keperawatan medikal bedah tetanus

Upload: aji-dwibowo

Post on 06-Apr-2018

298 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    1/26

    KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

    Tetanus

    Disusun oleh

    Kelompok 7

    Arianti Kinanti

    Deni Hidayatus

    Moch Aji Dwi W

    Sefrina Fauziah

    STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR

    PROGRAM STUDI S1 Ilmu Keperawatan

    2011/2012

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    2/26

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya

    sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini .Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas

    mata kuliah keperawatan medikal bedah, dan kami menyusun makalah ini bertujuan untuk

    penambahan wawasan dan sebagai pengetahuan.

    Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

    pembuatan makalah ini. Dan juga kepada pembimbing yang telah membantu untuk

    mengajarkan mata kuliah keperawatan medikal bedah.

    Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca untuk

    memberikan tambahan pengetahuan, dan wawasan khususnya dalam bidang keperawatan

    medikal bedah. Apabila ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf.

    Bogor, November 2011

    Penulis

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    3/26

    BAB I

    PENDAHULUAN

    LATAR BELAKANG

    Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani,

    bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan.

    Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.

    Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti

    menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di saat spasme otot tonik dan hiperrefleksia

    menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung

    (opistotonus), spasme glotal, kejang, dan paralisis pernapasan.

    Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium

    tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan

    seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka.

    Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4

    0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk golongan Gram positif dan hidupnya anaerob.

    Spora dewasa mempunyai bagian yang ber bentuk bulat yang letaknya di ujung, penabuh

    genderang (drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini

    (tetanospasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin

    mi labil pada pemaanasan, pada suhu 650C akan hancur dalam 5 menit. Di samping itu

    dikenai pula tetanolisin yang bersifat hemolisis, yang perannya kurang berarti dalam proses

    penyakit

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    4/26

    BAB II

    PEMBAHASAN

    PENGERTIAN TETANUS

    Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium

    tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh

    badan, Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka.

    Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai

    gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani, tetapi

    akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman. Tetanus adalah penyakit infeksi yang

    ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat

    dari toksin kuman closteridium tetani

    Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi

    sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein

    yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan

    hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya

    punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.

    Clostridium tetani termasuk dalam bakteri Gram positif, anaerob obligat, dapat

    membentuk spora, dan berbentuk drumstick. Spora yang dibentuk oleh C. tetani ini sangat

    resisten terhadap panas dan antiseptik. Ia dapat tahan walaupun telah diautoklaf (1210C, 10-

    15 menit) dan juga resisten terhadap fenol dan agen kimia lainnya. Bakteri Clostridium tetani

    ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan hewan peliharaan dan di daerah

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    5/26

    pertanian. Umumnya, spora bakteri ini terdistribusi pada tanah dan saluran penceranaan serta

    feses dari kuda, domba, anjing, kucing, tikus, babi, dan ayam. Ketika bakteri tersebut berada

    di dalam tubuh, ia akan menghasilkan neurotoksin (sejenis protein yang bertindak sebagai

    racun yang menyerang bagian sistem saraf). C. tetani menghasilkan dua buah eksotoksin,

    yaitu tetanolysin dan tetanospasmin. Fungsi dari tetanoysin tidak diketahui dengan pasti,

    namun juga dapat memengaruhi tetanus. Tetanospasmin merupakan toksin yang cukup kuat.

    Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin (racun) kuman

    Clostridium tetani. Jadi yang berbahaya adalah toksin yang dihasilkan, dan bukan kumannya

    itu sendiri. Kuman ini hidupnya anaerob: artinya hidup di lingkungan yang miskin oksigen.

    Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan hewan

    peliharaan serta di daerah pertanian.

    ETIOLOGI

    Kuman tetanus yang dikenal sebagai Clostridium Tetani; berbentuk batang yang

    langsing dengan ukuran panjang 25 um dan lebar 0,30,5 um, termasuk gram positif dan

    bersifat anaerob. Clostridium Tetani dapat dibedakan dari tipe lain berdasarkan flagella

    antigen.

