pengaruh hormon terhadap pemanjangan jaringan

28
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGY TUMBUHAN PENGARUH HORMON TERHADAP PEMANJANGAN JARINGAN Oleh: Layyinatul Zuhriya 12030204241 INTERNATIONAL BIOLOGY EDUCATION 2012 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI 2014

Upload: ali-layyinatul-zuhriyah-zain

Post on 18-Jan-2016

152 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGY TUMBUHAN

PENGARUH HORMON TERHADAP PEMANJANGAN JARINGAN

Oleh:

Layyinatul Zuhriya

12030204241

INTERNATIONAL BIOLOGY EDUCATION 2012

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

2014

Page 2: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan ialah hasil interaksi antara faktor luar dengan

faktor dalam. Interaksi tersebut menghasilkan tumbuhan yang berbeda satu dengan yang

lainnya, baik dalam hal ukuran batang, jenis batang, jenis perbungaan dan sebagainya. Faktor

internal meliputi sifat genetik yang terdapat di dalam gen dan hormon yang merangsang

pertumbuhan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor lingkungan.

Hormon ialah zat pertumbuhan yang mutlak dimiliki oleh tumbuhan dalam melakukan

aktifitas kehidupannya. Hormon tumbuhan ialah suatu senyawa organik yang dibuat

pada suatu bagian tumbuhan dan kemudian diangkut ke bagian lain, pada konsentrasi rendah

menyebabkan dampak fisiologis. Peran hormon merangsang pertumbuhan, pembelahan sel,

pemanjangan sel dan ada yang menghambat pertumbuhan. Hormon pada tumbuhan sangat

beragam dan mempengaruhi penampakan tubuh tumbuhan sebagai hasil dari aktivitasnya.

Auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan

perkembangan (growth and development) suatu tanaman. (Yoxi, 2008).

Menurut Larsen (1944) dan Abidin (1982) Indoleacetaldehyde diidentifikasikan sebagai

bahan auksin yang aktif dalam tanaman. Selanjutnya Larsen (1951); Bentley dan Houstley

(1952) mengemukakan bahwa zat kimia tersebut aktif dalam menstimulasi pertumbuhan

kemudian berubah menjadi IAA. Perubahan tersebut menurut Gordon (1956) adalah

perubahan dari Tripthopan menjadi IAA (Thimann, 1935).

Berdasarkan uraian diatas, maka akan dilakukan percobaan yang membandingkan

berbagai macam jenis hormon (AIA, 2.4 D dan NAA 1 ppm) dan air suling terhadap

pemanjangan suatu jaringan tumbuhan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah :

Bagaimana pengaruh berbagai hormon (AIA, 2.4 D dan NAA 1 ppm) dan air suling dalam

pemanjangan jaringan akar dan batang pada kecambah jagung umur 5 hari ?

C. Tujuan

Page 3: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:

1) Membandingkan pengaruh berbagai hormon tumbuh terhadap pemanjangan jaringan

akar dan koleoptil.

2) Mengetahui pengaruh auksin terhadap pemanjangan jaringan.

3) Mengetahui pengaruh hormon AIA, 2.4 D dan NAA 1 ppm terhadap pemanjangan akar

dan koleoptil jagung.

Page 4: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuh merupakan proses perubahan secara kuantitatif yang sifatnya irreversible dan

berlangsung selama perkembangan suatu organisme terjadi parameter perubahan dapat diukur

dalam suatu jumlah, ukuran, volume dan berat. Salah satu factor internal yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah hormone tumbuhan. (Rahayu dan Lukas,

2011).

Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Ada dua

jaringan tumbuhan yang kita kenal yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa. Jaringan

meristam adalah jaringan yang terus-menerus membelah. Jaringan meristem dapat dibagi 2

macam yaitu Jaringan meristem primer dan jaringan meristem sekunder (Lakitan B, 2004).

Jaringan meristem adalah jaringan yang sel-selnya selalu membelah. Jaringan meristem dapat

dibagi menjadi dua macam, yaitu meristem primer dan meristem sekunder. Meristem primer

terdapat pada titik tumbuh dan menyebabkan perpanjangan akar dan batang, sedangkan meristem

sekunder terdapat pada kambium dan menyebabkan tumbuhan menjadi besar (Sugihsantosa,

2009).

Jaringan dewasa adalah jaringan yang tidak meristematis. Jaringan dewasa dapat dibagi

menjadi lima macam, yaitu: jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan penyokong, jaringan

pengangkut, dan jaringan gabus (Lakitan B, 2004).

Hormon merupakan suatu senyawa organik yang apabila dalam jumlah kecil dapat

merangsang pertumbuhan sedangkan bila dalam jumlah besar dapat menghambat

pertumbuhan. Dalam pengertian lain, didapatkan bahwa hormon merupakan senyawa organik

organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain dan

pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis. Hormon

tumbuhan dihasilkan dalam konsentrasi yang sangat kecil, tetapi hormon dalam jumlah yang

sangat sedikit saja bisa berdampak sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan

organ tumbuhan. Suatu hormon bisa bekerja dengan cara mengubah ekspresi gen,

mempengaruhi aktivitas enzim yang ada, atau dengan cara mengubah ciri dan sifat-sifat

membran. Salah satu dari kerja ini dapat mengarahkan kembali metabolisme dan

Page 5: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

perkembangan dari suatu sel yang merespon sejumlah kecil molekul hormon. Beberapa

hormon yang berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai

berikut:

A.  Auksin

Auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan

dan perkembangan (growth and development) suatu tanaman. Kata Auksin berasal dari

bahasa Yunani auxein yang berarti meningkatkan. Sebutan ini digunakan oleh Frits Went

(1962) untuk senyawa yang belum dapat dicirikan tetapi diduga sebagai penyebab terjadinya

pembengkokan koleoptil kearah cahaya (Yox, 2008).

Peran fisiologis auksin adalah mendorong perpanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi

jaringan xilem dan floem, pembentukkan akar, pembungaan pada Bromeliaceae,

pembentukan buah partenokarpi, pembentukkan bunga betina pada pada tanaman diocious,

dominan apical, response tropisme serta menghambat pengguran daun, bunga dan buah.

Peranan Auksin dalam aktifitas kultur jaringan auksin sangat dikenal sebagai hormon

yang mampu berperan menginduksi terjadinya kalus, menghambat kerja sitokinin membentuk

klorofil dalam kalus, mendorong proses morfogenesis kalus, membentuk akar atau tunas,

mendorong proses embriogenesis, dan auksin juga dapat mempengaruhi kestabilan genetik sel

tanaman (Sugihsantosa, 2009).

B. Giberelin

Giberelin pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan jepang yang bernama E.

Kurosawa saat mempelajari penyakit pada tanaman padi akibat jamur Gibberella fujikuroi.

Giberelin dikenal dengan istilah GA yang mempunyai 80 macam, dimana yang paling efektif

dan stabil serta yang paling banyak digunakan adalah GA1, GA3 dan GA4, sedangkan GA29

merupakan GA yang tidak aktif. GA3 merupakan Giberelin yang diproduksi dan diangkut

secara bebas. Pengangkutannya mengikuti jalur sintesis Asam Mevalonat dengan prekusornya

adalah IPP. GA3 merupakan Geberelin aktif yang dapat mempengaruhi plastisitas dinding sel

dengan gennya berupa Le dan le, apabla GA3 meningkat, maka kloroplas akan terbentuk

dengan bagus. Efek giberelin untuk mendorong perpanjangan batang dan terlibat dalam

proses regulasi perkembangan tumbuhan. Pada beberapa tanaman pemberian GA bisa

memacu pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji (wikipedia/giberelin)

C. Sitokinin

Page 6: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

Sitokinin ditemukan oleh F. Skoog yang berasal dari DNA hewan (6 furfuril 1-

aminopurin). Sitokinin mempunyai ciri khas yang ditandai dengan adanya senyawa purin.

Sitokinin diproduksi di akar tanaman dan diangkut secara akropetal atau non polar. Sitokonin

merupakan hormon yang mendorong pembelahan (sitokinesis). Beberapa macam sitokinin

merupakan sitokinin alami (misal : kinetin, zeatin) dan beberapa lainnya merupakan sitokinin

sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada akar,

embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar selanjutnya diangkut oleh xilem menuju

sel-sel target pada batang. Fungsi utama sitokinin adalah merangsang pembelahan sel akibat

pengaruh perangsangan sitokinin terhadap pembentukan RNA dan enzim yang seringkali

terganggu. Sitokinin juga dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan serta merangsang

tumbuhan untuk membentuk ”crown gall” (wikipedia/sitokinin)

D.  Asam Absisat (ABA)

Asam absisat ditemukan oleh seorang berkebangsaan Inggris yang bernama P.F. Wareing

dan F.T. Addicot (berkebangsaan Amerika), jalur sintesis ABA mengikuti Asam mevalonat

dengan prekursor utama berupa IPP. Fungsi utama ABA dalam tumbuhan adalah

menyebabkan menutupnya stomata jika terjadi stress. Keuntungan hormon ABA, antara lain:

· Memberikan ketahanan pada biji tanaman pantai.

· Membuat dinding biji menjadi kuat/kebal terhadap NaCl, sehingga tidak terjadi plasmolisis.

· Mempercepat pematangan embrional.

E.  Etilen (C2H4)

Etilen diproduksi pada daun dalam berbentuk gas. Etilen dapat merangsang proses

penuaan dan pematangan pada buah. Etilen mempunyai jalur sintesis metionin dengan

prekursor berupa asam amino metionin. Pembentukan etilen karena adanya rangsangan

berupa luka yang dapat menghambat perpanjangan batang, tetapi etilen merangsang

pernggemukan batang. Semakin meningkat suhu, maka etilen akan naik yang dapat

mengakibatkan banyak daun yang gugur (wikipedia/etilen)

Page 7: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang kami gunakan adalah eksperimen karena menggunakan beberapa

variabel yaitu variabel kontrol, variabel manipulasi dan variabel respon.

B. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Variabel kontrol:

Jenis kecambah.

Umur kecambah.

Ukuran panjang jaringan yang direndam baik koleoptil maupun akar.

Volume larutan AIA, larutan 2,4 D, larutan NAA, dan aquades.

Jumlah potongan jaringan koleoptil dan akar yang direndam.

Waktu perendaman.

Media penyimpanan.

2. Variabel manipulasi:

Jenis larutan dan jenis jaringan yang direndam.

3. Variabel respons:

Pertambahan panjang jaringan yang direndam dn rata-rata pertambahan panjang.

C. Alat dan Bahan

1. Alat:

Cawan petri

Silet tajam

Penggaris

2. Bahan:

Kecambah jagung umur 5 hari. Dibuat potongan koleoptil dan akar primer dengan

panjang 5 mm diukur pada jarak 2 mm dari kotiledon.

Page 8: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

Larutan AIA

Larutan 2,4 D

Larutan NAA 1 ppm

D. Langkah Kerja

1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.

2. Menyediakan 30 biji berkulit keras (tiap kelompok satu macam biji berkulit keras) dan

dinagi menjadi 3 kelompok:

Merendam 10 biji dalam asam sulfat pekat selama 5 menit, kemudian dicuci dengan

air.

Untuk 10 biji yang lain dihilingkan bagian yang tidak ada lembaganya dengan

menggunakan kertas amplas dan kemudian dicuci dengan air.

Mengambil 10 biji yang lain kemudian cuci dengan air.

3. Menanam ketiga kelompok biji tersebut pada pot yang bermedia tanam tanah dan pasir

dengan perbandingan 1 : 1. Mengkondisikan penanaman biji dalam keadaan sama untuk

ketiga pot.

4. Mengamati perkecambahan untuk ketiga pot tersebut setiap hari selama 14 hari. Menyiram

tanaman saat kondisi sudah kering.

5. Membuat table pengamatan kecepatan perkecambahan dari hasil pengamatan saudara.

Page 9: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

E. Alur Praktikum

Menyediakan potongan koleoptil dan akar pinus untuk tiap-tiap perlakuan sebanyak 5 potongan

Wadah dengan larutan AIA 1 ppm (10ml)

Wadah dengan larutan 2,4 D (10ml)

Wadah dengan larutan NAA (10 ml)

Wadah dengan air suling (10 ml)

Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan

Ditutup dan dibiaskan sampai 48 jam

Pengukuran kembali

Membuat tabel hasil

Page 10: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tabel

Tabel 1. Pengaruh Berbagai Hormon Tumbuh Terhadap Pemanjangan Jaringan Akar dan

Koleoptil.

Jenis

perlakua

n

Koleoptil (mm) akar (mm)

Panjan

g awal

Panjan

g akhir

Pertumbuh

an panjang

Rata-rata

pertumbuha

n panjang

Panjan

g awal

Panjan

g akhir

Pertumbuh

an panjang

Rata-rata

pertumbuha

n panjang

NAA

5 7 8

4

5 6 1

1,4

5 8 3 5 6 1

5 10 5 5 5 0

5 8 2 5 6 1

5 6 2 5 6 1

2,4 D

5 20 15

6

5 6 1

2,4

5 11 6 5 7 2

5 7 2 5 8 3

5 8 3 5 7 2

5 9 4 5 9 4

AIA

5 13 2

2,8

5 7 2

0,8

5 8 3 5 7 2

5 10 5 5 5 0

5 7 4 5 7 2

5 7 1 5 6 1

Air

Suling

5 7 2 1,8 5 6 1 0,6

5 6 1 5 5 0

5 6 1 5 6 1

Page 11: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

5 8 3 5 6 1

5 7 2 5 5 0

2. Grafik

NAA 2,4 D AIA Air Suling0

1

2

3

4

5

6

7

KOLEOPTILAKAR

Gambar 1. Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap Pemanjangan Jaringan Akar dan

Koleoptil.

B. Analisa Data

Page 12: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

C. PEMBAHASAN

Versi 1

Pada jaringan akar kandungan auksin lebih rendah dibandingkan pada jaringan koleoptil.

Hal ini karena secara alami auksin diproduksi pada jaringan meristematik ujung koleoptil

yang kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh tumbuhan untuk aktifitasnya. Pada akar,

aktifitas pemanjangan tidak terlalu ekstrim dibandingkan dengan aktifitas pemanjangan pada

jaringan koleoptil. Pemberian auksin jenis AIA membantu aktifitas pemanjangan jaringan

akar. Sedangkan pada penambahan 2,4 D dan NAA justru menghambat aktifitas pemanjangan

jaringan akar. Pada perlakuan pemberian dengan aquades aktifitas pemanjangan sel tetap

berlangsung. Hal ini disebabkan karena adanya auksin yang secara alami telah didistribusikan

ke jaringan akar untuk pemanjangan jaringan. Rata-rata pemanjangan jaringan yang

ditambahkan AIA lebih tinggi dibanding dengan pemberian air suling sebagai kelompok

kontrol. Pada penambahan 2,4 D dan NAA justru menghambat pemanjangan, karena nilai

rata-rata pemanjangan jaringan tersebut lebih rendah dibanding kelompok kontrol yang hanya

diberi dengan air suling.

Pada koleoptil penambahan hormon auksin (AIA) akan memacu pemanjangan jaringan.

Secara kimia, IAA sama dengan asam amino triptofan. Beberapa senyawa yang disintesis

dapat menimbulkan respon fisiologi seperti AIA, dianggap sebagai auksin yang termasuk

kedalam kelompok ini adalah asam naftalenasetat (NAA), asam 2,4-diklorofenoksi asetat

(2,4-D) yang fungsinya jika diletakkan dalam jaringan meristematik adalah seperti cara kerja

auksin. Secara alami, auksin diproduksi oleh jaringan meristematik yang ada pada pucuk.

Kebutuhan auksin tanaman harus berada pada kisaran tertentu yang optimum yang dibutuhkan

oleh tumbuhan. Penambahan auksin dalam jumlah yang besar justru mengakibatkan

metabolisme sel-sel dalam jaringan menjadi kacau. Pada jaringan koleoptil yang diberi AIA,

jaringan bertambah panjang tetapi tidak sepanjang yang diberi perlakuan dengan 2,4 D dan

dengan NAA. Pada jaringan koleoptil yang diberi perlakuan dengan air suling menunjukkan

adanya pertambahan panjang. Hal ini dijadikan kelompok kontrol dimana objek tidak diberi

perlakuan sebagaimana yang lain. Jaringan koleoptil akan tetap melakukan aktifitas

pemanjangan sel meskipun tidak diberi auksin. Hal ini karena pada koleoptil sudah

memproduksi auksin secara alami. Oleh karena itu aktifitas pemanjangan sel akan tetap

Page 13: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

berlangsung. Sedangkan penambahan AIA justru mengakibatkan terhambatnya aktifitas

pemanjangan secara normal yang dikarenakan terlalu banyaknya AIA dalam tubuh jaringan.

Sedangkan penambahan 2,4 D dan NAA membantu meningkatkan aktifitas pemanjangan sel-

sel pada jaringan koleoptil.

Berbagai jenis hormon berpengaruh terhadap pemanjangan sel. Jenis hormon tertentu

sangat spesifik terhadap suatu jaringan tumbuhan. Pemanjangan jaringan pada akar akan

dipengaruhi oleh hormon yang berbeda dengan hormon yang berpengaruh pada pemanjangan

koleoptil. Berdasarkan hasil pengamatan serta analisis yang telah kami lakukan, didapatkan

bahwa pada jaringan koleoptil, hormon 2,4 D mempengaruhi aktifitas pemanjangan jaringan

yang sangat cepat, sedangkan pada jaringan akar jenis hormon AIA yang yang paling cepat

mempengaruhi pemanjangan jaringannya. Pengaruh hormon tidak sama pada jaringan yang

berbeda.

Versi 2

Dari data dan analisis diatas maka dapat diketahui bahwa terjadi pemanjangan pada

potongan jaringan yang direndam dalam larutan hormon IAA, 2,4 D, NAA dan air suling

sebagai variabel kontrol. Hal ini dikarenakan hormonauksin dapat memacu pembentangan

akar dan batang karena auksin mampu mengendurkan dinding sel epidermis sehingga dinding

epidermis yang sudah kendur menjadi mengembang kemudian sel epidermis ini membentang

dengan cepat dan pembentangan ini menyebabkan sel sub epidermis yang menempel padanya

juga ikut mengembang.

Radikula yang direndam dalam NAA dan 2,4 D menunjukkan pemanjangan jaringan

lebih sedikit daripada IAA/AIA, karena NAA dan 2,4 D merupakan senyawa sintesis auksin

yang menunjukkan struktur sedikit berbeda dengan auksin alami. NAA dan 2,4 D tidak

dirusak oleh IAA/AIA oksidase karena tidak ada dalam radikula. Sedangkan Pada

pemanjangan jaringan yang paling besar saat direndam dalam AIA. Hal ini disebabkan karena

AIA merupakan auksin alami. Auksin banyak diproduksi tumbuhan di koleoptil. Pada

radikula tidak terdapat AIA oksidase. Saat radikula direndam dalam AIA tidak ada AIA

oksidase yang dapat merusak AIA. Sehingga AIA akan merangsang pemanjangan radikula

kecambah jagung. pada perendaman radikula denagn aquades juga menunjukkan

pertambahan rata-rata jaringan. Tetapi pertambahan panjangnya disebabakan terjadinya

Page 14: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

osmosis. Proses osmosis tersebut terjadinya karena PO dan PO air suling lebih tinggi

dibanding PA dan PO jaringan sehingga air berpindah kedalam jaringan.

Koleoptil yang direndam dalam AIA menunjukkan pemanjangan jaringan lebih sedikit

daripada NAA, karena AIA merupakan hormon auksin alami yang mempunyai struktur sama

dengan AIA oksidase yang terdapat pada koleoptil. Sedangkan pertambahan panjang jaringan

yang paling besar saat direndam dalam NAA. Hal ini disebabkan karena NAA merupakan

senyawa sintesis yang strukturnya mirip auksin. Auksin sendiri banyak diproduksi tumbuhan

di koleoptil. Pada koleoptil terdapat AIA oksidase dan enzim-enzim lain. Jadi saat direndam

dalam NAA, AIA oksidase ini tidak dapat merusak NAA karena strukturnya sedikit berbeda.

Sehingga NAA akan merangsang pemanjangan koleoptil kecambah jagung. Sedangkan

koleoptil yang direndam dalam 2,4 D menunjukkan pemanjangan jaringan lebih sedikit

daripada NAA dan AIA. Karena 2,4 D merupakan zat pengatur tumbuh, tetapi strukturnya

berbeda dari auksin alami. Sehingga AIA oksidase tidak dapat merusak 2,4 D dan 2,4 D dapat

merangsang pemanjangan jaringan koleoptil jagung dan koleoptil yang direndam air suling

menunjukkan pertambahan panjang rata-rata jaringan. Pertambahan rata-rata jaringan

disebabkan terjadinya proses osmosis. Proses osmosis terjadi karena PO dan PA air suling

lebih tinggi daripada PO dan PA jaringan sehingga air berpindah kedalam jaringan.

D. Diskusi

Jelaskan bagaimana pengaruh berbagai macam hormone tumbuh terhadap pemanjangan

jaringan akar dan batang. Samakah pengaruhnya? Kemukakan teori pendukung yang dapat

menjelaskan yang dapat menjelaskan terjadinya gejala-gejala tersebut.

Jawaban:

Page 15: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian

hormon auksin mempengaruhi jaringan koleoptil dan akar. Pada perendaman jaringan akar

dan koleoptil dalam larutan 2,4 D sebagai auksin sintetik dapat memacu lebih cepat pada

pertambahan panjang jaringan baik akar maupun koleoptil Kecambah jagung, jika

dibandingkan dengan hormone NAA, AIA, dan air suling. Dan jumlah larutan yang ada di

dalam sel meningkat, karena auksin dapat meningkatkan difusi masuknya air ke dalam sel

sehingga terjadi pemanjangan jaringan yang diikuti bertambah panjangnya akar dan koleoptil

kecambah jagung. Beberapa auksin yang dihasilkan secara alami oleh tumbuhan, misalnya

IAA (Indo-leacetic Acid), PAA (Phenylacetic Acid) dan IBA (Indolebutric Acid). Auksin

juga sudah diproduksi secara sintetik, seperti NAA (Napthalene Acetic Acid) 2,4 D dan

MCPA (2-Methyl-4 Chlorophenoxyacetic Acid).

B. Saran

Diharapkan kepada praktikan untuk praktikum selanjutnya harus lebih teliti lagi dalam

melakukan percobaan agar hasil yang diperoleh lebih akurat lagi. Serta fasilitas-fasilitas yang

terdapat di laboratorium dapat ditambah sehingga praktikum dapat berjalan dengan lebih baik

dan efisien.

Page 16: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Yuni Sri; Yuliani dan Lukas S Budipramana. 2010. Petunjuk Praktikum Fisiologi

Tumbuhan. Surabaya: Laboratorium Fistum-Biologi-Unesa.

Lakitan, B., 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sugihsantosa, 2009. Zat Pengatur tumbuh. http://sugihsantosa.atspace.com. Diakses Sabtu,

24 Mei 2014.

Yox, 2008. Zat Pengatur Tumbuh. http://www.eno.blogspot.com. Diakses pada tanggal 24

Mei 2014.

Sasmitamihardja, Dardjat dan Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB

Press.

Page 17: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan
Page 18: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

LAMPIRAN

A. Lampiran Praktikum Foto

Foto Keterangan

Page 19: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan
Page 20: Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan