pengaruh ekstrak tomat terhadap hormon testosteron.pdf

Upload: putrachaniago

Post on 09-Jan-2016

127 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TOMAT (Lycopersicum

    esculentum) TERHADAP KADAR TESTOSTERON SERUM

    TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) YANG DIBERI PAKAN

    TINGGI LEMAK

    ROVINDO EDI VIKTOR

    NIM. 1002101010169

    FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

    UNIVERSITAS SYIAH KUALA

    BANDA ACEH

    2014

  • PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TOMAT(Lycopersicum

    esculentum) TERHADAP KADAR TESTOSTERON SERUM

    TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) YANG DIBERI PAKAN

    TINGGI LEMAK

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi

    sebahagian persyaratan mencapai gelar

    Sarjana Kedokteran Hewan

    ROVINDO EDI VIKTOR

    NIM. 1002101010169

    FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

    UNIVERSITAS SYIAH KUALA

    BANDA ACEH

    2014

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan nikmat dan rahmat-Nya kepada penulis dalam meyelesaikan skripsi

    ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan. Shalawat

    dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah

    membimbing manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu

    pengetahuan.

    Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima

    kasih kepada Dr. drh Dasrul, M.Si, dan drh. Mulyadi Adam, M.Sc selaku dosen

    pembimbing penelitian yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga

    memberikan bimbingan hingga penulisan skripsi ini selesai. Rasa hormat dan

    terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. drh. Razali, M.Si selaku dosen

    wali yang telah memberikan dorongan semangat serta arahan sejak pertama

    menempuh pendidikan hingga selesai, drh. Rusli, MS dan drh. Muttaqien, M.Sc

    selaku dosen penguji. Semoga segala jerih payah tersebut menjadi amal jariyah

    bagi beliau dan dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dimasa

    mendatang.

    Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. drh. Muhammad

    Hambal, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, dan

    kepada drh. T. Armansyah TR., M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan

    Dokter Hewan, selanjutnya kepada seluruh staf pengajar, beserta staf administrasi

    yang telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di fakultas ini.

  • v

    Rasa cinta, bangga dan teristimewa untuk keluarga tercinta penulis kepada

    ayahanda Suardi dan ibunda Susriyati serta kakak-adik saya Rise Hidayati

    Viktres, Sudito Edi Viktor, Hilma Hidayati Viktres beserta seluruh anggota

    keluarga yang saya sayangi yang telah memberikan motivasi dan dorongan baik

    moril maupun materil sehingga penulis mampu meyelesaikan studi ini.

    Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

    serta bantuan moril. Ucapan terima kasih kepada, Wahyudi Fernanda Nuskal,

    Alkhalidri Murfi, S.KH, Anhariadi Rahman, Afrio Arisman, S.KH, Isra Hadi,

    S.KH, Andre Afriadi Rahman, S.KH, Walfa Hidayat, Fadly Marjhoni, Rahmadi,

    Raja Manggara, S.KH teman-teman Angkatan 2010, senior/junior di FKH

    Unsyiah serta keluarga besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang (IPMM) Aceh

    yang tidak tertuliskan namanya satu per satu, yang telah memberikandoa,

    semangat dan motivasi.

    Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan demi

    kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, akhirnya kepada

    Allah SWT jualah kita meminta petunjuk, mudah-mudahan kita semua mendapat

    lindungan dan petunjuk-Nya. Amin Yaa Rabbal Alamin.

    Banda Aceh,17 Juli 2014

    Penulis

  • vi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR iv

    DAFTAR ISI vi

    DAFTAR GAMBAR viii

    DAFTAR TABEL ix

    ABSTRAK x

    ABSTRACT xi

    BAB I PENDAHULUAN 1

    Latar Belakang 1

    Tujuan Penelitian 3

    Hipotesis Penelitian 3

    Manfaat Penelitian 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

    Hiperlipidemia 4

    Infertilitas pada Hiperlipidemia 5

    Tomat 6

    Kandungan Buah Tomat 8

    Komponen Zat Aktif Buah Tomat 8

    Sistem Reproduksi Tikus Jantan 10

    Hormon Testosteron 12

    BAB III MATERIAL DAN METODE PENELITIAN 14

    Tempat dan Waktu Penelitian 14

    Alat dan Bahan Penelitian 14

    Metode Penelitian 15

    Prosedur Penelitian 16

    Analisis Data 20

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21

    BAB V PENUTUP 25

    Kesimpulan 25

    Saran 25

    DAFTAR PUSTAKA 26

  • vii

    LAMPIRAN 30

    BIODATA 32

  • viii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    1. Sistem reproduksi tikus 10

    2. Testis tikus 11

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    1. Komposisi ransum T79-4 18

    2. Rata-Rata ( SD) kadar hormon testosteron serum darah tikus putih 21

  • xi

    Effects Tomato Extract (Lycopersicum esculentum) on Level Testosterone Serum of

    White Rat (Rattus novergicus)

    That Given High Fat Fed

    ABSTRACT

    The aim of this stydy was determine the effect of tomato extract (Lycopersicum

    esculentum) on level of testosterone serum of white rat (rattus novergicus) that given

    high fat fed. This stydy was an experimental study with a completely randomized design

    (CRD) with three groups of treatment. Group one, as negative control, were given

    standard meal, group two,as a positive control, were given high fat and non extract of

    tomato. Group three were given high fat and extract tomato 80mg/kg BW. Each Group

    of treatment was conducted for 60 day with three replications. Testosterone serum

    contents were observed by enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) method. Data

    were analyzed by one way of analysis of variance (ANOVA).The Results of study

    indicate that level of testosterone of rat serum were 2.11 1.68 ng/dl, 0.67 0.26

    ng/dl and 1.20 0.35ng/dl for group I, group II, and group III respectively. It was

    concluded that tomato extract does not affect level testosterone serum of rat that given

    high fat fed.

  • x

    PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TOMAT (Lycopersicum esculentum)

    TERHADAP KADAR TESTOSTERON SERUM TIKUS PUTIH

    (Rattus novergicus) YANG DIBERI PAKAN TINGGI LEMAK

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tomat

    (Lycopesicum esculentum) terhadap kadar hormon testosteron tikus putih (Rattus

    norvegicus) yang diberi pakan tinggi lemak. Penelitian ini merupakan penelitian

    experimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan III kelompok

    perlakuan. Kelompok I sebagai kontrol negatif (KN) yaitu tikus yang diberi pakan

    standar, Kelompok II sebagai kontrol positif (KP) yaitu tikus yang diberi pakan tinggi

    lemak tanpa diberi ekstrak tomat. Kelompok III sebagai perlakuan (PT) yaitu tikus yang

    diberi pakan tinggi lemak dan 80 mg/1Kg BB ekstrak tomat setiap hari selama 60 hari.

    Setiap kelompok perlakuan diulangi sebanyak III kali ulangan. Kadar testosteron serum

    diamati dengan menggunakan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA).

    Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian (ANAVA) satu arah, bila terdapat

    perbedaan, data selanjutnya diuji dengan uji berganda Duncant. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa kadar testosteron serum tikus tikus kontrol adalah 2,11 1,68

    ng/dl tidak berbeda secara nyata (P>0,05 dibandingkan dengan tikus yang diberi pakan

    tinggi lemak (0,67 0,26 ng/dl) dan tikus yang diberi pakan tinggi lemak dan ekstrak

    tomat (1,20 0,35 ng/dl). Penelitian ini dapat disimpulkan pemberian ekstrak tomat

    tidak dapat meningkatkan secara nyata kadar testosteron serum darah tikus putih yang

    diberi pakan tinggi lemak.

