skripsie-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4566/1/skripsi.pdf · 2018-10-31 · viii persembahan...

185
i PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI MAN 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: Muchamad Chairul Umam NIM.11114166 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 18-Feb-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

DI MAN 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Muchamad Chairul Umam

NIM.11114166

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

ii

iii

PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

DI MAN 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Muchamad Chairul Umam

NIM.11114166

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

iv

Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

Dosen IAIN Salatiga

Persetujuan pembimbing

Hal : Naskah Skripsi

Lamp : 4 Eksemplar

Saudara : Muchamad Chairul Umam

Kepada:

Yth. Dekan FTIK

IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan sepenuhnya, maka bersama ini, kami

kirimkan naskah skripsi saudara/saudari:

Nama : Muchamad Chairul Umam

NIM : 111-14-166

Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/ Pendidikan Agama Islam

Judul : Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang Tahun

Pelajaran 2017/2018

Dengan ini kami mohon skripsi saudara/saudari tersebut diatas supaya segera

dimunaqosyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 31 Mei 2018

Pembimbing

Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

NIP. 19710309 2000031001

v

SKRIPSI

PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI

KURIKULUM 2013 (Studi Kasus di MAN 2 Magelang)

Disusun oleh:

MUCHAMAD CHAIRUL UMAM

NIM: 11114166

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, pada tanggal …….. dan telah dinyatakan memenuhi syarat guma

memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji :

Sekretaris :

Penguji I :

Penguji II :

Salatiga,

Dekan

Suwardi, M.Pd.

NIP.

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN

KESEDIAAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muchamad Chairul Umam

NIM : 111-14-166

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.

Salatiga, 4 Juni 2018

Yang menyatakan

Muchamad Chairul Umam

NIM. 11114166

vii

MOTTO

أٱفيسيزوا قل ي وظزوا ٱثم ضر ل انأفأكأ بيهأل ٱقبأةعأ كأ ذ ١١مكأ

Katakanlah: "Berjalanlah di muka bumi, kemudian

perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang

mendustakan itu"

(Al-An’am/6: 11)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Skripsi ini aku persembahkan untuk

orang-orang yang telah membantu, mendorong, mendampingi, dan

menyemangatiku dalam perjalanan mewujudkan impianku:

1. Kedua orangtuaku Bapak Solikin dan Ibu Ruwiyah aku ucapkan

terimakasih atas doa-doa yang selalu engkau panjatkan demi kesuksesan

anak-anakmu, dan atas semua pengorbanan yang telah engkau berikan

untukku.

2. Saudara sekandungku Mas Faizun beserta istrinya adekku yang sangat

super sekali Nok Nurul, terimakasih atas bantuan dan dukungannya

semoga kita semua menjadi anak sholeh sholehah yang dapat bersama-

sama membahagiakan bapak ibu.

3. Sahabat-sahabatku dan teman karibku (Kak Rapik, Amatul Muinah,

Anisatun Niswah, Marjai Affan, M. Wazir Jamaluddin, Muhlisin,

Mustaqim dan lain-lain) yang tidak pernah aku lupakan, banyak kenangan

telah kita lalui bersama.

4. Teman-teman Masjid Fatimah (Mas Aswad, Kang Ali Mahmudi, Kang

Hasim, Mas Falah, Kang Yusuf) yang telah menemani disaat kesepian

dengan ngaji bareng anak-anak TPQ.

5. Teman-teman dan partner kerjaku di kantin Kontainer (Nurhadi,

Abidurahman, Etik Siti Handayani, Umi Lutfiah, Ahmad Alfan,

Miftahurrahman, Bu Aning, Bu Tir dan Bu Nur) yang selalu

mengajarkanku untuk bekerja keras dan mandiri.

ix

6. Segenap guru-guruku (RA, MI, MTS, MAN), khususnya bapak Mursyidul

Anam, Bapak Maksum, Bapak Rois, Bapak Anas Munaji, Ibu Nurul

Istianah, Ibu Mizhariyatil Hidayah, Ibu Maksumatun berkat doa-doa beliau

dapat mengantarkanku masuk perguruan tinggi dan semua guruku yang

tidak dapat saya sebut satu persatu yang telah membimbingku, dengan

kesabarannya yang tak kenal lelah selalu memberikan inspirasi dan

semangat untuk menggapai cita-cita.

7. Umi Ida Kholifah beserta keluarga yang selalu memberikan dukungan baik

moril atuapun materiil sehingga dapat membantuku dalam menyelesaikan

kuliah ini.

8. Kepada pimpinan Dompet Dhuafa Jawa Tengah dan staffnya (Mas Imam

Baihaqi, Mas Wahyu, Mas Satrio, Mbak Hajar, Mbak Iin , Mbak Rosa)

yang telah mengantarkanku terjun di bidang entrepreneur dan telah

berbagi banyak ilmu dan pengalaman dalam berwirausaha.

x

KATA PENGANTAR

Segala puji kita limpahkan kepada Ilahi Rabbi, Allah SWT atas nikmat

islam dan iman yang telah diberikan. Sholawat salam kita sanjungkan kepada

Nabi Muhammad SAW, semoga kami termasuk hamba yang mendapatkan bagian

kebaikanmu dan kelak akan mendapatkan syafaatnya. Amin.

Sebuah kewajiban dan keharusan yang harus dilaksanakan untuk

melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pada Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (PAI), maka

dengan segala daya dan upaya penulis menyelesaikan karya ilmiah dalam bentuk

skripsi dengan judul “Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang Tahun Pelajaran

2017/2018”

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan terimakasih

yang setulus-tulusnya kepada:

1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, bapak Dr. Rahmat

Hariyadi, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga, bapak

Suwardi, M.Pd.

3. Ketua program studi PAI IAIN Salatiga, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.

4. Pembimbing skripsi, Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. yang telah

membantu dan memberikan bimbingan sehingga skripsi ini selesai.

xi

5. Segenap dosen dan karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga, yang dengan sengaja maupun tidak sengaja turut memperlancar

proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tidak ada gading yang tak retak, untuk itu

dengan kerendahan hati penulis mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis atas segala kritik san saran dari

pembaca yang budiman. Semoga karya kecil ini bermanfaat bagi siapa saja yang

ingin mengambil manfaat darinya. Amin.

Salatiga, 27 Mei 2018

Muchamad Chairul Umam

NIM. 11114166

xii

ABSTRAK

Umam, Muchamad Chairul. 2018. Problematika Guru Pendidikan Agama

Islam dalam Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang

Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi, Salatiga: Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr.

Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

Kata Kunci: problematika dan implementasi kurikulum 2013

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk 1)

Mengetahui bagaimana implementasi kurikulum 2013 di MAN 2

Magelang 2) Apa problem yang dihadapi guru PAI dalam melaksanakan

Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang 3) Bagaimana solusi problematika

yang dihadapi guru PAI dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.

Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian lapangan (field

research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Data-data dalam penelitian

diproleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, yang kemudian

dilakukan analisis dengan cara mendeskripsikan data dari informan,

mereduksi data sesuai kebutuhan penelitian kemudian dianalisis oleh

penulis, dan terakhir disimpulakan untuk menjawab tujuan penelitian.

Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa implementasi kurikulum

2013 di MAN 2 Magelang sudah berjalan sesuai dengan arahan

pemerintah, akan tetapi dari segi bahan, alat, metode pembelajaran masih

perlu dimaksimalkan. Problematika yang dihadapi guru PAI dalam

implementasi kurikulum 2013 terkait dengan beban administrasi yang

terlalu berat, buku ajar yang belum memadai dan kreatifitas guru yang

masih kurang. Problematika tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan

kualitas guru dan supervisi guru, selalu berkoordinasi dengan

pemerintah/dinas pendidikan untuk memberikan pelatihan-pelatihan

kepada para guru terkait dengan kurikulum 2013.

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

LEMBAR BERLOGO ........................................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ v

HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

ABSTRAK ......................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1

B. Fokus Penelitian ....................................................................................5

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................5

D. Manfaat Peneletian ................................................................................6

E. Kajian Penelitian Terdahulu ..................................................................7

F. Sistematika Penulisan............................................................................9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) .................................................11

xiv

1. Pengertian Guru PAI .....................................................................11

2. Tugas Guru ....................................................................................13

B. Pendidikan Agama Islam ....................................................................17

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ............................................17

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ..................................................18

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ....................................19

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam ..................................................20

C. Kurikulum 2013 ..................................................................................21

1. Pengertian Kurikulum 2013 ..........................................................21

2. Tujuan Kurikulum 2013 ................................................................22

3. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 ..................................23

4. Implementasi Kurikulum 2013 .....................................................27

5. Model-Model Pembelajaran Kurikulum 2013 ..............................42

6. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013 ...............................48

7. Perbedaan Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013 .................50

8. Pengembangan Bahan Ajar dalam Implementasi K-13 ...............53

9. Konsep Penilaian Kelas dan Penilaian Pencapaian

Kompetensi Sikap .........................................................................63

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ...................................................................81

B. Lokasi Penelitian ...........................................................................81

C. Sumber Data ..................................................................................82

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................83

xv

E. Analisis Data .................................................................................84

F. Pengecekan Keabsahan Data.........................................................86

G. Tahap-tahap Penelitian ..................................................................86

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum MAN 2 Magelang .................................................88

1. Sejarah Berdirinya Madrasah .......................................................88

2. Visi dan Misi Madrasah ...............................................................90

3. Keadaan MAN 2 Magelang ..........................................................92

4. Sarana dan Prasarana.....................................................................94

5. Data guru, pegawai dan siswa .......................................................95

B. Data Hasil Temuan ...........................................................................106

1. Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang .................106

2. Problem yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam

implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang ..................111

3. Solusi problematika yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam

(PAI) dalam implementasi kurikulum 2013 ...............................112

C. Analisis Data .....................................................................................114

1. Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang .................114

2. Problem yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam

implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang ..................117

3. Solusi problematika yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam

(PAI) dalam implementasi kurikulum 2013 ...............................120

xvi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................131

B. Saran ..................................................................................................132

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013

Tabel 2.2 Cakupan Penilaian Sikap

Tabel 2.3 Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap

Tabel 2.4 Rentang Nilai Kompetensi Pengetahuan

Tabel 2.5 Rentang Nilai Kompetensi sikap

Tabel 4.1 Jumlah siswa 8 tahun terakhir

Tabel 4.2 Rombongan belajar

Tabel 4.3 Sarana dan prasarana

Tabel 4.4 Jumlah guru dan pegawai

Tabel 4.5 Rekapitulasi Jumlah Siswa Keseluruhan tahun pelajaran 2016/2017

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Data Responden

2. Lampiran 2 Hasil Wawancara

3. Lampiran 3 Dokumentasi RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

4. Lampiran 4 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

5. Lampiran 5 Lembar Bimbingan Skripsi

6. Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian

7. Lampiran 7 Daftar Nilai SKK

8. Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup

9. Lampiran 9 Foto-Foto Hasil Observasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa diukur dari seberapa maju pendidikan yang

telah dicapai. Konsep tersebut sama halnya dengan mesin pendidikan yang

digelar di sekolah, apakah telah melakukan pencerahan terhadap anak didik

ataukah tidak. Sepanjang sejarah pendidikan dilakukan, belum ada kemajuan

luar biasa yang disumbangkan di negeri kita, sehingga sangat wajar apabila

pendidikan belum mampu menjadi tulang punggung bagi perubahan

pemikiran anak-anak didik.

Pendidikan menjadi hal sangat fundamental bagi anak bangsa, dengan

pendidikan yang baik maka akan baik pula pola pikir dan sikap anak bangsa.

Pendidikan yang baik terbentuk dari pola dan sistem pendidikan yang baik

pula. Sistem dan pola pendidikan yang baik terwujud dengan kurikulum yang

baik.

Untuk mewujudkan pendidikan yang baik itu tidak lepas dari

kebijakan pemerintah, sehingga pemerintah mempunyai andil yang sangat

besar dalam menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan di Indonesia.

Apalagi ditambah dengan cepatnya laju perkembangan ilmu pengetahuan dan

keamajuan zaman, sehingga sudah menjadi tuntutan bagi pemerintah untuk

berusaha semaksimal mungkin untuk menghadirkan inovasi-inovasi baru

2

dalam dunia pendidikan. Hal ini dimaksudkan sebagai perbaikan dunia

pendidikan di Indonesia.

Perubahan yang mendasar yang dilakukan pemerintah yaitu berkaitan

dengan kurikulum, karena kurikulum akan dengan sendirinya menuntut

berbagai perubahan pada komponen-komponen lain, dengan adanya

perubahan kurikulum nantinya diharapkan akan membawa perubahan sistem

pendidikan yang ada. Sebelum adanya perubahan kurikulum di Indonesia

yakni Kurikulum 2013 (K-13), pendidikan di Indonesia salah satunya

menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Alasan perubahan atau penyempurnaan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) ke Kurikulum 2013 (K-13) yang paling mendasar adalah

agar kurikulum yang akan diterapkan tersebut mampu menjawab tantangan

zaman yang terus berubah tanpa dapat dicegah, dan untuk mempersiapkan

peserta didik yang mampu bersaing di masa depan dengan segala ilmu

pengetahuan dan teknologi (Kurniasih dan Berlin, 2014: 31).

Banyak kalangan yang berpendapat bahwa kurikulum KTSP adalah

kurikulum yang sangat memberatkan peserta didik, karena terlalu banyak

materi pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik, sehingga mereka

menjadi terbebani dengan segudang materi yang segera harus dituntaskan dan

dikuasai. Sedangkan menurut para ahli pendidikan, perubahan kurikulum

KTSP disebabkan karena kebutuhan dan tuntutan zaman yang selalu berubah

tanpa dapat dicegah.

3

Terlepas dari silang pendapat di tengah masyarakat dan para ahli,

kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap

kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu di

teruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Sehingga dengan adanya

Kurikulum 2013 (K-13) diharapkan mampu menyempurnakan kurikulum-

kurikulum yang telah lalu.

K-13 merupakan kurikulum terbaru yang mulai dilaksanakan pada

tahun ajaran 2013/2014 pada sekolah yang ditunjuk pemerintah, maupun

sekolah yang sudah siap melaksanakannya. Di dalam kurikulum 2013 lebih

ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang

menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya. Pendidikan karakter dalam

kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil

pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlaq mulia

peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar

kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi

kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan sekaligus berbasis karakter,

dengan pendekatan tematik dan konstektual diharapkan mampu secara

mandiri meningkatkan dan mengembangkan pengetahuannya, mengkaji dan

mengambil nilai-nilai karakter dan akhlaq mulia sehingga terwujud dalam

perilaku sehari-hari.

Namun, dalam setiap perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia

selalu terjadi pro dan kontra. Hal ini karena, dalam suatu perubahan sulit

untuk dilakukan. Apalagi perubahan kurikulum yang harus merubah sistem,

4

budaya, serta semua tatanan dalam suatu lembaga sekolah. Di sisi lain para

guru juga mengeluh karena masih kesulitan dalam menerapkan kurikulum

2013. Survei menunujukan bahwa sebagian besar guru berpandangan belum

sepenuhnya memahami prinsip pembelajaran, prinsip penilaian dan

terkendala pada sumber belajar yang digunakan untuk penyusunan RPP

berdasarkan kurikulum 2013.

Dalam usaha untuk melaksanakan perubahan kurikulum, sudah barang

tentu sekolah membutuhkan guru yang profesional, karena guru menjadi

salah satu faktor penting dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013.

Setiap implementasi kurikulum, menuntut guru untuk menguasai isi bidang

studi, pemahaman karakteristik peserta didik, melakonkan pembelajaran yang

mendidik dan menyenangkan serta potensi pengembangan profesionalisme

dan kepribadian (Mulyasa, 2016: 5)

Menghadapi kenyataan diatas pemerintah dituntut untuk

melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan.

Diharapkan dengan adanya pendidikan dan pelatihan ini para guru dapat

memerankan tugas dan fungsinya dengan baik dalam implementasi kurikulum

2013.

Akan tetapi tidak bisa di pungkiri walaupun pemerintah sudah

memberikan pelatihan yang maksimal, dengan pergantian kurikulum yang

baru ini secara langsung atau tidak langsung akan memberikan beban

psikologis bagi guru, dan mungkin akan membuat guru frustasi akibat

perubahan tersebut. Hal ini sangat dirasakan oleh guru yang memiliki

5

kemampuan minimal. Bahkan guru-guru yang sudah usia senja juga akan

merasa kesulitan dalam mengoperasikan laptop yang menjadi kebutuhan

pokok dalam kurikulum 2013 ini, sehingga beberapa guru mengalami

kesulitan dalam menerapkan kurikulum 2013.

Dari masalah yang ada di atas maka penulis ingin meneliti bagaimana

Problematika Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2

Magelang. Karena lembaga ini merupakan salah satu lembaga pendidikan

yang tergolong masih awal dalam melaksanakan kurikulum 2013 ini. Dengan

demikian penulis akan memfokuskan penelitian ini dengan judul

“PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI

KURIKULUM 2013 DI MAN 2 MAGELANG TAHUN AJARAN

2017/2018”.

B. Fokus Penelitian

Dari uraian yang telah penulis paparkan diatas, peneliti mengambil

fokus penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2 Magelang?

2. Apa problem yang dihadapi guru PAI dalam melaksanakan Kurikulum

2013 (K-13) di MAN 2 Magelang?

3. Bagaimana solusi problematika yang dihadapi guru PAI dalam

mengimplementasikan Kurikulum 2013 (K-13)?

C. Tujuan Penelitian

Dalam setiap kegiatan tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

sebagaimana dalam penelitian ini sebagai berikut:

6

1. Untuk mengetahui Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2

Magelang.

2. Untuk mengetahui problem yang dihadapi guru PAI dalam melaksanakan

Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2 Magelang.

3. Untuk mengetahui solusi problematika yang dihadapi guru PAI dalam

mengimplementasikan Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2 Magelang.

D. Manfaat Peneletian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

pandangan guru agama terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI)

berdasarkan kurikulum 2013, sehingga memberikan wawasan pengetahuan

dan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih berupa

wawasan keilmuan dalam ilmu pendidikan dan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) dan mampu memberikan tambahan

wacana dalam bidang pendidikan bagi kalangan akademisi teutama

untuk peningkatan mutu pendidikan.

b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi siapa yang akan mengadakan

penelitian berikutnya yang berkaitan dengan problematika guru PAI

dalam implementasi kurikulum 2013.

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi tentang

problematika serta solusi yang tepat terkait dengan problem yang

7

dihadapi oleh guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN

2 Magelang Kab. Magelang sehingga memberikan motivasi kepada

para guru dalam meningkatkan keprofesionalan dalam pembelajaran.

b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan

pertimbangan bagi sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum

2013 melalui masalah-masalah yang muncul serta solusi yang tepat

dalam implementasi kurikulum 2013.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

Setelah penulis mengadakan kajian pustaka terhadap beberapa skripsi

yang berhubungan dengan tema pada skripsi penulis, ternyata skripsi yang

terkait dengan problematika guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013

belum ada yang meneliti. Namun ada beberapa hasil penelitian yang

berhubungan dengan penelitian ini, yaitu:

Skripsi yang ditulis oleh Wulan Kusuma Dewi mahasiswa fakultas

tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Malang tahun 2009 yang

berjudul “Perspektif Guru Agama Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Agama

Islam (PAI) Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Malang”. Dari hasil penelitianya

menyimpulkan bahwa: tanggapan guru agama terhadap pelaksanaan

pendidikan agama Islam (PAI) berdasarkan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) yaitu semua guru agama di MAN 3 setuju dengan

kurikulum KTSP karena kurikulum KTSP ini lebih cocok dibandingkan

kurikulum sebelumnya (Dewi, 2009: 17), berbeda dengan penelitian yang

8

penulis lakukan ini karena penelitian ini lebih berfokus pada problem yang

diahadapi guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013.

Skripsi Thoha Zamroni mahasiswa fakultas Tabiyah IAIN Salatiga

tahun 2015 yang berjudul “Implementasi Kurikulum 2013 Pada Proses

Pembelajaran PAI di SMP N 1 Wirosari Kabupaten Grobogan”. Dari hasil

penelitiannya menyimpulkan bahwa implementasi kurikulum 2013 pada

proses pembelajaran PAI di SMP N 1 Wirosari sudah berjalan dengan baik

dan lancar sebab para guru telah mendapatkan pelatihan implementasi

kurikulum 2013, selain itu sarana dan prasana, sumber belajar sangat

memadai. (Zamroni, 2015: 10), skripsi Thoha Zamroni tidak jauh berbeda

dengan penelitian yang saya lakukan yaitu tentang implementasi kurikulum

2013, yang membedakannya adalah adanya pembahasan tentang

problematika guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di penelitian ini.

Skripsi Siti Kholipah mahasiswa fakultas tarbiyah IAIN Salatiga tahun

2015 yang berjudul “Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran

pendidikan agama islam bagi anak berkebutuhan khusus di SLB-C YPPALB

magelang tahun pelajran 2014/2015”. Dari hasil penelitiannya menyimpulkan

bahwa implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI bagi ABK di

SLB-C YPPALB Magelang tidak seluruhnya sesuai standar dalam kurikulum

2013 dan masih banyak hambatan misalnya peserta didik sulit diberikan

materi pelajaran, sarana dan prasarana belum mencukupi, guru yang belum

siap dengan implementasi kurikulum 2013, dan buku-buku penunjang yang

belum komplit (Kholipah, 2015: 10), sedangkan penelitian ini membahas

9

tentang problematika guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN

2 Magelang.

Dari beberapa kajian skripsi terdahulu di atas ada perbedaan dengan

skrispsi yang penulis susun, karena penulis disini lebih memfokuskan

penelitian pada problematika yang dihadapi guru agama dalam implementasi

kurikulum 2013.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini penulis susun dengan sistematika sebagai berikut:

1. Bagian awal ini terdiri dari: sampul, lembar berlogo judul, persetujuan

pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto

dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar table dan

lampiran-lampiran.

2. Bagian Inti

Pada bagian ini terdiri dari beberapa bab, yaitu:

Bab I : Pendahuluan, memuat tentang latar belakang masalah,

fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian penelitian

terdahulu, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, memuat pembahasan tentang pengertian

guru PAI, tugas guru, pengertian PAI, tujuan PAI, ruang lingkup PAI,

fungsi PAI, pengertian kurikulum 2013, tujuan kurikulum 2013, landasan

pengembangan kurikulum 2013, implementasi kurikulum 2013, model-

model pembelajaran kurikulum 2013, kelebihan dan kekurangan

Kurikulum 2013, perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013, problematika

10

dalam penerapan Kurikulum 2013, pengembangan bahan ajar dalam

implementasi kurikulum 2013, dan konsep penilaian kelas dan penilaian

pencapaian kompetensi sikap

Bab III Metode Penelitian, memuat tentang pendekatan dan jenis

penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,

analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

BAB IV Paparan Data dan Analisis, memuat tentang gambaran

umum MAN 2 Magelang yang meliputi; sejarah singkat berdirinya MAN

2 Magelang, visi misi MAN 2 Magelang, keadaan MAN 2 Magelang,

sarana dan pra sarana, keadaan guru, pegawai dan siswa. Dalam bab ini

juga dipaparkan data yang meliputi implementasi kurikulum 2013 di MAN

2 Magelang, problema guru PAI terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama

Islam (PAI) dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang dan

solusi problematika guru PAI dalm implementasi kurikulum 2013.

Bab V Penutup, memuat tentang kesimpulan dan saran.

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

1. Pengertian guru PAI

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi guru adalah orang

yang pekerjaan, mata pencaharian, atau profesinya mengajar

(Depdikbud, 1989: 228).

Berbeda dengan J.E.C. Gericke dan T. Roorda, sebagaimana yang

di kutip oleh Sri Minarti dalam bahasa Inggris ada beberapa kata yang

berarti guru, misalnya teacher yang berarti guru atau pengajar, educator

yang berarti pendidik atau ahli mendidik, dan tutor yang berarti guru

pribadi, guru yang mengajar di rumah, atau guru yang memberi les

(Minarti, 2013: 107-108).

