pengaruh ekstrak tomat terhadap hormon testosteron.pdf
TRANSCRIPT
-
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TOMAT (Lycopersicum
esculentum) TERHADAP KADAR TESTOSTERON SERUM
TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) YANG DIBERI PAKAN
TINGGI LEMAK
ROVINDO EDI VIKTOR
NIM. 1002101010169
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2014
-
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TOMAT(Lycopersicum
esculentum) TERHADAP KADAR TESTOSTERON SERUM
TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) YANG DIBERI PAKAN
TINGGI LEMAK
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi
sebahagian persyaratan mencapai gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
ROVINDO EDI VIKTOR
NIM. 1002101010169
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2014
-
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan rahmat-Nya kepada penulis dalam meyelesaikan skripsi
ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan. Shalawat
dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membimbing manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima
kasih kepada Dr. drh Dasrul, M.Si, dan drh. Mulyadi Adam, M.Sc selaku dosen
pembimbing penelitian yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga
memberikan bimbingan hingga penulisan skripsi ini selesai. Rasa hormat dan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. drh. Razali, M.Si selaku dosen
wali yang telah memberikan dorongan semangat serta arahan sejak pertama
menempuh pendidikan hingga selesai, drh. Rusli, MS dan drh. Muttaqien, M.Sc
selaku dosen penguji. Semoga segala jerih payah tersebut menjadi amal jariyah
bagi beliau dan dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dimasa
mendatang.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. drh. Muhammad
Hambal, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, dan
kepada drh. T. Armansyah TR., M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter Hewan, selanjutnya kepada seluruh staf pengajar, beserta staf administrasi
yang telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di fakultas ini.
-
v
Rasa cinta, bangga dan teristimewa untuk keluarga tercinta penulis kepada
ayahanda Suardi dan ibunda Susriyati serta kakak-adik saya Rise Hidayati
Viktres, Sudito Edi Viktor, Hilma Hidayati Viktres beserta seluruh anggota
keluarga yang saya sayangi yang telah memberikan motivasi dan dorongan baik
moril maupun materil sehingga penulis mampu meyelesaikan studi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
serta bantuan moril. Ucapan terima kasih kepada, Wahyudi Fernanda Nuskal,
Alkhalidri Murfi, S.KH, Anhariadi Rahman, Afrio Arisman, S.KH, Isra Hadi,
S.KH, Andre Afriadi Rahman, S.KH, Walfa Hidayat, Fadly Marjhoni, Rahmadi,
Raja Manggara, S.KH teman-teman Angkatan 2010, senior/junior di FKH
Unsyiah serta keluarga besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang (IPMM) Aceh
yang tidak tertuliskan namanya satu per satu, yang telah memberikandoa,
semangat dan motivasi.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, akhirnya kepada
Allah SWT jualah kita meminta petunjuk, mudah-mudahan kita semua mendapat
lindungan dan petunjuk-Nya. Amin Yaa Rabbal Alamin.
Banda Aceh,17 Juli 2014
Penulis
-
vi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
ABSTRAK x
ABSTRACT xi
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 3
Hipotesis Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
Hiperlipidemia 4
Infertilitas pada Hiperlipidemia 5
Tomat 6
Kandungan Buah Tomat 8
Komponen Zat Aktif Buah Tomat 8
Sistem Reproduksi Tikus Jantan 10
Hormon Testosteron 12
BAB III MATERIAL DAN METODE PENELITIAN 14
Tempat dan Waktu Penelitian 14
Alat dan Bahan Penelitian 14
Metode Penelitian 15
Prosedur Penelitian 16
Analisis Data 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21
BAB V PENUTUP 25
Kesimpulan 25
Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
-
vii
LAMPIRAN 30
BIODATA 32
-
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Sistem reproduksi tikus 10
2. Testis tikus 11
-
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Komposisi ransum T79-4 18
2. Rata-Rata ( SD) kadar hormon testosteron serum darah tikus putih 21
-
xi
Effects Tomato Extract (Lycopersicum esculentum) on Level Testosterone Serum of
White Rat (Rattus novergicus)
That Given High Fat Fed
ABSTRACT
The aim of this stydy was determine the effect of tomato extract (Lycopersicum
esculentum) on level of testosterone serum of white rat (rattus novergicus) that given
high fat fed. This stydy was an experimental study with a completely randomized design
(CRD) with three groups of treatment. Group one, as negative control, were given
standard meal, group two,as a positive control, were given high fat and non extract of
tomato. Group three were given high fat and extract tomato 80mg/kg BW. Each Group
of treatment was conducted for 60 day with three replications. Testosterone serum
contents were observed by enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) method. Data
were analyzed by one way of analysis of variance (ANOVA).The Results of study
indicate that level of testosterone of rat serum were 2.11 1.68 ng/dl, 0.67 0.26
ng/dl and 1.20 0.35ng/dl for group I, group II, and group III respectively. It was
concluded that tomato extract does not affect level testosterone serum of rat that given
high fat fed.
-
x
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TOMAT (Lycopersicum esculentum)
TERHADAP KADAR TESTOSTERON SERUM TIKUS PUTIH
(Rattus novergicus) YANG DIBERI PAKAN TINGGI LEMAK
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tomat
(Lycopesicum esculentum) terhadap kadar hormon testosteron tikus putih (Rattus
norvegicus) yang diberi pakan tinggi lemak. Penelitian ini merupakan penelitian
experimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan III kelompok
perlakuan. Kelompok I sebagai kontrol negatif (KN) yaitu tikus yang diberi pakan
standar, Kelompok II sebagai kontrol positif (KP) yaitu tikus yang diberi pakan tinggi
lemak tanpa diberi ekstrak tomat. Kelompok III sebagai perlakuan (PT) yaitu tikus yang
diberi pakan tinggi lemak dan 80 mg/1Kg BB ekstrak tomat setiap hari selama 60 hari.
Setiap kelompok perlakuan diulangi sebanyak III kali ulangan. Kadar testosteron serum
diamati dengan menggunakan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA).
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian (ANAVA) satu arah, bila terdapat
perbedaan, data selanjutnya diuji dengan uji berganda Duncant. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kadar testosteron serum tikus tikus kontrol adalah 2,11 1,68
ng/dl tidak berbeda secara nyata (P>0,05 dibandingkan dengan tikus yang diberi pakan
tinggi lemak (0,67 0,26 ng/dl) dan tikus yang diberi pakan tinggi lemak dan ekstrak
tomat (1,20 0,35 ng/dl). Penelitian ini dapat disimpulkan pemberian ekstrak tomat
tidak dapat meningkatkan secara nyata kadar testosteron serum darah tikus putih yang
diberi pakan tinggi lemak.
-
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Infertilitas masih menjadi permasalahan bagi 15 % dari pasangan suami
istri. Faktor infertilitas pria memegang peranan 50% dari keseluruhan kasus
(Agarwal, dan Prabakaran, 2005), dan dari kausa tersebut, dinyatakan bahwa 5 %
disebabkan oleh kualitas spermatozoa yang tidak baik. Salah satu kondisi yang
dapat menyebabkan penurunnya kualitas spermatozoa adalah hiperlipidemia
(Shimamoto dan Sofikitis, 1998; Bashandy, 2007).
