skripsie-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4566/1/skripsi.pdf · 2018-10-31 · viii persembahan...
TRANSCRIPT
i
PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
DI MAN 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Muchamad Chairul Umam
NIM.11114166
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
iii
PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
DI MAN 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Muchamad Chairul Umam
NIM.11114166
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
iv
Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan pembimbing
Hal : Naskah Skripsi
Lamp : 4 Eksemplar
Saudara : Muchamad Chairul Umam
Kepada:
Yth. Dekan FTIK
IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan sepenuhnya, maka bersama ini, kami
kirimkan naskah skripsi saudara/saudari:
Nama : Muchamad Chairul Umam
NIM : 111-14-166
Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/ Pendidikan Agama Islam
Judul : Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang Tahun
Pelajaran 2017/2018
Dengan ini kami mohon skripsi saudara/saudari tersebut diatas supaya segera
dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 31 Mei 2018
Pembimbing
Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.
NIP. 19710309 2000031001
v
SKRIPSI
PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013 (Studi Kasus di MAN 2 Magelang)
Disusun oleh:
MUCHAMAD CHAIRUL UMAM
NIM: 11114166
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal …….. dan telah dinyatakan memenuhi syarat guma
memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji :
Sekretaris :
Penguji I :
Penguji II :
Salatiga,
Dekan
Suwardi, M.Pd.
NIP.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN
KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muchamad Chairul Umam
NIM : 111-14-166
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.
Salatiga, 4 Juni 2018
Yang menyatakan
Muchamad Chairul Umam
NIM. 11114166
vii
MOTTO
أٱفيسيزوا قل ي وظزوا ٱثم ضر ل انأفأكأ بيهأل ٱقبأةعأ كأ ذ ١١مكأ
Katakanlah: "Berjalanlah di muka bumi, kemudian
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan itu"
(Al-An’am/6: 11)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Skripsi ini aku persembahkan untuk
orang-orang yang telah membantu, mendorong, mendampingi, dan
menyemangatiku dalam perjalanan mewujudkan impianku:
1. Kedua orangtuaku Bapak Solikin dan Ibu Ruwiyah aku ucapkan
terimakasih atas doa-doa yang selalu engkau panjatkan demi kesuksesan
anak-anakmu, dan atas semua pengorbanan yang telah engkau berikan
untukku.
2. Saudara sekandungku Mas Faizun beserta istrinya adekku yang sangat
super sekali Nok Nurul, terimakasih atas bantuan dan dukungannya
semoga kita semua menjadi anak sholeh sholehah yang dapat bersama-
sama membahagiakan bapak ibu.
3. Sahabat-sahabatku dan teman karibku (Kak Rapik, Amatul Muinah,
Anisatun Niswah, Marjai Affan, M. Wazir Jamaluddin, Muhlisin,
Mustaqim dan lain-lain) yang tidak pernah aku lupakan, banyak kenangan
telah kita lalui bersama.
4. Teman-teman Masjid Fatimah (Mas Aswad, Kang Ali Mahmudi, Kang
Hasim, Mas Falah, Kang Yusuf) yang telah menemani disaat kesepian
dengan ngaji bareng anak-anak TPQ.
5. Teman-teman dan partner kerjaku di kantin Kontainer (Nurhadi,
Abidurahman, Etik Siti Handayani, Umi Lutfiah, Ahmad Alfan,
Miftahurrahman, Bu Aning, Bu Tir dan Bu Nur) yang selalu
mengajarkanku untuk bekerja keras dan mandiri.
ix
6. Segenap guru-guruku (RA, MI, MTS, MAN), khususnya bapak Mursyidul
Anam, Bapak Maksum, Bapak Rois, Bapak Anas Munaji, Ibu Nurul
Istianah, Ibu Mizhariyatil Hidayah, Ibu Maksumatun berkat doa-doa beliau
dapat mengantarkanku masuk perguruan tinggi dan semua guruku yang
tidak dapat saya sebut satu persatu yang telah membimbingku, dengan
kesabarannya yang tak kenal lelah selalu memberikan inspirasi dan
semangat untuk menggapai cita-cita.
7. Umi Ida Kholifah beserta keluarga yang selalu memberikan dukungan baik
moril atuapun materiil sehingga dapat membantuku dalam menyelesaikan
kuliah ini.
8. Kepada pimpinan Dompet Dhuafa Jawa Tengah dan staffnya (Mas Imam
Baihaqi, Mas Wahyu, Mas Satrio, Mbak Hajar, Mbak Iin , Mbak Rosa)
yang telah mengantarkanku terjun di bidang entrepreneur dan telah
berbagi banyak ilmu dan pengalaman dalam berwirausaha.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji kita limpahkan kepada Ilahi Rabbi, Allah SWT atas nikmat
islam dan iman yang telah diberikan. Sholawat salam kita sanjungkan kepada
Nabi Muhammad SAW, semoga kami termasuk hamba yang mendapatkan bagian
kebaikanmu dan kelak akan mendapatkan syafaatnya. Amin.
Sebuah kewajiban dan keharusan yang harus dilaksanakan untuk
melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pada Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (PAI), maka
dengan segala daya dan upaya penulis menyelesaikan karya ilmiah dalam bentuk
skripsi dengan judul “Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang Tahun Pelajaran
2017/2018”
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan terimakasih
yang setulus-tulusnya kepada:
1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, bapak Dr. Rahmat
Hariyadi, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga, bapak
Suwardi, M.Pd.
3. Ketua program studi PAI IAIN Salatiga, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.
4. Pembimbing skripsi, Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. yang telah
membantu dan memberikan bimbingan sehingga skripsi ini selesai.
xi
5. Segenap dosen dan karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga, yang dengan sengaja maupun tidak sengaja turut memperlancar
proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tidak ada gading yang tak retak, untuk itu
dengan kerendahan hati penulis mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis atas segala kritik san saran dari
pembaca yang budiman. Semoga karya kecil ini bermanfaat bagi siapa saja yang
ingin mengambil manfaat darinya. Amin.
Salatiga, 27 Mei 2018
Muchamad Chairul Umam
NIM. 11114166
xii
ABSTRAK
Umam, Muchamad Chairul. 2018. Problematika Guru Pendidikan Agama
Islam dalam Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang
Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi, Salatiga: Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr.
Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.
Kata Kunci: problematika dan implementasi kurikulum 2013
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk 1)
Mengetahui bagaimana implementasi kurikulum 2013 di MAN 2
Magelang 2) Apa problem yang dihadapi guru PAI dalam melaksanakan
Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang 3) Bagaimana solusi problematika
yang dihadapi guru PAI dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian lapangan (field
research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Data-data dalam penelitian
diproleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, yang kemudian
dilakukan analisis dengan cara mendeskripsikan data dari informan,
mereduksi data sesuai kebutuhan penelitian kemudian dianalisis oleh
penulis, dan terakhir disimpulakan untuk menjawab tujuan penelitian.
Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa implementasi kurikulum
2013 di MAN 2 Magelang sudah berjalan sesuai dengan arahan
pemerintah, akan tetapi dari segi bahan, alat, metode pembelajaran masih
perlu dimaksimalkan. Problematika yang dihadapi guru PAI dalam
implementasi kurikulum 2013 terkait dengan beban administrasi yang
terlalu berat, buku ajar yang belum memadai dan kreatifitas guru yang
masih kurang. Problematika tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan
kualitas guru dan supervisi guru, selalu berkoordinasi dengan
pemerintah/dinas pendidikan untuk memberikan pelatihan-pelatihan
kepada para guru terkait dengan kurikulum 2013.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR BERLOGO ........................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ v
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
ABSTRAK ......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1
B. Fokus Penelitian ....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................5
D. Manfaat Peneletian ................................................................................6
E. Kajian Penelitian Terdahulu ..................................................................7
F. Sistematika Penulisan............................................................................9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) .................................................11
xiv
1. Pengertian Guru PAI .....................................................................11
2. Tugas Guru ....................................................................................13
B. Pendidikan Agama Islam ....................................................................17
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ............................................17
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ..................................................18
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ....................................19
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam ..................................................20
C. Kurikulum 2013 ..................................................................................21
1. Pengertian Kurikulum 2013 ..........................................................21
2. Tujuan Kurikulum 2013 ................................................................22
3. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 ..................................23
4. Implementasi Kurikulum 2013 .....................................................27
5. Model-Model Pembelajaran Kurikulum 2013 ..............................42
6. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013 ...............................48
7. Perbedaan Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013 .................50
8. Pengembangan Bahan Ajar dalam Implementasi K-13 ...............53
9. Konsep Penilaian Kelas dan Penilaian Pencapaian
Kompetensi Sikap .........................................................................63
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ...................................................................81
B. Lokasi Penelitian ...........................................................................81
C. Sumber Data ..................................................................................82
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................83
xv
E. Analisis Data .................................................................................84
F. Pengecekan Keabsahan Data.........................................................86
G. Tahap-tahap Penelitian ..................................................................86
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Gambaran Umum MAN 2 Magelang .................................................88
1. Sejarah Berdirinya Madrasah .......................................................88
2. Visi dan Misi Madrasah ...............................................................90
3. Keadaan MAN 2 Magelang ..........................................................92
4. Sarana dan Prasarana.....................................................................94
5. Data guru, pegawai dan siswa .......................................................95
B. Data Hasil Temuan ...........................................................................106
1. Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang .................106
2. Problem yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang ..................111
3. Solusi problematika yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam
(PAI) dalam implementasi kurikulum 2013 ...............................112
C. Analisis Data .....................................................................................114
1. Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang .................114
2. Problem yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang ..................117
3. Solusi problematika yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam
(PAI) dalam implementasi kurikulum 2013 ...............................120
xvi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................131
B. Saran ..................................................................................................132
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013
Tabel 2.2 Cakupan Penilaian Sikap
Tabel 2.3 Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap
Tabel 2.4 Rentang Nilai Kompetensi Pengetahuan
Tabel 2.5 Rentang Nilai Kompetensi sikap
Tabel 4.1 Jumlah siswa 8 tahun terakhir
Tabel 4.2 Rombongan belajar
Tabel 4.3 Sarana dan prasarana
Tabel 4.4 Jumlah guru dan pegawai
Tabel 4.5 Rekapitulasi Jumlah Siswa Keseluruhan tahun pelajaran 2016/2017
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Data Responden
2. Lampiran 2 Hasil Wawancara
3. Lampiran 3 Dokumentasi RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
4. Lampiran 4 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
5. Lampiran 5 Lembar Bimbingan Skripsi
6. Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian
7. Lampiran 7 Daftar Nilai SKK
8. Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup
9. Lampiran 9 Foto-Foto Hasil Observasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa diukur dari seberapa maju pendidikan yang
telah dicapai. Konsep tersebut sama halnya dengan mesin pendidikan yang
digelar di sekolah, apakah telah melakukan pencerahan terhadap anak didik
ataukah tidak. Sepanjang sejarah pendidikan dilakukan, belum ada kemajuan
luar biasa yang disumbangkan di negeri kita, sehingga sangat wajar apabila
pendidikan belum mampu menjadi tulang punggung bagi perubahan
pemikiran anak-anak didik.
Pendidikan menjadi hal sangat fundamental bagi anak bangsa, dengan
pendidikan yang baik maka akan baik pula pola pikir dan sikap anak bangsa.
Pendidikan yang baik terbentuk dari pola dan sistem pendidikan yang baik
pula. Sistem dan pola pendidikan yang baik terwujud dengan kurikulum yang
baik.
Untuk mewujudkan pendidikan yang baik itu tidak lepas dari
kebijakan pemerintah, sehingga pemerintah mempunyai andil yang sangat
besar dalam menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan di Indonesia.
Apalagi ditambah dengan cepatnya laju perkembangan ilmu pengetahuan dan
keamajuan zaman, sehingga sudah menjadi tuntutan bagi pemerintah untuk
berusaha semaksimal mungkin untuk menghadirkan inovasi-inovasi baru
2
dalam dunia pendidikan. Hal ini dimaksudkan sebagai perbaikan dunia
pendidikan di Indonesia.
Perubahan yang mendasar yang dilakukan pemerintah yaitu berkaitan
dengan kurikulum, karena kurikulum akan dengan sendirinya menuntut
berbagai perubahan pada komponen-komponen lain, dengan adanya
perubahan kurikulum nantinya diharapkan akan membawa perubahan sistem
pendidikan yang ada. Sebelum adanya perubahan kurikulum di Indonesia
yakni Kurikulum 2013 (K-13), pendidikan di Indonesia salah satunya
menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Alasan perubahan atau penyempurnaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) ke Kurikulum 2013 (K-13) yang paling mendasar adalah
agar kurikulum yang akan diterapkan tersebut mampu menjawab tantangan
zaman yang terus berubah tanpa dapat dicegah, dan untuk mempersiapkan
peserta didik yang mampu bersaing di masa depan dengan segala ilmu
pengetahuan dan teknologi (Kurniasih dan Berlin, 2014: 31).
Banyak kalangan yang berpendapat bahwa kurikulum KTSP adalah
kurikulum yang sangat memberatkan peserta didik, karena terlalu banyak
materi pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik, sehingga mereka
menjadi terbebani dengan segudang materi yang segera harus dituntaskan dan
dikuasai. Sedangkan menurut para ahli pendidikan, perubahan kurikulum
KTSP disebabkan karena kebutuhan dan tuntutan zaman yang selalu berubah
tanpa dapat dicegah.
3
Terlepas dari silang pendapat di tengah masyarakat dan para ahli,
kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap
kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu di
teruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Sehingga dengan adanya
Kurikulum 2013 (K-13) diharapkan mampu menyempurnakan kurikulum-
kurikulum yang telah lalu.
K-13 merupakan kurikulum terbaru yang mulai dilaksanakan pada
tahun ajaran 2013/2014 pada sekolah yang ditunjuk pemerintah, maupun
sekolah yang sudah siap melaksanakannya. Di dalam kurikulum 2013 lebih
ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang
menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya. Pendidikan karakter dalam
kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlaq mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar
kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi
kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan sekaligus berbasis karakter,
dengan pendekatan tematik dan konstektual diharapkan mampu secara
mandiri meningkatkan dan mengembangkan pengetahuannya, mengkaji dan
mengambil nilai-nilai karakter dan akhlaq mulia sehingga terwujud dalam
perilaku sehari-hari.
Namun, dalam setiap perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia
selalu terjadi pro dan kontra. Hal ini karena, dalam suatu perubahan sulit
untuk dilakukan. Apalagi perubahan kurikulum yang harus merubah sistem,
4
budaya, serta semua tatanan dalam suatu lembaga sekolah. Di sisi lain para
guru juga mengeluh karena masih kesulitan dalam menerapkan kurikulum
2013. Survei menunujukan bahwa sebagian besar guru berpandangan belum
sepenuhnya memahami prinsip pembelajaran, prinsip penilaian dan
terkendala pada sumber belajar yang digunakan untuk penyusunan RPP
berdasarkan kurikulum 2013.
Dalam usaha untuk melaksanakan perubahan kurikulum, sudah barang
tentu sekolah membutuhkan guru yang profesional, karena guru menjadi
salah satu faktor penting dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013.
Setiap implementasi kurikulum, menuntut guru untuk menguasai isi bidang
studi, pemahaman karakteristik peserta didik, melakonkan pembelajaran yang
mendidik dan menyenangkan serta potensi pengembangan profesionalisme
dan kepribadian (Mulyasa, 2016: 5)
Menghadapi kenyataan diatas pemerintah dituntut untuk
melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan.
Diharapkan dengan adanya pendidikan dan pelatihan ini para guru dapat
memerankan tugas dan fungsinya dengan baik dalam implementasi kurikulum
2013.
Akan tetapi tidak bisa di pungkiri walaupun pemerintah sudah
memberikan pelatihan yang maksimal, dengan pergantian kurikulum yang
baru ini secara langsung atau tidak langsung akan memberikan beban
psikologis bagi guru, dan mungkin akan membuat guru frustasi akibat
perubahan tersebut. Hal ini sangat dirasakan oleh guru yang memiliki
5
kemampuan minimal. Bahkan guru-guru yang sudah usia senja juga akan
merasa kesulitan dalam mengoperasikan laptop yang menjadi kebutuhan
pokok dalam kurikulum 2013 ini, sehingga beberapa guru mengalami
kesulitan dalam menerapkan kurikulum 2013.
Dari masalah yang ada di atas maka penulis ingin meneliti bagaimana
Problematika Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2
Magelang. Karena lembaga ini merupakan salah satu lembaga pendidikan
yang tergolong masih awal dalam melaksanakan kurikulum 2013 ini. Dengan
demikian penulis akan memfokuskan penelitian ini dengan judul
“PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013 DI MAN 2 MAGELANG TAHUN AJARAN
2017/2018”.
B. Fokus Penelitian
Dari uraian yang telah penulis paparkan diatas, peneliti mengambil
fokus penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2 Magelang?
2. Apa problem yang dihadapi guru PAI dalam melaksanakan Kurikulum
2013 (K-13) di MAN 2 Magelang?
3. Bagaimana solusi problematika yang dihadapi guru PAI dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013 (K-13)?
C. Tujuan Penelitian
Dalam setiap kegiatan tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai,
sebagaimana dalam penelitian ini sebagai berikut:
6
1. Untuk mengetahui Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2
Magelang.
2. Untuk mengetahui problem yang dihadapi guru PAI dalam melaksanakan
Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2 Magelang.
3. Untuk mengetahui solusi problematika yang dihadapi guru PAI dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2 Magelang.
D. Manfaat Peneletian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
pandangan guru agama terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI)
berdasarkan kurikulum 2013, sehingga memberikan wawasan pengetahuan
dan manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih berupa
wawasan keilmuan dalam ilmu pendidikan dan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) dan mampu memberikan tambahan
wacana dalam bidang pendidikan bagi kalangan akademisi teutama
untuk peningkatan mutu pendidikan.
b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi siapa yang akan mengadakan
penelitian berikutnya yang berkaitan dengan problematika guru PAI
dalam implementasi kurikulum 2013.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi tentang
problematika serta solusi yang tepat terkait dengan problem yang
7
dihadapi oleh guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN
2 Magelang Kab. Magelang sehingga memberikan motivasi kepada
para guru dalam meningkatkan keprofesionalan dalam pembelajaran.
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan
pertimbangan bagi sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum
2013 melalui masalah-masalah yang muncul serta solusi yang tepat
dalam implementasi kurikulum 2013.
E. Kajian Penelitian Terdahulu
Setelah penulis mengadakan kajian pustaka terhadap beberapa skripsi
yang berhubungan dengan tema pada skripsi penulis, ternyata skripsi yang
terkait dengan problematika guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013
belum ada yang meneliti. Namun ada beberapa hasil penelitian yang
berhubungan dengan penelitian ini, yaitu:
Skripsi yang ditulis oleh Wulan Kusuma Dewi mahasiswa fakultas
tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Malang tahun 2009 yang
berjudul “Perspektif Guru Agama Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam (PAI) Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Malang”. Dari hasil penelitianya
menyimpulkan bahwa: tanggapan guru agama terhadap pelaksanaan
pendidikan agama Islam (PAI) berdasarkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) yaitu semua guru agama di MAN 3 setuju dengan
kurikulum KTSP karena kurikulum KTSP ini lebih cocok dibandingkan
kurikulum sebelumnya (Dewi, 2009: 17), berbeda dengan penelitian yang
8
penulis lakukan ini karena penelitian ini lebih berfokus pada problem yang
diahadapi guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013.
Skripsi Thoha Zamroni mahasiswa fakultas Tabiyah IAIN Salatiga
tahun 2015 yang berjudul “Implementasi Kurikulum 2013 Pada Proses
Pembelajaran PAI di SMP N 1 Wirosari Kabupaten Grobogan”. Dari hasil
penelitiannya menyimpulkan bahwa implementasi kurikulum 2013 pada
proses pembelajaran PAI di SMP N 1 Wirosari sudah berjalan dengan baik
dan lancar sebab para guru telah mendapatkan pelatihan implementasi
kurikulum 2013, selain itu sarana dan prasana, sumber belajar sangat
memadai. (Zamroni, 2015: 10), skripsi Thoha Zamroni tidak jauh berbeda
dengan penelitian yang saya lakukan yaitu tentang implementasi kurikulum
2013, yang membedakannya adalah adanya pembahasan tentang
problematika guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di penelitian ini.
Skripsi Siti Kholipah mahasiswa fakultas tarbiyah IAIN Salatiga tahun
2015 yang berjudul “Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran
pendidikan agama islam bagi anak berkebutuhan khusus di SLB-C YPPALB
magelang tahun pelajran 2014/2015”. Dari hasil penelitiannya menyimpulkan
bahwa implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI bagi ABK di
SLB-C YPPALB Magelang tidak seluruhnya sesuai standar dalam kurikulum
2013 dan masih banyak hambatan misalnya peserta didik sulit diberikan
materi pelajaran, sarana dan prasarana belum mencukupi, guru yang belum
siap dengan implementasi kurikulum 2013, dan buku-buku penunjang yang
belum komplit (Kholipah, 2015: 10), sedangkan penelitian ini membahas
9
tentang problematika guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN
2 Magelang.
Dari beberapa kajian skripsi terdahulu di atas ada perbedaan dengan
skrispsi yang penulis susun, karena penulis disini lebih memfokuskan
penelitian pada problematika yang dihadapi guru agama dalam implementasi
kurikulum 2013.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini penulis susun dengan sistematika sebagai berikut:
1. Bagian awal ini terdiri dari: sampul, lembar berlogo judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto
dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar table dan
lampiran-lampiran.
2. Bagian Inti
Pada bagian ini terdiri dari beberapa bab, yaitu:
Bab I : Pendahuluan, memuat tentang latar belakang masalah,
fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian penelitian
terdahulu, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II Kajian Pustaka, memuat pembahasan tentang pengertian
guru PAI, tugas guru, pengertian PAI, tujuan PAI, ruang lingkup PAI,
fungsi PAI, pengertian kurikulum 2013, tujuan kurikulum 2013, landasan
pengembangan kurikulum 2013, implementasi kurikulum 2013, model-
model pembelajaran kurikulum 2013, kelebihan dan kekurangan
Kurikulum 2013, perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013, problematika
10
dalam penerapan Kurikulum 2013, pengembangan bahan ajar dalam
implementasi kurikulum 2013, dan konsep penilaian kelas dan penilaian
pencapaian kompetensi sikap
Bab III Metode Penelitian, memuat tentang pendekatan dan jenis
penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,
analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV Paparan Data dan Analisis, memuat tentang gambaran
umum MAN 2 Magelang yang meliputi; sejarah singkat berdirinya MAN
2 Magelang, visi misi MAN 2 Magelang, keadaan MAN 2 Magelang,
sarana dan pra sarana, keadaan guru, pegawai dan siswa. Dalam bab ini
juga dipaparkan data yang meliputi implementasi kurikulum 2013 di MAN
2 Magelang, problema guru PAI terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam (PAI) dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang dan
solusi problematika guru PAI dalm implementasi kurikulum 2013.
Bab V Penutup, memuat tentang kesimpulan dan saran.
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
1. Pengertian guru PAI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi guru adalah orang
yang pekerjaan, mata pencaharian, atau profesinya mengajar
(Depdikbud, 1989: 228).
Berbeda dengan J.E.C. Gericke dan T. Roorda, sebagaimana yang
di kutip oleh Sri Minarti dalam bahasa Inggris ada beberapa kata yang
berarti guru, misalnya teacher yang berarti guru atau pengajar, educator
yang berarti pendidik atau ahli mendidik, dan tutor yang berarti guru
pribadi, guru yang mengajar di rumah, atau guru yang memberi les
(Minarti, 2013: 107-108).
