pengembangan modul digital pembelajaran …
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN
MEMBACA KRITIS DENGAN MEMANFAATKAN CERITA
RAKYAT TRADISIONAL JAWA TENGAH BAGI
MAHASISWA
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Dion Wahyu Widayat
NIM: 151224079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN
MEMBACA KRITIS DENGAN MEMANFAATKAN CERITA
RAKYAT TRADISIONAL JAWA TENGAH BAGI
MAHASISWA
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Dion Wahyu Widayat
NIM: 151224079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kedua orang tua saya, Bambang Herlin dan Sarinten yang selalu memeberikan
dukungan, bimbingan serta doa.
3. Adikku Wahyu Anan Fauzan yang selalu memberikan dukungan.
4. Keluarga besar Joyo Inangun, sahabat, dan semua orang yang telah mendukung
proses penyelesaian skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(QS. Al-Insyirah, 6-8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Widayat, Dion Wahyu. 2019. Pengembangan Modul Digital Pembelajaran
Membaca Kritis dengan Memanfaatkan Cerita Rakyat Tradisional Jawa
Tengah bagi Mahasiswa. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca
kritis yang penting dikuasai oleh mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan modul digital pembelajaran membaca kritis integrasi cerita rakyat
tradisional Jawa Tengah. Modul digital dapat dijadikan bahan ajar yang menarik
dan sesuai dengan perkembangan abad XXI.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau research &
development (R&D) menurut Borg & Gall. Penelitian pengembangan ini mengacu
pada sepuluh langkah penelitian Borg dan Gall yang disederhanakan menjadi enam
tahapan. Tahap yang dilakukan peneliti antara lain, (1) penelitian dan pengumpulan
informasi, (2) pengembangan produk, (3) validasi produk, (4) revisi tahap I, (5) uji
coba produk, dan (6) revisi tahap II.
Hasil penelitian berdasarkan enam tahap tersebut; (1) Berdasarkan hasil
studi pendahuluan yang dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner ke
mahasiswa dan melakukan wawancara dengan dosen pengampu membaca intensif
didapatkan hasil jika pengembangan modul digital membaca kritis penting dan
relevan. (2) Pengembangan bahan ajar modul dilakukan dengan menentukan judul,
tujuan, pemilihan bahan, penyusunan bahan dan pengumpulan bahan sesuai dengan
materi. (3) Uji validasi dilakukan oleh satu dosen ahli dan uji terbatas penilaian
mahasiswa. (4) Revisi tahap I antara lain: perbaikan penyajian modul, penambahan
materi, memperbaiki kesalahan penulisan, menambah soal pascamembaca,
memperbaiki ejaan sesuai PUEBI, dan menentukan jenis huruf yang tepat. (5) Uji
coba produk dilakukan oleh mahasiswa. (6) Revisi tahap II meliputi,: menambah
contoh, revisi judul modul, menambah ilustrasi gambar, dan memperbaiki
kesalahan pengetikan. Berdasarkan rekapitulasi hasil analisis aspek modul digital
didapatkan hasil 3,60 untuk validasi dosen ahli dan 4,45 untuk hasil validasi
mahasiswa. Berdasarkan hasil tersebut modul digital “Membaca Kritis untuk
Mahasiswa” layak untuk digunakan dalam pembelajaran membaca kritis di tingkat
perguruan tinggi.
Kata Kunci: Modul Digital, Cerita Rakyat, Membaca kritis, Paradigma Pedagogi
Pembelajaran Reflektif (PPR).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Widayat, Dion Wahyu. 2019. Critical Reading Digital Learning Module by Using
Central Java Traditional Folklore for University Students. Thesis.
Yogyakarta: Indonesian Language Education and Arts Study Program,
Language Education and Arts Department, Faculty of Teachers Training
and Education, Sanata Dharma University.
Research problem in this research is the ability of critical reading that is
very important to be mastered by university students. This research aims to produce
critical reading digital learning module Central Java traditional folklore
integrated. Digital module is an attractive teaching material that is also suitable
with 21st century development.
This is a development research or Research & Development (R&D)
according to Borg & Gall. This development research is in reference to Borg &
Gall’s ten steps research that is simplified into six steps. The researcher did these
steps (1) research and data gathering, (2) product development, (3) product
validation, (4) Revision I, (5) product testing, and (6) Revision II.
Research result based on the six steps are: (1) From the preliminary study
by spreading questionnaire to university students and doing interview with
intensive reading lecture obtained a result that critical reading digital module
development is important and relevant. (2) Teaching material module development
was done by identifying the title, aims, material selection, material arrangement,
and material gathering according to the material. (3) Validation test was done by
an expert lecturer and student assesment limited test. (4) Revision I were: module
presentation improvement, material addition, writing improvement, post-reading
questions addition, spell check according to PUEBI, and decide the appropriate
font. (5) Product testing was done by students. (6) Revision II included: examples
addition, module title revision, illustration addition, and typing error improvement.
The digital module aspect analysis recapitulation obtained 3.60 as the result for
expert lecturer validation and 4.45 for students validation result. Based on the
result, “Membaca Kritis untuk Mahasiswa” digital module is feasible for critical
reading learning in university level.
Keywords: Digital Module, Folklore, Critical Reading, Paradigma Pedagogi
Pembelajaran Reflektif (PPR).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat, karunia, serta perlindungan-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis
sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Modul Digital Pembelajaran
Membaca Kritis dengan Memanfaatkan Cerita Rakyat Tradisional Jawa Tengah
Bagi Mahasiswa dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan, bimbingan, dan
kerjasama dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah mengesahkan
skripsi penulis.
2. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni dan dosen pembimbing, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dan selalu
sabar, setia dalam membimbing, mengarahkan, dan memberikan berbagai solusi,
nasihat serta masukan positif kepada penulis.
3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
memberikan izin terkait dengan segala kebutuhan dan berkenan menjadi
validator untuk memvalidasi produk yang telah dikembangkan oleh penulis.
4. A. Danang Satria Nugraha, S.S., M.A. selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah berkenan menjadi narasumber saat wawancara studi
pendahuluan penulis.
5. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku dosen Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang berkenan menjadi validator untuk
memvalidasi produk yang telah dikembangkan oleh penulis.
6. Septina Krismawati, S.S., M.A., selaku dosen pengampu mata kuliah Membaca
Intensif yang telah berkenan menjadi narasumber pada wawancara dan berkenan
membantu selama proses pengerjaan skripsi.
7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah berkenan berbagi ilmu dan mendukung proses pengerjaan skripsi.
8. Theresia Rusmiyati, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan arahan dan pelayanan
dengan baik dan sabar kepada penulis dalam menyelesaiakan urusan
administrasi.
9. Seluruh mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2017
yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
10. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2015 yang saling memberikan semangat dan motivasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... I
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... II
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. III
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... IV
MOTO .................................................................................................................. V
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. VI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS ............................. VII
ABSTRAK ........................................................................................................ VIII
ABSTRACT .......................................................................................................... IX
KATA PENGANTAR ......................................................................................... X
DAFTAR ISI ..................................................................................................... XIII
DAFTAR TABEL .......................................................................................... XVII
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... XVII
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ XIX
DAFTAR DIAGRAM ....................................................................................... XX
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ XXII
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. XXIII
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah.................................................................................... 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
1.5 Batasan Istilah ......................................................................................... 6
1.6 Spesifikasi Produk ................................................................................... 7
1.7 Sistematika Penyajian ............................................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 11
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ....................................................... 11
2.2 Landasan Teori ....................................................................................... 15
2.2.1 Keterampilan Membaca sebagai Salah Satu Keterampilan berbahasa .. 15
2.2.2 Membaca Kritis ...................................................................................... 18
2.2.2.1 Hakikat Membaca Kritis ........................................................................ 18
2.2.2.2 Aspek Membaca Kritis ........................................................................... 19
2.2.3 Cerita Rakyat .......................................................................................... 24
2.2.3.1 Pengertian Cerita Rakyat........................................................................ 24
2.2.3.2 Ciri-ciri Cerita Rakyat ............................................................................ 25
2.2.3.3 Jenis-jenis Cerita Rakyat ........................................................................ 26
2.2.3.4 Cerita Rakyat Jawa Tengah .................................................................... 29
2.2.4 Paradigma Pedagogi Reflektif................................................................ 32
2.2.4.1 Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif ............................................ 32
2.2.4.2 Pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif ........................................... 33
2.2.5 Bahan Ajar ............................................................................................. 36
2.2.6 Modul ..................................................................................................... 38
2.2.6.1 Hakikat Modul ....................................................................................... 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2.2.6.2 Tujuan Modul Pembelajaran .................................................................. 39
2.2.6.3 Karakteristik Modul Pembelajaran ........................................................ 40
2.2.6.4 Prosedur Penulisan Modul ..................................................................... 42
2.2.6.5 Struktur Penulisan Modul ...................................................................... 45
2.2.6.6 Kriteria Penilaian Modul ........................................................................ 52
2.2.6.7 Modul Digital Pembelajaran .................................................................. 54
2.2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................. 55
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 58
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 58
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian .......................................................... 59
3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 60
3.4 Instrumen Pengumpulan Data ................................................................ 61
3.5 Teknik Analisis Data .............................................................................. 63
3.6 Prosedur Pengembangan ........................................................................ 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 76
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................... 76
4.1.1 Hasil Penelitian dan Pengumpulan Informasi ........................................ 77
4.1.1.1 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Mahasiswa .................................... 77
4.1.1.2 Deskripsi Wawancara Dosen ................................................................. 98
4.1.2 Pengembangan Modul .......................................................................... 100
4.1.2.1 Penentuan Tujuan ................................................................................. 101
4.1.2.2 Pemilihan Bahan .................................................................................. 101
4.1.2.3 Penyusunan Kerangka .......................................................................... 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
4.1.2.4 Pengumpulan Bahan............................................................................. 103
4.1.3 Uji Validasi .......................................................................................... 105
4.1.3.1 Hasil Validasi Modul Digital oleh Dosen Ahli .................................... 105
4.1.4 Revisi Produk Tahap I .......................................................................... 111
4.1.5 Data Hasil Uji Coba Produk ................................................................. 117
4.1.5.1 Deskripsi Uji Coba Produk .................................................................. 117
4.1.5.2 Deskripsi Hasil Penilaian Mahasiswa .................................................. 118
4.1.6 Revisi Produk Tahap II ........................................................................ 122
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 124
4.2.1 Deskripsi Modul Digital ....................................................................... 125
4.2.2 Deskripsi Data Hasil Validasi .............................................................. 130
4.2.2.1 Deskripsi Data Hasil Validasi oleh Dosen Ahli ................................... 130
4.2.2.2 Deskripsi Data Hasil Penilaian oleh Mahasiswa .................................. 131
4.2.3 Analisis Kelayakan Modul Digital ....................................................... 133
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 141
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 141
5.2 Saran ..................................................................................................... 143
5.2.1 Bagi Para Dosen ................................................................................... 144
5.2.2 Bagi Mahasiswa ................................................................................... 145
5.2.3 Bagi Peneliti Lainnya ........................................................................... 145
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 146
BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................... 150
LAMPIRAN ....................................................................................................... 151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
2.1 Cerita Rakyat Tradisional Daerah Jawa Tengah ....................................... 30
3.1 Kisi-kisi Kuesioner Membaca Kritis ......................................................... 61
3.2 Kisi-kisi Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran ............ 62
3.3 Kisi-kisi Kuesioner Pengembangan Modul Digital .................................. 62
3.4 Kisi-kisi Wawancara ................................................................................. 63
3.5 Konversi Nilai dan Skala Sikap ................................................................ 64
3.6 Kategori Interval Skala Likert ................................................................... 66
3.7 Konversi Nilai Skala Lima Berdasarkan Penilaian Acuan Patokan.......... 67
3.8 Kisi-Kisi Validasi Modul Digital Oleh Dosen Ahli .................................. 68
3.9 Kisi-Kisi Penilaian Oleh Mahasiswa ........................................................ 68
4.1 Kategori Interval Skala Likert ................................................................... 78
4.2 Hasil Keseluruhan Perhitungan Kuesioner ............................................... 97
4.3 Rumusan Tujuan Pembelajaran............................................................... 103
4.4 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Isi/Materi ....... 106
4.5 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Penyajian ....... 107
4.6 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Bahasa ............ 108
4.7 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Kegrafikan ..... 109
4.8 Data Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli pada Seluruh Aspek .............. 110
4.9 Data Hasil Penilaian Mahasiswa pada Aspek Isi/Materi ........................ 118
4.10 Data Hasil Penilaian Mahasiswa pada Aspek Penyajian ........................ 119
4.11 Data Hasil Penilaian Mahasiswa pada Aspek Bahasa............................. 120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
4.12 Data Hasil Penilaian Mahasiswa pada Kegrafikan ................................. 120
4.13 Data Skor Rata-rata Penilaian Mahasiswa pada Seluruh Aspek ............. 121
4.14 Data Rekapitulasi Validasi oleh Dosen Ahli ........................................... 131
4.15 Data Rekapitulasi Penilaian oleh Mahasiswa ........................................ 133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR BAGAN
2.1 Kerangka Berpikir Penelitian .................................................................. 57
3.1 Prosedur Pengembangan ......................................................................... 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR GAMBAR
2.1 Contoh Sistematika Uraian Modul ......................................................... 48
2.2 Contoh Sitematika Penomoran dalam Modul ........................................ 49
4.1 Materi Sebelum Direvisi (Aspek Materi) ............................................... 111
4.2 Materi Sesudah Direvisi (Aspek Materi) ............................................... 112
4.3 Gambar Kiri dan Kanan Soal Sebelum Direvisi .................................... 113
4.4 Gambar kiri dan Kanan Soal Sesudah Direvisi ...................................... 113
4.5 Gambar Kiri dan Kanan Aspek Penyajian Sebelum Direvisi ................ 114
4.6 Gambar Kiri dan Kanan Aspek Penyajian Sesudah Direvisi ................. 115
4.7 Gambar Kiri Sebelum Direvisi dan Gambar Kanan Sesudah Direvisi
(Aspek Kegrafikan) ................................................................................ 116
4.8 Kegiatan Aksi Sebelum Direvisi ............................................................ 123
4.9 Kegiatan Aksi Sesudah Direvisi............................................................. 123
4.10 Sebelah Kiri Judul Modul Sebelum Direvisi dan Sebelah Kanan Judul
Modul Sesudah Direvisi ......................................................................... 124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
DAFTAR DIAGRAM
4.1 Diagram Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis 1 ................... 80
4.2 Diagram Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis 2 ................... 81
4.3 Diagram Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis 3 ................... 82
4.4 Diagram Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis 4 ................... 83
4.5 Diagram Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis 5 ................... 85
4.6 Diagram Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat 1 ............................... 86
4.7 Diagram Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat 2 ............................... 87
4.8 Diagram Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat 3 ............................... 88
4.9 Diagram Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat 4 ............................... 89
4.10 Diagram Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat 5 ............................... 90
4.11 Diagram Hasil Kuesioner Modul Digital 1 ............................................. 92
4.12 Diagram Hasil Kuesioner Modul Digital 2 ............................................. 93
4.13 Diagram Hasil Kuesioner Modul Digital 3 ............................................. 94
4.14 Diagram Hasil Kuesioner Modul Digital 4 ............................................. 95
4.15 Diagram Hasil Kuesioner Modul Digital 5 ............................................. 96
4.16 Hasil Perbandingan Aspek Isi/Materi oleh Dosen Ahli dengan
mahasiswa ............................................................................................... 134
4.17 Hasil Perbandingan Aspek Penyajian oleh Dosen Ahli dengan
mahasiswa ............................................................................................... 135
4.18 Hasil Perbandingan Aspek Bahasa oleh Dosen Ahli dengan
mahasiswa ............................................................................................... 136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
4.19 Hasil Perbandingan Aspek Kegrafikan oleh Dosen Ahli dengan
mahasiswa ............................................................................................... 137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiii
DAFTAR GRAFIK
4.1 Hasil Validasi Modul Digital oleh Dosen Ahli ...................................... 130
4.2 Hasil Penilaian Modul Digital oleh Mahasiswa ..................................... 132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian ...................................................................... 152
Lampiran 2: Surat Permohonan Wawancara Dosen .......................................... 153
Lampiran 3: Surat Permohonan Validasi Dosen Ahli ........................................ 154
Lampiran 4: Kisi-kisi Angket Validasi Modul Digital oleh Dosen Ahli ........... 155
Lampiran 5: Kisi-kisi Angket Penilaian Modul Digital oleh Mahasiswa .......... 157
Lampiran 6: Panduan Wawancara Dosen .......................................................... 158
Lampiran 7: Kuesioner Studi Pendahuluan Mahasiswa .................................... 159
Lampiran 8: Hasil Kuesioner Studi Pendahuluan Mahasiswa ........................... 162
Lampiran 9: Hasil Validasi Dosen Ahli ............................................................. 166
Lampiran 10: Perhitungan Hasil Validasi oleh Dosen Ahli ............................... 173
Lampiran 11: Daftar Hadir Mahasiswa Saat Uji Coba ...................................... 177
Lampiran 12: Hasil Penilaian Modul Digital oleh Mahasiswa .......................... 179
Lampiran 13: Rekap Butir Pernyataan Penilaian Mahasiswa ............................ 185
Lampiran 14: Perhitungan Hasil Penilaian Modul Digital oleh Mahasiswa ...... 187
Lampiran 15: Hasil Kerja Mandiri Mahasiswa Saat Uji Coba .......................... 190
Lampiran 16: Dokumentasi ................................................................................ 194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menyajikan tujuh subbab, yaitu (1) latar belakang masalah, (2)
rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) batasan istilah,
(6) spesifikasi produk, dan (7) sistematika penyajian. Berikut rincian pemaparan
tujuh subbab pada bagian pendahuluan.
1.1 Latar Belakang
Membaca kritis merupakan salah satu bagian dari kegiatan membaca
intensif yang membutuhkan tingkat berpikir tinggi. Kegiatan membaca kritis sangat
relevan dengan kehidupan mahasiswa terlebih lagi mahasiswa yang menekuni
bidang bahasa seperti program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
(PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma
(USD). Seorang mahasiswa hendaknya memiliki keterampilan membaca kritis
karena mahasiswa dituntut tidak hanya sekedar memahami bahan bacaan secara
umum akan tetapi mampu menilai bahan bacaan tersebut. Membaca kritis menjadi
hal sangat penting untuk meningkatkan ketelitian, meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan meningkatkan karakter positif seorang mahasiswa.
Mahasiswa Prodi PBSI FKIP USD pasti akan berkecimpung di bidang
bahasa dan sastra Indonesia. Sebaiknya, mahasiswa sudah akrab dengan kegiatan
membaca. Namun, peneliti mendapatkan data yang memprihatinkan terkait minat
baca penduduk Indonesia. Rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
per minggu, dengan durasi waktu membaca per hari sekitar 30-59 menit.
Sedangkan, jumlah buku yang ditamatkan per tahun hanya 5-9 buku. Hal ini
berdasarkan hasil penelitian perpustakaan nasional tahun 2017
(www.litbang.kemendagri.go.id, 15/11/2019). Data dari UNESCO minat baca
masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya dari 1000 orang Indonesia, hanya 1
orang yang rajin membaca (www.kaskus.co.id, 17/11/2019).
Berdasarkan data survei dari beberapa lembaga di atas dapat disimpulkan
bahwa minat membaca di Indonesia sangat rendah. Tidak menutup kemungkinan
bahwa mahasiswa dari Prodi PBSI FKIP USD pun mempunyai minat baca yang
rendah. Kondisi ini baru berkaitan dengan minat membaca, belum menyinggung ke
kegiatan membaca intensif khususnya membaca kritis. Jika keinginan membaca
saja sudah rendah dapat kita asumsikan bahwa kegiatan membaca kritis jauh lebih
rendah. Selain minat baca, kurangnya modul pembelajaran yang menarik juga
menjadi faktor mengapa kalangan mahasiswa memiliki kemampuan keterampilan
membaca yang dirasa kurang.
Menurut Nasution (2005: 205), mendefinisikan modul merupakan suatu
unit yang lengkap, berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar
yang disusun untuk membantu mahasiswa mencapai sejumlah tujuan yang
dirumuskan secara khusus dan jelas. Modul cetak yang memiliki sifat tidak
interaktif dan kurang praktis di abad XXI. Modul cetak membuat mahasiswa kurang
termotivasi untuk membaca dan menerapkan kegiatan yang terdapat dalam modul
tersebut. Dengan adanya modul pembelajaran membaca kritis yang menarik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
memadai diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan membaca yang jauh lebih
baik.
Pengembangan modul digital dalam pembelajaran membaca dirasa sesuai
dengan perkembangan teknologi yang serba komputer dan praktis. Modul
pembelajaran digital membaca kritis dapat membuat mahasiswa memiliki minat
untuk membaca yang lebih tinggi karena sifat modul digital yang interaktif, praktis
dan efisien. Modul digital diharapkan dapat menjadi solusi untuk melatih
kemampuan membaca kritis mahasiswa.
Selain keterampilan membaca kritis yang meningkat, peneliti juga berharap
dapat memberikan edukasi dan nilai-nilai kehidupan di dalam modulnya. Edukasi
dan nilai-nilai kehidupan akan mengembangkan karakter positif mahasiswa.
Mahasiswa dituntut tidak hanya kompeten dalam bidang pengetahuan tetapi juga
memiliki kepekaan hati terhadap lingkungan sekitar dan sesama. Oleh karena itu,
peniliti memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah sebagai media yang
akan dikembangkan di modul digital pembelajaran membaca kritis. Menurut
Hutomo (1991: 4) , cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu
masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai
aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat. Cerita rakyat yang mengandung
nilai-nilai kehidupan dan budaya dapat memberi dampak positif untuk karakter
mahasiswa.
Mahasiswa juga dapat menjadi lebih tahu dan paham tentang cerita rakyat
yang merupakan warisan dari generasi ke generasi. Pendokumentasian cerita rakyat
sebagai media modul digital pembelajaran membaca kritis juga merupakan upaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
untuk melestarikan dan memperkenalkan cerita rakyat itu sendiri di kalangan
mahasiswa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti akan mengembangkan
modul digital pembelajaran untuk melatih kemampuan membaca kritis mahasiswa
dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, terdapat
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pengembangan modul
digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional
Jawa Tengah bagi mahasiswa Prodi PBSI FKIP USD?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yang linier dengan rumusan masalah yang
telah disebutkan yakni mengembangkan modul digital pembelajaran membaca
kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah bagi mahasiswa
Prodi PBSI FKIP USD.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian pengembangan modul digital pembelajaran membaca kritis
dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa tengah bagi mahasiswa
diharapkan memberi manfaat baik secara praktis maupun teoretis. Berikut manfaat
dari penelitian ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat dijadikan sumber tambahan atau acuan untuk
melakukan penelitian yang sejenis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
sumbangsih bagi pengembangan modul digital pembelajaran membaca kritis
dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberi manfaat praktis bagi para dosen bahasa dan
sastra Indonesia, mahasiswa dan peneliti lain. Manfaat praktis yang peneliti maksud
adalah sebagai berikut:
a. Bagi Dosen
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber belajar
tambahan yang dapat mempermudah dosen dalam menjelaskan dan memberikan
tugas pada mahasiswa untuk membaca secara kiritis. Kemudian, dapat membantu
dosen membangkitkan motivasi dan minat mahasiswa dalam membaca kritis.
b. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber belajar mandiri
mahasiswa dalam melatih keterampilan membaca kritis. Selain itu, semoga dapat
mendorong dan meningkatkan minat mahasiswa dalam kegiatan membaca kritis
dan membentuk karakter positif mahasiswa.
c. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan memotivasi peneliti lain untuk
mengembangkan bahan ajar yang lebih kreatif dan inovatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.5 Batasan Istilah
Peneliti menggunakan batasan isitilah untuk menyamakan konsep dari
bermacam-macam istilahyang digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah
batasan istilah yangdigunakan dalam penelitian ini.
1. Keterampilan Membaca
Keterampilan membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan digunakan
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau bahasa tulis (Hodgson via Tarigan, 2008: 7).
2. Membaca Kritis
Membaca kritis adalah kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan
secara kritis untuk menemukan keseluruhannya makna bahan bacaan, baik makna
tersurat maupun makna tersiratnya melalu tahap mengenal, memahami,
menganalisis, mensintesis, dan menilai (Nurhadi, 2010: 59).
3. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah seperangkat materi yang tersusun secara sistematis baik
tertulis maupun tidak tertulis yang menciptakan lingkungan/suasana belajar untuk
siswa (Ali Mudhlofir, 2011: 128).
4. Paradigma Pedagogi Reflektif
Paradigma pedagogi reflektif yang merupakan suatu pendekatan, suatu cara
dosen mendampingi mahasiswa berkembang menjadi pribadi yang utuh, bukan
hanya sekedar metode pembelajaran (Suparno 2015: 8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
5. Modul Digital
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan
tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan
oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru
(Mulyasa, 2008: 43). Kemudian, modul digital adalah modul yang diubah menjadi
elektronik modul (e-modul) yang dapat dilengkapi dengan komponen media lain
seperti audio, video, gambar, dan multimedia interaktif.
6. Cerita Rakyat
Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat
melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya
dan susunan nilai sosial masyarakat (Hutomo, 1991: 4).
1.6 Spesifikasi Produk
Hasil penelitian ini adalah produk modul digital pembelajaran membaca
kritis yang berjudul “Membaca Kritis untuk Mahasiswa”. Modul digital
dikembangkan untuk menarik minat mahasiswa dalam melatih keterampilan
membaca kritis. Kekhasan yang terdapat dalam modul ini adalah pemanfaatan
cerita rakyat tradisional Jawa Tengah dalam kegiatan membaca kritis dan
pemanfaatan teknologi untuk mengembangkan modul berbasis digital. Peneliti
memilih cerita rakyat tradisional Jawa Tengah karena dalam cerita tersebut
mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat dicontoh oleh mahasiswa. Terdapat
dua belas cerita rakyat tradisional Jawa Tengah yang digunakan peneliti untuk
dimanfaatkan dalam pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Modul Membaca Kritis untuk Mahasiswa menggunakan pendekatan
paradigma pedagogi reflektif (PPR). Modul digital Membaca Kritis untuk
Mahasiswa dirancang sesuai dengan proses pelakasanaan PPR, yaitu
konteks→pengalaman→refleksi→aksi→evaluasi. Melalui pendekatan PPR,
mahasiswa diharapkan tidak hanya mempelajari materi saja melainkan dapat
menjadi pribadi yang peka dan peduli dengan sesama. Modul digital Membaca
Kritis untuk Mahasiswa dapat digunakan secara mandiri oleh mahasiswa.
Modul digital Membaca Kritis untuk Mahasiswa terdiri dari dua bab, yaitu
(I) Membaca sebagai Keterampilan Berbahasa dan (II) Membaca Kritis Teks Prosa.
Pada bab I terdapat materi tentang konsep dasar mengenai kegiatan membaca,
pertanyaan-pertanyaan pemahamam, dan strategi dalam membaca. Kemudian, bab
II berisi materi tentang hakikat membaca kritis, cerita rakyat dan latihan-latihan
membaca kritis. Setiap pembelajaran terdapat judul bab, gambar ilustrasi, tujuan
pembelajaran, peta konsep, materi pokok, contoh, ilustrasi, video, aktivitas,
refleksi, aksi, rangkuman, dan tes formatif. Bagian refleksi berfungsi untuk
mengingat kembali tentang apa yang sudah dipelajari. Tes formatif yang terdapat
dalam modul digital berfungsi untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa
memahami materi setiap babnya.
Pada dasarnya modul digital yang dikembangkan peneliti hampir sama
dengan modul cetak, akan tetapi dalam modul digital terdapat video yang dapat
menunjang proses belajar membaca kritis. Video-video yang terdapat dalam modul
digital berkaitan dengan cerita rakyat dan materi-materi pembelajaran. Modul
digital yang dikembangkan peneliti juga dilengkapi dengan hyperlink. Hyperlink
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
terdapat dalam daftar isi disetiap subnya agar pada saat menekan tombol click akan
langsung menuju halaman yang diinginkan. Icon rumah yang terdapat pada bagian
pojok kanan bawah modul digital juga dilengkapi hyperlink oleh peneliti. Jika icon
rumah tersebut ditekan tombol click maka akan otomatis kembali menuju daftar isi.
Modul digital yang dikembangkan oleh peneliti dapat dibuka menggunakan
laptop atau personal computer (PC). Selain itu, random access memory (RAM)
yang terdapat dalam laptop atau PC minimal adalah 2 GB untuk dapat menjalankan
modul digital dengan lancar. RAM merupakan salah satu perangkat keras yang
terdapat dalam komputer untuk meningkatkan kinerja/performa komputer itu
sendiri. Untuk pertama kali pemakaian, laptop atau PC juga harus dilengkapi
dengan slot compact disk (CD) untuk mempermudah menjalankan modul digital.
Hal ini dikarenakan file modul digital diinput ke dalam CD. Jika CD sudah
dimasukkan dalam laptop atau PC maka modul digital langsung dapat dijalankan.
Untuk mempermudah pemakaian selanjutnya, file modul digital dapat dipindah ke
penyimpanan internal laptop, PC, atau flashdisk. Jika file sudah dipindah di laptop
atau PC maka pemakaian selanjutnya tidak perlu lagi menggunakan CD.
1.7 Sistematika Penyajian
Penyajian penelitian ini akan dijabarkan menjadi lima bab. Setiap bab akan
diuraikan secara sistematis sebagai berikut. Pada bab I berisi tentang pendahuluan
yang terdiri dari tujuh subbab, yaitu tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, spesifikasi produk,
dan sistematika penyajian. Bab II adalah landasan teori yang terdiri dari 3 subbab,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
yaitu penelitian terdahulu yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir. Bab
III berisi tentang metodologi penelitian terdiri dari enam subbab yang akan
menjelaskan tentang jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik
pengumpulan data, instrument pengumpulan data, teknik analisis data, dan prosedur
pengembangan. Bab IV adalah hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari dua
subbab yang akan menjabarkan tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian. Bab V merupakan penutup yang terdiri dari dua subbab yaitu
kesimpulan penelitian dan saran untuk pihak terkait.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas tiga subbab, yaitu (1) penelitian terdahulu yang
relevan, (2) landasan teori, dan (3) kerangka berpikir. Penelitian terdahulu yang
relevan merupakan hasil penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
Landasan teori memaparkan kumpulan teori-teori dari para ahli yang digunakan
peneliti sebagai acuan berpikir dalam penelitian ini. Kerangka berpikir menyajikan
langkah-langkah yang sistematis penelitian berdasarkan landasan teori dan hasil
penelitian yang relevan. Berikut rincian pemaparan tiga subbab pada bagian
landasan teori.
