pengolahan promax samai migrasi

Upload: siti-ainul-yakhin

Post on 05-Jul-2018

293 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    1/70

     

    KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

    PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS GADJAH MADA 

    PRAKTIKUM METODE ANALISA GEOFISIKA II

    TUGAS AKHIR PRAKTIKUM MAG 2

    DISUSUN OLEH:

    RADENA ASPRILA N 13/347849/PA/15379

    FAJAR ENARDI 13/350013/PA/15603

    EBENEZER NAPITUPULU 13/349838

    SITI AINUL YAKHIN 13/347923/PA/15394

    LUSIA RITA NUGRAHENI 13/347817/PA/15369

    ADELLA PUTRI 13/347944/PA/15399

    YOGYAKARTA

    2015 

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    2/70

     

    BAB I . PENDAHULUAN

    I.  PENDAHULUAN

    Pada Tugas Akhir kali ini, dilakukan pengolahan data Lapangan dari awal sampai

    akhir. Pengolahan dilakukan dari Input data, Geometry , Pre Processing ( Denosingdan True Amplitude Recovery), FK Filter dan Dekonvolusi, Velocity analisis,kemudian terakhir yaitu stacking dan migrasi. Geometri merupakan dasar awal

    dalam pengolahan data seismik. Dekonvolusi bekerja sepanjang sumbu waktu,

    merupakan proses mengembalikan bentuk wavelet sumber dari rekaman trace seismikhingga mendekati wavelet dan karenanya dapat meningkatkan resolusi temporal.

    Stacking adalah proses kompresi data seismik dalam sumbu offset dengan mereduksi

    data seismik dalam bidang midpoint-time data seismik ke seismic section dengan zero

    offset, hasilnya adalah stack section. Akhirnya, migrasi biasanya diaplikasikan padadata terstack (diasumsikan sebagai section zero offset). Migrasi merupakan proses

     pemindahan even/refleksi miring ke posisi subsurface sebenarnya dan menghilangkan

    efek difraksi (Ozdogan Y, 1987).Geometri merupakan salah satu faktor penting di dalam pengolahan data

    seismik. Pada dasarnya, geometri bertujuan untuk mencocokkan antara file number

    (terdapat di observer report) dengan file record yang ada pada data seismik yang

    direkam dalam 1 shot (dalam pita magnetik atau media penyimpanan yang lain). Satushot direkam dengan satu file number sendiri. Data seismik dilengkapi dengan nomor

    shot dan nomor geophone-geophone yang mendapatkan source dari nomor shot

    tersebut. Pada beberapa software pengolahan data, CDP gather (Common Depth Pointgather) dan shot gather termasuk dalam sub proses geometri, yang pada hakekatnya

     berusaha menghubungkan besaran-besaran di permukaan dengan besaran-besaran di

     bawah permukaan.

    preprosesing data sesimik dimaksudkan untuk mempersiapkan data seismikuntuk dilanjutkan dalam proses velan (velocity analysis) agar data sudah dalam

    kondisi baik untuk dilakukan proses picking velocity. Tahapan preprocessing terdiri

    dari tahap denoising, TAR (true amplitude recovery), surface consistent amplitudes,dan proses dekonvolusi. Proses denoisisng merupakan proses menghilangkan atau

    mereduksi noise sekecil mungkin agar diperoleh penampang seismik dengan S/N

    rasio yang tinggi. Proses denoisisng terdiri dari trace muting, filtering, spike & noise burst edit, surface wave attenuation, dan windowed processing. Trace muting adalah

     proses pengeditan yang dilakukan dengan cara membuang atau memotong bagian-

     bagian trace pada zona tertentu. Trace perlu dibuang atau dipotong karena trace

    termasuk ke dalam noise. Sedangkan filtering adalah proses pemilahan sinyal denganfrekuesi tertentu. Pada proses ini sinyal dengan frekuensi tertentu akan dilewatkan

    sedangkan sinyal yang memiliki frekuensi diluar yang dimaksud tidak akan

    dilewatkan. Proses filtering menjaga agar sinyal tetap utuh dengan meredam noise.

    Spike & noise burst edit bertujuan untuk mendeteksi dan mengedit spike dan beberapa noise burst. Spike adalah trace yang memiliki nilai amplitudo yang lebih

    kecil atau lebih besar dibandingkan trace disekitarnya. Selain itu juga ada proses

    surface wave noise attenuation. Proses ini bertujuan untuk meredam noise padagelombang permukaan. Dan yang terakhir adalah proses windowed processing ,

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    3/70

     

     proses ini berfungsi untuk meredam efek ground roll yang muncul pada rekaman data

    sesimik. Sedangkan proses TAR atau True Amplitude Recovery bertujuan untuk

    menghilangkan efek spherical divergent pada penampang sesimik sehingga energiyang didapat pada setiap lokasi besarnya sama.

    Diketahui bahwa gelombang seismik yang dikirim ke dalam lapisan bumi oleh

    sumber seismik mengalami proses konvolusi (filtering) karena bumi bersifat sebagaifilter, sehingga menyebabkan gelombang dari sumber tersebut yang awalnya tajam-spike-(tinggi di kawasan amplitudo dan sempit di kawasan waktu) menjadi

    gelombang yang lebar di kawasan waktu dan menurun amplitudonya (mengalami

    streching). Sehingga gelombang yang diterima oleh receiver dan yang direkam adalahgelombang hasil filter-an oleh bumi. Dalam proses pre-stacking pengolahan data

    seismik, dilakukan kompensasi untuk mengurangi efek filter bumi ini yang biasanya

    dilakukan pada proses dekonvolusi. Setelah dilakukan dekonvolusi, tahap pengolahan

    data seismik selanjutnya adalah analisa kecepatan. Nilai kecepatan medium yangdipengaruhi oleh berbagai faktor seperti litologi batuan, tekanan, suhu, porositas,

    densitas, tekstur batuan, kandungan fluida dalam batuan, dan frekuensi rambat

    gelombang akan berpengaruh pada data seismik yang diperoleh. Lapisan tanah jugamungkin bervariasi kedalaman dan jenis batuannya, sehingga dalam pengolahan data

    seismik, sangat penting untuk melakukan analisis kecepatan (velocity analysis)

    sehingga didapatkan nilai kecepatan lapisan yang akurat untuk kemudian diketahui

     besarnya kedalaman, ketebalan, kemiringan (dip) dari suatu reflektor atau refraktor.Dalam pengolahan data, segala yang merupakan hasil pencitraan yang diproses secara

    digital tidak lepas dari hal resolusi. Oleh karena itu, mempelajari proses dekonvolusi

    dan analisis kecepatan (velocity analysis) sangat penting dalam pengolahan dataseismik untuk kemudian untuk meningkatkan resolusi dan menghasilkan penampang

    seismik yang optimal.

    Analisa kecepatan adalah upaya untuk memprediksi kecepatan gelombang

    seismik sampai kedalaman tertentu. Analisa kecepatan dilakukan didalam proses pengolahan data seismik pada data CMP (Common Mid Point) gather.

    Terdapat empat macam analisa kecepatan:

    1. Analisa t^2-x^2 (^2 adalah simbol untuk kuadrat)2. CVP (Constant Velocity Panels)

    3. CVS (Constant Velocity Stacks)

    4. Analisa Velocity Spectra: Amplitudo Stacking, Amplitudo Stacking yangdinormalisasi, Semblance.

    Kemudian, dilakukan dilakukan proses lanjutan pengolahan data seismic setelah

     proses velocity analysis, yaitu proses stacking dan migrasi. Stacking adalah proses

     penjumlahan trace-trace dalam satu gather data yang bertujuan untuk mempertinggisinyal to noise ratio (S/N), karena sinyal yang koheren akan saling memperkuat dan

    noise yang tidak koheren akan saling menghilangkan. Selain itu stacking ini akan

    mengurangi noise yang bersifat koheren. Stack dapat dilakukan berdasarkan Common

    Depth Point (CDP), Common Offset, Common Shot Pointtergantung dari tujuan dari stack itu sendiri. Biasanya proses stack dilakukan

     berdasarkan

    CDP dimana trace-trace yang tergabung pada satu CDP dan telah dikoreksi NMO

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    4/70

     

    dijumlahkan untuk mendapatkan satu trace yang lebih tajam dan bebas dari noise

    yang tidak koheren. Pada pusat pengolahan data proses stack ini biasanya dilakukan

     bersamaan dengan proses CDP gather dan proses koreksi NMO dalam satu tahapan pekerjaan.

    Migrasi Seismik adalah tahapan alternatif penting dalam pengolahan data seismikyang bertujuan untuk memindahkan reflektor miring ke posisi yang sebenarnya pada penampang seismik. Migrasi juga mampu menghilangkan efek difraksi sehingga

    dapat memperjelas gambaran struktur detil bawah permukaan. Migrasi dapat juga

    dipandang sebagai suatu proses yang dapat meningkatkan resolusi spasial penampangseismik.

    Dari tahap-tahap tersebut, kemudian akan didapatkan hasil akhir penampang

    seismic dari data Lapangan yang telah diberikan.

    II.  TUJUANTujuan dari dilakukannya praktikum Metode Analisa Geofisika 2 ini yaitu :

    1. Dapat mengetahui dasar-dasar dari tahapan serta alur pengolahan pada processingdata seismik. Seperti pemasukan data, Geometri data, filtering, Preprocessing,

    dekonvolusi, velocity analisis, Stacking, Migrasi dan lainnya

    2. Dapat mengetahui dan mengerti parameter-parameter yang digunakan dalam

     processing data seismik.3. Dapat mengoperasikan dan melakukan pengolahan data seismic dengan

    menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D.

    4. Dapat melakukan quality control pada data seismik yang diproses.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    5/70

     

    BAB II. DASAR TEORI

    1.  Pengolahan Data Seismik

    Pengolahan data seismik adalah proses yang dilakukan untuk mengubah dataseismik lapangan menjadi suatu bentuk penampang seismik. Data seismik lapangan belum

    dapat merepresentasikan kondisi bawah permukaan yang sebenarnya karena masih banyak

    terdapat faktor yang merusak sinyal seismik seperti noise dan sebagainya. Secara umum,

     pengolahan data seismik memiliki step-step umum seperti reformatting, geometri,

    amplitude recovery (TAR) koreksi static, filter digital, dekonvolusi, analisa kecepatan,

    koreksi NMO, migrasi data seismik.

    2.  Pengaturan Rutinitas Data

    A.  Reformating merupakan proses dimana data awal seismik (raw data) yang biasanya

    mempunyai format SEG-Y atau SEG-D diubah menjadi format Disk Image yang bisa

    diolah oleh software Promax.

    B.  Geometri merupakan salah satu factor penting di dalam pengolahan data seismik. Pada

    dasarnya, geometri bertujuan untuk mencocokkan antara file number (terdapat di

    observer report) dengan file record yang ada pada data seismik yang direkam dalam 1

    shot (dalam pita magnetic atau media penyimpanan yang lain). Satu shot direkam

    dengan satu file number sendiri. Data seismic dilengkapi dengan nomor shot dan nomor

    geophone-geophone yang mendapatkan source dari nomor shot tersebut. Pada beberapa

    software pengolahan data, CDP gather (Common Depth Point gather) dan shot gather

    termasuk dalam sub proses geometri, yang pada hakekatnya berusaha menghubungkan

     besaran-besaran di permukaan dengan besaran-besaran di bawah permukaan. Tujuan

     proses ini adalah memberikan data koordinat pada data seismik (source, receiver,

     pattern) dan mengetahui pola lintasan survei.

    C.  Pre-processing  merupakan suatu grup proses yang mengandung beberapa proses

    (denoising dan TAR) yang bertujuan bertujuan untuk mempersiapkan data seismic

    untuk dilanjutkan dalam proses velan (velocity analysis) agar data sudah dalam kondisi

     baik untuk dilakukan proses picking velocity melalui proses denoisisng dan TAR (True

     Amplitude Recovery). Denoisisng merupakan proses menghilangkan atau mereduksi

    noise sekecil mungkin agar diperoleh penampang seismik dengan  signal  to noise (S/N)

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    6/70

     

    rasio yang tinggi. Proses denoisisng terdiri dari trace muting, filtering, spike & noise

    burst edit, surface wave attenuation, dan windowed processing . Trace muting adalah

     proses pengeditan yang dilakukan dengan cara membuang atau memotong bagian-

     bagian trace  pada zona tertentu. Trace  perlu dibuang atau dipotong karena trace 

    termasuk ke dalam noise. Sedangkan filtering  adalah proses pemilahan sinyal dengan

    frekuesi tertentu. Pada proses ini sinyal dengan frekuensi tertentu akan dilewatkan

    sedangkan sinyal yang memiliki frekuensi diluar yang dimaksud tidak akan dilewatkan.

    Proses filtering menjaga agar sinyal tetap utuh dengan meredam noise. Spike & noise

    burst edit  bertujuan untuk mendeteksi dan mengedit spike dan beberapa noise burst.

    Spike adalah trace  yang memiliki nilai amplitudo yang lebih kecil atau lebih besar

    dibandingkan trace disekitarnya. Selain itu juga ada proses  surface wave noise

    attenuation. Proses ini bertujuan untuk meredam noise pada gelombang permukaan.

    Dan yang terakhir adalah proses windowed processing , proses ini berfungsi untuk

    meredam efek ground roll yang muncul pada rekaman data sesimik. True  Amplitude  

    Recovery   bertujuan untuk menghilangkan efek  spherical divergent  pada penampang

    seismik sehingga energi yang didapat pada setiap lokasi besarnya sama.

    D.  Filter  Seismik

    Dalam penmpang seismik dgunakan suatu filter untuk mengurangi noise yang

    terdapat pada signal tersebut. Terdapat beberapa macam cara atenuasi/peredaman noise

    yang umum digunakan dalam pemrosesan data seismik

    a.  Filter frekueansi

    Proses filter frekuensi ini bertujuan untuk mempertahankan data pada

    frekuensi tertentu, dan menghilangkan/melemahkan data yang dianggap noise.

    Terdapat beberapa filter yang umum digunakan, yaitu:

    1. Low pass filter , digunakan untuk memotong data dengan frekuensi tinggi.

    2.  High pass filter , digunakan untuk memotong data dengan frekuensi

    rendah.

    3.  Notch filter , digunakan untuk memotong data pada rentang frekuensi

    tertentu.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    7/70

     

    4.  Band pass filter , digunakan untuk meloloskan data pada rentang

    frekuensi tertentu

     Figure 1 jenis-jenis filter frekuensi

     b. 

    Filter F-K

    Proses filter F-K dilakukan untuk meredamnoise tertentu dalam domain

    frekuensibilangan gelombang (F-K). Proses  filter F-K dilakukan dengan

    mentransformasikan trastras masukan yang masih dalam domain waktu-jarak

    (T- X) ke dalam domain frekuensibilangan gelombang dengan 2D Fourier

    transform. Hasil transformasi ini berupa spektrum 2D dalam domain frekuensi-

     bilangan (FK). Dari spektrum F-K ini dilakukan proses  filter  pada zona

    spektrum F-K yang dianggap sebagai noise, yaitu noise yang memiliki

    frekuensi sama dengan reflector namun memiliki bilangan gelombang yang

     berbeda. Proses  filtering dapat dilakukan dengan metode poligon atau dip

     filtering , dengan tipe filter berupa bandpass atau reject filter . Metode poligon

    dilakukan dengan mendefinisikan sebuah poligon pada peta frekuensi-bilangan

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    8/70

     

    gelombang, sedangkan metode dip dilakukan dengan mendefinisikan model dip

     pemotongan data. Model dip ini didesain dengan taper yang proporsional

    dengan persentase antara bilangan gelombang dan frekuensi, dengan besar dip

    sesuai dengan persamaan (Anonim, 2009)

    dengan: dip = apparent dip, dalam ms per trace k = bilangan gelombang, dalam

    cycles per 1000 trace f = frekuensi dalam Hz Besarnya k juga dapat ditentukan

    sebagai sebuah fungsi dari frekuensi dan apparent velocity, dengan asusmsi

    data tersebut belum dimigrasi, yang dituliskan dalam persamaan (Anonim,

    2009)

    dengan: ΔGRP = interval grup receiver  dalam unit jarak, θ = sudut dip geologi

    maksimum (maksium 90o), velocity = kecepatan dalam unit jarak per detik

    E.  Noise

     Noisemerupakan gelombang seismik yang tidak diharapkan dan terekam di dalam

    rekaman data seismik pada saat akuisisi data. Noise bersifat mengganggu dan merusak

     penampakan dari reflector di dalam rekaman data seismik, sehingga perlu dihilangkan

    atau ditekan seminimal mungkin.  Noise  pada rekaman data seismik aktif dibagi

    menjadi dua, yaitu noise koheren (coherent noise) dan noise acak (random noise).

    a.   Noise Koheren

     Noise koheren merupakan noise yang muncul dari sumber-sumber tertentu, dan

    memiliki bentuk yang khas dalam  shot record . Berikut adalah contoh noise

    koheren (Yilmaz, 2001):

    1.  Ground-roll ; berupa gelombang permukaan yang menjalar dan

    terekam pada geofon akibat dari sumber seismik buatan. Ground-roll

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    9/70

     

    merupakan salah satu tipe gelombang Rayleigh yang muncul akibat

    gabungan dari gelombang kompresi (P) dan komponen vertikal dari

    gelombang shear (SV) yang menjalar di permukaan (Grant and West

    dalam Yilmaz, 2001). Ground-roll dicirikan dengan frekuensinya

    yang rendah, kecepatan yang rendah, dan amplitudo yang tinggi,

    terutama di tras-tras near offset, dan kenampakan yang linear pada

     shot record .

    2.  Cable noise; berupa gelombang dengan amplitudo dan frekuensi yang

    linear dan rendah.  Noise ini biasanya terekam di bagian akhir  shot

    record . Noise ini dapat direduksi dengan low-cut filter .

     Figure 2 kenampakan gelombang langsung, gelombang permukaan/ground roll, dan gelombang

    refleksi

    3.  Gelombang udara (air blast ); berupa gelombang suara dengan

    kecepatan 340 m/s yang biasanya diakibatkan dari sumber tembakan

    seperti Geoflex, Poulter , atau land air gun. Noise ini dapat direduksi

    dengan notch muting pada trace yang mengandung energi dari noise

    ini.

    4.   Multiple; adalah refleksi sekunder akibat terperangkapnya gelombang

    seismik dalam air laut atau dalam lapisan batuan lunak, dan

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    10/70

     

    mengakibatkan munculnya event refleksi yang berulang. Amplitudo

    multiple sebanding dengan hasil kali semua koefisien refleksi yang

    terlibat. Koefisien refleksi memiliki orde yang kecil sehingga

    diperlukan kontras impedansi yang sangat kuat untuk menghasilkan

    multiple.

     b.   Noise Acak

     Noise acak adalah noise yang berasal dari berbagai macam sumber, seperti:

     penanaman geofon yang salah, pergerakan angin, pergerakan di sekitar geofon

    saat perekaman, pergerakan ombak, dan noise listrik dari instrumen perekaman.

