pengarah 2.69 kompetensi olah gerak dan sistem kemudi kompas yang kurang relevan dengan industri...
TRANSCRIPT
Pengarah:Dr. Ir. M Bakrun, MMDirektur Pembinaan SMK
Arie Wibowo Khurniawan, S.Si. M.Ak.Kasubdit Program dan Evaluasi, Direktorat Pembinaan SMK
Chrismi Widjajanti, S.E, MBAKepala Seksi Program, Direktorat Pembinaan SMK
Penanggung Jawab
Ketua Tim
Tim Penyusun
Editor
Desain dan Tata Letak
Penerbit
Optimalisasi Kompetensi Lulusan SMKDalam Industri / Teknologi Terapan
Prof. Dr. Trisno Martono, M.MDr. Eng. Herman Saputro, S.Pd., M.Pd., M.T
Universitas Sebelas MaretUniversitas Sebelas MaretUniversitas Sebelas MaretUniversitas Sebelas Maret
Universitas Sebelas Maret
Budi Wahyono, S.Pd., M.Pd.Pringgo Widyo Laksono, S.T., M.Eng.Fajar Danur Isnantyo, S.T., M.Sc.
Mohamad HerdykaMuhammad Abdul MajidAri
Rayi Citha DwisendyKarin Faizah Tauristy
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah KejuruanDirektorat Jenderal Pendidikan Dasar dan MenengahKementerian Pendidikan dan Kebudayaan
ISBN :
ii
KATA PENGANTAR
Pemenuhan SDM berkualitas di Indonesia
salah satunya dapat dilakukan melalui pengembangan
layanan pendidikan menengah kejuruan yang bermutu
dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan zaman.
Pendidikan kejuruan di Indonesia saat ini masih
menghadapi bebagai permasalahan, salah satunya
adalah masih tingginya tingkat pengangguran lulusan
SMK yang disebabkan oleh kurang sesuainya
kompetensi lulusan SMK dengan kebutuhan industri.
Buku ini disusun berdasarkan kajian hasil
penelitian tentang Kebutuhan Kompetensi Lulusan SMK
Dalam Industri/Teknologi Terapan, yang telah dilakukan
di 8 provinsi, yaitu: DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Kepulauan Riau, Jawa Timur,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Sumatera
Selatan. Sampel SMK dipilih berdasarkan kompetensi
keahlian yang di SMK yang meliputi: 1) Teknik
Pemesinan, 2) Teknik Kendaraan Ringan, 3) Desain
Pemodelan dan Informasi Bangunan, 4) Nautika Kapal
Niaga, 5) Kecantikan Kulit dan Rambut, 6) Kriya Kreatif
Batik dan Tekstil, dan 7) Teknik Komputer dan Jaringan.
Hasil kajian ini merupakan gagasan yang ditawarkan
iii
oleh penyusun, dan berdasarkan masukan dari FGD
dengan para praktisi (Du/Di, Wakil Kepala Sekolah
Bidang Kurikulum dan Humas, serta Guru Produktif).
Buku ini menawarkan usulan model untuk
mengoptimalkan kompetensi lulusan SMK dalam
industri/teknologi terapan.
Oleh karena itu, dengan tersusunnya buku
Ini, penyusun mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan
yang maha Kuasa atas limpahan rahmat-Nya, diiringi
dengan ucapan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya buku ini. Terlebih lagi
penyusun mengucapkan terima kasih atas kepercayan
pimpinan FKIP UNS dan Direktorat PSMK yang telah
memberikan kepercayaan kepada penyusun untuk ikut
serta berjuang memajukan mutu Pendidikan di
Indonesia. Penyusun berharap buku ini dapat
bermanfaat dan dapat dipergunakan oleh seluruh
instansi terkait, baik negeri maupun swasta sehingga
mampu mengoptimalkan kompetensi lulusan SMK
dalam industri/teknologi terapan.
Oktober, 2018
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DIREKTUR PEMBINAAN SMK ......... . i
KATA PENGANTAR PENULIS .......................................... . ii
DAFTAR ISI ....................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................... 1
A. Pendidikan Kejuruan dan Teknologi Terapan ......... 1
B. Keterampilan untuk Masa Depan ............................ 7
C. Tantangan dalam Menyiapakan Kompetensi
Baru untuk Siswa SMK pada Era Revolusi
Industri 4.0 ............................................................. 14
D. Permasalahan Pengembangan Keterampilan di
SMK ....................................................................... 16
BAB II KEBUTUHAN KOMPETENSI DI SMK .................... 18
A. Kesenjangan Kompetensi di SMK dan
Kebutuhan Industri ................................................. 19
B. Kebutuhan Kompetensi di SMK .............................. 118
BAB III MODEL OPTIMALISASI KOMPETENSI SISWA
SMK ................................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 135
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tingkat pengangguran terbuka (TPT)
Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 ........................... 4
Gambar 1.2 Demografi Penduduk Indonesia ....................... 5
Gambar 1.3 Categorization of skills into skill family ............ 10
Gambar 1.4 Change in demand for core work-related
skills, 2015-2020, all industries .......................................... 12
Gambar 1.5 Important qualifications & skills to have for
Industry 4.0 ........................................................................ 14
Gambar 2.1 Kompetensi Pengoperasian Mesin Frais
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ....... 21
Gambar 2.2 Kompetensi Pengoperasian Mesin Frais
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru
Produktif ............................................................................ 22
Gambar 2.3 Kompetensi Pengoperasian Mesin Frais
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka
Kurikulum .......................................................................... 23
Gambar 2.4 Kompetensi Pengoperasian Mesin Frais
yang perlu Ditingkatkan Menurut Waka Humas ................. 24
Gambar 2.5 Kompetensi Pengoperasian Mesin NC/CNC
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ....... 25
v
Gambar 2.6 Kompetensi Pengoperasian Mesin NC/CNC
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru
Produktif ............................................................................ 26
Gambar 2.7 Kompetensi Pengoperasian Mesin NC/CNC
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka
Kurikulum .......................................................................... 27
Gambar 2.8 Kompetensi Pengoperasian Mesin NC/CNC
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka
Humas .............................................................................. 28
Gambar 2.9 Kompetensi Pemeliharaan Kendaraan
Ringan Sistem Injeksi yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Du/Di ...................................................... 30
Gambar 2.10 Kompetensi Pemeliharaan Kendaraan
Ringan Sistem Injeksi yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Guru Produktif ........................................ 31
Gambar 2.11 Kompetensi Pemeliharaan Kendaraan
Ringan Sistem Injeksi yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Waka Kurikulum ..................................... 32
Gambar 2.12 Kompetensi Pemeliharaan Kendaraan
Ringan Sistem Injeksi yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Waka Humas .......................................... 33
Gambar 2.13 Kompetensi Pemeliharaan Berkala
Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Du/Di ...................................................... 34
vi
Gambar 2.14 Kompetensi Pemeliharaan Berkala
Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Guru Produktif ......................................... 35
Gambar 2.15 Kompetensi Pemeliharaan Berkala
Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Waka Kurikulum ..................................... 36
Gambar 2.16 Kompetensi Pemeliharaan Berkala
Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Waka Humas .......................................... 37
Gambar 2.17 Kompetensi Spooring Balancing
Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Du/Di ...................................................... 38
Gambar 2.18 Kompetensi Spooring Balancing
Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Guru Produktif ........................................ 39
Gambar 2.19 Kompetensi Spooring Balancing
Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Waka Kurikulum ..................................... 40
Gambar 2.20 Kompetensi Spooring Balancing
Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Waka Humas .......................................... 41
Gambar 2.21 Kompetensi Pemeliharaan/Servis Chasis
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ...... 42
vii
Gambar 2.22 Kompetensi Pemeliharaan/Servis Chasis
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru
Produktif ........................................................................... 43
Gambar 2.23 Kompetensi Pemeliharaan/Servis Chasis
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka
Kurikulum .......................................................................... 44
Gambar 2.24 Kompetensi Pemeliharaan/Servis Chasis
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka
Humas .............................................................................. 45
Gambar 2.25 Kompetensi Pemeliharaan Sistem
Elektrikal (Kelistrikan Body) yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Du/Di ......................................... 46
Gambar 2.26 Kompetensi Pemeliharaan Sistem
Elektrikal (Kelistrikan Body) yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Guru Produktif ........................... 47
Gambar 2.27 Kompetensi Pemeliharaan Sistem
Elektrikal (Kelistrikan Body) yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Waka Kurikulum ........................ 48
Gambar 2.28 Kompetensi Pemeliharaan Sistem
Elektrikal (Kelistrikan Body) yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Waka Humas ............................. 49
Gambar 2.29 Kompetensi Pemeliharaan AC Pada
Kendaraan yang Kurang Relevan dengan Industri
Menurut Du/Di ................................................................... 50
viii
Gambar 2.30 Kompetensi Pemeliharaan AC Pada
Kendaraan yang Kurang Relevan dengan Industri
Menurut Guru Produktif ...................................................... 51
Gambar 2.31 Kompetensi Pemeliharaan AC Pada
Kendaraan yang Kurang Relevan dengan Industri
Menurut Waka Kurikulum .................................................. 52
Gambar 2.32 Kompetensi Pemeliharaan AC Pada
Kendaraan yang Kurang Relevan dengan Industri
Menurut Waka Humas ...................................................... 53
Gambar 2.33 Kompetensi Konfigurasi Perangkat
Jaringan Komputer yang Relevan dengan Industri
Menurut Du/Di ................................................................... 54
Gambar 2.34 Kompetensi Konfigurasi Perangkat
Jaringan Komputer yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Guru Produktif ........................................ 55
Gambar 2.35 Kompetensi Konfigurasi Perangkat
Jaringan Komputer yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Waka Kurikulum ..................................... 56
Gambar 2.36 Kompetensi Konfigurasi Perangkat
Jaringan Komputer yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Waka Humas .......................................... 57
Gambar 2.37 Kompetensi Konfigurasi Routing Pada
Perangkat Jaringan Komputer yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Du/Di ......................................... 58
ix
Gambar 2.38 Kompetensi Konfigurasi Routing Pada
Perangkat Jaringan Komputer yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Guru Produktif ............................ 59
Gambar 2.39 Kompetensi Konfigurasi Routing Pada
Perangkat Jaringan Komputer yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Waka Kurikulum ......................... 60
Gambar 2.40 Kompetensi Konfigurasi Routing Pada
Perangkat Jaringan Komputer yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Waka Humas .............................. 61
Gambar 2.41 Kompetensi Kriya Kreatif Batik dan Tekstil
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ....... 62
Gambar 2.42 Kompetensi Kriya Kreatif Batik dan Tekstil
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru
Produktif ........................................................................... 63
Gambar 2.43 Kompetensi Kriya Kreatif Batik dan Tekstil
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka
Kurikulum ........................................................................... 64
Gambar 2.44 Kompetensi Kriya Kreatif Batik dan Tekstil
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka
Humas .............................................................................. 65
Gambar 2.45 Kompetensi Menggambar Arsitektur yang
Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ........................... 66
x
Gambar 2.46 Kompetensi Menggambar Arsitektur yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
.......................................................................................... 67
Gambar 2.47 Kompetensi Menggambar Arsitektur yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas ... 68
Gambar 2.48 Kompetensi Menggambar Struktur yang
Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ........................... 69
Gambar 2.49 Kompetensi Menggambar Struktur yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
.......................................................................................... 70
Gambar 2.50 Kompetensi Menggambar Struktur yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka
Kurikulum .......................................................................... 71
Gambar 2.51 Kompetensi Menggambar Menggambar
Jalan dan Jembatan yang Relevan dengan Industri
Menurut Du/Di ................................................................... 72
Gambar 2.52 Kompetensi Menggambar Menggambar
Jalan dan Jembatan yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Guru Produktif ........................................ 73
Gambar 2.53 Kompetensi Menggambar Menggambar
Jalan dan Jembatan yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Waka Kurikulum ..................................... 74
xi
Gambar 2.54 Kompetensi Perawatan Kulit Kepala dan
Pengeringan Rambut yang Relevan dengan Industri
Menurut Du/Di ................................................................... 76
Gambar 2.55 Kompetensi Perawatan Kulit Kepala dan
Pengeringan Rambut yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Guru Produktif ........................................ 77
Gambar 2.56 Kompetensi Perawatan Kulit Kepala dan
Pengeringan Rambut yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Waka Kurikulum ..................................... 78
Gambar 2.57 Kompetensi Perawatan Kulit Kepala dan
Pengeringan Rambut yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Waka Humas .......................................... 79
Gambar 2.58 Kompetensi Perawatan Tangan, Kaki dan
Badan yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ......... 80
Gambar 2.59 Kompetensi Perawatan Tangan, Kaki dan
Badan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut
Guru Produktif ................................................................... 81
Gambar 2.60 Kompetensi Pemangkasan, Pratata dan
Pengeritingan Rambut yang Relevan dengan Industri
Menurut Du/Di ................................................................... 82
Gambar 2.61 Kompetensi Pemangkasan, Pratata dan
Pengeritingan Rambut yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Guru Produktif ........................................ 83
xii
Gambar 2.62 Kompetensi Pemangkasan, Pratata dan
Pengeritingan Rambut yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Waka Kurikulum ..................................... 84
Gambar 2.63 Kompetensi Pemangkasan, Pratata dan
Pengeritingan Rambut yang Kurang Relevan dengan
Industri Menurut Waka Humas .......................................... 85
Gambar 2.64 Kompetensi Merias Wajah Korektif yang
Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ........................... 86
Gambar 2.65 Kompetensi Merias Wajah Korektif yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
