laporan praktikum karakteristik campuran aspal dan agregat

29
Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat ( Mix – 01 ) KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL DAN AGREGAT ( MIX – 01 ) A. JADWAL PELAKSANAAN Hari / Tanggal : Senin / 3 January 2011 Waktu : 08.00 WIB – Selesai Tempat : Laboratoium Pengujian Bahan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang B. TUJUAN PRAKTIKUM a. Tujuan Umum Dapat mengetahui jumlah kadar aspal optimum yang dapat digunakan dalam suatu campuran aspal dan agregat.. Dapat menentukan komposisi yang tepat antara agregat aspal dan material pengisi (filler) dalam campuran beraspal dan dapat menentukan kadar aspal optimum yang di gunakan untuk perencanaan campuran aspal pada jalan raya. b. Tujuan Khusus 1. Dapat memahami prosedur pelakasanaan pengujian campuran aspal dengan agregat dengan baik benar. 2. Dapat menggunakan peralatan pengujian campuran aspal dan agregat dengan baik dan benar. 3. Dapat mencatat, menghitung dan menganalisa data pengujian campuran aspal dan agregat dengan metode Marshall. 4. Dapat memplotkan data – data dari hasil pencarian dengan metode Marshall kedalam grafik untuk mendapatkan kadar as[al optimum. C. REFERENSI 1. Panduan Praktikum Pengujian Bahan II 2. Bahan Ajar Bahan Bangunan II 3. Bahan Ajar Rekayasa Jalan II 4. SNI 06 – 2489 - 1991 D. DASAR TEORI 1) Jenis Campuran

Upload: agung-ry

Post on 24-Oct-2015

302 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat ( Mix – 01 )

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL DAN AGREGAT( MIX – 01 )

A.      JADWAL PELAKSANAAN Hari / Tanggal : Senin / 3 January 2011 Waktu : 08.00 WIB – Selesai Tempat : Laboratoium Pengujian Bahan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang

B.      TUJUAN PRAKTIKUM a.      Tujuan Umum

Dapat mengetahui jumlah kadar aspal optimum yang dapat digunakan dalam suatu campuran aspal dan agregat.. Dapat menentukan komposisi yang tepat antara agregat aspal dan material pengisi (filler) dalam campuran beraspal dan dapat menentukan kadar aspal optimum yang di gunakan untuk perencanaan campuran aspal pada jalan raya.

b.      Tujuan Khusus1.      Dapat memahami prosedur pelakasanaan pengujian campuran aspal dengan agregat dengan baik

benar.2.      Dapat menggunakan peralatan pengujian campuran aspal dan agregat dengan baik dan benar.3.      Dapat mencatat, menghitung dan menganalisa data pengujian campuran aspal dan agregat dengan

metode Marshall.4.      Dapat memplotkan data – data dari hasil pencarian dengan metode Marshall kedalam grafik untuk

mendapatkan kadar as[al optimum.

C.      REFERENSI1. Panduan Praktikum Pengujian Bahan II

2. Bahan Ajar Bahan Bangunan II

3. Bahan Ajar Rekayasa Jalan II

4. SNI 06 – 2489 - 1991

D.     DASAR TEORI1)      Jenis Campuran

Konstruksi perkerasan jalan lentur merupakan campuran antara aspal dengan agregat. Campuran aspal dan agregat ini lebih dikenal dengan campuran beraspal dan juga campuran beton aspal. Aspal dalam campuran bersifat sebagai perekat dan pengisi, sedangkan agregat berfungsi sebagai tulangan struktur perkerasan. Agak sulit untuk melakukan klasifikasi yangcukup tegas

Page 2: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

terhadap jenis – jenis aspal / campuran yang ada. Tidak sedikit campuran terkait perkerasannya sdan juga jenis campuran yang tergantung pada fungsinya.

Beberapa jenis campuran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :a.      Berdasarkan fungsi campuran pada struktur perkerasan

      Lapisan pondasi      Lapisan permukaan      Lapisan aus       Lapiosan tertutup

b.      Berdaskan kemampuan mendistribusikan beban      Campuran yang memiliki nilai struktural      Campuran yang tidak memuiliki nilai struktural

c.       Berdasarkan metode konstruksinya      Metode segregasi      Metode pracampur, yang terbagi atas campuran panas ( Hot Mix ), campuran hangat ( Warm

Mix ) dan campuran dingin ( Cold Mix ).

Berikut beberapa jenis campuran yang cukup dikenal di Indonesia:a.      Lapen ( Lapis Penetrasi Makadam )

Campuran antara agregat dan aspal yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci dengan gradasi terbuka dan seragam yang diikat dengan aspal dengan cara disemprotkan diatas dan dipadatkan lapis demi lapis.

Biasa digunakan sebagai lapis pondasi dan lapis pwermukaan. Jika digunakan sebagai lapis permukaan, maka perlu diberi lapisan penutup, yang merupakan leburanb aspal dengan agregat penutup.

Campuran ini mempunyai sifat kurang kedapair, kekuatan utama terletak pada sifat saling interlocking antara batuan pokok dengan batuan pengunci, memiliki nilai struktural, cukup kenyal dan memiliki permukaan yang kasar. Dapat digunakan untuk perkerasan lama dan baru serta lalu lintas ringan dan sedang. Campuran ini termasuk jenis segresi, yaitu proses pencampuran dilakukan pada saat pengahamparan.

b.      Latastirn ( Lapis Tipis Aspal Pasir )Campuran yamng memiliki / terdiri dari aspal dan pasir bergradasi menerus yang dicampurkan pada suhu minimum 120º C dan dipadatkan pada suhu minimum 120º C dan dipadatkan pada suhu 90º C - 110º C. Berfungsi sebagai lapis penutup, lapisan aus memberikan permukaan jalan yang rata dan licin. Campuran ini merupakan bentuk campuran pra campur dengan campuran panas.

c.       Buras ( Leburan Aspal )Campuran yang terdiri dari aspal leburan pasir dengan ukuran maksimum 3/8, berfungsi sebagai lapisan penutup menjaga permukaan agar tidak berdebu, kedap air, tidak licin dan mencegah lepasnya butir halus, termasuk konstruksi segresi.