    Kuman tetanus ini membentuk spora yang berbentuk lonjong dengan ujung yang

    butat, khas seperti batang korek api (drum stick) Sifat spora ini tahan dalam air mendidih

    selama 4 jam, obat antiseptik tetapi mati dalam autoclaf bila dipanaskan selama 1520 menit

    pada suhu 121C. Bila tidak kena cahaya, maka spora dapat hidup di tanah berbulanbulan

    bahkan sampai tahunan. Juga dapat merupakanflora usus normal dari kuda, sapi, babi,

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    6/26

    domba, anjing, kucing, tikus, ayam dan manusia. Spora akan berubah menjadi bentuk

    vegetatif dalam anaerob dan kemudian berkembang biak.

    Bentuk vegetatif tidak tahan terhadap panas dan beberapa antiseptik Kuman tetanus

    tumbuh subur pads suhu 17C dalam media kaldu daging dan media agar darah. Demikian

    pula dalam media bebas gula karena kuman tetanus tidak dapat mengfermentasikan glukosa.

    Kuman tetanus tidak invasif. tetapi kuman ini memproduksi 2 macam eksotoksin

    yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasmis merupakan protein dengan berat molekul

    150.000 Dalton, larut dalam air labil pada panas dan cahaya, rusak dengan enzim proteolitik.

    tetapi stabil dalam bentuk murni dan kering. Tetanospasmin disebut juga neurotoksin karena

    toksin ini melalui beberapa jalan dapat mencapai susunan saraf pusat dan menimbulkan

    gejala berupa kekakuan (rigiditas), spasme otot dan kejangkejang, Tetanolisin menyebabkan

    lisis dari selsel darah merah.

    Berbagai keadaan yang dapat menyebabkan timbulnya suasana anaerob antara lain:

    (1) luka dalam, misalnya luka tusuk karena paku, pecahan kaca, pisau dan benda tajam

    lainnya; (2) luka karena tabrakan, kecelakaan kerja ataupun karena perang; (3) luka-luka

    ringan seperti luka gores atau gigitan serangga.

    Masuknya kuman hingga timbul gejala tetanus membutuhkan waktu antara 2-21 hari.

    Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului oleh ketegangan otot terutama pada

    rahang dan leher. Kemudian timbul juga kesukaran membuka mulut.

    Pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang

    lebih memadai. Penatalaksanaan meliputi perawatan luka serta pemberian anti toksin, anti

    kejang dan antibiotik.

    Faktor predisposisi

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    7/26

    y Umur tua atau anak-anaky Luka yang dalam dan kotory Belum terimunisasiy Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakary Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baiky OMP, caries gigiy Pemotongan tali pusat yang tidak steril.y Penjahitan luka robek yang tidak steril.

    PATOFISIOLOGI

    Bentuk spora dalam suasana anaerob dapat berubah menjadi kuman vegetatif yang

    menghasilkan eksotoksin. Toksin ini menjalar intrakasonal sampai ganglin/simpul saraf dan

    menyebabkan hilangnya keseimbanngan tonus otot sehingga terjadi kekakuan otot baik lokal

    maupun mnyeluruh. Bila toksin banyak, selain otot bergaris, otot polos dan saraf otak juga

    terpengaruh.

    Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi

    CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan

    permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan

    mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na

    +) dan elektrolit

    lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K

    +dalam sel neuron tinggi dan

    konsentrasi Na+

    rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena

    perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    8/26

    potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga

    keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang

    terdapat pada permukaan sel.

    Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

    y Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselulary Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik

    dari sekitarnya

    y Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan

    Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme

    basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada orang dewasa sirkulasi

    otak mencapai 15 % dari seluruh tubuh. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat

    mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi

    difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas

    muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke

    membran sel sekitarnya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadi kejang. Kejang yang

    berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan

    oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,

    asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut

    jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya

    aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    9/26

    TANDA DAN GEJALA

    Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari. Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak). Kesukaran membuka mulut (trismus). Kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan tulang belakang. Saat kejang tonik tampak risus sardonikus.

