(skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/skripsi tanpa bab pembahasan.pdf ·...

58
UJI SITOTOKSIK EKSTRAK DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius L.) TERHADAP MORFOLOGI FETUS MENCIT (Mus musculus L.) (Skripsi) Oleh FEBRINA RAMADHANI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2018

Upload: donga

Post on 10-May-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

UJI SITOTOKSIK EKSTRAK DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius L.)TERHADAP MORFOLOGI FETUS MENCIT (Mus musculus L.)

(Skripsi)

Oleh

FEBRINA RAMADHANI

JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG2018

Page 2: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

ABSTRAK

UJI SITOTOKSIK EKSTRAK DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius L.)TERHADAP STRUKTUR MORFOLOGI FETUS MENCIT

(Mus musculus L.)

Oleh

Febrina Ramadhani

Jeruju (Acanthus ilicifolius L.) merupakan salah satu tumbuhan akuatik yangdapat dimanfaatkan sebagai obat asma, diabetes, hepatitis, penyakit kulit, sakitperut dan antifertilitas. Daun jeruju kaya akan steroid, triterpenoid, saponin,flavonoid, alkaloid, dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efeksitotoksik dari ekstrak daun jeruju terhadap morfologi fetus mencit. Penitian inimenggunakan Rancangan Acak Lengkap, dibagi dalam 4 kelompok yaitu 1kelompok sebagai kontrol dan 3 kelompok diberi perlakuan dengan memberikanektrak daun jeruju dengan dosis [P1] 3,75 mg/30 gr BB, [P2] 7,5 mg/ 30 gr BB,[P3] 15 mg/30 gr BB, dan kontrol [K] diberikan akuabides dengan dosis 0,3 ml,masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit bunting sebagai ulangan.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis menggunakan Anova dan ujilanjut BNT pada taraf 5% menunjukkan tidak ditemukan kematian pada fetusmencit dan tidak terjadi pengurangan jumlah fetus mencit yang dikandung,menyebabkan pengurangan ukuran panjang fetus dan penurunan berat badansetelah diberikan perlakuan ekstrak daun jeruju dengan dosis 3,75 mg/30 gr BB,7,5 mg/30 gr BB, 15 mg/30 gr BB terhadap kontrol, tidak menyebabkan adanyaabnormalitas dan mortalitas pada morfologi fetus mencit (Mus musculus L.)terhadap semua dosis yang diberikan kepada induk mecit yang bunting.

Kata kunci : Daun jeruju (Acanthus ilicifolius L.), mencit (Mus musculus L.),efek farmakologis

Page 3: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

UJI SITOTOKSIK EKSTRAK DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius L.)TERHADAP MORFOLOGI FETUS MENCIT (Mus musculus L.)

Oleh

FEBRINA RAMADHANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA SAINS

Pada

Jurusan BiologiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 4: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),
Page 5: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),
Page 6: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan sebagai anak pertama dari

pasangan suami istri, Bapak Ridwan, SH., dan Ibu

Rosdiani, SP., pada tanggal 05 Februari 1996 di

Tanjung Karang, Bandar Lampung. Penulis

memulai pendidikan formal di TK RAUDHATUL

ATFALYPIPPSDM 2001 dan selesai tahun 2002.

Penulis melanjutkan jenjang pendidikan di SDN 1 REJO AGUNG hingga

tahun 2008, menyelesaikan pendidikan pertama di SMP NEGERI 1

TEGINENENG pada tahun 2011, dan menyelesaikan pendidikan

menengah atas di SMA NEGERI 1 NATAR pada tahun 2014.

Pada tahun 2014, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui jalur seleksi

Mandiri. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan

organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO)

sebagai anggota bidang Dana dan Usaha. Penulis melakukan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di Desa Sinar Baru, Pringsewu pada tahun 2018. Tahun

2017, penulis juga melakukan kerja praktik di UPTD Balai Pengawasan

Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB TPH) Provinsi

Lampung dengan judul “Proses Pelabelan Ulang Benih Padi (Oryza

Page 7: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

sativa) Inbrida Varietas Ciherang, Inpari 33, Mekongga, Cilamaya

Muncul di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Holtikultura

Lampung”.

Selain aktif dalam kegiatan organisaasi, penulis juga aktif menjadi asisten

praktikum beberapa mata kuliah seperti : Biologi Umum dan Pencemaran

Lingkungan.

Pada tahun 2017 penulis mengambil judul penelitian “Uji Sitotoksik

Ekstrak Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius L.) Terhadap Morfologi

Fetus Mencit (Mus musculus L.)” sebagai tugas akhir penelitian di

jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

UNILA.

Page 8: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

Persembahan

Bismillahirrahmanirrahim...

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala limpahan rahmatdan ridho-Nya, nikmat kesehatan, kekuatan, serta kesabaran untukku dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Ku persembahkan karya ini sebagai cinta kasihku, tanda bukti dan sayangku, sertarasa terimakasihku yang terdalam kepada orang-orang yang telah berjasa dalam

hidupku.

Bapak dan Ibu yang telah memberikan cinta, kasih, dan sayangnya, selalumendoakan tiada henti dalam setiap langkah hidupku, yang selalu memberikan

semangat dan nasehat, serta pengorbanannya.

Adikku dan seluruh keluarga besarku yang senantiasa mendukungku danmendoakan serta mencurahkan segala kasih sayang untukku.

Seseorang yang ada dihatiku serta teman-teman yang selalu memberikandukungan, dorongan, semangat, dan motivasi.

Guru-guruku, dosen-dosenku dan terutama pembimbingku yang tidak pernahlelah dan selalu sabar memberikan bimbingan serta arahan kepadaku.

Sahabat-sahabat yang senantiasa menjadi penyemangat, selalu membantu, tempatberbagi cinta baik suka, susah maupun senang.

Almamater Tercinta

Universitas Lampung

Page 9: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

MOTTO

“Barang siapa diuji lalu bersabar, diberi lalu bersyukur,dizalimi lalu memaafkan dan menzalimi lalu beristigfar makabagi mereka keselamatan dan mereka tergolong orang-orang

yang memperoleh hidayah.”

(HR. Al-Baihaqi)

“Apa yang baik menurut seseorang, belum tentu itu yangterbaik untuk orang tersersebut.”

“Ilmu itu lebih baik dari pada harta, ilmu menjaga engkausedangkan harta dijaga engkau, Ilmu penghukum (Hakim) danharta terhukum, harta itu kurang apabila digunakan tapi, ilmu

bertambah jika digunakan.”

(Ali bin Abu Talib)

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat.”

(QS. Al-Mujadalah : 11)

“Barangsiapa menempuh jalanuntuk mendapatkan ilmu, Allahakan memudahkan baginya jalan menuju surga.”

(HR. Muslim)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

(QS. Al Insyirah : 5-6)

Page 10: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat

dan hidayah-Nya Skripsi yang berjudul “Uji Sitotoksik Ekstrak Daun Jeruju

(Acanthus ilicifolius L.) Terhadap Morfologi Fetus Mencit (Mus musculus

L.)” dapat diselesaikan oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa banyak sekali bantuan yang penulis dapatkan selama

melaksanakan penelitian hingga terselesainya skripsi ini. Dengan terselesainya

skripsi, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Kedua Orang tua ku, Bapak Ridwan,SH., dan Ibu Rosdiani, SP.,

yang tiada henti mendukung, menyemangati serta selalu memberikan

doa untuk setiap langkah di hidupku. Adik Perempuan ku, Novia

Rani dan keponakan ku Risa Sabrina, yang selalu mengharapkan

agar penulis cepat menyelesaikan kuliah. Terimakasih atas kehadiran

kalian dalam hidup penulis yang tidak akan tergantikan.

2. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc., Selaku Pembimbing I dan Ketua

Jurusan Biologi yang telah dengan sabar membimbing, memberi

masukan, serta memberikan nasehat guna perbaikan penulisan

skripsi dari awal hingga akhir.

Page 11: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

3. Bapak Dr. Hendri Busman, M. Biomed., selaku Pembimbing II yang

senantiasa membimbing, memberikan arahan, masukan, kritik dan

saran yang membangun bagi penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Sutyaso, M. Biomed., sebagai Penguji, yang selalu

memberikan kritik dan saran yang membangun bagi kemajuan

penulisan skripsi penulis.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M. P., selaku Rektor

Universitas Lampung

6. Bapak Prof. Warsito, S. Si., D.E.A., Ph.D.,selaku Dekan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

7. Bapak Dr. G. Nugroho Susanto, M.Sc., sebagai Pembimbing

Akademik yang telah mengarahkan dan mendukung penulis untuk

melakukan yang terbaik terhadap mata kuliah yang pernah diambil.

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Biologi FMIPA Unila yang telah

bersedia memberikan ilmu yang sangat berharga selama perkuliahan.

9. Seluruh karyawan Jurusan Biologi yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan

perkuliahan hingga akhir penulisan skripsi ini, terutama untuk mbak

Leha terimakasih telah banyak membantu dan memberikan nasehat

yang membangun kepada penulis.

Page 12: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

10. Seseorang yang telah memberikan kasih sayang serta selalu

menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan : Adel, Oksa, dan Tunggul yang saling

mendukung, saling membantu serta saling bekerjasama dan saling

mengingatkan.

12. Serta teman-teman mahasiswa Biologi 2014 yang selalu memberikan

kebersamaan dan keceriaan selama perkuliahan.

13. Kakak-kakak dan adik-adik di Jurusan Biologi FMIPA Unila semoga

cepat menyusul langkah penulis.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang

telah memberikan penulis dukungan, berbagai kritik dan saran.

