strategi sosial ekonomi pedagang kaki lima pasca ...lib.unnes.ac.id/27678/1/3401412013.pdfkata...

44
STRATEGI SOSIAL EKONOMI PEDAGANG KAKI LIMA PASCA PELARANGAN BERJUALAN DI KAWASAN SIMPANG TUJUH UNNES SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Univesitas Negeri Semarang Oleh: Ila Raudhatul Jannah 3401412013 JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Upload: trandung

Post on 05-Apr-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

STRATEGI SOSIAL EKONOMI PEDAGANG KAKI LIMA

PASCA PELARANGAN BERJUALAN DI KAWASAN

SIMPANG TUJUH UNNES

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi

Univesitas Negeri Semarang

Oleh:

Ila Raudhatul Jannah

3401412013

JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

ii

iii

iv

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Berbahagialah dengan pilihan hidupmu karena kehidupan tidak pernah

memaksa untuk kamu pilih.

Suatu usaha tidak pernah ingkar terhadap hasil, jangan pernah menyerah

dan jangan biarkan penyesalan datang karena selangkah lagi kamu akan

mencapai kemenangan.

Usahakan dalam setiap detik untuk menjadi orang yang baik karena kita

tidak akan tahu kapan kematian itu datang.

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur atas terselesaikannya skripsi ini, saya persembahkan

karya saya ini teruntuk :

Ibu dan Bapak tercinta terima kasih atas doa, kasih sayang dan pengorbanan

yang telah diberikan.

Adik tersayang Muhammad Hadi Yahya yang selalu memberi semangat.

Teman- teman seperjuangan yang terus berjuang bersama dalam

menyelesaikan skripsi.

Dosen-dosen jurusan Sosiologi dan Antropologi, dosen yang hebat dan

inspiratif, terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang selama ini telah

diberikan kepada kami.

Almamater UNNES tercinta.

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan ramat-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Sosial

Ekonomi Pedagang Kaki Lima Pasca Pelarangan Berjualan di Kawasan Simpang

Tujuh UNNES” yang disusun untuk melengkapi syarat-syarat penyelesaian studi

strata 1 pada Jurusan Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu, baik dalam pelaksanaan penelitian maupun penulisan

skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1) Prof. Dr Faturahman M. Hum, sebagai Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk meyelesaikan studi

strata 1 di Universitas Negeri Semarang.

2) Drs. Moh. Solehatul Mustofa, MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah

mengesahkan skripsi ini.

3) Kuncoro Bayu Prasetyo, S. Ant, MA, Ketua Jurusan Sosiologi dan

Antropologi yang telah memberikan ijin observasi dan memberikan

kelancaran dalam administrasi.

4) Dr. Thriwaty Arsal, M. Si, dan Drs. Adang Syamsudin Sulaha, M. Si, dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta selalu

memberikan motivasi.

vii

5) Asma Luthfi, S. Th. I,M.Hum penguji yang telah memberikan arahan,

bimbingan, serta semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi.

6) Kepala Kelurahan Sekaran yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk

melakukan penelitian.

7) Pedagang Kaki Lima yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini

8) Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak penulis

sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna dan

masih banyak kelemahan.Walaupun demikian besar harapan penulis semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 2016

Ila Raudhatul Jannah

NIM. 3401412013

viii

SARI

Jannah, Ila Raudhatul. 2012. Strategi Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima

Pasca Pelarangan Berjualan di Kawasan Simpang Tujuh UNNES. Skripsi.

Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri

Semarang.

Dr. Thriwaty Arsal, M. Si dan Drs. Adang Syamsudin Sulaha, M. Si. 109 hal.

Kata Kunci: Pedagang Kaki Lima, Sosial Ekonomi, Strategi.

Kebijakan rektor UNNES yang melarang pedagang kaki lima berjualan di

Simpang Tujuh UNNES memunculkan strategi sosial ekonomi pedagang kaki

lima. Strategi ini dilakukan agar para pedagang kaki lima bisa melangsungkan

usaha-usaha yang digeluti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

tanggapan, strategi dan dampak terhadap penjualan pedagang kaki lima

terhadap adanya kebijakan pelarangan berjualan di Kawasan Simpang Tujuh

UNNES.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

menggunakan teori dari Max Weber yaitu teori tindakan rasional instrumental.

Lokasi penelitian berada di Kawasan Simpang Tujuh sebagai tempat

pelarangan berjualan dan di depan Lapangan banaran kawasan UNNES sebagai

tempat para pedagang kaki lima yang pindah berjualan. Subjek penelitian

adalah pedagang kaki lima sebagai sasaran kebijakan pelarangan berjualan.

Pengumpulan data memakai teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.

Validitas data memakai teknik triangulasi. Analisis data memakai metode

analisis data kualitatif yang terdiri atas pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kebijakan pelarangan berjualan

menimbulkan berbagai tanggapan dari pedagang kaki lima, sikap yang paling

dominan yang diperlihatkan oleh pedagang kaki lima adalah pasrah dengan

keputusan yang diberikan dan tetap berjualan walaupun belum ada tempat

untuk relokasi. Hambatan yang dirasakan oleh para pedagang kaki lima yaitu

mengenai cuaca yang tidak menentu seperti adanya hujan membuat para

pedagang kaki lima harus memiliki teknik tersendiri agar jajanan yang dijual

tidak terkena kotoran yang ditimbulkan dari adanya hujan selain itu tempat

relokasi yang belum jelas membuat para pedagang dilematis untuk melakukan

usahanya, meskipun para pedagang kaki lima tetap berjualan akan tetapi

pedagang kaki lima belum merasa nyaman karena masih berjualan di

lingkungan yang dilarang untuk berjualan. (2) Strategi sosial ekonomi yang

dilakukan pedagang kaki lima yaitu menggunakan lahan kosong untuk

berjualan, mencari pelanggan baru dengan cara menginformasikan lokasi

berjualan yang baru kepada mahasiswa melalui mulut ke mulut dan

mengiklankan secara online melalui facebook, tetap menjaga cita rasa/kualitas

agar pelanggan tetap menyukai apa yang dihidangkan, memproduksi makanan

sesuai standar laku hal ini dilakukan untuk mempertimbangkan untung rugi,

tetap memberikan pelayanan yang ramah kepada setiap pelanggan, tetap

memberikan tambahan makanan agar pelanggan merasa senang. (3) Pedagang

ix

kaki lima adalah pihak yang paling merasakan dampak dari kebijakan. Dampak

yang paling dirasakan oleh pedagang kaki lima adalah lokasi yang bermasalah,

berkurangnya pelanggankonsumen dan berkurangnya pendapatan.

