tugas uts antropobiologi panca indera penglihatan

38
Table of Contents I. Pengkodean Visual dan Reseptor Retina...............3 I.1. Tinjauan Umum..................................................3 I.2. Lapisan Bola Mata..............................................4 I.3. Bagian-Bagian Mata.............................................6 I.4 Kelainan Refraksi Mata..........................................6 I.4.a. Hipermetropia..............................................6 I.4.b. Miopia.....................................................6 I.4.c. Astigmatisme...............................................6 I.4.d. Presbiopia.................................................6 I.5. Mata dan Hubungannya dengan Otak...............................7 I.6. Lintasan Dalam Retina........................................7 I.7.b. Perifer Retina.............................................8 I.8. Reseptor Visual: Sel Batang dan Sel Kerucut....................8 I.9.b. Teori Proses Bertentangan (Opponent-Process Theory)........9 I.9.c. Teori Retineks............................................10 I.9.d. Defisiensi Penglihatan Berwarna...........................10 I.10. Table Index..................................................11 I.10.a Figure 1..................................................11 I.10.b. Figure 2.................................................12 I.10.c. Figure 3.................................................12 II............................Persepsi Visual dan Saraf 13 II.1. Tinjauan Umum................................................13 II.2. Pengolahan Pada Retina.......................................13 II.3. Lintasan Menuju Genikulat Lateral dan seterusnya.............14 Page 1 of 38

Upload: sulastri-abbdduz

Post on 09-Nov-2015

61 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

aaaaaaaaaaa

TRANSCRIPT

Table of Contents

I.Pengkodean Visual dan Reseptor Retina3I.1. Tinjauan Umum3I.2. Lapisan Bola Mata4I.3. Bagian-Bagian Mata6I.4 Kelainan Refraksi Mata6I.4.a. Hipermetropia6I.4.b. Miopia6I.4.c. Astigmatisme6I.4.d. Presbiopia6I.5. Mata dan Hubungannya dengan Otak7I.6. Lintasan Dalam Retina7I.7.b. Perifer Retina8I.8. Reseptor Visual: Sel Batang dan Sel Kerucut8I.9.b. Teori Proses Bertentangan (Opponent-Process Theory)9I.9.c. Teori Retineks10I.9.d. Defisiensi Penglihatan Berwarna10I.10. Table Index11I.10.a Figure 1.11I.10.b. Figure 2.12I.10.c. Figure 3.12II.Persepsi Visual dan Saraf13II.1. Tinjauan Umum13II.2. Pengolahan Pada Retina13II.3. Lintasan Menuju Genikulat Lateral dan seterusnya14II.4. Pengenalan Pola pada Korteks Serebrum15II.5 Lintasan dalam Korteks Visual15II.6. Jalur Bentuk16II.7. Perekaman Mikroelektroda17II.8. Organisasi Kolom Visual Korteks17II.8.a. Apakah Sel-sel Visual Korteks adalah Detektor Bentuk?17II.8.b. Analisi Benttuk setelah Area V118II.9. Lintasan Warna, Gerak dan Kedalaman19II.9.1. Struktur yang Penting untuk Persepsi Gerak19II.9.2. Buta Gerak (motion blindness)20II.10. Table Index21II.10.a. Figure 422II.10.b. Figure 523III.Perkembangan Visual24III.1. Penglihatan pada bayi24III.1.a. Perhatian terhadap Wajah dan Pengenalan Wajah24III.1.b. Perhatian Visual dan Kontrol Motorik24III.2. Pengalaman Awal dan Perkembangan Penglihatan24III.2.a. Kurangnya Stimulasi Satu Mata pada Masa Awal Perkembangan25III.2.b. Kurangnya Stimulasi Dua Mata pada Masa Awal Perkembangan25III.3. Stimulasi tak Berkorelasi pada Kedua Mata25III.4. Restorasi Respon setelah Kehilangan Penglihatan pada Masa Awal Perkembangan26III.5. Pemajanan terhadap Susunan Pola Tertentu pada Masa Awal Perkembangan26III.6. Pemulihan Penglihatan Individu setelah Kehilangan Penglihatan pada Masa Awal Perkembangan26III.7. Table Index27III.7.a. Figure 628III.7.b. Figure. 729III.7.c. Figure 829

I. Pengkodean Visual dan Reseptor Retina

I.1. Tinjauan Umum

Panca indera merupakan hal yang sangat penting dalam kehiduan manusia sehari-hari. Tidak berfungsinya salah satu panca indera tentunya akan menimbulkan banyak kesulitan dalam keseharian manusia. Dalam bidang psikologi adalah penting untuk mempelajari mengenai penglhatan dimana persepsi banyak dipengaruhi oleh indera penglihatan kita. Bagi orang awam bila ditanya bagaimana proses kerja mata kita melihat, maka jawabanya adalah mata kita melihat begitu saja objek-objek yang kita lihat. Ketika kita melihat bis yang sedang berjalan, orang akan beranggapan bahwa mata mereka langsung melihat bentuk bis, warna bis dan gerakan bis begitu saja. Tapi ternyata proses yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit dari yang kita bayangkan. Untuk mempelajari lebih jelasnya bagaimana proses mata kita melihat pertama-tama kita harus mengenal hukum energi saraf spesifik. Hukum Energi Saraf Spesifik ini pertama kali dideskripsikan oleh Jonatan Muller pada tahun 1838. Menurut Muller, dalam hukum energi saraf spesifik setiap aktivitas dari saraf tertentu akan selalu menghantarkan informasi yang sama ke otak. Di sini artinya syaraf yang seharusnya menghantarkan informasi mengenai suara tidak akan alih-alih berubah fungsi untuk menghantarkan informasi bau, atau warna, dan begitu juga sebaliknya. Lalu apa sebenarnya yang terjadi dan proses apa yang berlangsung hingga kita bisa melihat begitu banyak benda, warna juga pergerakan dari sebuah benda? Pada modul berikut dalam makalah ini akan dijabarkan lebih lanjut. Bagian-bagian utama dari system penglihatan ialah:1. Mata2. Retina3. Mekanisme otak dlam menafsirkan sinyal-sinyal penglihatan4. Mekanisme otak dalam mengendalikan fungsi motoric mata Susunan optik mata seperti pada kamera, terdiri dari lensa, otot-otot yang bekerja memfokuskan lensa, dan diagfragma (pupil) yang mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Bagian retina peka cahaya dan yang mengubah bayangan menjadi adalah sel batang dan sel kerucut. Sel batang mengenali bayangan hitam putih, sedangkan sel kerucut mengenali warna-warna. Di bagian perifer retina sejumlah besar batang dan kerucut berhubungan dengan serat saraf optikus yang sama sehingga ketaaman penglihatan paa retina buruk. Tepat di tengah retina terdapat daerah kecil dengan diameter sekitar 0.5mm yang dsebut fovea dan seluruhnya terdiri dari kerucut-kerucut langsing yang berhubungan dengan satu serat saraf optikus. Karena hal ini maka daerah pusat retina ini memiliki ketajaman penglihatan yang paling baik juga merupakan bagian yang mampu mengenali dan menganalisa warna. Sinyal-sinyal penglihatan kemudian disalurkan dari retina melalui saraf optic dan traktus optic menuju nukleus genikulat lateral di thalamus. Dari sini sinyal diteruskan ke korteks penglihatan di lobus oksipitalis.I.2. Lapisan Bola Mata