Kecenderungan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol
berisiko menyebabkan peningkatan kadar lipid dalam darah yang kita kenal
dengan istilah hiperlipidemia. Gambaran yang paling sering didapatkan berupa
peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida dan Low Density Lipoprotein
(LDL) serta penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL) (Murray dkk.,
2003; Almatsier, 2004).
Pada tikus hiperlipidemia, terjadi pula penurunan kadar testosteron plasma
secara signifikan (Yamamoto dkk., 1999; Feng dkk., 2005; Bashandy, 2007).
Penurunan ini terjadi akibat terjadnya degenerasi sel Leydig atau karena
penurunan kadar Luteinizing Hormon (LH) (Tanaka dkk., 2001) dan aktivitas
testikular dari 17 hidroksisteroid dehidrogenase (Sulcova dkk., 2005). Faktor
utama yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas spermatozoa pada
penderita hiperlipidemia adalah akibat peningkatan produksi senyawa oksigen
-
2
reaktif (reactive oxygen species/ROS) (Sargowo, 1999; Giri, 2008) dan yang
memacu timbulnya stres oksidatif pada jaringan testis (Agarwal, dan Prabakaran,
2005). Hal ini terjadi karena kemampuan pertahanan tubuh melalui sistem
antioksidan berkurang, sehingga dibutuhkan suplai antioksidan dari luar tubuh
yang dapat ditemukan pada sayuran dan buah-buahan.
Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan salah satu sayuran kaya
akan serat kasar, protein, karbohidrat dan antioksidan seperti vitamin E, vitamin
C, flavonoid dan likopen yang penting untuk kesehatan (Sumardiono dkk., 2009).
Selain sebagai sayuran tomat juga banyak dimanfaatkan masyarakat untuk
mengobati beberapa penyakit antara lain sebagai antiradang, anti kanker terutama
kanker prostat (Campbell dkk., 2004), hipertensi dan penyakit jantung koroner
(Agarwal, 2005 dan Rao, 2000), menurunkan kadar kolesterol, trigliserida, LDL
yang tinggi dan meningkatkan kadar HDL di dalam darah (Muchtar, 2008 dan
Iswari, 2009), menurunkan kadar LDL dan kolesterol yang tinggi dalam darah
(Iswari, 2009). Tomat juga banyak digunakan untuk meningkatkan kualitas
spermatozoa (Zulfa, 2006 dan Diana, 2006). Hasil penelitian Diana (2006)
membuktikan bahwa pemberian jus buah tomat dapat meningkatkan secara
signifikan kualitas spermatozoa tikus yang terpapar asap rokok.
Salah satu faktor penting peningkatan kualitas spermatozoa adalah
peningkatan kadar Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan testosteron dalam
darah. FSH penting untuk mengawali spermatogenesis, namun pematangan
spermatozoa tidak hanya memerlukan efek FSH saja, tetapi juga efek testosteron.
Kerja utama testosteron pada spermatogenesis mungkin terjadi melalui stimulasi
-
3
pembentukan Androgen Binding Protein (ABP), yang memungkinkan kadar
testosteron intratubular yang tetap tinggi (Greenspan, 1998).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tomat (Lycopesicum
esculentum) terhadap kadar hormon testosteron serum tikus putih (Rattus
norvegicus) strain Wistar yang diberi pakan tinggi lemak.
Hipotesis Penelitian
Pemberian ekstrak tomat (Lycopesicum esculentum) dapat menghambat
penurunan kadar hormon testosteron serum darah tikus putih (Rattus Norvergicus)
strain Wistar yang diberi pakan tinggi lemak.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dasar ilmiah dalam
penggunaan ekstrak tomat untuk meningkatkan kadar testosteron darah dalam
mengatasi infertilitas pada pria yang diakibatkan oleh hiperlipidemia. Selain itu
juga memberikan alternatif lain untuk terapi kombinasi dalam mengatasi
infertilitas pria yang disebabkan oleh hiperlipidemia.
-
4
TINJAUAN PUSTAKA
Hiperlipidemia
Hiperlipidemia merupakan kondisi dimana lemak dalam darah
meningkat melebihi batas ambang normal yang ditandai dengan meningkatnya
kadar LDL dan kolesterol total. Hiperlipidemia dapat disebabkan karena
susunan makanan yang tidak seimbang (tinggi lemak/kolesterol), faktor
keturunan, penyakit seperti diabetes, hipotiroid, ginjal dan hati (Montgomery
dkk., 1990).
Hiperlipidemia pada spesies hewan dapat dibuat dengan menambahkan
lemak dan kolesterol dalam makanannya yang disebut sebagai induksi
endogen. Biosintesis kolesterol secara endogen prosesnya sangat lambat.
Penelitian pada tikus dewasa, untuk membuat hiperkolesterolemia dengan
menambahkan 1,5 % kolesterol atau campuran lemak dan asam empedu 1,5%
dalam makanannya. Pada air minum ditambahkan Propil Tiourasil (PTU)
0,01% yang merupakan zat anti tiroid untuk meningkatkan kolesterol darah
secara endogen (Turner dan Peter, 1971).
Hiperlipidemia terbukti bisa menyebabkan peningkatan jumlah oksigen
radikal dan lipid peroksidasi pada jaringan yang berbeda. Lipid peroksidasi adalah
faktor penting dalam mempengaruhi perubahan bentuk spermatozoa (Bashandy,
2007). ROS merupakan radikal bebas yang mempunyai kemampuan oksidatif
yang cukup tinggi. Radikal bebas adalah senyawa (tidak hanya derivat oksigen)
yang mengandung satu atau lebih elektron bebas sehingga bersifat tidak stabil.
-
5
Peningkatan ROS memiliki kolerasi positif dengan konsentrasi LDL pada
pasien hiperlipidemia, namun berkolerasi negatif dengan konsentrasi HDL. Hal
inilah yang memacu timbulnya stres oksidatif. Stres oksidatif timbul sebagai
konsekuensi peningkatan yang berlebihan dari produksi ROS dan terganggunya
mekanisme pertahanan oleh antioksidan (Bashandy, 2007).
Halliwell pada tahun 1999 menyampaikan konsep radikal bebas dalam
proses aterosklerosis, dimana lipid peroksida berupa Malondialdehida (MDA)
merupakan produk reaksi dari radikal bebas, apabila berlebihan akan
mengakibatkan stres oksidatif. Reaksi oksidasi ini akan terus terjadi secara
berantai dan bereaksi terus menerus terhadap fosfolipid dari LDL. Akibat dari
reaksi, terjadi oksidasi LDL yang akan difagosit oleh makrofag sehingga
terbentuk sel busa dalam jumlah berlebihan. Proses fagositosis dilakukan oleh
netrofil, monosit dan sel T limfosit menghasilkan radikal bebas superoksida yang
akan mempercepat kerusakan sel (Sargowo,1997; Bendigh,1990).
