pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan ekstrak kulit jengkol untuk mengendalikan perkembangbiakan vektor...

16
1 PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT JENGKOL UNTUK MENGENDALIKAN PERKEMBANGANBIAKAN VEKTOR DBD ................................................................................................... BIDANG KEGIATAN : PKM-GT Diusulkan oleh : Rahmah Ramadhani Bara 04091001037/2009 Vivi Kurnia 04091001008/2009 UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2010

Upload: ama-rahmah-ramadhani-bara

Post on 27-Jul-2015

887 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor Dbd

1

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT JENGKOL

UNTUK MENGENDALIKAN

PERKEMBANGANBIAKAN

VEKTOR DBD

...................................................................................................

BIDANG KEGIATAN : PKM-GT

Diusulkan oleh :

Rahmah Ramadhani Bara

04091001037/2009

Vivi Kurnia

04091001008/2009

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

2010

Page 2: Pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor Dbd

2

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor DBD

2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI (√) PKM-GT

3. Ketua Pelaksana Kegiatan :

a. Nama lengkap : Rahmah Ramadhani Bara b. NIM : 04091001037 c. Jurusan : Pendidikan Dokter Umum d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Sriwijaya e. Alamat Rumah dan No.Telp/HP : Jl. Raya Palembang-Prabumulih

KM 32 RT 2 Kel.Timbangan Kec. Inderalaya Utara. Ogan Ilir Sumatera Selatan (samping Dealer Suzuki) kode pos 30662 /

081933370047 4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 1 (satu) orang 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : dr. Dollly b. NIP : c. Alamat Rumah dan No.Telp/HP : 081366386033 Palembang, 4 Maret 2010 Menyetujui Ketua Pelaksana Kegiatan (Rahmah Ramadhani Bara) NIM. 04091001037 Pembantu Dekan III Dosen Pembimbing (dr. Syarif ) (dr.Dolly ) NIP. NIP.

Page 3: Pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor Dbd

3

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang. Segala puji bagi Allah yang senantiasa memberi kekuatan kepada

penulis untuk menyelesaikan PKM-GT ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Pembantu Dekan III, dr.

Syarif dan Dosen Pembimbing penulis,dr. Dolly yang telah memberikan penulis

stimuli sehingga penulis mampu mengembangkan kemampuan analisis dalam

menyelesaikan PKM-GT ini.

Terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada orang tua dan rekan-

rekan sejawat yang senantiasa mendukung penulis.

PKM-GT ini tentu saja belum sempurna karena tiada hal yang sempurna

kecuali Allah SWT. Kritik dan saran dari Anda sangat penulis harapkan sebagai

refleksi untuk meningkatkan kualitas penulis di masa yang akan datang.

Semoga PKM-GT ini bermanfaat bagi semua pihak.

Palembang, 3 Maret 2010

Penulis

Page 4: Pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor Dbd

4

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ii KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii DAFTAR ISI...........................................................................................................iv DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................v RINGKASAN.........................................................................................................vi PENDAHULUAN Latar Belakang.........................................................................................................1 Perumusan Permasalahan.........................................................................................4 Tujuan .....................................................................................................................4 Manfaat....................................................................................................................4 GAGASAN..............................................................................................................4 KESIMPULAN........................................................................................................7 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................8 DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................9 LAMPIRAN...........................................................................................................10

Page 5: Pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor Dbd

5

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 : Buah Jengkol

2. Gambar 2 : Kulit jengkol

3. Gambar 3 : Buah Jengkol di pohon

4. Gambar 4 : Pembuatan Ekstrak Jengkol

Page 6: Pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor Dbd

6

RINGKASAN

Angka kejadian DBD di Indonesia terutama di Provinsi Sumatera Selatan masih tinggi. Persentase DBD di Sumsel pada tahun 2009 tercatat 1.537 kasus DBD dengan dua orang yang meninggal dunia. Untuk kasus DBD tertinggi pada Dinas Kesehatan Sumsel tercatat peringkat pertama daerah yang banyak terjadi kasus DBD adalah Kota Palembang mencapai 805 kasus dan dua orang meninggal dunia.Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif pengendali vektor DBD yang efektif tanpa merusak lingkungan dan menyebabkan resistensi.