Saran bagi UNNES yang dijadikan tempat lokasi agar memberikan saran

atau solusi untuk mencari tempat atau lokasi baru bagi para pedagang kaki

lima. Pihak kelurahan sebagai pengelola juga agar sebelumnya telah

menyiapkan rencana kedepan untuk jangka panjang jika suatu saat akan ada

kebijakan terkait relokasi. Untuk para pedagang kaki lima sebagai sasaran

dalam kebijakan diharapkan agar tertib dalam peraturan yang telah ditetapkan

agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii

PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iii

PERNYATAAN ............................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

PRAKATA ..................................................................................................... vi

SARI ............................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

Rumusan Masalah ........................................................................... …… 6

Tujuan Penelitian .................................................................................... 7

Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

Batasan Istilah ......................................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ........................... 12

A. Deskripsi Teoritis ............................................................................... 12

B. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan ...................................... 15

C. Kerangka Berpikir.............................................................................. 20

xi

BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 23

A. Latar Penelitian .......................................................................... 23

B. Fokus Penelitian .......................................................................... 23

C. Sumber Data Penelitian ............................................................... 24

D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data .......................................... 32

E. Uji Validitas Data ........................................................................ 36

F. Teknik Analisis Data ................................................................... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 40

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 40

1. Simpang Tujuh UNNES...... ...................... ............................... 40

2. Gambaran Umum PKL di UNNES ........................................... 42

a. Kondisi Umum PKL di UNNES ..................................... 42

b. Sejarah Awal PKL di UNNES ........................................ 44

c. Paguyuban PKL di UNNES ............................................ 46

d. Latar Belakang menjadi PKL di UNNES ........................ 49

1) Memenuhi kebutuhan................................................ . 49

2) Memilih Usaha Mandiri............................................. . 50

e. Manfaat Keberadaan PKL di UNNES ............................. 52

1) Manfaat Bagi Kelurahan Sekaran............................ 52

2) Manfaat Bagi UNNES............................................ 54

3) Manfaat Bagi Pembeli............................................ 55

3. Kronologi Pelarangan Berjualan di Simpang Tujuh UNNES... 56

a. Memberikan Surat Edaran............................................ 58

b. Dialog di Kelurahan...................................................... 60

c. Memasang Plang dan Pamflet....................................... 61

d. Pengawasan oleh Petugas Keamanan......................... 62

B. Tanggapan PKL terhadap Pelarangan Berjualan … ...................... 63

1. Tanggapan...... ........................................... ............................. 64

2. Hambatan...... ............................................. ............................. 66

xii

C. Strategi Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima … ....................... 69

1. Menggunakan Lahan Kosong...... .............. ............................. 69

2. Mencari Pelanggan Baru ...... ..................... ............................. 72

a. Dari Mulut ke Mulut............................ .......................... 72

b. Mengiklankan Melalui Media Sosial........................... .. 73

3. Mempertahankan Kualitas/Cita Rasa ...... .. ............................. 75

4. Memproduksi Makanan sesuai Standar laku............................. 77

5. Tetap Memberikan Pelayanan Ramah ...... . ............................. 78

6. Tetap Memberikan Tambahan Makanan................................... 80

D. Dampak terhadap Penjualan .......................................................... 81

1. Pendapatan Berkurang................................ ............................. 82

2. Konsumen/Pelanggan Berkurang...... ......... ............................. 83

3. Lokasi Bermasalah... .................................. ............................. 85

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 88

A. Simpulan ..................................................................................... 88

B. Saran ............................................................................................ 90

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 91

LAMPIRAN – LAMPIRAN……………………………………………… 94

xiii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1. : Bagan Kerangka Berfikir ................................................... 22

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. : Lokasi Simpang Tujuh UNNES ........................................ 40

Gambar 2. : Karcis Retribusi ................................................................. 47

Gambar 3. : Surat Edaran ...................................................................... 59

Gambar 4. : Plang Dilarang Berjualan ................................................... 61

Gambar 5. : Pamflet Pelarangan Berjualan ........................................... 62

Gambar 6. : Lokasi Berjualan PKL di Depan Pos Kemitraan ............... 64

Gambar 7. : Penggunaan Lahan kosong di Depan Lapangan ................ 70

Gambar 8. : Penjualan secara Online melalui Facebook ....................... 74

Gambar 9. : Aktivitas Pedagang Kaki Lima .......................................... 79

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. : Daftar Informan Utama Penelitian ..................................... 26

Tabel 2. : Daftar Informan Pendukung Penelitian ............................. ̀ 29

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian …………………………………… . 94

Lampiran 2 : Pedoman Observasi ............................................................ 95

Lampiran 3 : Pedoman wawancara .......................................................... 96

Lampiran 4 : Daftar Subjek Penelitian .................................................... 100

Lampiran 5 : Daftar Informan Penelitian................................................. 102

Lampiran 6 : Susunan Keanggotaan Paguyuban ..................................... 103

Lampiran 7 : Data PKL Sebelum Pelarangan Berjualan ........................ 104

Lampiran 8 : Surat Ijin Penelitian ........................................................... 107

Lampiran 9 : Surat telah melaksanakan Penelitian ................................. 109

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur

secara sosial dan menempatkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur

sosial masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan posisi tertentu dalam

struktur sosial masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat

hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pembawa status. Menurut Krench,

kehidupan sosial ekonomi seseorang atau keluarga diukur melalui pekerjaan,

tingkat pendidikan, pendapatan. Sedangkan Werner memberikan ciri-ciri berupa

pekerjaan, pendapatan, jenis rumah tinggal dan daerah tempat tinggal

(Koentjaraningrat, 1977:35).

Persebaran sumber daya alam yang tidak merata diseluruh muka bumi

menyebabkan mobilitas penduduk yang berupa migrasi baik yang didasarkan

golongan naluriah, dengan suka rela ataupun oleh sebab keterpaksaan. Keadaan

sumber daya yang tidak merata, ditambah dengan kondisi iklim, relief dan geologi

yang berlainan menyebabkan pula persebaran penduduk tidak merata. Dengan

demikian tingkat kemakmuran juga sangat berlainan antara masyarakat satu

dengan yang lain. Tingkat kemakmuran diukur tidak saja berdasarkan

tercukupinya kebutuhan-kebutuhan pokok kehidupan manusia, tetapi juga pada

keleluasaan dalam membuat pilihan-pilihan dalam pemenuhan kebutuhan

(Sudaryo, dkk. 1999:222-223).

2

Menurut teori, orang melakukan migrasi, dalam arti pindah secara fisik dari

suatu tempat ke tempat lain secara geografis, baik secara permanen ataupun tidak,

disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor pendorong (push factors) di daerah

asal (origin) dan faktor penarik (pull factors) di daerah tujuan (destination). Tentu

saja teori faktor pendorong dan penarik tidak sesederhana itu. Banyak aspek lain

yang menyertai keduanya turut memainkan peranan dalam proses merantau atau

migrasi, seperti ekologi, ekonomi, sosial dan politik. Lee (1966) menunjukkan

bahwa berbagai faktor negatif dan positif di daerah asal dan daerah tujuan turut

berpengaruh terhadap proses migrasi (Sairin, 2002: 79).