15. Serta almamater Universitas Lampung.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi besar harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Semoga ALLAh menjadikan kita hamba yang

abdillah. AAMIIN

Bandar Lampung, Agustus 2018

Penulis,

Febrina Ramadhani

Page 13: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN ................................................................................. i

ABSTRAK ............................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. iii

DAFTAR ISI.......................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR............................................................................. vi

I. PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. LatarBelakang................................................................................ 1B. TujuanPenelitian ............................................................................ 2C. ManfaatPenelitian .......................................................................... 3D. KerangkaPemikiran ....................................................................... 3E. Hipotesis ........................................................................................ 4

II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………… 5

A. Biologi Tanaman Jeruju (Acanthus ilicifolius L.) ………………. 5B. Klasifikasi Tanaman Jeruju…………………………………….... 6C. Morfologi Tanaman Jeruju............................................................. 6D. Habitat Tanaman Jeruju…………………………………………. 8E. Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Jeruju…………………… 9F. Kegunaan danKhasiat Tanaman Jeruju………………………….. 12G. Biologi Mencit………..…………………………………………. 14H. Klasifikasi Mencit……………………………………………….. 14I. Morfologi Mencit………………………………………………... 15J. Perkembangan Fetus Mencit………………………………….… 16K. Siklus Hidup Mencit……………………………………………... 21L. Berat dan Panjang Fetus…………………………………………. 22M. Malformasi……………………………………………………… 23

Page 14: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

N. Toksikologi…………………………………………................. 23O. Teratogenik…………………………………………................. 24

III. METODE PENELITIAN……………………………………… 27

A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 27B. Alat dan Bahan ............................................................................ 27

1. Alat ......................................................................................... 272. Bahan ...................................................................................... 27

C. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 281. Persiapan Kandang dan Hewan Uji ........................................ 282. Pembuatan Ekstrak Daun Jeruju............................................. 283. Pemberian Perlakuan .............................................................. 294. Pengamatan............................................................................. 31

D. Rancangan Percobaan ................................................................. 31E. Analisis Data ............................................................................... 33F. Diagram Alir Penelitian .............................................................. 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 35

A. Hasil Pengamatan........................................................................ 351. Jumlah Fetus .......................................................................... 352. Berat Badan............................................................................ 363. Panjang Badan Fetus .............................................................. 374. Morfologi Fetus Mencit ......................................................... 38

B. Pembahasan ................................................................................. 391. Jumlah Fetus ........................................................................... 392. Berat dan panjang Fetus ......................................................... 40

a. Berat Fetus ........................................................................ 40b. Panjang Fetus ..................................................................... 42

3. Morfologi Fetus Mencit.......................................................... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………… 47

A. Simpulan...................................................................................... 47B. Saran............................................................................................ 47

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 48

LAMPIRAN

Page 15: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rata-Rata Jumlah Fetus Mencit (Mus Musculus L.) Yang Telah Diberi

Perlakuan Dari Ekstrak Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius L.)............... 35

Tabel 2. Rata-Rata Berat Badan Fetus Mencit (Mus Musculus L.) Setelah

Pemberian Ekstrak Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius L.)..................... 36

Tabel 3. Rata-Rata Panjang Fetus Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Diberikan

Perlakuan Ekstrak Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius L.)...................... 37

Tabel 4. Morfologi Fetus Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Diberikan Perlakuan

Ekstrak Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius L.)....................................... 38

Page 16: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar1.Tumbuhan Jeruju..................................................................... 7

Gambar 2. Morfologi Mencit (Mus musculus L.).................................... 16

Gambar 3. Proses Pembelahan Meiosis pada Oosit ............................... 18

Gambar 4. Morfologi Fetus Menci......................................................... 26

Gambar 5. Rancangan Percobaan.......................................................... 32

Gambar 6. Diagram Alir Percobaan........................................................ 34

Gambar 7. Morfologi Fetus Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian

Ekstrak Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius L.) .......................................... 46

Gambar 7. Proses Kopulasi Mencit............................................................ 64

Gambar 8. Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius L.)........................................ 64

Gambar 9. Ekstrak Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius L.)........................... 64

Gambar 10. Rotary Evaporator.................................................................... 64

Gambar 11. Pemberian Perlakuan Secara Oral............................................ 65

Gambar 12. Seperangkat Alat Bedah........................................................... 65

Gambar 13. Fetus Mencit (Mus musculus L.).............................................. 65

Gambar 14. Alat Ukur Jangka Sorong......................................................... 65

Gambar 15. Timbangan Digital.................................................................... 66

Gambar 16. Penimbangan Berat Badan Fetus.............................................. 66

Page 17: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pengobatan tradisional yang dilakukan melalui pemanfaatan tanaman obat

telah dilakukan oleh masyarakat di Indonesia khususnya di pedalaman sejak

jaman dahulu. Tumbuhan yang berpotensi sebagai obat telah banyak

ditemukan dihutan Indonesia, salah satunya yakni tumbuhan Acanthus

ilicifolius L. yang dapat ditemukan pada hutan mangrove (Hamdani, 2007).

Salah satu tumbuhan akuatik yang hidup didaerah mangrove dan dapat

dijadikan obat adalah jeruju. Acanthus ilicifolius L. tergolong tumbuhan

akuatik emergent, di mana habitatnya pada daerah lahan basah (wetland)

dimuara sungai sebagai vegetasi alami mangrove berada di perairan estuari

yang merupakan hilir sungai dan muara dari berbagai limbah/pencemar dari

berbagai aktivitas manusia, diantara lain pencemaran limbah cair dari

pertanian, domestik, perkotaan bahkan industri dapat merusak ekosistem

perairan dan menganggu kesehatan manusia, sehingga jeruju dapat

difungsikan dalam pemulihan kualitas perairan (Irawanto, 2009).

Pada penelitian ini dilakukan pengujian efek sitotoksik dari ekstrak etanol

daun jeruju, pada beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa jeruju kaya akan steroid, triterpenoid, saponin, flavonoid, alkaloid, dan

tannin (Singh dan Aeri, 2013). Penelitian yang dilakukan secara laboratorium

Page 18: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

2

ekstrak dari tumbuhan jeruju menunjukkan hasil aktifitas farmakologis yang

signifikan seperti antioksidan, antikarsinogenik, antiosteoporotik dan

hepatoprotektif (Singh et al., 2009), serta antiinflamasi (anti radang) (Kumar

et al., 2008). Secara empiris tanaman jeruju dilaporkan Purnobasuki (2004)

berkhasiat sebagai obat Aprodisiaka (perangsang libido), asma (buah),

diabetes, diuretik, hepatitis, leprosy (buah, daun dan akar), neuralgia, obat

cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan

daun), antifertilitas, penyakit kulit, tumor, borok (resin).

Namun efek samping dari pemanfaatan daun jeruju sebagai obat belum

diketahui secara ilmiah bagi ibu hamil, untuk itu perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut tentang tingkat keamanan pemakaian dengan memberikan faktor

atau zat tertentu dari ekstrak daun jeruju untuk melihat ada tidaknya kelainan

pada fetus hewan uji akibat pemberian zat tersebut. Sehingga, penelitian ini

dilakukan untuk membuktikan pengaruh sitotoksik ekstrak daun jeruju

terhadap morfologi (jumlah dan mortalitas fetus, panjang fetus, berat badan

fetus, abnormalitas) fetus mencit (Mus musculus L.)

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek ekstrak daun jeruju (Acanthus

ilicifolius L.) yang diberikan kepada induk mencit (Mus musculus L.) yang

sedang bunting terhadap :

1. Jumlah fetus mencit,

2. Panjang badan fetus,

3. Berat badan fetus,

Page 19: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

3

4. Abnormalitas bentuk fetus yang dikandung dalam mencit betina pada

fetus,

5. mortalitas pada fetus mencit (Mus musculus L.).

C. Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

lebih lanjut kepada masyarakat tentang tingkat keamanan tanaman jeruju

(Acanthus Manfaat ilicifolius L.) terutama pada daunnya yang dapat

dimanfaatkan sebagai bahan obat.

D. Kerangka Pikir

Tumbuhan akuatik saat ini sangat digemari masyarakat sebagai tanaman hias

taman, karena keindahan bentuk dan warna, baik pada daun maupun

bunganya, daun jeruju (Acanthus ilicifolius L.) merupakan salah satu

tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional seperti obat

diabetes, diuretik, hepatitis, leprosy, sakit perut, antifertilitas, penyakit kulit.

Daun jeruju kaya akan steroid, triterpenoid, saponin, flavonoid, alkaloid, dan

tannin (Singh dan Aeri, 2013). Penelitian secara laboratorium pada ekstrak

tumbuhan ini menunjukkan hasil yang signifikan terhadap aktifitas

farmakologis seperti antioksidan, antikarsinogenik, antiosteoporotik dan

hepatoprotektif (Singh et al., 2009), serta antiinflamasi (anti radang)

(Kumar et al., 2008). Dari beberapa senyawa yang terkandung memiliki

efek sitotoksik yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan

sel.

Page 20: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

4

Tidak menutup kemungkinan bahwa wanita hamil atau yang sedang

merencanakan kehamilan juga menggunakan daun jeruju sebagai obat,

mengingat kegunaan dari daun jeruju yang dikenal cukup luas dikalangan

masyarakat. Perkembangan embrio dipengaruhi dari berbagai faktor, salah

satunya yaitu dapat dipengaruhi oleh zat yang dikonsumsi induk selama

masa proses kehamilan (Borokini et al., 2013). Berdasarkan hal tersebut

maka perlu dilakukan penelitian uji teratogenik lebih lanjut mengenai

morfologi fetus diantaranya jumlah fetus, berat fetus, panjang keseluruhan

badan fetus, abnormalitas serta mortalitas pada fetus mencit (Mus musculus

L.) setelah induk diberikan ekstak daun jeruju selama periode

organogenesis.

E. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah pemberian ekstrak daun jeruju (Acanthus

ilicifolius L.) pada mencit (Mus musculus L.) betina yang sedang bunting :

1. Dapat mengurangi jumlah fetus,

2. Dapat menurunkan panjang fetus,

3. Dapat menurunkan berat badan fetus,

4. Menyebabkan abnormalitas morfologi,

5. Menyebabkan mortalitas pada fetus mencit.

Page 21: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Tumbuhan Jeruju (Acanthus ilicifolius L.)

Tumbuhan air dapat didefinisikan sebagai tumbuhan yang habitatnya

bergantung pada lingkungan berair atau sebagian besar siklus hidup berada

di lingkungan berair. Menurut Giesen (1991), setidaknya sekitar 623 jenis

dari 105 famili tumbuhan air yang ada di Indonesia, termasuk jenis

introduksi, dan 39 diantaranya merupakan endemik. Kebun Raya Bogor

sebagai lembaga konservasi ex situ tumbuhan tropika memiliki 154 nomor

koleksi dari sejumlah 52 jenis tumbuhan air. Beberapa diantaranya telah

diketahui memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi bahan obat-

obatan seperti jeruju, daruju, seroja, teratai, dan jaringau.

Tumbuhan herba rendah ini termasuk ke dalam kelompok mangrove yang

banyak tersebar di pantai kawasan Asia dan Afrika tropis, hingga ke

Australia bagian utara. Di Indonesia, jeruju dapat ditemukan di Sumatra,

Jawa dan Madura. Tumbuhan yang termasuk keluarga Acanthaceae ini

tumbuh terutama di hutan bakau yang airnya payau hingga pada

ketinggian 500 mdpl (Hidayat et al., 2004).

Page 22: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

6

B. Klasifikasi Tumbuhan Jeruju

Klasifikasi tumbuhan daruju/jeruju adalah sebagai berikut

(Plantamor, 2016) :

Kerajaan :Plantae

Subkerajaan : Tracheobion

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Scrophulariales

Famili : Acanthaceae

Genus : Acanthus

Spesies : Acanthus ilicifolius L.

C. Morfologi Tumbuhan Jeruju

Tumbuhan ini berhabitus terna yang kuat, tidak lunak, memiliki batang

yang bulat, buku-buku batangnya terlihat tampak jelas, tumbuh tegak atau

kadang merayap, seringkali dilengkapi dengan akar nafas, berduri pada

kedua sisi batang sampai terdapat pada helaian daun, tinggi tanaman dapat

mencapai 3 m. Memiliki helaian daun tunggal, letak daun bersilang

berhadapan, bentuk memanjang sampai lanset, selalu dilengkapi duri di

bagian ujung helaian daun bahkan pada semua bagian tepi daun, ukuran

helaian daun 9-30 x 4-12 cm, pertulangan daun menyirip, warna hijau tua,

panjang tangkai daun 3-15 mm. Perbungaan berupa bunga majemuk bulir,

terletak di ujung batang, setiap bagian bunga dilindungi oleh 2 buah daun

Page 23: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

7

pelindung (brakteola) tepat dibawah kelopak bunga. Kelopak bunga

berjumlah 5, berlekatan, berukuran 1-1,5 cm, berwarna hijau keputihan.

Mahkota bunga berjumlah 5, berlekatan membentuk tabung mahkota

bunga, panjang tabung mahkota 0,5-1 cm, di bagian ujung tabung terdapat

rambut halus yang mengelilingi leher tabung mahkota, ukuran mahkota

bunga 3-4,5 cm (termasuk tabung mahkota bunga), warna helaian mahkota

bunga biasanya ungu dengan garis kuning di bagian tengah, jarang

berwarna putih, ukuran helaian mahkota bunga 2-3,5 cm. Tangkai sari

panjangnya 13-16 mm, tangkai putik panjangnya 2-2,5 cm. Buah

merupakan tipe buah kapsul, terbuka sepanjang alur kampuh jika sudah

masak, ukuran buah 2,5-3 cm, biji berbentuk ginjal. Tanaman ini tumbuh

baik di dekat komunitas mangrove (Depkes RI, 1989).

Tumbuhan Jeruju (Acanthus ilicifolius L.) disajikan pada gambar 1.

Gambar 1. Tumbuhan Jeruju (Daryan dkk, 2013)

Page 24: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

8

D. Habitat Tumbuhan Jeruju

Acanthus ilicifolius L. tumbuh berkelompok, dapat ditemukan di

sepanjang tepi muara dan laguna, di tanah berawa, dan di hutan mangrove

dekat dengan pantai (Valkenberg dan Bunyapraphatsara, 2002).

Tumbuhan ini termasuk ke dalam tumbuhan semak bawah (undershrub)

yang terdapat pada daerah mangrove (Jayaweera dan Senaratna, 2006).

Jenis ini ditemukan dari zona menengah ke hulu muara dipertengahan

hingga daerah intertidal (Kovendan dan Murugan, 2011).

Acanthus ilicifolius L. pada umumnya lebih memilih daerah dengan

masukan air tawar yang tinggi, dan jarang terendam oleh air pasang,

tersebar luas dan dapat ditemukan pada semua jenis tanah, terutama pada

daerah berlumpur disepanjang tepi sungai (Kovendan dan Murugan,

2011). Pertumbuhan ternaungi, hingga sepenuhnya terbuka (Yudhoyono

dan Sukarya, 2013) dan toleran terhadap naungan (Kovendan dan

Murugan, 2011).

Jeruju dapat dijumpai dari India Selatan, Sri Lanka sampai Indo-China,

Indonesia, Filipina dan Australia Utara, jarang ditemukan di Malaysia

(Valkenberg dan Bunyapraphatsara, 2002). Di Asia tropis dan Afrika

Barat tropis (Jayaweera dan Senaratna, 2006), melalui Malaya sampai

Polinesia (Xie et al. 2005). India, Semenanjung India, Ceylon, Sri Lanka,

Bangladesh, Pakistan, Burma, Malaya, Kepulauan Filipina, Indonesia dan

Australia (Jayaweera dan Senaratna 2006; Yudhoyono dan Sukarya 2013).

Page 25: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

9

E. Kandungan Senyawa Kimia Tumbuhan Jeruju

Tumbuhan Acanthus ilicifolius L. dapat digunakan sebagai tumbuhan hias

karena keindahan bunganya, selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai

tumbuhan obat. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya mengenai senyawa bioaktif dari tumbuhan ini memiliki

kemampuan untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Tumbuhan ini

mengandung senyawa glukosida, alkaloid, flavonoid, asam lemak, steroid,

lignan, dan komponen fenol dan terpenoid (Kanchanapoom et al., 2011),

kandungan senyawa kimia dalam Acanthus ilicifolius L. berfungsi sebagai:

neuralgia, analgesik, antiinflamasi, antioksidan, antifertilitas,

hepatoprotektif, antitumor, antileukemia, antikanker, antimikroba,

antivirus dan antijamur juga dapat sebagai insektisida alami (Irawanto

2014b).

Dalam penelitian Binar dan Retno (2008) ekstrak daun jeruju mengandung

flavonoid, alkaloid dan tannin. Selain senyawa tersebut jeruju juga

mengandung saponin, saponin merupakan senyawa dari golongan terpen,

karena dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa

(Harbone, 1987). Saponin memiliki senyawa yang pahit dan dapat

menyebabkan iritasi pada perut, apabila senyawa ini disuntikkan ke aliran

darah akan menghemolisis sel darah merah (Hopkins, 1995).

Senyawa fenol adalah senyawa yang mengandung satu atau dua gugus

hidroksil (Harbone, 1987). Senyawa fenol berperan sebagai alat

pertahanan tumbuhan dari hewan pemakan tumbuhan dan organisme

Page 26: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

10

pantogen (Taiz dan Zeiger, 1998), senyawa yang termasuk golongan fenol

adalah tannin dan flavonoid.

Tanin merupakan senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu

merubah kulit hewan mentah menjadi kulit yang siap pakai. Tannin

memiliki rasa sepat, sehingga sebagian besar tumbuhan yang bertanin

dihindari oleh hewan herbivora (Harbone, 1987). Beberapa fungsi dari

tannin yaitu sebagai pertahanan bagi tumbuhan dan mempunyai aktivitas

antioksidan (Robinson, 1995).

Flavonoid mencangkup banyak pigmen yang paling umum terdapat pada

seluruh dunia tumbuhan dari fungi sampai angiospermae. Pada bunga,

falvonoid berperan sebagai pigmen yang dapat menarik burung dan

serangga untuk membantu proses penyerbukan. Flavonoid memiliki

beberapa fungsi bagi tumbuhan diantaranya yaitu sebagai pengatur tubuh,

pengatur proses fotosintesis, anti mikroba dan anti virus (Robinson, 1995).

Flavonoid ini merupakan senyawa metabolik sekunder yang banyak

terdapat pada tumbuhan. Selain itu, flavonoid merupakan senyawa fenil

propanoid dengan kerangka karbon C6-C3-C6, artinya kerangka

karbonnya terdiri dari dua gugus C6 disambung dengan rantai alifatik tiga

karbon. Sebagian besar senyawa flavonoid ditemukan di alam dalam

bentuk glikosida, dimana unit flavonoid terikat pada suatu gula (Djamal,

1990).

Page 27: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

11

Alkaloid adalah golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di

alam, alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan biji,

daun, ranting dan kulit kayu, hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari

tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua

alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya

bersifat basa dan sebagian besar atom nitrogen ini bagaian dari cincin

heterosiklik, pada umumnya alkaloid yang ditemukan dialam mempunyai

keaktifan biologis. Alkaloid disebut juga senyawa nitrogen aromatik,

sebagaian besar alkaloid merupakan senyawa kristal putih yang larut

dalam air, sekitar 500 alkaloid telah diketahui, merupakan zat tumbuhan

sekunder yang terbesar. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan

banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, sehingga

secara luas digunakan dalam bidang pengobatan (Harborne, 1987).