.......................................................................................... 87
Gambar 2.66 Kompetensi Merias Wajah Korektif yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka
Kurikulum .......................................................................... 88
Gambar 2.67 Kompetensi Merias Wajah Korektif yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas ... 89
Gambar 2.68 Kompetensi Olah Gerak dan Sistem
Kemudi Kompas yang Relevan dengan Industri Menurut
Du/Di ................................................................................. 90
Gambar 2.69 Kompetensi Olah Gerak dan Sistem
Kemudi Kompas yang Kurang Relevan dengan Industri
Menurut Guru Produktif ..................................................... 91
xiii
Gambar 2.70 Kompetensi Olah Gerak dan Sistem
Kemudi Kompas yang Kurang Relevan dengan Industri
Menurut Waka Kurikulum .................................................. 92
Gambar 2.71 Kompetensi Olah Gerak dan Sistem
Kemudi Kompas yang Kurang Relevan dengan Industri
Menurut Waka Humas ...................................................... 93
Gambar 2.72 Kompetensi P2TL dan Dinas Jaga Kapal
dan Komunikasi yang Relevan dengan Industri Menurut
Du/Di ................................................................................. 94
Gambar 2.73 Kompetensi P2TL dan Dinas Jaga Kapal
dan Komunikasi yang Kurang Relevan dengan Industri
Menurut Guru Produktif ..................................................... 95
Gambar 2.74 Kompetensi P2TL dan Dinas Jaga Kapal
dan Komunikasi yang Kurang Relevan dengan Industri
Menurut Waka Kurikulum .................................................. 96
Gambar 2.75 Kompetensi P2TL dan Dinas Jaga Kapal
dan Komunikasi yang Kurang Relevan dengan Industri
Menurut Waka Humas ...................................................... 97
Gambar 2.76 Kompetensi Penanganan dan Pengaturan
Muatan dan Perlengkapannya yang Relevan dengan
Industri Menurut Du/Di ...................................................... 98
Gambar 2.77 Kompetensi Penanganan dan Pengaturan
Muatan dan Perlengkapannya yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Guru Produktif ........................... 99
xiv
Gambar 2.78 Kompetensi Penanganan dan Pengaturan
Muatan dan Perlengkapannya yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Waka Kurikulum ...................... 100
Gambar 2.79 Kompetensi Penanganan dan Pengaturan
Muatan dan Perlengkapannya yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Waka Humas ........................... 101
Gambar 2.80 Kompetensi Pelayaran Datar dan Alat
Navigasi yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di .. 102
Gambar 2.81 Kompetensi Pelayaran Datar dan Alat
Navigasi yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut
Guru Produktif ................................................................. 103
Gambar 2.82 Kompetensi Pelayaran Datar dan Alat
Navigasi yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut
Waka Kurikulum .............................................................. 104
Gambar 2.83 Kompetensi Pelayaran Datar dan Alat
Navigasi yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut
Waka Humas .................................................................. 105
Gambar 2.84 Kompetensi Klaster 1 yang Kurang
Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ......................... 106
Gambar 2.85 Kompetensi Klaster 1 yang Kurang
Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif ........... 107
Gambar 2.86 Kompetensi Klaster 1 yang Kurang
Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum ......... 108
xv
Gambar 2.87 Kompetensi Klaster 1 yang Kurang
Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas ............. 109
Gambar 2.88 Kompetensi Klaster 2 yang Kurang
Relevan dengan Industri Menurut Du/Di .......................... 110
Gambar 2.89 Kompetensi Klaster 2 yang Kurang
Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif ........... 111
Gambar 2.90 Kompetensi Klaster 2 yang Kurang
Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum ......... 112
Gambar 2.91 Kompetensi Klaster 2 yang Kurang
Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas ............. 113
Gambar 2.92 Kompetensi Klaster 3 yang Kurang
Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ......................... 114
Gambar 2.93 Kompetensi Klaster 3 yang Kurang
Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif ........... 115
Gambar 2.94 Kompetensi Klaster 3 yang Kurang
Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum ......... 116
Gambar 2.95 Kompetensi Klaster 3 yang Kurang
Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas ............. 117
Gambar 3.1 Model Optimalisasi Kompetensi Siswa SMK 125
Gambar 3.2 Teaching Factory ......................................... 126
Gambar 3.3 Penyelarasan Laboratorium SMK dengan
Industri ............................................................................. 133
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sebaran Responden Berdasarkan
Kompetensi Keahlian ......................................................... 19
Tabel 2.2 Rekapitulasi Kompetensi di SMK yang Perlu
Ditingkatkan agar Relevan dengan Kebutuhan Industri
Menurut Du/Di .................................................................. 118
1
BAB I PENDAHULUAN
A. PENDIDIKAN KEJURUAN DAN TEKNOLOGI TERAPAN Salah satu pilar pendidikan tentang pemerataan
akses dan mutu pendidikan akan membuat warga negara
Indonesia memiliki kompetensi hidup (life skills) yang
akan mendorong terwujudnya pembangunan manusia
seutuhnya yang dijiwai nilai-nilai Pancasila. Hal ini sejalan
dengan amanat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan
yang bermutu bagi setiap warga negara sesuai dengan
minat dan bakat yang dimiliki tanpa memandang status
sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama dan gender
berhak memperolehnya sesuai dengan hak asasi setiap
warga Negara Indonesia.
Berdasarkan data United Nations Development
Programme (2017) bahwa peringkat mutu sumber daya
manusia (Human Development Index / HDI) Indonesia
berada pada urutan ke 116 di dunia dan 6 di ASEAN.
Sesuai data tersebut diketahui bahwa posisi daya
saing Indonesia dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN dan ASIA relatif masih rendah. Indikator tingkat
keberhasilan pembangunan nasional sangat terkait
dengan kualitas sumber daya manusia. Oleh sebab itu
2
pemerintah telah berupaya memaksimalkan
pembangunan kapasitas sumber daya manusia Indonesia
melalui sektor pendidikan, baik melalui jalur pendidikan
formal maupun jalur pendidikan non formal.
Salah satu jalur pendidikan formal yang
menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di
dunia kerja adalah Sekolah Menangah Kejuruan (SMK).
Idealnya lulusan SMK merupakan tenaga kerja tingkat
menengah yang siap pakai, dalam arti langsung bisa
bekerja di dunia usaha dan industri.
Sejalan dengan RPJMN 2015 – 2019, oleh
Direktorat PSMK dalam rencana strategis 2015 – 2019
memiliki visi “Terbentuknya Insan dan Ekosistem
Pendidikan SMK yang berkarakter dengan belandaskan
gotong royong.” Salah satu program prioritas untuk
merealisasikan visi tersebut adalah program
pengembangan Teaching Factory dan Technopark di
SMK. Permasalahan SMK saat ini umumnya terkait
dengan keterbatasan peralatan, masih rendahnya biaya
praktik, dan lingkungan belajar yang belum sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan lulusan SMK yang siap pakai, perlu
dilakukan kerjasama antara SMK dengan dunia usaha
/dunia industri dengan tujuan untuk mempercepat waktu
penyesuaian bagi lulusan SMK dalam memasuki dunia
3
kerja / dunia industri dengan tujuan untuk mempercepat
waktu penyesuaian bagi lulusan SMK dalam memasuki
dunia kerja dan pada akhirnya juga akan meningkatkan
mutu SMK.