Menurut Hans dalam Handoyo (2007:122-123) pertumbuhan kota Jakarta

yang sangat pesat, disebabkan oleh migrasi telah muncul suatu masyarakat yang

sangat kompleks, baik dilihat dari unsur kesukaan, pekerjaan maupun kelompok-

kelompok sosial. Dikatakan lebih lanjut bahwa banyak diantara para migran tidak

dapat tertampung dalam sektor pekerjaan formal di kota. Akhirnya untuk

mencukupi kebutuhan hidupnya, mereka melakukan berbagai lapangan usaha

sektor informal. Mereka merupakan pekerja musiman, para pekerja tidak tetap

atau orang-orang yang sedang mencari pekerjaan, tidak memiliki tempat tinggal

yang tetap, tanpa atau tingkat pendidikannya rendah, seringkali dengan suatu

keahlian yang tinggi dibidang pertanian, nelayan dan kerajinan

Kota sebagai pusat kegiatan ekonomi dan sebagai pusat pemerintahan

menarik minat orang-orang desa untuk pergi ke kota. Kehidupan kota

memberikan peluang dan harapan yang besar bagi sebagian orang yang ingin

mencari pekerjaan maupun membuka usaha. Salah satu alternatif usaha tersebut

3

tak lain adalah sebagai pedagang kaki lima. Menjadi pedagang menawarkan

sejumlah keuntungan dan harapan hidup yang lebih baik sehingga akan merubah

kehidupan sosial ekonomi seseorang. Untuk menjadi pedagang kaki lima

diperlukan modal, dalam hal ini tidak hanya modal dalam bentuk materi tetapi

modal juga bisa berupa niat, tantangan serta kendala yang akan dihadapi.

Pedagang kaki lima adalah istilah untuk seluruh pedagang yang berjualan

secara informal. Sektor informal adalah usaha ekonomi yang pembentukkan dan

operasionalnya tidak melalui bentuk-bentuk perizinan/peraturan tertentu. Wujud

kegiatan dan fisik serta profesi dari sektor ini beraneka ragam mulai dari usaha

transportasi (misalnya tukang ojek, tukang sampan, dan lain-lain), usaha jasa (kuli

bangunan, pembantu rumah tangga), usaha dagang (pedagang asongan), dan

sebagainya. Potensi berkembangnya pedagang kaki lima akan selalu ada selama

tidak ada hukum yang mengatur dan lokasi yang nyaman bagi para pedagang. Di

jurnal pengaruh keberadaan pedagang kaki lima.

Antara tukang becak, pedagang kaki lima, dan pedagang keliling ditemui

perbedaan penting. Tukang becak tergolong kelas ekonomi paling rendah:

penghasilan kepala keluarga dan status sosial keluarga tergolong rendah dan

kebanyakan mereka termasuk setengah penganggur. Sedang pedagang keliling

termasuk kelas ekonomi menengah meskipun mempunyai jam kerja yang panjang.

Pedagang kaki lima agak heterogen baik dari segi penghasilan, status ekonomi,

penghasilan dan jam kerja, suatu hal yang kiranya berkaitan erat dengan jenis

barang yang didagangkan dan modal yang dimiliki (Effendi, 1995: 78).

4

Menurut Effendi (1995:127) konsep informal digunakan untuk menjelaskan

bahwa sektor informal dapat mengurangi pengangguran di kota Negara sedang

berkembang. Orang yang bekerja pada sektor informal khususnya pedagang kaki

lima memiliki keterbatasan-keterbatasan untuk melakukan usaha, antara lain: (1)

minimnya modal, (2) rendahnya tingkat pendidikan, dan (3) kurangnya akses

terhadap kebijakan pemerintah, informasi dan sarana-sarana ekonomi maupun

sosial. Secara umum pekerja di sektor informal perlu diberdayakan agar

meningkat taraf hidupnya. Selain kenyataan bahwa sektor informal bisa menjadi

katup penyelamat dan mendorong pertumbuhan ekonomi perkotaan, sektor

informal juga menjadi salah satu penyebab persoalan tata ruang dan ekonomi

perkotaan, adanya ketidakefisienan ekonomi perkotaan dalam arti Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

Dinas Tata Kota Kodya Bandung (2000) mencatat beberapa ciri umum yang

dapat digunakan untuk mendefinisikan keberadaan pedagang kaki lima yaitu:

Dilakukan dengan modal kecil oleh masyarakat ekonomi lemah, biasanya

dilakukan perseorangan atau keluarga tanpa suatu kongsi dagang, selalu berada

dekat dengan jalur sirkulasi atau lokasi yang paling sibuk, menggunakan fasilitas

publik sebagai lokasi berjualan seperti trotoar, badan jalan, dan lain-lain,

menggunakan gerobak atau tenda sederhana yang cukup fleksibel untuk dipindah-

pindahkan.

Keberadaan sektor informal seolah terabaikan dalam pembuatan kebijakan

pembangunan ekonomi, namun banyak strudi yang membuktikan bahwa sektor ini

memberi kontribusi yang berarti bagi perekonomian nasional. Soeratno (2000)

5

mengungkapkan bahwa, selain berperan sebagai solusi alternatif untuk

menanggulangi masalah ketenagakerjaan, sektor informal juga memberi manfaat

ekonomi dan sosial bagi masyarakat (Jurnal Ekonomi –STIE Mandala Jember).

Universitas Negeri Semarang (UNNES) adalah salah satu perguruan tinggi

negeri di Jawa Tengah yang terletak di Semarang, tepatnya di kelurahan Sekaran,

Gunungpati Semarang, Jawa Tengah. Berdirinya kampus Universitas Negeri

Semarang menjadikan kawasan Sekaran menjadi lingkungan pendidikan dan

tempat untuk mencari rezeki bagi para pendatang baik untuk mencari pekerjaan

maupun usaha di sektor informal. Pengaruh tempat yang sangat potensial terutama

bagi pedagang kaki lima. Selain faktor pemilihan tempat jumlah mahasiswa yang

tergolong banyak menjadi faktor penarik bagi pedagang kaki lima.

Persaingan yang ketat dan derasnya arus perkembangan kota membuat

pedagang kaki lima harus memiliki banyak cara dalam menjalankan usaha yang

ditempuh. Dengan demikian perubahan akan terjadi secara terus- menerus

sehingga inovasi dan kreativitas yang tinggi menjadi hal yang sangat diperlukan

agar mampu bersaing dan bertahan dalam kondisi sosial masyarakat. Untuk tetap

mejaga eksistensi sebaga pedagang kaki lima harus mejaga komunikasi yang baik

antar pedagang maupun pelanggan. Komunikasi merupakan hal yang paling

penting karena dengan komunikasi yang baik akan menjaga keharmonisan dalam

bersosialisasi. Maka komunikasi menjadi salah satu trik menjadi seorang

pedagang kaki lima.

