proposal pameran hello darkness kartika

22
PROPOSAL pameran Hello Darkness Kartika September 25th, 2008 PROPOSAL Pameran Seni Rupa Hello, Darkness! A. Latar Belakang Mengacu pada konsep semiotika, karya seni––dalam hal Ini adalah seni rupa––adalah teks kebahasaan yang hadir dalam bentuk media-media yang terindera dan mewakili suatu konsep estetika tertentu dalam menyampaikan pesan. Dalam seni rupa penginderaan berkenaan dengan relasi antara realitas kebercahayaan atas suatu obyek visual dengan terkirimnya realitas-realitas yang tercahayai kepada penerima pesan. Lantas, Cahaya dan juga pencahayaan pun berkenaan dengan hukum fisika tentang terinderanya sebuah obyek oleh mata manusia. Ketika semiotika mempostulatkan kehadiran sebuah teks dianggap ada setelah terjadinya proses pengiriman pesan yang termuat dalam karya seni rupa kepada alamat pesan dan pesan tersebut diterima oleh penerima dalam bentuk pemaknaan atas konsep yang terkirim, maka hukum fisika menjelaskan bahwa pengiriman tersebut berlangsung lewat medium cahaya; pengenalan obyek melalui alat Indera visual bergantung pada kondisi cahaya. Artinya, obyek seni rupa menjadi nihil apabila tidak tersedia cahaya (yang memadai) untuk menampakkan obyek yang hendak diinderai oleh penerima pesan. Ketika obyek seni rupa tercahayai untuk mewujudkannya, maka dalam pencahayaan tersebut pun berlangsung proses-proses penghadiran teks-teks yang terkandung dalam karya seni melalui medium- medium kebahasaan. Oleh karena itu, terdapat bidang yang sebangun antara pencahayaan dengan medium kebahasaan. Lantas, proses pengiriman pesan kepada penerima pesan yang menghasilkan suatu penginderaan yang berujung pada pemahaman dan pemaknaan atas obyek penginderaan––baik melalui terminologi semiotika dan juga fisika–– menyangkat masalah bagaimana proses pengiriman dikelola; bagaimana

Upload: achas

Post on 10-Jun-2015

6.606 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

PROPOSAL pameran Hello Darkness KartikaSeptember 25th, 2008

PROPOSAL Pameran Seni Rupa

Hello, Darkness!

A. Latar Belakang

Mengacu pada konsep semiotika, karya seni––dalam hal Ini adalah seni rupa––adalah teks kebahasaan yang hadir dalam bentuk media-media yang terindera dan mewakili suatu konsep estetika tertentu dalam menyampaikan pesan. Dalam seni rupa penginderaan berkenaan dengan relasi antara realitas kebercahayaan atas suatu obyek visual dengan terkirimnya realitas-realitas yang tercahayai kepada penerima pesan. Lantas, Cahaya dan juga pencahayaan pun berkenaan dengan hukum fisika tentang terinderanya sebuah obyek oleh mata manusia.

Ketika semiotika mempostulatkan kehadiran sebuah teks dianggap ada setelah terjadinya proses pengiriman pesan yang termuat dalam karya seni rupa kepada alamat pesan dan pesan tersebut diterima oleh penerima dalam bentuk pemaknaan atas konsep yang terkirim, maka hukum fisika menjelaskan bahwa pengiriman tersebut berlangsung lewat medium cahaya; pengenalan obyek melalui alat Indera visual bergantung pada kondisi cahaya. Artinya, obyek seni rupa menjadi nihil apabila tidak tersedia cahaya (yang memadai) untuk menampakkan obyek yang hendak diinderai oleh penerima pesan. Ketika obyek seni rupa tercahayai untuk mewujudkannya, maka dalam pencahayaan tersebut pun berlangsung proses-proses penghadiran teks-teks yang terkandung dalam karya seni melalui medium-medium kebahasaan. Oleh karena itu, terdapat bidang yang sebangun antara pencahayaan dengan medium kebahasaan.

Lantas, proses pengiriman pesan kepada penerima pesan yang menghasilkan suatu penginderaan yang berujung pada pemahaman dan pemaknaan atas obyek penginderaan––baik melalui terminologi semiotika dan juga fisika––menyangkat masalah bagaimana proses pengiriman dikelola; bagaimana kualitas dan kuantitas pencahayaan dan medium kebahasaan menghadirkan pesan.

Proses pengiriman pesan yang tertampung dalam sebuah karya seni rupa atau obyek penginderaan melalui mata memerlukan sarana-sarana pengiriman; cahaya. Oleh karena Itu, tanpa cahaya, tidak pernah ada obyek penginderaan visual dan dengan sendirinya tidak ada seni rupa: tanpa medium-medium kebahasan, pesan-pesan dalam karya seni tak termaknai sehingga dianggap tidak ada.

Selanjutnya, landasan pemikiran serupa ini menjadi alat untuk menelaah perkembangan seni rupa di Indonesia dan kemudian dikerucutkan pada aspek-aspek kesenirupaan di Yogyakarta yang dipandang sebagai salah satu kantong geliat seni rupa di Indonesia.

1. Pameran sebagai Medium

Page 2: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

Barangkali, sebelum terciptanya tradisi berpameran, seorang pekarya1 akan berkunjung ke rumah-rumah audiensnya untuk menghantarkan pesan dalam bentuk karya seni rupa. Mungkin dulu demikian. Namun ketika kita bersepakat bahwa relasi antara pekarya sebagai sebuah praktek kebudayaan, maka akan terlihat suatu kompleksitas antara pekarya-karyanya dengan audiens.

Kompleksitas yang dimaksud di sini mencakup persoalan kuratorial atau wilayah kritik seni dan bentuk penyajiannya sehingga tercipta medium-medium kultural antara karya dengan audiens. Melalui dan dalam medium-medium kultural inilah beropesi hukum fisika dan semiotika yang menciptakan realitas tertentu terhadap seni rupa secara umum.

Lantas kita pun dapat mengajukan suatu pernyataan bahwa ketersampaian pesan-pesan yang termuat dalam karya seni rupa bergantung pada siapa yang menguasai medium-medium kultural tersebut. Penguasaan atas medium-medium kultural dalam membangun relasi antara karya seni dengan audiens inilah yang kerap menjadi gonjang-ganjing dan peroalan pelik tentang keberadaan seorang pekarya dan otonomi dirinya terhadap karya dan proses berkarya atau keleluasaannya dalam menghimpun pesan melalui karya seni rupa.

Melalui penguasaan atas medium-medium kultural, pihak-pihak tertentu, seperti yang menggelisahkan bagi pekarya-pekarya baru, muncul pengendalian bentuk, corak dan langgam karya yang di dorong oleh kepentingan ekonomi. Kepentingan ekonomi yang hadir dalam medium-medium kultural ini mampu menjinakkan idealisme dan proses berkarya seorang pekarya agar dapat memasuki pasar. Maka tak jarang, pekarya-pekarya baru yang hendak merintis keberadaannya melalui dunia seni rupa harus menggadaikan idealisme kesenirupaannya demi keberterimaan pasar terhadap karyanya. Perihal yang amat mencengangkan dan juga sangat mengkhawatirkan adalah, perupa kemudian dibuat terdesak oleh pihak yang menguasai medium-medium kultural terhadap tuntutan ekonomis yang bersifat elementar: Kebutuhan untuk bertahan hidup dan sedikit demi sedikit menapaki jalan untuk dapat melanjutkan hidup yang telah dipertahankan dengan susah payah.

Tuntutan ekonomi ini pun berkenaan dengan realitas umum ekonomi-politik di Indonesia yang memaksakan diri memasuki pasar ekonomi pasar global yang amat bergantung pada penguasaan modal sehingga tidak semua orang punya kesempatan untuk hidup layak (meski hidup layak sendiri pun bergantung pada kebijakan politik penguasa dalam mengidentifikasi standar hidup dan merumuskan konsep kesejahteraan). Maka, dengan sendiri self-determination pekarya terhadap dirinya menjadi sangat lemah sehingga muncullah praktek-prektek penggadaian idealisme kesenian dan proses kesenian oleh pekerya-pekarya yang telah dibuat terdesak dan kehilangan otonomi.

Dalam praktek penguasaan medium-medium kultural ini, kritik seni dan juga praktek kuratorial terhadap karya seni justru berjalan melalui praktek-praktek kehumasan guna mendekatkan dan mengakrabkan hasil karya seorang pekarya dengan keinginan pasar. Artinya di sini, kritik seni dan juga praktek kuratorial sebagai aktivitas kehumasan, bertujuan untuk menciptakan pasar agar pasar seni dapat diukur, dikendalikan dan kemudian memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Dari sinilah muncul trend terhadap corak, gaya, langgam dan juga mazhab––bila dapat dinamai demikian––kesenirupaan. Dan keberadaan seorang pekarya amat bergantung pada kemampuannya untuk memasuki corak, gaya, langgam dan juga mazhab kesenirupaan yang tengah dominan. Lantas, galeri seni rupa, pameran-pameran seni rupa, kurasi dan kritik seni diperalat untuk membuktikan betapa berterimanya corak, gaya, langgam dan mazhab kesenirupaan tersebut.

Page 3: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

Dari pengamatan secara fisika dan semiotika terhadap medium-medium kultural dalam membangun relasi antara karya dengan audiens–– terutama kolektor––inilah muncul ketidakadilan bagi sekelompok pekarya sehingga bagi mereka, karyanya tak sempat dicahayai. Ketidaksempatan inilah yang kemudian keberadaan seorang pekarya pun hilang, sebagaimana kita tak dapat menangkap citra visual atas karya-karya seni rupa ketika mati lampu atau dalam keadaan gelap gulita.

Maka, lahirlah suatu kegelapan dalam realitas kesenirupaan bagi kelompok tertentu yang tidak punya “kemampuan” berdamai dengan pihak penguasa medium-medium kultural. Atas realitas kesenirupaan seperti itu, maka lahirlah suatu parodi eksistensial dalam konsep cartesian. diriku ada ketika karyaku dicahayai.

2. Kegelapan Sebagai Metafor

Pada prinsipnya, manusia dapat melihat kegelapan namun tidak dapat melihat dalam kegelapan. Melalui kredo semacam ini, maka kegelapan menjadi metafora atas realitas kesenirupaan; metafora atas penguasaan medium-medium kultural dalam menghadirkan karya oleh pihak-pihak yang berdiri tegak demi kepentingan ekonomi pasar.

Manakala kegelapan diposisikan sebagai metafora, maka ia pun memuat berbagai pesan. Dari sinilah dapat digagas dan kemudian dikembangkan suatu dialektika atas realitas kesenirupaan yang mewujud dalam komodifikasi karya seni yang menghasilakan booming lukisan yang amat mencengangkan sehingga menguntungkan kurator dan galeri, mematikan kritik seni, memperpanjang nafas kolektor dan menciptakan wilayah pusat dan pinggiran dalam penghadiran sebuah karya kepada audiens yang luas. Dialektika itu bisa jadi berbentuk antitesis dan dapat pula sintesa atas kegelapan yang tengah berlangsung.

B. Pameran yang Bercerita tentang Kegelapan

Berangkat dari kenyataan bahwa medium-medium kultural dalam menghadirkan karya seni rupa kepada audiens dikuasi oleh pihak tertentu untuk memaksimalkan peluang-peluang ekonomi, maka perlu digagas sebuah pameran yang mampu berkata tentang keliyanan (the otherness) tanpa memperkukuh mentalitas perkubu-kubuan dan tanpa memerangi dan memusnahkan corak, gaya, langgam dan mazhab kesenirupaan yang telah ada. Sesuatu yang telah ada dalam relasi antara pekarya-karya dengan audiens selama ini, membutuhkan mitra dialog dengan pihak-pihak yang diliyankan; pekarya baru, pekarya perempuan atau pekarya yang tidak terhimpun dalam kantong-kantong senirupa yang dominasi (secara ekonomis).

