perubahan sosialrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...perubahan sosial dalam...

18
31 PERUBAHAN SOSIAL DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN 1 Oleh Suwito I. Pendahuluan Sesuai petunjuk al-Qur'an surat al-Ah{zâb, 33:40, ummat Islam meyakini bahwa Muhammad adalah nabi terakhir. Sebagai nabi terakhir, Muhammad diutus untuk seluruh ummat manusia (al-Nisa>' 4:79, al-A'ra>f, 7:158). Muhammad adalah manusia yang berakhlak mulia/agung (al-Qalam, 68:4). Oleh karena itu, ia patut dijadikan panutan (al-Ah{za>b,33:21). Sebagai bukti kerasulan, Muhammad memperoleh wahyu dari Allah swt. Kumpulan kitab wahyu ini dikenal dengan nama al-Qur'an. Al-Qur'an ini diterima oleh Nabi Muhammad secara berangsur-angsur sejak Agustus 610 Masehi dan berakhir Maret 632 Masehi. 2 Setidaknya ada sembilan ayat yang menjelaskan secara tegas bahwa al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab. 3 Walau nabi Muhammad dilahirkan di negeri Arab dan bahasa kitab yang dibawanya juga berbahasa Arab tetapi missi kerasulannya adalah bagi ummat semesta 4 . Al-Qur'an memang bukan buku sejarah yang secara sistematis membahas keadaan masyarakat masa lampau tetapi - sebagai buku petunjuk- di dalamnya didapati hukum-hukum perubahan masyarakat (sosial) yang berlaku sepanjang sejarah manusia. Oleh karena itu, di dalamnya didapati ayat-ayatyang berisi perintah agar manusia memperhatikan sejarah umat terdahulu. Di samping itu dalam surat Ibrahim, 14:1 didapati pernyataan bahwa fungsi utama al-Qur'an adalah untuk melakukan perubahan-perubahan yangbersifat positif (litukhrij al-na>s min al-z{uluma>t ila> al-nu>r). Dari keterangan ini diperoleh pemahaman bahwa al-Qur'an mengajarkan kepada 1 Diterbitkan dalam buku Kaya Gagasan Miskin Kesulitan oleh Young Progressive Muslim (YPM) 20 Mei 2018. http://www.ypm-publishing.com/ 2 Beberapa ayat al-Qur‟an yang menyatakan bahwa al-Qur‟an diturunkan secara berangsur-angsur antara lain dijumpai dalam surat al-Isra>‟, 17:108, al-Furqa>n, 25:32, dan al-Insa>n, 76:23. 3 Perhatikan antara lain surat Yu>suf, 12:2, al-Ra‟d, 13:37, al-Nah{l, 16:103, T{a>ha>, 20:113, al-Zumar, 39:28, Fus{s{ilat, 41:3, al-Shu>ra>, 42:7, al-Zukhruf, 43:3, dan al-Ah{qa>f, 46:12. 4 Perhatikan antara lain surat al-An‟a>m, 6:11, al-Taubah, 9:70, T{a>ha>, 20:128, al- H{ajj, 22:46, al-Naml, 27:14 dan 69, al-Ru>m, 30:9 dan 42, al-Sajdah, 32:26, Fa>t{ir, 35:44, al-S{affa>t, 37:71-74, Muh{ammad, 47:10, Qâf, 50:36-37, dan al-Tagha>bun, 64:56.

Upload: others

Post on 05-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

31

PERUBAHAN SOSIAL

DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN1

Oleh Suwito

I. Pendahuluan

Sesuai petunjuk al-Qur'an surat al-Ah{zâb, 33:40, ummat Islam

meyakini bahwa Muhammad adalah nabi terakhir. Sebagai nabi terakhir,

Muhammad diutus untuk seluruh ummat manusia (al-Nisa>' 4:79, al-A'ra>f,

7:158). Muhammad adalah manusia yang berakhlak mulia/agung (al-Qalam,

68:4). Oleh karena itu, ia patut dijadikan panutan (al-Ah{za>b,33:21).

Sebagai bukti kerasulan, Muhammad memperoleh wahyu dari Allah swt.

Kumpulan kitab wahyu ini dikenal dengan nama al-Qur'an. Al-Qur'an ini

diterima oleh Nabi Muhammad secara berangsur-angsur sejak Agustus 610

Masehi dan berakhir Maret 632 Masehi.2 Setidaknya ada sembilan ayat yang

menjelaskan secara tegas bahwa al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab.3

Walau nabi Muhammad dilahirkan di negeri Arab dan bahasa kitab yang

dibawanya juga berbahasa Arab tetapi missi kerasulannya adalah bagi

ummat semesta4.

Al-Qur'an memang bukan buku sejarah yang secara sistematis

membahas keadaan masyarakat masa lampau tetapi - sebagai buku petunjuk-

di dalamnya didapati hukum-hukum perubahan masyarakat (sosial) yang

berlaku sepanjang sejarah manusia. Oleh karena itu, di dalamnya didapati

ayat-ayatyang berisi perintah agar manusia memperhatikan sejarah umat

terdahulu. Di samping itu dalam surat Ibrahim, 14:1 didapati pernyataan

bahwa fungsi utama al-Qur'an adalah untuk melakukan perubahan-perubahan

yangbersifat positif (litukhrij al-na>s min al-z{uluma>t ila> al-nu>r). Dari

keterangan ini diperoleh pemahaman bahwa al-Qur'an mengajarkan kepada

1Diterbitkan dalam buku Kaya Gagasan Miskin Kesulitan oleh Young Progressive

Muslim (YPM) 20 Mei 2018. http://www.ypm-publishing.com/ 2Beberapa ayat al-Qur‟an yang menyatakan bahwa al-Qur‟an diturunkan secara

berangsur-angsur antara lain dijumpai dalam surat al-Isra>‟, 17:108, al-Furqa>n, 25:32, dan

al-Insa>n, 76:23. 3Perhatikan antara lain surat Yu>suf, 12:2, al-Ra‟d, 13:37, al-Nah{l, 16:103,

T{a>ha>, 20:113, al-Zumar, 39:28, Fus{s{ilat, 41:3, al-Shu>ra>, 42:7, al-Zukhruf, 43:3, dan

al-Ah{qa>f, 46:12. 4Perhatikan antara lain surat al-An‟a>m, 6:11, al-Taubah, 9:70, T{a>ha>, 20:128, al-

H{ajj, 22:46, al-Naml, 27:14 dan 69, al-Ru>m, 30:9 dan 42, al-Sajdah, 32:26, Fa>t{ir,

35:44, al-S{affa>t, 37:71-74, Muh{ammad, 47:10, Qâf, 50:36-37, dan al-Tagha>bun, 64:56.

