print lap pengabdian

Upload: iin-andini

Post on 18-Jul-2015

65 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUANA. ANALISIS SITUASI Pelaksanaan pengabdian ini merupakan suatu tindak nyata untuk menjawab serta mengatasi kesulitan yang dialami para pengajar di lapangan ketika mengajarkan keterampilan berbicara, yaitu khususnya tentang cara membelajarkan siswa mengungkapkan bahasa dalam situasi keseharian tertentu secara lisan dan berterima dalam bahasa Jerman. Matapelajaran bahasa Jerman khususnya di kelas bahasa di semua SMA di Malang pada umumnya telah mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum tersebut memuat semua keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) yang harus dikuasai oleh siswa. Tujuan pembelajaran bahasa Jerman di SMA di antaranya adalah agar para siswa dapat berbicara dengan lancar dan jelas serta dapat mengutarakan pendapatnya secara lisan tentang tema tertentu dengan struktur yang sederhana dan kosa kata yang bervariasi. Melihat tujuan di atas, dapat dikatakan bahwa siswa dituntut untuk dapat: (1) menguasai konsep-konsep/aturan-aturan bahasa, (2) menguasai sejumlah kosakata, dan (3) mampu mengutarakan pendapatnya secara lisan menggunakan kedua hal tersebut dengan benar. Pembelajaran bahasa Jerman di kelas XI bahasa diselenggarakan sebanyak 4 jam pelajaran selama seminggu. Melihat banyaknya materi yang harus dikuasai oleh siswa dan jumlah jam semester yang relatif sedikit, maka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dipandang perlu penggunaan metode pembelajaran yang cukup efektif. Berdasarkan pengalaman penulis dalam mengajar salah satu matakuliah yang ada hubungannya dengan keterampilan berbicara, yaitu matakuliah Konversation, dan pengamatan selama ini, pembelajaran ini dianggap tidak begitu mudah baik itu oleh siswa terlebih lagi untuk siswa SMA. Hal tersebut menjadi masalah yang cukup serius, karena siswa dituntut untuk dapat berbicara serta mengutarakan pendapat meski secara sederhana namun benar dalam bahasa Jerman. Namun kenyataan di lapangan adalah sebagian besar siswa dari tahun ke tahun pasif dan cenderung menerima saja apa yang

1

disampaikan oleh guru di kelas. Hal tersebut diduga disebabkan oleh empat hal, yaitu (1) kebiasaan menerima siswa pada setiap matapelajaran, (2) tidak berusaha untuk lebih aktif mengemukakan gagasan serta pendapatnya di kelas, (3) sikap keragu-raguan dan ketakutan melakukan kesalahan dalam menyatakan pendapat tersebut di depan siswa lain, terlebih di hadapan guru, dan (4) pemberian tugas yang selama ini digunakan oleh guru kurang bisa mengembangkan potensi, kompetensi, dan critical thinking siswa. Selain itu, jika dikaji lebih jauh, kalimat-kalimat yang dihasilkan siswa secara lisan dapat dipastikan bahwa kemampuan berbicara siswa pada saat mengungkapkan kalimat sederhana bahasa Jerman sekalipun masih jauh dari memadai. Dengan kata lain, kompetensi berbicara siswa perlu ditingkatkan, mengingat kompetensi tersebut menjadi prasyarat dasar penting bagi siswa untuk bisa berinteraksi dengan penutur asli bahasa yang dipelajari, di samping kompentesi interkultural, struktur kebahasaan serta gramatika bahasa itu sendiri. Maka oleh karena itulah penulis mencoba mencari akar permasalahan dari fenomena yang hampir selalu terjadi tersebut dengan cara wawancara yang dilakukan kepada para guru sebelumnya. Sampai saat ini upaya yang sudah dilakukan di beberapa sekolah adalah berupa bimbingan belajar atau pelajaran tambahan kepada siswa yang memerlukan. Di samping itu, di beberapa sekolah upaya lain telah dilakukan di antaranya adalah dengan cara membentuk Deutschklub, yaitu siswa bekerja secara kelompok di luar pembelajaran untuk melatih kemampuan berbicara mereka dan dibimbing oleh guru. Meskipun hasil yang bersifat empiris tentang upaya tersebut masih belum diketahui, namun dari hasil pengamatan serta dari pengakuan para guru yang telah melaksanakan program tersebut dapat dikatakan bahwa upaya tersebut kurang berhasil karena sifatnya tidak mengikat atau sukarela bagi siswa. Oleh karena itu, penulis mencoba menerapkan suatu metode pembelajaran yang sebelumnya belum pernah dilakukan oleh guru di kelas. Metode pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi berbicara bahasa Jerman siswa. Selain itu metode ini juga dapat merangsang siswa untuk aktif, dan metode ini cocok untuk

