tafsir mahasin al-ta'wil karya al-qasimi pdf

11
Kitab Tafsir Modern dan Kontemporer Dosen Pembimbing : Dr. Abdul Rouf, Lc, MA FATHU ROZI HASRUL INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA FAKULTAS USHULUDDIN IV TAHUN AKADEMIK 2012 - 2013 TAFSIR MAHASIN AL-TA’WIL KARYA JAMALUDDIN AL-QASIMI

Upload: rulhas-sultra

Post on 23-Oct-2015

751 views

Category:

Documents


59 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tafsir Mahasin Al-Ta'Wil Karya Al-Qasimi PDF

Kitab Tafsir Modern dan Kontemporer

Dosen Pembimbing :

Dr. Abdul Rouf, Lc, MA

FATHU ROZI

HASRUL

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA

FAKULTAS USHULUDDIN IV

TAHUN AKADEMIK 2012 - 2013

TAFSIR MAHASIN AL-TA’WIL

KARYA JAMALUDDIN AL-QASIMI

Page 2: Tafsir Mahasin Al-Ta'Wil Karya Al-Qasimi PDF

TAFSIR MAHASIN AL-TA’WIL Karya Jamaluddin al-Qasimi

2

Corak Kitab Tafsir

Modern dan Kontemporer

A. PROFIL JAMALUDDIN AL-QASIMI

Nama lengkapnya adalah Syekh Muhammad Jamaluddin bin Muhammad Said bin

Qasim bin Sholih bin Ismail bin Abu Bakr al-Qasim al-Damsyiqi. Dia termasuk ulama besar

Syam (Syiria) yang Dilahirkan pada tahun 1283 H / 1866 M dan meninggal tahun 1332 H /

1914 M. Ia tumbuh dalam didikan ayahandanya sehingga memperoleh prinsip-prinsip dasar

ilmu agama dan hukum dari orangtuanya. Ia juga menerima ilmu lainnya dari ulama pada

zamannya, di antara ulama yang terkemuka ialah Syaikh al-Bakri al-Atthar dan Syaikh Abdur

Raziq al-Bithar.1

Al-Qasimi adalah Ahli hadits besar negeri Syam sebelum masa Ahmad Syakir, Bahjat

al-Baithar dan Nasruddin Al para salafus shalih serta kitab-kitab yang sesuai dengan manhaj

merek-Albani. Syaikh Al-Muhadits Ahmad Syakir adalah salah satu muridnya, beliau pernah

berkata tentang gurunya itu, “Pada saat kami menginjak dewasa, kami yang sangat ingin

berhias dengan ilmu yang benar, yaitu ilmu al-Qur’an dan al-Sunnah. Kami sangat antusias

dengan kitab-kitab a dan orang-orang yang datang setelah mereka yang berpegang teguh

dengan petunjuk kenabian. Dan mereka mengikuti dalil yang shahih tanpa disertai ta’ashub

terhadap suatu pendapat dan hawa nafsu serta tidak pula hanya taqlid buta”.2

a) Kepribadian dan Wawasan Keilmuan Jamaluddin al-Qasimi

Al-Qasimi tumbuh di tengah keluarga yang memegang teguh nilai-nilai ketakwaan

dan dikenal memiliki wawasan ilmu yang luas. Ayahnya adalah seorang fakih dan juga ahli

dalam bidang sastra. Cakrawala pemikirannya mulai terbentang di hadapannya sejak dini. Ia

melakukan berbagai kajian dalam perpustakaan pribadinya yang didirikan oleh kakeknya dan

diwariskan kepadanya dari ayahnya. Perpustakaan tersebut memuat banyak buku tentang

tafsir, hadis, fiqih, bahasa, tasawuf, sastra, sejarah, ushul, sosial-kemasyarkatan, olahraga,

hukum perbandingan, filsafat klasik dan kontemporer serta berbagai buku mengenai

kelompok-kelompok Islam dan buku-buku tentang agama lain.

Jamaluddin al-Qasimi merupakan pengagum Ibnu Taimiyah sehingga termasuk

pentolan madrasah salaf. Ia mencapai kemahiran yang luas dalam meneliti dan menguasai

keilmuannya. Hingga ia sendiri menceritakan tentang dirinya bahwa Allah telah

melimpahkan karunia-Nya. Ia mendengar shahih Muslim, baik secara riwayat atau dirayah di

satu majelis selama 40 hari; sunan Ibnu Majah selama 21 hari; Muwatta selama 19 hari dan

melihat sendiri kitab Taqrib al-Tahdzib karya Ibnu Hajar serta merevisi kesalahan yang ada

di dalamnya, memperkokoh dan mensyarahnya dari catatan yang amat sah dan ia berkata

“kitab ini saya baca diiringi dengan yang lainnya lalu aku berjuang dengan diri dan

penglihatanku hingga aku sakit mata”. Ia dituduh jadi da’I mazhab baru yang dikenal dengan

nama mazhab Jamali. Ia ditangkap dan diminta keterangan. Akan tetapi ia menjawab tuduhan

itu dan membuktikan ketidakbenarannya dan ia pun dilepaskan.3

1 Mani’ Abdul Halim Mahmud,, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir

terjemahan Faisal Shaleh dan Syahdianor dari judul asli “Manhaj al-Mufassirin” (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2006 M), Cet. I, hal. 232 2 Artikel: Biografi Ulama Sunnah, Diposkan Oleh Abu Abdillah al-Sundawi, dikutip dari Pengantar

