preferensi pakan kupu-kupu pada beberapa jenis herba liar
TRANSCRIPT
Preferensi Pakan Kupu-kupu Pada Beberapa Jenis Herba Liar di Lahan Terbuka Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok
Utami Nur Huwaida1, Wisnu Wardhana1, Adi Basukriadi1
1. Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, KampusUI, Depok, 16424, Indonesia
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui preferensi pakan kupu-kupu terhadap beberapa jenis herba liar yaitu Tridax procumbens, Asystasia gangetica, Cyanthillium cinereum, dan Oxalis barrelieri yang ada di lahan terbuka Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok. Selain itu, untuk mengetahui kupu-kupu juga memanfaatkan herba tersebut sebagai tumbuhan inang untuk peletakkan telurnya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari–April 2016 di lima lokasi lahan terbuka Kampus UI Depok yaitu dekat gedung sabda widya, dekat pintu masuk hutan kota wales barat, belakang gedung PSJ, dekat area parkir motor gedung PPMT, dan dekat gedung DRPM. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 11 jenis kupu-kupu dari famili Papilionidae (Papilio demoleus), Pieridae (Appias olferna, Delias hypareta, Eurema hecabe, Leptosia nina, Catopsilia pomona, Delias periboea) dan Nymphalidae (Junonia orithya, Hypolimnas bolina, Ypthima horsfieldii, dan Junonia almana) mengunjungi ke-empat jenis herba liar. Sebanyak 8 jenis kupu-kupu menyukai herba liar Tridax procumbens dan Asystasia gangetica. Lima jenis kupu-kupu menyukai Oxalis barrelieri dan 2 jenis menyukai Cyanthillium cinereum. Preferensi pakan kupu-kupu dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu struktur dan daya tarik bunga, ketersediaan tumbuhan di lokasi penelitian, dan sindroma bunga yang disukai oleh kupu-kupu. Tumbuhan pakan kupu-kupu dewasa berbeda dengan tumbuhan tempat kupu-kupu meletakkan telur.
Kata kunci: Herba liar; Lahan terbuka; Famili kupu-kupu; Preferensi pakan
Butterfly Feed Preferences On Some Kind of Wild Herbs at Universitas Indonesia (UI) Depok Open Land
Abstract
This study was conducted to determine the preferences of butterflies feed on some kind of wild herbs such as Tridax procumbens, Asystasia gangetica, Cyanthillium cinereum, and Oxalis barrelieri at the Universitas Indonesia (UI) Depok open land. Moreover, the study also conducted to determine whether the butterflies also use herbs as host plants for laying eggs. The experiment was conducted in February – April 2016 in five locations open land UI Depok Campus. The locations are closed by Sabda Widya Building, near by the entrance of the Wales Barat Woods, behind the PSJ Building, parking area near by the PPMT Building, and near by the DRPM Building. The results revealed that there are 11 species of butterfly of the family Papilionidae (Appias olferna), Pieridae (Appias olferna, Delias hypareta, Eurema hecabe, Leptosia nina, Catopsilia pomona, Delias periboea), and Nymphalidae (Junonia orithya, Hypolimnas bolina, Ypthima horsfieldii, dan Junonia almana) visited all four kinds of wild herbs. Eight species of butterflies like Tridax procumbens andAsystasia gangetica. Five species of butterflies like Oxalis barrelieri and two species like Cyanthillium cinereum. Butterfly feeding preferences are influenced by the structure and appeal of the flower, plant availability in the study site, and the syndrome of flowers favored by butterflies. Plants that is adult butterfly’s feed preference is different from plants where butterflies lay its eggs.
Keywords: Wild herbs; Open Land; Family of Butterflies; Feed Preferences
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
Pendahuluan Kupu-kupu (Lepidoptera) merupakan serangga bersayap, sayap tersusun atas sisik-sisik yang
menghasilkan pola dan warna yang indah. Kupu-kupu bermetamorfosis sempurna. Siklus
hidup kupu-kupu melewati empat tahapan berbeda yang meliputi telur, larva, pupa dan imago
(Soekardi dkk. 2016: 5 – 6). Umumnya kupu-kupu dapat dijumpai pada pagi hingga siang hari
saat cuaca cerah (Peggie & Amir 2006: 16). Kupu-kupu berperan penting dalam ekosistem
sebagai bagian dari rantai makanan, serangga penyerbuk, sebagai sumber makanan bagi
predator seperti amfibi, burung, dan reptil dan sebagai indikator perubahan lingkungan
(Davies & Buttler 2008: 117).
Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat memiliki luas area 321 hektar.
Kampus UI merupakan kawasan unik karena terdapat hutan kota yang memiliki berbagai jenis
tumbuhan yang dapat menjadi tumbuhan pakan bagi larva kupu-kupu (Taqqyudin dkk. 199:
5). Penelitian mengenai kupu-kupu di kawasan kampus UI Depok masih jarang dilakukan,
terutama yang berkaitan dengan preferensi pakan kupu-kupu terhadap herba liar. Penelitian
mengenai kupu-kupu di kawasan kampus UI Depok telah dilakukan oleh Handayani (2000).
Terdapat 17 jenis kupu-kupu yang menunjukkan preferensi kupu-kupu terhadap bunga
tertentu di Kampus UI Depok (Handayani 2000: 19—23). Utami (2009) berhasil mendata
keberadaan jenis kupu-kupu diwilayah kampus UI Depok yang terdiri dari famili Papilionidae
(6 Jenis), Pieridae (3 Jenis), Nymphalidae (18 Jenis) dan Lycaenidae (3 Jenis). Huwaida
(2015) mendapatkan distribusi dan keragaman jenis kupu-kupu di Kampus UI Depok dengan
hasil terdapat 28 jenis dengan 348 individu kupu-kupu dan didominasi oleh famili
Nymphalide sebanyak 43% (12 jenis).
Masih banyaknya lahan terbuka di kampus UI Depok yang belum dimanfaatkan secara
maksimal sehingga lahan ditumbuhi oleh herba liar seperti dari Famili Compositae
(Asteraceae), Achantaceae, Fabaceae, dan lain-lain. Jenis-jenis herba liar dominan yang
mewakili famili tersebut adalah Tridax procumbens, Asystasia gangetica, Cyanthillium
cinereum, dan Oxalis barrelieri. Herba liar tersebut dimanfaatkan oleh kupu–kupu di lahan
terbuka Kampus UI Depok sebagai tumbuhan pakan, sehingga dapat dijadikan sebagai
preferensi pakan bagi kupu–kupu. Selain itu, herba liar tidak hanya sebagai tumbuhan pakan
saja, tetapi juga dimanfaatkan sebagai tumbuhan inang untuk meletakkan telur-telurnya.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui preferensi pakan kupu-kupu di lahan terbuka
Kampus UI Depok. (2) untuk mengetahui apakah kupu-kupu juga memanfaatkan keempat
jenis herba liar Tridax procumbens,Asystasia gangetica, Cyanthillium cinereum,dan Oxalis
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
barrelieri sebagai tumbuhan inang untuk kupu-kupu meletakkan telur-telurnya. (3)
Pengetahuan mengenai jenis-jenis herba liar yang digunakan sebagai pakan, tumbuhan inang
dan kupu-kupu dapat dimanfaatkan dalam membangun taman pelestarian kupu-kupu sebagai
sarana edukasi serta rekreasi sehingga kupu–kupu di Kampus UI Depok keberadaannya tetap
terjaga.
Tinjauan Teoritis
Kupu-kupu merupakan kelompok serangga yang termasuk ke dalam ordo Lepidoptera. Kata
Lepidoptera berasal dari bahasa latin lepido- yang berarti sisik dan –pteron (jamak: -ptera)
yang berarti sayap, sehingga Lepidoptera berarti kelompok serangga yang memiliki sayap
bersisik (Peggie 2014: 4). Kupu-kupu pada umumnya aktif di siang hari (diurnal), memiliki
warna yang cerah dan menarik namun ada kupu-kupu dengan warna kurang cerah (khususnya
genus Euploea di Subfamili Danainae dan banyak anggota Subfamili Satyrinae), ujung sungut
(antenna) yang membesar seperti benjolan (clubbed), dan ketika istirahat, posisi sayapnya
yang terlipat secara vertikal atau tegak di atas tubuhnya. Kupu-kupu memiliki tiga bagian
tubuh utama yaitu kepala, toraks ( bagian tengah) dan abdomen. Tubuhnya dilapisi oleh
rambut-rambut kecil yang berfungsi sebagai sensor (Mastrigt & Rosariyanto 2005: 4).
Kupu-kupu merupakan serangga holometabola atau bermetamorfosis sempurna. Siklus hidup
kupu-kupu melewati empat tahapan berbeda yang meliputi telur, larva, pupa, dan imago. Fase
telur umumnya berkisar antara 7 – 10 hari. Jumlah telur yang dihasilkan oleh masing-masing
jenis bervariasi antara 100 – 200 butir (Peggie 2014: 14).
Ulat atau larva merupakan stadium yang aktif makan dan berkembang. Fase pertumbuhan
ditandai dengan pergantian kulit (eksoskeleton) yang memungkinkan menjadi lebih besar.
Umumnya ada 4 sampai 5 fase yang dikenal sebagai instar. Fase ulat atau larva sekitar 2
minggu ( Davies & Butler 2008: 83 ; Peggie 2014: 15– 16). Pupa atau kepompong merupakan
stadium peralihan dari ulat menjadi imago. Fase pupa adalah sekitar 10 hari hingga 2 minggu,
tergantung jenisnya (Peggie 2014: 17). Dewasa atau imago merupakan stadium untuk
reproduksi. Tugas pokok adalah kawin, dan setelah kawin kupu-kupu betina akan meletakkan
telur untuk kelanjutan siklus hidupnya. Umur imago sekitar dua minggu (Peggie 2014: 18).
Kupu-kupu aktif pada siang hari (diurnal) dan pada malam hari akan beristirahat di antara
pepohonan. Aktifitas kupu-kupu pada siang hari biasanya mencari makan dan melakukan
reproduksi. Sihombing (2002 dalam Sulistyani 2013: 16) menyatakan bahwa kupu – kupu
akan mengunjungi bunga pada pagi hari saat matahari bersinar cerah sekitar pukul 08.00 -
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
10.00. Sumber makanan kupu-kupu umumnya nektar bunga karena pada nektar terdapat gula
yang berguna untuk proses reproduksi. Pada beberapa jenis kupu-kupu tertentu terkadang
menghisap getah pohon, buah yang membusuk, ataupun kotoran untuk mendapatkan garam
mineral dan nutrisi lebih (Noerdjito & Aswari 2003: 61).
Aktifitas dan kehidupan kupu–kupu di suatu habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan seperti intensitas cahaya matahari, suhu, kelembaban, dan kecepatan angin. Kupu-
kupu memerlukan cahaya untuk mengeringkan sayap pada saat keluar dari kepompong serta
memberikan energi untuk tubuh. Menurut Nurjannah (2010 dalam Sulistyani 2013: 27) bahwa
instensitas cahaya yang baik untuk perkembangan imago berkisar antara 2.000 – 7.500 Lux.
Pada umumnya kupu-kupu membutuhkan suhu hangat sekitar 300C untuk dapat terbang dan
mencari makan, dengan kelembaban udara sekitar 60% agar dapat mengurangi resiko
kekurangan air akibat terik matahari (Amir, dkk. 2003 dalam Bariyah (2011: 26)).
Kupu-kupu terdapat di seluruh dunia namun di daerah beriklim dingin kupu-kupu jarang
dijumpai. Habitat kupu-kupu antara lain di hutan primer, tepi hutan sekunder, tepi sungai,
dekat rumah, kebun-kebun, semak-semak, tempat terbuka, tepi jalan, vegetasi sekunder, batas
hutan, daerah berumput hingga tepi pantai yang disekitarnya terdapat tumbuhan berbunga
(Mastrigt & Rosariyanto 2005: 23—84). Menurut Hamidun (2003 dalam Bariyah 2011: 16)
bahwa tersedianya tumbuhan pakan, tumbuhan inang, dan tempat berlindung dari serangan
predator merupakan salah satu komponen lingkungan yang mendukung kehidupan kupu–
kupu. Sebagian besar anggota Famili Riodinidae dijumpai di Amerika Selatan (Peggie &
Amir 2006: 19).
Kupu-kupu dapat dibagi dalam superfamili Hesperioridae yang meliputi Famili Hesperiidae,
dan superFamili Papilionoidea yang meliputi Famili Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae,
Riodinidae, dan Lycaenidae (Peggie & Amir 2006: 19).
