tukarpendapat.files.wordpress.com  · web viewemha ainun najib. pahlawan sejati kepada seorang ibu...

24
Emha Ainun Najib Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik di desanya sepanjang hidup, saya mengajukan pertanyaan yang agak muluk: "Bu, siapakah pahlawan sejati?" Ia menjawab: "Pahlawan sejati ialah orang yang berani omong tentang perjuangan sosial dan membela rakyat hanya sesudah ia sendiri sanggup bertanggung jawab secara mandiri atas perutnya sendiri. Pahlawan sejati ialah orang yang membela rakyat dengan kekuatan dan uang pribadinya, bukan dengan dana dari luar yang apalagi ia sendiri diupah untuk apa yang diperjuangkannya. Tapi yang terpenting adalah bahwa pahlawan sejati tidak pernah sempat menganggap dirinya pahlawan bahkan tidak punya waktu untuk mengingat kata pahlawan". Saya bereaksi: "Waduh, Bu, kok berat dan muluk sekali syarat untuk menjadi pahlawan sejati?" Ibu itu menjawab lagi: "Memang berat dan muluk. Maka tidak akan berminat. Maka tidak populer dan tidak dipakai. Kalau ada yang memakainya, mungkin malah dikutuk, dirasani dan difitnah di mana-mana..." Rebutan Berkah KALI ini aku mengalah Berduel dengan jutaan wanita berkerudung gelap, berbadan bongsor, Itu tidak mudah Berduel keluar masuk rumahMu yang dahsyat megah Kalau bukan karenaMu, tak mungkin kulakukan itu Tapi toh akhirnya aku mengalah Mlipir Mlipir pun susah Karena badanku yang tak sebanding dengan tubuh mereka Menyodok, menyikut, mendesak, melotot Aku takut Sampai lupa pada siapa seharusnya aku takut Aku terlalu sayang pada tubuhku, kakiku, hatiku Dalam gelombang berjuta tubuh tambun mengumpat Aku tercenung Mereka semua ini pasti sangat mencintai Tuhan Anggap ibadah bagai perang, entah melawan siapa Mungkin diri mereka sendiri Sampai-sampai berpikir pemenanglah pilihan Tuhan Pemenang rebutan berkah Pecel Belut MUNGKIN saja Anda kini sedang sibuk memulai 'Pelita' baru warung Anda. Tubuh warung gedhek dilapisi koran supaya sedikit cemerlang, meja kursi dibikin mulus, toples dan piring gelas diusahakan mengkilat, dan yang terpenting Anda persiapkan menu- menu baru yang istimewa dan unik. Mungkin Anda mau populerkan -- sebutlah -- "Es Gombloh", pecel belut model kontemporer yang dibikin punya rasa salad Amerika, memperkenaikan sarakbah dari seberang laut, atau ballut ala negeri Cory Aquino.

Upload: lamhanh

Post on 03-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

Emha Ainun Najib

Pahlawan Sejati

KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik di desanya sepanjang hidup, saya mengajukan pertanyaan yang agak muluk: "Bu, siapakah pahlawan sejati?"

Ia menjawab: "Pahlawan sejati ialah orang yang berani omong tentang perjuangan sosial dan membela rakyat hanya sesudah ia sendiri sanggup bertanggung jawab secara mandiri atas perutnya sendiri. Pahlawan sejati ialah orang yang membela rakyat dengan kekuatan dan uang pribadinya, bukan dengan dana dari luar yang apalagi ia sendiri diupah untuk apa yang diperjuangkannya. Tapi yang terpenting adalah bahwa pahlawan sejati tidak pernah sempat menganggap dirinya pahlawan bahkan tidak punya waktu untuk mengingat kata pahlawan".

Saya bereaksi: "Waduh, Bu, kok berat dan muluk sekali syarat untuk menjadi pahlawan sejati?" Ibu itu menjawab lagi: "Memang berat dan muluk. Maka tidak akan berminat. Maka tidak populer dan tidak dipakai. Kalau ada yang memakainya, mungkin malah dikutuk, dirasani dan difitnah di mana-mana..."

Rebutan Berkah

KALI ini aku mengalahBerduel dengan jutaan wanita berkerudung gelap, berbadan bongsor,Itu tidak mudahBerduel keluar masuk rumahMu yang dahsyat megahKalau bukan karenaMu, tak mungkin kulakukan ituTapi toh akhirnya aku mengalahMlipir

Mlipir pun susahKarena badanku yang tak sebanding dengan tubuh merekaMenyodok, menyikut, mendesak, melototAku takutSampai lupa pada siapa seharusnya aku takutAku terlalu sayang pada tubuhku, kakiku, hatiku

Dalam gelombang berjuta tubuh tambun mengumpatAku tercenungMereka semua ini pasti sangat mencintai TuhanAnggap ibadah bagai perang, entah melawan siapaMungkin diri mereka sendiriSampai-sampai berpikir pemenanglah pilihan TuhanPemenang rebutan berkah

Pecel Belut

MUNGKIN saja Anda kini sedang sibuk memulai 'Pelita' baru warung Anda. Tubuh warung gedhek dilapisi koran supaya sedikit cemerlang, meja kursi dibikin mulus, toples dan piring gelas diusahakan mengkilat, dan yang terpenting Anda persiapkan menu-menu baru yang istimewa dan unik.

Mungkin Anda mau populerkan -- sebutlah -- "Es Gombloh", pecel belut model kontemporer yang dibikin punya rasa salad Amerika, memperkenaikan sarakbah dari seberang laut, atau ballut ala negeri Cory Aquino.

Pokoknya suguhan serba sip. Setiap pelanggan rnerasa fly to heaven dan akan senantiasa terkenang-kenang, lantas memutuskan menu makanan warung Anda adalah pacar atau istri kedua.

Nah, 'Pelita' Anda tak cukup hanya dengan membenahi 'segi internal' warung. Sesudah menu mumpuni, pertanyaannya adalah bagaimana cara menjualnya, di mana Anda menjualnya dan kepada siapa saja berita tentang warung Anda harus disampaikan.Bagi beberapa putuh orang yang sudah selalu makan di warung Anda, perubahan menu itu langsung terasa.

Lantas mungkin mereka menggethok-tular-kan kepada handai tolan mereka. tapi gethok tular itu sifatnya spekulatif, seingga tak bisa Anda daftari dalam 'matematika target-target' Anda.

Ada jarak atau tahap antara pelanggan menuju menu. Sebelum itu ada tahap atau jarak antara warung Anda dengan sangat banyak orang yang tidak tahu menahu tentang warung Anda dan hanya sedikit mendengar slenthang-slenthing bahwa warung Anda menyelenggarakan revolusi menu: tapi hal itu kurang menarik minatnya, terutama karena selama ini reputasi warung memang seperti klub Galatama papan bawah.

Page 2: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

Dengan kata lain, beratus beribu orang yang lalu lalang di depan lokasi Warung Anda tidak tahu menahu tentang warung Anda. Maka soalnya adalah bagaimana membikin mereka tahu. Kita harus yakin bahwa sekarang kelas kita adalah Galatama papan atas dan kita harus bermain di hadapan sebanyak mungkin orang.

Petinju Sugar Ray Robinson meniadi idolanya Mohammad Ali. Tapi Ali memiliki plus dibanding Robinson: di samping keprigelan bertinju yang cemerlang, Ali jauh lebih tahu bagaiamana 'berjualan'. Maka Ali-lah pionir dari omset bisnis tinju yang fantastik, di mana Ray Leonard dan Tyson kini harus berterirna kasih oleh rintisan itu.

Ali bukan 'the big mouth', karena yang disebut 'mulut besar' itu sekadar metode jual jamu. Tentu saja ia akan hancur kalau jamunya tidak benar-benar manjur.

Tapi semanjur apa pun jamunya, kalau ia tak tahu bagaimana menjualnya, maka jamu itu akan diminum hanya oieh beberapa pelanggan yang memang "telanjur mencintai Anda". Itu kalau Anda memang berniat 'berjualan'.

Kalau saya sendiri memang tak berbakat dan tak punya niat untuk itu. Saya hanya koki peracik kopi yang pasif. Kalau ada yang berminat, alhamdulillah, tidak ya alhamdulillah.

Saya tidak perlu teriak-teriak keliling kota, bikin poster, menyeponsori pentas, atau apa pun. Silakan bell kopi dari saya, dan kalau Anda hendak menjualnya kembali, silakan pakai kerangka dan metode Anda sendiri sesuai dengan cakrawala yang akan Anda arungi.

Sesekali saya akan bantu berteriak, sebab hidup tanpa teriak itu ibarat kopi kurang nyegrak.

Memelihara Fitnah Sampai Tua

TIDAK sedikit jumlah orang yang bertele-tele hidupnya dengan terus menerus membiarkan pikiran dan hatinya dihuni rasa dengki, dipenuhi fitnah tentang ini dan kepada itu, dikili-kili prasangka-prasangka dan digerogoti tuduhan tuduhan. Baik yang diungkapkan, diterapkan, maupun yang dibiarkan terpelihara di dalam dirinya sampai hari tuanya.

Tetapi teman-teman ini tetap harus kita kagumi, karena tenaga hidupnya sangat besar sehingga tidak merasa kelelahan bersikap demikian. Dan lebih mengagumkan lagi karena bersamaan dengan memelihara fitnah, para sahabat kita ini tetap mampu melakukan ibadah, sembahyang, bersujud dan berdoa minta banyak-banyak kepada Tuhan.

