sekolah tinggi teknologi industri (sttind) padang …

111
KAJIAN TEKNIS SISTEM PENYANGGA KAYU PADA LUBANG C1G TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH PT. NUSA ALAM LESTARI (NAL) DESA SALAK, KECAMATAN TALAWI, KOTA SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh: EVI TARIA TEKNIK PERTAMBANGAN YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG 2017

Upload: others

Post on 07-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

KAJIAN TEKNIS SISTEM PENYANGGA KAYU PADA LUBANG C1G

TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH PT. NUSA ALAM LESTARI

(NAL) DESA SALAK, KECAMATAN TALAWI, KOTA

SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA BARAT

Oleh:

EVI TARIA

TEKNIK PERTAMBANGAN

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI

(STTIND) PADANG

2017

Page 2: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

KAJIAN TEKNIS SISTEM PENYANGGA KAYU PADA LUBANG C1G

TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH PT. NUSA ALAM LESTARI

(NAL) DESA SALAK, KECAMATAN TALAWI, KOTA

SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA BARAT

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Teknik Pertambangan

Oleh :

EVI TARIA

1310024427033

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI

(STTIND) PADANG

2017

Page 3: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul : Kajian Teknis Sistem Penyangga Kayu Pada Lubang

C1G Tambang Batubara Bawah Tanah PT. Nusa Alam

Lestari (NAL) Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota

Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat.

Nama : EVI TARIA

NPM : 1310024427033

Program Studi : Teknik Pertambangan

Padang, Desember 2017

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Murad MS, M.T Ali Sutan Nasution, S.T., M.M

NIDN. 007116308 NIDN. 1003087503

Ketua Jurusan Ketua STTIND Padang

Dr. Murad MS, M.T H. Riko Ervil, M.T

NIDN. 007116308 NIDN. 1014057501

Page 4: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

KAJIAN TEKNIS SISTEM PENYANGGA KAYU PADA LUBANG C1G

TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH PT. NUSA ALAM LESTARI

(NAL) DESA SALAK, KECAMATAN TALAWI, KOTA

SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA BARAT

Nama : Evi Taria

NPM : 1310024427033

Pembimbing I : Dr. Murad, MS, MT

Pembimbing II : Ali Sutan Nasution, ST. MM

ABSTRAK

PT. Nusa Alam Lestari (PT. NAL) merupakan perusahaan bergerak

dibidang pertambangan batubara bawah tanah. (underground mining), dengan

tujuan penelitian menganalisis berapa kekuatan penyangga di lubang bukaan C1G

dan menganalisis nilai Faktor Keamanan (Safety Factor) sistem penyanggaan di

lubang bukaan C1G.

PT. NAL melakukan upaya menjaga kestabilitasan lubang bukaan atau

tunnel dengan menggunakan penyangga kayu, pada penyanggaan kayu sendiri

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kekuatannya seperti

kelembaban dan temperatur. Penelitian ini dilakukan pada lubang bukaan C1G

karena pada lubang bukaan tersebut masih terdapat 2 (dua) kayu penyangga yang

patah dan penggunaan kayu penyangga yang sudah lama dan rapuh sehingga

sudah tidak layak lagi, posisi tiang penyangga yang tidak pada tempatnya, dan

jarak antar penyangga yang berbeda-beda karena jarak yang seharusnya adalah

jarak antar penyangga yang sama, sehingga dapat mempengaruhi kekuatan

penyangga dalam menahan beban massa batuan yang berada di sekitar penyangga.

Berdasarkan perhitungan, kekuatan penyangga kayu di lubang bukaan C1G

pada PT. NAL dengan menggunakan persamaan Protodyakonov dengan

menggunakan sistem penyangga three piece sets, yaitu a. Beban persatuan

panjang yang dihasilkan (qt) dengan jarak yang berbeda-beda adalah 8,097 t/m,

11,432 t/m, 10,478 t/m, 11,907 t/m, 10,954 t/m, 11,716 t/m, 9,811 t/m, 12,383

t/m, 10,288 t/m, dan 11,240 t/m. b. Tinggi parabolik sebagai tinggi beban (h)

4,396 m. c. Tekanan pada penyangga (σt) 16,446 t/m2. d. Beban maksimal yang

diizinkan pada penyangga (Pmax) 21,75 ton. Serta untuk nilai Faktor Keamanan

(FK) sistem penyanggan C1G pada PT. NAL memiliki nilai rata-rata 0,390

(FK<1), maka penyangga dapat dikatakan tidak aman untuk digunakan dalam

sistem penyanggaan.

Kata Kunci: Persamaan Protodyakonov, Tunnel dan Fakor keamanan.

Page 5: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

TECHNICAL STUDY OF WOODENER TREATMENT SYSTEM ON C1G

HOLD TIDE COAL BATUBARA PT. NUSA ALAM LESTARI (NAL)

VILLAGE SALAK, TALAWI DISTRICT, CITY SAWAHLUNTO,

PROVINCE OF WEST SUMATERA

Nama : Evi Taria

Number Of Student : 1310024427033

Advisor I : Dr. Murad, MS, MT

Advisor II : Ali Sutan Nasution, ST. MM

ABSTRACT

PT. Nusa Alam Lestari (PT NAL) is one of the companies engaged in

underground mining, with the aim of research to analyze how many buffer

strength perforated C1G openings and analyze the value of safety factor buffer

system perforated C1G opening.

PT. NAL undertakes efforts to maintain the stability of the opening or

tunnel by using a wooden support, on the wood buffering itself there are several

factors that affect the level of strength such as humidity and temperature. This

study was conducted on C1G opening holes because there were still 2 (two)

broken buffer woods and the use of long and fragile buffer timbers so that they

were no longer feasible, the position of the buffer pole was not in place, and the

distance between the buffer differs because the required distance is the distance

between the same buffer, so it can affect the buffer force in holding the rock mass

load around the buffer.

Based on the calculation, the strength of the wood buffer in the opening

hole C1G at PT. NAL using Protodyakonov equation by using three piece sets

buffer system, that is a. The resulting unified load length (qt) with different

distances is 8.097 t / m, 11.432 t / m, 10,478 t / m, 11,907 t / m, 10,954 t / m,

11,716 t / m, 9,811 t / m, 12,383 t / m, 10,288 t / m, and 11,240 t / m. b. The

parabolic height as the load height (h) is 4.396 m. c. The pressure on the buffer

(σt) is 16,446 t / m2. D. Maximum load allowed on buffer (Pmax) 21.75 tons. And

for the value of Security Factor (FK) C1G subscribers system at PT. NAL has an

average value of 0.390 (FK <1), so the buffer may be unsafe for use in buffer

systems.

Keywords: Protodyakonov Equation, Tunnel and Safety Factor

Page 6: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun laporan Penelitian yang

berjudul “Kajian Teknis Sistem Penyangga Kayu pada Lubang C1G Tambang

Batubara Bawah Tanah PT. Nusa Alam Lestari (NAL) Desa Salak, Kecamatan

Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat”.

Penyusunan laporan ini merupakan salah satu kewajiban seluruh mahasiswa

setelah melakukan kegiatan penelitian, Dengan tersusunnya laporan ini diucapkan

terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan Doa dan dukungan

baik moril maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak H. Riko Ervil, MT. selaku ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri

(STTIND) Padang.

3. Bapak Dr. Murad, MS, MT. selaku ketua Prodi Teknik Pertambangan

sekaligus pembimbing I dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Ali Sutan Nasution, ST. MM. selaku pembimbing II dalam penulisan

skripsi ini.

5. Bapak Ir. H. Muhammad Fauzi. selaku Kepala Teknik Tambang PT. Nusa

Alam Lestari (NAL).

6. Seluruh dosen dan karyawan/karyawati Sekolah Tinggi Teknologi Industri

(STTIND) Padang.

7. Teman-teman Mahasiswa/mahasiswi Sekolah Tinggi Teknologi Industri

(STTIND) Padang, khususnya Mahasiswa/Mahasiswi dari jurusan Teknik

Pertambangan.

Atas segala bantuan yang telah diberikan, hanya Doa yang dapat dipanjatkan

semoga Allah SWT memberikan balasan dan menjadikan amal ibadah yang

mulia. Selanjutnya segala kritik dan saran yang membangun akan sangat

membantu dalam penyempurnaan penyusunan selanjutnya.

Padang, Desember 2017

Penulis

Page 7: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2. Identifikasi Masalah .................................................................. 3

1.3. Batasan Masalah ....................................................................... 4

1.4. Rumusan Masalah ..................................................................... 4

1.5. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

1.6. Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6

2.1. Landasan Teori.......................................................................... 6

2.1.1. Deskripsi Perusahaan ...................................................... 6

2.1.2. Tambang Batu Bara Bawah Tanah PT. Nusa Alam Lestari 13

2.1.3. Sistem Penyanggaan ....................................................... 14

2.1.4. Penyangga Kayu (Wooden Supports) ............................. 21

2.1.5. Klasifikasi Massa Batuan ................................................ 27

2.1.6. Penelitian Sebelumnya .................................................... 30

2.2. Kerangka Konseptual ................................................................ 34

Page 8: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 37

3.1. Jenis Penelitian ...................................................................... 37

3.2. Tempat dan Waktu penelitian ................................................ 37

3.3. Variabel Penelitian ................................................................ 38

3.4. Data dan Sumber Data ............................................................ 38

3.5. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 39

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ..................................... 42

3.7. Kerangka Metodologi ............................................................. 43

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ..................... 45

4.1. Pengumpulan Data ................................................................. 45

4.1.1. Data Primer ................................................................... 45

4.1.2. Data Sekunder .............................................................. 47

4.2. Pengolahan Data .................................................................... 47

4.2.1. Pengujian Sifat Fisik Batuan ........................................ 47

4.2.2. Pengujian Point Load Index ......................................... 48

4.2.3. Perhitungan Kekuatan Penyangga Kayu ...................... 49

4.2.4. Faktor Keamanan (Safety Factor) ................................ 49

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 51

5.1. Analisa Hasil Pengolahan Data ............................................. 51

5.1.1. Uji Kuat Tekan atau Uniaxial Compressive Strength .. 51

5.1.2. Pengujian Sifat Fisik Batuan ........................................ 52

5.2.Analisa Faktor Keamanan ....................................................... 52

Page 9: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

5.3. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Penyanggaan PT.

Nusa Alam Lestari (NAL) ............................................................. 53

BAB VI PENUTUP ..................................................................................... 55

6.1. Kesimpulan ............................................................................ 55

6.2. Saran ...................................................................................... 55

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

Page 10: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Kesampaian Daerah ......................................................... 8

Gambar 2.2 Peta Geologi ............................................................................ 9

Gambar 2.3 Stratigrafi dan Lithologi .......................................................... 12

Gambar 2.4 Metode Room and Pillar ......................................................... 14

Gambar 2.5 Bentuk-Bentuk Penyanggaan .................................................. 22

Gambar 2.6 Penyangga Kayu ...................................................................... 27

Gambar 2.7 Tipe dan Syarat Contoh Batuan .............................................. 29

Gambar 2.8 Kerangka Konseptual .............................................................. 36

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian .......................................................... 43

Gambar 4.1 Sistem Penyangga three piece sets .......................................... 45

Gambar 4.2 Kajian Teknis Sistem Penyanggaan PT. NAL ........................ 50

Page 11: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kekuatan Kayu ............................................................................ 22

Tabel 2.2 Kelas Awet Kayu ........................................................................ 23

Tabel 2.3 Klasifikasi Kekuatan Batuan ....................................................... 28

Tabel 2.4 Hubungan RQD dengan Kualitas Massa Batuan ........................ 29

Tabel 2.5 Deskripsi Spasi Bidang Diskontinuitas ....................................... 29

Tabel 4.1 Pengukuran Dimensi Penyangga ................................................ 46

Tabel 4.2 Pengukuran Jarak Antar Penyangga ........................................... 46

Tabel 4.3 Perhitungan Sifat Fisik Batuan ................................................... 47

Tabel 4.4 Perhitungan Rata-Rata Point Load Index.................................... 48

Tabel 4.5 Kekuatan Material Batuan Utuh ................................................. 48

Tabel 4.6 Perhitungan Kekuatan Penyangga Kayu ..................................... 49

Tabel 4.7 Rekapitulasi Kekuatan Penyangga Kayu .................................... 49

Tabel 4.8 Rekapitulasi Faktor Keamanan ................................................... 50

Page 12: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Peta wilayah Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi

Lampiran II : Info Kemajuan Lubang PT. Nusa Alam Lestari

Lampiran III : Pengukuran Dimensi Penyangga

Lampiran IV : Pengujian Sifat Fisik Batuan

Lampiran V : Perhitungan Sifat Fisik Batuan

Lampiran VI : Pengujian Point Load Index

Lampiran VII : Perhitungan Point Load Index

Lampiran VIII : Jadwal Penelitian

Lampiran IX : Foto Kegiatan Pengujian Laboratorium

Lampiran X : Foto Kegiatan Penelitian PT. Nusa Alam Lestari

Lampiran XI : Data Curah Hujan PT. Nusa Alam Lestari Tahun2017

Lampiran XII : Perhitungan Kekuatan Penyangga Kayu

Lampiran XIII: Perhitungan Faktor Keamanan (Safety Factor)

Lampiran XIV: Sketsa Lubang C1G PT. Nusa Alam Lestari Tahun2017

BAB I

Page 13: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya

didukung oleh potensi-potensi yang ada dalam bangsa itu sendiri antara lain

sumber daya alam dan sumber daya manusia. Indonesia termasuk salah satu

negara yang berkembang begitu juga dengan industri pertambangan batubara di

Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat, bisa terlihat dari banyaknya

penggunaan batubara sebagai bahan bakar seperti industri Pembangkit Listrik

Tenaga Uap (PLTU). Oleh karena itu, diperlukan bahan baku untuk mendukung

agar berjalan sesuai dengan peruntukannya.

PT. Nusa Alam Lestari (PT. NAL) merupakan salah satu perusahaan

swasta yang bergerak dibidang pertambangan batubara yang berlokasi di Daerah

Sapan Dalam, Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi

Sumatera Barat. PT. Nusa Alam Lestari menggunakan sistem tambang bawah

tanah (underground mining), dimana pada sistem ini sangat beresiko

dibandingkan menggunakan sistem tambang terbuka. Sistem ini sangat erat

kaitanya dengan sistem penyanggaan dimana penyanggaan sebagai penahan

material batuan didalam lubang bukaan atau tunnel.

Akibat dari penggalian atau pembuatan tunnel, akan menimbulkan tekanan

dari atas, samping kiri dan kanan. Potensi ketidakstabilan yang terjadi pada batuan

disekitar lubang bukaan tambang bawah tanah biasanya akan selalu membutuhkan

penanganan khusus terutama atas dua hal, yaitu keselamatan pekerja dan

keselamatan peralatan yang terdapat di dalam tambang. Disamping itu, akibat dari

Page 14: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

kondisi yang lemah pada badan bijih sehingga menyebabkan batuan samping

berpotensi jatuh yang akan membahayakan para pekerja. Untuk mengatasi hal-hal

seperti di atas, dibutuhkan pengetahuan mengenai penyebab ketidakstabilan dan

merencanakan ukuran penyanggaan yang sesuai sehingga akan mengurangi atau

menghilangkan segala macam permasalahan yang mungkin timbul pada proses

penambangan bawah tanah.

Berdasarkan informasi di atas, maka pembahasan mengenai sistem

penyanggaan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pembahasan

mengenai sistem penambangan bawah tanah. Pembahasan ini menjadi sangat

penting mengingat karakteristik batuan yang berbeda-beda dan memungkinkan

munculnya bidang lemah batuan yang menyebabkan terjadinya ketidakstabilan

batuan seperti terjadinya runtuhan dilubang C1C pada PT. Nusa Alam Lestari

(NAL) Tanggal 26 September 2017 sehingga menghambat kerja perusahaan dan

berakibat pada terhambatnya pencapaian tingkat produksi yang diinginkan.

Penyanggaan sendiri didefinisikan sebagai sistem yang membantu batuan agar

dapat menopang dirinya sendiri sehingga mencapai keseimbangan setelah

diberikan gangguan berupa lubang bukaan. Sistem penyanggaan yang sesuai

dengan kondisi lubang bukaan harus memperhatikan beberapa variabel seperti

jarak antar penyangga dan dimensi yang sama, sehingga besarnya beban merata

yang bekerja di atas penyangga dan besarnya beban samping yang bekerja pada

penyangga.

PT. Nusa Alam Lestari melakukan upaya menjaga kestabilitasan lubang

bukaan atau tunnel dengan menggunakan penyangga kayu, pada penyanggaan

Page 15: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

kayu sendiri terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kekuatannya

seperti kelembaban dan temperatur. Penelitian ini dilakukan pada lubang bukaan

C1G karena pada lubang bukaan tersebut masih terdapat 2 (dua) kayu penyangga

yang patah dan penggunaan kayu penyangga yang sudah lama dan rapuh sehingga

sudah tidak layak lagi, posisi tiang penyangga yang tidak pada tempatnya, dan

jarak antar penyangga yang berbeda-beda karena jarak yang seharusnya adalah

jarak antar penyangga yang sama, sehingga dapat mempengaruhi kekuatan

penyangga dalam menahan beban massa batuan yang berada di sekitar penyangga.

Untuk itu perlu dilakukan kajian teknis terhadap sistem penyanggaan

tambang batubara bawah tanah, agar kegiatan pekerjaan selanjutnya di PT. Nusa

Alam Lestari dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan latar belakang di atas maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kajian Teknis Sistem

Penyangga Kayu pada Lubang C1G Tambang Batubara Bawah Tanah PT.

Nusa Alam Lestari (NAL) Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto,

Provinsi Sumatera Barat”.

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Jarak antar penyangga yang tidak sama pada lubang C1G.

2. Adanya penyangga yang patah pada lubang C1G.

3. Posisi tiang penyangga yang tidak pada tempatnya pada lubang C1G.

4. Terdapat tiang penyangga yang miring pada lubang C1G.

1.3. Batasan Masalah

Page 16: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah dilakukan perhitungan

kekuatan penyangga kayu dan perhitungan faktor keamanan (Safety Factor)

penyangga lubang bukaan C1G dengan kedalaman 50 meter pada PT. Nusa Alam

Lestari (NAL).

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Berapa kekuatan penyangga kayu di lubang bukaan C1G pada PT. NAL?

2. Berapakah nilai Faktor Keamanan (Safety Factor) sistem penyanggaan di

lubang bukaan C1G pada PT. NAL?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada penelitian ini adalah:

1. Menganalisis berapa kekuatan penyangga di lubang bukaan C1G pada PT.

NAL.

2. Menganalisis nilai Faktor Keamanan (Safety Factor) sistem penyanggaan di

lubang bukaan C1G pada PT. NAL.

1.6. Manfaat Penelitin

Manfaat penelitian pada penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

a. Dapat menerapkan ilmu yang di dapatkan di bangku perkuliahan sehingga

dapat di aplikasikan dalam bentuk nyata.

b. Sebagai pengalaman yang bermanfaat bagi kelanjutan di dunia kerja.

Page 17: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

2. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi PT. Nusa Alam

Lestari (NAL) sebagai bahan masukan untuk perusahaan dalam penerapan sistem

penyanggaan kayu pada lubang bukaan tambang batubara bawah tanah, agar

proses produksi berjalan secara optimal dan meningkatkan keamanan bagi para

pekerja.

3. Bagi institusi STTIND Padang

Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal dan

dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan

melakukan penelitian.

Page 18: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Landasan teori merupakan teori-teori yang berhubungan dengan judul

penelitian untuk penguat penelitian diantaranya dapat dilihat pada poin-poin di

bawah ini:

2.1.1. Deskripsi Perusahaan

2.1.1.1. Sejarah PT. Nusa Alam Lestari (NAL)

PT. Nusa Alam Lestari (NAL) adalah salah satu perusahaan yang bergerak

dalam bidang pertambangan batubara. Pada tahun 2004 PT. Nusa Alam Lestari

memulai kegiatan penambangan dengan eksplorasi lanjutan PT. Bukit Asam

Persero Tbk. Pada tahun 2006 PT. Nusa Alam Lestari Mendapatkan perizinan

untuk melakukan kegiatan penambangan dan bekerja sama dengan kontraktor PT.

Arka Ananta untuk melakukan kegiatan penambangan menggunakan metode

tambang terbuka (Open Pit).

PT. Arka Ananta melakukan kegiatan penambangan tanpa melakukan

kegiatan peledakan sehingga menyebabkan produksi tidak maksimal, pada tahun

2008 PT. Nusa Alam Lestari mengambil alih langsung untuk melakukan kegiatan

penambangan dengan menggunakan kegiatan peledakan dan berakhir pada tahun

2011 dikarenakan sudah tidak ekonomis lagi dilakukan tambang terbuka. Dari

tahun 2011 PT. Nusa Alam Lestari melanjutkan kegiatan penambangan

menggunakan metode tambang bawah tanah dikarenakan masih banyak cadangan

batubara. Cadangan batubara yang terdapat pada PT. Nusa Alam Lestari terdapat

Page 19: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

beberapa lapisan diantaranya lapisan batubara seam A1, akhir tahun 2013 seam

A1 habis dan dilanjutkan dengan penambangan seam C1.

2.1.1.2. Lokasi Kesampaian Daerah

Wilayah kerja PT. Nusa Alam Lestari (NAL) terletak di Daerah Sapan

Dalam, Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera

Barat. Dengan luasan daerah 100 Ha, secara geografis daerah penambangan

terletak pada koordinat antara 0o 36’ 45,85’’-00

o 37’ 12,10’’ LS dan 100

o 45’

48,19’’-100o 46’ 48,20’’ BT, dengan batas lokasi kegiatan sebelah Utara

berbatasan dengan PT. PSPN, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Salak,

Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto.

Lokasi penambangan PT. Nusa Alam Lestari (NAL) dapat dicapai

menggunakan jalan darat dan dapat ditempuh melalui:

1. Dari Padang menuju Kota Sawahlunto melewati Solok dapat ditempuh

dengan jarak 118 km atau sekitar 3 jam perjalanan melalui jalur jalan

provinsi.

2. Dari Kota Sawahlunto menuju lokasi kegiatan dapat ditempuh dengan jarak

22 km dengan waktu tempuh 45 menit menggunakan kendaraan roda 4

(empat) atau kendaraan roda 2 (dua).

Page 20: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

(Sumber: PT. NusaAlam Lestari, 2006).

Gambar 2.1 Peta Kesampaian Daerah

2.1.1.3. Iklim dan Curah Hujan

Daerah Tambang PT. Nusa Alam Lestari (NAL) beriklim tropis dengan

suhu berkisar antara 22° C sampai 33° C dan terbagi dalam dua musim yaitu

musim hujan dan musim kemarau, data curah hujan dapat dilihat pada lampiran

XII.

Data curah hujan ini penting dalam kegiatan penambangan terutama

kegiatan pengangkutan dan ketersedian air tanah. Hal ini disebabkan tanah di

daerah penelitian adalah tanah lempung pasiran yang akan dipengaruhi oleh hujan.

2.1.1.4. Kondisi Geologi dan Endapan

2.1.1.4.1. Kondisi Umum Geologi

Endapan batubara terjadi pada kala oligosen yang diendapkan dalam

cekungan antara gunung (inter mountain basin) yang dikenal dengan Cekungan

Ombilin dan mempunyai luas ± 800 Km² yang berkembang sejak zaman awal

Page 21: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Tersier memanjang pada arah barat sampai tenggara, searah dengan struktur

geologi yang banyak terdapat patahan (fault) dan lipatan (fold).

Batubara yang ditambang sekarang ini terletak pada bagian barat

Cekungan Ombilin dan terdapat pada formasi batuan yang dikenal dengan nama

Formasi Silungkang, formasi silungkang merupakan bagian dari batuan Pra-

Tertier yang tersingkap. Secara umum lapisan tanah penutup batubara terdiri dari

batulempung (clay stone), batupasir (sand stone), batulanau (silt stone).

Nama formasi ini mula-mula diusulkan oleh Klompe, Katili dan Sukender

pada tahun 1958. Secara Petografi formasi ini masih dapat dibedakan menjadi

empat satuan yaitu: satuan lava andesit, satuan lava basalt, satuan tufa andesit dan

satuan tufa basalt. Umur dari formasi ini diperkirakan perm sampai Trias.

(Sumber: PT. NusaAlam Lestari, 2006).

Gambar 2.2 Peta Geologi

2.1.1.4.2. Lithologi

Daerah Sapan Dalam terdiri dari empat satuan batuan yaitu batu pasir

(sand stone), batulempung (clay stone), batulanau (silt stone), dan batubara (coal).

Page 22: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

2.1.1.4.3. Morfologi

Secara umumnya morfologi daerah penyelidikan dapat digolongkan

sebagai perbukitan yang rendah sampai terjal, dengan kemiringan lereng berkisar

antara 5o-30

o, yang dikontrol oleh lithologi berupa rijang, metagamping, lava,

breksi, batulanau, batulempung, batupasir, dan struktur sesar. Sedangkan pada

kawasan yang berupa dataran mempunyai sudut kemiringan lereng berkisar antara

0o-4

o, dengan lithologi batupasir, batulempung, serta rombakan dari batuan yang

lebih tua.

Ketinggian bukit berkisar antara 140 m-300 m dari permukaan laut.

Lereng-lereng perbukitan umumnya cukup terjal dengan kemiringan lereng

berkisar antara 30o hingga 50

o.

2.1.1.4.4. Stratigrafi

Secara Regional stratigrafi daerah Sawahlunto dapat dibagi menjadi dua

bagian utama, yaitu komplek batuan Pra-Tertier dan komplek batuan Tertier.

1) Komplek batuan Pra-Tertier terdiri dari:

a. Formasi Silungkang

Nama formasi ini mula-mula diusulkan oleh Klompe, Katili dan Sukender

pada tahun 1958. Secara Petografi formasi ini masih dapat dibedakan menjadi

empat satuan yaitu: satuan lava andesit, satuan lava basalt, satuan tufa andesit dan

satuan tufa basalt. Umur dari formasi ini diperkirakan perm sampai Trias.

Page 23: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

b. Formasi Tuhur

Formasi ini dicirikan oleh lempung abu-abu kehitaman, berlapis baik,

dengan sisipan-sisipan batupasir dan batugamping. Diperkirakan formasi ini

berumur Trias.

2) Komplek batuan Tertier terdiri dari:

a. Formasi sangkarewang

Menurut Kastoyo dan Silitonga pada 1975 formasi ini terutama terdiri dari

serpih gampingan sampai napal berwarna coklat kehitaman, berlapis halus dan

mengandung fosil ikan serta tumbuhan. Formasi ini diperkirakan berumur Eosen-

Oligosen.

b. Formasi Sawahlunto

Menurut R.P.Koesoemadinata dan Th. Matasak pada 1979 formasi ini

merupakan formasi yang paling penting karena mengandung lapisan batubara.

Formasi ini dicirikan oleh batulanau, batulempung dan batubara yang berselingan

satu sama lain. Diperkirakan formasi ini berumur oligosen.

c. Formasi Sawah Tambang

Menurut Kastoyo dan Silitonga pada tahun 1975 formasi ini dicirikan oleh

beberapa siklus endapan yang terdri dari batu pasir konglomerat, batulanau dan

batulempung. Bagian atas pada umumnya didominasi oleh batu pasir

konglomeratan tanpa adanya sisipan lempung atau batu lanau. Umur dari formasi

ini diperkirakan lebih tua dari Miosen Bawah.

Page 24: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

d. Formasi Ombilin

Menurut Kastoyo dan Silitonga pada tahun 1975 formasi ini terdiri dari

lempung gampingan yang berwarna abu-abu kehitaman, berlapis tipis dan

mengandung fosil. Umur dari formasi ini diperkirakan Miosen Bawah.

e. Formasi Ranau

Menurut Marks pada tahun satuan ini terdiri dari tufa batuapung berwarna

abu-abu kehitaman. Umur dari formasi ini diperkirakan Pleistosen.

AGE UNIT THIC

KNEE

S

GRAPHIC

LOG

DESCRIPTION

T E

R

T

I

A

R

Y

OL

IOC

EN

RA

SA

U M

EM

BE

R

SA

WA

H T

AM

BA

NG

FO

RM

AT

ION

Conglomeratic sandstone, quartz,

whithish grey, pebbles at the best

grading to sandstone toward the top,

interbedded with gray shales, shows

erosional surfaces.

SA

WA

H L

UN

TO

FO

RM

AT

ION

126 M

Shale, greyish brown, concoidal,

fractures, dense

Coal, black, shaley, fractured, with

sanstone at base siltstone, grey,

dense.

Coaly shale

Coal, black, within terbedded gray

siltstone and coaly clays shale, grey,

dense, mudstone, siltstone,

occasional sandstone.

Coal, black, shaly, dense

Silstone, brown, dense

Sandstone, quartz, brown,

carbonaceus, dense.

Siltstone, brown, dense

Siltstone, gradingdownward into

brown shale.

PA

LE

OC

E

NE

BR

AN

I

FO

RM

AT

I

ON

Conglomeratic sandstone, greenish

red, contains quartz, feldspar,

limestone fragments, well sorted,

hard, dense.

P R A T E R T I A R Y

(Sumber: PT. NusaAlam Lestari, 2006).

Gambar 2.3 Stratigrafi dan Lithologi

Page 25: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

2.1.1.4.5. Batubara Sapan Dalam

Endapan batubara perambahan berada pada formasi Sawahlunto berumur

tersier di dalam cekungan Ombilin, yang terdiri dari tanah penutup, batu lempung

(claystone), batulanau (siltstone), batupasir (sandstone), coaly clay, dan batubara.

Endapan batubara tersebut memiliki lapisan utama yang mengandung batubara

yaitu:

1) Seam A1 dengan ketebalan 2.2 m-2.8 m

2) Seam C1 dengan ketebalan 2.1 m-2.5 m

3) Seam C2 dengan ketebalan 4.0 m-4.5 m

2.1.2. Tambang Batubara Bawah Tanah PT. Nusa Alam Lestari (NAL)

Menurut KEPMEN PE No.555 K 26 MPE (1995:1) tambang bawah tanah

adalah suatu sistem penambangan untuk mendapatkan bahan galian yang

kegiatannya dilakukan di bawah tanah, sistem penambangan yang dilakukan oleh

PT. Nusa Alam Lestari (NAL) adalah tambang bawah tanah dengan menggunakan

metode penyanggaan room and pillar.

Menurut Endri O (2010:19-20) penambangan room and pillar adalah

sebuah metode open stoping dimana kemajuan penambangan pada lapisan

batubara yang datar atau dengan sudut kemiringan kecil menghasilkan ruangan-

ruangan (rooms) dan tiang-tiang (pillars) dari batubara yang ditinggalkan yang

berfungsi sebagai penyangga untuk menahan beban material diatasnya. Pada

metode ini, pengambilan endapan dilakukan dengan meninggalkan pilar-pilar

dengan letak dan ukuran yang beraturan. Fungsi pilar disini ialah untuk menjamin

agar rongga/ruangan penambangan tidak runtuh. Sebagai alat gali dapat

Page 26: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

digunakan mulai dari sistem non mekanis, semi mekanis, dan mekanis penuh.

Ukuran pilar harus diperhitungkan secara cermat. Lebar pilar ditentukan

berdasarkan beban atap atau berat overburden di atas penggalian, lebar

penggalian, dan kekuatan batuan disekitar penggalian. Beberapa variasi metode

room and pillar berdasarkan penamaan lokal yaitu breast stoping, breast and

bench stoping, board and pillar, stall and pillar, dan panel and pillar.

(Sumber: Endri O,2010:20).

Gambar 2.4 Metode Room and Pillar

2.1.3. Sistem Penyanggaan

Penyangga adalah kemampuan massa batuan atau bahan (kayu,baja,beton)

untuk dapat menjaga kondisi lubang bukaan dalam keadaan aman, baik untuk

pekerja dan material. Filosofi penyangga adalah kondisi massa batuan dapat

menyangga dirinya sendiri. Penyangga itu bukan menahan beban semua seluruh

batuan yang ada, tetapi hanya menahan sebagian kecil dari tekanan batuan yang

dibebaskan yang tidak dapat disangga oleh batuan induknya.

2.1.3.1. Fungsi Penyanggaan

Adapun fungsi dari penyanggaan adalah:

1. Menahan perpindahan tegangan pada dinding lubang bukaan.

Page 27: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

2. Menyangga batuan yang potensial untuk runtuh/memperkecil deformasi

massa batuan.

2.1.3.2. Tujuan Penyanggaan

Tujuan utama penyanggaan di tambang bawah tanah adalah untuk

mempertahankan luas dan bentuk bidang penampang yang cukup dan melindungi

pekerja sarana dari resiko tertimpa reruntuhan.

2.1.3.3. Faktor Keamanan (Safety Factor) Sistem Penyanggaan

Faktor keamanan sistem penyanggaan adalah perbandingan beban

maksimal yang diijinkan pada penyangga dengan total beban di atas penyangga.

Dengan ketentuan sebagai berikut:

FK < 1 = penyangga tidak aman

FK = 1 = penyangga stabil

FK > 1 = Penyangga aman

(Sumber:Cema Biron,1983:26)

Rumus faktor keamanan (safety factor) yang digunakan yaitu:

𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑎𝑚𝑎𝑛𝑎𝑛 (𝑠𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟)₌𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑧𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛

𝑡𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 (2.1)

Secara teoritis Faktor Keamanan sistem penyangga adalah perbandingan

total beban yang diijinkan pada penyangga dibagi dengan total beban yang

bekerja pada penyangga.

2.1.3.4. Jenis-jenis Penyangga

Bila didasarkan pada sifat penyanggaannya, jenis penyangga dapat dibagi

menjadi dua, yaitu Penyangga pasif (Passive Support) dan Penyangga aktif

(Active Support.)

Page 28: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

a. Penyangga Pasif

Penyangga pasif ini bersifat mendukung/menahan batuan yang akan runtuh

dan tidak melakukan reaksi langsung terhadap beban yang diterima (rigid).

Penyangga pasif yang bersifat mendukung batuan yang akan runtuh dan

membatasi gerakan batuan tersebut, seperti penyangga kayu, penyangga baja dan

penyangga beton. Ada beberapa jenis penyangga baja yang umum digunakan

yaitu:

a. I-Beam

b. Arches

b. Penyangga Aktif

Penyangga aktif ini bersifat melakukan reaksi langsung (yield) dan

memperkuat batuan tersebut secara langsung (reinforcement). Jenis-jenis

penyangga aktif yang bersifat memperkuat batuan tersebut secara langsung terbagi

menjadi penyangga baut batuan, Hidraulics Props, Power Roof Supports.

1. Penyangga Baut Batuan

Penggunaan baut batuan untuk menyangga kestabilan atap dan dinding

lubang bukaan, tergantung pada kuat ikat (anchoring capacity) baut batuan

dengan batuan selain tegangan dasar (yield strength) dari baut batuan tersebut.

2. Hidraulics Props

Merupakan tiang penyangga yang pada dasarnya terdiri dari 2 silinder

dimana silinder yang satu bergerak di dalam silinder yang lainnya, mekanismenya

menggunakan sistem hidrolik.

Page 29: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

3. Power Roof Support

Power Roof Support adalah penyangga permukaan kerja dan merupakan

satu perangkat (one set) dengan armoured face conveyor yang dapat dimajukan

dan diposisikan tiang besinya seiring dengan kemajuan permuka kerja, melalui

pengendalian katup otomatis atau manual yang mendapat suplai air bertekanan

tinggi dari pompa tekanan tinggi.

2.1.3.5. Sistem Penyanggaan Menurut KEPMEN PE No.555 K 26 MPE 1995

a. Pasal 346 Umum

Kepala Teknik Tambang harus melakukan pengendalian gerakan lapisan

batuan atap di dalam tambang bawah tanah dan bilamana diperlukan harus

menyangga atap dan dinding suatu bukaan di setiap tempat kerja.

b. Pasal 351 Penyanggaan

1) Kepala Teknik Tambang harus membuat pedoman penyanggaan untuk

setiap jenis bukaan.

2) Bukaan yang memerlukan penyanggaan harus dilakukan sesuai dengan

jenis batuan dan metoda penambangan.

3) Dilarang melepas atau merubah penyangga yang sudah terpasang, kecuali

diperintah dan diawasi.

4) Dilarang melepas atau merubah lantai, atap, alas, kayu batangan atau

balok kayu, dan sejenisnya apabila hal tersebut akan menimbulkan

bukaan berbahaya kecuali dalam pengawasan ketat.

5) Material penyangga harus cukup kuat dan dalam jumlah yang cukup serta

siap pakai.

Page 30: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

6) Apabila bahan penyangga tidak tersedia dan kondisi tempat kerja

berbahaya, maka kegiatan pada tempat kerja tersebut harus dihentikan.

c. Pasal 352 Kayu Penyangga

1) Kayu untuk penyangga di daerah kerja yang aktif harus terpasang benar,

apabila diperlukan dipasang baja untuk mengencangkan sehingga fungsi

penyangaan maksimum tercapai.

2) Setiap penyangga batang dari kayu (prop set) untuk atap atau dinding

permuka kerja atau jalan tambang harus dipasang pada alas yang kokoh.

3) Kayu penyangga yang rusak, longgar atau terlepas yang menimbulkan

kondisi yang tidak aman harus segera diperbaiki atau diganti.

4) Pekerja tambang yang bekerja di bukaan produksi yang menggunakan

penyangga kubus harus memperhatikan bahwa lantai sejajar dengan

balok atas (cap) terutama setelah peledakan dan bila dianggap perlu kayu

panyangga kubus tersebut dipaku.

5) Penyangga kubus pada bukaan produksi harus dilengkapi dengan baik

dan pasak yang dipasang pada dinding dan atap serta pada bagian teratas

penyangga kubus harus dipasang penahan atap (top lagging), sedangkan

ruang terbuka antara penahan atap dengan atap batuan harus disangga

dengan balok kayu (pigsties) atau balokbalok dipasang diatas penyangga

tegak dari penyangga kubus.

d. Pasal 361 Peraturan Perusahaan Mengenai Penyanggaan

1) Pada suatu tambang yang memerlukan penyangga, maka Kepala Teknik

Tambang harus membuat peraturan perusahaan mengenai penyanggaan

Page 31: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

dalam bentuk gambar tampak depan, tampak samping, tampak atas atau

diagram sistem penyanggaan termasuk tatacara pemasangan dan

pembongkaran yang mudah dimengerti oleh pekerja tambang yang

melakukan pekerjaan tersebut.

2) Kopi peraturan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus

ditempelkan pada jalan masuk kebagian tempat kerja yang menggunakan

penyangga dan mudah terlihat.

e. Pasal 539 Peraturan Perusahaan Penyanggaan

1) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 361 maka salinan

peraturan perusahaan penyanggaan harus dimiliki oleh setiap orang yang

bertugas memasang dan membongkar penyanggaan atau mengawasi

pekerjaan tersebut.

2) Dalam hal pekerja tambang mendapat kesulitan bahasa atau buta huruf

maka pengawas yang bersangkutan harus memberikan petunjuk dan

perintah secara lisan.

3) Salinan semua peraturan perusahaan penyanggaan yang masih berlaku

harus disimpan dikantor tambang atau pada tempat lain yang disetujui

atau yang telah ditentukan oleh Pelaksana Inspeksi Tambang.

4) Pelaksana Inspeksi Tambang dapat merubah suatu peraturan perusahaan

penyanggaan secara tertulis dalam buku tambang.

f. Pasal 541 Tugas Dalam Peraturan Perusahaan Penyanggaan

1) Pengawas operasional atau orang berkemampuan yang ditunjuk untuk

bertanggung jawab terhadap suatu bagian kerja yang pada tempat

Page 32: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

tersebut penyangga dipasang, dimajukan atau dibongkar, atau

bertanggung jawab terhadap orang yang tugasnya memasang,

memajukan atau membongkar penyangga, harus memastikan bahwa

peraturan perusahaan penyanggaan dilaksanakan. Orang tersebut juga

harus memastikan bahwa apabila terlihat suatu kondisi yang memerlukan

penyangga tambahan maka penyangga tambahan tersebut harus dipasang

segera walaupun hal tersebut tidak tercantum dalam peraturan

perusahaan penyanggaan.

2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat (3) dan

pasal 350, setiap orang ditambang yang mempunyai tugas yang

berhubungan dengan penggalian dan penyanggaan pada setiap tempat

termasuk pemotongan (ripping) atau perbaikan lorong harus memastikan

bahwa persyaratan-persyaratan yang diatur dalam peraturan perusahaan

penyanggaan pada tempat tersebut telah dipenuhi dan penyangga

tambahan yang diperlukan telah dipasang.

3) Lorong lalu lintas atau tempat dalam tambang yang kondisinya tidak

aman sebagaimana dimaksud pada peraturan perusahaan penyanggaan

hanya boleh dimasuki oleh orang yang mendapat kewenangan untuk

bekerja melakukan pemeriksaan atau perbaikan.

g. Pasal 545 Membongkar Penyangga

Dilarang membongkar penyangga dibagian manapun ditambang kecuali

pekerjaan tersebut dilakukan dari posisi yang aman.

Page 33: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

2.1.4. Penyangga Kayu (Wooden Supports)

Menurut Made Astawa Rai (1988:57) Kayu sudah sejak lama dikenal

sebagai bahan penyangga berbagai operasi penambangan bawah tanah. Sebagai

tahan penyangga keuntungan yang dimiliki material kayu adalah:

a. Ringan, mudah dibawa, dibentuk dan dipasang.

b. Akan retak sepanjang seratnya sehingga mudah dideteksi.

c. Sisa potongan atau patahan dapat digunakan sebagai pasak, material dan

sebagainya.

Adapun kerugiannya adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan mekaniknya tergantung pada struktur serat dan cacat alami.

b. Kelembapan dapat mempengaruhi kekuatannya.

c. Jamur dan hewan yang tinggal di daerah lembab berpengaruh dalam

penurunan kekuatannya.

d. Mudah terbakar.

Kayu sebagai penyangga harus mampu menyangga beban dengan aman.

Karena dalam perancangan penyangga kayu, kekuatan kayu dan beban yang akan

diterima perlu diperhatikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu:

a. Kandungan air

b. Struktur serat

c. Cacat alami seperti knot dan crack

Page 34: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Tabel 2.1

Kekuatan Kayu

Kelas Kuat Berat Jenis Kekuatan Lengkung

(kg/cm²)

Kekuatan Tekan

(kg/ cm²)

I ≥ 0,90 ≥ 1100 ≥ 650

II 0,90 – 0,60 1100 – 725 650 – 425

III 0,60 – 0,40 725 – 500 425 – 300

IV 0,40 – 0,30 500 – 360 300 – 215

V < 0,30 < 360 < 215

(Sumber: Made Astawa Rai, 1988:58).

Sesuai dengan bentuk susunan dalam pemasangan penyangga kayu

mempunyai nama yang berbeda-beda antara lain:

a. Three piece set

b. Square set

c. Cribbing

Cribbing Square Set

(Sumber: Made Astawa Rai, 1988:58).

Three piece set

Gambar 2.5 Bentuk-Bentuk Penyanggaan

Page 35: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

penilaian jenis-jenis kayu didasarkan atas klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 2.2

Kelas Awet Kayu

No Kelas Awet I II III IV V

1 selalu berhubungan

dengan tanah lembab

8 tahun 5 tahun 3 tahun Sangat

pendek

Sangat

pendek

2 hanya terbuka

terhadap angin dan

iklim tetapi dilindungi

terhadap

pemasukan air dan

kelemasan

20

tahun

15

tahun

10

tahun

beberapa

tahun

sangat

pendek

3 dibawah atap tidak

berhubungan dengan

tanah lembab dan

dilindungi terhadap

kelemasan

Tak

terbatas

tak

terbatas

Sangat

lama

Beberapa

tahun

Pendek

4 seperti diatas (c) tetapi

dipelihara yg

baik, selalu di cat dsb

tak

terbatas

tak

terbatas

tak

terbatas

20 tahun 20

tahun

5 serangan oleh rayap Tidak Jarang agak

cepat

sangat

cepat

sangat

cepat

(Sumber: Endri O,2010:41).

2.1.4.1. Rancangan Penyanggaan Kayu

Perancangan penyanggaan kayu terdiri dari penentuan ukuran yang cocok

untuk “cap”, “post” dan perlengkapan lainnya. Susunan dari penyangga kayu

yang digunakan adalah “three piece set”dengan mengetahui tegangan-tegangan

yang terjadi, maka ukuran “cap” dan “side pose” dapat ditentukan.

a. Tegangan pada cap

Kayu yang digunakan sebagai “cap” harus mempunyai kuat

perlengkungan yang lebih besar dari tegangan perlengkungan yang dialami.

Tegangan pelengkungan dapat dihitung sebagai berikut:

𝑞𝑡 = 𝜎𝑡. 𝑎 (2.2)

Page 36: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 0,125. 𝑞𝑡. 𝐿² (2.3)

𝛴𝑏 = 𝑀𝑚𝑎𝑥𝑊 ≤ 𝜎𝑠𝑓 (2.4)

𝑊 = 𝜋𝑑³32 (untuk penampang lingkaran) (2.5)

Keterangan:

𝑞𝑡 = beban per satuan panjang (ton/m)

𝜎𝑡 = tekanan pada penyangga (ton/m)

𝑎 = jarak antar penyangga(m)

𝐿 = panjang cap (m)

𝜎𝑏 = tegangan perlengkungan

𝜎𝑠𝑓 = tegangan perlengkungan kayu yang diijinkan

𝑀𝑚𝑎𝑥= momen perlengkungan maksimum (ton/m)

𝑊 = modulus tampang (m3)

𝑊 = diameter penampang kayu (m)

b. Tegangan pada side post

Side post menerima tekanan dari samping dan reaksi panjang ujung ”cap”

karenanya dalam perancangan tegangan tekan dan tegangan perlengkungan harus

dihitung, biasanya diameter ”side post” yang digunakan relatif sama dengan

”cap”. Tegangan pada ”side post” dihitung sebagai berikut:

𝜎𝑠𝑓 =≥ 𝜎𝑛 + 𝜎𝑏... (2.6)

𝜎𝑠𝑓 =≥ −𝑤𝑅𝐹 ± 0,85𝑀𝑚𝑎𝑥 𝑊 (2.7)

𝐹 = 14 𝜋𝑑𝑦² = 0,785𝑑𝑦² (2.8)

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 0,125𝑞𝑦 𝐿𝑦² (2.9)

Page 37: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

𝑊 = 0,098 𝑑𝑦³ (2.10)

𝜆 = 4𝐿𝑘𝑑𝑦 =

4𝐿𝑦𝑑𝑦 (2.11)

𝜔 = 𝑓(𝜆) (2.12)

𝑅 ≈ 0,5𝑞𝑡 (2.13)

𝜎𝑠𝑓 ≥ −0,637𝜔 𝑞𝑡 𝐿 𝑑𝑦² ± 1,084𝑞𝑡 𝐿𝑦²

𝑑𝑦³ (2.14)

Keterangan:

𝜎𝑛 = tegangan normal (ton/m2)

𝜔 = buckling factor (dapat dilihat pada tabel 2.2)

𝜆 = angka kerampingan (slenderness)

𝑅 = beban reaksi (ton)

𝑞𝑦 = beban samping (ton/m)

𝐿𝑦 = panjang side post (m)

𝑑𝑦 = diameter side post (m)

𝐿𝑘 = 𝐿𝑦 = panjang untuk penekukan (m)

c. Rancangan siring atau wedges

Perancangan dilakukan dengan asumsi bahwa tegangan pelengkungan di

bawah batas keamanan. Persamaan-persamaan yang digunakan adalah sebagai

berikut:

𝑕𝑘 = 0,865𝑎 𝜎𝑦

𝜎𝑠𝑓 ½ (Tebal siring untuk samping) (2.15)

𝑕𝑘 = 0,865𝑎 𝜎𝑡

𝜎𝑠𝑓 ½ (Tebal siring untuk atas) (2.16)

𝑕𝑘 =Tebal Siring (m)

Page 38: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

2.1.4.2. Tekanan pada Penyangga

Beban atau tekanan pada penyangga (pressures on roadways) dapat kita

hitung dengan Formula Protodyakonov. Protodyakonov mengemukakan bahwa

besarnya tekanan vertikal pada wooden supports adalah berbentuk kubah

parabolik (parabolic dome) dan merupakan perkalian antara bobot isi batuan

dengan besarnya immediate roof, secara matematis ditunjukan dengan formula:

𝑕 =𝑙

𝑓 (2.17)

𝜎𝑡 = 𝛾.𝑕 (2.18)

𝑞𝑡 = 𝜎𝑡.𝑎 (2.19)

𝑝𝑡 =4

3. 𝐿. 𝑕.𝑎. 𝛾 (2.20)

keterangan:

𝑕 = tinggi parabolik sebagai tinggi beban, (m)

𝐿 = panjang cap (m)

𝑓 = koefisien kekerasan Protodyakonov

𝜎𝑐 = kuat tekan uniaksial (kg/cm²)

𝛾 = bobot isi batuan (t/m³)

𝜎𝑡 = tekanan pada penyangga. (ton/m²)

𝑞𝑡 = beban persatuan panjang (ton/m)

𝑎 = jarak penyangga

𝑝𝑡 = beban total yang dihasilkan oleh kubah parabolik

Page 39: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

(Sumber: Cemal Biron,1982:28).

Gambar 2.6 penyangga kayu

1.1.5. Klasifikasi Massa Batuan

Klassifikasi massa batuan dibuat oleh para ahli berdasarkan pengalaman

(empiris) yang didapat pada pembuatan terowongan dan lubang bukaan lainnya.

Tujuan dari klassifikasi massa batuan adalah:

1. Membagi massa batuan ke dalam kelas batuan yang memiliki kesamaan sifat.

2. Memberikan pengertian yang mendasar mengenai sifat-sifat massa batuan.

3. Memberikan data-data kualitatif yang diperlukan dengan rancangan.

4. Membuat acuan dasar sebagai alat komunikasi.

2.1.5.1. Klasifikasi Geomekanika

Klassifikasi Geomekanika atau Rock Mass Rating (RMR) atau CSIR

dikembangkan oleh Bieniawski. Metode ini mencakup 6 parameter masukan yang

dapat diukur di lapangan maupun data hasil pemboran. Keenam parameter

tersebut adalah:

1. Kuat Tekan Batuan Utuh

Kuat tekan batuan dapat diperoleh dari uji laboratorium dengan “uniaxial

compressive strength test” atau pengujian langsung di lapangan. Untuk batuan

Page 40: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

yang mempunyai kekuatan yang tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah, nilai

kuat tekannya dapat diukur dengan alat “point load test”. Percontoh di uji dan

baru didapatkan “indeks point load” nya, dengan menggunakan persamaan:

𝐼𝑠₌𝑝𝐷² (2.21)

keterangan:

Is = Indeks Point Load (kg/cm²)

P = beban yang menyebabkan percontoh pecah (kg)

D = diameter percontoh batu (cm)

Klassifikasi kekuatan batuan dan contoh batuannya pada tabel 2.4 berikut:

Tabel 2.3

Klassifikasi Kekuatan Batuan

Deskripsi UCS, Mpa Jenis Batuan

A. Kekuatan Sangat Rendah

B. Kekuatan rendah

C. Kekuatan sedang

D. Kekuatan tinggi

E. Kekuatan sangat tinggi

1 – 25

25 – 50

50 – 100

100 – 200

> 200

Batu kapur dan batu garam

Batubara dan batu lanau

Batu pasir, slate dan shale

Marmer dan granit

Kuarsit, gabro dan basalt

(Sumber: Made Astawa Rai,2010:171).

2. RQD (Rock Quality Designation)

Merupakan kualitas dari inti pemboran. Dinyatakann dalam:

𝑅𝑄𝐷 =𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑢𝑘𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 𝑕˃10𝑐𝑚

𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 𝑕 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 𝑕× 100% (2.22)

Berikut ini hubungan antara RQD dan kualitas massa batuan yang

dikemukakan oleh Deere (1968):

Page 41: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Tabel 2.4

Hubungan RQD Dengan Kualitas Massa Batuan

RQD (%) Kualitas Batuan

< 25

25 – 50

50 – 75

75 – 90

90 – 100

Sangat jelek

Jelek

Biasa / sedang

Baik

Sangat Baik

(Sumber: Made Astawa Rai,2010:161).

3. Spasi Bidang Diskontinuitas

Adalah jarak suatu bidang lemah dengan bidang lemah lainnya diukur

tegak lurus pada bidang lemah.

Tabel 2.5

Deskripsi Spasi Bidang Diskontinuitas

Deskripsi Spasi Keadaan Massa Batuan

Sangat besar

Besar

Sedang

Kecil

Sangat kecil

> 3 m

1 – 3 m

0,3 – 1 m

0,05 – 0,3 m

< 0,05 m

Solid

Masif

Blok-blok

Terkekarkan

Pogah – hancur

(Sumber: Made Astawa Rai,2010:396).

(Sumber: Made Astawa Rai, 2010:162).

Gambar 2.7 Tipe dan Syarat Contoh Batuan Uji PLI

Page 42: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

4. Kondisi Bidang Diskontinuitas

Parameter ini terdiri kekerasan permukaan ketidakmenerusan, pemisahan

(jarak antar permukaan), panjang atau kesinambungan, pelapukan batuan dinding

dari bidang lemah dan material pengisi. Ketidakmenerusan yang terbentuk pada

batuan oleh ISRAM (International Society Rock Mechanics, 1981) diklasifikasikan

menjadi:

a. Pemisahan (separation) adalah lebar celah pada kekar yang dapat terisi oleh

material ataupun tidak.

b. Tingkat pelapukan (weathering) dasar penggolongannya adalah: warna pada

butir batuan, tingkat perubahan dan kekasarannya.

c. Kekasaran (roughnees) adalah kenampakan kekar dan bidang lemah lainnya

yang dicirikan oleh bentuk permukaannya.

5. Kondisi Air Tanah

Pada terowongan atau drift, kecepatan aliran air tanah dalam liter per

menit untuk setiap 10 meter penggalian perlu diketahui. Cara lain adalah dengan

mengetahui kondisi umum yang dapat dinyatakan sebagai kering, lembab, basah,

menetes dan mengalir. Jika tersedia data tekanan air, maka dinyatakan

perbandingan tekanan air terhadap tegangan utama major.

1.1.6. Penelitian Sebelumnya

1. Berdasarkan Jurnal Singgih Saptono, dkk,” Kajian Geoteknik Terhadap

Rancangan Penambangan Batubara Bawah Tanah Metode Shortwall di CV.

Artha Pratama Jaya Kecamatan Muara Jawa Kabupaten Kutai Kartanegara

Provinsi Kalimantan Timur”, Universitas UPN”Veteran”, 2015. Meliputi

Page 43: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

penentuan ukuran cap, side post dan wedge. Geometri penyangga kayu

meliputi geometri panel entry yaitu lebar atas 2 meter, lebar bawah 3 meter

dan tinggi 3 meter. Hasil analisis menggunakan kayu kelas 1 jenis Ulin secara

keseluruhan dapat dikategorikan aman dan lentur kayu yang diizinkanyaitu 66

kg/cm2

dan 660 kg/cm2

serta nilai faktor keamanan sebesar FK 1,3 yang

berarti penyangga kayu aman.

2. Berdasarkan Jurnal Muhamad Abdul Wahid, ”Kajian Teknis Sistem

Penyanggaan Tambang Batubara Bawah Tanah PT. Allied Indo Coal Jaya

(PT. AICJ) Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat”, Sekolah Tinggi

Teknologi Industri Padang, 2014. Dari perhitungan pada sistem penyanggaan

dengan dimensi peyangga rata-rata panjang cap penyangga, lebar kaki

penyangga dan tinggi penyangga adalah 3,10 meter, 3,61 meter dan 2,48

meter serta jarak rata-rata antar penyangga 1,4 meter. Dengan memiliki

density normal batuan sebesar 2,5 ton/m3

,sehingga beban yang dihasilkan

kubah pariodik pada penyangga adalah sebesar 13,56 ton. Serta untuk faktor

keamanan (safety factor) sistem penyanggaan yang dihasilkan adalah

perbandingan beban maksimal yang diizinkan pada penyangga dengan total

beban pada penyangga yaitu 1,91 (FK>1) sehingga sistem penyanggaan yang

diterapkan aman.

3. Berdasarkan Jurnal Yusias Andrie, dkk, “Analisis Kestabilan Lubang Bukaan

Tambang Bawah Tanah Menggunakan Metode Elemen Hingga”, Fakultas

Teknologi Mineral, UPN Veteran, Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui kekuatan batuan yang digali dengan memperkiran nilai Faktor

Page 44: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Keamanan (FK) lubang bukaan tersebut. Parameter yang digunakan dalam

analisis geoteknik ini adalah Faktor Keamanan, strength factor, dan total

displacement. Untuk pengerjaan slicenya nilai rata-rata dari strength factor,

faktor keamanan dan displacementnya secara overall masih dalam kondisi

aman. Pengerjaan sublevel 1 pada stope existing memperlihatkan nilai

strength factor sebagian besar < 1 dan nilai faktor keamanan <1,2 yang

berarti bahwa stope ini berada pada level yang tidak aman. Sublevel 2 dalam

pengerjaannya menunjukkan nilai strength factor, factor keamanan dan total

displacementnya masih dalam keadaan aman. Sublevel 3 nilai strength factor,

factor keamanan pada stope existing menunjukkan nilai yang tidak aman pada

dinding kiri dan atap. Sublevel 4 pengerjaan nya hanya dilakukan hingga

stope existing saja karna dinding bagian atap hingga ke level 1 dijadikan

pillar.

4. Berdasarkan Jurnal Maryanto, dkk, “Evaluasi Stabilitas Lubang Bukaan

Berdasarkan Pemodelan Geoteknik dan Metode Pull Out Test di Site Kencana

PT. Nusa Halmahendra Minerals (NHM) Kabupaten Halmahera Utara

Provinsi Maluku Utara”, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung,

Bandung, 2016. Pemasangan penyangga di lokasi penelitian mampu

menaikan strength reduction factor (SRF), nilai SRF sebelum disangga

disetiap sectionnya adalah 1,5 dan niali SRF setelah disangga pada section A-

A’ adalah 2, section B-B’ adalah 3,5 dan section C-C’ sebesar 2,75.

Berdasarkan data pull out test, pemasangan penyangga sudah tepat dan

mampu menahan beban serta perpindahan yang diakibatkan oleh

Page 45: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

ketidaksetabilan massa batuan dengan nilai faktor keamanan rata-rata sebesar

1,98.

5. Berdasarkan Jurnal Syamsul Komar, dkk, “Evaluasi Teknis Sistem

Penyanggaan Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) System pada

Development Area (CKN_DC) Tambang Emas Bawah Tanah PT. Cibaliung

Sumberdaya”, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Palembang, 2017.

Penambangan dilakukan dengan membuat decline sebagai jalan masuk utama

dan akses menuju endapan bijih.Sistem penyanggaan harus ditentukan secara

cermat sehingga penggunaannya optimal. Pada daerah cikoneng decline Ch.

126,61 m – 150,60 m penggunaan sistem penyanggaan dinilai kurang optimal

dari segi teknis. Penggunaan split set dinilai berlebihan untuk mencapai faktor

kemanan sebesar dua. Jumlah split set yang digunakan rata-rata berjumlah 23

buah split set per kemajuan dengan faktor keamanan rata-rata 2,58.

Penggunaan shotcrete juga dinilai kurang tepat karena shotcrete belum

dipasang hingga kemajuan 24 m.Penyelidikan geoteknik dilakukan untuk

memperoleh nilai RMR. Nilai RMR berkisar antara 41,34 – 59,34 yang

berarti masa batuan dikategorikan kedalam batuan kelas III (fair rock). Split

set yang digunakan sebaiknya berjumlah 17 buah per kemajuan. Penggunaaan

split set sebanyak 17 buah perkemajuan membuat faktor kemanan bernilai

2,05 yang berarti sesuai dengan faktor kemanan yang diharapkan.

6. Berdasarkan Jurnal Maran Gultom, dkk, “Karakteristik Kemantapan Lereng

Tambang Batubara”, jurnal ESDM, STEM Akamigas, 2017. Penelitian Pada

Pit Tutupan PT. Adaro Indonesia (Kalimantan Selatan) difokuskan pada

Page 46: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

penghitungan rekah tarik (tension crack) pada crest, faktor keamanan lereng

dengan mempertimbangkan kedalaman muka air tanah. Metode perhitungan

faktor keamanan (FK) dilakukan dengan cara Fellenius dan Bishop.

7. Berdasarkan Jurnal Diana Irmawati Pradani, “analisis kestabilan lubang

bukaan dan pillar dalam rencana pembuatan tambang bawah tanah

batugamping dengan metode room and pillar di desa sidorejo kecamatan

lendah kab. kulonprogo daerah istimewa Yogyakarta”, Fakultas Teknologi

Mineral, UPN Veteran, Yogyakarta. Penelitian menggunakan pengujian sifat

fisik batuan dan pengujian UCS. Material yang ada pada lokasi penelitian

termasuk dalam kelas medium strong rock UCS 25-50MPa (ISRM) dengan

nilai kuat tekan dari 3 conto berkisar 33-42 MPa, bobot isi 2,31 gr/cm3:

kohesi (c) dari hasil uji kuat geser normal dan geser residu untuk perlapisan

0,343 Mpa, sudut gesek dalam (0) 21,95°, Modulus Young 37187,65 MPa,

poison ratio 0,19.

2.2. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini terdapat kerangka konseptual yang akan membantu

penulis dalam menyelesaiakan penelitian ini, yang terdiri atas:

2.2.1. Input

Input yaitu data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu.

1. Data primer

Data primer yang dibutuhkan adalah sampel batuan (sifat fisik batuan dan

point load index), pengukuran dimensi penyangga (panjang cap, lebar kaki

penyangga, tinggi penyangga, dan jarak antar penyangga).

Page 47: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

2. Data sekunder

Data sekunder yang dibutuhkan adalah data peta geologi, peta kesampaian

daerah, peta wilayah izin usaha pertambangan operasi produksi (IUP OP), dan

info kemajuan lubang.

2.2.2. Proses

Proses yaitu teknik pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian

ini adalah menganalisis kekuatan penyangga kayu, nilai faktor keamanan

penyanggaan serta faktor-faktor yang mempengaruhi sistem penyanggaan.

2.2.3. Output

Output yaitu hasil yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:

1. Untuk meningkatkan keselamatan para pekerja dan peralatan tambang

batubara bawah tanah PT. NAL.

2. Meningkatkan produksi secara optimal.

Page 48: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Gambar 2.8 Kerangka Konseptual

BAB III

OUTPUT PROSES INPUT

Data terdiri dari:

1. Data Primer:

a. sampel batuan (sifat fisik

batuan dan point load index)

b. dimensi penyangga (panjang

cap, lebar kaki penyangga,

tinggi penyangga, dan jarak

antar penyangga).

2. Data Sekunder:

a. Info kemajuan lubang.

b. Peta geologi.

c. Peta wilayah izin usaha

pertambangan operasi

produksi (IUP OP).

d. Peta kesampaian daerah.

𝑕 =(0,5 𝐿)

𝑓

𝜎𝑡 = 𝛾𝑕

𝑝𝑡 =4

3𝐿. 𝑕.𝑎. 𝛾

𝑞𝑡 = 𝜎𝑡.𝑎

Proses Pengolahan Data:

a. Perhitungan kajian keknis

sistem penyanggaan tambang

bawah tanah PT. NAL

dengan menggunakan

Formula protodyakonov.

b. Menghitung nilai faktor

keamanan dengan persamaan:

“Beban maksimal yang di

zinkan pada penyangga

dibagi dengan beban yang

dihasilkan pada penyangga”.

FK=𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑧𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎

Output:

a. Meningkatkan

keselamatan para

pekerja dan peralatan

tambang batubara

bawah tanah PT.

NAL.

b. Meningkatkan

produksi secara

optimal.

Page 49: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini dijelaskan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,

variabel dan data yang diperlukan, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan

data, teknis pengolahan dan analisa data dan kerangka metodologi.

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian terapan (applied

research). Penelitian terapan adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan,

mengembangkan dan memvalidasi data dari penelitian. (Sugiono, 2009: 10-11).

Penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang secara

praktis dapat diaplikasikan. Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk

mengembangkan produk penelitian dan pengembangan bertujuan untuk

menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Wilayah Izin Usaha Pertambangan

(WIUP) PT. Nusa Alam Lestari (NAL) yang terletak di Daerah Sapan Dalam,

Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat dan

dapat ditempuh melalui:

1. Dari Kota Padang-Solok-Sawahlunto dapat ditempuh dengan jarak 118 km

dengan waktu tempuh 3 jam perjalanan.

Page 50: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

2. Dari Kota Sawahlunto menuju lokasi kegiatan dapat ditempuh dengan jarak

22 km dengan waktu tempuh 45 menit menggunakan kendaraan roda 4

(empat) atau kendaraan roda 2 (dua).

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2017 sampai dengan

Desember 2017, waktu penelitian dapat dilihat pada lampiran IX.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang

diteliti yang mempunyai variasi satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut.

Maka variabel penelitian ini adalah kekuatan penyangga kayu dan faktor

keamanan (safety factor).

3.4. Data dan Sumber Data

3.4.1. Data Primer

Data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah:

a. sampel batuan (sifat fisik batuan dan point load index).

b. Dimensi penyangga (panjang cap, lebar kaki penyangga, tinggi penyangga,

dan jarak antar penyangga).

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah:

a. Peta geologi

b. Peta kesampaian daerah

c. Peta wilayah izin usaha pertambangan operasi produksi (IUP OP)

d. Info kemajuan lubang.

Page 51: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

3.4.3. Sumber Data

Sumber data yang didapatkan berasal dari pengukuran langsung, arsip-

arsip dari perusahaan dan dokumentasi dari PT. Nusa Alam Lestari (NAL) dan

studi kepustakaan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu:

3.5.1. Studi Lapangan

Cara pengumpulan data yang dilakukan pengamatan langsung di lapangan

berupa pengambilan data primer adalah:

1. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode grab sampling dimana metode

ini merupakan teknik sampling dengan cara mengambil bagian dari suatu

material (baik dialam maupun dari suatu tumpukan) yang mengandung

mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang khusus) serta alat yang

digunakan berupa palu geologi untuk mengambil sampel. Pada sampel batuan

akan dilakukan pengujian laboratorium antara lain:

a. Pengujian sifat fisik batuan

Setelah dilakukan pengujian sifat fisik batuan maka dapat di tentukan persamaan

sebagai berikut:

1. Bobot isi asli (natural density)

=𝑊𝑛

𝑊𝑤−𝑊𝑠 (3.1)

2. Bobot isi kering (dry density)

=𝑊𝑜

𝑊𝑤−𝑊𝑠 (3.2)

Page 52: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

3. Bobot isi jenuh (saturated density)

=𝑊𝑤

𝑊𝑤−𝑊𝑠 (3.3)

Keterangan:

Wn =berat contoh asli (natural)

Wo =berat contoh kering

Ww =berat contoh jenuh

Ws =berat contoh jenuh didalam air

b. Pengujian poin load index

Cara kerja alat ini dengan meletakan sampel batuan diantara conus bawah

dan conus atas, dimana setelah sampel diletakan maka akan dilakukan

pemompaan, dengan memamfaatkan tekanan udara yang dihasilkan oleh pompa

hidrolik, conus bagian bawah akan bergerak naik sehingga sampel yang berada

diantara conus bawah dan atas akan mendapatkan tekanan, akibat mendapatkan

tekanan dari conus tersebut sampel akan mengalami tekanan sampai batas

kekuatan sampel dan pada akhirnya akan pecah, pada saat sampel tersebut pecah

maka akan dilakukan pembacaan berapa kuat tekan pada saat sampel telah pecah.

Dibutuhkan faktor koreksi (F).Greminnger menurunkan persamaan

sebagai berikut:

𝐹 = 𝑑

50

0,45 (3.4)

Setelah faktor koreksi diperoleh maka faktor koreksi dimasukkan kedalam

point load index (Is):

𝐼𝑠 = 𝐹𝑝

𝐷² (3.5)

Page 53: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Sehingga jika point load index telah didapat maka UCS (Unconfined

Compressive Strength) dapat ditentukan dari persamaan:

𝜎𝑐 = 23𝑥𝐼𝑠 (3.6)

Keterangan:

𝐹 =Faktor Koreksi

𝑑 =Diameter sampel (mm)

𝑃 =Tekanan maksimum sampel pecah (kg)

𝐷 =Jarak antar konus penekan (cm)

𝐼𝑠 =Point load Index (kg/cm2)

𝜎𝑐 =Nilai UCS (Unconfined Compressive Strength) (kg/cm2)

2. Pengukuran dimensi penyangga yang dilakukan pada kedalaman lubang 50

meter dengan sampel 15 penyangga adalah:

a. Panjang cap.

b. Lebar kaki penyangga.

c. Tinggi penyangga.

d. jarak antar penyangga dengan penyangga kayu yang digunakan

adalah kayu sungkai.

3.5.2. Studi Pustaka

Yaitu mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan membaca buku-buku,

literatur, data-data serta arsip perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang

akan dibahas sehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam pemecahan

masalah.

Page 54: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Data perusahaan yang diperoleh berupa peta geologi, peta kesampaian

daerah peta wilayah izin usaha pertambangan operasi produksi (IUP OP) dan info

kemajuan lubang.

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara dan

proses untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan tujuan

yang sudah ditetapkan. Pada pengolahan data ini ada beberapa hal yang akan

dibahas yaitu:

a. Kekuatan penyangga kayu dengan menggunakan rumus Protodyakonov

sebagai berikut:

1. perhitungan tinggi parabolik (sebagai tinggi beban) menggunakan

persamaan (2.17)

2. Perhitungan tekanan pada penyangga menggunakan persamaan (2.18)

3. Perhitungan beban persatuan panjang sebagai kekuatan penyangga kayu

menggunakan persamaan (2.19)

4. Perhitungan beban total yang dihasilkan kubah parabolik menggunakan

persamaan (2.20)

b. Nilai faktor keamanan (safety factor) menggunakan persamaan (2.1)

3.6.2. Analisa Data

Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data maka

dilakukan analisa data dari pengolahan data yang didapat pada analisa nantinya

Page 55: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

akan terlihat beberapa kekuatan penyangga kayu serta faktor keamanan (safety

factor) penyangga kayu PT. NAL berdasarkan rumus Protodyakonov.

3.7. Kerangka Metodologi

Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam penelitian ini dapat

dilihat pada diagram alir di bawah ini.

Identifikasi

1. Jarak antar penyangga yang tidak sama

2. Adanya penyangga yang patah

3. Posisi tiang penyangga yang tidak pada tempatnya

4. Terdapat tiang penyangga yang miring

Kajian Teknis Sistem Penyanggaan Kayu Pada Lubang C1G

Tambang Batubara Bawah Tanah PT. Nusa Alam Lestari

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis berapa kekuatan penyanggaa di lubang bukaan

C1G pada PT. NAL.

2. Menganalisis nilai Faktor Keamanan (Safety Factor) sistem

penyanggaan di lubang bukaan C1G pada PT. NAL.

A

Pengumpulan Data

Data Sekunder

1. Peta geologi.

2. Peta kesampaian daerah.

3. Peta wilayah izin usaha

pertambangan operasi produksi

(IUP OP).

4. Info kemajuan lubang.

Data Primer

1. Sampel batuan (sifat fisik batuan dan point

load index).

2. Pengukuran dimensi penyangga (panjang

cap, lebar kaki penyangga, tinggi penyangga

dan jarak antar penyangga).

Page 56: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

Analisis Data

Kajian teknis sistem penyanggaan menggunakan

rumus protodyakonov

Hasil

Kekuatan penyangga dan faktor keamanan (safety factor)

A

Page 57: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Pengumpulan Data

Pada bab ini berisikan pengumpulan data dan pengolahan data yang

diperlukan dalam penelitian dan dilanjutkan dengan analisis data dan pembahasan.

Dari hasil kegiatan penghimpunan data, maka data-data yang didapatkan sebagai

berikut berupa:

4.1.1. Data Primer

1. Pengukuran Dimensi Penyangga

Data primer yang dibutuhkan adalah sampel batuan, pengukuran dimensi

penyangga (panjang cap, lebar kaki penyangga, tinggi penyangga, dan jarak antar

penyangga) dengan sistem penyangga three piece sets.

Gambar 4.1 Sistem Penyangga three piece sets

Dimensi penyangga merupakan ukuran lebar kepala penyangga (panjang

cap, lebar kaki penyangga, tinggi penyangga, dan jarak antar penyangga), data

hasil pengukuran dimensi penyanggaan yang diterapkan PT. Nusa Alam Lestari

(NAL) ini nanti akan menjadi acuan dalam pengolahan data.

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dan pengamatan terhadap

sistem penyanggaan yang diterapkan PT. NAL adalah sebagai berikut:

Page 58: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Tabel 4.1

Pengukuran Dimensi Penyangga

No Penyangga Panjang Cap

(m)

Lebar Kaki

(m)

Tinggi

(m)

Diameter

Side post (cm)

1. 1 2,5 3,5 3 11,6

2. 2 2,3 3,1 2,5 12,7

3. 3 2,1 2,9 1,4 10,2

4. 4 2 3,2 2,45 12,4

5. 5 2,2 3,2 2,2 10,8

6. 6 2 3 2,4 11

7. 7 2 3 2,3 11,9

8. 8 2,4 3,3 2,35 13,2

9. 9 2,3 3,5 2,3 14

10. 10 2,2 3,2 2,24 14,8

11. 11 2,2 3,3 2,25 12,3

12. 12 2,3 3,1 2,15 14,1

13. 13 2,5 3,2 2,10 17,4

14. 14 2,5 2,9 2 12,2

15. 15 2,4 2,8 2,05 12,5

Rata-rata 2,26 3,14 2,24 12,74

1. Jarak Antar Penyangga

Data yang diperolah dari pengukuran jarak antar penyangga dengan

sampel penyangga sebanyak 15 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Pengukuran Jarak Antar Penyangga

No. Penyangga Jarak Penyangga

(m) No. Penyangga

Jarak Penyangga

(m)

1 1-2 0,85 8. 8-9 1,03

2 2-3 1,2 9. 9-10 1,3

3 3-4 1,1 10. 10-11 1,2

4 4-5 1,25 11. 11-12 1,3

5 5-6 1,2 12. 12-13 1,1

6 6-7 1,15 13. 13-14 1,08

7 7-8 1,23 14. 14-15 1,18

Rata-rata 1,1

Page 59: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

4.1.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah ada pada pengembangan

wilayah usaha pertambangan PT. Nusa Alam Lestari (NAL) untuk dilakukan

pengolahan data sekunder seperti:

1. Peta geologi PT. Nusa Alam Lestari (NAL).

2. Peta kesampaian daerah PT. Nusa Alam Lestari (NAL).

3. Peta wilayah izin usaha pertambangan operasi produksi (IUP OP) PT. Nusa

Alam Lestari (NAL), lampiran I.

4. Peta info kemajuan lubang PT. Nusa Alam Lestari (NAL), lampiran II.

4.2. Pengolahan Data

Pada pengolahan data didalam penelitian ini akan menggunakan

persamaan Protodyakonov, serta akan dilakukan pengujian sampel untuk

mendapatkan uji kuat tekan batuan (UCS) dengan melalui pengujian point load

index dan pengujian sifat fisik batuan adalah sebagai berikut.

4.2.1. Pengujian Sifat Fisik Batuan

Perhitungan sifat fisik batuan dapat dilihat pada Lampiran V.

Tabel 4.3

Rekapitulasi Perhitungan Sifat Fisik Batuan

No Sampel Bobot asli

(Wn)

Bobot isi

kering

(Wo)

Bobot isi

jenuh

(Ww)

Rata-rata

bobot isi

jenuh (Ww)

1. Batupasir 2,732 2,669 2,883

2,824 t/m³ 2. Batulanau 2,668 2,648 2,765

Pengolahan Data

Page 60: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

4.2.2. Pengujian Point Load Index

Perhitungan nilai Index Strength (Is) dan Unconfire Conpresive Strength

dapat dilihat pada Lampiran VII.

Tabel 4.4

Rekapitulasi Perhitungan Rata-Rata Point Load Index

No Sam

pel

Perco

baan

Ukuran (cm) P

(kg/cm²) F Is

𝝈c

kg/cm2

Rata-

rata

kg/cm2

L d D W1 W2 W D/

W

1. 01 B1 5,6 5,7 5,7 5,0 5,2 5,1 1,12 100,13 0,376 1,158 26,634

38,877

kg/cm2

3,809

Mpa

B2 6,6 5,3 5,3 5,0 5,4 5,2 1,02 72,909 0,364 0,944 21,712

2. 02 P1 5,7 5,9 5,9 5,0 5,2 5,1 1,16 50,476 0,382 0,553 12,719

P2 5,9 6,0 6,0 5,0 5,1 5,05 1,19 39,157 0,385 0,418 9,614

3. 03 L1 8,0 6,5 6,5 6,0 6,3 6,15 1,06 459,48 0,399 4,339 99,797

L2 8,2 6,4 6,4 6,2 6,4 6,3 1,02 282,46 0,396 2,730 62,79

Pengolahan Data

Berdasarkan perhitungan dari point load indeks yang diuji sebanyak tiga

sampel batuan, maka didapatlah rata-rata nilai ucs sebesar 3,809 Mpa. Jika

mengacu Tabel Kekuatan Material Batuan Utuh Persamaan Bieniawski memiliki

nilai rating 1 yaitu pada range 1-5, Seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Kekuatan Material Batuan Utuh

Deskripsi Kualitatif UCS (MPa) PLI (MPa) Rating

Sangat kuat sekali

(exceptionallystrong) >250 >10 15

Sangat kuat (very strong) 100-250 4-10 12

Kuat (strong) 50-100 2-4 7

Sedang (average) 25-50 1-2 4

Lemah (weak) 5-25 Penggunaan

UCS lebih

dilanjutkan

2

Sangat lemah (very weak) 1-5 1

Sangat lemah sekali

(extremelyweak) <1 0

Sumber(Made Astawa Rai,2010:93).

Page 61: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

4.2.3. Perhitungan Kekuatan Penyangga Kayu

Kekuatan penyanggaan kayu dapat dicari dengan menggunakan persamaan

Protodyakonov, dimana persamaan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini.

Tabel 4.6

Perhitungan Kekuatan Penyangga Kayu

No Rumus Nilai Keterangan

1. Panjang Cap 2,26 m Lampiran III

2. Jarak antar penyangga rata-rata 1,1 m Lampiran III

3. Bobot isi jenuh rata-rata (γ) 2,3 t/m3 Lampiran V

4. Kuat tekan uniaksial

(compressive strength) (σc)

38,877

kg/cm²

Lampiran VII

5. Diameter side post (dy) 0,127 m Lampiran III

6. Section (F) 3x10-3

m2

7. kayu sungkai dengan kelas

kayu II

7250 t/m²

Perhitungan kekuatan penyangga Kayu dapat dilihat pada lampiran XIII

Tabel 4.7

Rekapitulasi Kekuatan Penyangga Kayu

No

Jarak

Antar

Penyangga

Beban

Total yang

Dihasilkan

(pt)

Beban

Persatuan

Panjang

(qt)

Tinggi

Parabolik

(h)

Tekanan

Pada

Penyangga

(σt)

Beban

Maksimal

yang

Diizinkan

(Pmax)

1. 0,85 m 42,126 ton 11,385 t/m

5,824 m 16,446 t/m² 21,75 ton

2. 1,2 m 59,472 ton 16074 t/m

3. 1,1 m 54,516 ton 14,734 t/m

4. 1,25 m 61,950 ton 16,743 t/m

5. 1,15 m 56,994 ton 15,404 t/m

6. 1,23 m 60,959 ton 16,475 t/m

7. 1,03 m 51,047 ton 13,796 t/m

8. 1,3 m 64,428 ton 17,413 t/m

9. 1,08 m 53,525 ton 14,466 t/m

10. 1,18 m 58,481 ton 15,806 t/m

4.2.4. Faktor Keamanan (Safety Factor)

Untuk menentukan faktor keamanan (safety factor) terdapat pada rumus

(2.1), sehingga di peroleh hasil sebagai berikut:

Page 62: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Perhitungan faktor keamanan (safety factor) dapat dilihat pada lampiran

XIV.

Tabel 4.8

Rekapitulasi Faktor Keamanan

No Jarak Antar

Penyangga

Beban Total yang

Dihasilkan (pt)

Beban Maksimal

yang Diizinkan

(Pmax)

Faktor

Keamanan

(FK)

1. 0,85 m 42,126 ton 21,75 ton 0,516

2. 1,2 m 59,472 ton 21,75 ton 0,356

3. 1,1 m 54,516 ton 21,75 ton 0,398

4. 1,25 m 61,950 ton 21,75 ton 0,351

5. 1,15 m 56,994 ton 21,75 ton 0,381

6. 1,23 m 60,959 ton 21,75 ton 0,356

7. 1,03 m 51,047 ton 21,75 ton 0,426

8. 1,3 m 64,428 ton 21,75 ton 0,337

9. 1,08 m 53,525 ton 21,75 ton 0,406

10. 1,18 m 58,481 ton 21,75 ton 0,371

Kayu yang yang digunakan sebagai penyangga adalah kayu sungkai

dengan kelas kayu II, dari hasil pengamatan diketahui jarak antar penyangga rata-

rata adalah 1,1 m dengan Panjang Cap rata-rata 2,26 m, sehingga secara teoritis

dapat diketahui tinggi parabolic adalah (h) 5,824 m, tekanan pada penyangga (σt)

adalah 13,395 t/m², beban total kubah parabolic (Pt) = 42,126 ton, maka nilai

faktor keamanan (FK) adalah 0,516 (FK<1), sistem penyanggaan yang diterapkan

PT. NAL dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.2 Sistem Penyanggaan PT. NAL

Page 63: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisa Hasil Pengolahan Data

Kegiatan penggalian dan penambangan di PT. Nusa Alam Lestari (NAL)

menggunakan alat semi mekanis, dalam upaya menjaga kestabilitasan lubang

bukaan maka dilakukan penyanggaan, penyangga kayu yang digunakan adalah

kayu sungkai dengan sistem Three piece set. Perhitungan secara teoritis dapat

dilakukan untuk mengetahui variabel sistem penyanggaan seperti tinggi kubah

parabolik, tekanan pada penyangga, beban persatuan panjang, beban total yang

dihasilkan kubah parabolik dan beban maksimal yang diijinkan pada penyangga

serta dapat mengetahui nilai Faktor Keamanan (FK) sistem penyanggaan yang

diterapkan. Penelitian yang dilakukan pada lubang C1G dengan batuan penyusun

batupasir (sand stone) dan batulanau (silt stone).

Dari pengolahan data, maka didapatkan hasil yang digunakan dalam

menganalisa sistem penyanggaan pada lubang C1G PT. Nusa Alam Lestari

(NAL).

5.1.1. Uji Kuat Tekan atau Uniaxial Compressive Strength (UCS)

Uniaxial Compressive Strength (UCS) adalah kekuatan dari batuan utuh

(intactrock) yang diperoleh dari hasil uji UCS. Uji UCS menggunakan mesin

tekan untuk menekan sampel batuan dari satu arah (uniaxial). Nilai UCS

merupakan besar tekanan yang harus diberikan sehingga membuat batuan pecah.

Namun, apabila tidak memiliki mesin kuat tekan, maka ada alternatif lain yaitu

dengan pengujian Poin load index.

Page 64: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Uji Point Load Index merupakan uji indeks yang telah secara luas digunakan

untuk memprediksi nilai UCS suatu batuan secara tidak langsung di lapangan. Hal

ini disebabkan prosedur pengujian yang sederhana, preparasi contoh yang mudah,

dan dapat dilakukan di lapangan. Peralatan yang digunakan mudah dibawa-bawa,

tidak begitu besar dan cukup ringan sehingga dapat dengan cepat diketahui

kekuatan batuan di lapangan, sebelum dilakukan pengujian di laboratorium.

Contoh yang digunakan untuk pengujian ini dapat berbentuk silinder ataupun

bongkahan batuan dan disarankan untuk pengujian ini berbentuk silinder dengan

diameter 50 mm (NX= 54 mm, lihat di ISRM, 1985).

Untuk pengujian Point Load index sampel yang digunakan berupa bongkahan

batuan dengan ukuran yang telah ditentukan.

Dari pengolahan data, maka didapatkan hasil yang digunakan dalam

menganalisa sistem penyanggaan pada lubang C1G PT. Nusa Alam Lestari (NAL)

dapat dilihat pada gambar berikut:

5.1.2. Pengujian Sifat Fisik Batuan

Sifat fisik batuan ditentukan untuk kepentingan geoteknik berupa bobot isi

asli (natural density), bobot isi kering (dry density), bobot isi jenuh(saturated

density), berat jenis semu (apparent specific gravity), berat jenis sejati (true

specific gravity), kadar air asli (natural water content), kadar air jenuh

(absorption), derajat kejenuhan, porositas (n), dan void ratio (e).

5.2. Analisa Faktor Keamanan

Sistem penyanggaan dikatakan aman apabila nilai faktor keamanan lebih

besar dari 1 (FK>1). Dari hasil pengolahan data, faktor keamanan sistem

Page 65: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

penyanggaan yang diterapkan pada tambang batubara bawah tanah PT. Nusa

Alam Lestari (NAL) dipengaruhi oleh Jarak antar penyangga dan jenis bahan

yang digunakan sebagai penyangga. Jarak antar penyangga yang diterapkan pada

tambang batubara bawah tanah PT. Nusa Alam Lestari (NAL) rata-rata 1,1 m

dengan faktor keamanan rata-rata sebesar 0,390 (FK<1=penyangga tidak aman).

Untuk jarak antar penyangga yang lebih kecil dari 1 meter faktor

keamanan (FK=0,516) yang dihasilkan lebih besar dari jarak antar penyangga

yang lainnya, oleh sebab itu jarak antar penyangga sebaiknya diperkecil agar

faktor keamanan lebih besar.

5.3. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Penyanggaan PT. Nusa

Alam Lestari (NAL)

Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem penyanggaan pada tambang

batubara bawah tanah PT. Nusa Alam Lestari (NAL) adalah :

1. Jarak antar penyangga.

Semakin besar jarak antar penyangga maka tekanan pada penyangga

semakin besar dan nilai faktor keamanan (safety factor) semakin besar.

2. Bentuk dan dimensi lubang bukaan.

Bentuk dan dimensi lubang bukaan (lebar dan tinggi) yang tidak sama dan

tidak simetris akan mempengaruhi tinggi parabolik (tinggi beban), semakin besar

ukuran lebar lubang bukaan maka tekanan pada penyangga semakin besar.

Page 66: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

3. Spesifikasi bahan penyangga yang digunakan

Bahan penyangga yang digunakan mempengaruhi kekuatan penyangga,

semakin tinggi kelas kayu maka semakin besar faktor keamanan (safety factor)

yang dihasilkan.

Page 67: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kekuatan penyangga kayu di lubang bukaan C1G pada PT. Nusa Alam

Lestari (NAL) dengan menggunakan persamaan Protodyakonov dengan

menggunakan sistem penyangga three piece sets.

a. Beban persatuan panjang yang dihasilkan (qt) dengan jarak yang berbeda-

beda adalah 8,097 t/m, 11,432 t/m, 10,478 t/m, 11,907 t/m, 10,954 t/m,

11,716 t/m, 9,811 t/m, 12,383 t/m, 10,288 t/m, dan 11,240 t/m.

b. Tinggi parabolik sebagai tinggi beban (h) 4,396 m.

c. Tekanan pada penyangga (σt) 9,526 t/m2.

d. Beban maksimal yang diizinkan pada penyangga (Pmax) 21,75 ton.

2. Nilai Faktor Keamanan (FK) sistem penyanggan C1G pada PT. Nusa Alam

Lestari (NAL) memiliki nilai rata-rata 0,674 (FK<1), maka penyangga dapat

dikatakan tidak aman untuk digunakan dalam sistem penyanggaan.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian maka dapat disarankan sebagai berikut:

1. Sistem penyanggaan kayu pada lubang C1G tambang batubara bawah tanah

PT. Nusa Alam Lestari (NAL) menggunakan kayu kelas II tetapi, jarak antar

penyangga sebaiknya disamakan.

2. Untuk pemakaian jenis kayu dapat diganti dengan kayu akasia daun kecil,

mersawa, keranji atau ulin.

Page 68: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

3. Jarak yang digunakan sebaiknya jarak yang tidak lebih dari satu meter agar

nilai faktor keamanan yang dihasilkan FK>1.

4. Untuk pemantauan penyangga sebaiknya dilakukan secara berkala agar

proses kegiatan penambangan berjalan dengan aman dan optimal.

Page 69: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Cemal Biron, Ergin Arioglu, Design of Support in Mines, Departement of

Mining Engineering Istanbul Technical University, 1983.

Diana Irmawati Pradani, “analisis kestabilan lubang bukaan dan pillar dalam

rencana pembuatan tambang bawah tanah batugamping dengan

metode room and pillar di desa sidorejo kecamatan lendah kab.

kulonprogo daerah istimewa Yogyakarta”, Fakultas Teknologi Mineral,

UPN Veteran, Yogyakarta.

Endri O, dkk, ”Penelitian K3 Penyanggaan pada Penambangan

Long Wall Semi Mekanis Batubara Bawah Tanah dalam Rangka

Mendukung Penyusunan Kebijakan K3 Tambang di

Minerbapabum”, Tekmira, 2010.

Kastoyo, dkk, “Dalam Laporan Proyek Akhir Tambang Terbuka Batubara PT.

Nusa Alam Lestari Kota Sawahlunto Sumatera Barat”, 2012.

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 555.K/26/M.PE/1995

“Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum”.

Made Astawa Rai, “Teknik Penyanggaan”, Institut Teknologi Bandung, 1988.

Made Astawa Rai, dkk, “Mekanika Batuan”, Institut Teknologi Bandung, 2011.

Maran Gultom, dkk, “Karakteristik Kemantapan Lereng Tambang

Batubara”, jurnal ESDM, STEM Akamigas, 2017.

Maryanto, dkk, “Evaluasi Stabilitas Lubang Bukaan Berdasarkan Pemodelan

Geoteknik dan Metode Pull Out Test di Site Kencana PT. Nusa

Halmahendra Minerals (NHM) Kabupaten Halmahera Utara Provinsi

Maluku Utara”, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Bandung,

2016.

Muhammad Abdul Wahid, “Kajian Teknis Sistem Penyanggan Tambang

Batubara Bawah Tanah PT. Allied Indo Coal Jaya (PT. AICJ) Kota

Sawah Lunto Provinsi Sumatera Barat”, STTIND, Padang, 2014.

Riko Ervil, dkk, “BukuPanduanPenulisandanUjianSkripsi STTIND Padang”,

Sekolah Tinggi TeknolgiIndustri Padang, Padang, 2016.

Singgih Saptono, dkk, “Kajian Geotek Terhadap Rancangan Penambangan

Batubara Bawah Tanah Metode Shortwall di CV. Artha Pratama Jaya

Page 70: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Kecamatan Muara Jawa Kabupaten Kartanegara Provinsi

Kalimantan Timur”, Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran,

Yogyakarta, 2015.

Sugiono, “Metode Penelitian Pendidikan”. Alfabeta, Bandung, 2009.

Syamsul Komar, dkk, “Evaluasi Teknis Sistem Penyanggaan Menggunakan

Metode Rock Mass Rating (RMR) System pada Development

Area (CKN_DC) Tambang Emas Bawah Tanah PT. Cibaliung

Sumberdaya”, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Palembang, 2017.

Yusias Andrie, dkk, “Analisis Kestabilan Lubang Bukaan Tambang Bawah

Tanah Menggunakan Metode Elemen Hingga”, Fakultas Teknologi

Mineral, UPN Veteran, Yogyakarta.

Page 71: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Lampiran I

Peta wilayah Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi

Page 72: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Lampiran II

Info Kemajuan Lubang PT. Nusa Alam Lestari

Page 73: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Lampiran III

Pengukuran Dimensi Penyangga

Pengukuran dimensi penyangga dilakukan di lubang C1G dengan

kedalaman 50 meter pada PT. Nusa Alam Lestari (NAL).

Lampiran IV

Page 74: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Lampiran IV

Pengujian Sifat Fisik Batuan

Page 75: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Lampiran V

Perhitungan Sifat Fisik Batuan

Untuk perhitungan bobot isi diketahui data sebagai berikut:

Batubara:

𝑊𝑤 = 55,1

𝑊𝑛 = 54,5

𝑊𝑠 = 11,1

𝑊𝑜 = 52,5

Batupasir:

𝑊𝑤 = 133,5

𝑊𝑛 = 126,5

𝑊𝑠 = 87,2

𝑊𝑜 = 123,6

Batulanau:

𝑊𝑤 = 212,7

𝑊𝑛 = 205,19

𝑊𝑠 = 135,8

𝑊𝑜 = 203,7

1. Sampel Batubara

a. Bobot isi asli (natural density)

=𝑊𝑛

𝑊𝑤 −𝑊𝑠

=54,5

55,1 − 11,1

Page 76: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

= 1,238 𝑡/𝑚²

b. Bobot isi kering (dry density)

=𝑊𝑜

𝑊𝑤 −𝑊𝑠

=52,5

55,1 − 11,1

= 1,193 𝑡/𝑚²

c. Bobot isi jenuh (saturated density)

=𝑊𝑤

𝑊𝑤 −𝑊𝑠

=55,1

55,1 − 11,1

= 1,252 𝑡/𝑚²

Sumber: Dokumentasi Penulis 2017.

Gambar 1. Sampel Batubara

2. Sampel Batupasir

a. Bobot isi asli (natural density)

=𝑊𝑛

𝑊𝑤 −𝑊𝑠

=126,5

133,5 − 87,2

Page 77: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

= 2,732 𝑡/𝑚²

b. Bobot isi kering (dry density)

=𝑊𝑜

𝑊𝑤 −𝑊𝑠

=123,6

133,5 − 87,2

= 2,669 𝑡/𝑚²

c. Bobot isi jenuh (saturated density)

=𝑊𝑤

𝑊𝑤 −𝑊𝑠

=133,5

133,5 − 87,2

= 2,883 𝑡/𝑚²

Sumber: Dokumentasi Penulis 2017.

Gambar 2. Sampel Batupasir

3. Sampel Batulanau

a. Bobot isi asli (natural density)

=𝑊𝑛

𝑊𝑤 −𝑊𝑠

=205,19

212,7 − 135,8

Page 78: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

= 2,668 𝑡/𝑚²

b. Bobot isi kering (dry density)

=𝑊𝑜

𝑊𝑤 −𝑊𝑠

=203,7

212,7 − 135,8

= 2,648 𝑡/𝑚²

c. Bobot isi jenuh (saturated density)

=𝑊𝑤

𝑊𝑤 −𝑊𝑠

=212,7

212,7 − 135,8

= 2,765 𝑡/𝑚²

Sumber: Dokumentasi Penulis 2017.

Gambar 3. Sampel Batulanau

Tabel 1

Rekapitulasi Perhitungan Sifat Fisik Batuan

No Sampel Bobot asli

(Wn)

Bobot isi kering

(Wo)

Bobot isi jenuh

(Ww)

Rata-rata bobot

isi jenuh (Ww)

1. Batubara 1,238 1,193 1,252

2,3 t/m³ 2. Batupasir 2,732 2,669 2,883

3. Batulanau 2,668 2,648 2,765

Pengolahan Data

Sumber: Pengolahan Data, 2017.

Page 79: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Lampiran VI

Pengujian Point Load Index

Page 80: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Lampiran VII

Perhitungan Point Load Index

1. Sampel 01

Pada pengujian point load index menggunakan sampel batubara, batupasir

(sand stone) dan batulanau (silt stone), dengan geometri sampel sebagai berikut

ini:

a. Percobaan B1

Diameter Sampel (d) = 5,6 cm

Jarak Antar Konus (D) = 5,6 cm

Tekanan (P) = 226,14 kg/cm2

Penyelesaian:

Faktor Koreksi (F)

𝐹 = 𝑑

50 0,45

𝐹 = 5,6 𝑐𝑚

50 0,45

𝐹 = 0,112 0,45= 0,373 𝑐𝑚

Point Load Index (Is)

𝐼𝑠 = 𝐹𝑝

𝐷²

𝐼𝑠 = 0,373 𝑐𝑚 226,14 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

5,6² 𝑐𝑚

𝐼𝑠 = 0,373 𝑐𝑚 (7,211 𝑘𝑔/𝑐𝑚)

𝐼𝑠 = 2,689 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

(Unconfined Compressive Strength)

𝜎𝑐 = 23𝑥𝐼𝑠

Page 81: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

𝜎𝑐 = 23𝑥2,689 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

𝜎𝑐 = 61,847 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

b. Percobaan B2

Diameter Sampel (d) = 5,7 cm

Jarak Antar Konus (D) = 5,7 cm

Tekanan (P) = 100,13 kg/cm2

Penyelesaian:

1. Faktor Koreksi (F)

𝐹 = 𝑑

50 0,45

𝐹 = 5,7 𝑐𝑚

50 0,45

𝐹 = 0,114 0,45

= 0,376 𝑐𝑚

2. Point Load Index (Is)

𝐼𝑠 = 𝐹𝑝

𝐷²

𝐼𝑠 = 0,376 𝑐𝑚 100,13 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

5,7² 𝑐𝑚

𝐼𝑠 = 0,376 𝑐𝑚 (3,081 𝑘𝑔/𝑐𝑚)

𝐼𝑠 = 1,158 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

3. (Unconfined Compressive Strength)

𝜎𝑐 = 23𝑥𝐼𝑠

𝜎𝑐 = 23𝑥1,158 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

𝜎𝑐 = 26,634 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

Page 82: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

c. Percobaan B3

Diameter Sampel (d) = 5,3 cm

Jarak Antar Konus (D) = 5,3 cm

Tekanan (P) = 72,909 kg/cm2

Penyelesaian:

4. Faktor Koreksi (F)

𝐹 = 𝑑

50 0,45

𝐹 = 5,3 𝑐𝑚

50 0,45

𝐹 = 0,106 0,45= 0,364 𝑐𝑚

5. Point Load Index (Is)

𝐼𝑠 = 𝐹𝑝

𝐷²

𝐼𝑠 = 0,364 𝑐𝑚 72,909 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

5,3² 𝑐𝑚

𝐼𝑠 = 0,364 𝑐𝑚 (2,595 𝑘𝑔/𝑐𝑚)

𝐼𝑠 = 0,944 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

6. (Unconfined Compressive Strength)

𝜎𝑐 = 23𝑥𝐼𝑠

𝜎𝑐 = 23𝑥0,944 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

𝜎𝑐 = 21,712 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

Page 83: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Sumber: Dokumentasi Penulis 2017.

Gambar 1. Sampel Batubara

2. Sampel 02

Pada pengujian point load index menggunakan sampel batubara, batupasir

(sand stone) dan batulanau (silt stone), dengan geometri sampel sebagai berikut

ini:

a. Percobaan P1

Diameter Sampel (d) = 5,7 cm

Jarak Antar Konus (D) = 5,7 cm

Tekanan (P) = 52,413 kg/cm2

Penyelesaian:

1. Faktor Koreksi (F)

𝐹 = 𝑑

50 0,45

𝐹 = 5,7 𝑐𝑚

50 0,45

𝐹 = 0,114 0,45= 0,376 𝑐𝑚

2. Point Load Index (Is)

𝐼𝑠 = 𝐹𝑝

𝐷²

Page 84: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

𝐼𝑠 = 0,114 𝑐𝑚 52,413 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

5,7² 𝑐𝑚

𝐼𝑠 = 0,114 𝑐𝑚 (1,613 𝑘𝑔/𝑐𝑚)

𝐼𝑠 = 0,183 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

3. (Unconfined Compressive Strength)

𝜎𝑐 = 23𝑥𝐼𝑠

𝜎𝑐 = 23𝑥0,183 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

𝜎𝑐 = 4,209 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

b. Percobaan P2

Diameter Sampel (d) = 5,9 cm

Jarak Antar Konus (D) = 5,9 cm

Tekanan (P) = 50,476 kg/cm2

Penyelesaian:

1. Faktor Koreksi (F)

𝐹 = 𝑑

50 0,45

𝐹 = 5,9 𝑐𝑚

50 0,45

𝐹 = 0,118 0,45= 0,382 𝑐𝑚

2. Point Load Index (Is)

𝐼𝑠 = 𝐹𝑝

𝐷²

𝐼𝑠 = 0,382 𝑐𝑚 50,476 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

5,9² 𝑐𝑚

𝐼𝑠 = 0,382 𝑐𝑚 (1,450 𝑘𝑔/𝑐𝑚)

𝐼𝑠 = 0,553 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

Page 85: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

3. (Unconfined Compressive Strength)

𝜎𝑐 = 23𝑥𝐼𝑠

𝜎𝑐 = 23𝑥0,553 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

𝜎𝑐 = 12,719 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

c. Percobaan P3

Diameter Sampel (d) = 6,0 cm

Jarak Antar Konus (D) = 6,0 cm

Tekanan (P) = 39,157 kg/cm2

Penyelesaian:

1. Faktor Koreksi (F)

𝐹 = 𝑑

50

0,45

𝐹 = 6,0 𝑐𝑚

50 0,45

𝐹 = 0,12 0,45= 0,385 𝑐𝑚

2. Point Load Index (Is)

𝐼𝑠 = 𝐹𝑝

𝐷²

𝐼𝑠 = 0,385 𝑐𝑚 39,157 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

6,0² 𝑐𝑚

𝐼𝑠 = 0.385 𝑐𝑚 (1,087 𝑘𝑔/𝑐𝑚)

𝐼𝑠 = 0,418 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

3. (Unconfined Compressive Strength)

𝜎𝑐 = 23𝑥𝐼𝑠

𝜎𝑐 = 23𝑥0,418 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

𝜎𝑐 = 9,614 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

Page 86: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Sumber: Dokumentasi Penulis 2017.

Gambar 2. Sampel Batupasir

3. Sampel 03

Pada pengujian point load index menggunakan sampel batubara, batupasir

(sand stone) dan batulanau (silt stone), dengan geometri sampel sebagai berikut

ini:

a. Percobaan L1

Diameter Sampel (d) = 6,5 cm

Jarak Antar Konus (D) = 6,5 cm

Tekanan (P) = 459,48 kg/cm2

Penyelesaian:

1. Faktor Koreksi (F)

𝐹 = 𝑑

50 0,45

𝐹 = 6,5 𝑐𝑚

50 0,45

𝐹 = 0,13 0,45= 0,399 𝑐𝑚

2. Point Load Index (Is)

𝐼𝑠 = 𝐹𝑝

𝐷²

Page 87: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

𝐼𝑠 = 0,399 𝑐𝑚 459,48 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

6,5² 𝑐𝑚

𝐼𝑠 = 0,399 𝑐𝑚 (10,875 𝑘𝑔/𝑐𝑚)

𝐼𝑠 = 4,339 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

3. (Unconfined Compressive Strength)

𝜎𝑐 = 23𝑥𝐼𝑠

𝜎𝑐 = 23𝑥4,339 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

𝜎𝑐 = 99,797 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

b. Percobaan L2

Diameter Sampel (d) = 6,4 cm

Jarak Antar Konus (D) = 6,4 cm

Tekanan (P) = 282,46 kg/cm2

Penyelesaian:

1. Faktor Koreksi (F)

𝐹 = 𝑑

50 0,45

𝐹 = 6,4 𝑐𝑚

50 0,45

𝐹 = 0,128 0,45= 0,396 𝑐𝑚

2. Point Load Index (Is)

𝐼𝑠 = 𝐹𝑝

𝐷²

𝐼𝑠 = 0,396 𝑐𝑚 282,46 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

6,4² 𝑐𝑚

𝐼𝑠 = 0,396 𝑐𝑚 (6,896 𝑘𝑔/𝑐𝑚²)

𝐼𝑠 = 2,730 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

Page 88: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

3. (Unconfined Compressive Strength)

𝜎𝑐 = 23𝑥𝐼𝑠

𝜎𝑐 = 23𝑥2,730 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

𝜎𝑐 = 62,79 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

c. Percobaan L3

Diameter Sampel (d) = 6,0 cm

Jarak Antar Konus (D) = 6,0 cm

Tekanan (P) = 665,36 kg/cm2

Penyelesaian:

1. Faktor Koreksi (F)

𝐹 = 𝑑

50 0,45

𝐹 = 6,0 𝑐𝑚

50 0,45

𝐹 = 0,12 0,45= 0,385 𝑐𝑚

2. Point Load Index (Is)

𝐼𝑠 = 𝐹𝑝

𝐷²

𝐼𝑠 = 0,385 𝑐𝑚 665,36 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

6,0² 𝑐𝑚

𝐼𝑠 = 0,385 𝑐𝑚 (18,482 𝑘𝑔/𝑐𝑚)

𝐼𝑠 = 7,115 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

3. (Unconfined Compressive Strength)

𝜎𝑐 = 23𝑥𝐼𝑠

𝜎𝑐 = 23𝑥7,115 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

𝜎𝑐 = 163,645 𝑘𝑔/𝑐𝑚²

Page 89: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Sumber: Dokumentasi Penulis 2017.

Gambar 3. Sampel Batulanau

Tabel 1

Rekapitulasi Perhitungan Rata-Rata Point Load Index

No Samp

el

Perco

baan

Ukuran (cm) P

(kg/cm²) F Is

𝝈c

kg/cm

2

Rata-

rata

kg/cm2

L d D W1 W2 W D/

W

1. 01 B1 5,6 5,7 5,7 5,0 5,2 5,1 1,12 100,13 0,376 1,158 26,634

38,877

kg/cm2

3,809

Mpa

B2 6,6 5,3 5,3 5,0 5,4 5,2 1,02 72,909 0,364 0,944 21,712

2. 02 P1 5,7 5,9 5,9 5,0 5,2 5,1 1,16 50,476 0,382 0,553 12,719

P2 5,9 6,0 6,0 5,0 5,1 5,05 1,19 39,157 0,385 0,418 9,614

3. 03 L1 8,0 6,5 6,5 6,0 6,3 6,15 1,06 459,48 0,399 4,339 99,797

L2 8,2 6,4 6,4 6,2 6,4 6,3 1,02 282,46 0,396 2,730 62,79

Pengolahan Data

Sumber: Pengolahan Data, 2017.

Page 90: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Lampiran VIII

JADWAL PENELITIAN

Page 91: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Lampiran IX

Foto Kegiatan Pengujian Laboratorium

Kegiatan Pengujian Sifat Fisik Batuan

Page 92: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Kegiatan Pengujian Point Load Index

Page 93: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Lampiran X

Foto Kegiatan Penelitian PT. Nusa Alam Lestari (NAL)

Lubang bukaan C1 G PT. Nusa Alam Lestari

Penyanggaan patah dan tidak layak lagi

Page 94: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Posisi penyangga yang tidak pada tempatnya

Jarak antar penyangga yang tidak sama

Page 95: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Pengambilan data lapangan

Pengambilan Sampel Batuan

Page 96: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Lampiran XI

Data Curah Hujan PT. Nusa Alam Lestari Tahun 2017

Tanggal Maret April Mei Juni

Curah Hujan Curah Hujan Curah Hujan Curah Hujan Temperatur

1 mm mm 26 mm mm

2 mm mm 26 mm mm

3 mm mm 9 mm mm

4 30.9 mm mm 3 mm mm

5 30.9 mm mm 14.2 mm mm

6 30.9 mm 4.3 mm 4.2 mm mm

7 8 mm 0.8 mm mm mm

8 mm mm 4 mm mm

9 4.3 mm 2.3 mm mm mm

10 9.8 mm mm mm mm

11 mm mm mm mm

12 25 mm mm 29.8 mm mm

13 8.3 mm mm mm mm

14 mm mm mm mm

15 mm 27.7 mm 7.6 mm mm

16 mm 11.5 mm mm mm

17 mm 13 mm 22.2 mm mm

18 11 mm 29.5 mm 15.4 mm mm

19 11 mm mm 7.6 mm mm

20 11.1 mm 1.5 mm mm mm

21 mm 10.1 mm mm mm

22 mm 10 mm mm mm

23 mm 1.3 mm mm mm

24 mm 1.5 mm mm mm

25 mm 1,3 mm mm mm

26 mm 59 mm mm mm

27 88.8 mm 3 mm mm mm

28 mm mm mm mm

29 58.3 mm mm mm mm

30 mm 26 mm mm mm

31 mm mm mm mm

Page 97: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Lampiran XII

Perhitungan kekuatan penyangga Kayu

1. Tinggi parabolik (sebagai tinggi beban)

𝑕 =𝑙

𝑓

𝑓 =𝜎𝑐

100

𝑓 =38,877

100= 0,388

𝑕 =2,26 𝑚

0,388= 5,824 𝑚

2. Tekanan pada penyangga

𝜎𝑡 = 𝛾𝑕

= 2,824 𝑡/𝑚³ 𝑥 5,824 𝑚

𝜎𝑡 = 16,446 𝑡/𝑚²

3. Beban total yang dihasilkan oleh kubah parabolik

a. Jika jarak penyangga (a) adalah (0,85 m) maka beban yang dihasilkan kubah

parabolik adalah:

𝑝𝑡 =4

3𝐿.𝑕.𝑎. 𝛾

𝑝𝑡 =4

3𝑥 2,26 𝑚 𝑥 5,824 𝑚 𝑥 0,85 𝑚 𝑥 2,824 𝑡/𝑚³

𝑝𝑡 = 42,126 𝑡𝑜𝑛

b. Jika jarak penyangga (a) adalah (1,2 m) maka beban yang dihasilkan kubah

parabolik adalah:

𝑝𝑡 =4

3𝑥 2,26 𝑚 𝑥 5,824 𝑚 𝑥 1,2 𝑚 𝑥 2,3 𝑡/𝑚³

Page 98: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

𝑝𝑡 = 59,472 𝑡𝑜𝑛

c. Jika jarak penyangga (a) adalah (1,1 m) maka beban yang dihasilkan kubah

parabolik adalah:

𝑝𝑡 =4

3𝑥 2,26 𝑚 𝑥 5,824 𝑚 𝑥 1,1 𝑚 𝑥 2,3 𝑡/𝑚³

𝑝𝑡 = 54,516 𝑡𝑜𝑛

d. Jika jarak penyangga (a) adalah (1,25 m) maka beban yang dihasilkan kubah

parabolik adalah:

𝑝𝑡 =4

3𝑥 2,26 𝑚 𝑥 5,824 𝑚 𝑥 1,25 𝑚 𝑥 2,3 𝑡/𝑚³

𝑝𝑡 = 61,950 𝑡𝑜𝑛

e. Jika jarak penyangga (a) adalah (1,15 m) maka beban yang dihasilkan kubah

parabolik adalah:

𝑝𝑡 =4

3𝑥 2,26 𝑚 𝑥 5,824 𝑚 𝑥 1,15 𝑚 𝑥 2,3 𝑡/𝑚³

𝑝𝑡 = 56,994 𝑡𝑜𝑛

f. Jika jarak penyangga (a) adalah (1,23 m) maka beban yang dihasilkan kubah

parabolik adalah:

𝑝𝑡 =4

3𝑥 2,26 𝑚 𝑥 5,824 𝑚 𝑥 1,23 𝑚 𝑥 2,3 𝑡/𝑚³

𝑝𝑡 = 60,959 𝑡𝑜𝑛

g. Jika jarak penyangga (a) adalah (1,03 m) maka beban yang dihasilkan kubah

parabolik adalah:

𝑝𝑡 =4

3𝑥 2,26 𝑚 𝑥 5,824 𝑚 𝑥 1,03 𝑚 𝑥 2,3 𝑡/𝑚³

𝑝𝑡 = 51,047 𝑡𝑜𝑛

Page 99: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

h. Jika jarak penyangga (a) adalah (1,3 m) maka beban yang dihasilkan kubah

parabolik adalah:

𝑝𝑡 =4

3𝑥 2,26 𝑚 𝑥 5,824 𝑚 𝑥 1,3 𝑚 𝑥 2,3 𝑡/𝑚³

𝑝𝑡 = 64,428 𝑡𝑜𝑛

i. Jika jarak penyangga (a) adalah (1,08 m) maka beban yang dihasilkan kubah

parabolik adalah:

𝑝𝑡 =4

3𝑥 2,26 𝑚 𝑥 5,824 𝑚 𝑥 1,08 𝑚 𝑥 2,3 𝑡/𝑚³

𝑝𝑡 = 53,525 𝑡𝑜𝑛

j. Jika jarak penyangga (a) adalah (1,18 m) maka beban yang dihasilkan kubah

parabolik adalah:

𝑝𝑡 =4

3𝑥 2,26 𝑚 𝑥 5,824 𝑚 𝑥 1,18 𝑚 𝑥 2,3 𝑡/𝑚³

𝑝𝑡 = 58,481 𝑡𝑜𝑛

4. Beban persatuan panjang

a. Jika jarak (a) adalah 0,85 m maka beban persatuan panjang (qt) adalah:

𝑞𝑡 = 𝜎𝑡.𝑎

𝑞𝑡 = 13,395 𝑡/𝑚2𝑥 0,85 𝑚

𝑞𝑡 = 11,385 𝑡/𝑚

b. Jika jarak (a) adalah 1,2 m maka beban persatuan panjang (qt) adalah:

𝑞𝑡 = 13,395 𝑡/𝑚2𝑥 1,2 𝑚

𝑞𝑡 = 16,074 𝑡/𝑚

c. Jika jarak (a) adalah 1,1 m maka beban persatuan panjang (qt) adalah:

𝑞𝑡 = 13,395 𝑡/𝑚2𝑥 1,1 𝑚

Page 100: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

𝑞𝑡 = 14,734 𝑡/𝑚

d. Jika jarak (a) adalah 1,25 m maka beban persatuan panjang (qt) adalah:

𝑞𝑡 = 13,395 𝑡/𝑚2𝑥 1,25 𝑚

𝑞𝑡 = 16,743 𝑡/𝑚

e. Jika jarak (a) adalah 1,15 m maka beban persatuan panjang (qt) adalah:

𝑞𝑡 = 13,395 𝑡/𝑚2𝑥 1,15 𝑚

𝑞𝑡 = 15,404 𝑡/𝑚

f. Jika jarak (a) adalah 1,23 m maka beban persatuan panjang (qt) adalah:

𝑞𝑡 = 13,395 𝑡/𝑚2𝑥 1,23 𝑚

𝑞𝑡 = 16,475 𝑡/𝑚

g. Jika jarak (a) adalah 1,03 m maka beban persatuan panjang (qt) adalah:

𝑞𝑡 = 13,395 𝑡/𝑚2𝑥 1,03 𝑚

𝑞𝑡 = 13,796 𝑡/𝑚

h. Jika jarak (a) adalah 1,3 m maka beban persatuan panjang (qt) adalah:

𝑞𝑡 = 13,395 𝑡/𝑚2𝑥 1,3 𝑚

𝑞𝑡 = 17,413 𝑡/𝑚

i. Jika jarak (a) adalah 1,08 maka beban persatuan panjang (qt) adalah:

𝑞𝑡 = 13,395 𝑡/𝑚2𝑥 1,08 𝑚

𝑞𝑡 = 14,466 𝑡/𝑚

j. Jika jarak (a) adalah 1,18 m maka beban persatuan panjang (qt) adalah:

𝑞𝑡 = 13,395 𝑡/𝑚2𝑥 1,18 𝑚

𝑞𝑡 = 15,806 𝑡/𝑚

Page 101: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

5. Beban maksimal yang diijinkan pada penyangga

𝑃𝑚𝑎𝑥 = 𝜎𝑠𝑓.𝐹

= 7250 𝑡/𝑚2𝑥 3𝑥10−3 𝑚²

𝑃𝑚𝑎𝑥 = 21,75 𝑡𝑜𝑛

Keterangan:

h = tinggi parabolik sebagai tinggi beban, (m)

𝐿 = panjang cap (m)

𝑓 = koefisien kekerasan Protodyakonov

𝜎𝑐 = kuat tekan uniaksial (kg/cm²)

𝛾 = bobot isi (t/m³)

𝜎𝑡 = tekanan pada penyangga. (ton/m²)

𝑞𝑡 = beban persatuan panjang (ton/m)

𝑎 = jarak penyangga

𝑝𝑡 = beban total yang dihasilkan oleh kubah parabolik

Page 102: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Lampiran XIII

Perhitungan Faktor Keamanan (Safety Factor)

Faktor Keamanan (Safety Factor)

𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑎𝑚𝑎𝑛𝑎𝑛 (𝑠𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟)₌𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑧𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎

a. Jika diketahui beban maksimal yang diijinkan pada penyangga adalah 21,75

ton, jarak antar penyangga 0,85 m dan total beban di atas penyangga adalah

42,126 ton maka Faktor Keamanan dapat diketahui melalui:

𝐹𝐾 = 21,75 𝑡𝑜𝑛/42,126 𝑡𝑜𝑛

𝐹𝐾 = 0,516

𝐹𝐾 < 1

b. Jika beban maksimal yang diijinkan pada penyangga adalah 21,75 ton, jarak

antar penyangga 1,2 m dan total beban di atas penyangga adalah 59,472 ton

maka Faktor Keamanan dapat diketahui melalui:

𝐹𝐾 = 21,75 𝑡𝑜𝑛/59,472 𝑡𝑜𝑛

𝐹𝐾 = 0,365

𝐹𝐾 < 1

c. Jika beban maksimal yang diijinkan pada penyangga adalah 21,75 ton, jarak

antar penyangga 1,1 m dan total beban di atas penyangga adalah 54,516 ton

maka Faktor Keamanan dapat diketahui melalui:

𝐹𝐾 = 21,75 𝑡𝑜𝑛/54,516 𝑡𝑜𝑛

𝐹𝐾 = 0,398

𝐹𝐾 < 1

Page 103: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

d. Jika beban maksimal yang diijinkan pada penyangga adalah 21,75 ton, jarak

antar penyangga 1,25 m dan total beban di atas penyangga adalah 61,950 ton

maka Faktor Keamanan dapat diketahui melalui:

𝐹𝐾 = 21,75 𝑡𝑜𝑛/61,950 𝑡𝑜𝑛

𝐹𝐾 = 0,351

𝐹𝐾 < 1

e. Jika beban maksimal yang diijinkan pada penyangga adalah 21,75 ton, jarak

antar penyangga 1,15 m dan total beban di atas penyangga adalah 56,994 ton

maka Faktor Keamanan dapat diketahui melalui:

𝐹𝐾 = 21,75 𝑡𝑜𝑛/56,994 𝑡𝑜𝑛

𝐹𝐾 = 0,381

𝐹𝐾 < 1

f. Jika beban maksimal yang diijinkan pada penyangga adalah 21,75 ton, jarak

antar penyangga 1,23 m dan total beban di atas penyangga adalah 60,959 ton

maka Faktor Keamanan dapat diketahui melalui:

𝐹𝐾 = 21,75 𝑡𝑜𝑛/60,959 𝑡𝑜𝑛

𝐹𝐾 = 0,356

𝐹𝐾 < 1

g. Jika beban maksimal yang diijinkan pada penyangga adalah 21,75 ton, jarak

antar penyangga 1,03 m dan total beban di atas penyangga adalah 51,047 ton

maka Faktor Keamanan dapat diketahui melalui:

𝐹𝐾 = 21,75 𝑡𝑜𝑛/51,047 𝑡𝑜𝑛

𝐹𝐾 = 0,426

Page 104: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

𝐹𝐾 < 1

h. Jika beban maksimal yang diijinkan pada penyangga adalah 21,75 ton, jarak

antar penyangga 1,3 m dan total beban di atas penyangga adalah 64,428 ton

maka Faktor Keamanan dapat diketahui melalui:

𝐹𝐾 = 21,75 𝑡𝑜𝑛/64,428 𝑡𝑜𝑛

𝐹𝐾 = 0,337

𝐹𝐾 < 1

i. Jika beban maksimal yang diijinkan pada penyangga adalah 21,75 ton, jarak

antar penyangga 1,08 m dan total beban di atas penyangga adalah 53,525 ton

maka Faktor Keamanan dapat diketahui melalui:

𝐹𝐾 = 21,75 𝑡𝑜𝑛/53,525 𝑡𝑜𝑛

𝐹𝐾 = 0,406

𝐹𝐾 < 1

j. Jika beban maksimal yang diijinkan pada penyangga adalah 21,75 ton, jarak

antar penyangga 1,18 m dan total beban di atas penyangga adalah 58,481 ton

maka Faktor Keamanan dapat diketahui melalui:

𝐹𝐾 = 21,75 𝑡𝑜𝑛/58,481 𝑡𝑜𝑛

𝐹𝐾 = 0,371

𝐹𝐾 < 1

𝐹𝐾 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 0,390

𝐹𝐾 < 1 = penyangga tidak aman.

Page 105: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

Lampiran XIV

Sketsa Lubang C1G PT. NAL

Page 106: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …
Page 107: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

LEMBARAN KONSULTASI

Nama : Evi Taria

NPM : 1310024427033

Program Studi : Teknik Pertambangan

JudulProposal : Kajian Teknis Sistem Penyangga Kayu pada Lubang

Bukaan Tambang Batubara Bawah Tanah PT. Nusa Alam

Lestari (NAL) Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto,

Provinsi Sumatera Barat.

No Tanggal Saran/Perbaikan Paraf

1. 4/4/2017 Latar belakang masalah dilengkapi, sesuai

dengan identifikasi masalah.

Sempurnakan batasan masalah, rumusan

dan tujuan penelitian terkait dalam

permasalahanyang akan diteliti.

Cara mengutip sumber dan kajian pustaka

yang mendukung.

Sempurnakan kerangka konseptual dan

diagram alir penelitian.

Lengkapi jadwal penelitian.

Lengkapi data-data pendukung yang

terkait dengan permasalahan.

Penelitian yang relefan (4 buku+10 jurnal).

2. 18/4/2017 Komentari jurnal yang relevan, bagaimana

hubungannya dengan permasalahan yang

akan diteliti masukan pada Bab II, Sub

penelitian relevan.

Jurnal sumbernya dimasukan dalam daftar

pustaka.

3. 12/5/2017 Sempurnakan sesuai catatan.

Lanjutkan bimbingan dengan pembimbing

II.

Page 108: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

4. 3/11/2017 Cek lagi hasil analisa data, hasil

perhitungan dan satuan.

Legalitas hasil pengujian labor.

Sempurnakan kesimpulan dan saran.

5. 9/11/2017 Cek hasil analisa data secara keseluruhan,

satuan, konversi satuan.

Lampirkan foto dokumentasi pengujian

labor.

Tambahkan jurnal.

Lanjutkan bimbingan dengan pembimbing

II.

6. 14/11/2017 Secara keseluruhan sudah OK untuk

seminar hasil.

Siapkan bahan presentasi.

7. 14/12/2017 Untuk perhitungan pada pengolahan data

sebaiknya dibuat dilampiran dan dibuatkan

tabel untuk rekapitulasinya

Perbaiki variabel penelitian

Abstrak diperbaiaki

Perbaiki teknik pengolahan data dan

teknik pengumpulan data

8. 15/12/2017 Perbaiki variabel penelitian

Pada analisis faktor yang mempengaruhi

sistem penyanggaan disesuaikan

Acc untuk dijilid

Pembimbing I

(Dr. Murad MS.MT)

)

Page 109: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

LEMBARAN KONSULTASI

Nama : Evi Taria

NPM : 1310024427033

Program Studi : Teknik Pertambangan

JudulProposal : Kajian Teknis Sistem Penyangga Kayu pada Lubang

Bukaan Tambang Batubara Bawah Tanah PT. Nusa Alam

Lestari (NAL) Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto,

Provinsi Sumatera Barat.

No Tanggal Saran/Perbaikan Paraf

1. 19/5/2017 Latar belakang diperbaiki.

Rumusan masalah, tujuan penelitian,

kerangka konseptual.

Referensi untuk daftar pustaka (jurnal

sistem penyangga).

Schedule (OK).

2. 22/5/2017 Kerangka konseptual.

Jurnal (aca).

Acc untuk seminar proposal.

3. 11/11/2017 Cek jurnal yang berhubungan dengan

penelitian.

Tambahkan saran fokus keamanannya.

Acc untuk seminar hasil.

4. 11/12/2017 Acc untuk dijilid

Pembimbing II

(Ali Sutan Nasution, ST. MM)

)

Page 110: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Evi Taria

NPM : 1310024427033

Program Studi : Teknik Pertambangan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul:

“Kajian Teknis Sistem Penyangga Kayu Pada Lubang C1G Tambang

Batubara Bawah Tanah PT. Nusa Alam Lestari (NAL) Desa Salak,

Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat”

Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari

Skripsi orang lain. Apabila kemudian dari pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan

gelar kesarjanaanya).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Padang, Desember 2017

Pembuat Pernyataan,

Evi Taria

NPM :1310024427033

Page 111: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG …

BIODATA WISUDAWATI

No. Urut : 14

Nama : Evi Taria

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Sei Merah/ 31 Januari 1996

NPM : 1310024427033

Program Studi : Teknik Pertambangan

Tanggal Lulus : 04 Desember 2017

IPK : 3,61

Predikat Lulus : Sangat Memuaskan

Judul Skripsi :

Kajian Teknis Sistem Penyangga

Kayu Pada Lubang C1G Tambang

Batubara Bawah Tanah PT. Nusa

Alam Lestari (NAL) Desa Salak,

Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto,

Provinsi Sumatera Barat.

Dosen Pembimbing : 1. Dr. Murad, MS, MT

2. Ali Sutan Nasution, ST. MM

Asal SMA : SMK N 4 SAROLANGUN

Nama Ortu : Fahmi

Alamat/ Tlp / Hp :

Desa Sei Merah Kecamatan Pelawan

Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi/

081363677081

Email : [email protected]