pola pembinaan akhlak pada anak di rumah yatim...
TRANSCRIPT
POLA PEMBINAAN AKHLAK PADA ANAK DI RUMAH YATIM MIZAN
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh :
ADE AZIZI 1113052000017
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H. /2017 M.
i
ABSTRAK
Ade Azizi, NIM : 1113052000017, Pola Pembinaan Akhlak pada Anak di
Rumah Yatim Mizan, Skripsi Sarjana Strata 1 (S1), dibawah bimbingan
Prof. Daud Effendi, AM.
Anak sebagai generasi penerus yang sedang berkembang, sangat
membutuhkan pengarahan, perhatian dan pendamping agar tetap terarah berjalan
pada jalur yang benar. Tidak dapat dipungkiri bahwa anak sejak dini
membutuhkan pembinaan akhlakl, sikap dan perilaku agar nantinya tidak terseret
arus yang menyesatkan perbuatan anak. Dengan pembinaan akhlak diharapkan
anak dapat bersikap dan berperilaku yang beakhlak, tidak hanya mengetahui
norma-norma yang ada dalam masyarakat, tetapi juga pelaksanaannya dalam
kehidupan sehari-hari. Metode-metode dalam membentuk dan mempersiapkan
anak, diantaranya pendidikan dengan keteladanan, adat istiadat, nasihat, memberi
perhatian dan memberikan hukuman. Pembinaan akhlak yang dilakukan di Rumah
Yatim Mizan bertujuan agar anak dapat mempunyai akhlak yang mulia.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Yatim Mizan, Kota Depok, Jawa Barat.
Model penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan analisis deskriptif. Subjek penelitian ini adalah pembina dan guru di
Rumah Yatim Mizan, sedangkan objeknya adalah kegiatan pembinaan akhlak
pada anak di Rumah Yatim Mizan.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa : (1). Pola pembinaan akhlak
pada anak di Rumah Yatim Mizan adalah dengan cara penerapan pembiasaan
kepada anak dengan harapan akan membangun kesadaran. (2). Pembinaan
dilakukan dengan beberapa program, yaitu melalui pendidikan formal, pembinaan
keterampilan, pembinaan keagamaan dan pembinaan sosial. (3). Faktor faktor
penghambat pembinaan di Rumah Yatim Mizan ialah kondisi psikologis anak
yang masih dalam tahap usia labil, kurangnya komitmen pembina dan tidak dapat
mengemas materi pembinaan secara menarik. Adapun faktor pendukung
pembinaan di Rumah Yatim Mizan ialah lengkapnya sarana pendukung
pembinaan.
Kata Kunci : Pola Pembinaan, Akhlak, Anak, Rumah Yatim.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sanjungkan atas karunia Allah SWT, yang
selalu memberikan rahmat serta jalan lurusnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pola Pembinaan Akhlak pada Anak di
Rumah Yatim Mizan”. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari jaman jahiliyyah
sampai ke jaman Islamiah.
Dalam prosesnya skripsi ini dengan dipenuhi rasa syukur yang tak
terhitung, meskipun disadari skrpsi yang penulis tulis ini sangatlah jauh dari kata
sempurna, dan banyak kekurangan yang selalu ingin diperbaiki. Oleh sebab itu,
penulis memohon kritik serta saran yang membangun dalam segala kekurangan
dalam skripsi ini.
Sebagai makhluk sosial, penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian
skripsi ini tidak bisa lepas dari peranan banyak orang. Baik mereka yang
mendukung dengan kasih sayang, bahkan yang mencibir penulis dengan kritik
yang pedas. Oleh karena itu, izinkanlah pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih banyak kepada orang-orang yang berada di sekeliling
penulis selama ini:
1. Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Suparto, M. Ed. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr.
Hj. Roudhonah, M. Ag. selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr.
iii
Suhaimi, M. Si. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan
Kerjasama.
2. Prof. Daud Effendi, AM. selaku dosen pembimbing skripsi.
3. Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si. selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
4. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
5. M. Lutfi Jamal, MA. selaku dosen Pembimbing Akademik Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan tahun 2013.
6. Kedua orang tua penulis Ayahanda Supendi dan Ibunda Jasih atas dukungan
moril, materil, maupun spirituilnya.
7. Kakak dan adik-adik penulis, Didi Nahtadi, S. Sy, Ahmad Munjidin, dan Ato
Badrudin. Terima kasih atas dukungan serta do’anya.
8. Kepada pihak Rumah Yatim Mizan, atas diberikannya izin penelitian
sehingga penulis dapat melakukan penelitian dengan baik.
9. Segenap pimpinan dan karyawan perpustakaan utama dan perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas penyediaan dan
peminjaman buku yang sangat membantu penulis.
10. Segenap dosen dari jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam atas ilmu-
ilmunya yang sangat bermanfaat bagi penulis.
11. Semua teman-teman dari Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
khususnya BPI angkatan 2013.
12. Teman-teman Bidikmisi Angkatan 2013.
iv
13. Mr. Utob Tobroni, Lc, Mcl. selaku kepala pembina di Ma’had al-Jamiah UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
14. Bapak Soleh Hasan, MA. selaku kepala pembina di Ma’had Syekh Abdul
Karim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
15. Teman kamar di Ma’had yaitu Miftahun Najat, Taufiq dan Muizudin Hilmi,
Iqbal Mualana, Faskan Aditama, dan Burhanudddin Rabbani, terimakasih
atas semua keseruannya.
16. Untuk semua yang ada di balik kelancaran proses penyusunan, terima kasih
atas segala doa, semangat yang tak henti-hentinya mengalir.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT. jualah penulis serahkan semuanya.
Semoga semua partisipasi dan bantuan dari semua pihak mendapat ganjaran yang
setimpal di sisiNya, Aamiin Ya Rabbal’alamin.
Jakarta, 30 Oktober 2017
Penulis
(Ade Azizi)
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. v
DAFTAR TABEL......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah........................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................... 6
D. Metodologi Penelitian......................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka................................................................. 11
F. Sistematika Penulisan.......................................................... 14
BAB II PEMBAHASAN TEORI
A. Pola Pembinaan Akhlak...................................................... 16
1. Pengertian Pola............................................................ 16
2. Pengertian Pembinaan.................................................. 16
3. Pengertian Akhlak........................................................ 17
4. Pengertian Pola Pembinaan Akhlak............................. 19
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan
Akhlak..........................................................................
21
6. Tujuan Pembinaan Akhlak........................................... 24
vi
7. Ruang Lingkup Pembinaan Akhlak............................. 24
B. Anak Yatim......................................................................... 26
C. Rumah Yatim...................................................................... 28
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH YATIM MIZAN
A. Profil Rumah Yatim Mizan................................................. 30
B. Sejarah Berdirinya Rumah Yatim Mizan............................ 30
C. Visi dan Misi Rumah Yatim Mizan.................................... 31
D. Tujuan Rumah Yatim Mizan............................................... 32
E. Sasaran dan Jangka Waktu Pelayanan Rumah Yatim
Mizan...................................................................................
32
F. Struktur Organisasi.............................................................. 33
G. Program Pemberdayaan...................................................... 34
H. Program Pembinaan Rumah Yatim Mizan......................... 34
I. Jadwal Pembinaan Rumah Yatim Mizan............................ 39
J. Sarana dan Prasarana........................................................... 39
K. Anggaran Dana.................................................................... 40
L. Kriteria Anak di Rumah Yatim Mizan................................ 41
BAB IV ANALISIS PEMBINAAN AKHLAK PADA ANAK DI
RUMAH YATIM MIZAN
A. Proses Pelaksanaan dan Pola Pembinaan Akhlak pada
Anak di Rumah Yatim Mizan...............................................
42
B. Pola Pembinaan Akhlak pada Anak di Rumah Yatim
vii
Mizan.................................................................................... 43
C. Metode Pembinaan Akhlak di Rumah Yatim Mizan............ 50
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan di Rumah
Yatim Mizan.........................................................................
50
E. Tujuan Pembinaan di Rumah Yatim Mizan......................... 52
F. Dampak Pembinaan terhadap Anak di Rumah Yatim
Mizan....................................................................................
53
G. Perbedaan Rumah Yatim Mizan dengan Rumah Yatim
Sejenis...................................................................................
54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................... 56
B. Saran.................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 59
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar pembina Rumah Yatim Mizan............................................. 33
Tabel 2 Program pembinaan unggulan serta capaian-capaian di Rumah
Yatim Mizan...................................................................................
34
Tabel 3 Kisi-kisi bahasan tafsir remaja........................................................ 36
Tabel 4 Kisi-kisi bahasan makna ibadah...................................................... 36
Tabel 5 Kisi-kisi bahasan karakter mukmin................................................ 37
Tabel 6 Kisi-kisi bahasan akhlak muslim.................................................... 37
Tabel 7 Jadwal pembinaan di Rumah Yatim Mizan.................................... 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan potensi dan modal bagi pembangunan bangsa, karena
anak adalah penerus perjuangan yang akan menghadapi tantangan masa depan.
Anak sebagai potensi dan modal pembangunan, dalam perkembangan serta
tumbuhnya sering mengalami hambatan. Anak tumbuh dari awal yang lemah dan
perlu bimbingan dan arahan dari generasi sebelumnya yaitu orang tua, guru, dan
lingkungan sosial atau teman bermain.1
Anak sebagai generasi penerus yang sedang berkembang, sangat
membutuhkan pengarahan, perhatian dan pendamping agar tetap terarah berjalan
pada jalur yang benar. Dalam hal ini secara kodrati orang tua mendapat tugas
mendidik anaknya. Orang tua melakukan tugasnya dengan memberikan
kebiasaan-kebiasaan yang baik ke arah pembentukan watak yang baik. Keluarga
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan pola-pola tingkah
laku. Metode-metode dalam membentuk dan mempersiapkan anak, diantaranya
pendidikan dengan keteladanan, adat istiadat, nasihat, memberi perhatian dan
memberikan hukuman.2
Seperti dijelaskan dalam Undang-undang Perlindungan Anak tentang Hak
dan Kewajiban Anak Pasal 8 yaitu “setiap anak berhak memperoleh pelayanan
kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan
sosial”.3
1Ririen Agustiningsih, Pembinaan Moral Anak di Panti Pamardi Putra Mandiri,
(Searang: Univesitas Negeri Semarang, 2005), h. 12. 2 Refisia Susita, Perbedaan Penalaran Moral Anak Yang Proses Penyusuannya dengan
ASI dan Susu Formula di Dua Tahun Pertama pada Anak Sekolah Dasar, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 1-2. 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002, Tentang Perlindungan
Anak, (Jakarta: BP Restindo Mediatama, 2002).
2
Tidak dapat dipungkiri bahwa anak sejak dini membutuhkan pembinaan
akhlak, sikap dan perilaku agar nantinya tidak terseret arus yang menyesatkan
perbuatan anak. Dengan pembinaan akhlak diharapkan anak nantinya dapat
bersikap dan berperilaku yang berakhlak, tidak hanya mengetahui norma-norma
yang ada dalam masyarakat, tetapi juga pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-
hari.
Akhlak merupakan salah satu modal penting bagi manusia sebagai
makhluk sosial. Kita sering kali melakukan penilaian baik dan buruk, dan
penilaian tersebut berpengaruh pada bagaimana kita berperilaku dan
memperlakukan orang lain. Juga karena pentingnya akhlak di kehidupan manusia,
maka dari itu Allah SWT mengutus nabi-nabi dan Rasul sebagai contoh bagi umat
manusia. Seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT:
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-
Ahzab : 21).4
Rasulullah SAW. bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhari, dari Abu Hurairah ra:”Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa
fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah). Maka kedua orang tuanya lah
yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani ataupun Majusi”. Dari
hadits tersebut Rasulullah telah mensiratkan bahwa keluarga merupakan wadah
yang pertama dan merupakan dasar yang fundamental bagi perkembangan dan
pertumbuhan anak.
Keluarga juga merupakan lembaga pendidikan yang bersifat informal.
Dalam keluarga seorang anak mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang
4 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Gema Risalah Press, 1992), h. 670.
3
pertama kalinya. Dari lingkungan keluarga yang harmonis akan mampu
memberikan keteladanan kepada anak-anak, maka akan tumbuh anak-anak yang
memiliki kepribadian dengan pola yang mantap.5
Menurut Gunarsa dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua
individu yang memainkan peran penting yaitu peran ayah dan ibu. Secara umum
peran adalah memenuhi kebutuhan biologis dan fisik, merawat dan mengasuh
keluarga dengan sabar, mendidik, mengatur dan membimbing anak serta menjadi
contoh dan teladan bagi anak. Akhlak manusia merupakan sifat-sifat yang dibawa
manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan ada selalu padanya, bersifat
konstan, spontan, tidak temperor, tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan
serta dorongan dari luar. Sifat yang lahir dalam perbuatan baik disebut akhlak
mulia, atau perbuatan buruk disebut akhlak yang tercela sesuai dengan
pembinaannya.6
Konsep pembinaan dalam Islam mengajarkan bahwa pola asuh yang
dilakukan oleh orang tua juga mencakup bagaimana orang tua mampu membentuk
akhlak karim (baik) terhadap anak-anaknya. Beberapa ayat alquran yang berkaitan
dengan hal itu adalah: QS. Al-Baqarah ayat 233: “Para ibu hendaklah menyusui
anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuannya. Kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang ma’ruf...” serta QS. Luqman ayat 13: “Ingatlah ketika Luqman
berkata kepada anaknya: Wahai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah,
Sesungguhnya menyekutukan Allah adalah benar-benar kejaliman yang besar.”7
Dalam hal ini perlu direnungkan sebagian kata Imam Ghazali dalam
bukunya Ihya’ Ulumuddin, mengenai anak yang berperangai baik atau buruk.
Diutarakan, bahwa: “Anak adalah amanat bagi kedua orang tuanya. Hatinya
yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasakan pada
kejahatan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa. Sedang
memeliharanya adalah dengan upaya pendidikan dan mengajarinya dengan
akhlak yang baik”.
Ibnu Khaldun dalam bukunya Mukaddimah sependapat dengan Imam
Ghazali tentang menanamkan kebiasaan pada anak. Karena dengan konsep
kebiasaan sebenarnya anak sudah bisa mengimplikasikan ajaran yang ditanamkan
oleh orang tua. Menurut Ulwan (2002), metode pengajaran dan pembiasaan ini
merupakan prinsip utama dalam pembinaan dan merupakan metode paling efektif
dalam pembentukan kebaikan dan penelusuran akhlak anak shalih.8
5 Singgih D. Gunarsa, Dasar Teori Perkembangan Anak, (Jakarta: Gunung Mulia, 1998),
6 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 1.
7 Kusdwiratri Setiono, Psikologi Keluarga, (Bandung: PT Alumni, 2011), h. 135.
8 Kusdwiratri Setiono, Psikologi Keluarga, h. 137-138.
4
Adapun salah satu tujuan dari diadakannya pembinaan keagamaan tidak
lain tidak bukan ialah untuk membentuk akhlak mulia (akhlaqul karimah) pada
diri anak. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muahmmad
SAW. yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak.9 Seperti diriwayatkan
oleh Burkhari dan Muslim, yaitu “Bahwasannya aku (Muhammad) diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang baik”.
Masalahnya adalah bagaimana dengan anak yang tidak memiliki orang
tua? Menurut Suyanto, faktor- faktor seperti orang tua atau kedua orang tuanya
sudah meninggal, rendahnya pengertian, ketidakmampuan dan kelalaian orang tua
terhadap pemenuhan hak-hak anak untuk tumbuh dan secara wajar yaitu
terpenuhinya kebutuhan dasar dengan wajar baik rohani, jasmani maupun sosial,
memperoleh pendidikan yang layak, dan memperoleh pelayanan kesehatan yang
memadai membuat anak menjadi terlantar dan harus bisa hidup mandiri agar
kebutuhannya dapat terpenuhi.10
Islam, dengan syariatnya yang abadi dan pengarahan-pengarahannya yang
bijak, memerintahkan orang-orang yang mendapat wasiat dan orang yang
sekerabat dengan anak yatim agar memperlakukannya dengan baik, menjamin
kebutuhannya, membimbing dan mengarahkannya sehingga anak yatim itu
terdidik dengan baik, tumbuh dengan akhlak-akhlak mulia dan jiwa yang luhur,
mendapat kelembutan, kasih sayang, keramah-tamahan, dan keikhlasan dari
orang-orang yang memeliharanya.11
Apabila dikaitkan dengan kebijakan pemerintah adalah bahwa hakekat
pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Sama halnya seperti pembangunan
fisik yang harus seimbang dan sejalan dengan pembangunan mental yang
bertujuan untuk ketinggian martabat manusia.12
9Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), h. 158.
10 Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 213.
11 A. Ulwan Nasih, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1990), h. 131-132. 12
Alfita Nur Hidayah Listiani, Peran Panti Asuhan Yatim Piatu Darul Hadlonah
Purwokerto dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga, 2008), h. 4.
5
Menurut Asmaran maju mundurnya suatu bangsa itu tergantung pada
akhlak warganya. Sebagaimana yang telah dinyatakan oleh seorang pujangga
sebagai berikut, “sesungguhnya kejayaan suatu umat (bangsa) terletak pada
akhlaknya, selagi mereka berakhlak atau berbudi perangai utama. Jika mereka
telah hilang akhlaknya, maka jatuhlah umat (bangsa) itu”.13
Rumah Yatim Mizan dalam hal ini adalah lembaga yatim piatu, yaitu
lembaga yang menggantikan fungsi keluarga dalam mendidik, merawat, dan
mengasuh anak, seperti terpenuhi kebutuhan fisik, mental, maupun sosialnya
sehingga anak dapat berkembang kepribadiannya. Tujuanya untuk
menyejahterakan anak yatim piatu, anak yang memiliki keterbatasan atau kurang
mampu dan terlantar. Hadirnya suatu lembaga pembinaan kesejahteraan sosial ini
diharapkan agar anak tersebut tetap dapat memperoleh haknya yaitu memiliki
kehidupan yang layak khususnya mengenai pendidikan formal maupun nonformal
seperti halnya anak normal lainnya yang masih memiliki kedua orang tua dan
merasakan hidup yang layak.
Lembaga yatim piatu adalah organisasi kemasyarakatan Islam yang
bergerak di bidang pembinaan yatim piatu. Lembaga ini dalam bentuknya yang
sederhana sudah tumbuh dan berkembang sejak masuknya Islam ke Indonesia.