Bekerja itu Memproduksi Tenaga

IBU, anakmu bukan berpejam mata terhadap betapa penting perkembangan pemikiran-pemikiran. Anakmu belum segila itu.

Tapi ia merasa terlibat di dalam belum berhasilnya manusia memfungsikan ilmu pengetahuan untuk berpacu melawan laju kebobrokan.

Anakmu memusatkan omongannya ini pada ironi yang anakmu sandang sendiri. Ibu, kami sibuk merumus-rumuskan keadaan, meniti dan menggambar peta masalah, mengucapkan dan mengumumkannya. Pengumuman itu mandeg sebagai pengumuman. tulisan mengabdi kepada dirinya sendiri.

Sedangkan Ibu, hampir tanpa kata, berada di dalam peta itu, menjawabnya dengan tangan, kaki dan keringat.

Kami menghabiskan hari demi hari untuk mengeja gejala, dengan susah payah berusaha menjelaskan kepada diri sendiri, sampai akhirnya kelelahan, lungkrah dan ngantuk—Ibu pula yang dengan tekun memijiti tubuh kami.

Ibu tak kehabisan tenaga. Apakah Ibu menyewanya langsung dari Tuhan? Ya, Bu. Bekerja itu memproduksi tenaga. Berpikir, yang hanya berpikir, selalu menciptakan keletihan, yang belum tentu ada gunanya.

Manusia hendaknya tahu diri, belajar bertawadlu’ dan mencoba mengenali rahasia-rahasia firman-Nya, atau yang alau memakai bahasa keduniaan manusia; mengenali retorika dan diplomasi-Nya. Jangan sekali-kali kita terjebak dalam kandungan dan membayangkan Allah memiliki kepentingan atas kehidupan dan segala pekerjaan kita.

Peran Narkoba Dalam Pembangunan

DI KEDUA lengan tangan bawah saya bagian dalam terdapat sejumlah goresan kecil-kecil yang kayaknya nggak

Page 3: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

bisa hilang. Orang yang meliriknya normal kalau menyimpulkan itu bekas luka-luka suntikan narkoba, tanpa bisa menemukan alasan apa pun untuk menggeremeng di dalam hatinya kenapa orang macam saya pasti bebas dari narkoba.

Luka-luka itu berasal dari praktik Ilmu Hijamahnya Rasulullah SAW yang di Jakarta terkenal dengan aplikasi nama ”bekam”. Seharusnya ujung jarum ditutul-tutulkan secara sangat hati-hati dan peka sehingga kedalaman tusukan itu tak boleh lebih dari 0,4 mm sebagaimana teknik tusukan dan hisapan lintah.

Tetapi karena pelakunya kecapaian, yang dia lakukan atas tangan saya bukan tutulan, melainkan goresan. Semacam malapraktik kecil-kecilan yang menguntungkan saya karena memperoleh rahmat seumur hidup untuk disangka orang pemakai narkoba. Setiap hari, terutama ketika mandi, selalu terpandang goresan-goresan itu sehingga selalu juga saya ingat narkoba. Tak ada hari saya lewati tanpa ingat narkoba. Dia menjadi teman hatiku sehari-hari, menjadi sahabat dialektika kesadaranku siang dan malam.

Kalau di suatu siang yang panas gerah selintasan angin menerpa badanmu dan mengusap rambutmu, angin itu menjadi bagian dari dirimu. Segala sesuatu yang kau pandang, kau dengar, kau rasakan,kau alami, apalagi memasuki dirimu dan menjadi anasir dalam darahmu, dia menjadi bagian dari dirimu, bagian dari ingatan dan kesadaranmu, bagian dari sejarahmu. Menjadi file hard disk-mu, hidden atau unhidden.

Kau sukai atau kau benci, dia tetap adalah bagian dari kosmologi dan dzat kemakhlukanmu. Soekarno, Soeharto, SBY, Hitler, Iblis, malaikat, apa saja, tak bisa hilang dari sistem komprehensif hidupmu.Semula dia sekadar kita sangka merupakan ”bagian dari” dirimu, suatu saat engkau menemukan dia ”adalah”dirimu. Itulah sebabnya terdapat nasihat ”kuno” tentang kehati-hatian:

”Setiap butir nasi dan tetes air yang memasuki tenggorokanmu, perhatikan asal usul kebenaran dan kebatilannya, posisi halal haramnya. Sebab engkau sedang mengawali dan memproses takdir bagi anak-anak dan cucu-cucumu.”

Ini bukan filsafat teoretis. Ini ilmu dan pengetahuan empiris. Para ilmuwan meneliti tikus yang sakit turunan sejak kakek neneknya: mereka tidak melakukan tindakan kuratif medis untuk menyembuhkan tikus, melainkan mengubah habitatnya, merangsang perubahan perilakunya, tata ruang tempat tinggalnya, pola makan minumnya, memastikan keabsahan asal usul segala konsumsinya. Pada jangka waktu tertentu tikus itu sembuh dan tidak mewariskan sakit yang sama kepada anak-anaknya lagi.

Demikian berlangsung sampai generasi berikutnya, kecuali perubahan perilaku dan sejarah konsumsi itu diubah lagi. Dari kasus tikus itu kita temukan betapa terkait erat hubungan antara kondisi seseorang dengan habitat di mana dia hidup. Tidak bisa orang kena narkoba sendirian tanpa habitat yang memang kondusif terhadap kenarkobaannya. Itu tak harus berarti pemakai narkoba selalu lahir dari lingkungan pemakai narkoba, tetapi ada faktor-faktor yang jauh lebih luas dan komprehensif-dialektis.

Tradisi konsumsi narkoba sangat bisa terkait dengan pola budaya, cara berpikir, nilai sosial, cara- cara mempertimbangkan sesuatu, kualitas nilai yang dipilih tentang siapa tokoh siapa bukan, siapa duta siapa bukan, termasuk kewaspadaan atau kesembronoan institusional ketika menentukan atau memilih ini dan itu. Bagian dari korek api yang terbakar hanya sumbunya,tetapi tak ada nyala api tanpa bagian-bagian lain dari korek api. Jangan berpikir korek api adalah nyala api ”saja”, jangan berpikir bahwa habitat narkoba hanya pemakai narkoba ”saja”.

Kalau diperluas, jangan berpikir bahwa pelaku korupsi adalah koruptor saja, sebab mereka melakukan korupsi ”berkat” adanya faktor-faktor lain yang komprehensif yang memungkinkannya melakukan korupsi.

Tegasnya, kita semua ”menanggung dosa” sistemik dan struktural atas penyalahgunaan obat terlarang, atas korupsi, juga atas munculnya apa yang kemudian terpaksa kita sebut sebagai aliran sesat. Ada dimensi-dimensi sosial di mana kita semua telah melakukan ketidakbertanggungjawaban kolektif atas sejumlah nilai dasar kehidupan bermasyarakat dan bernegara sehingga suburlah ketiga ”narkoba”itu.

Dengan teori habitat itu, tak ada yang mengherankan kenapa lembaga penanggulangan narkoba ”salah pilih” dutanya: api menyala pada sumbu, tapi berasal dari sistem menyeluruh korek api. Oleh karena itu memang diperlukan ekstrakewaspadaan di dalam mempersepsi, menganalisis, dan mengatasinya.

Apalagi kita sedang berada pada habitat alamiah kemanusiaan yang sampai batas tertentu justru sangat potensial untuk lambat atau cepat pasti menghancurkan kemanusiaan kita sampai anak cucu.

Misalnya, mari sejenak kita keluar dari rumah tikus itu dan memperhatikan faktor yang lain sama sekali. Misalnya, para ilmuwan itu lebih tertarik pada tikus yang sakit dibanding jutaan tikus lain yang sehat. Ini hukum alam. Sakit lebih menonjol dibandingkan waras.

Kacau lebih menggairahkan dibanding aman. Buruk lebih laku dibandingkan baik. Jahat lebih sensasional dibandingkan mulia. Hancur lebih mudah dipasarkan dibandingkan bangkit. Curang lebih nendang dibandingkan jujur. Bentrok lebih nikmat dipergunjingkan dibandingkan rukun. Chaos lebih nyaman diinformasikan dibandingkan tenteram.

Kalau rumus ”orang baik” kalah menarik dan kalah unggul dibandingkan ”orang pernah buruk” yang dipakai oleh birokrasi, lembaga informasi, institusi pengelolaan sosial serta semua kepengurusan kehidupan bangsa kita, sesungguhnya kita sedang menyediakan ruang utama dalam pengelolaan pembangunan sejarah bangsa ini kepada ”orang pernah buruk”, sekadar karena kurang selera atas ”orang baik”.

Page 4: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

Adalah narkoba nasional yang segera menghancurkan kita semua jika tak segera berhenti menyerahkan negara ini kepada ”orang yang menarik”, bukan kepada ”orang yang mengamankan.”

Nabi Membakar MasjidEmha Ainun Najib

RASULULLAH Muhammad s.a.w. pernah memerintahkan sejumlah petugasnya untuk membakar sebuah masjid, karena beliau menemukan bahwa kecenderungan pada “Takmir Masjid” dan komunitas yang melingkupinya membuat masjid itu lebih merupakan tempat kemunafikan dan pemecah-belah kesatuan, dengan berbagai manipulasi dan kemunkaran, sehingga adanya masjid itu menimbulkan mudharat lebih besar dibanding manfaatnya.