Stadium Aedes aegypti paling banyak di air, termasuk aktifitas makannya juga berada di air. Oleh karena itu, upaya pengendalian yang sesuai dengan kondisi ini adalah abatasi. Abatasi adalah pengendalian dengan menggunakan insektisida sintesis. Insektisida sintesis saat ini memanglebih mudah dan efektif, namun penggunaannya memiliki beberapa dampak negatif seperti menimbulkan resisitensi,resurgensi dan dapat membunuh jasad yang bukan sasaran serta menurunkan kualitas lingkungan (Metcalf dan Luckman,1982).Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan alternatif yang berpotensi dalam mengendalikan populasi serangga adalah insektisida botani dari senyawa aktif yang terkandung dalam tumbuhan (Schmutterer; 1990). Istilah lainnya adalah menggunakan insektisida botani. Penggunaan insektisida botani ini, menurut Syahputra (2001) dinilai lebih baik daripada insektisida sintetis, karena insektisida botani mempunyai sifat tidak stabil, sehingga lebih mudah didegradasi secara alami.

Pemanfaatan Ekstrak kulit jengkol sebagai insektisida alami pengendali vektor DBD dapat menjadi alternatif untuk mencegah hal tersebut. Ekstrak jengkol mengandung alkaloid, tanin, saponin, flavonoid dan terpenoid yang berpengaruh pada index pertumbuhan nyamuk Aedes aegypty(Rahayu dan Pukan,1998).Pembuatan ekstrak cukup sederhana, kulit jengkol digiling sampai berupa simplisia lalu direbus dan dimaserasi selama tiga hari. Hasil ekstrak akan disosialisaikan kepada warga Jalan Ahmad Yani Lorong Masa Jaya Kel. 13 Ulu Palembang yang merupakan pemukiman padat penduduk. Melalui kegiatan ini, diharapkan angka kejadian DBD di Kota Palembang dapat berkurang tanpa menggunakan insektisida sintetis yang dapat merusak lingkungan.

Page 7: Pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor Dbd

7

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati. Begitu banyak tumbuhan bisa tumbuh subur di Indonesia. Hal ini juga dipengaruhi oleh iklim di Indonesia yang mendukung berbagai keanekaragaman hayati tersebut bisa tumbuh subur. Tak heran, bila ada lagu Kolam Susu (Doel Sumbang) yang begitu populer. Indonesia diperkirakan memiliki kawasan hutan tropis terbesar di Asia-Pasifik yaitu sekitar 1, 15 juta kilometer persegi dengan keanekaragaman jenis pohon yang paling beragam di dunia. Hutan tropis Indonesia kaya akan spesies palm (447 spesies, dimana 225 diantaranya tidak terdapat di bagian dunia lainnya), lebih dari 400 spesies dipterocarp yaitu jenis kayu yang bernilai sangat tinggi secara ekonomis di Asia Tenggara, dan tersebarnya sekitar 25,000 spesies tumbuhan berbunga (Albar, 1997). Karena begitu kayanya keanekaragaman hayati Indonesia, sehingga menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang mempunyai jumlah keanekaragaman hayati terbesar. Untuk pulau Jawa saja, jumlah spesies setiap 10.000 km2 antara 2000 – 3000 spesies.

