puisi emha ainun najib

Upload: r-febrianto-k

Post on 10-Apr-2018

262 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    1/21

    ANTARA TIGA KOTA

    Oleh :

    Emha Ainun Najib

    di yogya aku lelap tertidur

    angin di sisiku mendengkurseluruh kota pun bagai dalam kubur

    pohon-pohon semua mengantuk

    di sini kamu harus belajar berlatih

    tetap hidup sambil mengantuk

    kemanakah harus kuhadapkan muka

    agar seimbang antara tidur dan jaga ?

    Jakrta menghardik nasibku

    melecut menghantam pundakku

    tiada ruang bagi diamku

    matahari memelototiku

    bising suaranya mencampakkanku

    jatuh bergelut debu

    kemanakah harus juhadapkan muka

    agar seimbang antara tidur dan jaga

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    2/21

    surabaya seperti ditengahnya

    tak tidur seperti kerbau tua

    tak juga membelalakkan mata

    tetapi di sana ada kasihkuyang hilang kembangnya

    jika aku mendekatinya

    kemanakah haru kuhadapkan muka

    agar seimbang antara tidur dan jaga ?

    Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,

    1997

    BEGITU ENGKAU BERSUJUD

    Oleh :Emha Ainun Najib

    Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang

    yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid

    Setiap kali engkau bersujud, setiap kali

    pula telah engkau dirikan masjid

    Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    3/21

    telah kau bengun selama hidupmu?

    Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu

    meninggi, menembus langit, memasuki

    alam makrifat

    Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika

    bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud

    Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada

    ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan

    Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan

    ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyangDan setiap tetes air yang kau taburkan untuk

    cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara

    adzan

    Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid

    Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang

    Allah, engkaulah kiblat

    Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang

    didengar Allah, engkaulah tilawah suci

    Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai

    Allah, engkaulah ayatullah

    Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,

    karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi

    dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud

    menjadilah engkau masjid

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    4/21

    1987

    Pengirim Subhan TobaJumat 6 Januari 2000

    DARI BENTANGAN LANGIT

    Oleh :

    Emha Ainun Najib

    Dari bentangan langit yang semuIa, kemarau itu, datang kepadamu

    Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang

    Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan

    menyapu hutan !

    Mengekal tanah berbongkahan !

    datang kepadamu, Ia, kemarau itu

    dari Tuhan, yang senantia diamdari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa

    yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    5/21

    Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,

    1997

    DITANYAKAN KEPADANYA

    Oleh :

    Emha Ainun Najib

    Ditanyakan kepadanya siapakah pencuri

    Jawabnya: ialah pisang yang berbuah mangga

    Tak demikian Allah menata

    Maka berdusta ia

    Ditanyakan kepadanya siapakah penumpuk hartaJawabnya: ialah matahari yang tak bercahaya

    Tak demikian sunnatullah berkata

    Maka cerdusta ia

    Ditanyakan kepadanya siapakah pemalas

    Jawabnya: bumi yang memperlambat waktu edarnya

    Menjadi kacaulah sistem alam semesta

    Maka berdusta ia

    Ditanyakan kepadanya sapakah penindas

    Jawabnya: ialah gunung berapi masuk kota

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    6/21

    Dilanggarnya tradisi alam dan manusia

    Maka berdusta ia

    Ditanyakan kepadanya siapa pemanja kebebasan

    Ialah burung terbang tinggi menuju matahari

    Burung Allah tak sedia bunuh diri

    Maka berdusta ia

    Ditanyakn kepadanya siapa orang lalai

    Ialah siang yang tak bergilir ke malam hari

    Sedangkan Allah sedemikian rupa mengelola

    Maka berdusta ia

    Ditanyakan kepadanya siapa orang ingkar

    Ialah air yang mengalir ke angkasa

    Padahal telah ditetapkan hukum alam benda

    Maka berdusta ia

    Kemudian siapakah penguasa yang tak memimpinIalah benalu raksasa yang memenuhi ladang

