peningkatan kemampuan menulis teks berita …digilib.unila.ac.id/55896/3/3. tesis full tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA MELALUIMODEL PEMBELAJARAN TTW (THINK TALK WRITE) PADA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 PESAWARANTAHUN PELAJARAN 2017/2018
(Tesis)
Oleh
Rudi Hermawan1523041004
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2019
i
ABSTRACT
ENHANCEMENT OF TEXT WRITING ABILITY NEWS THROUGHTTW LEARNING MODEL (THINK TALK WRITE) ATSTUDENT
OF CLASS VIII STATE 16 OF SMP PESAWARAN2017/2018 LESSON YEAR
ByRUDI HERMAWAN
The problem in this study is the low ability to write news texts of Class VIII
students of State Middle School 16 Pesawaran 2017/2018 Academic Year. This
study aims to describe (1) the learning plan, (2) the implementation of learning,
(3) learning assessment and (4) improving learning through TTW (Think Talk
Write) learning news text material for State Middle School students 16 Pesawaran
2017 Academic Year/2018.
The type of research used is Classroom Action Research (CAR) conducted in two
cycles. The place of research in State Junior High School 16 Pesawaran. Cycle I
and cycle II through the application of the TTW (Think Talk Write) learning
model using event video media. Data collection is done through observation,
observation and tests.
The results showed that (1) the learning plan through the TTW (Think Talk Write)
learning model in the first cycle, the results of the RPP value of 70.83 and silus II
87.50 in the excellent category; (2) the implementation of learning, in the first
ii
cycle the process evaluation results were 72.28 and in the second cycle 87.78 in
the excellent category; (3) the results of the ability to write news text through the
TTW (Think Talk Write) learning model can improve the learning outcomes of
class VIII SMP Negeri 16 Pesawaran 2017/2018 Academic Year, in the first cycle
obtain an average score of 71.83 and the second cycle obtain grades an average of
87.17 with complete categories; (4) learning activities as a whole, both from
learning planning, implementation of learning, and assessment of learning from
the first cycle and second cycleexperienced a significant increase.
Keywords: think talk write, news text, learning outcomes.
iii
ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA MELALUIMODEL PEMBELAJARAN TTW (THINK TALK WRITE) PADA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 PESAWARANTAHUN PELAJARAN 2017/2018
OlehRUDI HERMAWAN
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan menulis teks berita
peserta didik kelas VIII SMP Negeri 16 Pesawaran Tahun Pelajaran 2017/2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) rencana pembelajaran, (2)
pelaksanaan pembelajaran, (3) penilaian pembelajaran dan (4) peningkatan
pembelajaran melalui model pembelajaran TTW (Think Talk Write) materi
menulis teks berita pada siswa SMP Negeri 16 Pesawaran Tahun Pelajaran
2017/2018.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilakukan dalam dua siklus. Tempat penelitian di SMP Negeri 16 Pesawaran.
Siklus I dan siklus II melalui penerapan model pembelajaran TTW (Think Talk
Write) menggunakan media video peristiwa. Pengumpulan data dilakukan melalui
pengamatan, observasi dan tes.
iv
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) rencana pembelajaran melalui model
pembelajaran TTW (Think Talk Write) pada siklus I, hasil nilai RPP sebesar 70,83
dan silus II 87,50 dalam kategori amat baik; (2) pelaksanaan pembelajaran, pada
siklus I hasil penilaian proses sebesar 72,28 dan pada siklus II sebesar 87,78 dalam
kategori sangat baik; (3) hasil kemampuan menulis teks berita melalui model
pembelajaran TTW (Think Talk Write) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VIII SMP Negeri 16 Pesawaran Tahun Pelajaran 2017/2018, pada siklus I
memperoleh nilai rata-rata 71,83 dan siklus II memperoleh nilai rata-rata
87,17dengan kategori tuntas; (4) kegiatan pembelajaran secara keseluruhan, baik
dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian
pembelajaran dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yang signifikan.
Kata kunci: think talk write, teks berita, hasil belajar.
v
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA MELALUIMODEL PEMBELAJARAN TTW (THINK TALK WRITE) PADA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 PESAWARANTAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh
Rudi Hermawan1523041004
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGELAR MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Lampung
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2019
viii
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di kedondong, Kabupaten Pesawaran Provinsi
Lampung pada tanggal 2 Oktober 1979 putra pasangan Husni
Samin dengan Masnoni, sebagai anak pertama dari empat
bersaudara.
Jenjang akademis penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah
Dasar (SD) Negeri 2 Kedondong lulus tahun 1992 dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Swasta Pelalangan lulus tahun 1993. Memasuki jenjang berikutnya penulis
melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kedondong lulus
tahun 1995, kemudian melanjutkan di Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1
Kedondong lulus tahun 1998;
Penulis melanjutkan jejang akademis Strata Satu (S-1) Bahasa dan Sastra
Indonesia di STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung tahun 2004. Pada tahun
2015 penulis diterima menjadi mahasiswa Program Pascasarjana Magister
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung (UNILA).
x
MOTTO
Kamu adalah sebaik-baiknya umat yang dilahirkan untuk manusia. (Dengan
syarat) kamu memerintahkan yang ma’ruf (baik) dan mencegah yang munkar
serta beriman kepada Allah (QS. Ali Imran: 110).
xi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat yang telah diberikan
Allah SWT, penulis persembahkan tesis ini kepada orang-orang terkasih, sebagai
berikut.
1. Ayahanda dan ibunda tercinta dengan segala kasih sayang, doa, dan
pengorbanan yang tak terbalaskan;
2. Pendamping hidupku yang setia, Mutaalimah, S.Pd.I yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk melanjutkan pendidikan, dan selalu memberi
dukungan, doa, dan semangat.
3. Putra-putriku tersayang, Muhammad Surya Budiman dan Diyan Fatimatus
Salwa yang membuatku tegar dan semangat.
4. Almamater Tercinta “Universitas Lampung”.
xii
SANWACANA
Puji syukur kepada Allah Yang Mahakuasa atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Menulis Teks Berita Melalui Model Pembelajaran TTW (Think Talk
Write) pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16 Pesawaran Tahun Pelajaran
2017/2018”.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Prof. Dr. Hasriadi Mat Akin, M.P selaku Rektor Universitas Lampung;
2. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
3. Prof. Drs. Mustofa, MA., Ph.D selaku Direktur Pascasarjana, Universitas
Lampung.
4. Dr. Mulyanto Widodo, M. Pd selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Seni dan
sebagai Dosen Pembahas II;
5. Dr. Edi Suyanto, M.Pd selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia dan sebagai Dosen Pembimbing II;
6. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing I;
7. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum sebagai Dosen Pembahas I;
xiii
8. Andi Munandar, M.M., M.Si sebagai Kepala Sekolah dan Seluruh Dewan
Guru dan Staf Tata Usaha SMK PGRI 2 Kedondong Kabupaten Pesawaran;
9. Keluarga besar SMP Negeri 16 Pesawaran Provinsi Lampung;
10. Rekan-rekan mahasiswa MPBSI 2015;
Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
perbaikan selanjutnya.
Bandar Lampung, Januari 2019Mahasiswa,
Rudi HermawanNPM 1523041004
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ..........................................................................................................iABSTRAK ...........................................................................................................iiiCOVER DALAM ................................................................................................ vPERSETUJUAN ..................................................................................................viPENGESAHAN .................................................................................................. viiPERNYATAAN ................................................................................................. viiiRIWAYAT HIDUP ..............................................................................................ixMOTTO ................................................................................................................ xPERSEMBAHAN.................................................................................................xiSANWACANA .................................................................................................... xiiDAFTAR ISI....................................................................................................... xiiiDAFTAR TABEL ............................................................................................ xviiiDAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xix
I . PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 11.2 Rumusan Masalah................................................................................... 111.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 111.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 12
II. LANDASAN TEORI2.1 Menulis .................................................................................................... 14
2.1.1 Pengertian Menulis ......................................................................... 142.1.2 Tujuan Menulis............................................................................... 152.1.3 Manfaat Menulis............................................................................. 162.1.4 Strategi Menulis.............................................................................. 172.1.5 Prinsib-prinsib Menulis .................................................................. 182.1.6 Pedoman Penilaian dalam Pembelajaran Menulis.......................... 19
2.2 Jenis-jenis Tulisan ................................................................................... 282.2.1 Hakikat Berita................................................................................. 322.2.2 Unsur Berita.................................................................................... 332.2.3 Persyaratan Berita........................................................................... 352.2.4 Bahasa Berita .................................................................................. 362.2.5 Sifat Berita ...................................................................................... 372.2.6 Jenis dan Macam Berita.................................................................. 372.2.7 Struktur Penulisan Berita................................................................ 392.2.8 Aspek Penilaian dalam Menulis Berita .......................................... 42
xv
2.3 Pembelajaran Menulis di SMP ................................................................ 432.3.1 Pengertian ....................................................................................... 432.3.2 Tujuan............................................................................................. 472.3.3 Prosedur Pembelajaran ................................................................... 47
2.4 TTW (Think Talk Write).......................................................................... 502.4.1 Pengertian Model Pembelajaran TTW ........................................... 502.4.2 Sintaks Model Pembelajaran TTW................................................. 55
III. METODE PENELITIAN3.1 Disain Penelitian...................................................................................... 573.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................. 623.3 Subjek dan Objek Penelitian.................................................................... 633.4 Kolaborator .............................................................................................. 633.5 Prosedur Penelitian ................................................................................. 643.6 Data Penelitian......................................................................................... 663.7 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 663.8 Instrumen Penelitian ................................................................................ 673.9 Format Instrumen Penelitian ................................................................... 693.10 Indikator Keberhasilanan....................................................................... 743.11 Teknik Analisis Data ............................................................................. 74
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil penelitian ........................................................................................ 80
4.1.1 Tahap Awal Penelitian.................................................................... 814.1.2 Hasil Siklus I .................................................................................. 82
4.1.2.1 Tahap Perencanaan ............................................................. 824.1.2.2 Tahap Pelaksanaan ............................................................. 864.1.2.3 Tahap Pengamatan/Observasi............................................. 89
a. Observasi Aktivitas Guru................................................ 90b. Observasi Aktivitas Siswa .............................................. 95c. Observasi Alat Bantu/Media Pembelajaran .................... 98d. Hasil Nilai Akhir Siklus I ............................................... 98
1) Hasil Tes Kognitif...................................................... 982) Hasil Tes Psikomotorik.............................................. 993) Hasil Tes Afektif.......................................................100
4.1.2.4 Tahap Refleksi ...................................................................101a. Refleksi Penilaian RPP dan Pelaksanaan
Pembelajaran .................................................................102b. Refleksi Penilaian Hasil Belajar ....................................103
4.1.3 Hasil Siklus II ................................................................................1044.1.3.1 Tahap Perencanaan ............................................................1044.1.3.2 Tahap Pelaksanaan ............................................................1094.1.3.3 Tahap Pengamatan/Observasi............................................112
a. Observasi Aktivitas Guru...............................................112b. Observasi Aktivitas Siswa .............................................117c. Observasi Alat Bantu/Media Pembelajaran ...................120d. Hasil Nilai Akhir Siklus II.............................................120
1) Hasil Tes Kognitif.....................................................120
xvi
2) Hasil Tes Psikomotorik.............................................1213) Hasil Tes Afektif.......................................................122
4.1.3.4 Tahap Refleksi ...................................................................123a. Refleksi Aktivitas Guru .................................................124b. Refleksi Aktivitas Siswa................................................124c. Refleksi Penilaian Hasil Belajar ....................................125
4.2 Pembahasan ............................................................................................1254.2.1 Pembahasan Siklus I.....................................................................125
4.2.1.1 Tahap Perencanaan ............................................................1254.2.1.2 Tahap Pelaksanaan ............................................................1274.2.1.3 Tahap Pengamatan/Observasi............................................128
a. Observasi Aktivitas Guru...............................................128b. Observasi Aktivitas Siswa .............................................142c. Observasi Alat Bantu/Media Pembelajaran ...................147d. Hasil Nilai Akhir Siklus I ..............................................148
1) Hasil Tes Kognitif.....................................................1492) Hasil Tes Psikomotorik.............................................1513) Hasil Tes Afektif.......................................................154
4.2.1.4 Tahap Refleksi ...................................................................155a. Refleksi Penilaian RPP ..................................................155b. Refleksi Pelaksanaan Pembelajaran ..............................156c. Refleksi Aktivitas Siswa................................................156d. Refleksi Penggunaan Media Pembelajaran ...................157b. Refleksi Penilaian Hasil Belajar ....................................157
1) Hasil Tes Kognitif.....................................................1572) Hasil Tes Psikomotorik.............................................1583) Hasil Tes Afektif.......................................................158
4.2.2 Pembahasan Siklus II.....................................................................1594.2.2.1 Tahap Perencanaan ............................................................1594.2.2.2 Tahap Pelaksanaan ............................................................1594.2.2.3 Tahap Pengamatan/Observasi............................................161
a. Observasi Aktivitas Guru...............................................161b. Observasi Aktivitas Siswa .............................................178c. Observasi Alat Bantu/Media Pembelajaran ...................183d. Hasil Nilai Akhir Siklus II.............................................184
1) Hasil Tes Kognitif.....................................................1862) Hasil Tes Psikomotorik.............................................1883) Hasil Tes Afektif.......................................................190
4.2.2.4 Tahap Refleksi ...................................................................192a. Refleksi Penilaian RPP ..................................................192b. Refleksi Pelaksanaan Pembelajaran ..............................192c. Refleksi Aktivitas Siswa................................................193d. Refleksi Penggunaan Media Pembelajaran ...................194e. Refleksi Penilaian Hasil Belajar ....................................194
1) Hasil Tes Kognitif.....................................................1942) Hasil Tes Psikomotorik.............................................1953) Hasil tes Afektif ........................................................195
xvii
V. SIMPULAN DAN SARAN5.1 Simpulan ...................................................................................................1965.2 Saran ..........................................................................................................197
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................200LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................203
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16 Pesawaranpada Materi Menulis Teks Berita Tahun Pelajaran 20017/2018 ..................... 5
2. Format Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran APKG I.................... 693. Format Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran (APKG II) .............................. 694. Format Observasi Aktivitas Siswa ................................................................ 715. Format Penilaian Kognitif/Pengetahuan Siswa Menulis Teks Berita............ 726. Format Penilaian Psikomotorik/Keterampilan Siswa Menulis Hasil Teks
Berita...............................................................................................................737. Format Penilaian Afektif/Sikap Siswa Dalam Pembelajaran Menulis Teks
Berita..............................................................................................................738. Rencana Kegiatan Pembelajaran Siklus I ......................................................839. Data Hasil Pengamatan Penyusunan RPP Siklus I ........................................ 9010. Data Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ......................... 9211. Rekapitulasi Data Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ......... 9612. Rekapitulasi Data Hasil Tes Kognitif Siklus I ............................................... 9913. Rekapitulasi Data Hasil Tes Psikomotorik Siklus I ..................................... 10014. Rekapitulasi Data Hasil Tes Afektif Siklus I ............................................... 10115. Refleksi Penilaian RPP dan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I................. 10216. Refleksi Hasil Penilaian Menulis Teks Berita Siklus I ................................ 10317. Data Hasil Pengamatan Penyusunan RPP Siklus II ..................................... 11218. Data Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...................... 11419. Rekapitulasi Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II .................. 11820. Rekapitulasi Hasil Tes Kognitif Siklus II .................................................... 12121. Data Hasil Tes Psikomotorik Siklus II......................................................... 12222. Rekapitulasi Hasil Penilaian Tes Afektif Siklus II ...................................... 12323. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I.................................................... 14824. Rekapitulasi Hasil Tes Kognitif Siklus I ..................................................... 15025. Data Hasil Tes Psikomotorik Siklus I .......................................................... 15126. Data Perbandingan Hasil Tes Psikomotorik Prasiklus dan Siklus I ............ 15327. Rekapitulasi Hasil Penilaian Tes Afektif Siklus I ........................................15428. Hasil Pembelajaran Siklus II........................................................................ 18429. Data Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II.................... 18630. Rekapitulasi Hasil Tes Kognitif Siklus II .................................................... 18731. Data Perbandingan Hasil Tes Kognitif Siklus I dan Siklus II ..................... 18832. Data Hasil Tes Psikomotorik Siklus II......................................................... 18933. Data Perbandingan Hasil Tes Psikomotorik Siklus I dan Siklus II ............. 19034. Data Hasil Tes Afektif Siklus II................................................................... 19135. Data Perbandingan Hasil Tes Afektif Siklus I dan Siklus II ....................... 191
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pengembangan Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Genre .. 492. Model PTK Arikunto........................................................................................ 603. Diagram Alir Disain Penelitian Tindakan Kelas .............................................. 644. Perbandingan Hasil Tes Psikomotorik Prasiklus dan Siklus I ....................... 1535. Data Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ...................... 1866. Perbandingan Hasil Tes Kognitif Siklus I dan Siklus II ................................ 1887. Perbandingan Hasil Tes Psikomotor Siklus I dan Siklus II............................ 1908. Perbandingan Hasil Tes Afektif Siklus I dan Siklus II .................................. 192
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa.
Kegiatan menulis tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami
oleh peserta didik selama menuntut ilmu. Menulis salah satu keterampilan
berbahasa yang harus dikuasai oleh peserta didik SMP/MTs. Keterampilan
menulis mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan peserta didik.
Kegiatan menulis dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan
kemampuan berbahasa, baik dalam berkomunikasi maupun dalam menyerap
informasi atau pengetahuan yang dipelajarinya. Dengan menulis, peserta didik
dapat menuangkan ide dan perasaannya untuk dibaca oleh orang lain.
Kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang
bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan kemampuan menulis menghendaki
penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang
akan menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin
sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu dan
berisi.
2
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran
Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VIII bertujuan
mencakup empat kompetensi, yaitu: (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap
sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai
melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan atau ekstrakurikuler.
Rumusan kompetensi sikap spiritual, yaitu menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianutnya. Adapun rumusan kompetensi sikap sosial, yaitu
menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta
didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru
dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Kompetensi
pengetahuan dan kompetensi keterampilan dirumuskan sebagai berikut.
1. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata (kompetensi inti 3/pengetahuan);
3
2. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori (kompetensi inti 4/keterampilan).
Pembelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMP/MTs sederajat kelas VIII terdapat
pembelajaran mengenai teks berita. Hal tersebut sesuai dengan kompetensi dasar
4.2 menyajikan data dan informasi dalam bentuk berita secara lisan dan tulis
dengan memperhatikan struktur, kebahasaan, atau aspek lisan (lafal, intonasi,
mimik, dan kinesik). Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, pembelajaran
menulis teks berita dapat dilakukan dalam dua bentuk keterampilan berbahasa,
yaitu bentuk lisan dan tulisan. Keterampilan menyajikan teks berita secara tertulis
menuntut siswa mampu menyampaikan gagasan yang dimiliki terhadap tema
yang diamati ke dalam bentuk tulisan sehingga daya pikir dalam mendeskripsikan
suatu objek peserta didik dapat berkembang.
Berita sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sebuah berita mencakup
berbagai peristiwa terkini. Beberapa peristiwa sering dijumpai dalam kehidupan,
mulai dari kriminal, bencana alam, kependidikan, hingga politik dan budaya.
Keterampilan menulis teks berita merupakan salah satu kompetensi berbahasa
yang harus dikembangkan. Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menulis teks
berita, siswa diharapkan dapat menyusun data pokok berita, mampu merangkai
data-data pokok berita menjadi berita yang singkat, padat, dan jelas. Sebelum
4
menulis sebuah teks berita, yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah topik
berita yang akan disampaikan, jenis berita, unsur berita, dan teknik menulis
berita. Sejumlah siswa mengalami kesulitan jika diminta untuk menulis teks
berita, tanpa mengetahui topik, teknik penulisan, dan jenis berita yang akan
ditulisnya. Terlebih lagi, apabila pembelajaran di kelas cenderung monoton dan
tidak variatif. Dalam hal ini, strategi pembelajaran yang menarik diperlukan agar
proses menulis teks berita menjadi lebih menyenangkan dan berhasil dengan
baik.
Secara umum, pembelajaran menulis di sekolah masih kurang diminati peserta
didik. Hal ini sesuai dengan wawancara, terhadap guru mata pelajaran bahasa
Indonesia dan beberapa peserta didik, mereka beranggapan bahwa pembelajaran
menulis merupakan hal yang sangat sulit. Kesulitan yang dialami peserta didik
dalam menulis terletak pada sulit menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan
(memulai menulis kalimat pertama), pengembangan ide, dan penggunaan bahasa.
Permasalahan tersebut terjadi karena dalam diri peserta didik masih kurang
ditanamkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab, akibatnya peserta didik
masih ragu-ragu dalam menyampaikan pendapatnya. Peserta didik belum
memiliki pengalaman dalam menulis. Oleh karena itu, peserta didik merasa bosan
dengan pelajaran dan cenderung tidak memperhatikan pelajaran. Mereka lebih
suka berbicara dengan temanya, tidur, menulis hal-hal yang tidak berkaitan
dengan pelajaran, bercanda, dan keluar kelas dengan alasan pergi ke kamar kecil,
dan lain-lain.
5
Secara khusus, pembelajaran menulis teks berita di sekolah masih rendah. Hal
tersebut disebabkan peserta didik belum terlibat langsung dalam berpikir atau
berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca atau mendengarkan,
belum terbiasa berbicara dan membagi ide dengan temanya serta sulit menuliskan
ide atau hasil diskusinya.
Dalam pembelajaran menulis teks berita Proses pembelajaran yang tidak efektif
tersebut, berimplikasi pada hasil belajar peserta didik. Hal ini dilihat dari hasil
observasi awal yang dilakukan penulis di SMP Negeri16 Pesawaran, tingkat
ketuntasan belajar tentang menulis teks berita di kelas VIII masih rendah. Secara
klasikal ketuntasan belajar 39,13%, yaitu sembilan peserta didik dari 23 orang,
seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Data Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16 Pesawaranpada Materi Menulis Teks Berita Tahun Pelajaran 20017/2018
No Nilai Kriteria Jumlah Persentase Keterangan
1 ≥ 75 Tuntas 9 39,13%KKM: 75
2 ≤ 75 Tidak Tuntas 14 60,87%
Jumlah Siswa 23 100%
Rendahnya hasil belajar tersebut diduga/disebabkan oleh kurangnya inovasi
pembelajaran yang didesain oleh guru. Pembelajaran yang diberikan guru kurang
mengaktifkan peserta didik. Selama ini, peserta didik tidak diberi kesempatan
untuk menggali potensi yang ada pada dirinya. Saat pembelajaran menulis,
perserta didik jarang berpraktik menulis karena yang diberikan hanya berupa teori
dan penjelasan. Ketika proses pembelajaran berlangsung, peserta didik tidak
diberi kesempatan untuk aktif dengan alasan keadaan atau situasi tidak akan
6
kondusif ketika peserta didik diberi kebebasan untuk mengembangkan
kemampuanya.
Kendala yang terjadi dalam pembelajaran bukan hanya berkaitan dengan
kompetensi siswa, tetapi juga pemanfaatan media pembelajaran dan sarana
prasarana. Penggunaan LCD proyektor dan internet sebagai media pembelajaran
menjadi kendala proses pembelajaran. Hal tersebut disebabkan LCD proyektor
harus bergantian dengan guru yang lain dan akses internet terkadang masih belum
ada. Hal ini menjadi masalah ketika guru memberikan pekerjaan rumah.
Permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran menyusun teks berita secara
tertulis harus dicari solusinya oleh guru.
Tahapan perkembangan peserta didik perlu dipahami dengan baik oleh guru,
karena pemahaman tersebut akan berkaitan erat dengan penggunaan strategi
pembelajaran, model pembelajaran, dan media pembelajaran serta berbagai hal
lainya terkait dengan proses pembelajaran (Setiani dan Priansa, 2015: 48).
Kenyataan di lapangan, siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu
menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata
yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki (Badar Al-Tabany, 2014:7).
Pemilihan salah satu metode mengajar tentu akan memengaruhi jenis media
pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus
diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas
7
dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan
konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa (Arsyad, 2015: 19).
Huda (2014: 185) pendekatan pembelajaran antara lain: (1) pendekatan
organisasional; (2) pendekatan kolaboratif; (3) pendekatan komunikatif; (4)
pendekatan informative; (5) pendekatan reflektif; dan pendekatan berpikir dan
berbasis masalah. Metode-metode yang termasuk dalam pendekatan komunikatif
antara lain: (1) Reciprocal Learning; (2) Think Talk Write; (3) CIRC; (4) Talking
Stick; (5) Snowball Thowing; (6) Student Facilitator and Explaining; (7) Course
Review Horay; (8) Demonstrasi; (9) Example Non-Example; (10) Picture and
Picture; (11) Time Token; (12) Take and Give (Huda, 2014: 215).
Idris Apandi (Kemdikbud) menyatakan ada beberapa elemen mendasar yang
perlu dipertegas pada revisi kurikulum 2013. Antara lain, Pertama, perubahan
atau perbaikan pada KI dan KD pada mapel beserta analisisnya terhadap Standar
Kompetensi Lulusan (SKL). Kedua, perubahan materi dan urutan materi pada
Buku Guru (BG) dan Buku Siswa (BS) disertai dengan keterkaitan antar KD
dengan KI pada BG dan BS. Pada bagian analisis BG dan BS perlu diperlihatkan,
aspek-aspek saja yang berubah, mana uraian atau urutan materi pada BG dan BS
versi lama, dan mana uraian atau urutan materi pada BG dan BS hasil revisi
supaya dapat diketahui dan dibandingkan perubahan atau perbaikannya. Ketiga,
perlu ada penegasan dalam implementasi pendekatan saintifik dalam
pembelajaran. Pendekatan saintifik yang terdiri dari 5M (mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan) bukan hanya
8
diajarkan atau dijelaskan tetapi perlu dipraktekkan kepada siswa. Tujuannya agar
siswa memiliki pengalaman belajar. Selain itu, perlu dipertegas bahwa 5M tidak
perlu dimunculkan semua pada setiap pertemuan, tetapi disesuaikan dengan
karakteristik materi pelajaran dan waktu yang tersedia, karena dalam prakteknya
selama ini, ada anggapan bahwa 5M harus dimunculkan semuanya dalam satu
kali pertemuan, sehingga guru-guru merasa dikejar-dikejar waktu dan terlalu
memaksakan penerapan 5M. Akibatnya guru-guru kurang fokus dalam
melaksanakan pembelajaran. Keempat, model-model pembelajaran pada K-13
bukan hanya dibatasi pada tiga model saja yang selama ini diperkenalkan, yaitu
pembelajaran berbasis projek (project based learning), pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning), dan pembelajaran penemuan
(discovery/inquiry), tetapi guru perlu diberikan kebebasan dalam memilih dan
menerapkan model-model pembelajaran lainnya yang disesuaikan dengan
karakteristik materi pelajaran, kebutuhan, situasi, dan kondisi. Kelima, penilaian
otentik pada aspek sikap pada KI-I dan KI-II yang selama ini dikeluhkan guru
perlu disederhanakan. Pada dasarnya menilai adalah kewajiban setiap guru, tetapi
dengan banyaknya format penilaian, guru terjebak melaksanakan tugas-tugas
administratif, dan kurang optimal dalam melaksanakan pembelajaran.
Guru perlu mengoptimalkan penggunaan strategi pembelajaran yang menarik dan
inovatif. Peran guru dalam pembelajaran bahasa, khususnya keterampilan
menulis, sangat penting. Dalam proses pembelajaran peran guru adalah
mendorong, memberi bimbingan, dan memotivasi agar tujuan pembelajaran
tercapai. Strategi pembelajaran merupakan perencanaan yang berisi tentang
9
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan dengan
menggunakan strategi-strategi menulis yang sudah ada. Penggunaan strategi
dalam pembelajaran untuk sekarang ini menjadi sesuatu yang penting. Pemilihan
strategi yang tepat dapat membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan siswa
pun semakin tertarik untuk belajar. Adanya strategi-strategi baru yang
bermunculan sebenarnya membuat siswa menjadi lebih aktif. Guru berperan
sebagai fasilitator demi tercapainya tujuan belajar. Terdapat banyak strategi yang
dapat digunakan dalam pembelajaran menulis teks berita, salah satu di antaranya
dengan strategi TTW (Think Talk Write).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam
menulis teks berita dengan strategi TTW (Think Talk Write) mengalami
peningkatan. Siswa yang mendapat nilai sama atau lebih tinggi dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) = 75 ke atas pada kondisi awal 61,11%, setelah
pelaksanaan tindakan siklus I menjadi 72,22%, dan pada pelaksanaan tindakan
siklus II menjadi 88,89% (JPPI, Vol. 1. No. 2/2016).
TTW (Think Talk Write) merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan
pada kegiatan berpikir, berbicara (berdiskusi), dan menulis. Strategi ini
memungkinkan siswa untuk menggali informasi lebih dalam melalui kegiatan
berpikir dan berdiskusi, kemudian menuangkannya ke dalam sebuah tulisan.
Untuk memudahkan proses pembelajaran dengan strategi ini, pada tahap
berbicara (berdiskusi), kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari
10
3-5 siswa. Banyak siswa cenderung mengalami kesulitan untuk menjelaskan
kembali dalam sebuah tulisan apa yang pernah mereka baca dan dengar. Sebagai
sebuah strategi, TTW (Think Talk Write) memiliki beberapa kelebihan. Beberapa
kelebihan tersebut antara lain: (1) dapat mengembangkan keterampilan berpikir
kritis dan kreatif siswa; (2) dapat membantu siswa dalam mengonstruksi
pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik;
(3) dapat melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya dalam bentuk tulisan
secara sistematis sehingga siswa akan lebih memahami materi dan membantu
siswa mengomunikasikan ide-idenya dalam bentuk tulisan (Rezaliah, 2003).
Agar peserta didik mampu mencapai standar ketuntasan, strategi khusus dalam
mengajar sangat diperlukan. Strategi yang dimaksud adalah model atau
pendekatan yang dipakai dalam pembelajaran. Berdasarkan pada permasalahan-
permasalahan yang ada di kelas maka guru perlu melakukan inovasi
pembelajaran dan variasi dalam metode mengajarnya agar dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
menerapkan metode yang inovatif dan sesuai dengan materi pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran TTW(Think Talk Write)
merupakan suatu strategi yang menyenangkan bagi siswa dan memudahkan siswa
dalam menulis teks berita. Oleh karena itu, penulis akan meneliti tentang
peningkatan model TTW (Think Talk Write) dalam pembelajaran menulis teks
berita pada kelas VIII SMP Negeri 16 Pesawaran.
11
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menulis teks berita yang sesuai
dengan model pembelajaran TTW (Think Talk Write) peserta didik kelas VIII
SMP Negeri 16 Pesawaran?
2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran menulis teks berita melalui
model pembelajaran TTW (Think Talk Write) peserta didik kelas VIII SMP
Negeri 16 Pesawaran?
3. Bagaimanakah penilaian pembelajaran kemampuan menulis teks berita
melalui model pembelajaran TTW (Think Talk Write) peserta didik kelas VIII
SMP Negeri 16 Pesawaran?
4. Bagaimanakah peningkatan kemampuan peserta didik menulis teks berita
kelas VIII SMP Negeri 16 Pesawaran melalui model pembelajaran TTW
(Think Talk Write)?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini untuk menganalisis
dan mendeskripsikan
1. perencanaan pembelajaran model TTW (Think Talk Write) pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia dalam materi menulis teks berita;
2. pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model TTW (Think Talk
Write) pada materi menulis teks berita peserta didik kelas VIII SMP Negeri
16 Pesawaran;
12
3. penilaian pembelajaran menulis teks berita dengan model TTW (Think Talk
Write) pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 16 Pesawaran;
4. peningkatan kemampuan menulis peserta didik kelas VIII SMP Negeri 16
Pesawaran setelah pembelajaran dengan menggunakan model model TTW
(Think Talk Write).
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
bahasa dan sastra Indonesia terutama inovasi dalam pembelajaran menulis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peserta Didik
1) Dapat meningkatkan minat atau motivasi, perhatian, dan keaktifan
peserta didik dalam pembelajaran menulis.
2) Dapat meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menulis.
b. Bagu Guru
1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi guru Bahasa dan
Sastra Indonesia dalam upaya pengembangan pembelajaran menulis
teks berita.
2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif model dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis.
13
c. Bagi Pemegang Kebijakan/Kepala Sekolah
Dapat memberikan kontribusi yang berguna untuk menentukan kebijakan
sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
khususnya pelajaran Bahasa Indonesia.
d. Bagi Peneliti yang Memiliki Kajian Sejenis
Sebagai referensi penelitian bagi peneliti berikutnya yang memiliki kajian
sejenis.
14
II. LANDASAN TEORI
2.1 Menulis
Menulis seperti juga halnya ketiga keterampilan membaca, menyimak, dan
berbicara merupakan suatu proses perkembangan (Tarigan 1993:8). Menulis
menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, dan pembelajaran langsung
menjadi seorang penulis. Beberapa ahli telah memberi definisi atau batasan
mengenai pengertian menulis, tujuan, serta manfaat menulis yang berbeda-beda.
2.1.1 Pengertian Menulis
Semi (1990: 8) menulis itu tidak lain dari upaya memindahkan bahasa lisan ke
dalam wujud tulisan, dengan menggunakan lambang-lambang grafem. Menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomonikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Kemudian Suriamiharja dkk, (1997: 1) mendefinisikan menulis sebagai kegiatan
melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Hal ini mengandung maksud
bahwa dalam kegiatan menulis, penulis dapat menuangkan ide-ide yang ada
dalam pikirannya ke dalam simbol-simbol grafis. Dalam penulisan lambang-
lambang grafis itu, harus ada saling kesepahaman antara penulis dan
pembacanya, sehingga apa yang ingin disampaikan oleh penulis dapat dipahami
dengan baik oleh pembaca.
15
Menurut Akhadiah (1998: 13) menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
dengan menggunakan pesan sebagai mediumnya. Pesan di sini adalah muatan
atau isi yang terkandung dalam tulisan. Adapun tulisan merupakan sebuah sistem
komunikasi antarmanusia yang menggunakan simbol dan lambang bahasa yang
dapat dilihat dan disepakati pemakainya.
Berdasarkan beberapa definisi tentang menulis, dapat penulis simpulkan bahwa
menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan sebagai sarana
berkomunikasi secara tidak langsung yang dituangkan melalui simbol-simbol
dalam bentuk susunan tanda kebahasaan berupa susunan kata, susunan angka
maupun tanda kebahasaan lain yang dituangkan dalam bentuk tulisan serta
terjadi kesepahaman antara penulis dan pembaca tentang isi atau maksud dari
tulisan tersebut sebagai upaya untuk mengomunikasikan pesan, gagasan, ide,
pikiran, perasaan, pendapat dan opini kepada masyarakat pembaca untuk
dipahami.
2.1.2 Tujuan Menulis
Setiap penulis pasti mempunyai ide, pikiran atau gagasan yang ingin disampaikan
kepada orang lain atau pembaca. Oleh karena itu, sebelum menulis, seorang
penulis harus terlebih dahulu menentukan maksud dan tujuan penulisannya, agar
pembaca memahami kemana arah tujuan penulisan itu sendiri. Tujuan penulisan
ini akan mempengaruhi seseorang dalam membuat suatu tulisan yang baik dan
akan memudahkan seorang penulis mengomunikasikan idenya secara kronologis
dan padu.
16
Menurut Tarigan (1993: 23) tujuan penulisan digolongkan menjadi empat macam
yaitu memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur
atau menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi
yang berapi-api. Penggolongan tujuan penulisan tersebut dalam praktiknya sering
terjadi ketumpang-tindihan dan setiap orang mungkin saja menambahkan tujuan-
tujuan yang lain yang belum tercakup dalam tujuan penulisan yang ada.
Dari tujuan yang telah diungkapkan oleh beberapa tokoh di atas dapat
disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah untuk mengekspresikan perasaan,
memberi informasi, mempengaruhi pembaca, meyakinkan, dan memberi hiburan.
Tujuan menulis juga dapat mencerdaskan masyarakat, memecahan masalah,
memberi arahan, menceritakan kejadian,memberikan informasi tentang sesuatu
yang berlangsung di suatu tempat pada suatu waktu, memberi tugas, dan
mendapatkan honorarium.
2.1.3 Manfaat Menulis
Akhadiah (dalam Suriamiharja dkk, 1996:4-5) berpendapat ada delapan manfaat
menulis, yaitu: (1) penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya, (2)
penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan, (3) penulis dapat
lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan
topik yang ditulis, (4) penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan
secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat, (5) penulis akan dapat
meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif, (6) dengan menulis
sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya,
17
(7) dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif, (8) dengan
kegiatan menulis yang terencanakan akan membiasakan penulis berpikir serta
berbahasa secara tertib dan teratur.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang manfaat menulis, penulis disimpulkan
bahwa menulis itu dapat mendatangkan banyak manfaat dan keuntungan.
Manfaat dan keuntungan menulis itu diantaranya sebagai berikut: (1) sarana
untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan suatu
perasaan harga diri, (2) sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penerapan
terhadap lingkungan sekeliling seseorang, (3) dengan menulis sesuatu di atas
kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya, (4) menulis
menghasilkan ide-ide baru, merangsang pikiran kita untuk mengadakan
hubungan, mencari pertalian dan menarik persamaaan (analogi) yang tidak akan
pernah terjadi seandainya kita tidak mulai menulis, (5) dengan kegiatan menulis
yang terencanakan akan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara
tertib dan teratur (6) menolong kita berpikir kritis.
2.1.4 Strategi Menulis
Suatu tulisan pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, isi suatu tulisan
menyampaikan sesuatu yang ingin diungkapkan penulisnya. Kedua, bentuk yang
merupakan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi, kata, kalimat dan
alenia (Akhadiah, 1997: 13).
18
Kemampuan menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki:
a) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis;
b) kepekaan terhadap kondisi pembaca;
c) kemampuan menyusun perencanaan penelitian;
d) kemampuan menggunakan bahasa Indonesia;
e) kemampuan memuali menulis dan;
f) Kemampuan memeriksa karangan sendiri. Kemampuan tersebut akan
berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan kekayaan
kosakata yang dimilikinya.
2.1.5 Prinsib-prinsib Pembelajaran Menulis
Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
pembelajaran membaca. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran
keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis. Keterampilan
menulis adalah hasil dari keterampilan mendengar, berbicara, dan membaca.
Badudu (1992: 17) mengemukakan yang perlu diperhatikan dalam menulis, yaitu
1) menggunakan kata dalam kalimat secara tepat makna, 2) menggunakan kata
dengan bentuk yang tepat, 3) menggunakan kata dalam distribusi yang tepat, 4)
merangkaikan kata dalam frasa secara tepat, 5) menyusun klausa atau kalimat
dengan susunan yang tepat, 6) merangkaikan kalimat dalam kesatuan yang lebih
besar (paragraf) secara tepat dan baik, 7) menyusun wacana dari paragraf-
paragraf dengan baik, 8) membuat karangan (wacana) dengan corak tertentu,
deskripsi, narasi, eksposisi, persuasi, argumentasi, 9) membuat surat (macam-
macam surat), 10) menyadur tulisan (pidato menjadi prosa), 11) membuat laporan
19
(penelitian, pengalaman, dan sesuatu yang disaksikan), 12) mengalihkan kalimat
(aktif menjadi pasif dan sebaliknya, kalimat langsung menjadi kalimat tak
langsung), 13) mengubah wacana (wacana percakapan menjadi wacana cerita
atau sebaliknya).
2.1.6 Pedoman Penilaian dalam Pembelajaran Menulis
Evaluasi bertujuan untuk meliahat sejauh mana suatu program atau suatu
kegiatan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini,
untuk mengukur keterampilan peserta didik dalam menulis menggunakan alat
ukur yang berupa tes. Tes yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah tes
kemampuan menulis/psikomotorik. Sebelum melakukan penilaian, terlebih
dahulu harus mempersiapkan aspek-aspek apa saja yang hendak dinilai. Hal ini
bertujuan untukmemudahkan penilaian.
Kegiatan menulis melibatkan aspek penggunaan tanda baca dan ejaan,
penggunaan diksi dan kosakata, penataan kalimat, pengembangan paragraf,
pengolahan gagasan dan pengembangan model karangan (Slamet, 2007: 209).
Harris dan Amran dalam Nurgiyantoro (2009: 306) mengemukakan bahwa unsur-
unsur mengarang yang dinilai adalah content (isi, gagasan yang dikemukakan),
form (organisasi isi), grammar (tata bahasa dan pola kalimat), style (gaya: pilihan
struktur dan kosa kata), dan mechanics (ejaan). Apabila dilihat dari kedua
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur utama dalam mengarang yang
dinilai adalah kualitas isi karangan yang selanjutnya diikuti dengan organisasi,
gaya bahasa, ejaan, dan tanda baca. Oleh karena itu, pembobotan atau skor
20
penilaian untuk unsur utama dan terpenting ini memiliki porsi lebih besar bila
dibandingkan dengan unsur yang lain.
a. Isi Gagasan
Karangan mungkin menyajikan fakta berupa benda, kejadian, gejala, atau ciri
sesuatu, pendapat atau sikap dan tanggapan, imajinasi, ramalan, dan
sebagainya. Karya ilmiah membahas fakta meskipun untuk pembahasan itu
diperlukan teori atau pendapat. Hal-hal yang berhubungan dengan fakta, yaitu
generalisasi dan spesifikasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan,
hubungan sebab akibat, dan analogi (Akhadiah, 2003).
Sejumlah fakta atau gejala khusus yang diamati kemudian ditarik kesimpulan
umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang diamati disebut dengan
generalisasi. Jadi, generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk
semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Oleh karena itu, suatu
generalisasi mencakup ciri-ciri esensial atau yang menonjol, bukan rincian.
Dalam pengembangan karangan, generalisasi perlu ditunjang atau dibuktikan
dengan fakta-fakta, contoh-contoh, data statistik, yang merupakan spesifikasi
atau ciri khusus sebagai penjelas lebih lanjut. Generalisasi mungkin
mengemukakan fakta atau pendapat. Generalisasi faktual lebih mudah
diyakini oleh pembaca daripada generalisasi pendapat atau penilaian. Fakta
mudah diuji, dan dibuktikan kebenarannya, sedangkan pendapat atau
penilaian sulit dibuktikan dan diuji kebenarannya.
Klasifikasi adalah pengelompokan fakta-fakta yang berdasar atas patokan
atau kriteria tertentu. Patokan tersebut haruslah merupakan ciri esensial yang
21
ada atau tidak ada pada fakta-fakta yang akan diklasifikasikan. Dalam
pengembangan karangan, klasifikasi dapat merupakan topik karangan atau
paragraf, dapat pula dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan urutan
pembicaraan.
Selain generalisasi dan klasifikasi, dalam isi karangan terdapat pula
perbandingan dan pertentangan. Perbandingan dan pertentangan sebenarnya
merupakan dua hal yang berbeda, tetapi erat hubungannya sehingga sering
kali dibahas bersama-sama. Keduanya sering kali terdapat dalam satu
karangan. Perbandingan adalah pernyataan mengenai persamaan dan
kemiripan, sedangkan pertentangan adalah pernyataan tentang perbedaan dan
ketidakmiripan.
Hubungan sebab akibat merupakan hubungan ketergantungan antara dua hal
atau lebih. Artinya, suatu akibat hanya akan terjadi bila ada sebabnya.
Dengan kata lain, sebab selalu mendahului akibat. Karena itu, hubungan
sebab akibat menampakkan persamaan dengan urutan waktu atau kronologis,
tetapi tidak semua urutan waktu atau kronologis merupakan hubungan sebab
akibat. Hal lain yang mungkin terdapat dalam isi karangan adalah analogi.
Pada dasarnya analogi adalah perbandingan. Perbandingan mengenai
sekurang-kurangnya dua hal yang dibandingkan. Dari kedua hal yang
berlainan itu dicari persamaannya. Secara pintas, kesimpulan analogi
menyerupai generalisasi karena yang dipergunakan sebagai dasar penarikan
kesimpulan adalah gejala-gejala khusus yang diamati. Akan tetapi, dalam
22
generalisasi kesimpulan lebih bersifat umum, lebih luas daripada yang
dinyatakan dalam premis-premis, sedangkan pada analogi kesimpulan bersifat
khusus. Jadi, dalam proses analogi induktif dari fakta-fakta yang
dibandingkan langsung ditarik kesimpulan khusus.
Deskriptor isi adalah keterpahaman tentang subjek, fakta/data/rincian
pendukung, pengembangan gagasan/pikiran/tesis yang cermat, sesuai dengan
topik karangan. Kriteria penskoran dan penjabaran deskriptor adalah
Skor 4 = Sangat baik (terpahami, banyak fakta pendukung, pengembangan
tesis/pikiran/gagasan yang cermat, sesuai dengan topik karangan)
Skor 3 = Baik (banyak mengetahui subjek, pengembangan memadai,
pengembangan gagasan terbatas, pada umumnya sesuai dengan topik namun
kurang rinci)
Skor 2 = Sedang (pengetahuan mengenai subjek terbatas, sedikit data
pendukung, pengembangan topik kurang memadai)
Skor 1 = Kurang (tidak menunjukkan pengetahuan tentang subjek/topik, tidak
ada data pendukung, tidak berkaitan, tidak cukup untuk dievaluasi).
b. Organisasi Isi
Suatu karangan harus merupakan satu kesatuan yang berarti bahwa karangan
harus dikembangkan dalam urutan yang sistematis, jelas, dan tegas. Dalam
hal ini, urutan dapat disusun berdasarkan waktu dan ruang. Urutan kronologis
di dalam tulisan secara eksplisit dinyatakan dengan kata-kata atau ungkapan-
ungkapan seperti: sekarang, sebelum, sementara, sejak itu, selanjutnya, mula-
mula, pertama, kedua, akhirnya, dan lain-lain. Pengembangan tulisan dengan
23
urutan kronologis biasanya dipergunakan dalam memaparkan sejarah, proses,
asal-usul, dan riwayat hidup. Urutan waktu digunakan untuk menyatakan
tempat, atau hubungan dengan ruang. Dalam pemakaiannya, urutan ini sering
digabungkan dengan urutan waktu (Akhadiah, dkk. 2003: 44-45).
Deskriptor organisasi adalah kelancaran pengungkapan, ide dibatasi dan
didukung secara jelas, ringkas, susunannya baik, urutan logis, dan padu
(kohesif). Kriteria penskoran dan penjabaran deskriptor adalah:
Skor 4 = Sangat Baik
Pengungkapan lancar, ide dibatasi dan didukung secara jelas, ringkas,
tersusun baik, urutan logis, padu.
Skor 3 = Baik
Terkadang berombak, susunan longgar tetapi ide dasar tetap menonjol,
pendukung terbatas, logis tetapi urutannya tidak sempurna.
Skor 2 = Sedang
Tidak lancar, gagasan membingungkan atau tidak berhubungan, kurang
urutan dan pengembangan logis.
Skor 1 = Kurang
Tidak mengkomunikasikan apa-apa, tanpa organisasi, atau tidak cukup untuk
dievaluasi.
c. Struktur Tata Bahasa/Kalimat Efektif
Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada praktiknya
harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik harus
24
memenuhi persyaratan gramatikal. Hal ini berarti kalimat itu harus disusun
berdasar kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah-kaidah tersebut meliputi unsur-
unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat, aturan-aturan tentang ejaan
yang disempurnakan, dan cara memilih kata dalam kalimat tersebut.
Kalimat yang benar dan jelas dengan mudah dipahami orang lain secara tepat.
Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif harus
memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada
pikiran pendengar atau pembaca seperti yang terdapat pada pikiran penulis
dan pembicara. Hal ini berarti kalimat efektif disusun secara sadar untuk
mencapai daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembaca. Pada
umumnya, dalam sebuah kalimat terdapat satu ide atau gagasan yang hendak
disampaikan serta komentar atau penjelasan mengenai ide tersebut (Akhadiah
2003: 116).
Menurut Anggraini (dalam Purwandari 2012: 65) Penulisan kalimat yang
digunakan dalam bahasa tulis harus berupa ragam tulis baku. Kalimat ragam
tulis baku hendaknya berupa kalimat efektif, yaitu kalimat yang memenuhi
kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, dan nyaman dibaca. Kalimat efektif
adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan
informasi secara tepat. Dengan kalimat efektif, komunikasi penulis dan
pembaca atau pembicara dan pendengar tidak akan menghadapi keraguan,
salah komunikasi, salah informasi, atau salah pengertian.
25
Deskriptor penggunaan bahasa adalah bangun kalimat kompleks yang efektif,
penggunaan unsur kalimat, jenis kalimat, kata bilangan, urutan/fungsi kata.
Kriteria penskoran dan penjabaran descriptor, yaitu:
Skor 4 = Sangat Baik
Konstruksi kalimat kompleks yang efektif, sedikit kesalahan tentang unsur
kalimat, jenis kalimat, kata bilangan, urutan/fungsi kata, artikel, kata ganti,
kata depan.
Skor 3 = Baik
Efektif tetapi konstruksi kalimat sederhana, sedikit masalah dalam konstruksi
kompleks, beberapa kekeliruan dalam hal: unsur kalimat, jenis kalimat, kata
bilangan, urutan/fungsi kata,
artikel, kata ganti, kata depan namun arti jarang kabur.
Skor 2 = Sedang
Banyak masalah dalam konstruksi sederhana/kompleks, kerap keliru pada
bentuk negatif, kesesuaian jenis kalimat, kata bilangan, urutan/fungsi kata,
dan jenis kata yang lain; makna membingungkan dan tidak jelas.
Skor 1 = Kurang
Tidak menguasai kaidah konstruksi kalimat, kalimat banyak yang salah, tidak
mengkomunikasikan apa-apa, dan tidak cukup untuk dievaluasi.
d. Pilihan Kata atau Diksi
Menulis harus menggunakan pilihankata atau diksi yang tepat. Pilihan kata
atau diksi dapat diturunkan ke dalam tiga kesimpulan. Pertama, pilihan kata
atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
26
menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-
kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya
mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata
atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai
hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kata atau
perbendaharaan kata bahasa itu. Yang dimaksud dengan perbendaharaan kata
atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh
sebuah bahasa (Keraf, 2009: 24).
Deskriptor kosa kata adalah keakuratan, pemilihan dan penggunaan
kata/idiom secara efektif, penguasaan bentuk kata, laras bahasa yang sesuai.
Kriteria penskoran dan penjabaran deskriptor:
Skor 4 = Sangat Baik
Akurat, penggunaan dan pemilihan kata/idiom efektif, menggunakan jenis
kata yang tepat, penggunaan laras bahasa yang sesuai.
Skor 3 = Baik
Cukup memadai, terkadang penggunaan atau pemilihan kata bentuk
kata/idiom keliru tetapi tidak mengaburkan arti.
Skor 2 = Sedang
Penggunaan atau pemilihan bentuk kata/idiom sering keliru, artinya
membingungkan atau kabur.
27
Skor 1 = Kurang
Mirip terjemahan kaku, hanya sedikit sekali mengetahui kosa kata/bentuk
kata/idiom, tidak cukup untuk dievaluasi.
e. Ejaan
Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang
distandardisasikan yang lazimnya mempunyai tiga aspek, yaitu fonologis
yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad,
aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis,
dan semantik yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca
(Suriamiharja, dkk. 1997: 80).
Gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah atau
lebih cepat dipahami daripada secara tertulis. Hal ini disebabkan, dalam
bahasa lisan faktor gerak-gerik, mimik, intonasi, irama, jeda, serta unsur-
unsur nonbahasa lainnya ikut memperlancar. Unsur-unsur nonbahasa tersebut
tidak terdapat di dalam bahasa tulis. Ketiadaan itu menyulitkan komunikasi
dan memberikan peluang untuk kesalahpahaman. Ejaan berperan sampai
batas-batas tertentu, menggantikan beberapa unsur nonbahasa yang
diperlukan untuk memperjelas gagasan atau pesan (Akhadiah 2003: 179).
Ejaan mencakup pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring,
singkatan dan akronim, dan pemakaian tanda baca.
28
Deskriptor mekanik adalah ejaan, pungtuasi, paragraf, dan tulisan tangan.
Kriteria penskoran dan penjabaran deskriptor:
Skor 4 = Sangat Baik
Menunjukkan penguasaan EYD dan paragraf atau tidak terdapat kesalahan
tanda baca, dan penulisan huruf kapital.
Skor 3 = Baik
Terkadang keliru dalam menerapkan EYD namun arti tidak kabur.
Skor 2 = Sedang
Kerap keliru dalam menerapkan EYD dan paragraf, tulisan tangan jelek, arti
membingungkan dan tidak jelas.
Skor 1 = Kurang
Tidak menguasai EYD dan paragraf, tulisan tangan tidak terbaca, tidak cukup
untuk dievaluasi.
2.2 Jenis-jenis Tulisan
Suparno dan Muhamad Yunus (2007: 41-57) mengemukakan bahwa karangan
dibagi menjadi lima macam, yaitu:
1) Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu
sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan
merasakan) apa yang dulukiskan penulisnya.
2) Karangan Persuasi
Karangan persuasi adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan untuk
membujuk atau mempengaruhi pembaca.
29
3) Karangan Narasi
Karangan narasi adalah suatu bentuk karangan yang serangkaian kejadian
menurut urutan kejadiannya (kronologis).
4) Karangan Eksposisi
Karangan eksposisi adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan untuk
memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu.
5) Karangan Argumentasi
Karangan argumentasi adalah suatu bentuk karangan yang memaparkan
alasan untuk membangun suatu kesimpulan.
Memahami jenis tulisan menurut fungsinya belum cukup bagi seseorang untuk
memulai belajar. Seseorang harus juga mempelajari kaidah tulisan dengan
mempelajari struktur tulisan yang diuraikan menjadi tiga, yaitu:
1) Pendahuluan (lead)
Pembuka suatu pokok persoalan yang akan dibahas dalam tulisan. Secara teknis,
tidak boleh ditulis terlalu panjang dan memasuki pembahasan pokok
permasalahan. Ia menjadi ‘gerbang’ pengenalan topik kepada pembaca untuk
mengetahui alur tulisan dan tujuan penulis. Dalam pendahuluan, penulis
melakukan pembatasan masalah dan pengertian pengertian sehingga pembaca
sudah di set ke dalam logika tertentu.
2) Inti atau pembahasan (body)
Merupakan tahap pemaparan pokok persoalan. Bagian ini sering disebut inti atau
pengembangan. Pada bagian ini penulis menjalin gagasan secara sistematis, logis
dan dialektis ketika menempatkan pokok pikiran yang akan dibahas.
30
Pengembangan gagasan akan berpuncak pada ketegasan maksud tulisan atau
klimaks.
3) Penutup (punch)
Merupakan bagian akhir tulisan yang berisi kesimpulan, saran atau pendapat
penulis tentang pokok persoalan yang dikemukannya sebagai arahan bagi
pembaca. Ada dua cara menulis penutup, yaitu: Pertama,penutup yang bersifat
terbuka, yaitu dengan memberi peluang atau kesempatan kepada pembaca agar
menarik kesimpulan sendiri mengenai pokok persoalan yang dibahas. Kedua,
penutup yang bersifat tertutup, yaitu penutup tulisan yang menyodorkan pendapat
yang bersifat akhir. Pendapat yang bersifat akhir dibuat untuk disodorkan kepada
pembaca tanpa ada kesempatan untuk menarik kesimpulan sendiri.
Adapun bentuk-bentuk tulisan jurnalistik sebagai berikut.
1. Berita/straight news
Tulisan ini berisi laporan langsung yang memuat fakta kejadian langsung dan
sarat dengan informasi. Sifat tulisannya padat, lugas, singkat dan jelas serta
memenuhi unsur-unsur 5 W + 1 H (what, when, where, who, why + how).
2. Laporan/reportase
Laporan adalah bentuk berita yang dikembangkan lebih kuas, lengkap dan terinci
mengenai suatu peristiwa. Tulisan ini didasarkan atas pengamatan langsung atau
keterangan orang lain. Oleh karena itu laporan harus tetap mengacu pada unsur
5W +1 H .
31
3. Tuturan/feature
Bentuk feature atau tuturan lebih lengkap dan terinci dibandingkan dengan berita
atau laporan. Kelengkapannya pada bumbu subyektif yang menjadikan tulisan
menjadi bertutur. Bentuk ini menjadikan tulisan seakan-akan hidup karena teknik
penulisannya memberi ruang emosi dan opini secara vulgar. Teknik penulisannya
sama dengan penulisan umum, yaitu diawali pendahuluan atau lead,
pengembangan dan kesimpulan.
4. Tajuk rencana atau editorial
Editorial merupakan bentuk tulisan yang menyajikan pendapat atau sikap visi
redaksi media mengenai realitas yang terjadi. Penulisan ini bertujuan
mempengaruhi pembaca pada suatu kesimpulan tertentu dengan cara mengupas
realitas menurut visi redaksi media. Bentuk ini lebih mempergunakan jenis
tulisan eksposisi dan argumentasi.
5. Artikel
Artikel merupakan bentuk tulisan yang berisi opini penulis. Penulis memiliki
keleluasan menyampaikan opininya secara vulgar dan tegas pada teksnya tanpa
dibatasi syarat 5 W+1 H. Yang terpenting, ia mampu menyajikan gagasan secara
sistematis dengan kajian yang logis dan dialektis.
6. Kolom
Kolom memiliki kesamaan dengan artikel yakni sebuah opini. Akan tetapi,
kekhasan kolom terletak pada sifat tulisannya, yakni reflektif atau renungan.
Tulisannnya tidak sekedar pergumulan intelektual, tapi juga menyangkut emosi,
perasaan, dan keyakinan. Dengan demikian, kolom harus mampu menggugah
32
pembacanya untuk bercrmin dari tulisan itu sehingga mampu menarik
kesimpulan sendiri.
7. Pojok
Bentuk tulisan ini merupakan bagian dari opini. Bentuknya singkat dan padat
serta bersifat sentilan yang mengandung kritik sosial. Biasanya pojok diletakkan
pada sudut halaman surat kabar dan tidakmembutuhkan ruang yang besar.
Dari berbagai bentuk tulisan jurnalistik tersebut, yang akan diteliti oleh peneliti
adalah berita.
2.2.1 Hakikat Berita
Keberadaan berita menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Kebutuhan akan insformasi kini telah menjadi sesuatu yang amat
penting bagi masyarakat. Tidak hanya masyarakat kalangan atas, tetapi juga
kalangan bawah. Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang
dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik
perhatian pembaca, entah karena dia luar biasa, entah karena penting atau
akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi-segi human interest seperti
humor, emosi, dan ketegangan (Assegaf dalam Sumadiria, 2005: 65).
Menurut Sumadiria (2005: 65) mendefinisikan berita sebagai laporan tercepat
mengenai ide atau fakta terbaru yang benar, menarik dan penting bagi sebagian
besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau
media internet. Dengan demikian, berita itu tidak hanya menunjuk pada pers
dalam arti sempit tetapi juga pada radio, televisi, atau internet. Definisi lainnya
33
adalah seperti yang dikemukakan Djuraid (2007: 9) mendefinisikan berita
sebuah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadainya sebuah peristiwa atau
keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi dan disampaikan oleh
wartawan di media massa. Faktor peristiwa atau keadaan menjadi pemicu utama
terjadinya sebuah berita, dengan kata lain, peristiwa dan keadaan itu merupakan
fakta atau kondisi yang sesungguhnya terjadi, bukan rekaan, atau fiksi.
Dari beberapa pengertian di atas, penulis simpulkan bahwa berita adalah laporan
tercepat sebuah peristiwa yang berupa ide atau fakta terbaru yang benar, menarik
dan penting bagi sebagian besar khalayak, dan ditujukan atau dipublikasikan
kepada masyarakat luas melalui media massa.
2.2.2 Unsur Berita
Sebagai suatu jenis tulisan, teks berita memiliki unsur-unsur yang harus dipenuhi.
Unsur pokok yang harus ada yakni 5W+1H. Berikut adalah penjelasannya.
a. What, berkenaan dengan fakta-fakta yang berkaitan dengan hal-hal yang
dilakukan oleh pelaku atau pun korban dalam kejadian itu. Nilai what
ditentukan oleh kelayakan berita tersebut.
b. Who, berkenaan dengan fakta-fakta yang berkaitan dengan orang atau pelaku
yang terlibat dalam kejadian tersebut. Keterangan tentang pelaku harus
diidentifikasi dengan lengkap.
c. Why, berkenaan dengan fakta-fakta mengenai latar belakang dari suatu
tindakan atau kejadian yang telah diketahui unsur what-nya.
34
d. Where, berkenaan dengan tempat peristiwa terjadi. Nama tempat harus
diidentifikasi dengan jelas.
e. When, berkenaan dengan waktu kejadian. Waktu menjadi hal yang harus
diperhatikan, karena kejadian yang sudah lama nilainya menjadi berkurang.
Untuk feature atau berita kisah, unsur ini tidak terlalu penting karena dalam
berita kisah yang dipentingkan adalah latar belakang manusia yang terlibat
dalam peristiwa tersebut.
f. How, berkenaan dengan proses kejadian yang diberitakan, misalkan,
bagaimana terjadinya suatu peristiwa, bagaimana pelaku melakukan
perbuatannya, atau bagaimana korban mengalami nasibnya (Chaer, 2010: 18-
19).
Sebuah berita juga harus memenuhi kriteria kelayakan berita. Beberapa kriteria
kelayakan berita sebagai berikut.
a. Significance, yaitu kejadian yang kemungkinan mempengaruhi kehidupan
orang banyak atau kejadian yang memberi akibat terhadap kehidupan
pembaca.
b. Magnitude, yaitu kejadian yang berakibat bagi pembaca secara luas.
c. Timeliness, yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal yang baru terjadi atau
baru dikemukakan.
d. Proximity, yaitu kejadian yang dekat bagi pembaca, baik geografis maupun
emosional.
e. Prominence, yaitu menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh
pembaca, seperti orang, benda, atau tempat.
35
f. Human interest, yaitu kejadian yang memberi sentuhan perasaan bagi
pembaca, kejadian yang menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa,
atau orang besar dalam situasi biasa (Siregar, dkk. 1998: 27-28).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menulis berita harus
memenuhi unsur 5W+1H. Selain itu, berita juga harus memenuhi unsur
kelayakan berita yaitu penting, besar, keberwaktuan, kedekatan, ketenaran, dan
manusiawi. Dengan demikian, berita yang ditulis menjadi teks berita yang
singkat, padat, jelas, dan sesuai unsur.
2.2.3 Persyaratan Berita
Dalam kehidupan sehari-hari tentu banyak peristiwa, tetapi peristiwa yang
diberitakan tergantung beberapa hal, menurut Asegaff (1998: 26-37) menyatakan
ada dua belas persyaratan berita yang baik antara lain: (1) berita itu haruslah
termasa atau terbaru, (2) jarak, (3) penting atau ternama, (4) keluarbiasaan, (5)
akibat yang ditimbulkan, (6) ketegangan yang ditimbulkan, (7) pertentangan, (8)
seks, (9) kemajuan-kemajuan yang diberitakan, (10) human interest, (11)emosi,
(12) humor.
Djuraid (2007: 12-13) mengemukakan seorang penulis berita untuk menentukan
bahwa sebuah informasi atau peristiwa layak diberitakan atau tidak harus
memperhatikan persyaratan berita yang baik. Persyaratan penulisan berita yang
baik diantaranya: (1) aktual, (2) kedekatan, (3) penting, (4) luar biasa, (5) tokoh,
(6) eksklusif, (7) ketegangan, (8) konflik, (9) human interest, (10) seks, (11)
progresif, (12) trend, (13) humor. Itulah persyaratan-persyaratan yang harus
36
diketahui oleh orang yang akan melakukan kegiatan menulis berita agar berita
yang ditulisnya dapat menarik masyarakat untuk membacanya.
2.2.4 Bahasa Berita
Pada dasarnya bahasa berita tidak berbeda dengan Bahasa Indonesia yang kita
gunakan sehari-hari. Ciri khas bahasa berita terletak pada kata, kalimat, dan isi
pernyataan (Siregar, 1987: 138).
1) Kata
Ciri khas kosakata dalam jurnalistik, yaitu: 1) mudah dimengerti, artinya setiap
kata yang digunakan itu mudah dipahami pembaca dan pendengar; 2) dinamis,
artinya, kata yang ditampilkan haris memberi arti yang lebih hidup, bersemangat,
sesuai dengan kondisi dan situasi pernyataan yang disampaikan; 3) demokratis,
artinya, setiap kata yang ditampilkan harus bermakna satu dan dapat diterima
oleh orang banyak sejauh media itu sampai; 4) kata yang tepat, artinya, sesuai
dengan kebutuhannya.
2) Kalimat
Kalimat yang digunakan dalam berita adalah kalimat yang baik, praktis,
sederhana dengan kata yang secukupnya saja. Tidak berlebihan, mubazir, dan
berbunga-bunga.
3) Isi Pernyataan
Isi pernyataan yang dimaksud adalah cara penyampaian yang akan disampaikan
kepada pembaca. Isi pernyataan yang baik terdapat pedoman dalam kalimat,
yaitu: 1) kesatuan pikiran, setiap kalimat harus mengandung kesatuan pikiran,
satu ide yang utuh, antara pokok yang satu dengan yang lain harus mempunyai
37
kaitan; 2) Koherensi, atinya terdapat hubungan yang jelas antara unsur yang
membentuk kalimat; 3) penekanan, artinya, setiap pikiran dalam kalimat
mendapat tekanan sesuai dengan maksud pernyataan; 4) variasi, artinya terdapat
variasi penggunaan kata dan kalimat yang sampai digunakan kata atau kalimat
yang diulang-ulang; 5) paralelisme, artinya, kesamaan letak penekanan pada
setiap kalimat yaitu di awal, di tengah, maupun di akhir; 6) logika, artinya semua
dituliskan dengan pemikiran yang logis, wajar, dan apa adanya.
2.2.5 Sifat Berita
Berita, baik untuk surat kabar, radio, maupun televisi memiliki tiga sifat yang
harus dipenuhi, Menurut Djuroto (2003:27) tiga sifat tersebut yaitu:
1) Mengarahkan, artinya berita yang kita buat harus mampu mengarahkan
perhatian pembaca, pendengar atau pemirsa sehingga mengikuti alur
pemikiran kita.
2) Menumbuhkan atau membangkitkan semangat, artinya berita harus dapat
memberi rangsangan, dorongan, dan semangat bagi pembacanya.
3) Berita yang bersifat memberi penerangan, artinya berita harus mampu
memberi penerangan kepada masyarakat. Memberi penerangan di sini
maksudnya adalah memberikan penjelasan atau contoh-contoh kejadian yang
tidak baik agar tidak ditiru oleh masyarakat.
2.2.6 Jenis dan Macam Berita
Suhandang (2004: 114) menggolongkan berita menjadi beberapa bidang yang
sederhana, yaitu berita dilihat dari masalah yang diberitakan dan wilayah
38
terjadinya. Dari masalah yang diberitakan, berita dapat digolongkan ke dalam
ragam berita politik, berita ekonomi, berita sosial budaya, dan berita pertahanan
keamanan. Berdasarkan wilayah terjadinya peristiwa, brita dapat digolongkan
menjadi brita daerah atau lokal, berita nasional, dan internasioal. Sedangkan
berita-berita yang disampaikan berdasarkan waktu pemberitaannya (biasanya
dilakukan oleh media elektronik), dikenal dengan berita pagi, liputan siang, berita
sore, dan berita malam bahkan berita akhir.
Menurut Djuroto (2002: 38), jenis berita dilihat dari penyajiannya ada tiga
macam sebagai berikut.
1) Berita Selebaran
Berita selebaran dalam bahasa asing disebut news bulletin. Berita bulletin
adalah berita yang disiarkan secara kilat atau cepat. Biasanya berita yang
bersifat hangat dan singkat, penyajiannya sangat terikat dengan waktu. Jenis
berita ini penyajiannya terikat oleh waktu. Berita aitu makin cepat disiarkan
akan menjadi baik. Yang termasuk dalam kategori bulletin antara lain:
a) Berita keras. Berita yang biasanya tidak menyenangkan. Misalnya
tentangkekerasan, kesengsaraan, dan lain-lain. b) Berita lunak. Berita yang
menyenangkan. Misalnya pemberian gelar, keberhasilan seseorang, dan lain-
lain. c) Berita singkat. Berita yang memiliki nilai tinggi. Karena itu
penyajiannya secara langsung hanya pada inti berita saja d) Berita pendek.
Berita yang amat penting dan menarik untuk diberitakan justru pada saat berita
itu masih jadi pembicaraan masyarakat luas. e) Berita sisipan. Berita yang
memiliki nilai tinggi serta dinantikan oleh masyarakat luas.
39
2) Berita Majalah
Berita majalah adalah jenis berita yang penerbitannya secara berkala dan
teratur. Misalnya majalah mingguan, dua mingguan atau bulanan. Yang
termasuk dalam kelompok berita majalah antara lain: a) Feature. Sesuatu
uraian berita dalam ruang lingkup satu pokok yang merupakan pendalaman
tema tersebut, yang dilihat dari berbagai segi latar belakang perkembangan
berita tersebut. b) Human Interes. Uraian berita tentang sesuatu yang dapat
menyentuh rasa kemanusiaan. c) Berita Ringan. Uraian berita tentang sesuatu
yang dapat menyentuh rasa kemanusiaan. d) Berita Nyata. Uraian berita yang
secara sistematis memiliki kepekaan dalam ruang lingkup yang sejenis dan
tidak perlu terikat pada keadaan baru dan lamanya berita. e) Analisis Berita.
Berita yang disusun atas dasar data dan fakta sertakeseimbangan analisis tanpa
ditambahi pendapat pribadi baik secara langsung ataupun secara tidak
langsung.
3) Berita Penerangan
Berita penerangan adalah berita yang mengandung penjelasan lebih lanjut dari
suatu berita yang telah disiarkan, atau penjelasan yang bertitik tolak dari berita
yang sudah disajikan tetapi sangat terkait dengan waktu.
2.2.7 Struktur Penulisan Berita
Sebuah teks berita tentu memiliki suatu struktur. Struktur adalah susunan atau
lapisan. Jadi, struktur berita adalah tubuh berita secara keseluruhan yang dapat
dilihat sebagai lapisan-lapisan yang masing-masing mengandung pokok yang
dapat dibedakan atas dasar rupa atau bentuk namun tidak dapat dipisahkan satu
40
sama lain (Putra, 2006: 51). Ada pula pola jurnalistik yang konvensional yang
digambarkan dalam bangunan geometri sebagai berikut.
a. Pola Segitiga Terbalik
Disebut sebagai “segitiga terbalik” karena struktur beritanya jika digambarkan
memang berbentuk segitiga terbalik. Pola ini sangat cocok bagi pembaca yang
tergesa-gesa, tidak mencari kedalaman berita, dan yang ingin mengetahui inti
berita saja. Pola ini terdiri dari lima bagian yakni judul, lead, essential, should,
dan could. Judul berita berisi apa dan mengapa, siapa dan mengapa, dan
seterusnya yang mencerminkan isi berita. Lead berisi informasi penting,
sekaligus menjawab pertanyaan 5W+1H (what, who, when, where, why, dan
how). Essential berisi inti berita, should berisi anak berita, dan could berisi
ekor berita yang dapat dibuang apabila kehabisan ruang (Warren &
MacDougall via Putra, 2006: 51).
b. Piramida atau Segitiga Tegak
Pola atau struktur penulisan berita ini disebut juga sebagai pola mengulur-ulur
inti berita atau penundaan klimaks. Jika diperhatikan pola ini merupakan
kebalikan dari pola segitiga terbalik. Pola ini cocok bagi pembaca yang cukup
punya waktu. Pola ini terdiri dari tiga bagian, yaitu C, B, dan A. C merupakan
bagian yang dimulai dengan anekdot atau human interest yang menarik bagi
pembaca. B merupakan bagian uraian, yang semakin lama menjurus pada
bagian inti. A merupakan bagian akhir sekaligus inti berita (Warren &
MacDougall via Putra, 2006: 52).
41
c. Pola Segi Empat Panjang
Pola ini menggambarkan struktur berita yang seimbang di dalam
bagianbagiannya, baik anekdot, human interest, maupun inti berita disajikan
secara seimbang. Untuk struktur teks berita seperti ini, wartawan harus terlebih
dahulu memperhitungkan ruang atau durasi yang tersedia. Pola ini memiliki
empat bagian, yaitu latar belakang fakta, ekor, argumen, dan komentar.
Keempat tempatnya disajikan dalam porsi yang sama dan tidak bertele-tele
(Warren & MacDougall via Putra, 2006: 52).
Assegaff (1998:49) mengemukakan pada umumnya sudah dikenal sekali gaya
menulis berita yang lazim disebut gaya penulisan piramida terbalik. Tujuan dari
gaya penulisan piramida terbalik adalah untuk memudahkan khalayak pembaca
yang bergegas, untuk cepat mengetahui apa yang terjadi dan diberitakan.
Disamping itu tujuan lain, yang bersifat lebih ke dalam, yakni untuk
memudahkan para redaktur memotong bagian yang tidak penting yang terletak
pada bagian paling bawah, demi memenuhi ruang yang tersedia di surat kabar.
Masduki (2001: 19) menjelaskan struktur berita pada umumnya terutama untuk
jenis berita tulis dan berita bersisipan menggunakan kaidah piramida terbalik.
Tujuannya adalah untuk (1) menarik perhatian pembaca sedari awal, (2)
menekankan informasi yang cepat dan ringkas, mengingat syarat-syarat suatu
berita yang harus bersifat selintas dan fokus tanpa menyampingkan aspek 5W
+1H.
42
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pola atau struktur penulisan
berita ada tiga bentuk, yakni segitiga terbalik, piramida, dan segi empat panjang.
Pola-pola tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan dan siapa pembaca yang
dituju. Struktur yang paling banyak digunakan adalah piramida terbalik.
2.2.8 Aspek Penilaian dalam Menulis Teks Berita
Aspek-aspek yang harus ada dalam penilaian berita meliputi aspek bahasa dan isi
berita. Aspek bahasa meliputi penggunaan kalimat efektif, pilihan kata, (diksi),
ketepatan ejaan, dan kerapian penulisan. Aspek berita mencakup kelengkapan
unsur berita (5W+1H), kemenarikan judul, dan keruntutan pemaparan.
Aspek bahasa yang pertama yang harus ada dalam penilaian menulis teks berita
adalah penggunaan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
menyampaikan maksud atau pesan secara langsung dan tidak menimbulkan
penafsiran ganda. Jadi kalimat yang digunakan dalam menulis teks berita adalah
kalimat yang singkat, padat, jelas, lugas, dan tidak berlebihan pengungkapannya.
Aspek bahasa yang kedua adalah pilihan kata. Pilihan kata yang dimaksud adalah
penggunaan kata-kata yang tepat, variatif, tidak monoton, dan kata-kata yang
masih hidup dan berkembang. Aspek penggunaan ejaan yang disempurnakan
yang dimaksudkan adalah kemampuan siswa dalam menggunakan ketepatan
ejaan yang mencakup penggunaan kata hubung, tanda baca, dan penulisan kata
baku.
43
Aspek penilaian aspek bahasa yang lain adalah kerapian penulisan. Aspek
kerapian penulisan yang dimaksud adalah kemampuan menulis teks berita dengan
memperhatikan kerapian dan kejelasan tulisan. Aspek isi berita yang pertama
adalah kelengkapan unsur berita. Pelajaran dasar menulis berita dimulai dengan
pengenalan unsur 5W + 1H (Djuraid 2007: 69). 5W + 1H itu meliputi what, who,
when, where, why, dan how. Aspek penilaian isi berita yang kedua adalah
kemenarikan judul. Laku tidaknya suatu berita yang ditulis salah satunya
ditentukan oleh judul yang provokatif dan persuasif yang mampu menarik
perhatian pembaca. Aspek penilaian berikutnya adalah keruntutan pemaparan.
Keruntutan pemaparan yang dimaksudkan adalah kemampuan dalam menulis
teks berita sesuai dengan pola piramida terbalik. Jadi, informasi yang ditulis
dalam teks berita adalah informasi yang sifatnya penting kemudian baru
informasi yang kurang penting.
2.3 Pembelajaran Menulis di SMP
2.3.1 Pengertian
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan sintesis dari tiga pendekatan, yaitu
pedagogi genre, saintifik, dan CLIL (Content and Linguage Integrated Learning).
Alur utama model adalah pedagogi genre dengan 4M (membangun konteks,
menelaah model, mengonstruksi terbimbing, dan mengonstruksi mandiri).
Kegiatan mendapatkan pengetahuan (KD-3) dilakukan dengan pendekatan
saintifik 5M (mengamati, mempertanyakan, mengumpulkan informasi, menalar,
dan mengomunikasikan). Pengembangan keterampilan (KD-4) dilanjutkan
dengan langkah mengonstruksi terbimbing dan mengonstruksi mandiri.
44
Pendekatan CLIL digunakan untuk memperkaya pembelajaran dengan prinsip:
(1) isi (konten) teks-berupa model atau tugas-bermuatan karakter dan
pengembangan wawasan serta kepedulian sebagai warga negara dan sebagai
warga dunia; (2) unsur kebahasaan (komunikasi) menjadi unsur penting untuk
menyatakan berbagai tujuan berbahasa dalam kehidupan; (3) setiap jenis teks
memiliki struktur berpikir (kognisi) yang berbeda-beda yang harus disadari agar
komunikasi lebih efektif; dan (4) budaya (kultur), berbahasa, berkomunikasi yang
berhasil harus melibatkan etika, kesantunan berbahasa, budaya (antar bangsa,
nasional, dan lokal). Prinsip khusus pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan
dengan menerapkan prinsip:
1. Bahasa merupakan kegiatan sosial. Setiap komunikasi dalam kegiatan sosial
memiliki tujuan, konteks, dan audiens tertentu yang memerlukan pemilihan
aspek kebahasaan (tata bahasa dan kosa kata) yang tepat; serta cara
mengungkapkan dengan struktur yang sesuai agar mudah dipahami.
2. Bahan pembelajaran bahasa yang digunakan wajib bersifat otentik.
Pengembangan bahan otentik didapat dari media massa (cetak dan
elektronik); tulisan guru di kelas, produksi lisan dan tulis oleh siswa. Semua
bahan dikelola guru untuk keberhasilan pembelajaran.
3. Proses pembelajaran menekankan aktivitas siswa yang bermakna. Inti dari
siswa aktif adalah siswa mengalami proses belajar yang efesien dan efektif
secara mental dan eksperiensial.
4. Dalan pembelajaran berbahasa dan bersastra, dikembangkan budaya
membaca dan menulis secara terpadu. Dalam satu tahun pelajaran peserta
didik dimotivasi agar dapat membaca paling sedikit empat buku (dua buku
45
sastra dan dua buku nonsastra) sehingga setelah peserta didik menyelesaikan
pendidikan pada jenjang SMP/MTs membaca paling sedikit 12 judul buku.
Pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 merupakan pembelajaran
berbasis teks. Melalui pembelajaran berbasis teks ini, diharapkan peserta didik
mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi
sosialnya. Dalam pembelajaran bahasa yang berbasiskan teks, bahasa Indonesia
diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks
yang berfungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks
sosial-budaya akademis. Teks dipandang sebagai satuan bahasa yang bermakna
secara kontekstual.
Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan
prinsip bahwa bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak
pernah dapat dilepaskan dari konteks karena dalam bentuk bahasa yang
digunakan itu tercermin ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya. Sehubungan
dengan prinsip-prinsip itu, perlu disadari bahwa di dalam setiap teks terdapat
struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda. Sementara itu, dalam struktur
teks tercermin struktur berpikir. Dengan demikian, makin banyak jenis teks yang
dikuasai peserta didik, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat
digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya nanti. Hanya dengan
cara itu, peserta didik kemudian dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya
melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan,
menganalisis, dan menyajikan hasil analisis secara memadai.
46
Teks dapat diperinci ke dalam berbagai jenis, seperti deskripsi, penceritaan
(recount), prosedur, laporan, eksplanasi, diskusi, surat, iklan, catatan harian,
negosiasi, pantun, dongeng, anekdot, dan fiksi sejarah. Semua jenis teks itu dapat
dikelompokkan ke dalam teks cerita, teks faktual, dan teks tanggapan. Sesuai
dengan kurikulum 2013, materi pembelajaran bahasa Indonesia peserta didik
kelas VIII ini berisi lima materi, yang terdiri atas jenis teks cerita fabel, biografi,
prosedur, teks diskusi, dan teks ulasan.
Berdasarkan pada pengalaman peneliti, bahwa keberhasilan pembelajaran bahasa
Indonesia dalam hal ini pembelajaran menulis ditentukan oleh beberapa faktor
yaitu; perhatian peserta didik, interaksi peserta didik guru, rasa ingin tahu,
kerjasama, percaya diri, antusias peserta didik dalam mengikuti pelajaran, dan
tanggung jawab. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru harus
memperhatikan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran. Guru juga harus
memperhatikan bagaimana kerjasama antarpeserta didik, dan interaksi peserta
didik guru, selama proses pembelajaran berlangsung, serta peserta didik
diupayakan agar betul-betul percaya diri dalam mengerjakan tugas yang harus
mereka kerjakan, selanjutnya yang tidak kalah penting peserta didik harus
bertanggung jawab terhadap tugas yang telah diberikan, artinya peserta didik
harus mengumpulkan tugas tepat pada waktunya dan menjawab dengan benar
mengenai tugas yang telah diberikan oleh guru.
47
2.3.2 Tujuan
Tujuan pembelajaran keterampilan menulis adalah membantu siswa memahami
cara mengekspresikan bahasa dalam bentuk tulis. Abidin (2012: 187)
berpendapat bahwa terdapat tiga tujuan utama dalam pembelajaran keterampilan
menulis yang dilaksanakan di sekolah, yaitu: 1) menumbuhkan kecintaan menulis
pada siswa, 2) mengembangkan kemampuan siswa menulis, 3) membina jiwa
kreativitas para siswa untuk menulis. Ketiga tujuan ini merupakan tujuan minimal
yang harus dicapai oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis.
Tujuan pembelajaran menulis diarahkan pada ketercapaian SK dan KD yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Tujuan pembelajaran dicantumkan dalam silabus
dan RPP yang dibuat oleh guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan optimal. Segala hal yang berkaitan dengan komponen pembelajaran
dituangkan guru dalam silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
RPP memuat segala aktifitas yang akan dilakukan guru dan siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran. RPP tersebut menjadi pedoman pelaksanaan
pembelajaran sampai pembelajaran tersebut selesai. Penyusunan RPP
dimaksudkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai KD yang telah
ditentukan.
2.3.3 Prosedur Pembelajaran
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan dalam penelitian tindakan
kelas ini, meliputi kegiatan sebagai berikut.
48
1) Menetapkan rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas.
2) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menulis teks berita
melalui model pembelajaran TTW (Think Talk Write) disesuaikan dengan
materi pembelajaran yang telah ditetapkan.
3) Menetapkan alokasi waktu perencanaan.
4) Persiapan sarana dan media pembelajaran.
5) Penyusunan lembar observasi dan catatan lapangan untuk peserta didik
dan guru.
6) Penyusunan lembar atau rubrik penilaian hasil pembelajaran.
7) Sosialisasi kepada peserta didik, dan pembuatan kelompok yang
dibimbing guru.
b. Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan pembelajaran
Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran TTW (Think
Talk Write).
c. Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Hal yang paling utama dalam penilaian adalah guru harus menciptakan
instrument dan suasana penilaian yang menghindarkan peserta didik dari
ketidakjujuran dan plagiarisme peserta didik dalam berkarya/berteks. Oleh
sebab itu, penilaian proses menjadi sangat penting. Sedapat mungkin peserta
didik lebih banyak mengerjakan tugas di sekolah, bukan menjadi pekerjaan
rumah (PR).
49
Penilaian di dalam mata pelajaran bahasa Indonesia secara umum untuk
(1) mengetahui ketercapaian kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap berbahasa Indonesia peserta didik;
(2) mengetahui kemampuan peserta didik di dalam KD tertentu;
(3) memberikan umpan balik bagi kegiatan peserta didik dalam pembelajaran
bahasa Indonesia dan;
(4) memberikan motivasi belajar bagi peserta didik dan motivasi berprestasi
bagi peserta didik dan guru.
Secara umum teknik penilaian pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu teknik tes dan teknik nontes.
Instrumen penilaian yang akan dipergunakan harus dikembangkan oleh guru.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam mengembangkan
instrumen penilaian adalah sebagai berikut: (1) kompetensi yang dinilai, (2)
penyusunan kisi-kisi, (3) perumusan Indikator, dan (4) penyusunan
instrumen.
Gambar 1. Pengembangan Penilaian Mapel Bahasa Indonesia Berbasis Genre
50
Penilaian untuk mengetahui keberhasilan kompetensi pengetahuan (misalnya
tentang struktur teks dan kebahasaan) digunakan tes tulis dan tes lisan
sedangkan untuk penilaian kompetensi keterampilan diukur keberhasilannya
dengan tes kinerja, penugasan (lisan, tulis, proyek, atau multi modal) dan/atau
portofolio.
Penilaian merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu pembelajaran. Artinya,
penilaian harus selalu dilakukan oleh pendidik sebagai bagian dari profesinya.
Berdasarkan hasil penelitian inilah, pendidik akan selalu kreatif untuk
mencari berbagai strategi baru didalam tindakan mengajarnya. Oleh karena
itu, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang berangkat dari hasil
penilaian sebelumnya sebagai pengalaman awal siswa bukan dari apa yang
seharusnya dipelajari siswa.
Penilaian sikap digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut sesuai dengan kondisi dan
karakteristik peserta didik.
2.4 Pembelajaran Menulis Teks Berita Melalui Model TTW (Think Talk
Write)
2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran TTW (Think Talk Write)
Model pembelajaran TTW (Think Talk Write) adalah model pembelajaran yang
dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa.
Model pembelajaran think talk write dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin
tahun 1996 (Yamin dan Ansari, 2008:84) yang dibangun melalui berpikir,
51
berbicara dan menulis. Alur model think talk write dimulai dari keterlibatan siswa
dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca,
selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya kemudian menulis hasil
diskusi. Model ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan
3-5 siswa. Dalam kelompok ini semua siswa diminta membaca, membuat catatan
kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide bersama teman kemudian
mengungkapkannya melalui tulisan. Tahap-tahap pelaksanaan model
pembelajaran TTW (Think Talk Write) menurut Yamin dan Ansari (2008: 85)
sebagai berikut:
1. Berpikir atau Dialog Reflektif (Think )
Think merupakan aktivitas siswa untuk berpikir. Hal ini dapat dilihat dari proses
membaca suatu teks atau cerita kemudian membuat catatan tentang apa yang
telah dibaca. Dalam membuat atau menulis catatan, siswa membedakan dan
mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan kemudian menerjemahkan
ke dalam bahasa sendiri. Menurut Wiederhold (Yamin dan Ansari, 2008:85)
membuat catatan berarti menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan
yang ditulis. Selain itu belajar membuat/menulis catatan setelah membaca dapat
merangang aktivitas berpikir sebelum, selama dan setelah membaca. Membuat
catatan dapat memperluas pengetahuan siswa, bahkan meningkatkan ketrampilan
berpikir dan menulis. Salah satu manfaat dari proses ini adalah membuat catatan
yang akan menjadi integral dalam setting pembelajaran. Kemampuan membaca
yang meliputi membaca baris demi baris atau membaca yang penting saja
menurut Wiederhold (Yamin dan Ansari, 2008: 85) secara umum dianggap
berpikir. Seringkali suatu teks bacaan disertai panduan yang bertujuan untuk
52
mempermudah dalam diskusi dan mengembangkan pemahaman siswa (Narode
dalam Yamin dan Ansari, 2008: 85). Dalam tahap ini teks bacaan selalui dimulai
dengan soal-soal kontekstual yang diberi sedikit panduan sebelum siswa
membuat catatan kecil.
2. Berbicara atau Berdiskusi (Talk)
Talk merupakan aktivitas siswa dalam berkomunikai dengan menggunakan kata-
kata dan bahasa yang mereka pahami. Menurut Yamin dan Ansari (2008:86)
manfaat talk, yaitu: (a) merupakan tulisan, gambaran, isyarat atau percakapan
sebagai bahasa manusia (b) pemahaman dibangun melalui interaksi dan
konversasi (percakapan) antara sesama individual yang merupakan aktivitas
sosial yang bermakna, (c) cara utama partisipasi komunikasi yaitu siswa
menggunakan bahasa untuk menyajikan ide kepada temannya dan membuat
definisi, (d) pembentukan ide, (e) internalisasi ide yang dibentuk melalui berpikir
dan memecahkan masalah, (f) meningkatkan dan menilai kualitas berpikir.
Talking juga dapat membantu guru untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
dalam belajar sehingga dapat mempersiapkan perlengakapan pembelajaran yang
dibutuhkan. Komunikasi dalam model think talk write memungkinkan siswa
untuk terampil berbicara. Proses komunikasi dipelajari siswa melalui
kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Proses komunikai dapat dibangun di kelas secara alami dan mudah serta dapat
dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis. Misalnya siswa berkomunikasi
tentang ide yang dihubungkan dengan pengalaman mereka, sehingga mereka
53
mampu untuk menulis tentang ide tersebut. Selain itu komunikasi dalam suatu
diskusi dapat membantu kolaborasi dan meningkatkan aktivitas belajar dalam
kelas. Hal ini mungkin terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan untuk
berkomunikasi sekaligus mereka berpikir bagaimana cara mengungkapkannya
dalam tulisan. Oleh karena itu ketrampilan berkomunikasi dapat mempercepat
kemampuan siswa mengungkapkan idenya melalui tulisan. Selanjutnya
berkomunikasi atau berdialog baik antar siswa maupun guru dapat meningkatkan
pemahaman. Hal ini terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan untuk
berbicara atau berdialog sekaligus mengkonstruksikan berbagai ide untuk
dikemukakan melalui dialog.
3. Menulis (Write)
Write merupakan aktivitas siswa dalam menuliskan hasil diskusi/dialog pada
lembar aktivitas siswa. Aktivitas menulis berarti mengkonstrukikan ide setelah
berdiskusi antar teman. Menulis dalam matematika dapat membantu
merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang
materi yang siswa pelajari. Aktivitas menulis juga akan membantu siswa dalam
membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep
siswa. Selain itu menurut Wisniowaka (Yamin dan Ansari, 2008: 88), bahwa
kreativitas menulis siswa membantu guru untuk memantau kesalahan
siswa, miskonsepsi dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama. Aktivitas
siswa pada tahap write, yaitu:
Menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk
perhitungan.
54
Mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah, baik penyelesai-
annya ada yang menggunakan diagram, grafik ataupun tabel agar mudah
dibaca dan ditindaklanjuti.
Mengoreksi semua pekerjaan sehingga tidak ada pekerjaan ataupun
perhitungan yang ketinggalan.
Menyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap, mudah dibaca
dan terjamin keasliannya.
Langkah-langkah model pembelajaran TTW (Think Talk Write) menurut Yamin
dan Ansari (2008: 84), yaitu:
Guru membagi teks bacaan berupa lembar aktivitas siswa yang memuat
situasi masalah yang bersifat open ended dan petunjuk serta prosedur
pelaksanaannya.
Siswa membaca teks dan membuat catatan hasil bacaan secara individual,
untuk dibawa ke forum diskusi (think).
Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi
catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar.
Siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi
(write). Guru memantau dan mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
Peranan guru dalam model pembelajaran TTW (Think Talk Write) menurut Silver
dan Mith (Yamin dan Ansari, 2008: 84), yaitu:
Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan dan
menantang setiap siswa berpikir.
55
Mendengar secara hati-hati ide siswa.
Menyuruh siswa mengungkapkan ide secara lisan dan tertulis.
Memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi.
Memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasikan persoalan
persoalan, menggunakan model, membimbing dan membiarkan siswa
berjuang dengan kesulitan.
Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam dikusi dan memutuskan
kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi.
3.3.2 Sintaks (Langkah-langkah) dalam Model Pembelajaran TTW (Think
Talk Write)
Model pembelajaran TTW (Think Talk Write) memiliki langkah-langkah
(sintaks) dalam pembelajaran, yaitu:
1. Guru menampilkan video yang berisi masalah yang harus diselesaikan oleh
peserta didik (jika diperlukan diberikan sedikit petunjuk).
2. Peserta didik membaca masalah yang ada dan membuat catatan kecil secara
individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui dalam masalah
tersebut. Ketika peserta didik membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses
berpikir (think) pada peserta didik. Setelah itu peserta didik berusaha untuk
meyelesaikan masalah tersebut secara individu. Kegiatan ini bertujuan agar
peserta didik dapat membedakan atau menyatukan ide-ide yang terdapat pada
bacaan untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri.
3. Peserta didik berdiskusi dengan teman dalam kelompok membahas isi catatan
yang dibuatnya dan penyelesaian masalah dikerjakan secara individu (talk).
56
Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata mereka
sendiri untuk menyampaikan ide-ide matematika dalam diskusi. Diskusi
diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan. Diskusi akan
efektif jika anggota kelompok tidak terlalu banyak dan terdiri dari anggota
kelompok dengan kemampuan yang heterogen. Artinya, metode TTW akan
efektif ketika peserta didik bekerja dalam kelompok yang heterogen yang
terdiri dari dua sampai enam peserta didik yang bekerja untuk menjelaskan,
meringkas, atau merefleksi.
4. Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan
berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode,
dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. Pada
tulisan itu peserta didik menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui
diskusi.
5. Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan
kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
6. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas
materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih beberapa atau satu orang peserta
didik sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya,
sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
57
III. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Menurut Elliot dalam Kunandar (2011: 43) penelitian tindakan sebagai kajian dari
sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas
situasi social tersebut. Menurut Suharsimi (Suyadi, 2012: 8) secara lebih luas
penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan
tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok
subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya
untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan
atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih
baik.
Tellis dalan Setiyadi (2006: 286) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas atau
studi kasus merupakan salah satu metode dalam penelitian ilmu sosial yang
dimaksud untuk menyajikan analisa kontekstual secara detail mengenai kondisi atau
kejadian tertentu dalam kehidupan sehari-hari dari subjek penelitian dan memakai
fenomena tersebut dengan menggunakan bahasa dan sudut pandang dari subjek
penelitian.
Melalui tindakan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam bentuk
rangkaian siklus kegiatan. Dengan demikian, perkembangan dalam setiap kegiatan
58
dapat dipantau. Penelitian tindakan kelas ini berfokus pada upaya untuk mengubah
kondisi nyata sekarang ke arah kondisi yang diharapkan (improvement oriented).
Dalam kajian ini, penelitian tindakan kelas dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan menulis teks berita.
Penelitian tindakan kelas ini dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah dengan
ruang lingkup yang terlalu luas berkaitan dengan hal-hal yang dihadapi guru dalam
kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Ciri-ciri penelitian tindakan kelas
sebagaimana diungkapkan Takari (2008: 4) menyatakan bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan professional
seorang guru karena penelitian tindakan kelas memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
a. Penelitian tindakan kelas sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka/
tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelas. Guru menjadi reflektif dan
kritis terhadap sesuatu yang guru dan murid lakukan.
b. Penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi
professional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktis yang sudah merasa puas
terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan
dan inovasi juga sebagai peneliti dibidangnya.
c. Melakukan tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas guru mampu
memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa
yang terjadi dikelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan
pada masalah aktual dan faktual yang berkembang dikelasnya.
59
d. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas tidak mengganggu tugas pokok seorang
guru karena guru tidak perlu meninggalkan kelasnya. Penelitian tindakan kelas
merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses
pembelajaran.
e. Melaksanakan penelitian tindakan kelas guru menjadi kreatif karena selalu
dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan
adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang
disampaikan.
f. Penerapan penelitian tindakan kelas dalam pendidikan dan pembelajaran
memiliki tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktik
pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil
instruksional, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi,
meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional, dan menumbuhkan budaya
meneliti pada komunitas guru.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis
reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai
peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan
nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan pembelajaran untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan.
Penelitian tindakan kelas pada penelitian ini, dilakukan dengan mengikuti model
yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto. Menurut Suharsimi Arikunto
60
(Paizaluddin, 2014: 34) menyatakan bahwa terdapat empat tahapan dalam
melaksanakan penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi/
pengamatan, dan refleksi.
Gambar 2. Model PTK Arikunto
Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahapan, sebagai berkut.
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dimulai dari penemuan masalah sampai akhirnya
ditemukan rencana tindakan kelas. Secara terperinci langkah-langkah pada tahap
ini dapat diuraikan, sebagai berikut.
1) Penemuan Masalah di Lapangan
Melalui pra-survei peneliti berupaya untuk mendapatkan masalah apa yang
dihadapi di dalam kelas, terutama dalam hal pembelajaran bahasa indonesia.
Data digali dari hasil ketuntasan belajar peserta didik dan melalui
pengamatan/ wawancara di lapangan.
61
2) Pemilihan masalah
Berbagai permasalahan yang diperoleh untuk selanjutnya difokuskan pada
suatu masalah yang perlu diprioritaskan untuk mendapatkan pemecahan
masalah dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis teks berita dengan
model TTW (Think Talk Write).
3) Perumusan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan dan ditetapkan untuk dicarikan
pemecahannya maka dirumuskan hipotesis tindakan.
4) Rancangan Pemecahan Masalah
Rancangan pemecahan masalah dilakukan dengan cara merumuskan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan skenario pembelajaran sebagai rencana
tindakan yang akan dilakukan oleh guru.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu melaksanakan tindakan di kelas. Pelaksanaan tindakan di kelas
didasarkan rencana pelaksanaan yang dituangkan di RPP yang telah di susun.
Oleh karena itu, pelaksanaan tindakan diupayakan tidak menyimpang dari
rencana pelaksanaan.
c. Observasi/Pengamatan
Pada saat tindakan berlangsung, peneliti dibantu kolaborator (guru mitra)
melaksanakan observasi dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan.
Pengamatan dilakukan dengan cermat dari awal hingga akhir pembelajaran
62
berlangsung. Selain mencatat data atas berbagai masalah yang dijumpai dengan
menggunakan catatan di lapangan.
d. Refleksi
Hasil observasi kelas, rekaman data, maupun catatan lapangan dan data lainnya
dianalisis bersama-sama kolaborator (guru mitra) yang terlibat dalam penelitian
ini. Refleksi dilakukan pada akhir tindakan setiap siklus. Hasil analisis digunakan
untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya. Tindakan yang berhasil
dapat dilanjutkan pada pembelajaran berikutnya, sedangkan tindakan yang belum
berhasil diubah dan diperbaiki.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII.A SMP Negeri 16 Pesawaran yang
berlokasi di Desa Baturaja Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran Provinsi
Lampung. Pada saat penelitian ini dilaksanakan, sekolah tersebut dipimpin oleh
Zaelani, S.Pd sebagai kepala sekolah. SMP Negeri 16 Pesawaran memiliki
Sembilan robongan belajar (rombel) yang terdiri atas tiga rombel kelas VII, tiga
rombel kelas VIII, dan tiga rombel kelas IX, yang peserta didiknya memiliki
karakteristik motivasi dan hasil belajar bahasa Indonesia beragam. Penelitian ini
dilaksanakan pada tahun pelajaran 2017/2018 dan dilaksanakan selama enam
bulan, yakni pada Januari 2018 s.d. Juli 2018.
63
3.3 Subyek dan Objek penelitian
Arikunto (2006:130) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian. Menurut Margono (2004: 118) populasi adalah
keseluruhan data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan
waktu yang kita tentukan. Maka, subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik
kelas kelas VIII SMP Negeri 16 Waylima Pesawaran Lampung pada mata
pelajaan Bahasa Indonesia sebanyak 23 siswa yang terdiri atas 10 peserta didik
laki-laki dan 13 peserta didik.
Objek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran TTW (Think Talk
Write) pada materi menulis teks berita dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
kelas VIII A SMP Negeri 16 Pesawara Provinsi Lampung.
3.4 Kolaborator
Peneliti dibantu dua orang guru bahasa Indonesia dan satu orang wakil kepala
SMP Negeri 16 Pesawaran yang bertugas sebagai observer atau pengamat dalam
penelitian ini, yaitu: Melda Novianti Mala, M.Pd., Rahayu Kartika Murti, S.Pd.
serta Yuni Hartono, S.Pd.
64
3.5 Prosedur Penelitian
Gambar 3. Diagram Alir Disain Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam beberapa siklus dengan hasil
refleksi pada tiap siklusnya. Gambaran tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas
diuraikan, sebagai berikut.
a. Skenario Pembelajaran Siklus I
Skenario pembelajaran siklus I terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan/observasi, dan refleksi.
1) Perencanaan
Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan pada penelitian tindakan
kelas ini antara lain:
65
a) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran yang mengarah pada modifikasi
pembelajaran;
b) penetapan alokasi waktu pembelajaran;
c) menyusun skenario pembelajaran sesuai dengan materi yang akan
diberikan;
d) mempersiapkan perangkat tes (alat evaluasi) dan lembar observasi;
e) menyiapkan alat bantu (media) pembelajaran.
2) Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun. Pelaksanaan
pembelajaran pada materi menulis teks menulis teks berita dengan model
pembelajaran TTW (Think Talk Write) pada siswa kelas VIII.A SMP Negeri
16 Pesawaran Tahun Pelajaran 2017/2018.
3) Pengamatan dan observasi
Peneliti bekerjasama dengan guru mitra, yaitu dua orang guru mata pelajaran
bahasa Indonesia satu orang wakil kurikulum di SMP Negeri 16 Pesawaran
dalam melaksanakan pengamatan dan observasi. Guru mitra bertugas
mengamati selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil
pengamatan ini dituangkan dalam catatan lapangan yang telah disiapkan.
4) Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Refleksi dilakukan dengan menganalisis kelemahan dan
66
kekurangan yang ditemukan selama pelaksanaan pembelajaran pada tiap
siklusnya. Refleksi dilihat dari hasil tes dan pengamatan sebagai dasar
perbaikan pada siklus selanjutnya.
b. Skenario Pembelajaran Siklus II
Pelaksanaan siklus II berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dengan melalui
tahapan yang sama sebagaimana tahap siklus I, yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan pada hasil analisis
pelaksanaan siklus I yang belum tercapai indikator keberhasilan, yaitu ketuntasan
prestasi belajar yang telah ditetapkan. Siklus II dan seterusnya melalui tahap
yang sama dengan pertimbangan pada hasil refleksi pada siklus sebelumnya
sesuai dengan kriteria keberhasilan atau ketuntasan yang telah ditentukan.
3.6 Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan terhadap proses
pembelajaran yang sedang dilaksanakan, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari
evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik yang dilakukan pada setiap akhir siklus.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut.
67
a. Tes
Tes dilakukan setiap akhir siklus. Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan/ketuntasan peserta didik melaksanakan pembelajaran. Tes dilakukan
pada tiga aspek, yaitu tes kognitif, tes psikomotorik, dan tes afektif.
b. Catatan Lapangan
Catatan lapangan bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang terjadi selama proses
penelitian. Catatan lapangan dapat berupa perilaku peserta didik ataupun masalah
yang dapat dipertimbangkan bagi langkah-langkah selanjutnya ataupun menjadi
masukan terhadap keberhasilan yang sudah dicapai.
c. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas kinerja guru dalam pengelolaan
pembelajaran dan aktivitas belajar peserta didik selama pembelajaran
berlangsung.
d. APKG I dan II (Analisis Penilaian Kinerja Guru)
APKG I dilakukan untuk menilai perencanaan yang dilakukan oleh guru (RPP)
dan APKG II dilakukan untuk menilai aktivitas guru dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran.
3.8 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, sebagai
berikut.
68
a. Perangkat Tes
Perangkat tes digunakan untuk mendapatkan data tentang efektivitas dan efisiensi
pembelajaran serta hasil belajar yang dicapai peserta didik pada setiap akhir
siklus. Untuk mendukung hal tersebut, maka instrumen penelitian yang
digunakan adalah sebagai berikut.
1) Rublik penilaian kognitif/pengetahuan tentang kemampuan menulis teks
berita. (terlampir)
2) Rublik penilaian psikomotorik/ keterampilan menulis teks berita. (terlampir)
3) Rublik penilaian sikap dalam pembelajaran menulis teks berita. (terlampir)
b. Catatan Lapangan
Catatan lapangan ini berupa catatan yang dilakukan oleh peneliti dan
bekerjasama dengan seorang guru mitra selama pelaksanaan penelitian sebagai
bahan analisis secara keseluruhan mengenai aktivitas guru (peneliti) dan peserta
didik selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
c. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk pengumpulan data terkait dengan kinerja
guru dan aktivitas belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
d. Format APKG I dan APKG II (Analisis Penilaian Kinerja Guru)
APKG I dilakukan untuk menilai perencanaan yang dilakukan oleh Guru (RPP)
dan APKG II dilakukan untuk menilai aktivitas guru dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran.
69
3.9 Format Instrumen Penelitian
a. Format Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/APKG I
Tabel 2. Format Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/APKG I
No Aspek yang diamatiPenilaian
Ket1 2 3 4 5
1 Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran(tidak menimbulkan penafsiran ganda danmenggantung perilaku hasil belajar)
2 Pemilihan bahan ajar (sesuai dengan tujuandan karakteristik peserta didik)
3 Pengorganisasian bahan ajar (keruntutansistematika materi, dan kesesuaian denganalokasi waktu)
4 Pemilihan sumber belajar/ mediapembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi,dan karakteristik peserta didik)
5 Kejelasan skenario pembelajaran (langkah-langkah kegiatan pembelajaran: awal, inti,dan penutup)
6 Kerincian skenario pembelajaran (setiaplangkah tercermin strategi/ metode danalokasi waktu pada setiap tahap)
7 Kesesuaian teknik dengan pembelajaran8 Kelengkapan instrumen (soal, kunci,
pedoman penskoran)Jumlah
*(Keterangan deskriptor terlampir)
b. Format Penilaian Pelaksanaan pembelajaran (APKG II)
Tabel 3. Format Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran (APKG II)
NoAspek yang Diamati
PenilaianKet1 2 3 4 5
I Kegiatan Pendahuluan
1 MempersiapkanSiswa untuk belajar
2 Melakukan kegiatanapersepsi
II Kegiatan Inti PembelajaranA Penguasaan Materi Pembelajaran
70
3 Menunjukkanpenguasaan materipembelajaran
4 Mengaitkan materidengan pengetahuanlain yang relevan
5 Menyampaikanmateri dengan jelassesuai dengan hierarkipembelajaran dankarakteristik siswa
6 Mengaitkan materidengan realitaskehidupan
B Pendekatan/ Strategi/ Model Pembelajaran7 Melaksanakan
pembelajaran sesuaidengan kompetensi(tujuan) yang akandicapai
8 Melaksanakanpembelajaran secararuntut
9 Menguasai kelas10 Melaksanakan
pembelajaran yangbersifat kontekstual
11 Melaksanakanpembelajaran yangmemungkinkantumbuhnya kebiasaanpositif
12 Melaksanakanpembelajaran sesuaidengan alokasi waktuyang direncanakan
C Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembelajaran13 Menggunakan media
secara efektif danefisien
14 Mengahasilkan pesanyang menarik
15 Melibatkan siswadalam pemanfaatanmedia
D Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Ketertiban Siswa
71
16 Menumbuhkanpartisipasi siswadalam pembelajaran
17 Menunjukkan sikapterbuka terhadaprespon siswa
18 Menumbuhkankerjasama danantusiasme siswadalam belajar
19 Memantau kemajuanselama prosespembelajaran
20 Melakukan penilaianakhir sesuai dengankompetensi
E Penggunaan Bahasa21 Menggunakan bahasa
secara jelas, baik, danbenar
22 Menyampaikan pesandengan gaya yangsesuai
III Penutup23 Melakukan refleksi,
membuat rangkumandengan melibatkansiswa
24 Melakukan tindaklanjut denganmemberikan arahanatau kegiatan atautugas sebagai bagianremedial/ pengayaan
*(Keterangan deskriptor terlampir)
c. Format Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 4. Format Observasi Aktivitas Siswa
NoNamaSiswa
Aspek yang DinilaiJmlh %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1212
72
3456789
10...
Rerata*(Keterangan deskriptor terlampir)
d. Format Penilaian Kognitif/Pengetahuan Siswa Menulis Teks Berita
Tabel 5. Format Penilaian Kognitif/Pengetahuan Siswa Menulis Teks Berita
NoNamaSiswa
SoalNo.1
Soal No.2SoalNo.3
SoalNo.4
Soal No.5Jml NA
1 2 1 2 3 4 5 6 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 5 6123456789
10...
Jumlah Skor Maksimal 20*( Keterangan deskriptor terlampir)
73
e. Format Penilaian Psikomotorik/Keterampilan Siswa Menulis Hasil TeksBerita
Tabel 6. Format Penilaian Psikomotorik/Keterampilan siswa Menulis Hasil TeksBerita
NoNamaSiswa
Kesesuaian IsiOrganisasiGagasan
Pilihan Kata(Kosakata)
PenggunaanEjaan Jml
NA
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5123456789
10...
Jumlah Skor Maksimal 20*( Keterangan deskriptor terlampir)
e. Format Penilaian Afektif/Sikap Siswa Dalam Pembelajaran Menulis TeksBerita
Tabel 7. Format Penilaian Afektif/Sikap Siswa Dalam Pembelajaran Menulis TeksBerita
NoNamaSiswa
Peduli Santun Jujur Tanggung JawabJumlah NA
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 412345678...
Jumlah Skor Maksimal 16*( Keterangan deskriptor terlampir)
74
3.10 Indikator Keberhasilan
Adapun indikator keberhasilan yang dijadikan sebagai tolak ukur pencapaian hasil
yang diharapkan dalam penelitian tindakan kelas, sebagai berikut.
1. Membuat rancangan skenario pembelajaran bahasa Indonesia yang tepat tertuang
dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Penilaian RPP menggunakan
format APKG I dan pelaksanaan pembelajaran penilaian menggunakan format
APKG II, memperoleh nilai ≥ 86 dengan predikat sangat baik.
2. Terjadi peningkatan aktivitas peserta didik yang aktif pada setiap siklusnya dan
siklus akan dihentikan jika jumlah peserta didik yang aktif mencapai ≥ 75% dari
seluruh peserta didik (dinilai dengan menggunakan lembar observasi aktivitas
peserta didik).
3. Penilaian (evaluasi) dinyatakan berhasil apabila peserta didik telah mendapat
nilai ≥ 75 (sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)) untuk mata
pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 16 Pesawaran dan siklus akan
dihentikan apabila jumlah peserta didik yang memenuhi KKM mencapai ≥ 86 %
(dengan predikat sangat baik).
3.11 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data digunakan untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam
kegiatan pembelajaran. Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis
kualitatif dan kuantitatif. Teknik ini digunakan untuk menggambarkan kenyataan
atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untu mengetahui hasil
75
belajar yang dicapai peserta didik dan untuk memperoleh respon peserta didik
terhadap kegiatan pembelajaran. Berikut uraian analisis data, sebagai berikut.
a. Data Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Seorang guru harus memiliki pedoman pembelajaran. Pedoman pembelajaran
tersebut diwujudkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang di dalamnya terdiri dari komponen tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, media, dan sumber belajar, serta evaluasi.
Sebagai pedoman pembelajaran, tentunya RPP yang dibuat harus memiliki
kualitas yang baik. Untuk mengukur kualitas RPP tersebut, penulis menggunakan
APKG I (Analisis Penilaian Kinerja Guru). Selanjutnya ditelaah dari setiap
komponen RPP yang dibuat, setiap komponen dinilai dengan skala 1-5, dengan
menggunakan rumus untuk nilai akhir, sebagai berikut.
Wardani (2007: 43) menginterpretasikan kualitas RPP, sebagai berikut.
86 – 100 = sangat baik
70 – 85 = baik
55 – 69 = sedang
40 – 54 = kurang
< 40 = sangat kurang.
Nilai Akhir =
76
b. Data Aktivitas Kinerja Guru
Salah satu cara melihat pembelajaran yang efektif dan efisien, yaitu dengan
melihat kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas kinerja
guru diamati dan dicatat dalam lembar observasi oleh guru mitra menggunakan
APKG II. Setiap komponen dinilai dengan skala 1-5, dengan menggunakan
rumus untuk nilai akhir, sebagai berikut.
Wardani (2007: 43) menginterpretasikan kualitas pelaksanaan pembelajaran,
sebagai berikut.
86 – 100 = sangat baik
70 – 85 = baik
55 – 69 = sedang
40 – 54 = kurang
< 40 = sangat kurang.
c. Data Aktivitas Peserta Didik
Selain melihat aktivitas kinerja guru selama proses pembelajaran berlansung,
aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran juga sangat penting untuk
diamati sebagai tolak ukur pembelajaran yang efektif dan efisien. Aktivitas
peserta didik diamati oleh guru dibantu dengan guru mitra selama proses
pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi aktivitas peserta
Nilai Akhir =
77
didik. Setiap komponen dinilai dengan skala 1-5, dengan menggunakan rumus
untuk nilai akhir, sebagai berikut.
Wardani (2007: 43) menginterpretasikan aktivitas siswa, sebagai berikut.
86 – 100 = sangat baik
70 – 85 = baik
55 – 69 = sedang
40 – 54 = kurang
< 40 = sangat kurang.
d. Data Hasil Belajar Peserta Didik
Tingkat keberhasilan peserta didik dapat dianalisis setelah proses pembelajaran
setiap siklusnya, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa tes pada
setiap akhir siklus. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana
dalam Sudjana (2005: 67), sebagai berikut.
a. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar dilakukan dalam tiga ranah, yaitu kognitif (tes tertulis),
psikomotorik (tes unjuk kerja), dan afektif (sikap siswa ketika pembelajaran).
Setelah tes dilakukan, untuk mengetahui nilai akhir dari penilaian hasil
belajar tiap siklusnya, akan dianalisis dengan cara, sebagai berikut.
Nilai Akhir =
78
Wardani (2007: 43) menginterpretasikan hasil belajar siswa, sebagai berikut.
86 – 100 = sangat baik
70 – 85 = baik
55 – 69 = sedang
40 – 54 = kurang
< 40 = sangat kurang.
b. Penilaian Ketuntasan Belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar, yaitu secara perseorangan (individu) dan
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan pembelajaran dalam
kurikulum Depdiknas peserta didik telah tuntas belajar bila telah mencapai
skor minimal 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas bila telah mencapai
65% dari total keseluruhan peserta didik. Akan tetapi, ketuntasan belajar
dalam penelitian ini menggunakan standar Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) yang telah ditentukan oleh kesepakatan guru mata pelajaran bahasa
Indonesia di SMP Negeri 16 Pesawaran, yaitu KKM ≥ 75. Untuk menghi-
tung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus, sebagai berikut.
Penilaian =
Nilai Akhir =
79
Keterangan:
P = Persentase ketuntasan belajar
Ʃx = Jumlah peserta didik yang tuntas belajar
Ʃn = Jumlah peserta didik.
P =
196
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan dapat
disimpulkan, sebagai berikut.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam pelajaran menulis teks
berita pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 16 Pesawaran dengan
menggunakan model pembelajaran TTW (Think Talk Write) mengalami
peningkatan. Pada siklus I diperoleh hasil penilaian RPP 70,83 dengan
kategori baik, pada siklus II diperoleh hasil penialaian RPP 87,50 dalam
kategori amat baik.
2. Pelaksanaan proses pembelajaran menulis teks berita melalui model
pembelajaran TTW (Think Talk Write) pada siswa kelas VIII A SMP Negeri
16 Pesawaran Tahun Pelajaran 2017/2018 terjadi peningkatan. Pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I diperoleh penilaian sebesar 72,28 kemudian pada
siklus II diperoleh hasil penilaian 87,78 dalam kategori amat baik.
3. Hasil penilaian pembelajaran menulis teks berita melalui model pembelajaran
TTW (Think Talk Write) pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 16 Pesawaran
Tahun pelajaran 2017/2018 terjadi peningkatan. Hasil penilaian pembelajaran
pada siklus I memperoleh nilai rata-rata dari ketiga aspek penilaian (kognitif,
afektif, dan psikomotorik) 71,83 dalam kategori baik/belum tuntas dan hasil
197
penelitian pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 87,17 dalam katagori
sangat baik/tuntas.
Pembelajaran menulis teks berita melalui model pembelajaran TTW (Think
Talk Write) dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik pada siswa
kelas VIII A SMP Negeri 16 Pesawaran Tahun pelajaran 2017/2018.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I 72,10 dalam kategori belum tuntas,
pada siklus II 82,61 dalam kategori tuntas.
4. Peningkatan kemampuan menulis teks berita peserta didik kelas VIII A SMP
Negeri 16 Pesawaran setelah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran TTW (Think Talk Write) secara keseluruhan terjadi
peningkatan. Perbandingan hasil penilaian pembelajaran siklus I dan siklus II
secara bertahap terjadi peningkatan yang signifikan baik dilihat dari hasil
penilaian perencanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran,
observasi aktivitas peserta didik dan hasil belajar peserta didik.
5.2 Saran
Berdasarkan pada simpulan hasil penelitian di atas, perlu dilakukan inovasi
pembelajaran untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran menulis.
Adapun saran yang penulis ajukan sebagai berikut.
1. Bagi Peserta Didik
a. Peserta didik hendaknya lebih banyak belajar membaca dan latihan
menulis.
198
b. Peserta didik hendaknya berfartisifatif dalam melakukan kegiatan diskusi
selama pembelajaran menulis berlangsung dan menciptakan kegiatan
pembelajaran menulis yang kondusif.
c. Peserta didik hendaknya lebih aktif dan bersungguh-sungguhdalam
mengikuti pembelajaran menulis.
2. Bagi Guru
a. Guru hendaknya dapat beradaftasi dengan mengikuti perkembangan
metode pembelajaran yang inovatif. Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) melalui model pembelajaran TTW (Think Talk
Write) dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan
pembelajaran menulis.
b. Guru dapat menentukan dan memilih metode pembelajaran lain yang
lebih kreatif dan inovatif untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran menulis sehingga peserta didik tidak mengalami kejenuhan.
Penerapan model pembelajaran TTW (Think Talk Write) merangsang
aktivitas dan semangat belajar peserta didik dalam materi menulis teks
berita sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Oleh sebab
itu, penerapan model pembelajaran TTW (Think Talk Write) dapat
dijadikan sebagai alternatif pilihan pembelajaran membaca dan menulis.
c. Guru hendaknya memilih sarana dan sumber belajar yang relevan dengan
materi menulis yang diajarkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
d. Guru sebaiknya menggunakan media yang bervariasi dalam kegiatan
pembelajaran menulis agar peserta didik lebih semangat dan antusias
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
199
3. Bagi Kepala Sekolah
a. Kepala sekolah hendaknya selalu melakukan supervisi untuk memantau
kemampuan guru dalam mengajar agar bisa mengetahui kualitas
pembelajaran menulis yang dilaksanakan oleh guru.
b. Kepala sekolah hendaknya selalu memberikan motivasi kepada guru agar
dapat melakukan inovasi dan motivasi dalam kegiatan belajar menulis.
4. Bagi Peneliti yang Memiliki Kajian Sejenis
Hasil penelitian ini, hendaknya dapat dipakai sebagai referensi penelitian
untuk peneliti berikutnya yang memeliki kajian sejenis.
192
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti. 1997. Menulis I. Depdikbud, Jakarta.
Akhadiah, Sabarti dkk.1998. Menulis I. Universitas Terbuka, Jakarta.
Akhadiah, Sabarti. 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.Erlangga, Jakarta.
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis PendidikanKarakter. Refika Aditama, Bandung.
Arikunto, Suharsimi., Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.Bumi Aksara, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
_________________. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. PTRineka Cipta, Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2015. Media Pembelajaran. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Asegaf, Djafar H. 1998. Jurnalistik Masa Kini. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Badar Al-Tabany, Trianto Ibnu. 2014. Mendisain Model Pembelajaran Inovatif,Progresif, dan Kontekstual. Prenadamedia Group, Jakarta.
Badudu. J.S. 1992. Cakrawala Bahasa Indonesia II, Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Cakiban. Peningkatan Kemampuan Siswa Menulis Teks Berita Melalui Strategi“TTW” Dengan MediaFoto Jurnalistik. Jurnal Penelitian PendidikanIndonesia (JPPI), Vol. 1. No. 2/2016
Chaer, A. 2010. Bahasa Jurnalistik. Rineka Cipta, Jakarta.
Djuraid, Husnun N. 2007. Panduan Menulis Berita. UMM Press, Malang.
Djuroto, Totok. 2002. Manajemen Penerbitan Pers. Remaja Rosdakarya,Bandung.
193
_________________. 2003. Teknik Mencari dan Menulis Berita. Dahar Prize,Semarang.
Finoza, Lamuddin. 2013. Komposisi Bahasa Indonesia. Diksi Insan Mulia,Jakarta.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. PustakaPelajar, Yogyakarta.
Huinker, D., & Laughlin, C. 1996. “Talk Your Way Into Writing”. P.C. Elliot, &M.J Kenney (Ed), Communication in Mathematics: K”12 and Beyond.1996 Yearbook of the National Counchil of Teachers of Mathematics.
Idris Apandi. Kemdikbud http://www.kompasiana.com/idrisapandi/elemen-elemen-revisi-kurikulum-2013_56f9c84314977310048b4570
Kemendikbud. 2013. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Kemmis dan Mc Targgart. 1998. The Action Research Planner Third Edition.Deakin University Press, Victoria.
Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Gramedia: Jakarta.
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas SebagaiPengembangan Profesi Guru. Rajawali Pres, Jakarta.
Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Maryunis, A. 2003. Action Research Dalam Bidang Pendidikan. UNP, Padang.
Masduki. 2001. Jurnalistik Radio: Manata Profesionalisme Reporter danPenyiar. LKis, Yogyakarta.
Nurgiantoro, Burhan. 2010. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan SastraIndinesia. Yogyakarta, BPFE.
Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. IKIP Semarang Press, Semarang.
Nurudin. 2007. Dasar-Dasar Penulisan. Malang: UPT Penerbitan UniversitasMuhammadiyah Malang Setiani, Ani dan Priansa, Donni Juni. 2015.Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran. Alfabeta, Bandung.
Rezaliah, Hasan Al Huda. 2013. Makalah Model Pembelajaran Tipe Think-Talk-Write (TTW). http://rezaliah.blogspot.com.
Slamet, St.Y. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. UniversitasSebelas Maret Press. Surakarta.
194
Setiani, Ani dan Priansa, Donni Juni. 2015. Manajemen Peserta Didik dan ModelPembelajaran. Alfabeta, Bandung.
Setiyadi, Bambang. 2006. Metodologi Penelitian. Anugerah Jaya, Jakarta.
Semi, Atar. 1990. Menulis Efektif. CV Ankasa Raya: Padang.
Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Prenadamedia Group, Jakarta.
Siregar, Ras, Bahasa Indonesia Jurnalistik, PT Pustaka Karya Grafika Utama,Jakarta,1987.
Siregar dkk, Ashadi. 1998. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita Untuk MediaMassa, Kanisius, Yogyakarta.
Sudjana.2005. Metode Statistika Edisi ke-6. Tarsito, Bandung.
Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk,dan Kode Etik. Nuansa, Bandung.
Sumadiria, AS Haris.2005. Jurnalistik Indonesia (Menulis Berita dan Feature).Simbiosa Rekatama Media, Bandung.
Suriamiharja, Agus dkk.1997. Petunjuk Praktis Menulis. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan
Suparno dan Muhammad Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. UniversitasTerbuka.
Suyadi, Joko. 2012. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. DIVA Pres:Yogyakarta.
Takari, Enjah. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. PT Genesindo, Bandung.
Tarigan, H.G. 1993. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Angkasa,Bandung.
Paizaluddin dan Ermalinda. 2014. Penelitian Tindakan Kelas Panduan Teoritisdan Praktis. Bandung, Alfabeta.
Purwandari, Retno. 2012. Buku Pintar Bahasa Indonesia. Familia, Yogyakarta.
Putra, Masri Sareb. 2006. Teknik Menulis Berita & Feature. Indeks, Jakarta.
Wardani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka, Jakarta.
Yamin, Martinis dan Ansari, Bansu I. 2008. Taktik Mengembangkan KemampuanIndividual Siswa. Gaung Persada Press, Jakarta.