Kebanyakan alkaloid mempunyai rasa pahit, memiliki fungsi sebagai

bahan anti mikroba, sebagai pertahanan diri dari mikroba yang

menyebabkan infeksi (Hopkins, 1995).

Tumbuhan jeruju mengandung senyawa glikosida, alkaloid, flavonoid,

asam lemak, steroid, lignan dan komponen fenol dan terpenoid

(Kanchanapoom et al., 2001). Sedangkan huo et al., jeruju mempunyai

komponen glukosida yaitu 5,11 epoxymegasitigmane glukosida.

Kandungan kimia lain yang dimiliki tanaman jeruju antara lain

feniletanoid glikosida: Ilisifoliosida A dan ilisifoliosida B7; Alkaloid:

Akantisifolin; steroid: Stigmasterol, flavonoid; metilapigenin 7-O-E-d,

Page 28: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

12

Glukuronat 5, 6; lignan glukosidal: (+)-lioniresinol 3a-[2-(3,5-dimetoksi4-

hidroksi)-benzoil]-O-E-glukopiranosida7, dan dihidroksimetil

bis(3,5dimetoksi-4-hidroksifenil)tetrahidrofuran-9(atau9')-O-

Eglukopiranosida8;benzoksazinoid seperti 7-kloro-(2R)-2-O-E-

dglukopiranosil-2H-1,4-benzoksazin-3(4H)-on dan (2R)-2-O-E-

dglukopiranosil-5-hidroksi-2H-1,4-benzoksazin-3(4H)-on(Depkes,1989).

F. Kegunaandan Khasiat Tumbuhan Jeruju

Secara empiris tumbuhan jeruju dilaporkan Purnobasuki (2004) berkhasiat

sebagai obat Aprodisiaka (perangsang libido), asma (buah); diabetes,

diuretik, hepatitis, leprosy (buah, daun dan akar); neuralgia, cacing

gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun).

Antifertilitas, tumor, borok (resin). Beberapa efek farmakologi jerujupun

telah dilaporkan secara ilmiah, fraksi methanol daun jeruju bermanfaat

sebagai antiinflamasi dengan cara menghambat produksi 7 radang (Kumar

et al., 2008).

Menurut Norapiyah (2012) akar dari tumbuhan Acanthus ilicifolius L.

dapat digunakan sebagai obat cacingan. Beberapa senyawa metabolit

sekunder antara lain alkaloid, flavonoid, tannin, steroid, saponin,

polifenolat dan kanion. Kandungan senyawa tannin dalam dunia medis

memiliki kemampuan sebagai antibakteri karena dapat merusak membran

sel, menghancurkan enzim dan fungsi materi genetik bakteri (Azizah,

2004). Flavonoid dan saponin berfungsi sebagai anti bakteri (Fithriani,

2009), kandungan saponin yang dimiliki pada akar Acanthus ilicifolius L.

Page 29: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

13

dapat merusak sel-sel pada cacing sehingga cacing akan mati (Budiman,

2007), menurut Doughari (2012) senyawa saponin memiliki aktivitas

hipolipidemik dan antikanker.

Purnomo (2002) menyatakan bahwa kandungan alkaloid, flavonoid dan

fenol pada akar tumbuhan Acanthus ilicifolius L. mempunyai aktivitas

antihipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah. Menurut Robinson

(1995) flavonoid, steroid dan fenol berfungsi sebagai antivirus,

antihipertensi dan memiliki efek pengobatan terhadap gangguan hati.

Senyawa flavonoid memiliki beragam fungsi dalam pengobatan

diantaranya dapat berfungsi sebagai antioksidan, antimicrobial,

antikoagulan, antihipertensi, antivirus, antiinflamasi dan antisariawan.

Penelitian Khajure dan Rathod (2010) dapat digunakan untuk mengatasi

penyakit beri-beri, borok, hepatitis dan heamatoma sedangkan bunga, daun

dan akar digunakan sebagai obat hepatitis dan diabetes.

Menurut Wostman and Liebezeit (2008) saponin, flavonoid dan fenol

berfungsi sebagai antibakteri dan menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus penyebab penyakit bisul dan jerawat. Akar

Acanthus ilicifolius L. digunakan sebagai penawar racun gigitan ular,

karena mengandung flavonoid, saponin, alkaloid dan terpenoid yang dapat

menetralkan racun ular (Fithriani, 2009).

Page 30: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

14

G. Biologi Mencit (Mus musculus L.)

Mus musculus L. liar atau Mus musculus L. rumah adalah hewan satu

spesies dengan Mus musculus L. laboratorium, semua galur Mus musculus

L. laboratorium sekarang ini merupakan keturunan dari Mus musculus L.

liar sesudah melalui peternakan selektif (Mangkoewidjojo dan Smith,

1988).

Mencit termasuk dalam genus mus, sub famili murinae, famili muridae,

order rodentia. Mencit yang sudah dipelihara di laboratorium sebenarnya

masih satu famili dengan mencit liar, sedangkan mencit yang sering

dipakai untuk penelitian biomedis adalah Mus musculus L. berbeda dengan

hewan lainnya, mencit tidak memiliki kelenjar keringat. Pada umur empat

minggu berat badannya mencapai 18-20 gram. Jantung terdiri dari empat

ruang dengan dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih

tebal. Hewan ini memiliki karakter yang lebih aktif pada malam hari dari

pada siang hari, diantara spesies hewan lainnya, mencit yang paling

banyak digunakan untuk tujuan penelitian medis (60-80%) karena murah

dan mudah berkembang biak (kusumawati, 2004).

H. Klasifikasi Mencit

Akbar (2010) menyatakan taksonomi mencit diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Page 31: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

15

Sub phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Species : Mus musculus L.

I. Morfologi Mencit

Mencit merupakan hewan poliestrus, yaitu hewan yang mengalami estrus

lebih dari pada dua kali dalam setahun. Seekor mencit betina akan

mengalami estrus setiap 4-5 hari sekali. Menurut Malole dan Pramono

(1989) mencit betina memiliki lima pasang kelenjar susu, yaitu tiga pasang

di bagian dada dan dua pasang di bagian inguinal. Mencit secara biologis

memiliki ciri umum, yaitu berupa rambut berwarna putih atau keabu-

abuan dengan warna perut sedikit lebih pucat.

Mencit merupakan hewan nokturnal yang sering melakukan aktivitasnya

pada malam hari. Perilaku mencit dipengaruhi oleh beberapa faktor ,

diantaranya faktor internal seperti seks, perbedaan umur, hormon,

kehamilan, dan penyakit faktor eksternal seperti makanan, minuman, dan

lingkungan disekitarnya (Smith dan Mangkoewidjojo, 1998).

Mencit memiliki berat badan yang bervariasi, berat badan ketika lahir

berkisar antara 2-4 gram, berat badan mencit dewasa berkisar antara 20-40

gram untuk mencit jantan dan 25-40 gram untuk mencit betina dewasa.

Page 32: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

16

Sebagai hewan pengerat mencit memilki gigi seri yang kuat dan terbuka.

Susunan gigi mencit adalah indicisivus ½, caninus 0/0, premolar 0/0, dan

molar 3/3 (Setijono,1985). Mencit dapat bertahan hidup selama 1-2 tahun

dan dapat juga mencapai umur 3 tahun. Lama bunting 19-21 hari

sedangkan umur untuk siap dikawinkan 8 minggu, perkawinan mencit

terjadi pada saat mencit betina mengalami estrus, satu induk dapat

menghasilkan 6-15 ekor anak (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Morfologi mencit (Mus musculus L.) dewasa disajikan pada gambar 2.

Gambar 2. Morfologi mencit (Mus musculus L.)

(Mather dan Lausen, 2009).

J. Perkembangan Fetus Mencit

Oogenesis

Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.

Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut

oogonia (tunggal: oogonium). Pertumbuhan oosit antara lain berupa

peningkatan diameteroosit, pertambahan ukuran dari organel, dan disertai

dengan perubahan atau perkembangan pada inti dan sitoplasma (Telfer,

Page 33: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

17

2008), proses oogenesis terdiri dari beberapa tahap yaitu oogonium

mengalami pembelahan mitosis berubah menjadi oosit primer, Oosit

primer melakukan meiosis (tahap I), yang menghasilkan dua sel anak yang

ukurannya tidak sama, sel anak yang lebih besar adalah oosit sekunder

yang bersifat haploid (n), ukurannya lebih besar dari yang lain karena

berisi lebih banyak sitoplasma dari oosit primer yang lain, sel anak yang

lebih kecil disebut badan polar pertama yang kemudian membelah lagi.

Oosit sekunder meninggalkan folikel ovarium menuju tuba fallopi.

Apabila oosit sekunder dibuahi oleh sel sperma (fertilisasi), maka akan

mengalami pembelahan meiosis yang kedua, begitu pula dengan badan

polar pertama membelah menjadi dua badan polar kedua yang akhirnya

mengalami degenerasi. Perkembangan oosit terdiri dari tiga tahap yaitu

proliferasi, pertumbuhan, dan pematangan. Pada tahap proliferasi terjadi

proses mitosis oogonium menjadi beberapa oogonia yang terjadi pada saat

pralahir atau sesaat setelah lahir kemudian oogonia berdiferensiasi menjadi

oosit primer dengan inti tahap profase I. Inti oosit pada tahap ini disebut

Germinal Vesicle (GV) yang ditandai dengan adanya membrane inti yang

utuh dan nucleus yang jelas. Selanjutnya oosit akan memasuki tahap

pertumbuhan dan pematangan yang berlangsung bersamaan dengan proses

perkembangan folikel.

Pertumbuhan oosit ditandai dengan peningkatan diameter oosit dan

pertambahan ukuran dari organel seperti kompleks golgi, retikulum

endoplasmik halus, butir lemak, peningkatan proses transkip untuk sintesis

Page 34: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

18

protein. Tahap pematangan oosit ditandai dengan beberapa proses

perkembangan inti oosit (Hafez and Hafez, 2000).

Gambar 3. Proses Pembelahan Meiosis pada Oosit

Sumber : Citra (2013)

.

Proses pembelahan oosit secara meiosis pada Gambar 3, menjelaskan

tentang mekanisme pengaturan dan fisiologi perkembangan oosit primer

secara singkat. Awal pembelahan meiosis dimulai dari janin, pada saat itu

inti oosit berada pada tahap pembelahan profase I atau tahap dictyate (fase

istirahat). Proses pembelahan meiosis pada oosit dilanjutkan kembali

setelah individu hewan mengalami pubertas (Hafez and Hafez, 2000),

kelanjutan pembelahan meiosis berturut-turut akan melewati tahap

diakinesis (awal pemisahan dan kondensasi pasangan kromosom),

metafase (semua kromosom berada pada pusat pembelahan) dan anaphase

(pemisahan masing-masing kromosom sepanjang pusat belahan spindle)

dan telofase (pembagian kromosom selesai). Pembelahan meiosis yang

pertama menghasilkan 2 sel telur yang masing-masing berisi setengah

komplemen kromosom, salah satu dari sel telur tersebut yang mendapatkan

Page 35: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

19

hampir seluruh sitoplasma disebut oosit sekunder dan oosit sekunder inilah

yang nantinya akan menjalani proses pembelahan lebih lanjut.

Pada saat inti berada pada tahap metaphase II oosit diovulasikan dari

folikel, namun proses maturasi oosit masih berlanjut hingga terjadi proses

fertilisasi antara ovum dengan sperma dan badan kutub kedua terbentuk.

Masa embriogenik atau masa organogenesis merupakan masa yang

berlangsung dari perkembangan minggu ke-3 hingga minggu ke-8 dan

merupakan masa terbentuknya jaringan dan sistem organ yang spesifik

dari masing-masing lapisan (Sadler, 2000).

Fetus adalah makhluk yang sedang berkembang dengan bentuk morfologi

menyerupai bentuk dewasa, tahap perkembangan embrio meliputi tahap

progenesis, embriogenesis dan organogenesis (Roux, 2011).

Tahapan progenesis merupakan tahap awal perkembangan individu baru

yang diawali dengan proses gametogenesis yaitu terbentuknya empat

sperma pada jantan dan satu ovum pada betina yang kemudian akan

dilanjutkan dengan terjadinya fertilisasi sehingga membentuk zigot.

Kebuntingan merupakan tanda dari keberhasilan suatu fertilisasi. Selama

periode kebuntingan akan terjadi rangkaian proses perkembangan embrio

(embriogenesis) yang terdiri dari tahap proliferasi, pertumbuhan dan

integrasi antar sistem tubuh menjadi satu kesatuan fungsional (Panjaitan,

2003).

Page 36: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

20

Tahapan embriogenesis adalah tahap yang diawali dengan proses

pembelahan sel atau proliferasi sel yaitu pertambahan jumlah sel setelah

terjadi pembuahan, zigot berproliferasi dengan cara melakukan

pembelahan mitosis menjadi blastomer, morula, blastula dan gastrula

(Roux, 2011).

Pembelahan sel yang pertama pada tikus maupun mencit terjadi 24 jam

setelah pembuahan. Pembelahan terjadi secara cepat di dalam oviduk dan

secara berulang-ulang, menjelang hari kedua setelah pembuahan, fetus

sudah berbetuk morula 16 sel bersamaan dengan pembelahan, fetus

bergulir menuju uterus. menjelang hari ketiga kebuntingan, fetus telah

masuk ke dalam uterus, tetapi masih berkelompok. Pada akhirnya fetus

akan menyebar di sepanjang uterus dengan jarak yang memadai untuk

implantasi dengan ruang yang cukup selama masa pertumbuhan (Roux,

2011).

Pada akhir tahap pembelahan pada hewan mecit (Mus musculus L.) akan

terbentuk blastula, blastula membentuk massa sel sebelah dalam dan

tropoderm yang akan berkembang menjadi plasenta. Massa selakan

berkembang menjadi hipoblas dan epiblas, dimana epiblas akan

berkembang menjadi fetus dan hipoblas akan berkembang menjadi

selaput ekstra fetus. Blastomer akan terimplantasi pada hari ke-4

kehamilan dan berakhir pada hari ke-6 kebuntingan. Kemudian diikuti

dengan proses gatrulasi, yaitu adanya perpindahan sel dan diferensiasi

Page 37: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

21

sel untuk membentuk lapisan ektoderm, endoderm dan mesoderm (Roux,

2011).

Pada tahapan organogenesis terjadi proses pembentukan organ, terjadi

pada hari ke-6 sampai hari ke-11 dari kebuntingan. Dimana proses

pembentukan organ dari lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm

yang merupakan tahap akhir perkembangan embrio. Lapisan ektoderm

akan membentuk susunan saraf, lapisan epidermis kulit, bagian mulut

dan anus. Lapisan mesoderm akan membentuk otot, pembuluh darah

dan jaringan pengikat. Lapisan endoderm akan membentuk lapisan

saluran pencernaan dan berbagai organ pencernaan seperti hati dan

pankreas. Pada masa ini, fetus cenderung memiliki respon teratogenik

(Roux, 2011).

K. Siklus Hidup Mencit

Siklus reproduksi mencit bersifat poliestrus dimana siklus estrus (berahi)

berlangsung sampai lima hari dan lamanya estrus 12-14 jam. Mencit

jantan dewasa memiliki berat 2040 gram sedangkan mencit betina dewasa

18-35 gram. Hewan ini dapat hidup pada temperatur 300

C lama hidup

mencit satu sampai tiga tahun, dengan masa kebuntingan yang pendek (18-

21 hari) dan masa aktifitas reproduksi yang lama (2-14 bulan) sepanjang

hidupnya. Mencit mecapai dewasa pada umur 35 hari dan dikawinkan

pada umur delapan minggu (jantan dan betina) (Mangkoewidjojo dan

Smith, 1988).

Page 38: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

22

Mencit dewasa pada umur 35 hari dan memiliki waktu kehamilan 19-21

hari dan umur sapih 21 hari dengan berat mencit dewasa rata-rata 20-30

gram dan memiliki berat lahir 0,5-1.0 gram. Menurut Somala (2006) suhu

rektal mencit 35-39o C, pernapasan 140-180 kali/menit dan denyut jantung

600-650 kali. Mencit juga salah satu golongan pengerat yang bersifat

omnivorus, nokturnal, takut cahaya, dan dapat hidup dengan baik di

ruangan dengan temperatur antara 20-25o C dengan kelembaban ruang 45-

55% (Keane, 2011).

L. Berat dan panjang fetus

Laju pertumbuhan dan perkembangan fetus menentukan variasi ukuran

Fetus. Rata-rata fetus mencit normal pada umur kebuntingan hari ke-18

adalah 1,4 gram. Penurunan berat dan panjang tubuh adalah bentuk paling

ringan dari efek senyawa teratogenik dan merupakan parameter yang

sensitif. Gangguan perkembangan individu dalam uterus menyebabkan

kelainan antara lain kelahiran dengan berat badan yang tidak normal

(Yantrio et al., 2002).

Berat dan panjang fetus merupakan salah satu parameter yang penting

untuk diamati dalam penelitian teratogenik. Penurunan berat dan panjang

badan fetus merupakan efek dari pemberian senyawa yang bersifat

teratogenik (Wilson, 1973).

Page 39: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

23

M. Malformasi

Pertumbuhan dan perkembangan fetus tidak selalu terbentuk sempurna

kadang terjadi penyimpangan atau kelainan. Kelainan yang dibawa sejak

lahir dapat disebabkan oleh faktor genetik, atau faktor lingkungan, yang

bisa berupa faktor internal dan eksternal. Teratogen karena faktor

lingkungan bisa berasal dari induksi ion Hg, Pb, virus teratogenik,

pengaruh radiasi, ketidakseimbangan hormon, trauma fisik, dan kondisi

stress (Jelodar dan Rodashtian, 2009).

Menurut Salomo (2002) pengamatan malformasi dimulai dari daerah

kepala, diperhatikan bentuk dan ukuran kepala, serta di kepala harus

terdapat 2 tonjolan mata yang masih tertutup, 2 lubang hidung dan 2

telinga. Mulut dan bibir diamati ukuran, dan bentuk. Mulut dibuka untuk

diamati dan memastikan ada tidaknya celah dilangit-langit mulut atau

sumbing (cleft palate). Pada tungkai diamati ukuran, kelengkapan ruas

dan arah rotasi, siku, telapak dan jemari, jumlah jemari masing-masing 5

depan dan 5 belakang diamati adanya kelainan pada jumlah ukuran. Ekor

diamati ukuran dan pembengkokannya.

N. Toksikologi

Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang racun, terutama

pengaruhnya terhadap makhluk hidup. Salah satu unsur toksikologi

adalah zat kimia yang mampu menimbulkan respon terhadap sistem

biologi. Seiring dengan berkembangnya ilmu telah ditemukan banyak cara

Page 40: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

24

untuk menguji status keteratogenikan suatu senyawa, senyawa tersebut

dapat berupa obat-obatan, bahan aditif untuk makanan, bahan pencemar

di lingkungan industri, pestisida, logam berat, pelarut organik, gelombang

elektromagnetik, bunyi, temperatur ekstrim, dan lain- lain. Apabila

embrio yang sedang berkembang terpapar senyawa tersebut, ada peluang

proses perkembangannya menjadi terganggu (Salomo, 2002).