Pertumbuhan jumlah siswa SMK baik negeri
maupun swasta menunjukkan trend yang semakin
meningkat yaitu: 4.334.987 siswa pada tahun 2015,
kemudian pada tahun 2016 meningkat menjadi 4.682.913,
sedangkan pada tahun 2017 menjadi 4.785.106 (Pusat
Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).
Sehingga komitmen pada revitalisasi SMK yang
dicanangkan pemerintah harus dijadikan momentum
untuk membuat pendidikan vokasi khususnya di SMK
akan mampu menjawab kebutuhan akan tenaga kerja
terdidik dan terampil di tingkat menengah yang
berkualitas. Namun, dari data BPS per Agustus 2017
menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT)
lulusan SMK tergolong sangat tinggi yaitu 11,41 % atau
sekitar 12,59 juta lulusan tidak terserap di dunia kerja
(Gambar 1.1). Kondisi ini menempatkan pendidikan SMK
pada pertama penyumbang pengangguran terbuka
berdasarkan jenjang pendidikan disusul SMA di urutan ke
dua dan Diploma diurutan ke tiga. Fenomena ini tentunya
sangat bertolak belakang dengan fungsi dan tujuan
diselenggarakannya pendidikan kejuruan (SMK) di
4
Indonesia, dimana lulusan SMK seharusnya siap pakai di
dunia kerja.
Gambar 1.1 Tingkat pengangguran terbuka (TPT)
Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017
Sumber: BPS (2017)
Fokus usaha untuk meningkatkan kualitas
lulusan SMK secara simultan telah disusun dan dilakukan,
baik melalui kebijakan-kebijakan maupun revitalisasi
pendidikan kejuruan, seperti: 1) Pengembangan
kelembagaan sekolah kejuruan, 2) Keterlibatan dunia
usaha dan dunia industri dalam pendidikan kejuruan, 3)
Penyelarasan kurikulum, 4) Sertifikasi kompetensi lulusan,
5) Pemenuhan sarana dan prasarana, 6) Penyediaan dan
peningkatan kualitas guru, 7) Akreditasi dan tata kelola
penyelenggaraan pendidikan kejuruan, dan 8) Regulasi-
regulasi untuk mendukung pendidikan kejuruan.
Dukungan pemerintah dalam memajukan kualitas
pendidikan kejuruan sangat serius, karena pendidikan
5
kejuruan disebut-sebut sebagai solusi yang paling relevan
terhadap masalah lapangan pekerjaan. Dukungan
pemerintah didasarkan pada data bahwa pada tahun
2025 Indonesia akan mendapat bonus demografi yaitu
tingginya usia produktif (BPS, 2010). Tingginya usia
produksi tersebut harus didukung dengan kompetensi
yang memadai untuk menyuplai kebutuhan tenaga kerja
industri-industri di dalam negeri. Sehingga pendidikan
kejuruan (SMK) dapat mengambil peran utama dalam
menyiapak generasi emas yaitu generasi usia produktif
dengan membekali kompetensi-kerampilan yang relevan
dengan kebutuhan industri saat ini.
Gambar 1.2 Demografi Penduduk Indonesia
(Sumber: BPS, 2010)
6
Di USA komitmen pemerintah dalam mendukung
ketersediaan tenaga kerja terampil diwujudkan dengan
dikeluarkannya undang-undang pendidikan kejuruan dan
teknologi terapan (Vocational and Applied Technology
Education Act of 1990 (20 U.S.C. 2301et seq.)). Sekilas
pendidikan kejuruan yang dimaksud pada undang undang
tersebut adalah sama dengan pola pendidikan kejuruan
yang kita terapkan di Indonesia yaitu: menyiapkan lulusan
yang siap bekerja di dunia kerja. The Perkins Act defines vocational-technical education as organized educational programs offering sequences of courses directly related to preparing individuals for paid or unpaid employment in current or emerging occupations requiring other than a baccalaureate or advanced degree. Programs include competency-based applied learning which contributes to an individual's academic knowledge, higher-order reasoning, problem solving skills, and the occupational-specific skills necessary for economic independence as a productive and contributing member of society. (U.S. Department of Education, 2002).
Namun, yang membedakan adalah pada
undang–undang tersebut di dalamnya ada muatan
pendidikan berbasis teknologi terapan. Pendidikan
berbasis teknologi terapan yang dimaksud adalah proses
belajar dimana sekolah berkerjasama dengan industri
mengajarkan dan melatihkan kepada siswa tentang
teknologi-teknologi terapan yang diterapkan di industri.
7
Sehingga kompetensi siswa akan meningkat dan sejalan
dengan kebutuhan di industri.
Penyiapan kompetensi untuk generasi emas
Indonesia dalam menyongsong tingginya usia produktif di
tahun 2025 dapat mengadopsi pola pendidikan kejuruan
dengan berbasis teknologi terapan. Pola pendidikan ini
akan sejalan dengan tuntutan era Revolusi Industri 4.0
yang dicirikan oleh kompleksnya permasalahan yang
akan dihadapi penduduk dunia. Semua jenis pekerjaan
semakin kompleks, hal ini disebabkan kombinasi
globalisasi dan teknologi informasi dengan kecepatannya
luar biasa dan di luar dugaan. Usia-usia produktif yang
merupakan aset bangsa ini untuk berkiprah di era
Revolusi Industri 4.0 diperlukan kecakapan dalam
menangani persoalan yang kompleks.
B. KETERAMPILAN UNTUK MASA DEPAN Pendidikan kejuruan memainkan peran penting
dalam menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai untuk
industri, khususnya bidang pekerjaan dengan level
menengah. Namun dalam kenyataanya saat ini, banyak
industri yang kesulitan mendapatkan tenaga kerja yang
siap pakai. Banyak lulusan sekolah menengah kejuruan
(SMK) yang siap bekerja sebagai karyawan, namun
sebagian besar angkatan kerja yang berpendidikan SMK
8
tersebut tidak memiliki kecocokan keterampilan atau
kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Roe (2001) mendefinisakan kompetensi sebagai
kemampuan untuk melakukan tugas atau peran secara
memadai. Kompetensi merupakan pengintegrasian
pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai pribadi dan sikap.
Kompetensi dibangun berdasarkan pengetahuan dan
keterampilan dan diperoleh melalui pengalaman kerja dan
pembelajaran. Menurut Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI), kompetensi adalah
pernyataan tentang bagaimana seseorang dapat
mendemontrasikan: keterampilan, pengetahuan dan sikap
di tempat kerja sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan oleh tempat kerja (industri).
Industri di Indonesia menghadapi tantangan
dalam mencari tenaga kerja terampil pada tingkat
keterampilan yang dibutuhkan pada era revolusi industri
4.0. Dimana teknologi berkembang lebih cepat dari
sebelumnya. Hal ini sangat penting untuk dipahami
perubahan-perubahan yang menjadi tuntutan Industri 4.0.