Sedangkan menurut Cece Wijaya dkk, guru adalah orang yang
sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar oleh karena itu guru
harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai,
guru harus mampu mempengaruhi para siswanya. Guru harus
berpandangan luas dan juga harus memiliki wibawa (Wijaya, 2002: 8).
Sementara menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
12
pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah jalur
pendidikan formal (Supardi, 2014: 8).
Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian
guru adalah seseorang yang tugasnya mendidik, membimbing dan
menyampaikan suatu ilmu serta memberi teladan yang baik kepada
murid-muridnya, sehingga mampu membawa siswanya kepada tujuan
yang ingin dicapai, guru harus mampu mempengaruhi para siswanya
baik melalui pendidikan formal ataupun nonformal.
Sedangkan pengertian pendidikan agama islam sendiri menurut
Muhaimin dkk adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam
menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional (Muhaimin dkk, 2008:75-76).
Dari definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa guru PAI
adalah seseorang yang tugasnya mendidik, mengajar dan membimbing
anak didiknya dalam bidang agama islam sehingga anak didiknya
mampu mempraktikan ajaran islam dengan baik dan membentuk
generasi yang berakhlak mulia serta mampu mendatangkan keselamatan
di dunia dan di akhirat.
Terkait dengan tantangan guru PAI yang terjadi di Indonesia
belakangan ini terlihat semakin berat, misalnya terkait dengan pandangan
13
hidup dari barat seperti bias gender. Menurut Suwardi dkk (2017: 216-
217) Islam seringkali dipandangan mengajarkan bias gender, dimana
laki-laki di posisikan lebih tinggi dibanding perempuan.
2. Tugas Guru
Para ahli-ahli pendidikan islam maupun barat telah sepakat bahwa
tugas guru adalah mendidik. Mendidik biasanya dilakukan dalam bentuk
mengajar, sebagian dalam memberikan motivasi, memuji, menghukum,
memberi contoh, membiasakan dan lain-lain. Dalam pendidikan di
lembaga sekolah, tugas guru sebagian besar adalah mendidik dengan
mengajar.
Tugas pendidik selain menyampaikan materi dikelas, pendidik juga
harus mampu membentuk kepribadian anak didik, yang pada akhirnya
anak didik memiliki akhlak yang mulia, sehingga pendidik hendaknya
mampu menjadi suri tauladan yang baik bagi anak didiknya dalam segala
keadaan. Karena semua yang ada pada guru akan di perhatikan dan ditiru
oleh para anak didiknya.
Dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 31 ayat 3 dan 4 dinyatakan bahwa setiap tenaga
kependidikan, termasuk di dalamnya guru agama berkewajiban untuk
melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan pengabdian,
meningkatkan kemampuan professional sesuai dengan tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan
bangsa (Muhaimin, 2004: 99).
14
Sedangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS
pasal 39 ayat 2 disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama
bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Secara lebih rinci dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen pasal 20 di sebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya, seorang guru berkewajiban:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran
yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejakan dengan ikmu pengetahua,
teknologi dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan
jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondidi fisik tertentu atau latar
belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran.
d. Menjunjung tunggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa (UU
Republik Indonesia, 2006:14-15).
15
Ahmad Tafsir menyimpulkan secara singkat bahwa tugas guru
mencakup tiga hal yaitu mendidik, mengajar dan melatih (Tafsir, 1994:
79). Untuk menjabarkan rumusan tersebut di atas, berikut ini merupakan
penjelasan guru sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih
1) Guru sebagai pendidik
Mujtahid dalam salah satu tulisannya, mengutip pendapat
Muchtar Bukhori yang dimaksud dengan mendidik adalah proses
kegiatan untuk mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan
keterampilan hidup pada diri seseorang.
2) Guru sebagai pembimbing
Seorang guru berusaha membimbing peserta didik agar dapat
menemukan berbagai potensi yang dimilikinya, dan dapat tumbuh
serta menjadi individu yang mandiri dan produktif. Tugas guru
sebagai pembimbing terletak pada kekuatan intensitas hubungan
interpersonal antara guru dengan peserta didik yang dibimbingnaya.
Guru juga dituntut agar mampu mengidentifikasi peserta didik yang
diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa dan
membantu memcahkannya.
3) Guru sebagai pelatih
Guru juga harus bertindak sebagai pelatih, karena pendidikan dan
pengajaran memerlukan bantuan latihan keterampilan baik
intelektual, sikap maupun motorik. Agar dapat berpikir kritis,
berperilaku sopan, dan menguasai keterampilan, peserta didik harus
16
mengelami banyak latihan yang teratur dan konsisten. Kegiatan
mendidik atau mengajar juga tentu membutuhkan latihanuntul
memperdalam pemahaman dan penerapan teori yang disampaikan
(Mujtahid, 2011: 33).
Seorang guru dalam pandangan islam memliki kedudukan yang
sangat mulia. Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu
pengetahuan (guru), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas
mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup sebagaimana firman
Allah dalam QS. Al-Mujadalah/58:11.
ىى ل ذيهأٱأأيهأايأ امأ اا ءأ جأ ل ٱفيتأفأس حىا لأكم قيلأإذأ سأحىا ف ٱفألسمأٱسأحيأف لل الأكم إذأ ٱفأعيأز وشزوا ٱفأوشزوا ٱقيلأوأ ىىا ل ذيهأٱلل امأ ءأ
جأ مأعل ل ٱأوتىا ل ذيهأٱوأمىكم ٱوأت دأرأ الل لىنأتأع بمأ بيز مأ ١١خأ"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Mujadilah/58: 11)
Dalam pandangan Al-Ghazali yang diikuti oleh Muhammad
Muntalibun Nafis, seorang guru mempunyai tugas utama yaitu
menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan
hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Hal ini
karena pada dasarnya tujuan utama pendidikan islam adalah
mendekatkan diri kepada Allah swt., kemudian realisasinya pada
kesalehan sosial dalam masyarakat sekelilingnya. Dari sini dapat
dinyatakan bahwa kesuksesan seorang guru akan dapat dilihat dari
17
keberhasilan aktualisasi perpaduan antara iman, ilmu dan amal saleh
dari peserta didiknya setelah mengalami sebuah proses pendidikan.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Ditbinpanisun sebagaimana yang dikutip Zakiah Daradjat
dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Agama Islam, Pendidikan
Agama Islam yaitu suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa
yang terkandung di dalam islam secara keseluruhan, menghayati makna
dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya
serta menjadikan ajaran-ajaran agama islam yang telah dianutnya itu
sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan
dunia akhirat (Zakiah daradjat dkk, 1996: 88).
Begitu juga Sahilun A. mendefnisikan bahwa:
“Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang sistematis dan
pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama islam
dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran islam itu
benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang di integral dalam
dirinya. Yakni, ajaran islam itu benar-benar dipahami, diyakini
kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi
pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mental
(Syafaat dkk, 2008:15-16).
Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan
agama islam adalah usaha sadar dalam rangka mengenalkan peserta didik
untuk menghayati tentang ajaran agama islam, sehingga peserta didik
18
mampu mengamalkan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari dan
sebagai pedoman untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan yaitu sasaran yang ingin di capai oleh seseorang atau
sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan, dalam hal ini adalah
sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan islam (Uhbiyati,
1998:11).
Menurut Abdul Fattah tujuan pendidikan agama islam secara
umum adalah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Tujuan umum
ini akan membawa kepada tujuan khusus yang lain. Jadi menurut islam,
tujuan pendidikan agama islam adalah menjadikan manusia menyembah
dan menghambakan diri kepada Allah ialah beribadah kepada Allah
(Tafsir, 1994: 46).
Sedangkan Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa tujuan
pendidikan agama islam dibagi menjadi dua yaitu tujuan sementara dan
tujuan akhir (Uhbiyati, 1998: 30)
1. Tujuan sementara
Tujuan sementara yaitu sasaran sementara yang harus dicapai
oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan agama islam. Tujuan
pendidikan disini yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti
kecakapan jasmani, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan
ilmu-ilmu kemasyarakataan, kesusilaan, keagamaa, kedewasaan
jasmani, rohani dan sebagainya.
19
2. Tujuan Akhir
Tujuan akhir pada pendidikan islam adalah terbentuknya kepribadian
muslim. Sedangkan kepribadian muslim disini adalah kepribadian
yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan
ajaran islam.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
a. Al-Quran Hadits, yang menekankan pada kemampuan membaca,
menulis, dan menterjemahkan serta menampilkan dan mengamalkan
isi kandungan Alquran hadits dengan baik dan benar.
b. Akidah, yang menenkankan pada kemampuan memahami dan
mempertahankan keyakinan, menghayati, serta meneladani dan
mengamalkan sifat-sifat Allah dan nilai-nilai keimanan dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Akhlak dan Budi Pekerti, yang menekankan pada pengamalan sikap
terpuji dan menghindari akhlak tercela.
d. Fiqih, yang menekankan pada kemampuan untuk memahami,
meneladani dan mengmalkan ibadah dan muamalah yang baik dan
benar
e. Sejarah Peradaban Islam, yang menekankan pada kemampuan
mengambil pelajaran (ibrah) dari peristiwa-peristiwa bersejarah
(islam), meneladani tokoh-tokoh muslim yang berprestasi, dan
mengaitkannya dengan fenomena-fenomena sosial, untuk
melestarikan dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban islam
20
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Abdul Majid mengemukakan bahwa kurikulum pendidikan agama
Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban dilakukan oleh
setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuhkan menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukanoleh
setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh
kembangkankan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan,
pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut
dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dan
kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman
dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
21
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
(alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri
dan bagi orang lain (Majid dan Andayani, 2004: 136).
C. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang muncul sebagai respon
terhadap keprihatinan dalam dunia pendidikan yang masih jauh dari
tujuan pendidikan nasional, misalnya kemerosotan moral peserta, yang
ditandai oleh maraknya perkelahian pelajar dan mahasiswa, kecurangan
dalam ujian, seperti nyontek yang telah membudaya di kalangan pelajar
dan mahasiswa.
Dengan demikian maka tema kurikulum 2013 adalah menghasilkan
insan yang produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi serta lebih di tekankan
pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan
menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya, sehingga nantinya mampu
membentuk anak didik yang berkarakter dan berkepribadian luhur.
22
Kurikulum yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter
dengan pendekatan tematik dan kontekstual ini diaharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari (Mulyasa, 2014: 7).
Implementasi kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan
kompetensi harus melibatkan semua komponen (stakeholder), termasuk
komponen-komponen yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri.
Komponen-komponen tersebut antara lain kurikulum, rencana
pembelajaran, proses pembelajaran, mekanisme penilaian, kualitas
hubungan, pengelolaan sekolah/madrasah, pelaksanaan pengembangan
diri peserta didik, pemberdayaan sarana dan prasrana, pembiayaan, serta
etos kerja seluruh warga lingkungan sekolah/madrasah
2. Tujuan Kurikulum 2013
a. Menyiapkan soft skill dan hard skill dalam dunia pendidikan melalui
kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam rangka
menghadapi tantangan global yang terus berkembang.
b. Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif,
kreatif, inovatif sebagai modal pembangunan bangsa dan Negara
Indonesia.
c. Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan
menyiapkan administrasi mengajar, sebab pemerintah telah
23
menyiapkan semua komponen kurikulum beserta buku teks yang
digunakan dalam pembelajaran.
d. Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga
masyarakat secara seimbang dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat
satuan pendidikan.
e. Meningkatkan persaingan yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan
keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum 2013 sesuai dengan
kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi
daerah (Fadlillah, 2014: 25).
3. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013
Menurut Abdul Madjid dan Chaerul Rochman (2014: 10) Landasan
pengembangan kurikulum mencakup 4 landasan yaitu:
a. Landasan Yuridis
Landasan yurudis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
system pendidikan nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun
2005 tentang Standard Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standard
Kompetensi Lulusan Dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 22 tahun 2006 tentang Standard Isi. Lebih lanjut,
pengembangan kurikulum 2013 diamanatkan oleh Rencana
Pendidiakn Menengah Nasional (RJPMN). Landasan yuridis
24
pengembangan kurikulum 2013 lainnya adalah Intruksi Presiden
Republik Indonesia tahun 2010 tentang pendidikan karakter,
pembelajaran aktif, dan pendidikan kewirausahaan.
b. Landasan Filosofis
Kurikulum adalah untuk membangum kehidupan bangsa masa
kini dan masa yang akan datang, yang dikembangkan dari warisan
nilai dan prestasi bangsa di masa lalu, serta kemudian diwariskan dan
dikembangkan untuk kehidupan masa depan, ketiga dimensi
kehidupan bangsa (masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan
datang) menjadi landasan filosfofis pengembangan kurikulum.
Pada pengembangan kurikulum 2013, Pancasila sebagai falsafah
bangsa dan negara menjadi sumber utama dan penentu arah yang
akan dicapai dalam kurikulum. Berdasarkan Pancasila, kurikulum
yang dikembangkan atas dasar filosofi adalah sebagai berikut:
1) Kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
belajar dari budaya setempat dan memberikan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya setempat
dan nasional menjadi budaya yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Kurikulum dikembangakan berdasarkan filosofis
eksperimentalisme yang mengatakan bahwa proses pendidikan
adalah upaya untuk mendekatkan apa yang dipelajari di sekolah
dengan apa yang terjadi di masyarakat.
25
3) Filosofis rekontruksi sosial yang memberikan bagi
pengembangan kurikulum untuk menempatkan peserta didik
sebagai subjek yang peduli pada lingkungan sosial, alam, dan
lingkungna budaya.
4) Filosofis esensialis dan perenialisme yang menempatkan
kemampuan intlektual dan berpikir rasional sebagai aspek penting
yang harus menjadi kepedulian kurikulum untuk dikembangkan.
5) Filosofis eksistensialis dan romantic naturalism, yaitu aliran
filosofi yang memandang proses pendidikan adalah untuk
nmengembangkan rasa kemanusiaan yang tinggi, kemampuan
berinteraksi dengan sesama dalam mengangkat harkat
kemanusiaan dan kebebasan berinteraksi dan berkreasi.
c. Landasan Empiris
Menurut hasil riset PISA (Progam For International Student
Assessment), studi yang memfokuskan literasi bacaan, matematika
dan IPA menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10
besar terbawah dari 65 negara. Hasil riset TIMSS (Trends
International Mathematicsand Science Study) menunjukan siswa
Indonesia berada rangking amat rendah dalam kemampuan (1)
memahmai informasi yang kompleks; (2) teori, analisis dan
pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur, dan pemechan
masalah; (4) melakukan investigasi. Hasil ini menunjukkan perlunya
perubahan orientasi kurikulum, yang tidak membebani peserta didik
26
dengan konten, namun pada aspek kemampuan esensial yang
diperlukan warga negara untuk berperan serta dalam membangun
negara pada abad 21.
d. Landasan teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “Pendidikan
Berdasarkan Standard” (Standard-Based Education), dan teori
kurikulum berbasis kompetensi . pendidikan berdasarkan standard
adalah pendidikan yang menetapkan standard naisional sebagai
kualitas minimal warganegara untuk suatu jenjang pendidikan.
Standard bukan kurikulum dan kurikulum dikembangkan agar peserta
didik mampu mencapai kualitas standard nasional atau diatasnya.
Standard kualitas nasional dinyatakan sebagai standard kompetensi
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Standard komptensi lulusan dikembangkan menjadi standard
komptensi lulusan satuan pendidikan yaitu SD/MI, SMP/MTS,
SMA/MA, SMK/MAK.
4. Implementasi Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 yang sudah diterapkan hampir di seluruh jenjang
pendidikan membutuhkan guru yang professional dalam menyukseskan
implementasinya, sehingga guru menjadi garda terdepan dan ujung
tombak dalam implementasi dan pembelajaran yang berhadapan
langsung dengan peserta didik. (Mulyasa, 2016: 1)
27
Berikut merupakan hal-hal yang perlu di perhatikan guru dalam
mengimplementasikam kurikulum 2013:
a. Merancang pembelajaran efektif dan bermakna
Tema kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia
yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan
hal tersebut maka seorang guru dituntut untuk merancang
pembelajaran efektif dan menyenangkan, mengorganisasikan
pembelajaran, memilih pendekekatan pembelajaran yang tepat.
Menurut Mulyasa, (2014: 100-103) untuk membentuk
pembelajaran yang menyenangkan, efektif dan bermakna yang sesuai
dengan tema kurikulum 2013 dapat dirancang oleh setiap guru,
dengan prosedur sebagai berikut:
1) Pemanasan dan apersepsi
Dalam pembelajaran pemanasan dan apersepsi perlu
dipraktekan oleh guru untuk menjajaki pengetahuan peserta didik,
memotivasi peserta didik dan memancing peserta didik agar
tertarik untuk belajar. Pemanasan dan apersepsi ini dapat
dilakukan dengan prosedur sebagia berikut:
a) Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan
dipahami peserta didik.
b) Peserta didik dimotivasi dengan bahan ajar yang menarik dan
berguna bagi kehidupan mereka.
28
c) Peserta didik digerakkan agar tertarik dan bernafsu untuk
mengetahui hal-hal yang baru.
2) Eksplorasi
Eksplorasi yaitu mengaitkan pengetahuan yang sudah
dimiliki peserta didik dengan bahan ajar yang akan guru
sampaikan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut:
a) Perkenalkan materi standard dan kompetensi dasar yang harus
dimiliki oleh peserta didik.
b) Kaitkan materi standard dan kompetensi dasar yang baru
dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh
peserta didik.
c) Pilihlah metode yang paling tepat, dan gunakan secara
bervariasi untuk meningkatkan penerimaan peserta didik
terhadap materi standardd dan kompetensi baru.
3) Konsolidasi pembelajaran
Konsolidasi merupakan upaya mengaktifkan peserta didik
dalam membentuk kompetensi dan karakter, serta
menghubungkannya dengan kehidupan peserta didik. Konsolidasi
pembelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan
memahami materi dan kompetensi baru.
29
b) Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan
masalah (problem solving), terutama dalam masalah-masalah
aktual.
c) Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan
antara materi standard dan kompetensi baru dengan berbagai
aspek kegiatan dan kehidupan dalam lingkungan masyarakat.
d) Pilihlah metode yang paling tepat sehingga materi standard
dapat diproses menjadi kompetensi dan karakter peserta didik.
4) Pembentukan sikap, kompetensi, dan karakter
Ketiga hal tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
a) Dorong peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian
kompetensi, dan karakter yang dipelajarinya dalam kehiduoan
sehari-hari.
b) Praktekan pembelajaran secara langsung, agar peserta didik
dapat membangun sikap, kompetensi dan karakter baru dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari.
c) Gunakan metode yang paling tepat agar terjadi perubahan
sikap, kompetensi dan karakter peserta didik secara nyata.
5) Penilaian formatif
30
Penilaian formatif perlu dilakukan untuk perbaikan, yang
pelaksanaanya dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
a) Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran
peserta didik.
b) Gunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis
kelemahan atau kekurangan peserta didik dalam masalah-
masalah yang dihadapi guru dalam membentuk karakter dan
kompetensi peserta didik.
c) Pilihlah metodologi yang paling tepat sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
b. Mengorganisasikan Pembelajaran
Dalam buku yang berjudul pengembangan dan implemantasi
kurikulum 2013, Mulyasa berpendapat bahwa Implementasi
Kurikulum 2013 menuntut guru untuk mengorganisasikan
pembelajaran secara efektif. Sedikitnya terdapat lima hal yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan pengorganisasian pembelajaran dalam
implementasi 2013 yaitu:
1) Pelaksanaan pembelajaran
Pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013 yang
berbasis karakter hendaknya dilaksanakan berdasarkan kebutuhan
dan karakteristik peserta didik, serta kompetensi dasar pada
umumnya.
31
Sehubungan dengan itu, implementasi kurikulum 2013
dalam pembelajaran berbasis kompetensi dan karakter yang
dilakukan dengan pendekatan tematik integratif harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a) Mengintegrasikan pembelajaran dengan kehidupan
masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.
b) Mengidentifikasi kompetensi dan karakter sesuai dengan
kebutuhan dan masalah yang dirasakan peserta didik.
c) Mengembangkan indikator setiap kompetensi dan karakter
agar relevan dengan perkembangan dan kebutuhan peserta
didik.
d) Menata struktur organisasi dan mekanisme kerja yang jelas
serta menjalin kerjasama di antara para fasilitator dan tenaga
kependidikan lain dalam pembentukan kompetensi peserta
didik.
e) Merekrut tenaga kependidikan yang memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap sesuai dengan tugas dan fungsinya.
f) Melengkapi sarana dan prasarana belajar yang memadai,
seperti perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar,
perlengkapan teknis, dan perlengkapan admisnistrasi, serta
ruang pembelajaran yang memadai.
g) Menilai progam pembelajaran secara berkala dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dan
32
ketercapaian kompetensi yang dikembangkan. Di samping itu,
penilaian juga penting untuk melihat apakah pembelajaran
berbasis kompetensi yang dikembangkan sudah dapat
mengembangkan potensi peserta didik atau belum.
2) Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Ahli
Dalam implementasi kurikulum 2013 diperlukan pengadaan
dan pembinaan tenaga ahli, yang memiliki sikap, pribadi,
kompetensi, dan keterampilan yang berkaitan dengan
pembelajaran berbasis kompetensi dan karakter. Hal ini sangat
penting dilaksanakan oleh masing-masing tenaga kependidikan.
Oleh karena, sangat diharapkan adanya tenaga ahli, agar
setiap personil memililki pemahaman dan kompetensi yang
menunjang terlaksananya pembelajaran tematik integratif dalam
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
3) Pendayagunaan Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Dalam rangka mensukseskan implementasi kurikulum,
perlu didayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar secara
optimal. Untuk kepentingan tersebut para guru, fasilitator dituntut
untuk mendayagunakan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial, serta menjalin kerjasama dengan
unsur-unsur terkait yang dipandang dapat menunjang upaya
pengembangan mutu dan kuallitas pembelajaran. Pendayagunaan
33
dan jalinan hubungan tersebut antara lain dapat dilakukan di
masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.
4) Pengembangan Kebijakan Sekolah
Implementasi kurikulum perlu didukung oleh kebijakan-
kebijakan kepala sekolah. Kebijakan yang jelas dan baik akan
dapat memberikan kelancaran dan kemudahan dalam
implementasi pembelajaran berbasis kompetensi. Ada beberapa
kebijakan yang relevan diambil kepala sekolah dalam membantu
kelancaran pembelajaran berbasis kompetensi, yaitu:
a) Memprogamkan perubahan kurikulum sebagai bagian
integral dari program sekolah secara keseluruhan.
b) Menganggarkan biaya operasional pembelajaran berbasis
kompetensi dan karakter sebagai bagian dari anggaran
sekolah.
c) Meningkatkan mutu dan kualaitas guru, serta fasilitator
agar dapat bekerja secara professional (meningkatkan
profesionalisme guru).
d) Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk
kepentingan belajar, dan pemebentukan kompetensi dasar.
e) Menjalin kerjasama yang baik dengan unsur-nsur terkait
secara resmi dalam kaitanya dengan pembelajaran berbasis
kompetensi, seperti dunia usaha, pesantren, dan tokoh-
tokoh masyarakat.
34
c. Memilih dan Menentukan Pendekatan Pembelajaran
Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan.
Pendekatan tersebut antara lain pendekatan pembelajaran kontekstual
(contextual teaching and learning), bermain peran, pembelajaran
partisipatif (participative teaching and learning), belajar tuntas
(matery learning), dan pembelajaran konstruktivisme (contructivism
teaching and learning) (Mulyasa, 2014: 109).
1) Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning)
Pendekatan pembelajaran kontekstual sering disingkat
CTL, pendekatan pembelajaran ini merupakan konsep
pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata,
sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. CTL
memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan ,
karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta
didik dapat mempraktekan secara langsung apa yang
dipelajarinya.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran konstektual
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat erat kaitanya
(internal), dan dari luar dirinya atau dari lingkugan sekitarnya
35
(eksternal). Sehubungan dengan itu, sedikitnya ada lima elemen
yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, sebagai
berikut:
a) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah
dimiliki peserta didik.
b) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju
bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus).
c) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan
cara: menyusun konsep sementara, melakukan sharing untuk
memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain dan
merevisi dan mengembangkan konsep.
d) Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikan secara
langsung apa-apa yang dipelajari.
e) Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan
pengembangan pengetahuan yang dipelajari.
2) Bermain Peran (Role Playing)
Bermain peran merupakan salah satu alternatif untuk
memecahkan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antar
manusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Menurut para ahli yang sudah melakukan penelitian dan percobaan
menunjukan hasil bahwa bermain peran merupakan salah satu
model yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran.
36
Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan kefektifan
bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni kualitas
pemeranan, analisis dalam diskusi, dan pandangan peserta didik
terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi
kehidupan nyata.
Tahap pembelajaran bermain peran sebagai berikut:
a) Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik
Tahap pertama ini guru mengemukakan masalah yang dapat
diangkat dari kehidupan peserta didik, agar dapat merasakan
masalah itu hadir dihadapan mereka, dan memiliki hasrat untuk
mengetahui bagaimana masalah itu sebaiknya dipecahkan.
Masalah yang dipilih sebaiknya masalah yang masih hangat
dan aktual, langsung menyangkut kehidupan peserta didik,
menarik dan merangsang rasa ingin tahu peserta didik, serta
memungkinkan berbagai alternatif pemecahan.
b) Memilih peran dalam pembelajaran
Pada tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan
berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka,
bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka
kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara
sukarela untuk menjadi pemeran.
37
c) Menyusun tahap-tahap peran
Pada tahap ini pemeran menyusun gari-garis besar adegan
yang yang akan dimainkan. Tidak ada dialog khusus karena
para peserta didik dituntut untuk berbicara secara spontan.
Guru membantu peserta didik menyiapkan adegan-adegan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyan, misalnya di mana
pemeranan dilakukan, apakah tempat sudah dipersiapkan, dan
sebagainya.
d) Menyiapkan pengamat
Sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang dan
terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta
didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan
akan aktif mendiskusikannya.
e) Tahap pemeranan
Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara
spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Mereka berusaha
memainkan setiap peran seperti benar-benar dialaminya.
Pemeranan dapat berhenti apabila para peserta didik telah
merasa cukup, dan apa yang seharusnya mereka perankan telah
dilakukan. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain
peran dihentikan. Sebaiknya pemeranan dihentikan pada saat
terjadi pertentangan agar memancing permasalahan untuk
didiskusikan.
38
f) Diskusi dan evaluasi pembelajaran
Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat
telah terlibat bermain peran, baik secara emosional maupun
secara intelektual. Dengan melontarkan sebuah pertanyaan,
para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi.
Diskusi mungkin dimulai dengan tafsiran mengenai baik
tidaknya peran yang yang dimainkan selanjutnya mengarah
pada analisis terhadap peran yang telah ditampilkan, apakah
cukup tepat untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
Di sini diskusi diarahkan pada pengajuan alternatif pemeranan
yang ditampilkan kembali. Dalam kaitan ini guru harus
mengarahkan diskusi yang dilakukan para peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
g) Pemeranan ulang
Pemerananan ulang dapat dilakukan berdasarkan hasil
evaluasi dan diskusi mengenai alternatif-alternatif
pemeranan.mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut,
demikian halnya dengan para pelakunya. Perubahan ini
memungkinkan adanya perkembangan baru dalam
memecahkan masalah.
h) Diskusi dan evaluasi tahap dua
Diskusi dan evalusai pada tahap ini sama seperti pada tahap
enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan
39
ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin lebih
jelas. Para peserta didik menyetujui cara tertentu untuk
memecahkan masalah, meskipun dimungkinkan adanya peserta
didik yang belum meneyetujuinya. Kesepakatan bulat tidak
perlu dicapai karena tidak ada cara yang pasti dalam
mengahadapi masalah kehidupan.
i) Membagi pengalaman dan pengambilan kesimpulan
Tahap ini tidak harus menghasilkan generalisasi secara
langsung karena tujuan utama bermain peran adalah membantu
peserta didik untuk memperoleh pengalaman-pengalaman
berharga dalam hidupnya melalui interaksional dengan teman-
temannya.
Keberhasilan bermain peran bergantung pada kemampuan
dalam mengungkapkan pengalaman pribadi peserta didik.
Disamping terdapat aneka ragam pengalaman, dalam hal
tertentu dimungkinkan ada kesamaan pengalaman diantara
peserta didik. Berdasarkan kesamaan pengalaman ini ditarik
suatu generalisasi.
Melalui bermain peran para peserta didik dapat berlatih
untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Kelas dapat
diibaratkan sebagai suatu kehidupan sosial tempat para peserta
didik belajar mengemukakan pendapat dan menghargai
pendapat orang lain (Mulyasa, 2014:115-118).
40
3) Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat
semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh
hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar
semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal,
pembelajaran harus dilaksanakan secara sistematis. Kesistematisan
akan tercermin dari setrategi pembelajaran yang dilaksanakan,
terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar,
melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap
peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun setrategi belajar tuntas dapat dibedakan dari
pengajaran non belajar tuntas terutama dalam hal-hal berikut:
a) Pelaksanan tes secara teratur untuk memperoleh balikan
terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk
mendiagnosis kemajuan (diagnostic progress test).
b) Peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran
berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan
pelajaran sebelumnya sesuai patokan yang ditetapkan.
c) Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap anak didik
yang gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui
pengajaran korektif, yang menurut Morrison merupakan
pengajaran kembali, pengajaran tutorial, rekonstruksi
kegiatan belajar dan pengajaran kemballi kebiasaan-
41
kebiasaan belajar peserta didik sesuai waktu yang
diperlukan masing-masing.
Strategi belajar mencakup tiga tahapan, yaitu
mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur
operasional dan hasil belajar. Selanjutnya diimplementasikan
dalam pembelajaran klasikal dengan memberikan “bumbu” untuk
menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi:
a) Corrective Technique. Semacam pengajaran remidial yang
dilakukan dengan memberikan pengajaran terhadap tujuan
yang gagal dicapai oleh peserta didik, dengan prosedur dan
metode yang berbeda dari sebelumnya.
b) Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang
membutuhkan (belum menguasai bahan secara tuntas).
4) Pembelajaran Partisipatif
Menurut Mulyasa (2014: 124), ia mendefinisikan
pembelajaran partisipatif sebagai berikut.
“Pembelajaran partisiptif sering diartikan sebagai
keterlibatan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pembelajaran. Indikator pembelajaran
partisipatif antara lain dapat dilihat dari: keterlibatan
emosional dan mental peserta didik, kesediaan peserta didik
untuk memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan, dan
dalam pembelajaran terdapat hal yang menguntungkan
peserta didik.”
Pembelajaran partisipatif dapat dikembangkan dengan
prosedur sebagai berikut:
42
a) Meciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar.
b) Membantu peserta didik membentuk kelompok, agar dapat
saling belajar dan membelajarkan.
c) Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan
kebutuhan belajarnya.
d) Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.
e) Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman
belajar.
f) Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
g) Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap
proses dan hasil belajar.
Dari prosedur yang telah dikemukakan diatas peserta didik
diharapkan memiliki semangat yang tinggi untuk ikut serta dalam
pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dan hasil belajar
tercapai.
5. Model-Model Pembelajaran Kurikulum 2013
Berdasarkan permendikbud nomor 65 Tahun 2013 sebagaimana
yang dikutip oleh Mulyasa (2016: 142-146) tentang standar proses,
model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi kurikulum
2013 adalah model pembelajaran inkuiri (inquiry based learning), model
pembelajaran diskoveri (discovery learning), model pembelajaran
berbasis proyek (project based learning), dan model pembelajaran
berbasis permasalahan (problem based learning).
43
1) Inquiry Learning
Inquiry learning merupakan model pembelajaran yang biasa
digunakan dalam pembelajaran matematika. Meskipun demikian
mata pelajaran lain pun dapat menggunakan model tersebut asal
sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar dan materi yang
dipelajari. Langkah-langkah model pembelajaran ikuiri adalah
sebagai berikut:
a. Mengobservasi berbagai fenomena alam. Kegiatan ini
memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana
mengamati berbagai fakta dan fenomena dalam mata pelajaran
tertentu.
b. Menanyakan fenomena yang dihadapi. Tahapan ini melatih
peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan
menanya baik terhadap guru, teman dan sumber lain.
c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahap ini
peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran
terhadap kemungkinan jawaban dan pertanyaan yang diajukan.
d. Mengumpulkan data terkait dengan dugaan atau pertanyaan yang
diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat
memprediksi dugaan yang paling tepat sebagai dasar untuk
merumuskan kesimpulan.
44
e. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah
dioalah dan dianalisis, sehingga peserta didik dapat
mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
2) Discovery Learning
Discovery Learning merupakan model pembelajaran untuk
menemukan sesuatu yang bermakna dalam pembelajaran yang
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.
a. Stimulus (stimulation). Pada kegiatan ini guru memberikan
stimulant, dapat berupa bacaan, gambar, dan cerita sesuai dengan
materi pembelajaran yang akan dibahas, sehingga peserta didik
mendapat pengalaman belajar melalui kegiatan membaca
mengamati situasi atau melihat gambar.
b. Identifikasi masalah. Pada tahap ini peserta didik diharuskan
menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi dalam
pembelajaran, mereka diberikan pengalaman untuk menanya,
mengamati, mencari informasi dan mencoba merumuskan
masalah.
c. Pengumpulan data. Pada tahap ini peserta didik diberikan
pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang
dapat digunakan untuk menemukan alternatif pemecahan masalah
yang dihadapi. Kegitan ini juga melatih ketelitian, akurasi, dan
kejujuran serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau
merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah.
45
d. Pengolahan data (data processing). Kegiatan mengolah data akan
melatih peserta didik untuk mencoba dan mengeksplorasi
kemampuan konseptual untuk diaplikasikan pada kehidupan
nyata, sehingga kegiatan ini juga melatih keterampilan berfikir
logis dan aplikatif.
e. Verifikasi. Tahap ini mengarahkan peserta didik untuk
mengecekan kebenaran dan keabsahan hasil pengolahan data,
melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada temen,
berdiskusi dan mencari berbagai sumber yang relevan, serta
mengasosiasikannya, sehingga menjadi suatu kesimpulan.
f. Generalisasi, pada kegiatan ini peserta didik di giring untuk
menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau
permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat
melatih pengetahuan metakognisi pesrta didik.
3) Problem Based Learning
Problem based learning merupakan model pembelajaran yang
bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai
permaslahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, dihubungkan dengan
pengetahuan yang dipelajarinya, problem based learning dapat
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini dilakukan
untuk memfokuskan peserta didik (mengamati) masalah yang
menjadi objek pembelajaran.
46
b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian
pembelajaran merupakan salah satu kegiatan agar peserta didik
menyampaikan berbagai pertanyaan (menanya) terhadap masalah
yang disajikan.
c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini
peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh
data dalam rangka menjawab atas menyelesaikan masalah yang
dikaji.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik
menghubungkan data yang ditemukan dari percobaan dengan
berbagai data lain dari berbagai sumber (mengomunikasikan).
e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta
didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya
dianalisis dan dievaluasi (menalar).
Berikut adalah beberapa contoh masalah nyata yang dapat
digunakan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah.
Amir akan melakukan kewajiban ibadah shalat tapi amir tidak
menemukan air untuk berwudhu, sementara waktu shalat telah
tiba. Bagaimanakah menyelesaikan masalah tersenbut?
4) Project Based Learning
Project based learning merupakan model pembelajaran yang
bertujuan untuk memfokuskan peserta didik pada permasalahan
kompleks yang diperlukan dalam melakukan investigasi dan memahami
47
pembelajaran melalui investigasi. Langkah pembelajaran dalam project
based learning adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai
langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap
pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
b. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab
pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa
melalui percobaan.
c. Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek.
Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai
dengaan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.
d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan
monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek yang
sedang dikerjakaan.
e. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan
dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
f. Mengevaluasi kegiatan. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi
kegiatan sebagai bahan perbaikan untuk melakukan tugas proyek
pada masa yang akan datang.
6. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013
Perkembangan kurikulum di Indonesia sudaha berjalan cukup
Panjang, mulia dari kurikulum paska kemerdekaan hingga kurikulum
48
2006 yang berlaku sampai akhir tahun 2012 lalu. Kemudian di ganti atau
disempurnakan dengan adanya kurikulum 2013.
Menurut Kurinasih & Sani (2014: 39), menyebutkan bahwa
pergantian kurikulum tersebut sangat bertujuan baik, terlepas ada
kepentingan yang menungganginya, dan semua tujuan itu tidak lepas dari
meningkatkan proses pembleajaran serta rancangan pembelajaran yang
ada di sekolah.
Berkaitan dengan hal ini Kurinasih dan Sani (2014: 40)
memaparkan keunggulan dan kekurangan kurikulum 2013 sebagai
berikut.
a. Kelebihan Kurikulum 2013
1. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap
pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.
2. Adanya penilaian dari semua aspek, penentuan nilai bagi siswa
bukan hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari
nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain.
3. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional.
4. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang
telah diintegrasikan kedalam semua program studi.
5. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik
domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
49
6. Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat
tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial .
7. Standard penilaian mengarahkan pada penilaian berbaasis
kompetensi seperti sikap, keterampilan dan pengetahuan secara
proposional.
8. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.
9. Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci
karena pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum
sampai buku teks dan pedoman pembahasan sudah tersedia.
10. Sifat pembelajaran sangat kontekstual.
11. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan
kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal.
b. Kelemahan kurikulum 2013
1. Guru banyak salah kaprah, karena menganggap bahwa kurikulum
2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa kelas,
padahal banyak mata peajaran yang harus tetap ada penejelasan
dari guru.
2. Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan
kurikulum 2013 ini. Karena kurikulum ini menuntut guru lebih
kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit para guru yang seperti
itu, sehingga membutuhkan waktu yang Panjang agar bisa
membuka cakrawala berfikir guru.
3. Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan saintifik
50
4. Kurangnya keterampilan guru merancang RPP.
5. Guru masih banyak yang belum menguasai penilaian autentik.
6. Tugas menganalisis SKL, KI, KD, buku siswa dan buku guru
belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru
yang hanya menjadi plagiat dalam kasus ini.
7. Terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai siswa sehingga
tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi
persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran
yang diampu.
8. Beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat, sehingga
waktu belajar di sekolah terlalu lama.
7. Perbedaan Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 juli
2013, dan kurikulum ini sudah dilaksanakan pada tahun pelajaran
2013/2014 pada sekolah tertentu saja. Menurut Kurinasih & Sani
perubahan kurikulum, tentu saja menghadirkan beberapa perbedaan
dengan yang lama, berikut ini adalah perbedaann kurikulm 2013 dan
KTSP.
51
Tabel 2.1
Perbedaan Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 KTSP
1. SKL (Standard Kompetensi
Lulusan) ditentukan terlebih dahulu,
melalui Permendikbud No 54 Tahun
2013. Setelah itu baru ditentukan
Standard Isi, yang berbentuk
Kerangka Dasar Kurikulum, yang
dituangkan di dalam Permendikbud
No 67, 68, 69 dan 70 tahun 2013
Standard Isi ditentukan terlebih dahulu
melalui Permendiknas No 22 Tahun
2006. Setelah itu ditentukan SKL
(standard Kompetensi Lulusan) melalui
Permendiknas No 23 Tahun 2006
2 Aspek kompetensi lulusan ada
keseimbangan soft skills dan hard
skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan dan
pengetahuan.
Lebih menekankan pada aspek
pengetahuan.
3. Dijenjang SD Tematik Terpadu
untuk kelas I-IV.
Dijenjang SD Tematik Terpadu unntuk
kelas I-III.
4. Jumlah jam pelajaran per minggu
lebih banyak dan jumlah mata
pelajaran lebih sedikit dibanding
KTSP.
Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan
jumlah mata pelajaran lebih banyak
dibanding kurikulum 2013.
52
5. Proses pembelajaran setiap tema di
jenjang SD dan semua mata
pelajaran jenjang SMP/SMA/SMK
dilakukan dengan pendekatan
ilmiah, yaitu standard proses dalam
pembelajaran terdiri dari
Mengamati, Menanya, Mengolah,
Menyajikan, Menyimpulkan, dan
Mencipta.
Standard proses dalam pembelajaran
terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi.
6. TIK (Teknologi Informasi
Komunikasi) bukan sebagai mata
pelajaran, melainkan sebagai media
pembelajaran.
TIK (Teknologi Informasi Komunikasi)
sebagai mata pelajaran.
7. Standard penilaian menggunakan
penilaian otentik, yaitu
menggunakan semua kompetensi
sikap,keterampilan dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil.
Penilaian lebih dominan pada aspek
pengetahuan.
8. Pramuka menjadi ekstrakurikuler
wajib.
Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib.
9. Permintaan (Penjurusan) mulai
kelas X untuk jenjang SMA/MA.
Penjurusan mulai kelas XI.
53
10. BK lebih menekankan
mengembangkan potensi siswa.
BK lebih pada menyelesaikan masalah
siswa.
8. Pengembangan Bahan Ajar dalam Implementasi Kurikulum 2013
a. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar Kurikulum 2013
1) Sesuai Tahapan Saintifik
Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi bahwa
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran di dalamnya mencakup
komponen; mengamati, menanya, mencoba, mengolah
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta (Kurinasih dan Sani,
2014: 141).
a) Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki
keunggulan tertentu, seperti menyajikann media objek secara
nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati membutuhkan
persiapan yang matang dan lama, biaya dan tenaga relatif banyak,
dan jika terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan
pembelajaran.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dapat dilakukan
dengan membutuhkan langkah-langkah sebagai berikut ini:
1. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
54
2. Membutuhkan pedoman observasi sesuai dengan lingkup
objek yang akan diobservasi
3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu
diobservasi, baik primer maupun sekunder
4. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
5. Menentukan secara jelas bagaiamana observasi akan
dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah
dan lancar
6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil
observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera,
tape recorder, video perekam dan lat-alat tulis lainnya.
Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran
meniscayakan keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam
kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta
didik dalam observasi tersebut.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan
peserta didik selama observasi pembelajaran disajikan sebagai
berikut:
1. Cermat, objektif dan jujur serta terfokus pada objek yang
diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.
2. Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas
subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin
banyak dan hiterogenitas subjek, objek atau situasi yang
55
diobservasi, makin sulit kegiatan observasi itu dilakukan.
Sebelum observasi dilaksanakan, guru dan peserta didik
sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan
prosedur pengamatan.
3. Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak
dicatat, direkam dan sejenisnya serta bagaimana membuat
catatan atas perolehan observasi.
b) Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik
untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap,
keterampilan dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada
saat itu pula dia membimbing atau mamandu peserta didiknya
belajar dengan baik, ketika guru menjawab pertanyaan peserta
didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk
menjadi penyimak dan pembelajaran yang baik.
c) Menalar
Istilah menalar merupakan padanan dari associating, istilah
asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan
mengelompokan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan
memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak,
pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain.
Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak
56
berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang
sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.
d) Mencoba
Untuk mencapai hasil belajar yang nyata dan otentik,
peserta didik, terutama untuk mencari materi atau subtansi yang
sesuai. Pada mata palajaran IPA misalnya, peserta harus
memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Peserta didikpun harus memiliki keterampilan proses
untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta
mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan dengan lancar
maka:
1. Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang
akan dilaksanakan murid
2. Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang
dipergunakan
3. Perlu diperhitungkan tempat dan waktu
4. Guru menyediakaan kertas kerja untuk pengeraha
kegiatan murid
5. Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan
eksperimen
6. Membagi kertas kerja pada murid
57
7. Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru
8. Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan
mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara
klasikal.
2) KD dari KI 1,2,3, dan 4 di Integrasikan Pada Satu Unit
Kompetensi inti merupakan terjemahan atau
operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki
mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran
mengenai kompetensi utama yang dikelompokan dalam aspek
sikap, pengetahuan dan keterampilan (afektif, kognitif dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi
(organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur
pengorganisasi, kompetensi inti merupakan pengikat untuk
organisasi vertikal dan organisasi horizontal kompetensi dasar.
Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan antara
komptensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas atau
jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu
terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antar konten
yang dipelajari siswa.
58
Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten
kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan konten kompetensi
dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan
mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling
memperkuat.
Komptensi inti dirancang dalam empat kelompok yang
saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan
(kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan
(kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti
4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari kompetensi dasar
dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran
secara integratif.
Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan
sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching)
yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan
(kompetensi inti kelompok 3) dan penerapan pengetahuan
(kompetensi inti kelompok 4).
Dengan semua itu, maka sebuah bahan ajar sedapat
mungkin disusun dengan KD dari KI 1, 2, 3, dan 4 diintegrasikan
pada satu unit. Pada prinsipnya, sebuah tema pelajaran adalah
satu unit organisasi kompetensi dasar yang terkecil, dan untuk
kurikulum SD dan sekolah menengah organisasi kompetensi
59
dasar kurikulum dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi
(integrated curriculum).
Berdasarkan pendekatan ini maka terjadi pengorganisasian
kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran dimana konten
setiap tema yang dibicarakan pada mata pelajaran ini berada pada
satu unit. Dengan pendekatan ini maka struktur tema yang
dibicarakan akan menjadi lebih padat dan lebih sederhana
sehingga peserta didik lebih mudah dalam memahaminya.
3) Gambar, Perkataan, Kutipan Menumbuhkan Sikap Positif
Di dalam kurikulum 2013, buku pegangan siswa terdapat
beberapa ornament yang dapat mencuri perhatian siswa pada
maksud yang akan dituju dari materi yang akan disampaikan.
Ornament yang dimaksud bisa berupa gambar yang
membuat siswa berfikir dan menelaah, inti pelajaran tersebut.
Karena kadang gambar bisa mewakili seribu kata, karena
mengungkapkan isi atau makna sesuatu tidak harus selalu dengan
kata-kata atau bicara, gambarpun dapat mewakili hal itu.
Ornament lain yang dapat juga ditambahkan pada setiap
permulaan bahan ajar adalah perkataan atau kutipan-kutipan yang
memiliki korelasi yang jelas dengan tema yang dibahas. Dengan
kutipan tersebut, maka ada sebuah kata kunci yang selalu bisa
diingat oleh murid, sehingga setiap bahan yang disampaikan
menjadi lekat diingatan mereka. Akan tetapi harus diingat,
60
pastikanlah, gambar, kutipan atau perkataan tersebut tidak
menimbulkan interpretasi yang menyimpang atau berbagai sara
atau deskriminasi terhadap subjek tertentu.
4) Menumbuhkan Rasa Ingin Tahu Siswa dan Keaktifan Siswa
Bahan ajar pada kurikulum harus memuat hal-hal yang
dapat mamancing rasa ingin tahu siswa, berikut adalah beberapa
cara yang dapat dilakukan:
a) Menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik atau
memancing imajinasi
Orang yang merasa sudah tahu atau seorang murid
mudah bilang orang “sok tau”, tentu dia merasa bahwa
dirinya sudah tahu ketika seorang guru hendak
menyampaikan sebuah informasim sehingga dia akan merasa
malas untuk menyimak guru yang sedang menyampaikan
informasi tersebut.
