seroni edisi 2

6

Click here to load reader

Upload: hendra-leosu

Post on 04-Oct-2015

221 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Seroni selebaran Rohani Islam

TRANSCRIPT

Assalamualaikum Wr. WbSegala puji bagi Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Salawat dan salam semoga tercurah kepada teladan kaum beriman Muhammad bin Abdullah, dan juga para pengikutnya yang setia kepada ajaran-ajarannya di saat suka maupun duka. Amma badu. Alhamdulillah SERONI edisi ke-2 periode 2013/2014 dapat kembali terbit pada hari Sabtu, 15 Maret 2014. Pada edisi ini tema yang kami angkat adalah :BENCANA MELANDA INDONESIAAwal 2014 tampaknya memang jadi tahun bencana bagi bangsa kita. Betapa tidak, Gunung Sinabung yang sejak 4 bulan terakhir tahun 2013 sudah meletus, di awal tahun ini rupanya belum akan berhenti erupsinya. Tanah Jawa bahkan seolah dikepung bencana. Ibukota terendam banjir yang menyebabkan kerugian 100200 milyar perhari. Jalur pantura dari Jawa Barat sampai Jawa Tengah lumpuh akibat banjir. Januari lalu, beberapa daerah di bagian selatan Jawa dilanda gempat 6,5 skala Richter. Manado banjir bandang lalu disusul Padang. Bahkan, malam harinya berita mengabarkan banjir bandang melanda Sitaro, Sulut. Tak berlebihan kiranya jika Metro TV membuat topik Indonesia darurat bencana. Berbagai bencana itu telah membuat banyak orang kehilangan harta benda bahkan matapencarian mereka. Yang dulunya sudah kekurangan, kini makin jatuh miskin. Mengapa Allah SWT menurunkan bencana yang bertubi-tubi kepada negeri kita? Bagaimana cara kita menyikapinya?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan kami bahas pada seroni edisi kali ini. Sekian salam redaksi dari kami. Kami dari Divisi Islam menyampaikan banyak permintaan maaf apabila banyak kekurangan dan kami juga sangat berterima kasih apabila ada kritik yang sifatnya membangun. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca

Tim RedaksiDepartemen Kerohanian : Koni P.Divis Islam :Bima 7. ZulfaEti 8. AniHaikal 9. AnggunDebby 10. AtikaSuhendra11. RohmatYussufWassalamualaikum Wr. Wb