Pergerakan revolusi industri 4.0 atau terdapatnya revolusi
industri generasi keempat menurut Schwab (2017)
ditandai dengan munculnya supercomputer, aneka robot
canggih, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetic dan
perkembangan neuroteknologi yang dapat memungkinkan
9
manusia untuk lebih mengoptimalkan kerja fungsi syaraf
pusat otak.
Revolusi industri 4.0 telah dipandang sebagai
sebuah tantangan. Dengan adanya perkembangan
teknologi komputasi dan robotik di era revolusi industri 4.0
ini akan membawa dampak pada hilangnya pekerjaan
terutama untuk pekerja level menengah ke bawah karena
akan berubah menjadi otomatisasi (Sung, 2017). Namun,
bagi tenaga kerja terampil akan memiliki kesempatan
untuk mengambil bagian dalam berbagai tugas yang lebih
besar dan tidak lagi terkait dengan hanya satu jenis
pekerjaan tertentu. Akan ada pengurangan yang
signifikan dalam pekerjaan yang monoton dan ergonomis.
Karyawan harus berbagi ruang dengan robot cerdas.
Kerja tim akan menjadi pusat, tidak hanya di tingkat
horisontal dan vertikal, tapi juga di keseluruan tempat
kerja.
Perubahan lingkungan kerja menyesuiakan
dengan revolusi industri 4.0 akan melahirkan kompetensi
baru. Keterampilan baru ini tidak akan menggantikan
keahlian yang ada. Sebaliknya, keterampilan baru ini akan
dibutuhkan di samping keterampilan yang penting dalam
skenario saat ini. Keterampilan kerja inti terkait dapat
dikelompokkan menjadi 3 kategori dan 9 subkategori
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.3 di bawah ini:
10
Gambar 1.3 Categorization of skills into skill family
Source: World Economic Forum (2016)
Sesuai dengan survei 'Future of Jobs' yang
dilakukan oleh World Economic Forum, diharapkan
sejumlah keterampilan yang tidak dianggap penting dalam
konteks saat ini ini akan membentuk sepertiga dari
kompetensi inti yang dibutuhkan pada berbagai bidang
pekerjaan di tahun 2020 Pergeseran kebutuhan
keterampilan seperti itu didukung oleh dengan
peningkatan digitalisasi. Kemampuan untuk bekerja
dengan data dan membuat keputusan berbasis data akan
11
memainkan peran utama dalam pekerjaan di masa depan.
Dengan adopsi otomasi dan kecerdasan buatan, sejumlah
tugas yang melibatkan keterampilan teknis seperti
memecahkan masalah mesin, dan keterampilan
manajemen sumber daya lainnya. Seperti orang dan
manajemen waktu akan dihilangkan. Sesuai dengan
survei tersebut, diharapkan bahwa persentase pekerjaan
yang memerlukan Keterampilan Manajemen Keterampilan
dan Keterampilan Teknis sebagai bagian dari keahlian inti
mereka akan turun dari saat ini masing-masing 14% dan
14% menjadi 12% dan 13% pada tahun 2020. Namun,
permintaan akan keterampilan teknis yang diperlukan
untuk perbaikan dan pemeliharaan akan meningkat.
Persentase pekerjaan yang membutuhkan Kemampuan
Kognitif sebagai keterampilan inti akan meningkat menjadi
15%, dari tingkat saat ini sebesar 11% (Gambar 1.4).
12
Gambar 1.4 Change in demand for core work-related
skills, 2015-2020, all industries
Source: World Economic Forum (2016)
Manufaktur industri yang didominasi seperti
automotive diharapkan dapat melihat peningkatan
permintaan akan kemampuan kognitif, keterampilan
konten, keterampilan sistem dan keterampilan proses di
masa depan. Hal ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa
industri otomotif berada di garis depan mengadopsi
teknologi Industri 4.0 dan akan menjadi yang pertama
mengalami Industri 4.0 dalam skala yang lebih besar.
Meskipun permintaan keterampilan di tingkat
industri agregat diperkirakan akan berkembang seperti di
atas, tingkat perubahan persyaratan keterampilan dalam
keluarga pekerjaan individu bahkan lebih signifikan
13
(Gambar 1.2). Misalnya, di antara semua pekerjaan yang
membutuhkan kemampuan kognitif sebagai bagian dari
keahlian inti mereka, 52% pekerjaan tidak memiliki
persyaratan seperti sekarang dan diperkirakan akan
meningkat pada tahun 2020. Dalam 30% pekerjaan,
permintaan saat ini adalah tinggi dan diharapkan memiliki
permintaan yang stabil. Sisanya 16% dari pekerjaan yang
membutuhkan kemampuan kognitif tinggi saat ini akan
melihat penurunan pentingnya kemampuan kognitif.
Kemampuan kognitif, keterampilan sistem dan
keterampilan pemecahan masalah yang kompleks adalah
tiga keterampilan teratas yang diharapkan tinggi
permintaan dan akan tetap menjadi hal yang penting.
Kemampuan kognitif, keterampilan sistem dan
keterampilan pemecahan masalah yang kompleks adalah
tiga keterampilan teratas yang diharapkan tinggi
permintaan dan akan terus menjadi penting.
Dalam konteks Revolusi Industri 4.0, walaupun
diharapkan tenaga kerja harus memiliki keterampilan
baru, kualifikasi dan keterampilan inti yang diberikan
dalam pendidikan khususnya pendidikan kejuruan saat ini
masih akan tetap penting dan harus diperbaharui dengan
evolusi teknologi industri. Keterampilan penting yang akan
dibutuhkan dapat dikelompokkan menjadi empat kategori
utama (Gambar 1.5)
14
Gambar 1.5 Important qualifications & skills to have for
Industry 4.0
Source: Berger (2016)
C. TANTANGAN DALAM MENYIAPKAN KOMPETENSI BARU UNTUK SISWA SMK PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 Dengan dimulainya Era Revolusi Industri 4.0, Sekolah
Menengah Kejuruan tidak hanya menghadapi tantangan
dalam menyiapkan siswa yang terampil, tetapi juga
beberapa tantangan lain yang berkaitan dengan program
tenaga kerja dan pengembangan keterampilan yang telah
ada seperti di bawah ini:
1. Up-skilling: SMK harus meningkatkan keterampilan
siswa mereka melalui pelatihan internal atau
eksternal. Sebagai contoh, seorang siswa harus
mengembangkan keterampilan untuk bisa
15
mengoperasikan alat baru secara efisien. Hal ini
tentunya dituntut kerjasama dengan dunia industri.
2. Re-skilling: Industri 4.0 diharapkan menghasilkan
perpindahan kerja sampai batas tertentu. Sejumlah
pekerjaan tidak akan ada lagi. Dan sejumlah
pekerjaan baru akan tercipta. SMK harus melakukan
investasi untuk melakukan re-skilling siswa guna
mempersiapkan perubahan yang diharapkan ini.
3. Continuous Learning: Teknologi akan menjadi
usang pada tingkat yang lebih cepat. Strategi
pengembangan profesional berkelanjutan akan
diminta untuk dengan mudah menyesuaikan diri
dengan perubahan yang dibawa oleh kemajuan
teknologi.