Dampak hal ini bisa saja sang murid tidak akan paham,
atau karena anak merasa sudah tahu maka dia juga menjadi
enggan untuk mengikuti atau sekedar bertanya, maka untuk
menumbuhkan rasa ingin tahu bahan ajar bisa menggunakan
pertanyaan.
Dan ketika seseorang sudah disodorkan pertanyaan dan
kemudian dia tidak bisa menjawabnya, maka secara otomatis
dia jadi ingin tahu tentang informasi tersebut.
61
b) Menunjukan bahwa pengetahuan itu menarik dan penting
Mereka yang kurang tertarik pada pengetahuan akan
cenderung merasa tidak ingin tahu atau paham, dan mereka
berfikir pengetahuan itu tidak penting dan tentu saja akan
mengabaikannya.
Maka dari itu, cara untuk menumbuhkan rasa ingin tahu
pada murid-murid adalah dengan cara menunjukan pada
mereka bahwa pengetahuan itu menarik dan sangatlah penting
untuk diketahui.
b. Langkah Penyusunan Bahan Ajar
Kurinasih dan Sani (2014: 155) menyebutkan bahwa ada
beberapa langkah yang penting harus dilakukan untuk menyusun
bahan ajar yang lebih memenuhi maksud dari kurikulum 2013,
diantaranya:
1) Membaca dan menganalisis KD dari berbagai KI satu tahun
2) Menganalisis materi yang telah disampaikan sehingga
mengetahui seberapa tinggi tingkat pemahaman siswa pada bahan
tersebut. Hal ini bisa dilakukan, misalnya 2 x 16 pekan efektif =
32. Kemudian bisa juga dengan membuat rangkaian KD dari KI
1,2,3, dan 4.
3) Melakukan pemetaan dan kemudian menyusun urutan bahan ajar
dengan sistematika yang benar seperti:
62
a) Pendahuluan
b) Mengamati kasus atau testimoni perilaku materi tertentu
c) Mendorong pertanyaan apa, mengapa, bagaimana.
d) Menggali informasi (meminta siswa membaca pengetahuan
tentang materi atau bahan ajar tertentu)
e) Menalar atau mendiskusikan tentang apa bedanya, fungsinya,
dampaknya dan lain sebagainya dari maateri yang ada.
f) Menyajikan cerita
g) Merefleksi
h) Merenungkan
i) Mengomentari kasus (penerimaan dan penghargaan)
j) Ayo bertindak (mencoba berbuat)
k) Mempraktikan perilaku (rencana aksi) di rumah, di sekolah,
di masyarakat dan di negara.
l) Penutup
m) Merangkum atau membuat konsep
n) Penilaian pencapaian pengetahuan
o) Tugas membuat portofolio (laporan tertulis)
9. Konsep Penilaian Kelas dan Penilaian Pencapaian Kompetensi Sikap
a. Prinsip-Prinsip Penilaian Kurikulum 2013
1) Objektif berarti penilaian berbasis pada standard dan tidak
dipengaruhi oleh faktor subjektivitas penilaian
63
2) Terpadu berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara
terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan
berkesinambungan.
3) Ekonomis berarti penilaian yang efektif dan efisien dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.
4) Transparan (terbuka) berarti prosedur penilaian, kriteria
penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat di akses oleh
semua pihak.
5) Akuntabel berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada
pihak internal sekolah maupun ekternal untuk aspek teknik,
prosedur, dan hasilnya.
6) Edukatif berarti dapat mendidik dan memotivasi peserta didik dan
guru.
Selain keenam prinsip tersebut, terdapat prinsip penilaian yang
lain sebagaimana tercantum dalam Permendikbud no. 81A tahun
2013, sebagai berikut:
1) Sahih berarti penilaian diambil dari data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur
2) Adil berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan
peserta didik
3) Menyeluruh dan berkesinambungan berarti penilaian oleh
pendidik mencakup semua aspek kompetensi
64
4) Sistematis berarti penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang berlaku
5) Beracuan kriteria berarti penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan
b. Teknik Penilaian Kelas
Kurinasih & Sani (2014: 61-65) menjelaskan bahwa penilaian
kelas dilakukan dalam berbagai teknik untuk semua kompetensi dasar
yang dikategorikan dalam tiga aspek, yaitu sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
1) Sikap
Aspek sikap dapat dinilai dengan cara sebagai berikut:
a) Observasi
Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format
observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati. Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun di luar
pembelajaran.
b) Penilaian Diri
Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya
dalam kontek pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan menggunakan lembar penilaian diri.
65
c) Penilaian antar teman
Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku
keseharian peserta didik. Instrument yang digunakan berupa
lembar penilaian antar peserta didik.
d) Jurnal
Merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas
yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan
kelamahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan
perilaku. Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yang
berkesinambungan dari hasil observasi.
2) Pengetahuan
Aspek pengetahuan dapat dinilai dengan cara berikut:
a) Tes Tulis
Adalah tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa pilihan
ganda, isian, benar-salah, menjodohkan dan uraian.
b) Tes Lisan
Berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara
lisan sehingga peserta didik merespon pertanyaan tersebut
secara lisan juga, sehingga menimbulkan keberanian. Jawaban
dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf yang
diucapkan.
66
3) Keterampilan
Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara berikut:
a) Performance atau Kinerja
Adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk
melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.
Misalnya tugas memainkan musik, menggunakan mikroskop,
menyanyi, bermain peran dan menari.
b) Produk
Adalah penilaian terhadap kemampuan peserta didik di
dalam membuat produk teknologi dan seni (3 dimensi).
Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir, namun
juga proses pembuatannya. Pengembangan produk meliputi
tiga tahap dan dalam setiap tahap perlu diadakan penilaian
yaitu:
1. Tahap persiapan atau perencanaan meliputi penilaian
terhadap kemampuan siswa dalam merencanakan,
menggali, mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
2. Tahap pembuatan meliputi penilaian terhadap kemampuan
siswa dalam menyeleksi dan menggunakan bahan dan alat
serta dalam menentukan Teknik yang tepat.
67
3. Tahap penilaian (appraisal) meliputi penilaian terhadap
kemampuan siswa membuat produk sesuai dengan
keguanaannya.
Contoh membuat meja, membuat kincir angin, membuat
kartu nama, membuat kotak kue, merangkai bunga.
c) Proyek
Adalah penilaian terhadap tugas yang mengandung
investigasi dan harus diselesaikan dalam periode/waktu
tertentu. Tugas tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan. Proyek juga akan memberikan informasi tentang
pemahaman dan pengetahuan siswa pada pembelajaran
tertentu, kemampuan siswa dalam mengaplikasikan
pengetahuan, dan kemampuan siswa untuk mengomunikasikan
informasi. Penilaian proyek sangat dianjurkan karena
membantu mengembangkan keterampilan berpikir tinggi
(berpikir kritis, pemecahan masalah, berpikir kreatif) peserta
didik. Misalnya membuat laporan pemanfaatan energi di dalam
kehidupan, membuat laporan hasil pengamatan pertumbuhan
tanaman.
d) Portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian melalui sekumpulan
karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan
terorganisasi yang dilakukan selama kurun waktu tertentu.
68
Portofolio digunakan oleh guru dan peserta didik untuk
memantau secara terus menerus perkembangan pengetahuan
dan keterampilan peserta didik dalam bidang tertentu. Dengan
demikian penilaian portofolio memberikan gambaran secara
menyeluruh tentang proses dan pencapaian hasil belajar peserta
didik.
Agar penilaian portofolio berjalan efektif guru beserta
peserta didik perlu menentukan beberapa hal yang harus
dilakukan dalam menggunakan portofolio sebagai berikut:
1. Masing-masing peserta didik memiliki portofolio sendiri
yang di dalamnya memuat pembelajaran.
2. Menentukan hasil kerja apa yang perlu
dikumpulkan/disimpan.
3. Sewaktu-waktu peserta didik diharuskan membaca catatan
guru yang berisi komentar, masukan dan tindakan lebih
lanjut yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka
memperbaiki hasil kerja dan sikap.
4. Peserta didik dengan kesadaran sendiri menindaklanjuti
catatan guru.
5. Catatan guru dan perbaikan hasil kerja yang dilakukan
peserta didik perlu diberi tanggal, sehingga perkembangan
kemajuan belajar peserta didik dapat terlihat.
69
c. Penilaian Pencapaian Kompetensi Sikap
1) Pengertian dan Cakupan Penilaian Sikap
Sikap merupakan sebuah ekspresi dari nilai-nilai atau
pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap dapat dibentuk,
sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan
(Kurinasih & Sani, 2014: 65-66).
Pada kurikulum 2013 membagi kompetesi sikap menjadi
dua yaitu:
a) Sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik
yang beriman dan bertakwa.
b) Sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik
yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung
jawab.
Tabel 2.2
Cakupan Penilaian Sikap
Penilaian sikap
spiritual
Menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianut
Penilaian sikap
sosial
1. Jujur
2. Disiplin
3. Toleransi
4. Tanggung jawab
5. Gotong royong
6. Santun
7. Percaya diri
70
2) Perumusan Indikator dan Contoh Indikator
Acuan penilaian adalah indikator, karena indikator
merupakan tanda tercapainya suatu kompetensi. Indikator harus
terukur. Dalam konteks penilaian sikap, indikator merupakan
tanda-tanda yang dimunculkan oleh peserta didik, yang dapat
diamati atau diobservasi oleh guru sebagai representasi dari sikap
yang dinilai.
d. Petunjuk Teknis Pengelolaan Penilaian
Penilaian setiap mata pelajaran meliputi kompetensi
pengetahuan, kompotensi keterampilan, dan kompetensi sikap.
Kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan
menggunakan skala 1-4 (kelipatan 0.33), yang dapat dikonversi ke
dalam predikat A-D sedangkan kompetensi sikap menggunakan
skala sangat baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K), seperti
tabel dibawah ini:
71
Tabel 2.3
Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap
PREDIKAT
NILAI KOMPETENSI
PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP
A 4 4
SB A- 3,66 3,66
B+ 3,33 3,33
B B 3 3
B- 2,66 2,66
C+ 2,33 2,33
C C 2 2
C- 1,66 1,66
D+ 1,33 1,33
K D 1 1
Penilaian yang dilakukan untuk mengisi laporan pencapaian
kompetensi ada 3 macam yaitu:
1) Penilaian Kompetensi Pengetahuan
a. Penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan oleh guru mata
pelajaran (pendidik).
b. Penilaian pengetahuan terdiri atas:
1) nilai harian (NH)
2) nilai ulangan tengah semester (UTS)
72
3) nilai akhir semester (UAS)
c. Nilai harian (NH) diperoleh dari hasil ulangan harian yang
terdiri dari: tes tertulis, tes lisan dan penugasan yang
dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran satu kompetensi
dasar (KD).
d. Nilai ulangan tengah semester (NUTS) diperoleh dari hasil tes
tertulis yang dilaksanakan pada tengah semester. Materi
ulangan tegah semester mencakup seluruh kompetensi yang
telah di belajarkan sampai dengan saat pelaksanaan UTS.
e. Nilai ulangan akhir (NUAS) diperoleh dari hasil tes tulis yang
dilaksanakan di akhir semester. Materi UAS mencakup
seluruh kompetensi pada semester tersebut.
f. Penghitungan nilai pengetahuan diperoleh dari rata-rata nilai
proses (NP), ulangan tengah semester (UTS), ulangan akhir
semester (UAS) /ulangan kenaikan kelas (UKK) yang
bobotnya ditentukan oleh satuan pendidikan.
g. Penilaian kompetensi pengetahuan dapat menggunakan
rentang nilai seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.4
Rentang Nilai Kompetensi Pengetahuan
No Nilai Predikat
1 0,00 < Nilai < 1,00 D
2 1,00 < Nilai < 1,33 D+
73
3 1,33 < Nilai < 1,66 C-
4 1,66 < Nilai < 2,00 C
5 2,00 < Nilai < 2,33 C+
6 2,33 < Nilai < 2,66 B-
7 2,66 < Nilai < 3,00 B
8 3,00 < Nilai < 3,33 B+
9 3,33 < Nilai < 3,66 A-
10 3,66 < Nilai < 4,00 A
h. Penghitungan nilai pengetahuan dengan cara:
1) Menggunakan nilai s/d 100
2) Menetapkan Pembobotan Dan Rumus
3) Penetapan Bobot Nilai dilakukan oleh ditetapkan oleh
satuan pendidikan dengan mempertimbangkan
karakteristik sekolah peserta didik
4) Nilai harian disarankan untuk diberi bobot lebih besar dari
pada UTS dan UAS karena lebih mencerminkan
perkembangan pencapaian kompetensi peserta didik.
5) Rumus :
Jumlah Nilai (NH, NUTS, NUAS) X 4
Jumlah nilai maksimal
6) Contoh: pembobotan 2:1:1 untuk NH: NUTS: NUAS
(jumlah perbandingan pembobotan = 4
74
Siswa A memperoleh nilai pada mata pelajaran agama dan
budi pekerti sebagai berikut:
NH = 70
NUTS = 60
NUAS = 80
Nilai Rapor = (2x70) + (1x60) + (1x80) : 4
= (140+60+80) : 4
=280 : 4
Nilai Rapor = 70
Nilai Konversi = (70 : 100) x 4 = 2,8 = Baik
Deskripsi = sudah menguasai seluruh kompetensi
dengan baik namu nn masih perlu peningkatan dalam …..
(dilihat dari Nilai Harian yang kurang baik atau
pengamatan dalam proses penilaian proses).
2) Penilaian Keterampilan
a. Penilaian keterampilan dilakukan oleh guru mata pelajaran
(pendidik).
b. Penilaian keterampilan diperoleh melalui penilaian kerja yang
terdiri atas:
1) Nilai Praktik
2) Nilai Portofolio
3) Nilai Proyek
75
c. Penilaian keterampilan dilakukan pada setiap akhir
menyelesaikan satu KD.
d. Penentuan Nilai untuk kompetensi keterampilan
menggunakan rentang nilai sperti penilaian pengetahuan.
e. Penghitungan Nilai Kompetensi keterampilan adalah dengan
cara:
1) Menetapkan pembobotan dan rumus penghitungan.
2) Menggunakan skal nilai 0 s/d 100
7) Pembobotan ditetapkan oleh satuan pendidikan dengan
mempertimbangkan karakteristik sekolah dan peserta
didik.
8) Nilai Praktik disarankan diberi bobot lebih besar dari pada
nilai portofolio dan proyek karena lebih mencerminkan
proses perkembangan pencapaian kompetensi peserta
didik.
9) Rumus:
Jumlah Nilai (Praktik, portofolio, proyek) x 4
Jumlah nilai maksimal
10) Contoh penghitungan
Pembobotan 2:1:1 untuk Nilai Praktik : Nilai Portofolio :
Nilai Proyek (jumlah perbandingan pembobotan = 4
Siswa A memperoleh nilai pada Mata Pelajaran Agama
dan Budi pekerti sebagai berikut:
76
Nilai Praktik = 80
Nilai Portofolio = 75
Nilai Proyek = 80
Nilai Rapor = (2x800 + (1x75) + (1x80) X 4
400
= (160 + 75 + 80) X 4
400
Nilai Rapor = (315:400) X 4
Nilai Konversi = 3,15 = B+
Deskripsi = sudah baik dalam mengerjakan
praktik dan proyek, namun masih perlu ditingkatkan
kedisiplinan merapikan tugas-tugas dalam satu portofolio.
3) Penilaian Sikap
a. Penilaian sikap (spiritual dan sosial ) dilakukan oleh guru
mata pelajaran (pendidik).
b. Peneilaian sikap diperoleh mengguakan instrument:
1) Penilaian observasi
2) Peniaian diri sendiri
3) Penilaian antar peserta didik
4) Jurnal catatan guru
c. Nilai observasi diperoleh dari hasil pengamatan terhadap
proses sikap tertentu pada sepanjang proses pembelajaran satu
kompetensi dasar (KD).
77
d. Untuk penilaian KI-1 dan KI-2 (sikap spiritual dan sosial)
menggunakan nilai kualitatif seperti pada tabel di bawah
berikut:
Tabel 2.5
Rentang Nilai Kompetensi sikap
No Nilai Predikat Nilai Sikap
1 0,00 < Nilai < 1,00 D KURANG
2 1,00 < Nilai < 1,33 D+ KURANG
3 1,33 < Nilai < 1,66 C- CUKUP
4 1,66 < Nilai < 2,00 C CUKUP
5 2,00 < Nilai ¸2,33 C+ CUKUP
6 2,33 < Nilai < 2,66 B- BAIK
7 2,66 < Nilai < 3,00 B BAIK
8 3,00 < Nilai < 3,33 B+ BAIK
9 3,33 < Nilai < 3,66 A- SANGAT BAIK
10 3,66 < Nilai < 4,00 A SANGAT BAIK
e. Penghitungan Nilai Sikap adalah dengan cara :
1) Menentukan skala penilaian sikap dibuat dengan rentang
antara 1-4, contoh:
1. = sangat baik;
2. = kurang konsisten
3. = mulai konsisten
78
4. = konsisten
2) Menetapkan pembobotan dan rumus penghitungan.
3) Pembobotan ditentukan oleh satuan pendidikan dengan
mempertimbangkan karakteristik sekolah dan peserta
didik.
4) Nilai Proses atau Nilai Observasi disarakan diberi bobot
lebih besar daripada Penilaian Diri Sendiri, Nilai
Antarteman, dan Nilai Jurnal Guru karena lebih
mencerminkan proses perkembangan perilaku peserta
didik yang otentik.
5) Contoh: pembobotan 2:1:1:1 untuk Nilai Observasi : Nilai
Penilaian Sendiri : Nilai Anterteman : Nilai Jurnal Guru
(jumlah perbandingan pembobotan = 5.
6) Rumus penghitungan
Jumlah nilai (Observasi, Diri sendiri, Antarteman, Jurnal)
------------------------------------------------------------------------------X 4
Jumlah Nilai maksimal
Siswa A dalam mata pelajaran Agama dan Budi pekerti
memperoleh :
Nilai Observasi = 4
Nilai Diri Sendiri = 3
Nilai Antarteman = 3
Nilai Jurnal = 4
79
Nilai Rapor = (2x4) + (1x3) + (1x3) + (1x4) : 20
x 4
= (18:20) x 4 = 3,6
Nilai Konversi = 3.6 = Sangat Baik
Deskripsi = memiliki sikap Sangat Baik
selama dalam proses pembelajaran.
4) KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
a. KKM ditentukan oleh satuan pendidikan dengan
mempertimbangkan : karakteristik kompetensi dasar, daya
dukung, dan karakteristik peserta didik.
b. KKM tidak dicantumkan dalam buku pencapaian kompetensi,
melainkan pada buku penilaian guru.
c. Peserta didik yang sudah mencapai atau melampaui KKM,
diberi program pengayaan.
d. Keterangan ketuntasan :
1) Kompetensi pengetahuan dan keterampilan dinyatakan
tuntas apabila mencapai nilai 2,66.
2) Kompetensi siap spirituak dan sosial dinyatakan tuntas
apabila mencapai nilai baik.
e. Implikasi dari ketuntasan belajar tersebut adalah sebagai
berikut :
80
1) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4 : diberikan remidial
individual sesuai dengan kebutuhan kepada peserta didik
yang memperoleh nilai kurang dari 2,66;
2) Untuk KD pada KI-2 dan KI-4: diberikan kesempatan
untuk melanjutkan ke KD berikutya kepada peserta didik
yang memperoleh nilai 2,66 atau lebih dari 2,33 dan
3) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diadakan remedial
klasikal sesuai dengan kebutuhan apabila lebih dari 75%
peserta didik memperoleh nilai kurang 2,66.
4) Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, pembinaan terhadap
peserta didik yang secara umum profil sikapnya belum
berkategori baik dilakukan secara holistik (paling tidak
oleh guru matapelajaran, guru BK, dan orang tua).
f. Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas apabila terdapat
minimal salah satu kompetensi dari tiga mata pelajaran tidak
tuntas.
81
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Pendekatan ini merupakan suatu proses pengumpulan data
secara sistematis dan intensif guna memperoleh pengetahuan tentang
problematika guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN 2
Magelang.
Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan
data untuk memberikan gambaran penyajian laporan secara jelas. Data
tersebut dapat di peroleh berasal dari naskah wawancara, catatan
lapangan, foto, dokumen pribadi, dan dokumen lainnya. Penelitian ini
diarahkan pada problematika guru PAI terhadap implementasi kurikulum
2013 di MAN 2 Magelang Magelang.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MAN 2 Magelang dengan alasan bahwa
disana belum pernah dilakukan penelitian yang serupa di tempat tersebut.
Alasan lainnya yaitu ketertarikan penulis terhadap proses pembelajaran
PAI dengan menggunakan kurikulum 2013 yang masih asing atau hal baru
bagi pendidik dan peserta didik.
Dalam penelitian ini penulis memilih subjek penelitian yaitu guru
agama islam dengan alasan bahwa guru merupakan salah satu unsur
82
pendidikan yang sangat penting yang keberadaannya sangat menentukan
keberhasilan pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan. Keberhasilan
guru dalam mengajar dapat mempengaruhi maju mundurnya pendidikan,
sehingga keprofesionalan guru sangat diperlukan karena menentukan
eksistensi suatu lembaga pendidikan. Sedangkan objek penelitiannya yaitu
problem yang dihadapi guru PAI dalam mengimplementasikan Kurikulum
2013 di MAN 2 Magelang.
Termasuk dalam penerapan kurikulum di Indonesia yang sudah
mengalami perubahan dan inovasi baru sebagaimana kurikulum yang
sekarang diterapkan di Indonesia adalah kurikulum 2013. Oleh karenanya,
di tengah dilema dan problema yang dihadapi madrasah dewasa ini,
tentunya peran guru khususnya guru agama sangat berpengaruh terhadap
proses pembelajaran. Sedangkan, MAN 2 Magelang dalam pandangan
peneliti merupakan salah satu lembaga pendidikan islam yang selalu
mengikuti perubahan kurikulum, dan saat ini MAN 2 Magelang telah
menerapkan Kurikulum 2013 sebagai pedoman pembelajaran. Sehingga
peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai problematika guru
PAI dalam implementasi kurikulum 2013.
C. Sumber Data
Menurut Arikunto sumber data dalam penelitian yaitu subyek dari
mana data di peroleh (Arikunto, 2006: 129). Adapun sumber data yang
diambil oleh penulis dalam penelitian ini adalah sumber data utama yang
berupa kata-kata dan tindakan serta sumber data pendukung yang berupa
83
dokumen-dokumen, sehingga sumber data yang di manfaatkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sumber data primer (utama)
Data primer yaitu sumber data yang diambil peneliti melalui
observasi dan wawancara. Sumber data tersebut dari kepala sekolah,
waka kurikulum dan semua guru agama yang ada di MAN 2 Magelang
yang meliputi guru Akidah Akhlak, Al-Qur’an Hadis, Fiqih, Sejarah
Kebudayaan Islam.
2. Sumber data sekunder (tambahan)
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber
sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan
atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu (Hasan, 2006:19).
Sumbernya data dalam penelitian ini adalah dokumentasi MAN 2
Magelang berupa data identitas sekolah, RPP, sarana prasarana, dan
daftar nama pendidik,
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah strategi atau cara yang dilakukan
peneliti guna menyimpulkan data yang valid dari responden, serta
bagaimana peneliti dapat menentukan teknik yang tepat untuk memperoleh
data, kemudian diambil kesimpulan.