Bola mata terletak dalam tulang orbita dan dilindungi oleh sejumlah struktur seperti kelopak mata, alis, konjungtiva, dan alat-alat lakrimal (apparatus lakrimalis). Umumnya mata dilukiskan seperti bola mata namun sebenarnya bola mata berbentuk lonjong bukan bulat seperti bola. Bola mata mempunyai garis tengah sekitar 2.5 cm, bagian depannya bening dan terdiri dari tiga lapisan:1. Lapisan luar, fibrus lapisan penyangga2. Lapisan tengah vaskuler3. Lapisan dalam lapisan saraf

Ada enam otot penggerak mata,empat di antaranya lurus, sementara dua yang lain agak serong. Otot-otot lurus terdiri dari otot rektus mata superior, inferior, medial, dan lateral. Otot-otot ini yang menggerakkan mata ke atas, bawah, dalam dank e sisi luar secara bergantian. Otot-otot oblik adalah otot inferior dan superior. Otot oblik superior menggerakkan mata ke bawah dan ke sisi luar, sementara otot oblik inferior menggerakan mata ke atas dan sisi luar. Mata bergerak serentak, artinya kedua mata bergerak secara bersamaan ke kanan atau ke kiri, ke atas atau ke bawah. Serabut-serabut saraf yang melayani otot ini adalah nervi motores okuli, yaitu saraf kranial ketiga, keempat dan keenam. Bila terjadi paralisa pada sebuah atau beberapa otot, maka mata tidak lagi dapat mengarah secara serentak, sehingga timbullah apa yang disebut sebagai mata juling atau strabismus. Sklera adalah pembungkus yang kuat dan fibrus. Sklera membentuk putih mata dan bersambung pada bagian depan dengan sebuah jendela membrane bening, yaitu kornea. Sklera bertugas melindungi struktur mata dan membantu mempertahankan bentuk biji mata.Koroid atau lapisan tengah berisi pembuluh darah, merupakan ranting-ranting arteria oftalmika, cabang dan arteria karotis interna. Lapisan vaskuler ini embentuk iris yang berlubang di bagian tengah dan disebut sebagai pupil. Selaput berpigmen di belakang iris memancarkan warna dan menentukan warna dari mata. Koroid bersambung pada bagian depan dengan iris dan di belang iris kemudian menebal untuk membentuk korpus siliare. Korpus siliare berisi serabut otor sirkular dan serabut-serabut yang letaknya seperti jari-jari lingkaran.Semua itu bersama-sama membentuk traktus uvea, terdiri atas iris, korpus siliare, dan selaput koroid. Peradangan pada masing-masing bagia berturut-turut disebut iritis, siklitis, dan koroiditis, atau bersama-sama disebut uveitis.Retina adalah lapisan saraf pada mata, terdiri atas sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf, batang dan kerucut. Sel-sel ini merupakan jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus optic, yang merupakan titik tempat saraf optic meninggalkan biji mata. Titik ini disebut sebagai bintik buta. Bagian yang paling peka pada retina adalah macula, terletak tepat eksternal terhadap diskus optik.Berikut susunan bola mata dari depan ke belakang:1. Kornea bagian depan transparan, bersambung dengan sclera yang putih dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan tepi adalah epitelium berlapis yang bersambung dengan konjungtiva membantu memfokuskan bayangan pada retina dan tidak mengandung pembuluh darah.2. Bilik anterior 9kamera okuli anterior) terletak anara kornea dan iris3. Iris tirai berwarna depan lensa yang bersambug dengan koroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot polos kelompok yang satu mengecilkan ukuran pupil, sementara kelompok yang lain melebarkan ukuran pupil.4. Pupil bintik tengah berwarna hitam celah dalam iris tempat cahaya masuk untuk mencapai retina.5. Bilik posterior (kamera okuli posterior) terletak di antara iris dan retina. Bentuk bilik anterior dan posterior diisi dengam akueus humor.6. Akueus humor Cairan dari korpus siliare dan diserap kembali ke dalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus disebut saluran schlemm.7. Lensa benda transparan bikonveks (cembung depan belakang) terdiri atas beberapa lapisan. Membran yang dikenal sebagai ligamentum suspensorium terdapat di depan dan di belakang lensa yang brfungsi mengaitkan lensa pada korpus siliare. Bila ligamentum suspensorium mengendur maka lensa akan mengerut dan menebal, sebaliknya bila ligament menegang, lensa menjadi gepeng. Mengendurnya lensa dikendalikan oleh otot siliare.8. Vitreus humor darah sebelah belakang bola mata, mulai dari lensa hingga lapisan retina, diisi oleh cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-agar. Vitreus humor berfungsi memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta mempertahankan hubungan antara retina dengan selaput koroid dan sklerotik.

I.3. Bagian-Bagian Mata

Alis. Alis merupakan dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu. Alis dikaitkan pada otot-otot sebelah bawah dan berfungsi melindungi mata dari sinar matahari yang terlalu terik.Kelopak Mata. Kelopak mata merupakan dua lempengan, yaitu lempeng tarsal yang terdiri dari jaringan fibrus yang sangat padat, dilapisi kulit dan dibatasi konjungtiva. Jaringan ini tidak mengandun lemak. Kelopak mata atas lebih besar daripada kelopak mata bawah dan digerakan ke atas oleh otot levator palpebrae. Kelopak-kelopak itu ditutup oleh otot-otot melingkar yaitu muskulus orbitari okuli. Bulu mata dikaitkan pada pinggiran kelopak mata danmelindungi mata dari debu dan cahaya. I.4 Kelainan Refraksi Mata