Bidang tugas yang pertama dan utama adalah membina dan mendidik anak yatim
piatu menjadi orang yang mandiri. Dalam perkembangannya lembaga ini
mendapat tempat di hati masyarakat dan tumbuh dengan subur serta tersebar di
pelosok tanah air baik yang disponsori organisasi kemasyarakatan maupun
yayasan sosial atau bahkan tidak sedikit yang didirikan oleh orang mampu secara
pribadi.14
Adapun peranannya dalam masyarakat sangat nampak, khususnya dalam
membina, membimbing, dan mendidik anak yatim piatu yang diasramakan
maupun yang masih ikut dengan keluarganya. Peran lembaga ini tidak terpisahkan
dengan tokoh dan para pemimpinnya, yang mempunyai corak kepemimpinan
13
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, h. 54 14
Kementrian Agama Republik Indonesia, Pedoman Lembaga Yatim Piatu, (Jakarta:
Direktur Pemberdayaan Zakat, 2010), h. 1
6
yang kharismatik, yang menyebabkan anak binaannya patuh dan taat kepada
perintah, anjuran dan ajakannya.15
Dari latar belakang masalah tersebut diatas, penulis bermaksud
mengadakan penelitian mengenai Pola Pembinaan Akhlak pada Anak di Rumah
Yatim Mizan.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian dapat mencapai sasaran sebagaimana yang diinginkan,
maka penelitian ini akan dibatasi yaitu pada lingkup Pola Pembinaan Akhlak
pada Anak di Rumah Yatim Mizan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis akan
merumuskan beberapa pokok bahasan sebagai berikut:
a. Bagaimana pola pembinaan yang diberikan di Rumah Yatim Mizan?
b. Apa saja faktor-faktor penghambat dan pendukung pembinaan di Rumah
Yatim Mizan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
15
Kementrian Agama Republik Indonesia, Pedoman Lembaga Yatim Piatu, h. 1.
7
Berdasarkan pokok bahasan yang telah disebutkan sebelumnya,
penelitian ini bertujuan:
a. Untuk mengetahui pola pembinaan yang ada di Rumah Yatim Mizan;
b. Untuk mengetahui sejauh mana pembinaan akhlak di Rumah Yatim Mizan
berpengaruh terhadap kehidupan anak di dalamnya.
c. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor penghambat dan pendukung
pembinaan akhlak di Rumah Yatim Mizan;
2. Manfaat
Manfaat hasil penelitian Pola Pembinaan Akhlak pada Anak di Rumah
Yatim Mizan.
a. Secara teoritis, manfaat penulisan skripsi ini adalah untuk memperkaya
landasan penelitian dan diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
anak di Rumah Yatim.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh:
1) Lembaga Rumah Yatim; hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dan acuan Lembaga Rumah Yatim dalam membuat
program-program yang terkait dengan kebutuhan anak di Rumah Yatim.
Serta sebagai bahan masukan bagi Lembaga Rumah Yatim agar lebih
memperhatikan pembinaan akhlak terhadap anak di Rumah Yatim.
2) Masyarakat; penelitian ini sebagai salah satu wacana untuk
meningkatkan kepedulian sosial terhadap anak yatim piatu.
8
3) Mahasiswa; penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana berpikir ilmiah
untuk dapat memahami secara kritis mengenai kehidupan anak di Rumah
Yatim.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan
menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif sebagai model yang dikembangkan oleh Mazhab Baden
yang bersinergi dengan aliran filsafat fenomenologi menghendaki pelaksanaan
penelitian berdasarkan pada situasi wajar (natural setting) sehingga kerap
orang juga menyebutnya sebagai metode naturalistik. Secara sederhana dapat
dinyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah meneliti informan sebagai subjek
penelitian dalam lingkungan hidup kesehariannya. Untuk itu, para peneliti
kualitatif sedapat mungkin berinteraksi secara dekat dengan informan,
mengenal secara dekat dunia kehidupan mereka, mengamati dan mengikuti alur
kehidupan informan secara apa adanya (wajar).16
Menurut Bogdan dan Taylor, seperti dikutip oleh Lexy J Maleong yaitu
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.17
16
Muhammad Idrus, editor: Yayat Sri Hayati, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2009), h. 23-24. 17
Lexy J Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karta, 2000),
h. 3.
9
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di Rumah Yatim Mizan Yatama, Jalan Villa
Santika Jaya, No. K-5, Grogol, Limo, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.
Adapun penelitian dimulai pada bulan Maret 2017 s/d Agustus 2017.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka melaksanakan penelitian ini agar mendapatkan data yang
tepat, digunakan metode pengumpulan data. Adapun metode pengumpulan data
yang digunakan yaitu :
a. Wawancara, ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung.18
Dalam hal ini adalah percakapan yang diarahkan kepada
masalah tertentu atau pusat perhatian untuk mendapatkan informasi dengan
bertanya langsung pada responden yaitu tokoh-tokoh yang berada dalam
susunan kelembagaan Rumah Yatim Mizan yang menjadi motor dalam
pelaksanaan program pembinaan, serta kepada beberapa anak asuh yang
berada di Rumah Yatim itu sendiri.
b. Observasi, ialah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan
sistematika fenomena yang diselidiki.19
Penelitian dilakukan secara
mendalam untuk mengetahui pelaksanaan program pembinaan akhlak di
Rumah Yatim Mizan. Untuk observasi penulis menggunakan pedoman
observasi dengan tujuan agar penelitian lebih terarah.
18
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Bandung:
Bumi Aksara, 1995), h. 57-58. 19
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, (Jogjakarta: Gajah Mada Universitu Press,
2012), h. 69.
10
c. Studi Dokumentasi, penelitian dalam hal ini mengumpulkan data melalui
berkas-berkas, arsip, majalah, dan dokumen penting lainnya yang
berhubungan dengan skripsi ini.
4. Sumber Data
Pada umumnya sumber data dalam sebuah penelitian terbagi menjadi
beberapa sumber. Pembagian ini dapat dibedakan antara data yang diperoleh
dari lapangan dan dari bahan perpustakaan, adapun sumber data yang penulis
gunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
a. Data Primer, yaitu data-data yang diperoleh secara langsung dari informan
yaitu anak didik dan pengurus Rumah Yatim Mizan Yatama, baik yang
diambil dengan wawancara, observasi, atau lainnya. Adapun yang termasuk
data primer dalam penelitian ini adalah dokumen atau catatan yang dibuat
oleh pelaku atau saksi mata, dan bisa juga berupa kesaksian secara lisan dari
pelaku atau saksi mata yang mengetahui perihal Rumah Yatim Mizan.
b. Data sekunder, adalah data-data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan
oleh pihak lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, ataupun
hasil penelitian. Data sekunder diperoleh atau berasal dari bahan
perpustakaan, data ini digunakan oleh penulis untuk melengkapi data
primer.
5. Metode Analisis Data
Setelah semua data berhasil didapatkan maka tahap berikutnya yang
harus dilakukan adalah menganalisis data tersebut. Pada tahap ini data yang
dikumpulkan akan diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat
digunakan untuk menjawab permasalahan.
11
Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif analisis20
yaitu suatu teknik analisis data di mana penulis
menjabarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan. Kemudian
menganalisanya dengan pedoman pada sumber tertulis yang didapatkan dari
perpustakaan. Setelah itu disusun secara sistematis, untuk kemudian dianalisis
secara kualitatif dalam bentuk uraian, agar bisa ditarik kesimpulan supaya
dapat dicapai kejelasan mengenai permasalahan yang sedang diteliti.
E. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan perbandingan dan bahan tinjauan dalam penulisan skripsi
ini, maka penulis membaca beberapa skripsi dan buku sebagai bahan referensi,
beberapa skripsi dan buku teresebut sebagai berikut:
1. Penulis : Muhammad Dhano Purwanto
NIM : 108052000017
Universitas/ Program Studi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta/
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Judul Skripsi/ Tahun : Peran Pembimbing Agama dalam
Membina Akhlak Remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak Jakarta Selatan
/ 2015.
Skripsi tersebut mendeskripsikan mengenai peran pembimbing agama
dalam membina akhlak remaja anak yatim di Rumah Yatim Arrohman
20
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, (Jogjakarta: Gadjah Mada University Press,
2002), h. 104.
12
Cilandak Jakarta Selatan. Hasil dari penelitian tersebut yaitu peran
pembimbing agama dalam membina akhlak di Rumah Yatim Arrohman
Cilandak Jakarta Selatan sangat penting dikarenakan ini adalah sumber daya
manusia yang memiliki potensi dan penerus cita-cita bangsa. Persamaannya
dengan penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang membina akhlak
pada anak di rumah yatim. Dan adapun perbedaannya yaitu apabila penelitian
saudara Muhammad Dhano Purwanto membahas tentang peran pembimbing
agama dalam membina akhlak, sedangkan pada penelitian ini fokus terhadap
pola pembinaannya.
2. Penulis : Nurdiana Ratna Sari
NIM : 106054002053
Universitas/ Program Studi :UIN Syarif Hidayatullah Jakarta/
Pengembangan Masyarakat Islam.
Judul Skripsi/ Tahun : Pengembangan Anak Dhuafa Melalui
Pendidikan Non Formal di Yayasan Mizan Amanah/ 2011.
Skripsi tersebut mendeskripsikan mengenai Pengembangan Anak
Dhuafa Melalui Pendidikan Non Formal di Yayasan Mizan Amanah. Hasil dari
penelitian tersebut ialah pengembangan potensi pada anak sangat diperlukan
oleh karenanya kegiatan-kegiatan anak di Rumah Yatim Mizan Amanah
diantaranya yaitu pengembangan fisik, pengembangan intelektual,
pengembangan emosi serta pengembangan spiritual. Perbedaan dari penelitian
yang ditulis oleh saudari Nurdiana Ratna Sari yaitu pada subjek penelitiannya
13
yaitu mengenai pengembangan anak melalui pendidikan nonformal, adapaun
pada penelitian ini membahas tentang pola pembinaan akhlak pada anak.
3. Penulis : Fitriyani
NIM : 103052028657
Universitas/ Program Studi :UIN Syarif Hidayatullah Jakarta/
Bimbingan dan Penyulusan Islam.
Judul Skripsi/ Tahun : Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan
Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan Yakiin Larangan Tangerang/ 2008.
Skripsi tersebut mendeskripsikan mengenai Metode Bimbingan Islam dalam
Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan Yakiin Larangan Tangerang.
Hasil dari penelitian tersebut ialah bahwa program pembinaan akhlak yang
dilakukan oleh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia
(YAKIIN) terhadap anak asuhnya melalui beberapa bidang, diantaranya yaitu:
pendidikan formal, pelatihan keterampilan dan kerohanian. Metode bimbingan
Islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan
Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) dilakukan dengan metode
individual melalui beberapa teknik yaitu wawancara dan observasi kegiatan.
Sedangkan metode kelompok dilakukan dengan teknik ceramah, dialog atau
tanya jawab dan pembagian kelompok. Perbedaan dari penelitian yang ditulis
oleh saudari Fitriyani yaitu membahas metode bimbingan Islam dalam
pembinaan akhlak anak yatim, adapun pada penelitian ini membahas pola
pembinaan akhlak pada anak di rumah yatim.
14
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan, penulis membuat kerangka penulisan
dengan sistematis yang mana terdiri dari 5 Bab dan tiap-tiap bab terdiri dari
beberapa sub bab, yakni sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN. Membahas tentang: Latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS. Membahas tentang: Pola Pembinaan
Akkhlak. Menjelaskan tentang: pengertian pola, pengertian pembinaan,
pengertian akhlak, pengertian pola pembinaan akhlak, faktor yang
mempengaruhi pembentukan akhlak, tujuan pembinaan akhlak dan
ruang lingkup pembinaan akhlak. Teori anak yatim; teori rumah yatim.
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH YATIM MIZAN. Membahas
tentang: Profil Rumah Yatim Mizan, sejarah berdirinya Rumah Yatim
Mizan, visi dan misi Rumah Yatim Mizan, tujuan Rumah Yatim Mizan,
sasaran dan jangka waktu pelayanan Rumah Yatim Mizan, struktur
organisasi Rumah Yatim Mizan, program pemberdayaan sekolah dan
Rumah Yatim Mizan, Program Pembinaan Rumah Yatim Mizan, sarana
dan prasarana Rumah Yatim Mizan, anggaran dana serta kriteria anak
di Rumah Yatim Mizan.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISI HASIL PENELITIAN. Membahas
tentang: Proses pelaksanaan dan pola pembinaan akhlak pada anak di
Rumah Yatim Mizan, program pembinaan akhlak pada anak di Rumah
Yatim Mizan, metode pembinaan akhlak Rumah Yatim Mizan, pola
15
pembinaan akhlak pada anak di Rumah Yatim Mizan, faktor pendukung
dan penghambat pembinaan di Rumah Yatim Mizan, tujuan pembinaan
di Rumah Yatim Mizan, dampak Pembinaan terhadap anak di Rumah
Yatim Mizan, perbedaan Rumah Yatim Mizan dengan rumah yatim
sejenis.
BAB V PENUTUP. Memuat tentang: Kesimpulan, dan Saran.
16
BAB II
PEMBAHASAN TEORI
A. Pola Pembinaan Akhlak
1. Pengertian Pola
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pola merupakan
bentuk pengorganisasian program kegiatan atau pembinaan yang hendak
disajikan kepada murid oleh lembaga tertentu (Kemendikbud, 2008). Pola juga
dapat diartikan sebagai sebuah sistem dan cara kerja yang dijadikan sebagai
pedoman.
2. Pengertian Pembinaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan berarti pembaruan,
penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya
dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang baik.1
Menurut Departemen Agama Republik Indonesia, pembinaan
merupakan usaha yang dilakukan dengan sadar, berencana, teratur dan terarah
serta bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian dengan segala
aspeknya. Pembinaan dapat berupa bimbingan, pemberian informasi, stimulasi,
persuasi, pengawasan, dan juga pengendalian yang pada hakekatnya adalah
menciptakan suasana yang membantu pengembangan bakat-bakat positif dan
juga pengendalian naluri-naluri yang rendah.2
Pembinaan adalah segala upaya pengelolaan berupa merintis, meletakan
dasar, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni,
mengarahkan serta mengembangkan kemampuan seseorang untuk mencapai
1 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 202. 2 Departemen Agama, Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN, (Jakarta: Ditjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1983), h. 6.
17
tujuan, mewujudkan manusia sejahtera dengan mengadakan dan menggunakan
segala daya dan upaya dan yang dimiliki.3
Unsur dari pembinaan adalah mendapatkan sikap (attitude), dan
kecakapan (skill). Menurut Mangunhardjana, pembinaan merupakan
terjemahan dari kata Inggris training yang berarti latihan, pendidikan,
pembinaan. Di dalam pembinaan terdapat fungsi pokok yang mencakup tiga
hal yaitu penyampaian informasi dan pengetahuan, perubahan dan
pengambangan sikap, serta latihan dan pengembangan kecakapan serta
keterampilan.4
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulakan bahwa
pembinaan ialah usaha yang dilakukan secara sadar, berencana, dan teratur
serta terarah pada suatu pengelolaan, pembaruan, penyempurnaan usaha,
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya dan berhasil guna untuk
memperoleh hasil yang baik
3. Pengertian Akhlak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia akhlak berarti kelakuan atau
budi pekerti.5 Sedangkan dalam bahasa Inggris akhlak disebut sebagai
“morals” yaitu suatu ajaran tentang baik dan buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Atau bisa juga
diartikan sebagai isi hati atau keadaan perasaan seseorang sebagai mana
terungkap di perbuatan.
Menurut Imam al-Ghazaly, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang
dilakukan; tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika
sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal
3 Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan, dan Perceraian BP-4, Membina Keluarga
Bahagia dan Sejahtera,(Jakarta: BP-4, 1994), h. 3. 4 Mangunhardjana, Pembinaan: Arti dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), h.
11. 5 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 28.
18
dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia
melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.6
Moralitas merupakan salah satu karakteristik penting dari manusia
sebagai makhluk sosial. Kita sering kali melakukan penilaian baik dan buruk,
dan penilaian tersebut berpengaruh pada bagaimana kita berperilaku dan
memperlakukan orang lain.7
Menurut Zakiyah Darajat, akhlak adalah kelakuan yang timbul dari
perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang
menyatu, membentuk satu kesatuan tindak akhlak yang ditaati dalam kenyataan
hidup sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.8
Menurut Erik H. Erikson, saat anak memasuki usia 12-20 tahun atau
yang biasa disebut Erikson tahap adolesen. Tahap ini merupakan tahap yang
paling penting diantara tahap perkembangan lainnya, karena pada akhir tahap
ini orang harus mencapai tingkat identitas ego yang cukup baik.9 Pada tahap ini
peran keluarga terutama orang tua sangat penting bagi perkembangan anak
untuk mendorong si anak menuju kehidupan dewasa yang baik.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa akhlak ialah
suatu ajaran baik dan buruk sebagai salah satu karakteristik penting manusia
sebagai makhluk sosial yang timbul dari perpaduan hati nurani, pikiran,
perasaan, yang dibawa oleh kebiasaan yang menyatu membentuk satu kesatuan
tindakan akhlak.
6 Mahjuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jember: Kalam Mulia, 1999), h. 4.
7 Agus Abdul Rahman, Psikologi Sosial, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), h.
193. 8 Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV Ruhana,
1995), h. 50. 9 Alwisol, Psikologi Perkembangan, (Malang,: UMM Press, 2009), h. 99.
19
4. Pengertian Pola Pembinaan Akhlak
Dari pengertian Pembinaan dan Akhlak diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa pembinaan akhlak adalah usaha yang dilakukan secara
sadar, berencana, dan terarah serta teratur pada suatu pengelolaan, pembinaan
serta mendidik anak yatim kepada ajaran baik dan buruk yang timbul dari
perpaduan hati nurani, pikiran dan perasaan.
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam.
Hal ini dapat dilihat dari salah-satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW.
yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah
satu haditsnya beliau menegaskan innama buitstu li utammima makarim al-
akhlaq (HR. Ahmad) ”hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia).
Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat
pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa harus didahulukan
daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir
perbuatan-perbuatan yang baik pada tahap selanjutnya akan mempermudah
menghasilakan kebaikan dan kebahagiaan dan pada seluruh kehidupan
manusia, lahir dan batin.
Pembinaan akhlak dalam Islam juga terintegrasi dengan pelaksanaan
rukun Islam. Hasil analisis Muhammad al-Ghazali terhadap rukun Islam yang
lima telah menunjukkan dengan jelas, bahwa dalam rukun Islam yang lima itu
terkandung konsep pembinaan akhlak. Rukun Islam yang pertama adalah
mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu bersaksi tiada Tuhan selain Allah.
kalimat ini mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya
tunduk kepada aturan dan tuntunan Allah. Orang yang tunduk dan patuh pada
aturan Allah dan Rasul-Nya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang yang
baik.
Pada rukun Islam yang kedua adalah mengerjakan shalat lima waktu.
Shalat diharapkan dapat menghasilkan akhlak yang mulia, yaitu bersikap
tawadlu, mengagungkan Allah, berdzikir, membantu fakir miskin, ibn sabil,
janda dan orang yang mendapat musibah.
Selanjutnya rukun Islam yang ketiga, yaitu zakat juga mengandung
didikan akhlak, yaitu agar orang yang melaksanakannya dapat membersihkan
dirinya dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri, dan membersihakan
20
hartanya dari hak orang lain, yaitu hak fakir miskin dan seterusnya.
Pelaksanaan zakat berdimensi akhlak yang bersifat sosial ekonomis ini
dipersubur lagi dengan pelaksanaan shadaqah yang bentuknya tidak hanya
berupa materi, tetapi juga nonmateri.
Begitu juga Islam mengajarkan ibadah puasa sebagai rukun Islam yang
keempat, bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam
waktu yang terbatas, tetapi lebih dari itu merupakan latihan menahan diri dari
keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang.
