pengembangan modul digital pembelajaran …

220
PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS DENGAN MEMANFAATKAN CERITA RAKYAT TRADISIONAL JAWA TENGAH BAGI MAHASISWA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Disusun oleh: Dion Wahyu Widayat NIM: 151224079 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 16-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN

MEMBACA KRITIS DENGAN MEMANFAATKAN CERITA

RAKYAT TRADISIONAL JAWA TENGAH BAGI

MAHASISWA

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun oleh:

Dion Wahyu Widayat

NIM: 151224079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

i

PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN

MEMBACA KRITIS DENGAN MEMANFAATKAN CERITA

RAKYAT TRADISIONAL JAWA TENGAH BAGI

MAHASISWA

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun oleh:

Dion Wahyu Widayat

NIM: 151224079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kedua orang tua saya, Bambang Herlin dan Sarinten yang selalu memeberikan

dukungan, bimbingan serta doa.

3. Adikku Wahyu Anan Fauzan yang selalu memberikan dukungan.

4. Keluarga besar Joyo Inangun, sahabat, dan semua orang yang telah mendukung

proses penyelesaian skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

v

MOTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

(QS. Al-Insyirah, 6-8)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

viii

ABSTRAK

Widayat, Dion Wahyu. 2019. Pengembangan Modul Digital Pembelajaran

Membaca Kritis dengan Memanfaatkan Cerita Rakyat Tradisional Jawa

Tengah bagi Mahasiswa. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca

kritis yang penting dikuasai oleh mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk

menghasilkan modul digital pembelajaran membaca kritis integrasi cerita rakyat

tradisional Jawa Tengah. Modul digital dapat dijadikan bahan ajar yang menarik

dan sesuai dengan perkembangan abad XXI.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau research &

development (R&D) menurut Borg & Gall. Penelitian pengembangan ini mengacu

pada sepuluh langkah penelitian Borg dan Gall yang disederhanakan menjadi enam

tahapan. Tahap yang dilakukan peneliti antara lain, (1) penelitian dan pengumpulan

informasi, (2) pengembangan produk, (3) validasi produk, (4) revisi tahap I, (5) uji

coba produk, dan (6) revisi tahap II.

Hasil penelitian berdasarkan enam tahap tersebut; (1) Berdasarkan hasil

studi pendahuluan yang dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner ke

mahasiswa dan melakukan wawancara dengan dosen pengampu membaca intensif

didapatkan hasil jika pengembangan modul digital membaca kritis penting dan

relevan. (2) Pengembangan bahan ajar modul dilakukan dengan menentukan judul,

tujuan, pemilihan bahan, penyusunan bahan dan pengumpulan bahan sesuai dengan

materi. (3) Uji validasi dilakukan oleh satu dosen ahli dan uji terbatas penilaian

mahasiswa. (4) Revisi tahap I antara lain: perbaikan penyajian modul, penambahan

materi, memperbaiki kesalahan penulisan, menambah soal pascamembaca,

memperbaiki ejaan sesuai PUEBI, dan menentukan jenis huruf yang tepat. (5) Uji

coba produk dilakukan oleh mahasiswa. (6) Revisi tahap II meliputi,: menambah

contoh, revisi judul modul, menambah ilustrasi gambar, dan memperbaiki

kesalahan pengetikan. Berdasarkan rekapitulasi hasil analisis aspek modul digital

didapatkan hasil 3,60 untuk validasi dosen ahli dan 4,45 untuk hasil validasi

mahasiswa. Berdasarkan hasil tersebut modul digital “Membaca Kritis untuk

Mahasiswa” layak untuk digunakan dalam pembelajaran membaca kritis di tingkat

perguruan tinggi.

Kata Kunci: Modul Digital, Cerita Rakyat, Membaca kritis, Paradigma Pedagogi

Pembelajaran Reflektif (PPR).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

ix

ABSTRACT

Widayat, Dion Wahyu. 2019. Critical Reading Digital Learning Module by Using

Central Java Traditional Folklore for University Students. Thesis.

Yogyakarta: Indonesian Language Education and Arts Study Program,

Language Education and Arts Department, Faculty of Teachers Training

and Education, Sanata Dharma University.

Research problem in this research is the ability of critical reading that is

very important to be mastered by university students. This research aims to produce

critical reading digital learning module Central Java traditional folklore

integrated. Digital module is an attractive teaching material that is also suitable

with 21st century development.

This is a development research or Research & Development (R&D)

according to Borg & Gall. This development research is in reference to Borg &

Gall’s ten steps research that is simplified into six steps. The researcher did these

steps (1) research and data gathering, (2) product development, (3) product

validation, (4) Revision I, (5) product testing, and (6) Revision II.

Research result based on the six steps are: (1) From the preliminary study

by spreading questionnaire to university students and doing interview with

intensive reading lecture obtained a result that critical reading digital module

development is important and relevant. (2) Teaching material module development

was done by identifying the title, aims, material selection, material arrangement,

and material gathering according to the material. (3) Validation test was done by

an expert lecturer and student assesment limited test. (4) Revision I were: module

presentation improvement, material addition, writing improvement, post-reading

questions addition, spell check according to PUEBI, and decide the appropriate

font. (5) Product testing was done by students. (6) Revision II included: examples

addition, module title revision, illustration addition, and typing error improvement.

The digital module aspect analysis recapitulation obtained 3.60 as the result for

expert lecturer validation and 4.45 for students validation result. Based on the

result, “Membaca Kritis untuk Mahasiswa” digital module is feasible for critical

reading learning in university level.

Keywords: Digital Module, Folklore, Critical Reading, Paradigma Pedagogi

Pembelajaran Reflektif (PPR).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

rahmat, karunia, serta perlindungan-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis

sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Modul Digital Pembelajaran

Membaca Kritis dengan Memanfaatkan Cerita Rakyat Tradisional Jawa Tengah

Bagi Mahasiswa dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan, bimbingan, dan

kerjasama dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan

baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah mengesahkan

skripsi penulis.

2. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Seni dan dosen pembimbing, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dan selalu

sabar, setia dalam membimbing, mengarahkan, dan memberikan berbagai solusi,

nasihat serta masukan positif kepada penulis.

3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

xi

memberikan izin terkait dengan segala kebutuhan dan berkenan menjadi

validator untuk memvalidasi produk yang telah dikembangkan oleh penulis.

4. A. Danang Satria Nugraha, S.S., M.A. selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah berkenan menjadi narasumber saat wawancara studi

pendahuluan penulis.

5. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku dosen Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia yang berkenan menjadi validator untuk

memvalidasi produk yang telah dikembangkan oleh penulis.

6. Septina Krismawati, S.S., M.A., selaku dosen pengampu mata kuliah Membaca

Intensif yang telah berkenan menjadi narasumber pada wawancara dan berkenan

membantu selama proses pengerjaan skripsi.

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang

telah berkenan berbagi ilmu dan mendukung proses pengerjaan skripsi.

8. Theresia Rusmiyati, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan arahan dan pelayanan

dengan baik dan sabar kepada penulis dalam menyelesaiakan urusan

administrasi.

9. Seluruh mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2017

yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

10. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

angkatan 2015 yang saling memberikan semangat dan motivasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... I

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... II

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. III

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... IV

MOTO .................................................................................................................. V

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. VI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS ............................. VII

ABSTRAK ........................................................................................................ VIII

ABSTRACT .......................................................................................................... IX

KATA PENGANTAR ......................................................................................... X

DAFTAR ISI ..................................................................................................... XIII

DAFTAR TABEL .......................................................................................... XVII

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... XVII

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ XIX

DAFTAR DIAGRAM ....................................................................................... XX

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ XXII

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. XXIII

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan masalah.................................................................................... 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

xiv

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4

1.5 Batasan Istilah ......................................................................................... 6

1.6 Spesifikasi Produk ................................................................................... 7

1.7 Sistematika Penyajian ............................................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 11

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ....................................................... 11

2.2 Landasan Teori ....................................................................................... 15

2.2.1 Keterampilan Membaca sebagai Salah Satu Keterampilan berbahasa .. 15

2.2.2 Membaca Kritis ...................................................................................... 18

2.2.2.1 Hakikat Membaca Kritis ........................................................................ 18

2.2.2.2 Aspek Membaca Kritis ........................................................................... 19

2.2.3 Cerita Rakyat .......................................................................................... 24

2.2.3.1 Pengertian Cerita Rakyat........................................................................ 24

2.2.3.2 Ciri-ciri Cerita Rakyat ............................................................................ 25

2.2.3.3 Jenis-jenis Cerita Rakyat ........................................................................ 26

2.2.3.4 Cerita Rakyat Jawa Tengah .................................................................... 29

2.2.4 Paradigma Pedagogi Reflektif................................................................ 32

2.2.4.1 Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif ............................................ 32

2.2.4.2 Pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif ........................................... 33

2.2.5 Bahan Ajar ............................................................................................. 36

2.2.6 Modul ..................................................................................................... 38

2.2.6.1 Hakikat Modul ....................................................................................... 38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

xv

2.2.6.2 Tujuan Modul Pembelajaran .................................................................. 39

2.2.6.3 Karakteristik Modul Pembelajaran ........................................................ 40

2.2.6.4 Prosedur Penulisan Modul ..................................................................... 42

2.2.6.5 Struktur Penulisan Modul ...................................................................... 45

2.2.6.6 Kriteria Penilaian Modul ........................................................................ 52

2.2.6.7 Modul Digital Pembelajaran .................................................................. 54

2.2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................. 55

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 58

3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 58

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian .......................................................... 59

3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 60

3.4 Instrumen Pengumpulan Data ................................................................ 61

3.5 Teknik Analisis Data .............................................................................. 63

3.6 Prosedur Pengembangan ........................................................................ 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 76

4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................... 76

4.1.1 Hasil Penelitian dan Pengumpulan Informasi ........................................ 77

4.1.1.1 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Mahasiswa .................................... 77

4.1.1.2 Deskripsi Wawancara Dosen ................................................................. 98

4.1.2 Pengembangan Modul .......................................................................... 100

4.1.2.1 Penentuan Tujuan ................................................................................. 101

4.1.2.2 Pemilihan Bahan .................................................................................. 101

4.1.2.3 Penyusunan Kerangka .......................................................................... 102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

xvi

4.1.2.4 Pengumpulan Bahan............................................................................. 103

4.1.3 Uji Validasi .......................................................................................... 105

4.1.3.1 Hasil Validasi Modul Digital oleh Dosen Ahli .................................... 105

4.1.4 Revisi Produk Tahap I .......................................................................... 111

4.1.5 Data Hasil Uji Coba Produk ................................................................. 117

4.1.5.1 Deskripsi Uji Coba Produk .................................................................. 117

4.1.5.2 Deskripsi Hasil Penilaian Mahasiswa .................................................. 118

4.1.6 Revisi Produk Tahap II ........................................................................ 122

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 124

4.2.1 Deskripsi Modul Digital ....................................................................... 125

4.2.2 Deskripsi Data Hasil Validasi .............................................................. 130

4.2.2.1 Deskripsi Data Hasil Validasi oleh Dosen Ahli ................................... 130

4.2.2.2 Deskripsi Data Hasil Penilaian oleh Mahasiswa .................................. 131

4.2.3 Analisis Kelayakan Modul Digital ....................................................... 133

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 141

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 141

5.2 Saran ..................................................................................................... 143

5.2.1 Bagi Para Dosen ................................................................................... 144

5.2.2 Bagi Mahasiswa ................................................................................... 145

5.2.3 Bagi Peneliti Lainnya ........................................................................... 145

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 146

BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................... 150

LAMPIRAN ....................................................................................................... 151

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

xvii

DAFTAR TABEL

2.1 Cerita Rakyat Tradisional Daerah Jawa Tengah ....................................... 30

3.1 Kisi-kisi Kuesioner Membaca Kritis ......................................................... 61

3.2 Kisi-kisi Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran ............ 62

3.3 Kisi-kisi Kuesioner Pengembangan Modul Digital .................................. 62

3.4 Kisi-kisi Wawancara ................................................................................. 63

3.5 Konversi Nilai dan Skala Sikap ................................................................ 64

3.6 Kategori Interval Skala Likert ................................................................... 66

3.7 Konversi Nilai Skala Lima Berdasarkan Penilaian Acuan Patokan.......... 67

3.8 Kisi-Kisi Validasi Modul Digital Oleh Dosen Ahli .................................. 68

3.9 Kisi-Kisi Penilaian Oleh Mahasiswa ........................................................ 68

4.1 Kategori Interval Skala Likert ................................................................... 78

4.2 Hasil Keseluruhan Perhitungan Kuesioner ............................................... 97

4.3 Rumusan Tujuan Pembelajaran............................................................... 103

4.4 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Isi/Materi ....... 106

4.5 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Penyajian ....... 107

4.6 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Bahasa ............ 108

4.7 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Kegrafikan ..... 109

4.8 Data Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli pada Seluruh Aspek .............. 110

4.9 Data Hasil Penilaian Mahasiswa pada Aspek Isi/Materi ........................ 118

4.10 Data Hasil Penilaian Mahasiswa pada Aspek Penyajian ........................ 119

4.11 Data Hasil Penilaian Mahasiswa pada Aspek Bahasa............................. 120

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

xviii

4.12 Data Hasil Penilaian Mahasiswa pada Kegrafikan ................................. 120

4.13 Data Skor Rata-rata Penilaian Mahasiswa pada Seluruh Aspek ............. 121

4.14 Data Rekapitulasi Validasi oleh Dosen Ahli ........................................... 131

4.15 Data Rekapitulasi Penilaian oleh Mahasiswa ........................................ 133

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

xix

DAFTAR BAGAN

2.1 Kerangka Berpikir Penelitian .................................................................. 57

3.1 Prosedur Pengembangan ......................................................................... 75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

xx

DAFTAR GAMBAR

2.1 Contoh Sistematika Uraian Modul ......................................................... 48

2.2 Contoh Sitematika Penomoran dalam Modul ........................................ 49

4.1 Materi Sebelum Direvisi (Aspek Materi) ............................................... 111

4.2 Materi Sesudah Direvisi (Aspek Materi) ............................................... 112

4.3 Gambar Kiri dan Kanan Soal Sebelum Direvisi .................................... 113

4.4 Gambar kiri dan Kanan Soal Sesudah Direvisi ...................................... 113

4.5 Gambar Kiri dan Kanan Aspek Penyajian Sebelum Direvisi ................ 114

4.6 Gambar Kiri dan Kanan Aspek Penyajian Sesudah Direvisi ................. 115

4.7 Gambar Kiri Sebelum Direvisi dan Gambar Kanan Sesudah Direvisi

(Aspek Kegrafikan) ................................................................................ 116

4.8 Kegiatan Aksi Sebelum Direvisi ............................................................ 123

4.9 Kegiatan Aksi Sesudah Direvisi............................................................. 123

4.10 Sebelah Kiri Judul Modul Sebelum Direvisi dan Sebelah Kanan Judul

Modul Sesudah Direvisi ......................................................................... 124

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

xxi

DAFTAR DIAGRAM

4.1 Diagram Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis 1 ................... 80

4.2 Diagram Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis 2 ................... 81

4.3 Diagram Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis 3 ................... 82

4.4 Diagram Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis 4 ................... 83

4.5 Diagram Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis 5 ................... 85

4.6 Diagram Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat 1 ............................... 86

4.7 Diagram Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat 2 ............................... 87

4.8 Diagram Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat 3 ............................... 88

4.9 Diagram Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat 4 ............................... 89

4.10 Diagram Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat 5 ............................... 90

4.11 Diagram Hasil Kuesioner Modul Digital 1 ............................................. 92

4.12 Diagram Hasil Kuesioner Modul Digital 2 ............................................. 93

4.13 Diagram Hasil Kuesioner Modul Digital 3 ............................................. 94

4.14 Diagram Hasil Kuesioner Modul Digital 4 ............................................. 95

4.15 Diagram Hasil Kuesioner Modul Digital 5 ............................................. 96

4.16 Hasil Perbandingan Aspek Isi/Materi oleh Dosen Ahli dengan

mahasiswa ............................................................................................... 134

4.17 Hasil Perbandingan Aspek Penyajian oleh Dosen Ahli dengan

mahasiswa ............................................................................................... 135

4.18 Hasil Perbandingan Aspek Bahasa oleh Dosen Ahli dengan

mahasiswa ............................................................................................... 136

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

xxii

4.19 Hasil Perbandingan Aspek Kegrafikan oleh Dosen Ahli dengan

mahasiswa ............................................................................................... 137

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

xxiii

DAFTAR GRAFIK

4.1 Hasil Validasi Modul Digital oleh Dosen Ahli ...................................... 130

4.2 Hasil Penilaian Modul Digital oleh Mahasiswa ..................................... 132

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

xxiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian ...................................................................... 152

Lampiran 2: Surat Permohonan Wawancara Dosen .......................................... 153

Lampiran 3: Surat Permohonan Validasi Dosen Ahli ........................................ 154

Lampiran 4: Kisi-kisi Angket Validasi Modul Digital oleh Dosen Ahli ........... 155

Lampiran 5: Kisi-kisi Angket Penilaian Modul Digital oleh Mahasiswa .......... 157

Lampiran 6: Panduan Wawancara Dosen .......................................................... 158

Lampiran 7: Kuesioner Studi Pendahuluan Mahasiswa .................................... 159

Lampiran 8: Hasil Kuesioner Studi Pendahuluan Mahasiswa ........................... 162

Lampiran 9: Hasil Validasi Dosen Ahli ............................................................. 166

Lampiran 10: Perhitungan Hasil Validasi oleh Dosen Ahli ............................... 173

Lampiran 11: Daftar Hadir Mahasiswa Saat Uji Coba ...................................... 177

Lampiran 12: Hasil Penilaian Modul Digital oleh Mahasiswa .......................... 179

Lampiran 13: Rekap Butir Pernyataan Penilaian Mahasiswa ............................ 185

Lampiran 14: Perhitungan Hasil Penilaian Modul Digital oleh Mahasiswa ...... 187

Lampiran 15: Hasil Kerja Mandiri Mahasiswa Saat Uji Coba .......................... 190

Lampiran 16: Dokumentasi ................................................................................ 194

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini menyajikan tujuh subbab, yaitu (1) latar belakang masalah, (2)

rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) batasan istilah,

(6) spesifikasi produk, dan (7) sistematika penyajian. Berikut rincian pemaparan

tujuh subbab pada bagian pendahuluan.

1.1 Latar Belakang

Membaca kritis merupakan salah satu bagian dari kegiatan membaca

intensif yang membutuhkan tingkat berpikir tinggi. Kegiatan membaca kritis sangat

relevan dengan kehidupan mahasiswa terlebih lagi mahasiswa yang menekuni

bidang bahasa seperti program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

(PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma

(USD). Seorang mahasiswa hendaknya memiliki keterampilan membaca kritis

karena mahasiswa dituntut tidak hanya sekedar memahami bahan bacaan secara

umum akan tetapi mampu menilai bahan bacaan tersebut. Membaca kritis menjadi

hal sangat penting untuk meningkatkan ketelitian, meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan meningkatkan karakter positif seorang mahasiswa.

Mahasiswa Prodi PBSI FKIP USD pasti akan berkecimpung di bidang

bahasa dan sastra Indonesia. Sebaiknya, mahasiswa sudah akrab dengan kegiatan

membaca. Namun, peneliti mendapatkan data yang memprihatinkan terkait minat

baca penduduk Indonesia. Rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

2

per minggu, dengan durasi waktu membaca per hari sekitar 30-59 menit.

Sedangkan, jumlah buku yang ditamatkan per tahun hanya 5-9 buku. Hal ini

berdasarkan hasil penelitian perpustakaan nasional tahun 2017

(www.litbang.kemendagri.go.id, 15/11/2019). Data dari UNESCO minat baca

masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya dari 1000 orang Indonesia, hanya 1

orang yang rajin membaca (www.kaskus.co.id, 17/11/2019).

Berdasarkan data survei dari beberapa lembaga di atas dapat disimpulkan

bahwa minat membaca di Indonesia sangat rendah. Tidak menutup kemungkinan

bahwa mahasiswa dari Prodi PBSI FKIP USD pun mempunyai minat baca yang

rendah. Kondisi ini baru berkaitan dengan minat membaca, belum menyinggung ke

kegiatan membaca intensif khususnya membaca kritis. Jika keinginan membaca

saja sudah rendah dapat kita asumsikan bahwa kegiatan membaca kritis jauh lebih

rendah. Selain minat baca, kurangnya modul pembelajaran yang menarik juga

menjadi faktor mengapa kalangan mahasiswa memiliki kemampuan keterampilan

membaca yang dirasa kurang.

Menurut Nasution (2005: 205), mendefinisikan modul merupakan suatu

unit yang lengkap, berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar

yang disusun untuk membantu mahasiswa mencapai sejumlah tujuan yang

dirumuskan secara khusus dan jelas. Modul cetak yang memiliki sifat tidak

interaktif dan kurang praktis di abad XXI. Modul cetak membuat mahasiswa kurang

termotivasi untuk membaca dan menerapkan kegiatan yang terdapat dalam modul

tersebut. Dengan adanya modul pembelajaran membaca kritis yang menarik dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

3

memadai diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan membaca yang jauh lebih

baik.

Pengembangan modul digital dalam pembelajaran membaca dirasa sesuai

dengan perkembangan teknologi yang serba komputer dan praktis. Modul

pembelajaran digital membaca kritis dapat membuat mahasiswa memiliki minat

untuk membaca yang lebih tinggi karena sifat modul digital yang interaktif, praktis

dan efisien. Modul digital diharapkan dapat menjadi solusi untuk melatih

kemampuan membaca kritis mahasiswa.

Selain keterampilan membaca kritis yang meningkat, peneliti juga berharap

dapat memberikan edukasi dan nilai-nilai kehidupan di dalam modulnya. Edukasi

dan nilai-nilai kehidupan akan mengembangkan karakter positif mahasiswa.

Mahasiswa dituntut tidak hanya kompeten dalam bidang pengetahuan tetapi juga

memiliki kepekaan hati terhadap lingkungan sekitar dan sesama. Oleh karena itu,

peniliti memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah sebagai media yang

akan dikembangkan di modul digital pembelajaran membaca kritis. Menurut

Hutomo (1991: 4) , cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai

aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat. Cerita rakyat yang mengandung

nilai-nilai kehidupan dan budaya dapat memberi dampak positif untuk karakter

mahasiswa.

Mahasiswa juga dapat menjadi lebih tahu dan paham tentang cerita rakyat

yang merupakan warisan dari generasi ke generasi. Pendokumentasian cerita rakyat

sebagai media modul digital pembelajaran membaca kritis juga merupakan upaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

4

untuk melestarikan dan memperkenalkan cerita rakyat itu sendiri di kalangan

mahasiswa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti akan mengembangkan

modul digital pembelajaran untuk melatih kemampuan membaca kritis mahasiswa

dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, terdapat

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pengembangan modul

digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional

Jawa Tengah bagi mahasiswa Prodi PBSI FKIP USD?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan yang linier dengan rumusan masalah yang

telah disebutkan yakni mengembangkan modul digital pembelajaran membaca

kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah bagi mahasiswa

Prodi PBSI FKIP USD.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian pengembangan modul digital pembelajaran membaca kritis

dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa tengah bagi mahasiswa

diharapkan memberi manfaat baik secara praktis maupun teoretis. Berikut manfaat

dari penelitian ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

5

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat dijadikan sumber tambahan atau acuan untuk

melakukan penelitian yang sejenis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi

sumbangsih bagi pengembangan modul digital pembelajaran membaca kritis

dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberi manfaat praktis bagi para dosen bahasa dan

sastra Indonesia, mahasiswa dan peneliti lain. Manfaat praktis yang peneliti maksud

adalah sebagai berikut:

a. Bagi Dosen

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber belajar

tambahan yang dapat mempermudah dosen dalam menjelaskan dan memberikan

tugas pada mahasiswa untuk membaca secara kiritis. Kemudian, dapat membantu

dosen membangkitkan motivasi dan minat mahasiswa dalam membaca kritis.

b. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber belajar mandiri

mahasiswa dalam melatih keterampilan membaca kritis. Selain itu, semoga dapat

mendorong dan meningkatkan minat mahasiswa dalam kegiatan membaca kritis

dan membentuk karakter positif mahasiswa.

c. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan memotivasi peneliti lain untuk

mengembangkan bahan ajar yang lebih kreatif dan inovatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

6

1.5 Batasan Istilah

Peneliti menggunakan batasan isitilah untuk menyamakan konsep dari

bermacam-macam istilahyang digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah

batasan istilah yangdigunakan dalam penelitian ini.

1. Keterampilan Membaca

Keterampilan membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan digunakan

pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

media kata-kata atau bahasa tulis (Hodgson via Tarigan, 2008: 7).

2. Membaca Kritis

Membaca kritis adalah kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan

secara kritis untuk menemukan keseluruhannya makna bahan bacaan, baik makna

tersurat maupun makna tersiratnya melalu tahap mengenal, memahami,

menganalisis, mensintesis, dan menilai (Nurhadi, 2010: 59).

3. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat materi yang tersusun secara sistematis baik

tertulis maupun tidak tertulis yang menciptakan lingkungan/suasana belajar untuk

siswa (Ali Mudhlofir, 2011: 128).

4. Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma pedagogi reflektif yang merupakan suatu pendekatan, suatu cara

dosen mendampingi mahasiswa berkembang menjadi pribadi yang utuh, bukan

hanya sekedar metode pembelajaran (Suparno 2015: 8).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

7

5. Modul Digital

Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan

tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan

oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru

(Mulyasa, 2008: 43). Kemudian, modul digital adalah modul yang diubah menjadi

elektronik modul (e-modul) yang dapat dilengkapi dengan komponen media lain

seperti audio, video, gambar, dan multimedia interaktif.

6. Cerita Rakyat

Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat

melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya

dan susunan nilai sosial masyarakat (Hutomo, 1991: 4).

1.6 Spesifikasi Produk

Hasil penelitian ini adalah produk modul digital pembelajaran membaca

kritis yang berjudul “Membaca Kritis untuk Mahasiswa”. Modul digital

dikembangkan untuk menarik minat mahasiswa dalam melatih keterampilan

membaca kritis. Kekhasan yang terdapat dalam modul ini adalah pemanfaatan

cerita rakyat tradisional Jawa Tengah dalam kegiatan membaca kritis dan

pemanfaatan teknologi untuk mengembangkan modul berbasis digital. Peneliti

memilih cerita rakyat tradisional Jawa Tengah karena dalam cerita tersebut

mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat dicontoh oleh mahasiswa. Terdapat

dua belas cerita rakyat tradisional Jawa Tengah yang digunakan peneliti untuk

dimanfaatkan dalam pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

8

Modul Membaca Kritis untuk Mahasiswa menggunakan pendekatan

paradigma pedagogi reflektif (PPR). Modul digital Membaca Kritis untuk

Mahasiswa dirancang sesuai dengan proses pelakasanaan PPR, yaitu

konteks→pengalaman→refleksi→aksi→evaluasi. Melalui pendekatan PPR,

mahasiswa diharapkan tidak hanya mempelajari materi saja melainkan dapat

menjadi pribadi yang peka dan peduli dengan sesama. Modul digital Membaca

Kritis untuk Mahasiswa dapat digunakan secara mandiri oleh mahasiswa.

Modul digital Membaca Kritis untuk Mahasiswa terdiri dari dua bab, yaitu

(I) Membaca sebagai Keterampilan Berbahasa dan (II) Membaca Kritis Teks Prosa.

Pada bab I terdapat materi tentang konsep dasar mengenai kegiatan membaca,

pertanyaan-pertanyaan pemahamam, dan strategi dalam membaca. Kemudian, bab

II berisi materi tentang hakikat membaca kritis, cerita rakyat dan latihan-latihan

membaca kritis. Setiap pembelajaran terdapat judul bab, gambar ilustrasi, tujuan

pembelajaran, peta konsep, materi pokok, contoh, ilustrasi, video, aktivitas,

refleksi, aksi, rangkuman, dan tes formatif. Bagian refleksi berfungsi untuk

mengingat kembali tentang apa yang sudah dipelajari. Tes formatif yang terdapat

dalam modul digital berfungsi untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa

memahami materi setiap babnya.

Pada dasarnya modul digital yang dikembangkan peneliti hampir sama

dengan modul cetak, akan tetapi dalam modul digital terdapat video yang dapat

menunjang proses belajar membaca kritis. Video-video yang terdapat dalam modul

digital berkaitan dengan cerita rakyat dan materi-materi pembelajaran. Modul

digital yang dikembangkan peneliti juga dilengkapi dengan hyperlink. Hyperlink

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

9

terdapat dalam daftar isi disetiap subnya agar pada saat menekan tombol click akan

langsung menuju halaman yang diinginkan. Icon rumah yang terdapat pada bagian

pojok kanan bawah modul digital juga dilengkapi hyperlink oleh peneliti. Jika icon

rumah tersebut ditekan tombol click maka akan otomatis kembali menuju daftar isi.

Modul digital yang dikembangkan oleh peneliti dapat dibuka menggunakan

laptop atau personal computer (PC). Selain itu, random access memory (RAM)

yang terdapat dalam laptop atau PC minimal adalah 2 GB untuk dapat menjalankan

modul digital dengan lancar. RAM merupakan salah satu perangkat keras yang

terdapat dalam komputer untuk meningkatkan kinerja/performa komputer itu

sendiri. Untuk pertama kali pemakaian, laptop atau PC juga harus dilengkapi

dengan slot compact disk (CD) untuk mempermudah menjalankan modul digital.

Hal ini dikarenakan file modul digital diinput ke dalam CD. Jika CD sudah

dimasukkan dalam laptop atau PC maka modul digital langsung dapat dijalankan.

Untuk mempermudah pemakaian selanjutnya, file modul digital dapat dipindah ke

penyimpanan internal laptop, PC, atau flashdisk. Jika file sudah dipindah di laptop

atau PC maka pemakaian selanjutnya tidak perlu lagi menggunakan CD.

1.7 Sistematika Penyajian

Penyajian penelitian ini akan dijabarkan menjadi lima bab. Setiap bab akan

diuraikan secara sistematis sebagai berikut. Pada bab I berisi tentang pendahuluan

yang terdiri dari tujuh subbab, yaitu tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, spesifikasi produk,

dan sistematika penyajian. Bab II adalah landasan teori yang terdiri dari 3 subbab,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

10

yaitu penelitian terdahulu yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir. Bab

III berisi tentang metodologi penelitian terdiri dari enam subbab yang akan

menjelaskan tentang jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik

pengumpulan data, instrument pengumpulan data, teknik analisis data, dan prosedur

pengembangan. Bab IV adalah hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari dua

subbab yang akan menjabarkan tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil

penelitian. Bab V merupakan penutup yang terdiri dari dua subbab yaitu

kesimpulan penelitian dan saran untuk pihak terkait.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas tiga subbab, yaitu (1) penelitian terdahulu yang

relevan, (2) landasan teori, dan (3) kerangka berpikir. Penelitian terdahulu yang

relevan merupakan hasil penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

Landasan teori memaparkan kumpulan teori-teori dari para ahli yang digunakan

peneliti sebagai acuan berpikir dalam penelitian ini. Kerangka berpikir menyajikan

langkah-langkah yang sistematis penelitian berdasarkan landasan teori dan hasil

penelitian yang relevan. Berikut rincian pemaparan tiga subbab pada bagian

landasan teori.