Sedangkan menurut Cece Wijaya dkk, guru adalah orang yang

sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar oleh karena itu guru

harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai,

guru harus mampu mempengaruhi para siswanya. Guru harus

berpandangan luas dan juga harus memiliki wibawa (Wijaya, 2002: 8).

Sementara menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

12

pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah jalur

pendidikan formal (Supardi, 2014: 8).

Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian

guru adalah seseorang yang tugasnya mendidik, membimbing dan

menyampaikan suatu ilmu serta memberi teladan yang baik kepada

murid-muridnya, sehingga mampu membawa siswanya kepada tujuan

yang ingin dicapai, guru harus mampu mempengaruhi para siswanya

baik melalui pendidikan formal ataupun nonformal.

Sedangkan pengertian pendidikan agama islam sendiri menurut

Muhaimin dkk adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam

menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama islam

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan

memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan

kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan

persatuan nasional (Muhaimin dkk, 2008:75-76).

Dari definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa guru PAI

adalah seseorang yang tugasnya mendidik, mengajar dan membimbing

anak didiknya dalam bidang agama islam sehingga anak didiknya

mampu mempraktikan ajaran islam dengan baik dan membentuk

generasi yang berakhlak mulia serta mampu mendatangkan keselamatan

di dunia dan di akhirat.

Terkait dengan tantangan guru PAI yang terjadi di Indonesia

belakangan ini terlihat semakin berat, misalnya terkait dengan pandangan

13

hidup dari barat seperti bias gender. Menurut Suwardi dkk (2017: 216-

217) Islam seringkali dipandangan mengajarkan bias gender, dimana

laki-laki di posisikan lebih tinggi dibanding perempuan.

2. Tugas Guru

Para ahli-ahli pendidikan islam maupun barat telah sepakat bahwa

tugas guru adalah mendidik. Mendidik biasanya dilakukan dalam bentuk

mengajar, sebagian dalam memberikan motivasi, memuji, menghukum,

memberi contoh, membiasakan dan lain-lain. Dalam pendidikan di

lembaga sekolah, tugas guru sebagian besar adalah mendidik dengan

mengajar.

Tugas pendidik selain menyampaikan materi dikelas, pendidik juga

harus mampu membentuk kepribadian anak didik, yang pada akhirnya

anak didik memiliki akhlak yang mulia, sehingga pendidik hendaknya

mampu menjadi suri tauladan yang baik bagi anak didiknya dalam segala

keadaan. Karena semua yang ada pada guru akan di perhatikan dan ditiru

oleh para anak didiknya.

Dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pasal 31 ayat 3 dan 4 dinyatakan bahwa setiap tenaga

kependidikan, termasuk di dalamnya guru agama berkewajiban untuk

melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan pengabdian,

meningkatkan kemampuan professional sesuai dengan tuntutan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan

bangsa (Muhaimin, 2004: 99).

14

Sedangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS

pasal 39 ayat 2 disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional

yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,

serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama

bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Secara lebih rinci dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru

dan dosen pasal 20 di sebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas

keprofesionalannya, seorang guru berkewajiban:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran

yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

b. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejakan dengan ikmu pengetahua,

teknologi dan seni.

c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan

jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondidi fisik tertentu atau latar

belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam

pembelajaran.

d. Menjunjung tunggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode

etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.

e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa (UU

Republik Indonesia, 2006:14-15).

15

Ahmad Tafsir menyimpulkan secara singkat bahwa tugas guru

mencakup tiga hal yaitu mendidik, mengajar dan melatih (Tafsir, 1994:

79). Untuk menjabarkan rumusan tersebut di atas, berikut ini merupakan

penjelasan guru sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih

1) Guru sebagai pendidik

Mujtahid dalam salah satu tulisannya, mengutip pendapat

Muchtar Bukhori yang dimaksud dengan mendidik adalah proses

kegiatan untuk mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan

keterampilan hidup pada diri seseorang.

2) Guru sebagai pembimbing

Seorang guru berusaha membimbing peserta didik agar dapat

menemukan berbagai potensi yang dimilikinya, dan dapat tumbuh

serta menjadi individu yang mandiri dan produktif. Tugas guru

sebagai pembimbing terletak pada kekuatan intensitas hubungan

interpersonal antara guru dengan peserta didik yang dibimbingnaya.

Guru juga dituntut agar mampu mengidentifikasi peserta didik yang

diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa dan

membantu memcahkannya.

3) Guru sebagai pelatih

Guru juga harus bertindak sebagai pelatih, karena pendidikan dan

pengajaran memerlukan bantuan latihan keterampilan baik

intelektual, sikap maupun motorik. Agar dapat berpikir kritis,

berperilaku sopan, dan menguasai keterampilan, peserta didik harus

16

mengelami banyak latihan yang teratur dan konsisten. Kegiatan

mendidik atau mengajar juga tentu membutuhkan latihanuntul

memperdalam pemahaman dan penerapan teori yang disampaikan

(Mujtahid, 2011: 33).

Seorang guru dalam pandangan islam memliki kedudukan yang

sangat mulia. Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu

pengetahuan (guru), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas

mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup sebagaimana firman

Allah dalam QS. Al-Mujadalah/58:11.

ىى ل ذيهأٱأأيهأايأ امأ اا ءأ جأ ل ٱفيتأفأس حىا لأكم قيلأإذأ سأحىا ف ٱفألسمأٱسأحيأف لل الأكم إذأ ٱفأعيأز وشزوا ٱفأوشزوا ٱقيلأوأ ىىا ل ذيهأٱلل امأ ءأ

جأ مأعل ل ٱأوتىا ل ذيهأٱوأمىكم ٱوأت دأرأ الل لىنأتأع بمأ بيز مأ ١١خأ"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya

Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:

"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah

Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Mujadilah/58: 11)

Dalam pandangan Al-Ghazali yang diikuti oleh Muhammad

Muntalibun Nafis, seorang guru mempunyai tugas utama yaitu

menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan

hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Hal ini

karena pada dasarnya tujuan utama pendidikan islam adalah

mendekatkan diri kepada Allah swt., kemudian realisasinya pada

kesalehan sosial dalam masyarakat sekelilingnya. Dari sini dapat

dinyatakan bahwa kesuksesan seorang guru akan dapat dilihat dari

17

keberhasilan aktualisasi perpaduan antara iman, ilmu dan amal saleh

dari peserta didiknya setelah mengalami sebuah proses pendidikan.

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Ditbinpanisun sebagaimana yang dikutip Zakiah Daradjat

dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Agama Islam, Pendidikan

Agama Islam yaitu suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak

didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa

yang terkandung di dalam islam secara keseluruhan, menghayati makna

dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya

serta menjadikan ajaran-ajaran agama islam yang telah dianutnya itu

sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan

dunia akhirat (Zakiah daradjat dkk, 1996: 88).

Begitu juga Sahilun A. mendefnisikan bahwa:

“Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang sistematis dan

pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama islam

dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran islam itu

benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang di integral dalam

dirinya. Yakni, ajaran islam itu benar-benar dipahami, diyakini

kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi

pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mental

(Syafaat dkk, 2008:15-16).

Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan

agama islam adalah usaha sadar dalam rangka mengenalkan peserta didik

untuk menghayati tentang ajaran agama islam, sehingga peserta didik

18

mampu mengamalkan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari dan

sebagai pedoman untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan yaitu sasaran yang ingin di capai oleh seseorang atau

sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan, dalam hal ini adalah

sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan islam (Uhbiyati,

1998:11).

Menurut Abdul Fattah tujuan pendidikan agama islam secara

umum adalah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Tujuan umum

ini akan membawa kepada tujuan khusus yang lain. Jadi menurut islam,

tujuan pendidikan agama islam adalah menjadikan manusia menyembah

dan menghambakan diri kepada Allah ialah beribadah kepada Allah

(Tafsir, 1994: 46).

Sedangkan Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa tujuan

pendidikan agama islam dibagi menjadi dua yaitu tujuan sementara dan

tujuan akhir (Uhbiyati, 1998: 30)

1. Tujuan sementara

Tujuan sementara yaitu sasaran sementara yang harus dicapai

oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan agama islam. Tujuan

pendidikan disini yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti

kecakapan jasmani, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan

ilmu-ilmu kemasyarakataan, kesusilaan, keagamaa, kedewasaan

jasmani, rohani dan sebagainya.

19

2. Tujuan Akhir

Tujuan akhir pada pendidikan islam adalah terbentuknya kepribadian

muslim. Sedangkan kepribadian muslim disini adalah kepribadian

yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan

ajaran islam.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

a. Al-Quran Hadits, yang menekankan pada kemampuan membaca,

menulis, dan menterjemahkan serta menampilkan dan mengamalkan

isi kandungan Alquran hadits dengan baik dan benar.

b. Akidah, yang menenkankan pada kemampuan memahami dan

mempertahankan keyakinan, menghayati, serta meneladani dan

mengamalkan sifat-sifat Allah dan nilai-nilai keimanan dalam

kehidupan sehari-hari.

c. Akhlak dan Budi Pekerti, yang menekankan pada pengamalan sikap

terpuji dan menghindari akhlak tercela.

d. Fiqih, yang menekankan pada kemampuan untuk memahami,

meneladani dan mengmalkan ibadah dan muamalah yang baik dan

benar

e. Sejarah Peradaban Islam, yang menekankan pada kemampuan

mengambil pelajaran (ibrah) dari peristiwa-peristiwa bersejarah

(islam), meneladani tokoh-tokoh muslim yang berprestasi, dan

mengaitkannya dengan fenomena-fenomena sosial, untuk

melestarikan dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban islam

20

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Abdul Majid mengemukakan bahwa kurikulum pendidikan agama

Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta

didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan

keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban dilakukan oleh

setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk

menumbuhkan menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukanoleh

setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh

kembangkankan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan,

pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut

dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat

perkembangannya.

b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan

dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dan

kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman

dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari

lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan

21

dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia

Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum

(alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat

khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang

secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri

dan bagi orang lain (Majid dan Andayani, 2004: 136).

C. Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang muncul sebagai respon

terhadap keprihatinan dalam dunia pendidikan yang masih jauh dari

tujuan pendidikan nasional, misalnya kemerosotan moral peserta, yang

ditandai oleh maraknya perkelahian pelajar dan mahasiswa, kecurangan

dalam ujian, seperti nyontek yang telah membudaya di kalangan pelajar

dan mahasiswa.

Dengan demikian maka tema kurikulum 2013 adalah menghasilkan

insan yang produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap,

keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi serta lebih di tekankan

pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan

menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya, sehingga nantinya mampu

membentuk anak didik yang berkarakter dan berkepribadian luhur.

22

Kurikulum yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter

dengan pendekatan tematik dan kontekstual ini diaharapkan peserta didik

mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan

pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi

nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku

sehari-hari (Mulyasa, 2014: 7).

Implementasi kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan

kompetensi harus melibatkan semua komponen (stakeholder), termasuk

komponen-komponen yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri.

Komponen-komponen tersebut antara lain kurikulum, rencana

pembelajaran, proses pembelajaran, mekanisme penilaian, kualitas

hubungan, pengelolaan sekolah/madrasah, pelaksanaan pengembangan

diri peserta didik, pemberdayaan sarana dan prasrana, pembiayaan, serta

etos kerja seluruh warga lingkungan sekolah/madrasah

2. Tujuan Kurikulum 2013

a. Menyiapkan soft skill dan hard skill dalam dunia pendidikan melalui

kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam rangka

menghadapi tantangan global yang terus berkembang.

b. Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif,

kreatif, inovatif sebagai modal pembangunan bangsa dan Negara

Indonesia.

c. Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan

menyiapkan administrasi mengajar, sebab pemerintah telah

23

menyiapkan semua komponen kurikulum beserta buku teks yang

digunakan dalam pembelajaran.

d. Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga

masyarakat secara seimbang dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat

satuan pendidikan.

e. Meningkatkan persaingan yang sehat antar satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan

keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum 2013 sesuai dengan

kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi

daerah (Fadlillah, 2014: 25).

3. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013

Menurut Abdul Madjid dan Chaerul Rochman (2014: 10) Landasan

pengembangan kurikulum mencakup 4 landasan yaitu:

a. Landasan Yuridis

Landasan yurudis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang

system pendidikan nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun

2005 tentang Standard Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standard

Kompetensi Lulusan Dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

nomor 22 tahun 2006 tentang Standard Isi. Lebih lanjut,

pengembangan kurikulum 2013 diamanatkan oleh Rencana

Pendidiakn Menengah Nasional (RJPMN). Landasan yuridis

24

pengembangan kurikulum 2013 lainnya adalah Intruksi Presiden

Republik Indonesia tahun 2010 tentang pendidikan karakter,

pembelajaran aktif, dan pendidikan kewirausahaan.

b. Landasan Filosofis

Kurikulum adalah untuk membangum kehidupan bangsa masa

kini dan masa yang akan datang, yang dikembangkan dari warisan

nilai dan prestasi bangsa di masa lalu, serta kemudian diwariskan dan

dikembangkan untuk kehidupan masa depan, ketiga dimensi

kehidupan bangsa (masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan

datang) menjadi landasan filosfofis pengembangan kurikulum.

Pada pengembangan kurikulum 2013, Pancasila sebagai falsafah

bangsa dan negara menjadi sumber utama dan penentu arah yang

akan dicapai dalam kurikulum. Berdasarkan Pancasila, kurikulum

yang dikembangkan atas dasar filosofi adalah sebagai berikut:

1) Kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

belajar dari budaya setempat dan memberikan kesempatan untuk

berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya setempat

dan nasional menjadi budaya yang digunakan dalam kehidupan

sehari-hari.

2) Kurikulum dikembangakan berdasarkan filosofis

eksperimentalisme yang mengatakan bahwa proses pendidikan

adalah upaya untuk mendekatkan apa yang dipelajari di sekolah

dengan apa yang terjadi di masyarakat.

25

3) Filosofis rekontruksi sosial yang memberikan bagi

pengembangan kurikulum untuk menempatkan peserta didik

sebagai subjek yang peduli pada lingkungan sosial, alam, dan

lingkungna budaya.

4) Filosofis esensialis dan perenialisme yang menempatkan

kemampuan intlektual dan berpikir rasional sebagai aspek penting

yang harus menjadi kepedulian kurikulum untuk dikembangkan.

5) Filosofis eksistensialis dan romantic naturalism, yaitu aliran

filosofi yang memandang proses pendidikan adalah untuk

nmengembangkan rasa kemanusiaan yang tinggi, kemampuan

berinteraksi dengan sesama dalam mengangkat harkat

kemanusiaan dan kebebasan berinteraksi dan berkreasi.

c. Landasan Empiris

Menurut hasil riset PISA (Progam For International Student

Assessment), studi yang memfokuskan literasi bacaan, matematika

dan IPA menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10

besar terbawah dari 65 negara. Hasil riset TIMSS (Trends

International Mathematicsand Science Study) menunjukan siswa

Indonesia berada rangking amat rendah dalam kemampuan (1)

memahmai informasi yang kompleks; (2) teori, analisis dan

pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur, dan pemechan

masalah; (4) melakukan investigasi. Hasil ini menunjukkan perlunya

perubahan orientasi kurikulum, yang tidak membebani peserta didik

26

dengan konten, namun pada aspek kemampuan esensial yang

diperlukan warga negara untuk berperan serta dalam membangun

negara pada abad 21.

d. Landasan teoritis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “Pendidikan

Berdasarkan Standard” (Standard-Based Education), dan teori

kurikulum berbasis kompetensi . pendidikan berdasarkan standard

adalah pendidikan yang menetapkan standard naisional sebagai

kualitas minimal warganegara untuk suatu jenjang pendidikan.

Standard bukan kurikulum dan kurikulum dikembangkan agar peserta

didik mampu mencapai kualitas standard nasional atau diatasnya.

Standard kualitas nasional dinyatakan sebagai standard kompetensi

lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Standard komptensi lulusan dikembangkan menjadi standard

komptensi lulusan satuan pendidikan yaitu SD/MI, SMP/MTS,

SMA/MA, SMK/MAK.

4. Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 yang sudah diterapkan hampir di seluruh jenjang

pendidikan membutuhkan guru yang professional dalam menyukseskan

implementasinya, sehingga guru menjadi garda terdepan dan ujung

tombak dalam implementasi dan pembelajaran yang berhadapan

langsung dengan peserta didik. (Mulyasa, 2016: 1)

27

Berikut merupakan hal-hal yang perlu di perhatikan guru dalam

mengimplementasikam kurikulum 2013:

a. Merancang pembelajaran efektif dan bermakna

Tema kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia

yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap,

keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan

hal tersebut maka seorang guru dituntut untuk merancang

pembelajaran efektif dan menyenangkan, mengorganisasikan

pembelajaran, memilih pendekekatan pembelajaran yang tepat.

Menurut Mulyasa, (2014: 100-103) untuk membentuk

pembelajaran yang menyenangkan, efektif dan bermakna yang sesuai

dengan tema kurikulum 2013 dapat dirancang oleh setiap guru,

dengan prosedur sebagai berikut:

1) Pemanasan dan apersepsi

Dalam pembelajaran pemanasan dan apersepsi perlu

dipraktekan oleh guru untuk menjajaki pengetahuan peserta didik,

memotivasi peserta didik dan memancing peserta didik agar

tertarik untuk belajar. Pemanasan dan apersepsi ini dapat

dilakukan dengan prosedur sebagia berikut:

a) Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan

dipahami peserta didik.

b) Peserta didik dimotivasi dengan bahan ajar yang menarik dan

berguna bagi kehidupan mereka.

28

c) Peserta didik digerakkan agar tertarik dan bernafsu untuk

mengetahui hal-hal yang baru.

2) Eksplorasi

Eksplorasi yaitu mengaitkan pengetahuan yang sudah

dimiliki peserta didik dengan bahan ajar yang akan guru

sampaikan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan prosedur sebagai

berikut:

a) Perkenalkan materi standard dan kompetensi dasar yang harus

dimiliki oleh peserta didik.

b) Kaitkan materi standard dan kompetensi dasar yang baru

dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh

peserta didik.

c) Pilihlah metode yang paling tepat, dan gunakan secara

bervariasi untuk meningkatkan penerimaan peserta didik

terhadap materi standardd dan kompetensi baru.

3) Konsolidasi pembelajaran

Konsolidasi merupakan upaya mengaktifkan peserta didik

dalam membentuk kompetensi dan karakter, serta

menghubungkannya dengan kehidupan peserta didik. Konsolidasi

pembelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan

memahami materi dan kompetensi baru.

29

b) Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan

masalah (problem solving), terutama dalam masalah-masalah

aktual.

c) Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan

antara materi standard dan kompetensi baru dengan berbagai

aspek kegiatan dan kehidupan dalam lingkungan masyarakat.

d) Pilihlah metode yang paling tepat sehingga materi standard

dapat diproses menjadi kompetensi dan karakter peserta didik.

4) Pembentukan sikap, kompetensi, dan karakter

Ketiga hal tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut:

a) Dorong peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian

kompetensi, dan karakter yang dipelajarinya dalam kehiduoan

sehari-hari.

b) Praktekan pembelajaran secara langsung, agar peserta didik

dapat membangun sikap, kompetensi dan karakter baru dalam

kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari.

c) Gunakan metode yang paling tepat agar terjadi perubahan

sikap, kompetensi dan karakter peserta didik secara nyata.

5) Penilaian formatif

30

Penilaian formatif perlu dilakukan untuk perbaikan, yang

pelaksanaanya dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

a) Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran

peserta didik.

b) Gunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis

kelemahan atau kekurangan peserta didik dalam masalah-

masalah yang dihadapi guru dalam membentuk karakter dan

kompetensi peserta didik.

c) Pilihlah metodologi yang paling tepat sesuai dengan

kompetensi yang ingin dicapai.

b. Mengorganisasikan Pembelajaran

Dalam buku yang berjudul pengembangan dan implemantasi

kurikulum 2013, Mulyasa berpendapat bahwa Implementasi

Kurikulum 2013 menuntut guru untuk mengorganisasikan

pembelajaran secara efektif. Sedikitnya terdapat lima hal yang perlu

diperhatikan berkaitan dengan pengorganisasian pembelajaran dalam

implementasi 2013 yaitu:

1) Pelaksanaan pembelajaran

Pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013 yang

berbasis karakter hendaknya dilaksanakan berdasarkan kebutuhan

dan karakteristik peserta didik, serta kompetensi dasar pada

umumnya.

31

Sehubungan dengan itu, implementasi kurikulum 2013

dalam pembelajaran berbasis kompetensi dan karakter yang

dilakukan dengan pendekatan tematik integratif harus

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a) Mengintegrasikan pembelajaran dengan kehidupan

masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.

b) Mengidentifikasi kompetensi dan karakter sesuai dengan

kebutuhan dan masalah yang dirasakan peserta didik.

c) Mengembangkan indikator setiap kompetensi dan karakter

agar relevan dengan perkembangan dan kebutuhan peserta

didik.

d) Menata struktur organisasi dan mekanisme kerja yang jelas

serta menjalin kerjasama di antara para fasilitator dan tenaga

kependidikan lain dalam pembentukan kompetensi peserta

didik.

e) Merekrut tenaga kependidikan yang memiliki pengetahuan,

keterampilan dan sikap sesuai dengan tugas dan fungsinya.

f) Melengkapi sarana dan prasarana belajar yang memadai,

seperti perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar,

perlengkapan teknis, dan perlengkapan admisnistrasi, serta

ruang pembelajaran yang memadai.

g) Menilai progam pembelajaran secara berkala dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dan

32

ketercapaian kompetensi yang dikembangkan. Di samping itu,

penilaian juga penting untuk melihat apakah pembelajaran

berbasis kompetensi yang dikembangkan sudah dapat

mengembangkan potensi peserta didik atau belum.

2) Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Ahli

Dalam implementasi kurikulum 2013 diperlukan pengadaan

dan pembinaan tenaga ahli, yang memiliki sikap, pribadi,

kompetensi, dan keterampilan yang berkaitan dengan

pembelajaran berbasis kompetensi dan karakter. Hal ini sangat

penting dilaksanakan oleh masing-masing tenaga kependidikan.

Oleh karena, sangat diharapkan adanya tenaga ahli, agar

setiap personil memililki pemahaman dan kompetensi yang

menunjang terlaksananya pembelajaran tematik integratif dalam

mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.

3) Pendayagunaan Lingkungan sebagai Sumber Belajar

Dalam rangka mensukseskan implementasi kurikulum,

perlu didayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar secara

optimal. Untuk kepentingan tersebut para guru, fasilitator dituntut

untuk mendayagunakan lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun lingkungan sosial, serta menjalin kerjasama dengan

unsur-unsur terkait yang dipandang dapat menunjang upaya

pengembangan mutu dan kuallitas pembelajaran. Pendayagunaan

33

dan jalinan hubungan tersebut antara lain dapat dilakukan di

masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.

4) Pengembangan Kebijakan Sekolah

Implementasi kurikulum perlu didukung oleh kebijakan-

kebijakan kepala sekolah. Kebijakan yang jelas dan baik akan

dapat memberikan kelancaran dan kemudahan dalam

implementasi pembelajaran berbasis kompetensi. Ada beberapa

kebijakan yang relevan diambil kepala sekolah dalam membantu

kelancaran pembelajaran berbasis kompetensi, yaitu:

a) Memprogamkan perubahan kurikulum sebagai bagian

integral dari program sekolah secara keseluruhan.

b) Menganggarkan biaya operasional pembelajaran berbasis

kompetensi dan karakter sebagai bagian dari anggaran

sekolah.

c) Meningkatkan mutu dan kualaitas guru, serta fasilitator

agar dapat bekerja secara professional (meningkatkan

profesionalisme guru).

d) Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk

kepentingan belajar, dan pemebentukan kompetensi dasar.

e) Menjalin kerjasama yang baik dengan unsur-nsur terkait

secara resmi dalam kaitanya dengan pembelajaran berbasis

kompetensi, seperti dunia usaha, pesantren, dan tokoh-

tokoh masyarakat.

34

c. Memilih dan Menentukan Pendekatan Pembelajaran

Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam

pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan.

Pendekatan tersebut antara lain pendekatan pembelajaran kontekstual

(contextual teaching and learning), bermain peran, pembelajaran

partisipatif (participative teaching and learning), belajar tuntas

(matery learning), dan pembelajaran konstruktivisme (contructivism

teaching and learning) (Mulyasa, 2014: 109).

1) Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching

and Learning)

Pendekatan pembelajaran kontekstual sering disingkat

CTL, pendekatan pembelajaran ini merupakan konsep

pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi

pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata,

sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan

kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. CTL

memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan ,

karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta

didik dapat mempraktekan secara langsung apa yang

dipelajarinya.

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran konstektual

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat erat kaitanya

(internal), dan dari luar dirinya atau dari lingkugan sekitarnya

35

(eksternal). Sehubungan dengan itu, sedikitnya ada lima elemen

yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, sebagai

berikut:

a) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah

dimiliki peserta didik.

b) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju

bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus).

c) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan

cara: menyusun konsep sementara, melakukan sharing untuk

memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain dan

merevisi dan mengembangkan konsep.

d) Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikan secara

langsung apa-apa yang dipelajari.

e) Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan

pengembangan pengetahuan yang dipelajari.

2) Bermain Peran (Role Playing)

Bermain peran merupakan salah satu alternatif untuk

memecahkan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antar

manusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.

Menurut para ahli yang sudah melakukan penelitian dan percobaan

menunjukan hasil bahwa bermain peran merupakan salah satu

model yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran.

36

Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan kefektifan

bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni kualitas

pemeranan, analisis dalam diskusi, dan pandangan peserta didik

terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi

kehidupan nyata.

Tahap pembelajaran bermain peran sebagai berikut:

a) Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik

Tahap pertama ini guru mengemukakan masalah yang dapat

diangkat dari kehidupan peserta didik, agar dapat merasakan

masalah itu hadir dihadapan mereka, dan memiliki hasrat untuk

mengetahui bagaimana masalah itu sebaiknya dipecahkan.

Masalah yang dipilih sebaiknya masalah yang masih hangat

dan aktual, langsung menyangkut kehidupan peserta didik,

menarik dan merangsang rasa ingin tahu peserta didik, serta

memungkinkan berbagai alternatif pemecahan.

b) Memilih peran dalam pembelajaran

Pada tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan

berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka,

bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka

kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara

sukarela untuk menjadi pemeran.

37

c) Menyusun tahap-tahap peran

Pada tahap ini pemeran menyusun gari-garis besar adegan

yang yang akan dimainkan. Tidak ada dialog khusus karena

para peserta didik dituntut untuk berbicara secara spontan.

Guru membantu peserta didik menyiapkan adegan-adegan

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyan, misalnya di mana

pemeranan dilakukan, apakah tempat sudah dipersiapkan, dan

sebagainya.

d) Menyiapkan pengamat

Sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang dan

terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta

didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan

akan aktif mendiskusikannya.

e) Tahap pemeranan

Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara

spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Mereka berusaha

memainkan setiap peran seperti benar-benar dialaminya.

Pemeranan dapat berhenti apabila para peserta didik telah

merasa cukup, dan apa yang seharusnya mereka perankan telah

dilakukan. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain

peran dihentikan. Sebaiknya pemeranan dihentikan pada saat

terjadi pertentangan agar memancing permasalahan untuk

didiskusikan.

38

f) Diskusi dan evaluasi pembelajaran

Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat

telah terlibat bermain peran, baik secara emosional maupun

secara intelektual. Dengan melontarkan sebuah pertanyaan,

para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi.

Diskusi mungkin dimulai dengan tafsiran mengenai baik

tidaknya peran yang yang dimainkan selanjutnya mengarah

pada analisis terhadap peran yang telah ditampilkan, apakah

cukup tepat untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

Di sini diskusi diarahkan pada pengajuan alternatif pemeranan

yang ditampilkan kembali. Dalam kaitan ini guru harus

mengarahkan diskusi yang dilakukan para peserta didik untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

g) Pemeranan ulang

Pemerananan ulang dapat dilakukan berdasarkan hasil

evaluasi dan diskusi mengenai alternatif-alternatif

pemeranan.mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut,

demikian halnya dengan para pelakunya. Perubahan ini

memungkinkan adanya perkembangan baru dalam

memecahkan masalah.

h) Diskusi dan evaluasi tahap dua

Diskusi dan evalusai pada tahap ini sama seperti pada tahap

enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan

39

ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin lebih

jelas. Para peserta didik menyetujui cara tertentu untuk

memecahkan masalah, meskipun dimungkinkan adanya peserta

didik yang belum meneyetujuinya. Kesepakatan bulat tidak

perlu dicapai karena tidak ada cara yang pasti dalam

mengahadapi masalah kehidupan.

i) Membagi pengalaman dan pengambilan kesimpulan

Tahap ini tidak harus menghasilkan generalisasi secara

langsung karena tujuan utama bermain peran adalah membantu

peserta didik untuk memperoleh pengalaman-pengalaman

berharga dalam hidupnya melalui interaksional dengan teman-

temannya.

Keberhasilan bermain peran bergantung pada kemampuan

dalam mengungkapkan pengalaman pribadi peserta didik.

Disamping terdapat aneka ragam pengalaman, dalam hal

tertentu dimungkinkan ada kesamaan pengalaman diantara

peserta didik. Berdasarkan kesamaan pengalaman ini ditarik

suatu generalisasi.

Melalui bermain peran para peserta didik dapat berlatih

untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Kelas dapat

diibaratkan sebagai suatu kehidupan sosial tempat para peserta

didik belajar mengemukakan pendapat dan menghargai

pendapat orang lain (Mulyasa, 2014:115-118).

40

3) Belajar Tuntas (Mastery Learning)

Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat

semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh

hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar

semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal,

pembelajaran harus dilaksanakan secara sistematis. Kesistematisan

akan tercermin dari setrategi pembelajaran yang dilaksanakan,

terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar,

melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap

peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun setrategi belajar tuntas dapat dibedakan dari

pengajaran non belajar tuntas terutama dalam hal-hal berikut:

a) Pelaksanan tes secara teratur untuk memperoleh balikan

terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk

mendiagnosis kemajuan (diagnostic progress test).

b) Peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran

berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan

pelajaran sebelumnya sesuai patokan yang ditetapkan.

c) Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap anak didik

yang gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui

pengajaran korektif, yang menurut Morrison merupakan

pengajaran kembali, pengajaran tutorial, rekonstruksi

kegiatan belajar dan pengajaran kemballi kebiasaan-

41

kebiasaan belajar peserta didik sesuai waktu yang

diperlukan masing-masing.

Strategi belajar mencakup tiga tahapan, yaitu

mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur

operasional dan hasil belajar. Selanjutnya diimplementasikan

dalam pembelajaran klasikal dengan memberikan “bumbu” untuk

menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi:

a) Corrective Technique. Semacam pengajaran remidial yang

dilakukan dengan memberikan pengajaran terhadap tujuan

yang gagal dicapai oleh peserta didik, dengan prosedur dan

metode yang berbeda dari sebelumnya.

b) Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang

membutuhkan (belum menguasai bahan secara tuntas).

4) Pembelajaran Partisipatif

Menurut Mulyasa (2014: 124), ia mendefinisikan

pembelajaran partisipatif sebagai berikut.

“Pembelajaran partisiptif sering diartikan sebagai

keterlibatan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi pembelajaran. Indikator pembelajaran

partisipatif antara lain dapat dilihat dari: keterlibatan

emosional dan mental peserta didik, kesediaan peserta didik

untuk memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan, dan

dalam pembelajaran terdapat hal yang menguntungkan

peserta didik.”

Pembelajaran partisipatif dapat dikembangkan dengan

prosedur sebagai berikut:

42

a) Meciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar.

b) Membantu peserta didik membentuk kelompok, agar dapat

saling belajar dan membelajarkan.

c) Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan

kebutuhan belajarnya.

d) Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.

e) Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman

belajar.

f) Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.

g) Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap

proses dan hasil belajar.

Dari prosedur yang telah dikemukakan diatas peserta didik

diharapkan memiliki semangat yang tinggi untuk ikut serta dalam

pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dan hasil belajar

tercapai.

5. Model-Model Pembelajaran Kurikulum 2013

Berdasarkan permendikbud nomor 65 Tahun 2013 sebagaimana

yang dikutip oleh Mulyasa (2016: 142-146) tentang standar proses,

model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi kurikulum

2013 adalah model pembelajaran inkuiri (inquiry based learning), model

pembelajaran diskoveri (discovery learning), model pembelajaran

berbasis proyek (project based learning), dan model pembelajaran

berbasis permasalahan (problem based learning).

43

1) Inquiry Learning

Inquiry learning merupakan model pembelajaran yang biasa

digunakan dalam pembelajaran matematika. Meskipun demikian

mata pelajaran lain pun dapat menggunakan model tersebut asal

sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar dan materi yang

dipelajari. Langkah-langkah model pembelajaran ikuiri adalah

sebagai berikut:

a. Mengobservasi berbagai fenomena alam. Kegiatan ini

memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana

mengamati berbagai fakta dan fenomena dalam mata pelajaran

tertentu.

b. Menanyakan fenomena yang dihadapi. Tahapan ini melatih

peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan

menanya baik terhadap guru, teman dan sumber lain.

c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahap ini

peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran

terhadap kemungkinan jawaban dan pertanyaan yang diajukan.

d. Mengumpulkan data terkait dengan dugaan atau pertanyaan yang

diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat

memprediksi dugaan yang paling tepat sebagai dasar untuk

merumuskan kesimpulan.

44

e. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah

dioalah dan dianalisis, sehingga peserta didik dapat

mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.

2) Discovery Learning

Discovery Learning merupakan model pembelajaran untuk

menemukan sesuatu yang bermakna dalam pembelajaran yang

dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.

a. Stimulus (stimulation). Pada kegiatan ini guru memberikan

stimulant, dapat berupa bacaan, gambar, dan cerita sesuai dengan

materi pembelajaran yang akan dibahas, sehingga peserta didik

mendapat pengalaman belajar melalui kegiatan membaca

mengamati situasi atau melihat gambar.

b. Identifikasi masalah. Pada tahap ini peserta didik diharuskan

menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi dalam

pembelajaran, mereka diberikan pengalaman untuk menanya,

mengamati, mencari informasi dan mencoba merumuskan

masalah.

c. Pengumpulan data. Pada tahap ini peserta didik diberikan

pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang

dapat digunakan untuk menemukan alternatif pemecahan masalah

yang dihadapi. Kegitan ini juga melatih ketelitian, akurasi, dan

kejujuran serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau

merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah.

45

d. Pengolahan data (data processing). Kegiatan mengolah data akan

melatih peserta didik untuk mencoba dan mengeksplorasi

kemampuan konseptual untuk diaplikasikan pada kehidupan

nyata, sehingga kegiatan ini juga melatih keterampilan berfikir

logis dan aplikatif.

e. Verifikasi. Tahap ini mengarahkan peserta didik untuk

mengecekan kebenaran dan keabsahan hasil pengolahan data,

melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada temen,

berdiskusi dan mencari berbagai sumber yang relevan, serta

mengasosiasikannya, sehingga menjadi suatu kesimpulan.

f. Generalisasi, pada kegiatan ini peserta didik di giring untuk

menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau

permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat

melatih pengetahuan metakognisi pesrta didik.

3) Problem Based Learning

Problem based learning merupakan model pembelajaran yang

bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai

permaslahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, dihubungkan dengan

pengetahuan yang dipelajarinya, problem based learning dapat

dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

a. Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini dilakukan

untuk memfokuskan peserta didik (mengamati) masalah yang

menjadi objek pembelajaran.

46

b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian

pembelajaran merupakan salah satu kegiatan agar peserta didik

menyampaikan berbagai pertanyaan (menanya) terhadap masalah

yang disajikan.

c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini

peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh

data dalam rangka menjawab atas menyelesaikan masalah yang

dikaji.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik

menghubungkan data yang ditemukan dari percobaan dengan

berbagai data lain dari berbagai sumber (mengomunikasikan).

e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta

didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya

dianalisis dan dievaluasi (menalar).

Berikut adalah beberapa contoh masalah nyata yang dapat

digunakan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah.

Amir akan melakukan kewajiban ibadah shalat tapi amir tidak

menemukan air untuk berwudhu, sementara waktu shalat telah

tiba. Bagaimanakah menyelesaikan masalah tersenbut?

4) Project Based Learning

Project based learning merupakan model pembelajaran yang

bertujuan untuk memfokuskan peserta didik pada permasalahan

kompleks yang diperlukan dalam melakukan investigasi dan memahami

47

pembelajaran melalui investigasi. Langkah pembelajaran dalam project

based learning adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai

langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap

pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.

b. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab

pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa

melalui percobaan.

c. Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek.

Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai

dengaan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.

d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan

monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek yang

sedang dikerjakaan.

e. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan

dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.

f. Mengevaluasi kegiatan. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi

kegiatan sebagai bahan perbaikan untuk melakukan tugas proyek

pada masa yang akan datang.

6. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013

Perkembangan kurikulum di Indonesia sudaha berjalan cukup

Panjang, mulia dari kurikulum paska kemerdekaan hingga kurikulum

48

2006 yang berlaku sampai akhir tahun 2012 lalu. Kemudian di ganti atau

disempurnakan dengan adanya kurikulum 2013.

Menurut Kurinasih & Sani (2014: 39), menyebutkan bahwa

pergantian kurikulum tersebut sangat bertujuan baik, terlepas ada

kepentingan yang menungganginya, dan semua tujuan itu tidak lepas dari

meningkatkan proses pembleajaran serta rancangan pembelajaran yang

ada di sekolah.

Berkaitan dengan hal ini Kurinasih dan Sani (2014: 40)

memaparkan keunggulan dan kekurangan kurikulum 2013 sebagai

berikut.

a. Kelebihan Kurikulum 2013

1. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap

pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.

2. Adanya penilaian dari semua aspek, penentuan nilai bagi siswa

bukan hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari

nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain.

3. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan

tujuan pendidikan nasional.

4. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang

telah diintegrasikan kedalam semua program studi.

5. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik

domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

49

6. Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat

tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial .

7. Standard penilaian mengarahkan pada penilaian berbaasis

kompetensi seperti sikap, keterampilan dan pengetahuan secara

proposional.

8. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.

9. Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci

karena pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum

sampai buku teks dan pedoman pembahasan sudah tersedia.

10. Sifat pembelajaran sangat kontekstual.

11. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan

kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal.

b. Kelemahan kurikulum 2013

1. Guru banyak salah kaprah, karena menganggap bahwa kurikulum

2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa kelas,

padahal banyak mata peajaran yang harus tetap ada penejelasan

dari guru.

2. Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan

kurikulum 2013 ini. Karena kurikulum ini menuntut guru lebih

kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit para guru yang seperti

itu, sehingga membutuhkan waktu yang Panjang agar bisa

membuka cakrawala berfikir guru.

3. Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan saintifik

50

4. Kurangnya keterampilan guru merancang RPP.

5. Guru masih banyak yang belum menguasai penilaian autentik.

6. Tugas menganalisis SKL, KI, KD, buku siswa dan buku guru

belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru

yang hanya menjadi plagiat dalam kasus ini.

7. Terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai siswa sehingga

tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi

persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran

yang diampu.

8. Beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat, sehingga

waktu belajar di sekolah terlalu lama.

7. Perbedaan Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 juli

2013, dan kurikulum ini sudah dilaksanakan pada tahun pelajaran

2013/2014 pada sekolah tertentu saja. Menurut Kurinasih & Sani

perubahan kurikulum, tentu saja menghadirkan beberapa perbedaan

dengan yang lama, berikut ini adalah perbedaann kurikulm 2013 dan

KTSP.

51

Tabel 2.1

Perbedaan Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 KTSP

1. SKL (Standard Kompetensi

Lulusan) ditentukan terlebih dahulu,

melalui Permendikbud No 54 Tahun

2013. Setelah itu baru ditentukan

Standard Isi, yang berbentuk

Kerangka Dasar Kurikulum, yang

dituangkan di dalam Permendikbud

No 67, 68, 69 dan 70 tahun 2013

Standard Isi ditentukan terlebih dahulu

melalui Permendiknas No 22 Tahun

2006. Setelah itu ditentukan SKL

(standard Kompetensi Lulusan) melalui

Permendiknas No 23 Tahun 2006

2 Aspek kompetensi lulusan ada

keseimbangan soft skills dan hard

skills yang meliputi aspek

kompetensi sikap, keterampilan dan

pengetahuan.

Lebih menekankan pada aspek

pengetahuan.

3. Dijenjang SD Tematik Terpadu

untuk kelas I-IV.

Dijenjang SD Tematik Terpadu unntuk

kelas I-III.

4. Jumlah jam pelajaran per minggu

lebih banyak dan jumlah mata

pelajaran lebih sedikit dibanding

KTSP.

Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan

jumlah mata pelajaran lebih banyak

dibanding kurikulum 2013.

52

5. Proses pembelajaran setiap tema di

jenjang SD dan semua mata

pelajaran jenjang SMP/SMA/SMK

dilakukan dengan pendekatan

ilmiah, yaitu standard proses dalam

pembelajaran terdiri dari

Mengamati, Menanya, Mengolah,

Menyajikan, Menyimpulkan, dan

Mencipta.

Standard proses dalam pembelajaran

terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan

Konfirmasi.

6. TIK (Teknologi Informasi

Komunikasi) bukan sebagai mata

pelajaran, melainkan sebagai media

pembelajaran.

TIK (Teknologi Informasi Komunikasi)

sebagai mata pelajaran.

7. Standard penilaian menggunakan

penilaian otentik, yaitu

menggunakan semua kompetensi

sikap,keterampilan dan pengetahuan

berdasarkan proses dan hasil.

Penilaian lebih dominan pada aspek

pengetahuan.

8. Pramuka menjadi ekstrakurikuler

wajib.

Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib.

9. Permintaan (Penjurusan) mulai

kelas X untuk jenjang SMA/MA.

Penjurusan mulai kelas XI.

53

10. BK lebih menekankan

mengembangkan potensi siswa.

BK lebih pada menyelesaikan masalah

siswa.

8. Pengembangan Bahan Ajar dalam Implementasi Kurikulum 2013

a. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar Kurikulum 2013

1) Sesuai Tahapan Saintifik

Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi bahwa

pendekatan ilmiah dalam pembelajaran di dalamnya mencakup

komponen; mengamati, menanya, mencoba, mengolah

menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta (Kurinasih dan Sani,

2014: 141).

a) Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses

pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki

keunggulan tertentu, seperti menyajikann media objek secara

nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah

pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati membutuhkan

persiapan yang matang dan lama, biaya dan tenaga relatif banyak,

dan jika terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan

pembelajaran.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dapat dilakukan

dengan membutuhkan langkah-langkah sebagai berikut ini:

1. Menentukan objek apa yang akan diobservasi

54

2. Membutuhkan pedoman observasi sesuai dengan lingkup

objek yang akan diobservasi

3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu

diobservasi, baik primer maupun sekunder

4. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi

5. Menentukan secara jelas bagaiamana observasi akan

dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah

dan lancar

6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil

observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera,

tape recorder, video perekam dan lat-alat tulis lainnya.

Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran

meniscayakan keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam

kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta

didik dalam observasi tersebut.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan

peserta didik selama observasi pembelajaran disajikan sebagai

berikut:

1. Cermat, objektif dan jujur serta terfokus pada objek yang

diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.

2. Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas

subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin

banyak dan hiterogenitas subjek, objek atau situasi yang

55

diobservasi, makin sulit kegiatan observasi itu dilakukan.

Sebelum observasi dilaksanakan, guru dan peserta didik

sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan

prosedur pengamatan.

3. Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak

dicatat, direkam dan sejenisnya serta bagaimana membuat

catatan atas perolehan observasi.

b) Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik

untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap,

keterampilan dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada

saat itu pula dia membimbing atau mamandu peserta didiknya

belajar dengan baik, ketika guru menjawab pertanyaan peserta

didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk

menjadi penyimak dan pembelajaran yang baik.

c) Menalar

Istilah menalar merupakan padanan dari associating, istilah

asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan

mengelompokan beragam ide dan mengasosiasikan beragam

peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan

memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak,

pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain.

Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak

56

berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang

sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.

d) Mencoba

Untuk mencapai hasil belajar yang nyata dan otentik,

peserta didik, terutama untuk mencari materi atau subtansi yang

sesuai. Pada mata palajaran IPA misalnya, peserta harus

memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan

sehari-hari. Peserta didikpun harus memiliki keterampilan proses

untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta

mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan dengan lancar

maka:

1. Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang

akan dilaksanakan murid

2. Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang

dipergunakan

3. Perlu diperhitungkan tempat dan waktu

4. Guru menyediakaan kertas kerja untuk pengeraha

kegiatan murid

5. Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan

eksperimen

6. Membagi kertas kerja pada murid

57

7. Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru

8. Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan

mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara

klasikal.

2) KD dari KI 1,2,3, dan 4 di Integrasikan Pada Satu Unit

Kompetensi inti merupakan terjemahan atau

operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki

mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan

pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran

mengenai kompetensi utama yang dikelompokan dalam aspek

sikap, pengetahuan dan keterampilan (afektif, kognitif dan

psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu

jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.

Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi

(organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur

pengorganisasi, kompetensi inti merupakan pengikat untuk

organisasi vertikal dan organisasi horizontal kompetensi dasar.

Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan antara

komptensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas atau

jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu

terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antar konten

yang dipelajari siswa.

58

Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten

kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan konten kompetensi

dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan

mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling

memperkuat.

Komptensi inti dirancang dalam empat kelompok yang

saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan

(kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan

(kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti

4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari kompetensi dasar

dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran

secara integratif.

Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan

sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching)

yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan

(kompetensi inti kelompok 3) dan penerapan pengetahuan

(kompetensi inti kelompok 4).

Dengan semua itu, maka sebuah bahan ajar sedapat

mungkin disusun dengan KD dari KI 1, 2, 3, dan 4 diintegrasikan

pada satu unit. Pada prinsipnya, sebuah tema pelajaran adalah

satu unit organisasi kompetensi dasar yang terkecil, dan untuk

kurikulum SD dan sekolah menengah organisasi kompetensi

59

dasar kurikulum dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi

(integrated curriculum).

Berdasarkan pendekatan ini maka terjadi pengorganisasian

kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran dimana konten

setiap tema yang dibicarakan pada mata pelajaran ini berada pada

satu unit. Dengan pendekatan ini maka struktur tema yang

dibicarakan akan menjadi lebih padat dan lebih sederhana

sehingga peserta didik lebih mudah dalam memahaminya.

3) Gambar, Perkataan, Kutipan Menumbuhkan Sikap Positif

Di dalam kurikulum 2013, buku pegangan siswa terdapat

beberapa ornament yang dapat mencuri perhatian siswa pada

maksud yang akan dituju dari materi yang akan disampaikan.

Ornament yang dimaksud bisa berupa gambar yang

membuat siswa berfikir dan menelaah, inti pelajaran tersebut.

Karena kadang gambar bisa mewakili seribu kata, karena

mengungkapkan isi atau makna sesuatu tidak harus selalu dengan

kata-kata atau bicara, gambarpun dapat mewakili hal itu.

Ornament lain yang dapat juga ditambahkan pada setiap

permulaan bahan ajar adalah perkataan atau kutipan-kutipan yang

memiliki korelasi yang jelas dengan tema yang dibahas. Dengan

kutipan tersebut, maka ada sebuah kata kunci yang selalu bisa

diingat oleh murid, sehingga setiap bahan yang disampaikan

menjadi lekat diingatan mereka. Akan tetapi harus diingat,

60

pastikanlah, gambar, kutipan atau perkataan tersebut tidak

menimbulkan interpretasi yang menyimpang atau berbagai sara

atau deskriminasi terhadap subjek tertentu.

4) Menumbuhkan Rasa Ingin Tahu Siswa dan Keaktifan Siswa

Bahan ajar pada kurikulum harus memuat hal-hal yang

dapat mamancing rasa ingin tahu siswa, berikut adalah beberapa

cara yang dapat dilakukan:

a) Menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik atau

memancing imajinasi

Orang yang merasa sudah tahu atau seorang murid

mudah bilang orang “sok tau”, tentu dia merasa bahwa

dirinya sudah tahu ketika seorang guru hendak

menyampaikan sebuah informasim sehingga dia akan merasa

malas untuk menyimak guru yang sedang menyampaikan

informasi tersebut.

Dampak hal ini bisa saja sang murid tidak akan paham,

atau karena anak merasa sudah tahu maka dia juga menjadi

enggan untuk mengikuti atau sekedar bertanya, maka untuk

menumbuhkan rasa ingin tahu bahan ajar bisa menggunakan

pertanyaan.

Dan ketika seseorang sudah disodorkan pertanyaan dan

kemudian dia tidak bisa menjawabnya, maka secara otomatis

dia jadi ingin tahu tentang informasi tersebut.

61

b) Menunjukan bahwa pengetahuan itu menarik dan penting

Mereka yang kurang tertarik pada pengetahuan akan

cenderung merasa tidak ingin tahu atau paham, dan mereka

berfikir pengetahuan itu tidak penting dan tentu saja akan

mengabaikannya.

Maka dari itu, cara untuk menumbuhkan rasa ingin tahu

pada murid-murid adalah dengan cara menunjukan pada

mereka bahwa pengetahuan itu menarik dan sangatlah penting

untuk diketahui.

b. Langkah Penyusunan Bahan Ajar

Kurinasih dan Sani (2014: 155) menyebutkan bahwa ada

beberapa langkah yang penting harus dilakukan untuk menyusun

bahan ajar yang lebih memenuhi maksud dari kurikulum 2013,

diantaranya:

1) Membaca dan menganalisis KD dari berbagai KI satu tahun

2) Menganalisis materi yang telah disampaikan sehingga

mengetahui seberapa tinggi tingkat pemahaman siswa pada bahan

tersebut. Hal ini bisa dilakukan, misalnya 2 x 16 pekan efektif =

32. Kemudian bisa juga dengan membuat rangkaian KD dari KI

1,2,3, dan 4.

3) Melakukan pemetaan dan kemudian menyusun urutan bahan ajar

dengan sistematika yang benar seperti:

62

a) Pendahuluan

b) Mengamati kasus atau testimoni perilaku materi tertentu

c) Mendorong pertanyaan apa, mengapa, bagaimana.

d) Menggali informasi (meminta siswa membaca pengetahuan

tentang materi atau bahan ajar tertentu)

e) Menalar atau mendiskusikan tentang apa bedanya, fungsinya,

dampaknya dan lain sebagainya dari maateri yang ada.

f) Menyajikan cerita

g) Merefleksi

h) Merenungkan

i) Mengomentari kasus (penerimaan dan penghargaan)

j) Ayo bertindak (mencoba berbuat)

k) Mempraktikan perilaku (rencana aksi) di rumah, di sekolah,

di masyarakat dan di negara.

l) Penutup

m) Merangkum atau membuat konsep

n) Penilaian pencapaian pengetahuan

o) Tugas membuat portofolio (laporan tertulis)

9. Konsep Penilaian Kelas dan Penilaian Pencapaian Kompetensi Sikap

a. Prinsip-Prinsip Penilaian Kurikulum 2013

1) Objektif berarti penilaian berbasis pada standard dan tidak

dipengaruhi oleh faktor subjektivitas penilaian

63

2) Terpadu berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara

terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan

berkesinambungan.

3) Ekonomis berarti penilaian yang efektif dan efisien dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.

4) Transparan (terbuka) berarti prosedur penilaian, kriteria

penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat di akses oleh

semua pihak.

5) Akuntabel berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada

pihak internal sekolah maupun ekternal untuk aspek teknik,

prosedur, dan hasilnya.

6) Edukatif berarti dapat mendidik dan memotivasi peserta didik dan

guru.

Selain keenam prinsip tersebut, terdapat prinsip penilaian yang

lain sebagaimana tercantum dalam Permendikbud no. 81A tahun

2013, sebagai berikut:

1) Sahih berarti penilaian diambil dari data yang mencerminkan

kemampuan yang diukur

2) Adil berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan

peserta didik

3) Menyeluruh dan berkesinambungan berarti penilaian oleh

pendidik mencakup semua aspek kompetensi

64

4) Sistematis berarti penilaian dilakukan secara berencana dan

bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang berlaku

5) Beracuan kriteria berarti penilaian didasarkan pada ukuran

pencapaian kompetensi yang ditetapkan

b. Teknik Penilaian Kelas

Kurinasih & Sani (2014: 61-65) menjelaskan bahwa penilaian

kelas dilakukan dalam berbagai teknik untuk semua kompetensi dasar

yang dikategorikan dalam tiga aspek, yaitu sikap, pengetahuan dan

keterampilan.

1) Sikap

Aspek sikap dapat dinilai dengan cara sebagai berikut:

a) Observasi

Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara

langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format

observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang

diamati. Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun di luar

pembelajaran.

b) Penilaian Diri

Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta

didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya

dalam kontek pencapaian kompetensi. Instrumen yang

digunakan menggunakan lembar penilaian diri.

65

c) Penilaian antar teman

Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta

didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku

keseharian peserta didik. Instrument yang digunakan berupa

lembar penilaian antar peserta didik.

d) Jurnal

Merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas

yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan

kelamahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan

perilaku. Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yang

berkesinambungan dari hasil observasi.

2) Pengetahuan

Aspek pengetahuan dapat dinilai dengan cara berikut:

a) Tes Tulis

Adalah tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa pilihan

ganda, isian, benar-salah, menjodohkan dan uraian.

b) Tes Lisan

Berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara

lisan sehingga peserta didik merespon pertanyaan tersebut

secara lisan juga, sehingga menimbulkan keberanian. Jawaban

dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf yang

diucapkan.

66

3) Keterampilan

Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara berikut:

a) Performance atau Kinerja

Adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk

melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang

menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.

Misalnya tugas memainkan musik, menggunakan mikroskop,

menyanyi, bermain peran dan menari.

b) Produk

Adalah penilaian terhadap kemampuan peserta didik di

dalam membuat produk teknologi dan seni (3 dimensi).

Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir, namun

juga proses pembuatannya. Pengembangan produk meliputi

tiga tahap dan dalam setiap tahap perlu diadakan penilaian

yaitu:

1. Tahap persiapan atau perencanaan meliputi penilaian

terhadap kemampuan siswa dalam merencanakan,

menggali, mengembangkan gagasan, dan mendesain

produk.

2. Tahap pembuatan meliputi penilaian terhadap kemampuan

siswa dalam menyeleksi dan menggunakan bahan dan alat

serta dalam menentukan Teknik yang tepat.

67

3. Tahap penilaian (appraisal) meliputi penilaian terhadap

kemampuan siswa membuat produk sesuai dengan

keguanaannya.

Contoh membuat meja, membuat kincir angin, membuat

kartu nama, membuat kotak kue, merangkai bunga.

c) Proyek

Adalah penilaian terhadap tugas yang mengandung

investigasi dan harus diselesaikan dalam periode/waktu

tertentu. Tugas tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan,

pelaporan. Proyek juga akan memberikan informasi tentang

pemahaman dan pengetahuan siswa pada pembelajaran

tertentu, kemampuan siswa dalam mengaplikasikan

pengetahuan, dan kemampuan siswa untuk mengomunikasikan

informasi. Penilaian proyek sangat dianjurkan karena

membantu mengembangkan keterampilan berpikir tinggi

(berpikir kritis, pemecahan masalah, berpikir kreatif) peserta

didik. Misalnya membuat laporan pemanfaatan energi di dalam

kehidupan, membuat laporan hasil pengamatan pertumbuhan

tanaman.

d) Portofolio

Penilaian portofolio adalah penilaian melalui sekumpulan

karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan

terorganisasi yang dilakukan selama kurun waktu tertentu.

68

Portofolio digunakan oleh guru dan peserta didik untuk

memantau secara terus menerus perkembangan pengetahuan

dan keterampilan peserta didik dalam bidang tertentu. Dengan

demikian penilaian portofolio memberikan gambaran secara

menyeluruh tentang proses dan pencapaian hasil belajar peserta

didik.

Agar penilaian portofolio berjalan efektif guru beserta

peserta didik perlu menentukan beberapa hal yang harus

dilakukan dalam menggunakan portofolio sebagai berikut:

1. Masing-masing peserta didik memiliki portofolio sendiri

yang di dalamnya memuat pembelajaran.

2. Menentukan hasil kerja apa yang perlu

dikumpulkan/disimpan.

3. Sewaktu-waktu peserta didik diharuskan membaca catatan

guru yang berisi komentar, masukan dan tindakan lebih

lanjut yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka

memperbaiki hasil kerja dan sikap.

4. Peserta didik dengan kesadaran sendiri menindaklanjuti

catatan guru.

5. Catatan guru dan perbaikan hasil kerja yang dilakukan

peserta didik perlu diberi tanggal, sehingga perkembangan

kemajuan belajar peserta didik dapat terlihat.

69

c. Penilaian Pencapaian Kompetensi Sikap

1) Pengertian dan Cakupan Penilaian Sikap

Sikap merupakan sebuah ekspresi dari nilai-nilai atau

pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap dapat dibentuk,

sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan

(Kurinasih & Sani, 2014: 65-66).

Pada kurikulum 2013 membagi kompetesi sikap menjadi

dua yaitu:

a) Sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik

yang beriman dan bertakwa.

b) Sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik

yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung

jawab.

Tabel 2.2

Cakupan Penilaian Sikap

Penilaian sikap

spiritual

Menghargai dan menghayati ajaran

agama yang dianut

Penilaian sikap

sosial

1. Jujur

2. Disiplin

3. Toleransi

4. Tanggung jawab

5. Gotong royong

6. Santun

7. Percaya diri

70

2) Perumusan Indikator dan Contoh Indikator

Acuan penilaian adalah indikator, karena indikator

merupakan tanda tercapainya suatu kompetensi. Indikator harus

terukur. Dalam konteks penilaian sikap, indikator merupakan

tanda-tanda yang dimunculkan oleh peserta didik, yang dapat

diamati atau diobservasi oleh guru sebagai representasi dari sikap

yang dinilai.

d. Petunjuk Teknis Pengelolaan Penilaian

Penilaian setiap mata pelajaran meliputi kompetensi

pengetahuan, kompotensi keterampilan, dan kompetensi sikap.

Kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan

menggunakan skala 1-4 (kelipatan 0.33), yang dapat dikonversi ke

dalam predikat A-D sedangkan kompetensi sikap menggunakan

skala sangat baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K), seperti

tabel dibawah ini:

71

Tabel 2.3

Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap

PREDIKAT

NILAI KOMPETENSI

PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP

A 4 4

SB A- 3,66 3,66

B+ 3,33 3,33

B B 3 3

B- 2,66 2,66

C+ 2,33 2,33

C C 2 2

C- 1,66 1,66

D+ 1,33 1,33

K D 1 1

Penilaian yang dilakukan untuk mengisi laporan pencapaian

kompetensi ada 3 macam yaitu:

1) Penilaian Kompetensi Pengetahuan

a. Penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan oleh guru mata

pelajaran (pendidik).

b. Penilaian pengetahuan terdiri atas:

1) nilai harian (NH)

2) nilai ulangan tengah semester (UTS)

72

3) nilai akhir semester (UAS)

c. Nilai harian (NH) diperoleh dari hasil ulangan harian yang

terdiri dari: tes tertulis, tes lisan dan penugasan yang

dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran satu kompetensi

dasar (KD).

d. Nilai ulangan tengah semester (NUTS) diperoleh dari hasil tes

tertulis yang dilaksanakan pada tengah semester. Materi

ulangan tegah semester mencakup seluruh kompetensi yang

telah di belajarkan sampai dengan saat pelaksanaan UTS.

e. Nilai ulangan akhir (NUAS) diperoleh dari hasil tes tulis yang

dilaksanakan di akhir semester. Materi UAS mencakup

seluruh kompetensi pada semester tersebut.

f. Penghitungan nilai pengetahuan diperoleh dari rata-rata nilai

proses (NP), ulangan tengah semester (UTS), ulangan akhir

semester (UAS) /ulangan kenaikan kelas (UKK) yang

bobotnya ditentukan oleh satuan pendidikan.

g. Penilaian kompetensi pengetahuan dapat menggunakan

rentang nilai seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.4

Rentang Nilai Kompetensi Pengetahuan

No Nilai Predikat

1 0,00 < Nilai < 1,00 D

2 1,00 < Nilai < 1,33 D+

73

3 1,33 < Nilai < 1,66 C-

4 1,66 < Nilai < 2,00 C

5 2,00 < Nilai < 2,33 C+

6 2,33 < Nilai < 2,66 B-

7 2,66 < Nilai < 3,00 B

8 3,00 < Nilai < 3,33 B+

9 3,33 < Nilai < 3,66 A-

10 3,66 < Nilai < 4,00 A

h. Penghitungan nilai pengetahuan dengan cara:

1) Menggunakan nilai s/d 100

2) Menetapkan Pembobotan Dan Rumus

3) Penetapan Bobot Nilai dilakukan oleh ditetapkan oleh

satuan pendidikan dengan mempertimbangkan

karakteristik sekolah peserta didik

4) Nilai harian disarankan untuk diberi bobot lebih besar dari

pada UTS dan UAS karena lebih mencerminkan

perkembangan pencapaian kompetensi peserta didik.

5) Rumus :

Jumlah Nilai (NH, NUTS, NUAS) X 4

Jumlah nilai maksimal

6) Contoh: pembobotan 2:1:1 untuk NH: NUTS: NUAS

(jumlah perbandingan pembobotan = 4

74

Siswa A memperoleh nilai pada mata pelajaran agama dan

budi pekerti sebagai berikut:

NH = 70

NUTS = 60

NUAS = 80

Nilai Rapor = (2x70) + (1x60) + (1x80) : 4

= (140+60+80) : 4

=280 : 4

Nilai Rapor = 70

Nilai Konversi = (70 : 100) x 4 = 2,8 = Baik

Deskripsi = sudah menguasai seluruh kompetensi

dengan baik namu nn masih perlu peningkatan dalam …..

(dilihat dari Nilai Harian yang kurang baik atau

pengamatan dalam proses penilaian proses).

2) Penilaian Keterampilan

a. Penilaian keterampilan dilakukan oleh guru mata pelajaran

(pendidik).

b. Penilaian keterampilan diperoleh melalui penilaian kerja yang

terdiri atas:

1) Nilai Praktik

2) Nilai Portofolio

3) Nilai Proyek

75

c. Penilaian keterampilan dilakukan pada setiap akhir

menyelesaikan satu KD.

d. Penentuan Nilai untuk kompetensi keterampilan

menggunakan rentang nilai sperti penilaian pengetahuan.

e. Penghitungan Nilai Kompetensi keterampilan adalah dengan

cara:

1) Menetapkan pembobotan dan rumus penghitungan.

2) Menggunakan skal nilai 0 s/d 100

7) Pembobotan ditetapkan oleh satuan pendidikan dengan

mempertimbangkan karakteristik sekolah dan peserta

didik.

8) Nilai Praktik disarankan diberi bobot lebih besar dari pada

nilai portofolio dan proyek karena lebih mencerminkan

proses perkembangan pencapaian kompetensi peserta

didik.

9) Rumus:

Jumlah Nilai (Praktik, portofolio, proyek) x 4

Jumlah nilai maksimal

10) Contoh penghitungan

Pembobotan 2:1:1 untuk Nilai Praktik : Nilai Portofolio :

Nilai Proyek (jumlah perbandingan pembobotan = 4

Siswa A memperoleh nilai pada Mata Pelajaran Agama

dan Budi pekerti sebagai berikut:

76

Nilai Praktik = 80

Nilai Portofolio = 75

Nilai Proyek = 80

Nilai Rapor = (2x800 + (1x75) + (1x80) X 4

400

= (160 + 75 + 80) X 4

400

Nilai Rapor = (315:400) X 4

Nilai Konversi = 3,15 = B+

Deskripsi = sudah baik dalam mengerjakan

praktik dan proyek, namun masih perlu ditingkatkan

kedisiplinan merapikan tugas-tugas dalam satu portofolio.

3) Penilaian Sikap

a. Penilaian sikap (spiritual dan sosial ) dilakukan oleh guru

mata pelajaran (pendidik).

b. Peneilaian sikap diperoleh mengguakan instrument:

1) Penilaian observasi

2) Peniaian diri sendiri

3) Penilaian antar peserta didik

4) Jurnal catatan guru

c. Nilai observasi diperoleh dari hasil pengamatan terhadap

proses sikap tertentu pada sepanjang proses pembelajaran satu

kompetensi dasar (KD).

77

d. Untuk penilaian KI-1 dan KI-2 (sikap spiritual dan sosial)

menggunakan nilai kualitatif seperti pada tabel di bawah

berikut:

Tabel 2.5

Rentang Nilai Kompetensi sikap

No Nilai Predikat Nilai Sikap

1 0,00 < Nilai < 1,00 D KURANG

2 1,00 < Nilai < 1,33 D+ KURANG

3 1,33 < Nilai < 1,66 C- CUKUP

4 1,66 < Nilai < 2,00 C CUKUP

5 2,00 < Nilai ¸2,33 C+ CUKUP

6 2,33 < Nilai < 2,66 B- BAIK

7 2,66 < Nilai < 3,00 B BAIK

8 3,00 < Nilai < 3,33 B+ BAIK

9 3,33 < Nilai < 3,66 A- SANGAT BAIK

10 3,66 < Nilai < 4,00 A SANGAT BAIK

e. Penghitungan Nilai Sikap adalah dengan cara :

1) Menentukan skala penilaian sikap dibuat dengan rentang

antara 1-4, contoh:

1. = sangat baik;

2. = kurang konsisten

3. = mulai konsisten

78

4. = konsisten

2) Menetapkan pembobotan dan rumus penghitungan.

3) Pembobotan ditentukan oleh satuan pendidikan dengan

mempertimbangkan karakteristik sekolah dan peserta

didik.

4) Nilai Proses atau Nilai Observasi disarakan diberi bobot

lebih besar daripada Penilaian Diri Sendiri, Nilai

Antarteman, dan Nilai Jurnal Guru karena lebih

mencerminkan proses perkembangan perilaku peserta

didik yang otentik.

5) Contoh: pembobotan 2:1:1:1 untuk Nilai Observasi : Nilai

Penilaian Sendiri : Nilai Anterteman : Nilai Jurnal Guru

(jumlah perbandingan pembobotan = 5.

6) Rumus penghitungan

Jumlah nilai (Observasi, Diri sendiri, Antarteman, Jurnal)

------------------------------------------------------------------------------X 4

Jumlah Nilai maksimal

Siswa A dalam mata pelajaran Agama dan Budi pekerti

memperoleh :

Nilai Observasi = 4

Nilai Diri Sendiri = 3

Nilai Antarteman = 3

Nilai Jurnal = 4

79

Nilai Rapor = (2x4) + (1x3) + (1x3) + (1x4) : 20

x 4

= (18:20) x 4 = 3,6

Nilai Konversi = 3.6 = Sangat Baik

Deskripsi = memiliki sikap Sangat Baik

selama dalam proses pembelajaran.

4) KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

a. KKM ditentukan oleh satuan pendidikan dengan

mempertimbangkan : karakteristik kompetensi dasar, daya

dukung, dan karakteristik peserta didik.

b. KKM tidak dicantumkan dalam buku pencapaian kompetensi,

melainkan pada buku penilaian guru.

c. Peserta didik yang sudah mencapai atau melampaui KKM,

diberi program pengayaan.

d. Keterangan ketuntasan :

1) Kompetensi pengetahuan dan keterampilan dinyatakan

tuntas apabila mencapai nilai 2,66.

2) Kompetensi siap spirituak dan sosial dinyatakan tuntas

apabila mencapai nilai baik.

e. Implikasi dari ketuntasan belajar tersebut adalah sebagai

berikut :

80

1) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4 : diberikan remidial

individual sesuai dengan kebutuhan kepada peserta didik

yang memperoleh nilai kurang dari 2,66;

2) Untuk KD pada KI-2 dan KI-4: diberikan kesempatan

untuk melanjutkan ke KD berikutya kepada peserta didik

yang memperoleh nilai 2,66 atau lebih dari 2,33 dan

3) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diadakan remedial

klasikal sesuai dengan kebutuhan apabila lebih dari 75%

peserta didik memperoleh nilai kurang 2,66.

4) Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, pembinaan terhadap

peserta didik yang secara umum profil sikapnya belum

berkategori baik dilakukan secara holistik (paling tidak

oleh guru matapelajaran, guru BK, dan orang tua).

f. Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas apabila terdapat

minimal salah satu kompetensi dari tiga mata pelajaran tidak

tuntas.

81

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif. Pendekatan ini merupakan suatu proses pengumpulan data

secara sistematis dan intensif guna memperoleh pengetahuan tentang

problematika guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN 2

Magelang.

Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan

data untuk memberikan gambaran penyajian laporan secara jelas. Data

tersebut dapat di peroleh berasal dari naskah wawancara, catatan

lapangan, foto, dokumen pribadi, dan dokumen lainnya. Penelitian ini

diarahkan pada problematika guru PAI terhadap implementasi kurikulum

2013 di MAN 2 Magelang Magelang.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MAN 2 Magelang dengan alasan bahwa

disana belum pernah dilakukan penelitian yang serupa di tempat tersebut.

Alasan lainnya yaitu ketertarikan penulis terhadap proses pembelajaran

PAI dengan menggunakan kurikulum 2013 yang masih asing atau hal baru

bagi pendidik dan peserta didik.

Dalam penelitian ini penulis memilih subjek penelitian yaitu guru

agama islam dengan alasan bahwa guru merupakan salah satu unsur

82

pendidikan yang sangat penting yang keberadaannya sangat menentukan

keberhasilan pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan. Keberhasilan

guru dalam mengajar dapat mempengaruhi maju mundurnya pendidikan,

sehingga keprofesionalan guru sangat diperlukan karena menentukan

eksistensi suatu lembaga pendidikan. Sedangkan objek penelitiannya yaitu

problem yang dihadapi guru PAI dalam mengimplementasikan Kurikulum

2013 di MAN 2 Magelang.

Termasuk dalam penerapan kurikulum di Indonesia yang sudah

mengalami perubahan dan inovasi baru sebagaimana kurikulum yang

sekarang diterapkan di Indonesia adalah kurikulum 2013. Oleh karenanya,

di tengah dilema dan problema yang dihadapi madrasah dewasa ini,

tentunya peran guru khususnya guru agama sangat berpengaruh terhadap

proses pembelajaran. Sedangkan, MAN 2 Magelang dalam pandangan

peneliti merupakan salah satu lembaga pendidikan islam yang selalu

mengikuti perubahan kurikulum, dan saat ini MAN 2 Magelang telah

menerapkan Kurikulum 2013 sebagai pedoman pembelajaran. Sehingga

peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai problematika guru

PAI dalam implementasi kurikulum 2013.

C. Sumber Data

Menurut Arikunto sumber data dalam penelitian yaitu subyek dari

mana data di peroleh (Arikunto, 2006: 129). Adapun sumber data yang

diambil oleh penulis dalam penelitian ini adalah sumber data utama yang

berupa kata-kata dan tindakan serta sumber data pendukung yang berupa

83

dokumen-dokumen, sehingga sumber data yang di manfaatkan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sumber data primer (utama)

Data primer yaitu sumber data yang diambil peneliti melalui

observasi dan wawancara. Sumber data tersebut dari kepala sekolah,

waka kurikulum dan semua guru agama yang ada di MAN 2 Magelang

yang meliputi guru Akidah Akhlak, Al-Qur’an Hadis, Fiqih, Sejarah

Kebudayaan Islam.

2. Sumber data sekunder (tambahan)

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber

sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan

atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu (Hasan, 2006:19).

Sumbernya data dalam penelitian ini adalah dokumentasi MAN 2

Magelang berupa data identitas sekolah, RPP, sarana prasarana, dan

daftar nama pendidik,

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah strategi atau cara yang dilakukan

peneliti guna menyimpulkan data yang valid dari responden, serta

bagaimana peneliti dapat menentukan teknik yang tepat untuk memperoleh

data, kemudian diambil kesimpulan.

1. Teknik Wawancara

84

Yakni, suatu proses interaksi dan komunikasi yang bertujuan

mendapatkan informasi dengan cara bertanya jawab langsung kepada

responden. Peneliti akan melakukan wawancara kepada Kepala

Sekolah, Waka Kurikulum, dan Guru PAI. Hal ini dilakukan untuk

menggali informasi tentang problematika yang dihadapi guru PAI

dalam implementasi kurikulum 2013.

2. Teknik Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap situasi yang terjadi di

lokasi penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan metode

observasi partisipatif pasif yakni peneliti mengamati namun tidak

mengikuti kegiatan subyek penelitian. .

3. Taknik Dokumentasi

Catatan kegiatan yang menunjukkan sejumlah fakta dan data yang

tersimpan dalam bahan penelitian yang bisa berbentuk gambar foto,

video atau rekaman wawancara, naskah, atau berkas-berkas dan

dokumentasi pendukung lainnya. Seluruhnya dapat digunakan sebagai

penguat seluruh informasi.

E. Analisis Data

Menurut Bogdan sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono (2010:

334) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-

bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat di

informasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan

85

mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat di

ceritakan kepada orang lain.

Pada penelitian teknik analisis data kualitatif peneliti menggunakan

konsep yang diberikan Miles and Huberman dan Spradley sebagaimana

yang dikutip dari bukunya Sugiyono. Miles and Huberman

mengemukakan bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif

dan berlangsung terus menerus pada setiap tahap penelitian sehingga

sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Langkah-langkah analisis

datanya sebagai berikut : data collection, data reduction, data display dan

conclusion drawing/verification. (Sugiyono, 2015: 337-338).

Dibawah ini adalah penjelasan dari kegiatan dalam analisis data

kualitatif:

a. Reduksi data (data collection ) diperlukan karena banyaknya data dari

masing- masing informan yang dianggap tidak relevan dengan fokus

Penyajian data

(data display) Pengumpulan

data (data

collection)

Kesimpulan-

kesimpulan Reduksi data

(data reduction)

86

penelitian sehingga perlu dibuang atau dikurangi. Reduksi data

dilakukan dengan memilih hal- hal pokok yang sesuai dengan fokus

penelitian maka akan memberi gambaran yang lebih tajam.

b. Penyajian data (data display ) adalah deskripsi dari hasil pengamatan

di lapangan. Dalam penelitian kualitatif penyajian data dengan teks

yang bersifat naratif.

c. Verifikasi atau menarik kesimpulan (conclusion drawing/verification)

merupakan kegiatan untuk menyimpulkan berbagai hal dari data yang

diperoleh selama penelitian yang dapat diuji kebenarannya.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah

benar benar valid, maka peneliti menggunakan cara triangulasi metode,

yakni menggali data atau informasi yang diperoleh dari satu pihak di cek

kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya

dari pihak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya dengan menggunakan

metode yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan membandingkan informasi

tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar terhindar

dari subyektivitas.

G. Tahap-tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis melewati empat tahap

sebagai berikut:

87

1. Tahap sebelum lapangan

Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi pokok

pembahasan, selain penulis menghubungi dan meminta konfirmaasi

kepada Kajur sekaligus meminta dicarikan dosen pembimbing.

Kemudian peneliti melakukan konsultasi kepada pembimbing dalam

penyususunan proposal penelitian. Dilanjutkan penyelesaian perjanjian

lokasi penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara,

observasi dan dokumentasi. Pada tahap ini penulis sudah mulai terjun

ke lapangan tempat penelitian tersebut dilakukan.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data penulis menganalisis data yang diperoleh dari

observasi, dokumentasi dan wawancara yang mendalam, sehingga

dapat dengan mudah diinformasikan kepada orang lain.

4. Tahap penulisan laporan

Pada tahap ini penulis menulis menyusun hasil penelitian dari semua

rangkaian kegiatan pengumpulan data pada sampai pada pemberian

makna. Selain itu peneliti juga melakukan konsultasi kepada

pembimbing guna penyusunan laporan selengkapnya.

88

BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum MAN 2 Magelang

1. Sejarah Berdirinya Madrasah

MAN 2 Magelang adalah hasil pengalihan nama dari Madrasah

Aliyah Negeri Tegalrejo yang berada di Jalan Kyai Abdan (Pusdik)

Dlimas Tegalrejo bermula dari pendidikan Guru Agama Nahdlotul Ulama

4 tahun. Madrasah ini didirikan atas ide dan arahan dari bapak K.H.

Chudlori yang selanjutnya dikelola di bawah naungan sebuah Yayasan

yang bernama YAKTI (Yayasan Amal Kesejahteraan Tarbiyah Islam)

Tegalrejo. Yayasan tersebut bergerak di bidang dakwah dan pendidikan

dengan Akte Notaris nomor 14 tanggal 22 Juni 1972.

Kepengurusan Yayasan ini meliputi :

1) Ketua : K. Siradj Abdan

2) Sekretaris I : Zarqoni

Sekretaris II : Rachmatullah Abdan

3) Bendahara I : Dulkarnaen

Bendahara II : K. Sjamhudi

4) Pembantu : R. Ali

Jamal

Muhtarom

89

5) Badan Pengurus : Muhammad AR

K.Ismail

Muh Chalil

6) Badan Penasehat : K. Idris Abdan

K. Thoyib Ahmadi

M. Hasjim

7) Seksi Pendidikan : A. Hartanto, BA.

8) Seksi Dakwah : K.M. Salihun

Pada mulanya yayasan ini mempunyai :

a. 21 Raudhatul Athfal

b. 20 Madrasah Ibtidaiyah

c. 2 Madrasah Tsanawiyah

Pada tanggal 7 April 1979 segenap pengurus yayasan mengadakan

musyawarah bersama Muspika dan sepakat mendirikan Madrasah Aliyah

Yakti sebagai upaya untuk mencukupi dan menampung siswa tamatan

SMP dan MTs yang ada. Pada tanggal 3 Juli 1979 secara resmi berdirilah

MA Yakti dengan nomor/ragam LK/3C/075/MA/81 dengan kepala

sekolah yang pertama adalah Bapak KH. Idris Abdan dan wakilnya Bapak

Sumarmo, BA., dengan jumlah murid 23 anak pada tahun pertama. Pada

tahun kedua mencapai 36 siswa, tahun ketiga 68 siswa, dan tahun keempat

77 siswa.

Tahun 1983 kepala sekolah dipegang oleh bapak Sumarmo, BA.

Dengan jumlah siswa 123 anak. Tahun 1984 merupakan puncak

90

banyaknya siswa yakni 143 siswa. Setelah itu jumlah siswa mulai

menurun bahkan tahun 1988 jumlah siswa seluruhnya hanya 112 anak.

Dalam rangka memantapkan keberadaan MA Yakti Tegalrejo,

yayasan mengajukan Filialitas MA ke MAN Parakan Temanggung dengan

surat permohonan yang ditanda tangani oleh ketua K.Siradj Abdan, BA.

Dan sekretaris M. Mahfudz pada tanggal 20 Desember 1982, sehingga

pada tanggal 3 Maret 1984 MA Yakti Tegalrejo dinyatakan

sebagai MAN Filial Parakan Temanggung Filian Tegalrejo Kabupaten

Magelang oleh Menteri Agama dengan Surat Keputusan Menteri Nomor :

KEP/E/Pgm.6/54/1984.

Untuk menuju Madrasah yang mandiri pemerintah Departemen

Agama RI menegerikan Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung

Filial Tegalrejo menjadi MAN 2 Magelang kabupaten Magelang dengan

keputusan Menteri Agama RI : Nomor : 17 tahun 1997 tanggal 17 Maret

1997. Dengan mandirinya madrasah, maka jumlah siswa pun bertambah,

terbukti kelas 1 waktu itu mendapat 2 (dua) kelas, terlebih pada 3 tahun

terakhir ini MAN 2 Magelang berkembang cukup signifikan, dengan

dibuktikan siswa semakin bertambah dan sudah menempati gedung baru

dengan lokal kelas yang nyaman.

2. Visi Dan Misi Madrasah

Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo sebagai lembaga pendidikan

menengah berciri khas Islam perlu mempertimbangkan harapan murid,

orang tua murid, lembaga pengguna lulusan madrasah dan masyarakat

91

dalam merumuskan visinya. Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo juga

diharapkan merespon perkembangan dan tantangan masa depan dalam

ilmu pengetahuan dan teknologi; era informasi dan globalisasi yang sangat

cepat. Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo ingin mewujudkan harapan dan

respon dalam visi berikut :

Sedangkan Misi Madrasah adalah sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran secara kontekstual,

aktif, kreatif, efektif dan berkualitas untuk mencapai prestasi

akademik dan non akademik sehingga peserta didik mampu

berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang ada pada

dirinya yang dilakukan dengan religius, jujur, dan disiplin;

2. Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari ilmu

agama, ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menciptakan

lingkungan yang Islami di madrasah yang dilakukan dengan penuh

toleransi, disiplin, jujur, adil dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika

serta sopan santun dalam kehidupan sehari-hari;

3. Menyelenggarakan pembinaan, pengembangan diri, dan pelatihan

keterampilan untuk menumbuhkembangkan minat, bakat, dan

“ TERWUJUDNYA MADRASAH YANG UNGGUL

DALAM PRESTASI, TERAMPIL BERKARYA DAN

BERAKHLAK MULIA “

92

keterampilan peserta didik yang dilakukan dengan sifat religius, jujur,

peduli, dan disiplin;

4. Menumbuhkembangkan akhlakul karimah pada seluruh warga

madrasah yang dilakukan dengan sifat religius, jujur, peduli, dan

disiplin.

3. Keadaan MAN 2 Magelang

Adapun data keadaan MAN 2 Magelang secara terperinci adalah :

a. Nama : Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo/MAN 2

Magelang

b. NSM (lama) : 311330810053

c. NSM (baru) : 131133080001

d. Jenjang akreditasi : A

e. Tahun didirikan : 1997

f. Tahun beroperasi : 1997

g. Status Tanah : Hak Pinjam Pakai

h. Status Bangunan : Milik Sendiri

i. Jumlah Siswa dalam 8 (delapan) tahun terakhir sebagai berikut :

93

Tabel 4.1

Jumlah siswa 8 tahun terakhir

KELAS

TAHUN

2009/

2010

2010/

2011

2011/

2012

2012/

2013

2013/

2014

2014/

2015

2015/

2016

2016/

2017

X 150 154 225 228 259 272 205 297

XI 102 143 147 209 226 249 258 197

XII 113 129 141 136 205 212 238 243

Jumlah 365 426 513 573 690 733 701 737

j. Data Rombongan Belajar

Tabel 4.2

Rombongan belajar

KELAS JUMLAH KETERANGAN

X 9 Kondisi baik

XI 7 Kondisi baik

XII 8 Kondisi baik

k. Jumlah Rombongan belajar

1) Kelas X : 9 rombongan belajar

2) Kelas XI : 7 rombongan belajar

3) Kelas XII : 8 rombongan belajar

Kendala/keadaan yang menjadi ancaman bagi Madrasah Aliyah

Negeri Tegalrejo adalah dengan dicanangkannya otonomi daerah dimana

94

terjadi pemekaran wilayah. Masing-masing daerah ingin mendirikan

Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan yang

dikhawatirkan akan mematikan Madrasah Aliyah termasuk di dalamnya

MAN 2 Magelang. Disamping rendahnya kesadaran masyarakat Tegalrejo

dan sekitarnya dalam menyekolahkan putra-putrinya, lemahnya tingkat

ekonomi mayoritas penduduknya dan kecenderungan lebih memilih

sekolah kejuruan menjadi faktor yang menghambat perkembangan MAN 2

Magelang karena masyarakat masih menganggap sekolah di madrasah itu

hanya mempelajari agama dan sekolah bagi orang-orang yang tidak

mampu.

4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah suatu yang dapat memperlancar

terlaksanakannya progam pendidikan atau dapat dikatakan sebagai faktor

pendukung demi kelancaran dalam proses pembelajaran dan tercapainnya

tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Diskripsi bangunan MAN 2 Magelang saat ini adalah ruang kepala

sekolah dan TU, ruang guru 24 ruang kelas, ruang laboratorium IPA,

ruang laboratorium komputer, ruang BK, ruang UKS, perpustakaan dan

masjid. Berikut adalah rekapan data sarpras dan keadaannya:

95

Tabel 4.3

Sarana dan prasarana

No. Sarana Jumlah Keadaan

1. Ruang Kepala sekolah dan TU 1 Baik

2. Ruang Guru 1 Baik

3. Ruang Kelas 24 Baik

4. Ruang LAB. Komputer 1 Baik

5. Ruang LAB IPA 1 Baik

6. Ruang BK 1 Baik

7. Ruang UKS 1 Baik

8. Perpustakaan 1 Baik

9. Masjid 1 Baik

5. Data guru, pegawai dan siswa

1) Keadaan Guru dan Pegawai

Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Administrasi menurut Status

Kepegawaian, Golongan, dan Jenis Kelamin

96

Tabel 4.4

Jumlah guru dan pegawai

Jabatan

Status Kepegawaian

Jumla

h 6)

Tetap

Tidak

Tetap

Bant

u

Pusat

Bantu

Daera

h

Gol. I

Gol.

II

Gol.

III

Gol.

IV

Yayas

an

L P L P L P L P L P L P L P L P L P

(1)

(2

)

(3

)

(4

)

(

5

)

(6)

(7

)

(

8

)

(

9

)

(

1

0

)

(11

)

(

1

2

)

(13

)

(1

4)

(

1

5

)

(

1

6

)

(1

7)

(

1

8

)

(1

9)

Ka. Sek

1

1 -

Guru

3

1

5

7 5

9 9

1

9 29

Tenaga

Admin.

3

1

5 2

9 2

Berikut daftar guru dan pegawai berdasarkan tugas masing-masing :

1. NAMA : Joko Susilo, S.Pd

NIP : 197009301995031001

Golongan : IV/a / Guru Madya

Tugas : Kepala sekolah

2. NAMA : Dra. Hj. Mizhariyatil Hidayah

NIP : 196511081991032003

Golongan : IV/a / Guru Madya

97

Tugas : Guru Akidah Akhlak

3. NAMA : Drs. Subagya

NIP : 196109291994031001

Golongan : IV/a / Guru Madya

Tugas : Guru Seni Budaya dan Ketrampilan

4. NAMA : Dra. Ida Ariyani

NIP : 196812281998032001

Golongan : IV/a / Guru Madya

Tugas : Guru Sosiologi

5. NAMA : Muhammad Purnama, S.Pt

NIP : 197109051999010001

Golongan : IV/a / Guru Madya

Tugas : Waka Kurikulum / Guru Matematika

6. NAMA : Drs. Zainal Arifin

NIP : 195912311998031002

Golongan : IV/a / Guru Madya

Tugas : Guru Matematika

7. NAMA : A. Zubair S.Pd

NIP : 196509152000031001

Golongan : IV/a / Guru Madya

Tugas : Guru Fisika

8. NAMA : Hj. Endang Munawaroh, S.Ag

NIP : 196912172000032001

Golongan : IV/a / Guru Madya

Tugas : Bendahara Komite / Guru Bahasa Inggris

9. NAMA : Sri Amriyati, S.Ag, S.Pd

NIP : 197012231998032002

Golongan : IV/a / Guru Madya

Tugas : Guru Biologi

10. NAMA : Nur Kholiq, S.Ag, M.SI

NIP : 197102192002121002

Golongan : IV/a / Guru Madya

Tugas : Waka Kesiswaan /Guru Bahasa Arab

11. NAMA : Drs. Dwi Adi Satrianto, S.Pd

NIP : 196704122003121003

Golongan : IV/a / Guru Madya

98

Tugas : Waka Sarana Prasarana / Guru Bimbingan

Konseling

12. NAMA : Muhammad Rofiq, S.Pd

NIP : 197705032001121004

Golongan : IV/a / Guru Madya

Tugas : Guru Bahasa Inggris

13. NAMA : Ma`sumatun, S.Ag

NIP : 196908122003122003

Golongan : IV/a / Guru Madya

Tugas : Guru Bahasa Arab

14. NAMA : Machmud Rosyidi, S.Ag, M.Pd.I

NIP : 196604061999031001

Golongan : III/d / KaUr TU

Tugas : Kepala Tata Usaha

15. NAMA : Anas Munaji, S.Ag

NIP : 197504162003121003

Golongan : III/d / Guru Muda

Tugas : Waka Humas / Guru Ilmu Kalam

16. NAMA : Dra. Nuryanti

NIP : 196706262005012001

Golongan : III/d / Guru Muda

Tugas : Guru Geografi

17. NAMA : Nahru Rosidah Budiarti, S.Pd

NIP : 197010292005012001

Golongan : III/d / Guru Muda

Tugas : Guru Pendidikan Kwarganegaraan

18. NAMA : Karyati, S.Pd

NIP : 197704292005012003

Golongan : III/d / Guru Muda

Tugas : Guru Ekonomi

19. NAMA : Hartsa Jamila Rochi, S.Pd

NIP : 197707082003122002

Golongan : III/d / Guru Muda

Tugas : Guru Bahasa Inggris

20. NAMA : Nurul Ana Khusniyah, S.Pd

NIP : 197804282005012007

Golongan : III/d / Guru Muda

99

Tugas : Guru Bahasa Indonesia

21. NAMA : Sri Widarti, S.Pd, Si

NIP : 198204282005012002

Golongan : III/d / Guru Muda

Tugas : Guru Kimia

22. NAMA : Dra. Siti Zulaikhah

NIP : 196406172006042008

Golongan : III/c / Guru Muda

Tugas : Guru Bahasa Indonesia

23. NAMA : Siti Salbiyah, S.Pd

NIP : 197004122007012032

Golongan : III/b / Guru Pertama

Tugas : Guru Matematika

24. NAMA : Agus Sulistya, SE

NIP : 197110142007011017

Golongan : III/b / Guru Pertama

Tugas : Guru Ekonomi

25. NAMA : Yudi Hernayadi Nugraha, S.Pd

NIP : 197209132007011019

Golongan : III/b / Guru Pertama

Tugas : Guru Penjasorkes

26. NAMA : Eti Hikmawati, S.Ag

NIP : 197705062007012024

Golongan : III/b / Guru Pertama

Tugas : Guru SKI

27. NAMA : Sudarti, S.Ag

NIP : 197712012007012019

Golongan : III/b / Guru Pertama

Tugas : Guru Fikih

28. NAMA : Nurul Istianah, S.Ag

NIP : 197310082007102003

Golongan : III/b / Guru Pertama

Tugas : Guru Fikih

29. NAMA : Uswatul Hasanah, S.Ag

NIP : 197909172007102003

Golongan : III/b / Guru Pertama

Tugas : Bendahara DIPA / Guru Qur'an Hadits

100

30. NAMA : Heny Isdaniyah, SE

NIP : 197407102007102004

Golongan : III/b / Guru Pertama

Tugas : Guru Ekonomi

31. NAMA : Oktora Milasari, S.Pd.I

NIP : 198310072009012011

Golongan : III/b / Guru Pertama

Tugas : Guru Bahasa Arab

32. NAMA : Faida Syarifah, S.Sos.I

NIP : 198003252009012006

Golongan : III/b / Guru Pertama

Tugas : Guru TIK

33. NAMA : Muhammad Badri

NIP : 197411071998031001

Golongan : II/d / Pegawai

Tugas : Petugas Keamanan /Staff TU

34. NAMA : Jamari

NIP : 197512022005011002

Golongan : II/c / Pegawai

Tugas : Pengadministrasi / Urusan Umum

35. NAMA : Yana Herdiana Nugraha, S. Pd

NIP : 197411202009101001

Golongan : II/b / Pegawai

Tugas : Pengelola Administrasi dan Dokumentasi /Urusan

Kepegawaian.

36. NAMA : Lailatul Khasanah, S.Pd

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Guru Bimbingan Konseling

37. NAMA : Ulfatu Sharifah, S.Pd. I

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Guru Biologi

38. NAMA : Amarudin Syarif, S.Si.

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Guru Kimia / Guru PKW

101

39. NAMA : Eliya Habibatus Sholihah, S.Th.I

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Guru Bahasa Indonesia

40. NAMA : Mursyidul Anam, S.Ag

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Guru Ilmu Tafsir

41. NAMA : Maksum, S.Pd. I

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Guru Fisika

42. NAMA : Nur Wakhid, S.Pd

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Guru Bahasa Inggris

43. NAMA : Reni Pramudiani, S.Pd

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Guru Bimbingan Konseling

44. NAMA : Aqshol Hidayah, SHI

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Guru Akidah Akhlak

45. NAMA : Huri Setyono, S.Pd

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Guru Penjasorkes

46. NAMA : Evi Kusnianti, S.Pd

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Guru Sosiologi

47. NAMA : Lintariyah, S.Pd

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Guru Sejarah

102

48. NAMA : Yuli Viantrika, S.Pust

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Staff TU

49. NAMA : Mauhi Datul Karimah, S.Pust

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Kepala Perpustakaan

50. NAMA : Safi'I Rais, S.Pd.Si

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Guru Matematika

51. NAMA : Kulyadi

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Petugas Kebersihan

52. NAMA : Romeli

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Penjaga Madrasah

53. NAMA : Linda Permatasari, S.Pd

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Guru Bahasa Jawa

54. NAMA : Muhammad Ilyas, S.Pd.I

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Guru Qur'an Hadits

55. NAMA : Wisnu Adi Wibowo, S.Pd

NIP : -

Golongan : - / -

Tugas : Guru Sejarah

103

L P

1 XII IPA 1 10 23 33

2 XII IPA 2 13 24 37

3 XII IPS 1 12 21 33

4 XII IPS 2 13 21 34

5 XII IPS 3 12 20 32

6 XII IPS 4 11 12 23

7 XII KEAGAMAAN 1 14 16 30

8 XII KEAGAMAAN 2 12 9 21

97 146 243

9 XI IPA 1 3 18 21

10 XI IPA 2 10 19 29

11 XI IPS 1 11 21 32

12 XI IPS 2 12 21 33

13 XI IPS 3 13 12 25

14 XI IPS 4 14 11 25

15 XI KEAGAMAAN 10 22 32

73 124 197

16 X IPA 1 12 25 37

17 X IPA 2 6 28 34

18 X IPS 1 16 19 35

19 X IPS 2 13 21 34

20 X IPS 3 12 22 34

21 X IPS 4 17 15 32

22 X IPS 5 16 18 34

23 X KEAGAMAAN 1 12 18 30

24 X KEAGAMAAN 2 11 16 27

115 182 297

737

JML SISWA KELAS XII

JML SISWA KELAS XI

JML SISWA KELAS X

TOTAL SISWA

NO KELASJUMLAH

JUMLAH SISWA

2) Keadaan Siswa

Rekapitulasi Jumlah Siswa Keseluruhan tahun pelajaran 2016/2017

Tabel 4.5

104

3) Ekstrakurikuler

a. Pramuka

b. ECC

c. Tari

d. PMR

e. Rebana

f. Musik

g. Jurnalistik

h. Teater

i. SBA

j. Kaligrafi

k. Volly Ball

l. Badminton

m. Sepak Bola

n. Pencak Silat

o. Qiroatul Kutub

p. Muhadasah

4) Life Skill

a. Elektronika / Service HP

b. Menjahit

c. Prosesing Hasil Pertanian

d. Otomotif Sepeda Motor

e. Service Komputer

105

5) Prestasi yang Pernah Diraih

a. POPDA 2015

1) Juara I Lempar Lembing Putri POPDA Kab. Magelang

2) Juara II Pencak Silat POPDA Kab. Magelang

3) Juara II Sepak Bola Kab. Magelang

b. KSM 2016

1) Juara II Mata Pelajaran Biologi

c. UNTIDAR 2016

1) Juara I, II, III Innovative Idea Presentation Tingkat SMA / MA

/ SMK di wilayah Jawa Tengah

2) Juara II Straw Bridge Challenge Tingkat SMA / MA / SMK di

wilayah Jawa Tengah

3) Juara I dan II COMMATH (Competition Of Mathematics)

Tingkat SMA / MA / SMK di wilayah Jawa Tengah

d. POPDA 2017

1) Juara II Lempar Lembing Putra

2) Juara Lari 200 m Putri

e. KSM 2017

1) Juara I Mapel Kimia

2) Juara II Mapel Ekonomi

3) Juara III Mapel Biologi

f. AKSIOMA 2017

1) Juara I Kaligrafi Putra

106

2) Juara III Kaligrafi Putri

3) Juara II Futsal

4) Juara III Pidato Bahasa Inggris Putri

5) Juara III Singer Madrasah Putri

B. Data Hasil Temuan

1. Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2 Magelang

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terkait dengan

implementasi kurikulum 2013 yang didapatkan melalui wawancara dengan

berbagai sumber, diantaranya kepala sekolah, WAKA kurikulum, dan

beberapa guru PAI.

JS selaku kepala sekolah, mengungkapkan tentang implementasi di

sekolah tersebut:

“Sekolah ini telah menerapkan kurikulum 2013 sejak 5 tahun yang

lalu mas yang di terapkan sementara untuk kelas X dulu, kemudian

juga sempet diberhentikan sejenak oleh mentri pendidikan kecuali

untuk mapel PAI tetap terus dilanjutkan sedangkan untuk mapel

umum dilanjutkan lagi pada tahun 2014. Dalam penerapannya

awalnya para guru merasa keberatan, karena beban administrasi

yang sangat banyak, akan tetapi dengan berjalannya waktu lama

kelamaan sebagian besar guru mulai enjoy dan menikmati K-13

sampai saat ini mas”(Wawancara dengan JS, 5 Mei 2018, pukul

08.55-09.20)

Hal yang sama juga dikatakan oleh MP selaku WAKA kurikulum

di MAN 2 Magelang.

“Implementasi kurikulum 2013 di sekolah ini di mulai pada tahun

2013 mas, prosesnya pun bertahap mas, sedikit demi sedikit ada

peningkatan walaupun respon dari guru PAI bermacam-macam,

ada yang menunggu ada yang sudah bisa langsung melaksanakan,

terutama bagi guru yang sudah berusia 50 keatas dalam

107

penerapannya kurang maksimal” (Wawancara dengan MP, 15 Mei

2018, pukul 10.15-10.50)

JS menuturkan bahwa respon para guru pertama kali menerapkan

kurikulum 2013 merasa keberatan terutama dari segi administrasi.

“Emm, respon ya mas, kalo respon guru PAI terhadap K-13 pada

awalnya merasa keberatan mas, karena beban administrasi yang

sangat banyak dan sudah terlanjur nyaman dengan KTSP mas,

akan tetapi karena itu adalah tuntutan dari pemerintah supaya K-13

di berlakukan di semua jenjang sekolah batas akhir tahun 2018

maka semua guru mau tidak mau harus melaksanakannya, sehingga

karena kondisi yang di paksa maka menjadikan guru PAI ada

beberapa yang mulai enjoy dan menikamati K-13 sampai saat ini

mas” (Wawancara dengan JS, 5 Mei 2018, pukul 08.55-09.20)

Kemudian tentang sejauh mana keberhasilan implementasi

kurikulum 2013 di sekolah tersebut JS menjelaskan sebagai berikut:

“Secara umum kita berhasil mas, sudah melaksanakan sesuai

pedoman mas, akan tetapi dari segi proses, alat, bahan atau

mungkin metode pembelajaran bisa dikatakan belum semua guru

melaksanakan sesuai prosedur, akan tetapi ada beberapa guru yang

sudah bisa, sehingga yang paling penting adalah kreativitas guru,

sehingga peran sekolah sangat di butuhkan untuk memberi arahan

kepada para guru yang kurang kreatif”(Wawancara dengan JS, 5

Mei 2018, pukul 08.55-09.20)

Hal ini juga dikuatkan dengan hasil dokumentasi yang dilakukan

pada tanggal 5 Mei 2018, bahwa MAN 2 Magelang telah

mengimplementasikan K-13 dilihat dari subtansi RPP yang digunakan

oleh NI selaku guru fikih. Di dalam RPP tersebut memuat KI dan KD,

kemudian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, mulai

dari mengamati, menanya, manalar, mengolah, mencoba, menyimpulkan,

menyajikan, dan mengomunikasikan. Selain dari segi pembelajaran, dalam

108

evaluasi pembelajaran yang dibuat oleh NI sudah menerapkan penilaian

autentik, siswa tidak hanya dinilai dari kemampuan kognitif (pengetahuan)

saja, akan tetapi dari segi afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan)

ikut di nilai.

Kemudian EH selaku guru SKI memberikan penjelasan tentang

bagaimana respon EH ketika MAN 2 Magelang menerapkan kurikulum

2013.

“Respon saya pribadi ada positifnya dan negatifnya, dalam proses

pembelajaran guru merasa diringankan karena guru lebih condong

banyak pasif dan hanya sebagai fasilitator, sedangkan yang negatif

yaitu beban administrasi guru menjadi banyak” (Wawancara

dengan EH, 5 Mei 2018, pukul 11.59-12.20)

Sedangkan respon NI menunjukkan bahwa NI menerima dengan

tangan terbuka, karena sudah menjadi peraturan pemerintah,

“Responnya ya karena itu memang sudah ketentuan dari atas ya

kami terima saja mas, dan kalau mapel Fiqih itu dalam

pembelajaran tidak jauh berbeda ketika dilaksanakan dalam K-13,

di KTSP pun sudah melakukan pembelajaran yang sesuai dengan

K-13 misalnya langsung praktik” (Wawancara dengan NI, 9 Mei

2018, pukul 11.34-12.00)

Bertolak belakang dari pernyataan NI, MI mengungkapkan dengan

berterus terang agar kurikulum dikembalikan ke KTSP lagi akan tetapi

pada akhirnya MI tetap menerima K-13 karena memang sudah menjadi

ketentuan dari pemerintah:

“Respon saya sendiri terkait implementasi K-13 saya kurang setuju

mas, karena MAN 2 Magalang inikan sekolahnya di desa, karena

proses pembelajarannya masih terlalu tinggi untuk anak-anak di

desa. Akan tetapi K-13 adalah tuntutan pemerintah maka mau tidak

109

mau harus melaksanaka walaupun belum maksimal.” (Wawancara

dengan MI, 5 Mei 2018, pukul 11.45-12.15)

Disamping itu JS juga menjelaskan tentang bagaimana dengan

sarpras dan buku ajar.

“Kalau sarpras sudah memenuhi syarat mas, hanya saja buku

ajarnya yang masih kekurangan, karena sesuai standar nasional

pendidikan, rasio anak dan buku itu 1 banding 1, sedangkan di

MAN 2 Magelang ini masih kekurangan”(Wawancara dengan JS, 5

Mei 2018, pukul 08.55-09.20)

Kemudian hasil observasi di lapangan menunjukan bahwa sarpras

yang ada di MAN 2 Magelang telah memenuhi syarat, seperti ruang kelas

yang masing-masing kelas sudah terpasang LCD. Selain mengamati ruang

kelas, perpustakaan juga telihat bersih dan rapi, namun yang menjadi

kendala yaitu jumlah buku kurikulum 2013 yang masih sedikit. (Observasi

5 Mei 2018)

Dalam menerapkan K-13 NI selaku guru fiqih di MAN 2

Magelang, mengungkapkan persiapannya dalam mengimplementasikan

kurikulum 2013.

“Persiapan pertama kali saya dulu langsung ikut diklat, mencari

ketentuan-ketentuan kurikulum, kemudian menyusun silabus dan

RPP bersama teman-teman MGMP mas” (Wawancara dengan NI,

9 Mei 2018, pukul 11.34-12.00)

Hal senada juga di ungkapkan MI, selaku guru Al-Quran Hadits.

Bahwa persiapan untuk menerapkan K-13 sudah sejak dulu.

“Kalau persiapan saya sudah dari dulu mas, dan sudah mengikuti

pelatihan-pelatihan. Kemudian persiapan yang harus dilakukan

110

adalah harus bersungguh-sungguh dalam menyusun administrasi”

(Wawancara dengan MI, 5 Mei 2018, pukul 11.45-12.15)

Kemudian, MI juga menjelaskan tentang kesulitan-kesulitan siswa

dalam proses pembelajaran.

“Kalau menurut saya siswa pasti mengalami kesulitan mas, karena

rata-rata siswa yang sekolah disini berasal dari desa, sehingga

masih terlalu berat untuk mengajak siswa aktif dalam belajar,

hanya beberapa kelas saja yang bisa diajak untuk aktif”

(Wawancara dengan MI, 5 Mei 2018, pukul 11.45-12.15)

Namun JS menegaskan bahwa kesulitan yang dialami siswa saat

proses pembelajaran itu tergantung pada gurunya.

“Sebenarnya kesulitaan pada anak itu tergantung pada gurunya,

jika dalam proses pembelajaran seorang guru melaksanakan

langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan pedoman K-13 maka

siswa akan merasakan enjoy” (Wawancara dengan JS, 5 Mei 2018,

pukul 08.55-09.20)

NI juga menuturkan tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi

siswa MAN 2 Magelang.

“Iya mas, terutama ketika penerapan metode saintifik, terkadang

anak masih kebingungan sehingga salah satu jalan pintasnya guru

masih setengah-setengah dalam menerapkan metode pembelajaran

saintifik” (Wawancara dengan NI, 9 Mei 2018, pukul 11.34-12.00)

Ada juga yang sudah menerapkan pembelajaran saintifik tetapi

masih fifty-fifty, sebagaimana yang diungkapkan MI.

“Kalau saya sendiri sudah fifty-fifty mas dalam penerapan metode

pembelajaran saintifik, kadang masih memakai metode

pembelajaran KTSP akan tetapi juga sudah menerapkan metode

pembelajaran K-13, tergantung kondisi kelas dan siswa”

(Wawancara dengan MI, 5 Mei 2018, pukul 11.45-12.15)

111

2. Problem yang dihadapi guru PAI dalam melaksanakan Kurikulum

2013 (K-13) di MAN 2 Magelang

Setiap perubahan kurikulum di Indonesia pasti akan memunculkan

berbagai problematika dalam implementasinya, karena ketika kurikulum

berubah maka sistem pendidikan yang ada di sekolah juga akan berubah.

Dimulai dari kesiapan sekolah, kemudian yang terutama adalah persiapan

guru. Problem yang sering dialami oleh guru adalah belum adanya

kesiapan guru dan siswa, kemudian buku ajar yang belum memadai.

Menurut JS selaku kepala sekolah menyebutkan bahwa:

“Problem yang pertama adalah ketidaksiapan guru disini, karena di

kurikulum 2013 ini beban administrasi lebih banyak dibanding

KTSP. Masalah yang kedua adalah tentunya dari buku, karena

idealnya rasio buku dan anak itu adalah satu banding satu. Disini

masih kekurangan buku peminatan sedangkan buku wajib sudah

terpenuhi. Masalah yang ketiga yaitu masalah dari kreativitas guru

yang kurang sehingga kita melihat model-model pembelajaran di

kelas itu antara 2006 dan 2013 itu sama saja, itu kan menurut saya

guru itu kurang kreatif, tapi ada sebagian guru yang sudah mampu

memanfaatkan media dan lingkungan, belajar diluar dan di

perpustakaan. Masalah selanjutnya tuntutan dari siswa sendiri,

siswa juga punya masalah, K-13 itu kan menuntut anak harus

kreatif dan aktif, dan peran guru hanya 30-40%, sehingga kalau

siswa tidak mau diajak aktif dan kreatif maka proses pembelajaran

tidak akan berjalan dengan efektif” (Wawancara dengan JS, 5 Mei

2018, pukul 08.55-09.20)

Tidak jauh beda apa yang dikemukakan JS, menurut MI, problem

yang dihadapi guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 sebagia

berikut.

“Problem yang pertama adalah beban administrasi, problem yang

kedua adalah buku ajar yang belum lengkap. Masalah yang ketiga

yaitu ada beberapa kelas yang belum mau diajak untuk aktif dalam

pembelajaran, sehingga untuk menerapkan K-13 itu tergantung

keadaan dan kondisi kelas”(Wawancara dengan MI, 5 Mei 2018,

pukul 11.45-12.15)

112

Kemudian MH selaku guru Akidah Akhlak mengungkapkan

tentang problem yang dihadapi guru PAI dalam implementasi kurikulum

2013.

“Kalau problem tentunya ada mas, yang pertama beban

administrasi guru yang semakin banyak, kemudian buku ajar yang

masih kekurangan, siswa kurang aktif atau motivasi siswa kurang,

dan guru yang sudah tidak mampu mengoperasikan komputer (IT)”

(Wawancara dengan MH, 9 Mei 2018, pukul 11.45-12.00)

Problem yang lain juga di ungkapkan oleh MP, selaku WAKA

kurikulum.

“Masalah yang sering dihadapi guru PAI adalah buku sumber yang

masih belum valid, buku sumber itu kan penerbitnya tidak hanya

satu penerbit, sehingga sering terjadi perbedaan antara penerbit

satu dengan penerbit yang lainnya dalam hal isi” (Wawancara

dengan MP, 15 Mei 2018, pukul 10.15-10.50)

Sedangkan berdasarkan observasi yang dilakukan di dalam kelas

bahwa ada beberapa siswa yang masih ramai sendiri serta masih terjadi

kesalahan yaitu terkadang guru masih sulit untuk menyangkutpautkan

materi ajar yang ada karena terkadang pemisahan materi ajar masih terlihat

pada proses pembelajaran. (Observasi 5 Mei 2018)

3. Solusi problematika yang dihadapi guru PAI dalam implementasi

Kurikulum 2013 (K-13)

Untuk mengatasi problem yang terjadi dalam implementasi

kurikulum 2013, JS selaku kepala sekolah berpendapat,

“Emm solusinya yaitu yang pertama dari guru harus selalu

mengikuti pelatihan K-13, kepala sekolah meningkatkan supervisi,

113

komite memenuhi sarana dan prasarana, dan dari pihak pemerintah

memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam K-13”

(Wawancara dengan JS, 5 Mei 2018, pukul 08.55-09.20)

Hal yang sama juga diungkapkan MP selaku WAKA kurikulum,

mengenai solusi dari problematika yang dihadapi guru PAI dalam

implementasi kurikulum 2013.

“Ya, salalu kita coba sharing dengan temen MGMP dan

mendorong siswa untuk selalu mengikuti perubahan. Kemudian

untuk memenuhi kekurangan buku ajar, guru sementara di minta

untuk mendownload buku ajar, serta membolehkan siswa untuk

memanfaatkan HP sabagai alat bantu untuk mendowload buku

siswa” (Wawancara dengan MP, 15 Mei 2018, pukul 10.15-10.50)

Kemudian MH selaku guru Akidah Akhlak memberikan pendapat

terkait solusi dari problematika guru PAI dalam menerapkan K-13.

“Solusi yang kami tekankan adalah selalu mengikuti

perkembangan informasi tentang K-13, mengikuti workshop K-13

dan mengajak siswa untuk selalu aktif” (Wawancara dengan MH, 9

Mei 2018, pukul 11.45-12.00)

Kemudian NI selaku guru fikih juga menanggapi mengenai solusi

problematika guru PAI dalam implementasi K-13.

“Ya kita usahakan agar siswa bisa mengikuti pembelajaran K-13

mas, kemudian kita juga perlu mengikuti pelatihan-pelatihan agar

selalu mempunyai hal yang baru terkait perkembangan K-13”

(Wawancara dengan NI, 9 Mei 2018, pukul 11.34-12.00)

Sedangkan menurut MI, solusi dari problematika guru PAI dalam

implementasi K-13 sebagai berikut:

“Untuk solusi, menurut saya alangkah baiknya jika kembali ke

KTSP lagi, walaupun K-13 ini sebenarnya kalau di praktekan

114

sesuai pedoman hasil nya sangat bagus. Tergantung kreativitas

guru” (Wawancara dengan MI, 5 Mei 2018, pukul 11.45-12.15)

C. Analisis Data

1. Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2 Magelang

Perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 merupakan

terobosan untuk meningkatkan kualitas pendidikan d Indonesia. Ada

beberapa faktor lain yang mendasari perubahan tersebut yaitu,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan arus globalisasi

dan gejolak sosial dan budaya. Sehingga peserta didik harus dipersiapkan

agar mampu menghadapi tantangan zaman dan mampu bersaing secara

nasional dan internasional.

Implementasi kurikulum 2013 mendapat banyak kritikan dari

berbagai pihak terutama dari kalangan praktisi pendidikan. Baik segi

persiapan, proses, dan pelaksanaannya dalam pembelajaran di kelas.

Namun hal tersebut harus tetap diusahakan sebaik mungkin dalam

pelaksanaannya. MAN 2 Magelang adalah sekolah yang sudah

menerapkan kurikulum 2013 sejak 4 tahun yang lalu.

Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan di lapangan, dapat

disimpulkan bahwa implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang

sudah berjalan sesuai dengan pedoman, akan tetapi masih perlu di

maksimalkan baik itu menyangkut kreativitas guru, buku ajar dan kesiapan

peserta didik. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan kepala sekolah,

bahwa secara umum MAN 2 Magelang sudah melaksanakan kurikulum

2013 dengan baik dan sesuai dengan arahan dari pemerintah, namun ada

115

beberapa hal yang harus diperbaiki terkait dengan proses pembelajaran dan

kreativitas guru.

Menurut E. Mulyasa (2004: 13) ada 6 kunci sukses dalam

implementasi kurikulum 2013 yaitu sosialisasi secara menyeluruh,

menciptakan lingkungan yang kondusif, mengembangkan fasilitas belajar

dan sumber belajar, mengembangkan kemandirian sekolah, meluruskan

paradigma guru dan memperdayakan tenaga kependidikan.

a. Sosialisasi secara menyeluruh

Sosialisasi ini dilakukan pemerintah untuk ditujukan kepada

seluruh warga sekolah, bahkan juga terhadap siswa dan orang tua.

Soaialisasi yang terstruktur dan sistematis dapat memberikan

kemudahan dalam memahami kurikulum yang ditawarkan dan

diterapkan secara optimal. Kemudian setelah sosialisasi, pihak sekolah

mengadakan rapat untuk mendapatkan persetujuan bersama komite

sekolah dan tenaga kependidikan agar implementasi kurikulum yang

baru dapat terlaksana dangan baik dan maksimal.

b. Menciptakan lingkungan yang kondusif

Lingkungan sekolah yang kondusif, aman, nyaman dan tertib akan

menjadi faktor pendukung dan daya tarik tersendiri bagi proses

pembelajaran. Iklim belajar yang kondusif juga perlu ditunjang dengan

berbagai fasilitas seperti: sarana, laboratorium, pengaturan lingkungan,

penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antar siswa dan

guru, guru dengan komite dan begitu juga sebaliknya.

116

c. Mengembangkan fasilitas dan sumber belajar

Fasilitas dan sumber belajar tentu saja akan membantu

mempercepat proses tercapainya tujuan dari kurikulum tersebut dan

diantara fasilitas tersebut adalah seperti laboratorium, pusat sumber

belajar dan perpustakaan.

d. Memupuk dan selalu mengembangkan kemandirian sekolah

Mengembangkan kemandirian sekolah lebih identik dengan

mengembangkan kemandirian kepala sekolah, terutama dalam

mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan semua sumber

daya pendidikan yang tersedia serta memberikan arahan dalam

mengimplementasikan kurikulum yang baru.

Dan kemandirian ini juga harus ditunjang dengan profesionalisme

kepala sekolah sehingga dapat mendorong sekolah untuk segera

mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-

program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.

e. Meluruskan paradigma (pola pikir) guru

Untuk hal ini semua guru perlu diberikan sebuah pelatihan serta

penataran khusus mengenai bagaimana pelaksanaan kurikulum yang

baru. Dan semua kegiatan yang diadakan oleh pihak sekolah dengan

mengundang ahli pendidikan atau jajaran pendidikan di daerah

tertentu yang mengerti dengan kurikulum yang dimaksud.

117

f. Memberdayakan semua tenaga kependidikan

Dalam hal ini, manajemen tenaga kependidikan adalah pihak yang

paling bertanggung jawab untuk menciptakan tenaga-tenaga

kependidikan dapat membaca perubahan tersebut, sehingga semua bisa

berjalan secara efektif dan efisien demi mencapai hasil yang optimal.

Pelaksanaan manajemen tenaga kependidikan di Indonesia

sedikitnya mencakup tujuh kegiatan utama, yaitu perencanaan tenaga

pendidikan, pengadaan tenaga kependidikan, pembinaan dan

pengembangan tenaga kependidikan, promosi dan mutasi,

pemberhentian tenaga kependidikan, kompensasi, dan penilaian tenaga

kependidikan. Semua itu dilakukan dengan baik dan benar agar apa

yang diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga kependidikan yang

diperlukan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat

melaksanakan kerja dengan baik. Oleh karena itulah pemberdayaan

tenaga kependidikan menjadi salah satu faktor pendukung dalam

implementasj kurikulum baru di Indonesia.

2. Problem yang dihadapi guru PAI dalam melaksanakan K-13 di MAN

2 Magelang

Berdasarkan wawancara, observasi dan dokumentasi terkait

problematika guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 diperoleh

bahwa problem yang sering dihadapi guru PAI di MAN 2 Magelang

diantaranya beban administrasi kurikulum 2013 telalu berat, buku ajar

118

kurang memadai dan kreativitas guru yang masih kurang. Problematika

tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut :

a. Beban administrasi guru

Kurikulum 2013 jika berhasil dilaksanakan akan membuahkan

hasil yang sangat luar biasa, karena dalam kurikulum 2013 ini terdapat

penilaian autentik, jadi siswa dinilai tidak hanya aspek kognitif saja

akan tetapi afektif dan psikomotorik terpantau oleh guru, dan ini yang

membuat guru PAI di MAN 2 Magelang merasa keberatan karena

harus membutuhkan banyak waktu untuk melakukan penilaian dari

banyak aspek dan penilaian dilakukan selama pembelajaran

berlangsung maupun pembelajaran sudah selesai.

Selain merasa kebaratan dengan administrasi ada pula guru yang

masih kesulitan dalam memberikan penilaian kepada siswa, hal ini

biasa dialami oleh guru yang berusia 50 tahun keatas.

b. Buku ajar kurang memadai

Buku ajar merupakan sumber belajar yang sangat penting dalam

pembelajaran, buku ajar pada kurikulum 2013 di bagi menjadi 2 yaitu

buku untuk pegangan guru dan buku untuk pegangan siswa. Buku ajar

idealnya rasio anak dan buku adalah satu banding satu, akan tetapi

buku yang ada di MAN 2 Magelang khususnya buku peminatan belum

bisa terpenuhi apabila diterapkan satu banding satu.

119

c. Kreativitas guru kurang

Kurang kreatif disini yang dimaksud adalah dalam proses

pembelajaran, pada umumnya guru yang kurang kreatif dalam

menerapkan metode pembelajaran, pada umumnya yang terjadi di

MAN 2 Magelang guru menggunakan metode pembelajaran secara

monoton, selain hal tesebut masih kesulitan dalam menerapkan

pendekatan saintifik pada proses pembelajaran. Guru yang kurang

kreatif biasanya hanya akan menggunakan satu metode saja dalam

proses pembelajaran. Hal ini yang menyebabkan siswa merasa bosan

dan tidak mau aktif di kelas, apalagi metode yang digunakan adalah

metode ceramah. Pada kurikulum 2013 guru dituntut untuk bisa

membuat siswa-siswi aktif, sehingga seorang guru harus mampu

memanfaatkan media untuk membuat suatu metode pembelajaran yang

kreatif dan inovatif.

Masalah yang telah dipaparkan diatas sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Agnes Tuti Rumiati selaku Staf Khusus Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bidang Pengawasan dan

Pengendalian Pembangunan (UKMP3).

Menurut Tuti sebagaimana yang dikutip dari Okezonenews bahwa

permasalahan penerapan dalam pembelajaran kurikulum 2013 diantaranya

adalah :

a) Pertama "Yang kurang dipahami adalah proses penilaian yang

dianggap rumit. Banyak yang belum paham dalam memberikan

120

penilaian dalam implementasi kurikulum 2013," ujar Tuti di Gedung

PGRI, Jakarta Pusat, Kamis 16/10/2014.

b) Kedua, kata Tuti, para guru masih kesulitan menerapkan scientific

approach dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Tuti, metode

tersebut digunakan karena melihat adanya gap antara jenjang

pendidikan, baik SD ke SMP, SMP ke SMA, SMA ke Perguruan

Tinggi. "Baru kaget ketika lihat hasil PISA. Tapi sebenarnya sudah

lama dan memang ada. Dari lima langkah pendekatan scientific, yakni

mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring,

yang sering terlewat ialah menalar," tutur Dosen di Institut Teknologi

Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.

c) Kendala ketiga, ungkap Tuti, adalah membuat siswa aktif. Sebab,

dalam kurikulum 2013, guru harus pintar menjadi fasilitator agar siswa

bertanya. Sayang, belum semua guru mampu melaksanakannya.

(diakses dari http:// news.okezone.com pada tanggal 21 Mei 2018,

pukul 15.35)

3. Solusi problematika yang dihadapi guru PAI dalam implementasi

Kurikulum 2013 (K-13)

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi secara

menyeluruh, solusi yang paling sering di tekankan oleh kepala sekolah dan

guru adalah guru diminta untuk setiap tahunnya melakukan training

ataupun diklat. Kemudian meningkatkan supervisi, komite memenuhi

sarana dan prasarana.

121

Secara rinci di bawah ini akan dipaparkan tentang solusi terkait

permasalahan guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 yang terjadi

di MAN 2 Magelang:

a. Beban administrasi guru

Sebenarnya beban administrasi pada kurikulum 2013 tidak telalu

berat, bahkan menjadi ringan sebab guru tidak dituntut untuk

menyusun silabus dan tidak harus menjabarkan kompetensi dasar (KD)

ke dalam indikator-indikator pembelajaran.

Sabagaimana yang diungkapkan Mulyasa (2016: 50) bahwa guru

cukup membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sangat

sederhana, terutama berkaitan dengan ruang lingkup dan urutan materi

berkaitan dengan pembelajaran yang akan dilakukannya serta

kompetensi dan karakter peserta didik yang akan diwujudkannya, yang

semuanya sudah tertuang dalam buku pedoman guru. Dikatakan

demikian karena pemerintah melalui tim pengembang kurikulum

sudah menyiapkan hampir seluruh urusan administrasi guru, yang

dituangkan dalam buku pedoman guru dan pedoman peserta didik serta

demikian halnya dengan buku pedoman kepala sekolah dan pengawas,

semuanya sudah disiapkan. Guru hanya memahami buku-buku

pedoman tersebut sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis

yang harus dilakukan dalam merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan sesuai standar

proses pendidikan.

122

Dengan demikian bagi guru yang malas akan mengatakan beban

administrasi guru sangat berat, padahal kalau guru bersungguh-

sungguh dalam menjalankan kewajiban sebagai guru maka beban

administrasi tidak menjadi masalah.

b. Buku ajar kurang memadai

Untuk mengatasi permasalah buku ajar yang masih kurang kepala

sekolah melegalkan kepada peserta didiknya untuk memanfaatkaan

fasilitas berupa HP android sebagai alat bantu untuk membuka buku

ajar yang berbentuk PDF. Namun demikian peserta didik tetap harus

dibawah pengawasan guru dalam memanfaatkan fasilitas tersebut,

peserta didik dibolehkan membuka HP android kecuali digunakan

untuk menunjang pembelajaran di kelas dan ada sanksi khusus bagi

yang melanggar peraturan.

Selain solusi diatas, ada beberapa guru yang menyarankan peserta

didiknya untuk memfotokopi buku tersebut. Kemudian solusi terakhir

yaitu pemerintah harus segera bertindak dalam memenuhi kebutuhan

buku kurikulum 2013.

c. Kreativitas guru kurang

Ciri umum kurikulum 2013 adalah mendorong kreativitas dan

inovasi baik dari kalangan guru dan siswa, sehingga proses

pembelajaran diarahkan menjadi kegiatan yang menyenangkan. Sukses

tidaknya pembelajaran tergantung kualitas guru, karena kurikulum

2013 tidak berguna jika seorang guru tidak mempunyai kualitas yang

123

mumpuni dalam mengimplementasikannya. Dengan demikian untuk

menjadi guru yang kreatif seorang guru harus selalu berlatih dan terus

berlatih, kemudian mecari tahu model-model pembelajaran terbaru

yang bisa membuat peserta didik merasa senang dan tidak

membosankan.

Menurut Sudratjat dalam artikelnya memberikan solusi supaya

dalam melaksanakan pembelajaran seorang guru bisa kreatif maka

sekolah perlu melakukan beberapa hal sebagai berikut:

a. Lesson study ataupun workshop yang membahas tentang cara

mengajarkan kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan dalam

kurikulum 2013. Menurut sudrajat lesson study merupakan satu

upaya meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang

dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok

guru. Dengan berkolaborasi dengan guru mampu mengembangkan

siswa belajar dan bagaimana membelajarkan siswa. Selain itu

melalui lesson study guru dapat memperoleh pengetahuan dari guru

lainnya atau narasumber. Hal ini diperoleh melalui adanya umpan

balik dari anggota lesson study. Sehingga kemampuan guru

semakin hari semakin bertambah baik dengan melakukan contoh

kemudian mengkritisi.

b. Pertemuan antar sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013,

pertemuan ini mengumpulkan semua perwakilan sekolah yang

ditunjuk melaksanakan kurikulum 2013 untuk mengevaluasi tahap

124

awal penerapan pola pembelajaran baru dalam sebulan terakhir.

Pertemuan ini penting sebab sebagian sekolah merasa mampu

menerapkan kurikulum baru dengan baik, namun yang lain

kesulitan. Sehingga dengan adanya forum ini akan terjalin tukar

menukar pengalaman tentang pelaksanaan kurikulum 2013 di

masing-masing sekolah.

Sedangkan menurut Mulyasa (2016: 161) untuk mengatasi

problematika dalam implementasi kurikulum 2013 secara keseluruhan, ada

beberapa solusi yang bisa dilakukan yaitu koordinasi, komunikasi dan

supervisi.

a. Perlunya koordinasi

Dalam implementasi kurikulum 2013, koordinasi diperlukan agar

menyamakan persepsi, koordinasi ini dilakukan baik guru, kepala

sekolah, pengawas sekolah, personil sekolah, orang tua maupun

masyarakat. Koordinasi sangat penting untuk untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan lembaga. Berdasarkan hal

tersebut, koordinasi dalam implementasi kurikulum 2013 berguna

untuk:

1) Menghilangkan dan menghindari perasaan terpisahkan dengan satu

sama yang lain, antara pengawas, kepala sekolah, guru dan para

tenaga kependidikan di sekolah.

2) Menghindarkan anggapan bahwa dirinya dan jabatannya adalah hal

yang paling penting.

125

3) Mengurangi kemungkinan timbulnya pertentangan antara lembaga

pendidikan atau antara pejabat dan pelaksana.

4) Menghindari dari rebutan fasilitas.

5) Menghindari pekerjaan yang overlapping di sekolah.

6) Menumbuhkan kesadaran para kepala sekolah untuk saling

memberikan bantuan, terutama bagi mereka yang berada dalam

wilayah yang sama.

7) Menumbuhkan kesadaran para kepala sekolah agar saling

memmberitahu masalah yang dihadapi bersama dan bekerjasama

dalam memecahkannya.

8) Memberikan jaminan tentang kesatuan langkah diantara para

kepala sekolah atau para guru.

9) Menjamin kesatuan kebijaksanaan diantara kepala sekolah dalam

wilayah tertentu.

b. Komunikasi dalam implementasi kurikulum 2013

1) Komunikasi internal

Komunikasi internal dalam implementasi kurikulum

dilakukan antar personal yang sehat dan efektif, baik antara kepala

sekolah dengan guru, maupun antara guru dengan personal lainnya.

Hal ini menjadi wajib dilakukan karena implementasi kurikulum

2013 di sekolah sulit terwujud tanpa adanya komunikasi internal

yang intens.

126

2) Komunikasi eksternal

Disamping komunikasi internal, maka komunikasi eksternal

juga tidak kalah pentingnya dalam implementasi kurikulum 2013.

Karena bagaimanapun, sekolah tetap membutuhkan pihak eksternal

sebagai stakeholder.

c. Supervisi dalam Implementasi Kurikulum 2013

Supervisi terhadap implementasi kurikulum 2013 harus dilakukan

demi memastikan efektifitasnya dalam kegiatan pembelajaran.

1) Hakikat supervisi

Pada hakekatnya supervisi mengandung beberapa kegiatan

pokok, yaitu pembinaan yang kontinu, pengembangan kemampuan

profesional personil, perbaikan situasi belajar mengajar, dengan

sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan

pribadi peserta didik.

2) Tujuan dan Fungsi Supervisi

a) Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami

tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah dalam

merealisasikan tujuan tersebut.

b) Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru

untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota

masyarakat yang lebih efektif.

c) Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis

secara kritis terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan

127

kesulitan belajar mengajar serta menolong mereka mengadakan

perbaikan.

d) Mengingatkan kesadaran kepala sekolah dan guru serta warga

sekolah lain terhadap cara kerja yang demokratis dan

komprehensif serta memperbesar kesediaan untuk tolong

menolong.

e) Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi

berprestsi untuk mengoptimalkan kinerja secara maksimal

dalam profesinya.

f) Membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan

pengembangan program pendidikan di sekolah kepada

masyarakat.

g) Melindungi orang-orang yang disupervisi terhadap tuntutan

yang tidak wajar dan kritik yang tidak sehat dari masyarakat.

h) Membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam mengevaluasi

aktivitasnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas

peserta didik.

i) Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan (kolegialitas)

diantara guru.

3) Teknik Supervisi

a) Kunjungan dan observasi kelas

Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk

mendapatkan informasi keadaan kelas saat berlangsung proses

128

pembelajaran, baik yang menyangkut kelebihan dan

kekurangan. Melalui teknik ini kepala sekolah dapat

mengamati secara langsung tugas utama guru yaitu mengajar,

penggunaan alat, metode dan teknik mengajar secara

keseluruhan dengan berbagai faktor yang mempengaruhi.

b) Pembicaraan individual

Kunjungan dan observasi pada umumnya dilengkapi

dengan pembicaraan individual antara kepala sekolah dan guru.

Pembicaraan meruapakan alat supervise penting sebab dalam

kesempatan tersebut supervisor dapat bekerja secara individual

dengan guru dalam memecahkan masalah pribadi yang

berhbungan dengan proses belajar-mengajar.

c) Diskusi kelompok

Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan

mengumpulkan sekelompok orang dalam situasi tatap muka

lisan untuk bertukar informasi atau berusaha mencapai suatuu

keputusan tentang masalah-masalah bersama.

d) Demonstrasi pembelajaran

Demonstrasi pembelajaaran adalah proses pembelajaran

yang dilakukan oleh seorang guru yang memiliki kemampuan

dalam pembelajaran, sehingga guru lain dapat mengambil

hikmah dan manfaatnya. Teknik ini bertujuan untuk memberi

contoh bagaimana cara melaksanakan pembelajaran yang baik

129

dalam menyajikan materi , menggunakan pendekatan, metode,

dan media pembelajaran. Demonstrasi pembelajaran

merupakan teknik supervisi yang besar manfaatnya

e) Perpustakaan professional

Ciri professional seorang guru antara lain tercermin dalam

kemauan dan kemampuannya untuk belajar secara terus

menerus dalam rangka meningkatkan dan memperbaiki tugas

utamanya, yaitu melaksanakan pembelajaran. Guru hendaknya

merupakan kelompok “reading people” dan menjadi bagian

dari masyarakat belajar, yang menjadikan belajar sebagai

kebutuhan pribadi. Dengan demikian diperlukan berbagai

sumber belajar yang dapat memenuhi kebutuhan guru, terutama

dalam kaitanya dengan sumber-sumber belajar berupa buku.

Dikatakan demikian karena buku merupakan gudang ilmu dan

sebagai salah satu sumber pengetahuan yang utama.

Sehubungan dengan implementasi kurikulum 2013, diperlukan

sejumlah buku perpustakaan sesuai dengan bidang ilmu atau

bidang kajian setiap guru. Dalam hal ini kehadiran

perpustakaan di sekolah sangat dirasakan manfaatnya dan

sangat penting bagi peningkatan pertumbuhan profesionalisme

guru.

130

4) Koordinasi antar Kementrian

Koordinasi antar kementrian perlu dilakukan dengan

mengacu kepada kebijakan-kebijakan sebagai berikut:

a) Peningkatan koordinasi antara kemendikbud dengan lembaga

terkait untuk menyinergikan perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian dan evaluasi kurikulum.

b) Peningkatan koordinasi antara kemendikbud dengan

pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota, LPMP,

serta satuan pendidikan untuk menyinergikan perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi kurikulum. (Mulyasa,

2016: 181-188)

131

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas, penulis

dapat menyimpulkan bahwa:

1. Implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang sudah berjalan

dengan baik sesuai dengan arahan dari pemerintah, namun masih perlu

dimaksimalkan baik itu yang menyangkut kreativitas guru, buku ajar

maupun dari kesiapan peserta didik. Adapun usaha yang telah

dilakukan sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013

diantaranya:

a. Sosialisasi secara menyeluruh

b. Menciptakan lingkungan yang kondusif

c. Mengembangkan fasilitas dan sumber belajar

d. Memupuk dan selalu mengembangkan kemandirian sekolah

e. Meluruskan pola pikir atau paradigma guru

f. Memberdayakan tenaga kependidikan

2. Problem yang dihadapi guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013

yang terjadi di MAN 2 Magelang pada umumnya dipengaruhi oleh

faktor guru dan bahan ajar. Beberapa masalah yang dialami guru PAI

sering terjadi terkait dengan anggapan bahwa beban administrasi guru

132

terlalu berat, kemudian masih kurangnya kreativitas guru dan

kurangnya buku ajar untuk peserta didik.

3. Solusi dari problematika yang dihadapi guru PAI dalam implementasi

kurikulum 2013 tersebut dapat diatasi dengan adanya pelatihan-

pelatihan bagi guru dan juga adanya supervisi yang dilakukan kepala

sekolah kepada guru. Untuk mengatasi bahan ajar yang masih kurang

kepala sekolah membolehkan siswa membawa HP untuk dibawa di

kelas untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut

Mulyasa (2016: 161) untuk mengatasi problematika dalam

implementasi kurikulum 2013 secara keseluruhan dapat dilakukan hal-

hal sebagai berikut:

a. Perlunya koordinasi

b. Komunikasi dalam implementasi kurikulum 2013

c. Supervisi dalam implementasi kurikulum 2013

B. Saran

1. Bagi pihak sekolah

Pihak sekolah sebaiknya memberikan fasilitas yang bisa

menunjang keberhasilan implementasi kurikulum 2013, terutama buku

ajar.

2. Bagi guru

Guru harus meningkatkan kreativitas dalam mengajar, lebih banyak

membaca buku-buku yang berhubungan dengan model pembelajaran

133

yang sesuai dengan kurikulum 2013 dan mengikuti pelatihan-pelatihan

atau workshop tentang kurikulum 2013.

3. Bagi pemerintah

Pemerintah sebaiknya lebih intensif dalam memberikan pelatihan-

pelatihan kepada para guru, sehingga para guru lebih paham dan dapat

mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan baik.

134

DAFTAR PUSTAKA

Aat, Syafaat dkk. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah

Kenakalan Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Abdul Majid & Chaerul Rochman. 2014. Pendeketan Ilmiah dalam Implementasi

Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Abdul Majid & Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosesdur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi

Revisi VI). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Daradjat, Zakiah dkk. 1996. Ilmu Pendidikan Agama Islam. Bumi Aksara .

Hasan, Iqbal, 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: PT Bumi

Aksara

Kamus bahasa Indonesia. 1989. Depdikbud,

Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2014. Implementasi Kuruikulum 2013: Konsep

dan Penerapan. Surabaya: Kata Pena.

Lexy Moleong. 2006. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:

Remaja Rosdakarya.

M. Fadlillah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,

SMP/MTS, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Minarti, Sri. 2013. Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoritis-Filosofis dan

Aplikatif-Normatif. Jakarta: Amzah.

Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam (cetakan 3). Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Mujtahid. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Malang: UIN Maliki Press.

Mulyasa, E. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya,

Mulyasa, E. 2016. Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja

Rosdakarya

135

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sumanto. 1990. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi

Offet.

Supardi. 2014. Kinerja Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suwardi, Anita, W, S,. Akhyar., M. & Asrowi. 2017. Gender bias in Islamic

textbooks for Muslim children in Indonesia. Attarbiyah: journal of

Islamic culture and education.

Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

Dosen serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 tentang SISDIKNAS. Bandung: Citra Umbara.

Wijaya, C dkk. 2002. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran.

Jakarta: Ciputat Press.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DATA RESPONDEN

1. Nama : JS

Usia : 48 tahun

Jabatan: Kepala Madrasah

2. Nama : MP

Usia : 47 tahun

Jabatan: WAKA Kurikulum/ Guru Matematika

3. Nama : MH

Usia : 53 tahun

Jabatan: Guru Akidah Akhlak

4. Nama : NI

Usia : 45 tahun

Jabatan: Guru Fikih

5. Nama : EH

Usia : 41 tahun

Jabatan: Guru Sejarah Kebudayaan Islam

6. Nama : MI

Usia : 28 tahun

Jabatan: Guru Al-Quran Hadits

HASIL WAWANCARA KEPADA KEPALA SEKOLAH

Nama dengan kode: JS

Tanggal Wawancara: 5 Mei 2018

Tempat : MAN 2 Magelang

Jam : 08.55-09.20

1. Sejak kapan MAN 2 Magelang menerapkan K-13 pak?

Sejak 5 tahun yang lalu mas untuk yang mapel PAI, kemudian untuk mapel

umum baru 4 tahun mas.

2. Bagaimana respon guru PAI terhadap pelaksanaan K-13 pak?

Emm, respon ya mas, kalo Respon guru PAI terhadap k-13 pada awalnya

merasa keberatan mas, karena beban administrasi yang sangat banyak dan

sudah terlanjur nyaman dengan KTSP mas, akan tetapi karena itu adalah

tuntutan dari pemerintah supaya K-13 di berlakukan di semua jenjang

sekolah batas akhir tahun 2018 maka semua guru mau tidak mau harus

melaksanakannya, sehingga karena kondisi yang di paksa maka menjadikan

guru PAI ada beberapa yang mulai enjoy dan menikamati K-13 sampai saat

ini mas

3. Sejauh mana keberhasilan penerapan K-13 di MAN 2 Magelang pak?

Secara umum kita berhasil mas, sudah melaksanakan sesuai pedoman mas,

akan tetapi dari segi proses, alat, bahan atau mungkin metode pembelajaran

bisa dikatakan belum semua guru melaksanakan sesuai prosedur, akan

tetapi ada beberaa guru yang sudah bisa, sehingga yang paling penting

adalah kreativitas guru, sehingga peran sekolah sangat di butuhkan untuk

memberikan arahan kepada para guru yang kurang kreatif.

4. Apa Problem guru PAI dalam melaksanakan K-13?

Yang pertama adalah ketidaksiapan guru disini, karena kita sering

mengalami yang namanya zona nyaman, sudah lama menggunakan model

KTSP kemudian harus diubah dengan yang baru maka ada guru yang

seakan-akan terpaksa sehingga menerima K-13 itu dengan berat.

Masalah yang kedua adalah tentunya dari buku, karena sesuai dengan

standar nasional pendidikan itu kan mensyaratkan rasio buku dan anak itu

adalah satu banding satu. Disini masih kekurangan buku peminatan,

sedangkan buku wajib sudah terpenuhi.

Masalah yang ketiga yaitu masalah dari kreativitas guru yang kurang

sehingga kita melihat model-model pembelajaran di kelas itu antara 2006

dan 2013 itu sama saja, itu kan menurut saya guru itu kurang kreatif, tapi

ada sebagian guru yang sudah mampu memanfaatkan media dan

lingkungan, belajar diluar dan di perpustakaan.

Masalah selanjutnya tuntutan dari siswa sendiri, siswa juga punya masalah

K-13 itu kan menuntut anak harus kreatif dan aktif, dan peran guru hanya

30-40%, sehingga kalau siswa tidak mau diajak aktif dan kreatif maka akan

memunculkan problem tersendiri.

5. Bagaimana solusi dari masalah-masalah diatas pak?

Emm solusinya yaitu yang pertama dari guru harus selalu mengikuti

pelatihan K-13, kepala sekolah meningkatkan supervisi, komite memenuhi

sarana dan prasarana, dan dari pihak pemerintah memperbaiki kekurangan-

kekurangan yang ada dalam K-13.

6. Apakah siswa-siswi mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan K-13 pak?

Sebenarnya kesulitaan pada anak itu tergantung pada gurunya,jika dalam

proses pembelajaran seorang guru melaksanakan langka p-lamgkah

pembelajaran sesauia dengan pedoman K-13 dengan maka siswaa akan

merasakan enjoy.

7. Apakah Sarpras dan buku ajar PAI K-13 sudah memenuhi syarat

pak?

Kalau sarpras sudah memnuhi syarat mas, cuman aja buku ajarnya yang

masih kekurangan, karena sesuai standar nasional pendidikan, rasio anak

dan buku itu 1:1 sedangkan di MAN 2 Magelang ini masih kekurangan.

HASIL WAWANCARA KEPADA WAKA KURIKULUM

Nama dengan kode: MP

Tanggal Wawancara: 15 Mei 2018

Tempat : MAN 2 Magelang

Jam : 10.15-10.50

1. Sejak kapan MAN 2 Magelang menerapkan K-13 pak?

K-13 mulai diterapkan sejak 2013 mas.

2. Bagaimana respon guru PAI terhadap pelaksanaan K-13 pak?

Respon dari guru PAI bermacam-macam, ada yang menunggu ada yang

sudah bisa langsung melaksanakan, terutama bagi guru yang sudah berusia

50 keatas dalam penerapannya kurang maksimal.

3. Sejauh mana keberhasilan penerapan K-13 di MAN 2 Magelang pak?

Yaa, prosesnya bertahap mas, tapi sedikit demi sedikit ada peningkatan.

4. Apa Problem guru PAI dalam melaksanakan K-13?

Masalah yang sering dihadapi guru PAI adalah buku sumber yang masih

belum valid, buku sumber itu kan penerbitnya tidak hanya satu penerbit,

sehingga sering terjadi perbedaan antara penerbit satu dengan penerbit yang

lainnya dalam hal isi.

5. Bagaimana solusi dari masalah-masalah diatas pak?

Ya, salalu kita coba sharing dengan temen MGMP dan mendorong siswa

untuk selalu mengikuti perubahan. Kemudian guru untuk memenuhi

kekurangan buku ajar sementara di minta untuk mendownload buku ajar,

serta membolehkan siswa untuk memanfaatkan HP sabagai alat bantu

untuk mendowload buku siswa.

6. Apakah siswa-siswi mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan K-13 pak?

Yaa, ada mas, kendalanya karena perubahan mindset siswa yang awalnya

bersifat pasif kemudian K-13 di tuntut untuk aktif dan guru hanya berfungsi

sebagai fasilitator.

7. Apakah Sarpras dan buku ajar PAI K-13 sudah memenuhi syarat

pak?

Kalau sarpras sudah memenuhi syarat mas hanya saja buku yang masih

kekurangan.

HASIL WAWANCARA KEPADA GURU AL-QURAN HADITS

Nama dengan kode: MI

Tanggal Wawancara: 5 Mei 2018

Tempat : MAN 2 Magelang

Jam : 11.45-12.15

1. Sejak kapan MAN 2 Magelang menerapkan K-13 pak?

MAN 2 Magelang ini menerapkan K-13 ini bertepatan ketika saya mulai

ngajar disini mas, jadi sekitar 4 tahunan yang lalu mas.

2. Bagaimana respon guru PAI terhadap pelaksanaan K-13 pak?

Respon saya sendiri terkait implementasi K-13 saya kurang setuju mas,

karean MAN 2 magalang inikan sekolahnya di desa, karena proses

pembelajrannya masih terlalu tinggi untuk anak-anak di desa. Akan tetapi

K-13 adalah tuntutan pemerintah maka mau tidak mau harus melaksanaka

walaupun belum maksimal.

3. Bagaimana persiapan bapak dalam implementasi K-13 pak?

Kalau persiapan saya sudah dari dulu mas, dan sudah mengikuti

pelatihan-pelatihan. Dan persiapan yang harus dilakukan adalah harus

bersungguh-sungguh dalam menyusun administrasi.

4. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi K-13

pak?

Kalau faktor pendukung di MAN 2 Magelang ini sudah difasilitasi mas,

mulai dari ruang kelas yang memadai, proyektor (LCD), laboratorium

dan perpustakaan. Sedangkan factor penghambatnya yaitu beban

admisitrasi yang sangat banyak.

5. Apa problem guru PAI dalam melaksanakan K-13?

Problem yang pertama adalah beban administrasi, problem yang kedua

adalah buku ajar yang belum lengkap. Masalah yang ketiga yaitu ada

beberapa kelas yang belum mau diajak untuk aktif dalam pembelajaran,

sehingga untuk menerapkan K-13 itu tergantung keadaan dan kondisi

kelas.

6. Apakah ibu dalam pembelajaran sudah menerapkan pendekatan

saintifk?

Iya mas, kalau memang kelas sudah bisa diajak aktif saya terapkan

pedekatan saintifik.

7. Bagaimana bapak menerapkan metode pembelajaran di K-13?

Kalau saya sendiri sudah fifty-fifty mas dalam penerapan metode

pembelajaran, kadang masih memakai metode pembelajaran KTSP akan

tetapi juga sudah menerapkan metode pembelajaran K-13, tergantung

kondisi kelas dan siswa.

8. Bagaimana solusi dari masalah-masalah diatas pak?

Untuk solusi, menurut saya alangkah baiknya jika kembali ke KTSP lagi,

walaupun K-13 ini sebenarnya kalau di praktekan sesuai pedoman hasil

nya sangat bagus. Tergantung kreatifitas guru.

9. Apakah siswa-siswi mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan K-13 pak?

Kalau menurut saya siswa pasti mengalami kesulitan mas, karena rata-

rata siswa yang sekolah disini berasal dari desa, sehingga masih terlalu

berat untuk mengajak siswa aktif dalam belajar, hanya beberapa kelas

saja yang bisa diajak untuk aktif.

10. Apakah Sarpras dan buku ajar PAI K-13 sudah memenuhi syarat

pak?

Sarpras sudah terpenuhi mas hanya saja buku ajar yang masih kurang.

11 Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dalam menyusun RPP dan

dalam membuat laporan penilaian siswa?

Kalau menyusun RPP saya tidak ada masalah mas, sebelum K-13 pun

saya sudah terbiasa menyusun RPP, yang menjadi masalah adalah belum

melaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan,

karena seringkali guru menyusun RPP itu setelah mengajar, padahal yang

idealnya RPP itu disusun sebelum mengajar dan sudah ditanda tangani

oleh kepala sekolah.

HASIL WAWANCARA KEPADA GURU SEJARAH KEBUDAYAN

ISLAM (SKI)

Nama dengan kode: EH

Tanggal Wawancara: 5 Mei 2018

Tempat : MAN 2 Magelang

Jam : 11.59-12-20

1. Sejak kapan MAN 2 Magelang menerapkan K-13 bu?

K-13 di sini sudah dilaksanakan sekitar 4 taahun yang lalu mas. Dan

dilaksanakan secara bertahap dimulai dari kelas X.

2. Bagaimana respon guru PAI terhadap pelaksanaan K-13 bu?

Respon saya pribadi ada positifnya dan negatifnya, dalam proses

pembelajaran guru merasa diringankan karena guru lebih condong banyak

pasif dan hanya sebagai fasilitator, sedangkan yang negatif yaitu beban

administrasi guru menjadi banyak.

3. Bagaimana persiapan ibu dalam implementasi K-13 bu?

Persiapan yang pertama adalah mengikuti PP melalui WAKA kurikulum,

kemudian megikuti pelatihan K-13. Persiapan raportnya juga beda, dulu

bentuknya manual yang K-13 pengisiannya lewat komputer.

4. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi K-13

bu?

Faktor pendukungnya dalam K-13 ini adalah sarpras yang sudah

memenuhi syarat, kemudian faktor penghambatnya yaitu buku yang belum

lengkap

5. Apa problem guru PAI dalam melaksanakan K-13?

Problem yang pertama yaitu beban administrasi yang semakin banyak,

kemudian anak-anak karena kebanyakan dari daerah pedesaan.

6. Apakah ibu dalam pembelajaran sudah menerapkan pendekatan

saintifk?

Iya mas, walaupun terkadang ada beberapa kelas yang kurang bisa

mengikuti.

7. Bagaimana ibu menerapkan metode pembelajaran di K-13?

Saya menerapkan metode pembelajaran K-13 itu pertama kali melihat

kondisi kelas dan karekter siswa, kira-kira mampu tidak siswa-siswi itu

mengikutinya. Kalau dilihat mampu maka saya menggunakan metode

pembelajaran yang sesuai dengan K-13.

8. Bagaimana solusi dari masalah-masalah diatas bu?

Untuk solusi, menurut saya alangkah baiknya jika kembali ke KTSP lagi,

walaupun sebenarnya kalau di praktekan sesuai pedoman hasil nya sangat

bagus. Tergantung kreatifitas guru.

9. Apakah siswa-siswi mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan K-13 bu?

Kalau menurut saya siswa pasti mengalami kesulitan mas, karena rata-rata

siswa yang sekolah disini berasal dari desa, sehingga masih terlalu beart

untuk mengajak siswa aktif dalam belajar, hanya beberapa kelas saja yang

bisa diajak untuk aktif.

10. Apakah Sarpras dan buku ajar PAI K-13 sudah memenuhi syarat bu?

Sarpras sudah terpenuhi mas hanya saja buku ajar yang masih kurang.

11. Apakah ibu mengalami kesulitan dalam menyusun RPP dan dalam

membuat laporan penilaian siswa?

Tidak mas krena RPP sudah di susun bersama-sama teman-teman MGMP.

Kemudian yang agak kewalahan yaitu membuat laporan penilaian yang

sangat banyak.

HASIL WAWANCARA KEPADA GURU FIQIH

Nama dengan kode: NI

Tanggal Wawancara: 9 Mei 2018

Tempat : MAN 2 Magelang

Jam : 11.34-12.00

1. Sejak kapan MAN 2 Magelang menerapkan K-13 bu?

Awal tahun 2013 MAN 2 magelang sudah mulai melaksankan mas, Ttapi

awala itu baru penajajkan untuk kelas X dulu, untuk kelas XI dan XII

belum menerabuan.

2. Bagaimana respon guru PAI terhadap pelaksanaan K-13 bu?

Responnya ya karena itu memang sudah ketentuan dari atas ya kami

terima saja mas, dan kalau mapel Fiqih itu tidak jauh berbeda ketika

dilaksanakan K-13, di KTSP pun sudah melakukan pembelajaran yang

sesuai dengan K-13 misalnya langsung praktik,

3. Bagaimana persiapan ibu dalam implementasi K-13 bu?

Persiapan pertama kali saya dulu langsung ikut diklat, mencari ketentuan-

ketentuan kurikulum, kemudian menyusun silabus dan RPP bersama

teman-teman MGMP.

4. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi K-13

bu?

Faktor pendukungnya kita diberi kebebasan untuk memperbaharui metode

pembelajaran akan tetapi faktor penghambatnya itu buku ajar belum semua

anak dapat satu-satu, kemudain LCD yang kadang tidk bias d fungsikan

5. Apa problem guru PAI dalam melaksanakan K-13?

Sarpras yang kurang lengkap, kemudian belum adanya pedoman yang

pasti terkait administrasi dan terlalu banyaknya administrasi misalnya

dalam hal penilaian sehingga menyita waktu guru dan membuat

terbengkalai. Problem selanjutnya yaitu ada sebagian siswa yang kurang

aktif.

6. Apakah ibu dalam pembelajaran sudah menerapkan pendekatan

saintifk?

Sudah mas, hanya saja masih tergantung kelas, adakalanya menerapkan

dan adakalanya belum mungkin dipraktekan, karena memang setiap kelas

itu karakteristik siswanya berbeda-beda.

7. Bagaimana ibu menerapkan metode pembelajaran di K-13?

Metode pembelajaran yang saya terapkan biasanya sesuai dengan

materinya mas, dan mapel fikih metode pembelajarannya dari sejak KTSP

pun tidak jauh berbeda dengan metode pembelajaran yang ada di K-13.

Akan tetapi yang menjadi kendala adalah siswa susah diajak aktif,

sehingga hasilnya kurang maksimal.

8. Bagaimana solusi dari masalah-masalah diatas bu?

Ya kita usahakan agar siswa bisa mengikuti pembelajaran K-13 mas,

kemudain kita juga perlu mengikuti pelatihan-peatihan agar selalu

mempunyai hal yang baru terkait perkembangan K-13.

9. Apakah siswa-siswi mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan K-13 bu?

Iya mas, terutama ketika penerapan metode saintifik, terkadang anak

masih kebingungan sehingga salah satu jalan pintasnya guru masih

setengah-setengah dalam menerapkan metode pembelajaran saintifik.

10. Apakah Sarpras dan buku ajar PAI K-13 sudah memenuhi syarat bu?

Kalau sarpras sudah lumayan lengkap walapun terkadang ada satu dua

yang tidak bisa difungsikan. Sedangka untuk buku ajar juga masih

kekurangan Karena idealnya itu satu anak dapat satu buku.

11. Apakah ibu mengalami kesulitan dalam menyusun RPP dan dalam

membuat laporan penilaian siswa?

Kalau menyusun RPP saya tidak merasa kesulitan mas, karena RPP itu

sudah disusun bareng-bareng atau satu tim (MGMP) akan tetapi yang

dalam penilian agak kesulitan karena jumlah aspek yag dinilai amat

banyak sehingga memakan waktu banyak.

HASIL WAWANCARA KEPADA GURU AKIDAH AKHLAK

Nama dengan kode: MH

Tanggal Wawancara: 9 Mei 2018

Tempat : MAN 2 Magelang

Jam : 11.15-10.50

1. Sejak kapan MAN 2 Magelang menerapkan K-13 pak?

MAN 2 Magelang ini mulai melaksanakan K-13 sejak 5 tahun yang lalu

mas, dan hanya diterapkan di kelas X, sedangkan untuk kelas XI dan XII

baru melaksanakan secara penuh sejak 4 tahun yang lalu.

2. Bagaimana respon guru PAI terhadap pelaksanaan K-13 pak?

Responnya baik mas, cuman yang menjadi kendala biasanya siswa yang

kurang aktif, tetapi ada beberapa yang sudah aktif.

3. Bagaimana persiapan bapak dalam implementasi K-13 pak?

Persiapan untuk menghadapi K-13 ini tentunya semua guru mengikuti

pelatihan kurikulum 2013.

4. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi K-13

pak?

Faktor pendukung yang ada di MAN 2 Magelang ini Sarapras yang sudah

memenuhi syarat mas, seperti perpustakaan, Laboratorium, LCD

(proyektor).

5. Apa Problem guru PAI dalam melaksanakan K-13?

Kalau problem tentunya ada mas, yang pertama beban administrasi guru

yang semakin banyak, kemudian buku ajar yang masih kekurangan, siswa

kurang aktif atau motivasi siswa kurang, dan guru yang sudah tidak

mampu mengoperasikan komputer (IT).

6. Apakah ibu dalam pembelajaran sudah menerapkan pendekatan

saintifk?

Sudah mas, hanya saja belum maksimal karena masih tergantung keadaan

kelas.

7. Bagaimana ibu menerapkan metode pembelajaran di K-13?

Saya sedikit demi sedikit sudah menerapkan metode pembelajaran yang

sesuai K-13 mas, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih kurang

maksimal, karena yang pertama adalah siswa sendiri susah untuk diajak

aktif kemudian saya sendiri penguasaan IT juga agak kurang.

8. Bagaimana solusi dari masalah-masalah diatas pak?

Solusi yang kami tekankan adalah selalu mengikuti perkembangan

informasi tentang K-13, mengikuti workshop K-13 dan mengajak siswa

untuk selalu aktif.

9. Apakah siswa-siswi mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan K-13 pak?

Sebagian ada yang mengalami kesulitan karena memang anak belum

terbiasa dengan K-13 yang sebagian besar siswa berasal dari daerah

pedesaan serta motivasi belajar siswa yang kurang.

10. Apakah Sarpras dan buku ajar PAI K-13 sudah memenuhi syarat

pak?

Sarpras sudah memenuhi syarat mas hanya saja buku ajar yang masih

kurang dan kemampuan guru yang berbeda-beda.

11 Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dalam menyusun RPP dan

dalam membuat laporan penilaian siswa?

Kalau menyusun RPP saya tidak merasa kesulitan mas, karena RPP itu

sudah disusun bareng-bareng atau satu tim (MGMP) akan tetapi yang

dalam penilian agak kesulitan karena jumlah aspek yag dinilai amat

banyak sehingga memakan waktu banyak.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah/Madrasah : MAN 2 MAGELANG

Mata pelajaran : FIQIH

Kelas/Semester : XI/1

Materi Pokok : 1. Ketentuan Allah tentang Jinayat dan Hikma

2. Contoh-contoh pelanggaran yang terkena

ketentuan jinayat

Alokasi Waktu : 2 JP (4 x 45 menit)

A. KOMPETENSI INTI

1. Kompetensi Inti (KI 1):

Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

2. Kompetensi Inti (KI 2)

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (gotong royong,kerja sama, toleran, damai),santun, responsif dan

pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial

dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia

3. Kompetensi Inti (KI 3):

Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,budaya, dan humaniora dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedur

al pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya

untuk memecahkan masalah

4. Kompetensi Inti (KI 4):

Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah

secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, mampu

menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN

1.1. Meyakini syariat Islam tentang hukum jinayat

2.1. Menunjukkan sikap adil dan tanggung jawab dalam penerapan

materi hukum jinayat

3.1. Menelaah ketentuan Allah tentang jinayat dan hikmahnya

Indikator

3.1.1. Menjelaskan dasar hukum larangan membunuh

3.1.2. Mengklasifikasikan macam-macam pembunuhan

3.1.3. Menjelaskan hukuman bagi pembunuh

3.1.4. Menjelaskan dasar hukum bagi pembunuh

3.1.5. Menjelaskan hikmah dilarangnya pembunuhan

4.1.Menunjukkan contoh pelanggaran yang terkena ketentuan jinayat

Indikator:

4.1.1. Mendemonstasikan contoh pelanggaran yang terkena

ketentuan jinayat

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti materi tentang jinayah dan hikmahnya melalui model

Active Learning dengan metode ceramah dan inkuiri siswa dapat: menjelaskan

pengertian Hukum pembunuhan dan hikmahnya, membaca literatur Fiqih

tentang pembunuhan, melakukan refleksi atas aturan Islam tentang larangan

pembunuhan, menterjemahkan dalil dan membaca dalil-dalil tentang

pembunuhan, menyimpulkan tentang hukum pembunuhan dan hikmahnya.

dengan karakter Cinta ilmu, gemar membaca, kreatif, disiplin, mandiri, ingin

tahu, percaya diri, menghargai orang lain, dan jujur.

D. MATERI PEMBELAJARAN

Pembunuhan

Dasar hukum larangan membunuh dijelaskan dalam surat an-nisa’ ayat 92-93,

al-baqoroh ayat 178-179, al-isra’ ayat 33

Macam-macam pembunuhan antara lain qothlu al-amdi, qothlu syibhu al-amdi

dan qothlu al-khata’

Hukuman bagi pembunuh yaitu dilakukan qishas, bisa qishas pembunuhan,

diyat dan juga kafarat sesuai dengan

syarat-syarat yang telah ditentukan dalam al-qur’an dan hadits

Hikmah dilarangnya pembunuhan antara lain menjaga dan menyelamatkan

kelangsungan hidup manusia, menempatkan kedudukan manusia sebagai

makhluk yang mulia, membatasi kemauan manusia untuk membuat semena-

mena terhadap jiwa manusia, menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan dan keadilan dll

E. METODE PEMBELAJARAN

Model pembelajaran : Active Learning

Metode pembelajaran : Ceramah, inkuiri, Tanya jawab

F. MEDIA, ALAT/BAHAN, SUMBER PEMBELAJARAN

a. Media: laptop, LCD,papan tulis

b. Alat/Bahan: kertas karton, spidol

c. Sumber Pembelajaran: buku fikih klas x, Al-Qur’an terjemah, internet,

kitab fakhul qorib, LKS, lingkungan alam sekitar

G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Pertemuan Pertama: Materi Ketentuan Allah tentang Jinayat dan

Hukumnya

a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (10 menit)

Guru mengucapkan salam dan meminta salahsatu oeserta didik

memimpin doa

Guru memperkenalkan diri dilanjutkan dengan mengenal peserta

didik melalui absensi

Guru mempersiapkan fisik dan psikis peserta didik melalui senam

otak

Guru menjelaskan tujuan mempelajari materi serta kompetensi yang

akan dicapai

Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan

dilaksanakan

Guru membentuk kelompok diskusi

b. Kegiatan Inti (70 menit)

Mengamati

Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang pengertian

pembunuhan

Peserta didik mengamati tayangan slide tentang pembunuhan

Peserta didik membaca materi di buku teks

Menanya

Peserta didik memberikan tanggapan hasil penjelasan guru

tentang pengertian pembunuhan

Peserta didik bertanyajawab tentang slide yang belum dipahami

terkait jinayat atau pembunuhan

Eksplorasi/eksperimen

Masing-masing kelompok berdiskusi tentang ketentuan jinayat

Masing-masing kelompok menggali pengertian syariah pada

internet/buku sumber lain

Mengasosiasi

Peserta didik melalui kelompoknya merumuskan ketentuan

jinayat

Peserta didik melalui kelompoknya membuat peta konsep tentang

ketentuan jinayat

Mengkomunikasikan

Masing-masing kelompok secara bergantian memaparkan mind

mapping di depan kelas

Secara bergantian, masing-masing kelompok

mempresentasikan/menyajikan hasil diskusinya tentang ketentuan

jinayat

c. Penutup (10 menit):

Guru mengadakan refleksi hasil pembelajaran

Guru mengajak peserta didik menyimpulkan bersama materi

pembelajaran

Guru mengadakan tes baik tulis maupun lisan

Guru memberikan pesan-pesan moral terkait dengan sikap

keimanan dan sosial

Guru memberikan tugas mandiri secara individu

Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari pada

pertemuan berikutnya

Guru mengajak berdoa akhir majlis dilanjutkan dengan salam dan

berjabat tangan

2. Pertemuan Kedua: Contoh-contoh pelanggaran yang terkena ketentuan

jinayat

a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (10 menit)

Guru mengucapkan salam dan meminta salahsatu peserta didik

memimpin doa

Guru memperkenalkan diri dilanjutkan dengan mengenal peserta

didik melalui absensi

Guru mempersiapkan fisik dan psikis pesetta didik melalui senam

otak

Guru menjelaskan tujuan mempelajari materi serta kompetensi ulang

akan di capai

Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan

dilaksanakan

Guru membentuk kelompok diskusi

b. Kegiatan Inti (70 menit)

Mengamati

Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang Contoh-contoh

pelanggaran yang terkena ketentuan jinayat

Peserta didik mengamati tayangan slide tentang Contoh-contoh

pelanggaran yang terkena ketentuan jinayat

Peserta didik membaca materi di buku teks

Menanya

Peserta didik memberikan tanggapan hasil penjelasan guru

tentang pengertian contoh-contoh pelanggaran yang terkena

ketentuan jinayat

Peserta didik bertanyajawab tentang slide yang belum dipahali

terkait Contoh-contoh pelanggaran yang terkena ketentuan jinayat

Eksplorasi/eksperimen

Masing-masing kelompok berdiskusi tentang Contoh-contoh

pelanggaran yang terkena ketentuan jinayat

Masing-masing kelompok menggali contoh-contoh pelanggaran

yang terkena ketentuan jinayat pada internet/buku sumber lain

Mengasosiasi

Peserta didik melalui kelompoknya merumuskan contoh-contoh

pelanggaran yang terkena ketentuan jinayat

Peserta didik melalui kelompoknya membuat peta konsep tentang

fikih Islam

Mengkomunikasikan

Masing-masing kelompok secara bergantian memaparkan mind

mapping di depan kelas

Secara bergantian, masing-masing kelompok

mempresentasikan/menyajikan hasil diskusinya tentang contoh-

contoh pelanggaran yang terkena ketentuan jinayat

c. Penutup (10 menit):

Guru mengadakan refleksi hasil pembelajaran

Guru mengajak peserta didik menyimpulkan bersama materi

pembelajaran

Guru mengadakan tes baik tulis maupun lisan

Guru memberikan pesan-pesan moral terkait dengan sikap

keimanan dan sosial

Guru memberikan tugas mandiri secara individu

Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari pada

pertemuan berikutnya

Guru mengajak berdoa akhir majlis dilanjutkan dengan salam dan

berjabat tangan

H. PENILAIAN

1. Jenis/teknik penilaian :

Tes Tertulis

2. Bentuk instrumen dan instrumen :

1). Jelaskan dasar hukum larangan membunuh!

2). klasifikasikan macam-macam pembunuhan!

3). Jelaskan hukuman bagi pembunuh!

4). Jelaskan dasar hukum bagi pembunuh!

5). Jelaskan hikmah dilarangnya pembunuhan!

Kunci Jawaban :

(terlampir dimateri)

3. Pedoman penskoran

Penskoran:

Skor 5 jika jawaban benar

Skor 3 jika jawaban kurang benar

Skor 1 jika jawaban tidak benar/tidak menjawab

Skor perolehan

Nilai = ------------------- x 4

Skor maksimal

Mengetahui

Kepala MAN Tegalrejo

Joko Susilo, S.Pd.

NIP . 197009301995031001

Tegalrejo,

Guru Mapel Fiqih.

Nurul Istianah, S.Ag

NIP. 19731008200710 2 003

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muchamad Chairul Umam

Nim : 11114166

Fakultas/Jurusan : FTIK/PAI

Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Magelang/10 September 1996

Alamat : Dsn Mejing Vb, Ds Mejing, Kec. Candimulyo, Kab.

Magelang

Nama Ayah : Solikin

Nama Ibu : Ruwiyah

Agama : Islam

Pendidikan : RA Mejing II Lulus Tahun 2002

MI Arrosyidin Mejing II Lulus Tahun 2008

MTs Ma’arif Candimulyo Lulus Tahun 2011

MAN Tegalrejo Magelang Lulus Tahun 2014

Foto-Foto Hasil Observasi

Proses Pembelajaran di Luar Kelas Mapel Fiqih

Keadaan Perpustakaan MAN 2 Magelang

Ruang Baca Perpustakaan MAN 2 Magelang

Keadaan Halaman Sekolah

Wawancara dengan Guru Al-Quran Hadits

Wawancara dengan Guru SKI