Kitab al-Mashu’ala al-Jaurabain karya al-Qasimi, Vol. Minggu, 08 November 2009 M 3 Mani’ Abdul Halim Mahmud, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir,

hal. 234

Page 3: Tafsir Mahasin Al-Ta'Wil Karya Al-Qasimi PDF

TAFSIR MAHASIN AL-TA’WIL Karya Jamaluddin al-Qasimi

3

Corak Kitab Tafsir

Modern dan Kontemporer

Amir al-Bayan, Syakib Arsalan memujinya dan berkata: “Tersebut pada dekade akhir

ini, Jamal Damaskus dan Jamal al-Qatthar al-Syami seluruhnya dalam limpahan

keutamaannya, luas ilmunya, tajam indranya, tinggi akhlaknya dan pengetahuan yang

mumpuni. Ia tinggal dalam keutamaan dan kemuliaan hingga ia dan Syaikh Abdur Raziq al-

Bithar, dua orang alim dari pemuka ahli Syam yang ada kemiripan, sebagaimana yang

dikatakan oleh Amir Syakib dalam hal toleran terhadap makhluk, kemampuan berpikir,

agungnya cita-citanya dan melimpahnya ilmu mereka, yang memadukan antara rasio dan

wahyu, antara riwayat hadis dan pemahaman, tiada yang lebih mulia dari keduanya di masa

itu baik dibidang pemikiran. Mereka memiliki pandangan lebih jauh menembus jiwanya

dalam memahami kitab dan nash, juga dalam membedakan lafal yang umum atau yang

spesifik, disamping itu keberadaan mereka merupakan pukulan yang telak terhadap aliran

Hasywiyah, yaitu golongan al-Mujassamah dalam aqidah.

Muhammad Rasyid Ridha berkata tentang dia “Dia adalah orang alim dari Syam

yang langka, pembaru ilmu-ilmu keislaman, penghidup sunnah dengan ilmu dan amal dalam

pengajaran dan terpelajar, dalam karya dan termasuk dari lingkaran pertemuan antara

petunjuk salaf dan perkembangan yang dibutuhkan zaman. Ia seorang ahli Fiqih, Mufassir,

ahli Hadis, ahli Sastra, Seniman yang takwa dan selalu kembali kepada Allah yang memiliki

karangan melimpah dan bahasan yang diterima”. Riwayat hidup al-Qasimi tidak sepi dari

pengembaraan dan perjalanan. Ia pergi ke Mesir dan ziarah ke Madinah dan kembali ke

Damaskus. Dia menyendiri di rumahnya untuk mengarang dan menyampaikan studi, baik

yang khusus maupun yang umum di bidang tafsir, sastra, ilmu Agama, hingga Allah

mewafatkannya di bulan Rajab 1332 H. semoga Allah merahmati dan menjadikan ilmunya

bermanfaat bagi umat manusia. 4

b) Karya-karya Jamaluddin al-Qasimi

Imam Jamaluddin al-Qasimi memulai kehidupan ilmiyahnya sebagai pengajar di masa

hidup ayahnya, setelah ayahnya wafat ia menggantikan kedudukannya di Masjid Sananin

Damaskus. Ia mengembangkan semangatnya dalam keilmuan, dalam menyusun, mensyarah,

kritik dan reformasi sehingga karangannya berkembang dan karyanya yang banyak hingga

jumlahnya tidak kurang dari 80 buah, baik yang dicetak maupun yang masih berupa

dokumen asli (makhtuthat).5 Abdul Majid al-Muhtasab mengatakan juga bahwa di usianya

yang belum genap lima puluh tahun telah meninggalkan 100 karya, bahkan lebih.

Para penulis yang sezaman dengan al-Qasimi menganggap sajak dalam bidang karya

kepenulisan sebagai pesona utama. Keindahan sastra telah menjadi panutan yang senantiasa

diikuti oleh para penulis dalam karya tulis mereka. Setelah itu, berkembanglah gaya

penulisan prosa (thariqah tharassul). Muhammad Abduh adalah salah satu ulama yang

menggunakannya bahkan menganjurkan penyebarannya. Al-Qasimi merupakan pengagum

Muhammad Abduh, dia kemudian menggunakan sajak dengan prosa dalam banyak

tulisannya setelah perkenalannya dengan Muhammad Abduh pada tahun 1904 M. 6

4 Mani’ Abdul Halim Mahmud, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir

terjemahan Faisal Shaleh dan Syahdianor dari judul asli “Manhaj al-Mufassirin” (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2006 M), Cet. I, hal. 234-235 5 Mani’ Abdul Halim, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir , hal. 232

6 Abdul Majid Al-Muhtasib, Visi dan Paradigma: Tafsir al-Quran Kontemporer, judul asli “Ittijaahaat

al-Tafsir al-Ashri al-Rahim” (Surabaya: Pustaka Insan Madani, 1997 M), Cet. I, hal. 36

Page 4: Tafsir Mahasin Al-Ta'Wil Karya Al-Qasimi PDF

TAFSIR MAHASIN AL-TA’WIL Karya Jamaluddin al-Qasimi

4

Corak Kitab Tafsir

Modern dan Kontemporer

Berikut beberapa karya Muhammad Jamaluddin al-Qasimi:7

1) Mahasin al-Ta’wil Fi Tafsir Quran al-Karim

2) Faslu al-Karim fii Haqiqat audi Ruh ilal Mayyiti hina al-Kalam

3) Al-Bahsu fii Jami’il al-Qira’ati al-Utarif alaiha

4) Dalail at-Tauhid

5) Mauidzatul Mukmin min Ihya’Ulumuddin

6) Qawaid at-Tahdis Fi Funun Mutstalah al-Hadis.

