referat traktus spinothalamikus finish

18
TRAKTUS SPINOTALAMIKUS 1. DEFINISI Traktus spinotalamikus adalah suatu jalur asenden yang berasal dari medulla spinalis dan berjalan disepanjang medulla spinalis sampai bersinaps di talamus. Terdapat dua jalur yang tergabung dalam sistem ini, yakni traktus spinotalamikus lateral dan traktus spinotalamikus anterior. Traktus spinotalamikus sebagai jalur asendens yang menghantarkan impuls sensorik dari reseptor. Reseptor adalah organ sensorik khusus yang mampu mencatat perubahan fisik dan kimia didalam dan sekitar organisme, serta mengubahnya menjadi impuls yang diproses oleh sistem saraf. 1 Hubungan manusia dengan dunia luar terjadi melalui reseptor sensorik yang berupa reseptor eksteroseptif, propioseptif, interoseptif. 1,2,3 a. Eksteroseptor merupakan reseptor yang dipengaruhi oleh lingkungan di luar tubuh manusia. Terdiri atas meissner dan badan merkel sebagai reseptor raba, krause sebagai reseptor dingin, ruffini merupakan reseptor panas, serta ujung saraf bebas yang berfungsi sebagai reseptor nyeri. 1

Upload: panggih-sekar-palupi-ii

Post on 26-Sep-2015

59 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

GRYRY4YW

TRANSCRIPT

TRAKTUS SPINOTALAMIKUS

TRAKTUS SPINOTALAMIKUS

1. DEFINISITraktus spinotalamikus adalah suatu jalur asenden yang berasal dari medulla spinalis dan berjalan disepanjang medulla spinalis sampai bersinaps di talamus. Terdapat dua jalur yang tergabung dalam sistem ini, yakni traktus spinotalamikus lateral dan traktus spinotalamikus anterior. Traktus spinotalamikus sebagai jalur asendens yang menghantarkan impuls sensorik dari reseptor. Reseptor adalah organ sensorik khusus yang mampu mencatat perubahan fisik dan kimia didalam dan sekitar organisme, serta mengubahnya menjadi impuls yang diproses oleh sistem saraf.1

Hubungan manusia dengan dunia luar terjadi melalui reseptor sensorik yang berupa reseptor eksteroseptif, propioseptif, interoseptif. 1,2,3a. Eksteroseptor merupakan reseptor yang dipengaruhi oleh lingkungan di luar tubuh manusia. Terdiri atas meissner dan badan merkel sebagai reseptor raba, krause sebagai reseptor dingin, ruffini merupakan reseptor panas, serta ujung saraf bebas yang berfungsi sebagai reseptor nyeri.b. Propioseptor merupakan reseptor yang memberi tahu posisi dan arah gerak sendi. Menerima rangsangan dari korpus pacini, reseptor sendi, serabut otot, dan tendon golgi.c. Enteroseptor yang disebut juga viseroseptor merupakan reseptor dari organ internal tubuh, terdiri dari baroreseptor, kemoreseptor dan osmoreseptor.Rangsangan yang diterima oleh berbagai reseptor selanjutnya akan dilanjutkan oleh 3 neuron panjang dan interneuron akan mengkonduksi stimulus dari reseptor (atau ujung bebas) ke korteks somatosensorik. 3 neuron tersebut adalah:1,2,3 Neuron pertama: badan sel dari neuron pertama terletak di ganglion radiks dorsalis.

Neuron kedua: sel neuron kedua menyilang dan berakhir biasanya di thalamus. Neuron ketiga: sel neuron ketiga terletak di thalamus dan memproyeksikan rangsangan ke korteks sensorik. Lalu otak akan memproses informasi yang dihantarkan oleh neuron ini, menginterpretasikan lokasi, kualitas dan intensitas lalu memberikan respon yang sesuai.

Gambar 1 Anatomi Reseptor4

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI A. Medulla SpinalisDari batang otak berjalan suatu silinder jaringan saraf panjang dan ramping, yaitu medulla spinalis, dengan ukuran panjang 45 cm (18 inci) dan garis tengah 2 cm (seukuran kelingking). Dari medulla spinalis spinalis keluar saraf-saraf spinalis berpasangan melalui ruang-ruang yang dibentuk oleh lengkung-lengkung tulang mirip sayap vertebra yang berdekatan.5 Saraf spinal berjumlah 31 pasang dapat diperinci sebagai berikut : 8 pasang saraf servikal (C), 12 pasang saraf thorakal (T), 5 pasang saraf lumbal (L), 5 pasang saraf sakral (S), dan 1 pasang saraf koksigeal (Co).5

Substansia grisea di medulla spinalis membentuk daerah seperti kupu-kupu di bagian dalam dan dikelilingi oleh substansia alba di sebelah luar. Seperti di otak, substansia grisea medulla spinalis terutama terdiri dari badan-badan sel saraf serta dendritnya antar neuron pendek, dan sel-sel glia. Substansia alba tersusun menjadi traktus (jaras), yaitu berkas serat-serat saraf (akson-akson dari antarneuron yang panjang) dengan fungsi serupa. Tiap-tiap belahan substansia grisea dibagi menjadi kornu dorsalis (posterior), kornu ventralis (anterior), dan kornu lateralis. Kornu dorsalis mengandung badan-badan sel antarneuron tempat berakhirnya neuron aferen. Kornu ventralis mengandung badan sel neuron motorik eferen yang mempersarafi otot rangka. Serat-serat otonom yang mempersarafi otot jantung dan otot polos serta kelenjar eksokrin berasal dari badan-badan sel yang terletak di tanduk lateralis.4Dalam medulla spinalis lewat dua traktus dengan fungsi tertentu, yaitu traktus desenden dan asenden. Traktus desenden berfungsi membawa sensasi yang bersifat perintah yang akan berlanjut ke perifer. Sedangkan traktus asenden secara umum berfungsi untuk mengantarkan informasi aferen yang dapat atau tidak dapat mencapai kesadaran. Informasi ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu (1) informasi eksteroseptif, yang berasal dari luar tubuh, seperti rasa nyeri, suhu, dan raba, dan (2) informasi proprioseptif, yang berasal dari dalam tubuh, misalnya otot dan sendi.

Gambar 3. Potongan melintang Medulla Spinalis2

B. TalamusJauh di dalam otak dekat dengan nukleus basal terdapat diensefalon, suatu struktur garis-tengah (midline) yang membentuk dinding-dinding rongga ventrikel ketiga, salah satu ruang tempat lewatnya cairan serebrospinalis. Diensefalon terdiri dari dua bagian utama, talamus dan hipotalamus.4Talamus berfungsi sebagai stasiun penyambung dan pusat integrasi sinaps untuk pengolahan pendahuluan semua masukan sensorik dalam perjalanannya ke korteks. Bagian ini menyaring sinyal-sinyal yang tidak bermakna dan mengarahkan impuls-impuls sensorik penting ke daerah somatosensorik yang sesuai, serta ke daerah-daerah lain.6

Gambar 4. Anatomi Talamus4

Gambar 5. Jalur Asenden Medulla Spinalis4

Gambar 5. Jaras Talamus- korteks sensoris

Impuls sensorik akan disalurkan melalui radiks posterior medulla spinalis yang dikenal sebagai ganglion spinalis, kemudian impuls tiba di nucleus propius disegmen medulla spinalis. Nukleus propius merupakan neuron yang menghubungkan medulla spinalis dengan nucleus ventro-postero-lateral dan ventro-postero-medial thalamus sisi kontralateral yang dikenal dengan traktus spinotalamikus. Di kornu posterior mereka menyilang garis tengah melalui komisura alba dan selanjutnya berkumpul di funikulus anterolateral. Pada tingkat servikal serabut yang berasal dari tungkai menduduki daerah lateral, bagian torakal menduduki daerah medial dan bagian brakioservikal menduduki bagian paling medial. Pada tingkat medulla oblongata jaras spinotalamik terletak disebelah dorsolateral oliva inferior. Di Pons ia berada diantara lemnikus medialis dan brakiu konjungtivum dan dimesensefalon diatas ujung dorsal lemniskus medialis dekat kolikulus superior.3

Lebih kerostral serabut-serabut spinotalamik tidak berkumpul lagi sebagai berkas, karena secara bertahap mengakhiri perjalanannya disepanjang nucleus ventro-postero-lateral dan ventro-postero-medial di thalamus. Untuk jaras sensorik pada wajah dibawa oleh nervus trigeminus. Setelah bersinaps di nukleus ventroposterolateral talamus selanjutnya membentuk traktus talamokortikal, traktus ini berjalan naik melalui kapsula interna yang terletak di posterior dari traktus piramidalis dan menyebar di corona radiata menuju ke korteks sensorik di girus post sentralis.3,7

A. Traktus Spinotalamikus AnteriorTraktus spinotalamikus anterior berhubungan dengan persepsi raba dan tekanan ringan. Perjalanan modalitas sensorik pada traktus spinotalamikus anterior adalah sebagai berikut, rangsangan yang muncul pada reseptor di permukaan kulit (ujung saraf peritrichial, korpus taktil) dihantarkan melalui serabut saraf perifer yang bermyelin tebal (neuron pertama) ke sel ganglion pseudounipolar radiks dorsalis, dan kemudian melalui radiks posterior ke dalam medula spinalis. Di dalam medula spinalis, proses sentral dari sel ganglion radiks dorsalis berjalan melalui kornu posterior sekitar 2-15 segmen keatas, sementara yang kolateral berjalan 1 atau 2 segmen ke bawah, menciptakan kontak sinaps pada sel-sel diberbagai tingkat dari segmen di substansia nigra dari kornu posterior. Sel-sel (neuron kedua) kemudian membangkitkan rangsangan di traktus spinotalamikus anterior, yang mana serabut-serabut tersebut menyilang di komissura spinalis anterior, kemudian naik di funikulus anterolateral kontralateral dan berakhir di nukleus ventro posterolateral (VPL) talamus, bersama dengan serabut-serabut saraf dari traktus spinotalamikus lateral dan lemniscus medialis. Neuron ketiga di nukleus talamus ini akan memproyeksikan akson-aksonnya ke gyrus post sentralis di lobus parietal melalui traktus thalamokortikalis.2

Gambar 6. Lintasan-lintasan Raba dan Tekanan Ringan (Traktus Spinotalamikus Anterior)B. Traktus Spinotalamikus LateralUjung saraf bebas pada kulit adalah reseptor perifer untuk stimulus noksius dan suhu. Ujung saraf ini merupakan akhir dari serabut-serabut saraf grup A yang tipis dan juga sedikit serabut-serabut saraf grup C yang tidak bermyelin, berikutnya proses perifer dari sel ganglion pseudounipolar pada ganglion spinalis. Proses sentral dari radiks posterior ke medula spinalis dan kemudian terbagi secara longitudinal menjadi kolateral yang pendek dan berakhir dalam satu atau dua segmen pada substansia gelatinosa, menciptakan kontak sinaps dengan neuron funicular (neuron kedua). Neuron ini menyilang pada garis tengah di komissura anterior medula spinalis sebelum naik pada funikulus lateral kontralateral ke talamus. Traktus spinotalamikus lateral tersusun secara somatotopik, serabut saraf dari ekstremitas inferior terletak di bagian lateral, sementara serabut saraf dari badan dan ekstremitas superior terletak lebih medial.2Serabut saraf yang memediasi rangsangan nyeri dan suhu terletak sangat berdekatan satu sama lain sehingga tidak bisa dipisahkan secara anatomis. Lesi pada traktus spinotalamikus menyebabkan kerusakan pada penghantaran kedua modalitas sensorik, walaupun tidak selalu pada tingkat yang sama.2

Serabut saraf dari traktus spinotalamikus lateral berjalan melalui batang otak bersama dengan serabut saraf dari lemniscus medialis pada lemniscus spinalis, yang berakhir pada nukleus ventro posterolateral talamus. Neuron ketiga di nukleus ventro posterolateral memproyeksikan melalui traktus thalamocorticalis ke girus post-sentralis di lobus parietal. Rangsangan nyeri dan suhu diterima di rough manner di talamus, tetapi rangsangan yang lebih halus tidak bisa dipersepsikan hingga impuls mencapai korteks serebri.2

Gambar 7. Lintasan-Lintasan Nyeri dan Suhu (Traktus Spinotalamikus Lateral). GANGGUAN PADA TRAKTUS SPINOTALAMIKUSA. Spinotalamikus AnteriorKenyataan bahwa cabang sentral dari neuron pertama berjalan ke atas dan ke bawah di dalam funikulus, dan berhubungan melalui banyak kolateral dengan neuron kedua, merupakan alasan mengapa cedera bagian lumbal dan toraks dari traktus spinotalamikus biasanya tidak menyebabkan hilangnya sensasi taktil yang penting. Impuls dapat dengan mudah melintas daerah cedera. Jika kerusakan mencakup bagian servikal traktus spinotalamikus anterior, dapat menyebabkan hipestesia ringan pada tungkai kontralateral.1 Kerusakan traktus ini menimbulkan kehilangan sensibilitas raba dan tekanan ringan dibawah tingkat kontralateral terhadap lesi. Ingatlah bahwa rasa raba diskriminatif akan selalu terdapat, karena informasi ini dihantarkan melalui fasikulus grasilis dan fasikulus kuneatus. Pasien tidak akan merasakan raba ringan dari sepotong kapas yang disentuhkan pada kulit atau tidak merasakan tekanan benda pada tumpul yang menyentuh.4B. Spinotalamikus LateralisJika traktus spinotalamikus lateral cedera, sensasi nyeri dan sensasi suhu akan rusak, meskipun tidak selalu dalam derajat yang sama. Pemotongan traktus spinotalamikus lateral pada ventral substansia alba medula spinalis menghilangkan sensasi nyeri dan suhu kontralateral sekitar 1 sampai 2 segmen di bawah tingkat operasi.1 Kerusakan pada traktus ini menimbulkan kehilangan sensibilitas nyeri dan suhu di bawah tingkat lesi. Karena itu, pasien itu tidak akan memberikan respon terhadap tusukan jarum atau mengenali benda dingin dan panas yang mengenali kulit.4Sindrome pemotongan jaras sensorik1

Gambar 8. Jalur pemotongan jaras sensoris2

1. Lesi pada a dan b, yaitu di kortikal atau subkortikal akan menyebabkan parastesi dan mati rasa pada masing-masing ekstremitas sisi yang berlawanan.

2. Lesi pada c yaitu dibawah talamus, menyebabkan hilangnya semua kualitas sensorik separuh tubuh kontralateral.

3. Lesi pada d, yaitu pada jaras sensorik lain selain nyeri dan suhu, terjadi hipestesi kontralateral wajah dan tubuh, sensasi nyeri dan suhu tetap utuh.

4. Lesi terbatas pada e yaitu pada lemnikus trigeminalis dan traktus spinotalamikus lateral pada pusat otak, maka tidak akan ditemukan sensasi nyeri dan suhu pada wajah dan tubuh kontra lateral. Tapi semua kualitas sensorik lainnya tidak terganggu.

5. Keterlibatan lesi di f yaitu pada lemnikus dorsalis dan traktus spinotalamikus anterior, menyebabkan kehilangan kualitas sensorik pada kontralateral tubuh, kecuali sensasi nyeri dan suhu.

6. Lesi di g berupa kerusakan nukleus, traktus trigeminalis dan traktus spinotalamikus lateral, menyebabkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu pada wajah ipsilateral dan tubuh kontralateral.

7. Kerusakan di h yaitu pada funikulus posterior menyebabkan hilangnya sensasi sikap, getaran, diskriminasi dan sensasi lain yang berhubungan dengan ataksia ipsilateral.

8. Lesi di i yaitu pada kornu posterior menghilangkan sensasi suhu dan nyeri ipsilateral. Semua kualitas sensorik lain tetap utuh.

9. Lesi pada k dengan cedera beberapa radiks posterior yang berdekatan diikuti oleh parastesi radikuler, nyeri dan penurunan atau hilangnya semua kualitas sensorik pada masing-masing segmen tubuh.

DAFTAR PUSTAKA 1. Duss, Peter. 1996. Diagnosis Topik Neurologi, Anatomi, Fisiologi, Tanda, dan Gejala. Jakarta: EGC. 1-30.

2. Baehr M et Frotscher. Duus Topical Diagnosis inNeurology, Anatomi-Phisiology-Sign-Symptoms. Newyork: Thieme Stuttgart.2005, 43-5.

3. Lumbantobing. Sistem Sensorik. Dalam: Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: FKUI, 2006.115-24.

4. Netter F, Craig J, Perkins J. Atlas Neuroanatomy and Neurophisiology. USA : Icon Costum Comunication.2002.75-7.5. Mardjono, M, Sidharta P. Susunan Somestesia: Dalam :Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat, 2004. 71-113.6. Waxman, Tephen. Clinical Neuroanatomy, edisi 25. New York: McGraw-Hill. 2003

7. Chambell, W. DeJongs The Neurologic Examination sixth Edition. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins.2005:436-47.

PAGE 9