Tahap praimplantasi dimulai dari fertilisasi, pembelahan awal (cleavage),

blastula hingga gastrulasi awal, pada tahap ini diferensiasi sel belum

lanjut, jika satu atau sekelompok sel rusak oleh gangguan senyawa toksik,

masih memungkinkan bagi sel lain di sekitarnya membelah dan

menggantikan posisi dan peran sel rusak tadi, dengan demikian embrio

pulih dan perkembangan dapat berlanjut. Pada tahap praimplantasi efek

dari gangguan senyawa toksik pada embrio tidak menyebabkan kelainan

perkembangan, namun jika efek suatu senyawa toksik menimpa tahap

organogenesis pada embrio, yaitu ketika pembentukan organ sedang

berlangsung, maka perkembangan organ dapat terganggu dan mungkin

terjadi kecacatan yang dapat teramati saat lahir, dengan demikian terdapat

empat kelompok wujud gangguan perkembangan embrio, yaitu kematian,

kecacatan, hambatan pertumbuhan, dan gangguan fungsi (Solomo, 2002).

O. Teratogenik

Teratogenik adalah zat atau senyawa yang dapat menyebabkan kecacatan.

Teratogenesis adalah proses pembentukan kelainan bawaan atau

kecacatan, kelainan ini merupakan penyebab utama mortalitas pada fetus

Page 41: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

25

yang lahir. Faktor yang dapat menyebabkan teratogenesis adalah senyawa

kimia, kekurangan gizi, infeksi virus, ketidakseimbangan hormonal dan

berbagai kondisi stress. Menurut Lu (1995) mekanisme kerja senyawa

kimia yang bersifat teratogen pada hewan uji coba diantaranya adalah

gangguan terhadap asam nukleat, kekurangan pasokan energi dan

osmolaritas dan penghambatan enzim. Gangguan terhadap asam nukleat

apabila terdapat banyak zat kimia yang dapat mempengaruhi replikasi dan

transkripsi asam nukleat atau translasi RNA, contohnya: antimetabolit dan

intercalating agent.

Kekurangan pasokan energi dan osmolaritas apabila senyawa teratogen

tertentu mempengaruhi metabolisme dengan cara mengurangi persediaan

substrat dan ketidakseimbangan osmolaritas dapat disebabkan oleh

hipoksida dan zat penyebab hipoksida (CO, CO2) yang bersifat teratogen.

Hal ini dapat menyebabkan kelainan bentuk dan iskemia jaringan.

Penghambat enzim seperti 5-flourourasil dapat menyebabkan cacat atau

kelainan karena mengganggu diferensiasi dan pertumbuhan sel (Lu, 1995).

Pengaruh yang ditimbulkan oleh teratogen antara lain :

a) Aberasi, yaitu kelainan morfologi meliputi struktur luar dan dalam

serta kelainan fungsional. Misalnya :

(1) Anomali minor : kelainan penulangan pada sternum, ekorkeriting, kaki

lurus, adanya tulang rusuk tambahan, malrotasi anggota badan atau

cakar, lidah menonjol, kelainan pembentukan pelvis ginjal dan kulit

transparan.

Page 42: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

26

(2) Anomali mayor : spina bifida dan hidrosepali yang akan mengganggu

kelangsungan hidup pertumbuhan dan perkembangan, kesuburan dan

panjang usia hewan.

(b) Resorbsi, merupakan manifestasi kematian hasil konsepsi.

(c) Fetus resorbsi (Iriani, 2009).

Gambar 4. Morfologi fetus mencit (a). Fetus normal, (b). Fetus kerdil

(Iriani, 2009)

Page 43: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

27

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2017, di-

Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia FMIPA Unila untuk

pembuatan ekstrak daun jeruju dan di Laboratorium Zoologi, Jurusan

Biologi FMIPA Unila untuk tempat pemberian perlakuan pada mencit dan

pengamatan.

B. Alat dan bahan

1. Alat-alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang mencit yang

berukuran 50x30 cm beserta penutup yang terbuat dari kawat, tempat

makan dan minum mencit sebanyak 20 unit yang akan terbagi dalam 4

kelompok, seperangkat alat bedah, sonde lambung, kertas label, kertas

millimeter blok, penggaris, jangka sorong, timbangan digital, kamera,

bak parafin, pena dan buku.

2. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor mencit betina

dan jantan yang berumur 3-4 bulan dengan berat sekitar 30 gram, sekam

padi sebagai alas kandang mencit, alkohol 95%, alkohol bertingkat,

Page 44: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

28

benang, kapas, kloroform, pelet sebagai makanan mencit, aquabides, air,

dan ekstrak daun jeruju.

C. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Kandang dan Hewan Uji

Sebelum melaksanakan penelitian, disiapkan terlebih dahulu kandang

yang berukuran 50 x 30 cm dan penutup dari bahan kawat berukuran

15x15 mm sebanyak 20 unit dan hewan uji yaitu 20 mencit jantan dan 20

mencit betina yang berumur 10 minggu dengan kondisi fertil, dan berat

sekitar 30 gram. Hewan uji diperoleh dari Balai Penyidikan dan

Pengujian Veteriner (BBPV) Regional III Provinsi Lampung.

Hewan uji kemudian diaklimatisasi selama 10 hari dalam kondisi

laboratorium dengan tujuan penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar

dan membatasi pengaruh lingkungan dalam percobaan. Di dalam

kandang yang telah disiapkan, ditempatkan satu ekor mencit jantan dan

satu ekor mencit betina serta diberi makan dan air minum secukupnya

setiap hari.

2. Pembuatan ekstrak daun jeruju

Pada penelitian ini untuk mendapatkan ekstrak daun jeruju digunakan

metode evaporasi. Daun Jeruju dibersihkan, dicuci, dan dijemur (tanpa

sinar matahari) hingga kering (oven). Setelah kering jeruju kemudian

digiling hingga menjadi serbuk. Kemudian dilakukan maserasi dengan

Page 45: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

29

cara merendam 500 gram serbuk jeruju dalam 5 liter larutan etanol

selama 24 jam. Kemudian disaring menggunakan kertas saring

(Susilawaty dan Hermansyah, 2015). Cairan hasil saringan tersebut

kemudian dipekatkan dengan cara evaporasi menggunakan alat rotary

evaporator selama 4 jam dengan suhu 50°C dan tekanan 120 atm.

Kemudian didapatkan ekstrak jeruju sebanyak ± 200 ml.

3. Pemberian perlakuan pada mencit

Induk mencit disatukan dengan jantan dengan tujuan supaya terjadi

perkawinan hingga terdapat adanya sumbat vagina yang dihitung sebagai

hari kebuntingan ke-0 (Silvia, 2011). Kebuntingan dapat juga diketahui

dengan cara mengangkat ekstrimitas depan mencit dan melihat apakah

kelenjar mammae turun. Hal ini karena perkembangan kelenjar

mammae berada pada tahap persiapan laktasi yang dimulai selama masa

kebuntingan.

Pemberian ekstrak daun jeruju dilakukan secara oral atau dicekok untuk

mempermudah masuknya ekstrak ke dalam tubuh mencit. Menggunakan

alat sonde lambung mulai dari kebuntingan hari ke 6 sampai ke 17

(Silvia, 2011).

Pada penelitian ini pemberian ekstrak daun jeruju diberikan secara oral,

sehingga persen pemberian aquabides adalah 1 %. Hewan uji yang

digunakan dalam penelitian ini adalah mencit dengan berat sekitar 30

Page 46: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

30

gram, menurut Yorijuly (2012) rumus perhitungan volume penggunaan

aquabides yaitu:

Volume Pemberian = Berat x Persen Pemberian

= 30 gram x 1%

= 30 gram x (1 ml/100 gram)

= 0,3 ml

Berdasarkan acuan metode penelitian jurnal farmakologi dan farmasi

klinik (Latifah dkk, 2015) mengenai potensi tumbuhan mangrove daun

jeruju (Acanthus ebracteatus L.) sebagai obat anti diabetes dengan

menggunakan dosis 125 mg/Kg BB, 250 mg/Kg BB dan 500 mg/Kg BB

dalam 1 ml aquadest. Maka, setelah dikonversikan dengan dosis mencit

yang memiliki berat 30 gram, dosis yang diberikan setiap pergram berat

badan mencit yaitu :

Berat jeruju = 125 mg x

Berat hewan 1000 g 30 g

x = 3,75 mg

Melalui perhitungan di atas, maka kelompok perlakuan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Kelompok kontrol, diperlakukan dengan diberi 0,3 ml aquabides

Kelompok dosis 3,75 mg/30 gr BB dalam 0,3 ml aquabides (P1)

Kelompok dosis7,5 mg/30 gr BB dalam 0,3 ml aquabides (P2)

Kelompok dosis 15 mg/30 gr BB dalam 0,3 ml aquabides (P3)

Page 47: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

31

4. Pengamatan

Semua mencit betina yang bunting baik pada kontrol dan yang diberi

perlakuan, pada hari kebuntingan ke-17 dimasukkan ke dalam desikator

untuk dibius menggunakan klorofom, selanjutnya mencit dibedah dan fetus

dikeluarkan dengan memotong uterus dan plasenta untuk diamati. Fetus dari

masing-masing induk dibersihkan dengan dikeringkan memakai tissue.

Parameter yang diukur dalam penelitian ini yaitu jumlah fetus yang hidup

dan yang mati, berat badan ditimbang dengan timbangan digital untuk

melihat apakah berat badan bertambah atau berkurang, dan panjang fetus

diukur dari ujung moncong sampai ujung ekor menggunakan jangka sorong,

kemudian dilihat ada tidaknya perkembangan abnormalitas dan mortalitas

yang teramati secara visual pada morfologi fetus (Wilson, 1975; Setyawati,

2009).

D. Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL), 20 ekor mencit betina yang bunting

dibagi dalam 4 kelompok yaitu 1 kelompok sebagai kontrol dan 3 kelompok

diberi perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit

sebagai ulangan. Menurut Federer (1997) rumus penentuan sampel untuk

uji eksperimental dengan rancangan acak lengkap adalah:

t(n-1)≥15

Page 48: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

32

Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah

sampel yang diperlakukan tiap kelompok. Perhitungan sampel:

4(n-1) ≥15

4n-4≥15

4n≥19

n≥4,75

Jadi, hasil nilai yang diperoleh 4.75 dibulatkan menjadi 5 sehingga setiap

kelompok percobaan masing-masing memiliki 5 ulangan.

Susunan rancangan percobaan adalah sebagai berikut:

Gambar 5. Rancangan Percobaan

Keterangan:

P= Perlakuan yang digunakan (P1;P2;P3)

K= Kontrol (K)

U= Ulangan (U1, U2, U3, U4, U5)

KU1 P1U1 P2U1 P3U1

P2U2

P1U3

KU4

P3U5

P3U2

KU3

P1U4

P2U5 P1U5 KU5

KU2

P2U3 P3U3

P1U2

P3U4 P2U4

Page 49: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

33

E. Analisis data

Data hasil penelitian berupa morfologi fetus dianalisis dengan cara

deskriptif. Data berupa jumlah, berat badan dan panjang fetus dianalisis

dengan metode statistik ANOVA (Analysis of Variance) pada taraf nyata

5% untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan efek yang ditimbulkan antar

perlakuan. Kemudian apabila terdapat perbedaan yang nyata maka akan

dilanjutkan uji lanjut dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf

nyata 5%.

Page 50: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

34

F. Diagram alir penelitian

Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 5.

Gambar 6. Diagram Alir Percobaan

Persiapan kandang dan hewan uji

Aklimatisasi

pembuatan ekstrak daun jeruju

Proses kopulasi mencit

Pembuktian kopulasi mencit

Pemberian perlakuan berupa ekstrak daun jeruju

Pembedahan dan pengamatan morfologi meliputi jumlah fetus,

berat berat fetus, panjang fetus, abnormalitas dan mortalitas pada

fetus mencit

Analisis data

Hasil dan Penyusunan Laporan

Page 51: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

47

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun

jeruju (Acanthus ilicifolius L.) pada mencit (Mus muculus L.) :

1. Tidak menyebabkan kematian dan tidak mengurangi jumlah fetus yang

dikandung oleh induk mencit.

2. Menurunkan berat badan fetus.

3. Menurunkan panjang fetus.

4. Tidak menyebabkan terjadinya abnormalitas pada morfologi fetus.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek sitotoksik ekstrak daun

jeruju (Acanthus ilicifolius L.) terhadap fetus mencit.

Page 52: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

48

DAFTAR PUSTAKA

Agoramoorthy G., F.A Chen.,V. Venkatesalu., P.C., Shea. 2009. Bioconcentrationof heavy metals in selected medicinal plants of India. J Environ Biol.30 (2): 175-178.

Akmal, M. Ddk. 2008. Efek Paparan Biji Pinang (Areca cathecu) TerhadapMortalitas Spermatozoa Tikus (Rattus norvegicus): UpayaMenemukan Kandidat Anti-fertilitas Pria. Jurnal Kedokteran Hewan(2), No. 2, September.

Almahdy, A. 1999. Efek Teratogenik Fraksi Sisa Ekstrak Daun Emilia sonchifolia(L.) DC in ovo. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta.

Almahdi, A. 2013. Uji Fetotoksik Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L.)Pada Mencit Putih. Universitas Andalas. Padang.

Andriani, Y. 2015. Efek Paparan Asap Rokok Pada Model Mencit Selama FaseOrganogenesis dan Pertumbuhan. Universitas Andalas. Padang.

Anastasia, O.K. 2013. Uji Teratogenik Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Perseaamericana Mill) Pada Mencit Betina (Mus musculus) Calyptra.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 2 (1).

Ardli, E.R., E. Yani., A. Widyastuti. 2011. Density and Spatial Distribution ofDerris trifoliata and Acanthus ilicifolius as a Biomonitoring Agent ofMangrove Damages at the Segara Anakan lagoon (Cilacap,Indonesia). 2nd International Workshop for Conservation Geneticsof Mangroves.

Astika. 2000. Penelitian Hayati Vol. 5 No. 2. PBI Komisariat Surabaya. Surabaya

Arrington, L. R. 1972. Introductory Laboratory Animal Science, the Breeding,Care and Management of Experimental Animal. The InterstatePrinters and Publisers, Inc. Denville.

Binar, A. D., dan W. Retno. 2008. Identifikasi Senyawa Bioaktif dan EkstrakDetrofeleum Eter Dan Ekstrak Metanol Daun Jeruju (Acanthusilicifolius). Fakultas Farmasi. Universitas Muhamadiyah Purwokerto.Purwokerto.

Page 53: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

49

Budiman, R, 2007. Pengaruh Penambahan Bubuk Bawang Putih pada Ransumterhadap Gambaran Darah Ayam Kampung yang Diinfeksi CacingNematoda (Ascaridia galli). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Citra, S. R. 2013. Proses Oogenesis pada Manusia. Http://Bioedulima. Blogspot.Com/2013/04/ Oogenesis-Pada-Manusia-2_8 html. [25 juli 2018].

Departemen Kesehatan RI (1989). Materi Medika Indonesia, jilid V. Jakarta:Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

Djamal, R.1990. Kimia Bahan Alam. Universitas Andalas. Padang.

Latifah, E., P., D. Pribadi, Sukmarani. 2015. Potensi Tumbuhan mangrove DaunJeruju (Achanthus ilicifolius) Sebagai Obat AntiDiabetes. Skripsi.Universitas Muhammadiyah Magelang. Magelang.

Fithriani, D. 2009. Potensi Antioksidan Caulerpa racemosa Di PerairanTelukHarun Lampung. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Giesen, W. 1991. Checklist of Indonesian Freshwater Aquatic Herbs. AsianWetland Bureau-Indonesia.

Hafez, E.S.E. 2000. Horses in: Reproduction in Farm Animals. 7th Edition. B.Hafez, E.S.E Hafez (eds) Lippincot Williams & Wilkins.Philadelphia.

Harbone, J. B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Moderen MenganalisisTumbuhan (Terjemahan Oleh Koesasi Padmawinato & IwangSudiro). ITB. Bandung.

Hartini, 2011. Pengaruh Dekok daun Jambu Biji Merah (Psidium guajava Linn.)Terhadap Jumlah Kecepatan dan Morfologi Spermatozoa TikusPutih Jantan. Jurnal Universitas Andalas. Sumatra Barat.

Hamdani, D, 2007. Mengenal Tanaman Obat Nusantara. PT. Panca AnugrahSakti, Jakarta.

Herrera, A.A., E.C.K. Rich., dan A.D.G.I. Lerrie. 2011. Effects of OralAdministration of Crude Leaf Extracts of Aglaia loheri Blanco andArdisia pyramidalis (Cav.) Pers on Embryo Morphology andMaternal Reproductive Perfomance. Journal of Medicinal PlantsResearch. 5 (16), pp.3904-396.

Heupel. 2008. Root Cause Analysis Handbook: A Guide to Efficient and EffectiveIncident Investigation. Connecticut Philip Jan Rothstein. FBCI.

Page 54: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

50

Hidayat., S. Yuzammi., S. Hartini., I.P., Astuti. 2004. Tanaman Air Kebun RayaBogor. Vol. 1 No. 5. Kebun Raya Bogor. Bogor.

Hopkins, G. W. 1995. Introduktion to plant Physiology. JhonWilley And Sont.Inc. USA.

Hutahean, S. 2002. Prinsip-Prinsip Uji Toksikologi Perkembangan. FMIPAUniversitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.

Irawanto R. 2009. Inventarisasi Koleksi Tanaman Air Berpotensi WWG di KebunRaya Purwodadi. Prosiding Seminar Nasional TeknologiLingkungan IV-ITS. Surabaya.

Irawanto R. 2014b. Phytomedicine of Acanthus ilicifolius dan Coix lacryma-jobi.Prosiding 2nd International Biology Conference-ITS Surabaya.

Irawanto, R., Ariyanti, E. E., R. Hendrian. 2015. Jeruju (Acanthus ilicifolius):Biji, perkecambahan dan potensinya. Skripsi. LIPI. Jawa Timur.

Iriani, S. 2009. Morfologi Fetus Mencit (Mus musculus) setelah PemberianEkstrak Daun Sambiloto. Skripsi. FMIPA. Universitas Lampung.

Irmala, D.S. 2015. Pengaruh Pemberian Asam Retinoat Terhadap PerkembanganFetus Mencit (Mus musculus) Swiss Webster. Universitas Sriwijaya.Palembang.

Jacobsen, K. L. A. Slotkin., W. Theodore., M. Michael., W. E Mencl, & K. P.Pugh. 2007. Neuropsychopharmacology. Visuopatial memoryDeficits Emerging During Nicotine Withdwarl In Adolescents WithPrenatal Exposure To Active Maternal Smoking, 1550-1561.

Jayaweera, D.M.A., L. K Senaratna. 2006. Medicinal Plants (Indigenous andExotic) Used in Ceylon. The National Science Foundation.Colombo.

Jelodar, G., M. Rodashtian. 2009. Effect of Radiation Laekage of MicrowaveOven on Pregnant Mice. J Babol Univ Med Sci : 11 (3).

Kaufman, M. H. 1992. The Atlas of Mouse Development. Academic Press.London.

Kanchanapoom, T., S.K. Mohamed., K. Ryoji., Y. Kazuo., P. Chayan., dan H.Yoshikazu. 2001. Lignan Glucosides from Acanthus ilicifolius.Phytochemistry. 56 : 369-372.

Khajure, P. V. & J. L Rathod. 2010. Antimicrobial Activity of Extracts ofAchantus ilicifolius Extracted from the Mangroves of Karwar Coast

Page 55: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

51

Karnataka. Recent Research in Science and Technol vol 2 no.6, hal98-99.

Keane, M. T. 2011. Cognitive Psychology 4thed. Taylor & Francis Inc.Philadelphia.

Kovendan K., K. Murugan. 2011. Effect of Medicinal Plants on the MosquitoVectors from the Different Agroclimatic Regions of Tamil Nadu,India. Advan Environ Biol 5 (2): 335-344.

Kumar, M. S. K. T., B. Gorain., D. K. Roy., S. K. Samanta., M. Pal., P. Biswas.,A. Roy., D. Adhikari., Karmakar. 2008. Anti-inflammatory activityof Acanthus ilicifolius. J Ethnopharmacol 120:7-12.

Kusumawati, D. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.

Kusumawardani Y., R. Irawanto. 2013. Study of Plants Selection in WastewaterGarden for Domestic Wastewater Treatment. Proceeding of theInternational Conference of Basic Science-Universitas Brawijaya.Malang.

Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran dan Penilaian ResikoEdisi II. Penerbit UI. Jakarta. p.155-157.

Malole, M.B.M. and C. S. U. Pramono. 1989. Pengantar Hewan-HewanPercobaan di Laboratorium. Bogor. Pusat Antara UniversitasBioteknologi IPB.

Mangkoewidjojo dan Smith. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, danPenggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis.UI Press. Jakarta.

Maradjo, M. (1985). Tumbuhan Pantai. PT. Gita Karya. Jakarta.

Medero. (2008). Mouse Lecture & Wet Lab. [Online]. Tersedia: http: // www.uprh. edu /~RISE/activities/mouse/files/page11_1.jpg [25 Oktober2017].

Muna, L., O. P. Astirin., dan Sugiyanto. 2011. Uji Teratogenik Ekstrak Pandanusconoideus Varietas Buah Kuning Terhadap Perkembangan EmbrioTikus Putih (Rattus novergicus). Nusantara Bioscience. 2. Pp 126-134.

Nurcahyani, N., H. Busman., Sutyarso., dan S. Andriani. 2017. Cytotoxic Efect ofPare (Momprdica charantia L.) Extract On Fetal Developlement ofMice (Mus musculus L.) Jurnal Biologi Indonesia. UniversitasLampung. Bandar Lampung.

Page 56: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

52

Nurliani, A. 2007. Penelusuran Potensi Antifertilitas Kulit Kayu Durian(Durioziberthinus Murr.) Melalui Skrining Fitokimia. Seminar Sainsdan Terapan Kimia, pp. 53-58.

Norapiyah, 2012. Pemanfaatan Vegetasi Mangrove Pada Masyarakat DesaSungai Tekong Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.Skripsi. Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Panjaitan, R.G. 2003. Bahaya Gagal Hamil yang Diakibatkan MinumanBeralkohol. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Plantamor. 2016. Jeruju. Diakses dari http://www. plantamor.com. [18 Oktober2017].

Purnobasuki, H. 2004. Potensi Mangrove Sebagai Tanaman Obat. Biota IX(2): 125-126.

Purnomo, L. H. 2002. Manfaat Beberapa Jenis Tumbuhan Mangrove SebagaiBahan Obat Trad.isional. Warta Oseanografi, Vol. XVI, No. 4, hal10-12.

Robinson ,T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. ITB.Bandung.

Roux, D. 2011. A High-Resolution Anatomical Atlas of the Transcriptomein theMouse Embryo. JPLOS Bio: 9 (1).

Sadler, T. W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman Ed. 7: Masa Embriogenik.EGC. Jakarta. pp. 67-89.

Sari, E. J. 2016. Struktur Tulang Belakang Fetus Mencit (Mus musculus L.)Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Teki (Cyperus rotundus L.).Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Lampung. BandarLampung.

Santoso, H.B. 2006. Pengaruh Kafein Terhadap Penampilan Reproduksi danPerkembangan Skeleton Fetus Mencit (Mus musculus L.). JurnalBiologi. X: 39-48

Salomo, H. 2002. Prinsip-Prinsip Uji Toksikologi. Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Setyawati, I. 2011. Penampilan Reproduksi dan Perkembangan Skeleton FetusMencit Setelah Pemberian Ekstrak Buah Nanas Muda. JurnalVeteriner. 112(3) pp.192-199.

Page 57: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

53

Silvia,G.A.N. 2011. Pengaruh Pemberian Suspensi Sari Akar Manis TerhadapPerkembangan Janin Pada Mencit Bunting.Skripsi. Program EkstensiFarmasi. Depok.

Singh, D. and V. Aeri. 2013. Phytochemical and pharmacological potential ofAcanthus ilicifolius. J Pharm Bioallied Sci. 5(1): 17–20.

Singh, A., S. Duggal and A. Suttee. 2009. Acanthus ilicifolius Linn. - LesserKnown Medicinal Plants with Significant PharmacologicalActivities. Ethnobotanical Leaflets 13: 431-36.

Smith, J.B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan danPenggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta : UI-Press

Somala, L. 2006. Sifat Reproduksi Mencit (Mus musculus L.) Betina yangMendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Kering.Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak FakultasPeternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susetyarini, E. 2009. Daun Beluntas Terhadap Kadar Testoteron Tikus Putih(Ratus norwegicus) Jantan. Jurnal Gamma (5), No.1.

Susilawati dan Hermansyah. 2015. Aktivitas Larva Sida Ekstrak Metanol BuahPare (Momordica charantia L.) Terhadap LarvaAedesaegypti.Skripsi.Universitas Sriwijaya. Palembang

Suryawati, S. 1990. Pemakaian Obat Pada Kehamilan. LaboratoriumFarmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta

Taiz, L. & E. Zeiger. 1998. Plant Physiology. Sinauer Assosiation Inc. Publiser.Massachusertts

Telfer, E., M.C. laughlin., M. C. Ding. and K.J. Thang. 2008. A two. StepSerumfree Culture System Support Development Of HumanOocytes From Primodial Follicles in the Presence Of Activin. Hum.Reprod. 23: 1151-1158

Tolihere, M.R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa,Bandung.

Tuwuh, P., M.S. Lucia., dan Riyanto. 2016. Efek Teratogenik Ekstrak Ciplukan(Physalis Minima Linn) Terhadap Fetus Mencit (Mus musculus)Galur Sub Swiss Webster. Jurnal Pembelajaran Biologi. 3 (1) : 8-21.

Uche-Nwachi, E.O., dan C. McEwen. 2010. Teratogenic Effect of the WaterExtract of Bitter Gourd (Momordica charantia) on the Sprague

Page 58: (Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/33099/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah dan daun),

54

Dawley Rats. Afr. J. Traditional, Complementary and AlternativeMedicines. 7 (1) : 24-33.

Valkenberg, J.L.C.H,. N. Bunyapraphatsara. 2002. Plant Resources of SouthEastAsia No. 20 (2): Medical and Poisoning Plant 2. PROSEAFoundation, Bogor.

Widyastuti, N., T. Widiyani, dan S. Listyawati. 2006. Efek Teratogenik EkstrakBuah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) PadaTikus Putih (Rattus novergicus L.) Galur Wistar. Bioteknologi. 3 (2).Pp 56-62

Wurlina. 2006. Pengaruh Antimitosis Ekstrak Achyranthes aspera Liin padapembelahan sel embrio (clevage). Berk. Penel. Hayati, 11, pp. 161-165

Wilson, J.G. 1973. Environment and Birth Defect. Academic Press. New york. Pp6-8

Wostman, R, & Liebezeit, G, 2008.Chemical Composition of the Mangrove HollyAcanthus ilicifolius (Acanthaceae) – Review and Additional Data.Senckenbergiana Maritima, vol 38 no. 1 hal. 31-37

Xie, L.S., Y.K. Liao., Q.F. Huang., M.C. Huang. 2005. Pharmacognostic Studieson Mangrove Acanthus ilicifolius. Zhongguo Zhong Yao Za Zhi 30:1501-1503

Yantrio, A., J., Y. Sugiyanto., Aida. 2002. Efek Klorambusil terhadapPerkembangan Fetus Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) StrainSparague-Dowly.Jurnal Biota VII(3):101-108.

Yorijuly. 2012. Perhitungan Dosis Untuk Hewan Percobaan. [Internet]. Terdapatpada : https:/yorijuly14. wordpress.com/2012/06/02/perhitungan-dosis-untuk-hewan-percobaan. Diakses pada tanggal 25 September2017.

Yudhoyono, A., D.G. Sukarya. 2013. 3500 Plant Species of The Botanic Gardensof Indonesia. PT. Sukarya dan Sukarya Pendetama. Jakarta.

Zahra, S. 2008. Efek Teratogenik Ekstrak Air Sarang Semut (Myrmecodiapendens Merr. & Perry) pada Tikus Putih (Rattus novergicus L.)Galur Wistar Fase organogenesis. Tesis S2. Jurusan Biologi FMIPA.Universitas Sebelas Maret. Surakarta.