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian pertama yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh

Rishe Purnama Dewi dan J. Prapta Diharja, dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia (PBSI) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan judul

Pengembangan Modul dan CD Interaktif Pembelajaran Menulis Laporan

Kunjungan, Menulis Petunjuk, dan Surat Dinas, dengan MindManager X5 untuk

Siswa SMP Kelas VIII. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan modul dan

CD interaktif pembelajaran menulis laporan kunjungan, menulis petunjuk, dan surat

dinas dengan menggunakan mind manager X5 untuk siswa kelas VIII. Tahapan

pengembangan penelitian untuk menghasilkan modul dan CD interaktif

pembelajaran siswa SMP kelas 7 meliputi (1) kajian Standar Kompetensi, (2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

12

analisis kebutuhan dan pengembangan program pembelajaran, (3) memproduksi

modul dan media pembelajaran, dan (4) validasi dan revisi produk.

Hasil validasi produk modul yang dilakukan oleh ahli pembelajaran bahasa,

ahli media, guru bahasa Indonesia diperoleh skor 4,53; 4,91; dan 5. Kemudian, hasil

validasi media yang dilakukan oleh ahli pembelajaran bahasa, ahli media, guru

bahasa Indonesia diperoleh skor 4,46; 4,75; dan 4,6. Hasil validasi uji coba

lapangan diperoleh skor 4,11. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan

bahwa produk modul dan CD interaktif yang dihasilkan layak untuk digunakan

dalam pembelajaran.

Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara peneltian dari Rishe

Purnama Dewi & J. Prapta Diharja dengan penelitian ini. Persamaannya adalah

sama-sama melakukan penelitian pengembangan dan produk yang dihasilkan

berupa modul dengan elaborasi teknologi. Perbedaan yang peneliti temukan, yaitu

subjek penelitian relevan adalah siswa kelas VIII SMP sedangkan peneliti adalah

Mahasiswa. Kemudian, fokus materi pembelajaran skripsi relevan adalah menulis

laporan kunjungan, menulis petunjuk, dan surat dinas sedangkan peneliti fokus

dengan materi pembelajaran membaca kritis. Selanjutnya, modul yang dihasilkan

dalam skripsi relevan didukung dengan CD interaktif dengan aplikasi

MindManager X5 sedangkan produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah

modul digital yang dikembangkan dengan aplikasi flipbook.

Penelitian kedua yang dianggap relevan oleh peneliti yaitu penelitian dari

Rizqi Aji Pratama (2016), mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

13

Indonesia, dengan judul Pengembangan Modul Membaca Kritis dengan Model

Instruksi Langsung Berbasis Nilai Karakter. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengembangkan bahan ajar modul berbasis nilai karakter untuk meningkatkan

kemampuan membaca kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran

instruksi langsung. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner kebutuhan, tidak

tersedia bahan ajar yang secara khusus meningkatkan keterampilan membaca kritis

di kelas X, SMAN 1 Lembang.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hasil adaptasi

dari metode Dick dan Carey (2009). Bahan ajar yang dikembangkan menghasilkan

produk modul dengan penyajian materi membaca kritis menggunakan model

instruksi langsung hasil adaptasi, yang mencakup empat tahapan, antara lain: (1)

orientasi, (2) uraian materi, (3) aktivitas, dan (4) latihan mandiri. Hasil validasi ahli

dan praktisi menunjukkan rata-rata skor 96%, uji coba perseorangan dengan skor

92%, dan uji coba lapangan sebesar 89%. Hasil pengujian lain menggunakan

onegrup pretest-posttest menunjukkan bahwa modul membaca kritis model

instruksi langsung berbasis karakter mampu meningkatkan kemampuan membaca

kritis siswa.

Relevansi penelitian di atas dengan penelitian ini yaitu sama-sama fokus

terhadap kemampuan membaca kritis. Peneliti menganggap pentingnya

keterampilan membaca kritis untuk seseorang. Selain itu, peneliti juga sama-sama

ingin meningkatkan karakter melalui kegiatan membaca. Namun, dalam penelitian

ini peneliti fokus untuk memanfaatkan cerita rakyat sebagai media yang kental akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

14

nilai budaya dan nilai kehidupan untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang

positif.

Penelitian ketiga yang dianggap relevan oleh peneliti yaitu penelitian oleh

Debby Maharani (2016), mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang berjudul Pengembangan Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca

Pemahaman pada Mahasisawa Kelas B Semester IV Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran

2015/2016. Tujuan penelitian yaitu pengembangan strategi pembelajaran

kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester IV kelas B PBSI

USD yang dikemas menjadi sebuah modul pembelajaran. Penelitian ini

menggunakan jenis penelitian pengembangan yang dilaksanakan pada 37

mahasiswa semester IV kelas B PBSI USD yang menempuh mata kuliah membaca

intensif. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dijadikan dasar

pengembangan.

Relevansi dari penelitian yang dilakukan oleh Debby (2016) yaitu

subjeknya sama-sama mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah membaca

intensif. Produk yang dihasilkan juga sama-sama berupa modul. Namun, produk

yang akan dihasilkan pada penelitian ini adalah modul berbasis digital. Selain itu,

perbedaan dengan ketiga penelitian di atas yakni pemanfaatan cerita rakyat yang

dilakukan oleh peneliti untuk media pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

15

2.2 Landasan Teori

Landasan teori memaparkan hasil kumpulan teori-teori dari para ahli yang

digunakan peneliti sebagai acuan berpikir dalam penelitian ini. Dalam landasan

teori terdapat lima pokok pembahasan yaitu, (1) keterampilan membaca sebagai

salah satu keterampilan berbahasa, (2) membaca kritis, (3) cerita rakyat, (4)

paradigma pedagogi reflektif (PPR), (5) bahan ajar, dan (6) Modul. Berikut adalah

penjelasan masing-masing pokok pembahasan dalam lamdasan teori.

2.2.1 Keterampilan Membaca sebagai Salah Satu Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa terdapat empat aspek, yaitu keterampilan

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menurut Mulyati (2009: 7)

menyimak dan membaca merupakan aspek reseptif, sedangkan berbicara dan

menulis merupakan aspek produktif. Maksudnya aspek reseptif ketika aktivitas

membaca dan menyimak, seorang pembaca dan penyimak akan menyerap

informasi atau pesan dari bahan bacaan atau bahan simakan. Sedangkan, aspek

produktif ketika melakukan aktivitas keterampilan berbicara dan menulis.

Pada saat berbicara dan menulis, seseorang akan menyampaikan gagasan

atau idenya melalui lisan ataupun tulisan. Oleh karena itu, keterampilan berbicara

dan menulis merupakan aspek produktif. Masing-masing keterampilan berbahasa

saling berhubungan dan mempunyai keterkaitan. Keterampilan membaca yang

bersifat reseptif akan memengaruhi keterampilan berbicara dan keterampilan

menulis. Seseorang akan terampil dalam berbicara dan menulis ketika memiliki

pengetahuan dan wawasan yang luas. Pengetahuan dan wawasan yang luas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

16

didapatkan melalui kegiatan membaca. Oleh karena itu, keterampilan membaca

penting sekali dikuasai oleh seorang mahasiswa.

Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang erat kaitannya dengan dunia

pendidikan. Kegiatan membaca akan membuat seseorang mengetahui informasi-

informasi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Banyak ahli yang

mendefinisikan tentang keterampilan membaca. Menurut Hodgson (dalam

Tarigan, 2008: 7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan digunakan

pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

media kata-kata atau bahasa tulis. Menurut pendapat dari Hodgson membaca

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memahami maksud dari

penulis.

Harju Sujana dan Mulyati (1997: 5) mengemukakan bahwa membaca

merupakan kemampuan yang kompleks. Dalam hal ini kegiatan membaca bukan

semata-mata hanya melihat tulisan, namun ada proses yang kompleks dalam pikiran

kita untuk memaknai kata, frasa, atau kalimat. Menurut pendapat dari Hudgson dan

Harju Sujana dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan untuk

memahami maksud penulis yang disampaikan melalui tulisan dengan melibatkan

daya berpikir yang kompleks.

Anderson dalam Tarigan (2008: 7) mengemukakan bahwa membaca adalah

proses dekoding (decoding). Artinya, suatu kegiatan untuk memecahkan lambang-

lambang verbal. Proses dekoding atau dapat diartikan pula sebagai proses

penghubung kata-kata tulis (written word) dengan bahasa lisan (oral langage

meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

17

bermakna. Dari pendapat Anderson dapat kita simpulkan bahwa membaca adalah

suatu kegiatan atau proses yang melibatkan indera penglihatan dan pikiran untuk

memperoleh suatu informasi tertentu dari bahan bacaan. Pendapat Anderson sejalan

dengan pendapat Hudgson dan Harju, dalam kegiatan membaca sama-sama

melibatkan pemikiran untuk mendapatkan suatu informasi dari bahan bacaan.

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh

informasi, Mencakup isi dan memahami makna bacaan. Nurhadi (2005: 11)

berpendapat bahwa tujuan membaca antara lain: (1) memahami secara detail dan

menyeluruh isi buku, (2) menangkap ide pokok atau gagasan utama buku secara

(waktu terbatas); (3) mendapatkan informasi tentang sesuatu (misalnya,

kebudayaan suku Indian); (4) mengenali makna kata-kata (istilah sulit); (5) ingin

mengetahui peristiwa penting yang terjadi di masyarakat sekitar; (6) ingin

memperoleh kenikmatan dalam karya fiksi; (7) ingin memperoleh informasi tentang

lowongan pekerjaan; (8) ingin mencari informasi merek barang yang cocok untuk

dibeli; (9) ingin menilai kebenaran gagasan pengarang atau penulis; (10) ingin

medapatkan alat tertentu (instrumens affect) dan (11) ingin medapatkan keterangan

tentang pendapat seseorang (ahli) atau keterangan definisi suatu istilah. Setiap

pembaca pasti mempunyai motivasi atau tujuan untuk membaca. Motivasi dan

tujuan membaca yang dikemukakan oleh Nurhadi sangat beragam, namun semakin

besar motivasi seseorang dan semakin menarik bahan bacaan akan membuat

pembaca terdorong untuk melakukan aktivitas membaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

18

2.2.2 Membaca Kritis

Membaca kritis merupakan salah satu kegiatan membca intensif. Membaca

kritis menjadi salah satu keterampilan yang penting dikuasai oleh mahasiswa.

Berikut akan dijabarkan mengenai (1) hakikat membaca kritis dan (2) aspek-aspek

membaca kritis.

2.2.2.1 Hakikat Membaca Kritis

Membaca kritis merupakan salah satu bagian dari membaca intensif.

Menurut Soedarso (1988:71) membaca secara kritis adalah cara membaca dengan

melihat motif penulis dan menilainya. Motif penulis yang dimaksud adalah alasan

seorang penulis ketika mengeskpresikan gagasannya ke dalam ragam tulisan.

Seorang pembaca kritis hendaknya mampu mengetahui motif dari penulis

kemudian menilainya dengan sudut pandang tertentu.

Pakar lain yakni Nurhadi lebih komperhensif menjabarkan pengertian

membaca kritis, Nurhadi (2010: 59) menyatakan bahwa membaca kritis adalah

kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menemukan

keseluruhannya makna bahan bacaan, baik makna tersurat maupun makna

tersiratnya melalu tahap mengenal, memahami, menganalisis, mensintesis, dan

menilai. Sebenarnya pendapat dari Soedarso dan Nurhadi memiliki kesamaan yaitu

titik akhir dalam membaca kritis adalah mampu menilai bahan bacaan baik dari segi

isi maupun bentuknya. Namun, Nurhadi lebih menjelaskan aspek-aspek yang

dilakukan seorang pembaca kritis sebelum sampai akhirnya menilai suatu bahan

bacaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

19

Menurut Wiryodijoyo (1989: 54), membaca kritis merupakan kegiatan

membaca yang bertujuan untuk mencari keputusan (judgement) dan keterlibatan

yang dalam. Pembaca akan berinteraksi secara intensif dengan penulis lewat bahan

bacaan. Pembaca yang melakukan kegiatan membaca kritis harus dapat memahami,

menganalisis dan memberikan penilaian terkait gagasan yang dituangkan oleh

penulis lewat tulisan. Untuk mampu mengkritisi bacaan seorang pembaca harus

terlebih dahulu memahami bacaan tersebut (Abidin, 2012: 102). Oleh karena itu,

membaca kritis merupakan subketerampilan membaca pemahaman, ini artinya

seorang pembaca kritis tidak akan dapat membaca kritis apabila ia gagal memahami

teks secara tersurat dan tersirat.

Dari pendapat ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa membaca kritis

adalah kemampuan pembaca untuk mengolah bahan bacaan dengan melihat

berbagai alasan penulis, keseluruhan makna bacaan, dan mampu menilai tulisan

yang sedang dibaca. Pembaca kritis tidak hanya sekedar memahami makna bacaan

saja, akan tetapi dituntut berpikir tingkat tinggi agar dapat menilai bahan bacaan.

Kesungguhan, kecermatan, dan kemampuan mengkritisi bahan bacaan menjadi

kunci untuk membaca kritis.

2.2.2.2 Aspek Membaca Kritis

Membaca Kritis erat kaitannya dengan kegiatan berpikir kritis. Pada saat

pembaca melakukan aktivitas membaca kritis secara tidak langsung pembaca akan

melakukan kegiatan berpikir kritis. Membaca kritis adalah teknik menemukan

informasi dan ide-ide dalam teks secara teliti, aktif, analitik, dan reflektif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

20

Kemudian, berpikir kritis adalah teknik mengevaluasi informasi dan ide-ide untuk

menentukan apakah ide/informasi tersebut bisa diterima atau dipercaya (Priyatni

dan Nurhadi, 2017). Membaca kritis pada hakikatnya jenis membaca yang tinggi

tingkatannya, yang dirancang untuk penerapan berpikir kritis dalam kegiatan

membaca.

Jika melihat pengertian membaca kritis dan berpikir kritis maka kegiatan

membaca krtis akan muncul terlebih dahulu. Setelah melakukan kegiatan membaca

kritis (critical reading) dengan memahami bahan bacaan secara menyeluruh

kemudian pembaca akan mengevaluasi pernyataan-pernyataan yang ada di dalam

bahan bacaan (critical thinking). Aspek-aspek membaca kritis menurut Nurhadi

(2010: 59-60) adalah (1) menginterpretasi makna tersirat, (2) mengaplikasikan

konsep-konsep bacaan, (3) kemampuan menganalisis, (4) kemampuan membuat

sintesis, dan (5) kemampuan menilai isi bacaan.

Berikut adalah penjabaran aspek-aspek membaca kritis menurut Nurhadi:

1. Kemampuan Menginterpretasi Makna Tersirat

Aspek menginterpretasi makna tersirat artinya pembaca harus mampu

menafsirkan makna yang tidak disampaikan langsung dalam sebuah teks. Pembaca

dituntut untuk memahami bahan bacaan secara menyeluruh. Berikut adalah

kemampuan-kemampuan menginterpretasi: kemampuan menafsirkan ide pokok

paragraf, menafsirkan gagasan utama bacaan, menafsirkan ide-ide penunjang,

membedakan fakta-fakta atau detail bacaan, memahami secara kritis hubungan

sebab akibat, dan memahami secara kritis unsur-unsur perbandingan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

21

2. Kemampuan Mengaplikasikan Konsep-Konsep dalam Bacaan

Pembaca harus mampu menghubungkan isi bacaan dengan penerapan

kehidupan sehari-hari secara nyata. Gagasan atau ide yang terdapat dalam bahan

bacaan dapat diaplikasikan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Aplikasi

konsep bacaan ini tidak selalu dalam bentuk tindakan melainkan dapat juga bersifat

konseptual. Ketika pembaca mampu menunjukkan kesesuaian antara gagasan

utama dengan situasi yang dihadapi juga sudah termasuk ke dalam aplikasi konsep

bacaan. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep bacaan sebagai berikut:

kemampuan mengikuti petunjuk dalam bacaan, menerapkan konsep-konsep atau

gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang problematis, menunjukkan

kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.

3. Kemampuan Menganalisis Isi Bacaan

Kemampuan menganalisis isi bacaan merupakan kemampuan pembaca

untuk melihat komponen-komponen atau unsur-unsur yang membentuk kesatuan.

Jika bahan bacaan merupakan sebuah karya sastra unsur-unsurnya adalah unsur

pembangun karya sastra itu sendiri. Unsur pembangun karya sastra adalah unsur

intrinsik dan ekstrinsik. Kemampuan menganalisis isi bacaan meliputi: kemampuan

memberikan gagasan utama bacaan, memberikan detai-detail dan fakta-fakta

penunjang, mengklasifikasi fakta-fakta dan membandingkan tokoh-tokoh yang ada

dalam bacaan.

4. Kemampuan Membuat Sintesis

Kemampuan membuat sintesis adalah kemampuan mengintegrasikan bahan

bacaan dengan konsep-konsep yang sudah diketahui pembaca sebelumnya sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

22

menghasilkan pengetahuan yang baru. Kemampuan membuat sintesis sebagai

berikut: kemampuan membuat kesimpulan bacaan, mengorganisasi gagasan utama

bacaan, menentukan sebuah tema bacaan, menyususn kerangka bacaan,

menghubungkan data-data sehingga diperoleh kesimpulan, dan membuat

ringkasan.

5. Kemampuan Menilai Isi Bacaan

Titik akhir dalam membaca kritis adalah mampu membuat penilaian

terhadap bahan bacaan. Pembaca melakukan penilaian-penilaian terhadap bahan

bacaan melalui kegiatan mempertimbangkan, menyimpulkan, menilai itu sendiri,

dan mengambil sebuah keputusan-keputusan secara tegas. Kemampuan menilai isi

bacaan meliputi: kemampuan menilai kebenaran gagasan utama atau ide pokok

paragraf atau bacaan secara keseluruhan, menentukan sebuah pernyataan termasuk

fakta atau sekedar opini, menentukan dan menilai bahwa sebuah bacaan itu

diangkat dari realitas atau fantasi pengarang, menentukan tujuan pengarang dalam

menulis karangannya, menetukan relevansi antara tujuan dengan pengembangan

gagasan, menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan

kesimpulan yang dibuat, dan menilai keakuratan dalam menggunakan bahasa, baik

pada tataran kata, frase, atau penyusunan kalimatnya.

Berdasarkan aspek membaca kritis yang dikemukakan oleh Nurhadi,

peneliti menyimpulkan aspek-aspek dalam membaca kritis. Aspek pertama,

pembaca mampu memahami setiap kata yang terdapat dalam bahan bacaan. Jika

pembaca menemukan kata-kata yang sukar maka pembaca harus berusaha mencari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

23

arti kata tersebut. Pembaca akan susah memahami bahan bacaan jika tidak mengerti

arti setiap kata yang dituangkan penulis. Aspek yang kedua, pembaca mampu

menemukan gagasan utama dan ide pokok dalam bacaan. Isi bacaan tercermin

dalam ide pokok dan gagasan utama yang dirangkai penulis.

Aspek ketiga adalah menemukan makna tersurat, setelah mengerti arti kata

yang sukar dan gagasan utama bacaan maka akan mudah memahami makna yang

disampaikan penulis secara langsung. Aspek keempat adalah menemukan makna

tersirat. Pembaca harus mampu menafsirkan makna-makna tersirat yang

disampaikan penulis secara implisit. Aspek kelima adalah menyimpulkan bahan

bacaan menggunakan bahasa dan kalimat sendiri. Kemampuan menyimpulkan

pembaca didasari pemahaman setiap detail dan hal pokok yang terdapat dalam

bahan bacaan. Aspek keenam adalah memberi kritik atau menilai bahan bacaan.

Penilaian pembaca diharapkan secara mendalam. Keenam aspek membaca kritis

yang disimpulkan peneliti sesuai dengan kemampuan berpikir mahasiswa.

Jika pembaca melakukan kegiatan membaca kritis maka secara otomatis

akan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis menjadi hal yang penting dalam

kehidupan sehari-hari termasuk dalam kegiatan membaca. John W. Santrock

(dalam Muammar, 2014) mengungkapkan 7 cara untuk membangun pemikiran

kritis yaitu, (1) Tanyakan tidak hanya apa yang terjadi, tetapi juga “bagaimana” dan

“mengapa”. (2) Periksalah “fakta-fakta” yang dianggap benar untuk menentukan

apakah terdapat bukti untuk mendukungnya. (3) Berargumen dengan cara bernalar

daripada menggunakan emosi. (4) Kenalilah bahwa kadang-kadang terdapat lebih

dari satu jawaban atau penjelasan yang bagus. (5) Bandingkan beragam jawaban

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

24

dari sebuah pertanyaan dan nilailah mana yang benar-benar merupakan jawaban

terbaik. (6) Evaluasi dan lebih baik menanyakan apa yang dikatatakan orang lain

daripada segera menerimanya sebagai kebenaran. (7) Ajukan pertanyaan dan

lakukan spekulasi lebih jauh yang telah kita ketahui untuk menciptakan ide-ide baru

dan informasi-informasi baru.

2.2.3 Cerita Rakyat

Bagian cerita rakyat akan memaparkan tentang (1) pengertian cerita

rakyat, (2) ciri-ciri cerita rakyat, dan (3) jenis cerita rakyat (4) cerita rakyat Jawa

Tengah.

2.2.3.1 Pengertian Cerita Rakyat

Hutomo (1991: 4) mengungkapkan bahwa cerita rakyat dapat diartikan

sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan

langsung dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat.

Ekspresi budaya merupakan wujud nyata kebudayaan suatu daerah yang tersebar

melalui bahasa lisan atau mulut ke mulut yang erat kaitannya dengan nilai-nilai

sosial dan budaya. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Endraswara (2010: 3)

bahwa cerita rakyat diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

berikutnya dalam masyarakat tertentu.

Dari pendapat Hutomo dan Endraswara dapat disimpulkan bahwa cerita

rakyat adalah wujud nyata kebudayaan suatu daerah yang diwariskan secara turun-

temurun yang di dalamnya mengandung nilai-nilai sosial dan budaya suatu daerah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

25

Penyebaran cerita rakyat dari generasi ke generasi disampaikan secara lisan. Cerita

rakyat menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Hampir di setiap

daerah Indonesia mempunyai cerita rakyat masing-masing. Biasanya cerita rakyat

di setiap daerah akan mencerminkan kebudayaan dan nilai-nilai sosial daerah

tersebut.

2.2.3.2 Ciri-ciri Cerita Rakyat

Salah satu kekayaan yang dimiliki negara Indonesia adalah cerita rakyat.

Hampir di setiap daerah Indonesia mempunyai cerita rakyat masing-masing.

Penyebaran cerita rakyat yang disampaikan hanya dari mulut ke mulut membuat

cerita rakyat suatu daerah hanya dikenal di daerah itu saja. Namun, seiring

berkembangnya zaman cerita rakyat mulai didokumentasikan. Cerita rakyat

merupakan salah satu dari karya sastra yang memiliki ciri pengenal sendiri. Ciri

pengenal cerita rakyat dapat dijadikan sebagai acuan untuk membedakan cerita

rakyat dengan cerita-cerita karya sastra yang lain.

Endraswara (2010: 6) mengemukakan bahwa ada sepuluh ciri pengenal

utama yang membedakan cerita rakyat dari yang lainnya, ciri-cirinya adalah (1)

disebarkan secara lisan, artinya dari mulut ke mulut, dari satu orang ke orang yang

lain, dan secara alamiah tanpa paksaan, (2) nilai-nilai tradisi amat menonjol. Tradisi

ditandai dengan keberulangan atau yang telah menjadi kebiasaan, (3) dapat

bervariasi antara satu wilayah, namun hakikatnya sama. Variasi disebabkan

keragaman bahasa, bentuk, dan keinginan masing-masing wilayah, (4) pencipta dan

perancangnya tidak jelas. Meskipun demikian, ada cerita rakyat yang telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

26

dibukukan, sehingga bagi yang kurang paham seolah-olah pengumpulnya adalah

penciptanya, (5) cenderung memiliki formula atau rumus yang tetap, namun ada

pula yang bersifat lentur, (6) mempunyai kegunaan dalam kehidupan suatu

masyarakat, misalnya sebagai alat pendidik, pelipur lara, dan proyeksi keinginan

terpendam, (7) bersifat pralogis, yaitu memiliki logika sendiri sehingga berbeda

dengan logika umum, (8) menjadi milik bersama dari kolektif tertentu hal ini

disebabkan karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui lagi, (9) umumnya

bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali terlihat agak kasar, (10) memiliki unsur

humor dan wejangan.

2.2.3.3 Jenis-Jenis Cerita Rakyat

Bascom (Danandjaja, 2007: 50) mengungkapkan bahwa cerita rakyat dapat

dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu mite, dongeng, dan legena. Agar mendapat

gambaran yang jelas, maka tiga bentuk cerita rakyat tersebut akan diuraikan secara

teoretis sebagai berikut:

1. Mite

Mite adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap

suci oleh empunya cerita. Pada umumnya, mite mengisahkan terjadinya alam

semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk

tipografi, gejala alam, dan sebagainya. Mite juga mengisahkan petualangan para

dewa dan seluk beluknya. Mite selalu dipercayai oleh masyarakat dari satu generasi

ke generasi berikutnya meskipun isi ceritanya terkadang di luar jangkauan norma

dan terkadang tidak dapat diterima oleh akal dan logika. Namun, mite bermanfaaat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

27

bagi kehidupan manusia karena mengandung nilai-nilai tertentu yang memberi

pedoman bagi kehidupan manusia. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa mite adalah cerita yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap sakral

oleh pemilik ceritanya.

2. Dongeng

Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi.

Senada dengan hal tersebut, Danandjaja (2007) menyatakan bahwa dongeng adalah

cerita fiktif dan tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Jadi, jika legenda adalah

sejarah kolektif, maka dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan.

Hidayat (2009: 224) juga mengemukakan bahwa dongeng adalah cerita khayal yang

tidak mungkin terjadi dalam kenyataan.

Biasanya dongeng memuat pelajaran (moral), hiburan, bahkan sindiran.

Dongeng biasanya mempunyai kalimat pembuka dan penutup yang sifatnya klise.

Sebelum era masyarakat mengenal tulisan, dongeng merupakan media penanaman

nilai-nilai sosial yang luhur oleh orang tua dan nenek moyang pada generasi

penerus. Senada dengan pendapat di atas, Ahyani (2010: 26) menjelaskan bahwa

dongeng dapat dijadikan sebagai media pembentuk kepribadian dan moralitas anak.

Dongeng memiliki sejumlah aspek yang diperlukan dalam perkembangan kejiwaan

anak, karena memberi wadah bagi anak untuk belajar berbagai emosi dan perasaan.

3. Legenda

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita

sebagai suatu yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Legenda merupakan cerita

yang mengisahkan sejarah suatu tempat atau peristiwa di zaman silam yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

28

berkisah tentang seorang tokoh, keramat, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan

sejarah, ditegaskan bahwa legenda seringkali dipandang sebagai “sejarah” kolektif,

walaupun “sejarah” itu karena tidak tertulis telah mengalami distorsi, sehingga

seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya (Danandjaja, 2007: 66). Jadi,

dapat dikatakan bahwa legenda memang erat dengan sejarah kehidupan masa

lampau, meskipun tingkat kebenarannya seringkali tidak bersifat murni, karena

legenda bersifat semi historis.

Hal senada juga diungkapkan oleh Haviland (1993: 231) bahwa legenda

adalah cerita-cerita semi historis yang memaparkan perbuatan para pahlawan,

perpindahan penduduk, terciptanya adat kebiasaan lokal, dan yang istimewa selalu

berupa campuran antara realisme, supernatural, dan yang luar biasa. Legenda dapat

memuat keterangan-keterangan langsung atau tidak langsung tentang sejarah,

kelembagaan, hubungan, nilai, dan gagasan-gagasan. Hutomo (1991: 64)

menyatakan bahwa legenda adalah cerita-cerita yang oleh masyarakat empunya

cerita dianggap sebagai peristiwa sejarah. Itulah sebabnya ada yang mengatakan

jika legenda merupakan sejarah rakyat.

Brunvand (Danandjaja, 2007) menggolongkan legenda menjadi empat

kelompok, yaitu: legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda perseorangan,

dan legenda setempat, (1) legenda keagamaan merupakan cerita mengenai

kehidupan orang-orang saleh, (2) legenda alam gaib biasanya berbentuk kisah yang

dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami oleh seseorang. Fungsi legenda

semacam ini untuk meneguhkan kebenaran “takhyul” atau kepercayaan rakyat, (3)

legenda perseorangan merupakan cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

29

dianggap oleh pemiliknya benar-benar pernah terjadi. Tokoh-tokoh utama dalam

cerita ini biasanya seseorang yang memiliki kharisma, yang telah mengalami liku-

liku kehidupan yang pada mulanya sengsara namun pada akhirnya menjadi akhir

yang bahagia, (4) legenda setempat ialah cerita yang berhubungan dengan suatu

tempat, nama tempat, dan bentuk tipografi suatu tempat. Cerita mengenai asal-usul

suatu tempat ini bertalian erat dengan kejadian atau kenyataan alam, misalnya Asal-

usul Salatiga, legenda Nusakambangan, dan legenda Candi Roro Jonggrang.

2.2.3.4 Cerita Rakyat Jawa Tengah

Cerita rakyat adalah wujud nyata kebudayaan suatu daerah yang diwariskan

secara turun-temurun yang di dalamnya mengandung nilai-nilai sosial dan budaya

suatu daerah. Cerita rakyat merupakan salah satu hasil kebudayaan daerah dan

merupakan unsur kebudayaan nasional yang perlu dipelihara dan dibina karena

banyak mengandung nilai-nilai pendidikan yang berharga (Depdikbud, 1982: 1).

Hampir di setiap daerah di Indonesia mempunyai cerita rakyat masing-masing.

Penelitian ini akan memanfaatkan cerita rakyat yang berasal dari Jawa Tengah.

Cerita rakyat tradisional Jawa Tengah akan mencerminkan kebudayaan dan nilai-

nilai sosial masyarakat Jawa Tengah itu sendiri.

Penyebaran cerita rakyat pada zaman dahulu dilakukan secara lisan atau dari

mulut ke mulut. Perkembangan cerita rakyat secara lisan mengakibatkan potensi

hilangnya dari tengah-tengah masyarakat sangat besar. Cerita rakyat juga dapat

memperkaya kebudayaan nasional, akan tetapi kurang mendapat perhatian dari

masyarakat atau dunia pendidikan. Berdasarkan masalah tersebut Departemen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

30

Pendidikan dan Kebudayaan melakukan proyek inventarisasi dan dokumentasi

pada tahun 1982. Dokumentasi yang dilakukan merupakan pencatatan cerita rakyat

tradisional Jawa Tengah sebagai bahan bacaan umum.

Hasil dokumentasi dan pencatatan yang dilakukan oleh Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan terdapat 20 judul cerita rakyat daerah Jawa Tengah.

Berikut adalah judul cerita rakyat Jawa Tengah dan informan menurut Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan (1982: 151-155).