1. Teknik Wawancara
84
Yakni, suatu proses interaksi dan komunikasi yang bertujuan
mendapatkan informasi dengan cara bertanya jawab langsung kepada
responden. Peneliti akan melakukan wawancara kepada Kepala
Sekolah, Waka Kurikulum, dan Guru PAI. Hal ini dilakukan untuk
menggali informasi tentang problematika yang dihadapi guru PAI
dalam implementasi kurikulum 2013.
2. Teknik Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap situasi yang terjadi di
lokasi penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan metode
observasi partisipatif pasif yakni peneliti mengamati namun tidak
mengikuti kegiatan subyek penelitian. .
3. Taknik Dokumentasi
Catatan kegiatan yang menunjukkan sejumlah fakta dan data yang
tersimpan dalam bahan penelitian yang bisa berbentuk gambar foto,
video atau rekaman wawancara, naskah, atau berkas-berkas dan
dokumentasi pendukung lainnya. Seluruhnya dapat digunakan sebagai
penguat seluruh informasi.
E. Analisis Data
Menurut Bogdan sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono (2010:
334) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat di
informasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
85
mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat di
ceritakan kepada orang lain.
Pada penelitian teknik analisis data kualitatif peneliti menggunakan
konsep yang diberikan Miles and Huberman dan Spradley sebagaimana
yang dikutip dari bukunya Sugiyono. Miles and Huberman
mengemukakan bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
dan berlangsung terus menerus pada setiap tahap penelitian sehingga
sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Langkah-langkah analisis
datanya sebagai berikut : data collection, data reduction, data display dan
conclusion drawing/verification. (Sugiyono, 2015: 337-338).
Dibawah ini adalah penjelasan dari kegiatan dalam analisis data
kualitatif:
a. Reduksi data (data collection ) diperlukan karena banyaknya data dari
masing- masing informan yang dianggap tidak relevan dengan fokus
Penyajian data
(data display) Pengumpulan
data (data
collection)
Kesimpulan-
kesimpulan Reduksi data
(data reduction)
86
penelitian sehingga perlu dibuang atau dikurangi. Reduksi data
dilakukan dengan memilih hal- hal pokok yang sesuai dengan fokus
penelitian maka akan memberi gambaran yang lebih tajam.
b. Penyajian data (data display ) adalah deskripsi dari hasil pengamatan
di lapangan. Dalam penelitian kualitatif penyajian data dengan teks
yang bersifat naratif.
c. Verifikasi atau menarik kesimpulan (conclusion drawing/verification)
merupakan kegiatan untuk menyimpulkan berbagai hal dari data yang
diperoleh selama penelitian yang dapat diuji kebenarannya.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah
benar benar valid, maka peneliti menggunakan cara triangulasi metode,
yakni menggali data atau informasi yang diperoleh dari satu pihak di cek
kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya
dari pihak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya dengan menggunakan
metode yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan membandingkan informasi
tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar terhindar
dari subyektivitas.
G. Tahap-tahap Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis melewati empat tahap
sebagai berikut:
87
1. Tahap sebelum lapangan
Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi pokok
pembahasan, selain penulis menghubungi dan meminta konfirmaasi
kepada Kajur sekaligus meminta dicarikan dosen pembimbing.
Kemudian peneliti melakukan konsultasi kepada pembimbing dalam
penyususunan proposal penelitian. Dilanjutkan penyelesaian perjanjian
lokasi penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara,
observasi dan dokumentasi. Pada tahap ini penulis sudah mulai terjun
ke lapangan tempat penelitian tersebut dilakukan.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap analisis data penulis menganalisis data yang diperoleh dari
observasi, dokumentasi dan wawancara yang mendalam, sehingga
dapat dengan mudah diinformasikan kepada orang lain.
4. Tahap penulisan laporan
Pada tahap ini penulis menulis menyusun hasil penelitian dari semua
rangkaian kegiatan pengumpulan data pada sampai pada pemberian
makna. Selain itu peneliti juga melakukan konsultasi kepada
pembimbing guna penyusunan laporan selengkapnya.
88
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Gambaran Umum MAN 2 Magelang
1. Sejarah Berdirinya Madrasah
MAN 2 Magelang adalah hasil pengalihan nama dari Madrasah
Aliyah Negeri Tegalrejo yang berada di Jalan Kyai Abdan (Pusdik)
Dlimas Tegalrejo bermula dari pendidikan Guru Agama Nahdlotul Ulama
4 tahun. Madrasah ini didirikan atas ide dan arahan dari bapak K.H.
Chudlori yang selanjutnya dikelola di bawah naungan sebuah Yayasan
yang bernama YAKTI (Yayasan Amal Kesejahteraan Tarbiyah Islam)
Tegalrejo. Yayasan tersebut bergerak di bidang dakwah dan pendidikan
dengan Akte Notaris nomor 14 tanggal 22 Juni 1972.
Kepengurusan Yayasan ini meliputi :
1) Ketua : K. Siradj Abdan
2) Sekretaris I : Zarqoni
Sekretaris II : Rachmatullah Abdan
3) Bendahara I : Dulkarnaen
Bendahara II : K. Sjamhudi
4) Pembantu : R. Ali
Jamal
Muhtarom
89
5) Badan Pengurus : Muhammad AR
K.Ismail
Muh Chalil
6) Badan Penasehat : K. Idris Abdan
K. Thoyib Ahmadi
M. Hasjim
7) Seksi Pendidikan : A. Hartanto, BA.
8) Seksi Dakwah : K.M. Salihun
Pada mulanya yayasan ini mempunyai :
a. 21 Raudhatul Athfal
b. 20 Madrasah Ibtidaiyah
c. 2 Madrasah Tsanawiyah
Pada tanggal 7 April 1979 segenap pengurus yayasan mengadakan
musyawarah bersama Muspika dan sepakat mendirikan Madrasah Aliyah
Yakti sebagai upaya untuk mencukupi dan menampung siswa tamatan
SMP dan MTs yang ada. Pada tanggal 3 Juli 1979 secara resmi berdirilah
MA Yakti dengan nomor/ragam LK/3C/075/MA/81 dengan kepala
sekolah yang pertama adalah Bapak KH. Idris Abdan dan wakilnya Bapak
Sumarmo, BA., dengan jumlah murid 23 anak pada tahun pertama. Pada
tahun kedua mencapai 36 siswa, tahun ketiga 68 siswa, dan tahun keempat
77 siswa.
Tahun 1983 kepala sekolah dipegang oleh bapak Sumarmo, BA.
Dengan jumlah siswa 123 anak. Tahun 1984 merupakan puncak
90
banyaknya siswa yakni 143 siswa. Setelah itu jumlah siswa mulai
menurun bahkan tahun 1988 jumlah siswa seluruhnya hanya 112 anak.
Dalam rangka memantapkan keberadaan MA Yakti Tegalrejo,
yayasan mengajukan Filialitas MA ke MAN Parakan Temanggung dengan
surat permohonan yang ditanda tangani oleh ketua K.Siradj Abdan, BA.
Dan sekretaris M. Mahfudz pada tanggal 20 Desember 1982, sehingga
pada tanggal 3 Maret 1984 MA Yakti Tegalrejo dinyatakan
sebagai MAN Filial Parakan Temanggung Filian Tegalrejo Kabupaten
Magelang oleh Menteri Agama dengan Surat Keputusan Menteri Nomor :
KEP/E/Pgm.6/54/1984.
Untuk menuju Madrasah yang mandiri pemerintah Departemen
Agama RI menegerikan Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung
Filial Tegalrejo menjadi MAN 2 Magelang kabupaten Magelang dengan
keputusan Menteri Agama RI : Nomor : 17 tahun 1997 tanggal 17 Maret
1997. Dengan mandirinya madrasah, maka jumlah siswa pun bertambah,
terbukti kelas 1 waktu itu mendapat 2 (dua) kelas, terlebih pada 3 tahun
terakhir ini MAN 2 Magelang berkembang cukup signifikan, dengan
dibuktikan siswa semakin bertambah dan sudah menempati gedung baru
dengan lokal kelas yang nyaman.
2. Visi Dan Misi Madrasah
Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo sebagai lembaga pendidikan
menengah berciri khas Islam perlu mempertimbangkan harapan murid,
orang tua murid, lembaga pengguna lulusan madrasah dan masyarakat
91
dalam merumuskan visinya. Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo juga
diharapkan merespon perkembangan dan tantangan masa depan dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi; era informasi dan globalisasi yang sangat
cepat. Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo ingin mewujudkan harapan dan
respon dalam visi berikut :
Sedangkan Misi Madrasah adalah sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran secara kontekstual,
aktif, kreatif, efektif dan berkualitas untuk mencapai prestasi
akademik dan non akademik sehingga peserta didik mampu
berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang ada pada
dirinya yang dilakukan dengan religius, jujur, dan disiplin;
2. Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari ilmu
agama, ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menciptakan
lingkungan yang Islami di madrasah yang dilakukan dengan penuh
toleransi, disiplin, jujur, adil dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika
serta sopan santun dalam kehidupan sehari-hari;
3. Menyelenggarakan pembinaan, pengembangan diri, dan pelatihan
keterampilan untuk menumbuhkembangkan minat, bakat, dan
“ TERWUJUDNYA MADRASAH YANG UNGGUL
DALAM PRESTASI, TERAMPIL BERKARYA DAN
BERAKHLAK MULIA “
92
keterampilan peserta didik yang dilakukan dengan sifat religius, jujur,
peduli, dan disiplin;
4. Menumbuhkembangkan akhlakul karimah pada seluruh warga
madrasah yang dilakukan dengan sifat religius, jujur, peduli, dan
disiplin.
3. Keadaan MAN 2 Magelang
Adapun data keadaan MAN 2 Magelang secara terperinci adalah :
a. Nama : Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo/MAN 2
Magelang
b. NSM (lama) : 311330810053
c. NSM (baru) : 131133080001
d. Jenjang akreditasi : A
e. Tahun didirikan : 1997
f. Tahun beroperasi : 1997
g. Status Tanah : Hak Pinjam Pakai
h. Status Bangunan : Milik Sendiri
i. Jumlah Siswa dalam 8 (delapan) tahun terakhir sebagai berikut :
93
Tabel 4.1
Jumlah siswa 8 tahun terakhir
KELAS
TAHUN
2009/
2010
2010/
2011
2011/
2012
2012/
2013
2013/
2014
2014/
2015
2015/
2016
2016/
2017
X 150 154 225 228 259 272 205 297
XI 102 143 147 209 226 249 258 197
XII 113 129 141 136 205 212 238 243
Jumlah 365 426 513 573 690 733 701 737
j. Data Rombongan Belajar
Tabel 4.2
Rombongan belajar
KELAS JUMLAH KETERANGAN
X 9 Kondisi baik
XI 7 Kondisi baik
XII 8 Kondisi baik
k. Jumlah Rombongan belajar
1) Kelas X : 9 rombongan belajar
2) Kelas XI : 7 rombongan belajar
3) Kelas XII : 8 rombongan belajar
Kendala/keadaan yang menjadi ancaman bagi Madrasah Aliyah
Negeri Tegalrejo adalah dengan dicanangkannya otonomi daerah dimana
94
terjadi pemekaran wilayah. Masing-masing daerah ingin mendirikan
Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan yang
dikhawatirkan akan mematikan Madrasah Aliyah termasuk di dalamnya
MAN 2 Magelang. Disamping rendahnya kesadaran masyarakat Tegalrejo
dan sekitarnya dalam menyekolahkan putra-putrinya, lemahnya tingkat
ekonomi mayoritas penduduknya dan kecenderungan lebih memilih
sekolah kejuruan menjadi faktor yang menghambat perkembangan MAN 2
Magelang karena masyarakat masih menganggap sekolah di madrasah itu
hanya mempelajari agama dan sekolah bagi orang-orang yang tidak
mampu.
4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah suatu yang dapat memperlancar
terlaksanakannya progam pendidikan atau dapat dikatakan sebagai faktor
pendukung demi kelancaran dalam proses pembelajaran dan tercapainnya
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Diskripsi bangunan MAN 2 Magelang saat ini adalah ruang kepala
sekolah dan TU, ruang guru 24 ruang kelas, ruang laboratorium IPA,
ruang laboratorium komputer, ruang BK, ruang UKS, perpustakaan dan
masjid. Berikut adalah rekapan data sarpras dan keadaannya:
95
Tabel 4.3
Sarana dan prasarana
No. Sarana Jumlah Keadaan
1. Ruang Kepala sekolah dan TU 1 Baik
2. Ruang Guru 1 Baik
3. Ruang Kelas 24 Baik
4. Ruang LAB. Komputer 1 Baik
5. Ruang LAB IPA 1 Baik
6. Ruang BK 1 Baik
7. Ruang UKS 1 Baik
8. Perpustakaan 1 Baik
9. Masjid 1 Baik
5. Data guru, pegawai dan siswa
1) Keadaan Guru dan Pegawai
Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Administrasi menurut Status
Kepegawaian, Golongan, dan Jenis Kelamin
96
Tabel 4.4
Jumlah guru dan pegawai
Jabatan
Status Kepegawaian
Jumla
h 6)
Tetap
Tidak
Tetap
Bant
u
Pusat
Bantu
Daera
h
Gol. I
Gol.
II
Gol.
III
Gol.
IV
Yayas
an
L P L P L P L P L P L P L P L P L P
(1)
(2
)
(3
)
(4
)
(
5
)
(6)
(7
)
(
8
)
(
9
)
(
1
0
)
(11
)
(
1
2
)
(13
)
(1
4)
(
1
5
)
(
1
6
)
(1
7)
(
1
8
)
(1
9)
Ka. Sek
1
1 -
Guru
3
1
5
7 5
9 9
1
9 29
Tenaga
Admin.
3
1
5 2
9 2
Berikut daftar guru dan pegawai berdasarkan tugas masing-masing :
1. NAMA : Joko Susilo, S.Pd
NIP : 197009301995031001
Golongan : IV/a / Guru Madya
Tugas : Kepala sekolah
2. NAMA : Dra. Hj. Mizhariyatil Hidayah
NIP : 196511081991032003
Golongan : IV/a / Guru Madya
97
Tugas : Guru Akidah Akhlak
3. NAMA : Drs. Subagya
NIP : 196109291994031001
Golongan : IV/a / Guru Madya
Tugas : Guru Seni Budaya dan Ketrampilan
4. NAMA : Dra. Ida Ariyani
NIP : 196812281998032001
Golongan : IV/a / Guru Madya
Tugas : Guru Sosiologi
5. NAMA : Muhammad Purnama, S.Pt
NIP : 197109051999010001
Golongan : IV/a / Guru Madya
Tugas : Waka Kurikulum / Guru Matematika
6. NAMA : Drs. Zainal Arifin
NIP : 195912311998031002
Golongan : IV/a / Guru Madya
Tugas : Guru Matematika
7. NAMA : A. Zubair S.Pd
NIP : 196509152000031001
Golongan : IV/a / Guru Madya
Tugas : Guru Fisika
8. NAMA : Hj. Endang Munawaroh, S.Ag
NIP : 196912172000032001
Golongan : IV/a / Guru Madya
Tugas : Bendahara Komite / Guru Bahasa Inggris
9. NAMA : Sri Amriyati, S.Ag, S.Pd
NIP : 197012231998032002
Golongan : IV/a / Guru Madya
Tugas : Guru Biologi
10. NAMA : Nur Kholiq, S.Ag, M.SI
NIP : 197102192002121002
Golongan : IV/a / Guru Madya
Tugas : Waka Kesiswaan /Guru Bahasa Arab
11. NAMA : Drs. Dwi Adi Satrianto, S.Pd
NIP : 196704122003121003
Golongan : IV/a / Guru Madya
98
Tugas : Waka Sarana Prasarana / Guru Bimbingan
Konseling
12. NAMA : Muhammad Rofiq, S.Pd
NIP : 197705032001121004
Golongan : IV/a / Guru Madya
Tugas : Guru Bahasa Inggris
13. NAMA : Ma`sumatun, S.Ag
NIP : 196908122003122003
Golongan : IV/a / Guru Madya
Tugas : Guru Bahasa Arab
14. NAMA : Machmud Rosyidi, S.Ag, M.Pd.I
NIP : 196604061999031001
Golongan : III/d / KaUr TU
Tugas : Kepala Tata Usaha
15. NAMA : Anas Munaji, S.Ag
NIP : 197504162003121003
Golongan : III/d / Guru Muda
Tugas : Waka Humas / Guru Ilmu Kalam
16. NAMA : Dra. Nuryanti
NIP : 196706262005012001
Golongan : III/d / Guru Muda
Tugas : Guru Geografi
17. NAMA : Nahru Rosidah Budiarti, S.Pd
NIP : 197010292005012001
Golongan : III/d / Guru Muda
Tugas : Guru Pendidikan Kwarganegaraan
18. NAMA : Karyati, S.Pd
NIP : 197704292005012003
Golongan : III/d / Guru Muda
Tugas : Guru Ekonomi
19. NAMA : Hartsa Jamila Rochi, S.Pd
NIP : 197707082003122002
Golongan : III/d / Guru Muda
Tugas : Guru Bahasa Inggris
20. NAMA : Nurul Ana Khusniyah, S.Pd
NIP : 197804282005012007
Golongan : III/d / Guru Muda
99
Tugas : Guru Bahasa Indonesia
21. NAMA : Sri Widarti, S.Pd, Si
NIP : 198204282005012002
Golongan : III/d / Guru Muda
Tugas : Guru Kimia
22. NAMA : Dra. Siti Zulaikhah
NIP : 196406172006042008
Golongan : III/c / Guru Muda
Tugas : Guru Bahasa Indonesia
23. NAMA : Siti Salbiyah, S.Pd
NIP : 197004122007012032
Golongan : III/b / Guru Pertama
Tugas : Guru Matematika
24. NAMA : Agus Sulistya, SE
NIP : 197110142007011017
Golongan : III/b / Guru Pertama
Tugas : Guru Ekonomi
25. NAMA : Yudi Hernayadi Nugraha, S.Pd
NIP : 197209132007011019
Golongan : III/b / Guru Pertama
Tugas : Guru Penjasorkes
26. NAMA : Eti Hikmawati, S.Ag
NIP : 197705062007012024
Golongan : III/b / Guru Pertama
Tugas : Guru SKI
27. NAMA : Sudarti, S.Ag
NIP : 197712012007012019
Golongan : III/b / Guru Pertama
Tugas : Guru Fikih
28. NAMA : Nurul Istianah, S.Ag
NIP : 197310082007102003
Golongan : III/b / Guru Pertama
Tugas : Guru Fikih
29. NAMA : Uswatul Hasanah, S.Ag
NIP : 197909172007102003
Golongan : III/b / Guru Pertama
Tugas : Bendahara DIPA / Guru Qur'an Hadits
100
30. NAMA : Heny Isdaniyah, SE
NIP : 197407102007102004
Golongan : III/b / Guru Pertama
Tugas : Guru Ekonomi
31. NAMA : Oktora Milasari, S.Pd.I
NIP : 198310072009012011
Golongan : III/b / Guru Pertama
Tugas : Guru Bahasa Arab
32. NAMA : Faida Syarifah, S.Sos.I
NIP : 198003252009012006
Golongan : III/b / Guru Pertama
Tugas : Guru TIK
33. NAMA : Muhammad Badri
NIP : 197411071998031001
Golongan : II/d / Pegawai
Tugas : Petugas Keamanan /Staff TU
34. NAMA : Jamari
NIP : 197512022005011002
Golongan : II/c / Pegawai
Tugas : Pengadministrasi / Urusan Umum
35. NAMA : Yana Herdiana Nugraha, S. Pd
NIP : 197411202009101001
Golongan : II/b / Pegawai
Tugas : Pengelola Administrasi dan Dokumentasi /Urusan
Kepegawaian.
36. NAMA : Lailatul Khasanah, S.Pd
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Guru Bimbingan Konseling
37. NAMA : Ulfatu Sharifah, S.Pd. I
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Guru Biologi
38. NAMA : Amarudin Syarif, S.Si.
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Guru Kimia / Guru PKW
101
39. NAMA : Eliya Habibatus Sholihah, S.Th.I
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Guru Bahasa Indonesia
40. NAMA : Mursyidul Anam, S.Ag
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Guru Ilmu Tafsir
41. NAMA : Maksum, S.Pd. I
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Guru Fisika
42. NAMA : Nur Wakhid, S.Pd
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Guru Bahasa Inggris
43. NAMA : Reni Pramudiani, S.Pd
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Guru Bimbingan Konseling
44. NAMA : Aqshol Hidayah, SHI
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Guru Akidah Akhlak
45. NAMA : Huri Setyono, S.Pd
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Guru Penjasorkes
46. NAMA : Evi Kusnianti, S.Pd
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Guru Sosiologi
47. NAMA : Lintariyah, S.Pd
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Guru Sejarah
102
48. NAMA : Yuli Viantrika, S.Pust
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Staff TU
49. NAMA : Mauhi Datul Karimah, S.Pust
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Kepala Perpustakaan
50. NAMA : Safi'I Rais, S.Pd.Si
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Guru Matematika
51. NAMA : Kulyadi
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Petugas Kebersihan
52. NAMA : Romeli
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Penjaga Madrasah
53. NAMA : Linda Permatasari, S.Pd
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Guru Bahasa Jawa
54. NAMA : Muhammad Ilyas, S.Pd.I
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Guru Qur'an Hadits
55. NAMA : Wisnu Adi Wibowo, S.Pd
NIP : -
Golongan : - / -
Tugas : Guru Sejarah
103
L P
1 XII IPA 1 10 23 33
2 XII IPA 2 13 24 37
3 XII IPS 1 12 21 33
4 XII IPS 2 13 21 34
5 XII IPS 3 12 20 32
6 XII IPS 4 11 12 23
7 XII KEAGAMAAN 1 14 16 30
8 XII KEAGAMAAN 2 12 9 21
97 146 243
9 XI IPA 1 3 18 21
10 XI IPA 2 10 19 29
11 XI IPS 1 11 21 32
12 XI IPS 2 12 21 33
13 XI IPS 3 13 12 25
14 XI IPS 4 14 11 25
15 XI KEAGAMAAN 10 22 32
73 124 197
16 X IPA 1 12 25 37
17 X IPA 2 6 28 34
18 X IPS 1 16 19 35
19 X IPS 2 13 21 34
20 X IPS 3 12 22 34
21 X IPS 4 17 15 32
22 X IPS 5 16 18 34
23 X KEAGAMAAN 1 12 18 30
24 X KEAGAMAAN 2 11 16 27
115 182 297
737
JML SISWA KELAS XII
JML SISWA KELAS XI
JML SISWA KELAS X
TOTAL SISWA
NO KELASJUMLAH
JUMLAH SISWA
2) Keadaan Siswa
Rekapitulasi Jumlah Siswa Keseluruhan tahun pelajaran 2016/2017
Tabel 4.5
104
3) Ekstrakurikuler
a. Pramuka
b. ECC
c. Tari
d. PMR
e. Rebana
f. Musik
g. Jurnalistik
h. Teater
i. SBA
j. Kaligrafi
k. Volly Ball
l. Badminton
m. Sepak Bola
n. Pencak Silat
o. Qiroatul Kutub
p. Muhadasah
4) Life Skill
a. Elektronika / Service HP
b. Menjahit
c. Prosesing Hasil Pertanian
d. Otomotif Sepeda Motor
e. Service Komputer
105
5) Prestasi yang Pernah Diraih
a. POPDA 2015
1) Juara I Lempar Lembing Putri POPDA Kab. Magelang
2) Juara II Pencak Silat POPDA Kab. Magelang
3) Juara II Sepak Bola Kab. Magelang
b. KSM 2016
1) Juara II Mata Pelajaran Biologi
c. UNTIDAR 2016
1) Juara I, II, III Innovative Idea Presentation Tingkat SMA / MA
/ SMK di wilayah Jawa Tengah
2) Juara II Straw Bridge Challenge Tingkat SMA / MA / SMK di
wilayah Jawa Tengah
3) Juara I dan II COMMATH (Competition Of Mathematics)
Tingkat SMA / MA / SMK di wilayah Jawa Tengah
d. POPDA 2017
1) Juara II Lempar Lembing Putra
2) Juara Lari 200 m Putri
e. KSM 2017
1) Juara I Mapel Kimia
2) Juara II Mapel Ekonomi
3) Juara III Mapel Biologi
f. AKSIOMA 2017
1) Juara I Kaligrafi Putra
106
2) Juara III Kaligrafi Putri
3) Juara II Futsal
4) Juara III Pidato Bahasa Inggris Putri
5) Juara III Singer Madrasah Putri
B. Data Hasil Temuan
1. Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2 Magelang
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terkait dengan
implementasi kurikulum 2013 yang didapatkan melalui wawancara dengan
berbagai sumber, diantaranya kepala sekolah, WAKA kurikulum, dan
beberapa guru PAI.