Usaha sektor informal begitu marak dilingkungan kampus salah satunya

adalah usaha pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima di Simpang Tujuh yang

6

tadinya hanya bisa dihitung jari sekarang ini fenomena pedagang kaki lima yang

terjadi di lingkungan kampus semakin lama semakin banyak. Seperti banyaknya

berbagai variasi penjual makanan, minuman maupun jajanan lainnya. Hal ini tentu

perkembangan menjadi pedagang kaki lima telah berhasil menarik perhatian

masyarakat untuk ikut menjadi seorang pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima

yang mempertahakankan inovasinya, kualitas serta komunikasi yang baik untuk

mencapai keharmonisan merupkan salah satu ciri pedagang kaki lima yang siap

bersaing. Tentu dengan cara yang berbeda mereka menggantungkan kehidupan

ekonominya demi kelangsungan hidupnya.

Maraknya fenomena pedagang kaki lima di area kampus tentu berimplikasi

pada ketertiban, kenyamanan serta keindahan lingkungan kampus. Banyaknya

pedagang di area kampus khususnya Simpang Tujuh memberi kesan bahwa

kampus hanya dijadikan sebagai tempat yang memberikan keuntungan ekonomis

saja tidak lagi dilihat sebagai tempat belajar atau lembaga pendidikan. Melihat

latar belakang tersebut maka penulis ingin mengetahui tentang “Strategi Sosial

Ekonomi Pedagang Kaki Lima Pasca Pelarangan Berjualan di Simpang Tujuh

UNNES (Universitas Negeri Semarang)”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, masalah yang akan diteliti

antara lain:

1. Bagaimana tanggapan pedagang kaki lima terhadap pelarangan tempat

berjualan?

7

2. Bagaimana strategi sosial ekonomi pedagang kaki lima pasca pelarangan

berjualan di Simpang Tujuh UNNES?

3. Bagaimana dampak terhadap penjualan setelah adanya pelarangan

berjualan di Simpang Tujuh UNNES?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam

penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tanggapan pedagang kaki lima terhadap pelarangan tempat

berjualan di Simpang Tujuh UNNES.

2. Mengetahui strategi sosial ekonomi pedagang kaki lima pasca pelarangan

berjualan di Simpang Tujuh UNNES.

3. Mengetahui bagaimana dampak terhadap penjualan setelah adanya

pelarangan berjualan di Simpang Tujuh UNNES.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Secara teoritis, manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam ilmu sosiologi

khususnya kajian Sosiologi Ekonomi.

2. Hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan pemikiran

bagi pengembangan ilmu sosial pada umumnya, serta mengetahui

strategi sosial ekonomi pedagang kaki lima pasca pelarangan

berjualan di Simpang Tujuh UNNES.

8

3. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi juga sebagai literatur

atau bahan- bahan informasi ilmiah seperti sebagai bahan acuan di

bidang penelitian sejenis atau sebagai bahan pengembangan apabila

akan dilakukan penelitian lanjutan.

2. Secara praktis, manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi penulis dapat menambah informasi mengenai strategi sosial

ekonomi pedagang kaki lima pasca pelarangan berjualan di

Simpang Tujuh UNNES.

2. Bagi masyarakat memberi pandangan dalam melakukan strategi

sosial ekonomi pedagang kaki lima terkait adanya pelarangan

berjualan.

3. Sebagai sumbangan kebijakan pemerintah atau negara bahwa

keberadaan pedagang kaki lima harus diberdayakan terkait

kesejahteraan dan manfaat positif dari adanya pedagang kaki lima.

E. BATASAN ISTILAH

Batasan istilah digunakan untuk membatasi dan mempertegas ruang lingkup

permasalahan serta agar penelitian menjadi lebih terarah sehingga judul penelitian

ini diberi batasan-batasan istilah yaitu:

1. Strategi

Strategi merupakan “perhitungan” mengenai rangkaian kebijaksanaan

dan langkah-langkah pelaksanaan yang keseluruhannya menggunakan

9

teknik dan metode untuk mencapai suatu tujuan (Tjokromidjojo dan

Mustopadidjaya, 1983:24).

Strategi sosial ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

strategi atau upaya-upaya yang dilakukan pedagang kaki lima yang

tadinya berjualan di wilayah Simpang Tujuh UNNES untuk mencapai

suatu tujuan, yaitu kelangsungan usahanya. Kelangsungan usaha

dimaksudkan agar pedagang tetap eksis dalam menjalankan usaha dengan

menggunakan metode dan teknik dengan cara menjalin hubungan

komunikasi yang baik antarpedagang dan pembeli demi memperoleh

pelanggan/konsumen serta pendapatan dari keuntungan berdagang untuk

pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

2. Sosial

Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu

masyarakat, sedangkan pada departemen sosial menunjukkan pada

kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh

masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan dan

kesejahteraan sosial. Konsep sosiologi, manusia sering disebut sebagai

makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya

bantuan dari orang lain disekitarnya. Sehingga kata sosial sering diartikan

sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. Sosial dalam

penelitian ini menunjuk pada objeknya yaitu pedagang kaki lima.

bagaimana persoalan yang dihadapi oleh pedagang kaki lima pasca

pelarangan berjualan di Kawasan Simpang Tujuh UNNES.

10

3. Ekonomi

Ekonomi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu economy.

Sementara kata economy itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu

oikonomike yang berarti pengelolaan rumah tangga. Adapun yang

dimaksud dengan ekonomi sebagai pengelolaan rumah tangga adalah suatu

usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan

dengan pengalokasian sumber daya rumah tangga yang terbatas diantara

sebagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan

keinginan masing-masing (Damsar dan Indrayani, 2013: 9-10). Ekonomi

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pengelolaan

rumah tangga yang dilakukan pedagang kaki lima khususnya mengenai

usaha yang dilakukan pedagang kaki lima.

4. Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kaki Lima (Sektor Informal) adalah mereka yang

melakukan kegiatan usaha dagang perorangan atau kelompok yang dalam

menjalankan usahanya menggunakan tempat-tempat fasilitas umum,

seperti terotoar, pingir-pingir jalan umum, dan lain sebagainya.

Berdasarkan peraturan menteri dalam negeri Republik Indonesia nomor 41

tahun 2012 tentang pedoman penataan dan pemberdayaan pedagang kaki

lima ketentuan Bab 1 Pasal 1 menjelaskan bahwa pedagang kaki lima yang

disingkat PKL, adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan

dengan menggunakan sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak,

menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan

11

bangunan milik pemerintah dan/atau swasta yang bersifat sementara/tidak

menetap. Pedagang kaki lima yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pedagang kaki lima yang berada di Kawasan Simpang Tujuh UNNES.

5. Simpang Tujuh UNNES

Simpang Tujuh UNNES merupakan nama tempat atau lokasi yang

menunjukkan persimpangan yang ada di wilayah UNNES. Terdapat

banyak titik yang menghubungkan jalan untuk masuk ke Kampus UNNES

sehingga disebut dengan Simpang Tujuh UNNES, di Simpang Tujuh

UNNES yang dimaksud dalam penelitian ini banyak pedagang kaki lima

yang menjual dagangannya mulai dari makanan, minuman, maupun

jajanan.

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. DESKRIPSI TEORITIS

Suatu kajian ilmiah memerlukan suatu landasan teori sebagai alat analisis.

Suatu peristiwa dapat dijelaskan ketika peneliti menggunakan teori tertentu untuk

menganalisis suatu peristiwa yang terjadi. Penelitian ini menggunakan teori

tindakan sosial dengan tipe tindakan rasional instrumental. Teori tindakan rasional

instrumental digunakan untuk mencari strategi yang dilakukan pedagang kaki

lima demi kelangsungan usaha maupun kehidupan sosial ekonominya, yang

meliputi: pembuatan keputusan secara rasional dan eksplisit yang berakibat

mempengaruhi tindakan-tindakan agen (pelaku/pedagang). Tindakan tersebut

dipandang memiliki motif-motif yang mendasari perilaku pedagang guna

mencapai tujuan yang mereka kehendaki. Tujuan yang ingin dicapai tidak lain

adalah tetap memperoleh pelanggan dan pemasukan pendapatan maupun hasil

keuntungan berdagang yang melimpah agar dapat digunakan untuk modal usaha

selanjutnya, kebutuhan hidup masing-masing pedagang dapat terpenuhi serta

usaha pedagang kaki lima tetap berjalan secara berkelanjutan dan dinikmati oleh

masyarakat khususnya sekitar lingkungan kampus.

Salah satu tokoh utama teori tindakan sosial adalah Max Weber. Ruang

lingkup teori ini memusatkan perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas

melibatkan campur tangan proses pemikiran (dan tindakan bermakna yang

13

ditimbulkan olehnya) antara terjadinya stimulus dan respons (Ritzer dan

Goodman 2011:136).

Teori tindakan sosial mendasarkan diri pada pemahaman interpretatif

(Verstehen). Menurut Weber, tindakan sosial adalah makna subjektif tindakan

individu (aktor). Tindakan ekonomi merupakan perilaku seseorang yang

diorientasikan kepada pemanfaatan dan juga perilaku dari orang lain. Weber

mendefinisikan Sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial. Suatu tindakan

yang dilakukan seseorang bersifat sosial untuk memahami makna-makna dan

motif-motif yang mendasari perilaku manusia. Bagaimana perilaku atau tindakan

yang dilakukan dan mengapa seseorang melakukan tindakan tersebut. Pemahaman

motif yang dilakukan melalui proses yang disebut Weber sebagai Verstehen, yaitu

membayangkan diri berada pada posisi orang yang perilakunya akan dijelaskan

(Haryanto, 2011:33).

Jones (2010:114) mengatakan bahwa metode yang dikembangkan Weber

sebagai Verstehen karena sosiolog juga adalah manusia, mengapresiasikan

lingkungan sosial dimana mereka berada, memperhatikan tujuan-tujuan warga

masyarakat yang bersangkutan dan oleh sebab itu berupaya memahami tindakan

mereka. Manusia melakukan sesuatu karena mereka memutuskan untuk

melakukan itu, untuk mencapai apa yang mereka kehendaki. Setelah memilih

sasaran, mereka memperhitungkan keadaan, kemudian memilih tindakan.

Menurut Haryanto (2011:33-34), Jones (2010:115) dan Johnson (1988:220-

222), Weber mengembangkan teorinya tentang tindakan sosial dibagi menjadi

empat tipe tindakan sebagai berikut:

14

1. Tindakan tradisional, merupakan perilaku tidak berdasarkan pemikiran

melainkan hanya tradisi dan kebiasaan. “Saya melakukan ini karena saya

selalu melakukannya”.

2. Tindakan afektif, merupakan perilaku yang berdasarkan emosi (nafsu) atau

motif sentimental. “Apa boleh buat saya lakukan”.

3. Tindakan berorientasi nilai (Wertrational), atau sering pula disebut

rasionalitas nilai, merupakan perilaku yang berorientasi tujuan, tetapi

mungkin bukan pilihan rasional. Agama dalam hal ini sumber utama

rasionalitas nilai. “Yang saya tahu saya melakukan ini”.

4. Tindakan rasional instrumental (Zweckrational), merupakan perilaku yang

berorientasi pencapaian tujuan yang berdasarkan pilihan rasional. Tingkat

rasional yang paling tinggi ini meliputi pertimbangan dan pilihan yang

sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang

dipergunakan untuk mencapainya. “Tindakan ini paling efisien untuk

mencapai tujuan ini, dan inilah cara terbaik untuk mencapainya”.

Masyarakat modern, demikian menurut Weber, semakin ditandai oleh

banyaknya tindakan rasional instrumental. Ciri yang paling signifikan masyarakat

modern adalah rasionalisasi kehidupan sosial. Apapun profesi seseorang di

masyarakat, baik pengusaha, kapitalis, buruh, ilmuwan maupun pegawai,

bertindak sesuai dengan logika tersebut (Haryanto, 2011:34).

Kemunculan pedagang kaki lima di wilayah UNNES adalah tindakan

ekonomi rasionalitas yang dipilih para pedagang guna memenuhi kebutuhan

hidup. Pilihan tersebut sebagai tanda perilaku pedagang dalam melanjutkan

15

kelangsungan hidupnya. Jika mereka tidak berjualan tidak ada pendapatan yang

diperoleh karena usaha yang dilakukan pedagang kaki lima merupakan pekerjaan

utama. Berdirinya kampus UNNES membuka peluang bagi para pedagang untuk

bekerja di bidang sektor informal sehingga mendapatkan usaha tetap. Namun,

dengan adanya peraturan pelarangan berjualan di wilayah Simpang Tujuh

UNNES usaha untuk berdagang di wilayah UNNES harus diikuti cara atau

strategi yang menggunakan pemikiran dan tindakan-tindakan rasional agar tetap

bisa berjualan dan mendapatkan keuntungan.

B. KAJIAN HASIL-HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap penelitian “Strategi Sosial

Ekonomi Pedagang Kaki Lima”, maka penulis memberikan kajian pustaka

berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian yang relevan bertujuan

untuk membandingkan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang

dilakukan serta memberi penguatan, diantaranya sebagai berikut:

Berdasarkan hasil penelusuran yang penulis lakukan, penelitian yang

mengangkat tema tentang strategi sosial ekonomi pedagang kaki lima diantaranya

adalah: penelitian dari Joni Joko Sarjono, Agus Sikwan dan Donatianus BSEP

dalam Jurnal Tesis Program Studi Sosiologi, Magister Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tanjungpura Pontianak (2014) yang berjudul

“Peranan Pemerintah dalam Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kecamatan

Pontianak Timur” hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya pemberdayaan

pedagang kaki lima di wilayah Kecamatan Pontianak Timur yang dituangkan

dalam bentuk Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2004 disetiap pasalnya

16

menjelaskan tentang larangan untuk pedagang kaki lima, pemberdayaan, perijinan

dan retribusi, pengawasan, ketentuan pidana maupun ketentuan penyidikan.

Upaya pedagang kaki lima dalam memenuhi kebutuhan sosial ekonomi

menerapkan strategi ganda, hubungan interaksi sosial antara pedagang kaki lima

dengan pemilik modal, serta faktor penyebab seseorang memilih menjadi

pedagang kaki lima.

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kondisi

pedagang kaki lima yang memiliki strategi dalam berjualan dan menggunakan

metode kualitatif. Perbedaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Joni Joko

Sarjono, Agus Sikwan dan Donatianus BSE menggunakan teori pemberdayaan

karena lebih difokuskan pada pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah

terhadap pedagang kaki lima. Sedangkan teori dalam penelitian ini menggunakan

teori tindakan rasional instrumental.

Penelitian yang dilakukan oleh Tamara Bunga Amalia dalam jurnal

Universitas Negeri Semarang, Jurusan Sosiologi Antropologi (2014) yang

berjudul “Strategi Sosial Ekonomi dan Eksistensi Usaha Pedagang Pasar Tiban

di Kecamatan Batang” penelitian tersebut berisi tentang aktivitas sosial ekonomi

dapat dilihat melalui hubungan sosial antar pedagang Pasar Tiban. Hambatan

yang dihadapi pedagang adalah sarana prasana sederhana dan kegiatan berdagang

bergantung terhadap cuaca. Strategi sosial ekonomi pedagang Pasar Tiban untuk

mempertahankan kelangsungan usahanya adalah dengan cara menjemput

konsumen dengan lokasi pengadaan Pasar Tiban yang berdekatan dengan rumah

warga serta pedagang menawarkan harga murah kepada konsumen agar barang

17

dagangan terjual habis dan menjadi pilihan utama konsumen. Keuangan hasil

berdagang dikelola secara cermat agar tetap mendapatkan keuntungan untuk

modal berdagang selanjutnya. Persamaan dari penelitian ini adalah menggunakan

pendekatan kualitatif, subjeknya adalah pedagang dan strategi sosial ekonomi

yang dilakukan oleh pedagang. Sedangkan, perbedaannya terletak pada lokasi

penelitian dan aktivitas sosial ekonomi yang dilakukan oleh pedagang.

Penelitian skripsi dari Darman yang telah dijurnalkan oleh Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman (2015) yang berjudul

“Kehidupan Sosial Pedagang Kaki Lima di Kota Samarinda (Studi Kasus Penjual

Jagung Rebus ditepian). Penelitian ini berisi tentang faktor yang mendorong para

pedagang kaki lima menjadi penjual jagung rebus, keadaan sosial pedagang kaki

lima penjual jagung rebus didaerah tepian sangat cukup strategis untuk berjualan

dan mendapatkan hasil yang lumayan untuk mendapatkan suatu penghasilan bagi

keluarga mereka, peran pedagang kaki lima khususnya penjual jagung rebus

sangat dibutuhkan oleh para masyarakat pengunjung didaerah tepian, karena

jagung adalah konsumsi utama juga diwilayah tepian kota samarinda, maka dari

itu harapannya lokasi yang dikhsususkan bagi para pedagang kaki lima dapat

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Persamaan dari penelitian ini adalah

menggunakan jenis penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data serta latar

belakang masalah. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu mengenai fokus

penelitian, bahwa penelitian yang dilakukan oleh Darman berfokus pada

kehidupan sosial pedagang kaki lima mulai dari komoditas, lokasi tempat

berjualan, faktor yang melatarbelakangi menjadi pedagang kaki lima, dan faktor

18

sosial dan kondisi pemukiman. Sedangkan, pada penelitian ini fokusnya adalah

mengenai strategi sosial ekonomi yang dilakukan pedagang kaki lima pasca

pelarangan berjualan.

Penelitian dari jurnal internasional oleh Michal, Alison dan Zhigang, African

Studies Review (2013) yang berjudul “Asr Forum: Engaging With African

Informal Economies” yang berisikan bahwa terdapat bisnis Afrika dengan Cina

untuk barang-barang manufaktur Cina seperti garmen dan tekstil yang dijual di

Sub-Sahara Afrika ini mengeksplorasi peluang untuk Afrika usaha swasta dalam

perdagangan ekspor dari Cina, potensi untuk pengembangan bisnis jangka

panjang, dan bagaimana strategi keterlibatan yang selalu berubah dari waktu ke

waktu. Adanya peluang untuk mobilitas sosial ekonomi, dan pedagang selalu

memiliki cara dan strategi yang berbeda untuk mendapatkan dan mempertahankan

posisi mereka dalam tingkatan seorang pedagang. Survei tahun 2005 kegiatan

ekonomi di Tanzania (OLD 2005a, 2005b, 2005c) menyimpulkan bahwa 91% dari

bisnis informal. Sektor ritel tentu didominasi oleh informalitas seperti Pedagang

Kaki Lima di berbagai tempat sampai barang yang mencapai pasar.

Mendirikan usaha kecil-kecilan harus mempunyai modal atau dengan

menggunakan uang pribadi sehingga akan memperoleh keuntungan. Setelah

keuntungan menumpuk dapat diinvestasikan ke dalam volume yang lebih besar

dan barang-barang yang memiliki nilai yang lebih tinggi dan akhirnya pedagang

dapat menjalankan bisnis mereka pada pijakan yang lebih formal. Persamaan dari

penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan perbedaannya pada fokus

penelitian bahwa dalam penelitian yang dilakukan oleh Michal Lyons, Alison

19

Brown and Zhigang Li menjelaskan bagaimana strategi ekonomi pedagang agar

dapat meningkatkan usahanya ke jenjang yang lebih tinggi seperti usaha

manufaktur sedangkan dalam penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana

strategi sosial ekonomi pedagang kaki lima untuk tetap mempertahankan

pelanggan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup sehingga bisa bertahan hidup

ditengah-tengah persaingan yang begitu ketat.

Penelitian oleh Rasem dan M. Kabir , Saudi Arabia economic development

(2011) yang berjudul “Entrepreneurship As a Strategy” yang berisikan tentang

interpretasi pembangunan ekonomi di Arab saudi bahwa peran sektor

kewirausahaan bisa bermain dalam mencapai keseimbangan keadilan sosial

ekonomi. tulisan ini dibagi menjadi dua yaitu kewirausahaan adalah strategi

diversifikasi dengan potensi memperluas basis produktif dari ekonomi Saudi dan

melaksanakan pembangunan yang lebih seimbang dan adil. Mencoba untuk

meninjau kembali bahwa reformasi politik dianggap penting bagi pembangunan

ekonomi dan diperlukan untuk mendapatkan keuntungan dari afiliasi dengan

WTO. Menuju strategi pembangunan multidimensi dan kebutuhan untuk

diversifikasi dengan mengurangi ketergantungan pada pendapatan minyak

merupakan salah satu bukti peran penting dari sektor swasta dalam pembangunan

ekonomi. Sikap Islam terhadap kegiatan kewirausahaan yang diperkuat oleh para

ahli maupun al-qur’an bahwa Allah mengizinkan perdagangan (bai) dan

mengharamkan riba. Tantangan adanya pengangguran menjadi perhatian utama

setelah jelas bahwa sektor publik tidak mampu lagi menyerap tenaga kerja baru.

Birks dan Sinclair (1982,p. 205) menyatakan bahwa kekuatan pasar terus

20

berpartisipasi penuh terhadap warga di jaman modern ini. Tren ini kemungkinan

besar terus berlanjut selama Saudi tidak mau mengubah sikap mereka terhadap

nilai kerja dan produktivitas. Kewirausahaan dan ekonomi pembangunan pasti

tidak berkembang dibawah aturan dan birokrasi dan pengaturan kesejahteraan.

Birokrasi dan korupsi akan mencegah kegiatan pembangunan. Selain itu, sangat

tidak mungkin bahwa pembangunan akan berlangsung di sebuah negara tanpa

sikap yang benar, komitmen nyata dan motivasi yang tinggi untuk menjadi

produktif melalui eksplorasi dan eksploitasi semua peluang. Perbedaan dari

penelitian ini adalah metode yang digunakan dalam jurnal selain pengalaman

peribadi melalui proses wawancara juga kombinasi dari kritik pemeriksaan

literatur yang ada. Menggunakan teori tentang kewirausahaan dari para ahli

maupun dari Al-Qur’an. Persamaannya yaitu tentang bagaimana seseorang

melakukan strategi dalam melakukan usahanya.

C. KERANGKA BERPIKIR

Kerangka berpikir merupakan kajian utama, faktor-faktor kunci, dan

hubungan antar variabel yang disusun dalam bentuk narasi dan grafis. Kerangka

berpikir dimulai dari penjelasan tentang UNNES. Universitas Negeri Semarang

(UNNES) adalah salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah yang terletak

di Semarang, tepatnya di kelurahan Sekaran, Gunungpati Semarang, Jawa

Tengah. Berdirinya kampus Universitas Negeri Semarang menjadikan kawasan

Sekaran menjadi lingkungan pendidikan dan tempat untuk mencari rezeki bagi

para pendatang baik untuk mencari pekerjaan maupun usaha di sektor informal.

Pengaruh tempat yang sangat potensial terutama bagi pedagang kaki lima. Selain

21

faktor pemilihan tempat jumlah mahasiswa yang tergolong banyak menjadi faktor

penarik bagi pedagang kaki lima.

Kehadiran pedagang kaki lima memberikan nilai positif dan negatif bagi

kelangsungan hidup masyarakat. Nilai positifnya pedagang kaki lima mampu

menciptakan usaha sendiri tanpa bantuan biaya kredit dari pemerintah. Pedagang

kaki lima penjadi pelopor masyarakat menengah ke bawah untuk memilih usaha

tersebut sebagai jalan untuk mencari rezeki dan memenuhi kebutuhan hidup.

Maraknya fenomena pedagang kaki lima di area kampus tentu berimplikasi pada

ketertiban, kenyamanan serta keindahan lingkungan kampus alasan tersebut

menjadikan adanya aturan mengenai pelarangan berjualan di area Simpang Tujuh

UNNES.

Aturan mengenai pelarangan berjualan di Simpang tujuh membuat para

pedagang kaki lima mengalami hambatan dalam melakukan usahanya, seperti

harus mencari tempat yang baru untuk sebagai lokasi penjualan , dampak terhadap

penjualan yang semakin menurun, selain itu faktor cuaca seperti hujan juga

mempengaruhi penjualan.

Penelitian yang akan dilakukan mengenai teori Tindakan Sosial Rasional

Instrumental. Teori tersebut memfokuskan makna-makna dan motif-motif yang

mendasari perilaku manusia agar tujuannya dapat tercapai secara efisien. Teori

Tindakan Rasional Instrumental digunakan untuk memahami perilaku para

pedagang kaki lima dalam melakukan strategi sosial ekonomi berdagang. Strategi

yang dilakukan adalah bagaimana pedagang memberitahukan lokasi yang baru

kepada pelanggan, bagaimana mendapatkan pelanggan kembali dan me-manage

22

modal, biaya, serta keuntungan berdagang agar tujuan yang diinginkan tercapai.

Tujuan yang dimaksud adalah pemenuhan kebutuhan hidup dan keberlanjutan

usaha. Kerangka berfikir dalam penelitian ini menjelaskan pelaksanan dilapangan

maupun pembahasan hasil penelitian “Strategi Sosial Ekonomi Pedagang Kaki

Lima Pasca Pelarangan Berjualan di Kawasan Simpang Tujuh UNNES” adalah

sebagai berikut:

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir

Kampus UNNES

Pedagang Kaki Lima

Pelarangan berjualan di Simpang

Tujuh UNNES

Teori Tindakan Sosial

Rasional Instrumental

Strategi Sosial Ekonomi

Pedagang Kaki Lima

Hambatan-hambatan

Pedagang kaki lima

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Kebijakan pelarangan berjualan menimbulkan berbagai tanggapan dari

para pedagang kaki lima. Tanggapan Pedagang Kaki Lima terhadap

kebijakan pelarangan berjualan sikap yang paling dominan yang

diperlihatkan oleh PKL adalah pasrah dengan keputusan yang

diberikan dan tetap berjualan walaupun belum ada tempat untuk

relokasi. Peraturan atau kebijakan dibuat agar manusia dapat hidup

dengan baik dan tertata yang didalamnya mengandung tujuan yang

ingin dicapai untuk kemaslahatan hidup bersama. Aturan hendaknya

dilaksanakan dengan baik dan agar mematuhi aturan tersebut karena

dengan hidup berpedoman pada tata krama maupun aturan yang berlaku

akan membawa pada keharmonisan dalam hidup bermasyarakat.

Kebijakan dari adanya pelarangan berjualan yang menimbulkan

berbagai tanggapan hendaknya kita dapat memetik manfaat maupun

sikap bagaimana yang harus dilakukan.

2. Strategi sosial ekonomi yang dilakukan pedagang kaki lima merupakan

salah satu aplikasi dari teori tindakan rasional instrumental dimana

strategi yang dilakukan oleh para pedagang merupakan berdasarkan

89

pilihan rasional dan menggunakan alat untuk mencapainya strategi

tersebut diantaranya: menggunakan lahan kosong untuk berjualan,

mencari pelanggan baru dengan cara menginformasikan lokasi

berjualan yang baru kepada mahasiswa melalui mulut ke mulut dan

mengiklankan secara online, cita rasa/kualitas harus tetap dijaga agar

pelanggan tetap menyukai apa yang dihidangkan, memproduksi

makanan sesuai standar laku hal ini dilakukan untuk

mempertimbangkan untung rugi, memberikan pelayanan yang ramah

kepada setiap pelanggan, memberikan tambahan makanan agar

pelanggan merasa senang. Strategi sosial ekonomi yang dilakukan oleh

pedagang kaki lima pasca pelarangan berjualan di Kawasan Simpang

Tujuh UNNES baik untuk keberlangsungan hidup para pedagang kaki

lima dan strategi tersebut dapat menjadikan pedoman untuk para

pedagang kaki lima lain yang ada di seluruh penjuru dunia. Strategi

juga akan meminimalisir dampak yang dirasakan oleh para pedagang

kaki lima.

3. Pedagang kaki lima atau PKL adalah pihak yang paling merasakan

dampak dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak UNNES terutama

kebijakan tentang ketertiban dan keindahan lingkungan UNNES di

Simpang Tujuh yang akan dijadikan taman. Dampak yang paling

dirasakan oleh pedagang kaki lima adalah berkurangnya

konsumen/pelanggan, pendapatan maupun lokasi yang belum ada

kepastian.

90

B. Saran

Saran yang dapat penulis rekomendasikan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Bagi UNNES yang dijadikan tempat lokasi agar memberikan saran

atau solusi untuk mencari tempat atau lokasi baru bagi para pedagang

kaki lima.

2) Pihak kelurahan sebagai pengelola juga agar sebelumnya telah

menyiapkan rencana kedepan untuk jangka panjang jika suatu saat

akan ada kebijakan terkait relokasi.

3) Untuk para pedagang kaki lima sebagai sasaran dalam kebijakan

diharapkan agar tertib dalam peraturan yang telah ditetapkan agar

tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

91

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Pembicaraan: Halaman Utama. http://wiki.unnes.ac.id/

index.php/ Pembicaraan:Halaman_Utama. Diunduh pada ‎30 ‎ urauna‎‎ 2016,

.‎83:24:71‏

Amalia, Tamara Bunga. 2014. “Strategi Sosial Ekonomi dan Eksistensi Usaha

Pedagang Pasar Tiban di Kecamatan Batang”. Jurnal solidaritas.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) edisi

revisi 2010, Jakarta : PT Rineka Cipta.

Dagun, Save M. 1992. Sosio Ekonomi Analisis Eksistensi Kapitalisme dan

Sosialisasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Damsar dan Indrayani. 2013. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group.

Darman. 2015.” Kehidupan Sosial Pedagang Kaki Lima di Kota Samarinda (Studi

Kasus Penjual Jagung Rebus ditepian)”. Jurnal Sosiologi Konsentrasi.

Effendi, Tadjuddin Noer. 1995. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja dan

Kemiskinan. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Ginting, Salmania W. 2003. “Studi Kasus: Pengaruh Keberadaan Pedagang Kaki

Lima terhadap Jumlah Pengunjung di Taman Kota di Medan”. Jurnal

Teknik Simetrika.

Handoyo dkk. 2007. Studi Masyarakat Indonesia. Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang.

Haryanto, Sindung. 2011. Sosiologi Ekonomi. Yogyakarta: Ar-ruz Media.

Hp, Rochsid Tri. 2015. Tentang Unnes. http://unnes.ac.id/tentang/. Diunduh pada

‎30 ‎ urauna‎‎ .‎95:83:71‏ ,2016

Http:///www.facebook.com

Khaerunnisa. 2015. “Strategi Meningkatkan Kehidupan Sosial Ekonomi

Pedagang Ikan Panggang Desa Suradadi Kecamatan Suradadi Kabupaten

Tegal”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial UNNES.

Koentjaraningrat. 1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Aksara

baru.

92

Koentjaraningrat. 1998. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia.

Kayed, Rasem N dan M. Kabir Hassan. 2011. “Saudi Arabia’s Economic

Development: Entrepreneurship As A Strategy”. International Journal of

Islamic and Middle Eastern Finance Management.

Lestari, Ghandy Dwi. 2010. “Strategi Adaptasi para Pedagang Kecil pasca

Kebakaran Pasar Kliwon Temanggung”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu

Sosial UNNES.

Lyons, Michal dkk. 2013. “Asr Forum: Engaging With African Informal

Ekonomies”. African Studies Review.

Margono, S. 2003. Metode penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Ni’mah, Nujumun. 2011. Perilaku Merokok Mahasiswi UNNES. Skripsi

Universitas Negeri Semarang.

Paul Johnson ,Dyle.1988.Teori Sosiologi Klasik dan Modern jilid 1. Jakarta:

Gramedia.

Ritzer, George dan Douglas J.Goodman. 2004. Teori Sosiologi Klasik dan

Modern edisi ke enam. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2011. Teori Sosiologi-Dari Teori

Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Modern.

Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Sairin, Sjafri. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset.

Sarjono, Joni Joko dkk. 2014. “Peranan Pemerintah dalam Pemberdayaan

Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Pontianak Timur”. Jurnal Tesis PMIS.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung:

Alfabeta.

Sudaryo, dkk. 1990. Ilmu Sosial Dasar Panduan Diskusi Mahasiswa. IKIP

Semarang Press.

Suyanto, DR. Bagong. 2013. Sosiologi Ekonomi Kapitalisme dan Konsumsi di

Era Masyarakat Post-Modernisme. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama

93

Tjokroanidjojo, Bintoro dan Mustopadidjaya. 1983. Teori Strategi Pembangunan

Nasional. Jakarta: NV. Sapdodadi.

Yunita dan Teguh. 2016. PKL di Simpang Tujuh Mulai Dikeluhkan.

http://www.bp2munnes.org/2015/11/pedagang-liar-unnes.html. Diunduh

pada ‎30 ‎ urauna‎‎ .‎95:83:78‏ ,2016