Page 2: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran

32

para pembacanya untuk bercermin dengan masyarakat masa lalu untuk

dipergunakan panduan bagi hidup masa kini dan masa datang.

Atas dasar pemikiran di atas, permasalahan yang hendak dijawab

melalui tulisan ini adalah bagaimana al-Qur'an memberi wawasan bagi

perubahan masyarakat, dalam arti bentuk antisipasi perubahan yang

kemungkinan bersifat negatif dan sebaliknya memberi motivasi untuk

mengadakan perubahan menuju ke arah positif?

Untuk memperoleh jawaban yang memadai dari permasalahan yang

ditetapkan di atas, sebelumnya diuraikan secara sederhana beberapa hal

mengenai posisi manusia dalam kaitannya sebagai individu dan sebagai

anggota masyarakat, hukum-hukum masyarakat, dan prediksi masyarakat

masa hadapan. Bahasan diakhiri dengan kesimpulan.

II. Manusia Sebagai Individu dan Anggota Masyarakat

Terdapat berbagai permasalahan menyangkut manusia dan

masyarakatnya. Di antara masalah yang dijumpai adalah: apakah secara fitri

manusia diciptakan sebagai bagian dari suatu keseluruhan? Apakah ada

tekanan-tekanan tertentu yang memaksa manusia hidup bermasyarakat?

Apakah karena belajar dari pengalaman bahwa manusia tidak mungkin hidup

menyendiri sehingga ia terpaksa menerima batasan-batasan yang ditentukan

oleh kehidupan bermasyarakat? Atau, apakah karena pemikiran dan

kemampuannya untuk membuat perhitungan yang akhirnya menyimpulkan

bahwa dengan bekerjasama dalam hidup bermasyarakat akan lebih

meninkmati anugerah alam?

Atas dasar beberapa pertanyaan tersebut, diperoleh tiga teori kehidupan

bermasyarakat: 1) manusia bersifat kemasyarakatan, 2) manusia terpaksa

bermasyarakat, dan 3) atas dasar pemikirannya, manusia memilih hidup

bermasyarakat.

Teori pertama berpendapat bahwa bermasyarakat merupakan tujuan

umum, semesta, dan secara fitri ingin dicapai oleh manusia. Menurut teori

kedua, bermasyarakat merupakan gejala tidak tetap dan kebetulan; artinya

bermasyarakat dinilai sebagai tujuan sekunder. Adapun menurut teori ketiga,

bermasyarakat merupakan hasil nalar manusia sendiri.5

5Murtadha Mutahhari, Masyarakat dan Sejarah: Kritik Islam atas Marxisme dan

Teori Lainnya, terjemah M. Hashem dari Society and History, (Bandung: Mizan, 1986), Cet.

I, h. 17.

Page 3: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Masa Lampau untuk Masa Depan

33

Bagaimanapun ketiga teori di atas tidak mengingkari adanya dua unsur

individu dan masyarakat. Dengan demikian agaknya dapat dipahami bahwa

masyarakat adalah kelompok-kelompok manusia yang saling terkait oleh

sistem, adat istiadat, dan hukum-hukum yang berlaku. Adapun seberapa jauh

eksis masing-masing (individu dan masyarakat), maka terdapat beberapa

pandangan seperti berikut.

Pandangan pertama berpendapat bahwa yang eksis adalah individu

sedangkan masyarakat hanyalah semu. Masyarakat dalam pandangan ini

bukanlah "manusia tunggal" yang lebur dalam suatu senyawa alamiah.

Pandangan kedua juga berpendapat bahwa yang eksis masih individu, tetapi

hubungan antar-individu bersifat agak nyata dalam arti fisik. Karena itu,

hubungan sesama anggota masyarakat diserupakan dengan senyawa

bentukan (bukan senyawa alamiah). Pandangan ketiga berpendapat bahwa

masyarakat merupakan suatu senyawa sejati seperti halnya senyawa alamiah.

Akan tetapi yang dimaksudkan dengannya adalah senyawa dalam hal jiwa,

pikiran, kehendak dan sifat nonmaterial lainnya, bukan senyawa dalam arti

fisik. Teori ini, baik individu maupun masyarakat dipandang sebagai sama-

sama eksis. Keberadaan dan kemerdekaan individu diakui adanya.

Pandangan keempat berpendapat bahwa masyarakat merupakan suatu

senyawa sejati yang lebih tinggi daripada senyawa alamiah. Keberadaan

masyarakat menjadi sejati dan mutlak. Dalam teori ini, yang ada hanyalah

kebersamaan. Jiwa bersama, berkehendak bersama, dan perasaan bersama.

Akan tetapi individu tidak memiliki kedirian apapun ketika belum ada

masyarakat.6 Murtadha Mutahhari berpendapat bahwa pandangan yang

dinilai qur'ani adalah pandangan ketiga.7

Al-Qur'an suratal-H{ujurât, 49:13 memberikan gambaran bahwa

manusia diciptakan Tuhan tidak dalam arti sama dalam segala-galanya.

Manusia diciptakan dengan jenis kelamin yang berbeda, tempat tinggal dan

etnis yang berbeda pula. Dari adanya perbedaan ini mereka diperintahkan

saling mengenal. Akan tetapi Tuhan pun memberikan peringatan bahwa yang

terbaik adalah mereka yang mampu memelihara diri (bertakwa).

Surat al-Zukhruf, 43:32 secara tegas menggambarkan bahwa Tuhan

tidak menciptakan manusia dalam satu kesamaan. Dengan adanya perbedaan

antara satu dengan lainnya, justru saling melengkapi. Sekiranya manusia

6Ibid., h. 20-24

7Ibid., h. 24

Page 4: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran

34

diciptakan sama dalam hal kecakapan, kecenderungan, kekayaan, atau

lainnya, maka setiap orang akan memiliki kualitas yang sama. Akibatnya,

orang tidak akan saling memerlukan sehingga kerjasama pun tidak mungkin

terjadi.

Sebahagian ayat al-Qur‟an yang dikutip di atas memberi ketegasan

bahwa individu-individu manusia yang berkelompok membentuk suatu

masyarakat, eksistensinya diakui.

Dalam kaitan dengan hidup bermasyarakat, individu diberi rambu-

rambu karena dalam masyarakat terdapat hukum-hukum yang berlaku

universal. Hukum-hukum dimaksud akan terlihat pada uraian berikut.

III. Hukum-hukum Masyarakat

Seperti telah disinggung sebelumnya, ayat al-Qu‟an banyak

menghimbau agar manusia meniti sejarah masyarakat/kaum terdahulu. Selain

itu, surat al-Hasyr, 59:18 secara tegas menyatakan agar setiap individu/diri

memperhatikan sejarahnya. Penitian sejarah ini akan berguna bukan sekedar

untuk hari ini melainkan juga untuk memprediksi masa depan (waltanz{ur

nafs ma> qaddamat li ghadd). Isyarat ayat ini memberikan kejelasan bahwa

secara esensial peristiwa sejarah selalu berulang. Perulangan peristiwa

dengan segala sebab dan akibatnya dapat saja terjadi pada individu ataupun

masyarakat dalam sepanjang sejarah. Al-Qur‟an surat Hûd, 11:120 lebih

lanjut menjelaskan bahwa di dalam sejarah terdapat pelajaran (mau’iz{ah)

dan peringatan (dhikra>) yang akan mengukuhkan hati manusia. Peristiwa

sejarah yang pernah terjadi bukanlah merupakan peristiwa yang mati

melainkan merupakan peristiwa yang masih dan selalu hidup di masa kini

(al-Baqarah, 2:154).

Dari uraian di atas dapat ditarik pemahaman bahwa masyarakat

memiliki hukum-hukum yang bersifat universal. Hukum-hukum sejarah

dalam masyarakat dinyatakan oleh Tuhan dalam al-Qur‟an tidak mungkin

mengalami perubahan. Pernyataan ini antara lain ditemukan dalam surat al-

Ah{za>b, 33:62, dan Fa>t{ir, 35:43 (lan tajida li sunnatilla>h tabdi>la> wa

lan tajida li sunnatilla>h tah{wi>la>). Ayat-ayat al-Qur‟an yang lain juga

menjelaskan bahwa bangsa dan masyarakat (bukan hanya individu yang

hidup dalam masyarakat) mempunyai hukum-hukum dan prinsip-prinsip

bersama yang menentukan keteguhan dan kejatuhannya sesuai proses-proses

sejarah tertentu pula.

Page 5: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Masa Lampau untuk Masa Depan

35

Al-Qur‟an surat al-Isra>‟, 17:4-8 antara lain menjelaskan sebab

kehancuran Bani Israil. Dalam ayat ini Tuhan menjelaskan bahwa kaum Bani

Israil akan berbuat kerusakan sebanyak dua kali8 dan akan menjadi tiran-

tiran besar. Ketika hukuman dari kejahatan pertama datang, Tuhan

mendatangkan musuh yang lebih kuat. Akan tetapi setelah Bani Israil

menyesali dosa-dosanya, kembali menjadi orang baik, Tuhan memberi

giliran kepada mereka untuk mengalahkan pihak lainnya. Pada hukuman dari

kejahatan kedua, Tuhan pun mendatangkan kelompok lain yang akan

menindasnya. Tuhan, dalam ayat ini mengingatkan kepada sekumpulan

orang (masyarakat), bukan individu tertentu. Selain itu, ayat ini juga

memberikan gambaran bahwa masyarakat dikuasai hukumnya sendiri.

Sejarah bangsa Arab kuno seperti kaum 'Ad, Samud, Madyan, dan

Saba banyak disebut dalam al-Qur'an. Terhadap kaum-kaum ini, agaknya

Tuhan memberikan perintah khusus kepada manusia (terutama kaum

muslimin) agar memperhatikan sebab-sebab kepunahannya.9 Sebelum punah,

keempat kaum ini pernah mengalami kejayaan. Kaum 'Ad dan kaum Samud

dikenal sebagai ahli di bidang arsitektur dan pertanian (al-A'râf, 7:73-75, al-

Syu'arâ', 26:128-129,132-134 dan 151-152). Selain itu, kaum Samud juga

dikenal sebagai kaum yang ahli di bidang pertanian (al-Syu'arâ', 26:147-148)

seperti halnya dengan kaum Saba' (Saba', 34:15). Adapun kaum Madyan

dikenal sebagai kaum pedagang (Hu>d, 11:84-91). Keempat kaum yang

pernah jaya tersebut akhirnya mengalami kehancuran. Secara lafzhi,

kehancuran kaum' Ad digambarkan sebagai ditimpa oleh sesuatu yang luar

biasa, yakni berupa angin topan dan hujan terus-menerus selama tujuh

malam delapan hari sehingga mereka mati bergelimpangan di rumah masing-

masing.10

Senada dengan kaum' Ad, kaum Samud juga hancur ditimpa suara

yang sangat keras, petir dan gempa yang luar biasa dahsyat.11

Seperti halnya

kaum 'Ad dan Samud, kaum Madyan juga punah oleh suara yang

8al-Maraghi menjelaskan bahwa perbuatan Bani Israil yang dinilai merusak dua kali

adalah: Pertama: mengubah kitab Taurat, membunuh Nabi Shu‟ya, dan memenjarakan

Armia. Kedua: membunuh Nabi Zakaria dan bermaksud membunuh Nabi Isa. Lihat Tafsi>r

al-Maraghi>, (Beirut: Da>r Ih{ya>‟ al-Tura>th al-Arabi>, 1985), Cetakan XIII, Juz XV, h.

15. 9Lihat antara lain surat al-A‟ra>f, 7:74, al-Taubah, 9:70, Ibra>hi>m, 14:9, al-

Ah{qa>f, 46:21, al-Fajr, 89:6. 10

Periksa antara lain surat al-Ah{qa>f, 46:24-25, al-Dha>riyat, 51:41-42, al-Qamar,

54:19-21, dan al-H{a>qqah, 69:6-8. 11

Periksa antara lain surat al-A‟ra>f, 7:78, Hu>d, 11:67, al-Dha>riyat, 51:44-45, al-

Najm, 53:51, al-Qamar, 54:31, dan al-H{a>qqah, 69:5.

Page 6: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran

36

menggelegar dan gempa yang dahsyat.12

Adapun kehancuran kaum Saba'

ditimpa banjir bandang (Saba', 34: 16).

Yang menjadi tekanan al-Qur'an terhadap perubahan keempat

masyarakat/kaum di atas bukan pada bentuk alat penghancur (seperti

disambar petir, gempa, banjir atau kalah perang) melainkan pada faktor

penyebab masyarakat tersebut dihancurkan. Kalau diperhatikan secara

seksama, ayat-ayat yang menggambarkan faktor penyebab dihancurkannya

keempat kaum tersebut berada pada faktor keyakinan (aqidah) dan akhlaq.

Kaum' Ad dijelaskan oleh al-Qur'an sebagai kaum yang pamer

kekuatan, bengis, dan kejam. Mereka menuruti perintah penguasa yang

zhalim, bertindak sewenang-wenang dan menentang kebenaran. Mereka juga

tidak percaya kepada Allah swt dan mendustakan Rasul.13

Kaum Samud menonjol di bidang rakus harta sehingga tidak mau

memberi kesempatan unta Nabi Shalih untuk minum dan bahkan

membunuhnya. Mereka juga beragama sebagaimana agama nenek

moyangnya, mendustakan kebenaran yang dibawa Rasul dan mengikuti

perintah penguasa yang zhalim.14

Kaum Madyan digambarkan oleh Tuhan sebagai kaum yang suka

berbuat kerusakan, mengurangi takaran dan timbangan, mengurangi hak-hak

orang lain, berbuat sekehendak hati terhadap harta yang dimiliki, dan

mendustakan serta mengesampingkan nasehat Nabi Syu'aib.15

Kaum Saba‟,

di samping melupakan Tuhan Pencipta, mereka justru mempertuhan

matahari. Selain itu, akibat kemakmuran tanah airnya mereka menjadi malas

dan lupa daratan.16

Atas dasar uraian di atas dapat diambil pemahaman bahwa faktor

penyebab dihancurkannya keempat kaum tersebut secara umum memiliki

kesamaan prinsip, yakni mereka sama-sama tidak mempertuhan Allah Yang

Esa, mendustakan dan menolak dakwah Rasul, berbuat zhalim, kemalasan,

menggunakan harta secara tidak tepat, dan berbagai jenis akhlaq buruk

lainnya. Faktor-faktor inilah agaknya yang menjadi hukum perubahan sosial

12

Periksa antara lain surat Hu>d, 11:25, 94, T{a>ha>, 20:40, al-Furqa>n, 25:38, dan

al-Ankabu>t, 29:37. 13

Periksa antara lain surat al-A‟ra>f, 7:65, Hu>d, 11:59-60, al-Shu‟ara>‟, 26:123-

140, Fus{s{ilat, 41:15. 14

Periksa antara lain surat Hu>d, 11:62,65, Ibra>hi>m, 14:9, al-Shu‟ara>‟, 26:141,

151-152, 156-157, al-Qamar, 54:24. 15

Periksa antara lain surat al-A‟ra>f, 7:85-86, Hu>d, 11:84-91. 16

Periksa antara lain surat al-Naml, 27:24.

Page 7: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Masa Lampau untuk Masa Depan

37

yang universal seperti yang dapat ditangkap dari isyarat ayat-ayat al-Qur'an.

Dipahami demikian karena masa hidup keempat kaum yang dijadikan

pembahasan di atas tidak bersamaan. Di samping itu, tempatnya juga

berbeda.

Kaum 'Ad sebagai kaum Nabi Hud - yang disebut oleh al-Qur'an

sebanyak 24 kali dalam19 surat- diperkirakan hidup tahun 2200-1700

sebelum Masehi. Kaum ini hidup di Yaman dan Hadramaut dan tersebar di

pantai teluk Persia sampaiperbatasan Mesopotamia. Mereka pernah juga

menguasai Babilonia, Mesir, Asyiria, Persia, Punisia, Kartago, Yunani, dan

Creta. Kaum Samud sebagai kaum Nabi Shalih - yang disebut dalam al-

Qur'an sebanyak 26 kali dalam 21 surat - diperkirakan hidup tahun 1600-

1500 sebelum Masehi. Kaum ini adalah penguasa di Arabia Barat Laut.

Kaum Madyan sebagai kaum Nabi Syu'aib - yang disebut dalam al-Qur'an

sebanyak 10 kali dalam 7 surat - diperkirakan hidup tahun 1600-900 sebelum

Masehi. Kaum Madyan ini tinggal antara teluk Aqabah dengan laut Merah di

balik kota Hijr yang pernah menjadi tempat berlindung Musa (sebelum

menjadi Nabi) dan akhirnya dijadikan menantu Nabi Syu'aib (al-Qas{as{,

28: 22-25). Adapun kaum Saba' yang dipakai nama salah satu surat dalam al-

Qur'an adalah penguasa dari teluk Persia sampai laut Merah setelah

mengalahkan Mina. Pusat pemerintahan Saba' ialah Ma'arib yang letaknya

dekat dengan kota San'a (ibukota Yaman sekarang). Kaum Saba'

diperkirakan hidup antara tahun 900-300 sebelum Masehi.17

Akan tetapi diakui bahwa untuk menangkap makna di balik peristiwa

sejarah bukan merupakan hal yang mudah. Kesulitan menangkap peristiwa

sejarah secara jelas disinggung oleh Allah swt dalam surat Yusuf, 12:111

bahwa yang akan mampu menangkap maknanya adalah kalangan al-albâb.18

IV. Gerak Masyarakat

Teori tentang penyebab gerak (perubahan) masyarakat setidaknya

dapat dilihat dari dua tinjauan: tinjauan teologi dan tinjauan ilmu sejarah.

17

Lihat uraian lebih lanjut pada Suwito, “Sejarah dalam al-Qur‟an: Studi tentang

Perubahan Sejarah dalam Kasus Kaum „Ad, Samud, Madyan, dan Saba”, dalam Mimbar

Agama dan Budaya, (Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN Jakarta, 1988), No. 14 Th. VI, h.

47-57. 18

Ahmad Syafi‟i Ma‟arif mengartikan al-albab sebagai “kaum intelektual beriman”.

Lihat al-Qur’an, Realitas Sosial dan Limbo Sejarah: Sebuah Refleksi, (Bandung: Pustaka,

1985), Cet. I, h. 17.

Page 8: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran

38

Tinjaun Pertama

Secara sederhana, aliran teologi dapat dibagi ke dalam dua kelompok:

kelompok teologi rasional dan kelompok teologi tradisional. Yang tergolong

aliran teologi rasional adalah Maturidiah Samarkand dan Mu'tazilah. Adapun

yang tergolong aliran teologi tradisional adalah Asy'ariah dan Maturidiah

Bukhara. Walaupun kedua kelompok aliran teologi ini mendasarkan diri

pada ayat-ayat al-Qur'an dan al-Sunnah, aliran teologi rasional memberi

peran yang kuat akan usaha manusia, sedangkan aliran teologi tradisional

kurang memberi peran yang kuat akan usaha manusia. Bila dikaitkan dengan

teori penyebab perubahan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa aliran

teologi rasional akan berpendapat "penyebab perubahan masyarakat adalah

manusia sendiri (qadarî).

Sementara itu, aliran teologi tradisional akan menyatakan bahwa

penyebab perubahan masyarakat (sosial) adalah kehendak Tuhan (jabarî).

Terhadap masalah ini tampaknya M. Quraish Shihab mencoba memberikan

jalan keluar walau pada ujungnya tetap lebih cenderung pada aliran teologi

rasional. Ia menjelaskan bahwa maksud surat al-Ra'd, 13: 11 (Innalla>ha

la> yughayyiru ma> bi qaumin hatta> yughayyiru> ma> bi anfusihim

(...sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum/masyarakat

sampai mereka mengubah terlebih dahulu-apa yang ada pada diri mereka;

sikap mental mereka), terdapat dua macam perubahan dengan dua pelaku.

Pertama, perubahan masyarakat yang pelakunya adalah Allah, dan kedua,

perubahan keadaan diri manusia yang pelakunya adalah manusia. Namun

demikian lebih lanjut ia menjelaskan bahwa perubahan masyarakat yang

dilakukan Tuhan terjadi secara pasti melalui hukum-hukum masyarakat yang

ditetapkan-Nya. Hukum-hukum ini sebagaima hukum alam - tidak mungkin

mengalami perubahan.19

Tinjauan Kedua

Murtadha Mutahhari menyebutkan bahwa teori gerak masyarakat

setidaknya ada enam: 1) teori rasial, 2) teori geografis, 3) teori peranan

19

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, diedit oleh Ihsan Ali-Fauzi, (Bandung: Mizan, 1992), Cet. I, h. 245-

246.

Page 9: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Masa Lampau untuk Masa Depan

39

jenius dan pahlawan, 4) teori ekonomi, 5) teori keagamaan, dan 6) teori

alam.

Teori rasial berpendapat bahwa perubahan masyarakat disebabkan oleh

ras tertentu. Teori geografis lebih cenderung kepada pendapat bahwa yang

menjadi faktor utama penyebab perubahan masyarakat adalah lingkungan

fisik (geografi). Perangai moderat dan pikiran-pikiran kuat misalnya,

menurut teori ini berkembang di kawasan beriklim sedang. Lain halnya

dengan teori peranan jenius dan pahlawan. Menurut teori ini, perubahan

masyarakat seperti perkembangan ilmiah, politik, teknologi ditimbulkan oleh

orang-orang jenius dan pahlawan. Lain lagi dengan pendangan teori

ekonomi. Manurut teori ini, faktor penggerak perubahan sejarah bukan

ditentukan oleh ras, geografi, peranan orang jenius dan pahlawan, melainkan

ekonomi. Semua ragam masyarakat termasuk segi-segi budaya, agama,

politik, dan lainnya mencerminkan ragam dan hubungan produksi. Adapun

teori keagamaan berpendapat bahwa segala bentuk perubahan ditentukan

oleh kebijaksanaan sempurna Tuhan. Tampaknya teori yang terakhir ini

hanya mengambil satu sisi aliran teologi yang telah dibahas di atas.

Murtadha Mutahhari selanjutnya berpendapat bahwa teori yang sangat tidak

relevan dengan perubahan masyarakat adalah teori keagamaan, yakni

perubahan masyarakat dalam sejarah berasal dari Tuhan. Dengan kata lain

dapat diketahui bahwa Murtadha Mutahhari menentang aliran teologi

tradisional. Selanjutnya, yang dimaksudkan dengan teori alam di sini adalah

teori sifat manusia. Menurut teori ini, manusia mempunyai sifat-sifat

melekat tertentu yang bertanggungjawab atas perubahan masyarakat.20

Jika

diperbandingkan dengan tinjauan pertama di atas, agaknya teori yang

dimaksudkan di sini adalah aliran teologi rasional karena memberi peran

besar pada manusia sendiri. Dua teori yang akhir ini tampaknya sesuai

dengan maksud pada "tinjauan pertama". uraian di atas.

Keenam teori tersebut yang kurang memberi peran akhlaq manusia

adalah teori geografis. Akan tetapi seperti uraian tentang keempat kaum di

atas – persoalan geografis tidak dapat dipisahkan dengan ulah manusia. Di

sini tampaknya terdapat perbedaan mendasar antara teori perubahan

masyarakat yang didasarkan pada ayat-ayat al-Qur'an dengan teori yang

tidak didasarkan pada ayat-ayat al-Qur'an. Ayat ayat al-Qur'an memberikan

penjelasan bahwa akhlaq manusia akan berpengaruh pada peristiwa alam

20

Murtadha Mutahhari, op. cit., h. 208-214.

Page 10: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran

40

raya yang sifatnya fisik. Surat al-Rûm, 30:41 misalnya, menyatakan bahwa

akibat perbuatan manusia berpengaruh besar pada perubahan alam (z{ahara

al-fasa<d fî al-barr wa al-bah{r bima> kasabat aidi> al-na>s... = telah

tampak kerusakan di darat dan laut dikarenakan ulah manusia...). Atas dasar

ini dapat diambil pelajaran bahwa setiap terjadi peristiwa alam seperti

gempa, banjir besar, angin topan yang membawa kerusakan, manusia

diingatkan untuk meninjau ulang perbuatan yang tidak diridai.

V. Masyarakat Mesa Hadapan

Khusus bagi negara berkembang seperti Indonesia, pada mesa hadapan

ini diprediksikan akan mempunyai tiga ciri utama. Pertama, masyarakat

Indonesia berubah dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.

Kedua, globalisasi informasi, dan ketiga, semakin tingginya tingkat

intelektualitas terutama di kalangan kaum muda. Kondisi yang akan dialami

Indonesia tersebut bukannya tidak ada tantangan yang akan dihadapi,

khususnya bagi para agamawan. Setidaknya tantangan yang akan dihadapi

bangsa Indonesia dalam kondisi semacam itu diprakirakan antara lain

sebagai berikut.21

Pertama, masyarakat akan jauh dari agama. Seperti halnya masyarakat

Barat yang maju dan modern, masyarakat agraris menjadi masyarakat

industri, akan jauh dari agama. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa

masyarakat agraris masih sangat menggantungkan kehidupannya kepada

alam. Faktor-faktor yang di luar kemampuan mereka untuk mengatasinya

seperti kemarau panjang dan banjir besar, secara psikologis membuat

masyarakat agraris cenderung taat kepada agama. Mereka selalu

mendekatkan diri kepada Tuhan dan berharap diselamatkan dari berbagai

bencana. Sebaliknya, masyarakat industri akan tidak terlalu bergantung

kepada alam. Mereka lebih otonom dalam mengatasi perekonomian yang

diperlukan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara kejiwaan, situasi

yang demikian akan membawa mereka untuk cenderung kurang merasa perlu

pada agama dan berkecenderungan pada pola hidup mewah. Selain itu, akan

terjadi pula urbanisasi besar-besaran ke daerah-daerah pusat industri.

Akibatnya, pola kehidupan kota bertambah banyak. Sementara itu, kontrol

21

Disadur antara lain dari Munawir Sjadzali, “Agama dan PJPT II”, Pelita, 10 dan 11

November 1993. Dipo Alam, Interrelasi Iptek dan Agama dalam Pendidikan: Sudut

Pandang Kecenderungan Iptek dan Islam Masa Kini, Bahan Seminar Sehari “Interrelasi

Iptek dan Agama”, IKIP Muhammadiyah Jakarta (kini UHAMKA), Jakarta, 18 Mei 1993.