Melihat becanda yang begitu besar melanda negeri kita tercinta, sudah sepantasnya kita merenungkan mengapa Alloh SWT yang Maha Pengasih dan Pemurah menurunkan musibah yang bertubi-tubi. Sesungguhnya musibah dan bencana merupakan bagian dari takdir Allah SWT. Allah taala berfirman : yang artinya : Tidaklah menimpa suatu musibah kecuali dengan izin Allah. Barang siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan berikan petunjuk ke dalam hatinya. (QS. at-Taghabun: 11. Izin Alloh tersebut yang mengirimkan bencana pada negeri ini dapat kita klasifikasikan dalam 3 jenis . Pertama, azab dari Allah karena banyak dosa yang dilakukan. Kedua, sebagai ujian dari Tuhan. Ketiga, Sunnatullah dalam arti gejala alam atau hukum alam yang biasa terjadi. Untuk kasus Indonesia ketiga analisa tersebut semuanya mempunyai kemungkinan yang sama besarnya.Pertama, jika bencana dikaitkan dengan murkanya Allah, maka dapat juga dikatakan benar. Allah menurunkan azab kepada bangsa ini dikarenakan dosa-dosa yang kita perbuat. Seorang ustad pernah mengatakan bahwa banyak dosa besar yang sudah dianggap biasa dilakukan di negeri ini. Jika dikerucutkan dapat disimpulkan bahwa dosa tersebut adalah dosa dalam hal suap-menyuap dan dosa perzinahan. Dari kalangan pemimpin hingga rakyatnya semua melakukan dosa-dosa tersebut. Mungkin sudah sewajarnya Tuhan Sang Pencipta Alam ini menjadi murka.Kedua, apabila dikaitkan dengan ujian, bisa jadi sebagai ujian kepada bangsa ini, khususnya kaum Muslimin agar semakin kuat dan teguh keimanannya dan berani untuk menampakkan identitasnya. Sebagaimana firman Allah: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?( Al-Ankabut 29:2). Ya tentu saja apabila kita ingin naik ke level iman yang lebih tinggi mesti ada tes yang harus dilalui.Ketiga, jika dikaitkan dengan gejala alam pun besar kemungkinannya, karena bumi Nusantara memang berada di bagian bumi yang rawan bencana seperti gempa, tsunami dan letusan gunung. Bahkan, secara keseluruhan bumi yang ditempati manusia ini rawan akan terjadinya bencana, sebab hukum alam yang telah ditetapkan Allah SWT atas bumi ini dengan berbagai hikmah yang terkandung di dalamnya. Seperti pergerakan gunung dengan berbagai konsekuensinya.Mari kita bersama lihat ke dalam diri kita masing-masing. Termasuk yang manakah kita apakah yang diazab atau diuji? Selalu merenungkan amal yang pernah kita lakukan. Segera kita bertobat apabila kita termasuk insan yang dikenakan azab oleh Allah. Berfikir positif sambil terus bermuhasabah adalah kunci untuk menyikapi bencana yang sedang melanda negeri ini.Dalam sebuah hadits : Dari Abu Hurairah ra berkata; bersabda Rasulullah saw Apabila kekuasaan dianggap keuntungan, amanat dianggap ghanimah (rampasan), membayar zakat dianggap merugikan, beiajar bukan karena agama (untuk meraih tujuan duniawi semata), suami tunduk pada istrinya, durhaka terhadap ibu, menaati kawan yang menyimpang dari kebenaran, membenci ayah, bersuara keras (menjerit jerit) di masjid, orang fasig menjadi pemimpin suatu bangsa, pemimpin diangkat dari golongan yang rendah akhiaknya, orang dihormati karena takut pada kejahatannya, para biduan dan musik (hiburan berbau maksiat) banyak digemari, minum keras/narkoba semakin meluas, umat akhir zaman ini sewenang-wenang mengutuk generasi pertama kaum Muslimin (termasuk para sahabat Nabi saw, tabiin dan para imam muktabar). Maka hendaklah mereka waspada karena pada saat itu akan terjadi hawa panas, gempa,longsor dan kemusnahan. Kemudian diikuti oleh tanda-tanda (kiamat) yang lain seperti untaian permata yang berjatuhan karena terputus talinya (semua tanda kiamat terjadi).(HR. Tirmidzi).Kita sebagai warga yang tinggal di Lampung tidak boleh senang dulu karena tidak ada bencana alam yang melanda. Boleh jadi Allah Subhanahu wa taala sedang menyiapkan bencana yang lebih besar APABILA kita tidak dapat mengambil pelajaran dari daerah-daerah tetangga kita yang sedang dilanda musibah. Naudzubillahi mindzalik..Kembali lagi kita mesti introspeksi diri dan senantiasa bertaubat. Semoga kita termasuk orang-orang yang dilindungi oleh Allah SWT. Aminn...Belajar Menyikapi Musibah Ala Umar bin KhattabTak ada bencana yang tidak membuat kita sedih. Namun tak serta merta bencana yang menimpa dibiarkan membuat diri kita nelangsa. Mestinya, kita tetap tegar berusaha bangkit untuk membuktikan bahwa bencana yang menimpa bukan akhir segalanya. Namun, apa 'pil" yang dapat membuat kita bangkit dari bencana atau cerita sedih yang menimpa diri?Jawabannya adalah, belajar dari cara bangkitnya orang terdahulu dalam menghadapi musibah atau bencana. Orang tersebut pasti memilikicerita sedihdari musibah yang dialami, namun ia juga punya cerita bahagia kala mampu bangkit membuat dirinya tetap bahagia.Adalah Umar bin Khattab yang layak ditiru dalam cara menghadapi musibah. Di dalam buku "Ketika Merasa Allah Tidak Adil" dicantumkan ihwal trik Umar bin Khattab bangkit dari musibah. Setiap kali ia mendapati musibah, sebanyak empat kali mengucapkan kata "hamdalah". Aneh, bukan? Sejatinya, inilah trik untuk bangkit dari musibah yang menghimpit diri.1. Hamdalah pertama dimaknai oleh Umar bin Khattab sebagai rasa syukur bahwa Allah tidak menurunkan musibah yang lebih berat dan lebih dahsyat dari apa yang dialaminya. Hamdalah ini menunjukkan, ada sedikit cerita sedih yang awal terlintas di dalam diri Umar bin Khattab. Namun, rasa syukurnya jauh lebih lama bersamanya.Ia yakin, bahwa musibah yang dilaluinya sudah terjadi dan tidak mungkin diubah lagi. Jadi lebih baik bersyukur kepda Allah, karena dalam menghadipi musibah ini masih bisa tegar, masih bisa menghirup udara dan masih bisa meraih hidup yang bahagia. Musibah pasti akan berlalu seiring dengan waktu demi waktu yang dilalui.2. Hamdalah kedua dimaknai oleh Umar bin Khattab sebagai bukti syukurnya bahwa Allah tidak menimpakan musibah pada agamanya. Karena jika mengenai agamanya, hal itu jauh lebih berbahaya. Adakah cerita sedih di hamdalah keduanya? Tetap saja, ada. Namun ia segera mengiringinya dengan syukur. Karena tidak mengenai agamanya.Jika musibah yang mampu membuat cerita sedihnya tersebut mengenai agama sungguh sangat menyedihkan. Misalnya saja, ia tidak lagi taat kepada Allah. Maka hal ini bisa sangat berbahaya. Ia bakal mengalami mati dengansu-ul khatimah(mati dalam kondisi buruk dalam pandangan agama Islam). Setelah itu akan mengalami siksa kubur, karena matinya saja sudah dalam kondisi buruk. Kemudian di persidangan Allah atau hari hisab, ternyata dosanya lebih banyak dari pahalanya. Sungguh, ini musibah yang jauh lebih besar dari musibah yang dihadapi di dunia ini.3. Hamdalah ketiga dimaknai oleh Umar bin Khattab sebagai memelihara kesabaran, karena Allah menjanjikan surga bagi orang-orang yang bersabar. Umar masih memiliki cerita sedih ketika ditimpa musibah, tapi ia bersyukur karena Allah masih memberikannya kesabaran. Ia tidak protes kepada Allah. Ia tidak menilai Allah tidak adil dengan musibah yang dihadapinya.Kesyukuran Umar bin Khattab karena masih bisa bersabar menjadikannya cepat bangkit dari musibah yang dihadapi. Ia yakin bahwa Allah akan menggantikan yang lebih baik. Jika pun tidak, Allah akan menjanjikan surga yang tidak ada bandingannya. Surga adalah incaran setiap insan beriman. Surga jauh lebih berharga dari dunia dan isinya.4. Hamdalah keempat dimaknai oleh Umar bin Khattab sebagai rasa syukurnya karena Allah bakal memberikan nikmat yang baru sebagai ganti dari nikmat yang lama. Artinya, kesyukuran yang keempat dipandang oleh Umar bin Khattab akan ada episode nikmat baru yang dihadirkan Allah. Musibah yang datang adalah limit akhir dari nikmat yang pernah didapatkannya.Dengan hadirnya musibah tersebut, berarti Allah akan menghadirkan nikmat baru yang mungkin belum pernah didapatkannya. Sungguh ini selaras dengan firman Allah Swt.," Jika kamu bersyukur atas nikmat-Ku, maka akan Aku tambah. Namun jika kau kufur, niscaya azab-Ku sangat pedih."(QS. Ibrahim: 7)Sungguh, musibah yang datang menghampiri pasti membawa cerita sedih, namun jangan sampai kesedihan tersebut membuat kita tak lagi memiliki semangat hidup. Ingat! Semua yang dimiliki di dunia ini memiliki limit dari Allah Swt. Jika tidak ditinggalkan, maka kita yang bakal meninggalkannya.Sekian, Wallohualam..Referensi :http://salafiyunpad.wordpress.com

http://www.islampos.com

http://filsafat.kompasiana.com

note : kritik dan saran dapat disampaikan langsung ke Divisi Islam Himatemia atau cp : Bima (08979565085)