B. EKSISTENSI TAFSIR MAHASIN AL-TA’WIL

Tafsir al-Qasimi, Mahasin al-Ta’wil merupakan salah satu kitab tafsir yang sangat

besar andilnya dalam pengembangan metode penafsiran al-Quran. Tafsirnya meliputi 17 juz

yang pertama kali dipublikasikan oleh darr al-ihya al-kutub al-arabiyah, Kairo. Kitab ini

diteliti oleh Muhammad Bahjat al-Baithar, salah seorang anggota Majma ail-Ilmi al-Araby

(lembaga ilmu pengetahuan Arab). Jamaluddin al-Qasimi menyusun tafsirnya setelah

berulang kali istikhara dan memulainya pada tanggal 10 syawal 1316 H.8

Al-Qasimi memberikan pengantar dalam kitab tafsirnya secara khusus dalam satu juz

awal yang berisikan kaidah-kaidah tafsir. Al-Qasimi berusaha memangun sebuah perspektif

dan meluruskan kembali tradisi tafsir agar tetap berlandaskan pada kaidah-kaidah tafsir

seperti yang ia cantumkan dalam juz pertama. Seperti ungkapan beliau dalam mukaddimanya

menyatakan:9

Setelah saya menghabiskan satu pengggalan usia saya untuk menyibak beberapa

realitas tafsir, maka saya menghentikan sepenggal waktu dalam menganalisa kedalamannya.

Saya ingin membuat sistematika dalam menelusuri para mufassir besar sebelum rahsi-

rahasianya rusak dan unsur-unsurnya punah. Untuk membuatnya, saya harus membuat

rambu-rambu. Dan untuk menganhkatnya, saya harus membuat sistematika. Sehingga saya

harus membulatkan tekad yang lemah dan meminta pertolongan dan petunjuk kepada Allah

SWT. Dalam merumuskan kaidah-kaidahnya serta penafsiran mengenai maksud-maksudnya

dalam sebuah kitab yang dengan pertolongan Allah, saya beri nama Mahasin al-Ta’wil. Saya

mengisinya dengan sesuatu yang seharusnya tidak ada semisal beberapa hasil penelitian

(tahqiq). Saya juga telah melengkapinya dengan studi yang urgen. Di dalamnya saya juga

jelaskan kandungan-kandungan rahasia. Disini saya kritik beberapa pemikiran kemudian

saya ketengahkan manfaat-manfaat yang saya temukan dari tafsir-tafsir salag klasik. Juga

keunikan-keunikan yang secara kebetulan saya temukan dari lipatan-lipatan kertas.

Termaksuk tambahan-tambahan yang saya gali dengan pemikiran saya yang dangkal. Semua

itu mengantarkan say untuk menemukan argumentasi dan memperkuat pijakan saya seputar

masalh tersebut. Inilah, saya juga melengkapi awalnya denga sebuag pengantar penting

mengenai khazanah tafsir. Mengenai kaidah-kaidah yang begitu berharga dan juga manfaat-

7 Mani’ Abdul Halim Mahmud, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir

terjemahan Faisal Shaleh dan Syahdianor dari judul asli “Manhaj al-Mufassirin” (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2006 M), Cet. I, hal. 235 8 Mani’ Abdul Halim, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir, hal. 232

9 Muhammad Jamaluddin Al-Qasimy, Tafsir Mahasin al-Ta’wil (Beirut: Darr al-Fikr, 1398 H / 1978

M) Cet II, Muddimah Juz 1, hal 5-6

Page 5: Tafsir Mahasin Al-Ta'Wil Karya Al-Qasimi PDF

TAFSIR MAHASIN AL-TA’WIL Karya Jamaluddin al-Qasimi

5

Corak Kitab Tafsir

Modern dan Kontemporer

manfaat yang begitu berbobot yang semuanya saya telah jadikan sebagai kunci untuk

membukan pintunya. Juga saluran untuk memperlanncar airnya yng dipilih oleh seorang

Mufassir untuk menyibak realitas-realitasnya serta menganalisa beberapa rahasia dan

kedalamannya.

