skripsi - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/m....

137
KAJIAN TEORI MUNASABAH DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN (Tela’ah atas Surah Ar-Rahman dalam Tafsir Al-Mishbah) SKRIPSI Diajukan Sebagai SAlah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) OLEH: M. SARIFUDIN NIM: 215 13 001 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Upload: dinhthu

Post on 01-Jul-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

KAJIAN TEORI MUNASABAH

DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN

(Tela’ah atas Surah Ar-Rahman dalam Tafsir Al-Mishbah)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai SAlah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama

(S. Ag)

OLEH:

M. SARIFUDIN

NIM: 215 13 001

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

Page 2: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

iv

Page 3: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

v

Page 4: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

vi

Page 5: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

vii

MOTTO

خيس مم مه تعيم اىقسأن وعيمه

~ Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Qur‟an dan

mengajarkannya~

(HR. Bukhari)

Page 6: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

viii

PERSEMBAHAN

حيــــــــم حمــــــــه اىس ـــــــه اىس تســــــــم اىيـ

Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah Swt.,

skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ibu Umi Nafisah/Umarsih dan Bapak Sumari (Alm) serta Bapak Ihwan yang

telah mendidik, membimbing, memberikan kasih sayang, dan do‟a dan

segalanya yang menjadi perantaraku untuk memperoleh tujuan hidupku, ilmu,

iman, amal shalih, dan ridho Allah Swt.

2. Ibu Sri Ambarwati dan Bapak Hanafi yang telah mendukung, memotivasi,

mendo‟akan, dan membantu banyak hal yang berkaitan dengan perkuliahan,

sehingga dengan Ridho Allah penulis bisa menyelesaikan studi S1 dengan

baik dan tepat pada waktunya.

3. Adik-adikku tercinta, Iska Setiarini, Hidayatul Umami, Nainul Muna yang

selalu mendo‟akan, mendukung, dan membantu.

4. Keluarga besar dan saudara-saudara penulis di manapun berada yang selalu

mendo‟akan, mendukung, dan membantu.

5. Dr. Hasani Ahmad Said. M.Pd. yang telah membimbing penulis sehingga bisa

mendapatkan judul skripsi ini.

6. Orang-orang yang selalu mewarnai hidup penulis, sehingga penulis bisa

hidup tumbuh dan berkembang dalam kebaikan dan ketaatan, antara lain: Mr.

Walyono, S.Pd.I., CT., CM., Ibu Juariyah, Bapak Hidayatullah DAHA, Ibu

H. dr. Supartinah, Sp. THT., Ahmad Fikri Sabiq, S.Pd.I., Muhammad

Page 7: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

ix

Maghfurin, Nur Afandi, Suyadi, Bapak Sujatmiko, Bu Arna, Pak Rozak, Ibu

Latifah.

7. Keluarga besar Public Speaking Class (PSC); Bapak Walyono, Pak Azis,

Ihsan, Solehan, Inas, dan semuanya saja.

8. Teman-teman KKN 2017 POSKO 40 Desa Kalangan yang telah membantu

dan mendukung; Adam, Ali, Riza, Lia, Nisa, Nabila, Iva, Dewi.

Page 8: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

x

KATA PENGANTAR

حيــــــــم تس حمــــــــه اىس ـــــــه اىس ــــــــم اىيـ

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Kajian Munasabah dalam

Penafsiran Al-Qur‟an (Tela‟ah atas Surah Ar-Rahman dalam Tafsir Al-

Mishbah)”. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Saw.,

keluarga, sahabat, dan umatnya.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Agama di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah

terbatas, sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.

Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya

skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Beny Ridwan, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Adab

dan Humaniora.

3. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan

Tafsir.

4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc. MA., selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

Page 9: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

xi

Page 10: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

xii

ABSTRAK

M. Sarifudin, 2017. “Kajian Munasabah dalam Penafsiran Al-Qur‟an (Tela‟ah

atas Surah Ar-Rahman dalam Tafsir Al-Mishbah)”. Skripsi. Fakultas

Ushuluddin Adab dan Humaniora. Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Adang

Kuswaya, M.Ag.

Kata Kunci: Munasabah, Tafsir Al-Qur‟an.

Adanya perbedaan pendapat diantara ulama tentang Munasabah dalam

penafsiran Al-Qur‟an, ada yang setuju dan tidak. Hal inilah yang melatarbelakangi

penulis untuk mengkaji teori Munasabah dan tela‟ah terhadap surah Ar-Rahman

dalam Tafsir Al-Mishbah. Selain itu juga penulis ingin meneliti sejauh mana

validitas M. Quraish Shihab dalam menerapkan teori Munasabah dalam tafsirnya.

Dengan analisis (1) Bagaimana definisi Munasabah dan kedudukannya dalam

ilmu Al-Qur‟an? (2) Bagaimana ragam kajian Munasabah dalam Tafsir Al-

Mishbah? (3) Bagaimana penerapan Munasabah antarayat surah Ar-Rahman

dalam Tafsir Al-Mishbah? (4) Bagaimana penerapan Munasabah antara surah Ar-

Rahman dengan surah sebelum dan sesudahnya?. Untuk menjawab permasalahan

di atas, maka penulis mengkaji kitab Tafsir Al-Mishbah dan buku-buku yang

mengkaji tentang Munasabah untuk mengetahui definisi Munasabah dan

kedudukannya, mengetahui ragam kajian Munasabah dalam Tafsir Al-Mishbah,

mengetahui penerapan Munasabah antarayat surah Ar-Rahman dalam Tafsir Al-

Mishbah, dan mengetahui penerapan Munasabah antara surah Ar-Rahman dengan

surah sebelum dan sesudahnya.

Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian studi pustaka yang dilakukan

dengan menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan,

dengan metode library research dan literature yang dilakukan dengan

mengumpulkan sumber data primer berupa Kitab Tafsir Al-Mishbah karya M.

Quraish Shihab dan sumber data sekunder yang berupa buku-buku yang mengkaji

tentang Munasabah. Adapun tekhnik analisis data yang dilakukan ada tiga tahap

yaitu; metode deduktif yang dilakukan dengan menganalisis bab II kajian

Munasabah dalam pandangan umum, bab III ragam kajian Munasabah dalam

kitab Tafsir Al-Mishbah, dan bab IV penerapan Munasabah antarayat dan

antarsurah Ar-Rahman dalam kitab Tafsir Al-Mishbah, kemudian metode Conten

Analysis dan Reflektif Thinking dengan menganalisis isi untuk mengetahui

tingakat validitas M. Quraish Shihab dalam menerapkan teori Munasabah.

Adapun hasil dari penelitian yaitu: (1) Munasabah secara bahasa artinya

kedekatan, secara istilah adalah adanya hubungan antarayat dan antarsurah.

Munasabah memiliki kedudukan yang penting dalam „Ulumul Qur‟an wa Tafsir.

(2) Tafsir Al-Mishbah memiliki 6 spesifikasi Munasabah ayat dan 8 spesifikasi

Munasabah surah. (3) Penerapan Munasabah ayat dalam surah Ar-Rahman ada 5

spesifikasi. (4) Penerapan Munasabah surah dalam surah Ar-Rahman ada 6

spsifikasi.

Page 11: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

xiii

DAFTAR ISI

SAMPUL................................................................................................................ i

LEMBAR BERLOGO........................................................................................... ii

JUDUL.................................................................................................................. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................... iv

PENGESAHAN KELULUSAN............................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................ vi

MOTTO............................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN............................................................................................... viii

KATA PENGANTAR........................................................................................... x

ABSTRAK........................................................................................................... xii

DAFTAR ISI....................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvi

PEDOMAN TRANSLITERASI........................................................................ xvii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah...................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 6

E. Penegasan Istilah........................................................................................ 7

F. Fokus Penelitian......................................................................................... 9

G. Metode Penelitian..................................................................................... 10

H. Sistematika Penulisan............................................................................... 12

Page 12: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

xiv

BAB II PERAN MUNASABAH SEBAGAI INSTRUMEN PENAFSIRAN AL-

QUR‟AN……………………………………………………………….……..... 14

A. Munasabah dalam Kajian Al-Qur‟an....................................................... 14

B. Melacak Tradisi Awal Munasabah.......................................................... 26

C. Munasabah Perspektif Pakar Ilmuan Al-Qur‟an dari Klasik Hingga

Pramodern................................................................................................ 40

D. Munasabah dalam Tinjauan Ilmuwan Al-Qur‟an

Kontemporer............................................................................................ 43

E. Menyoal Munasabah: Respon Terhadap Kritik Ilmuwan Barat dan

Orientalis.................................................................................................. 50

BAB III MODEL MUNASABAH AL-QUR‟AN DALAM TAFSIR AL-

MISHBAH............................................................................................................ 57

A. Metode Menyingkap Munasabah Al-Qur‟an........................................... 57

B. Urgensi, Fungsi, dan Kegunaan Memahami Ilmu Munasabah serta Upaya

Pengembangannya................................................................................... 60

C. Karakteristik Munasabah dan Jenis-Jenisnya dalam Tafsir Al-

Mishbah.................................................................................................... 65

D. Pola dan Pendekatan................................................................................ 70

E. Ragam Kajian Munasabah dalam Tafsir Al-

Mishbah.................................................................................................... 71

BAB IV TELA‟AH PENERAPAN MUNASABAH SURAH AR-RAHMAN

DALAM TAFSIR AL-MISHBAH......................................................................... 73

A. Munasabah Ayat...................................................................................... 73

B. Munasabah Surah..................................................................................... 96

BAB V PENUTUP.............................................................................................. 106

A. Kesimpulan............................................................................................ 106

B. Saran....................................................................................................... 107

Page 13: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

xv

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Page 14: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pustaka

2. Riwayat Hidup Penulis

3. Foto Profil M. Quraish Shihab

4. Cover Kitab Tafsir Al-Mishbah

5. Nota Pembimbing Skripsi

6. Lembar Konsultasi

Page 15: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

xvii

Page 16: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

xviii

Page 17: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

xix

Page 18: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

xx

Page 19: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

hidayah atau kitab petunjuk kehidupan manusia. Di samping itu, kitab suci

Al-Qur‟an juga berfungsi sebagai kitab mukjizat yang memperlihatkan bahwa

Al-Qur‟an bukan ucapan Nabi Muhammad Saw., bukan ucapan dari Malaikat

Jibril, dan bukan pula ucapan makhluk lainnya. Al-Qur‟an adalah kalamullah

atau firman Allah yang merupakan citra diri-Nya, karena kalam merupakan

salah satu sifat-Nya diantara sifat-sifat-Nya yang lain. Jika Al-Qur‟an

merupakan kitab mukjizat, mukjizatnya berbeda dengan mukjizat-mukjizat

yang lain yang pernah ada sebelum Nabi Muhammad Saw. Ada beberapa

perbedaan antara mukjizat Al-Qur‟an dan mukjizat nabi-nabi terdahulu.

Karena kemukjizatan nabi-nabi terdahulu bersifat hissi atau sesuatu yang bisa

dideteksi oleh panca indra. Sedangkan mukjizat Al-Qur‟an bersifat

ma‟nawiyah atau tidak bisa dideteksi oleh pancaindra, tetapi oleh perasaan,

akal, pikiran, dan perenungan yang mendalam. Mukjizat Al-Qur‟an tidak

pernah lekang oleh waktu, karena bersifat ma‟nawiyah. Dengan kata lain,

mukjizat ma‟nawiyah lebih hebat daripada mukjizat hissiyyah. Allah

menjadikan mukjizat akhir zaman sebagai mukjizat yang ma‟nawiyah.

Karena perjalanan kehidupan manusia semenjak Nabi Adam As. Sampai Nabi

Muhammad Saw. Sudah sedemikian lama dan berbagai eksperimen

kehidupan telah dijalani oleh umat manusia.1

Seperti diketahui bahwa kisah yang terdapat dalam Al-Qur‟an tidak

diceritakan secara runtut kecuali pada kisah Nabi Yusuf As. Kisah dalam Al-

1 Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah (Jakarta:

Amzah, 2015), hlm. xi-xxi

Page 20: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

2

Qur‟an tidak diceritakan secara terperinci, karena umat manusia dituntut

untuk memikirkan dan mempelajari hikmah yang dapat diambil dari cerita-

cerita tersebut. Inilah salah satu indikator Al-Qur‟an mengajak pembacanya

menjadi dewasa, walaupun hanya berupa ungkapan yang ringkas, tetapi

mengandung makna yang dalam.

Al-Qur‟an merupakan mukjizat Nabi Muhammad Saw yang paling

besar, sehingga para ulama dari masa lalu sampai kini terus berusaha mencari

letak kemukjizatannya. Orang-orang Arab menekuni sastra berusaha mencari

mukjizat Al-Qur‟an dari ungkapan dan redaksinya. Sehingga lahirlah

ilmuwan dalam bidang bAlaghah, seperti Al-Rummani (w. 3884 H/994 M),

Al-Khaththabi (w. 388H/998M), Al-Jurjani, Al-Baqillani (w. 403 H/1013 M),

serta Al-Sakkaki (w. 626 H/1226 M). Selain itu mukjizat Al-Qur‟an dapat

dilihat dari sisi isinya yang mengetengahkan kehebatan syari‟at islam dan

hukum-hukum yang diberlakukan, seperti dalam bentuk ibadah, mu‟amAlah,

munakahah, dan jinayah. Al-Qur‟an dikenal juga dengan mukjiizat Al-

Ghaibi, yaitu terungkapnya hal-hal yang ghaib; mukjizat Al-wa‟d dan Al-

wa‟id, yaitu janji dan ancaman yang selalu terbukti sepanjang sejarah

kehidupan umat manusia; mukjizat „ilmi atau ilmu pengetahuan yang

mengemukakan kecocokan antara penemuan modern dan apa yang

diisyaratkan Al-Qur‟an. Muncul juga mukjizat yang bersifat „adadi, yaitu

bilangan yang ada dalam Al-Qur‟an, baik yang berkaitan dengan jumlah

huruf, kalimat, maupun ayat yang menunjukkan keseimbangan jumlah satu

kalimat dengan kalimat yang menjadi lawannya atau bentuk-bentuk istimewa

lainnya.2

Harus diakui bahwa Munasabah dalam Al-Qur‟an tidak ada

penjelasannya dari Nabi Saw. dan para sahabat. Oleh karena itu, ilmu

2 Ibid., hlm. xii-xiii.

Page 21: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

3

Munasabah dikategorikan sebagai ilmu yang tidak wajib dipelajari. Jika

Munasabah wajib dipelajari, harus ada penjelasan dari Nabi.3

Diantara ulama dari zaman klasik sampai zaman pra-modern banyak

perbedaan pendapat terhadap unsur Munasabah dalam Al-Qur‟an, yang

merupakan salah satu cabang Ilmu Al-Qur‟an. Banyak diantara mereka yang

sependapat terhadap Ilmu Munasabah, walaupun disisi lain ada beberapa

ulama yang bertentangan. Diantara ulama yang bertentangan antara lain;

Mahmud Syaltut (w. 1963), Ma‟ruf Dualibi, dan Imam Asy-Syaukani (w.

1834 M), Asy-Syathibi (w. 790 H/1968 H).

Ma‟ruf Dualibi, mengataan,”Maka termasuk usaha yang tidak perlu

dilakukan adAlah mencari-cari hubungan diantara ayat-ayat dan surah-surah

Al-Qur‟an. sebagaimana hAlnya adaikata urusan itu mengenai hak-hak dan

kewajiban misAlnya. Sebenarnya yang dicari itu hanyAlah hubungan atas

dasar uatu atau beberapa prinsip”. Hal ini diperjelas oleh Asy-Syathibi

dalam Kitab Al-Muwafaq, menyatakan bahwa Al-Qur‟an dalam berbagai ayat

yang ditampilkan hanya mengungkapkan hal-hal yang bersifat prinsip

(mabda‟) dan norma umum (kaidah) saja. Dengan demikian tidaklah pada

tempatya bila orang bersikeras memaksakan diri mencari korelasi antara ayat

dengan ayat dan surah dengan surah yang bersifat tafshil. Dalam tafsirnya

Fath Al-Qodir, mengkritik Al-Biqa‟i (w. 885 H) yang memperbanyak kajian

Munasabah.4 Al-Syaukani juga mengatakan bahwa ilmu Munasabah adalah

ilmu yang dipaksakan dan tidak pantas dimasukkan ke dalam kajian sastra

arab. Apalagi dimasukkan ke dalam Al-Qur‟an yang mengandung nilai sastra

yang sangat tinggi. Ilmu Munasabah termasuk ke dalam ilmu tasfsir bi Al-

ra‟yi, sedangkan penafsiran Al-Qur‟an dengan metode bi Al-ra‟yi tidak

3 Ibid.

4 Usman, Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 169.

Page 22: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

4

diperbolehkan. Dengan kata lain, mencari-cari Munasabah adalah kegiatan

yang menghabiskan waktu dan tidak menghasilkan manfaat.5

Sedangkan ulama yang peduli dan setuju terhadap unsur Munasabah

dalam Al-Qur‟an antara lain:6

1. Al-Thabari (w. 310 H).

2. Abu Bakar Al-Naisaburi (w. 324 H).

3. Al-Razi (w. 606 H).

4. Al-Harrali Abu Al-Hasan (w. 637 H).

5. Al-Gharnathi, Ahmad bin Ibrahim Al-Zubair, Abu Ja‟far (w. 708 H) dalam

kitab Al-Burhan fi Munasabat Tartib Al-Suwar Al-Qur‟an.

6. Al-Biqa‟i (w. 885 H) dalam kitab Nazhm Al-Durar fi Tanasub Al-Ayat wa Al-

Suwar yag diringkas dalam kitab DilAlah Al-Burhan Al-Qawim „Ala Tanasub

Al-Qur‟an Al-Azhim.

7. Al-Suyuthi (w. 911 H) dalam kitab Tanasuq Al-Darur fi Tanasub Al-Suwar

yang diringkas dalam kitab Asrar Al-Tanziil dan kitabnya yang lain adalah

Marashid Al-MathAli fi Tanasub Al-Maqashid wa Al-MathAli‟.

8. Syekh Sajaqli Zadah Al-Mursyi (w. 115 H), pengarang kitab Nahr Al-Najat fi

Bayan Munasabat Umm Al-Kitab.

Mereka menganggap bahwa dengan mengetahui Munasabah akan

sangat membantu dalam memahami kandungan Al-Qur‟an. Al-Biqa‟i

menukil dari gurunya tentang kegunaan ilmu Munasabah, sebagai berikut:

Secara globAl, untuk mengetahui ilmu Munasabah pada Al-Qur‟an

adAlah engkau melihat terlebih dahulu tujuan umum dari satu surah,

kemudian engkau perhatikan unsur-unsur yang terlihat dalam

menggolongkan tujuan umum tersebut dengan dilihat dari kedekatan dan

unsur-unsur tersebut. Jika engkau telah melakukannya, engkau akan

5 Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah

(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. xv. 6 Ibid., hlm. xiv.

Page 23: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

5

mengetahui susunan dan urutan satu ayat. Oleh karena itu, ilmu Munasabah

adAlah ilmu yang sangat baik. Hubungan antara ilmu ini dan ilmu tafsir

bagaikan hubungan antara ilmu bAlaghah dan ilmu nahwu.7

Karena dilandasi adanya perbedaan pendapat di atas, penulis

tertantang dan termotivasi untuk mengkaji teori Munasabah sekaligus

penerapannya dalam penafsiran Al-Qur‟an. Kali ini penulis akan menela‟ah

surah Ar-Rahman dalam Tafsir Al-Mishbah kaitannya dengan ilmu

Munasabah. Karena M. Quraish Shihab juga merupakan salah satu ulama

tafsir kontemporer yang setuju terhadap unsur Munasabah dalam penafsiran

Al-Qur‟an. Di sini penulis juga ingin meneliti sejauh mana validitas atau

ketepatan M. Quraish Shihab dalam menerapkan ilmu Munasabah dalam

kitab tafsirnya. Sehingga nantinya tahu seberapa besar manfaat unsur

Munasabah dalam penafsiran Al-Qur‟an, yang nantinya berdampak pada

kemudahan umat manusia dalam memahami makna dan kandungan Al-

Qur‟an. Untuk mencapai hasil yang maksimal, akan disisipi beberapa kitab

tafsir sebagai pembanding. Selain itu pengambilan surah Ar-Rahman,

dikarenakan di dalam surah itu ada ayat yang terulang sejumlah 31 kali, tentu

ini berpengaruh terhadap penerapan unsur Munasabah Al-Qur‟an.

B. Rumusan Masalah

Mengacu dari uraian di atas, maka selanjutnya penulis merumuskan

pokok permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut, antara lain:

7 Ibid., hlm. xvi.

Page 24: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

6

1. Bagaimana definisi Munasabah dan kedudukannya dalam Ilmu Al-

Qur‟an?

2. Bagaimana ragam kajian Munasabah dalam Tafsir Al-Mishbah?

3. Bagaimana penerapan Munasabah antarayat surah Ar-Rahman dalam

Tafsir Al-Mishbah?

4. Bagaimana penerapan Munasabah, antara surah Ar-Rahman dengan surah

sebelum dan sesudahnya?

C. Tujuan Penelitian

Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat

ditetapkan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:

Untuk mengetahui ragam Munasabah surah dalam Tafsir Al-Mishbah.

1. Untuk mengetahui definisi Munasabah dan kedudukannya dalam Ilmu Al-

Qur‟an.

2. Untuk mengetahui ragam kajian Munasabah dalam Tafsir Al-Mishbah.

3. Untuk mengetahui penerapan Munasabah ayat, surah Ar-Rahman dalam

Tafsir Al-Mishbah.

4. Untuk mengetahui penerapan Munasabah, antara surah Ar-Rahman

dengan surah sebelum dan sesudahnya.

Page 25: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan penjelasan dan pemahaman terhadap Ilmu Munasabah,

yang kemudian bisa dikembangkan para mufassir di kalangan akademik

maupun non akademik.

b. Menambah khasanah tentang Munasabah dalam surah Ar-Rahman.

c. Bagi para calon Sarjana dalam bidang Al-Qur‟an, bisa sebagai wacana

dan referensi dalam penulisan Karya Ilmiah di masa mendatang dan

dikembangkan dalam dunia akademik.

d. Bagi masyarakat muslim secara umum, bisa sebagai ilmu dan wacana

yang bisa dikembangkan dalam majelis-majelis Al-Qur‟an.

2. Manfaat Praktis

Memberikan peran positif, sebagai pertimbangan dalam berfikir

dan bertindak. Secara khusus penelitian ini dapat digunakan sebagai

berikut:

a. Bermanfaat bagi civitas akademika dan sekitarnya untuk menerapkan

segala perintah dan larangan serta peringatan Allah Swt dalam surah

Ar-Rahman di kehidupan sehari-sehari.

b. Bermanfaat bagi masyarakat umum untuk menerapkan segala perintah

dan larangan serta peringatan Allah Swt. dalam surah Ar-Rahman di

kehidupan sehari-hari.

Page 26: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

8

c. Masyarakat menjadi tahu serta paham, bahwa dalam mempelajari Al-

Qur‟an ada sisi terkecil dan bahkan sering terabaikan, tapi begitu besar

manfaatnya, yaitu Ilmu Munasabah.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul

penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan istilah-istilah yang terdapat

dalam judul ini, antara lain:

1. Kajian adalah menyelidiki atau meneliti sesuatu dengan proses tahapan

mengetahui, memahami, dan menyimpulkan secara objektif dan kritis.

2. Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang

saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis

mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan

menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan

fenomena alamiah.

3. Munasabah secara bahasa, berasal dari bahasa arab dari kata ( مناسبة - يناسب

(nasaba) نسب Kata tersebut merupakan bentuk tsulatsi mujaradnya (ناسب

yang berarti hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain (Ahmad bin Faris

bin Zakariya, V, 1967: 423). Kata nasab juga dapat berarti keturunan,

sebab keturunan itu adalah adanya hubungan antara orang tua dengan

anak-anaknya. Munasabah berarti muqarabah ( اربةمق ) atau kedekatan dan

kemiripan. Hal ini tentunya antara dua hal atau lebih, sedangkan kemiripan

tersebut dapat terjadi pada seluruh unsur-unsurnya dapat juga terjadi pada

Page 27: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

9

sebagian saja.8 Atau جو –وسثا –يىسة –وسة وسثة( اىس ) yang berarti

menyebutkan asal laki-laki.9

جو : ذمس وسثه –ووسثة – وسثا –وسة (اىس ) yang berarti menyebutkan nasabnya

(keturunannya).10

Munasabah secara istilah adalah adanya kecocokan, kepantasan,

dan keserasian antara ayat dengan ayat atau surah dengan surah, atau

Munasabah adalah kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam

Al-Qur‟an, baik pada surah maupun pada ayat-ayatnya yang

menghubungkan antara uraian yang satu dengan yang lain.11

4. Penafsiran asli katanya tafsir, secara etimologi berasal dari kata Al-fasru

yang artinya menyingkap sesuatu yang tertutup. Sedaangkan menurut

istilah, yaitu menjelaskan makna-makna Al-Qur‟an Al-Karim.12

5. Al-Qur‟an secara etimologi adalah masdar dari qara‟a yang berarti tAla

(membaca) atau jama‟a (mengumpulkan). Masdar qara‟a untuk tAla

bermakna isim maf‟ul (obyek) yang artinya bacaan. Adapun untuk kata

jama‟a bermakna isim fa‟il (subyek) artinya yang mengumpulkan, karena

dalam al-Qur‟an terkumpul berbagai berita dan hukum.13

Jadi Al-Qur‟an

menurut bahasa dapat berarti himpunan, kumpulan, dan bacaan.14

Al-Qur‟an menurut istilah adalah, antara lain:

- Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

- Merupakan mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW.

- Dinukilkan secara mutawatir.

- Membacanya bernilai ibadah.

8 Budiharjo, Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an (Yogyakarta: Lokus, 2012), hlm. 39.

9 Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah,

2007), Hlm. 449. 10

A.w. Munawir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Penerbit

Pustaka Progressif, 1404H/1984M), hlm. 1509. 11

Ibid. 12

Al-Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih, Ushulun Fit Tafsir; Pengantar dan Dasar-

dasar Mempelajari Ilmu Tafsir, (Solo: Al-Qowam, 2014), hlm. 40. 13

Ibid., hlm. 5. 14

Budiharjo, Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an (Yogyakarta: Lokus, 2012), hlm. 2.

Page 28: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

10

- Tertulis dalam mushaf, diawali dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri

dengan surah Al-Nas.15

6. Tela‟ah, kata tela‟ah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

artinya menyelidiki, meneliti, mengakaji, menilik, memeriksa.

7. Surah adalah kumpulan dari beberapa ayat sebagaimana termaktub dalam

standar Mushaf Utsmani.

8. Ar-Rahman adalah salah satu surah dalam Al-Qur‟an yang memiliki

makna Maha Pengasih. Ar-Rahman adalah salah satu Asma‟ul Husna yang

dimiliki Allah Swt. Surah Ar-Rahman merupakan surah madaniyah, surah

ke 55, juz ke 27, dan terdiri dari 78 ayat.

9. Al-Mishbah adalah nama kitab tafsir karya M. Quraish Shihab.

F. Fokus Penelitian

Munasabah dalam penafsiran Al-Qur‟an penting untuk dikaji dalam

berbagai sudut pandang dan teori. Meskipun tidak semua ulama sepakat

adanya munasabah dalam penafsiran Al-Qur‟an. Maka dengan ini penulis

mencoba memisahkan dan mengkodifikasikan mana ulama yang setuju dan

tidak beserta alasannya. Salah satu yang sepakat dengan adanya munasabah

dalam penafsiran Al-Qur‟an, adalah M. Quraish Shihab. Secara umum kitab

Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab memiliki dua ragam Munasabah.

Pertama, Munasabah ayat yang ditelisik melalui enam spesifikasi, yaitu

Munasabah antara ayat dan ayat dalam satu surah, antara satu ayat dan

fashilah (penutupnya), antara kalimat dan kalimat dalam ayat, antara kata

15

Ibid., hlm. 3.

Page 29: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

11

dalam satu ayat, antara kalimat dalam satu ayat, serta ayat pertama dan ayat

terakhir, dalam satu surah. Kedua, Munasabah surah yang ditelisik melalui

delapan spesifikasi, yaitu Munasabah antara surah dan surah sebelumnya,

antara awal surah dan akhir uaraian surah, antara awal surah dan akhir surah

sebelumnya, antara tema surah dan nama surah, antara penutup surah dan

uraian awal surah berikutnya, antara kisah satu dan kisah lainnya dalam satu

surah, antara surah satu dan surah lainnya, serta antara fawatih Al-suwar

(Pembuka Surah) dan isi surah. Penelitian ini difokuskan pada tela‟ah dan

analisis munasabah surah Ar-Rahman dalam kitab Tafsir Al-Mishbah.

G. Penelitian Terdahulu

Dari sekian banyak ulama maupun para ahli di bidang „Ulumul

Qur‟an wa Tafsir hanya Hasani Ahmad Said dalam bukunya yang berjudul

Diskursus Munasabah dalam Tafir Al-Mishbah. Karya beliau relevan dengan

tema penelitian penulis kali ini. Maka penulis di sini mencoba untuk

mengembangkan lebih dalam dan spesifik lagi dari penelitian yang dilakukan

Hasani Ahmad Said, yaitu dengan pendekatan kajian teori munasabah

perspektif Tafsir Al-Mishbah dalam surah Ar-Rahman. Di sini penulis tidak

hanya mengkaji, tapi juga melakukan analisis dan tela‟ah secara intens.

Page 30: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

12

H. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, digunakan beberapa teknik untuk sampai

pada tujuan penelitian, teknik tersebut meliputi:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini tergolong penelitian Pustaka (library research).

Karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka.

Dimana data-data yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah berbagai tulisan yang relevan dengan judul yang penulis angkat.

Adapun sumber data yang digunakan penulis adalah:

a. Data yang bersumber dari teks Surah Ar-Rahman dalam Al-Qur‟an dan

Surah Ar-Rahman dalam Kitab Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish

Shihab, atau disebut sebagai data primer (utama).

b. Data yang bersumber dari buku-buku atau karya tulis lainnya yang

berkaitan dengan pembahasan judul yang penulis angkat, sebagai data

pendukung dan pelengkap serta memperjelas sumber data primer, atau

disebut sebagai data sekunder (kedua/pendukung).

2. Pendekatan Penelitian

Untuk mendapatkan data dan hasil yang maksimal dan tepat, maka

penelitian ini dikaji menggunakan pendekatan ilmu Munasabah dan

sejarah, yang kemudian dikaitkan dengan tema-tema kontekstual.

3. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data dalam melakukan penelitian ini, penulis

menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi, yaitu mencari

Page 31: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

13

data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan,

transkip, surah kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda,

jurnal, dan sebagainya.

Metode ini penulis gunakan untuk mencari data dengan cara

membaca, menela‟ah, dan mengkaji kitab-kitab tafsir, terutama tafsir surah

Ar-Rahman dalam kitab Tafsir Al-Mishbah dan buku-buku lainnya yang

berkaitan dengan tema pembahasan. Kemudian hasil dari data itu dianalisis

untuk mendapatkan pengetahuan dan konsep Munasabah dalam penafsiran

surah Ar-Rahman perspektif Tafsir Al-Mishbah.

4. Metode analisis

Karena penelitian ini jenis penelitian kuAlitatif literature, maka

metode analisis yang penulis gunakan adalah metode Analisis Isi (content

anAlysis).

I. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini ditulis secara anAlitis-narasi, dan sistematika

dalam penyusunannya sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan. Pada bab ini akan dikemukakan tentang; latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah,

manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II: Peran Munasabah sebagai instrumen penafsiran Al-Qur‟an.

Pada bab ini dijabarkan tentang; Munasabah dalam kajian Al-Qur‟an,

Melacak tradisi awal Munasabah, Munasabah perspektif Pakar Ilmuan Al-

Page 32: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

14

Qur‟an dari klasik hingga pramodern, Munasabah dalam tinjauan Ilmuwan

Al-Qur‟an kontemporer, menyoal Munasabah: respons terhadap kritik

Ilmuwan Barat dan Orientalis.

Bab III: Bentuk Munasabah Al-Qur‟an surah Ar-Rahman dalam

Tafsir Al-Mishbah. Pada bab ini dijabarkan tentang; metode menyingkap

Munasabah Al-Qur‟an, urgensi, fungsi, dan kegunaan memahami ilmu

Munasabah serta upaya pengembangannya, karakteristik Munasabah dan

jenis-jenisnya dalam Tafsir Al-Mishbah, analisis perbandingan terhadap pola

dan pendekatan, ragam kajian Munasabah dalam Tafsir Al-Mishbah.

Bab IV: Penerapan dan tela‟ah Munasabah surah Ar-Rahman dalam

Tafsir Al-Mishbah. Pertama, Munasabah ayat meliputi: Munasabah antarayat

dalam satu surah, Munasabah antara kelompok ayat dalam surah, Munasabah

antara ayat dan penutupnya (fashilah), Munasabah antarkalimat dalam ayat,

Munasabah antarkata dalam satu ayat. Kedua, Munasabah surah meliputi:

Munasabah antara Fawatih Al-Suwar (Pembuka Surah) dan akhir surah

(Penutup Surah), Munasabah antara tema surah dan nama surah, Munasabah

antara fawatih al-suwar dan isi surah, Munasabah antara awal surah dan

penutup surah sebelumnya, Munasabah antara suatu surah dan surah

sebelumnya, Munasabah antara suatu surah dan surah setelahnya, Munasabah

antara awal surah dan akhir surah.

Bab V: Penutup. Pada bab ini akan disimpulkan penulis berdasarkan

pemaparan pada bab-bab sebelumnya, dan saran-saran atau kalimat penutup

yang sekiranya dianggap penting, dan daftar pustaka.

Page 33: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

15

BAB II

PERAN MUNASABAH SEBAGAI

INSTRUMEN PENAFSIRAN AL-QUR’AN

A. Munasabah dalam Al-Qur’an

1. Pengertian Munasabah

Secara etimologis Al-Munasabah (اىمىاسثة) berasal dari mashdar an-

nasabu (اىىسة) berarti Al-qarabah (اىقساتة). Orang Arab mengatakan fulan

yunasibu fulanan, fahuwa nasibuhu maksudnya qaribuhu. Kata qaraba

sendiri berarti dekat. Orang yang berasal dari nasab yang sama disebut

qarabah (kerabat) Karena kedekatannya. Dari kata nasab itulah dibentuk

menjadi Al-Munasabah (اىمىاسثة) dalam arti Al-Muqarabah (اىمقازتة),

kedekatan satu sama lain. oleh sebab itu Al-Munasabah adalah sesuatu

yang masuk akal, jika dikemukakan kepada akal diterima. Mencari

kedekatan antara dua hal adalah mencari hubungan atau kaitan antara

keduanya seperti hubungan sebab akibat, persamaan, perbedaan, dan

hubungan-hubungan lain yang bisa ditemukan antara dua hal.16

Secara terminologis yang dimaksud dengan Munasabah adalah

menyesuaikan dan mencari kedekatan, hubungan, kaitan, antara satu ayat

atau kelompok ayat dengan ayat atau kelompok ayat yang berdekatan, baik

dengan yang sebelumnya maupun sesudahnya. Termasuk mencari kaitan

antara ayat yang berada pada akhir sebuah surah dengan ayat yang berada

pada awal surah berikutnya atau antara satu surah dengan surah

sesudahnya atau sebelumnya. Secara sederhana Manna‟ al-Qaththan

mendefinisikan, Munasabah adAlah bentuk hubungan antara satu kAlimat

16

Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013), Cet. 2.,,

hlm. 207.

Page 34: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

16

dengan kAlimat lain dalam satu ayat, atau antara satu ayat dengan ayat

lain dalam satu kelompok ayat, antara satu surah dengan surah lain.17

Kajian tentang Munasabah berawal dari kenyataan bahwa

sistematika urutan ayat-ayat atau surah-surah Al-Qur‟an sebagaimana

terdapat dalam Mushaf Utsmani sekarang tidak berdasarkan pada

kronologis turunnya. Meskipun demikian, setiap kali ayat turun, Nabi

memberi tahu tempat ayat-ayat itu dari segi sistematika urutannya dengan

ayat-ayat atau surah-surah yang lainnya sambil memerintah sahabatnya

untuk menulisnya. Dalam Al-Qur‟an, ada beberapa indikasi yang

mempunyai sinyal kuat yang menunjukkan bahwa Al-Qur‟an adalah satu

kesatuan yang memiliki keserasian (Munasabah), yaitu pada (QS. Al-Nisa‟

(4) : 82), (QS. Hud (11) : 1), (QS. Al-Zumar (39) : 23).

Menurut Al-Qurthubi, Surah Al-Nisa‟ ayat 82 tersebut menjelaskan

bahwa salah satu mukjizat Al-Qur‟an adalah tidak ada pertentangan sedikit

pun dari sisi hubungan antara ayat-ayat dan surah-surahnya. Rifa‟ah Fauzi

(w. 1873) juga mengatakan bahwa Al-Qur‟an memiliki kemukjizatan

berupa hubungan antara bagian-bagiannya. Surah bertalian dengan surah

sebelum ataupun sesudahnya, ayat bertalian dengan ayat sebelum ataupun

ayat sesudahnya, serta ada keterkaitan makna dan tema, sehingga terjadi

penyempurnaan. Semua itu terjadi lebih dari satu tema, dalam satu ayat

atau satu surah, seperti tergambar dalam surah Al-Nisa‟ di atas.18

Al-Zamakhsyari (w. 538 H) memberikan penjelasan mengenai

Surah Hud ayat 1 dengan mengumpamakan Al-Qur‟an susunannya laksana

sebuah bangunan yang kokoh. Sementara itu Surah Al-Zumar ayat 23

dipahami bahwa tidak ada perkataan yang lebih baik dibandingkan dengan

17

Ibid., hlm. 208. 18

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah,

(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 2.

Page 35: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

17

Al-Qur‟an. dalam hal ini, Al-Zarkasyi (w. 1985 M) berkata,”sAlah satu

ciri perkataan yang baik adAlah adanya hubungan antara satu bagian dan

bagian lain sehingga tidak ada kAlimat yang terbuang”.19

Az-Zarkasyi memberi contoh Munasabah antara pembukaan suatu

surah dengan akhir surah sebelumnya. Misalnya surah Al-An‟am dimulai

dengan ماوات واألزض SegAla puji bagi Allah yang telah) اىحمد هلل اىري خيق اىس

menciptakan langit dan bumi) sangat sesuai dengan ayat akhir surah Al-

Ma‟idah sebelumnya ماوات واألزض هلل Kepunyaan Allah lah kerajaan) ميل اىس

langit dan bumi). Contoh lain pembukaan surah Al-Baqarah dengan اىــم

{ ذىل اىنتاب 1} (Alif lam mim. Kitab Allah) ini tidak ada keraguan padanya;

petunjuk bagi mereka yang bertaqwa) menunjuk kepada ash-shirath pada

surah Al-Fatihah ساط اىمستقيم اهدوا اىص (Tunjukilah kami jAlan yang lurus)

seolah-olah tatkala mereka meminta diberi petunjuk jalan yang lurus,

langsung dijawab, petunjuk menuju jalan yang lurus seperti yang kamu

minta itu adalah Al-Kitab (Al-Qur‟an ).20

Contoh lain dalam (QS. Al-

Baqarah (2) : 195). Bahwa Apakah ada kaitan langsung antara perintah

berinfak (Dan belanjakanlah harta bendamu di jAlan Allah) dengan

larangan membinasakan diri (dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu

sendiri ke dalam kebinasaan), atau masing-masing bagian dari ayat

tersebut berdiri sendiri? Kalau kita renungkan lebih mendalam tentu akan

ditemukan kaitan logis antara dua bagian isi ayat tersebut. Apabila umat

islam, karena kikir atau kurangnya kesadaran akan pentingnya peran serta

aktif setiap orang dalam pendanaan semua amal usaha dan perjuangan

umat, tidak mau menyumbangkan sebagian harta bendanya untuk

perjuangan, maka tentu saja perjuangan itu tidak akan berhasil. Apabila

perjuangan tidak berhasil, dampak negatifnya juga akan dirasakan oleh

umat itu sendiri. Umat Islam akan tetap miskin, tertinggal dalam

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kalah bersaing dengan umat-

umat lain, dan pada akhirnya tidak tertutup kemungkinan mereka akan

19

Ibid. 20

Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013), Cet. 2,

hlm. 208.

Page 36: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

18

dijajah, sekalipun tidak lagi dalam bentuk penjajahan fisik, tapi ekonomi,

politik, dan budaya. Hal itu berarti umat islam yang tidak mau berinfak

sengaja menghancurkan diri mereka sendiri.21

Maka bukan termasuk Munasabah apabila yang dicari adalah

hubungan antara satu ayat dengan ayat lain yang tidak berdekatan, karena

hal itu masuk kategori tafsir Al-ayah bi Al-ayah seperti surah Al-An‟am

ayat 82 ditafsirkan oleh Surah Luqman ayat 13. Tatkala mendengar Surah

Al-An‟am 82, sebagian sahabat merasa berat dan tidak sanggup menjadi

orang yang beriman, karena siapakah diantara mereka yang tidak pernah

melakukan kezaliman, paling tidak atas dirinya sendiri. Lalu Nabi

menjelaskan bahwa kezaliman yang dimaksud dalam ayat tersebut,

bukanlah seperti yang dipahami mereka, tetapi seperti yang dimaksudkan

oleh hamba Allah yang soleh yaitu Luqman,” sesungguhnya

mempersekutukan (Allah) adAlah benar-benar kezAliman yang besar”.

Demikianlah penjelasan Nabi sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari,

Muslim, at-Tirmidzi, dan lain melalui sahabat Nabi Abdullah ibn

Mas‟ud.22

Jadi secara garis besar Munasabah didapat atau ditemukan dengan

cara penalaran saja, bukan dengan periwayatan. Dengan demikian diterima

atau tidaknya penalaran tersebut tergantung tingkat logikanya, semakin

logis tentu akan semakin dapat diterima. Ada ayat-ayat yang mudah

dipahami hubungannya satu sama lain, tetapi tidak sedikit pula yang perlu

pendalaman, sehingga baru tampak Munasabahnya. Bagi sebagian orang,

bisa saja antara satu ayat dengan ayat lain atau antara satu kelompok

dengan kelompok ayat yang lain atau antara satu kelompok ayat dengan

21

Ilyas, Yunahar, Cakrawala Al-Qur‟an Tafsir Tematis tentang Berbagai Aspek kehidupan

(Yogyakarta: Itqan Publishing, 2011), hlm. 200. 22

Ibid., hlm. 210.

Page 37: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

19

kelompok ayat yang berdekatan tidak ada hubungannya sama sekali, tetapi

bagi ulama yang mendalaminya akan melihat hubungannya.

1. Macam-Macam Munasabah

a. Munasabah antara Satu kalimat dengan Kalimat Sebelumnya dalam

Satu Ayat

Munasabah jenis ini mencari hubungan atau kaitan antara satu

kalimat sebelumnya dalam satu ayat. Contohnya bisa dilihat pada

contoh Munasabah di penjelasan sebelumnya dalam QS. Al-Baqarah

(2) : 195.23

b. Munasabah antara Satu Ayat dengan Ayat Sesudahnya

Munasabah jenis ini mencari hubungan antara satu ayat dengan

ayat sesudahnya. Misalnya hubungan antara Surah Al-Isra‟ ayat 1 dan

2. Apa hubungan antara peristiwa Isra‟ Nabi Muhammad SAW yang

disebutkan pada ayat pertama dengan berikutnya Kitab Taurah kepada

Nabi Musa AS pada ayat yang kedua? Menurut M. Quraish Shihab,

ayat pertama menyebutkan anugerah Allah SWT kepada Nabi

Muhammad SAW yang mengisra‟kan beliau dari Mesir ke negeri yang

diberkahi pula, yaitu Palestina tetapi memakan waktu yang lama.

Penyebutan Nabi Musa juga mempunyai kaitan yang sangat jelas

dengan peristiwa Isra‟ Mi‟raj, karena beliau yang berulang-ulang

mengusulkan agar Nabi Muhammad SAW memohon keringanan atas

kewajiban sholat 50 kali sehari semalam.24

c. Munasabah antara Kelompok Ayat dengan Kelompok Ayat

Sebelumnya

23

Ibid. 24

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an

(Jakarta: Lentera Hati, 2001), vol 7, hlm. 407.

Page 38: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

20

Munasabah jenis ini mencari hubungan antara satu kelompok

ayat dengan kelompok ayat berikutnya. Misalnya Surah Al-Baqarah

ayat 1-20 tentang beberapa kategori manusia ditinjau dari segi

keimanannya. Ayat 1-5 berbicara tentang orang-orang yang bertaqwa,

yaitu orang-orang yang memadukan dalam diri mereka aspek Iman,

Islam, dan Ihsan. Ayat berikutnya 6-7 berbicara tentang orang-orang

kafir, yaitu orang yang lahir batin mengingkari Allah SWT. Ayat

selanjutnya 8-20 berbicara tentang orang-orang munafiq, yang di luar

mengaku beriman, tetapi di dalam mengingkari Allah SWT.25

d. Munasabah antara Awal Surah dengan Akhir Surah Sebelumnya

Surah Al-Hadid dengan akhir Surah Al-Waqi‟ah. Allah

berfirman: Munasabah jenis ini mencari hubungan antara awal surah

dengan akhir surah sebelumnya, misalnya (QS. Waqi‟ah (56) : 96)

dengan (QS. Al-Hadid (57) : 1).

Surah Al-Waqi‟ah pada bagian awal lalu menguraikan tentang

kepastian kiamat dan pembagian manusia menjadi tiga golongan yang

disertai balasannya. Selanjutnya, surah ini ditutup dengan menyatakan

kesungguhan Al-haq Al-yaqin, yaitu keyakinan yang disertai hak atau

keyakinan yang sangat benar. Dengan demikian, maka bertasbihlah,

yaitu tingkatkan upayamu dengan mensucikan diri (menyebut) nama

Tuhanmu sebagai pemelihara dan pembimbingmu Yang Maha Besar.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa uraian penutup surah sangat

serasi dengan uraian awalnya.

25

Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013), Cet. 2.,,

hlm. 213.

Page 39: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

21

e. Munasabah antara Satu Surah dengan Surah lainnya

Munasabah jenis ini mencari hubungan antara nama satu surah

dengan nama surah sebelum dan sesudahnya, hubungan antara

kandungan satu surah dengan surah berikutnya, hubungan antara akhir

surah dengan awal surah berikutnya. Salah satu contohnya adalah

Munasabah antara Surah Al-Fatihah dan Surah Al-Baqarah dari segi

nama. Di antara isi penting Surah Al-Fatihah adalah tentang Tauhid,

baik dari segi rububiyah, mulkiyah maupun ilahiyah-Nya. Dengan

doktrin Tauhid, seseorang dilarang menuhankan apa dan siapa pun

selain Allah SWT termasuk menuhankan Al-Baqarah sebagaimana

yang dilakukan oleh Bani Israil di bawah inisiatif as-Samiri. Guna

melakukan pembinaan dan mempertahankan tauhid secara konsekuen

diperlukan pembinaan dalam keluarga. Dan salah satu keluarga yang

menjadi teladan adalah keluarga „imran (Ali Imran). Salah satu sebab

penting keberhasilan sebuah keluarga adalah peran kaum perempuan

(An-Nisa‟) terutama Ibu. Sebuah keluarga tentu memerlukan kecukupan

ekonomi terutama untuk makan dan minum. Makanan dan minuman

yang dibutuhkan tentu saja makanan yang halal lagi baik dan bergizi

seperti diisyaratkan dalam Surah Al-Ma‟idah yang berarti hidangan

makanan.26

2. Bentuk-bentuk Munasabah

a. Zhahir Al-Irtibath

Adakalanya hubungan antara satu kalimat dengan kalimat

berikutnya atau satu ayat dengan ayat berikutnya tampak nyata.

Adakalanya kalimat atau ayat yang kedua bisa berupa ta‟kid

(penegasan), tafsir (penjelasan), i‟tiradh (bantahan), atau tasydid

(penekanan) terhadap kalimat atau ayat yang pertama. Satu bagian

ayat tergantung dengan bagian sebelumnya, tidak bisa dipisahkan, satu

ayat tergantung dengan ayat sesudahnya, juga tidak bisa dipisahkan.

26

Ibid., hlm. 214-215.

Page 40: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

22

Kalau dipisahkan maknanya menjadi tidak sempurna, bahkan bisa

menimbulkan pemahaman yang keliru.27

Misalnya ayat 4 surah Al-

Ma‟un:

b. Khafiy Al-Irtibath

Adakalanya hubungan antara suatu kalimat dengan kalimat

berikutnya atau antara satu ayat dengan ayat berikutnya tidak tampak

nyata. Masing-masing berdiri sendiri, tidak tergantung dengan kalimat

atau ayat sesudahnya. Kesempurnaan makna kalimat pertama atau

ayat pertama tidak tergantung dengan kalimat atau ayat berikutnya.

Kalau dipisahkan maknanya tetap sempurna. Irtibath jenis ini hanya

dapat diketahui setelah dikaji dan didalami dengan baik. Ada dua

bentuk irtibath yang tidak tampak ini. Pertama, Irtibath Ma‟thufah,

dan kedua, Irtibath Ghairu Ma‟thufah, masing-masing akan dijelaskan

sebagai berikut:

1) Irtibath Ma‟thufah

Irtibath antara satu bagian dengan bagian lain dari ayat

menggunakan huruf „athaf. Bagian kedua bisa berupa nazhir

(bandingan) dan syarik (mitra) dari bagian sebelumnya dan bisa

juga berupa Al-Madhahah (lawan katanya). Untuk nazhir

(bandingan) dan syarik (mitra). Seperti dalam Al-Qur‟an surat.

Al-Hadid (57) ayat 4. Kata kerja ييج (masuk) dalam ayat ayat

tersebut adalah bandingan atau nazir dari kata kerja يخسج (keluar).

Begitu juga kata kerja يىزه (turun) adalah bandingan dari kata

kerja يعسج (naik). Tampak dalam ayat di atas bagaimana kaitan

antara kalimat apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang

keluar daripadanya; dan kaitan antara apa yang turun dari langit

27

Ibid., hlm. 215.

Page 41: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

23

dan apa yang naik kepada-Nya, sehingga kalimatnya menjadi

sangat serasi.28

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,

pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jAlan Allah),

maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya

dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan

melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembAlikan.

(QS. Al-Baqarah (2) : 245)

Kata kerja يقثط (menyempitkan) dalam ayat di atas adalah

bandingan atau nazir dari kata kerja يثصط (melapangkan). Tanpak

dalam ayat di atas bagaimana kaitan antara kalimat Allah

menyempitkan dengan kalimat melapangkan (rezki). Sehingga

kalimatnya menjadi sangat serasi.29

Sedangkan untuk Al-Madhahah (lawan katanya) dapat

dilihat contohnya pada ayat-ayat yang menyebut rahmah setelah

azab, raghbah (dorongan melakukan sesuatu) setelah ruhbah

(ancaman untuk tidak melakukan sesuatu). Sudah menjadi

kebiasaan Al-Qur‟an, setelah menyebut hukum tertentu Al-Qur‟an

menyebut sesudahnya janji pahala dan ancaman dosa agar

menjadi pendorong untuk melaksanakan hukum yang disebutkan

sebelumnya. Kemudian menyebut ayat-ayat tauhid (mengesakan

Allah SWT) agar manusia mengetahui keagungan Allah Yang

Maha Memerintah dan Maha Melarang. Contoh-contoh

Munasabah jenis ini banyak terdapat dalam surah Al-Baqarah,

An-Nisa‟, dan Al-Maidah.30

Salah satu contohnya adalah setelah

menjelaskan panjang lebar hukum waris dam Surah An-Nisa‟ ayat

7-12, lalu Allah menyampaikan janji dan ancaman pada ayat 13

28

Ibid., hlm. 217. 29

Ibid., hlm. 217-218. 30

Ibid., 218.

Page 42: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

24

dan 14. Ada juga jenis irtibath ma‟thufah yang lebih sulit

diketahui kecuali dengan melakukan penelitian lebih mendalam.31

2) Irtibath Ghairu Ma‟thufah

Jika irtibath antara satu bagian dengan bagian lain dari ayat

atau antara satu ayat dengan ayat berikutnya tidak menggunakan

huruf „athaf maka dalam hal ini untuk mencari Munasabahnya

harus dicari qarain maknawiyah, petunjuk-petunjuk yang didapat

dari pengertian maknanya. Petunjuk-petunjuk maknawiyah yang

bisa digunakan antara lain adalah:

a) At-Tanzir

Dicari bandingan (nazhir) antara satu ayat dengan ayat

lainnya, misalnya dalam QS. Al-Anfal (8) ayat 5. Ayat ini

menjelaskan bagaimana para sahabat pasukan perang Badar

berselisih pendapat tentang pembagian harta rampasan perang.

Kemudian pembagian harta harta rampasan perang itu

diserahkan kepada Rasulullah SAW sekalipun mereka tidak

menyukainya. Allah SWT menyuruh mereka bertaqwa dan

memperbaiki hubungan sesama mereka serta taat kepada

Allah SWT jika mereka benar-benar beriman. Lalu dijelaskan

sifat-sifat orang beriman dalam QS. Al-Anfal (8) ayat 4.

Bahwa keadaan itu, yaitu ketidaksukaan mereka tatkala

pembagian harta rampasan perang itu diserahkn kepada

Rasulullah SAW sama dengan ketidaksukaan sebagian

meraka waktu Allah memerintahkan kepada Nabi untuk

keluar dari rumah beliau memimpin pasukan untuk menceah

kafilah dagang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan.32

31

Ibid., hlm. 220. 32

Ibid., hlm. 222.

Page 43: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

25

b) Al-Madhadhah

Petunjuk makna lain yang dapat digunakan untuk

mencari Munasabah antara ayat yang tidak ada huruf

„athafnya adalah dengan mencari sisi lawannya. Contohnya

ayat 6 Surah Al-Baqarah. Di awal surah disebutkan tentang

Kitab Suci Al-Qur‟an, dan sikap orang-orang beriman yang

mendapat petunjuk dari Allah SWT. Setelah itu dijelaskan

sikap yang berlawanan, yaitu sikap orang-orang yang kafir

yang mengingkarinya.33

c) Al-Istidhrad

Kaitan antara satu ayat dengan ayat sebelumnya dapat

dilihat dari sisi istithrad, seperti QS. Al-A‟araf (7) : 26.

Ayat ini merupakan penjelasan lebih lanjut (istithrad)

dari ayat sebelumnya. Bahwa diceritakan bagaimana Adam

dan Hawa setelah tergoda oleh Syaithan terbuka aurat

keduanya, lalu berusaha menutupinya dengan daun-daun

surga. Dalam ayat 26 ini dijelaskan tiga fungsi pakaian yaitu

untuk menutup aurat, untuk perhiasan, dan untuk

menunjukkan ketaqwaan.

d) At-TakhAllush

Mirip dengan istithrad adalah takhAllush, yaitu

perpindahan dari pembicaraan semula kepada pembicaraan

lain tanpa dirasakan oleh pembaca, karena begitu dekatnya isi

pembicaraan kedua dengan yang pertama. Menurut az-

33

Ibid., hlm. 222.

Page 44: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

26

Zamakhsyari dalam buku Kuliah Ulumul Qur‟an karya

Yunahar Ilyas, bahwa contoh yang paling baik untuk

takhAllush adalah surah An-Nur ayat 35.

Ada 5 takhAllush dalam ayat ini. Setelah menjelaskan

sifat cahaya (nur) dan perumpamaanya, lalau berpindah

kepada pembicaraan tentang kaca (zujazah) dan sifatnya,

kemudian kembali pembicaraan tentang cahaya dan minyak

yang membuatnya menyala, kemudian berpindah kepada

pembicaraan tentang pohon (syajarah), kemudian berpindah

lagi kepada pembicaraan tentang sifat minyak (zait),

kemudian berpindah lagi kepada sifat cahaya (nur) yang

berlipat ganda, kemudian berpindah kepada pembicaraan

tentang nikmat-nikmat Allah SWT berupa petunjuk kepada

siapa saja yang dikehendaki-Nya.34

B. Melacak Tradisi Awal Munasabah

Diakui secara umum bahwa susunan ayat dan surah dalam Al-Qur‟an

memiliki keunikan yang luar biasa. Sesungguhnya tidak secara urutan saat

wahyu diturunkan dalam subjek bahasan. Rahasianya hanya Allah Yang

Maha Tahu, karena Dia sebagai pemilik kitab tersebut. Jika seseorang

bertindak sebagai editor yang menyusun kembali kata-kata buku orang lain

dan mengubah urutan kalimat, tentu akan mudah mempengaruhi seluruh

isinya. Oleh sebab itu, hasil akhir tidak dapat diberikan kepada pengarang

kerena hanya sang pencipta yang berhak mengubah kata-kata dan materi guna

menjaga hak-haknya. Demikian ungkapan M. Al-Azhami.35

Menurut Syaikh Al-Utsaimin, bahwa tertib Al-Qur‟an adalah

membaca al-Qur‟an dengan berurutan disetiap bagiannya sesuai dengan yang

34

Ibid., hlm. 224. 35

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah,

(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 25.

Page 45: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

27

tertulis di mushaf-mushaf dan dihafal di dada dan para penghafalnya.

Menurutnya tertib al-Qur‟an dibagi menjadi 3, yaitu tertib kata, ayat, dan

surah.36

1. Tertib kata, yaitu setiap kata dalam ayat diletakkan pada tempatnya. Hal

ini berdasarkan nash dan ijmak. Kami tidak mengetahui ada yang berbeda

pendapat tentang wajib tertib kata ini dan haram menyelisihinya. Sehingga

Alhamdu lillahi rabbil „Alamin tidak boleh dibaca lillahil hamdu rabbil

„Alamin.

2. Tertib ayat, yaitu setiap ayat diletakkan pada tempatnya di dalam surah.

Hal ini berdasarkan nash dan ijmak. Menurut pendapat yang rajah hukum

tertib ayat ini wajib dan haram menyelisihinya. Sehingga

arrahmanirrahim mAliki yaumid din tidak boleh dibaca mAliki yaumid din

arrahmanirrahim.

3. Tertib surah, yaitu setiap surah diletakkan pada tempatnya di dalam

mushaf. Ini berdasarkan hasil ijtihad maka hukumnya tidak wajib.

Tidak diragukan lagi bahwa Al-Qur‟an terdiri dari susunan ayat dan

surah. Ayat-ayatnya diturunkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang

membutuhkan. Susunan ayat dan surahnya di-tartib-kan sesuai dengan yang

terdapat di lauh mahfuzh, sehingga tampak adanya persesuaian antara yang

satu dan yang lainnya.

Menurut Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani (seorang pakar

ilmu Al-Qur‟an dari Mekah) dalam buku Diskursus Munasabah Al-Qur‟an

dalam Tafsir Al-Mishbah karya Hasani Ahmad Said, bahwa berkenaan

dengan ayat dan surah dalam Al-Qur‟an, kesesuaian (Munasabah) merupakan

kaitan makna yang menghubungkan kedekatan hubungan dan kedekatan

bentuk, baik kaitan umum maupun khusus diantara ayat-ayat yang rasional

36

Al-Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih, Ushulun Fit Tafsir; Pengantar dan Dasar-

dasar Mempelajari Ilmu Tafsir, (Solo: Al-Qowam, 2014), hlm. 31-33.

Page 46: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

28

(„aqli), fisik (hissi), dan imajinatif (khayAli) tanpa mengupas lafal-lafal

menurut makna peristilahan bahasa ataupun pemikiran filosofis. Sebagian

besar kaitannya berkisar sebab dan akibat (musabbab), sifat dan yang disifati

(„illah wa ma‟lul), antara dua hal yang mirip (an-nazhirain), serta berhadapan

sebagai lawan (adhiddad). Misalnya, menyebut rahmat lawan dari azab,

menerangkan surga dan neraka, mengarahkan hatu nurani setelah

membangkitkan akal pikiran, dan memberikan peringatan setelah

mengutarakan ketentuan hukum. Ketentuan fitrah logika mempunyai daya

tangkap yang tajam dan lembut untuk dapat mengetahui persesuaian antara

ayat-ayat. Oleh sebab itu, segi-segi yang samar dan memerlukan penjelasan

tidak banyak lagi, kecuali kaitan yang ada dalam surah-surah.37

Satu di antara cabang dari „Ulum Al-Qur‟an yang membahas

persesuaian itu adalah ilmu Munasabah. Timbulnya ilmu Munasabah ini

bertolak dari fakta sejarah bahwa susunan ayat dan tertib surah demi surah

Al-Qur‟an sebagaimana yang terdapat dalam mushaf sekarang (Mushaf

Utsmani atau yang lebih dikenAl dengan mushaf Il-Imam), tidak didasarkan

fakta kronologis. Bahwa turunnya ayat atau surah Al-Qur‟an tidak diawali

dengan surah Al-Fatihah, tetapi diawali dengan lima ayat pertama dari surah

Al-„Alaq. Selanjutnya, surah yang kedua turun adalah Surah Al-Muddatsir,

sementara Surah kedua dalam mushaf yang sekarang digunakan adalah Surah

Al-Baqarah. Persoalan inilah yang kemudian melahirkan kajian Munasabah

dalam konteks „ulumul Qur‟an.38

Menurut Al-Syarahbani, sebagaimana dikutip Al-Suyuthi bahwa

orang yang pertama mengenalkan studi Munasabah dalam menafsirkan Al-

Qur‟an adalah Abu Bakar Abu Al-Qasim Al-Naisaburi (w. 324 H). Namun

saat ini kitab tafsir An-Naisaburi yang dimaksud menurut Al-Dzahbi, sukar

dijumpai. Besarnya perhatian Al-Naisaburi terhadap Munasabah tampak dari

37

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah,

(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 27. 38

Ibid.

Page 47: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

29

kali Al-Naisaburi duduk di atas kursi, apabila dibacakan Al-Qur‟an

kepadanya, ia berkata, mengapa ayat ini diletakkan di samping ayat ini dan

apa rahasia diletakkan di samping surah ini? jadi beliau mengkritik para

ulama Baghdad lantaran mereka tidak mengetahui.39

An-Naisaburi merupakan kejutan dan langkah baru dalam tafsir

waktu itu. Ia mempunyai kemampuan untuk menyingkap kesesuaian, baik

antara ayat maupun atar surah, terlepas dari segi tepat atau tidaknya serta sisi

pro dan kontra terhadap apa yang ia cetuskan. Satu hal yang jelas, ia dianggap

sebagai penggagas ilmu Munasabah. Secara khusus Amir Faishal Fath

memetakan abad, tokoh, dan karya-karya yang membuktikan adanya

Munasabah, keterkaitan, kedekatan, kesatuan Al-Qur‟an yang komprehensif

sebagaimana berikut:40

Abad Tokoh Karya

II Ma‟mar bin Al-Mutsanna Majaz Al-Qur‟an

Al-Farra‟ (w. 207 H) Ma‟an Al-Qur‟an

III Al-Jahiz (w. 255 H)

- Nazhm Al-Qur‟an

- Al-Bayan wa Al-

Tibyan

Ibnu Qutaibah (w. 276 H) Ta‟wil Musykil Al-

Qur‟an

IV Al-Rummani (w. 386 H) Al-Nukah fi I‟jaz Al-

Qur‟an

Al-Kaththabi Bayan I‟jaz Al-Qur‟an

V Al-Baqilani (w. 403 H/1013 M) I‟jaz Al-Qur‟an

39

Ibid., hlm. 28. 40

Fath, Amir Faisal, The Unity of Al-Qur‟an, (Jakarta: Al-Kautsar, 2010), hlm. 40-41.

Page 48: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

30

Al-Jurjani (w. 471 H)

- DAla‟il Al-Qur‟an

- Al-Muqtadab fi syarh

Kitab Al-Wasith fi I‟jaz

Al-Qur‟an

- Asrar Al-BAlaghah

- DAla‟il Al-I‟jaz

- RisAlah Al-Syafiyyah

fi I‟jaz

VI Ibnu Athiyah (w. 545 H) Al-Mihrar Al-Wajiz

Qadhi Iyadh (w. 544) Al-Syifa‟ bi Ta‟rif

Huquq Al-Musthafa

Al-Zamakhsyari (w. 538 H) Al-Kasyaf

VII Imam Al-Razi (w. 606 H) Nihayah Al-I‟jaz fi

Dirasah Al-I‟jaz

VIII Ibnu Al-Qoyim Al-Jauziyah (w.

571)

Al-Tibyan fi Aqsam Al-

Qur‟an

IX Burhanuddin Al-Biqa‟i(w. 885 H)

Nazhm Al-Durar fi

Tanasub Al-Ayat wa

Al-Suwar

X Al-Suyuthi (w. 991 H) Tanasuq Al-Durar di

Tanasub Al-Suwar

Abu Al-Su‟ud (w. 982 H)

Irsyad Al-„Aql Al-

SAlam ila Mazaya Al-

Qur‟an Al-Azhim

XIII Syihabuddin Mahmud Al-Alusi

Ruh Al-Ma‟ani fi

Tafsir Al-Qur‟an Al-

Azhim wa Al-Sab‟ Al-

Matsani

XIV Muhammad Abduh (w. 1323 H) Tafsir Juz „Ama

Rasyid Ridha (w. 1354 H) Tafsir Al-Qur‟an Al-

Page 49: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

31

Hakim

Mahmud Syaltut (w. 1963 H) Ila Al-Qur‟an Al-

Karim

XV Sa‟id Hawwa Al-Asas fi Al-Tafsir

Dalam perkembangannya, Munasabah meningkat menjadi salah satu

disiplin dari ilmu Al-Qur‟an. Ulama-ulama yang datang kemudian menyusun

Munasabah secara khusus. Diantara kitab yang khusus dan berbicara tentang

Munasabah adalah Al-Burhan fi Munasabah Tartib Al-Qur‟an susunan Ibnu

bin Ahmad bin Ibrahim Al-Andalusi (w. 807 H). Menurut pengarang Tafsir

An-Nur, penulisan yang paling baik mengupas masalah Munasabah adalah

Burhanuddin Al-Biqa‟i dalam kitabnya yang berjudul Nazhm Al-Adurar fi

Tanasub Al-„Ayat wa Al-Suwar.41

Dalam wacana kitab-kitab induk (ummahat Al-kutub) dalam kajian

„Ulum Al-Qur‟an. Imam Jalaluddin Al-Suyuthi dalam kitab Al-Itqan fi „Ulum

Al-Qur‟an membahas satu bab khusus yang diberi judul Fi Munasabah Al-

Ayat sebelum membahas kajian tentang ayat-ayat mutasyabihat. Muhammad

Badruddin Al-Zarkasyi mengkaji soal Munasabah dalam kitab Al-Burhan fi

„Ulum Al-Qur‟an dalam satu bahasan khusus yang bertajuk ma‟rifah Al-

Munasabah bain Al-ayat. Kajian Munasabah ini ditulis setelah membahas

asbab Al-nuzul. Subhi al-Shalih dalam Kitab Mabahits fi „Ulum Al-Qur‟an

memasukkan pembahasan Munasabah ke dalam bagian ilmu asbab Al-nuzul,

tidak ke dalam satu subbab kajian tersendiri. Manna‟ Al-qathan dalam kitab

Mabahits fi „Ulum Al-Qur‟an yang menulis lebih awal ketimbang Subhi Al-

Shalih tetap menempatkan Munasabah dalam bahasan tersendiri yang ia

masukkan ke dalam bab asbab Al-nuzul. Sebaliknya, Sa‟id Ramadhan Al-

41

Ashshiddieqy, Muhammad Hasbi, Tengku. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur‟an dan

Tafsir, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990), hlm. 95.

Page 50: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

32

Buthi tidak membahas Munasabah dalam kitabnya yang berjudul Min Rawa‟

Al-Qur‟an. M. Quraish Shihab dalam bukunya Sejarah dan „Ulum Al-Qur‟an

memasukkan kajian Munasabah dalam bahasan pokok-pokok kajian „Ulum

Al-Qur‟an.42

Pada tataran praktisnya, ada beberapa istilah yang digunakan oleh para

mufassir mengenai pengistilahan Munasabah. Fakhruddin Ar-Razi

menggunakan istilah ta‟Alluq sebagai sinonim Munasabah. Hal ini terlihat

ketika ia menafsirkan Surah Hud (11) ayat 16-17. Ia menulis sebagai berikut:

ketahuilah bahwa pertAlian (ta‟Alluq) antara ayat ini dan ayat sebelumnya

jelas, yaitu apakah orang-orang kafir itu sama dengan orang yang

mempunyai bukti yang nyata dari Tuhannya; sama dengan orang-orang yang

menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya dan orang itu tidaklah

memperoleh di akhirat kecuali neraka.43

Kemudian ulama‟ yang lain seperti Sayyid Quthb (w. 1966 M) dalam

Tafsir fi ZhilAl Al-Qur‟an menggunakan lafal irtibath sebagai pengganti

istilah Munasabah. Seperti ketika beliau menafsirkan Surah Al-Baqarah ayat

188. Rasyid Ridho (w. 1935 M) menggunakan istilah Al-ittishAl dan Al-ta‟lil.

Hal ini terlihat ketika menafsirkan Surah Al-Ma‟idah ayat 30. Al-Alusi (w.

1854 M) menggunakan istilah tartib ketika menafsirkan kaitan surah maryam

dan thaha.44

Wacana ilmu Munasabah erat kaitannya dengan latar belakang

diskursus kedudukan tartib Al-Mushaf (penyusunan surah-surah dalam

mushaf Al-Qur‟an). Polemik yang mengemuka sebagaimana telah diulas di

awal adalah apakah penyusunannya berdasar pada taqifi atau ijtihadi. Jika

penyusunannya berdasarkan petunjuk Nabi atau yang lebih dikenal dengan

tauqifi, atau penyusunannya berdasarkan wahyu. Maka penyusunannya tidak

42

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah,

(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 31. 43

Ibid.

44

Quthb, Sayyid, Tafsir fi Zhilal Al-Qur‟an, (Bairut: Dar Al-Ihya‟ Al-Tijari Al-Arabiyyah,

1386), hlm. 99.

Page 51: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

33

serampangan, tetapi mengandung nilai-nilai filosofi atau hikmah yang sangat

dalam, melebihi karya susunan yang dibuat manusia biasa. Oleh sebab itu,

pertanyaannya menjadi, apakah perlu Munasabah dalam penafisiran Al-

Qur‟an?45

Dalam bahasan tartib Al-ayat wa Al-suwar, tauqifi yang dimaksud

di atas adalah hanya dalam hal ayat, bukan pada bahasan surah. Hal ini

sebagaimana Khalid Utsman Al-Sabt menulis dalam Kitab Kaidah berikut:

Susunan tauqifi terdapat pada ayat, bukan (pada bahasan) surah.

Kalau melihat kaidah di atas, tidak ada jalan untuk berijtihad lagi

dalam hal tauqifi susunan ayat, tetapi masih terbuka pintu ijtihad untuk tartib

fi Al-suwar. Penyusunan tartib Al-Mushaf yang bukan berdasarkan kronologi

turunnya (tartib Al-nuzul) pada hakikatnya mendorong untuk mengkaji

susunan setiap surah yang ada pada mushaf. Setiap sesuatu yang telah

tersusun mempunyai alasan mengapa susunanya seperti itu atau apakah

susunannya sudah memiliki hubungan yang serasi antara satu dan lainnya.

Ukuran yang digunakan untuk menilai apakah serasi atau tidak adalah melalui

kemampuan pengungkapan bahasa sebagai citra rasa kemampuan yang

dimiliki oleh manusia.46

Perbedaan akademik yang terjadi di kalangan para ulama terdapat

pada hal tartib Al-Mushaf. Apakah dasar penyusunannya atas ijtihad para

sahabat (ijtihadi)? Kalau demikian, adanya Munasabah itu penting karena

penyusunannya berdasarkan perintah, pengajaran, rumus, isyarat, dan

petunjuk Nabi SAW (tauqifi). Kalau tauqifi, tidak perlu adanya Munasabah

karena peristiwa yang terjadi saling berlainan. Al-Qur‟an juga diturunkan dan

diberi hikmah secara tauqifi. Dengan kata lain, Al-Qur‟an turun atas petunjuk

dan kehendak Allah.

45

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah,

(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 34. 46

Ibid., hlm. 35.

Page 52: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

34

Pendapat pertama, mayoritas ulama mengatakan bahwa surah-surah

Al-Qur‟an disusun berdasarkan tauqifi. Sudah merupakan kepastian dari

Rasulullah membaca berbagai surah menurut susunan ayatnya masing-masing

di dalam shalat atau khutbah Jum‟ah yang disaksikan para sahabatnya.

Kenyataan itupun merupakan bukti terang yang nenyatakan bahwa susunan

dan urutan ayat-ayatnya memang sesuai dengan kehendak dan petunjuk dari

Nabi sendiri. Dengan demikian, dalam mendukung pendapat pertama, hal ini

tidak mungkin apabila sahabat Nabi menyusun urutan ayat-ayat yang berbeda

dengan bacaan Rasulullah SAW. hal ini merupakan kepastian yang tidak

dapat diragukan kebenarannya (mutawatir).47

Susunan dan urutan surah pun berdasarkan kehendak dan petunjuk

Rasulullah SAW. Sebagaimana diketahui, Rasulullah hafal semua ayat dan

surah Al-Qur‟an. Bisa jadi, kita tidak mempunyai bukti yang menyatakan

sebaliknya. Dengan kata lain, tidaklah masuk akal yang menyatakan, urutan

surah Al-Qur‟an disusun oleh beberapa orang sahabat Nabi atas dasar ijtihad

mereka sendiri. Lebih tidak masuk akal lagi kalau ada pendapat yang

menyatakan bahwa beberapa surah disusun urutannya menurut kehendak dan

petunjuk Rasulullah SAW. Pendukung pendapat ini adalah Abu Ja‟far bin

Nuhas (w. 338 H), Al-Kirmani, Ibnu Al-Hashar (w. 611 H), Abu Bakr Al-

Anbari (271-328 H), dan Al-Baghawi (w. 286 H). Landasan pendapat

pertama ini adalah berdasarkan hadis Rasulullah SAW bersabda:48

Saya diberikan tempat Taurat dalam Al-Sab‟a Al-ThiwAl, tempat

Zabur dalam surah Al-Mi‟un, tempat Injil dalam surah Al-Matsani dan

diberikan keutamaan dalam surah Al-Mufashad. (HR. Ahmad)

Pendapat kedua, dinyatakan bahwa susunan dan tertib surah

berdasarkan atas ijtihadi. Ada tiga alasan yang melatarbelakangi pendapat ini,

yaitu: pertama, mushaf pada catatan Al-Qur‟an tidaklah sama. Kedua,

sahabat pernah mendengar Nabi membaca Al-Qur‟an berbeda dengan tertib

47

Ibid., hlm. 36. 48

Ibid.

Page 53: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

35

surah yang terdapat dalam Al-Qur‟an. ketiga, adanya perbedaan pendapat

mengenai tertib surah ini menunjukkan tidak adanya petunjuk yang jelas.

Selain itu, alasan lain yang mengemukakan bahwa susunan surah sebagai

ijtihadi tampak tidak kuat. Riwayat tentang sebagian sahabat pernah

mendengar Nabi membaca berbeda dengan tartib Al-Mushaf yang sekarang

dan tentang adanya catatan mushaf sahabat yang mutawatir. Di samping itu,

tidak ada jaminan bahwa semua sahabat yang memiliki catatan mushaf itu

hadir bersama Nabi setiap saat turun ayat Al-Qur‟an. oleh karena itu,

kemungkinan tidak utuhnya tartib Al-Mushaf sahabat sangat besar. Para

sahabat pun telah sepakat bahwa susuna ayat adalah tauqifi. Ulama yang

mendukung pendapat kedua ini, antara lain Imam Malik, Abu Bakr Al-Thib

Al-Baqilani, Al-Zarkasyi, dan Al-Suyuthi.49

Salah satu Hadis yang mendukung pendapat ini adalah larangan

menulis sesuatu yang datang dari Nabi. Abu sa‟id Al-Khudhuri meriwayatkan

dari Rasulullah SAW. beliau bersabda, “Janganlah kAlian menulis (hadis)

dariku. Dan barang siapa menulis dariku selain Al-Qur‟an, maka hendaknya

ia menghapusnya.” (HR. Muslim)50

Pendapat ketiga, serupa dengan pendapat pertama yang menyatakan

bahwa kecuali Surah Al-Anfal dan Bara‟ah yang dipandang bersifat ijtihadi.

Salah satu penyebab perbedaan pendapat ini adalah mushaf-mushaf ulama

Salaf yang urutan surahnya bervariasi. Pendukung pendapat ketiga ini,

diantaranya Al-Qadhi Abu Muhammad bin Athiyyah (w. 498 H), Al-Baihaqi,

dan Ibnu Hajar Al-Asqalani (773-852 H). Pendapat Al-Baihaqi terlihat dalam

karyanya, Al-MakhAl. Ia berpendapat bahwa Al-Qur‟an pada masa Nabi telah

tersusun surah-surah dan ayat-ayatnya seperti susunan yang ada pada mushaf,

kecuali surah Al-Anfal dan Bara‟ah.51

Dalam rangka menguatkan pendapat ketiga, secara efektif penulis

akan menjelaskan sejarah pemeliharaan Al-Qur‟an yang mengalami lima

tahapan; pertama, tahap pencatatan pada masa Nabi; kedua, tahap

49

Ibid., hlm. 39. 50

Ibid. 51

Ibid., hlm. 42.

Page 54: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

36

penghimpunan pada masa Abu Bakar (w. 634 M); ketiga, tahap penggandaan

pada masa Utsman bin Affan (w. 656 M); keempat, tahap percetakan; kelima,

tahap pengajaran diberbagai dunia islam.52

Menurut analisis penulis setelah mengkaji dan menela‟ah realitas

dalam sejarah, ternyata pada masa Abu Bakar setelah terbentuk panitia

penghimpunan Al-Qur‟an, terungkap bahwa Zaid bin Tsabit (w. 665 M) dan

panitia lainnya tidak memiliki catatan dua ayat terakhir dari Surah At-

Taubah/Bara‟ah. Keterangan ini bisa ditela‟ah dari hadis yang menyangkut

penghimpunan Al-Qur‟an pada masa Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq sebagai

berikut:

Dari Ubaid bin Al-Sabbaq ra., sesungguhnya Zaid bin Tsabit ra.

Berkata,”Abu Bakar datang kepadaku di medan ahli Yamamah. Ketika itu

Umar berada di sampingnya.” Abu Bakar kemudian berkata,”sesungguhnya

Umar mendatangiku, kemudian ia berkata,”sesungguhnya peperangan pada

hari Yamamah ini benar-benar amat (dahsyat) dengan (gugurnya) qurra‟

dibeberapa medan perang (lainnya) sehingga banyak ayat hilang

(karenanya) dan sesungguhnya aku berpandangan untuk mengusulkan

kepadamu supaya mengumpulkan Al-Qur‟an.‟ Abu Bakar bertanya kepada

Umar,‟Mengapa engkau melakukan sesuatu yang tidak pernah diperintahkan

oleh Rasulullah SAW?‟ Umar menjawab,‟Demi Allah! Ini adAlah perbuatan

baik.‟oleh sebab itu tidak henti-hentinya Umar menjumpai (mendesak) aku

sampai Allah melapangkan hatiku untuk (menerima) yang demikian itu. Dan

aku berpendapat yang demikian itu sebagaimana pendapat Umar.‟ Abu

Bakar berkata,‟Sesungguhnya kamu (Zaid) adAlah seorang pemuda yang

cerdas. Kami tidak menuduh berperasangka buruk kepadamu dan

sesungguhnya kamu adAlah penulis wahyu Al-Qur‟an untuk Rasulullah SAW.

oleh sebab itu, pelajarilah Al-Qur‟an kemudian kumpulkan.” Zaid kemudian

52

Ibid., hlm. 43.

Page 55: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

37

berkata,”Demi Allah, seandainya mereka membebani aku untuk

memindahkan gunung dari beberapa gunung, tidaklah lebih berat bagiku

daripada yang diperintahkan Abu Bakar kepadaku untuk mengumpulkan Al-

Qur‟an.” Aku menanyakan kepada Abu Bakar,”Mengapa engkau melakukan

sesuatu yang tidak diperintahkan Rasulullah SAW?” Abu Bakar

menjawab,”Demi Allah, itu adAlah perbuatan baik. Oleh karena itu, Abu

Bakar tidak henti-hentinya berulang kAli mendesak aku sampai Allah

melapangkan hatiku sebagaimana Allah melapangkan hati Abu Bakar ra.

Dan Umar ra. Aku lAlu mempelajari Al-Qur‟an dan mengumpulkan dari

pelepah kurma, batu-batu, serta hafAlan para sahabat sampai aku mendapat

catatan akhir Surah Al-Taubah pada Abu Huzaimah Al-Anshari. Aku tidak

menemukannya pada seorang pun selain ia, yaitu ayat: Sungguh, telah

datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya

penderitaan yang kamu Alami, (ia) sangat menginginkan (keimanan dan

keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang

beriman. Maka jika mereka berpAling (dari keimanan), maka katakanlah

(Muhammad),”Cukupkanlah Allah bagiku; tidak ada tuhan (singgasana)

yang agung.” (QS. Al-Taubah (9) : 128-129) sementara dalam hadits lain

berikut ini: Suhuf itu disimpan oleh Abu Bakar sampai ia wafat, kemudia

disimpan Umar bin Al-Khaththab selama masa hayatnya, kemudian

disimpan oleh Hafsah binti Umar ra.” (HR. Al-Bukhari) 53

Berdasarkan riwayat hadis di atas, tercatat dalam sejarah bahwa yang

pertama kali mempunyai gagasan brilian untuk mengumpulkan Al-Qur‟an

adalah Umar bin Al-Khathab, walaupun pada awalnya gagasan ini langsung

ditolak oleh Abu Bakar. Tercatat pula bahwa orang yang pertama kali

mengumpulkan dan menulis Al-Qur‟an adalah Zaid bin Tsabit atas komando

dari Abu Bakar.

53

Ibid., hlm. 43-44.

Page 56: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

38

Selanjutnya, realitas atas hilangnya dua ayat terakhir pada Surah

Bara‟ah ternyata mengundang banyak persepsi, baik dari kalangan ilmuwan

Timur maupun Barat. Hal ini bisa menjadi celah kekeliruan dan kekurangan

yang dijadikan sasaran kritik orientalis untuk mengaburkan autentisitas Al-

Qur‟an. sementara itu, upaya menjaga autentisitas Al-Qur‟an setelah

wafatnya Rasulullah SAW adalah dengan merujuk kepada para sahabat dan

tabi‟in yang ahli di bidang ini. Allah pun memberikan pertolongan dengan

memanjangkan umur sejumlah sahabat dan para ahli sebagai marji‟ (tempat

kembali, acuan). Kemudian mengenai dua ayat yang hilang ternyata

Hudzaifah (w. 656 M) memiliki catatannya. Dengan demikian, jelaslah sudah

perdebatan tentang Munasabah dan hal ini merupakan ilmu Allah yang tidak

pernah habis dikaji, sehingga tidak menutup kemungkinan akan muncul

kajian baru dalam pengembangan kajian „Ulum Al-Qur‟an ke depan.

Dalam analisis Al-Zarkasyi, perbedaan itu bersumber dari lafal. Satu

pihak mengatakan bahwa urutan Al-Qur‟an itu disusun berdasarkan kehendak

dan petunjuk Rasulullah, sedangkan pihak lain berpendapat bahwa urutan

surah disusun berdasarkan ijtihad para sahabat. Al-Zarkasyi mengutip

pendapat Imam Malik sebagai berikut: “mereka menyusun urutan Al-Qur‟an

menurut apa yang mereka dengar sendiri dari Rasulullah SAW.” sementara

itu, Imam Malik juga mengatakan: Urutan surah-surah Al-Qur‟an disusun

atas dasar ijtihad mereka sendiri. Jadi, masalah perbedaan itu kembali

kepada apakah kehendak dan petunjuk Rasulullah mengenai urutan surah itu

berupa ucapan atau hanya praktik.54

Tampaknya telah jelas bahwa urutan surah itu berdasarkan bimbingan

Rasulullah SAW (tauqifi), sebab ijtihad para sahabat itu hanya dilakukan bagi

54

Ibid., hlm. 38.

Page 57: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

39

penyusun mushaf milik pribadi. Memang mereka lakukan dengan kemauan

sendiri, tetapi mereka tidak pernah berusaha mengharuskan orang lain

mengikuti jejaknya atau mengharamkan perbuatan orang lain yang tidak

sesuai dengan perbuatan mereka. Begitu juga tidak dicatatkan ayat-ayat untuk

orang lain, tetapi semata untuk mereka pribadi. Oleh karena itu, ketika umat

islam sepakat menerima mushaf yang disusun oleh Khalifah Utsman bin

Affan, secara serentak mereka tinggalkan catatan mushaf masing-masing. Di

sini mulai ada benang merah, yaitu kalau mereka yakin bahwa

penyusunannya berdasarkan pada ijtihad mereka, tentulah mereka akan tetap

berpegang pada susunan menurut catatan mereka masing-masing dan tidak

mau menerima urutan yang disusun oleh Utsman bin Affan.55

Dengan demikian, kewajiban mengikuti pola penulisan Al-Qur‟an

versi Mushaf Utsmani diperselisihkan para ulama. Ada yang mengatakan

wajib, dengan alasan bahwa pola tersebut sesuai petunjuk dari Nabi (tauqifi).

Pola it uterus dipertahankan walaupun menyalahi pola aturan rasm Utsmani

yang telah baku, bahkan Imam Ahmad bin Hambal dan Ima Hakim

sebagaimana dikutip Farjani mengharamkan menulis Al-Qur‟an menyalahi

dari rasm Utsmani. Bagaimanapun, dalam rentang sejarah yang cukup

panjang, rasm Utsmani sudah merupakan kesepakatan mayoritas ulama.

55

Ibid.

Page 58: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

40

C. Munasabah Perspektif Pakar Ilmuan Al-Qur’an dari Klasik hingga

Pramodern

Banyak diberbagai kitab tafsir, kita menemukan metode memahami

Al-Qur‟an yang berawal dari ulama terahulu. Mereka telah berusaha

memahami kandungan Al-Qur‟an, sehingga melahirkan apa yang kita kenal

dengan metode pemahaman Al-Qur‟an. kajian-kajian ini berkisar pada usaha-

usaha menemukan diantaranya nilai-nilai sastra, fiqh, kalam, sufistik-

filosofis, dan pendidikan. Selain itu juga banyak dikalangan ulama „Ulum Al-

Qur‟an dari masa klasik sampai pramodern yang melakukan kajian mendalam

dan paling fokus berkenaan dengan Munasabah Al-Qur‟an diantaranya Abu

Bakar Al-Naisaburi (w. 324 H), Imam Al-Zarkasyi (745-794 H), Ibnu Ahmad

bin Ibrahim Al-Andalusi (w. 807 H), Al-Suyuthi (849-911/1455-1505 M ),

Burhanuddin Al-Biqa‟i (w. 885/1480 M), Al-Zarqani (w. 1367 H).56

Pada abad II, Al-Farra‟ dalam Ma‟ani Al-Qur‟an banyak membahas

aspek bunyi atau nada ritme susunan Al-Qur‟an dan kalimat Al-Qur‟an yang

puitis dalam bentuk tanya jawab. Selain itu, ia juga membahas tentang

hubungan potongan Al-Qur‟an dengan keselarasan bunyi dan irama huruf,

kata, kalimat, serta banyak aspek lainnya.57

Tokoh yang bisa dibilang pencetus pertama kajian Munasabah adalah

Al-Naisaburi (w. 324 H). Namun menurut Muhammad Husain Al-Dzahabi

bahwa karya ini sayangnya sudah tidak ditemukan lagi. Selanjutnya, paling

tidak ada dua ulama klasik yang dijadikan acuan dalam pemikiran

Munasabah, yaitu Al-Zarkasyi dan Al-Biqa‟i.

Al-Zarkasyi (745-794 H) muncul jauh setelah Al-Naisaburi (w. 324

H). Kajiannya tentang Munasabah tertuang dalam kitab Al-Burhan fi „Ulum

Al-Qur‟an. Ada dua pola Munasabah yang dikenalkan olehnya, yaitu pola

Munasabah antarsurah dan pola Munasabah antarayat. Al-Zarkasyi

56

Ibid., hlm. 46. 57

Ibid.

Page 59: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

41

berpendapat bahwa susunan surah itu tauqifi. Dalam memberikan analisis

Munasabah sususnan surah, ia mengangkat topik tentang pembuka surah

dengan akhir surah sebelunya. Misalnya, surah Al-An‟am diawali dengan Al-

hamd (pujian) bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, sementara

pada akhir surah sebelumnya, yaitu Surah Al-Ma‟idah, diakhiri dengan

mengagungkan Allah yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Begitupun

dengan Surah Al-Hadid yang dimulai dengan tasbih memiliki korelasi dengan

Surah Al-Waqi‟ah yang diakhiri dengan perintah bertasbih. Contoh lainnya

adalah Al-Zarkasyi mengetengahkan awal Surah Al-Baqarah yang berbicara

tentang tidak ada keraguan di dalam Al-Qur‟an yang mempunyai Munasabah

dengan surah sebelumnya yang memohon agar diberi petunjuk.58

Setelah memberikan penjelasan tentang Munasabah antarsurah, Al-

Zarkasyi membahas mengenai pertautan ayat. Ada tiga analisis yang

diberikan olehnya, yaitu terdapat kalimat bersambung (ma‟thufah), sisipan

(istithrad), dan perumpamaan (tamsil). Dalam menjelaskan analisis pertama

dan kedua, Al-Zarkasyi memberikan tiga ayat dari dua surah yang berbeda,

yaitu QS. Al-hadid (57): 4), serta QS. Al-Baqarah (2): 245 dan 189).59

Al-Zarkasyi memiliki kompetensi dalam ketelitian dan kepiawaian

membuat korelasi antara satu ayat dan ayat berikutnya. Ini semakin

menguatkan bahwa Al-Qur‟an memiliki hubungan yang sangat erat antara

satu dan yang lainnya.

Ulama klasik yang kedua adalah Burhanuddin Al-Biqa‟i. Ia mampu

merangkum pemikirannya mengenai Munasabah dalam Nazhm Al-Durar fi

Tanasub Al-Ayat wa Al-Suwar. Haji Khalifah memuji kitab ini dengan

mengatakan, Sungguh luar biasa! Sebelumnya tidak ada seorang pun yang

menulis tentang kesatuan Al-Qur‟an sebaik Al-Biqa‟i. Kitab ini mampu

mengupas dan mengungkap rahasia-rahasia Al-Qur‟an. Uraiannya pun

sangat bernapas dan mudah dipahami. Nazhm Al-Durar tidak bisa

disepadankan dengan karya siapa pun. Tidak ada kitab yang kualitasnya

58

Ibid., hlm. 48. 59

Ibid., hlm. 48-50.

Page 60: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

42

mendekati kualitas kitab ini. Di dalamnya terdapat tafsir komprehensif dan

cermat terhadap Al-Qur‟an. Dalam karya ini, Al-Biqa‟i banyak menyebut

tokoh yang mempunyai peranan penting dalam pengembangan ilmu

Munasabah. Hal ini berarti bahwa Al-Biqa‟i bukan orang yang pertama

memulai kajian Munasabah. Al-Biqa‟i menyebut sejumlah tokoh, diantaranya

Al-Hashimi, Al-Zarkasyi, dan Al-Razi (606 H/1210 M). Dalam pandangan

Al-Biqa‟i, ilmu Munasabah pada umumnya adalah kajian tentang hubungan

logis antara sejumlah susunan ayat atau ide sehingga diperoleh keterkaitan

satu ayat atau kandungan dengan ayat atau kandungan sebelum dan

sesudahnya.60

Tela‟ah Al-Biqa‟i dalam beberapa hal memang mayakinkan pembaca

tentang keserasian Al-Qur‟an. Selain itu, ia mampu membuktikan adanya

hubungan yang sesuai dalam sistematika Al-Qur‟an, baik dari kata demi kata

dalam ayat-ayatnya, surah demi surah, maupun antara kandungan surah dalam

Al-Qur‟an. Misalnya, ada Munasabah antara Surah Al-Fatihah sebagai surah

pertama dan Surah Al-Nas sebagai surah terakhir yang diawali dengan qul

a‟udzu. Alasannya, bukankah sebelum membaca Surah Al-Fatihah kita

diperintahkan berta‟awuz memohon perlindungan-Nya seperti dalam QS. Al-

Nahl (16): 98. Oleh sebab itu, bisa jadi Surah Al-Nas (114) yang berada di

urutan terakhir dalam mushaf, bisa juga menjadi surah pertama. Keseriusan

Al-Biqa‟i mencari titik Munasabah Al-Qur‟an terbukti setelah melakukan

penelaahan mendalam yang menghabiskan waktu lebih kurang empat belas

tahun untuk menyusun kitab Nazhm Al-Durar fi Tansub Al-Ayat wa Al-

Suwar. Tidak hanya itu, dalam pengantar tafsirnya, ia merenung berbulan-

bulan memikirkan hubungan ayat seperti ketika ia mengamati QS. Ali Imran

(3):121 dan QS. Al-Nisa‟ (4). Al-Biqa‟i menegaskan bahwa siapa yang

memahami kehalusan dan keindahan susunan kalimat yang terdapat pada

surah ini, ia akan mengetahui bahwa Al-Qur‟an adalah mukjizat dari segi

60

Ibid., hlm. 50-52.

Page 61: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

43

kefasihan lafalnya dan kemuliaan makna yang terkandung di dalamnya; di

samping kemukjizatannya juga disebabkan oleh susunan kata dan surahnya.61

D. Munasabah dalam Tinjauan Ilmuwan Al-Qur’an Kontemporer

Ketika berbicara tentang kajian Al-Qur‟an, atau lebih spesifik lagi

pada tataran Al-Qur‟an kontemporer, terdapat tiga bidang kajian yang mesti

dibedakan, yaitu teks orisinal Islam, pemikiran Islam yang dianggap sebagai

bentuk interpretasi atau teks, dan perwujudan praktik sosio-historis yang

berbeda-beda. Modernitas yang didefinisikan sebagai jalan hidup (way of life)

industrial dan urban khususnya berpihak kepada susunan konsep Barat yang

berakar pada adab XIX masehi. Sementara itu, modernism menurut Joyce

Appleby (w. 2016 M) serta Lynn dan Margaret Jacob dalam Post

Modernisme and The Crisis of Modernity sebagaimana dikutip Abu Zaid,

didefinisikan sebagai perkembangan dalam seni dan sastra yang bertujuan

menangkap esensi jalan hidup. Modernitas melahirkan sebuah periodesasi

baru sejarah (kuno, abad pertengahan, dan modern) di mana modern

mendenotasikan periode ketika akal dan ilmu pengetahuan lebih tinggi di atas

kitab suci, tradisi, dan kebiasaan. Inti modernitas adalah konsep kebebasan

bertindak.62

Dalam tradisi pemikiran islam, pergeseran seringkali dinyatakan

sebagai bentuk penyimpangan dari arus utama yang memegang hak monopoli

kebenaran. Walaupun dalam praktiknya, modern dalam term ini

sesungguhnya juga pernah terlewati pada masa klasik atau kuno. Tepatlah

kiranya Islam telah membawa modernitas kepada dunia pada abad VII,

sehingga sangat mungkin untuk menganalisis dan menjelaskan bagaimana

61

Ibid., hlm. 52. 62

Zaid, Nashr Hamid Abu, Al-Qur‟an Hermeneutika dan kekuasaan, diterjemahkan oleh

Dede Iswadim, et. All., (Bandung: RQiS, 2003), hlm. 135. 62

Ibid., hlm. 18.

Page 62: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

44

modernitas diimplementasikan oleh kalangan muslim sepanjang abad XII.

Demikian ungkapan Abu Zaid.63

Meskipun demikian, muslim saat ini enggan menerima modernitas

kontemporer dengan alasan bahwa sebagian besar nilai-nilainya bertentangan

dengan Islam atau berasal dari legislasi manusia. Oleh karena itu, menjadi

penting di sini untuk menilai dan mengurai tinjauan ilmuwan kontemporer

dalam konteks Munasabah Al-Qur‟an. Di antara sarjana kontemporer yang

mempunyai banyak perhatian terhadap kajian Al-Qur‟an adalah Amin Al-

Khuli (1895-1966), Muhammad Ahmad Khalafullah (1895-1998), Aisyah

Abdurrahman Bintu Al-Syathi‟ (1913-1998 M), Muhammad Arkoun (1928-

2010 M), Nashr Hamid Abu Zaid (1943-2010 M), Muhammad Abid Al-jabiri

(1936-2010 M), Hasan Hanafi (L. 1935), Muhammad Sahrur (L. 1938),

Fazlur Rahman (L. 1919-1988), Manna‟ Al-Qaththan (1345-1420 H/1925-

1999M), dan Sa‟id Hawwa (1935-1985 M). Tokoh yang bisa dikatakan

pengkaji „Ulum Al-Qur‟an kontemporer ni sebagian besar memiliki berbagai

bekal metodologi baru dan mencoba mendekati Al-Qur‟an dengan kacamata

baru. Meskipun produk kajian mereka tersebut, baik setuju maupun tidak,

baik mengundang pro maupun kontra; yang jelas studi mereka terhadap Al-

Qur‟an menyegarkan dan menggairahkan kembali diskursus Islamic Studies

yang selama ini lesu atau mungkin dianggap sebagian kalangan sudah mapan

dan final.64

J.J.G. Jansen menyebutkan bahwa di Mesir dalam perkembangan

tafsir Al-Qur‟an telah diintroduksi oleh Muhammad Abduh (1949-1905 M)

dan Amin Al-Khuli (w. 1769 M). Belakangan, cara pandang Al-Khuli

terhadap tafsir banyak direalisasikan oleh istrinya yang dikenal dengan Bintu

Al-Syathi‟ yang bernama lengkap Aisyah Abdurrahman (L. 1913), seorang

pakar sastra Arab di Universitas Ain Syams, Mesir. Dalam karyanya Al-Tafsir

Al-bayani li Al-Qur‟an Al-Karim, meskipun ia hanya mengeksplorasi 14

63

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah,

(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 54. 64

Ibid., hlm. 55.

Page 63: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

45

surah pendek dalam Juz „Amma, tetapi banyak kalangan menyambut karya ini

sebagai mahakarya yang penting.65

Bintu Al-Syathi‟ sangat memperhatikan Munasabah dalam

penafsirannya. Menurutnya, Surah Al-fajr mengandung nilai moral yang

sangat tinggi serta memiliki hubungan antara ayat satu dan lainnya. Ia

membagi surah tersebut ke dalam tiga golongan ayat. Pertama, ayat 1 sampai

14 membicarakan tentang pelajaran dari kaum Ad, Tsamud, Fir‟aun yang

zalim dan korup. Kedua, ayat 15 sampai 16 menunjukkan kerusakan moral

mereka karena godaan kekayaan semata dan menunjukkan karakter sifat

syaithaniyyah. Ketiga, ayat 17 sampai 20 menyatakan bahwa kerusakan moral

menyebabkan mereka menjadi yatim, tidak memiliki solidaritas social, serta

tidak mampu membedakan mana yang dilarang dan mana yang

diperbolehkan. Selanjutnya, sebagai penutup surah dikemukakan mengenai

pengadilan Tuhan dan ganjaran di hari kiamat.66

Contoh lainnya adalah kitab Al-Asas fi Al-Tafsir. Cara pandang Sa‟id

Hawwa dalam menafsirkan ayat tentang infak yang terdapat pada QS. Al-

Baqarah (2): 254 kemudian dirangkaikan dengan ayat berikutnya (ayat kursi),

yaitu ayat 255. Ia menegaskan bahwa di antara hikmah ditempatkannya ayat

kursi setelah ayat perintah untuk berinfak adalah tida ada satu infak pun,

melainkan harus di jalan Allah dan agama yang semestinya dipilih oleh

manusia adalah agama Allah. Dengan demikian, orang yang tidak mengenal

Allah berarti ia menduga Allah tidak masuk ke dalam urusan ibadah atau,

paling tidak, syariat yang dikerjakan kurang sempurna.67

Selain Bintu Al-Syathi‟ dan Sa‟id Hawwa, ulama kontemporer yang

membahas Munasabah secara serius adalah Nashr Hamid Abu Zaid.

Ungkapannya menarik untuk disimak karena ia membandingkan antara asbab

Al-nuzul dan Munasabah. Ia mengatakan bahwa Al-nuzul berkaitan dengan

kronologis konteks sejarah, sedangkan Munasabah berkaitan dengan nilai

pertautan antara ayat dan surahnya menurut urutan teks. Maksudnya, jika

65

Ibid., hlm. 56. 66

Ibid. 67

Ibid., hlm. 57.

Page 64: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

46

ilmu asbab Al-nuzul mengaitkan satu atau sejumlah ayat dengan konteks

sejarahnya, fokus perhatian ilmu Munasabah adalah antarayat dan antarsurah,

bukan pada kronologis historis dari bagian-bagian teks, melainkan aspek

pertautan antarayat dan surah menurut urutan teks, yaitu yang disebut dengan

urutan bacaan sebagai lawan dari urutan turunnya.68

Catatan penting dari Abu Zaid ketika ia memahami Munasabah

antarayat dan surah adalah bahwa teks merupakan kesatuan structural yang

bagiannya saling berkaitan. Selain itu, ia menegaskan bahwa megaitkan

antarayat dan surah itu tugas mufassir. Oleh karena itu, mufassir mempunyai

peranan penting dalam menangkap cakrawala teks. Dengan kata lain,

mufassir mengungkapkan dialektika bagian-bagian teks melalui dialektika

mufassir selaku pembaca dengan teks.

Abu Zaid membagi bahasan Munasabah menjadi dua, yaitu

Munasabah antarsurah dan antarayat.

1. Munasabah Antarsurah (Al-Munasabah Bain Al-Suwar)

Contoh yang diangkat Abu Zaid ketika membahas Munasabah

antarsurah (Munasabah bai Al-suwar) adalah Surah Al-Fatihah (yang

membuka) atau induk kitab (umm Al-kitab). Surah ini mempunyai tempat

yang khusus karena merupaka pengantar dasar bagi teks. Dengan

demikian, Al-Fatihah meskipun secara tersirat harus memuat semua bagian

Al-Qur‟an, pada posisi ini surah tersebut mendapatkan kedudukan sebagi

induk kitab (umm Al-kitab). Mengenai pembahasan hal ini, Abu Zaid

mengutip Al-Zarkasy yang mengatakan bahwa induk ilmu-ilmu Al-Qur‟an

ada tiga bagian, yaitu tauhid, peringatan, dan hukum-hukum.69

Ada dua catatan dari Abu Zaid yang bertalian dengan bahasan di

atas. Pertama, ada hubungan khusus („Alaqah khashshiyyah) dan kedua,

68

Ibid. 69

Ibid., hlm. 59.

Page 65: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

47

hubungan umum („Alaqah „ammah). Hubungan khusus lebih bersifat

stilistika-kebahasaan (uslubiyyah lughawiyyah), sementara hubungan

umum lebih berkaitan dengan isi kandungan. Hubungan stilistika-

kebahasaan ini tercemin dalam pernyataan bahwa Surah Al-Fatihah

diakhiri dengan doa ihdina Al-shirat Al-Mustaqim, shirath Alladzina

an‟amta „Alaihim ghair Al-Maghdhubi „Alaihim wa la Al-dhAllin. Doa ini

mendapatkan jawaban pada permulaan Surah Al-Baqarah, yaitu Alif lam

mim, dzAlika Al-kitabu la raiba fihi hudan li Al-Muttaqin. Berdasarkan hal

itu, dinyatakan bahwa teks tersebut adalah bersinabungan (muttashil).70

Abu Zaid menjelaskan urutan surah dalam mushaf berdasarkan

kaidah, mendahulukan hAl yang universAl sebagaimana yang terdapat

dalam Surah Al-Fatihah kemudian Surah Al-Baqarah yang menjelaskan

hukum-hukum. Sementara itu, Surah Ali Imran memuat jawaban atas

keraguan musuh terhadap hukum-hukum tersebut, sedangkan surah Al-

Nisa‟ dan Al-Ma‟idah berfungsi sebagai perincian hukum yang berkaitan

dengan berbagai bentuk hubungan. Selanjutnya, dua surah berikutnya,

yaitu Al-An‟am dan Al-A‟raf dan menjelaskan tujuan dan sasaran syariat

dari perincian hukum-hukum tersebut.71

Dari beberapa keterangan di atas, ada beberapa poin yang bisa

diambil untuk dijadikan kesimpulan. Pertama, ada munasbah antarsurah

yang tidak memerlukan interpretasi, hanya saja didasarkan pada hubungan

kebahasaan dan pengulangan (repetisi). Contohnya, Surah Al-Waqi‟ah

(56):96 yang diakhiri dengan perintah bertasbih dan Surah Al-Waqi‟ah

(56):1 yang diawali dengan tasbih. Begitu pula Surah Al-Isra‟ (17) dan Al-

Kahfi (18). Meskipun tidak seperti bentuk pertama, yaitu akhir dan awal

surah, Munasabah antara Surah Al-Isra‟ dan Al-Kahfi adalah berupa

tasbih, hanya saja tasbih dalam Surah Al-Isra‟ dalam bentuk doa. Di

samping itu, Surah Al-Isra‟ simulai dengan mahasuci (Allah), yang telah

memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari, sementara

70

Ibid. 71

Ibid., hlm. 60.

Page 66: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

48

Surah Al-Kahfi dimulai dengan segala puju bagi Allah yang telah

menurunkan Kitab (Al-Qur‟an) kepada hamba-Nya. Dengan kata lain,

tasbih muncul mendahului tahmid sehingga diucapkan subhan Allah wa al-

hamdu li Allah. Kedua, hubungan kebahasaan semantic sebagaimana

diterangkan di atas. Ketiga, hubungan surah pendek yang kontras yang

ditemukan antara Surah Al-Ma‟un (107) dan Al-Kautsar (108) juga antara

Surah Al-Dhuha (93) dan Al-Insyirah (94).72

2. Munasabah Antarayat (Al-Munasabah Bain Al-Ayat)

Abu Zaid menegaskan bahwa pada dasarnya konsep kesatuan teks

berasal dari persoalan I‟jaz, yaitu adanya perbedaan antara pembicaraan

Allah dan pembicaraan selain-Nya. Oleh karena itu, ulama berusaha

menghindari pembicaraan tentang Munasabah yang keterkaitannya sangat

jelas. Sebagaimana Abu Zaid mengutip Al-Zarkasyi, Apabila yang kedua

terhadap yang pertama; merupakan bentuk penegasan, penafsiran, atau

bertahan dan tekanan.73

Apabila memerhatikan kata akhir (fashilah) ayat tersebut,

semuanya bermacam-macam. Fashilah pada ayat pertama lafal al-bashir

berupa huruf ra‟, ayat kedua huruf lam pada lafal wakila yang dibaca

panjang. Aspek inilah merupakan bentuk upaya pengungkapan sisi

keterkaitan antarayat yang disebut salah satu aspek I‟jaz bahwa apa yang

tampak sebagai pemisahan (fashl) antara ayat pertama dengan ayat kedua,

sebenarnya hubungan (washl). Susunan semacam inilah yang

menyebabkan muncul pergeseran ke tema tentang Nuh sebagai sosok yang

bersyukur. Penuturan tema tentang Nuh seperti ini, menyebabkan ujaran

kalimat yang satu dengan yang lainnya terkait Karen kesamaan fashilah

pada satu sisi dan sisi yang lain untuk mengisyaratkan bahwa Bani Isra‟il

yang sezaman dengan turunnya teks; semestinya meneladani Nuh. Dengan

72

Ibid., hlm. 61. 73

Ibid., hlm. 63.

Page 67: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

49

kata lain, seperti dua hal yang sama dan serupa. Namun hubungan

keduannya terkadang berlawanan, seperti Munasabah antara rahmat yang

disebut setelah siksa atau senang setelah takut. Kebiasaan Al-Qur‟an yang

agung adalah menyebut hukum lalu menyebut janji dan ancaman. Hal itu

membangkitkan dorongan untuk mengamalkan apa yang sudah disebutkan,

kemudian menyebut ayat-ayat tauhid dan penyucian Allah agar diketahui

keagungan Zat yang memerintah dan melarang.74

Menurut Abu Zaid, mencari titik Munasabah ayat antara Surah Al-

Isra‟ dan kisah Bani Isra‟il dapat diungkap melalui dua sudut. Pertama,

peristiwa isra‟ bertujuan memperlihatkan yang gaib, yaitu dengan kisah-

kisah Al-Qur‟an. Peristiwa Isra‟ merupakan penglihatan yang gaib dan

metafisika, sementara kisah merupakan berita atau penjelasan mengenai

hal-hal gaib yang historis. Kedua, ada kesamaan antara Isra‟ Muhammad

SAW pada sebagian malam dengan keluarnya Musa As.75

Selain penjelasan di atas, untuk mengungkap Munasabah pada

beberapa ayat dibutuhkan pengetahuan tentang asbab Al-nuzul dalam

rangka menyingkap maknanya. Pengetahuan ini, menurut Abu Zaid, dapat

membantu mufassir menyingkap sisi keterkaitan atau Munasabah.76

Selain pendapat di atas, di sini penulis kemukakan pula pendapat

ulama Al-Qur‟an kontemporer yang mewakili keilmuan klasik yang

bukunya tetap menjadi rujukan, termasuk Indonesia. Ia adalah Manna‟ Al-

Qaththan. Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa Al-Qaththan

memasukkan Munasabah dalam kajian asbab an-nuzul.77

Ia mengartikan

Munasabah (korelasi) dengan kedekatan. Dikatakan, si fulan Munasabah

dengan si fulan. Berarti si fulan mendekati dan menyerupai si fulan itu.

Sehubungan dengan itu, istilah Munasabah „illah hukum artinya sifat yang

74

Ibid., hlm. 63-64. 75

Ibid., hlm. 64-65. 76

Ibid., hlm. 65. 77

Al-Qaththan, Mana‟, Mabahits fi „Ulum Al-Qur‟an, (Riyadh: Mansyurat Al-Ashr Al-

Hadits, 1983 M/1393H), hlm. 75-79.

Page 68: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

50

berdekatan dengan hukum.78

Akan tetapi yang menjadi fokus kajian

Munasabah di sini adalah Munasabah dari sisi keterkaitan antara satu

kalimat dengan yang lain, satu ayat dengan ayat yang lain, atau antara

surah yang satu dengan surah yang lain.

Berikut ini beberapa contoh Munasabah yang diungkap Al-

Qaththan.79

1. Munasabah terletak pada keadaan lawan bicara, seperti yang telah

dijelaskan di bab dua pada pembahasan tentang Munasabah Dalam Al-

Qur‟an.

2. Munasabah terjadi antara satu surah dengan surah lainnya. seperti yang

telah dijelaskan di bab dua pada pembahasan tentang Munasabah

Dalam Al-Qur‟an .

3. Munasabah terjadi antara awal surah dan akhir surah. Contohnya adalah

Surah Al-Qashash. Surah ini dimulai dengan menceritakan tentang

kisah hidup Nabi Musa hingga ia mendapati dua orang laki-laki yang

berkelahi. Ia berdo‟a setelah sengaja membunuh salah seorang laki-laki

tersebut.

E. Menyoal Munasabah: Respons terhadap Kritik Ilmuwan Barat dan

Orientalis

Al-Qur‟an menyatakan dirinya sebagai kitab yang terhindar dari

keraguan (la raibafih), dijamin autentisitasnya (wa inna‟ lahu lahafizhun),

dan bahkan sampai saat ini tidak ada kitab tandingannya („Ala an ya‟tu

bimitsli hadza Al-Qur‟an la ya‟tuna bimitslih). Meskipun demikian, telah

terjadi pergeseran cara pandang di kalangan sarjana terhadap Al-Qur‟an sejak

sebelum akhir abad XIX. Huston Smith dalam The World‟s Religion

mengatakan bahwa belum pernah ada kitab dalam khazanah keagamaan pada

kebudayaan lain yang demikian sulit dimengerti oleh orang Barat, selain Al-

78

Ibid., hlm. 97. 79

Ibid., hlm. 98-99.

Page 69: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

51

Qur‟an. Apabila pada masa-masa sebelumnya Al-Qur‟an dipandang dari sisi

usul-usul, akhir-akhir ini kitab tersebut dipandang sebagai kitab yang

independen. Dengan kata lain, Al-Qur‟an tidak dipandang dari sumber

kemunculannya, tetapi sebagai sebuah fakta kultural dan Al-Qur‟an itu

sendiri memang bermakna bagi masyarakat.80

Menurut Jeffery sebagaimana dikutip M. Azhami, para ilmuwan Barat

tidak sependapat bahwa susunan teks Al-Qur‟an, baik ayat maupun urahnya,

yang ada di tangan kita sekarang sama dengan apa yang terdapat pada zaman

Nabi Muhammad. Pertanyaan lain orientalis lainnya adalah mengapa tulisan-

tulisan yang terbentuk suhuf, tidak langsung disimpan sendiri oleh Nabi dan

mengapa Zaid binTsabit yang ditunjuk sebagai pencatat kodifikasi Al-Qur‟an

seolah tidak siap dengan hilangnya beberapa ayat dari Surah Bara‟ah.

Walaupun sudah diketahui bahwa peristiwa itu diabadikan oleh hadis yang

diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari (w. 870 M) yang sudah dikenal

kredibilitasnya di bidang hadis; ini semua tidak diindahkan, bahkan dianggap

palsu oleh orientalis.81

Pada masa modern seperti sekarang ini, gerakan-gerakan itu muncul

dan hampir mirip dengan fenomena di atas, baik mengatasnamakan lembaga

maupun perorangan. Hal ini dipengaruhi oleh tren pemikiran yang sedang

berkembang dan pada umumnya datang dari pemikir Barat, di luar afiliasi

keagamaan. Pada awal pergerakan, tren besar itu muncul melalui para

orientalis secara sadar ataupun tidak. Namun, pada kenyataan sekarang, tidak

hanya muncul dari kalangan orientalis, tetapi sudah ada percikan dan cikal

bakal pemikiran orientalis yang menular kepada para sarjana muslim yang

berupaya membongkar Al-Qur‟an. Badawi dalam penelitiannya menulis ada

294 orientalis. Urutan yang paling pertama, Syekh Badawi (w. 675 M)

memasukkan nama Arthur John Arberry (w. 1969 M) dan posisi terakhir

Theodor Willem Juynboll (w. 1861 M). Beberapa nama ilmuan Barat dan

orientalis yang fokus terhadap kajian Al-Qur‟an, antara lain Theodor Noldeke

80

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah,

(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 69-70. 81

Ibid., hlm. 71.

Page 70: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

52

(1836-1930 M), Goldziher (w. 1921 M), Yosep Schat (w. 1969 M), Blachere

(w. 1973 M), Mingana, Joseph Puin (w. 1843 M), Richard Bell (w. 1952 M),

dan W. Montgomery Watt (w. 2016 M). Metodologi yang menarik dari kajian

mereka dapat dilihat sebagai balas dendam, partisan, dan keji. Oleh sebab itu,

S.Parvez Manzoor menilai orientalis sebagai sesuatu yang frontal, subversive

ketika itu, behind the lines, serangan terhadap Al-Qur‟an.82

Sebelum masa Theodor Noldeke, ada orientalis ynag bernama

Abraham Geiger (w. 1874 M). Salah satu pemikiran yang dikembangkannya

adalah tabut (lihat QS. 2: 248). Menurutnya, tabut tidak berasal dari bahasa

Arab murni, tetapi berasal dari bahasa Ibrani, yaitu jannatu dan jahannam,

rabbani, serta sabt.

Melacak kajian Al-Qur‟an di Barat telah dimulai sejak abad XII yang

juga merupakan bagian dari orientalis secara umum. W. Montgomery Watt

memetakan ada tiga kajian besar yang mereka perjuangkan. Pertama, karya

yang terarah pada kajian kitab suci. Kedua, terjemah atau alih bahasa Al-

Qur‟an. Ketiga, pemahaman Al-Qur‟an. Jika melihat betapa banyak karya

orientalis yang tersebar, ketiganya menunjukkan apa yang diperjuangkan.

Namun, jika melihat sisi banyak kajiannya, tampaknya kajian teks sekaligus

kritik teks lebih mendominasi disbanding criteria point kedua dan ketiga.

Motif mereka bermacam-macam, ada dua factor yang melatarbelakangi

ketertarikan Barat untuk mengkaji Timur, yaitu motif agama dan motif

politik.83

Hubungan antara orientalis dan dunia Timur, tentu tidak bisa

dilepaskan dari perkembangan sejarah hubungan antara dunia Islam dan

Kristen sejak permulaan. Seperti diketahui bahwa hubungan diskursif dan

intelektual antara Timur dan Barat sangat diwarnai oleh konteks permusuhan

pada abad pertengahan, khususnya pada Perang Salib. Polemik itu bertujuan

82

Ibid., hlm. 72. 83

Ibid.

Page 71: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

53

menciptakan auntisitaas dari keunggulan dengan mencitrakan Islam sebagai

peyorasi, kekeliruan, dan penyalahgunaan yang sengaja. Persentuhan

kesejarahan Barat tentang Al-Qur‟an pertama kali dilakukan dengan

menerjemahkan Al-Qur‟an ke bahasa-bahasa Barat.84

Pada mulanya agama Kristen menjadi motif utama kegiatan ini,

bahkan agamawan Kristen Protestan memandang perlu memberikan

interpretasi baru terhadap teks-teks keagamaan mereka agar sejalan dengan

perkembangan baru. Sampai kemudian mereka mengarah ke Timur dengan

mempelajari bahasa Ibrani dan Arab sehingga studi mereka mencakup

bahasa-bahasa Timur, agama, dan kebudayaan. Upaya agamawan ini

disambut baik oleh politisi yang merasa gagal dalam invasi ke Timur yang

dikenal dengan Perang Salib. Oleh sebab itu, sekin banyak agamawan

bersekutu dengan penjajah. Akan tetapi, tidak dapat dinafikan bahwa

menyebarkan agama dan menjajah bukanlah satu-satunya tujuan, melainkan

ada tujuan lain, yaitu memenuhi hasrat terhadap pengetahuan.

Pada tahun 1844, Rodinson (w. 2004 M) menelusuri sejarah

orientalisme sejak abad IV hingga pertengahan abad XX melalui Historische-

Kritische Einleitung in der Koran karya Gustav Weil (1808-1889). Asumsi

yang dikembangkan Weil adalah bahwa periodesasi Al-Qur‟an terbagi

menjadi Makkiyah awal, tengah, akhir, serta Madaniyah.85

Di atas telah disinggung tentang pandangan sarjana muslim berkaitan

dengan tertib ayat dan surah. Adapun hal menarik yang dapat diungkap di sini

adalah bagaimana pandangan sarjana Barat. W. Montgomery Watt

mengungkapkan bahwa para orientalis memusatkan perhatian pada

pertimbangan gaya Al-Qur‟an dan perbendaharaan kata. Dengan kata lain,

84

Ibid., hlm. 73. 85

Ibid., hlm. 74-75.

Page 72: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

54

mereka menjadikan Al-Qur‟an sebagai sasaran penelitian dengan

menggunakan metode kritik sastra dan kritik sejarah modern. Sementara itu,

dalam menetapkan pembagian surah-surah Al-Qur‟an, mereka tetap

mengikuti pembagian menurut sarjana muslim.86

Beberapa penulis dari kalangan Barat dan orientalis membuat teori

miring tentang Al-Qur‟an, diantaranya Theodor Noldeke, penulis Geshichte

des Qorans. Penolakan yang lebih tegas terhadap tesis John Burton pernah

dilakukan oleh R.B. Sarjeant (w. 1993 M). Ia memberikan pernyataan dengan

ungkapan an historicAl circumstance so public (karena sejarah pewahyuan

Al-Qur‟an tidak pernah terungkap).87

Lebih lanjut, Mingana menyatakan bahwa sudah tiba saatnya untuk

melakukan kritik teks terhadap Al-Qur‟an sebagaimana telah dilakukan kritik

terhadap kitab suci Yahudi yang berbahasa Ibrani-Arami dan kitab suci

Kristen yang berbahasa yunani.88

Pernyataannya tersebut meskipun

menyesatkan, tidak serta-merta ditanggapi dengan membabi buta.89

Peneliti

menduga bahwa pernyataan tersebut keluar akibat dari kitab suci Yahudi dan

Kristen yang diyakini sudah banyak terdapat campur tangan manusia,

sebagaimana cendekiawan Kristen telah lama meragukan autentisitas Bibel.

Pernyataan di atas ternyata cukup memikat sehingga banyak diikuti oleh

orientalis belakangan lainnya.

Mingana tercatat bukan orang yang pertama kali melontarkan gagasan

semacam itu dan ia juga tidak sendirian. Pada tahun 1834, jauh sebelum

Mingana, Gustav Flugel (1802-1870 M) seorang orientalis Jerman (tepatnya

Leipzig), menerbitkan mushaf hasil renungan dan kajian filologinya yang

berjudul Corani Textu Arabicus. Setelah masa Flugel kemudian datang

Noldeke.90

86

Ibid., hlm. 75. 87

Ibid., hlm. 76. 88

Ibid. 89

Hamka, Studi Islam, (Jakarta: 1985), hlm. 12. 90

Arif, Syamsuddin, Al-Qur‟an: Orientalis dan Luxenberg, hlm 11.

Page 73: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

55

Selain beberapa tokoh di atas, Sir William Munir (1819-1905 M)

menyusun surah berdasarkan kronologi pewahyuan Al-Qur‟an dalam

karyanya yang berjudul Life of Mohamet (1858-1861 M). Karyanya itu

dimuat dalam esai yang berjudul Sourches for the Biography of Mohamet.

Selanjutnya, ia mengungkapkan dengan lebih lengkap dalam The Coran: Its

Composition and Teaching; and the Testimony Its Bears to the Holy

Scriptures.91

Pada tahun 1937 muncul orientalis asal Australia yang pernah

mengajar di American University, Kairo, dan menjadi guru besar di Columbia

University. Ia adalah Arthur Jeffery (w. 1959 M) yang berupaya

mendekontruksi Mushaf Utsmani dengan membuat mushaf baru. Hal ini

berdasar pada kitab Al-Mushahif karya Ibnu Abi Dawud Al-Sijastani yang ia

anggap sebagai bacaan-bacaan dalam mushaf tandingan dan disebut rivAl

codices. Usaha kerasnya ini merupakan kelanjutan dari upaya Gotthelf

Bergstrasser dan Otto Pretzl yang mengumpulkan foto-foto lembaran

manuskrip Al-Qur‟an dengan membuat edisi kritis. Akan tetapi upaya mereka

gagal, karena dokumen-dokumen tersebut terbakar pada peristiwa Perang

Dunia II.92

Dari pemaparan di atas dapat diambil titik terang dan kejelasan,

bahwa sebenarnya sudah lama sekali sejak abad ke-XII kaum orientalis sudah

berusaha dan mencanangkan untuk menyerang Agama Islam dari segi

keilmuan dan ideologinya. Berawal dari keinginan kaum orientalis untuk

mengkaji Agama Islam secara mendalam, bahkan sampai ke akarnya.

Akhirnya peluang demi kesempatan sangat besar bagi kaum orientalis untuk

mengubah sebagian konten atau redaksi sebuah hadits atau ayat Al-Qur‟an.

Bisa juga menambahi ayat atau hadis yang awalnya tidak ada. Sangat jelas

91

Ibid. 92

Ibid., hlm. 79-80.

Page 74: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

56

bahwa sisi kelemahan Umat Islam adalah dijauhkan dari dua pedoman, yaitu

Al-Qur‟an dan Al-hadis. Karena jika Umat Islam dijauhkan dari kedua

sumber pedoman dan tuntunan dalam menjalani kehidupan, maka kehancuran

dan fitnah yang terjadi tetapi ada hikmah dibalik semua yang terjadi pada

Agama Islam atas serangan kaum orientalis. Hal ini mendorong Umat Islam

untuk lebih antusias dan semangat untuk menkaji Al-Qur‟an dan Al-Hadits.

Page 75: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

57

BAB 3

MODEL MUNASABAH AL-QUR’AN DALAM TAFSIR AL-MISHBAH

A. Metode Menyingkap Munasabah Al-Qur’an

Menurut Manna‟ Al-Qaththan, kajian menyingkap Munasabah Al-

Qur‟an antara ayat-ayat bukanlah tauqifi (sesuatu yang ditetapkan

Rasulullah), melainkan hasil ijtihad mufassir sebagai buah penghayatan

terhadap kemukjizatan Al-Qur‟an, rahasia retorika, dan segi keterangannya

yang mandiri, apabila korelasi itu maknanya halus, konteksnya harmonis, dan

asas-asas kebahasaannya sesuai korelasi (Munasabah) itu dapat diterima. Ini

bukan berarti bahwa para mufassir harus mencari kesesuaian setiap ayat.

Karena Al-Quran turun secara bertahap dan sesuai dengan peristiwa-peristiwa

yang terjadi. Seorang mufassir terkadang dapat membuktikan Munasabah

antara ayat dan terkadang juga tidak. Oleh sebab itu, ia tidak perlu

memaksakan diri untuk menemukan kesesuaian. Jika demikian, kesesuaian

itu hanyalah sesuatu yang dibuat-buat dan tidak patut.93

Dalam Rasm Utsmani secara umum peletakan surah dan ayat di dalam

mushaf Al-Qur‟an tidak menurut urutan turunnya, seperti surah Al-„Alaq (96)

ayat 1-5 turun pertama kali, akan tetapi di dalam mushaf diletakkan pada

akhir-akhir mushaf. Kemudian surah Al-Baqarah yang merupakan turun di

madinah pada akhir-akhir Rasulullah menerima wahyu, tapi di dalam mushaf

diletakkan pada awal mushaf.

Mengenai hal ini, M. Quraish Shihab memberikan gambaran yang

menarik berkenaan dengan penilaian baik dan buruk suatu sitematika uraian

93

Al-Qaththan, Mana‟, Mabahits fi „Ulum Al-Qur‟an, (Riyadh: Mansyurat Al-Ashr Al-

Hadits, 1983 M/1393H), hlm. 78.

Page 76: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

58

yang berkaitan erat dengan tujuan yang ingin dicapai oleh penyusunnya.

Berikut ini perumpamaan yang diberikan:

Jika anda memiliki tiga orang saudara, kemudian seseorang bertanya

kepada Anda Siapa mereka dalam rangka mengetahui siapa yang tertua,

sewajarnya Anda menyebut si A, kemudian B, lalu C, sesuai dengan urutan

masa kelahirannya. Tetapi, jika tujuan penanya untuk mengetahui siapa yang

termuda, penyebutan nama-nama harus terbalik. Lain lagi apabila si

penanyaingin mengetahui siapa yang terpandai, atau terkaya, demikian

seterusnya. Kalau demikian, lanjut M. Quraish Shihab, sebelum melakukan

penilaian terhadap sistematika perurutan ayat-ayat Al-Qur‟an, terlebih

dahulu diketahui apa misi dan tujuan Al-Qur‟an.94

Sejumlah pertanyaan ini penting karena urutan ayat-ayat Al-Qur‟an

terkesan tidak sestematis jika diukur dengan kaca mata karya ilmiah.

Misalnya dalam Surah Al-Baqarah terdapat bahasan mengenai keharaman

makanan tertentu, ancaman terhadap orang yang menyembunyikan ilmu,

anjuran bersedekah, kewajiban menegakkan hukum, berwasiat sebelum

meninggal, dan kewajiban berpuasa. Sepintas semua persoalan itu tidak

mempunyai keterkaitan antara satu dan lainnya. Hal ini dijadikan celah oleh

kalangan tertentu untuk mengkritik Al-Qur‟an. Namun, di balik itu semua,

para pengkaji Al-Qur‟an justru menemukan ilmu baru tentang urutan dan

susunan Al-Qur‟an yang terkenal dengan kajian Munasabah.

94

M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan Isyarat Ilmiah

dan Pemberitaan Ghaib, (Bandung: Mizan, 200), hlm 245.

Page 77: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

59

M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa ulama terdahulu pada

umumnya menempuh satu di antara tiga cara berikut dalam menjelaskan

hubungan antara ayat:95

1. Mengelompokkan sekian banyak ayat dalam satu kelompok tema,

kemudian menjelaskan hubungannya dengan kelompok ayat-ayat

berikutnya. Misalnya Tafsir Al-Manar dan Al-Maraghi.

2. Menemukan tema sentral dari satu surah lalu mengembalikanuraian

kelompok ayat-ayat kepada tema sentral itu. Misalnya, Tafsir Mahmud

SyAlthuth.

3. Menghubungkan ayat dengan ayat sebelumnya dan menjelaskan

keserasiannya.

Jika ditinjau dari segi sifat, Munasabah terbagi menjadi dua. Pertama,

persesuaian yang nyata (zhahir Al-irtibath). Artinya, persesuaian antara

bagian Al-Qur‟an yang satu dan lainnya tampak jelas dan kuat karena ada

kaitan yang erat antar kalimat. Kedua, persesuaian yang samar (khafi Al-

irtibath). Artinya, persesuaian antara bagian Al-Qur‟an yang satu dan lainnya

tampak samar, bahkan antarayat.96

Pada bagian pertama, Munasabah adakalanya berupa penguat,

penafsir, penyambung, dan penjelas. Misalnya, QS. Al-Isra‟ (17): 1-2. Ayat

satu menerangkan tentang Isra‟ Mi‟raj Nabi Muhammad, sedangkan ayat dua

menjelaskan diturunkannya kitab Taurat kepada Nabi Musa. Kesesuaian pada

dua ayat ini dapat dilihat dari sisi diutusnya Nabi Muhammad dan Nabi Musa.

Sementara itu pada bagian kedua, bisa dilihat dalam QS. Al-Baqarah (2): 189-

190. Pada ayat 189 menerangkan bulan tsabit (jadwal ibadah haji), sedangkan

ayat 190 menerangkan perintah memerangi orang-orang yang memerangi

islam. Meskipun antara ayat 189 dan 190 tampak tidak ada relevansinya. Jika

95

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah,

(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 144. 96

Ibid.

Page 78: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

60

ditadaburi lebih lanjut, akan didapatkan pemahaman bahwa pada waktu haji

umat Islam dilarang berperang. Namun, jika diserang, harus dibalas,

meskipun pada musim haji.97

B. Urgensi, Fungsi, dan Kegunaan Memahami Ilmu Munasabah serta

Upaya Pengembangannya

Kajian tentang Munasabah sangat diperlukan dalam penafsiran Al-

Qur‟an untuk menunjukkan keserasian antara kalimat dengan kalimat dalam

satu ayat, keserasian, keserasian antara satu ayat dengan ayat berikutnya,

bahkan juga keserasian antara satu surah dengan surah berikutnya. Tatkala

menemukan ayat-ayat yang sepertinya tidak punya kaitan sama sekali,

sebagian orang yang tidak mengerti Munasabah akan langsung

mempertanyakan kenapa penyajian Al-Qur‟an melompat-lompat dari satu

masalah ke masalah lain, atau dari satu tema ke tema lain secara tidak

sistematis. Setelah mengetahui Munasabah, tentu orang yang terburu-buru

menilai seperti itu akan segera menarik pandangannya dan menyadari betapa

Al-Qur‟an tersusun dengan sangat serasi dan sistematis, tetapi tentu saja

berbeda dengan sistematika buku-buku dan karya ilmiyah buatan manusia.

Para ahli tafsi biasanya memulai penafsirannya dengan menggunakan

asbab Al-nuzul. Sebagian dari mereka biasanya bertanya-tanya, mana yang

lebih baik apakah memulai penafsiran dengan mendahulukan asbab Al-nuzul

atau Munasabah.

97

Ibid., hlm. 144-145.

Page 79: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

61

Menurut Asy-Suyuthi, ilmu Munasabah adalah ilmu yang sangat

penting dalam penafsiran Al-Qur‟an, tetapi hanya sedikit diantara para

mufassir yang memberikan perhatiannya karena ilmu ini sangat memerlukan

ketelitian dan kejelian. Diantara mufassir yang banyak memberikan perhatian

terhadap ilmu Munasabah adalah Imam Fakhruddin Ar-Razi. Ar-Razi

menyatakan, sebagian besar rahasia yang tersembunyi dari Al-Qur‟an

tersimpan dalam persoalan urutan surah dan ayat serta kaitan antara satu sama

lain. khusus tentang surah Al-Baqarah, Ar-Razi menyatakan bahwa siapa saja

yang memperhatikan rahasia susunan ayat-ayat dalam surah ini akan

mengetahui bahwa Al-Qur‟an, tidak hanya mukjizat dari segi kefasihan lafal-

lafalnya dan kehebatan isinya, tetapi juga mukjizat dari segi susunan surah

dan ayat-ayatnya.98

Sehubungan dengan itu, Al-Khaththabi juga berpendapat sebagaimana

dikutip Hasani Ahmad Said, bahwa tujuan bergabungnya berbagai persoalan

di dalam satu surah adalah agar pembaca dapat memperoleh banyak petunjuk

dalam waktu yang singkat. Salah satu tujuan diungkapkannya aneka ragam

persoalan yang terdapat dalam satu surah adalah agar pembaca tidak jenuh.

Secara fitrah, manusia sering sekali mengalami kebosanan jika berhadapan

dengan persoalan yang monoton.99

Naskah teks Al-Qur‟an menurut Mushaf Utsmani tidaklah disusun

berdasarkan kronologis turunnya. Hal ini yang kemudian melahirkan satu

ilmu tersendiri yang dikenal dengan kajian Munasabah. Secara bahasa,

Munasabah berarti musyakAlah (keserupaan) dan muqarabah (kedekatan),

sedangkan secara istilah, Munasabah berarti pengetahuan tentang berbagai

hubungan di dalam Al-Qur‟an, baik antarayat maupun antarsurah, bukan

kronologis historis dari bagian-bagian teks, tetapi aspek pertautan antarayat

dan surah menurut urutan teks.100

98

Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013), Cet. 2.,

hlm. 225. 99

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah,

(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 149. 100

Ibid., hlm. 149-150.

Page 80: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

62

Ulama tafsir lain seperti Al-Tabari (w. 1923 M) juga sangat

memperhatikan konteks ayat, dengan mencermati korelasi antarayat

(Munasabah), baik itu ayat sebelum dan sesudahnya, meskipun hanya

beberapa kasus ayat dalam jumlah yang sangat terbatas, tidak semua ayat:

HuwAllazi yusawwirukum fi Al-arhami kaifa yasya.101

Sementara itu, istilah kesatuan Al-Qur‟an muncul dalam kajian Al-

Qur‟an kontemporer, terutama ketika para ahli tafsir memfokuskan kajian

pada topik yang mereka sebut sebagai kesatuan tematis dalam Al-Qur‟an.

Namun, tema dan prinsip-prinsip kajian itu sebenarnya telah ada sejak zaman

awal islam. Tepatnya ketika para ahli tafsir klasik melakukan penelitian yang

serius terhadap kemukjizatanAl-Qur‟an serta meneliti hubungan antara

berbagai ayat dan surah Al-Qur‟an yang kemudian dikenal dengan „ilm Al-

Munasabah fi Al-Qur‟an.102

Sehubungan dengan pembahasan ini, menurut Al-Zarkasyi seperti

yang dikutip Hasani Ahmad Said, mengatakan bahwa Ilmu Munasabah

sangat penting untuk menyingkap keistimewaan Al-Qur‟an. Karena

memperlihatkan keserasian ayat-ayat yang terkesan tidak mempunyai

keterkaitan. Oleh karena itu, sebagian pakar menegaskan hal tersebut sebagai

bagian yang inheren dengan kemukjizatan Al-Qur‟an. Al-Suyuthi bahkan

terkesan menganggap Munasabah sebagai aspek yang paling dominan dari

keistimewaan Al-Qur‟an. ketika mengidentifikasi keistimewaan Al-Qur‟an, ia

berhasil menemukan tiga belas poin dan tujuh di antaranya mengambil bentuk

Munasabah.103

Pada posisi seperti ini, mayoritas ulama berkesimpulan bahwa urutan

yang ada dalam mushaf bersifat tauqifi, yaitu proses susunan ayat dan surah

berdasarkan ketetapan wahyu melalui Nabi. Proses seperti itu diyakini bahwa

Al-Qur‟an yang semula utuh ketika berada di Lauh Mahfudzh yang kemudian

diturunkan secara berangsur-angsur sesuai peristiwa yang

101

Ilyas, Hamim, Studi Kitab Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2004), hlm. 38. 102

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah,

(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 150. 103

Ibid.

Page 81: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

63

melatarbelakanginya dan disusun seperti sediakala. Syekh Mushthafa Shadiq

Al-Rafi‟i (w. 1937 H) mengumpamakan susunan Al-Qur‟an laksana kesatuan

anggota tubuh yang sangat kokoh dan sempurna. Tidak ada satu huruf atau

harakat pun dalam Al-Qur‟an yang tidak dipilih dan ditempatkan dengan cara

yang menakjubkan.104

Al-Zarkasyi menilai ilmu ini didasarkan kepada keyakinan bahwa Al-

Qur‟an ibarat bangunan yang bagian-bagiannya saling menguatkan. Ia

laksana kesatuan kalimat yang tidak bisa dilepaskan antara satu dengan yang

lain, karena berfungsi untuk menguji keshahihan struktur kalimat. Di samping

itu, ilmu ini menjadikan setiap bagian kalimat berkaitan dan saling

menyempurnakan satu sama lain. dengan kata lain, ilmu ini sangat penting.

Oleh sebab itu, kajian pertama yang harus diperhatikan menurut Al-Zarkasyi

adalah menjelaskan posisi setiap ayat apakah berhubungan, menyempurnakan

ayat yang sebelumnya, atau bersifat independen dan bagaimana hubungan

ayat yang independen tersebut dengan ayat sebelumnya.105

Rahmawati dalam karyanya yang berjudul Munasabah al-Ayat wa al-

Suwar menyimpulkan:106

a. Pengetahuan tentang Munasabah sangat urgen dalam upaya

menginterprestasikan Al-Qur‟an secara akurat. Hal ini tersebut

dikarenakan Al-Qur‟an merupakan satu kesatuan yang utuh, memiliki

ketertarikan antara satu dengan yang lainnya yang dikenal dalam ilmu Al-

Qur‟an dengan istilah Munasabah Al-ayat wa Al-suwar.

b. Perekembangan ilmu Munasabah pada awalnya dicanangkan oleh Abu

Imam Abu baker al-naisabury, akan tetapi tidak mendapat

perhatian/respon yang serius dari para pemerhati Al-Qur‟an. baru pada

perkembangan selanjutnya ada sebagian ulama yang mengkhususkan

menulis tentang Munasabah diantaranya: Abu Ja‟far Ibn Zubair (w. 708

104

Ibid., hlm. 151. 105

Hanafi, M. Mukhlis, Urgensi Memahami Ilmu Muasabah, hlm. 2. 106

Rahmawati, Munasabat al-Ayat wa al-Suwar, (Makassar: Jurnal Adabiyah Vol. XIII No.

2, 2015), hlm. 156-157.

Page 82: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

64

H.) dengan kitabnya Al-burhan fi munasabat Tartib Al-Suwar Al-Qur‟an,

Ibrahim ibn Umar Al-Biqa‟i (809-885 H.) dengan kitabnya Tanasuq Al-

Durar fi Tanasub Al-Suwar, Fakhr al-Din al-Razi dalam kitabnya Tafsir

Al-Kabir (yang juga disebut dengan Mafatih al-Ghaibi), Sayyid Qutub

dalam Tafsir Fi ZilAl Al-Qur‟an, Al-Itqan fi Ulum Al-Qur‟an, karya al-

Suyuthi tepatnya pada juz II, Al-Burhan fi Ulum Al-Qur‟an karya Manna‟

al-Qattan, yang mengkaji ini sebagai pendamping dari kajian tentang Al-

Asbab Al-nuzul, judul yang sama karya Dr. Subhi al-Shalih yang juga

membahas Munasabah ini sebagai sub bahasan dari al-Asbab Al-nuzul, dan

sekian banyaknya kitab yang mengkaji masalah Al-Qur‟an dan susunan

Al-Qur‟an baik dari segi tartib al-nuzulnya ataupun tartib Al-Mushafnya.

Menurut Asy-Suyuthi dalam buku Kuliah Ulumul Qur‟an karya

Yunahar Ilyas, bahwa ilmu Munasabah adalah ilmu yang sangat penting

dalam penafsiran Al-Qur‟an, tetapi hanya sedikit diantara para mufassir yang

memberikan perhatiannya karena ilmu ini sangat memerlukan ketelitian dan

kejelian. Diantara mufassir yang banyak memberikan perhatian terhadap ilmu

Munasabah adalah Imam Fakhruddin Ar-Razi. Beliau menyatakan, sebagian

besar rahasia yang tersembunyi dari Al-Qur‟an tersimpan dalam persoalan

urutan surah dan ayat serta kaitan antara satu sama lain. khusus tentang surah

Al-Baqarah, Ar-Razi menyatakan bahwa siapa saja yang memperhatikan

rahasia susunan ayat-ayat dalam Surah ini akan mengetahui bahwa Al-

Qur‟an, tidak hanya mukjizat dari segi kefasihan lafal-lafalnya dan kehebatan

isinya, tetapi juga mukjizat dari segi susunan surah dan ayat-ayatnya.107

Ada tiga arti penting dari Munasabah sebagai salah satu metode dalam

memahami dan menafsirkan Al-Qur‟an. pertama, dari sisi balaghah, korelasi

antara ayat dengan ayat menjadikan ayat-ayat Al-Qur‟an utuh dan indah. Bila

dipenggal maka keserasian, kehalusan, dan keindahan kalimat yang teruntai

didalam setiap ayat akan menjadi hilang. Kedua, ilmu Munasabah dapat

memudahkan orang dalam memahami makna ayat atau surah. Tanpa

107

Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013), Cet. 2.,

hlm. 225.

Page 83: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

65

memahami kaitan antara satu kalimat dengan kalimat berikutnya dalam satu

ayat, atau kaitan antara satu ayat dengan ayat berikutnya, bisa saja seorang

yang membaca Al-Qur‟an tidak dapat menangkap keutuhan makna, bahkan

dapat menimbulkan kesalahan dalam pemaknaan seperti yang sudah

dijelaskan dalam bagian sebelumnya. Ketiga, ilmu Munasabah sangat

membantu seorang mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an,

sehingga dapat menjelaskan keutuhan makna ayat atau kelompok ayat. Juga

dapat menjelaskan keserasian antara kalimat dengan kalimat dan ayat dengan

ayat, bahkan antara surah dengan surah. Ilmu Munasabah akan sangat

membantu terutama dalam istinbath hukum.108

C. Karakteristik Munasabah dan Jenis-Jenisnya dalam Tafsir Al-Mishbah

Untuk menanggapi ayat-ayat Al-Qur‟an yang terkesan telah tersusun

sedemikian rupa dalam Mushaf Utsmani, M. Quraish Shihab

memperkenalkan tafsirnya yang banyak membahas tentang Munasabah.

Kepiawaiannya mengungkap ayat dan surah dari sisi Munasabah sudah tidak

diragukan lagi. Selain itu, ia juga menguasai ilmu tafsir dan hal ini telah

terbukti dalam disertasinya yang engangkat manuskrip (makhthuthat) karya

Ibnu Umar Al-Biqa‟iyang kental dengan Munasabah Al-Qur‟an.109

Dalam disertasi Quraish Shihab, ia memilih untuk membahas masalah

korelasi antara ayat-ayat dan surah-surah Al-Qur‟an sebagai fokus

penelitiannya. Sebagai kasus, ia memilih kitab Nazhm Al-Durar fi Tanasub

Al-Ayat wa Al-Suwar, karangan Ibrahim bin Umar Al-Biqa‟i (809-885

H/1406-1480).110

M. Quraish Shihab mengatakan,“saya tertarik dengan tokoh ini

karena ia hampir terbunuh gara-gara kitab tafsirnya.” Al-Biqa‟i juga dinilai

oleh banyak pakar sebagai ahli tafsir yang berhasil menyusun suatu karya

108

Ibid., hlm. 225-226. 109

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah,

(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 155. 110

Ibid.

Page 84: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

66

yang sempurna dalam masalah korelasi antara ayat-ayat dan surah-surah Al-

Qur‟an. Ada juga yang menilai bahwa kitab tafsirnya merupakan ensiklopedia

engenai Munasabah Al-Qur‟an.111

Ia melanjutkan dengan menyatakan, “Mayoritas ulama masa lalu

melupakan rahasia urutan lafal, ayat-ayat, dan surah-surah. Meskipun ada Al-

Imam Fakhr Ar-Razi, ia hanya dominan pada segi ilmiah-filosofis sehingga

belum mencapai apa yang diharapkan. Selanjutnya, datang Al-Imam Abu

Ja‟far bin Al-Zabir dan Al-Imam Al-Suyuthi. Namun, keduannya terbatas

pada penjelasan Munasabah surah-surah Al-Qur‟an dan tidak menyingkap

rahasia yang ada pada urutan ayat-ayat serta hubungannya antara lafal-lafal

yang ada pada surah satu dan yang lainnya. Setelah itu datang Burhanuddin

Abu Al-Hasan Ibrahim bin Umar Al-Biqa‟i(809-885 H/1406-1480 M) yang

memiliki perhatian khusus dalam masalah korelasi antara ayat-ayat Al-Qur‟an

ia mengungkap rahasia urutan ayat dan lafal Al-Qur‟an secara detail dalam

karyanya yang berjudul Nazhm Al-Durar fi Tanasub Al-Ayat wa Al-Suwar

dan dinilai sebagai ensiklopedia tentang Munasabah Al-Qur‟an .112

M. Quraish Shihab berpendapat bahwa masalah korelasi antara ayat-

ayat Al-Qur‟an ini layak mendapat perhatian khusus. Ia memiliki dua alasan

mengenai hal tersebut, yaitu maraknya isu sumbang mengenai Al-Qur‟an dan

terjadinya penafsiran yang bersifat parsial. Implikasi dari model penafsiran

seperti ini telah melahirkan konflik, khususnya seperti golongan Sunni dan

Mu‟tazilah. Kedua golongan itu mempunyai kesimpulan yang bertentangan

secara ekstrem, padahal mereka sama-sama mendasarkan diri pada Al-

Qur‟an, bahkan pada ayat yang sama. Jadi, melalui pembahasan tentang

korelasi ayat-ayat ini akan didapatkan suat pemahaman terhadap Al-Qur‟an

sebagai keutuhan yang saling terkait.113

111

Ibid., hlm. 155-156. 112

Ibid., hlm. 156. 113

Ibid., hlm. 156.

Page 85: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

67

Sementara itu, dalam pengantar Tafsir Al-Mishbah, M. Quraish

Shihab mengemukakan enam keserasian hubungan bagian-bagian Al-Qur‟an.

Keserasian yang dimaksud adalah114

1. Keserasian kata demi kata dalam satu surah.

2. Keserasian kandungan ayat dengan fashilah (penutup ayat).

3. Keserasian hubungan ayat dengan ayat berikutnya.

4. Keserasian uraian awal/mukadimah satu surah dengan penutupnya.

5. Keserasiaan penutup surah dengan uraian awal (mukadimah) surah

sesudahnya.

6. Keserasian tema surah dengan nama surah.

Adapun dalam penjelasan mengenai Munasabah yang lain, M.

Quraish Shihab menambah satu keterangan lagi, yaitu hubungan kandungan

surah dengan surah berikutnya. Keserasian yang dimaksud adalah hubungan

kata demi kata dalam satu ayat, hubungan antara kandungan ayat dan fashilah

(penutup ayat), hubungan ayat dengan ayat berikutnya, hubungan mukadimah

satu surah dengan penutupnya, hubungan penutup satu surah dengan

mukadimah surah berikutnya, serta hubungan kandungan surah dengan surah

sesudahnya.115

Menurut Muhlis M. Hanafi yang mengutip pendapat Ibrahim Syarif,

guru besar tafsir di Fakultas Dar Al-Ulum, Universitas Kairo, ulama tafsir

yang paling berhasil menerapkan esensi dan prinsip dari tafsir filologis

(ittijah adabi atau/bayani) adalah Ibrahim bi Umar Al-Biqa‟idalam karyanya

yang berjudul Nazhm Al-Durar fi Tanasub Al-Ayat wa Al-Suwar. M. Quraish

Shihab sangat terpengaruh oleh pemikiran ulama asal lebanon ini.

Perkenalannya yang sangat intensif dengan ulama ini terjadi pada tahun 1980

ketika M. Quraish Shihab melakukan penelitian terhadap karyanya dalam

114

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, hlm.

xx-xxi. 115

M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan Isyarat Ilmiah

dan Pemberitaan Ghaib, (Bandung: Mizan, 2000), hlm 247.

Page 86: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

68

rangka menyusun disertasi untuk meraih gelar doctor. Warna ini sangat kental

dalam tafsir M. Quraish Shihab, terutama dalam tafsir tahlili-nya.116

Sementara itu, para ahli Al-Qur‟an membagi bahasan Munasabah ke

dalam delapan model. Beberapa diantaranya cukup mahsyur.117

1. Hubungan antara satu surah dan surah sebelumnya. Satu surah berfungsi

menjelaskan surah sebelumnya. Misalnya, QS. Al-Fatihah (1): 6

menyebutkan: Tnjukilah kami jalan yang lurus. Ayat ini kemudian

dijelaskan oleh QS. Al-Baqarah (2): 2 yang menyebutkan: Kitab (Al-

Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang

bertakwa.

2. Hubungan antara nama surah dan isi atau tujuan surah. Misalnya,

penamaan Surah Al-Baqarah (sapi betina) karena di dalamnya terdapat

ayat yang berbicara tentang sapi betina.

3. Hubungan antara fawatih Al-suwar (ayat pertama yang terdiri dari

beberapa huruf) dan isi surah. Di sini fawatih al-suwar bisa dilacak dari

sisi kemukjizatan Al-Qur‟an dan hitungan ayat.

4. Hubungan antara ayat pertama dan ayat terakhir dalam satu surah.

Misalnya, QS. Al-Muminun (23): 1 yang dimulai dengan: sungguh

beruntung orang-orang yang beriman, diserasikan dengan bagian akhir

surah yang berbunyi: sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak akan

beruntung. (QS. Al-Mu‟minun (23): 117).

5. Hubungan antara satu ayat dan ayat lain dalam satu surah. Misalnya, QS.

Al-Baqarah (2): 2 yang berbicara tentang orang-orang yang bertakwa

kemudian pada tiga ayat berikutnya menjelaskan tentang kriterianya.

6. Hubungan antara kalimat dan kalimat lain dalam satu ayat. Misalnya, QS.

Al-Fatihah (1) ayat 1: Dengan nama Allah yang kemudian dijelaskan

116

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah,

(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 157-158. 117

Qaththan, Manna‟, Mabahits fi „Ulum AL-Qur‟an, (Manshurat Al-Ashr Al-Hadits, 1973),

hlm. 97-99.

Page 87: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

69

dengan kalimat berikutnya: Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Begitu pula dengan ayat selanjutny: Segala puji bagi Allah yang kemudian

dijelaskan dengan kalimat berikutnya: Tuhan seluruh alam.

7. Hubungan antara fashilah dan isi ayat. Misalnya, QS. Al-Ahzab (33) ayat

25: Cukuplah Allah (yang menolong) menghindarkan orang-orang

mukmin dalam peperangan yang kemudian ditutup dengan: Dan Allah

Maha Kuat, Maha Perkasa.

8. Hubungan antara penutup surah dan awal surah. Misalnya, Surah Al-

Waqi‟ah (56) ayat 96: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama

Tuhanmu Yang Maha Besar yang kemudian disambut oleh Surah Al-

Hadid (57) ayat 1-2: Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada

Allah. Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Milik-Nyalah

kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia

Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Hasani Ahmad Said dalam bukunya Diskursus Munasabah Al-Qur‟an

dalam Tafsir Al-Mishbah mengatakan ada jenis-jenis Munasabah yang lebih

ditonjolkan dalam Tafsir Al-Mishbah antara lain: Jenis Munasabah yang

banyak dikaji adalah Munasabah antara surah dan surah sebelumnya,

Munasabah awal uraian surah dengan akhir uraian surah, Munasabah antara

awal surah dan akhir surah sebelumnya, tema surah dengan nama atau

kandungan surah, hubungan ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu

surah, dan penutup surah dengan uraian awal surah setelahnya. Sementara itu,

kajian ayat banyak mengungkap tentang Munasabah antara kalimat dan

kalimat dalam ayat serta Munasabah antara ayat dan ayat dalam satu surah.

Meskipun demikian, penulis tidak mengecualikan model Munasabah lainnya

yang diungkap oleh M. Quraish Shihab.118

Sehubungan dengan itu, M. Quraish Shihab tidak menempatkan

Munasabah di satu tempat tertentu. Ia menempatkannya hampir di setiap awal

118

Ibid., hlm. 160.

Page 88: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

70

surah yang dikaitkan dengan ayat atau surah sebelumnya serta di akhir surah

yang dikaitkan dengan awal surah dan surah berikutnya. Ia terkadang juga

menempatkan Munasabah pada bagian makna global (Al-Ma‟na Al-jumAli)

dan penjelasan ayat per ayat. Penempatan Munasabah tidak di satu tempat

tertentu juga banyak dilakukan oleh para mufassir pada umumnya. Namun,

salah satu mufassir yang menempatkan Munasabah dalam satu bagian

tertentu adalah Muhammad Ali Al-Shabuni dalam Shafwah Al-Tafsir.119

Begitu pula dengan Al-Qur‟an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan)

karya Departemen Agama RI yang terdiri atas sepuluh jilid, Munasabah

ditempatkan dalam satu bahasan.120

D. Pola dan Pendekatan

Al-Qur‟an yang terdiri dari atas 30 juz dan 114 surah memiliki gaya,

susunan, serta system penulisan yang berbeda dengan buku-buku pada

umumnya. Hal itu karena Al-Qur‟an merupakan kitab petunjuk dan memiliki

mukjizat.121

Adapun pola Munasabah yang ditampilkan oleh M. Quraish Shihab di

dalam tafsirnya memiliki bentuk. Pertama, pola Munasabah yang

ditampilkan tidak jauh berbeda dari apa yang dikemukakan oleh para ahli

ilmu Al-Qur‟an, seperti Al-Zarkasyi dan Al-Suyuthi. Kedua, pola Munasabah

antara suatu surah dan surah sebelumnya berkisar pada pembuka surah,

penutup surah, serta hubungan antara awal surah dan akhir surah.122

119

Ibid. 120

Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, edisi yang disempurnakan, (Jakarta:

Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, 2004). 121

Ibid., hlm. 161. 122

Ibid., hlm. 162.

Page 89: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

71

Dengan penggunaan pola Munasabah seperti itu di dalam tafsirnya,

M. Quraish Shihab tentu memiliki alasan-alasan tersendiri.123

1. Ia lebih mengedepankan aspek Munasabah daripada sisi penamaan surah

(tamtsiliyyah Al-surah). Ia selalu mengaitkan suatu surah dengan akhir

ayat surah sebelumnya. Meskipun demikian, ia tidak luput menjelaskan

penamaan surah, perdebatan mengenai nama surah, dan kategorisasi surah

apakah Makkiyah atau Madaniyah.

2. M. Quraish Shihab tidak memaksakan diri untuk menguraikan setiap ayat

yang telah dikelompokkan untuk dicari sisi Munasabahnya.

3. Dengan melihat beberapa indikasi model penafsirannya, Tafsir Al-Mishbah

lebih dominan menggunakan Munasabah antarsurah, baik awal maupun di

akhir. Hal itu dilakukan karena M. Quraish Shihab tidak memaksakan diri

untuk mencari sisi Munasabah masing-masing peralihan ayat.

4. Sosok Al-Biqa‟i sangat berpengaruh terhadap cara pandang dan penerapan

Munasabah dalam Tafsir Al-Mishbah. Oleh sebab itu, ketika membaca

pembahasan mengenai Munasabah, Al-Biqa‟i menjadi sosok yang lekat

dengan tafsir tersebut. Meskipun demikian, bukan berarti M. Quraish

Shihab menafikan mufassir lainnya.

Salah satu kelebihan Tafsir Al-Mishbah dalam mengurai Munasabah

adalah adanya penyesuaian dengan konteks yang M. Quraish Shihab alami.

Ketika sedang berada di Mesir, ia mengaitkan aspek Munasabah dengan

sosial budaya setempat. Begitu pula ketika sedang berada di Indonesia, aspek

Munasabah dikaitkan dengan sosial budaya Indonesia. Di sisi lain, ada

banyak ayat atau surah yang tidak bisa diMunasabahkan. Oleh karena itu, ia

merujuk kepada mufassir-mufassir yang sudah ada sebelumnya.

123

Ibid., hlm. 162-163.

Page 90: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

72

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa

penerapan aspek Munasabah oleh M. Quraish Shihab tidak jauh berbeda

dengan mufassir pada masa sebelumnya, hanya saja ia lebih banyak meramu

banyak pendapat mufassir lainnya yang kemudian dikemukakan kembali

dengan perspektif yang lebih menarik.

E. Ragam Kajian Munasabah dalam Tafsir Al-Mishbah

Tafsir Al-Mishbah memiliki dua tela‟ah model Munasabah. Pertama,

model Munasabah ayat yang ditelisik melalui enam spesifikasi, yaitu

Munasabah antara ayat dan ayat dalam satu surah, antara satu ayat dan

fashilah (penutupnya), antara kalimat dan kalimat dalam ayat, antara kata

dalam satu ayat, antara kalimat dalam satu ayat, serta ayat pertama dan ayat

terakhir, dalam satu surah. Kedua model Munasabah surah yang ditelisik

melalui delapan spesifikasi, yaitu Munasabah antara surah dan surah

sebelumnya, antara awal surah dan akhir uaraian surah, antara awal surah dan

akhir surah sebelumnya, antara tema surah dan nama surah, antara penutup

surah dan uraian awal surah berikutnya, antara kisah satu dan kisah lainnya

dalam satu surah, antara surah satu dan surah lainnya, serta antara fawatih al-

suwar dan isi surah.124

Mengungkap ragam Munasabah Al-Qur‟an, tentu sangat banyak

model dan jenisnya. Namun, yang paling populer dan umum dikenal oleh

masyarakat luas adalah Munasabah antarayat dan antarsurah. Itulah sebabnya

mengapa ilmu Munasabah ini dikenal dengan istilah Al-Munasabah bi al-ayat

wal al-suwar (Munasabah antarayat dan antarsurah). Atas dasar itu pula,

pembahasan lebih lanjut akan fokus kepada hubungan antarayat dan

124

Ibid., hlm. 164.

Page 91: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

73

antarsurah. Meskipun demikian, tidak berarti pembahasan lainnya, seperti

hubungan antar huruf, akan dikesampingkan.125

M. Quraish Shihab mengurai tiga langkah dalam memahami

Munasabah, yaitu mengelompokkan sekian banyak ayat dalam satu kelompok

kemudian menjelaskan hubungannya dengan kelompok ayat-ayat berikutnya,

menemukan tema sentral satu surah kemudian mengembalikan uraian

kelompok ayat-ayat tersebut kepada tema sentralnya, dan menghubungkan

ayat dengan ayat sebelumnya kemudian menjelaskan keserasiannya.126

125

Ibid., hlm. 164-165. 126

Ibid., hlm. 165.

Page 92: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

74

BAB IV

TELA’AH PENERAPAN MUNASABAH SURAH AR-RAHMAN

DALAM TAFSIR AL-MISHBAH

A. Munasabah Ayat

1. Munasabah antarayat dalam Surah

a. Ayat 1-72

Kelompok 1: Ayat 1-30

1-2 “Ar-Rahman. Dia-lah yang telah mengajarkan Al-Qur‟an.”127

Allah memulai surah ini dengan menyebut Ar-Rahman, kata ini

menunjukkan betapa agung rahmat dan nikmat serta kuasa-Nya. Sebagai

bentuk limpahan sekelumit sifat-Nya kepada jin dan manusia, agar mereka

meneladani-Nya. Dan mengundang rasa ingin tahu dan tergugah, hingga

mereka mengakui nikmat-nikmat-nikmat dan beriman kepada-Nya.

Kemudian sebagai bantahan terhadap mereka yang enggan mengakui-Nya.

Setelah menyebut nikmat-Nya, Allah mengajarkan Al-Qur‟an kepada siapa

saja yang dikehendaki-Nya.128

3-4 “Dia-lah yang menciptakan manusia. Mengajarkan

ekspresi.”129

Setelah mengajarkan Al-Qur‟an, Allah menciptkan manusia yang

merupakan makhluk paling berpotensi dan membutuhkan tuntunan-Nya.

Selain itu Dia juga mengajarkan ekspresi, yakni kemampuan menjelaskan

127

Ibid., hlm. 277. 128

Ibid. 129

Ibid., hlm. 278.

Page 93: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

75

yang nampak/tidak dalam benaknya, dengan berbagai cara utamanya

dalam bercakap yang baik dan benar.130

5-6 “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan yang

sangat sempurna. dan tumbuh-tumbuhan dan pepohonan keduanya

tunduk.”131

Setelah menyebutkan anugerah tuntunan agama dan potensi diri.

Kini menyebut anugerah-Nya melalui makhluk-Nya dan berada diluar diri

manusia, yakni matahari, bulan, serta tumbuhan tunduk berdasarkan

perhitungan yang sangat sempurna dan ketetapan-Nya yang tanpa cacat.132

7-9 “Dan Dia telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca

supaya kamu jangan melampaui batas dalam neraca, dan tegakkanlah

timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca

itu.”133

Setelah menyebut secara khusus dua benda angkasa, kini Allah

menyebut langit secara umum beserta benda-benda luar angkasa yang

beredar ratusan juta dan bahkan tidak terdeteksi. Karena Dia telah

menetapkan sistem dan meninggikan langit setelah tadinya langit dan bumi

merupakan satu gumpalan. Dan dia secara mantap meletakkan neraca

keadilan supaya mereka menegakkan secara sempurna. Baik menyangkut

hal yang ditimbang maupun diukur, kepada orang lain maupun diri sendiri,

130

Ibid., hlm. 278. 131

Ibid., hlm. 280.

132

Ibid., hlm. 280-281. 133

Ibid., hlm. 282.

Page 94: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

76

sehingga saling menguntungkan. Karena jika mengurangi neraca itu, maka

neraca timbangan amal-amal kamu di akhirat akan berkurang.134

10-12 “Dan bumi diletakkan-Nya untuk makhluk; di dalamnya ada

buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang, dan

biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum aromanya.”135

Setelah menjelaskan keadaan langit dan keseimbangannya, kini

Allah menjelaskan tentang bumi dan sekelumit keadaannya. Dia tidak

hanya menghaparkan, tetapi juga menyiapkan bahan makanan dan

kenyamanan hidup makhluk yang ada di dalamnya.136

M. Quraish Shihab

menafsirkan kata diletakkan-Nya (dihamparkan-Nya).

13 “Maka nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu

berdua ingkari?”137

Setelah yang lalu-lalu menyebut sekian banyak nikmat Allah, kini

dengan nada mengecam/menggugah, Dia berfirman: Jika demikian besar

dan banyaknya nikmat-nikmat-Nya, maka nikmat Tuhan kamu berdua

yang manakah yang kamu berdua ingkari?138

Ayat ini terulang sebanyak

31 kali, dan penyebutan nikmat-nikmat, penyodoran pertanyaan semacam

di atas, mengandung makna keagungan nikmat tersebut serta banyaknya

manfaat yang diraih oleh penerimanya dengan tujuan menggugahnya lebih

bersyukur atau mengecamnya. Karena jika ia tidak bersyukur, merupakan

isyarat ia melampaui batas.

134

Ibid., hlm. 283. 135

Ibid., hlm. 285. 136

Ibid., hlm. 285-286. 137

Ibid., hlm. 287. 138

Ibid.

Page 95: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

77

14-16 “Dia telah menciptakan manusia dari tanah kering seperti

tembikar, dan Dia menciptakan jin dari nyAla api yang murni. Maka

nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?”139

Setelah ayat-ayat yang lalu menyinggung penciptaan alam beserta

isinya, kini Allah menyebutkan secara khusus penciptaan manusia (Adam

as./jenis manusia) dari tanah kering seperti tembikar dan Iblis (sejenis Jin)

dari nyala api.140

17-18 “Tuhan kedua tempat terbit matahari dan Tuhan

(pemelihara) kedua tempat terbenamnya. Maka nikmat Tuhan kamu

berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?”141

Ayat ini kembali menguraikan tentang nikmat penciptaan matahari

yang diuraikan ayat 5 lalu. Bahwa Allah Tuhan Yang Esa pencurah aneka

karunia, serta Pemelihara dan Pengendali kedua tempat terbit dan

terbenam matahari pada musim panas dan dingin.142

19-21 “Dia mengAlirkan dua lautan, lAlu keduannya bertemu;

antara keduanya ada pembatas yang tidak sAling melampaui. Maka,

nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?”143

139

Ibid., hlm. 289. 140

Ibid. 141

Ibid., hlm. 291. 142

Ibid. 143

Ibid., hlm. 292.

Page 96: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

78

Setelah menyebut pemelihara dan pengendali-Nya menyangkut

matahari dan bulan, kini menguraikan tentang lautan yang secara

berdampingan mengalir secara bebas, yang satu tawar dan satunya lagi

pahit, keduannya bertemu pada permukaannya, dengan pembatas yang

Allah ciptakan supaya keduanya tidak bercampur dan saling melampaui,

serta tidak membinasakan manusia.144

22-23 “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan. Maka, nikmat

Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?”145

Setelah menyebutkan kedua laut yang tawar dan asin, kini

menyebut sekelumit dari anugerah-Nya yang dapat diperoleh dari kedua

laut tersebut. Antara lain mutiara (besar berwarna putih) dan marjan (kecil

berwarna kemerahan). Yang keduanya lahir dari pencampuran antara air

laut dan sungai/hujan. 146

24-25 “Dan milik-Nya (bahtera-bahtera) yang berlayar, lagi yang

berkembang layarnya di lautan, laksana gunung-gunung, maka nikmat

Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?”147

Setelah menyebutkan nikmat-Nya yang terdapat di laut dan sungai,

kini menguraikan bahtera-bahtera yang berlayar dari kedua lautan itu yang

tentu juga merupakan anugerah-Nya, baik bermuatan atau tidak,

berkembang layarnya di lautan, dan terlihat laksana gunung-gunung yang

menjulang tinggi. Bahtera-bahtera itu merupakan milik Allah, walaupun

yang membuat manusia, karena bahan-bahan mentahnya ciptaan Allah.

Atau karena yang mengilhami manusia membuatnya, tetapi juga karena

144

Ibid. 145

Ibid., hlm. 294. 146

Ibid. 147

Ibid., hlm. 295.

Page 97: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

79

Dia yang menciptakan dan mengendalikan hukum-hukum alam yang

memungkinkan bahtera itu berlayar.148

26-28 “Semua yang ada di dalamnya akan binasa. Dan kekAl

wajah Tuhanmu Dzul JAlal awAl Ikram. Maka, nikmat Tuhan kamu

berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?”149

Setelah menguraikan kuasa Allah mencipta alam raya dan

menyiapkan segala yang dibutuhkan makhluk di dalamnya, kini Dia

menyatakan bahwa alam raya beserta isinya akan binasa (mati) dan hidup

kekal (selama-lamanya) di akhirat, dan nantinya hanya akan tinggal Allah

yang kekal abadi Pemilik keagungan dan kemuliaan.150

29-30 “Dia dimintai oleh siapa yang ada di langit dan di bumi;

setiap saat Dia dalam kesibukan. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang

manakah yang kamu berdua ingkari?”151

Setelah berbicara tentang kebinasaan, kini Allah berbicara

bagaimana Dia setiap saat dan kapanpun selalu mengatur, mengendalikan,

dan memenuhi kebutuhan semua makhluk. Dia tidak pernah istirahat dan

keletihan akibat semua itu. Dia tidak butuh bantuan kepada siapa pun.

Karena salah satu bukti yang terkuat tentang kebinasaan adalah kebutuhan,

dan bukti kekekalan adalah ketidakbutuhan kepada apa pun.152

Kelompok 2 : Ayat 31-45

148

Ibid., hlm. 295-296. 149

Ibid., hlm. 296. 150

Ibid., hlm. 296-297. 151

Ibid., hlm. 300. 152

Ibid., hlm. 300-301.

Page 98: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

80

31-32 “Kami akan berkonsentrasi terhadap kamu, wahai manusia

dan jin! Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu

berdua ingkari?”153

Setelah menegaskan kesibukan Tuhan mengendalikan alam raya

beserta isinya, kini Dia menjelaskan bahwa di akhirat nanti sudah tidak ada

pengendalian dan pemenuhan terhadap kebutuhan jin dan manusia. Karena

nanti Allah dan para malaikat akan berkonsentrasi penuh untuk melakukan

perhitungan kepada setiap manusia dan jin akibat amal-amalnya di

dunia.154

33-34 “Hai kelompok jin dan manusia, jika kamu sanggup

menembus penjuru-penjuru langit dan bumi, maka tembuslah kamu tidak

dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. Maka, nikmat Tuhan

kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?”155

Setelah mengancam manusia dan jin di akhirat, kini menegaskan

bahwa mereka tidak dapat menghindar dari mempertanggungjawabkan

serta akibat-akibatnya. Allah menantang mereka kelompok jin dan

manusia yang durhaka, jika mereka sanggup keluar menembus dari segala

arah langit dan bumi, maka Dia menawarkan untuk menembus, tapi

mereka tidak dapat menembusnya kecuali dengan alat. Karena mereka

tidak memiliki kekuatan. Di dahulukannya penyebutan jin atas manusia,

karena jin memiliki kemampuan lebih besar daripada manusia dalam

mengarungi angkasa.156

153

Ibid., hlm. 305. 154

Ibid. 155

Ibid., hlm. 306. 156

Ibid., hlm. 306-307.

Page 99: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

81

35-36 “Kepada kamu berdua, dilepaskan nyAla api dan cairan

tembaga maka kamu berdua tidak dapat menang. Maka, nikmat Tuhan

kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?”157

Setelah menantang jin dan manusia untuk menembus dari segala

arah langit dan bumi, kini menggambarkan apa yang terjadi bila ada

diantara mereka yang mencoba melakukannya. Karena bila mencobanya

Dia akan melepaskan nyala api dan cairan tembaga yang panas meleleh di

neraka, maka mereka tidak dapat menyelamatkan diri darinya, karena tidak

mampu memikul sakit dan pedihnya. Jadi salah jika ayat 33 dipahami

kemampuan menembus angkasa dalam arti kehidupan dunia. Karena mulai

ayat 31-77 surah ini berbicara tentang kehidupan akhirat. M. Quraish

Shihab sedikit kurang tepat ketika menafsirkan ayat 33 dalam konteks

dunia. Walaupun di ayat selanjutnya dijelaskan. Karena hal semacam ini

menurut penulis mengurangi kekuatan Munasabahnya.158

37-40 “LAlu, apabila langit terbelah dan menjadi merah mawar

seperti (kilapan) minyak. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang

manakah yang kamu berdua ingkari? Pada waktu itu tidak ditanya tentang

dosanya manusia dan tidak juga jin. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua

yang manakah yang kamu berdua ingkari?”159

Setelah menantang jin dan manusia untuk menembus dari segala

arah langit dan bumi, kini menggambarkan apa yang terjadi bila ada

diantara mereka yang mencoba melakukannya. Karena bila mencobanya

Dia akan melepaskan nyala api dan cairan tembaga yang panas meleleh di

neraka, maka mereka tidak dapat menyelamatkan diri darinya, karena tidak

mampu memikul sakit dan pedihnya. Jadi salah jika ayat 33 dipahami

kemampuan menembus angkasa dalam arti kehidupan dunia. Karena mulai

157

Ibid., hlm. 309. 158

Ibid. 159

Ibid., hlm. 310.

Page 100: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

82

ayat 31-77 surah ini berbicara tentang kehidupan akhirat. M. Quraish

Shihab sedikit kurang tepat ketika menafsirkan ayat 33 dalam konteks

dunia. Walaupun di ayat selanjutnya dijelaskan. Karena hal semacam ini

menurut penulis mengurangi kekuatan Munasabahnya.160

41-43 “Para pendurhaka dikenAl dengan tanda-tanda mereka, lAlu

diambil ubun-ubun dan kaki mereka. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua

yang manakah yang kamu berdua ingkari? Inilah neraka Jahanam yang

didustakan oleh para pendurhaka.”161

Setelah menegaskan bahwa pendurhaka dari jenis manusia dan jin

tidak ditanyai tentang dosa masing-masing. Kini menjelaskan mengapa

demikian, sekaligus menjelaskan keadaan mereka dalam siksa. Seperti

para pendurhaka dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dengan mudah

diambil dan dipegang ubun-ubunnya, dan dilemparkan ke neraka

jahannam seraya Dia mengecam inilah neraka jahanam yang senantiasa

didustakan oleh para pendurhaka termasuk kamu semua. Inilah balasan

untuk mereka yang durhaka, dan kelak akan terjadi.162

44-45 “Mereka berkeliling diantaranya dan di anatar air yang

mendidih yang memuncak panasnya. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua

yang manakah yang kamu berdua ingkari?”163

Setelah menjelaskan tentang akibat dan siksa untuk para

pendurhaka. Kini para pendurhaka berusaha menghibur diri, tapi ketika

merasakan panasnya neraka, mereka berkeliling bolak-balik diantara

mereka. Karena panasnya, dari kejauhan mereka air. Tapi setelah didekati,

160

Ibid., hlm. 311. 161

Ibid., hlm. 312. 162

Ibid. 163

Ibid.

Page 101: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

83

ternyata air itu sangat panas. Kemudian mereka terpaksa kembali ke

neraka.164

Kelompok 3 : Ayat 46-61

46-6-49 “Dan bagi siapa saja yang takut akan keagungan

Tuhannya ada dua surga. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang

manakah yang kamu berdua ingkari? Keduanya mempunyai dahan-dahan.

Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua

ingkari?”165

Setelah menguraikan siksa yang dihadapi para pendurhaka di

akhirat. Kini sebagaimana kebiasaan Al-Qur‟an mendapingkan sesuatu

dengan lawannya/serasi. Dan ayat ini lawan dari uraian ayat sebelumnya.

Yaitu bagi hamba-Nya yang takut akan kuasa dan keagungan-Nya.

Sehingga mendorongnya untuk beramal soleh, maka ada dua surga yang

indah balasan untuknya di akhirat nanti. Yang keduanya mempunyai

dahan-dahan yang sangat rimbun dan buahnya bermacam-macam lagi

menyenangkan.166

50-53 “Di dalam keduanya ada dua buah mata air yang mengAlir.

Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua

ingkari? Di dalam keduanya terdapat segAla buah-buahan yang

berpasangan. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang

kamu berdua ingkari?”167

Setelah ayat 48 menggambarkan keindahan surga dengan

kenikmatan serta pohonnya yang indah. Kini menguraikan kesempurnaan

pemandangannya; terdapat dua mata air-mata air yang sekaligus

164

Ibid., hlm. 313. 165

Ibid., hlm. 317. 166

Ibid. 167

Ibid., hlm. 319-320.

Page 102: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

84

mendukung pertumbuhan pertumbuhan pohon itu. Keberpasangan buah-

buahan yang dimaksud adalah keadaan buah itu ada yang mentah dan

matang.168

54-55 “Mereka bertelekan di atas hamparan yang sebelah

dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan kedua surga itu dekat. Maka,

nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?”169

Setelah menjelaskan keadaan surga, kini menguraikan kenikmatan

dan kesenangan yang ada di dalamnya. Mereka bertelekan dengan santai di

atas dipan yang dalam/bawah terbuat dari sutera yang murni, tebal, dan

mengkilat. Sebelah dalamnya saja terbuat dari sutera, apalagi sebelah luar

(pembungkusnya) yang tersentuh jasmani, pasti lebih indah. Kemudian di

dalamnya ada buah-buahan yang dapat dipetik dengan mudah.170

56-59 “Ada di sana wanita-wanita yang membatasi pandangannya.

Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka dan tidak

pula oleh jin. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu

berdua ingkari? Mereka itu bagaikan permata yakut dan marjan. Maka,

nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?”171

Setelah menjelaskan keadaan pembaringan dan tempat-tempat

duduk penghuni surga, kini menjelaskan keadaan yang mendapingi mereka

di sana. Ada tempat pembaringan, wanita-wanita surgawi (bidadari) yang

menjadikan pasangan di surga bagi pria, begitu pun sebaliknya. Mereka

sopan-sopan, setia, dan masih perawan yang belum pernah disentuh oleh

168

Ibid., hlm. 320. 169

Ibid. 170

Ibid., hlm. 320-321. 171

Ibid., hlm. 321.

Page 103: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

85

jin/manusia sebelumnya. Sampai-sampai tidak menoleh kepada selain

pasangannya.172

60-61 “Apakah balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). Maka,

nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?”173

Setelah menjelaskan kenikmatan yang akan diraih oleh penghuni

surga, kini menyatakan sebab anugerah besar itu. Karena balasan untuk

yang beramal soleh adalah anugerah kebaikan dari Allah langsung.174

Kelompok 4 Ayat 62-78

62-69 “Dan selain dari keduanya ada dua surga lagi. Maka,

nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?

Kedua surga itu berwarna hijau tua. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua

yang manakah yang kamu berdua ingkari? Di dalam keduanya ada mata

air yang memancar. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah

yang kamu berdua ingkari? Di dalam keduanya ada buah dan kurma serta

delima. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu

berdua ingkari?”175

Setelah menguraikan keistimewaan salah satu dari tingkat/keadaan

satu macam surga, kini disebut dua surga yang lain dan lebih istimewa.

Surga itu berwarna hijau hingga tampak kehitam-hitaman. Ada dua mata

air yang selalu memancar. Ada segala jenis buah yang sangat lezat seperti

kurma dan delima.176

172

Ibid., hlm. 322. 173

Ibid., hlm. 323. 174

Ibid. 175

Ibid., hlm. 327. 176

Ibid.

Page 104: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

86

70-71 “Di sana ada yang baik-baik lagi rupawan. Maka, nikmat

Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari? (Mereka

itu) bermata sangat indah, hanya berada dalam kemah-kemah. Maka,

nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?

Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka dan tidak

pula oleh jin. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu

berdua ingkari? Mereka bertelekan pada bantAl-bantAl hijau dan

permadani-permadani indah. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang

manakah yang kamu berdua ingkari?”177

Setelah melukiskan sedikit dari keadaan surga dan kenikmatannya,

ayat di atas melukiskan pasangan-pasangan penghuninya. Ada wanita-

wanita yang baik-baik dan cantik wajahnya. Mereka bermata sangat indah

dan hanya berada dalam kemah-kemah, yaitu istana-istana surgawi

kediaman pasangan mereka. Mereka semua perawan, yang tidak pernah

disentuh oleh jin dan manusia sebelumnya. Mereka tiduran dengan santai

dengan alas bantalnya yang berwarna hijau dan permadani-permadani

indah. Dengan rahmat dan kenikmatan teragungnya, maka nikmat apa lagi

yang manusia ingkari? 178

b. Ayat 5 dan 17

“Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan yang sangat

sempurna.”179

Ayat-ayat ai atas menyebut anugerah-Nya melalui makhluk-Nya

dan berada di luar diri manusia. Seperti matahari, bulan beredar pada

177

Ibid., hlm.329. 178

Ibid., hlm. 330. 179

Ibid., hlm. 280.

Page 105: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

87

porosnya dan ketetapan yang tanpa cacat.180

Kemudian ayat 17 sebagai

berikut:

“Tuhan kedua tempat terbit matahari dan Tuhan (Pemelihara)

kedua tempat terbenamnya.”181

Setelah ayat 5 menguraikan salah satu nikmat-Nya, yakni

penciptaan matahari beserta pengendaliannya. Kini ayat 17 kembali

menguraikan tentang karunia penciptaan matahari yang dikendalikan dan

dipelihara-Nya, yang terbit dan terbenam di dua tempat/waktu, yakni

musim dingin dan panas.182

Munasabah kedua ayat di atas adalah sama-

sama menyebutkan penciptaan matahari yang merupakan sama-sama

nikmat Allah.

2. Munasabah antarkelompok Ayat

Seperti yang dijabarkan pada tela‟ah Munasabah antarayat di atas.

Bahwa M. M. Quraish Shihab selain Munasabah antarayat juga

Munasabah antar kelompok dalam satu surah. Hal pengelompokkan ini

sudah biasa dipakai dalam menafsirkan semua surah dalam Al-Qur‟an.

Tentu semua ini ada maksud untuk mempermudah pembaca dalam

memahaminya.

Dalam Tafsir surah Ar-Rahman terdapat 78 ayat, para ulama

berbeda pendapat dalah hal jumlah ayat. Ada yang berpendapat 77, dan

180

Ibid. 181

Ibid., hlm. 291. 182

Ibid.

Page 106: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

88

ada juga yang berpendapat 78. Keluar dari permasalahan ini, semua ayat

dalam surah Ar-Rahman oleh M. M. Quraish Shihab dikelompokkan

menjadi 4. (Rujuklah ke ayat 13 pada Munasabah antarayat dalam suatu

surah di halaman 87-88).

Kelompok 1, ayat 1-30, kelompok ayat ini berbicara tentang

penegasan kesibukan Tuhan mengendalikan dan memenuhi kebutuhan

semua makhluk di alam raya dalam kehidupan dunia ini. Allah

mencurahkan rahmat kepada seluruh makhluk dalam kehidupan dunia ini,

baik manusia atau jin yang taat dan durhaka malaikat, binatang, maupun

tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain.183

Kelompok ini dimulai dengan salah satu sifat atau asma Al-Husna-

Nya yaitu Ar-Rahman, betapa agung dan mulia-Nya yang kemudia di akhir

kelompok ini, ayat 29-30, Allah berfirman: Dia dimintai oleh siapa yang

ada di langit dan di bumi; setiap saat Dia dalam kesibukan. Maka, nikmat

Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari? Salah satu

bukti terkuat tentang kebinasaan adalah kebutuhan, dan bukti kekekalan

adalah ketidakbutuhan kepada apa pun. Makhluk silih berganti hidup dan

mati. Semua membutuhkan Tuhan yang dpat menlanjutkan hidupnya serta

memenuhi kebutuhannya. Ayat di atas menegaskan bahwa hanya Dia

Yang Maha Kekal itu yang dapat memenuhi melakukan itu.184

Kelompok 2, ayat 31-45, berbicara tentang peringatan Tuhan

kepada manusia dan jin bahwa di hari kemudian nanti Kami bersama

malaikat-malaikat yang Kami tugaskan akan berkonsentrasi terhadap

kamu, yakni memperhatikan sepenuhnya dengan melakukan perhitungan

terhadap setiap manusia. Bertanggungjawab sepenuhnya terhadap apa

yang diperbuat/dilakukan selama di dunia. Karena dahulu Allah dan para

malaikat-Nya menguji dan masih mengurusi banyak makhluk-Nya. Akan

tetapi ketika tiba masa kekal selamanya di akhirat. Maka di awal kelompok

183

Ibid., hlm. 277. 184

Ibid., hlm. 300.

Page 107: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

89

ayat ini, ayat 31-32, Allah berfirman: Kami akan berkonsentrasi terhadap

kamu, wahai manusia dan jin! Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang

manakah yang kamu berdua ingkari?”185

Kemudian di akhir kelompok ini, ayat 44-45, Allah berfirman:

Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang

memuncak panasnya. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah

yang kamu berdua ingkari? Para pendurhaka yang diseret dan dilempar ke

neraka itu, sesekali berupaya menghibur diri. Ketika mereka merasakan

betapa panasnya neraka, dari kejauhan mereka melihat air. Maka mereka

berkeliling berbolak-balik berkali-kai diantaranya, yakni antara neraka,

dan di antara air yang mereka lihat dari kejauhan itu, dan kemudian

ternyata bahwa air tersebut adalah air yang mendidih yang memuncak

panasnya. Karena itu mereka meninggalkannya dan terpaksa kembali ke

neraka. Demikian dari saat ke saat teruang peristiwa itu. Maka, nikmat

Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?186

jadi

antara kelompok 1 dan 2 ada hubungan/kesesuaian.

Kelompok 3, ayat 46-61, berbicara tentang kenikmatan yang

diperoleh orang-orang yang taat, sebagaimana tafsir ayat 46-49, Allah

berfirman: Dan bagi siapa yang takut akan keagungan Tuhannya ada dua

surga. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu

berdua ingkari? keduanya mempunyai dahan-dahan. Maka, nikmat Tuhan

kamu yang manakah yang kamu berdua ingkari? Setelah ayat-ayat yang

lalu menguraikan siksa yang dihadapi oleh para pendurhaka –

sebagaimana kebiasaan Al-Qur‟an mendampingkan ssesuatu dengan

lawannya atau yang serasi dengannya – ayat-ayat diatas dan berikutnya

berbicara tentang kenikmatan yang diperoleh orang-orang yang taat. Ayat

di atas menyataka: Dan bagi siapa yang takut akan kuasa dan keagungan

Tuhannya sehingga mendorongnya untuk beramal soleh, tersedia untuknya

ada dua surga yang keduanya sangat indah. Maka, nikmat Tuhan kamu

185

Ibid., hlm. 305. 186

Ibid., hlm. 313.

Page 108: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

90

berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari? Keduanya, yakni kedua

surga itu, mempunyai dahan-dahan yang sangat rimbun dan buah-buahan

yang beraneka ragam lagi sangat menyenangkan. Maka, nikmat Tuhan

kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?187

Kemudian di akhir kelompok ini, yaitu ayat 60-61 Allah berfirman:

Apakah balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). Maka, nikmat Tuhan

kamu berdua yang manakah yanag kemu berdua ingkari? setelah ayat

yang lalu menjelaskan kenikmatan yang akan diraih oleh penghuni surga,

uraian itu diakhiri dengan menyatakan sebab anugerah besar itu! Allah

berfirman: Apakah, yakni tidak ada, balasan amal-amal kebaikan kecuali

anugerah llahi yang berupa kebaikan pula. Maka, nikmat Tuhan kamu

yang manakah yang kamu berdua ingkari?188

Kelompok 4, ayat 62-78, berbicara tentang adanya surga yang lebih

istimewa dari yang telah dijelaskan pada kelompok 3, sebagaimana di ayat

62-69, Allah berfirman: “Dan selain dari keduanya ada dua surga lagi.

Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua

ingkari? Kedua surga itu berwarna hijau tua. Maka, nikmat Tuhan kamu

berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari? Di dalam keduanya ada

dua mata air yang memancar. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang

manakah yang kamu berdua ingkari? Di dalam keduanya ada buah dan

kurma serta delima. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah

yang kamu berdua ingkari?”189

Setelah kelompok yang lalu menguraikan keistimewaan salah satu

dari tingkat atau keadaan satu macam surga, kini disebut yang lain.

kemudian di ayat 62-69 yang merupakan awal kelompok ini menyatakan:

Dan selain atau pada peringkat bawah dari keduanya, yakni kedua surga

yang disebut pada ayat-ayat tang lalu, masih ada dua surga lagi. Maka,

nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?

Kedua surga itu berwarna hijau tua, sehingga Karena hijaunya tampak

187

Ibid., hlm. 317. 188

Ibid., hlm. 323. 189

Ibid., hlm. 327.

Page 109: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

91

kehitam-hitaman. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang

kamu berdua ingkari? Di dalam keduanya ada dua mata air yang

senantiasa memancar. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah

yang kamu berdua ingkari? Di dalam keduanya ada segala jenis buah

yang sangat lezat dan tidak ketinggalan ada kurma serta delima. Maka,

nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?190

Kemudian diakhir kelompok ini, ayat 78, Allah berfirman: Maha

Melimpah kebajikan lagi Maha MAntap Tuhanmu – pemilik Al-Jalal wa

Al-Ikram. Akhirnya, surah ini ditutup dengan sekali menegaskan tentang

sifat (jalal) dan (ikram) Allah swt. Maha melimpah kebajikan lagi Maha

Mantap nama Tuhanmu, wahai Nabi Muhammad, Pemilik Al-Jalal wa Al-

Ikram.191

Untuk memahami kandungan makna Al-Jalal wa Al-Ikram.

Jadi antara kelompok 1 - 4 ada hubungan atau kesesuaian, setelah

kelompok satu menjelaskan kesibukan Allah mengurus semua makhluk

yang ada di bumi dan di langit serta sekitarnya, dengan dicurahkan-Nya

rahmat yang tidak terhingga. Yang semua itu bersifat duniawi. Kemudian

masuk ke penjelasan kelompok kedua yang menjelaskan konsentrasi Allah

beserta para malaikat-Nya terhadap jin dan manusia, balasan terhadap

mereka yang durhaka dan ingkar terhadap nikmat-nikmat Allah yang

banyak itu, lalu dibalaslah mereka di akhirat dengan dimasukkan ke dalam

neraka. Kemudian masuk ke penjelasan kelompok ketiga, dengan curahan

rahmat Allah yang banyak itu, ada sebagian manusia dan jin yang taat, lalu

dimasukkanlah mereka ke dalam surga dengan berbagai kesenangan yang

190

Ibid. 191

Ibid., hlm. 331.

Page 110: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

92

berlimpah. Kemudian masuk ke penjelasan kelompok keempat yang

berbicara kelanjutan dari kelompok ketiga, bahwa ada dua surga yang

lebih istimewa dari surga yang sebagaimana dijelaskan pada kelompok

ketiga.

3. Munasabah antara Ayat dan Penutupnya (Fashilah)

a. Ayat 1-13

“Ar-Rahman. Dia-lah yang telah mengajarkan Al-Qur‟an. Dia-

lah yang menciptakan manusia. Mengajarkan ekspresi. Matahari dan

bulan (beredar) menurut perhitungan yang sangat sempurna. dan

tumbuh-tumbuhan dan pepohonan keduanya tunduk. Dan Dia telah

meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca supaya kamu jangan

melampaui batas dalam neraca, dan tegakkanlah timbangan itu dengan

adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu, Dan bumi diletakkan-

Nya untuk makhluk; di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma

yang mempunyai kelopak mayang, dan biji-bijian yang berkulit dan

bunga-bunga yang harum aromanya. Maka nikmat Tuhan kamu berdua

yang manakah yang kamu berdua ingkari?”192

Setelah ayat 1-12 menyebut sekian banyak nikmat Allah, maka

di ayat 13 dengan nada mengecam/menggugah, Jika demikian besar

dan banyaknya nikmat Allah, maka nikmat Tuhan Pemelihara kamu

berdua, wahai manusia dan jin, yang manakah yang kamu berdua

ingkari?193

Kata (ءاآلء) Ala adalam bentuk jama dari kata (اىي) ilyi atau Alyi

yakni nikmat. Penggunaan kata lain karena anugerah dan nikmat itu

merupakan hal-hal yang sangat khusus yang hanya dianugerahkan oleh

192

Ibid., hlm. 277-287. 193

Ibid., hlm. 287.

Page 111: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

93

Yang Maha Agung. Kata itu mengesankan sinar dan kecemerlangan (at-

tAla‟lu‟) dan dengan melihatnya terasa adanya kebajikan dan do‟a.

Ayat ini terulang dalam surah Ar-Rahman sebanyak 31 kali.

Pengulangan kalimat dalam satu dialog sangat dikenal oleh pengguna

bahasa. Penyebutan nikmat-nikmat, penyodoran pertanyaan semacam di

atas, mengandung makna keagungan nikmat tersebut serta banyaknya

manfaat yang diraih oleh penerima, dengan tujuan menggugahnya lebih

bersyukur, dan mengecamnya jika ia tidak bersyukur, karena itu

melampaui batas.194

Sementara ulama menyatakan bahwa ketiga puluh satu ayat

tersebut terbagi dalam empat kelompok uraian.195

b. Ayat 3-27

“Semua yang ada di dalamnya akan binasa. Dan kekAl wajah

Tuhanmu Dzul JAlal wa Ikram.”196

Setelah ayat 3-25 menguraikan kuasa Allah menciptakan alam

raya dan menyiapkan segala yang dibutuhkan makhluk bagi

kelangsungan hidup mereka, dan secara khusus disebutkan di

kehidupan dunia. Maka ayat di atas sebagai penutup ayat-ayat

sebelumnya, yangmana dalam ayat ini mengingatkan bahwa itu semua

tidak akan mengantar siapa pun menjadi kekal di bumi ini. Bahwa

semua yang ada di dunia akan binasa (mati) dan akan hidup kekal

selama-lamanya di akhirat, maka nantinya hanya tinggal Allah yang

kekal (abadi), yang memiliki keagungan dan kemuliaan.197

4. Munasabah antar Kalimat dalam Ayat

194

Ibid., hlm. 228. 195

Ibid., hlm. 228-289. 196

Ibid., hlm. 296. 197

Ibid., hlm. 296-297.

Page 112: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

94

a. Ayat 7-9

“Dan Dia telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca

supaya kamu jangan melampaui batas dalam neraca, dan tegakkanlah

timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca

itu”198

Setelah menyebut secara khusus dua benda angkasa, kini Allah

menyebut langit secara umum beserta benda-benda luar angkasa yang

beredar ratusan juta dan bahkan tidak terdeteksi. Karena Dia telah

menetapkan sistem dan meninggikan langit setelah tadinya langit dan

bumi merupakan satu gumpalan. Dan dia secara mantap meletakkan

neraca keadilan supaya mereka menegakkan secara sempurna. Baik

menyangkut hal yang ditimbang maupun diukur, kepada orang lain

maupun diri sendiri, sehingga saling menguntungkan. Karena jika

mengurangi neraca itu, maka neraca timbangan amal-amal kamu di

akhirat akan berkurang.199

Kata neraca/timbangan pada ayat di atas diulang 3 kali,

sehingga bisa membuat kalimat yang satu dengan lainnya sesuai. Kata

neraca pertama memberikan pesan bahwa Allah meletakkan neraca,

kata kedua memberikan pesan bahwa Allah melarang melampaui batas

dalam neraca yang dipertegas dengan kata jangan, kata ketiga

memperkuat kata kedua dengan kalimat janganlah kamu mengurangi

neraca itu.

b. Ayat 33

198

Ibid., hlm. 282. 199

Ibid., hlm. 283.

Page 113: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

95

“Hai kelompok jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus

penjuru-penjuru langit dan bumi, maka tembuslah kamu tidak dapat

menembusnya melainkan dengan kekuatan.”200

Ayat di atas menegaskan bahwa mereka tidak dapat menghindar

dari mempertanggungjawabkan serta akibat-akibatnya. Allah

menantang mereka kelompok jin dan manusia yang durhaka, jika

mereka sanggup keluar menembus dari segala arah langit dan bumi,

maka Dia menawarkan untuk menembus, tapi mereka tidak dapat

menembusnya kecuali dengan alat. Karena mereka tidak memiliki

kekuatan. Di dahulukannya penyebutan jin atas manusia, karena jin

memiliki kemampuan lebih besar daripada manusia dalam mengarungi

angkasa.201

Ayat di atas memiliki tiga kata dan makna yang sama, yaitu

tembus. Kata pertama tidak memakai kata tembus atau tembuslah, tapi

menembus. Hal ini memberikan isyarat penawaran atan tantangan dari

Allah untuk manusia dan jin. Sedangkan kata kedua sudah tidak lagi

penawaran yang memakai kata menembus, tapi isyarat perintah dengan

kata tembuslah. Dan ditutup dengan kata terakhir, yaitu menembusnya

yang memberikan isyarat bahwa sekali-kali manusia dan jin tidak dapat

menembusnya, kecuali dengan alat. Jadi antara ayat dan penutup ayat di

atas memiliki kesesuaian. Setelah melihat ayat 34-35, bahwa langit dan

bumi yang dimaksud di sini bukan konteks dunia, tapi akhirat (neraka).

Karena di ayat 34-35 menjelaskan kepayahan dan kegagalan mereka

200

Ibid., hlm. 306. 201

Ibid., hlm. 306-307.

Page 114: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

96

(para pendurhakan) untuk menghindar diri dari siksa Allah yang amat

pedih.

5. Munasabah antar Kata dalam Satu Ayat

a. Ayat 7

“Dan Dia telah meninggikan langit dan Dia meletakkan

neraca.”202

Allah menyadingkan kata )اىسمآء) Al-sama‟ dengan kata ( ميزاناى )

Al-Mizan ada maksud dan kesesuaian antara dua kata tersebut.

Kata (ميزان) mizan berarti Alat menimbang, kata ini juga bisa

dipahami dalam arti keadilan, baik dalam arti menempatkan sesuatu

pada tempatnya maupun dalam arti keseimbangan. Thair Ibn „Asyur

memahami kata mizan pada ayat ini dalam arti keadilan. Menurutnya

sebagaimana dikutip dalam Tafsir Al-Mishbah, yakni Allah

menyandingkan kata langit dengan timbangan (keadilan) untuk

mengisyaratkan betapa penting dan agung keadilan itu dengan

menisbahkannya ke arah alam yang tinggi. Yang juga merupakan alam

kebenaran dan keutamaan, dan bahwa keadilan itu turun dari langit ke

bumi atas perintah Allah.203

Kata (ميزان) Al-Mizan pada ketiga ayat di atas terulang pada

setiap ayat, kendati makna masing-masing dapat berbeda-beda, apalagi

jia Anda memahaminya dalam arti yang sama menunjukkan betapa

pentingnya neraca keadilan dan keseimbangan dalam hidup ini.204

b. Ayat 60

202

Ibid., hlm. 282. 203

Ibid., hlm. 283. 204

Ibid., hlm. 284.

Page 115: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

97

“Apakah balasan kebaikan kecuAli kebaikan (pula).”205

Setelah menjelaskan kenikmatan yang akan diraih oleh penghuni

surga, kini menyatakan sebab anugerah besar itu. Karena balasan untuk

yang beramal soleh adalah anugerah kebaikan dari Allah langsung.206

Sementara ulama menetapkan rumus yang berbunyi: Bila ada

satu kata yang berbentuk ma‟rifah/definite lalu kata itu diulang dalam

satu kalimat. Maka makna kata yang disebut pertama itu sama dengan

makna kata yang disebut di kali kedua. Sebaliknya jika itu berbentuk

nakirah/indefinite noun, maka yang kedua berbeda dengan yang

pertama. Menurut M. Quraish Shihab ayat di atas merupakan salah satu

pengecualian dari rumus tersebut. Di sini, kata (اإلحسان) Al-ihsan

diulangi dua kali, namun makna kata yang sama tersebut berbeda. Yang

pertama berarti perbuatan yang baik (amal-amal soleh) dan yang kedua

berarti penganugerahan yang baik (kenikmatan surgawi).207

Jadi

kesesuaiannya adalah kata (اإلحسان) yang kedua merupakan

sebab/hadiah/imbAlan dari kata (اإلحسان) pertama. Kata yang pertama

wujud tindakan dari seorang hamba. Sedangkan yang kedua adalah

wujud imbalan dari Yang Maha Segala-Nya.208

B. Munasabah surah

1. Munasabah antara Fawatih Al-Suwar (Pembuka Surah) dan Akhir Surah

(Penutup Surah)

a. Ayat 1

“Ar-Rahman.”209

205

Ibid., hlm. 323. 206

Ibid. 207

Ibid. 208

Ibid. 209

Ibid., hlm. 277.

Page 116: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

98

Awal surah Ar-Rahman dimulai dengan menyebut sifat rahmat-

Nya yang menyeluruh yaitu Ar-Rahman, yakni Allah yang

mencurahkan rahmat kepada seluruh makhluk dalam kehidupan dunia

ini, baik manusia atau jin yang taat dan durhaka, malaikat, binatang,

maupun tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain.210

b. Ayat 78

“Maha Melimpah kebajikan lagi Maha Mantap nama Tuhanmu

Pemilik Al-JAlal wa Al-Ikram.”

Kata (تثازك) tabaraka terambil dari kata )تسمة) barakah yang

bermakna sesuatu yang mantap juga berarti kebajikan yang melimpah

dan beraneka ragam serta bersinambung. Keberkatan Illahi dalam arti

melimpahnya kebajikan-Nya datang dari arah yang sering kali tidak

diduga atau dirasakan secara material dan tidak pula dapat dibatasi atau

bahkan diukur. Dari sini segala penambahan yang tidak terukur oleh

indra dinamai barakah. Demikian, ar-Raghib al-Ashfani. Dengan

demikian, kata (تثازك) tabaraka pada hakikatnya dapat diterjemahkan

dengan Maha Melimpah kebajikan lagi Maha Mantap. Selanjutnya

rujuklah antara lain ke QS. al-Furqan (25):1, untuk memahami lebih

jauh makna keberkahan Illahi.211

Para ulama berbeda pendapat tentang kata (اسم) ism pada ayat di

atas ada yang berpendapat bahwa kata tersebut disisipkan untuk

memberi penekanan. Penganut pendapat ini ada yang menyatakan

sisipan tersebut tidak mengandung makna kecuali penekanan semata

sehingga ayat di atas bagaikan menyatakan Maha Agung Tuhanmu; ada

210

Ibid. 211

Ibid., hlm. 331.

Page 117: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

99

lagi yang menyatakan bahwa nama-Nya Maha Agung, dan demikian

lebih-lebih zat-Nya. Ada juga yang berpendapat bahwa kata ism di sini

disebutkan untuk menjadi isyarat bahwa guna menggambarkan

keagungan dan banyaknya anugerah Allah adalah sesuatu yang

mustahil. Karena itu, yang mampu dijangkau oleh manusia hanya

sebagian darinya sehingga hanya nama-Nya yang disebut di sini. Ada

juga ulama yang memahami bahwa kata ism di sini menunjuk kepada

nama-Nya yang dimungkiri oleh kaum musyrikin Mekkah, yakni Ar-

Rahman dan nama itulah yang disebut pada awal surah ini. Dengan

demikian, ayat ini bagaikan menyatakan bahwa nama Allah Ar-Rahman

itu merupakan nama yang sangat agung. Ia adalah sumber anugerah

duniawi dan ukhrawi. Penyandangnya mencurahkan rahmat kepada

seluruh makhluk-Nya, baik manusia mukmin atau kafir maupun jin,

malaikat, bahkan seluruh alam raya. Demikian bertemu akhir surah ini

yang berbicara tentang rahmat dan anugerah Allah dengan awalnya

yang menyatakan bahwa Dia adalah Ar-Rahman.212

Untuk memahami

kandungan makna Al-Jalal wa Al-Ikram.213

2. Munasabah antara Tema Surah dan Nama Surah

Penamaaan dengan Ar-Rahman telah dikenal sejak zaman Nabi

saw. nama tersebut diambil dari awal kata surah ini. Apalagi inilah satu-

satunya surah yang dimulai sesudah Basmalah dengan nama/sifat Allah,

yakni Ar-Rahman. Sementara ulama berpendapat bahwa sebab turunnya

adalah tanggapan negatif kaum musyrikin Mekkah ketika mereka

diperintahkan untuk sujud kepada Allah yang Rahman itu. Dalam QS. Al-

Furqan (25): 60 dinyatakan: Dan apabila dikatakan kepada mereka:

212

Ibid., hlm. 332. 213

Ibid., hlm. 298-300.

Page 118: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

100

“Sujudlah kepada Ar-Rahman“ mereka menjawab: “Siapakah Ar-Rahman

itu?”214

Surah Ar-Rahman dikenal juga dengan nama „Arus Al-Qur‟an,

yang secara harfiah berarti Pengantin Al-Qur‟an. Imam al-Baihaqi

meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: “Segala sesuatu memiliki

pengantinnya dan pengantin Al-Qur‟an adalah surah Ar-Rahman”,

penamaan itu karena indahnya surah ini dan karena di dalamnya terulang

sekian kali ayat Fa bi ayyi Ala‟i Rabbikumatukadziban, dan diibaratkan

dengan aneka hiasan yang dipakai oleh pengantin.215

Nama Ar-Rahman di

sini memiliki makna kesementaraan.

Tema utama surah ini tentang keagungan kuasa Allah,

kesempurnaan pengaturan-Nya, serta keluasan rahmat-Nya. Itu semua

dapat dilihat melalui keluasan ilmu-Nya, yang ditunjuk oleh perincian

keajaiban makhluk-makhluk-Nya dan keserasian, serta keindahan ciptaan-

Nya yang dikemukakan pada surah ini dengan jalan mengingatkan hal-hal

tersebut kepada manusia dan jin. Dan tujuan utama surah ini adalah

menetapkan bahwa Allah swt. menyandang sifat rahmat yang tercurah

kepada semua tanpa terkecuali.216

3. Munasabah antara Fawatih Al-Suwar (Pembuka) dan Isi Surah

Allah memulai surah ini dengan menyebut Ar-Rahman, kata ini

menunjukkan betapa agung rahmat dan nikmat serta kuasa-Nya. Sebagai

bentuk limpahan sekelumit sifat-Nya kepada jin dan manusia, agar mereka

meneladani-Nya. Dan mengundang rasa ingin tahu dan tergugah, hingga

mereka mengakui nikmat-nikmat-nikmat dan beriman kepada-Nya.

Kemudian sebagai bantahan terhadap mereka yang enggan mengakui-

Nya.217

214

Ibid., hlm. 273. 215

Ibid., hlm. 273-274. 216

Ibid., hlm. 274. 217

Ibid., hlm. 277.

Page 119: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

101

Surah ini menguraikan tentang nikmat-nikmat Allah, bermula dari

nikmat-Nya yang terbesar dan teragung, yaitu Al-Qur‟an. Thabathaba‟i

berpendapat bahwa surah ini mengandung isyarat tentang ciptaan Allah

dengan sekian banyak bagiannya di langit dan bumi. Darat dan laut,

manusia dan jin, di mana Allah mengatur semua itu dalam satu pengaturan

yang bermanfaat bagi manusia dan jin – bermanfaat untuk hidup mereka di

dunia yang akan binasa dan yang kekal abadi di akhirat.218

Jadi antara pembuka surah dan isi surah ada Munasabah yang

saling berhubungan. Di pembuka surah berbicara tentang nikmat yang

terkecil hingga nikmat teragung-Nya. Dari makhluknya, terutama Jin dan

Manusia ada yang taat dan ada pula durhaka. Dan ada balasan masing-

masing dari mereka dui akhirat nanti. Isi surah pun juga seperti apa yang

dijelaskan di pembuka surah di atas, jadi penulis sepakat jika ini termasuk

Munasabah.

4. Munasabah antara Awal Surah dan Akhir Surah Sebelumnya

Akhir surah yang lalu (Al-Qomar) ayat 54 ditutup dengan

pernyataan tentang keagungan kuasa dan kesempurnaan kodrat Allah swt.

“Di tempat yang disenagi di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.”

Kata tempat yang disenangi maksudanya adalah tempat yang penuh

kebahagiaan, yang bersih dari hiruk-pikuk dan perbuatan-perbuatan dosa.

Kodrat Allah tersebut tidaklah sempurna kecuali jila disertai dengan

rahmat yang mencakup semua makhluk.

“Ar-Rahman.”219

218

Ibid., hlm. 274. 219

Ibid., hlm. 277.

Page 120: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

102

M. Quraish Shihab menafsirkan ada keterkaitan atau hubungan

antara awal surah Ar-Rahman dengan akhir surah Al-Qomar. Akhir surah

Al-Qomar ditutup dengan pernyataan tentang keagungan kuasa dan

kesempurnaan kodrat Allah. Itu tidaklah sempurna kecuali jika disertai

dengan rahmat yang mencakup semua makhluk. Karena itu, dalam surah

Ar-Rahman dimulai dengan menyebut sifat rahmat-Nya yang menyeluruh

yaitu Ar-Rahman, yakni Allah yang mencurahkan rahmat kepada seluruh

makhluk dalam kehidupan ini, baik manusia/jin yang taat dan durhaka,

serta malaikat, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain.220

5. Munasabah antara Suatu Surah dan Surah Sebelumnya

Ada persesuaian surah Ar-Rahman dengan surah Al-Qomar adalah:

Pertama, dalam surah Ar-Rahman menjelaskan tentang keadaan

orang-orang yang mendustakan Allah dan orang-orang yang bertakwa

kepada-Nya, yang dalam surah ar-Qomar juga dijelaskan secara ijmal

(global) dalam ayat 47 dan 54, yaitu:

“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam

kesesatan (di dunia) dan dalam neraka.”

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-

taman dan sungai-sungai.”

Kedua, dalam surah Al-Qomar disebutkan satu persatu bencana

yang telah menimpa umat-umat terdahulu. Seperti kehancuran musuh Nabi

muhammad saw. (ayat 1-8), kehancuran kaum Nabi Nuh as. (ayat 9-18),

kehancuran kaum „Ad (ayat 18-22), kehancuran kaum Samud (ayat 23-32),

kehancuran kaum Luth (ayat 23-40), kehancuran kaum Fir‟aun (ayat 41-

42). Setelah selesai menjelaskan bencana-bencana tersebut dijelaskan

220

Ibid.

Page 121: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

103

bahwa Al-Qur‟an diturunkan kepada manusia dengan dipermudah

pemahamannya. Dalam surah Ar-Rahman dijelaskan berbagai nikmat, baik

yang bersifat keakhiratan dan nikmat keduniaan yang dilimpahkan kepada

hamba-hamba-Nya yang beriman.

Adapun nikmat yang bersifat keakhiratan terdapat pada surah Ar-

Rahman ayat 46-48:

“Dan bagi siapa yang takut akan keagungan Tuhannya ada dua

surga.”221

“Keduanya mempunyai dahan-dahan.”222

Dan nikmat yang bersifat keduniaan pada surah Ar-Rahman ayat

10-12.

“Dan bumi diletakkan-Nya untuk makhluk; di dalamnya ada buah-

buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang, dan biji-

bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum aromanya.”223

Ketiga, Firman Allah ar Rahmaanu „Allamal quraana adalah

sebagai jawaban atas pertanyaan: Apakah yang dilakukan raja yang Maha

Berkuasa itu? Yang terdapat pada ayat terakhir surah al-Qomar.

6. Munasabah antara Suatu Surah dan Surah Setelahnya

Persesuaian surah Ar-Rahman dengan surah al-Waqi‟ah adalah:

Pertama, pada masing-masing dua surah itu menjelaskan tentang

keadaan kiamat, surga dan neraka. Pada surah Ar-Rahman yang

menjelaskan keadaan kiamat seperti yang termaktub dalam ayat 35-37:

221

Ibid., hlm. 317. 222

Ibid. 223

Ibid., hlm. 285.

Page 122: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

104

Kepada kamu berdua, dilepaskan nyala api dan cairan tembaga

maka kamu berdua tidak dapat menang. Maka, nikmat Tuhan kamu

berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari? Lalu, apabila langit

terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.224

Dan surah al-Waqi‟ah yang menjelaskan keadaan kiamat seperti

termaktub dalam ayat 4-6:

Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-

gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah ia debu

yang berterbangan.

Pada surah Ar-Rahman yang menjelaskan tentang surga ayat 48-50:

Keduanya mempunyai dahan-dahan. Maka, nikmat Tuhan kamu

berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?. Di dalam kedua surga

itu ada dua buah mata air yang memancar.225

Dan surah al-Waqi‟ah yang menjelaskan tentang surga ayat 11-12:

Mereka itulah yang dekat (kepada Allah). Berada dalam surga

kenikmatan.

Pada surah Ar-Rahman yang menjelaskan tentang keadaan neraka

termaktub dalam ayat 43:

Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang

berdosa.226

Dan surah al-Waqi‟ah yang menjelaskan tentang keadaan neraka

termaktub dalam ayat 42-43:

224

Ibid., hlm. 309-310. 225

Ibid., hlm. 317-319. 226

Ibid., hlm. 312.

Page 123: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

105

(Mereka) Dalam siksaan angin yang sangat panas, dan air yang

mendidih, dan naungan asap yang hitam.

Kedua, Dalam surah Ar-Rahman dijelaskan tentang adzab yang

diterima oleh orang yang berdosa dan nikmat yang diperoleh oleh orang-

orang yang bertakwa kepada Allah dan perbedaan dua surga yang

diperoleh oleh sebagian orang mukmin dengan dua surga yang diperoleh

sebagian mukmin yang lain, yang termaktub dalam ayat 41-54:

Para pendurhaka dikenal dengan tanda-tanda mereka, lalu diambil

ubun-ubun dan kaki mereka. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang

manakah yang kamu berdua ingkari? Inilah neraka Jahanam yang

didustakan oleh para pendurhaka. Mereka berkeliling diantaranya dan di

anatar air yang mendidih yang memuncak panasnya. Maka, nikmat Tuhan

kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari? Dan bagi siapa

saja yang takut akan keagungan Tuhannya ada dua surga. Maka, nikmat

Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari? Keduanya

mempunyai dahan-dahan. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang

manakah yang kamu berdua ingkari? Di dalam keduanya ada dua buah

mata air yang mengalir. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah

yang kamu berdua ingkari? Di dalam keduanya terdapat segala buah-

buahan yang berpasangan. Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang

manakah yang kamu berdua ingkari? Mereka bertelekan di atas hamparan

yang sebelah dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan kedua surga itu

dekat.227

Dan dalam surah al-Waqi‟ah Allah membagi para mukalaf kepada

tiga golongan: ash-sabiqun, ash-habul yamin, ash-habusy syamil.

a. Ayat yang menjelaskan golongan ash-sabiqun adalah ayat 8-10:

227

Ibid., hlm. 312-320.

Page 124: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

106

Yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu.

Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan

orang-orang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu

(masuk surga).

b. Ayat yang menjelaskan golongan ash-habul yamin adalah ayat 27-40:

Dan golongan kanan, Alangkah bahagianya golongan kanan

itu. Berada di antara pohon bidara yang tak berduri. Dan pohon pisang

yang bersusun-susun (buahnya). Dan naungan yang terbentang luas.

Dan air yang tercurah. Dan buah-buahan yang banyak. Yang tidak

berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya. Dan kasur-

kasur yang tebal lagi empuk. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka

(bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-

gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Kami ciptakan

mereka) untuk golongan kanan. (yaitu) segolongan besar daari orang-

orang yag terdahulu. Dan segolongan besar pula dari orang-orang

yang kemudian.

c. Ayat yang menjelaskan golongan ash-habusy symal ayat 41-44:

Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?. Dalam (siksaan)

angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih. Dan dalam

naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.

Ketiga, dalam surah Ar-Rahman dijelaskan tentang langit yang

terbelah dan dalam surah al-Waqi‟ah dijelaskan tentang bumi yang

terguncang.

Surah Ar-Rahman dijelaskan tentang langit yang terbelah adalah

ayat 37:

Page 125: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

107

“LAlu, apabila langit terbelah dan menjadi merah mawar

seperti (kilapan) minyak.”228

Surah al-Waqi‟ah dijelaskan tentang bumi yang terguncang

adalah ayat 4:

Apabila bumi diguncangkan sedahsyat – dahsyatnya.

Karena dua surah tersebut dapat dipandang sebagai satu surah,

sebab pokok bahasannya sama. Apa yang dibicarakan pada permulaan

surah sesudahnya dibicarakan pada permulaan surah sesudahnya

dibicarakan pada surah ini. Apa yang dibicarakan pada permulaan surah

ini dibicarakan pada awal surah sebelumnya.

228

Ibid., hlm. 310.

Page 126: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

108

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kata Munasabah dari segi bahasa artinya kedekatan, sedangkan secara

istilah adalah adanya hubungan (ayat dan ayat), (surah dan surah) yang

memiliki kecocokan (kepantasan/keserasian/kemiripan) uraiannya atau

dalam hal tertentu, hingga membentuk korelasi.

Ilmu Munasabah memiliki kedudukan yang penting dalam „Ulumul

Qur‟an wa Tafsir (Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir), karena banyak para ulama

Al-Qur‟an dan Tafsir yang mempelajari dan menerapkan serta melakukan

usaha-usaha dalam pengembangannya. Di sisi lain ada beberapa yang tidak

setuju terhadap Munasabah. Sebab Munasabah banyak manfaat yang

dapat diperoleh dan membantu mufassir dalam memahami maksud ayat.

2. Tafsir Al-Mishbah memiliki dua ragam Munasabah. Pertama, Munasabah

ayat yang ditelisik melalui enam spesifikasi, yaitu Munasabah antara ayat

dan ayat dalam satu surah, antara satu ayat dan fashilah (penutupnya),

antara kalimat dan kalimat dalam ayat, antara kata dalam satu ayat, antara

kalimat dalam satu ayat, serta ayat pertama dan ayat terakhir, dalam satu

surah. Kedua, Munasabah surah yang ditelisik melalui delapan spesifikasi,

yaitu Munasabah antara surah dan surah sebelumnya, antara awal surah

dan akhir uaraian surah, antara awal surah dan akhir surah sebelumnya,

antara tema surah dan nama surah, antara penutup surah dan uraian awal

Page 127: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

109

surah berikutnya, antara kisah satu dan kisah lainnya dalam satu surah,

antara surah satu dan surah lainnya, serta antara fawatih Al-suwar

(Pembuka Surah) dan isi surah.

Sesuai yang penulis analisis, bahwa dalam surah Ar-Rahman

terdapat beberapa jenis Munasabah ayat dan beberapa jenis Munasabah

surah.

3. Penerapan Munasabah ayat: Pertama, Munasabah antarayat dalam satu

surah. Kedua, Munasabah antar kelompok ayat dalam satu surah. Ketiga,

Munasabah antara ayat dan penutupnya (Fashilah). Keempat, Munasabah

antarkalimat dalam ayat. Kelima, Munasabah antar kata dalam satu ayat.

4. Penerapan Munasabah dalam surah Ar-Rahman ada 6 (enam): Pertama,

Munasabah antara tema surah dan nama surah nama surah. Kedua,

Munasabah antara Fawatih al-Suwar (Pembuka Surah) dan isi surah.

Ketiga, Munasabah antara awal surah dan akhir surah. Keempat,

Munasabah antara awal surah dan akhir surah sebelumnya. Kelima,

Munasabah antara suatu surah dan surah sebelumnya. Keenam,

Munasabah atara suatu surah dan surah setelahnya.

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan yang ditarik dari hasil analisis, maka penulis

mencoba memberikan rekomendasi untuk akademisi yang akan melakukan

penelitian terkait Munasabah dalam penafsiran Al-Qur‟an selanjutnya, antara

lain sebagai berikut:

Page 128: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

110

1. Disarankan agar lebih mempersiapkan diri dari segi kemampuan bahasa

sebanyak-banyaknya, terutama bahasa Inggris (bahasa internasional/wajib)

dan Arab. Karena Munasabah adalah cabang tafsir/ilmu Al-Qur‟an, jadi

kitab yang menjadi rujukan atau referensi utama (data primer)

kemungkinan besar berbahasa Arab (kecuali meneliti kitab tafsir

lokal/indonesia). Kemudian referensi pendukung (data sekunder)

kemungkinan besar berbahasa inggris. Jadi kedua bahasa ini sangat

penting dan bahkan wajib. Jika kedua bahasa tersebut tidak dimiliki, maka

akan mempersulit peneliti.

2. Semakin banyak referensi, maka semakin maksimal dalam menghasilkan

karya. Jadi sebelum melakukan penelitian, disarankan supaya membaca

kitab/buku tentang Munasabah terlebih dahulu. Sehingga akan terlebih

dahulu mendapatkan pemahaman yang matang tentang definisi atau akar

dari Munasabah serta bagian-bagiannya. Hal ini akan berpengaruh

terhadap efektifitas waktu, tenaga, biaya, dan validitas hasilnya.

3. Pengambilan judul yang lebih spesifik dan mengkrucut akan

mempermudah peneliti dalam melakukan tela‟ah dan analisis serta

menghasilkan karya yang optimal dan maksimal.

4. Unsur Munasabah penting dalam penafsiran Al-Qur‟an, tapi jangan

berlebihan (mengada-ada/menempatkan sesuatu tidak pada tepatnya),

karena bisa mengikis atau bahkan bisa menghilangkan makna yang

sebenarnya.

Page 129: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

111

DAFTAR PUSTAKA

A.w. Munawir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya:

Penerbit Pustaka Progressif, 1404H/1984M).

Agama, Departemen, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, (Jakarta: Departemen Agama RI,

2004).

Al-Baqillani, Al-Qadhi Abu Bakar, I‟jaz Al-Qur‟an, (Kairo: Mathba‟ah

Mushthafa Al-Bab Al-Halabi, 1370).

Al-Qaththan, Mana‟, Mabahits fi „Ulum Al-Qur‟an, (Riyadh: Mansyurat Al-Ashr

Al-Hadits, 1983 M/1393H).

Al-Qiqi, Najib, Al-Mustasyriqin, (Mesir: Dar Al-Ma‟rif).

Al-Qurthubi, Imam Abu Abdullah, Al-Jami‟ Al-Ahkam Al-Qur‟an, (Damaskus:

Maktabah Ghazali).

Al-Razi, Fakhruddin, Tafsir Mafatih Al-Ghaib, (Kairo: Al-Khairiyyah, 1308 H).

Al-Shalih, Subhi, Mabahits fi „Ulum Al-Qur‟an, (Bairut: Dar Al-Ilm li Al-

Malayin, 1988).

Al-Suyuthi, Abdurrahamn bin Abi Bakr bin Muhammad Abu Al-Fadhl, Asrar

Tartib Al-Qur‟an, (Kairo: Dar Al-I‟tisham).

Al-Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih, Ushulun Fit Tafsir; Pengantar dan

Dasar-dasar Mempelajari Ilmu Tafsir, (Solo: Al-Qowam, 2014).

Al-Zarkasyi, Muhammad Badruddin, Al-Burhan fi „Ulum Al-Qur‟an, (Kairo: Dar

Al-Ihya‟ Kutub Al-Arabiyyah, 1957).

Al-Zarqani, Manahil Al-‟irfan fi „Ulum Al-Qur‟an, (Bairut: Dar Al-Fikr, 1998

M).

Ashshiddieqy, Muhammad Hasbi, Tengku, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-

Qur‟an Dan Tafsir, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990).

Page 130: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

112

A. Athaillah, Sejarah Al-Qur‟an; Verifikasi Tentang Otentisitas Al-Qur‟an.

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).

Badawi, Abdurrahman, Manusia Al-Mustasyriqin, (Bairut: Dar Al-Ilm Al-

Malayin, 1993).

Baidan, Nashiruddin, Metode Penafsiran Al-Qur‟an. (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2012).

__________________, Perkembangan Tafsir di Indonesia. (Jakarta: Tiga

Serangkai, 2003).

Bakri, Oemar, Tafsir Rahmat, (Jakarta: Mutiara, 1983).

Bayt Al-Qur‟an, Teks Qur'an 30 Juz, (Jakarta: PSQ, 2016).

Budiharjo, Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an, (Yogyakarta: Lokus, 2012).

Dahlan, Abd, Rahman. Kaidah-Kaidah Tafsir. (Jakarta: Amzah, 2014).

Efendi, Nur, Muhammad Fathurrohman, Studi Al-Qur‟an: Memahami Wahyu

Allah Secara Lebih IntegrAl Dan Komprehensif, (Yogyakarta:Teras,

2104).

Fath, Amir Faisal, The Unity of Al-Qur‟an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010).

Fauzi, Rif‟ah, Al-Wahdah Al-Maudhu‟iyyah li Surah Al-Qur‟aniyyah, (Bairut:

Dar Al-Salam, 1986).

Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982).

Hasan, Ahmad, Al-Furqan: Tafsir Al-Qur‟an, (Bangil: Persatuan, 1406 H).

Hawwa, Sa‟id, Al-Asas fi Al-Tafsir, (Mesir: Dar Al-Salam, 1991).

Ilyas, Hamim, Studi Kitab Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2004).

Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013),

Cet. 2.

Juhdi, Masifuk, Pengantar Ulumul Qur‟an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1980).

Khalifah, Haji, Kasyf Al-Zhunun‟an Asas Al Kutub wa Al-Funun, (Bairut: Dar

Al-Fikr, 1990).

Page 131: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

113

Khalil, Munawar, Tafsir Al-Qur‟an Hidayatur Rahman, (Jakarta: Siti Sjamsiah,

1958).

Mustaqim, Abdul, Madzahibut Tafsir: Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur‟an

Periode Klasik Hingga Kontemporer, (Yogyakarta: Nun Pustaka,

2003).

Quthan, Mana‟ul, Pembahasan Ilmu Al-Qur‟an, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA,

1995).

Quthb, Sayyid, Tafsir fi ZhilAl Al-Qur‟an, (Bairut: Dar Al-Ihya‟ Al-Tijari Al-

Arabiyyah, 1386 H).

Rahman, Fazlur, Islam dan Modernitas: Tentang Transformasi IntelektuAl, (terj.)

Ahsin Mohammad, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1995).

Rahmawati, Munasabat Al-Ayat wa Al-Suwar, (Makassar: Jurnal Adabiyah Vol.

XIII No. 2, 2015).

Ridho, Rasyid, Wahy Al-Muhammadi, (Kairo: Maktabah Al-Islami).

Saeed, Abdullah. Paradigma, Prinsip, dan Metode Penafsiran KontekstuAl atas

Al-Qur‟a; Interpreting the Qur‟an: Toward a Contemporary Approach.

(Yogyakarta: Baitul Hikmah Press, 2016).

Saenong, Faried F., Kesarjanaan Al-Qur‟an di Barat: Studi Bibliografis, (Jurnal

Studi Al-Qur‟an, 2, no. 2, 1996).

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah,

(Jakarta: Amzah, 2015).

Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Amzah, 2014).

Setiawan, M. Nur Kholis, Al-Qur‟an dalam Kesarjanaan Klasik dan

Kontemporer, (Jurnal Studi Al-Qur‟an, 1, no. 1, 2006).

_________________________, Orientalisme Al-Qur‟an: Dulu, Kini, dan Masa

Datang, dalam OrientAlisme Al-Qur‟an dan Hadits, (Yogyakarta:

Nawesea Press, 2007).

Shihab, M. Quraish, Ibrahim bin Umar Al-Biqa‟i: Ahli Tafsir yang

KontroversiAl, (Jurnal Ulumul Qur‟an, LSAF, 1, 1989).

________________, Kaidah Tafsir, (Jakarta: Lentera Hati, 2013).

Page 132: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

114

________________, Mukjizat Al-Qur‟an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan Isyarat

Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, (Bandung: Mizan, 2000).

________________, OrientAlisme, (Jurnal Studi Al-Qur‟an, 1, no. 2, 2006).

________________, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur‟an, (Jakarta: Pustaka Fabets,

2005).

________________, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-

Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2008).

Streenbrink, Karel, BerdiAlog dengan Karya-Karya Kaum OrientAlis, (Jurnal

Studi Al-Qur‟an, 2, no. 2, 1996).

Syahrur, Muhammad, Al-Kitab wa Al-Qur‟an: Qira‟ah Mu‟ashirah, (Kairo: Sina

Publisher, 1992).

Usman, Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Teras, 2009).

W. Montgomery Watt, Bell‟s Introduction to the Qur‟an, (Leiden: Edinburgh

University Press, 1994).

Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa

Dzurriyyah, 2007).

______________, Tafsir Qur‟an Karim, (Jakarta: Pustaka Mahmudiyah, 1976).

Zaid, Nashr Hamid Abu, Al-Qur‟an Hermeneutika dan kekuasaan, diterjemahkan

oleh Dede Iswadim, et. All., (Bandung: RQiS, 2003).

______________, Mafhum Al-Nash Dirasah fi „Ulum Al-Qur‟an, (Kairo: Dar Al-

Ihya‟ Al-Kutub Al-Arabiyyah, 1992).

Page 133: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

1

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 134: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

2

Page 135: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

3

Page 136: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

4

Page 137: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2618/1/M. Sarifudin.pdf · Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab

5