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian pertama yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Rishe Purnama Dewi dan J. Prapta Diharja, dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia (PBSI) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan judul
Pengembangan Modul dan CD Interaktif Pembelajaran Menulis Laporan
Kunjungan, Menulis Petunjuk, dan Surat Dinas, dengan MindManager X5 untuk
Siswa SMP Kelas VIII. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan modul dan
CD interaktif pembelajaran menulis laporan kunjungan, menulis petunjuk, dan surat
dinas dengan menggunakan mind manager X5 untuk siswa kelas VIII. Tahapan
pengembangan penelitian untuk menghasilkan modul dan CD interaktif
pembelajaran siswa SMP kelas 7 meliputi (1) kajian Standar Kompetensi, (2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
analisis kebutuhan dan pengembangan program pembelajaran, (3) memproduksi
modul dan media pembelajaran, dan (4) validasi dan revisi produk.
Hasil validasi produk modul yang dilakukan oleh ahli pembelajaran bahasa,
ahli media, guru bahasa Indonesia diperoleh skor 4,53; 4,91; dan 5. Kemudian, hasil
validasi media yang dilakukan oleh ahli pembelajaran bahasa, ahli media, guru
bahasa Indonesia diperoleh skor 4,46; 4,75; dan 4,6. Hasil validasi uji coba
lapangan diperoleh skor 4,11. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
bahwa produk modul dan CD interaktif yang dihasilkan layak untuk digunakan
dalam pembelajaran.
Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara peneltian dari Rishe
Purnama Dewi & J. Prapta Diharja dengan penelitian ini. Persamaannya adalah
sama-sama melakukan penelitian pengembangan dan produk yang dihasilkan
berupa modul dengan elaborasi teknologi. Perbedaan yang peneliti temukan, yaitu
subjek penelitian relevan adalah siswa kelas VIII SMP sedangkan peneliti adalah
Mahasiswa. Kemudian, fokus materi pembelajaran skripsi relevan adalah menulis
laporan kunjungan, menulis petunjuk, dan surat dinas sedangkan peneliti fokus
dengan materi pembelajaran membaca kritis. Selanjutnya, modul yang dihasilkan
dalam skripsi relevan didukung dengan CD interaktif dengan aplikasi
MindManager X5 sedangkan produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah
modul digital yang dikembangkan dengan aplikasi flipbook.
Penelitian kedua yang dianggap relevan oleh peneliti yaitu penelitian dari
Rizqi Aji Pratama (2016), mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Indonesia, dengan judul Pengembangan Modul Membaca Kritis dengan Model
Instruksi Langsung Berbasis Nilai Karakter. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengembangkan bahan ajar modul berbasis nilai karakter untuk meningkatkan
kemampuan membaca kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran
instruksi langsung. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner kebutuhan, tidak
tersedia bahan ajar yang secara khusus meningkatkan keterampilan membaca kritis
di kelas X, SMAN 1 Lembang.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hasil adaptasi
dari metode Dick dan Carey (2009). Bahan ajar yang dikembangkan menghasilkan
produk modul dengan penyajian materi membaca kritis menggunakan model
instruksi langsung hasil adaptasi, yang mencakup empat tahapan, antara lain: (1)
orientasi, (2) uraian materi, (3) aktivitas, dan (4) latihan mandiri. Hasil validasi ahli
dan praktisi menunjukkan rata-rata skor 96%, uji coba perseorangan dengan skor
92%, dan uji coba lapangan sebesar 89%. Hasil pengujian lain menggunakan
onegrup pretest-posttest menunjukkan bahwa modul membaca kritis model
instruksi langsung berbasis karakter mampu meningkatkan kemampuan membaca
kritis siswa.
Relevansi penelitian di atas dengan penelitian ini yaitu sama-sama fokus
terhadap kemampuan membaca kritis. Peneliti menganggap pentingnya
keterampilan membaca kritis untuk seseorang. Selain itu, peneliti juga sama-sama
ingin meningkatkan karakter melalui kegiatan membaca. Namun, dalam penelitian
ini peneliti fokus untuk memanfaatkan cerita rakyat sebagai media yang kental akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
nilai budaya dan nilai kehidupan untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang
positif.
Penelitian ketiga yang dianggap relevan oleh peneliti yaitu penelitian oleh
Debby Maharani (2016), mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang berjudul Pengembangan Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca
Pemahaman pada Mahasisawa Kelas B Semester IV Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran
2015/2016. Tujuan penelitian yaitu pengembangan strategi pembelajaran
kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester IV kelas B PBSI
USD yang dikemas menjadi sebuah modul pembelajaran. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian pengembangan yang dilaksanakan pada 37
mahasiswa semester IV kelas B PBSI USD yang menempuh mata kuliah membaca
intensif. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dijadikan dasar
pengembangan.
Relevansi dari penelitian yang dilakukan oleh Debby (2016) yaitu
subjeknya sama-sama mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah membaca
intensif. Produk yang dihasilkan juga sama-sama berupa modul. Namun, produk
yang akan dihasilkan pada penelitian ini adalah modul berbasis digital. Selain itu,
perbedaan dengan ketiga penelitian di atas yakni pemanfaatan cerita rakyat yang
dilakukan oleh peneliti untuk media pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2.2 Landasan Teori
Landasan teori memaparkan hasil kumpulan teori-teori dari para ahli yang
digunakan peneliti sebagai acuan berpikir dalam penelitian ini. Dalam landasan
teori terdapat lima pokok pembahasan yaitu, (1) keterampilan membaca sebagai
salah satu keterampilan berbahasa, (2) membaca kritis, (3) cerita rakyat, (4)
paradigma pedagogi reflektif (PPR), (5) bahan ajar, dan (6) Modul. Berikut adalah
penjelasan masing-masing pokok pembahasan dalam lamdasan teori.
2.2.1 Keterampilan Membaca sebagai Salah Satu Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa terdapat empat aspek, yaitu keterampilan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menurut Mulyati (2009: 7)
menyimak dan membaca merupakan aspek reseptif, sedangkan berbicara dan
menulis merupakan aspek produktif. Maksudnya aspek reseptif ketika aktivitas
membaca dan menyimak, seorang pembaca dan penyimak akan menyerap
informasi atau pesan dari bahan bacaan atau bahan simakan. Sedangkan, aspek
produktif ketika melakukan aktivitas keterampilan berbicara dan menulis.
Pada saat berbicara dan menulis, seseorang akan menyampaikan gagasan
atau idenya melalui lisan ataupun tulisan. Oleh karena itu, keterampilan berbicara
dan menulis merupakan aspek produktif. Masing-masing keterampilan berbahasa
saling berhubungan dan mempunyai keterkaitan. Keterampilan membaca yang
bersifat reseptif akan memengaruhi keterampilan berbicara dan keterampilan
menulis. Seseorang akan terampil dalam berbicara dan menulis ketika memiliki
pengetahuan dan wawasan yang luas. Pengetahuan dan wawasan yang luas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
didapatkan melalui kegiatan membaca. Oleh karena itu, keterampilan membaca
penting sekali dikuasai oleh seorang mahasiswa.
Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang erat kaitannya dengan dunia
pendidikan. Kegiatan membaca akan membuat seseorang mengetahui informasi-
informasi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Banyak ahli yang
mendefinisikan tentang keterampilan membaca. Menurut Hodgson (dalam
Tarigan, 2008: 7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan digunakan
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau bahasa tulis. Menurut pendapat dari Hodgson membaca
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memahami maksud dari
penulis.
Harju Sujana dan Mulyati (1997: 5) mengemukakan bahwa membaca
merupakan kemampuan yang kompleks. Dalam hal ini kegiatan membaca bukan
semata-mata hanya melihat tulisan, namun ada proses yang kompleks dalam pikiran
kita untuk memaknai kata, frasa, atau kalimat. Menurut pendapat dari Hudgson dan
Harju Sujana dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan untuk
memahami maksud penulis yang disampaikan melalui tulisan dengan melibatkan
daya berpikir yang kompleks.
Anderson dalam Tarigan (2008: 7) mengemukakan bahwa membaca adalah
proses dekoding (decoding). Artinya, suatu kegiatan untuk memecahkan lambang-
lambang verbal. Proses dekoding atau dapat diartikan pula sebagai proses
penghubung kata-kata tulis (written word) dengan bahasa lisan (oral langage
meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
bermakna. Dari pendapat Anderson dapat kita simpulkan bahwa membaca adalah
suatu kegiatan atau proses yang melibatkan indera penglihatan dan pikiran untuk
memperoleh suatu informasi tertentu dari bahan bacaan. Pendapat Anderson sejalan
dengan pendapat Hudgson dan Harju, dalam kegiatan membaca sama-sama
melibatkan pemikiran untuk mendapatkan suatu informasi dari bahan bacaan.
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi, Mencakup isi dan memahami makna bacaan. Nurhadi (2005: 11)
berpendapat bahwa tujuan membaca antara lain: (1) memahami secara detail dan
menyeluruh isi buku, (2) menangkap ide pokok atau gagasan utama buku secara
(waktu terbatas); (3) mendapatkan informasi tentang sesuatu (misalnya,
kebudayaan suku Indian); (4) mengenali makna kata-kata (istilah sulit); (5) ingin
mengetahui peristiwa penting yang terjadi di masyarakat sekitar; (6) ingin
memperoleh kenikmatan dalam karya fiksi; (7) ingin memperoleh informasi tentang
lowongan pekerjaan; (8) ingin mencari informasi merek barang yang cocok untuk
dibeli; (9) ingin menilai kebenaran gagasan pengarang atau penulis; (10) ingin
medapatkan alat tertentu (instrumens affect) dan (11) ingin medapatkan keterangan
tentang pendapat seseorang (ahli) atau keterangan definisi suatu istilah. Setiap
pembaca pasti mempunyai motivasi atau tujuan untuk membaca. Motivasi dan
tujuan membaca yang dikemukakan oleh Nurhadi sangat beragam, namun semakin
besar motivasi seseorang dan semakin menarik bahan bacaan akan membuat
pembaca terdorong untuk melakukan aktivitas membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2.2.2 Membaca Kritis
Membaca kritis merupakan salah satu kegiatan membca intensif. Membaca
kritis menjadi salah satu keterampilan yang penting dikuasai oleh mahasiswa.
Berikut akan dijabarkan mengenai (1) hakikat membaca kritis dan (2) aspek-aspek
membaca kritis.
2.2.2.1 Hakikat Membaca Kritis
Membaca kritis merupakan salah satu bagian dari membaca intensif.
Menurut Soedarso (1988:71) membaca secara kritis adalah cara membaca dengan
melihat motif penulis dan menilainya. Motif penulis yang dimaksud adalah alasan
seorang penulis ketika mengeskpresikan gagasannya ke dalam ragam tulisan.
Seorang pembaca kritis hendaknya mampu mengetahui motif dari penulis
kemudian menilainya dengan sudut pandang tertentu.
Pakar lain yakni Nurhadi lebih komperhensif menjabarkan pengertian
membaca kritis, Nurhadi (2010: 59) menyatakan bahwa membaca kritis adalah
kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menemukan
keseluruhannya makna bahan bacaan, baik makna tersurat maupun makna
tersiratnya melalu tahap mengenal, memahami, menganalisis, mensintesis, dan
menilai. Sebenarnya pendapat dari Soedarso dan Nurhadi memiliki kesamaan yaitu
titik akhir dalam membaca kritis adalah mampu menilai bahan bacaan baik dari segi
isi maupun bentuknya. Namun, Nurhadi lebih menjelaskan aspek-aspek yang
dilakukan seorang pembaca kritis sebelum sampai akhirnya menilai suatu bahan
bacaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Menurut Wiryodijoyo (1989: 54), membaca kritis merupakan kegiatan
membaca yang bertujuan untuk mencari keputusan (judgement) dan keterlibatan
yang dalam. Pembaca akan berinteraksi secara intensif dengan penulis lewat bahan
bacaan. Pembaca yang melakukan kegiatan membaca kritis harus dapat memahami,
menganalisis dan memberikan penilaian terkait gagasan yang dituangkan oleh
penulis lewat tulisan. Untuk mampu mengkritisi bacaan seorang pembaca harus
terlebih dahulu memahami bacaan tersebut (Abidin, 2012: 102). Oleh karena itu,
membaca kritis merupakan subketerampilan membaca pemahaman, ini artinya
seorang pembaca kritis tidak akan dapat membaca kritis apabila ia gagal memahami
teks secara tersurat dan tersirat.
Dari pendapat ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa membaca kritis
adalah kemampuan pembaca untuk mengolah bahan bacaan dengan melihat
berbagai alasan penulis, keseluruhan makna bacaan, dan mampu menilai tulisan
yang sedang dibaca. Pembaca kritis tidak hanya sekedar memahami makna bacaan
saja, akan tetapi dituntut berpikir tingkat tinggi agar dapat menilai bahan bacaan.
Kesungguhan, kecermatan, dan kemampuan mengkritisi bahan bacaan menjadi
kunci untuk membaca kritis.
2.2.2.2 Aspek Membaca Kritis
Membaca Kritis erat kaitannya dengan kegiatan berpikir kritis. Pada saat
pembaca melakukan aktivitas membaca kritis secara tidak langsung pembaca akan
melakukan kegiatan berpikir kritis. Membaca kritis adalah teknik menemukan
informasi dan ide-ide dalam teks secara teliti, aktif, analitik, dan reflektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Kemudian, berpikir kritis adalah teknik mengevaluasi informasi dan ide-ide untuk
menentukan apakah ide/informasi tersebut bisa diterima atau dipercaya (Priyatni
dan Nurhadi, 2017). Membaca kritis pada hakikatnya jenis membaca yang tinggi
tingkatannya, yang dirancang untuk penerapan berpikir kritis dalam kegiatan
membaca.
Jika melihat pengertian membaca kritis dan berpikir kritis maka kegiatan
membaca krtis akan muncul terlebih dahulu. Setelah melakukan kegiatan membaca
kritis (critical reading) dengan memahami bahan bacaan secara menyeluruh
kemudian pembaca akan mengevaluasi pernyataan-pernyataan yang ada di dalam
bahan bacaan (critical thinking). Aspek-aspek membaca kritis menurut Nurhadi
(2010: 59-60) adalah (1) menginterpretasi makna tersirat, (2) mengaplikasikan
konsep-konsep bacaan, (3) kemampuan menganalisis, (4) kemampuan membuat
sintesis, dan (5) kemampuan menilai isi bacaan.
Berikut adalah penjabaran aspek-aspek membaca kritis menurut Nurhadi:
1. Kemampuan Menginterpretasi Makna Tersirat
Aspek menginterpretasi makna tersirat artinya pembaca harus mampu
menafsirkan makna yang tidak disampaikan langsung dalam sebuah teks. Pembaca
dituntut untuk memahami bahan bacaan secara menyeluruh. Berikut adalah
kemampuan-kemampuan menginterpretasi: kemampuan menafsirkan ide pokok
paragraf, menafsirkan gagasan utama bacaan, menafsirkan ide-ide penunjang,
membedakan fakta-fakta atau detail bacaan, memahami secara kritis hubungan
sebab akibat, dan memahami secara kritis unsur-unsur perbandingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2. Kemampuan Mengaplikasikan Konsep-Konsep dalam Bacaan
Pembaca harus mampu menghubungkan isi bacaan dengan penerapan
kehidupan sehari-hari secara nyata. Gagasan atau ide yang terdapat dalam bahan
bacaan dapat diaplikasikan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Aplikasi
konsep bacaan ini tidak selalu dalam bentuk tindakan melainkan dapat juga bersifat
konseptual. Ketika pembaca mampu menunjukkan kesesuaian antara gagasan
utama dengan situasi yang dihadapi juga sudah termasuk ke dalam aplikasi konsep
bacaan. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep bacaan sebagai berikut:
kemampuan mengikuti petunjuk dalam bacaan, menerapkan konsep-konsep atau
gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang problematis, menunjukkan
kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.
3. Kemampuan Menganalisis Isi Bacaan
Kemampuan menganalisis isi bacaan merupakan kemampuan pembaca
untuk melihat komponen-komponen atau unsur-unsur yang membentuk kesatuan.
Jika bahan bacaan merupakan sebuah karya sastra unsur-unsurnya adalah unsur
pembangun karya sastra itu sendiri. Unsur pembangun karya sastra adalah unsur
intrinsik dan ekstrinsik. Kemampuan menganalisis isi bacaan meliputi: kemampuan
memberikan gagasan utama bacaan, memberikan detai-detail dan fakta-fakta
penunjang, mengklasifikasi fakta-fakta dan membandingkan tokoh-tokoh yang ada
dalam bacaan.
4. Kemampuan Membuat Sintesis
Kemampuan membuat sintesis adalah kemampuan mengintegrasikan bahan
bacaan dengan konsep-konsep yang sudah diketahui pembaca sebelumnya sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
menghasilkan pengetahuan yang baru. Kemampuan membuat sintesis sebagai
berikut: kemampuan membuat kesimpulan bacaan, mengorganisasi gagasan utama
bacaan, menentukan sebuah tema bacaan, menyususn kerangka bacaan,
menghubungkan data-data sehingga diperoleh kesimpulan, dan membuat
ringkasan.
5. Kemampuan Menilai Isi Bacaan
Titik akhir dalam membaca kritis adalah mampu membuat penilaian
terhadap bahan bacaan. Pembaca melakukan penilaian-penilaian terhadap bahan
bacaan melalui kegiatan mempertimbangkan, menyimpulkan, menilai itu sendiri,
dan mengambil sebuah keputusan-keputusan secara tegas. Kemampuan menilai isi
bacaan meliputi: kemampuan menilai kebenaran gagasan utama atau ide pokok
paragraf atau bacaan secara keseluruhan, menentukan sebuah pernyataan termasuk
fakta atau sekedar opini, menentukan dan menilai bahwa sebuah bacaan itu
diangkat dari realitas atau fantasi pengarang, menentukan tujuan pengarang dalam
menulis karangannya, menetukan relevansi antara tujuan dengan pengembangan
gagasan, menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan
kesimpulan yang dibuat, dan menilai keakuratan dalam menggunakan bahasa, baik
pada tataran kata, frase, atau penyusunan kalimatnya.
Berdasarkan aspek membaca kritis yang dikemukakan oleh Nurhadi,
peneliti menyimpulkan aspek-aspek dalam membaca kritis. Aspek pertama,
pembaca mampu memahami setiap kata yang terdapat dalam bahan bacaan. Jika
pembaca menemukan kata-kata yang sukar maka pembaca harus berusaha mencari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
arti kata tersebut. Pembaca akan susah memahami bahan bacaan jika tidak mengerti
arti setiap kata yang dituangkan penulis. Aspek yang kedua, pembaca mampu
menemukan gagasan utama dan ide pokok dalam bacaan. Isi bacaan tercermin
dalam ide pokok dan gagasan utama yang dirangkai penulis.
Aspek ketiga adalah menemukan makna tersurat, setelah mengerti arti kata
yang sukar dan gagasan utama bacaan maka akan mudah memahami makna yang
disampaikan penulis secara langsung. Aspek keempat adalah menemukan makna
tersirat. Pembaca harus mampu menafsirkan makna-makna tersirat yang
disampaikan penulis secara implisit. Aspek kelima adalah menyimpulkan bahan
bacaan menggunakan bahasa dan kalimat sendiri. Kemampuan menyimpulkan
pembaca didasari pemahaman setiap detail dan hal pokok yang terdapat dalam
bahan bacaan. Aspek keenam adalah memberi kritik atau menilai bahan bacaan.
Penilaian pembaca diharapkan secara mendalam. Keenam aspek membaca kritis
yang disimpulkan peneliti sesuai dengan kemampuan berpikir mahasiswa.
Jika pembaca melakukan kegiatan membaca kritis maka secara otomatis
akan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis menjadi hal yang penting dalam
kehidupan sehari-hari termasuk dalam kegiatan membaca. John W. Santrock
(dalam Muammar, 2014) mengungkapkan 7 cara untuk membangun pemikiran
kritis yaitu, (1) Tanyakan tidak hanya apa yang terjadi, tetapi juga “bagaimana” dan
“mengapa”. (2) Periksalah “fakta-fakta” yang dianggap benar untuk menentukan
apakah terdapat bukti untuk mendukungnya. (3) Berargumen dengan cara bernalar
daripada menggunakan emosi. (4) Kenalilah bahwa kadang-kadang terdapat lebih
dari satu jawaban atau penjelasan yang bagus. (5) Bandingkan beragam jawaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dari sebuah pertanyaan dan nilailah mana yang benar-benar merupakan jawaban
terbaik. (6) Evaluasi dan lebih baik menanyakan apa yang dikatatakan orang lain
daripada segera menerimanya sebagai kebenaran. (7) Ajukan pertanyaan dan
lakukan spekulasi lebih jauh yang telah kita ketahui untuk menciptakan ide-ide baru
dan informasi-informasi baru.
2.2.3 Cerita Rakyat
Bagian cerita rakyat akan memaparkan tentang (1) pengertian cerita
rakyat, (2) ciri-ciri cerita rakyat, dan (3) jenis cerita rakyat (4) cerita rakyat Jawa
Tengah.
2.2.3.1 Pengertian Cerita Rakyat
Hutomo (1991: 4) mengungkapkan bahwa cerita rakyat dapat diartikan
sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan
langsung dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat.
Ekspresi budaya merupakan wujud nyata kebudayaan suatu daerah yang tersebar
melalui bahasa lisan atau mulut ke mulut yang erat kaitannya dengan nilai-nilai
sosial dan budaya. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Endraswara (2010: 3)
bahwa cerita rakyat diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dalam masyarakat tertentu.
Dari pendapat Hutomo dan Endraswara dapat disimpulkan bahwa cerita
rakyat adalah wujud nyata kebudayaan suatu daerah yang diwariskan secara turun-
temurun yang di dalamnya mengandung nilai-nilai sosial dan budaya suatu daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Penyebaran cerita rakyat dari generasi ke generasi disampaikan secara lisan. Cerita
rakyat menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Hampir di setiap
daerah Indonesia mempunyai cerita rakyat masing-masing. Biasanya cerita rakyat
di setiap daerah akan mencerminkan kebudayaan dan nilai-nilai sosial daerah
tersebut.
2.2.3.2 Ciri-ciri Cerita Rakyat
Salah satu kekayaan yang dimiliki negara Indonesia adalah cerita rakyat.
Hampir di setiap daerah Indonesia mempunyai cerita rakyat masing-masing.
Penyebaran cerita rakyat yang disampaikan hanya dari mulut ke mulut membuat
cerita rakyat suatu daerah hanya dikenal di daerah itu saja. Namun, seiring
berkembangnya zaman cerita rakyat mulai didokumentasikan. Cerita rakyat
merupakan salah satu dari karya sastra yang memiliki ciri pengenal sendiri. Ciri
pengenal cerita rakyat dapat dijadikan sebagai acuan untuk membedakan cerita
rakyat dengan cerita-cerita karya sastra yang lain.
Endraswara (2010: 6) mengemukakan bahwa ada sepuluh ciri pengenal
utama yang membedakan cerita rakyat dari yang lainnya, ciri-cirinya adalah (1)
disebarkan secara lisan, artinya dari mulut ke mulut, dari satu orang ke orang yang
lain, dan secara alamiah tanpa paksaan, (2) nilai-nilai tradisi amat menonjol. Tradisi
ditandai dengan keberulangan atau yang telah menjadi kebiasaan, (3) dapat
bervariasi antara satu wilayah, namun hakikatnya sama. Variasi disebabkan
keragaman bahasa, bentuk, dan keinginan masing-masing wilayah, (4) pencipta dan
perancangnya tidak jelas. Meskipun demikian, ada cerita rakyat yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dibukukan, sehingga bagi yang kurang paham seolah-olah pengumpulnya adalah
penciptanya, (5) cenderung memiliki formula atau rumus yang tetap, namun ada
pula yang bersifat lentur, (6) mempunyai kegunaan dalam kehidupan suatu
masyarakat, misalnya sebagai alat pendidik, pelipur lara, dan proyeksi keinginan
terpendam, (7) bersifat pralogis, yaitu memiliki logika sendiri sehingga berbeda
dengan logika umum, (8) menjadi milik bersama dari kolektif tertentu hal ini
disebabkan karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui lagi, (9) umumnya
bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali terlihat agak kasar, (10) memiliki unsur
humor dan wejangan.
2.2.3.3 Jenis-Jenis Cerita Rakyat
Bascom (Danandjaja, 2007: 50) mengungkapkan bahwa cerita rakyat dapat
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu mite, dongeng, dan legena. Agar mendapat
gambaran yang jelas, maka tiga bentuk cerita rakyat tersebut akan diuraikan secara
teoretis sebagai berikut:
1. Mite
Mite adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap
suci oleh empunya cerita. Pada umumnya, mite mengisahkan terjadinya alam
semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk
tipografi, gejala alam, dan sebagainya. Mite juga mengisahkan petualangan para
dewa dan seluk beluknya. Mite selalu dipercayai oleh masyarakat dari satu generasi
ke generasi berikutnya meskipun isi ceritanya terkadang di luar jangkauan norma
dan terkadang tidak dapat diterima oleh akal dan logika. Namun, mite bermanfaaat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
bagi kehidupan manusia karena mengandung nilai-nilai tertentu yang memberi
pedoman bagi kehidupan manusia. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa mite adalah cerita yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap sakral
oleh pemilik ceritanya.
2. Dongeng
Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi.
Senada dengan hal tersebut, Danandjaja (2007) menyatakan bahwa dongeng adalah
cerita fiktif dan tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Jadi, jika legenda adalah
sejarah kolektif, maka dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan.
Hidayat (2009: 224) juga mengemukakan bahwa dongeng adalah cerita khayal yang
tidak mungkin terjadi dalam kenyataan.
Biasanya dongeng memuat pelajaran (moral), hiburan, bahkan sindiran.
Dongeng biasanya mempunyai kalimat pembuka dan penutup yang sifatnya klise.
Sebelum era masyarakat mengenal tulisan, dongeng merupakan media penanaman
nilai-nilai sosial yang luhur oleh orang tua dan nenek moyang pada generasi
penerus. Senada dengan pendapat di atas, Ahyani (2010: 26) menjelaskan bahwa
dongeng dapat dijadikan sebagai media pembentuk kepribadian dan moralitas anak.
Dongeng memiliki sejumlah aspek yang diperlukan dalam perkembangan kejiwaan
anak, karena memberi wadah bagi anak untuk belajar berbagai emosi dan perasaan.
3. Legenda
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita
sebagai suatu yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Legenda merupakan cerita
yang mengisahkan sejarah suatu tempat atau peristiwa di zaman silam yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
berkisah tentang seorang tokoh, keramat, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan
sejarah, ditegaskan bahwa legenda seringkali dipandang sebagai “sejarah” kolektif,
walaupun “sejarah” itu karena tidak tertulis telah mengalami distorsi, sehingga
seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya (Danandjaja, 2007: 66). Jadi,
dapat dikatakan bahwa legenda memang erat dengan sejarah kehidupan masa
lampau, meskipun tingkat kebenarannya seringkali tidak bersifat murni, karena
legenda bersifat semi historis.
Hal senada juga diungkapkan oleh Haviland (1993: 231) bahwa legenda
adalah cerita-cerita semi historis yang memaparkan perbuatan para pahlawan,
perpindahan penduduk, terciptanya adat kebiasaan lokal, dan yang istimewa selalu
berupa campuran antara realisme, supernatural, dan yang luar biasa. Legenda dapat
memuat keterangan-keterangan langsung atau tidak langsung tentang sejarah,
kelembagaan, hubungan, nilai, dan gagasan-gagasan. Hutomo (1991: 64)
menyatakan bahwa legenda adalah cerita-cerita yang oleh masyarakat empunya
cerita dianggap sebagai peristiwa sejarah. Itulah sebabnya ada yang mengatakan
jika legenda merupakan sejarah rakyat.
Brunvand (Danandjaja, 2007) menggolongkan legenda menjadi empat
kelompok, yaitu: legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda perseorangan,
dan legenda setempat, (1) legenda keagamaan merupakan cerita mengenai
kehidupan orang-orang saleh, (2) legenda alam gaib biasanya berbentuk kisah yang
dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami oleh seseorang. Fungsi legenda
semacam ini untuk meneguhkan kebenaran “takhyul” atau kepercayaan rakyat, (3)
legenda perseorangan merupakan cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dianggap oleh pemiliknya benar-benar pernah terjadi. Tokoh-tokoh utama dalam
cerita ini biasanya seseorang yang memiliki kharisma, yang telah mengalami liku-
liku kehidupan yang pada mulanya sengsara namun pada akhirnya menjadi akhir
yang bahagia, (4) legenda setempat ialah cerita yang berhubungan dengan suatu
tempat, nama tempat, dan bentuk tipografi suatu tempat. Cerita mengenai asal-usul
suatu tempat ini bertalian erat dengan kejadian atau kenyataan alam, misalnya Asal-
usul Salatiga, legenda Nusakambangan, dan legenda Candi Roro Jonggrang.
2.2.3.4 Cerita Rakyat Jawa Tengah
Cerita rakyat adalah wujud nyata kebudayaan suatu daerah yang diwariskan
secara turun-temurun yang di dalamnya mengandung nilai-nilai sosial dan budaya
suatu daerah. Cerita rakyat merupakan salah satu hasil kebudayaan daerah dan
merupakan unsur kebudayaan nasional yang perlu dipelihara dan dibina karena
banyak mengandung nilai-nilai pendidikan yang berharga (Depdikbud, 1982: 1).
Hampir di setiap daerah di Indonesia mempunyai cerita rakyat masing-masing.
Penelitian ini akan memanfaatkan cerita rakyat yang berasal dari Jawa Tengah.
Cerita rakyat tradisional Jawa Tengah akan mencerminkan kebudayaan dan nilai-
nilai sosial masyarakat Jawa Tengah itu sendiri.
Penyebaran cerita rakyat pada zaman dahulu dilakukan secara lisan atau dari
mulut ke mulut. Perkembangan cerita rakyat secara lisan mengakibatkan potensi
hilangnya dari tengah-tengah masyarakat sangat besar. Cerita rakyat juga dapat
memperkaya kebudayaan nasional, akan tetapi kurang mendapat perhatian dari
masyarakat atau dunia pendidikan. Berdasarkan masalah tersebut Departemen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Pendidikan dan Kebudayaan melakukan proyek inventarisasi dan dokumentasi
pada tahun 1982. Dokumentasi yang dilakukan merupakan pencatatan cerita rakyat
tradisional Jawa Tengah sebagai bahan bacaan umum.
Hasil dokumentasi dan pencatatan yang dilakukan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan terdapat 20 judul cerita rakyat daerah Jawa Tengah.
Berikut adalah judul cerita rakyat Jawa Tengah dan informan menurut Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (1982: 151-155).
