teori belajar bermakna ausubel

8
Teori Belajar Bermakna David Ausubel PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari – hari manusia harus terus belajar, manusia itu bisa kita sebut peserta didik maka belajar hanya dialami oleh peserta didik sendiri. Peserta didik adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat peserta didik mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh peserta didik berupa keadaan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar dari suatu hal tersebut nampak sebagai perilaku belajar yang nampak dari luar. Pengertian dari belajar sangat beragam, banyak dari para ahli yang mengartikan secara berbeda-beda definisi dari belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar merupakan hal yang penting dalam bidang pendidikan. Tentu saja dalam proses belajar terdapat teori-teori yang memunculkan adanya belajar. Sejak dahulu para ilmuwan terus mengembangkan teori- teori belajar sebagai temuan mereka untuk mengembangkan pemikiran belajar mereka. Era globalisasi telah membawa berbagai perubahan yang memunculkan adanya teori-teori belajar yang baru guna menyempurnakan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Dengan bermunculnya teori-teori yang baru akan menyempurnakan teori-teori yang sebelumnya. Berbagai teori belajar dapat dikaji dan diambil manfaat dengan adanya teori tersebut. Tentunya setiap teori belajar memiliki keistimewaan tersendiri. Bahkan, tak jarang dalam setiap teori belajar juga terdapat kritikan-kritikan untuk penyempurnaan teori tersebut.

Upload: putu-novi-kurniawati

Post on 10-Jul-2016

11 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

School Work

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Belajar Bermakna Ausubel

Teori Belajar Bermakna David Ausubel

PENDAHULUANDalam kehidupan sehari – hari manusia harus terus belajar, manusia itu bisa

kita sebut peserta didik maka belajar hanya dialami oleh peserta didik  sendiri. Peserta didik adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat peserta didik mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh peserta didik berupa keadaan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar dari suatu hal tersebut nampak sebagai perilaku belajar yang nampak dari luar. Pengertian dari belajar sangat beragam, banyak dari para ahli yang mengartikan secara berbeda-beda definisi dari belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar merupakan hal yang penting dalam bidang pendidikan. Tentu saja dalam proses belajar terdapat teori-teori yang memunculkan adanya belajar.

Sejak dahulu para ilmuwan terus mengembangkan teori-teori belajar sebagai temuan mereka untuk mengembangkan pemikiran belajar mereka. Era globalisasi telah membawa berbagai perubahan yang memunculkan adanya teori-teori belajar yang baru guna menyempurnakan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Dengan bermunculnya teori-teori yang baru akan menyempurnakan teori-teori yang sebelumnya. Berbagai teori belajar dapat dikaji dan diambil manfaat dengan adanya teori tersebut. Tentunya setiap teori belajar memiliki keistimewaan tersendiri. Bahkan, tak jarang dalam setiap teori belajar juga terdapat kritikan-kritikan untuk penyempurnaan teori tersebut.

Pengertian Belajar BermaknaMenurut David P. Ausubel, ada dua jenis belajar :1.    Belajar Bermakna (Meaningfull Learning)

Belajar dikatakan bermakna bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Sehingga peserta didik menjadi kuat ingatannya dan transfer belajarnya mudah dicapai. Struktur kognitif dapat berupa fakta-fakta, konsep-konsep maupun generalisasi yang telah diperoleh atau bahkan dipahami sebelumnya oleh siswa.

Page 2: Teori Belajar Bermakna Ausubel

2.    Belajar Menghafal (Rote Learning)Bila struktur kognitif  yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka

informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini perlu bila seseorang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahui sebelumnya.

Dua Dimensi Belajar Bermakna Menurut AusubelMenurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi

pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu disajikan kepada peserta didik melalui penerimaan atau penemuan. Selanjutnya dimensi kedua menyangkut bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Jika peserta didik hanya mencoba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya, maka terjadilah belajar dengan hafalan. Sebaliknya jika peserta didik menghubungkan atau mengaitkan informasi baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna.

Empat Tipe Belajar Menurut Ausubel1. Belajar penemuan yang bermakna, yaitu informasi yang dipelajari, ditentukan

secara bebas oleh peserta didik. Peserta didik itu kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki.

2. Belajar penemuan tidak bermakna, yaitu informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik, kemudian ia menghafalnya.

3. Belajar menerima yang bermakna, yaitu informasi yang telah tersusun secara logis di sajikan kepada peserta didik dalam bentuk akhir, peserta didik kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki.

4. Belajar menerima tidak bermakna, dari setiap bahan yang disajikan kepada peserta didik dalam bentuk final. Peserta didik tersebut kemudian menghafalkannya. Bahan yang disajikan tadi tanpa memperhatikan pengetahuan yang dimiliki peserta didik.

Prasyarat Belajar Bermaknaa. Kondisi dan sikap peserta didik terhadap tugas, hendaknya bersesuaian dengan

Page 3: Teori Belajar Bermakna Ausubel

intensi peserta didik. Apabila peserta didik melaksanakan tugas dengan sikap bahwa ia ingin memahami bahan pelajaran dan mengaplikasikan bahan baru serta menghubungkan bahan pelajaran yang terdahulu, dikatakan peserta didik itu belajar bahan baru dengan cara yang bermakna. Sebaliknya bila peserta didik itu tidak berkehendak mengaitkan bahan yang dipelajari dengan informasi yang dimiliki, maka belajar itu tidak bermakna.

b. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus sesuai dengan struktur kognitif peserta didik sehingga peserta didik tersebut dapat mengasimilasi bahan baru secara bermakna. Belajar bermakna pada tahap mula-mula memberikan pengertian kepada bahan baru sehingga bahan baru itu akan terserap dan kemudian diingat peserta didik. Ia tidak menghafal asosiasi stimulus-respon yang terpisah-pisah.

c. Tugas-tugas yang diberikan haruslah sesuai dengan tahap perkembangan intelektual peserta didik. Peserta didik yang masih di dalam periode operasi konkrit, bila diberi bahan materi pelajaran yang abstrak tanpa contoh-contoh konkrit dari materi tersebut, akan mengakibatkan peserta didik itu tidak mempunyai keinginan mempelajari materi tersebut secara bermakna. Dengan demikian peserta hanya menghafal pelajaran tanpa pengertian sehingga peserta didik mempelajari dengan pernyataan-pernyataan herbal yang tidak cermat dan tepat.

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar BermaknaFaktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel

adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. 

Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi.

Kondisi-kondisi Belajar Bermakna1. Menjelaskan hubungan atau relevansi bahan-bahan baru dengan bahan-bahan

lama.

Page 4: Teori Belajar Bermakna Ausubel

2. Lebih dahulu diberikan ide yang paling umum dan kemudian hal-hal yang lebih terperinci.

3. Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan bahan lama.4. Mengusahakan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnya sebelum ide yang

baru disajikan.

Kelebihan dan Kelemahan Belajar Bermakna Ada tiga kelebihan dari belajar bermakna yaitu :1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.2. Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar

berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.3. Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang

mirip walaupun telah terjadi lupa. Kelemahan Belajar Bermakna :1. Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.2. Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal

yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama sekali baginya.

Penerapan Pembelajaran BermaknaAusubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif

peserta didik melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar peserta didik, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk peserta didik pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi. Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi peserta didik.

Pada belajar bermakna peserta didik dapat mengasimilasi pada belajar bermakna secara penerimaan, materi pelajaran disajikan dalam bentuk final, sedangkan pada belajar bermakna secara penemuan, peserta didik diharapkan dapat menemukan

Page 5: Teori Belajar Bermakna Ausubel

sendiri informasi konsep atau dari materi pelajaran yang disampaikan. Belajar bermakna dapat terjadi jika peserta didik mampu mengkaitkan materi pelajaran baru dengan struktur kognitif yang sudah ada. Struktur kognitif tersebut dapat berupa fakta-fakta, konsep-konsep maupun generalisasi yang telah diperoleh atau bahkan dipahami sebelumnya oleh peserta didik. Bruner memandang manusia sebagai pemproses, pemikir, dan pencipta informasi.

Anak harus mengubah dirinya untuk melakukan hal itu, sebagai contoh, jika seorang anak menemukan sebuah benda yang menghalangi jalan bagi mainannya (mobil-mobilan misalnya), anak tersebut menemukan penyelesaian yang membuat dirinya dapat memudahkan benda yang menghalangi itu dan mainannya dapat berjalan lagi. Asimilasi di lain pihak, adalah kemampuan anak mengubah untuk memenuhi apa yang ia imajinasikan. Anak memiliki ide apa yang ia inginkan dan memodifikasi lingkungan untuk mencapai hal tersebut. 

Ia mungkin melakukan modifikasi melalui aktifitas mental, misalnya seorang anak berumur 4 tahun menganggap sebatang sedotan minuman sebagai tongkat ajaib atau lempengan plastik dianggapnya sebagi pedang yang ampuh. Namun, dapat juga ia melakukannya dengan aktifitas fisik, misalnya seorang anak membuat rumah rumahan, sebuah arca atau sebuah candi dari pasir. Hal ini sering dihubungkan dengan bermain (play), yang sangat disukai oleh anak-anak. Memang antara asimilasi dan bermain terdapat hubungan yang sangat erat. 

Kita semua tahu bahwa anak suka bermain dan asimilasi menjelaskan mekanisme psikologis mengenai hal itu. Dalam bermain anak-anak mentransformasikan objek-objek untuk memenuhi imajinasi yang ada pada dirinya. Secara mudah dapat dikatakan bahwa asimilasi melibatkan proses transformasi pengalaman di dalam pikiran, sedangkan akomodasi melibatkan proses penyesuaian pikiran terhadap pengalaman yang baru. Pada sembarang tahapan (stage) perkembangan, akomodasi atau asimilasi salah satu untuk sementara mendominasi dan baru kemudian digantikan oleh yang lain. Akhirnya suatu keseimbangan (equilibrium) akan diperoleh (untuk tahapan tertentu) melalui proses penyeimbangan atau ekuilibrasi yang merupakan kemampuan anak untuk menyusun dan mengatur.

KESIMPULANMenurut Ausubel ada dua jenis belajar : (1) Belajar bermakna (meaningful

learning) dan (2) belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang

Page 6: Teori Belajar Bermakna Ausubel

sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah peserta didik berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna.

DAFTAR PUSTAKA

Krismanto, Al. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika.Yogyakarta.http://catatantanti.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-bandura-ausable-dan-gagne.htmlhttp://bupulenambudi.blogspot.com/2011/11/teori-belajar-bermakna-ausubel.htmlhttp://rezaliah.blogspot.com/2012/05/penerapan-teori-belajar-kognitif-dalam.htmlhttp://mtktik.blogspot.com/2012/07/pendekatan-