studi geo-kimia permukaan untuk menunjang rencana bor pengembangan struktur kawengan

4
1 Studi Geo-kimia permukaan untuk menunjang rencana bor pengembangan struktur Kawengan Riyanto Soewarno Keteknikan Geologi – Pertamina OEP Cepu Kata kunci : Teknologi, hidrokarbon, pengembangan. INTISARI. Survey geo-kimia permukaan merupakan teknologi baru yang dapat diterapkan untuk menunjang usaha pencarian minyak dan gas bumi. Survey geo-kimia diterapkan di struktur Kawengan dengan luas area 17 km 2 . Struktur Kawengan merupakan struktur penghasil minyak terbesar di Pertamina OEP Cepu, yaitu sebesar 1671 BOPD. Dikembangkan sejak tahun 1936 dengan jumlah sumur di bor 206. Permasalahan yang timbul adalah keter batasan data bawah permukaan yang dapat menunjang usaha-usaha pengembangan lanjut ke daerah diluar tutupan, agar dapat menemukan cadangan baru. Studi geo-kimia permukaan merupakan pengukuran terhadap penguapan atau migrasi dari molekul-molekul hidrokarbon dari dalam batuan reservoar ke permukaan. Metoda yang dipergunakan adalah dengan menanam modul dipermukaan sedalam ± 60 cm dari permukaan dan ditanam selama 15 hari. Pola pemasangan dengan system gridding, jarak antar modul 200 meter (disesuaikan dengan kebutuhan). Hasil dari pengukuran geo-kimia permukaan menggambarkan pola penyebaran anomaly hidrokarbon dengan presentasi kandungan dari 0% sampai 100%. Anomali dari hasil pengukuran setelah dioverlay dengan peta struktur menunjukkan adanya pengurangan presentasi hidrokarbon pada daerah-daerah yang telah diproduksikan dan menunjukkan adanya akumulasi hidrokarbon pada daerah yang belum terserap. 1. PENDAHULUAN. Objektif dari studi geo-kimia permukaan adalah untuk mengetahui anomaly hidro karbon di struktur Kawengan dengan cara pengukuran molekul-molekul hidro karbon (C1 – C35) dipermukaan. Pengukuran meng gunakan modul yang ditanam pada keda laman ± 60 cm selama 15 hari. Molekul-molekul hidrokarbon yang diukur berasal dari kandungan hidrokarbon didalam batuan reservoar yang bermigrasi keper mukaan melalui suatu proses penguapan dari dalam tanah ke permukaan. Topik dari tulisan ini berdasarkan pada penerapan teknologi geo-kimia permukaan yang dapat menunjang usaha-usaha pencarian minyak dan gas bumi. Teknologi ini pertama diterapkan oleh Santa Fe yang bekerjasama dengan PETREX sebagai penemu teknologi tersebut. Hasil dari pengembangan lapangan yang berdasarkan pada pengukuran geo-kimia permukaan telah membawa keuntungan bagi Santa Fe yaitu dengan memperkecil tingkat kegagalan pemboran sumur. Di Indonesia teknologi ini sudah diterapkan oleh JOB Jambi Merang dan COPAREX yang bertujuan untuk menentukan luas tutupan yang mengandung anomaly hidro karbon sebagai dasar penentuan luas daerah perekaman data seismic. Di Per tamina OEP Cepu pengukuran geo-kimia permukaan dilakukan pada daerah yang telah dikembangkan atau diproduksikan, tujuannya untuk mengetahui pola penye baran hidrokarbon pada daerah yang telah diproduksikan dan peluang pengem bangan lapangan ke luar tutupan. 2. TINJAUAN LAPANGAN. Struktur Kawengan merupakan penghasil minyak terbesar di Pertamina OEP Cepu , telah dikembangkan sejak tahun 1936 oleh BPM sampai dengan sekarang. Lapisan batuan reservoar yang telah terbukti menghasilkan minyak adalah lapisan D1,D2

