sedia payung sebelum perang paham radikalisme …iklan), ahmadi kelik, zaki abdullah rifai, ari...

1
Pemimpin Umum: Taufik Rohman. Pemimpin Redaksi/ Penanggung Jawab Berita: Budi Sudiarto. Redaktur Pelaksana: M. Hilman Fikri. Sekretaris Redaksi: Nurul Raudhoh, Koordinator Liputan: A. Marjuki. Redaksi Serang: Rahmat Kurniawan, M. Tohir, M. Harir Baldan, M Satibi, Ismatullah, Darjat Nuryadin, Tanjung, Jermainne Tirtadewa. Redaksi Cilegon: Wisnu A. Mahendra, Ainul Gillang, Uri Masyhuri. Pandeglang: Muhaemin, Yanadi. Lebak: Hudaya, Purnama. Fotografer: Doni Kurniawan. Pracetak: Rochman Solihin (Koordinator), Bayu Bagja, Arif Purnama, Arif Husniadi. Pemasaran/Sirkulasi : Muhdori, Deby Arya (Adm), Mulyono, Basori, Dedi. Iklan: Nurdin Said (Manajer), Danang Sugiarto (Asisten Manajer), Fitri Aristianti (Adm), Lesmono Hadi Prakoso (Layout Iklan), Ahmadi Kelik, Zaki Abdullah Rifai, Ari Prasetyo. Keuangan: Yahya Hauna (Manajer), Ridwan. Informasi/ Teknisi: Syamsul Hadi. Alamat Redaksi dan Tata Usaha: Komp. Rukan Cilegon Business Square Blok A No. 18 Jl. Raya PCI (Pondok Cilegon Indah) Cilegon- Banten. Telp. Redaksi/ Pemasaran/Iklan: 0254-378169, Faks.: 0254-378179. Biro Jakarta: Irfan Dadi, Ahmad Baskuri, Aisyah, Komplek Widuri A-3, Jl. Palmerah Barat No.353 Kebayoran Lama, Jakarta 12250 Telp. 021-5333321, 5330976, Faks. 021-5322629. Rekening PT Wahana Semesta Cilegon Raya : Bank BJB Serang-Banten No. Rek.: 000.6012.809.001, Bank BTN Serang No. Rek.: 00171-01-30-000026-2 Penerbit : PT. Wahana Semesta Cilegon Raya Anggota SPS No. 414/2006/10/A/2007 Pendiri : H Mahtum Mastoem (Alm) Direktur : Taufik Rohman Tarif Iklan : Iklan Display: Black & White (BW) Rp. 34.000,-/mm kolom (mmk), Full Colour (FC) Rp. 51.000,-/ mmk. Halaman Utama: BW Rp. 67.500,-/mmk, FC Rp. 100.000,-/mmk. Advertorial: BW Rp. 22.000,-/ mmk, FC Rp. 44.000,-/mmk. Sosial: BW Rp. 16.000,-/ mmk, FC Rp. 31.000,-/mmk. Iklan Baris: Rp. 30.000,-/ baris (min. 3 baris maks. 10 baris) E-Mail: [email protected] Website: www. bantenraya.com Facebook Page: BAntenRAYA. com Twitter: banten raya @barayapost Percetakan : PT. Wahana Semesta Java Intermedia, Gedung Graha Pena Radar Banten Jl. Kol Tb Suwandi (Lingkar Selatan) Lontar Baru, Kota Serang, Telepon : 0254 214771, Fax : 0254 201340 (isi di luar tanggung jawab percetakan). TAJUK Sedia Payung sebelum Perang PENURUNAN harga pertamax oleh Per tamina di awal 2020 memang seperti angin segar bagi masyarakat. Namun, itu tidak berarti bahwa harga bahan bakar minyak (BBM) bakal turun terus. Apalagi, premium, jenis bensin yang men jadi ”nyawa” bagi banyak rakyat Indonesia. Penyebabnya, bayang-bayang kenaikan harga BBM justru menguat. Faktornya me- mang eksternal. Meningginya tensi di Timur Tengah pasca pembunuhan orang nomor dua Iran di Baghdad, Iraq, yang dibalas dengan serangan roket Iran ke pangkalan militer AS bisa berdampak banyak. Selain meningkatkan harga minyak men- tah (yang kini merangkak menjadi USD 60–70 perbarel), krisis itu bisa menghambat pasokan minyak dunia. Sekadar diketahui, Iran menguasai Selat Hormuz yang men- jadi jalur 70 persen distribusi minyak. Jika Iran menutup selat itu, tentu saja pasokan minyak dunia terganggu. Lalu, apa dam- paknya bagi Indonesia? Ya jelas sangat be- sar. Indonesia kini adalah negara net im- porter minyak yang tiap hari mengimpor 900 ribu barel BBM. Jika pasokan tergang- gu, tentu saja terjadi kelangkaan BBM. Si- tuasi yang kita semua tahu akan sangat memukul kehidupan kita sehari-hari. Belum lagi, kelangkaan akan membuat harga BBM meroket. Harga yang sudah tinggi akibat kenaikan bisa berlipat-lipat lagi karena kelangkaan. Padahal, harga BBM merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga tingkat inflasi. Karena itu, pemerin- tahan Jokowi harus benar-benar mencer- mati perkembangan di Timur Tengah seraya menyiapkan langkahlangkah antisipatif terhadap berkurangnya pasokan dan ke- naikan harga minyak. Untuk jangka pendek, mungkin bisa men- stok dan menghemat BBM yang ada. Tapi, yang terpenting untuk jangka panjang ada- lah kemerdekaan soal energi. Riset soal listrik, juga diversifikasi ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan dan tersedia banyak di Indonesia, harus segera dilakukan. Sejauh ini, road map untuk diversifikasi energi di Indonesia belum jelas. Niat untuk mengubah ke listrik sudah ada, tapi belum jelas benar ren cananya seperti apa. Mendo- rong pabrikan beralih ke mobil listrik, tapi nyaris belum ada satu pun infrastruktur pendukung yang telah dibangun untuk itu. Sudah waktunya kita mempunyai alterna- tif energi. Dengan begitu, ketika ada konflik di luar negeri, tidak terlalu berimbas ke Indonesia. (*) Koran Pilihan Warga Banten B ANTE N R AYA Kisah Sukses AYA disambut pemiliknya: sepasang su- ami istri beru- mur awal 30- an. Bagaima- na pasangan semuda itu menguasai seluk-beluk beng- kel dan jual beli ban? Me- reka berani memasang tarif lebih murah dari pesaingnya yang lebih besar, membuat tokonya ramai. Tak perlu lama bagi saya untuk menge- tahui rahasianya. Tak jauh dari toko ban itu, ada toko lain dengan nama yang sama. Toko itu milik orang tua si istri. Rahasia sukses membuka bengkel dan toko ban adalah… punya keluarga yang terjun di bidang yang sama! Apakah saya sedang ber- canda? Tidak. Ingin jadi po- litikus sukses hingga men- jadi ketua DPR? Akan lebih mudah jika ibumu Mega- wati dan kakekmu Soekarno. Punya ambisi jadi wali kota Solo? Lebih mudah jika ay- ahmu Joko Widodo. Ingin jadi anak band dan pintar main musik? Jalanmu jauh lebih mudah jika ay- ahmu Ahmad Dhani dan ibumu Maia Estianty. Raha- sianya di sini: Dari bayi, kamu sudah melihat gitar, piano, drum. Dari kecil, telingamu terbiasa mendengarkan mu- sik, bermain ke studio, dan melihat konser. Lantas, bagaimana cara orang kebanyakan tanpa la- tar belakang lingkungan dan keluarga macam begitu me- raih sukses di bidang itu? Sialnya, buku-buku yang saya baca, saya menyukai kesus- astraan, umumnya tak menga- jarkan saya kesuksesan. Saya baru saja membaca cerpen Alexander Pushkin, The Queen of Spades. Itu bercerita tentang anak muda yang berharap memperoleh rahasia kesuksesan di meja judi. Satu sosok hantu pe- rempuan memberinya raha- sia itu. Sukses? Boro-boro. Hantu itu rupanya merupa- kan gambaran ketamakannya belaka, yang justru sukses mengirimkannya ke rumah sakit jiwa. Ingat juga Lapar karya Knut Hamsun. Itu kisah seorang pemuda yang berambisi men- jadi penulis hebat. Cocok. Saya juga ingin jadi penulis. Alih-alih memperoleh kema- syhuran, si tokoh malah men- ghadapi susahnya jadi penu- lis. Penuh derita dan perut keroncongan. ”Lebih baik jadi kelasi kapal saja.” Begitu kira-kira pesannya. Kadang saya mengintip la- tar belakang penulis untuk mencari tahu kenapa me- reka sukses. Lihat Mary Shel- ley, penulis Frankenstein. Ternyata dia datang dari keluarga intelektual, bahkan sejak kecil diajari ayahnya berbagai bahasa asing agar bisa membaca banyak buku. Apakah itu seperti pepatah buah jatuh tak jauh dari po- honnya? Tak persis seperti itu. Jika sejak kecil sudah membaca buku dalam ber- bagai bahasa, peluang men- jadi intelektual memang lebih besar; sebagaimana jika se- jak kecil hidup di lingkungan garong, peluang jadi peram- pok juga besar. Sekali lagi, jadi bagaimana jika keluargamu tak punya tradisi intelektual, tapi peng- in jadi penulis dan pemikir? Bagaimana jika di keluar- gamu tak ada gitar atau piano, tapi pengin jadi anak band? Saya rasa, di titik inilah ber- bagai kisah sukses masuk dan bagaimana orang-orang me- nyukainya. Ia memberi ha- rapan. Sebab, tanpa harapan, apalah artinya hidup? Barack Obama, anak separo kulit hitam, bukan keluarga Ken- nedy atau Bush, toh bisa jadi presiden Amerika. Masalahnya, kebanyakan kisah sukses, di novel maupun di film, di televisi maupun di obrolan warung kopi, terus mengglorifikasi pencapaian individu semacam itu. Sema- cam kisah tentang perjuangan hidup, keteguhan hati, dan keyakinan pasti memba- wamu ke keberhasilan. Ngomong-ngomong soal semangat untuk terus berju- ang, saya malah teringat Le- laki Tua dan Laut karya Ernest Hemingway. Sudah berhari- hari dia tak berhasil menang- kap ikan, tapi dia tetap mel- aut. Tetap berjuang dan yakin bisa menangkap ikan. Apakah dengan modal perjuangan dan keyakinan dia berhasil? Ya, dia berhasil menangkap seekor marlin besar. Tapi, marlinnya habis dirampok ikan-ikan hiu. Tanpa harus dikatakan di novel itu, saya bisa membayangkan, me- nangkap ikan jauh lebih mu- dah jika kamu punya kapal besar dengan belasan kru terlatih. Sejujurnya, saya lebih senang membicarakan kisah sukses yang jauh lebih nyata: untuk sukses membuka bengkel dan toko ban, memang lebih mu- dah jika punya orang tua dalam bisnis itu. Tak perlu sungkan untuk mengatakan bahwa seseorang berhasil menjadi CEO start-up ya ka- rena keluarganya juga me- miliki perusahaan besar. Itu menjadi penting justru untuk menyadarkan kita bah- wa selain urusan kerja keras, motivasi, keteguhan pribadi, ada hal yang jauh lebih pen- ting: akses. Untuk jadi anak band, kamu harus punya ak- ses terhadap alat dan penge- tahuan musik, juga melihat dan mendengar musik. Un- tuk jadi pengusaha, kamu harus akrab dan memiliki akses terhadap jejaring bisnis. Dan, yang menyediakan akses itu tak selalu harus orang tua. Di sinilah negara dan ma- syarakat seharusnya hadir. Jadi penulis? Tak perlu punya orang tua yang juga penulis. Cukup punya akses terhadap bacaan bermutu dan tradisi berpikir yang bebas, sehat, dan terbuka di masyarakat. (*) Penulis adalah novelis S OLEH: EKA KURNIAWAN SEKALI waktu saya ingin mengganti ban mobil yang sudah pecah-pecah. Saya mencari toko ban di sekitar rumah dan menemukannya. Tokonya komplet dengan peralatan bengkel yang canggih. 2 SENIN, 13 Januari 2020 GAGASAN BANTEN RAYA AHAM radi- kalisme yang berkembang di Indonesia saat ini sudah merusak tata- nan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Agama dalam fenomena radikalisme ini menjadi sebuah ajaran atau paham yang dianggap mem- berikan kontribusi terbesar terhadap maraknya feno- mena radikalisme di Indo- nesia. Sejatinya agama dija- dikan sebagai “way of life” yang sangat damai tentunya akan menyelamatkan um- matnya untuk bertindak ra- dikal dan destruktif. Adakah sesuatu yang salah dengan agama? Ataukah pemahaman pemeluknya yang kemun- gkinan besar salah dalam memahami agama tersebut. Jawabannya adalah terdapat pemahaman yang salah oleh ummatnya dalam beragama. Perilaku radikal pada da- sarnya tidak saja dipengaruhi oleh pemahaman yang sem- pit dalam beragama, melai- nkan ada faktor – faktor lain- nya yang memicu perilaku radikal tersebut. Dalam be- berapa referensi serta bebe- rapa fakta yang terjadi terda- pat sedikit perbedaan pema- haman tentang radikalisme di Indonesia dengan di luar negri. Pada dasarnya radika- lisme adalah gerakan yang menentang atau secara ek- strim menolak suatu gagasan atau ideologi. Kondisi ini tidak saja pertentangan antar ideologi, melainkan juga pertentangan terhadap ide- ologi yang dipraktekkan oleh penguasa. Contoh kasus di luar negri adalah di negara Perancis yang memiliki par- lemen kanan dan kiri. Partai yang duduk di parlemen ka- nan berisikan orang-orang militer, tuan tanah, bangsawan dan lain-lain. Sedangkan di parlemen kiri berikan orang- orang petani, buruh. Atau bisa disebut parlemen pro- letar bagian kiri dan borjuis di bagian kanan. Radika- lisme di negara Perancis dulunya muncul sebagai upaya untuk menentang par- tai dibagian kanan, karena orang-orang yang ada di ba- gian kanan memiliki perbe- daan ideologi dengan orang- orang di partai bagian kiri. Fenomena perilaku radikal yang terjadi di Indonesia memiliki ciri yang khas yang membedakan dengan pema- haman konsep radikalisme yang berlaku di negara lain. Salah satu contoh kasus di Indonesia diambil dari dae- rah Pandeglang Banten kamis, 10 September 2019 kemarin. Penusukan terhadap Wi- ranto terjadi setelah ia meng- hadiri acara di sebuah univer- sitas baru di Pandeglang, Banten. Pelaku yang menusuk Wiranto berinisial FA dan SA. Pelaku yang menusuk wi- ranto ini diduga terpapar ISIS dan mamiliki rasa fanatisme terhadap ideologi khususnya pemahaman yang sempit terhadap agama. Fenomena radikalisme di Indonesia me- miliki fanatisme terhadap agama yang dianggap seba- gai the way of life yang kedu- dukannya lebih tinggi dari pancasila dalam bernegara, sehingga ada sekelompok anggota masyarakat tidak mengakui pancasila sebagai ideologi dalam bernegara. Sebenarnya, arti radika- lisme sendiri menentang ideologi dan memiliki sikap yang sangat ekstrim terhadap suatu pemahaman, khusus- nya agama. Di Indonesia sendiri, radikalisme sebenar- nya lebih banyak dipicu oleh pemahaman yang sempit tentang agama. Mengapa demikian? Paham radika- lisme agama di Indonesia sebenarnya sudah mulai nampak sebelum negara In- donesia terbentuk. Kebijakan politik etis Kolonial Belanda terhadap masyarakat Hindia Belanda (Nusantara) mem- beri kesempatan pada haji- haji pribumi untuk melaku- kan ibadah haji ke Makkah. Dengan intensitas yang awal- nya minim, kemudian men- dekati awal abad 20 menjadi semakin bertambah, banyak orang Nusantara yang juga belajar agama di Makkah. Pada saat itu kondisi politik di Arab juga sedang menga- lami pergolakan, yakni ba- nyak munculnya gerakan pembaharuan Islam yang ditokohi oleh Al Afghani, Rasyid Rida, dan Muhammad Abduh. Gerakan ini mengang- kat kembali ide pemurnian Islam atau puritanisme yang secara arti berdekatan dengan radikalisme Islam namun konteksnya adalah untuk melawan penjajahan (Eropa) masa itu. Hasil dari pendidi- kan orang Nusantara tadi melahirkan tokoh seperti Ahmad Dahlan (Muhama- diyah), Hamka, Tahir Tama- luddin, Surkati (Persis) dan beberapa tokoh lainya, yang kemudian menjadi tokoh pembaharu Islam (moder- nisme Islam) yang berbeda dengan Islam tradisional. Demikian juga konteks se- jarah muncul wacana radi- kalisme atau fundamenta- lisme Islam yang kemudian dicap teroris—selain dari runtuhnya Orde Baru jika di Indonesia— oleh Barat ada- lah pasca peristiwa dita- braknya WTC pada 11 Sep- tember 2001 oleh milisi Ta- liban. Peristiwa ini membe- rikan sebuah pukulan besar bagi Amerika, karena mene- waskan banyak warganya. Atas dasar ini, mereka men- cap Islam sebagai teroris. Pelabelan ini, bahkan tidak hanya ditujukan pada kaum fundamental Islam, tetapi semua umat Islam di dunia. Ketegangan ini juga menga- kibatkan wacana dunia in- ternasional tentang radika- lisme agama (Islam) dan terorisme menjadi perhatian utama di abad 21. Hubungan antara Amerika dengan fun- damentalis Taliban awalnya terjadi karena misi pengu- asaan minyak di Asia Tengah oleh Amerika. Meskipun akhirnya Taliban membelot dan malah menyerang WTC. Peristiwa ini dapat dilihat bahwa berkembangnya pa- ham radikal berkaitan erat juga dengan geopolitik-eko- nomi dunia. Sehingga tidak menutup kemungkinan juga dengan di Indonesia, bahwa gerakan radikalisme Islam juga memiliki keterkaitan yang sama dengan ekonomi- politik yang ada di Indonesia sendiri maupun di dunia. Radikalisme sebenarnya bukan hanya dari agama se- mata, melainkan ada faktor – faktor lain yang mempeng- aruhi. Di Indonesia sendiri faktor kemiskinan dan ke- senjangan sosial memicu radikalisme pemahaman SARA yang sempit juga me- nyebabkan radikalisme dis- kriminasi politik dan kebija- kan oleh pemerintah yang dianggap salah oleh masy- arakat juga memicu pemiki- ran radikal. Contoh kasus yang baru-baru ini adalah gerakan feminisme. Femi- nisme di Indonesia sebenar- nya sudah ada sejak zaman RA. Kartini karena pada saat itu wanita pada masanya dianggap tak berhak menda- patkan apa-apa. Dulu wa- nita pekerjaannya hanya di ranjang, sumur, dan dapur. RA Kartini sendiri harus keluar dari sekolah dan ber- diam di balik tembok rumah selama 4 tahun dalam masa pingitan. Sedangkan sau- dara laki-lakinya dapat terus melanjutkan sekolah. Akhir- nya Kartini menyalurkan gairah, energi, dan kekece- waannya lewat surat-surat yang ditulisnya. Gagasan- gagasan utama dalam tulisan- nya adalah meningkatkan pendidikan bagi kaum pe- rempuan, baik rakyat jelata maupun golongan atas. Kar- tini juga menolak poligami yang dianggap merendahkan derajat perempuan. Gerakan-gerakan radikalis- me yang ada di Indonesia sebenarnya berasal dari ok- num-oknum yang memang kurang memahami dalam beragama atau dalam me- mahami suatu ideologi. Ka- rena bisa jadi mereka menga- nut pemahaman yang di- bawa oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Gerakan-gerakan seperti ini sebenarnya dapat menimbul- kan perpecahan. Karena ter- lalu fanatisnya dan terlalu menentang terhadap suatu ideologi dan selalu mengang- gap bahwasannya hal yang memang dianut oleh diri sendiri itu paling benar, ke- mudian merendahkan dan tidak bisa menerima apa yang dianut oleh orang lain. (*) Penulis adalah mahasiswa Semester 1, Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Untirta P Fenomena radikalisme yang terjadi pada beberapa dekade pemerintahan di Indonesia merupakan fenomena yang sangat menakutkan, tidak saja bagi sekelompok agama tertentu saja melainkan juga bagi negara. Paham Radikalisme Merusak Tatanan Berbangsa OLEH : NISRINA NUR ARIFA

Upload: others

Post on 10-Jul-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sedia Payung sebelum Perang Paham Radikalisme …Iklan), Ahmadi Kelik, Zaki Abdullah Rifai, Ari Prasetyo. Keuangan: Yahya Hauna (Manajer), Ridwan. Informasi/ Teknisi: Syamsul Hadi

Pemimpin Umum: Taufik Rohman. Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab Berita: Budi Sudiarto. Redaktur Pelaksana: M. Hilman Fikri. Sekretaris Redaksi: Nurul Raudhoh, Koordinator Liputan: A. Marjuki. Redaksi Serang: Rahmat Kurniawan, M. Tohir, M. Harir Baldan, M Satibi, Ismatullah, Darjat Nuryadin, Tanjung, Jermainne Tirtadewa. Redaksi Cilegon: Wisnu A. Mahendra, Ainul Gillang, Uri Masyhuri. Pandeglang: Muhaemin, Yanadi. Lebak: Hudaya, Purnama. Fotografer: Doni Kurniawan. Pracetak: Rochman Solihin (Koordinator), Bayu Bagja, Arif Purnama, Arif Husniadi. Pemasaran/Sirkulasi : Muhdori, Deby Arya (Adm), Mulyono, Basori, Dedi. Iklan: Nurdin Said (Manajer), Danang Sugiarto (Asisten Manajer), Fitri Aristianti (Adm), Lesmono Hadi Prakoso (Layout Iklan), Ahmadi Kelik, Zaki Abdullah Rifai, Ari Prasetyo. Keuangan: Yahya Hauna (Manajer), Ridwan. Informasi/Teknisi: Syamsul Hadi.

Alamat Redaksi dan Tata Usaha: Komp. Rukan Cilegon Business Square Blok A No. 18 Jl. Raya PCI (Pondok Cilegon Indah) Cilegon- Banten. Telp. Redaksi/Pemasaran/Iklan: 0254-378169, Faks.: 0254-378179. Biro Jakarta: Irfan Dadi, Ahmad Baskuri, Aisyah, Komplek Widuri A-3, Jl. Palmerah Barat No.353 Kebayoran Lama, Jakarta 12250 Telp. 021-5333321, 5330976, Faks. 021-5322629.

Rekening PT Wahana Semesta Cilegon Raya : Bank BJB Serang-Banten No. Rek.:

000.6012.809.001, Bank BTN Serang No. Rek.: 00171-01-30-000026-2

Penerbit : PT. Wahana Semesta Cilegon RayaAnggota SPS No. 414/2006/10/A/2007

Pendiri : H Mahtum Mastoem (Alm)Direktur : Taufik Rohman

Tarif Iklan : Iklan Display: Black & White (BW) Rp. 34.000,-/mm kolom (mmk), Full Colour (FC) Rp. 51.000,-/mmk. Halaman Utama: BW Rp. 67.500,-/mmk, FC Rp. 100.000,-/mmk. Advertorial: BW Rp. 22.000,-/mmk, FC Rp. 44.000,-/mmk. Sosial: BW Rp. 16.000,-/mmk, FC Rp. 31.000,-/mmk. Iklan Baris: Rp. 30.000,-/baris (min. 3 baris maks. 10 baris)

E-Mail: [email protected] Website: www.bantenraya.com Facebook Page: BAntenRAYA.

com Twitter: banten raya @barayapost Percetakan : PT. Wahana Semesta Java

Intermedia, Gedung Graha Pena Radar Banten Jl. Kol Tb Suwandi (Lingkar Selatan) Lontar Baru, Kota Serang, Telepon : 0254 214771, Fax : 0254 201340 (isi di luar tanggung jawab percetakan).

TAJUK

Sedia Payung sebelum Perang

PenuRunAn harga pertamax oleh Per tamina di awal 2020 memang seperti angin segar bagi masyarakat. Namun, itu tidak berarti bahwa harga bahan bakar minyak (BBM) bakal turun terus. Apalagi, premium, jenis bensin yang men jadi ”nyawa” bagi banyak rakyat Indonesia.

Penyebabnya, bayang-bayang kenaikan harga BBM justru menguat. Faktornya me-mang eksternal. Meningginya tensi di Timur Tengah pasca pembunuhan orang nomor dua Iran di Baghdad, Iraq, yang dibalas dengan serangan roket Iran ke pangkalan militer AS bisa berdampak banyak.

Selain meningkatkan harga minyak men-tah (yang kini merangkak menjadi USD 60–70 perbarel), krisis itu bisa menghambat pasokan minyak dunia. Sekadar diketahui, Iran menguasai Selat Hormuz yang men-jadi jalur 70 persen distribusi minyak. Jika Iran menutup selat itu, tentu saja pasokan minyak dunia terganggu. Lalu, apa dam-paknya bagi Indonesia? Ya jelas sangat be-sar. Indonesia kini adalah negara net im-porter minyak yang tiap hari mengimpor 900 ribu barel BBM. Jika pasokan tergang-gu, tentu saja terjadi kelangkaan BBM. Si-tuasi yang kita semua tahu akan sangat memukul kehidupan kita sehari-hari.

Belum lagi, kelangkaan akan membuat harga BBM meroket. Harga yang sudah tinggi akibat kenaikan bisa berlipat-lipat lagi karena kelangkaan. Padahal, harga BBM merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga tingkat inflasi. Karena itu, pemerin-tahan Jokowi harus benar-benar mencer-mati perkembangan di Timur Tengah seraya menyiapkan langkahlangkah antisipatif terhadap berkurangnya pasokan dan ke-naikan harga minyak.

Untuk jangka pendek, mungkin bisa men-stok dan menghemat BBM yang ada. Tapi, yang terpenting untuk jangka panjang ada-lah kemerdekaan soal energi. Riset soal listrik, juga diversifikasi ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan dan tersedia banyak di Indonesia, harus segera dilakukan.

Sejauh ini, road map untuk diversifikasi energi di Indonesia belum jelas. Niat untuk mengubah ke listrik sudah ada, tapi belum jelas benar ren cananya seperti apa. Mendo-rong pabrikan beralih ke mobil listrik, tapi nyaris belum ada satu pun infrastruktur pendukung yang telah dibangun untuk itu. Sudah waktunya kita mempunyai alterna-tif energi. Dengan begitu, ketika ada konflik di luar negeri, tidak terlalu berimbas ke Indonesia. (*)

Koran Pilihan Warga BantenBanten Raya

Kisah Sukses

AyA disambut pemilik nya: sepasang su-ami istri beru-mur awal 30-an. Bagaima-

na pasangan semuda itu menguasai seluk-beluk beng-kel dan jual beli ban? Me-reka berani memasang tarif lebih murah dari pesaingnya yang lebih besar, membuat tokonya ramai. Tak perlu lama bagi saya untuk menge-tahui rahasianya.

Tak jauh dari toko ban itu, ada toko lain dengan nama yang sama. Toko itu milik orang tua si istri. Rahasia sukses membuka bengkel dan toko ban adalah… punya keluarga yang terjun di bidang yang sama!

Apakah saya sedang ber-canda? Tidak. Ingin jadi po-litikus sukses hingga men-jadi ketua DPR? Akan lebih mudah jika ibumu Mega-wati dan kakekmu Soekarno. Punya ambisi jadi wali kota Solo? Lebih mudah jika ay-

ahmu Joko Widodo.Ingin jadi anak band dan

pintar main musik? Jalanmu jauh lebih mudah jika ay-ahmu Ahmad Dhani dan ibumu Maia Estianty. Raha-sianya di sini: Dari bayi, kamu sudah melihat gitar, piano, drum. Dari kecil, telingamu terbiasa mendengarkan mu-sik, bermain ke studio, dan melihat konser.

Lantas, bagaimana cara orang kebanyakan tanpa la-tar belakang lingkungan dan keluarga macam begitu me-raih sukses di bidang itu? Sialnya, buku-buku yang saya baca, saya menyukai kesus-astraan, umumnya tak menga-jarkan saya kesuksesan.

Saya baru saja membaca cerpen Alexander Pushkin, The Queen of Spades. Itu bercerita tentang anak muda yang berharap memperoleh rahasia kesuksesan di meja judi. Satu sosok hantu pe-rempuan memberinya raha-sia itu. Sukses? Boro-boro. Hantu itu rupanya merupa-

kan gambaran ketamakannya belaka, yang justru sukses mengirimkannya ke rumah sakit jiwa.

Ingat juga Lapar karya Knut Hamsun. Itu kisah seorang pemuda yang berambisi men-jadi penulis hebat. Cocok. Saya juga ingin jadi penulis. Alih-alih memperoleh kema-syhuran, si tokoh malah men-ghadapi susahnya jadi penu-lis. Penuh derita dan perut keroncongan. ”Lebih baik jadi kelasi kapal saja.” Begitu kira-kira pesannya.

Kadang saya mengintip la-tar belakang penulis untuk mencari tahu kenapa me-reka sukses. Lihat Mary Shel-ley, penulis Frankenstein. Ternyata dia datang dari keluarga intelektual, bahkan sejak kecil diajari ayahnya berbagai bahasa asing agar bisa membaca banyak buku.

Apakah itu seperti pepatah buah jatuh tak jauh dari po-honnya? Tak persis seperti itu. Jika sejak kecil sudah membaca buku dalam ber-bagai bahasa, peluang men-jadi intelektual memang lebih besar; sebagaimana jika se-jak kecil hidup di lingkungan garong, peluang jadi peram-pok juga besar.

Sekali lagi, jadi bagaimana jika keluargamu tak punya tradisi intelektual, tapi peng-in jadi penulis dan pemikir?

Bagaimana jika di keluar-gamu tak ada gitar atau piano, tapi pengin jadi anak band?

Saya rasa, di titik inilah ber-bagai kisah sukses masuk dan bagaimana orang-orang me-nyukainya. Ia memberi ha-rapan. Sebab, tanpa harapan, apalah artinya hidup? Barack Obama, anak separo kulit hitam, bukan keluarga Ken-nedy atau Bush, toh bisa jadi presiden Amerika.

Masalahnya, kebanyakan kisah sukses, di novel maupun di film, di televisi maupun di ob rolan warung kopi, terus me ngglorifikasi pencapaian in dividu semacam itu. Sema-cam kisah tentang perjuangan hidup, keteguhan hati, dan keyakinan pasti memba-wamu ke keberhasilan.

Ngomong-ngomong soal semangat untuk terus berju-ang, saya malah teringat Le-laki Tua dan Laut karya Ernest Hemingway. Sudah berhari-hari dia tak berhasil menang-kap ikan, tapi dia tetap mel-aut. Tetap berjuang dan yakin bisa menangkap ikan. Apakah dengan modal perjuangan dan keyakinan dia berhasil?

Ya, dia berhasil menangkap seekor marlin besar. Tapi, marlinnya habis dirampok ikan-ikan hiu. Tanpa harus dikatakan di novel itu, saya bisa membayangkan, me-

nangkap ikan jauh lebih mu-dah jika kamu punya kapal besar dengan belasan kru terlatih.

Sejujurnya, saya lebih senang membicarakan kisah sukses yang jauh lebih nyata: untuk sukses membuka bengkel dan toko ban, memang lebih mu-dah jika punya orang tua dalam bisnis itu. Tak perlu sungkan untuk mengatakan bahwa seseorang berhasil menjadi CEO start-up ya ka-rena keluarganya juga me-miliki perusahaan besar.

Itu menjadi penting justru untuk menyadarkan kita bah-wa selain urusan kerja keras, mo tivasi, keteguhan pribadi, ada hal yang jauh lebih pen-ting: akses. Untuk jadi anak band, kamu harus punya ak-ses terhadap alat dan penge-ta huan musik, juga melihat dan mendengar musik. Un-tuk jadi pengusaha, kamu ha rus akrab dan memiliki akses terhadap jejaring bisnis.

Dan, yang menyediakan ak ses itu tak selalu harus orang tua. Di sinilah negara dan ma-sya rakat seharusnya hadir. Jadi penulis? Tak perlu punya orang tua yang juga penulis. Cu kup punya akses terhadap ba caan bermutu dan tradisi ber pikir yang bebas, sehat, dan terbuka di masyarakat. (*)

Penulis adalah novelis

S

Oleh: eKA KURNIAWAN

SEKALI waktu saya ingin mengganti ban mobil yang sudah pecah-pecah. Saya

mencari toko ban di sekitar rumah dan menemukannya. Tokonya komplet dengan

peralatan bengkel yang canggih.

2 Senin, 13 Januari 2020GAGASAN Banten Raya

AHAM radi-kalisme yang berkembang di Indonesia saat ini sudah merusak tata-nan dalam

ke hi dupan berbangsa dan ber negara. Agama dalam fenomena radikalisme ini menjadi sebuah ajaran atau paham yang dianggap mem-berikan kontribusi terbesar terhadap maraknya feno-mena radikalisme di Indo-nesia. Sejatinya agama dija-dikan sebagai “way of life” yang sangat damai tentunya akan menyelamatkan um-matnya untuk bertindak ra-dikal dan destruktif. Adakah sesuatu yang salah dengan agama? Ataukah pemahaman pemeluknya yang kemun-gkinan besar salah dalam memahami agama tersebut. Jawabannya adalah terdapat pemahaman yang salah oleh ummatnya dalam beragama.

Perilaku radikal pada da-sarnya tidak saja dipengaruhi oleh pemahaman yang sem-pit dalam beragama, melai-nkan ada faktor – faktor lain-nya yang memicu perilaku radikal tersebut. Dalam be-berapa referensi serta bebe-rapa fakta yang terjadi terda-pat sedikit perbedaan pema-haman tentang radikalisme di Indonesia dengan di luar negri. Pada dasarnya radika-lisme adalah gerakan yang menentang atau secara ek-strim menolak suatu gagasan atau ideologi. Kondisi ini tidak saja pertentangan antar ideologi, melainkan juga pertentangan terhadap ide-

ologi yang dipraktekkan oleh penguasa. Contoh kasus di luar negri adalah di negara Perancis yang memiliki par-lemen kanan dan kiri. Partai yang duduk di parlemen ka-nan berisikan orang-orang militer, tuan tanah, bangsawan dan lain-lain. Sedangkan di parlemen kiri berikan orang-orang petani, buruh. Atau bisa disebut parlemen pro-letar bagian kiri dan borjuis di bagian kanan. Radika-lisme di negara Perancis dulunya muncul sebagai upaya untuk menentang par-tai dibagian kanan, karena orang-orang yang ada di ba-gian kanan memiliki perbe-daan ideologi dengan orang-orang di partai bagian kiri.

Fenomena perilaku radikal yang terjadi di Indonesia memiliki ciri yang khas yang membedakan dengan pema-haman konsep radikalisme yang berlaku di negara lain. Sa lah satu contoh kasus di Indonesia diambil dari dae-rah Pandeglang Banten kamis, 10 September 2019 kemarin. Pe nusukan terhadap Wi-ranto terjadi setelah ia meng-hadiri acara di sebuah univer-sitas baru di Pandeglang, Ban ten. Pelaku yang menusuk Wiranto berinisial FA dan SA. Pe laku yang menusuk wi-ranto ini diduga terpapar ISIS dan mamiliki rasa fanatisme ter hadap ideologi khususnya pemahaman yang sempit ter hadap agama. Fenomena ra dikalisme di Indonesia me-miliki fanatisme terhadap agama yang dianggap seba-gai the way of life yang kedu-dukannya lebih tinggi dari

pancasila dalam bernegara, sehingga ada sekelompok anggota masyarakat tidak mengakui pancasila sebagai ideologi dalam bernegara.

Sebenarnya, arti radika-lisme sendiri menentang ideologi dan memiliki sikap yang sangat ekstrim terhadap suatu pemahaman, khusus-nya agama. Di Indonesia sendiri, radikalisme sebenar-nya lebih banyak dipicu oleh pemahaman yang sempit tentang agama. Mengapa demikian? Paham radika-lisme agama di Indonesia sebenarnya sudah mulai nampak sebelum negara In-donesia terbentuk. Kebijakan politik etis Kolonial Belanda terhadap masyarakat Hindia Belanda (Nusantara) mem-beri kesempatan pada haji-haji pribumi untuk melaku-kan ibadah haji ke Makkah. Dengan intensitas yang awal-nya minim, kemudian men-dekati awal abad 20 menjadi semakin bertambah, banyak orang Nusantara yang juga belajar agama di Makkah. Pada saat itu kondisi politik di Arab juga sedang menga-lami pergolakan, yakni ba-nyak munculnya gerakan pembaharuan Islam yang ditokohi oleh Al Afghani, Rasyid Rida, dan Muhammad Abduh. Gerakan ini mengang-kat kembali ide pemurnian Islam atau puritanisme yang secara arti berdekatan dengan radikalisme Islam namun konteksnya adalah untuk melawan penjajahan (Eropa) masa itu. Hasil dari pendidi-kan orang Nusantara tadi melahirkan tokoh seperti Ahmad Dahlan (Muhama-diyah), Hamka, Tahir Tama-luddin, Surkati (Persis) dan beberapa tokoh lainya, yang kemudian menjadi tokoh pembaharu Islam (moder-nisme Islam) yang berbeda dengan Islam tradisional.

Demikian juga konteks se-jarah muncul wacana radi-

kalisme atau fundamenta-lisme Islam yang kemudian dicap teroris—selain dari runtuhnya Orde Baru jika di Indonesia— oleh Barat ada-lah pasca peristiwa dita-braknya WTC pada 11 Sep-tember 2001 oleh milisi Ta-liban. Peristiwa ini membe-rikan sebuah pukulan besar bagi Amerika, karena mene-waskan banyak warganya. Atas dasar ini, mereka men-cap Islam sebagai teroris. Pelabelan ini, bahkan tidak hanya ditujukan pada kaum fundamental Islam, tetapi semua umat Islam di dunia. Ketegangan ini juga menga-kibatkan wacana dunia in-ternasional tentang radika-lisme agama (Islam) dan terorisme menjadi perhatian utama di abad 21. Hubungan antara Amerika dengan fun-damentalis Taliban awalnya terjadi karena misi pengu-asaan minyak di Asia Tengah oleh Amerika. Meskipun akhirnya Taliban membelot dan malah menyerang WTC. Peristiwa ini dapat dilihat bahwa berkembangnya pa-ham radikal berkaitan erat juga dengan geopolitik-eko-nomi dunia. Sehingga tidak menutup kemungkinan juga dengan di Indonesia, bahwa gerakan radikalisme Islam juga memiliki keterkaitan yang sama dengan ekonomi-politik yang ada di Indonesia sendiri maupun di dunia.

Radikalisme sebenarnya bukan hanya dari agama se-mata, melainkan ada faktor – faktor lain yang mempeng-aruhi. Di Indonesia sendiri faktor kemiskinan dan ke-senjangan sosial memicu radikalisme pemahaman SARA yang sempit juga me-nyebabkan radikalisme dis-kriminasi politik dan kebija-kan oleh pemerintah yang dianggap salah oleh masy-arakat juga memicu pemiki-ran radikal. Contoh kasus yang baru-baru ini adalah

gerakan feminisme. Femi-nisme di Indonesia sebenar-nya sudah ada sejak zaman RA. Kartini karena pada saat itu wanita pada masanya dianggap tak berhak menda-patkan apa-apa. Dulu wa-nita pekerjaannya hanya di ranjang, sumur, dan dapur. RA Kartini sendiri harus keluar dari sekolah dan ber-diam di balik tembok rumah selama 4 tahun dalam masa pingitan. Sedangkan sau-dara laki-lakinya dapat terus melanjutkan sekolah. Akhir-nya Kartini menyalurkan gairah, energi, dan kekece-waannya lewat surat-surat yang ditulisnya. Gagasan-gagasan utama dalam tulisan-nya adalah meningkatkan pendidikan bagi kaum pe-rempuan, baik rakyat jelata maupun golongan atas. Kar-tini juga menolak poligami yang dianggap merendahkan derajat perempuan.

Gerakan-gerakan radikalis-me yang ada di Indonesia se benarnya berasal dari ok-num-oknum yang memang ku rang memahami dalam beragama atau dalam me-mahami suatu ideologi. Ka-rena bisa jadi mereka menga-nut pemahaman yang di-bawa oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Gerakan-gerakan seperti ini se benarnya dapat menimbul-kan perpecahan. Karena ter-lalu fanatisnya dan terlalu menentang terhadap suatu ideologi dan selalu mengang-gap bahwasannya hal yang me mang dianut oleh diri sen diri itu paling benar, ke-mudian merendahkan dan tidak bisa menerima apa yang dianut oleh orang lain. (*)

Penulis adalah mahasiswa Semester 1,

Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Untirta

P

Fenomena radikalisme yang terjadi pada beberapa dekade pemerintahan

di Indonesia merupakan fenomena yang sangat menakutkan, tidak saja

bagi sekelompok agama tertentu saja melainkan juga bagi negara.

Paham Radikalisme Merusak Tatanan Berbangsa

Oleh : NIsRINA NUR ARIfA