    GEJALA KELINIS

    Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului dengan ketgangan otot

    terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus)

    karena spsme otot massater. Kejang otot ini akan berlanjut ke kuduk (opistotonus) dinding

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    10/26

    perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan kejang tonik sedang berlangsung serimng

    tampak risus sardonukus karena spsme otot muka dengan gambaran alsi tertarik ke atas, sudut

    mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi. Gambaran umum yang

    khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam ekstrensi

    lengan kaku dan tangan mengapal biasanya kesadaran tetap baik. Serangan timbul

    paroksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara, cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat

    pula timbul spontan. Karena kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis,

    retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak). Kadang dijumpai

    demam yang ringan dan biasanya pada stadium akhir

    Gambaran umum yang khas pada tetanus

    y Badan kaku dengan epistotonusy Tungkai dalam ekstensiy Lengan kaku dan tangan mengepaly Biasanya keasadaran tetap baiky Serangan timbul proksimal dan dapat dicetuskan oleh karena :

    Rangsang suara, rangsang cahaya, rangsang sentuhan, spontan Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi

    urine, fraktur

    vertebralis (pada anak-anak), demam ringan dengan stadium akhir. Pada saat kejang

    suhu dapat naik 2-4 derakat celsius dari normal, diaphoresis, takikardia dan sulit menelan.

    Gejala penyakit tetanus bisa dibagi dalam tiga tahap, yaitu:

    y Tahap awal

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    11/26

    Rasa nyeri punggung dan perasaan tidak nyaman di seluruh tubuh merupakan gejala

    awal penyakit ini. Satu hari kemudian baru terjadi kekakuan otot. Beberapa penderita juga

    mengalami kesulitan menelan. Gangguan terus dialami penderita selama infeksi tetanus

    masih berlangsung.

    y Tahap keduaGejala awal berlanjut dengan kejang yang disertai nyeri otot pengunyah (Trismus).

    Gejala tahap kedua ini disertai sedikit rasa kaku di rahang, yang meningkat sampai gigi

    mengatup dengan ketat, dan mulut tidak bisa dibuka sama sekali. Kekakuan ini bisa menjalar

    ke otot-otot wajah, sehingga wajah penderita akan terlihat menyeringai (Risus Sardonisus),

    karena tarikan dari otot-otot di sudut mulut.

    Selain itu, otot-otot perut pun menjadi kaku tanpa disertai rasa nyeri. Kekakuan

    tersebut akan semakin meningkat hingga kepala penderita akan tertarik ke belakang.

    (Ophistotonus). Keadaan ini dapat terjadi 48 jam setelah mengalami luka.

    Pada tahap ini, gejala lain yang sering timbul yaitu penderita menjadi lambat dan sulit

    bergerak, termasuk bernafas dan menelan makanan. Penderita mengalami tekanan di daerah

    dada, suara berubah karena berbicara melalui mulut atau gigi yang terkatub erat, dan gerakan

    dari langit-langit mulut menjadi terbatas.

    Tahap ketigaDaya rangsang dari sel-sel saraf otot semakin meningkat, maka terjadilah kejang

    refleks. Biasanya hal ini terjasi beberapa jam setelah adanya kekakuan otot. Kejang otot ini

    bisa terjadi spontan tanpa rangsangan dari luar, bisa pula karena adanya rangsangan dari luar.

    Misalnya cahaya, sentuhan, bunyi-bunyian dan sebagainya. Pada awalnya, kejang ini hanya

    berlangsung singkat, tapi semakin lama akan berlangsung lebih lama dan dengan frekuensi

    yang lebih sering.