Dari sini, pameran seni rupa pun musti dipandang sebagai sebuah pengejawantahan suatu dialektika atas realitas seni rupa mayor yang mewakili narasi-narasi (yang sedang) besar (grand narration). Oleh karena itu, penggagasan suatu pameran bisa jadi berangkat dari realitas kesenirupaan yang memunculkan pihak liyan yang terjebak dalam komidifikasi praktek kesenirupaan sebagai obyek kepentingan ekonomi. Maka kini, tengah digagas sebuah pameran atas potensi-potensi pengiriman pesan melalui medium-medium kultural untuk mencapai alamat-alamat penerima agar kehadiran dalam kondisi tanpa cahaya bagi karya-karya yang terabaikan menjadi tercahayai sehingga keberdaannya terinderai dan bergerak menuju wilayah-wilayah pemaknaan para audiens.

Page 4: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

C. Maksud dan Tujuan

1. Dari Kehendak menuju Otonomi Pekarya

Pameran yang tengah digagas ini, di samping hendak memunculkan sebuah dialektika atas realitas kesenirupaan saat ini yang kerap menghasilkan liyan, pun digagas sebagai upaya menghadirkan pihak liyan yang selama ini terkurung dalam kegelapan. Dengan demikian, sebagai sebuah obyek visual, pameran ini bermaksud untuk menghadirkan berbagai karya kepada khalayak melalui aspek-aspek pencahayaan yang dikuasi oleh pihak yang memegang kendali penghadiran melalui medium-medium kultural dalam membangun relasi antara pekarya-karya dengan audiens.

2. Dari Otonomi Pekarya menuju ke Kehadiran Penuh

Kehendak dalam menggagas pameran yang berangkat dari kegelapan sebagai metafora, bertujuan untuk mengirim berbagai pesan dalam bentuk seni rupa kepada audiens. Lantas upaya pengiriman pesan melalui penghadiran karya-karya seni rupa terpilih dalam pameran ini pun dimaksudkan untuk mengurai kembali kekusutan dalam relasi antara pekarya sebagai produsen pesan dalam bentuk karya seni rupa kepada penerima pesan. Sampainya berbagai pesan ke pemilik alamat, tentu akan menghasilkan berbagai bentuk pemaknaan oleh penerima dan juga membuka peluang terciptanya berbagai corak, gaya, langgam dan mazhab kesenirupaan yang mampu memeriahkan dialog-dialog kesenian.

D. Tema Pameran

Pameran yang berangkat atas landasan berfikir fisika dan semiotika atas keteinderaan obyek-obyek visual, mengusung tema:

“Melongok ke dalam Gelap, Bergerak menuju Kehadiran”

E. Judul Pameran

Melalui “Melongok ke dalam Gelap, Bergerak menuju Kehadiran,” maka terpautlah suatu jalinan antarteks atas kegelapan sebagai metafora dengan kegelapan dan kebisuan yang didendangkan oleh Simon and Garfunkel melalui syair lagu The Sound of Silence seperti berikut ini:

Hello, darkness, my old friend

I’ve come to talk with you again

Page 5: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

Because a vision softly creeping

Left its seeds while I was sleeping

And the vision

That was planted in my brain

Still remains

Within the sound of silence

And in the naked light I sawTen thousand people, maybe morePeople talking without speakingPeople hearing without listeningPeople writing songs that voices never share…And no one dareDisturb the sound of silence.

“Fools,” said I, “you do not knowSilence like a cancer grows.”“Hear my words that I might teach you,Take my arms that I might reach you.”But my words like silent raindrops fell,And echoed in the wells of silence.

And the people bowed and prayedTo the neon god they made.And the sign flashed out its warningIn the words that it was forming.And the signs said: “The words of the prophetsAre written on the subway wallsAnd tenement halls,And whisper’d in the sound of silence.”

Melalui intertekstualitas “Melongok ke dalam Gelap, Bergerak menuju Kehadiran,” sebagai pembahasaan atas tema pameran dengan lagu The Sound of Silence ini, maka pameran ini diberi judul:

“Hello, Darkness!”

Untuk menggenapi keterwakilan karya-karya terpilih melalui judul pameran ini, disertai pula anak judul:

“the sign flashed out its warning in the words that it was forming.”

Page 6: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

Secara utuh, pameran ini berjudul:

“Hello, Darkness!: The Sign Flashed out its warning in the words that it was forming.” – Sebuah Pameran Tunggal Dwi Kartika Rahayu

Dari penggunaan judul ini, maka yang dimaksud dengan in the words that it was forming dalam pameran ini adalah lukisan-lukisan dan materi-materi pameran seni rupa yang terpilih.

F. Pemilahan Karya

Dalam pameran ini, Dwi Kartika Rahayu memiliki otonomi yang luas dalam memuati pameran dengan materi-materi seni rupa yang hendak dipamerkan berdasarkan tema pameran ini. Karya-karya yang dihadirkan dipilih berdasarkan pemaknaan yang dilakukan oleh Dwi Kartika Rahayu atas kegelapan sebagai metafora yang secara umum diwakili oleh judul pameran.

Langkah-langkah kuratorial dijalankan melalui pengamatan atas berbagai aktivitas berkesenian pekarya oleh kurator yang diperoleh dari pesan-pesan yang termaktub dalam karya-karya yang dipilih oleh pakarya. Dalam pameran ini, kuratorial berarti, identifikasi obyek-obyek seni rupa oleh pihak di luar pekarya melalui kegelapan sebagai metafora dalam bentuk penafsiran semiotis.

G. Waktu Pelaksanaan

Pameran ini akan dilaksanakan pada:

Hari : Minggu (Pembukaan Pameran)

Tanggal : 25 s.d. 31 Mei 2009

Tempat : Raya Contemporary Art Gallery (RCA Gallery)

H. Agenda Pameran

1. Pembukaan – Sindhunata2. Penutupan – Suwarno Wisetrotomo (kritikus seni)

3. Lelang Karya

I. Sasaran Pameran

1. Seniman

2. Pengamat / Kritikus Seni

3. Kolektor Karya

Page 7: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

4. Galleriawan / Pengusaha Galleri Seni

5. Pelajar / Mahasiswa

6. Budayawan

7. Umum

J. Anggaran Pembiayaan

Berdasarkan rekapitulasi pembiayaan (rincian terlampir), pameran ini membutuhkan biaya sebesar, Rp 150.000.000,-

1. Ketersediaan Dana: Rp. 25. 000.000,-2. Kekurangan Dana: Rp. 125. 000.000,-

3. Target Fundraising Rp. 125.000.000,-

K. Publikasi

1.1. Media Publikasi

2. Peliputan

3. Kritik Seni (Bekerja sama dengan media masa cetak tertentu untuk memuat suatu analisis seni atas pameran secara keseluruhan oleh kritikus yang memahami karya seni sebagai pesan – semiotika)

L. Kepanitiaan

Sebagai sebuah peristiwa kesenian, penyelanggaraan pameran ini diketuai oleh Susilo Bambang Yudhoyono, dengan susunan kepanitian tertera dalam lampiran.

M. Penutup

Demikian proposal ini dibuat untuk dapat dipelajari oleh pihak-pihak yang tertarik untuk mewujudkan pameran ini.

Yogyakarta, 4 Juni 2008

Dwi Kartika Rahayu

Lampiran 1

Anggaran

Page 8: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

1. Kesekretariatan

(telp, computer, surat menyurat, proposal) Rp. 2.000.000,-

2. Dokumentasi Rp. 5.000.000,-

3. Publikasi Rp. 3.000.000,-

4. Penerbitan buku/katalog

a. Biaya produksi Rp. 70.000.000,-

b. Fee Penulis @ Rp. 2.500.000,- x 2 orang Rp. 5.000.000,-

c. Translater (English) Rp. 2.000.000,-

d. Editor Rp. 3.000.000,-

5. Produksi Karya Rp. 60.000.000,-

6. Acara pembukaan Rp. 4.000,000,-

7. Konsumsi (panitia, pembukaan, diskusi) Rp. 3.000.000,-

8. Perlengkapan dan Display Rp. 6.000.000,-

9. Akomodasi panitia Rp. 3.000.000,-

10. Transportasi Rp. 2.000.000,-

Jumlah Rp. 150.000.000,-

Lampiran 2

BENTUK PARTISIPASIPENAWARAN PARTISIPASI DAN SPONSOR

Untuk mensukseskan kegiatan “Pameran Tunggal Dwi Kartika Rahayu”

maka panitia menawarkan kepada berbagai pihak/Perusahaan/Pribadi untuk berpartisipasi dalam bentuk sponsor, yang terdiri dari :

I. SPONSOR CROWN dengan nilai sponsorship Rp. 100.000.000,-

II. SPONSOR DIAMOND dengan nilai sponsorship Rp. 40.000.000,-

Page 9: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

III. SPONSOR PLATINUM dengan nilai sponsorship Rp. 25.000.000,-

IV. SPONSOR GOLD dengan nilai sponsorship Rp. 15.000.000,-

V. SPONSOR SILVER dengan nilai sponsorship Rp. 7.500.000,-

VI. SPONSOR COOPER dengan nilai sponsorship Rp. 5.000.000,-

VII. SPONSOR BRASS dengan nilai sponsorship Rp. 3.500.000,-

VIII. SPONSOR FERRUM dengan nilai sponsorship Rp. 1.750.000,-

IX. DONATUR tidak mengikat

Adapun kompensasi / imbalan yang akan diperoleh masing-masing sponsor dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada tabel berikut (tentang keterangan kompensasi/imbalan yang akan diperoleh sponsor).

KOMPENSASI / IMBALAN YANG AKAN DIPEROLEH SPONSOR

A. Media Cetak

No Imbalan JML Keterangan

Sponsor

I II III IV V VI VII VIII IX

1 Katalog 1000 1 1 1 1 1 1 1 1

2 Undangan Pameran 500 1 1 1 1 1 1 1 1

3 Undangan Pembukaan Pameran

250 1 1 1

4 Tanda Panitia 200 1 1 1

5 Poster Pameran 500 1 1 1

6 Kaos Panitia 100 1

Jumlah Jenis kompensasi 6 5 3 2 2 2 2 2 2

B. Media Promosi Outdoor

No Imbalan JML Keterangan Sponsor

Page 10: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

I II III IV V VI VII VIII IX

1 Spanduk 10 1 1

2 Umbul-umbul 10 1

3 Baligo 3 1

Jumlah Jenis kompensasi

3 1

DAFTAR MEDIA PROMOSI YANG DISEDIAKAN

A. Media Cetak

No Jenis Media Ukuran Space SponsorNilai

SponsorshipPer Buah (Rp)

Eksp Keterangan

1Poster

43 x 48 cmHalaman Muka 4 x 10 cm 5.000 2000

Full ColourKertas Art Paper

2 katalog23 x 32 cm

35 Hal.

a. Halaman Muka Luar6 x 11 cm

4.000 1000 3 Warna

b. Halaman Muka Dalam20 x 11 cm

4.000 1000 1 Warna

c. Halaman Belakang Luar

20 x 11 cm2.000 1000 3 Warna

d. Halaman Belakang

Dalam20 x 11 cm

1.500 1000 1 Warna

e. Halaman Isi20 x 11 cm

1.000/hal. 10001 Warna tersedia

3 halaman

Page 11: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

3 Tanda Panitia 9,5 x 5,5 cm 2,5 x 2,5 cm 5.000 50 3 Warna

4Undangan Pameran

20 x 30 cm

a. Amplop 5 x 10 cm 5.000 1000Fancy Paper Fullcolour

b. Isi Undangan bagian muka

luar 2 x 18 cm 2.000 1000

Fancy Paper Fullcolour

c. Isi Undangan bagian belakang

18 x 18 cm 8.000 1000Fancy Paper Fullcolour

8

Undangan Pembukaan

Pameran20 x 30 cm

a. Amplop 5 x 10 cm 5.000 300Fancy Paper Fullcolour

b. Isi Undangan bagian muka

luar2 x 18 cm 2.000 300

Fancy Paper Fullcolour

c. Isi Undangan bagian belakang

18 x 18 cm 8.000 300Fancy Paper Fullcolour

B. Media Promosi Outdoor

NoJenis

MediaUkuran Space

SponsorNilai

SponsorshipPer Buah (Rp)

Eksp Keterangan

1 Spanduk90 x 800

cm

a. 100 x 90 cm(Sebelah kiri)

300.000 10 Dipasang dilokasi strategis

b. 100 x 90 cm (Sebelah Kanan)

300.000 10 Dipasang dilokasi strategis

2 Umbul-umbul

500 x 90 cm

a. 90 x 100 cm 250.000 20 Dipasang dihalaman depan dan belakang Hotel Savoy

Homann

Page 12: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

b. 80 x 100 cm 200.000 20Dipasang dihalaman depan dan belakang Hotel Savoy

Homann

3 Baligo200 x 400

cm50 x 200 cm 5.000.000 3 Acrilyc Transparant

C. Media Elektronik

Disebutkan oleh seniman sebagai perusahaan pendukung kegiatan pada saat wawancara dengan TVRI untuk acara dunia dalam berita.

D. Media Promosi Indoor

No JenisNilai Sponsorship

per satuan (Rp)Keterangan

1Memasang spanduk perusahaanukuran 300 x 90 cm di Ballroom

tanggal 25 – 31 Mei 2009500.000/ Spanduk Max. 8 Spanduk

2Memasang spanduk perusahaan

ukuran 300 x 90 cm di Public Areatanggal 25 – 31 Mei 2009

500.000/Spanduk

E. Penjualan Stand

No JenisNilai Sponsorship

per satuan (Rp)Keterangan

1Area parkir halaman depan

tempat kegiatantanggal 25 – 31 Mei 2009

20.000.000 Terbagi menjadi 5 kavling

2Ruang tungguukuran 2 x 3 m

tanggal 25 – 31 Mei 20095.000.000 Dapat menjual produk/jasa

3Coridor belakang Ballroom

ukuran 1,5 x 2 mtanggal 25 – 31 Mei 2009

1.000.000 Tersedia 8 kavling

Lampiran 3

Page 13: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

ORGANISASI KEPANITIAAN

Pelindung :

Menteri Seni dan Budaya

Prof. Dr. Soepriyono Riyadi

Penasehat :

1. Suwarno Wisetrotomo (kritikus dan kurator internasional)

2. Mikke Susanto (Kurator Handal)

3. Y. Sumaryanto Nurjoko (Pelukis dan staf pengajar ISI Yogyakarta)

Penanggung Jawab : Susilo bambang Yudoyono

koordinator umum:

Ucok Siregar

Timkerja Martogolek Yogyakarta

Ketua Umum : Sadat Laope

Sekretaris Umum : Anastasia Jessica

Bendahara Umum : Nurul Aini Nastiti

SEKSI-SEKSI :

1. Sie Acara :o Icha (Timkerja Martogolek Yogyakarta)

o Y.E. Agung

2. Sie Humas & Publikasi :

o Sandra Loecia

o Ratna Wuni

3. Sie Perlengkapan & Penataan Ruang :

o Sigit Vario

o Agus Adi

o Wisnu Auri Wibowo

o Sunardi

Page 14: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

o Rudi Wuryoko

o Antok

o Didit Pratomo

4. Sie Dokumentasi & Transportasi : Novena Assen

5. Sie Konsumsi : Fitria Asmawitra

6. Sie Perencanaan & Desain Grafis :

o Olsy Vinoli Arnof

o Numan Maufur

o Teguh

Lampiran 4

AGENDA PAMERAN

19.00 – 19.30

Persiapan penerimaan tamu undangan. (diiringi oleh musik)

Pengklasifikasian undangan. Undangan diterima panitia.

Tamu mengisi buku tamu ditempat yang disediakan.

Pembagian Katalog

19.30 - 19.40 Semua peserta/undangan siap.MC,menyambut kedatangan Menteri Seni dan Budaya.

19.40 - 20.00 Upacara siap dimulai.

20.00 - 20.10 Pembacaan Susunan Acara (MC).

20.15 – 20.20 Sambutan Dwi Kartika Rahayu

20.20 – 20.25 Orasi Budaya oleh Rm. Sindhunata

20.25 – 20.30 Sambutan dari Menteri Seni dan Budaya dilanjutkan peresmian.

Page 15: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

20.30 – 22.00 Melihat Lukisan

22.00 - …….. Ramah tamah / bebas.

Lampiran 5

KONDISI PAMERAN1. Lokasi Pameran 2. Skema Display

3. Bagan Ruang Pamer

4. Materi-materi Pameran (Karya, peralatan tata cahaya dan pendukung, dll.)

Lampiran 6

PORTO FOLIO

Nama : Dwi Kartika Rahayu

Tempat tanggal lahir : Magetan 25 Mei 1980

Alamat : Jl.Parangtritis 140

Yogyakarta

Hp : 087838222599

Pameran Seni Rupa Akademik

2007 : Pameran Seni Lukis VI di Lorong Seni Murni ISI Yogyakarta.

2003 : Pameran Sketsa Dua di Lorong Seni Murni ISI Yogyakarta.

1. : Pameran Lukisan Alam Benda Di Gedung Modern School of

Design

Pameran Seni Lukis Cat Minyak Di Gedung Modern School of

Design

1. : Pameran Seni Lukis Cat Air Di Gedung Modern School of Design

Pameran Nirmana Di Gedung Modern School of Design

Page 16: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

Pameran Seni Rupa Non Akademik:

Pameran Tunggal

1. : “Hello Darkness!” Raya Art Gallery

1. : “I am like a bird” Pitt Art Museum of America*

Pameran Bersama

1. : “Back Home”, Simply Gallery, Kainstlir Lingersty, London.*

“Yes, I do” di Jogja Nasional Museum Indonesia

1. : “Bersahabat Dengan Sang Cincin Api” Gabusan Yogyakarta

“Rechte Vorbeluyken”, Hueber gallery, Munich, Jerman.*

“Nothing Chill Una De Gung” Papillon Gallery, Perancis.*

1. : “Portion” Galeri Sembilan Ubud, Bali

“The Backpacker” Maharani Hotel, Bali

“KMK, Peringatan Paskah di Kampus Duta Wacana Yogyakarta

“Independent” Kafe Deket Rumah, Yogyakarta

“Pembukaan UKM Seni Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

1. : “Borobudur International Festival”, Pondok tingal Magelang

“Ngerumpi di Mall” Trio Plaza Magelang

“Komunitas Akar Bambu” di Kampung Godean Yogyakarta

Pameran Seleksi

1. : “Nisbi” Galeri Katamsi FSR ISI Yogyakarta

1. : “Indonesia/ASEAN Art Award” by Phillip Morris dan YSRI di

Jakarta dan Medan Sumatera Utara.

Pameran Undangan

1. : “No Name” Galeri Semarang, Semarang2. : “My Life Without Me” Gracia Art Gallery Surabaya (anulir)

Page 17: PROPOSAL Pameran Hello Darkness Kartika

“Violence” Outmag Artuary Yogyakarta

Pameran Fundrising

1. : “Sebentar, sabar ya!” Di Via-Via Kafe Yogyakarta

Karya Instalasi : Pesta Instalasi BEM FSR ISI Yogyakarta ”?”

Performance Art

1. : “…Setelah baca, kembalikan…” di Jl. Malioboro s.d Nol Kilometer

Yogyakarta

2007 : “I am so Complicated” via-via kafe Yogyakarta

1. : “Freedom” Nol Kilometer Yogyakarta

Penghargaan

2003: nominee Indonesia ASEAN Art Award

2001: The Best Water Colour dari dosen Modern School Of Design Yogyakarta

1995: Juara II Kaligrafi Classmeeting MTsN Madiun

Lampiran 7

Daftar Karya

“The Sound Of Silence”

Akrilic On Canvas, 600 CM X 400 CM, 2009

“Unity”

Acrilic On Canvas, 300 CM X 150 CM, 2009

1 Kata “pekarya” ini dipakai untuk menggantikan kata “seniman” dan “seniwati” yang secara sosio-kultural kerap mengandung beban bias jender.