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Infertilitas masih menjadi permasalahan bagi 15 % dari pasangan suami

    istri. Faktor infertilitas pria memegang peranan 50% dari keseluruhan kasus

    (Agarwal, dan Prabakaran, 2005), dan dari kausa tersebut, dinyatakan bahwa 5 %

    disebabkan oleh kualitas spermatozoa yang tidak baik. Salah satu kondisi yang

    dapat menyebabkan penurunnya kualitas spermatozoa adalah hiperlipidemia

    (Shimamoto dan Sofikitis, 1998; Bashandy, 2007).

    Kecenderungan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol

    berisiko menyebabkan peningkatan kadar lipid dalam darah yang kita kenal

    dengan istilah hiperlipidemia. Gambaran yang paling sering didapatkan berupa

    peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida dan Low Density Lipoprotein

    (LDL) serta penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL) (Murray dkk.,

    2003; Almatsier, 2004).

    Pada tikus hiperlipidemia, terjadi pula penurunan kadar testosteron plasma

    secara signifikan (Yamamoto dkk., 1999; Feng dkk., 2005; Bashandy, 2007).

    Penurunan ini terjadi akibat terjadnya degenerasi sel Leydig atau karena

    penurunan kadar Luteinizing Hormon (LH) (Tanaka dkk., 2001) dan aktivitas

    testikular dari 17 hidroksisteroid dehidrogenase (Sulcova dkk., 2005). Faktor

    utama yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas spermatozoa pada

    penderita hiperlipidemia adalah akibat peningkatan produksi senyawa oksigen

  • 2

    reaktif (reactive oxygen species/ROS) (Sargowo, 1999; Giri, 2008) dan yang

    memacu timbulnya stres oksidatif pada jaringan testis (Agarwal, dan Prabakaran,

    2005). Hal ini terjadi karena kemampuan pertahanan tubuh melalui sistem

    antioksidan berkurang, sehingga dibutuhkan suplai antioksidan dari luar tubuh

    yang dapat ditemukan pada sayuran dan buah-buahan.

    Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan salah satu sayuran kaya

    akan serat kasar, protein, karbohidrat dan antioksidan seperti vitamin E, vitamin

    C, flavonoid dan likopen yang penting untuk kesehatan (Sumardiono dkk., 2009).

    Selain sebagai sayuran tomat juga banyak dimanfaatkan masyarakat untuk

    mengobati beberapa penyakit antara lain sebagai antiradang, anti kanker terutama

    kanker prostat (Campbell dkk., 2004), hipertensi dan penyakit jantung koroner

    (Agarwal, 2005 dan Rao, 2000), menurunkan kadar kolesterol, trigliserida, LDL

    yang tinggi dan meningkatkan kadar HDL di dalam darah (Muchtar, 2008 dan

    Iswari, 2009), menurunkan kadar LDL dan kolesterol yang tinggi dalam darah

    (Iswari, 2009). Tomat juga banyak digunakan untuk meningkatkan kualitas

    spermatozoa (Zulfa, 2006 dan Diana, 2006). Hasil penelitian Diana (2006)

    membuktikan bahwa pemberian jus buah tomat dapat meningkatkan secara

    signifikan kualitas spermatozoa tikus yang terpapar asap rokok.

    Salah satu faktor penting peningkatan kualitas spermatozoa adalah

    peningkatan kadar Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan testosteron dalam

    darah. FSH penting untuk mengawali spermatogenesis, namun pematangan

    spermatozoa tidak hanya memerlukan efek FSH saja, tetapi juga efek testosteron.

    Kerja utama testosteron pada spermatogenesis mungkin terjadi melalui stimulasi

  • 3

    pembentukan Androgen Binding Protein (ABP), yang memungkinkan kadar

    testosteron intratubular yang tetap tinggi (Greenspan, 1998).

    Tujuan Penelitian

    Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tomat (Lycopesicum

    esculentum) terhadap kadar hormon testosteron serum tikus putih (Rattus

    norvegicus) strain Wistar yang diberi pakan tinggi lemak.

    Hipotesis Penelitian

    Pemberian ekstrak tomat (Lycopesicum esculentum) dapat menghambat

    penurunan kadar hormon testosteron serum darah tikus putih (Rattus Norvergicus)

    strain Wistar yang diberi pakan tinggi lemak.

    Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dasar ilmiah dalam

    penggunaan ekstrak tomat untuk meningkatkan kadar testosteron darah dalam

    mengatasi infertilitas pada pria yang diakibatkan oleh hiperlipidemia. Selain itu

    juga memberikan alternatif lain untuk terapi kombinasi dalam mengatasi

    infertilitas pria yang disebabkan oleh hiperlipidemia.

  • 4

    TINJAUAN PUSTAKA

    Hiperlipidemia

    Hiperlipidemia merupakan kondisi dimana lemak dalam darah

    meningkat melebihi batas ambang normal yang ditandai dengan meningkatnya

    kadar LDL dan kolesterol total. Hiperlipidemia dapat disebabkan karena

    susunan makanan yang tidak seimbang (tinggi lemak/kolesterol), faktor

    keturunan, penyakit seperti diabetes, hipotiroid, ginjal dan hati (Montgomery

    dkk., 1990).

    Hiperlipidemia pada spesies hewan dapat dibuat dengan menambahkan

    lemak dan kolesterol dalam makanannya yang disebut sebagai induksi

    endogen. Biosintesis kolesterol secara endogen prosesnya sangat lambat.

    Penelitian pada tikus dewasa, untuk membuat hiperkolesterolemia dengan

    menambahkan 1,5 % kolesterol atau campuran lemak dan asam empedu 1,5%

    dalam makanannya. Pada air minum ditambahkan Propil Tiourasil (PTU)

    0,01% yang merupakan zat anti tiroid untuk meningkatkan kolesterol darah

    secara endogen (Turner dan Peter, 1971).

    Hiperlipidemia terbukti bisa menyebabkan peningkatan jumlah oksigen

    radikal dan lipid peroksidasi pada jaringan yang berbeda. Lipid peroksidasi adalah

    faktor penting dalam mempengaruhi perubahan bentuk spermatozoa (Bashandy,

    2007). ROS merupakan radikal bebas yang mempunyai kemampuan oksidatif

    yang cukup tinggi. Radikal bebas adalah senyawa (tidak hanya derivat oksigen)

    yang mengandung satu atau lebih elektron bebas sehingga bersifat tidak stabil.

  • 5

    Peningkatan ROS memiliki kolerasi positif dengan konsentrasi LDL pada

    pasien hiperlipidemia, namun berkolerasi negatif dengan konsentrasi HDL. Hal

    inilah yang memacu timbulnya stres oksidatif. Stres oksidatif timbul sebagai

    konsekuensi peningkatan yang berlebihan dari produksi ROS dan terganggunya

    mekanisme pertahanan oleh antioksidan (Bashandy, 2007).

    Halliwell pada tahun 1999 menyampaikan konsep radikal bebas dalam

    proses aterosklerosis, dimana lipid peroksida berupa Malondialdehida (MDA)

    merupakan produk reaksi dari radikal bebas, apabila berlebihan akan

    mengakibatkan stres oksidatif. Reaksi oksidasi ini akan terus terjadi secara

    berantai dan bereaksi terus menerus terhadap fosfolipid dari LDL. Akibat dari

    reaksi, terjadi oksidasi LDL yang akan difagosit oleh makrofag sehingga

    terbentuk sel busa dalam jumlah berlebihan. Proses fagositosis dilakukan oleh

    netrofil, monosit dan sel T limfosit menghasilkan radikal bebas superoksida yang

    akan mempercepat kerusakan sel (Sargowo,1997; Bendigh,1990).