Upload: edwinyudhanugraha

Post on 09-Aug-2015

95 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Survey geo-kimia permukaan merupakanteknologi baru yang dapat diterapkan untukmenunjang usaha pencarian minyak dangas bumi.Survey geo-kimia diterapkan di strukturKawengan dengan luas area 17 km2.Struktur Kawengan merupakan strukturpenghasil minyak terbesar di PertaminaOEP Cepu, yaitu sebesar 1671 BOPD.Dikembangkan sejak tahun 1936 denganjumlah sumur di bor 206.Permasalahan yang timbul adalah keterbatasan data bawah permukaan yang dapatmenunjang usaha-usaha pengembanganlanjut ke daerah diluar tutupan, agar dapatmenemukan cadangan baru.Studi geo-kimia permukaan merupakanpengukuran terhadap penguapan ataumigrasi dari molekul-molekul hidrokarbondari dalam batuan reservoar ke permukaan.Metoda yang dipergunakan adalah denganmenanam modul dipermukaan sedalam ± 60cm dari permukaan dan ditanam selama 15hari. Pola pemasangan dengan systemgridding, jarak antar modul 200 meter(disesuaikan dengan kebutuhan).Hasil dari pengukuran geo-kimia permukaanmenggambarkan pola penyebaran anomalyhidrokarbon dengan presentasi kandungandari 0% sampai 100%. Anomali dari hasilpengukuran setelah dioverlay dengan petastruktur menunjukkan adanya penguranganpresentasi hidrokarbon pada daerah-daerahyang telah diproduksikan dan menunjukkanadanya akumulasi hidrokarbon

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Geo-kimia permukaan untuk menunjang rencana bor  pengembangan struktur Kawengan

1

Studi Geo-kimia permukaan untuk menunjang rencana bor pengembangan struktur Kawengan

Riyanto Soewarno

Keteknikan Geologi – Pertamina OEP Cepu

Kata kunci : Teknologi, hidrokarbon, pengembangan. INTISARI. Survey geo-kimia permukaan merupakan teknologi baru yang dapat diterapkan untuk menunjang usaha pencarian minyak dan gas bumi. Survey geo-kimia diterapkan di struktur Kawengan dengan luas area 17 km2. Struktur Kawengan merupakan struktur penghasil minyak terbesar di Pertamina OEP Cepu, yaitu sebesar 1671 BOPD. Dikembangkan sejak tahun 1936 dengan jumlah sumur di bor 206. Permasalahan yang timbul adalah keter batasan data bawah permukaan yang dapat menunjang usaha-usaha pengembangan lanjut ke daerah diluar tutupan, agar dapat menemukan cadangan baru. Studi geo-kimia permukaan merupakan pengukuran terhadap penguapan atau migrasi dari molekul-molekul hidrokarbon dari dalam batuan reservoar ke permukaan. Metoda yang dipergunakan adalah dengan menanam modul dipermukaan sedalam ± 60 cm dari permukaan dan ditanam selama 15 hari. Pola pemasangan dengan system gridding, jarak antar modul 200 meter (disesuaikan dengan kebutuhan). Hasil dari pengukuran geo-kimia permukaan menggambarkan pola penyebaran anomaly hidrokarbon dengan presentasi kandungan dari 0% sampai 100%. Anomali dari hasil pengukuran setelah dioverlay dengan peta struktur menunjukkan adanya pengurangan presentasi hidrokarbon pada daerah-daerah yang telah diproduksikan dan menunjukkan adanya akumulasi hidrokarbon pada daerah yang belum terserap.