     Noise acak dapat dideteksi dari amplitudonya yang tidak melemah sebanding

    dengan waktu dan terlihat dominan pada shot record , sedangkan sinyal refleksi

    akan semakin melemah sebanding dengan waktu.

    c.  Difraksi

    Difraksi merupakan reflector semu yang dihasilkan akibat penghamburan

    gelombang utama yang menghantam ketidakmenerusan seperti permukaan

    sesar, ketidakselarasan, pembajian, perubahan kontras batuan, dll (Abdullah,

    2011). Pada penampang seismik, efek difraksi ditunjukkan oleh kurva hiperbola

    yang melengkung. Untuk menghilangkan efek difraksi ini harus dilakukan

     proses migrasi.

    F.  Dekonvolusi

    Gelombang seismik yang dikirim ke dalam bumi mengalami proses konvolusi

    ( filtering ). Dalam hal ini bumi sebagai  filter terhadap energi seismik tersebut. Akibat

    efek  filter  bumi, maka bentuk gelombang seismik (wavelet ) yang semula tajam dan

    tinggi amplitudonya (dalam kawasan waktu), menjadi lebih lebar dan menurun

    amplitudonya. Dekonvolusi adalah suatu proses untuk kompensasi efek filter bumi agar

    wavelet yang terekam menjadi tajam dan tinggi kembali amplitudonya di kawasan

    waktu atau pada kawasan frekuensi spektrum amplitudonya dilebarkan

    (diputihkan/whitening ) dan spektrum fasenya dinolkan/diminimumkan. Operasi

    dekonvolusi merupakan operasi penerapan inverse filter , karena  filter merupakan

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    11/70

     

    konvolusi. Filter yang dimaksud disini adalah filter alami yaitu filter bumi. Filter bumi

    ini merupakan low pass filter , dimana sinyal impulsif dinamit diubah menjadi wavelet

    yang panjangnya dapat mencapai beberapa milisekon. Panjang wavelet menyebabkan

    daya resolusi berkurang sehingga mengurangi kemampuan untuk membedakan dua

     buah peristiwa refleksi yang berdekatan. Bentuk dari wavelet ini akan lebih kompleks

    lagi jika dipengaruhi oleh gangguangangguan tambahan yang sifatnya koheren multiple

    ataupun yang tidak koheren.

    Jika x(t) adalah trace seismik, secara matematis proses konvolusi antara wavelet

    sumber dan koefisien refleksi dapat ditulis sebagai berikut:

     X (t ) = w(t ) * r (t ) * n(t )

    dengan, w(t ) = wavelet sumber, r (t ) = deret koefisien refleksi, n(t ) = random noiseX (t )

    = trace seismik (Russel, 1996).

    Beberapa asumsi yang diterapkan dalam proses dekonvolusi adalah: 

    a. Bumi merupakan lapisan horizontal yang mempunyai kecepatan konstan.

     b. Bentuk gelombang tidak berubah selama penjalaran ke dalam bumi.

    c. Random noise n(t ) dianggap nol.

    d. Bentuk sumber gelombang/wavelet w(t ) diketahui.

    Pada pengolahan data seismik dikenal beberapa jenis dekonvolusi, yaitu: 

    1.  Spiking Deconvolution

    Spike Deconvulution atau whitening deconvulution didesain dengan

    asumsi bahwa wavelet yang digunakan berupa impuls ( spike) sehingga

    keluaran yang diharapkan adalah wavelet yang berupa zero-lag-spike, yaitu

    (1,0,0,0,0,..) atau trace seismik yang mendekati fungsi koefisien seismik.

    Jika input wavelet  bukan fase minimum, dekonvolusi  spike tidak dapat

    menghasilkan zero-lag-spike sempurna. Untuk menjaga kestabilan numeris

    dilakukan proses  pre-whitening. Pre-whitening didapatkan dengan

    menambahkan konstanta zero-lag pada fungsi autokorelasi, proses ini sama

    seperti menambahkan white noise ke spektrum dengan total energinya sama

    dengan konstantanya.

    2.  Predictive Deconvolution

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    12/70

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    13/70

     

    lapisan-lapisan batuan yang ada di bawahnya. Setelah koreksi statik maka shot dan

    geofon seolah-olah diletakkan pada bidang datum.

     b.  Analisis Kecepatan

    Analisa kecepatan merupakan proses untuk memperoleh kecepatan yang tepat.

    Proses analisa kecepatan dikenakan pada beberapa trace yang tergolong dalam satu

    CDP atau CMP. Beberapa jenis dan pengertian kecepatan di dalam istilah seismik

    menurut Sismanto (2006) yaitu:1.  Kecepatan Interval (Vi)

    Kecepatan interval atau interval velocity merupakan laju rata-rata antara

    dua titik yang diukur tegak lurus terhadap kecepatan lapisan yang dianggap

    sejajar, dirumuskan dengan rumus berikut:

    =

     

    2. 

    Kecepatan Rata-rata (Ṽ )

    Kecepatan rata-rata merupakan perbandingan jarak vertikal  zf terhadap

    waktu perambatan gelombang tf yang menjalar dari sumber ke kedalaman

    tersebut, dirumuskan:

    Figure 3 Ilustrasi parameter-parameter yang digunakan dalam koreksi statik

    (Abdullah, 2011) 

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    14/70

     

    3.  Kecepatan RMS (Root Mean Square)

    Kecepatan RMS merupakan kecepatan total dari sistem perlapisan

    horizontal dalam bentuk akar kuadrat pukul rata. Apabila waktu rambat vertikal

    Δt1, Δt2, … , Δtn dan  kecepatan masing-masing lapisan V1, V2, … , Vn, maka

    kecepatan RMS-nya untuk n lapisan dirumuskan:

    4.  Kecepatan Stacking (Stacking  Velocity Vnmo)

    Kecepatan  stack ing merupakan nilai kecepatan empiris yang memenuhi

    dengan tepat hubungan antara Tx dengan To pada persamaan NMO yang

    dirumuskan:

    Ada dua metode untuk menampilkan spektrum kecepatan yaitu metode

     perkiraan kecepatan constant velocity stack , dan metode spektrum kecepatan

    atau spectrum semblance:

    • Metode Perkiraan Kecepatan Constant Velocity Stack

    Pada metode ini, pemilihan kecepatan yang optimal dilakukan dengan cara

    menerapkan proses NMO dengan kecepatan yang berbeda. Kecepatan terbaik

    yang akan dipilih adalah kecepatan yang menghasilkan suatu bentuk reflector

    yang horisontal. Jika kecepatan yang digunakan terlalu rendah, maka event

    reflector akan berbentuk melengkung ke atas (over- correlated ). Sedangkan jika

    kecepatan yang digunakan terlalu tinggi, maka event reflector akan berbentuk

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    15/70

     

    melengkung ke bawah (under-correlated ). Metode perkiraan kecepatan constant

    velocity stack memerlukan data masukan berupa CDP gather .

    • Metode Spektrum Kecepatan atau Spektrum Semblance

    Prinsip dasar metode ini adalah amplitudo  stack maksimum yang diperoleh

     berdasarkan harga fungsi kecepatan yang diterapkan pada koreksi NMO, dengan

    harga amplitudo yang ditampilkan dalam bentuk spektrum. Nilai  semblance

    merupakan normalisasi dari perbandingan antara total energi setelah di- stack

    dengan total energy sebelum di- stack . Semblance ditampilkan dalam bentuk

     penampang pada sebuah system koordinat dengan sumbu X merupakan nilai

    kecepatan dan sumbu Y merupakan nilai two 

    way time (TWT). 

    c. 

    Koreksi Sisa/Residual Stack

    Koreksi statik sisa (residual statics) merupakan salah satu metode yang biasa

    dilakukan pada koreksi statik lapisan lapuk/lapisan dekat permukaan. Koreksi statik

    sisa atau biasa disebut dengan koreksi statik refleksi dilakukan untuk mengoreksi

    statik  short wavelength, dengan metode yang biasa digunakan adalah  surface

    consistent . Koreksi statik sisa ini dirumuskan dengan persamaan (Abdullah, 2011)

    dengan: tijk = koreksi statik sisa total receiver ke-i, source ke- j, dan CMP ke-k (ms),

    r i = koreksi statik sisa receiver ke-i (ms), s j = koreksi statik sisa source ke- j (ms),

    Gk = perbedaan TWT antara CMP ke-k dengan CMP referensi (ms), Mk xij2=

    residual moveout (ms)

    Proses koreksi statik sisa dilakukan beberapa tahap, yaitu (Abdullah, 2011)

    1.  menghitung tijk

    2.  mendekomposisi persamaan untuk memperoleh unkwown parameter ri, sj,

    Gk dan Mk dengan input tijk dan xijk (offset) sebagai known parameter

    3.  mengaplikasikan ri dan sj pada gather sebelum koreksi NMO 

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    16/70

     

    Koreksi residual statik dilakukan karena adanya ketidaktepatan data statik lapangan

    yang disebabkan oleh:

    1.  Data uphole time yang kurang baik

    2.  Syarat metode perhitungan koreksi statik lapangan tidak terpenuhi

    3.  Kesalahan perkiraan penentuan kecepatan pada kedalaman lapisan lapuk

    dan lapisan keras teratas ( first consolidated layer ).

    d.  Koreksi NMO

     Normal Moveout atau NMO adalah perbedaan antara dua kali waktu tempuh

    gelombang refleksi pada offset tertentu dengan dua kali waktu tempuh gelombang

    refleksi pada offset nol (Yilmaz, 2001). Koreksi NMO dilakukan untuk

    menghilangkan efek jarak, dengan kata lain membawa seluruh refleksi seismik pada

    CMP  gather ke offset nol. Koreksi NMO juga dimaksudkan untuk menghasilkan

     stack yang baik.

    Pada CMP  gather , gelombang refleksi dari perlapisan horisontal akan

     berbentuk hiperbola seiring bertambahnya offset. Untuk rekaman data dengan

     perlapisan horizontal seperti pada gambar II.4, koreksi NMO dirumuskan

    dengan: t = dua kali waktu tempuh gelombang pada offset x (s), to= dua kali

    waktu tempuh gelombang pada offset 0 (s),  x = jarak (offset ) antara posisi  source

    dan receiver (m), v= kecepatan medium (m/s)

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    17/70

     

    Koreksi NMO dilakukan dengan mengaplikasikan model kecepatan yang sesuai terhadap CMP

     gather . Pada model reflector datar, kecepatan yang sesuai akan membuat reflector  pada CMP

     gather menjadi  flat (Figure 5. (b)) dari yang sebelumnya berbentuk hiperbola (Figure 5. (a)).

    Kecepatan yang terlalu rendah akan mengakibatkan reflector melengkung ke atas (overcorrection)

    (Figure 5. (c)). Kecepatan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan reflector  masih melengkung ke

     bawah (undercorrection) (Figure 5. (d)).

    e.  Migrasi

    Proses

    migrasi dilakukan

    untuk

    memindahkan refleksi-refleksi miring ke posisi sebenarnya di bawah permukaan

    dan untuk menghilangkan difraksi-difraksi,selain proses migrasi juga dapat

    meningkatkan resolusi spasial serta memberikan gambaran seismik dari keadaan

    Figure 4 ilustrasi koreksi NMO pada rekaman model perlapisan horizontal

    (Abdullah, 2011) 

    Figure 5 koreksi NMO dengan Variasi Kecepatan (Yilmas, 2001) 

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    18/70

     

     bawah permukaan (Yilmaz, 2001). Figure 6 menunjukkan ilustrasi dari proses

    migrasi.

    Figure 6 menunjukkan menunjukkan reflector miring CD yang termigrasi ke posisi

    yang sebenarnya secara geologi pada penampang migrasi yang ditunjukkan oleh

    reflector C’D’. Besarnya perpindahan horizontal dx  dan perpindahan vertikal dt  

    ditunjukkan oleh perpindahan titik E pada reflector CD ke titik E’ pada C’D’, yang

     besarnya sesuai dengan persamaan

    Dengan v merupakan kecepatan migrasi

    (kecepatan medium), t   adalah waktu

    tempuh. Besarnya kemiringan semu Δτ /Δx pada Figure 6 dapat diukur dengan

     persamaan

    dengan τ adalah waktu termigrasi.

    Figure 6 pemindahan reflektor ke posisi sebenarnya 

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    19/70

     

    Pada zona geologi kompleks dengan kemiringan tertentu seperti halnya

     pada sesar energi seismik bawah permukaan akan difraksi. Proses koreksi terhadap

    masalah ini adalah migrasi, yaitu suatu proses koreksi yang melibatkan persamaan

    matematis tertentu dalam mengatasi arah propagasi gelombang tersebut (difraksi,

    fokus, defokusing, interferensi) (Sukmono, 1999).

    1.  Metode Kirchhoff

    Migrasi Kirchhoff merupakan migrasi yang bekerja berdasarkan

    algoritma integral  solution  –   scalar wave equation, dengan prinsip

    teknik penjumlahan difraksi gelombang, yaitu penjumlahan amplitudo

    gelombang seismik mengikuti suatu hiperbola. Teknik ini dilakukan

    dengan menjumlahkan amplitudo dan melakukan koreksi  phase,

    sehingga penjumlahannya menjadi konsisten. Koreksi amplitudo dan

    fase tergantung pada factor obliquity, spherical spreading, dan wavelet

     shaping .

    Parameter migrasi ini ada tiga yaitu aperture width (lebar dari

    diffraction summation suatu hiperbola), maximum dip to migrate dan

    velocity error . Masing  –   masing faktor akan menentukan hasil dan

    kualitas dari migrasi.  Aperture rendah akan mengakibatkan  step dip

    menjadi hilang. Semakin kecil maximum dip to migrate data tidak akan

    termigrasi dan jika kecepatan terlalu tinggi akan menyebabkan

    overmigrate.

    f.  Stack

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    20/70

     

    Stacking adalah proses penjumlahan trace dalam satu  gather data yang

     bertujuan untuk mempertinggi  signal to noise ratio (S/N). Proses ini biasanya

    dilakukan berdasarkan CDP yaitu trace-trace yang tergabung pada satu CDP yang

    telah dikoreksi NMO. Kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan satu trace yang

    tajam dan bebas noise inkoheren.

    Figure 7 Proses Stacking 

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    21/70

     

    BAB III . ISI DAN PEMBAHASAN

    I.  PREPARING DAN FLOW INPUT DATA

    A.  PREPARING

    1.  Buka dan jalankan sistem operasi Red Hat Enterprise Linux lewat VMWare

    Workstation.

    2.  Setelah jendela VMWare Workstation terbuka maka dipilihlah option Open a Virtual

    Machine, setelah itu dipilih sebuah virtual machine yang berada di dalam harddisk,

    virtual machine ini pada umumnya berekstensi .vmdk .

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    22/70

     

    3.  Setelah dipilih kemudian akan muncul tab baru disebelah tab Home, klik pada bagian

    Power On this virtual Machine, dan tunggu beberapa saat hingga proses booting selesai.

    4.  Kemudian, setelah masuk ke jendela sistem operasi Linux, maka kemudian dilakukan

     pendefinisian direktori data untuk memasukkan dan menyimpan hasil-hasil dari

     pengolahan data seismik dengan ProMAX nantinya. Klik tab VM kemudian klik

    submenu setting, setelahnya akan muncul jendela baru, kemudian pilih tab Option.

    5.  Pilih submenu Shared Folder dan pada opsi pengaturan folder (Folder Setting) pilih

    opsi Always Enabled, klik tab Add dan kemudian tambahkan folder dimana data

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    23/70

     

    masukan maupun data keluaran nantinya akan disimpan. Setelah dipilih klik Ok

    kemudian tutup jendela Virtual Machine Setting.

    6.  Selanjutnya pilih tab Action (terletak dibagian atas shortcut Computer), pilih submenu

    Log Out kemudian pilih Restart, tunggu hingga proses Restart selesai. Setelah kembali

    lagi ke desktop Linux, klik Computer kemudian Filesystem pilih folder mnt klik lagi

    folder hgfs. Jika di dalam folder hgfs telah terdapat folder yang dipilih sebelumnya

    maka pendefinisian folder telah berhasil.

    B.  FLOW INPUT DATA

    1.  Buka program ProMAX. Setelah masuk area kerja, pilih tab Option yang berada di

     bagian bawah area kerja. Setelah itu pada ProMAX Data Home, ganti Share dengan

    nama folder yang akan digunakan.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    24/70

     

    2. 

    Setelah folder ProMAX Data Home terdefinisi, kemudian klik Add dan masukkan

    nama area yang diinginkan dituliskan.

    3.  Setelah memasukkan area akan muncul window baru untuk menuliskan nama Line,

    nama Line yang dinginkan kemudian diketikkan dan tekan Enter.

    4.  Muncul window baru untuk memasukkan alur kerja (flow), klik Add untuk

    menambahkan flow, kemudian nama labelnya dituliskan, misalnya 01.Input_Data.

    Tekan Enter kemudian akan muncul lagi window baru.

    5.  Pada window flow 01.Input_Data, pilih SEG-D Input dan Disk Data Output. SEG-D

    Input dipilih karena data yang akan diinputkan berekstensi .segd , jika yang akan

    diinputkan berekstensi .segy maka yang dipilih SEG-Y Input.

    6.  Pada SEG-D Input klik menggunakan MB2, selanjutnya pada menu Type of storage

    to use pilih opsi Disk. Untuk memasukkan data yang akan diolah klik browse pada

    menu Browse for DISK file path name(s). Cari nama file yang akan dicari pada overlay

    window multifileselect. Jika telah ditemukan, seleksi nama filenya, kemudian klik tab

    Add kemudian tab Done.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    25/70

     

    7.  Setelah selesai dengan pengaturan pada SEG-D Input, selanjutnya dilakukan

     pengaturan pada Disk Data Output dengan melakukan klik dengan MB2 pada mouse.

    Klik bagian INVALID pada menu Output Dataset Filename. Kemudian muncul

    window DATASET untuk memasukkan nama dataset yang akan digunakan, misalnya

    ditulis raw_data kemudian tekan Enter.

    8.  Selanjutnya muncul window Editing Flow kembali, setelah itu klik tab Execute di

    window Editing Flow, tunggu hingga proses selesai. Klik tab Notification pada bagian

     bawah area kerja ProMAX, jika statusnya telah berubah menjadi Finished, maka dapat

    menuju ke langkah selanjutnya.

    9.  Kemudian kembali ke window FLOWS klik tab Add dan ditambahkan flow baru yaitu

    View_Data, setelah selesai penulisan label tekan Enter.

    10. Window Editing Flow akan muncul kembali, kemudian pada window ProMAX 2D

    Processes diketikkan Disk Data Input lalu tekan Enter. Ketikkan lagi Trace Display

     pada window yang sama kemudian tekan Enter.

    11. Klik dengan MB2 pada Disk Data Input kemudian pada menu Select dataset ganti

    INVALID dengan nama dataset yang telah dituliskan sebelumnya, misalnya raw_data.

    Selanjutnya kembali ke window Editing Flow dan klik dengan MB2 pada Trace

    Display diatur Primary dan Secondary Trace Labellingnya pada menu Primary trace

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    26/70

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    27/70

     

    3.  Aktifkan proses 2D Marine Geometry Spreadsheet dengan cara klik MB3. Kemudian klik

    Execute.

    a.  Langkah selanjutnya adalah memasukkan parameter-parameter ke dalam ProMAX 2D

    Marine Geometry Assignment. Pertama adalah memasukkan parameter kedalam menu

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    28/70

     

    setup. Pada menu ini informasi yang dimasukkan adalah source interval, receiver

    interval, azimuth, source depth, dan receiver depth. Kemudian setelah selesai klik OK.

     b.  Setelah itu masuk ke menu berikutnya yaitu Auto-2D (Auto Marine 2D Geometry).

    Dalam menu ini parameter-parameter yang dimasukkan adalah near channel, far

    channel, chan increment, minimum offset, perpendicular offset, group interval, number

    of shots, first shot station, shot station number increment, azimuth, shot interval, dan

    koordinat (x,y) dari first shot. Setelah selesai kemudian klik OK.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    29/70

     

    c.  Kemudian bergeser ke menu Source, dalam menu ini akan dimasukkan parameter-

     parameter geometri yang lebih lengkap dan dimasukkan kedalam spreadsheet. Data

    geometri yang telah didapat kemudian diimport melalui File > Import. Kemudian

    setelah itu data geometri dalam format ASCII yang telah ada kemudian diimportkan.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    30/70

     

    Setelah itu kemudian tab format diklik, dalam tab ini kemudian akan muncul list

     paramater yang akan dimasukkan, antara lain ffid, shot, source, dsb. Kemudian buat

    satu parameter untuk keperluan import definition, misalnya sourcedata10.

    Ketika parameter telah sesuai, klik save kemudian Apply. Kemudian akan muncul

     beberapa pilihan, pilih opsi paling atas yang terdapat perintah overwrite. Setelah ituakan muncul lagi spreadsheetnya pilih menu File > Save kemudian File > Exit.

    d.  Setelah itu masuk ke menu Bin. Didalam menu ini akan dilakukan pengurutan data

    seismik menurut trace mereka masing-masing. Terdapat tiga tahap pengurutan, tahap

     pertama adalah pengurutan berdasarkan midpoint (CDP/CMP) dan membuat pola

    lintasannya, setelah selesai klik OK, ketika muncul peringatan klik Proceed atau OK.

    Tahap kedua adalah Binning, sama seperti tahap pertama metode pengurutan yang

    dilakukan adalah berdasarkan midpoint, dan parameter yang diisikan adalah jarak

    antara CDP, kemudian klik OK dan Proceed. Tahap ketiga adalah Finalize Database

    yang bertujuan untuk menyimpan parameter parameter yang telah dimasukkan

    kedalam database program, klik OK dan tunggu prosesnya.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    31/70

     

    Tahap 1

    Tahap 2

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    32/70

     

    Tahap 3 

    e.  Selanjutnya masuk ke menu utama lagi kemudian plih menu TraceQC . Pilih menu

    view pada window yang telah muncul kemudian pilih submenu XY Graph pada View

    All. Tahap ini bertujuan untuk mengecek apakah parameter yang telah dimasukkan

    telah sesuai. Pilih kolom yang ingin ditampilkan, misalnya CDP, offset, dan channel.

    Sehingga akan muncul hasil sebagai berikut :

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    33/70

     

    4.  Kemudian aktifkan proses Disk Data Input, Inline Geom Header Load, Disk Data Output,

    dan Trace Display dengan mengklik MB3.

      Disk Data Input berfungsi untuk memasukkan/memanggil kembali data seismik yang

    telah ada di database program. Pada Disk Data Input dimasukkan dataset yang telah

    dimasukkan sebelumnya pada saat flow input data.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    34/70

     

      Inline Geom Header Load berfungsi untuk menempelkan informasi geometri dan

    header  yang telah dibuat sebelumnya.

      Disk Data Output untuk menyimpan data hasil penggabungan antara data seismik

    mentah dengan geometri. Pada Disk Data Output dibuat kembali dataset baru untuk

    menyimpan data hasil penggabungan antara data seismik mentah dengan geometrinya.

    Dataset ini kemudian disimpan di database program.

      Trace Display untuk menampilkan data hasil penggabungan antara data seismik dengan

    geometrinya. Pada parameter Trace Display Primary Key yang dipilih adalah FFID

    (Field File ID Number) dan Secondary Key yang dipilih adalah Recording Channel

     Number.

    Kemudian klik Execute. Sehingga akan diperoleh output dari flow geometri seperti berikutini :

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    35/70

     

    Gambar diatas merupakan trace display output proses geometri. Proses geometri sendirimerupakan proses pemberian label titik koordinat pada data untuk kemudian dilakukan

     pengecekan terhadap posisi penembakan atau dapat dikatakan sebagai proses pendefinisian

     bentuk geometri dari survey yang dilakukan. Informasi mengenai geometri ini sangat

     penting dalam pengolahan data seismik karena geometri menjadi suatu identitas (header )dari trace seismik yang terekam.

    II.  FLOW PRE-PROCESSING

    Membuat alur kerja baru yaitu flow untuk mengerjakan proses pre-processing, setelahselesai menulis identitas flow kemudian klik Enter. Pada flow utama pre-processing initerdapat beberapa sub flow seperti sub flow untuk melakukan bandpass filter, True

    Amplitude Recovery, F-K Filter, Deconvolution dan Autocorrelation. Kemudian akan

    muncul window editing flow untuk proses pre-processing. Pada window editing flowuntuk proses pre-processing dimasukkan proses-proses untuk setiap sub flow diatas seperti

    terlihat gambar dibawah ini.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    36/70

     

    A.  Sub Flow Bandpass Filter

    1.  Aktifkan proses Disk Data Input dan Interactive Spectral Analysis yang ada pada

    sub flow Bandpass Filter. Kemudian pada Disk Data Input klik MB2, setelah itu

     pada opsi Select Dataset klik nilai INVALID, setelahnya akan muncul pilihan untuk

    memilih dataset yang telah dibuat sebelumnya, pilih dataset yang telah memiliki

    informasi geometri didalamnya yakni output dari flow geometri yang telah

    dilakukan sebelumnya. Setelah itu klik Execute pada menu bagian atas.

    2.  Maka akan diperoleh tampilan seperti berikut :

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    37/70

     

    Pada window ini ditentukan pada rentang frekuensi berapa sinyal terdapat,sehingga sinyal selain direntang tersebut akan dibuang karena merupakan noise.

    3.  Aktifkankan proses Bandpass Filter dan Disk Data Output dengan mengklik MB3

    sedangkan Interactive Spectral Analysis dimatikan dengan mengklik MB3 juga.

    4.  Pada parameter Bandpass Filter, klik MB2 kemudian atur parameter-parameternya.

    Dari analisis Interactive Spectral Analysis, diperoleh rentang frekuensi yang akan

    diloloskan, yaitu 10-20-60-70 Hz. Sehingga frekuensi dibawah 10 Hz akan dibuang begitu pula frekuensi diatas 70 Hz juga akan ikut dibuang. Nilai 10 dan 70 Hz

     berfungsi sebagai slope filter sedangkan 20 dan 60 Hz merupakan batas bawah dan

     batas atas dari rentang frekuensi yang dipilih. Berdasarkan rentang frekuensi

    tersebut dapat disimpulkan jika bandpass filter yang dipilih adalah berjenis

    trapezoidal filter.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    38/70

     

    Kemudian pada Disk Data Output dimasukkan dataset baru untuk menyimpan hasil bandpass filter. Aktifkan juga proses Trace Display untuk menampilkan output dari

     proses bandpass filter. Setelah itu klik Execute. Sehingga diperoleh gambar seperti

     berikut ini :

    Melalui Trace Display ini terlihat bahwa masih terdapat noise-noise yang tidak ikut

    terfilter yaitu pada rentang waktu dibawah 2200 ms dan diatas 500 ms. Dapatdisimpulkan jika noise-noise tersebut memiliki rentang frekuensi yang sama dengan

    sinyal, namun memiliki bilangan gelombang yang berbeda. Penyebab ikutnya noise

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    39/70

     

    tersebut kedalam sinyal walaupun telah dilakukan proses filtering adalah karena

    filtering hanya menghilangkan noise dengan rentang frekuensi yang ditentukan saja

    dan meloloskan noise lainnya yang memiliki frekuensi sama dengan sinyal namunmemiliki bilangan gelombang yang berbeda. Hal ini karena filtering tidak memiliki

    kemampuan untuk membedakan sinyal dan noise lewat bilangan gelombangnya.

    Berdasarkan hasil filtering terlihat bahwa frekuensi dibawah 10 Hz dan diatas 70 Hz

    tidak diloloskan oleh bandpass filter.

    B.  Sub Flow True Amplitude Recovery

     Noise-noise sinyal yang mengganggu biasanya berupa variasi amplitudo yang acak dan

    tidak berpola. Oleh karena itu akan dibentuk satu proses untuk memulihkan kembali

    keadaan variasi amplitudo agar bisa disamakan tipe nya, sehingga mampu diproseslebih lanjut. Proses ini disebut sebagai TAR (True Amplitude Recovery). Selain itu

    TAR juga dapat digunakan untuk menghilangkan efek  spherical divergent yang

    menyebabkan tidak meratanya distribusi energi dan amplitudo pada trace-traceseismik.

    1.  Aktifkan proses-proses yang ada pada sub flow TAR dengan mengklik MB2.

    2.  Pada Disk Data Input dimasukkan output dari sub flow bandpass filter.

    3.  Lakukan proses bandpass filter kembali pada sub flow True Amplitude Recovery

    dengan memasukkan proses Bandpass Filter dan masukkan rentang nilai frekuensi

    10-20-60-70 Hz.

    4.  Pada proses True Amplitude Recovery dimasukkan parameter-parameter berikut.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    40/70

     

    5.  Kemudian pada Disk Data Output dimasukkan dataset baru untuk menyimpan hasil

     proses TAR. Aktifkan juga proses Trace Display untuk menampilkan output dari

     proses bandpass filter. Setelah itu klik Execute. Sehingga diperoleh gambar seperti

     berikut ini :

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    41/70

     

    Dari gambar diatas tampak setelah dilakukan proses TAR, variasi amplitudo yang

    semula acak pada sinyal-sinyal telah disamakan tipenya dan besarnya. Sehingga posisi

    amplitudo yang acak telah menjadi satu dan terkumpul pada suatu tipe. Keadaan datasetelah dilakukan proses TAR dapat memudahkan dalam proses selanjutnya.

    C.  Sub Flow F-K filter

    Untuk menghilangkan noise-noise yang masih terdapat pada sinyal dengan rentangfrekuensi yang sama dengan sinyal digunakanlah F-K Filter. F-K Filter akan

    menghilangkan noise yang memiliki frekuensi yang sama dengan gelombang namun

    memiliki bilangan gelombang yang berbeda dengan sinyal.

    1.  Aktifkan proses Disk Data Input dan F-K Analysis yang ada pada sub flow TAR

    dengan mengklik MB2.

    2.  Pada Disk Data Input dimasukkan output dari sub flow TAR. Kemudian klik MB2

     pada F-K Analysis. Buat input untuk F-K Analysis dan sesuaikan isian parameter

    yang ada pada F-K Analysis dengan gambar dibawah ini. Kemudian klik Execute.

    Setelah di klik Execute maka akan muncul gambar dari F-K analisis. Agar tampilanlebih jelas maka configuration dipilih mode TX-and-FK agar memudahkan untuk proses picking area yang memiliki amplitude sinyal paling kuat. Setelah dipicking

    maka akan muncul gambar dibawah ini :

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    42/70

     

    Kemudian klik File Save Polygons Exit/Stop Flow.

    3.  Aktifkan parameter F-K filter. Klik MB2 pada F-K Filter. Masukkan input untuk

    F-K Filter dari output F-K Analysis.

    4.  Kemudian masukkan parameter Disk Data Output. Masukkan nama output untuk

     proses F-K Filter. Setelah itu matikan proses F-K Analysis dengan cara mengklik

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    43/70

     

    MB3 dan aktifkan proses Trace Display untuk melihat output dari sub flow F-K

    Filter. Kemudian klik Execute.

    5.  Kemudian klik Picking Pick Miscellanous Time Gates. Setelah itu akan muncul

     jendela berikut. Masukkan nama untuk hasil picking yang akan dilakukan misalnya

     DG kemudian klik Ok.

    6.  Kemudian pilih ikon yang digunakan picking. Kemudian picking lapisan atas dari

     paling kiri sampai paling kanan setelah selesai klik MB3 pilih New Layer. Lakukan

    hal serupa untuk picking lapisan yang dibawah. Sehingga akan tampak seperti

    gambar dibawah ini.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    44/70

     

    Kemudian klik File Save picks Exit/Stop Flow

    D.  Sub Flow Dekonvolusi

    Proses dekonvolusi digunakan untuk menghilangkan efek multiple pada sinyal. Selain

    itu juga digunakan untuk meningkatkan resolusi vertikal (temporal)

    1.  Aktifkan proses-proses yang ada pada sub flow dekonvolusi.

    2.  Pada parameter Disk Data Input masukkan input berupa output dari proses sub flow

    F-K Filter.

    3.  Pada parameter Spiking/Predictive Decon. Masukkan input Spiking/Predictive

    Decon dari output picking sebelumnya yakni DG.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    45/70

     

    4.  Kemudian masukkan parameter Disk Data Output. Masukkan nama output untuk

     proses dekonvolusi.

    5.  Aktifkan proses Trace Display dan klik Execute. Maka akan terlihat gambar seperti

     berikut ini :

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    46/70

     

    Pada gambar diatas tampak sinyal-sinyal seismik sebagai output dari proses

    dekonvolusi. Setelah diproses dekonvolusi, maka data seismik telah siap untuk

    diproses selanjutnya yaitu pada tahap velocity analysis. Dekonvolusi sendiridilakukan untuk meningkatkan resolusi vertikal (temporal) dan meminimalisir efek

    multiple. Terlihat dari noise-noise besar yang telah hilang.

    6. 

    Untuk melanjutkan tahap ke sub flow autocorrelation, output proses dekonvolusiharus dipicking terlebih dahulu. Dengan cara pada tampilan trace display output

     proses dekonvolusi klik Picking Pick Miscellanous Time Gates. Setelah itu akan

    muncul jendela berikut. Masukkan nama untuk hasil picking yang akan dilakukan

    misalnya AC kemudian klik Ok.

    7.  Setelah itu klik ikon yang digunakan untuk picking. Kemudian picking slah satu

    lapisan saja bisa paling atas atau paling bawah.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    47/70

     

    Kemudian klik File Save Picks Exit/Stop Flow

    E.  Sub Flow Autocorrelation*

    Sub flow autocorrelation tidak termasuk dalam flow pengolahan. Namun sub flow ini

     penting digunakan untuk melihat apakah parameter yang dimasukkan dalam prosesdekonvolusi yang digunakan sudah sesuai atau belum. Parameter tersebut adalah decon

    operator length dan operator prediction distance. Hal ini dilihat dari pengkorelasian

    sinyal seismik dengan sinyal seismik itu sendiri. Apabila dalam autokorelasi terlihat

    ada kumpulan sinyal yang semakin runcing pada suatu waktu tertentu maka dapatdikatakan proses dekonvolusi yang dilakukan sudah baik.

    1.  Aktifkan proses-proses yang ada pada sub flow autocorrelation.

    2.  Pada parameter Disk Data Input masukkan input berupa output dari proses sub flow

    dekonvolusi.

    3.  Masukkan input untuk proses Autocorrelation dari output hasil picking pada proses

    dekonvolusi dalam hal ini adalah AC. 

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    48/70

     

    4.  Pada proses Disk Data Output. Masukkan nama output untuk proses

    Autocorrelation. Kemudian aktifkan parameter Trace Display. Klik Execute.

    Sehingga akan muncul gambar seperti dibawah ini :

    Pada gambar trace display diatas tampak pada time 500 ms ada kumpulan sinyalseismik yang membentuk suatu garis yang runcing dan rapat. Hal ini

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    49/70

     

    mengindikasikan bahwasanya nilai yang dimasukkan pada parameter decon

    operator length dan operator prediction distance sudah sesuai.

    MAIN PROCESSING

    ANALISA KECEPATANPengetahuan tentang analisis kecepatan adalah penting, karena dengan analisis kecepatan

    akan diperoleh nilai kecepatan yang cukup akurat untuk menentukan kedalaman, ketebalan,kemiringan (dip) dari suatu reflektor atau refraktor. Namun demikian nilai kecepatan suatumedium banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, litologi batuan, tekanan, suhu, porositas,

    densitas, ukuran butir, umur batuan, kandungan fluida dan frekuensi rambatan gelombangnya

    sendiri.Kecepatan didefinisikan sebagai penjalaran gelombang seismik pada medium dimana

    gelombang tersebut bergerak. Pengetahuan tentang analisa kecepatan merupakan hal yang penting

    dalam pengolahan data seismik, karena dengan analisa kecepatan akan diperoleh nilai kecepatan

    yang cukup akurat untuk menentukan kedalaman, ketebalan serta kemiringan dari suatu reflektor. Namun nilai kecepatan suatu medium banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tekanan,

     porositas, densitas, suhu, ukuran butir, umur batuan, kandungan fluida dan frekuensi rambatan

    gelombangnya sendiri. Prinsip dasar analisa kecepatan pada proses stacking adalah mencari persamaan hiperbola yang tepat sehingga memberikan stack yang maksimum. Ada beberapa

    metoda analisa kecepatan yaitu metode grafik, constant velocity stack , Semblance velocity and  

    velocity spectrum.

    Berikut ini adalah tahapan dalam proses analisa kecepatan dengan menggunakan softwareProMAX.

    1.  Langkah pertama adalah dengan menyiapkan langkah kerja ( flow project ) untuk analisa

    kecepatan. Dalam ProMAX flow work untuk analisa kecepatan terdiri dari 2D Supergather

     Formation, Automatic Gain Control , Bandpass Filter , Velocity Analysis Precompute, Disk

     Data Output , Disk Data Input , Velocity Analysis, Velocity Viewer/Point Editor , dan Trace

     Display.

    2.  Langkah selanjutnya adalah mengisi parameter  –   parameter yang diperlukan dalam 2D

    Supergtaher Formation dengan mengklik MB2 pada mouse.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    50/70

     

    Hal pertama yang dibuat dalam menu ini adalah dengan membuat dataset, dataset berfungsiuntuk memasukkan inputan data yang akan digunakan dalam proses analisa kecepatan ini,

    umumnya dalam analisa kecepatan data yang digunakan adalah data seismic yang telah

    mengalami proses dekonvolusi. Untuk analisa kecepatan ini digunakan kenaikan CDP(CDP Increment ) setiap 101 CDP dan rentang CDP yang digabungkan (CDPs to combine)

    adalah tiap sebelas 11 CDP.

    3.  Langkah selanjutnya adalah dengan mengisikan parameter  –   parameter dalam proses

     Automatic Gain Control . Gain  berguna untuk memunculkan amplitudo-amplitudo

    gelombang seismik yang lemah. Gain yang sesuai akan menghasilkan trace seismic dengan

     perbandingan amplitudo-amplitudo sesuai dengan perbandingan dari masing-masing

    koefisien refleksinya. Dalam modul  Automatic Gain Control rentang penguatan trace

     seismic  yang dipilih ( AGC operator length) adalah tiap 2000 trace seismic. Dengan

    demikian tiap 2000 trace akan dilakukan penguatan sinyal seismic secara otomatis sesuai

    dengan algoritma software.

    4.  Setelah pengisian modul AGC selesai selanjutnya adalah pengisian modul Bandpass Filter.

    Tipe bandpass filter  yang dipilih adalah adalah single filter dengan jenis atau spesifikasi

    filternya adalah Ormsby bandpass. Phase filter yang dipilih adalah zero phase dan rentang

    frekuensi yang dipilih adalah 10 Hz, 20 Hz, 60 Hz, dan 70 Hz.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    51/70

     

    5.  Setelah modul  Bandpass Filter selesai diisi parameter  –   parameternya kemudian

    selanjutnya adalah mengisikan parameter  –   parameter modul Velocity Analysis

     Precompute.

    Modul Velocity Analysis Precompute ini bertujuan untuk menghitung parameter yang akan

    digunakan dalam proses analisa kecepatan nanti. Setiap gather  nantinya akan memiliki 10

    CDP yang saling dikombinasikan. Nilai semblance minimum yang dipilih adalah 1000 dan

    maksimum adalah 5000. Semblance adalah nilai “kekuatan” sinyal seismic yang terekam. Reflector  yang tebal dan padat pada umumnya akan menghasilkan nilai  semblance yang

    mendekati 1. Selain itu batas antar reflector (lapisan) akan terlihat lebih jelas jika semblance mendekati 1 Nilai  semblance minimum adalah 0 sedangkan maksimumnya

    adalah 1. Untuk variasi kecepatannya sendiri dipilih antara 500 ms sampai 1500 ms.

    6.  Setelah modul Velocity Analysis Precompute selesai diisikan langkah selanjutnya adalah

    menyimpan parameter –  parameter tersebut agar nantinya dapat digunakan dalam proses

    analisa kecepatan. Untuk menyimpannya digunakan modul  Disk Data Output dan parameter disimpan dalam dataset bernama precompute.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    52/70

     

    Setelah itu dilakukan proses Execute agar dataset benar –  benar tersimpan.

    Tampilan dataset precompute dengan menggunakan Trace Display

    7.  Proses selanjutnya adalah melakukan proses inti dari langkah kerja ( flow work ) ini yaitu

    analisa kecepatan.

    Parameter –  parameter yang akan digunakan dalam analisa kecepatan yang telah

    disimpan sebelumnya dimasukkan kembali melalui modul  Disk Data Input dan dataset

    yang dipilih adalah precompute.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    53/70

     

    Kemudian, sebelum analisa kecepatan dilakukan dilakukan pengisian beberapa

     parameter pada modul Velocity Analysis. Salah satu parameter yang diisikan adalah

     pembuatan dataset yang dipilih untuk menyimpan hasil pemilihan ( picking ) kecepatandalam proses analisa kecepatan. Untuk pengaturan tampilan ( Display Appearance) dapat

    diatur sesuai kebutuhan lewat menu View > Object Visibility, contohnya seperti gambar

    dibawah ini. Sedangkan pengaturan tampilan Semblance dapat dilakukan lewat menu

    Semblance 

     Pengaturan Tampilan Display (Display Appearance)

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    54/70

     

    Gambar diatas adalah proses pemilihan kecepatan lewat metode picking semblance. prinsipnya, analisis kecepatan yang baik adalah dengan melakukan picking yang tepat pada

    nilai  semblance  yang tinggi. Dalam melakukan picking, perlu juga diperhatikan

    kecenderungan (trend) dari kurva yang menghubungkan titik-titik hasil picking, sebaiknya

     picking tidak hanya melihat nilai semblance yang tinggi, tetapi juga trend dari kurvatersebut. Selain itu juga picking yang dikatakan bagus ketika CDP mendekati flat dan akan

     bertambah tebal setelah distack. Picking kemudian dilakukan hingga selesai (sampai CDP

     gather  terakhir). Setelah proses picking selesai kemudian hasil picking disimpan melaluimenu File > Save Picks, untuk keluar dari tampilan proses  picking  pilih menu File >

    Exit/Stop Flow. Untuk menampilkan model hasil analisa kecepatan, dipilih modul

    Velocity Viewer/Point Editor* dan Trace Display.

     Parameter –  parameter yang diisikan dalam modul Velocity Viewer/Point Editor*. Dataset masukan yang dipilih

    adalah velan1 dan dataset yang digunakan untuk menyimpan hasil picking kecepatan adalah velan1_1

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    55/70

     

    Gambar diatas menunjukkan model kecepatan yang dihasilkan dari hasil proses

    analisa kecepatan yang telah dilakukan sebelumnya. Analisa kecepatan yang tepat akan

    menghasilkan model kecepatan yang akan meningkat seiring bertambahnya waktu ataukedalaman. Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa kecepatan semakin meningkat

    seiring bertambahnya waktu.

    STACKING

    Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace dalam satu  gather data yang bertujuan

    untuk mempertinggi sinyal to noise ratio (S/N), karena sinyal yang koheren akan salingmemperkuat dan noise yang tidak koheren akan saling menghilangkan. Selain itu stacking ini akan

    mengurangi noise yang bersifat koheren. Stack dapat dilakukan berdasarkan Common Depth Point

    (CDP), Common Offset , Common Shot Point  tergantung dari tujuan dari stack itu sendiri. Biasanya

     proses stack dilakukan berdasarkan CDP dimana trace-trace yang tergabung pada satu CDP dantelah dikoreksi NMO dijumlahkan untuk mendapatkan satu trace yang lebih tajam dan bebas dari

    noise yang tidak koheren. Pada pusat pengolahan data proses  stack ini biasanya dilakukan

     bersamaan dengan proses CDP gather dan proses koreksi  NMO dalam satu tahapan pekerjaan.Ada beberapa proses stack yaitu initial stack , residual static stack dan final stack . Masingmasing

     proses tersebut pada prinsipnya adalah sama, hanya tingkat kualitas data yang dilakukan stacking

    yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat pengolahan data.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    56/70

     

    Gambar diatas menunjukkan prinsip koreksi NMO, hiperbola refleksi diubah sedemikian rupa dengan 

    menggunakan model kecepatan (kecepatan rms atau kecepatan stacking) sehingga berbentuk lapisan horizontal, 

     selajutnya trace-trace NMO dijumlahkan (stacking).

    Tahapan –  tahapan dalam melakukan proses Stacking dalam ProMAX adalah sebagai berikut :

    1.  Langkah pertama adalah membuat alur kerja pada ProMAX seperti berikut

    2.  Langkah selanjutnya adalah mengisikan parameter untuk setiap modul kerja yang terdapat

    dalam alur kerja. Modul pertama yang diiskan parameternya adalah  Disk Data Input dan

    dataset yang dimasukkan kedalam modul ini adalah dataset hasil proses dekonvolusi.

    Dataset ini juga selanjutnya digunakan selama proses stacking berlangsung.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    57/70

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    58/70

     

    tiap 2000 trace seismic. Dengan demikian tiap 2000 trace akan dilakukan penguatan sinyal

    seismic secara otomatis sesuai dengan algoritma software.

    6.  Setelah pengisian modul AGC selesai selanjutnya adalah pengisian modul Bandpass Filter.

    Tipe bandpass filter  yang dipilih adalah adalah single filter dengan jenis atau spesifikasifilternya adalah Ormsby bandpass. Phase filter yang dipilih adalah zero phase dan rentang

    frekuensi yang dipilih adalah 10 Hz, 20 Hz, 60 Hz, dan 70 Hz.

    7.  Langkah terakhir adalah menyimpan hasil stacking dengan modul Disk Data Output . Hasil

     stacking kemudian disimpan dalam satu dataset khusus yang telah dibuat sebelumnya.

    Setelah selesai pilih Execute agar proses selesai Stacking  dimulai.

    8.  Untuk menampilkan hasil proses Stacking digunakan modul  Disk Data Input dan Trace

     Display dengan inputannya adalah dataset hasil proses Stacking . Hasil dari proses stacking  

    yang telah dilakukan adalah seperti gambar dibawah ini.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    59/70

     

    MIGRASI

    Migrasi Seismik adalah tahapan alternatif penting dalam pengolahan data seismik yang bertujuan untuk memindahkan reflektor miring ke posisi yang sebenarnya pada penampang

    seismik. Migrasi juga mampu menghilangkan efek difraksi sehingga dapat memperjelas gambaran

    struktur detil bawah permukaan. Migrasi dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang dapat

    meningkatkan resolusi spasial penampang seismik. Melalui migrasi didapatkan sejumlah parameter yang berbeda sebagai koreksi yaitu migrasi memperbesar sudut kemiringan,

    memperpendek reflector, memindahkan reflektor ke arah up dip, memperbaiki resolusi lateral.

    Dalam ProMAX proses migrasi dapat dilakukan melalui langkah –  langkah sebagai berikut

    ini :

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    60/70

     

    1.  Langkah pertama adalah membuat alur kerja dengan menggunakan modul –  modul seperti

     pada gambar di bawah ini.

    2.  Terdapat 2 jenis migrasi yang dilakukan, yaitu Migrasi Metode F –  K dan Migrasi Metode

    Kirchoff. Untuk Metode F  –   K dataset yang diperlukan sebagai data masukan adalah

    dataset hasil proses stacking , dataset masukan diinputkan menggunakan modul Disk Data

     Input . Setelah itu dengan menggunakan modul Memory Stolt F –  K Migration maka proses

    Migrasi dengan Metode F –  K dapat dilakukan dan sebelum dijalankan diisikan beberapa

     parameter dalam modul Memory Stolt F – 

     K Migration. Dalam modul ini juga diperlukandataset hasil analisa kecepatan.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    61/70

     

    3.  Kemudian untuk menyimpan hasil Migrasi Metode F  –  K digunakan modul  Disk Data

    Output  dan kemudian dibuat satu dataset khusus yang digunakan untuk menyimpan hasil

     proses migrasi tersebut. Setelah itu pilih Execute  untuk mengeksekusi proses Migrasi

    Metode F –  K.

    4.  Untuk menampilkan hasil dari proses Migrasi dengan Metode F –  K digunakan modul Disk

     Data Input dan Trace Display dengan dataset masukan adalah dataset hasil dari proses

    Migrasi Metode F –  K

     Hasil dari Proses Migrasi dengan menggunakan Metode F - K

    Berdasarkan gambar hasil dari proses Migrasi Metode F –  K diatas terlihat bahwamasih ada trace  –  trace seismik yang kemungkinan berisikan noise yang ikut mengalami

     proses migrasi, terutama trace  –  trace pada bagian atas. Untuk menghilangkan trace  –  trace

    tersebut kemudian dilakukan proses muting .  Muting   adalah proses pemotongan sinyal -sinyal yang tidak diinginkan seperti sinyal gelombang langsung, sinyal ground roll dan

    lain-lain yang merupakan noise perusak data.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    62/70

     

    5.  Modul kerja berupa Disk Data Input, Trace Muting, Disk Data Output, dan Trace Display 

    dimasukkan kedalam alur kerja. Masukan yang diberikan kedalam modul Disk Data Input

    adalah dataset hasil proses Migrasi Metode F –  K. Parameter yang diisikan dalam modul

    Trace Muting adalah sebagai berikut :

    Setelah itu modul Disk Data Input, Trace Muting  dan Trace Display dijalankandengan Execute. Kemudian akan muncul tampilan seperti dibawah ini :

    Untuk memulai proses muting dipilih menu Picking > Pick Top Mute. Kemudian

    akan muncul jendela baru yang berisikan perintah untuk membuat dataset yang digunakanuntuk menyimpan hasil dari  pick top mute. Selanjutnya proses picking mulai dilakukan

    dengan menggunakan Pick Tool .

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    63/70

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    64/70

     

    Migrasi Seismik dengan menggunakan metode F  –   K adalah migrasi seismicdengan menggunakan metode perhitungan berdasarkan Transformasi Fourier. Dengan

    demikian migrasi dengan metode ini dapat dikatakan sebagai Migrasi Seismik MetodeFourier.

    6.  Langkah pertama dalam melakukan proses migrasi seismic Metode Kirchoff adalah

    membuat alur kerja dengan menggunakan modul –  modul seperti pada gambar di bawah

    ini :

    7.  Pada modul Disk Data Input masukan yang digunakan sama seperti pada Migrasi Metode

    F –  K. Untuk pengisian parameter pada modul Kirchhoff Time Mig. adalah sebagai berikut

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    65/70

     

    Dalam modul ini juga diperlukan inputan dari hasil analisa kecepatan yang telah dilakukan

    sebelumnya.

    8.  Kemudian untuk menyimpan hasil Migrasi Metode Kirchhoff digunakan modul Disk Data

    Output  dan kemudian dibuat satu dataset khusus yang digunakan untuk menyimpan hasil

     proses migrasi tersebut. Setelah itu pilih Execute  untuk mengeksekusi proses Migrasi

    Metode Kirchhoff.

    9.  Untuk menampilkan hasil dari proses Migrasi dengan Metode Kirchhoff digunakan modul

     Disk Data Input dan Trace Display dengan dataset masukan adalah dataset hasil dari proses

    Migrasi Metode Kirchhoff.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    66/70

     

     Hasil dari Proses Migrasi dengan menggunakan Metode Kirchhoff

    Berdasarkan gambar hasil dari proses Migrasi Metode F –  K diatas terlihat bahwa

    masih ada trace – 

     trace seismik yang kemungkinan berisikan noise yang ikut mengalami proses migrasi, terutama trace  –  trace pada bagian atas. Untuk menghilangkan trace  –  trace

    tersebut kemudian dilakukan proses muting .  Muting   adalah proses pemotongan sinyal -

    sinyal yang tidak diinginkan seperti sinyal gelombang langsung, sinyal ground roll danlain-lain yang merupakan noise perusak data.

    10. Modul kerja berupa Disk Data Input, Trace Muting, Disk Data Output, dan Trace Display 

    dimasukkan kedalam alur kerja. Masukan yang diberikan kedalam modul Disk Data Input

    adalah dataset hasil proses Migrasi Metode Kirchhoff. Parameter yang diisikan dalam

    modul Trace Muting adalah sebagai berikut :

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    67/70

     

    Setelah itu modul Disk Data Input, Trace Muting  dan Trace Display dijalankan

    dengan Execute. Kemudian akan muncul tampilan seperti dibawah ini :

    Untuk memulai proses muting dipilih menu Picking > Pick Top Mute. Kemudian

    akan muncul jendela baru yang berisikan perintah untuk membuat dataset yang digunakanuntuk menyimpan hasil dari  pick top mute. Selanjutnya proses picking mulai dilakukan

    dengan menggunakan Pick Tool .

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    68/70

     

    Setelah picking selesai dilakukan, pilih menu File > Save Pick kemudian File > Exit/StopFlow. Kemudian dengan menggunakan modul Disk Data Output , dibuat dataset baru untuk

    menyimpan hasil dari proses muting   tersebut. Kemudian dengan menggunakan modulTrace Display, hasilnya akan seperti gambar dibawah ini

    Pick Tool

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    69/70

     

    Migrasi Kirchhoff atau sering disebut dengan migrasi penjumlahan Kirchhoff adalah metodemigrasi penjumlahan kurva difraksi (diffraction summation). Metode ini merupakan suatu

     pendekatan statistik dengan posisi suatu titik di bawah permukaan dapat berasal dari berbagai

    kemungkinan lokasi dengan tingkat kemungkinan/probabilitas yang sama. Secara praktis MigrasiKirchhoff dilakukan dengan menjumlahkan amplitudo dari suatu titik reflector sepanjang suatutempat kedudukan yang merupakan kemungkinan lokasi yang sesungguhnya. Suatu bidang

    reflektor (horizon reflektor untuk penampang 2 dimensi) representasinya pada penampang offset

    nol adalah superposisi dari hiperbola - hiperbola difraksi dari titik- titik pada bidang tersebut yang bertindak sebagai Huygens Secondary Source. Migrasi Kirchoff membawa titik- titik padahiperbola difraksi ke puncak- puncaknya dan menghasilkan titik- titik yang berada pada posisi

    seharusnya. Migrasi Kirchhoff dapat dilakukan dalam suatu migrasi kawasan waktu menggunakan

    kecepatan RMS dan straight ray atau dalam migrasi kawasan kedalaman menggunakan kecepataninterval dan ray tracing. Keunggulan dari Migrasi Kirchhoff ini adalah penampilan kemiringan

    curam yang baik dan kekurangannya adalah kenampakan yang buruk jika data seismik mempunyai

    signal to noise ratio yang rendah.

  • 8/16/2019 Pengolahan ProMax samai Migrasi

    70/70

    BAB IV . PENUTUP

    I.  Kesimpulan

    1. 

    Pengolahan data seismik yang dilakukan dengan sofware Promax berbasis Linux inimerupakan data dengan akuisisi tipe split-spread.

    2.  Langkah-langkah yang dilakukan pada processing kali ini adalah: Input data, koreksi

    geometri, pre-processing (meliputi denoising, true amplitude recovery, FK filter dan

    deconvolusi), lalu dilakukan velocity analysis dan terakhir dilakukan stacking serta

    migrasi.

    3.  Input data pada praktikum ini adalah data SEG-D.

    4.  Koreksi geometri dilakukan untuk memberikan informasi posisi yang dibutuhkan, seperti

    XPS (nomor record, Shot Point, dan active channel), SEG (koordinat trace), SPS (data

    uphole, waktu tembak, dan SP), RPS (nomor trace dan koordinat), OBS (data laporan /

    observer report ), dan RAW (berisi informasi mengenai kegiatan akuisisi)5.  Preprocessing adalah tahapan awal dalam memproses data seismik tingkat lanjut. Tujuan

    dari proses inilah adalah menghilangkan noise-noise dan meningkatkan rasio S/N.

    6.  Velocity analysis berfungsi untuk menyamakan waktu tiba gelombang pada setiap offset

    geophone dengan cara menganalisa kecepatan tiap CDP. Semakin ke dalam, kecepatan

     pada lapisan makin besar.

    7.  Proses stacking dilakukan untuk meningkatkan data setelah didekonvolusi dan analisis

    kecepatan.

    8.  Proses migrasi dilakukan untuk mengembalikan posisi reflektor yang miring ke posisi yang

    sebenarnya.

    II.  Daftar pustaka

    Jusri, Tomi A. 2005. Panduan Pengolahan Data Seismik Menggunakan ProMAX .

    Bandung : Laboratorium Seismik Program Studi Geofisika Deparetemen Geofisika &

    Meterrologi Institut Teknologi Bandung

    Sismanto.1996. Modul 2 : Pengolahan Data Seismik. Yogyakarta : Laboratorium

    Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada 

    Ensiklopedia Seismik. http://ensiklopediaseismik.com