Selanjutnya rukun Islam yang kelima adalah ibadah haji. Dalam ibadah
haji ini pun nilai pembinaan akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan dengan
nilai pembinaan akhlak yang ada pada ibadah dalam rukun Islam lainnya. Cara
yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak adalah pembiasaan yang
dilakukan sejak kecil dan berlangsung kontinyu.
Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, khususnya akhlak
lahiriah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama-kelamaan tidak
lagi terasa dipaksa. Cara lain yang tak kalah ampuh dari cara-cara di atas dalam
hal pembinaan akhlak ini adalah melalui keteladanan. Akhlak yang baik tidak
dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabi’at
jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru
mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan-santun
memerlukan pendidikan yang sangat panjang dan harus ada pendekatan yang
lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan
pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. Cara yang demikian telah
dilakukan oleh Rasulullah SAW. keadaan ini dinyatakan dalam ayat yang
berbunyi:
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS.
Al-Ahzab, 33:21)
Selain itu pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara
senantiasa menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya daripada
kelebihannya. Pembinaan akhlak juga secara efektif dapat pula dilakukan
dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut
hasil penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut
perbedaan tingkat usia.10
10
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), h. 158-166.
21
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Ada tiga aliran yang sudah amat populer mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan akhlak. Pertama aliran Nativisme. Kedua, aliran
Empirisme, dan ketiga aliran konvergensi.
a. Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor bawaan dari dalam yang
bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika
seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang
baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.11
Adapun tokoh yang mempelopori aliran ini ialah Arhur
Scopenhauer (1788-1860) seorang psikolog berkebangsaan Jerman. Serta
didukung oleh Frans Josseph Gall (1785-1825). Adapun tokoh lainnya
yaitu Plato, Descartes dan Lambroso. Menurut aliran ini pembawaan yang
dibawa sejak manusia dilahirkan itulah yang menentukan perkembangan
berikutnya. Asumsi yang mendasari aliran ini adalah bahwa pada diri anak
dan orang tua terdapat banyak kesamaan baik fisik maupun psikis.12
Sebenarnya konsep dalam aliran nativisme ini sangat berdekatan
dengan konsep fitrah dalam Islam. Fitrah yang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai sifat asal, kesucian, bakat dan
pembawaan13
. Fitrah yang dalam pengertian etimologis mengandung arti
“kejadian” yang didalamnya berisi potensi dasar beragama yang benar dan
lurus yaitu Islam. Potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh siapapun atau
lingkungan apapun, karena fitrah itu merupakan ciptaan Allah yang tidak
akan mengalami perubahan baik isi maupun bentuknya dalam tiap pribadi
manusia.14
Firman Allah dalam QS. Al-A’rof ayat 172 yaitu:
11
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 167. 12
Netty Hastati dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.
174-175. 13
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 412 14
H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 89.
22
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-
anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini
Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami
menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
b. Selanjutnya menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar,
yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang
diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu
baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini tampak
lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia
pendidikan dan pengajaran.15
Firman Allah dalam QS. Al-Alaq ayat 3-4, yaitu:
Artinya: “Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam”.
Ayat diatas menunjukan bahwa manusia tanpa melalui belajar
niscaya tidak akan mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi
kelangsungan hidupnya di dunia dan akhirat.16
Dari ayat tersebut juga
menunjukan bahwa manusia tanpa melalui belajar, niscaya tidak akan
15
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 167. 16
H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 92.
23
mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi kelangsungan hidupnya
di dunia dan akhirat.
Sabda Rasulullah SAW, yang artinya :“Tidaklah anak dilahirkan
atas dasar fitrah, maka kedua orangtuanya mendidik menjadi Yahudi atau
Nasrani”. (H. R. Abu Hurairah).
Dari Hadits di atas dapat diperoleh bahwa fitrah sebgai faktor
pembawaan sejak lahir manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan di luar
dirinya, bahkan ia tak akan dapat berkembang sama sekali bila tanpa
adanya pengaruh lingkungan.17
c. Aliran konvergensi yang dipelopori oleh William Stern (1871-1938) dan
Alfred Adler18
, berpendapat bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh
faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu
pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui
interaksi dalam lingkungan sosial. Fithrah dan kecenderungan ke arah
yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif melalui
berbagai metode.19
Menurut alriran ini perkembangan manusia dipengaruhi oleh
interaksi dan perpaduan antara faktor hereditas dan lingkungan. Menurut
aliran ini hereditas tidak akan berkembang secara wajar apabila tidak
diberi rangsangan dari faktor lingkungan. Sebaliknya, rangsangan
lingkungan tidak akan membina kepribadian yang ideal tanpa didasari oleh
faktor hereditas. Kepribadian seseorang ditentukan oleh kerja yang integral
antara faktor internal (potensi bawaan) maupun faktor eksternal
(pembinaan dan pendidikan).20
Firman Allah dalam QS. Al-Insan ayat 3, yaitu:
17
H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 93. 18
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993),
h. 189. 19
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,h. 166-167. 20
Netty Hartati dkk, Islam dan Psikologi, h. 178.
24
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada
yang bersyukur dan ada pula yang kafir.”
Dari ayat diatas dapat diartikan bahwa dalam fitrahnya manusia
telah diberi kemampuan untuk memilih jalan yang benar dari yang salah.
Untuk memilih jalan kebenaran, dapat diperoleh dari proses pendidikan
dan pembinaan.
6. Tujuan Pembinaan Akhlak
Adapun tujuan pembinaan akhlak pada anak yatim secara garis besar
bervariasi yaitu meliputi berbagai aspek kehidupan manusia yaitu sebagai
berikut:
a. Pembentuk aqidah Islamiyah yang benar dan dasar-dasar ibadah serta
pelaksanaannya.
b. Membentuk manusia berdedikasi Islam.
c. Membentuk manusia sosial.
d. Membentuk manusia yang menyeru kepada Allah.
e. Membentuk kepribadian mulia agar memiliki kemampuan untuk ikut serta
dalam kerja Islamiah.21
Dengan kata lain tujuan nilai akhlak dalam kehidupan manusia adalah
meliputi hal-hal sebagai berikut: a) menjelaskan arti nilai baik dan nilai buruk;
b) menerangkan apa yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya
dihindarkan; c) menunjukkan jalan untuk melakukan perbuatan; dan d)
menyatakan tujuan di dalam perbuatan.
7. Ruang Lingkup Pembinaan Akhlak
Ruang lingkup pembahasan pembinaan akhlak pada anak adalah
membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkan
apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau buruk. Ilmu
akhlak juga disebut sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya
21
Ali Abd Halim Mahmud, Pendidikan Rohani, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h.
36.
25
mengenal sikap dan tingkah laku manusia, kemudian memberikan nilai-nilai
atau hukum kepada perbuatan tersbut baik atau buruk.22
Adapun ruang lingkup akhlak itu sendiri adalah:
a. Akhlak kepada Allah
Yang dimaksud dengan akhlak kepada Allah SWT adalah sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada
Tuhan sebagai khaliq. Akhlak kepada Allah adalah beribadah kepada Allah
SWT, cinta kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya, bersyukur hanya
kepada-Nya dan lain sebagainya.
Sunardi mengatakan bahwa, beriman kepada Allah SWT dibagi atas
dua macam:
1) Ibadah umum, adalah sesuatu yang dicintai oleh Allah SWT dan
diridhoiNya, baik berupa perkataan maupun perbuatan dengan cara
terang-terangan ataupun tersembunyi. Seperti berbakti kepada orang tua,
berbuat baik kepada tetangga, teman dan terutama berbuat dan hormat
kepada guru.
2) Ibadah khusus, seperti shalat, zakat, puasa dan haji.
b. Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusia adalah sikap atau perbuatan yang
satu memperlakukan manusia lainnya dengan baik. Akhlak kepada sesama
manusia meliputi akhlak kepada orang tua, akhlak kepada saudara, akhlak
kepada tetangga, akhlak kepada sesama muslim dan akhlak kepada kaum
lemah.23
c. Akhlak kepada lingkungan
Yaitu akhlak kepada segala sesuatu yang ada di sekitar manusia,
baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa. Pada
dasarnya akhlak yang diajarkan al-Quran terhadap lingkungan bersumber
dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya
interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam.
Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan serta hubungan
agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya.24
Adapun perbuatan-perbuatan manusia yang dimasukkan dalam
perbuatan akhlak, yaitu:
1) Perbuatan-perbuatan yang timbul dari seseorang yang melakukannya
dengan sengaja, dan dia sadar di waktu itu dia melakukannya. Inilah yang
disebut perbuatan-perbuatan yang dikehendaki atau perbuatan yang
disadari.
22
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 8. 23
Sunardi, Islam Pengatur Akhlak, (Jakarta: Media Da’wah, 1996), Cet. Ke-1, h. 11-27. 24
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), h. 70.
26
2) Perbuatan-perbuatan yang timbul dari seorang yang tiada dengan
kehendak, dan sadar di waktu dia berbuat, tetapi dapat diikhtiarkan
perjuangannya, untuk berbuat di waktu dia sadar. Inilah yang disebut
perbuatan-perbuatan sama yang ikhtiari.
Dalam menetapkan suatu perbuatan bahwa ia lahir dengan kehendak
dan disengaja hingga dapat dinilai baik atau buruk ada beberapa syarat yang
harus diperhatikan diantaranya:
1) Situasi yang memungkinkan adanya pilihan (bukan karena paksaan),
adanya kemauan bebas, sehingga tindakan dilakukan dengan sengaja.
2) Tahu apa yang dilakukan, yakni mengenai nilai baik dan buruknya.25
Suatu perbuatan dikatakan baik dan buruk manakala memenuhi syarat-
syarat diatas. Kesengajaan merupakan faktor dasar penilaian terhadap
tindakan seseorang. Dalam Islam faktor kesengajaan merupakan penentu
dalam menetapkan nilai tingkah laku/tindakan seseorang. Seorang
muslim tidak berdosa karena ia melanggar syariat jika tidak tahu bahwa
ia berbuat salah menurut hukum Islam.
B. Anak Yatim
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia anak yatim ialah anak yang tidak
beribu atau tidak berayah disebabkan karena ditinggal mati.26
Anak yatim adalah
orang yang ditinggal mati ayahnya dalam keadaan belum dewasa (baligh). Hal ini
didasarkan pada hadits nabi yang menyebutkan “Tidak disebut yatim jika sudah
dewasa” (HR. Ibnu Saburah dan Dahak).
Di Indonesia, yatim piatu yaitu diartikan sebagai anak yang ditinggal mati
ayah dan ibunya sebelum baligh/dewasa. Menurut Ragib al Asfahani (ahli kamus
bahasa al-Quran) istilah yatim bagi manusia digunakan untuk orang yang
ditinggal mati ayahnya dalam keadaan belum dewasa, sedangkan bagi binatang
yang disebut yatim adalah binatang yang ditinggal mati ibunya.27
Dalam pandangan Islam kedudukan anak yatim piatu adalah sama seperti
anak-anak yang memiliki kedua orang tua dan tidak ada perbedaan. Islam
memberikan tempat dan perlakuan yang manusiawi kepada anak yatim piatu.
Islam telah mengeluarkan ketentuan tentang yatim, yaitu:
25
Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), Cet.
Ke-3, h. 11. 26
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1994)/ 27
Kementrian Agama Republik Indonesia, Pedoman Lembaga Yatim Piatu, h.5- 6.
27
1. Orang yang menghardik anak yatim dinilai sebagai orang yang mendustakan
agama dan kelak akan diancam neraka (QS. Al- Ma’un : 1-2)
Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah yang
menghardik anak yatim”.
2. Anak yatim tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang atau disia-siakan (QS.
Ad Dhuha : 9)
Artinya : “Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku
sewenang-wenang.”
3. Anak yatim harus diperlakukan dengan baik, adil dan manusiawi sesuai dengan
firman Allah QS. An-Nisa ayat 36 yang artinya:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga
yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.”
4. Dan anak yatim dimuliakan, seperti firman Allah dalam QS. Al-baqarah ayat
17 yang artinya:
“kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan
harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat,
dan menunaikan zakat; orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya);
dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”28
Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab, anak yatim tidak saja didefinisikan
sebagai orang yang telah ditinggal mati ayah atau ibunya. Namun, masalah yatim
lekat dengan persoalan perlindungan.
28
Kementrian Agama Republik Indonesia, Pedoman Lembaga Yatim Piatu, h. 15-17.
28
“Kriteria anak yatim bukan lagi soal punya bapak masih hidup atau
tidak, akan tetapi lebih kepada perlindungannya. Ada yang masih
memiliki ibu yang bisa melindunginya, yang lain memiliki bapak tapi
tidak bisa melindunginya. Maka yang bapaknya tidak bisa
melindunginya, lebih layak dibantu daripada yang masih punya ibu
yang bisa melindunginya.” Ujar Quraish Shihab.
Dalam keseharian manusia menurut Prof. Dr. Quraish Shihab, anak-anak
jalanan dapat juga dikategorikan sebagai anak yatim. seperti diungkapkan:
“Bisa jadi anak-anak jalanan itu mempunyai bapak dan ibu, tapi
keduanya tidak bisa melindungi anaknya. Maka mereka perlu kita beri
perlindungan layaknya anak-anak yatim.” Tambah Quraish Shihab.29
Dari beberapa pengertian diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa
anak yatim ialah anak yang tidak memiliki seorang ayah atau ibu yang disebabkan
karena menginggal sebelum anak memasuki masa baligh/dewasa. Anak yatim
dapat diartikan juga sebagai anak yang kurang perlindungan dari keluarganya
sendri, terlebih anak itu mempunyai orang tua atau tidak. Anak yatim adalah anak
yang wajib dimuliakan karena apabila kita menyakiti anak yatim maka bersamaan
dengan murkanya Allah SWT, naudzubillah.
C. Rumah Yatim
Lembaga yatim piatu adalah salah satu dari macam organisasi
kemasyarakatan yang bersifat sosial yang dibentuk oleh masyarakat secara
sukarela yang bersifat khusus dalam kegiatan pembinaan yatim piatu.30
Lembaga yatim piatu adalah organisasi kemasyarakatan Islam yang
bergerak di bidang pembinaan yatim piatu. Lembaga ini dalam bentuknya yang
sederhana sudah tumbuh dan berkembang sejak masuknya Islam ke Indonesia.
Bidang tugas yang pertama dan utama adalah membina dan mendidik anak yatim
piatu menjadi orang yang mandiri. Dalam perkembangannya lembaga ini
mendapat tempat di hati masyarakat dan tumbuh dengan subur serta tersebar di
29
Profil Sekolah dan Rumah Yatim Mizan, (Jakarta, 22 Juni 2014). 30
Kementrian Agama Republik Indonesia, Pedoman Lembaga Yatim Piatu, h. 5.
29
pelosok tanah air baik yang disponsori organisasi kemasyarakatan maupun
yayasan sosial atau bahkan tidak sedikit yang didirikan oleh orang mampu secara
pribadi.
Adapun peranannya dalam masyarakat sangat nampak, khususnya dalam
membina, membimbing, dan mendidik anak yatim piatu yang diasramakan
maupun yang masih ikut dengan keluarganya. Peran lembaga ini tidak terpisahkan
dengan tokoh dan para pemimpinnya, yang mempunyai corak kepemimpinan
yang kharismatik, yang menyebabkan anak binaannya patuh dan taat kepada
perintah, anjuran dan ajakannya.31
Dari pengertian diatas peneliti dapat menyimpulkan, rumah yatim ialah
suatu organisasi masyarakat yang bersifat sosial yang dibentuk secara sukarela
oleh masyarakat atau seseorang yang mampu dan bergerak dalam membina,
membimbing, serta mendidik anak yatim.
31
Kementrian Agama Republik Indonesia, Pedoman Lembaga Yatim Piatu, h. 1.
30
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH YATIM MIZAN
A. Profil Rumah Yatim Mizan
Rumah Yatim Mizan beralamat di Jalan Villa Santika Jaya, No. K-5, Grogol,
Limo, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Berdiri pada sekitar tahun 2014, Rumah
Yatim diampu oleh dua yayasan yaitu Yasmin dan Group Mizan dan kemudian
didirikanlah yayasan yang diberi nama Yayasan Mizan Yatama. Yayasan Mizan
Yatama membuka program sekolah berbeasiswa penuh berkualitas SMP Teknologi
Informasi dan Komputer (TIK) Mizan, yaitu Sekolah Menengah Pertama dengan
desain berbasis IT. Student Profile SMP TIK Mizan ini berorientasi pada lima ranah
utama: ketangguhan dan kemandirian siswa berlandaskan akhlak mulia, komunikasi
empatik, kecintaan pada ilmu pengetahuan, seni dan lingkungan serta kepedulian
sosial yang tinggi. Dalam hal keterampilan, sesuai namanya, SMP TIK Mizan
menekankan pada penguasaan teknologi dan informasi.1
Rumah Yatim Mizan terintegrasi dengan sekolah SMP TIK Mizan yang
dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung. Seluruh tim yang tergabung dalam
organisasi Mizan Yatama akan memberikan pembinaan dan pemberdayaan dalam
pengasuhan ini secara maksimal. Anak-anak yatim dan dhuafa akan dibimbing oleh
seorang kepala asrama dan dipantau perkembangannya setiap hari dan akan dibantu
oleh pengurus lainnya.2
B. Sejarah Berdirinya Rumah Yatim Mizan
Sebelum berdirnya Rumah Yatim Mizan pada awalnya telah didirikan
beberapa sekolah gratis berkualitas dan bebas dari semua biaya, sekolah-sekolah itu
didirikan atas tujuan agar dapat memberikan pendidikan dan layanan berkualitas serta
1 Profil Rumah Yatim Mizan, diakses dari www.mizan.id pada 05-05-2017.
2 Wawancara Pribadi dengan Sulistiyo pada Rabu, 31-05-2017.
31
dapat mengubah anak-anak yatim juga dhuafa menjadi berdaya dan bermanfaat bagi
banyak orang.
Pada awalnya pendidikan dan pembinaan yang dilakukan selama di sekolah
dirasa dapat berjalan dengan baik, akan tetapi ternyata sikap yang berbeda ditunjukan
oleh siswa ketika sudah tidak lagi berada di lingkungan sekolah. Penyimpangan-
penyimpangan masih banyak terjadi pada anak, contohnya masih ditemukannya anak
yang merokok, pacaran, kemudian tidak disiplin dan sebagainya.
Atas dasar itulah maka Yayasan Mizan Yatama mendirikan Rumah Yatim
Mizan di atas tanah wakaf dari donatur yang didalamnya terintegrasi sekolah tingkat
pertama SMP TIK Mizan, sehingga anak-anak dapat terbimbing selama 24 jam serta
diharapkan dapat memberi penguatan karakter yang berualitas.3
C. Visi dan Misi Rumah Yatim Mizan
Setiap lembaga atau suatu organisasi memiliki visi dan misi guna mencapai
keberhasilan dalam menentukan capaian. Begitu pula Rumah Yatim Mizan, yang di
dalamnya memiliki beberapa programa pembinaan terhadap anak.
Visi dari Rumah Yatim Mizan ialah agar dapat menjadi salah satu
percontohan dalam pengasuhan, pemberdayaan dan advokasi anak yatim di
Indonesia. Dan adapun misinya ialah:
1. Menyelenggarakan pola asuh yang ‘serasa di rumah’.
2. Membekali kemandirian dengan model pendidikan yang menekankan pada akhlaq
al-karimah, life skills, kewirausahaan, serta potensi dan bakat.
3 Wawancara Pribadi dengan Sulistiyo pada Rabu, 31-05-2017.
32
3. Melakukan riset, kajian ilmiah, advokasi untuk mengembangkan model rumah
yatim yang unggul.4
D. Tujuan Rumah Yatim Mizan
Tujuan didirikannya Rumah Yatim Mizan ialah untuk memberikan layanan
terintegrasi dalam pembekalan pendidikan dan karakter untuk anak-anak yatim dan
dhuafa.5
E. Sasaran dan Jangka Waktu Pelayanan Rumah Yatim Mizan
1. Sasaran
Sasaran pelayanan Rumah Yatim Mizan adalah anak-anak yatim atau
dhuafa dengan ketersulitan ekonomi namun mempunyai semangat untuk belajar
yang tinggi.
2. Jangka Waktu Pelayanan
Adapun jangka waktu pelayanan di Rumah Yatim Mizan ialah sejak anak
pertama kali memasuki rumah yatim dan sekolah pada jenjang SMP sampai pada
anak lulus dari bangku SMA juga jenjang Universitas.6
4 Profil Rumah Yatim Mizan, diakses dari www.mizan.id pada 05-05-2017.
5 Wawancara Pribadi dengan Sulistiyo pada, Rabu 31-05-2017.
6 Wawancara Pribadi dengan Sulistiyo pada, Rabu 31-05-2017.
33
F. Struktur Organisasi Rumah Yatim Mizan
Dalam suatu organisasi, susunan kepengurusan atau biasa disebut strukrur
organisasi sangat penting untuk memperjelas pembagian tugas. Pembagian tugas
tersebut dimaksudkan guna tercapainya tujuan yang diinginkan. Begitu pun dengan
Rumah Yatim Mizan yang tentunya perlu sebuah struktur organisasi untuk mengurus
segala segala sesuatu yang ada di Rumah Yatim Mizan.
Adapun struktur organisasi Rumah Yatim Mizan adalah sebagai berikut:
1. Pembina : 1) Dr. Haidar Bagir
2) Rahmad Riyadi
3) Setiyo Iswoyo
4) Manajer Program : Sulistiyo
5) Kepala Asrama : Harkaman
6) Staf Promosi dan Fundrising: A. A. Bagus Himawan W.7
Berikut daftar pembina serta keilmuan yang diajarkan kepada anak di
Rumah Yatim Mizan8:
No Nama Pembina Keterangan
1 Harkaman Muraja’ah Hafalan Qur’an & Akhlak serta
Sirah Nabawi
2 Saiful
Fikih Praktis & Photoshop
3 Mirza Bahasa Inggris Umum
4 Hilman Bahasa Inggris Umum
5 Rijal Gitar Klasik
6 Ilyas Bahasa Arab (Mahfudzat)
7 Profil Rumah Yatim Mizan, diakses dari www.mizan.id pada 05-05-2017.
8 Dokumentasi Rumah Yatim Mizan, 20017.
34
7 Sukron Tahsin Tahfidz
8 Mahmudin Animasi
9 Nova Bahasa Inggris (Grammer Praktis)
10 Alfiyah Bahasa Inggris (Speaking)
G. Program Pemberdayaan Sekolah dan Rumah Yatim Mizan:
1. Pendidikan formal di berbagai level pendidikan
2. Pengembangan akhlak praktis
3. Pemaknaan ibadah dan ritualitas
4. Kemampuan vokasional dan life skills.9
H. Program Pembinaan Rumah Yatim Mizan
Berikut program pembinaan unggulan serta ukuran dan capaian yang akan
didapat anak di Rumah Yatim Mizan:10
No Program Metode
Pembelajaran
Capaian Indikator
1 Tafsir Remaja Diskusi tematik
+ presentasi,
Bermain peran
Berakhlak
mulia, cinta
ilmu
Menguasai tafsir 40
ayat remaja
Terbiasa membaca dan
kaji tafsir
2 Kajian Ibadah Ceramah,
diskusi
Praktek dan
Memahami
makna ibadah
Beribadah secara
khusyu
Disiplin ibadah
9 Wawancara Pribadi dengan Sulistiyo pada, Rabu 31-05-2017.
10 Dokumentasi Rumah Yatim Mizan, 20017.
35
sharing
3 Bahasa Inggris Wajib praktek,
bermain peran,
menulis, simak
nyanyian dll.
Running teks
dictation
Terampil
berbahasa
Inggris
Menulis dalam
bahasa Inggris
Mampu berbicara
bahasa Inggris
Mampu menulis bahasa
Inggris
4 Bahasa Arab Kupas tafsir,
praktek
menerjemah
dialog dll.
Memahami ayat
dan tafsir
percakapan
sederhana
Mampu percakapan
arabic
Memahami tafsir
pendek
5 Kajian Ayat
Akhlak
Ceramah,
diskusi +
presentasi dan
brain storming
Kuasai ayat-
ayat akhlak
Paham minimal tafsir
10 ayat dan mampu
mempresentasikan
6
Pembiasaan
Asrama
Tertib Aturan
dan Tertib
Kebersihan
Pendampingan
Role model
Mentoring
Pengelompokan/
cluster
Bersih
Disiplin,
tanggungjawab
Empati, peduli
Hafalan juz 30
Hafal 100
hadits
Dzikir, ta’kib
dan doa
Tertib aturan asrama
Peduli teman
Hafal juz 30 dengan
baik
Hafal 100 hadits
selama 3 tahun
Khusyu dalam dzikir
dan doa
7 Olahraga Praktek
langsung
Sehat fisik dan
sadar olahraga
Tim futsal
Disiplin olahraga
Kebersamaan dalam
olahraga
8 Kegiatan
kesenian
Pendampingan Orcestra mini
group
Music group
Harmoni orkestra
tercapai group musik
RY Mizan
Presentasi,
diskusi, kerja
Memiliki soft
skill yang
Mampu menyusun cita-
cita
36
9
Motivation
kelompok dll. mumpuni. Mampu berkomunikasi
empatik
Presentasi secara baik
Bekerjasama dalam tim
10 Ngaji dan
Ibadah
Berjamaah Pembiasaan
ibadah
Rajin dan sadar ibadah
selalu berjamaah dalam
shalat
Untuk menunjang kegiatan pembinaan keagamaan di Rumah Yatim Mizan,
pembina menyusun kisi-kisi agar kegiatan yang berlangsung di Rumah Yatim Mizan
berjalan sesuai dengan yang diharapkan, adapun kisi-kisinya yaitu mencakup:
1. Kisi-kisi bahasan tafsir remaja11
NO TEMA QUR’AN
1 Keutamaan Masa Muda Ar-Rum: 54
2 Mengoptimalkan akal Al-Ankabut: 41-45
3 Menjaga Akhlak Mulia Al-Qolam: 4
4 Hindari Fanatisme Ar-Rum: 30-31
5 Menjaga Kehormatan Yusuf: 23
6 Hebatnya Ashabul Kahfi AL-Kahfi: 13
7 Keutamaan Ilmu dan Belajar Ali Imran: 7, 18
Al-Mujadilah: 11
8 Tafsir Keutamaan Membaca Al-‘Alaq: 1-4
9 Dll
2. Kisi-kisi bahasan makna-makna ibadah12
NO TEMA
1 Pengertian dan Makna Ibadah
2 Hakikat dan Hikmah Ibadah
11
Dokumentasi Rumah Yatim Mizan, 2017. 12
Dokumentasi Rumah Yatim Mizan, 2017.
37
3 Thaharah: Pesan kesucian dan kebersihan
4 Sholat dan Penghambaan total
5 Doa: Sebuah temali perajut keanggunan jiwa
6 Puasa: Adab, Rahasia dan Hikmah Teragungnya
7 Haji mumpung masih Muda
8 Zakat dan Sedekah: Kunci Kebahagiaan
9 Silaturahim: Meluaskan cinta kasih
10 Berbagi, ibadah social yang utama.
3. Kisi-kisi bahasan karakter mukmin13
NO TEMA
1 Mengapa Remaja Harus Bersyukur?
2 Pikiran Positif agar Hidup Optimis
3 Disiplin itu Hebat lho
4 Komunikasi dan Gaul Islami
5 Kemuliaan Al-Qur’an dan Belajar Al-Qur’an
6 Tanggung jawab seorang Mukmin.
7 Kelembutan hati
8 Berbuat adil kepada diri dan sesama
9 Berani ber-amar ma’ruf nahi munkar
4. Kisi-kisi bahasan akhlak muslim14
NO TEMA
1 Memberi itu Lebih Mulia (hal 154)
2 Bekerja dan Berusaha tanda muslim yang hebat (h 158)
3 Jadilah Kaya dan Pandai Bersyukur (hal 167)
4 Keutamaan Membaca Al-Qur’an (hal 226)
5 Keutamaan Berwudhu (hal 245)
6 Keutamaan Shalat (hal 254)
7 Keutamaan Shalat berjamaah (hal 266)
8 Memelihara Shalat Wajib (hal 272)
9 Syukur seperti Syukurnya Nabi Muhammad SAW (h
308)
10 Dahsyatnya Qiyamul Lail (hal 311)
12 Keutamaan dan Adab berdoa (hal 459)
13
Dokumentasi Rumah Yatim Mizan, 2017. 14
Dokumentasi Rumah Yatim Mizan, 2017.
38
13 Keutamaan sifat Malu (II hal 260)
14 Akhlak Mulia (II hal 263-270)
15 Wajah Ceria dan Ucapan yang baik (II hal 275)
16 Menebarkan salam dan etikanya (II hal 278)
17 Mendiamkan dan Memusuhi Sesama (II hal 297)
18 Terorisme itu jahat (II hal 317)
19 Janganlah Sombong (II Hal 346)
20 Kebersihan Lingkungan (II hal 365)
39
I. Jadwal Pembinaan Rumah Yatim Mizan
Berikut jadwal pembinaan yang ada di Rumah Yatim Mizan15
:
J. Sarana dan Prasarana Rumah Yatim Mizan
Rumah Yatim Mizan dalam hal ini melalui pengurusnya selalu ingin
memberikan yang terbaik untuk anak-anak di Rumah Yatim Mizan. Penunjang
kebutuhan untuk setiap kegiatan keseharian anak diharapkan bisa menjadi
penyemangat agar dalam setiap pelaksanaan pembinaan seorang anak tidak merasa
15
Dokumentasi Rumah Yatim Mizan, 2017.
40
dikekang atau pun dipaksa. Rumah Yatim Mizan sejatinya sudah bisa dikatakan
mandiri dalam hal sarana prasana, ini dapat dilihat sebagaima penguraian berikut ini:
Sarana dan Prasarana Rumah Yatim Mizan, adalah sebagai berikut:
1. Gedung asrama yang dilengkapi dengan tempat tidur untuk anak;
2. Tiga kelas untuk kegiatan belajar mengajar siswa di Rumah Yatim Mizan;
3. Satu kamar untuk kepala asrama;
4. Ruangan kantor Rumah Yatim Mizan;
5. Sebuah ruang serbaguna;
6. Sebuah ruang dapur bersama sebagai fasilitas penunjang kebutuhan anak;
7. Sebuah ruang tempat makan bersama;
8. Sebuah ruang tempat mencuci baju bersama;
9. Sebuah ruang laboratorium komputer, lengkap dengan komputer sejumlah siswa
yang ada di Rumah Yatim Mizan ditambah dengan satu pembina/pengajar;
10. Sebuah ruang perpustakaan dan meja belajar;
11. Sebuah ruang tempat musik (band), lengkap dengan peralatan band mencakup:
gitar, bass, drum, angklung, biola dan sebagainya;
12. Loby;
13. Halaman terbuka hijau dilengkapi dengan peralatan outbond;
14. Berbagai peralatan olahraga;
15. Satu bangunan mushalla;
16. Sebuah mobil operasional Rumah Yatim Mizan.16
K. Anggaran Dana
Anggaran dana yang dihimpun di Rumah Yatim Mizan berasal dari
sumbangan internal yayasan, donasi Mizan Group, dana CSR dari berbagai
perusahaan, juga donasi masyarakat.17
16
Wawancara Pribadi dengan Sulistiyo pada, Rabu 31-05-2017. 17
Wawancara pribadi dengan Sulistiyo, Rabu, 31-05-2017.
41
L. Kriteria Anak di Rumah Yatim Mizan
Dalam perekrutan anak di Rumah Yatim Mizan kriteria yang utama adalah
anak yatim, anak dhuafa yang berlatar belakang tidak mampu. Ini didasarkan dari
pengertian yatim menurut Quraish Shihab, bahwa istilah yatim itu pengertiannya
bukan saja ketiadaan atau meninggalnya orang tua yaitu ayah, atau ibu dan ayah.
Menurut Quraish Shihab pengertian yatim tidak hanya terlihat dari ketidak adaannya
orang tua secara biologis dikarenakan meninggal akan tetapi dapat juga dikatakan
tidak hadirnya orang tua di tengah-tengah kehidupan anak dikarenakan ketidak
mampuan orang tua dalam memberikan perlindungan kepada anak. Dan kriteria yang
terakhir yaitu motivasi serta semangat yang tinggi dalam diri anak untuk dapat dibina
di Rumah Yatim Mizan. 18
18
Profil Sekolah dan Rumah Yatim Mizan, (Jakarta, 22 Juni 2014).
42
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISI HASIL PENELITIAN
A. Proses Pelaksanaan dan Pola Pembinaan Akhlak pada Anak di Rumah
Yatim Mizan
Setiap warga negara berhak atas taraf kesejahteraan sosial yang sebaik-
baiknya dan berkewajiban untuk sebanyak mungkin ikut serta dalam usaha-usaha
kesejahteraan sosial. Semua upaya, program, dan kegiatan yang ditujukan untuk
mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan
kesejahteraan sosial.1
Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya
dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah
memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan
sendirinya orang tersebut menjadi baik.2 Menurut aliran ini pembawaan yang
dibawa sejak manusia dilahirkan itulah yang menentukan perkembangan
berikutnya. Asumsi yang mendasari aliran ini adalah bahwa pada diri anak dan
orang tua terdapat banyak kesamaan baik fisik maupun psikis.3
Selanjutnya menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu
lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika
pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah
anak itu. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada
peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.4
Sedangkan menurut aliran Konvergensi berpendapat bahwa pembentukan
akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari
luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui
interaksi dalam lingkungan sosial. Fithrah dan kecenderungan ke arah yang baik
yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai
metode.5Menurut aliran ini perkembangan manusia dipengaruhi oleh interaksi dan
1 Kementrian Agama Republik Indonesia, Pedoman Lembaga Yatim Piatu, h. 1.
2 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 167.
3 Netty Hastati dkk, Islam dan Psikologi, h. 174-175.
4 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 167.
5 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,h. 166-167.
43
perpaduan antara faktor hereditas dan lingkungan. Menurut aliran ini hereditas
tidak akan berkembang secara wajar apabila tidak diberi rangsangan dari faktor
lingkungan. Sebaliknya, rangsangan lingkungan tidak akan membina kepribadian
yang ideal tanpa didasari oleh faktor hereditas. Kepribadian seseorang ditentukan
oleh kerja yang integral antara faktor internal (potensi bawaan) maupun faktor
eksternal (pembinaan dan pendidikan).6
Menurut Erik H. Erikson, saat anak memasuki usia 12-20 tahun atau yang
biasa disebut Erikson tahap adolesen. Tahap ini merupakan tahap yang paling
penting diantara tahap perkembangan lainnya, karena pada akhir tahap ini seorang
anak harus mencapai tingkat identitas ego yang cukup baik.7 Pada tahap ini
pembinaan adalah salah satu cara untuk membantu perkembangan serta
mendorong si anak menuju kehidupan dewasa yang baik.
B. PolaPembinaan Akhlak pada Anak di Rumah Yatim Mizan
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar serta pembinaan dilakukan di Rumah
Yatim Mizan, karena ternyata konsep Rumah Yatim Mizan ialah sekolah
sekaligus asrama yang artinya setiap hari anak memang berada di Rumah Yatim.
Namun memang untuk tenaga pengajar guru serta pembina dibedakan, ini
bertujuan untuk menghindari anak merasa bosan. Dan dalam pelaksanaannya ada
alternatif-alternatif tempat untuk belajar disamping kelas untuk belajar biasanya,
seperti perpustakaan, halaman terbuka, mushalla, ruang serbaguna dan lain
sebagainya.
Menurut Ahmad Nurul Huda selaku kepala Sekolah TIK merangkap
sebagai pembina di Rumah Yatim Mizan,
6 Netty Hartati dkk, Islam dan Psikologi, h. 178.
7 Alwisol, Psikologi Perkembangan, h. 99.
44
“Dalam penerapan pola pembentukan/pembinaan akhlak di Rumah Yatim
Mizan tidak mengikuti konsep atau teori manapun. Akan tetapi langsung
pada tataran pelaksanaan.” Ucap Nurul Huda.
Menurutnya di Rumah Yatim Mizan sudah ada kriteria tersendiri dalam
mencapai tujuan yang ingin dicapai, yaitu dengan adanya student profile atau
capaian-carapain rumah yatim sebagai berikut:
“Student Profile itu mencakup capaian-capaian akhlak yang harus
didapat oleh anak, yang harus tercapai per-tiap semesternya”,
tambahnya.8
Adapun capaian yang dimaksud ialah mencakup:
1. Sikap Spiritual;
a. Pribadi yang beriman dan bertaqwa
b. Berakhlak mulia
c. Terbiasa menjaga ibadah wajib dan sunnah
d. Toleransi (inklusif)
e. Pribadi yang melayani dengan semangat ihsan
2. Sikap Sosial;
a. Jujur
b. Disiplin
c. Percaya diri
d. Kerjasama
e. Optimis
f. Santun
g. Peduli
h. Tanggung jawab
i. Kerja keras (ulet)
3. Pengetahuan;
a. Cinta ilmu pengetahuan
b. Thinking skill, kritis dan analitis
c. Open mind
4. Keterampilan;
a. Hafalan al-Quran dan Hadits sesuai dengan target minimal dan kemampuan
siswa
b. Dzikir dan amalan (doa-doa harian, shalat, ratib, tahlil, dan sebagainya)
8 Wawancara pribadi dengan Ahmad Nurul Huda pada Senin, 22-05-2017.
45
c. IT dan social media
d. writing skill dan literasi
e. Kesenian dan kreativitas
f. Kewirausahaan
g. Soft skills (goal setting, leadership, komunikasi, presentasi, team work).9
Selain menjurus kepada capaian, pola pembinaan yang dilakukan di
Rumah Yatim Mizan yaitu dengan melakukan pembiasaan-pembiasaan yang
membangun kesadaran.10
Adapun penerapan pembinaan yang dilakukan di Rumah Yatim Mizan
dibagi menjadi 2 fase. Yang pertama fase individual, yaitu bagaimana anak-anak
dididik dapat bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Yang kedua fase
komunal, yaitu bagaimana anak bertanggungjawab kepada orang-orang sekitar.11
Pada proses penerapan pembinaannya pengelola melakukan penjadwalan.