Coba kita ambil pelajaran, satu poin saja dulu, dari kejadian itu. Misalnya, tidak bisa kita memahaminya dengan pola pandang modern dengan sistem dan konstitusi kenegaraan seperti yang kita anut sekarang. Di zaman kepemimpinan Rasulullah di Madinah, beliau adalah pusat keadilan, pusat nurani, dan pusat kebenaran, yang dipercaya. Orang percaya sepenuhnya kepada beliau, sehingga beliau diridhai orang banyak untuk menjadi pusat pengambilan keputusan.

Rasulullah bisa disebut diktator atau otoriter andaikata beliau tidak dipercaya rakyat, serta apabila beliau memaksakan suatu keputusan yang umat menilai ada kemunkaran pada keputusan itu. Tetapi belum pernah ada buku sejarah menyebut Muhammad s.a.w. sebagai seorang yang otoriter, karena memang umat percaya dan rela. Padahal secara sistem, konstitusi dan hukum sebagaimana yang kita pahami sekarang, Rasulullah tidak punya hak atau kewenangan untuk mengambil keputusan dan tindakan seperti itu: Rasulullah melanggar HAM dan konstitusi.

Di dunia modern, tidak ada manusia yang bisa dipercaya oleh orang banyak, apalagi dipercaya sampai tingkat, kadar dan cinta masyarakat memercayai Muhammad s.a.w. Kalau orang tidak saling percaya, maka mereka sama-sama berkepentingan untuk membikin aturan, hukum, konstitusi, transaksi, konvensi, atau apa pun namanya dan konteksnya. Orang mendirikan pagar bersama karena dikhawatirkan sewaktu-waktu akan ada, entah siapa, yang melanggar batas.

Di zaman ini orang memerlukan perlindungan norma dan hukum, karena sesama manusia tidak ada kemungkinan saling mempercayai dan mempercayakan secara nurani untuk mendapatkan perlindungan satu sama lain.

Anda bisa berkata: “Saya tidak perduli dan tidak mempelajari hukum. Tanpa pasal-pasal hukum pun saya tidak mencuri, tidak akan melakukan korupsi, mo-limo, pembunuhan atau menyakiti orang lain. Kunci-kunci hukum sudah ada dalam kandungan nurani, kalbu dan akal sehat saya. Ada KUHP atau tidak, ada Undang-Undang atau tidak, saya insya allah bisa menjadi manusia yang tidak akan melanggar hakikat hidup manusia yang sejak diciptakan Allah memang wajib saling menyelamatkan, saling menyejahterakan dan saling mencintai.”

Akan tetapi di alam modern sekarang, kalimat Anda itu tidak akan dipercaya oleh siapa pun. Karena manusia modern tidak punya pengalaman menjadi manusia baik dengan hanya berbekal nurani dan akal sehatnya sendiri. Manusia modern tidak melanggar hukum karena takut kepada hukum, bahkan takut kepada polisi. Manusia modern sangat sukar percaya kepada orang baik, karena tidak punya pengalaman otentik untuk menjadi orang baik.

Ada sejumlah orang di dunia modern yang benar-benar baik, tapi tak akan diakui sebagai orang baik, karena adanya orang baik pada wacana modern hanya terdapat di masa silam. Orang baik adalah mitos. Kebaikan hanya terdapat dalam mitologi. Sufi, ulama sejati, hanya beralamat dalam khayalan tentang masa silam. Kalau Sufi hidup sekarang, tak akan ada mata, kalbu, dan akal yang menemukan dan mengakuinya sebagai Sufi.

Meskipun Anda benar-benar orang baik, berhasil menolong Raja dan rakyat dari bentrok dan kesengsaraan, bahkan dibantu oleh Allah menerapkan keajaiban sehingga produk Anda tak ada duanya di dunia, jangan berharap dipercaya oleh siapa-siapa. Anda pasti justru dicurigai, disinisi, difitnah, dituduh setan, pengkhianat dan segala kata kutukan lain. Karena Anda memang hidup di tengah manusia modern yang merasa dirinya pahlawan-pahlawan rakyat namun yang otentik dan kongkret pada hidup dan kepribadiannya adalah khianat, sinisme, kecurigaan, buruk sangka, potensialitas setan, pemfitnah. Mereka tidak kenal yang selain fitnah, sangka buruk, kemunafikan, sikap sok pahlawan, yang datang ke rakyat menderita untuk memproklamasikan diri menjadi pembela rakyat, pejuang rakyat, tanpa para rakyat pernah memintanya atau mengamanatinya menjadi pahlawan.

Rakyat juga sama sekali tidak punya parameter untuk membedakan mana pejuang mana pedagang, mana pahlawan mana pendusta, atau mana pecinta mana eksploitator (pemeras). Rakyat semacam itu, yang sabar dan tahan memelihara kebodohannya, saya jamin akan terus-menerus sengsara, tak kan pernah memperoleh solusi apa pun atas masalah-masalah mereka. Karena para pejuang yang mendatangi mereka memang tidak pernah punya

Page 5: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

niat untuk mencari solusi; justru mereka membutuhkan masalah, membutuhkan penderitaan rakyat, demi eksistensi mereka, demi pencarian nafkah mereka: menjual penderitaan orang banyak.

Mereka memproklamasikan diri menjadi “Nabi” tanpa ‘nubuwwah’. Mengklaim diri sebagai “Rasul” tanpa ‘risalah’. Makanan mereka adalah kepala kosong rakyat yang memelihara kebodohannya.

“Masjid” semacam itulah yang dibakar oleh Rasulullah.

Sekarang hal itu tak mungkin terjadi, karena Negara memiliki hukum. Hukum yang memang sangat diperlukan, namun sangat sempit, linier, serta mengandung kebodohan dan bumerang berlimpah-limpah.

Tapi silakan Anda percaya atau tidak: “Masjid” itu nanti akan “dibakar”?

Page 6: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

   MENANGIS   Emha Ainun Nadjib (1987)

   Sehabis   sesiangan   bekerja   di    sawah-sawah  serta  disegala  macam   yang   diperlukan   oleh  desa  rintisan   yang  mereka  dirikan jauh  di   pedalaman,    Abah   Latif   mengajak    para   santri   untuk   sesering   mungkin  bersholat  malam.

   Senantiasa    lama    waktu   yang   diperlukan,   karena   setiap   kali   memasuki   kalimat   "   iyyaka    na'budu "  Abah Latif  biasanya lantas   terhenti      ucapannya,      menangis     tersedu-sedu      bagai     tak   berpenghabisan.

   Sesudah   melalui  perjuangan   batin yang   amat  berat untuk  melampaui   kata   itu,   Abah   Latif   akan   berlama-lama   lagi   macet  lidahnya   mengucapkan  "  wa  iyyaka  nasta''in" .

   Banyak   di   antara   jamaah  yang   turut  menangis,  bahkan  terkadang   ada  satu  dua  yang  lantas  ambruk  ke lantai   atau  meraung-raung.

   "Hidup   manusia   harus   berpijak,    sebagaimana  setiap  pohon  harus   berakar,"   berkata  Abah Latif  seusai  wirid   bersama,  "  Mengucapkan   kata-kata    itu    dalam    Al-fatihah   pun   harus   ada   akar   dan   pijakannya   yang  nyata  dalam   kehidupan.    'Harus'   di  situ  titik   beratnya    bukan   sebagai   aturan,    melainkan   memang   demikianlah   hakikat   alam,   di   mana   manusia    tak   bisa  berada  dan  berlaku   selain  di  dalam hakikat  itu."

   "Astaghfirulloh,   astaghfirulloh..,"  gemeremang mulut  para  santri.

   "  Jadi,  anak-anakku,"  beliau  melanjutkan,   "  apa  akar  dan pijakan   kita  dalam  mengucapkan  kepada  Alloh    ..iyyaka  na'budu?"

   "Bukankah tak  ada  salahnya  mengucapkan  sesuatu   yang  toh  baik  dan   merupakan   bimbingan  Alloh   itu    sendiri,  Abah?"  bertanya  seorang   santri.

   "Kita    tidak   boleh   mengucapkan   kata,  Nak,   kita   hanya   boleh   mengucapkan kehidupan."

   "Belum  jelas  benar  bagiku,  Abah?"

   "   Kita   dilarang  mengucapkan kekosongan,   kita  hanya  diperkenankan   mengucapkan  kenyataan."

   "Astaghfirulloh,   astaghfirulloh..,"  geremang mulut  para  santri.

   Dan   Abah   Latif   meneruskan,    "   Sekarang ini  kita  mungkin sudah   pantas   mengucapkan     iyyaka   na'budu.KepadaMu  aku  menyembah.Tetapi   kaum   Muslimin   masih belum  memiliki  suatu   kondisi  keumatan  untuk   layak  berkata  kepadaMu  kami  menyembah,   na'budu."

   "Al-Fatihah   haruslah   mencerminkan  proses    dan  tahapan  pencapaian   sejarah  kita   sebagai   diri   pribadi    serta  kita  sebagai  ummatan   wahidah.Ketika   sampai  di kalimat  na'budu,   tingkat  yang harus  kita   telah   capai   lebih   dari  abdullah, yakni khalifatulloh.Suatu  maqom   yang   dipersyarati   oleh   kebersamaan   kamu  muslim  dalam  menyembah   Alloh   di  mana   penyembahan   itu    diterjemahkan   ke  dalam  setiap   bidang  kehidupan.Mengucapkan     iyyaka     na'budu   dalam   sholat mustilah     memiliki   akar   dan pijakan   di   mana   kita kaum   muslim   telah   membawa

Page 7: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

    urusan   rumah   tangga,   urusan perniagaan,   urusan   sosial   dan   politik     serta   segala   urusan   lain   untuk   menyembah   hanya   kepada   Alloh.Maka     anak-anakku,   betapa   mungkin dalam   keadaan kita   dewasa ini lidah kita     tidak     kelu     dan   airmata     tak   bercucuran   tatkala   harus mengucapan     kata-kata itu?"

   "Astaghfirulloh,   astaghfirulloh..,"  gemeremang   para  santri.

   "Al-fatihah    hanya  pantas   diucapkan   apabila  kita   telah   saling   menjadi   khalifatulloh   di dalam  berbagai   hubungan  kehidupan.Tangis    kita   akan     sungguh-sungguh     tak     tak     berpenghabisan   karena dengan     mengucapkan   wa     iyyaka   nasta'in, kita   telah   secara   terang-terangan     menipu     Tuhan. Kita     berbohong   kepada-Nya   berpuluh-puluh   kali   dalam     sehari.Kita   nyatakan   bahwa     kita   meminta   pertolongan   hanya   kepada     Alloh,     padahal       dalam       sangat     banyak   hal   kita     lebih     banyak     bergantung     kepada   kekuatan,   kekuasaan     dan   mekanisme     yang     pada     hakikatnya melawan Alloh."

   Astaghfirulloh,   astaghfirulloh..,"  geremang mulut   para  santri.

   "Anak-anakku,  pergilah   masuk  ke dalam   dirimu  sendiri,  telusurilah   perbuatan-perbuatanmu   sendiri,   masuklah ke   urusan-urusan manusia di   sekitarmu,     pergilah     ke      pasar,     ke     kantor-kantor,    ke   panggung-panggung  dunia   yang   luas:    tekunilah,   temukanlah  salah   benarnya  ucapan-ucapanku  kepadamu. Kemudian  peliharalah   kepekaan  dan   kesanggupan    untuk    tetap     bisa   menangis.Karena   alhamdulillah,   seandainya    sampai   akhir  hidup    kita  hanya  diperkenankan   untuk   menangis   karena   keadaan-keadaan  itu  :   airmata  saja  pun  sanggup   mengantarkan  kita  kepada-Nya."

   ----------------------------------------------------

   Dari  :   Seribu  Masjid  Satu Jumlahnya   Tahajjud  cinta  seorang  hamba   Penerbit  Mizan  19995

Page 8: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

ANTARA SUKMA NURANI DAN SUKMA DHULMANIoleh Jalaluddin Rakhmat

Menurut para sufi, manusia adalah  mahluk  Allah  yang  palingsempurna  di  dunia  ini.  Hal  ini,  seperti  yang   dikatakanIbnu 'Arabi manusia bukan saja karena merupakan khalifah Allahdi  bumi  yang  dijadikan sesuai dengan citra-Nya, tetapi jugakarena ia merupakan mazhaz (penampakan atau tempat  kenyataan)asma dan sifat Allah yang paling lengkap dan menyeluruh.

Allah  menjadikan  Adam  (manusia)  sesuai  dengan   citra-Nya.Setelah jasad Adam dijadikan dari alam jisim,  kemudian  Allahmeniupkan ruh-Nya ke dalam jasad Adam. Allah berfirman:

Maka  apabila  Aku  telah  menyempurnakan  kejadiannya dan Akutiupkan kepadanya ruh-Ku (QS. 15: 29)

Jadi jasad manusia, menurut para sufi, hanyalah alat, perkakasatau  kendaraan  bagi  rohani  dalam  melakukan   aktivitasnya.Manusia pada hakekatnya bukanlah jasad lahir  yang  diciptakandari  unsur-unsur materi, akan tetapi rohani yang berada dalamdirinya yang selalu mempergunakan tugasnya.

Karena itu, pembahasan tentang jasad  tidak  banyak  dilakukanpara sufi dibandingkan pembahasan mereka tentang ruh (al-ruh),jiwa (al-nafs), akal (al-'aql) dan hati  nurani  atau   jantung(al-qalb).

RUH DAN JIWA (AL-RUH DAN AL-NAFS)

Banyak  ulama yang menyamakan pengertian antara ruh dan jasad.Ruh berasal dari alam arwah  dan  memerintah  dan  menggunakanjasad  sebagai  alatnya.  Sedangkan  jasad  berasal  dari alamciptaan, yang dijadikan dari unsur materi.  Tetapi  para  ahlisufi  membedakan  ruh  dan jiwa. Ruh berasal dari tabiat Ilahidan cenderung kembali ke asal semula.  Ia  selalu  dinisbahkankepada Allah dan tetap berada dalam keadaan suci.

Karena  ruh  bersifat kerohanian dan selalu suci, maka setelahditiup Allah dan berada dalam jasad, ia  tetap  suci.  Ruh  didalam  diri  manusia  berfungsi sebagai sumber moral yang baikdan mulia. Jika ruh merupakan sumber  akhlak  yang  mulia  danterpuji,  maka  lain  halaya  dengan  jiwa. Jiwa adalah sumberakhlak tercela, al-Farabi, Ibn  Sina  dan  al-Ghazali  membagijiwa   pada:   jiwa   nabati  (tumbuh-tumbuhan),   jiwa  hewani(binatang) dan jiwa insani.

Jiwa nabati adalah kesempurnaan awal  bagi  benda  alami  yangorganis  dari  segi  makan, tumbuh dan melahirkan. Adapun jiwahewani,  disamping  memiliki  daya  makan  untuk  tumbuh    danmelahirkan,  juga  memiliki daya untuk mengetahui hal-hal yangkecil  dan  daya  merasa,  sedangkan  jiwa  insani    mempunyaikelebihan dari segi daya berfikir (al-nafs-al-nathiqah).

Daya    jiwa    yang    berfikir    (al-nafs-al-nathiqah   ataual-nafs-al-insaniyah). Inilah, menurut para filsuf  dan  sufi,yang  merupakan  hakekat atau pribadi manusia. Sehingga denganhakekat, ia  dapat  mengetahui  hal-hal  yang  umum  dan   yangkhusus, Dzatnya dan Penciptaannya.

Karena  pada  diri  manusia  tidak  hanya memiliki jiwa insani

Page 9: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

(berpikir), tetapi juga jiwa  nabati  dan  hewani,  maka  jiwa(nafs)  manusia  mejadi  pusat tempat tertumpuknya sifat-sifatyang  tercela  pada  manusia.  Itulah  sebabnya  jiwa   manusiamempunyai sifat yang beraneka sesuai dengan keadaannya.

Apabila  jiwa  menyerah  dan  patuh  pada  kemauan syahwat danmemperturutkan ajakan syaithan,  yang  memang  pada  jiwa  itusendiri  ada  sifat  kebinatangan,  maka  ia disebut jiwa yangmenyuruh berbuat jahat. Firman Allah, "Sesungguhnya jiwa  yangdemikian itu selalu menyuruh berbuat jahat." (QS. 12: 53)

Apabila  jiwa  selalu  dapat menentang dan melawan sifat-sifattercela, maka ia disebut jiwa pencela, sebab ia selalu mencelamanusia  yang  melakukan  keburukan dan yang teledor dan lalaiberbakti kepada Allah. Hal ini ditegaskan oleh-Nya,  "Dan  Akubersumpah dengan jiwa yang selalu mencela." (QS. 75:2).

Tetapi  apabila  jiwa  dapat  terhindar dari semua sifat-sifatyang tercela, maka ia berubah jadi jiwa yang  tenang  (al-nafsal-muthmainnah).  Dalam  hal  ini  Allah menegaskan, "Hai jiwayang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rasa  puas  lagidiridhoi,  dan masuklah kepada hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam Surga-Ku." (QS. 89:27-30)

Jadi, jiwa mempunyai tiga buah sifat, yaitu  jiwa  yang  telahmenjadi  tumpukan  sifat-sifat  yang  tercela, jiwa yang telahmelakukan perlawanan pada sifat-sifat tercela, dan  jiwa  yangtelah  mencapai  tingkat kesucian, ketenangan dan ketentraman,yaitu jiwa muthmainnah. Dan jiwa muthmainnah inilah yang telahdijamin Allah langsung masuk surga.

Jiwa  muthmainnah  adalah  jiwa yang selalu berhubungan denganruh. Ruh bersifat Ketuhanan sebagai  sumber  moral  mulia  danterpuji,  dan  ia  hanya  mempunyai  satu  sifat,   yaitu suci.Sedangkan jiwa mempunyai beberapa sifat yang ambivalen.  Allahsampaikan,    "Demi    jiwa   serta    kesempurnaannya,   Allahmengilhamkan jiwa pada keburukan dan ketaqwaan."  (QS.91:7-8).Artinya,  dalam  jiwa  terdapat potensi buruk dan baik, karenaitu jiwa terletak pada perjuangan baik dan buruk.

AKAL

Akal yang dalam bahasa Yunani disebut  nous  atau  logos  atauintelek  (intellect) dalam bahasa Inggris adalah daya berpikiryang terdapat dalam otak, sedangkan "hati"  adalah  daya  jiwa(nafs  nathiqah).  Daya  jiwa  berpikir  yang ada pada otak dikepala disebut akal. Sedangkan yang ada pada hati (jantung) didada   disebut   rasa  (dzauq).  Karena  itu  ada   dua  sumberpengetahuan, yaitu pengetahuan  akal  (ma'rifat  aqliyah)  danpengetahuan   hati  (ma'rifat  qalbiyah).  Kalau  para   filsufmengunggulkan pengetahuan akal, para sufi lebih  mengunggulkanpengetahuan hati (rasa).