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    12/26

    Selain dapat menyebabkan radang otot jantung (mycarditis), tetanus dapat

    menyebabkan sulit buang air kecil dan sembelit. Pelukaan lidah, bahkan patah tulang

    belakang dapat terjadi akibat adanya kejang otot hebat. Pernafasan pun juga dapat terhenti

    karena kejang otot ini, sehingga beresiko kematian. Hal ini disebabkan karena sumbatan

    saluran nafas, akibat kolapsnya saluran nafas, sehingga refleks batuk tidak memadai, dan

    penderita tidak dapat menelan.

    Secara klinis, tetanus dibedakan atas :

    Tetanus lokalDitandai dengan rasa nyeri dan spasmus otot di bagian proksimal luka; gejala ini

    dapat terjadi selama beberapa minggu dan menghilang tanpa gejala sisa. Bentuk ini dapat

    berkembang menjadi bentuk umum; kasus fatal kira-kira 1%.

    Tetanus umumMerupakan bentuk tetanus yang paling banyak dijumpai, dapat timbul mendadak,

    trismus merupakan gejala awal yang paling sering dijumpai. Spasmus otot maseter dapat

    terjadi bersamaan dengan kekakuan otot leher dan kesukaran menelan, biasanya disertai

    kegelisahan dan iritabilitas. Trismus yang menetap menyebabkan ekspresi wajah yang

    karakteristik berupa risus sardonicus. Kontraksi otot meluas, pada otot-otot perut

    menyebabkan perut papan dan kontraksi otot punggung yang menetap menyebabkan

    opistotonus; dapat timbul kejang tetani bermacam grup otot, menimbulkan aduksi lengan dan

    ekstensi ekstremitas bawah. Selama periode ini penderita berada dalam kesadaran penuh.

    Tetanus sefalikJenis ini jarang dijumpai; masa inkubasi 1-2 hari, biasanya setelah luka di kepala,

    wajah atau otitis media; banyak kasus berkembang menjadi tipe umum. Tetanus tipe ini

    mempunyai prognosis buruk.

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    13/26

    PEMERIKSAAN DIANOSTIK

    Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/L Diagnosa didasarkan pada riwayat perlukaan disertai keadaan klinis kekakuan otot

    rahang.

    Laboratorium ; leukositosis ringan, peninggian tekanan otak, deteksi kuman sulit Pemeriksaan Ecg dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler

    KOMPLIKASI TETANUS

    y BronkopneumoniBronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola

    penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan

    meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.(Smeltzer ; Suzanne C, 2002 : 572)

    Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan

    oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan

    minuman. Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran

    pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut,

    sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan.

    y Asfiksia dan sianosisSuatu keadaan dimana sekatan atau halangan pernafasan berlaku hingga

    memyebabkan berlakunya kekurangan oksigen pada sel-sel badan.

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    14/26

    PENCEGAHAN TETANUS

    Pencegahan penyakit tetanus meliputi :

    Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11 Bulan Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X Pencegahan terjadinya luka & merawat luka secara adekuat Pemberian anti tetanus serum.

    PENATALAKSANAAN MEDIS

    A. UmumTetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan harus segera

    diberikan :

    1. Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobulin tetanusdisekitar luka 9tidak boleh diberikan IV).

    2. Sedativa-terapi relaksan ; Thiopental sodium (Penthotal sodium) 0,4% IV drip;Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB diberikan secara IM, iV atau PO tiap 3-

    6 jam, paraldehyde 9panal) 0,15 mg/kg BB Per-im tiap 4-6 jam.

    3. Agen anti cemas ; Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap 3-4 jam,dosis ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg BB/24 jam untuk

    dewasa.

    4. Beta-adrenergik bolcker; propanolol 9inderal) 0,2 mg aliquots, untuk total dari2 mg IV untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik, digunakan untuk

    pengobatan sindroma overaktivitas sempatis jantung.

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    15/26

    5. Penanggulangan kejang; isolasi penderita pada tempat yang tenang, kurangirangsangan yang membuat kejang, kolaborasi pemeberian obat penenang.

    6. Pemberian Penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi0 dapat diganti dengantetraciklin atau klinamisin untuk membunuh klostirida vegetatif.

    7. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.8. Diit tKTP melalui oral/ sounde/parenteral9. Intermittent positive pressure breathing (IPPB) sesuai dengan kondisi klien.10.Indwelling cateter untuk mengontrol retensi urine.11.Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali fungsi

    optot dan ambulasi selama penyembuhan.

    B. Pembedahan1. Problema pernafasan ; Trakeostomi (k/p) dipertahankan beberapa minggu;

    intubasi trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas.

    2. Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi.

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    16/26

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TETANUS

    PENGKAJIAN

    1. Identitas pasien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk,tanggal pengkajian, diagnosa medik, rencana terapi.

    2. Identitas orang tua Ayah : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat. Ibu : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat

    3. Identitas sudara kandung.4. Keluhan utama/alasan masuk RS.5. Riwayat Kesehatan6. Riwayat kesehatan sekarang.7. Riwayat kesehatan masa lalu.

    Ante natal care Natal Post natal care

    8. Riwayat kesehatan keluarga.9. Riwayat imunisasi10. Riwayat tumbuh kembang

    Pertumbuhan fisik Perkembangan tiap tahap

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    17/26

    11.Riwayat Nutrisi Pemberian asi Susu Formula Pemberian makanan tambahan Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini Riwayat Psikososial Riwayat Spiritual

    12.Reaksi HospitalisasiPemahaman keluarga tentang sakit yang rawat nginap.

    13.Aktifitas sehari-hari Nutrisi Cairan Eliminasi BAB/BAK Istirahat tidur Olahraga Personal Hygiene Aktifitas/mobilitas fisik Rekreasi

    14.Pemeriksaan Fisik keadaan umum klien Tanda-tanda vital Antropometri Sistem pernafasan Sistem Cardio Vaskuler Sistem Pencernaan

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    18/26

    Sistem Indra Sistem muskulo skeletal Sistem integument Sistem Endokrin istem perkemihan Sistem reproduksi Sistem imun Sistem saraf : Fungsi cerebral, fungsi kranial, fungsi motorik, fungsi

    sensorik, fungsi cerebelum, refleks, iritasi meningen

    15.Pemeriksaan tingkat perkembangan 0 6 tahun dengan menggunakan DDST (motorik kasar, motorik halus,

    bahasa, personal sosial).

    6 tahun keatas (perkembangan kognitif, Psikoseksual, Psikososial). Tes Diagnostik Terapi

    DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputumpada trakea dan spasme otot pernafasan.

    2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasmeotot-otot pernafasan

    3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efek toksin (bakterimia )

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    19/26

    4. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekakuanotot pengunyah

    5. Hubungan interpersonal terganggu berhubungan dengan kesulitan bicara6. Gangguan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi lemah dan sering

    kejang

    7. Resiko terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intakeyang kurang dan oliguria

    8. Resiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang9. Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit tetanus dan

    penanggulangannya berhubungan dengan kurangnya informasi

    10.Kurangnya kebutuhan istirahat berhubungan dengan sering kejang

    INTERVENSI KEPERAWATAN

    1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum padatrakea dan spasme otot pernafasan

    Ditandai dengan :

    Ronchi, sianosis, dyspnea, batuk tidak efektif disertai dengan sputum atau lender,

    hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan : AGD abnormal (asidosis respiratotik)

    Tujuan:

    Jalan nafas efektif

    Kriteria:

    y Klien tidak sesak, lender atau sleam tidak aday Pernafasan 16 18 kali/menit

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    20/26

    y Tidak ada pernafasan cuping hidunGy Tidak ada tambahan otot pernafasany Hasil pemeriksaan laboratorium darah AGD dalam batas normal ( pH=7,35 7,45 ;

    PCO2= 35 45 mmHg, PO2 = 80 100 mmHg )

    Intervensi dan rasional

    y Bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi kepala ekstensi. Rasional : secaraanatomi posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga

    pernafasan sehingga proses respirasi tetap berjalan lancar dengan menyingkirkan

    pembuntuan jalan nafas.

    y Pemeriksaan fisik dengan cara auskultasi mendengar suara nafas (adakah ronchi)tiap 2 4 jam sekali. Rasional : ronchi menunjukan adanya gangguan pernafasan

    akibat atas cairan atau secret yang menutupi sebagian dari saluran pernafasan

    sehingga perlu dikeluarkan untuk mengoptimalkan jalan nafas.

    y Bersihkan mulut dan saluran nafas dari secret dan lendir dengan melakukansection. Rasional : section merupakan tindakan bantuan untuk mengeluarkan

    secret, sehingga mempermudah proses respirasi.

    y Oksigenisasi sesuai intruksi dokter. Rasional : pemberian oksigen secara adekuatdapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga mencegah terjadi

    hipoksia

    y Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam. Rasional : dyspnea, sianosis merupakantanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja jantung yang menurun

    timbul tacikardi dan capillary reffil time yang memanjang/lama.

    y Observasi timbulnay gagal nafas/apnea. Rasional : ketidakmampuan tubuh dalamproses respirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu

    pernafasan (mechanical ventilation)

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    21/26

    y Kolaborasi dalam pemberian obat pengencer secret (mukolotik). Rasional : obatmukolitik dapat mengencerkan secret yang kental sehingga mudah mengeluarkan

    dan mencegah kekentalan.

    2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan

    Ditandai dengan :

    Kejang rangsangan, kontraksi otot-otot pernafasan, adanya lender dan secret yang

    menumpuk.

    Tujuan :

    Pola nafas teratur dan normal

    Kriteria :

    y Hipoksemia teratasi, mengalami perbaikan pemenuhan kebutuhan oksigeny Tidak sesak, pernafasan normal 16 18 kali/menity Tidak sianosis

    Intervensi dan rasional :

    y Monitor irama pernafasan dan respirasi rate. Rasional : indikasi adanya penyimpangan atau kelainan dari pernafasan dapat dilihat dari frekuensi, jenis

    pernafasan, kemampuan dan irama nafas.

    y Atur posisi luruskan jalan nafas. Rasional : jalan nafas yang longgar tidak adasumbatan proses respirasi dapat berjalan dengan lancar.

    y Observasi tanda dan gejala sianosis. Rasional : sianosis merupakan salah satutanda manifestasi klinik ketidakadekuatan suplai O2 pada jaringan tubuh perifer.

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    22/26

    y Berikan oksigenasi sesuai dengan intruksi dokter. Rasional : pemberian oksigensecara adekuat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga

    mncegah terjadinya hipoksia.

    y Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam. Rasional : dyspnea, sianosis merupan tandaterjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja jantung yang menurun timbul

    tacikardi dan capillary reffil time yang memanjang/lama.

    y Observasi timbulnya gagal nafas. Rasional : ketidakmampuan tubuh dalam prosesrespirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu

    pernafasan (mechanical ventilato)

    y Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah. Rasional : kompensasi tubuhterhadap gangguan proses difusi dan perfusi jaringan dapat mengakibatkan

    terjadinya asidosis respiratory.

    3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan efek toksin (bakterimia)Ditandai dengan :

    Suhu tubuh meningkat menjadi 38 40 C, hiperhidrasi, sel darah putih lebih dari

    10.000/mm3

    Tujuan :

    Suhu tubuh normal

    kriteria :

    y Suhu kembali normal 36 37 Cy Hasil laboratorium sel darah putih (leukosit) antara 5.000 10.000/mm3

    Intervensi dan rasional :

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    23/26

    y Atur suhu lingkungan yang nyaman. Rasional : iklim lingkungan dapatmempengaruhi kondisi dan suhu tubuh individu sebagai suatu proses adaptasi

    melalui proses evaporasi dan konveksi

    y Pantau suhu tubuh tiap 2 jam. Rasional : identifikasi perkembangan gejala-gejalakearah syok exhaustion

    y Berikan hidrasi atau minum yang adekuat. Rasional : cairan-cairan membantumenyegarkan badan dan merupakan kompresi badan dari demam.

    y Lakukan tindakan teknik aseptic dan antiseptic pada perawatan luka. Rasional:perawatan luka mengeleminasi kemungkinan toksin yang masih berada disekitar

    luka.

    y Berikan kompres dingin bila tidak terjadi eksternal rangsangan kejang. Rasional :kompres dingin merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan

    cara proses konduksi.

    y Laksanakan program pengobatan antibiotic dan antipiretik. Rasional : obat-obatanantibacterial dapat mempunyai spectrum untuk mengobati bakteri gram positif,

    atau bakteri gram negative, antipiretik bekerja sebagai proses termoregulasi untuk

    mengantisipasi panas.

    y Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium leukosit. Rasional : hasil pemeriksaan leukosit yang meningkat lebih dari 100.000/mm3

    mengidentifikasikan adanya infeksi dan atau untuk mengikuti perkembangan

    pengobatan yang diprogramkan.

    4. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan ototpengunyah

    Ditandai dengan :

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    24/26

    Intake kurang, makan dan minuman yang masuk lewat mulut kembali lagi dapat

    melalui hidung dan berat badan menurun disertai hasil pemeriksaan protein atau albumin

    kurang dari 3,5 mg%

    Tujuan :

    Kebutuhan nutrisi terpenuhi

    Kriteria :

    y Berat badan optimaly Intake adekuaty Hasil pemeriksaan albumin 3,5 5 mg%

    Intervensi dan rasional :

    y Jelaskan faktor yang mempengaruhi kesuliatan dalam makan dan pentingnyamakanan bagi tubuh. Rasional : dampak dari tetanus adalah adanya kekakuan dari otot

    pengunyah sehingga klien mengalami kesuliatan menelan dan kadang timbul reflex

    balik atau kesedak. Dengan tingkat pengetahuan yang adekuat diharapkan klien dapat

    berpartisipasi dan kooperatif dalam program diet.

    y Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diet TKTP cair, lunak, dan bubur kasar.Rasional : diet yang diberikan sesuai dengan keadaan klien dari tingkat membuka

    mulut dan proses mengunyah

    y Kolaborasi untuk memberikan caiaran IV line. Rasioanal : pemberian cairan perinfusdiberikan pada klien dengan ketidakmampuan mengunyah atau tidak bisa makan

    lewat mulut sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi.

    y Kolaborasikan untuk pemasangan NGT bila perlu. Rasional : NGT dapat berfungsisebagai masuknya makanan juga untuk memberikan obat

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    25/26

    BAB IV

    PENUTUP

    KESIMPULAN

    Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani.

    Etiologi tetanus disebabkan oleh bakteri clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka

    yang dalam dengan perawatan yang salah. Tanda dan gejala tetanus antara lain : a. Masa

    inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari, ketegangan otot rahang dan leher (mendadak),

    kesukaran membuka mulut (trismus), kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan

    tulang belakang, dan saat kejang tonik tampak risus sardonikus. Gambaran umum yang khas

    pada tetanus antara lain : Badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam ekstensi, lengan

    kaku dan tangan mengepal, dan biasanya keasadaran tetap baik. Pemeriksaan diagnostic pada

    tetanus antara lain : Pemeriksaan fisik yaitu adanya luka dan ketegangan otot yang khas

    terutama pada rahang, Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/L, peninggian tekanan

    otak, deteksi kuman sulit, dan Pemeriksaan ECG dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler.

    Pencegahan agar tidak terkena tetanus antara lain : Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia

    3-11 Bulan, Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X, Pencegahan terjadinya luka &

    merawat luka secara adekuat, dan Pemberian anti tetanus serum.

  • 8/3/2019 Keperawatan Medikal Bedah Tetanus

    26/26

    DAFTARPUSTAKA

    Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC

    Doenges, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi.3.Jakarta: EGC http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-

    dengan_9221.html

    http://id.wikipedia.org/wiki/Tetanus