pengertian konflik
DESCRIPTION
Konsep Management KepTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksioanl Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami kembali tentang konflik
dengan baik.
2. Tujuan Intruksional Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami kembali tentang
pengertian konflik
b. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami kembali tentang
kategori konflik
c. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami kembali tentang
penyebab konflik
d. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami kembali tentang
proses konflik
e. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami kembali tentang
strategi penyelesaian konflik
f. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami kembali tentang peran
pimpinan dan fungsi manajemen dalam menyelesaikan konflik
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Konflik
Teori interaksi pada tahun (1970) mengemukakan bahwa konflik
merupakan suatu hal yang penting , dan secara aktif mengajak organisasi
untuk menjadikan konflik menjadi salah satu pertumbuahn produksi.
Robbins (1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa
konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya
ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas
pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negative.
Cathy A Constantino, dan Chistina Sickles Merchant mengatakan
dengan kata-kata yang lebih sederhana, bahwa konflik pada dasarnya adalah:
“sebuah proses mengekspresikan ketidak puasan, ketidak setujuan, atau
harapan-harapan yang tidak terealisasi”. Kedua penulis tersebut sepakat
dengan Robbins bahwa konflik pada dasarnya adalah sebuah proses.
B. Kategori Konflik
Konflik dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu,konflik intrapersonal,konflik
interpersonal,dan antar kelompok.
1. Intrapersonal, konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini
merupakan masalah internal yang mengklarifikasi nilai dan keinginan dari
konflik yang terjadi. Hal ini sering dimanifestasikan sebagai sebab dari
kompetisi peran. Misalnya, manager mungkin merasa memiliki konflik
interpersonal dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan, loyalitas
terhadap pekaryaan, dan loyalitas kepada pasien.
2. Interpersonal, konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih
dimana nilai, tujuan dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi
karna seseorang secara constant berinteraksi dengan orang lain, sehingga
ditemukan perbedaan-perbedaan. Manager sering mengalami konflik
dengan teman sesame manager,atasan.bawahannya.
3. Antarkelompok, konflik terjadi antara dua atau lebih kelompok orang,
departemen,atau organisasi. Sumber koonflik jenis ini adalah hambatan
dalam mencapai kekuasaan dan otoritas (kualitas jasa layanan) serta
keterbatasan prasarana.
Konflik yang terjadi pada suatu organisasi merefleksikan konflik
intrapersonal,interpersonal,antarkelompok. Tetapi didalam organisasi,
konflik dipandang secara vertical dan horizontal(Marquis dan
Huston,1998). Konflik vertical terjadi antara atasan dan bawahan. Konflik
horizontal terjadi antara staff dengan kedudukan yang sama , misalnya
konflik horizontal ini meliputi wewenang, keahlian,dan praktik.
C. Penyebab Konflik
Terdapat beberapa hal yang melatar belakangi terjadinya konflik. Agus
M. Hardjana mengemukakan sepuluh penyebab munculnya konflik, yaitu :
1. Salah pengertian atau salah paham karena kegagalan komunikas
2. Perbedaan tujuan kerja karena perbedaan nilai hidup yang dipegan
3. Rebutan dan persaingan dalam hal yang terbatas seperti fasilitas kerja
dan jabatan
4. Masalah wewenang dan tanggung jawab
5. Penafsiran yang berbeda atas satu hal, perkara dan peristiwa yang sama
6. Kurangnya kerja sama
7. idak mentaati tata tertib dan peraturan kerja yang ada
8. Ada usaha untuk menguasai dan merugikah
9. Pelecehan pribadi dan kedudukan
10. Perubahan dalam sasaran dan prosedur kerja sehingga orang menjadi
merasa tidak jelas tentang apa yang diharapkan darinya.
Stoner sendiri menyatakan bahwa penyebab yang menimbulkan
terjadinya konflik adalah :
1. Pembagian sumber daya (shared resources)
2. Perbedaan dalam tujuan (differences in goals)
3. Ketergantungan aktivitas kerja (interdependence of work activities)
4. Perbedaan dalam pandangan (differences in values or perceptions)
5. Gaya individu dan ambiguitas organisasi (individual style and
organizational ambiguities).
Robbins sendiri membedakan sumber konflik yang berasal dari
karakteristik perseorangan dalam organisasi dan konflik yang disebabkan
oleh masalah struktural. Dari sini kemudian Robbins menarik kesimpulan
bahwa ada orang yang mempunyai kesulitan untuk bekerja sama dengan
orang lain dan kesulitan tersebut tidak ada kaitannya dengan kemampuan
kerja atau interaksinya yang formal. Konflik perseorangan ini disebut
Robbins dengan konflik psikologis. Untuk itulah Robbins kemudian
memusatkan perhatian pada sumber konflik organisasi yang bersifat
struktural. Sumber-sumber konflik yang dimaksudkan Robbins, yaitu :
1. Saling ketergantungan pekerjaan
2. Ketergantungan pekerjaan satu arah
3. Diferensiasi horizontal yang tinggi
4. Formalisasi yang rendah
5. Ketergantungan pada sumber bersama yang langka
6. Perbedaan dalam kriteria evaluasi dan sistem imbalan
7. Pengambilan keputusan partisipatif
8. Keanekaragaman anggota
9. Ketidaksesuaian status
10. Ketidakpuasan peran
11. Distorsi komunikasi
D. Proses Konflik
Proses konflik dabagi menjadi beberapa tahapan:
1. Konflik laten
Tahapan konflik yang terjadi terus-menerus (laten) dalam suatu organisasi.
Misalnya, kondisi tentang keterbatasan staff dan perubahan yang cepat.
Kondisi tersebut memicu pada ketidak stabilan organisasi dan kualitas
produksi, meskipun konflik yang ada kadang tidak nampaknyata dan tidak
pernah terjadi.
2. Felt conflict (konflik yang dirasakan )
Konflik yang terjadi karna adaanya sesuatu yang dirasakan sebagai
ancaman, ketakutan,tidak percaya, dan marah. Konflik ini disebut sebagai
konflik “affectiveness.” Hal ini penting bagi seseorang untuk menerima
konflik dan tidak mersakan konflik tersebut sebagai suatu masalah atau
ancaman terhadap keberadaannya.
3. Konflik yang nampak/sengaja diminculkan
Konflik yang sengaja dimunculkan untuk dicari solusinya.tindakan yang
dilaksanakan mungkin menghindar, kompetisi, debat, atau mencari
penyelesaian konflik. Setiap orang secara tidak sadar belajar
mengguanakan kompetisi, kekuatan, dan agresivitas dalam menyelesaikan
konflik. Sementara itu, penyelesaian konflik dalam suatau organisasi
memerlukan upaya dan strategi sehingga dapat mencapai tujuan
organisasi.
4. Resolusi konflik
Resolusi konflik adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara
memuaskan semua orang yang terlibat didalamnya denga prinsip “win-win
solution.”
5. Konflik “aftermath”
Konflik aftermath merupakan konflik yang terjadi akibat dari tidak
terselesaikanya konflik yang pertama. Konflik iini akan menjadi masalah
besar jika tidak segera diatasi atau dikurangi bisa menjadi penyebab dari
konflik yang utama.
E. Strategi Penyelesaian Konflik
Strategi penyelesaian konflik dapatdibedakan menjadi 6,yakni:
kompromi atau negosiasi,kompetisi,akomodasi,smoothing,menghindar,dan
kolaborasi.
1. Kompromi atau negosiasi
Suatu strategi penyelesaian konflik dimana semua yang terlibat saling
menyadari dan sepakat pada keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini
sering diartikan sebagai “lose-lose situation”. Kedua unsur yang terlibat
menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat. Didalam management
keperawatan,startegi ini sering digunakan oleh middle dan top manager
keperawatan.
2. Kompetisi
Strategi ini dapat diartikans ebagai “win-lose” penyelesaian konflik.
Penyelesaian ini menekankan bahwa hanya ada satu orang atau kelompok
yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah. Akibat negative dari
strategi ini adalah kemarahan,putus asa,dan keinginan perbaikan dimasa
yang akan datang.
3. Akomodasi
Istilah lain yang sering digunakan adalah “cooperative”. Konflik ini
berlawanan dengan kompetisi. Pada strategi ini, seseorang berusaha untuk
mengakomodasikan permasalahan,dan memberi kesempatan pada orang
lain untuk menang. Masalah utama dalam strategi ini sebenarnya tidak
terselesaikan. Strategi ini biasanya digunakan dalam politik untuk
merebut kekuasaan dengan berbagai konsekuensinya.
4. Smoothing
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara mengurangi
komponen emosional dalam konflik. Pada strategi ini, individu yang
terlibat dalam konflik berupaya mencapai kebersamaan daripada
perbedaan dengan penuh kesadaran dan instropeksi diri. Strategi ini
biasanya diterapkan pada konflik yang ringan,tetapi untuk konflik yang
besar,misalnya persaingan pelayanan/hasil produksi tidak dapat
digunakan.
5. Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik pada strategi ini menyadari tentang
masalah yang dihadapi,tetapi memilih untuk menghindar atau tidak
menyelesaiakn masalah. Strategi ini dipilih bila ketidaksepakatan
membahayakan kedua belah pihak,biaya penyelesaian lebih besar
daripada menghindar,atau perlu orang ketiga dalam
menyelesaikannya,atau jika masalah dapat terselesaikan dengan
sendirinya.
6. Kolaborasi
Strategi ini merupakan strategi”win-win solution” dalam kolaborasi,kedua
unsure yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerjasama dalam
mencapai sebuah tujuan. Karna keduanya menyakini akan tercapainya
sebuah tujuan yang telah ditetapkan, masing-masing meyakininya.
Strategi kolaborasi tidak akan bisa berjalan bila kompetisi insentif sebagai
bagian dari situasi tersebut,kelompok yang terlibat tidak mempunyai
kemampuan dalam menyelesaikan masalah, dan tidak ada kepercayaan
dari kedua kelompok/seseorang (bowditch and bouno,1994).
F. Peran Pimpinan dan Fungsi Manajemen dalam Menyelesaikan Konflik
1. Peran pemimpin
a. Sadar diri dan bekerja dengan sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
konflik inteapersonal.
b. Mengatasi konflik segera setela konflik itu dirasakan dan sebelum
termanifestasikan.
c. Mencari penyelesaian menang-menang (win-win solution) jika
memungkinkan.
d. Memperkecil perbedaan persepsi antara pihak yang mengalami konflik
dan memperluas pengetahuan kedua belah pihaktantang masalah.
e. Membantu pegawai dalammengidentifikasi alternative penyelesaian
konflik.
f. Mengenali dan menerima perbedaan individu yang memiliki staf.
g. Menggunakan ketrampilan komunikasi asertif untuk meningkatkan
cara persuasive dan membantu komunikasi terbuka.
h. Menjadi model peran yang jujur dan mengupayakan negosiasi
kolaboratif.
2. Fungsi managemen
a. Menciptakan lingkungan kerja yang meminimalkan kondisi pencetus
konflik.
b. Secara tepat menggunakan wewenang yang sah jika harus membuat
keputusan yang tidak popular atau cepat.
c. Jika perlu, secara formal memfasilitasi penyelesaian konflik yang
melibatkan pegawai.
d. Menerima tanggung jawab secara mutual untuk mencapai tujuan
supraordinat yang telah ditentukan sebelumnya.
e. Mendapatkan sumber yang telah dibutuhkan unit melalui strategi
negosiasi yang efektif.
f. Mengompromikan kebutuhan unit jika kebutuhan tersebut tidak kritis
untuk menjalankan fungsi unit jika manajemen yang lebih tinggi
melepaskan sesuatu yang sama berharganya.
g. Mempersiapkan segalanya untuk melakukan kegitan negosiasi untk
mendapatkan sumber unit,termasuk penentuan lanjutan total biaya
yang kemungkinanpertukaran sumber unit.
h. Menangani kebutuhan pengakhiran dan tindaklanjut negosiasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori interaksi pada tahun (1970) mengemukakan bahwa konflik
merupakan suatu hal yang penting,dan secara aktif mengajak organisasi untuk
menjadikan konflik menjadi salah satu pertumbuahn produksi.
Konflik juga terbagi dalam 3 bagian ynag pertama konflik intrapersonal
diamana konflik tersebut terjadi pada dirinya sendiri,konflik interpersonal
dimana konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih dimana nilai,
tujuan dan keyakinan berbeda, konflik antar kelompok dimana konflik terjadi
antara dua atau lebih kelompok orang, departemen,atau organisasi.
B. Saran
Setelah dilukakanya penerangan materi tentang konflik
DAFTAR PUSTAKA
Marquis,Bessie L.2010.kepemimpinan dan manajemen keperawatan.edisi
4.jakarta:EGC
Nursalam.2009.manajemen keperawatan.edisi 2.jakarta:salemba medika