skripsi -...

81
PERANAN ADVOKAT DALAM MENANGANI PERKARA DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA (TINJAUAN UU NO 18 TAHUN 2003 DAN KODE ETIK TENTANG ADVOKAT) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Oleh: MUSTHOFIAH 211 06 007 JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011

Upload: hoangdung

Post on 27-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

PERANAN ADVOKAT DALAM MENANGANI PERKARA

DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA

(TINJAUAN UU NO 18 TAHUN 2003 DAN KODE ETIK TENTANG ADVOKAT)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

Oleh:

MUSTHOFIAH

211 06 007

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2011

Page 2: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
Page 3: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
Page 4: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Musthofiah

NIM : 21106007

Jurusan : Syari’ah

Program Studi : Al Ahwal Al Syakhsiyyah

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,

bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam

skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 26 Januari 2011

Penulis

MUSTHOFIAH

NIM: 21106007

Page 5: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

MOTTO

DO’A DAN USAHA ADALAH KUNCI UTAMA DALAM MENUJU SEBUAH

KEBERHASILAN

PERSEMBAHAN

1. Bapak dan ibu (Purnomo dan Tasmiyah) tercinta yang telah memerah pengorbanan baik

jasmani maupun rohani sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi di STAIN

Salatiga dengan lancar.

2. Ibu Heni Satar Nurhaida, M.Si selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini dengan

kesabaran dan ketelatenannya sejak awal hingga akhir sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak dan ibu dossen yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepada penulis

4. MazQ yang selalu memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini

5. Teman-teman AHS 06 yang tersayang khususnya Titik, Ema, Hanik, Fahrudin, dan lain-

lain yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman kos Sitol, Pipit, Sari, Lutfi, Mb Evi dan Eki yang selalu memberikan

semangat dalam penulisan ini

Page 6: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurahkan

kepada junjungan umat Nabi Muhammad SAW yang memberikan rahmat dan syafa’atnya.

Berkat rahmat dan pertolongan dari Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

lancar. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memperoleh gelar sarjana hukum islam di STAIN

Salatiga.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari para pihak, maka

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga

2. Bapak Illya Muhsin, M.Si selaku ketua program studi Al-Ahwal Al Syakhsiyah

3. Ibu Heni Satar Nurhaida, M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

arahan dan dukungan dalam penulisan skipsi ini.

4. Bapak dan ibu dossen yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepada penulis

5. Kedua orang tuaku yang telah memberikan segenap perhatian dan kasih sayangnya

sehingga penulisan skipsi ini berjalan dengan lancar.

6. MazQ yang selalu setia menemani dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi

ini

Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai

kekurangan dan kekeliruan yang perlu untuk diperbaiki. Semua itu terjadi dikarenakan

keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu bimbingan, kritik dan saran sangat penulis

Page 7: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

harapkan. Akhirnya, atas segala keikhlasan dan jasa-jasa beliau di atas penulis hanya bisa

berdo’a kepada Allah SWT supaya skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin

Penulis

Musthofiah

Page 8: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

ABSTRAK

Musthofiah. 2011. Peranan Advokat Dalam Menangani Perkara Di Pengadilan Agama Salatiga

(Tinjauan UU No 18 Tahun 2003 dan Kode Etik Advokat). Skripsi. Jurusan Syari’ah.

Program Studi Al-Ahwal Al Syakhsiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

Salatiga. Pembimbing: Heni Star Nurhaida, M.Si

Kata Kunci: Peranan, Advokat, Perkara dan Pengadilan Agama.

Penelitian ini merupakan upaya untuk meminimalkan pendapat negatif masyarakat

tentang peranan Advokat. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1)

Bagaimanakah peranan Advokat dalam menyelesaikan perkara di Pengadilan Agama Salatiga?

dan (2) Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi masyarakat menggunakan dan tidak

menggunakan jasa Advokat? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini

menggunakan pendekatan normatif dan pendekatan sosiologis.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Peranan Advokat dalam memberikan jasa

hukum untuk kepentingan kliennya sangat penting dalam penegakan hukum, kebenaran dan

keadilan. Peranan tersebut berupa mewakili klien jika berhalangan hadir, mendampingi di dalam

persidangan, dan juga memberikan pemahaman hukum yang berkaitan dengan perkara yang

dihadapi.

Pemakaian jasa Advokat lebih sedikit dari pada yang tidak menggunakan jasa Advokat,

hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang mendorong penggunaan jasa Advokat

adalah karena ketidaktahuan masyarakat tentang hukum, malu datang ke pengadilan secara

Page 9: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

mendiri, sibuk dengan pekerjaan, dan masalah yang dihadapi terlalu berat. Faktor yang

mendorong masyarakat tidak menggunakan jasa Advokat adalah biaya untuk jasa advokat

sangatlah mahal, masalah yang dihadapi adalah perceraian bukan perkara pidana, memakai jasa

Advokat akan menambah rumit masalah dan Advokat adalah calo perkara.

Page 10: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii

PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

ABSTRAK ................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 6

C. Tujuan Penetilian .................................................................. 7

D. Kegunaan Penelitian .............................................................. 7

E. Penegasan Istilah ................................................................... 7

F. Metode Penelitian ................................................................. 8

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................... 8

2. Lokasi Penelitian ............................................................. 9

3. Sumber Data .................................................................... 9

4. Prosedur Pengumpulan Data ............................................ 10

5. Analisis Data ................................................................... 11

6. Pengecekan Keabsahan Data ............................................ 12

Page 11: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

7. Tahap-tahap Penelitian ..................................................... 12

G. Sistematika Penulisan ............................................................ 13

BAB II KAJIAN TENTANG PERANAN ADVOKAT

A. Devinisi Advokat .................................................................. 15

B. Advokat Dalam Perspektif Islam ........................................... 16

C. Peranan Advokat Dalam UU No 18 Tahun 2003 .................. 21

D. Peranan Advokat Dalam Kode Etik Advokat ......................... 25

E. Peranan Advokat Di Pengadilan Agama Salatiga ................... 28

BAB III PERANAN ADVOKAT DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA

A. Profil Pengadilan Agama Salatiga ........................................ 34

B. Data perkara Pengadilan Agama Salatiga .............................. 37

C. Peranan Advokat Dalam Menangani Perkara ........................ 47

D. Faktor Penggunaan Jasa Advokat .......................................... 58

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERANAN ADVOKAT

DALAM MENANGANI PERKARA PERCERAIAN

DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA

A. Analisis Terhadap Peranan Advokat Dalam Menangani

Perkara di Pengadilan Agama Salatiga .................................. 62

B. Analisis Terhadap Faktor-Faktor Penggunaan Jasa Advokat .. 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 70

B. Saran ..................................................................................... 71

Page 12: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 73

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 perkara bulan September tahun 2010

Tabel 1.2 perkara bulan Oktober tahun 2010

Tabel 1.3 perkara yang menggunakan jasa advokat di bulan September tahun 2010

Tabel 1.4 perkara yang menggunakan jasa advokat di bulan Oktober tahun 2010

Page 13: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkara merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari, karena sering kali datang

secara tak diduga dan akhirnya memang harus menjadi bagian dalam kehidupan manusia

yang selalu penuh dengan sengketa. Perkara dapat timbul dari berbagai sebab dan alasan,

mulai dari hubungan antar individu, kelompok, masyarakat, bahkan sampai antar negara.

Untuk menyelesaikan suatu perkara, ada beberapa cara dan proses yang dapat

digunakan, tetapi tentunya dengan pertimbangan yang baik dan harus hati-hati. Cara dan

proses yang digunakan dalam suatu penyelesaian perkara sering kali meninggalkan trauma,

pengalaman bahkan mimpi buruk bagi pihak-pihak yang terlibat dalam perkara tersebut. Hal

ini disebabkan tidak tepatnya cara atau proses yang digunakan dalam penyelesaian perkara

tersebut.

Telah banyak pengalaman yang mengakibatkan seseorang menerima suatu putusan

perkara di Pengadilan, dinilaikan tidak sesuai dengan rasa keadilan khususnya dalam perkara

perceraian. Hal tersebut sering terjadi disebabkan ia tidak mampu mendapatkan seseorang

yang dapat memberikan bantuan hukum terhadap keadilan yang diperjuangkan atau tidak

memiliki kecakapan dalam membela suatu perkara. Meskipun ia mempunyai bukti dan fakta

yang dapat menunjukkan kebenaran dalam perkara itu.

Diketahui bahwa keadilan yang hakiki sulit dicapai. Meski demikian dalam

kehidupan sehari-hari semua orang harus selalu mencoba secara maksimal untuk

mencapainya. Sebagai suatu negara hukum yang berdasarkan konstitusi kita tentunya

Page 14: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

mendambakan bahwa segala aspek kehidupan di dalam masyarakat dapat diatur dengan

Undang-Undang dan persoalan-persoalan yang timbul dapat diselesaikan secara hukum baik

melalui Pengadilan maupun melalui Negosiasi dan Mediasi sehingga semua persoalan

diharapkan dapat diselesaikan secara adil berdasarkan landasan hukum yang menyertainya

(Rambe, 2001:8).

Manusia memang mempunyai keterbatasan dan kelemahan seperti kekhilafan,

kekeliruan, dan kesalahan. Maka dari itu, tidak mustahil bila terjadi penyimpangan atau

pelanggaran terhadap kaidah sosial yang menimbulkan keadaan tidak tertib dan tidak stabil

yang perlu dipulihkan kembali. Untuk menegakkan ketertiban dan kestabilan keadaan

diperlukan sebuah sarana pendukung seperti organisasi masyarakat dan organisasi negara.

Melalui organisasi tersebut diharapkan dapat memulihkan keadaan dalam masyarakat.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat membuat kebutuhan

akan jasa hukum semakin meningkat khususnya jasa hukum dari Kepolisian, Kejaksaan,

Kehakiman, Notaris, dan Advokat. Dalam hal ini, peran seorang Advokat sangatlah penting

dalam memberikan bantuan hukum di dalam Pengadilan seperti mendampingi, mewakili,

membela/menjalankan kuasa demi kepentingan kliennya. Selain itu, Advokat juga

memberikan bantuan hukum di luar Pengadilan seperti konsultasi hukum kepada orang yang

membutuhkannya.

Peranan Advokat diatur dalam UU No 18 Tahun 2003 dan Kode Etik Advokat.

Dalam ketentuan UU No 18 Tahun 2003 disebutkan bahwa jasa yang diberikan Advokat

berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili,

mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien

yang diatur dalam pasal 1 ayat 2. Dalam pasal 18 ayat 1 disebutkan bahwa dalam

Page 15: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

menjalankan profesi Advokat dilarang membedakan perlakuan terhadap klien berdasarkan

jenis kelamin, agama, politik, keturunan, rasa tau latar belakang, sosial dan budaya.

Hal ini diperkuat oleh Kode Etik Advokat dalam pasal 3 (a) yang berbunyi: “Advokat

dapat menolak untuk memberi nasihat dan bantuan hukum kepada setiap orang yang

memerlukan jasa dan/ bantuan hukum dengan pertimbangan karena tidak sesuai dengan

keahliannya dan bertentangan dengan hati nuraninya, tetapi tidak dapat menolak dengan

alasan karena perbedaan agama, kepercayaan, suku, keturunan, jenis kelamin, keyakinan

politik dan kedudukan sosialnya.”

Dalam menjalankan profesinya seorang Advokat harus memperjuangkan Hak Asasi

Manusia dalam negara hukum Indonesia seperti yang tertuang dalam pasal 3 (c). Dalam pasal

7 (h) disebutkan bahwa Advokat mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan hukum

secara cuma-cuma (prodeo) bagi orang yang tidak mampu.

Dikaitkan dengan realita yang terjadi sekarang, ternyata di Jakarta, ada Advokat yang

mengucapkan kata “bangsat kamu!” dalam persidangan kasus korupsi Dana Nonbujuter

Badan Urusan Logistik. Padahal dalam Kode Etik Advokat pasal 5 (b) disebutkan bahwa

Advokat jika membicarakan teman sejawat/jika berhadapan satu sama lain dalam sidang

pengadilan, hendaknya tidak menggunakan kata-kata tidak sopan baik secara lisan maupun

tulisan. (www. fashionprivate.com, diakses tanggal 2 agustus 2010)

Ada seorang Advokat yang melakukan penyuapan terhadap dua orang saksi dalam

kasus kepemilikan senjata api agar mencabut keterangan mereka dalam berita acara

pemeriksaan. Selain itu, ada juga Advokat yang mencak-mencak karena rekan seprofesinya

diduga menyerobot kuasa yang diberikan mantan kliennya. Palmer Situmorang mengatakan

bahwa etika moral para Advokat sudah bangkrut. Beliau juga menambahkan proses

Page 16: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

pengadilan di Indonesia harus lebih terbuka, sehingga seorang Advokat yang curang dalam

proses peradilan bisa diketahui oleh masyarakat. (www. fashionprivate.com, diakses tanggal

2 agustus 2010)

Dalam penelitian awal di Pengadilan Agama Salatiga, peneliti menemukan bahwa ada

Advokat yang dalam persidangan hanya diam saja saat para klien saling ngotot dan tidak mau

mengalah dalam perkara pembagian harta bersama. Kedua Advokat dari Penggugat dan

Tergugat itu ditegur oleh majlis hakim. Hakim tersebut berkata “ kalian itu dibayar mahal-

mahal untuk membantu kliennya malah diam saja, kalau begini caranya persidangan tidak

akan selesai-selesai”. Akan tetapi setelah ditegur oleh majlis hakim, kedua Advokat itu hanya

diam dan keduanya hanya tersenyum saja sehingga sidang harus ditunda lagi.

