perkawinan yang tidak dicatatkan

27
Muhammad Joni PERKAWINAN YANG TIDAK DICATATKAN: DAMPAKNYA BAGI ANAK 1

Upload: joni-tanamas-law-office

Post on 22-Jun-2015

814 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Muhammad Joni

PERKAWINAN YANG TIDAK DICATATKAN: DAMPAKNYA BAGI

ANAK

1

Page 2: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Pendahuluan: Waras dan manusiawi apabila peristiwa

kebahagiaan itu dikabar-kabarkan.Alasan logis maupun sosiologis yang

paling inti mengapa mencatatkan perkawinan dan kelahiran anak.

Tidak logis dan janggal sosial jika perkawinan disembunyikan atau tidak dicatatkan.

Hukum sistem norma yang mengutamakan “norm and logic” (Austin dan Kelsen).

2

Page 3: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Perkawinan sunnah Rasullulah dan dalam rangka mencapai taqwa dan beribadah kepada Allah SWT. KHI menyebutkannya sebagai “untuk menaati perintah Allah” dan sebagai sarana “ibadah” kepada Allah.

Perbuatan yang mulia, sukacita dan waras jika dikabarluaskan.

3

Page 4: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Tidak relevan jika perkawinan sengaja dirancang menimbukan mudharat, dengan menyembunyikan (pencatatan) perkawinan.

Apalagi dengan menyelundupkan hukum. Prof.Dr.T.Jafizham,SH: Perkawinan bukan

suatu hubungan secara diam-diam. Perkawinan menurut agama Islam salah satu tandanya mengumumkan berita perkawinan secara terbuka, bahkan dibenarkan dengan upacara dan permainan musik.

4

Page 5: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Adalah faktual dan bukan persangkaan, masih banyak anak yang lahir dari perkawinan tidak dicatatkan yang mengalami diskriminasi pemenuhan dan perlindungan hak anak.

Vis a vis dengan prinsip kepentingan terbaik bagi anak (the best interest of the child).

5

Page 6: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Anak dari relasi perkawinan bagaimanapun (dicatatkan, atau tidak dicatatkan; marital child atau non-marital child), namun anak tetap otentik sebagai subyek hukum yang memiliki hak-hak anak yang serata (equality on the rights of the child).

6

Page 7: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Hubungan anak dengan seorang laki-laki sebagai bapaknya tidak semata-mata disebabkan ikatan perkawinan.

Bersesuaian dengan Putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010. Menurut MK, menjadi tidak tepat dan tidak adil apabila hukum menetapkan bahwa anak yang dilahirkan dari suatu kehamilan karena hubungan seksual di luar perkawinan hanya memiliki hubungan dengan perempuan tersebut sebagai ibunya.

Mahkamah Konstitusi memutuskan Pasal 43 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974 yang menyatakan, “Anak yang dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya”.

7

Page 8: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Pun demikian tanggungjawab dan kewajiban Negara memenuhi, melindungi, memajukan, penegakan hak asasi manusia yang direalisasikan kepada setiap anak. [Pasal 28 I ayat (4) UUD 1945]

8

Page 9: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Bentuk dan Konstruksi Kasus.

Perkawinan yang tidak dicatatkan namun anak diinginkan.

Perkawinan yang tidak dicatatkan dan anak tidak diinginkan.

Perkawinan yang tidak dicatatkan karena kesulitan akses pencatatan.

Perkawinan yang tidak dicatatkan karena penyelundupan hukum “kawin kontrak”, atau modus penjualan bayi.

Perkawinan dini yang tidak dicatatkan, karena belum memenuhi syarat umur dan dengan modus memberikan pembayaran uang atau bentuk lainnya.

9

Page 10: Perkawinan yang tidak dicatatkan

KPAI konstruksi sosial perkawinan tidak dicatatkan ada 3 (tiga) bentuk:Perkawinan yang tidak dicatatkan (nikah siri)

yang bersifat eksploitatif berbentuk “kawin kontrak” yang dalam kasus tertentu terjadi antara warga negara asing dengan perempuan lokal.

Perkawinan yang tidak dicatatkan karena tidak memiliki akses terhadap pelayanan publik.

Perkawinan yang tidak dicatatkan yang bertujuan hanya sebagai pelampiasan hasrat seksual semata.

10

Page 11: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Perkawinan yang tidak dicatatkan karena “kawin kontrak” ini hampir mirip dengan non marital child .

Menelaah perkawinan tidak dicatatkan adalah tidak tepat jika hanya mengandalkan pengujiannya berdasarkan peraturan perundang-undangan mengenai itsbat nikah, namun menelaah system nilai dan hak konstitusional perlindungan anak (recht philosophi).

Asas-lah yang mengayam sistem, bukan sebaliknya (Prof. Mahadi).

11

Page 12: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Mengulas Prinsip Hak Anak, Mencermati DampakNorma hukum yang tidak sesuai dengan

asas tidak boleh disebut norma hukum. Jika norma hukum yang dibuatkan sesuai dengan asas, maka laksana seorang bayi dalam kandungan, norma hukum itu telah masak untuk dilahirkan, telah matang untuk dilepaskan ke dalam masyarakat. (Prof Mahadi)

12

Page 13: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Asas NondiskriminasiPrinsip nondiskriminasi menjadi sentral dalam

setiap konvensi HAM internasional, dan senantiasa dipertanyakan dalam evaluasi pelaksanaan dan kemajuan konvensi, termasuk pelaksanaan KHA.

Pasal 28B ayat (2) UUD 1945: “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

Diskriminasi anak dari perkawinan tidak dicatatkan yang menimbulkan anak yang tidak dicatatkan kelahiran (children not registered at birth), non-marital child, dllsb.

13

Page 14: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Asas Kepentingan Terbaik bagi Anakpertimbangan utama (a primary

consideration) dalam semua tindakan untuk anak, baik oleh institusi kesejahteraan sosial pada sektor publik ataupun privat, pengadilan, otoritas administratif, ataupun badan legislatif.

Kepentingan terbaik bagi anak adalah paramount considerations.

14

Page 15: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Evolusi kapasitas anak.2 tugas ganda orangtua, yakni: memberikan pengarahan

(direction) dan panduan (guidance) guna pelaksanaan hak anak dalam KHA, sesuai dengan perkembangan kemampuan anak.

Peran orangtua sebagai bentuk dukungan untuk realisasi dan pemenuhan hak anak.

Bukan pengakuan hak absolut orangtua atas anaknya. Tidak diterima peradigma “non intervention” terhadap

tanggungjawab orangtua atas anaknya. Diakui ruang bagi Negara dan masyarakat untuk

memberikan intervensi melindungi anak, jika hak-hak anak terabaikan.

Pertimbangan utama adalah kepentingan terbaik bagi anak.

15

Page 16: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Implikasi Perkawinan tidak dicatatkan pada anak 

Hak dalam hukum keluarga.berdampak pada hubungan perdata, pengakuan nasab

atau garis keturunan (formal), hak mewaris, pemeliharaan dan biaya hidup, bahkan kasih sayang dan tanggungjawab orangtuanya untuk tumbuh dan kembang anak.

Kemungkinan terjadinya penerlantaran anak karena mengancam hak atas nasab, mewaris, pemeliharaan dan biaya hidup, serta pengasuhan.

Anak dari perkawinan yang tidak dicatatkan dengan indikasi eksploitatatif, atau yang tidak diakui nasab-nya, maka mungkin seakan-akan non marital child.

Non marital child merupakan fakta sosial yang tidak terbantahkan dan tidak tersembunyikan. Karena itu Negara tidak semestinya abai dan tidak melindungi dengan regulasi.

16

Page 17: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Hak mengetahui asal usul orangtua dan pengasuhan anak.Anak berhak mengetahui (asal usul) orangtuanya,

dibesarkan dan diasuh orangtuanya sendiri [Pasal 7 ayat (1) UUPA].

Non marital child mengadukan dan meminta pengakuan dan tanggungjawab orangtua biologis. (vide Putusan MK Nomor 46/PUU-VII/2010]

Kerapkali terjadi perebutan anak dan pengasuhan anak yang dilahirkan dari perkawinan tidak dicatatkan.

Mengubah identitas anak yang tidak diinginkan (unwanted child).

Menitipkan pada orang atau lembaga yang tidak berizin, sehingga terjadi pemalsuan asal usul anak, identitas, penjualan anak/bayi.

Tak jarang modus pengangkatan anak yang tidak sah.

17

Page 18: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Hak atas identitas.Hambatan yuridis dalam pemenuhan hak

atas identitas, yakni hak atas akte kelahiran.

Oleh karena rezim hukum administrasi kependudukan versi UU Adminduk menganut stelsel aktif bagi Penduduk. Selain itu juga mensyaratkan dokumen formal (surat nikah) untuk menerbitkan akte kelahiran.

Membatasi jangka waktu pelaporan, dan penarikan biaya sebagai retribusi sehingga menghambat pencatatan kelahiran anak.

18

Page 19: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Anak Indonesia yang memiliki akta kelahiran sekitar 54,79 persen, dari jumlah tersebut 14,57 persen tidak dapat menunjukkan akta kelahiran, sedangkan jumlah anak yang tidak memiliki akta kelahiran 44,09 persen (Susenas 2010, BPS).

Data Penduduk Usia 0-4 Tahun yang Memiliki Akta Kelahiran menurut Provinsi (Sensus BPS, 2005), sebelum UU No. 23 Tahun 2006 disahkan, sebanyak 42,82%.

Data Penduduk Usia 0-4 Tahun yang Memiliki Akta Kelahiran menurut Provinsi (Sensus BPS, 2005), sebelum UU No. 23 Tahun 2006 disahkan, sebanyak 42,82%. Sedangkan data Penduduk Usia 0-4 Tahun yang Memiliki Akta Kelahiran, (BPS, Susenas 2011), setelah UU Nomor 23/2006 disahkan sebanyak 59%.

19

Page 20: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Faktor penghambat anak memperoleh hak atas akte kelahiran:Asas “stelsel aktif bagi Penduduk.Syarat-syarat formal pencatatan kelahiran (surat

nikah/akte perkawinan, KK, KTP).Pembatasan waktu 60 (enam puluh) hari

melaporkan kelahiran.Pengenaan sanksi denda atas keterlambatan.Tidak adanya fasilitasi dan bantuan Pemerintah.Tidak adanya tindakan affirmatif untuk anak dari

kawasan terisolir, anak berkesulitan khusus.Belum bebas biaya akte kelahiran.

20

Page 21: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Hak atas jaminan sosial, dan pendidikan.regulasi dan kebijakan jaminan sosial yang

cenderung mengarah kepada dokumen formil.

Anak tanpa akte kelahiran tersingkirkan dari akses jaminan sosial.

Formalitas jaminan sosial dan pendidikan akan menghambat akses anak-anak tanpa akte kelahiran.

Sekitar 70% anak yang belum memiliki akte kelahiran itu adalah anak usia sekolah.

21

Page 22: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Hak perlindungan dari eksploitasi dan pernikahan dini.Banyak anak-anak yang menjadi korban

eksploitasi akibat tanpa dokumen identitas yang sah.

Perkawinan usia dini berkorelasi dengan praktik perkawinan tidak dicatatkan, sehingga berdampak pula pada anak dan eksploitasi anak.

Mencegah pernikahan pada usia anak-anak merupakan kewajiban orangtua [Pasal 26 ayat (1) huruf c UU PA].

22

Page 23: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Secara nasional sebesar 1,59 persen anak perempuan berumur 10-17 tahun berstatus kawin dan pernah kawin (Perdesaan 2,17%; Perkotaan 0,98%),.

Kawin pertama usia <15 tahun 35,78%, kawin pertama usia 16 tahun 37,03%, dan kawin pertama usia 17-18 tahun sebesar 27,19 % (Susenas 2010, BPS).

23

Page 24: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Diskusi 

Perkawinan tidak dicatatkan mempunyai akibat langsung pada anak sebagai subyek hukum dan pribadi. Permasalahan tersebut bukan hanya hukum keluarga namun berkenaan HAM dan hak-hak anak sehingga menjadi tanggungjawab dan kewajiban Pemerintah sesuai amanat Pasal 28I ayat (4) UUD 1945;

Pemberitahuan dan pencatatan perkawinan merupakan keniscayaan dan mendukung pemenuhan dan hak anak. Perkawinan secara diam-diam tidak kompatibel dengan hak anak. Perkawinan tidak dicatatkan vis a vis dengan perlindungan anak.

24

Page 25: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Akibat dan hambatan yuridis perkawinan tidak dicatatkan , tidak adil dibebankan kepada anak. Akibat dan resikonya tidak menjadi hambatan pemenuhan hak anak. Negara mesti membuat melakukan perubahan hukum yang masih membebankan resiko dan akibat perkawinan tidak dicatatkan pada anak.

Kekosongan hukum dari/akibat perkawinan tidak dicatatkan harus diatasi. Perlu kajian hukum dan harmonisasi hukum mengatasi perkawinan yang tidak dicatatkan , termasuk perkawinan usia anak, penyelundupan hukum , eksploitasi anak, anak tanpa akte kelahiran, penerlantaran anak, dan reaktualisasi hukum keluarga.

25

Page 26: Perkawinan yang tidak dicatatkan

Anak yang dilahirkan dalam perkawinan tidak dicatatkan tetap mempunyai hubungan hukum dengan kedua orangtuanya, dan tidak dapat dihapuskan dengan penyeludupan hukum. Alih-alih anak dari perkawinan tidak dicatatkan, anak yang merupakan non marital child sekalipun mempunyai hubungan keperdataan dengan ibunya, kerabat ibunya, dengan ayah biologisnya dan kerabat ayah biologisnya.

26

Page 27: Perkawinan yang tidak dicatatkan

MUHAMMAD JONI SH,MH

www.advokatmuhammadjoni.comAdvokat/Managing Partner Law Office Joni & Tanamas

Ketua Perhimpunan Advokasi Anak Indonesia

Tim Ahli KPAI

27