    Infertilitas pada Hiperlipidemia

    ROS berpotensi toksik pada kualitas dan fungsi sperma. Spermatozoa

    mudah terserang oleh induksi stres oksidatif karena dalam membran plasmanya

    banyak terkandung asam lemak. Stres oksidatif berperan sebagai mediator

    kerusakan pada membran plasma, sehingga mengurangi fungsi sperma. ROS

    menginduksi lipid peroksidasi yang merupakan agen penyebab perubahan

    morfologi sperma. Stres oksidatif menginduksi kerusakan DNA yang

  • 6

    mempercepat apoptosis sel epitel germinal, sehingga menurunkan hitung jumlah

    sperma (Bashandy, 2007).

    Reduksi yang signifikan dari konsentrasi sperma dan persentase

    spermatozoa motil, pada kondisi hiperlipidemia juga berhubungan dengan

    kecacatan fungsi sekresi sel sertoli dan sel Leydig, yang membuat

    ketidaksempurnaan spermatogenesis dan maturasi spermatozoa di epididimis,

    sehingga terjadi penurunan motilitas sperma dan peningkatan abnormalitas

    morfologi sperma (Bashandy, 2007).

    Efisiensi reproduksi yang rendah pada tikus hiperlipidemia, ditandai

    dengan penurunan indeks fertilitas, berat vesikula seminalis, kadar testosteron

    plasma, motilitas sperma, dan hitung jumlah sperma, dan terjadinya peningkatan

    abnormalitas spermatozoa, sebagai efek langsung hiperlipidemia yang diakibatkan

    oleh ketidakteraturan axis hipotalamus-pituitari (FSH-LH linked mechanism) dan

    kerusakan spermatogenesis, serta peningkatan stress oksidatif. Bersamaan dengan

    itu, hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia menyebabkan peningkatan ROS

    dan kadar lipid peroksidasi di jaringan yang berasosiasi dengan penurunan efek

    antioksidan (Bashandy, 2007). Di sisi lain, spermatozoa yang abnormal juga

    memproduksi ROS, sehingga ROS dalam semen akan meningkat (Agarwal dan

    prabakaran, 2005).

    Tomat (Lycopersicum esculentum)

    Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan salah satu produk

    hortikultura yang berpotensi, menyehatkan dan mempunyai prospek pasar

  • 7

    yang cukup menjanjikan. Tomat, baik dalam bentuk segar maupun olahan,

    memiliki komposisi zat gizi yang cukup lengkap dan baik. Buah tomat

    terdiri dari 5-10% berat kering tanpa air dan 1 persen kulit dan biji. Jika

    buah tomat dikeringkan, sekitar 50% dari berat keringnya terdiri dari gula-

    gula pereduksi (terutama glukosa dan fruktosa), sisanya asam-asam organik,

    mineral, pigmen, vitamin dan lipid (Rukmana, 1994).

    Tomat yang oleh para ahli botani disebut sebagai Lycopersicum

    esculentum, Tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umurnya

    hanya untuk satu kali periode panen. Tanaman ini berbentuk perdu atau

    semak dengan panjang bisa mencapai 2 meter. Secara taksonomi, tanaman

    tomat digolongkan sebagai berikut, Kingdom plantae, subkingdom trachebionta,

    divisio magnoliophyta, kelas magnoliopsida, subkelas asteridae, ordo solanales,

    famili solanaceae, genus solanum, species solanum lycopersicum, nama binomial

    lycopersicum esculentum (Rukmana, 1994).

    Buah tomat sangat bervariasi dalam ukuran, bentuk, warna, kekerasan,

    rasa dan kandungan bahan padat. Karakter fisik buah tomat sangat mempengaruhi

    harga jual komoditas. Mutu buah tomat meliputi mutu bagian luar yang

    berpengaruh terhadap keragaan buah tomat, seperti warna, ukuran, bentuk,

    kekerasan, kesegaran, keseragaman dan ada tidaknya cacat pada buah; mutu

    bagian dalam buah, seperti jumlah biji, ketebalan daging buah dan kandungan sari

    buah; dan mutu kimiawi buah, seperti asam tertitrasi (titratable acidity), pH,

    bahan padat dapat larut (soluble solid), gula reduksi dan asam askorbat (Grierson

    & Kader, 1986; Panjaitan, 1990; Purwati, 2007; Hariyadi, 2011).

  • 8

    Kandungan Buah Tomat

    Tomat mengandung alkaloid, solanin, saponin, asam folat, asam malat,

    asam sitrat, flavonoid, protein, lemak, gula (glukosa dan fruktosa), adenin,

    trigolenin, kolin, tomatin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na, Fe, sulfur dan klorin),

    vitamin (B1 , B2, B6, C, E dan niasin) dan histamin (Dalimartha, 2003). Tomat

    juga mengandung provitamin A, asam folat, kaumarin, serat dan beta karoten

    (Arab dan Steck, 2000; Wirakusumah, 2006). Selain itu, tomat mengandung

    kelompok flavonol dan karotenoid. Kelompok flavonol seperti kaemferol,

    quercetin, myrisetin dan isohamnetin, sedangkan kelompok karotenoid seperti

    likopen (25-76 %), fitoeten (10-12%), -karoten (10-11%), neurosporen (7-9%),

    fitofluen (4-5%), -karoten (1-2%) dan sedikit lutein (Clinton, 1998; Haytowitz,

    2002).

    Buah tomat kaya akan antioksidan, diantaranya vitamin C, vitamin E dan

    likopen. Dalam 180 gram buah tomat matang, vitamin C yang terkandung sekitar

    34,38 mg dan vitamin E mencapai 0,68 mg. Kadar likopen yang terkandung

    dalam tomat segar berkisar antara 3,1 7,7 mg/100 gram. Kandungan likopen

    dalam tomat yang cukup tinggi dapat diekstrak untuk produk produk kesehatan

    atau kosmetik mengingat kekuatan likopen setara dengan 100 kali kekuatan

    vitamin E dalam menanggulangi radikal bebas (Di Mascio dkk., 1989).

    Komponen Zat Aktif Buah Tomat

    Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan salah satu sayuran yang

    banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam buah tomat terkandung gizi gizi

  • 9

    yang penting bagi tubuh seperti karbohidrat, protein, mineral dan berbagai

    macam vitamin yang penting bagi kesehatan tubuh (Di Mascio dkk., 1989). Selain

    itu tomat juga mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder

    yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang farmasi, maupun kesehatan

    (Sumardiono dkk., 2009). Beberapa senyawa metabolit sekunder yang telah

    berhasil diisolasi dari buah tomat adalah senyawa golongan karatinoid, flavonoid,

    alkaloid, solanin, saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, adenin, trigolenin,

    kolin, tomatin, dan histamin (Dalimartha, 2003), koumarin, serat dan beta karoten

    (Arab dan Steck, 2000; Wirakusumah, 2006). Hasil furifikasi yang dilakukan

    Haytowitz (2002), tomat mengandung karotenoid seperti likopen (25-76 %),

    fitoeten (10-12%), -karoten (10-11%), neurosporen (7-9%), fitofluen (4-5%), -

    karoten (1-2%) dan sedikit lutein (Clinton, 1998; Haytowitz, 2002).

    Likopen merupakan karotenoid utama yang terdapat di dalam tomat.

    Likopen juga merupakan karotenoid utama di dalam serum dan jaringan tubuh

    manusia. Tidak seperti karotenoid lain, likopen tidak mempunyai aktifitas

    provitamin A. Selain itu likopen mempunyai aktifitas sebagai antioksidan dan

    sebagai imunomodulator bagi tubuh. Likopen sebagai antioksidan mempunyai

    kemampuan untuk melawan kerusakan sel-sel tubuh akibat radikal bebas di dalam

    aliran darah dengan mengurangi efek toksik dari ROS, sehingga diasosiasikan

    dengan penurunan resiko terjadinya berbagai macam penyakit, seperti kanker,

    penyakit kardiovaskuler, penyakit neurodegeneratif dan aging. Penurunan resiko

    terhadap berbagai macam penyakit tersebut juga menimbulkan dugaan adanya

    peranan likopen di dalam sistem imun, yaitu sebagai suatu immunomodulator

  • 10

    (Clinton, 1998; Rao dan agarwal, 2000). Penurunan resiko terhadap berbagai

    macam penyakit tersebut juga menimbulkan dugaan adanya peranan likopen di

    dalam sistem imun, yaitu sebagai suatu immunomodulator (Agarwal dkk., 2000).

    Sistem Reproduksi Tikus Jantan

    Menurut Behre dan Martin (2003), testis merupakan suatu kelenjar

    endokrin, karena memproduksi testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig yang

    berpengaruh pada sifat-sifat jantan dan berperan dalam spermatogenesis. Sistem

    reproduksi tikus jantan ditunjukkan oleh Gambar 1.

    Gambar 1. Sistem reproduksi tikus (Campbell dkk., 2004)

    Soewolo (2000), menjelaskan bahwa di dalam testis tikus terdiri dari

    tubulus seminiferus dan jaringan stroma. Lapisan dalam epitel tubulus seminiferus

    terdapat sel germinatif dan sel sertoli, sedangkan pada jaringan stroma terdapat

    pembuluh darah, limfe, sel saraf, sel makrofag dan sel Leydig. Sel Leydig

  • 11

    berfungsi menghasilkan hormon testosteron. Sekresi hormon oleh sel Leydig

    dikontrol oleh hormon gonadotropin. Bila sekresi hormon gonadotropin

    mengalami hambatan maka sekresi testosteron akan mengalami penurunan.

    Gambaran anatomi testis tikus lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2

    Gambar 2. Potongan melintang testis dan epididimis tikus (Campbell dkk., 2004)

    Menurut Kusumawati (2004), pada tikus jantan terdapat saluran

    reproduksi yang terdiri atas vas eferens, epididimis, vas deferens, duktus

    ejakulatorius dan uretra. Vas eferens merupakan saluran yang berkelok-kelok dan

    lumennya dibatasi oleh sekelompok sel epitel bersilia. Epididimis terdiri dari

    bagian kaput, korpus dan kauda. Epididimis berfungsi sebagai tempat maturasi

    sperma dan tempat penyimpanan sperma sementara. Partodihardjo (1992),

    menyatakan bahwa maturasi spermatozoa di tandai dengan menghilangnya

    protoplasmik droplet dari bagian kepala spermatozoa. Epididimis pada bagian

  • 12

    kaput berfungsi untuk penyerapan cairan yang dikeluarkan oleh testis. Fungsi lain

    epididimis adalah memberikan sekresi cairan yang diproduksi oleh sel-sel

    epitelnya untuk membantu perubahan morfologi akrosom yaitu melalui

    kondensasi inti, pelepasan sitoplasma, peningkatan muatan negatif dan

    penambahan lapisan glikoprotein (Turner, 1988). Spermatozoa yang berasal dari

    epididimis akan diteruskan menuju ke vas deferens. Lumen vas deferens tersusun

    atas sekelompok sel epitel kolumnar berlapis semu. Vas deferens dibungkus oleh

    lapisan otot longitudinal di bagian luar dan dalamnya, sedangkan lapisan otot

    sirkuler terletak diantara keduanya Lanjutan vas deferens adalah duktus

    ejakulatorius. Duktus ejakulatorius memiliki otot-otot yang kuat dan berperan

    selama ejakulasi. Saluran ini akan bermuara pada uretra. Uretra tersusun atas

    sekelompok sel epitel transisional, jaringan ikat longgar, banyak terdapat

    pembuluh darah dan dibungkus lapisan otot lurik yang tebal (Turner, 1988).

    Hormon Testosteron

    Hormon testosteron merupakan hormon seks yang penting pada individu

    jantan. Hormon ini adalah hormon steroid derivat molekul prekursor kolesterol,

    disekresi oleh sel Leydig di bawah pengaruh LH. Sel Leydig mengandung enzim

    dengan kadar tinggi yang dibutuhkan untuk perubahan langsung kolesterol

    menjadi testosteron. Produksi testosteron sebagian akan disekresikan ke dalam

    darah dan akan diedarkan ke sel-sel target. Sebagian lagi akan masuk ke tubulus

    seminiferus dan berperan penting dalam proses spermatogenesis (Sherwood,

  • 13

    1995). Testosteron masuk ke tubulus seminiferus melewati sel Sertoli. Sel Sertoli

    mempunyai reseptor androgen khusus yang memperantarai efek testosteron

    (Bardin, 1988).

    Di dalam testis, kadar testosteron sekitar 200 kali lebih besar dan kadar

    dalam sirkulasi dan didapatkan dalam bentuk terikat dengan Androgen Binding

    Protein (ABP) (Ross dan Reith, 1985). Testosteron sebagian besar (95%) disekresi

    oleh sel Leydig yang berada dalam jaringan interstitialis testis, dan 5% diproduksi

    oleh kelenjar adrenalis (Saryono, 2008). Sebagian kecil testosteron (sekitar 2%) di

    dalam peredaran darah dalam bentuk bebas atau free testosterone ( Wilson, 1996).

    Sel Sertoli yang merupakan sel target utama hormon testosteron, molekul

    androgen akan berikatan dengan reseptor androgen khusus yang ada di

    sitoplasma, kompleks reseptor androgen tersebut kemudian ditranslokasi ke dalam

    inti dan berikatan dengan daerah tertentu dalam kromatin. Melalui proses yang

    terjadi dalam inti, akhirnya dihasilkan mRNA untuk sintesis protein, yang

    selanjutnya menghasilkan ABP (Zaneveld dan Chatterton,1982).

    Pengaruh testosteron terhadap sel Sertoli adalah untuk pematangan sel

    Sertoli dan sintesis ABP (Hadley, 1992). Sel Sertoli di dalam testis merupakan sel

    target primer untuk androgen, dan untuk anti androgen (Schenck dan Neumann,

    1978). Senyawa anti androgenik dapat menghambat aksi testosteron, karena

    senyawa ini menduduki reseptor testosteron (Hadley, 1992). Anti androgen dapat

    mencegah ikatan antara testostoron atau dihidrotestosteron dengan ABP, sehingga

    akan menghambat spermatogenesis (Schenck dan Neumann, 1978).

  • 14

    MATERIAL DAN METODE PENELITIAN

    Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Hewan

    Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh

    sejak bulan Desember 2013 Juni 2014.

    Alat dan Bahan Penelitian

    Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian adalah: labu ukur

    250 ml dan 10 ml (pyrex), ekstraktor (skala laboratorium dan pilot plant),

    saringan, rotari evaporator (OSK 6513 Universal Reduced Pressure-

    Concentration Still Apparatus, Ogawa Seiki Co. Ltd, Japan), blender merek

    Nasional, pengiling daging, timbangan digital, lemari pendingin, sonde

    lambung, pipet mikro, tabung reaksi, objek gelas, spuit steril , kandang tikus

    dan peralatan makan, serta seperangkat peralatan pemeriksaan hormon

    dengan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA).

    Bahan biologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah tomat

    apel (Lycopersicum esculentum) masak segar yang diperoleh dari perkebunan

    masyarakat di sekitar Darussalam. Tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar

    berjenis kelamin jantan yang berusia 3 - 4 bulan dengan berat badan berkisar

    antara 180 - 200 gram, yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Universitas

    Sumatra Utara- Medan. Ransum ikan Lele T79-4 yang diproduksi oleh PT.

  • 15

    Central Proteina Prima Medan. Pakan tinggi lemak yang terdiri dari campuran

    dari pakan T79-4 dengan lemak sapi, otak sapi, kuning telur dan minyak kelapa,

    Sedangkan bahan kimia yang digunakan dalam penelitian terdiri dari larutan

    ethanol, alkohol 70%, aquadestilata, larutan NaCl 0,9% Merck, dan sabun cuci.

    Metode Penelitian

    Rancangan penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian experimental Laboratorik

    menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 kelompok perlakuan.

    Kelompok 1 sebagai kontrol negatif (KN) yaitu tikus yang diberi pakan standar

    saja selama 60 hari, Kelompok 2 sebagai kontrol positif (KP) yaitu tikus yang

    diberi pakan tinggi lemak selama 60 hari. Kelompok 3 sebagai perlakuan (PT)

    yaitu tikus yang diberi pakan tinggi lemak dan 80 mg/1Kg BB ekstrak buah tomat

    setiap hari selama 60 hari. Masing-masing kelompok perlakuan diulangi sebanyak

    3 kali.

    Sampel penelitian

    Sampel penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar

    jantan sehat umur 3 - 4 bulan sebanyak 9 ekor dengan berat badan 180 200 gram

    yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara-Medan.

    Teknik pemilihan sampel

    Pemilihan sampel dilakukan secara random (acak) dari sejumlah tikus

  • 16

    putih jantan yang menderita hiperlipidemia dengan pemberian pakan tinggi lemak.

    Pemilihan sampel berdasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan yaitu jenis tikus

    putih strain Wistar, berjenis kelamin jantan, umur berkisar 3 - 4 bulan dengan

    berat badan antara 180 - 200 gram, belum pernah mendapatkan perlakuan apapun.

    Prosedur Penelitian

    Persiapan dan pembuatan ekstrak buah tomat

    Persiapan dan pembuatan ekstrak tomat menggunakan metode modifikasi

    dari Sulistyowati (2006), yaitu sebanyak 1000 gram tomat jenis Apel

    (Lycopersicum esculentum) segar dan baik yang diperoleh dari kebun

    masyarakat sekitar Darussalam. Kemudian tomat dihancurkan dengan blender,

    setelah diblender tomat dipanaskan pada suhu 50 60 oC selama 15 menit untuk

    mengurangi kadar air yang terkandung di dalam tomat yang sudah diblender.

    Selanjutnya diekstraksi dengan menggunakan metode sokletasi dan bahan pelarut

    polar berupa metanol 70 % dengan cara mengalirkan sedemikian rupa hingga

    diatas permukaan masih tersisa pelarut setinggi 0,5 cm. Ektraksi dilakukan

    berulang-ulang sampai warna larutan menjadi jernih homogen. Selanjutnya

    ekstrak sari yang diperoleh diuapkan (dikentalkan) dengan menggunakan rotary

    evaporator berpompa vakum dengan suhu 40 oC hingga diperoleh ekstrak tomat

    dalam bentuk suspensi, kemudian dikeringkan dan ditimbang. Selanjutnya

    ekstrak kasar tomat yang didapat siap digunakan sebagai bahan perlakuan.

  • 17

    Pembuatan pakan tinggi lemak

    Pakan tinggi lemak dibuat dari campuran pakan standar dengan kuning

    telur itik, lemak sapi ,otak sapi dan minyak makan merupakan modifikasi dari

    penelitian Sulistyowati (2006). Adapun komposisi pakan tinggi lemak yang

    digunakan adalah: kuning telur sebanyak 1,5% (15g/kg ransum), lemak sapi 10%

    (100g/kg ransum), otak sapi 0,5 % (5 g /kg ransum), minyak kelapa 1 % (10 g /kg

    ransum) dan ransum T79-4 sebanyak 85 % (850 g/kg ransum). Semua bahan

    tersebut dicampur secara homogen.

    Persiapan hewan percobaan

    Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jenis kelamin jantan

    yang berumur 3 - 4 bulan sebanyak 9 ekor dengan bobot badan antara 180 -

    200 g yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara-

    Medan. Kandang yang ditempati masing-masing kelompok tikus berukuran 30

    x 40 x 30 cm3, yang diperlengkapi dengan tempat air minum dan ransum.

    Alat bantu lainnya seperti: tempat tikus putih pada waktu pengambilan darah

    dan penimbangan, timbangan tikus putih, perlengkapan pengambilan darah

    serta wadah penyimpannya. Pakan yang diberikan pada tikus selama adaptasi

    adalah ransum ikan lele jenis T79-4 yang diproduksi oleh PT. CENTRAL

    PROTEINA PRIMA MEDAN. Ransum jenis ini juga digunakan oleh

    Laboratorium hewan coba sebagai pakan tikus, tempat sumber tikus

    didatangkan. Komposisi pakan T79-4 yang digunakan pada pakan standar

    dapat dilihat pada Tabel 1.

  • 18

    Tabel 1. Komposisi ransum T79-4

    No. Nutrisi* Jumlah*

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Kadar Air (g)

    Kadar Abu (g)

    Lemak (g)

    Protein (g)

    Serat kasar (g)

    Karbohidrat (g)

    12 %

    12 %

    6 %

    16 %

    8 %

    46 %

    Ditentukan dari ransum yang digunakan

    Adaptasi hewan coba

    Selama satu minggu masa adaptasi semua atau Sembilan ekor tikus

    ditempatkan dalam satu kandang, diberi ransum dan minum secara ad libitum.

    Sebelum ditempatkan pada masing-masing kandang tikus ditimbang beratnya

    untuk gambaran awal berat badan tikus sebelum dilakukan pengelompokkan

    pada perlakuan. Selama periode adaptasi semua tikus diamati satu persatu

    terhadap kebiasaan makan, kondisi kesehatan dan faktor lainnya yang dapat

    mempengaruhi keadaan tikus sehingga dapat dikendalikan pada pengujian

    selanjutnya.

    Pemberian pakan tinggi lemak dan ekstrak tomat pada tikus putih

    Selanjutnya sebanyak 9 ekor tikus dibagi secara acak menjadi 3

  • 19

    kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ekor. Adapun

    masing-masing kelompok tikus diperlakukan sebagai berikut:

    Kelompok 1 sebagai kontrol negatif (KN) yaitu tikus yang diberi pakan

    standar selama 60 hari,

    Kelompok 2 sebagai kontrol positif (KP) yaitu tikus yang diberi pakan

    tinggi lemak selama 60 hari.

    Kelompok 3 sebagai perlakuan (PT) yaitu tikus yang diberi pakan tinggi

    lemak dan ekstrak buah tomat 80 mg/kgbb/hari selama 60 hari

    Pemberian ekstrak tomat dilakukan setiap hari secara oral dengan

    menggunakan spuit insulin dengan jarum yang telah dimodifikasi dengan volume

    0,5 ml/ekor selama 60 hari. Selama penelitian tikus-tikus perlakuan diberi

    pakan tinggi lemak secara ad libitum. Demikian juga air minum, selalu tersedia

    dalam tempat air minum, karena prinsipnya air minum diberikan secara ad

    libitum.

    Pengambilan sampel darah dan pengukuran kadar testosteron

    Sebelum dilakukan pengambilan darah, tikus terlebih dahulu dipuasakan

    selama 10-12 jam (tikus tidak diberikan makanan, tetapi hanya diberikan air saja).

    Peneliti mengukur kadar kolesterol total dengan mengambil darah tikus putih

    melalui vena orbitalis menggunakan tabung mikrokapiler sebanyak 1,5 ml tiap

    ekor. Kemudian darah yang telah diperoleh disentrifuse dengan kecepatan 3000

    rpm selama 5 menit. Serum diambil sebanyak 250 l dan dimasukkan ke dalam

  • 20

    tabung reaksi ukuran 3 ml, dan dibekukan pada suhu -4 0C. Pemeriksaan kadar

    testosteron dilakukan dengan menggunakan metode ELISA.

    Analisis Data

    Data dari kadar hormon testosteron hasil penelitian yang diperoleh

    dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) satu arah. Bila

    terdapat untuk membandingkan antara masing-masing kelompok. Untuk

    perbedaan maka data selanjutnya diuji dengan menggunakan uji berganda Duncan

    untuk melihat perbedaan antar perlakuan (Steel dan Torrie, 1990).

  • 21

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil pemeriksaan kadar hormon testosteron serum darah tikus putih

    setelah perlakuan ekstrak tomat dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Rata-rata ( SD) kadar hormon testosteron serum darah tikus putih

    Perlakuan Ulangan Kadar Testoteron (ng/dl)

    KN 3 2,11 1,68 a

    KP 3 0,67 0,26 a

    PT 3 1,20 0,35 a

    Superskrip huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada

    perbedaan yang nyata (p>0,05)

    Berdasarkan Tabel 2 diatas terlihat bahwa rata-rata kadar hormon

    testosteron serum darah tikus putih strain Wistar pada kelompok kontrol (KN)

    adalah 2,11 1,68 ng/dl, pada kelompok perlakuan pakan tinggi lemak (KP)

    menurun menjadi 0,67 0,26 ng/dl, kemudian mengalami peningkatan kembali

    pada kelompok perlakuan pakan tinggi lemak dan ekstrak tomat (PT) yaitu 1,20

    0,35 ng/dl. Hasil analisis statistik menggunakan analisis varian (ANAVA) satu

    arah terhadap kadar hormon testosteron memperlihatkan tidak ada perbedaan

    yang nyata (P>0,05) diantara kelompok kontrol dengan perlakuan pada lampiran

    1. Hasil ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak tomat 80 mg/kgbb pada tikus

    putih yang diberi pakan tinggi lemak tidak berpengaruh secara nyata terhadap

    kadar testosteron serum darah tikus putih.

  • 22

    Meskipun secara statistik tidak memperlihatkan perbedaan yang bermakna

    namun ada suatu kecendrungan bahwa pemberian pakan tinggi lemak dapat

    menurunkan kadar hormon testosteron serum darah tikus putih. Hal ini sesuai

    dengan dilaporkan oleh Yamamoto dkk. (1999) yang menemukan ada penurunan

    kadar hormon testosteron dalam serum dan plasma semen tikus putih yang diberi

    pakan tinggi lemak. Penurunan hormon testosteron serum darah tikus putih pada

    kelompok perlakuan pemberian pakan tinggi lemak (KP) pada penelitian ini

    kemungkinan disebabkan karena pakan tinggi lemak dapat meningkatkan

    produksi senyawa oksigen reaktif dalam tubuh. Hasil ini juga sejalan dengan

    hasil penelitian Bashandy (2006) yang menemukan adanya peningkatan senyawa

    oksigen reaktif secara sangat signifikan dengan ditandai oleh meningkatnya

    peroksidasi lipid pada darah tikus yang diberi pakan tinggi lemak. Hasil yang

    hampir sama juga dilaporkan oleh Giri (2008) bahwa tikus Sprague Dawley yang

    diinduksi hiperlipidemia dengan pemberian pakan kaya kolesterol dan

    propiltiourasil (PTU) selama 13 minggu mengalami peningkatan konsentrasi lipid

    peroksida dalam darah sebesar 371.75%.

    Tingginya konsentrasi senyawa oksigen reaktif akibat hiperlipidemia

    menyebabkan gangguan fungsi jalur hipofise-pituitari-gonad dan degenerasi sel

    gonad disertai pula terjadinya gangguan perkembangan dan fungsi sel leydig

    (Yamamoto dkk., 1999) Gangguan perkembangan dan fungsi sel-sel leydig

    mengakibatkan proses sintesis hormon testosteron mengalami penurunan (Hafez,

    2004) yang selanjutnya produksi hormon testosteron rendah (Feng, 2005).

    Hiperlipidemia juga dapat menyebabkan penurunanan aktivitas enzim 17-

  • 23

    hydroxysteroid dehydrogenase (Sulcova dkk., 2010) dan enzim aktivitas enzim

    antioksidan Superokside dismutase (SOD), Catalase, GSH dan, glutatione

    peroxidase (Sulistyowati, 2006).

    Pada kelompok perlakuan pemberian pakan tinggi lemak dan ekstrak

    tomat (PT) juga terjadi penurunan kadar hormon testosteron, namun penurunan

    kadar hormon testosteron tidak serendah pada perlakuan yang diberi pakan tinggi

    lemak saja (KP). Hasil ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak tomat

    berpotensi untuk mencegah penurunan kadar hormon testoteron tikus yang diberi

    pakan tinggi lemak. Terjadinya hambatan penurunan kadar hormon testosteron ini

    kemungkinan disebabkan oleh pengaruh kandungan bahan aktif dalam ekstrak

    tomat seperti vitamin C, vitamin E, flovanol dan likopen yang bersifat sebagai

    antioksidan (Sumardiono dkk., 2009).

    Adanya kandungan zat-zat antioksidan pada ekstrak tomat akan meredam

    aktivitas senyawa radikal bebas atau ROS, sehingga akan menghambat terjadinya

    peroksidasi lipid dan kerusakan pada sel-sel interstitial testes terutama sel-sel

    Leydig. Likopen merupakan pigmen karotenoid yang bersifat sebagai antioksidan

    yang kemampuan mengikat oksidan tunggal dua kali lebih tinggi daripada

    karoten dan sepuluh kali lebih tinggi daripada tokoferol (Sumardiono dkk.,

    2009).

    Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Mohamed dkk. (2010) bahwa

    pemberian jus tomat dan wortel pada tikus yang menderita hyperlipidemia selama

    14 hari berturut-turut dapat memperbaiki sel-sel Leydig disertai peningkatan kadar

    hormon testosteron dalam plasma darah secara nyata. Selain berfungsi sebagai

  • 24

    antioksidan, ekstrak tomat kemungkinan juga dapat memperbaiki sel-sel Leydig

    testis tikus putih setelah pemberian pakan tinggi lemak dengan cara melindungi

    otak dan cairan otak melawan radikal bebas yang mungkin ditimbulkan oleh

    kolesterol sehingga reaksi berantai akan terhenti sehingga sistem saraf pusat akan

    terlindungi dari kerusakan dan kelenjar hipofisis akan memproduksi hormon-

    hormon seperti FSH dan LH dengan normal (Wulandari, 2009).

    Menurut Guyton (2007) secara garis besar aktifitas sel Leydig testis dalam

    kaitannya dengan proses steroidogenesis dipengaruhi oleh faktor internal dan

    faktor eksternal. Faktor internal antara lain temperatur tubuh, lokasi testis dan

    kontrol hipofisis. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah rangsang psikis,

    dan perubahan-perubahan lingkungan seperti temperatur lingkungan, makanan,

    dan zat-zat kimia tertentu. Dalam hal ini zat kimia yang mempengaruhinya yaitu

    kolesterol yang tinggi dalam pakan yang diberikan. Meningkatnya kolesterol

    dalam darah akan memicu meningkatnya senyawa oksigen reaktif dalam tubuh,

    hal ini akan mempengaruhi kerja sistem saraf pusat dengan cara menghambat

    kerja GnRH sehingga pembentukan LH terhambat. Dengan terhambatnya

    pembentukan LH maka sekresi hormon testosteron berjalan tidak normal (Hafez,

    2004).

  • 25

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Pemberian ekstrak tomat tidak berpengaruh terhadap kadar hormon

    testosteron. Namun ada suatu kecendrungan pemberian ekstrak tomat dapat

    menghambat penurunan kadar hormon testosteron pada tikus yang diberi pakan

    tinggi lemak.

    Saran

    Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak tomat

    terhadap kualitas spermatozoa dan hubungannya dengan kadar testosteron serum

    darah pada tikus yang diberi pakan tinggi lemak.

  • 26

    DAFTAR PUSTAKA

    Agarwal, A. and S.A. Prabakaran. 2005. Oxidative stress and antioxidants in male

    infertility: a difficult balance. Iranian J. Rep. Med. 3: 1-8.

    Agarwal, S. dan A.V. Rao. 2000. Role Of Antioxydant Lycopene In Cancer and

    Heart Diseases. Journal of the American College of Nutrition, 19 (5) : 563-

    569.

    Almatsier, S. 2004. Penuntutan Diet edisi baru. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

    Arab, L. and S. Steck. 2000. Lycopene and cardiovascular disease. Am. J. Clin.

    Nutr. 71.

    Bardin, C.W., C.Y. Cheng, N.A. Musto, and G.L. Gunsalus. 1988. The Sertoli

    Cell.

    Bashandy, A.E.S. 2006. Effect of fixed oil Nigella sativa on male fertility in

    normal and hyperlipidemic rats. Intl. J. Pharmacol. 2(1) : 104-109.

    Bashandy, A.E.S. 2007. Effect of fixed oil Nigella sativa on male fertility in

    normal and hyperlipidemic rats. Int. J. Pharmacol. 3: 27-33.

    Behre, H.M. and B. Martin. 2003. Primary Testicular Failure. http://www.

    endotext.com. 10-05-2012.

    Bendigh, A. 1990. Antioxidant Micron utrient and Immune Responses. In:

    Micronutrients and Immune Functions. New York Academy of Sciences.

    Campbell, J.K., K.C. Adams., B.L. Lindshield., T.W. Boileau., S.K. Clinton., and

    J.W. Erdman. 2004. Tomato phytochemicals and prostate cancer risk. Am

    J. Nutr. 134: 3486-92.

    Clinton, S.K. 1998. Lycopene: chemistry, biology, and implications for human

    health and disease. J. Nutr. Rev. 56:35-51.

    Dalimartha, S. 2003. Atlas Tanaman Obat Indonesia Jilid 3. Trubus Agriwidya,

    Jakarta.

    Diana, I. 2006. Pengaruh Pemberian Jus Buah Tomat (Lycopersicum Esculentum)

    Terhadap Motilitas Spermatozoa Mencit Balb/C Jantan Yang Diberi

    Paparan Asap Rokok. Skripsi. Fakultas kedokteran. Universitas

    Diponegoro, Semarang.

    Di Mascio, P., S. Kaiser, and H. Sies. 1989. Lycopene as the most efficient

    biological carotenoid singlet oxygen quencher. Archives of Biochemistry

    and Biophysics. 274(2): 532-538.

    Feng, Y., Z. Yefei, C. Xiuying, S. Jiahao, F. Leming, and C. Qi. 2005. Effects of

    diet-induced hypercholesterolemia on testosterone-regulated protein

    expression in mice liver. Journal of Nanoscience and Nanotechnology. 5:

    14. Giri, L.N. 2008. Potensi Antioksidan Daun Salam: Kajian In Vivo Pada Tikus

    Hiperkolesterolemia dan Hiperglikemia. Skripsi. Fakultas Matematika dan

    Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

    Greenspan, B. 1998. Endokrinologi Dasar dan Klinik. EGC, Jakarta.

    Grierson, D. and A.A. Kader. 1986. Fruit Ripening and Quality. In: Atherton, J.G.

    and J. Rudich (eds.) The Tomato Crop. Chapman & Hall. New York.

    Guyton, A.C. dan J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.

  • 27

    Hadley, M.E. 1992. Endocrinology. Englewood Cliffs, New Jersey.

    Hafez, E.S.E. 2004. Reproduction and breeding techniques for laboratory

    animals. Lea and Febinger, Philaddelphia.

    Halliwell, B. and J.M.C. Gutteridge. 1999. Free Radicals in Biology and

    Medicine. Oxford University Press, Oxford.

    Hariyadi, P. 2011. Mutu Buah dan Sayuran. http:www.foodreview.biz/login/

    preview.php?view&id=5573. Diakses 10 Februari 2011.

    Haytowitz. 2002. Flavonoid content vegetables. Agric. Res. Serv. 15:339-348.

    Iswari, R.S. 2009. Perbaikan Fraksi Lipid Serum Tikus Putih Hiperkolesterolemi

    Setelah Pemberian Jus dari Berbagai Olahan Tomat. Skripsi. Jurusan

    Biologi Fakultas MIPA. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

    Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Gajah Mada University

    Press, Yogyakarta.

    Muchtar, A. 2008. Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap Kadar LDL Tikus

    Putih. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

    Mohamed, D.A., T.E. Hamed, and S.Y. Al-Okbi. 2010. Reduction in

    hypercholesterolemia and risk of cardiovascular diseases by mixtures of

    plant food extracts: a study on plasma lipid profile, oxidative stress and

    testosterone in rats. Grasas Y Aceites. 61(4):378-389.

    Murray, R.K., D.K. Granner, P.A. Mayes, V.W. Rodwell, A.P. Bani, dan T.M.N.

    Sikumbang. 2003. Biokimia Harper. EGC, Jakarta.

    Musaddad, D. dan N. Hartuti. 2003. Produk Olahan Tomat, Seri Agribisnis,

    Penebar Swadaya, Jakarta.

    Montgomery, R., T.W. Conway, dan A.A. Spector. 1990. Biochemistry: A Case

    Oriented Approach. St Louis. Mosby.

    Panjaitan, I. 1990. Heterosis dan Daya Gabung pada Tanaman Tomat. Tesis.

    Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.

    Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reprouksi Hewan. Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

    Purwati, E. 2007. Perbaikan mutu tomat varietas Kaliurang. Jurnal Agrivigor.

    3:270-275.

    Rao, A.V. and S. Agarwal. 2000. Role of antioxidant lycopene in cancer and heart

    disease. J. Am. Coll. Nutr. 19(5):3-9.

    Rukmana, R. 1994. Tomat dan Cherry. Kanisius, Yogyakarta.

    Ross, M.H. and E.J. Reith. 1985. Histology, A Text and Atlas. Prentice Hall. Inc,

    New York.

    Sargowo, D. 1999. Peran radikal bebas dalam patogenesa aterosklerosis. Jurnal

    Kardiologi Indonesia. 22(3).

    Sargowo, D. 1997. Peran radikal bebas dalam patogenesa aterogenik. Makalah

    Seminar dan Loka karya Radikal Bebas dan Patogenesis Penyakit.

    Saryono. 2008. Biokimia Reproduksi, Untuk Kebidanan, Keperawatan,

    Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat (Kespro). Mitra Cendekia Press,

    Yogyakarta.

    Schenck, B. And F. Neumann . 1978. Influence of Antiandrogens on Sertoli Cell

    Function and Intratesticular Androgen Transport. International Journal of

    Andrology. Juni. p. 459-470.

  • 28

    Sherwood, L. 1995. Human Physiology from Cells to Systems. West Publishing

    Company, San Fransisco.

    Shimamoto, K. and N. Sofikitis. 1998. Effect of Hypercholesterolaemia on

    Testicular Function and Sperm Physiology. Tottori University Press,

    Yonago.

    Sulcova, J., T. Stulc, M. Hill, R. Hampl, Z. Masek, K. Vondra, and R. Ceska.

    2010. Decrease in serum dehydroepiandrosterone level after fenofibrate

    treatment in males with hyperlipidemia. Physiol. Res. 54:151-157.

    Sulistyowati, Y. 2006. Pengaruh Pemberian Likopen Terhadap Status

    Antioksidan (Vitamin C, Vitamin E dan Gluthathion Peroksidase) Tikus

    (Rattus Norvegicus Galur Sprague Dawley) Hiperkolesterolemik. Tesis.

    Universitas Diponegoro.

    Sumardiono, S., M. Basri, P. Sihombing, dan Rony. 2009. Analisis Sifat-Sifat

    Psiko-Kimia Buah Tomat (Lycopersicum Esculentum) Jenis Tomat Apel,

    Guna Peningkatan Nilai Fungsi Buah Tomat Sebagai Komoditi Pangan

    Lokal. Prosiding Seminar Tugas Akhir S1. Jurusan Teknik Kimia

    Universitas Diponegoro.

    Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Proyek Pengembangan Guru

    Sekolah Menengah Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen

    Pendidikan, Jakarta.

    Steel, R.G.D. and J. Torie. 1990. Prinsip dan Prosedur Satistika Suatu

    Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

    Tanaka, M.S. Nakaya, T. Kumai, M. Watanabe, N. Matsumoto, and S. Kobayashi.

    2001. Impaired testicular function in rats with diet induced

    hypercholesterolemia and or streptozotocin induced diabetes mellitus.

    Endocrinal. Res. 27:109-117.

    Tuner, C.D. dan J.T. Bagnara . 1988. Endokrinologi Umum. (Diterjemahkan oleh:

    Drs. Harjoso). Airlangga press, Yogyakarta.

    Turner, R.A. dan H. Peter. 1971. Screening Methods In Pharmacology. Academic

    Press. New York.

    Wilson, J.D. 1996. Androgens. In Goodman and Gilmans The Pharmacological Basis of Therapeutics. International Edition.

    Wirakusumah, S. 2006. Jus Buah dan Sayuran. Penerbit Swadaya, Jakarta.

    Wiryanta, B. 2002. Bertanam Tomat. Agro Medisia Pustaka, Jakarta.

    Wulandari, A.S. 2009. Pengaruh Tomat (lycopersicum esculentum) Terhadap

    Spermatogenesis dan Kualitas Spermatozoa Tikus Putih (Rattus

    Norvegicus) Pasca Pemberian Nikotin. Skripsi. Fakultas Matematika dan

    Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

    Yamamoto, Y., K. Shimamoto, N. Sofikitis and I. Miyagaula. 1999. Effect of

    hypercholesterolaemia on Leydig and Sertoli cell secretory function in the

    overall sperm fertilization capacity in the rabbit. Human Reprod. 14:1516-

    1521.

    Zaneveld, L.J.D. and R.T. Chatterton. 1982. Biochemistry of Mammalian

    Reproduction. A Wiley Interscience Publication. New York.

    Zulfa, I. 2006. Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Lycopersicum esculentum)

    Terhadap Morfologi Spermatozoa Mencit Strain Balb/C Jantan yang

  • 29

    Dipapar Asap Rokok. Tesis. Fakultas Kedokteran. Universitas

    Diponegoro, Semarang.

  • 30

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Analisis varian satu arah kadar hormon testosteron serum darah tikus

    putih kontrol, setelah perlakuan pakan tinggi lemak dan ekstrak tomat

    Ulangan

    Perlakuan

    KN KP PT

    1 0.519 0.564 1.189

    2 1.947 0.975 1.551

    3 3.876 0.481 0.859

    Jumlah 6.342 2.02 3.599

    rata-rata 2.11 0.67 1.20

    SD 1.68 0.26 0.35

    Jumlah Perlakuan (t) = 3

    Jumlah Ulangan (r) = 3

    Db ( r x t) 1 = 8

    1. FK =

    rt

    ..y2

    =

    33

    143,065

    = 15,90

    2. JKPerlakuan = FKr

    yyy

    2

    .3

    2

    .2

    2

    .1

    =

    3

    599,32,026,342 222 15,90

    = 19,08 15,90 = 3,19

    3. JKTotal = FKYin

    1i

    2

    90,15599,3.....975,0564,0687,3947,10,519 222222

    = 25.141 15,90 = 9,24

    4. JKGalat = JKTotal JKPerlakuan

    = 9,24 3,19 = 6,06

  • 31

    5. KTPerlakuan = 1t

    nJKPerlakua

    = 2

    3,19= 1,59

    6. KTGalat = 1rt

    JKGalat

    = 6

    6,06= 1,01

    7. Fh = KTGalat

    nKTPerlakua

    = 1,01

    1,59= 1,58

    Analisis varian

    Sumber

    varian

    Db JK KT Fhit F table

    5% 1%

    Perlakuan 2 3,189 1,59 1,58 tn

    5,14 10,42

    Galat 6 6,056 1,01

    Total 8 9,245 tn

    menyatakan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf =0,05

  • 32

    BIODATA

    Nama : Rovindo Edi Viktor

    Tempat/Tanggal Lahir : Solok / 25 Maret 1992

    Nomor Induk Mahasiswa : 1002101010169

    Agama : Islam

    Alamat/No. telp : Limpok / 085271100417

    Nama Orang Tua

    Ayah : Suardi

    Pekerjaan : Wiraswasta

    Ibu : Susriyati

    Pekerjaan : PNS

    Alamat Orang Tua : Parak Gadang Jorong BT. Palano

    Selayo.Kec.Kubung Kab.Solok

    Pendidikan Yang ditempuh : 1. SDN 14 Selayo tamat tahun 2004

    2. SMP N 6 Kota Solok tamat tahun 2007

    3. SMA Negeri 1 Kota Solok tamat tahun 2010

    4. FKH Unsyiah Banda Aceh sejak tahun 2010

    Karya tulis : Pengaruh pemberian ekstrak tomat (Lycopersicum

    esculentum) terhadap hormon testosteron serum

    tikus putih (Rattus novergicus) yang diberi pakan

    tinggi lemak

    1. cover luar.pdf (p.1-2)2. cover dalam.pdf (p.3)3. pengesahan.pdf (p.4)4. KATA PENGANTAR dengan al terakhir.pdf (p.5-6)5. DAFTAR ISI Victor.pdf (p.7-10)6. abstrak bahasa inggris.pdf (p.11)7. ABSTRAK-BAHASA INDO.pdf (p.12)8. BAB I. LATAR BELAKANG.pdf (p.13-15)9. BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf (p.16-25)10. BAB III. material DAN METODE.pdf (p.26-32)11. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.pdf (p.33-36)12. BAB V. penutup.pdf (p.37)13. DAFTAR PUSTAKA.pdf (p.38-41)14. LAMPIRAN-2 ANALISIS STATISTIK.pdf (p.42-43)15. BIODATA viktor.pdf (p.44)