Selama ini memang banyak sekali kesan pro dan kontra dalam masyarakat terhadap

peran Advokat yang berpraktek di Pengadilan. Bagi yang kontra memberi kesan yang negatif

dan yang pro memberikan kesan positif. Kesan negatif itu menyatakan bahwa untuk

mendapatkan jasa hukum sekarang memerlukan biaya yang tinggi dan membuat rumit

masalah yang dianggap sederhana, sehingga penyelesaiannya lambat. Akan tetapi, kesan

positif masyarakat menyatakan bahwa untuk berperkara di Pengadilan dengan menggunakan

jasa Advokat, dapat memudahkan pengurusan administratif dan juga memberikan kepuasan

serta dapat memenuhi rasa keadilan sekalipun dalam posisi kalah. (Rosyadi, 2003:63)

Kejujuran adalah kunci utama dalam hubungan antara klien dan Advokat. Suatu dosa

terbesar yang dilakukan oleh seorang Advokat apabila melakukan persengkokolan dengan

pihak lawan, dan sengaja mengalah dalam pengadilan. (Soebekti, 1997:103)

Memilih seorang Advokat itu hampir sama dengan proses memilih Dokter, Notaris,

Arsitek dan pekerja profesional lainnya. Tentu dengan menjamin profesionalisme dalam

Page 17: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

pekerjaannya. Seorang Advokat harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi

kliennya, sehingga klien dapat menilai dan percaya akan kwalitas kerja si Advokat. Akan

tetapi, perlu kehati-hatian dan ketelitian klien dalam memilih dan menentukan jasa Advokat.

Melihat kenyataan yang terjadi di lapangan, penulis ingin mengkaji tentang Peranan

Advokat Dalam Menangani Perkara Khususnya Perceraian Di Pengadilan Agama Salatiga,

dengan harapan penulisan ini dapat memberikan jalan keluar bagi orang-orang yang akan

menggunakan jasa Advokat.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah

1. Bagaimanakah peranan Advokat dalam menyelesaikan perkara di Pengadilan Agama

Salatiga?

2. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi masyarakat menggunakan dan tidak

menggunakan jasa advokat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dimaksudkan untuk memberikan arah yang tepat dalam proses dan

pelaksanaan penelitian, agar penelitian tersebut berjalan sesuai dengan apa yang hendak

dicapai. Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peranan Advokat dalam menyelesaikan perkara di Pengadilan Agama

Salatiga?

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat menggunakan dan

tidak menggunakan jasa advokat?

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritik

Page 18: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Kegunaan teoritik yaitu untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai

peran advokat yang berkaitan dengan UU NO 18 Tahun 2003 dan juga Kode Etik

Advokat. Selain itu, agar masyarakat tahu tentang penggunaan Advokat secara nyata dan

sekaligus dapat dijadikan sebagai pedoman jika terjadi calo perkara.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Progdi AHS

Sebagai masukan agar progdi dapat memilih tenaga pengajar dalam mata

kuliah advokasi yang benar-benar mahir dalam bidang advokasi.

b. Bagi Pengadilan

Membantu memberikan masukan bagi pengadilan khususnya Pengadilan Agama

agar berhati-hati terhadap calo perkara dan mafia peradilan demi menegakkan hukum.

c. Bagi Advokat

Dapat dipergunakan sebagai masukan, karena betapa penting jasanya bagi

masyarakat dalam menemukan keadilan.

d. Bagi Masyarakat

untuk membantu dalam pemilihan jasa Advokat yang benar-benar dapat

memberikan jasanya sesuai dengan ketentuan UU No 18 Tahun 2003 dan Kode Etik

Advokat.

E. Penegasan Istilah

Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh suatu organisasi dalam suatu lembaga.

(Fajri, hal:641)

Advokat adalah pembela, seorang (ahli hukum) yang pekerjaannya mengajukan dan

membela perkara dalam/luar sidang pengadilan. (Simorangkir, 2000:4)

Page 19: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Perkara adalah urusan yang harus dikerjakan. (Poerwadarmita, 2006:8777)

Pengadilan Agama merupakan pengadilan tingkat pertama untuk menyelesaikan,

memutuskan perkara-perkara antara orang-orang islam di bidang kewarisan, perkawinan,

wasiat, hibah, wakaf, shodaqoh berdasarkan hukum islam (Depag RI, 1996:119). Di

Pengadilan Agama ini peneliti mencoba menggali tentang peranan Advokat dalam proses

beracara dalam perkara perceraian, dari pengurusan administrasi hingga mendampingi klien

dalam ruang sidang sampai putusan majelis hakim di Pengadilan.

F. Metodologi Penelitian

Suatu penelitian agar menghasilkan data-data yang akurat dan tidak meragukan mesti

dilakukan secara sistematis, sehingga penentuan metode yang akan dipakai merupakan

langkah awal dalam penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi:

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif dan

pendekatan sosiologis. Pendekatan normatif yaitu cara mendekati masalah yang sedang

diteliti apakah sesuatu itu baik/buruk, benar/salah berdasarkan norma yang berlaku

(Sumitro, 1990:54). Pendekatan sosiologis adalah melakukan penyelidikan dengan cara

melihat fenomena masyarakat atau peristiwa sosial, politik dan budaya untuk memahami

hukum yang berlaku di masyarakat. (Soekanto,1988:4-5)

Jenis penelian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

yaitu penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku dan tindakan (Moleong, 2007:6)

2. Lokasi Penelitian

Page 20: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Agama Salatiga tepatnya di Jalan Lingkar

Selatan Desa Cebongan Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.

3. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yakni bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah

yang baru/mutakhir ataupun pengertian baru tentang fakta yang diketahui maupun

mengenai suatu gagasan/ide, yakni mencakup undang-undang, buku, dll (Soekanto &

Namudji, 1985:13).

Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah UU No 18 tahun 2003

tentang advokat, kode etik advokat, serta buku-buku yang berhubungan dengan

advokat.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah bahan pustaka yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, antara lain rancangan undang-undang, hasil

penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dll (Soekanto & Namudji, 1985:13).

Penulis menjadikan hasil wawancara terhadap advokat, hakim, panitera serta

klien sebagai sumber data sekunder, karena wawancara tersebut yang menjadi

pendukung/penjelas dari sumber data primer.

4. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya secara

langsung. Wawancara yang digunakan ialah wawancara terarah (directive interview),

Page 21: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

yaitu wawancara yang di dalamnya terdapat pengarahan atau struktur tertentu, yaitu :

rencana pelaksanaan, mengatur daftar pertanyaan dan membatasi jawaban,

memperhatikan karakteristik yang diwawancarai, membatasi aspek-aspek yang di

periksa. Biasanya wawancara terarah mempergunakan daftar pertanyaan yang telah

dipersiapkan (Soemitro, 1988:60).

Wawancara dilakukan terhadap para responden/subjek penelitian yaitu

beberapa hakim, beberapa panitera, para pihak yang berperkara dan advokat yang

berpraktek di Pengadilan Agama Salatiga. Metode ini digunakan untuk menggali data

tentang peranan advokat di Pengadilan Agama Salatiga dalam membantu klien

menemukan keadilan.

b. Observasi

Observasi adalah melihat dan mengamati kondisi kasus dan orang-orang

yang terlibat di dalamnya tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Sumanto,

1995:88-90). Observasi ini digunakan untuk menggali data yang berhubungan dengan

peranan para Advokat dengan melihat tingkah laku Advokat saat berada di

Pengadilan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu alat pengumpulan data melalui data tertulis

(Soekanto, 1984:21). Data tertulis tersebut berupa buku-buku, surat kabar, jurnal, dan

buku register pengadilan baik bulana maupun tahunan.

5. Analisis Data

Dalam sebuah penelitian setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah

melakukan penganalisisan terhadap data yang diperoleh. Analisis data merupakan hal

Page 22: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

yang penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat

memberikan arti dan makna yang berguna untuk menyelesaikan masalah penelitian.

Dalam analisis data ini penulis menggunakan analisis data deskriptif kualitatif.

Deskriptif yaitu penyelidikan yang menuturkan, menggambarkan, menganalisa, dan

mengklasifikasikan penyelidikan dengan teknik survey, interview dan observasi.

(Surakhmad, 1990:139)

Kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan statistik (Moleong, 2007:6).

Dalam melaksanakan analisa, peneliti bergerak diantara tiga komponen yaitu reduksi

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan yang aktivitasnya berbentuk interaksi

dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus.

Dalam menyusun data, penulis tidak menggunakan rumus-rumus statistik, akan

tetapi menggunakan bentuk tabulasi yaitu penyusunan dalam bentuk tabel. Lewat tabulasi

data lapangan akan tampak ringkas dan tersusun ke dalam satu tabel yang baik, data

dapat dibaca dengan mudah serta makna akan mudah dipahami. (Kuentjaraningrat,

1994:280)

6. Pengecekan Keabsahan Data

Setelah semua data terkumpul baik dari buku-buku maupun hasil dari wawancara,

maka langkah selanjutnya adalah pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan

data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini

dapat dicapai dengan jalan: membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara,

membandingkan hasil wawancara dari orang satu dengan yang lainnya, membandingkan

buku-buku yang berhubungan dengan penelitian dan membandingkan hasil wawancara

Page 23: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

dengan buku yang berhubungan dengan penelitian (Moleong,1989:195). Tujuan dari

pengecekan keabsahan data tersebut yaitu supaya memperoleh data yang valid.

7. Tahap-Tahap Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, penulis menentukan tema yang cocok untuk

diteliti serta mengumpulkan data-data yang sesuai dengan tema. Setelah itu, penulis

mencari permasalahan yang menarik untuk diteliti dan menentukan judul yang sesuai

dengan permasalahan.

Kemudian penulis melakukan observasi yang dilanjutkan dengan wawancara

kepada subjek penelitian yang bersangkutan di lapangan. Hasil dari observasi dan

wawancara dibandingkan dengan data-data lain, supaya tahu sesuai tidaknya data-data

yang ada dengan kenyataan yang telah terjadi di lapangan. Setelah semua data terkumpul,

langkah selanjutnya adalah penyusunan hasil penelitian ke dalam sebuah laporan

penelitian.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam rangka mempermudah proses pembahasan dan pencapaian ide dan tema

dalam penelitian ini, maka penulis merangkai dan merancang sistematika pembahasan ke

dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metodologi penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka yang meliputi kajian Advokat dalam perspektif islam, kajian

tentang peranan Advokat dalam UU No 18 tahun 2003 dan Kode Etik Advokat dan kajian

tentang peranan Advokat dalam pemberian jasa hukum di Pengadilan Agama

Page 24: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Bab III berisi tentang profil Pengadilan Agama Salatiga, data-data para klien yang

menggunakan Advokat dan yang tidak menggunakan Advokat, peranan Advokat di

Pengadilan Agama Salatiga dan faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat

menggunakan dan tidak menggunakan jasa Advokat.

Bab IV Analisis Terhadap peranan Advokat di Pengadilan Agama Salatiga dan

analisis terhadap faktor yang melatarbelakangi masyarakat menggunakan dan tidak

menggunakan jasa Advokat.

Bab V Penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian ini dan saran.

Page 25: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

BAB II

KAJIAN TENTANG PERANAN ADVOKAT

Advokat sebagai pemberi bantuan hukum atau jasa hukum kepada masyarakat atau klien

yang menghadapi masalah hukum keberadaannya sangat dibutuhkan. Masalah pemberian jasa

hukum oleh Advokat ternyata bukan sesuatu yang baru sekarang dilakukan. Pemberian jasa

hukum merupakan kebutuhan masyarakat untuk menyelesaikan perselisihan di antara mereka.

Advokat dapat berperan sebagai pendamping, pemberi nasehat hukum, atau menjadi kuasa

hukum untuk dan atas nama kliennya (Rosyadi, 2003:17).

Kajian tentang peranan Advokat adalah sebagai berikut:

A. Definisi Advokat

Kegiatan advokasi adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh seorang

Advokat atau penasehat hukum yang melaksanakan asas kebenaran, persamaan dihadapan

hukum, asas kepastian berdasarkan hukum, guna memperjuangkan hak-hak dan kewajiban

pihak yang didampingi dalam rangka mewujudkan kesetaraan hak-hak kewajiban masing-

masing pihak (Gofar, 2003:13).

Advokat berasal dari bahasa Latin yaitu “Advocatus” mengandung arti seorang

ahli hukum yang memberikan bantuan atau pertolongan dalam soal-soal hukum. Bantuan

atau pertolongan ini bersifat memberi nasehat-nasehat sebagai jasa-jasa baik, dalam

perkembangannya kemudian dapat diminta oleh siapapun yang memerlukan,

membutuhkannya untuk beracara dalam hukum (Wlas, 1989:2).