Kelainan refraksi mata disebabkan oleh kerusakan pada akomodasi visual akibat perubahan biji mata ataupun kelainan lensa. Mata normal memfokuskan sinar sejajar tepat di retina, keadaan ini disebut sebagai emetropia. I.4.a. HipermetropiaHipermetropia disebabkan oleh tidak cukup kuatnya susunan lensa membelokkan sinar untuk difokuskan ke retina. Biasana terjadi karena bola mata terlalu pendek. Hipermetropia disebut pelihat jauh karena benda terlihat lebih jelas bila diletakkan di tempat jauh.I.4.b. MiopiaMata myopia disebut sebagai mata pelihat dekat, karena mata dapat melihat benda dekat dengan lebih jelas. Kelainan ini disebabkan karena susunan lensa yang terlalu kuat membiaskan cahaya karena bola mata terlalu lonjong. Berkas sinar difokuskan sebelum mencapai retina, dan pada saat mencapai retina cahaya sudah memencar lagi sehingga setiap titik telihat kabur. I.4.c. Astigmatisme Astigmatisma terjadi akibat susunan lensa tidak berbentuk bundar melainkan bulat telur. Ada bagian kornea atau lensa kristalina yang lebih panjang daripada bagian lain. Sinar yang memasuki lensa di bagian yang lengkungannya lebih panjang akan difokuskan di belakang retina, sedangkan yang memasuki bagian yang lengkungannya lebih pendek akan difokuskan di depan retina. Mata merupakan pelihat dekat untuk suatu berkas cahaya dan pelihat jauh untuk berkas lain. Penderita Astigmatisma tidak dapat memfokuskan cahaya dengan tajam seberapapun jauhnya letak benda dari mata. I.4.d. PresbiopiaPresbiopia disebabkan akibat kesalahan akomodasi yang biasanya terjadi pada orang-orang tua atau orang-orang yang menginjak usia lanjut. Lensa kehilangan daya elastisitasnya, daya lenting juga berkurang sehingga tidak dapat memfokuskan bayangan pada benda yang dekat dengan mata. Orang yang menderita presbyopia biasanya memegang Koran aga jauh dari dirinya agar dapat membaca Koran tersebut. Kelainan ini dapat diperbaiki menggunakan lensa cembung. I.5. Mata dan Hubungannya dengan Otak

Untuk mamalia dapat melihat suatu benda, mata memerlukan cahaya yang dipantulkan ke sebuah benda itu untuk kemudian di refleksikan ke bukaan di tengah-tengah iris yang disebut sebagai pupil. Dari pupil cahaya akan diteruskan oleh kornea dan lensa kemudian diproyeksikan ke retina, sebuah permukaan belakang dalam bola mata kita dan diselimuti oleh reseptor visual. Bentuk yang diterima retina akan terbalik dari bentuk yang sesungguhnya, mirip seperti cara kerja kamera. Selain itu bila cahaya masuk pada sisi kiri, maka cahaya akan diproyeksikan ke retina belahan kanan, begitu pula sebaliknya. Cahaya yang berasal dari atas akan diproyeksikan ke retina belahan bawah dan cahaya dari bawah akan diproyeksikan ke retina pada belahan atas. Untuk lebih mudahnya bisa dilihat pada Figure 1.Apa yang terjadi setelah cahaya masuk ke dalam retina? Apakah lalu kemudian semua yang sekarang kita lihat sudah bisa kita lihat? Belum. Untuk lebih jelasnya lagi, mari kita pelajari bagian-bagian dari mata terlebih dahulu.I.6. Lintasan Dalam Retina

Retina dibentuk dari arah dalam ke luar, informasi yangd iterima tidak langsung dikirimkan ke otak melainkan ke sel bipolar. Sel Bipolar kemudian mengirimkan pesan yang diterima ke sel ganglion, sel ganglion kemudian bergabung, berputar dan menuju otak. Selain sel bipolar dan sel ganglion, ada sel lain yang disebut sebagai sel Amakrin. Sel Amakrin ini mendapatkan informasinya dari sel bipolar dan kemudian mengirimkan kembali informasi yang diterimanya ke sel bipolar, sel amakrin dan sel ganglion yang lain. Sel Amakrin ini beragam jenisnya, yang sudah ditemukan sejauh ini ada 50 jenis. Dengan bentuk anatomi yang seperti sudah dijelaskan di atas, tentunya cahaya yang masuk harus melewati sel ganglion dans el bipolar terlebih dahulu sebelum mencapai reseptor. Karena sel bipolar dan sel ganglion ini adalah sel yang tembus pandang maka cahaya yang melewati sel-sel tersebut tidak mengalami distorsi. Hal lain yang perlu diperhatikan dari bentuk anatomi tersebut adalah Bintik Buta. Bintik buta ini merupakan titik keluar pembuluh darah utama sehingga di sini tidak terdapat reseptor. Bintik buta ini terletak di bagian belakang bola mata. Untuk lebih jelasnya lihat Figure 2.

I.7. Fovea dan Perifer retina I.7.a. Fovea Foves merupakan area kecil yang khusus digunakan untuk penglihatan tajam dan detil. Hal ini bisa terjadi karena pada fovea hamper tidak terdapat akson-akson sel ganglion dan pembuluh darah, sehingga paling sedikit gangguannya. Pada area ini juga reseptor tersusun rapat sehinggga membantu untuk melihat detil. Tiap reseptor fovea terhubung dengan satu sel bipolar dan tiap satu sel bipolar terhubung dengan satu sel ganglion yang mana aksonnya akan memanjang menuju otak. Sel ganglion pada fovea disebut sebagai sel ganglion kerdil karena ukurannya yang kecil dan hanya merespon pada satu sel kerucut. Oleh karena hal ini pula setiaps el kerucut pada fovea memiliki lintasan langsung ke otak untuk mengetahui dengan tepat asal input yang diterimanya. I.7.b. Perifer Retina

Pada bagian ini banyak ditemui reseptor yang bergabung menjadi sel bipolar dan ganglion sehngga otak tidak dapat menegetahui lokasi dan bentuk sumber cahaya perifer dengan tepat. Meski begitu penggabungan yang terjadi memungkinkan untuk melihat dalam cahaya yang redup.Kesimpulannya, pemglihatan fovea lebih tajam dan detil sementara penglihatan perifer retina sensitive dan membantu untuk melihat dalam cahaya redup. Meski begitu perlu diperhatikan bahwa dalam penglihtan perifer retina sebuah objek akan lebih mudah dikenali bila tidak dikelilingi oleh objek-objek lainnya.I.8. Reseptor Visual: Sel Batang dan Sel Kerucut

Ada dua jenis reseptor retina:1. Sel Batang (rods) merespon pada cahaya redup banyak terdapat pada perifer retina2. Sel Kerucut (cones) merespon pada cahaya terang banyak terdapat pada dan di sekitar fovea\Rasio perbandingan jumlah sel batang dan sel kerucut pada retina adalah 20:1 (pada manusia). Kedua sel ini mengandung fotopigmen. Fotopigmen adalah zat kimia yang akan melepaskan energi bila terkena cahaya dan mengandung 11 cis-retina yang terikat pada protein yang disebut opsin. Opsin berfungsi memodifikasi sensitifitas fotopigment terhadap cahaya dengan panjang gelombang cahaya yang berbeda. 11 cis-retina stabil ketika berada dalam gelap, ketika terkena cahaya maka energy cahaya akan merubahnya menjadi trans-retina. Perubahan ini kemudian akan melepaskan energy yang akan mengaktifkan penyampai pesan kedua dalam sel (neuron).

I.9. Penglihatan Berwarna Panjang gelombang warna yang terpendek adalah 350 nm dan dipersepsikan sebagai warna ungu. Berikut berturut-turut panjang gelombang yang lebih panjang: biru, hijau, kuning, oranye dan merah. Perlu diperhatikan bahwa tidak ada neuron yang dapat menginidikasikan warna dan kecerahan secara bersamaan, persepsi kita bergantung pada kombinasi respon dari neuron-neuron yang berbeda. Berikut akan kita bahas tiga teori utama dari penglihatan berwana : Teori Trikromatik, Teori Proses Berlawanan, dan Teori Retineks. I.9.a. Teori TrikromatikTeori Trikromatik pertama kali dicetuskan oleh Thomas Young dalam teori gelombang cahaya. Menurut Young kita mempersepsikan warna dengan cara membandingkan respon dari beberapa tipe reseptor yang sensitive terhadap panjang gelombang cahaya tertentu. Teori ini kemudian dimodifikasi oleh Herman Von Helmholtz yang kemudian dikenal dengan teori Trikromatik. Menurt Herman Von Helmholtz kita mempersepsikan warna melalui tingkat respon dari 3 jenis neuron dimana tiap neuron memiliki sensitifitas terhadap panjang gelombang tertentu. Untuk membuktikan hal ini Helmholtz melakukan observasi psikofisik persepsi terhadap beragam stimulus. Dari sini ditemukan bahwa warna dapat dihasilkan dari pencampuran panjang gelombang tertentu. Tiga jenis reseptor ini yang sekarang disebut sel kerucut memadai untuk menghasilkan penglihatan yang berwarna pada manusia.Menurut Teori ini, kit adapt membedakan panjang gelombang warna dari rasio aktifitas yang dilakukan oleh ketiga sel kerucut. Cahaya intensitas tinggi akan meningkatkan aktifitas ketiga sel kerucut tanpa merubah rasio respon sel kerucut. Warna akan tetap sama, tapi memiliki kecerahan yang berbeda. Ketika ketiga sel kerucut aktif maka kita akan melihat warna putih. Dari sini kita simpulkan bahwa syaraf memutuskan warna dan tingkat kecerahan suatu objek berdasarkan aktifitas dari ketiga jenis sel kerucut. Sel kerucut panjang dan sedang lebih banyak ditemukan daripada yang pendek. Oleh karena itu kita akan lebih mudah melihat titik-titik kecil warna merah, kuning, hijau daripada titik-titik kecil berwarna biru (Figure 3).I.9.b. Teori Proses Bertentangan (Opponent-Process Theory)

Teori Trikromatik belum menjelaskan proses penglihatan berwarna secara tepat. Karena itu Ewald Hering mengajukan teori proses bertentangan dimana kita mempersepsikan warna dalam pasangan yang berlawanan; merah dan hijau, kuning dan biru, putih dan hitam (Hurvich dan jameson, 1957). Artinya tidak ada warna merah kehijauan atau kuning kebiruan. Otak mempersepsikan warna tidak terputus dari merah ke hijau, kuning ke biru. Teori ini sangat menarik karena sederhana, meskibegitu teori ini juga belum menjelaskan keseluruhan dari proses penglihatan berwarna. I.9.c. Teori Retineks

Teori Trikromatik dan Teori Proses Bertentangan memiliki keterbatasan, terutama dalam hal penjelasan mengenai kekonstanan warna. Kekonstanan Warna adalah kemampuan mengenali warna suatu objek mekipun terjadi perubahan dalam pencahayaan objek tersebut. Dalam teori ini, perbandingan beragam objek merupakan hal yang penting dalam kekonstanan warna. Edwin Land kemudian mengajukan teori Retineks (gabungan dari kata retina dan korteks). Dalam teori ini korteks melakukan perbandingan informasi yang diterima dari berbagai bagian retina untuk menjelaskan kekonstanan warna dan kecerahan dari suatu obyek untuk tiap bagian dari retina. Dalam teori ini disimpulkan bahwa persepsi visual membutuhkan proses penalaran dan tidak hanya stimulasi dari retina saja.I.9.d. Defisiensi Penglihatan Berwarna

Defisiensi penglihatan berwarna adalah suatu gangguan proses persepsi perbedaan warna atau buta warna (pada buta warna mutlak, penderita tidak mampu mempersepsikan perbedaan warna apapun kecuali warna hitam dan putih). Ada beberapa macam tipe defisiensi penglihatan:1. Tidak memiliki satu atau dua tipe sel kerucut2. Memiliki seluruh tipe sel kerucut tapi salah satunya abnormalDefisiensi ini muncul karena pengaruh genetik. Tipe defisiensi yang umum adalah dimana penderita tidak mampu membedakan warna merah dengan hijau. Hal ini disebabkan karena penderita sel kerucut yang sensitive terhadap panjang gelombang panjang dan sedang memiliki fotopigmen yang sama. Gen yang menyebabkan munculnya defisiensi ini adalah gen kromosom X. Sektar 8% pria menderita buta warna merah dan hijau, sementara penderita wanita hanya 1% (Bowmaker, 1998).

I.10. Table IndexI.10.a Figure 1.

I.10.b. Figure 2.

I.10.c. Figure 3.

II. Persepsi Visual dan SarafII.1. Tinjauan Umum

Struktur dan susunan system visual pada setiap individu dan bahkan antar spesies adalah sama, kecuali untuk perbedaan kuantitatif. Jumlah akson pada saraf optic beberapa individu dua sampai tiga kali lebih besar daripad individu lain dan begitu juga halnya dengan jumlah sel pada korteks visual mereka ( Andrew, Halpern, dan Purves, 1997; Stevens, 2001; Sur dan Leamey, 2001).Sel kerucut dan batang membentuk hubungan sinaptik dengan sel horizontal dan bipolar membentuk hubungan inhibitor dengan sel bipolar. Sel bipolar membentuk sinapsis dengan sel amakrin dan ganglion. Sel-sel ganglion membentuk saraf optik yang kemudian keluar dari retina dan melintas di sepanjang permukaan bawah otak. Pada manusia, setengah jumlah akson dari tiap mata melintas ke belahan otak kontralateralnya. Informasi dari aslah satu belahan otak melintas ke arah belahan otak ipsilateralnya. Presentasi dari jumlah lintasan silang-silang tersebut bervariasi untuk tiap spesies, tergantung dari posisi matanya.Sebagian besar akson dari sel ganglion melintas menuju Nukleus Genikulat Lateral, sebuah nukleus pada thalamus yang memiliki fungsi khusus pada persepsi visual. Secara umum, sebagian besar akson mengarah ke genikulat lateral yang akan menumbuhkan akson kea rah bagian lain thalamus dank e arah area visual korteks oksipital. Thalamus dan korteks secara konstan saling memodifikasi aktifitas mereka.II.2. Pengolahan Pada Retina