Pola pembinaan yang dilakukan di Rumah Yatim Mizan jika dilihat dari
program kerja yang telah disusun oleh pengurus menitikberatkan pada
pengembangan akhlak praktis, pemaknaan ibadah dan ritualitas, kemampuan
vokasional dan juga life skill.
Rumah Yatim Mizan sebagai lembaga sosial selalu berusaha menerapkan
program-program terhadap anak asuhnya melalui bidang pendidikan formal,
pelatihan keterampilan dan kegiatan keagamaan serta kegiatan sosial. Yang akan
peneliti paparkan, sebagai berikt:
9 Wawancara pribadi dengan Ahmad Nurul Huda pada Senin, 22-05-2017.
10 Wawancara pribadi dengan Harkaman pada Senin, 22-05-2017.
11 Wawancara pribadi dengan Ahmad Nurul Huda pada Senin 22-05-2017.
46
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan modal utama untuk anak menghadapi
persaingan. Pada zaman yang serba modern dan global ini kebutuhan seperti
pengetahuan, wawasan serta keterampilan sangat diperlukan untuk anak agar
dapat ikut bersaing di dunia pendidikan dan dunia kerja. Dalam hal ini lembaga
pendidikan terkhusus pendidikan formal sangat mempunyai andil yang besar
dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan untuk anak di Rumah Yatim Mizan.
Pendidikan formal yang disediakan Rumah Yatim Mizan ialah Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Mizan
atau biasa disingkat SMP TIK Mizan. Dalam menetapkan kurikulum SMP TIK
Mizan, dewan guru menyesuaikan dengan kegiatan yang ada di Rumah Yatim
Mizan. Adapun waktu pelaksanaannya yaitu hari senin-jum’at, jam 07.30 –
15.30 WIB.12
2. Bidang Pelatihan Keterampilan
Kebutuhan keterampilan pada seorang anak sangat diperlukan sebagai
penunjang masa depan anak. Pada jaman „millenial‟ yang saat ini sedang ramai
disebut „jaman now‟, keterampilan sangat dibutuhkan agar anak bisa
mengimbangi tuntutan jaman.
Adapun pelatihan keterampilan yang biasa dilakukan di Rumah Yatim
Mizan diataranya yaitu: pelatihan komputer, pelatihan orkestra, pelatihan
kewirausahaan, pelatihan public speaking, pelatihan bahasa Arab dan Inggris,
kelas sinematografi dan desain grafis serta kelas kreatifitas. Untuk pelaksanaan
12
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Nurul Huda pada, Selasa 30-05-2017.
47
kegitan pelatihan keterampilan ini dilakukan setelah jam pulang sekolah yaitu
pada hari senin-sabtu, mulai dari jam 16.00-21.00 WIB.13
3. Kegiatan Keagamaan
Kegiatan keagamaan yang dilangsungkan bertujuan agar anak yang ada
di Rumah Yatim Mizan bukan saja terjamin pendidikan untuk mengarungi
kehidupan dewasanya, melainkan agar anak juga dapat menjaga ketauhidannya
kepada Allah sebagai tuhannya. Kegiatan keagamaan juga bertujuan agar anak
tidak mudah terjerumus pada kesesatan, serta selalu dapat mengingat
kepadaNya.
Dalam usaha membina akhlak, kegiatan keagamaan sebagai usaha yang
dilakukan oleh pengurus Rumah Yatim Mizan. Untuk mewujudkan gagasan
dari upaya pembinaan akhlak pada anak di Rumah Yatim Mizan, pihak
pengelola telah menyusun kegiatan pembinaan keagamaan, diantaranya yaitu:
muraja’ah hafalan quran dan akhlak, sirah nabawiyah, fikih praktis, dan juga
tahsin tahfidz, serta dengan memberlakukan pembiasaan baik.14
Untuk
pembiasaan baik pastinya tidak ada batasan waktu, 24 jam anak akan selalu
dibina melaui pebiasaan-pebiasaan baik. Anak juga setiap saat selalu diawasai
tingkah lakukanya oleh pembina asrama, ini dilakukan untuk mengetahui
perkembangan yang terjadi pada anak.
Untuk kegiatan ibadah khusus seperti shalat 5 waktu, pengelola selalu
mengajak anak untuk shalat berjama’ah di mushalla. Juga telah diadakan
penjadwalan seperti muadzin, imam, serta pembaca doa, yang mana tujuan
13
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Nurul Huda pada, Selasa 30-05-2017. 14
Dokumentasi Rumah Yatim Mizan, 2015.
48
diadakannya penjadwalan ini agar anak terbiasa dalam melaksanakan ibadah
khususnya ibadah shalat.
Adapun pembinaan keagamaan yang dilakukan di rumah yatim mizan
sebagai brikut:
a. Muraja’ah hafalan quran
Untuk kegiatan muraja’ah hafalan quran serta sirah nabawiyah
biasanya dilakukan setap hari ba’da shalat subuh pada pukul 05.15-06.00,
Harkaman selaku kepala asrama Rumah Yatim Mizan
b. Tahsin tahfidz
Kegiatan tahsin tahfidz dipimpin oleh Sukron sebagai pembina,
dalam pelaksanaannya biasanya pembina menentukan tema untuk setiap
pertemuannya. Contohnya yaitu pada minggu pertama akan membahas
tentang keutamaan masa muda, minggu kedua tentang cara
mengoptimalkan akal, minggu ketiga tentang bagaimana menjaga akhlak
mulia, dan lain sebagainya. Dalam pembinaan tahsin tahfidz pembina akan
memberi kesempatan anak untuk menghafal ayat yang telah ditentukan
sesuai kisi-kisi pembinaan yang telah dibuat. Dalam hal ini contohnya
surat Ar-Rum ayat 54 yang membahas tentang keutamaan masa muda,
setelah itu pembina akan menjelaskan maksud dari ayat tersebut. Adapun
pembinaan tahsin tahfidz ini dilakukan setiap hari minggu dan selasa pada
pukul 18:10-19:20.
c. Fikih praktis
Pembinaan fikih praktis dilakukan setiap hari minggu dan rabu,
pada pukul 19:50-20:50. Adapun pembinanya yaitu Saiful. Dalam
pelaksanaannya, materi yang disampaikan pada pembinaan fikih praktis
mencakup kehidupan sehari-hari anak, contohnya yaitu mengenai
keutamaan berwudhu dan shalat berjama’ah, keutamaan membaca qur’an,
kebersihan lingkungan, bagaimana menjadi seorang yang berakhlak mulia,
dan lain sebagainya.
d. Akhlak praktis dan sirah nabawiyah
Pembinaan akhlak praktis dan sirah nabawiyah dilakukan setiap
hari kamis, pada pukul 19:50-20:50. Pembinaan akhlak dan sirah
nabawiyah dipimpin oleh Harkaman. Adapun materi yang disampaikan
yaitu mengenai tanggung jawab seorang muslim, bagaimana menjadi
orang yang berhati lembut, berani ber-amar ma‟ruf nahi mungkar, dan lain
sebagainya.
e. Pembiasaan baik
Untuk menyokong cita-cita dari rumah yatim mizan yaitu
menciptakan anak-anak yang berakhlak mulia. Pembina melakukan proses
pembinaannya melalui pemberian materi akhlak praktis, sirah nabawi, dan
pembiasaan baik yang membangun kesadaran pada anak. Nah dalam
proses pembinaan untuk membentuk pembiasaan baik pada diri seorang
anak, pengelola yakni Harkaman selaku kepala asrama selalu stand by
mendampingi anak. Ini dilakukan agar apabila ada tindakan dari diri anak
49
yang masih dinilai tidak mengandung nilai akhlak yang baik dapat segera
diberi nasihat dan dapat segera memperbaiki diri.15
4. Kegiatan Sosial
Manusia yang sejatinya adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendiri. Maka dari itu, agar tidak merasa hidup sendiri maka diperlukan lah
kegiatan sosial. Adapun manfaat seseorang ikut dalam kegiatan sosial yaitu
membantu seseorang dalam berinteraksi dengan sesama, meningkatkan
persatuan antar warga sehingga dapat terjalin hubungan yang baik. Kegiatan
sosial yang dilakukan anak di Rumah Yatim diantarnya yaitu kegiatan bersih
mushala warga dan ikut serta dalam kegiatan bakti sosial, adapun jadwal
kegiatan ini biasanya menyesuaikan dengan jadwal yang ada pada warga di
lingkungan sekitar Rumah Yatim Mizan.16
Dari paparan diatas pemeniliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pola
pembinaan akhlak yang diterapkan di Rumah Yatim Mizan ialah dengan
memberlakukan pembiasaan baik kepada anak, juga dengan melalui beberapa
pembinaan seperti pembinaan keagamaan, kegiatan sosial, kegiatan
keterampilan dan juga melalui pendidikan formal. Dengan ini diharapan akan
sampai kepada capaian-capain yang ada di Rumah Yatim Mizan yaitu anak
yang memiliki pribadi beriman dan bertaqwa, anak yang jujur, disiplin, cinta
ilmu pengetahuan, anak yang kritis, open minded, yang memiliki soft skills dan
lain sebagainya.
15
Dokumentasi Rumah Yatim Mizan, 2017. 16
Dokumentasi Rumah Yatim Mizan, 2017.
50
C. Metode Pembinaan Akhlak Rumah Yatim Mizan
Metode pembinaan yang dilakukan di Rumah Yatim Mizan adalah dengan
melakukan komunikasi langung kepada anak. Dalam hal ini pembina yang ada di
Rumah Yatim Mizan melakukan komunikasi langsung secara tatap muka dengan
anak asuh sebagai yang terbimbing. Berikut metode pembinaan akhlak yang
dilakukan di Rumah Yatim Mizan:
1. Metode Kelompok
Dalam pelaksanaan pembinaan di Rumah Yatim Mizan, biasanya
pembina akan membuat kelompo-kelompok kecil. Biasaya pembina akan
menggunakan teknik ceramah juga diskusi tanya jawab. Adapun tujuannya
diadakannya kelompok-kelompok kecil ini yaitu agar ketika seorang pembina
meminta seorang anak untuk memecahkan masalah, maka anak tersebut akan
mendiskusikannya terlebih dahulu dengan teman-temannya. Hal ini juga
bertujuan agar terbentuknya rasa saling percaya kepada teman-temannya.
2. Metode Individual
Untuk metode individual biasanya digunakan oleh pembina supaya
lebih mudah berkomunikasi tatap muka, biasanya dilakukan ketika ada anak
yang bermasalah dengan kehidupan pribadinya.17
Menurut pengamatan
peneliti, masih ada beberapa anak yang masih belum terbiasa hidup di
lingkungan rumah yatim, karena memang latar belakang mereka yang
beragam. Maka harus adanya pendorong agar bagaimana anak merasa betah
tinggal di Rumah Yatim Mizan. Nah, dalam hal ini pembina biasanya
memberikan wejangan secara pribadi kepada anak-anak yang memiliki
masalah pribadi.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan di Rumah Yatim Mizan
Dalam pelayanan pembinaan kepada anak di Rumah Yatim Mizan
tentunya ada faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraannya.
17
Wawancara pribadi dengan Harkaman pada Senin, 22-05-2017.
51
Faktor pendukung pembinaan di Rumah Yatim Mizan yaitu lengkapnya
sarana pendukung pembinaan yang ada di Rumah Yatim mizan. Sarana yang ada
di Rumah Yatim Mizan bisa dipakai sebagai pendukung pembinaan, ini akan
memudahkan pembina menyampaikan ilmunya kepada anak yang ada di Rumah
Yatim Mizan.
Adapun faktor penghambat pembinaan, ada beberapa hambatan yang
menjadi kendala pengurus Rumah Yatim Mizan dalam melakukan kegiatan
pembinaan, yaitu:
1. Faktor internal pada diri seorang anak yaitu kondisi psikologis anak yang
masih dalam tahap usia labil. Ini juga dipengaruhi dari beragamnya latar
belakang anak yang ada di Rumah Yatim Mizan. Adapun anak-anak yang ada
di Rumah Rumah Yatim Mizan berlatar belakang dari anak yatim, anak
jalanan, sampai pada anak luar pulau yang sangat awam terhadap pembinaan.
2. Kurangnya komitmen pengajar untuk mengabdi di Rumah Yatim Mizan, ini
dapat dilihat ketika sewaktu-waktu ada kelas kosong karena pembina tidak
mengajar. 18
3. Faktor pembina yang kurang bisa menyampaikan materi serta tidak dapat
mengemas materi pembinaan secara menarik juga dapat menjadi kendala
dalam setiap proses pembinaan di Rumah Yatim Mizan. 19
Dalam hal ini peneliti mengambil kesimpulan bahwa sistem pengelolaan
di Rumah Yatim Mizan dapat menjadi faktor pendukung serta penghambat dalam
proses pembinaan. Serta faktor internal pada setiap diri anak dapat pula menjadi
hambatan, ini dikarenakan usia anak yang tinggal di Rumah Yatim Mizan masih
dalam tahap usia labil.
18
Wawancara pribadi dengan Harkaman pada Senin, 22-05-2017. 19
Wawancara pribadi dengan Ahmad Nurul Huda pada Senin 22-05-2017.
52
E. Tujuan Pembinaan di Rumah Yatim Mizan
Menurut Mentri Agama dalam Pedoman Lembaga Yatim Piatu (2010),
tujuan organisasi kemasyarakatan dalam pasal 3 UU nomor 8 tahun 1985 yang
antara lain menegaskan bahwa tujuan organisasi ditetapkan oleh organisasi
masing-masing sesuai dengan sifat kekhususannya dalam rangka mencapai tujuan
nasional sebagaimana termaktub dalam UUD 1945.20
Tujuan pembinaan lembaga yatim piatu meliputi:
1. Tujuan umum pembinaan dilakukan, agar seluruh lembaga yatim piatu dapat
ikut serta dalam proses pembangunan bangsa dan memberikan sumbangannya
yang positif dalam rangka mengisi pembangunan manusia seutuhnya dan
seluruh masyarakat Indonesia sesuai dengan ajaran agama Islam dalam wadah
negara Republik Indonesia sesuai semangat dan jiwa pembukaan UUD 1945.
2. Tujuan khusus pembinaan lembaga yatim piatu dilakukan agar lembaga yatim
piatu lebih efektif dalam melaksanakan berbagai program yang menjadi tujuan
masing-masing.21
Adapun tujuan pembinaan di Rumah Yatim Mizan yaitu untuk
menguatkan apa yang disampaikan oleh guru di sekolah, serta diharapkan anak
dapat mempunyai akhlak mulia.22
“Tujuan dari pembinaan di Rumah Yatim Mizan yaitu untuk menguatkan
apa yang disampaikan di sekolah.”Ungkap Nurul Huda selaku kepala
sekolah SMP TIK Utama juga pembina di Rumah Yatim Mizan.23
Dalam pelaksanaan pembinaan yang dilakukan di Rumah Yatim Mizan,
pengurus tidak mematok kepada orientasi akademik. Akan tetapi bagaimana anak
dapat berubah dari awal memasuki rumah yatim sampai pada anak memiliki
20
Kementrian Agama Republik Indonesia, Pedoman Lembaga Yatim Piatu, (Jakarta:
Direktur Pemberdayaan Zakat, 2010), h. 41. 21
Kementrian Agama Republik Indonesia, Pedoman Lembaga Yatim Piatu, (Jakarta:
Direktur Pemberdayaan Zakat, 2010), h. 41. 22
Wawancara pribadi dengan Harkaman pada Senin, 22-05-2017. 23
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Nurul Huda pada Senin, 22-05-2017.
53
kelebihan-kelebihan secara karakter, memiliki sikap kedisiplinan, kesopanan,
tanggung jawab dan lain sebagainya.24
Dari pembahasan diatas peneliti mencoba mengambil kesimpulan
mengenai tujuan pembinaan di Rumah Yatim Mizan, bahwa tujuan khusus
didirikannya Rumah Yatim Mizan bukan orientasi akademik yang paling penting
yang harus dimiliki oleh setiap anak, melainkan anak yang memiliki akhlak yang
mantap yang menjadi orientasi utama.
Dalam upaya menggapai capaian-capaian yang ada di Rumah Yatim
Mizan, pihak pengelola memberlakukan sistem reword and punishment
(penghargaan dan hukuman), penghargaan ini penting bagi anak yang telah
berhasil dalam capaian-capaiannya supaya anak tersebut selalu semangat serta
konsisten untuk terus menggapai capaian-capaian seperti yang telah tertulis di
program pembinaan Rumah Yatim Mizan. Penerapan hukuman seperti Surat
Peringatan (SP) yang berkala seperti SP1, SP2, sampai pada pengeluaran SP3 juga
diharapkan dapat menjadi pemacu serta kunci terhadap pembukaan wawasan
anak-anak yang lebih luas. 25
F. Dampak Pembinaan terhadap Anak di Rumah Yatim Mizan
Dari pembinaan yang dilakukan di Rumah Yatim Mizan, kompetensi yang
didapat oleh anak secara umum yaitu anak berakhlak dan berkarakter.26
Dari
modal pembinaan akhlak inilah diharapkan pula setiap anak akan dapat
menjalankan kehidupan kelak dengan baik. Di Rumah Yatim Mizan anak
diajarkan bagaimana kehidupan sesungguhnya, anak dapat hidup secara mandiri.27
24
Wawancara pribadi dengan Ahmad Nurul Huda pada, Senin, 22-05-2017. 25
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Nurul Huda pada Senin, 22-05-2017. 26
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Nurul Huda pada Senin, 22-05-2017. 27
Wawancara Pribadi dengan Harkaman pada Senin, 22-05-2017.
54
G. Perbedaan Rumah Yatim Mizan dengan Rumah Yatim Sejenis
Menurut Ahmad Nurul Huda, perbedaan antara Rumah Yatim Mizan
dengan Rumah Yatim lainnya ialah pada tataran pembinaannya. Apabila rumah
yatim lain anak-anak ditampung dan dirumahkan, namun untuk pemenuhan
pendidikan formal anak-anak disekolahkan di luar. Sedangkan anak-anak di
Rumah Yatim Mizan ditampung dan juga disekolahkan di tempat yang sama yaitu
di dalam Rumah Yatim Mizan itu sendiri.28
Sedangkan menurut Harkaman selaku kepala asrama Rumah Yatim
Mizan, dijelaskan bahwa perbedaan antara Rumah Yatim Mizan dengan rumah
yatim yang lain yaitu dari tataran pembiasaan. Menurutnya selain di Rumah
Yatim Mizan, pemenuhan materi ditonjolkan namun untuk aspek non materi
seperti spiritualitas dan juga moral tidak ada evaluasi. Sedangkan untuk
pembinaan di Rumah Yatim Mizan lebih terfokus kepada tujuan moralitas dan
spiritualitas, walaupun untuk pemberian materi juga tetap ada.29
Ciri khas dari Rumah Yatim Mizan ialah terintegrasinya asrama dalam hal
ini Rumah Yatim Mizan dengan sekolah SMP TIK Utama. Sulistiyo selaku
Manejer Program di Rumah Yatim Mizan mengungkapkan, bahwa:
“Yaaa yang kita ingin fokus dan menjadi ciri khas kita adalah kita
integrasikan. Jadi bagaimana program sekolah dan asrama itu
terintegrasi hampir mirip dengan pesantren juga. Kemudian bahwa
seluruh program sekolah dan asrama itu menjadi semacam situasi atau
suasana seperti di rumah.” Ungkap Sulistiyo30
Dari beberapa pernyataan diatas peneliti dapat mengambil kesimpulan
bahwa antara Rumah Yatim Mizan dengan rumah yatim sejenis memilik
kesamaan bahwa rumah yatim dibangun yaitu untuk memberi fasiltas kepada
anak-anak yatim dan dhuafa. Adapun perbedaan Rumah Yatim Mizan dengan
rumah yatim lainnya memiliki keunggulan tersendiri yaitu terintegrasinya
28
Wawancara pribadi dengan Ahmad Nurul Huda pada Senin, 22-05-2017. 29
Wawancara Pribadi dengan Harkaman pada Senin, 22-05-2017. 30
Wawancara Pribadi dengan Sulistiyo pada Rabu, 31-05-2017.