Tabel 2.1 Cerita Rakyat Tradisional Daerah Jawa Tengah
No. Judul Cerita
Rakyat
Nama Informan Pekerjaan Informan
1. Bulus Jimblung A. Ikhsan Ketua R.K.
2. Si Gringsing dan
Si Kasur
Daryono Staf Kasi Kebudayaan Dep. P
dan K Kabupaten Tegal
3. Saridin Sarbini -
4. Kyai Ageng Atas
Angin
Soewarno
Riyodiprojo
Juru Kunci Makam Temu
Ireng
5. Kyai Ageng
Pandanaran
Kardono Juru Kunci Makam
Pandanaran
6. Sunan Kalijaga Sri Soeparmo Staf Kasi Kebudayaan Dep. P
dan K Kabupaten Demak
7. Jaka Sangkrip Abdul Charim Kepala Desa Tanjungseto
8. Jaka Kusnun Bedjo Soetrisno Staf Kasi Kebudayaan Dep. P
dan K Kabupaten Batang
9. Nyai Bagelan Wiryo Soeprapto Tani
10. Punden Watu
Gilang
Sutiyo Wiyono Carik Desa Tambakboyo,
Tawangsari, Sukoharjo
11. Punden Bawang Sastrosiswojo Lurah Desa
12. Ki Ageng
Selomanik
Ki Sumodiguno Pensiunan Pegawai
Penerangan
13. Empu Supa A.S. Jatiwinarko Kasi Kebudayaan Dep. P dan
K Kabupaten Grobogan
14. Joko Poleng J. Parsuki Staf Kasi Kebudayaan Dep. P
dan K Kabupaten Brebes
15. Terjadinya Kota
Magelang
Eko Pardani Staf Kasi Kebudayaan Dep. P
dan K Kabupaten Magelang
16. Gapura Asal
Majapahit
Supardan Juru Kunci Gapura Majapahit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
No. Judul Cerita
Rakyat
Nama Informan Pekerjaan Informan
17. Riwayat
Terjadinya
Sedang Lamang
dan Bukit Pace
Sastromartojo Lurah Desa
18. Kembang Wijaya
Kusuma
Sudjangi Kebayan
19. Gunung Tidar Soekirman B.A. Kasi Kebudayaan Dep. P dan
K Kotamadya Magelang
20. Dewi Lanjar Soeroyo Prawiri Kasi Kebudayaan Dep. P dan
K Kodya Pekalongan
Cerita rakyat di Jawa Tengah masih berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat pendukungnya yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial maupun
budaya. Peneliti memutuskan untuk menggunakan cerita rakyat Jawa Tengah yang
terdapat dalam buku Departemen Pendidikan Kebudyaan (1982). Dari 20 cerita
rakyat, peneliti memilih 12 cerita rakyat yang akan dimanfaatkan dalam modul
digital pembelajaran membaca kritis yang peneliti kembangkan.
Cerita rakyat yang dipilih peneliti untuk dimanfaatkan dalam modul
pembelajaran membaca kritis antara lain: (1) Ki Ageng Pandanaran, (2) Saridin,
(3) Ki Ageng Selomanik, (4) Jaka Sangkrip, (5) Sunan Kalijaga, (6) Gapura Asal
Majapahit, (7) Empu Supa, (8) Gunung Tidar, (9) Terjadinya Kota Magelang, (10)
Kembang Wijaya Kusuma, (11) Punden Bawang, dan (12) Riwayat Terjadinya
Sedang Lamang dan Bukit Pace. Ada cerita rakyat yang peneliti tulis secara utuh
dan ada yang dicuplik sebagian ceritanya. Penulisan secara utuh atau cuplikan cerita
rakyat disesuaikan dengan keterkaitan materi dan kebutuhan modul. Peneliti
memilih memanfaatkan cerita rakyat dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1982) karena bahasa yang digunakan dalam cerita rakyat sesuai dengan tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
berpikir mahasiswa, alur ceritanya menarik, dan di setiap cerita terdapat informan
yang kompeten untuk mengisahkan cerita rakyat yang berkembang di daerahnya
masing-masing. Cerita rakyat yang sudah peneliti pilih di atas merupakan cerita
rakyat Jawa Tengah jenis mite dan legenda.
2.2.4 Paradigma Pedagogi Reflektif
Pembelajaran yang menerapkan paradigma pedagogi reflektif dapat
membentuk kepribadian peserta didik sesuai nilai-nilai kemanusian. Berikut akan
dijabarkan materi tentang paradigma pedagogi reflektif.
2.2.4.1 Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan pola pikir dalam
menumbuhkembangkan pribadi peserta didik menjadi pribadi yang manusiawi
(Tim Redaksi Kanisius, 2008: 39). Menurut Suparno (2015: 8), paradigma pedagogi
reflektif yang merupakan suatu pendekatan, suatu cara dosen mendampingi
mahasiswa berkembang menjadi pribadi yang utuh, bukan hanya sekedar metode
pembelajaran. Menjadi pribadi yang utuh artinya tidak hanya cerdas tetapi juga
humanis. Dalam pembelajaran yang menerapkan pendekatan PPR, peserta didik
menjadi pusat proses belajar untuk menemukan ilmu-ilmu yang baru dan nilai-nilai
kemanusiaan dengan penuh tanggung jawab. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Suparno (2015: 15) yaitu pendidikan dinilai berhasil bila peserta
didik sendiri menemukan pengetahuan, pengertian, keterampilan, serta nilai, dan
tugas pendidik adalah sebagai fasilitator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tujuan manusia menempuh pendidikan dirumuskan dalam 3C yang
meliputi competence, conscience, dan compassion (Suparno, 2015: 19).
Competence artinya menguasai ilmu pengetahuan/keterampilan sesuai dengan
bidangnya. Consience artinya mempunyai hati nurani yang dapat membedakan baik
dan tidak baik. Compassion artinya mahasiswa mempunyai kepekaan untuk berbuat
baik bagi orang lain yang membutuhkan, punya kepedulian pada orang lain
terutama yang miskin dan kecil. Peserta didik tidak hanya dituntuk untuk cerdas
secara akademik namun juga harus mempunyai kepekaan terhadap lingkungan
sekitar. Keinginan berbuat baik dan membantu sesama menjadi sebuah kewajiban
umat manusia. Melalui pendekatan PPR mahasiswa dibimbing untuk
2.2.4.2 Pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif
Pelaksanaan PPR meliputi lima langkah yang berkesinambungan dimulai
dari konteks→ pengalaman→ refleksi→ aksi→ evaluasi (Subagya, 2010: 40).
Unsur utama dalam paradigma pedagogi reflektif adalah pengalaman, refleksi, aksi.
Ketiga unsur utama didukung oleh konteks yang dilakukan sebelum pembelajaran
dan unsur evaluasi yang dilakukan setelah pembelajaran.
1. Konteks
Konteks merupakan keadaan awal (kesiapan) peseta didik untuk berproses
dalam suatu pembelajaran (Wahana, 2016: 20). Menurut Subagya (2008: 42)
konteks untuk menumbuhkembangkan pendidikan antara lain. Pertama, wacana
tentang nilai-nilai yang ingin dikembangkan, agar semua anggota komunitas, guru,
dan siswa menyadari bahwa menjadi landasan pengembangan bukan peraturan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
perintah, sanksi-sanksi, melainkan nilai-nilai kemanusiaan. Guru (fasilitator) atau
dosen perlu menyemangati mereka agar memiliki nilai seperti: persaudaraan,
solidaritas, penghargaan terhadap sesama, cinta lingkungan hidup, dan nilai-nilai
lain yang semacam itu.
Konteks kedua, contoh-contoh penghayatan mengenai nilai-nilai yang
diperjuangkan, lebih-lebih contoh dari pihak guru atau dosen. Kalau itu ada, maka
siswa cenderung akan melihat, bersikap dan berperilaku sesuai nilai yang dihayati
lingkungannya. Konteks ketiga, hubungan akrab, saling percaya, agar terjalin
dialog yang saling terbuka antara guru (fasilitator) atau dosen dengan pembelajar.
Setiap orang dihargai, ditunjukkan kebaikannya, ditantang untuk melakukan yang
benar, baik, dan indah. Pada hakikatnya konteks dalam pedagogi ignatian adalah
semua factor yang mendukung ataupun menghambat setiap siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran (Hartana, dkk 2016: 778).
2. Pengalaman
Subagya (2010:50-51) membedakan pengalaman menjadi dua:
a) pengalaman langsung, yaitu pengalaman yang benar-benar dialami oleh peserta
didik. Pengalaman langsung dapat berupa kegiatan diskusi, olahraga, dan bermain
peran. Kegiatan-kegiatan tersebut langsung dirasakan oleh peserta didik ketika
mendapat sebuah materi, tidak sekedar melakukan aktivitas membaca atau
menyimak; b) pengalaman tidak langsung, yaitu pengalaman yang diperoleh
peserta didik secara tidak langsung dalam proses pembelajaran, sehingga menuntut
peserta didik untuk berimajinasi untuk bisa mengerti materi pembelajaran. Menurut
Wahana (2016: 21) Pengalaman tidak langsung dapat diperoleh dari kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
melihat, membaca atau mendengarkan secara tidak langsung terhadap suatu
kejadian yang terjadi.
3. Refleksi
Guru atau dosen dapat mengarahkan peserta didik dengan memberi
pertanyaan agar peserta didik terbantu dalam melakukan refleksi. Subagya (2010:
54-55) juga mengungkapkan bahwa refleksi untuk peserta didik dituntun dengan
pertanyaan-pertanyaan dari pendidik, sehingga pendidik harus mampu
merumuskan pertanyaan refleksi yang dapat menggugah batin peserta didik,
menggugah hati nuraninya, serta kepeduliannya pada yang lain berkaitan dengan
materi yang relevan. Siswa dapat diarahkan untuk diam atau hening agar dapat
berkonsentrasi dan meresapi kembali materi apa yang sudah didapat. Refleksi
berarti mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat,
pemahaman, imajinasi, dan perasaan menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide,
tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai
hakiki dari apa yang dipelajari (Hartana, dkk 2016: 779). Melalui kegiatan refleksi,
siswa dapat menyimpulkan nilai-nilai apa yang sudah didapatkan setelah
mempelajari suatu materi.
4. Aksi
Subagya (2010:59) menyatakan bahwa aksi merupakan pertumbuhan batin
seseorang berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan dan juga manifestasi
lahiriahnya. Aksi meliputi dua hal : a) pilihan batin, yaitu pilihan yang didasari
oleh keyakinan bahwa keputusan yang diambil adalah benar dan dapat membawa
pada pribadi yang lebih baik, b) pilihan lahir, yaitu pilihan setelah niat-niat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dirumuskan diolah dalam pikiran, peserta didik akan terdorong untuk berbuat secara
konsisten sesuai dengan prioritas yang telah dibuatnya. Pemaknaan dalam kegiatan
refleksi diharapkan dapat diterapkan peserta didik atau mahasiswa dalam kehidupan
sehari-hari. Pengetahuan yang telah diperoleh siswa selama proses pembelajaran
tidak berhenti pada tataran teoritis saja, melainkan diarahkan dan diwujudnyatakan
dalam kehidupan nyata siswa di lingkungan hidup konkrit (Hartana, dkk 2016:
779).
5. Evaluasi
Menurut Wahana (2016: 23), evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk meninjau kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran dalam bentuk
penilaian. Dalam pendekatan paradigma pedagogi reflektif penilaian tidak hanya
pada ranah kognitif saja. Perkembangan peserta didik atau mahasiswa dalam
kaitannya dengan kepribadian juga penting untuk dinilai. Menurut Suparno, 2015:
40), kegiatan evaluasi dimaksudkan untuk melihat secara keseluruhan bagaimana
proses itu terjadi dan berkembang. Guru atau dosen dapat mengamati sikap peserta
didik atau mahasiswa secara berkala.
2.2.5 Bahan Ajar
Salah satu komponen yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran adalah
ketersediaan bahan ajar. Dalam kegiatan pembelajaran guru atau dosen dituntut
mampu menyediakan bahan ajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan situasi
lingkungan sekitar. Menurut Mudhlofir (2011: 128), bahan ajar adalah seperangkat
materi yang tersusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
menciptakan lingkungan/suasana belajar untuk siswa. Hal ini hampir sama seperti
pendapat dari Majid (2012: 173-174) yang menyatakan bahwa bahan ajar
merupakan segala bentuk bahan baik tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan
untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Berdasarkan pendapat dari Mudhlofir dan Majid tentang bahan ajar maka
dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara
sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan oleh guru untuk
melaksanakan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Penyusunan bahan ajar memerlukan berbagai sumber bahan ajar lain
sebagai acuan. Menurut Ali Mudhlofir (2011: 138-140), sumber-sumber bahan ajar
yang dimaksudkan adalah: (a) buku teks, (b) laporan hasil penelitian, (c) jurnal, (d)
pakar bidang studi, (e) profesional, (f) buku kurikulum, (g) penerbitan berkala, (h)
internet, (i) media audiovisual, (j) lingkungan. Abdul Majid (2012: 174-182)
mengelompokkan bahan ajar kedalam empat bentuk. Bentuk-bentuk bahan ajar
tersebut diuraikan sebagai berikut: (a) Bahan ajar cetak (printed), (b) Bahan ajar
dengar (audio), (c) Bahan ajar pandang dengar (audio visual), (d) Bahan ajar
interaktif (interactive teaching material). Dalam penelitian ini bahan ajar yang akan
disusun berupa modul digital yang interaktif, menyusun bahan ajar harus
memenuhi prinsip-prinsip penyusunan bahan ajar serta membutuhkan berbagai
bahan ajar lain sebagai acuan untuk menghasilkan bahan ajar yang baik, layak, dan
berkualitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2.2.6 Modul
Bagian modul akan membahas tentang (1) hakikat modul, (2) tujuan modul
pembelajaran, (3) karakteristik modul pembelajaran, (4) prosedur penulisan modul,
(5) struktur penulisan modul, (6) kriteria penilaian modul, dan (7) modul digital
pembelajaran.
2.2.6.1 Hakikat Modul
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan
tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan
oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru
(Mulyasa, 2008: 43). Sejalan dengan pendapat dari Mulyasa, Nasution (2005: 205),
mendefinisikan modul merupakan suatu unit yang lengkap, berdiri sendiri dan
terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa
mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Modul berisi
satuan bahasan tertentu yang disusun secara lengkap yang terdiri dari rangkain
kegiatan belajar untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang sudah
dirumuskan sejak awal.
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) (2008: 3) menyatakan
bahwa modul adalah seperangkat bahan ajar mandiri yang disajikan secara
sistematis sehingga memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan kecepatan
belajarnya tanpa tergantung pada orang lain atau dengan bimbingan yang sangat
terbatas dari fasilitator/guru, apabila diperlukan. Oleh karena itu, modul harus
disusun secara jelas dan sistematis karena kemungkinan besar akan digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
mahasiswa secara mandiri. Petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam modul harus
mudah dimengerti mahasiswa karena penggunaannya modul merupakan sumber
belajar yang mandiri. Berdasarkan uraian pendapat dari pendapat pakar di atas
dapat disimpulkan bahwa modul merupakan suatu bahan ajar yang disusun,
dirancang dengan sistematis dan terarah untuk membantu mahasiswa agar dapat
belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuan masing-masing mahasiswa tanpa
terlalu bergantung pada bimbingan dosen.
2.2.6.2 Tujuan Modul Pembelajaran
Pada penyusunan modul pembelajaran pasti terdapat suatu tujuan. Ali
Mudhlofir (2011: 151) mengemukakan tujuan penulisan modul pembelajaran
adalah sebagai berikut (1) memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar
tidak terlalu bersifat verbal, (2) mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya
indera baik pada mahasiswa maupun guru, (3) mengefektifkan belajar mahasiswa
seperti meningkatkan motivasi belajar mahasiswa, (4) mengembangkan
kemampuan mahasiswa dalam berinteraksi secara langsung dengan lingkungan dan
sumber belajar lain, (5) memungkinkan mahasiswa belajar mandiri sesuai minat
dan kemampuannya, dan memungkinkan mahasiswa dapat mengukur hasil
belajarnya sendiri.
Dengan memperhatikan tujuan-tujuan di atas, modul pembelajaran sebagai
bahan ajar memiliki keefektifan yang sama dengan pembelajaran bertatap muka.
Hal tersebut tergantung pada proses penyusunan modul. Isi dari modul itu sendiri
disusun seperti seolah-olah sedang mengajarkan kepada seorang mahasiswa tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
suatu topik bahasan melalui tulisan. Mahasiswa dapat mepelajari modul secara
mandiri karena bahasa yang digunakan dalam modul bersifat komunikatif, jelas dan
sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
2.2.6.3 Karakteristik Modul Pembelajaran
Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar
dan meminimalisir rasa jenuh peserta didik saat mempelajarinya, maka
pengembangan modul menurut Daryanto (2013: 9-11), harus memperhatikan
karakteristik yang diperlukan sebagai modul pembelajaran, antara lain :
1. Self Intruction
Melalui modul, memungkinkan peserta didik dapat belajar secara mandiri
dan tidak tergantung pada orang lain. Self intruction artinya peserta didik
mempelajari sesuatu materi tertentu cukup membaca modul. Modul yang baik akan
dikemas secara menyeluruh agar tujuan pembelajaran yang sudah dibuat sejak awal
dapat terpenuhi. Bahasa yang sederhana, kemasan menarik, petunjuk yang mudah
untuk dipahami, dan tidak multitafsir merupakan hal yang penting dalam membuat
sebuah modul. Petunjuk-petunjuk yang seakan-akan diberikan oleh seorang guru
ketika mengajar harus tampak dalam sebuah modul.
2. Self Contained
Syaratnya adalah seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat
dalam modul tersebut, tujuannya memberikan kesempatan peserta didik untuk
pempelajari materi pembelajaran secara tuntas. Self Contained artinya seluruh
materi yang akan dimuat dalam modul disusun secara sistematis dan memuat secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
keseluruhan. Materi yang sistematis artinya materi akan disusun dari materi yang
mudah menuju materi yang kompleks. Keutuhan materi pembelajaran sangatlah
penting terdapat dalam modul karena peserta didik akan mempelajari modul secara
mandiri dan mampu memahaminya secara menyeluruh sesuai materi yang terdapat
dalam modul.
3. Stand Alone (Berdiri Sendiri)
Modul tidak tergantung pada media lain. Peserta didik dapat mempelajari
modul dan mengerjakan tugas yang terdapat di dalamnya. Stand alone artinya
modul tidak memerlukan bahan ajar yang lain untuk mempelajari suatu materi atau
mengerjakan soal-soal yang terdapat di dalamnya. Modul dikemas untuk
pembelajaran mandiri, artinya materi yang akan dicantumkan dalam sebuah modul
akan bersifat menyeluruh atau utuh. Soal-soal atau latihan yang akan dibuat juga
tidak boleh terlepas dari materi-materi yang sudah dijabarkan sebelummya. Dengan
pemahaman yang baik terhadap materi yang sudah dipelajari sebelumnya maka
diharapkan peserta didik mampu mengerjakan latihan soal yang berkaitan dengan
materi yang sudah dipaparkan.
4. Adaptive
Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi serta fleksibel digunakan. Modul dikatakan
adaptif apabila isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun
waktu tertentu. Oleh karena itu, modul yang akan dikembangkan dalam penelitian
ini adalah modul berbasis digital. Modul digital dianggap memiliki daya adaptasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
yang tinggi karena sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi di
abad XXI. Modul digital dianggap akan memenuhi kebutuhan peserta didik.
5. User Friendly (Bersahabat/Akrab)
Setiap instruksi dan paparan informasi dalam modul hendaknya bersifat
membantu dan bersahabat, temasuk memudahkan pemakai dalam merespon dan
mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah
dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan. User friendly
maksudnya modul yang akan dikembangkan harus mempunyai kedekatan terhadap
pembaca atau peserta didik. Kedekatan yang dimaksud adalah penggunaan bahasa
yang mudah dipahami, memenuhi kebutuhan pembaca, dan intruksi yang jelas.
Berdasarkan karakteristik di atas, dapat dijelaskan bahwa modul
pembelajaran merupakan bahan ajar yang dirancang menggunakan bahasa dan pola
yang mudah dipahami oleh mahasiswa dengan tujuan memudahkan mahasiswa
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kemasan modul harus memenuhi
karakteristik modul yang sudah dijabarkan karena pengembangan modul harus
memperhatikan beberapa aspek agar dapat diterima oleh pembaca. Sebuah modul
dapat dikatakan baik dan menarik jika memenuhi karakteristik di atas.
2.2.6.4 Prosedur Penulisan Modul
Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang
dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh pembelajar untuk mencapai
tujuan pembelajarn. Penyusunan modul belajar mengacu pada tujuan pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
yang sudah diditetapkan. Berikut adalah langkah-langkah prosedur penulisan
modul menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008: 12-16).
1. Analisis Kebutuhan Modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi/
tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai
suatu kompetensi tersebut. Penetapan judul modul didasarkan pada kompetensi
yang terdapat pada garis-garis besar program yang ditetapkan. Menurut peneliti
Analisis kebutuhan modul merupakan langkah awal yang penting sebelum
merancang modul. Peneliti menentukan tujuan pembelajaran modul digital
pembelajaran membaca kritis terlebih dahulu agar pembelajaran terarah. Setelah
tujuan pembelajaran ditentukan maka peneliti akan memilih materi apa saja yang
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan.
2. Penyusunan Draft
Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan
pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub kompetensi
menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft modul bertujuan
menyediakan draft suatu modul sesuai dengan kompetensi atau sub kompetensi
yang telah ditetapkan. Pada tahap ini peneliti sudah menentukan judul modul dan
menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul secara garis besar.
Peneliti menyusun draft dengan cermat memperhatikan keterkaitan tujuan
pembelajaran dengan materi yang akan dimasukkan dalam modul. Berdasarkan
draft ini, nantinya peneliti akan mengembangkan sebuah modul digital
pembelajaran membaca kritis. Draft produk juga dikonsultasikan oleh dosen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
pembimbing peneliti guna memperoleh saran. Saran dari dosen pembimbing
dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan.
3. Uji Coba
Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta
terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran
sebelum modul tersebut digunakan secara umum. Kegiatan uji coba merupakan
tahap yang penting untuk mengetahui kekurangan draft modul yang dibuat oleh
peneliti.. Saran dari mahasiswa dosen pembimbing berguna untuk modul.
4. Validasi
Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap
kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian
tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli
sesuai dengan bidang-bidang terkait dalam modul. Modul digital yang
dikembangkan oleh peneliti akan divalidasi oleh dosen pakar, yaitu Dr. Yuliana
Setyaningsing, M.Pd. Peneliti akan menyerahkan produk modul digital berupa
compact disc dan cetak kepada dosen pakar untuk divalidasi. Komponen yang
divalidasi oleh dosen pakar meliputi empat aspek yaitu, aspek kelayakan isi, aspek
kelayakan penyajian, aspek kelayakan bahasa, dan aspek kelayakan kegrafikan.
5. Revisi
Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah
memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi. Revisi merupakan
kegiatan yang penting untuk dilakukan agar modul digital yang dikembangkan
lebih baik lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Prosedur penulisan modul yang dijelaskan oleh Departemen Pendidikan
Nasional juga diakomodasi peneliti untuk dasar penyusunan. Peneliti berharap
penulisan modul yang dikembangkan lebih tertata. Namun, prosedur penulisan
modul masih disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan langkah-langkah
penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall.
2.2.6.5 Struktur Penulisan Modul
Penulisan modul mempunyai sistematika penulisan, sistematika penulisan
modul diuraikan oleh Depdiknas (2008: 21). Modul disusun secara terstruktur agar
pembelajar dapat mudah mempelajari materi. Struktur penulisan modul dibagi
menjadi tiga bagian yaitu bagian pembuka, bagian inti dan bagian akhir. Berikut
penjelasannya:
1. Bagian Pembuka
Bagian pembuka meliputi judul, daftar isi, peta informasi, daftar tujuan
kompetensi, dan tes awal. Judul modul harus menarik dan memberi gambaran
tentang materi yang akan dibahas agar pembaca langsung tertarik untuk
mempelajari modul. Daftar isi menyajikan topik-topik yang dibahas. Topik-topik
tersebut diurutkan berdasarkan urutan kemunculan dalam modul. Pembelajar dapat
melihat secara keseluruhan, topik-topik apa saja yang tersedia dalam modul. Daftar
isi juga mencantumkan nomor halaman untuk memudahkan pembelajar
menemukan topik. Penulisan daftar isi akan mempermudah pembaca dalam
menemukan pokok-pokok informasi dalam sebuah modul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Modul perlu menyertakan peta Informasi. Pada daftar isi akan terlihat topik
apa saja yang dipelajari, tetapi tidak terlihat kaitan antar topik tersebut. Pada peta
informasi akan diperlihatkan kaitan antar topik-topik dalam modul. Peta informasi
yang disajikan dalam modul dapat saja menggunakan diagram isi bahan ajar yang
telah dipelajari sebelumnya. Penulis modul perlu memutuskan bentuk peta
informasi seperti apa yang cocok untuk menjelaskan keterkaitan materi topik dalam
modul. Selanjutnya, penulisan tujuan pembelajaran membantu pembelajar untuk
mengetahui pengetahuan, sikap, atau keterampilan apa yang dapat dikuasai setelah
menyelesaikan pelajaran. Bagian terakhir dalam bagian pembuka adalah tes awal.
Pembelajar perlu diberi tahu keterampilan atau pengetahuan awal apa saja
yang diperlukan untuk dapat menguasai materi dalam modul. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan pre-tes. Pre-tes bertujuan untuk memeriksa apakah
pembelajar telah menguasai materi prasyarat untuk mempelajari materi modul.
Dalam penelitian ini tes awal yang akan digunakan adalah pengetahuan yang sudah
dimiliki oleh pembaca tentang kegiatan membaca intensif.
2. Bagian Inti
Bagian inti terdiri dari bagian pembuka, hubungan dengan materi, uraian
materi, penugasan, dan rangkuman. Berikut penjelasannya.
a. Bagian Pendahuluan/Tinjauan Umum Materi
Pendahuluan pada suatu modul berfungsi untuk; (1) memberikan
gambaran umum mengenai isi materi modul; (2) meyakinkan
pembelajar bahwa materi yang akan dipelajari dapat bermanfaat bagi
mereka; (3) meluruskan harapan pembelajar mengenai materi yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
dipelajari; (4) mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi
yang akan dipelajari; (5) memberikan petunjuk bagaimana mempelajari
materi yang akan disajikan. Dalam pendahuluan dapat disajikan peta
informasi mengenai materi yang akan dibahas dan daftar tujuan
kompetensi yang akan dicapai setelah mempelajari modul. Bagian
Pendahuluan menjadi sangat penting karena pembaca akan diberikan
gambaran awal mengenai isi modul.
b. Hubungan dengan Materi atau Pelajaran yang lain
Materi pada modul sebaiknya lengkap, dalam arti semua materi
yang perlu dipelajari tersedia dalam modul. Namun demikian, bila
tujuan kompetensi menghendaki pembelajar mempelajari materi untuk
memperluas wawasan berdasarkan materi di luar modul maka
pembelajar perlu diberi arahan materi apa, dari mana, dan bagaimana
mengkasesnya. Bila materi tersebut tersedia pada buku teks maka
arahan tersebut dapat diberikan dengan menuliskan judul dan pengarang
buku teks tersebut. Modul memang sumber belajar yang mandiri jadi
diharapkan semua materi yang akan dipelajari diuraikan secara utuh dan
komperhensif. Jika ada materi yang merujuk pada buku atau sumber
belajar lain maka dalam modul harus mencantumkan dimana materi atau
sumber belajar tersebut dapat diakses oleh pembaca.
c. Uraian Materi
Uraian materi merupakan penjelasan secara terperinci tentang
materi pembelajaran yang disampaikan dalam modul. Organisasikan isi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang sistematis,
sehingga memudahkan pembelajar memahami materi pembelajaran.
Apabila materi yang akan dituangkan cukup luas, maka dapat
dikembangkan ke dalam beberapa Kegiatan Belajar (KB). Setiap KB
memuat uraian materi, penugasan, dan rangkuman. Materi yang akan
diuraikan dalam modul digital pembelajaran membaca kritis yang
memanfaatkan cerita rakyat bagi mahasiswa akan disusun secara
sistematis dan diurutkan dari materi yang sederhana ke materi yang
kompleks. Adapun sistematikanya misalnya sebagai berikut.
Kegiatan Belajar 1
Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Membaca Kritis
A. Tujuan Kompetensi
B. Uraian Materi
C. Tes Formatif
D. Tugas
E. Rangkuman
Kegiatan Belajar 2
Membaca Kritis Teks Fiksi (Cerita Rakyat)
A. Tujuan Kompetensi
B. Uraian Materi
C. Tes Formatif
D. Tugas
E. Rangkuman
Gambar 2.1 Contoh Sistematika Uraian Modul
Dalam uraian materi setiap Kegiatan Belajar, baik susunan dan
penempatan naskah, gambar, mapun ilustrasi diatur sedemikian rupa
sehingga informasi mudah dimengerti. Organisasikan antarbab,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
antarunit dan antarparagraf dengan susunan dan alur yang
memudahkan pembelajar memahaminya. Organisasi antara judul, sub
judul dan uraian yang mudah diikuti oleh pembelajar.
Pemberian judul atau penjudulan merupakan alat bantu bagi
pembaca modul untuk mempelajari materi yang disajikan dalam bentuk
teks tertulis. Penjudulan membantu pembelajar untuk menemukan
bagian dari teks yang ingin dipelajari, memberi tanda awal dan akhir
suatu topik, memberi kesan bahwa topik-topik terkelompok dalam
topik yang lebih besar, memberi ciri topik yang penting yang
memerlukan pembahasan panjang dengan melihat banyak halaman
untuk membahas topik tersebut. Struktur penjudulan mencerminkan
struktur materi yang dikembangkan oleh penulis modul. Penjenjangan
atau hierarki sebaiknya tidak lebih dari tiga jenjang. Lebih dari tiga
jenjang akan menyulitkan pembaca untuk memahami penjenjangan
tersebut. Penjudulan untuk setiap jenjang sebaiknya dituliskan dalam
bentuk huruf berbeda. Misalnya:
A. JUDUL
1. Sub Judul
a. Anak Judul (Sub dari sub judul)
Gambar 2.2 Contoh Sistematika Penomoran dalam Modul
d. Penugasan
Penugasan dalam modul perlu untuk menegaskan kompetensi
apa yang diharapkan setelah mempelajari modul. Jika pembelajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
diharapkan untuk dapat menghafal sesuatu, dalam penugasan hal ini
perlu dinyatakan secara tegas. Jika pembelajar diharapkan
menghubungkan materi yang dipelajari pada modul dengan pekerjaan
sehari-harinya maka hal ini perlu ditugaskan kepada pembelajar secara
eksplisit. Penugasan juga menunjukkan kepada pembelajar bagian mana
dalam modul yang merupakan bagian penting. Penugasan akan
menggambarkan pemahaman materi pembelajar. Oleh karena itu,
penugasan akan dibuat dengan mengaitkan materi dengan kegiatan
sehari-hari pembelajar. Hal ini diharapkan melatih kemampuan berpikir
kritis pembelajar karena mengkonstruksi materi dengan pengetahuan
lama pembelajar yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
e. Rangkuman
Rangkuman merupakan bagian dalam modul yang menelaah
hal-hal pokok dalam modul yang telah dibahas. Rangkuman diletakkan
pada bagan akhir modul. Rangkuman akan menguraikan materi pokok
secara lebih singkat secara proposional agar mudah dimengerti oleh
pembelajar.
3. Bagian Penutup
Bagian penutup merupakan bagian akhir yang terletak dalam modul. Bagian
penutup terdiri dari beberapa bagian. Berikut penjelasan bagian-bagian penutup
yang terdapat dalam modul.
a. Glossary atau daftar isitilah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Glossary berisikan definisi-definisi konsep yang dibahas dalam
modul. Definisi tersebut dibuat ringkas dengan tujuan untuk mengingat
kembali konsep yang telah dipelajari.
b. Tes Akhir
Tes akhir merupakan latihan yang dapat pembelajar kerjakan
setelah mempelajari suatu bagian dalam modul. Aturan umum untuk tes-
akhir ialah bahwa tes tersebut dapat dikerjakan oleh pembelajar dalam
waktu sekitar 20% dari waktu mempelajari modul. Jadi, jika suatu
modul dapat diselesaikan dalam tiga jam maka tes-akhir harus dapat
dikerjakan oleh peserta belajar dalam waktu sekitar setengah jam.
c. Indeks
Indeks memuat istilah-istilah penting dalam modul serta
halaman di mana istilah tersebut ditemukan. Indeks perlu diberikan
dalam modul supaya pembelajar mudah menemukan topik yang ingin
dipelajari. Indeks perlu mengandung kata kunci yang kemungkinan
pembelajar akan mencarinya.
Struktur penulisan modul yang dikemukakan oleh Departemen Pendidikan
Nasional dijadikan acuan untuk struktur modul yang dikembangkan peneliti.
Peneliti menganggap struktur penulisan modul Departemen Pendidikan Nasional
sudah sistematis dan mudah dipelajari oleh mahasiswa. Namun, struktur modul
tersebut masih disesuaikan dengan kebutuhan peneliti. Berikut struktur modul
digital pembelajaran membaca kritis yang terintegrasi cerita rakyat tradisiona Jawa
Tengah yang dikembangkan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
1. Bagian Pembuka
Bagian pembuka terdiri dari sampul depan yang berisi identitas modul,
kemudian kata pengantar, rasional produk, petunjuk penggunaan modul
digital, pendahuluan dan daftar isi.
2. Bagian Inti
Bagian inti modul digital berisikan materi yang dibagi ke dalam dua bab.
Pada setiap babnya terdiri dari judul bab, tujuan pembelajaran, peta konsep,
materi pembelajaran, aktivitas membaca, refleksi, aksi, rangkuman, tes
formatif, dan tes evaluasi di akhir.
3. Bagian Penutup
Bagian penutup modul terdiri atas kunci jawaban dari tes formatif dan
evaluasi, glosarium, daftar pustaka dan sampul belakang berisi pesan untuk
mahasiswa.
2.2.6.6 Kriteria Penilaian Modul
Modul dinyatakan layak digunakan oleh siswa jika telah memenuhi kriteria
evaluasi modul dengan mempertimbangkan aspek-aspek tertentu. Evaluasi
terhadap modul yang telah dibuat dimaksudkan agar mengetahui dan mengukur
ketercapaian implementasi pembelajaran dengan modul yang dapat dilaksanakan
sesuai dengan desain pengembangan modul (N.A. Suprawoto, 2009: 5). Terdapat
beberapa aspek penilaian modul yang digunakan menurut Depdiknas, untuk
mengetahui tingkat kelayakan sebuah modul. Berikut adalah aspek penilaian modul
menurut Depdiknas (2008: 28):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
1. Aspek Kelayakan Isi
Pada aspek kelayakan aspek isi mencakup : (a) kesesuaian dengan SK, KD,
dan tujuan pembelajaran, (b) kesesuaian dengan perkembangan mahasiswa, (c)
kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar, (d) kebenaran substansi materi, (e)
manfaat penambahan ilmu pengetahuan, (f) kesesuaian dengan nilai moral dan
sosial.
2. Aspek Kebahasaan
Pada aspek kelayakan aspek kebahasaan mencakup: (a) keterbacaan, (b)
kejelasan informasi, (c) kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan
benar, (d) pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien.
3. Aspek Penyajian
Pada aspek kelayakan aspek penyajian mencakup: (a) penjelasan tujuan
yang ingin dicapai , (b) urutan sajian, (c) Pemberian motivasi, daya tarik, (d)
interaksi, (e) kelengkapan informasi.
4. Aspek Kegrafikan
Pada aspek kelayakan aspek kegrafikan mencakup: (a) penggunaan huruf
(jenis dan ukuran), (b) tata letak, (c) ilustrasi, gambar, foto, (d) interaksi, (e) desain
tampilan
Penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam membuat modul
pembelajaran dibutuhkan evaluasi modul yang baik untuk mengukur kelayakan
modul dari segi materi, media, dan pengguna dengan mempertimbangkan berbagai
aspek penilaian di antaranya yaitu; (1) aspek isi, (2) aspek kebahasaan, (3) aspek
penyajian, (4) aspek kegrafikan. Empat aspek tersebut oleh peneliti dijadikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
sebagai acuan dalam menentukan instrumen penilaian kelayakan modul digital
pembelajaran.
2.2.6.7 Modul Digital Pembelajaran
Kemajuan perkembangan teknologi dan informasi mulai menggeser
penggunaan media cetak ke media digital khususnya pada dunia pendidikan. Hal
ini mendorong pendidik untuk menyelaraskan perkembangan tersebut ke dalam
penyajian bahan ajar pada kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar tersebut dibuat
dalam bentuk media digital seperti salah satunya adalah buku elektronik. Buku
elektronik adalah bentuk elektronik dari sebuah buku cetak yang dibaca
menggunakan software tertentu pada perangkat elektronik.
Salah satu bahan ajar media cetak lain yang dapat dikembangkan ke media
digital adalah modul yang diubah menjadi elektronik modul (e-modul) atau modul
digital. Modul digital dapat dilengkapi dengan komponen media lain seperti audio,
video, gambar, dan multimedia interaktif. Modul digital dapat diimplementasikan
sebagai sumber belajar mandiri yang dapat membantu mahasiswa dalam
meningkatkan kompetensi yang dimilikinya serta tidak bergantung lagi pada satu-
satunya sumber informasi. Modul digital juga dapat digunakan di mana saja,
sehingga lebih praktis untuk dibawa. Modul digital merupakan penggabungan dari
media cetak dan komputer, maka e-modul dapat menyajikan informasi secara
terstruktur, menarik serta memiliki tingkat interaktifitas yang tinggi. Selain itu,
proses pembelajaran tidak lagi bergantung pada instruktur sebagai satu-satunya
sumber informasi (Gunadharma, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa modul digital
adalah bentuk elektronik dari modul cetak yang terdiri dari materi pembelajaran
berupa teks, gambar, video yang menyajikan informasi secara terstruktur, menarik,
dan praktis. Pada dasarnya tidak ada perbedaan konsep yang sangat signifikan
antara modul cetak dengan e-modul.
2.3 Kerangka Berpikir
Keterampilan membaca kritis seharusnya sudah dikuasai oleh mahasiswa.
Mahasiwa dituntut tidak hanya memahami bahan bacaan secara umum melainkan
lebih mendalam. Sumber belajar yang sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan tuntutan abad XXI menjadi sangat penting untuk dikembangkan.
Sumber belajar mandiri berupa modul digital dirasa tepat untuk membantu
mahasiswa mempelajari keterampilan membaca kritis karena akan dikemas sesuai
dengan kebutuhan mahasiswa. Penanaman karakter positif dalam pembelajaran
menjadi perhatian penting juga dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, modul
digital membaca kritis memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah.
Peneliti memilih cerita rakyat karena di dalam cerita rakyat terdapat nilai-
nilai kehidupan yang dapat dicontoh oleh mahasiswa. Selain itu, cerita rakyat dirasa
perlu untuk diperkenalkan terhadap mahasiswa karena cerita rakyat merupakan
salah satu bukti kekayaan negara Indonesia. Modul digital pembelajaran membaca
kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisonal Jawa Tengah akan dikemas
semenarik mungkin. Mahasiswa diharapkan akan lebih tertarik untuk mempelajari
kegiatan membaca kritis. Perpaduan cerita rakyat tradisional yang disajikan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
digital yang sesuai dengan tuntutan abad XXI diharapkan dapat memotivasi
mahasiswa.
Pengembangan produk ini dilakukan dengan beberapa tahap. Pertama,
peneliti menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa program studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) angkatan 2017 Universitas Sanata Dharma.
Setelah itu peneliti melakukan wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah
Membaca Intensif. Hasil dari kuesioner dan wawancara dosen dijadikan dasar untuk
menyusun studi pendahuluan dan mengetahui urgensi dari pengembangan modul
digital dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa tengah bagi mahasiswa.
Studi pendahuluan yang sudah disusun didukung dengan kajian pustaka
yang relevan untuk pengembangan produk ini. Setelah produk selesai
dikembangkan, peneliti melakukan validasi modul oleh dosen ahli. Setelah
melakukan validasi dan mendapat saran dari dosen ahli, maka peneliti melakukan
revisi berdasarkan saran tersebut. Tahap selanjutnya adalah uji coba produk yang
dilakukan pada mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
(PBSI) angkatan 2017 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Setelah selesai
diujicobakan mahasiswa akan memberikan penilaian terhadap kualitas produk yang
peneliti kembangkan.
Modul digital yang sudah divalidasi oleh dosen ahli dan dinilai oleh
mahasiswa maka direvisi kembali oleh peneliti. Tujuan dari revisi yang kedua ini
adalah menyempurnakan produk agar semakin baik dan layak untuk digunakan di
tingkat perguruan tinggi. Kerangka berpikir peneliti secara ringkas akan
digambarkan melalui bagan di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Minat membaca masyarakat Indonesia yang masih rendah. Mahasiswa
penting untuk menguasai keterampilan membaca kritis. Sastra dapat
digunakan untuk menanamkan karakter positif mahasiswa.
Pembelajaran membaca
kritis
Cerita rakyat Jawa
Tengah
Modul digital
Modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita
rakyat tradisional Jawa Tengah bagi mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research &
Development (R&D). Penelitian pengembangan adalah penelitian yang
menghasilkan produk tertentu dan mengujinya. Penelitian ini akan menghasilkan
produk berupa modul digital yang akan digunakan dalam dunia pendidikan. Oleh
karena itu, pada bab ini akan membahas enam subbab, yaitu (1) jenis penelitian, (2)
sumber data dan data penelitian, (3) teknik pengumpulan data, (4) instrumen
pengumpulan data, (5) teknik analisis data, dan (6) prosedur pengembangan.
Berikut rincian pemaparan lima subbab pada bagian metode penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan atau Research
and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2012: 297), penelitian dan
pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Prosedur dan sistematika
yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian model Borg & Gall dengan
desederhanakan sesuai kebutuhan penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan modul digital pembelajaran
membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah untuk
tingkat mahasiswa khususnya mahasiswa Prodi PBSI angkatan 2017 FKIP USD.
Sebelum mengembangkan produk, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
melihat urgensi pengembangan produk ini. Produk yang akan dihasilkan dan diuji
kelayakannya berupa modul berbasis digital pembelajaran membaca kritis dengan
memanfaatkan cerita rakyat tradisonal Jawa Tengah sebagai sarana untuk melatih
kemampuan membaca kritis mahasiswa.
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data adalah pihak-pihak yang akan dijadikan sebagai sampel dalam
sebuah penelitian. Penelitian ini dilakukan di program studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP),
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (USD). Sumber data penelitian
pengembangan ini adalah mahasiswa Prodi PBSI angkatan 2017 FKIP USD dan
dosen mata kuliah Membaca Intensif Prodi PBSI FKIP USD.
Data yang diperoleh dari dari mahasiswa Prodi PBSI angkatan 2017 FKIP
USD mengenai (1) urgensi pengembangan produk modul digital pembelajaran
dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah bagi mahasiswa, (2)
kebiasaan membaca mahasiswa terutama yang berkaitan dengan keterampilan
membaca kritis, (3) pendapat tentang sumber belajar membaca kritis, (4)
pentingnya cerita rakyat tradisional untuk diintegrasikan dalam pembelajaran. Data
tersebut diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner.
Data dari dosen pengampu mata kuliah membaca intensif mengenai (1)
kemampuan membaca kritis mahasiswa saat ini, (2) keterkaitan pengembangan
produk modul digital dengan tuntutan kemajuan teknologi dan informasi, (3)
kelebihan dan kekurangan produk yang berupa modul digital, (5) relevansi cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
rakyat dengan pembelajaran membaca kritis. Data tersebut diperoleh dengan cara
melakukan wawancara.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2012: 224), teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah
mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner dan wawancara. Peneliti mengumpulkan data terbagi ke dalam
beberapa tahap. Tahap pertama, peneliti membagikan kuesioner kepada mahasiswa
PBSI angkatan 2017 FKIP USD.
Keusioner ini untuk mengetahui urgensi pengembangan modul digital
pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa
Tengah. Tahap kedua, peneliti melakukan wawancara dengan dosen pengampu
membaca intensif. Wawancara dilakukan terkait informasi tentang kemampuan
membaca kritis mahasiswa dan produk yang akan dikembangkan peneliti. Tahap
ketiga, peneliti akan melakukan uji coba produk terbatas minimal terhadap 20
mahasiswa dan validasi dari dosen ahli. Kritikan, komentar dan masukan dari dosen
ahli dan penilaian mahasiswa akan dijadikan dasar untuk melakukan revisi atau
penyempurnaan produk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
3.4 Instrumen Pengumpulan Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data tersebut, instrumen pengumpulan
data yang peneliti gunakan untuk mencari dan memperoleh data adalah kuesioner
dan wawancara.
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden) (Sukmadinata,
2011:219). Kuesioner yang dibuat berisi sebuah pernyataan yang nantinya akan
dijawab oleh mahasiswa. Skala yang digunakan dalam kuesioner adalah skala
Likert. Skala Likert digunakan untuk studi pendahuluan yang akan dibagikan ke
mahasiswa. Dalam penelitian ini, peneliti membuat kuesioner berjumlah 15 butir
pernyataan. Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengembangan
produk modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita
rakyat penting untuk segera dibuat. Berikut ini kisi-kisi kuesioner pada penelitian
ini.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Membaca Kritis
No Butir Data Jumlah
1. Sumber belajar membaca kritis. 1
2. Mahasiswa penting untuk menguasai keterampilan
membaca kritis.
1
3. Kebiasaan membaca mahasiswa. 2
4. Manfaat membaca kritis. 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Memanfaatkan Cerita Rakyat dalam
Pembelajaran
No Butir Data
Jumlah
1. Pentingnya pelestarian cerita rakyat. 1
2. Pemahaman mahasiswa terhadap cerita rakyat 1
3. Daya tarik cerita rakyat untuk dibaca oleh
mahasiswa.
1
4. Manfaat nilai-nilai yang terdapat dalam cerita
rakyat untuk mahasiswa.
1
5. Pentingnya mahasiswa mempelajari budaya suatu
daerah melalui cerita rakyat.
1
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Pengembangan Modul Digital
No Butir Data Jumlah
1. Keunggulan modul digital. 1
2. Interaksi modul digital dengan pembaca. 1
3. Penerapan modul digital pembelajaran di lapangan. 1
4. Kesesuaian modul digital dengan kebutuhan
mahasiswa.
2
2. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara lisan dalam
pertemuan tatap muka secara individual (Sukmadinata, 2011: 216). Peneliti akan
melakukan wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah Membaca Intensif.
Tujuan wawancara untuk mengetahui kondisi pembelajaran nmembaca kritis
mahasiswa saat ini, efektifitas penggunaan modul digital dan integrasi cerita rakyat
dalam pembelajaran. Panduan wawancara seputar pembelajaran membaca kritis,
pemanfaatan cerita rakyat dan penggunaan modul digital sebagai sumber belajar
mandiri mahasiswa. Berikut adalah kisi-kisi wawancara yang dijadikan dasar dalam
menyusun pertanyaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara
No. Kisi-kisi Pertanyaan Jumlah
A. Pembelajaran Membaca Kritis
1. Ketersediaan sumber belajar mandiri yang berisi
pembelajaran membaca kritis.
1
2. Alasan mahasiswa menguasai keterampilan membaca
kritis.
1
3. Keterampilan membaca kritis mahasiswa saat ini. 1
4. Manfaat membaca kritis. 1
5. Kebiasaan mahasiswa saat membaca. 1
B. Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran
1. Pemanfaatan cerita rakyat dalam pembelajaran membaca
kritis.
2
2. Keterkaitan cerita rakyat dengan aspek budaya dan nilai
sosial masyarakat suatu daerah.
1
3. Pendidikan karakter dalam cerita rakyat. 1
4. Urgensi mahasiswa belajar cerita rakyat. 1
C. Pengembangan Modul Digital
1. Pengaruh modul digital untuk meningkatkan pemahaman
kognitif mahasiswa.
1
2. Keunggulan modul digital di abad XXI. 3
3. Penggunaan modul digital di kegiatan belajar mengajar. 1
4. Kesesuaian modul digital dengan kebutuhan mahasiswa 1
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain (Sugiyono, 2012). Peneliti akan menganalisis data yang sudah diperoleh
melalui instrumen yang sudah dibuat untuk mempermudah memahami hasil dari
data keseluruhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
1. Analisis Kuesioner Mahasiswa
Analisis kuesioner skala Likert. Jawaban setiap item instrumen yang
terdapat dalam skala likert mempunyai tingkatan dari sangat positif sampai sangat
negatif. Berikut adalah langkah-langkah menganalisis lembar kuesioner
mahasiswa:
a. Mengubah jawaban pernyataan ke dalam bentuk kriteria skor sebagai
berikut. Konversi skor merujuk pada Nurgiyantoro (2011: 92).
Tabel 3.5 Konversi Nilai dan Skala Sikap
No Jawaban Skor
1 Sangat setuju/sangat positif 5
2 Setuju/positif 4
3 Ragu-ragu/netral 3
4 Tidak setuju/negatif 2
5 Sangat tidak setuju/sangat negatif 1
b. Merujuk pada pendapat Ridwan (2002: 15, dalam Maharani, 2015: 46)
yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil-hasil interpretasi
angket maka perlu mencari skor total angket menggunakan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:
T = Jumlah responden yang memilih
Pn = Pilihan angka skor Likert
Selanjutnya, menghitung skor ideal (tertiggi) dan skor terendah.
Penghitungan skor ideal untuk mengetahui batasan kategori dalam
skala Likert.
T x Pn
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Berikut rumusnya:
Untuk memprmudah pemaknaan atau interpretasi diperlukan rumus
indeks % yaitu :
c. Pengklasifikasian data kuantitatif dalam skala likert ini digunakan
rumus yaitu 100 dibagi jumlah skor pada skala likert yaitu 5. Rumus
tersebut digunakan untuk menentukan interval atau rentang skor.
Interval yang diperoleh dari rumus tersebut adalah 20. Namun, agar
semua data terakumulasi dengan baik maka interval skor dibuat 20,99
karena hasil penghitungan data bukan nilai yang utuh tetapi terdapat
nilai desimal di belakangnya. Untuk pengklasifikasian data secara
kualitatif dalam skala likert ini terdiri dari 5 kategori yaitu sangat
rendah, rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil analisis dari sikap
responden tentang kuesioner yang sudah diklasifikasikan baik
kuantitatif maupun kualitatif akan diinterpretasi dan dilaporkan dalam
bentuk narasi.
Berikut ini adalah tabel kategori berdasarkan interval skala likert.
Indeks % = total skor/skor ideal x 100
Skor Ideal (X) = Skor tertinggi Likert (5) x jumlah responden
Skor Terendah (Y) = Skor terendah Likert (1) x jumlah respinden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel 3.6 Kategori Interval Skala Likert
Rentang Skor Kategori
81,00% - 100% Sangat Tinggi
61,00% - 80,99% Tinggi
41,00% - 60,99% Cukup
21,00% - 40,99% Rendah
0,00% - 20,99% Sangat Rendah
2. Analisis Hasil Wawancara Dosen
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi pendukung sebelum
mengembangkan produk. Wawancara terhadap dosen pengampu mata kuliah
Membaca Intensif dilakukan dengan cara analisis deskriptif kualitatif. Tujuan
melakukan wawancara adalah untuk mendukung hasil kuesioner yang sudah diisi
oleh mahasiswa. Wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah membaca
intensif untuk memperoleh data kondisi keterampilan mahasiswa membaca kritis
saat ini. Selain itu, wawancara juga dimaksudkan untuk mengetahui urgensi
pengembangan produk modul digital pembelajaran membaca kritis.
Untuk mempermudah menganalisis hasil wawancara dosen pengampu
mata kuliah membaca intensif merekam percakapan wawancara. Hasil rekaman
akan diputar ulang dan ditranskrip untuk diambil garis besar isi wawancara. Setelah
mencatat garis besar dan pokok-pokok informasi, kemudian peneliti menyimpulkan
secara umum hasil wawancara yang sudah dilaksanakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
3. Analisis Validasi Produk oleh Dosen Ahli dan Uji Coba terhadap
Mahasiswa
Data yang diperoleh dalam tahap validasi diklasifikasikan menjadi 2 yaitu,
data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa kritik, saran dari dosen
ahli dan mahasiswa untuk memperbaiki produk modul digital pembelajaran
membaca kritis. Pada tahap revisi akan ditampilkan produk sebelum dan sesudah
proses revisi. Data kuantitaif berupa kualitas modul digital pembelajaran membaca
kritis yang diperoleh dari responden melalui kuesioner umpan balik. Peneliti
menyajikan data kuantitatif melalui tiga langkah, yaitu (a) pengumpulan data, (b)
pemberian skor, (c) skor yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai dengan skala
lima melalui pendekatan PAP (penilaian acuan patokan).
Tabel 3.7 Konversi Nilai Skala Lima Berdasarkan Penilaian Acuan Patokan
(Sukardjo, 2008: 53)
Kategori Interval Skor
Sangat Baik X >Xi + 1,80 Sbi
Baik Xi + 0,60 SBi < x ≤ Xi + 1,80 Sbi
Cukup Baik Xi – 0,60 SBi < x ≤ Xi + 0,60 Sbi
Kurang Baik Xi – 1,80 SBi < x ≤ Xi - ),60 Sbi
Sangat Kurang x ≤ Xi – 1,80 Sbi
Keterangan:
Xi : rerata ideal = ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
SBi : simpangan baku ideal = 1/6 (skor maksimal ideal – skor minimal ideal)
x : skor empirik
Berdasarkan konversi skor maka nilai kelayakan ditentukan dengan
kategori “Cukup”. Jika hasil penilaian dosen ahli dan mahasiswa memperoleh
kategori “Cukup Baik” maka produk modul digital pembelajaran membaca kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah dianggap “cukup
layak digunakan”. Berikut adalah kisi-kisi validasi oleh dosen ahli dan kisi-kisi
penilaian mahasiswa terhadap produk modul digital yang dikembangkan peneliti.
Tabel 3.8 Kisi-Kisi Validasi Modul Digital Oleh Dosen Ahli
Komponen
Penilaian Komponen yang Dinilai
Nomor
Indikator
Penilaian
Komponen Isi /
Materi
Kesesuaian materi dengan tujuan
pembelajaran. 1
Ketepatan pemilihan materi. 2, 3, 4
Keterkaitan antara materi dengan
kemampuan dan keterampilan
mahasiswa.
5, 6, 7, 8, 9, 10
Penggunaan teori yang relevan. 11
Komponen
Penyajian
Hal pendukung dalam penyajian materi. 12
Alur penyajian materi. 13
Sistematika penyajian materi dalam
setiap bab. 14, 15, 16, 17
Kesesuaian materi dengan tingkat
kemampuan berpikir mahasiswa. 18
Komponen
Bahasa
Kesesuaian bahasa dengan tingkat
kemampuan mahasiswa.
19
Kesesuaian dan ketepatan diksi. 20, 21, 22
Kekohesian antarkomponen penyajian
materi.
23, 24
Komponen
Kegrafikan
Kesesuaian fisik modul digital. 24
Kesesuaian tata pengetikan. 25, 26, 27, 28
Pemanfaatan penggunaan gambar, video
ilustrasi, animasi dan tabel.
29, 30
Kelengkapan penggunaan gambar, video
ilustrasi, animasi dan tabel.
31, 32
Tabel 3.9 Kisi-Kisi Penilaian Oleh Mahasiswa
Aspek Yang Dinilai
Nomor Indikator
Ketertarikan subtansi modul digital 1, 2, 3, 4
Kesesuain penyajian modul digital 5, 6, 7, 8
Kesesuaian penyajian materi terhadap motivasi belajar 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Aspek Yang Dinilai
Nomor Indikator
mahasiswa
Pemanfaatan komponen kegrafikan 10
Ketepatan pemilihan materi dengan kompetensi yang ingin
dicapai
11, 12,
Kesesuaian dan ketepatan diksi 13
Kesesuaian bahasa dengan tingkat berpikir mahasiswa 14
Kesesuaian materi dengan kemampuan dan keterampilan
mahasiswa
15, 16, 17, 18
Berdasarkan kisi-kisi validasi dosen ahli dan penilaian mahasiswa peneliti
membuat pernyataan-pernyataan kuesioner. Kuesioner terkait dengan kelayakan
produk modul digital yang dikembangkan oleh peneliti. Kuesioner untuk dosen ahli
bersifat teoretis sedangkan kuesioner untuk mahasiswa lebih bersifat praktis.
Berdasarkan hasil kuesioner tersebut, modul digital akan ditentukan layak atau
tidaknya untuk digunakan oleh mahasiswa dalam pembelajaran membaca kritis.
3.6 Prosedur Pengembangan
Modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita
rakyat tradisional Jawa Tengah akan dikembangkan berdasarkan prosedur milik
Borg & Gall. Menurut Borg & Gall (dalam Sugiyono, 2015: 35-37), terdapat
sepuluh langkah dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan:
1) Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information
collecting)
Peneliti mengumpulkan segala informasi yang dibutuhkan untuk
melakukan penelitian. Peneliti melakukan: pengukuran kebutuhan, studi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
literatur, penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan-pertimbangan dari
segi nilai.
2) Perencanaan (planning)
Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan
yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian.
3) Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product)
Pengembangan
Peneliti membuat rancangan awal untuk pengembangan produk.
Pada tahap awal ini peneliti melakukan persiapa bahan pembelajaran,
prosedur penggunaan produk dan instrumen evaluasi.
4) Uji coba lapangan awal (preliminary field testing)
Uji coba di lapangan ini dalam skala terbatas dengan 6 sampai
dengan 12 subjek uji coba. Selama uji coba diadakan pengamatan,
wawancara, dan pengedaran angket.
5) Merevisi hasil uji coba (main product revision)
Pada tahap ini peneliti melakukan perbaikan terhadap produk awal
berdasarkan hasil uji coba awal. Perbaikan dalam tahap ini dimungkinkan
perbaikan lebih dari satu kaliuntuk menghasilkan draf produk yang benar-
benar layak untuk diimplementasikan pada peserta uji coba yang lebih luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
6) Uji coba lapangan (main field testing)
Pada tahap ini peneliti melakukan uji coba produk modul digital.
Peneliti melakukan uji coba terhadap mahasiswa. Dalam penelitian ini
adalah mahasiswa Prodi PBSI angkatan 2017 FKIP USD.
7) Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision)
Pada tahap ini peneliti melakukan revisi atau perbaikan berdasarkan
hasil uji coba yang sudah dilaksanakan. Revisi dilaksanakan untuk
menyempurnakan produk yang peneliti kembangkan. Sehingga nanti,
produk modul digital yang dikembangkan siap untuk divalidasi.
8) Uji pelaksanaan lapangan (operational field testing)
Langkah uji validasi terhadap model operasional yang telah
dihasilkan. Uji validasi ini melibatkan subjek penelitian dengan jangkauan
yang besar. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi
serta analisis hasilnya.
9) Penyempurnaan produk akhir (final product revision)
Penyempurnaan didasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan.
Pada tahap ini dihasilkan produk akhir.
10) Diseminasi dan implementasi (dissemination and implementation)
Pada tahap terakhir ini merupakan penyebarluasan produk yang sudah
dikembangkan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menyebar
luaskan produk antara lain dengan melaporkan hasilnya dalam pertemuan
profesional dan dalam jurnal atau bekerja sama dengan penerbit untuk
penerbitan produk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Sepuluh langkah milik Borg & Gall di atas, disederhanakan menjadi enam
tahap karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga yang dimiliki peneliti. Selain
itu, peneliti juga mengacu prosedur penulisan modul dari Departemen Pendidikan
Nasional (2008: 12-16). Peneliti menganggap bahwa prosedur penulisan modul
menurut Depdiknas sudah sistematis sehingga modul akan mudah untuk dipelajari
oleh pembaca. Keenam tahapan yang peneliti lakukan antara lain, penelitian dan
pengumpulan informasi, pengembangan produk, uji validasi, revisi produk I, uji
coba produk, dan revisi produk II. Berikut penjelasan tahap-tahapnya:
1) Penelitian dan Pengumpulan Informasi
Tahap pertama dalam pengembangan modul pembelajaran
membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa
Tengah bagi mahasiswa PBSI angkatan 2017 FKIP USD adalah
menyebarkan kuesioner untuk mahasiswa PBSI angkatan 2017. Kuesioner
yang dibagikan terdapat 15 pernyataan yang berjaitan dengan pembeljaran
membaca kritis, integrasi cerita rakyat dalam pembelajaran, dan
pengembangan modul digital. Tahap Kedua, melakukan wawancara
terhadap dosen pengampu mata kuliah membaca intensif. Langkah
selanjutnya setelah memperoleh informasi dan data dari mahasiswa PBSI
USD angkatan 2017 dan dosen, maka hasil tersebut digunakan untuk dasar
mengembangkan modul digital pembelajaran membaca kritis dengan
memanfaat cerita rakyat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
2) Pengembangan Produk
Tahap pengembangan produk, peneliti menentukan judul yang
mampu menarik perhatian pembaca dan menggambarkan isi modul.
Langkah kedua, peneliti menyusun kerangka modul yang dikembangkan.
Kerangka modul umumnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian
pembuka, bagian inti dan bagian akhir. Selanjutnya, memilih bahan yang
sesuai untuk isi modul. Peneliti memilih beberapa cerita rakyat tradisional
Jawa Tengah untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran membaca
kritis. Produk modul digital dikembangkan dengan flipbook. Penyusunan
modul dilakukan setelah semua referensi dan informasi didapatkan semua.
3) Uji Validasi
Setelah produk selesai dibuat, peneliti akan melakukan konsultasi
kepada dosen pembimbing terlebih dahulu sebelum divalidasi oleh dosen
ahli materi. Validasi dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan
produk modul digital yang sudah dikembangkan. Modul digital
pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat
tradisional Jawa Tengah bagi mahasiswa yang sudah selesai dikembangkan
akan divalidasi oleh dosen ahli, yaitu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd.
Mahasiswa juga memberikan penilaian terhadap produk yang
dikembangkan peneliti. Hasil validasi dosen ahli dan mahasiswa sangat
penting untuk mengetahui kelayakan dan tingkat kualitas modul digital
pembelajaran membaca kritis. Validasi menggunakan instrumen kuesioner
yang meliputi empat aspek sesuai dengan yang dikemukakan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Departemen Pendidikan Nasional. Empat aspek yang terdapat di dalam
kuesioner validasi oleh dosen ahli dan penilaian kualitas modul digital oleh
mahasiswa, yaitu aspek kelayakan isi, aspek kelayakan penyajian, aspek
kelayakan bahasa, dan aspek kelayakan kegrafikan.
4) Perbaikan Produk (Revisi I)
Setelah produk dinilai oleh validator, langkah selanjutnya adalah
memperbaiki produk. Perbaikan produk berdasarkan penilaian dari
validator. Peneliti berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangan yang
terdapat dalam modul digital pembelajaran membaca kritis.
5) Uji Coba Produk
Setelah produk divalidasi oleh ahli materi dan sudah diperbaiki
berdasarkan saran dari dosen ahli baik lisan maupun tulisan maka langkah
selanjutnya adalah uji coba terbatas terhadap mahasiswa. Uji coba
dilakukan untuk mengetahui kelayakan modul digital pembelajaran
membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa
Tengah. Uji coba dilakukan minimal kepada 20 mahasiswa program studi
PBSI angkatan 2017 FKIP USD. Mahasiswa juga akan diberi kuesioner
untuk memberikan tanggapan balik terhadap kualitas produk modul digital
yang dikembangkan oleh peneliti.
6) Revisi Produk Tahap II
Berdasarkan angket dari mahasiswa dan dosen ahli materi, produk
direvisi kembali untuk menghasilkan produk akhir berupa modul digital
pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
tradisional Jawa Tengah. Kelayakan modul digital juga akan tampak dari
kuesioner yang sudah diisi oleh mahasiswa dan dosen ahli materi. Setelah
melakukan revisi produk tahap II maka akan dihasilkan produk final modul
digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat
tradisional Jawa Tengha bagi mahasiswa.
Berikut adalah bagan skema Borg dan Gall yang sudah disederhanakan oleh
peneliti:
Pengembangan Produk :
1. Bagian pembuka:
- Sampul depan, kata
pengantar, rasional
produk, petunjuk
penggunaan modul,
pendahuluan daftar isi.
2. Bagian inti:
- Isi modul
3. Bagian akhir:
- Kunci jawaban, glosarium,
daftar pustaka, sampul
belakang.
Validasi
dosen ahli
Revisi Tahap I Uji coba
lapangan
Penelitian dan
Pengumpulan Informasi :
1. Studi literatur
2. Wawancara
3. Penyebaran kuesioner
Revisi Tahap
II
Bagan 3.1 Skema Langkah-langkah
Pengembangan Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan mengkaji dua subbab yaitu hasil penelitian dan
pembahasan penelitian. Pada subbab hasil penelitian akan membahas tentang enam
langkah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam mengembangkan produk.
Kemudian, subbab pembahasan penelitian akan menguraikan deskripsi modul
digital, deskripsi hasil validasi, dan analisis kelayakan modul digital. Berikut akan
diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian.
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D)
merujuk pada prosedur pengembangan Borg dan Gall. Produk yang akan
dikembangkan dalam penelitian ini adalah modul digital pembelajaran membaca
kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah untuk
mahasiswa. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa PBSI angkatan 2017 FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sepuluh langkah penelitian
pengembangan dari Borg dan Gall disederhanakan menjadi 6 langkah oleh peneliti.
Hal ini karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga yang dimiliki peneiliti dan
prosedur penulisan modul menurut Depdiknas. Enam langkah tersebut adalah
pengumpulan informasi, pengembangan produk, uji validasi, revisi tahap I, uji coba
produk, dan terakhir revisi tahap II. Berikut ini adalah penjabaran hasil penelitian
berdasarkan keenam langkah tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
4.1.1 Hasil Penelitian dan Pengumpulan Informasi
Penelitian ini melakukan wawancara dengan dosen ahli dan menyebarkan
kuesioner untuk mengetahui seberapa penting atau mendesak pengembangan
modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat
tradisional. Peneliti berusaha mengumpulkan informasi-informasi penting
mengenai pembelajaran membaca kritis, cerita rakyat, dan modul digital. Berikut
adalah deskripsi kedua hasil penelitian dan pengumpulan informasi yang peneliti
sudah lasanakan.
4.1.1.1 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Mahasiswa
Kuesioner dibagi menjadi tiga bagian mengenai pembelajaran membaca
kritis, integrasi cerita rakyat dalam pembelajaran, dan pengembangan modul
digital. Bagian pertama tentang pembelajaran membaca kritis berisi 5 pernyataan
mengenai sumber belajar mandiri membaca kritis, tuntutan mahasiswa saat ini
dalam kegiatan membaca, kemampuan mahasiswa dalam mengkritisi bacaan,
manfaat membaca kritis, dan kebiasaan membaca mahasiswa. Bagian kedua tentang
integrasi cerita rakyat dalam pembelajaran yang terdiri dari 5 pernyataan.
Pernyataan-pernyataan yang terdapat pada bagian kedua berisi tentang manfaat
cerita rakyat dalam pembelajaran, mengenalkan cerita rakyat pada mahasiswa,
nilai-nilai cerita rakyat. Bagian ketiga tentang modul digital yang terdapat 5
pernyataan yang berisi mengenai efektifitas modul digital, daya tarik modul digital
untuk dipelajari, dan manfaat modul digital.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Pengidentifikasian kuesioner ini menggunakan skala likert yaitu 5 skala
yaitu, 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= netral/tidak menentukan pilihan.
4= setuju, 5= sangat setuju. Responden akan memberikan pendapat mereka dengan
cara menuliskan tanda centang (√) pada kolom skala yang sudah disediakan.
Pengklasifikasian data kuantitatif dalam skala likert ini digunakan rumus yaitu 100
dibagi jumlah skor pada skala likert yaitu 5.
Rumus tersebut digunakan untuk menentukan interval atau rentang skor.
Interval yang diperoleh dari rumus tersebut adalah 20. Namun, agar semua data
terakumulasi dengan baik maka interval skor dibuat 20,99 karena hasil
penghitungan data bukan nilai yang utuh tetapi terdapat nilai desimal di
belakangnya. Untuk pengklasifikasian data secara kualitatif dalam skala likert ini
terdiri dari 5 kategori yaitu sangat rendah, rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi.
Berikut ini adalah tabel kategori berdasarkan interval skala likert.
Tabel 4.1 Kategori Interval Skala Likert
Rentang Skor Kategori
81,00% - 100% Sangat Tinggi
61,00% - 80,99% Tinggi
41,00% - 60,99% Cukup
21,00% - 40,99% Rendah
0,00% - 20,99% Sangat Rendah
Hasil analisis dari sikap responden tentang kuesioner yang sudah
diklasifikasikan baik kuantitatif maupun kualitatif akan diinterpretasi dan
dilaporkan dalam bentuk narasi. Sikap responden akan diperkuat oleh hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
wawancara dari dosen pengampu mata kuliah Membaca Intensif. Wawancara
dengan dosen pengampu mata kuliah Membaca Intensif akan disimpulkan oleh
peneliti dan akan dikorelasikan dengan pendapat dari responden yang sudah
mengisi kuesioner. Berikut ini adalah penjabarannya:
a. Pembelajaran Membaca Kritis
Penelitian ini akan mengembangkan modul digital pembelajaran
membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah.
Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan pada poin pembelajaran membaca kritis
berisi tentang manfaat pembelajaran membaca kritis dari umum ke yang
spesifik. Selain itu, pernyataan tentang kebiasaan membaca mahasiswa pada
saat ini juga akan disinggung. Total keseluruhan responden dalam penelitian ini
adalah 63 mahasiswa angkatan 2017 program studi PBSI FKIP USD. Berikut
ini adalah pendapat-pendapat responden mengenai pernyataan 1 sampai 5 pada
bagian pembelajaran membaca kritis.
Pernyataan pertama adalah pada saat ini minim sekali sumber belajar
mandiri yang berisi pembelajaran membaca kritis. Jawaban sangat setuju dan
setuju dipandang sebagai sikap positif yang mendukung pernyataan tersebut.
Berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui bahwa 44 mahasiswa (20 orang
sangat setuju dan 22 orang setuju) menyatakan bahwa sumber belajar mandiri
yang berisi pembelajaran membca kritis minim pada saat ini. Jika diubah dalam
bentuk persen maka menjadi 66,66% mahasiswa masuk ke dalam kategori
tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap
negatif karena menyatakan bahwa jumlah sumber belajar mandiri yang berisi
pembelajaran membaca kritis sudah cukup atau bahkan sudah banyak pada saat
ini. Terdapat 17 mahasiswa yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan
tersebut, persentasenya adalah 26,98%. Persentase tersebut masuk dalam
kategori rendah. Terdapat 4 orang mahasiswa dengan persentase 6,34% yang
netral/tidak menentukan pilihan dan jumlah tersebut masuk dalam kategori
sangat rendah.
Diagram 4.1
Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis Nomor 1
Pernyataan kedua adalah “Mahasiswa harus memiliki keterampilan
membaca kritis karena mahasiswa dituntut tidak hanya sekedar memahami
bahan bacaan secara umum akan tetapi mampu menilai bahan bacaan tersebut”.
Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang sebagai sikap positif yang
mendukung pernyataan tersebut. Berdasarkan klasifikasi data diketahui bahwa
63 mahasiswa (38 orang sangat setuju dan 25 orang setuju) menyatakan bahwa
mahasiswa harus memiliki keterampilan membaca kritis karena mahasiswa
0
5
10
15
20
25
SS S RR TS STS
20 22
4
170
PERNYATAAN 1
Pada saat ini minim sekali sumber belajar mandiri yang berisi pembelajaran membacakritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dituntut tidak hanya sekedar memahami bahan bacaan secara umum akan tetapi
mampu menilai bahan bacaan tersebut. Persentase pernyataan kedua ini adalah
100% dan masuk kategori sangat tinggi. Artinya seluruh responden sadar akan
keterampilan membaca kritis harus dikuasai oleh mahasiswa. Tidak ada
responden yang memilih jawaban tidak setuju, sangat tidak setuju atau netral.
Diagram 4.2
Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis Nomor 2
Pernyataan ketiga adalah “Kemampuan mahasiswa dalam mengkritisi
bahan bacaan masih kurang”. Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang
sebagai sikap positif yang mendukung pernyataan tersebut. Terdapat 57
mahasiswa (24 orang sangat setuju dan 33 orang setuju) menyatakan bahwa
kemampuan yang dimiliki mahasiswa dalam mengkritisi bahan bacaan masih
kurang. Persentasenya mencapai 90,47% dan ini masuk ke dalam kategori
sangat tinggi. Pada pernyataan kedua 100% responden sepakat bahwa
keterampilan membaca kritis perlu dikuasai oleh mahasiswa. Namun, pada
pernyataan nomor 3 90,47% responden menyadari bahwa kemampuan
membaca kritis mahasiswa masih kurang. Banyak faktor yang menyebabkan
0
10
20
30
40
SS S RR TS STS
3825 0 0 0
PERNYATAAN 2
Mahasiswa harus memiliki keterampilan membaca kritis karena mahasiswa dituntut tidakhanya sekedar memahami bahan bacaan secara umum akan tetapi mampu menilai bahanbacaan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
keterampilan membaca kritis mahasiswa masih kurang, salah satunya adalah
kurangnya sumber belajar mandiri yang menarik untuk mendorong mereka
mempelajari membaca kegiatan kritis.
Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap
negatif karena menyatakan bahwa kemampuan membaca kritis mahasiswa
sudah cukup atau baik. Tidak satu pun responden menyatak tidak setuju atau
sangat tidak setuju. Persentase sikap negatif pada pernyataan nomor 3 adalah
0% dan itu artinya masuk ke dalam kategori sangat rendah. Terdapat 6 orang
mahasiswa dengan persentase 9,52% yang netral/tidak menentukan pilihan dan
jumlah tersebut masuk dalam kategori sangat rendah.
Diagram 4.3
Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis Nomor 3
Pernyataan nomor 4 tentang manfaat membaca kritis. Pernyataan
tersebut ialah “Membaca kritis dapat meningkatkan ketelitian dan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa”. Jawaban sangat setuju
dan setuju dipandang sebagai sikap positif yang mendukung pernyataan
tersebut. Grafik di atas menunjukkan jawaban bahwa 61 mahasiswa (43 orang
0
10
20
30
40
SS S RR TS STS
2433
6
0 0
PERNYATAAN 3
Kemampuan mahasiswa dalam mengkritisi bahan bacaan masih kurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
sangat setuju dan 18 orang setuju) menyatakan manfaat membaca kritis
diantaranya adalah dapat meningkatkan ketelitian dan meningkatkan
kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Jika diubah dalam bentuk persen maka
menjadi 96,82% mahasiswa masuk ke dalam kategori sangat tinggi.
Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap
negatif karena menyatakan bahwa membaca kritis tidak dapat meningkatkan
ketelitian dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Tidak ada
responden yang memilih jawaban tidak setuju atau sangat tidak setuju.
Persentasenya adalah 0% dan masuk dalam kategori sangat rendah. Hampir
semua responden sepakat atau mempunyai sikap positif terhadap pernyataan
nomor 4. Sebanyak 2 orang mahasiswa dengan persentase 3,17% yang
netral/tidak menentukan pilihan dan jumlah tersebut masuk dalam kategori
sangat rendah.
Diagram 4.4
Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis Nomor 4
Pernyataan kelima terdapat pernyataan tentang kebiasaan membaca
mahasiswa. Pernyataannya adalah “Kebiasaan saya pada saat membaca hanya
memahami isi bahan bacaan secara umum”. Jawaban sangat setuju dan setuju
0
20
40
60
SS S RR TS STS
4318
2 0 0
PERNYATAAN 4
Membaca kritis dapat meningkatkan ketelitian dan meningkatkan kemampuan berpikirkritis mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
dipandang sebagai sikap positif yang mendukung pernyataan tersebut.
Berdasarkan klasifikasi data tersebut diketahui bahwa 54 mahasiswa (14 orang
sangat setuju dan 40 orang setuju) menyatakan bahwa kebiasaan yang dilakukan
oleh mereka pada saat membaca adalah memahami isi bahan bacaan secara
umum. Sebanyak 85,71% mahasiswa masuk dalam kategori sangat tinggi.
Terdapat kesenjangan antara kesadaran mereka tentang pentingnya membaca
kritis dengan realita kebiasaan mereka pada saat membaca. Kebiasaan membaca
yang memahami bacaan secara umum seharusnya diubah menjadi libih
mendalam dalam memahami bahan bacaan. Mahasiswa harus lebih kritis dalam
kegiatan membaca karena itu modal penting umtuk menilai sebuah bahan
bacaan atau sebuah informasi.
Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap
negatif karena menyatakan bahwa kebiasaan mereka pada saat membaca tidak
hanya memahami bahan bacaan secara umum saja. Terdapat 4 mahasiswa saja
yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut, persentasenya adalah
7,93%. Persentase tersebut masuk dalam kategori sangat rendah. Terdapat 4
orang mahasiswa dengan persentase 6,34% yang netral/tidak menentukan
pilihan dan jumlah tersebut masuk dalam kategori sangat rendah. Berdasarkan
data di atas hanya 7,93% saja mahasiswa yang mempunyai kebiasaan membaca
dengan memahami secara mendalam bahan bacaan. Oleh karena itu, modul
digital membaca kritis dengan memanfaatkan cerita tradisonal Jawa Tengah ini
akan membantu mahasiswa untuk dapat berlatih memahami bahan bacaan
secara mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Diagram 4.5
Hasil Kuesioner Pembelajaran Membaca Kritis Nomor 5
b. Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran
Pernyataan-pernyataan pada poin integrasi cerita rakyat dalam
pembelajaran berisi seputar cerita rakyat sebagai salah satu sastra daerah yang
akan dimanfaatkan dalam pembelajaran membaca kritis. Terdapat 5 pernyataan
dalam poin integrasi cerita rakyat dalam pembelajaran. Berikut ini penjabaran
pendapat-pendapat responden mengenai pernyataan 1 sampai 5 yang akan
diberi pemaknaan.
Pernyataan pertama ”Salah satu kearifan lokal yang perlu untuk
dilestarikan dan dapat diintegrasikan dalam pembelajaran membaca kritis
adalah cerita rakyat”. Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang sebagai sikap
positif yang mendukung pernyataan tersebut. Berdasarkan klasifikasi tersebut
diketahui bahwa 61 mahasiswa (23 orang sangat setuju dan 38 orang setuju)
menyatakan bahwa kearifan lokal yang perlu untuk dilestarikan dan dapat
diintegrasikan dalam pembelajaran membaca kritis adalah cerita rakyat. Jika
0
10
20
30
40
SS S RR TS STS
14
40
5 40
PERNYATAAN 5
Kebiasaan saya pada saat membaca hanya memahami isi bahan bacaan secaraumum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
diubah dalam bentuk persen maka menjadi 96,82% mahasiswa masuk ke dalam
kategori tinggi. Cerita rakyat menjadi penting untuk dilestarikan atau
didokumentasikan agar tidak dilupakan. Sebanyak 96,82% mahasiswa sepakat
akan pernyataan tersebut. Hal ini menandakan bahwa mahasiswa juga masih
mempunyai kepedulian tehadap cerita rakyat suatu daerah.
Diagram 4.6
Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran Nomor 1
Pernyataan kedua adalah “Cerita rakyat merupakan ekspresi budaya
suatu masyarakat tertentu yang berhubungan dengan berbagai aspek budaya dan
nilai sosial masyarakat”. Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang sebagai
sikap positif yang mendukung pernyataan tersebut. Berdasarkan klasifikasi data
diketahui bahwa 63 mahasiswa (39 orang sangat setuju dan 24 orang setuju)
menyatakan bahwa cerita rakyat merupakan ekspresi budaya suatu masyarakat
tertentu yang berhubungan dengan berbagai aspek budaya dan nilai sosial
masyarakat. Persentase pernyataan kedua ini adalah 100% dan masuk kategori
sangat tinggi. Artinya seluruh responden memhami cerita rakyat sebagai cara
pengungkapan budaya suatu masyarakat tertentu yang erat kaitannya dengan
0
10
20
30
40
SS S RR TS STS
23
38
2 0 0
PERNYATAAN 1
Salah satu kearifan lokal yang perlu untuk dilestarikan dan dapat diintegrasikan dalampembelajaran membaca kritis adalah cerita rakyat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
berbagai nilai sosial dan budaya masyarakat tersebut. Tidak ada responden yang
memilih jawaban tidak setuju, sangat tidak setuju atau netral.
Diagram 4.7
Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran Nomor 2
Pernyataan nomor 3 ialah “Cerita rakyat mempunyai unsur estetis atau
keindahan sehingga menarik untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran
membaca kritis”. Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang sebagai sikap
positif yang mendukung pernyataan tersebut. Grafik di atas menunjukkan
jawaban bahwa 58 mahasiswa (26 orang sangat setuju dan 32 orang setuju)
menyatakan cerita rakyat mempunyai unsur estetis atau keindahan sehingga
menarik untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran membaca kritis. Jika
diubah dalam bentuk persen maka menjadi 92,06% mahasiswa masuk ke dalam
kategori sangat tinggi. Unsur estetik dari cerita rakyat dapat dimanfaatkan untuk
mendorong mahasiswa membaca cerita rakyat secara mendalam.
Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap
negatif karena menyatakan bahwa cerita rakyat tidak mempunyai unsur estetis
atau keindahan sehingga tidak menarik untuk dimanfaatkan sebagai media
0
10
20
30
40
SS S RR TS STS
39
24 0 0 0
PERNYATAAN 2
Cerita rakyat merupakan ekspresi budaya suatu masyarakat tertentu yang berhubungandengan berbagai aspek budaya dan nilai sosial masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
pembelajaran membaca kritis. Tidak ada responden yang memilih jawaban
tidak setuju atau sangat tidak setuju. Persentasenya adalah 0% dan masuk
dalam kategori sangat rendah rendah. Hampir semua responden sepakat atau
mempunyai sikap positif terhadap pernyataan nomor 3. Sebanyak 5 orang
mahasiswa dengan persentase 7,93% yang netral/tidak menentukan pilihan dan
jumlah tersebut masuk dalam kategori sangat rendah.
Diagram 4.8
Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran Nomor 3
Pernyataan keempat adalah “Cerita rakyat mengandung nilai-nilai
kehidupan yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk
membentuk karakter positif mahasiswa.”. Jawaban sangat setuju dan setuju
dipandang sebagai sikap positif yang mendukung pernyataan tersebut.
Berdasarkan klasifikasi data diketahui bahwa 63 mahasiswa (36 orang sangat
setuju dan 27 orang setuju) menyatakan bahwa cerita rakyat mengandung nilai-
nilai kehidupan yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk
membentuk karakter positif mahasiswa. Persentase pernyataan keempat ini
adalah 100% dan masuk kategori sangat tinggi. Artinya seluruh responden
sepakat bahwa cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai
0
20
40
SS S RR TS STS
26 32 5 0 0
PERNYATAAN 3
Cerita rakyat mempunyai unsur estetis atau keindahan sehingga menarik untukdimanfaatkan sebagai media pembelajaran membaca kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
tersebut mampu membentuk karakter yang positif untuk mahasiswa. Nilai
kehidupan dalam cerita rakyat sangat beragam, ada nilai spiritualitas, sosial,
budaya, estetika, dll. Nilai-nilai tersebut dapat dicontoh mahasiswa untuk
berkembang menjadi pribadi yang positif. Tidak ada responden yang memilih
jawaban tidak setuju, sangat tidak setuju atau netral.
Diagram 4.9
Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran Nomor 4
Pernyataan nomor 5 ialah “Mahasiswa penting untuk mempelajari
aspek kebudayaan suatu daerah”. Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang
sebagai sikap positif yang mendukung pernyataan tersebut. Grafik di atas
menunjukkan jawaban bahwa 61 mahasiswa (33 orang sangat setuju dan 28
orang setuju) menyatakan bahwa mahasiswa penting untuk mempelajari aspek
kebudayaan suatu daerah. Jika diubah dalam bentuk persen maka menjadi
96,82% mahasiswa masuk ke dalam kategori sangat tinggi. Tidak ada salahnya
jika kita mempelajari kebudayaan suatu daerah. Jika kita mempelajari
kebudayaan daerah-daerah di Indonesia dapat menambah wawasan kita tentang
prespektif masyarakat di daerah lain.
0
10
20
30
40
SS S RR TS STS
3627 0 0 0
PERNYATAAN 4
Cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat digunakan sebagai mediapembelajaran untuk membentuk karakter positif mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Dalam penelitian ini akan mempelajari kebudayaan masyrakat Jawa
Tengah yang digambarkan melalui cerita rakyatnya. Kebudayaan, nilai-nilai
kehidupan masyarakat dapat dilihat dari cerita rakyat daerah tersebut. Hal ini
dikarenakan cerita rakyat suatu daerah merupakan cerminan kebudayaan daerah
tersebut. Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap
negatif karena menyatakan bahwa tidak penting untuk mempelajari aspek
kebudayaan suatu daerah. Tidak ada responden yang memilih jawaban tidak
setuju atau sangat tidak setuju. Persentasenya adalah 0% dan masuk dalam
kategori sangat rendah rendah. Hampir semua responden sepakat atau
mempunyai sikap positif terhadap pernyataan nomor 5. Namun, tedapat 2 orang
mahasiswa dengan persentase 3,17% yang netral/tidak menentukan pilihan dan
jumlah tersebut masuk dalam kategori sangat rendah.
Diagram 4.10
Hasil Kuesioner Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran Nomor 5
c. Modul Digital
Penelitian ini akan mengembangkan modul digital pembelajaran
membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah.
Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan pada poin modul digital akan dipadukan
0
10
20
30
40
SS S RR TS STS
33 282 0 0
PERNYATAAN 5
Mahasiswa penting untuk mempelajari aspek kebudayaan suatu daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dengan kegiatan pembelajaran membaca kritis yang memanfaatkan cerita
rakyat tradisional. Modul digital memang erat kaitannya dengan perkembangan
zaman abad XXI. Generasi milenial sangat akrab dengan teknologi. Berikut ini
adalah pendapat-pendapat responden mengenai pernyataan 1 samapai 5 pada
bagian modul digital.
Pernyataan pertama terkait modul digital adalah ”Pembelajaran
membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat yang dikemas dengan
modul digital dapat digunakan sebagai sumber belajar mandiri yang dapat
membantu mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman kognitif”. Jawaban
sangat setuju dan setuju dipandang sebagai sikap positif yang mendukung
pernyataan tersebut. Berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui bahwa 62
mahasiswa (31 orang sangat setuju dan 31 orang setuju) menyatakan bahwa
pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat yang dikemas
dengan modul digital dapat digunakan sebagai sumber belajar mandiri yang
dapat membantu mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman kognitif.
Persentasenya adalah 96,82% dan masuk dalam kategori sangat tinggi
Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap
negatif karena menyatakan bahwa pembelajaran membaca kritis dengan
memanfaatkan cerita rakyat yang dikemas dengan modul digital dapat
digunakan sebagai sumber belajar mandiri yang tidak dapat membantu
mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman kognitif. Dalam grafik di atas
tidak satu pun responden menjawab tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.
Hal ini artinya 0% mahasiswa dan masuk dalam kategori sangat rendah. Namun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
terdapat 1 orang mahasiswa dengan persentase 1,58% yang netral/tidak
menentukan pilihan dan jumlah tersebut masuk dalam kategori sangat rendah.
Diagram 4.11
Hasil Kuesioner Modul Digital Nomor 1
Pernyataan kedua adalah “Modul digital pembelajaran membaca kritis
dengan memanfaatkan cerita rakyat menarik untuk dipelajari karena dalam
modul digital dilengkapi dengan komponen audio, video, animasi dan gambar”.
Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang sebagai sikap positif yang
mendukung pernyataan tersebut. Berdasarkan klasifikasi data diketahui bahwa
63 mahasiswa (43 orang sangat setuju dan 20 orang setuju) menyatakan bahwa
modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat
menarik untuk dipelajari karena dalam modul digital dilengkapi dengan
komponen audio, video, animasi dan gambar. Persentase pernyataan kedua ini
adalah 100% dan masuk kategori sangat tinggi. Dalam pernyataan nomor 2 ini
tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju, sangat tidak setuju, atau
netral. Semuanya sepakat bahwa modul digital menarik untuk dipelajari karena
0
10
20
30
40
SS S RR TS STS
31 31 1 0 0
PERNYATAAN 1
Pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat yang dikemas denganmodul digital dapat digunakan sebagai sumber belajar mandiri yang dapat membantumahasiswa dalam meningkatkan pemahaman kognitif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
komponen-komponen yang ada di dalamnya mendorong mereka untuk
membaca dan mempelajarinya.
Diagram 4.12
Hasil Kuesioner Modul Digital Nomor 2
Pernyataan nomor 3 ialah “Modul digital pembelajaran membaca
kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat memiliki tingkat interaksi yang lebih
tinggi dengan pembaca”. Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang sebagai
sikap positif yang mendukung pernyataan tersebut. Diagram di atas
menunjukkan jawaban bahwa 57 mahasiswa (23 orang sangat setuju dan 30
orang setuju) menyatakan modul digital pembelajaran membaca kritis dengan
memanfaatkan cerita rakyat memiliki tingkat interaksi yang lebih tinggi dengan
pembaca. Persentasenya mencapai 92,06% dan masuk dalam kategori sangat
tinggi. Modul digital dianggap mempunyai hubungan atau umpan balik yang
lebih tinggi dengan pembaca disbanding modul cetak.
Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap
negatif karena menyatakan bahwa modul digital pembelajaran membaca kritis
dengan memanfaatkan cerita rakyat memiliki tingkat interaksi yang rendah
0
20
40
60
SS S RR TS STS
4320
0 0 0
PERNYATAAN 2
Modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat menarikuntuk dipelajari karena dalam modul digital dilengkapi dengan komponen audio,video,animasi dan gambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
dengan pembaca. Tidak ada responden yang memilih jawaban tidak setuju atau
sangat tidak setuju. Persentasenya adalah 0% dan masuk dalam kategori sangat
rendah rendah. Hampir semua responden sepakat atau mempunyai sikap positif
terhadap pernyataan nomor 3. Sebanyak 6 orang mahasiswa dengan persentase
7,93% yang netral/tidak menentukan pilihan dan jumlah tersebut masuk dalam
kategori sangat rendah.
Diagram 4.13
Hasil Kuesioner Modul Digital Nomor 3
Pernyataan keempat tentang penerapan modul digital dalam
pembelajaran. Pernyataannya adalah “Modul berbasis digital pembelajaran
membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat belum banyak dijumpai
oleh mahasiswa dalam pembelajaran”. Jawaban sangat setuju dan setuju
dipandang sebagai sikap positif yang mendukung pernyataan tersebut.
Berdasarkan klasifikasi data tersebut diketahui bahwa 52 mahasiswa (26 orang
sangat setuju dan 26 orang setuju) menyatakan bahwa modul berbasis digital
pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat belum
0
10
20
30
SS S RR TS STS
27 30
6
0 0
PERNYATAAN 3
Modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat memilikitingkat interaksi yang lebih tinggi dengan pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
banyak dijumpai oleh mahasiswa dalam pembelajaran. Sebanyak 82,53%
mahasiswa masuk dalam kategori sangat tinggi.
Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap
negatif karena menyatakan bahwa modul berbasis digital pembelajaran
membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat banyak dijumpai oleh
mahasiswa dalam pembelajaran. Terdapat 3 mahasiswa yang menyatakan tidak
setuju dengan pernyataan tersebut, persentasenya adalah 4,76%. Persentase
tersebut masuk dalam kategori sangat rendah. Terdapat 8 orang mahasiswa
dengan persentase 12,69% yang netral/tidak menentukan pilihan dan jumlah
tersebut masuk dalam kategori sangat rendah. Berdasarkan data di atas
kebanyakan mahasiswa belum menjumpai implementasi modul berbasis digital
diimplementasikan dalam pembelajaran.
Diagram 4.14
Hasil Kuesioner Modul Digital Nomor 4
Pernyataan nomor kelima ialah “Modul digital pembelajaran
membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat praktis untuk digunakan”.
Jawaban sangat setuju dan setuju dipandang sebagai sikap positif yang
0
10
20
30
SS S RR TS STS
26 26
8
3 0
PERNYATAAN 4
Modul berbasis digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyatbelum banyak dijumpai oleh mahasiswa dalam pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
mendukung pernyataan tersebut. Klasifikasi data yang ditampilkan dalam
grafik di atas menunjukkan jawaban bahwa 56 mahasiswa (22 orang sangat
setuju dan 34 orang setuju) menyatakan modul digital pembelajaran membaca
kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat praktis untuk digunakan.
Persentasenya mencapai 88,88% dan masuk dalam kategori sangat tinggi.
Pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang sebagai sikap
negatif karena menyatakan bahwa modul digital pembelajaran membaca kritis
dengan memanfaatkan cerita rakyat tidak praktis untuk digunakan. Tidak ada
responden yang memilih jawaban tidak setuju atau sangat tidak setuju.
Persentasenya adalah 0% dan masuk dalam kategori sangat rendah rendah.
Hampir semua responden sepakat atau mempunyai sikap positif terhadap
pernyataan tentang modul digital yang mempunyai sifat praktis untuk
digunakan. Sebanyak 7 orang mahasiswa dengan persentase 11,11% yang
netral/tidak menentukan pilihan dan jumlah tersebut masuk dalam kategori
sangat rendah.
Diagram 4.15
Hasil Kuesioner Modul Digital Nomor 5
0
10
20
30
40
SS S RR TS STS
2234
7
0 0
PERNYATAAN 5
Modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat praktisuntuk digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Tabel 4.2 Hasil Keseluruhan Perhitungan Kuesioner
Pernyataan Total Skor
A.
1. 234
2. 290
3. 270
4. 293
5. 253
B.
1. 273
2. 291
3. 273
4. 288
5. 281
C.
1. 282
2. 295
3. 273
4. 264
5. 267
Jumlah .Skor Kuesioner 4127
Skor Ideal = (Jumlah responden x Skor tertinggi) x 15
= (63 x 5) x 15
= 315 x 15
= 4725
Rumus Indeks = (Jumlah skor kuesioner / Skor ideal) x 100%
= (4127 / 4725) x 100%
= 0,8734 x 100%
= 87,34%
Berdasarkan hasil analisis kuesioner studi pendahuluan di atas dapat
disimpulkan bahwa pengembangan produk modul digital pembelajaran membaca
kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah sangat penting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
dan mendesak untuk dilakukan. Hasil perhitungan indeks keseluruhan kuesioner
studi pendahuluan ini adalah 87,34%. Hasil perhitungan kuesioner ini masuk dalam
kategori sangat tinggi. Artinya mahasiswa PBSI angkatan 2017 FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta sangat menyetujui bahwa pembelajaran membaca kritis
penting untuk dikuasai mahasiswa, cerita rakyat tradisional dapat diintegrasikan
dalam pembelajaran membaca kritis, dan kemasan modul digital menarik untuk
dipelajari serta dapat melatih keterampilan membaca kritis.
4.1.1.2 Deskripsi Wawancara Dosen
Kegiatan wawancara dilakukan dengan satu orang narasumber yaitu Ibu
Septina Krismawati, S.S., M.A. Narasumber merupakan dosen program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ibu Septina
Krismawati merupakan dosen pengampu mata kuliah Membaca Intensif, kelas A
dan B PBSI angkatan 2017. Wawancara dengan Ibu Septina Krismawati
dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 2019 pukul 13.30 WIB di ruangan
narasumber. Menurut Ibu Septi sumber belajar mandiri membaca kritis secara
spesifik belum menemukan karena membaca kritis menjadi bagian dari membaca
jadi pada umumnya yang beliau temukan adalah membaca secara umum. Seperti
membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa dan di dalamnya berisi tentang
utuh 4 keterampilan berbahasa kemudian membaca kritis itu hanya menjadi 1
bagian di dalamnya. Biasanya dalam satu buku hanya terdapat satu bab atau satu
subbab saja tentang membaca kritis. Jika secara khusus tentang judul membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
kritis kemudian dari segi konten materi tentang membaca kritis isinya beliau belum
menemukan sejauh ini.
Peneliti sejalan dengan pendapat Ibu Septina karena sejauh ini sumber
belajar mandiri yang secara khusus membahas pembelajaran membaca kritis masih
dirasa minim. Referensi-referensi yang sudah ada terutama yang berisikan latihan-
latihan membaca kritis juga masih kurang. Pengembangan modul digital
pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa
Tengah sangalah penting karena membantu proses belajar mahasiswa. Menurut Ibu
Septina, mahasiswa penting sekali menguasai kemampuan membaca kritis.
Terlebih mahasiswa PBSI yang dipersiapkan sebagai seorang guru.
Salah satu manfaat membaca kritis adalah melatih dan meningkatkan
kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis menjadi satu kemampuan
yang harus dimiliki mahasiswa PBSI karena ketika mengajar akan dituntut untuk
menerapkan High Order Thinking Skill (HOTS) dalam proses pembelajaran.
Namun, karena budaya yang serba instan membuat mahasiswa ketika mendapat
informasi dalam suatu bahan bacaan sudah puas. Tidak ada tindak lanjut untuk
mengetahui informasi itu benar atau salah.
Integrasi cerita rakyat tradisional ke dalam pembelajaran membaca kritis
menjadi menarik untuk dikembangkan. Ibu Septina mengungkapkan bahwa hal ini
bisa dilakukan, cerita rakyat dapat dimanfaatkan dalam kegiatan membaca kritis.
Hal ini dikarenakan dalam sebuah cerita rakyat biasanya juga terdapat hal-hal yang
negatif, hal negatif ini dapat dipertanyakan oleh mahasiswa mengapa sebabnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Namun, selain sisi negatif cerita rakyat juga banyak mengandung nilai-nilai
kehidupan. Nilai kehidupan ini dapat membentuk karakter positif mahasiswa.
Pengembangan modul berbasis digital sesuai dengan tuntutan abad XXI. Ibu
Septina mengungkapkan bahwa mahasiswa sekarang ini lebih tertarik dengan dunia
digital. Kehadiran modul berbasis digital dirasa akan lebih membantu. Modul
digital pembelajaran membaca kritis juga ditekankan dapat benar-benar mengolah
kemampuan membaca kritis. Tampilan seperti audio, video, animasi dalam modul
digital dijadikan media pendukung. Kegiatan membaca harus tetap diutamakan agar
pembelajaran membaca kritis menjadi proposional. Pengembangan modul digital
membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional ini menjadi hal yang
sangat penting karena sejauh ini belum banyak dijumpai dalam pembelajaran.
4.1.2 Pengembangan Modul
Setelah tahap pengumpulan informasi dan tahap analisis yang sudah
diperoleh dari kuesioner mahasiswa dan wawancara dosen, maka langkah
selanjutnya adalah penyusunan modul digital pembelajaran. Langkah pertama
adalah menentukan judul yang tepat dan mencermiknkan keseluruhan isi modul
yaitu “Membaca Kritis untuk Mahasiswa”. Setelah judul modul sudah ditentukan
langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan, pemilihan bahan, penyusunan
kerangka dan pengumpulan bahan. Berikut ini adalah pemaparan secara rincinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
4.1.2.1 Penentuan Tujuan
Tujuan umum dari pembelajaran menggunakan bahan ajar modul digital ini
adalah mahasiswa mampu mengevaluasi teks cerita rakyat dengan tepat. Tujuan
pembelajaran penting untuk dirumuskan agar pembelajaran menjadi terarah dan ada
target yang harus dicapai mahasiswa setelah mempelajari modul digital ini. selain
tujuan umum, peneliti juga menentukan tujuan khusus yang tercantum dalam tabel
di bawah ini.
Tabel 4.3 Rumusan Tujuan Pembelajaran
BAB Tujuan Pembelajaran
I. Membaca sebagai
Keterampilan
Berbahasa
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar
membaca baik secara lisan maupun tulisan
dengan tepat.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai jenis
strategi membaca intensif baik secara lisan
maupun tulisan dengan tepat.
3. Mahasiswa mampu membuat pertanyaan yang
mengasah kemampuan berpikir dan bernalar
setelah kegiatan membaca dengan tepat.
II. Membaca Kritis 1. Mahasiswa mampu menganalisis teks cerita
rakyat Jawa Tengah dengan tepat.
2. Mahasiswa mampu mengevaluasi teks cerita
rakyat Jawa Tengah dengan tepat.
4.1.2.2 Pemilihan Bahan
Setelah menentukan tujuan umum dan tujuan khusus peneliti mulai memilih
bahan yang akan digunakan dalam modul digital pembelajaran membaca kritis
untuk mahasiswa. Pemilihan bahan bertujuan untuk memberikan konten pada
modul digital pembelajaran membaca kritis. Bahan yang akan digunakan harus
relevan dengan tujuan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Bahan-bahan yang dipilih dan akan diseleksi meliputi (1) teori yang relevan,
(2) konsep dasar tentang membaca, (3) konsep dasar tentang membaca kritis, (4)
aspek membaca kritis, (5) teks cerita rakyat yang berasal dari Jawa Tengah, (6)
gambar/ilustrasi dan video yang mendukung materi. Pemilihan bahan harus sesuai
dengan karakteristik mahasiwa, misalnya menggunakan bahasa yang sedikit
kompleks karena sesuai dengan tingkat berpikir mahasiswa, contoh yang faktual
dan sesuai dengan materi, penggunaan gambar dan video yang sesuai dengan topik
yang dibahas. Peneliti juga memilih bahan berdasarkan hasil analisis kebutuhan
mahasiswa yang sudah disebarkan melalui kuesioner sebelumnya dan hasil
wawancara dosen pengampu mata kuliah Membaca Intensif.
4.1.2.3 Penyusunan Kerangka
Setelah menetapkan bahan yang akan dicari, kemudian peneliti menyusun
kerangka modul. Penyusunan kerangka modul ini bertujuan agar pembelajaran
menjadi terarah dan sistematis. Kerangka modul disusun dengan memperhatikan
pendekatan model pembelajaran reflektif. Penyusunan kerangka modul diawali
dengan (1) cover halaman depan, (2) kata pengantar, (3) rasional produk, (4)
petunjuk penggunaan modul, (5) pendahuluan, (6) daftar isi, (7) judul bab, (8)
tujuan pembelajaran, (9) peta konsep, (10) materi tiap bab, (11) aktivitas, (12)
refleksi, (13) aksi, (14) rangkuman, (15) tes formatif, (16) evaluasi, (17) kunci
jawaban, (18) glosarium, dan (19) daftar pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
4.1.2.4 Pengumpulan Bahan
Langkah selanjutnya setelah menetapkan kerangka adalah mengumpulkan
bahan yang dibutuhkan untuk modul digital pembelajaran membaca kritis untuk
mahasiswa. Bahan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
topik materi, baik berupa konsep, teori, data, contoh, video, gambar, dan segala hal
yang menunjang pemahaman mahasiswa terhadap topik. Bahan-bahan tersebut
diperoleh dari buku referensi dan internet. Semua bahan yang sudah dikumpulkan
akan dipilih yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa dan dapat menunjang
konten modul yang efektif. Semua bahan ditulis menggunakan microsoft word.
Setelah tahap seleksi bahan sudah selesai dilakukan, tahap selanjutnya
adalah penyajian modul. Modul disajikan dalam bentuk digital yang diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa secara praktis. Peneliti menggunakan
aplikasi flipbook untuk mengubah modul yang berbentuk konvensional menjadi
digital. Bahan-bahan yang sudah diseleksi dan ditulis menggunakan microsoft word
diubah menjadi bentuk pdf kemudian dimasukkan dalam flipbook. Peneliti dapat
menambahkan video menggunakan aplikasi flipbook ini. Peneliti menggunakan
aplikasi flipbook karena dapat membantu peneliti untuk memadukan video dengan
materi. Selain itu, aplikasi flipbook juga dapat diakses oleh mahasiswa dengan
mudah menggunakan laptop, komputer atau PC yang lainnya.
Modul pembelajaran membaca kritis yang peneliti buat terdapat tiga bagian
yaitu, (1) bagian pembuka, (2) bagian isi, dan (3) bagian penutup. Bagian pembuka
berupa penyajian sampul luar, kata pengantar, rasional produk, petunjuk
penggunaan modul, pendahuluan, dan daftar isi. Bagian sampul luar terdiri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
jenis bahan ajar berupa modul pembelajaran, judul modul “Membaca Kritis untuk
Mahasiswa”, dan nama penulis yaitu Dion Wahyu Widayat. Bagian kata pengantar
berisi ucapan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu peneliti
dalam menyelesaikan modul pembelajaran ini.
Bagian rasional produk berisi uraian mengenai landasan penyusunan modul
digital pembelajaran membaca kritis berdasarkan hasil kajian/studi pendahuluan.
Petunjuk penggunaan modul berisi perintah dan arahan yang ditujukan kepada
mahasiswa sebelum menggunakan modul digital ini. Bagian pendahuluan memuat
uraian tentang penjelasan yang lebih mendalam terhadap modul pembelajaran
membaca kritis ini. Bagian daftar isi merupakan bagian terakhir dalam pembuka,
daftar isi berisi pokok-pokok bab beserta halamannya.
Bagian kedua adalah bagian isi/materi. Bagian isi terdiri dari dua bab. Bab
pertama adalah membaca sebagai keterampilan berbahasa. Dalam bab ini berisikan
konsep dasar mengenai membaca yaitu hakikat membaca, proses membaca,
prosedur membaca dan strategi membaca. Bab kedua berkaitan dengan membaca
kritis. Dalam bab ini menguraikan hakikat membaca kritis, keterkaitan membaca
kritis dan berpikir kritis, dan membaca kritis teks prosa. Setelah penjabaran materi
terdapat aktivitas, refleksi, aksi, tes formatif yang harus dikerjakan oleh mahasiswa
untuk memperkuat pemahaman terkait materi yang dibahas dalam setiap bab.
Bagian terakhir modul pembelajaran “Membaca kritis untuk Mahasiswa”
adalah bagian penutup. Bagian penutup berisi kunci jawaban, glosarium dan daftar
pustaka. Kunci jawaban berfungsi untuk mencocokkan hasil pekerjaan mahasiswa
dengan jawaban yang benar. Setelah melihat kunci jawaban mahasiswa akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
mengetahui hasil akhir atau nilai yang didapatkan setelah mengerjakan tes formatif
atau evaluasi. Glosarium berisi definisi kata-kata operasional atau kata-kata sulit
yang mungkin belum diketahui oleh mahasiswa. Bagian selanjutnya adalah daftar
pustaka, dalam daftar pustaka berisi sumber atau rujukan yang dipakai penulis
dalam menyusun modul pembelajaran ini. Daftar pustaka juga berfungsi untuk
memudahkan mahasiswa mencari referensi terkait kegiatan membaca kritis.
4.1.3 Uji Validasi
Setelah modul digital dirancang menggunakan aplikasi flipbook maka
modul digital dapat digunakan melalui laptop. Dosen ahli dan mahasiswa akan
memberikan penilaian di kuesioner/angket yang sudah disediakan.
Kuesioner/angket memuat empat aspek yaitu, aspek isi/materi, penyajian, bahasa,
dan kegrafikan. Berikut disajikan data hasil validasi oleh dosen ahli dan hasil uji
coba terbatas terhadap 21 mahasiswa PBSI angkatan 2017. Aspek penilaian
kelayakan berdasarkan kriteria dari Depdiknas (2008).
4.1.3.1 Hasil Validasi Modul Digital oleh Dosen Ahli
Dosen ahli yang melakukan validasi produk adalah Ibu Dr. Yuliana
Setyaningsih, M.Pd. Data hasil validasi oleh dosen ahli meliputi empat aspek yaitu,
isi/materi, penyajian, bahasa, dan kegrafikan. Berikut ini disajikan hasil validasi
produk yang dilakukan oleh dosen ahli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
1. Penilaian Kelayakan Isi/Materi
Penilaian kelayakan isi/materi terdiri dari 11 butir penilaian. Berikut tabel
yang menguraikan hasil validasi aspek kelayakan isi/materi yang sudah dilakukan
oleh dosen ahli.
Tabel 4.4 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Isi/Materi
No. Kode Indikator Penilaian Skala Penilaian
1. 1. Materi pembelajaran yang ada di dalam modul digital
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
4
2.
2. Konsep, definisi, prosedur, contoh, dan soal latihan
yang disajikan dalam modul digital sesuai dengan
kebutuhan materi pokok yang mendukung tercapainya
tujuan pembelajaran.
4
3. 3. Tugas-tugas yang disajikan mendorong mahasiswa
berpikir kritis dan dapat membuat mahasiswa
mencapai target pembelajaran.
3
4. 4. Setiap aktivitas dalam bab II memuat tahap
pramembaca, membaca, dan pascmembaca yang
sesuai dengan tahap-tahap membaca.
3
5. 5. Tahap prabaca memotivasi siswa untuk melakukan
kegiatan membaca.
3
6. 6. Tahap pascabaca pada bab II menyajikan soal-soal
yang mendorong mahasiswa berpikir kritis.
3
7. 7. Cerita rakyat tradisional Jawa Tengah yang disajikan
terdapat nilai-nilai karakter yang dapat diteladani
mahasiswa.
4
8. 8. Integrasi cerita rakyat tradisional Jawa Tengah dapat
mendorong mahasiswa untuk mempermudah
memahami materi yang disampaikan.
4
9. 9. Tugas-tugas yang ada di dalam modul digital mampu
mendorong mahasiswa untuk mencari / memperoleh
informasi mengenai jawaban yang diperlukan dari
berbagai sumber.
4
10. 10. Dalam modul digital ini setiap akhir bab terdapat tes
formatif yang dapat mengukur kemampuan dan
keterampilan mahasiswa.
4
11. 11. Materi yang ada di dalam modul digital mengacu
pada teori-teori yang relevan dan disusun dengan
tepat sehingga mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran.
4
Jumlah 40
Skor Rata-rata 3,64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
No. Kode Indikator Penilaian Skala Penilaian
Persentase 72,73%
Kategori Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil validasi dosen ahli
pada aspek kelayakan isi/materi diperoleh skor rata-rata 3,64, persentase 72,73%
dengan kategori “Baik”.
2. Penilaian Kelayakan Penyajian
Penilaian kelayakan penyajian terdiri dari 7 butir penilaian. Berikut tabel
yang menguraikan hasil validasi aspek kelayakan penyajian yang sudah dilakukan
oleh dosen ahli.
Tabel 4.5 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Penyajian
No. Kode Indikator Penilaian Skala Penilaian
1. 12. Penyajian dan pembahasan materi di dalam modul
digital mengakomodasi mahasiswa untuk belajar
aktif.
4
2.
13. Materi di dalam modul digital disajikan dengan alur
berpikir deduktif sehingga memudahkan mahasiswa
untuk memahaminya.
4
3. 14. Setiap subtansi antar bab disajikan secara
proporsional (tercermin dalam jumlah halaman)
dengan mempertimbangkan tujuan pembelajaran.
3
4. 15. Pada bagian pendahuluan modul digital terdapat kata
pengantar, rasional produk, petunjuk penggunaan
modul digital, pendahuluan dan daftar isi.
4
5. 16. Pada bagian isi penyajian materi di dalam modul
digital dilengkapi dengan gambar, ilustrasi, video,
tabel, sumber acuan, tugas / soal latihan dan
rangkuman.
4
6. 17. Pada bagian penutup modul digital terdapat kunci
jawaban dari tes formatif dan evaluasi, glosarium, dan
daftar pustaka.
3
7. 18. Penyajian materi di dalam modul digital mampu
membuat mahasiswa berpikir kreatif, inovatif, dan
kritis.
4
Jumlah 26
Skor Rata-rata 3,71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
No. Kode Indikator Penilaian Skala Penilaian
Persentase 74,29%
Kategori Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil validasi dosen ahli
pada aspek kelayakan penyajian diperoleh skor rata-rata 3,71, persentase 74,29%
dengan kategori “Baik”.
3. Penilaian Kelayakan Bahasa
Penilaian kelayakan bahasa terdiri dari 6 butir penilaian. Berikut tabel yang
menguraikan hasil validasi aspek kelayakan bahasa yang sudah dilakukan oleh
dosen ahli.
Tabel 4.6 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Bahasa
No. Kode Indikator Penilaian Skala Penilaian
1. 19. Bahasa yang digunakan di dalam modul digital untuk
menjelaskan materi sesuai dengan tingkat berpikir
mahasiswa.
4
2.
20. Modul menggunakan bahasa yang sesuai dengan
kematangan sosial emosional siswa.
4
3. 21. Pesan yang ada di dalam modul digital disampaikan
dengan bahasa yang menarik, jelas, dan mudah d
pahami mahasiswa sehingga membuat mahasiswa
tertarik untuk mempelajari modul digital sampai
selesai.
4
4. 22. Kata dan kalimat yang digunakan di dalam modul
digital sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI).
4
5. 23. Penyampaian pesan antar satu bab dan bab yang lain
berdekatan dan antarsubbab dalam bab mencerminkan
hubungan yang logis.
3
6. 24. Penyampaian pesan antarparagraf yang berdekatan
dan antarkalimat dalam paragraf mencerminkan
hubungan yang logis.
3
Jumlah 22
Skor Rata-rata 3,67
Persentase 73,33%
Kategori Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil validasi dosen ahli
pada aspek kelayakan bahasa diperoleh skor rata-rata 3,67, persentase 73,33%
dengan kategori “Baik”.
4. Penilaian Kelayakan Kegrafikan
Penilaian kelayakan kegrafikan terdiri dari 8 butir penilaian. Berikut tabel
yang menguraikan hasil validasi aspek kelayakan kegrafikan yang sudah dilakukan
oleh dosen ahli.
Tabel 4.7 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayaka Kegrafikan
No. Kode Indikator Penilaian Skala Penilaian
1. 25. Penampilan unsur tata letak pada kulit muka,
belakang, dan punggung terlihat harmonis dan
konsisten.
4
2.
26. Huruf, ukuran huruf, dan warna judul modul digital
yang digunakan menarik, proposional, dan mudah
dibaca.
3
3. 27. Modul digital tidak terlalu banyak menggunakan
kombinasi jenis huruf dan mudah dibaca.
3
4. 28. Bidang cetak, marjin, dan spasi antarteks dan bagian
isi sudah proposional.
4
5. 29. Bagian isi modul mengandung kesederhanaan, daya
keterbacaan, dan mempermudah pemahaman.
4
6. 30. Bagian ilustrasi isi menarik dan mampu memperjelas
pemahaman mahasiswa.
3
7. 31. Judul bab, subjudul bab, dan angka halaman, serta
ilustrasi dan keterangan gambar sudah proposional.
3
8. 32. Penempatan judul, subjudul, ilustrasi, gambar, dan
hiasan tidak mengganggu pemahaman terhadap
materi modul digital.
3
Jumlah 27
Skor Rata-rata 3,38
Persentase 67,50%
Kategori Cukup Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil validasi dosen ahli
pada aspek kelayakan kegrafikan diperoleh skor rata-rata 3,38, persentase 67,50%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
dengan kategori “Cukup Baik”. Berdasarkan uraian hasil rata-rata setiap aspek,
maka didapatkan kesimpulan data skor rata-rata keseluruhan aspek yang disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 4.8 Data Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli pada Seluruh Aspek
No Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori
1 Kelayakan Isi/Materi 3.64 Baik
2 Kelayakan Penyajian 3.71 Baik
3 Kelayakan Bahasa 3.67 Baik
4 Kelayakan Kegrafikan 3.38 Cukup Baik
Jumlah 14.40
Baik Rata-rata 3.60
Persentase 72%
Pada tabel tersebut disimpulkan bahwa skor rata-rata keseluruhan aspek
3,60 dengan kategori “Baik”. Revisi yang dilakukan peneliti berdasarkan komentar
dan saran dari dosen ahli, yaitu 1) perbaikan kesalahan pengetikan, 2) pemilihan
jenis huruf yang tepat, 3) perbaikan ejaan sesuai PUEBI, 4) peningkatan tata letak
modul, 5) penambahan materi, dan 6) penambahan soal pada aktivitas membaca.
Masukan dan saran dari dosen ahli akan dijadikan sebagai dasar untuk melakukan
revisi produk. Peneliti melakukan revisi untuk menyempurnakan produk yang
dibuat agar semakin layak untuk digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
4.1.4 Revisi Produk Tahap I
Saran dan masukan dosen ahli pada saat validasi produk menjadi dasar
peneliti melakukan revisi modul digital pembelajaran “Membaca Kritis untuk
Mahasiswa”. Revisi pada tahap isi meliputi empat aspek sesuai dengan kuesioner
yang sudah diisi oleh dosen ahli. Berikut adalah uraian dari revisi produk tahap I.
1. Revisi Aspek Kelayakan Isi/Materi
Secara keseluruhan menurut validator aspek kelayakan isi/materi sudah
baik. Namun, ada beberapa masukan dari validator terkait aspek kelayakan
isi/materi. Pertama, menambah jumlah soal atau latihan pada aktivitas membaca.
Kedua, kelengkapan materi yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran
masih dapat ditingkatkan. Materi yang terdapat dalam modul digital sebenarnya
sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, akan tetapi penambahan materi akan
membuat mahasiswa lebih mudah untuk memahaminya. Berikut adalah contoh
salah satu bagian materi yang belum direvisi.
Gambar 4.1 Materi Sebelum Direvisi (Aspek Materi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Gambar di atas berisikan materi mengenai teks prosa yang berbentuk cerita
rakyat. Namun, peneliti hanya menjelaskan tentang hakikat cerita rakyat. Setelah
melakukan revisi, peneliti menambahkan materi tentang hakikat cerita rakyat dari
beberapa ahli, jenis-jenis cerita rakyat, dan alasan mengenai penggunaan cerita
rakyat sebagai bahan ajar. Berikut adalah contoh salah satu bagian materi yang
sudah direvisi.
Gambar 4.2 Materi Sesudah Direvisi (Aspek Materi)
Peneliti juga menambahkan soal-soal setelah aktivitas membaca. Tujuan
menambah soal setelah aktivitas membaca agar dapat mendorong mahasiswa untuk
lebih berpikir secara kritis. Awalnya soal-soal pramembaca pada bab II hanya 5
sampai 7 soal. Setelah direvisi, soal-soal yang terdapat dalam bab II berjumlah 10
soal. Berikut adalah contoh salah satu bagian soal di bab II sebelum direvisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Gambar 4.3 Gambar Kiri dan Kanan Soal Sebelum Direvisi (Aspek Materi)
Berikut gambar setelah direvisi, awal mula soal berjumlah 7 butir setelah
direvisi soal menjadi 10 butir.
Gambar 4.4 Gambar Kiri dan Kanan Soal Sesudah Direvisi (Aspek Materi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
2. Revisi Aspek Kelayakan Penyajian
Validator memberi saran agar seluruh ilustrasi dan gambar yang diunduh di
internet untuk mencantumkan sumbernya. Selain itu, validator juga menyarankan
untuk memperbaiki penyajian modul untuk diatur lebih rapi agar materi, cerita
rakyat, dan tugas-tugas yang terdapat dalam modul digital dapat dengan mudah
dibaca dan dipahami. Berikut contoh beberapa bagian modul yang kurang rapi.
Gambar 4.5 Gambar Kiri dan Kanan Aspek Penyajian Sebelum Direvisi
Pada foto pertama penjabaran peta konsep terlalu ke bawah dan
menimbulkan kesan kurang rapi. Foto kedua kata “Tugas” seharusnya menjadi satu
bagian dengan tabel yang sudah dibuat. Berikut adalah hasil revisi yang dilakukan
oleh peneliti untuk merapikan penyajian modul digital pembelajaran membaca
kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Gambar 4.6 Gambar Kiri dan Kanan Aspek Penyajian Sesudah Direvisi.
3. Revisi Aspek Kelayakan Bahasa
Validator memberi komentar agar peneliti lebih teliti dalam mengetik
karena masih banyak terdapat kesalahan pengetikan terutama di bagian penulisan
cerita rakyat. Hal ini dapat membuat mahasiswa bingung untuk memahami maksud
dari bahan bacaan. Kesalahan penulisan yang terdapat dalam modul digital
pembelajaran sudah diperbaiki. Sebelumnya terdapat beberapa kata yang terdapat
kesalahan dalam penulisannya karena peneliti kurang teliti dalam mengetik. Selain
itu, beberapa kata juga sudah disesuaikan dengan PUEBI. Contoh salah satu kata
yang awalnya salah adalah kata “intruksi” yang terdapat dalam bagian petunjuk
penggunaan modul. Penggunaan kata yang tidak sesuai dengan PUEBI sudah
direvisi oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
4. Revisi Aspek Kegrafikan
Validator menyarankan untuk menggunakan jenis huruf yang lain pada
bagian penulisan cerita rakyat. Hal ini dikarenakan agar lebih mudah dibaca
mengingat beberapa cerita rakyat yang disajikan cukup panjang. Bidang cetak dan
marjin dibuat lebih proposional lagi agar modul terlihat lebih rapi. Penempatan
gambar dan ilustrasi lebih disesuaikan agar lebih mudah untuk dibaca. Peneliti
sudah melakukan revisi berdasarkan saran dari validator.
Pada bagian penulisan cerita rakyat awalnya peneliti menggunakan jenis
huruf Comic Sans M. Namun, jenis huruf tersebut susah untuk dibaca dan membuat
penglihatan cepat lelah maka peneliti memutuskan untuk menggantinya. Jenis huruf
yang dipilih peneliti kali ini adalah Stika Display, jenis huruf Stika Display terlihat
jelas dan mengandung kesederhanaan sehingga mudah dibaca.
Gambar 4.7 Gambar Kiri Sebelum Direvisi dan Gambar Kanan Sesudah Direvisi
(Aspek Kegrafikan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
4.1.5 Data Hasil Uji Coba Produk
Setelah melakukan validasi ke dosen ahli dan melakukan revisi tahap I,
kemudian peneliti melakukan uji coba kepada mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2017 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Uji coba dilakukan peneliti secara terbatas dengan jumlah 21
mahasiswa. Berikut adalah uraian kegiatan uji coba produk.
4.1.5.1 Deskripsi Uji Coba Produk
Uji coba produk dilaksanakan hari Kamis tanggal 13 Juni 2019 pukul 16.00-
18.00 WIB di ruang II/K.30B. Uji coba produk dilaksanakan selama 2 jam dengan
2 sesi yaitu pembelajaran mandiri menggunakan modul digital pembelajaran
“Membaca Kritis untuk Mahasiswa”, setelah itu mengisi lembar penilaian kualitas
modul oleh mahasiswa. Peneliti di awal pembelajaran meminta peserta uji coba
untuk mempersiapkan laptop dan membuka produk modul digital yang sudah
peneliti bagikan sebelum uji coba berlangsung. Mahasiswa diminta untuk
mengerjakan tugas aktivitas 1 pada bab I dan tugas kegiatan membaca kritis teks
prosa yang terdapat dalam bab II. Selama pembelajaran peneliti hanya bertugas
sebagai fasilitator yang mengarahkan mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran
selama uji coba.
Setelah selesai mengerjakan aktivitas 1 pada bab I dan kegiatan membaca
kritis teks prosa pada bab II, mahasiswa diminta untuk mengisi lembar penilaian
modul digital pembelajaran membaca kritis yang mereka gunakan. Penilaian yang
dilakukaan oleh mahasiswa meliputi empat aspek yaitu, aspek isi/materi, penyajian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
bahasa, dan kegrafikan. Berdasarkan empat aspek tersebut peneliti membuat 18
butir indikator penilaian.
4.1.5.2 Deskripsi Hasil Penilaian Mahasiswa
Lembar penilaian kualitas modul digital terdiri dari 18 butir indikator
penilaian, kolom komentar secara umum, dan kesimpulan kualitas modul digital
pembelajaran. Berikut uraian deskripsi hasil validasi mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2017 Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang berjumlah 21 responden.
1. Penilaian Aspek Kelayakan Isi/Materi
Penilaian kualitas isi/materi terdiri atas 7 butir indikator penilaian. Tabel
berikut menyajikan hasil rata-rata penilaian mahasiswa terhadap aspek isi/materi.
Tabel 4.9 Data Hasil Penilaian Mahasiswa pada Aspek Isi/Materi
No. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-
rata (n=21)
1. 8. Petunjuk dan penggunaan modul digital
pembelajaran mudah untuk dipahami.
4.52
2. 11. Materi pembelajaran membaca kritis dan contoh
teks cerita rakyat mudah untuk dibaca
4.33
3. 12. Materi yang disajikan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis.
4.42
4. 15. Penugasan dan materi pembelajaran saling
berkaitan.
4.52
5. 16. Perintah tugas jelas tidak menimbulkan makna
ganda.
4.42
6. 17. Dalam modul digital membaca kritis ini terdapat
beberapa bagian untuk saya menemukan konsep
sendiri
4.14
7. 18. Soal-soal yang terdapat dalam modul digital sesuai
dengan tujuan pembelajaran sehingga membantu
mahasiswa untuk lebih menguasai materi
4.38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
No. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-
rata (n=21)
pembelajaran dengan baik.
Jumlah 30.73
Skor Rata-rata 4.39
Persentase 87.89%
Kategori Sangat Baik
Berdasarkan hasil uji coba terbatas pada 21 mahasiswa, aspek kelayakan
materi/isi mendapat skor rata-rata 4,39 dengan persentase 87,89% dan masuk dalam
kategori “Sangat Baik”.
2. Penilaian Aspek Kelayakan Penyajian
Penilaian kualitas penyajian terdiri atas 5 butir indikator penilaian. Tabel
berikut menyajikan hasil rata-rata penilaian mahasiswa terhadap aspek penyajian.
Tabel 4.10 Data Hasil Penilaian Mahasiswa pada Aspek Penyajian
No. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-
rata (n=21)
1. 1. Anda merasa senang menggunakan modul digital
pembelajaran ini.
4.76
2. 2. Tampilan modul digital pembelajaran menarik
perhatian.
4.76
3. 6. Struktur modul digital sistematis. 4.47
4. 9. Penyajian dalam modul digital bersifat interaktif
sehingga memotivasi mahasiswa untuk belajar
secara mandiri.
4.47
5. 10. Bagian isi yang ditampilkan secara sederhana
mudah untuk dipahami dan menarik.
4.52
Jumlah 22.98
Skor Rata-rata 4.59
Persentase 92%
Kategori Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Berdasarkan hasil uji coba terbatas pada 21 mahasiswa, aspek kelayakan
penyajian mendapat skor rata-rata 4,59 dengan persentase 92% dan masuk dalam
kategori “Sangat Baik”.
3. Penilaian Aspek Kelayakan Bahasa
Penilaian kualitas bahasa terdiri atas 2 butir indikator penilaian. Tabel
berikut menyajikan hasil rata-rata penilaian mahasiswa terhadap aspek bahasa.
Tabel 4.11 Data Hasil Penilaian Mahasiswa pada Aspek Kelayakan Bahasa
No. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-
rata (n=21)
1. 8. Petunjuk dan penggunaan modul digital
pembelajaran mudah untuk dipahami.
4.42
2. 11. Materi pembelajaran membaca kritis dan contoh
teks cerita rakyat mudah untuk dibaca
4.42
Jumlah 8,84
Skor Rata-rata 4.42
Persentase 88,57%
Kategori Sangat Baik
Berdasarkan hasil uji coba terbatas pada 21 mahasiswa, aspek kelayakan
bahasa mendapat skor rata-rata 4,42 dengan persentase 88,57% dan masuk dalam
kategori “Sangat Baik”.
4. Penilaian Aspek Kelayakan Kegrafikan
Penilaian kualitas kegrafikan terdiri atas 4 butir indikator penilaian. Tabel
berikut menyajikan hasil rata-rata validasi mahasiswa terhadap aspek kegrafikan.
Tabel 4.12 Data Hasil Penilaian Mahasiswa pada Aspek Kegrafikan
No. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-
rata (n=21)
1. 3. Gambar dalam modul digital pembelajaran
menarik perhatian sehingga tidak membuat
membosankan.
4.52
2. 4. Video mudah diputar dan membangkitkan minat 4.66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
No. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-
rata (n=21)
untuk belajar.
3. 5. Tata letak modul digital proposional. 4.28
4. 7. Penggunaan huruf, kombinasi warna, dalam modul
digital pembelajaran jelas dan mudah untuk
dibaca.
4.14
Jumlah 17.6
Skor Rata-rata 4.4
Persentase 88%
Kategori Sangat Baik
Berdasarkan hasil uji coba terbatas pada 21 mahasiswa, aspek kelayakan
kegrafikan mendapat skor rata-rata 4,4 dengan persentase 88% dan masuk dalam
kategori “Sangat Baik”. Berdasarkan uraian hasil rata-rata setiap aspek, maka
didapatkan kesimpulan data skor rata-rata keseluruhan aspek validasi produk oleh
mahasiswa yang disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.13 Data Skor Rata-Rata Penilaian Mahasiswa pada Seluruh Aspek
No Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori
1 Kelayakan Isi/Materi 4.39 Sangat Baik
2 Kelayakan Penyajian 4.59 Sangat Baik
3 Kelayakan Bahasa 4.42 Sangat Baik
4 Kelayakan Kegrafikan 4.4 Sangat Baik
Jumlah 17.80
Sangat Baik Rata-rata 4.45
Persentase 89%
Terdapat beberapa komentar dan saran yang diberikan responden untuk
revisi produk modul digital “Membaca Kritis untuk Mahasiswa”. Saran dan
komentar yang diberikan responden yaitu, 1) tulisan dan warna judul modul
sebaiknya disesuikan kembali agar judul modul mudah dibaca, 2) menambahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
contoh di bagian “Aksi 2”, 3) spasi yang kurang rapi, 4) menambah gambar di
bagian cerita rakyat agar lebih menarik, dan 5) lebih teliti dalam mengetik.
Masukan dan saran yang diberikan oleh responden sangat berguna untuk
pelaksanaan revisi modul digital pembelajaran “Membaca Kritis untuk
Mahasiswa”. Kesimpulan akhir uji coba produk yang diberikan oleh 21 responden
adalah 15 responden menyatakan bahwa modul digital “Membaca Kritis untuk
Mahasiswa” sangat bagus digunakan dalam pembelajaran membaca kritis,
sedangkan terdapat 6 responden yang menyatakan bahwa modul digital “Membaca
Kritis untuk Mahasiswa” cukup bagus digunakan dalam pembelajaran membaca
kritis.
4.1.6 Revisi Produk Tahap II
Berikut ini merupakan penyempurnaan produk akhir yang dilakukan oleh
peneliti. Revisi dilakukan berdasarkan saran dari hasil penilaian mahasiswa.
Peneliti melakukan kegiatan revisi terhadap empat aspek kelayakan modul, berikut
uraiannya.
1. Revisi Kelayakan Isi/Materi
Secara keseluruhan aspek isi/materi sudah baik. Namun, ada saran untuk
menambahkan contoh pada bagian “Aksi 2”. Bagian “Aksi 2” berisikan tugas untuk
mengubah cerita rakyat yang berbentuk narasi menjadi bentuk dialog naskah drama
pendek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Gambar 4.8 Kegiatan Aksi Sebelum Direvisi
Berdasarkan saran mahasiswa, peneliti membuat sebuah contoh naskah
drama pendek dari cerita rakyat yang berjudul “Sunan Kalijaga”. Berikut adalah
hasil revisi yang dilakukan oleh peneliti.
Gambar 4.9 Kegiatan Aksi Setelah Direvisi
2. Revisi Kelayakan Penyajian
Pada aspek penyajian, penilaian mahasiswa sudah baik. Mahasiswa tidak
mengomentari atau memberikan saran terkait dengan aspek penyajian. Oleh karena
itu, peneliti menyimpulkan bahwa aspek penyajian modul digital sudah baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
3. Aspek Kelayakan Bahasa
Mahasiswa masih menemukan beberapa kesalahan pengetikan. Saran dari
mahasiswa adalah lebih teliti dalam mengetikkan sebuah kata. Kesalahan
pengetikan dapat mengakibatkan kata menjadi sulit untuk dimaknai.
4. Aspek Kegrafikan
Saran dari mahasiswa terkait aspek kegrafikan terdapat dalam bagian judul.
Beberapa mahasiswa menyarankan untuk mengganti warna huruf judul modul
digital. Selain itu, background gambar wayang terlalu mendominasi. Oleh karena
itu, peneliti mengubah warna huruf judul modul digital agar lebih terlihat dan
background gambar wayang dibuat lebih soft.
Gambar 4.10 Sebelah Kiri Judul Modul Sebelum Direvisi dan Sebelah Kanan
Judul Modul Setelah Direvisi
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada pembahasan hasil penelitian akan menjelaskan tentang (1) deskripsi
modul digital, (2) deskripsi hasil validasi, (3) hasil kelayakan modul digital
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa
Tengah. Berikut penjelasannya.
4.2.1 Deskripsi Modul Digital
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan
tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan
oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru
(Mulyasa, 2008: 43). Sejalan dengan pendapat dari Mulyasa, Nasution (2005: 205),
mendefinisikan modul merupakan suatu unit yang lengkap, berdiri sendiri dan
terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa
mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Berdasarkan
uraian pendapat dari pendapat Mulyasa dan Nasution dapat disimpulkan bahwa
modul merupakan suatu bahan ajar yang disusun, dirancang dengan sistematis dan
terarah untuk membantu mahasiswa agar dapat belajar secara mandiri sesuai
dengan kemampuan masing-masing mahasiswa tanpa terlalu bergantung pada
bimbingan dosen.
Evaluasi dan penilaian terhadap modul digital yang dibuat oleh peneliti
menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan. Menurut Departemen Pendidikan
Nasional (2008: 28), penilaian kualitas modul yang dikembangkan mencakup (1)
komponen kelayakan isi/materi, (2) komponen kelayakan penyajian, (3) komponen
kelayakan bahasa, (4) komponen kelayakan kegrafikan. Modul digital yang peneliti
susun berpedoman pada empat aspek menurut Departemen Pendidikan Nasional.
Berikut akan diuraikan deskripsi modul sesuai dengan empat aspek kualitas modul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Materi dalam modul digital pembelajaran Membaca Kritis untuk
Mahasiswa disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Modul
digital pembelajaran membaca kritis ini bertujuan agar mahasiswa mampu
mengevaluasi atau menilai secara kritis teks cerita rakyat tradisional Jawa Tengah
yang dibaca. Namun, sebelum masuk ke materi membaca kritis, mahasiswa akan
dibekali mengenai kegiatan membaca secara umum. Modul digital ini dipetakan ke
dalam 2 bab, yaitu (1) Membaca sebagai Keterampilan Berbahasa dan (2) Membaca
Kritis.
Bab I yang berjudul Membaca sebagai Keterampilan Berbahasa terdiri atas
4 subbab yaitu, (1) Hakikat Membaca, (2) Proses Membaca, (3) Prosedur Membaca,
dan (4) Strategi Membaca. Pada bab I lebih menekankan pada pemahaman awal
tentang aktivitas membaca dan strategi membaca yang dapat diterapkan dalam
kegiatan membaca kritis.
Bab II yang berjudul Membaca Kritis terdiri dari 3 subbab yaitu, (1) Hakikat
Membaca Kritis, (2) Keterkaitan Membaca Kritis dan Berpikir Kritis, dan (3)
Membaca Kritis Teks Prosa. Pada subbab (1) Hakikat Membaca Kritis dan (2)
Keterkaitan Membaca Kritis dan Berpikir Kritis berisi materi yang membahas
tentang kegiatan membaca secara kritis. Subbab (3) Membaca Kritis Teks Prosa
merupakan kegiatan membaca yang sesuai dengan tahap-tahap membaca yaitu,
pramembaca, membaca, dan pascamembaca. Tahap pramembaca merupakan
kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan membaca yang bertujuan untuk
membangun motivasi mahasiswa dan memberi gamabaran tentang topik bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
bacaan. Pada kegaiatan pascamembaca berisi soal-soal latihan yang mengasah
kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
Pada aspek isi/materi juga dilengkapi dengan aktivitas, aksi, dan tes
formatif. Bagian aktivitas merupakan kegiatan membaca yang terdapat latihan-
latihan soal yang melatih keterampilan membaca. Bagian aksi merupakan soal-soal
yang penerapan teori yang terdapat dalam masing-masing bab. Bagian tes formatif
berisi soal-soal pilihan ganda yang berfungsi untuk mengukur ketercapaian materi
yang tiap babnya.
Aspek penyajian dalam modul digital pembelajaran Membaca Kritis untuk
Mahasiswa terdiri atas bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Bagian
pendahuluan terdiri atas atas kata pengantar, rasional produk, petunjuk penggunaan
modul, pendahuluan, dan daftar isi. Rasional produk berisi tentang hasil studi
pendahuluan yang sudah dilakukan oleh peneliti yang dijadikan dasar untuk
pembuatan modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan
cerita rakyat tradisional Jawa Tengah. Bagian petunjuk penggunaan modul
merupakan instruksi untuk mempelajari modul pembelajaran “Membaca Kritis
untuk Mahasiswa”. Setelah itu, terdapat bagian pendahuluan yang menguraikan
deskripsi singkat tentang modul digital pembelajaran. Tujuan pembelajaran juga
terdapat di awal setiap bab.
Bagian isi terdiri dari dua bab, yaitu (1) Membaca sebagai Keterampilan
Berbahasa dan (2) Membaca Kritis Teks Prosa. Setiap pembelajaran terdapat judul
bab, gambar ilustrasi, tujuan pembelajaran, peta konsep, materi pokok, contoh,
ilustrasi, video, aktivitas, refleksi, aksi, rangkuman, dan tes formatif. Bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
refleksi berfungsi untuk mengingat kembali tentang apa yang sudah dipelajari. Tes
formatif yang terdapat di akhir bab juga dilengkapi dengan kunci jawaban. Kunci
jawaban berfungsi untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami materi
setiap babnya. Video yang terdapat dalam modul digital sudah dikaitkan dengan
materi atau tema suatu cerita rakyat.
Bagian akhir modul digital terdapat kunci jawaban, glosarium, dan daftar
pustaka. Kunci jawaban merupakan jawaban pertanyaan dari tes formaif dan
evaluasi. Mahasiswa dapat mencocokkan hasil pekerjaan mereka dengan kunci
jawaban yang sudah disediakan. Bagian glosarium merupakan definisi dari
beberapa istilah yang mungkin tidak diketahui oleh mahasiswa.
Aspek kebahasaan dalam modul digital pembelajaran Membaca Kritis untuk
Mahasiswa menggunakan bahasa yang bersifat akrab (user friendly). Selain itu,
bahasa yang digunakan peneliti bersifat komunikatif. Peneliti juga menyesuaikan
bahasa dengan kemampuan tingkat berpikir mahasiswa. Bahasa yang digunakan
sedikit kompleks terutama dalam penyajian cerita rakyat. Hal ini karena peneliti
menyadari bahwa pengguna atau pemakai modul digital pembelajaran ini adalah
seorang mahasiswa.
Pada aspek kegrafikan peneliti menggunakan beberapa jenis tulisan.
Peneliti menggunakan aplikasi Coreldraw untuk mendesain kulit muka dan
belakang modul. Jenis huruf yang peneliti gunakan pada bagian muka adalah
Bernard MT Condensed untuk judul modul, News 706BT judul penelitian, Arial
Black untuk nama penulis. Bagian isi modul peneliti menndesain menggunakan
Microsoft Word. Peneliti menggunakan jenis tulisan Times New Roman pada bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
judul bab dengan ukuran huruf 40. Bagian tujuan pembelajaran, peta konsep, judul
subbab penulis memilih jenis huruf Bodoni MT. Ukuran huruf 24 pada bagian
tujuan pembelajaran dan peta konsep, untuk judul subbab peneliti memilih 34
sebagai ukuran huruf agar subbab terlihat dengan jelas.
Pada bagian materi peneliti memilih jenis huruf Times New Roman ukuran
12 spasi 1,5. Pemilihan jenis huruf Times New Roman karena peneliti menganggap
jenis huruf tersebut mudah dan jelas untuk dibaca. Peneliti membedakan jenis huruf
pada bagian cerita rakyat yang disajikan, setiap cerita rakyat peneliti menggunakan
jenis huruf Stika Display ukuran 12 dengan spasi 1,5. Peneliti secara konsisten
menggunakan jenis-jenis huruf tersebut dalam penulisan modul digital
pembelajaran. Bagian sampul belakang peneliti menggunakan jenis huruf Adobe
Caslon Pro.
Setelah penulisan modul selesai, peneliti mengubah bentuk dokumen yang
semula berbentuk document word menjadi pdf. Bentuk pdf kemudian diedit di
aplikasi flipbook. Aplikasi flipbook merupakan aplikasi yang diperuntukkan untuk
membuat sebuah buku digital. Peneliti menambahkan video-video yang terkait
dengan pembelajaran melalui aplikasi flipbook. Pada bagian daftar isi peneliti juga
menambahkan hyperlink disetiap subnya agar pada saat menekan tombol click akan
langsung menuju halaman yang diinginkan. Icon rumah yang terdapat pada bagian
pojok kanan bawah juga diberi hyperlink oleh peneliti. Jika icon rumah tersebut
ditekan tombol click maka akan otomatis kembali menuju daftar isi. Peneliti
membuat hyperlink dengan tujuan untuk mempermudah pembaca dalam
menjelajahi setiap halaman yang diinginkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
4.2.2 Deskripsi Data Hasil Validasi
Bagian deskripsi data hasil validasi akan menguraikan dan membandingkan
hasil validasi dari (1) dosen ahli dan (2) mahasiswa peserta uji coba modul digital
pembelajaran “Membaca Kritis untuk Mahasiswa”. Validasi oleh dosen ahli dan
penilaian mahasiswa terhadap modul digital meliputi empat aspek, yaitu aspek
isi/materi, aspek penyajian, aspek bahasa, dan aspek kegrafikan. Berikut akan
dideskripsikan hasil validasi dosen ahli dan penilaian mahasiswa secara ringkas.
4.2.2.1 Deskripsi Data Hasil Validasi Modul oleh Dosen Ahli
Validasi yang dilakukan oleh dosen ahli sebanyak satu kali. Aspek yang
dinilai oleh dosen ahli meliputi aspek isi/materi, aspek penyajian, aspek bahasa, dan
aspek kegrafikan. Validasi ini dilakukan oleh Ibu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd.
selaku dosen ahli. Berikut ini disajikan grafik hasil validasi dari dosen ahli.
Grafik 4.1
Hasil Validasi Modul Digital oleh Dosen Ahli
3.64 3.71 3.673.38
0
1
2
3
4
5
I S I P E N Y A J I A N B A H A S A K E G R A F I K A N
HASIL VALIDASI DOSEN AHLI
Aspek Penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Grafik di atas menunjukkan bahwa aspek penilaian yang memperoleh skor
rata-rata terendah adalah aspek kegrafikan. Aspek yang memperoleh skor rata-rata
tertinggi adalah aspek penyajian. Dosen ahli juga memberikan saran dan masukan
untuk melakukan revisi produk. Hasil rata-rata setiap aspek yang dinilai oleh dosen
ahli direkapitulasi menjadi satu. Berikut tabel rekapitulasi skor rata-rata validasi
dosen ahli.
Tabel 4.14 Data Rekapitulasi Hasil Validasi oleh Dosen Ahli
No Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori
1 Kelayakan Isi/Materi 3.64 Baik
2 Kelayakan Penyajian 3.71 Baik
3 Kelayakan Bahasa 3.67 Baik
4 Kelayakan Kegrafikan 3.38 Cukup Baik
Jumlah 14.40
Baik Rata-rata 3.60
Persentase 72%
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil validasi di atas, modul digital
pembelajaran “Membaca Kritis untuk Mahasiswa” mendapat skor rata-rata 3,60
untuk seluruh aspeknya. Skor rata-rata 3,60 masuk dalam kategori “Baik”, dari
hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa modul digital pembelajaran “Membaca
Kritis untuk Mahasiswa” layak untuk digunakan sebagai bahan ajar pembelajaran
membaca kritis di tingkat perguruan tinggi.
4.2.2.2 Deskripsi Data Hasil Penilaian oleh Mahasiswa
Setelah melakukan revisi berdasarkan saran dan masukan dari dosen ahli,
peneliti melakukan uji coba terbatas. Pelaksanaan uji coba terbatas ini diikuti oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
21 mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan
2017 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penilaian kualitas modul oleh
mahasiswa ini meliputi empat aspek yaitu, aspek isi/materi, aspek penyajian, aspek
bahasa, dan aspek kegrafikan. Berikut disajikan grafik hasil penilaian kualitas
modul digital pembelajaran Membaca Kritis untuk Mahasiswa.
Grafik 4.2
Hasil Penilaian Modul Digital oleh Mahasiswa
Berdasarkan grafik di atas mahasiswa sangat menerima dan tertarik
terhadap modul digital pembelajaran “Membaca Kritis untuk Mahasiswa”. Aspek
tertinggi adalah aspek penyajian dengan skor rata-rat 4,59 dan masuk dalam
kategori “Sangat Baik”. Penyajian modul digital yang sistematis, berwarna, dan
terdapat media video menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Hasil rata-rata setiap
aspek yang dinilai oleh mahasiswa direkapitulasi menjadi satu. Berikut tabel
rekapitulasi skor rata-rata validasi oleh mahasiswa.
4.394.59
4.42 4.44
0
1
2
3
4
5
I S I P E N Y A J I A N B A H A S A K E G R A F I K A N
HASIL PENILAIAN OLEH MAHASISWA
Aspek Penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Tabel 4.15 Data Rekapitulasi Hasil Penilaian oleh Mahasiswa
No Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori
1 Kelayakan Isi/Materi 4.39 Sangat Baik
2 Kelayakan Penyajian 4.59 Sangat Baik
3 Kelayakan Bahasa 4.42 Sangat Baik
4
Kelayakan
Kegrafikan 4.4 Sangat Baik
Jumlah 17.80
Sangat Baik
Sangat Baik Rata-rata 4.45
Persentase 89%
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil validasi di atas, modul digital
pembelajaran “Membaca Kritis untuk Mahasiswa” mendapat skor rata-rata 4,45
untuk seluruh aspeknya. Skor rata-rata 4,45 masuk dalam kategori “Sangat Baik”,
dari hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa modul digital pembelajaran
”Membaca Kritis untuk Mahasiswa” sangat bagus untuk digunakan sebagai bahan
ajar pembelajaran membaca kritis.
4.2.3 Analisis Kelayakan Modul Digital
Setelah modul pembelajaran yang berjudul “Membaca Kritis untuk
Mahasiswa” selesai divalidasi oleh dosen ahli, kemudian modul tersebut direvisi
sesuai dengan saran dari dosen ahli. Setelah itu, modul diuji cobakan secara terbatas
kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Angkatan 2017 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Validasi dari dosen ahli
dan penilaian mahasiswa menjadi tolak ukur kelayakan modul digital yang sudah
dikembangkan oleh peneliti. Peneliti menganalisis empat aspek yaitu, aspek
isi/materi, penyajian, bahasa, dan kegrafikan untuk diketahui tingkat kelayakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
1. Aspek Isi/Materi
Berikut adalah diagram perbandingan skor rata-rata yang diperoleh dari
hasil validasi dosen dan penilaian mahasiswa.
Diagram 4.16
Hasil Perbandingan Aspek Isi/Materi oleh Dosen Ahli dengan Mahasiswa
Dalam modul digital pembelajaran Membaca Kritis untuk Mahasiswa, skor
rata-rata yang diperoleh dari dosen ahli sebesar 3,64 dengan kategori “Baik”.
Kemudian skor rata-rata yang diperoleh dari uji coba terhadap mahasiswa yang
berjumlah 21 responden memberikan penilaian pada aspek isi sebesar 4,39 dengan
kategori “Sangat Baik”. Dari hasil skor rata-rata yang diperoleh dari dosen ahli dan
mahasiswa terdapat peningkatan. Skor rata-rata dari kedua validasi tersebut juga
masuk dalam kategori “Baik” dan “Sangat Baik”, jadi dapat disimpulkan bahwa
modul digital pembelajaran “Membaca Kritis untuk Mahasiswa” pada aspek
isi/materi dinyatakan layak untuk digunakan.
0
5
Aspek Kelayakan Isi/Materi
3.644.39
Analisis Aspek Kelayakan Isi/Materi
Dosen Ahli Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
2. Aspek Penyajian
Berikut adalah diagram perbandingan skor rata-rata yang diperoleh dari
hasil validasi dosen dan penilaian mahasiswa.
Diagram 4.17
Hasil Perbandingan Aspek Penyajian oleh Dosen Ahli dengan Mahasiswa
Dalam modul digital pembelajaran Membaca Kritis untuk Mahasiswa, skor
rata-rata yang diperoleh dari dosen ahli sebesar 3,71 dengan kategori “Baik”.
Kemudian skor rata-rata yang diperoleh dari uji coba terhadap mahasiswa yang
berjumlah 21 responden memberikan penilaian pada aspek isi sebesar 4,59 dengan
kategori “Sangat Baik”. Dari hasil skor rata-rata yang diperoleh dari dosen ahli dan
mahasiswa terdapat peningkatan. Skor rata-rata dari kedua validasi tersebut juga
masuk dalam kategori “Baik” dan “Sangat Baik”, jadi dapat disimpulkan bahwa
modul digital pembelajaran “Membaca Kritis untuk Mahasiswa” pada aspek
penyajian dinyatakan layak untuk digunakan.
0
5
Aspek Kelayakan Penyajian
3.714.59
Analisis Aspek Kelayakan Penyajian
Dosen Ahli Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
3. Aspek Bahasa
Berikut adalah diagram perbandingan skor rata-rata yang diperoleh dari
hasil validasi dosen dan penilaian mahasiswa.
Diagram 4.18
Hasil Perbandingan Aspek Bahasa oleh Dosen Ahli dengan Mahasiswa
Dalam modul digital pembelajaran Membaca Kritis untuk Mahasiswa, skor
rata-rata yang diperoleh dari dosen ahli sebesar 3,67 dengan kategori “Baik”.
Kemudian skor rata-rata yang diperoleh dari uji coba terhadap mahasiswa yang
berjumlah 21 responden memberikan penilaian pada aspek isi sebesar 4,42 dengan
kategori “Sangat Baik”. Dari hasil skor rata-rata yang diperoleh dari dosen ahli dan
mahasiswa terdapat peningkatan. Skor rata-rata dari kedua validasi tersebut juga
masuk dalam kategori “Baik” dan “Sangat Baik”, jadi dapat disimpulkan bahwa
modul digital pembelajaran “Membaca Kritis untuk Mahasiswa” pada aspek bahasa
dinyatakan layak untuk digunakan.
0
5
Aspek Kelayakan Bahasa
3.674.42
Analisis Aspek Kelayakan Bahasa
Dosen Ahli Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
4. Aspek Kegrafikan
Berikut adalah diagram perbandingan skor rata-rata yang diperoleh dari
hasil validasi dosen dan penilaian mahasiswa.
Diagram 4.19
Hasil Perbandingan Aspek Kegrafikan oleh Dosen Ahli dengan Mahasiswa
Dalam modul digital pembelajaran Membaca Kritis untuk Mahasiswa, skor
rata-rata yang diperoleh dari dosen ahli sebesar 3,38 dengan kategori “Cukup
Baik”. Kemudian skor rata-rata yang diperoleh dari uji coba terhadap mahasiswa
yang berjumlah 21 responden memberikan penilaian pada aspek isi sebesar 4,4
dengan kategori “Sangat Baik”. Dari hasil skor rata-rata yang diperoleh dari dosen
ahli dan mahasiswa terdapat peningkatan. Skor rata-rata dari kedua validasi tersebut
juga masuk dalam kategori “Cukup Baik” dan “Sangat Baik”, jadi dapat
disimpulkan bahwa modul digital pembelajaran “Membaca Kritis untuk
Mahasiswa” pada aspek kegrafikan dinyatakan layak untuk digunakan.
Penelitian Research and Development (R&D) yang dilakukan peneliti telah
menghasilkan sebuah produk pembelajaran berbasis teknologi yang baru berjudul
“Membaca Kritis untuk Mahasiswa”. Tujuan pengembangan modul digital
pembelajaran ini adalah melatih kemampuan membaca kritis mahasiswa.
0
5
Aspek Kelayakan Kegrafikan
3.384.4
Analisis Aspek Kelayakan Kegrafikan
Dosen Ahli Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Pengembangan produk modul digital pembelajaran membaca kritis dengan
memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah sangat penting dan mendesak
untuk dilakukan saat ini. Modul digital erat kaitannya dengan perkembangan zaman
abad XXI. Generasi milenial sangat akrab dengan teknologi. Modul digital berisi
latihan-latihan membaca kritis yang memanfaatkan teks cerita rakyat tradisional
Jawa Tengah untuk mahasiswa.
Produk modul digital ini disusun berdasarkan studi pendahuluan yang
sudah dilakukan oleh penulis di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia (PBSI) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan tersebut diperoleh hasil bahwa 87,34% mahasiswa angkatan 2017
PBSI Universitas Sanata Dharma sangat setuju dengan pengembangan modul
digital pembelajaran membaca kritis yang memanfaatkan cerita rakyat tradisional.
Peneliti juga didukung oleh Ibu Septina Krismawati, S.S,. M.A. selaku dosen
pengampu mata kuliah Membaca Intensif di program studi PBSI Universitas Sanata
Dharma. Beliau menyampaikan bahwa mahasiswa penting sekali menguasai
kemampuan membaca kritis. Terlebih mahasiswa PBSI yang dipersiapkan sebagai
seorang guru. Hal ini karena manfaat membaca kritis salah satunya adalah melatih
dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan berpikir krtis menjadi satu kemampuan yang harus dimiliki
mahasiswa PBSI karena ketika mengajar akan dituntut untuk menerepakan High
Order Thinking Skill (HOTS) dalam proses pembelajaran. Kemudian pemanfaatan
cerita rakyat tradisional dapat dilakukan untuk melatih kemampuan membaca kritis
mahasiswa dan nilai-nilai kehidupan cerita rakyat dapat membentuk karakter positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
mahasiswa. Oleh karena itu, Ibu Septina Krismawati S.S., M.A. sangat mendukung
pengembangan modul digital.
Berdasarkan hasil kajian yang penulis sudah lakukan akhirnya peneliti
melakukan pengembangan modul digital ini. Modul digital ini sesuai dengan
kebutuhan mahasiswa saat ini mengingat tuntutan zaman yang semakin modern.
Memanfaatkan cerita rakyat tradisional ke dalam pembelajaran membaca kritis
menjadi menarik untuk dikembangkan. Dalam sebuah cerita rakyat biasanya juga
terdapat hal-hal yang negatif, hal negatif ini dapat dipertanyakan oleh mahasiswa
mengapa sebabnya. Dalam modul digital pembelajaran membaca kritis teks yang
digunakan adalah cerita rakyat tradisional dari Jawa Tengah. Mahasiswa
diharapkan dapat mengimplementasikan nilai-nilai positif yang terdapat dalam
cerita rakyat.
Pengembangan modul digital ini berdasarkan 6 tahapan yang mengadopsi
langkah-langkah Borg & Gall yang disederhanakan oleh peneliti karena kebutuhan
penelitian. Keenam tahapan itu antara lain, penelitian dan pengumpulan informasi,
pengembangan produk, uji validasi, revisi produk I, uji coba produk, dan revisi
produk II. Selain itu, untuk menilai kelayakan produk yang dikembangkan, peneliti
melakukan validasi dengan dosen ahli dan melakukan uji coba terbatas terhadap
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Sanata Dharma. Kelayakan yang dinilai meliputi empat aspek yaitu, aspek
isi/materi, penyajian, bahasa, dan kegrafikan.
Hasil rekspitulasi dari skor rata-rata validasi dosen yang meliputi empat
aspek didapatkan skor 3,60 dengan persentase 72% dan masuk ke dalam kategori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
“Baik”. Kemudian, hasil rekapitulasi skor rata-rata penilaian mahasiswa yang
meliputi empat aspek didapatkan hasil 4,45 dengan persentase 89% dan masuk ke
dalam kategori “Sangat Baik”. Kriteria kelayakan modul yang ditentukan minimal
adalah “C” dengan kategori “Cukup”. Jadi, jika pernyataan tersebut dihubungkan
dengan skor rata-rata keseluruhan aspek modul yang didapatkan dari hasil validasi
dosen ahli (3,60) dan penilaian mahasiswa (4,45) maka bahan ajar modul digital
“Membaca Kritis untuk Mahasiswa” layak untuk digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran. Pada subbab
kesimpulan merupakan hasil simpulan penelitian pengembangan yang sudah
dilakukan oleh peneliti. Pada subbab saran akan memaparkan anjuran yang
ditujukan kepada (1) para dosen, (2) mahasiswa, dan (3) peneliti lainnya.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang sudah peneliti lakukan mengenai
pengembangan modul digital pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan
cerita rakyat tradisional Jawa Tengah diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Pertama, berdasarkan kuesioner yang sudah diisi oleh mahasiswa diperoleh hasil
bahwa: (1) banyak mahasiswa yang menganggap kegiatan membaca kritis itu
merupakan hal yang penting untuk dikuasai, (2) memanfaatkan cerita rakyat dalam
pembelajaran membaca kritis menarik untuk mahasiswa dan banyak manfaatnya,
(3) pentingnya memanfaatkan teknologi dalam kegiatan pembelajaran agar
pembelajaran menjadi menyenangkan dan efektif. Namun, dalam kenyataannya
mahasiswa sadar bahwa kemampuan mereka dalam mengkritisi bahan bacaan
masih kurang. Selain itu, banyak mahasiswa yang jarang menjumpai modul/bahan
ajar membaca kritis yang dikemas dengan memanfaatkan teknologi. Dengan
demikian, berdasarkan data-data tersebut pengembangan modul digital
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
pembelajaran membaca kritis dengan meamnfaatkan cerita rakyta tradisional Jawa
Tengah sangat mendesak untuk dilakukan.
Kedua, peneliti mengembangkan produk modul digital menggunakan
langkah yang diadopsi dari Borg dan Gall dengan penyederhanaan karena
kebutuhan penelitian. Sepuluh langkah dari Borg & Gall disederhanakan menjadi
enam langkah. Enam langkah tersebut yaitu, (1) penelitian dan pengumpulan
informasi, (2) pengembangan produk, (3) uji validasi, (4) revisi produk I, (5) uji
coba produk, dan (6) revisi produk II. Pada tahap pertama yaitu penelitian dan
pengumpulan informasi diperoleh hasil bahwa kegiatan membaca kritis yang
memanfaatkan cerita rakyat dikemas dengan teknologi sangat penting untuk
dilakukan. Tahap kedua, pengembangan modul digital dilakukan dengan
menentukan judul modul yaitu Membaca Kritis untuk Mahasiswa, menentukan
tujuan pembelajaran, pemilihan bahan, penyusunan kerangka, pengumpulan bahan
yang sesuai dengan materi membaca kritis, dan menerapkan pendekatan paradigma
pedagogi reflektif dalam kegiatan belajar.
Tahap ketiga, modul digital Membaca Kritis untuk Mahasiswa dinilai
kelayakannya oleh dosen ahli. Kelayakan modul digital dinilai berdasarkan empat
aspek yaitu aspek kelayakan isi/materi, aspek penyajian, aspek bahasa, dan aspek
kegrafikan. Hasil rekspitulasi dari skor rata-rata validasi dosen ahli yang meliputi
empat aspek didapatkan skor 3,60 dengan persentase 72% dan masuk ke dalam
kategori “Baik”. Tahap keempat, peneliti melakukan revisi tahap I berdasarkan
saran dan masukan dari dosen ahli. Revisi tahap I yang dilakukan peneliti adalah
perbaikan penyajian modul, penambahan materi, memperbaiki kesalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
penulisan, menambah soal pascamembaca, memperbaiki ejaan sesuai PUEBI, dan
menentukan jenis huruf yang tepat.
Tahap kelima, uji coba produk terbatas yang dilakukan pada 21
mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2017
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada tahap uji coba terbatas, mahasiswa
mengerjakan beberapa aktivitas dalam modul digital Membaca Kritis untuk
Mahasiswa. Setelah itu, mahasiswa memberikan penilaian terhadap modul digital.
Hasil rekapitulasi penilaian mahasiswa aspek modul digital didapatkan skor rata-
rata 4,45 dengan persentase 89% dan masuk ke dalam kategori “Sangat Baik”.
Tahap keenam, revisi produk tahap II yang dilakukan berdasarkan saran dari
mahasiswa. Revisi tahap II meliputi: menambah contoh, revisi judul modul,
menambah ilustrasi gambar, dan memperbaiki kesalahan pengetikan.
Berdasarkan data hasil validasi dosen ahli diperoleh skor rata-rata
sebesar 3,60 dengan persentase 72% dan hasil penilaian mahasiswa memperoleh
skor rata-rata sebesar 4,45 dengan persentase 89%. Data tersebut membuktikan
bahwa terjadi kenaikan yang sangat signifikan. Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa modul digital Membaca Kritis untuk Mahasiswa layak untuk
digunakan di tingkat perguruan tinggi.
1.2 Saran
Peneliti menganjurkan beberapa saran kepada pihak-pihak terkait yaitu (1)
para dosen, (2) mahasiswa, dan (3) peneliti lainnya. Semoga saran yang peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
berikan dapat berguna untuk pihak-pihak yang dituju. Saran-saran akan dipaparkan
sebagai berikut.
1.2.1 Bagi Para Dosen
Kemampuan membaca kritis merupakan salah satu keterampilan membaca
yang penting dikuasai oleh mahasiswa. Oleh karena itu, para dosen diharapkan
memperhatikan dan memotivasi mahasiswa untuk dapat meningkatkan
keterampilan membaca kritis mahasiswa. Pada saat proses pembelajaran, dosen
sebaiknya juga dapat membimbing mahasiswa untuk menerapkan nilai-nilai
kehidupan. Nilai-nilai kehidupan dapat juga ditemukan oleh mahasiswa secara
mandiri dalam bahan ajar. Oleh karena itu, para dosen hendaknya memilih bahan
ajar yang dapat mengakomodasi materi-materi yang relevan dan terdapat nilai-nilai
kehidupan. Selain itu, para dosen hendaknya memperhatikan perkembangan
teknologi dalam pembelajaran. Memanfaatkan teknologi dalam proses
pembelajaran dapat meningkatkan minat dan motivasi mahasiswa dalam kegiatan
belajar.
Jika ingin menerapkan modul digital yang diembangkan oleh peneliti, para
dosen diharapkan menggunakan laptop yang terdapat slot compact disc (CD). Jika
ingin lebih praktis para dosen dapat memindahkan file modul digital yang terdapat
dalam CD ke penyimpanan internal laptop. Jika file sudah dipindahkan maka modul
digital dapat dibuka tanpa CD. Selain itu untuk menerapkan modul digital dalam
pembelajaran, para dosen dapat menentukan metode pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan mahasiswa dan kondisi kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
1.2.2 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa seharusnya sadar bahwa keterampilan membaca kritis sangat
berguna untuk kehidupannya. Mahasiswa perlu berusaha dengan sungguh-sungguh
dan penuh motivasi dalam mempelajari modul digital pembelajaran membaca kritis
ini agar tujuan pembelajaran dalam modul digital tercapai. Mahasiswa harus berani
dan penuh tanggung jawab mengungkapkan pendapatnya secara kritis. Mahasiswa
diharapkan menggunakan modul digital dengan baik. Setelah mempelajari materi
secara tuntas di setiap babnya, mahasiswa diharapkan merefleksikan pengalaman
belajarnya.
Sama halnya dengan saran untuk dosen, jika ingin menggunakan modul
digital yang diembangkan oleh peneliti, para mahasiswa diharapkan menggunakan
laptop yang terdapat slot compact disc (CD). Jika ingin lebih praktis para
mahasiswa dapat memindahkan file modul digital yang terdapat dalam CD ke
penyimpanan internal laptop. Jika file sudah dipindahkan maka modul digital dapat
dibuka tanpa CD.
1.2.3 Bagi Peneliti Lainnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan wawasan
kepada peneliti lain untuk penelitian selanjutnya. Masih banyak upaya yang dapat
dilakukan untuk melatih keterampilan membaca kritis seseorang. Peneliti
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penelitian pengembangan ini.
Oleh karena itu, peneliti lain diharapkan dapat mengambil sisi kelebihannya dan
meninggalkan kekurangannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Daftar Pustaka
A Haviland, William. 1993. Antropologi. Jakarta: Erlangga.
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter.
Bandung: Reflka Aditama.
Ahyani, Latifah Nur. 2010. Metode Mendongeng dalam Meningkatkan
Perkembangan Kecerdasan Moral Anak Usia Pra Sekolah. Jurnal Psikologi
Universitas Muria Kudus, Vol 1, No. 1, Di Download 1 Februari 2019.
Albertus Hartana, dkk. 2016. Penerapan Strategi Pembelajaran Paradigma
Pedagogi Ignatian (Reflektif) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar dan
Motivasi Berprestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Siswa Kelas V
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, Vol. 1, No. 4, April 2016, EISSN 2502-
471X.
Danandjaja, James. 2007. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.
Jakarta: Grafiti.
Daryanto, 2013. Menyusun Modul Bahan Ajar Untuk Persiapan Guru Dalam
Mengajar. Yogyakarta: Gava Media.
Depdikbud. 1982. Ceritera rakyat daerah Jawa Tengah. Jakarta.
Depdiknas. (2008). Penulisan Modul. Jakarta: Departemen Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Depdiknas.
Dewi, Rishe Purnama & Diharja, J. Prapta. Pengembangan Modul dan CD
Interaktif Pembelajaran Menulis Laporan Kunjungan, Menulis Petunjuk, dan
Surat Dinas, dengan MindManager X5 untuk Siswa SMP Kelas VIII. WIDYA
DHARMA Jurnal Kependidikan. Vol. 27, No. 2, April 2015, ISSN 0853-
0920.
E. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: Rosdakarya.
Endraswara, Suwardi. 2010. Folklor Jawa: bentuk, macam, dan nilainya. Jakarta:
Penaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Gunadharma, A. (2011). Pengembangan Modul Elektronik Sebagai Sumber
Belajar Untuk Mata Kuliah Multimedia Design. Artikel Ilmiah Tugas
Akhir.Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.
Harjasujana, A.S. & Mulyati, Y. 1997. Membaca 2. Modul Universitas Terbuka.
Jakarta: Depdikbud.
Hidayat, A. 2009. Pengaruh Dongeng Dalam Masa Kanak-Kanak Terhadap
Perkembangan Seseorang. Jurnal Studi Gender & Anak, Vol 4, No 2.
htpp://www.litbang.kemendagri.go.id. Diakses 15 November 2019.
http://www.kaskus.co.id. Diakses 17 November 2019.
Majid, Abdul. (2012). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Maharani, Debby. 2015. Pengembangan Strategi Pembelajaran Kemampuan
Membaca Pemahaman pada Mahasisawa Kelas B Semester IV Program
Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Muammar. 2014. Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Melalui Membaca Kritis
pada Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Jurnal El-Midad, Vol. 6. No.1, Juni
2014.
Mulyati, Y, dkk. 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta.
Universitas Terbuka.
Mudhlofir, Ali. (2011). Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Rajagrafindo.
N. A Suprawoto. 2009. Mengembangkan Bahan Ajar Dendan Menyusun Modul.
National Center for Vocational Education Research.
Nasution. (2005). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar.Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran Tematik.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Nurhadi. 2010. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Nurhadi. 2005. Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan). Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Pratama, Rizqi Aji. Pengembangan Modul Membaca Kritis dengan Model Instruksi
Langsung Berbasis Nilai Karakter. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Priyatni & Nurhadi. 2017. Membaca Kritis dan Literasi Kritis. Tangerang: Tira
Smart.
Sukmadinata , Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Subagya. 2010. Paradigma Pedagogi Reflektif. Mendampingi Peserta Didik
Menjadi Cerdas dan Berkarakter (terjemahan). Yogyakarta: Kanisius.
Soedarso. 1988. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pengembangan (Research and
Development/R&D). Bandung. Alfabeta.
Sukardjo. 2008. Kumpulan Materi Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta.
Universitas Negeri Yogyakarta
Suparno, Paul. 2015 Pembelajaran di Perguruan Tinggi Bergaya Paradigma
Pedagogi Refleksi (PPR). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Suripan Sadi Hutomo. 1991.Mutiara Yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra
Lisan. Surabaya : HISKI Jawa Timur.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tim Redaksi Kanisius. 2008. Paradigma Pedagogi Reflektif (Alternatif Solusi
Menuju Idelisme Pendidikan Kristiani). Yogyakarta: Kanisius.
Wahana, Paulus. 2016. Mengenal Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif
Dalam Pendidikan Untuk Membangun Manusia Yang Cerdas Dan
Humanis. Yogyakarta: DIDAKTIKA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Wirjodojoyo, Suwaryono. 1989. Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
BIOGRAFI PENULIS
Penulis lahir di Sleman, 16 April 1997. Ia
memulai pendidikan di jenjang kanak-kanak di
TK Tunas Melati. Kemudian, ia melanjutkan di
sekolah dasar tahun 2003 di SD Negeri Nglarang,
Ia lulus SD pada tahun 2009 kemudian
melanjutkan di SMP Negeri 1 Mlati. Ia lulus
SMP pada tahun 2012 dan melanjutkan di SMK Negeri 1 Seyegan. Sejak
tahun 2012 ia memulai sekolah di SMK Negeri 1 Seyegan jurusan Teknik
Kendaraan Ringan. Ia lulus pada tahun 2015 dan melanjutkan pendidikannya
di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ia menempuh
jalur skripsi untuk mendapatkan gelar S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Skripsi yang ia tulis berjudul Pengembangan Modul Digital
Pembelajaran Membaca Kritis dengan Memanfaatkan Cerita Rakyat
Tradisional Jawa Tengah Bagi Mahasiswa.
Dion Wahyu Widayat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Lampiran 2: Surat Permohonan Wawancara Dosen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Lampiran 3: Surat Permohonan Validasi Dosen Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Lampiran 4: Kisi-kisi Angket Validasi Modul Digital oleh Dosen Ahli
KISI-KISI ANGKET VALIDASI MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN
MEMBACA KRITIS OLEH DOSEN AHLI
Komponen
Penilaian Komponen yang Dinilai
Nomor Indikator
Penilaian
Komponen Isi /
Materi
Kesesuaian materi dengan tujuan
pembelajaran.
1
Ketepatan pemilihan materi.
2, 3, 4
Keterkaitan antara materi dengan
kemampuan dan keterampilan
mahasiswa.
5, 6, 7, 8, 9, 10
Penggunaan teori yang relevan.
11
Komponen
Penyajian
Hal pendukung dalam penyajian materi.
12
Alur penyajian materi.
13
Sistematika penyajian materi dalam
setiap bab.
14, 15, 16, 17
Kesesuaian materi dengan tingkat
kemampuan berpikir mahasiswa.
18
Komponen
Bahasa
Kesesuaian bahasa dengan tingkat
kemampuan mahasiswa.
19
Kesesuaian dan ketepatan diksi.
20, 21
Kekohesian antarkomponen penyajian
materi.
22, 23
Komponen
Kegrafikan
Kesesuaian fisik modul digital.
24
Kesesuaian tata pengetikan.
25, 26, 27
Pemanfaatan penggunaan gambar, 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
ilustrasi, animasi dan tabel.
Kelengkapan penggunaan gambar,
ilustrasi, animasi dan tabel.
29, 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Lampiran 5: Kisi-kisi Angket Penilaian Modul Digital oleh Mahasiswa
KISI-KISI ANGKET VALIDASI MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN
MEMBACA KRITIS OLEH MAHASISWA
ASPEK YANG DINILAI
NOMOR INDIKATOR
Ketertarikan subtansi modul digital
1, 2, 3, 4
Kesesuain penyajian modul digital
5, 6, 7, 8
Kesesuaian penyajian materi terhadap
motivasi belajar mahasiswa
9
Pemanfaatan komponen kegrafikan
10
Ketepatan pemilihan materi dengan
kompetensi yang ingin dicapai
11, 12,
Kesesuaian dan ketepatan diksi
13
Kesesuaian bahasa dengan tingkat
berpikir mahasiswa
14
Kesesuaian materi dengan kemampuan
dan keterampilan mahasiswa
15, 16, 17, 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Lampiran 6: Panduan Wawancara Dosen
No. Rumusan Pertanyaan
A. Pembelajaran Membaca Kritis
1. Apakah pada saat ini minim sekali sumber belajar mandiri yang berisi
pembelajaran membaca kritis?
2. Mengapa mahasiswa perlu untuk menguasai kemampuan membaca
kritis?
3. Bagaimana tingkat keterampilan mahasiswa dalam membaca kritis?
4. Apakah membaca kritis dapat meningkatkan ketelitian dan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa?
5. Apakah mahasiswa masih sekedar memahami informasi umum saja
pada saat melakukan kegiatan membaca?
B. Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran
1. Apakah cerita rakyat sebagai salah satu kearifan lokal perlu untuk
dilestarikan dan dapat diintegrasikan dalam pembelajaran?
2. Apa keterkaitan cerita rakyat dengan aspek budaya dan nilai sosial
masyarakat suatu daerah?
3. Apakah cerita rakyat menarik untuk dibaca dan dapat dimanfaatkan
sebagai media pembelajaran membaca kritis?
4. Apakah cerita rakyat dapat membentuk karakter postif mahasiswa?
5. Seberapa penting mahasiswa mempelajari aspek kebudayaan suatu
daerah?
C. Pengembanagn Modul Digital
1. Apakah pembelajaran membaca kritis dengan memanfaatkan cerita
rakyat yang dikemas dengan modul digital dapat digunakan sebagai
sumber belajar mandiri yang dapat membantu mahasiswa dalam
meningkatkan pemahaman kognitif?
2. Apakah modul digital pembelajaran membaca kritis dengan
memanfaatkan cerita rakyat menarik untuk dipelajari karena dalam
modul digital dilengkapi dengan komponen audio, video, animasi dan
gambar?
3. Apakah modul digital pembelajaran membaca kritis dengan
memanfaatkan cerita rakyat memiliki tingkat interaksi yang lebih
tinggi dengan pembaca?
4. Apakah modul berbasis digital pembelajaran membaca kritis dengan
memanfaatkan cerita rakyat belum banyak dijumpai oleh mahasiswa
dalam pembelajaran?
5. Apakah modul digital pembelajaran membaca kritis dengan
memanfaatkan cerita rakyat praktis untuk digunakan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Lampiran 7: Kuesioner Studi Pendahuluan Mahasiswa
KUESIONER STUDI PENDAHULUAN
Peneliti : Dion Wahyu Widayat
Judul Penelitian : Pengembangan Modul Digital Pembelajaran Membaca
Kritis dengan Memanfaatkan Cerita Rakyat Tradisional Jawa Tengah bagi
Mahasiswa Prodi PBSI Angkatan 2017 FKIP USD
Pengantar: Teman-teman mahasiswa PBSI angkatan 2017 FKIP USD dimohon untuk
memilih jawaban pada daftar pernyataan dengan cara memberikan tanda centang
(√) pada pilihan pernyataan yang sesuai dengan pendapat Anda.
Keterangan : SS = Sangat Setuju, S = Setuju, RR = Ragu-ragu, TS = Tidak
Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju.
A. Kuesioner
No. Rumusan Pernyataan Penilaian
SS S RR TS STS
A. Pembelajaran Membaca Kritis
1. Pada saat ini minim sekali sumber belajar
mandiri yang berisi pembelajaran
membaca kritis.
2. Mahasiswa harus memiliki keterampilan
membaca kritis karena mahasiswa
dituntut tidak hanya sekedar memahami
bahan bacaan secara umum akan tetapi
mampu menilai bahan bacaan tersebut.
3. Kemampuan mahasiswa dalam
mengkritisi bahan bacaan masih kurang.
4. Membaca kritis dapat meningkatkan
ketelitian dan meningkatkan kemampuan
berpikir kritis mahasiswa.
5. Kebiasaan saya pada saat membaca hanya
memahami isi bahan bacaan secara
umum.
B. Integrasi Cerita Rakyat dalam Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
1. Salah satu kearifan lokal yang perlu untuk
dilestarikan dan dapat diintegrasikan
dalam pembelajaran membaca kritis
adalah cerita rakyat.
2. Cerita rakyat merupakan ekspresi budaya
suatu masyarakat tertentu yang
berhubungan dengan berbagai aspek
budaya dan nilai sosial masyarakat.
3. Cerita rakyat mempunyai unsur estetis
atau keindahan sehingga menarik untuk
dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran membaca kritis.
4. Cerita rakyat mengandung nilai-nilai
kehidupan yang dapat digunakan sebagai
media pembelajaran untuk membentuk
karakter positif mahasiswa.
5. Mahasiswa penting untuk mempelajari
aspek kebudayaan suatu daerah.
C. Pengembanagn Modul Digital
1. Pembelajaran membaca kritis dengan
memanfaatkan cerita rakyat yang dikemas
dengan modul digital dapat digunakan
sebagai sumber belajar mandiri yang
dapat membantu mahasiswa dalam
meningkatkan pemahaman kognitif.
2. Modul digital pembelajaran membaca
kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat
menarik untuk dipelajari karena dalam
modul digital dilengkapi dengan
komponen audio, video, animasi dan
gambar.
3. Modul digital pembelajaran membaca
kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat
memiliki tingkat interaksi yang lebih
tinggi dengan pembaca.
4. Modul berbasis digital pembelajaran
membaca kritis dengan memanfaatkan
cerita rakyat belum banyak dijumpai oleh
mahasiswa dalam pembelajaran.
5. Modul digital pembelajaran membaca
kritis dengan memanfaatkan cerita rakyat
praktis untuk digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
B. Menurut pendapat Anda seberapa penting mengembangkan
modul digital pembelajaran membaca kritis dengan
memanfaatkan cerita rakyat tradisional Jawa Tengah bagi
mahasiswa?
Terima Kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Lampiran 8: Hasil Kuesioner Studi Pendahuluan Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Lampiran 9: Hasil Validasi Dosen Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Lampiran 10: Perhitungan Validasi oleh Dosen Ahli
REKAP BUTIR PERNYATAAN DOSEN AHLI
LEMBAR VALIDASI MODUL DIGITAL "Membaca Kritis untuk Mahasiswa"
Nomor Butir Pernyataan
Alternatif Jawaban Skor
Jumlah 5 4 3 2 1 SB B CB KB SKB
SB B CB KB SKB
ASPEK KELAYAKAN ISI/MATERI
1 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
2 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
3 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
4 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
5 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
6 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
7 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
8 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
9 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
10 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
11 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
Total 40
Rata-rata 3.64
Presentase 72.73%
Kategori Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
ASPEK KELAYAKAN PENYAJIAN
12 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
13 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
14 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
15 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
16 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
17 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
18 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
Total 26
Rata-rata 3.71
Presentase 74.29%
Kategori Baik
ASPEK KELAYAKAN BAHASA
19 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
20 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
21 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
22 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
23 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
24 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
Total 22
Rata-rata 3.67
Presentase 73.33%
Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
ASPEK KELAYAKAN KEGRAFIKAN
25 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
26 0 1 0 0 0 0 0 3 0 0 3
27 0 1 0 0 0 0 0 3 0 0 3
28 0 0 1 0 0 0 4 0 0 0 4
29 0 0 1 0 0 0 4 0 0 0 4
30 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
31 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
32 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
Total 27
Rata-rata 3.38
Presentase 67.50%
Kategori Cukup Baik
Kepanjangan Bobot Nilai
Tabel Kategori
Sangat Baik 5
Rentang Rata-rata Kategori
Baik 4
X > 4,21 Sangat Baik
Cukup Baik 3
3,4 < X ≤ 4,21 Baik
Kurang Baik 2
2,6 < X ≤ 3,4 Cukup Baik
Sangat Kurang Baik 1
1,79 < X ≤ 2,6 Kurang Baik
X ≤ 1,79 Sangat Kurang Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Kesimpulan:
No Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori
1 Kelayakan Isi/Materi 3.64 Baik
2 Kelayakan Penyajian 3.71 Baik
3 Kelayakan Bahasa 3.67 Baik
4 Kelayakan Kegrafikan 3.38 Cukup Baik
Jumlah 14.40
Baik Rata-rata 3.60
Presentase 72%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Lampiran 11: Daftar Hadir Mahasiswa Saat Uji Coba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Lampiran 12: Hasil Penilaian Modul Digital oleh Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
Lampiran 13: Rekap Butir Pernyataan Penilaian Mahasiswa
REKAP BUTIR PERNYATAAN
LEMBAR VALIDASI MAHASISWA TERHADAPMODUL "MEMBACA KRITIS UNTUK
MAHASISWA"
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
No
. Nama
Butir Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Melania
Riskia 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5
2 Elisabeth sari 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
3 Nicolas Juan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 Yasinta
Fitriana 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 Agmi Sinta 5 5 4 5 4 4 3 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5
6 Marcel Excel 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 3 3
7 Imanuela
Dhimas 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4
8 Megawati
Maria 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
9 Anindia
Widya 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
10 Heribertus 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5
11 Septa Firda 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
12 Yulinda Reni 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
13 Veronika Bate 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5
14 Herta Chesha 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
15 Evelita Destia 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 3 5
16 Christiana 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4
17 Vincentia 4 5 5 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3
18 Nova Kristina 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5
19 Ni Wayan 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
20 Finta Lestari 5 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5
21 Lusia Berti 5 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 5 3 4 4
JUMLAH 10
0
10
0 95 98 90 94 87 95 94 95 91 93 93 93 95 94 88 93
RATA-RATA 4.7
6 4.7
6 4.5
2 4.6
7 4.2
9 4.47
6 4.14
3 4.52
4 4.47
6 4.52
4 4.33
3 4.42
9 4.42
9 4.42
9 4.52
4 4.47
6 4.1
9 4.42
9
KEPANJANGAN
SANGAT
BAIK BAIK CUKUP BAIK KURANG BAIK
SANGAT KURANG
BAIK
BOBOT NILAI 5 4 3 2 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
Lampiran 14: Perhitungan Hasil Penilaian Modul Digital oleh Mahasiswa
ANALISIS DATA UJI COBA MAHASISWA TERHADAP KELAYAKAN MODUL DIGITAL
MEMBACA KRITIS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Nomor
Butir
Pernyataan
Alternatif Jawaban Jumlah
Responden
Skor
Jumlah Rata-rata 5 4 3 2 1 SB B CB KB SKB
SB B CB KB SKB
ASPEK KELAYAKAN ISI / MATERI
8 13 6 2 0 0 21 65 24 6 0 0 95 4.52
11 10 8 3 0 0 21 50 32 9 0 0 91 4.33
12 11 8 2 0 0 21 55 32 6 0 0 93 4.42
15 13 6 2 0 0 21 65 24 6 0 0 95 4.52
16 13 5 3 0 0 21 64 20 9 0 0 93 4.42
17 8 8 5 0 0 21 40 32 15 0 0 87 4.14
18 12 5 4 0 0 21 60 20 12 0 0 92 4.38
Total 646 30.73
Rata-rata 92.28 4.39
Presentase 87.89%
Kategori Sangat Baik
ASPEK KELAYAKAN PENYAJIAN
1 17 3 1 0 0 21 85 12 3 0 0 100 4.76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
2 17 3 1 0 0 21 85 12 3 0 0 100 4.76
6 13 5 3 0 0 21 65 20 9 0 0 94 4.47
9 11 9 1 0 0 21 55 36 3 0 0 94 4.47
10 14 4 3 0 0 21 70 16 9 0 0 95 4.52
Total 483 22.98
Rata-rata 96,6 4.59
Presentase 92%
Kategori Sangat Baik
ASPEK KELAYAKAN BAHASA
13 12 6 3 0 0 21 60 24 9 0 0 93 4.42
14 11 8 2 0 0 21 55 32 6 0 0 93 4.42
Total 186 8.84
Rata-rata 93 4.42
Presentase 88.57%
Kategori Sangat Baik
ASPEK KELAYAKAN KEGRAFIKAN
3 13 6 2 0 0 21 65 24 6 0 0 95 4.52
4 16 3 2 0 0 21 80 12 6 0 0 98 4.66
5 9 9 3 0 0 21 45 36 9 0 0 90 4.28
7 9 6 6 0 0 21 45 24 18 0 0 87 4.14
Total 370 17.6
Rata-rata 92.5 4.4
Presentase 88%
Kategori Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Kepanjangan Bobot Nilai
Tabel Kategori
Sangat Baik 5
Rentang Rata-rata Kategori
Baik 4
X > 4,21 Sangat Baik
Cukup Baik 3
3,4 < X ≤ 4,21 Baik
Kurang Baik 2
2,6 < X ≤ 3,4 Cukup Baik
Sangat Kurang
Baik 1
1,79 < X ≤ 2,6 Kurang Baik
X ≤ 1,79
Sangat Kurang
Baik
No Aspek Penilaian
Skor Rata-
rata Kategori
1 Kelayakan Isi/Materi 4.39 Sangat Baik
2 Kelayakan Penyajian 4.59 Sangat Baik
3 Kelayakan Bahasa 4.42 Sangat Baik
4 Kelayakan Kegrafikan 4.4 Sangat Baik
Jumlah 17.80
Sangat Baik Rata-rata 4.45
Presentase 89%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
Lampiran 15: Hasil Kerja Mandiri Mahasiswa Saat Uji Coba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
Lampiran 16: Dokumentasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI