kajian pustaka

24
Kajian Pustaka 1. Pengertian Anemia Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008) Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan Mentzer, 2006) Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai keadaan di mana level Hb rendah karena kondisi patologis. Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. 2. Tanda-tanda Anemia Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda Anemia meliputi: a. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L) b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat. 10

Upload: ruy-hyorin

Post on 18-Jan-2016

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kajian Pustaka1. Pengertian Anemia Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008) Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan Mentzer, 2006) Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai keadaan di mana level Hb rendah karena kondisi patologis. Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. 2. Tanda-tanda Anemia Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda Anemia meliputi: a. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L) b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat. 10 Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu sebagai berikut: 1) Gejala Umum anemia Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah: a) Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung. b) Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas. c) Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun. d) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan halus. 2) Gejala Khas Masing-masing anemia

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Pustaka

Kajian Pustaka1. Pengertian Anemia

Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin

yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi

jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008)

Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah

eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan Mentzer,

2006)

Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai keadaan di

mana level Hb rendah karena kondisi patologis.

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu penyakit di mana

kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.

2. Tanda-tanda Anemia

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda Anemia meliputi:

a. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L)

b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan

menjadi pucat.

10

Page 2: Kajian Pustaka

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi menjadi tiga

golongan besar yaitu sebagai berikut:

1) Gejala Umum anemia

Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome.

Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua

jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di

bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme

kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila

diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:

a) Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat

beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.

b) Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-

kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.

c) Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.

d) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta

rambut tipis dan halus.

2) Gejala Khas Masing-masing anemia

Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai

berikut:

Page 3: Kajian Pustaka

a) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.

b) Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)

c) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.

d) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.

3) Gejala Akibat Penyakit Dasar

Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul karena

penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia defisiensi

besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala

seperti pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.

Menurut Yayan Akhyar Israr (2008) anemia pada akhirnya menyebabkan

kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas

dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti :

a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil

lidah menghilang

b. Glositis : iritasi lidah

c. Keilosis : bibir pecah-pecah

d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.

12

Page 4: Kajian Pustaka

3. Penyebab Anemia

Menurut Tarwoto, dkk (2010) adalah:

a. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak

mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan

dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi

b. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan

makanan

c. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khusunya

melalui feses (tinja)

d. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ±1,3

mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada dasarnya gejala anemia timbul

karena dua hal berikut ini:

a. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa

oleh darah kejaringan.

b. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap Anemia.

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), Anemia Gizi Besi dapat terjadi karena:

a. Kandungan zat besi dari makanan yang di konsumsi tidak mencukupi

kebutuhan

13

Page 5: Kajian Pustaka

1) Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah: makanan yang berasal

dari hewani (seperti ikan, daging, hati, ayam)

2) Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran hijau tua, yang

walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik

oleh usus.

b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi

1) Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja, kebutuhan tubuh akan

zat besi meningkat tajam.

2) Pada masa hamil kebutuhan zat besi meningkat karena zat besi diperlukan

untuk pertumbuhan janin serta untuk kebutuhan ibu sendiri.

3) Pada penderita menahun seperti TBC.

c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. Perdarahan atau kehilangan

darah dapat menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada penderita:

1) Kecacingan (terutama cacing tambang), infeksi cacing tambang menyebabkan

perdarahan pada dinding usus, meskipun sedikit tetapi terjadi terus menerus yang

mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi.

2) Malaria pada penderita Anemia Gizi Besi, dapat memperberat keadaan

anemianya.

14

Page 6: Kajian Pustaka

3) Kehilangan darah pada waktu haid berarti mengeluarkan zat besi yang ada

dalam darah.

4. Dampak anemia

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), dampak anemia pada remaja putri ialah:

a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.

b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.

c. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.

d. Mengakibatkan muka pucat.

Menurut Reksodiputro (2004) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010), komplikasi

dari anemia yaitu: Gagal jantung kongesif; Parestesia; Konfusi kanker; Penyakit

ginjal; Gondok; Gangguan pembentukan heme; Penyakit infeksi kuman;

Thalasemia; Kelainan jantung; Rematoid; Meningitis; Gangguan sistem imun.

Menurut Moore (1997) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010) dampak anemia

pada remaja adalah:

a. Menurunnya produktivitas ataupun kemampuan akademis di sekolah, karena

tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi

b. Mengganggu pertumbuhan di mana tinggi dan berat badan menjadi tidak

sempurna

c. Daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit

15

Page 7: Kajian Pustaka

d. Menurunnya produksi energi dan akumulasi laktat dalam otot

5. Pencegahan anemia

Menurut Tarwoto, dkk (2010), upaya-upaya untuk mencegah anemia, antara lain

sebagai berikut:

a. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan,

ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua,

kacang-kacangan, dan tempe).

b. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk

meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat, dan nanas.

c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid.

d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan ke dokter

untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan.

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), mencegah anemia dengan:

a. Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan

hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran

berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).

b. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C

(daun katuk, daun singkong, bayam,

16

Page 8: Kajian Pustaka

jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan

penyerapan zat besi dalam usus

c. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah

Darah (TTD)

Menurut Lubis (2008) dalam referensi kesehatan.html, tindakan penting yang

dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain:

a. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang

cukup secara rutin pada usia remaja.

b. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas,

makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam

askorbat) untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi

minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum

susu pada saat makan.

c. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah

dengan prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1

mg/KgBB/hari.

d. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi

bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat,

multivitamin yang mengandung phosphate dan kalsium.

17

Page 9: Kajian Pustaka

e. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan

pilihan untuk skrining anemia defisiensi besi.

Menurut De Maeyer (1995) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010),

pencegahan adanya anemia defisiensi zat besi dapat dilakukan dengan tiga

pendekatan dasar yaitu sebagai berikut:

a. Memperkaya makanana pokok dengan zat besi, seperti: hati, sayuran berwarna

hijau dan kacang-kacangan. Zat besi dapat membantu pembentukan hemoglobin

(sel darah merah) yang baru

b. Pemberian suplemen zat besi. Pada saat ini pemerintah mempunyai Program

Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) pada remaja putri, untuk mencegah

dan menanggulangi masalah Anemia gizi besi melalui suplementasi zat besi

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat. Kehadiran

makanan siap saji (fast food) dapat mempengaruhi pola makan remaja. Makanan

siap saji umumnya rendah zat besi, kalsium, riboflavin, vitamin A, dan asam folat.

Makanan

Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terbanyak baik di Negara

maju maupunNegara yang sedang berkembang. Padahal besimerupakan suatu

unsur terbanyak pada lapisankulit bumi, akantetapi defisiensi besi merupakan

penyebab anemia yang tersering. Hal inidisebabkan tubuh manusia mempunyai

kemampuan terbatas untuk menyerap besi danseringkali tubuh mengalami

kehilangan besi yang berlebihan yang diakibatkan perdarahan (Hoffbrand.AV,

etal, 2005, hal.25-34 dalam kartamihardja, 2008)

Besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin, dengan berkurangnya

besi makasintesa hemoglobin akan berkurang dan mengakibatkan kadar

hemoglobin akan turun. Hemoglobin merupakan unsur yang sangat vital bagi

tubuh manusia, karena kadar hemoglobin yang rendah mempengaruhi

kemampuan menghantarkan O2 yang sangat dibutuhkan oleh seluruh jaringan

tubuh (Kartamihardja, 2008).

Remaja putri lebih rentan terkena anemia karena remaja berada pada masa

pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang lebih tinggitermasuk zat besi.

Page 10: Kajian Pustaka

Adanya siklus menstruasi setiap bulan merupakan salah satu faktor penyebab

remaja putri mudah terkena anemia defisiensi besi. Selain itu, remaja putri

biasanya sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang membatasi

konsumsi makan dan banyak pantangan terhadap makanan seperti pada diet

vegetarian(Sediaoetama, 2006).

Pengetahuan remaja putri mengenai anemia defisiensi besi dapat diperoleh

dari berbagai sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja

puteri tentang anemia defisiensi besi mayoritas diperoleh informasi dari media

(elektronik, cetak, internet) (50%), dari guru (25,5%), dari keluarga (16%), dari

petugas kesehatan (7,4%), dan dari teman (1,1%). Hal ini dapat dimaklumi karena

sumber informasi berupa media massa adalah media informasi yang cukup

berkembang dan mudah diakses sehinggan dapat kita lihat bahwa hampir sebagian

masyarakat menggunakan media (elektronik, cetak, internet) sebagai sumber

informasi. Selain itu, guru, keluarga dan teman merupakan orang terdekat bagi

individu untuk mendapatkan informasi.

Senada dengan Notoatmodjo (2005) yang mengatakan bahwa pengetahuan

dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri dan orang lain, dalam kaitannya

dengan hal ini adalah guru, keluarga, teman dan petugas kesehatan.Pengetahuan

sering diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun pengalaman yang diperoleh

dari orang lain, pengetahuan yang baik akan mendorong seseorang untuk

menampilkan sikap yang sesuai dengan pengetahuannya yang telah didapatkan.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa mayoritas remaja putri berpengetahuan

cukup (77,7%). Hal ini disebabkan karena masih kurangnya informasi yang

diperoleh remaja putri tentang anemia defisiensi besi. Hal ini dapat dimaklumi

karena memang di dalam kurikulum sekolah tidak terdapat topik yang membahas

tentang anemia ataupun anemia defisiensi besisecara khusus.

Faktor lain yang menyebabkan hal ini adalah faktor lingkungan dan

pengalaman individu itu sendiri. Lingkungan berpengaruh terhadap proses

masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. Pengalaman sebagai sumber

pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan

Page 11: Kajian Pustaka

cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan

masalah yang dihadapi masa lalu. Dari pengalaman individu akan belajar yang

dapat mempengaruhi pengetahuan (Azwar, 2005).

Tanda-tanda Anemia menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda

Anemia meliputi:

a. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L)

b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan

menjadi pucat.

Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic

syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul

pada semua jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun

sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ

target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-

gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:

a) Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat

beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.

b) Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-

kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.

c) Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.

d) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta

rambut tipis dan halus.

Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai

berikut:

a) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.

b) Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)

c) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.

d) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), Anemia Gizi Besi dapat terjadi

karena:

a. Kandungan zat besi dari makanan yang di konsumsi tidak mencukupi

kebutuhan

Page 12: Kajian Pustaka

1) Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah: makanan yang berasal

dari hewani (seperti ikan, daging, hati, ayam)

2) Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran hijau tua, yang

walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik

oleh usus.

b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi

1) Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja, kebutuhan tubuh akan

zat besi meningkat tajam.

2) Pada penderita menahun seperti TBC.

c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. Perdarahan atau kehilangan

darah dapat menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada penderita:

1) Kecacingan (terutama cacing tambang), infeksi cacing tambang menyebabkan

perdarahan pada dinding usus, meskipun sedikit tetapi terjadi terus menerus yang

mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi.

2) Malaria pada penderita Anemia Gizi Besi, dapat memperberat keadaan

anemianya.

3) Kehilangan darah pada waktu haid berarti mengeluarkan zat besi yang ada

dalam darah.

Menurut Moore (1997) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010) dampak

anemia pada remaja adalah:

a. Menurunnya produktivitas ataupun kemampuan akademis di sekolah, karena

tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi

b. Mengganggu pertumbuhan di mana tinggi dan berat badan menjadi tidak

sempurna

c. Daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit

d. Menurunnya produksi energi dan akumulasi laktat dalam otot

Menurut De Maeyer (1995) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010),

pencegahan adanya anemia defisiensi zat besi dapat dilakukan dengan tiga

pendekatan dasar yaitu sebagai berikut:

Page 13: Kajian Pustaka

a. Memperkaya makanana pokok dengan zat besi, seperti: hati, sayuran berwarna

hijau dan kacang-kacangan. Zat besi dapat membantu pembentukan hemoglobin

(sel darah merah) yang baru

b. Pemberian suplemen zat besi. Pada saat ini pemerintah mempunyai Program

Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) pada remaja putri, untuk mencegah

dan menanggulangi masalah Anemia gizi besi melalui suplementasi zat besi

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat. Kehadiran

makanan siap saji (fast food) dapat mempengaruhi pola makan remaja. Makanan

siap saji umumnya rendah zat besi, kalsium, riboflavin, vitamin A, dan asam folat

Page 14: Kajian Pustaka
Page 15: Kajian Pustaka

Daftar rujukan

Kartamihardja, 2008. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kedokteran (online). Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.(diakses 3 September 2014).

Sediaoetama, A.D. (2006). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi jilid II. Jakarta: Dian Rakyat.

Azwar, S.(2005). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Sitohang. 2012.Pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia defisiensi besi

di SMA Negeri 15 Medan. Jurnal Keperawatan (online). Vol 1, No 2. Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah. (diakses 3 September 2014)