sirah 4 sahabat

38
Sirah 4 Sahabat Khulafa-Arrasyidin 14/12/1430 [email protected] HIZRA ZAHENDRA Abu Bakar Ashiddiq radhiallahu’anhu Umar bin Khattab radhiallahu’anhu Ustman bin Affan radhiallahu’anhu Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu

Upload: theloverzrd

Post on 13-Jun-2015

1.269 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Dakwah Islam

TRANSCRIPT

Page 1: Sirah  4 Sahabat

Sirah 4 Sahabat Khulafa-Arrasyidin 14/12/1430 [email protected] HIZRA ZAHENDRA

Abu Bakar Ashiddiq radhiallahu’anhu

Umar bin Khattab radhiallahu’anhu

Ustman bin Affan radhiallahu’anhu

Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu

Page 2: Sirah  4 Sahabat

Sirah Sahabat

ABU BAKAR ASHIDDIQ

Beliau bernama Abu Bakar –semoga Allah meridloinya-, sedangkan nama asli beliau dimasa

jahiliyah adalah Abdul Ka‟bah bin Utsman bin Amir, lalu Rasulullah memberinya nama

Abdullah, lengkapnya Abdullah bin Abu Quhafah, sedangkan ibunya bernama Ummul Khair,

Salma binti Shar.

Beliau lahir di kota Mekkah setelah dua tahun setengah dari lahirnya Rasulullah

Shalallahu‟alaihi-wa-salam, dan beliau merupakan seseorang yang terhormat dan hafal tentang

keturunan suku-suku Quraisy, seorang pedagang yang memiliki perangai yang sangat mulia.

Abu Bakar merupakan seseorang yang jujur dan dekat kepada Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-

salam, dan da‟wah yang disampaikan Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam kepada Islam tanpa

ragu beliau segera mengikuti dan menganutnya; karena beliau sangat mengetahui kebenaran nabi

Shalallahu‟alaihi-wa-salam dan kejujurannya, Nabi Shalallahu‟alaihi-wa-salam pernah bersabda

: “Tidak ada seseorang yang aku serukan masuk Islam ada dalam dirinya ada rasa keraguan,

ketidak pasitan dan penuh pertimbangan, kecuali Abu Bakar, beliau sama sekali tidak merasa

ragu saat saya ingatkan kepadanya dan tidak ada keraguan didalamnya”. (Ibnu Hisyam).

Abu Bakar berjuang bersama Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam, sehingga dengan hal

tersebut Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam memberikan pujian kepada beliau dengan

bersabda :

Sekiranya saya boleh mengambil seseorang untuk dijadikan (khalil) teman dekat; maka aku akan

memilih Abu Bakar, tapi beliau adalah saudaraku dan sahabatku”. (Al-Bukhari).

Dan semenjak Abu Bakar mengikrarkan keislamannya, beliau terus berjihad menyebarkan

da‟wah Islam, sehingga melaluinya masuk lima sahabat yang dijanjikan masuk ke dalam surga,

mereka adalah : Utsman bin Affan, Az-Zubair bin Awwam, Tholhah bin Ubaidillah, Sa‟ad bin

Abi Waqqash, Abdur Rahman bin Auf –semoga Allah meridloi mereka semua-.

Page 3: Sirah  4 Sahabat

Pada Awalnya da‟wah Islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi, maka Abu Bakar senang

mengisi dunia seluruhnya dengan sinar yang baru, mempublikasikan Rasulullah

Shalallahu‟alaihi-wa-salam dihadapan pemuka Quraisy, maka Abu Bakar mengajak Rasulullah

Shalallahu‟alaihi-wa-salam pergi ke Ka‟bah, memberikan pengarahan kepada kaum musyrikin

saat itu, namun Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam menyuruh beliau untuk bersabar, tapi

setelah beliau mendesaknya akhirnya Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam menyetujuinya,

sehingga pergilah Abu Bakar ke Ka‟bah dan berpidato dihadapan manusia menyeru kepada

kaum musyrikin untuk mendengarkan Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam, semenjak saat itu

beliau dijuluki sabagai orang pertama yang berani berpidato menyeru kepada Allah, namun saat

beliau akan berbicara orang-orang musyrikin menghantamnya dari berbagai penjuru dan

memukulnya hingga hampir saja mereka membunuhnya, namun setelah beliau seiuman beliau

malah bertanya tentang keadaan Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam sehingga dirinya merasa

tenang, dan keitka dikabarkan bahwa Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam dalam keadaan

baik-baik saja, beliau sangat senang dan bergembira sekali.

Abu Bakar juga berusaha menjadi tameng dan penopang Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam

dengan sekuat tenaganya. Suatu ketika, disaat beliau duduk-duduk diemperan rumahnya, datang

seseorang dengan tergesa-gesa, dan berkata : temui teman kamu sekarang juga, maka beliaupun

segera pergi untuk menemui Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam, maka beliau mendapati

Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam sedang sholat di Ka‟bah, sedang dihadapannya sudah ada

Uqbah bin Abi Mu‟ith sedang mencekik leher Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam dengan

kain, maka secepat mungkin Abu Bakar mendorong Uqbah dari Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-

salam dan berkata : apakah kamu ingin membunuh seseorang yang mengatakan bahwa Tuhan

saya adalah Allah ?! akhirnya kaum musyrikin mengerumuninya dan memukulinya hingga

pingsan, dan setelah beliau kembali siuman pertama kali yang diucapkan melalui lidahnya adalah

: Apa yang sedang di perbuat Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam ?

Abu Bakar selalu berjuang bersama Nabi Shalallahu‟alaihi-wa-salam dan menanggung siksaan

yang dihadapinya dalam menyebarkan Islam, sampai pada akhirnya Rasulullah Shalallahu‟alaihi-

wa-salam mengijinkan para sahabatnya untuk melakukan Hijrah ke Habsyah, maka Abu

Bakarpun melakukan hijrah ke Negeri Habsyah, saat baliau sampai pada suatu tempat yang

jauhnya seperti menempuh perjalannan selama 5 malam, beliau bertemu dengan Ibnu Ad-

Page 4: Sirah  4 Sahabat

Dagnah salah seorang dari pemuka Makkah, dia berkata kepada Abu Bakar : “Mau pergi kemana

wahai Abu Bakar ? Abu Bakar berkata : “Saya diusir oleh kaum saya maka sayapun pergi

meninggalkannya agar saya dapat leluasa menyembah Tuhan saya”. Ibnu Ad-Dagnah berkata

lagi : “Orang seperti kamu tidak boleh terusir dan diusir, saya adalah tetanggamu (yang akan

melindungimu), kembalilah, dan sembahlah Tuhanmu di negrimu”. Maka beliaupun akhirnya

kembali bersama Ibnu Ad-Dagnah, lalu beliau berkata kepada kaum Quraisy : “Sesungguhnya

Abu Bakar tidak boleh diusir dan terusir” mereka berkata kepadanya : “Suruhlah dia menyembah

Tuhannya di rumahnya sehingga tidak menyakiti perasaan kami, jangan disebar luaskan, karena

kami khawatir dia dapat menyebarkan fitnah terhadap anak-anak perempuan kami”. Akhirnya

beliaupun menyembah (melakukan ibadahnya) dirumahnya sendiri. Lalu beliau berfikir ingin

membangun sebuah masjid diteras rumahnya agar bisa sholat didalamnya dan membaca Al-Qur

an, namun saat beliau membaca Al-Qur an para wanita dan anak-anak dari kalangan musyrikin

mengintipnya dan mendengarkan bacaannya, dan mereka sangat tertarik sekali, Abu Bakar

sendiri memang memiliki hati yang lembut, sering menangis saat sedang membaca Al-Qur‟an,

maka penduduk Mekkahpun menjadi berang dan merasa khawatir kembali, akhirnya mereka

mengutus seseorang untuk menemui Ibnu Ad-Dagnah, setelah mereka sampai kepada ibnu Ad-

Dagnah, mereka berkata : sesungguhnya kami telah membiarkan Abu Bakar tinggal bersamamu

agar dia dapat beribadah kepada Tuhannya didalam rumahnya, namun dia telah melanggarnya

sehingga dia membuat masjid dipelataran rumahnya, kemudian malakukan shalat dan membaca

Al-Qur‟an didalamnya, kami sangat khawatir dia menyebarkan fitnah kepada anak-anak

perempuan dan lelaki kami, maka dia harus mengikuti perkataanmu atau diusir saja dia. Maka

Ibnu Ad-Dagnahpun pergi menemui Abu Bakar dan berkata kepadanya : saya berikan pilihan

kepadamu, apakah engkau mau menuruti permintaan kaum Quraisy atau engkau tinggalkan

hidup dibawah perlindunganku, karena saya tidak ingin mendengar dari kalangan Arab saya

menyimpan seseorang yang suka melanggar (perjanjian kepadanya), setelah itu dengan penuh

keparcayaan diri dan yakin Abu Bakar berkata : saya pilih melepas dari tanggunganmu, dan saya

lebih rela dibawah perlindungan Allah.

Setelah itu Abu Bakar sering menghadapi penyiksaan dan intimidasi dari keum musyrikin,

namun imannya tetap tegar dan teguh, bahkan menjadi pendukung agama melalui hartanya dan

segala sesuatu yang beliau miliki, sehingga dia merelakan seluruh hartanya untuk diinfakkan

Page 5: Sirah  4 Sahabat

sehingga dalam riwayat diceritakan : bahwa beliau memiliki uang sebanyak 40 ribu Dirham yang

diinfakkan dijalan Allah, beliau juga membeli budak yang berasal dari kalangan kaum muslimin,

kemudian beliau melepasnya dan memerdekakannya.

Dan saat perang terjadi ketika Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam memobilisasi sahabatnya

untuk menginfakkan dan menyumbangkan hartanya, maka Abu Bakar langsung membawa

seluruh hartanya kemudian memberikannya kepada Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam, dan

melihat demikian Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam berkata : Adakah sesuatu yang engkau

sisakan untuk keluarga kamu ? beliau berkata : Saya tinggalkan mereka Allah dan Rasul-Nya,

kemudian datanglah Umar dengan membawa setengah dari hartanya, lalu Rasulullah

Shalallahu’alaihi-wa-salam berkata kepadanya : adakah sesuatu yang engkau tinggalkan untuk

keluargamu ? Umar menjawab : Ya, setengah dari harta saya. Ketika Umar mendengar apa

yang telah dilakukan oleh Abu Bakar beliau berkata : “Demi Allah saya tidak akan pernah bisa

mengungguli Abu Bakar”. (At-Turmudzi)

Abu Bakar juga sangat mencintai Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam, sebagaimana

Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam juga sangat mencintainya, suatu hari Nabi

Shalallahu‟alaihi-wa-salam ditanya : Siapakah seseorang yang paling engkau cintai ? beliau

berkata : Aisyah. Kemudian ditanya lagi : dari kalangan laki-laki ? beliau berkata : Bapaknya.

(Al-Bukhari).

Suatu hari beliau pernah menaiki gunung Uhud bersama Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam,

Umar dan utsman –semoga Allah meridlai keduanya-, maka gunung uhudpun bergetar, lalu

Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam bersabda : “Diamlah engkau wahai Uhud, tidak ada yang

membebani engkau disini kecuali Nabi, seorang yang shiddiq, dua calan mati syahid”. (Al-

Bukhari).

Saat terjadi peristiwa Isra dan Mi‟raj, Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam menceritakan

kepada umat bahwa beliau telah melakukan perjalanan dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha,

kemudian naik menuju langit yang ketujuh, kaum musyrikin mencemoohkannya sambil berkata :

bagaimana mungkin ini bisa terjadi, padahal kami butuh waktu sampai sebulan agar bisa sampai

ke Baitul Maqdis ? kemudian mereka segera pergi menemui Abu Bakar, dan menceritakan akan

Page 6: Sirah  4 Sahabat

hal tersebut : bahwa sahabat Kamu mengklaim telah melakukan perjalanan ke Baitul Maqdis !