    Orang wajib menebangnya

    Agar tak berdusta ia

    Kemudian siapakah orang lemah perjuangan

    Ialah api yang tak membakar keringnya dedaunan

    Orang harus menggertak jiwanya

    Agar tak berdusta ia

    Kemudian siapakah pedagang penyihir

    Ialah kijang kencana berlari di atas air

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    7/21

    Orang harus meninggalkannya

    Agar tak berdusta ia

    Adapun siapakah budak kepentingan pribadi

    Ialah babi yang meminum air kencingnya sendiri

    Orang harus melemparkan batu ke tengkuknya

    Agar tak berdusta ia

    Dan akhirnya siapakah orang tak paham cinta

    Ialah burung yang tertidur di kubangan kerbau

    Nyanyikan puisi di telinganya

    Agar tak berdusta ia

    1988

    Pengirim Subhan Toba

    Jumat 7 Januari 2000

    IKRAR

    Oleh :

    Emha Ainun Najib

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    8/21

    Di dalam sinar-Mu

    Segala soal dan wajah dunia

    Tak menyebabkan apa-apaAku sendirilah yang menggerakkan laku

    Atas nama-Mu

    Kuambil siakp, total dan tuntas

    maka getaranku

    Adalah getaran-Mu

    lenyap segala dimensi

    baik dan buruk, kuat dan lemah

    Keutuhan yang ada

    Terpelihara dalam pasrah dan setia

    Menangis dalam tertawa

    Bersedih dalam gembira

    Atau sebaliknya

    tak ada kekaguman, kebanggaan, segala belenggu

    Mulus dalam nilai satu

    Kesadaran yang lebih tinggi

    Mengatasi pikiran dan emosi

    menetaplah, berbahagialah

    Demi para tetangga

    tetapi di dalam kamu kosongIalah wujud yang tak terucapkan, tak tertuliskan

    Kugenggam kamu

    Kau genggam aku

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    9/21

    Jangan sentuh apapun

    Yang menyebabkan noda

    Untuk tidak melepaskan, menggenggam lainnya

    Berangkat ulang jengkal pertama

    Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,

    1997

    KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG

    Oleh :Emha Ainun Najib

    Ketika engkau bersembahyang

    Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan

    Partikel udara dan ruang hampa bergetar

    Bersama-sama mengucapkan allahu akbar

    Bacaan Al-Fatihah dan surahMembuat kegelapan terbuka matanya

    Setiap doa dan pernyataan pasrah

    Membentangkan jembatan cahaya

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    10/21

    Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi

    Ruku' lam badanmu memandangi asal-usul diri

    Kemudian mim sujudmu menangis

    Di dalam cinta Allah hati gerimis

    Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup

    Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup

    Ilmu dan peradaban takkan sampai

    Kepada asal mula setiap jiwa kembali

    Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri

    Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali

    Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira

    Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya

    Sembahyang di atas sajadah cahaya

    Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia

    Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya

    Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun

    Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah

    Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika

    Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang

    Dadamu mencakrawala, seluas 'arasy sembilan puluh sembilan

    1987

    Pengirim Subhan Toba

    Jumat 7 Januari 2000

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    11/21

    KITA MASUKI PASAR RIBA

    Oleh :

    Emha Ainun Najib

    Kita pasar r iba

    Medan perang keserakahan

    Seperti ikan dalam air tenggelam

    Tak bisa ambil jarak

    Tak tahu langit

    Ke kiri dosa ke kanan dusta

    Bernapas air

    Makan minum air

    Darah riba mengalir

    Kita masuki pasar ribaMenjual diri dan Tuhan

    Untuk membeli hidup yang picisan

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    12/21

    Telanjur jadi uang recehan

    Dari putaran riba politik dan ekonomi

    Sistem yang membunuh sebelum mati

    Siapakah kita ?

    Wajah tak menentu jenisnya

    Tiap saat berganti nama

    Tegantung kepentingannya apa

    Tergantung rugi atu laba

    Kita pilih kepada siapa tertawa

    1987

    Pengirim Subhan Toba

    Jumat 7 Januari 2000

    KUDEKAP KUSAYANG-SAYANG

    Oleh :

    Emha Ainun Naijb

    Kepadamu kekasih kupersembahkan segala api keperihandi dadaku ini demi cintaku kepada semua manusia

    Kupersembahkan kepadamu sirnanya seluruh kepentingan

    diri dalam hidup demi mempertahankan kemesraan rahasia,

    yang teramat menyakitkan ini, denganmu

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    13/21

    Terima kasih engkau telah pilihkan bagiku rumah

    persemayaman dalam jiwa remuk redam hamba-hambamu

    Kudekap mereka, kupanggul, kusayang-sayang, dan ketika

    mereka tancapkan pisau ke dadaku, mengucur darah darimereka sendiri, sehingga bersegera aku mengusapnya,

    kusumpal, kubalut dengan sobekan-sobekan bajuku

    Kemudian kudekap ia, kupanggul, kusayang-sayang,

    kupeluk,

    kugendong-gendong, sampai kemudian mereka tancapkan

    lagi pisau ke punggungku, sehingga mengucur lagi darah

    batinnya, sehingga aku bersegera mengusapnya,kusumpal,

    kubalut dengan sobekan-sobekan bajuku, kudekap,

    kusayang-sayang.

    1994

    (Dari Kumpulan sajak Abracadabra Kita Ngumpet,

    Yayasan Bentang Budaya Yogyakarta, 1994, halaman 7)Republika, 24 Januari 1999

    MEMECAH MENGUTUHKAN

    Oleh :Emha Ainun Najib

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    14/21

    Kerja dan fungsi memecah manusia

    Sujud sembahyang mengutuhkannyaEgo dan nafsu menumpas kehidupan

    Oleh cinta nyawa dikembalikan

    Lengan tanganmu tanggal sebelah

    Karena siang hari politik yang gerah

    Deru mesin ekonomi membekukan tubuhmu

    Cambuk impian membuat jiwamu jadi hantu

    Suami dan istri tak saling mengabdi

    Tak mengalahkan atau memenangi

    Keduanya adalah sahabat bergandengan tangan

    Bersama-sama mengarungi jejeak Tuhan

    Kalau berpcu mempersaingkan hari esok

    Jangan lupakan cinta di kandungan cakrawala

    Kalau cemas karena diiming-imingi tetangga

    Berkacalah pada sunyi di gua garba rahasia

    1987

    Pengirim Subhan Toba

    Jumat 6 Januari 2000

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    15/21

    SEPENGGAL PUISI CAK NUN

    Oleh :

    Emha Ainun Najib

    sayang sayang kita tak tau kemana pergi

    tak sanggup kita dengarkan suara yang sejati

    langkah kita mengabdi pada kepentingan nafsu sendiri

    yang bisa kita pandang hanya kepentingan sendiri

    loyang disangka emas emasnya di buang buang

    kita makin buta yang mana utara yang mana selatan

    yang kecil dibesarkan yang besar di remehkan

    yang penting disepelekan yang sepele diutamakan

    Allah Allah betapa busuk hidup kami

    dan masih akan membusuk lagi

    betapa gelap hari di depan kami

    mohon ayomilah kami yang kecil ini

    SERIBU MASJID SATU JUMLAHNYA

    Oleh :

    Emha Ainun Najib

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    16/21

    Satu

    Masjid itu dua macamnya

    Satu ruh, lainnya badan

    Satu di atas tanah berdiri

    Lainnya bersemayam di hati

    Tak boleh hilang salah satunyaa

    Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu

    Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu

    Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu

    Dua

    Masjid selalu dua macamnya

    Satu terbuat dari bata dan logamLainnya tak terperi

    Karena sejati

    Tiga

    Masjid batu bata

    Berdiri di mana-mana

    Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnyaTimbul tenggelam antara ada dan tiada

    Mungkin di hati kita

    Di dalam jiwa, di pusat sukma

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    17/21

    Membisikkannama Allah ta'ala

    Kita diajari mengenali-Nya

    Di dalam masjid batu bata

    Kita melangkah, kemudian bersujud

    Perlahan-lahan memasuki masjid sunyi jiwa

    Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna

    Empat

    Sangat mahal biaya masjid badan

    Padahal temboknya berlumut karena hujan

    Adapun masjid ruh kita beli dengan ketakjuban

    Tak bisa lapuk karena asma-Nya kita zikirkan

    Masjid badan gmpang binasa

    Matahari mengelupas warnanya

    Ketika datang badai, beterbangan gentingnya

    Oleh gempa ambruk dindingnya

    Masjid ruh mengabadiPisau tak sanggup menikamnya

    Senapan tak bisa membidiknya

    Politik tak mampu memenjarakannya

    Lima

    Masjid ruh kita baw ke mana-mana

    Ke sekolah, kantor, pasar dan tamasyaKita bawa naik sepeda, berjejal di bis kota

    Tanpa seorang pun sanggup mencopetnya

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    18/21

    Sebab tangan pencuri amatlah pendeknya

    Sedang masjid ruh di dada adalah cakrawala

    Cengkeraman tangan para penguasa betapa kerdilnya

    Sebab majid ruh adalah semesta raya

    Jika kita berumah di masjid ruh

    Tak kuasa para musuh melihat kita

    Jika kita terjun memasuki genggaman-Nya

    Mereka menembak hanya bayangan kita

    Enam

    Masjid itu dua macamnya

    Masjid badan berdiri kaku

    Tak bisa digenggam

    Tak mungkin kita bawa masuk kuburan

    Adapun justru masjid ruh yang mengangkat kita

    Melampaui ujung waktu nun di sana

    Terbang melintasi seribu alam seribu semestaHinggap di keharibaan cinta-Nya

    Tujuh

    Masjid itu dua macamnya

    Orang yang hanya punya masjid pertama

    Segera mati sebelum membusuk dagingnya

    Karena kiblatnya hanya batu berhala

    Tetapi mereka yang sombong dengan masjid kedua

    Berkeliaran sebagai ruh gentayangan

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    19/21

    Tidak memiliki tanah pijakan

    Sehingga kakinya gagal berjalan

    Maka hanya bagi orang yang waspada

    Dua masjid menjadi satu jumlahnya

    Syariat dan hakikat

    Menyatu dalam tarikat ke makrifat

    Delapan

    Bahkan seribu masjid, sjuta masjid

    Niscaya hanya satu belaka jumlahnya

    Sebab tujuh samudera gerakan sejarah

    Bergetar dalam satu ukhuwah islamiyah

    Sesekali kita pertengkarkan soal bid'ah

    Atau jumlah rakaat sebuah shalat sunnah

    Itu sekedar pertengkaran suami istri

    Untuk memperoleh kemesraan kembali

    Para pemimpin saling bercuriga

    Kelompok satu mengafirkan lainnya

    Itu namanya belajar mendewasakan khilafah

    Sambil menggali penemuan model imamah

    Sembilan

    Seribu masjid dibangun

    Seribu lainnya didirikan

    Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun

    Tagihan masa depan kita cicilkan

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    20/21

  • 8/8/2019 Puisi Emha Ainun Najib

    21/21

    Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan

    Mahaagung ia yang mustahil menganugerahkan keburukan

    Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya

    Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya takditerima

    Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita

    Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara

    Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhakaSedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya

    Ke mana pun memandang yang tampak ialah kebenaran

    Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang

    Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan

    Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan

    Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta

    Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya

    1988

    Pengirim Subhan Toba

    Jumat 7 Januari 2000