pengaruh jenis binder terhadap

Upload: ikusimc-physics-birunieducation

Post on 07-Jul-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Pengaruh Jenis Binder Terhadap

    1/6

    E09-1

    Pengaruh Jenis Binder Terhadap

    Komposisi dan Kandungan Energi Biobriket Sekam Padi

    Anton IrawanJurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik-Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

    Jl. Jendral Soedirman Km 3, Cilegon-Banten 42135

    Telp. 0254-395502 ext 18, Faks. 0254-395440

    Email : [email protected]

     Abstract 

     Indonesia has an abundant potential of agricultural waste to be used as an alternative fuel. Rice husk has the

     potential to be used as fuel. Although rice husk as a fuel has the potential but the rice husk contains a high

    volatile matter and ash so that it needed to be mixed with other components such as coal. Mixed rice husk, coal and binder become an alternative form of bio fuel briquettes. The goal of this study was to determine the effect of 

    ratio of rice husk : coal: binder on the quality bio briquette by looking at the energy content, composition and 

     sulfur content.

    The process of making bio-briquettes from rice husk was started by carbonization of rice husks. Then the husk charcoal carbonization diminished in size and mixed with coal and a binder. Then, the mixture was pressed to

     form bio-briquettes. The bio briquettes were analyzed by proximate analysis using TGA (Thermo Gravity Analyzer) to determine moisture content, ash, volatile matter and fixed carbon. Sulfur analyzer was used to

    determine the sulfur content of bio-briquettes, and the bomb calorimeter was used to determine the calorific

    content of bio-briquettes. The results showed that the bio-briquettes were optimum mixture at ratio of 30:30:40.

    The tar binder provided high energy content and highest sulfur of bio-briquettes. Keywords: Rice husk, Bio-briquette, Binder, Tar, Sulfur 

    Pendahuluan

    Kebutuhan energi dunia yang semakin meningkat

    disebabkan oleh aktivitas industri yang memerlukan

    energi meningkat tajam di beberapa negara

    khususnya China dan India. Peningkatan kebutuhan

    energi dunia tersebut harus diimbangi dengan persediaan energi dari beberapa sumber energi. Saat

    ini smber energi utama dunia yaitu minyak bumi,

    gas alam dan batubara yang merupakan sumber-

    sumber dengan karakter lama untuk diperbaharui

    kembali sedangkan laju pertumbuhan kebutuhanenergi diatas dari proses produksi dari sumber-

    sumber energi tersebut. Kondisi ini memberikan

    dorongan untuk mencari sumber-sumber energialternatif yang melimpah serta dapat diperbaharui

    dibandingkan minyak bumi, gas alam atau batubara.

    Biomassa merupakan salah satu sumber energi yangmelimpah serta dapat diperbarui. Biomassa

    umumnya berasal dari hasil sisa pengolahan

     pertanian seperti sekam padi, tongkol jagung, ampastebu, serbuk kayu, dan lain-lain. Biomassa ini dapat

    digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti

    minyak bumi yang cocok dikembangkan diIndonesia karena jumlahnya yang melimpah. Salah

    satu sumber biomassa yang melimpah adalah sekam

     padi yang berada di wilayah pedesaan. Pemilihan

    sekam padi sebagai biomassa pada penelitian ini

    didasarkan atas belum optimalnya pemanfaatansekam padi dan dibiarkan sebagai limbah pertanian.

    Salah satu pengolahan biomassa menjadi energi

    alternatif dengan metode pembriketan yang

    dinamakan sebagai biobriket. Biobriket diharapkan

    mampu menggantikan peran bahan bakar rumah

    tangga khususnya di wilayah yang melimpah limbah

     pertanian seperti pedesaan. Penambahan nilai kalor dari biobriket dilakukan dengan menambahkan

     batubara. Sekam padi tersebut harus dipadatkan

    menjadi bentuk yang lebih sederhana, praktis dan

    tidak besar volumenya berupa briket arang sekam.

    Briket arang sekam dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang tidak berasap dengan nilai kalor 

    yang cukup tinggi. Selain sebagai energi, briket

    arang sekam padi mempunyai manfaat yang lebihluas yaitu sebagai media tumbuh tanaman

    hortikultura khususnya tanaman.

    Briket dengan kualitas baik memerlukankomposisi yang tepat sehingga panas yang

    dihasilkan baik dan sesuai dengan kebutuhan.

    Masalah utama dalam pembuatan briket adalahmenentukan komposisi yang tepat sehingga nilai

    kalor briket semakin tinggi dan penggunaannya

    semakin meningkat. Selain itu tipe batubara yangdigunakan dalam pembuatan biobriket harus

    diperhatikan agar dapat diketahui ketahanan

     panasnya pada saat pembakaran.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

     perekat atau binder yang tepat dalam pembuatan biobriket dengan kandungan sulfur yang masih

    dibawah batas yang telah ditentukan serta memiliki

    Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693 – 4393

     Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia

    Yogyakarta, 22 Februari 2011

  • 8/18/2019 Pengaruh Jenis Binder Terhadap

    2/6

    E09-2

    kalor yang cukup untuk pemanfaatan dalam skala

    rumah tangga.

    Landasan Teori

    Sekam padi (Gambar 1) adalah hasil samping dari

     penggilingan padi dengan kandungan sekitar 

    20-25% dari total berat padi (Jenkins, B. M., 1989)

    Sekam padi memiliki karakteristik berupa densitascurah yang rendah dan kandungan abu yang tinggi

    (18-20% dari berat sekam padi). Sekam padi dapat

    dikonversikan dalam bentuk energi untuk 

     pemanasan dan energi mekanik yang dibutuhkan

    untuk penggilingan. Selain sebagai energi , sekam

     padi dapat dipergunakan sebagai aditif semen, pemumpukan dalam pertanian serta inkubasi ayam.

    Menurut (Gaur & Reed, 1998) dari analisis ultimate

    dan analisis  proximate  pada sekam padi (Tabel 1)

     bahwa sebagian besar sekam padi terdiri dari

    komponen yang mudah menguap (volatille matter).

    Kadar karbon dan kadar oksigen dalam sekam padi juga hampir berimbang sekitar 35-38%. Kandungan

     belerang dalam sekam padi adalah nol sehingga hasil

     pembakaran dari sekam padi akan lebih ramah

    lingkungan dibandingkan hasil pembakaran

     batubara. Nilai kalor dari sekam padi adalah sekitar 14,8 MJ/kg dan sedikit dibawah nilai kalor kayu

    (~17-20 MJ/kg).

    Tabel 1. Hasil analisa proksimat dan ultimate sekam

     padi [Grover, 1996].Analisa Kandungan

    (%)

    Analisa Proksimat (dry base)

    Fixed CarbonVolatile Matter 

     Ash

    19.960.619.5

    Analisa UltimatCarbonHydrogenOksigenNitrogenSulfur Moisture

     Ash

    38.14.729.31.50.18.917.4

    Binder atau pengikat merupakan bahan yang

    digunakan untuk memberikan daya rekat pada biobriket sebagai bahan bakar padat. Penggunaan

     bahan pengikat harus diatur sehingga bahan pengikat

    tersebut dapat aktif dalam penggunaanya. Binder 

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung

    tapioka, tar batubara dan molasses.

    1. Tepung tapioka adalah pati yang diperoleh dariumbi tanaman ubi kayu (Manihot utilissima

     pohl). Pati merupakan polisakarida yang tersusun

    oleh molekul glukosa yang terdiri dari molekul

    amilosa dan amilo pektin. Pati berbentuk 

    makromolekul, tidak bermuatan, berbentuk 

    granula yang padat dan tidak larut dalam air dingin, jika dipanaskan akan mengalami

    gelatinasi dalam keadaan kering berwarna putih.

    Pati tapioka juga dipergunakan untuk keperluanindustri kertas sebagai  sizing agent  (bahan

     penghalus kertas), industri kayu sebagai perekat

    dan lem, industri kimia sebagai alkohol dandekstrin industri tekstil sebagai  sizing agen

    (bahan penghalus kain) (Hasbullah. 2000)

    2. Tar batubara merupakan cairan kental

     berwarna hitam pekat hasil karbonisasi dan

    gasifikasi batubara. Selain dari batubara, tar dapat diperoleh dari distilasi minyak bumi atau

    tumbuhan, seperti batang pohon pinus (pine tar 

    oil). Tar dapat digunakan sebagai bahan lapisan

    anti air pada beberapa komponen kapal kayu

    tradisional. Tar terdiri atas campuran yang sangat

    komplek dari senyawa-senyawa hidrokarbon,yaitu senyawa yang mengandung hidrogen dan

    karbon, berupa cairan kental berwarna hitam dan

    memiliki berat jenis yang lebih besar dari air.

    Sebagian besar molekulnya merupakan zat

    terdispersi yang koloid, dan memiliki bau

    aromatik yang khas fenol dan napthalena..Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tar 

     batubara ini mengandung banyak komponen

    senyawa organik baik alifatis ataupun

    aromatis(Lappas,et.all,1990). Kendala yang

    dihadapi dalam pengolahan tar adalahkompleksitas senyawanya, sehingga perlu

    dilakukan proses pemisahan awal agar 

    memudahkan dalam pemanfaatan lebih lanjut

    (Hessley.et.all, 1986)

    3. Tetes tebu (molase) adalah hasil samping proses

     pembuatan gula tebu (Saccharum officinarum).Tetes tebu berwujud cairan kental yang diperoleh

    dari tahap pemisahan kristal gula. Tetes tebu

    tidak dapat dibentuk lagi menjadi sukrosa, tetapimasih mengandung gula dengan kadar tinggi

    (50-60%), asam amino, dan mineral. Tingginya

    kandungan gula dalam tetes tebu berpotensiuntuk dimanfaatkan sebagai bahan perekat pada

     biobriket. Molases dapat berfungsi sebagai pellet 

    binder yang dapat meningkatkan kualitas pelet.

    Briket arang adalah arang yang diolah lebih lanjut

    menjadi bentuk briket (penampilan dan kemasan

    Gambar 1. Butiran sekam padi

  • 8/18/2019 Pengaruh Jenis Binder Terhadap

    3/6

    E09-3

    yang lebih menarik) yang dapat digunakan untuk 

    keperluan energi sehari-hari. Pembuatan briket arangdari limbah industri penggilingan padi dilakukan

    dengan cara penambahan perekat dengan bahan

     baku diarangkan terlebih dahulu kemudian

    ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem

    hidraulik manual selanjutnya dikeringkan. Hasil

     penelitian Hartoyo and Roliadi (1978)menyimpulkan bahwa kualitas briket arang yang

    dihasilkan setaraf dengan briket arang buatan Inggris

    dan memenuhi persyaratan yang berlaku di Jepang

    karena menghasilkan kadar abu dan zat mudah

    menguap yang rendah serta tingginya kadar karbon

    terikat dan nilai kalor. Selain itu hasil penelitianSudrajat (1983) yang membuat briket arang dari 8

     jenis kayu dengan perekat campuran pati dan molase

    menyimpulkan bahwa makin tinggi berat jenis kayu,karapatan briket arangnya makin tinggi pula.

    Kerapatan yang dihasilkan antara 0,45 – 1,03 g/cm3

    dan nilai kalor antara 7290 – 7456 kal/g.Biobriket didefinisikan sebagai bahan bakar 

    yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa bahan

    organik yang telah mengalami proses pemampatan

    dengan daya tekan tertentu. Biobriket dapat

    menggantikan penggunaan kayu bakar yang mulaimeningkat konsumsinya dan berpotensi merusak 

    ekologi hutan. Selain itu, harga biobriket relatif 

    murah dan terjangkau oleh masyarakat, terutama

    yang berdomisili didaerah terpencil, dan

     pengusahaan biobriket dapat menyerap tenaga kerja,

     baik dipabrik briketnya, distributor, industri tungku,dan mesin briket.

    Pembuatan biobriket tergolong mudah,

    karena teknologinya sangat sederhana. Proses

     pembuatan biobriket meliputi empat tahap, yaitu

     pengeringan, penggerusan, pencampuran, dan

     pembentukan campuran menjadi biobriket.Pembuatan biobriket dapat memanfaatkan sekam,

     bungkil jarak pagar, dan tempurung kelapa sebagai

     bahan bakunya. Tahapan awal adalah pengarangan

     biomassa. Pembuatan arang sekam dimaksudkan

    untuk memperbaiki sifat fisik arang sekam. Jikasekam digunakan langsung sebagai sumber energi

     panas, akan menimbulkan asap pada saat dibakar.

    Metodologi

    Penelitian ini dilakukan di Fakultas Teknik 

    Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Analisakandungan biobriket yang dihasilkan dilakukan

    dengan bekerja sama dengan PT. Indonesia Power.

    Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan(Gambar 1), tahapan pertama adalah pengarangan

     bahan baku yaitu sekam padi, tahapan kedua

    adalah proses penghalusan dan penyeragamanukuran partikel, tahapan ketiga adalah proses

     pencampuran antara batubara, sekam padi dan

     binder, tahapan keempat adalah proses pengeringan dan tahapan kelima adalah proses

    analisa proksimat, sulfur dan heating value.

    Tahap awal yaitu proses pengarangan sekam padi

    yang dilakukan dengan cara mengarangkannya

    diatas bara api. Setelah proses pengarangan selesai

    kemudian arang sekam padi tersebut dihaluskan,

    setelah itu diayak untuk menyeragamkan ukuranserbuk arang sekam padi ukuran 60 mesh.

    Kemudian, bahan campuran yaitu batubara

    dihaluskan dan diayak untuk menyeragamkan

    ukuran serbuk batubara sebesar 60 mesh. Sekam

     padi dan batubara tersebut dicampur dengan

     perbandingan 20:40, 30:30, dan 45:15. Campuransekam padi dan bubuk batubara ditambahkan

     perekat yaitu mollase, tar dan larutan tepung kanji.

    Biobriket yang telah jadi diambil dengan beratsekitar 80 gram akan dianalisa proksimat dengan

    menggunakan alat TGA (Thermogravimetric

    Analyzer) yang bertujuan untuk mengetahuikandungan fixed carbon, moisture, ash dan vollatile

    matter, selain itu analyzer sulfur digunakan untuk 

    mengetahui kandungan sulfur pada tiap briket dan bomb kalorimeter untuk mengetahui nilai kalor.

    Larutan

    kanji, tar 

     batubara atau

    mollase

    Pencetakan

    Pencampuran bahan

    (20:40, 30:30, dan 45:15)

    Biobriket

    Pengayakan

    Pengarangan

    Penghalusan

    Pengayakan

    Penghalusan

    Sekam

     padi Batubara

    Analisa proksimat,

    heating value dan

    kandungan sulfur 

    Gambar 2.Diagram alir proses pembuatan briket

    sekam padi

  • 8/18/2019 Pengaruh Jenis Binder Terhadap

    4/6

    E09-4

    Hasil dan Pembahasan

    Bahan baku yang dipergunakan dalam percobaan iniadalah sekam padi, batubara dan tar. Adapun

    komposisi dari bahan baku pada ukuran 60 mesh

    dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2 Komposisi Bahan Baku Biobriket

    Tabel 2 memperlihatkan bahwa kandungan volatile

    matter dari batubara yang dipergunakan cukup tinggi

    (36,8 %) sehingga batubara berpotensi untuk 

    memberikan kemudahan dalam pembakaran.Sedangkan sekam padi saat awal memiliki

    kandungan volatille matter yang juga tinggi tetapikandungan fixed karbon rendah dan abu yang tinggi.

    Setalah dilakukan proses pengarangan (karbonisasi)

    maka kandungan volatille matter menurun dan fixed

    karbon meningkat serta peningkatan kandungan

    kalor dari sekam padi. Hilangnya zat terbang

    (volatille matter, VM) dari sekam padi akanmembuka pori-pori dari sekam padi untuk dapat diisi

    oleh pengikat.

    Tabel 3. Komposisi Tar Batubara

    KomponenKandungan

    (% berat)MC 6,55

    Ash 0,19

    Carbon 58,8

    Hidrogen 6,11

    Nitrogen 0,02

    Total Sulfur 0,18

    Perekat tar diperoleh dari produk samping proses

    gasifikasi batubara memiliki komposisi seperti

    Tabel 3. Teryata tar batubara memiliki kandungan

    karbon yang tinggi sehingga tar merupakan salah

    satu perekat yang akan meningkatan kandungankalor.

    Percobaan pembuatan biobriket dari campuran

    sekam padi, batubara dengan memvariasikan pengikat telah dilakukan. Gambar 3

    memperlihatkan bentuk fisik dari biobriket yang

    dihasilkan dari campuran tersebut. Secara fisik 

     briket tersebut layak dipergunakan sebagai bahan bakar untuk rumah tangga.

    Hasil biobriket tersebut kemudian dianalisa untuk mengetahui kandungan kalor (kcal/kg), kandungan

    air (Moisture Conten,MC), karbon tetap (Fixed

    carbon, FC), Abu dan Sulfur. Gambar 4,5,6,7, 8

    memperlihatkan kandungan biobriket untuk 3

    sampel yaitu Sampel 1 dengan kandungan sekam padi 20

    %, batubara 40%, pengikat 40 %.

    Sampel 2 dengan kandungan sekam padi 30%, batubara 30%, pengikat 40 %.

    Sampel 3 dengan kandungan sekam padi

    45 %, batubara 15%, pengikat 40 %.

    Gambar 4 menunjukkan nilai kalor dari biobriket

    yang dihasilkan dengan mencampur sekam padi:

     batubara: pengikat pada perbandingan tertentu. Jenis

     pengikat divariasikan serta ukuran sekam padi dan batubara adalah 60 mesh. Dari gambar tersebut

    terlihat bahwa pengikat tar memiliki kandungan

    kalor yang tinggi diatas 4000 kcal/kg. Hal ini

    disebabkan tar merupakan komponen pengikat

    sekaligus pemberi kandungan kalor pada batubara.

    Selain itu biobriket dengan kandungan sekam padiyang besar yaitu sampel 3 dengan kandungan sekam

     padi 45 % akan memberikan kandungan kalor yang

    rendah. Hal ini disebabkan nilai kalor dari batubara

    Bahan

    Baku%MC %VM %ASH %FC

     Nilai

    kalor (kcal/kg)

    Batubara 13,63 36,82 24,26 25,29 4354,3

    Sekam

     padi

    karbonisasi

    5,97 23,28 48,35 22,40 2977,7

    Sekam

     padi non

    karbonisasi

    9,18 43,40 36,42 11,00 2472,5 Gambar 3. biobriket sekam padi hasil percobaan

    Gambar 4. Kandungan kalor (kcal/kg) dari biobriket

    untuk variasi perbandingan massa sekam

     padi:batubara:pengikat dengan 3 macam pengikat.

  • 8/18/2019 Pengaruh Jenis Binder Terhadap

    5/6

    E09-5

    lebih tinggi dibandingkan dengan sekam padi seperti

    terlihat pada Tabel 2.

    Adapun kandungan air dari biobriket yang

    dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 5. Komposisi

    variasi sekam padi:batubara: pengikat tidak mempengaruhi kandungan air. Tetapi jenis pengikat

     berpengaruh terhadap kandungan biobriket yang

    dihasilkan. Jenis pengikat larutan kanji dan mollase

    memberikan kandungan air yang cukup tinggi diatas

    10 %-berat sedangkan pengikat tar memberikan

    kandungan air yang rendah (dibawah 5%-berat).

    Dengan kandungan air yang rendah pada biobriketdengan pengikat tar maka kandungan energi pada

     biobriket dengan pengikat tar akan tinggi.

    Fixed karbon merupakan komponen dari biobriket

    yang akan memberikan kandungan energi yangtinggi. Biobriket dengan komposisi sekam padi yang

    rendah akan memberikan kandungan fixed karbon

    yang rendah seperti terlihat pada Gambar 6.

    Sedangkan pengikat tar memberikan kandungan

    fixed karbon yang lebih tinggi dibandingkan denganmolasse atau larutan kanji.

    Pembakaran biobriket akan menyisahkan

    komponen abu pada bagian bawah dari kompor 

     biobriket. Abu merupakan komponen yang akanmenurunkan kandungan kalor yang dimiliki oleh

     biobriket. Variasi jenis pengikat tidak terlalu besar 

    memberikan perubahan kandungan abu seperti

    terlihat pada Gambar 7. Tetapi biobriket yang

    memiliki kandungan sekam padi yang tinggi akan

    memberikan kandungan abu yang tinggi karenasekam padi yang telah mengalami pengarangan akan

    memiliki kandungan abu yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan batubara seperti terlihat pada

    Tabel 2. Hal ini berakibat turunnya kandungan kalor 

     pada biobriket dengan variasi sekam padi yang

    tinggi.

    Biobriket dengan kandungan sekam padi yangkecil serta pengikat tar akan memberikan kandungan

    kalor yang tinggi seperti dijelaskan pada

    Gambar 4. Seperti diperlihatkan pada Tabel 3 bahwa

     pengikat tar merupakan bahan baku yang memiliki

    kandungan karbon lebih tinggi dibandingkan sekam

    Gambar 5. Kandungan air (%-berat) dari biobriket untuk variasi perbandingan massa sekam padi:batubara:pengikat

    dengan 3 macam pengikat.

    Gambar 6. Kandungan fixed carbon (%-berat) dari

     biobriket untuk variasi perbandingan massa sekam

     padi:batubara:pengikat dengan 3 macam pengikat.

    Gambar 7. Kandungan abu (%-berat) dari biobriket untuk 

    variasi perbandingan massa sekam padi:batubara:pengikat

    dengan 3 macam pengikat.

    Gambar 8. Kandungan sulfur (%-berat) dari biobriket

    untuk variasi perbandingan massa sekam padi:batubara:pengikat dengan 3 macam pengikat.

  • 8/18/2019 Pengaruh Jenis Binder Terhadap

    6/6

    E09-6

     padi serta pengikat yang lainnya. Gambar 8

    memperlihatkan kandungan sulfur yang dimilikioleh biobriket. Terlihat bahwa sampel 1 yang

    memiliki kandungan batubara yang tinggi memiliki

    kandungan sulfur yang tinggi dibandingkan dengan

    sampel 2 dan 3 yang memiliki kandungan sekam

     padi yang tinggi. Kemudian pengikat tar juga

    memberikan kontribusi dalam peningkatankandungan sulfur seperti terlihat pada Gambar 8.

    Dengan demikian bahwa batubara dan tar sebagai

     pengikat dapat berkontribusi terhadap gas sulfur 

    yang dihasilkan saat biobriket tersebut dibakar 

    sebagai bahan bakar rumah tangga. Dengan kondisi

    ini perlu maka pembuatan biobriket dapatmenggunakan sekam padi semaksimal mungkin

    karena sekam padi memiliki kandungan sulfur yang

    kecil dan lebih ramah terhadap lingkungan saat biobriket dimanfaatkan.

    Kesimpulan

    Biobriket dapat dihasilkan dari campuran sekam

     padi, batubara serta pengikat dilihat dari bentuk fisik 

    yang dihasilkan. Biobriket dengan kandungan

     batubara yang tinggi serta pengikat tar akanmemberikan kandungan energi yang tinggi hingga

    5500 kcal/kg. Tetapi kandungan sulfur pada

     biobriket dengan kandungan batubara tinggi serta

     pengikat tar juga tinggi yang berakibat pada saat

     penggunaan di rumah tangga. Komposisi sekam padi

    : batubara: pengikat 30:30:40 dengan pengikat tar memberikan energi yang optimal (5100 kcal/kg)

    dengan kandungan sulfur yang rendah (0,48%).

    Ucapan Terima Kasih

    Penulis mengucapkan terimakasih kepada Pabrik Kapur PT Krakatau Steel serta PT Indonesia Power 

    Unit Bisnis Suralaya yang telah memberikan

    fasilitas dalam penelitian ini.

    Daftar Pustaka

    Felfli.F.F.,et all,2011,  Biomass briquetting and its

     perspectives in Brazil, Biomass and Bioenergy

    Journal, 35,236-242

    Gaur, S., & Reed, T.,1998. Thermal Data for  Natural and Synthetic Fuels. Marcel Dekker 

    Grover, P.D. and Mishra, S.K., 1996,  Biomass Briquetting: Technology and Practices; RWEDP

    Field Document no. 46, Food and Agricultural

    Organization of the United Nations, Bangkok 

    Hartoyo,J dan Roliadi, H., 1978,  Percobaan

     Pembuatan Briket Arang dari 5 Jenis Kayu

     Indonesia, Laporan Penelitian Hasil Hutan, Bogor.

    Hasbullah., 2000. Teknologi Tepat Guna dan Agroindustri Kecil Sumatera Barat . Sumatera Barat: Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri

    Hessley, R.K., Reasoner, J.W., and Riley, J.T., 1986,Coal Science, An Introduction to Chemistry,

    Technology and Utilization, Mc Graw Hill

    Publishing Company Limited, London.

    Jenkins, B. M.,1989,  Physical Properties of 

     Biomass, Gordon and Breach, New York 

    Lappas, A.A., Papavasiliou, D., Batos, K., and

    Vasalos, I.A., 1990,  Product Distribution and  Kinetic Predicitions on Greek Lignite Pyrolysis, J.Fuel. Chem., 69, 1304-1308

    S.V Loo and J.Koppejan, 2008,  Biomass

    Combustion and Co-Firing , 1st

    edition, EarthScan,

    London