Abu Bakar menjawab : jika beliau telah berkata demikian jelas merupakan kebenaran, sungguh

saya mempercayainya terhadap berita langit (wahyu) yang datang kepadanya. Maka semenjak

itulah Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam menjulukinya dengan Ash-shidiq (orang yang

bersifat jujur dan benar). (Ibnu Hisyam).

Sebagaimana Abu Bakar juga selalu menjadi penolong dan pendukung Rasulullah

Shalallahu‟alaihi-wa-salam disaat beliau mendapatkan pertentangan dari kaum muslimin saat

terjadinya perjanjian Hudaibiyah.

Saat Allah SWT mengijinkan kepada Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam untuk Hijrah,

Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam memilih beliau untuk menjadi teman dan pendampingnya

dalam melakukan hijrah, tinggal di Gua Tsur selam tiga hari, dan saat kaum musyrikin berdiri di

depan lubang gua, Abu Bakar sangat khawatir dan cemas terhadap Rasulullah Shalallahu‟alaihi-

wa-salam, dan berkata : wahai Rasulullah, kalau saja mereka melihat kebawah kaki mereka,

maka kita akan terlihat, maka Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam berkata kepadanya : “Apa

pendapat kamu wahai Abu Bakar dengan dua orang dan yang ketiga adalah Allah”. (Al-

Bukhari)

Abu Bakar juga selalu mengikuti peperangan bersama Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam

dan tidak pernah ketinggalan walaupun sekali, dan Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam sangat

mengenal kepribadian beliau, sehingga Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam memberikan

kabar gembira kepadanya dengan Surga, beliau bersabda : “Tidak seorangpun diantara kita

memiliki tangan yang menyamai apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar, karena beliau disisi

kami memiliki tangan yang Allah akan menggantinya yang lebih baik di hari Kiamat”. (At-

Turmudzi).

Beliau juga sangat antusias dan hati-hati dalam mengamalkan perintah-perintah Allah, suatu hari

beliau mendengar Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam bersabda : “Barangsiapa yang

menjulurkan bajunya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya dihari Kiamat”. Lalu

Abu Bakarpun berkata : “Salah satu dari baju saya tidak akan digunakan kecuali saya telah

berjanji melaksanakan sabda tersebut”. Rasulullah Shalallahu’alaihi-wa-salampun berkata

Page 7: Sirah  4 Sahabat

kepadanya : “Sesungguhnya yang kamu lakukan itu bukanlah termasuk katagori sombong”. (Al-

Bukhari). Beliau juga orang yang paling takut kepada Allah, beliau pernah berkata : “Sekiranya

salah satu dari kaki saya masuk surga lalu yang lainnya di luar, saya belum merasa aman akan

lepas dari murka Allah (Adzab).

Setelah Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam meninggal dunia, sebagian sahabat berkumpul

disinggasana Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam dan mengemukakan pandangan bahwa

mereka tidak percaya akan kepergian Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam, Umar berdiri

dihadapan mereka dan mengancam bagi siapa yang berani mengatakan bahwa Rasulullah

Shalallahu‟alaihi-wa-salam telah meninggal akan dipenggal lehernya, maka Abu Bakar maju dan

masuk kerumah Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam dan membuka kain yang menutupi

wajahnya yang mulia, beliau berkata : “Sungguh harum kematian dan kehidupan engkau wahai

Rasulullah”. Lalu beliaupun keluar menuju kumpulan manusia, dan berkata kepada mereka :

“Wahai sekalian manusia, ketahuilah barangsiapa diantara kalian yang menyembah Muhammad

Shalallahu‟alaihi-wa-salam maka sesungguhnya beliau telah meninggal, dan barangsiapa

diantara kalian yang menyembah Allah maka selamanya Allah Hidup dan tidak pernah mati,

karena Allah SWT telah berfirman : “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul,

sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh

kamu berbalik kebelakang”. (Ali Imran : 144)

Setelah itu para pemuka kaum muslimin bergegas menuju tempat pertemuan untuk menetapkan

siapa yang akan menggantikan Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam, akhirnya kaum muslimin

saat itu bersepakat membai‟at Abu Bakar sabagai khalifah setelah kaum muhajirin dan Anshor

merasa puas dengan keputusan bahwa Abu Bakar adalah seorang yang cocok menjadi kahlifah

setelah Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam, kenapa tidak ? padahal Rasulullah

Shalallahu‟alaihi-wa-salam pernah menyuruhnya menggantikan beliau dalam memutuskan

perkara kaum muslimin saat baliau dalam keadaan sakit dan sekarat, beliau bersabda :

“Perintahkan Abu Bakar untuk memimpin sholat kepada jamaah”. (Muttaqun „alaih).

Setelah beliau dipercaya menjadi khalifah, beliau berdiri dan menyampaikan pidato pertamanya :

“Wahai sekalian manusia, sungguh saya telah diberikan amanah memimpin kalian semua dan

aku bukanlah orang yang terbaik diantara kalian, jika aku melakukan kebaikan maka tolonglah

Page 8: Sirah  4 Sahabat

aku, namun jika melakukan kesalahan maka luruskanlah, kejujuran merupakan amanah, sedang

dusta adalah khianat, orang yang lemah diantara kalian akan kuat disisiku hingga aku dapat

menghilangkan bebannya insya Allah, sedangkan orang yang kuat diantara kalian lemah

disisiku sampai aku dapat mengambil hak darinya insya Allah, tidaklah suatu kaum

meninggalkan kewajiban jihad kecuali Allah akan hinakan mereka, dan tidaklah tersebar

kemaksiatan dalam suatu kaum kecuali Allah akan menimpakan mereka bencana, taatilah aku

selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun jika saya menyimpang kepada Allah dan

Rasul-Nya maka tidak ada taat kepadaku atas kalian”.

Selama kekhilafahannya Abu Bakar telah memerangi kaum murtad dan pembangkang membayar

zakat, beliau berkata : “Demi Allah sekiranya mereka mencegah saya seikat unta yang mana

mereka menunaikan perintah Allah disaat Rasulullah Shalallahu’alaihi-wa-salam hidup, maka

saya akan memerangi mereka”. Dan dalam peperangan beliau selalu mengajarkan adab

berperang, dengan mewasiatkan kepada tentaranya agar jangan membunuh orang yang sudah

tua, anak kecil dan wanita, orang yang beribadah dirumah ibadah dan jangan membakar tanaman

dan menebang pepohonan.

Khalifah Abu Bakar menugaskan prajurit yang dipimpin Usamah bin Zaid untuk menyerang

Romawi, sebagaimana Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam telah memberikan mandat ke

Usamah bin Zaid untuk menjadi komandan perang walaupun umurnya masih raltif muda, dan

saat Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam meninggal dunia, Abu Bakar bersikeras

memformulasi pasukan seperti yang berjalan di zaman Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam,

dan beliau ikut langsung mengiringi pasukan, dimana beliau berjalan kaki sedangkan Usamah

diatas menaiki kendarannya, seekor kuda, lalu Usamah berkata kepada khalifah Abu Bakar :

“Wahai khalifah, sudikah engkau naik kendaraan ini atau saya turun”. Maka dia berkata :

“Demi Allah, saya tidak akan menaiki kendaraan dan engkau jangan turun dari kendaraan,

kenapa saya tidak berani menyentuhkan kaki saya dibumi menuju jalan Allah”.

Khalifah Abu Bakar juga pernah mengirim pasukan ke negeri Syam, Iraq hingga akhirnya

seluruh penduduknya memeluk agama Islam.

Page 9: Sirah  4 Sahabat

Dan diantara prestasi yang dilakukan dalam masa kekhilafahannya adalah beliau pernah

memerintahkan untuk menyusun kembali Al-Qur‟an dan menulisnya setelah banyaknya dari

kalangan para huffadz yang syahid.

Khalifah Abu Bakar meninggal pada malam Selasa, tanggal 22 Jumadil Akhir, tahun 3 Hijriyyah,

sedangkan umurnya baru 63 tahun. Adapun yang memandikan jenazah beliau adalah istrinya

sendiri yaitu Asma bin Umais sesuai dengan wasiatnya, dan dikebumikan disamping jenazah

Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam.

Beliau meninggalkan beberapa anak ; Abdullah, Abdul Rahman, Muhammad, Aisyah, Asma,

Ummi Kultsum –semoga Allah meridloi semuanya-.

Dan beliau juga banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam

berjumlah lebih dari seratus hadits.

UMAR BIN KHATTAB

Seorang pemuda yang gagah perkasa berjalan dengan langkah yang mantap mencari Nabi

hendak membunuhnya. Ia sangat membenci Nabi, dan agama baru yang dibawanya. Di tengah

perjalanan ia bertemu dengan seseorang yang bernama Naim bin Abdullah yang menanyakan

tujuan perjalanannya tersebut. Kemudian diceritakannya niatnya itu. Dengan mengejek, Naim

mengatakan agar ia lebih baik memperbaiki urusan rumah tangganya sendiri terlebih dahulu.

Seketika itu juga pemuda itu kembali ke rumah dan mendapatkan ipar lelakinya sedang asyik

membaca kitab suci Al-Qur‟an. Langsung sang ipar dipukul dengan ganas, pukulan yang tidak

membuat ipar maupun adiknya meninggalkan agama Islam. Pendirian adik perempuannya yang

teguh itu akhirnya justru menentramkan hatinya dan malahan ia memintanya membaca kembali

baris-baris Al-Qur‟an. Permintaan tersebut dipenuhi dengan senang hati. Kandungan arti dan

alunan ayat-ayat Kitabullah ternyata membuat si pemuda itu begitu terpesonanya, sehingga ia

bergegas ke rumah Nabi dan langsung memeluk agama Islam. Begitulah pemuda yang bernama

Umar bin Khattab, yang sebelum masuk Islam dikenal sebagai musuh Islam yang berbahaya.

Dengan rahmat dan hidayah Allah, Islam telah bertambah kekuatannya dengan masuknya

Page 10: Sirah  4 Sahabat

seorang pemuda yang gagah perkasa. Ketiga bersaudara itu begitu gembiranya, sehingga mereka

secara spontan mengumandangkan “Allahu Akbar” (Allah Maha Besar). Gaungnya bergema di

pegunungan di sekitarnya.

Umar masuk agama Islam pada usia 27 tahun. Beliau dilahirkan di Makkah, 40 tahun sebelum

hijrah. Silsilahnya berkaitan dengan garis keturunan Nabi pada generasi ke delapan. Moyangnya

memegang jabatan duta besar dan leluhurnya adalah pedagang. Ia salah satu dari 17 orang

Makkah yang terpelajar ketika kenabian dianugerahkan kepada Muhammad

SHALALLAHU‟ALAIHI-WA-SALAM.

Dengan masuknya Umar ke dalam agama Islam, kekuatan kaum Muslimin makin bertambah

tangguh. Ia kemudian menjadi penasehat utama Abu Bakar selama masa pemerintahan dua

setengah tahun. Ketika Abu Bakar mangkat, ia dipilih menjadi khalifah Islam yang kedua,

jabatan yang diembannya dengan sangat hebat selama sepuluh setengah tahun. Ia meninggal

pada tahun 644 M, dibunuh selagi menjadi imam sembahyang di masjid Nabi. Pembunuhnya

bernama Feroz alias Abu Lu‟lu, seorang Majusi yang tidak puas.

Ajaran-ajaran Nabi telah mengubah suku-suku bangsa Arab yang suka berperang menjadi bangsa

yang bersatu, dan merupakan suatu revolusi terbesar dalam sejarah manusia. Dalam masa tidak

sampai 30 tahun, orang-orang Arab yang suka berkelana telah menjadi tuan sebuah kerajaan

terbesar di waktu itu. Prajurit-prajuritnya melanda tiga benua terkenal di dunia, dan dua kerajaan

besar Caesar (Romawi) dan Chesroes (Parsi) bertekuk lutut di hadapan pasukan Islam yang

perkasa. Nabi telah meninggalkan sekelompok orang yang tidak mementingkan diri, yang telah

mengabdikan dirinya kepada satu tujuan, yakni berbakti kepada agama yang baru itu. Salah

seorang di antaranya adalah Umar al-Faruq, seorang tokoh besar, di masa perang maupun di

waktu damai. Tidak banyak tokoh dalam sejarah manusia yang telah menunjukkan kepintaran

dan kebaikan hati yang melebihi Umar, baik sebagai pemimpin tentara di medan perang, maupun

dalam mengemban tugas-tugas terhadap rakyat serta dalam hak ketaatan kepada keadilan.

Kehebatannya terlihat juga dalam mengkonsolidasikan negeri-negeri yang telah di taklukkan.

Page 11: Sirah  4 Sahabat

Islam sempat dituduh menyebarluaskan dirinya melalui ujung pedang. Tapi riset sejarah modern

yang dilakukan kemudian membuktikan bahwa perang yang dilakukan orang Muslim selama

kekhalifahan Khulafaurrosyidin adalah untuk mempertahankan diri.

Sejarawan Inggris, Sir William Muir, melalui bukunya yang termasyur, Rise, Decline and Fall of

the Caliphate, mencatat bahwa setelah penaklukan Mesopotamia, seorang jenderal Arab bernama

Zaid memohon izin Khalifah Umar untuk mengejar tentara Parsi yang melarikan diri ke

Khurasan. Keinginan jenderalnya itu ditolak Umar dengan berkata, “Saya ingin agar antara

Mesopotamia dan negara-negara di sekitar pegunungan-pegunungan menjadi semacam batas

penyekat, sehingga orang-orang Parsi tidak akan mungkin menyerang kita. Demikian pula kita,

kita tidak bisa menyerang mereka. Dataran Irak sudah memenuhi keinginan kita. Saya lebih

menyukai keselamatan bangsaku dari pada ribuan barang rampasan dan melebarkan wilayah

penaklukkan. Muir mengomentarinya demikian: “Pemikiran melakukan misi yang meliputi

seluruh dunia masih merupakan suatu embrio, kewajiban untuk memaksakan agama Islam

melalui peperangan belum lagi timbul dalam pikiran orang Muslimin.”

Umar adalah ahli strategi militer yang besar. Ia mengeluarkan perintah operasi militer secara

mendetail. Pernah ketika mengadakan operasi militer untuk menghadapi kejahatan orang-orang

Parsi, beliau yang merancang kopmposisi pasukan Muslim, dan mengeluarkan perintah dengan

detailnya. Saat beliau menerima khabar hasil pertempurannya beliau ingin segera menyampaikan

berita gembira atas kemenangan tentara kaum Muslimin kepada penduduk, lalu Khalifah Umar

berpidato di hadapan penduduk Madinah: “Saudara-saudaraku! Aku bukanlah rajamu yang ingin

menjadikan Anda budak. Aku adalah hamba Allah dan pengabdi hamba-Nya. Kepadaku telah

dipercayakan tanggung jawab yang berat untuk menjalankan pemerintahan khilafah. Adalah

tugasku membuat Anda senang dalam segala hal, dan akan menjadi hari nahas bagiku jika timbul

keinginan barang sekalipun agar Anda melayaniku. Aku berhasrat mendidik Anda bukan melalui

perintah-perintah, tetapi melalui perbuatan.”

Pada tahun 634 M, pernah terjadi pertempuran dahsyat antara pasukan Islam dan Romawi di

dataran Yarmuk. Pihak Romawi mengerahkan 300.000 tentaranya, sedangkan tentara Muslimin

hanya 46.000 orang. Walaupun tidak terlatih dan berperlengkapan buruk, pasukan Muslimin

yang bertempur dengan gagah berani akhirnya berhasil mengalahkan tentara Romawi. Sekitar

Page 12: Sirah  4 Sahabat

100.000 orang serdadu Romawi tewas sedangkan di pihak Muslimin tidak lebih dari 3000 orang

yang tewas dalam pertempuran itu. Ketika Caesar diberitakan dengan kekalahan di pihaknya,

dengan sedih ia berteriak: “Selamat tinggal Syria,” dan dia mundur ke Konstantinopel.

Beberapa prajurit yang melarikan diri dari medan pertempuran Yarmuk, mencari perlindungan di

antara dinding-dinding benteng kota Yerusalem. Kota dijaga oleh garnisun tentara yang kuat dan

mereka mampu bertahan cukup lama. Akhirnya uskup agung Yerusalem mengajak berdamai,

tapi menolak menyerah kecuali langsung kepada Khalifah sendiri. Umar mengabulkan

permohonan itu, menempuh perjalanan di Jabia tanpa pengawalan dan arak-arakan kebesaran,

kecuali ditemani seorang pembantunya. Ketika Umar tiba di hadapan uskup agung dan para

pembantunya, Khalifah menuntun untanya yang ditunggangi pembantunya. Para pendeta Kristen

lalu sangat kagum dengan sikap rendah hati Khalifah Islam dan penghargaannya pada persamaan

martabat antara sesama manusia. Uskup agung dalam kesempatan itu menyerahkan kunci kota

suci kepada Khalifah dan kemudian mereka bersama-sama memasuki kota. Ketika ditawari

bersembahyang di gereja Kebaktian, Umar menolaknya dengan mengatakan: “Kalau saya

berbuat demikian, kaum Muslimin di masa depan akan melanggar perjanjian ini dengan alasan

mengikuti contoh saya.” Syarat-syarat perdamaian yang adil ditawarkan kepada orang Kristen.

Sedangkan kepada orang-orang Yahudi, yang membantu orang Muslimin, hak milik mereka

dikembalikan tanpa harus membayar pajak apa pun.

Penaklukan Syria sudah selesai. Seorang sejarawan terkenal mengatakan: “Syria telah tunduk

pada tongkat kekuasaan Khalifah, 700 tahun setelah Pompey menurunkan tahta raja terakhir

Macedonia. Setelah kekalahannya yang terakhir, orang Romawi mengaku takluk, walaupun

mereka masih terus menyerang daerah-daerah Muslimin. Orang Romawi membangun sebuah

rintangan yang tidak bisa dilalui, antara daerahnya dan daerah orang Muslim. Mereka juga

mengubah sisa tanah luas miliknya di perbatasan Asia menjadi sebuah padang pasir. Semua kota

di jalur itu dihancurkan, benteng-benteng dibongkar, dan penduduk dipaksa pindah ke wilayah

yang lebih utara. Demikianlah keadaannya apa yang dianggap sebagai perbuatan orang Arab

Muslim yang biadab sesungguhnya hasil kebiadaban Byzantium.” Namun kebijaksanaan bumi

hangus yang sembrono itu ternyata tidak dapat menghalangi gelombang maju pasukan Muslimin.

Dipimpin Ayaz yang menjadi panglima, tentara Muslim melewati Tarsus, dan maju sampai ke

pantai Laut Hitam.

Page 13: Sirah  4 Sahabat

Menurut sejarawan terkenal, Baladhuri, tentara Islam seharusnya telah mencapai Dataran Debal

di Sind. Tapi, kata Thabari, Khalifah menghalangi tentaranya maju lebih ke timur dari Mekran.

Suatu penelitian pernah dilakukan untuk menunjukkan faktor-faktor yang menentukan

kemenangan besar operasai militer Muslimin yang diraih dalam waktu yang begitu singkat. Kita

ketahui, selama pemerintahan khalifah yang kedua, orang Islam memerintah daerah yang sangat

luas. Termasuk di dalamnya Syria, Mesir, Irak, Parsi, Khuzistan, Armenia, Azerbaijan, Kirman,

Khurasan, Mekran, dan sebagian Baluchistan. Pernah sekelompok orang Arab yang bersenjata

tidak lengkap dan tidak terlatih berhasil menggulingkan dua kerajaan yang paling kuat di dunia.

Apa yang memotivasikan mereka? Ternyata, ajaran Nabi SHALALLAHU‟ALAIHI-WA-

SALAM. telah menanamkan semangat baru kepada pengikut agama baru itu. Mereka merasa

berjuang hanya demi Allah semata. Kebijaksanaan khalifah Islam kedua dalam memilih para

jenderalnya dan syarat-syarat yang lunak yang ditawarkan kepada bangsa-bangsa yang

ditaklukan telah membantu terciptanya serangkaian kemenangan bagi

kaum Muslimin yang dicapai dalam waktu sangat singkat.

Bila diteliti kitab sejarah Thabari, dapat diketahui bahwa Umar al-Faruq, kendati berada ribuan

mil dari medan perang, berhasil menuntun pasukannya dan mengawasi gerakan pasukan musuh.

Suatu kelebihan anugerah Allah yang luar biasa. Dalam menaklukan musuhnya, khalifah banyak

menekankan pada segi moral, dengan menawarkan syarat-syarat yang lunak, dan memberikan

mereka segala macam hak yang bahkan dalam abad modern ini tidak pernah ditawarkan kepada

suatu bangsa yang kalah perang. Hal ini sangat membantu memenangkan simpati rakyat, dan itu

pada akhirnya membuka jalan bagi konsolidasi administrasi secara efisien. Ia melarang keras

tentaranya membunuh orang yang lemah dan menodai kuil serta tempat ibadah lainnya. Sekali

suatu perjanjian ditandatangani, ia harus ditaati, yang tersurat maupun yang tersirat.

Berbeda dengan tindakan penindasan dan kebuasan yang dilakukan Alexander, Caesar, Atilla,

Ghengiz Khan, dan Hulagu. Penaklukan model Umar bersifat badani dan rohani.

Ketika Alexander menaklukan Sur, sebuah kota di Syria, dia memerintahkan para jenderalnya

melakukan pembunuhan massal, dan menggantung seribu warga negara terhormat pada dinding

kota. Demikian pula ketika dia menaklukan Astakher, sebuah kota di Parsi, dia memerintahkan

Page 14: Sirah  4 Sahabat

memenggal kepala semua laki-laki. Raja lalim seperti Ghengiz Khan, Atilla dan Hulagu bahkan

lebih ganas lagi. Tetapi imperium mereka yang luas itu hancur berkeping-keping begitu sang raja

meninggal. Sedangkan penaklukan oleh khalifah Islam kedua berbeda sifatnya.

Kebijaksanaannya yang arif, dan administrasi yang efisien, membantu mengonsolidasikan

kerajaannya sedemikian rupa. Sehingga sampai masa kini pun, setelah melewati lebih dari 1.400

tahun, negara-negara yang ditaklukannya masih berada di tangan orang Muslim. Umar al-Faruk

sesungguhnya penakluk terbesar yang pernah dihasilkan sejarah.

Sifat mulia kaum Muslimin umumnya dan Khalifah khususnya, telah memperkuat kepercayaan

kaum non Muslim pada janji-janji yang diberikan oleh pihak Muslimin. Suatu ketika, Hurmuz,

pemimpin Parsi yang menjadi musuh bebuyutan kaum Muslimin, tertawan di medan perang dan

di bawa menghadap Khalifah di Madinah. Ia sadar kepalanya pasti akan dipenggal karena

dosanya sebagai pembunuh sekian banyak orang kaum Muslimin. Dia tampaknya merencanakan

sesuatu, dan meminta segelas air. Permohonannya dipenuhi, tapi anehnya ia tidak mau minum air

yang dihidangkan. Dia rupanya merasa akan dibunuh selagi mereguk minuman, Khalifah

meyakinkannya, dia tidak akan dibunuh kecuali jika Hurmuz meminum air tadi. Hurmuz yang

cerdik seketika itu juga membuang air itu. Ia lalu berkata, karena dia mendapatkan jaminan dari

Khalifah, dia tidak akan minum air itu lagi. Khalifah memegang janjinya. Hurmuz yang terkesan

dengan kejujuran Khalifah, akhirnya masuk Islam.

Khalifah Umar pernah berkata, “Kata-kata seorang Muslim biasa sama beratnya dengan ucapan

komandannya atau khalifahnya.” Demokrasi sejati seperti ini diajarkan dan dilaksanakan selama

kekhalifahan ar-rosyidin hampir tidak ada persamaannya dalam sejarah umat manusia. Islam

sebagai agama yang demokratis, seperti digariskan Al-Qur‟an, dengan tegas meletakkan dasar

kehidupan demokrasi dalam kehidupan Muslimin, dan dengan demikian setiap masalah

kenegaraan harus dilaksanakan melalui konsultasi dan perundingan. Nabi

SHALALLAHU‟ALAIHI-WA-SALAM. sendiri tidak pernah mengambil keputusan penting

tanpa melakukan konsultasi. Pohon demokrasi dalam Islam yang ditanam Nabi dan dipelihara

oleh Abu Bakar mencapai puncaknya pada jaman Khalifah Umar. Semasa pemerintahan Umar

telah dibentuk dua badan penasehat. Badan penasehat yang satu merupakan sidang umum yang

diundang bersidang bila negara menghadapi bahaya. Sedang yang satu lagi adalah badan khusus

yang terdiri dari orang-orang yang integritasnya tidak diragukan untuk diajak membicarakan hal

Page 15: Sirah  4 Sahabat

rutin dan penting. Bahkan masalah pengangkatan dan pemecatan pegawai sipil serta lainnya

dapat dibawa ke badan khusus ini, dan keputusannya dipatuhi.

Umar hidup seperti orang biasa dan setiap orang bebas menanyakan tindakan-tindakannya. Suatu

ketika ia berkata: “Aku tidak berkuasa apa pun terhadap Baitul Mal (harta umum) selain sebagai

petugas penjaga milik yatim piatu. Jika aku kaya, aku mengambil uang sedikit sebagai pemenuh

kebutuhan sehari-hari. Saudara-saudaraku sekalian! Aku abdi kalian, kalian harus mengawasi

dan menanyakan segala tindakanku. Salah satu hal yang harus diingat, uang rakyat tidak boleh

dihambur-hamburkan. Aku harus bekerja di atas prinsip kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.”

Suatu kali dalam sebuah rapat umum, seseorang berteriak: “O, Umar, takutlah kepada Tuhan.”

Para hadirin bermaksud membungkam orang itu, tapi Khalifah mencegahnya sambil berkata:

“Jika sikap jujur seperti itu tidak ditunjukan oleh rakyat, rakyat menjadi tidak ada artinya. Jika

kita tidak mendengarkannya, kita akan seperti mereka.” Suatu kebebasan menyampaikan

pendapat telah dipraktekan dengan baik.

Ketika berpidato suatu kali di hadapan para gubernur, Khalifah berkata: “Ingatlah, saya

mengangkat Anda bukan untuk memerintah rakyat, tapi agar Anda melayani mereka. Anda harus

memberi contoh dengan tindakan yang baik sehingga rakyat dapat meneladani Anda.”

Pada saat pengangkatannya, seorang gubernur harus menandatangani pernyataan yang

mensyaratkan bahwa “Dia harus mengenakan pakaian sederhana, makan roti yang kasar, dan

setiap orang yang ingin mengadukan suatu hal bebas menghadapnya setiap saat.” Menurut

pengarang buku Futuhul-Buldan, di masa itu dibuat sebuah daftar barang bergerak dan tidak

bergerak begitu pegawai tinggi yang terpilih diangkat. Daftar itu akan diteliti pada setiap waktu

tertentu, dan penguasa tersebut harus mempertanggung-jawabkan terhadap setiap hartanya yang

bertambah dengan sangat mencolok. Pada saat musim haji setiap tahunnya, semua pegawai

tinggi harus melapor kepada Khalifah. Menurut penulis buku Kitab ul-Kharaj, setiap orang

berhak mengadukan kesalahan pejabat negara, yang tertinggi sekalipun, dan pengaduan itu harus

dilayani. Bila terbukti bersalah, pejabat tersebut mendapat ganjaran hukuman.

Muhammad bin Muslamah Ansari, seorang yang dikenal berintegritas tinggi, diangkat sebagai

penyelidik keliling. Dia mengunjungi berbagai negara dan meneliti pengaduan masyarakat.

Page 16: Sirah  4 Sahabat

Sekali waktu, Khalifah menerima pengaduan bahwa Sa‟ad bin Abi Waqqash, gubernur Kufah,

telah membangun sebuah istana. Seketika itu juga Umar memutus Muhammad Ansari untuk

menyaksikan adanya bagian istana yang ternyata menghambat jalan masuk kepemukiman

sebagian penduduk Kufah. Bagian istana yang merugikan kepentingan umum itu kemudian

dibongkar. Kasus pengaduan lainnya menyebabkan Sa‟ad dipecat dari jabatannya.

Seorang sejarawan Eropa menulis dalam The Encyclopedia of Islam: “Peranan Umar sangatlah

besar. Pengaturan warganya yang non-Muslim, pembentukan lembaga yang mendaftar orang-

orang yang mendapat hak untuk pensiun tentara (divan), pengadaan pusat-pusat militer (amsar)

yang dikemudian hari berkembang menjadi kota-kota besar Islam, pembentukan kantor kadi

(qazi), semuanya adalah hasil karyanya. Demikian pula seperangkat peraturan, seperti

sembahyang tarawih di bulan Ramadhan, keharusan naik haji, hukuman bagi pemabuk, dan

hukuman pelemparan dengan batu bagi orang yang berzina.”

Khalifah menaruh perhatian yang sangat besar dalam usaha perbaikan keuangan negara, dengan

menempatkannya pada kedudukan yang sehat. Ia membentuk “Diwan” (departemen keuangan)

yang dipercayakan menjalankan administrasi pendapatan negara.

Pendapatan persemakmuran berasal dari sumber :

Zakat atau pajak yang dikenakan secara bertahap terhadap Muslim yang berharta. Kharaj atau

pajak bumi Jizyah atau pajak perseorangan. Dua pajak yang disebut terakhir, yang membuat

Islam banyak dicerca oleh sejarawan Barat, sebenarnya pernah berlaku di kerajaan Romawi dan

Sasanid (Parsi). Pajak yang dikenakan pada orang non Muslim jauh lebih kecil jumlahnya dari

pada yang dibebankan pada kaum Muslimin. Khalifah menetapkan pajak bumi menurut jenis

penggunaan tanah yang terkena. Ia menetapkan 4 dirham untuk satu Jarib gandum. Sejumlah 2

dirham dikenakan untuk luas tanah yang sama tapi ditanami gersb (gandum pembuat ragi).

Padang rumput dan tanah yang tidak ditanami tidak dipungut pajak. Menurut sumber-sumber

sejarah yang dapat dipercaya, pendapatan pajak tahunan di Irak berjumlah 860 juta dirham.

Jumlah itu tak pernah terlampaui pada masa setelah wafatnya Umar.

Ia memperkenalkan reform (penataan) yang luas di lapangan pertanian, hal yang bahkan tidak

terdapat di negara-negara berkebudayaan tinggi di zaman modern ini. Salah satu dari reform itu

Page 17: Sirah  4 Sahabat

ialah penghapusan zamindari (tuan tanah), sehingga pada gilirannya terhapus pula beban buruk

yang mencekik petani penggarap. Ketika orang Romawi menaklukkan Syria dan Mesir, mereka

menyita tanah petani dan membagi-bagikannya kepada anggota tentara, kaum ningrat, gereja,

dan anggota keluarga kerajaan.

Sejarawan Perancis mencatat: “Kebijaksanaan liberal orang Arab dalam menentukan pajak dan

mengadakan land reform sangat banyak pengaruhnya terhadap berbagai kemenangan mereka di

bidang kemiliteran.”

Ia membentuk departemen kesejahteraan rakyat, yang mengawasi pekerjaan pembangunan dan

melanjutkan rencana-rencana. Sejarawan terkenal Allamah Maqrizi mengatakan, di Mesir saja

lebih dari 20.000 pekerja terus-menerus dipekerjakan sepanjang tahun. Sejumlah kanal di bangun

di Khuzistan dan Ahwaz selama masa itu. Sebuah kanal bernama “Nahr Amiril Mukminin,”

yang menghubungkan Sungai Nil dengan Laut Merah, dibangun untuk menjamin pengangkutan

padi secara cepat dari Mesir ke Tanah Suci.

Selama masa pemerintahan Umar diadakan pemisahan antara kekuasaan pengadilan dan

kekuasaan eksekutif. Von Hamer mengatakan, “Dahulu hakim diangkat dan sekarang pun masih

diangkat. Hakim ush-Shara ialah penguasa yang ditetapkan berdasarkan undang-undang, karena

undang-undang menguasai seluruh keputusan pengadilan, dan para gubernur dikuasakan

menjalankan keputusan itu. Dengan demikian dengan usianya yang masih sangat muda, Islam

telah mengumandangkan dalam kata dan perbuatan, pemisahan antara kekuasaan pengadilan dan

kekuasaan eksekutif.” Pemisahan seperti itu belum lagi dicapai oleh negara-negara paling maju,

sekalipun di zaman modern ini.

Umar sangat tegas dalam penegakan hukum yang tidak memihak dan tidak pandang bulu. Suatu

ketika anaknya sendiri yang bernama Abu Syahma, dilaporkan terbiasa meminum khamar.

Khalifah memanggilnya menghadap dan ia sendiri yang mendera anak itu sampai meninggal.

Cemeti yang dipakai menghukum Abu Syahma ditancapkan di atas kuburan anak itu.

Kebesaran Khalifah Umar juga terlihat dalam perlakuannya yang simpatik terhadap warganya

yang non Muslim. Ia mengembalikan tanah-tanah yang dirampas oleh pemerintahan jahiliyah

kepada yang berhak yang sebagian besar non Muslim. Ia berdamai dengan orang Kristen Elia

Page 18: Sirah  4 Sahabat

yang menyerah. Syarat-syarat perdamaiannya ialah: “Inilah perdamaian yang ditawarkan Umar,

hamba Allah, kepada penduduk Elia. Orang-orang non Muslim diizinkan tinggal di gereja-gereja

dan rumah-rumah ibadah tidak boleh dihancurkan. Mereka bebas sepenuhnya menjalankan

ibadahnya dan tidak dianiaya dengan cara apa pun.” Menurut Imam Syafi‟i ketika Khalifah

mengetahui seorang Muslim membunuh seorang Kristen, ia mengijinkan ahli waris almarhum

menuntut balas. Akibatnya, si pembunuh dihukum penggal kepala.

Khalifah Umar juga mengajak orang non Muslim berkonsultasi tentang sejumlah masalah

kenegaraan. Menurut pengarang Kitab al-Kharaj, dalam wasiatnya yang terakhir Umar

memerintahkan kaum Muslimin menepati sejumlah jaminan yang pernah diberikan kepada non

Muslim, melindungi harta dan jiwanya, dengan taruhan jiwa sekalipun. Umar bahkan

memaafkan penghianatan mereka, yang dalam sebuah pemerintahan beradab di zaman sekarang

pun tidak akan mentolerirnya. Orang Kristen dan Yahudi di Hems bahkan sampai berdoa agar

orang Muslimin kembali ke negeri mereka. Khalifah memang membebankan jizyah, yaitu pajak

perlindungan bagi kaum non Muslim, tapi pajak itu tidak dikenakan bagi orang non Muslim,

yang bergabung dengan tentara Muslimin.

Khalifah sangat memperhatikan rakyatnya, sehingga pada suatu ketika secara diam-diam ia turun

berkeliling di malam hari untuk menyaksikan langsung keadaan rakyatnya. Pada suatu malam,

ketika sedang berkeliling di luar kota Madinah, di sebuah rumah dilihatnya seorang wanita

sedang memasak sesuatu, sedang dua anak perempuan duduk di sampingnya berteriak-teriak

minta makan. Perempuan itu, ketika menjawab Khalifah, menjelaskan bahwa anak-anaknya

lapar, sedangkan di ceret yang ia jerang tidak ada apa-apa selain air dan beberapa buah batu.

Itulah caranya ia menenangkan anak-anaknya agar mereka percaya bahwa makanan sedang

disiapkan. Tanpa menunjukan identitasnya, Khalifah bergegas kembali ke Madinah yang

berjarak tiga mil. Ia kembali dengan memikul sekarung terigu, memasakkannya sendiri, dan baru

merasa puas setelah melihat anak-anak yang malang itu sudah merasa kenyang. Keesokan

harinya, ia berkunjung kembali, dan sambil meminta maaf kepada wanita itu ia meninggalkan

sejumlah uang sebagai sedekah kepadanya.

Khalifah yang agung itu hidup dengan cara yang sangat sederhana. Tingkat kehidupannya tidak

lebih tinggi dari kehidupan orang biasa. Suatu ketika Gubernur Kufah mengunjunginya sewaktu

Page 19: Sirah  4 Sahabat

ia sedang makan. Sang gubernur menyaksikan makanannya terdiri dari roti gersh dan minyak

zaitun, dan berkata, “Amirul mukminin, terdapat cukup di kerajaan Anda; mengapa Anda tidak

makan roti dari gandum?” Dengan agak tersinggung dan nada murung, Khalifah bertanya,

“Apakah Anda pikir setiap orang di kerajaanku yang begitu luas bisa mendapatkan gandum?”

“Tidak,” Jawab gubernur. “Lalu, bagaimana aku dapat makan roti dari gandum? Kecuali bila itu

bisa dengan mudah didapat oleh seluruh rakyatku.” Tambah Umar.

Dalam kesempatan lain Umar berpidato di hadapan suatu pertemuan. Katanya, “Saudara-

saudara, apabila aku menyeleweng, apa yang akan kalian lakukan?” Seorang laki-laki bangkit

dan berkata, “Anda akan kami pancung.” Umar berkata lagi untuk mengujinya, “Beranikah anda

mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan seperti itu kepadaku?” “Ya, berani!” jawab laki-laki

tadi. Umar sangat gembira dengan keberanian orang itu dan berkata, “Alhamdulillah, masih ada

orang yang seberani itu di negeri kita ini, sehingga bila aku menyeleweng mereka akan

memperbaikiku.”

Seorang filosof dan penyair Muslim tenar dari India menulis nukilan seperti berikut untuk dia:Jis

se jigar-i-lala me thandak ho who shabnam Daryaan ke dil jis se dabel jaen who toofan

Seperti embun yang mendinginkan hati bunga lily, dan bagaikan topan yang menggelagakkan

dalamnya sungai.

Sejarawan Kristen Mesir, Jurji Zaidan terhadap prestasi Umar berkomentar: “Pada zamannya,

berbagai negara ia taklukkan, barang rampasan kian menumpuk, harta kekayaan raja-raja Parsi

dan Romawi mengalir dengan derasnya di hadapan tentaranya, namun dia sendiri menunjukkan

kemampuan menahan nafsu serakah, sehingga kesederhanaannya tidak pernah ada yang mampu

menandingi. Dia berpidato di hadapan rakyatnya dengan pakaian bertambalkan kulit hewan. Dia

mempraktekkan satunya kata dengan perbuatan. Dia mengawasi para gubernur dan jenderalnya

dengan cermat dan dengan cermat pula menyelidiki perbuatan mereka. Bahkan Khalid bin Walid

yang perkasa pun tidak terkecuali. Dia berlaku adil kepada semua orang, dan bahkan juga bagi

orang non-Muslim. Selama masa pemerintahannya, disiplin baja diterapkan secara utuh.”

Hendaknya para pemimpin negeri ini bisa mencontoh Umar bin Khattab dalam memimpin negeri

ini. Mengedepankan kepentingan masyarakat luas daripada kepentingannya sendiri maupun

Page 20: Sirah  4 Sahabat

golongannya. Menjadi pimpinan yang benar-benar bertanggungjawab terhadap yang

dipimpinnya. Semoga!

USTMAN BIN AFFAN

„Utsman bin „Affan radhiallahu „anhu adalah shahabat yang terkenal dengan julukan Dzunnurain

(seorang yang memiliki dua cahaya), menantu Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam, dan salah

satu generasi terawal dalam menerima Islam, seorang Al-Khulafa`ur Rasyidun yang ketiga,

bahkan beliau termasuk salah satu dari sepuluh shahabat yang telah mendapat kabar gembira

kepastian masuk Al-Jannah, sekaligus beliau adalah orang yang para malaikat malu kepadanya.

Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim (hadits no. 2401) dan Ibnu Hibban

(6907) serta selain keduanya dari hadits „Aisyah radhiallahu „anha bahwa Rasulullah shalallahu

„alaihi wasallam berkata :

))

„Aisyah radhiallahu „anha berkata : Suatu hari Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam berbaring

di rumahku dalam keadaan kedua paha atau betisnya tersingkap. Kemudian datang Abu Bakr

meminta izin (untuk masuk). Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam mengizinkannya untuk

masuk, dalam keadaan beliau masih dalam kondisinya yang semula. Kemudian beliau

berbincang-bincang. Tiba-tiba datang „Umar bin Al-Khaththab meminta izin pula, dan beliau

pun mengizinkannya, dalam keadaan beliau masih dalam kondisinya yang semula, dan beliau

melanjutkan perbincangannya. Kemudian datang „Utsman bin „Affan meminta izin, tiba-tiba

Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam segera duduk sambil membenarkan pakaiannya. Maka

masuklah „Utsman bin „Affan, dan beliau pun terus berbincang. Ketika beliau keluar, „Aisyah

berkata : “Telah masuk Abu Bakr tetapi engkau tak nampak ceria dan tidak terlalu peduli. Begitu

pula ketika „Umar masuk, engkau pun tidak nampak ceria dan tidak terlalu peduli dengannya.

Namun ketika „Utsman bin „Affan masuk, engkau segera duduk dan membenahi pakaianmu.”

Page 21: Sirah  4 Sahabat

Maka Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam menjawab : “Tidakkah aku akan malu kepada

seseorang yang sesungguhnya para malaikat telah malu kepadanya?”

Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari (hadits no, 2626, 3491) dan yang lainnya dari Abu

„Abdirrahman As-Sulami,

Bahwa ketika Khalifah „Utsman bin „Affan dikepung (oleh kelompok Khawarij) beliau muncul

di hadapan orang-orang yang berada di sekitarnya sambil berkata : “Aku memohon persaksian

kalian atas nama Allah, dan tidaklah aku memohon persaksian kecuali dari para shahabat

Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam . Bukankah kalian telah mengetahui bahwa Rasulullah

shalallahu „alaihi wasallam pernah berkata : “Barangsiapa yang telah menggali sumur “Rumah”

maka baginya Al-Jannah.” Kemudian aku pun segera menggalinya? Dan bukankah kalian juga

telah tahu bahwa Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam pernah berkata : “Barangsiapa yang

mempersiapkan pembiayaan pasukan tempur pada peperangan Al-„Usrah maka baginya Al-

Jannah.” Kemudian aku pun segera melakukannya?”

Kemudian para shahabat yang ada di sekitarnya pun membenarkan apa yang diucapkannya.

Diriwayatkan pula oleh Al-Imam Al-Bukhari (hadits no. 3492, 3471) dan Al-Imam Muslim

(hadits no. 2403) serta selain keduanya, dari shahabat Abu Musa Al-Asy‟ari radhiallahu „anhu,

.

… kemudian datang orang berikutnya meminta izin kepada Rasulullah shalallahu „alaihi

wasallam untuk masuk. Beliau terdiam sejenak kemudian berkata : “Izinkanlah untuk orang

tersebut dan berilah kabar gembira kepadanya, bahwa dia akan masuk Al-Jannah. Namun dia

akan mengalami sebuah musibah yang pasti akan menimpanya.” Ternyata orang tersebut adalah

„Utsman bin „Affan.

Page 22: Sirah  4 Sahabat

Dia adalah dzu nurain (pemilik dua cahaya), orang yang pernah berhijrah dua kali sekaligus

suami dari dua putri Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam. Dialah Utsman bin Affan ra. Sejarah

kenabian tidak pernah mendapati orang yang menjadi menantu Rasulullah sebanyak dua kali

selain Utsman bin Affan.

Utsman bin Affan memiliki posisi terpandang di kalangan kaumnya pada masa jahiliah. Ia adalah

orang yang memiliki harta kekayaan yang berlimpah. Ia juga adalah orang yang rendah hati dan

pemalu. Kaumnya amat mencintai dirinya, sehingga ada seorang wanita Quraisy yang sedang

memomong anaknya dengan bersenandung:

Aku dan Ar Rahman (Tuhan Yang Penyayang) menyayangimu

Seperti orang Quraisy menyayangi Utsman

Begitu Islam memancarkan cahayanya di Mekkah, Utsman adalah orang yang termasuk para

pendahulu yang segera menyerap cahaya tersebut.

Kisah keislaman Utsman bin Affan hingga sekarang masih sering dikisahkan orang.

Hal itu dikarenakan saat pada masa jahiliah ia mendengar bahwa Muhammad bin Abdullah telah

menikahkan putrinya yang bernama Ruqayah dengan sepupunya yang bernama Utbah bin Abi

Lahab, Utsman merasa menyesal karena ia sudah kedahuluan. Ia merasa kesal karena tidak

beruntung mendapatkan istri yang memiliki akhlak yang mulia dan berketurunan baik.

Utsman pun kembali pulang ke rumah dengan perasaan kesal dan sedih. Saat pulang, ia

mendapati bibinya sedang berada di rumah yang bernama Su‟da binti Kuraizin. Su‟da ini adalah

perempuan yang tegas, cerdas dan sudah berusia senja. Su‟da berhasil menghilangkan kekesalan

Utsman dengan memberitahukan kepadanya bahwa akan muncul seorang Nabi yang

menghancurkan penyembahan kepada berhala, dan menyeru untuk beribadah kepada Tuhan

Yang Esa. Su‟da menyuruh Utsman untuk mengikuti ajaran agama Nabi tersebut, dan ia

menjanjikan bahwa Utsman akan mendapatkan apa yang pantas bagi dirinya. Utsman berkisah:

“Maka aku segera memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh bibiku tadi. Aku pun segera

menemui Abu Bakar dan aku ceritakan kepadanya apa yang telah diberitahukan bibi kepadaku.”

Page 23: Sirah  4 Sahabat

Abu Bakar berkata: “Demi Allah, bibimu telah berkata benar atas apa yang ia sampaikan

kepadamu dan dengan kebaikan yang ia janjikan untukmu, ya Utsman! Engkau pun adalah

seorang yang bijak dan tegas yang mampu membedakan kebenaran,dan tidak ada kebathilan

yang samar bagi dirimu.” Kemudian Abu Bakar berkata kepadaku:

“Apakah makna dari berhala yang disembah oleh kaum kita ini?! Bukankah berhala ini terbuat

dari batu yang tuli. Tidak bisa mendengar dan melihat?” Aku menjawab: “Benar.” Abu Bakar

berkata: “Apa yang telah dikatakan oleh bibimu telah terbukti, ya Utsman! Allah Swt telah

mengirimkan Rasul-Nya yang dinanti-nanti. Ia mengutusnya untuk semua orang dengan

membawa agama petunjuk dan kebenaran.” Aku bertanya: “Siapakah dia?!” Abu Bakar

menjawab: “Dialah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib.” Aku bertanya keheranan:

“Muhammad As Shodiq Al Amin (orang yang terkenal jujur dan terpercaya) itu?” Abu Bakar

menjawab: “Benar. Dialah orangnya.” Aku bertanya kepada Abu Bakar: “Apakah engkau mau

menemaniku untuk menemuinya?” Abu Bakar menjawab: “Baiklah.” Maka kami pun berangkat

untuk menemui Nabi Shalallahu‟alaihi-wa-salam. Begitu Beliau melihatku Beliau langsung

bersabda: “Ya Utsman, sambutlah seruan orang yang mengajak ke jalan Allah! Sebab aku adalah

utusan Allah kepada kalian secara khusus, dan kepada semua makhluk Allah secara umum.”

Utsman berkata: “Demi Allah, begitu aku melihat Beliau dan mendengarkan sabdanya, maka aku

langsung merasa nyaman dan aku percaya akan keRasulannya. Kemudian akupun langsung

bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-

Nya.”

Hingga hari itu tidak ada satupun orang yang berasal dari kaumnya yang mau beriman kepada

Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam.

Meswki tidak ada satupun yang menyatakan permusuhan kepada Nabi Shalallahu‟alaihi-wa-

salam selain pamannya yang bernama Abu Lahab. Abu Lahab dan istrinya yang bernama Ummu

Jamil adalah orang dari suku Quraisy yang paling keras melakukan perlawanan dan makar

terhadap diri Nabi Shalallahu‟alaihi-wa-salam. Maka Allah Swt menurunkan sebuah surat

tentang diri Abu Lahab dan istrinya:

Page 24: Sirah  4 Sahabat

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.Tidaklah berfaedah

kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang

bergejolak. Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari

sabut.” (QS. Al-Lahab [111] : 1-5)

Kebencian Abu Lahab kepada Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam semakin menjadi.

Demikian juga kedengkian istrinya. Tidak hanya ditujukan kepada Muhammad

Shalallahu‟alaihi-wa-salam akan tetapi kepada kaum muslimin yang menjadi pendukungnya.

Abu Lahab dan Ummu Jamil menyuruh putranya Utbah untuk menceraikan istrinya yang

bernama Ruqayyah putri Muhammad Shalallahu‟alaihi-wa-salam. Maka Utbah pun menceraikan

Ruqayyah karena alasan dendam kepada ayahnya.

Begitu Utsman mendengar berita telah dicerainya Ruqayyah, maka ia langsung teriak

kegirangan. Ia lalu segera meminang Ruqayyah dari Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam.

Maka Rasul Shalallahu‟alaihi-wa-salam pun menikahkan Ruqayyah kepadanya. Ummul

Mukminin Khadijah binti Khuwailid mengadakan walimah untuk perkawinan putrinya ini.

Utsman adalah seorang dari bangsa Quraisy yang memiliki tampang yang paling tampan,

sedangkan Ruqayyah juga tidak kalah cantik dan menarik. Maka banyak orang yang berkata

kepada Ruqayyah saat dirinya dinikahkan dengan Utsman:

Inilah pasangan terbaik yang pernah dilihat manusia

Ruqayyah, dan suaminya yang bernama Utsman

Utsman -meski dia memiliki kedudukan dan kebaikan yang banyaktidak terlepas dari siksaan

kaumnya saat ia memeluk Islam. Pamannya yang bernama Hakam merasa malu bila ada seorang

pemuda dari Bani Abdi Syamsin yang keluar dari agama bangsa Qurasiy, dan Hakam amat malu

dibuatnya. Maka Hakim bersama para pengikutnya berusaha menghadapi Utsman dengan

siksaan dan perlakuan yang kejam. Hakam menangkap Utsman dan mengikatkan tubuh Utsman

dengan tali. Hakam bertanya kepada Utsman: “Apakah engkau membenci agama ayah dan kakek

moyangmu, dan kini engkau masuk ke dalam agama yang dibuat-buat itu?! Demi Allah, aku

tidak akan membiarkanmu hingga engkau meninggalkan agama yang kau anut ini!” Utsman

Page 25: Sirah  4 Sahabat

menjawab: “Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan agamaku ini untuk selamanya, dan aku

tidak akan berpisah dengan Nabiku selagi aku hidup.

Meski pamannya terus menyiksa dirinya, akan tetapi ia semakin teguh dan tak tergoyahkan

dalam berakidah sehingga pamannya merasa putus asa dan akhirnya melepaskan Utsman dan

tidak lagi mengganggunya. Akan tetapi bangsa Quraisy masih saja membuat permusuhan

kepada Utsman dan menyiksanya, sehingga hal itu membuat Utsman berkeputusan untuk lari dan

menyelamatkan agamanya serta meninggalkan Nabinya. Utsman adalah muslim pertama yang

berhijrah ke Habasyah bersama istrinya ra. Saat mereka berdua hendak berangkat untuk

berhijrah, Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam melepas mereka dan berpesan: “Semoga Allah

Swt akan menemani Utsman dan istrinya yang bernama Ruqayah… Semoga Allah Swt akan

menemani Utsman dan istrinya yang bernama Ruqayah. Utsman adalah orang pertama yang

berhijrah bersama keluarganya setelah Nabi Allah Luth as.”

Utsman bersama istrinya tidak tinggal lama di Habasyah seperti para muhajirin lainnya. Mereka

berdua merasakan kerinduan yang amat sangat kepada Nabi Shalallahu‟alaihi-wa-salam dan

kepada Mekkah.

Maka keduanya kembali ke Mekkah dan menetap di sana hingga saat Allah Swt mengizinkan

kepada Nabi-Nya dan kepada kaum mukminin untuk berhijrah ke Madinah. Maka Utsman dan

Ruqayah pun berangkat bersama rombongan muhajirin.

Utsman mendampingi Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam dalam semua pertempuran yang

pernah Beliau lakukan. Tidak ada satu perang pun yang terlewatkan selain perang Badr. Dia

tidak turut-serta dalam perang ini karena harus merawat istrinya yang bernama Ruqayah sebab

sakit. Saat Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam kembali dari Badr, dan Beliau mendapati

Ruqayah telah kembali ke pangkuan Allah, maka Rasul Shalallahu‟alaihi-wa-salam menjadi

amat sedih. Rasul Shalallahu‟alaihi-wa-salam berbagi kesedihan dengan Utsman atas musibah

yang terjadi. Maka Rasul Shalallahu‟alaihi-wa-salam memasukkan Utsman ke dalam golongan

ahli Badr, dan mendapatkan jatah ghanimah. Kemudian Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam

Page 26: Sirah  4 Sahabat

menikahkan Utsman dengan putri kedua Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam yang bernama

Ummu Kultsum. Oleh karenanya, manusia memanggil Utsman dengan sebutan Dzu Nuraini

(orang yang memiliki dua cahaya).

Pernikahan Utsman yang kedua kalinya dengan putri Nabi Shalallahu‟alaihi-wa-salam adalah

sebuah keutamaan yang tidak didapatkan pria lain selain dirinya. Hal itu dikarenakan, belum

pernah terjadi sebelumnya ada orang yang menjadi menantu Nabi sebanyak dua kali selain

Utsman bin Affan radhiallahu‟anhu.

Keislaman Utsman ra adalah salah satu nikmat terbesar yang Allah Swt anugerahkan kepada

kaum muslimin dan kepada Islam. Tidak ada kesulitan yang dirasakan oleh kaum muslimin,

maka Utsman akan menjadi orang yang akan segera membantu kesulitan mereka. Tidak ada satu

musibah pun yang menimpa Islam, kecuali Utsman akan menjadi orang terdepan yang akan

mengurangi beban yang diderita Islam. Salah satunya adalah saat Rasulullah Shalallahu‟alaihi-

wa-salam hendak melakukan perang Tabuk, pada saat itu Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam

amat membutuhkan bantuan finansial sebagaimana Beliau juga membutuhkan orang-orang yang

akan menjadi prajurit dalam perang ini.

Sementara pasukan Romawi memiliki prajurit yang banyak, logistik yang memadai dan mereka

bertempur di negerinya sendiri. Sedangkan kaum muslimin, mereka akan melalui perjalanan

yang panjang dengan bekal yang sedikit dan kendaraan yang tidak memadai. Saat itu, kaum

muslimin juga sedang mengalami masa paceklik, yang jarang terjadi hal seperti ini di jazirah

Arab.

Dengan terpaksa maka Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam menolak banyak orang yang

hendak melakukan jihad dan melarang mereka untuk mencari syahadah (mati di jalan Allah)

sebab mereka tidak memiliki kendaraan yang dapat membawa mereka ke sana. Maka orang-

orang tadi kembali pulang ke tempat masing-masing dengan mata yang berlinang. Pada saat

itulah Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam naik ke atas mimbar. Beliau memuji Allah Swt,

kemudian Beliau menganjurkan umat Islam untuk mengerahkan segala kemampuan mereka dan

menjanjikan mereka dengan balasan yang besar.

Page 27: Sirah  4 Sahabat

Serta-merta Utsman berdiri dan berkata: “Aku akan memberikan 100 unta lengkap dengan

bekalnya, ya Rasulullah!” Kemudian Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam turun satu anak

tangga dari mimbarnya dan Beliau terus menganjurkan umat Islam untuk mengerahkan apa yang

mereka punya. Maka untuk kedua kalinya Utsman berdiri dan berkata:

“Aku akan memberikan 100 unta lagi lengkap dengan bekalnya, ya Rasulullah!”

Wajah Rasul Shalallahu‟alaihi-wa-salam menjadi cerah, kemudian Beliau turun satu anak tangga

lagi dari mimbar dan Beliau masih saja menyerukan umat Islam untuk mengerahkan segala yang

mereka miliki. Utsman untuk ketiga kalinya berdiri dan berkata: “Aku akan memberikan 100

unta lagi lengkap dengan bekalnya, ya Rasulullah!”

Pada saat itu Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam mengarahkan tangannya ke arah Utsman

pertanda Beliau senang dengan apa yang telah dilakukan Utsman ra. Beliau pun bersabda:

“Utsman setelah hari ini tidak akan pernah kesulitan… Utsman setelah hari ini tidak akan pernah

kesulitan.” Belum lagi Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam turun dari mimbarnya, namun

Utsman sudah berlari pulang ke rumah. Ia segera mengirimkan semua unta yang ia janjikan dan

disertai dengan 1000 dinar emas. Begitu uang-uang dinar tadi diserahkan kepangkuan

Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam, Beliau lalu membolak-balikkan uang dinar tersebut

seraya bersabda:

“Semoga Allah Swt akan mengampunimu, ya Utsman atas sedekah yang kau berikan secara

terang-terangan maupun sembunyi. Semoga Allah juga akan mengampuni segala sesuatu yang

ada pada dirimu, dan apa yang telah Ia ciptakan hingga terjadinya hari kiamat.” Pada saat

kekhalifahan Umar Al Faruq ra, saat itu manusia sedang menderita tahun paceklik yang

mengakibatkan banyak Shalallahu‟alaihi-wa-salamah ladang serta hewan yang menjadi

korbannya. Sehingga tahun tersebut dikenang dengan sebutan tahun Ramadah (debu)171 karena

parahnya paceklik yang terjadi. Kesulitan yang dirasakan oleh manusia di Madinah terus

semakin mengganas sehingga banyak nyawa manusia yang terancam. Suatu pagi para penduduk

datang menghadap khalifah Umar dan berkata: “Wahai khalifah Rasulullah. Langit sudah lama

tidak menurunkan hujan, dan bumi sudah tidak menumbuhkan pephonan. Banyak nyawa

manusia yang terancam. Apa yang mesti kita lakukan?!”

Page 28: Sirah  4 Sahabat

Dengan tatapan penuh kegelisahan Umar melihat wajah mereka dan berkata: “Bersabarlah dan

berharap pahalalah kalian kepada Allah! Aku amat berharap semoga Allah Swt akan

memudahkan kesulitan kalian pada petang ini.”

Pada penghujung hari, terdengar kabar bahwa kafilah Utsman bin Affan telah datang dari Syam,

dan rombongan tersebut akan tiba di Madinah pada pagi hari.

Begitu shalat Fajar usai dilaksanakan, maka semua orang berbondong-bondong menyambut

kedatangan kafilah ini.

Para pedagang yang menyambut kedatangan kafilah ini mendapati bahwa rombongan Utsman

terdiri dari 1000 unta yang sarat dipenuhi dengan gandum, minyak dan anggur kering.

Kafilah unta tersebut berhenti di depan pintu rumah Utsman bin Affan ra. Para budak segera

menurunkan muatan dari punggung unta.

Para pedagang pun segera menemui Utsman dan berkata kepadanya:

“Juallah kepada kami segala yang kau bawa, ya Abu Amr (panggilan Utsman)!”

Utsman berkata: “Aku akan menjualnya dengan senang hati kepada kalian, akan tetapi berapa

harga yang hendak kalian tawarkan kepadaku?” Mereka menjawab: “Setiap dirham yang kau

bayarkan akan kami ganti dengan dua dirham.”

Utsman menjawab: “Aku akan mendapatkan lebih dari itu.” Maka para pedagangpun

menambahkan lagi harga tawaran mereka. Utsman lalu berkata: “Aku akan mendapatkan lebih

dari harga yang telah kalian tambahkan.” Para pedagangpun menambahkan lagi harga tawaran

mereka.

Namun Utsman tetap berkata: “Aku akan mendapatkan lebih dari ini.” Para pedagang tadi

berkata: “Wahai Abu Amr, tidak ada para pedagang lain di Madinah selainkami. Juga tidak ada

seorang pun yang mendahului kami datang ke tempat ini. Lalu siapa yang telah memberikan

tawaran kepadamu melebihi harga yang kami tawarkan?!” Ustman menjawab: “Allah Swt akan

Page 29: Sirah  4 Sahabat

memberikan 10 kali lipat dari setiap dirham yang aku bayarkan. Apakah kalian dapat membayar

lebih dari ini?”

Para pedagang itu menjawab: “Kami tidak sanggup untuk membayarnya, wahai Abu Amr.

Utsman langsung berseru: “Aku bersaksi kepada Allah bahwa aku akan menjadikan semua

barang bawaan yang dibawa oleh kafilah ini sebagai sedekah kepada para fuqara kaum muslimin.

Aku tidak pernah berharap satu dirham ataupun satu dinar sebagai gantinya. Aku hanya berharap

keridhaan dan balasan dari Allah Swt.

Saat kekhalifahan berpindah ke tangan Utsman bin Affan, Allah Swt berkenan menaklukan pada

masa Utsman daerah Armenia dan Kaukasus. Allah juga memenangkan kaum muslimin untuk

menaklukan daerah Khurasan, Karman, Sigistan, cyprus dan beberapa daerah kecil di benua

Afrika.

Kaum muslimin pada masa Utsman mendapatkan kesejahteraan yang belum pernah dirasakan

oleh bangsa lain di muka bumi ini.

Hasan Al Bashry ra mengisahkan kesejahteraan penduduk pada masa Utsman bin Affan Dzu

Nurain, serta kedamaian dan kenyamanan yang dirasakan oleh umat Islam. Ia berkata:

“Aku pernah melihat ada seorang pegawai Utsman berseru: „Wahai manusia, segeralah kalian

mengambil jatah!‟ Maka semua orang pun segera mengambil jatah mereka secara merata.

„Wahai manusia, segeralah datang untuk mengambil rizqi kalian!‟ Maka semua manusia segera

berdatangan dan mereka mendapatkan jatah rizqi yang berlimpah.

Demi Allah kedua telingaku mendengar pegawai tadi berseru:

„Segeralah kalian mengambil pakaian kalian!‟ Semua orang segera mengambil pakaian yang

panjang dan lebar. Pegawai tadi juga berseru:

„Segeralah kalian mengambil minyak dan juga madu!‟ Semua itu tidak mengherankan karena

harta pada masa Utsman terus menerus berdatangan dan berlimpah.

Page 30: Sirah  4 Sahabat

Hubungan antara sesama muslim menjadi nyaman. Tidak ada di muka bumi seorang mukmin

yang merasa khawatir terhadap seorang mukmin yang lain. Yang ada adalah seorang muslim

yang menyayangi, mencintai dan membantu muslim lainnya.

Akan tetapi ada sebagian orang yang bila sudah merasa kenyang maka mereka akan kelewat

batas. Jika mereka mendapatkan nikmat Allah maka mereka akan menjadi kufur.

Maka sebagian orang tadi malah melemparkan cacian kepada Utsman tentang berbagai

permasalahan, yang bila permasalah tersebut dilakukan oleh orang selain Utsman maka mereka

tidak akan mencacinya. Mereka tidak hanya mencaci Utsman. Kalau saja mereka berhenti

mencaci Utsman, maka keadaan akan bertambah tenang. Akan tetapi setan terus meniupkan api

permusuhan dan kejahatan pada diri orang-orang tadi.

Sehingga ada sekelompok orang yang berjumlah banyak dari berbagai suku berbeda berkumpul

di sekeliling rumah Utsman selama 40 malam. Mereka menghalangi penduduk rumah Utsman

untuk mendapatkan air bersih.

Orang-orang zhalim ini telah lupa bahwa Utsman-lah orang yang pernah membeli sumur rumah

dengan hartanya agar pada penduduk dan orang yang melancong ke Madinah Al Munawarah

tidak kehausan. Padahal sebelumnya, penduduk Madinah tidak memiliki sumber air jernih yang

dapat mereka minum.

Mereka juga menghalangi Utsman untuk melakukan shalat berjamaah di Masjid Rasulullah

Shalallahu‟alaihi-wa-salam.

Orang-orang tersebut telah tertutup matanya untuk mengetahui bahwa Utsman-lah yang pernah

memperluas Masjid Nabawi dengan hartanya sendiri, agar kaum muslimin merasa lapang dan

nyaman berada di dalamnya.

Saat kesulitan ini semakin menghebat menimpa diri Utsman, maka sekitar 700 orang dari

kalangan sahabat dan anak-anak mereka segera berusaha melindungi Utsman.

Page 31: Sirah  4 Sahabat

Di antara mereka adalah: Abdullah bin Umar bin Khattab, Abdullah bin Zubair Al Awwam, Al

Hasan dan Al Husain kedua putra Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah dan banyak lagi.

Akan tetapi Utsman bin Affan lebih memilih dirinya yang akan menjadi korban daripada banyak

nyawa kaum muslimin yang akan menjadi korban hanya demi melindungi dirinya saja. Ia juga

memilih untuk meregang nyawa daripada kaum muslimin lain yang akan menjadi korban

pembunuhan.

Utsman berpesan kepada orang-orang yang hendak melindunginya agar ia dibiarkan sesuai

kehendak Allah Swt saja. Utsman berkata kepada mereka: “Aku berjanji kepada orang yang

memiliki tanggung jawab kepadaku agar mereka menahan diri dan tangannya.” Ia juga berkata

kepada para budaknya: “Siapa yang mengembalikan pedang ke sarungnya, maka ia akan

merdeka!”

Saat Utsman memejamkan matanya sebelum terjadi pembunuhan terhadap dirinya,ia melihat

Nabi Shalallahu‟alaihi-wa-salam yang diiringi oleh kedua sahabatnya yang bernama Abu Bakar

As Shiddiq dan Umar bin Khattab.

Utsman mendengar Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam bersabda kepadanya: “Segeralah

menyusul kami, ya Utsman!” Maka Utsman merasa yakin bahwa ia akan segera berjumpa

dengan Tuhannya dan Nabinya.

Pagi itu Utsman bin Affab berpuasa. Ia meminta untuk dibawakan celana panjang dan kemudian

ia mengenakannya karena ia merasa khawatir bahwa auratnya dapat tersingkap jika ia dibunuh

oleh orang-orang durjana tadi.

Pada hari Jum;at 18 Dzul Hijjah, terbunuhlah seorang hamba yang rajin beribadah dan berzuhud.

Orang yang suka berpuasa dan melakukan qiyamul lail. Orang yang berhasil menyatukan mushaf

Al Qur‟an. Menantu Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam.

Ia berpulang ke pangkuan Tuhan saat ia sedang kehausan karena berpuasa, sementara Kitabullah

terbentang di antara kedua tangannya.

Page 32: Sirah  4 Sahabat

Hal yang membuat kaum muslimin semakin sedih adalah di antara para pembunuh Utsman ra

tidak terdapat seorang tokoh sahabat maupun anak sahabat yang turut-serta dalam proses

pembunuhannya ini kecuali seorang saja dari mereka yang pada akhirnya ia merasa malu dan

enggan untuk melakukannya.

ALI BIN ABI THALIB

Pribadinya

Ayahnya adalah: Abu Thalib, paman Nabi Shalallahu‟alaihi-wa-salam, bin Abdul Muththalib,

bin Hasyim, bin Abdi Manaf, bin Qushayy. Ibunya adalah: Fathimah binti Asad, bin Hasyim, bin

Abdi Manaf. Saudara-saudara kandungnya adalah: Thalib, 'Uqail, Ja'far dan Ummu Hani.

Dengan demikian, jelaslah, Ali adalah berdarah Hasyimi dari kedua ibu-bapaknya. Keluarga

Hasyim memiliki sejarah yang cemerlang dalam masyarakat Mekkah. Sebelum datangnya Islam,

keluarga Hasyim terkenal sebagai keluarga yang mulia, penuh kasih sayang, dan pemegang

kepemimpinan masyarakat. Ibunya adalah Fathimah binti Asad, yang kemudian menamakannya

Haidarah. Haidarah adalah salah satu nama singa, sesuai dengan nama ayahnya: Asad (singa).

Fathimah adalah salah seorang wanita yang terdahulu beriman dengan Risalah Nabi Muhammad

Shalallahu‟alaihi-wa-salam. Dia pula-lah yang telah mendidik Nabi Shalallahu‟alaihi-wa-salam,

dan menanggung hidupnya, setelah meninggalnya bapak-ibu beliau, Abdullah dan Aminah.

Beliau kemudian membalas jasanya, dengan menanggung kehidupan Ali, untuk meringankan

beban pamannya, Abu Thalib, pada saat mengalami kesulitan ekonomi. Saat Fathimah

meninggal dunia, Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam yang mulai mengkafaninya dengan baju

qamisnya, meletakkannya dalam kuburnya, dan menangisinya, sebagai tangisan seorang anak

atas ibunya. Dan bersabda:

"Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik bagi ibu asuhku ini. Engkau adalah orang

yang paling baik kepadaku, setelah pamanku dan almarhumah ibuku. Dan semoga Allah SWT

meridhai-mu."

Page 33: Sirah  4 Sahabat

Dan karena penghormatan beliau kepadanya, maka beliau menamakan anaknya yang tersayang

dengan namanya: Fathimah. Darinyalah kemudian mengalir nasab beliau yang mulia, yaitu anak-

anaknya: Hasan, Husein, Zainab al Kubra dan Ummu Kultsum.

Haidarah adalah nama Imam Ali yang dipilihkan oleh ibunya. Namun ayahnya menamakannya

dengan Ali, sehingga dia terkenal dengan dua nama tersebut, meskipun nama Ali kemudian lebih

terkenal.

Anak-anaknya adalah: Hasan, Husein, Zainab, Ummu Kultsum, dari Fathimah binti Rasulullah

Shalallahu‟alaihi-wa-salam. Seorang isteri yang tidak pernah diperlakukan buruk oleh Ali r.a.

selama hidupnya. Bahkan Ali tetap selalu mengingatnya setelah kematiannya. Ia juga

mempunyai beberapa orang anak dari isteri-isterinya yang lain, yang ia kawini setelah wafatnya

Fathimah r.a. Baik isteri dari kalangan wanita merdeka maupun hamba sahaya. Yaitu: Muhsin,

Muhammad al Akbar, Abdullah al Akbar, Abu Bakar, Abbas, Utsman, Ja'far, Abdullah al

Ashgar, Muhammad al Ashghar, Yahya, Aun, Umar, Muhammad al Awsath, Ummu Hani,

Maimunah, Rahmlah ash Shugra, Zainab ash Shugra, Ummu Kaltsum ash Shugra, Fathimah,

Umamah, Khadijah, Ummu al Karam, Ummu Salmah, Ummu Ja'far, Jumanah, dan Taqiyyah.

Keturunannya yang mulia, selanjutnya mengalir dari Hasan, Husain, Muhammad bin Hanafiah,

Umar dan Abbas. Karena kecintaan dan penghormatannya yang mendalam terhadap sahabat

Nabi yang mulia, dan yang telah dijanjikan masuk surga, maka ia menamakan beberapa orang

anaknya dengan nama-nama mereka, yaitu: Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Abu Bakar, anaknya,

terbunuh bersama Husain dalam peristiwa Karbala. Anak ini merupakan anak dari isterinya,

Laila bin Mi'waz. Sementara anaknya Utsman yang dilahirkan dari isterinya Ummu Banin, juga

terbunuh dalam perisitwa Karbala. Sedangkan Umar adalah anaknya dari Ummu Habib ash

Shahba.

Saat imam Ali mendapatkan mati syahid, ia meninggalkan empat orang isteri yang merdeka,

yaitu: Umamah, Laila, Ummu Banin dan Asma bin 'Umais. Serta delapan belas orang hamba

sahaya wanita.

Jumlah seluruh anak lakinya adalah lima belas orang, dan anak perempuannya adalah delapan

belas orang.

Page 34: Sirah  4 Sahabat

Kelahirannya

Fathimah binti Asad melahirkan anaknya, Haidarah (Ali KW), di Ka'bah, pada dua puluh satu

tahun sebelum hijrah. Ada yang mengatakan, pada tahun ke tiga puluh dua dari kelahiran

Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam. Ia adalah anak bungsu dari kedua orang tuanya, selain

Ja'far, Uqail dan Thalib. Saat Abu Thalib mengalamai krisis ekonomi karena kekeringan yang

melanda, seperti yang dialami oleh orang-orang Quraisy, Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam

menyarankan kepada kedua pamannya: Hamzah dan Abbas untuk turut membantu meringankan

beban saudaranya, Abu Thalib, dengan menanggung biaya hidup anaknya. Maka keduanya pun

memenuhi permintaan tersebut. Mengetahui hal itu, Abu Thalib berkata kepada kedua

saudaranya tersebut,: "Ambillah siapa yang kalian ingini, namun tinggalkanlah Uqail, untuk

tetap aku didik." Uqail adalah anak yang paling disayangi oleh Abu Thalib. Maka Abbas

mengambil Thalib, Hamzah mengambil Ja'far dan Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam

mengambil Ali KW.

Adalah Nabi Shalallahu‟alaihi-wa-salam bagi anak keponakannya, Ali KW, bertindak sebagai

bapak, saudara, teman, dan guru pendidik. Dan Ali pun menerima beliau pengganti kedua orang

tua, dan keluarganya. Sehingga ia pun terdidik dalam didikan Nabi Shalallahu‟alaihi-wa-salam.

Ia Merupakan keturunan puncak keluarga Hasyimiah, yang darinya terlahir kemuliaan,

kedermawanan, sifat pemaaf, ksaih sayang dan hikmah yang lurus.

Seperti diriwayatkan, ia tumbuh menjadi anak yang cepat matang. Di wajahnya tampak jelas

kematangannya, yang juga menunjukkan kekuatan, dan ketegasan. Saat ia menginjak usia

pemuda, ia segera berperan penuh dalam dakwah Islam, tidak seperti yang dilakukan oleh

pemuda seusianya. Contoh yang paling jelas adalah keikhlasannya untuk menjadi tameng

Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam saat beliau hijrah, dengan menempati tempat tidur beliau.

Ia juga terlibat dalam peperangan yang hebat, seperti dalam perang Al Ahzab, dia pula yang

telah menembus benteng Khaibar. Sehingga dia dijuluki sebagai pahlawan Islam yang pertama.

Isteri-isterinya: setelah Fathimah az Zahra wafat, Imam Ali menikahi Umamah bin Abi Al Ash

bin Rabi' bin Abdul Uzza al Qurasyiyyah. Selanjutnya menikahi Umum Banin bini Haram bin

Khalid bin Darim al Kulabiyah. Kemudian Laila binti Mas'ud an Nahsyaliyyah, ad Daarimiyyah

Page 35: Sirah  4 Sahabat

dari Tamim. Berikutnya Asmaa binti 'Umais, yang sebelumnya merupakan isteri Ja'far bin Abi

Thalib, dan selanjutnya menjadi isteri Abu Bakar (hingga ia meninggal), dan berikutnya menjadi

isteri imam Ali. Selanjutnya ia menikahi Ummu Habib ash Shahbaa at Taghalbiyah. Kemudian,

Khaulah binti Iyas bin Ja1far al Hanafiyyah. Selanjutnya Ummu Sa'd ats Tsaqafiyyah. Dan

Mukhabba'ah bintih Imri'il Qais al Kulabiyyah.

Sifat-sifatnya: Imam Ali KW adalah seorang dengan perawakan sedang, antara tinggi dan

pendek. Perutnya agak menonjol. Pundaknya lebar. Kedua lengannya berotot, seakan sedang

mengendarai singa. Lehernya berisi. Bulu jenggotnya lebat. Kepalanya botak, dan berambut di

pinggir kepala. Matanya besar. Wajahnya tampan. Kulitnya amat gelap. Postur tubuhnya tegap

dan proporsional. Bangun tubuhnya kokoh, seakan-akan dari baja. Berisi. Jika berjalan seakan-

akan sedang turun dari ketinggian, seperti berjalannya Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam.

Seperti dideskripsikan dalam kitab Usudul Ghaabah fi Ma'rifat ash Shahabah: adalah Ali bin Abi

Thalib bermata besar, berkulit hitam, berotot kokoh, berbadan besar, berjenggot lebat, bertubuh

pendek, amat fasih dalam berbicara, berani, pantang mundur, dermawan, pemaaf, lembut dalam

berbicara, dan halus perasaannya.

Jika ia dipanggil untuk berduel dengan musuh di medan perang, ia segera maju tanpa gentar,

mengambil perlengkapan perangnya, dan menghunuskan pedangnya. Untuk kemudian

menjatuhkan musuhnya dalam beberapa langkah. Karena sesekor singa, ketika ia maju untuk

menerkam mangsanya, ia bergerak dengan cepat bagai kilat, dan menyergap dengan tangkas,

untuk kemudian membuat mangsa tak berkutik.

Tadi adalah sifat-sifat fisiknya. Sedangkan sifat-sifat kejiwaannya, maka ia adalah sosok yang

sempurna, penuh dengan kemuliaan.

Keberaniannya menjadi perlambang para kesatria pada masanya. Setiap kali ia menghadapi

musuh di medan perang, maka dapat dipastikan ia akan mengalahkannya.

Seorang yang takwa tak terkira, tidak mau masuk dalam perkara yang syubhat, dan tidak pernah

melalaikan syari'at.

Page 36: Sirah  4 Sahabat

Seorang yang zuhud, dan memilih hidup dalam kesederhanaan. Ia makan cukup dengan berlauk-

kan cuka, minyak dan roti kering yang ia patahkan dengan lututnya. Dan memakai pakaian yang

kasar, sekadar untuk menutupi tubuh di saat panas, dan menahan dingin di kala hawa dingin

menghempas.

Penuh hikmah, adalah sifatnya yang jelas. Dia akan berhati-hati meskipun dalam sesuatu yang ia

lihat benar, dan memilih untuk tidak mengatakan dengan terus terang, jika hal itu akan membawa

mudharat bagi umat. Ia meletakkan perkara pada tempatnya yang tepat. Berusaha berjalan

seirama dengan rekan-rekan pembawa panji dakwah, seperti keserasian butiran-butiran air di

lautan.

Ia bersikap lembut, sehingga banyak orang yang sezaman dengannya melihat ia sedang bergurau,

padahal hal itu adalah suatu bagian dari sifat kesempurnaan yang melihat apa yang ada di balik

sesuatu, dan memandang kepada kesempurnaan. Ia menginginkan agar realitas yang tidak

sempurna berubah menjadi lurus dan meningkat ke arah kesempurnaan. Gurauan adalah 'anak'

dari kritik. Dan ia adalah 'anak' dari filsafat. Menurutku, gurauan yang tepat adalah suatu tanda

ketinggian intelektualitas para tokoh pemikir dalam sejarah.

Ia terkenal kefasihannya. Sehingga ucapan-ucapannya mengandung nilai-nilai sastra Arab yang

jernih dan tinggi. Baik dalam menciptakan peribahasa maupun hikmah. Ia juga mengutip dari

redaksi Al Quran, dan hadits Rasulullah Shalallahu‟alaihi-wa-salam, sehingga menambah

benderang dan semerbak kata-katanya. Yang membuat dirinya berada di puncak kefasihan

bahasa dan sastra Arab.

Ia amat loyal terhadap pendidiknya, Nabi-nya, juga Rabb-nya. Serta berbuat baik kepada

kerabatnya. Amat mementingkan isterinya yang pertama, Fathimah az Zahra. Dan ia selalu

berusaha memberikan apa yang baik dan indah kepada orang yang ia senangi, kerabatnya atau

kenalannya.

Ia berpendirian teguh, sehingga menjadi tokoh yang namanya terpatri dalam sejarah. Tidak

mundur dalam membela prinsip dan sikap. Sehingga banyak orang yang menuduhnya bodoh

dalam politik, tipu daya bangsa Arab, dan dalam hal melembutkan sikap musuh, sehingga

kesulitan menjadi berkurang. Namun, sebenarnya kemampuannya jauh di atas praduga yang

Page 37: Sirah  4 Sahabat

tidak benar, karena ia tahu apa yang ia inginkan, dan menginginkan apa yang ia tahu. Sehingga,

di samping kemanusiaannya, ia seakan-akan adalah sebuah gunung yang kokoh, yang

mencengkeram bumi. Itu emua adalah cermin dari percaya dirinya, keimanannya, dan

keyakinanya terhadap Rabb-nya, lantas bagaimana mungkin ia menjadi lembek?

Ia dengan teguh menolak sikap yang tidak sesuai dengan kebenaran, atau syari'ah, atau akhlak

atau kemuliaan. Jiwanya yang mulia menolak untuk menipu seorang gubernur yang senang

berkuasa, dan yang menghamburkan kekayaan umat untuk kepentingan hamba nafsunya. Ia tidak

tidak peduli dengan orang yang membenci, atau orang yang memusuhinya. Menurutku, ia adalah

sifat orang yang kuat, baik dalam kepribadiaannya, pendapatnya dan dalam memegang

kebenaran.

Barangkali ada yang berpikir bahwa ia telah bersikap lunak dalam peristiwa tahkim (arbitrase).

Namun menurutku, dugaan seperti itu adalah suatu kebodohan. Imam Ali KW tidak bersifat

lembek, namun ia lebih mementingkan persatuan umat. Karena orang-orang yang ikut bersidang

saat itu sedang berada dalam kubu-kubu yang saling berbeda pendapat. Maka ia memilih untuk

keluar dari kondisi terburuk menuju kondisi yang buruk. Ia telah menegaskan hal itu, dan

memberi peringatan kepada para pengikutnya. Namun ternyata orang-orang yang berada di

sekitarnya tenggelam dalam perdebatan tanpa ujung dan pertikaian tanpa henti. Sehingga

terjadilah peristiwa-peristiwa yang memilukan.

Rasa kasih sayang dalam hatinya-lah yang mendorong dirinya untuk bersikap lunak dan tidak

keras. Hal itu ia lakukan karena ingin menyelamatkan orang lain, sehingga ia rela meletakkan

dirinya dalam bahaya. Ia rela untuk menebus nyawa orang yang ia kasihi, atau kelompok orang

yang beriman, atau beberapa orang yang sedang diincar oleh musuh, dengan nyawanya.

Sehingga diapun bersikap lunak, dan meminta jalan yang lebih baik. Agar kasih sayang

mengalahkan kecemburuan, kecintaan mengalahkan kekerasan, dan menjauhkan orang-orang

yang ia sayangi dari kebinasaan. Orang yang membaca apa yang ia pinta kepada Zubair bin

Awwam dan Thalhah bin Abdullah, niscaya akan mengetahui bahwa keduanya telah

menghianatinya, dan memeranginya. Maka iapun mengecam keduanya, dengan kecaman seorang

penyayang terhadap orang yang ia sayangi. Ia mengingatkan keduanya tentang janji-janji yang

pernah mereka ucapkan, dan kebersamaan mereka dalam menegakkan kalimat Allah SWT. Apa

Page 38: Sirah  4 Sahabat

yang ia lakukan saat terjadi bentrokan yang terjadi antara dirinya dan Aisyah menjadi bukti akan

ketinggian sifat kasih sayangnya, kemuliaan perasaannya, dan usahanya yang keras untuk

memadamkan tanda-tanda ambisi rendahan, yang tidak layak bagi tokoh besar seperti dirinya,

juga bagi tokoh mulia semacam Aisyah r.a. Oleh karena itu, ia berusaha melakukan negosiasi

yang hanya dapat dilakukan oleh orang besar semacam dirinya, yaitu para mujahidin yang mulia.