respon jama'ah terhadap pengajian kitab fikih shalat

75
RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (s.sos.i) Oleh M. Firmansyah R NIM: 103052029856 JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008 M.

Upload: leque

Post on 31-Dec-2016

228 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB

FIKIH SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH

GUNUNG PUTRI BOGOR

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (s.sos.i)

Oleh

M. Firmansyah R NIM: 103052029856

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H./2008 M.

Page 2: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skrpsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bogor, Januari 2008

M. Firmansyah R

Page 3: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB

FIKIH SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH

GUNUNG PUTRI BOGOR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

M. Firmansyah R NIM: 103052029856

Di Bawah Bimbingan

Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. NIP: 150 299 324

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1429 H./2008 M.

Page 4: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB

FIKIH SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI

BOGOR telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 Maret 2008. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial Islam

(S.Sos.I) pada program studi Bimbingan PEnyuluhan Islam.

Jakarta, 27 Maret 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Murodi, MA. Dra. Sukmayeti, NIP: 150 254 102 NIP: 150 234 867

Anggota, Penguji I Penguji II Drs. M. Lutfi, MA. Dra. Nasichah, MA NIP: 150 268 782 NIP: 150 276 298

Pembimbing

Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA NIP: 150 299 324

Page 5: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

ABSTRAK

M.FIRMANSYAH R

RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

DI MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR

Ibadah shalat merupakan suatu bentuk pengabdian seorang hamba terhadap Sang Pencipta Allah SWT. dengan mengagungkan-Nya akan mendatangkan rasa takut dan menumbuhkan rasa kebesaran dan keesaan-Nya serta dengan khusyu berharap akan ridha-Nya yang terdiri atas perbuatan dan perkataan yang dimulai dengan takbir serta diakhiri dengan salam dan juga berdasarkan syarat dan rukun tertentu. Dan ketika seorang hamba melakukan kewajibannya kepada sang Khalik ia sudah tahu secara jelas melaksanakan kewajibannya, dan tidak lagi merasa sekedar formalistik dan merasa sebagai suatu ritual belaka. Oleh karena itu, aktifitas keagamaan yang ada disebuah lembaga seperti pengajian kitab fikih shalat yang diadakan di Masjid Riyadhul Jannah menimbulkan respon yang sangat positif kepada para jama’ah pengajian di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon para jama’ah terhadap pengajian kitab fikih khususnya mengenai Ibadah shalat yang diadakan di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor. Penelitian ini membahas tentang berbagai respon para jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat yang terdiri atas perasaan jama’ah dalam merespon keberadaan pengajian kitab fikih shalat, komentar para jama’ah mengenai materi yang disampaikan, keaktifan para jama’ah mengikuti pengajian, serta minat para jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat.

Subjek yang diteliti yaitu para jama’ah Masjid Riyadhul Jannah yang aktif mengikuti pengajian kitab fikih Dan objek yang diteliti yaitu respon para jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat yang diadakan di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan Stratified random sampling. Pengumpulan data di lakukan dengan metodologi penelitian lapangan yang memuat pertanyaan tertulis dalam bentuk angket dan pengamatan langsung di lapangan.

Melalui wawancara, observasi dan penyebaran angket diketahui bahwa kegiatan pengajian kitab fikih shalat tersebut mempunyai respon yang beragam dari para jama’ah. Hasil dari penelitian ini memiliki respon yang positif dari para jama’ah di mana mereka sangat antusias mengikuti kegiatan pengajian kitab fikih ini.

Page 6: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Sang Pencipta

alam semesta Allah SWT Yang Maha Suci. Dzat yang menyelimuti tujuh petala

langit dan tujuh lapis bumi. atas karunia-Nya yang dianugerahkan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai dengan harapan.

Untaian puspita salam kesejahteraan penulis sanjungkan ke pangkuan sang

pelita alam cahaya bagi seluruh alam, imaamul anbiyaa wal mursaliin, Nabi

Muhammad SAW yang menerangi dunia dengan risalah-risalah yang diembannya.

Semoga kita dihujani rahmat Allah SWT dan dijauhkan dari murka-Nya, Amin.

Selanjutnya, dalam penyelesaian skripsi ini, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Murodi, M.A., sosok dekan yang disiplin,

visioner dan dekat dengan mahasiswa. Para Pembantu Dekan : Drs. Arief

Subhan, M.A., Drs. H. Mahmud Jalal, M.A., dan Study Rizal LK, M.A.,

serta segenap dosen dan staf Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

Jazaakallahum khairan katsiraa.

2. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Drs. M. Lutfi, M.Ag.,

Sekertaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Nasichah, M.A.,

Penasehat Akademik Drs. Cecep Castrawijaya, M.A., mereka telah

mengantar penulis dengan kesabarannya. Semoga Allah SWT

membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Page 7: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

3. Dosen pembimbing Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A., Subhanallah,

penulis bersyukur mendapat pembimbing seperti beliau. Dengan

kesabarannya, keikhlasannya, selalu membimbing, mengkritik,

memotivasi anak didiknya dengan baik. Jazaakallahum khairan katsiraa.

4. Pimpinan dan staf karyawan perpustakaan dakwah dan komunikasi serta

perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan bantuannya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Ayahanda Muhammad Ilyas dan Ibunda Sopinah, terima kasih atas nilai-

nilai agama yang telah ditanamkan sejak kecil hingga ananda dewasa.

Yaa…Allah semoga hambamu ini menjadi anak yang berbakti kepada

mereka. Amien.

6. Kakak-kakakku tercinta Mba Happy, Mba Ani, Mas Dino, Mba Anah,

Abang, yang selalu memberikan support dan motivasi kepada penulis

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

7. Adikku tersayang adinda Nurul Cahya Islami, you are my motivation.

8. Terkasih adinda tersayang Nona Utami Ning Ayu, serta My Little Angel,

Nafissa Putri, kalian adalah inspirator dan semangat abi.

9. All my best friend, kawan-kawan BPI angkatan 2003, dan 2004 thanks for

your support, dan juga telah menorehkan kisah indah tiada akhir.,

10. Kawan-kawan OG.El-Hanafiyah, yang selalu mendukung dan

memberikan semangat kepada penulis.

Terakhir kepada seluruh pihak baik langsung maupun tak langsung yang

telah memudahkan penlis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima

Page 8: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

kasih atas segalanya. Mohon maaf dibukakan pintu maaf bila ada kata yang

salah, perbuatan dan sikap yang tidak berkenan dihati. Semoga Allah SWt

membalas segala kebaikan kalian semua.

Bogor, 27 Maret 2008

Penulis

Page 9: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………... i

KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………… v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………….. 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah………………………. 7

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian……………………………... 7

D. Tinjauan Pustaka……………………………………………. 8

E. Metodologi Penelitian………………………………………. 8

F. Sistematika Penulisan……………………………………….. 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Respon……..………………………………….. 12

B. Pengajian Kitab Fikih Shalat………………………………. 14

1. Pengertian Pengajian…………………………………. 14

2. Pengertian Kitab Fikih Shalat…...…………………… 16

3. Fungsi Ibadah Shalat………………………………… 22

4. Tujuan Ibadah Shalat………………………………… 24

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. MASJID RIYADHUL JANNAH

GUNUNG PUTRI BOGOR………………………………… 27

1. Sejarah Berdirinya…………………………………….. 27

2. Program Kerja ………………………………………… 29

3. Susunan Pengurus DKM……………………………… 30

4. Sarana dan Prasarana…………………………………. 32

B. Profil Jama’ah………………………………………………. 33

Page 10: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Kegiatan Pengajian Kitab Fikih Shalat…………………….. 35

B. Analisis Respon Jama’ah Terhadap Pengajian Kitab

Fikih Shalat di Masjid Riyadhul Jannah

Gunung Putri Bogor...............................................………… 38

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………… 46

B. Saran………………………………………………………. 48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah penyebaran agama Islam, ibadah shalat merupakan hal yang

utama yang diserukan oleh Rasulullah SAW kepada umat manusia setelah iman.

Dalam peningkatan ibadah shalat, seorang guru atau ustadz dalam hal ini harus

berusaha menanamkan pengertian dan kesenangan melaksanakan atau

menunaikan ibadah shalat kepada para jama’ah agar benar-benar mengerti dan

memahami serta dapat melaksanakannya secara baik dan benar. Para jama’ah

dapat meningkatkan dan memberikan motivasi beribadah kepada lingkungan

keluarga, dan masyarakat untuk mempelajari ilmu agama. Sehingga terwujudlah

suasana kehidupan yang agamis. Mengerjakan ibadah shalat merupakan salah satu

bentuk pengabdian kepada Allah SWT untuk meningkatkan keimanan. Dan

sebagai pengikut nabi Muhammad SAW, diwajibkan menjalankan shalat lima

waktu sehari semalam.

Karena Islam adalah agama yang diturunkan ke dunia untuk seluruh umat

manusia, dengan adanya keberadaan Islam yang universal, maka wajib bagi kaum

muslimin untuk menyebarkan ajaran Islam. Dan salah satu aktivitas keagamaan

yang secara langsung digunakan untuk mensosialisasikan ajaran Islam bagi

Page 12: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

penganutnya dan umat manusia pada umumnya adalah salah satunya dengan

diadakannya pengajian. Aktivitas pengajian kitab fikih shalat ini dilakukan

sebagai wujud kepedulian pengurus Masjid Riyadhul Jannah terhadap masyarakat

sekitar. Pengajian kitab fikih shalat bertujuan untuk mempengaruhi dan

mentransformasikan sikap batin dan perilaku warga masyarakat menuju

terbentuknya tatanan keshalehan individu dan kolektif. Pengajian kitab fikih ini

sarat dengan pesan-pesan keagamaan dan sosial serta merupakan salah satu sarana

penyampaian risalah yang di emban Nabi SAW. dalam penyebaran agama Islam

Dalam konteks itulah relevansi pengajian kitab fikih sebagai solusi

permasalahan umat, karena didalamnya penuh dengan nasehat, pesan keagamaan

dan sosial serta teladan yang mengajak masyarakat untuk menghindari diri dari

hal-hal yang negatif dan menggantinya dengan hal-hal yang positif dalam ridha

Allah SWT. Relevansi itu semakin signifikan apabila kegiatan pengajian

mempunyai respon yang positif kepada semua lapisan masyarakat sekaligus dapat

menyentuh aspek akal dan rohaninya. Kemampuan professional dalam

penyampain materi kajian semakin dituntut karena bukan saja masyarakat yang

semakin kritis, disamping itu juga memiliki permasalahan yang cukup kompleks

sebagai akibat dari pengaruh informasi global yang pesannya sarat dengan nilai-

nilai yang dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat.1

Akibat dari berbagai pengaruh tersebut, respon setiap jama’ah beraneka

ragam, berkaitan dengan pemahaman dan pengalaman ajaran agama serta respon

jama’ah, maupun yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan sosial,

ekonomi, politik, budaya, keluarga dan sebagainya. Pemahaman agama yang

1 Syaikh Musthafa Mansyur. Fikih Dakwah, (Jakarta : Al-I’tisom Cahaya Umat, 1998), h. 66.

Page 13: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

dangkal di kalangan umat dapat berakibat pada kurangnya aktivitas beribadah

apalagi ditambah dengan rendahnya keinsyafan dan kesadarannya, sehingga tidak

mempunyai pedoman nilai-nilai dan moral dalam hidupnya. Selain itu,

pemahaman agama yang dangkal (kurang) dapat pula berakibat pada tipisnya

penghayatan dalam pengalamannya, karena sekalipun anggota umat aktif

beribadah karena fanatisme keagamaannya tinggi, namun tidak banyak membawa

pengaruh (atsar) kepada perilakunya. Sebab dapat diduga bahwa pelaksanaan

ibadahnya hanya bersifat formalistik dan ritualistik.2

Ibadah shalat merupakan amal yang paling utama yang harus dilakukan oleh

umat Islam karena shalat merupakan amal ibadah yang pertama kali dihisab pada

hari kiamat nanti. Ibadah kepada Allah SWT memiliki tiga pilar utama yang tidak

dapat ditinggalkan, yaitu; Cinta (hubb), Takut (khauf) , dan Harapan (raja').