Menurut  para filsuf Islam, akal yang telah mencapai tingkatantertinggi  --akal  perolehan  (akal   mustafad)--   ia    dapatmengetahui  kebahagiaan  dan berusaha memperolehnya. Akal yangdemikian  akan  menjadikan  jiwanya  kekal  dalam   kebahagiaan(sorga).  Namun, jika akal yang telah mengenal kebahagiaan ituberpaling, berarti ia tidak berusaha memperolehnya. Jiwa  yangdemikian akan kekal dalam kesengsaraan (neraka).

Page 10: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

Adapun   akal   yang   tidak   sempurna    dan  tidak  mengenalkebahagiaan, maka menurut al-Farabi, jiwa yang  demikian  akanhancur.  Sedangkan  menurut  para  filsuf tidak hancur. Karenakesempurnaan  manusia  menurut  para  filsuf   terletak    padakesempurnaan  pengetahuan akal dalam mengetahui dan memperolehkebahagiaan  yang  tertinggi,  yaitu  ketika  akan  sampai   ketingkat akal perolehan.

HATI SUKMA (QALB)

Hati  atau  sukma  terjemahan  dari  kata  bahasa  Arab   qalb.Sebenarnya terjemahan yang tepat  dari  qalb  adalah  jantung,bukan  hati  atau  sukma.  Tetapi,  dalam  pembahasan ini kitamemakai kata hati sebagaimana yang sudah  biasa.  Hati  adalahsegumpal  daging  yang berbentuk bulat panjang dan terletak didada sebelah kiri. Hati dalam pengertian  ini  bukanlah  objekkajian kita di sini, karena hal itu termasuk bidang kedokteranyang cakupannya  bisa  lebih  luas,  misalnya  hati   binatang,bahkan bangkainya.

Adapun  yang dimaksud hati di sini adalah hati dalam arti yanghalus, hati-nurani --daya pikir jiwa (daya nafs nathiqah) yangada  pada  hati, di rongga dada. Dan daya berfikir itulah yangdisebut  dengan   rasa   (dzauq),   yang    memperoleh   sumberpengetahuan  hati  (ma'rifat qalbiyah). Dalam kaitan ini Allahberfirman, "Mereka mempunyai hati, tetapi  tidak  dipergunakanmemahaminya." (QS. 7:1-79).

Dari  uraian  di  atas, dapat kita ambil kesimpulan sementara,bahwa menurut para filsuf dan sufi Islam, hakekat manusia  itujiwa  yang  berfikir  (nafs  insaniyah), tetapi mereka berbedapendapat pada cara mencapai kesempurnaan  manusia.  Bagi  parafilsuf,  kesempurnaan  manusia  diperoleh  melalui pengetahuanakal  (ma'rifat  aqliyah),   sedangkan   para    sufi   melaluipengetahuan  hati (ma'rifat qalbiyah). Akal dan hati sama-samamerupakan daya berpikir.

Menurut sufi, hati yang bersifat nurani itulah  sebagai  wadahatau  sumber  ma'rifat  --suatu  alat untuk mengetahui hal-halyang Ilahi. Hal ini hanya dimungkinkan jika hati telah  bersihdari  pencemaran  hawa  nafsu  dengan menempuh fase-fase moraldengan latihan jiwa, serta  menggantikan  moral  yang  terceladengan moral yang terpuji, lewat hidup zuhud yang penuh taqwa,wara' serta dzikir yang kontinyu, ilmu  ladunni  (ilmu  Allah)yang  memancarkan  sinarnya  dalam  hati,  sehingga  ia   dapatmenjadi  Sumber  atau  wadah  ma'rifat,  dan   akan    mencapaipengenalan  Allah  Dengan  demikian,  poros  jalan  sufi ialahmoralitas.

Latihan-latihan ruhaniah yang  sesuai  dengan  tabiat  terpujiadalah  sebagai  kesehatan hati dan hal ini yang lebih berartiketimbang kesehatan jasmani sebab penyakit anggota tubuh  luarhanya  akan  membuat  hilangnya  kehidupan  di dunia ini saja,sementara  penyakit  hati  nurani   akan   membuat    hilangnyakehidupan  yang  abadi.  Hati  nurani  ini tidak terlepas daripenyakit,  yang  kalau  dibiarkan   justru   akan    membuatnyaberkembang  banyak  dan  akan  berubah  menjadi  hati dhulmani--hati yang kotor.

Kesempurnaan hakikat manusia (nafs insaniyah) ditentukan  olehhasil  perjuangan antara hati nurani dan hati dhulmani. Inilah

Page 11: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

yang dimaksud dengan firman Allah yang artinya,  "Sesungguhnyaberuntunglah  orang-orang yang mensucikan jiwanya, dan rugilahorang yang mengotorinya." (QS. 91:8-9).

Hati nurani  bagaikan  cermin,  sementara  pengetahuan  adalahpantulan  gambar  realitas  yang  terdapat  di  dalamnya. Jikacermin hati nurani tidak bening, hawa  nafsunya  yang  tumbuh.Sementara  ketaatan  kepada  Allah  serta  keterpalingan   darituntutan hawa nafsu itulah  yang  justru  membuat  hati-nuranibersih  dan  cemerlang  serta mendapatkan limpahan cahaya dariAllah Swt.

Bagi para sufi, kata al-Ghazali, Allah melimpahkan cahaya padadada  seseorang,  tidaklah karena mempelajarinya, mengkajinya,ataupun menulis buku, tetapi dengan bersikap asketis  terhadapdunia,   menghindarkan   diri   dari  hal-hal   yang  berkaitandengannya, membebaskan hati nurani  dari  berbagai  pesonanya,dan  menerima  Allah  segenap  hati.  Dan barangsiapa memilikiAllah niscaya Allah adalah miliknya. Setiap hikmah muncul darihati nurani, dengan keteguhan beribadat, tanpa belajar, tetapilewat pancaran cahaya dari ilham Ilahi.

Hati atau sukma dhulmani selalu mempunyai  keterkaitan  dengannafs  atau  jiwa  nabati dan hewani. Itulah sebabnya ia selalumenggoda manusia untuk mengikuti hawa  nafsunya.  Kesempurnaanmanusia (nafs nathiqah), tergantung pada kemampuan hati-nuranidalam pengendalian dan pengontrolan hati dhulmani.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abu al-Wafi aI-Taftazani, Maduhal ila al-Tashawwuf al-Islamiy,Kairo, 1983.

Ahmad Dandy, Allah dan Manusia Dalam Konsepsi Syeikh Nurudinal-Raniry Jakarta, Rajawali, 1983.

Al-Farabi, Kitab Ara Ahl al-Madinah al-Fadhilah, Kairo, 1906.

Al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, Kairo, 1334 H.

------, Ma'arij al-Quds fi Madarij Ma'rifah al-Nafs, Kairo,1327 H.

------, Asnan al-Qur'an fi Ihya 'Ulum al-Din, Kairo.

Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme Islam, Bulan Bintang,Jakarta, 1978.

Muhyiddin Ibnu Arabi, Fushush al-Hikam, Kairo, 1949.

--------------------------------------------Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam SejarahEditor: Budhy Munawar-RachmanPenerbit Yayasan ParamadinaJln. Metro Pondok IndahPondok Indah Plaza I Kav. UA 20-21Jakarta SelatanTelp. (021) 7501969, 7501983, 7507173Fax. (021) 7507174

Page 12: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

KONSEP-KONSEP ANTROPOLOGISoleh Jalaluddin Rakhmat

  Al-Qur'an adalah kitab manusia. Karena al-Qur'an seluruhnya  berbicara untuk manusia atau berbicara tentang manusia.                                 Dr. Yusuf Qardhawi (1977: 33)

Masyarakat Islam dibentuk  karena  ideologinya,  yaitu  Islam,kata  Fazlur Rahman (1980: 43). Ideologi adalah Weltanchauung,yang menjelaskan realitas dalam perspektif tertentu.  Ideologiadalah  cara  memandang  realitas.  Di antara realitas pentingyang diulas ideologi adalah manusia. Toute  ideologie  precised'emblee, tacitement on explicitement, la nature de l'individuet la place qui lui est assignee daus la groupe,  en  fonctionde    l'objektif   social   poursuiri.   Pour    une   religioneschatologique  comme  l'Islam,   dieu   sera   la    referenceprimordial et unique puisqu'll est, a la fois, I origine et lefin de la destine e humaine, tulis Marcel  A.  Boisard  (1979:84),  ketika mengantarkan tulisannya tentang pandangan Qur'animengenai manusia dalam bab Les Fils d'Adam.

Agak  mengherankan,  walaupun  Boisard   mengakui    pentingnyafilsafat  antropologis  dalam  Islam,  ia kemudian menyebutkanbahwa al-Qur'an diwahyukan untuk memperkenalkan  Tuhan  kepadamanusia;  bukan  untuk menjelaskan manusia -non pour expliquerl'humain  (Boisard,  1979:  84).  Karena  itu  dalam    seluruhbukunya,  Boisard  hampir  tidak pernah membahas karakteristikmanusia menurut al-Qur'an, seperti lazimnya  filsafat  manusia(philosophic de l'homme). [1]

Dirk  Bakker  (1965) dalam bukunya Man in the Qur'an, mengulasmanusia dari segi  penciptaannya,  hubungannya  dengan  dunia,sesama manusia, Tuhan, dan fungsi manusia sebagai hamba Tuhan,tapi tidak membahas principe d'entre manusia.

Adalah Rahman (1980), yang secara khusus menjelaskan  principed'entre manusia ini. Agak terperinci, ia menjelaskan perbedaanmanusia dengan makhluk lain. Semuanya dapat disimpulkan  dalamkalimatnya,

The  only different is that while every other creature followsits nature automatically, man ought to follow his nature; thistranformation  of  the  is  into  ought  is  both   fhe  uniqueprivelege and the unique risk of man (Rahman, 1980: 24)

Rahman mengulas manusia dengan  mengulas  pandangan  al-Qur'antentang   kedudukan   manusia  sebagai  individu  dan   anggotamasyarakat. Ia tidak memulai dari konsep dasar yang  digunakanal-Qur'an   untuk   mengabsorbsikan   manusia.  Dalam   tulisantersebut,  juga  dalam  tulisan  lain  (Rahman,  1967)   --yangmembahas  amanah  sebagai  inti kodrat manusia-- uraian Rahmantidak berbeda dengan pembahasan al-Ghazali yang  lebih  klasik(Lihat  Othman, 1960). Mungkin tulisan Mutahhari (tanpa tahun)dan beberapa tulisan lainnya (Lihat Mutahhari, 1986)  membahaskarakteristik  khas manusia yang lebih "maju" dari al-Ghazali,juga walaupun pendek tulisan al-Faruqi (1404: 332). Sayangnya,seperti  Fazlur  Rahman,  mereka  meneliti ayat-ayat al-Qur'anyang  berkenaan  dengan  manusia,  lalu  menyimpulkan    secarainduktif.  Yang  kita  perlukan  di sini, sebetulnya menemukan

Page 13: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

bagaimana al-Qur'an memberi makna tentang konsep-konsep  dasarmanusia.    Dengan   kata   lain,   kita    mengidentifikasikanistilah-istilah al-Qur'an tentang manusia,  kemudian  mengenalbidang  semantik  setiap  istilah  itu,  sebagaimana digunakandalam al-Qur'an.

Saya  sangat  terkesan  dengan  Izutsu   (1964,    1965)   yangmemperkenalkan   metodologi   semantik   [2]    dalam  memahamikonsep-konsep dasar al-Qur'an.  Tidak  mungkin  dalam  makalahini,  saya  menguraikannya  secara  terperinci. Izutsu sendiriberkata, Unfortunately, what is called semantics today  is  sobewilderingly  complicated.  It is extremely difficult, if notabsolutely impossible, for an outsider even to get  a  generalidea  of  what  it  is  like  (Izutsu, 1964: 10). Malangnya disamping makalah  ini  tidak  dimaksudkan  untuk  itu,   penulismakalah  ini juga outsider. Jadi, dengan resiko salah beberapalangkah.

Pertama, kita memilih istilah-istilah kunci  (key-terms)   darivocabulary   al-Qur'an,   yang  kita  anggap  merupakan   unsurkonseptual dasar dari Weltanschauung Qur'ani ini. Kedua,  kitamenentukan  makna  pokok  (basic  meaning)  dan   makna  nasabi(relational  meaning).  Makna  pokok  yang  berkenaan    denganconstant  semantic  element which remains attached to the wordwhereever it goes and however it is used (Izutsu,  1964:  19).Makna nasabi adalah makna tambahan yang terjadi karena istilahitu dihubungkan dengan konteks di  mana  istilah  itu  berada.Ketiga,   kita  menyimpulkan  weltanschauung  yang   menyajikankonsep-konsep itu dalam satu kesatuan.

Ketika  Izutsu  membahas  kosep  Tuhan   dan    manusia   dalamal-Qur'an,  ia menyebut pembahasannya sebagai semantics of theKoranic weltanschauung.  Ia  mengambil  konsep  Allah   sebagaiistilah  kunci  dan  menjelaskan  hubungan  konsep  itu denganmanusia. Ia  menyebutkan  tiga  hubungan  ontologis,  hubungankomunikasi  nonlinguistik, dan hubungan komunikasi linguistik.Ia sama sekali tidak menyebut berbagai konsep  yang  digunakanal-Qur'an  untuk  merujuk manusia. Tulisan ini mengambil jalanlain. Pertama, akan dibahas istilah-istilah kunci manusia  danbidang  semantiknya. Kedua, akan dibahas implikasi dari bidangsemantik   tersebut   untuk   memperoleh    gambaran    tentangWeltanschauung Qur'ani.

BASYAR, INSAN, DAN AL-NAS

Dalam  al-Qur'an,  ada  tiga istilah kunci yang mengacu kepadamakna  pokok  manusia:  basyar,   insan,   dan    al-Nas.   Adakonsep-konsep  lain  yang  jarang dipergunakan dalam al-Qur'andan dapat dilacak pada salah satu di antara tiga istilah kuncidi  atas,  unas,  anasiy,  insiy,  ins. Unas disebut lima kalidalam  al-Qur'an  (2:60;  7:82;  70:160;  17:71;  27:56)    danmenunjukkan  kelompok  atau  golongan manusia. Dalam QS. 2:60,misalnya, unas digunakan untuk menunjukkan 12  golongan  dalamBani  Israil.  Surat  17:21 dengan jelas menunjukkan makna inipada hari kami  memanggil  setiap  unas  dengan  imam   mereka.Anasiy  hanya  disebut  satu kali (25:49). Anasiy dalam bentukjamak dari insan, dengan mengganti nun atau ya atau boleh jugabentuk  jamak  dari  insiy,  seperti  kursiy,   menjadi karasiy(Lihat al-Thabrasi, 1937), yang  merupakan  bentuk  lain  dari

Page 14: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

insan.  Ins  disebut  18  kali  dalam   al-Qur'an,  dan  selaludihubungkan dengan jinn sebagai pasangan makhluk manusia  yangmukallaf (6:112, 128, 130; 7:38, 179; 17:88; 27:17; 41:25, 29;46:18; 51:56; 55:33, 39, 56, 74; 72:5, 6).

Basyar. Marilah kita kembali kepada ketiga istilah kunci tadi.Basyar  disebut  27  kali.  [3]  Dalam  seluruh ayat tersebut,Basyar  memberikan  referensi  pada  manusia  sebagai   makhlukbiologis.   Lihatlah   bagaimana   Maryam    berkata,  Tuhanku,bagaimana  mungkin  aku  mempunyai  anak,  padahal  aku   tidakdisentuh  Basyar  (3:47); atau bagaimana kaum yang diseru paranabi menolak ajarannya, karena nabi hanyalah Basyar  --manusiabiasa   yang  "seperti  kita,"  bukan  superman.   Kata  Basyardihubungkan dengan mitslukum (tujuh kali) dan  mitsluna  (enamkali)  diantara ayat-ayat tersebut di muka. Nabi Muhammad saw,disuruh Allah menegaskan bahwa  secara  biologis,  ia  sepertimanusia  yang lain, Katakanlah, aku ini manusia biasa (Basyar)seperti kamu, hanya saja aku diberi wahyu bahwa Tuhanmu  ialahTuhan yang satu (18:110; 41:6). Tentang para Nabi, orang-orangkafir selalu berkata, Bukankah  ia  Basyar  seperti  kamu,  iamakan  apa  yang  kamu makan, dan ia minum apa yang kamu minum(33:33). Ayat ini ditegaskan dalam QS. 25: 7, Mereka  berkata,Bukankah  Rasul  itu  memakan  makanan  dan  berjalan-jalan dipasar; dan QS. 25: 20, Dan  tidak  Kami  utus  sebelummu  parautusan  kecuali  mereka itu memakan makanan dan berjalan-jalandi pasar. Ketika wanita-wanita Mesir takjub melihat ketampananYusuf  as.,  mereka  berkata, Ya Allah, ini bukan Basyar, tapiini tidak lain kecuali malaikat yang mulia (12:31).

Secara  singkat  konsep  Basyar  selalu   dihubungkan    dengansifat-sifat  biologis manusia: makan, minum, seks, berjalan dipasar. Dari segi inilah, kita tidak tepat menafsirkan Basyarunmitslukum sebagai manusia seperti kita dalam hal berbuat dosa.Kecenderungan para Rasul  untuk  tidak  patuh  pada  dosa   dankesalahan   bukan   sifat-sifat   biologis,  tapi   sifat-sifatpsikologis (atau spiritual). Sama tidak tepatnya  untuk  tidakmenafsirkan Sesungguhnya telah kami jadikan insan dalam bentukyang sebaik-baiknya (95: 4) dengan  menunjukkan  karakteristikfisiologi   manusia.  Yusuf  Ali  (1977:  1759)  dengan   tepatmenafsirkan ayat ini to man God gave the purest and  the  bestnature, and man's duty is to preserve the pattern on which Godhas  made  him  (QS  30:30).  Al-Syaukani   (1964,    5:   465)menyebutkan  umumnya  para  mufasir mengartikan ayat ini untukmenunjukkan  kelebihan  manusia  secara  fisiologis:  berjalantegak,  dan  makan  dengan menggunakan tangan. Tapi Ibn 'Arabiberkata, Tak ada  makhluk  Allah  yang  lebih  bagus   daripadamanusia.   Allah   membuatnya   hidup,  mengetahui,   berkuasa,berkehendak, berbicara, mendengar,  melihat,  dan  memutuskan,dan ini adalah sifat-sifat rabbaniyah.

Insan.   Sekali  lagi,  kekeliruan  penafsiran,  umumnya   paramufassir bermula  dari  salah  paham  tentang  semantic   fieldistilah  insan,  yang  berbeda dengan Basyar. Insan disebut 65kali dalam al-Qur'an. [4] Kita  dapat  mengelompokkan  konteksinsan  dalam  tiga kategori. Pertama, Insan dihubungkan dengankeistimewaannya sebagai khalifah atau pemikul  amanah.  kedua,Insan  dihubungkan  dengan  predisposisi negatif diri manusia.Dan ketiga Insan dihubungkan dengan proses penciptaan manusia.Kecuali  kategori  ketiga  yang  akan  kita jelaskan kemudian,semua konteks insan menunjuk pada sifat-sifat psikologis  atau

Page 15: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

spiritual.

Pada  kategori  pertama,  kita  melihat  keistimewaan   manusiasebagai wujud yang berbeda dengan hewani.  Menurut  al-Qur'an,manusia  adalah makhluk yang diberi ilmu, Yang mengajar denganpena, mengajar insan apa yang tidak diketahuinya. [5] (96:  4,5),  "Ia  mengajarkan  (insan)  al-bayan" [6] (55: 3). Manusiadiberi kemampuan mengembangkan ilmu dan daya nalarnya.  Karenaitu  juga,  kata  insan  berkali-kali  dihubungkan dengan katanazhar.  Insan  disuruh  menazhar  (merenungkan,    memikirkan,menganalisis,   mengamati)   perbuatannya   (79:  35),   prosesterbentuknya   makanan   dari   siraman   air    hujan   hinggaterbentuknya  buah-buahan  (80: 24-36), dan penciptaannya (86:5). Dalam hubungan inilah,  setelah  Allah  menjelaskan  sifatinsan yang tidak labil, Allah berfirman, Akan Kami perlihatkankepada mereka (insan) tanda-tanda Kami di alam semesta ini danpada  diri  mereka sendiri sehingga jelas baginya bahwa ia itual-Haq (41: 53).

Kedua, manusia adalah makhluk yang memikul  amanah  (33:  72).Menurut Fazlur Rahman (1967: 9), amanah adalah menemukan hukumalam, menguasainya atau dalam  istilah  al-Qur'an  "mengetahuinama-nama   semuanya"   dan  kemudian  menggunakannya,   denganinisiatif moral insani, untuk menciptakan tatanan  dunia  yangbaik. (Al-Thabathabai, tt, 351-352) mengutip berbagai pendapatpara mufassir tentang makna amanah dan  memilih  makna  amanahsebagai  predisposisi  (isti'dad)  untuk  beriman dan mentaatiAllah. Di dalamnya terkandung makna khilafah, manusia  sebagaipemikul  al  wilayah  al-ilahiyyah.  Amanah  inilah yang dalamayat-ayat lain disebutkan  sebagai  perjanjian  (ahd,  mitsaq,'isr).  [7] Predisposisi untuk beriman inilah yang digambarkansecara metaforis [8] dalam surat 7:172.

Ketiga,  karena  manusia  memikul  amanah,  maka  insan   dalamal-Qur'an  juga  dihubungkan dengan konsep tanggung jawab (75:36; 75:3; 50:16). Ia diwasiatkan  untuk  berbuat  baik  (29:8;31:14;  46:15);  amalnya  dicatat  dengan  cermat untuk diberibalasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya (53: 39).  Karenaitu,   insanlah   yang   dimusuhi  setan  (17:53;   59:16)  danditentukan nasibnya di hari Qiyamat  (75:10,  13,  14;  79:35;80:17; 89:23).

Keempat,  dalam  menyembah  Allah,  insan  sangat   dipengaruhilingkungannya. Bila ia ditimpa musibah, ia cenderung menyembahAllah  dengan  ikhlas;  bila  ia  mendapat  keberuntungan,   iacenderung sombong, takabur, dan bahkan musyrik  (10:12;  11:9;17:67; 17:83; 39:8, 49; 41:49, 51; 42:48; 89:15).Pada   kategori   kedua,   kata   insan    dihubungkan   denganpredisposisi negatif pada  diri  manusia.  Menurut  al-Qur'an,manusia  itu  cenderung zalim dan kafir (14:34; 22:66; 43:15),tergesa-gesa (17:11; 21:37), bakhil (17:100),  bodoh  (33:72),banyak  membantah  atau  mendebat (18:54; 16:4; 36:77), resah,gelisah, dan segan membantu (70:19; 20,21), ditakdirkan  untukbersusah  payah  dan  menderita  (84:6; 90:4), tidak berterimakasih (100:6),  berbuat  dosa  (96:6;  75:5),  meragukan   hariakhirat (19:66).

Bila  dihubungkan  dengan  sifat-sifat  manusia  pada kategoripertama,  insan  menjadi  makhluk  paradoksal,  yang   berjuangmengatasi  konflik  dua  kekuatan  yang  saling   bertentangan:

Page 16: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

kekuatan mengikuti fitrah (memikul amanat Allah) dan  kekuatanmengikuti predisposisi negatif. Kedua kekuatan ini digambarkandengan kategori ayat-ayat ketiga.

Secara menarik proses penciptaan manusia  atau  asal  kejadianmanusia  dinisbahkan  pada  konsep insan dan Basyar sekaligus.Sebagai insan manusia diciptakan  dari  tanah  liat,  saripatitanah, tanah (15:26; 55:14; 23:12; 32:7). Demikian pula Basyarberasal dari tanah liat, tanah (15:28; 38:71; 30:20)  dan  air(25:54).  Ini  mendorong  saya untuk menyimpulkan bahwa prosespenciptaan manusia menggambarkan secara simbolis karakteristikBasyari dan karakteristik insani. Menurut Qardhawi (1973: 76),manusia adalah gabungan  kekuatan  tanah  dan  hembusan  Ilahi(bain  qabdhat al-thin wa nafkhat al-ruh). Yang pertama, unsurmaterial dan yang  kedua  unsur  ruhani.  Yang  pertama   unsurBasyari,  yang  kedua  unsur  insani. Keduanya harus tergabungdalam keseimbangan. "Tidak boleh (seorang  mukmin)  mengurangihak-hak  tubuh  untuk  memenuhi  hak  ruh,  dan tidak boleh iamengurangi hak-hak ruh untuk memenuhi hak tubuh,"  kata  AbbasMahmud al-'Aqqad (1974, 7:381).

Al-Nas.  Konsep  kunci  ketiga  ialah al-Nas yang mengacu padamanusia sebagai makhluk sosial.  Inilah  manusia  yang  palingbanyak  disebut  al-Qur'an  (240  kali,  lihat  'Abd   al-Baqi,al-Mu'jam;  pada  kata  al-Nas).  Tak  mungkin  dalam   makalahsingkat  ini, kita menjelaskan seluruh bidang semantik istilahal-Nas.  Cukuplah  di  sini  ditunjukkan  beberapa  hal    yangmemperkuat  pertanyaan  pada awal paragraf ini --yakni, al-Nasmenunjuk pada manusia sebagai makhluk sosial.

Pertama, Banyak ayat yang menunjukkan kelompok-kelompok sosialdengan karakteristiknya. Ayat-ayat itu lazimnya dikenal denganungkapan wa min al-Nas (dan diantara sebagian manusia). Denganmemperhatikan  ungkapan  ini,  kita menemukan kelompok manusiayang menyatakan beriman, tapi sebetulnya tidak beriman  (2:8),yang  mengambil  sekutu  terhadap  Allah  (2:165),  yang hanyamemikirkan kehidupan dunia (2:200),  yang  mempesonakan  orangdalam  pembicaraan  tentang  kehidupan  dunia, tetapi memusuhikebenaran (2:204), yang  berdebat  dengan  Allah  tanpa  ilmu,petunjuk,  dan  al-Kitab (22:3,8; 31:20), yang menyembah Allahdengan  iman  yang  lemah   (22:11;   29:10),    yang   menjualpembicaraan  yang  menyesatkan (31:6); di samping ada sebagianorang yang rela mengorbankan dirinya  untuk  mencari  kerelaanAllah.

Kedua, dengan memperhatikan ungkapan aktsar al-Nas, kita dapatmenyimpulkan,  sebagian  besar  manusia   mempunyai    kwalitasrendah,  baik  dari  segi  ilmu maupun dari segi iman. Menurutal-Qur'an sebagian manusia itu tidak  berilmu  (7:187;  12:21;28,68;  30:6,  30;  45:26;  34:28,36;  40:57), tidak bersyukur(40:61; 2:243; 12:38), tidak beriman  (11:17;  12:103;  13:1),fasiq   (5:49),  melalaikan  ayat-ayat  Allah  (10:92),   kafir(17:89; 25:50), dan kebanyakan harus menanggung azab  (22:18).Ayat-ayat  ini  dipertegas  dengan  ayat-ayat yang menunjukkansedikitnya kelompok manusia yang beriman (4:66;  38:24;  2:88;4:46;  4:155),  yang  berilmu  atau  dapat mengambil pelajaran(18:22; 7:3; 27:62;  40:58;  69:42),  yang  bersyukur  (34:13;7:10;  23:78;  67:23;  32:9),  yang  selamat  dari   azab Allah(11:116), yang tidak diperdayakan syetan  (4:83).  Surat  6116

Page 17: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

menyimpulkan  bukti kedua ini, Jika kamu ikuti kebanyakan yangada di bumi, mereka akan menyesatkanmu dari jolan Allah.

Ketiga, al-Qur'an menegaskan bahwa petunjuk al-Qur'an bukanlahhanya  dimaksudkan  pada  manusia secara individual, tapi jugamanusia secara sosial.  Al-Nas  sering  dihubungkan  al-Qur'andengan  petunjuk  atau  al-Kitab  (57:25;  4:170; 14:1; 24:35;39:27; dan sebagainya).

WELTANSCHAUUNG QUR'ANI TENTANG MANUSIA

Dari uraian di muka tampak al-Qur'an memandang manusia sebagaimakhluk  biologis,  psikologis  dan  sosial.  Sebagaimana   adahukum-hukum  yang  berkenaan  dengan  karakteristik    biologismanusia,  maka ada juga hukum-hukum yang mengendalikan manusiasebagai makhluk psikologis dan makhluk sosial.

Manusia sebagai Basyar berkaitan dengan unsur  material,  yangdilambangkan  manusia  dengan  unsur  tanah. Pada keadaan itu,manusia secara otomatis tunduk kepada  takdir  Allah  di  alamsemesta,    sama   taatnya   seperti    matahari,   hewan   dantumbuh-tumbuhan. Ia dengan sendirinya musayyar. Namun  manusiasebagai  insan  dan  al-Nas  bertalian  dengan  unsur hembusanIlahi. Kepadanya dikenakan aturan-aturan,  tapi  ia  diberikankekuatan  untuk  tunduk  atau  melepaskan diri daripadanya. Iamenjadi  mahkluk  yang  mukhayyar.  Ia  menyerap    sifat-sifatrabbaniah  menurut  ungkapan Ibn Arabi, seperti sama', bashar,kalam, qadar. Ia  mengemban  wilayah  Ilahiyah,  seperti  kataal-Thabathabai.  Karena  itu,  ia  dituntut  untuk bertanggungjawab.

Karena pada  manusia  ada  predisposisi  negatif  dan   positifsekaligus,   menurut   al-Qur'an,   kewajiban    manusia  ialahmemenangkan predisposisi positif.  Ini  terjadi  bila  manusiatetap  setia  pada  amanah  yang  dipikulnya.  Secara   konkritkesetiaan ini diungkapkan dengan kepatuhan pada syari'at Islamyang  dirancang  sesuai  amanah.  Al-Qur'an tak lain merupakanrangkaian  ayat  yang  mengingatkan  manusia  untuk    memenuhijanjinya itu.

Ada  dua komponen esensial yang membentuk hakikat manusia yangmembedakannya dari binatang, yaitu potensi mengembangkan  imandan  ilmu.  Usaha  untuk  mengembangkan keduanya disebut 'amalshalih. "Karenanya, kita menyimpulkannya bahwa ilmu  dan  imanadalah  dasar  yang  membedakan  manusia dari makhluk lainnya.Inilah hakikat kemanusiaannya,"  tulis  Mutahhari  (tt.:  17).Keduanya harus dikembangkan secara seimbang.

Dalam  pandangan  al-Qur'an,  sedikit  sekali orang yang dapatmengembangkan ilmu dan iman ini sekaligus. Sedikit orang  yangberiman,  sedikit  orang  yang berilmu, dan lebih sedikit lagiorang yang beriman dan berilmu. Kelompok terakhir inilah  yangdisebut  al-Qur'an, "Allah mengangkat derajat orang-orang yangberiman diantara kamu dan orang-orang yang diberi  ilmu"  (QS.58:11).  Makna  hidup  manusia  diukur sejauh mana ia berhasilberamal sebaik-baiknya, yakni  sejauh  mana  ia  mengembangkaniman  dan  ilmunya.  Ia  lah  yang  menciptakan   kehidupan dankematian untuk menguji kamu siapa diantara  kamu  yang  palingbaik  amalnya  (QS.  67:2). Sesungguhnya kami jadikan apa yangada dipermukaan bumi sebagai perhiasan untuk  menguji  mereka,

Page 18: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

siapa  diantara mereka yang paling baik amalannya (18:7). BilaSartre mengatakan hidup ini absurd, al-Qur'an menyatakan hidupini medan untuk membuktikan 'amal shalih.

CATATAN

1. Obyek formal dari filsafat manusia ialah inti manusia, alam    kodratnya strukturnya yang fundamental. "Apa yang ingin    ditelaah bukanlah suatu makhluk, sebuah benda, tapi suatu    prinsip adanya (principe d'etre). Sesuatu yang olehnya manusia    menjadi apa yang terwujud, sesuatu yang olehnya manusia    mempunyai karakteristik yang khas, sesuatu yang olehnya ia    merupakan sebuah nilai yang unik." tulis Leahy (1985: 11)    2. Metodologi semantik didefinisikan sebagai an analytic study    of the key-terms of language with a view to arriving    eventually at a conceptual grasp of the Weltanschauung or    world-view of the people who use that language as tool not    only of speaking and thinking, but, more important still, of    conceptualizing and interpreting the world that surround them    (Izutsu, 1964:11)    3. Lihat al-Baqi, al-Mu'jam.    4. Karena banyak, pembaca dianjurkan melihat sendiri dalam    Al-Baqi, Mu'jam.    5. Dr Muhammad Mahmud Hijazi (1968,30:65) menjelaskan ayat    ini, "Allah telah memberi manusia gairah dan kemampuan untuk    meneliti dan menyelidiki untuk mengadakan percobaan sehingga    sampai pada pengetahuan tentang rahasia alam semesta serta    tabiat segala hal. Lalu ia menundukkan semuanya untuk berbakti    memenuhi kehendak manusia."    6. Al-Bayan ditafsirkan sebagai kemampuan berbicara,    pengetahuan tentang halal dan haram, kemampuan mengembangkan    ilmu. Lihat al-Syaukani (1964, 5:131), al-Thabathabai (TT,    19:95)    7. Abd al-Karim Biazar menulis tentang the Covenant in the    Qur'an sebagai kunci yang mempersatukan ayat-ayat dalam setiap    surat al-Qur'an. Surat-surat dalam al-Qur'an mengingatkan    manusia pada perjanjian Allah, yang terdiri dari pihak pertama    (Allah) pihak kedua (Manusia), nikmat Allah, daftaer kondisi    yang harus dipenuhi pihak kedua, janji, ancaman, saksi, sumpah    dengan ayat-ayat Allah, tanda-tanda yang berjanji, dan    pelajaran dari masa lalu. Biazar (1366) banyak memberikan    contoh-contoh yang menarik.    8. Tentang perjanjian manusia di alam dzarrah ini, terjadi    banyak ikhtilaf di kalangan mufassir. Uraian berbagai pendapat    tersebut beserta kritiknya disajikan lengkap oleh Subhani    (1400:75 106).

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abd al Baqi, Muhammad Fuad, Tanpa tahun, Al-Mu'jam al MufahrasLi al-Alfazh al Qur'an al-Karim, Beirut: Dar el-fikr.

Al-'Aqqad Abbas Mahmud, 1974, "Al-lnsan fil Qur'an" dalam

Page 19: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

Al-A'mal al-Kamilah, jilid 7, Beirut: Dar al-Kutub al-Lubuani.

Al-Faruqi, Ismail, 1404, "Nazhriyat al-lnsan fi 'l- Qur'an,"al-Tawhid, no 9, tahun 2.

Ali, Yusuf 1977, The Holy al-Qur'an American TrustPublication.

Al-Syaukani, Muhammad bin Ali. 1964, Fath al-Qadir Kairo:Mustafa Al-Babi al-Halbi.

Al-Thabathabai, Muhamad Hussein, Al-Mizan fi 'l-Tafsiral-Qur'an, Qum: Al-Hauza al-Ilmiyah.

Al-Thabrasi, Abu Ali Al-Fadhl, 1937. Majma' al-Bayan, Sida:A1-Irfan

Bakker, Dirk. 1966, Man in The Qur'an, Amsterdam: DrukkerrijHolland NV:

Biazard, Ahd al Karim, 1356. The Covenant in The Koran,Penerbit tidak diketahui.

Boisard, Marcel A, 1978, L'humanisme de L'Islam, Paris: AlbinMichel.

Hijazi, Muhammad Mahmud, 1968, Al-Tafsir al-Wadhih Kairo:A1-Istiqdal al-Kubra.

Izutsu, Toshihiko. 1964, God and Man in The Koran, Tokyo KeioInstitute of Cultural and Linguistic Studies.

------, 1966, Ethico Religious Concepts in the Qur'an,Montreal: McGill University Press.

Leahy, Louis, 1986, Manusia: Sebuah Misteri, Jakarta:Gramedia.

Mutahhari, Murtadha, Tanpa tahun, Al-Insan wa 'l-Iman Teheran:Muassasah al-Bi'tsah.

------, 1986. Manusia dan Agama, Bandung: Mizan.

Othman, Ali Issa, 1960, The Concept of Man in Islam in thewritings of Al Ghazali, Kairo: Dar al-Maaref

Qardhawi, Yusuf. 1973. Al-Iman wa 'l-Hayat, Maktabah Wahbah.

------, 1977. Al-Khashaish al-Amimah li 'l-Islam. MaktabahWahbah

Rahman, Fazlur, 1965, The Qur'anic Concept of God, theuniverse, and Man. Islamic Studies, March 1967, VI: 1.

------, 1980. Major Themes of the Qur'an. Chicago: BibliothecaIslamica

Subhani, Ja'far, 1400. Ma'alim al-Tawhid fi 'l-Qur'anal-Karim. Qum: Antara lain Khayyam.

Page 20: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewEmha Ainun Najib. Pahlawan Sejati KEPADA seorang Ibu sederhana di sebuah dusun, yang pekerjaannya mencintai dan menemani wong cilik

--------------------------------------------Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam SejarahEditor: Budhy Munawar-RachmanPenerbit Yayasan ParamadinaJln. Metro Pondok IndahPondok Indah Plaza I Kav. UA 20-21Jakarta SelatanTelp. (021) 7501969, 7501983, 7507173