55
pendidikan juga pembinaan antara asrama dan sekolah serta pemenuhan materi
moralitas dan spiritualitas yang dicoba untuk selalu dikedepankan.
Dari pembahasan pola pembinaan akhlak yang ada di Rumah Yatim
Mizan, peneliti menyimpulkan bahwa pola pembinaan akhlak yang ada di Rumah
Yatim Mizan ialah dengan melakukan pembiasaan-pembiasaan dengan kesadaran
baik selama anak berada di asrama maupun ketika anak berada di sekolah.
Terintegrasinya pembinaan serta pendidikan yang diperoleh anak sangat
memudahkan pembina untuk dapat mengevaluasi apa-apa yang perlu ditambah
dan diperbaiki dari Rumah Yatim Mizan. Anak diajarkan bagaimana pentingnya
memiliki akhlak serta karakter diri yang baik. Dari hal tersebut menurut peneliti
pola pembinaan akhlak yang ada di Rumah Yatim Mizan sudah sangat baik,
karena bukan saja anak diajarkan bagaimana memiliki akhlak al-karim yaitu
akhlak yang baik. Anak juga diajarkan bagaimana menumbuhkan soft skill yang
tentunya sangat bermanfaat bagi anak di kehidupan mendatang setelah keluar dari
rumah yatim.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dengan tema Pola Pembinaan Akhlak pada
Anak di Rumah Yatim Mizan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pola pembinaan akhlak pada anak di Rumah Yatim Mizan yaitu dengan
melakukan pembiasaan-pembiasaan baik pada anak yang mana diharapkan
akan dapat membangun kesadaran sehingga capaian-capaian yang ada di
Rumah Yatim dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Adapun program
pembinaan yang ada di Rumah Yatim Mizan melalui beberapa bidang, yaitu:
a. Pendidikan formal
Pada zaman yang serba modern dan global ini kebutuhan seperti
pengetahuan, wawasan serta keterampilan sangat diperlukan untuk anak
agar dapat ikut bersaing di dunia pendidikan dan dunia kerja. Dalam hal
ini lembaga pendidikan terkhusus pendidikan formal sangat mempunyai
andil yang besar dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan untuk anak di
Rumah Yatim Mizan.
b. Bidang Keterampilan
Bahwa keterampilan pada seorang anak sangat diperlukan sebagai
penunjang masa depan anak. Adapun pelatihan keterampilan yang biasa
dilakukan di Rumah Yatim Mizan diataranya yaitu: pelatihan komputer,
pelatihan orkestra, pelatihan kewirausahaan, pelatihan public speaking,
57
pelatihan bahasa Arab dan Inggris, kelas sinematografi, kelas desain grafis
serta kelas kreatifitas.Untuk pelaksanaan kegitan pelatihan keterampilan
ini biasanya dilakukan setelah jam pulang sekolah yaitu pada hari senin-
sabtu, mulai dari jam 16.00-21.00 WIB.
c. Pembinaan keagamaan
Dalam usaha membina akhlak, kegiatan keagamaan sebagai usaha
yang dilakukan oleh pengurus Rumah Yatim Mizan. Untuk mewujudkan
gagasan dari upaya pembinaan akhlak pada anak di Rumah Yatim Mizan,
pengelola telah menyusun kegiatan keagamaan, diantaranya yaitu:
pembinaan tafsir remaja, pembinaan mengenai kajian ibadah, kajian ayat
akhlak, kegiatan mengaji serta dengan melakukan pembiasaan baik di
asrama.
2. Metode dalam membimbing akhlak anak di Rumah Yatim Mizan dilakukang
dengan metode individu dengan proses tatap muka, tanya jawab antar pembina
dan anak satu persatu. Juga dengan menggunakan metode secara kelompok
yaitu dengan ceramah dan diskusi tanya jawab.
3. Materi bimbingan yang ada di Rumah Yatim Mizan dalam bentuk bimbingan
agama yaitu muraja’ah hafalan qur’an, akhlak dan sirah nabawiyah, fikih
praktis, dan tahsin tahfidz.
4. Faktor penghambat pembinaan di Rumah Yatim Mizan ialah kondisi psikologi
anak yang masih dalam tahap usia labil, kekosongan pengajar / pembina serta
penyampaian materi yang kurang menarik juga dapat menghambat
keberslangsungan pembinaan. Adapun faktor pendukungnya yaitu sarana dan
58
prasana yang lengkap, yang mana bisa menjadi alternatif penunjang pembinaan
di Rumah Yatim Mizan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, peneliti dapat memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Pembimbing harus memegang komitmen yang tinggi dalam pelaksanaan
pembinaan di Rumah Yatim Mizan. Agar dalam setiap pembinaan dapat
berjalan dengan sebagaimana mestinya.
2. Untuk menunjang proses pembinaan, pembimbing harus dapat meningkatkan
kemampuannya dalam menyampaikan materi agar mengurangi anak cepat
merasa bosan. Sehingga ilmu yang disampaikan oleh pembina dapat diserap
seutuhnya oleh anak.
3. Dalam pelaksanaan pembinaan, pemanfaatan sarana dan prasana harus dapat
digunakan dengan baik, agar dapat menunjang proses pembinaan yang lebih
baik.
59
DAFTAR PUSTAKA
Abd, Ali Halim Mahmud. 2000. Pendidikan Rohani. Jakarta: Gema Insani Press.
Abdul, Agus Rahman. 2013. Psikologi Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Agustiningsih, Ririen. 2005. Pembinaan Moral Anak di Panti Pamardi Putra
Mandiri. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Alwisol. 2009. Psikologi Perkembangan. Malang: UMM Press.
Asmaran. 1994. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan, dan Perceraian BP-4. 1994. Membina
Keluarga Bahagia dan Sejahtera. Jakarta: BP-4.
D, Singgih Gunarsa. 1998. Dasar Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung
Mulia.
Darajat, Zakiah. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta:
CV Ruhana.
Depag RI. 1992. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: Gema Risalah Press.
Departemen Agama. 1983. Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN. Jakarta: Ditjen
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan Perguruan
Tinggi Agama Islam.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Hastati, Netty, dkk,. 2005. Islam dan Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Idrus, Muhammad (editor: Yayat Sri Hayati). 2009. Metode Penelitian Ilmu
Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.
J, Lexy Maleong. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karta.
Kementrian Agama Republik Indonesia. 2010. Pendoman Lembaga Yatim Piatu.
Jakarta: Direktoran Pemberdayaan Zakat.
Kemnterian Agama Republik Indonesia. 2010. Pedoman Lembaga Yatim Piatu.
Jakarta: Direktur Pemberdayaan Zakat.
M, H, Arifin. 1994. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Mahjuddin. 1999. Kuliah Akhlak Tasawuf. Jember: Kalam Mulia.
Mangunhardjana. 1986. Pembinaan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius.
60
Nata, Abuddin. 2008. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Nur, Alfita Hidayah Listiani. 2008. Peran Panti Asuhan Yatim Piatu Darul
Hadlonah Purwokerto dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Profil Rumah Yatim Mizan. Diakses pada 05 Mei 2017 jam 10:15 WIB dari
http://www.mizan.id.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Setiono, Kusdwiratri. 2011. Psikologi Keluarga. Bandung: PT. Almuni.
Sukandarrumidi. 2012. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti
Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sunardi. 1996. Islam Pengatur Akhlak. Jakarta: Media Dakwah.
Susita, Refisia. 2010. Perbedaan Penalaran Moral Anak Yang Proses
Penyusuannya dengan ASI dan Susu Formula di Dua Tahun Pertama
pada Anak Sekolah Dasar. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Suyanto. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ulwan, A. Nasih. 1990. Pendidikan Anak Menurut Islam. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002. Tentang
Perlindungan Anak. Jakarta: BP Restindo Mediatama.
Usman, Hussaini, Setiady, Purnomo Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.
Bandung: Bumi Aksara. 1995.
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Nurul Huda pada Senin, 22-05-2017.
Wawancara Pribadi dengan Harkaman pada Senin, 22-05-2017.
Wawancara Pribadi dengan Sulistiyo pada Rabu, 31-05-2017.
Zainuddin, dkk. 1991. Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali. Jakarta: Bumi
Aksara.
Lampiran1. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KEPALA SEKOLAH DAN KEPALA
ASRAMA RUMAH YATIM MIZAN
1. Identitas Subjek Penelitian
a. Nama :
b. Jabatan :
c. Tempat & Waktu :
2. Pertanyaan Wawancara Penelitian Mengenai Pola Pembinaan Akhlak di
Rumah Yatim Mizan
a. Apa saja bentuk pembinaan akhlak di Rumah Yatim Mizan?
b. Apa faktor pendukung pembinaan di Rumah Yatim Mizan?
c. Apa faktor penghambat pembinaan di Rumah Yatim Mizan?
d. Bagaimana penerapan pembinaan akhlak pada anak di Rumah Yatim
Mizan?
e. Bagaimana mengeidentifikasi pola pembinaan akhlak yang sesuai
dengan kebutuhan anak di Rumah Yatim Mizan?
f. Bagaimana proses pelaksanaan program kegiatan pembinaan akhlak di
Rumah Yatim Mizan?
g. Materi apa saja yang disampaikan dalam program pembinaan akhlak di
Rumah Yatim Mizan?
h. Apa tujuan diadakannya program pembinaan di Rumah Yatim Mizan?
Apakah ada tujuan khusus?
i. Bagaimana membagi waktu atau jadwal kegiatan yang ada di Rumah
Yatim Mizan?
j. Siapa saja yang terlibat dalam proses pembinaan?
k. Bagaimana cara memotivasi anak agar antusias mengikuti pembinaan
di Rumah Yatim Mizan? Apakah diberlakukan sistem penghargaan
dan hukuman bagi anak?
l. Apa saja ukuran seorang anak telah berhasil dibina akhlaknya?
m. Apa saja bentuk evaluasi dari pelaksanaan pembinaan di Rumah Yatim
Mizan?
n. Bagaimana peran pembimbing dalam mendampingi anak untuk
memaksimalkan kegiatan pembinaan akhlak?
o. Bagaimana cara menilai atau mengetahui hasil kemajuan potensi anak
dengan adanya program pembinaan?
p. Apa saja kompetensi yang didapat/ dikuasai anak dengan adanya
program pembinaan akhlak?
q. Apa perbedaan pembinaan di Rumah Yatim Mizan dengan rumah
yatim yang lainnya?
Lampiran 2. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENGELOLA RUMAH YATIM
MIZAN
1. Identitas Subjek Penelitian
a. Nama :
b. Jabatan :
c. Tempat & Waktu :
2. Pertanyaan Wawancara Penelitian Mengenai Profil di Rumah Yatim
Mizan
A. Profil Rumah Yatim Mizan
a. Kapan Rumah Yatim Mizan berdiri?
b. Bagimana sejarah berdirinya Rumah Yatim Mizan?
c. Apa tujuan dari pendirian Rumah Yatim Mizan?
d. Bagaimana struktur kelembagaan Rumah Yatim Mizan?
e. Apa perbedaan Rumah Yatim Mizan dengan rumah yatim lainnya?
B. Penghuni Rumah Yatim Mizan
f. Berapa jumlah anak yang tinggal di Rumah Yatim Mizan?
g. Kenapa di Rumah Yatim Mizan siswanya hanya sedikit?
h. Apa saja kriteria yang melatarbelakangi anak dapat diterima di Rumah
Yatim Mizan?
i. Bagaimana cara mengembangkan skill pembina/guru di Rumah Yatim
Mizan?
C. Sarana dan Prasana
j. Apa saja sarana dan prasana yang ada di Rumah Yatim Mizan?
k. Bagaimana kondisi tempat untuk melaksanakan kegiatan pembinaan
akhlak?
l. Apakah sarana dan prasara yang ada sudah efektif untuk pelaksanaan
kegiatan pembinaan akhlak?
D. Dana
m. Dari mana saja sumber dana yang digunakan untuk pelaksanaan
program pembinaan?
n. Bagaimana dana itu dikelola?
Lampiran 3. Pedoman Wawancara.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK ANAK DI RUMAH YATIM MIZAN
1. Identitas Subjek Penelitian
a. Nama :
b. Kelas :
c. Tempat & Waktu :
2. Pertanyaan Wawancara Penelitian Mengenai Profil di Rumah Yatim
Mizan
a. Dari mana anda mengetahui Rumah Yatim Mizan?
b. Mengapa anda bergabung dan menjadi anak binaan di Rumah Yatim
Mizan?
c. Sudah berapa lama anda tinggal di Rumah Yatim Mizan?
d. Bagaimana proses anda menjadi bagian dari Rumah Yatim Mizan?
e. Bagaimana pembinaan yang dilakukan di Rumah Yatim Mizan?
f. Bentuk pembinaan apa saja yang anda ikuti di Rumah Yatim Mizan?
g. Apakah anda merasakan manfaat setelah mengikuti pembinaan di
Rumah Yatim Mizan?
h. Menurut anda, bagaimana pembina/guru mengajar di Rumah Yatim
Mizan?
i. Apa yang anda dapatkan selama menjadi bagian dari Rumah Yatim
Mizan?
j. Menurut anda apa yang membuat anda betah tinggal di Rumah Yatim
Mizan?
k. Menurut anda apakah ada hal perlu diperbaiki di Rumah Yatim Mizan?
Lampiran 4. Hasil Wawancara
HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH DAN KEPALA
ASRAMA RUMAH YATIM MIZAN
1) Nama : Harkaman
Jabatan : Kepala Asrama Rumah Yatim Mizan
Tempat & Waktu : Rumah Yatim Mizan, 02 mei 2017.
a. Apa saja bentuk pembinaan akhlak di Rumah Yatim Mizan?
“Untuk pembinaan akhlak kita adakan pembiasaan yang membangun
kesadaran siswa, contohnya yaitu membiasakan mengucap salam sebelum
masuk ataupun keluar rumah, membiasakan saling tegus sapa, saling
hormat menghormati, membiasakan shalat wajib, banyak deh.”
b. Apa faktor pendukung pembinaan di Rumah Yatim Mizan?
“Yang pasti faktor eksternal yaitu lingkungan seperti kita ini.”
c. Apa faktor penghambat pembinaan di Rumah Yatim Mizan?
“Yang pertama faktor internal karena dari anak-anak ini masih labil, di
usia saat-saat ini jadi masih berubah, hari ini iya besok tidak, hari ini
tidak besok iya. Nah kalo faktor eksternal misalnya adanya kekosongan-
kekosongan itu bisa menghambat. Kekosongan misalnya gurunya tidak
ada, ini kan berarti mencontohkan bahwa gurunya tidak disiplin dan lain
sebagainya tapi lagi-lagi faktor internal tadi yang berusaha dipupuk.”
d. Bagaimana penerapan pembinaan akhlak pada anak di Rumah Yatim
Mizan?
“Penerapannya kita langsung dibagi menjadi 2 fase, yang pertama fase
komunal kemudian fase individual. Fase individual ini, kita bagaimana
mengarahkan anak-anak didik disini bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri kemudian yang komunal bagaimana ia bertanggung jawab kepada
orang-orang seiktar termasuk barang-barang sekitar. Contoh: persoalan
kamar ini kan milik bersama tapi persoalan individu kasur masing-masing
juga harus bertanggung jawab.”
e. Bagaimana mengeidentifikasi pola pembinaan akhlak yang sesuai dengan
kebutuhan anak di Rumah Yatim Mizan?
“Yang jelas pertama dari segi pembina harus mempunyai hati yang
banyak, mengingat hati anak-anak itu berbeda-beda jadi harus siap
menampung semua itu. Ada anak yang senang dibuat bercanda, ada anak
yang senang dibuat serius, ya kita harus memasuki dunia mereka masing-
masing. Tidak bisa kita menerapkan satu metode saja, satu pola itu tidak
bisa.”
f. Bagaimana proses pelaksanaan program kegiatan pembinaan akhlak di
Rumah Yatim Mizan?
“Prosesnya kita adakan penjadwalan, walaupun pada dasarnya akan
kami hilangkan semua persoalan penjadwalan ini. Misalkan jadwal piket,
jadwal makan, dan lain sebagainya ini semua akan kita hapuskan. Dan ini
berarti anak-anak sudah sadar waktunya shalat harus shalat, waktunya
makan harus makan, bagaimana membersihkan kamar misalkan, sudah
terbangun kesadaran itu ya tidak perlu lagi ada jadwal-jadwal.”
g. Materi apa saja yang disampaikan dalam program pembinaan akhlak di
Rumah Yatim Mizan?
“Disini ada beberapa materi. Ada tafsir remaja, kemudian sirah
nabawiyah dan hadis arba‟in ini dipilih-pilih saja, kita mengambil atau
memang kita fokus kepada hadis-hadis atau sirah nabawiyah yang fokus
kepada akhlak nabi itu seperti apa saja sih, yang lain-lainnya sih kita
tidak ambil, termasuk kita ada pembinaan Quran dan sebagainya.”
h. Apa tujuan diadakannya program pembinaan di Rumah Yatim Mizan?
Apakah ada tujuan khusus?
“Kita ingin anak-anak disni mempunyai akhlak yang mulia.”
i. Bagaimana membagi waktu atau jadwal kegiatan yang ada di Rumah
Yatim Mizan?
“Kalau sistemnya sih kita sudah ada, kalo jam setengah 8 pagi sampai
jam setengah 4 sore itu sekolah, setengah 4 sore sampai setengah 8 pagi
itu asrama. Jadi kita memiliki wilayah masing-masih tetapi masih dalam
satu aspek, kita ini saling beririsan. Sekolah dan asrama, akademis dan
akhlak ini jadi ikut.”
j. Siapa saja yang terlibat dalam proses pembinaan?
“Kalau untuk asrama kita punya kepala asrama, punya staf umum, juru
masak dan tim pengajar. Tim pengajar asrama dengan guru di sekolah
berbeda.”
k. Bagaimana cara memotivasi anak agar antusias mengikuti pembinaan di
Rumah Yatim Mizan? Apakah diberlakukan sistem penghargaan dan
hukuman bagi anak?
“Yang jelas kita berusaha membuka wawasan mereka, kita ajak mereka
berfikir lebih jauh kedepan khususnya capaian-capaian yang akan
diperoleh. Makanya harus dibuka wawasan-wawasan mereka.”
l. Apa saja ukuran seorang anak telah berhasil dibina akhlaknya?
“Kalau akhlak sebenarnya tidak ada ukurannya, itu yang pertama. Akhlak
tidak punya ukuran, akan tetapi karena kita dituntut untuk mencapai hasil
bahwa kapan kita berhasil, kita membuat prosedural akhlak sendiri.
Misalkan dia menerapkan 5S, ketika anak-anak menerapkan 5S yaitu
Senyum, Salam, Sapa yang gitu-gitu kemudian dia ramah kepada orang,
kemudian dia tidak membuang sampah sembarangan, ketika mencapai ini
apa yang kita tentukan ini berarti kita berhasil dari segi itu. Walaupun
akhlak sebenarnya tidak sebatas itu, tetapi apa yang kita tulis itu agar kita
punya capaiannya mau tidak mau memang harus begitu.”
m. Apa saja bentuk evaluasi dari pelaksanaan pembinaan di Rumah Yatim
Mizan?
“Bentuk evaluasi kita tertulis, kita sebutkan dari A-Z anak ini seperti apa.
Dia dominan dibagian apa, kendalanya dibagian apa, kemudian anak ini
punya permasalahan apa sih, kenapa anak ini begini. Intinya dalam tahap
evaluasi ini kita mencari akar permasalahannya apa.”
n. Bagaimana peran pembimbing dalam mendampingi anak untuk
memaksimalkan kegiatan pembinaan akhlak?
“Peran saya di Rumah Yatim Mizan sebagai organisasi tentunya saya
sebagai kepala asrama, tapi secara hubungan emosional dengan siswa-
siswa disini saya sebagai kakak, dan orang tua. Pokoknya sebagai
keluarga mereka yang harus memberi kasih dan sayang.”
o. Bagaimana cara menilai atau mengetahui hasil kemajuan potensi anak
dengan adanya program pembinaan?
“Kita tentukan terlebih dahulu aspek-aspek yang kita peroleh, kemudian
kita arahkan untuk kesana. Misalnya kita ada program pembiasaan, kita
lihat anak ini berhasil atau tidak, kalo tidak kita evaluasi lagi kenapa ini,
terus kelemahannya apa.”
p. Apa saja kompetensi yang didapat/ dikuasai anak dengan adanya program
pembinaan akhlak?
“Setidaknya mereka belajar bagaimana kehidupan sesunggunya
sebenarnya, mereka harus mandiri, walaupun tinggal di asrama mereka
harus mandiri cuci baju sendiri, setrika baju sendiri. Walaupun kita punya
staf kebersihan tetapi mereka harus tetap membersihkan lingkungan
sekitar sekolah.”
q. Apa perbedaan pembinaan di Rumah Yatim Mizan dengan rumah yatim
yang lainnya?
“Kalo di kita mungkin yang membedakan kebetulan saya pernah di rumah
yatim sebelumnya akan tetapi saya bukan kepala asramanya. Pertama
persoalan pembiasaan sangat berbeda, kalo di tempat lain itu biasanya
pemenuhan materinya ditonjolakan tetapi aspek non materi seperti
spiritualitas moral dan lain-lain sebagainya itu tidak di evaluasi
walaupun ada pembinaan, kalo kita memang fokusnya seperti itu
walaupun kita memberikan materi tetapi tetap tujuannya ke moralitas dan
spiritualitas yang tadi.”
Harkaman
Interviewee
2) Nama : Ahmad Nurul Huda
Jabatan : Kepala Sekolah TIK Utama
Tempat & Waktu : Rumah Yatim Mizan, 02 mei 2017.
a. Apa saja bentuk pembinaan akhlak di Rumah Yatim Mizan?
“Sebetulnya pola pembentukan/ pembinaan akhlak kita gak terlalu ikut-
ikutan konsep ini teori ini itu, tapi kita langsung ke pelaksanaan. Kita
sebetulnya sudah tentukan yang namanya student profile, student profile
itu mencakup capaian-capain akhlak yang harus kita selesaikan minimal
di satu semester itu apa? Kita sudah tentukan, adapun bentuknya ada
empat bentuk karakter yang harus kita capai. Misalnya yang pertama
adalah sikap spiritual, yang kedua sosial, yang ketiga sikap pengetahuan
dan yang keempat yaitu keterampilan. Jadi yang kita capai itu fokus
kesitu, makanya kurikulum yang kita buat itu gak sepenuhnya memang
ada kelebihan tersendiri ya kita tidak ikut pemerintah memang kurikulum
yang kita buat itu sedemikian rupa bisa mencapai kesitu.”
b. Apa faktor pendukung pembinaan di Rumah Yatim Mizan?
“Yaa sebenarnya tidak ada masalah, pendukung saya kira masih klasik.
Mungkin cara guru menyampaikan ke murid berbeda, kalo guru
menyampaikan dengan menarik itu gak ada kata jenuh dari murid. Artinya
kendala itu gak ada karena terganatung penyampaian dari guru/ pembina
saja.”
c. Apa faktor penghambat pembinaan di Rumah Yatim Mizan?
“Yang sudah dikatakan sebelumnya, artinya kendala itu gak ada karena
tergantung penyampaian dari guru/ pembina saja.”
d. Bagaimana penerapan pembinaan akhlak pada anak di Rumah Yatim
Mizan?
Dengan cara pembiasaan, kalo anak ingin menjadi orang yang jujur ya
setiap hari kita harus fokus kesitu, bagaimana menerapkan kejujuran?
Setiap hari kita kasih pembiasaan sikap jujur itu begini dan begitu juga
dengan sikap-sikap yang lainnya.”
e. Bagaimana mengeidentifikasi pola pembinaan akhlak yang sesuai dengan
kebutuhan anak di Rumah Yatim Mizan?
“Oiya itu arahnya ke penilaian autentik anak. Begini, jadi memang anak-
anak itu tidak semuanya keahliannya serempak satu sama lain. Makanya
kita dalam pembelajaran itu guru dituntut bagaimana menonjolkan
potensi anak yang sesungguhnya, sehingga ketika guru mengarahkan itu
tidak ada paksaan. Ooh anak ini potensinya di bidang IT, oke guru berarti
fokusnya kesitu. Dari cara apa? Dari cara guru menerapkan
pembelajaran di kelas itu sudah tahu, oh anak ini kesini jadi sebenarnya
tidak ada istilah anak nakal itu gak ada karena yang ada sebenarnya anak
ini potensinya kesini. Ketika guru menjelaskan oh anak cenderung
menulis, oh berarti kinestetik artinya dia itu memang kecenderungannya
disitu. Intinya menyesuaikan ke anaknya, bukan justru anak dipaksa.”
f. Bagaimana proses pelaksanaan program kegiatan pembinaan akhlak di
Rumah Yatim Mizan?
“Seperti yang sudah disampaikan, sebenarnya tidak muluk-muluk ya di
kelas disampaikan tapi oleh guru yang kreatif dan harus inovatif,
kemudian di luar kelas ya harus dilaksanakan. Makanya disini kan
sekolahnya itu suatu model dimana anak-anak itu tidak terpantau di
sekolah saja, tetapi di luar sekolah juga ada manejemen asrama yang
anak-anaknya itu semua seluruh aktivitasnya dipantau, yang pasti selalu
di arah positif.”
g. Materi apa saja yang disampaikan dalam program pembinaan akhlak di
Rumah Yatim Mizan?
“Untuk garis terbesarnya yaitu kedisiplinan itu wajib. Misalnya di shalat
jamaah lima waktu itu semua harus, kemudian masuk sekolah juga anak
dituntut, cara menghormati orang itu seperti apa dengan cara itu yang
berbeda-beda.”
h. Apa tujuan diadakannya program pembinaan di Rumah Yatim Mizan?
Apakah ada tujuan khusus?
“Tujuan dari pembinaan pasti ada karena kurikulum itu dirancang ada
tujuan tertentu, ya tadi itu kalo di asrama menguatkan apa yang
disampaikan di sekolah dan gak bertentangan ini saling satu kesatuan
yang saling berhubung.”
i. Bagaimana membagi waktu atau jadwal kegiatan yang ada di Rumah
Yatim Mizan?
“Untuk pembagian waktu simpel, secara katakan jam kerja sekolah itu
dari jam setengah 8 sampai jam setengah 4 itu murni dicover oleh
sekolah. Nah selebihnya asrama sampai pagi lagi dengan kurikulum yang
sudah ditentukan, kemudian tugasnya seperti apa sesungguhnya sesuai
dengan apa yang sekiranya. Jadi bahasanya kalo ada tugas yang tidak
bisa dihendel oleh sekolah maka asrama yang melakukan.”
j. Siapa saja yang terlibat dalam proses pembinaan?
“Untuk pembinaan tenaganya berbeda-beda karena ada dari guru dan
juga pembina asrama, kenapa berbeda? karena jujur saja kalo satu hari
diajar oleh satu guru saja pasti bosen apalagi anak kan 24 jam dengan
intensitas keluar yang jarang sekali itu kadang-kadang melihat orang
yang sama itu bosan. Makanya kita di dua manajemen ini orangnya
berbeda-beda dan kita hindari sebisa mungkin kalo ada satu guru
menghandel beberapa mata pelajaran, kita hindari sangat.”
k. Bagaimana cara memotivasi anak agar antusias mengikuti pembinaan di
Rumah Yatim Mizan? Apakah diberlakukan sistem penghargaan dan
hukuman bagi anak?
“Cara memotivasi anak apalagi di usia-usia smp itu gak cukup hanya
dengan kata-kata basa-basi itu gak cukup, tetapi harus dengan tindakan
nyata dari guru. Misalnya guru ingin menanamkan pada anak supaya
menjaga kebersihan, gak bisa kita cuma nyuruh „yuk bersihkan‟. Yang
bagus yang paling efektif adalah kita mencontohkan, kita ikut bersihkan
„ayo‟ diajak, nah itu yang lebih efektif dan saya kira sama saja kalo kita
ngasih motivasi-motivasi. Untuk reword dan punishmen, kalo untuk
punismen kita udah tentukan kita udah sepakati bersama ada ketentuan-
ketentuan dimana jika itu melanggar maka konsekuensi didapatkan.
misalkan sampai ada SP1, SP2, dan sampai pengeluaran SP3 itu ada.
Kemudian untuk reword di kita punya pedoman dan di pedoman itu juga
dibukukan bahwasannya dalam setiap bulan itu anak-anak mendapatkan
reward namanya „student of the month‟ dan nanti akan diakumulasikan
sampai satu semester dan reward itu diberikan kepada siapa yang
mendapatkan peraih „student of the month‟ terbanyak ini akan mendapat
„student of the years‟. Dan biasanya kita berikan di acara-acara tertentu
di moment-moment besar, supaya lagi-lagi itu memotivas anak
bahwasannya perbuatan anak itu layak untuk diapresiasi dan tetntunya
diberi hadiahnya yang mendidik.”
l. Apa saja ukuran seorang anak telah berhasil dibina akhlaknya?
“Kita gak bisa samakan anak yang satu dengan anak yang lainnya, begitu
juga secara prinsip kita juga bukan akademik oriented. Artinya orientasi
kita bukan nilai sejauh mana anak itu berhasil mendapatkan nilai
sebagus-bagusnya, tetapi bagaimana dia mampu berubah dari yang dia
mulai masuk seperti apa meningkat kemudian ada kelebihan-kelebihan
yang perlu dia perlihatkan secara nampak bahkan secara karakter
kesopanan, kedisiplinan, tanggung jawab dan lain sebagainya itu benar-
benar muncul, jadi disitu.”
m. Apa saja bentuk evaluasi dari pelaksanaan pembinaan di Rumah Yatim
Mizan?
“Biasanya kita adakan rapat mingguan dan bulanan, biasanya kita
membuat evaluasi secara tertulis, ini dilihat dari catatan perilaku pertiap
anak. Apakan anak ini menunjukan kemajuan atau justru kemunduran?
Nah seperti itu kira-kira, jadi ketika ditemukan masalah pada satu anak
maka pemimbing / guru bisa mencarikan solusi yang baik pada anak
tersebut.”
n. Bagaimana peran pembimbing dalam mendampingi anak untuk
memaksimalkan kegiatan pembinaan akhlak?
“Sebetulnya mungkin sama dalam bahasa jawanya yaitu „ngingon‟, jadi
yang banyak bekerja itu sebenarnya murid. Kita ini sebenarnya diem aja,
hanya saja kita menilai lalu mengarahkan anak jangan begini ini jelek,
yang begini aja bagus. Nah hanya sebatas itu jadi kita gak sepenuhnya
otoriter.”
o. Bagaimana cara menilai atau mengetahui hasil kemajuan potensi anak
dengan adanya program pembinaan?
“Untuk penilaian kita teknisnya itu narasi, maka nya dalam pembelajaran
itu guru wajib saat di kelas pergerakan anak itu guru wajib punya
catatan, misalnya anak ini menjawab pertanyaan pertama kali, mengapa?
Padahal minggu kemarin dia gak gitu, berarti ada kemajuan, apa?
Majunya adalah kepercayaan dirinya meningkat. Jadi gak ada satu
barometer yang menyamaratakan karena anak itu berbeda-beda.”
p. Apa saja kompetensi yang didapat/ dikuasai anak dengan adanya program
pembinaan akhlak?
“Ya itu tadi, anak secara umum anak yang berakhlak dan berkarakter.
Artinya disini akademik wajib akan tetapi ada yang lebih wajib disini
yaitu karakter setelah itu baru akademik.”
q. Apa perbedaan pembinaan di Rumah Yatim Mizan dengan rumah yatim
yang lainnya?
“Kenapa kita mendirikan rumah yatim ini? kalo di rumah yatim yang lain
itu anak-anak itu ditampung dan di rumah kan, tetapi sekolahnya di luar.
Nah sedangkan anak-anak disini ya ditampung dan disekolahkan pun
disini. Dulu sebenarnya awal didirikan rumah yatim ini evaluasi dari
yayasan, yayasan punya sekolah di Cinere sana, sekolah itu top lah tapi
kenapa sekolah yang hebat itu masih ada pelanggaran-pelanggaran
amoral, pealnggaran-pelanggaran yang dilihat bukan kegiatan akhlaki
lah? Ternyata benar, mereka baik berakhlak dan semua karateristik baik
itu ada disitu cuma ternyata hanya di jam-jam sekolah, selebihnya
tindakan-tindakan yang gak baik negatif itu terjadi di luar sekolah. Nah
oleh karena itu dari evaluasi itu yang membuat kita mendirikan sekolah
asrama ini, karena perlu membuat sekolah yang dapat mengawasi anak
24 jam dengan sistem rumah yatim ini dan itulah perbedaannya.”
Ahmad Nurul Huda
Interviewee
Lampiran 5. Hasil Wawancara
HASIL WAWANCARA DENGAN PENGELOLA MENGENAI PROFIL
RUMAH YATIM MIZAN
1) Nama : Sulitiyo
2) Jabatan : Manajer Program Rumah Yatim Mizan
3) Tempat & Waktu : Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Sekatan/ 31 mei
2017.
A. Profil Rumah Yatim Mizan
a. Kapan Rumah Yatim Mizan berdiri?
“Sekitar tahun 2014.”
b. Bagimana sejarah berdirinya Rumah Yatim Mizan?
“Awalnya Yasmin punya sekolah-sekolah gratis berkualitas dan bebas
dari semua biaya, tapi semua sekolah kita itu tujuannya ingin
memberikan pendidikan dan layanan berkualitas dan mengubah anak-
anak yatim serta tidak mampu itu menjadi berdaya dan bermanfaat
bagi orang banyak. Nah kita mulai dari beasiswa terus kemudian
program-program training dulu, kemudian bikin sekolah-sekolah yang
sekolah itu tidak berasrama. Nah ternyata di sekolah-sekolah kita
yang tidak berasrama itu anak ketika pulang sekolah ke rumah masih
terwarnai dengan meroko, pacaran kemudian tidak disiplin dan
sebagainya. Maka kemudian tercetuslah ide untuk mendirikan rumah
yatim sekaligus berasrama sehingga anak-anak selama 24 jam
terbimbing, sekolahnya terbimbing kemudian di asrama ada
penguatan karakter yang berkualitas.”
c. Apa tujuan dari pendirian Rumah Yatim Mizan?
“Yang pertama memberikan layanan terintegrasi dalam pembekalan
pendidikan dan karakter untuk anak-anak yatim dan dhuafa.”
d. Bagaimana struktur kelembagaan Rumah Yatim Mizan?
“Rumah Yatim Mizan diampu oleh dua yayasan, ada Yayasan Mizan
sebagai supporting pendanaan dan pembimbing dalam proses
pembinaan, kemudian ada Yasmin yang mengatur/ mengelola sekolah
dan rumah yatim. Kemudian kedua yayasan ini mendirikan yayasan
yang diberi nama Yayasan Mizan Yatama. Dan secara legalitas kita
(Rumah Yatim Mizan) berada di bawah Yayasan Mizan Yatama.
Kemudian secara manajerial pengelolaan sekolah dibawah Yasmin,
dibawahnya manajer program kemudian ada kepala sekolah dan
kepala asrama dibawahnya. Dan kemudian di sekolah dan asrama itu
masing-masing memiliki struktur dengan masing-masing
pendampingnya”
e. Apa perbedaan Rumah Yatim Mizan dengan rumah yatim lainnya?
“Saya rasa rumah yatim semua relatif sama ya, yaitu memberi
fasilitas kepada anak-anak yatim. Yang kita ingin fokus dan menjadi
ciri khas kita adalah kita integrasikan. Jadi bagaimana program
sekolah dan asrama itu terintegrasi hampir mirip dengan pesantren
juga, kemudian bahwa seluruh program sekolah dan asrama itu
menjadi semacam situasi atau suasana seperti di rumah. Yang kita
ketahui bahwa anak-anak dari keluarga tidak mampu, anak-anak
yatim terutama itu mengalami kendala mendapatkan kasih sayang
yang cukup dari orang tuanya. Nah kenapa serasa di rumah? Karena
sebetulnya kasih sayang yang cukup dan contoh-contoh kesabaran,
contoh-contoh kasih sayang, contoh-contoh pengorbanan yang
diberikan oleh guru maupun kepala asrama yaitu akan menjadi modal
yang utama untuk mengubah anak-anak yatim berkarakter dan
memiliki akhlak. Nah maka dari itu inti utama sekolah dan rumah
yatim ini adalah guru-gurunya harus memiliki komitmen yang tinggi
terutama dibidang memberi cinta kasih yang sempurna kepada anak-
anak dengan penuh kesabaran dengan contoh-contoh yang
sederhana.”
B. Penghuni Rumah Yatim Mizan
f. Berapa jumlah anak yang tinggal di Rumah Yatim Mizan?
“Kita setiap angkatan, karena biasanya yasmin itu kalo membuat
proyek tidak banyak tapi model saja. Jadi ketika berhasil dicontoh di
sekolah-sekolah lain atau wilayah lain. Nah kita dulu per-angkatan
inginnya 10, cuma sekarang mungkin karena permintaan semakin
banyak jadi setiap angkatan lebih. Saat ini siswa kita itu paling sekitar
15 siswa. Adapun tingkatnya SMP di sekolah kita, nanti setelah lulus
dari SMP itu mereka juga kita sekolahkan serta kita biayai selama
memang dalam proses belajar selama 3 tahun itu mereka menunjukan
komitmen yang tinggi, disiplin yang baik, kakter dan semangat yang
tinggi, maka kita sekolahkan setinggi-tingginya sampai kuliah juga
kita biayakan.”
g. Kenapa di Rumah Yatim Mizan siswanya hanya sedikit?
“Karena kita hanya ingin model saja, sebenarnya kita pengennya
banyak cuma menurut penelitian banyak itu juga beresiko. Kedua, kita
belajar juga mulai dari yang sedikit agar person to person itu terawasi
secara maksimal, cuma kita juga akan menaikan ketika di 10 orang
perangkatan terus dinaikan menjadi 15 sampai mungkin idealnya
perangkatan samapi 30 dan maksimal satu periode itu 60 siswa.”
h. Apa saja kriteria yang melatarbelakangi anak dapat diterima di Rumah
Yatim Mizan?
“Kriteria pertama yatim, tapi kita diskusi panjang sebelum mendirikan
rumah yatim para pendiri diskusi. Kita juga mengundang pak Quraish
Shihab, bahwa istilah yatim itu sebagaimana kita catat di profil kita
juga itu betul bahwa salah satu pengertiannya adalah ketiadaan atau
meninggalnya orang tua yaitu ayah, ayah dan ibu nah itu salah satu
pengertian yatim. Kemudian dengan tidak adanya orang tua otomatis
curahan kasih sayang serta perhatian orang tua itu terputus kalo
meninggal itu sudah pasti. Maka mungkin gak orang yang tidak
mampu hilang kasih sayangnya dari orang tua? Mungkin, ketika orang
tua tidak hadir di tengah anak-anaknya, nah ini terjadi pada keluarga
yang tidak mampu. Maka dari itu pengertian yatim adalah tercabutnya
kasih sayang perhatian psikologis dari orang tua dan sebagainya.
Karena pengertian kita yatim itu tidak hanya yang tidak punya orang
tua secara biologis tetapi juga yang tidak mampu yang orang tuanya
tidak mempunyai kemampuan mengurusi bahkan sebaliknya
mengurusi tetapi malah tidak mendukung anak-anaknya tidak
tercurahkan maka dari itu mereka datang ke kita. Jadi pengertian
anak yatim di kita tentu adalah orang yang kehilangan sosok ayah ibu
atau keduanya, yang kedua adalah anak-anak yang menurut survey
kita tidak mampu. Nah nanti bagaimana kriteria survey nya? Kita
datang ke rumah, pertama dimulai dari tentu tidak punya ayah atau
ibu kedua kalo memang dhuafa apakah orang tuanya punya pekerjaan,
nah kalo punya pekerjaan gajinya harus tidak lebih dari satu juta atau
satu juta setengah artinya masih susah tidak mencukupi. Yang kedua
apakah orang tuanya usia produktif atau tidak nanti apakah ada
tanggungan keluarganya banyak, jadi macem-macem
pertimbangannya. Terus kemudian apakah orang tuanya sakit atau
tidak sebagai tulang punggung, kalo memang sakit kita akan bantu.
Dan yang terkhir adalah apakah mereka punya harta bergerak atau
tidak bergerak di rumah, artinya kita foto-foto kemudian kita
bandingkan dengan yang lain yang paling tidak mampu yang akan
kami terima, kalo itu memang orang tuanya masih ada. Kalo memang
tidak ada apakah punya wali atau tidak kalo memang anak yatim tapi
kaya raya kita tidak terima. Kemudia kriteria yang kedua setelah
ketidak mampuan secara ekonomi dalam keyatiman ini motivasi
belajar. Jadi anak-anak diwawancara apakah dia punya motivasi
belajar yang tinggi atau tidak, kemudian melalui tes tiga bulan jadi
selama tiga bulan itu apakah mereka sudah ada budaya-budaya di
kelas atau belum. Nah kemudian selama satu tahun, dua tahun,
mungki selama satu tahun pertama mereka lulus dan tahun berikutnya
tidak lulus dan itu nanti bisa dikeluarkan. Dan banyak kasus beberapa
anak memang tidak kuat untuk mengikuti pembiasan-pembiasaan
positif dan disiplin positif yang tinggi sehingga mereka tidak kuat.”
i. Bagaimana cara mengembangkan skill pembina/guru di Rumah Yatim
Mizan?
“Ya tentu kita sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai visi untuk
terus berkembang ada training-training untuk pengembangan guru,
ada sharing-sharing dan rapat mingguan misalnya rapat mingguan itu
kolaborasi antara asrama dengan sekolah kemudian yayasan yang itu
hanya membahas fokusnya pada prestasi-prestasi karakter dan akhlak
siswa dan kita juga memiliki program training tahunan yang guru-
guru juga kita trainingkan terkait active learning, psikologi anak,
terus kemudian penilaian karakter itu seperti apa dan sebagainya.
Kalau pun mereka membutuhkan training-training di luar yang
membutuhkan biaya ya kita biayai.”
C. Sarana dan Prasana
j. Apa saja sarana dan prasana yang ada di Rumah Yatim Mizan?
“Ya sebisa mungkin kita fasilitasi lengkap meskipun dengan cara
mencicil, artinya tidak langsung tapi rumah yatim adalah salah satu
lembaga pendidikan yang dikelola oleh Yasmin dan didukung oleh
Mizan itu yang paling lengkap jadi kita ingin membuat anak 24 jam
disitu keberhasilannya lebih tinggi dibandingkan sekolah-sekolah lain
yang tidak berasrama yang tidak dikelola oleh Yasmin. Nah yg kedua
kita lengkapi fasilitas yang oke karena itu kita memilih jurusan TIK
(Teknologi Informasi dan Komunikasi) dalam rangka menyongsong
masa depan. Bahwa masa depan yang paling dibutuhkan yaitu
kemampuan IT, dan kita lengkapi kemampuan IT dengan satu anak
kita beri satu komputer atau laptop untuk dia belajar dan dilengkapi
internet 24 jam untuk itu kalau anak-anak sudah mempunyai sikap
kemandirian amanah misalnya tidak membuka situs-situs yang
macam-macam maka kita memperbolehkan mereka mengakses karena
itu memang hak mereka. Kemudian ada lab musik yang lengkap, kita
juga datangkan guru biola untuk anak-anak punya empati seni
terhadap berbagai alat-alat musik itu karena seni adalah bagian dari
kemampuan anak untuk bersikap lembut. Juga ada kegiatan misalnya
mural yaitu melukis, dulu ada kemampuan-kemampuan lain misalnya
beladiri kapuera itu anak-anak diajarkan. Ada mushala juga, terus
ada arena outbond ada trampolin dan sebagainya dan fasilitas2 itu
mirip dan bahkan setara dengan milik orang-orang kaya sehingga
anak-anak juga betah, memang punya akses yang kaya dan lengkap
untuk tumbuh kembang menjadi anak baik.”
k. Bagaimana kondisi tempat untuk melaksanakan kegiatan pembinaan
akhlak?
“Kondisi fasilitas di rumah yatim mizan masih sangat layak, jadi
laptopnya itu baru, karena kita juga baru memberikan selama dua
tahun jadi masih baru. Kalau pun ada yang rusak kita langsung
adakan perawatan. Lab musik juga baru, ranjang-ranjang baru, alat
outdor juga baru semua dan artinya masih sangat layak.”
l. Apakah sarana dan prasara yang ada sudah efektif untuk pelaksanaan
kegiatan pembinaan akhlak?
“Sarana dan prasana masih belum lengkap misalnya kita memimpikan
di lab-lab kita itu terpasang LCD TV yang besar dan langsung
terkoneksi ke laptop itu rencana kita, nah itu belum. Kemudian, laptop
anak-anak sebetulnya kita ingin kapasitas yang besar misalnya untuk
sinematografi kalo ngedit film sedikit anak-anak langsung terkendala
karena laptopnya standar yaaa tidak bisa untuk sinematografi,
kemudian desain grafis dan animasi juga terlalu besar. Kemudian kita
juga punya keinginan agar anak-anak bisa membuat sinematgrafi
yang bagus tapi terkendala juga karena kamera hanya punya satu, nah
karena masih banyak yang tidak lengkap atau kurang lengkap jadi
efektivitasnya masih kurang.”
D. Dana
m. Dari mana saja sumber dana yang digunakan untuk pelaksanaan
program pembinaan?
“Sama seperti lembaga-lembaga lain, kita lembaga dari internal itu
berupa sumbangan-sumbangan internal yayasan kita kemudian donasi
dari mizan, yayasan mizan sebagai pengampu, kita juga membuka
donasi dari seluruh masyarakat berupa zakat infak sedekah. Kita juga
bekerjasama dengan CSR-CSR diberbagai perusahaan, baik di swasta
maupun negeri.”
n. Bagaimana dana itu dikelola?
“Pengelolaan dana setelah promosi kemudian orang menyumbang
ada tim fundrising mengelola itu mengucapkan terimakasih, membuat
laporan-laporan kemudian bagian keuangan juga membuat
pemanfaatan sesuai amanah. Misalnya amanahnya bulan puasa ini
orang mengirim untuk ifthar dan itu harus sesuai dengan amanahnya
terus kemudian dana-dana yang masuk terbuka dan dimanfaatkan
sebaik-baiknya. Semuanya dialokasikan terus kemudian pelaporan-
pelaporan secara bulanan dikirimkan ke semua doanatur dalam
bentuk news letter atau dalam bentuk whatsapp dan email-email yang
kita sampaikan. Untuk donatur sendiri kita juga membuat komunitas
donatur yaitu relawan fundrising yang mereka juga bisa promosi
bersama kita terus pelaporan-pelaporan itu dikoreksi dan diawasi oleh
donatur yang sudah menjadi relawan kita.”
Sulitiyo
Interviewee
Lampiran 6. Hasil Wawancara
HASIL WAWANCARA DENGAN PERWAKILAN ANAK DI RUMAH
YATIM MIZAN
1) Nama : Yudi
Kelas : VII (Tujuh)
2) Nama : Handaka Putra Atmaja
Kelas : VIII (Delapan)
3) Nama : Yusuf Aripuan
Kelas : X (Sepuluh)
Tempat & Waktu : Rumah Yatim Mizan, 02 mei 2017.
a. Dari mana anda mengetahui Rumah Yatim Mizan?
Yusuf : “Dari Kakak.”
Handaka : “Awal mulanya saya mendaftar sekolah justru bukan
disini, waktu itu saya mendaftar di salah satu SMP di depok tapi ketika di
survey oleh pihak sekolahnya kebetulan saya gak ada di rumah jadi saya
gak masuk. Terus waktu itu saya ngeliat ada brosur SMP Utama ternyata
sudah tutup, dari situ saya dapet informasi bahwasannya ada SMP TIK
sekaligus di asramakan nah dari situ lah saya tau Rumah Yatim Mizan.”
Yudi : “Saya tahu Rumah Yatim Mizan dari seseorang, jadi dulu
sebelum saya disini saya sempat kerja jadi kuli nah sama bapak yang
ngasih kerja saya dibawa kesini.”
b. Mengapa anda bergabung dan menjadi anak binaan di Rumah Yatim
Mizan?
Yusuf : “Karena ingin meraih cita-cita, ingin ngebahagia-in
orang tua. Ibu saya hanya tamatan SD jadi saya harus lebih tinggi
sekolahnya dari ibu saya.”
Handaka : “Awalnya saya hanya ingin mencoba tinggal di asrama
itu seperti apa.”
Yudi : “Saya ingin menggapai cita-cita saya.”
c. Sudah berapa lama anda tinggal di Rumah Yatim Mizan?
Yusuf : “Sudah 3 tahun”
Handaka : “1,5 tahun”
Yudi : “Setengah tahun.”
d. Bagaimana proses anda menjadi bagian dari Rumah Yatim Mizan?
Yusuf : “Awalnya sih saya gak mau sekolah disini, saya sudah
masuk sekolah lain. Waktu itu udah bayar semua, tapi pas hari H saya
mikir lagi kalo saya sekolah di luar kemungkina saya akan begini-begini,
kalo di asrma kan udah pasti nah saya milih yang ke asrama soalnya
memudahkan ibu saya biar gak ngerepotin.”
Handaka : “Awalnya sih saya sudah diterima di salah satu SMP
unggulan di Depok, tapi karena saya gak ada di rumah pas di survey jadi
saya gak lolos. Terus saya mencoba daftar di SMP TIK Utama, dan
ternyata diterima.”
Yudi : “Jadi sebenarnya saya itu kesini ngerantau buat kerja di
rumah orang yang bawa saya.”
e. Bagaimana pembinaan yang dilakukan di Rumah Yatim Mizan?
Yusuf : “Sebenarnya simpel selagi pembina menghargai dan
memberi contoh yang baik kepada kami, kami pasti patuh dan nurut. “
Handaka : “Ternyata sekolah disini berbeda dengan sekolah-sekolah yang
ada di luar. Jadi kalo disini lebih mementingkan karakter serta akhlak
dibandingkan akademiknya. Walaupun akademik juga penting tapi kalo
disini menomor satukan karakter dan akhlak”
Yudi : “Sebenarnya saya merasa berat disini, karena aturannya
banyak. Terus untuk pembinaannya kurang masuk di sayanya, mungkin
karena saya baru juga disini.”
f. Bentuk pembinaan apa saja yang anda ikuti di Rumah Yatim Mizan?
Yusuf : “Saya sering ikut kegiatan ngaji, terus kegiatan belajar
mengajar seperti kalo sore ada privat, kalo ada tambahan sih saya ikuti
saja contohnya kayak pembuatan film, terus bikin desain grafis dan lain-
lain.”
Handaka : “Kalo pembinaan di asrama biasanya saya selalu ikut
pendalaman pembelajaran materi, akhlak juga aqidah.”
Yudi : “Saya senang belajar presentasi, saya senang
mempresentasikan cara-cara shalat, membacakan hadits .”
g. Apakah anda merasakan manfaat setelah mengikuti pembinaan di Rumah
Yatim Mizan?
Yusuf : “Saya sekarang lebih mudah berfikir positif, imajinasi
saya lebih berjalan. Dari sini saya bisa belajar banyak, akhlak saya sudah
lebih baik dibandingkan dulu. Dulu saya selalu melawan kalo diberi
nasihat sama orang tua, tapi kalo sekarang alhamdulillah saya sudah
sadar”
Handaka : “Saya bisa lebih hidup mandiri.”
Yudi : “Saya bisa lebih percaya diri.”
h. Menurut anda, bagaimana pembina/guru mengajar di Rumah Yatim
Mizan?
Yusuf : “Sebeneranya masih kurang dan perlu ditingkatkan lagi,
soalnya saya belajar di mata pelajaran ipa dan matematika saya merasa
ketinggalan jauh. Dulu kan saya semester 1 sampai 3 disini (Asrama dan
Sekolah TIK) terus semester 4 samapi 5 saya ke Sekolah Utama, ketika
saya belajar disana saya merasa blank karena berbeda jauh pelajarannya.
Karena waktu dulu kelas 7 sampai 9 digabung jadi seperti disama
ratakan, padahal ternyata antara kelas 7, 8 sama 9 itu berbeda dan
harusnya pelajarannya itu dibedain.”
Handaka : “Sudah bagus sih.”
Yudi : “Menurut saya sih pembina dan guru-guru disini sudah
bagus.”
i. Apa yang anda dapatkan selama menjadi bagian dari Rumah Yatim
Mizan?
Yusuf : “Saya disini bisa belajar komputer, dulu saya gak kenal
namanya komputer, laptop, hp dll. Kalo sekarang alhamdulillah saya
sudah tau cara menggunakannya, tau manfaatnya juga. Saya bisa belajar
desain grafis, edit-edit video, photoshop, terus dari sini juga saya belajar
berfikir jernih bahwa ketika kita melakukan segala hal atas pikiran yang
baik maka akan pasti menghasilkan hal-hal yang baik pula.”
Handaka : “Alhamdulillah saya terbiasa untuk tampil di depan orang
banyak, saya sangat senang bisa presentasi.”
Yudi : “Saya alhamdulillah setelah disini saya banyak belajar
mengenai teknologi, musik, juga bisa presentasi dan saya juga sudah pede
kalo berbicara di depan orang banyak.”
j. Menurut anda apa yang membuat anda betah tinggal di Rumah Yatim
Mizan?
Yusuf : “Yang membuat saya betah tinggal disini yaitu banyaknya teman-
teman dari luar, ada yang dari NTT, Cianjur, Bogor banyak deh, nah dari
situlah membuat wawasan saya terbuka. Jadi saya sudah tahu kalo saya
main ke NTT emang kayak gini wataknya, orang batak seperti ini dan
lain-lain.”
Handaka : “Menurut saya yang membuat betah tinggal disin yaitu
karena temen-temennya.”
Yudi : “Saya senang karena saya disini dibiayain, saya
meringankan beban orang rumah. Jadi saya juga harus benar-benar
sekolahnya.”
k. Menurut anda apakah ada hal perlu diperbaiki di Rumah Yatim Mizan?
Yusuf : “Menurut saya peraturan disini terlalu banyak, jadi kami
susah mengikutinya.”
Handaka : “Lebih memperinci lagi, apa kekurangan peserta dari
satu orang ke orang yang lain itu harus segera ditangani dengan cepat.”
Yudi : “Saya ingin pembinaan sopan santun disini lebih
ditambahin lagi, karena menurut saya sopan-santun dari teman-teman
disini masih kurang. “
Interviewee;
(Yudi)
(Handaka Putra Atmaja)
(Yusuf Arifuan)
Lampiran 7. Foto Hasil Penelitian
FOTO HASIL PENELITIAN POLA PEMBINAAN AKHLAK PADA ANAK DI
RUMAH YATIM MIZAN
Gambar 1. Gedung Sekolah dan Asrama Mizan sebagai Fasilitas
Pelayanan yang Diperoleh Anak di Rumah Yatim Mizan.
Gambar 2. Kamar Tidur Sebagai Fasilitas yang Diperoleh Anak
Gambar 3. Mushalla sebagai tempat beribadah sekaligus sarana
untuk pembinaan keagamaan
Gambar 4. Perpustakaan sebagai sarana belajar dan penambah
wawasan siswa di Rumah Yatim Mizan.
Gambar 5. Studio musik sebagai fasilitas pengembangan
kreativitas bagi anak di Rumah Yatim Mizan.
Gambar 6. Lab. Komputer sebagai fasilitas belajar siswa untuk
menyongsong masa depan.
Gambar 7. Kelas sebagai sarana belajar mengajar di Rumah Yatim
Mizan.
Gambar 10. Taman dan beberapa alat outbound sebagai sarana bagi
siswa.
Gambar 11. Kantor Pengurus dan Dewan Guru di Sekolah dan
Asrama Yatim Mizan