tinjauan pustaka-nefropati diabetika

5
Tinjauan Pustaka 1. Nefropati diabetes Definisi Nefropati Diabetika adalah penyakit ginjal akibat komplikasi dari penyakit Diabetes Mellitus dan menjadi penyebab utama gagal ginjal pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Nefropati diabetic merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien diabetes. Penyakit ini terjadi karenan kerusakan pada ginjal atau glomerulus. Oleh karena kerusakan ginjal, protein darah akan yang diekskresikan melalui urin akan mengalami gangguan. Pada keadaan normal albumin diekskresikan dalam jumlah sedikit dalam urin. Peningkatan kadar albumin dalam urin merupakan tanda awal adanya kerusakan ginjal pada penyakit diabetes. Penyebab utama dari nefropati diabetes adalah tidak terkontrolnya Diabetes Mellitus tipe 2. Selain itu, gejala hipertensi juga turut dipercaya sebagai salah satu penyebab dari nefropati diabetes. Oleh karena hipertensi yang tidak terkontrol pada pasien diabetes mellitus tipe 2 akan meningkatkan progresifitas dalam perjalanan penyakit komplikasi nefropati diabetik. Etiologi dari nefropati diabetic sampai saat ini belum diketahui secara pasti namun beberapa faktor resiko terkait dengan timbulnya penyakit ini. Faktor resiko yang berpengaruh dalam timbulnya nefropati diabetika antara lain Hipertensi, hiperglikemia, dan genetik. Hiperglikemia akan mengakibatkan aktivasi berbagai sitokin yang berperan dalam timbulnya penyakit yang berkaitan dengan ginjal dan komplikasi vaskuler.

Upload: jangkrik21

Post on 09-Nov-2015

224 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Tinjauan Pustaka1. Nefropati diabetesDefinisiNefropati Diabetika adalah penyakit ginjal akibat komplikasi dari penyakit Diabetes Mellitus dan menjadi penyebab utama gagal ginjal pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Nefropati diabetic merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien diabetes. Penyakit ini terjadi karenan kerusakan pada ginjal atau glomerulus. Oleh karena kerusakan ginjal, protein darah akan yang diekskresikan melalui urin akan mengalami gangguan. Pada keadaan normal albumin diekskresikan dalam jumlah sedikit dalam urin. Peningkatan kadar albumin dalam urin merupakan tanda awal adanya kerusakan ginjal pada penyakit diabetes.Penyebab utama dari nefropati diabetes adalah tidak terkontrolnya Diabetes Mellitus tipe 2. Selain itu, gejala hipertensi juga turut dipercaya sebagai salah satu penyebab dari nefropati diabetes. Oleh karena hipertensi yang tidak terkontrol pada pasien diabetes mellitus tipe 2 akan meningkatkan progresifitas dalam perjalanan penyakit komplikasi nefropati diabetik.Etiologi dari nefropati diabetic sampai saat ini belum diketahui secara pasti namun beberapa faktor resiko terkait dengan timbulnya penyakit ini. Faktor resiko yang berpengaruh dalam timbulnya nefropati diabetika antara lain Hipertensi, hiperglikemia, dan genetik. Hiperglikemia akan mengakibatkan aktivasi berbagai sitokin yang berperan dalam timbulnya penyakit yang berkaitan dengan ginjal dan komplikasi vaskuler. Hiperglikemia juga akan memicu perubahan hemodinamik, metabolism, disfungsi endotel, aktivasi sel inflamasi, perubahan faktor vaskuler yang akan mengakibatkan kerusakan ginjal lebih lanjut. Kemudian beberapa faktor genetik seperti ras, antigen Human Leukosit Antigen (HLA), dan Glukosa Transporter tertentu.Gejala klinis yang dapat ditemukan pada pasien dengan nefropati berupa sering merasa lelah, anorexia, mual dan muntah, malaise, sakit kapala, kencing yang disertai buih-buih, dan edema yang biasa terjadi pada sekitar mata. Diagnosis dari nefropati diabetic dapat ditegakkan jika terdapat kada albumin > 3o mg dalam urin 24 jam pada 2-4 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan, tanpa peyebab alminuria lainnya. (Perkeni:2011) atau proteinuria 1x pemeriksaan plus kadar kreatinin serum >2,5mg/dl.

Diagnosis Nefropati diabetik dimulai dari dikenalinya albuminuria pada penderita Diabetes. Bila jumlah protein atau albumin di dalam urin masih sangat rendah, sehingga sulit untuk dideteksi dengan metode pemeriksaan urin yang biasa, akan tetapi sudah >30 mg/24 jam ataupun >20mg/menit disebut juga sebagai mikroalbuminuria. Hal ini sudah dianggap sebagai nefropati insipien. Derajat albuminuria atau proteinuria ini dapat juga ditentukan dengan rationya terhadap kreatinin dalam urin yang diambil sewaktu, disebut sebagai albumin atau kreatinin ratio (ACR).

Perjalanan penyakit ini terdiri dari lima fase atau lima tahap. Fase 1 atau fase hiperfiltrasi dengan peningkatan GFR ditandai dengan Hiperfiltrasi: meningkatnya laju filtrasi glomerules mencapai 20-50% diatas nilai normal menurut usia, Hipertrofi ginjal, yang dapat dilihat melaui foto sinar x, Glukosuria disertai poliuria, Mikroalbuminuria lebih dari 20 dan kurang dari 200 ug/min. Fase 2 merupakan fase Silent Stage ditandai dengan Mikroalbuminuria normal atau mendekati normal (0,5gr/24j).HipertensiPenurunan laju filtrasi glomerulus.Fase End Stage Renal FailurePada stadium ini laju filtrasi glomerulus sudah mendekati nol dandijumpai fibrosis ginjal.2. Status Nutrisi SGAStatus nutrisi pasien di rumah sakit dapat diukur dengan berbagai macam metode. Sampai saat ini telah digunakan berbagai macam metode untuk mengukur status gizi seseorang. Beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengukur status gizi seseorang diantaranya antopometri dan tes laboratorium. Selain itu ada metode lain yang menggunakan atau berdasarkan amnamesis dan pemeriksaan fisik yang disebut metode Subjective Global Assesment (SGA)Penilaian status gizi pada rumah sakit merupakan hal yang esensial karena akan memberikan gambaran bagaimana status gizi pasien saat itu serta membantu mengidentifikasi perawatan yang lebih spesifik. Selain itu, manfaat mengetahui status gizi seseorang adalah menjadi suatu idikator klinis dan biokimia apakah pasien memiliki ketahanan tubuh yang baik dan melihat apakah memiliki resiko komplikasi yang lebih rendah. Salah satu cara menilai statusgizi adalah dengan menggunakan metode SGA. Metode yang digunakan untuk menentukan status gizi pada SGA adalah dengan cara menggunakan amnamesis dan pemeriksaan fisik. Teknik SGA merupakan teknik yang lebih komprehensif disbanding teknik lama yakni antopometri karena memakai pendekatan yang berbeda yakni menggunakan 2 tahap yaitu berdasarkan amnamesis dan pemeriksaan fisik. Amnamesis pada SGA terdiri dari keterangan mengenai perubahan berat badan, perubahan asupan nutrisi, gejala saluran cerna, gangguan kemampuan fungsional, dan penyakit yang dialami pasien. Sedangkan pada tahap pemeriksaan fisik yang dinilai adalah hilangnya massa otot dan lemak serta adanya asites. SGA akan menilai berdasarkan amnamesis dan pemeriksaan fisik dan menentukan apakah pasien termasuk status gizi baik, status gizi sedang atau status gizi kurang. Secara spesifik poin pertama metode SGA menilai penurunan berat badan selama 6 bulan terhakhir yang dipresentasikan berdasarkan satuan kilogram. Hasil penurunan berat badan akan dikategorikan berdasakan kecil (small) untuk penurunan BB kurang dari 5%. Kemudian, penurunan antara 5-10% berat badan dikategorikan sebagai potentially significant SGA Bahasa Indonesia

Definisi:. Cara2