Infertilitas pada Hiperlipidemia
ROS berpotensi toksik pada kualitas dan fungsi sperma. Spermatozoa
mudah terserang oleh induksi stres oksidatif karena dalam membran plasmanya
banyak terkandung asam lemak. Stres oksidatif berperan sebagai mediator
kerusakan pada membran plasma, sehingga mengurangi fungsi sperma. ROS
menginduksi lipid peroksidasi yang merupakan agen penyebab perubahan
morfologi sperma. Stres oksidatif menginduksi kerusakan DNA yang
-
6
mempercepat apoptosis sel epitel germinal, sehingga menurunkan hitung jumlah
sperma (Bashandy, 2007).
Reduksi yang signifikan dari konsentrasi sperma dan persentase
spermatozoa motil, pada kondisi hiperlipidemia juga berhubungan dengan
kecacatan fungsi sekresi sel sertoli dan sel Leydig, yang membuat
ketidaksempurnaan spermatogenesis dan maturasi spermatozoa di epididimis,
sehingga terjadi penurunan motilitas sperma dan peningkatan abnormalitas
morfologi sperma (Bashandy, 2007).
Efisiensi reproduksi yang rendah pada tikus hiperlipidemia, ditandai
dengan penurunan indeks fertilitas, berat vesikula seminalis, kadar testosteron
plasma, motilitas sperma, dan hitung jumlah sperma, dan terjadinya peningkatan
abnormalitas spermatozoa, sebagai efek langsung hiperlipidemia yang diakibatkan
oleh ketidakteraturan axis hipotalamus-pituitari (FSH-LH linked mechanism) dan
kerusakan spermatogenesis, serta peningkatan stress oksidatif. Bersamaan dengan
itu, hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia menyebabkan peningkatan ROS
dan kadar lipid peroksidasi di jaringan yang berasosiasi dengan penurunan efek
antioksidan (Bashandy, 2007). Di sisi lain, spermatozoa yang abnormal juga
memproduksi ROS, sehingga ROS dalam semen akan meningkat (Agarwal dan
prabakaran, 2005).
Tomat (Lycopersicum esculentum)
Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan salah satu produk
hortikultura yang berpotensi, menyehatkan dan mempunyai prospek pasar
-
7
yang cukup menjanjikan. Tomat, baik dalam bentuk segar maupun olahan,
memiliki komposisi zat gizi yang cukup lengkap dan baik. Buah tomat
terdiri dari 5-10% berat kering tanpa air dan 1 persen kulit dan biji. Jika
buah tomat dikeringkan, sekitar 50% dari berat keringnya terdiri dari gula-
gula pereduksi (terutama glukosa dan fruktosa), sisanya asam-asam organik,
mineral, pigmen, vitamin dan lipid (Rukmana, 1994).
Tomat yang oleh para ahli botani disebut sebagai Lycopersicum
esculentum, Tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umurnya
hanya untuk satu kali periode panen. Tanaman ini berbentuk perdu atau
semak dengan panjang bisa mencapai 2 meter. Secara taksonomi, tanaman
tomat digolongkan sebagai berikut, Kingdom plantae, subkingdom trachebionta,
divisio magnoliophyta, kelas magnoliopsida, subkelas asteridae, ordo solanales,
famili solanaceae, genus solanum, species solanum lycopersicum, nama binomial
lycopersicum esculentum (Rukmana, 1994).
Buah tomat sangat bervariasi dalam ukuran, bentuk, warna, kekerasan,
rasa dan kandungan bahan padat. Karakter fisik buah tomat sangat mempengaruhi
harga jual komoditas. Mutu buah tomat meliputi mutu bagian luar yang
berpengaruh terhadap keragaan buah tomat, seperti warna, ukuran, bentuk,
kekerasan, kesegaran, keseragaman dan ada tidaknya cacat pada buah; mutu
bagian dalam buah, seperti jumlah biji, ketebalan daging buah dan kandungan sari
buah; dan mutu kimiawi buah, seperti asam tertitrasi (titratable acidity), pH,
bahan padat dapat larut (soluble solid), gula reduksi dan asam askorbat (Grierson
& Kader, 1986; Panjaitan, 1990; Purwati, 2007; Hariyadi, 2011).
-
8
Kandungan Buah Tomat
Tomat mengandung alkaloid, solanin, saponin, asam folat, asam malat,
asam sitrat, flavonoid, protein, lemak, gula (glukosa dan fruktosa), adenin,
trigolenin, kolin, tomatin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na, Fe, sulfur dan klorin),
vitamin (B1 , B2, B6, C, E dan niasin) dan histamin (Dalimartha, 2003). Tomat
juga mengandung provitamin A, asam folat, kaumarin, serat dan beta karoten
(Arab dan Steck, 2000; Wirakusumah, 2006). Selain itu, tomat mengandung
kelompok flavonol dan karotenoid. Kelompok flavonol seperti kaemferol,
quercetin, myrisetin dan isohamnetin, sedangkan kelompok karotenoid seperti
likopen (25-76 %), fitoeten (10-12%), -karoten (10-11%), neurosporen (7-9%),
fitofluen (4-5%), -karoten (1-2%) dan sedikit lutein (Clinton, 1998; Haytowitz,
2002).
Buah tomat kaya akan antioksidan, diantaranya vitamin C, vitamin E dan
likopen. Dalam 180 gram buah tomat matang, vitamin C yang terkandung sekitar
34,38 mg dan vitamin E mencapai 0,68 mg. Kadar likopen yang terkandung
dalam tomat segar berkisar antara 3,1 7,7 mg/100 gram. Kandungan likopen
dalam tomat yang cukup tinggi dapat diekstrak untuk produk produk kesehatan
atau kosmetik mengingat kekuatan likopen setara dengan 100 kali kekuatan
vitamin E dalam menanggulangi radikal bebas (Di Mascio dkk., 1989).
Komponen Zat Aktif Buah Tomat
Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan salah satu sayuran yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam buah tomat terkandung gizi gizi
-
9
yang penting bagi tubuh seperti karbohidrat, protein, mineral dan berbagai
macam vitamin yang penting bagi kesehatan tubuh (Di Mascio dkk., 1989). Selain
itu tomat juga mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder
yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang farmasi, maupun kesehatan
(Sumardiono dkk., 2009). Beberapa senyawa metabolit sekunder yang telah
berhasil diisolasi dari buah tomat adalah senyawa golongan karatinoid, flavonoid,
alkaloid, solanin, saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, adenin, trigolenin,
kolin, tomatin, dan histamin (Dalimartha, 2003), koumarin, serat dan beta karoten
(Arab dan Steck, 2000; Wirakusumah, 2006). Hasil furifikasi yang dilakukan
Haytowitz (2002), tomat mengandung karotenoid seperti likopen (25-76 %),
fitoeten (10-12%), -karoten (10-11%), neurosporen (7-9%), fitofluen (4-5%), -
karoten (1-2%) dan sedikit lutein (Clinton, 1998; Haytowitz, 2002).
Likopen merupakan karotenoid utama yang terdapat di dalam tomat.
Likopen juga merupakan karotenoid utama di dalam serum dan jaringan tubuh
manusia. Tidak seperti karotenoid lain, likopen tidak mempunyai aktifitas
provitamin A. Selain itu likopen mempunyai aktifitas sebagai antioksidan dan
sebagai imunomodulator bagi tubuh. Likopen sebagai antioksidan mempunyai
kemampuan untuk melawan kerusakan sel-sel tubuh akibat radikal bebas di dalam
aliran darah dengan mengurangi efek toksik dari ROS, sehingga diasosiasikan
dengan penurunan resiko terjadinya berbagai macam penyakit, seperti kanker,
penyakit kardiovaskuler, penyakit neurodegeneratif dan aging. Penurunan resiko
terhadap berbagai macam penyakit tersebut juga menimbulkan dugaan adanya
peranan likopen di dalam sistem imun, yaitu sebagai suatu immunomodulator
-
10
(Clinton, 1998; Rao dan agarwal, 2000). Penurunan resiko terhadap berbagai
macam penyakit tersebut juga menimbulkan dugaan adanya peranan likopen di
dalam sistem imun, yaitu sebagai suatu immunomodulator (Agarwal dkk., 2000).
Sistem Reproduksi Tikus Jantan
Menurut Behre dan Martin (2003), testis merupakan suatu kelenjar
endokrin, karena memproduksi testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig yang
berpengaruh pada sifat-sifat jantan dan berperan dalam spermatogenesis. Sistem
reproduksi tikus jantan ditunjukkan oleh Gambar 1.
Gambar 1. Sistem reproduksi tikus (Campbell dkk., 2004)
Soewolo (2000), menjelaskan bahwa di dalam testis tikus terdiri dari
tubulus seminiferus dan jaringan stroma. Lapisan dalam epitel tubulus seminiferus
terdapat sel germinatif dan sel sertoli, sedangkan pada jaringan stroma terdapat
pembuluh darah, limfe, sel saraf, sel makrofag dan sel Leydig. Sel Leydig
-
11
berfungsi menghasilkan hormon testosteron. Sekresi hormon oleh sel Leydig
dikontrol oleh hormon gonadotropin. Bila sekresi hormon gonadotropin
mengalami hambatan maka sekresi testosteron akan mengalami penurunan.
Gambaran anatomi testis tikus lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2. Potongan melintang testis dan epididimis tikus (Campbell dkk., 2004)
Menurut Kusumawati (2004), pada tikus jantan terdapat saluran
reproduksi yang terdiri atas vas eferens, epididimis, vas deferens, duktus
ejakulatorius dan uretra. Vas eferens merupakan saluran yang berkelok-kelok dan
lumennya dibatasi oleh sekelompok sel epitel bersilia. Epididimis terdiri dari
bagian kaput, korpus dan kauda. Epididimis berfungsi sebagai tempat maturasi
sperma dan tempat penyimpanan sperma sementara. Partodihardjo (1992),
menyatakan bahwa maturasi spermatozoa di tandai dengan menghilangnya
protoplasmik droplet dari bagian kepala spermatozoa. Epididimis pada bagian
-
12
kaput berfungsi untuk penyerapan cairan yang dikeluarkan oleh testis. Fungsi lain
epididimis adalah memberikan sekresi cairan yang diproduksi oleh sel-sel
epitelnya untuk membantu perubahan morfologi akrosom yaitu melalui
kondensasi inti, pelepasan sitoplasma, peningkatan muatan negatif dan
penambahan lapisan glikoprotein (Turner, 1988). Spermatozoa yang berasal dari
epididimis akan diteruskan menuju ke vas deferens. Lumen vas deferens tersusun
atas sekelompok sel epitel kolumnar berlapis semu. Vas deferens dibungkus oleh
lapisan otot longitudinal di bagian luar dan dalamnya, sedangkan lapisan otot
sirkuler terletak diantara keduanya Lanjutan vas deferens adalah duktus
ejakulatorius. Duktus ejakulatorius memiliki otot-otot yang kuat dan berperan
selama ejakulasi. Saluran ini akan bermuara pada uretra. Uretra tersusun atas
sekelompok sel epitel transisional, jaringan ikat longgar, banyak terdapat
pembuluh darah dan dibungkus lapisan otot lurik yang tebal (Turner, 1988).
Hormon Testosteron
Hormon testosteron merupakan hormon seks yang penting pada individu
jantan. Hormon ini adalah hormon steroid derivat molekul prekursor kolesterol,
disekresi oleh sel Leydig di bawah pengaruh LH. Sel Leydig mengandung enzim
dengan kadar tinggi yang dibutuhkan untuk perubahan langsung kolesterol
menjadi testosteron. Produksi testosteron sebagian akan disekresikan ke dalam
darah dan akan diedarkan ke sel-sel target. Sebagian lagi akan masuk ke tubulus
seminiferus dan berperan penting dalam proses spermatogenesis (Sherwood,
-
13
1995). Testosteron masuk ke tubulus seminiferus melewati sel Sertoli. Sel Sertoli
mempunyai reseptor androgen khusus yang memperantarai efek testosteron
(Bardin, 1988).
Di dalam testis, kadar testosteron sekitar 200 kali lebih besar dan kadar
dalam sirkulasi dan didapatkan dalam bentuk terikat dengan Androgen Binding
Protein (ABP) (Ross dan Reith, 1985). Testosteron sebagian besar (95%) disekresi
oleh sel Leydig yang berada dalam jaringan interstitialis testis, dan 5% diproduksi
oleh kelenjar adrenalis (Saryono, 2008). Sebagian kecil testosteron (sekitar 2%) di
dalam peredaran darah dalam bentuk bebas atau free testosterone ( Wilson, 1996).
Sel Sertoli yang merupakan sel target utama hormon testosteron, molekul
androgen akan berikatan dengan reseptor androgen khusus yang ada di
sitoplasma, kompleks reseptor androgen tersebut kemudian ditranslokasi ke dalam
inti dan berikatan dengan daerah tertentu dalam kromatin. Melalui proses yang
terjadi dalam inti, akhirnya dihasilkan mRNA untuk sintesis protein, yang
selanjutnya menghasilkan ABP (Zaneveld dan Chatterton,1982).
Pengaruh testosteron terhadap sel Sertoli adalah untuk pematangan sel
Sertoli dan sintesis ABP (Hadley, 1992). Sel Sertoli di dalam testis merupakan sel
target primer untuk androgen, dan untuk anti androgen (Schenck dan Neumann,
1978). Senyawa anti androgenik dapat menghambat aksi testosteron, karena
senyawa ini menduduki reseptor testosteron (Hadley, 1992). Anti androgen dapat
mencegah ikatan antara testostoron atau dihidrotestosteron dengan ABP, sehingga
akan menghambat spermatogenesis (Schenck dan Neumann, 1978).
-
14
MATERIAL DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Hewan
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh
sejak bulan Desember 2013 Juni 2014.
Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian adalah: labu ukur
250 ml dan 10 ml (pyrex), ekstraktor (skala laboratorium dan pilot plant),
saringan, rotari evaporator (OSK 6513 Universal Reduced Pressure-
Concentration Still Apparatus, Ogawa Seiki Co. Ltd, Japan), blender merek
Nasional, pengiling daging, timbangan digital, lemari pendingin, sonde
lambung, pipet mikro, tabung reaksi, objek gelas, spuit steril , kandang tikus
dan peralatan makan, serta seperangkat peralatan pemeriksaan hormon
dengan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA).
Bahan biologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah tomat
apel (Lycopersicum esculentum) masak segar yang diperoleh dari perkebunan
masyarakat di sekitar Darussalam. Tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar
berjenis kelamin jantan yang berusia 3 - 4 bulan dengan berat badan berkisar
antara 180 - 200 gram, yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatra Utara- Medan. Ransum ikan Lele T79-4 yang diproduksi oleh PT.
-
15
Central Proteina Prima Medan. Pakan tinggi lemak yang terdiri dari campuran
dari pakan T79-4 dengan lemak sapi, otak sapi, kuning telur dan minyak kelapa,
Sedangkan bahan kimia yang digunakan dalam penelitian terdiri dari larutan
ethanol, alkohol 70%, aquadestilata, larutan NaCl 0,9% Merck, dan sabun cuci.
Metode Penelitian
Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian experimental Laboratorik
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 kelompok perlakuan.
Kelompok 1 sebagai kontrol negatif (KN) yaitu tikus yang diberi pakan standar
saja selama 60 hari, Kelompok 2 sebagai kontrol positif (KP) yaitu tikus yang
diberi pakan tinggi lemak selama 60 hari. Kelompok 3 sebagai perlakuan (PT)
yaitu tikus yang diberi pakan tinggi lemak dan 80 mg/1Kg BB ekstrak buah tomat
setiap hari selama 60 hari. Masing-masing kelompok perlakuan diulangi sebanyak
3 kali.
Sampel penelitian
Sampel penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar
jantan sehat umur 3 - 4 bulan sebanyak 9 ekor dengan berat badan 180 200 gram
yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara-Medan.
Teknik pemilihan sampel
Pemilihan sampel dilakukan secara random (acak) dari sejumlah tikus
-
16
putih jantan yang menderita hiperlipidemia dengan pemberian pakan tinggi lemak.
Pemilihan sampel berdasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan yaitu jenis tikus
putih strain Wistar, berjenis kelamin jantan, umur berkisar 3 - 4 bulan dengan
berat badan antara 180 - 200 gram, belum pernah mendapatkan perlakuan apapun.
Prosedur Penelitian
Persiapan dan pembuatan ekstrak buah tomat
Persiapan dan pembuatan ekstrak tomat menggunakan metode modifikasi
dari Sulistyowati (2006), yaitu sebanyak 1000 gram tomat jenis Apel
(Lycopersicum esculentum) segar dan baik yang diperoleh dari kebun
masyarakat sekitar Darussalam. Kemudian tomat dihancurkan dengan blender,
setelah diblender tomat dipanaskan pada suhu 50 60 oC selama 15 menit untuk
mengurangi kadar air yang terkandung di dalam tomat yang sudah diblender.
Selanjutnya diekstraksi dengan menggunakan metode sokletasi dan bahan pelarut
polar berupa metanol 70 % dengan cara mengalirkan sedemikian rupa hingga
diatas permukaan masih tersisa pelarut setinggi 0,5 cm. Ektraksi dilakukan
berulang-ulang sampai warna larutan menjadi jernih homogen. Selanjutnya
ekstrak sari yang diperoleh diuapkan (dikentalkan) dengan menggunakan rotary
evaporator berpompa vakum dengan suhu 40 oC hingga diperoleh ekstrak tomat
dalam bentuk suspensi, kemudian dikeringkan dan ditimbang. Selanjutnya
ekstrak kasar tomat yang didapat siap digunakan sebagai bahan perlakuan.
-
17
Pembuatan pakan tinggi lemak
Pakan tinggi lemak dibuat dari campuran pakan standar dengan kuning
telur itik, lemak sapi ,otak sapi dan minyak makan merupakan modifikasi dari
penelitian Sulistyowati (2006). Adapun komposisi pakan tinggi lemak yang
digunakan adalah: kuning telur sebanyak 1,5% (15g/kg ransum), lemak sapi 10%
(100g/kg ransum), otak sapi 0,5 % (5 g /kg ransum), minyak kelapa 1 % (10 g /kg
ransum) dan ransum T79-4 sebanyak 85 % (850 g/kg ransum). Semua bahan
tersebut dicampur secara homogen.
Persiapan hewan percobaan
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jenis kelamin jantan
yang berumur 3 - 4 bulan sebanyak 9 ekor dengan bobot badan antara 180 -
200 g yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara-
Medan. Kandang yang ditempati masing-masing kelompok tikus berukuran 30
x 40 x 30 cm3, yang diperlengkapi dengan tempat air minum dan ransum.
Alat bantu lainnya seperti: tempat tikus putih pada waktu pengambilan darah
dan penimbangan, timbangan tikus putih, perlengkapan pengambilan darah
serta wadah penyimpannya. Pakan yang diberikan pada tikus selama adaptasi
adalah ransum ikan lele jenis T79-4 yang diproduksi oleh PT. CENTRAL
PROTEINA PRIMA MEDAN. Ransum jenis ini juga digunakan oleh
Laboratorium hewan coba sebagai pakan tikus, tempat sumber tikus
didatangkan. Komposisi pakan T79-4 yang digunakan pada pakan standar
dapat dilihat pada Tabel 1.
-
18
Tabel 1. Komposisi ransum T79-4
No. Nutrisi* Jumlah*
1
2
3
4
5
6
Kadar Air (g)
Kadar Abu (g)
Lemak (g)
Protein (g)
Serat kasar (g)
Karbohidrat (g)
12 %
12 %
6 %
16 %
8 %
46 %
Ditentukan dari ransum yang digunakan
Adaptasi hewan coba
Selama satu minggu masa adaptasi semua atau Sembilan ekor tikus
ditempatkan dalam satu kandang, diberi ransum dan minum secara ad libitum.
Sebelum ditempatkan pada masing-masing kandang tikus ditimbang beratnya
untuk gambaran awal berat badan tikus sebelum dilakukan pengelompokkan
pada perlakuan. Selama periode adaptasi semua tikus diamati satu persatu
terhadap kebiasaan makan, kondisi kesehatan dan faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi keadaan tikus sehingga dapat dikendalikan pada pengujian
selanjutnya.
Pemberian pakan tinggi lemak dan ekstrak tomat pada tikus putih
Selanjutnya sebanyak 9 ekor tikus dibagi secara acak menjadi 3
-
19
kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ekor. Adapun
masing-masing kelompok tikus diperlakukan sebagai berikut:
Kelompok 1 sebagai kontrol negatif (KN) yaitu tikus yang diberi pakan
standar selama 60 hari,
Kelompok 2 sebagai kontrol positif (KP) yaitu tikus yang diberi pakan
tinggi lemak selama 60 hari.
Kelompok 3 sebagai perlakuan (PT) yaitu tikus yang diberi pakan tinggi
lemak dan ekstrak buah tomat 80 mg/kgbb/hari selama 60 hari
Pemberian ekstrak tomat dilakukan setiap hari secara oral dengan
menggunakan spuit insulin dengan jarum yang telah dimodifikasi dengan volume
0,5 ml/ekor selama 60 hari. Selama penelitian tikus-tikus perlakuan diberi
pakan tinggi lemak secara ad libitum. Demikian juga air minum, selalu tersedia
dalam tempat air minum, karena prinsipnya air minum diberikan secara ad
libitum.
Pengambilan sampel darah dan pengukuran kadar testosteron
Sebelum dilakukan pengambilan darah, tikus terlebih dahulu dipuasakan
selama 10-12 jam (tikus tidak diberikan makanan, tetapi hanya diberikan air saja).
Peneliti mengukur kadar kolesterol total dengan mengambil darah tikus putih
melalui vena orbitalis menggunakan tabung mikrokapiler sebanyak 1,5 ml tiap
ekor. Kemudian darah yang telah diperoleh disentrifuse dengan kecepatan 3000
rpm selama 5 menit. Serum diambil sebanyak 250 l dan dimasukkan ke dalam
-
20
tabung reaksi ukuran 3 ml, dan dibekukan pada suhu -4 0C. Pemeriksaan kadar
testosteron dilakukan dengan menggunakan metode ELISA.
Analisis Data
Data dari kadar hormon testosteron hasil penelitian yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) satu arah. Bila
terdapat untuk membandingkan antara masing-masing kelompok. Untuk
perbedaan maka data selanjutnya diuji dengan menggunakan uji berganda Duncan
untuk melihat perbedaan antar perlakuan (Steel dan Torrie, 1990).
-
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pemeriksaan kadar hormon testosteron serum darah tikus putih
setelah perlakuan ekstrak tomat dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata ( SD) kadar hormon testosteron serum darah tikus putih
Perlakuan Ulangan Kadar Testoteron (ng/dl)
KN 3 2,11 1,68 a
KP 3 0,67 0,26 a
PT 3 1,20 0,35 a
Superskrip huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada
perbedaan yang nyata (p>0,05)
Berdasarkan Tabel 2 diatas terlihat bahwa rata-rata kadar hormon
testosteron serum darah tikus putih strain Wistar pada kelompok kontrol (KN)
adalah 2,11 1,68 ng/dl, pada kelompok perlakuan pakan tinggi lemak (KP)
menurun menjadi 0,67 0,26 ng/dl, kemudian mengalami peningkatan kembali
pada kelompok perlakuan pakan tinggi lemak dan ekstrak tomat (PT) yaitu 1,20
0,35 ng/dl. Hasil analisis statistik menggunakan analisis varian (ANAVA) satu
arah terhadap kadar hormon testosteron memperlihatkan tidak ada perbedaan
yang nyata (P>0,05) diantara kelompok kontrol dengan perlakuan pada lampiran
1. Hasil ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak tomat 80 mg/kgbb pada tikus
putih yang diberi pakan tinggi lemak tidak berpengaruh secara nyata terhadap
kadar testosteron serum darah tikus putih.
-
22
Meskipun secara statistik tidak memperlihatkan perbedaan yang bermakna
namun ada suatu kecendrungan bahwa pemberian pakan tinggi lemak dapat
menurunkan kadar hormon testosteron serum darah tikus putih. Hal ini sesuai
dengan dilaporkan oleh Yamamoto dkk. (1999) yang menemukan ada penurunan
kadar hormon testosteron dalam serum dan plasma semen tikus putih yang diberi
pakan tinggi lemak. Penurunan hormon testosteron serum darah tikus putih pada
kelompok perlakuan pemberian pakan tinggi lemak (KP) pada penelitian ini
kemungkinan disebabkan karena pakan tinggi lemak dapat meningkatkan
produksi senyawa oksigen reaktif dalam tubuh. Hasil ini juga sejalan dengan
hasil penelitian Bashandy (2006) yang menemukan adanya peningkatan senyawa
oksigen reaktif secara sangat signifikan dengan ditandai oleh meningkatnya
peroksidasi lipid pada darah tikus yang diberi pakan tinggi lemak. Hasil yang
hampir sama juga dilaporkan oleh Giri (2008) bahwa tikus Sprague Dawley yang
diinduksi hiperlipidemia dengan pemberian pakan kaya kolesterol dan
propiltiourasil (PTU) selama 13 minggu mengalami peningkatan konsentrasi lipid
peroksida dalam darah sebesar 371.75%.
Tingginya konsentrasi senyawa oksigen reaktif akibat hiperlipidemia
menyebabkan gangguan fungsi jalur hipofise-pituitari-gonad dan degenerasi sel
gonad disertai pula terjadinya gangguan perkembangan dan fungsi sel leydig
(Yamamoto dkk., 1999) Gangguan perkembangan dan fungsi sel-sel leydig
mengakibatkan proses sintesis hormon testosteron mengalami penurunan (Hafez,
2004) yang selanjutnya produksi hormon testosteron rendah (Feng, 2005).
Hiperlipidemia juga dapat menyebabkan penurunanan aktivitas enzim 17-
-
23
hydroxysteroid dehydrogenase (Sulcova dkk., 2010) dan enzim aktivitas enzim
antioksidan Superokside dismutase (SOD), Catalase, GSH dan, glutatione
peroxidase (Sulistyowati, 2006).
Pada kelompok perlakuan pemberian pakan tinggi lemak dan ekstrak
tomat (PT) juga terjadi penurunan kadar hormon testosteron, namun penurunan
kadar hormon testosteron tidak serendah pada perlakuan yang diberi pakan tinggi
lemak saja (KP). Hasil ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak tomat
berpotensi untuk mencegah penurunan kadar hormon testoteron tikus yang diberi
pakan tinggi lemak. Terjadinya hambatan penurunan kadar hormon testosteron ini
kemungkinan disebabkan oleh pengaruh kandungan bahan aktif dalam ekstrak
tomat seperti vitamin C, vitamin E, flovanol dan likopen yang bersifat sebagai
antioksidan (Sumardiono dkk., 2009).
Adanya kandungan zat-zat antioksidan pada ekstrak tomat akan meredam
aktivitas senyawa radikal bebas atau ROS, sehingga akan menghambat terjadinya
peroksidasi lipid dan kerusakan pada sel-sel interstitial testes terutama sel-sel
Leydig. Likopen merupakan pigmen karotenoid yang bersifat sebagai antioksidan
yang kemampuan mengikat oksidan tunggal dua kali lebih tinggi daripada
karoten dan sepuluh kali lebih tinggi daripada tokoferol (Sumardiono dkk.,
2009).
Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Mohamed dkk. (2010) bahwa
pemberian jus tomat dan wortel pada tikus yang menderita hyperlipidemia selama
14 hari berturut-turut dapat memperbaiki sel-sel Leydig disertai peningkatan kadar
hormon testosteron dalam plasma darah secara nyata. Selain berfungsi sebagai
-
24
antioksidan, ekstrak tomat kemungkinan juga dapat memperbaiki sel-sel Leydig
testis tikus putih setelah pemberian pakan tinggi lemak dengan cara melindungi
otak dan cairan otak melawan radikal bebas yang mungkin ditimbulkan oleh
kolesterol sehingga reaksi berantai akan terhenti sehingga sistem saraf pusat akan
terlindungi dari kerusakan dan kelenjar hipofisis akan memproduksi hormon-
hormon seperti FSH dan LH dengan normal (Wulandari, 2009).
Menurut Guyton (2007) secara garis besar aktifitas sel Leydig testis dalam
kaitannya dengan proses steroidogenesis dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal antara lain temperatur tubuh, lokasi testis dan
kontrol hipofisis. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah rangsang psikis,
dan perubahan-perubahan lingkungan seperti temperatur lingkungan, makanan,
dan zat-zat kimia tertentu. Dalam hal ini zat kimia yang mempengaruhinya yaitu
kolesterol yang tinggi dalam pakan yang diberikan. Meningkatnya kolesterol
dalam darah akan memicu meningkatnya senyawa oksigen reaktif dalam tubuh,
hal ini akan mempengaruhi kerja sistem saraf pusat dengan cara menghambat
kerja GnRH sehingga pembentukan LH terhambat. Dengan terhambatnya
pembentukan LH maka sekresi hormon testosteron berjalan tidak normal (Hafez,
2004).
-
25
PENUTUP
Kesimpulan
Pemberian ekstrak tomat tidak berpengaruh terhadap kadar hormon
testosteron. Namun ada suatu kecendrungan pemberian ekstrak tomat dapat
menghambat penurunan kadar hormon testosteron pada tikus yang diberi pakan
tinggi lemak.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak tomat
terhadap kualitas spermatozoa dan hubungannya dengan kadar testosteron serum
darah pada tikus yang diberi pakan tinggi lemak.
-
26
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, A. and S.A. Prabakaran. 2005. Oxidative stress and antioxidants in male
infertility: a difficult balance. Iranian J. Rep. Med. 3: 1-8.
Agarwal, S. dan A.V. Rao. 2000. Role Of Antioxydant Lycopene In Cancer and
Heart Diseases. Journal of the American College of Nutrition, 19 (5) : 563-
569.
Almatsier, S. 2004. Penuntutan Diet edisi baru. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Arab, L. and S. Steck. 2000. Lycopene and cardiovascular disease. Am. J. Clin.
Nutr. 71.
Bardin, C.W., C.Y. Cheng, N.A. Musto, and G.L. Gunsalus. 1988. The Sertoli
Cell.
Bashandy, A.E.S. 2006. Effect of fixed oil Nigella sativa on male fertility in
normal and hyperlipidemic rats. Intl. J. Pharmacol. 2(1) : 104-109.
Bashandy, A.E.S. 2007. Effect of fixed oil Nigella sativa on male fertility in
normal and hyperlipidemic rats. Int. J. Pharmacol. 3: 27-33.
Behre, H.M. and B. Martin. 2003. Primary Testicular Failure. http://www.
endotext.com. 10-05-2012.
Bendigh, A. 1990. Antioxidant Micron utrient and Immune Responses. In:
Micronutrients and Immune Functions. New York Academy of Sciences.
Campbell, J.K., K.C. Adams., B.L. Lindshield., T.W. Boileau., S.K. Clinton., and
J.W. Erdman. 2004. Tomato phytochemicals and prostate cancer risk. Am
J. Nutr. 134: 3486-92.
Clinton, S.K. 1998. Lycopene: chemistry, biology, and implications for human
health and disease. J. Nutr. Rev. 56:35-51.
Dalimartha, S. 2003. Atlas Tanaman Obat Indonesia Jilid 3. Trubus Agriwidya,
Jakarta.
Diana, I. 2006. Pengaruh Pemberian Jus Buah Tomat (Lycopersicum Esculentum)
Terhadap Motilitas Spermatozoa Mencit Balb/C Jantan Yang Diberi
Paparan Asap Rokok. Skripsi. Fakultas kedokteran. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Di Mascio, P., S. Kaiser, and H. Sies. 1989. Lycopene as the most efficient
biological carotenoid singlet oxygen quencher. Archives of Biochemistry
and Biophysics. 274(2): 532-538.
Feng, Y., Z. Yefei, C. Xiuying, S. Jiahao, F. Leming, and C. Qi. 2005. Effects of
diet-induced hypercholesterolemia on testosterone-regulated protein
expression in mice liver. Journal of Nanoscience and Nanotechnology. 5:
14. Giri, L.N. 2008. Potensi Antioksidan Daun Salam: Kajian In Vivo Pada Tikus
Hiperkolesterolemia dan Hiperglikemia. Skripsi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Greenspan, B. 1998. Endokrinologi Dasar dan Klinik. EGC, Jakarta.
Grierson, D. and A.A. Kader. 1986. Fruit Ripening and Quality. In: Atherton, J.G.
and J. Rudich (eds.) The Tomato Crop. Chapman & Hall. New York.
Guyton, A.C. dan J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.
-
27
Hadley, M.E. 1992. Endocrinology. Englewood Cliffs, New Jersey.
Hafez, E.S.E. 2004. Reproduction and breeding techniques for laboratory
animals. Lea and Febinger, Philaddelphia.
Halliwell, B. and J.M.C. Gutteridge. 1999. Free Radicals in Biology and
Medicine. Oxford University Press, Oxford.
Hariyadi, P. 2011. Mutu Buah dan Sayuran. http:www.foodreview.biz/login/
preview.php?view&id=5573. Diakses 10 Februari 2011.
Haytowitz. 2002. Flavonoid content vegetables. Agric. Res. Serv. 15:339-348.
Iswari, R.S. 2009. Perbaikan Fraksi Lipid Serum Tikus Putih Hiperkolesterolemi
Setelah Pemberian Jus dari Berbagai Olahan Tomat. Skripsi. Jurusan
Biologi Fakultas MIPA. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Muchtar, A. 2008. Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap Kadar LDL Tikus
Putih. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Mohamed, D.A., T.E. Hamed, and S.Y. Al-Okbi. 2010. Reduction in
hypercholesterolemia and risk of cardiovascular diseases by mixtures of
plant food extracts: a study on plasma lipid profile, oxidative stress and
testosterone in rats. Grasas Y Aceites. 61(4):378-389.
Murray, R.K., D.K. Granner, P.A. Mayes, V.W. Rodwell, A.P. Bani, dan T.M.N.
Sikumbang. 2003. Biokimia Harper. EGC, Jakarta.
Musaddad, D. dan N. Hartuti. 2003. Produk Olahan Tomat, Seri Agribisnis,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Montgomery, R., T.W. Conway, dan A.A. Spector. 1990. Biochemistry: A Case
Oriented Approach. St Louis. Mosby.
Panjaitan, I. 1990. Heterosis dan Daya Gabung pada Tanaman Tomat. Tesis.
Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reprouksi Hewan. Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
Purwati, E. 2007. Perbaikan mutu tomat varietas Kaliurang. Jurnal Agrivigor.
3:270-275.
Rao, A.V. and S. Agarwal. 2000. Role of antioxidant lycopene in cancer and heart
disease. J. Am. Coll. Nutr. 19(5):3-9.
Rukmana, R. 1994. Tomat dan Cherry. Kanisius, Yogyakarta.
Ross, M.H. and E.J. Reith. 1985. Histology, A Text and Atlas. Prentice Hall. Inc,
New York.
Sargowo, D. 1999. Peran radikal bebas dalam patogenesa aterosklerosis. Jurnal
Kardiologi Indonesia. 22(3).
Sargowo, D. 1997. Peran radikal bebas dalam patogenesa aterogenik. Makalah
Seminar dan Loka karya Radikal Bebas dan Patogenesis Penyakit.
Saryono. 2008. Biokimia Reproduksi, Untuk Kebidanan, Keperawatan,
Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat (Kespro). Mitra Cendekia Press,
Yogyakarta.
Schenck, B. And F. Neumann . 1978. Influence of Antiandrogens on Sertoli Cell
Function and Intratesticular Androgen Transport. International Journal of
Andrology. Juni. p. 459-470.
-
28
Sherwood, L. 1995. Human Physiology from Cells to Systems. West Publishing
Company, San Fransisco.
Shimamoto, K. and N. Sofikitis. 1998. Effect of Hypercholesterolaemia on
Testicular Function and Sperm Physiology. Tottori University Press,
Yonago.
Sulcova, J., T. Stulc, M. Hill, R. Hampl, Z. Masek, K. Vondra, and R. Ceska.
2010. Decrease in serum dehydroepiandrosterone level after fenofibrate
treatment in males with hyperlipidemia. Physiol. Res. 54:151-157.
Sulistyowati, Y. 2006. Pengaruh Pemberian Likopen Terhadap Status
Antioksidan (Vitamin C, Vitamin E dan Gluthathion Peroksidase) Tikus
(Rattus Norvegicus Galur Sprague Dawley) Hiperkolesterolemik. Tesis.
Universitas Diponegoro.
Sumardiono, S., M. Basri, P. Sihombing, dan Rony. 2009. Analisis Sifat-Sifat
Psiko-Kimia Buah Tomat (Lycopersicum Esculentum) Jenis Tomat Apel,
Guna Peningkatan Nilai Fungsi Buah Tomat Sebagai Komoditi Pangan
Lokal. Prosiding Seminar Tugas Akhir S1. Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Proyek Pengembangan Guru
Sekolah Menengah Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan, Jakarta.
Steel, R.G.D. and J. Torie. 1990. Prinsip dan Prosedur Satistika Suatu
Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tanaka, M.S. Nakaya, T. Kumai, M. Watanabe, N. Matsumoto, and S. Kobayashi.
2001. Impaired testicular function in rats with diet induced
hypercholesterolemia and or streptozotocin induced diabetes mellitus.
Endocrinal. Res. 27:109-117.
Tuner, C.D. dan J.T. Bagnara . 1988. Endokrinologi Umum. (Diterjemahkan oleh:
Drs. Harjoso). Airlangga press, Yogyakarta.
Turner, R.A. dan H. Peter. 1971. Screening Methods In Pharmacology. Academic
Press. New York.
Wilson, J.D. 1996. Androgens. In Goodman and Gilmans The Pharmacological Basis of Therapeutics. International Edition.
Wirakusumah, S. 2006. Jus Buah dan Sayuran. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Wiryanta, B. 2002. Bertanam Tomat. Agro Medisia Pustaka, Jakarta.
Wulandari, A.S. 2009. Pengaruh Tomat (lycopersicum esculentum) Terhadap
Spermatogenesis dan Kualitas Spermatozoa Tikus Putih (Rattus
Norvegicus) Pasca Pemberian Nikotin. Skripsi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Yamamoto, Y., K. Shimamoto, N. Sofikitis and I. Miyagaula. 1999. Effect of
hypercholesterolaemia on Leydig and Sertoli cell secretory function in the
overall sperm fertilization capacity in the rabbit. Human Reprod. 14:1516-
1521.
Zaneveld, L.J.D. and R.T. Chatterton. 1982. Biochemistry of Mammalian
Reproduction. A Wiley Interscience Publication. New York.
Zulfa, I. 2006. Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Lycopersicum esculentum)
Terhadap Morfologi Spermatozoa Mencit Strain Balb/C Jantan yang
-
29
Dipapar Asap Rokok. Tesis. Fakultas Kedokteran. Universitas
Diponegoro, Semarang.
-
30
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis varian satu arah kadar hormon testosteron serum darah tikus
putih kontrol, setelah perlakuan pakan tinggi lemak dan ekstrak tomat
Ulangan
Perlakuan
KN KP PT
1 0.519 0.564 1.189
2 1.947 0.975 1.551
3 3.876 0.481 0.859
Jumlah 6.342 2.02 3.599
rata-rata 2.11 0.67 1.20
SD 1.68 0.26 0.35
Jumlah Perlakuan (t) = 3
Jumlah Ulangan (r) = 3
Db ( r x t) 1 = 8
1. FK =
rt
..y2
=
33
143,065
= 15,90
2. JKPerlakuan = FKr
yyy
2
.3
2
.2
2
.1
=
3
599,32,026,342 222 15,90
= 19,08 15,90 = 3,19
3. JKTotal = FKYin
1i
2
90,15599,3.....975,0564,0687,3947,10,519 222222
= 25.141 15,90 = 9,24
4. JKGalat = JKTotal JKPerlakuan
= 9,24 3,19 = 6,06
-
31
5. KTPerlakuan = 1t
nJKPerlakua
= 2
3,19= 1,59
6. KTGalat = 1rt
JKGalat
= 6
6,06= 1,01
7. Fh = KTGalat
nKTPerlakua
= 1,01
1,59= 1,58
Analisis varian
Sumber
varian
Db JK KT Fhit F table
5% 1%
Perlakuan 2 3,189 1,59 1,58 tn
5,14 10,42
Galat 6 6,056 1,01
Total 8 9,245 tn
menyatakan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf =0,05
-
32
BIODATA
Nama : Rovindo Edi Viktor
Tempat/Tanggal Lahir : Solok / 25 Maret 1992
Nomor Induk Mahasiswa : 1002101010169
Agama : Islam
Alamat/No. telp : Limpok / 085271100417
Nama Orang Tua
Ayah : Suardi
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu : Susriyati
Pekerjaan : PNS
Alamat Orang Tua : Parak Gadang Jorong BT. Palano
Selayo.Kec.Kubung Kab.Solok
Pendidikan Yang ditempuh : 1. SDN 14 Selayo tamat tahun 2004
2. SMP N 6 Kota Solok tamat tahun 2007
3. SMA Negeri 1 Kota Solok tamat tahun 2010
4. FKH Unsyiah Banda Aceh sejak tahun 2010
Karya tulis : Pengaruh pemberian ekstrak tomat (Lycopersicum
esculentum) terhadap hormon testosteron serum
tikus putih (Rattus novergicus) yang diberi pakan
tinggi lemak
1. cover luar.pdf (p.1-2)2. cover dalam.pdf (p.3)3. pengesahan.pdf (p.4)4. KATA PENGANTAR dengan al terakhir.pdf (p.5-6)5. DAFTAR ISI Victor.pdf (p.7-10)6. abstrak bahasa inggris.pdf (p.11)7. ABSTRAK-BAHASA INDO.pdf (p.12)8. BAB I. LATAR BELAKANG.pdf (p.13-15)9. BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf (p.16-25)10. BAB III. material DAN METODE.pdf (p.26-32)11. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.pdf (p.33-36)12. BAB V. penutup.pdf (p.37)13. DAFTAR PUSTAKA.pdf (p.38-41)14. LAMPIRAN-2 ANALISIS STATISTIK.pdf (p.42-43)15. BIODATA viktor.pdf (p.44)