Sedangkan Kalimantan dan Papua mencapai lebih dari 5000 spesies. Masih banyak keanekaragaman hayati Indonesia lainnya yang berpotensi dan berprospek secara ekonomis maupun keilmuan. Sejak Konvensi Keanekaragaman Hayati KKH) di antara negara-negara di dunia pada pertemuan KTT Bumi tahun 1992 di Rio de Janeiro maka setiap negara mempunyai hak berdaulat untuk memanfaatkan sumber-sumber daya hayati sesuai dengan kebijakan pembangunan lingkungannya sendiri dan mempunyai tanggungjawab untuk menjamin bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam yuridiksinya tidak menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan negara lain atau kawasan di luar batas yuridiksi nasional. Dengan kata lain negara dapat memanfaatkan dan mengelola keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan bangsanya sendiri.

Namun, dibalik kekayaan hayati ini juga terdapat dampak negatif dari keadaan iklim di Indonesia. Saat musim penghujan tiba, banyak daerah-daerah yang tergenang air. “Banjir lagi, banjir lagi ..” Mungkin itu yang selalu tergumam di dalam hati masyarakat Indonesia. Di berbagai daerah, banjir merupakan hal yang tidak asing lagi, karena telah menjadi agenda tahunan mereka. Tetapi, mengapa hal ini tidak mengalami perbaikan di tahun-tahun berikutnya. Padahal warga dan pemerintah tahu bahwa ini telah menjadi bencana tahunan mereka dan tidak kerugian material yang didapatkan melainkan berbagai penyakit juga berdatangan saat banyak tempat di lingkungan mereka tergenang air. Salah satu akibatnya adalah perkembangan jentik nyamuk yang meningkat pesat dan berujung pada penyakit DBD.

Persentase DBD di Provinsi Sumatera Selatan cukup tinggi. Pada 2009 tercatat 1.537 kasus DBD dengan dua orang yang meninggal dunia. Untuk kasus DBD tertinggi pada Dinas Kesehatan Sumsel tercatat peringkat pertama daerah yang banyak terjadi kasus DBD adalah Kota Palembang mencapai 805 kasus dan dua orang meninggal dunia, Kabupaten Muara Enim mencapai 194 kasus, Kota Prabumulih 135 kasus, Kabupaten Banyuasin 115 kasus, Kabupaten Ogan Ilir 78 kasus.

Page 8: Pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor Dbd

8

Sisanya ada di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) sebanyak 71 kasus, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) 58 kasus, Kota Lubuk Linggau 47 kasus, Kota Pagaralam 19 kasus, Kabupaten Musi Rawas (Mura) sembilan kasus, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) lima kasus dan Kabupaten Empat Lawang satu kasus. Tiga kabupaten lainnya, yaitu Kabupaten Lahat, Kabupaten OKU Timur dan Kabupaten OKU Selatan tidak ditemui kasus DBD. Walaupun bila dibandingkan dengan tahun 2008 terjadi penurunan dari 2.360 kasus DBD (tujuh orang meninggal) dan pada 2009 tercatat 1.537 kasus DBD dengan dua orang yang meninggal dunia (Republika)

Dewasa ini, pemerintah telah menggalakkan program 3M dan penyebaran abate di berbagai daerah sebagai upaya pencegahan DBD. Namun, hasilnya belum maksimal karena masih ada sebagaian masyarakat yang belum menyadari betapa pentingnya upaya pencegahan tersebut dan penerapan pola hidup sehat. Seiring dengan perkembangan teknologi, sudah ada penelitian yang menemukan bahwa beberapa tanaman di Indonesia yang bisa dijadikan sebagai insektisida alami, seperti penelitian Nursal (2005), ekstrak etanol daun lengkuas yang ternyata bersifat toksik terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti. Perlakuan efektif terjadi pada konsentrasi 0,98% dan waktu 8 jam.Selain itu, ada bahan yang sering dianggap tidak berguna, murah dan mudah didapat serta memiliki fungsi yang hampir sama dengan ekstrak lengkuas tadi, yaitu kulit jengkol, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Tjokronegoro (1989) yang mengamati para petani Cidiwey pernah menggunakan ekstrak air biji jengkol sebagai insektisida botani terhadap hama wereng coklat.