Retina terdiri dari kurang lebih 120 juta sel batang dan 60 juta sel kerucut. Respon tiap sel pada retina bergantung pada input ekshibitor dan inhibitor yang diterima sel tersebut. Salah satu contoh yang paling mudah dipahami adalah inhibisi lateral yang terjadi pada sel-sel pertama di retina. Inhibisi lateral adalah cara yang ditempuh oleh retina untuk mempertajam kontras dan menegaskan batas antar objek. Sel kerucut dan sel batang memiliki aktifitas yang spontan dan cahaya yang mengenai mereka justru menurunkan input mereka. Kedua sel tersebut memiliki sinapsis inhibitor terhadap sel bipolar. Oleh karena itu, cahaya akan menurunkan output inhibitor kedua sel tersebut.Di dalam fovea sel kerucut terhubung dengan satu sel bipolar. Di luar fovea jumlah sel kerucut yang terhubung dengan sel bipolar memiliki jumlah lebih dari satu.Setiap sel reseptor mengeksitasi sebuah sel horizontal yang menimbulkan inhibisi pada sel bipolar. Tetapi karena sel horizontal adalah sel lokal yang tidak memiliki akson dan potensial aksi, maka depolarisasi sel horizontal akan hilang seiring dengan pertambahan jarak. Inhibisi lateral : cara yang ditempuh retina untuk mempertajam kontras dan batas antar objek dengan cara mengurangi aktifitas dari satu neuron oleh aktifitas dari neuron yang lainnya. Ketika cahaya jatuh pada permukaan retina, sel bipolar yang berada dalam batasan adalah sel yang menerima eksitasi tertinggi sementara sel yang berada di luar batasan menerima eksitasi terendah.II.3. Lintasan Menuju Genikulat Lateral dan seterusnya

Lintasan visual telah melakukan pembagian kerja jauh sebelum lintasan tersebut mencapai lprteks serebrum. Tingkat sel-sel ganglion pada retina, sel-sel yang berbeda akan memberikan reaksi yang berbeda untuk input yang sama.Setiap sel pada system visual otak memiliki medan reseptif, yaitu bagian dari medan penglihatan yang dapat mengeksitasi atau menginhibisi system penglihatan. Bagi sebuah reseptor, medan reseptif adalah titik asal cahaya yang mengenai reseptor. Sementara itu, sel-sel lain memperoleh medan reseptifnya dari pola hubungan eksitator dan inhibitor terhadap mereka.Jika cahaya dari suatu lokasi tertentu mengeksitasi neuron, maka lokasi tersebut menciptakan merupakan bagian dari medan reseptif eksitator neuron. Jika lokasi tersebut menginhibisi neuron, maka lokasi tersebut merupakan bagian dari medan reseptif inhibitor neuron.Medan reseptif dari sebuah sel ganglion dapat dideskripsikan sebagai sebuah lingkaran yang dikelilingi oleh bagian antagonis yang berbentuk donat. Di sini artinya, cahaya pada titik pusat medan reseptif mungkin merupakan eksitator yang dikelilingi oleh inhibitor, atau sebaliknya. 3 kategori sel ganglion primate terdiri dari:1. Neuron Parvoselular kecil medan reseptif kecil terletak pada atau di sekitar fovea mendeteksi visual dan warna memiliki banyak sel kerucut hanya terhubung dengan nukleus genikulat lateral pada thalamus.2. Neuron Magnoselular besar medan reseptif besar terletak merata pada permukaan retina, termasuk perifer respon kuat pada pergerakan dan pola keseluruhan sebagian besar terhubung dengan nukleus genikulat lateral pada thalamus dan sebagian lainnya dengan area visual lain pada thalamus.3. Neuron Konioselular kecil terletak di seluruh retina memiliki beberapa fungsi berujung pada beberapa lokasi terhubung dengan nukleus genikulat lateral, bagian lain thalamus dan kolikulus superior.Akson-akson sel ganglion membentuk saraf optic yang kemudian keluar dari bintik buta menuju kiasma optikdan melintas ke belahan otak yang berlawanan. Retina memiliki 120 juta reseptor yang responnya tergabung dalam 1 juta akson pada tiap traktus optik. Jumlah informasi yang sampai ke otak diperkirakan lebih dari sepertiga dari semua gabungan sumber informasi jenis lain. Setelah informasi mencapai korteks serebrum maka medan reseptif akan mulai menjalankan fungsi-fungsi khususnya dan menjadi rumit.II.4. Pengenalan Pola pada Korteks Serebrum

Sebagian besar informasi yang berasal dari nukleus genikulat lateral pada thalamus akan melintas menuju korteks visual utama pada korteks oksipital dan dikenal dengan nama area V1 atau korteks lurik (striae cortex).Ketika anda memejamkan mata dan membayangkan sesuatu maka akan terjadi peningkatan aktivitas pada area V1. Meski begitu individu-individu yang mengalami kerusakan parah pada korteks visualnya melaporkan tidak lagi memiliki penglihatan sadar, imajinasi visual dan citra visual dalam mimpi. Sejumlah orang yang mengalami kerusakan pada are V1 mengalami fenomena penglihatan buta (blind sight), yaitu dimana kemampuan merespon informasi visual yang tidak dapat mereka lihat seperti menunjuk atau melirikkan mata pada arah sumber cahaya ketika terjadi petir. II.5 Lintasan dalam Korteks Visual

Korteks visual utama mengirimkan informasi yang diterimanya ke korteks visual sekunder (area V2) yang kemudian akan mengolah lebih lanjut informasi yang diterimanya dan kemudian mentransmisikannya ke area lain. Contohnya V1 mengirimkan informasi ke V2, kemudian V2 mengembalikan informasi ke V1.Dalam korteks serebrum terdapat sebuah lintasan ventral yang isinya merupakan input parvoselular dan sensitive terhadap detail sebuah objek. Lintasan lain memiliki input yang sebagian besar adalah input magnoselular dan sensitive terhadap pergerakan. Lintasan ventral lain memiliki input yang campuran, sensitive terhadap kecerahan dan warna serta sensitifitas parsial terhadap bentuk (Figure 4).Semua jalur visual menuju korteks temporal sebagai aliran ventral (ventral stream) atau jalur apa karena jalur tersebut memiliki fungsi khusus untuk mengenali dan mengidentifikasi objek.Jalur visual yang menuju korteks parietal adalah aliran dorsal (dorsal stream) atau jalur di mana atau bagaimana, karena jalur tersebut membantu system motoric untuk menemukan objek dan menentukan bagaimana cara bergerak kea rah objek tersebut, meraih objek tersebut.Individu yang mengalami kerusakan pada area ventral (korteks temporal) tidak dapat memberikan deskripsi lengkap tentang ukuran atau bentuk objek yang mereka lihat. Kemampuan mereka untuk membayangkan bentuk dan wajah juga mengalami gangguan. Aktivitas aliran ventral sangat berkolerasi dengan kemampuan individu untuk melaporkan persepsi visual sadar. Kerusakan pada area dorsal (korteks parietal), individu dapat melaporkan dengan akurat deskripsi objek yang mereka lihat namun tidak dapat mengubah penglihatan mereka menjadi sebuah tindakan. Individu yang mengalami kerusakan area dorsal tidak dapat meraih suatu objek dengan akurat meskipun sebelumnya mereka sudah mendeskripsikan ukuran, bentuk dan warna dari objek tersebut dengan akurat. Individu yang mengalami kerusakan ini juga tidak dapat mendeskripsikan lokasi dari suatu obyek atau mendeskripsikan lokasi dari ingatan.II.6. Jalur Bentuk

Hubel dan Wiesel melakukan sebuah penelitian yang kemudian meraih piagam nobel; Penelitian ini disebut sebagai Penelitian Seribu mikroelektroda karena penelitian ini menginspirasi begitu banyak penelitian lanjutan. Hubel dan Wiesel mengidentifikasikan beberapa tipe sel pada korteks visual. Bentuk medan seperti yang ditunjukkan oleh Figure 5 merupakan bentuk medan reseptif yang umumnya dimiliki oleh sel sederhana yang hanya dapat ditemukan di korteks visual utama. Medan reseptif sel sederhana memiliki zona inhibitor dan eksitator yang tetap. Semakin banyak cahaya yang menyinari zona eksitator maka respon sel akan semakin lemah. Medan reseptif sel sederhana berbentuk persegi atau garis dengan arah vertical, horizontal, atau diagonal.Jumlah medan reseptif arah vertikal dan horizontal lebih banyak daripada medan reseptif diagonal.Sel kompleks terletak di area V1 dn V2, medan reseptifnya tidak memilika zona eksitator dan inhibitor yang tetap. Sel kompleks merespon terhadap suatu pola cahaya dengan orientasi tertentu. Respon sel kompleks sensitive terhadap stimulus yang bergerak tegak lurus terhadap sumbu sel tersebut.

II.7. Perekaman MikroelektrodaDavid Hubel dan Torsten Wiesel adalah perintis penggunaan perekaman mikroelektroda untuk mempelajari karakteristik dari setiap neuron pada korteks serebrum. Metode perekaman mikroelektroda dimulai dengan membius dan member lubang kecil pada tengkorak hewan percobaan. Kemudian dimasukkan sebuah elektroda kecil berupa kawat logam yang sangat kecil yang terinsula kecuali bagian ujungnya atau elektroda yang umum digunakan terbuat dari tabung gelas sangat tipis berisi larutan garam dan kawat logam. Penelitian ini memasukkan elektroda ke dalam neuron atau dekat neuron dan kemudian merekam aktifitas selama pemberian beragam stimulasi.Sel sederhana adalah sel yang hanya merespon cahaya pada satu lokasi. Sel kompleks adalah sel yang dapat merespon cahaya pada area besar. Sel kompleks memperoleh input dari gabungan beberapa sel sederhana. Sel end-stopped atau sel hiperkompleks menyerupai sel kompleks dan hanya berbeda pada satu karakteristik yaitu memiliki zona inhibitor kuat pada salah satu ujung medan reseptifnya yang berbentuk persegi

II.8. Organisasi Kolom Visual Korteks

Dalam korteks visual, sel yang memiliki beragam karakteristik dikelompokkan menjadi satu dalam sebuah kolom yang tegak lurus terhadap permukaan. II.8.a. Apakah Sel-sel Visual Korteks adalah Detektor Bentuk?

Neuron pada area V1 memberi respon kuat terhadap pola persegi atau pola bentuk yang memiliki tepian. Artinya, sel-sel tersebut mungkin adalah detector bentuk (feature detector), respon neuron tersebut mengindikasikan adanya bentuk-bentuk tertentu. Fakta yang mendukung konsep detector bentuk adalah pemaparan yang berlebihan terhadap bentuk visual tertentu akan mengurangi sensitifitas neuron terhadap bentuk itu sendiri seolah-olah telah terjadi keletihan. Dalam hal ini sel detector mungkin mengalami kelelahan untuk mendeteksi suatu bentuk pergerakan tertentu sehingga sel justru mendeteksi gerakan yang sebaliknya.Objek stimulasi populasi sel visual sebuah sel sistem visual merespon banyak stimulusRespon suatu sel akan berarti ambigu kecuali dilakukan perbandingan terhadap sel lainnya.Sel korteks yang memberikan respom yang baik terhadap bentuk suatu persegi atau garis akan merespon susunan paralel bentuk gelombang, persegi atau garis dengan lebih kuat. Peneliti penglihatan yakin bahwa area V1 merespon frekuensi spasial (rapat atau renggangnya sebuah objek). Serangkaian detector yang sensitive terhadap pola horizontal, sebagian lagi sensitive terhadap pola vertikal sehingga mewakili semua pola yang kita lihat. II.8.b. Analisi Benttuk setelah Area V1

Perpindahan informasi visual dari sel sederhana sel kompleks ke area pengolahan informasi visual lanjutan medan reseptif semakin besar -> fungsi lebih spesifik,Pada area V2 terdapat banyak sel yang memberikan respon baik terhadap stimulus garis, tepian, dan gelombang sinus acak, ada juga sel yang secara selektif merespon stimulus berupa lingkaran, dua garis yang membentuk sudut atau pola kompleks lainnya (Hedge dan Van Essen, 2000).Pada area V4 terdapat banyak sel yang secara selektif merespon kemiringan tertentu sebuah garis pada ruang 3 dimensi (Hinkle dan Connor, 2002).Pola respon korteks temporal menjadi lebih kompleks medan reseptif besar termasuk penglihatan fovea sehingga tidak memberikan petunjuk apapun mengenai lokasi stimulus. Meski begitu sel pad area tersebut memiliki banyak sel yang secara selektif merespon bentuk kompleks tetapi tidak sensitive terhadap pembeda yang bermakna penting bagi sel lain.Neuron pada korteks dapat memberikan respon spesifik terhadap detail dan bentuk tertentu. Sebagian besar neuron pada korteks temporal inferior yang memberikan respon kuat terhadap bentuk tertentu akan memberikan respon yang sama kuat terhadap bayangan cerminnya (mirror image) (Rollenhagen dan Olson, 2000). Tetapi sel tidak memberikan respon yang setara setelah terjadi pembalikan warna antara objek dan latar belakang. Sel-sel area ini mendeteksi sebuah objek terlepas dari bagaimana tampilan objek tersebut dan tidak dipengaruhi oleh jumlah kecerahan atau kegelapan di tiap lokasi retina.Kemampuan neuron temporal inferior untuk mengacuhkan perubahan ukuran dan arah objek mungkin berperan dalam kekonstanan bentuk kemampuan untuk mengenali bentuk objek meskipun objek telah mengalami perpindahan lokasi dan arah pergerakan.II.9. Gangguan Pengenalan ObjekKerusakan pada jalur pengenalan bentuk di korteks menyebabkan gangguan pada khusus terhadap kemampuan pengenalan objek. Agnosia Visual Kurangnya pengetahuan visual adalah ketidakmampua system penglihatan untuk mengenali objek walaupun semua fungsi lain berjalan normal disebabkan karena kerusakan pada korteks temporal. Prosopagnosia kebalikan agnosia penglihatan adalah ketidakmampuan mengenali wajahm kerusakan pada girus fusiform pada korteks temporal inferior, khususnya pada belahan kanan. Meskipun dapat mengenali objek apapun termasuk huruf dan kata-kata. Penderita prosopagnosia dapat mendeskripsikan hal-hal seperti tua atau muda, pria atau wanita, namun tidak dapat mengidentinfikasikan orang melalui wajah tersebut.. II.9. Lintasan Warna, Gerak dan Kedalaman

Persepsi warna bergantung pada jalur parvoselular dan konioselular. Sekelompok neuron area V1 dan V2 secara selektif memberikan respon terhadap warna. Sekelompok neuron ini kemudian mengirimkan input mereka melewati bagian V4 menuju korteks temporal inferior posterior Kecerahan bergantung pada jalur magnoselular Kerusakan daerah yang menghubungkan antara korteks temporal dan parietal menyebabkan individu tidak memiliki kekonstanan warna meskipun masih dapat mengenali dan mengingat warna Persepsi kedalaman stereoskopik kemampuan untuk membedakan kedalaman berdasarkan perbedaan pandangan pada kedua mataII.9.1. Struktur yang Penting untuk Persepsi Gerak

Saat memandangi pola yang bergerak, hal tersebut akan mengaktivasikan sejumlah bagian otak yang tersebar pada empat lobus korteks serebrum (Sunaert, Von Hecke, Marchal, dan Prban, 1999; Vandufellet al., 2001).Dua are lobus temporal yang konsisten teraktivasi oleh segala jenis gerakan visual adalah:1. Area korteks temporal tengah atau middle temporal cortex (MT) area V5 sebagian besar sel secara selektif merespons ebuah stimulus yang bergerak kea rah tertentu, terlepas dari ukuran, bentuk, kecerahan maupun warna objek tersebut.2. Area korteks temporal tengah superior atau middle superior temporal cortex (MST) sel bagian dorsal memberikan respon yang baik untuk perluasan, kontraksi, dan rotasi latar visual yang besar. Kedua area ini mendapatkan inputnya dari cabang pada jalur magnoselular. Jalur magnoselular mendeteksi pola secara umum, termasuk pergerakan dalam sebuah medan penglihatan yang luas. Jalur parvoselular meliputi sel-sel yang mendeteksi perbedaan antara penglihatan mata kiri dan kanan, sebuah petunjuk yang penting untuk penentuan jarak ( Kasai dan Morotomi, 2001). Kedua sel tersebut, yang merekam pergerakan objek tunggal dan pergerakan keseluruhan latar menggabungkan informasi ke bagian ventral MST. Terdapat banyak sel pada area MST yang tidak aktif selama mata bergerak, tapi memberikan respon cepat bila ada objek yang bergerak selama mata bergerak ketika objek bergerak relative terhadap latar belakang (Thiele, Henning, Kubischik, dan Hoffman, 2002). Neuron MST memungkinkan untuk membedakan pergerakan objek yang dihasilkan dari mata yang bergerak atau dari pergerakan objek itu sendiriKorteks temporal memiliki sel yang dapat membedakan antara pergerakan objek dengan perubahan visual akibat pergerakan kepala. Terdapat juga sebuah mekanisme yang mencegah kebungungan atau kesamaran pandangan selama mata bergerak. Pergerakan mata kita sendiri tidak dapat dilihat karena selama mata bergerak cepat, otak menurunkan aktivitas korteks visual sakades (saccades). Stimulasi yang langsung ke retina saat terjadi sakades akan menghasilkan efek yang lebih rendah daripada normal (Thille, Santoro, Walsh, dan Blakemore, 2004).II.9.2. Buta Gerak (motion blindness)

Mampu melihat objek, namun tidak mampu menentukan apakah objek tersebut bergerak, atau kalaupun mereka dapat melihat benda bergerak mereka tidak dapat menentukan arah dan kecepatan pergerakan kerusakan pada daerah MT. Pergerakan yang masih terlihat pada buta gerak disebabkan oleh karena area MT mendapatkan sebagian input visualnya langsung dari nukleus genikulat lateral pada thalamus. Meskipun terjadi kerusakan parah pada area V1, area MT masih mendapatkan input yang cukup untuk memungkinkan pendeteksian gerakan (Sincich, Park, Wohlgemuth, dan Horton, 2004).II.10. Perhatian VisualSuatu stimulus dapat menarik perhatian kita melalui bentuk, ukuran, kecerahan ataupun pergerakannya. Perhatian kita juga dapat beralih dari satu stimulus ke stimulus lain melalui proses yang disebut sebagai proses atas-bawah proses diatur oleh area korteks lain korteks frontal dan parietal.Perbeadaan antara stimulus yang diperhatikan dan yang tidak diperhatikan berkaitan dengan jumlah dan durasi aktivitas yang terjadi pada area korteks. Stimulus respon area V1 respon singkat (memperhatikan stimulus lain) (bila memperhatikan dengan seksama) respon singkat V1 mengeksitasi area V2 dan area lain umpan balik ke area V1 memperpanjang respon yang terjadi (Kanwisher dan Wojciulik, 2000; Super. Spekreijse, dan Lamme, 2001). Setiap neuron berperan dalam penglihatan, tidak ada neuron yang memiliki peran lebih dibanding neuron lainnya dalam persepsi apapun.

II.10. Table Index

II.10.a. Figure 4

II.10.b. Figure 5

III. Perkembangan VisualIII.1. Penglihatan pada bayi

Bayi yang baru lahir telah memiliki penglihatan fungsional walaupun masih banyak bagian yang akan berkembang.III.1.a. Perhatian terhadap Wajah dan Pengenalan Wajah

Manusia yang baru lahir cenderung memiliki perhatian yang lebih besar terhadap satu stimulus dibandingkan stimulus yang lain. Kecenderungan ini mendukung teori adanya modul pengenal wajah yang tertananm dalam otak, kemungkinan terpusat pada girus fusiform. Bayi yang baru lahir memiliki preferensi yang lebih kuat untuk wajah yang tidak terbalik dibanding wajah yang terbalik (baik itu realistis atau terdistorsi parah). Konsep wajah pada bayi belum berkembang baik; syarat sebuah wajah bagi mereka adalah sebagian besar bagiannya ada pada bagian atas (mis: mata). Kemahiran mengenali wajah akan berkembang seiring dengan banyaknya latihan. III.1.b. Perhatian Visual dan Kontrol Motorik

Kemampuan mengendalikan perhatian visual berkembang secara bertahap. Bayi tidak dapat mengalihkan perhatian dari objek satu ke objek objek lainnya sebelum mencapai umur 6 bulan. Hal ini terjadi karena perhatian visual ini memerlikan bagian korteks temporal yang perkembangannya lambat. Seiring dengan perkembangan usia anak akan semakin mahir untuk mengendalikan perhatian visual. III.2. Pengalaman Awal dan Perkembangan Penglihatan

Genikulat lateral dan korteks visual mamalia yang baru lahir serupa dengan mamalia dewasa,walaupun retina mengalami kerusakan terdapat banyak karakteristik normal yang tetap berkembang begitu pula untuk individu-individu yang dibesarkan dalam keadaan gelap total.Sistem visual dapat mencapai tahap pendewasaan tanpa adanya pengalaman visual hingga titik tertentu , tetapi system visual masih membutuhkan pengalaman visual untuk mempertahankan dan menyesuaikan hubungan yang ada di dalamnya.III.2.a. Kurangnya Stimulasi Satu Mata pada Masa Awal Perkembangan

Untuk kucing dan primate yang matanya menghadap pada sisi yang sama, sebagian besar neuron menerima input binocular (input yang berasal dari kedua mata). Jika kelopak mata anak kucing yang baru lahir dijahit selama 4-6 bulan maka sinapsis pada korteks visual secara bertahap akan tidak responsive lagi terhadap input dari mata yang dijahit (Rittenhouse, SHouval, Paradiso, dan Bear, 1999). Oleh karena itu setelah mata yang terjahit idbuka, anak kucing tidak meresponnya.III.2.b. Kurangnya Stimulasi Dua Mata pada Masa Awal Perkembangan

Ketika salah satu mata kucing ditutup selama masa perkembangan, sinapsis aktif pada mata yang terbuka akan menggantikan sinapsis-sinapsis yang tidak aktif pada mata yang terjahit. Jika kedua mata tidak aktif (terjahit) selama masa awal perkembangan maka tidak terjadi pergantian akson.Periode sensitive atau periode kritis suatu periode dimana pengalaman akan menimbulkan efek yang kuatdan bertahan lama. Panjang periode sensitive atau kritis untuk tiap spesies dan untuk tiap aspek penglihatan berbeda-beda. Periode sensitive akan berlangsung lebih lama dalam masa pemiskinan visual total daripada dengan adanya pengalaman yang terbatas (Kirkwood, Lee, dan Bar, 1995). Periode kritis dimulai ketika GABA menyebar di seluruh korteks. GABA adalah sebuah neurotransmitter inhibitor utama. Periode kritis diakiri dengan aktivitas suatu zat kima yang menghambat pertunasan akson. Salah satu alasan mengapa terdapat perbedaan panjang periode kritis antar aspek penglihatan adalah beberapa perubahan hanya membutuhkan pengaturan ulang yang sifatnya lokal.III.3. Stimulasi tak Berkorelasi pada Kedua Mata

Hampir setiap neuron pada korteks visual manusia merespon area yang berkaitan pada kedua mata. Persepsi kealaman stereoskopik dihasilakan dari perbandingan input mata kanan dan kiri yang sedikit berbeda metode yang sangat tepat untuk persepsi jarak.Persepi kedalaman stereskopik mensyaratkan agar otak mendeteksi perbedaan retina (retinal disparity) perbedaan apa yang dilihat mata kiri dan kanan. Penyesuaian penglihatan binocular harus berdasarkan pengalaman. Strabismus (strabismic Amblyopia) kondisi ketika mata tidak dapat memandang ke arah yang sama persepsi kedalaman stereoskopik tidak berkembang.III.4. Restorasi Respon setelah Kehilangan Penglihatan pada Masa Awal Perkembangan

Memulihkan sensitifitas neuron korteks yang tidak sensitive akibat mata yang tidak aktif bisa dilakukan jika pengalaman terjadi dalam waktu yang cukup cepat. Tetapi dalam kurun waktu lama, pemulihan akan berlangsung lebih cepat apabila mata normal kucing tersebut dihilangkan penglihatannya selama beberapa hari (Mitchell, Gingras, dan Kind, 2001).Mata malas (lazy eyes) disebabkan oleh strabismus atau amblyopia salah satu mata tidak daoat menghasilkan penglihatan penglihatan normal pada mata malas dapat diatasi dengan mencegah anak menggunakan matanya yang normal Efektifitas penutupan mata tertinggi terjadi bila dilakukan pada masa-maa awal prkembangan.III.5. Pemajanan terhadap Susunan Pola Tertentu pada Masa Awal Perkembangan

Jika pada seluruh bagian awal periode sensitive seekor kucing dipakaikan penutup mata berpola garis-garis horizontal maka hamper seluruh sel korteks visualnya hanya responsive terhadap garis horizontal (stryker dan Sherk, 1975; Stryker, Serk, Levental, dan Hirsch, 1978). Bahkan setelah berbulan-bulan mengalami pengalaman normal, kucing tersebut tetap tidak dapat merespon garis vertikal.Astigmatisma kaburnya penglihatan terhadap garis dengan arah tertentu (mis: horizontal, vertikal, ataupun salah satu arah diagonal) disebabkan pelengkungan asimetris pada mata.Jika selama periode sensitive perkembangan korteks visual mata anda memiliki astigmatisma tinggi, maka anda akan melihat garis pada arah tertentu lebih jelas daripada garis dengan arah lain. Jika pengoreksian terhadap astigmatisma tidak dilakukan sejak dini maka sel korteks visual anda mungkin lebih responsive terhadap garis-garis yang lebih jelas terlihat oleh anda (Figure 6).Pengujian terhadap astigmatisma pada anak-anak harus dilakukan sejak dini dan penggunaan lensa koreksi harus dilakukan sesegera mungkin. III.6. Pemulihan Penglihatan Individu setelah Kehilangan Penglihatan pada Masa Awal Perkembangan

Belahan otak bagian kanan membutuhkan pengalaman awal untuk mengembangkan keahlian khusus pengenalan wajah. Pada individu dewasa, katarak pada salah satu mata akan memberikan pengaruh yang sama pada kedua belahan otak, karena tiap belahan otak menerima input dari kedua mata (Figure 7). Tetapi ketika individu masih bayi, jalur yang bersilangan dari kedua mata berkembang lebih cepat daripada jalur yang tidak bersilangan (Figure 8). Tiap belahan otak mendapatkan hamper seluruh input dari mata pada sisi kolateralnya. Korpus kolosum pada bayi belum berkembang sempurna, sehingga informasi yang mencapai salah satu belahan otak tidak melintas ke belahan otak lain. Bayi yang mengalami katarak pada mata kirinya memiliki belahan otak kanan dengan input penglihatan yang terbatas. Pengenalan wajah yang baik tergantung pada latihan dan pengalaman yang terjadi pada otak belahan kanan dalam masa awal perkembangan. Visual korteks memiliki keplastisan yang lebih tinggi pada masa bayi daripada masa dewasa. Beberapa aspek penglihatan seperti persepsi gerak dibentuk pada masa awal perkembangn dan akan terus berfungsi tanpa adanya pengalaman. Tetapi sebagian aspek lain, seperti persepsi detil apabila mengalami gangguan tidak dapat pulih secara penuh.

III.7. Table Index

III.7.a. Figure 6

III.7.b. Figure. 7

III.7.c. Figure 8

Page 1 of 1