Beribadah atau menghamba kepada Allah SWT harus dilandasi dengan tiga pilar

utama ini. Kedudukan shalat dalam Islam sangat penting sekali, shalat yang wajib

dikerjakan ialah shalat lima waktu dalam sehari semalam. Shalat tersebut harus

dikerjakan secara terus menerus sesuai dengan waktunya. Ibadah shalat

merupakan suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang

dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.3 Shalat merupakan refreshing

dan membebaskan diri dari berbagai kesibukan dan suka duka kehidupan untuk

menghadap Allah SWT dengan khusyu, tunduk, ruku dan sujud. Membaca dan

mendengar kalam Allah, membaca tasbih, mengagungkan, memohon ampunan

dan berdo’a kepada Allah SWT. Seolah-olah shalat merupakan tangga bagi ruh

2 Ibid., h. 75. 3 A. Rohman Ritonga dan Zainudin, Fikih Ibadah (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), h. 87.

Page 14: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

untuk menemui Allah dan menghindari daya tarik bumi serta fitnah-fitnah

kehidupan.

Siapa yang melakukan shalat dengan hati yang jernih dan niat yang ikhlas

Allah akan melimpahkan ketenangan, rahmat, cahaya, dan hidayah-Nya sehingga

dapat membantu pelakunya untuk menghadapi liku-liku kehidupan dengan tenang

dan mantap. Tidak ada kegelisahan, katakutan, kegundahan, dan kelemahan. Ia

terlindungi dari fitnah, perbuatan keji, kemungkaran dan bisikan-bisikan setan. Ia

berada dalam perlindungan dan pemeliharaan Allah, merasa selalu bersama Allah

ke manapun ia pergi dan dimanapun ia tinggal tenang di sisi Allah, bertawakal

kepada-Nya dalam melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya

komitmen dengan aturan-Nya tanpa ragu.4

Pada masa Rasulullah SAW. Banyak sekali permasalahan yang ditanyakan

para sahabat kepada beliau, mulai dari masalah kehidupan sehari-hari sampai

dengan masalah yang sangat urgen (penting) yaitu mengenai ibadah shalat.

Karena umat Islam pada waktu itu belum mengetahui secara jelas tentang

bagaimana tata cara pelaksanaan ibadah shalat.

Dalam konteks pemahaman ajaran agama khususnya mengenai ibadah

shalat dikalangan umat tampaknya masih terdapat ketimpangan-ketimpangan yang

memerlukan islah (perbaikan) sebagai permasalahan umat.

Untuk menghadapi problematika umat yang ditimbulkan oleh arus

informasi global hendaknya kegiatan pengajian dapat mengimbanginya dengan

informasi ajaran Islam.5 Maka, untuk menyampaikan/menginformasikan ajaran

agama dalam rangka mencerdaskan umat dalam memahami ajaran agama, para

4 Musthofa Masyur, Fikih Dakwah, h. 53. 5 Ibid., h. 79.

Page 15: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

da’i perlu mempelajari keadaan masyarakat dan mencari hal yang bisa menarik

bagi masyarakat dan menumbuhkan minat masyarakat untuk mempelajari dan

mengikuti ajaran agama dengan tanpa adanya kesalahpahaman dan paksaan.

Kegiatan pengajian kitab fikih dalam rangka meningkatkan pemahaman

ajaran agama umat Islam mengenai ibadah shalat adalah mengkaji dan

mempelajari karya-karya ulama yang penuh dengan hikmah dan moral.

Sebagaimana di ketahui bahwa ulama adalah sesuatu yang sangat penting dari

pada gelar kyai atau apapun, karena kesan terhadap kata “kyai” adalah guru di

suatu pondok pesantren atau tokoh agama dalam suatu masyarakat, namun ulama

adalah seseorang yang memiliki kriteria : memiliki ilmu akhirat dan ilmu agama

dengan kadar yang cukup mendalam, tekun ibadah, baik yang wajib maupun yang

sunnah, zuhud, mengerti kemaslahatan masyarakat, peka terhadap kepentingan

umum, dan mengabdikan seluruh ilmu dan amalnya demi dan karena Allah SWT.6

Melalui karya-karya ulama hendaknya sebagai seorang muslim kita cinta

terhadap karya-karya para ulama. Di antara karya-karya para ulama adalah kitab-

kitab klasik, namun karena tidak semua masyarakat paham apalagi untuk

mempelajari/membaca sendiri, maka untuk mempelajarinya diperlukan seorang

guru yang ahli dalam bidangnya, dan karena kitab-kitab klasik (yang berbahasa

arab) yang biasa disebut dengan “kitab kuning”. Kitab kuning adalah kitab-kitab

karangan ulama salaf yang hidup ratusan tahun yang lalu, dan kini umat sudah

mengalami zaman yang berbeda, maka untuk mengaktualisasikan isinya perlu

6 Munawwar Fuad, dkk., Menghidupkan Ruh Pemikiran kyai haji Ahmad Sidiq (Jakarta : Logos, 1999), h. 104.

Page 16: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

adanya pengkajian secara kritis dan metodenya adalah dengan pembacaan kitab

yang dipandu oleh seorang guru kemudian dibuka forum tanya jawab dalam

bentuk As-Ilan wa Ajwibah (Tanya-jawab). merupakan salah satu media untuk

melakukan interaksi antara da’i dan jama’ah (mad’u), utamanya tatkala ada

perbedaan pendapat dalam memahami suatu permasalahan.

Karenanya jika seorang da’i mampu menguasai tata cara penyampaian

materi dengan baik dan etika dalam kegiatan pengajian maka ia akan dapat

memperoleh hasil yang memuaskan.7 Sehingga diharapkan dari metode ini tidak

terjadi kesalahpahaman dalam memahami ajaran Islam dan yang lebih penting

lagi dari metode ini, kebutuhan umat dalam menyikapi dan menjawab tantangan

zaman itu mampu dicari jalan keluarnya.

Keberadaan pengajian yang dilanjutkan dengan forum tanya jawab dengan

nara sumber yang profesional, dan para jama’ah yang bersifat plural, baik dari

latar belakangnya, tingkat pendidikan, maupun usianya mampu berjalan dengan

baik. Dan dari perbedaan seperti itu tentunya sangat mempengaruhi respon para

jama’ah terhadap pengajian kitab fikih yang berbeda dari segi tingkat

pemahamannya dalam memahami ajaran Islam. Ilmu pengetahuan dan teknologi

berkembang sangat pesat dan sesuai dengan hal itu berkembang pula

permasalahan yang dihadapi terutama dalam hal ini masalah-masalah fikih di

antaranya permasalahan ibadah shalat. Kegiatan pengajian kitab dimaksudkan

agar para jama’ah yang mengikuti forum ini dapat mengetahui dan menjalankan

secara jelas dan benar mengenai tata cara ibadah shlat.

7 World Assembly of Moslem Youth (WAMY), Etika Diskusi, (Jakarta : Era Intermedia), h. 15.

Page 17: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Dari fenomena di atas, maka penulis mencoba untuk meneliti dan menggali

lebih dalam mengenai keberadaan pengajian yang dilaksanakan di masjid

Riyadhul Jannah tersebut terhadap respon para jama’ah mengenai pengajian kitab

fikih, dimana pengajian tersebut tetap dipertahankan oleh pengurus Masjid

Riyadhul Jannah tanpa mencari alternatif lain dan jama’ah pun semakin

bertambah walaupun secara evolusi, dengan mengambil judul:

RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

DI MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk lebih spesifik lagi dan tujuan yang akan dicari dari penelitian ini

tercapai dengan baik dan jelas, maka peneliti akan lebih memfokuskan pada

respon mengenai kegiatan pengajian kitab fikih para jama’ah Masjid Riyadhul

Jannah Gunung Putri Bogor terhadap ibadah shalat wajib 5 waktu dan shalat

sunnah rawatib (qabliyah-ba’diyah).

2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka permasalahannya dapat

dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana respon para jamah Masjid Riyadhul

Jannah Gunung Putri Bogor terhadap pengajian kitab fikih shalat ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui secara mendalam respon para jama’ah masjid

Page 18: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor terhadap pengajian kitab fikih yang

memhas tentang ibadah shalat.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut :

a. secara teoritis, memperluas wawasan dalam menerapkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah di

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan untuk pertimbangan

dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi pihak masjid dan bagi fakultas.

D. Tinjauan pustaka

Setelah menelaah berbagai karya ilmiah, penulis menemukan salah satu karya ilmiah yang hampir sama dengan

penulis teliti yaitu dengan judul “Pengaruh Pengajian Qira’atul Kutub Dialogis Masjid Fathullah Terhadap Pemahaman

Agama Para Jama’ah”, skripsi merupakan karya ilmiah Nanang Syairozy.

Dari skripsi di atas peneliti menekankan bahasannya adalah bagaimana pengaruh kajian tafsir terhadap

pemahaman agama para jama’ah di Masjid Fathullah. Sedangkan dalam skripsi ini penekanannya adalah bagaimana

pengaruh pengajian kitab fikih shalat dari segi respon para jama’ah di Masjid Riyadhul Jannah Gunung putri Bogor.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah penelitian field research, yaitu Pengumpulan

data dilakukan dengan metode pertanyaan tertulis dalam bentuk angket dan

pengamatan langsung di lapangan. Kemudian dengan menggunakan stratified

random sampling, penulis menganalisis data dan juga setelah membaca buku-

buku penunjang (data sekunder) dari penggabungan dengan data hasil lapangan.

Jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penulisan

deskriptif analisis terdahulu kemudian mencari konsep-konsep umum baik hasil

temuan melalui sumber bacaan atau sumber lapangan, kemudian di analisis,

penarikan kesimpulan dengan menggunakan hal-hal yang bersifat umum ( metode

deduktif) kemudian disistimatisir ke dalam hal-hal yang khusus (induktif),

sedangkan secara teknis penulisannya didasarkan pada buku Pedoman Penulisan

Page 19: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007 dengan

beberapa perubahan sesuai dengan petunjuk dosen pembimbing.

1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dilapangan, penulis menggunakan beberapa teknik

yaitu :

a. Observasi, penulis terlibat langsung dalam kegiatan penelitian dilapangan

dan mencari data-data lain sebagai penunjang.

b. Wawancara, penulis melakukan wawancara kepada pengurus Masjid

Riyadhul Jannah dan nara sumber kajian Fikih serta mencari informasi

tambahan dari para jama’ah.

c. Angket, penulis menyebarkan angket dan memberikan sejumlah

pertanyaan kepada responden untuk memperoleh informasi yang ada

kaitannya dengan masalah yang teliti.

2. Teknik Pengumpulan Sampel dari Populasi

Sampel merupakan perwakilan dari populasi. Populasi adalah keseluruhan

unit sampel yang akan diteliti, pengambilan sampel penulis menggunakan

teknik random atau sample acak, untuk itu penulis hanya mengambil 30

responden yang aktif dalam pengajian kitab fikih yang di adakan di Masjid

Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor.

a. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Masjid Riyadhul Jannah yang beralamat di Jl.

Raya Gunung Putri Kp. Momonot RT 04 / 07 desa Tlajung Udik

kecamatan kecamatan Gunung Putri kabupaten Bogor.

Page 20: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Waktu penelitian

Penelitian ini dimulai sejak tanggal 3 Desember (Ahad malam senin) 2007

sampai dengan 24 Februari 2008.

b. Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan proses penjelasan data untuk lebih dianalisis dan

diinterpretasikan. Dalam pengolahan dan penganalisaan data tersebut

dilakukan cara :

1) Tabulasi data (data disusun secara rinci ke dalam table frekuensi)

2) Hasil penelitian ini menggunakan rumus :

P = F x 100 % N

Keterangan :

P = Persentase yang dicari

F = Frekuensi

N = Number of case ( jumlah yang dianalisa )

Hasilnya dalam bentuk tabulasi tunggal

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini disesuaikan dengan pokok masalah

yang akan diteliti. Pembahasan skripsi ini dibagi dalam 5 bab, tiap-tiap bab

dibagi lagi dalam sub-bab, dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan; terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Page 21: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Bab II : Mengungkapkan tentang tinjauan teoritis yang terdiri dari

pengertian respon, pengajian kitab fikih shalat ; pengertian pengajian.

pengertian kitab fikih shalat, fungsi ibadah shalat, tujuan ibadah shalat dan

manfaat pengajian kitab fikih shalat.

Bab III : Gambaran umum tentang masjid Riyadhul Jannah Gunung

Putri Bogor; terdiri dari sejarahnya, lokasi masjid, susunan kepengurusan,

program kerja DKM serta sarana, dan prasarana.

Bab IV : Hasil Penelitian Dan Analisis; terdiri dari kegiatan pengajian

kitab fikih shalat yang kemudian penulis analisis respon tersebut dalam

pengamalannya.

Bab V : Merupakan bagian penutup dari skripsi ini yang menyajikan

kesimpulan tentang pembahasan-pembahasan yang dilakukan pada bab-bab

sebelumnya untuk selanjutnya memberikan saran-saran.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Respon

Page 22: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Dalam kamus besar ilmu pengetahuan disebutkan bahwa respon adalah

reaksi psikologis metabolik terhadap tibanya suatu rangsangan, ada yang bersifat

otomatis seperti refleks dan reaksi emisional langsung, adapula yang bersifat

terkendali.8 Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa respon adalah

tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau suatu peristiwa yang

terjadi.9

Dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer disebutkan bahwa respon

adalah tanggapan atau reaksi.10 Sedangkan menurut Poerwadaminta respon

diartikan sebagai “tanggapan reaksi dan jawaban”.11 Respon akan muncul dari

penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi.

Menurut Ahmad Subandi, mengemukakan respon dengan “istilah umpan

balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam

menentukan baik tidaknya suatu komunikasi”.12 Dengan adanya respon yang

disampaikan oleh jama’ah kepada da’i atau dari komunikan kepada komunikator,

akan meminimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses sumber dakwah.

Para ahli bahasa dalam penafsiran respon atau satu dengan lainnya berbeda.

Tetapi walaupun para ahli tersebut berbeda-beda dalam mendefinisikan tanggapan

semuanya mempunyai titik kesamaan, yaitu mengartikan respon sebagai

tanggapan dan jawaban. Jadi antara respon, tanggapan, ataupun jawaban muncul

disebabkan oleh karena adanya suatu gejala atau peristiwa yang mendahuluinya.

Sehubungan dengan adanya stimulus, khususnya terhadap khalayak tentu akan

8 Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan¸ (Jakarta : Lembaga Pengkajian dan

Kebudayaan Nusantara, 1997), h. 964. 9 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), h. 838.

10 Peter Salim dan Yenny Salim., Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta : English Modern Press, 1991), h. 1268. 11 Poerwadarminta, Psikologi Komunikasi, (Jakarta : UT, 1999), h. 43. 12 Ahmad Subandi, Psikologi Sosial, (Jakarta : Bulan Bintang, 1982), h. 50.

Page 23: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

muncul sebagai respon atau tanggapan terhadap apa yang dilihat, dengar atau

rasakan.

Secara umum tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang

didapat dari pengamatan. Jadi pengertian tanggapan adalah gambaran ingatan dari

pengamatan. Menurut Abu Ahmadi menjelaskan arti tanggapan sebagai berikut

“tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai

gambaran ingatan dari pengamatan objek yang telah diamati tidak lagi berada

didalam ruang waktu pengamatan. Jadi jika proses pengamatan sudah berhenti

hanya kesannya saja peristiwa tersebut sebagai tanggapan”.13

Menurut Agus Sujanto tanggapan adalah “pengamatan yang tinggal

kesadaran kita yang sedang menanti”.14 Lebih rinci lagi Agus Sujanto

mengemukakan macam-macam tanggapan sebagai berikut :

1. Tanggapan menurut indra yang diamati, yaitu :

a. Tanggapan audit adalah tanggapan terhadap apa-apa yang telah

didengarnya, baik berupa suara, ketukan dan lain sebagainya.

b. Tanggapan Visual adalah tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat.

c. Tanggapan perasa adalah tanggapan sesuatu yang dialami oleh dirinya.15

Menurut teori yang dikemukakan oleh stellen Mchaffe respon dibagi

menjadi tiga bagian yaitu :

1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan,

keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini

timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami atau

dipersepsikan oleh masyarakat.

13 Ahmad Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta : Reneka Cipta, 1992), h. 64. 14 Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta : Aksara baru, 1991), h. 30. 15 Ibid., h. 31.

Page 24: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

2. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai

seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul bila ada perubahan pada apa

yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan prilaku nyata, yang

meliputi tindakan, kegiatan, atau kebiasaan.16

B. Pengajian Kitab Fikih Shalat

1. Pengertian Pengajian

Pengajian berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran (terutama dalam

hal agama). Pengajian adalah (1) ajaran dan pengajaran, (2) pembacaan Al-

Qur’an.17 Kata pengajian ini berbentuk awalan “pe” dan akhiran “an” yang

memiliki dua pengertian. Pertama yang berarti pengajaran ilmu-ilmu agama

Islam. Yang kedua sebagai kata benda yang menyatakan tempat untuk

melaksanakan pengajaran agama Islam. Yang mendalam pemakaiannya banyak

istilah yang digunakan seperti dalam bahasa Arab di sebut kuttab, di masyarakat

minangkabau di sebut dengan surau dan di masyarakat jawa pengajian. 18

Pengajian merupakan kegiatan yang senantiasa berusaha untuk

menanamkan nilai-nilai keagamaan, meningkatkan ketakwaan dan pengetahuan

agama Islam serta kecakapan dalam rangka mencari ridha Allah SWT. dengan

demikian pengajian adalah kegiatan Islam yang bercorak sederhana sebagai media

penyampaian dakwah Islam yang dilaksanakan secara berkala, teratur dan di ikuti

oleh para jama’ah Masjid Riyadhul Jannah.

16 Rahmat Jalaludin, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1999),

h. 218. 17 Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h. 33 18 Ibid., h. 34.

Page 25: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Kegiatan pengajian terdapat beberapa elemen di antaranya ialah adanya

narasumber atau ustadz, adanya jama’ah, adanya sarana serta materi yang di

pelajari. Dan dalam pelaksanaan pengajian yang digunakan dalam penyampaian

adalah metode ceramah.

a. Peran Pengajian

Pertama Di lihat dari segi tujuannya, pengajian adalah termasuk pelaksana

dakwah sebagai syiar Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Kedua di lihat dari segi strategi pembinaan umat, pengajian merupakan

wahana dakwah Islamiyah yangmurni ajarannya.

b. Fungsi Pengajian

1). Fungsi kemasyarakatan, pengajian merupakan salah satu lembaga sosial

yang ada di sebuah instansi baik atau di masyarakat, yang turut serta

menata keseimbangan dan keselerasan dalam masyarakat baik secara

langsung atau tak langsung. Misalnya : menampung zakat, infak dan

sadaqah untuk disalurkan demi menyantuni fakir miskin dan anak yatim

piatu.

2). Fungsi Pengajian sebagai pengajaran non formal, di mana pengajian itu

mengadakan pengajaran yang fungsinya menambah wawasan keislaman.

2. Pengertian Kitab Fikih Shalat

a. Pengertian Kitab

Istilah kitab pada mulanya diperkenalkan oleh kalangan luar pesantren

sekitar dua dasawarsa silam dengan nada merendahkan (pejonatif). Dalam

pandangan mereka kitab klasik sebagai kitab berkadar keilmuan rendah,

ketinggalan zaman, dan menjadi salah satu penyebab stagnasi berfikir umat.

Page 26: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Sebutab ini mulanya sangat menyakitkan memang, tetapi kemudian nama kitab

klasik diterima secara luas sebagai salah satu istilah teknis. Di kalangan

masyarakat khususnya pesantren. Untuk menyebut kitab yang sama bahkan

karena tidak dilengkapi dengan sandang (syakal), kitab klasik juga disebut oleh

kalangan masyarakat awam “ kitab gundul ” dan arena rentang waktu yang sangat

jauh dari kemunculannya sekarang, tidak sedikit yang menjuluki kitab klasik

dengan kitab kuno.19

Kitab klasik disebut juga dengan kitab korosan, dinamakan kitab korosan

karena halaman-halaman kitab tersebut berupa lembaran-lembaran terurai tibdak

berjilid masing-masing koras berjumlah delapan halaman. Maksudnya agar

memudahkan bagi jama’ah yang mengaji dan cukup membawa korosan yang

dipelajari, jadi tidak perlu membawa isi kitab yang sarat dengan halaman-

halaman. Namun karena perkembangannya percetakan, maka akhir-akhir ini

kitab-kitab klasik tidak selalu dicetak dengan kitab kuning, sudah banyak

diantaranya dicetak diatas kertas putih.Demikian juga sudah banyak yang tidak

gundul lagi, karena sudah diberi syakal yang merupakan tanda vokal untuk lebih

memudahkan membacanya dan sebagian besar telah dijilid rapih dengan kulit

yang bagus disertai dengan huruf-huruf yang indah sebagai judul kitab.

Kitab yang demikian ini lazimnya disebut ifranjiyah yang berarti kitab

model perancis. Di daerah asalnya yaitu disekitar timur tengah kitab klasik ini

disebut Al-kutub Al-qadimah, karena penampilan kitab klasik pada fisiknya telah

berubah maka tidak mudah lagi membedakannya dengan karangan-karangan baru

19 Marzuki Wahid, Pesatren Masa Depan, (Jakarta : Pustaka Hidayah, 1999), h. 22

Page 27: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

yang biasa disebut Al-kutub al-asliyah. Kini perbedaan tidak lagi terletak pada

sisi, sistematika, metodologi dan bahasan serta pengarangnya.20

Perbedaan yang pertama dari yang kedua dicirikan antara lain oleh cara

penulisannya yang tidak mengenal pemberhentian, tanda baca dan kesan

bahasanya yang berat, klasik dan tanpa syakal (baca sandang fathah, kasrah, dan

dhomah). Apa yang disebut kitab klasik pada dasarnya mengacu pada kategori

yang pertama yakni Al-kutub Al-qodimah.

Kitab-kitab itu meskipun dari sudut kandungannya konfrehensif dan dapat

dikatakan berkualitas secara akademis, tetapi dari sistematika penyajiannya

nampak sangat sederhana misalnya pergeseran dari sub topik ke sub topik yang

lain, tidak menggunakan alinea baru tapi dengan pasal atau kode sejenis seperti

tatimmah, mihimmah, tanbih, far ‘dan lain sebagainya.

Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut kitab

klasik adalah kitab-kitab keagamaan yang menggunakan bahasa arab atau bahasa

lokal dari Indonesia dengan menggunakan aksara arab yang ditulis oleh para

ulama periode klasik dan sesudahnya baik dari timur tengan maupun Indonesia

dengan system penulisan pramodern. Kitab-kitab ini memuat tentang ajaran-ajaran

dasar islam sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an dan Al- hadist. Ajaran-

ajaran Islam yang merupakan hasil dari interpretasi para ulama Islam terhadap

ajaran dasar Islam itu dan hal-hal yang datang kedalam Islam sebagai hasil

perkembangan Islam dan ajarannya.

b. Pengertian Fikih Shalat

20 Imron Arifin, Kepemimpinan Kyai; Kasus Pondok Pesatren Tebu Ireng, (Malang :

Kalimasahada Press, 1993), h. 9.

Page 28: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Secara etimologi “fikih” berasal dari kata فقها -يفقه-فقه yang berarti

“mengerti atau faham”. Dari sinilah ditarik perkataan fikih yang memberi

kefahaman dalam hukum syari’at yang sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasul-

Nya.21

Ahli Ushul ( fuqaha ahli ijtihad ) mendefinisikan fikih sebagai berikut :

a. Ulama-ulama hanafiah menetapkan bahwa :

الفقه هو العلم يبين الحقوق والواجبات التى تتعلق بافعال المتكلفين

“Fikih ialah ilmu yang menerangkan segala hak dan kewajiban yang berhubungan dengan amalan para mukallaf”.22

b. Pengikut-pengikut Imam Syafi’I mengemukakan bahwa :

الفقه هو العلم يبين االحكام الشرعيةالتى تتعلق بافعال المكلفين المستنبط من ادلتها التفصلية

“Fikih ialah ilmu yang menerangkan segala hukum syara yang berhubungan dengan para mukallaf yang dikeluarkan ( diistinbatkan ) dari dalil-dalil yang terperinci”.23

Moh. Rifai mengemukakan definisi fikih menurut syara’ yaitu mengetahui

hukum-hukum syara, yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf,

perbuatan anggota manupun bathin, seperti hukum wajib, haram, mubah, sah atau

tidak sahnya sesuatu perbuatan itu.24

Menurut Imam Al-Ghazali fikih adalah “ilmu yang menerangkan hukum-

hukum Allah terhadap perbuatan-perbuatan para mukallaf, baik yang wajib, yang 21 A.Syafi’I Karim, Fiqih Ushul Fiqih (Bandung : Pustaka Setia, 1997), h. 11. 22 Hasbi Asshiddiqie, Pengantar Hukum Islam (Jakarta : Bulan Bintang, 1980), h. 24. 23 Ibid., h. 25-26. 24 Muhammad Rifai , Ushul Fiqih, ( Semarang : Wicaksana, 1988 ), h. 7.

Page 29: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

haram, yang sunnah, yang makruh, maupun yang mubah. Hukum-hukum itu

diterima dari Allah dengan perantaraan Kitabullah, sunnah Rasul dan dari dalil-

dalil yang ditegaskan syara’ untuk mengetahui hukum-hukum itu sepeerti

qiyas”.25

Sedangkan menurut Ibnu Khaldun fikih adalah “ilmu yang menerangkan

hukum-hukum Allah terhadap perbuatan-perbuatan para mukallaf, baik yang

wajib, yang haram, yang sunnah, yang makruh, maupun yang mubah. Hukum-

hukum itu diterima dari Allah dengan perantaraan Kitabullah, sunnah Rasul dan

dari dalil-dalil yang ditegaskan syara’ untuk mengetahui hukum-hukum itu,

seperti Qiyas”.26

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, penulis melihat

adanya persamaan anatara definisi yang satu dengan yang lainnya bahwa fiqih itu

merupakan ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara yang berhubungan

dengan perbuatan orang mukallaf.

Dengan demikian, berarti fikih itu merupakan ilmu atau displin ilmu yang

tersusun guna mengetahui ketetapan hukum-hukum Allah yang disyariatkan pada

manusia mukallaf yang diambil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah secara terperinci.

c. Pengertian Ibadah Shalat

Kata عبادة adalah bentuk masdar dari kata "عبد" yang biasa diartikan

antara lain dengan “mengabdi, tunduk, taat, merendahkan diri dan sebagainya”.27

Menurut Ahli lughat mengartikan ibadah dengan taat, menurut, mengikut,

tunduk dengan setinggi-tingginya dan dengan do’a. 28 25 Ibid., h. 8. 26 Ibid., h. 69. 27 Ismail Muhammad Syah, dkk., Filsafat Hukum Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), h. 168.

Page 30: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Menurut Ulama tauhid, ibadah adalah “meng-Esakan dan meng-Agungkan

Allah sepenuhnya serta menghinakan diri dan menundukan jiwa kepadanya”.29

Ibadah dalam pengertian ini makhluk sepenuhnya meng-Esakan dan meng-

Agungkan Allah dengan cara menghinakan dan menundukan jiwa hanya kepada-

Nya.

Menurut Imam Ghazali mengartikan bahwa ibadah adalah “segala bentuk

ketaatan yang engkau kerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap

pahalanya di akhirat”.30 Ibadah disini seseorang hanya melakukan suatu perbuatan

untuk mencari ridha dan pahala dari Allah untuk bekal di akhirat kelak.

Sedangkan pengertian shalat dalam pengertian bahasa Arab diartikan

sebagai “al-du’a (do’a)”, yakni dari kata “shalla, yushalli”, yang berarti

mendo’akan.31 Karena di dalam shalat kita berdo’a atau memohon kepada Allah.

Adapun pengertian shalat menurut istilah, para ulama memberikan pengertian

yang berbeda-beda

Menurut Sayyid Sabiq mengartikan bahwa, shalat ialah “ibadah yang

terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir bagi

Allah ta’ala dan disudahi dengan memberi salam”.32 Shalat juga diartikan sebagai

“suatu system ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan,

dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam berdasarkan syarat-syarat dan

28 Hasbi Asshiddiqie, Kuliah Ibadah, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1991 ), h. 1. 29 Ritonga dan Zainudin, Fiqh Ibadah, h. 2. 30 Ibid, h.4. 31 Fadh Abdurrahman Bin Sulaiman al-Rumi, Konsep Shalat Mrnurut Al-Qur’an; Telaah Kritis tentang Fiqh Shalat (Jakarta : Firdaus, 1991), h. 3. 32 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah (Bandung : Al-maarif, 1997), h. 191.

Page 31: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

rukun-rukun tertentu. Ia adalah fardu ‘ain atas tiap-tiap muslim yang telah

baligh”.33

Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, ia memberikan dua macam pengertian

tentang arti shalat, shalat dipandang dari sudut yang berbeda yaitu lahiriah dan

ruhaniah, karena menurutnya pengertian shalat yang diungkapkan di atas belum

mencangkup pengertian shalat yang sesungguhnya, pengertian shalat tersebut

hanya menggambarkan shalat yang dapat didengar dan dilihat saja. Pengertian

shalat yang sesungguhnya menurut beliau harus mencangkup dua sudut tersebut.

Secara lahiriah “shalat ialah beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai

dengan takbir, disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada

Allah menurut syarat yang telah ditentukan”.34

Sedangkan secara ruhaniah “shalat adalah berharap kepada Allah SWT

dengan sepenuh jiwa, dengan segala khusyu dihadapan-Nya dan berikhlas bagi-

Nya, serta hadir hati dalam berdzikir, berdo’a dan memuji”.35 Pada dasarnya

pengertian tersebut saling berkaitan antara satu sama lain tidak dapat dipisahkan,

karena shalat yang sesungguhnya ialah shalat yang memiliki ruh dan tubuh, tidak

hanya ucapan dan perbuatan secara lahiriah saja, melainkan dibarengi dengan akal

pikiran.

Dari beberapa pengertian dan ungkapan di atas penulis menarik suatu

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kitab fikih yang membahas tentang

ibadah shalat adalah karya ulama terdahulu (al-kutub al-qadimah) yang berbentuk

pengabdian hamba terhadap Allah untuk mengagungkan-Nya dapat mendatangkan 33 Nazarudin Razak, Dinul Islam (Bandung : Al-Maarif, 1996), h. 178. 34 Hasbi Asshiddiqie, Pedoman Shalat (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 1997), h. 62. 35 Ibid, h. 64.

Page 32: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

rasa takut dan menumbuhkan rasa kebesaran dan keesaan-Nya dengan khusyu

serta berharap akan ridha-Nya terdiri dari perbuatan dan perkataan yang dimulai

dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta berdasarkan syarat dan rukun

tertentu.

3. Fungsi Ibadah Shalat

Ibadah shalat mempunyai beberapa fungsi diantaranya menghidupkan

kesadaran tauhid serta memantapkannya di dalam hati, menghapus kepercayaan

dan ketergantungan kepada berbagai kuasa ghaib yang selalu disembah dan diseru

oleh orang musyrik untuk meminta pertolongan.

Melalui ibadah shalat, perasaan takut (khasyyah), haibah dan harap kepada

Allah akan meresap ke dalam hati. Inilah ruh ibadah yang sebenarnya dan bukan

bentuk perilaku lahir, perbuatan atau ucapan-ucapan.36 Kemudian fungsi lain dari

ibadah shalat ialah sebagai penawar paling mujarab bagi kesehatan jiwa, rohani

dan fisik manusia serta memberikan ketenangan batin manusia.37

Sebagaimana Firman Allah

36 Lahmudin Nasution, fiqih Ibadah (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 6-7. 37 Nazarudin, Dinul Islam, (Bandung : Al-Maarif, 1993), h. 182.

Page 33: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. ( Q. S. Ar-Ra d/ 13: 28)

Shalat juga dapat berfungsi sebagai:

a. Sarana komunikasi langsung antara hamba dan khaliqnya dan sebagai

salah satu sarana untuk mendapatkan kebahagiaan.

b. Merupakan sarana terbesar dalam tazkiyah an- nals (pembesihan jiwa),

dan

c. Sarana terbesar utuk mengingat Allah SWT.38

Sebagaimana Firman Allah

Artinya : “Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.(Q.S.Thaha/20:14)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa shalat itu mengingat Allah, memuja,

memuji dan memohon doa kepada-nya. Karena dalam shalat itu terjadi hubungan

antara manusia dengan tuhan- nya .

Dalam Al-Quran telah dijalaskan bahwa shalat berfungsi untuk mencegah

seseorang untuk melakukan perbuatan keji dan mungkar, seperti Firman-Nya

38 Sa’id Hawwa, Mensucikan Jiwa (Jakarta : Rabbani Pers, 2000), h. 33.

Page 34: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

⌧ ☺

Artinya: “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-ankabut/29:45)

Dengan demikian, fungsi shalat dapat memberikan ketenteraman dan

ketabahan hati, sehing orang tidak mudah kecewa atau gelisah mentalnya jika

menghadapi musibah dan tidak mudah lupa daratan, jika sedang mendapat

kenikmatan atau kesenangan.39 Sehingga dapat dipahami bahwa fungsi ibadah

shalat adalah untuk mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar. Karena

dengan shalat manusia senantiasa akan merasakan ketenangan hati dan jiwa

sehingga dia mempunyai sandaran hidup yang pasti.

4. Tujuan Ibadah Shalat

Allah SWT menciptakan manusia dari makhluk Allah yang lainnya, yakni

untuk mengabdi ( beribadah ) kepada Tuhan-Nya. Karena dengan beribadah itu

Allah akan mengangkat manusia kepada derajat yang tinggi, dalam

penghidupannya di dunia dan keberuntungan di hari kemudian. Untuk mencapai

derajat ketinggian itu dalam berbagai lapangan kehidupannya, baik lahir ataupun

batin, perlulah manusia itu mengikuti perintah Allah dan menjalankan petunjuk-

39 Masyfuk Zuhdi, Studi Islam : Ibadah (Jakarta : Rajawali Offset, 1992), h. 14.

Page 35: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Nya dengan sepenuh hati dan inilah yang dimaksud dengan perkataan “memuja

kepada Allah SWT”.

Apabila manusia diciptakan hanya untuk menyembah dan beribadah

kepada Allah, maka setiap orang perlu mengetahui pengertian hakikat dari

beribadah tersebut agar ia dapat melaksanakannya dengan benar. Selain itu pun ia

juga perlu mengetahui fungsi dan tujuan dari ibadah shalat yang dilakukannya.

Ibadah shalat mempunyai tujuan pokok dan tambahan. Tujuan pokoknya

adalah menghadapkan diri kepada Allah Yang Maha Esa dan mengonsentrasikan

niat kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan adanya tujuan itu seseorang akan

mencapai derajat yang tinggi di akhirat. Sedangkan tujuan tambahannya agar

terciptanya kemaslahatan diri manusia dan terwujudnya usaha yang baik.40

Ada tiga macam tujuan ibadah shalat, yaitu :

a. Untuk membuktikan diri kita sebagai hamba Allah SWT

b. Untuk membuktikan diri sebagai manusia, dan

c. Untuk membina ketaqwaan dalam diri manusia.41

Tujuan hakiki ibadah shalat adalah menghadapkan diri kepada Allah untuk

mengingatkan manusia tentang rasa keagungan akan rasa kekuasaan-Nya dan

menunggalkan-Nya sebagai tumpuan harapan dalam segala hal.

Tujuan hakiki dari perintah shalat hanya Allah saja yang benar-benar

mengetahuinya, akan tetapi secara umum diketahui dan dipahami bahwa tujuan

shalat itu tidak lain kecuali untuk beribadah menyembah-Nya. Dalam Al-Qur’an

40 Lahmudin, Fiqh Ibadah, h. 2. 41 Ritonga & Zainudin, Fiqh Ibadah, h. 9.

Page 36: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

terdapat beberapa petunjuk mengenai tujuan shalat yaitu sebagaimana yang

dijelaskan dalam surah Ar-Rad/13: 28 berikut:

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. ( Q. S. Ar-Ra d/ 13: 28)

dan juga sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah surah Al-Ankabut/19: 45

berikut:

⌧ ☺

Artinya: “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-ankabut/29:45)

Page 37: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Dari beberapa arti ayat di atas, dapat dipahami bahwa dengan mengingat

Allah SWT. seorang muslim hendaknya mengerjakan shalat, karena shalat akan

mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar.

Page 38: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT
Page 39: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR

1. Sejarah Singkat Berdirinya Masjid Riyadhul Jannah

Setiap masjid mempunyai sejarah dan latar belakang berdirinya masjid

tersebut, begitu juga dengan sejarah berdirinya masjid Riyadhul Jannah,

bahwasanya masjid Riyadhul Jannah didrikan pada tahun 1949 dan masjid ini

merupakan salah satu masjid tertua yang ada di wilayah desa Tlajung Udik

kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Jawa barat. Dan masjid ini didirikan

oleh almarhum bapak H. Endi bin Icin.42

Dan tanah yang dibangun untuk pembagunan masjid ini adalah tanah

wakaf almarhum. Kemudian sesuai dengan fungsinya keadaan masjid ini sudah

banyak mengalami perbaikan atau renovasi sebanyak tiga kali. Renovasi yang

pertama pada tahun 1956 yang diketuai oleh Almarhum mantan kepala desa

Tlajung Udik yaitu bapak Saitan. Renovasi yang kedua pada tahun 1972 yang

diketuai oleh bapak H. Sueb. Dan renovasi yang terakhir pada tahun 1980 yang

diketuai oleh almarhum bapak H. Hamim bin Hamad.43 Luas tanah masjid ini

adalah 1200 m2.

Masjid Riyadhul Jannah terletak di jalan raya Gunung Putri RT 04 / 07

desa Tlajung Udik kecamatan Gunung Putri kabupaten Bogor.

Dan masjid Riyadhul Jannah ini berbatasan dengan :

42 Wawancara pribadi dengan H. A. Umang (sesepuh Masjid riyadhul Jannah), Bogor, 5 Desember 2007. 43 Wawancara Pribadi dengan Chotib (Ketua DKM Masjid riyadhul Jannah), Bogor, 6 Desember 2007.

Page 40: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

a. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan raya gunung putri

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan SDN 01 dan 03 Tlajung Udik

c. Sebelah Barat berbatasan dengan setu Tlajung

d. Sebelah Utara berbatasan dengan tanah milik bapak H. Firman.44

Tujuan didirikannya masjid Riyadhul Jannah adalah untuk memberikan

sarana bagi kaum muslimin untuk bisa beribadah dengan khusyu, sehingga hati

mereka rindu untuk bisa datang beribadah di masjid, dan bahkan masjid ini pernah

menjadi pusat pendidikan formal bagi masyarakat yang ada di wilayah ini.

Kemudian juga tujuan lainnya yaitu untuk menciptakan kegiatan-kegiatan Islam di

dalam masjid, berupa kegiatan pendidikan dan pengajaran, beberapa kajian Islam

dan lain-lain, kesemuanya itu amat berguna bagi kemajuan umat Islam.

Diharapkan nantinya masjid ini tidak sekedar berfungsi sebagai tempat ibadah,

tetapi juga untuk kegiatan keislaman lainnya. Kemudian tujuan lain dari masjid ini

adalah agar dapat membentuk pribadi muslim yang berbudi luhur, berilmu

amaliah, beramal ilmiah, berfikirah islamiyah. Serta mewujudkan Islam sebagai

rahmat bagi seluruh alam.

Dengan diselenggarakannya beberapa kegiatan keislaman di dalam masjid

yang diikuti oleh kaum muslimin tua dan muda, maka diharapkan masjid ini bisa

ikut ambil bagian dalam menanggulangi kenakalan dan sikap-sikap amoral yang

pada akhir-akhir ini semakin tampak jelas dimana-mana. Para generasi muda akan

semakin sadar bisa menghayati arti hidup, manakala mereka sering mendekatkan

diri ke masjid mengikuti berbagai aktivitasnya.45

44 Wawancara Prbadi dengan M. Ilyas (Sekretaris Masjid Riyadhul Jannah), Bogor, 5 Desember 2007. 45 Wawancara Pribadi dengan M. Nur (Bendahara Masjid Riyadhul Jannah), Bogor, 6 Desember 2007.

Page 41: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

2. Program Kerja Masjid Riyadhul Jannah

Program-program masjid Riyadhul Jannah meliputi beberapa hal

yaitu sebagai berikut :

a. visi dan misi masjid

1) Melaksanakan kegiatan pengajian, tabligh, ceramah agama dan diskusi

keagamaan

2) Membina jamaah kepada pembentukan akhlak mulia.

3) Memberikan kontribusi dalam proses pembinaan terutama pada upaya

memperkokoh landasan spiritual, moral dan etika.

4) Menjadi jembatan antar mazhab dan pemikiran.

5) Menjadi jembatan antara tradisionalisme dan modernisme

b. Strategi

1) Membiasakan diri dalam situasi perbedaan pendapat tanpa

mempertentangkan.

2) Membangun ukhuwah atau persaudaran antar suku bangsa dan ras.

c. Jenis Kegiatan

1) Pengajian Fikih

2) Studi Islam Intensif

3) Pesantren kilat

4) Pengembangan masyarakat Islam

5) Pengislaman muallaf

Page 42: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

d. Materi

1) Fikih

2) Tasawuf

3) Sejarah Islam

4) Tauhid

5) Tafsir Al-Qur’an dan Hadits

6) Nahwu – sharaf

e. Metode Penyampaian ( dakwah )

1) Metode dakwah bi al-lisan

Metode ini terdiri atas ceramah, dialog ( tanya jawab ), dan lain

sebagainya.

2) Metode dakwah bi al –qalam

Metode ini dengan mengeluarkan jurnal dakwah, selembaran, pengumunan

dan lain-lain.

3) Metode dakwah bi al-hal

Metode ini yaitu dengan mengadakan pengajian persaudaraan.

3. Susunan Pengurus Masjid Riyadhul Jannah

Susunan kepengurusan Masjid Riyadhul Jannah dapat dilihat dalam

struktur sebagai berikut :

Page 43: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

SUSUNAN PENGURUS MASJID RIYADHUL JANNAH

JL. RAYA GUNUNG PUTRI KECAMATAN GUNUNG PUTRI

BOGOR

Dewan Penasehat H. A. Umang

Ketua Chotib

Sekretaris M. Ilyas

Bendahara H. Muh. Nur

Ketua Remaja M. Nurdin

Ketua Pengajian Misbahudin

Seksi pemeliharaan Santos

Marbot Masjid 1. Fajar 2. Abdul aziz 3. Yuris

Page 44: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di Masjid Riyadhul Jannah adalah

sebagai berikut :

a. Ruang Ibadah

merupakan tempat shalat dengan karpet yang bersih dan bergaris-

garis untuk shaf ( barisan shalat ), podium atau mimbar yang enak bagi

khatib, mihrab imam, ruang pengaturan sound system ( pengeras suara ).

b. Ruang Wudlu

Sudah jelas bahwa masjid mutlak harus menyediakan ruang wudlu

yang bersih untuk pria dan wanita yang tertutup

c. Ruang Sekretariat

kegiatan adminstrasi dansegala hal yang terkait dengan masjid

pengelolahannya tentu memerlukan satu ruangan, ruangan ini disebut

dengan secretariat atau kantor masjid.

d. Gudang

Masjid tentu saja harus memiliki ruang khusus untuk menyimpan

barang-barang yang tidak terpakai atau pemakainnya sewaktu-waktu

sehingga penempatan barang-barang itu tidak sembarangan. Ruangan

khusus itu adalah gudang. Adanya gudang Insya Allah membuat masjid

menjadi bersih dan teratur.

Page 45: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

B. PROFIL PARA JAMAAH MASJID RIYADHUL JANNAH

Profil para jamaah masjid Riyadhul Jannah adalah seluruh

masyarakat yang berada di wilayah desa Tlajung Udik khususnya RT 04 / 07

dan umumnya masyarakat sekitar Tlajung Udik yang terdiri dari jama’ah

tetap yaitu jamaah yang rutin datang setiap minggu malam dan waktu-

waktu shalat tiba

Kemudian penulis juga mengklasifikasikan keadaan jama’ah dillihat

dari segi Usia dan tingkat pendidikan

Tabel 1

Identitas Usia

No Usia Frekwensi Persentase

1.

2.

3.

18 – 28

34 – 44

55 - 88

5

19

6

17 %

63 %

20 %

Jumlah 30 100 %

Dari tabel di atas dengan identitas usia, 5 responden atau 17 %

berusia antara 18 – 28 tahun, 19 responden atau 63 % berusia antara 34 – 44

tahun, dan 6 responden atau 20 % berusia antara 55 – 88 tahun.

Berdasarkan data di atas, Pengajian yang diadakan di Masjid

Riyadhul Jannah banyak didominasi oleh jama’ah yang berusia 34 – 44

tahun (dewasa). Jama’ah terbanyak kedua didominasi oleh responden

berusia antara 55 – 88 tahun (orang tua), dan yang ketiga oleh responden

Page 46: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

yang berusia antara 18 – 28 tahun (remaja akhir). Ini berarti bahwa

Pengajian ini diikuti oleh sebagian besar pria dewasa.

Tabel 2

Identitas Pendidikan

No Tingkat pendidikan Frekwensi Persentase

1.

2.

3.

SLTP

SLTA

PT ( perguruan tinggi

}

4

24

2

13 %

80 %

7 %

Jumlah 30 100 %

Dari tabel di atas tingkat pendidikan 2 responden atau 7 % adalah PT

( Perguruan Tinggi ), 4 responden atau 13 % adalah SLTP, dan 24

responden atau 80 % adalah SLTA.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar jama’ah

yang mengikuti Pengajian tersebut adalah dari strata pendidikan SLTA

dengan jumlah 24 orang atau 80 %. Selebihnya berpendidikan SLTP dan

Perguruan Tinggi.

Page 47: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Kegiatan Pengajian Kitab Fikih Shalat

1. Bentuk Kegiatan Pengajian Kitab Fikih Shalat

Kegiatan pengajian kitab fikih yang membahas tentang ibadah shalat

diadakan sebanyak satu minggu sekali ini berbentuk seperti pendidikan non

formal, dengan metode ceramah dan tanya jawab yang di bagi menjadi dua

sesi : Pertama, pembahasan materi. Kedua, tanya jawab. Pengajian ini di

pimpin dan dibuka oleh narasumber pengajian kitab fikih tersebut dan pada

bagian awal pembukaan para jama’ah di pandu untuk sama-sama membaca

surah Al-Fatihah. Setelah pembukaan, narasumber membaca dan

menerangkan isi kitab kuning yang di kaji, dengan waktu yang bersamaan

para jama’ah mendengarkan, menyimak dan mencatat pelajaran atau

materi yang disampaikan oleh narasumber (guru). Setelah narasumber

merasa sudah cukup dalam memberi materi maka narasumber

mempersilahkan para jama’ah untuk menanyakan atau memberi tanggapan

tentang materi yang dikaji kepada narasumber. Dan biasanya narasumber

mempersilahkan empat orang penanya. Dan kemudian narasumber langsung

menjawab pertanyaan tersebut. Setelah sesi tanyajawab selesai maka

narasumber memberi kesimpulan dari materi yang disampaikan. Lalu

menutup pengajian ini dengan memandu jama’ah untuk sama-sama

membaca al-hamdallah.

Page 48: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

2. Waktu, Materi dan Narasumber

Materi dalam pengajian kitab fikih ini bermacam-macam yaitu,

Fathul Qarib, Fathul Mu’in, Fiqhussunnah, dan Syafinah An-Najaah. Dengan

narasumber guru pesantren dan seorang dosen perguruan tinggi agama

Islam di Bogor, dan untuk lebih jelasnya bisa di lihat pada jadwal di bawah

ini :

No Waktu Minggu Materi Narasumber

1

2

3

4

18.30-20.30

18.30-20.30

18.30-20.30

18.30-20.30

Pertama

Kedua

Ketiga

Keempat

Syafinah An-Najaah

Fathul Qarib

Fathul Mu’in

Fiqhussunnah

K.H. Yahya Suja’i

H. Hariri, LC

K.H. Yahya Suja’i

H. Hariri, LC

Dari hasil kegiatan pengajian kitab fikih penulis melakukan

penelitian melalui penyebaran angket mengenai perasaan jama’ah tentang

diadakannya pengajian kitab fikih di masjid Riyadhul Jannah, maka

hasilnya sangat memuaskan dan dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3

Perasaan Jama’ah Terhadap Pengajian KItab Fikih Shalat

NO Perasaan Jumlah Persentase

1 Senang Sekali 13 43 %

Page 49: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

2

3

Senang

Tidak Senang

16

1

53%

4%

Jumlah 30 100%

Dari 30 responden, 13 responden atau 43 % mengatakan senang sekali, 16

responden atau 53 % mengatakan senang dan hanya 1 responden atau 4 %

mengatakan tidak senang. Dengan demikian maka jelas bahwa sebagian besar dari

jama’ah sangat senang ketika mendengar keberadaan pengajian kitab fikih dan ini

menunjukan respon yang sangat positif, karena persentase responden yang

mengatakan senang atau senang sekali itu jauh lebih banyak dari pada persentase

responden yang mengatakan tidak senang, hal itu dapat dilihat dari perbandingan

antara 53 % dan 4 %, hal ini disebabkan karena narasumbernya cukup kredibel

(dapat dipercaya) pengajiannya terjadwal dan sifatnya santai.

Mengenai materi yang disampaikan para narasumber, jama’ah mempunyai

komentar mengenai hal itu dan dapat di lihat dari tabel berikut

Tabel 4

Komentar Jama’ah Mengenai Materi

NO Materi Jumlah Persentase

1

2

3

4

Menarik

Kurang Menarik

Monoton

Tidak tahu

24

2

3

1

80 %

7 %

10 %

3 %

Page 50: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Jumlah 30 100%

Dari 30 responden, 24 responden atau 80 % mengatakan bahwa materi

yang dikaji itu cukup menarik, 2 responden atau 7 % mengatakan kurang menarik,

3 responden atau 10 % menyatakan monoton, dan sisanya yaitu 1 responden atau

3 % mengatakan tidak tahu. Ini menunjukan hal yang positif, karena sebagian

besar jama’ah mengatakan materi yang dikaji dalam pengajian kitab fikih itu

cukup menarik. Karena dapat menambah pemahaman agama khususnya dalam

materi yang sedang dikaji. Keadaan ini tentu akan mempengaruhi sikap perbuatan

para jama’ah dalam kehidupan sehari – hari, atau minimal mereka (jama’ah) tahu

kalau yang selama ini mereka kerjakan itu tidak benar dan harus mempunyai

dasar, sehingga diharapkan perasaan menyesal yang pada akhirnya mendorong

mereka untuk segera memperbaiki kesalahan yang lalu. Dan seandainya diantara

mereka ada yang berbuat benar, maka akan semakin mantap dan tidak ragu lagi

dalam melakukan ibadah, sebab mereka sekarang sudah tahu dasarnya.

Dari kedua tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap jama’ah dalam

merespon keberadaan pengajian kitab fikih sangat positif, hal ini karena

kebanyakan dari jama’ah menyenangi dan menyatakan tertarik terhadap pengajian

kitab fikih yang membahas tentang ibadah shalat tersebut.

B. Analisis Respon Jama’ah Terhadap Pengajian Kitab Fikih Shalat

Untuk mengetahui respon jama’ah terhadap pengajian kitab fikih

shalat adalah dengan menganalisis sikap para jama’ah dalam merespon

keberadaan pengajian kitab fikih Shalat dan dapat di lihat pada tabel – tabel

Page 51: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

berikut, yang mengungkapkan keaktifan dan minat para jama’ah terhadap

pengajian kitab fikih shalat

Tabel 5

Keaktifan Para Jama’ah Pada Pengajian Kitab Fikih Shalat

NO Keaktifan frekuensi Persentase

1

2

3

4

Sangat Sering

Sering

Jarang

Baru Mengikuti

6

13

10

1

20 %

43 %

33 %

4 %

Jumlah 30 100%

Dari tabel diatas, 6 responden atau 20 % menyatakan sangat sering

mengikuti diskusi fikih (sangat aktif), 13 responden atau 43 % menyatakan sering

(aktif), 10 responden atau 33 % menyatakan jarang, dan hanya satu orang atau 4

% menyatakan baru mengikuti pengajian kitab fikih shalat.

Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar jama`ah adalah

aktif dalam mengikuti pengajian kitab fikih shalat.

Tabel 6

Minat Jama’ah terhadap Pengajian Kitab fikih Shalat

NO Minat Jama`ah Jumlah Persentase

Page 52: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

1

2

3

Suka

Kurang Suka

Tidak Suka

28

2

-

93 %

7%

-

Jumlah 30 100%

Dari tabel diatas, 28 responden atau 93 % menyatakan suka (menyukai

pengajian kitab fikih shalat), 2 responden atau 7 % menyatakan kurang suka.

Dari tabel 5 dan 6 tentang keaktifan dan minat para jama`ah terhadap

pengajian kitab fikih shalat, dapat disimpulkan bahwa para jama`ah sebagian

besar menaruh respon yang sangat positif. Hal ini bisa dibuktikan dari sampel 30

responden, yang dapat dikualifikasikan sebagai berikut: 19 responden 63 %

menyatakan sering (aktif atau sangat aktif), sedangkan 11 responden atau 37 %

menyatakan jarang atau tidak terlalu aktif, dan dari 30 responden yang diteliti tadi,

28 responden atau 93 % menyukai atau sangat minat, dan 2 responden atau 7 %

menyatakan kurang minat.

Respon positif terhadap pengajian kitab fikih shalat dikarenakan kajian

kitab fikih shalat adalah masalah problematika kehidupan sehari – hari yang

dihadapi untuk beribadah kepada sang pencipta Allah SWT.

Dari hasil penelitian melalui penyebaran angket tentang kondisi

pemahaman materi yang terdapat dalam kitab fikih maka hasilnya dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Page 53: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Tabel 7

Kondisi Pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Wajib

Para Jama`ah Sebelum Mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat

NO Kondisi Sebelum Frekuensi Persentase

1

2

3

Paham

Kurang paham

Tidak paham

3

22

5

10 %

73 %

17 %

Jumlah 30 100%

Dari tabel diatas, 22 responden atau 73 % kurang memahami kajian

ini, 5 responden atau 17 % menyatakan tidak memahami kajian tersebut dan

hanya 3 responden atau 10% menyatakan paham tentang kajian tersebut.

Dari data diatas dapat disimpulkan sebagian besar kondisi pemahaman

ibadah shalat tentang shalat wajib jama`ah sebelum mengikuti kajian ini adalah

kurang paham.

Tabel 8

Kondisi pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Sunnah Rawatib

Para jama`ah sebelum mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat

NO Kondisi Sebelum Frekuensi Persentase

Page 54: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

1

2

3

Paham

Kurang paham

Tidak paham

5

22

3

17 %

73 %

10 %

Jumlah 30 100%

Dari tabel diatas, 22 responden atau 73 % kurang memahami kajian

ini, 5 responden atau 17 % menyatakan paham terhadap kajian tersebut dan

hanya 3 responden atau 10% menyatakan tidak paham tentang kajian

tersebut.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kondisi

pemahaman ibadah shalat tentang shalat sunah rawatib jama`ah sebelum

mengikuti kajian ini adalah kurang paham.

Tabel 9

Kondisi Pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Wajib

Para jama`ah sesudah mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat

NO Kondisi sesudah frekuensi Persentase

1

2

3

Sangat Paham

Paham

Tidak Paham

9

17

4

30 %

57 %

13 %

Jumlah 30 100%

Dari tabel diatas, 17 responden atau 57% menyatakan paham, 9 responden atau 30% menyatakan sangat paham, 4 responden atau 13% menyatakan menjadi tidak paham.

Page 55: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Hal ini berarti, setelah mengikuti pengajian kitab fikih shalat, para jama`ah

yang tadinya tidak paham menjadi paham atau sangat paham. Dan ini berarti

kajian kitab fikih shalat dalam pengajian yang diadakan di masjid Riyadhul

Jannah meningkat secara kuantitatif.

Tabel 10

Kondisi Pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Sunnah Rawatib

Para jama`ah sesudah mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat

NO Kondisi sesudah frekuensi Persentase

1

2

3

Sangat paham

Paham

Tidak Paham

7

18

5

25 %

61 %

14 %

Jumlah 30 100%

Dari tabel diatas, 18 responden atau 61 % menyatakan paham, 7 responden atau 25 % menyatakan sangat paham, 5 responden atau 14 % menyatakan menjadi tidak paham.

Hal ini berarti, setelah mengikuti pengajian kitab fikih shalat, para jama`ah

yang tadinya tidak paham menjadi paham atau sangat paham. Dan ini berarti

kajian kitab fikih shalat dalam pengajian yang diadakan di masjid Riyadhul

Jannah meningkat secara kuantitatif.

1. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengajian Kitab

Fikih Shalat

Untuk melaksanakan sebuah program yang mempunyai misi mulia yaitu

untuk meningkatkan pemahaman ibadah salat para jama’ah khususnya, dengan

Page 56: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

rujukan kitab–kitab yang di susun oleh para ulama, sangat diperlukan suatu faktor

tertentu yang disebut dengan faktor pendukung atau penunjang. Dalam

melaksanakan aktivitasnya, pengajian diskusi fikih ini tidak lepas dari faktor

pendukung dan penghambatnya.

Mengenai faktor pendukung dan penghambat kajian diskusi fikih

sebenarnya sama dengan faktor pendukung dan penghambat kajian yang lain

secara umum, namun untuk kajian fikih memiliki faktor pendukung dan

penghambat secara khusus.

a. Faktor pendukung:

1. Narasumber cukup aktif (tidak banyak absennya)

2. Narasumber cukup luas wawasannya.

3. Narasumber menggunakan kitab fikih fathul qarib, fathul mu’in, syafinah

an-najaah dan fiqhussunnah serta kitab fikih yang lainnya.

b. Faktor penghambat:

1. Narasumber terkadang agak monoton (ini juga bisa kita maklumi karena

forum pengajian disini adalah forum pengajian dengan pembacaan kitab,

sehingga narasumber membacakan kitab dan sedikit menjelaskan

maksudnya dengan tidak benyak keluar dari teks dan konteksnya.

2. Narasumber terkadang suaranya kurang lantang (mik nya kurang dekat)

2. Upaya Mengatasi Hambatan-hambatan dalam Pengajian

diskusi fikih

1. Penyelenggaraan akan berusaha untuk menganjurkan para narasumber,

agar mengkonfirmasi kepada penyelenggara sehari sebelum jadualnya,

apabila narasumber tidak bisa hadir karena ada halangan atau yang

Page 57: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

lainnya. Hal ini dimaksudkan agar penyelenggara dapat mencari badal

(pengganti)

2. Berusaha menyiapkan foto copy materi yang akan dikaji, khususunya

untuk jama`ah tetap (bukan musafir), dengan mengkomromikan tambahan

dana kepada pengurus masjid Riyadhul Jannah

3. Penyelenggara akan berusaha untuk menyampaikan segala saran dan

harapan para jama`ah (yang ditulis diangket) kepada para narasumber

masing-masing kajian, khususnya kepada narasumber kajian fikih yang

diteliti.

Page 58: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, dan menjawab tentang

respon jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat di Masjid Riyadhul Jannah

Gunung Putri Bogor, yang diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Sikap para jama’ah dalam merespon keberadaan pengajian kitab fikih shalat

dari segi perasaan jama’ah meliputi ; dari 30 responden, 13 responden atau

43 % mengatakan senang sekali, 16 responden atau 53 % mengatakan

senang dan hanya 1 responden atau 4 % mengatakan tidak senang. Dari segi

komentar jama’ah mengenai materi meliputi ; Dari 30 responden, 24

responden atau 80 % mengatakan bahwa materi yang dikaji itu cukup

menarik, 2 responden atau 7 % mengatakan kurang menarik, 3 responden

atau 10 % menyatakan monoton, dan sisanya yaitu 1 responden atau 3 %

mengatakan tidak tahu. Ini menunjukan hal yang positif, karena sebagian

besar jama’ah mengatakan materi yang dikaji dalam pengajian kitab fikih itu

cukup menarik. Karena dapat menambah pemahaman agama khususnya

dalam materi yang sedang dikaji.

2. Analisis respon jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat di Masjid

Riyadhul Jannah pertama meliputi keaktifan para jama’ah terhadap

pengajian kitab fikih shalat ; 6 responden atau 20 % menyatakan sangat

sering mengikuti pengajian kitab fikih (sangat aktif), 13 responden atau 43

% menyatakan sering (aktif), 10 responden atau 33 % menyatakan jarang,

Page 59: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

dan hanya satu orang atau 4 % menyatakan baru mengikuti pengajian kitab

fikih shalat. Kedua meliputi minat jama’ah terhadap pengajian kitab fikih

shalat ; 28 responden atau 93 % menyatakan suka (menyukai pengajian kitab

fikih shalat), 2 responden atau 7 % menyatakan kurang suka.

3. Kondisi pemahaman jama’ah mengenai materi yang terdapat dalam kitab fikih shalat meliputi pertama Kondisi Pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Wajib Para Jama`ah Sebelum Mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat ; 22 responden atau 73 % kurang memahami kajian ini, 5 responden atau 17 % menyatakan tidak memahami kajian tersebut dan hanya 3 responden atau 10% menyatakan paham tentang kajian tersebut. Kedua Kondisi pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Sunnah Rawatib Para jama`ah sebelum mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat ; 22 responden atau 73 % kurang memahami kajian ini, 5 responden atau 17 % menyatakan paham terhadap kajian tersebut dan hanya 3 responden atau 10% menyatakan tidak paham tentang kajian tersebut. Ketiga Kondisi Pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Wajib Para Jama`ah sesudah Mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat ; 17 responden atau 57% menyatakan paham, 9 responden atau 30% menyatakan sangat paham, 4 responden atau 13% menyatakan menjadi tidak paham. Keempat Kondisi pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Sunnah Rawatib Para jama`ah sebelum mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat ; 18 responden atau 61 % menyatakan paham, 7 responden atau 25 % menyatakan sangat paham, 5 responden atau 14 % menyatakan menjadi tidak paham.

B. Saran-saran

Untuk penyelenggara :

1. Penyelenggara hendaknya menyediakan foto copy materi yang hendak di

kaji kepada para jama’ah. Khususnya bagi jama’ah tetap.

2. Penyelenggara hendaknya menyediakan nara sumber pengganti yang siap

pakai kalau setiap waktu nara sumber inti berhalangan.

Untuk nara sumber :

1. Nara sumber hendaknya lebih mengeraskan lagi suaranya agar jama’ah

dapat dengan jelas memahaminya.

2. Nara sumber hendaknya memilih masalah apa yang harus dikaji yang

sekarang ini terjadi di tengah masyarakat.

Page 60: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Fadh Bin Sulaiman al-Rumi. Konsep Shalat Mrnurut Al-Qur’an;

Telaah Kritis tentang Fiqh Shalat. Jakarta : Firdaus, 1991.

Ahmadi, Ahmad. Psikologi Belajar, Jakarta : Reneka Cipta, 1992.

Arifin, Imron. Kepemimpinan Kyai; Kasus Pondok Pesatren Tebu Ireng,

Malang : Kalimasahada Press, 1993.

Asshiddiqie, T.M. Hasbi. Pengantar Hukum Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1980.

---------, Metodologi Pendidikan Agama. Jakarta : CV. Forum, 1982.

---------, Kuliah Ibadah. Jakarta : Bulan Bintang, 1991.

----------, Pedoman Shalat. Semarang : Pustaka Rizki Putra,

1997.

Azwar, Saifuddin. Tes Prestasi, Yogyakarta : Liberty, 1987.

Dagun, Save D. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan¸ Jakarta : Lembaga Pengkajian

dan Kebudayaan Nusantara, 1997.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1996.

Fuad, Munawwar, dkk. Menghidupkan Ruh Pemikiran kyai haji Ahmad Sidiq.

Jakarta : Logos, 1999.

Hasibuan, JJ. dan Mujiono. Proses BelajarMengajar. Bandung : PT. Remaja

Rosda Karya, 1995.

Hawwa, Sa’id. Mensucikan Jiwa. Jakarta : Rabbani Pers, 2000.

Jalaludin, Rahmat. Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,

1999.

Karim, A.Syafi’I. Fiqih Ushul Fiqih. Bandung : Pustaka Setia, 1997.

Page 61: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Masyur, Syaikh Musthofa. Fikih Dakwah. Jakarta : Al-I’tishom Cahaya Umat,

1998.

Nasution, Lahmudin. Fikih Ibadah. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999.

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus BesarBahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,

1991.

-------- Psikologi Komunikasi, Jakarta : UT, 1999. Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik EvaluasiPengajaran,

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1997.

Pulungan, J. Suyuti, Universalisme Islam. Jakarta : PT. Moyo Segoro Agung.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia, 1994.

Razak, Nazarudin. Dinul Islam. Bandung : Al-Maarif, 1996Ritonga, A. Rohman

dan Zainudin, Fikih Ibadah. Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997.

Rifai, Muhammad. Ushul Fiqih. Semarang : Wicaksana, 1988.

Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunah. Bandung : Al-maarif, 1997.

Subandi, Ahmad, Psikologi Sosial, Jakarta : Bulan Bintang, 1982.

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Garafindo

Persada, 1996, h. 50

Sujanto, Agus. Psikologi Kepribadian, Jakarta : Aksara baru, 1991. Syah, Ismail Muhammad, dkk., Filsafat Hukum Islam. Jakarta : Bumi Aksara,

1992.

Usman, M. Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,

Jakarta : Ciputat Press, 2002.

Page 62: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Winkel, W.S., Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Gramedia, 1996.

World Assembly of Moslem Youth (WAMY) : Etika Diskusi. Jakarta : Era

Intermedia, t.t.

Zuhdi, Masyfuk. Studi Islam : Ibadah. Jakarta : Rajawali Offset, 1992.

Wahid, Marzuki, Pesatren Masa Depan, Jakarta : Pustaka Hidayah, 1999.

Page 63: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Lampiran:

Wawancara dengan Bapak Chotib ,

Ketua Penyelenggara Pengajian fikih Masjid Riyadhul Jannah

Pernyataan:

1. Menurut bapak apa yang memotivasi pengurus masjid Riyadhul Jannah

mengadakan pengajian kitab fikih ini ?

Yang memotifasi para pengurus penyelenggaraan kajian kitab fikih ini

adalah agar masyarakat sekitar khususnya dan para jama`ah umumnya

dapat mengenal dan memahami ajaran Islam melalui karya-karya ulama

salaf (kitab-kitab klasik) atau kitab kuning. Disamping itu juga memberi

kesempatan kepada masyarakat dan para jama`ah masjid Riyadhul

Jannah untuk belajar bersama-sama para guru dari pondok pesantren

dan Perguruan tinggi agama Islam yang ada di Bogor.

2. Menurut Bapak, apa faktor pendukung kajian kitab fikih ini ?

1. Tempat pelaksanaan kajian ini sangat strategis. Masjid Riyadhul

Jannah terletak di jalan raya Gunung Putri RT 04 / 07 desa Tlajung

Udik kecamatan Gunung Putri kabupaten Bogor, yang

menghubungkan antara Bogor, alternatif Bekasi, dan Cibubur via

wanaherang dan cileungsi.

2. Nara sumber/guru dalam kajian ini adalah guru di salah satu pondok

pesantren dan dosen perguruan tinggi agama Islam yang ada di

Bogor, dan cukup berpengalaman.

Page 64: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

3. Menurut Bapak, apa faktor penghambat kajian kitab fikih ini ?

1. Tidak adanya tenaga pengganti yang selalu siap menggantikan nara

sumber yang tidak dapat hadir karena berhalangan atau karena

aktifitas lain.

2. Karena keterbatasan dana, penyelenggara pengajian tidak

menyediakan foto copy materi yang sedang dikaji.

3. Karena jama`ah ada yang tetap dan tidak tetap (musafir) maka sering

terjadi adanya pertanyaan yang sudah dibahas minggu sebelumnya.

4. Adanya nara sumber yang kadang-kadang monoton, lebih cenderung

tekstual (hanya penbacaan kitab), kurang adanya keterangan lebih

lengkap yang diambil dari kitab lain). Tapi ini sebagian kecil dan

jarang terjadi.

4. Bagaimana upaya bapak selaku ketua penyelenggara dalam menyikapi

terjadinya kekosongan ( narasumber berhalangan )?

Kami akan berusaha mencari badal (pengganti), dan agar upaya kami ini

kami bisa terlaksana maka kami akan berusaha menyarankan – dengan

penuh hormat – nara sumber agar mengkonfirmasi kepada kami tentang

ketidak hadirnya sehari sebelum jadualnya.

5. Bagaimana upaya bapak dalam menyikapi segala saran dan harapan para

jama’ah ?

Ya kami akan berusaha memenuhi saran dan harapan para jama`ah

semampu kami. Adapu saran dan harapan jama`ah yang ditunjukan

kepada nara sumber maka kami akan menyampaikannya.

Page 65: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Wawancara dengan Bapak H.A. Umang ,

Sesepuh Pengurus Masjid Riyadhul Jannah.

Pertanyaan:

1. Sejak tahun berapakah bapak mulai aktif dalam kepengurusan

Masjid Riyadhul Jannah ?

Ya, sekitar tahun 1950-an.

2. Seingat bapak, sebenarnya bagaimana sejarah pengajian fikih itu ?

Pengajian diskusi fikih sebenarnya sudah dimulai beberapa tahun yang

lalu, karena menurut orang yang sudah lama disini, sebut saja namanya (H.

Imin Suhadi), pengajian kitab fikih semacam ini sudah ada sejak tahun

1996; bahkan sebelum tahun 1996 pun sudah dimulai yang dirintis oleh

bapak H. Sueb (almarhum) selaku sepupuh Masjid Riyadhul Jannah, tapi

entah karena apa, seiring dengan berjalannya waktu pengajian fikih sempat

tidak jalan, dan berapa waktu kemudian pengajian fikih berjalan lagi yang

di mulai oleh bapak M. Ilyas S.Pd.I dan kawan-kawan. Dan Alhamdulillah

sampai sekarang kajian kitab fikih ini masih tetap eksis walaupun terjadi

pasang surut.

Page 66: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Wawancara dengan Bapak K. H.Yahya Suja’I

Nara sumber materi kajian fikih.

Pertanyaan:

1. Apa alasan bapak memilih kitab Syafinah An-Najaah ?

Saya memilih kitab Syafinah An-Najaah karena Syafinah An-Najaah

adalah kitab yang sering dipergunakan di pondok-pondok pesantren. Dan

juga merupakan kitab yang sudah populer di kalangan masyarakat dan

pembahasannya pun ringan dan Insya Allah mudah dipahami oleh para

jama’ah.

2. Kitab fikih apalagi yang bapak gunakan untuk sedikit melengkapi

wawasan dalam kajian kitab fikih ini ?

Kitab lain yang coba saya ambil adalah fathul Qarib, fathul mu’in, dan

fiqhussunnah, karena saya rasa kitab-kitab tersebut sudah dapat mewakili

dan menjawab semua permasalahan yang ada di tengah masyarakat.

3. Apa metode bapak dalam upaya menjelaskan guna memberi

pemahaman kepada para jama’ah ?

Saya sebisa mungkin untuk menjelaskan dengan bahasa yang mudah di

pahami, dalam arti menjelaskan lebih lanjut dan terang, dengan membaca

sumber-sumber lain.

Page 67: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

ANGKET PENELITIAN Judul : “RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH

SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH

GUNUNG PUTRI BOGOR”

Identitas diri

Nama :

Jenis Kelamin : Usia :

Pendidikan Terakhir : Pekerjaan :

Petunjuk :

Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang anda anggap sesuai dengan

keadaan dan pendapat anda dan kalau ada pendapat lain silahkan isi pada

point yang kosong pada pertanyaan di bawah ini :

1. Termasuk dalam kategori manakah anda dalam mengikuti pengajian

kitab fikih shalat yang diadakan di Masjid Riyadhul Jannah ?

a. Sangat Sering c. Jarang

b. Sering d. ………………

2. Bagaimanakah perasaan anda ketika mendengar / tahu keberadaan

pengajian kitab fikih shalat yang diadakan di Masjid Riyadhul

Jannah ?

a. Senang Sekali c. Tidak Senang

b. Senang d. ……………….

3. Apa yang anda sukai dari pengajian kitab fikih shalat ini ?

a. Pembacaan Kitab dan Dialognya (tanya jawabnya)

Page 68: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

b. Pembacaan Kitabnya Saja

c. Dialognya Saja

d. ……………….

4. Bagaimana tentang waktu yang disediakan oleh penyelenggara kajian

kitab fikih ini ?

a. Sudah Puas c. Kurang Lama

b. Terlalu lama d. ……………..

5. Bagaimana dengan materi pengajian kitab fikih ?

a. Menarik c. Monoton

b. Kurang Menarik d. …………..

6. Dengan adanya pengajian fikih ini, apakah ada pengaruhnya dalam

meningkatkan pemahaman pengetahuan ibadah shalat anda ?

a. Ada c. Tidak Ada

b. Kurang Ada d. ……………

7. Kalau memang ada pengaruhnya, lalu apa penaruhnya dalam

peningkatan pengetahuan ibadah shalat anda ?

a. Dalam kajian fikih pengaruhnya dapat mengetahui tata cara

shalat yang benar.

b. Dalam kajian tafsir pengaruhnya dapat memahai maksud dari

firman Allah

c. Point A dan B benar

d. …………………….

8. Apakah anda suka kajian fikih ?

a. Suka c. Tidak Suka

Page 69: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

b. Kurang Suka d. …………………

9. Sebelum anda mengikuti kajian kitab fikih shalat, bagaimanakah

tingkat pemahaman anda dalam kajian kitab fikih ?

a. Sangat Paham c. Tidak Paham

b. Paham d. ………………….

10. Setelah anda mengikuti kajian kitab fikih shalat, bagaimanakah

tingkat pemahaman anda dalam kajian kitab fikih shalat ?

a. Sangat Paham c. Tidak Paham

b. Paham d. ………………….

Petunjuk :

Tulislah saran dan harapan anda pada titik-titik di bawah ini

1. Bagaimanakah saran dan harapan anda terhadap penyelenggara

pengajian fikih ?

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

2. Bagaimanakah saran dan harapan anda terhadap Narasumber kajian

fikih (K.H.Yahya S) ?

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

Page 70: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Catatan :

• Setelah angket sudah di isi, angket dikumpulkan kembali Terima kasih banyak @ Jazaakumullah Khairan Katsiraa @

DAFTAR JAMA`AH YANG MENGISI ANGKET DALAM PENELITIAN

PENGARUH DISKUSI FIKIH TERHADAP PEMAHAMAN IBADAH

SHALAT JAMA’AH PADA JAMA’AH MASJID RIYADHUL JANNAH

GUNUNG PUTRI BOGOR

1. IDENTITAS DIRI

Nama : Tisno Usia : 44 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan terakhir : SLTP

2. IDENTITAS DIRI

Nama : H. Amin Usia : 43 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan terakhir : SLTP

3. IDENTITAS DIRI

Nama : M. Fikri Usia : 21 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Mahasiswa

Pendidikan terakhir : SLTA

4. IDENTITAS DIRI

Nama : Sulaemin Usia : 23 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Karyawan

Pendidikan terakhir : SLTA

Page 71: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

5. IDENTITAS DIRI

Nama : M. Ilyas Usia : 44 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan terakhir : PT

6. IDENTITAS DIRI

Nama : Agus Supandi Usia : 26 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Karyawan

Pendidikan terakhir : SLTA

7. IDENTITAS DIRI

Nama : Saepudin Usia : 35 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan terakhir : SLTP

8. IDENTITAS DIRI

Nama : Iwan Setiawan Usia : 27 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Karyawan

Pendidikan terakhir : PT

9. IDENTITAS DIRI

Nama : H. Pepen Usia : 44 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan terakhir : SLTA

10. IDENTITAS DIRI

Nama : Acim Usia : 38 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Karyawan

Page 72: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Pendidikan terakhir : SLTA

11. IDENTITAS DIRI

Nama : Subadi Usia : 42 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan terakhir : SLTA

12. IDENTITAS DIRI

Nama : Chotib Usia : 65 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : --

Pendidikan terakhir : SLTA

13. IDENTITAS DIRI

Nama : H. Imin Usia : 88 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : --

Pendidikan terakhir : SLTP

14. IDENTITAS DIRI

Nama : Santos Usia : 30 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Karyawan

Pendidikan terakhir : SLTA

15. IDENTITAS DIRI

Nama : Aminudin Usia : 58 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan terakhir : SLTA

16. IDENTITAS DIRI

Nama : Khairudin Usia : 71 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : --

Pendidikan terakhir : SLTA

Page 73: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

17. IDENTITAS DIRI

Nama : Saefullah Usia : 29 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Karyawan

Pendidikan terakhir : SLTA

18. IDENTITAS DIRI

Nama : Anwar Usia : 48 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Karyawan

Pendidikan terakhir : SLTA

19. IDENTITAS DIRI

Nama : Sandi Usia : 39 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Karyawan

Pendidikan terakhir : SLTA

20. IDENTITAS DIRI

Nama : H.Kamaludin Usia : 62 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : --

Pendidikan terakhir : SLTA

21. IDENTITAS DIRI

Nama : M.Sidik Usia : 34 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Karyawan

Pendidikan terakhir : SLTA

22. IDENTITAS DIRI

Nama : Wagito Usia : 40 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan terakhir : SLTA

23. IDENTITAS DIRI

Page 74: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Nama : Rahmat Usia : 32 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Karyawan

Pendidikan terakhir : SLTA

24. IDENTITAS DIRI

Nama : Zakaria Usia : 38 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Karyawan

Pendidikan terakhir : SLTA

25. IDENTITAS DIRI

Nama : Acip Usia : 42 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan terakhir : SLTA

26. IDENTITAS DIRI

Nama : Ramuji Usia : 44 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan terakhir : SLTA

27. IDENTITAS DIRI

Nama : Ahmad Usia : 36 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Karyawan

Pendidikan terakhir : SLTA

28. IDENTITAS DIRI

Nama : Supriyatna Usia : 37 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Karyawan

Pendidikan terakhir : SLTA

29. IDENTITAS DIRI

Nama : Amir Usia : 39 thn

Page 75: RESPON JAMA'AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan terakhir : SLTA

30. IDENTITAS DIRI

Nama : Zacky Mubarok Usia : 44 thn

Jenis kelamin : L Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan terakhir : SLTA