Page 11: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Masa Lampau untuk Masa Depan

41

sosial dalam kehidupan kota hampir kurang ada. Atas dasar ini maka terbuka

lebar peluang sebahagian besar masyarakat untuk berperilaku yang tidak

sesuai dengan ajaran agama.

Kedua, masyarakat lebih cenderung berperilaku tidak sopan.

Kecenderungan ini muncul antara lain diakibatkan oleh derasnya globalisasi

informasi. Semakin canggih sarana informasi berupa media cetak dan

elektronik, dimungkinkan budaya lain yang negatif sukar diadakan sensor

dan sebaliknya akan mudah dibaca ataupun dilihat di tempat tinggal masing-

masing penduduk. Berita ataupun hiburan yang berisi semacam kejahatan

atau perilaku menyimpang lain yang diperdengarkan, ditulis ataupun

digambar (gerak atau diam) media tersebut akan semakin banyak dinikmati.

Informasi yang disajikan oleh media-media tersebut bisa menjadi pendorong

bagi pembaca, pendengar, ataupun pemirsa untuk melakukan hal yang sama

dengan alasan apapun (kemasyhuran, kenikmatan, iseng, dll.). Hal ini

semakin jelas karena kecenderungan meniru perilaku kurang baik lebih

mudah daripada meniru perilaku yang terpuji.

Ketiga, masyarakat tidak mudah menerima pendapat orang lain, guru

agama sekalipun, kalau suatu pendapat tidak diberikan argumentasi yang

rasional yang dapat diterima oleh pikirannya. Hal semacam ini antara lain

diakibatkan oleh semakin luasnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang hakekatnya lebih banyak

untuk konsumsi rasio akan semakin digandrungi para kaum muda yang

sedang mencari jatidiri. Mereka lebih cenderung tidak mudah menerima

kritik ataupun nasehat kalau tidak secara mudah diterima oleh rasionya.

Sementara itu, tidak semua ajaran agama mudah diterima oleh rasio.

Itulah di antara sisi negatif dari ciri khusus yang diprakirakan akan

terjadi di Indonesia pada masa hadapan. Selain itu, Indonesia dalam babak

baru nanti juga akan mempunyai masa depan yang sebetulnya dapat

dimasukkan sebagai tantangan yang positif. Di antaranya adalah: 1) karena

ketinggian intelektualitas semakin banyak maka orang yang bodoh terpaksa

harus minggir. Mereka hanya akan bisa hidup dari belas kasihan orang lain.

Kondisi semacam ini akan mendorong manusia untuk mau belajar lebih

banyak; Kejujuran prima menjadi ajang persaingan. Orang yang tidak jujur

akan segera dikucilkan; 3) disiplin tinggi sangat diperlukan karena nilai

waktu semakin mahal; 4) diperlukan kejelian/kearifan untuk memilih karena

semakin banyaknya pilihan yang ada. Kesalahan dalam memilih akan rugi

Page 12: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran

42

sendiri atau dirugikan oleh pihak lain; 5) karena persaingan yang begitu

ketat, maka orang yang berkemauan kuatlah yang akan memperoleh

keuntungan.22

Kalau diperbandingkan antara masa keemasan Islam terdahulu dan

masa hadapan, al-Qur'an masa keemasan Islam periode klasik justru menjadi

pemicu bagi munculnya masa keemasan tersebut. Sebaliknya, masa hadapan

yang diprediksikan sebagai masa globalisasi informasi justru al-Qur'an

tampak mendapat tantangan. Jika benar demikian, maka akan timbul

pertanyaan: mengapa demikian?

Al-Qur'an surat Fa>t{ir, 35:27-28 menyatakan 'bahwa hanya para

ilmuwanlah yang benar-benar taqwa (khas{yah) kepada Allah. Ayat ini

justru tampak memberikan pemahaman yang bertentangan dengan

pernyataan bahwa masa hadapan yang diprakirakan akan semakin banyak

kaum intelektual, dikatakan sebagai tantangan bagi agama. Ayat al-Qur‟an

tersebut justru memberikan legitimasi bahwa hanya orang yang

intelektualitasnya tinggi (ilmuan) yang paling bertaqwa kepada Allah swt.

Menurut isyarat ayat ini – seharusnya – semakin tinggi ilmu seseorang maka

akan semakin dekat kepada agama.

VI. Al-Qur’an dan Masyarakat Masa Hadapan

Dari uraian sebelumnya dapat dipahami bahwa masyarakat akan selalu

mengalami perubahan dan berkembang mengikuti peredaran zaman. Seperti

telah disinggung di atas, al-Qur‟an telah memberi motivasi kepada ummat

Islam klasik (650-1250) menjadi ummat yang bangsa lain justru mengalami

zaman kegelapan. Dari sisi politik, ummat Islam menjadi penguasa daerah-

daerah antara India di Timur dan Spanyol di Barat. Pada masa ini

berkembang pula ilmu pengetahuan baik dalam bidang agama maupun dalam

bidang non-agama. Pada masa ini pula ulama-ulama besar di bidang hukum

seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi‟i, dan Imam Ahmad

ibn Hanbal muncul. Di bidang teologi telah lahir tokoh-tokoh seperti Washil

ibn Atha‟, al-Nazzam, Imam al-Maturidi, dan Imam al-Asy‟ari. Di bidang

mistik dan tasawuf telah lahir tokoh-tokoh seperti Zu al-Nun al-Mishri, Abu

Yazid al-Bustami, dan al-Hallaj. Di bidang falsafat telah lahir para filosof

seperti al-Kindi, al-Farabi, ibn Sina, ibn Miskawaih. Ibn Hisyam, ibn

22

Diringkas dari Mastuhu, Kesiapan Madrasah Aliyah dalam Menyongsong Tahun

2000, Bahan Seminar Sehari di STIT al-Hikmah Jakarta, 9 November 1991.

Page 13: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Masa Lampau untuk Masa Depan

43

Hayyan, al-Khawarizm, al-Mas‟udi, dan al-Razi juga di antara para ahli di

bidang ilmu pengetahuan yang lahir pada masa klasik Islam.23

Setelah masa

klasik, ummat Islam mulai menurun pamornya tetapi mulai abad XIX ada

tanda-tanda kebangkitan kembali.

Kemunduran ummat Islam tersebut menyadarkan para tokoh muslim

untuk berpendapat mengenai faktor utama apa saja yang menyebabkan

kemunduran ummat Islam masa lalu. Masing-masing ahli tampaknya

mempunyai kesimpulan yang beragam sesuai keahliannya. Para teolog

misalnya, akan berpendapat bahwa kemunduran ummat Islam disebabkan

oleh karena teologi yang dianutnya bukan lagi teologi yang membawa

dinamika. Ahfi fikih mempunyai penilaian bahwa faktor penyebab

kemunduran mereka adalah Islam yang mereka anut bukan lagi Islam dalam

arti sebenarnya. Bid'ah atau semacamnya telah menguasai kehidupan

mereka. Politisi lebih cenderung berpendapat bahwa faktor yang menjadi

penyebab mundurnya ummat Islam adalah faktor perebutan kekuasaan.

Mereka tidak lagi bersatu di bawah satu kekuasaan. Filosof berpendapat

bahwa yang menjadi sebab kemunduran ummat Islam adalah adanya

pengekangan berfikir dan bahkan pengharaman falsafat. Kemerdekaan

berfikir tidak lagi memperoleh tempat dalam kehidupan ummat Islam.

Ekonom bisa berpendapat lain. Menurutnya, ummat Islam mundur karena

mereka tidak lagi mampu menguasai perekonomiannya. Pendidik juga

berpendapat yang lain lagi. Menurutnya, penyebab kemunduran ummat

Islam disebabkan adanya pendidikan yang salah. Pendidikan yang

diselenggarakan tidak lagi menghasilkan anak didik yang dinamis dan

tanggap terhadap kemajuan zaman. Para ahli di bidang ilmu lain tentunya

juga mempunyai pendapat yang lain lagi. Akan tetapi kalau diperhatikan

lebih dalam agaknya mereka dapat menerima pernyataan bahwa faktor utama

penyebab kemunduran ummat Islam adalah kurang memanfaatkan daya pikir

yang dimiliknya, sementara ajaran Islam sendiri sangat mendorong

penggunaan daya pikir tersebut.24

Istilah lain yang lebih sederhana dapat

dikatakan bahwa pintu ijtihad yang pernah ditutup perlu dibuka kembali dan

dihidupkan dan dikembangkan bukan sekedar dalam hukum tetapi mencakup

semua bidang.

23

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1986), Cet. IV, h. 13. 24

Lihat uraian lebih lanjut pada Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam,

(Jakarta, UI Press, 1983), Cet. II, h. 5-8.

Page 14: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran

44

Ijtihad dalam Islam semestinya selalu dihidupkan mengingat ayat-ayat

al-Qur‟an memberi peluang dan bahkan mendorong untuk itu. Ayat-ayat al-

Qur‟an yang seluruhnya berjumlah 6236 buah (4780 ayat Makkiyah dan

1456 ayat Madaniyyah),25

khusus menyangkut persoalan hidup

kemasyarakatan hanya memberikan tuntunan secara garis besar atau prinsip-

prinsip. Hanya kurang lebih 8%.

Dari seluruh ayat al-Qur'an mengandung ketentuan tentang iman,

ibadah, dan hidup kemasyarakatan. Ayat-ayat menyangkut ibadat berjumlah

140 ayat dan mengenai hidup kemasyarakatan berjumlah 228 ayat. Ayat-ayat

yang berbicara tentang hidup kemasyarakatan dirinci sebagai berikut.

1. Soal kekeluargaan (al-ah{wal al-skakhs{iy>ah) seperti perkawinan,

perceraian, dan hak waris ada70 ayat.

2. Hukum perdata (al-ah{ka>m al-madaniy>ah) seperti perdagangan,

perekonomian, sewa menyewa, pinjam meminjam, perseroan, dan

kontrak ada 70 ayat.

3. Hukum pidana (al-ahka>m al-jina>'iy>ah) ada 30 ayat.

4. Hukum acara (al-ahka>m al-mura>fa'ah) ada 13 ayat.

5. Soal pengadilan (al-ahka>m al-dustu>riy>ah) ada 10 ayat.

6. Soal kenegaraan (al-ahka>m al-dawliy>ah) ada 25 ayat.

7. Soal ekonomi dan harta benda (al-ahka>m al-iqtis{adiy>ah wa al-

ma>liy>ah) menyangkut hubungan orang kaya dan orang miskin ada 10

ayat.26

Muhammad 'Abduh meninjau dari sisi lain yang berbeda dengan cara

yang ditempuh oleh ahli hukum di atas. Menurutnya, Islam memang

memerintahkan kepada ummatnya untuk berijtihad dan melarang taqlid.

Adanya ketentuan hukum akal dan terdapatnya ayat-ayat mutasha>biha>t

memberikan peluang kepada para pemikir untuk melakukan ijtihad.27

Dalam kaitan dengan hidup kemasyarakatan, ayat-ayat al-Qur'an

memang tidak memberi ketentuan baku seperti dalam hal bentuk

pemerintahan apakah harus berbentuk kerajaan atau republik. Dalam bidang

25

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Cetakan Saudi Arabia,

1412H, h. 16. 26

„Abd al-Wahhab al-Khallaf, ‘Ilm Us{u>l al-Fiqh, (Kairo: Maktabah al-Dakwah al-

Isla>miy>ah, 1990), Cet. VIII, h. 32-33. 27

Muhammad „Abduh, Risa>lat al-Tawh{i>d, (Tanpa nama kota dan penerbit, 1969),

h. 10.

Page 15: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Masa Lampau untuk Masa Depan

45

perekonomian, ayat-ayat al-Qur'an juga tidak memberikan model baku

apakah sistem sosialisme, komunisme, atau kapitalisme. Yang ditemukan

dalam ayat-ayat al-Qur'an perihal prinsip pemerintahan adalah adanya

musyawarah. Adapun menyangkut perekonomian ditemukan prinsip

haramnya riba dan keadilan wajib dilaksanakan.28

Dalam bidang-bidang lain

akan dapat pula ditemukan prinsip-prinsipnya dari ayat-ayat al-Qur'an.

Perubahan masyarakat yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu dan

teknologi atau sebaliknya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

akan membawa perubahan masyarakat, agaknya telah diantisipasi oleh al-

Qur'an. Yang berperan besar dalam kehidupan masyarakat adalah manusia.

Sudah jauh-jauh hari dinyatakan oleh al-Qur'an dan disetujui para filosof

Muslim bahwa yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah

karena akalnya. Dalam banyak ayat al-Qur'an,29

akal manusia dijunjung

tinggi. Dengan akal manusia pula, ilmu pengetahuan dan teknologi maju dan

berkembang. Atas dasar ini barangkali Muhammad 'Abduh mempunyai

pendapat bahwa ilmu pengetahuan yangdihasilkan oleh akal tidak mungkin

bertentangan dengan wahyu Tuhan. Keduanya bersendikan akal dan

keduanya mempelajari alam. Lebih lanjut ia berpendapat bahwa Tuhan telah

menurunkan dua kitab: yang satu dijadikannya adalah alam dan yang satu

lagi diwahyukan-Nya adalah al-Qur'an.30

Wahyu tidak dapat membawa hal-

hal yang bertentangan dengan akal. Kalau zhahir ayat bertentangan dengan

akal maka wajiblah bagi akal untuk mengi'tikadkan bahwa yang dimaksud

sebenarnya bukanlah arti yang zhahir itu.31

Atas dasar ini pula para ahli di

bidang tafsir al-Qur'an sering menghimbau kepada para ahli untuk

menafsirkan secara kontekstual.32

28

Bandingkan dengan uraian Harun Nasution, “Sekitar Pendapat al-Qur‟an

Mengandung Segala-galanya”, dalam Studia Islamika, (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah,

1976), Nomor I, Tahun I, h. 6. 29

Kata akal dalam al-Qur‟an bukan berbentuk isim (Kata benda) melainkan kata

kerja. Setidaknya ada 50 kali kata berakal disebut dalam al-Qur‟an. Selengkapnya periksa

Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi‟ dalam al-Mu’jam al-Mufahras li Alfa>z al-Qur’a>n al-

Kari>m, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1981), h. 468-469. 30

Periksa Charles C. Adams, Islam and Modernism in Egypt, (London: Oxford

University Press, 1933), h. 134 dan 136. 31

Muhammad „Abduh, Risa>lat al-Tawh{i>d, op. cit., h. 114. 32

Periksa antara lain pendapat Umar Syihab, al-Qur’an dan Rekayasa Sosial,

(Jakarta: Pustaka Kartini, 1990), Cet. I, h. 22. Lihat juga M. Quraish Shihab, “Tafsir

Kontekstual itu Mutlak Diperlukan”, dalam Panji Masyarakat, (Jakarta: 21 Juli 1987),

Nomor, 456, h. 56.

Page 16: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran

46

VII. Kesimpulan

Uraian sederhana di atas dapat diambil kesimpulan bahwa “banyak

kejujuran banyak teman”,. Hal ini al-Qur'an memberikan dorongan kepada

manusia untuk selalu mengadakan perubahan yang bersifat positif, karena

fungsi utamanya memang mengajak manusia untuk kebaikan (litukhrij al-nâs

min al-zhulumât ilâ al-nûr).

Manusia yang berpedoman pada al-Qur'an dituntut untuk selalu

mengadakan perubahan dan pembaharuan. Salah satu cara untuk itu adalah

dengan meniti sejarah masyarakat terdahulu untuk dasar berpijak pada hari

ini dan menyongsong masa depan. Masyarakat terdahulu digambarkan oleh

al-Qur'an selalu mengalami perubahan. Perubahan yang membawa akibat

negatif di bidang aqidah dan akhlaq akan selalu mengalami kehancuran.

Hukum-hukum perubahan dalam masyarakat berlaku universal dan

tidak akan mengalami perubahan. Karena masyarakat selalu bergerak maka

jumlah ayat-ayat al-Qur'an yang membicarakan hidup bermasyarakat sangat

sedikit. Selain itu, isi ayat-ayatnya pun hanya memberikan patokan dasar

yang sifatnya relatif, tidak absolut.

DAFTAR PUSTAKA

„Abduh, Muhammad, Risa>lat al-Tawh{i>d, Tanpa nama kota dan penerbit,

1969

Page 17: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Masa Lampau untuk Masa Depan

47

Adams, Charles C., Islam and Modernism in Egypt, London: Oxford

University Press, 1933.

Alam, Dipo, Interrelasi Iptek dan Agama dalam Pendidikan: Sudut Pandang

Kecenderungan Iptek dan Islam Masa Kini, Bahan Seminar Sehari

“Interrelasi Iptek dan Agama”, IKIP Muhammadiyah Jakarta (kini

UHAMKA), Jakarta, 18 Mei 1993.

al-Baqi‟, Muhammad Fu‟ad „Abd, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfa>z{ al-

Qur’a>n al-Kari>m, Beirut: Da>r al-Fikr, 1981

al-Khallaf, „Abd al-Wahhab, ‘Ilm Us{u>l al-Fiqh, Kairo: Maktabah al-

Dakwah al-Isla>miy>ah, 1990, Cet. VIII.

Al-Maraghi, Tafsi>r al-Mara>ghi>, Beirut: Da>r Ih{ya>‟ al-Tura>th al-

Arabi>, 1985, Cetakan XIII, Juz XV.

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Cetakan Saudi Arabia,

1412H.

Ma‟arif, Ahmad Syafi‟i, al-Qur’an, Realitas Sosial dan Limbo Sejarah:

Sebuah Refleksi, Bandung: Pustaka, 1985, Cet. I.

Mastuhu, Kesiapan Madrasah Aliyah dalam Menyongsong Tahun 2000,

Bahan Seminar Sehari di STIT al-Hikmah Jakarta, 9 November 1991.

Mutahhari, Murtadha, Masyarakat dan Sejarah: Kritik Islam atas Marxisme

dan Teori Lainnya, terjemah M. Hashem dari Society and History,

Bandung: Mizan, 1986, Cet. I.

Nasution, Harun, Akal dan Wahyu dalam Islam, Jakarta, UI Press, 1983, Cet.

II

--------------, “Sekitar Pendapat al-Qur‟an Mengandung Segala-galanya”,

dalam Studia Islamika, Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 1976, Nomor

I, Tahun I

--------------, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,

Jakarta: Bulan Bintang, 1986) Cet. IV

Shihab, M. Quraish, “Tafsir Kontekstual itu Mutlak Diperlukan”, dalam

Panji Masyarakat, Jakarta: 21 Juli 1987, Nomor, 456

Page 18: PERUBAHAN SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47523...Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran 36 menggelegar dan gempa yang dahsyat. 12 Adapun kehancuran kaum

Perubahan Sosial dalam Perspektif Al-Quran

48

Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu

dalam Kehidupan Masyarakat, diedit oleh Ihsan Ali-Fauzi, Bandung:

Mizan, 1992, Cet. I.

Sjadzali, Munawir, “Agama dan PJPT II”, Pelita, 10 dan 11 November 1993.

Suwito, “Sejarah dalam al-Qur‟an: Studi tentang Perubahan Sejarah dalam

Kasus Kaum „Ad, Samud, Madyan, dan Saba”, dalam Mimbar Agama

dan Budaya, Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN Jakarta, 1988

Syihab, Umar, al-Qur’an dan Rekayasa Sosial, Jakarta: Pustaka Kartini,

1990, Cet. I.