4. Mindset changer: Mengingat bahwa siswa harus
menyesuaikan diri dengan sejumlah perubahan,
mereka akan bisa menjadi mudah menyesuaikan
perubahan atau bahkan tidak dapat menyesuaikan
dengan perubahan, akan tergantung pada bagaimana
SMK membekali siswanya. Ini akan mengharuskan
SMK mempu merencanakan pembelajaran yang
sesuai.
16
D. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DI SMK Pemerintah saat ini menyadari pentingnya
pengembangan keterampilan dalam mencapai
pertumbuhan ekonomi di masa depan dan telah
mengambil berbagai langkah untuk menjembatani
kesenjangan keterampilan. Dari peningkatan belanja
pendidikan hingga peningkatan jaringan pelatih kejuruan
dengan meluncurkan program nasional, inisiatif telah
diluncurkan untuk membuat industri angkatan kerja siap
pakai.
1. Ketidaksesuaian antara permintaan dan kesediaan:
Saat ini, pengembangan pendidikan kejuruan di
Indonesia terutama didorong oleh dorongan, yaitu
keterampilan yang diberikan oleh SMK tidak sesuai
dengan kebutuhan industri. Untuk mengatasi masalah
ini, SMK telah menjalankan program pelatihan
internal untuk memberikan keterampilan yang
diperlukan.
2. Akses: Kurangnya akses terhadap pendidikan
kejuruan juga berkontribusi terhadap kesenjangan
keterampilan yang ada saat ini karena sejumlah siswa
tidak dapat melanjutkan pendidikan kejuruan karena
jumlah sekolah kejuruan dan lembaga pelatihan yang
memadai di seluruh negeri tidak ada.
17
3. Kurangnya pelatihan industri: Saat ini, program
magang industri belum terkelola dengan baik. Hal ini
disebabkan oleh keterkaitan industri yang lemah di
Indonesia, yang mengakibatkan kurangnya
kesempatan magang bagi semua siswa.
4. Kualitas: Indonesia juga menghadapi tantangan
dalam hal kurikulum yang tidak fleksibel dan
ketinggalan zaman, kekurangan guru dan pelatih
yang berkualitas dan tidak tersedianya infrastruktur
dan bangunan yang tepat dan terkini.
18
BAB II KEBUTUHAN KOMPETENSI DI SMK
Pada bab ini disajikan hasil penelitian terkait
kebutuhan kompetensi di SMK. Sampel penelitian ini terdiri
dari SMK yang tersebar di delapan provinsi di Indonesia, yang
meliputi: DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Kepulauan Riau, Jawa Timur, Kalimantan Timur,
Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan. Adapun sebaran
responden berdasarkan masing-masing kompetensi keahliah
di SMK sampel ditunjukkan dalam tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Sebaran Responden Berdasarkan Kompetensi
Keahlian
No Kompetensi Keahlian
Jumlah Responden Jumlah
Du/Di GP WK Kur WK Hu 1 Teknik Pemesinan 8 12 8 8 36 2 Teknik Kendaraan
Ringan 7 12 7 7 33
3 Teknik Komputer dan Jaringan
10 16 10 10 46
4 Kriya Kreatif Batik dan Tekstil
2 9 2 3 16
5 Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan
3 7 3 3 16
6 Kecantikan Kulit 5 15 5 5 30
19
Sumber: data primer diolah (2018) Keterangan:
Du/Di = Dunia Usaha / Dunia Industri GP = Guru Produktif WK Kur = Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum WK Hu = Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan
Masyarakat
Responden dalam kajian yang telah dilakukan
meliputi Du/Di, Guru Produktif, Waka Kurikulum, dan Waka
Humas. Du/Di sebagai stakeholders (pengguna lulusan) SMK,
memberikan berbagai informasi terkait dengan relevansi
kompetensi yang diberikan di SMK dengan kebutuhan industri.
Guru produktif berperan dalam proses pembelajaran di SMK,
menyampaikan berbagai kompetensi yang nantinya akan
diperlukan lulusan SMK dalam bekerja di dunia industri. Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kurikulum sebagai perancang desain
kurikulum di SMK, yang idealnya selalu disesuaikan dengan
kebutuhan industri. Terakhir, Wakil Kepala Sekolah Bidang
Humas sebagai penghubung antara pihak SMK dengan
Industri.
dan Rambut 7 Nautika Kapal
Niaga 2 6 2 2 12
8 Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
6 12 4 4 26
Jumlah 43 89 41 42
20
A. KESENJANGAN KOMPETENSI DI SMK DAN KEBUTUHAN INDUSTRI Kesenjangan kompetensi yang dibahas dalam buku ini
meliputi kesenjangan dalam 8 (delapan) kompetensi
keahlian, yaitu: 1) Teknik Pemesinan, 2) Teknik
Kendaraan Ringan, 3) Teknik Komputer dan Jaringan, 4)
Kriya Kreatif Batik dan Tekstil, 5) Desain Pemodelan dan
Informasi Bangunan, 6) Kecantikan Kulit dan Rambut, 7)
Nautika Kapal Niaga, dan 8) Agribisnis Tanaman Pangan
dan Hortikultura.
1. Teknik Pemesinan Menurut pihak Du/Di, Guru Produktif, Waka
Kurikulum, dan Waka Humas masih terdapat
beberapa kesenjangan/kurang relevannya
kompetensi yang diberikan di SMK dengan kebutuhan
industri. Beberapa kompetensi tersebut dapat
dikategorikan sebagai berikut:
21
a. Pengoperasian Mesin Frais Menurut Du/Di beberapa kompetensi
pengoperasian mesin frais yang diajarkan di
kurikulum SMK sudah relevan dengan kebutuhan
industri. Namun, pada kompetensi
pengoperasian mesin frais masih terdapat tiga
kompetensi yang perlu ditingkatkan lagi agar
relevan dengan kebutuhan industri. Ketiga
kompetensi tersebut adalah menerapkan
prosedur mutu, menggunakan perkakas tangan
dan melakukan pekerjaan dengan mesin frais,
seperti terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kompetensi Pengoperasian Mesin Frais yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
57%
71%
57%
29%
14%
29%
14% 14% 14%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Menerapkan prosedur-prosedur mutu
Menggunakan perkakastangan
Melakukan pekerjaandengan mesin frais
Sangat Relevan Relevan Kurang Relevan
22
Hal ini sejalan dengan deskripsi data kuesioner
guru produktif kompetensi keahlian teknik
pemesinan, bahwa kompetensi menerapkan
prosedur mutu dan melakukan pekerjaan dengan
mesin frais masih perlu dioptimalkan agar relevan
dengan industri, seperti data pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Kompetensi Pengoperasian Mesin Frais yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Guru Produktif
Dari sudut pandang Waka Kurikulum pun
diketahui hal yang senada dengan pernyataan
Du/Di serta guru produktif, bahwa kompetensi
92%83%
92% 92%
8% 17% 8% 8%0%
10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Menerapkan prinsip-prinsip keselamatan
dan kesehatan kerja dilingkungan kerja
Menerapkanprosedur-prosedur
mutu
Membaca gambarteknik
Melakukan pekerjaandengan mesin frais
Relevan Kurang Relevan
23
menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dan
kesehatan kerja di lingkungan kerja, menerapkan
prosedur-prosedur mutu dan melakukan
pekerjaan dengan mesin frais masih perlu
ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan
industri. Hal ini bisa dilihat dalam tabel 2.3
berikut.
Gambar 2.3 Kompetensi Pengoperasian Mesin Frais yang Kurang
Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
88%
75%
88%
13%
25%
13%0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dan
kesehatan kerja dilingkungan kerja
Menerapkan prosedur-prosedur mutu
Melakukan pekerjaandengan mesin frais
Releavan Kurang Relevan
24
Berdasarkan pengamatan Waka Humas, semua
kompetensi dalam pengoperasian mesin frais
masih perlu ditingkatkan kesesuaiannya dengan
kebutuhan industri, meskipun dengan persentase
yang cukup kecil (13%). Lihat gambar 2.4 berikut
ini.
Gambar 2.4 Kompetensi Pengoperasian Mesin Frais yang perlu
Ditingkatkan Menurut Waka Humas
88%
88%
88%
88%
88%
88%
13%
13%
13%
13%
13%
13%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Menerapkan prinsip-prinsipkeselamatan dan kesehatan kerja di
lingkungan kerja
Menerapkan prosedur-prosedurmutu
Mengukur dengan menggunakanalat ukur
Membaca gambar teknik
Menggunakan perkakas tangan
Melakukan pekerjaan dengan mesinfrais
Perlu Ditingkatkan Cukup
25
b. Pengoperasian Mesin NC/CNC Menurut Du/Di dalam kompetensi pengoperasian
mesin NC/CNC masih terdapat enam kompetensi
yang perlu ditingkatkan agar relevan dengan
industri, seperti terihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Kompetensi Pengoperasian Mesin NC/CNC yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
Hasil kuesioner dari guru-guru produktif juga
menyatakan bahwa kompetensi pengoperasian
mesin NC/CNC yang diajarkan pada siswa-siwa
50%
33%
33%
33%
33%
33%
33%
50%
50%
50%
50%
50%
17%
17%
17%
17%
17%
17%
Menerapkan prosedur-prosedur mutu
Mengukur dengan menggunakan alatukur
Mengoperasikan dan mengamatimesin/proses
Mengoperasikan mesin NC/CNC (dasar)
Mengeset mesin dan program mesinNC/CNC (dasar)
Memprogram mesin NC/CNC (dasar)
Kurang Relevan Relevan Sangat Relevan
26
SMK masih perlu ditingkatkan agar relevan
dengan industri, seperti terlihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Kompetensi Pengoperasian Mesin NC/CNC yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
Hal senada juga dikemukakan oleh Waka Kurikulum,
bahwa masih terdapat beberapa kompetensi yang
perlu ditingkatkan kesesuaiannya dengan kebutuhan
industri. Kompetensi tersebut terutama memprogram
83%
75%
83%
83%
75%
67%
67%
75%
8%
17%
8%
8%
17%
17%
25%
17%
Menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dankesehatan kerja di lingkungan kerja
Menerapkan prosedur-prosedur mutu
Menggunakan perkakas tangan
Mengoperasikan dan mengamati mesin/proses
Bekerja dengan mesin umum
Mengoperasikan mesin NC/CNC (dasar)
Mengeset mesin dan program mesin NC/CNC (dasar)
Memprogram mesin NC/CNC (dasar)
Kurang Relevan Relevan
27
dan mengeset mesin NC/CNC seperti terlihat dalam
gambar 2.7 berikut.
Gambar 2.7 Kompetensi Pengoperasian Mesin NC/CNC yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
Dilihat dari sudut pandang Waka Humas juga tidak
jauh berbeda dengan pernyataan Waka Kurikulum,
bahwa kompetensi memprogram dan mengeset
mesin NC/CNC masih perlu ditingkatkan
kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.
88%
88%
88%
88%
75%
63%
50%
13%
13%
13%
13%
25%
38%
50%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Menerapkan prinsip-prinsipkeselamatan dan kesehatan kerja di
lingkungan kerja
Menerapkan prosedur-prosedurmutu
Mengoperasikan dan mengamatimesin/proses
Bekerja dengan mesin umum
Mengoperasikan mesin NC/CNC(dasar)
Mengeset mesin dan program mesinNC/CNC (dasar)
Memprogram mesin NC/CNC (dasar)
Perlu Ditingkatkan Cukup
28
Pernyataan Waka Humas terangkum dalam gambar
2.8 berikut.
Gambar 2.8 Kompetensi Pengoperasian Mesin NC/CNC yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas
88%
88%
88%
88%
88%
88%
88%
88%
75%
75%
13%
13%
13%
13%
13%
13%
13%
13%
25%
25%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Menerapkan prinsip-prinsipkeselamatan dan kesehatan kerja…
Menerapkan prosedur-prosedurmutu
Mengukur dengan menggunakanalat ukur
Menggunakan perkakas tangan
Mengoperasikan dan mengamatimesin/proses
Membaca gambar teknik
Bekerja dengan mesin umum
Mengoperasikan mesin NC/CNC(dasar)
Mengeset mesin dan program mesinNC/CNC (dasar)
Memprogram mesin NC/CNC (dasar)
Perlu Ditingkatkan Cukup
29
2. Teknik Kendaraan Ringan Kompetensi keahlian kedua yang diteliti adalah teknik
kendaraan ringan. Seperti halnya pada kompetensi
keahlian teknik pemesinan, terdapat beberapa
kompetensi yang perlu ditingkatkan agar relevan
dengan kebutuhan industri. Adapun kompetensi
dalam teknik kendaraan ringan dapat dikategorikan
sebagai berikut:
a. Pemeliharaan Kendaraan Ringan Sistem Injeksi Menurut Du/Di, dalam Pemeliharaan Kendaraan
Ringan Sistem Injeksi terdapat tiga kompetensi
yang masih perlu ditingkatkan kesesuaiannya
dengan kebutuhan industri. Tiga kompetensi
tersebut dapat dilihat dalam gambar 2.9 berikut.
30
Gambar 2.9 Kompetensi Pemeliharaan Kendaraan Ringan
Sistem Injeksi yang Kurang Relevan dengan Industri
Menurut Du/Di
Menurut Guru Produktif, kompetensi
memelihara/servis sistem kontrol emisi
merupakan prioritas utama yang harus
ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan
industri.
57%
86%
57%
29%
0%
29%
14% 14% 14%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Menggunakan danmemelihara alat ukur
Memelihara/servissistem kontrol emisi
Memelihara/servis danmemperbaiki enginemanagement system
Sangat Relevan Relevan Kurang Relevan
31
Gambar 2.10 Kompetensi Pemeliharaan Kendaraan Ringan
Sistem Injeksi yang Kurang Relevan dengan Industri
Menurut Guru Produktif
Seperti halnya pernyataan Guru Produktif, Waka
Kurikulum juga menyatakan bahwa kompetensi
memelihara sistem komtrol emisi merupakan
kompetensi yang harus diprioritaskan
kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.