Preferensi kupu-kupu terhadap jenis makanan tertentu ditunjukkan dengan besarnya jumlah
proporsi makanan tersebut dibanding dengan jenis makanan lainnya yang tersedia di dalam
lingkungan. Sebaliknya penghindaran ditunjukkan bila makanan yang dikonsumsi
persentasenya lebih sedikit dibanding yang tersedia di dalam lingkungannya (Crawly 1983:
160). Menurut Levetin dan Mc Mahon (1999 dalam Bariyah 2011: 15) kupu–kupu akan
mengunjungi tumbuhan yang berbunga disebabkan karena adanya bau dan nektar yang
dihasilkan sehingga menarik perhatian kupu–kupu untuk berkunjung. Sebagian besar kupu-
kupu akan mengunjungi bunga yang memiliki warna cerah terutama kuning, merah, dan biru
(Sari 2013: 14). Kata preferensi berarti kecendrungan; kesukaan. Sedangkan arti kata dari
pakan adalah makanan. Umumnya tiap jenis kupu–kupu memilih satu atau beberapa jenis
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
tumbuhan tertentu yang berkerabat dekat sebagai tumbuhan inang. Kupu–kupu betina yang
sudah kawin dan siap meletakkan telur akan mencari tumbuhan yang cocok dan hanya akan
meletakkan telur pada jenis tumbuhan itu. Preferensi pakan larva berbeda dengan pakan kupu-
kupu dewasa. Larva umumnya memakan daun-daunan dari tumbuhan tertentu dengan ciri
khas daun yang lembut, tidak “berbulu” pada permukaannya, daun tidak bergetah (Tambaharu
2015: 22). Pakan kupu-kupu dewasa umumnya diperoleh dari nektar bunga. Kupu-kupu
mendapat sumber mineral dan sumber garam dari genangan air atau pasir tepi sungai (Peggie
2014: 74).
Herba merupakan tumbuhan vaskular yang memiliki batang lunak karena mengandung
banyak air dan tidak membentuk kayu. Tumbuhan tersebut memiliki tinggi kurang dari 1,5 m.
Habitat herba di wilayah terbuka, tepi jalan, hutan primer. Di wilayah lahan terbuka Kampus
UI Depok, tumbuhan herba liar didominasi oleh empat jenis herba yaitu Tridax procumbens,
Asystasia gangetica, Cyanthillium cinereum, dan Oxalis barrelieri. Tridax procumbens
merupakan tumbuhan herba yang memiliki tinggi kurang lebih 60 cm. Termasuk famili
Asteraceae, bunga majemuk berbonggol dan bunga majemuk cawan yang memiliki bunga pita
dengan mahkota berjumlah 6 – 8 berwarna putih dan bunga tabung berjumlah banyak yang
umumnya berwarna kekuningan. Bunga terletak pada ujung tangkai bunga. Herba tersebut asli
Amerika dan terintroduksi di tropis Asia, Afrika, Australia serta India. (Syah dkk.2014: 309).
Asystasia gangetica merupakan tumbuhan merambat dan bercabang yang termasuk ke dalam
famili Acantheceae. Asystasia gangetica dapat tumbuh tegak hingga 50 cm, batang berbentuk
segiempat, daun tumbuh berpasangan saling berhadapan dengan bentuk oval. Bunga majemuk
muncul dari ujung batang atau ketiak daun, tidak bercabang. Mahkota berbentuk seperti
lonceng dengan warna putih Bibir bawah mahkota bunga tertekuk dengan sepasang bercak
ungu yang saling berhadapan (Priwiratama 2011: 1 – 2). Cyanthillium cinereum merupakan
tumbuhan herba yang tingginya mencapai 1 m, termasuk ke dalam famili Asteraceae. Bunga
berbonggol dan bertangkai pendek, petal seperti benang, setengah bagian bawah berwarna
putih dan bagian atas warna ungu. Daun berbentuk bulat telur sampai bulat memanjang
dengan panjang daun 2 – 7cm (Syah dkk.2014: 303). Oxalis barrelieri merupakan tumbuhan
herba yang termasuk ke dalam famili Oxalidaceae. Batang tegak dan bercabang, daun
berbentuk lonjong dengan tepi rata. Bunga majemuk, berkelamin dua, dan muncul pada ketiak
daun. Panjang tangkai 2-4 cm, kelopak bunga berjumlah 5 helai dan bentuk bintang, mahkota
berbentuk terompet, kepala sari bulat, kepala putik hijau, kuning (Chung 1999: 162).
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di Lahan Terbuka Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Februari – April 2016. Area penelitian dibagi menjadi 5 titik
lokasi yang telah di tentukan yaitu lokasi 1 di dekat gedung sabda widya, lokasi 2 sebrang
pintu masuk hutan kota wales barat, lokasi 3 belakang gedung PSJ, lokasi 4 dekat area parker
gedung PPMT, dan lokasi 5 didekat gedung DRPM
Peralatan yang digunakan untuk pengambilan data antara lain jaring serangga (insect net),
papilot (triangle paper), thermohygrometer, transek kuadrat ukuran 1mx1m, tabel
pengamatan, kamera DSLR Nikon D3100, Papan perentang serangga, kotak penyimpanan
serangga, jarum pentul, buku identifikasi kupu-kupu Practical Guide to the Butterflies of
Bogor Botanical Garden. Bahan yang digunakan adalah Kupu-kupu, Tumbuhan Herba Liar
Tridax procumbens, Asystasia gangetica, Cyanthillium cinereum, dan Oxalis barrelieri.
Penentuan lokasi dilakukan dengan memetakan lahan terbuka yang ada dikampus UI Depok.
Lokasi yang dipilih adalah area yang banyak ditumbuhi oleh herba liar berbunga yang
dikunjungi oleh kupu-kupu. Identifikasi jenis-jenis tumbuhan herba liar berbunga yang
digunakan oleh kupu-kupu sebagai tumbuhan pakan dan tumbuhan inang dilakukan dengan
mengambil sampel herba liar untuk diidentikasi. Pengamatan dan pengambilan data kupu-
1
2
4
3
5
Gambar 1. Lokasi Penelitian di Kampus Universitas Indonesia (UI)
Depok, Jawa Barat.
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
kupu dilakukan pagi hari pada saat cuaca cerah pada pukul 08.30 – 11.00 WIB. Diperkirakan
pada pukul tersebut produksi nektar mencapai maksimum (Darjanto & Satifah 1990: 113).
Pengambilan data kupu-kupu dilakukan pada kuadran berukuran 1m x 1m yang diletakkan
dengan metode random sampling.
Cara pengamatan kupu-kupu yang datang ke bunga herba liar untuk mengambil nektar
dilakukan pada setiap jenis herba yang telah dihitung didalam kuadran diamati satu per satu
pada setiap lokasi penelitian. Pada setiap herba berbunga yang sedang diamati, dihitung dan
diidentifikasi hanya jenis kupu–kupu yang mengunjungi tumbuhan tersebut untuk mengambil
nektar. Apabila ada kupu–kupu dari jenis yang sama mengunjungi satu jenis bunga yang
sama, maka jenis kupu–kupu tersebut tidak dihitung lagi. Cara pengamatan kupu-kupu yang
datang ke bunga herba liar untuk mengambil nektar juga dilakukan untuk pengamatan
peletakkan telur kupu-kupu pada daun herba liar berbunga yang ada disetiap kuadran.