Page 3: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

d.      Burtu (Leburan Aspal Satu Lapis )Campuran ini sama dengan buras,tetapi leburan ini satu lapis agregat bergradasi seragam dengan tebal maksimum 20 mm. Berfungsi menjaga permukaan agar tidak berdebu, mencegah air masuk dan memperbaiki tekstur permukaan, digunakan pada jalan yang belum atau sudah beraspal yang sudah stabil, mulai retak atau mengalami degradasi dan dapat digunakan sampai lalu lintas berat.

e.      Burda ( Leburan Aspal Dua Lapis )Burda ini merupakan p[engembangan dari Burtu, dimana lapisan aspal ditaburi dan dikerjakan 2 kali secara berurutan dengan tebal maksimal 35 mm. Berfungsi memebuat permukaan tidak berdebu, mencegh masuknya air dan memperbaiki tekstur permukaan perkerasan. Digunakan pada jalan ytang telah atau belum beraspal dan jalan tersebut telah stabil dan rata mulai retak atau degradasi dan dapat digunakan sampai lalu lintas berat.

f.        Lasbutag ( Campuran Asbuton Dingin )Campuran yang terdiri atas campuran agregat asbuton dan bahan peremaja yang tercampur, diaduk, diperam, dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan dingin ( tanpa pemanasan ). Campuran ini merupakan jenis yang memanfaatkan langsung aspal, yaitu aspal dari pulau buton ( yang disebut Asbuton ).

g.      Latasbum ( Lapis Tipis Asbuton Murni )Ini merupakan pengembangan dan memanfaatkan aspal alam asbuton melakukan ekstraksi untuk mendapatkan aspal murni dari alam atau batuan asbuton. Digunakan pada jalan raya telah n\beraspal yang telah stabil dan rata serta mulai retak dan mengalami.

h.      Laston ( Lapis Aspal beton )Campuran aspal dengan agregat bergradasi menerus dengan campuran / yang dicampurkan pada suhu minimum 115º C, dihamparkan pada suhu minimum 110º C. Berfungsi sebagai pelindung / pendukung lalu lintas, pelindung lapisan dibawahnya dari cuaca dan air, lapisan aus dan menyediakan permukaan jalan rata dan tidak licin.

i.        Laston atas ( Lapisan Aspal Pondasi Atas )Campuran ini adalah penggunaan Laston sebagai lapisan pondasi dan campuran ini terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dan di

Campur pada suhu 90º C - 120º C dan dipadatkan dalam keadaan panas. Berfungsi sebagai lapisan perkerasan dan meneruskan beban kekonstruksi dibawahnya.

j.        Laston Bawah ( Lapisan Aspal Beton Pondasi Bawah )Campuran ini terdiri dari campuran agregat dan aspal yang dicampur pada suhu minimum 80º C - 120º C dan dipadatkan pada suhu minimum 80º C. Berfungsi sebagai perkerasan yang menruskan beban padsa konstruksi dibawahnya. Dipasang pada tanah dasar yang telah stabil dan untuk mempercepat peningkatan jalan secara keseluruhan, terutama pada konstruksi bertahap.

Page 4: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

k.       Lataston ( Lapis Tipis Aspal Beton )Campuran ini menggunakan agregat bergradasi timpang, aspal dan filler yang dicampur pada suhu tertentu, tergantung pada nilai penetrasi aspal yang digunakan dan dipadatkan pada suhu minimal 148º C. Tebal padatnya antara 2,5 cm – 3 cm.

l.        Hot Rolled Aspalt HRACampuran ini adalah tipe campuran yang menggunakan agregat bergradasi senjang.Campuran ini menggunakan sedikit agregat berukuran sedang ( 2,36 m – 10 mm ) dan matriks material halus dan aspal serta sedikit agregat kasar ( biasanya ukuran normal 14 mm ).

m.    Stone Mastis Aspalt ( SMA )Campuran SMA bergradasi kasar, seperti aspal Porous tetapi rongganya terisi mortar agregat halus/filler/aspal. Hasilnya adalah suatu campuran bergradasi senjang dengan ketahanan terhadap air dan memiliki durabilitas tinggi.

Dari sekian banyak tipe-tipe campuran aspal dan agregat yang paling umum campuran aspal beton ( Asphatic Concrete) yang dikenal dg AC atau laston dan campuran hot Rolled Asphalt (HRA) AC merupakan susunan gradasi yang continue dari mutu material mutu tinggi yang dicampur panas. Agregat yang lebih kecil mengisi ruang antar agregat yang lebih besar, membenttuk struktur granular yang padat dengan void yang sangat kecil HRA adalah sand base mixture yang padat, kedap dan bergradasi timpang, karena ada ukuran ada ukuran butir yang tidak terdapat dalam campuran. Sedangkan ukuran agregat halus cukup banyak, maka agregat kasar seolah-olah mengambang.

Perbandingan sifat-sidat yang penting antara AC dan HRA

No Campuran AC Campuran HRA1.234567891011

Kedap airFleksibilitas rendahKeawetan kurangFatique resistance baikSensitif thd Variasi campuranPola Pemadatan sangat sukarKontrol terhadap VIM tinggi.Nilai struktur tinggi (kekuatan struktur )Nilai kekerasan tinggiGradasi menerusLapisan harus tebal

Kedap airFleksibilitas TinggiKeawetan tinggiFatique resistance baikKurang sensitifMudah PemadatanVIM tidak begitu kritisNilai kekuatan struktur rendahNilai kekerasan rendahGradasi timbangDapat dihampar dalam Lapisan tipis.

2)      Kinerja campuran aspal dan agregat

Page 5: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

Campuran aspal dan agregat untuk perkerasan jalan yang biasanya disebut sebagai aspal beton merupakan suatu bahan lapis perkerasan jalan yang terdiri dari campu-

ran agregat kasar, agregat sedang dan agregat halus serta bahan mineral lainnya sebagai pengisi / filler dengan aspal sebagai bahan pengukat dalam perbandingan yang proporsional dan teliti serta diatur dalam perencanaan campuran.

Tahapan yang perlu diketahui dalam perencanaan campuran beraspal adalah :      Melakukan pemeriksaan terhadap aspal yang akan dipakai. Pemeriksaan viskositas dan

berat jenis aspal. Viskositas diperlukan untuk menentukuan suhu campuran maupun suhu

pemadatan.      Melakukan spesifikasi gradasi agregat yang akan dipakai yaitu suatu besan persentase

agregat yang lewat suatu saringan dengan ukuran tertentu.      Melakukan pemeriksaan mutu agregat yang akan dipakai.

      Menentukan kombinasi beberapa fraksi agregat sehingga mendapatkan gradasi

campuran yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan karena pada umumnya agregat yang

akan dipakai terdiri dari beberapa fraksi.      Jika mutu bahan sudah terpenuhi dan harga viskositas dari aspal serta kombinasi fraksi

sudah diketahui, kemudian dibuat campuran agregat dengan berbagai kadar aspal

selanjutnya dilakukan percobaan marshall guna menentukan flow dan stabilitas campuran

beraspal.

      Syarat – syarat utama aspal beton yang bermutu baik adalah :

1.       Campuran harus mempunyai nilai stabilitas yang cukup yaitu harus sanggup menahan

beban lalulintas tanpa terjadinya deformasi dalam bentuk jejak roda ( Rutting ) atau rusak

bergelombang akibat dorongan beban roda kendaraan ( Pushing )

2.       Campuran tidak boleh retak – retak artinya harus mampu menahan lendutan ( Derection )

yang mungkin timbul terhadap lapisan hamparan atau permukaan tanpa mengalami

kerusakan.

3.       Campuran harus dapat bertahan lama ( Durable) artinya tidak rusak atau aus dibawah

beban lalulintas dan kondisi cuaca.

4.       Campuran harus cukup kekerasannya ( Skid Resistance ) dan harus tetap seperti

sedemikian selama masa pelayanannya.

5.       Harus cukup ekonomis dalam artian murah namun kuat.  

Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran agregat  adalah

1.       Stabilitas

Stabilitas yaitu kemapuan campuran aspal sebagai bahan perkerasan untuk menahan

deformasi akibat beban lalu lintas tanpa terjkadi perubahan seperti gelombang, alur ataupun

Bleeding. Kebutuhan akan stabilitas sejalan denagn jumlah lalu lintas dan beban kendaraan

Page 6: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

yang lewat. Kekuatan atau stabilitas ini diharapkan dari sifat paling kuno ( Interkocking )

antar agregat penyusunnya, kelekatan yang disumbangakan oeh aspal dan adanya mortar.

Dengan demikian stabilitas  yang tinggi dapat diperoleh denang cara mengusahakan :

-          Agregat dengan gradasi yang rapat ( Dense Graded )

-          Agregat dengan permukaan kasar

-          Agregat berbentuk kubus

-          Aspal dengan penetrasi rendah

-          Aspal dengan jumlah yang mencukupi untuk ikatan antar butir

Yang perlu diperhatiakan adalah bahwa memaksimalkan nilai stabilitas akan

menyebababkan penurunan kinerja campuran lainnya. Pengukuran stabilitas dilakukan

melalui pengujian skala laboratorium yang dinamakan Marshaal Test.

Stabilitas:  S     =  Kuat tekan

Dalam perkerasan jalan stabilitas yang diharapkan adalah stabilitas yang memadai artinya

tidak terlalu tinggi tidak juga terlalu rendah.

                                                                                                                                                    

                                                              :  Fc'   =  Flexural Streigh

          

Page 7: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

Sumber kekuatan berbagai jenis campuran :

-          Asphaltic Concrete                    : Kekuatan bersumber pada interlocking

  agregat

-          Hot Rolled Asphalt                     : Kekuatan bersumber pada mortal campuran

-          Split Mastic Asphalt   : Kekuatan pada mortal campuran

-          Macadam                                      : Kekuatan diperoleh pada pelaksanaan

2.       Durabilitas

Durabilitas adalah ketahanan suatu campuran terhadap disintegrasi karena beban lalu lintas

dan berbagai faktor lingkungan ( cuaca, air dan perubahan suhu ). Makin besar besar

potensi terhadap berbagai agregat, makin besar durabilitasnya. Aspal menyelimuti agregat

dalam bentuk film aspal untuk melindungi dari air, sehingga air tidak dapat masuk kedalam

agregat.

Aspal juga mengisi rongga udara, sehingga rongga udara berkurang dan menghindari

terjadinya proses oksidasi yang dapat menyebkan aspal menjadi rapuh dan getas. Namun

ada batasan minimum rongga udara terisi aspal untuk menghindari terjadinya Bleeding.

Durabilatas dapat menurun disebabkan oleh :

: Udara, panas, air/uap air ( oksidasi )

: Aspal, agregat ( kehancuran secara mekanis ) 

Faktor yang mempengaruhi durabilitas aspal beton adalah :

a.       VIM (Void in Mineral Mixture ) atau rongga dalam campuran kecil sehingga lapis kedap air

dan udara tidak masuk  kedalam campuran yang menyebabkan terjadinya oksidasi dan

aspal menjadi rapuh / getas

b.       VFA (void in mineral agregat ) atau rongga dalam agregat, dalam suatu campuran aspal

yang telah dipadatkan termasuk didlam nya rongga yang terdidri aspal efektif. Jika VMA

besar maka film aspal dapat dibuat tebal.

Page 8: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

Untuk memaksimalkan durabilitas dilakukan dengan cara :    Campuran aspal beton mempunyai kandungan aspal yang cukup untuk menyelimuti

semua agregat.    Aspal yang cukup untuk mengisi ruang udara diantara agregat ( Kedap air )

    Flow ( kelelehan ) perubahan bentuk platis suatu campuran yang terjadi akibat beban

sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01 ”    VFB ( Void filled with bitumen ) rongga terisi aspal, bagian dari rongga volume didalam

agregat (VMA ) yang terisi aspal efektif dinyatakan dl dalam % VMA

Ketahanan diharapkan meningkat dengan adanya proteksi aspal terhadap agregat yang

makin besar.untuk memaksimumkan  durabilitas dilakukan dengan cara :

a.       campuran aspal beton mempunyai kandungan aspal yang cukup menyelimuti semua

partikel agregat.

b.      Aspal yang cukup untuk mengisi  ruang udar diantara agregat.

3.       Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah campuran beraspal sebagai bahan perkerasan menahan lendutan tanpa

terjadi retak dan perubahan volume.

Fleksibilitas suatu campuran dapat diperoleh dengan :

a.       Penggunaan agergat bergradasi senjang sehingga memperoleh VMA ynag besar

b.      Penggunaan aspal lunak (penetrasi yang tinggi)

c.       Penggunaan aspal yang cukup banyak ,sehingga diperoleh VIM ynag kecil

Untuk memaksimalkan fleksibilitas, harus digunakan dengan gradasi terbuka     ( Open

Groded ), karena itu harus kompromi dengan stabilitas campuran, dimana campuran yang

menggunakan agregat bergradasi terbuka yang stabil dibandingkan dengan campuran yang

menggunakan bergradasi rapat.

                Fleksibilitas suatu campuran beraspal dapat dinilai dengan menggunakan

rasioantara stabilitas Marshall dengan kelelehan ( Flow ), yang dikenal dengan nama

Marshall Questient. Semakin besar MQ semakin kaku campuran dan sebaliknya

4.       Kedap air

                Kemampuan permukaan perkerasan untuk menahan rembesan air kedalam

perkerasan, permukaan perkerasan dapat kedap air, dilakukan dengan cara :

a.       Menggunakan gradasi tepat

b.      Manambah kadar aspal

6.       Kekerasan (skid Resistence )

                Adalah kemampuan permukaan lapis keras untuk menghindari kendaraan yang

melalui diatasnya agar tidak terjadi bleding / sleping ( tergenlincir ) keluar saat permukaan

basah, nilai kerekatan yang tinggi dapat diperoleh dengan cara :

a.  Menggunakan agregat yang miknoteklstur tinggi dan nilai abrasi rendah.

Page 9: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

b.  Membuat kondisi permukaan mempunyai mikroteksture tinggi misalnya dengan menambah ”

hipping”

7.  Kelemahan  ( Fatique resistence )

      Adalah  kemampuan pekerasan untuk mendukung beban (load resistance )

Dari beban lalu lintas tanpa mengalami retak. Nilai Fatique resistence dapat dinaikan

dengan cara :

a.       Memperingat kadar aspal

b.      Mempertebal lapis permukaan

c.       Memperkecil rongga terhadap campuran

      Beberapa cara menentukan kadar aspal dalam campuran :

1.       Metode Luas permukaan

a.       Cara California

P   =  0,015 a + 0,036 b + 0,17 c + C

Dimana  : 

      P  =  Persentase aspal dalam campuran dalam perbandingan berat

      s   =  Persentase agregat tertahan # 10 mm

      b   =  Persentase agregat lolos # 10 mm tertahan # 200 mm

      c   =  Persentase agregat yang lolos # 200 mm

b.      Cara Myoming

P   =  1,3 ( 0,015 a + 0,036 b + 0,17 c )

c.       Cara lain menurut persamaa

P   =  S × K × T

Dimana  : 

P  =  Persentase aspal yang diperlukan

S  =  Faktor koreksi, karena butiran berbeda

         S  =  2,65 / U

                                   K  =  Faktor koreksi karena diperlukan untuk   menyelubungi seluruh

                                  Luas permukaan butiran

2.       Percobaan Laboratorium      Percobaan Marshall

      Percobaan Hven

Parameter Campuran SNI BS AI

Density

Stabilitas

Flow

VIM

Page 10: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

VMA

MQ

VFA

CAD

IP

SNI   =  Standar Nasional Indonesia

BS     =  British Standar

AI      =  Aspalt Institute

3.       Kadar aspal optimum dengan metode marshall

            Beberapa persyaratan  teknis dan ekonomis sebagai berikut :

a.       Cukup jumlah aspal untuk menjamin keawetan pekerasan .

b.      Cukup stabilitas sehingga dapat menerima beban lalu lintas  tanpa     mengalami  dan

terjadinya perubahan bentuk ( deformation )

c.       Cukup rongga dalam total campuran untuk memungkinkan  tambahan pemadatan

dilapangna akibat beban lalu lintas.

d.      Cukup fleksibel sehingga  memungkinkan perubahan bentuk tanpa terjadi retakan.

Fungsi aspal dalam campuran adalah sebagai perekat ( hinder ) dan pengisi        ( filler ).

Dengan fungsi ini maka jumlah aspal dalam campurannya terlalu sedikit akan

mengakibatkan kurang berfungsinya sifat perekat dan pengisi yang akan mengakibatkan

berkurangnya ikatan antara agregat ( Interlocking ) dan massa dan masuknya air dalam

rongga. Sedangkan jumlah air yang berlebihan akan menyebabkan Bleeding yang dengan

gesekan ban roda kendaraan memprcepat pengelupasan dari agregat dan aspal dari

agregat sehingga terjadi lubang dan berkurangnya ikatan antar agregat.

Pada umunya, prosedur perencanaan dan pengawasan campuran aspal dan agregat

dengan metode Marshall. Proses perencanaan dimulai memilih spesifikasi ( Spek )

campuran, yaitu gradasi yang harus dignakan serta jenis aspal.

Proses selanjutnya adalah  pembuatan benda uji yang diikuti oleh pemadatan. Disarankan

paling sedikit 5 variasi kadar aspal, dan aspal setiap kadar aspal tersebut dibuat 3 benda uji

pemadatan benda uji dalam hal ini menggunakan metode Marshall, dinyatakan dalam

jumlah tumbukan yang diketahui kenaikan pada uji tersebut. Jumlah tumbukan didasarkan

pada dalam jumlah tumbukan.

Sebelum pengujian Marshall Test, terlebih dahulu dilakukan pengujian berat isi dan berat

jenis untuk dapat menghitung kandungan rongga dalam aspal.

Tabel : Kriteria perencanaan campuran aspal beton ( Bina Marga )

Sifat CampuranLalu lintas berat

( 2 x 75 tumbukan )

Lalu lintas sedang

(2x50 tumbukan )

Lalu lintas ringan

( 2 x 35 tumbukan )

Min Maks Min Maks Min Maks

Stabilitas ( kg ) 550 - 450 - 350 -

Page 11: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

Keleleahan (mm)

Stabilitas ( kg/mm )

Rongga udara campuran

(%)

Indeks perenadaman (%)

2

200

3

75

4

350

5

-

2

200

3

75

4,5

350

5

-

2

200

3

75

5

300

5

-

                 Sebelum melakukan pengujian marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian berat

isi dan berat isi dan berat jenis untuk menghitung kandungan rongga didalam campuran

untuk penggambaran, kurva marshall sebaiknya kalau manual menggunakan mistar yang

lentur ( fleksible ), jangan pakai yang kaku.

Keuntungan dari metode Marshall :      Dapat digunakan untuk campuran perencanaan pada kondisi yang berbeda – beda

dengan cara sederhana.      Bahan – bahan yang digunakan akan dapat dipertimbangkan sekalipun dibawah mutu

standar.      Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan untuk mengontrol sesuatu yang direncanakan

                 Kerugian Metode Marshall :      Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk satu jenis campuran.

      Tidak dapat digunakan setiap umum pada setiap campuran.

      Alat – alat labor yang digunakan harus dengan ketelitian dan ditangani tenaga ahli.

      Tempertaur percobaan reletif tinggi.

                 Adapun langkah – langkah metode Marshall :

1.       a = % aspal

2.       b = % aspal terhadap campuran

3.       c = berat setelah dicetak

4.       d = berat benda uji dalam keadaan jenuh

5.       e = berat benda uji dalam air

6.       f = berat jenis ( d-c)

7.       g = Berat jenis benda uji ( f – c )

8.       Kepadatan agregat yang dipadatkan ( Sn )

Sn  =  

9.       Persen rongg terhadap campuran ( VMA )

10.   Berat jenis campuran Max Teoritis

Page 12: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

=  

11.   Persen rongga terhadap campuran ( VMA )

=  100 – 100 × ( h / j )

12.   Persen rongga terhadap agregat ( VIM )

=  

13.   Persen rongga terisi aspal

=  

14.   Faktor koreksi sampel ( lihat tabel koreksi )

15.   Bacaan Stabilitas

16.   Bacaan Stabilitas setelah koreksi

=  o  ×  n

17.   Flow ( mm )

18.   MQ ( kg/ml )

19.   Bj Bulk Agregat Gabungan

=  

20.   Bj Efektif Agregat Gabungan

=  

21.   Berat jenis aspal

E.      PERALATAN DAN BAHAN1. Peralatan

  Cetakan berdiameter 10,16 cm dan tinggi 7,62 cm lengkap dengan pelat atas dan leher sambung  Mesin penumbuk manual dan Mekanis yang mempunyai permukaan rata yang berbentuk slinder

dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45, 7 cm  Landasan pemadat terdiri dari balok katu ( jati/ sejenisnya )  Alat pengeluar benda uji

Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah alat akstruder yang berdiamter 10 cm

  Alat Marshall  Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memvariasi sampai 200 o c ( + 3o-C)  Waterbath

Page 13: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

  Timbangan digital dan timbangan biasa  Metal Thermometer

B erkapasitas 250oc dan 100oC dengan ketelitian 1 % dari kapasitasnya.  Panel  Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.  Sendok Pengaduk  Spatula  Sarung tangan  Masker  Kantong plastik ukuran 2 kg  Kuali  Kompor gas

2. Bahan

      Aspal      Agregat halus dan kasar berdasarkan spek yang diigunakan sebanyak ± 1200 gr ( untul 1 benda

Uji )      Air Suling

F.       KESELAMATAN KERJA1. Memakai pakaian praktek selama praktikum.

2. Membaca referensi terlebih dahulu sebelum memulai praktikum.

3. Menggunakan peralatan sesuai dengan fungsinya berdasar petunjuk prosedur dan petunjuk Pembimbing praktikum.

4. Guinakan sarung tangan pada saat melakukan pengujian.

5. Periksalah keadaan peralatan pengujian sebelum digunakan.

6. Bersihkan peralatan dan ruang kerja setelah selesai praktikum.

G.     PROSEDUR PELAKSANAAN1. Analisa saringan

a.      Keringkan agregat pada suhu 105oC – 110 oC, minimum selama 4 jam, keluarkan dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap.

b.      Pisah-pisahkan agregat kedalam fraksi-fraksi yang dikehendaki ( sesuai spek) dengan cara penyaringan. Spek yang digunakan adalah spesifikasi campuran Bina Marga No. IV Menyiapkan agregat sesuai saringan dibawah ini      Berat tertahan 19,1 ( ¾ ” )       Berat tertahan 12,7 ( ½ ” )       Berat tertahan 9,52 ( 3/8” )       Berat tertahan 4,76 ( no 4 )       Berat tertahan 2,36 ( no 8 )       Berat tertahan 0,59 ( no 30 )      Berat tertahan 0,28 ( no 50 )       Berat tertahan 0,15 ( no 100)

Page 14: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

      Berat tertahan 0,074 ( 200 )c.       Menyiapkan 30 kantong plastik serta timbangan.d.      Memasukkan agregat kedalam kantong plastilk dengan takaran seperti yang diatas dibagi dengan

30 / takarane.      Lakukan penyaringan tersebut hingga didapatkan agregat dengan ukuran sesuai spek sebanyak yang

diinginkan.f.        Untuk mengetahui beberapa banyak agregat yang dibutuhkan maka caranya :

      Lihatlah tabel spesifikasi campuran yang digunakan (No.IV)      Jumlah batas gradasi masing-masing ukuran saringan kemudian dibagi dengan dua, sehingga

didapatkan % lolo untuk tiap-tiap saringan.g.      Setelah semua agregat dimasukkan dalam kantong hingga menjadi 30 bagian, maka ikat kantong

plastik dengan rapi. Berat masing – masing kantong berisi agregat 1200 gr.

2. Penimbangan Benda Uji

1.      Benda Uji yang telah dipisahkan sesuai ukurannya kemuidian ditimbang mulai dari ukuran terbesar sampai terkecil ( termasuk filler) sebanyak 1200 gr.

2.      Masukan hasil penimbangan kedalam satu kantong plastik ukuran 2 kg, kemudian ikat dengan karet gelang

3.      Buatlah benda uji sebanyak sampel yang dibutuhkan ( 30 buah + 5 sebagai dangan )3. Pencampuran

a.      Setelah semua bahan untuk campuran selesai disediakan denga dihitung tadi ( sebanyak 1200 gr dengan gradasi tertentu ).

b.      Sambil menunggu agregat dipanaskan maka timbang cawan kosong ( b ). Suhu pemanasan agregat adalah 178º C.

c.       Setelah itu maka masukkan agregat kedalam wadah lalu timbang ( e ).d.      Panaskan lagi cawan berisi agregat hingga mencapai suhu pencampuran 178º C.e.      Setelah itu, hentikan pemanasan tungku dan siramkan aspal sebanyak 5,5 gr kedalam wadah tadi

sambil diaduk terus. Jaga suhu agar tidak turun yang akan mengakibatkan aspal mengeras. Jaga sampel sampai suhu pencampuran mencapai 1723º C. Aspal yang disiramkan terlebih dahulu sudah dipanaskan.

f.        Setelah suhu 172º C maka lakukan pemadatan benda uji.

4. Pemadatan Benda uji

a.      Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu 172º C.

b.      Letakkan cetakan diatas landasan pemadatan dan tahn dengan penahan cetakan.c.       Letekkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah digunting menurut ukuran

cetakan kedasar cetakan . Jangan lupa mengoleskanoli pada cetakan dan kertas agar aspal tidak melekat.

d.      Masukkan seluruh campuran kedalam cetakan dan tusuk – tusuk campuran keras – keras dengan spatula yang dipanaskan 15 kali sekeliling pinggiran dan 10 ali ditengah.

Page 15: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

e.      Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 2 kali 75 tumbukan ( untuk laliu lintas berat ). Dengan tinggi jatuh 457,2 mm selama pemadatan usahakan tumbukan tegak agar benda uji terbentuk dengan baik.

f.        Lepaskan plat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji dibalikkan dan pasang kembali plat alas berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi.

g.      Tumbuklah dengan jumlah tumbukan yang sama sesuai terhadap permukaan benda uji yang sudah dibalikkan tersebut.

h.      Lepaskan kepingan alat dan pasnaglah alat pengeluar benda uji pada permukaan ujungnya.i.        Keluarkan dengan hati hati dan letakkan benda uji diatas permukaan rata dan biarkan selama ± 24

jam pada suhu ruang.j.        Dinginkan dengan kipas angin bila diperlukan.k.       Setelah dingin maka keluarkan benda uji dari cetakan dengan bantuan Extruder lalu ukur dimensi

benda uji Marshall tersebut.

5. Pengujian Campuran

                          I.      Pengujian Volumetrika)      Pengujian berat jenis campuran  Timbang benda uji kering sehingga dapat berat benda uji kering ( BK ).  Rendam benda uji dalam bak perendam pada suhu 25º C selama 3 menit kemudian lap permukaannya

lalu timbang maka dapat berat SSD.  Kemudian timbang benda uji didalam air timbangan pegas.  Hitung tebal benda uji dengan menggunkan jangka sorong.

                        II.      Pengujian Marshall  Rendam benda uji dalam bak perendam selama 30 menit dengan suhu tetap 60º C untuk benda uji

yang menggunakan aspal padat.  Keluarkan benda uji dari bak perendam dan letakkan kedalam segmen bawah kepada penekan dengan

catatan waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari bak perendam sampai terjadinya beban maksimal tidak boleh lebih dari 30 detik.

  Pasang segmen diatas benda uji dan letakkannya keseluruhan kedalam mesin penguji.  Pasang arloji pengukur kelelehan ( flow ) pada kedudukannya diatas salah satu batang penurunandan

atur kedudukan jarum petunjuk pada angka nol.  Naikkan kepala penekan beserta benda uji hingga menyentuh kepala alas cincin penguji, sebelum

pembebanan diberikan.  Atur kedudukan angka arloji pada nol.  Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan sekitar 50 mm/menit sampai pembebanan

maksimum tercapai, atau pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan maksimum atau stanilitas yang tercapai. Koreksilah beban dengan menggunakan faktor koreksi perkalian yang bersangkutan dari tabel 2 bila benda uji tebalnya kurang dari 63,5 cm.

  Catat nilai kelelehan atau flow yang diyunjukkan oleh jarum arlogi pengukuran kelelehanyang diperlukan dan saat diangkatnya benda uji dari rendaman air sampai tercapai beban maksimum tidak boleh lebih dari 30 detik.

Page 16: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

  Lakukan pengolahan data untuk VIM, VMA, VFA serta kepadatan dengan menggunakan rumus serta data yang ada.

H.     DATA PEMERIKSAAN DAN ANALISAA.      Gradasi Agregat

Contoh agregat % Berat tertahan pada # 4,75

Batas gradasiBatas bawah dan

Batas atas

% lolos #Batas tengah

% BeratTertahan

Berat tertahan(gr)No# Mm

No.44,75

50 - 70 60 % 20 % 240 gr

Diket : # ukuran 4,75 % berat tertahan = 20 % Bb dan Ba = 50 dan 70

Batas tengah Bt = BA + BB 2

= 70 + 20 = 60 2Jumlah Total Agregat = 1200 grBerat tertahan (gr) yang dibutuhkan = total agregat x % Berat Tertahan = 1200 x 20% = 240 gr

B.      Campuran MARSHALL (MEKANIS)Diket : Data (A1-2) Suhu Pencampuran = 178oC Suhu pemadatan = 172oC

Kadar aspal (%) = 4,5 %Berat wadah panas (gr) = 4492,0 (b)Berat wadah + agg panas (178oC)(gr) = 5591,00 (e)Berat agregat panas (gr) (f) = f = e –b = 5591,0 – 4492,00 = 1099 gr

Berat total campuran (gr) = Berat agregat panas (100% - kadar aspal )

= 1099

Page 17: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

100% - 4,5 % = 1150,78 gr (g)

Berat aspal (gr) (h) = Berat total campuran (g) – Berat agg panas (f) = 1150,78 – 1099 = 51,78 gramBerat wadah + agregat panas = (Berat wadah + agg. Panas + ( berat aspal panas) = 5591,00 – 51,78 = 5642,78 gram

C.      VOLUME ASPAL (Volumetik)—(Mekanis)      BJ Padat Bulk agregat (Gsb ) = 2,621 (s)      BJ Efektif agregat agregat ( Gse) = 2,621      Berat jenis Aspal (gb) = 1,031 (u)      Tebal Benda Uji

Sisi I = 71,2 Sisi II = 71 Sisi III = 71

Tebal rata-rata Benda Uji = 71,2 + 71 + 71 3 = 71,1 mm (b)

      Kadar aspal = 4,5 % ( c )      Kadar agregat = 95,5 % ( d )      Berat Benda Uji

Berat kering Benda Uji = 1200, 400 gr (e) Berat benda Uji SSD ( stelah durendam 3 menit dan dilap) = 1225,9 gr (f)

Berat benda uji dalam air = 633,3 (g)      Volume Benda Uji (h=f-g) = Berat SSD benda uji – Berat Benda Uji (dalam air)

= 1225,9 – 663,3 = 562,6 gram

      Berat jenis campuran

      BJ Bulk/Padat (kering) =

=       Bj max campuran teoritis

100(100-c) + c

Bj. Efektif Bj.aspal

Page 18: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

= 100 = 2,4509 (gram)(100-4,5) + 4,5

2,621 1,031

      Kepadatan (k) = Bj Bulk (padat) = 2,169

       VIM (void in Mixture ) (3 – 5 ) (%)

= = 11,50 %

      VMA ( void mineral agregat ) (15 %)

=

=       VFA ( Void filled with Aspal / bitumen ) (65%)

      Stabilitas m (> 550 kg )      Bacaan alat

A12 = Dial = 1568Lihat tabel Dial ke KNJadi Nilai KN = 18,7959 KN18,7959 x 101,971 = 1916,636

      KoreksiTebal Benda Uji = 71,1 Interval 69,9 = 0,86 71,1 = x (?) 71,4 = 0,83

Page 19: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

Faktor koreksi

-0,024 = x – 0,86 X = 0,86 – 0,024 = 0,836

      Setelah Koreksi = Faktor koreksi x bacaan alat = 0,836 x 1916,64 = 1602,31       Kelelehan (flow (2-4)

= 4,16

      MQ ( 200 – 350 )

MQ =

=

= 385,17 (kg/mm)

D.     KADAR ASPAL OPTIMUM PERKIRAAN (KAO P) = 0,035 a + 0,045 b + 0,018 c + 1 = 0,035 x 57,5 + 0,045 x 35,5 + 0,018 x 7 + 1 = 4,74 %

Jadi kadar aspal optimum (KAO) berkisar antara nilai 4,5 % - 6 %Dimana :      % agregat yang tertahan saringan n0.8      % agregat yang lolos saringan no.8 dan tertahan saringan no.200      % lolos saringan no.200 (PAN)

E.      BJ. Gabungan

      BJ Bulk Agregat gabungan

=

Page 20: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

= = 2,621

      BJ Efektif Agregat Gabungan

=

= = 2,538

F.       ANALISA GRAFIK

      Analisa kepadatan dengan stabilitas kadar aspal

Page 21: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

Dilihat dari grafik pengaruh kadar aspal terhadap campuran dapat disimpulkan bahwa

grafik yang terbentuk adalah grafik parabola, artinya pada grafik ini ada nilai maksimum dan nilai

minimum artinya pada saat kadar aspal tertentu, campuran akan mencapai maximumnya dengan

artian campuran tersebut dalam keadaan padat maximal, dan jika telah melewati titik maksimumnya

kadar aspal yang berlebih maka kepadatannya akan kembali turun, karena campuran tersebut

lembek dan tidak padat lagi karena lembek

Dari grafik menunjukan kepadatan kadar aspal 6,15 % campuran tersebut akan mencapai

kepadatan maximumnya.       Grafik stabilitas dengan kadar aspal ( > 550 kg)

Gragfik pengaruh persentase kadar aspal terhadap stabilitas grafik diatas juga membentuk parabola, berarti semakin tinggi kadar aspal suatu campuran tersebut akan mencapai stabilitas maksimumnya, namun jika kadar aspal terlalu banyak, maka stabilitas akan berkurang karena akan mengakibatkan berkurangnya gaya interlocking antara agregat Stabilitas mempunyai standart > 550 kg dan dari grafik diatas semua benda uji > 550 artinya semua benda uji memenuhi standart bina marga.

      Kadar aspal dengan VIM

Page 22: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

Hubungan kadar aspal dengan VIM ( 3 -5 %)VIM merupakan singkatan dari Void In Mixture ( persentase rongga terhadap agregat ). Semakin tinggi kadar aspal, maka persentase VIM akan semakin kecil karena sudah terisi oleh aspal. Standart bina marga nilai VIM berkisar anatara > 3 – 5 % dan sata yang diperoleh adalah (62,3 – 65 )%. Pada saat nilai VIM 5 % sedangkan pada nilaui VIM 3 belum memenuhi syaarat bina marga.

      Hubungan kadar aspal dengan VMA

VMA (void in mineral agregat ) 15 %Adalah rongga, yang ada dalam agregat, grafik diatas bertujuan untuk menentykan berapa nilai kadar aspal yang dibutuhkan untuk memenuhi rongga pad agregat. Apababila kadar aspal dalam suatu campuran semakin banyak maka persentase terhadap agregat akan semakin sedikit, karena rongga-rongga terisi oleh aspal. Namun pada batas tertentu, bila aspal ditambah terlalu banyak, campuran akan semakin plastis dan lembek, apabila perkerasan diberi beban berulang-ulang atau besar maka aspal tersebut akan semakin besar, untuk itu kadar aspal, harus sesuai, sehingga didapat VMA yang memenuhi syarat VMA dario Bina Marga > 15 %      Kadar Aspal dengan VFB/VFA

Page 23: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

VFA merupakan singkatan dari Void Filled with Aspalt ( persentase rongga terisi aspal ).

Hubungannya adalah semakin tinggi kadar aspal maka persentase rongga terisi aspal juga

meningkat. VFA tercapai pada kadar aspal 5 – 6,5 % ( karena persyaratan VFA 65 % ).

Berdasarkan kriteria campuran aspal beton dari bina marga, bahwa nilai VFA campuran aspal

yang baik minimal 60 %. Dengan persamaan VFA adalah semakin tinggi kadar aspal dalam suatu

campuran perkerasan, maka rongga dalam campuran tsb akan semakin sedikit.

Pada pengujian didapat nilai kadar aspal 65 % yaitu dari kadar aspal 5,5 – 6,5 %

      Hubungan kadar aspal dengan kelelehan

Kelelehan adalah hancurnya campuran aspal apabila diberi beban masimum. Semakin tinggi kadar aspal, maka kelelehan akan meningkat. Tetapi jika kadar aspal terlalu banyak maka akan terjadi kelebihan aspal sehingga campuran tersebut lembek dan mengakibatkan kurva turun drastis. Pada pengujian ini pada kelelehan 2 mm belum memenuhi namun memenuhi pada kelel;ehan 4 mm yaitu 6,15 %

      Hubungan Kadar aspal dan MQ (200-300) kg/mm

Page 24: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

Karena MQ merupakan perbandingan stabilitas dengan kelelehan maka kadar aspal yang banyak dan stabilitas tinggi sehingga MQ menjadi lebih besar disaat kadar aspal optimum maka MQ menjadi tinggi karena nilai stabilitas naik dan kelelehan turun. Standart nilai MQ adalah (200 – 350) kg/mm. Dan pada grafik diatas didapat nilai pada saat nilai MQ 350 nilai kadar aspal 6,1 % sampai MQ 410 nilai 6,5 % maka MQ yang didapat sesuai dengan standart Bina Marga.

      Kadar Aspal Optimum Campuran PEN 60/70

Grafis campuran PEN 60/70 bertujuan untuk menentukan KAO marshall yang masuk kedalam semua spesifikasi yang dibutuhkan.

Spersifikasi yang dibutuhkan tsb beserta nilainya :

Page 25: Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat

1.      VIM (void in Mixture) ---(6,23 – 6,5 )2.      VMA (void in Mineral Agg )--- ( semua terpenuhi )3.      VFB (void filledf aspal )----- ( 5,5 – 6,5 )4.      Stabilitas ----- (semua terpenuhi )5.      Kelelehan/flow --- ( 6,15 – 6,5 )6.      MQ (Marshall Question ) --- (6,1 – 6,5 )

Maka dapat nilai KAO marshall yang memenuhi semua spesifikasi adalah 6,23 %, seperti dilihat pada grafik campuran PEN 60/70.

I.        PEMBAHASAN DAN KESIMPULA Setelah dilakukannya serangkaian kegiatan pengujian karakteristik campuran aspal dan agregat dengan memplotkan nilai – nilai dari kepadatan, VMA, VIM, VFA, stabilitas, kelelehan dan MQ pada grafik analisa, diperoleh kadar aspal optimum pada kadar aspal 6,23 %. Hasil ini telah memenuhi semua persyaratan dari kandungan aspal dilihat dari nilai kepadatan, VMA, VIM, stabilitas, kelelehan dan MQ.

J.        LAMPIRAN1. Data Kelompok

2. Skema Prosedur Pengujian

3. Gambar Prosedur Pengujian

4. Gambar Peralatan Pengujian

Make like this