2

kemudian diterapkan pada pembelajaran di kelas karena cukup menarik. Di samping itu, metode pembelajaran ini dirasakan para guru efektif dan efisien. Metode pembelajaran kooperatif yang ditawarkan oleh penulis memang menawarkan suatu model dan teknik yang menarik untuk diterapkan di kelas pelajaran bahasa Jerman terutama untuk keterampilan berbahasa. Model pembelajaran kooperatif tersebut, yaitu model Inside-Outside-Circle. Model ini memiliki kelebihan-kelebihan untuk menciptakan suasana belajar interaktif, penyesuaian psikologis yang lebih positif, dan mampu menghasilkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode lain. Dengan melihat kelebihan tersebut, maka pada kesempatan pengabdian ini metode kooperatif model Inside-Outside-Circle diberikan pada para pengajar bahasa Jerman se-Malang dalam acara pengabdian pada pertemuan rutin Ikatan Guru Bahasa Jerman Indonesia (IGBJI) cabang Malang, guna mendapatkan hasil belajar yang lebih baik sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi berbicara bahasa Jerman siswa. Dengan metode tersebut diharapkan kualitas pembelajaran bahasa Jerman menjadi lebih baik sehingga kompetensi berbicara siswa juga meningkat. Selain itu, model pembelajaran Inside-Outside-Circle ini juga merupakan suatu upaya inovasi dalam pembelajaran bahasa Jerman. Selain itu juga, model Inside-Outside-Circle ini adalah salah satu jenis model pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainnya tanpa diliputi rasa takut salah pada saat mengungkapkan pendapatnya. Model pembelajaran ini menuntut siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Hal tersebut belum pernah dilakukan sebelumnya pada pembelajaran bahasa Jerman di sekolah. Sehingga hasil yang diharapkan nantinya, siswa dapat belajar untuk dapat mengemukakan gagasan serta pendapatnya tersebut di dalam kelompok yang kita sebut Lingkaran Kecil Lingkaran Besar secara maksimal, tanpa ada kekhawatiran melakukan kesalahan dan jadi bahan cibiran temannya yang lain.

3

B.

IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah: Bagaimanakah model Inside-Outside-Circle ini dapat meningkatkan kompetensi berbicara bahasa Jerman siswa kelas Bahasa? Karena sebagaimana disebutkan, bahwa model Inside-Outside-Circle adalah salah satu jenis model pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainnya tanpa diliputi rasa takut salah pada saat mengungkapkan pendapatnya. Model pembelajaran ini menuntut siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Sehingga hasil yang diharapkan nantinya, siswa dapat belajar untuk dapat mengemukakan gagasan serta pendapatnya tersebut di dalam kelompok yang kita sebut Lingkaran Kecil Lingkaran Besar secara maksimal, tanpa ada kekhawatiran melakukan kesalahan dan jadi bahan cemoohan temannya yang lain. C. TUJUAN KEGIATAN Sesuai dengan uraian pada bagian latar belakang dan analisis situasi di lapangan selama ini, maka tujuan pengabdian ini adalah lebih meningkat. D. bagi: 1. Para guru pengajar bahasa Jerman di Sekolah Menengah Atas yang tergabung dalam IGBJI (Ikatan Guru Bahasa Jerman Indonesia) Cabang Malang, dalam rangka peningkatan kemampuan berbicara bahasa Jerman dan penenerapan metode pengajaran dengan menggunakan Inside-Outside-Circle dalam proses belajar mengajar di keles. 2. Siswa SMA dalam rangka meningkatkan kualitas hasil belajarnya, khususnya dalam keterampilan berbicara. MANFAAT KEGIATAN Hasil-hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan bermanfaat untuk memperbaiki kualitas pembelajaran bahasa Jerman di kelas Bahasa agar kompetensi berbicara siswa dapat