1. PENDAHULUAN. Objektif dari studi geo-kimia permukaan adalah untuk mengetahui anomaly hidro karbon di struktur Kawengan dengan cara pengukuran molekul-molekul hidro karbon (C1 – C35) dipermukaan. Pengukuran meng gunakan modul yang ditanam pada keda laman ± 60 cm selama 15 hari. Molekul-molekul hidrokarbon yang diukur berasal dari kandungan hidrokarbon didalam batuan reservoar yang bermigrasi keper mukaan melalui suatu proses penguapan dari dalam tanah ke permukaan. Topik dari tulisan ini berdasarkan pada penerapan teknologi geo-kimia permukaan yang dapat menunjang usaha-usaha pencarian minyak dan gas bumi. Teknologi ini pertama diterapkan oleh Santa Fe yang bekerjasama dengan PETREX sebagai penemu teknologi tersebut. Hasil dari pengembangan lapangan yang berdasarkan pada pengukuran geo-kimia permukaan telah membawa keuntungan bagi Santa Fe yaitu dengan memperkecil tingkat kegagalan pemboran sumur. Di Indonesia teknologi ini sudah diterapkan oleh JOB Jambi Merang dan COPAREX yang bertujuan untuk menentukan luas tutupan yang mengandung anomaly hidro karbon sebagai dasar penentuan luas daerah perekaman data seismic. Di Per tamina OEP Cepu pengukuran geo-kimia permukaan dilakukan pada daerah yang telah dikembangkan atau diproduksikan, tujuannya untuk mengetahui pola penye baran hidrokarbon pada daerah yang telah diproduksikan dan peluang pengem bangan lapangan ke luar tutupan. 2. TINJAUAN LAPANGAN. Struktur Kawengan merupakan penghasil minyak terbesar di Pertamina OEP Cepu , telah dikembangkan sejak tahun 1936 oleh BPM sampai dengan sekarang. Lapisan batuan reservoar yang telah terbukti menghasilkan minyak adalah lapisan D1,D2

Page 2: Studi Geo-kimia permukaan untuk menunjang rencana bor  pengembangan struktur Kawengan

2

dan F yang merupakan anggota formasi Wonocolo, ditemukan pada kedalaman 100 – 300 meter. Selain itu minyak juga diproduksikan dari lapisan L1, L2, L3 dan L5 yang merupakan anggota formasi Ngrayong, ditemukan pada kedalaman 700 – 900 meter. Potensi hidrokarbon selain dari kedua formasi tersebut, saat ini telah ditemukan hidrokarbon yang berasal dari formasi Kujung dan Ngimbang pada kedalaman antara 2000 – 3000 meter. Permasalahan yang timbul saat ini adalah terbatasnya data yang ada untuk menunjang usaha-usaha pengembangan lapangan, didaerah eksisting maupun untuk men dapatkan cadangan baru di luar daerah eksisting. 3. TINJAUAN METODOLOGI.

Survey geo-kimia adalah memanfaatkan adanya penguapan molekul hidrokarbon dari reservoar kepermukaan. Hal ini telah dibuktikan oleh PETREX pada saat awal menemukan teori ini, yaitu dengan menem patkan modul di permukaan pada keda laman 60-70 cm selama 15 hari. Hasil analisa di laboratorium membuktikan adanya penguapan dari hidrokarbon yaitu dengan terditeksinya kandungan C1 – C35. Teknologi tersebut diterapkan di Struktur Kawengan yang bertujuan untuk menge tahui anomali hidrokarbon di lapangan tersebut, agar dapat mengetahui adanya peluang untuk pengembangan lapangan sehingga dapat menambah titik serap yang hasilnya dapat meningkatkan produksi. Hasil survey geo-kimia tidak dapat berdiri sendiri, namun harus di overlay dengan peta geologi dan data reservoar yang telah dievaluasi, sehingga akan menambah tingkat keberhasilan dari rencana kerja yang akan dilaksanakan. 4. HASIL DAN DISKUSI. Hasil dari pengukuran geo-kimia setelah dipadukan dengan peta geologi dan data reservoar menunjukkan adanya anomali