Uraian satu juz tersendiri yang memuat sitematika dan kaidah-kaidah tafsir dalam

Mahasin al-Tawil merupakan salah satu keunikan tersendiri dari kitab tafsir ini. Dalam

muqaddimahnya ini juga Nampak bahwa al-Qasimi banyak mengutip dari a-Syatibi, Ibnu

Taimiyah, Izzuddin bin Addussalam, al-Dahlawi, Abi Amru al-Dani, Abi Ubaid al-Qasim bin

Sallam serta Hazem. Al-Qasimi tampaknya terpenagruh dengan tendensi ilmiah dalam

tafsirnya. Dia mengetengahkan sub pokok bahsan untuk menjelasakna secara detail maslah-

maslah ilmu astronomi yang terdapat dalam al-Quran serta memberinya keterangan bahwa ia

mengutipnya dari beberapa pakar astronomi.10

Kita juga menemukan bahwa al-Qasimi mengetengahkan beberapa pendapat ahli

tafsir klasik dan mengutip dari tafsir-tafsir mereka. Dia mengutip dari tafsir Ibnu Jarir al-

Thabari, al-Zamakhsyari, Raghib al-Ashfihani, Fakhru al-Rozi, Ibnu Katsir al-Damsyiqi, Ibnu

Qayyim, Abi Hayyan al-Andalusi, Ibnu Athiya al-Andalusi, al-Qurthubi, al-Baidawi dan Abi

Sa’ud. Juga beberapa Mufassir mazhab Zaidiyyah dan Burhanuddin al-Biqa’i dan

Muhammad Abduh. Bahkan al-Qasimi hampir mengutip secara tekstual penafsiran yang

dinyatakan di dalam tafsir Ibnu Katsir dan banyak pembahasan lainnya di dalam kitab

tafsirnya

Selain diatas, kita juga menemukan bahwa al-Qasimi banyak mengetengahkan

pendapat ulama di dalam kitab tafsirnya semisal al-Syafi’i, Ibnu Sa’ad, al-Farra’ pemilik

Ma’ni al-Quran al-Qadhi Abdul Jabbar, Ibnu Hazem, al-Syahrastani, al-Akbari, Ibnu

Munayyar al-Askandari, Izzuddin Muhammad bin Abdussalam, Ibnu Hajar, Ibnu Taimiyah,

Ibnu al-Qayyim, al-Suyuthi dan al-Haralli.11

C. METODOLOGI TAFSIR MAHASIN AL-TA’WIL

Tafsir al-Qasimi, Mahasin al-Ta’wil merupakan salah satu kitab tafsir yang sangat

besar andilnya dalam pengembangan metode penafsiran al-Quran, terutama upaya pemaduan

antara tafsir aliran tafsir bi al-Matsur dan tafsir bi al-Ra’yi. Syakib Arsalan berpesan kepada

seluruh generasi mmuslim yang berminat memhami syariat islam untuk tidak mendahulukan

bacaan-bacaan lain sebelum membaca kitab Mahasin al-Ta’wil.12

Sebelum kami menguraikan

lebih lanjut metodologi tafsir al-Qasimi, perlu sekilas wawasan akan metodologis tafsir dan

realitasnya.

Jamaluddin al-Qasimi dalam menyusun tafsirnya mengarahkannya agar dapat

dijadikan petunjuk dan untuk mengungkap ruh al-Quran. Dua hal inilah yang memotivasi al-

Qasimi dalam menyusun tafsirnya agar al-Quran dapat menjadi pedoman hidup dan

menjadikan hukum-hukum dan ajarannya senantiasa shalihun li kull zaman wa makan. Selain

itu, al-Qasimi memiliki metodologi yang tidak seperti dengan metodologi para mufassir

lalinnya. Metodologi tafsir al-Qasimi memberikan nuansa baru dengan perspektif untuk

10 Abdul Majid Al-Muhtasib, Visi dan Paradigma: Tafsir al-Quran Kontemporer, judul asli

“Ittijaahaat al-Tafsir al-Ashri al-Rahim” (Surabaya: Pustaka Insan Madani, 1997 M), Cet. I, hal. 37 11 Abdul Majid Al-Muhtasib, Visi dan Paradigma: Tafsir al-Quran Kontemporer, Cet. I, hal. 37-38 12 Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung: Tafakur, 2009), Cet. II, hal. 231-232

Page 6: Tafsir Mahasin Al-Ta'Wil Karya Al-Qasimi PDF

TAFSIR MAHASIN AL-TA’WIL Karya Jamaluddin al-Qasimi

6

Corak Kitab Tafsir

Modern dan Kontemporer

mengintegrasikan mazhab, metode dan corak penafsiran. Upaya ini dilakukan berdasarkan

kenyataan bahwa semua mazhab. Metode dan corak tafsir tidak bisa dilepaskan dari

kelemahan-kelemahan. Upaya pengembangan model tafsir ini dilakukan oleh beberapa

mufassir terutama mufassir periode mutaakhirin, diantaranya:13

1) Muhammad Jamaluddin al-Qasimi (1283-1332 H/1866-1914 M), tafsir Mahasin al-Ta’wil;

2) Muhammad bin Ali al-Syaukhani (w. 1250 H/1834 M), tafsir Fath al-Qadir;

3) Abu al-Tsana’ Syihab al-Din al Sayyid Muahmud al-Alusi al-Baghdadi (1217-1270

H/1802-1853 M), tafsir Ruh al-Ma’ani;

4) Ahmad Musthafa al-Maraghi (1298-1373 H/1881-1945 M), tafsir Maraghi

5) Muhammad Ali al-Shabuni, tafsir Shafwah al-Tafasir

6) Wahbah al-Zuhaeli, tafsir al-Munir

7) Abu Ali al-Fadhl bin al-Hasan alThabrasi, Majma al-Bayan fi Tafsir al-Quran

8) Muhammad Husyan Thabathabai, tafsir al-Mizan.

Integrasi aliran, metode dan corak penafsiran al-Quran merupakan perspektif baru

dalam upaya menfasirkan al-Quran yang saling melengkapi dan menunjang. Jadi elastisitas

al-Quran tidak hanya sebatas kandungannnya yang selalu sesuai dengan perkkembangan dan

tuntutan keadaan (up to date), tetapi juga elastisitas dari sisi penggunaan metode

penaafsirannya. Hal inilah yang diungkapkan Solly Lubis bahwa objeklah yang menentukan

metodologi, bukan metodologi yang menentukan objek sasaran suatu kegiatan atau usaha

ilmiah. Ketentuan ini tidak hanya berlaku bagi ilmu sosial lainnya, tetapi juga berlaku di

bidang ilmu sosial keislaman, termasuk tafsir.14

Perspektif penafsiran diatas Nampak dan diusakan oleh Jamaluddin al-Qasimi dalam

menyusun tafsirnya. Walaupun ia adalah ulama pentolan salaf, namun ia tidak menafikkan

kajian-kajian ilmu sains dalam tafsirnya agar pandangan al-Quran senanatiasa shalihun li kull

zaman wa makan sesuai harapannya dalam menulis tafsir. Uraian lanjut mengenai metodologi

tafsir Mahasin al-Ta’wil seperti dijelaskan berikut.

a) Analisa Penulisan Mahasin al-Ta’wil

Penulisan Mahasin al-Ta’wil tidak terlepas dari 4 hal berikut:15

Memuat hadis-hadis Nabi dan ia sangat mewaspasai hadis yang dha’if dan maudhu;

Memuat pendapat para sahabat;

Mengambil dari segi bahasa secara mutlak; dan

Memuat makna firman dalam ayat-ayat al-Quran dan makna syariatnya.

Al-Qasimi adalah seorang ulama hadis. Dia mempunyai kitab Qawa’id al-Tahdis min

Fununi Musthalah al-Hadis. Oleh karena itu, halaman demi halaman mahasin al-Ta’wil

hampir tidak ada yang tidak berisikan dengan hadis yang digunakan untuk memperkuat

penafsirannya. Sebagai contoh ketika mengatakan “ibadah itu ada bebera amcam dan

klasifikasi. Dimana keimanan tidak akan menjadi sempurna kecuali mempurufikasikan

seluruh ibadah sematan kepada Allah SWT”. Al-Qasimi memperkuat argumennya diatas

13 Ahmad Izzan, Metodologi ILmu Tafsir, (Bandung: Tafakur, 2009), Cet. II, hal. 230-233 14 Ahmad Izzan, Metodologi ILmu Tafsir, hal. 235-236 15

Mani’ Abdul Halim Mahmud, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir

terjemahan Faisal Shaleh dan Syahdianor dari judul asli “Manhaj al-Mufassirin” (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2006 M), Cet. I, hal. 236

Page 7: Tafsir Mahasin Al-Ta'Wil Karya Al-Qasimi PDF

TAFSIR MAHASIN AL-TA’WIL Karya Jamaluddin al-Qasimi

7

Corak Kitab Tafsir

Modern dan Kontemporer

dengan dalil naqli seperti penjelasan berikut, Al-Sunnah telah menjelaskan bahwa doa adalah

ibadah. Artinya rukun ibdah itulah yang yang terpenting dan lebih utama. Asalnya dari al-

Quran ( نكمىأستجبادعىيسبكىوقال إ ان مزن نسمتكشو عماديعم هى جهم ىسمذ مشن دا )jadi, Al-Qasimi

menyebut do’a sebagai ibadah.16

Gambaran lainnya mengenai tafsir Mahasin al-Ta’wil memuat banyak sumber tafsir,

pendapat para ulama, wawasan keilmuan selain tafsir yang sangat mewarnai tafsirnya. Oleh

karena itu, analisa penulisan tafsir mahasin al-Ta’wil kami arahkan pada kesimpulan sumber

tafsirnya, bi al-Matsur atau bi al-Ra’yi. Melihat uraian diatas dan khususnya pengakuan

penulisnya sendiri dalam muqaddimah tafsirnya maka tafsirnya dikelompokkan tafsir bi al-

Matsur. Walupun demikian, memuat juga sumber-sumber aql termasuk pendapatnya sendiri

khususnya dalam memahami ayat-ayat kauniyah. Namun hal ini adalah suatu kewajaran

karena metodologis tafsirnya seperti disebutkan sebelumnya memiliki perspektif integrasi

mazhab, corak dan metode. Ini artinya, objek ayat-ayat al-Quranlah yang akan menentukan

Arah metodologisnya. Jika berbicara ayat hukum, maka arah pembahasannya mencakup ilmu

fiqh dan ruang lingkup lainnya yang bersangkutan.

b) Analisa Penafsiran Mahasin al-Ta’wil

Imam al-Qasimi dengan kesempurnaan penelitiannya, kejelian pemahamannya, dan

jiwa amanahnya dalam mentransfer, ia menyeleksi dan mengambil pendapat yang paling baik

yang berkaitan dengan tema pembahasannya kemudian mengutipnya. Metode inilah yang

jalan dalam tafsirnya sehingga tafsirnya seperti kebun yang rimbun, tiada terlihat darinya

kecuali tanaman yang hijau dan bunga-bunga yang hijau dan semerbak mewangi,

didalamnnya tidak ditemukan apa yang menyakiti dan menggores perasaan. Tafsir ini punya

keistimewaan dalam kehati-hatiannya dan pemindahan referensi serta penerimaan yang

selektif sehingga jauh dari hadis maudhu dan dha’if.

Kerangka umum metode penafsiran Mahasin al-Ta’wil seperti berikut:17

Dibantu dengan makna-makna lughawi dan kosa kata. Hal ini iala lakukan dengan singkat

tampa memilah dan panjang ulasan;

Berpedoman pada al-Quran, Sunnah, Qaul para sahabat yang shahih dan pendapat para

Salaf al-Shaleh;

Kepeduliannya terhadap ayat-ayat yang membutuhkan uraian lebih lanjut karena dipahami

berdasarkan mazhab sehingga menjadi wahana perdebatan. Al-Qasimi mencurahkan

perhatiannya terhadap ayat-ayat semacam ini dengan menganalisa dari semua perspektif

yang ada;

Perhatiannya dalam menyebut segi-segi Qira’at serta menyeleksinya.

Melihat kerangka diatas, dapat menguatkan bahwa tafsir mahasin al-Ta’wil lebih

dominan dalam sumber-sumbernya yang matsur. Namun uraian ini kami lebih arahkan untuk

melihat langkah penfsiran Jamaluddin al-Qasimi. Menganalisa keterangan diatas, Nampak

bahwa al-Qasimi berusaha menerapakan integrasi mazhab, metode dan corak yang ia lakukan

dengan urutan mushaf dalam al-Quran.

16 Abdul Majid Al-Muhtasib, Visi dan Paradigma: Tafsir al-Quran Kontemporer, judul asli

“Ittijaahaat al-Tafsir al-Ashri al-Rahim” (Surabaya: Pustaka Insan Madani, 1997 M), Cet. I, hal. 39-40 17

Mani’ Abdul Halim Mahmud, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir

terjemahan Faisal Shaleh dan Syahdianor dari judul asli “Manhaj al-Mufassirin” (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2006 M), Cet. I, hal. 236-237

Page 8: Tafsir Mahasin Al-Ta'Wil Karya Al-Qasimi PDF

TAFSIR MAHASIN AL-TA’WIL Karya Jamaluddin al-Qasimi

8

Corak Kitab Tafsir

Modern dan Kontemporer

c) Analisa Intensitas dan Corak Mahasin al-Ta’wil

Mengenai intensitas tafsir Mahasin al-Ta’wil, dapat di analisa dengan penjelasan di

atas. Secara umum, al-Qasimi dalam tafsirnya tidak berupaya menjelaskan seluruh hal yang

bersangkutan dengan ayat yang sedang ia bicarakan. Tafsirnya hanya di arahkan untuk dapat

memetik petunjuk dari ayat-ayat al-Quran dan agar ajarannya senantiasa shalih li kull zaman

wa al-makan. Adapun penjabaran panjang yang ia cantumkan hanya sekilas ayat-ayat yang

banyak perdebatan di dalamnya. Oleh karena itu, metode tafsir Mahasin al-Ta’wil secara

umum memakai metode Ijmali. Adapun ketika ia menjelaskan ayat-ayat yang kontroversi, ia

menafsirkannya dengan metode Tahlili untuk dapat memberikan pemahaman yang jelas

kepada masyarakat serta mengeluarkan hukumnya jika diperlukan.

Berdasarkan pemahaman ini juga, dapat disimpulkan bahwa tafsir Mahasin al-Tawil

memuat banyak ayat tentang hukum karena penulisnya ketika membicarakan ayat-ayat yang

kontroversi secara tidak langsung berakhir dengan kesimpulan hukum yang dikandung oleh

ayat. Walaupun demikian orientasi utama tafsir ini ialah memenuhi tuntutan problematika

dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, kami berkesimpulan bahwa tafsir ini bercorak

al-Adab wa al-Ijtima’i, yaitu corak tafsir yang berorientasi pada sastra budaya

kemasyarakatan yang menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan langsung dengan

masyarakat, serta usaha-usaha untuk memberikan solusinya.18

Pada sisi lain, corak lain yang

menonjol dari tafsir ini ialah nilai-nilai ilmiah ketika membahas ayat-ayat kauniyah serta

dikaitkan dengan kehidupan masyarkat.

Memahami kerangkan penulis tafsir ini sendiri yang penulisnya berusaha

megintegrasikan mazhab, metode dan corak dalam tafsirnya, maka konteks ayatlah yang

menentukan arah pembahasannya seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya. Adapun

kesimpulan kami mengenai corak tafsirnya yang bersifat al-Adab wa al-Ijtima’i, ini hanya

menunjukkan dominan dan karena kebutuhan tafsirnya dalam memenuhi kebutuhan umat

yang lebih dekat dengan nilai-nilai sosial dalam kehidupan sehari-hari.

D. CONTOH PENAFSIRAN TAFSIR MAHASIN AL-TA’WIL

Berikut beberapa contoh penafsiran ayat dari tafsir Mahasin al-Ta’wil karya

Muhammad Jamaluddin al-Qasimi:

a) Surah al-Mu’minun ayat [23] 71-74

ووا لفسووت أهوو اهه الحو اتوبوو ولو وموو والرض السو نوووه بوو ف وه ه أتوهو وو ب و ه عو فو وو ض وو ذ م عل أم﴾١٧﴿ جووووتسووو ا خ ربووو فخووو ووو وه ووو خهو ووو از ن ه خهو ا إ لووو لتوووتع ه وإ نووو ﴾١٢﴿الووو ووو م سوووتم ه ص ي وإ ﴾١٣﴿ ة ن يو ؤم لال ا ع ب ولخ ب الص (١٤-١٧:الؤمن س رة)﴾١٤﴿لنو

Artinya:

Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini,

dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan

mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. Atau kamu meminta upah kepada mereka?,

maka upah dari Tuhanmu adalah lebih baik, dan Dia adalah Pemberi rezki Yang Paling Baik. Dan

sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus. Dan sesungguhnya

orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang

lurus). . (Q.S. al-Mu’minun : 71-74)

18 Quraish Syihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007), cet. I, hlm. 108

Page 9: Tafsir Mahasin Al-Ta'Wil Karya Al-Qasimi PDF

TAFSIR MAHASIN AL-TA’WIL Karya Jamaluddin al-Qasimi

9

Corak Kitab Tafsir

Modern dan Kontemporer

Tafsirnya:19

م ونمى) هىانحم ا اوا نفسمذ أهمىا مم والسضانس ويم (فمه , yakni sekiranya kebenaran yang

mereka benci seperti tauhid dan keadilan yang disampaikan Nabi Muhammad Saw.

kebenaran itu ikut hawa nafsu mereka yang bertebaran dalam kebatilan yang timbul dari

nafsu mereka yang gelap dan menggelapkan. Jika demikian adanya, hukum kausalitas ini

akan rusak karena ketergantungan hukum alam ini tiada lain kecuali pada tauhid dan

keadilan. Di sini terdapat urusan kebenaran dan peringatan atas ketinggian kedudukannya

yang tidak samar. ( ماهىبمم أ ), satu contoh dari mencela mereka dan kebenciannya, pindah dari

menegur sikap mereka ke pelarian dari apa yang digemari setiap jiwa, yaitu dari kebaikannya,

yakni sebenarnya ia bukan kebencian tetapi pelajaran bagi mereka seandainya mereka

mengambilnya sebagi pelajaran. Atau bagi kesombongan dan kebanggaan mereka karena

mereka kelak berkata “Sekiranya kami memiliki ajaran dari orang-orang terdahulu niscaya

kami menjadi orang yang ikhlas berbakti”. ( فهمى يعشضمى ), yakni berpaling dari peringatan.

Allah mengulangi lafal ركمشهى sebagai pengagungan dan disandarkan kepada mereka karena

seperti tersebut semula, dan di surat al-Anbiya : 42, Zikri Rabbihim, karena memastikan

apa yang sebelumnya ( شجماسمنهىأو ), yakni pajak dalam menyampaikan risalah, dan karena

alasan itu mereka lalu tidak beriman. ( مش سبم فخمشا ), yakni karunia dan ayat seterusnya

( .bermakna berpaling (ناكى

Al-Qasyani berkata, Sirat al-mustaqim yang didakwahkan nabi kepada mereka ialah

jalan tauhid yang memastikan untuk membuahkan keadilan dalam jiwa, adanya rasa cinta di

hati dan menyaksikan Keesaan. Sedangkan orang yang tertutupi dengan gulita dari alam

cahaya degan najis dari kesucian, sesungguhnya mereka bergelimang dalam kezaliman dan

kebencian, permusuhan dan condong pada yang berlebihan, sebenarnya mereka telah

berpaling dari jalan kebenaran maka mereka berada dalam jurang kebinasaan. Imam

Zamakhsyari berkata, “Allah telah menetapkan hujjah-Nya dalam ayat ini dan menanggalkan

alasan-alasan mereka dan mengemukakan kepada mereka bahwa nabi yang diutus kepada

mereka adalah seorang lelaki yag telah diketahui kepribadian dan keberadaannya. Telah

diberitakan baik degan jelas atau tersembunyi, ia adalah makhluk yang tepilih untuk

menyampaikan risalah dari kalangan mereka, dan risalah itu tidak ditawarkan kepadanya

hingga dakwah yang mulia ini tidak dituduh dengan kebatilan. Dan ia berserah diri padanya

untuk memperoleh urusan dunia mereka dan pemberian harta mereka. Dia tidak mengajak

mereka kecuali kepada agama Islam yang jadi siratal mustaqim serta menampakkan penyakit-

penyakit mereka yang tersembunyi, yaitu kesalahan dan kefatalan mereka dalam berpikir dan

merenungi nenek moyang mereka yang sesat tampa ada dalil yang kuat. 20

b) Surah al-Nisa ayat 3

فووت وإ ووو األخ وو لح وو طووو موووفووونح ح االهتوووم ف وو تو مس فووت فوون ور بووو وث ووث مثونوو النسوووه م ألخ تةتوعت ل ا ون ح ملحتموأوفو اح ﴾٣:النسوه ﴿توع ل األأدن ذل أي

19 Muhammad Jamaluddin al-Qasimy, Tafsir Mahasin al-Ta’wil, (Beirut: Darr al-Fikr, 1398 H / 1978

M), Cet. II, Jilid 1, Juz 2, hal 94-95 20 Muhammad Jamaluddin al-Qasimy, Tafsir Mahasin al-Ta’wil, hal 95

Page 10: Tafsir Mahasin Al-Ta'Wil Karya Al-Qasimi PDF

TAFSIR MAHASIN AL-TA’WIL Karya Jamaluddin al-Qasimi

10

Corak Kitab Tafsir

Modern dan Kontemporer

Artinya:

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim

(bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga

atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil , maka (kawinilah) seorang saja

, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat

aniaya.. (Q.S. al-Nisa: 3)

Tafsirnya:

Pembahasan penting: al-Rozi menjelaskan bahwa kaum sudda (suku kuhti yang berada di

dekat zabid, Yaman) berpendapat mengenai diperbolehkannya menikah dengan jumlah berapapun

yang dikehendaki. Mereka berargumentasi dengan al-Quran dan Hadis. Mengenai argumentasinya

dari al-Quran, mereka telah berpegang teguh terhadap ayat tersebut dengan tiga alasan, pertama;

bahwa firman Allah ( كحىا نكمىطما يمافما يم انسما ) memutlakkan semua jumlah, kedua; bahwa Firman-

Nya ( وسبما وثما يثم ) tidak layak dijadiakn sebagai takhsis terhadap keumuman ayat di atas, ketiga;

bahwa huruf (waw) di dalam ayat tersebut berfungsi untuk penjumlahan secara mutlak sehingga,

firmannya ( وسبما وثما يثم ) menunjukkan jumlah, yaitu 9. Bahkan yang benar menunjukkan jumlah

18 belas. Sebab يثم tidak menunjukkan arti 2 saja tetapi dua-dua sehingga يثم diartikan 4 dan begitu

pun seterusnya. Kemudian argumentasi hadis, ada 2 alasan; pertama; telah dinyatakan dengan

mutawatir bahwa Nabi Saw telah meninggalkan 9 istri, kedua; bahwa sunnah seseorang itu esensinya

merupakan tuntutanannya.

Al-Qasimi kemudian mengetengahkan beberapa pandangan al-Rozi yang melemahkan

pemahaman tersebut. Dia juga mengetengahkan pendapat al-Syaukhani untuk mendukung

pemahaman tersebut. Dia juga menampilakan pandangan Ibnu Abdul al-Barr untuk menilai kecacatan

hadis. Dimana Rasulullah Saw memerintahkan Ghailan bin Salamah ketika dia memeluk Islam

sementara dia mempunyai 10 istri. Rasul memerintahkannya memilih empat diantara mereka dan

menceraikan yang lain. Selain itu, ia juga menampilkan pandangan ulama seperti Imam Syafi’i, Ibnu

Abi Syaibah, al-Timidzi dal lain-lain yang menshahihkan hadis tersebut.

Dari keterangan di atas, nampak bahwa al-Qasimi mencantumkan bergam pendapat terkait

ayat tersebut dengan memberikan masing-masing argumennya. Ia tidak berpihak pada salah satu

pandangan dalam memberikan ulasannya, melainkan memberikan wewenang kepada pembaca untuk

mengambil pendapat yang dinyakininya benar. Hal inilah yang merupakan keunikan tersendiri dari

tafsirnya dengan pembahasan yang panjang lebar mengenai ayat yang banyak menjadi bahan

perdebatan. Namun pada sisi lain, ini jugalah yang menjadi kelemahan tafsir ini karena memuat

sebuah potret tentang benturan yang terus-menerus dalam tubuh Islam.21

Walaupun demikian,

al-Qasimi juga secara tegas memberikan pandangnnya mengenai problematika sosial kehidupan

masyarakat dan dalam berbagai konteks lainnya selain perdebatan yang sanagt signfikan seperti kasus

diatas. Wallahu A’lam !!!

Sekian

21 Abdul Majid Al-Muhtasib, Visi dan Paradigma: Tafsir al-Quran Kontemporer, judul asli

“Ittijaahaat al-Tafsir al-Ashri al-Rahim” (Surabaya: Pustaka Insan Madani, 1997 M), Cet. I, hal. 50

Page 11: Tafsir Mahasin Al-Ta'Wil Karya Al-Qasimi PDF

TAFSIR MAHASIN AL-TA’WIL Karya Jamaluddin al-Qasimi

11

Corak Kitab Tafsir

Modern dan Kontemporer

Daftar Pustaka

Mahmud, Mani’ Abdul Halim, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para

Ahli Tafsir terjemahan Faisal Shaleh dan Syahdianor dari judul asli “Manhaj al-Mufassirin”,

Cet. I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 M

Al-Muhtasib, Dr. Abdul Majid Abdul Salam, Visi dan Paradigma: Tafsir al-Quran

Kontemporer, terjemahan Maghfur Wahid dari judul asli “Ittijaahaat al-Tafsir al-Ashri al-

Rahim”, Cet. I, Surabaya: Pustaka Insan Madani, 1997 M

Artikel: Biografi Ulama Sunnah, Diposkan Oleh Abu Abdillah al-Sundawi, Vol.

Minggu, 08 November 2009 M

Izzan, Ahmad, Metodologi ILmu Tafsir, Cet. II, Bandung: Tafakur, 2009

Syihab, Muhammad Quraish, Membumikan al-Qur’an, Bandung: PT. Mizan Pustaka,

cet. I, 2007

Al-Qasimy, Muhammad Jamaluddin, Tafsir Mahasin al-Ta’wil, Cet II, Beirut: Darr

al-Fikr, 1398 H / 1978 M

PDF Download : http://rulbs.minus.com/luyygHcrJSW1z