JS selaku kepala sekolah, mengungkapkan tentang implementasi di
sekolah tersebut:
“Sekolah ini telah menerapkan kurikulum 2013 sejak 5 tahun yang
lalu mas yang di terapkan sementara untuk kelas X dulu, kemudian
juga sempet diberhentikan sejenak oleh mentri pendidikan kecuali
untuk mapel PAI tetap terus dilanjutkan sedangkan untuk mapel
umum dilanjutkan lagi pada tahun 2014. Dalam penerapannya
awalnya para guru merasa keberatan, karena beban administrasi
yang sangat banyak, akan tetapi dengan berjalannya waktu lama
kelamaan sebagian besar guru mulai enjoy dan menikmati K-13
sampai saat ini mas”(Wawancara dengan JS, 5 Mei 2018, pukul
08.55-09.20)
Hal yang sama juga dikatakan oleh MP selaku WAKA kurikulum
di MAN 2 Magelang.
“Implementasi kurikulum 2013 di sekolah ini di mulai pada tahun
2013 mas, prosesnya pun bertahap mas, sedikit demi sedikit ada
peningkatan walaupun respon dari guru PAI bermacam-macam,
ada yang menunggu ada yang sudah bisa langsung melaksanakan,
terutama bagi guru yang sudah berusia 50 keatas dalam
107
penerapannya kurang maksimal” (Wawancara dengan MP, 15 Mei
2018, pukul 10.15-10.50)
JS menuturkan bahwa respon para guru pertama kali menerapkan
kurikulum 2013 merasa keberatan terutama dari segi administrasi.
“Emm, respon ya mas, kalo respon guru PAI terhadap K-13 pada
awalnya merasa keberatan mas, karena beban administrasi yang
sangat banyak dan sudah terlanjur nyaman dengan KTSP mas,
akan tetapi karena itu adalah tuntutan dari pemerintah supaya K-13
di berlakukan di semua jenjang sekolah batas akhir tahun 2018
maka semua guru mau tidak mau harus melaksanakannya, sehingga
karena kondisi yang di paksa maka menjadikan guru PAI ada
beberapa yang mulai enjoy dan menikamati K-13 sampai saat ini
mas” (Wawancara dengan JS, 5 Mei 2018, pukul 08.55-09.20)
Kemudian tentang sejauh mana keberhasilan implementasi
kurikulum 2013 di sekolah tersebut JS menjelaskan sebagai berikut:
“Secara umum kita berhasil mas, sudah melaksanakan sesuai
pedoman mas, akan tetapi dari segi proses, alat, bahan atau
mungkin metode pembelajaran bisa dikatakan belum semua guru
melaksanakan sesuai prosedur, akan tetapi ada beberapa guru yang
sudah bisa, sehingga yang paling penting adalah kreativitas guru,
sehingga peran sekolah sangat di butuhkan untuk memberi arahan
kepada para guru yang kurang kreatif”(Wawancara dengan JS, 5
Mei 2018, pukul 08.55-09.20)
Hal ini juga dikuatkan dengan hasil dokumentasi yang dilakukan
pada tanggal 5 Mei 2018, bahwa MAN 2 Magelang telah
mengimplementasikan K-13 dilihat dari subtansi RPP yang digunakan
oleh NI selaku guru fikih. Di dalam RPP tersebut memuat KI dan KD,
kemudian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, mulai
dari mengamati, menanya, manalar, mengolah, mencoba, menyimpulkan,
menyajikan, dan mengomunikasikan. Selain dari segi pembelajaran, dalam
108
evaluasi pembelajaran yang dibuat oleh NI sudah menerapkan penilaian
autentik, siswa tidak hanya dinilai dari kemampuan kognitif (pengetahuan)
saja, akan tetapi dari segi afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan)
ikut di nilai.
Kemudian EH selaku guru SKI memberikan penjelasan tentang
bagaimana respon EH ketika MAN 2 Magelang menerapkan kurikulum
2013.
“Respon saya pribadi ada positifnya dan negatifnya, dalam proses
pembelajaran guru merasa diringankan karena guru lebih condong
banyak pasif dan hanya sebagai fasilitator, sedangkan yang negatif
yaitu beban administrasi guru menjadi banyak” (Wawancara
dengan EH, 5 Mei 2018, pukul 11.59-12.20)
Sedangkan respon NI menunjukkan bahwa NI menerima dengan
tangan terbuka, karena sudah menjadi peraturan pemerintah,
“Responnya ya karena itu memang sudah ketentuan dari atas ya
kami terima saja mas, dan kalau mapel Fiqih itu dalam
pembelajaran tidak jauh berbeda ketika dilaksanakan dalam K-13,
di KTSP pun sudah melakukan pembelajaran yang sesuai dengan
K-13 misalnya langsung praktik” (Wawancara dengan NI, 9 Mei
2018, pukul 11.34-12.00)
Bertolak belakang dari pernyataan NI, MI mengungkapkan dengan
berterus terang agar kurikulum dikembalikan ke KTSP lagi akan tetapi
pada akhirnya MI tetap menerima K-13 karena memang sudah menjadi
ketentuan dari pemerintah:
“Respon saya sendiri terkait implementasi K-13 saya kurang setuju
mas, karena MAN 2 Magalang inikan sekolahnya di desa, karena
proses pembelajarannya masih terlalu tinggi untuk anak-anak di
desa. Akan tetapi K-13 adalah tuntutan pemerintah maka mau tidak
109
mau harus melaksanaka walaupun belum maksimal.” (Wawancara
dengan MI, 5 Mei 2018, pukul 11.45-12.15)
Disamping itu JS juga menjelaskan tentang bagaimana dengan
sarpras dan buku ajar.
“Kalau sarpras sudah memenuhi syarat mas, hanya saja buku
ajarnya yang masih kekurangan, karena sesuai standar nasional
pendidikan, rasio anak dan buku itu 1 banding 1, sedangkan di
MAN 2 Magelang ini masih kekurangan”(Wawancara dengan JS, 5
Mei 2018, pukul 08.55-09.20)
Kemudian hasil observasi di lapangan menunjukan bahwa sarpras
yang ada di MAN 2 Magelang telah memenuhi syarat, seperti ruang kelas
yang masing-masing kelas sudah terpasang LCD. Selain mengamati ruang
kelas, perpustakaan juga telihat bersih dan rapi, namun yang menjadi
kendala yaitu jumlah buku kurikulum 2013 yang masih sedikit. (Observasi
5 Mei 2018)
Dalam menerapkan K-13 NI selaku guru fiqih di MAN 2
Magelang, mengungkapkan persiapannya dalam mengimplementasikan
kurikulum 2013.
“Persiapan pertama kali saya dulu langsung ikut diklat, mencari
ketentuan-ketentuan kurikulum, kemudian menyusun silabus dan
RPP bersama teman-teman MGMP mas” (Wawancara dengan NI,
9 Mei 2018, pukul 11.34-12.00)
Hal senada juga di ungkapkan MI, selaku guru Al-Quran Hadits.
Bahwa persiapan untuk menerapkan K-13 sudah sejak dulu.
“Kalau persiapan saya sudah dari dulu mas, dan sudah mengikuti
pelatihan-pelatihan. Kemudian persiapan yang harus dilakukan
110
adalah harus bersungguh-sungguh dalam menyusun administrasi”
(Wawancara dengan MI, 5 Mei 2018, pukul 11.45-12.15)
Kemudian, MI juga menjelaskan tentang kesulitan-kesulitan siswa
dalam proses pembelajaran.
“Kalau menurut saya siswa pasti mengalami kesulitan mas, karena
rata-rata siswa yang sekolah disini berasal dari desa, sehingga
masih terlalu berat untuk mengajak siswa aktif dalam belajar,
hanya beberapa kelas saja yang bisa diajak untuk aktif”
(Wawancara dengan MI, 5 Mei 2018, pukul 11.45-12.15)
Namun JS menegaskan bahwa kesulitan yang dialami siswa saat
proses pembelajaran itu tergantung pada gurunya.
“Sebenarnya kesulitaan pada anak itu tergantung pada gurunya,
jika dalam proses pembelajaran seorang guru melaksanakan
langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan pedoman K-13 maka
siswa akan merasakan enjoy” (Wawancara dengan JS, 5 Mei 2018,
pukul 08.55-09.20)
NI juga menuturkan tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi
siswa MAN 2 Magelang.
“Iya mas, terutama ketika penerapan metode saintifik, terkadang
anak masih kebingungan sehingga salah satu jalan pintasnya guru
masih setengah-setengah dalam menerapkan metode pembelajaran
saintifik” (Wawancara dengan NI, 9 Mei 2018, pukul 11.34-12.00)
Ada juga yang sudah menerapkan pembelajaran saintifik tetapi
masih fifty-fifty, sebagaimana yang diungkapkan MI.
“Kalau saya sendiri sudah fifty-fifty mas dalam penerapan metode
pembelajaran saintifik, kadang masih memakai metode
pembelajaran KTSP akan tetapi juga sudah menerapkan metode
pembelajaran K-13, tergantung kondisi kelas dan siswa”
(Wawancara dengan MI, 5 Mei 2018, pukul 11.45-12.15)
111
2. Problem yang dihadapi guru PAI dalam melaksanakan Kurikulum
2013 (K-13) di MAN 2 Magelang
Setiap perubahan kurikulum di Indonesia pasti akan memunculkan
berbagai problematika dalam implementasinya, karena ketika kurikulum
berubah maka sistem pendidikan yang ada di sekolah juga akan berubah.
Dimulai dari kesiapan sekolah, kemudian yang terutama adalah persiapan
guru. Problem yang sering dialami oleh guru adalah belum adanya
kesiapan guru dan siswa, kemudian buku ajar yang belum memadai.
Menurut JS selaku kepala sekolah menyebutkan bahwa:
“Problem yang pertama adalah ketidaksiapan guru disini, karena di
kurikulum 2013 ini beban administrasi lebih banyak dibanding
KTSP. Masalah yang kedua adalah tentunya dari buku, karena
idealnya rasio buku dan anak itu adalah satu banding satu. Disini
masih kekurangan buku peminatan sedangkan buku wajib sudah
terpenuhi. Masalah yang ketiga yaitu masalah dari kreativitas guru
yang kurang sehingga kita melihat model-model pembelajaran di
kelas itu antara 2006 dan 2013 itu sama saja, itu kan menurut saya
guru itu kurang kreatif, tapi ada sebagian guru yang sudah mampu
memanfaatkan media dan lingkungan, belajar diluar dan di
perpustakaan. Masalah selanjutnya tuntutan dari siswa sendiri,
siswa juga punya masalah, K-13 itu kan menuntut anak harus
kreatif dan aktif, dan peran guru hanya 30-40%, sehingga kalau
siswa tidak mau diajak aktif dan kreatif maka proses pembelajaran
tidak akan berjalan dengan efektif” (Wawancara dengan JS, 5 Mei
2018, pukul 08.55-09.20)
Tidak jauh beda apa yang dikemukakan JS, menurut MI, problem
yang dihadapi guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 sebagia
berikut.
“Problem yang pertama adalah beban administrasi, problem yang
kedua adalah buku ajar yang belum lengkap. Masalah yang ketiga
yaitu ada beberapa kelas yang belum mau diajak untuk aktif dalam
pembelajaran, sehingga untuk menerapkan K-13 itu tergantung
keadaan dan kondisi kelas”(Wawancara dengan MI, 5 Mei 2018,
pukul 11.45-12.15)
112
Kemudian MH selaku guru Akidah Akhlak mengungkapkan
tentang problem yang dihadapi guru PAI dalam implementasi kurikulum
2013.
“Kalau problem tentunya ada mas, yang pertama beban
administrasi guru yang semakin banyak, kemudian buku ajar yang
masih kekurangan, siswa kurang aktif atau motivasi siswa kurang,
dan guru yang sudah tidak mampu mengoperasikan komputer (IT)”
(Wawancara dengan MH, 9 Mei 2018, pukul 11.45-12.00)
Problem yang lain juga di ungkapkan oleh MP, selaku WAKA
kurikulum.
“Masalah yang sering dihadapi guru PAI adalah buku sumber yang
masih belum valid, buku sumber itu kan penerbitnya tidak hanya
satu penerbit, sehingga sering terjadi perbedaan antara penerbit
satu dengan penerbit yang lainnya dalam hal isi” (Wawancara
dengan MP, 15 Mei 2018, pukul 10.15-10.50)
Sedangkan berdasarkan observasi yang dilakukan di dalam kelas
bahwa ada beberapa siswa yang masih ramai sendiri serta masih terjadi
kesalahan yaitu terkadang guru masih sulit untuk menyangkutpautkan
materi ajar yang ada karena terkadang pemisahan materi ajar masih terlihat
pada proses pembelajaran. (Observasi 5 Mei 2018)
3. Solusi problematika yang dihadapi guru PAI dalam implementasi
Kurikulum 2013 (K-13)
Untuk mengatasi problem yang terjadi dalam implementasi
kurikulum 2013, JS selaku kepala sekolah berpendapat,
“Emm solusinya yaitu yang pertama dari guru harus selalu
mengikuti pelatihan K-13, kepala sekolah meningkatkan supervisi,
113
komite memenuhi sarana dan prasarana, dan dari pihak pemerintah
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam K-13”
(Wawancara dengan JS, 5 Mei 2018, pukul 08.55-09.20)
Hal yang sama juga diungkapkan MP selaku WAKA kurikulum,
mengenai solusi dari problematika yang dihadapi guru PAI dalam
implementasi kurikulum 2013.
“Ya, salalu kita coba sharing dengan temen MGMP dan
mendorong siswa untuk selalu mengikuti perubahan. Kemudian
untuk memenuhi kekurangan buku ajar, guru sementara di minta
untuk mendownload buku ajar, serta membolehkan siswa untuk
memanfaatkan HP sabagai alat bantu untuk mendowload buku
siswa” (Wawancara dengan MP, 15 Mei 2018, pukul 10.15-10.50)
Kemudian MH selaku guru Akidah Akhlak memberikan pendapat
terkait solusi dari problematika guru PAI dalam menerapkan K-13.
“Solusi yang kami tekankan adalah selalu mengikuti
perkembangan informasi tentang K-13, mengikuti workshop K-13
dan mengajak siswa untuk selalu aktif” (Wawancara dengan MH, 9
Mei 2018, pukul 11.45-12.00)
Kemudian NI selaku guru fikih juga menanggapi mengenai solusi
problematika guru PAI dalam implementasi K-13.
“Ya kita usahakan agar siswa bisa mengikuti pembelajaran K-13
mas, kemudian kita juga perlu mengikuti pelatihan-pelatihan agar
selalu mempunyai hal yang baru terkait perkembangan K-13”
(Wawancara dengan NI, 9 Mei 2018, pukul 11.34-12.00)
Sedangkan menurut MI, solusi dari problematika guru PAI dalam
implementasi K-13 sebagai berikut:
“Untuk solusi, menurut saya alangkah baiknya jika kembali ke
KTSP lagi, walaupun K-13 ini sebenarnya kalau di praktekan
114
sesuai pedoman hasil nya sangat bagus. Tergantung kreativitas
guru” (Wawancara dengan MI, 5 Mei 2018, pukul 11.45-12.15)
C. Analisis Data
1. Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2 Magelang
Perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 merupakan
terobosan untuk meningkatkan kualitas pendidikan d Indonesia. Ada
beberapa faktor lain yang mendasari perubahan tersebut yaitu,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan arus globalisasi
dan gejolak sosial dan budaya. Sehingga peserta didik harus dipersiapkan
agar mampu menghadapi tantangan zaman dan mampu bersaing secara
nasional dan internasional.
Implementasi kurikulum 2013 mendapat banyak kritikan dari
berbagai pihak terutama dari kalangan praktisi pendidikan. Baik segi
persiapan, proses, dan pelaksanaannya dalam pembelajaran di kelas.
Namun hal tersebut harus tetap diusahakan sebaik mungkin dalam
pelaksanaannya. MAN 2 Magelang adalah sekolah yang sudah
menerapkan kurikulum 2013 sejak 4 tahun yang lalu.
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan di lapangan, dapat
disimpulkan bahwa implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang
sudah berjalan sesuai dengan pedoman, akan tetapi masih perlu di
maksimalkan baik itu menyangkut kreativitas guru, buku ajar dan kesiapan
peserta didik. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan kepala sekolah,
bahwa secara umum MAN 2 Magelang sudah melaksanakan kurikulum
2013 dengan baik dan sesuai dengan arahan dari pemerintah, namun ada
115
beberapa hal yang harus diperbaiki terkait dengan proses pembelajaran dan
kreativitas guru.
Menurut E. Mulyasa (2004: 13) ada 6 kunci sukses dalam
implementasi kurikulum 2013 yaitu sosialisasi secara menyeluruh,
menciptakan lingkungan yang kondusif, mengembangkan fasilitas belajar
dan sumber belajar, mengembangkan kemandirian sekolah, meluruskan
paradigma guru dan memperdayakan tenaga kependidikan.
a. Sosialisasi secara menyeluruh
Sosialisasi ini dilakukan pemerintah untuk ditujukan kepada
seluruh warga sekolah, bahkan juga terhadap siswa dan orang tua.
Soaialisasi yang terstruktur dan sistematis dapat memberikan
kemudahan dalam memahami kurikulum yang ditawarkan dan
diterapkan secara optimal. Kemudian setelah sosialisasi, pihak sekolah
mengadakan rapat untuk mendapatkan persetujuan bersama komite
sekolah dan tenaga kependidikan agar implementasi kurikulum yang
baru dapat terlaksana dangan baik dan maksimal.
b. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Lingkungan sekolah yang kondusif, aman, nyaman dan tertib akan
menjadi faktor pendukung dan daya tarik tersendiri bagi proses
pembelajaran. Iklim belajar yang kondusif juga perlu ditunjang dengan
berbagai fasilitas seperti: sarana, laboratorium, pengaturan lingkungan,
penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antar siswa dan
guru, guru dengan komite dan begitu juga sebaliknya.
116
c. Mengembangkan fasilitas dan sumber belajar
Fasilitas dan sumber belajar tentu saja akan membantu
mempercepat proses tercapainya tujuan dari kurikulum tersebut dan
diantara fasilitas tersebut adalah seperti laboratorium, pusat sumber
belajar dan perpustakaan.
d. Memupuk dan selalu mengembangkan kemandirian sekolah
Mengembangkan kemandirian sekolah lebih identik dengan
mengembangkan kemandirian kepala sekolah, terutama dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan semua sumber
daya pendidikan yang tersedia serta memberikan arahan dalam
mengimplementasikan kurikulum yang baru.
Dan kemandirian ini juga harus ditunjang dengan profesionalisme
kepala sekolah sehingga dapat mendorong sekolah untuk segera
mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-
program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.
e. Meluruskan paradigma (pola pikir) guru
Untuk hal ini semua guru perlu diberikan sebuah pelatihan serta
penataran khusus mengenai bagaimana pelaksanaan kurikulum yang
baru. Dan semua kegiatan yang diadakan oleh pihak sekolah dengan
mengundang ahli pendidikan atau jajaran pendidikan di daerah
tertentu yang mengerti dengan kurikulum yang dimaksud.
117
f. Memberdayakan semua tenaga kependidikan
Dalam hal ini, manajemen tenaga kependidikan adalah pihak yang
paling bertanggung jawab untuk menciptakan tenaga-tenaga
kependidikan dapat membaca perubahan tersebut, sehingga semua bisa
berjalan secara efektif dan efisien demi mencapai hasil yang optimal.
Pelaksanaan manajemen tenaga kependidikan di Indonesia
sedikitnya mencakup tujuh kegiatan utama, yaitu perencanaan tenaga
pendidikan, pengadaan tenaga kependidikan, pembinaan dan
pengembangan tenaga kependidikan, promosi dan mutasi,
pemberhentian tenaga kependidikan, kompensasi, dan penilaian tenaga
kependidikan. Semua itu dilakukan dengan baik dan benar agar apa
yang diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga kependidikan yang
diperlukan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat
melaksanakan kerja dengan baik. Oleh karena itulah pemberdayaan
tenaga kependidikan menjadi salah satu faktor pendukung dalam
implementasj kurikulum baru di Indonesia.
2. Problem yang dihadapi guru PAI dalam melaksanakan K-13 di MAN
2 Magelang
Berdasarkan wawancara, observasi dan dokumentasi terkait
problematika guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 diperoleh
bahwa problem yang sering dihadapi guru PAI di MAN 2 Magelang
diantaranya beban administrasi kurikulum 2013 telalu berat, buku ajar
118
kurang memadai dan kreativitas guru yang masih kurang. Problematika
tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut :
a. Beban administrasi guru
Kurikulum 2013 jika berhasil dilaksanakan akan membuahkan
hasil yang sangat luar biasa, karena dalam kurikulum 2013 ini terdapat
penilaian autentik, jadi siswa dinilai tidak hanya aspek kognitif saja
akan tetapi afektif dan psikomotorik terpantau oleh guru, dan ini yang
membuat guru PAI di MAN 2 Magelang merasa keberatan karena
harus membutuhkan banyak waktu untuk melakukan penilaian dari
banyak aspek dan penilaian dilakukan selama pembelajaran
berlangsung maupun pembelajaran sudah selesai.
Selain merasa kebaratan dengan administrasi ada pula guru yang
masih kesulitan dalam memberikan penilaian kepada siswa, hal ini
biasa dialami oleh guru yang berusia 50 tahun keatas.
b. Buku ajar kurang memadai
Buku ajar merupakan sumber belajar yang sangat penting dalam
pembelajaran, buku ajar pada kurikulum 2013 di bagi menjadi 2 yaitu
buku untuk pegangan guru dan buku untuk pegangan siswa. Buku ajar
idealnya rasio anak dan buku adalah satu banding satu, akan tetapi
buku yang ada di MAN 2 Magelang khususnya buku peminatan belum
bisa terpenuhi apabila diterapkan satu banding satu.
119
c. Kreativitas guru kurang
Kurang kreatif disini yang dimaksud adalah dalam proses
pembelajaran, pada umumnya guru yang kurang kreatif dalam
menerapkan metode pembelajaran, pada umumnya yang terjadi di
MAN 2 Magelang guru menggunakan metode pembelajaran secara
monoton, selain hal tesebut masih kesulitan dalam menerapkan
pendekatan saintifik pada proses pembelajaran. Guru yang kurang
kreatif biasanya hanya akan menggunakan satu metode saja dalam
proses pembelajaran. Hal ini yang menyebabkan siswa merasa bosan
dan tidak mau aktif di kelas, apalagi metode yang digunakan adalah
metode ceramah. Pada kurikulum 2013 guru dituntut untuk bisa
membuat siswa-siswi aktif, sehingga seorang guru harus mampu
memanfaatkan media untuk membuat suatu metode pembelajaran yang
kreatif dan inovatif.
Masalah yang telah dipaparkan diatas sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Agnes Tuti Rumiati selaku Staf Khusus Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bidang Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan (UKMP3).
Menurut Tuti sebagaimana yang dikutip dari Okezonenews bahwa
permasalahan penerapan dalam pembelajaran kurikulum 2013 diantaranya
adalah :
a) Pertama "Yang kurang dipahami adalah proses penilaian yang
dianggap rumit. Banyak yang belum paham dalam memberikan
120
penilaian dalam implementasi kurikulum 2013," ujar Tuti di Gedung
PGRI, Jakarta Pusat, Kamis 16/10/2014.
b) Kedua, kata Tuti, para guru masih kesulitan menerapkan scientific
approach dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Tuti, metode
tersebut digunakan karena melihat adanya gap antara jenjang
pendidikan, baik SD ke SMP, SMP ke SMA, SMA ke Perguruan
Tinggi. "Baru kaget ketika lihat hasil PISA. Tapi sebenarnya sudah
lama dan memang ada. Dari lima langkah pendekatan scientific, yakni
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring,
yang sering terlewat ialah menalar," tutur Dosen di Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.
c) Kendala ketiga, ungkap Tuti, adalah membuat siswa aktif. Sebab,
dalam kurikulum 2013, guru harus pintar menjadi fasilitator agar siswa
bertanya. Sayang, belum semua guru mampu melaksanakannya.
(diakses dari http:// news.okezone.com pada tanggal 21 Mei 2018,
pukul 15.35)
3. Solusi problematika yang dihadapi guru PAI dalam implementasi
Kurikulum 2013 (K-13)
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi secara
menyeluruh, solusi yang paling sering di tekankan oleh kepala sekolah dan
guru adalah guru diminta untuk setiap tahunnya melakukan training
ataupun diklat. Kemudian meningkatkan supervisi, komite memenuhi
sarana dan prasarana.
121
Secara rinci di bawah ini akan dipaparkan tentang solusi terkait
permasalahan guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 yang terjadi
di MAN 2 Magelang:
a. Beban administrasi guru
Sebenarnya beban administrasi pada kurikulum 2013 tidak telalu
berat, bahkan menjadi ringan sebab guru tidak dituntut untuk
menyusun silabus dan tidak harus menjabarkan kompetensi dasar (KD)
ke dalam indikator-indikator pembelajaran.
Sabagaimana yang diungkapkan Mulyasa (2016: 50) bahwa guru
cukup membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sangat
sederhana, terutama berkaitan dengan ruang lingkup dan urutan materi
berkaitan dengan pembelajaran yang akan dilakukannya serta
kompetensi dan karakter peserta didik yang akan diwujudkannya, yang
semuanya sudah tertuang dalam buku pedoman guru. Dikatakan
demikian karena pemerintah melalui tim pengembang kurikulum
sudah menyiapkan hampir seluruh urusan administrasi guru, yang
dituangkan dalam buku pedoman guru dan pedoman peserta didik serta
demikian halnya dengan buku pedoman kepala sekolah dan pengawas,
semuanya sudah disiapkan. Guru hanya memahami buku-buku
pedoman tersebut sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
yang harus dilakukan dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan sesuai standar
proses pendidikan.
122
Dengan demikian bagi guru yang malas akan mengatakan beban
administrasi guru sangat berat, padahal kalau guru bersungguh-
sungguh dalam menjalankan kewajiban sebagai guru maka beban
administrasi tidak menjadi masalah.
b. Buku ajar kurang memadai
Untuk mengatasi permasalah buku ajar yang masih kurang kepala
sekolah melegalkan kepada peserta didiknya untuk memanfaatkaan
fasilitas berupa HP android sebagai alat bantu untuk membuka buku
ajar yang berbentuk PDF. Namun demikian peserta didik tetap harus
dibawah pengawasan guru dalam memanfaatkan fasilitas tersebut,
peserta didik dibolehkan membuka HP android kecuali digunakan
untuk menunjang pembelajaran di kelas dan ada sanksi khusus bagi
yang melanggar peraturan.
Selain solusi diatas, ada beberapa guru yang menyarankan peserta
didiknya untuk memfotokopi buku tersebut. Kemudian solusi terakhir
yaitu pemerintah harus segera bertindak dalam memenuhi kebutuhan
buku kurikulum 2013.
c. Kreativitas guru kurang
Ciri umum kurikulum 2013 adalah mendorong kreativitas dan
inovasi baik dari kalangan guru dan siswa, sehingga proses
pembelajaran diarahkan menjadi kegiatan yang menyenangkan. Sukses
tidaknya pembelajaran tergantung kualitas guru, karena kurikulum
2013 tidak berguna jika seorang guru tidak mempunyai kualitas yang
123
mumpuni dalam mengimplementasikannya. Dengan demikian untuk
menjadi guru yang kreatif seorang guru harus selalu berlatih dan terus
berlatih, kemudian mecari tahu model-model pembelajaran terbaru
yang bisa membuat peserta didik merasa senang dan tidak
membosankan.
Menurut Sudratjat dalam artikelnya memberikan solusi supaya
dalam melaksanakan pembelajaran seorang guru bisa kreatif maka
sekolah perlu melakukan beberapa hal sebagai berikut:
a. Lesson study ataupun workshop yang membahas tentang cara
mengajarkan kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan dalam
kurikulum 2013. Menurut sudrajat lesson study merupakan satu
upaya meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang
dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok
guru. Dengan berkolaborasi dengan guru mampu mengembangkan
siswa belajar dan bagaimana membelajarkan siswa. Selain itu
melalui lesson study guru dapat memperoleh pengetahuan dari guru
lainnya atau narasumber. Hal ini diperoleh melalui adanya umpan
balik dari anggota lesson study. Sehingga kemampuan guru
semakin hari semakin bertambah baik dengan melakukan contoh
kemudian mengkritisi.
b. Pertemuan antar sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013,
pertemuan ini mengumpulkan semua perwakilan sekolah yang
ditunjuk melaksanakan kurikulum 2013 untuk mengevaluasi tahap
124
awal penerapan pola pembelajaran baru dalam sebulan terakhir.
Pertemuan ini penting sebab sebagian sekolah merasa mampu
menerapkan kurikulum baru dengan baik, namun yang lain
kesulitan. Sehingga dengan adanya forum ini akan terjalin tukar
menukar pengalaman tentang pelaksanaan kurikulum 2013 di
masing-masing sekolah.
Sedangkan menurut Mulyasa (2016: 161) untuk mengatasi
problematika dalam implementasi kurikulum 2013 secara keseluruhan, ada
beberapa solusi yang bisa dilakukan yaitu koordinasi, komunikasi dan
supervisi.
a. Perlunya koordinasi
Dalam implementasi kurikulum 2013, koordinasi diperlukan agar
menyamakan persepsi, koordinasi ini dilakukan baik guru, kepala
sekolah, pengawas sekolah, personil sekolah, orang tua maupun
masyarakat. Koordinasi sangat penting untuk untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan lembaga. Berdasarkan hal
tersebut, koordinasi dalam implementasi kurikulum 2013 berguna
untuk:
1) Menghilangkan dan menghindari perasaan terpisahkan dengan satu
sama yang lain, antara pengawas, kepala sekolah, guru dan para
tenaga kependidikan di sekolah.
2) Menghindarkan anggapan bahwa dirinya dan jabatannya adalah hal
yang paling penting.
125
3) Mengurangi kemungkinan timbulnya pertentangan antara lembaga
pendidikan atau antara pejabat dan pelaksana.
4) Menghindari dari rebutan fasilitas.
5) Menghindari pekerjaan yang overlapping di sekolah.
6) Menumbuhkan kesadaran para kepala sekolah untuk saling
memberikan bantuan, terutama bagi mereka yang berada dalam
wilayah yang sama.
7) Menumbuhkan kesadaran para kepala sekolah agar saling
memmberitahu masalah yang dihadapi bersama dan bekerjasama
dalam memecahkannya.
8) Memberikan jaminan tentang kesatuan langkah diantara para
kepala sekolah atau para guru.
9) Menjamin kesatuan kebijaksanaan diantara kepala sekolah dalam
wilayah tertentu.
b. Komunikasi dalam implementasi kurikulum 2013
1) Komunikasi internal
Komunikasi internal dalam implementasi kurikulum
dilakukan antar personal yang sehat dan efektif, baik antara kepala
sekolah dengan guru, maupun antara guru dengan personal lainnya.
Hal ini menjadi wajib dilakukan karena implementasi kurikulum
2013 di sekolah sulit terwujud tanpa adanya komunikasi internal
yang intens.
126
2) Komunikasi eksternal
Disamping komunikasi internal, maka komunikasi eksternal
juga tidak kalah pentingnya dalam implementasi kurikulum 2013.
Karena bagaimanapun, sekolah tetap membutuhkan pihak eksternal
sebagai stakeholder.
c. Supervisi dalam Implementasi Kurikulum 2013
Supervisi terhadap implementasi kurikulum 2013 harus dilakukan
demi memastikan efektifitasnya dalam kegiatan pembelajaran.
1) Hakikat supervisi
Pada hakekatnya supervisi mengandung beberapa kegiatan
pokok, yaitu pembinaan yang kontinu, pengembangan kemampuan
profesional personil, perbaikan situasi belajar mengajar, dengan
sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan
pribadi peserta didik.
2) Tujuan dan Fungsi Supervisi
a) Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami
tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah dalam
merealisasikan tujuan tersebut.
b) Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru
untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota
masyarakat yang lebih efektif.
c) Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis
secara kritis terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan
127
kesulitan belajar mengajar serta menolong mereka mengadakan
perbaikan.
d) Mengingatkan kesadaran kepala sekolah dan guru serta warga
sekolah lain terhadap cara kerja yang demokratis dan
komprehensif serta memperbesar kesediaan untuk tolong
menolong.
e) Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi
berprestsi untuk mengoptimalkan kinerja secara maksimal
dalam profesinya.
f) Membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan
pengembangan program pendidikan di sekolah kepada
masyarakat.
g) Melindungi orang-orang yang disupervisi terhadap tuntutan
yang tidak wajar dan kritik yang tidak sehat dari masyarakat.
h) Membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam mengevaluasi
aktivitasnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas
peserta didik.
i) Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan (kolegialitas)
diantara guru.
3) Teknik Supervisi
a) Kunjungan dan observasi kelas
Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk
mendapatkan informasi keadaan kelas saat berlangsung proses
128
pembelajaran, baik yang menyangkut kelebihan dan
kekurangan. Melalui teknik ini kepala sekolah dapat
mengamati secara langsung tugas utama guru yaitu mengajar,
penggunaan alat, metode dan teknik mengajar secara
keseluruhan dengan berbagai faktor yang mempengaruhi.
b) Pembicaraan individual
Kunjungan dan observasi pada umumnya dilengkapi
dengan pembicaraan individual antara kepala sekolah dan guru.
Pembicaraan meruapakan alat supervise penting sebab dalam
kesempatan tersebut supervisor dapat bekerja secara individual
dengan guru dalam memecahkan masalah pribadi yang
berhbungan dengan proses belajar-mengajar.
c) Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan
mengumpulkan sekelompok orang dalam situasi tatap muka
lisan untuk bertukar informasi atau berusaha mencapai suatuu
keputusan tentang masalah-masalah bersama.
d) Demonstrasi pembelajaran
Demonstrasi pembelajaaran adalah proses pembelajaran
yang dilakukan oleh seorang guru yang memiliki kemampuan
dalam pembelajaran, sehingga guru lain dapat mengambil
hikmah dan manfaatnya. Teknik ini bertujuan untuk memberi
contoh bagaimana cara melaksanakan pembelajaran yang baik
129
dalam menyajikan materi , menggunakan pendekatan, metode,
dan media pembelajaran. Demonstrasi pembelajaran
merupakan teknik supervisi yang besar manfaatnya
e) Perpustakaan professional
Ciri professional seorang guru antara lain tercermin dalam
kemauan dan kemampuannya untuk belajar secara terus
menerus dalam rangka meningkatkan dan memperbaiki tugas
utamanya, yaitu melaksanakan pembelajaran. Guru hendaknya
merupakan kelompok “reading people” dan menjadi bagian
dari masyarakat belajar, yang menjadikan belajar sebagai
kebutuhan pribadi. Dengan demikian diperlukan berbagai
sumber belajar yang dapat memenuhi kebutuhan guru, terutama
dalam kaitanya dengan sumber-sumber belajar berupa buku.
Dikatakan demikian karena buku merupakan gudang ilmu dan
sebagai salah satu sumber pengetahuan yang utama.
Sehubungan dengan implementasi kurikulum 2013, diperlukan
sejumlah buku perpustakaan sesuai dengan bidang ilmu atau
bidang kajian setiap guru. Dalam hal ini kehadiran
perpustakaan di sekolah sangat dirasakan manfaatnya dan
sangat penting bagi peningkatan pertumbuhan profesionalisme
guru.
130
4) Koordinasi antar Kementrian
Koordinasi antar kementrian perlu dilakukan dengan
mengacu kepada kebijakan-kebijakan sebagai berikut:
a) Peningkatan koordinasi antara kemendikbud dengan lembaga
terkait untuk menyinergikan perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan evaluasi kurikulum.
b) Peningkatan koordinasi antara kemendikbud dengan
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota, LPMP,
serta satuan pendidikan untuk menyinergikan perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi kurikulum. (Mulyasa,
2016: 181-188)
131
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas, penulis
dapat menyimpulkan bahwa:
1. Implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang sudah berjalan
dengan baik sesuai dengan arahan dari pemerintah, namun masih perlu
dimaksimalkan baik itu yang menyangkut kreativitas guru, buku ajar
maupun dari kesiapan peserta didik. Adapun usaha yang telah
dilakukan sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013
diantaranya:
a. Sosialisasi secara menyeluruh
b. Menciptakan lingkungan yang kondusif
c. Mengembangkan fasilitas dan sumber belajar
d. Memupuk dan selalu mengembangkan kemandirian sekolah
e. Meluruskan pola pikir atau paradigma guru
f. Memberdayakan tenaga kependidikan
2. Problem yang dihadapi guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013
yang terjadi di MAN 2 Magelang pada umumnya dipengaruhi oleh
faktor guru dan bahan ajar. Beberapa masalah yang dialami guru PAI
sering terjadi terkait dengan anggapan bahwa beban administrasi guru
132
terlalu berat, kemudian masih kurangnya kreativitas guru dan
kurangnya buku ajar untuk peserta didik.
3. Solusi dari problematika yang dihadapi guru PAI dalam implementasi
kurikulum 2013 tersebut dapat diatasi dengan adanya pelatihan-
pelatihan bagi guru dan juga adanya supervisi yang dilakukan kepala
sekolah kepada guru. Untuk mengatasi bahan ajar yang masih kurang
kepala sekolah membolehkan siswa membawa HP untuk dibawa di
kelas untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut
Mulyasa (2016: 161) untuk mengatasi problematika dalam
implementasi kurikulum 2013 secara keseluruhan dapat dilakukan hal-
hal sebagai berikut:
a. Perlunya koordinasi
b. Komunikasi dalam implementasi kurikulum 2013
c. Supervisi dalam implementasi kurikulum 2013
B. Saran
1. Bagi pihak sekolah
Pihak sekolah sebaiknya memberikan fasilitas yang bisa
menunjang keberhasilan implementasi kurikulum 2013, terutama buku
ajar.
2. Bagi guru
Guru harus meningkatkan kreativitas dalam mengajar, lebih banyak
membaca buku-buku yang berhubungan dengan model pembelajaran
133
yang sesuai dengan kurikulum 2013 dan mengikuti pelatihan-pelatihan
atau workshop tentang kurikulum 2013.
3. Bagi pemerintah
Pemerintah sebaiknya lebih intensif dalam memberikan pelatihan-
pelatihan kepada para guru, sehingga para guru lebih paham dan dapat
mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan baik.
134
DAFTAR PUSTAKA
Aat, Syafaat dkk. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah
Kenakalan Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Abdul Majid & Chaerul Rochman. 2014. Pendeketan Ilmiah dalam Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Abdul Majid & Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosesdur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi
Revisi VI). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Daradjat, Zakiah dkk. 1996. Ilmu Pendidikan Agama Islam. Bumi Aksara .
Hasan, Iqbal, 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: PT Bumi
Aksara
Kamus bahasa Indonesia. 1989. Depdikbud,
Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2014. Implementasi Kuruikulum 2013: Konsep
dan Penerapan. Surabaya: Kata Pena.
Lexy Moleong. 2006. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
Remaja Rosdakarya.
M. Fadlillah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTS, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Minarti, Sri. 2013. Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoritis-Filosofis dan
Aplikatif-Normatif. Jakarta: Amzah.
Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam (cetakan 3). Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Mujtahid. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Malang: UIN Maliki Press.
Mulyasa, E. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya,
Mulyasa, E. 2016. Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja
Rosdakarya
135
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sumanto. 1990. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi
Offet.
Supardi. 2014. Kinerja Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suwardi, Anita, W, S,. Akhyar., M. & Asrowi. 2017. Gender bias in Islamic
textbooks for Muslim children in Indonesia. Attarbiyah: journal of
Islamic culture and education.
Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang SISDIKNAS. Bandung: Citra Umbara.
Wijaya, C dkk. 2002. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran.
Jakarta: Ciputat Press.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DATA RESPONDEN
1. Nama : JS
Usia : 48 tahun
Jabatan: Kepala Madrasah
2. Nama : MP
Usia : 47 tahun
Jabatan: WAKA Kurikulum/ Guru Matematika
3. Nama : MH
Usia : 53 tahun
Jabatan: Guru Akidah Akhlak
4. Nama : NI
Usia : 45 tahun
Jabatan: Guru Fikih
5. Nama : EH
Usia : 41 tahun
Jabatan: Guru Sejarah Kebudayaan Islam
6. Nama : MI
Usia : 28 tahun
Jabatan: Guru Al-Quran Hadits
HASIL WAWANCARA KEPADA KEPALA SEKOLAH
Nama dengan kode: JS
Tanggal Wawancara: 5 Mei 2018
Tempat : MAN 2 Magelang
Jam : 08.55-09.20
1. Sejak kapan MAN 2 Magelang menerapkan K-13 pak?
Sejak 5 tahun yang lalu mas untuk yang mapel PAI, kemudian untuk mapel
umum baru 4 tahun mas.
2. Bagaimana respon guru PAI terhadap pelaksanaan K-13 pak?
Emm, respon ya mas, kalo Respon guru PAI terhadap k-13 pada awalnya
merasa keberatan mas, karena beban administrasi yang sangat banyak dan
sudah terlanjur nyaman dengan KTSP mas, akan tetapi karena itu adalah
tuntutan dari pemerintah supaya K-13 di berlakukan di semua jenjang
sekolah batas akhir tahun 2018 maka semua guru mau tidak mau harus
melaksanakannya, sehingga karena kondisi yang di paksa maka menjadikan
guru PAI ada beberapa yang mulai enjoy dan menikamati K-13 sampai saat
ini mas
3. Sejauh mana keberhasilan penerapan K-13 di MAN 2 Magelang pak?
Secara umum kita berhasil mas, sudah melaksanakan sesuai pedoman mas,
akan tetapi dari segi proses, alat, bahan atau mungkin metode pembelajaran
bisa dikatakan belum semua guru melaksanakan sesuai prosedur, akan
tetapi ada beberaa guru yang sudah bisa, sehingga yang paling penting
adalah kreativitas guru, sehingga peran sekolah sangat di butuhkan untuk
memberikan arahan kepada para guru yang kurang kreatif.
4. Apa Problem guru PAI dalam melaksanakan K-13?
Yang pertama adalah ketidaksiapan guru disini, karena kita sering
mengalami yang namanya zona nyaman, sudah lama menggunakan model
KTSP kemudian harus diubah dengan yang baru maka ada guru yang
seakan-akan terpaksa sehingga menerima K-13 itu dengan berat.
Masalah yang kedua adalah tentunya dari buku, karena sesuai dengan
standar nasional pendidikan itu kan mensyaratkan rasio buku dan anak itu
adalah satu banding satu. Disini masih kekurangan buku peminatan,
sedangkan buku wajib sudah terpenuhi.
Masalah yang ketiga yaitu masalah dari kreativitas guru yang kurang
sehingga kita melihat model-model pembelajaran di kelas itu antara 2006
dan 2013 itu sama saja, itu kan menurut saya guru itu kurang kreatif, tapi
ada sebagian guru yang sudah mampu memanfaatkan media dan
lingkungan, belajar diluar dan di perpustakaan.
Masalah selanjutnya tuntutan dari siswa sendiri, siswa juga punya masalah
K-13 itu kan menuntut anak harus kreatif dan aktif, dan peran guru hanya
30-40%, sehingga kalau siswa tidak mau diajak aktif dan kreatif maka akan
memunculkan problem tersendiri.
5. Bagaimana solusi dari masalah-masalah diatas pak?
Emm solusinya yaitu yang pertama dari guru harus selalu mengikuti
pelatihan K-13, kepala sekolah meningkatkan supervisi, komite memenuhi
sarana dan prasarana, dan dari pihak pemerintah memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang ada dalam K-13.
6. Apakah siswa-siswi mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan K-13 pak?
Sebenarnya kesulitaan pada anak itu tergantung pada gurunya,jika dalam
proses pembelajaran seorang guru melaksanakan langka p-lamgkah
pembelajaran sesauia dengan pedoman K-13 dengan maka siswaa akan
merasakan enjoy.
7. Apakah Sarpras dan buku ajar PAI K-13 sudah memenuhi syarat
pak?
Kalau sarpras sudah memnuhi syarat mas, cuman aja buku ajarnya yang
masih kekurangan, karena sesuai standar nasional pendidikan, rasio anak
dan buku itu 1:1 sedangkan di MAN 2 Magelang ini masih kekurangan.
HASIL WAWANCARA KEPADA WAKA KURIKULUM
Nama dengan kode: MP
Tanggal Wawancara: 15 Mei 2018
Tempat : MAN 2 Magelang
Jam : 10.15-10.50
1. Sejak kapan MAN 2 Magelang menerapkan K-13 pak?
K-13 mulai diterapkan sejak 2013 mas.
2. Bagaimana respon guru PAI terhadap pelaksanaan K-13 pak?
Respon dari guru PAI bermacam-macam, ada yang menunggu ada yang
sudah bisa langsung melaksanakan, terutama bagi guru yang sudah berusia
50 keatas dalam penerapannya kurang maksimal.
3. Sejauh mana keberhasilan penerapan K-13 di MAN 2 Magelang pak?
Yaa, prosesnya bertahap mas, tapi sedikit demi sedikit ada peningkatan.
4. Apa Problem guru PAI dalam melaksanakan K-13?
Masalah yang sering dihadapi guru PAI adalah buku sumber yang masih
belum valid, buku sumber itu kan penerbitnya tidak hanya satu penerbit,
sehingga sering terjadi perbedaan antara penerbit satu dengan penerbit yang
lainnya dalam hal isi.
5. Bagaimana solusi dari masalah-masalah diatas pak?
Ya, salalu kita coba sharing dengan temen MGMP dan mendorong siswa
untuk selalu mengikuti perubahan. Kemudian guru untuk memenuhi
kekurangan buku ajar sementara di minta untuk mendownload buku ajar,
serta membolehkan siswa untuk memanfaatkan HP sabagai alat bantu
untuk mendowload buku siswa.
6. Apakah siswa-siswi mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan K-13 pak?
Yaa, ada mas, kendalanya karena perubahan mindset siswa yang awalnya
bersifat pasif kemudian K-13 di tuntut untuk aktif dan guru hanya berfungsi
sebagai fasilitator.
7. Apakah Sarpras dan buku ajar PAI K-13 sudah memenuhi syarat
pak?
Kalau sarpras sudah memenuhi syarat mas hanya saja buku yang masih
kekurangan.
HASIL WAWANCARA KEPADA GURU AL-QURAN HADITS
Nama dengan kode: MI
Tanggal Wawancara: 5 Mei 2018
Tempat : MAN 2 Magelang
Jam : 11.45-12.15
1. Sejak kapan MAN 2 Magelang menerapkan K-13 pak?
MAN 2 Magelang ini menerapkan K-13 ini bertepatan ketika saya mulai
ngajar disini mas, jadi sekitar 4 tahunan yang lalu mas.
2. Bagaimana respon guru PAI terhadap pelaksanaan K-13 pak?
Respon saya sendiri terkait implementasi K-13 saya kurang setuju mas,
karean MAN 2 magalang inikan sekolahnya di desa, karena proses
pembelajrannya masih terlalu tinggi untuk anak-anak di desa. Akan tetapi
K-13 adalah tuntutan pemerintah maka mau tidak mau harus melaksanaka
walaupun belum maksimal.
3. Bagaimana persiapan bapak dalam implementasi K-13 pak?
Kalau persiapan saya sudah dari dulu mas, dan sudah mengikuti
pelatihan-pelatihan. Dan persiapan yang harus dilakukan adalah harus
bersungguh-sungguh dalam menyusun administrasi.
4. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi K-13
pak?
Kalau faktor pendukung di MAN 2 Magelang ini sudah difasilitasi mas,
mulai dari ruang kelas yang memadai, proyektor (LCD), laboratorium
dan perpustakaan. Sedangkan factor penghambatnya yaitu beban
admisitrasi yang sangat banyak.
5. Apa problem guru PAI dalam melaksanakan K-13?
Problem yang pertama adalah beban administrasi, problem yang kedua
adalah buku ajar yang belum lengkap. Masalah yang ketiga yaitu ada
beberapa kelas yang belum mau diajak untuk aktif dalam pembelajaran,
sehingga untuk menerapkan K-13 itu tergantung keadaan dan kondisi
kelas.
6. Apakah ibu dalam pembelajaran sudah menerapkan pendekatan
saintifk?
Iya mas, kalau memang kelas sudah bisa diajak aktif saya terapkan
pedekatan saintifik.
7. Bagaimana bapak menerapkan metode pembelajaran di K-13?
Kalau saya sendiri sudah fifty-fifty mas dalam penerapan metode
pembelajaran, kadang masih memakai metode pembelajaran KTSP akan
tetapi juga sudah menerapkan metode pembelajaran K-13, tergantung
kondisi kelas dan siswa.
8. Bagaimana solusi dari masalah-masalah diatas pak?
Untuk solusi, menurut saya alangkah baiknya jika kembali ke KTSP lagi,
walaupun K-13 ini sebenarnya kalau di praktekan sesuai pedoman hasil
nya sangat bagus. Tergantung kreatifitas guru.
9. Apakah siswa-siswi mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan K-13 pak?
Kalau menurut saya siswa pasti mengalami kesulitan mas, karena rata-
rata siswa yang sekolah disini berasal dari desa, sehingga masih terlalu
berat untuk mengajak siswa aktif dalam belajar, hanya beberapa kelas
saja yang bisa diajak untuk aktif.
10. Apakah Sarpras dan buku ajar PAI K-13 sudah memenuhi syarat
pak?
Sarpras sudah terpenuhi mas hanya saja buku ajar yang masih kurang.
11 Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dalam menyusun RPP dan
dalam membuat laporan penilaian siswa?
Kalau menyusun RPP saya tidak ada masalah mas, sebelum K-13 pun
saya sudah terbiasa menyusun RPP, yang menjadi masalah adalah belum
melaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan,
karena seringkali guru menyusun RPP itu setelah mengajar, padahal yang
idealnya RPP itu disusun sebelum mengajar dan sudah ditanda tangani
oleh kepala sekolah.
HASIL WAWANCARA KEPADA GURU SEJARAH KEBUDAYAN
ISLAM (SKI)
Nama dengan kode: EH
Tanggal Wawancara: 5 Mei 2018
Tempat : MAN 2 Magelang
Jam : 11.59-12-20
1. Sejak kapan MAN 2 Magelang menerapkan K-13 bu?
K-13 di sini sudah dilaksanakan sekitar 4 taahun yang lalu mas. Dan
dilaksanakan secara bertahap dimulai dari kelas X.
2. Bagaimana respon guru PAI terhadap pelaksanaan K-13 bu?
Respon saya pribadi ada positifnya dan negatifnya, dalam proses
pembelajaran guru merasa diringankan karena guru lebih condong banyak
pasif dan hanya sebagai fasilitator, sedangkan yang negatif yaitu beban
administrasi guru menjadi banyak.
3. Bagaimana persiapan ibu dalam implementasi K-13 bu?
Persiapan yang pertama adalah mengikuti PP melalui WAKA kurikulum,
kemudian megikuti pelatihan K-13. Persiapan raportnya juga beda, dulu
bentuknya manual yang K-13 pengisiannya lewat komputer.
4. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi K-13
bu?
Faktor pendukungnya dalam K-13 ini adalah sarpras yang sudah
memenuhi syarat, kemudian faktor penghambatnya yaitu buku yang belum
lengkap
5. Apa problem guru PAI dalam melaksanakan K-13?
Problem yang pertama yaitu beban administrasi yang semakin banyak,
kemudian anak-anak karena kebanyakan dari daerah pedesaan.
6. Apakah ibu dalam pembelajaran sudah menerapkan pendekatan
saintifk?
Iya mas, walaupun terkadang ada beberapa kelas yang kurang bisa
mengikuti.
7. Bagaimana ibu menerapkan metode pembelajaran di K-13?
Saya menerapkan metode pembelajaran K-13 itu pertama kali melihat
kondisi kelas dan karekter siswa, kira-kira mampu tidak siswa-siswi itu
mengikutinya. Kalau dilihat mampu maka saya menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dengan K-13.
8. Bagaimana solusi dari masalah-masalah diatas bu?
Untuk solusi, menurut saya alangkah baiknya jika kembali ke KTSP lagi,
walaupun sebenarnya kalau di praktekan sesuai pedoman hasil nya sangat
bagus. Tergantung kreatifitas guru.
9. Apakah siswa-siswi mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan K-13 bu?
Kalau menurut saya siswa pasti mengalami kesulitan mas, karena rata-rata
siswa yang sekolah disini berasal dari desa, sehingga masih terlalu beart
untuk mengajak siswa aktif dalam belajar, hanya beberapa kelas saja yang
bisa diajak untuk aktif.
10. Apakah Sarpras dan buku ajar PAI K-13 sudah memenuhi syarat bu?
Sarpras sudah terpenuhi mas hanya saja buku ajar yang masih kurang.
11. Apakah ibu mengalami kesulitan dalam menyusun RPP dan dalam
membuat laporan penilaian siswa?
Tidak mas krena RPP sudah di susun bersama-sama teman-teman MGMP.
Kemudian yang agak kewalahan yaitu membuat laporan penilaian yang
sangat banyak.
HASIL WAWANCARA KEPADA GURU FIQIH
Nama dengan kode: NI
Tanggal Wawancara: 9 Mei 2018
Tempat : MAN 2 Magelang
Jam : 11.34-12.00
1. Sejak kapan MAN 2 Magelang menerapkan K-13 bu?
Awal tahun 2013 MAN 2 magelang sudah mulai melaksankan mas, Ttapi
awala itu baru penajajkan untuk kelas X dulu, untuk kelas XI dan XII
belum menerabuan.
2. Bagaimana respon guru PAI terhadap pelaksanaan K-13 bu?
Responnya ya karena itu memang sudah ketentuan dari atas ya kami
terima saja mas, dan kalau mapel Fiqih itu tidak jauh berbeda ketika
dilaksanakan K-13, di KTSP pun sudah melakukan pembelajaran yang
sesuai dengan K-13 misalnya langsung praktik,
3. Bagaimana persiapan ibu dalam implementasi K-13 bu?
Persiapan pertama kali saya dulu langsung ikut diklat, mencari ketentuan-
ketentuan kurikulum, kemudian menyusun silabus dan RPP bersama
teman-teman MGMP.
4. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi K-13
bu?
Faktor pendukungnya kita diberi kebebasan untuk memperbaharui metode
pembelajaran akan tetapi faktor penghambatnya itu buku ajar belum semua
anak dapat satu-satu, kemudain LCD yang kadang tidk bias d fungsikan
5. Apa problem guru PAI dalam melaksanakan K-13?
Sarpras yang kurang lengkap, kemudian belum adanya pedoman yang
pasti terkait administrasi dan terlalu banyaknya administrasi misalnya
dalam hal penilaian sehingga menyita waktu guru dan membuat
terbengkalai. Problem selanjutnya yaitu ada sebagian siswa yang kurang
aktif.
6. Apakah ibu dalam pembelajaran sudah menerapkan pendekatan
saintifk?
Sudah mas, hanya saja masih tergantung kelas, adakalanya menerapkan
dan adakalanya belum mungkin dipraktekan, karena memang setiap kelas
itu karakteristik siswanya berbeda-beda.
7. Bagaimana ibu menerapkan metode pembelajaran di K-13?
Metode pembelajaran yang saya terapkan biasanya sesuai dengan
materinya mas, dan mapel fikih metode pembelajarannya dari sejak KTSP
pun tidak jauh berbeda dengan metode pembelajaran yang ada di K-13.
Akan tetapi yang menjadi kendala adalah siswa susah diajak aktif,
sehingga hasilnya kurang maksimal.
8. Bagaimana solusi dari masalah-masalah diatas bu?
Ya kita usahakan agar siswa bisa mengikuti pembelajaran K-13 mas,
kemudain kita juga perlu mengikuti pelatihan-peatihan agar selalu
mempunyai hal yang baru terkait perkembangan K-13.
9. Apakah siswa-siswi mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan K-13 bu?
Iya mas, terutama ketika penerapan metode saintifik, terkadang anak
masih kebingungan sehingga salah satu jalan pintasnya guru masih
setengah-setengah dalam menerapkan metode pembelajaran saintifik.
10. Apakah Sarpras dan buku ajar PAI K-13 sudah memenuhi syarat bu?
Kalau sarpras sudah lumayan lengkap walapun terkadang ada satu dua
yang tidak bisa difungsikan. Sedangka untuk buku ajar juga masih
kekurangan Karena idealnya itu satu anak dapat satu buku.
11. Apakah ibu mengalami kesulitan dalam menyusun RPP dan dalam
membuat laporan penilaian siswa?
Kalau menyusun RPP saya tidak merasa kesulitan mas, karena RPP itu
sudah disusun bareng-bareng atau satu tim (MGMP) akan tetapi yang
dalam penilian agak kesulitan karena jumlah aspek yag dinilai amat
banyak sehingga memakan waktu banyak.
HASIL WAWANCARA KEPADA GURU AKIDAH AKHLAK
Nama dengan kode: MH
Tanggal Wawancara: 9 Mei 2018
Tempat : MAN 2 Magelang
Jam : 11.15-10.50
1. Sejak kapan MAN 2 Magelang menerapkan K-13 pak?
MAN 2 Magelang ini mulai melaksanakan K-13 sejak 5 tahun yang lalu
mas, dan hanya diterapkan di kelas X, sedangkan untuk kelas XI dan XII
baru melaksanakan secara penuh sejak 4 tahun yang lalu.
2. Bagaimana respon guru PAI terhadap pelaksanaan K-13 pak?
Responnya baik mas, cuman yang menjadi kendala biasanya siswa yang
kurang aktif, tetapi ada beberapa yang sudah aktif.
3. Bagaimana persiapan bapak dalam implementasi K-13 pak?
Persiapan untuk menghadapi K-13 ini tentunya semua guru mengikuti
pelatihan kurikulum 2013.
4. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi K-13
pak?
Faktor pendukung yang ada di MAN 2 Magelang ini Sarapras yang sudah
memenuhi syarat mas, seperti perpustakaan, Laboratorium, LCD
(proyektor).
5. Apa Problem guru PAI dalam melaksanakan K-13?
Kalau problem tentunya ada mas, yang pertama beban administrasi guru
yang semakin banyak, kemudian buku ajar yang masih kekurangan, siswa
kurang aktif atau motivasi siswa kurang, dan guru yang sudah tidak
mampu mengoperasikan komputer (IT).
6. Apakah ibu dalam pembelajaran sudah menerapkan pendekatan
saintifk?
Sudah mas, hanya saja belum maksimal karena masih tergantung keadaan
kelas.
7. Bagaimana ibu menerapkan metode pembelajaran di K-13?
Saya sedikit demi sedikit sudah menerapkan metode pembelajaran yang
sesuai K-13 mas, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih kurang
maksimal, karena yang pertama adalah siswa sendiri susah untuk diajak
aktif kemudian saya sendiri penguasaan IT juga agak kurang.
8. Bagaimana solusi dari masalah-masalah diatas pak?
Solusi yang kami tekankan adalah selalu mengikuti perkembangan
informasi tentang K-13, mengikuti workshop K-13 dan mengajak siswa
untuk selalu aktif.
9. Apakah siswa-siswi mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan K-13 pak?
Sebagian ada yang mengalami kesulitan karena memang anak belum
terbiasa dengan K-13 yang sebagian besar siswa berasal dari daerah
pedesaan serta motivasi belajar siswa yang kurang.
10. Apakah Sarpras dan buku ajar PAI K-13 sudah memenuhi syarat
pak?
Sarpras sudah memenuhi syarat mas hanya saja buku ajar yang masih
kurang dan kemampuan guru yang berbeda-beda.
11 Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dalam menyusun RPP dan
dalam membuat laporan penilaian siswa?
Kalau menyusun RPP saya tidak merasa kesulitan mas, karena RPP itu
sudah disusun bareng-bareng atau satu tim (MGMP) akan tetapi yang
dalam penilian agak kesulitan karena jumlah aspek yag dinilai amat
banyak sehingga memakan waktu banyak.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah/Madrasah : MAN 2 MAGELANG
Mata pelajaran : FIQIH
Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : 1. Ketentuan Allah tentang Jinayat dan Hikma
2. Contoh-contoh pelanggaran yang terkena
ketentuan jinayat
Alokasi Waktu : 2 JP (4 x 45 menit)
A. KOMPETENSI INTI
1. Kompetensi Inti (KI 1):
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Kompetensi Inti (KI 2)
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong,kerja sama, toleran, damai),santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
3. Kompetensi Inti (KI 3):
Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedur
al pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
4. Kompetensi Inti (KI 4):
Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN
1.1. Meyakini syariat Islam tentang hukum jinayat
2.1. Menunjukkan sikap adil dan tanggung jawab dalam penerapan
materi hukum jinayat
3.1. Menelaah ketentuan Allah tentang jinayat dan hikmahnya
Indikator
3.1.1. Menjelaskan dasar hukum larangan membunuh
3.1.2. Mengklasifikasikan macam-macam pembunuhan
3.1.3. Menjelaskan hukuman bagi pembunuh
3.1.4. Menjelaskan dasar hukum bagi pembunuh
3.1.5. Menjelaskan hikmah dilarangnya pembunuhan
4.1.Menunjukkan contoh pelanggaran yang terkena ketentuan jinayat
Indikator:
4.1.1. Mendemonstasikan contoh pelanggaran yang terkena
ketentuan jinayat
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti materi tentang jinayah dan hikmahnya melalui model
Active Learning dengan metode ceramah dan inkuiri siswa dapat: menjelaskan
pengertian Hukum pembunuhan dan hikmahnya, membaca literatur Fiqih
tentang pembunuhan, melakukan refleksi atas aturan Islam tentang larangan
pembunuhan, menterjemahkan dalil dan membaca dalil-dalil tentang
pembunuhan, menyimpulkan tentang hukum pembunuhan dan hikmahnya.
dengan karakter Cinta ilmu, gemar membaca, kreatif, disiplin, mandiri, ingin
tahu, percaya diri, menghargai orang lain, dan jujur.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Pembunuhan
Dasar hukum larangan membunuh dijelaskan dalam surat an-nisa’ ayat 92-93,
al-baqoroh ayat 178-179, al-isra’ ayat 33
Macam-macam pembunuhan antara lain qothlu al-amdi, qothlu syibhu al-amdi
dan qothlu al-khata’
Hukuman bagi pembunuh yaitu dilakukan qishas, bisa qishas pembunuhan,
diyat dan juga kafarat sesuai dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan dalam al-qur’an dan hadits
Hikmah dilarangnya pembunuhan antara lain menjaga dan menyelamatkan
kelangsungan hidup manusia, menempatkan kedudukan manusia sebagai
makhluk yang mulia, membatasi kemauan manusia untuk membuat semena-
mena terhadap jiwa manusia, menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan dan keadilan dll
E. METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Active Learning
Metode pembelajaran : Ceramah, inkuiri, Tanya jawab
F. MEDIA, ALAT/BAHAN, SUMBER PEMBELAJARAN
a. Media: laptop, LCD,papan tulis
b. Alat/Bahan: kertas karton, spidol
c. Sumber Pembelajaran: buku fikih klas x, Al-Qur’an terjemah, internet,
kitab fakhul qorib, LKS, lingkungan alam sekitar
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pertemuan Pertama: Materi Ketentuan Allah tentang Jinayat dan
Hukumnya
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (10 menit)
Guru mengucapkan salam dan meminta salahsatu oeserta didik
memimpin doa
Guru memperkenalkan diri dilanjutkan dengan mengenal peserta
didik melalui absensi
Guru mempersiapkan fisik dan psikis peserta didik melalui senam
otak
Guru menjelaskan tujuan mempelajari materi serta kompetensi yang
akan dicapai
Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan
Guru membentuk kelompok diskusi
b. Kegiatan Inti (70 menit)
Mengamati
Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang pengertian
pembunuhan
Peserta didik mengamati tayangan slide tentang pembunuhan
Peserta didik membaca materi di buku teks
Menanya
Peserta didik memberikan tanggapan hasil penjelasan guru
tentang pengertian pembunuhan
Peserta didik bertanyajawab tentang slide yang belum dipahami
terkait jinayat atau pembunuhan
Eksplorasi/eksperimen
Masing-masing kelompok berdiskusi tentang ketentuan jinayat
Masing-masing kelompok menggali pengertian syariah pada
internet/buku sumber lain
Mengasosiasi
Peserta didik melalui kelompoknya merumuskan ketentuan
jinayat
Peserta didik melalui kelompoknya membuat peta konsep tentang
ketentuan jinayat
Mengkomunikasikan
Masing-masing kelompok secara bergantian memaparkan mind
mapping di depan kelas
Secara bergantian, masing-masing kelompok
mempresentasikan/menyajikan hasil diskusinya tentang ketentuan
jinayat
c. Penutup (10 menit):
Guru mengadakan refleksi hasil pembelajaran
Guru mengajak peserta didik menyimpulkan bersama materi
pembelajaran
Guru mengadakan tes baik tulis maupun lisan
Guru memberikan pesan-pesan moral terkait dengan sikap
keimanan dan sosial
Guru memberikan tugas mandiri secara individu
Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya
Guru mengajak berdoa akhir majlis dilanjutkan dengan salam dan
berjabat tangan
2. Pertemuan Kedua: Contoh-contoh pelanggaran yang terkena ketentuan
jinayat
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (10 menit)
Guru mengucapkan salam dan meminta salahsatu peserta didik
memimpin doa
Guru memperkenalkan diri dilanjutkan dengan mengenal peserta
didik melalui absensi
Guru mempersiapkan fisik dan psikis pesetta didik melalui senam
otak
Guru menjelaskan tujuan mempelajari materi serta kompetensi ulang
akan di capai
Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan
Guru membentuk kelompok diskusi
b. Kegiatan Inti (70 menit)
Mengamati
Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang Contoh-contoh
pelanggaran yang terkena ketentuan jinayat
Peserta didik mengamati tayangan slide tentang Contoh-contoh
pelanggaran yang terkena ketentuan jinayat
Peserta didik membaca materi di buku teks
Menanya
Peserta didik memberikan tanggapan hasil penjelasan guru
tentang pengertian contoh-contoh pelanggaran yang terkena
ketentuan jinayat
Peserta didik bertanyajawab tentang slide yang belum dipahali
terkait Contoh-contoh pelanggaran yang terkena ketentuan jinayat
Eksplorasi/eksperimen
Masing-masing kelompok berdiskusi tentang Contoh-contoh
pelanggaran yang terkena ketentuan jinayat
Masing-masing kelompok menggali contoh-contoh pelanggaran
yang terkena ketentuan jinayat pada internet/buku sumber lain
Mengasosiasi
Peserta didik melalui kelompoknya merumuskan contoh-contoh
pelanggaran yang terkena ketentuan jinayat
Peserta didik melalui kelompoknya membuat peta konsep tentang
fikih Islam
Mengkomunikasikan
Masing-masing kelompok secara bergantian memaparkan mind
mapping di depan kelas
Secara bergantian, masing-masing kelompok
mempresentasikan/menyajikan hasil diskusinya tentang contoh-
contoh pelanggaran yang terkena ketentuan jinayat
c. Penutup (10 menit):
Guru mengadakan refleksi hasil pembelajaran
Guru mengajak peserta didik menyimpulkan bersama materi
pembelajaran
Guru mengadakan tes baik tulis maupun lisan
Guru memberikan pesan-pesan moral terkait dengan sikap
keimanan dan sosial
Guru memberikan tugas mandiri secara individu
Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya
Guru mengajak berdoa akhir majlis dilanjutkan dengan salam dan
berjabat tangan
H. PENILAIAN
1. Jenis/teknik penilaian :
Tes Tertulis
2. Bentuk instrumen dan instrumen :
1). Jelaskan dasar hukum larangan membunuh!
2). klasifikasikan macam-macam pembunuhan!
3). Jelaskan hukuman bagi pembunuh!
4). Jelaskan dasar hukum bagi pembunuh!
5). Jelaskan hikmah dilarangnya pembunuhan!
Kunci Jawaban :
(terlampir dimateri)
3. Pedoman penskoran
Penskoran:
Skor 5 jika jawaban benar
Skor 3 jika jawaban kurang benar
Skor 1 jika jawaban tidak benar/tidak menjawab
Skor perolehan
Nilai = ------------------- x 4
Skor maksimal
Mengetahui
Kepala MAN Tegalrejo
Joko Susilo, S.Pd.
NIP . 197009301995031001
Tegalrejo,
Guru Mapel Fiqih.
Nurul Istianah, S.Ag
NIP. 19731008200710 2 003
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Muchamad Chairul Umam
Nim : 11114166
Fakultas/Jurusan : FTIK/PAI
Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Magelang/10 September 1996
Alamat : Dsn Mejing Vb, Ds Mejing, Kec. Candimulyo, Kab.
Magelang
Nama Ayah : Solikin
Nama Ibu : Ruwiyah
Agama : Islam
Pendidikan : RA Mejing II Lulus Tahun 2002
MI Arrosyidin Mejing II Lulus Tahun 2008
MTs Ma’arif Candimulyo Lulus Tahun 2011
MAN Tegalrejo Magelang Lulus Tahun 2014
Foto-Foto Hasil Observasi
Proses Pembelajaran di Luar Kelas Mapel Fiqih
Keadaan Perpustakaan MAN 2 Magelang
Ruang Baca Perpustakaan MAN 2 Magelang