Berkaitan dengan penggunaan jasa Advokat, dijelaskan bahwa

Advokat/Pengacara adalah orang yang mewakili kliennya untuk melakukan tindakan

Page 26: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

hukum berdasarkan surat kuasa yang diberikan untuk pembelaan atau penuntutan pada

acara persidangan di Pengadilan atau beracara di Pengadilan. Advokat adalah termasuk

Penasehat Hukum, Pengacara dan para konsultan hukum (Pandu, 2001: 76).

Secara etimologi, Advokat berasal dari kata Advocate yang artinya penyokong

atau penganjur. Sedangkan secara terminologi tugas Advokat adalah melaksanakan

kegiatan advokasi yaitu suatu kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh seseorang atau

kelompok orang untuk menfasilitasi dan memperjuangkan hak-hak maupun kewajiban

klien seseorang atau kelompok berdasarkan aturan hukum yang berlaku (Mimbar hukum,

2003:13).

Di dalam UU No 18 Tahun 2003 Tentang Advokat diterangkan bahwa Advokat

adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar

Pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang ini.

B. Advokat Dalam Perspektif Islam

1. Sejarah Pemberian Jasa Hukum Dalam Islam

Pada dasarnya, pemberian jasa hukum kepada para pihak yang bersengketa

telah berlangsung sejak lama. Dalam catatan sejarah peradilan Islam, praktek

pemberian jasa hukum telah dikenal sejak zaman pra-Islam. Pada saat itu, meskipun

belum terdapat system peradilan yang terorganisir, setiap ada perssengketaan mengenai

hak milik, hak waris, dan hak-hak lainnya sering kali diselesaikan melalui bantuan juru

damai atau wasit yang ditunjuk oleh masing-masing pihak yang berselisih.

Pada masa pra-Islam pemberi bantuan jasa hukum itu harus memenuhi

beberapa kualifikasi. Di antara syarat yang terpenting bagi mereka adalah harus cakap

Page 27: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

dan memiliki kekuatan supranatural. Atas dasar persyaratan tadi, pada umumnya

pemberi jasa hukum itu terdiri atas ahli nujum. Karena itu dalam pemeriksaan dan

penyelesaian persengketaan dikalangan mereka lebih banyak menggunakan kekuatan

firasat daripada alat-alat bukti, seperti saksi atau pengakuan. (Rosyadi, 2003:36)

Pada waktu Islam datang dan berkembang yang dibawa oleh Nabi

Muhammad, praktek pemberian jasa hukum terus berjalan dan dikembangkan sebagai

alternatif penyelesaian sengketa dengan memodifikasi yang pernah berlaku pada masa

pra-Islam. Hal-hal yang bersifat takhayul dan syirik mulai dieliminir secara bertahap

dan disesuaikan dengan al-qur’an dan as-sunah. Pada awal perkembangan Islam, tradisi

pemberian bantuan jasa hukum lebih berkembang pada masyarakat Makkah sebagai

pusat perdagangan untuk menyelesaikan sengketa bisnis diantara mereka (Rosyadi,

2003:37).

Perkembangan pemberian jasa hukum lebih berkembang pada masa Umar bin

Khattab yang mulai melimpahkan wewenang peradilan kepada pihak lain yang

memiliki otoritas. Umar bin Khattab mulai membenahi lembaga peradilan untuk

memulihkan kepercayaan umat terhadap lembaga peradilan.

Pembicaraan Advokat dalam perspektif sejarah Islam tidak bisa dilepaskan

dengan perkembangan hukum Islam itu sendiri yang mengikuti geraknya masyarakat

pada waktu itu. Nabi Muhammad SAW, sebagai figure tunggal yang sangat dipercaya

telah memberikan contoh bagi umat, tentang bagaimana beliau menyelesaikan sengketa

dengan cara yang dapat diterima oleh semua pihak tanpa menimbulkan keraguan dan

penyesalan (Rosyadi, 2003:38).

2. Profesi Jasa Hukum Dalam Perspektif Islam

Page 28: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Profesi jasa hukum dalam perspektif Islam ada tiga kategori yaitu hakam,

mufti, dan mashalaih-alaih. Fungsi mereka sama halnya seperti advokat, pengacara,

konsultan hukum atau penasehat hukum yang berperan sebagai pemberi jasa hukum

(Rosyadi, 2003: 39).

a. Hakam

Hakam adalah orang yang ditunjuk sebagai penengah dalam

menyelesaikan sengketa.

Sumber hukumnya adalah firman Allah QS. An-Nisa’: 35 yaitu :

Page 29: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Artinya:

“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah

seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan.

Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah

memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi

Maha Mengenal”.

Tugas dan Fungsi Hakam:

1. Tugas hakam yaitu memberikan bantuan, nasehat mengenai perkara yang

ditanganinya sesuai dengan hukum yang ada.

2. Fungsi hakam adalah berusaha mendamaikan para pihak yang bersengketa,

supaya menyelesaikan masalahnya secara damai atau kekeluargaan.

b. Mufti

Mufti adalah orang yang memberi fatwa. Fatwa pada dasarnya sama

dengan memberikan nasehat kepada seseorang yang belum mengetahui tentang

sesuatu.

Sumber hukum mufti adalah QS. An-Nisa’ ayat 176 yaitu :

Page 30: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Artinya :

mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah) Katakanlah: "Allah memberi

fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak

mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang

perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-

laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak;

tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari

harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri

dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki

sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini)

kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Tugas dan fungsi Mufti yaitu memberikan putusan hukum dalam masalah tertentu,

tetapi bersifat tidak mengikat bagi yang meminta fatwa. (Rosyadi, 2003:47)

c. Mushalih-Alaih

Mushalih-Alaih adalah suatu jenis aqad (perjanjian) untuk mengakhiri perlawanan

antara dua orang yang berlawanan. (Rosyadi, 2003:51)

Sumber hukum Mushalih-Alaih yaitu QS.AL-Hujarat ayat 9 yaitu:

Page 31: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Artinya:

”Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah

kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian

terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai

surut kembali pada perintah Allah. kalau dia telah surut, damaikanlah antara

keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil, sesungguhnya Allah

mencintai orang-orang yang berlaku adil”.

C. Peranan Advokat Dalam UU No 18 Tahun 2003

Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan

kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan

keadilan. Oleh karena itu, selain pelaku kekuasaan kehakiman yaitu mahkamah agung dan

mahkamah konstitusi, badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan

kehakiman juga harus mendukung terlaksananya kekuasaan kehakiman yang merdeka.

Salah satunya adalah profesi Advokat yang bebas, mandiri dan bertanggung jawab yang

selanjutnya diatur dalam UU No 18 Tahun 2003.

Dalam menjalankan profesinya, peranan yang harus diberikan seorang Advokat

adalah

1. Memberikan konsultasi hukum

2. Memberikan bantuan hukum

3. Menjalankan kuasa atas nama klien

4. Mewakili klien

5. Mendampingi klien

Page 32: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

6. Membela klien

7. Melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien

Melalui jasa hukum yang diberikan, Advokat menjalankan tugas profesinya demi

tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat pencari keadilan baik

di dalam maupun di luar Peradilan (UU Advokat, 2003:23).

Dalam UU ini diatur secara komprehensif berbagai ketentuan penting yang

melingkupi profesi Advokat, dengan tetap mempertahankan prinsip kebebasan dan

kemandirian Advokat seperti dalam pengangkatan, pengawasan, dan penindakan serta

ketentuan bagi pengembangan organisasi Advokat yang kuat dimasa mendatang. Di

samping itu diatur pula berbagai prinsip dalam penyelenggaraan tugas profesi Advokat

khususnya dalam peranannya dalam menegakkan keadilan serta terwujudnya prinsip-

prinsip negara hukum pada umumnya.

Dalam pasal 4 ayat (1) sebelum menjalankan profesinya, Advokat wajib

bersumpah menurut agamanya atau janji dengan sungguh-sungguh di sidang terbuka

Pengadilan Tinggi di wilayah domisili hukumnya.

Ketentuan dalam pasal 5 ayat (1) UU Advokat memberikan status kepada

Advokat sebagai penegak hukum yang mempunyai kedudukan setara dengan penegak

hukum lainnya dalam menegakkan hukum dan keadilan. Dengan demikian profesi Advokat

mempunyai peran penting dalam upaya penegakan hukum. Setiap proses hukum baik

pidana, perdata, tata usaha negara bahkan tata negara selalu melibatkan profesi Advokat

yang kedudukannya setara dengan penegak hukum lainnya. Misalnya dalam upaya

pemberantasan korupsi, terutama praktik mafia peradilan, Advokat dapat berperan besar

dalam mengatur mata rantai praktik mafia peradilan yang terjadi. Peran tersebut dijalankan

Page 33: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

atau tidak tergantung kepada profesi Advokat dan organisasi Advokat yang telah dijamin

kemerdekaan dan kebebasannya dalam Undang-Undang Advokat.

Untuk mewujudkan profesinya, Advokat juga berfungsi sebagai penegak hukum

dan keadilan juga ditentukan oleh Organisasi Advokat. Undang-Undang Advokat telah

memberikan aturan tentang pengawasan, tindakan-tindakan terhadap pelanggaran, dan

pemberhentian Advokat yang pelaksanaannya dijalankan oleh Advokat. Dalam pasal 6 UU

No 18 Tahun 2003 seorang Advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan:

a. Mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya

b. Berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan seprofesinya

c. Bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan yang

menunjukkan sikap tidak hormat terhadap hukum, peraturan perundang-undangan, atau

peradilan

d. Berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau harkat dan

martabat profesinya

e. Melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan atau perbuatan

tercela

f. Melanggar sumpah atau janji Advokat dan/atau kode etik profesi Advokat

Dalam pasal 7 ayat (1) dijelaskan bahwa jenis tindakan yang dikenakan terhadap

Advokat dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis, pemberhentian sementara dari

profesinya selama 3 (tiga) sampai (12 dua belas) bulan, dan pemberhentian tetap dari

profesinya.

Dalm pasal 18 (1) Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang

membedakan perlakuan terhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik,

Page 34: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

keturunan, ras, atau latar belakang sosial dan budaya. Dalam bab VI tentang bantuan

hukum cuma-cuma pada pasal 22 dijelaskan bahwa Advokat wajib memberikan bantuan

hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Ketentuan

mengenai persyaratan dan tatacara pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma, diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Dalam menjalankan peranannya, seorang

Advokat wajib tunduk dan mematuhi Kode Etik Profesi Advokat dan Ketentuan

Kehormatan Organisasi Advokat.

D. Peranan Advokat Dalam Kode Etik Advokat

Kode Etik ini bersifat mengikat serta wajib dipatuhi oleh mereka yang menjalankan

profesi Advokat/Penasehat Hukum sebagai pekerjaannya (sebagai mata pencaharian-nya)

maupun oleh mereka yang bukan Advokat/Penasehat Hukum akan tetapi menjalankan

fungsi sebagai Advokat/Penasehat Hukum atas dasar kuasa insidentil atau yang dengan

diberikan izin secara insidentil dari pengadilan setempat (www.makalahdanskripsi, diakses

tanggal 7 oktober 2010).

Kode etik pada pokoknya mengatur tentang hal kepribadian Advokat, hubungan

dengan klien, hubungan dengan teman sejawat, cara bertindak dalam menangani perkara

dan memuat ketentuan-ketentuan lainnya (Wlas, 1989:12).

Dalam pasal 3 (b) disebutkan bahwa Advokat dalam melakukan tugasnya tidak

bertujuan semata-mata untuk memperoleh imbalan materi tetapi lebih mengutamakan

tegaknya Hukum, Kebenaran dan Keadilan. Selain itu dalam pasal 3 (c) disebutkan bahwa

Advokat dalam menjalankan profesinya adalah bebas dan mandiri serta tidak dipengaruhi

oleh siapapun dan wajib memperjuangkan hak-hak asasi manusia dalam Negara Hukum

Page 35: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Indonesia.

Pada dasarnya, Kode Etik Advokat dan Undang-Undang Advokat mengatur tentang

hubungan Advokat dengan Klien dan Hubungan Advokat dengan teman sejawat. Hubungan

antara Advokat dengan klien diatur di dalam Pasal 4 Kode Etik Advokat, yaitu:

a. Advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan

jalan damai.

b. Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien

mengenai perkara yang sedang diurusnya.

c. Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang

ditanganinya akan menang.

d. Dalam menentukan besarnya honorarium Advokat wajib mempertimbangkan

kemampuan klien.

e. Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu.

f. Advokat dalam mengurus perkara cuma-cuma harus memberikan perhatian yang

sama seperti terhadap perkara untuk mana ia menerima uang jasa.

g. Advokat harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada

dasar hukumnya.

h. Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh

klien secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya

hubungan antara Advokat dan klien itu.

i. Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat

yang tidak menguntungkan posisi klien atau pada saat tugas itu akan dapat

Page 36: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi klien yang bersangkutan,

dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf (a).

Hubungan antara Advokat dengan klien sangat erat kaitannya dengan pekerjaan

utama Advokat sebagai profesi seperti: pemberian nasihat hukum kepada masyarakat yang

memerlukannya, pembelaan kepentingan masyarakat, membuat draf kontrak (perjanjian)

bagi kepentingan para pihak yang berminat untuk mengadakan hubungan dagang atau

hubungan kerja, memfasilitasi kepentingan masyarakat yang menjadi kliennya dalam suatu

proses perundingan guna menyelesaikan perselisihan hukum dan lain-lain.

Adapun bentuk peranan Advokat yang tertian dalam Kode Etik Advokat yaitu

1. Memperjuangkan Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Indonesia

2. Melaksanakan Kode Etik Advokat

3. Memegang teguh sumpah Advokat dalam rangka menegakkan hukum, keadilan dan

kebenaran

4. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan Advokat terhadap masyarakat

5. Menangani perkara-perkara sesuai Kode Etik Advokat

6. Membela klien dengan cara jujur dan bertanggung jawab

7. Menjaga hubungan baik dengan klien maupun dengan teman sejawat antara sesama

Advokat yang didasarkan pada kejujuran, kerahasiaan dan keterbukaan serta saling

menghargai dan mempercayai

8. Memberikan nasehat hukum

9. Memberikan konsultasi hukum

Page 37: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

10. Membela kepentingan hukum

11. Mewakili klien dimuka pengadilan

12. Memberikan bantuan hukum dengan cuma-cuma kepada rakyat yang lemah dan tidak

mampu (Rambe, 2001:29).

Di dalam pelaksanaan Kode Etik Advokat, sering sekali terjadi pelanggaran-

pelanggaran terhadap Kode Etik yang dilakukan oleh para Advokat. Terhadap pelanggaran-

pelanggaran Kode Etik Advokat tersebut, Kode Etik Advokat telah mengatur mengenai

hukum acara pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh Advokat.

Dengan adanya pelanggaran-pelanggaran, seorang Advokat dapat dikenai sanksi

seperti yang tertuang dalam pasal 16 ayat 1 yaitu hukuman yang diberikan dalam keputusan

Majelis Dewan Kehormatan dapat berupa:

1. Peringatan biasa

2. Peringatan keras

3. Pemberhentian sementara untuk waktu tertentu

4. Pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi

E. Peranan Advokat Di Pengadilan Agama

Peran Advokat dalam memberikan jasa hukum bagi kepentingan klien dengan

tujuan untuk melakukan islah bagi para pihak yang bersengketa sangat menentukan.

Maksudnya dengan peran di sini adalah bagaimana ia dapat menjalankan profesinya sesuai

dengan tugas dan fungsinya serta Kode Etik dan sumpah Advokat. Sedangkan yang

Page 38: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

dimaksud dengan pemberian jasa hukum yang dilakukan Advokat adalah mendampingi,

menjadi kuasa, memberikan bantuan hukum kepada kliennya bersifat sosial. (Rosyadi,

2003:64)

Dalam menjalankan profesinya seorang Advokat harus memegang teguh sumpah

Advokat dalam rangka menegakkan hukum , keadilan, dan kebenaran. Advokat adalah

profesi yang bebas, yang tidak tunduk pada hirarki jabatan dan tidak tunduk pada perintah

atasan, dan hanya menerima perintah atau order atau kuasa dari klien berdasarkan

perjanjian yang bebas, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang tunduk pada kode etik

profesi Advokat dan tidak tunduk pada kekuasaan publik (Rambe, 2001:33).

Selama ini terdapat kesan pro dan kontra di masyarakat terhadap peran Advokat

yang berpraktek di Pengadilan. Oleh karena itu, seorang Advokat yang akan melakukan

praktek di Pengadilan Agama untuk mendampingi kliennya atau menjadi kuasa atas nama

kliennya agar mendapat simpatik dari masyarakat tentu harus mengikuti hukum acara yang

berlaku di lingkungan Peradilan Agama. Dengan mengikuti aturan ini dapat meminimalkan

praktek yang menyimpang, sehingga dapat dipertanggungjawabkan prosedurnya. Prosedur

mendapatkan jasa hukum Advokat adalah berkaitan dengan aturan baku yang ditetapkan

hukum acara di lingkungan Peradilan Agama maupun aturan kepengacaraan yang berlaku

(Rosyadi, 2003:65).

Hukum acara yang berlaku di Pengadilan Agama diatur dalam Bab IV UU No. 7

Tahun 1989 mulai pasal 54-105. pasal 54 menyatakan:

“Hukum acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan agama adalah

hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum,

kecuali yang telah diatur secara khusus dalam undang-undang ini”.

Page 39: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Hukum acara perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara

bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka pengadilan dan cara bagaimana

pengadilan itu harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan

hukum perdata (Projodikoro, 1978:13).

Perkara perdata yang menjadi kekuasaan absolut peradilan agama mengenai

perkara-perkara tertentu antara orang-orang yang beragama islam adalah seperti yang

diatur pada pasal 49 yaitu perkawinan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan

hukum islam, wakaf dan shadaqoh. Perkara-perkara yang diajukan oleh para pihak yang

bersengketa kepada pihak Pengadilan Agama, bagian terbesar adalah masalah perkawinan

yang berkaitan dengan perceraian dengan segala akibat hukumnya. Prosedur acara bidang

perkawinan, bila terjadi persengketaan atau masalah yang timbul dari para pihak untuk

mengajukan gugatan: perkara cerai talak diatur melalui pasal 66-72, perkara cerai gugat

diatur melalui pasal 73-86 dan perkara cerai dengan alasan zina diatur melalui pasal 87-88.

Keberadaan Advokat untuk berperan dalam memberikan jasa hukum kepada pihak-

pihak yang bersengketa dalam perkawinan, khususnya perceraian diatur melalui pasal 73

ayat 1 yaitu:

“Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah

hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja

meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat.”

Pasal ini mengatur gugatan cerai yang dilakukan oleh seorang istri kepada

suaminya, baik secara langsung ke pengadilan agama maupun melalui jasa seorang

Advokat dengan menggunakan surat kuasa kepada advokat untuk melakukan tindakan

hukum. Surat kuasa adalah suatu dokumen penting yang melahirkan perjanjian antara pihak

Page 40: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

klien dan advokat. Tanpa surat kuasa dari para pihak, maka Advokat tidak mempunyai

wewenang untuk melakukan tindakan hukum apapun yang mengatasnamakan para pihak

dalam menyelesaikan perkara. Surat kuasa dilakukan dalam bentuk kontrak antara pihak

pemberi kuasa (klien) kepada yang menerima kuasa (Advokat). (rosyadi, 2003:66)

Peran Advokat dalam memberi jasa hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa,

terlebih dahulu mendamaikan melalui berbagai cara. Misalnya dengan menhubungi pihak

suami-istri, pihak keluarga masing-masing,dan lain-lain. Apabila perceraian sudah terjadi di

Pengadilan, maka para pihak harus siap menerima segala putusan pengadilan dengan segala

resiko. Peran Advokat dalam hal ini adalah memberikan kekuatan moril dengan

menjelaskan segala kesalahan, kekurangan dan kelemahan kliennya agar dapat menerima

putusan itu secara ikhlas (Rosyadi, 2003:68).

Peran Advokat yang berpraktek di Pengadilan Agama dalam memberikan jasa

hukum dianggap positif bagi pencari kebenaran dan penegakan keadilan. Peran positif

Advokat berupa:

1) Mempercepat penyelesaian administrasi, baik permohonan cerai talak maupun gugatan

cerai bagi kelancaran persidangan di pengadilan

2) Membantu menghadirkan para pihak yang berperkara di pengadilan sesuai dengan

jadual persidangan

3) Memberikan pemahaman hukumyang berkaitan dengan duduk perkara dan posisinya,

terhadap para pihak dalam menyampaikan permohonan atau gugatan atau menerima

putusan pengadilan agama

4) Mendampingi para pihak yang berperkara di Pengadilan Agama, sehingga merasa

terayomi keadilannya

Page 41: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

5) Mewakili para pihak yang tidak dapat hadir dalam proses persidangan lanjutan,

sehingga memperlancar proses persidangannya

6) Dalam memberikan bantuan hukum, sebagai Advokat professional, tetap menjunjung

tinggi sumpah Advokat, kode etik profesi dalam menjalankan peran sesuai dengan

tugas dan fungsinya. (Rosyadi, 2003:70)

Keuntungan menggunakan Advokat ini, mulai dari proses administrasi sampai

pendaftaran pengajuan gugatan pihak penggugat selalu didampingi Advokat. Kemudian di

dalam persidangan mereka hanya mengikuti satu kali saja pada saat persidangan

pendahuluan. Setelah itu mereka tidak mengikuti lagi, karena proses selanjutnya diserahkan

kepada pengacaranya sampai selesai dan terjadi putusan oleh pihak pengadilan mereka

datang lagi untuk mendengarkan langsung dan terkadang hanya menerima surat putusan

saja. Dalam proses ini dapat dikatakan selama persidangan yang banyak terlibat justru

antara pihak Advokat dengan Advokat bersama hakim di Pengadilan.

Peran yang harus diperhatikan adalah dalam proses penegakan keadilan dan

suplemasi hukum yang mesti dikedepankan, karena proses mencari keadilan bukan masalah

menang atau kalah, tetapi bagaimana keadilan itu dapat dicapai sesuai dengan hukum dan

fakta yang mendukungnya (Rosyadi, 2003:71).

Page 42: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

BAB III

PERAN ADVOKAT DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA

A. Profil Pengadilan Agama Salatiga

Pengadilan Agama memiliki peran penting dalam penyelesaian masalah yang

berkaitan dengan umat muslim, khususnya masalah Perdata Islam. Jadi segala perkara

Perdata Islam yang menyangkut kehidupan umat muslim, penyelesaiannya adalah menjadi

wewenang Pengadilan Agama. Ketentuan ini tertulis dalam Undang-undang No. 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan pasal 63 ayat 1 yang berbunyi: “Yang dimaksud dengan

Pengadilan dalam Undang-Undang ini adalah Pengadilan Agama bagi mereka yang beragama

Islam, Pengadilan Umum bagi lainnya.”. Wewenang Pengadilan Agama tersebut dibagi

menjadi 2, yaitu:

1. Kewenangan Absolut

Kewenangan Absolut yaitu kewenangan Pengadilan untuk mengadili berdasarkan

materi hukum (hukum materiil). (Musthofa,2005:9). perkara-perkara yang boleh

ditangani Pengadilan Agama, yaitu:

a. Pencegahan Perkawinan

b. Perwalian

c. Cerai Talak

d. Pengesahan anak

e. Dispensasi Kawin

f. Waris

g. Izin Poligami

Page 43: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

h. Harta Bersama

i. Hibah

j. Cerai Gugat

k. Wakaf

l. Wasiat

m. Penguasaan Anak

2. Kewenangan Relatif

Kewenangan Relatif yaitu yaitu kekuasaan mengadili berdasarkan wilayah atau

daerah. Kewenangan ini berdasarkan tempat atau kedudukannya. Pengadilan Agama

berkedudukan di kota atau di ibu kota kabupaten maka daerah hukumnya meliputi

wilayah Kota atau Kabupaten. (Musthofa,2005:11)

Pengadilan Agama Salatiga membawahi daerah hukum meliputi seluruh wilayah

Kota Salatiga dan beberapa Kecamatan yang secara adiministrasi termasuk wilayah

Kabupaten. Wilayah tersebut meliputi:

a. Wilayah Kota Salatiga

1) Kecamatan Sidorejo

2) Kecamatan Sidomukti

3) Kecamatan Tingkir

4) Kecamatan Argomulyo

b. Kabupaten Semarang.

1) Kecamatan Tuntang

2) Kecamatan Tengaran

Page 44: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

3) Kecamatan Susukan

4) Kecamatan Pabelan

5) Kecamatan Suruh

6) Kecamatan Beringin

7) Kecamatan Getasan

Pengadilan Agama Salatiga dilaksanakan melalui lembaga-lembaga di bawah

pimpinan Ketua. Berikut ini struktur organisasi Pengadilan Agama Salatiga:

B. Data Perkara Di Pengadilan Agama Salatiga

Seperti telah ditulis sebelumnya, bahwa kewenangan Pengadilan Agama sangat

banyak, namun kebanyakan perkara yang masuk adalah perkara perceraian. Oleh karena itu,

Ketua

Drs. H. Masruhan MS, SH. Wakil Ketua

Dra. Hj. Erni Zurnilah, MH

Panitera/Sekretaris

Sakir, SH.,SHI

Wakil Panitera

Hj.Robikah Maskimayah,SH.

Jurusita

Khalim Mudrik Masruhan

Wakil Sekretaris

M.Nur Agus Achmadi, SH.

Ka Ur Umum

M. Azim Rozi.

Ka Ur Kepegawaian

Pujiyati

Ka Ur Keuangan

Siti Hindunyati

PanMud Hukum

Dra.Widad

PanMud Permohonan

Handayani, SH.

PanMud Gugatan

Mamnukhin, SH.

Jurusita Penganti

Danang prasetyo

M. Nawal Annaji

Panitera Pengganti

1. M.N. Agus Achmadi, SH

2. Imam Yasykur, BA.

3. Fadlan Hasyim, S.Ag

4. Miftah Jauhhara, SH.

5. Handayani, SH.

6. Wasilatun, SH.

7. Fitri Ambarwati, SH.

Hakim

Drs. H.Noer Hadi, MH

Drs. H. Mahmud, SH

Dra. Hj. Farida, SH.

Drs.Supangat

Hakim

Dra. Hj.Muhlisoh, MH

H. Suyanto, SH

Muhsin SH

Page 45: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

penggunaan jasa Advokat hanya terjadi dalam perkara perceraian, baik cerai gugat maupun

cerai talak.

Di bawah ini penulis akan menyajikan data perkara yang telah masuk ke Pengadilan

Agama Salatiga dari bulan september sampai bulan oktober tahun 2010. perkara tersebut

meliputi perkara gugatan maupun permohonan. Jumlah perkara yang masuk dari bulan

sebtember hingga Oktober tahun 2010 adalah 166 perkara. Perkara yang menggunakan jasa

Advokat dari bulan September hingga Oktober tahun 2010 adalah 20 perkara. Di bawah ini

penulis menyajikan data dalam bentuk tabel.

Tabel 1.1 Perkara Bulan September Tahun 2010

NO

NOMOR

PERKARA

JENIS

PERKARA

1 0638/G/2010 Cerai Gugat

2 0639/G/2010 Cerai Gugat

3 0640/G/2010 Cerai Gugat

4 0641/G/2010 Cerai Gugat

5 0642/G/2010 Cerai Gugat

6 0643/G/2010 Cerai Gugat

7 0644/G/2010 Cerai Talak

8 0645/G/2010 Cerai Gugat

9 0646/G/2010 Cerai Gugat

10 0647/G/2010 Cerai Gugat

11 0648/G/2010 Cerai Gugat

12 0649/G/2010 Cerai Talak

Page 46: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

13 0650/G/2010 Cerai Gugat

14 0651/G/2010 Cerai Gugat

15 0630/G/2010 Dispensasi Nikah

16 0652/G/2010 Cerai Gugat

17 0653/G/2010 Cerai Talak

18 0654/G/2010 Cerai Talak

19 0655/G/2010 Cerai Talak

20 0656/G/2010 Cerai Gugat

21 0631/G/2010 Penetapan Waris

22 0632/G/2010 Pengangkatan Anak

23 0657/G/2010 Cerai Gugat

24 0658/G/2010 Cerai Talak

25 0659/G/2010 Cerai Gugat

26 0660/G/2010 Cerai Gugat

27 0661/G/2010 Cerai Gugat

28 0662/G/2010 Cerai Talak

29 0663/G/2010 Cerai Gugat

30 0664/G/2010 Cerai Gugat

31 0665/G/2010 Cerai Gugat

32 0666/G/2010 Cerai Talak

33 0667/G/2010 Cerai Talak

34 0668/G/2010 Cerai Talak

35 0669/G/2010 Cerai Talak

Page 47: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

36 0670/G/2010 Cerai Gugat

37 0671/G/2010 Cerai Talak

38 0672/G/2010 Cerai Talak

39 0673/G/2010 Cerai Gugat

40 0674/G/2010 Cerai Talak

41 0675/G/2010 Cerai Gugat

42 0676/G/2010 Cerai Talak

43 0677/G/2010 Cerai Gugat

44 0678/G/2010 Cerai Talak

45 0679/G/2010 Cerai Gugat

46 0680/G/2010 Cerai Gugat

47 0681/G/2010 Cerai Talak

48 0682/G/2010 Cerai Gugat

49 0683/G/2010 Cerai Gugat

50 0684/G/2010 Cerai Gugat

51 0685/G/2010 Cerai Talak

52 0686/G/2010 Cerai Gugat

53 0687/G/2010 Cerai Gugat

54 0688/G/2010 Cerai Gugat

55 0689/G/2010 Cerai Gugat

56 0690/G/2010 Cerai Gugat

57 0691/G/2010 Cerai Talak

58 0692/G/2010 Cerai Talak

Page 48: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

59 0693/G/2010 Cerai Talak

60 0694/G/2010 Cerai Gugat

61 0695/G/2010 Cerai Gugat

62 0696/G/2010 Cerai Talak

63 0697/G/2010 Cerai Gugat

64 0698/G/2010 Cerai Gugat

65 0699/G/2010 Cerai Talak

66 0700/G/2010 Cerai Gugat

67 0701/G/2010 Cerai Talak

68 0702/G/2010 Cerai Gugat

69 0703/G/2010 Cerai Gugat

70 0704/G/2010 Cerai Gugat

71 0033/G/2010 Dispensasi Nikah

72 0705/G/2010 Cerai Talak

73 0706/G/2010 Cerai Gugat

74 0707/G/2010 Cerai Gugat

75 0708/G/2010 Cerai Talak

76 0709/G/2010 Cerai Gugat

77 0710/G/2010 Cerai Gugat

78 0711/G/2010 Cerai Gugat

79 0712/G/2010 Cerai Talak

Tabel 1.2 Perkara Bulan Oktober Tahun 2010

Page 49: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

NO

NOMOR

PERKARA

JENIS

PERKARA

1 0713/G/2010 Cerai Talak

2 0714/G/2010 Cerai Talak

3 0715/G/2010 Cerai Gugat

4 0716/G/2010 Cerai Talak

5 0717/G/2010 Cerai Gugat

6 0718/G/2010 Cerai Talak

7 0719/G/2010 Cerai Talak

8 0720/G/2010 Cerai Gugat

9 0721/G/2010 Cerai Talak

10 0722/G/2010 Cerai Gugat

11 0723/G/2010 Cerai Gugat

12 0724/G/2010 Cerai Gugat

13 0034/G/2010 Pengasuhan Anak

14 0725/G/2010 Cerai Gugat

15 0726/G/2010 Cerai Gugat

16 0727/G/2010 Cerai Talak

17 0728/G/2010 Cerai Gugat

18 0729/G/2010 Cerai Gugat

19 0730/G/2010 Cerai Gugat

20 0731/G/2010 Cerai Gugat

21 0732/G/2010 Cerai Talak

Page 50: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

22 0733/G/2010 Cerai Gugat

23 0734/G/2010 Cerai Gugat

24 0735/G/2010 Cerai Gugat

25 0736/G/2010 Cerai Talak

26 0737/G/2010 Cerai Talak

27 0738/G/2010 Cerai Gugat

28 0739/G/2010 Cerai Gugat

29 0740/G/2010 Cerai Gugat

30 0741/G/2010 Cerai Gugat

31 0742/G/2010 Cerai Talak

32 0743/G/2010 Cerai Gugat

33 0744/G/2010 Cerai Talak

34 0745/G/2010 Cerai Talak

35 0746/G/2010 Cerai Talak

36 0747/G/2010 Cerai Talak

37 0748/G/2010 Cerai Gugat

38 0749/G/2010 Cerai Talak

39 0750/G/2010 Cerai Gugat

40 0751/G/2010 Cerai Talak

41 0752/G/2010 Cerai Gugat

42 0753/G/2010 Cerai Gugat

43 0754/G/2010 Cerai Talak

44 0755/G/2010 Cerai Gugat

Page 51: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

45 0756/G/2010 Cerai Gugat

46 0757/G/2010 Cerai Gugat

47 0758/G/2010 Cerai Gugat

48 0759/G/2010 Cerai Gugat

49 0760/G/2010 Cerai Gugat

50 0761/G/2010 Poligami

51 0762/G/2010 Cerai Gugat

52 0763/G/2010 Cerai Talak

53 0764/G/2010 Cerai Talak

54 0765/G/2010 Cerai Talak

55 0766/G/2010 Cerai Gugat

56 0767/G/2010 Cerai Gugat

57 0768/G/2010 Cerai Gugat

58 0769/G/2010 Cerai Talak

59 0770/G/2010 Cerai Talak

60 0771/G/2010 Cerai Talak

61 0772/G/2010 Cerai Talak

62 0773/G/2010 Cerai Gugat

63 0774/G/2010 Cerai Talak

64 0775/G/2010 Cerai Gugat

65 0776/G/2010 Cerai Gugat

66 0777/G/2010 Cerai Talak

67 0778/G/2010 Cerai Gugat

Page 52: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

68 0779/G/2010 Cerai Gugat

69 0780/G/2010 Cerai Gugat

70 0781/G/2010 Cerai Gugat

71 0782/G/2010 Cerai Gugat

72 0783/G/2010 Cerai Talak

73 0784/G/2010 Cerai Talak

74 0785/G/2010 Cerai Talak

75 0786/G/2010 Cerai Talak

76 0787/G/2010 Cerai Talak

77 0788/G/2010 Cerai Gugat

78 0789/G/2010 Cerai Gugat

79 0790/G/2010 Cerai Talak

80 0791/G/2010 Cerai Talak

81 0792/G/2010 Cerai Talak

82 0793/G/2010 Cerai Gugat

83 0794/G/2010 Cerai Talak

84 0795/G/2010 Cerai Gugat

85 0796/G/2010 Cerai Talak

86 0797/G/2010 Cerai Talak

87 0798/G/2010 Cerai Talak

Tabel 1.3 Perkara Yang Menggunakan Jasa Advokat

di Bulan Sebtember Tahun 2010

Page 53: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

NO

NOMOR

PERKARA

JENIS

PERKARA

1 0642/G/2010 Cerai Gugat

2 0650/G/2010 Cerai Gugat

3 0651/G/2010 Cerai Gugat

4 0683/G/2010 Cerai Gugat

5 0694/G/2010 Cerai Gugat

6 0697/G/2010 Cerai Gugat

7 0698/G/2010 Cerai Gugat

8 0709/G/2010 Cerai Gugat

Tabel 1.4 Perkara Yang Menggunakan Jasa Advokat

di Bulan Oktober Tahun 2010

NO

NOMOR

PERKARA

JENIS

PERKARA

1 0721/G/2010 Cerai Talak

2 0722/G/2010 Cerai Gugat

3 0723/G/2010 Cerai Gugat

4 0728/G/2010 Cerai Gugat

5 0730/G/2010 Cerai Gugat

6 0744/G/2010 Cerai Talak

7 0746/G/2010 Cerai Talak

Page 54: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

8 0751/G/2010 Cerai Talak

9 0753/G/2010 Cerai Gugat

10 0758/G/2010 Cerai Gugat

11 0767/G/2010 Cerai Gugat

12 0768/G/2010 Cerai Gugat

C. Peranan Advokat Dalam Menangani Perkara Di Pengadilan Agama Salatiga

1. Prosedur Berperkara (Perceraian) Di Pengadilan Agama Salatiga

a. Prosedur Berperkara Tanpa Menggunakan Jasa Advokat

Prosedur berperkara di Pengadilan Agama adalah pertama-tama

Penggugat/Pemohon yang belum bisa membuat surat gugatan/permohonan diterima

oleh petugas di bagian Prameja untuk dibantu membuat surat gugatan/permohonan,

bagi yang sudah memiliki surat gugatan/permohonan sesuai dengan ketentuan tidak

perlu melewati prameja. Surat gugatan/permohonan diserahkan ke meja 1 untuk

ditaksir biaya perkaranya dan dibuatkan SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar)

rangkap tiga yang sudah dipertimbangkan jarak dan kondisi daerah tempat tinggal

para pihak, kemudian dikembalikan kepada Penggugat/Pemohon.

Penggugat/Pemohon membayar panjar biaya perkara dibagian kasir dan

menyerahkan berkas gugatan/permohonan yang sudah dilengkapi SKUM. Bagian

kasir menerakan nomor perkara sesuai nomor SKUM, menandatangani SKUM,

memberi cap pembayaran, memasukkan perkara ke dalam jurnal dan menyerahkan

ke meja II.

Page 55: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Kemudian di meja II petugas memasukkan berkas perkara ke buku register,

memberikan salinan berkas kepada Penggugat/Pemohon dan Wakil Panitera. Wakil

Panitera mencatat berkas ke buku pantauan dan menyerahkan kepada Panitera.

Panitera menyampaikan berkas perkara kepada Ketua Pengadilan. Selanjunya Ketua

Pengadilan menunjuk Hakim Ketua Majlis dan anggotanya untuk menangani perkara

tersebut dan mengembalikan berkas kepada Panitera, lalu Panitera menunjuk

Panitera Pengganti dan menyerahkan berkas kepada Hakim Ketua Majlis yang telah

ditunjuk Ketua Pengadilan. Setelah berkas perkara diterima, Hakim Ketua Majlis

menetapkan hari sidang dan memberitahu hakim anggotanya, kemudian

memerintahkan Juru Sita untuk memanggil para pihak. Pemanggilan oleh Juru

Sita/Juru Sita Pengganti dilakukan sekurang-kurangnya tiga hari sebelum hari

sidang.

Pada hari yang telah ditentukan yaitu sidang pertama, ketua majlis terlebih

dahulu memeriksa para pihak yang berperkara dan menganjurkan upaya

damai/mediasi, jika gagal sidang dilanjutkan dengan pembacaan

gugatan/permohonan pada sidang kedua dan pada sidang ketiga dilanjutkan dengan

pemberian jawaban dari Tergugat/Termohon secara langsung.

Pada sidang keempat Penggugat/Pemohon menyampaikan alasan-alasan

gugatan/permohonan yang kemudian disusul pada sidang kelima dengan jawaban

dari Tergugat/Termohon secara langsung. Sidang keenam, dilanjutkan dengan

pembuktian dari para pihak yang bersengketa. Pembuktian dapat berupa pembuktian

surat maupun saksi yang minimal dua orang. Kemudian pemeriksaan dan

menyumpah para saksi oleh Hakim. Setelah itu, sidang ditunda untuk kesimpulan

Page 56: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

oleh Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon secara langsung. Setelah

kesimpulan pada sidang ketujuh, sidang dilanjutkan dengan musyawarah Hakim dan

pembacaan putusan oleh Majlis Hakim.

b. Prosedur Berperkara Dengan Menggunakan Jasa Advokat

Prosedur berperkara di Pengadilan Agama adalah pertama-tama

Penggugat/Pemohon atau melalui kuasa hukumnya (Advokat) mengajukan surat

gugatan/permohonan yang dilengkapi dengan Surat Kuasa Advokat yang sudah

dilegalisir ke meja I untuk ditaksir biaya perkaranya dan dibuatkan SKUM (Surat

Keterangan Untuk Membayar) rangkap tiga yang sudah dipertimbangkan jarak dan

kondisi daerah tempat tinggal para pihak, kemudian dikembalikan kepada

penggugat/pemohon atau kuasanya. Penggugat/Pwemohon atau kuasa hukumnya

membayar panjar biaya perkara dibagian kasir dan menyerahkan berkas

gugatan/permohonan yang sudah dilengkapi SKUM dan juga surat kuasa Advokat

yang mendampinginya. Bagian kasir menerakan nomor perkara sesuai nomor

SKUM, menandatangani SKUM, memberi cap pembayaran, memasukkan perkara

ke dalam jurnal dan menyerahkan kepada meja II.

Kemudian di meja II petugas memasukkan berkas perkara ke buku register,

memberikan salinan berkas kepada Penggugat/Pemohon atau Advokat yang

mendampinginya dan Wakil Panitera. Wakil Panitera mencatat berkas ke buku

pantauan dan menyerahkan kepada Panitera. Panitera menyampaikan berkas perkara

kepada Ketua Pengadilan. Ketua Pengadilan menunjuk Hakim Ketua Majlis dan

anggotanya untuk menangani perkara tersebut dan mengembalikan berkas kepada

Panitera lalu Panitera menunjuk Panitera Pengganti dan menyerahkan berkas kepada

Page 57: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Hakim Ketua Majlis yang telah ditunjuk Ketua Pengadilan. Setelah berkas diterima,

Hakim Ketua Majlis menetapkan hari sidang dan memberitahu hakim anggotanya

yang kemudian memerintahkan Juru Sita untuk memanggil para pihak. Pemanggilan

oleh Juru Sita/Juru Sita pengganti dilakukan sekurang-kurangnya tiga hari sebelum

hari sidang.

Pada hari yang telah ditentukan yaitu pada sidang pertama, Ketua Majlis

terlebih dahulu memeriksa para pihak beserta Advokat yang mendampinginya dan

menganjurkan upaya damai/mediasi. Jika mediasi gagal, dilanjutkan dengan sidang

kedua yaitu pembacaan gugatan/permohonan oleh Penggugat/pemohon oleh

Advokat yang mendampinginya. Pada persidangan ketiga, dilanjutkan dengan

pemberian jawaban dari Tergugat/Termohon atau replik dari Advokat yang

mendampinginya secara tertulis yang dibuat oleh Advokat tersebut. Jawaban yang

berupa tulisan yang dibuat oleh Advokat diserahkan kepada Ketua Majlis dan

Penggugat/Pemohon atau kuasa hukumnya akan mendapatkan satu kopian jawaban

tersebut. Sebelum jawaban diajukan ke persidangan, maka dimusyawarahkan

terlebih dahulu dengan pemberi kuasa.

Pada sidang keempat, Penggugat/pemohon atau Advokat yang

mendampinginya menyampaikan alasan-alasan gugatan/permohonan (replik) secara

tertulis. Sidang kelima disusul dengan jawaban dari Tergugat/Termohon atau

Advokat yang mendampinginya (duplik) secara tertulis. Setelah jawaban dari

tergugat/termohon, pada sidang keenam dilanjutkan dengan pembuktian dari para

pihak yang bersengketa. Pembuktian dapat berupa pembuktian surat maupun saksi

yang minimal dua orang. Sebelum pemeriksaan, para saksi yang akan memberikan

Page 58: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

keterangan disumpah oleh Hakim. Setelah itu, sidang ditunda untuk kesimpulan oleh

Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon atau Advokat yang mendampinginya

secara tertulis di sidang ketujuh. Setelah kesimpulan, sidang dilanjutkan dengan

pembacaan putusan oleh Majlis Hakim.

2. Peranan Advokat Di Pengadilan Agama Salatiga

Dalam menjalankan profesinya seorang Advokat harus memegang teguh sumpah

Advokat dalam rangka menegakkan hukum, keadilan, dan kebenaran. Banyak orang yang

membutuhkan jasa Advokat, akan tetapi tidak semua bisa membayar jasanya/memberikan

honorarium atas jasa tersebut. Peranan para Advokat dalam membantu kliennya telah

diatur dalam UU No 18 Tahun 2003 Tentang Advokat dan juga dalam Kode Etik

Advokat. Peraturan tersebut meliputi Sumpah, Penindakan, Pemberhentian, Hak dan

Kewajiban Advokat, Honorarium, Bantuan Hukum Cuma-Cuma, Organisasi Advokat,

dan lain sebagainya.

Dalam menjalankan peranannya di Pengadilan Agama Salatiga Advokat harus

memenuhi persyaratannya seperti yang diutarakan oleh bapak Sakir, SH.SHI selaku ketua

panitera di Pengadilan Agama Salatiga, beliau menerangkan bahwa seorang Advokat

yang beracara di Pengadilan Agama Salatiga mempunyai 2 (dua) syarat yaitu:

a. Seorang Advokat harus mempunyai SIM yang sudah diambil sumpahnya dan jika

tanggal dan tahunnya yang tertera dalam SIM sudah melampoi batas (kadaluarsa)

maka tidak boleh berprakter di Pengadilan Agama Salatiga. Dia harus

memperpanjang SIM (Tanda Pengenal Advokat) tersebut.

Page 59: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

b. Harus membawa surat kuasa yang telah ditandatangani oleh para pihak dan kemudian

ditandatangani oleh panitera dan harus ada materai sebesar Rp. 6.000,00 dan

distempel oleh Pengadilan (Wawancara panitera, Tanggal 25 oktober 2010).

Bapak Nur Hadi selaku hakim di Pengadilan Agama Salatiga, beliau mengutarakan

bahwa seorang Advokat harus sepenuhnya menjiwai permasalahan yang diajukan. Di

Pengadilan Agama Salatiga pernah ada kasus yaitu klien dari seorang Advokat mau

diajak oleh suaminya melakukan hubungan suami istri yang dilakukan pada salah satu

hotel di Kopeng, padahal mereka dalam tahap perceraian. Saat dalam persidangan,

suaminya itu mengutarakan semua kejadian yang ia lakukan dengan istrinya. Akan tetapi

istrinya yang tidak lain adalah klien dari Advokat tersebut tidak hadir waktu persidangan.

Hakim menanyakan kebenaran itu, tetapi Advokat itu tidak tahu dan berkata kepada

hakim bahwa “Coba nanti saya tanyakan dengan klien saya”.

Seharusnya Advokat itu harus menjiwai permasalahan untuk menemukan

kebenaran, karena Advokat adalah patner hakim dalam menemukan kebenaran dan

keadilan. Selain itu Advokat juga harus menguasai hukum formil sehingga membantu

menemukan kebenaran dan keadilan (Wawancara Hakim, Tanggal 19 Oktober 2010).

Peran Advokat dalam memberikan jasa hukum di Pengadilan, pada dasarnya harus

diartikan sebagai upaya memberikan bantuan hukum kapada orang yang sedang beracara

di Pengadilan. Hal itu dimaksudkan agar pemeriksaan dan peradilan dapat berjalan

dengan tertib, baik dan lancar sesuai dengan hukum acara yang berlaku. Dimaksudkan

juga untuk mewujudkan keadilan secara nyata berdasarkan hukum materiil yang berlaku,

sehubungan dengan perkara yang sedang diperiksa.

Bapak Agus Pramono selaku Advokat yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman

Page 60: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Salatiga, beliau mengutarakan bahwa jika ada klien yang membutuhkan jasanya, tetapi ia

tidak mampu memberikan honorarium maka dia akan membantunya tanpa biaya (gratis).

Beliau juga menjelaskan bahwa di dalam UU No 18 Tahun 2003 pasal 22 ayat 1 dan 2

tentang bantuan hukum cuma-cuma yang wajib diberikan Advokat kepada pencari

keadilan yang tidak mampu. Kemudian diterangkan bahwa untuk melakukan pembelaan

secara hukum sekalipun tidak ada uang, apabila sudah menerima kuasa maka harus

dijalankan sebagaimana mestinya. Advokat membantu kliennya menangani perkara

perceraian dilakukan dengan cara mendampingi klien dipersidangan dan memberikan

nasehat secara hukum (Wawancara Advokat, Tanggal 15 November 2010).

Peran Advokat juga dijelaskan oleh Bapak Soetopo dan bapak Muhammad Sofyan

yang berprofesi sebagai Advokat mengutarakan bahwa dalam membela dan membantu

kliennya dalam perkara perceraian, hal yang paling utama dilakukan yaitu memberi

nasehat agar klien menggagalkan perceraiannya. Advokat akan membantu menyelesaikan

perkara-perkara kliennya semaksimal mungkin sesuai dengan Kode Etik dan UU No. 18

Tahun 2003 (Wawancara Advokat, Tanggal 21 Oktober 2010).

Peranan Advokat yang berpraktek di Pengadilan Agama dalam memberikan jasa

hukum dapat juga dianggap negatif bagi pencari kebenaran dan penegakan keadilan.

Peran negatif Advokat itu berupa upah atas jasanya sangat mahal dan menambah masalah

menjadi rumit selain itu juga Advokat adalah makelar hukum atau calo perkara. Hal

tersebut sesuai dengan penuturan ibu Sri Mulyani yang menganggap bahwa jasa Advokat

itu mahal dan harus mengeluarkan uang berjuta-juta.(Wawancara klien, Tanggal 1

November 2010)

Pendapat tersebut terbukti bahwa honorarium Advokat memang mahal, seperti yang

Page 61: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

telah diutarakan oleh bapak Agus Pramono bahwa dia menerima honorarium dari

kliennya dari awal menjalankan profesinya hingga sekarang sebesar Rp. 3.000.000,00.

hal tersebut diperkuat pendapat dari bapak Khomaruddin Nur yang mengutarakan bahwa

beliau menerima honorarium paling sedikit 2 juta, bahkan terkadang beliau mendapatkan

honorarium sebanyak 7,5 juta (Wawancara Advokat, Tanggal 21 Oktober 2010).

Ibu Masruroh tidak menggunakan jasa Advokat selain honorariumnya mahal juga

karena adanya anggapan Advokat adalah makelar hukum/calo perkara (Wawancara Klien,

Tanggal 21 Oktober 2010. )Hal itu terbukti dengan penuturan seorang Advokat yang

berinisial D. dia menawari suatu pekerjaan yang mana jika bisa membawakan suatu kasus

atau perkara baik itu perkara perdata maupun perkara pidana kepadanya, maka akan

mendapat 30% dari honorarium yang diberikan kliennya dan jika klien itu kaya maka

honornya akan tinggi. (Wawancara Advokat, 22 Oktober 2010)

Dalam menjalankan profesinya seorang Advokat mempunyai tujuan tertentu dalam

membantu kliennya, seperti yang diutarakan oleh bapak Agus Pramono dan M Sofyan

yang menyatakan bahwa tujuan mereka membantu kliennya selain karena profesinya

adalah untuk menyenangkan hati para klien dan agar permasalahan yang dihadapi klien

dapat terselesaikan secara tuntas. Tujuan-tujuan tersebut diperkuat oleh bapak

Komaruddin bahwa tujuan beliau membantu kliennya adalah karena amanat dari UU

yang harus dilaksanakan dan membantu orang merupakan profesi yang mulia

(Wawancara Advokat, Tanggal 21 Oktober 2010).

Cara para Advokat membantu kliennya dalam menangani perkara perceraian adalah

a. Klien datang ke kantor Advokat

b. Konsultasi tentang masalah yang dihadapi kepada Advokat

Page 62: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

c. Memberi nasehat dan solusi tentang masalah yang dihadapi

d. Biaya tergantung kesepakatan dan kemampuan klien

e. Tanda tangan surat kuasa

f. Membuat surat gugatan untuk diajukan ke Pengadilan Agama

g. Membantu dan mendampingi klien di Pengadilan. (Wawancara Advokat, 21 Oktober

2010)

Peranan seorang Advokat yang berpraktek di Pengadilan Agama dalam memberikan

jasa hukum dianggap positif bagi pencari kebenaran dan penegakan keadilan khususnya

dalam perkara perceraian. Peran positif Advokat itu adalah

a. Perkara yang dihadapi menjadi lebih ringan

b. Memberikan pemahaman hukum yang berkaitan dengan perkara yang dihadapi

c. Mewakili pihak-pihak jika berhalangan hadir

d. Mendampingi para pihak dalam persidangan sehingga rasa takut dan malu dapat

berkurang. (Wawancara Klien, 1 November 2010)

Keuntungan menggunakan Advokat ini, mulai dari proses administrasi sampai

pendaftaran pengajuan gugatan pihak Penggugat selalu didampingi Advokat. Kemudian

di dalam persidangan mereka hanya mengikuti satu kali saja pada saat persidangan

pendahuluan. Setelah itu mereka tidak mengikuti lagi, karena proses selanjutnya

diserahkan kepada pengacaranya sampai selesai dan terjadi putusan oleh pihak

pengadilan mereka datang lagi untuk mendengarkan langsung dan terkadang hanya

menerima surat putusan saja. Dalam proses ini dapat dikatakan selama persidangan yang

banyak terlibat justru antara pihak Advokat dengan Advokat bersama Hakim di

Pengadilan (Rosyadi, 2003:71).

Page 63: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Hal ini diperkuat dengan pendapat dari ibu Saltami bahwa ia merasa tenang kalau

didampingi oleh Advokat saat persidangan. Masalah yang dihadapi menjadi tidak begitu

sulit, karena Advokat yang mendampinginya selalu memberikan pemahaman hukum

tentang perkara yang dihadapinya dan juga selalu diberi nasehat-nasehat. Bapak Bejo

Slamet juga berpendapat bahwa menggunakan jasa Advokat dapat meringankan beban

yang dihadapinya, karena jika dia sibuk dengan pekerjaannya maka dapat diwakilkan

oleh Advokat yang mendampinginya (Wawancara Klien, Tanggal 1 November 2010).

Namun ada juga yang berpendapat lain mengenai efektifitas penggunaan jasa

Advokat seperti ibu Sri Mulyani dan bapak Agus Joko P yang mengemukakan

mengemukakan bahwa pemakaian jasa Advokat hanya akan membuat masalah

perceraiannya menjadi ruwet dan panjang. (Wawancara Klien, Tanggal 20 Oktober 2010)

D. Faktor Penggunaan Jasa Advokat

1. Faktor-faktor Para Klien Tidak Menggunakan Jasa Advokat

Dari 166 perkara dari tanggal 1 september hingga 31 oktober 2010, tidak semua

perkara di Pengadilan Agama Salatiga menggunakan jasa Advokat. Hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor seperti besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa

Advokat. Hal tersebut disampaikan oleh ibu Sri Mulyani selaku Tergugat dan bapak Agus

Joko P, mereka tidak menggunakan jasa Advokat karena tidak ada biaya untuk membayar

jasa tersebut. Mereka beranggapan bahwa menghadapi persidangan secara mandiri itu

lebih baik dan tidak membikin masalah perceraiannya menjadi sulit dan panjang. Apalagi

ketika perceraian yang dilakukan itu secara damai, karena kedua belah pihak sepakat

untuk bercerai (Wawancara Klien, Tanggal 20 oktober 2010).

Page 64: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Sepaham dengan pendapat tersebut ialah bapak Heru selaku Penggugat yang

beralamat di Pengilon Kota Salatiga, dia tidak menggunakan jasa Advokat karena

perkara perceraian itu perkara yang gampang diatasi tidak seperti perkara pidana

misalnya korupsi, pembunuhan, asusila, dan lain sebagainya. Selain itu juga memakai

jasa Advokat malah membuat masalah tambah panjang (Wawancara Klien, Tanggal 21

Oktober 2010).

Mayoritas dari orang yang berperkara di Pengadilan Agama tidak menggunakan

jasa Advokat karena ketidakmampuan untuk memberikan honorarium atas jasa Advokat

tersebut. Ibu Lilik Rahmawati, dia tidak menggunakan jasa Advokat karena uang yang

dia miliki hanya cukup untuk membayar biaya perkara. Dia mengatakan bahwa “biaya

cerai saja sudah mahal apa lagi kalau memakai jasa Advokat, pasti biayanya mahal

sekali”. Penggunaan jasa advokat dapat membuat ribet dan membutuhkan waktu yang

lama untuk menyelesaikan perkara perceraian seperti yang disampaikan oleh ibu Silvia

dan bapak Nahrowi (Wawancara Klien, Tanggal 1 November 2010).

Alasan-alasan para pihak yang tidak menggunakan jasa Advokat, diperjelas

dengan pendapat dari Bapak Nur Hadi selaku Hakim Pengadilan Agama Salatiga, beliau

menerangkan bahwa memakai jasa Advokat relatife panjang/lama karena setiap tahapan

baik Replik (alasan gugatan) maupun Duplik (jawaban gugatan) harus dibuat secara

tertulis dan harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pemberi kuasa. Selain itu ada

uang yang harus dibayarkan kepada Advokat yang tidak ada standarnya (Wawancara

Hakim, tanggal 19 Oktober 2010).

Padahal, sebenarnya bantuan Advokat dapat diberikan secara cuma-cuma seperti

yang tertuang dalam UU No 18 Tahun 2003 dan juga Kode Etik Advokat. Bapak Agus

Page 65: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Pramono selaku Advokat yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman 286 Salatiga,

menjelaskan bahwa ada bantuan cuma-cuma yang ia berikan kepada klien yang benar-

benar tidak mampu memberikan honorarium demi mencari kebenaran dan keadilan.

Adanya bantuan hukum cuma-cuma yang dikemukakan oleh bapak Khomaruddin Nur

yang juga sebagai Advokat, asalkan klien mampu membayar administrasi Pengadilan

Agama meskipun tidak mampu memberikan honorarium atas jasa Advokat, beliau

mampu membantunya (Wawancara Advokat, Tanggal 21 Oktober 2010).

2. Faktor-Faktor Para Klien Menggunakan Jasa Advokat

Penggunaan jasa Advokat oleh masyarakat disebabkan karena tidak paham

tentang hukum, karena malu datang ke persidangan secara mandiri, karena kesibukan

dan masalah yang dihadapi terlalu berat sehingga tidak mampu untuk mengatasinya

sendiri.

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat dari ibu Marsiyem yang bekerja sebagai

pembantu rumah tangga, dia menjelaskan bahwa dia memakai jasa Advokat karena

disuruh oleh majikannya yang anaknya tidak lain adalah seorang Advokat. Karena dia

tidak tau tentang masalah hukum khususnya dalam perceraian yang dihadapinya, maka

dia menggunakan jasa Advokat tersebut (Wawancara Klien, 20 Oktober 2010).

Menggunakan jasa Advokat seperti yang diungkapkan oleh ibu Saltami,

disebabkan karena masalah yang dihadapi terlalu berat untuk mengatasinya sendiri.

Karena suaminya tidak mau mengakui anaknya sebagai buah hati mereka selama 6

tahun. Suaminya beranggapan bahwa anak itu bukanlah hasil dari pernikahan mereka,

karena dia sering melihat istrinya berboncengan dengan pria lain yang bukan

muhrimnya. Akan tetapi ibu Saltami yakin bahwa anak yang dilahirkannya adalah hasil

Page 66: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

dari pernikahan mereka, karena dia tidak melakukan perselingkuhan di belakang

suaminya dan menganggap orang yang memboncengkannya hanya sebatas teman biasa.

(Wawancara Klien, Tanggal 25 Oktober 2010).

Malu datang ke Pengadilan Agama Salatiga dan tidak berani memasuki ruang

persidangan termasuk salah satu faktor ibu Titik menggunakan jasa Advokat.. Selain ibu

Titik, bapak Jarwo dan bapak Bejo Slamet juga menggunakan jasa Advokat karena dia

sibuk dengan pekerjaan yang dijalaninya. Sehingga jika dia tidak ada waktu untuk

datang ke persidangan bisa diwakilkan oleh Advokat.

Pemakaian jasa Advokat juga dilakukan oleh ibu Siswanti. Dia menggunakan jasa

Advokat karena tidak tahu tentang hukum. Dia beranggapan bahwa jika tidak tahu

tentang masalah yang ia hadapi, maka Advokat yang mendampinginya akan

menjelaskan apa yang harus dia lakukan (Wawancara Klien, Tanggal 1 November

2010).

Page 67: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PERANAN ADVOKAT DALAM MENANGANI PERKARA DI

PENGADILAN AGAMA SALATIGA

A. Analisis Terhadap Peranan Advokat Di Pengadilan Agama Salatiga

Peranan Advokat dalam memberikan jasa hukum untuk kepentingan klien dengan

tujuan untuk melakukan islah bagi para pihak yang bersengketa sangat menentukan.

Maksudnya dengan peran disini adalah bagaimana ia dapat menjalankan profesinya sesuai

dengan tugas dan fungsinya serta Kode Etik dan Sumpah Advokat. Sedangkan yang

dimaksud dengan pemberian jasa hukum yang dilakukan Advokat adalah mendampingi,

menjadi kuasa, memberikan bantuan hukum kepada kliennya (Rosyadi, 2003:64).

Selama ini terdapat kesan yang pro dan kontra dimasyarakat terhadap peran Advokat

yang berpraktek di Pengadilan Agama. Bagi yang kontra memberikan kesan negatif dan yang

pro memberikan kesan positif terhadap peran Advokat di Pengadilan Agama. Sehingga

seorang Advokat yang akan menjalankan profesinya di Pengadilan Agama baik untuk

mendampingi ataupun menjadi kuasa atas nama kliennya harus mengikuti hukum acara

Peradilan Agama yang berlaku, agar mendapat simpatik dari masyarakat. Dengan mengikuti

peraturan Pengadilan Agama, akan dapat meminimalkan praktek yang menyimpang dan

dapat dipertanggungjawabkan prosedurnya.

Di Pengadilan Agama Salatiga terdapat 2 (dua) syarat utama seorang Advokat dapat

menjalankan profesinya, yaitu:

1. Advokat harus mempunyai tanda pengenal yang sudah diambil sumpahnya di Pengadilan

Tinggi

Page 68: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

2. Advokat harus membawa surat kuasa yang telah ditandatangani oleh Pemberi Kuasa dan

disetujui oleh Panitera (wawancara Panitera, Tanggal 25 oktober 2010).

Tanpa kedua syarat diatas, Advokat tidak dapat menjalankan profesinya. Maka

Advokat harus mempunyai kedua syarat tersebut di atas. Seorang Advokat harus

memperpanjang tanda pengenalnya jika sudah habis masa berlakunya, karena jika sudah

habis masa berlakunya Advokat tersebut tidak akan bisa menjalankan profesinya di

Pengadilan Agama.

Dengan mengetahui hukum acara yang ditetapkan lingkungan pengadilan agama,

maka Advokat dapat menjalnkan peranannya sesuai tugas dan fungsinya berdasarkan sumpah

jabatan dan kode etik. Peran utama Advokat dalam menerima dan mengajukan gugatan atas

nama klien dalam perkara perceraian terlebih dahulu harus mendamaikan kedua belah pihak

yang bersengketa. Sebelum berperkara di Pengadilan Agama, Advokat harus

memberitahukan duduk perkara, asper hukum dan akibat hukum dari persengketaan, agar

disaat perkaranya dikalahkan atau dimenangkan di Pengadilan Agama, para pihak dapat

bersikap terbuka dan ikhlas dalam menerima putusan Pengadilan Agama (Rosyadi, 2003:69).

Dalam menjalankan tugasnya seorang Advokat tidak hanya harus memiliki sikap

profesionalisme, akan tetapi juga harus memiliki sikap moralitas yang tinggi. Moralitas

seorang Advokat ditentukan oleh komitmennya terhadap nilai-nilai keadilan dan kebenaran,

bukan termotifasi oleh sejumlah materi yang telah dijanjikan. Motifasi awal yang perlu

ditanamkan dalam lubuk hati seorang Advokat adalah menjadikan dirinya seorang pengabdi

dan pejuang hukum, penegak keadilan dan kebenaran serta pejuang nilai-nilai kemanusiaan.

Dunia profesi Advokat jangan semata-mata dijadikan lahan mencari keuntungan dan

Page 69: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

kekayaan, sebab jika hal itu terjadi maka motifasi utama patut dikhawatirkan akan meluncur

kedunia bisnis dan perdagangan hukum melalui tangan kotor para Advokat.

Menegakkan hukum dan keadilan merupakan tuntutan dan tanggung jawab seorang

Advokat yang menjadi motifasi dalam melaksanakan profesinya, karena itu seorang Advokat

harus proposional dalan menentukan pilihan untuk menerima atau menolak mengerjakan

suatu perkara. Seorang Advokat tidak boleh menerima atau menolak mengerjakan suatu

perkara atas pertimbangan yang bersifat komersil atau untung rugi, karena hal itu lazimnya

dilakukan oleh seorang pedagang. Advokat boleh menolak suatu perkara jika menurut

keyakinannya tidak ada dasar seperti yang dijelaskan dalam Kode Etik Advokat pada pasal 4

poin G. Jadi, jika ada orang yang membutuhkan jasa Advokat akan tetapi tidak mampu

memberikan honorarium, maka Advokat itu harus membantunya karena sudah diatur dalam

UU No 18 Tahun 2003 dan Kode Etik Advokat Tentang bantuan hukum cuma-cuma.

Peran Advokat di Pengadilan Agama dalam memberikan bantuan hukum dianggap

positif bagi pencari kebenaran dan keadilan. Peran positif itu dapat digambarkan dalam

beberapa hal, yaitu:

1. Perkara yang dihadapi menjadi lebih ringan

2. Memberikan bantuan hukum yang berkaitan dengan perkara yang dihadapi

3. Mewakili pihak jika berhalangan hadir

4. Mendampingi pihak yang berperkara dalam persidangan

Keuntungan menggunakan jasa Advokat, yang dimulai dengan proses administrasi

sampai dengan pengajuan gugatan/permohonan. Di dalam persidangan para pengguna jasa

Advokat dapat mengikuti satu kali saja saat persidangan pertama, setelah itu mereka tidak

Page 70: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

mengikuti lagi, karena proses persidangan selanjutnya telah diserahkan kepada Advokat yang

mendampinginya. Ada juga karena kesibukan para pengguna jasa Advokat hanya datang

diawal dan akhir persidangan untuk mendengarkan langsung putusan dari majlis hakim.

Dalam proses ini yang banyak terlibat adalah Advokat dengan Hakim Pengadilan bukan para

pihak yang berperkara.

Dalam menjalankan profesinya, seorang Advokat selain dianggap profesinya dengan

tanggapan positif juga dianggap negatif . Timbulnya citra negatif terhadap dunia profesi

Advokat dewasa ini disebabkan karena rendahnya kualitas para Advokat. Artinya para

Advokat kurang memiliki sikap profesionalisme dalam melakukan pekerjaanya. Sikap

profesionalisme tidak saja mensyaratkan secara teknis, akan tetapi memiliki kemahiran

dalam hukum dan keterampilan dalam menyelesaikan suatu perkara juga harus dimiliki.

Untuk meminimalkan anggapan negatif masyarakat, seorang Advokat dalam

membela, mendampingi, mewakili, bertindak dan melaksanakan tugas dan fungsinya harus

selalu mempertimbangan kewajiban terhadap klien, pengabdian terhadap hukum dan Negara,

dan yang paling penting kepada Allah SWT untuk mencari kebenaran dan keadilan. Dengan

hal yang demikian, maka profesi Advokat akan dipandang mulia dihadapan masyarakat,

apabila para Advokat dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemberi jasa hukum

kepada masyarakat yang membutuhkan.

B. Analisis Terhadap Faktor-Faktor Penyebab Penggunaan Jasa Advokat

Setelah melihat dan mendengar langsung dari para pihak yang berperkara dengan

menggunakan jasa Advokat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa peranan Advokat di

Pengadilan Agama Salatiga dapat membantu penyelesaian perkara baik itu dalam hal

Page 71: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

mendampingi, mewakili dan memberikan nasehat hukum. Adapun faktor-faktor penyebab

klien menggunakan jasa Advokat yaitu:

1. Faktor pendidikan yaitu ketidaktahuan tentang hukum. Faktor pendidikan ini terjadi pada

ibu Marsiyem dan ibu Siswanti

2. Faktor psikologi yaitu malu datang ke pengadilan secara mandiri. Hal ini terjadi pada ibu

Titik.

3. Sibuk dengan pekerjaan. Faktor ini diutarakan oleh bapak Jarwo dan bapak Bejo Slamet

4. Masalah yang dihadapi terlalu berat. Faktor ini dialami oleh ibu Saltami.

Dengan faktor-faktor di atas, maka betapa pentingnya peran Advokat dalam

membantu masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi. Orang yang tidak tahu

tentang masalah hukum disebabkan karena kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat

khususnya klien yang didampinginya. Advokat harus memberikan solusi dan nasehat-nasehat

yang berkaitan dengan hukum. Advokat harus mendampingi dan mewakili kliennya saat di

Persidangan dan memberikan nasehat saat di luar Persidangan. Sehingga saat klien malu

datang ke Pengadilan secara mandiri, Advokat siap mendampingi kliennya agar klien merasa

terayomi keberadaannya. Kesibukan dengan pekerjaan juga menjadi faktor penggunaan jasa

Advokat, sehingga Advokat harus mewakili kliennya datang ke Persidangan. Seorang

Advokat wajib memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi kliennya, agar beban

yang dihadapi klien tidak terlalu berat.

Tidak semua perkara di Pengadilan Agama menggunakan jasa Advokat untuk

menyelesaikan perkaranya, hal tersebut disebabkan karena faktor-faktor sebagai berikut:

Page 72: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

1. Faktor ekonomi yaitu biaya untuk mendapatkan jasa Advokat sangat mahal. Hal ini

diungkapkan oleh pada ibu Sri Mulyani, Bapak Joko P, Ibu Lilik Rahmawati dan

Khusnul Arifin

2. Masalah yang dihadapi adalah perceraian bukan perkara pidana. Hal ini diungkapkan

oleh Bapak Heru

3. Memakai jasa Advokat akan menambah rumit. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Silvia dan

Bapak Nahrowi

4. Advokat adalah calo perkara. Hal ini diutarakan oleh Masruroh

Dengan adanya faktor-faktor di atas, maka masyarakat enggan menggunakan jasa

Advokat. Kenyataan ini terbukti bahwa di Pengadilan Agama Salatiga perkara tanpa jasa

Advokat lebih banyak dari yang menggunaka jasa Advokat. Dari hasil wawancara dan data

yang diperoleh faktor utama masyarakat tidak menggunakan jasa Advokat adalah biaya yang

cukup mahal. Padahal dalam Undang-Undang No 18 Tahun 2003 dan Kode Etik Advokat

sudah diatur tentang bantuan hukum cuma-cuma. Akan tetapi masyarakat awam tidak tahu

tentang Undang-Undang dan Kode Etik tersebut. Dengan adanya hal tersebut, maka perlu

diadakannya penyuluhan tentang bantuan hukum dimasyarakat yang dilakukan langsung oleh

Advokat, agar masyarakat percaya dan tahu tentang tugas dan fungsi Advokat yang berkaitan

Undang-Undang dan Kode Etik tersebut.

Kebanyakan dari masyarakat tidak tahu kalau Advokat itu bisa membantu dalam

menyelesaikan perkara perceraian. Hal tersebut terjadi karena masyarakat memang benar-

benar tidak tahu tentang keberadaan dan tugas seorang Advokat. Maka Advokat itu perlu

mengadakan sosialisasi terhadap masyarakat yang awam akan hukum, agar masyarakat tahu

Page 73: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

tugas dan kewajiban Advokat. Karena Advokat itu tidak hanya membantu dalam perkara

pidana tetapi juga perkara perdata.

Memakai jasa Advokat akan menambah rumit, karena orang yang berperkara harus

mencari-cari keberadaan Advokat yang benar-benar berhatinurani baik. Sehingga orang

tersebut enggan menggunakan jasa Advokat. Advokat adalah calo perkara yang sering

menjadi anggapan masyarakat. Maka dari itu, Advokat harus professional dalam

menjalankan profesinya dan menghilangkan tujuan untuk mencari keuntungan dari para

pencari keadilan.

Page 74: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

BAB 1V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, maka dapat ditarik kesimpulan

yaitu sebagai berikut:

1. Advokat di Pengadilan Agama Salatiga dapat berperan sebagai seseorang yang dapat

memberikan bantuan hukum seperti memberikan penjelasan tentang hukum,

mendampingi klien jika tidak berani dan malu datang ke Pengadilan Agama dan juga

mewakili klien jika berhalangan hadir karena sakit ataupun karena sibuk dengan

pekerjaannya. Sehingga, mereka yang menggunakan jasa Advokat menganggap bahwa

peran seorang Advokat sangatlah penting. Dari 166 perkara yang masuk ke Pengadilan

Agama Salatiga pada bulan September hingga bulan Oktober, yang menggunakan jasa

Advokat ada 20 perkara, itupun karena mereka tidak paham dengan apa yang harus

dilakukan di Pengadilan Agama ketika menyelesaikan prosedur berperkara. Sehingga

mereka menggunakan jasa Advokat untuk menyelesaikan perkaranya. Padahal dari

mereka yang menggunakan dan tidak menggunakan jasa Advokat, prosedur dan hasil

dari persidangan adalah sama. Maka peran dari Advokat tidaklah penting, karena tanpa

bantuan dari Advokat mereka dapat menyelesaikan perkaranya.

2. Terdapat faktor-faktor penyebab orang berperkara menggunakan dan tidak

menggunakan jasa Advokat. faktor penyebab orang berperkara tanpa menggunakan jasa

Advokat antara lain faktor ekonomi yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk

honorarium sangat mahal, kurang profesionalnya Advokat dalam menangani perkara

sehingga muncul anggapan bahwa memakai jasa Advokat akan menambah masalah dan

Page 75: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Advokat adalah calo perkara karena mengambil keuntungan dari perkara yang dihadapi

kliennya. Seharusnya hal tersebut tidak terjadi, karena Advokat adalah penegak hukum,

pembela kebenaran dan keadilan. Sehingga seorang Advokat harus melakukan

sosialisasi akan bantuan hukum dimasyarakat, agar mereka tahu tentang peranan

Advokat yang sesuai dengan UU Advokat dan Kode Etik Advokat. Faktor penyebab

orang menggunakan jasa Advokat adalah faktor pendidikan yaitu ketidaktahuan tentang

hukum, faktor psikologis yaitu malu datang ke persidangan secara mandiri, sibuk

dengan pekerjaan dan perkara yang dihadapi sangat berat sehingga tidak mampu

menyelesaikannya sendiri.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan data-data di atas, maka penulis memberikan saran

sebagai berikut:

1. Bagi Pengadilan Agama Salatiga

a. Hendaklah berhati-hati terhadap calo perkara dan mafia peradilan demi menegakkan

hukum.

b. Hendaklah lebih professional dalam memberikan pelayanan terhadap orang yang

berperkara.

c. Berikanlah tindakan terhadap Advokat yang menyalahgunakan peranannya di

Pengadilan.

2. Bagi Advokat

a. Hendaklah lebih professional dalam membantu klien menemukan keadilan agar agar

citra Advokat dimasyarakat itu positif.

Page 76: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

b. Bantulah para pencari keadilan yang tidak mampu tanpa mengharapkan honorarium

demi tegaknya kebenaran dan keadilan.

c. Janganlah memberikan standar honorarium kepada klien, karena kemampuan para

klien itu berbeda.

3. Bagi masyarakat

a. Pilihlah jasa Advokat yang benar-benar membantu dengan sepenuh hati karena

tingkat profesionalisme Advokat itu berbeda.

b. Pilihlah Advokat yang berkepribadian baik dimata masyarakat.

c. Mintalah nasehat dan solusi kepada Advokat jika menghadapi masalah yang sulit.

Page 77: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

DAFTAR PUSTAKA

Dekdikbud. 1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

EM Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Difa Publisher.

Gofar, Abdullah. 2003. mimbar hukum (aktualisasi hukum islam). Jakarta: Ditbinpera.

Kode Etik Advokat Indonesia tahun 2002

Koentjaraningrat. 1994. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Mamudji, Sri dan Soerjono Soekanto. 1985. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat). Jakarta: PT Raja Grafindo Pusada.

Miller, Valerie, Jane Covey. 2005. Pedoman Advokasi (Perencanaan, Tindakan, Dan Refleksi).

Terjemahan oleh Hermoyo. Jakarta: yayasan obor Indonesia.

Moleong. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remadja Karya CV.

2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remadja Karya CV.

Musthofa, 2005. Kepaniteraan Peradilan Agama. Jakarta: Prenada Media

Pandu, Yudha. 2001. Klien & Penasehat Hukum (Dalam Perspektif Masa Kini). Jakarta: PT

Abadi.

Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Projodikoro, Wirjono. 1978. Hukum acara perdata di indonesia. Bandung: Sumur.

Rambe, Ropaun. 2001. Teknik Praktek Advokat. Jakarta: PT Grasindo.

Rosyadi, Rahmad & Sri Hartini. 2003. Advokat Dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sharma, Ritu R. 2004. Pengantar Advokasi. Terjemahan Oleh Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Shihab, Umar. 2005. Kontekstualitas Al-Qur’an. Jakarta: PT Penamadani.

Soekanto, Soerjono. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia.

Soemitro, Ronni Hanitijo. 1988. Metodologi Penelitian Hukum Dan Juru Metri. Jakarta: ghalia

Indonesia.

Subekti. 1977. Bunga Ranpai Ilmu Hukum. Bandung: Alumni.

Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

Page 78: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

Surachmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Iilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: CV

Tarsito.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat. 2003. Bandung:

PT Citra Umbara.

Winarto, Frans Hendra. 1995. Advokat Indonesia (Citra, Idealisme, Dan Keprihatinan). Jakarta:

PT Penebar Swadaya.

2000. Bantuan Hukum (Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas Kasihan). Jakarta:

PT Elex Media Komputindo.

Wlas Lasdin. 1989. Cakrawala Advokat Indonesia. Yogyakarta. Liberty.

Wawancara di Pengadilan Agama Salatiga

www.fashionprivate.com : The Private Sales Club

http://www.makalahdanskripsi.blogspot.com

http//www.pa-wonosari.net/asset/uu no 50 tahun 2009.pdf

www.niriah.com/dl.php?uu-3-Th-2006.pdf

Page 79: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
Page 80: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
Page 81: SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3000/1/skripsi.pdf · bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang