kaleng lapangan, lalu ditimbang beratnya (W-8). Sebagian tanah tersebut diambil untuk diukur kadar airnya (W). Berikutnya adalah meletakkan corong sand cone berikut botol yang telah berisi pasir di atas pelat lapangan. Dengan perlahan, keran corong dibuka sehingga pasir dalam botol turun mengisi ccorong bagian bawah dan lubang tadi. Setelah pasir berhenti mengalir, keran corong ditutup. Kemudian corong berikut botol yang masih berisi sisa pasir di dalamnya ditimbang (W-7). Setelah diketahui berat corong tersebut, barulah menghitung berat pasir yang keluar dari dalam botol (W6-W7). Kemudian pasir yang mengisi lubang tadi diambil kembali untuk dapat digunakan lagi pada percobaan berikutnya.

Gambar Sand Cone Test

Proses Kalibrasi Pasir dengan memasukkan pasir ke dalam botol, kemudian memasang corongnya lalu ditimbang (W-4). Selanjutnya corong berikut botol tadi dipasang di atas pelat lapangan kemudian keran corong dibuka dan pasir dibiarkan mengalir ke bawah sampai berhenti dan keran ditutup kembali. Kemudian corong berikut botol yang berisi sisa pasir di dalamnya ditimbang (W-5). Setelah itu, berat pasir yang mengisi corong bawah ditimbang juga (W4-W5). Prosedur tersebut diulang sebanyak tiga kali lalu hasilnya dirata-rata. Perbedaan hasil antara masing-masing percobaan tidak boleh lebih dari 1%. Tahap berikutnya yaitu mengukur volume isi botol dengan cara mengisi air sampai penuh, kemudian ditimbang. Prosedur ini diulang sebanyak dua kali. Kemudian berat corong dan botol ditimbang (W-1), berat corong dan botol yang penuh berisi air juga ditimbang (W-2). Setelah itu volume botol diisi (W2-W1). Botol kemudian dikosongkan kembali lalu dikeringkan, setelah itu dimasukkan pasir ke dalam botol melalui corong dan pasir dibiarkan turun dengan bebas. Setelah penuh, ditimbang kembali berikut corong (W-3), diulangi tiga kali dan hasilnya dirata rata (perbedaan tidak boleh lebih dari 1%). Hasil berat volume pasir, yaitu = .Standar Kekerasan (CBR Standard)CBR standar adalah ukuran kekuatan (daya dukung) sesuatu bahan standar (batu pecah) yang bila diberi beban dengan kecepatan 0,05 inci per menit, akan menunjukkan beban sebesar 3.000 lbs pada penetrasi 0,2 inci.

Bahan yang dipakai sebagai standar tersebut mempunyai CBR sebesar 100%. Nilai CBR dinyatakan dalam satuan persen (%). Bila material yang dites, CBR-nya lebih kuat dari bahan standar, maka nilai CBR-nya lebih dari 100% dan sebaliknya.

Tanah yang dipadatkan, nilai CBR-nya bertambah sesuai dengan tingkat kepadatannya. Dengan demikian, semakin tinggi kepadatannya (diukur dari berat keringnya), maka semakin tinggi pula nilai CBR-nya. Jadi ada hubungan (korelasi) yang positif di antara keduanya.Percobaan CBR dapat dilakukan pada contoh tanah asli (diambil contoh tanah asli, kemudian dites) atau pada contoh tanah/material yang dipadatkan di lapangan. Pengetesan CBR ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu di laboratorium atau langsung di lokasi.

Pengujian CBR di Laboratorium

Prosedur pengetesan CBR di laboratorium dapat diuraikan sebagai berikut, pertama-tama contoh tanah/material yang telah dipadatkan diambil dengan menggunakan mold. Kemudian mold yang berisi tanah/material tersebut diletakkan di atas piringan penekan pada alat penetrasi CBR. Posisi dial beban dan dial penetrasi diatur pada posisi nol, kemudian dilakukan penekanan dengan kecepatan 0,05 inci per menit. Setelah posisi dial diatur, barulah dilakukan pembacaan dial pada penetrasi 0,0125 inci, 0,025 inci, 0,05 inci dan seterusnya. Dari angka-angka perbedaan beban dan penetrasi dapat dibuatkan gambar garfik beban terhadap penetrasi. Bila bagian permukaan dari grafik cekung ke atas, maka perlu diadakan koreksi (diluruskan). Cara menghitung nilai CBR adalah sebagai berikut, misalnya membaca beban (setelah koreksi) 165 lbs pada penetrasi 0,1 inci dan 290 lbs pada penetrasi 0,2 inci, maka CBR-nya adalah 165/3000 x 100% - 290/4500 x 100% atau sama dengan 5,5% - 6,4%.Pengujian CBR di LapanganMelakukan pengetesan penetrasi langsung di lapangan dengan menggunakan truk yang berbeban, antara lain sebagai berikut, pertama-tama truk diberi beban sehingga mencapai berat yang dilakukan oleh alat yang akan dipakai dan dihentikan di atas tanah/material yang akan dites. Kemudian truk tersebut diangkat dengan dongkrak untuk memasang alat penetrasi. Setelah dipasang, dongkrak secara pelan-pelan dilepas. Kemudian hasil penetrasi dapat langsung dibaca pada jarum pengukur.

Gambar Tes CBR di Lapangan

(Sumber: Asiyanto, 2008:30)Untuk pemeriksaan CBR di lapangan, ada batas-batas toleransinya, sebagai berikut:

a) CBR < 100%, toleransi lebih kurang 3%b) CBR 10% - 30%, toleransi lebih kurang 5%

c) CBR 30% - 60%, toleransi lebih kurang 10%

d) CBR > 60%, toleransi lebih kurang 25%

Rangkuman

Pertanyaan

1. Mengapa syarat teknis pekerjaan lapisan perkerasan harus distandarkan?

2. Jelaskan mengapa survey pendahuluan dari dokumen perencanaan dilakukan ulang sebelum pekerjaan konstruksi?.

3. Jelaskan syarat teknis utama proses pengukuran dan pematoran jalan sesuai rencana kerja dan syarat teknis.?

4. Jelaskan syarat tekniks utama proses pengalian tanah untuk membuat badan jalan.

5. Jelaskan syarat teknis utama proses pengurukan tanah utuk badan jalan?

6. Jelaskan syarat teknis material dari salah satu lapisan perkerasa jalan?138173