Sampel kupu-kupu yang diperoleh dikeluarkan dari kertas papilot. Rentangkan pada papan
perentang dengan bantuan jarum pentul yang di tusukkan pada toraks dan diidentifikasi
dengan buku Practical Guide to the Butterflies of Bogor Botanical Garden.
Data yang telah diambil dari lapangan kemudian diolah. Data kelimpahan relatif tumbuhan
herba dianalisis secara deskriptif dengan tampilan tabel. Data yang diperoleh ditabulasi untuk
dihitung kelimpahan tumbuhan yang dikunjungi oleh kupu-kupu untuk memperoleh nektar
dan kelimpahan relatif di habitat.
𝐾𝑟. 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑥 100%
Keterangan: Kr = Kelimpahan relatif
Untuk mengetahui rasio preferensi setiap jenis kupu – kupu dengan mengunjungi bunga untuk
memperoleh nektar dan meletakkan telur pada daun, ditabulasi dengan menghitung rasio
preferensi menurut Crawly (1983: 160) sebagai berikut :
Rasio preferensi = % !"#$"#%&# !"#"!!"#" !"#$% ! !"#" !"#$% !"#$"!!" !
% !"#$% !"#$"!!" ! !" !!"#$!$
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tabel 1. Rasio Preferensi Pakan Kupu-kupu dan Preferensi Peletakkan Telur terhadap 4 jenis herba liar
di 5 lokasi lahan terbuka di kampus UI Depok
No Nama Spesies Famili
Rasio Preferensi Pakan Kupu-kupu
Jenis Herba Liar Rasio
Preferensi peletakkan
telur Tridax procumbens
Asystasia gangetica
Cyanthillium cinereum
Oxalis barelierri S.D
1. Papilio demoleus Papilionidae 1,95 1,68 1,03 0,95 0,48 -
2. Appias olferna
Pieridae
1,24 1,36 0,75 1,41 0,30 -
3. Delias hyparete 1,18 1,63 1,17 1,31 0,21 -
4. Eurema hecabe 1,51 1,46 0,65 0,73 0,46 -
5. Leptosia nina 1,46 1,75 0,67 1 0,47 -
6. Catopsilia pomona 0,60 2,23 0,14 0,85 0,89 -
7. Delias periboea 0,74 1,33 0,89 1,54 0,37 -
8. Junonia orithya
Nymphalidae
1,41 0,88 0,41 0,48 0,45 -
9. Hypolimnas bolina 1,55 0,51 0,52 7,02 3,11 -
10. Ypthima horsfieldii 1,25 1,71 0,27 0,52 0,66 -
11. Junonia almana 0,72 0,41 0,19 0,37 0,22 -
Pengamatan preferensi pakan kupu-kupu di lima lokasi lahan terbuka Kampus UI Depok
dilakukan pada pukul 08.30 – 11.00 WIB di bulan Februari – April 2016. Jumlah seluruh
individu ke-empat jenis tumbuhan herba liar di 5 titik lokasi penelitian sebanyak 647 individu,
terdiri atas jenis Tridax procumbens (168 individu), Asystasia gangetica (216 individu),
Cyanthillium cinereum (136 individu), dan Oxalis barrelieri (127 individu). Jumlah kupu-
kupu yang diperoleh sebanyak 11 jenis kupu-kupu dari 5 titik lokasi penelitian di lahan
terbuka Kampus UI Depok yang mengunjungi herba liar Tridax procumbens, Asystasia
gangetica, Cyanthillium cinereum, dan Oxalis barrelieri. Sebelas jenis kupu-kupu tersebut
terdiri dari 3 famili yaitu famili Papilionidae sebanyak 1 jenis yaitu Papilio demoleus,
Pieridae sebanyak 6 jenis yaitu Appias olferna, Delias hyparete, Eurema hecabe, Leptosia
nina, Catopsilia pomona, dan Delias periboea . Famili Nymphalidae sebanyak 4 jenis yaitu
Junonia orithya, Hypolimnas bolina, Ypthima horsfieldii dan Junonia almana. Perolehan data
Keterangan : S.D : Standar deviasi ; Nilai preferensi ≥ 1 : disukai ; Nilai preferensi < 1 : tidak disukai
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
preferensi pakan kupu-kupu terhadap empat jenis herba liar disajikan dalam bentuk tabel
(Tabel 1)
Deskripsi Jenis Kupu-kupu yang Mengunjungi 4 Jenis Herba Liar di Lahan Terbuka Kampus
UI Depok.
1. Papilio demoleus
Kupu-kupu tersebut memiliki rentang sayap sekitar 80-100 mm. Sayap belakang tidak
memiliki ekor. Bagian atas dari sayap depan yang sebagian besar hitam dan margin sayap
luar memiliki serangkaian bintik-bintik kuning tidak teratur. Sayap belakang bagian atas
memiliki tempat tornal merah dan pita hitam discal ditaburi dengan sisik kuning.
Persebarannya meliputi seluruh tropis dan subtropis wilayah Asia selatan, mulai dari
Arab Saudi, Iran, Timur Tengah, India, Nepal, Taiwan, China dan Jepang (Lewis 2009:
1). Kupu-kupu ini juga ditemukan Pulau Sumatra, Jawa, Sumba, Flores, dan Sulawesi
(Peggie & Amir 2006: 30).
Gambar 2. Papilio demoleus ♂ [Sumber : Dokumentasi Pribadi]
2. Appias olferna
Kupu-kupu tersebut memiliki rentang sayap 55 – 65 mm. Pada jantan dasarnya
berwarna putih dengan urat hitam yang menonjol pada bagian tepi. Kupu-kupu betina
berwarna putih dengan garis hitam lebih pekat dan sedikit warna kuning.
Persebarannya di Sumatra, Pulau Jawa, Malaysia, Singapura, Indonesia (Corbet &
Pendlebury 1956: 125).
Gambar 2.(1). Appias olferna ♂ [Sumber: Dokumentasi Pribadi]
Dorsal Ventral
Dorsal Ventral
Dorsal Ventral
Dorsal Ventral
Gambar 3.(1). Appias olferna ♂ [Sumber: Dokumentasi Pribadi]
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
Gambar 3.(2). Appias olferna ♀ [Sumber: Dokumentasi Pribadi]
3. Delias hyparete
Kupu-kupu tersebut memiliki rentang sayap sekitar 4 – 6cm. Permukaan atas sayap
berwarna putih dengan garis hitam pada tepinya, permukaan sayap belakang berwarna
kuning , merah dan putih. Kupu-kupu ini sekilas mirip seperti Delias periboea namun
berukuran lebih kecil. Persebarannya di wilayah Jawa, Sumatra, Bali, Kalimantan, dari
Himalaya hingga Indo-Cina (Otsuka 1988: 10; Peggie & Amir 2006: 44).
Gambar 4. Delias hyparete ♂ [Sumber : Dokumentasi Pribadi]
4. Eurema hecabe
Kupu-kupu tersebut memiliki sayap berwarna dasar kuning dengan tepi sayap berwarna
hitam dan pada ventral sayap memiliki garis-garis kecil berwarna kuning kecokelatan.
Kepala berwarna hitam ditutupi sisik berwarna kuning, mata berwarna cokelat,
abdomen berwarna hitam dengan sisik kuning. Sayap belakang berbentuk oval.
Probosis berukuran besar dan sangat melingkar. Panjang total tubuh 13,41 mm dan
betina berukuran 14,22 mm (Mal dkk. 2014: 94). rsebarannya di wilayah Sumatra,
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Papua, wilayah Asia dan Afrika
(Peggie & Amir 2006: 48 ; Mal dkk. 2014: 94).
Dorsal Ventral
Dorsal Ventral
Dorsal Ventral
Dorsal Ventral
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
5. Leptosia nina
Kupu-kupu tersebut memiliki rentang sayap 40 – 5 mm. Terbang dengan kecepatan
lambat dan terbang tidak beraturan. Abdomen berwarna putih, kepala berwarna putih
kehijauan. Tepi sayap depan membulat.Sayap seluruhnya berwarna putih kecuali untuk
perbatasan apikal hitam dan subapical titik hitam pada sayap depan. Sayap belakang
seluruhnya berwarna putih tanpa tanda hitam. Pada bagian margin dan kosta memiliki
titik-titik hitam (Deepika dkk. 2014: 955). Persebarannya di wilayah Sumatra, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Tanimbar, dari Indo-Cina, Filipina, dan
India (Peggie & Amir 2006: 51).
Gambar 6. Leptosia nina ♂ [Sumber: Dokumentasi Pribadi]
6. Catopsilia pomona
Kupu-kupu tersebut memiliki rentang sayap sekitar 55 – 80 mm. Pada jantan dasarnya
berwarna putih dengan pangkal kuning. Kupu-kupu betina berwarna hijau kekuningan
dengan garis hitam mencolok sepanjang kedua sayap. Antena berwarna merah. Pada
sayap belakang memiliki bintik-bintik kecil kemerahan pada bagian vena marginal. Sisi
ventral memiliki warna yang bervariasi seperti coklat kemerahan, kuning kecoklatan,
kuning hingga kuning kehijauan atau putih (Corbet & Pendlebury 1956: 132; Otsuka
1988: 10). Persebarannya meliputi daerah Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, daerah Indo-China, Filipina, dan Australia
(Peggie & Amir 2006: 39).
Dorsal Ventral
Dorsal Ventral
Gambar 5. Eurema hecabe ♂ [Sumber: Dokumentasi Pribadi]
Dorsal Ventral
Dorsal Ventral
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
Gambar 7. Catopsilia pomona ♀ [Sumber: Dokumentasi Pribadi]
7. Delias periboea
Kupu-kupu jantan memiliki warna dasar putih dengan sayap belakang warna kuning
dan vena tidak menghitam pada sayap belakang (pada bagian yang kuning). Pada sayap
depan vena menghitam. Kupu-kupu betina vena permukaan atas pada sayap depan
hitam dan berbaur dengan sisik cokelat tua. Persebarannya di Jawa, Bali, Lombok,
Sumbawa, Flores dan Alor (Peggie & Amir 2006: 45).
Gambar 8. Delias periboea ♂ [Sumber: Dokumentasi Pribadi]
8. Junonia orithya
Kupu-kupu tersebut memiliki rentang sayap sekitar 40–60 mm. Kepala berwarna coklat
kemerahan. Kupu-kupu jantan memiliki sayap depan berwarna hitam dengan garis
putih, dan sayap belakang biru dengan ocellus subtornal oranye-merah. Sedangkan
sayap betina berwarna cokelat bata dan memiliki pola yang sama seperti pola pada
sayap jantan. Persebarannya meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara,
Sulawesi, Maluku, Papua, dari Afrika, Indo-Cina, Filipina dan Australia bagian utara
(Peggie & Amir 2006: 79).
Dorsal Ventral
Dorsal Ventral
Dorsal Ventral
Dorsal Ventral
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
Gambar 9.(2). Junonia orithya ♀ [Sumber: Dokumentasi Pribadi] 9. Hypolimnas bolina
Kupu-kupu ini memiliki rentang sayap sekitar 70 – 100 mm. Kupu-kupu jantan
berwarna hitam dan memiliki bulatan berwarna putih kebiruan pada keempat
sayapnya.. Pada betina berwarna cokelat gelap dengan bulatan berwarna putih kebiruan
dikedua sayap. Abdomen berwarna cokelat dengan garis putih (Corbet & Pendlebury
1956: 134; Deepika dkk. 2014: 951). Persebarannya meliputi Sumatra, Jawa, Bali,
Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua, Madagaskar, Indo-Cina, India,
Filipina, Micronesia dan Polynesia (Peggie & Amir 2006: 73).
Gambar 4.1.1.(9) Hypolimnas bolina ♂
10. Ypthima horsfieldii
Kupu-kupu tersebut memiliki dua garis yang menghiasi pola titik, gelap melintasi
bawah kedua sayap, sayap depan memiliki satu titik mata besar berwarna putih dilapisi
warna hitam dan kuning. Sayap belakang terdiri dari lima bintik mata yang ukurannya
berbeda dan terpola (IPBiotics 2014: 1). Persebaran meliputi pulau Jawa, Bawean,
Sumatra, Kangean, dan Bali (Peggie & Amir 2006: 89).
Gambar 10. Ypthima horfieldii ♂ [Sumber: Dokumentasi Pribadi]
Dorsal Ventral Dorsal Ventral
Dorsal Ventral
Dorsal Ventral
Dorsal Ventral Dorsal Ventral
Gambar 10. Hypolimnas bolina ♂ [Sumber : Dokumentasi Pribadi]
Gambar 9. Junonia orithya ♂ [Sumber : Dokumentasi Pribadi]
Gambar 11. Ypthima horsfieldii ♂ [Sumber : Dokumentasi Pribadi]
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
11. Junonia almana
Rentangan sayap sekitar 60 – 65 mm. Sayap berwarna cokelat bata dengan dua ocelli di
kedua sayap dan pada bagian margin sayap. Sayap depan dan belakang memiliki garis
hitam melintasi dari costa ke dorsal. Pada jantan berwarna kecokelatan dan pada betina
berwarna kekuningan. Ocelli pada betina lebih menonjol dibandingkan dengan jantan
(Deepika dkk. 2014: 951). Persebaran meliputi Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi, India, Indo-Cina, dan Filipina (Peggie & Amir 2006: 75).