Pengendalian vektor Aedes aegypti dilakukan dengan tujuan memutus siklus hidup Aedes aegypti. Cara pemutusan rantai siklus hidup nyamuk terdiri dari empat macam, yaitu: melenyapkan penyebab penyakit (virus dengue), isolasi penderita, mencegah gigitan nyamuk (vektor), dan pengendalian vektor. Salah satu usaha pengendalian vektor adalah pada usia jentik. Adapun usaha pengendalian jentik (larva) nyamuk dilakukan dengan dua cara, yaitu pengendalian secara kimiawi dan biologi.Pengendalian secara biologi, diartikan sebagai pengaturan populasi vektor dengan menggunakan musuh-musuh alamiah. Sedangkan pengendalian secara kimiawi, yaitu pengaturan populasi vektor yang salah satu caranya menggunakan larvasida. Pengendalian tersebut akan sangat mempengaruhi siklus hidup Aedes aegypti (Jumar; 2000).

Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna, stadiumnya terdiri dari telur, larva (kemudian ditulis jentik), pupa, dan nyamuk dewasa. Stadium telur berwarna hitam dengan ukuran + 0,8 mm, berbentuk oval. Di sekeliling telur tidak terdapat kantung udara yang berfungsi sebagai alat untuk mengapung (Ditjen PPM & PLP; 2002). Telur itu, kemudian menetas menjadi jentik. Chistophers (1960) menyatakan bahwa jentik Aedes aegypti berbentuk silindris, terdiri dari caput yang berbentuk globuler, thorak, dan abdomen yang terdiri dari 8 segmen. Bagian caput terdapat bulu sikat yang digunakan untuk mencari makan dan sepasang antena. Bagian abdomen segmen ke-8, terdapat sifon sebagai alat pernapasan. Ciri khas yang membedakan jentik Aedes aegypti dengan jentik Aedes lain ialah duri samping gigi sisir anal (baca: pada bagian comb).

Dalam perkembangannya, jentik Aedes aegypti ini mengalami pergantian kulit sebanyak tiga kali dari instar I, II, III, dan IV. Jentik instar I berukuran 1-2 mm, setelah 1 hari berubah menjadi instar II. Ukuran jentik instar II adalah 2,3-

Page 9: Pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor Dbd

9

3,9 mm. Jentik instar II ini, setelah 2-3 hari akan menjadi instar III, yang memiliki ukuran 5 mm. Baru setelah 2-3 hari jentik instar III ini berubah menjadi instar IV dengan ukuran 7-8 mm.

Setelah jadi jentik instar IV, lalu berubah menjadi pupa. Ditjen PPM & PLP Depkes. RI. (2002), menyatakan bahwa pupa ini berbentuk seperti koma dan bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibandingkan dengan jentik. Pupa kemudian berubah menjadi nyamuk dewasa yang ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Mempunyai dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kakinya. Nyamuk Aedes aegypti dewasa, mempunyai panjang tubuh 3-4 mm. Mempunyai bintik hitam dan putih pada badan dan kepalanya, dan punya ring putih pada kakinya. Posisi menggigit pada kulit manusia ialah mendatar (Ditjen. PPM & PL Depkes. RI; 2004).

Nyamuk Aedes aegypti dalam perkembangannya, hidup dalam dua tempat. Yakni 3 stadium berkembang di dalam air (telur, jentik, dan pupa) dan 1 stadium hidup di udara bebas (nyamuk dewasa). Sementara itu, kondisi air yang jernih merupakan tempat untuk pertumbuhan Aedes aegypti, mulai dari telur sampai pupa. Posisi jentik menggantung pada permukaan air membentuk sudut 45 derajat (Levine; 1994 dalam Nurchasanah; 2004). Sementara itu, nyamuk Aedes aegypti dewasa, biasanya terdapat di tempat-tempat yang lembap dan kurang terang (agak redup), misalnya kamar mandi, dapur, kelambu, pakaian yang menggantung, gorden, dan lainnya.

Stadium Aedes aegypti paling banyak di air, termasuk aktifitas makannya juga berada di air. Oleh karena itu, upaya pengendalian yang sesuai dengan kondisi ini adalah abatasi. Abatasi adalah pengendalian dengan menggunakan insektisida sintesis. Insektisida sintesis saat ini memanglebih mudah dan efektif, namun penggunaannya memiliki beberapa dampak negatif seperti menimbulkan resisitensi,resurgensi dan dapat membunuh jasad yang bukan sasaran serta menurunkan kualitas lingkungan (Metcalf dan Luckman,1982).Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan alternatif yang berpotensi dalam mengendalikan populasi serangga adalah insektisida botani dari senyawa aktif yang terkandung dalam tumbuhan (Schmutterer; 1990). Istilah lainnya adalah menggunakan insektisida botani. Penggunaan insektisida botani ini, menurut Syahputra (2001) dinilai lebih baik daripada insektisida sintetis, karena insektisida botani mempunyai sifat tidak stabil, sehingga lebih mudah didegradasi secara alami.

Berdasarkan gambaran di atas, penulis berasumsi bahwa ekstrak jengkol bisa dipakai sebagai pengganti abate. Karya tulis ini dibuat untuk mengetahui keefektifan dari ekstrak jengkol yang digunakan sebagai larvasida alami untuk mengendalikan vektor dari DBD, yaitu jentik nyamuk Aedes aegypti di daerah pemukiman padat penduduk dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah di Kota Palembang.

Perumusan Masalah

Dari uraian di atas maka, yang menjadi permasalahan dalam karya tulis ini yaitu Bagamainakah keefektifan ekstrak kulit jengkol dalam mengurangi perkembangbiakan vektor penyakit DBD, yaitu jentik nyamuk Aedes aegypti di Jalan Ahmad Yani Lorong Masajaya Kel. 13 Ulu Palembang.

Page 10: Pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor Dbd

10

Tujuan

Adapun tujuan yang diharapkan dari karya tulis ini adalah untuk mengetShui keefektifan ekstrak kulit jengkol sebagai larvasida untuk mengurangi perkembangbiakan verktor penyakit DBD, yaitu jentik nyamuk Aedes aegypti, mencari alternatif lain pengganti abate yang berasal dari perstisida alami yang tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh, lingkungan serta tidak menyebabkan resistensi.

Manfaat

Melalui karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Karya tulis ini diharapkan menjadi salah satu bahan informasi bagi masyarakat secara umum.

2. Dapat memberikan informasi ilmiah bagi masyarakat dan instansi terkait tentang penerapan ekstrak kulit jengkol sebagai penganti abate untuk mengurangi perkembangbiakan vektor penyakit DBD, yaitu jentik nyamuk Aedes aegypti

3. Sebagai sumber informasi lanjutan bagi berbagai pihak untuk melakukan penelitian.

GAGASAN

Demam berdarah atau dengue adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Virus Dengue yang ditularkan sesama manusia oleh gigitan nyamuk gebus Aedes (A.aegypti, A. Albopitus). Saat ini, DBD masih menjadi penyakit yang menakutkan bagi masyarakat di berbagai daerah di Indonesia bahkan dunia dengan jumlah kematian yang banyak terutama pada balita dan anak-anak. Secara epidemiologi DBD dikenal 2 bentuk gengue :

1. Bentuk klasik, dengan gejala panas 5 hari, disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah trombosit dan ruam-ruam. Kasusnya banyak dijumpai di negara-negara Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam) secara endemik.

2. Bentuk epidemik, dikenal dengan “dengue hemorrhagix fever” (DHF). Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan DBD dengan

Page 11: Pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor Dbd

11

gejala demam dengue disertai dengan pembesaran hati dan tanda-tanda pendarahan (Husnil Farouk,2005).

Penggunaan insektisida sistetis yang berdampak pada resistensi dan pencemaran lingkungan mendorong untuk mencari alternatif lain dalam mengendalikan vektor DBD yang ramah lingkungan. Insektisida dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan cara masuknya ke dalam tubuh serangga, yaitu: racun perut, racun kontak, dan racun pernapasan Nurchasanah (2004). Menurut Tarumingkeng (1992), racun perut ini menyerang organ utama pencernaan serangga, yaitu bagian ventrikulus. Ventrikulus merupakan bagian saluran makanan sebagai tempat penyerapan sari-sari makanan. Insektisida yang terserap bersama sari-sari makanan selanjutnya akan diedarkan ke seluruh bagian tubuh serangga oleh haemolimfe.

Berbagai jenis tumbuhan telah diketahui memiliki senyawa bioaktif antara lain alkaloid, terpenoid, steroid, asetogenin, fenil propan, dan tannin yang berfungsi sebagai insektisida dan repelen (Campbell, 1933, Burkill, 1935). Sedikitnya sudah ada 2000 tumbuhan dari berbagai famili yang dilaporkan dapat berpengaruh buruk pada organisme pengannggu tanaman (Grainge dan Ahmed, 1988; Prakash dan Rao, 1977), diantaranya tedapat paling sedikit 850 jenis tumbuhan yang aktif terhadap serangga (Prakash dan Rao, 1977). Jengkol merupakan tanaman yang memiliki tinggi 5-15 m, dengan ranting menggantung. Tanaman ini memiliki tangkai daun utama dan poros sirip dengan satu kelenjar atau lebih dan berambut. Bentuk daun elips atau bulat telur terbalik miring dengan ujung tumpul 1,5-5 x 1-2,5 cm. Bunga beraturan, berbilangan lima. Bongkol berbunga 15-25 pada ujung ranting dalam malai. Kelopak bergigi sampai berlekuk. Tabung mahkota berbentuk corong, dari luar berambut. Benang sari banyak, panjang lebih kurang 1 cm; tangkai sari pada pangkal bersatu menjadi tabung. Bakal buah berambut, bertangkai, merah. Polongan bulat silindris, seringkali bengkok atau menggulung dalam 1-2 puntiran, diantara biji seringkali menyempit, panjang 6-12 cm, lebar 1 cm. Biji 1-10 mengkilap berwarna hitam dengan selumbung biji putih atau ros yang tidak sempurna (Steenis; 1975).

Pemanfaatan limbah kulit jengkol masih jarang dilakukan, meskipun telah ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dekomposisi dari kulit jengkol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu dekomposisi kulit buah jengkol selama 5 hari dapat menurunkan nyata beberapa parameter pertumbuhan empat jenis gulma penting, yaitu Echinochloa crussgalli (jajagoan), Cyperus iria (rumput menderong), Cynodon dactylon (rumput grinting) dan Alternanthera sessilis (kremah) (Enni Suwarsi, 2002).

Dari hasil penelitian (Rahayu dan Pukan,1998) diungkapkan bahwa kandungan senyawa kimia dalam kulit jengkol yaitu alkaloid, terpenoid, saponin, dan asam fenolat. Asam fenolat ini di dalamnya termasuk flavonoid dan tanin. Tanin ini terdapat pada berbagai tumbuhan berkayu dan herba, berperan sebagai pertahanan tumbuhan dengan cara menghalangi serangga dalam mencerna makanan. Serangga yang memakan tumbuhan dengan kandungan tanin tinggi

Page 12: Pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor Dbd

12

akan memperoleh sedikit makanan, akibatnya akan terjadi penurunan pertumbuhan (Howe & Westley; 1988).

Senyawa saponin termasuk dalam golongan triterpenoid. Golongan ini terdapat pada berbagai jenis tumbuhan, dan bersama-sama dengan subtansi sekunder tumbuhan lainnya berperan sebagai pertahanan diri dari serangan serangga, karena saponin yang terdapat pada makanan yang dikonsumsi serangga dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerap makanan (Applebaum, 1979 ; Ishaaya. 1986). Sementara itu, Smith (1989) menyatakan bahwa alkaloid, terpenoid, dan flavonoid merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat menghambat makan serangga dan juga bersifat toksik.

Dewasa ini, pengendalian vektor DBD adalah melalui penyuluhan 3M dan pentingnya menjaga lingkungan (Liana,2006).Namun penurunan angka kejadian DBD belum menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini terjadi akibat masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kebersihan lingkungan terutama saat musim penghujan tiba serta menerapkan 3 M,yaitu : 1. Menguras bak penampung air secara rutin 2. Mengubur benda benda bekas yang bisa menampung air seperti kaleng bekas, plastik dan serupanya. 3. Menutup tempat penampungan air

Hal ini bisa lebih ditingkatkan dengan mencari alternatif lain yang ramah lingkungan dan memiliki nilai ekonomis bagi semua kalangan. Selain itu, melalui sosialisasi langsung dan diskusi dengan masyarakat setempat diharapkan masyarakat bisa menyadari pentingnya upaya pencegahan DBD dengan menggunakan metode sederhana yang dapat diterima oleh masyarakat setempat. Melalui kerjasama dengan Dinas Kesehatan setempat sebagai fasilitator penyuluhan serta dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya sebagai pembimbing dalam melaksanakan uji ekstrak pelaksanaan kegiatan ini diharapkan bisa membuahkan hasil sama bahkan lebih baik dalam pengendalian vektor DBD.

Sebagai implementasi dari kegiatan ini, akan ada sosialisai pemanfaatan ekstrak kulit jengkol sebagai pengendali vektor DBD kepada masyarakat Kota Palembang yang tinggal di pemukiman padat penduduk melalui kerjasama dengan Dinas Kesehatan setempat dan FK Unsri.Langkah-langkah sosialisasi sebagai berikut:

a. Penyampalan informasi tentang nilai lebih, landasan teoritis dan teknik penggunaan kulit buah jengkol sebagai pengendali vektor DBD melalui penyuluhan dan diskusi.

b. Pelatihan memilih dan menggunakan kulit buah jengkol sebagai pengendali vektor DBD dengan cara kulit jengkol digiling sampai berupa simplisia. Lalu, simplisia direbus dan dimaserasi selama tiga hari. Hasil maserasi disaring digunakan sebagai larutan ekstrak air kulit jengkol (Harborne; 1987). Dalam hal ini, pelarut yang dipakai adalah menggunakan air biasa, karena dapat

Page 13: Pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor Dbd

13

dengan mudah diperoleh dan mudah untuk pembuatan ekstrak. Hasilnya, kemampuan ekstrak air kulit jengkol dalam mengendalikan populasi Aedes aegypti dapat diamati melalui kemampuannya menurunkan indeks pertumbuhan jentik Aedes

c. Pelatihan menganalisis efektivitas pengunaan kulit buah jengkol sebagai pengendali vektor DBD. Kegiatan ini dilakukan dengan penghitungan seperti analisis dan penafsiran data di atas, namun secara sederhana tanpa perhitungan statistik.

KESIMPULAN

Berdasarkan kandungan yang ada dalam kulit jengkol yaitu senyawa alkaloid, tanin, saponin, flavonoid, dan terpenoid,ekstrak kulit jengkol dapat berpengaruh pada pertumbuhan jentik Aedes aegypti. Oleh karena itu, ekstrak kulit jengkol dapat dijadikan insektisida alami untuk mengendalikan vektor DBD dengan cara kulit jengkol digiling sampai berupa simplisia lalu direbus dan dimaserasi selama tiga hari. Hasil ekstraknya akan disosialisasikan kepada masyarakat melalui penyuluhan dan diskusi sehingga nantinya akan diperoleh insektisida alami yang dapat mengendalikan vektor DBD tanpa merusak lingkungan.

Page 14: Pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor Dbd

14

Daftar Pustaka Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.2004.Prosedur Tetap Penanggulangan KLB dan Bencana Propinsi Jawa Tengah.Semarang:Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Ditjen. PPM dan PLP.1993.Malaria Entomologi 10.Jakarta:Depkes. R.I. Ditjen. PPM dan PLP.1993.Malaria Tindakan Anti Larva 5.Jakarta:Depkes. R.I. Djojosumarto.P.2000.Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian.Yogyakarta:Kanisius. http://www.docstoc.com/docs/20905936/POTENSI-EKSTRAK-FLORA-LAHAN-RAWA-SEBAGAI-PESTISIDA-NABATI-M diakses pada 27 Februari 2010 Dwi Sarwani.2007.Materi Kuliah P2M Pemberantasan Vektor Malaria.Purwokerto:Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto. Farouk,Husnil.2005.Demam Berdarah : Pencegahan dan Pemberantasannya Ditinjau dari Sudut Kesehatan Masyarakat. Avaliable from : http://ojs.lib.unair.ac.id/index.php/JKK/article/viewFile/2533/2517 diakses pada 2 Maret 2010 Iskandar,Adang dkk.1985.Pedoman Bidang Studi Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu Akademi Penilik Kesehatan Teknologi Sanitasi (APKTS).Jakarta:Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes. R.I. Kardiman,Agus.2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi.Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Liana.2006.Jaga Lingkungan, Atasi DBD. Avaliable from : http://lianaindonesia.wordpress.com/2006/11/11/68/ diakses pada 2 Maret 2010 Muhaeni,Dina.2007.Skripsi Pengendalian Larva Anopheles aconitus Sebagai Vektor Malaria Dengan Air Rendaman Gadung. Purwokerto:Fakultas Biologi Universitas jenderal Soedirman. Nasution S.2000.Metode Research (Penelitian Ilmiah).Jakarta:Bumi Aksara. Novizan.2002.Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.Jakarta: Agro Media Pustaka. Subiyakto Sudarmo.1991. Pestisida. Yogyakarta: Kanisius. Suwarsi,Enni.2001.Potensi Kulit Buah Jengkol sebagai Herbisida Alami pada Pertanaman Padi Sawah.Available from: Tarumingkeng,Rudi.1992. Insektisida, Sifat, Mekanisme dan Dampak Penggunaannya.Jakarta:Ukrida.

Page 15: Pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor Dbd

15

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap (Ketua) : Rahmah Ramadhani Bara NIM : 04091001037 Tempat,tanggal lahir : Lubuklinggau, 09 Maret 1992 Karya Ilmiah yang pernah dibuat :-Peningkatan Pariwisata Kota

Bengkulu dengan Pemanfaatan Potensi Alam (2005)

Penghargaaan Imiah yang pernah diraih :-Finalis ke-21 tk. Nasional Pembuatan Esai tentang Hak-Hak Anak Indonesia dalam Rangka Ultah BRI (2005)

-Juara 1 tk. Provinsi Bengkulu Mading Ilmiah Cendana Fair V (2005)

-Juara 3 tk. Provinsi Bengkulu Mading Ilmiah KBK (2006)

Nama Lengkap (Anggota) : Vivi Kurnia NIM : 04091001008 Tempat, tanggal lahir : Payahkumbuh, 18 November 1990

Page 16: Pkm-gt-unsri-rahmah-pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Untuk Mengendalikan Perkembangbiakan Vektor Dbd

16

LAMPIRAN

Gambar 1 : Buah Jengkol Gambar Gambar 2 : Kulit jengkol

Gambar 3: Buah Jengkol di pohon Gambar 4 : Pembuatan Ekstrak Jengkol