Tabel 2.1 Cerita Rakyat Tradisional Daerah Jawa Tengah

No. Judul Cerita

Rakyat

Nama Informan Pekerjaan Informan

1. Bulus Jimblung A. Ikhsan Ketua R.K.

2. Si Gringsing dan

Si Kasur

Daryono Staf Kasi Kebudayaan Dep. P

dan K Kabupaten Tegal

3. Saridin Sarbini -

4. Kyai Ageng Atas

Angin

Soewarno

Riyodiprojo

Juru Kunci Makam Temu

Ireng

5. Kyai Ageng

Pandanaran

Kardono Juru Kunci Makam

Pandanaran

6. Sunan Kalijaga Sri Soeparmo Staf Kasi Kebudayaan Dep. P

dan K Kabupaten Demak

7. Jaka Sangkrip Abdul Charim Kepala Desa Tanjungseto

8. Jaka Kusnun Bedjo Soetrisno Staf Kasi Kebudayaan Dep. P

dan K Kabupaten Batang

9. Nyai Bagelan Wiryo Soeprapto Tani

10. Punden Watu

Gilang

Sutiyo Wiyono Carik Desa Tambakboyo,

Tawangsari, Sukoharjo

11. Punden Bawang Sastrosiswojo Lurah Desa

12. Ki Ageng

Selomanik

Ki Sumodiguno Pensiunan Pegawai

Penerangan

13. Empu Supa A.S. Jatiwinarko Kasi Kebudayaan Dep. P dan

K Kabupaten Grobogan

14. Joko Poleng J. Parsuki Staf Kasi Kebudayaan Dep. P

dan K Kabupaten Brebes

15. Terjadinya Kota

Magelang

Eko Pardani Staf Kasi Kebudayaan Dep. P

dan K Kabupaten Magelang

16. Gapura Asal

Majapahit

Supardan Juru Kunci Gapura Majapahit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

31

No. Judul Cerita

Rakyat

Nama Informan Pekerjaan Informan

17. Riwayat

Terjadinya

Sedang Lamang

dan Bukit Pace

Sastromartojo Lurah Desa

18. Kembang Wijaya

Kusuma

Sudjangi Kebayan

19. Gunung Tidar Soekirman B.A. Kasi Kebudayaan Dep. P dan

K Kotamadya Magelang

20. Dewi Lanjar Soeroyo Prawiri Kasi Kebudayaan Dep. P dan

K Kodya Pekalongan

Cerita rakyat di Jawa Tengah masih berpengaruh terhadap kehidupan

masyarakat pendukungnya yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial maupun

budaya. Peneliti memutuskan untuk menggunakan cerita rakyat Jawa Tengah yang

terdapat dalam buku Departemen Pendidikan Kebudyaan (1982). Dari 20 cerita

rakyat, peneliti memilih 12 cerita rakyat yang akan dimanfaatkan dalam modul

digital pembelajaran membaca kritis yang peneliti kembangkan.

Cerita rakyat yang dipilih peneliti untuk dimanfaatkan dalam modul

pembelajaran membaca kritis antara lain: (1) Ki Ageng Pandanaran, (2) Saridin,

(3) Ki Ageng Selomanik, (4) Jaka Sangkrip, (5) Sunan Kalijaga, (6) Gapura Asal

Majapahit, (7) Empu Supa, (8) Gunung Tidar, (9) Terjadinya Kota Magelang, (10)

Kembang Wijaya Kusuma, (11) Punden Bawang, dan (12) Riwayat Terjadinya

Sedang Lamang dan Bukit Pace. Ada cerita rakyat yang peneliti tulis secara utuh

dan ada yang dicuplik sebagian ceritanya. Penulisan secara utuh atau cuplikan cerita

rakyat disesuaikan dengan keterkaitan materi dan kebutuhan modul. Peneliti

memilih memanfaatkan cerita rakyat dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

(1982) karena bahasa yang digunakan dalam cerita rakyat sesuai dengan tingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

32

berpikir mahasiswa, alur ceritanya menarik, dan di setiap cerita terdapat informan

yang kompeten untuk mengisahkan cerita rakyat yang berkembang di daerahnya

masing-masing. Cerita rakyat yang sudah peneliti pilih di atas merupakan cerita

rakyat Jawa Tengah jenis mite dan legenda.

2.2.4 Paradigma Pedagogi Reflektif

Pembelajaran yang menerapkan paradigma pedagogi reflektif dapat

membentuk kepribadian peserta didik sesuai nilai-nilai kemanusian. Berikut akan

dijabarkan materi tentang paradigma pedagogi reflektif.

2.2.4.1 Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan pola pikir dalam

menumbuhkembangkan pribadi peserta didik menjadi pribadi yang manusiawi

(Tim Redaksi Kanisius, 2008: 39). Menurut Suparno (2015: 8), paradigma pedagogi

reflektif yang merupakan suatu pendekatan, suatu cara dosen mendampingi

mahasiswa berkembang menjadi pribadi yang utuh, bukan hanya sekedar metode

pembelajaran. Menjadi pribadi yang utuh artinya tidak hanya cerdas tetapi juga

humanis. Dalam pembelajaran yang menerapkan pendekatan PPR, peserta didik

menjadi pusat proses belajar untuk menemukan ilmu-ilmu yang baru dan nilai-nilai

kemanusiaan dengan penuh tanggung jawab. Hal ini sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Suparno (2015: 15) yaitu pendidikan dinilai berhasil bila peserta

didik sendiri menemukan pengetahuan, pengertian, keterampilan, serta nilai, dan

tugas pendidik adalah sebagai fasilitator.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

33

Tujuan manusia menempuh pendidikan dirumuskan dalam 3C yang

meliputi competence, conscience, dan compassion (Suparno, 2015: 19).

Competence artinya menguasai ilmu pengetahuan/keterampilan sesuai dengan

bidangnya. Consience artinya mempunyai hati nurani yang dapat membedakan baik

dan tidak baik. Compassion artinya mahasiswa mempunyai kepekaan untuk berbuat

baik bagi orang lain yang membutuhkan, punya kepedulian pada orang lain

terutama yang miskin dan kecil. Peserta didik tidak hanya dituntuk untuk cerdas

secara akademik namun juga harus mempunyai kepekaan terhadap lingkungan

sekitar. Keinginan berbuat baik dan membantu sesama menjadi sebuah kewajiban

umat manusia. Melalui pendekatan PPR mahasiswa dibimbing untuk

2.2.4.2 Pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif

Pelaksanaan PPR meliputi lima langkah yang berkesinambungan dimulai

dari konteks→ pengalaman→ refleksi→ aksi→ evaluasi (Subagya, 2010: 40).

Unsur utama dalam paradigma pedagogi reflektif adalah pengalaman, refleksi, aksi.

Ketiga unsur utama didukung oleh konteks yang dilakukan sebelum pembelajaran

dan unsur evaluasi yang dilakukan setelah pembelajaran.

1. Konteks

Konteks merupakan keadaan awal (kesiapan) peseta didik untuk berproses

dalam suatu pembelajaran (Wahana, 2016: 20). Menurut Subagya (2008: 42)

konteks untuk menumbuhkembangkan pendidikan antara lain. Pertama, wacana

tentang nilai-nilai yang ingin dikembangkan, agar semua anggota komunitas, guru,

dan siswa menyadari bahwa menjadi landasan pengembangan bukan peraturan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

34

perintah, sanksi-sanksi, melainkan nilai-nilai kemanusiaan. Guru (fasilitator) atau

dosen perlu menyemangati mereka agar memiliki nilai seperti: persaudaraan,

solidaritas, penghargaan terhadap sesama, cinta lingkungan hidup, dan nilai-nilai

lain yang semacam itu.

Konteks kedua, contoh-contoh penghayatan mengenai nilai-nilai yang

diperjuangkan, lebih-lebih contoh dari pihak guru atau dosen. Kalau itu ada, maka

siswa cenderung akan melihat, bersikap dan berperilaku sesuai nilai yang dihayati

lingkungannya. Konteks ketiga, hubungan akrab, saling percaya, agar terjalin

dialog yang saling terbuka antara guru (fasilitator) atau dosen dengan pembelajar.

Setiap orang dihargai, ditunjukkan kebaikannya, ditantang untuk melakukan yang

benar, baik, dan indah. Pada hakikatnya konteks dalam pedagogi ignatian adalah

semua factor yang mendukung ataupun menghambat setiap siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran (Hartana, dkk 2016: 778).

2. Pengalaman

Subagya (2010:50-51) membedakan pengalaman menjadi dua:

a) pengalaman langsung, yaitu pengalaman yang benar-benar dialami oleh peserta

didik. Pengalaman langsung dapat berupa kegiatan diskusi, olahraga, dan bermain

peran. Kegiatan-kegiatan tersebut langsung dirasakan oleh peserta didik ketika

mendapat sebuah materi, tidak sekedar melakukan aktivitas membaca atau

menyimak; b) pengalaman tidak langsung, yaitu pengalaman yang diperoleh

peserta didik secara tidak langsung dalam proses pembelajaran, sehingga menuntut

peserta didik untuk berimajinasi untuk bisa mengerti materi pembelajaran. Menurut

Wahana (2016: 21) Pengalaman tidak langsung dapat diperoleh dari kegiatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

35

melihat, membaca atau mendengarkan secara tidak langsung terhadap suatu

kejadian yang terjadi.

3. Refleksi

Guru atau dosen dapat mengarahkan peserta didik dengan memberi

pertanyaan agar peserta didik terbantu dalam melakukan refleksi. Subagya (2010:

54-55) juga mengungkapkan bahwa refleksi untuk peserta didik dituntun dengan

pertanyaan-pertanyaan dari pendidik, sehingga pendidik harus mampu

merumuskan pertanyaan refleksi yang dapat menggugah batin peserta didik,

menggugah hati nuraninya, serta kepeduliannya pada yang lain berkaitan dengan

materi yang relevan. Siswa dapat diarahkan untuk diam atau hening agar dapat

berkonsentrasi dan meresapi kembali materi apa yang sudah didapat. Refleksi

berarti mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat,

pemahaman, imajinasi, dan perasaan menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide,

tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai

hakiki dari apa yang dipelajari (Hartana, dkk 2016: 779). Melalui kegiatan refleksi,

siswa dapat menyimpulkan nilai-nilai apa yang sudah didapatkan setelah

mempelajari suatu materi.

4. Aksi

Subagya (2010:59) menyatakan bahwa aksi merupakan pertumbuhan batin

seseorang berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan dan juga manifestasi

lahiriahnya. Aksi meliputi dua hal : a) pilihan batin, yaitu pilihan yang didasari

oleh keyakinan bahwa keputusan yang diambil adalah benar dan dapat membawa

pada pribadi yang lebih baik, b) pilihan lahir, yaitu pilihan setelah niat-niat yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

36

dirumuskan diolah dalam pikiran, peserta didik akan terdorong untuk berbuat secara

konsisten sesuai dengan prioritas yang telah dibuatnya. Pemaknaan dalam kegiatan

refleksi diharapkan dapat diterapkan peserta didik atau mahasiswa dalam kehidupan

sehari-hari. Pengetahuan yang telah diperoleh siswa selama proses pembelajaran

tidak berhenti pada tataran teoritis saja, melainkan diarahkan dan diwujudnyatakan

dalam kehidupan nyata siswa di lingkungan hidup konkrit (Hartana, dkk 2016:

779).

5. Evaluasi

Menurut Wahana (2016: 23), evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk meninjau kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran dalam bentuk

penilaian. Dalam pendekatan paradigma pedagogi reflektif penilaian tidak hanya

pada ranah kognitif saja. Perkembangan peserta didik atau mahasiswa dalam

kaitannya dengan kepribadian juga penting untuk dinilai. Menurut Suparno, 2015:

40), kegiatan evaluasi dimaksudkan untuk melihat secara keseluruhan bagaimana

proses itu terjadi dan berkembang. Guru atau dosen dapat mengamati sikap peserta

didik atau mahasiswa secara berkala.

2.2.5 Bahan Ajar

Salah satu komponen yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran adalah

ketersediaan bahan ajar. Dalam kegiatan pembelajaran guru atau dosen dituntut

mampu menyediakan bahan ajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan situasi

lingkungan sekitar. Menurut Mudhlofir (2011: 128), bahan ajar adalah seperangkat

materi yang tersusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

37

menciptakan lingkungan/suasana belajar untuk siswa. Hal ini hampir sama seperti

pendapat dari Majid (2012: 173-174) yang menyatakan bahwa bahan ajar

merupakan segala bentuk bahan baik tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan

untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar. Berdasarkan pendapat dari Mudhlofir dan Majid tentang bahan ajar maka

dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara

sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan oleh guru untuk

melaksanakan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Penyusunan bahan ajar memerlukan berbagai sumber bahan ajar lain

sebagai acuan. Menurut Ali Mudhlofir (2011: 138-140), sumber-sumber bahan ajar

yang dimaksudkan adalah: (a) buku teks, (b) laporan hasil penelitian, (c) jurnal, (d)

pakar bidang studi, (e) profesional, (f) buku kurikulum, (g) penerbitan berkala, (h)

internet, (i) media audiovisual, (j) lingkungan. Abdul Majid (2012: 174-182)

mengelompokkan bahan ajar kedalam empat bentuk. Bentuk-bentuk bahan ajar

tersebut diuraikan sebagai berikut: (a) Bahan ajar cetak (printed), (b) Bahan ajar

dengar (audio), (c) Bahan ajar pandang dengar (audio visual), (d) Bahan ajar

interaktif (interactive teaching material). Dalam penelitian ini bahan ajar yang akan

disusun berupa modul digital yang interaktif, menyusun bahan ajar harus

memenuhi prinsip-prinsip penyusunan bahan ajar serta membutuhkan berbagai

bahan ajar lain sebagai acuan untuk menghasilkan bahan ajar yang baik, layak, dan

berkualitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

38

2.2.6 Modul

Bagian modul akan membahas tentang (1) hakikat modul, (2) tujuan modul

pembelajaran, (3) karakteristik modul pembelajaran, (4) prosedur penulisan modul,

(5) struktur penulisan modul, (6) kriteria penilaian modul, dan (7) modul digital

pembelajaran.

2.2.6.1 Hakikat Modul

Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan

tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan

oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru

(Mulyasa, 2008: 43). Sejalan dengan pendapat dari Mulyasa, Nasution (2005: 205),

mendefinisikan modul merupakan suatu unit yang lengkap, berdiri sendiri dan

terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa

mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Modul berisi

satuan bahasan tertentu yang disusun secara lengkap yang terdiri dari rangkain

kegiatan belajar untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang sudah

dirumuskan sejak awal.

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) (2008: 3) menyatakan

bahwa modul adalah seperangkat bahan ajar mandiri yang disajikan secara

sistematis sehingga memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan kecepatan

belajarnya tanpa tergantung pada orang lain atau dengan bimbingan yang sangat

terbatas dari fasilitator/guru, apabila diperlukan. Oleh karena itu, modul harus

disusun secara jelas dan sistematis karena kemungkinan besar akan digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

39

mahasiswa secara mandiri. Petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam modul harus

mudah dimengerti mahasiswa karena penggunaannya modul merupakan sumber

belajar yang mandiri. Berdasarkan uraian pendapat dari pendapat pakar di atas

dapat disimpulkan bahwa modul merupakan suatu bahan ajar yang disusun,

dirancang dengan sistematis dan terarah untuk membantu mahasiswa agar dapat

belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuan masing-masing mahasiswa tanpa

terlalu bergantung pada bimbingan dosen.

2.2.6.2 Tujuan Modul Pembelajaran

Pada penyusunan modul pembelajaran pasti terdapat suatu tujuan. Ali

Mudhlofir (2011: 151) mengemukakan tujuan penulisan modul pembelajaran

adalah sebagai berikut (1) memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar

tidak terlalu bersifat verbal, (2) mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya

indera baik pada mahasiswa maupun guru, (3) mengefektifkan belajar mahasiswa

seperti meningkatkan motivasi belajar mahasiswa, (4) mengembangkan

kemampuan mahasiswa dalam berinteraksi secara langsung dengan lingkungan dan

sumber belajar lain, (5) memungkinkan mahasiswa belajar mandiri sesuai minat

dan kemampuannya, dan memungkinkan mahasiswa dapat mengukur hasil

belajarnya sendiri.

Dengan memperhatikan tujuan-tujuan di atas, modul pembelajaran sebagai

bahan ajar memiliki keefektifan yang sama dengan pembelajaran bertatap muka.

Hal tersebut tergantung pada proses penyusunan modul. Isi dari modul itu sendiri

disusun seperti seolah-olah sedang mengajarkan kepada seorang mahasiswa tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

40

suatu topik bahasan melalui tulisan. Mahasiswa dapat mepelajari modul secara

mandiri karena bahasa yang digunakan dalam modul bersifat komunikatif, jelas dan

sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

2.2.6.3 Karakteristik Modul Pembelajaran

Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar

dan meminimalisir rasa jenuh peserta didik saat mempelajarinya, maka

pengembangan modul menurut Daryanto (2013: 9-11), harus memperhatikan

karakteristik yang diperlukan sebagai modul pembelajaran, antara lain :

1. Self Intruction

Melalui modul, memungkinkan peserta didik dapat belajar secara mandiri

dan tidak tergantung pada orang lain. Self intruction artinya peserta didik

mempelajari sesuatu materi tertentu cukup membaca modul. Modul yang baik akan

dikemas secara menyeluruh agar tujuan pembelajaran yang sudah dibuat sejak awal

dapat terpenuhi. Bahasa yang sederhana, kemasan menarik, petunjuk yang mudah

untuk dipahami, dan tidak multitafsir merupakan hal yang penting dalam membuat

sebuah modul. Petunjuk-petunjuk yang seakan-akan diberikan oleh seorang guru

ketika mengajar harus tampak dalam sebuah modul.

2. Self Contained

Syaratnya adalah seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat

dalam modul tersebut, tujuannya memberikan kesempatan peserta didik untuk

pempelajari materi pembelajaran secara tuntas. Self Contained artinya seluruh

materi yang akan dimuat dalam modul disusun secara sistematis dan memuat secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

41

keseluruhan. Materi yang sistematis artinya materi akan disusun dari materi yang

mudah menuju materi yang kompleks. Keutuhan materi pembelajaran sangatlah

penting terdapat dalam modul karena peserta didik akan mempelajari modul secara

mandiri dan mampu memahaminya secara menyeluruh sesuai materi yang terdapat

dalam modul.

3. Stand Alone (Berdiri Sendiri)

Modul tidak tergantung pada media lain. Peserta didik dapat mempelajari

modul dan mengerjakan tugas yang terdapat di dalamnya. Stand alone artinya

modul tidak memerlukan bahan ajar yang lain untuk mempelajari suatu materi atau

mengerjakan soal-soal yang terdapat di dalamnya. Modul dikemas untuk

pembelajaran mandiri, artinya materi yang akan dicantumkan dalam sebuah modul

akan bersifat menyeluruh atau utuh. Soal-soal atau latihan yang akan dibuat juga

tidak boleh terlepas dari materi-materi yang sudah dijabarkan sebelummya. Dengan

pemahaman yang baik terhadap materi yang sudah dipelajari sebelumnya maka

diharapkan peserta didik mampu mengerjakan latihan soal yang berkaitan dengan

materi yang sudah dipaparkan.

4. Adaptive

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

perkembangan ilmu dan teknologi serta fleksibel digunakan. Modul dikatakan

adaptif apabila isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun

waktu tertentu. Oleh karena itu, modul yang akan dikembangkan dalam penelitian

ini adalah modul berbasis digital. Modul digital dianggap memiliki daya adaptasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

42

yang tinggi karena sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi di

abad XXI. Modul digital dianggap akan memenuhi kebutuhan peserta didik.

5. User Friendly (Bersahabat/Akrab)

Setiap instruksi dan paparan informasi dalam modul hendaknya bersifat

membantu dan bersahabat, temasuk memudahkan pemakai dalam merespon dan

mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah

dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan. User friendly

maksudnya modul yang akan dikembangkan harus mempunyai kedekatan terhadap

pembaca atau peserta didik. Kedekatan yang dimaksud adalah penggunaan bahasa

yang mudah dipahami, memenuhi kebutuhan pembaca, dan intruksi yang jelas.

Berdasarkan karakteristik di atas, dapat dijelaskan bahwa modul

pembelajaran merupakan bahan ajar yang dirancang menggunakan bahasa dan pola

yang mudah dipahami oleh mahasiswa dengan tujuan memudahkan mahasiswa

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kemasan modul harus memenuhi

karakteristik modul yang sudah dijabarkan karena pengembangan modul harus

memperhatikan beberapa aspek agar dapat diterima oleh pembaca. Sebuah modul

dapat dikatakan baik dan menarik jika memenuhi karakteristik di atas.

2.2.6.4 Prosedur Penulisan Modul

Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang

dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh pembelajar untuk mencapai

tujuan pembelajarn. Penyusunan modul belajar mengacu pada tujuan pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

43

yang sudah diditetapkan. Berikut adalah langkah-langkah prosedur penulisan

modul menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008: 12-16).

1. Analisis Kebutuhan Modul

Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi/

tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai

suatu kompetensi tersebut. Penetapan judul modul didasarkan pada kompetensi

yang terdapat pada garis-garis besar program yang ditetapkan. Menurut peneliti

Analisis kebutuhan modul merupakan langkah awal yang penting sebelum

merancang modul. Peneliti menentukan tujuan pembelajaran modul digital

pembelajaran membaca kritis terlebih dahulu agar pembelajaran terarah. Setelah

tujuan pembelajaran ditentukan maka peneliti akan memilih materi apa saja yang

menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan.

2. Penyusunan Draft

Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan

pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub kompetensi

menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft modul bertujuan

menyediakan draft suatu modul sesuai dengan kompetensi atau sub kompetensi

yang telah ditetapkan. Pada tahap ini peneliti sudah menentukan judul modul dan

menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul secara garis besar.

Peneliti menyusun draft dengan cermat memperhatikan keterkaitan tujuan

pembelajaran dengan materi yang akan dimasukkan dalam modul. Berdasarkan

draft ini, nantinya peneliti akan mengembangkan sebuah modul digital

pembelajaran membaca kritis. Draft produk juga dikonsultasikan oleh dosen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

44

pembimbing peneliti guna memperoleh saran. Saran dari dosen pembimbing

dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan.

3. Uji Coba

Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta

terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran

sebelum modul tersebut digunakan secara umum. Kegiatan uji coba merupakan

tahap yang penting untuk mengetahui kekurangan draft modul yang dibuat oleh

peneliti.. Saran dari mahasiswa dosen pembimbing berguna untuk modul.

4. Validasi

Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap

kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian

tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli

sesuai dengan bidang-bidang terkait dalam modul. Modul digital yang

dikembangkan oleh peneliti akan divalidasi oleh dosen pakar, yaitu Dr. Yuliana

Setyaningsing, M.Pd. Peneliti akan menyerahkan produk modul digital berupa

compact disc dan cetak kepada dosen pakar untuk divalidasi. Komponen yang

divalidasi oleh dosen pakar meliputi empat aspek yaitu, aspek kelayakan isi, aspek

kelayakan penyajian, aspek kelayakan bahasa, dan aspek kelayakan kegrafikan.

5. Revisi

Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah

memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi. Revisi merupakan

kegiatan yang penting untuk dilakukan agar modul digital yang dikembangkan

lebih baik lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

45

Prosedur penulisan modul yang dijelaskan oleh Departemen Pendidikan

Nasional juga diakomodasi peneliti untuk dasar penyusunan. Peneliti berharap

penulisan modul yang dikembangkan lebih tertata. Namun, prosedur penulisan

modul masih disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan langkah-langkah

penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall.

2.2.6.5 Struktur Penulisan Modul

Penulisan modul mempunyai sistematika penulisan, sistematika penulisan

modul diuraikan oleh Depdiknas (2008: 21). Modul disusun secara terstruktur agar

pembelajar dapat mudah mempelajari materi. Struktur penulisan modul dibagi

menjadi tiga bagian yaitu bagian pembuka, bagian inti dan bagian akhir. Berikut

penjelasannya:

1. Bagian Pembuka

Bagian pembuka meliputi judul, daftar isi, peta informasi, daftar tujuan

kompetensi, dan tes awal. Judul modul harus menarik dan memberi gambaran

tentang materi yang akan dibahas agar pembaca langsung tertarik untuk

mempelajari modul. Daftar isi menyajikan topik-topik yang dibahas. Topik-topik

tersebut diurutkan berdasarkan urutan kemunculan dalam modul. Pembelajar dapat

melihat secara keseluruhan, topik-topik apa saja yang tersedia dalam modul. Daftar

isi juga mencantumkan nomor halaman untuk memudahkan pembelajar

menemukan topik. Penulisan daftar isi akan mempermudah pembaca dalam

menemukan pokok-pokok informasi dalam sebuah modul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

46

Modul perlu menyertakan peta Informasi. Pada daftar isi akan terlihat topik

apa saja yang dipelajari, tetapi tidak terlihat kaitan antar topik tersebut. Pada peta

informasi akan diperlihatkan kaitan antar topik-topik dalam modul. Peta informasi

yang disajikan dalam modul dapat saja menggunakan diagram isi bahan ajar yang

telah dipelajari sebelumnya. Penulis modul perlu memutuskan bentuk peta

informasi seperti apa yang cocok untuk menjelaskan keterkaitan materi topik dalam

modul. Selanjutnya, penulisan tujuan pembelajaran membantu pembelajar untuk

mengetahui pengetahuan, sikap, atau keterampilan apa yang dapat dikuasai setelah

menyelesaikan pelajaran. Bagian terakhir dalam bagian pembuka adalah tes awal.

Pembelajar perlu diberi tahu keterampilan atau pengetahuan awal apa saja

yang diperlukan untuk dapat menguasai materi dalam modul. Hal ini dapat

dilakukan dengan memberikan pre-tes. Pre-tes bertujuan untuk memeriksa apakah

pembelajar telah menguasai materi prasyarat untuk mempelajari materi modul.

Dalam penelitian ini tes awal yang akan digunakan adalah pengetahuan yang sudah

dimiliki oleh pembaca tentang kegiatan membaca intensif.

2. Bagian Inti

Bagian inti terdiri dari bagian pembuka, hubungan dengan materi, uraian

materi, penugasan, dan rangkuman. Berikut penjelasannya.

a. Bagian Pendahuluan/Tinjauan Umum Materi

Pendahuluan pada suatu modul berfungsi untuk; (1) memberikan

gambaran umum mengenai isi materi modul; (2) meyakinkan

pembelajar bahwa materi yang akan dipelajari dapat bermanfaat bagi

mereka; (3) meluruskan harapan pembelajar mengenai materi yang akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

47

dipelajari; (4) mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi

yang akan dipelajari; (5) memberikan petunjuk bagaimana mempelajari

materi yang akan disajikan. Dalam pendahuluan dapat disajikan peta

informasi mengenai materi yang akan dibahas dan daftar tujuan

kompetensi yang akan dicapai setelah mempelajari modul. Bagian

Pendahuluan menjadi sangat penting karena pembaca akan diberikan

gambaran awal mengenai isi modul.

b. Hubungan dengan Materi atau Pelajaran yang lain

Materi pada modul sebaiknya lengkap, dalam arti semua materi

yang perlu dipelajari tersedia dalam modul. Namun demikian, bila

tujuan kompetensi menghendaki pembelajar mempelajari materi untuk

memperluas wawasan berdasarkan materi di luar modul maka

pembelajar perlu diberi arahan materi apa, dari mana, dan bagaimana

mengkasesnya. Bila materi tersebut tersedia pada buku teks maka

arahan tersebut dapat diberikan dengan menuliskan judul dan pengarang

buku teks tersebut. Modul memang sumber belajar yang mandiri jadi

diharapkan semua materi yang akan dipelajari diuraikan secara utuh dan

komperhensif. Jika ada materi yang merujuk pada buku atau sumber

belajar lain maka dalam modul harus mencantumkan dimana materi atau

sumber belajar tersebut dapat diakses oleh pembaca.

c. Uraian Materi

Uraian materi merupakan penjelasan secara terperinci tentang

materi pembelajaran yang disampaikan dalam modul. Organisasikan isi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

48

materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang sistematis,

sehingga memudahkan pembelajar memahami materi pembelajaran.

Apabila materi yang akan dituangkan cukup luas, maka dapat

dikembangkan ke dalam beberapa Kegiatan Belajar (KB). Setiap KB

memuat uraian materi, penugasan, dan rangkuman. Materi yang akan

diuraikan dalam modul digital pembelajaran membaca kritis yang

memanfaatkan cerita rakyat bagi mahasiswa akan disusun secara

sistematis dan diurutkan dari materi yang sederhana ke materi yang

kompleks. Adapun sistematikanya misalnya sebagai berikut.

Kegiatan Belajar 1

Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Membaca Kritis

A. Tujuan Kompetensi

B. Uraian Materi

C. Tes Formatif

D. Tugas

E. Rangkuman

Kegiatan Belajar 2

Membaca Kritis Teks Fiksi (Cerita Rakyat)

A. Tujuan Kompetensi

B. Uraian Materi

C. Tes Formatif

D. Tugas

E. Rangkuman

Gambar 2.1 Contoh Sistematika Uraian Modul

Dalam uraian materi setiap Kegiatan Belajar, baik susunan dan

penempatan naskah, gambar, mapun ilustrasi diatur sedemikian rupa

sehingga informasi mudah dimengerti. Organisasikan antarbab,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

49

antarunit dan antarparagraf dengan susunan dan alur yang

memudahkan pembelajar memahaminya. Organisasi antara judul, sub

judul dan uraian yang mudah diikuti oleh pembelajar.

Pemberian judul atau penjudulan merupakan alat bantu bagi

pembaca modul untuk mempelajari materi yang disajikan dalam bentuk

teks tertulis. Penjudulan membantu pembelajar untuk menemukan

bagian dari teks yang ingin dipelajari, memberi tanda awal dan akhir

suatu topik, memberi kesan bahwa topik-topik terkelompok dalam

topik yang lebih besar, memberi ciri topik yang penting yang

memerlukan pembahasan panjang dengan melihat banyak halaman

untuk membahas topik tersebut. Struktur penjudulan mencerminkan

struktur materi yang dikembangkan oleh penulis modul. Penjenjangan

atau hierarki sebaiknya tidak lebih dari tiga jenjang. Lebih dari tiga

jenjang akan menyulitkan pembaca untuk memahami penjenjangan

tersebut. Penjudulan untuk setiap jenjang sebaiknya dituliskan dalam

bentuk huruf berbeda. Misalnya:

A. JUDUL

1. Sub Judul

a. Anak Judul (Sub dari sub judul)

Gambar 2.2 Contoh Sistematika Penomoran dalam Modul

d. Penugasan

Penugasan dalam modul perlu untuk menegaskan kompetensi

apa yang diharapkan setelah mempelajari modul. Jika pembelajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

50

diharapkan untuk dapat menghafal sesuatu, dalam penugasan hal ini

perlu dinyatakan secara tegas. Jika pembelajar diharapkan

menghubungkan materi yang dipelajari pada modul dengan pekerjaan

sehari-harinya maka hal ini perlu ditugaskan kepada pembelajar secara

eksplisit. Penugasan juga menunjukkan kepada pembelajar bagian mana

dalam modul yang merupakan bagian penting. Penugasan akan

menggambarkan pemahaman materi pembelajar. Oleh karena itu,

penugasan akan dibuat dengan mengaitkan materi dengan kegiatan

sehari-hari pembelajar. Hal ini diharapkan melatih kemampuan berpikir

kritis pembelajar karena mengkonstruksi materi dengan pengetahuan

lama pembelajar yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

e. Rangkuman

Rangkuman merupakan bagian dalam modul yang menelaah

hal-hal pokok dalam modul yang telah dibahas. Rangkuman diletakkan

pada bagan akhir modul. Rangkuman akan menguraikan materi pokok

secara lebih singkat secara proposional agar mudah dimengerti oleh

pembelajar.

3. Bagian Penutup

Bagian penutup merupakan bagian akhir yang terletak dalam modul. Bagian

penutup terdiri dari beberapa bagian. Berikut penjelasan bagian-bagian penutup

yang terdapat dalam modul.

a. Glossary atau daftar isitilah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

51

Glossary berisikan definisi-definisi konsep yang dibahas dalam

modul. Definisi tersebut dibuat ringkas dengan tujuan untuk mengingat

kembali konsep yang telah dipelajari.

b. Tes Akhir

Tes akhir merupakan latihan yang dapat pembelajar kerjakan

setelah mempelajari suatu bagian dalam modul. Aturan umum untuk tes-

akhir ialah bahwa tes tersebut dapat dikerjakan oleh pembelajar dalam

waktu sekitar 20% dari waktu mempelajari modul. Jadi, jika suatu

modul dapat diselesaikan dalam tiga jam maka tes-akhir harus dapat

dikerjakan oleh peserta belajar dalam waktu sekitar setengah jam.

c. Indeks

Indeks memuat istilah-istilah penting dalam modul serta

halaman di mana istilah tersebut ditemukan. Indeks perlu diberikan

dalam modul supaya pembelajar mudah menemukan topik yang ingin

dipelajari. Indeks perlu mengandung kata kunci yang kemungkinan

pembelajar akan mencarinya.

Struktur penulisan modul yang dikemukakan oleh Departemen Pendidikan

Nasional dijadikan acuan untuk struktur modul yang dikembangkan peneliti.

Peneliti menganggap struktur penulisan modul Departemen Pendidikan Nasional

sudah sistematis dan mudah dipelajari oleh mahasiswa. Namun, struktur modul

tersebut masih disesuaikan dengan kebutuhan peneliti. Berikut struktur modul

digital pembelajaran membaca kritis yang terintegrasi cerita rakyat tradisiona Jawa

Tengah yang dikembangkan oleh peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

52

1. Bagian Pembuka

Bagian pembuka terdiri dari sampul depan yang berisi identitas modul,

kemudian kata pengantar, rasional produk, petunjuk penggunaan modul

digital, pendahuluan dan daftar isi.

2. Bagian Inti

Bagian inti modul digital berisikan materi yang dibagi ke dalam dua bab.

Pada setiap babnya terdiri dari judul bab, tujuan pembelajaran, peta konsep,

materi pembelajaran, aktivitas membaca, refleksi, aksi, rangkuman, tes

formatif, dan tes evaluasi di akhir.

3. Bagian Penutup

Bagian penutup modul terdiri atas kunci jawaban dari tes formatif dan

evaluasi, glosarium, daftar pustaka dan sampul belakang berisi pesan untuk

mahasiswa.

2.2.6.6 Kriteria Penilaian Modul

Modul dinyatakan layak digunakan oleh siswa jika telah memenuhi kriteria

evaluasi modul dengan mempertimbangkan aspek-aspek tertentu. Evaluasi

terhadap modul yang telah dibuat dimaksudkan agar mengetahui dan mengukur

ketercapaian implementasi pembelajaran dengan modul yang dapat dilaksanakan

sesuai dengan desain pengembangan modul (N.A. Suprawoto, 2009: 5). Terdapat

beberapa aspek penilaian modul yang digunakan menurut Depdiknas, untuk

mengetahui tingkat kelayakan sebuah modul. Berikut adalah aspek penilaian modul

menurut Depdiknas (2008: 28):

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

53

1. Aspek Kelayakan Isi

Pada aspek kelayakan aspek isi mencakup : (a) kesesuaian dengan SK, KD,

dan tujuan pembelajaran, (b) kesesuaian dengan perkembangan mahasiswa, (c)

kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar, (d) kebenaran substansi materi, (e)

manfaat penambahan ilmu pengetahuan, (f) kesesuaian dengan nilai moral dan

sosial.

2. Aspek Kebahasaan

Pada aspek kelayakan aspek kebahasaan mencakup: (a) keterbacaan, (b)

kejelasan informasi, (c) kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan

benar, (d) pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien.

3. Aspek Penyajian

Pada aspek kelayakan aspek penyajian mencakup: (a) penjelasan tujuan

yang ingin dicapai , (b) urutan sajian, (c) Pemberian motivasi, daya tarik, (d)

interaksi, (e) kelengkapan informasi.

4. Aspek Kegrafikan

Pada aspek kelayakan aspek kegrafikan mencakup: (a) penggunaan huruf

(jenis dan ukuran), (b) tata letak, (c) ilustrasi, gambar, foto, (d) interaksi, (e) desain

tampilan

Penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam membuat modul

pembelajaran dibutuhkan evaluasi modul yang baik untuk mengukur kelayakan

modul dari segi materi, media, dan pengguna dengan mempertimbangkan berbagai

aspek penilaian di antaranya yaitu; (1) aspek isi, (2) aspek kebahasaan, (3) aspek

penyajian, (4) aspek kegrafikan. Empat aspek tersebut oleh peneliti dijadikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

54

sebagai acuan dalam menentukan instrumen penilaian kelayakan modul digital

pembelajaran.

2.2.6.7 Modul Digital Pembelajaran

Kemajuan perkembangan teknologi dan informasi mulai menggeser

penggunaan media cetak ke media digital khususnya pada dunia pendidikan. Hal

ini mendorong pendidik untuk menyelaraskan perkembangan tersebut ke dalam

penyajian bahan ajar pada kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar tersebut dibuat

dalam bentuk media digital seperti salah satunya adalah buku elektronik. Buku

elektronik adalah bentuk elektronik dari sebuah buku cetak yang dibaca

menggunakan software tertentu pada perangkat elektronik.

Salah satu bahan ajar media cetak lain yang dapat dikembangkan ke media

digital adalah modul yang diubah menjadi elektronik modul (e-modul) atau modul

digital. Modul digital dapat dilengkapi dengan komponen media lain seperti audio,

video, gambar, dan multimedia interaktif. Modul digital dapat diimplementasikan

sebagai sumber belajar mandiri yang dapat membantu mahasiswa dalam

meningkatkan kompetensi yang dimilikinya serta tidak bergantung lagi pada satu-

satunya sumber informasi. Modul digital juga dapat digunakan di mana saja,

sehingga lebih praktis untuk dibawa. Modul digital merupakan penggabungan dari

media cetak dan komputer, maka e-modul dapat menyajikan informasi secara

terstruktur, menarik serta memiliki tingkat interaktifitas yang tinggi. Selain itu,

proses pembelajaran tidak lagi bergantung pada instruktur sebagai satu-satunya

sumber informasi (Gunadharma, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

55

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa modul digital

adalah bentuk elektronik dari modul cetak yang terdiri dari materi pembelajaran

berupa teks, gambar, video yang menyajikan informasi secara terstruktur, menarik,

dan praktis. Pada dasarnya tidak ada perbedaan konsep yang sangat signifikan

antara modul cetak dengan e-modul.

2.3 Kerangka Berpikir

Keterampilan membaca kritis seharusnya sudah dikuasai oleh mahasiswa.

Mahasiwa dituntut tidak hanya memahami bahan bacaan secara umum melainkan

lebih mendalam. Sumber belajar yang sesuai dengan perkembangan teknologi

informasi dan tuntutan abad XXI menjadi sangat penting untuk dikembangkan.

Sumber belajar mandiri berupa modul digital dirasa tepat untuk membantu

mahasiswa mempelajari keterampilan membaca kritis karena akan dikemas sesuai

dengan kebutuhan mahasiswa. Penanaman karakter positif dalam pembelajaran

menjadi perhatian penting juga dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, modul

digital membaca kritis memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah.

Peneliti memilih cerita rakyat karena di dalam cerita rakyat terdapat nilai-

nilai kehidupan yang dapat dicontoh oleh mahasiswa. Selain itu, cerita rakyat dirasa

perlu untuk diperkenalkan terhadap mahasiswa karena cerita rakyat merupakan

salah satu bukti kekayaan negara Indonesia. Modul digital pembelajaran membaca

kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisonal Jawa Tengah akan dikemas

semenarik mungkin. Mahasiswa diharapkan akan lebih tertarik untuk mempelajari

kegiatan membaca kritis. Perpaduan cerita rakyat tradisional yang disajikan secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

56

digital yang sesuai dengan tuntutan abad XXI diharapkan dapat memotivasi

mahasiswa.

Pengembangan produk ini dilakukan dengan beberapa tahap. Pertama,

peneliti menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa program studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) angkatan 2017 Universitas Sanata Dharma.

Setelah itu peneliti melakukan wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah

Membaca Intensif. Hasil dari kuesioner dan wawancara dosen dijadikan dasar untuk

menyusun studi pendahuluan dan mengetahui urgensi dari pengembangan modul

digital dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa tengah bagi mahasiswa.

Studi pendahuluan yang sudah disusun didukung dengan kajian pustaka

yang relevan untuk pengembangan produk ini. Setelah produk selesai

dikembangkan, peneliti melakukan validasi modul oleh dosen ahli. Setelah

melakukan validasi dan mendapat saran dari dosen ahli, maka peneliti melakukan

revisi berdasarkan saran tersebut. Tahap selanjutnya adalah uji coba produk yang

dilakukan pada mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

(PBSI) angkatan 2017 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Setelah selesai

diujicobakan mahasiswa akan memberikan penilaian terhadap kualitas produk yang

peneliti kembangkan.

Modul digital yang sudah divalidasi oleh dosen ahli dan dinilai oleh

mahasiswa maka direvisi kembali oleh peneliti. Tujuan dari revisi yang kedua ini

adalah menyempurnakan produk agar semakin baik dan layak untuk digunakan di

tingkat perguruan tinggi. Kerangka berpikir peneliti secara ringkas akan

digambarkan melalui bagan di bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

57

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Minat membaca masyarakat Indonesia yang masih rendah. Mahasiswa

penting untuk menguasai keterampilan membaca kritis. Sastra dapat

digunakan untuk menanamkan karakter positif mahasiswa.

Pembelajaran membaca

kritis

Cerita rakyat Jawa

Tengah

Modul digital

Modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita

rakyat tradisional Jawa Tengah bagi mahasiswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

58

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research &

Development (R&D). Penelitian pengembangan adalah penelitian yang

menghasilkan produk tertentu dan mengujinya. Penelitian ini akan menghasilkan

produk berupa modul digital yang akan digunakan dalam dunia pendidikan. Oleh

karena itu, pada bab ini akan membahas enam subbab, yaitu (1) jenis penelitian, (2)

sumber data dan data penelitian, (3) teknik pengumpulan data, (4) instrumen

pengumpulan data, (5) teknik analisis data, dan (6) prosedur pengembangan.

Berikut rincian pemaparan lima subbab pada bagian metode penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan atau Research

and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2012: 297), penelitian dan

pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Prosedur dan sistematika

yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian model Borg & Gall dengan

desederhanakan sesuai kebutuhan penelitian.

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan modul digital pembelajaran

membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah untuk

tingkat mahasiswa khususnya mahasiswa Prodi PBSI angkatan 2017 FKIP USD.

Sebelum mengembangkan produk, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

59

melihat urgensi pengembangan produk ini. Produk yang akan dihasilkan dan diuji

kelayakannya berupa modul berbasis digital pembelajaran membaca kritis dengan

memanfaatkan cerita rakyat tradisonal Jawa Tengah sebagai sarana untuk melatih

kemampuan membaca kritis mahasiswa.

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data adalah pihak-pihak yang akan dijadikan sebagai sampel dalam

sebuah penelitian. Penelitian ini dilakukan di program studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP),

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (USD). Sumber data penelitian

pengembangan ini adalah mahasiswa Prodi PBSI angkatan 2017 FKIP USD dan

dosen mata kuliah Membaca Intensif Prodi PBSI FKIP USD.

Data yang diperoleh dari dari mahasiswa Prodi PBSI angkatan 2017 FKIP

USD mengenai (1) urgensi pengembangan produk modul digital pembelajaran

dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah bagi mahasiswa, (2)

kebiasaan membaca mahasiswa terutama yang berkaitan dengan keterampilan

membaca kritis, (3) pendapat tentang sumber belajar membaca kritis, (4)

pentingnya cerita rakyat tradisional untuk diintegrasikan dalam pembelajaran. Data

tersebut diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner.

Data dari dosen pengampu mata kuliah membaca intensif mengenai (1)

kemampuan membaca kritis mahasiswa saat ini, (2) keterkaitan pengembangan

produk modul digital dengan tuntutan kemajuan teknologi dan informasi, (3)

kelebihan dan kekurangan produk yang berupa modul digital, (5) relevansi cerita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

60

rakyat dengan pembelajaran membaca kritis. Data tersebut diperoleh dengan cara

melakukan wawancara.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2012: 224), teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah

mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner dan wawancara. Peneliti mengumpulkan data terbagi ke dalam

beberapa tahap. Tahap pertama, peneliti membagikan kuesioner kepada mahasiswa

PBSI angkatan 2017 FKIP USD.

Keusioner ini untuk mengetahui urgensi pengembangan modul digital

pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa

Tengah. Tahap kedua, peneliti melakukan wawancara dengan dosen pengampu

membaca intensif. Wawancara dilakukan terkait informasi tentang kemampuan

membaca kritis mahasiswa dan produk yang akan dikembangkan peneliti. Tahap

ketiga, peneliti akan melakukan uji coba produk terbatas minimal terhadap 20

mahasiswa dan validasi dari dosen ahli. Kritikan, komentar dan masukan dari dosen

ahli dan penilaian mahasiswa akan dijadikan dasar untuk melakukan revisi atau

penyempurnaan produk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

61

3.4 Instrumen Pengumpulan Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data tersebut, instrumen pengumpulan

data yang peneliti gunakan untuk mencari dan memperoleh data adalah kuesioner

dan wawancara.

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak

langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden) (Sukmadinata,

2011:219). Kuesioner yang dibuat berisi sebuah pernyataan yang nantinya akan

dijawab oleh mahasiswa. Skala yang digunakan dalam kuesioner adalah skala

Likert. Skala Likert digunakan untuk studi pendahuluan yang akan dibagikan ke

mahasiswa. Dalam penelitian ini, peneliti membuat kuesioner berjumlah 15 butir

pernyataan. Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengembangan

produk modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita

rakyat penting untuk segera dibuat. Berikut ini kisi-kisi kuesioner pada penelitian

ini.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Membaca Kritis

No Butir Data Jumlah

1. Sumber belajar membaca kritis. 1

2. Mahasiswa penting untuk menguasai keterampilan

membaca kritis.

1

3. Kebiasaan membaca mahasiswa. 2

4. Manfaat membaca kritis. 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

62

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Memanfaatkan Cerita Rakyat dalam

Pembelajaran

No Butir Data

Jumlah

1. Pentingnya pelestarian cerita rakyat. 1

2. Pemahaman mahasiswa terhadap cerita rakyat 1

3. Daya tarik cerita rakyat untuk dibaca oleh

mahasiswa.

1

4. Manfaat nilai-nilai yang terdapat dalam cerita

rakyat untuk mahasiswa.

1

5. Pentingnya mahasiswa mempelajari budaya suatu

daerah melalui cerita rakyat.

1

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Pengembangan Modul Digital

No Butir Data Jumlah

1. Keunggulan modul digital. 1

2. Interaksi modul digital dengan pembaca. 1

3. Penerapan modul digital pembelajaran di lapangan. 1

4. Kesesuaian modul digital dengan kebutuhan

mahasiswa.

2

2. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara lisan dalam

pertemuan tatap muka secara individual (Sukmadinata, 2011: 216). Peneliti akan

melakukan wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah Membaca Intensif.

Tujuan wawancara untuk mengetahui kondisi pembelajaran nmembaca kritis

mahasiswa saat ini, efektifitas penggunaan modul digital dan integrasi cerita rakyat

dalam pembelajaran. Panduan wawancara seputar pembelajaran membaca kritis,

pemanfaatan cerita rakyat dan penggunaan modul digital sebagai sumber belajar

mandiri mahasiswa. Berikut adalah kisi-kisi wawancara yang dijadikan dasar dalam

menyusun pertanyaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

63

Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara

No. Kisi-kisi Pertanyaan Jumlah

A. Pembelajaran Membaca Kritis

1. Ketersediaan sumber belajar mandiri yang berisi

pembelajaran membaca kritis.

1

2. Alasan mahasiswa menguasai keterampilan membaca

kritis.

1

3. Keterampilan membaca kritis mahasiswa saat ini. 1

4. Manfaat membaca kritis. 1

5. Kebiasaan mahasiswa saat membaca. 1

B. Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran

1. Pemanfaatan cerita rakyat dalam pembelajaran membaca

kritis.

2

2. Keterkaitan cerita rakyat dengan aspek budaya dan nilai

sosial masyarakat suatu daerah.

1

3. Pendidikan karakter dalam cerita rakyat. 1

4. Urgensi mahasiswa belajar cerita rakyat. 1

C. Pengembangan Modul Digital

1. Pengaruh modul digital untuk meningkatkan pemahaman

kognitif mahasiswa.

1

2. Keunggulan modul digital di abad XXI. 3

3. Penggunaan modul digital di kegiatan belajar mengajar. 1

4. Kesesuaian modul digital dengan kebutuhan mahasiswa 1

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain (Sugiyono, 2012). Peneliti akan menganalisis data yang sudah diperoleh

melalui instrumen yang sudah dibuat untuk mempermudah memahami hasil dari

data keseluruhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

64

1. Analisis Kuesioner Mahasiswa

Analisis kuesioner skala Likert. Jawaban setiap item instrumen yang

terdapat dalam skala likert mempunyai tingkatan dari sangat positif sampai sangat

negatif. Berikut adalah langkah-langkah menganalisis lembar kuesioner

mahasiswa:

a. Mengubah jawaban pernyataan ke dalam bentuk kriteria skor sebagai

berikut. Konversi skor merujuk pada Nurgiyantoro (2011: 92).

Tabel 3.5 Konversi Nilai dan Skala Sikap

No Jawaban Skor

1 Sangat setuju/sangat positif 5

2 Setuju/positif 4

3 Ragu-ragu/netral 3

4 Tidak setuju/negatif 2

5 Sangat tidak setuju/sangat negatif 1

b. Merujuk pada pendapat Ridwan (2002: 15, dalam Maharani, 2015: 46)

yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil-hasil interpretasi

angket maka perlu mencari skor total angket menggunakan rumus

sebagai berikut:

Keterangan:

T = Jumlah responden yang memilih

Pn = Pilihan angka skor Likert

Selanjutnya, menghitung skor ideal (tertiggi) dan skor terendah.

Penghitungan skor ideal untuk mengetahui batasan kategori dalam

skala Likert.

T x Pn

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

65

Berikut rumusnya:

Untuk memprmudah pemaknaan atau interpretasi diperlukan rumus

indeks % yaitu :

c. Pengklasifikasian data kuantitatif dalam skala likert ini digunakan

rumus yaitu 100 dibagi jumlah skor pada skala likert yaitu 5. Rumus

tersebut digunakan untuk menentukan interval atau rentang skor.

Interval yang diperoleh dari rumus tersebut adalah 20. Namun, agar

semua data terakumulasi dengan baik maka interval skor dibuat 20,99

karena hasil penghitungan data bukan nilai yang utuh tetapi terdapat

nilai desimal di belakangnya. Untuk pengklasifikasian data secara

kualitatif dalam skala likert ini terdiri dari 5 kategori yaitu sangat

rendah, rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil analisis dari sikap

responden tentang kuesioner yang sudah diklasifikasikan baik

kuantitatif maupun kualitatif akan diinterpretasi dan dilaporkan dalam

bentuk narasi.

Berikut ini adalah tabel kategori berdasarkan interval skala likert.

Indeks % = total skor/skor ideal x 100

Skor Ideal (X) = Skor tertinggi Likert (5) x jumlah responden

Skor Terendah (Y) = Skor terendah Likert (1) x jumlah respinden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

66

Tabel 3.6 Kategori Interval Skala Likert

Rentang Skor Kategori

81,00% - 100% Sangat Tinggi

61,00% - 80,99% Tinggi

41,00% - 60,99% Cukup

21,00% - 40,99% Rendah

0,00% - 20,99% Sangat Rendah

2. Analisis Hasil Wawancara Dosen

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi pendukung sebelum

mengembangkan produk. Wawancara terhadap dosen pengampu mata kuliah

Membaca Intensif dilakukan dengan cara analisis deskriptif kualitatif. Tujuan

melakukan wawancara adalah untuk mendukung hasil kuesioner yang sudah diisi

oleh mahasiswa. Wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah membaca

intensif untuk memperoleh data kondisi keterampilan mahasiswa membaca kritis

saat ini. Selain itu, wawancara juga dimaksudkan untuk mengetahui urgensi

pengembangan produk modul digital pembelajaran membaca kritis.

Untuk mempermudah menganalisis hasil wawancara dosen pengampu

mata kuliah membaca intensif merekam percakapan wawancara. Hasil rekaman

akan diputar ulang dan ditranskrip untuk diambil garis besar isi wawancara. Setelah

mencatat garis besar dan pokok-pokok informasi, kemudian peneliti menyimpulkan

secara umum hasil wawancara yang sudah dilaksanakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

67

3. Analisis Validasi Produk oleh Dosen Ahli dan Uji Coba terhadap

Mahasiswa

Data yang diperoleh dalam tahap validasi diklasifikasikan menjadi 2 yaitu,

data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa kritik, saran dari dosen

ahli dan mahasiswa untuk memperbaiki produk modul digital pembelajaran

membaca kritis. Pada tahap revisi akan ditampilkan produk sebelum dan sesudah

proses revisi. Data kuantitaif berupa kualitas modul digital pembelajaran membaca

kritis yang diperoleh dari responden melalui kuesioner umpan balik. Peneliti

menyajikan data kuantitatif melalui tiga langkah, yaitu (a) pengumpulan data, (b)

pemberian skor, (c) skor yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai dengan skala

lima melalui pendekatan PAP (penilaian acuan patokan).

Tabel 3.7 Konversi Nilai Skala Lima Berdasarkan Penilaian Acuan Patokan

(Sukardjo, 2008: 53)

Kategori Interval Skor

Sangat Baik X >Xi + 1,80 Sbi

Baik Xi + 0,60 SBi < x ≤ Xi + 1,80 Sbi

Cukup Baik Xi – 0,60 SBi < x ≤ Xi + 0,60 Sbi

Kurang Baik Xi – 1,80 SBi < x ≤ Xi - ),60 Sbi

Sangat Kurang x ≤ Xi – 1,80 Sbi

Keterangan:

Xi : rerata ideal = ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

SBi : simpangan baku ideal = 1/6 (skor maksimal ideal – skor minimal ideal)

x : skor empirik

Berdasarkan konversi skor maka nilai kelayakan ditentukan dengan

kategori “Cukup”. Jika hasil penilaian dosen ahli dan mahasiswa memperoleh

kategori “Cukup Baik” maka produk modul digital pembelajaran membaca kritis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

68

dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah dianggap “cukup

layak digunakan”. Berikut adalah kisi-kisi validasi oleh dosen ahli dan kisi-kisi

penilaian mahasiswa terhadap produk modul digital yang dikembangkan peneliti.

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Validasi Modul Digital Oleh Dosen Ahli

Komponen

Penilaian Komponen yang Dinilai

Nomor

Indikator

Penilaian

Komponen Isi /

Materi

Kesesuaian materi dengan tujuan

pembelajaran. 1

Ketepatan pemilihan materi. 2, 3, 4

Keterkaitan antara materi dengan

kemampuan dan keterampilan

mahasiswa.

5, 6, 7, 8, 9, 10

Penggunaan teori yang relevan. 11

Komponen

Penyajian

Hal pendukung dalam penyajian materi. 12

Alur penyajian materi. 13

Sistematika penyajian materi dalam

setiap bab. 14, 15, 16, 17

Kesesuaian materi dengan tingkat

kemampuan berpikir mahasiswa. 18

Komponen

Bahasa

Kesesuaian bahasa dengan tingkat

kemampuan mahasiswa.

19

Kesesuaian dan ketepatan diksi. 20, 21, 22

Kekohesian antarkomponen penyajian

materi.

23, 24

Komponen

Kegrafikan

Kesesuaian fisik modul digital. 24

Kesesuaian tata pengetikan. 25, 26, 27, 28

Pemanfaatan penggunaan gambar, video

ilustrasi, animasi dan tabel.

29, 30

Kelengkapan penggunaan gambar, video

ilustrasi, animasi dan tabel.

31, 32

Tabel 3.9 Kisi-Kisi Penilaian Oleh Mahasiswa

Aspek Yang Dinilai

Nomor Indikator

Ketertarikan subtansi modul digital 1, 2, 3, 4

Kesesuain penyajian modul digital 5, 6, 7, 8

Kesesuaian penyajian materi terhadap motivasi belajar 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

69

Aspek Yang Dinilai

Nomor Indikator

mahasiswa

Pemanfaatan komponen kegrafikan 10

Ketepatan pemilihan materi dengan kompetensi yang ingin

dicapai

11, 12,

Kesesuaian dan ketepatan diksi 13

Kesesuaian bahasa dengan tingkat berpikir mahasiswa 14

Kesesuaian materi dengan kemampuan dan keterampilan

mahasiswa

15, 16, 17, 18

Berdasarkan kisi-kisi validasi dosen ahli dan penilaian mahasiswa peneliti

membuat pernyataan-pernyataan kuesioner. Kuesioner terkait dengan kelayakan

produk modul digital yang dikembangkan oleh peneliti. Kuesioner untuk dosen ahli

bersifat teoretis sedangkan kuesioner untuk mahasiswa lebih bersifat praktis.

Berdasarkan hasil kuesioner tersebut, modul digital akan ditentukan layak atau

tidaknya untuk digunakan oleh mahasiswa dalam pembelajaran membaca kritis.

3.6 Prosedur Pengembangan

Modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita

rakyat tradisional Jawa Tengah akan dikembangkan berdasarkan prosedur milik

Borg & Gall. Menurut Borg & Gall (dalam Sugiyono, 2015: 35-37), terdapat

sepuluh langkah dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan:

1) Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information

collecting)

Peneliti mengumpulkan segala informasi yang dibutuhkan untuk

melakukan penelitian. Peneliti melakukan: pengukuran kebutuhan, studi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

70

literatur, penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan-pertimbangan dari

segi nilai.

2) Perencanaan (planning)

Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan

yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian.

3) Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product)

Pengembangan

Peneliti membuat rancangan awal untuk pengembangan produk.

Pada tahap awal ini peneliti melakukan persiapa bahan pembelajaran,

prosedur penggunaan produk dan instrumen evaluasi.

4) Uji coba lapangan awal (preliminary field testing)

Uji coba di lapangan ini dalam skala terbatas dengan 6 sampai

dengan 12 subjek uji coba. Selama uji coba diadakan pengamatan,

wawancara, dan pengedaran angket.

5) Merevisi hasil uji coba (main product revision)

Pada tahap ini peneliti melakukan perbaikan terhadap produk awal

berdasarkan hasil uji coba awal. Perbaikan dalam tahap ini dimungkinkan

perbaikan lebih dari satu kaliuntuk menghasilkan draf produk yang benar-

benar layak untuk diimplementasikan pada peserta uji coba yang lebih luas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

71

6) Uji coba lapangan (main field testing)

Pada tahap ini peneliti melakukan uji coba produk modul digital.

Peneliti melakukan uji coba terhadap mahasiswa. Dalam penelitian ini

adalah mahasiswa Prodi PBSI angkatan 2017 FKIP USD.

7) Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision)

Pada tahap ini peneliti melakukan revisi atau perbaikan berdasarkan

hasil uji coba yang sudah dilaksanakan. Revisi dilaksanakan untuk

menyempurnakan produk yang peneliti kembangkan. Sehingga nanti,

produk modul digital yang dikembangkan siap untuk divalidasi.

8) Uji pelaksanaan lapangan (operational field testing)

Langkah uji validasi terhadap model operasional yang telah

dihasilkan. Uji validasi ini melibatkan subjek penelitian dengan jangkauan

yang besar. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi

serta analisis hasilnya.

9) Penyempurnaan produk akhir (final product revision)

Penyempurnaan didasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan.

Pada tahap ini dihasilkan produk akhir.

10) Diseminasi dan implementasi (dissemination and implementation)

Pada tahap terakhir ini merupakan penyebarluasan produk yang sudah

dikembangkan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menyebar

luaskan produk antara lain dengan melaporkan hasilnya dalam pertemuan

profesional dan dalam jurnal atau bekerja sama dengan penerbit untuk

penerbitan produk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

72

Sepuluh langkah milik Borg & Gall di atas, disederhanakan menjadi enam

tahap karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga yang dimiliki peneliti. Selain

itu, peneliti juga mengacu prosedur penulisan modul dari Departemen Pendidikan

Nasional (2008: 12-16). Peneliti menganggap bahwa prosedur penulisan modul

menurut Depdiknas sudah sistematis sehingga modul akan mudah untuk dipelajari

oleh pembaca. Keenam tahapan yang peneliti lakukan antara lain, penelitian dan

pengumpulan informasi, pengembangan produk, uji validasi, revisi produk I, uji

coba produk, dan revisi produk II. Berikut penjelasan tahap-tahapnya:

1) Penelitian dan Pengumpulan Informasi

Tahap pertama dalam pengembangan modul pembelajaran

membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa

Tengah bagi mahasiswa PBSI angkatan 2017 FKIP USD adalah

menyebarkan kuesioner untuk mahasiswa PBSI angkatan 2017. Kuesioner

yang dibagikan terdapat 15 pernyataan yang berjaitan dengan pembeljaran

membaca kritis, integrasi cerita rakyat dalam pembelajaran, dan

pengembangan modul digital. Tahap Kedua, melakukan wawancara

terhadap dosen pengampu mata kuliah membaca intensif. Langkah

selanjutnya setelah memperoleh informasi dan data dari mahasiswa PBSI

USD angkatan 2017 dan dosen, maka hasil tersebut digunakan untuk dasar

mengembangkan modul digital pembelajaran membaca kritis dengan

memanfaat cerita rakyat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

73

2) Pengembangan Produk

Tahap pengembangan produk, peneliti menentukan judul yang

mampu menarik perhatian pembaca dan menggambarkan isi modul.

Langkah kedua, peneliti menyusun kerangka modul yang dikembangkan.

Kerangka modul umumnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian

pembuka, bagian inti dan bagian akhir. Selanjutnya, memilih bahan yang

sesuai untuk isi modul. Peneliti memilih beberapa cerita rakyat tradisional

Jawa Tengah untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran membaca

kritis. Produk modul digital dikembangkan dengan flipbook. Penyusunan

modul dilakukan setelah semua referensi dan informasi didapatkan semua.

3) Uji Validasi

Setelah produk selesai dibuat, peneliti akan melakukan konsultasi

kepada dosen pembimbing terlebih dahulu sebelum divalidasi oleh dosen

ahli materi. Validasi dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan

produk modul digital yang sudah dikembangkan. Modul digital

pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat

tradisional Jawa Tengah bagi mahasiswa yang sudah selesai dikembangkan

akan divalidasi oleh dosen ahli, yaitu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd.

Mahasiswa juga memberikan penilaian terhadap produk yang

dikembangkan peneliti. Hasil validasi dosen ahli dan mahasiswa sangat

penting untuk mengetahui kelayakan dan tingkat kualitas modul digital

pembelajaran membaca kritis. Validasi menggunakan instrumen kuesioner

yang meliputi empat aspek sesuai dengan yang dikemukakan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

74

Departemen Pendidikan Nasional. Empat aspek yang terdapat di dalam

kuesioner validasi oleh dosen ahli dan penilaian kualitas modul digital oleh

mahasiswa, yaitu aspek kelayakan isi, aspek kelayakan penyajian, aspek

kelayakan bahasa, dan aspek kelayakan kegrafikan.

4) Perbaikan Produk (Revisi I)

Setelah produk dinilai oleh validator, langkah selanjutnya adalah

memperbaiki produk. Perbaikan produk berdasarkan penilaian dari

validator. Peneliti berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangan yang

terdapat dalam modul digital pembelajaran membaca kritis.

5) Uji Coba Produk

Setelah produk divalidasi oleh ahli materi dan sudah diperbaiki

berdasarkan saran dari dosen ahli baik lisan maupun tulisan maka langkah

selanjutnya adalah uji coba terbatas terhadap mahasiswa. Uji coba

dilakukan untuk mengetahui kelayakan modul digital pembelajaran

membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa

Tengah. Uji coba dilakukan minimal kepada 20 mahasiswa program studi

PBSI angkatan 2017 FKIP USD. Mahasiswa juga akan diberi kuesioner

untuk memberikan tanggapan balik terhadap kualitas produk modul digital

yang dikembangkan oleh peneliti.

6) Revisi Produk Tahap II

Berdasarkan angket dari mahasiswa dan dosen ahli materi, produk

direvisi kembali untuk menghasilkan produk akhir berupa modul digital

pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

75

tradisional Jawa Tengah. Kelayakan modul digital juga akan tampak dari

kuesioner yang sudah diisi oleh mahasiswa dan dosen ahli materi. Setelah

melakukan revisi produk tahap II maka akan dihasilkan produk final modul

digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat

tradisional Jawa Tengha bagi mahasiswa.

Berikut adalah bagan skema Borg dan Gall yang sudah disederhanakan oleh

peneliti:

Pengembangan Produk :

1. Bagian pembuka:

- Sampul depan, kata

pengantar, rasional

produk, petunjuk

penggunaan modul,

pendahuluan daftar isi.

2. Bagian inti:

- Isi modul

3. Bagian akhir:

- Kunci jawaban, glosarium,

daftar pustaka, sampul

belakang.

Validasi

dosen ahli

Revisi Tahap I Uji coba

lapangan

Penelitian dan

Pengumpulan Informasi :

1. Studi literatur

2. Wawancara

3. Penyebaran kuesioner

Revisi Tahap

II

Bagan 3.1 Skema Langkah-langkah

Pengembangan Produk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

76

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan mengkaji dua subbab yaitu hasil penelitian dan

pembahasan penelitian. Pada subbab hasil penelitian akan membahas tentang enam

langkah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam mengembangkan produk.

Kemudian, subbab pembahasan penelitian akan menguraikan deskripsi modul

digital, deskripsi hasil validasi, dan analisis kelayakan modul digital. Berikut akan

diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian.

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D)

merujuk pada prosedur pengembangan Borg dan Gall. Produk yang akan

dikembangkan dalam penelitian ini adalah modul digital pembelajaran membaca

kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah untuk

mahasiswa. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa PBSI angkatan 2017 FKIP

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sepuluh langkah penelitian

pengembangan dari Borg dan Gall disederhanakan menjadi 6 langkah oleh peneliti.

Hal ini karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga yang dimiliki peneiliti dan

prosedur penulisan modul menurut Depdiknas. Enam langkah tersebut adalah

pengumpulan informasi, pengembangan produk, uji validasi, revisi tahap I, uji coba

produk, dan terakhir revisi tahap II. Berikut ini adalah penjabaran hasil penelitian

berdasarkan keenam langkah tersebut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

77

4.1.1 Hasil Penelitian dan Pengumpulan Informasi

Penelitian ini melakukan wawancara dengan dosen ahli dan menyebarkan

kuesioner untuk mengetahui seberapa penting atau mendesak pengembangan

modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat

tradisional. Peneliti berusaha mengumpulkan informasi-informasi penting

mengenai pembelajaran membaca kritis, cerita rakyat, dan modul digital. Berikut

adalah deskripsi kedua hasil penelitian dan pengumpulan informasi yang peneliti

sudah lasanakan.

4.1.1.1 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Mahasiswa

Kuesioner dibagi menjadi tiga bagian mengenai pembelajaran membaca

kritis, integrasi cerita rakyat dalam pembelajaran, dan pengembangan modul

digital. Bagian pertama tentang pembelajaran membaca kritis berisi 5 pernyataan

mengenai sumber belajar mandiri membaca kritis, tuntutan mahasiswa saat ini

dalam kegiatan membaca, kemampuan mahasiswa dalam mengkritisi bacaan,

manfaat membaca kritis, dan kebiasaan membaca mahasiswa. Bagian kedua tentang

integrasi cerita rakyat dalam pembelajaran yang terdiri dari 5 pernyataan.

Pernyataan-pernyataan yang terdapat pada bagian kedua berisi tentang manfaat

cerita rakyat dalam pembelajaran, mengenalkan cerita rakyat pada mahasiswa,

nilai-nilai cerita rakyat. Bagian ketiga tentang modul digital yang terdapat 5

pernyataan yang berisi mengenai efektifitas modul digital, daya tarik modul digital

untuk dipelajari, dan manfaat modul digital.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

78

Pengidentifikasian kuesioner ini menggunakan skala likert yaitu 5 skala

yaitu, 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= netral/tidak menentukan pilihan.

4= setuju, 5= sangat setuju. Responden akan memberikan pendapat mereka dengan

cara menuliskan tanda centang (√) pada kolom skala yang sudah disediakan.

Pengklasifikasian data kuantitatif dalam skala likert ini digunakan rumus yaitu 100

dibagi jumlah skor pada skala likert yaitu 5.

Rumus tersebut digunakan untuk menentukan interval atau rentang skor.

Interval yang diperoleh dari rumus tersebut adalah 20. Namun, agar semua data

terakumulasi dengan baik maka interval skor dibuat 20,99 karena hasil

penghitungan data bukan nilai yang utuh tetapi terdapat nilai desimal di

belakangnya. Untuk pengklasifikasian data secara kualitatif dalam skala likert ini

terdiri dari 5 kategori yaitu sangat rendah, rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi.

Berikut ini adalah tabel kategori berdasarkan interval skala likert.

Tabel 4.1 Kategori Interval Skala Likert

Rentang Skor Kategori

81,00% - 100% Sangat Tinggi

61,00% - 80,99% Tinggi

41,00% - 60,99% Cukup

21,00% - 40,99% Rendah

0,00% - 20,99% Sangat Rendah

Hasil analisis dari sikap responden tentang kuesioner yang sudah

diklasifikasikan baik kuantitatif maupun kualitatif akan diinterpretasi dan

dilaporkan dalam bentuk narasi. Sikap responden akan diperkuat oleh hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

79

wawancara dari dosen pengampu mata kuliah Membaca Intensif. Wawancara

dengan dosen pengampu mata kuliah Membaca Intensif akan disimpulkan oleh

peneliti dan akan dikorelasikan dengan pendapat dari responden yang sudah

mengisi kuesioner. Berikut ini adalah penjabarannya:

a. Pembelajaran Membaca Kritis

Penelitian ini akan mengembangkan modul digital pembelajaran

membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah.

Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan pada poin pembelajaran membaca kritis

berisi tentang manfaat pembelajaran membaca kritis dari umum ke yang

spesifik. Selain itu, pernyataan tentang kebiasaan membaca mahasiswa pada

saat ini juga akan disinggung. Total keseluruhan responden dalam penelitian ini

adalah 63 mahasiswa angkatan 2017 program studi PBSI FKIP USD. Berikut

ini adalah pendapat-pendapat responden mengenai pernyataan 1 sampai 5 pada

bagian pembelajaran membaca kritis.

Pernyataan pertama adalah pada saat ini minim sekali sumber belajar

mandiri yang berisi pembelajaran membaca kritis. Jawaban sangat setuju dan

setuju dipandang sebagai sikap positif yang mendukung pernyataan tersebut.

Berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui bahwa 44 mahasiswa (20 orang

sangat setuju dan 22 orang setuju) menyatakan bahwa sumber belajar mandiri

yang berisi pembelajaran membca kritis minim pada saat ini. Jika diubah dalam

bentuk persen maka menjadi 66,66% mahasiswa masuk ke dalam kategori

tinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

80

Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap

negatif karena menyatakan bahwa jumlah sumber belajar mandiri yang berisi

pembelajaran membaca kritis sudah cukup atau bahkan sudah banyak pada saat

ini. Terdapat 17 mahasiswa yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan

tersebut, persentasenya adalah 26,98%. Persentase tersebut masuk dalam

kategori rendah. Terdapat 4 orang mahasiswa dengan persentase 6,34% yang

netral/tidak menentukan pilihan dan jumlah tersebut masuk dalam kategori

sangat rendah.

Diagram 4.1

Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis Nomor 1

Pernyataan kedua adalah “Mahasiswa harus memiliki keterampilan

membaca kritis karena mahasiswa dituntut tidak hanya sekedar memahami

bahan bacaan secara umum akan tetapi mampu menilai bahan bacaan tersebut”.

Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang sebagai sikap positif yang

mendukung pernyataan tersebut. Berdasarkan klasifikasi data diketahui bahwa

63 mahasiswa (38 orang sangat setuju dan 25 orang setuju) menyatakan bahwa

mahasiswa harus memiliki keterampilan membaca kritis karena mahasiswa

0

5

10

15

20

25

SS S RR TS STS

20 22

4

170

PERNYATAAN 1

Pada saat ini minim sekali sumber belajar mandiri yang berisi pembelajaran membacakritis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

81

dituntut tidak hanya sekedar memahami bahan bacaan secara umum akan tetapi

mampu menilai bahan bacaan tersebut. Persentase pernyataan kedua ini adalah

100% dan masuk kategori sangat tinggi. Artinya seluruh responden sadar akan

keterampilan membaca kritis harus dikuasai oleh mahasiswa. Tidak ada

responden yang memilih jawaban tidak setuju, sangat tidak setuju atau netral.

Diagram 4.2

Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis Nomor 2

Pernyataan ketiga adalah “Kemampuan mahasiswa dalam mengkritisi

bahan bacaan masih kurang”. Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang

sebagai sikap positif yang mendukung pernyataan tersebut. Terdapat 57

mahasiswa (24 orang sangat setuju dan 33 orang setuju) menyatakan bahwa

kemampuan yang dimiliki mahasiswa dalam mengkritisi bahan bacaan masih

kurang. Persentasenya mencapai 90,47% dan ini masuk ke dalam kategori

sangat tinggi. Pada pernyataan kedua 100% responden sepakat bahwa

keterampilan membaca kritis perlu dikuasai oleh mahasiswa. Namun, pada

pernyataan nomor 3 90,47% responden menyadari bahwa kemampuan

membaca kritis mahasiswa masih kurang. Banyak faktor yang menyebabkan

0

10

20

30

40

SS S RR TS STS

3825 0 0 0

PERNYATAAN 2

Mahasiswa harus memiliki keterampilan membaca kritis karena mahasiswa dituntut tidakhanya sekedar memahami bahan bacaan secara umum akan tetapi mampu menilai bahanbacaan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

82

keterampilan membaca kritis mahasiswa masih kurang, salah satunya adalah

kurangnya sumber belajar mandiri yang menarik untuk mendorong mereka

mempelajari membaca kegiatan kritis.

Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap

negatif karena menyatakan bahwa kemampuan membaca kritis mahasiswa

sudah cukup atau baik. Tidak satu pun responden menyatak tidak setuju atau

sangat tidak setuju. Persentase sikap negatif pada pernyataan nomor 3 adalah

0% dan itu artinya masuk ke dalam kategori sangat rendah. Terdapat 6 orang

mahasiswa dengan persentase 9,52% yang netral/tidak menentukan pilihan dan

jumlah tersebut masuk dalam kategori sangat rendah.

Diagram 4.3

Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis Nomor 3

Pernyataan nomor 4 tentang manfaat membaca kritis. Pernyataan

tersebut ialah “Membaca kritis dapat meningkatkan ketelitian dan

meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa”. Jawaban sangat setuju

dan setuju dipandang sebagai sikap positif yang mendukung pernyataan

tersebut. Grafik di atas menunjukkan jawaban bahwa 61 mahasiswa (43 orang

0

10

20

30

40

SS S RR TS STS

2433

6

0 0

PERNYATAAN 3

Kemampuan mahasiswa dalam mengkritisi bahan bacaan masih kurang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

83

sangat setuju dan 18 orang setuju) menyatakan manfaat membaca kritis

diantaranya adalah dapat meningkatkan ketelitian dan meningkatkan

kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Jika diubah dalam bentuk persen maka

menjadi 96,82% mahasiswa masuk ke dalam kategori sangat tinggi.

Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap

negatif karena menyatakan bahwa membaca kritis tidak dapat meningkatkan

ketelitian dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Tidak ada

responden yang memilih jawaban tidak setuju atau sangat tidak setuju.

Persentasenya adalah 0% dan masuk dalam kategori sangat rendah. Hampir

semua responden sepakat atau mempunyai sikap positif terhadap pernyataan

nomor 4. Sebanyak 2 orang mahasiswa dengan persentase 3,17% yang

netral/tidak menentukan pilihan dan jumlah tersebut masuk dalam kategori

sangat rendah.

Diagram 4.4

Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis Nomor 4

Pernyataan kelima terdapat pernyataan tentang kebiasaan membaca

mahasiswa. Pernyataannya adalah “Kebiasaan saya pada saat membaca hanya

memahami isi bahan bacaan secara umum”. Jawaban sangat setuju dan setuju

0

20

40

60

SS S RR TS STS

4318

2 0 0

PERNYATAAN 4

Membaca kritis dapat meningkatkan ketelitian dan meningkatkan kemampuan berpikirkritis mahasiswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

84

dipandang sebagai sikap positif yang mendukung pernyataan tersebut.

Berdasarkan klasifikasi data tersebut diketahui bahwa 54 mahasiswa (14 orang

sangat setuju dan 40 orang setuju) menyatakan bahwa kebiasaan yang dilakukan

oleh mereka pada saat membaca adalah memahami isi bahan bacaan secara

umum. Sebanyak 85,71% mahasiswa masuk dalam kategori sangat tinggi.

Terdapat kesenjangan antara kesadaran mereka tentang pentingnya membaca

kritis dengan realita kebiasaan mereka pada saat membaca. Kebiasaan membaca

yang memahami bacaan secara umum seharusnya diubah menjadi libih

mendalam dalam memahami bahan bacaan. Mahasiswa harus lebih kritis dalam

kegiatan membaca karena itu modal penting umtuk menilai sebuah bahan

bacaan atau sebuah informasi.

Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap

negatif karena menyatakan bahwa kebiasaan mereka pada saat membaca tidak

hanya memahami bahan bacaan secara umum saja. Terdapat 4 mahasiswa saja

yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut, persentasenya adalah

7,93%. Persentase tersebut masuk dalam kategori sangat rendah. Terdapat 4

orang mahasiswa dengan persentase 6,34% yang netral/tidak menentukan

pilihan dan jumlah tersebut masuk dalam kategori sangat rendah. Berdasarkan

data di atas hanya 7,93% saja mahasiswa yang mempunyai kebiasaan membaca

dengan memahami secara mendalam bahan bacaan. Oleh karena itu, modul

digital membaca kritis dengan memanfaatkan cerita tradisonal Jawa Tengah ini

akan membantu mahasiswa untuk dapat berlatih memahami bahan bacaan

secara mendalam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

85

Diagram 4.5

Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis Nomor 5

b. Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran

Pernyataan-pernyataan pada poin integrasi cerita rakyat dalam

pembelajaran berisi seputar cerita rakyat sebagai salah satu sastra daerah yang

akan dimanfaatkan dalam pembelajaran membaca kritis. Terdapat 5 pernyataan

dalam poin integrasi cerita rakyat dalam pembelajaran. Berikut ini penjabaran

pendapat-pendapat responden mengenai pernyataan 1 sampai 5 yang akan

diberi pemaknaan.

Pernyataan pertama ”Salah satu kearifan lokal yang perlu untuk

dilestarikan dan dapat diintegrasikan dalam pembelajaran membaca kritis

adalah cerita rakyat”. Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang sebagai sikap

positif yang mendukung pernyataan tersebut. Berdasarkan klasifikasi tersebut

diketahui bahwa 61 mahasiswa (23 orang sangat setuju dan 38 orang setuju)

menyatakan bahwa kearifan lokal yang perlu untuk dilestarikan dan dapat

diintegrasikan dalam pembelajaran membaca kritis adalah cerita rakyat. Jika

0

10

20

30

40

SS S RR TS STS

14

40

5 40

PERNYATAAN 5

Kebiasaan saya pada saat membaca hanya memahami isi bahan bacaan secaraumum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

86

diubah dalam bentuk persen maka menjadi 96,82% mahasiswa masuk ke dalam

kategori tinggi. Cerita rakyat menjadi penting untuk dilestarikan atau

didokumentasikan agar tidak dilupakan. Sebanyak 96,82% mahasiswa sepakat

akan pernyataan tersebut. Hal ini menandakan bahwa mahasiswa juga masih

mempunyai kepedulian tehadap cerita rakyat suatu daerah.

Diagram 4.6

Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran Nomor 1

Pernyataan kedua adalah “Cerita rakyat merupakan ekspresi budaya

suatu masyarakat tertentu yang berhubungan dengan berbagai aspek budaya dan

nilai sosial masyarakat”. Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang sebagai

sikap positif yang mendukung pernyataan tersebut. Berdasarkan klasifikasi data

diketahui bahwa 63 mahasiswa (39 orang sangat setuju dan 24 orang setuju)

menyatakan bahwa cerita rakyat merupakan ekspresi budaya suatu masyarakat

tertentu yang berhubungan dengan berbagai aspek budaya dan nilai sosial

masyarakat. Persentase pernyataan kedua ini adalah 100% dan masuk kategori

sangat tinggi. Artinya seluruh responden memhami cerita rakyat sebagai cara

pengungkapan budaya suatu masyarakat tertentu yang erat kaitannya dengan

0

10

20

30

40

SS S RR TS STS

23

38

2 0 0

PERNYATAAN 1

Salah satu kearifan lokal yang perlu untuk dilestarikan dan dapat diintegrasikan dalampembelajaran membaca kritis adalah cerita rakyat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

87

berbagai nilai sosial dan budaya masyarakat tersebut. Tidak ada responden yang

memilih jawaban tidak setuju, sangat tidak setuju atau netral.

Diagram 4.7

Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran Nomor 2

Pernyataan nomor 3 ialah “Cerita rakyat mempunyai unsur estetis atau

keindahan sehingga menarik untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran

membaca kritis”. Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang sebagai sikap

positif yang mendukung pernyataan tersebut. Grafik di atas menunjukkan

jawaban bahwa 58 mahasiswa (26 orang sangat setuju dan 32 orang setuju)

menyatakan cerita rakyat mempunyai unsur estetis atau keindahan sehingga

menarik untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran membaca kritis. Jika

diubah dalam bentuk persen maka menjadi 92,06% mahasiswa masuk ke dalam

kategori sangat tinggi. Unsur estetik dari cerita rakyat dapat dimanfaatkan untuk

mendorong mahasiswa membaca cerita rakyat secara mendalam.

Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap

negatif karena menyatakan bahwa cerita rakyat tidak mempunyai unsur estetis

atau keindahan sehingga tidak menarik untuk dimanfaatkan sebagai media

0

10

20

30

40

SS S RR TS STS

39

24 0 0 0

PERNYATAAN 2

Cerita rakyat merupakan ekspresi budaya suatu masyarakat tertentu yang berhubungandengan berbagai aspek budaya dan nilai sosial masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

88

pembelajaran membaca kritis. Tidak ada responden yang memilih jawaban

tidak setuju atau sangat tidak setuju. Persentasenya adalah 0% dan masuk

dalam kategori sangat rendah rendah. Hampir semua responden sepakat atau

mempunyai sikap positif terhadap pernyataan nomor 3. Sebanyak 5 orang

mahasiswa dengan persentase 7,93% yang netral/tidak menentukan pilihan dan

jumlah tersebut masuk dalam kategori sangat rendah.

Diagram 4.8

Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran Nomor 3

Pernyataan keempat adalah “Cerita rakyat mengandung nilai-nilai

kehidupan yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk

membentuk karakter positif mahasiswa.”. Jawaban sangat setuju dan setuju

dipandang sebagai sikap positif yang mendukung pernyataan tersebut.

Berdasarkan klasifikasi data diketahui bahwa 63 mahasiswa (36 orang sangat

setuju dan 27 orang setuju) menyatakan bahwa cerita rakyat mengandung nilai-

nilai kehidupan yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk

membentuk karakter positif mahasiswa. Persentase pernyataan keempat ini

adalah 100% dan masuk kategori sangat tinggi. Artinya seluruh responden

sepakat bahwa cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai

0

20

40

SS S RR TS STS

26 32 5 0 0

PERNYATAAN 3

Cerita rakyat mempunyai unsur estetis atau keindahan sehingga menarik untukdimanfaatkan sebagai media pembelajaran membaca kritis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

89

tersebut mampu membentuk karakter yang positif untuk mahasiswa. Nilai

kehidupan dalam cerita rakyat sangat beragam, ada nilai spiritualitas, sosial,

budaya, estetika, dll. Nilai-nilai tersebut dapat dicontoh mahasiswa untuk

berkembang menjadi pribadi yang positif. Tidak ada responden yang memilih

jawaban tidak setuju, sangat tidak setuju atau netral.

Diagram 4.9

Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran Nomor 4

Pernyataan nomor 5 ialah “Mahasiswa penting untuk mempelajari

aspek kebudayaan suatu daerah”. Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang

sebagai sikap positif yang mendukung pernyataan tersebut. Grafik di atas

menunjukkan jawaban bahwa 61 mahasiswa (33 orang sangat setuju dan 28

orang setuju) menyatakan bahwa mahasiswa penting untuk mempelajari aspek

kebudayaan suatu daerah. Jika diubah dalam bentuk persen maka menjadi

96,82% mahasiswa masuk ke dalam kategori sangat tinggi. Tidak ada salahnya

jika kita mempelajari kebudayaan suatu daerah. Jika kita mempelajari

kebudayaan daerah-daerah di Indonesia dapat menambah wawasan kita tentang

prespektif masyarakat di daerah lain.

0

10

20

30

40

SS S RR TS STS

3627 0 0 0

PERNYATAAN 4

Cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat digunakan sebagai mediapembelajaran untuk membentuk karakter positif mahasiswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

90

Dalam penelitian ini akan mempelajari kebudayaan masyrakat Jawa

Tengah yang digambarkan melalui cerita rakyatnya. Kebudayaan, nilai-nilai

kehidupan masyarakat dapat dilihat dari cerita rakyat daerah tersebut. Hal ini

dikarenakan cerita rakyat suatu daerah merupakan cerminan kebudayaan daerah

tersebut. Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap

negatif karena menyatakan bahwa tidak penting untuk mempelajari aspek

kebudayaan suatu daerah. Tidak ada responden yang memilih jawaban tidak

setuju atau sangat tidak setuju. Persentasenya adalah 0% dan masuk dalam

kategori sangat rendah rendah. Hampir semua responden sepakat atau

mempunyai sikap positif terhadap pernyataan nomor 5. Namun, tedapat 2 orang

mahasiswa dengan persentase 3,17% yang netral/tidak menentukan pilihan dan

jumlah tersebut masuk dalam kategori sangat rendah.

Diagram 4.10

Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran Nomor 5

c. Modul Digital

Penelitian ini akan mengembangkan modul digital pembelajaran

membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah.

Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan pada poin modul digital akan dipadukan

0

10

20

30

40

SS S RR TS STS

33 282 0 0

PERNYATAAN 5

Mahasiswa penting untuk mempelajari aspek kebudayaan suatu daerah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

91

dengan kegiatan pembelajaran membaca kritis yang memanfaatkan cerita

rakyat tradisional. Modul digital memang erat kaitannya dengan perkembangan

zaman abad XXI. Generasi milenial sangat akrab dengan teknologi. Berikut ini

adalah pendapat-pendapat responden mengenai pernyataan 1 samapai 5 pada

bagian modul digital.

Pernyataan pertama terkait modul digital adalah ”Pembelajaran

membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat yang dikemas dengan

modul digital dapat digunakan sebagai sumber belajar mandiri yang dapat

membantu mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman kognitif”. Jawaban

sangat setuju dan setuju dipandang sebagai sikap positif yang mendukung

pernyataan tersebut. Berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui bahwa 62

mahasiswa (31 orang sangat setuju dan 31 orang setuju) menyatakan bahwa

pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat yang dikemas

dengan modul digital dapat digunakan sebagai sumber belajar mandiri yang

dapat membantu mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman kognitif.

Persentasenya adalah 96,82% dan masuk dalam kategori sangat tinggi

Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap

negatif karena menyatakan bahwa pembelajaran membaca kritis dengan

memanfaatkan cerita rakyat yang dikemas dengan modul digital dapat

digunakan sebagai sumber belajar mandiri yang tidak dapat membantu

mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman kognitif. Dalam grafik di atas

tidak satu pun responden menjawab tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.

Hal ini artinya 0% mahasiswa dan masuk dalam kategori sangat rendah. Namun,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

92

terdapat 1 orang mahasiswa dengan persentase 1,58% yang netral/tidak

menentukan pilihan dan jumlah tersebut masuk dalam kategori sangat rendah.

Diagram 4.11

Hasil Kuesioner Modul Digital Nomor 1

Pernyataan kedua adalah “Modul digital pembelajaran membaca kritis

dengan memanfaatkan cerita rakyat menarik untuk dipelajari karena dalam

modul digital dilengkapi dengan komponen audio, video, animasi dan gambar”.

Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang sebagai sikap positif yang

mendukung pernyataan tersebut. Berdasarkan klasifikasi data diketahui bahwa

63 mahasiswa (43 orang sangat setuju dan 20 orang setuju) menyatakan bahwa

modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat

menarik untuk dipelajari karena dalam modul digital dilengkapi dengan

komponen audio, video, animasi dan gambar. Persentase pernyataan kedua ini

adalah 100% dan masuk kategori sangat tinggi. Dalam pernyataan nomor 2 ini

tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju, sangat tidak setuju, atau

netral. Semuanya sepakat bahwa modul digital menarik untuk dipelajari karena

0

10

20

30

40

SS S RR TS STS

31 31 1 0 0

PERNYATAAN 1

Pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat yang dikemas denganmodul digital dapat digunakan sebagai sumber belajar mandiri yang dapat membantumahasiswa dalam meningkatkan pemahaman kognitif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

93

komponen-komponen yang ada di dalamnya mendorong mereka untuk

membaca dan mempelajarinya.

Diagram 4.12

Hasil Kuesioner Modul Digital Nomor 2

Pernyataan nomor 3 ialah “Modul digital pembelajaran membaca

kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat memiliki tingkat interaksi yang lebih

tinggi dengan pembaca”. Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang sebagai

sikap positif yang mendukung pernyataan tersebut. Diagram di atas

menunjukkan jawaban bahwa 57 mahasiswa (23 orang sangat setuju dan 30

orang setuju) menyatakan modul digital pembelajaran membaca kritis dengan

memanfaatkan cerita rakyat memiliki tingkat interaksi yang lebih tinggi dengan

pembaca. Persentasenya mencapai 92,06% dan masuk dalam kategori sangat

tinggi. Modul digital dianggap mempunyai hubungan atau umpan balik yang

lebih tinggi dengan pembaca disbanding modul cetak.

Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap

negatif karena menyatakan bahwa modul digital pembelajaran membaca kritis

dengan memanfaatkan cerita rakyat memiliki tingkat interaksi yang rendah

0

20

40

60

SS S RR TS STS

4320

0 0 0

PERNYATAAN 2

Modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat menarikuntuk dipelajari karena dalam modul digital dilengkapi dengan komponen audio,video,animasi dan gambar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

94

dengan pembaca. Tidak ada responden yang memilih jawaban tidak setuju atau

sangat tidak setuju. Persentasenya adalah 0% dan masuk dalam kategori sangat

rendah rendah. Hampir semua responden sepakat atau mempunyai sikap positif

terhadap pernyataan nomor 3. Sebanyak 6 orang mahasiswa dengan persentase

7,93% yang netral/tidak menentukan pilihan dan jumlah tersebut masuk dalam

kategori sangat rendah.

Diagram 4.13

Hasil Kuesioner Modul Digital Nomor 3

Pernyataan keempat tentang penerapan modul digital dalam

pembelajaran. Pernyataannya adalah “Modul berbasis digital pembelajaran

membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat belum banyak dijumpai

oleh mahasiswa dalam pembelajaran”. Jawaban sangat setuju dan setuju

dipandang sebagai sikap positif yang mendukung pernyataan tersebut.

Berdasarkan klasifikasi data tersebut diketahui bahwa 52 mahasiswa (26 orang

sangat setuju dan 26 orang setuju) menyatakan bahwa modul berbasis digital

pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat belum

0

10

20

30

SS S RR TS STS

27 30

6

0 0

PERNYATAAN 3

Modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat memilikitingkat interaksi yang lebih tinggi dengan pembaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

95

banyak dijumpai oleh mahasiswa dalam pembelajaran. Sebanyak 82,53%

mahasiswa masuk dalam kategori sangat tinggi.

Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap

negatif karena menyatakan bahwa modul berbasis digital pembelajaran

membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat banyak dijumpai oleh

mahasiswa dalam pembelajaran. Terdapat 3 mahasiswa yang menyatakan tidak

setuju dengan pernyataan tersebut, persentasenya adalah 4,76%. Persentase

tersebut masuk dalam kategori sangat rendah. Terdapat 8 orang mahasiswa

dengan persentase 12,69% yang netral/tidak menentukan pilihan dan jumlah

tersebut masuk dalam kategori sangat rendah. Berdasarkan data di atas

kebanyakan mahasiswa belum menjumpai implementasi modul berbasis digital

diimplementasikan dalam pembelajaran.

Diagram 4.14

Hasil Kuesioner Modul Digital Nomor 4

Pernyataan nomor kelima ialah “Modul digital pembelajaran

membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat praktis untuk digunakan”.

Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang sebagai sikap positif yang

0

10

20

30

SS S RR TS STS

26 26

8

3 0

PERNYATAAN 4

Modul berbasis digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyatbelum banyak dijumpai oleh mahasiswa dalam pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

96

mendukung pernyataan tersebut. Klasifikasi data yang ditampilkan dalam

grafik di atas menunjukkan jawaban bahwa 56 mahasiswa (22 orang sangat

setuju dan 34 orang setuju) menyatakan modul digital pembelajaran membaca

kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat praktis untuk digunakan.

Persentasenya mencapai 88,88% dan masuk dalam kategori sangat tinggi.

Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap

negatif karena menyatakan bahwa modul digital pembelajaran membaca kritis

dengan memanfaatkan cerita rakyat tidak praktis untuk digunakan. Tidak ada

responden yang memilih jawaban tidak setuju atau sangat tidak setuju.

Persentasenya adalah 0% dan masuk dalam kategori sangat rendah rendah.

Hampir semua responden sepakat atau mempunyai sikap positif terhadap

pernyataan tentang modul digital yang mempunyai sifat praktis untuk

digunakan. Sebanyak 7 orang mahasiswa dengan persentase 11,11% yang

netral/tidak menentukan pilihan dan jumlah tersebut masuk dalam kategori

sangat rendah.

Diagram 4.15

Hasil Kuesioner Modul Digital Nomor 5

0

10

20

30

40

SS S RR TS STS

2234

7

0 0

PERNYATAAN 5

Modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat praktisuntuk digunakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

97

Tabel 4.2 Hasil Keseluruhan Perhitungan Kuesioner

Pernyataan Total Skor

A.

1. 234

2. 290

3. 270

4. 293

5. 253

B.

1. 273

2. 291

3. 273

4. 288

5. 281

C.

1. 282

2. 295

3. 273

4. 264

5. 267

Jumlah .Skor Kuesioner 4127

Skor Ideal = (Jumlah responden x Skor tertinggi) x 15

= (63 x 5) x 15

= 315 x 15

= 4725

Rumus Indeks = (Jumlah skor kuesioner / Skor ideal) x 100%

= (4127 / 4725) x 100%

= 0,8734 x 100%

= 87,34%

Berdasarkan hasil analisis kuesioner studi pendahuluan di atas dapat

disimpulkan bahwa pengembangan produk modul digital pembelajaran membaca

kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah sangat penting

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

98

dan mendesak untuk dilakukan. Hasil perhitungan indeks keseluruhan kuesioner

studi pendahuluan ini adalah 87,34%. Hasil perhitungan kuesioner ini masuk dalam

kategori sangat tinggi. Artinya mahasiswa PBSI angkatan 2017 FKIP Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta sangat menyetujui bahwa pembelajaran membaca kritis

penting untuk dikuasai mahasiswa, cerita rakyat tradisional dapat diintegrasikan

dalam pembelajaran membaca kritis, dan kemasan modul digital menarik untuk

dipelajari serta dapat melatih keterampilan membaca kritis.

4.1.1.2 Deskripsi Wawancara Dosen

Kegiatan wawancara dilakukan dengan satu orang narasumber yaitu Ibu

Septina Krismawati, S.S., M.A. Narasumber merupakan dosen program studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ibu Septina

Krismawati merupakan dosen pengampu mata kuliah Membaca Intensif, kelas A

dan B PBSI angkatan 2017. Wawancara dengan Ibu Septina Krismawati

dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 2019 pukul 13.30 WIB di ruangan

narasumber. Menurut Ibu Septi sumber belajar mandiri membaca kritis secara

spesifik belum menemukan karena membaca kritis menjadi bagian dari membaca

jadi pada umumnya yang beliau temukan adalah membaca secara umum. Seperti

membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa dan di dalamnya berisi tentang

utuh 4 keterampilan berbahasa kemudian membaca kritis itu hanya menjadi 1

bagian di dalamnya. Biasanya dalam satu buku hanya terdapat satu bab atau satu

subbab saja tentang membaca kritis. Jika secara khusus tentang judul membaca

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

99

kritis kemudian dari segi konten materi tentang membaca kritis isinya beliau belum

menemukan sejauh ini.

Peneliti sejalan dengan pendapat Ibu Septina karena sejauh ini sumber

belajar mandiri yang secara khusus membahas pembelajaran membaca kritis masih

dirasa minim. Referensi-referensi yang sudah ada terutama yang berisikan latihan-

latihan membaca kritis juga masih kurang. Pengembangan modul digital

pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa

Tengah sangalah penting karena membantu proses belajar mahasiswa. Menurut Ibu

Septina, mahasiswa penting sekali menguasai kemampuan membaca kritis.

Terlebih mahasiswa PBSI yang dipersiapkan sebagai seorang guru.

Salah satu manfaat membaca kritis adalah melatih dan meningkatkan

kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis menjadi satu kemampuan

yang harus dimiliki mahasiswa PBSI karena ketika mengajar akan dituntut untuk

menerapkan High Order Thinking Skill (HOTS) dalam proses pembelajaran.

Namun, karena budaya yang serba instan membuat mahasiswa ketika mendapat

informasi dalam suatu bahan bacaan sudah puas. Tidak ada tindak lanjut untuk

mengetahui informasi itu benar atau salah.

Integrasi cerita rakyat tradisional ke dalam pembelajaran membaca kritis

menjadi menarik untuk dikembangkan. Ibu Septina mengungkapkan bahwa hal ini

bisa dilakukan, cerita rakyat dapat dimanfaatkan dalam kegiatan membaca kritis.

Hal ini dikarenakan dalam sebuah cerita rakyat biasanya juga terdapat hal-hal yang

negatif, hal negatif ini dapat dipertanyakan oleh mahasiswa mengapa sebabnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

100

Namun, selain sisi negatif cerita rakyat juga banyak mengandung nilai-nilai

kehidupan. Nilai kehidupan ini dapat membentuk karakter positif mahasiswa.

Pengembangan modul berbasis digital sesuai dengan tuntutan abad XXI. Ibu

Septina mengungkapkan bahwa mahasiswa sekarang ini lebih tertarik dengan dunia

digital. Kehadiran modul berbasis digital dirasa akan lebih membantu. Modul

digital pembelajaran membaca kritis juga ditekankan dapat benar-benar mengolah

kemampuan membaca kritis. Tampilan seperti audio, video, animasi dalam modul

digital dijadikan media pendukung. Kegiatan membaca harus tetap diutamakan agar

pembelajaran membaca kritis menjadi proposional. Pengembangan modul digital

membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional ini menjadi hal yang

sangat penting karena sejauh ini belum banyak dijumpai dalam pembelajaran.

4.1.2 Pengembangan Modul

Setelah tahap pengumpulan informasi dan tahap analisis yang sudah

diperoleh dari kuesioner mahasiswa dan wawancara dosen, maka langkah

selanjutnya adalah penyusunan modul digital pembelajaran. Langkah pertama

adalah menentukan judul yang tepat dan mencermiknkan keseluruhan isi modul

yaitu “Membaca Kritis untuk Mahasiswa”. Setelah judul modul sudah ditentukan

langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan, pemilihan bahan, penyusunan

kerangka dan pengumpulan bahan. Berikut ini adalah pemaparan secara rincinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

101

4.1.2.1 Penentuan Tujuan

Tujuan umum dari pembelajaran menggunakan bahan ajar modul digital ini

adalah mahasiswa mampu mengevaluasi teks cerita rakyat dengan tepat. Tujuan

pembelajaran penting untuk dirumuskan agar pembelajaran menjadi terarah dan ada

target yang harus dicapai mahasiswa setelah mempelajari modul digital ini. selain

tujuan umum, peneliti juga menentukan tujuan khusus yang tercantum dalam tabel

di bawah ini.

Tabel 4.3 Rumusan Tujuan Pembelajaran

BAB Tujuan Pembelajaran

I. Membaca sebagai

Keterampilan

Berbahasa

1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar

membaca baik secara lisan maupun tulisan

dengan tepat.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai jenis

strategi membaca intensif baik secara lisan

maupun tulisan dengan tepat.

3. Mahasiswa mampu membuat pertanyaan yang

mengasah kemampuan berpikir dan bernalar

setelah kegiatan membaca dengan tepat.

II. Membaca Kritis 1. Mahasiswa mampu menganalisis teks cerita

rakyat Jawa Tengah dengan tepat.

2. Mahasiswa mampu mengevaluasi teks cerita

rakyat Jawa Tengah dengan tepat.

4.1.2.2 Pemilihan Bahan

Setelah menentukan tujuan umum dan tujuan khusus peneliti mulai memilih

bahan yang akan digunakan dalam modul digital pembelajaran membaca kritis

untuk mahasiswa. Pemilihan bahan bertujuan untuk memberikan konten pada

modul digital pembelajaran membaca kritis. Bahan yang akan digunakan harus

relevan dengan tujuan pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

102

Bahan-bahan yang dipilih dan akan diseleksi meliputi (1) teori yang relevan,

(2) konsep dasar tentang membaca, (3) konsep dasar tentang membaca kritis, (4)

aspek membaca kritis, (5) teks cerita rakyat yang berasal dari Jawa Tengah, (6)

gambar/ilustrasi dan video yang mendukung materi. Pemilihan bahan harus sesuai

dengan karakteristik mahasiwa, misalnya menggunakan bahasa yang sedikit

kompleks karena sesuai dengan tingkat berpikir mahasiswa, contoh yang faktual

dan sesuai dengan materi, penggunaan gambar dan video yang sesuai dengan topik

yang dibahas. Peneliti juga memilih bahan berdasarkan hasil analisis kebutuhan

mahasiswa yang sudah disebarkan melalui kuesioner sebelumnya dan hasil

wawancara dosen pengampu mata kuliah Membaca Intensif.

4.1.2.3 Penyusunan Kerangka

Setelah menetapkan bahan yang akan dicari, kemudian peneliti menyusun

kerangka modul. Penyusunan kerangka modul ini bertujuan agar pembelajaran

menjadi terarah dan sistematis. Kerangka modul disusun dengan memperhatikan

pendekatan model pembelajaran reflektif. Penyusunan kerangka modul diawali

dengan (1) cover halaman depan, (2) kata pengantar, (3) rasional produk, (4)

petunjuk penggunaan modul, (5) pendahuluan, (6) daftar isi, (7) judul bab, (8)

tujuan pembelajaran, (9) peta konsep, (10) materi tiap bab, (11) aktivitas, (12)

refleksi, (13) aksi, (14) rangkuman, (15) tes formatif, (16) evaluasi, (17) kunci

jawaban, (18) glosarium, dan (19) daftar pustaka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

103

4.1.2.4 Pengumpulan Bahan

Langkah selanjutnya setelah menetapkan kerangka adalah mengumpulkan

bahan yang dibutuhkan untuk modul digital pembelajaran membaca kritis untuk

mahasiswa. Bahan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

topik materi, baik berupa konsep, teori, data, contoh, video, gambar, dan segala hal

yang menunjang pemahaman mahasiswa terhadap topik. Bahan-bahan tersebut

diperoleh dari buku referensi dan internet. Semua bahan yang sudah dikumpulkan

akan dipilih yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa dan dapat menunjang

konten modul yang efektif. Semua bahan ditulis menggunakan microsoft word.

Setelah tahap seleksi bahan sudah selesai dilakukan, tahap selanjutnya

adalah penyajian modul. Modul disajikan dalam bentuk digital yang diharapkan

dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa secara praktis. Peneliti menggunakan

aplikasi flipbook untuk mengubah modul yang berbentuk konvensional menjadi

digital. Bahan-bahan yang sudah diseleksi dan ditulis menggunakan microsoft word

diubah menjadi bentuk pdf kemudian dimasukkan dalam flipbook. Peneliti dapat

menambahkan video menggunakan aplikasi flipbook ini. Peneliti menggunakan

aplikasi flipbook karena dapat membantu peneliti untuk memadukan video dengan

materi. Selain itu, aplikasi flipbook juga dapat diakses oleh mahasiswa dengan

mudah menggunakan laptop, komputer atau PC yang lainnya.

Modul pembelajaran membaca kritis yang peneliti buat terdapat tiga bagian

yaitu, (1) bagian pembuka, (2) bagian isi, dan (3) bagian penutup. Bagian pembuka

berupa penyajian sampul luar, kata pengantar, rasional produk, petunjuk

penggunaan modul, pendahuluan, dan daftar isi. Bagian sampul luar terdiri dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

104

jenis bahan ajar berupa modul pembelajaran, judul modul “Membaca Kritis untuk

Mahasiswa”, dan nama penulis yaitu Dion Wahyu Widayat. Bagian kata pengantar

berisi ucapan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu peneliti

dalam menyelesaikan modul pembelajaran ini.

Bagian rasional produk berisi uraian mengenai landasan penyusunan modul

digital pembelajaran membaca kritis berdasarkan hasil kajian/studi pendahuluan.

Petunjuk penggunaan modul berisi perintah dan arahan yang ditujukan kepada

mahasiswa sebelum menggunakan modul digital ini. Bagian pendahuluan memuat

uraian tentang penjelasan yang lebih mendalam terhadap modul pembelajaran

membaca kritis ini. Bagian daftar isi merupakan bagian terakhir dalam pembuka,

daftar isi berisi pokok-pokok bab beserta halamannya.

Bagian kedua adalah bagian isi/materi. Bagian isi terdiri dari dua bab. Bab

pertama adalah membaca sebagai keterampilan berbahasa. Dalam bab ini berisikan

konsep dasar mengenai membaca yaitu hakikat membaca, proses membaca,

prosedur membaca dan strategi membaca. Bab kedua berkaitan dengan membaca

kritis. Dalam bab ini menguraikan hakikat membaca kritis, keterkaitan membaca

kritis dan berpikir kritis, dan membaca kritis teks prosa. Setelah penjabaran materi

terdapat aktivitas, refleksi, aksi, tes formatif yang harus dikerjakan oleh mahasiswa

untuk memperkuat pemahaman terkait materi yang dibahas dalam setiap bab.

Bagian terakhir modul pembelajaran “Membaca kritis untuk Mahasiswa”

adalah bagian penutup. Bagian penutup berisi kunci jawaban, glosarium dan daftar

pustaka. Kunci jawaban berfungsi untuk mencocokkan hasil pekerjaan mahasiswa

dengan jawaban yang benar. Setelah melihat kunci jawaban mahasiswa akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

105

mengetahui hasil akhir atau nilai yang didapatkan setelah mengerjakan tes formatif

atau evaluasi. Glosarium berisi definisi kata-kata operasional atau kata-kata sulit

yang mungkin belum diketahui oleh mahasiswa. Bagian selanjutnya adalah daftar

pustaka, dalam daftar pustaka berisi sumber atau rujukan yang dipakai penulis

dalam menyusun modul pembelajaran ini. Daftar pustaka juga berfungsi untuk

memudahkan mahasiswa mencari referensi terkait kegiatan membaca kritis.

4.1.3 Uji Validasi

Setelah modul digital dirancang menggunakan aplikasi flipbook maka

modul digital dapat digunakan melalui laptop. Dosen ahli dan mahasiswa akan

memberikan penilaian di kuesioner/angket yang sudah disediakan.

Kuesioner/angket memuat empat aspek yaitu, aspek isi/materi, penyajian, bahasa,

dan kegrafikan. Berikut disajikan data hasil validasi oleh dosen ahli dan hasil uji

coba terbatas terhadap 21 mahasiswa PBSI angkatan 2017. Aspek penilaian

kelayakan berdasarkan kriteria dari Depdiknas (2008).

4.1.3.1 Hasil Validasi Modul Digital oleh Dosen Ahli

Dosen ahli yang melakukan validasi produk adalah Ibu Dr. Yuliana

Setyaningsih, M.Pd. Data hasil validasi oleh dosen ahli meliputi empat aspek yaitu,

isi/materi, penyajian, bahasa, dan kegrafikan. Berikut ini disajikan hasil validasi

produk yang dilakukan oleh dosen ahli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

106

1. Penilaian Kelayakan Isi/Materi

Penilaian kelayakan isi/materi terdiri dari 11 butir penilaian. Berikut tabel

yang menguraikan hasil validasi aspek kelayakan isi/materi yang sudah dilakukan

oleh dosen ahli.

Tabel 4.4 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Isi/Materi

No. Kode Indikator Penilaian Skala Penilaian

1. 1. Materi pembelajaran yang ada di dalam modul digital

sesuai dengan tujuan pembelajaran.

4

2.

2. Konsep, definisi, prosedur, contoh, dan soal latihan

yang disajikan dalam modul digital sesuai dengan

kebutuhan materi pokok yang mendukung tercapainya

tujuan pembelajaran.

4

3. 3. Tugas-tugas yang disajikan mendorong mahasiswa

berpikir kritis dan dapat membuat mahasiswa

mencapai target pembelajaran.

3

4. 4. Setiap aktivitas dalam bab II memuat tahap

pramembaca, membaca, dan pascmembaca yang

sesuai dengan tahap-tahap membaca.

3

5. 5. Tahap prabaca memotivasi siswa untuk melakukan

kegiatan membaca.

3

6. 6. Tahap pascabaca pada bab II menyajikan soal-soal

yang mendorong mahasiswa berpikir kritis.

3

7. 7. Cerita rakyat tradisional Jawa Tengah yang disajikan

terdapat nilai-nilai karakter yang dapat diteladani

mahasiswa.

4

8. 8. Integrasi cerita rakyat tradisional Jawa Tengah dapat

mendorong mahasiswa untuk mempermudah

memahami materi yang disampaikan.

4

9. 9. Tugas-tugas yang ada di dalam modul digital mampu

mendorong mahasiswa untuk mencari / memperoleh

informasi mengenai jawaban yang diperlukan dari

berbagai sumber.

4

10. 10. Dalam modul digital ini setiap akhir bab terdapat tes

formatif yang dapat mengukur kemampuan dan

keterampilan mahasiswa.

4

11. 11. Materi yang ada di dalam modul digital mengacu

pada teori-teori yang relevan dan disusun dengan

tepat sehingga mendukung tercapainya tujuan

pembelajaran.

4

Jumlah 40

Skor Rata-rata 3,64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

107

No. Kode Indikator Penilaian Skala Penilaian

Persentase 72,73%

Kategori Baik

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil validasi dosen ahli

pada aspek kelayakan isi/materi diperoleh skor rata-rata 3,64, persentase 72,73%

dengan kategori “Baik”.

2. Penilaian Kelayakan Penyajian

Penilaian kelayakan penyajian terdiri dari 7 butir penilaian. Berikut tabel

yang menguraikan hasil validasi aspek kelayakan penyajian yang sudah dilakukan

oleh dosen ahli.

Tabel 4.5 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Penyajian

No. Kode Indikator Penilaian Skala Penilaian

1. 12. Penyajian dan pembahasan materi di dalam modul

digital mengakomodasi mahasiswa untuk belajar

aktif.

4

2.

13. Materi di dalam modul digital disajikan dengan alur

berpikir deduktif sehingga memudahkan mahasiswa

untuk memahaminya.

4

3. 14. Setiap subtansi antar bab disajikan secara

proporsional (tercermin dalam jumlah halaman)

dengan mempertimbangkan tujuan pembelajaran.

3

4. 15. Pada bagian pendahuluan modul digital terdapat kata

pengantar, rasional produk, petunjuk penggunaan

modul digital, pendahuluan dan daftar isi.

4

5. 16. Pada bagian isi penyajian materi di dalam modul

digital dilengkapi dengan gambar, ilustrasi, video,

tabel, sumber acuan, tugas / soal latihan dan

rangkuman.

4

6. 17. Pada bagian penutup modul digital terdapat kunci

jawaban dari tes formatif dan evaluasi, glosarium, dan

daftar pustaka.

3

7. 18. Penyajian materi di dalam modul digital mampu

membuat mahasiswa berpikir kreatif, inovatif, dan

kritis.

4

Jumlah 26

Skor Rata-rata 3,71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

108

No. Kode Indikator Penilaian Skala Penilaian

Persentase 74,29%

Kategori Baik

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil validasi dosen ahli

pada aspek kelayakan penyajian diperoleh skor rata-rata 3,71, persentase 74,29%

dengan kategori “Baik”.

3. Penilaian Kelayakan Bahasa

Penilaian kelayakan bahasa terdiri dari 6 butir penilaian. Berikut tabel yang

menguraikan hasil validasi aspek kelayakan bahasa yang sudah dilakukan oleh

dosen ahli.

Tabel 4.6 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Bahasa

No. Kode Indikator Penilaian Skala Penilaian

1. 19. Bahasa yang digunakan di dalam modul digital untuk

menjelaskan materi sesuai dengan tingkat berpikir

mahasiswa.

4

2.

20. Modul menggunakan bahasa yang sesuai dengan

kematangan sosial emosional siswa.

4

3. 21. Pesan yang ada di dalam modul digital disampaikan

dengan bahasa yang menarik, jelas, dan mudah d

pahami mahasiswa sehingga membuat mahasiswa

tertarik untuk mempelajari modul digital sampai

selesai.

4

4. 22. Kata dan kalimat yang digunakan di dalam modul

digital sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia (PUEBI).

4

5. 23. Penyampaian pesan antar satu bab dan bab yang lain

berdekatan dan antarsubbab dalam bab mencerminkan

hubungan yang logis.

3

6. 24. Penyampaian pesan antarparagraf yang berdekatan

dan antarkalimat dalam paragraf mencerminkan

hubungan yang logis.

3

Jumlah 22

Skor Rata-rata 3,67

Persentase 73,33%

Kategori Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

109

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil validasi dosen ahli

pada aspek kelayakan bahasa diperoleh skor rata-rata 3,67, persentase 73,33%

dengan kategori “Baik”.

4. Penilaian Kelayakan Kegrafikan

Penilaian kelayakan kegrafikan terdiri dari 8 butir penilaian. Berikut tabel

yang menguraikan hasil validasi aspek kelayakan kegrafikan yang sudah dilakukan

oleh dosen ahli.

Tabel 4.7 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayaka Kegrafikan

No. Kode Indikator Penilaian Skala Penilaian

1. 25. Penampilan unsur tata letak pada kulit muka,

belakang, dan punggung terlihat harmonis dan

konsisten.

4

2.

26. Huruf, ukuran huruf, dan warna judul modul digital

yang digunakan menarik, proposional, dan mudah

dibaca.

3

3. 27. Modul digital tidak terlalu banyak menggunakan

kombinasi jenis huruf dan mudah dibaca.

3

4. 28. Bidang cetak, marjin, dan spasi antarteks dan bagian

isi sudah proposional.

4

5. 29. Bagian isi modul mengandung kesederhanaan, daya

keterbacaan, dan mempermudah pemahaman.

4

6. 30. Bagian ilustrasi isi menarik dan mampu memperjelas

pemahaman mahasiswa.

3

7. 31. Judul bab, subjudul bab, dan angka halaman, serta

ilustrasi dan keterangan gambar sudah proposional.

3

8. 32. Penempatan judul, subjudul, ilustrasi, gambar, dan

hiasan tidak mengganggu pemahaman terhadap

materi modul digital.

3

Jumlah 27

Skor Rata-rata 3,38

Persentase 67,50%

Kategori Cukup Baik

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil validasi dosen ahli

pada aspek kelayakan kegrafikan diperoleh skor rata-rata 3,38, persentase 67,50%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

110

dengan kategori “Cukup Baik”. Berdasarkan uraian hasil rata-rata setiap aspek,

maka didapatkan kesimpulan data skor rata-rata keseluruhan aspek yang disajikan

dalam tabel berikut.

Tabel 4.8 Data Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli pada Seluruh Aspek

No Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori

1 Kelayakan Isi/Materi 3.64 Baik

2 Kelayakan Penyajian 3.71 Baik

3 Kelayakan Bahasa 3.67 Baik

4 Kelayakan Kegrafikan 3.38 Cukup Baik

Jumlah 14.40

Baik Rata-rata 3.60

Persentase 72%

Pada tabel tersebut disimpulkan bahwa skor rata-rata keseluruhan aspek

3,60 dengan kategori “Baik”. Revisi yang dilakukan peneliti berdasarkan komentar

dan saran dari dosen ahli, yaitu 1) perbaikan kesalahan pengetikan, 2) pemilihan

jenis huruf yang tepat, 3) perbaikan ejaan sesuai PUEBI, 4) peningkatan tata letak

modul, 5) penambahan materi, dan 6) penambahan soal pada aktivitas membaca.

Masukan dan saran dari dosen ahli akan dijadikan sebagai dasar untuk melakukan

revisi produk. Peneliti melakukan revisi untuk menyempurnakan produk yang

dibuat agar semakin layak untuk digunakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

111

4.1.4 Revisi Produk Tahap I

Saran dan masukan dosen ahli pada saat validasi produk menjadi dasar

peneliti melakukan revisi modul digital pembelajaran “Membaca Kritis untuk

Mahasiswa”. Revisi pada tahap isi meliputi empat aspek sesuai dengan kuesioner

yang sudah diisi oleh dosen ahli. Berikut adalah uraian dari revisi produk tahap I.

1. Revisi Aspek Kelayakan Isi/Materi

Secara keseluruhan menurut validator aspek kelayakan isi/materi sudah

baik. Namun, ada beberapa masukan dari validator terkait aspek kelayakan

isi/materi. Pertama, menambah jumlah soal atau latihan pada aktivitas membaca.

Kedua, kelengkapan materi yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran

masih dapat ditingkatkan. Materi yang terdapat dalam modul digital sebenarnya

sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, akan tetapi penambahan materi akan

membuat mahasiswa lebih mudah untuk memahaminya. Berikut adalah contoh

salah satu bagian materi yang belum direvisi.

Gambar 4.1 Materi Sebelum Direvisi (Aspek Materi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

112

Gambar di atas berisikan materi mengenai teks prosa yang berbentuk cerita

rakyat. Namun, peneliti hanya menjelaskan tentang hakikat cerita rakyat. Setelah

melakukan revisi, peneliti menambahkan materi tentang hakikat cerita rakyat dari

beberapa ahli, jenis-jenis cerita rakyat, dan alasan mengenai penggunaan cerita

rakyat sebagai bahan ajar. Berikut adalah contoh salah satu bagian materi yang

sudah direvisi.

Gambar 4.2 Materi Sesudah Direvisi (Aspek Materi)

Peneliti juga menambahkan soal-soal setelah aktivitas membaca. Tujuan

menambah soal setelah aktivitas membaca agar dapat mendorong mahasiswa untuk

lebih berpikir secara kritis. Awalnya soal-soal pramembaca pada bab II hanya 5

sampai 7 soal. Setelah direvisi, soal-soal yang terdapat dalam bab II berjumlah 10

soal. Berikut adalah contoh salah satu bagian soal di bab II sebelum direvisi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

113

Gambar 4.3 Gambar Kiri dan Kanan Soal Sebelum Direvisi (Aspek Materi)

Berikut gambar setelah direvisi, awal mula soal berjumlah 7 butir setelah

direvisi soal menjadi 10 butir.

Gambar 4.4 Gambar Kiri dan Kanan Soal Sesudah Direvisi (Aspek Materi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

114

2. Revisi Aspek Kelayakan Penyajian

Validator memberi saran agar seluruh ilustrasi dan gambar yang diunduh di

internet untuk mencantumkan sumbernya. Selain itu, validator juga menyarankan

untuk memperbaiki penyajian modul untuk diatur lebih rapi agar materi, cerita

rakyat, dan tugas-tugas yang terdapat dalam modul digital dapat dengan mudah

dibaca dan dipahami. Berikut contoh beberapa bagian modul yang kurang rapi.

Gambar 4.5 Gambar Kiri dan Kanan Aspek Penyajian Sebelum Direvisi

Pada foto pertama penjabaran peta konsep terlalu ke bawah dan

menimbulkan kesan kurang rapi. Foto kedua kata “Tugas” seharusnya menjadi satu

bagian dengan tabel yang sudah dibuat. Berikut adalah hasil revisi yang dilakukan

oleh peneliti untuk merapikan penyajian modul digital pembelajaran membaca

kritis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

115

Gambar 4.6 Gambar Kiri dan Kanan Aspek Penyajian Sesudah Direvisi.

3. Revisi Aspek Kelayakan Bahasa

Validator memberi komentar agar peneliti lebih teliti dalam mengetik

karena masih banyak terdapat kesalahan pengetikan terutama di bagian penulisan

cerita rakyat. Hal ini dapat membuat mahasiswa bingung untuk memahami maksud

dari bahan bacaan. Kesalahan penulisan yang terdapat dalam modul digital

pembelajaran sudah diperbaiki. Sebelumnya terdapat beberapa kata yang terdapat

kesalahan dalam penulisannya karena peneliti kurang teliti dalam mengetik. Selain

itu, beberapa kata juga sudah disesuaikan dengan PUEBI. Contoh salah satu kata

yang awalnya salah adalah kata “intruksi” yang terdapat dalam bagian petunjuk

penggunaan modul. Penggunaan kata yang tidak sesuai dengan PUEBI sudah

direvisi oleh peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

116

4. Revisi Aspek Kegrafikan

Validator menyarankan untuk menggunakan jenis huruf yang lain pada

bagian penulisan cerita rakyat. Hal ini dikarenakan agar lebih mudah dibaca

mengingat beberapa cerita rakyat yang disajikan cukup panjang. Bidang cetak dan

marjin dibuat lebih proposional lagi agar modul terlihat lebih rapi. Penempatan

gambar dan ilustrasi lebih disesuaikan agar lebih mudah untuk dibaca. Peneliti

sudah melakukan revisi berdasarkan saran dari validator.

Pada bagian penulisan cerita rakyat awalnya peneliti menggunakan jenis

huruf Comic Sans M. Namun, jenis huruf tersebut susah untuk dibaca dan membuat

penglihatan cepat lelah maka peneliti memutuskan untuk menggantinya. Jenis huruf

yang dipilih peneliti kali ini adalah Stika Display, jenis huruf Stika Display terlihat

jelas dan mengandung kesederhanaan sehingga mudah dibaca.

Gambar 4.7 Gambar Kiri Sebelum Direvisi dan Gambar Kanan Sesudah Direvisi

(Aspek Kegrafikan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

117

4.1.5 Data Hasil Uji Coba Produk

Setelah melakukan validasi ke dosen ahli dan melakukan revisi tahap I,

kemudian peneliti melakukan uji coba kepada mahasiswa Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2017 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Uji coba dilakukan peneliti secara terbatas dengan jumlah 21

mahasiswa. Berikut adalah uraian kegiatan uji coba produk.

4.1.5.1 Deskripsi Uji Coba Produk

Uji coba produk dilaksanakan hari Kamis tanggal 13 Juni 2019 pukul 16.00-

18.00 WIB di ruang II/K.30B. Uji coba produk dilaksanakan selama 2 jam dengan

2 sesi yaitu pembelajaran mandiri menggunakan modul digital pembelajaran

“Membaca Kritis untuk Mahasiswa”, setelah itu mengisi lembar penilaian kualitas

modul oleh mahasiswa. Peneliti di awal pembelajaran meminta peserta uji coba

untuk mempersiapkan laptop dan membuka produk modul digital yang sudah

peneliti bagikan sebelum uji coba berlangsung. Mahasiswa diminta untuk

mengerjakan tugas aktivitas 1 pada bab I dan tugas kegiatan membaca kritis teks

prosa yang terdapat dalam bab II. Selama pembelajaran peneliti hanya bertugas

sebagai fasilitator yang mengarahkan mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran

selama uji coba.

Setelah selesai mengerjakan aktivitas 1 pada bab I dan kegiatan membaca

kritis teks prosa pada bab II, mahasiswa diminta untuk mengisi lembar penilaian

modul digital pembelajaran membaca kritis yang mereka gunakan. Penilaian yang

dilakukaan oleh mahasiswa meliputi empat aspek yaitu, aspek isi/materi, penyajian,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

118

bahasa, dan kegrafikan. Berdasarkan empat aspek tersebut peneliti membuat 18

butir indikator penilaian.

4.1.5.2 Deskripsi Hasil Penilaian Mahasiswa

Lembar penilaian kualitas modul digital terdiri dari 18 butir indikator

penilaian, kolom komentar secara umum, dan kesimpulan kualitas modul digital

pembelajaran. Berikut uraian deskripsi hasil validasi mahasiswa Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2017 Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang berjumlah 21 responden.