Preferensi Pakan Kupu-kupu terhadap 4 Jenis Herba Liar di Lahan Terbuka Kampus UI
Depok.
Nilai rasio preferensi lebih besar sama dengan satu dapat dikatakan bahwa kupu-kupu
menyukai bunga dari jenis herba liar tersebut, namun bila rasio kurang dari satu dapat
dikatakan bahwa kupu-kupu menghindari bunga dari jenis herba liar tersebut. (Tabel 1)
(Crawley 1983: 161). Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa delapan jenis kupu-kupu
menyukai bunga dari herba liar Tridax procumbens yaitu Papilio demoleus (Papilionidae),
Appias olferna, Delias hyparete, Eurema hecabe, Leptosia nina (Pieridae), Junonia orithya,
Hypolimnas bolina, Ypthima horsfieldii, (Nymphalidae). Tujuh dari delapan jenis kupu-kupu
termasuk ke dalam famili Pieridae dan Nymphalidae yang menyukai bunga dengan warna
putih, kuning, ungu, dan merah (Tiple dkk. 2009: 875). Bunga herba liar Tridax procumbens
memiliki warna ray florets putih dan disc florets berwarna kuning (Varalakshmi & Solomon
2013: 128). Delapan jenis kupu-kupu menyukai Asystasia gangetica yaitu Papilio demoleus
(Papilionidae), Appias olferna, Delias hyparete, Eurema hecabe, Leptosia nina, Catopsilia
pomona, Delias periboea (Pieridae). Bunga herba liar Asystasia gangetica memiliki warna
putih pada petalnya dan garis biru keunguan pada petal bawahnya. Hal tersebutlah yang
diduga famili Papilionidae dan Pieridae tertarik untuk datang dan mengambil nektar pada
bunga tersebut.
Dorsal Ventral Dorsal Ventral
Gambar 12. Junonia almana ♂ [Sumber: Dokumentasi Pribadi]
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
Cyanthillium cinereum disukai oleh dua jenis kupu-kupu yaitu Papilio demoleus
(Papilionidae), Delias hyparete (Pieridae) (Tabel 1). Hal tersebut dikarenakan bunga herba
liar Cyanthillium cinereum berwarna ungu (Gambar 2.8.3). Salah satu faktor kupu-kupu
tertarik untuk mendatangi bunga karena warnanya, famili Papilionidae dan Pieridae menyukai
bunga dengan warna ungu, putih, dan merah (Tiple dkk. 2009: 875). Lima jenis kupu-kupu
menyukai Oxalis barrelieri yaitu Appias olferna, Delias hyparete, Leptosia nina, Delias
periboea (Pieridae), dan Hypolimnas bolina (Nymphalidae). Empat jenis di antaranya berasal
dari famili Pieridae, hal tersebut dikarenakan famili Pieridae menyukai bunga dengan warna
putih, merah, dan ungu (Tiple dkk. 2009: 875).
Kupu-kupu yang mengunjungi ke-empat jenis herba liar untuk mengambil nektarnya adalah
Delias hyparete. Hal tersebut menunjukkan bahwa Delias hyparete tidak bergantung pada
satu jenis bunga herba liar saja sebagai pakannya.
Papilio demoleus menyukai tiga jenis herba liar yaitu Tridax procumbens, Asystasia
gangetica, dan Cyanthillium cinereum. Appias olferna dan Leptosia nina menyukai Tridax
procumbens, Asystasia gangetica, dan Oxalis barrelieri. Eurema hecabe dan Ypthima
horsfieldii menyukai dua jenis herba liar yang sama yaitu Tridax procumbens dan Asystasia
gangetica. Delias periboea menyukai Asystasia gangetica. Hypolimnas bolina menyukai
Tridax procumbens dan keduanya sama-sama menyukai Oxalis barrelieri. Catopsilia pomona
hanya menyukai satu jenis saja yaitu Asystasia gangetica, sama halnya dengan Junonia
orithya yang hanya menyukai Tridax procumbens. Hanya Junonia almana yang menghindari
keempat jenis herba liar tersebut. Hal tersebut dikarenakan kupu-kupu tersebut hanya hadir
pada dua lokasi penelitian saja yaitu lokasi 1 dan lokasi 2. Selain itu, Junonia almana
memanfaatkan tumbuhan Lantana camara, Calotropis gigantea,dan Rostellularia
procumbens sebagai sumber pakan utama untuk memperoleh nektar (Bhupathi dkk 2012: 18).
Berdasarkan nilai rasio preferensi diketahui bahwa 8 dari 11 jenis kupu-kupu yang ditemukan
di 5 lokasi penelitian menyukai herba liar Tridax procumbens dan Asystasia gangetica (Tabel
1). Adapun beberapa faktor yang dapat menjelaskan keadaan tersebut seperti struktur bunga
dan daya tarik bunga, ketersediaan tumbuhan di lokasi penelitian dan sindroma bunga yang
disukai oleh kupu-kupu.
1. Struktur dan daya tarik bunga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa herba liar Tridax procumbens dan Asystasia gangetica
paling banyak disukai oleh kupu-kupu (Tabel 1). Diduga hal tersebut terjadi karena warna
kuning pada disc florets Tridax procumbens menarik perhatian kupu-kupu untuk datang
karena didalam disc florets terkandung nektar. Warna kuning pada disc florets dijadikan
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
sebagai indikator oleh kupu-kupu untuk dikunjungi karena bunga tersebut masih segar dan
nektar yang dihasilkan masih berlimpah (Varalakshmi & Solomon 2013: 128 – 129). Kupu-
kupu terutama dari famili Nymphalidae dan Pieridae tertarik dan menyukai bunga dengan
warna kuning, putih, merah, merah muda dan ungu (Tiple dkk.. 2009: 875). Dalam mencari
bunga sebagai pakannya kupu-kupu memanfaatkan indera penciuman dan penglihatannya
(Boggs 1987: 374).
Herba liar kedua yang banyak dikujungi oleh kupu-kupu adalah Asystasia gangetica. Tidak
hanya kupu-kupu namun juga serangga lain menghampiri bunga tersebut karena bunga
Asystasia menggunakan petalnya yang berwarna putih dengan garis ungu kebiruan pada
bagian petal bawah untuk menarik perhatian kupu-kupu datang dan mengambil nektar (Murali
dkk. 2013: 804). Tidak hanya warna bunga namun bau yang harum juga berfungsi sebagai
pemikat untuk memikat serangga penyerbuk dan sebagai petunjuk untuk mengetahui
keberadaan pakan (Whitman 1988: 14).
2. Ketersediaan tumbuhan di lokasi penelitian
Proporsi pakan yang dimakan oleh hewan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
pemilihan pakan (elektivitas) pada hewan dan faktor ketersediaan pakan tersebut di
lingkungan. Hewan memiliki elektivitas yang tinggi terhadap pakan tertentu, tetapi
proporsi pakan tersebut akan menjadi rendah bila jumlah yang tersedia di alam sedikit.
Sebaliknya, walaupun elektivitas hewan terhadap pakan tertentu rendah, maka proporsi
pakan tersebut akan menjadi tinggi bila jumlahnya di alam berlimpah (Lawor 1980: 246).
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa total kelimpahan Tridax procumbens (168
individu) dan Asystasia gangetica (216 individu) di kelima lokasi penelitian jumlahnya
lebih banyak sehingga menyebabkan kupu-kupu lebih mudah untuk menemukannya.
Sedangkan jenis herba Cyanthillium cinereum (136 individu) dan Oxalis barrelieri (127
individu) memiliki kelimpahan paling rendah dibandingkan dengan Tridax procumbens
dan Asystasia gangetica. Selain karena faktor kelimpahan faktor lainnya seperti keadaan
dari bunga itu sendiri, seperti Cyanthillium cinereum pada saat pengambilan data bunga
dari herba liar tersebut sudah mekar. Hal tersebut menandakan bahwa bunga dari herba
Cyanthillium cinereum sudah terserbuki oleh pollinator lain sehingga sudah tidak ada lagi
nektar ataupun polen yang terdapat pada bunga tersebut dan kupu-kupu pun akhirnya
tidak mengunjungi bunga tersebut.
3. Sindroma bunga yang disukai oleh kupu-kupu
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
Menurut Faegri & Pijl (1979) dalam (Hingston & Peter 2000: 600) adanya sindroma
bunga menggambarkan karakteristik bunga atau ciri-ciri bunga yang disukai oleh kupu-
kupu antara lain bunga memiliki warna yang cerah dengan sedikit aroma, warna bunga
yang bervariasi, memiliki aroma yang menandakan bahwa pada bunga tersebut terdapat
nektar yang segar dan berlimpah, bunga berbentuk tabung sempit dengan bantalan petal
cukup besar, dan aroma bunga samar namun segar.
Sindroma bunga yang disukai oleh kupu-kupu di atas sesuai dengan ciri-ciri bunga Tridax
procumbens dan Asystasia gangetica. Hal tersebut dapat memberikan jawaban alasan
mengapa jenis herba Tridax procumbens dan Asystasia gangetica lebih di sukai
dibandingkan Cyanthillium cinereum dan Oxalis barrelieri.
Preferensi Peletakkan Telur pada Tumbuhan Inang
Hasil dari penelitian diketahui bahwa tidak ada kupu-kupu yang meletakkan telur pada
keempat jenis herba liar Tridax procumbens, Asystasia gangetica, Cyanthillium cinereum, dan
Oxalis barrelieri (Tabel 1). Hal tersebut menunjukkan bahwa tumbuhan pakan yang
digunakan oleh kupu-kupu berbeda dengan tumbuhan inang yang digunakan untuk
meletakkan telurnya (Tambaharu 2015: 22). Pada lokasi penelitian 5 teramati kupu-kupu jenis
Appias olferna (Pieridae) sedang meletakkan telurnya pada herba jenis Cleome rutidosperma
(Capparaceae).
Kupu-kupu famili Papilionidae memanfaatkan tumbuhan dari famili Aristolochiaceae,
Rutaceae, dan Lauraceae sebagai tumbuhan inang (Fiedler 1998: 287). Famili Pieridae
memanfaatkan tumbuhan dari famili Capparidaceae, Fabaceae, Caesalpiniaceae, Capparaceae,
dan Mimosaceae (Fiedler 1998: 288). Famili Nymphalidae memanfaatkan tumbuhan dari
famili Poaceae, Moracea, Asclepiadaceae, Apocynaceae, Urticaceae, Euphorbiaceae,
Mimosaceae, Arecaceae, Fabaceae, dan Rubiaceae (Fiedler 1998: 291).
Kesimpulan
1. Terdapat 11 jenis kupu-kupu yaitu Papilio demoleus, Appias olferna, Catopsilia pomona,
Delias hyparete, Eurema hecabe, Delias periboea, Ypthima horsfieldii, Junonia orithya,
Junonia almana, Hypolimnas bolina, dan Leptosia nina yang mengunjungi bunga herba
liar Tridax procumbens, Asystasia gangetica, Cyanthillium cinereum, dan Oxalis
barrelieri di Lahan Terbuka Kampus UI Depok
2. Jenis kupu-kupu yang menyukai Tridax procumbens dan Asystasia gangetica sebanyak 8
jenis, yang menyukai Cyanthillium cinereum 2 jenis dan Oxalis barrelieri 5 jenis
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
3. Tumbuhan pakan dan tumbuhan tempat kupu-kupu meletakkan telur berbeda jenis
tumbuhannya
4. Preferensi pakan kupu-kupu dipengaruhi oleh struktur dan daya tarik bunga, ketersediaan
tumbuhan di lokasi penelitian, dan sindroma bunga yang disukai oleh kupu-kupu
5. Jenis herba liar Tridax procumbens dan Asystasia gangetica dapat digunakan sebagai
tumbuhan pemikat pada lokasi yang akan dijadikan taman kupu-kupu
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai preferensi kupu-kupu terhadap tumbuhan inang,
aktifitas harian kupu-kupu, konsentrasi nektar yang terkandung pada bunga serta siklus hidup
kupu-kupu di lokasi penelitian untuk mempertahankan keberadaan dan kelangsungan hidup
kupu-kupu di Kampus Universitas Indonesia Depok.
Daftar Referensi
Bariyah, K. 2011. Hubungan Panjang Proboscis Kupu – kupu dengan Preferensi Pakan di
Areal Kampus I Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta:
87 hlm.
Bhupathi, R. M., E. Rao., S. Deepika & Atluri. 2012. Life history and larval performance of
the peacock pansy butterfly, Junonia almana Linnaeus (Lepidoptera: Rhopalocera:
Nymphalidae). IOSR Journal of Environmental Science, Toxicology, and Food
Technology. 1(2): 17 – 21.
Boggs, C.L. 1987. Ecology of Nectar and Pollen Feeding in Lepidoptera. Dalam: Slansky Jr.,
F. & J. G. Rodriguez (eds.). Nutritional ecology of insects, mites, spiders, and related
invertebrates. John Wiley & Sons, Inc., New York: xxxiv + 1086 hlm.
Chung, R.C.K. 1999. Oxalis (Oxalidaceae). www.researchgate.net/publication/272509688. 6
hlm. 26 Januari 2016 pkl. 16.30 WIB.
Corbet, A.S. & H.M. Pendlebury. 1956. The Butterflies of The Malay Peninsula. 2nded. Oliver
& Boyd, Edinburgh: x + 539 hlm + 55 plates.
Crawly, M.J. 1983. Herbivory: The Dynamics of Animal-plants Interactions. Blackwell
Scientific Publications, Oxfords: x + 473 hlm.
Davies, H. & C.A. Butler. 2008. Do butterflies bite? : fascinating answer to questions about
butterflies and moths. Rutgers University Press, New Jersey : xvi + 244 hlm.
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
Deepika, D.S., J.B. Athluri & L. Sowmya. 2014. Occurrence and distribution of Flying jewels
in Visakhapatnam. International Journal of Advanced Research. 2(6): 948 – 958.
Faegri, K. & van der Pijl L.1979. The Principles of Pollination Ecology. Dalam: Hungston,
A.D. & Peter, B.Mc.Q. 2000. Are pollination syndromes useful predictors of floral
visitors in Tasmania?. Austral Ecology. 25: 600 – 609.
Fiedler, K.1998. Diet breadth and host plant diversity of tropical- vs. temperate-zone
herbivores: South-East Asian and West Palaearctic butterflies as a case study.
Ecological Entomology, 23: 285 – 297.
Handayani, N.W. 2000. Preferensi kupu-kupu terhadap beberapa jenis bunga di kampus UI
Depok. Skripsi Departemen Biologi FMIPA UI, Depok: viii + 60 hlm.
Huwaida, U.N. 2015. Distribusi dan Keragaman Jenis Kupu-kupu di Kampus Universitas
Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional PBI
Biologi Perkotaan 9 November 2016, Jakarta: v+44 hlm.
IPBiotics.2014.Ypthima horsfieldii.
http://apps.cs.ipb.ac.id/ipbioticsnew/index.php/kupu/1334. 1hlm. 11 Mei 2016 pkl.
20.22 WIB.
Lewis, D.S. 2009. Lime Swallowtail, Chequered Swallowtail, Citrus Swallowtail Papilio
demoleus Linnaeus (Insecta: Lipidoptera: Papilionidae). IFAS Extension University of
Florida. EENY 444: 5 hlm.
Lawor, L.R. 1980. Overlap, similarity and competition coefficients. Ecology 6 (2): 245 – 251.
Mal, B. , N. Memon., S.A. Memon., M.A. Shah & J.K. Turk. 2014. First record and
redescription of Eurema hecabe simulata M. (Lepidoptera: Pieridae) from Sanghar,
Sindh, Pakistan. Journal of Entomology and Zoology Studies. 2(4): 93 – 98.
Mastrigt, V.H. & E. Rosariyanto. 2005. Buku panduan lapangan : kupu-kupu untuk wilayah
Membrano sampai pegunungan Cyclops. Conservation International-Indonesia
Program, Jakarta: xii + 146 hlm.
Murali, S., P. Dananjaya, G.N. Reddy, & T. Vinayaka. 2013. Study of Insect Pollinator’s
Diversity in Asystasia gangetica (L.). Environment & Ecology, Department of
Entomology, UAS. 31(2A): 804 – 806.
Noerdjito,W. A. & P. Aswari .2003. Metode survey dan pemantauan populasi satwa. Puslit
Biologi-LIPI, Cibinong: v + 79 hlm.
Otsuka, K. 1988. Butterflies of Borneo Vol 1. Tobishima Corporation. Tokyo: xx + 61 hlm +
80 plates.
Peggie, D. 2014. Mengenal Kupu-kupu. Pandu Aksara Publishing, Jakarta: v + 78 hlm.
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016
Peggie, D. & M. Amir. 2006. Practical Guide to the butterflies of bogor botanical garden.
Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, Cibinong: v + 126 hlm.
Prawirata, H. 2011. Asystasia gangetica (L.) subsp. micrantha (Nees). Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Vol. G – 0001. 2 hlm.
Sari, E.F.W. 2013. Keanekaragaman Kupu – kupu Nymphalidae di Pulau Tegal dan Pulau
Pahawang Kecil, Teluk Lampung. Skripsi. Lampung: xiv + 62 hlm.
Soekardi, H., A. Larasati, A. Djausal & Martinus. 2016. Kupu-kupu Lampung Taman Kupu-
kupu Gita Persada. Yayasan Sahabat Alam, Lampung: 120 hlm.
Sulistyani, T.H. 2013. Keanekaragaman Jenis Kupu – kupu (Lepidoptera : Rhopalocera) di
Kawasan Cagar Alam Ulolanang Kecubung Kabupaten Batang. Skripsi Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Semarang: xi + 79 hlm.
Syah, Ar.S., S.M. Sulaiman & R. Pitopang. 2014. Jenis – jenis Tumbuhan Asteraceae di Desa
Mataue, Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Online Jurnal of Natural Science.
3(3): 297 – 312.
Tambaharu, E. 2015. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Pakan Larva Kupu – kupu di Kawasan
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Maros. Jurnal Alam dan Lingkungan.
6(11): 22 – 27.
Taqqyudin, J. Sirait, I. Nirwandi, L. Hakim, A. Ramelan & Firdausy. 1997. Atlas Kampus
Universitas Indonesia. FMIPA UI, Depok: v + 40 hlm.
Tiple, A.D., A.M. Khurad. & R.L.H. Dennis. 2009. Adult Butterfly feeding-nectar flower
associations: constraints of taxonomic affillation, butterfly, and nectar flower
morphology. Journal of Natural History. 33 (14): 855 – 884.
Utami, E.N. 2012. Komunitas kupu-kupu (Ordo Lepidoptera: Papilionoidea) Di Kampus
Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat. Skripsi Departemen Biologi FMIPA UI,
Depok: xiv + 93 hlm.
Varalakshmi,P. & A.J.S. Raju. 2013. Psychophilous and Melittophilous Pollination Syndrome
in Tridax procumbens L. (Asteraceae). TAPROBANICA. 5(2): 124 – 130.
Preferensi pakan ..., Utami Nur Huwaida, FMIPA UI, 2016