4

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Berbicara Belajar berbicara bahasa asing membutuhkan lebih dari sekedar mengetahui aturan tata bahasa dan semantiknya. Pembelajar juga harus mengetahui bagaimana penutur asli menggunakan bahasa tersebut dalam konteks yang benar. Untuk mengembangkan kompetensi kemampuan berbicara, perlu menguji faktor yang mempengaruhi komunikasi lisan para pembelajar dewasa, komponen komponen kemampuan berbicara dan strategistrategi khusus yang digunakan dalam komunikasi (Richard/Renandya, 2002). Brown (dalam Richard/Renendya, 2002) mengemukakan bahwa sebagai pembelajar bahasa asing akan sulit untuk membiasakan berbicara bahasa tujuan yang dipelajari, karena komunikasi lisan yang efektif membutuhkan kemampuan menggunakan bahasa tersebut secara tepat dalam interaksi sosial. Perbedaaan dalam interaksi tidak hanya melibatkan komunikasi verbal, tetapi juga elemen-elemen paralinguistik dari sebuah percakapan seperti tekanan dan intonasi. Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaraannya. Disamping itu, pembicara juga harus dapat mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengar. Jadi, bukan hanya isi pembicaraan saja, tetapi bagaimana cara menyampaikannya. B. Dasar-dasar Pengembangan Keterampilan Berbicara Untuk dapat mengembangkan materi keterampilan berbicara pengajar perlu mengenal tipe-tipe latihan yang dapat membantunya membuat latihan yang sesuai. Piepho (1987, dalam Neuner,1981) membagi tipe-tipe latihan menjadi 3 bagian, yaitu: 1. latihan untuk persiapan pengembangan keterampilan berbicara 2. latihan untuk mengembangkan keterampilan berbicara 3. latihan untuk menyusun kemampuan berbicara 4. latihan untuk melakukan simulasi komunikasi secara lisan

6

Suatu hal yang harus diperhatikan untuk menghadapi kelas yang besar adalah dengan kerja kelompok atau patner. Meskipun demikian kerja kelompok tidak menjamin pebelajar dapat berlatih berbicara dengan bebas. C. Pembelajaran Kooperatif dengan model Inside-Outside-Circle Pembelajaran kooperatif menurut Roger dan David (dalam Lie, 2000:31-34) menerapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong. Kelima unsur tersebut adalah saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Berikut adalah ringkasan penjelasan Lie tentang kelima unsur tersebut. Keberhasilan pembelajaran kooperatif tergantung pada keberhasilan kelompok. Dan keberhasilan kelompok sangat bergantung pada keberhasilan usaha setiap anggotanya. Semua anggota bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama. Oleh karena itu, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa agar setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil. Unsur tanggung jawab perseorangan merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap anggota akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kooperatif adalah persiapan pengajar dalam penyusunan tugasnya. Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberi kesempatan kepada para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota dengan prinsip bahwa asil pemikiran beberapa kepala akan lebih baik dan kaya daripada hasil pemikiran satu kepala. Unsur komunikasi antar anggota menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan pembelajar dalam kelompok, perlu diajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapatnya.

7

Untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Evaluasi tidak harus setiap kali ada kerja kelompok, namun bisa selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif Inside-Outside-Circle yang telah diterapkan dalam pengabdian ini, dalam bahasa Jerman dikenal dengan istilah Kugellager. Model ini pertama kali dikembangkan di Inggris oleh Kagan. Kelebihannya adalah dalam waktu yang bersamaan siswa dapat berbicara berdasarkan tugas yang telah diberikan sebelumnya oleh pengajar secara berpasangan. Hal ini dapat mempengaruhi motivasi, dan keaktifan setiap individu dan mereka mempunyai rasa percaya diri dan dapat menilai kemampuan diri mereka sendiri. Atmosfer di dalam kelas pun menjadi kondusif dan menyenangkan.

8

BAB III METODE KEGIATANA. Metode Kegiatan Metode yang telah dilakukan untuk memecahkan permasalahan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini meliputi: pelatihan, tanya jawab, demonstrasi dengan tema Hobby und Freizeit dan Essen und Trinken dalam bentuk lokakarya. Pelatihan dilakukan dengan cara terlebih dahulu memberikan beberapa teori pendukung mengenai pentingnya kemampuan berbicara dalam pembelajaran bahasa asing pada para peserta (yang dalam hal ini adalah guru Bahasa Jerman yang tergabung di dalam wadah IGBJI). Selain teori kebahasaan, pada pelaksanaan pengabdian dikemukakan juga mengenai pengalaman mengajarkan keterampilan berbicara di perguruan tinggi selama ini (sharing informasi) dan dibandingkan dengan pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah. Dari sana muncul beberapa permasalahan mengenai kesulitan-kesulitan yang selama ini dihadapi guru, di antaranya dalah rata-rata kelas yang mereka ajar adalah kelas besar dengan jumlah siswa bisa mencapai hingga 40 siswa. Selain itu, guru juga kurang membekali para siswanya dengan ungkapan-ungkapan mudah yang biasa digunakan dalam percakapan seharihari. Setelah permasalahan teridentifikasi, serta solusi telah ditemukan, maka proses berikutnya adalah mensimulasikan metode pembelajaran yang ditawarkan, yaitu Inside-Outside-Circle. Seluruh peserta terlibat secara aktif pada simulasi tersebut mengingat pentingnya sebuah pengalaman untuk di berikan lagi di kelas pada masingmasing siswanya. Adapun batasan tema yang diujicobakan adalah diantaranya tema Hobby und Freizeit dan Essen und Trinken.

9

B.

Khalayak Sasaran Antara yang Stretegis Sasaran utama dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah para

guru bahasa Jerman Sekolah Menengah Atas, yang tergabung dalam kelompok kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran dan IGBJI Cabang Malang. Anggota yang IGBJI yang telah mengikuti kegiatan ini berjumlah 28 peserta. E. Keterkaitan Visi Jurusan Sastra Jerman adalah mewujudkan jurusan yang profesional, unggul, berwawasan internasional dan lembaga rujukan dalam bidang kependidikan bahasa dan sastra Jerman. Sedangkan Misi Jurusan Sastra Jerman adalah: 3. Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan bahasa dan sastra Jerman untuk menghasilkan tenaga dalam bidang kependidikan bahasa dan sastra Jerman yang berkualitas, peduli terhadap kemanusiaan dan berdaya saing tinggi; 4. Menerapkan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang bahasa dan sastra Jerman, untuk memberdayakan masyarakat menuju kehidupan yang lebih cerdas, sejahtera, bermartabat, serta peduli terhadap persoalan nusa, bangsa dan kemanusiaan; 5. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas kinerja Jurusan Sastra Jerman; Sejalan dengan visi dan misi tersebut, pembaharuan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan (salah satunya adalah perubahan kurikulum dalam pembelajarannya) harus terus ditingkatkan oleh pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian, tanggung jawab moral dosen sebagai salah satu bagian dari civitas akademika Jurusan Sastra Jerman Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang untuk berpartisipasi dan berperan serta dalam pengembangan dan inovasi pembelajaran bahasa Jerman di SMA demi kemajuan pendidikan Bahasa Jerman di Sekolah Menengah Atas dan untuk membekali guru dalam proses pembelajarannya untuk mencerdaskan masyarakat dan bangsa.

10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan pengabdian yang bertujuan untuk membantu para pengajar dalam

membelajarkan siswa SMA di kelas Bahasa pada matapelajaran Bahasa Jerman telah dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2008 dimulai pada pukul 08.00 14.00 WIB bertempat di ruang Mediothek Gd. E6 104 Universitas Negeri Malang (UM). Peserta yang hadir adalah sejumlah 30 guru dari berbagai SMA se-Malang raya. B. Tindakan Berikut ini dikemukakan tindakan penting dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Inside-Outside-Circle, yang pada pelaksanaan pengabdian dilakukan melalui simulasi antar sesama guru. 1. 2. 3. 4. Guru (dalam hal ini penulis) menyiapkan sejumlah pokok bahasan sesuai kebutuhan. Separuh kelas (para guru peserta kegiatan pengabdian) berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan. 5. 6. 7. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya. Guru membekali siswa dengan keterampilan berkomunikasi untuk berinteraksi dengan siswa yang lain. dengan cara mengajarkan dan melatihkan ungkapan-ungkapan penting yang diperlukan siswa

11

8. 9. 10. 11. 12.

Siswa menceritakan ulang hal yang telah dibicarakan sebelumnya mengenai gagasan ataupun pendapat temannya di dalam lingkaran tersebut di depan kelas. Guru menyiapkan latihan tambahan yang kompleks dan kreatif menurut tingkatan kemampuan dan ketertarikan siswa. Guru mengembangkan instrumen penilaian kompetensi siswa. Guru menetapkan indikator pencapaian tindakan. Guru mengembangkan format observasi untuk merekam pelaksanaan tindakan. C. Evaluasi Hasil Kegiatan Setelah kegiatan pelaksanaan pelaksana memberi kesempatan kepada peserta sebagai alat ukur keberhasilan

untuk berkomentar terhadap model pembelajaran yang telah disimulasikan. Komentar yang berhasil dikumpulkan pelaksana antara lain: 1. Peserta akan berusaha untuk menerapkan model pembelajaran ini pada kelas mereka masing-masing sesuai dengan tema yang dibahas pada hari tersebut. 2. kurikulum di SMA. Pelaksana diharapkan membuat materi dengan tema yang beragam, dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda yang mengacu pada

12

D.

Faktor Pendorong dan Penghambat Dalam pelaksanaannya ditemukan beberapa faktor pendorong dan penghambat

kegiatan ini, antara lain: Pendorong Keinginan guru untuk meningkatkan kemampuan mengajar, salah satunya dengan menggunakan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan tema yang dibahas di kelas. Jenuh menggunakan cara-cara lama dan keinginan guru menerapkan metode yang bervariasi dan lebih menarik serta dapat merangsang siswa untuk berlajar. - Keterbatasan kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran karena ruangan kelas tidak memungkinkan - Keterbatasan waktu yang ada untuk alokasi pembelajaran di kelas pada matapelajaran Bahasa Jerman. Penghambat Minimnya kesempatan guru untuk medapatkan pelatihan atau informasi tentang model-model pembelajaran terbaru.

13

BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Guru-guru yang tergabung dalam Ikatan Guru Bahasa Jerman Indonesia (IGBJI) cabang Malang memberikan respon yang sangat baik terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. (2) Kegiatan yang melibatkan peserta secara langsung dirasakan lebih mudah diserap dan dirasakan manfaatnya, khususnya untuk meningkatkan kemampuan berbicara, karena bersifat simulasi sehingga para peserta semuanya dapat terlibat. (3) Peserta mendapatkan tambahan pelatihan/ informasi tentang metode pengajaran ataupun model pembelajaran yang sebelumnya belum pernah diterapkan di kelas yaitu Kugellager. (4) Sebagian peserta masih mengalami kendala berupa penguasaan materi berbahasa. Ini dapat diatasi dengan memberikan masukan tema yang memungkinkan untuk mempergunakan model pembelajaran ini. B. Saran Dari hasil kegiatan ini dapat disarankan bahwa peningkatan kompetensi guru perlu terus dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait. Para guru bahasa Jerman diharapkan proaktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang relevan yang dilakukan agar dapat meningkatkan kemampuannya, baik kemampuan kebahasaan maupun kemampuan metodik-didaktik, serta kemampuan menggunakan media dan perangkat lain yang diperlukan untuk penerapan pengajaran dan pembelajaran yang menyenangkan.

14

DAFTAR PUSTAKALie, Anita. 2000. Cooperativ Learning: Mempraktikkan Cooperativ Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo Neuner, Gerhard. 1991. Lernerorientierte Wortschatzauswahl und vermittlung. Majalah Deutsch als Fremdsprache. Edisi 2/1991 hal: 76-83. Mnchen: Goethe Institut Richards, Jack S., Willy A. Renandya. 2002. Methodolody in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.

15

Lampiran 1Curriculum Vitae Pelaksana 1. Identitas Pribadi Nama Lengkap Tempat, Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alamat Rumah Alamat E-mail Telepon a. Rumah b. Hand Phone 2. Riwayat Pendidikan 2.1. SD 2.2. SLTP 2.3. SLTA 2.4. Perguruan Tinggi : Iwa Sobara, S.Pd. : Bandung, 28 April 1982 : Laki-laki : Jl. Terusan Surabaya No. 11 Malang : [email protected] : 0341 9983872 : 081333179032 : SDN Pas 5 (1994) : SMPN 1 M.Toha (1997) : SMAN 7 Bandung (2000) : UPI (S1, 2005)

3. SK CAPEG : 1 Juli 2006 4. SK Pegawai : 1 Agustus 2007 5. SK Fungsional : 1 Januari 2008 6. Kursus Dalam dan Luar Negeri 6.1. Kursus Bahasa Jerman Mittelstufe (ZMP) di GI Bandung (2003) 6.2. Kursus Bahasa Jerman Mittelstufe (ZMP) di GI Jakarta (2007) 6.3. Kursus Bahasa Inggris TOEFL Preparation di Fakultas Sastra, UM (2007) 6.4. Kursus Bahasa Jerman Oberstufe di Goethe Institut Jakarta (2008) 7. Penataran/Semlok/Seminar 7.1. Penataran Guru SMK se-Indonesia di P3GK Sawangan, Jakarta 7.2. Seminar Spass am Sprechen (2005) 7.3. Seminar Spass am Schreiben (2005) 7.4. Seminar Deutsch im Beruf: Tourismus di Freiburg, Jerman (2006) 7.5. Seminar Unterricht verstehen was alles dazu gehrt (2006) 7.6. Seminar Unterricht verstehen was alles dazu gehrt eine Fortsetzung (2007) 7.7. Kongres Nasional Ikatan Guru Bahasa Jerman Indonesia (IGBJI) (2008) 8. Penelitian

16

8.1. Skripsi: Lehrwerkanalyse am Beispiel des Lehrwerks Willkommen - ein Deutschlehrwerk fr den Tourismus in Indonesien (2000)

9. Pengabdian kepada Masyarakat 9.1. Pengajaran Bahasa Jerman yang Berorientasi pada Pembelajar (Lernerzentriert) 9.2. Mempersiapkan siswa SMA untuk mengikuti lomba Olimpiade Bahasa Jerman ke tingkat Dunia, di Dresden, Jerman (2008) 9.3. Juri pada lomba pidato 8 Bahasa tingkat kota Malang di SMAN 5 Malang 9.4. Memberikan kursus Bahasa Jerman pada guru-guru rutin mingguan 10. Karya Tulis 10.1 Unsur sosial-psikologis dalam roman die Leiden des Jungen Werthers karya Johann Wolfgang von Goethe dan roman die neuen Leiden des Jungen W. karya Ulrich Plenzdorf; sebuah analisis intertekstual (2006) 10.2 Unterricht verstehen was alles dazu gehrt (2006) 10.3 Deutsch lernen im Museum (majalah pembelajaran bahasa Jerman, 2008) 10.4 Multikultural di dalam Bidang Bisnis (2008) 10.5 Recherchen zu Tourismus im Internet: eine angepasste Lehr- und Lernmethode fr den Deutschunterricht an den beruflichen Fachoberschulen (2008) Malang, 12 Juni 2008

(Iwa Sobara, S.Pd.)

17

Lampiran 2 Foto Kegiatan

Peserta sedang berdiskusi materi pokok bahasan

Peserta sedang menentukan beberapa ungkapan-ungkapan penting

18

Peserta dalam kelompok kecil mendengarkan pengarahan dalam menerapkan media Schlagenleiterspiel

Peserta dalam kelompok kecil memperagakan media Schlagenleiterspiel

19

Peserta dalam kelompok kecil memperagakan media Schlagenleiterspiel

20

21