1. Penilaian Aspek Kelayakan Isi/Materi

Penilaian kualitas isi/materi terdiri atas 7 butir indikator penilaian. Tabel

berikut menyajikan hasil rata-rata penilaian mahasiswa terhadap aspek isi/materi.

Tabel 4.9 Data Hasil Penilaian Mahasiswa pada Aspek Isi/Materi

No. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-

rata (n=21)

1. 8. Petunjuk dan penggunaan modul digital

pembelajaran mudah untuk dipahami.

4.52

2. 11. Materi pembelajaran membaca kritis dan contoh

teks cerita rakyat mudah untuk dibaca

4.33

3. 12. Materi yang disajikan dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis.

4.42

4. 15. Penugasan dan materi pembelajaran saling

berkaitan.

4.52

5. 16. Perintah tugas jelas tidak menimbulkan makna

ganda.

4.42

6. 17. Dalam modul digital membaca kritis ini terdapat

beberapa bagian untuk saya menemukan konsep

sendiri

4.14

7. 18. Soal-soal yang terdapat dalam modul digital sesuai

dengan tujuan pembelajaran sehingga membantu

mahasiswa untuk lebih menguasai materi

4.38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

119

No. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-

rata (n=21)

pembelajaran dengan baik.

Jumlah 30.73

Skor Rata-rata 4.39

Persentase 87.89%

Kategori Sangat Baik

Berdasarkan hasil uji coba terbatas pada 21 mahasiswa, aspek kelayakan

materi/isi mendapat skor rata-rata 4,39 dengan persentase 87,89% dan masuk dalam

kategori “Sangat Baik”.

2. Penilaian Aspek Kelayakan Penyajian

Penilaian kualitas penyajian terdiri atas 5 butir indikator penilaian. Tabel

berikut menyajikan hasil rata-rata penilaian mahasiswa terhadap aspek penyajian.

Tabel 4.10 Data Hasil Penilaian Mahasiswa pada Aspek Penyajian

No. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-

rata (n=21)

1. 1. Anda merasa senang menggunakan modul digital

pembelajaran ini.

4.76

2. 2. Tampilan modul digital pembelajaran menarik

perhatian.

4.76

3. 6. Struktur modul digital sistematis. 4.47

4. 9. Penyajian dalam modul digital bersifat interaktif

sehingga memotivasi mahasiswa untuk belajar

secara mandiri.

4.47

5. 10. Bagian isi yang ditampilkan secara sederhana

mudah untuk dipahami dan menarik.

4.52

Jumlah 22.98

Skor Rata-rata 4.59

Persentase 92%

Kategori Sangat Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

120

Berdasarkan hasil uji coba terbatas pada 21 mahasiswa, aspek kelayakan

penyajian mendapat skor rata-rata 4,59 dengan persentase 92% dan masuk dalam

kategori “Sangat Baik”.

3. Penilaian Aspek Kelayakan Bahasa

Penilaian kualitas bahasa terdiri atas 2 butir indikator penilaian. Tabel

berikut menyajikan hasil rata-rata penilaian mahasiswa terhadap aspek bahasa.

Tabel 4.11 Data Hasil Penilaian Mahasiswa pada Aspek Kelayakan Bahasa

No. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-

rata (n=21)

1. 8. Petunjuk dan penggunaan modul digital

pembelajaran mudah untuk dipahami.

4.42

2. 11. Materi pembelajaran membaca kritis dan contoh

teks cerita rakyat mudah untuk dibaca

4.42

Jumlah 8,84

Skor Rata-rata 4.42

Persentase 88,57%

Kategori Sangat Baik

Berdasarkan hasil uji coba terbatas pada 21 mahasiswa, aspek kelayakan

bahasa mendapat skor rata-rata 4,42 dengan persentase 88,57% dan masuk dalam

kategori “Sangat Baik”.

4. Penilaian Aspek Kelayakan Kegrafikan

Penilaian kualitas kegrafikan terdiri atas 4 butir indikator penilaian. Tabel

berikut menyajikan hasil rata-rata validasi mahasiswa terhadap aspek kegrafikan.

Tabel 4.12 Data Hasil Penilaian Mahasiswa pada Aspek Kegrafikan

No. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-

rata (n=21)

1. 3. Gambar dalam modul digital pembelajaran

menarik perhatian sehingga tidak membuat

membosankan.

4.52

2. 4. Video mudah diputar dan membangkitkan minat 4.66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

121

No. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-

rata (n=21)

untuk belajar.

3. 5. Tata letak modul digital proposional. 4.28

4. 7. Penggunaan huruf, kombinasi warna, dalam modul

digital pembelajaran jelas dan mudah untuk

dibaca.

4.14

Jumlah 17.6

Skor Rata-rata 4.4

Persentase 88%

Kategori Sangat Baik

Berdasarkan hasil uji coba terbatas pada 21 mahasiswa, aspek kelayakan

kegrafikan mendapat skor rata-rata 4,4 dengan persentase 88% dan masuk dalam

kategori “Sangat Baik”. Berdasarkan uraian hasil rata-rata setiap aspek, maka

didapatkan kesimpulan data skor rata-rata keseluruhan aspek validasi produk oleh

mahasiswa yang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.13 Data Skor Rata-Rata Penilaian Mahasiswa pada Seluruh Aspek

No Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori

1 Kelayakan Isi/Materi 4.39 Sangat Baik

2 Kelayakan Penyajian 4.59 Sangat Baik

3 Kelayakan Bahasa 4.42 Sangat Baik

4 Kelayakan Kegrafikan 4.4 Sangat Baik

Jumlah 17.80

Sangat Baik Rata-rata 4.45

Persentase 89%

Terdapat beberapa komentar dan saran yang diberikan responden untuk

revisi produk modul digital “Membaca Kritis untuk Mahasiswa”. Saran dan

komentar yang diberikan responden yaitu, 1) tulisan dan warna judul modul

sebaiknya disesuikan kembali agar judul modul mudah dibaca, 2) menambahkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

122

contoh di bagian “Aksi 2”, 3) spasi yang kurang rapi, 4) menambah gambar di

bagian cerita rakyat agar lebih menarik, dan 5) lebih teliti dalam mengetik.

Masukan dan saran yang diberikan oleh responden sangat berguna untuk

pelaksanaan revisi modul digital pembelajaran “Membaca Kritis untuk

Mahasiswa”. Kesimpulan akhir uji coba produk yang diberikan oleh 21 responden

adalah 15 responden menyatakan bahwa modul digital “Membaca Kritis untuk

Mahasiswa” sangat bagus digunakan dalam pembelajaran membaca kritis,

sedangkan terdapat 6 responden yang menyatakan bahwa modul digital “Membaca

Kritis untuk Mahasiswa” cukup bagus digunakan dalam pembelajaran membaca

kritis.

4.1.6 Revisi Produk Tahap II

Berikut ini merupakan penyempurnaan produk akhir yang dilakukan oleh

peneliti. Revisi dilakukan berdasarkan saran dari hasil penilaian mahasiswa.

Peneliti melakukan kegiatan revisi terhadap empat aspek kelayakan modul, berikut

uraiannya.

1. Revisi Kelayakan Isi/Materi

Secara keseluruhan aspek isi/materi sudah baik. Namun, ada saran untuk

menambahkan contoh pada bagian “Aksi 2”. Bagian “Aksi 2” berisikan tugas untuk

mengubah cerita rakyat yang berbentuk narasi menjadi bentuk dialog naskah drama

pendek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

123

Gambar 4.8 Kegiatan Aksi Sebelum Direvisi

Berdasarkan saran mahasiswa, peneliti membuat sebuah contoh naskah

drama pendek dari cerita rakyat yang berjudul “Sunan Kalijaga”. Berikut adalah

hasil revisi yang dilakukan oleh peneliti.

Gambar 4.9 Kegiatan Aksi Setelah Direvisi

2. Revisi Kelayakan Penyajian

Pada aspek penyajian, penilaian mahasiswa sudah baik. Mahasiswa tidak

mengomentari atau memberikan saran terkait dengan aspek penyajian. Oleh karena

itu, peneliti menyimpulkan bahwa aspek penyajian modul digital sudah baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

124

3. Aspek Kelayakan Bahasa

Mahasiswa masih menemukan beberapa kesalahan pengetikan. Saran dari

mahasiswa adalah lebih teliti dalam mengetikkan sebuah kata. Kesalahan

pengetikan dapat mengakibatkan kata menjadi sulit untuk dimaknai.

4. Aspek Kegrafikan

Saran dari mahasiswa terkait aspek kegrafikan terdapat dalam bagian judul.

Beberapa mahasiswa menyarankan untuk mengganti warna huruf judul modul

digital. Selain itu, background gambar wayang terlalu mendominasi. Oleh karena

itu, peneliti mengubah warna huruf judul modul digital agar lebih terlihat dan

background gambar wayang dibuat lebih soft.

Gambar 4.10 Sebelah Kiri Judul Modul Sebelum Direvisi dan Sebelah Kanan

Judul Modul Setelah Direvisi

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Pada pembahasan hasil penelitian akan menjelaskan tentang (1) deskripsi

modul digital, (2) deskripsi hasil validasi, (3) hasil kelayakan modul digital

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

125

pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa

Tengah. Berikut penjelasannya.

4.2.1 Deskripsi Modul Digital

Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan

tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan

oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru

(Mulyasa, 2008: 43). Sejalan dengan pendapat dari Mulyasa, Nasution (2005: 205),

mendefinisikan modul merupakan suatu unit yang lengkap, berdiri sendiri dan

terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa

mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Berdasarkan

uraian pendapat dari pendapat Mulyasa dan Nasution dapat disimpulkan bahwa

modul merupakan suatu bahan ajar yang disusun, dirancang dengan sistematis dan

terarah untuk membantu mahasiswa agar dapat belajar secara mandiri sesuai

dengan kemampuan masing-masing mahasiswa tanpa terlalu bergantung pada

bimbingan dosen.

Evaluasi dan penilaian terhadap modul digital yang dibuat oleh peneliti

menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan. Menurut Departemen Pendidikan

Nasional (2008: 28), penilaian kualitas modul yang dikembangkan mencakup (1)

komponen kelayakan isi/materi, (2) komponen kelayakan penyajian, (3) komponen

kelayakan bahasa, (4) komponen kelayakan kegrafikan. Modul digital yang peneliti

susun berpedoman pada empat aspek menurut Departemen Pendidikan Nasional.

Berikut akan diuraikan deskripsi modul sesuai dengan empat aspek kualitas modul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

126

Materi dalam modul digital pembelajaran Membaca Kritis untuk

Mahasiswa disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Modul

digital pembelajaran membaca kritis ini bertujuan agar mahasiswa mampu

mengevaluasi atau menilai secara kritis teks cerita rakyat tradisional Jawa Tengah

yang dibaca. Namun, sebelum masuk ke materi membaca kritis, mahasiswa akan

dibekali mengenai kegiatan membaca secara umum. Modul digital ini dipetakan ke

dalam 2 bab, yaitu (1) Membaca sebagai Keterampilan Berbahasa dan (2) Membaca

Kritis.

Bab I yang berjudul Membaca sebagai Keterampilan Berbahasa terdiri atas

4 subbab yaitu, (1) Hakikat Membaca, (2) Proses Membaca, (3) Prosedur Membaca,

dan (4) Strategi Membaca. Pada bab I lebih menekankan pada pemahaman awal

tentang aktivitas membaca dan strategi membaca yang dapat diterapkan dalam

kegiatan membaca kritis.

Bab II yang berjudul Membaca Kritis terdiri dari 3 subbab yaitu, (1) Hakikat

Membaca Kritis, (2) Keterkaitan Membaca Kritis dan Berpikir Kritis, dan (3)

Membaca Kritis Teks Prosa. Pada subbab (1) Hakikat Membaca Kritis dan (2)

Keterkaitan Membaca Kritis dan Berpikir Kritis berisi materi yang membahas

tentang kegiatan membaca secara kritis. Subbab (3) Membaca Kritis Teks Prosa

merupakan kegiatan membaca yang sesuai dengan tahap-tahap membaca yaitu,

pramembaca, membaca, dan pascamembaca. Tahap pramembaca merupakan

kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan membaca yang bertujuan untuk

membangun motivasi mahasiswa dan memberi gamabaran tentang topik bahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

127

bacaan. Pada kegaiatan pascamembaca berisi soal-soal latihan yang mengasah

kemampuan berpikir kritis mahasiswa.

Pada aspek isi/materi juga dilengkapi dengan aktivitas, aksi, dan tes

formatif. Bagian aktivitas merupakan kegiatan membaca yang terdapat latihan-

latihan soal yang melatih keterampilan membaca. Bagian aksi merupakan soal-soal

yang penerapan teori yang terdapat dalam masing-masing bab. Bagian tes formatif

berisi soal-soal pilihan ganda yang berfungsi untuk mengukur ketercapaian materi

yang tiap babnya.

Aspek penyajian dalam modul digital pembelajaran Membaca Kritis untuk

Mahasiswa terdiri atas bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Bagian

pendahuluan terdiri atas atas kata pengantar, rasional produk, petunjuk penggunaan

modul, pendahuluan, dan daftar isi. Rasional produk berisi tentang hasil studi

pendahuluan yang sudah dilakukan oleh peneliti yang dijadikan dasar untuk

pembuatan modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan

cerita rakyat tradisional Jawa Tengah. Bagian petunjuk penggunaan modul

merupakan instruksi untuk mempelajari modul pembelajaran “Membaca Kritis

untuk Mahasiswa”. Setelah itu, terdapat bagian pendahuluan yang menguraikan

deskripsi singkat tentang modul digital pembelajaran. Tujuan pembelajaran juga

terdapat di awal setiap bab.

Bagian isi terdiri dari dua bab, yaitu (1) Membaca sebagai Keterampilan

Berbahasa dan (2) Membaca Kritis Teks Prosa. Setiap pembelajaran terdapat judul

bab, gambar ilustrasi, tujuan pembelajaran, peta konsep, materi pokok, contoh,

ilustrasi, video, aktivitas, refleksi, aksi, rangkuman, dan tes formatif. Bagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

128

refleksi berfungsi untuk mengingat kembali tentang apa yang sudah dipelajari. Tes

formatif yang terdapat di akhir bab juga dilengkapi dengan kunci jawaban. Kunci

jawaban berfungsi untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami materi

setiap babnya. Video yang terdapat dalam modul digital sudah dikaitkan dengan

materi atau tema suatu cerita rakyat.

Bagian akhir modul digital terdapat kunci jawaban, glosarium, dan daftar

pustaka. Kunci jawaban merupakan jawaban pertanyaan dari tes formaif dan

evaluasi. Mahasiswa dapat mencocokkan hasil pekerjaan mereka dengan kunci

jawaban yang sudah disediakan. Bagian glosarium merupakan definisi dari

beberapa istilah yang mungkin tidak diketahui oleh mahasiswa.

Aspek kebahasaan dalam modul digital pembelajaran Membaca Kritis untuk

Mahasiswa menggunakan bahasa yang bersifat akrab (user friendly). Selain itu,

bahasa yang digunakan peneliti bersifat komunikatif. Peneliti juga menyesuaikan

bahasa dengan kemampuan tingkat berpikir mahasiswa. Bahasa yang digunakan

sedikit kompleks terutama dalam penyajian cerita rakyat. Hal ini karena peneliti

menyadari bahwa pengguna atau pemakai modul digital pembelajaran ini adalah

seorang mahasiswa.

Pada aspek kegrafikan peneliti menggunakan beberapa jenis tulisan.

Peneliti menggunakan aplikasi Coreldraw untuk mendesain kulit muka dan

belakang modul. Jenis huruf yang peneliti gunakan pada bagian muka adalah

Bernard MT Condensed untuk judul modul, News 706BT judul penelitian, Arial

Black untuk nama penulis. Bagian isi modul peneliti menndesain menggunakan

Microsoft Word. Peneliti menggunakan jenis tulisan Times New Roman pada bagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

129

judul bab dengan ukuran huruf 40. Bagian tujuan pembelajaran, peta konsep, judul

subbab penulis memilih jenis huruf Bodoni MT. Ukuran huruf 24 pada bagian

tujuan pembelajaran dan peta konsep, untuk judul subbab peneliti memilih 34

sebagai ukuran huruf agar subbab terlihat dengan jelas.

Pada bagian materi peneliti memilih jenis huruf Times New Roman ukuran

12 spasi 1,5. Pemilihan jenis huruf Times New Roman karena peneliti menganggap

jenis huruf tersebut mudah dan jelas untuk dibaca. Peneliti membedakan jenis huruf

pada bagian cerita rakyat yang disajikan, setiap cerita rakyat peneliti menggunakan

jenis huruf Stika Display ukuran 12 dengan spasi 1,5. Peneliti secara konsisten

menggunakan jenis-jenis huruf tersebut dalam penulisan modul digital

pembelajaran. Bagian sampul belakang peneliti menggunakan jenis huruf Adobe

Caslon Pro.

Setelah penulisan modul selesai, peneliti mengubah bentuk dokumen yang

semula berbentuk document word menjadi pdf. Bentuk pdf kemudian diedit di

aplikasi flipbook. Aplikasi flipbook merupakan aplikasi yang diperuntukkan untuk

membuat sebuah buku digital. Peneliti menambahkan video-video yang terkait

dengan pembelajaran melalui aplikasi flipbook. Pada bagian daftar isi peneliti juga

menambahkan hyperlink disetiap subnya agar pada saat menekan tombol click akan

langsung menuju halaman yang diinginkan. Icon rumah yang terdapat pada bagian

pojok kanan bawah juga diberi hyperlink oleh peneliti. Jika icon rumah tersebut

ditekan tombol click maka akan otomatis kembali menuju daftar isi. Peneliti

membuat hyperlink dengan tujuan untuk mempermudah pembaca dalam

menjelajahi setiap halaman yang diinginkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

130

4.2.2 Deskripsi Data Hasil Validasi

Bagian deskripsi data hasil validasi akan menguraikan dan membandingkan

hasil validasi dari (1) dosen ahli dan (2) mahasiswa peserta uji coba modul digital

pembelajaran “Membaca Kritis untuk Mahasiswa”. Validasi oleh dosen ahli dan

penilaian mahasiswa terhadap modul digital meliputi empat aspek, yaitu aspek

isi/materi, aspek penyajian, aspek bahasa, dan aspek kegrafikan. Berikut akan

dideskripsikan hasil validasi dosen ahli dan penilaian mahasiswa secara ringkas.

4.2.2.1 Deskripsi Data Hasil Validasi Modul oleh Dosen Ahli

Validasi yang dilakukan oleh dosen ahli sebanyak satu kali. Aspek yang

dinilai oleh dosen ahli meliputi aspek isi/materi, aspek penyajian, aspek bahasa, dan

aspek kegrafikan. Validasi ini dilakukan oleh Ibu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd.

selaku dosen ahli. Berikut ini disajikan grafik hasil validasi dari dosen ahli.

Grafik 4.1

Hasil Validasi Modul Digital oleh Dosen Ahli

3.64 3.71 3.673.38

0

1

2

3

4

5

I S I P E N Y A J I A N B A H A S A K E G R A F I K A N

HASIL VALIDASI DOSEN AHLI

Aspek Penilaian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

131

Grafik di atas menunjukkan bahwa aspek penilaian yang memperoleh skor

rata-rata terendah adalah aspek kegrafikan. Aspek yang memperoleh skor rata-rata

tertinggi adalah aspek penyajian. Dosen ahli juga memberikan saran dan masukan

untuk melakukan revisi produk. Hasil rata-rata setiap aspek yang dinilai oleh dosen

ahli direkapitulasi menjadi satu. Berikut tabel rekapitulasi skor rata-rata validasi

dosen ahli.

Tabel 4.14 Data Rekapitulasi Hasil Validasi oleh Dosen Ahli

No Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori

1 Kelayakan Isi/Materi 3.64 Baik

2 Kelayakan Penyajian 3.71 Baik

3 Kelayakan Bahasa 3.67 Baik

4 Kelayakan Kegrafikan 3.38 Cukup Baik

Jumlah 14.40

Baik Rata-rata 3.60

Persentase 72%

Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil validasi di atas, modul digital

pembelajaran “Membaca Kritis untuk Mahasiswa” mendapat skor rata-rata 3,60

untuk seluruh aspeknya. Skor rata-rata 3,60 masuk dalam kategori “Baik”, dari

hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa modul digital pembelajaran “Membaca

Kritis untuk Mahasiswa” layak untuk digunakan sebagai bahan ajar pembelajaran

membaca kritis di tingkat perguruan tinggi.

4.2.2.2 Deskripsi Data Hasil Penilaian oleh Mahasiswa

Setelah melakukan revisi berdasarkan saran dan masukan dari dosen ahli,

peneliti melakukan uji coba terbatas. Pelaksanaan uji coba terbatas ini diikuti oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

132

21 mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan

2017 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penilaian kualitas modul oleh

mahasiswa ini meliputi empat aspek yaitu, aspek isi/materi, aspek penyajian, aspek

bahasa, dan aspek kegrafikan. Berikut disajikan grafik hasil penilaian kualitas

modul digital pembelajaran Membaca Kritis untuk Mahasiswa.

Grafik 4.2

Hasil Penilaian Modul Digital oleh Mahasiswa

Berdasarkan grafik di atas mahasiswa sangat menerima dan tertarik

terhadap modul digital pembelajaran “Membaca Kritis untuk Mahasiswa”. Aspek

tertinggi adalah aspek penyajian dengan skor rata-rat 4,59 dan masuk dalam

kategori “Sangat Baik”. Penyajian modul digital yang sistematis, berwarna, dan

terdapat media video menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Hasil rata-rata setiap

aspek yang dinilai oleh mahasiswa direkapitulasi menjadi satu. Berikut tabel

rekapitulasi skor rata-rata validasi oleh mahasiswa.

4.394.59

4.42 4.44

0

1

2

3

4

5

I S I P E N Y A J I A N B A H A S A K E G R A F I K A N

HASIL PENILAIAN OLEH MAHASISWA

Aspek Penilaian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

133

Tabel 4.15 Data Rekapitulasi Hasil Penilaian oleh Mahasiswa

No Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori

1 Kelayakan Isi/Materi 4.39 Sangat Baik

2 Kelayakan Penyajian 4.59 Sangat Baik

3 Kelayakan Bahasa 4.42 Sangat Baik

4

Kelayakan

Kegrafikan 4.4 Sangat Baik

Jumlah 17.80

Sangat Baik

Sangat Baik Rata-rata 4.45

Persentase 89%

Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil validasi di atas, modul digital

pembelajaran “Membaca Kritis untuk Mahasiswa” mendapat skor rata-rata 4,45

untuk seluruh aspeknya. Skor rata-rata 4,45 masuk dalam kategori “Sangat Baik”,

dari hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa modul digital pembelajaran

”Membaca Kritis untuk Mahasiswa” sangat bagus untuk digunakan sebagai bahan

ajar pembelajaran membaca kritis.

4.2.3 Analisis Kelayakan Modul Digital

Setelah modul pembelajaran yang berjudul “Membaca Kritis untuk

Mahasiswa” selesai divalidasi oleh dosen ahli, kemudian modul tersebut direvisi

sesuai dengan saran dari dosen ahli. Setelah itu, modul diuji cobakan secara terbatas

kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Angkatan 2017 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Validasi dari dosen ahli

dan penilaian mahasiswa menjadi tolak ukur kelayakan modul digital yang sudah

dikembangkan oleh peneliti. Peneliti menganalisis empat aspek yaitu, aspek

isi/materi, penyajian, bahasa, dan kegrafikan untuk diketahui tingkat kelayakannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

134

1. Aspek Isi/Materi

Berikut adalah diagram perbandingan skor rata-rata yang diperoleh dari

hasil validasi dosen dan penilaian mahasiswa.

Diagram 4.16

Hasil Perbandingan Aspek Isi/Materi oleh Dosen Ahli dengan Mahasiswa

Dalam modul digital pembelajaran Membaca Kritis untuk Mahasiswa, skor

rata-rata yang diperoleh dari dosen ahli sebesar 3,64 dengan kategori “Baik”.

Kemudian skor rata-rata yang diperoleh dari uji coba terhadap mahasiswa yang

berjumlah 21 responden memberikan penilaian pada aspek isi sebesar 4,39 dengan

kategori “Sangat Baik”. Dari hasil skor rata-rata yang diperoleh dari dosen ahli dan

mahasiswa terdapat peningkatan. Skor rata-rata dari kedua validasi tersebut juga

masuk dalam kategori “Baik” dan “Sangat Baik”, jadi dapat disimpulkan bahwa

modul digital pembelajaran “Membaca Kritis untuk Mahasiswa” pada aspek

isi/materi dinyatakan layak untuk digunakan.

0

5

Aspek Kelayakan Isi/Materi

3.644.39

Analisis Aspek Kelayakan Isi/Materi

Dosen Ahli Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

135

2. Aspek Penyajian

Berikut adalah diagram perbandingan skor rata-rata yang diperoleh dari

hasil validasi dosen dan penilaian mahasiswa.

Diagram 4.17

Hasil Perbandingan Aspek Penyajian oleh Dosen Ahli dengan Mahasiswa

Dalam modul digital pembelajaran Membaca Kritis untuk Mahasiswa, skor

rata-rata yang diperoleh dari dosen ahli sebesar 3,71 dengan kategori “Baik”.

Kemudian skor rata-rata yang diperoleh dari uji coba terhadap mahasiswa yang

berjumlah 21 responden memberikan penilaian pada aspek isi sebesar 4,59 dengan

kategori “Sangat Baik”. Dari hasil skor rata-rata yang diperoleh dari dosen ahli dan

mahasiswa terdapat peningkatan. Skor rata-rata dari kedua validasi tersebut juga

masuk dalam kategori “Baik” dan “Sangat Baik”, jadi dapat disimpulkan bahwa

modul digital pembelajaran “Membaca Kritis untuk Mahasiswa” pada aspek

penyajian dinyatakan layak untuk digunakan.

0

5

Aspek Kelayakan Penyajian

3.714.59

Analisis Aspek Kelayakan Penyajian

Dosen Ahli Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

136

3. Aspek Bahasa

Berikut adalah diagram perbandingan skor rata-rata yang diperoleh dari

hasil validasi dosen dan penilaian mahasiswa.

Diagram 4.18

Hasil Perbandingan Aspek Bahasa oleh Dosen Ahli dengan Mahasiswa

Dalam modul digital pembelajaran Membaca Kritis untuk Mahasiswa, skor

rata-rata yang diperoleh dari dosen ahli sebesar 3,67 dengan kategori “Baik”.

Kemudian skor rata-rata yang diperoleh dari uji coba terhadap mahasiswa yang

berjumlah 21 responden memberikan penilaian pada aspek isi sebesar 4,42 dengan

kategori “Sangat Baik”. Dari hasil skor rata-rata yang diperoleh dari dosen ahli dan

mahasiswa terdapat peningkatan. Skor rata-rata dari kedua validasi tersebut juga

masuk dalam kategori “Baik” dan “Sangat Baik”, jadi dapat disimpulkan bahwa

modul digital pembelajaran “Membaca Kritis untuk Mahasiswa” pada aspek bahasa

dinyatakan layak untuk digunakan.

0

5

Aspek Kelayakan Bahasa

3.674.42

Analisis Aspek Kelayakan Bahasa

Dosen Ahli Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

137

4. Aspek Kegrafikan

Berikut adalah diagram perbandingan skor rata-rata yang diperoleh dari

hasil validasi dosen dan penilaian mahasiswa.

Diagram 4.19

Hasil Perbandingan Aspek Kegrafikan oleh Dosen Ahli dengan Mahasiswa

Dalam modul digital pembelajaran Membaca Kritis untuk Mahasiswa, skor

rata-rata yang diperoleh dari dosen ahli sebesar 3,38 dengan kategori “Cukup

Baik”. Kemudian skor rata-rata yang diperoleh dari uji coba terhadap mahasiswa

yang berjumlah 21 responden memberikan penilaian pada aspek isi sebesar 4,4

dengan kategori “Sangat Baik”. Dari hasil skor rata-rata yang diperoleh dari dosen

ahli dan mahasiswa terdapat peningkatan. Skor rata-rata dari kedua validasi tersebut

juga masuk dalam kategori “Cukup Baik” dan “Sangat Baik”, jadi dapat

disimpulkan bahwa modul digital pembelajaran “Membaca Kritis untuk

Mahasiswa” pada aspek kegrafikan dinyatakan layak untuk digunakan.

Penelitian Research and Development (R&D) yang dilakukan peneliti telah

menghasilkan sebuah produk pembelajaran berbasis teknologi yang baru berjudul

“Membaca Kritis untuk Mahasiswa”. Tujuan pengembangan modul digital

pembelajaran ini adalah melatih kemampuan membaca kritis mahasiswa.

0

5

Aspek Kelayakan Kegrafikan

3.384.4

Analisis Aspek Kelayakan Kegrafikan

Dosen Ahli Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

138

Pengembangan produk modul digital pembelajaran membaca kritis dengan

memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah sangat penting dan mendesak

untuk dilakukan saat ini. Modul digital erat kaitannya dengan perkembangan zaman

abad XXI. Generasi milenial sangat akrab dengan teknologi. Modul digital berisi

latihan-latihan membaca kritis yang memanfaatkan teks cerita rakyat tradisional

Jawa Tengah untuk mahasiswa.

Produk modul digital ini disusun berdasarkan studi pendahuluan yang

sudah dilakukan oleh penulis di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia (PBSI) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Berdasarkan hasil studi

pendahuluan tersebut diperoleh hasil bahwa 87,34% mahasiswa angkatan 2017

PBSI Universitas Sanata Dharma sangat setuju dengan pengembangan modul

digital pembelajaran membaca kritis yang memanfaatkan cerita rakyat tradisional.

Peneliti juga didukung oleh Ibu Septina Krismawati, S.S,. M.A. selaku dosen

pengampu mata kuliah Membaca Intensif di program studi PBSI Universitas Sanata

Dharma. Beliau menyampaikan bahwa mahasiswa penting sekali menguasai

kemampuan membaca kritis. Terlebih mahasiswa PBSI yang dipersiapkan sebagai

seorang guru. Hal ini karena manfaat membaca kritis salah satunya adalah melatih

dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Kemampuan berpikir krtis menjadi satu kemampuan yang harus dimiliki

mahasiswa PBSI karena ketika mengajar akan dituntut untuk menerepakan High

Order Thinking Skill (HOTS) dalam proses pembelajaran. Kemudian pemanfaatan

cerita rakyat tradisional dapat dilakukan untuk melatih kemampuan membaca kritis

mahasiswa dan nilai-nilai kehidupan cerita rakyat dapat membentuk karakter positif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

139

mahasiswa. Oleh karena itu, Ibu Septina Krismawati S.S., M.A. sangat mendukung

pengembangan modul digital.

Berdasarkan hasil kajian yang penulis sudah lakukan akhirnya peneliti

melakukan pengembangan modul digital ini. Modul digital ini sesuai dengan

kebutuhan mahasiswa saat ini mengingat tuntutan zaman yang semakin modern.

Memanfaatkan cerita rakyat tradisional ke dalam pembelajaran membaca kritis

menjadi menarik untuk dikembangkan. Dalam sebuah cerita rakyat biasanya juga

terdapat hal-hal yang negatif, hal negatif ini dapat dipertanyakan oleh mahasiswa

mengapa sebabnya. Dalam modul digital pembelajaran membaca kritis teks yang

digunakan adalah cerita rakyat tradisional dari Jawa Tengah. Mahasiswa

diharapkan dapat mengimplementasikan nilai-nilai positif yang terdapat dalam

cerita rakyat.

Pengembangan modul digital ini berdasarkan 6 tahapan yang mengadopsi

langkah-langkah Borg & Gall yang disederhanakan oleh peneliti karena kebutuhan

penelitian. Keenam tahapan itu antara lain, penelitian dan pengumpulan informasi,

pengembangan produk, uji validasi, revisi produk I, uji coba produk, dan revisi

produk II. Selain itu, untuk menilai kelayakan produk yang dikembangkan, peneliti

melakukan validasi dengan dosen ahli dan melakukan uji coba terbatas terhadap

mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Sanata Dharma. Kelayakan yang dinilai meliputi empat aspek yaitu, aspek

isi/materi, penyajian, bahasa, dan kegrafikan.

Hasil rekspitulasi dari skor rata-rata validasi dosen yang meliputi empat

aspek didapatkan skor 3,60 dengan persentase 72% dan masuk ke dalam kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

140

“Baik”. Kemudian, hasil rekapitulasi skor rata-rata penilaian mahasiswa yang

meliputi empat aspek didapatkan hasil 4,45 dengan persentase 89% dan masuk ke

dalam kategori “Sangat Baik”. Kriteria kelayakan modul yang ditentukan minimal

adalah “C” dengan kategori “Cukup”. Jadi, jika pernyataan tersebut dihubungkan

dengan skor rata-rata keseluruhan aspek modul yang didapatkan dari hasil validasi

dosen ahli (3,60) dan penilaian mahasiswa (4,45) maka bahan ajar modul digital

“Membaca Kritis untuk Mahasiswa” layak untuk digunakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

141

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran. Pada subbab

kesimpulan merupakan hasil simpulan penelitian pengembangan yang sudah

dilakukan oleh peneliti. Pada subbab saran akan memaparkan anjuran yang

ditujukan kepada (1) para dosen, (2) mahasiswa, dan (3) peneliti lainnya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah peneliti lakukan mengenai

pengembangan modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan

cerita rakyat tradisional Jawa Tengah diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

Pertama, berdasarkan kuesioner yang sudah diisi oleh mahasiswa diperoleh hasil

bahwa: (1) banyak mahasiswa yang menganggap kegiatan membaca kritis itu

merupakan hal yang penting untuk dikuasai, (2) memanfaatkan cerita rakyat dalam

pembelajaran membaca kritis menarik untuk mahasiswa dan banyak manfaatnya,

(3) pentingnya memanfaatkan teknologi dalam kegiatan pembelajaran agar

pembelajaran menjadi menyenangkan dan efektif. Namun, dalam kenyataannya

mahasiswa sadar bahwa kemampuan mereka dalam mengkritisi bahan bacaan

masih kurang. Selain itu, banyak mahasiswa yang jarang menjumpai modul/bahan

ajar membaca kritis yang dikemas dengan memanfaatkan teknologi. Dengan

demikian, berdasarkan data-data tersebut pengembangan modul digital

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

142

pembelajaran membaca kritis dengan meamnfaatkan cerita rakyta tradisional Jawa

Tengah sangat mendesak untuk dilakukan.

Kedua, peneliti mengembangkan produk modul digital menggunakan

langkah yang diadopsi dari Borg dan Gall dengan penyederhanaan karena

kebutuhan penelitian. Sepuluh langkah dari Borg & Gall disederhanakan menjadi

enam langkah. Enam langkah tersebut yaitu, (1) penelitian dan pengumpulan

informasi, (2) pengembangan produk, (3) uji validasi, (4) revisi produk I, (5) uji

coba produk, dan (6) revisi produk II. Pada tahap pertama yaitu penelitian dan

pengumpulan informasi diperoleh hasil bahwa kegiatan membaca kritis yang

memanfaatkan cerita rakyat dikemas dengan teknologi sangat penting untuk

dilakukan. Tahap kedua, pengembangan modul digital dilakukan dengan

menentukan judul modul yaitu Membaca Kritis untuk Mahasiswa, menentukan

tujuan pembelajaran, pemilihan bahan, penyusunan kerangka, pengumpulan bahan

yang sesuai dengan materi membaca kritis, dan menerapkan pendekatan paradigma

pedagogi reflektif dalam kegiatan belajar.

Tahap ketiga, modul digital Membaca Kritis untuk Mahasiswa dinilai

kelayakannya oleh dosen ahli. Kelayakan modul digital dinilai berdasarkan empat

aspek yaitu aspek kelayakan isi/materi, aspek penyajian, aspek bahasa, dan aspek

kegrafikan. Hasil rekspitulasi dari skor rata-rata validasi dosen ahli yang meliputi

empat aspek didapatkan skor 3,60 dengan persentase 72% dan masuk ke dalam

kategori “Baik”. Tahap keempat, peneliti melakukan revisi tahap I berdasarkan

saran dan masukan dari dosen ahli. Revisi tahap I yang dilakukan peneliti adalah

perbaikan penyajian modul, penambahan materi, memperbaiki kesalahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

143

penulisan, menambah soal pascamembaca, memperbaiki ejaan sesuai PUEBI, dan

menentukan jenis huruf yang tepat.

Tahap kelima, uji coba produk terbatas yang dilakukan pada 21

mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2017

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada tahap uji coba terbatas, mahasiswa

mengerjakan beberapa aktivitas dalam modul digital Membaca Kritis untuk

Mahasiswa. Setelah itu, mahasiswa memberikan penilaian terhadap modul digital.

Hasil rekapitulasi penilaian mahasiswa aspek modul digital didapatkan skor rata-

rata 4,45 dengan persentase 89% dan masuk ke dalam kategori “Sangat Baik”.

Tahap keenam, revisi produk tahap II yang dilakukan berdasarkan saran dari

mahasiswa. Revisi tahap II meliputi: menambah contoh, revisi judul modul,

menambah ilustrasi gambar, dan memperbaiki kesalahan pengetikan.

Berdasarkan data hasil validasi dosen ahli diperoleh skor rata-rata

sebesar 3,60 dengan persentase 72% dan hasil penilaian mahasiswa memperoleh

skor rata-rata sebesar 4,45 dengan persentase 89%. Data tersebut membuktikan

bahwa terjadi kenaikan yang sangat signifikan. Secara keseluruhan dapat

disimpulkan bahwa modul digital Membaca Kritis untuk Mahasiswa layak untuk

digunakan di tingkat perguruan tinggi.

1.2 Saran

Peneliti menganjurkan beberapa saran kepada pihak-pihak terkait yaitu (1)

para dosen, (2) mahasiswa, dan (3) peneliti lainnya. Semoga saran yang peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

144

berikan dapat berguna untuk pihak-pihak yang dituju. Saran-saran akan dipaparkan

sebagai berikut.

1.2.1 Bagi Para Dosen

Kemampuan membaca kritis merupakan salah satu keterampilan membaca

yang penting dikuasai oleh mahasiswa. Oleh karena itu, para dosen diharapkan

memperhatikan dan memotivasi mahasiswa untuk dapat meningkatkan

keterampilan membaca kritis mahasiswa. Pada saat proses pembelajaran, dosen

sebaiknya juga dapat membimbing mahasiswa untuk menerapkan nilai-nilai

kehidupan. Nilai-nilai kehidupan dapat juga ditemukan oleh mahasiswa secara

mandiri dalam bahan ajar. Oleh karena itu, para dosen hendaknya memilih bahan

ajar yang dapat mengakomodasi materi-materi yang relevan dan terdapat nilai-nilai

kehidupan. Selain itu, para dosen hendaknya memperhatikan perkembangan

teknologi dalam pembelajaran. Memanfaatkan teknologi dalam proses

pembelajaran dapat meningkatkan minat dan motivasi mahasiswa dalam kegiatan

belajar.

Jika ingin menerapkan modul digital yang diembangkan oleh peneliti, para

dosen diharapkan menggunakan laptop yang terdapat slot compact disc (CD). Jika

ingin lebih praktis para dosen dapat memindahkan file modul digital yang terdapat

dalam CD ke penyimpanan internal laptop. Jika file sudah dipindahkan maka modul

digital dapat dibuka tanpa CD. Selain itu untuk menerapkan modul digital dalam

pembelajaran, para dosen dapat menentukan metode pembelajaran sesuai dengan

kebutuhan mahasiswa dan kondisi kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

145

1.2.2 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa seharusnya sadar bahwa keterampilan membaca kritis sangat

berguna untuk kehidupannya. Mahasiswa perlu berusaha dengan sungguh-sungguh

dan penuh motivasi dalam mempelajari modul digital pembelajaran membaca kritis

ini agar tujuan pembelajaran dalam modul digital tercapai. Mahasiswa harus berani

dan penuh tanggung jawab mengungkapkan pendapatnya secara kritis. Mahasiswa

diharapkan menggunakan modul digital dengan baik. Setelah mempelajari materi

secara tuntas di setiap babnya, mahasiswa diharapkan merefleksikan pengalaman

belajarnya.

Sama halnya dengan saran untuk dosen, jika ingin menggunakan modul

digital yang diembangkan oleh peneliti, para mahasiswa diharapkan menggunakan

laptop yang terdapat slot compact disc (CD). Jika ingin lebih praktis para

mahasiswa dapat memindahkan file modul digital yang terdapat dalam CD ke

penyimpanan internal laptop. Jika file sudah dipindahkan maka modul digital dapat

dibuka tanpa CD.

1.2.3 Bagi Peneliti Lainnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan wawasan

kepada peneliti lain untuk penelitian selanjutnya. Masih banyak upaya yang dapat

dilakukan untuk melatih keterampilan membaca kritis seseorang. Peneliti

menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penelitian pengembangan ini.

Oleh karena itu, peneliti lain diharapkan dapat mengambil sisi kelebihannya dan

meninggalkan kekurangannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

146

Daftar Pustaka

A Haviland, William. 1993. Antropologi. Jakarta: Erlangga.

Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter.

Bandung: Reflka Aditama.

Ahyani, Latifah Nur. 2010. Metode Mendongeng dalam Meningkatkan

Perkembangan Kecerdasan Moral Anak Usia Pra Sekolah. Jurnal Psikologi

Universitas Muria Kudus, Vol 1, No. 1, Di Download 1 Februari 2019.

Albertus Hartana, dkk. 2016. Penerapan Strategi Pembelajaran Paradigma

Pedagogi Ignatian (Reflektif) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar dan

Motivasi Berprestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Siswa Kelas V

Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, Vol. 1, No. 4, April 2016, EISSN 2502-

471X.

Danandjaja, James. 2007. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.

Jakarta: Grafiti.

Daryanto, 2013. Menyusun Modul Bahan Ajar Untuk Persiapan Guru Dalam

Mengajar. Yogyakarta: Gava Media.

Depdikbud. 1982. Ceritera rakyat daerah Jawa Tengah. Jakarta.

Depdiknas. (2008). Penulisan Modul. Jakarta: Departemen Jenderal Peningkatan

Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Depdiknas.

Dewi, Rishe Purnama & Diharja, J. Prapta. Pengembangan Modul dan CD

Interaktif Pembelajaran Menulis Laporan Kunjungan, Menulis Petunjuk, dan

Surat Dinas, dengan MindManager X5 untuk Siswa SMP Kelas VIII. WIDYA

DHARMA Jurnal Kependidikan. Vol. 27, No. 2, April 2015, ISSN 0853-

0920.

E. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung: Rosdakarya.

Endraswara, Suwardi. 2010. Folklor Jawa: bentuk, macam, dan nilainya. Jakarta:

Penaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

147

Gunadharma, A. (2011). Pengembangan Modul Elektronik Sebagai Sumber

Belajar Untuk Mata Kuliah Multimedia Design. Artikel Ilmiah Tugas

Akhir.Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.

Harjasujana, A.S. & Mulyati, Y. 1997. Membaca 2. Modul Universitas Terbuka.

Jakarta: Depdikbud.

Hidayat, A. 2009. Pengaruh Dongeng Dalam Masa Kanak-Kanak Terhadap

Perkembangan Seseorang. Jurnal Studi Gender & Anak, Vol 4, No 2.

htpp://www.litbang.kemendagri.go.id. Diakses 15 November 2019.

http://www.kaskus.co.id. Diakses 17 November 2019.

Majid, Abdul. (2012). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Maharani, Debby. 2015. Pengembangan Strategi Pembelajaran Kemampuan

Membaca Pemahaman pada Mahasisawa Kelas B Semester IV Program

Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Universitas

Sanata Dharma.

Muammar. 2014. Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Melalui Membaca Kritis

pada Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Jurnal El-Midad, Vol. 6. No.1, Juni

2014.

Mulyati, Y, dkk. 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta.

Universitas Terbuka.

Mudhlofir, Ali. (2011). Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta:

Rajagrafindo.

N. A Suprawoto. 2009. Mengembangkan Bahan Ajar Dendan Menyusun Modul.

National Center for Vocational Education Research.

Nasution. (2005). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar.Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran Tematik.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

148

Nurhadi. 2010. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: Sinar

Baru Algensindo.

Nurhadi. 2005. Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan). Bandung: Sinar

Baru Algesindo.

Pratama, Rizqi Aji. Pengembangan Modul Membaca Kritis dengan Model Instruksi

Langsung Berbasis Nilai Karakter. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Priyatni & Nurhadi. 2017. Membaca Kritis dan Literasi Kritis. Tangerang: Tira

Smart.

Sukmadinata , Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Subagya. 2010. Paradigma Pedagogi Reflektif. Mendampingi Peserta Didik

Menjadi Cerdas dan Berkarakter (terjemahan). Yogyakarta: Kanisius.

Soedarso. 1988. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pengembangan (Research and

Development/R&D). Bandung. Alfabeta.

Sukardjo. 2008. Kumpulan Materi Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta.

Universitas Negeri Yogyakarta

Suparno, Paul. 2015 Pembelajaran di Perguruan Tinggi Bergaya Paradigma

Pedagogi Refleksi (PPR). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Suripan Sadi Hutomo. 1991.Mutiara Yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra

Lisan. Surabaya : HISKI Jawa Timur.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Tim Redaksi Kanisius. 2008. Paradigma Pedagogi Reflektif (Alternatif Solusi

Menuju Idelisme Pendidikan Kristiani). Yogyakarta: Kanisius.

Wahana, Paulus. 2016. Mengenal Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif

Dalam Pendidikan Untuk Membangun Manusia Yang Cerdas Dan

Humanis. Yogyakarta: DIDAKTIKA.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

149

Wirjodojoyo, Suwaryono. 1989. Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

150

BIOGRAFI PENULIS

Penulis lahir di Sleman, 16 April 1997. Ia

memulai pendidikan di jenjang kanak-kanak di

TK Tunas Melati. Kemudian, ia melanjutkan di

sekolah dasar tahun 2003 di SD Negeri Nglarang,

Ia lulus SD pada tahun 2009 kemudian

melanjutkan di SMP Negeri 1 Mlati. Ia lulus

SMP pada tahun 2012 dan melanjutkan di SMK Negeri 1 Seyegan. Sejak

tahun 2012 ia memulai sekolah di SMK Negeri 1 Seyegan jurusan Teknik

Kendaraan Ringan. Ia lulus pada tahun 2015 dan melanjutkan pendidikannya

di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ia menempuh

jalur skripsi untuk mendapatkan gelar S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia. Skripsi yang ia tulis berjudul Pengembangan Modul Digital

Pembelajaran Membaca Kritis dengan Memanfaatkan Cerita Rakyat

Tradisional Jawa Tengah Bagi Mahasiswa.

Dion Wahyu Widayat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

151

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

152

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

153

Lampiran 2: Surat Permohonan Wawancara Dosen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

154

Lampiran 3: Surat Permohonan Validasi Dosen Ahli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

155

Lampiran 4: Kisi-kisi Angket Validasi Modul Digital oleh Dosen Ahli

KISI-KISI ANGKET VALIDASI MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN

MEMBACA KRITIS OLEH DOSEN AHLI

Komponen

Penilaian Komponen yang Dinilai

Nomor Indikator

Penilaian

Komponen Isi /

Materi

Kesesuaian materi dengan tujuan

pembelajaran.

1

Ketepatan pemilihan materi.

2, 3, 4

Keterkaitan antara materi dengan

kemampuan dan keterampilan

mahasiswa.

5, 6, 7, 8, 9, 10

Penggunaan teori yang relevan.

11

Komponen

Penyajian

Hal pendukung dalam penyajian materi.

12

Alur penyajian materi.

13

Sistematika penyajian materi dalam

setiap bab.

14, 15, 16, 17

Kesesuaian materi dengan tingkat

kemampuan berpikir mahasiswa.

18

Komponen

Bahasa

Kesesuaian bahasa dengan tingkat

kemampuan mahasiswa.

19

Kesesuaian dan ketepatan diksi.

20, 21

Kekohesian antarkomponen penyajian

materi.

22, 23

Komponen

Kegrafikan

Kesesuaian fisik modul digital.

24

Kesesuaian tata pengetikan.

25, 26, 27

Pemanfaatan penggunaan gambar, 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

156

ilustrasi, animasi dan tabel.

Kelengkapan penggunaan gambar,

ilustrasi, animasi dan tabel.

29, 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

157

Lampiran 5: Kisi-kisi Angket Penilaian Modul Digital oleh Mahasiswa

KISI-KISI ANGKET VALIDASI MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN

MEMBACA KRITIS OLEH MAHASISWA

ASPEK YANG DINILAI

NOMOR INDIKATOR

Ketertarikan subtansi modul digital

1, 2, 3, 4

Kesesuain penyajian modul digital

5, 6, 7, 8

Kesesuaian penyajian materi terhadap

motivasi belajar mahasiswa

9

Pemanfaatan komponen kegrafikan

10

Ketepatan pemilihan materi dengan

kompetensi yang ingin dicapai

11, 12,

Kesesuaian dan ketepatan diksi

13

Kesesuaian bahasa dengan tingkat

berpikir mahasiswa

14

Kesesuaian materi dengan kemampuan

dan keterampilan mahasiswa

15, 16, 17, 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

158

Lampiran 6: Panduan Wawancara Dosen

No. Rumusan Pertanyaan

A. Pembelajaran Membaca Kritis

1. Apakah pada saat ini minim sekali sumber belajar mandiri yang berisi

pembelajaran membaca kritis?

2. Mengapa mahasiswa perlu untuk menguasai kemampuan membaca

kritis?

3. Bagaimana tingkat keterampilan mahasiswa dalam membaca kritis?

4. Apakah membaca kritis dapat meningkatkan ketelitian dan

meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa?

5. Apakah mahasiswa masih sekedar memahami informasi umum saja

pada saat melakukan kegiatan membaca?

B. Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran

1. Apakah cerita rakyat sebagai salah satu kearifan lokal perlu untuk

dilestarikan dan dapat diintegrasikan dalam pembelajaran?

2. Apa keterkaitan cerita rakyat dengan aspek budaya dan nilai sosial

masyarakat suatu daerah?

3. Apakah cerita rakyat menarik untuk dibaca dan dapat dimanfaatkan

sebagai media pembelajaran membaca kritis?

4. Apakah cerita rakyat dapat membentuk karakter postif mahasiswa?

5. Seberapa penting mahasiswa mempelajari aspek kebudayaan suatu

daerah?

C. Pengembanagn Modul Digital

1. Apakah pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita

rakyat yang dikemas dengan modul digital dapat digunakan sebagai

sumber belajar mandiri yang dapat membantu mahasiswa dalam

meningkatkan pemahaman kognitif?

2. Apakah modul digital pembelajaran membaca kritis dengan

memanfaatkan cerita rakyat menarik untuk dipelajari karena dalam

modul digital dilengkapi dengan komponen audio, video, animasi dan

gambar?

3. Apakah modul digital pembelajaran membaca kritis dengan

memanfaatkan cerita rakyat memiliki tingkat interaksi yang lebih

tinggi dengan pembaca?

4. Apakah modul berbasis digital pembelajaran membaca kritis dengan

memanfaatkan cerita rakyat belum banyak dijumpai oleh mahasiswa

dalam pembelajaran?

5. Apakah modul digital pembelajaran membaca kritis dengan

memanfaatkan cerita rakyat praktis untuk digunakan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

159

Lampiran 7: Kuesioner Studi Pendahuluan Mahasiswa

KUESIONER STUDI PENDAHULUAN

Peneliti : Dion Wahyu Widayat

Judul Penelitian : Pengembangan Modul Digital Pembelajaran Membaca

Kritis dengan Memanfaatkan Cerita Rakyat Tradisional Jawa Tengah bagi

Mahasiswa Prodi PBSI Angkatan 2017 FKIP USD

Pengantar: Teman-teman mahasiswa PBSI angkatan 2017 FKIP USD dimohon untuk

memilih jawaban pada daftar pernyataan dengan cara memberikan tanda centang

(√) pada pilihan pernyataan yang sesuai dengan pendapat Anda.

Keterangan : SS = Sangat Setuju, S = Setuju, RR = Ragu-ragu, TS = Tidak

Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju.

A. Kuesioner

No. Rumusan Pernyataan Penilaian

SS S RR TS STS

A. Pembelajaran Membaca Kritis

1. Pada saat ini minim sekali sumber belajar

mandiri yang berisi pembelajaran

membaca kritis.

2. Mahasiswa harus memiliki keterampilan

membaca kritis karena mahasiswa

dituntut tidak hanya sekedar memahami

bahan bacaan secara umum akan tetapi

mampu menilai bahan bacaan tersebut.

3. Kemampuan mahasiswa dalam

mengkritisi bahan bacaan masih kurang.

4. Membaca kritis dapat meningkatkan

ketelitian dan meningkatkan kemampuan

berpikir kritis mahasiswa.

5. Kebiasaan saya pada saat membaca hanya

memahami isi bahan bacaan secara

umum.

B. Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

160

1. Salah satu kearifan lokal yang perlu untuk

dilestarikan dan dapat diintegrasikan

dalam pembelajaran membaca kritis

adalah cerita rakyat.

2. Cerita rakyat merupakan ekspresi budaya

suatu masyarakat tertentu yang

berhubungan dengan berbagai aspek

budaya dan nilai sosial masyarakat.

3. Cerita rakyat mempunyai unsur estetis

atau keindahan sehingga menarik untuk

dimanfaatkan sebagai media

pembelajaran membaca kritis.

4. Cerita rakyat mengandung nilai-nilai

kehidupan yang dapat digunakan sebagai

media pembelajaran untuk membentuk

karakter positif mahasiswa.

5. Mahasiswa penting untuk mempelajari

aspek kebudayaan suatu daerah.

C. Pengembanagn Modul Digital

1. Pembelajaran membaca kritis dengan

memanfaatkan cerita rakyat yang dikemas

dengan modul digital dapat digunakan

sebagai sumber belajar mandiri yang

dapat membantu mahasiswa dalam

meningkatkan pemahaman kognitif.

2. Modul digital pembelajaran membaca

kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat

menarik untuk dipelajari karena dalam

modul digital dilengkapi dengan

komponen audio, video, animasi dan

gambar.

3. Modul digital pembelajaran membaca

kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat

memiliki tingkat interaksi yang lebih

tinggi dengan pembaca.

4. Modul berbasis digital pembelajaran

membaca kritis dengan memanfaatkan

cerita rakyat belum banyak dijumpai oleh

mahasiswa dalam pembelajaran.

5. Modul digital pembelajaran membaca

kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat

praktis untuk digunakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

161

B. Menurut pendapat Anda seberapa penting mengembangkan

modul digital pembelajaran membaca kritis dengan

memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah bagi

mahasiswa?

Terima Kasih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

162

Lampiran 8: Hasil Kuesioner Studi Pendahuluan Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

163

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

164

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

165

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

166

Lampiran 9: Hasil Validasi Dosen Ahli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

167

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

168

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

169

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

170

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

171

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

172

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

173

Lampiran 10: Perhitungan Validasi oleh Dosen Ahli

REKAP BUTIR PERNYATAAN DOSEN AHLI

LEMBAR VALIDASI MODUL DIGITAL "Membaca Kritis untuk Mahasiswa"

Nomor Butir Pernyataan

Alternatif Jawaban Skor

Jumlah 5 4 3 2 1 SB B CB KB SKB

SB B CB KB SKB

ASPEK KELAYAKAN ISI/MATERI

1 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

2 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

3 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

4 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

5 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

6 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

7 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

8 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

9 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

10 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

11 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

Total 40

Rata-rata 3.64

Presentase 72.73%

Kategori Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

174

ASPEK KELAYAKAN PENYAJIAN

12 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

13 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

14 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

15 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

16 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

17 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

18 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

Total 26

Rata-rata 3.71

Presentase 74.29%

Kategori Baik

ASPEK KELAYAKAN BAHASA

19 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

20 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

21 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

22 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

23 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

24 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

Total 22

Rata-rata 3.67

Presentase 73.33%

Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

175

ASPEK KELAYAKAN KEGRAFIKAN

25 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4

26 0 1 0 0 0 0 0 3 0 0 3

27 0 1 0 0 0 0 0 3 0 0 3

28 0 0 1 0 0 0 4 0 0 0 4

29 0 0 1 0 0 0 4 0 0 0 4

30 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

31 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

32 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

Total 27

Rata-rata 3.38

Presentase 67.50%

Kategori Cukup Baik

Kepanjangan Bobot Nilai

Tabel Kategori

Sangat Baik 5

Rentang Rata-rata Kategori

Baik 4

X > 4,21 Sangat Baik

Cukup Baik 3

3,4 < X ≤ 4,21 Baik

Kurang Baik 2

2,6 < X ≤ 3,4 Cukup Baik

Sangat Kurang Baik 1

1,79 < X ≤ 2,6 Kurang Baik

X ≤ 1,79 Sangat Kurang Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

176

Kesimpulan:

No Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori

1 Kelayakan Isi/Materi 3.64 Baik

2 Kelayakan Penyajian 3.71 Baik

3 Kelayakan Bahasa 3.67 Baik

4 Kelayakan Kegrafikan 3.38 Cukup Baik

Jumlah 14.40

Baik Rata-rata 3.60

Presentase 72%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

177

Lampiran 11: Daftar Hadir Mahasiswa Saat Uji Coba

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

178

Lampiran 12: Hasil Penilaian Modul Digital oleh Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

179

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

180

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

181

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

182

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

183

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

184

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

185

Lampiran 13: Rekap Butir Pernyataan Penilaian Mahasiswa

REKAP BUTIR PERNYATAAN

LEMBAR VALIDASI MAHASISWA TERHADAPMODUL "MEMBACA KRITIS UNTUK

MAHASISWA"

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

No

. Nama

Butir Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 Melania

Riskia 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5

2 Elisabeth sari 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5

3 Nicolas Juan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

4 Yasinta

Fitriana 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 Agmi Sinta 5 5 4 5 4 4 3 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5

6 Marcel Excel 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 3 3

7 Imanuela

Dhimas 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4

8 Megawati

Maria 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4

9 Anindia

Widya 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

10 Heribertus 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5

11 Septa Firda 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

186

12 Yulinda Reni 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

13 Veronika Bate 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5

14 Herta Chesha 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4

15 Evelita Destia 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 3 5

16 Christiana 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4

17 Vincentia 4 5 5 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3

18 Nova Kristina 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5

19 Ni Wayan 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4

20 Finta Lestari 5 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5

21 Lusia Berti 5 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 5 3 4 4

JUMLAH 10

0

10

0 95 98 90 94 87 95 94 95 91 93 93 93 95 94 88 93

RATA-RATA 4.7

6 4.7

6 4.5

2 4.6

7 4.2

9 4.47

6 4.14

3 4.52

4 4.47

6 4.52

4 4.33

3 4.42

9 4.42

9 4.42

9 4.52

4 4.47

6 4.1

9 4.42

9

KEPANJANGAN

SANGAT

BAIK BAIK CUKUP BAIK KURANG BAIK

SANGAT KURANG

BAIK

BOBOT NILAI 5 4 3 2 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

187

Lampiran 14: Perhitungan Hasil Penilaian Modul Digital oleh Mahasiswa

ANALISIS DATA UJI COBA MAHASISWA TERHADAP KELAYAKAN MODUL DIGITAL

MEMBACA KRITIS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Nomor

Butir

Pernyataan

Alternatif Jawaban Jumlah

Responden

Skor

Jumlah Rata-rata 5 4 3 2 1 SB B CB KB SKB

SB B CB KB SKB

ASPEK KELAYAKAN ISI / MATERI

8 13 6 2 0 0 21 65 24 6 0 0 95 4.52

11 10 8 3 0 0 21 50 32 9 0 0 91 4.33

12 11 8 2 0 0 21 55 32 6 0 0 93 4.42

15 13 6 2 0 0 21 65 24 6 0 0 95 4.52

16 13 5 3 0 0 21 64 20 9 0 0 93 4.42

17 8 8 5 0 0 21 40 32 15 0 0 87 4.14

18 12 5 4 0 0 21 60 20 12 0 0 92 4.38

Total 646 30.73

Rata-rata 92.28 4.39

Presentase 87.89%

Kategori Sangat Baik

ASPEK KELAYAKAN PENYAJIAN

1 17 3 1 0 0 21 85 12 3 0 0 100 4.76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

188

2 17 3 1 0 0 21 85 12 3 0 0 100 4.76

6 13 5 3 0 0 21 65 20 9 0 0 94 4.47

9 11 9 1 0 0 21 55 36 3 0 0 94 4.47

10 14 4 3 0 0 21 70 16 9 0 0 95 4.52

Total 483 22.98

Rata-rata 96,6 4.59

Presentase 92%

Kategori Sangat Baik

ASPEK KELAYAKAN BAHASA

13 12 6 3 0 0 21 60 24 9 0 0 93 4.42

14 11 8 2 0 0 21 55 32 6 0 0 93 4.42

Total 186 8.84

Rata-rata 93 4.42

Presentase 88.57%

Kategori Sangat Baik

ASPEK KELAYAKAN KEGRAFIKAN

3 13 6 2 0 0 21 65 24 6 0 0 95 4.52

4 16 3 2 0 0 21 80 12 6 0 0 98 4.66

5 9 9 3 0 0 21 45 36 9 0 0 90 4.28

7 9 6 6 0 0 21 45 24 18 0 0 87 4.14

Total 370 17.6

Rata-rata 92.5 4.4

Presentase 88%

Kategori Sangat Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

189

Kepanjangan Bobot Nilai

Tabel Kategori

Sangat Baik 5

Rentang Rata-rata Kategori

Baik 4

X > 4,21 Sangat Baik

Cukup Baik 3

3,4 < X ≤ 4,21 Baik

Kurang Baik 2

2,6 < X ≤ 3,4 Cukup Baik

Sangat Kurang

Baik 1

1,79 < X ≤ 2,6 Kurang Baik

X ≤ 1,79

Sangat Kurang

Baik

No Aspek Penilaian

Skor Rata-

rata Kategori

1 Kelayakan Isi/Materi 4.39 Sangat Baik

2 Kelayakan Penyajian 4.59 Sangat Baik

3 Kelayakan Bahasa 4.42 Sangat Baik

4 Kelayakan Kegrafikan 4.4 Sangat Baik

Jumlah 17.80

Sangat Baik Rata-rata 4.45

Presentase 89%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

190

Lampiran 15: Hasil Kerja Mandiri Mahasiswa Saat Uji Coba

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

191

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

192

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 218: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

193

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 219: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

194

Lampiran 16: Dokumentasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 220: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN …

195

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI