selasa, 12 april 2011 mengembalikan pesona sang primadona · yem mengatakan kehadiran pasar modern...

1
9 N N USANTARA USANTARA SELASA, 12 APRIL 2011 Pembeli ramai, dagangan laris, dan penghasilan mengalir lan- car. Lapaknya yang berukuran hanya 1 meter x 2 meter itu pun bisa menjadi andalan pengha- silan keluarga. “Tapi itu dulu, ketika masih zaman Pak Harto (Presiden Soeharto). Sekarang, bisa dapat sepuluh pembeli saja dalam se- hari sudah termasuk ramai.” Tanpa bermaksud menya- lahkan laju roda zaman dan pesatnya pembangunan, Jumi- yem mengatakan kehadiran pasar modern dan pedagang dengan pasar modern. Namun, itu saja belum cu- kup. Satu hal yang sangat penting lagi adalah mengubah perilaku pedagang itu sendiri. Mulai penampilan, cara mela- yani pembeli, hingga menata barang dagangan supaya sedap dipandang. Kuncinya, jelas Jokowi, peda- gang di pasar tradisional ditun- tut untuk berbenah diri. Mereka harus bisa menjadi sosok-sosok kreatif yang mampu mengolah sarana dan potensi yang ada. “Kami tentu tidak bisa me- larang orang berjualan dengan cara keliling atau terus meng- hambat pembangunan pasar modern. Jadi, pedagang pasar tradisional harus lebih kreatif. Kalau tidak, ya pasar tradisio- nal akan semakin ditinggal- kan,” tegasnya, di sela-sela me- nyaksikan pergelaran panggung terbuka bertajuk Jambore Pasar Tradisional (Jampastra) itu. Harapan Jumiyem dan ke- inginan Jokowi agar pasar Pasar Klewer, Nusukan, Legi, dan Pasar Gedhe di Solo dulunya ialah pusat bisnis yang memesona. Sekelompok warga tengah mencoba mengembalikan pesona itu melalui acara mider pasar. keliling bersepeda motor telah mengusik rezekinya. Sekarang ini, menurut peng- amatannya, orang lebih banyak memilih belanja di supermar- ket. Kalau tidak, mereka me- nunggu pedagang keliling yang terkadang banting harga, jauh lebih murah daripada pasar. “Jumlah pedagang keliling itu sekarang sangat banyak. Mereka masuk sampai ke pelo- sok kampung dan desa. Lah, kami yang di pasar ini hanya kebagian sisanya,” kata Jumi- yem dengan senyum kecut. Renovasi pasar Apa yang dirasakan Jumi- yem juga dirasakan pedagang lain di Pasar Gedhe. Persaingan yang semakin ketat dari hari ke hari membuat penghasilan me- reka terus menyusut. Bahkan, tidak jarang pedagang sampai gulung tikar karena kehabisan modal. Kondisi itu disadari betul oleh Wali Kota Solo Joko Wido- do. Namun, kata dia, Pemerin- tah Kota Solo tidak bisa berbuat terlalu banyak. Pemerintah hanya bisa membantu memper- baiki penampilan sik dengan merenovasi bangunan pasar yang tadinya terkesan kumuh menjadi modern. Saat ini, dari 41 pasar tradi- sional yang dimiliki kota terse- but, 15 di antaranya telah sele- sai diperbaiki. Penampilan dan kenyamanan mereka pun tidak kalah jika dibandingkan JAMBORE PASAR TRADISIONAL: Kolaborasi tari topeng dengan barongsai memeriahkan puncak acara Jambore Pasar Tradisional (Jampastra) di depan Pasar Gedhe, Solo, Minggu (3/4). Kegiatan ini untuk mengembalikan pesona pasar tradisional. K = teasurenya jangan lupa bos === === === .” Q = Namanya D = jabatannya Mengembalikan Pesona sang Primadona UPAYA KERAS: Pasar Gedhe Solo, Jawa Tengah, terlihat ramai pada Minggu (3/4). Kehadiran pasar modern membuat tempat belanja yang dulu menjadi primadona masyarakat ini kehilangan pesona. Perlu upaya keras untuk memulihkannya. FERDINAND S UASANA Pasar Ge- dhe Solo tampak lain. Bagian muka pengge- rak roda ekonomi wong cilik itu lebih ramai daripada biasanya. Pintu masuk utama pasar yang biasanya lengang ter lihat sedikit padat pada Minggu awal April itu. Begitu pula suara keramaian yang terdengar. Jika biasanya hanya suara bising kendaraan bermotor yang berlalu-lalang, kali ini ada suara gamelan yang mengalun cukup kencang. Suara merdu yang memain- kan gending Jawa itu berasal dari panggung terbuka beratap tenda merah di sisi selatan pin- tu utama pasar. Itu menyita per- hatian warga masyarakat yang sedang berakhir pekan. Keramaian di tempat itu se- makin menjadi ketika seniman barongsai dan penari topeng unjuk kebolehan. Halaman de- pan pasar yang tadinya relatif sepi mendadak ramai. Di dalam pasar, Jumiyem, 65, pedagang buah, duduk ter- menung di lapaknya yang kecil. Ia menanti kedatangan pembeli yang jumlahnya kini dirasakan- nya semakin menyusut saja. “Semoga keramaian di luar itu membawa rezeki untuk ka- mi hari ini,” kata perempuan asal Desa Jembung, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Ka- ranganyar, Jawa Tengah, itu penuh harap. Jumiyem merupakan salah satu pedagang lama di pasar itu. Menurut hitungannya, ti dak kurang dari 40 tahun ia berjualan. Mulai dari anak pertamanya masih berusia tu- juh bulan sampai kini anak itu sudah bekerja dan menikah di Kalimantan. Selama kurun waktu tersebut, Jumiyem pernah menikmati masa-masa yang sangat manis. tradisional kembali bergairah kini mulai menemukan jalan- nya. Kelompok pengguna situs jejaring sosial Facebook yang terwadahi dalam Facebookers Community for Jokowi (FCFJ) dengan sukarela merintisnya. Salah satunya melalui kegiatan Jampastra yang puncaknya di- langsungkan di halaman Pasar Gedhe ini. Japastra tersebut telah mere- ka lakukan sejak awal Maret. Sampai saat ini, telah ada enam pasar tradisional yang mere- ka datangi, antara lain Pasar Klewer, Nusukan, Legi, dan yang terakhir Pasar Gedhe. Melalui kegiatan yang diberi tajuk mider pasar (keliling pasar) itu, FCFJ mencoba menyadar- kan pedagang pasar tradisional pentingnya menumbuhkan se- mangat dan kreativitas. “Utamanya kreativitas da- lam bidang kesenian. Setiap pasar tradisional pasti memiliki sesuatu yang khas. Itulah yang sekarang kami gali supaya bisa ditampilkan dan menjadi daya tarik pasar itu sendiri,” kata anggota FCFJ Iva di lokasi pertunjukan. Kalau itu bisa dilakukan, Iva cukup optimistis pasar tradisio- nal akan kembali merebut pesona mereka. Pusat pereko- nomian wong cilik itu akan kembali menjadi primadona yang mampu merebut hati ma- syarakat. (N-3) ferdinan @mediaindonesia.com FOTO-FOTO: MI/FERDINAND Kami tentu tidak bisa melarang orang berjualan dengan cara keliling atau terus menghambat pembangunan pasar modern.’’ Joko Widodo Wali Kota Solo

Upload: phungcong

Post on 14-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9NNUSANTARAUSANTARASELASA, 12 APRIL 2011

Pembeli ramai, dagangan laris, dan penghasilan mengalir lan-car. Lapaknya yang berukuran hanya 1 meter x 2 meter itu pun bisa menjadi andalan pengha-sil an keluarga.

“Tapi itu dulu, ketika masih zaman Pak Harto (Presiden Soe harto). Sekarang, bisa dapat sepuluh pembeli saja dalam se-hari sudah termasuk ramai.”

Tanpa bermaksud menya-lahkan laju roda zaman dan pesatnya pembangunan, Jumi-yem mengatakan kehadiran pasar modern dan pedagang

dengan pasar modern.Namun, itu saja belum cu-

kup. Satu hal yang sangat pen ting lagi adalah mengubah perilaku pedagang itu sendiri. Mulai penampilan, cara mela-yani pembeli, hingga menata barang dagangan supaya sedap dipandang.

Kuncinya, jelas Jokowi, peda-gang di pasar tradisional ditun-tut untuk berbenah diri. Mereka harus bisa menjadi sosok-sosok kreatif yang mampu mengolah sarana dan potensi yang ada.

“Kami tentu tidak bisa me-larang orang berjualan dengan cara keliling atau terus meng-hambat pembangunan pasar modern. Jadi, pedagang pasar tradisional harus lebih kreatif. Kalau tidak, ya pasar tradisio-nal akan semakin ditinggal-kan,” tegasnya, di sela-sela me-nyaksikan pergelaran panggung terbuka bertajuk Jambore Pasar Tradisional (Jampastra) itu.

Harapan Jumiyem dan ke-inginan Jokowi agar pasar

Pasar Klewer, Nusukan, Legi,

dan Pasar Gedhe di Solo dulunya

ialah pusat bisnis yang memesona.

Sekelompok warga tengah mencoba mengembalikan

pesona itu melalui acara mider pasar.

keliling bersepeda motor telah mengusik rezekinya.

Sekarang ini, menurut peng-a matannya, orang lebih banyak memilih belanja di supermar-ket. Kalau tidak, mereka me-nunggu pedagang keliling yang terkadang banting harga, jauh lebih murah daripada pa sar.

“Jumlah pedagang keliling itu sekarang sangat banyak. Mereka masuk sampai ke pelo-sok kampung dan desa. Lah, kami yang di pasar ini hanya kebagian sisanya,” kata Jumi-yem dengan senyum kecut.

Renovasi pasarApa yang dirasakan Jumi-

yem juga dirasakan pedagang lain di Pasar Gedhe. Persaingan yang semakin ketat dari hari ke hari membuat penghasilan me-reka terus menyusut. Bahkan, tidak jarang pedagang sampai gulung tikar karena kehabisan modal.

Kondisi itu disadari betul oleh Wali Kota Solo Joko Wido-do. Namun, kata dia, Pemerin-tah Kota Solo tidak bisa berbuat terlalu banyak. Pemerintah ha nya bisa membantu memper-baiki penampilan fi sik dengan merenovasi bangunan pasar yang tadinya terkesan kumuh menjadi modern.

Saat ini, dari 41 pasar tradi-sional yang dimiliki kota terse-but, 15 di antaranya telah sele-sai diperbaiki. Penampilan dan kenyamanan mereka pun tidak kalah jika dibandingkan

JAMBORE PASAR TRADISIONAL: Kolaborasi tari topeng dengan barongsai memeriahkan puncak acara Jambore Pasar Tradisional (Jampastra) di depan Pasar Gedhe, Solo, Minggu (3/4). Kegiatan ini untuk mengembalikan pesona pasar tradisional.

K = teasurenya jangan lupa bos

=========.” Q = NamanyaD = jabatannya

Mengembalikan Pesona sang Primadona

UPAYA KERAS: Pasar Gedhe Solo, Jawa

Tengah, terlihat ramai pada Minggu (3/4). Kehadiran pasar modern membuat

tempat belanja yang dulu menjadi primadona

masyarakat ini kehilangan pesona. Perlu upaya keras

untuk memulihkannya.

FERDINAND

SUASANA Pasar Ge-dhe Solo tampak lain. Bagian muka pengge-rak roda ekonomi wong

cilik itu lebih ramai daripada biasanya. Pintu masuk utama pasar yang biasanya lengang ter lihat sedikit padat pada Ming gu awal April itu.

Begitu pula suara keramaian yang terdengar. Jika biasanya hanya suara bising kendaraan bermotor yang berlalu-lalang, kali ini ada suara gamelan yang mengalun cukup kencang.

Suara merdu yang memain-kan gending Jawa itu berasal dari panggung terbuka beratap tenda merah di sisi selatan pin-tu utama pasar. Itu menyita per-hatian warga masyarakat yang sedang berakhir pekan.

Keramaian di tempat itu se-makin menjadi ketika seniman barongsai dan penari topeng unjuk kebolehan. Halaman de-pan pasar yang tadinya relatif sepi mendadak ramai.

Di dalam pasar, Jumiyem, 65, pedagang buah, duduk ter-menung di lapaknya yang kecil. Ia menanti kedatangan pembeli yang jumlahnya kini dirasakan-nya semakin menyusut saja.

“Semoga keramaian di luar itu membawa rezeki untuk ka-mi hari ini,” kata perempuan asal Desa Jembung, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Ka-rang anyar, Jawa Tengah, itu penuh harap.

Jumiyem merupakan salah satu pedagang lama di pasar itu. Menurut hitungannya, ti dak kurang dari 40 tahun ia berjualan. Mulai dari anak pertamanya masih berusia tu-juh bulan sampai kini anak itu sudah bekerja dan menikah di Kalimantan.

Selama kurun waktu tersebut, Jumiyem pernah menikmati masa-masa yang sangat manis.

tradisional kembali bergairah kini mulai menemukan jalan-nya. Kelompok pengguna situs jejaring sosial Facebook yang terwadahi dalam Facebookers Community for Jokowi (FCFJ) dengan sukarela merintisnya. Salah satunya melalui kegiatan Jampastra yang puncaknya di-langsungkan di halaman Pasar Gedhe ini.

Japastra tersebut telah mere-ka lakukan sejak awal Maret. Sampai saat ini, telah ada enam pasar tradisional yang mere-ka datangi, antara lain Pasar Klewer, Nusukan, Legi, dan yang terakhir Pasar Gedhe.

Melalui kegiatan yang diberi tajuk mider pasar (keliling pasar) itu, FCFJ mencoba menyadar-kan pedagang pasar tradisio nal pentingnya menum buhkan se-mangat dan kreativitas.

“Utamanya kreativitas da-lam bidang kesenian. Setiap pasar tradisional pasti memiliki sesuatu yang khas. Itulah yang sekarang kami gali supaya bisa ditampilkan dan menjadi daya tarik pasar itu sendiri,” kata anggota FCFJ Iva di lokasi pertunjukan.

Kalau itu bisa dilakukan, Iva cukup optimistis pasar tradisio-nal akan kembali merebut pe sona mereka. Pusat pereko-no mian wong cilik itu akan kembali menjadi primadona yang mampu merebut hati ma-syarakat. (N-3)

[email protected]

FOTO-FOTO: MI/FERDINAND

Kami tentu tidak bisa

melarang orang berjualan dengan cara keliling atau terus menghambat pembangunan pasar modern.’’Joko WidodoWali Kota Solo