hidrokarbon di struktur Kawengan yang penyebarannya tidak merata. Penyebaran anomli hidrokarbon yang tidak merata tersebut diakibatkan oleh diproduk sikannya hidrokabon. Gambar.1. Pola penyebaran hidrokarbon blok I-III Gambar.2. Pola penyebaran hidrokarbon blok IV - V Berdasrkan pada data tersebut maka anomaly hidrokarbon di struktur Kawengan dapat diketahui, sehingga rencana pengem bangan selanjutnya dapat direncanakan dengan lebih baik. Gambar di bawah menunjukkan pola hidro karbon hasil perpaduan antara peta struktur dan survey geo-kimia. Gambar.3. Peta struktur dan hasil survey geo-kimia pada blok I-III. Gambar.4. Peta struktur dan hasil survey geo-kimia pada blok III-V. Potensi hidrokarbon ditunjukkan oleh tampilan warna, • Warna putih menunjukkan presentasi

kandungan C1-C35 adalah 0%. • Warna biru menunjukkan presentasi

kandungan C1-C35 adalah 20%. • Warna biru tua menunjukkan presentasi

kandungan C1-C35 adalah 40%. • Warna kuning menunjukkan presentasi

kandungan C1-C35 adalah 60%. • Warna orangre menunjukkan presentasi

kandungan C1-C35 adalah 80%. • Warna merah menunjukkan presentasi

kandungan C1-C35 adalah 100%. Hasil survey geo-kimia di blok I telah dibuktikan dengan pemboran horizontal sebanyak 3 sumur. Sumur HZ-1 di bor dari lokasi sumur KWG-55 kearah timur yaitu sumur KWG-72,

Page 3: Studi Geo-kimia permukaan untuk menunjang rencana bor  pengembangan struktur Kawengan

3

pemboran sumur horizontal ini melintasi daerah dengan presentasi 80% - 20%. Dari hasil pemboran terlihat adanya penurunan harga Rt ketika pemboran mendekati sumur KWG-72. Hal ini dapat diartikan bahwa pemboran horizontal pada bagian ujung memasuki daerah yang telah mengalami deplesi diakibatkan daerah tersebut telah terkuras oleh sumur disekitarnya. Hasil pemboran sumur HZ-1 adalah minyak sebesar 50 m3/h. Sumur HZ-2, dibor dari lokasi sumur KWG-P13 kearah utara yaitu sumur KWG-P3 atau KWG-13. Pemboran horizontal melewati daerah dengan presentasi 100%-80%, hasil pemboran pada lapisan 3 menunjukkan bahwa lapisan 3 masih mengandung minyak, hal ini ditunjukkan oleh harga Rt sekitar 37 Ohmm sepanjang ± 120 meter. Hasil produksi minyak dari sumur HZ-2 adalah 80 m3/h. Sumur HZ-3 di bor dari lokasi sumur KWG-P16 kearah barat yaitu sumur KWG-72. Pemboran melewati daerah dengan presentasi 60%-20%, hasil pemboran menunjukkan pada awal trayek horizontal lapisan 3 mempunyai harga Rt 40 Ohmm sepanjang 40 meter, namun kemudian berubah harga Rt menjadi 4 Ohmm hingga akhir pemboran. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan presentasi pola penyebaran hidrokarbon diakibatkan telah terjadi deplesi dikarenakan hidrokarbon pada daerah tersebut telah terkuras oleh sumur-sumur di sekitarnya. Hasil produksi belum konklusif, saat ini sedang dipasang pompa ESP, namun dari uji produksi sebelumnya dengan menggunakan pompa PCP menunjukkan produksi minyak dengan kandungan air 50%. Pemboran horizontal direncanakan sebelum survey geo-kimia dilakukan, namun hasil dari pemboran tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap hasil survey geo-kimia. Sehingga untuk rencana pemboran pada tahun 2001 telah dilakukan revisi atau ditinjau kembali disesuaikan dengan hasil evaluasi terpadu antara data geo-kimia. Peta geologi dan data reservoar. Hasil kajian secara terpadu juga menunjuk kan adanya potensi diluar daerah eksisting yaitu di bagian selatan dari blok IV dan di

bagian utara dari blok IV dan V. Hal ini menunjang hasil interpretasi seismic 2D, dimana dari hasil re-interpretasi seismic diperoleh hasil adanya tutupan dibagian selatan blok IV dan bagian utara blok IV dan V. Anomali hidrokarbon pada daerah tersebut berdasarkan data geo-kimia mempunyai presentasi 80%-100%. (Gambar.3 dan Gambar.4). Biaya yang telah dikeluarkan untuk survey geo-kimia dengan luas daerah penelitian sekitar 17 km2 adalah US $ 100,000, hal ini relatif murah bila dibandingkan dengan rencana seismik 3D seperti yang terlihat pada Gambar.3 dan Gambar.4 dengan harga penawaran sekitar US $ 1,600,000 untuk daerah sekitar 51 km2. Bila dibandingkan dengan seismik 3D maka survey geo-kimia lebih mudah, cepat dan murah. Waktu yang diperlukan sejak penanaman modul hingga pembuatan model sekitar 3 bulan, sedangkan untuk seismik 3D memerlukan waktu sekitar 7 bulan yaitu mulai dari persiapan hingga analisa. Hasil survey geo-kimia dapat dijadikan penunjang bagi rencana kerja yaitu dengan memberikan informasi adanya akumulasi hidrokarbon, tetapi tidak memberikan gam baran mengenai kondisi reservoar, sedangkan hasil interpretasi yang dihasilkan dari seismik 3D dapat memberikan gambaran tentang pola struktur dan pola penyebaran batuan. Hal ini sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Kedua teknologi ini satu sama lainnya dapat dipadukan sehingga menghasilkan informasi yang lebih akurat dan biaya yang murah, seperti yang dilakukan oleh JOB Jambi Meranga atau COPAREX. Dimana langkah awal yang diambil adalah melakukan survey geo-kimia untuk lebih memfokuskan daerah yang akan dilakukan survey seismic 3D, sehingga daerah-daerah yang kurang prospek tidak usah dilalui lintasan seismic 3D. 5. KESIMPULAN DAN SARAN.

KESIMPULAN. • Survey geo-kimia permukaan meng

hasilkan gambaran mengenai anomaly

Page 4: Studi Geo-kimia permukaan untuk menunjang rencana bor  pengembangan struktur Kawengan

4

hidrokarbon, sehingga akan menunjang perencanaan pengembangan lapangan.

• Survey geo-kimia permukaan merupakan teknologi baru yang baru diterapkan di JOB Jambi Merang, COPAREX untuk keperluan peren canaan lintasan seismic dan di Per tamina OEP Cepu untuk keperluan penambahan data bawah tanah.

• Survey geo-kimia yang dilakukan di struktur Kawengan adalah seluas 17 km2 mencakup daerah eksisting dan diluar eksisting, telah menghabiskan biaya sebesar US $ 100,000 untuk pelaksanaan kerja mulai awal hingga akhir selama 3 bulan.

• Hasil yang diperoleh telah dibuktikan dengan adanya pemboran horizontal, dimana dari hasil uji produksi menunjukkan hasil yang sesuai dengan hasil analisa geo-kimia.

• Survey geo-kimia hanyalah merupakan data penunjang, sehingga tidak dapat berdiri sendiri. Untuk membuat perencanaan yang matang sebaiknya didalam melakukan evaluasi harus terpadu dengan data geologi dan reservoar.

SARAN • Survey geo-kimia tepat dilakukan pada

awal perencanaan, dievaluasi secara terpadu dengan data geologi dan reservoar agar menghasilkan rencana kerja yang efektif dan efisien.

6. REFERENSI. Potter II, R.W., P.A.Harrington, A.H.Silliman, and J.H.Viellenave, 1996, Significance of geochemical anomalies in hydrocarbon exploration, AAPG Memoir 66, p.431-439.