rensftzdkbbk_konsep laporan

37
DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2013 - 2017

Upload: tiar-pandapotan-purba

Post on 24-Jul-2015

133 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: RensftzDKBBK_konsep laporan

DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS

BATAM/BINTAN/KARIMUN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

TAHUN 2013 - 2017

Page 2: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 1 dari 36

KATA PENGANTAR

Rencana Strategis (Renstra) Dewan Kawasan Perdagangan Bebas

dan Pelabuhan Bebas Batam/Bintan/Karimun periode 2013-2017 adalah

panduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dewan Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam/Bintan/Karimun untuk

5 (lima) tahun ke depan, yang disusun antara lain berdasarkan hasil

evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan Dewan Kawasan Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam/Bintan/Karimun sejak ditetapkan

menjadi Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

Batam/Bintan/Karimun pada tahun 2008 yang lalu, analisa atas

pendapat para pemangku kepentingan (stakeholders) di tingkat pusat dan

daerah, analisa terhadap dinamika perubahan lingkungan strategis baik

global/internasional maupun nasional, dan daerah. Selain itu, Renstra ini

juga disusun dengan berpedoman pada RPJMN 2010-2014, dan sekaligus

dimaksudkan untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi

keberhasilan pencapaian sasaran, agenda dan misi pembangunan, serta

visi Indonesia 2014, sebagaimana diamanatkan pada RPJMN 2010-2014.

Mengingat hal tersebut, maka semua unit kerja, kepala bidang dan

staf Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

Batam/Bintan/Karimun harus melaksanakannya secara akuntabel dan

senantiasa berorientasi pada peningkatan kinerja (better performance).

Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaannya dan mewujudkan

pencapaian Visi Rencana Strategis Dewan Kawasan Perdagangan Bebas

dan Pelabuhan Bebas Batam/Bintan/Karimun periode 2013-2017 yaitu

“Terwujudnya Pengusahaan Kawasan Batam, Bintan dan Karimun

Sebagai Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas

Berlandaskan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kawasan Yang Tertib, Efisien,

Feleksibel dan Akuntabel”., maka akan dilakukan evaluasi setiap tahun.

Apabila diperlukan dan dengan memperhatikan kebutuhan dan

perubahan lingkungan strategis, dapat dilakukan perubahan/revisi

muatan Rencana Strategis termasuk indikator-indikator kinerjanya.

Revisi dilakukan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa

mengubah tujuan Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas Batam/Bintan/Karimun periode 2013- 2017.

Tanjung Pinang, Juli 2012

Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

Batam/Bintan/Karimun

H. Muhammad Sani

Page 3: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 2 dari 36

Daftar Isi

Bab 1 Pendahuluan ................................................................................. 4

1.1 Kondisi Kawasan Pelabuhan Bebas Dan Perdagangan Bebas Batam,

Bintan Dan Karimun ...................................................................... 4

1.2 Peran Dewan Kawasan ................................................................... 7

1.3 Potensi Dan Permasalahan ........................................................... 10

Bab Ii Visi, Misi Dan Tujuan Dewan Kawasan Pelabuhan Bebas Dan

Perdagangan Bebas Batam, Bintan Dan Karimun ......................... 16

2.1 Visi Dewan Kawasan Batam, Bintan Dan Karimun ....................... 16

2.2 Misi Dewan Kawasan Batam, Bintan Dan Karimun ...................... 17

2.3 2.3 Tujuan Dewan Kawasan Batam, Bintan Dan Karimun ............ 19

2.4 Sasaran Strategis Dewan Kawasan Batam, Bintan Karimun. ........ 19

Bab 3 Arah Kebijakan Dan Strategi ....................................................... 22

3.1 Arah Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Kawasan ................. 22

3.2 Arah Kebijakan Dan Strategi Dewan Kawasan Batam, Bintan Dan

Karimun....................................................................................... 23

Bab 4 Penutup ........................................................................................ 0

Anak Lampiran 1 Matrik Target Pembangunan .......................................... 1

Anak Lampiran 2 Kebutuhan Pendanaan Pembangunan ........................... 2

Page 4: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 3 dari 36

Page 5: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 4 dari 36

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Kondisi Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Batam,

Bintan dan Karimun

Kebijakan pemerintah nasional tentang kawasan pelabuhan

bebas dan perdagangan bebas telah dicanangkan sejak masa-masa

awal orde reformasi untuk mempercepat pertumbuhan kawasan-

kawasan strategis di berbagai belahan nusantara. Kebijakan tersebut

dimulai dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 yang kemudian dikuatkan

menjadi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 yang kemudian

diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2007 yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-

Undang Nomor 44 Tahun 2007.

Sebelum adanya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000, di

berbagai daerah di Indonesia telah dibentuk beberapa kawasan untuk

mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional yaitu kawasan

pembangunan ekonomi terpadu (KAPET) dan kawasan otorita. Batam

merupakan kawasan otorita yang dibentuk dengan Keputusan

Presiden Nomor 74 Tahun 1971 tentang Pengembangan

Pembangunan Pulau Batam, kemudian diikuti dengan pembentukan

Kota Madya Batam melalui Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun

1983 serta dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1984

tentang Hubungan Kerja Antara Kotamadya Batam dengan Otorita

Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam. Namun sejak reformasi

kawasan otorita menjadi dilematis berhadapan dengan kebijakan

desentralisasi yang sedang mengelora dengan keluarnya Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Konflik

antara daerah otonom dengan kawasan otorita menempatkan

kawasan otorita kehilangan legitimasi terutama dengan belum adanya

undang-undang yang mengatur secara khusus tentang otorita.

Page 6: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 5 dari 36

Lahirnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2000 yang ditetapkan menjadi Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2000, telah memberikan landasan hukum yang kuat

bagi kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. Berdasarkan

Undang-Undang tersebut, kawasan otorita batam diubah menjadi

kawasan pelabuhan bebas dan perdagangan bebas yang ditetapkan

dengan Paraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 diikuti dengan

pembentukan dua kawasan pelabuhan bebas dan perdagangan bebas

lainnya di provinsi Kepulauan Riau yaitu Kawasan Pelabuhan Bebas

dan Pedagangan Bebas Bintan yang dibentuk dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor

48 Tahun 2007 tentang pembentukan kawasan pelabuhan bebas dan

perdagangan bebas Karimun.

Meskipun sudah mempunyai landasan hukum yang kuat

tentang keberadaan kawasan pelabuhan bebas dan perdagangan

bebas, namun secara operasional masih mengalami banyak kendala

antara lain tentang status kelembagaan, sumber pendanaan, pola

pengelolaan keuangan, pelimpahan wewenang, koordinasi dengan

instansi terkait dan stakeholder, kepegawaian, struktur organisasi

dan masalah-masalah fundamental lainnya yang menghambat lajunya

pengelolaan kawasan pelabuhan bebas dan perdagangan bebas di

seluruh Indonesia untuk menjadi pusat pertumbuhan Indonesia

(center of national economic growth).

Di Provinsi Kepulauan Riau, Kawasan PBPB Batam relative

sudah mapan, baik dari segi kelembagaan, pendanaan maupun

kewenangan terutama dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah

Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Kawasan

Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Batam. Namun dua kwasan

lainnya yang baru terbentuk lima tahun yang lalu saat ini hampir

belum terlihat geliatnya baik dalam melaksanakan fungsi sebagai

kawasan pelabuhan bebas maupun fungsi kawasan perdagangan

bebas.

Page 7: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 6 dari 36

Belum terbentuknya berbagai regulasi pendukung terutama

bidang keuangan dan kelembagaan serta terbatasnya sumber

pendanaan untuk membangun dan mengusahakan kawasan menjadi

kendala utama bagi kawasan PBPB Bintan dan Karimun. Sampai

tahun kelima setelah pembentukan kawasan PBPB Bintan dan

Karimun, belum adan program yang signifikan yang dilaksanakan

oleh kedua kawasan tersebut dan baru pada tahun 2012 ini kedua

kawasan tersebut memulai beberapa pembangunan kawasan setelah

adanya dukungan dana dari pemerintah pusat melalui APBN dan

dukungan dari APBD. Adapun jumlah dana yang diterima oleh

kawasan Bintan dan Karimun sampai tahun 2012 ini dapat dilihat

dari table berikut :

tabel

Adapun beberapa program/kegiatan yang sudah

dilaksanakan oleh kawasan pelabuhan bebas dan perdagangan

Bintan dan Karimun sejak tahun 2007 dapat dilihat pada table

berikut ini :

tabel

Sementara itu, pendapatan dari hasil pengusahaan hanya

dimiliki oleh kawasan PBPB Batam, sedangkan kawasan PBPB Bintan

dan Karimun belum mampu menyumbangkan pendapatan sendiri.

Rincian pendapatan untuk masing-masing kawasan dapat dilihat

pada table berikut ini :

tabel

Page 8: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 7 dari 36

1.2 Peran Dewan Kawasan

Dewan Kawasan sebagaimana diamanatkan dalam

Praturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2000 Pasal 8 ayat (1) menyatakan bahwa Dewan Kawasan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) mempunyai tugas

dan wewenang menetapkan kebijaksanaan umum, membina,

mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan Badan Pengusahaan.

Dengan demikian maka fungsi yang diemban oleh dewan kawasan

meliputi fungsi penetapan kebijakan, pengawasan dan koordinasi.

Fungsi kebijakan umum merupakan fungsi pengaturan

yang diperlukan untuk memberikan payung hukum (legal policy)

bagi badan pengusahaan untuk melaksanakan fungsi pengusahaan

kawasan sesuai dengan fungsi kawasan itu sendiri. Fungsi

kebijakan ini meliputi dua area kebijakan yaitu area kebijakan

eksternal yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, kewenangan

pemerintah provinsi, kewenangan pemerintah kabupaten/kota atau

kebijakan internal yang menjadi kewenangan dewan kawasan

sendiri.

Pada area kebijakan eksternal, dewan kawasan berperan

untuk mendorong para pengambil kebijakan agar menetapkan

semua kebijakan yang diperlukan oleh kawasan Batam, Bintan dan

Karimun dalam menjalankan fungsi pengusahaan kawasan. Selain

itu, dewan kawasan juga dapat mempersiapkan atau menginisiasi

pembentukan berbagai kebijakan dari lembaga eksternal yang

diperlukan untuk memaksimalkan pengembangan dan

pengusahaan kawasan. Beberapa kebijakan eksternal yang perlu

didorong pembentukannya antara lain tentang status kelembagaan,

pelimpahan wewenang, pengelolaan keuangan dan kebijakan lain

terkait dengan status pelabuhan bebas dan perdangan bebas.

Sedangkan kebijakan internal yang perlu dibentuk antara lain

tentang struktur organisasi, kepegawaian, pedoman perencanaan

anggaran, penggajian, pedoman kerja sama, pedoman

penganggkatan pejabat badan pengusahaan dan kebijakan internal

lainnya yang diperlukan bagi badan pengusahaan.

Fungsi Pengawasan merupakan fungsi untuk menjamin

agar pengelolaan dan pengusahaan kawasan yang dilakukan oleh

badan pengusahaan kawasan sesuai dengan kebijakan, rencana

Page 9: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 8 dari 36

dan peraturan perundang-undangan. Fungsi pengawasan yang

dilakukan oleh dewan kawasan lebih ditujukan pada fungsi

pengawasan umum yang objeknya adalah segala kebijakan dan

keputusan yang diambil oleh badan pengusahaan kawasan,

sedangkan pengawasan teknis manajemen pengelolaan kawasan

sehari-hari seharusnya dilakukan oleh satuan pengawas internal

yang dibentuk pada setiap badan pengusahaan.

Sejalan dengan keanggotaan dewan kawasan yang terdiri

dari kepala daerah provinsi dan kepala daerah kabupaten/kota

yang wilayahnya ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas

dan pelabuhan bebas, maka fungsi pengawasan oleh dewan

kawasan lebih difokuskan pada pencapaian sasaran pengembangan

kawasan oleh badan pengusahaan atau pengawasan terhadap

kinerja dari setiap badan pengusahaan. Kinerja setiap badan

pengusahaan merupakan hal yang amat menentukan bagi

keberhasilan pengembangan dan pembangunan sebuah kawasan

perdagangan dan pelabuhan bebas. Oleh karena itu, pengawasan

kinerja badan pengusahaan oleh dewan kawasan harus terpola

dengan baik agar mudah diterjemahkan oleh stiap elemen yang

terlibat dalam pengelolaan kawasan baik dewan kawasan, badan

pengusahaan kawasan, segenap karyawan dan stakeholder lainnya

yang terkait.

Pelaksanaan fungsi pengawasan tidak terlepas dari

kegiatan meonitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan kawasan

oleh badan pengusahaan. Namun mengingat pengawasan yang

dilakukan oleh dewan kawasan adalah pengawasan umum

(pengawasan kebijakan dan kinerja) maka kegitan monitoring dan

evaluasi hendaknya tidak ditujukan pada monitoring dan evaluasi

proyek/evaluasi dan monitoring teknis, namun sebaliknya evaluasi

dilakukan dengan menilai kebijak an dan tindakan yang diambil

oleh badan pengusahaan untuk dinilai keseuaiannya dengan

kebijakan dewan kawasan, kebijakan pemerintah, kebijakan

pemeirntah daerah dan peraturan perundang-undang lainnya.

Evaluasi terhadap kinerja badan pengusahaan harus

dilakukan dengan mebandingkan antara target kinerja yang sudah

ditetapkan dengan kinerja yang dicapai. Oleh karena itu,

penyusunan rencana strategis setiap kawasan oleh badan

pengushaan merupakan alat ukur evaluasi kinerja setiap badan

pengusahaan untuk setiap tahunnya.

Page 10: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 9 dari 36

Fungsi koordinasi adalah kegiatan/usaha yang bertujuan

untuk mensinkronkan setiap kegiatan antara badan pengusahaan

dengan instansi lainnya baik dilingkungan pemerintah daerah

provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, instansi vertikal

maupun dengan pihak lainnya yang terkait. Selain untuk

mensinkronkan setiap kegiatan, fungsi koordinasi juga

mengandung makna adanya keterlibatan dewan kawasan dalam

penyelesaian masalah yang dihadapi badan pengusahaan baik yang

berhadapan dengan instansi lain maupun dengan masyarakat atau

pihak swasta.

Fungsi sinkronisasi memiliki beberapa sasaran/tujuan

utama yaitu sinkronisasi dalam menetapkan sasaran kegiatan,

sinkronisasi waktu pelaksanaan, sinkronisasi tempat kegiatan,

sinkronisasi pelaku kegiatan dan sinkronisasi tahapan pelaksanaan

kegiatan. Sinkronisasi juga dapat dipandang sebagai upaya untuk

menjamin konsitensi antara dokuken perencanaan dan rencana

kegiatan yang akan dilaksanakan setiap tahun.

Sinkronisasi sasaran kegiatan merupakan hal yang amat

penting dan terkadang menghadapi banyak kendala dalam

pelaksanaannya. Sinkronisasi sasaran kegiatan antara badan

pengusahaan kawasan dengan pemerintah daerah dan instansi

vertikal lainnya membutuhkan peran dewan kawasan yang sangat

intensif dan kuat. Keterpaduan dan kesinkronan perencanaan

sasaran kgiatan antar pihak sangat berpengaruh pada percepatan

pengembangan kawasan. Misalnya, pembangunan infrastruktur

jalan antara jalan yang ada dalam kawasan dengan jalan yang

menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi dan kabupaten/kota

amat menetukan keberhasil pembangunan kawasan. Apabila

kawasan PBPB membangun infrastruktur jalan dalam kawasan,

namun jalan lain menunju kawasan tidak dibangun sesuai dengan

kebutuhan kawasan, maka pengembangan kawasan akan

terhambat karena tidak adanya daya dukung dari infrastruktur di

sekitar kawasan. Pada kondisi seperti ini dimana keterpaduan

sasaran kegiatan menjadi hal yang amat penting, maka peran

koordinasi dewan kawasan menjadi hal yang amat penting pula.

Peran koordinasi ini amat mudah diucapkan dan

dimengerti akan arti pentingnya oleh semua pihak, namun

pelaksanaannya adalah sesuatu hal yang sangat sulit. Ketidak

terpaduan sistem dan informasi serta tidak adanya instrumen yang

mengikat keterpaduan tersebut telah membuat banyak koordinasi

gagal mencapai tujuan yang diinginkan.

Page 11: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 10 dari 36

Sebagai dewan kawasan yang merangkap sebagai kepala

daerah, peran dewan kawasan dalam koordinasi diyakini mampu

menghilangkan hambatan koordinasi yang mungkin muncul dan

akhirnya mampu menghadirkan sinkronisasi dan keterpaduan yang

kuat antara badan pengusahaan kawasan dengan instansi lainnya

yang terkait baik dilingkungan pemerintah daerah maupun instansi

vertikal lainnya.

1.3 Potensi dan Permasalahan

a. Penetapan Kebijakan

Penetapan kebijakan pengelolaan kawasan tidak

sutuhnya dilimpahkan kepada dewan kawasan, oleh karena itu

banyak kebijakan strategis masih menjadi kewenangan berbagai

kementerian/lembaga pada pemerintah pusat. Disisi lain,

keberadaan kebijakan tersebut menjadi landasan bagi dewan

kawasan dan badan pengusahaan dalam menetapkan kebijakan

lanjutan. Tidak adanya kebijakan atau belum adanya kebijakan

yang ditetapkan oleh pemeirntah pusat mengakibatkan dewan

kawasan tidak dapat menetapkan kebijakan teknis yang

diperlukan oleh badan pengusahaan.

Adanya beberapa kawasan pelabuhan bebas dan

perdagangan bebas lain seperti Batam dan Sabang yang telah

memiliki landasan kebijakan yang cukup lengkap akan menjadi

acuan dalam perumusan kebijakan di kawasan Bintan dan

Karimun baik kebijakan internal dewan kawasan maupun

kebijakan eksternal. Meskipun kebijakan eksternal pada

kawasan lain dapat dijadikan acuan dan contoh dalam

menetapkan dan memperjuangkan kebijakan di Bintan dan

Karimun, namun proses penetapannya tetap membutuhkan

waktu yang cukup lama. Adanya prosedur birokrasi dalam

penetapan kebijakan eksternal akan menjadi salah satu faktor

yang memperlambat keberadaan beberapa kebijakan ekseternal

yang diperlukan.

Adanya Dewan Nasional Kawasan merupakan salah satu

faktor yang dapat mempercepat proses formulasi dan penetapan

kebijakan yang terkait dengan pengelolaan kawasan pelabuhan

bebas dan perdagangan bebas. Keanggotaan Dewan Nasional

Kawasan yang terdiri dari beberapa menteri akan mempermudah

koordinasi antar kementerian dalam perumusan kebijakan yang

Page 12: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 11 dari 36

melibatkan banyak pihak (cross cutting issues). Hubungan

antara dewan kawasan dan dewan nasional kawasan merupakan

hubungan yang fungsional di mana peran Dewan Nasional

Kawasan berfungsi mengkoordinasikan kebijakan nasional

pengelolaan kawasan, sedangkan dewan kawasan berfungsi

merumuskan kebijakan umum pengelolaan kawasan yang

merupakan tindak lanjut dari kebijakan nasional yang terkait

dengan pengelolaan kawasan.

Penetapan kebijakan umum oleh dewan kawasan masih

memerlukan penafsiran tentang batas kebijakan umum tersebut.

Hal ini perlu dilakukan untuk tidak teralu intervensi ke dalam

kebijakan teknis pengelolaan kawasan yang menjadi

kewenangan badan pengusahaan. Kewenangan dewan kawasan

harus dibatasai pada kebijakan yang diperlukan oleh badan

pengusahaan sebagai payung hukum untuk menetapkan

kebijakan teknis. Dalam hal kebijakan teknis kepengusahaan

dapat ditetapkan tanpa adanya payung hukum dari dewan

kawasan, maka kebijakan tersebut dapat langsung ditetapkan

oleh badan pengusahaan.

Adanya master plan percepatan pembangunan ekonomi

Indonesia (MP3EI) akan menjadi salah satu faktor yang akan

mempermudah dan mendorong dibentuknya kebijakan-

kebijakan eksternal terutama yang menjadi kewenangan

pemerintah pusat yang diperlukan oleh kawasan perdagangan

bebas dan pelabuhan bebas. MP3EI merupakan faktor yang ikut

memperkuat percepatan penyiapan kebijakan bagi pengelolaan

kawasan PBPB.

Otonomi luas yang diberikan kepada daerah

kabupaten/kota menjadi salah satu faktor konflik kepentingan

dalam penetapan kebijakan pengelolaan kawasan PBPB

terutama terkait dengan kebijakan bidang perizinan yang selama

ini menjadi kewenangan kabupaten/kota. Wilayah kawasan

PBPB yang berhimpitan dengan wilayah kabupaten/kota

menjadi potensi penghambat dalam penyelesaian kebijakan

pengelolaan kawasan pelabuhanbebas dan perdagangan bebas.

Dewan kawasan yang anggotanya terdiri dari kepala

daerah provinsi dan kabupaten/kota yang wilayahnya masuk

dalam kawasan kabupaten/kota yang bersangkutan merupakan

faktor kekuatan yang dapat menyelesaikan konflik antara badan

pengusahaan dengan satuan kerja pemerintah daerah baik

Page 13: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 12 dari 36

dalam kebijakan teknis maupun dalam penenetapan kebijakan

makro pengelolaan kawasan. Sebagai kepala daerah, tujuan

akhir dari pemerintahan daerah adalah adanya peningkatan

kesejahteraan rakyat di wilayahnya. Atas landasan berpikir

seperti itu maka konflik kebijakan anatara kepala

daerah/perangkat daerah dengan badan pengusahaan kawasan

akan dapata diminimalisir. Adapun identifikasi potensi dan

permasalah eksternal kewenangan penetapan kebijakan adalah

sebagai berikut :

Tabel…..

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN STRATEGIS DAN TINDAK

LANJUT PERAN DEWAN KAWASAN

LINGKUNGAN STRATEGIS EKSTERNAL : KEWENANGAN PENETAPAN

KEBIJAKAN.

POTENSI PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

Komposisi

Keanggotaan Dewan

Kawasan Yang Terdiri

Dari Kepala daerah.

Koordinasi Dewan

Kawasan Dengan

Berbagai Pihak Yang

Kurang Intensif.

Mengintensifkan

Koordinasi Dewan

Kawasan.

Adanya Model

Kebijakan Dari

Kawasan PBPB Yang

Lebih Dulu Terbentuk.

Adopsi Model

Kebijakan Tetap

Berhadapan Dengan

Birokratisasi Yang

Panjang.

Melakukan Perumusan

Kebijakan dan

Koordinadi Intensif

Dengan Berbagai Pihak

Untuk Mempercepat

Penetapan Kebijakan.

Adanya Program

MP3EI Sebagai Sebuah

Strategi Pembangunan

Nasional

Arah MP3EI Belum

Bisa Disinerjikan dan

Disinkronkan Dengan

Program PBPB.

Melakukan

Komunikasi dan

Sinergi Dengan Menko

Perekonomian Untuk

Memasukkan

Pengelolaan PBPB

sebagai Salah Satu

Strategi MP3EI.

Adanya Dewan

Nasiona Kawasan Yang

Anggotanya Terdiri

Dari Para Menteri

Kewenangan dan

Kekuasaan Dewan

Nasional Kawasan

Belum Dimanfaatkan

Secara Maksimal.

Mengintensikan

Komunikasi Dengan

Sekretariat Dewan

Nasional Kawasan

Untuk

Memaksimalkan

Dukungan Dewan

Nasional Kawasan.

Page 14: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 13 dari 36

a. Potensi dan Permasalahan Sumber Daya Manusia

Perumusan kebijakan, koordinasi dan pengawasan yang

dilakukan oleh dewan kawasan menuntut adanya dukungan

sumber daya manusia yang berkualitas. Keanggotaan dewan

kawasan yang terdiri dari pejabat politik dan merangkap kepala

daerah telah mengakibatkan dewan kawasan tidak mungkin

melakukan sendiri proses perumusan kebijakan, koordinasi dan

pengawasan. Dewan kawasan memerlukan sumber daya

manusia yang mampu merumuskan kebijakan umum yang tepat

sebagai landasan bagi bekerjanya badan pengusahaan. Sumber

daya manusia juga diperlukan dalam melakukan koordinasi

teknis dengan berbagai pihak tidak hanya dengan badan

pengusahaan (kordinasi vertikal kebawah) namun juga

koordinasi vertikal keatas (pemerintah pusat) dan koordinasi

horizontal dengan pemerintah daerah dan instansi vertikal di

daerah.

Sumber daya manusia yang ada pada sekretariat dewan

kawasan saat ini umumnya adalah pegawai negeri sipil yang

sehari-hari merangkap jabatan pada pemerintah daerah provinsi

Kepulauan Riau. Selain adanya keterbatasan kapasitas dalam

pengelolaan kawasan yang mungkin merupakan hal baru bagi

mereka, juga adanya keterbatasan waktu untuk berkonsentrasi

pada perumusan kebijakan, koordinasi dan pengawasan

terhadap pengelolaan kawasan oleh badan pengusahaan

kawasan.

Kebijakan pengelolaan kawasan PBPB harus dirumuskan

sesuai dengan karakteristik manajemen kawasan yang dilandasi

oleh tujuan pengembangan kawasan itu sendiri. Sebagai

kawasan pelabuhan bebas dan perdagangan bebas, relasi dan

tantangan yang dihadapi badan kawasan adalah pergaulan

dalam bisnis internasional. Bisnis internasional dimainkan oleh

banyak kompetitor di luar negeri. Sehingga kebijakan

pengelolaan kawasan Batam, Bintan dan Karimun harus mampu

menjawab tuntutan bisnis internasional. Kebijakan harus

menjamin adanya penyelenggaraan pelayanan semua core

business kawasan secara efisien, cepat, nyaman dan aman.

Perumusan kebijakan oleh dewan kawasan harus memandu dan

mendorong badan pengusahaan untuk mampu bersaing dengan

kawasan serupa di luar negeri. Budaya birokrasi yang mendarah

daging dalam birokrasi Indonesia harus mampu dikikis habis

dalam pengelolaan kawasan pelabuhan bebas dan perdagangan

Page 15: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 14 dari 36

bebas. Oleh karena itu, kualitas sumber daya manusia yang

mampu menjawab kebutuhan pengembangan dan pengusahaan

kawasan PBPB menjadi tantangan bagi dewan kawasan dalam

melaksanakan fungsinya.

Adapun jumlah dan kualifikasi pegawai yang bekerja

pada dewan kawasan dapat dilihat pada tabel berikut :

tabel

Dari uraian tersebut di atas dapat diidentifikasi potensi

dan permasalah internal bidang sumber daya manusia sebagai

berikut :

Tabel…..

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN STRATEGIS DAN TINDAK

LANJUT PERAN DEWAN KAWASAN

LINGKUNGAN STRATEGIS INTERNAL : SUMBER DAYA MANUSIA.

POTENSI PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

Adanya aturan yang

memungkinkan untuk

merekrut pegawai non

PNS profesinal.

Belum ada pedoman

tentang pengelolaan

pegawai Non PNS

Profesional pada

sekretariat dewan.

Menyusun pola rekrut

pegawai Non PNS

professional berbasis

kompetensi.

Adanya peluang untuk

mengukur kinerja

pegawai berbasis

output/produk.

Belum adanya

pedoman pengukuran

kinerja pegawai.

Menyediakan pedoman

pengukuran kinerja

pegawai berbasis

output/produk.

Adanya ruang untuk

menata pengelolaan

kawasan sesuai

dengan kaidah bisnis

internasional

Belum adanya

kapasitas sumber daya

manusia yang

mempunyai

kemampuan

pengelolaan kawasan

sesuai kaidah

intenasinal .

Merumuskan

pengelolaan kawasan

sesuai dengan kaidah

bisnis internasional

oleh tenaga

profesional.

b. Dukungan Lembaga Pemerintah

Pengelolaan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan

melibatkan banyak pihak baik pada level nasional maupun

daerah. Munculnya persepsi yang berbeda antar

kementerian/lembaga dalam memandang keberadaan dan fungsi

kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas merupakan

Page 16: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 15 dari 36

faktor yang menuntuk adanya upaya keras dalam merumuskan

kebijakan dan mengoordinasi pengelolaan kawasan perdagangan

bebas dan pelabuhan bebas.

Egoisme sektoral serta adanya keengganan kementerian/

lembaga untuk berbagi peran dengan badan pengusahaan

menjadi faktor yang menghambat penetapan kebijakan kepada

badan pengusahaan dan merupakan bagian dari kesulitan

dalam penetapan kebijakan yang memberikan keunggulan bagi

kawasan PBPB dalam bidang pelayanan dibandingkan dengan

kawasan lain diluar PBPB atau bahkan jika dibandingkan

dengan kawasan FTZ di luar negeri.

Adapun identifikasi potensi dan permasalah dukungan

lembaga pemerintah dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel…..

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN STRATEGIS DAN TINDAK

LANJUT PERAN DEWAN KAWASAN

LINGKUNGAN STRATEGIS ESKTERNAL : DUKUNGAN LEMBAGA

PEMERINTAH.

POTENSI PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

Berkembangnya

semangat desentralisasi

pada pemerintah pusat

termasuk desentralisasi

fungsional.

Belum ada

pemahaman yang

utuh dari lembaga

pemerintah tentang

urgensi kawasan

perdagangan bebas

dan pelabuhan bebas.

Melakukan

komunikasi dan

desiminasi urgensi

dan peran strategis

kawasan perdagangan

bebas dan pelabuhan

bebas .

Adanya kewenangan

pemerintah/pemerintah

daerah yang dapat

didelegasikan kepada

kawasan.

Belum adanya

persiapan untuk

pelimpahan wewenang

kepada kawasan.

Mendorong adanya

pelimpahan wewenang

kepada kawasan.

Page 17: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 16 dari 36

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN

DEWAN KAWASAN PELABUHAN

BEBAS DAN PERDAGANGAN BEBAS

BATAM, BINTAN DAN KARIMUN

2.1 Visi Dewan Kawasan Batam, Bintan dan Karimun

Berdasarkan peran, potensi, permasalahan, strategi yang

telah diuraikan diatas, maka Dewan Kawasan Batam, Bintan dan

Karimun perlu merumuskan sasaran yang harus dicapai dalam

jangka waktu lima tahun (2013-2017). Lingkup sasaran yang harus

dicapai sesuai dengan peran Dewan Kawasan yaitu pertama;

penetapan kebijakan umum pengelolaan kawasan. Kedua;

melakukan koordinasi pengusahaan kawasan baik koordinasi

internal dewan kawasan dan badan pengusahaan, maupun

koordinasi eksternal antara dewan kawasan dengan pemerintah

pusat dan pemerintah daerah serta pihak lain yang terlibat dalam

pengelolaan kawasan Batam, Bintan dan Karimun. Ketiga;

melakukan pengawasan terhadap badan pengusahaan kawasan

Batam, Bintan dan Karimun.

Penetapan kebijakan, koordinasi dan pengawasan yang

dilakukan oleh dewan kawasan merupakan upaya untuk

memperlancar pelaksanaan pengembangan fungsi kawasan yang

dilakukan oleh badan pengusahaan kawasan. Sesuai dengan uraian

diatas, maka visi Dewan Kawasan Pelabuhan Bebas dan

Perdagangan Bebas Batam, Bintan dan Karimun adalah :

“Terwujudnya Pengusahaan Kawasan Batam, Bintan dan

Karimun Sebagai Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan

Bebas Berlandaskan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kawasan

Yang Tertib, Efisien, Feleksibel dan Akuntabel”.

Penjelasan Visi :

Tertib : Pengusahaan kawasan harus dilandasi oleh peraturan

perundang-undangan dan kebijakan yang jelas serta

Page 18: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 17 dari 36

diadministrasikan secara teratur sesuai standar yang

ditetapkan.

Efiesien : Pengusahaan kawasan harus dilandasi oleh

perbandingan yang rasional antara input yang

dikeluarkan dengan manfaat yang diterima.

Feleksibel : Pengusahaan kawasan harus dilandasi oleh kebijakan

yang memberikan ruang kepada badan pengusahaan

untuk menyesuaikan diri dengan cepat terhadap

perubahan linkungan strategis.

Akuntabel : Pengusahaan kawasan harus mampu dipertanggung

jawabkan kepada stakeholder baik secara hukum

maupun secara administrasi.

2.2 Misi Dewan Kawasan Batam, Bintan dan Karimun

Untuk mencapai visi yang tersebut diatas, maka misi

Dewan Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Batam,

Bintan dan Karimun adalah :

1. Menyiapkan peraturan perundang-undang dan kebijakan yang

diperlukan sebagai landasan pengusahaan kawasan

perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Batam, Bintan dan

Karimun sesuai dengan karakteristik dan prinsip pengelolaan

kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.

2. Melakukan koordinasi pengusahaan kawasan baik koordinasi

internal maupun koordinasi eksternal dalam rangka

memaksimalkan pengusahaan fungsi kawasan.

3. Melakukan pengawasan manajemen terhadap pengusahaan

kawasan yang dilakukan oleh badan pengusahaan untuk

menjamin pencapaian tujuan pengusahaan kawasan.

4. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan

program pengusahaan kawasan untuk menilai kinerja

pengusahaan kawasan sebagai bahan untuk melakukan

pembinaan.

Penjelasan Misi :

Misi adalah saran utama yang harus dilaksanakan untuk

mencapaia visi yang telah ditetapkan. Misi harus menggambarkan

tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan oleh dewan kawasan

pelabuhan bebas dan perdagangan bebas yaitu fungsi perumusan

Page 19: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 18 dari 36

kebijakan umum, koordinasi, pengawasan dan pembinaan. Dewan

Kawasan Batam, Bintan dan Karimun bukan merupakan lembaga

yang bertugas dan bertanggung jawab untuk melakukan

pengelolaan kawasan secara langsung, namun fungsi dewan

kawasan hanya sebagai pengarah, pembina, pengendali dan

evaluator terhadap pengelolaan dan pengusahaan kawasan oleh

badan pengusahaan kawasan. Untuk melaksanakan peran dan

tugas tersebut maka Ada 4 (empat) misi yang harus dilaksanakan.

Keberhasilan pelaksanaan misi tersebut akan menjamin

tercapainya visi yang telah ditetapkan. Misi Pertama, mempunyai

sasaran untuk mempersiapkan seluruh kebijakan yang diperlukan

dalam pengusahaan kawasan, dimana sebagai kawasan yang baru

dibentuk terutama Bintan dan Karimun masih banyak regulasi baik

yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, pemeirntah daerah

maupun dewan kawasan yang belum dibentuk. Pencapaian misi ini

akan memberikan kepastian dan kejelasan bagi badan

pengusahaan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Misi kedua,

mempunyai sasaran untuk mensinkronkan semua program yang

dilaksanakan oleh badan pengusahaan baik dengan pemerintah

daerah, pemerintah pusat, instansi vertikal maupun dengan

kebutuhan dunia usaha dan masyarakat. Pengembangan kawasan

pelabuhan bebas dan perdagangan bebas melibatkan banyak pihak

dan banyak bidang urusan, sehingga koordinasi yang efektif dan

intensif merupakan sasaran yang harus dicapai untuk menjamin

kelancaran pelaksanaan pembangunan kawasan. Misi ketiga,

mempunyai sasaran untuk menjamin agar semua kegiatan dan

kebijakan yang dilaksanakan oleh badan pengusahaan kawasan

sesuai dengan regulasi yang berlaku, sesuai dengan dokumen

perencanaan, serta sesuai dengan fungsi kawasan. Pengawasan

yang dilakukan oleh dewan kawasan bukanlah pengawasan teknis

terhadap manajemen pengelolaan kawasan hari demi hari, namun

lebih ditujukan pada pengawasan untuk menilai pelaksanaan

fungsi manajemen dan kebijakan yang ditetapkan oleh badan

pengusahaan. Misi keempat, mempunyai sasaran untuk

memperoleh informasi tentang kinerja badan pengusahaan kawasan

serta menilai proses pelaksanaan program dan kegiatan untuk

mendapat gambaran tentang hambatan dan masalah yang dihadapi

dalam rangka pelaksanaan pembinaan.

Page 20: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 19 dari 36

2.3 2.3 Tujuan Dewan Kawasan Batam, Bintan dan karimun

Pencapaian Visi dan Misi yang telah ditetapkan diatas akan

dapat dilihat tujuan dewan kawasan yang akan dicapai dalam lima

tahun yang kedepan (2013-2017). Pencapaian tujuan ini

merupakan indikator tercapainya visi dan misi dewan kawasan

Batam, Bintan dan Karimun dalam lima tahun yang akan datang.

Adapun tujuan dewan kawasan Batam, Bintan dan Karimun adalah

sebagai berikut :

1. Terwujudnya kebijakan nasional dan kebijakan daerah yang

dibutuhkan sebagai landasan bagi pengusahaan kawasan

perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Batam, Bintan dan

Karimun yang sesuai dengan karakteristik pengusahaan

kawasan.

2. Terwujudnya koordinasi dan pengawasan yang intensif dan

efektif terhadap pengusahaan kawasan oleh Badan

Pengusahaan.

Kedua tujuan tersebut disusun sesuai dengan tugas dan tanggung

jawab dewan kawasan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Menjadi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000.

Adapun target dan indikator dari keberhasilan kedua tujuan

tersebut akan dijelaskan dalam bagian berikut ini.

2.4 Sasaran Strategis Dewan Kawasan Batam, Bintan Karimun.

Adapun indikator keberhasilan dari kedua tujuan dewan kawasan

Batam, Bintan dan Karimun yang akan dicapai dalam lima tahun

kedepan adalah :

1. Sasaran Strategis Tujuan Pertama

a. Tersedianya peraturan perundang-undangan (kebijakan)

yang menjadi kewenangan pemerintah pusat yaitu :

1) Tersedianya kebijakan tentang status kelembagaan

badan pengusahaan;

2) Tersedianya kebijakan tentang pelimpahan wewenang

yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi kawasan;

Page 21: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 20 dari 36

3) Tersedianya kebijakan tentang pedoman organisasi

badan pengusahaan;

4) Tersedianya kebijakan tentang sumber keuangan

pengusahaan kawasan.

5) Tersedianya penyerahan aset pemeirntah pusat yang

diperlukan untuk pengusahaan kawasan.

b. Tersedianya kebijakan yang menjadi kewenangan

pemerintah daerah.

1) Selesainya pelimpahan wewenang yang diperlukan

untuk pengusahaan kawasan;

2) Selesainya penyerahan aset yang diperlukan untuk

pengusahaan kawasan;

3) Adanya dukungan pendanaan sesuai dengan

kemampuan daerah dan rencana pengembangan

kawasan.

c. Tersedianya kebijakan yang menjadi kewenangan dewan

kawasan.

1) Tersedianya kebijakan tentang struktur organisasi

badan pengusahan Bintan dan Karimun serta

Sekretariat Dewan Kawasan.

2) Tersedianya kebijakan tentang sistem kepegawaian

pada badan pengusahaan terutama pada Badan

Pengusahaan Bintan dan Karimun.

3) Tersedianya kebijakan tentang sistem penggajian pada

badan pengusahaan terutama pada Badan

Pengusahaan Bintan dan Karimun.

4) Tersedianya kebijakan tentang tata cara perencanaan

penganggaran pada badan pengusahaan.

2. Sasaran Strategis Tujuan Kedua

a. Sinkronnya dokumen perencanaan badan pengusahaan

dengan dokumen perencanaan pemerintah daerah dan

instansi vertikal;

b. Terlaksananya rapat koordinasi antar berbagai pihak yang

terkait;

Page 22: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 21 dari 36

c. Tidak adanya penyimpangan dalam kebijakan yang

ditetapkan oleh badan pengusahaan.

d. Terselesaikannya semua masalah yang dihadapi oleh badan

pengusahaan;

e. Adanya hasil evaluasi kinerja badan pengusahaan setiap

tahun.

Page 23: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 22 dari 36

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN

STRATEGI

3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan

Penetapan sebuah kawasan sebagai kawasan perdagangan

bebas dan pelabuhan bebas mempunyai arti yang sangat strategis

dalam percepatan pertumbuhan dan perkembangan sebuah

kawasan. Melalui penetapan sebagai sebuah kawasan perdagangan

bebas dan pelabuhan bebas, maka berbagai kemudahan, fasilitas,

dan dispensasi serta otoritas diberikan kepada kawasan tersebut

untuk memainkan perannya sebagai kawasan pelabuhan dan

perdaganagan bebas.

Penetapan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan

bebas merupakan salah satu strategi pemerintah nasional untuk

mempercepat pertumbuhan kawasan sebagai salah satu pusat

pertumbuhan ekonomi nasional yang dikembangkan berdasarkan

potensi unggulan yang dimiliki kawasan baik potensi geografis,

sumber daya alam, sumber daya manusia maupun potensi buatan

lainnya. Pertumbuhan kawasan diharapkan akan mendorong

terjadinya pertumbuhan regional yang pada akhirnya memberikan

kontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46, 47 dan 48

tahun 2007 masing-masing tentang Pembentukan Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan dan Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun yang ketiga

Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan bahwa kegiatan yang

dilaksanakan di kawasan ini meliputi kegiatan-kegiatan di bidang

ekonomi, seperti sektor perdagangan, maritim, industri,

perhubungan, perbankan, pariwisata dan bidang lainnya.

Sedangkan tujuan dari penetapan ketiga kawasan tersebut

sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas

dinyatakan dalam konsideran mengingat yang menyatakan “bahwa

untuk lebih memaksimalkan pelaksanaan pengembangan serta

menjamin kegiatan usaha di bidang perekonomian yang meliputi

perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan,

pariwisata, dan bidang-bidang lainnya dalam kawasan . Dari

Page 24: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 23 dari 36

konsideran mengingat dapat diketahui bahwa penetapan kawasan

perdagangan bebas dan pelabuhan bebas merupakan strategi

pemerintah pusat untuk memaksimalkan pengembangan dan

menjamin kegiatan usaha.

Strategi pengembangan kawasan dilakukan dengan

meniadakan ketentuan kepabeanan di kawasan kecuali untuk

barang yang dilarang masuk atau dilarang keluar dari dan ke

wilayah Indonesia. Dengan tidak adanya pemberlakuan kepabeanan

akan mengurangi birokrasi keluar masuk barang, mengurangi biaya

keluar masuk, mempermudah mobilisasi barang yang terpusat

dalam satu kawasan. Strategi ini akan member daya tarik tersendiri

baik bagi usaha nasional yang berorientasi ekspor maupun bagi

perusahan asing yang memiliki pangsa pasar yang dekat dengan

kawasan.

Pengembangan kawasan dilakukan dengan strategi : 1)

menyediakan prasarana insfrastruktur kawasan yang handal dan

mampu mendukung aktivitas kawasan sebagai pusat perdagangan,

industri, pariwisata, perhubungan dan usaha lainnya; 2)

memberikan kewenangan perizinan kepada kawasan untuk

mempercepat dan mempermudah pemberian pelayanan; 3)

memberikan insentif fiskal dan non fiskal; 4) menyediakan sarana

perhubungan dan fasilitas pendukung, penyediaan lahan dan

sarana lainnya untuk mempermudah kegiatan usaha di dalam

kawasan.

Strategi pengembangan kawasan tersebut memerlukan

komitmen dan dukungan dari semua pihak baik di pusat maupun

di daerah serta disertai dengan kesiapan badan pengusahaan dalam

mengelola semua potensi, kewenangan dan sumber daya yang

dimiliki untuk memberikan kemajuan yang maksimal pada

kawasan.

3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Dewan Kawasan Batam,

Bintan dan Karimun.

Untuk mencapai visi, misi dan tujuan dewan kawasan

Batam, Bintan dan Karimun, maka diperlukan arah kebijakan dan

strategi yang jelas dan konkrit. Adapun arah kebijakan dewan

kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Batam, Bintan

dan Karimun adalah sebagai berikut :

Arah Kebijakan yang dilaksanakan :

Page 25: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 24 dari 36

1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya

manusia pada Sekretariat Dewan Kawasan untuk

meningkatkan pelaksanaan peran dewan kawasan;

2. Menyiapkan agenda kebijakan yang diperlukan untuk

mendukung dan memaksimalkan pengusahaan kawasan

Batam, Bintan dan Karimun;

3. Mebangun jejaring dengan stakeholder baik dipusat maupun di

daerah;

4. Mendorong badan pengusahaan kawasan untuk melakukan

upaya dan strategi pengembangan kawasan dengan

membangun koneksi baik dengan pemerintah, pemerintah

daerah dan maupun dunia usaha.

5. Melakukan komunikasi dan sinkronisasi dengan berbagai

pihak yang terkait;

6. Melakukan pengendalian manajemen pengelolaan kawasan

dan memberikan arahan kebijakan untuk memantapkan arah

pengusahaan kawasan.

Sedangkan strategi yang dilakukan untuk mencapai visi,

misi dan tujuan adalah :

Kedalam :

1. Menyusun pola rekrut pegawai Non PNS professional berbasis

kompetensi;

2. Menyediakan pedoman pengukuran kinerja pegawai berbasis

output/produk.

3. Merumuskan pengelolaan kawasan sesuai dengan kaidah

bisnis internasional oleh tenaga professional;

4. Menyediakan tenaga professional yang mampu membantu

dewan kawasan untuk melaksanakan fungsi penetapan

kebijakan umum, koordinasi, pengawasan dan pembinaan;

5. Mendorong badan pengusahaan untuk menyusun arah dan

rencana pengelolaan kawasan dengan sasaran dan target yang

jelas;

6. Membangun manajemen sumber daya manusia yang

professional baik pada badan pengusahaan maupun

sekretariat dewan kawasan;

Page 26: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 25 dari 36

7. Mempersiapkan berbagai informasi dan dokumen yang

diperlukan untuk melaksanakan fungsi pentapan kebijakan,

koordinasi, pengawasan dan pembinaan;

8. Membangun sistem tata kelola organisasi yang mampu

merespon tuntutan pengelolaan kawasan.

Keluar :

1. Melakukan koordinasi dengan lembaga pemerintah di pusat

dan di daerah dalam rangka penetapan kebijakan yang

diperlukan oleh badan pengusahaan;

2. Membantu menyiapkan rumusan rancangan kebijakan

pemerintah dan pemerintah daerah terkait dengan pengelolaan

kawasan;

3. Mendorong adanya pelimpahan wewenang kepada kawasan;

4. Mengintensikan Komunikasi Dengan Sekretariat Dewan

Nasional Kawasan Untuk Memaksimalkan Dukungan Dewan

Nasional Kawasan;

5. Melakukan Komunikasi dan Sinergi Dengan Menko

Perekonomian Untuk Memasukkan Pengelolaan PBPB sebagai

Salah Satu Strategi MP3EI.

Arah kebijakan dan strategi yang merupakan langkah-

langkah strategis untuk mencapai visi, misi dan tujuan dewan

kawasan perlu dituangkan dalam berbagai program kerja dewan

kawasan selama 5 tahun (2013-2017). Adapun beberapa program

yang akan dilaksanakan meliputi :

1. Program Penunjang Tugas dan Fungsi Dewan Kawasan:

a. Program Penataan Kelembagaan dan Sumber Daya

Manusia Sekretariat Dewan Kawasan;

b. Program Penyediaan Sarana dan Prasaran Sekretariat

Dewan Kawasan;

c. Program Pengelolaan Infromasi Pengelolaan Kawasan Oleh

Badan Pengusahaan.

2. Program Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Dewan Kawasan :

a. Program Penyiapan Rancangan Kebijakan Pemerintah

Pusat dan daerah terkait pengusahaan kawasan;

Page 27: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 26 dari 36

b. Program penetapan kebijakan umum pengusahaan

kawasan yang menjadi kewenangan Dewan kawasan;

c. Program sinkronisasi kegiatan pengusahaan kawasan;

d. Program pengawasan dan pembinaan terhadap badan

pengusahaan.

Page 28: RensftzDKBBK_konsep laporan

Tabel .. Hubungan Visi, Misi, hingga Program dan Kegiatan 2013-2017 Dewan Kawasan Batam, Bintan dan Karimun

Visi Misi Tujuan Sasaran Arah Kebijakan Strategi Program Kegiatan

Terwujudnya

Pengusahaan

Kawasan

Batam,

Bintan dan

Karimun

Sebagai

Kawasan

Pelabuhan

Bebas dan

Perdagangan

Bebas

Berlandaskan

Prinsip-

Prinsip

Pengelolaan

Kawasan

Yang Tertib,

Efisien,

Feleksibel

dan

Akuntabel

1. Menyiapkan

peraturan

perundang-

undang dan

kebijakan yang

diperlukan

sebagai

landasan

pengusahaan

kawasan

perdagangan

bebas dan

pelabuhan

bebas Batam,

Bintan dan

Karimun sesuai

dengan

karakteristik

dan prinsip

pengelolaan

kawasan

perdagangan

bebas dan

pelabuhan

bebas.

1. Terwujudny

a kebijakan

nasional

dan

kebijakan

daerah yang

dibutuhkan

sebagai

landasan

bagi

pengusahaa

n kawasan

perdaganga

n bebas dan

pelabuhan

bebas

Batam,

Bintan dan

Karimun

yang sesuai

dengan

karakteristi

k

pengusahaa

n kawasan.

1. Sasaran Strategis

Tujuan Pertama

a. Tersedianya

peraturan

perundang-undangan

(kebijakan) yang

menjadi kewenangan

pemerintah pusat

yaitu :

1) Tersedianya

kebijakan

tentang status

kelembagaan

badan

pengusahaan;

2) Tersedianya

kebijakan

tentang

pelimpahan

wewenang yang

diperlukan untuk

melaksanakan

fungsi kawasan;

3) Tersedianya

kebijakan

1. Meningkatkan

kapasitas

kelembagaan dan

sumber daya

manusia pada

Sekretariat Dewan

Kawasan untuk

meningkatkan

pelaksanaan

peran dewan

kawasan;

2. Menyiapkan

agenda kebijakan

yang diperlukan

untuk

mendukung dan

memaksimalkan

pengusahaan

kawasan Batam,

Bintan dan

Karimun;

3. Mebangun jejaring

dengan

stakeholder baik

dipusat maupun

di daerah;

Kedalam :

1. Menyusun

pola rekrut

pegawai Non

PNS

professional

berbasis

kompetensi;

2. Menyediakan

pedoman

pengukuran

kinerja

pegawai

berbasis

output/produk

.

3. Merumuskan

pengelolaan

kawasan

sesuai dengan

kaidah bisnis

internasional

oleh tenaga

professional;

4. Menyediakan

1. Program

Penunjang

Tugas dan

Fungsi

Dewan

Kawasan:

a. Program

Penataan

Kelembaga

an dan

Sumber

Daya

Manusia

Sekretariat

Dewan

Kawasan;

b. Program

Penyediaa

n Sarana

dan

Prasaran

Sekretariat

Dewan

Kawasan;

c. Program

Pengelolaa

1. Penyiapan Raper

DK ttg SOTK Set

DK;

2. Penyiapan Tata

Kerja Set DK;

3. Rekrutmen

Tenaga

ProfesionalNon

PNS;

4. Rekrutmen

tenaga

pendukung non

PNS;

5. Penyiapan Bank

Data Pengelolaan

Kawasan;

6. Pengadaan

Saran dan

Prasaran Set DK

Page 29: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 1 dari 36

tentang pedoman

organisasi badan

pengusahaan;

4) Tersedianya

kebijakan

tentang sumber

keuangan

pengusahaan

kawasan.

5) Tersedianya

penyerahan aset

pemeirntah pusat

yang diperlukan

untuk

pengusahaan

kawasan.

b. Tersedianya

kebijakan yang

menjadi kewenangan

pemerintah daerah.

1) Selesainya

pelimpahan

wewenang yang

diperlukan untuk

pengusahaan

kawasan;

2) Selesainya

penyerahan aset

4. Mendorong badan

pengusahaan

kawasan untuk

melakukan upaya

dan strategi

pengembangan

kawasan dengan

membangun

koneksi baik

dengan

pemerintah,

pemerintah

daerah dan

maupun dunia

usaha.

5. Melakukan

komunikasi dan

sinkronisasi

dengan berbagai

pihak yang

terkait;

6. Melakukan

pengendalian

manajemen

pengelolaan

kawasan dan

memberikan

arahan kebijakan

untuk

memantapkan

arah pengusahaan

tenaga

professional

yang mampu

membantu

dewan

kawasan

untuk

melaksanakan

fungsi

penetapan

kebijakan

umum,

koordinasi,

pengawasan

dan

pembinaan;

5. Mendorong

badan

pengusahaan

untuk

menyusun

arah dan

rencana

pengelolaan

kawasan

dengan

sasaran dan

target yang

jelas;

n

Infromasi

Pengelolaa

n Kawasan

Oleh

Badan

Pengusaha

an.

Page 30: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 2 dari 36

yang diperlukan

untuk

pengusahaan

kawasan;

3) Adanya

dukungan

pendanaan

sesuai dengan

kemampuan

daerah dan

rencana

pengembangan

kawasan.

c. Tersedianya

kebijakan yang

menjadi kewenangan

dewan kawasan.

1) Tersedianya

kebijakan

tentang struktur

organisasi badan

pengusahan

Bintan dan

Karimun serta

Sekretariat

Dewan Kawasan.

2) Tersedianya

kebijakan

tentang sistem

kawasan.

Page 31: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 3 dari 36

kepegawaian

pada badan

pengusahaan

terutama pada

Badan

Pengusahaan

Bintan dan

Karimun.

3) Tersedianya

kebijakan

tentang sistem

penggajian pada

badan

pengusahaan

terutama pada

Badan

Pengusahaan

Bintan dan

Karimun.

4) Tersedianya

kebijakan

tentang tata cara

perencanaan

penganggaran

pada badan

pengusahaan.

2. Melakukan

koordinasi

pengusahaan

kawasan baik

2. Terwujudny

a koordinasi

dan

2. Sasaran Strategis

Tujuan Kedua

a. Sinkronnya

Keluar :

1. Melakukan

koordinasi

2. Program

Pelaksanaan

Tugas dan

Fungsi

1. Penyiapan

Rancangan PP

tentang Status

Page 32: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 4 dari 36

koordinasi

internal

maupun

koordinasi

eksternal dalam

rangka

memaksimalkan

pengusahaan

fungsi kawasan.

pengawasan

yang intensif

dan efektif

terhadap

pengusahaa

n kawasan

oleh Badan

Pengusahaa

n.

dokumen

perencanaan badan

pengusahaan dengan

dokumen

perencanaan

pemerintah daerah

dan instansi vertikal;

b. Terlaksananya rapat

koordinasi antar

berbagai pihak yang

terkait;

c. Tidak adanya

penyimpangan dalam

kebijakan yang

ditetapkan oleh

badan pengusahaan.

d. Terselesaikannya

semua masalah yang

dihadapi oleh badan

pengusahaan;

e. Adanya hasil

evaluasi kinerja

badan pengusahaan

setiap tahun.

dengan

lembaga

pemerintah di

pusat dan di

daerah dalam

rangka

penetapan

kebijakan yang

diperlukan

oleh badan

pengusahaan;

2. Membantu

menyiapkan

rumusan

rancangan

kebijakan

pemerintah

dan

pemerintah

daerah terkait

dengan

pengelolaan

kawasan;

3. Mendorong

adanya

pelimpahan

wewenang

kepada

kawasan;

4. Mengintensika

Dewan

Kawasan :

a. Program

Penyiapan

Rancangan

Kebijakan

Pemerinta

h Pusat

dan

daerah

terkait

pengusaha

an

kawasan;

b. Program

penetapan

kebijakan

umum

pengusaha

an

kawasan

yang

menjadi

kewenanga

n Dewan

kawasan;

c. Program

sinkronisa

si kegiatan

pengusaha

Kelembagaan;

2. Penyiapan PP

pelimpahan

Wewewnang;

3. Penyiapan Perda

Pelimpahan

wewenang;

4. Penetapan SOTK

BP Bintan dan

Karimun;

5. Penetapan

Pedoman

Manajemen SDM

BPK;

6. Penetapan

Pedoman

Perencanaan

Anggaran BPK;

7. Penetapan

Pedoman

Remunerasi

BPK;

8. Koordinasi

prencanaan

program dan

anggaran BPK;

Page 33: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 5 dari 36

n Komunikasi

Dengan

Sekretariat

Dewan

Nasional

Kawasan

Untuk

Memaksimalka

n Dukungan

Dewan

Nasional

Kawasan;

5. Melakukan

Komunikasi

dan Sinergi

Dengan Menko

Perekonomian

Untuk

Memasukkan

Pengelolaan

PBPB sebagai

Salah Satu

Strategi

MP3EI.

an

kawasan;

d. Program

pengawasa

n dan

pembinaan

terhadap

badan

pengusaha

an.

9. Koordinasi

penyelasaian

masalah BPK;

10. Penetapan

pedoman

pengawasan dan

evaluasi BPK;

11. Pengawasan

dan evaluasi

kinerja BPK;

3. Melakukan

pengawasan

manajemen

terhadap

pengusahaan

kawasan yang

dilakukan oleh

badan

pengusahaan

untuk

menjamin

pencapaian

tujuan

pengusahaan

kawasan.

Page 34: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 6 dari 36

4. Melakukan

monitoring dan

evaluasi

terhadap

pelaksanaan

program

pengusahaan

kawasan untuk

menilai kinerja

pengusahaan

kawasan

sebagai bahan

untuk

melakukan

pembinaan.

Page 35: RensftzDKBBK_konsep laporan

BAB 4 PENUTUP

Renstra Dewan Kawasan Batam, Bintan dan Karimun periode 2013-2017

adalah panduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dewan Kawasan

Batam, Bintan dan Karimun untuk 5 (lima) tahun ke depan. Keberhasilan

pelaksanaan Renstra periode 2013-2017 sangat ditentukan oleh kesiapan

kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya serta

komitmen semua pihak yang bekerja pada Sekretariat Dewan Kawasan

Batam, Bintan dan Karimun. Selain itu, untuk menjamin keberhasilan

pelaksanaan Renstra periode 2013-2017, setiap tahun akan dilakukan

evaluasi. Apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan/revisi muatan

Renstra Dewan Kawasan Batam, Bintan dan Karimun periode 2013-2017

termasuk indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai

dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan Dewan

Kawasan Batam, Bintan dan Karimun periode 2013-2017.

Renstra Dewan Kawasan Batam, Bintan dan Karimun periode

2013-2017 harus dijadikan acuan kerja bagi seluruh elemen pada

Sekretariat Dewan Kawasan Batam, Bintan dan Karimun sesuai dengan

tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Diharapkan semua elemen

dapat melaksanakannya dengan akuntabel serta senantiasa berorientasi

pada peningkatan kinerja lembaga, unit kerja dan kinerja pegawai.

Page 36: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 1 dari 36

Anak Lampiran 1 Matrik Target Pembangunan

Page 37: RensftzDKBBK_konsep laporan

Halaman 2 dari 36

Anak Lampiran 2 Kebutuhan Pendanaan Pembangunan