75%
75%
58%
50%
50%
25%
25%
33%
42%
33%
Membaca dan memahami gambar teknik
Menggunakan dan memelihara alat ukur
Mengikuti prosedur kesehatan dankeselamatan
Memelihara/servis sistem kontrol emisi
Memelihara/servis dan memperbaikiengine management system
Kurang Relevan Relevan
32
Gambar 2.11 Kompetensi Pemeliharaan Kendaraan Ringan
Sistem Injeksi yang Kurang Relevan dengan Industri
Menurut Waka Kurikulum
Menurut Waka Humas, selain kompetensi
memelihara sistem kontrol emisi masih ada dua
kompetensi lagi yang perlu mendapatkan
prioritas untuk ditingkatkan. Dua kompetensi
tersebut adalah memperbaiki engine
100%
86%
71%
57%
86%
0%
14%
29%
43%
14%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Membaca dan memahami gambarteknik
Menggunakan dan memelihara alatukur
Mengikuti prosedur kesehatan dankeselamatan
Memelihara/servis sistem kontrolemisi
Memelihara/servis danmemperbaiki engine management
system
Perlu Ditingkatkan Cukup
33
management system dan menggunakan dan
memelihara alat ukur.
Gambar 2.12 Kompetensi Pemeliharaan Kendaraan Ringan
Sistem Injeksi yang Kurang Relevan dengan Industri
Menurut Waka Humas
b. Pemeliharaan Berkala Kendaraan Ringan Terdapat sembilan kompetensi dalam
pemeliharaan berkala kendaraan ringan yang
86%
71%
86%
57%
57%
14%
29%
0%
29%
29%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Membaca dan memahami gambarteknik
Menggunakan dan memelihara alatukur
Mengikuti prosedur kesehatan dankeselamatan
Memelihara/servis sistem kontrolemisi
Memelihara/servis danmemperbaiki engine management
system
Perlu Ditingkatkan Cukup
34
menurut Du/Di perlu ditingkatkan agar relevan
dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.13 Kompetensi Pemeliharaan Berkala Kendaraan
Ringan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
Hasil pernyataan guru produktif dalam
kuesioner sejalan dengan pernyataan Du/Di,
bahwa masih banyak terdapat kompetensi yang
57%
29%
57%
43%
43%
43%
43%
43%
57%
29%
57%
29%
43%
43%
43%
43%
43%
29%
14%
14%
14%
14%
14%
14%
14%
14%
14%
Melaksanakan pemeliharaan serviskomponen
Membaca dan memahami gambar teknik
Menggunakan dan memelihara alat ukur
Memelihara/servis engine dankomponen-komponennya
Memelihara/servis sistem pendingin dankomponennya
Memelihara/servis sistem injeksi bahanbakar diesel
Pemeliharaan/servis sistem kontrol emisi
Memelihara/servis transmisi otomatis
Memelihara/servis unit finaldrive/gardan
Kurang Relevan Relevan Sangat Relevan
35
perlu ditingkatkan dalam pemeliharaan berkala
kendaraan ringan ini. Mayoritas guru produktif
menyatakan bahwa kompetensi
memelihara/servis transmisi otomatis perlu
ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan
industri.
Gambar 2.14 Kompetensi Pemeliharaan Berkala Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru
Produktif
75%
83%
75%
67%
67%
92%
75%
50%
58%
33%
75%
25%
17%
17%
25%
33%
8%
25%
33%
33%
50%
25%
Melaksanakan pemeliharaan serviskomponen
Membaca dan memahami gambarteknik
Mengikuti prosedur kesehatan &keselamatan kerja
Menggunakan dan memeliharaperalatan dan perlengkapan tempat…
Kontribusi komunikasi di tempat kerja
Memelihara/servis engine dankomponen-komponennya
Memelihara/servis sistem pendingindan komponennya
Memelihara/servis sistem injeksi bahanbakar diesel
Pemeliharaan/servis sistem kontrolemisi
Memelihara/servis transmisi otomatis
Memelihara/servis unit finaldrive/gardan
Kurang Relevan Relevan
36
Waka Kurikulum juga menyatakan hal senada,
bahwa mayoritas kompetensi pemeliharaan
kendaraan ringan perlu ditingkatkan. Namun,
terdapat dua kompetensi yang perlu
diprioritaskan kesesuaiannya dengan kebutuhan
industri. Dua kompetensi tersebut adalah
kontribusi komunikasi dan servis transmisi
otomatis, seperti terlihat dalam gambar 2.15
berikut.
Gambar 2.15 Kompetensi Pemeliharaan Berkala Kendaraan Ringan
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
86%
86%
71%
57%
86%
71%
71%
57%
57%
14%
14%
29%
43%
14%
29%
29%
29%
43%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Melaksanakan pemeliharaan serviskomponen
Mengikuti prosedur kesehatan &keselamatan kerja
Menggunakan dan memeliharaperalatan dan perlengkapan tempat…
Kontribusi komunikasi di tempat kerja
Memelihara/servis engine dankomponen-komponennya
Memelihara/servis sistem pendingin dankomponennya
Memelihara/servis sistem injeksi bahanbakar diesel
Pemeliharaan/servis sistem kontrol emisi
Memelihara/servis transmisi otomatis
Perlu Ditingkatkan Cukup
37
Menurut Waka Humas, selain kompetensi
kontribusi komunikasi dan servis transmisi
otomatis masih ada dua kompetensi lagi yang
perlu ditingkatkan agar relevan dengan
kebutuhan industri. Dua kompetensi tersebut
adalah servis sistem kontrol emisi dan servis
sistem injeksi bahan bakar diesel. Hal ini
terangkum dalam gambar 2.16 berikut.
Gambar 2.16 Kompetensi Pemeliharaan Berkala Kendaraan Ringan
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas
71%
71%
86%
86%
71%
57%
71%
86%
14%
29%
14%
14%
29%
29%
29%
14%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Melaksanakan pemeliharaan serviskomponen
Kontribusi komunikasi di tempat kerja
Memelihara/servis engine dankomponen-komponennya
Memelihara/servis sistem pendingin dankomponennya
Memelihara/servis sistem injeksi bahanbakar diesel
Pemeliharaan/servis sistem kontrol emisi
Memelihara/servis transmisi otomatis
Memelihara/servis unit finaldrive/gardan
Perlu Ditingkatkan Cukup
38
c. Spooring Balancing Kendaraan Ringan Berikut ini beberapa kompetensi dalam spooring
balancing kendaraan ringan yang menurut Du/Di
perlu ditingkatkan agar relevan dengan
kebutuhan industri.
Gambar 2.17 Kompetensi Spooring Balancing Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
43%
71%
57%
43%
43%
43%
43%
43%
14%
29%
43%
43%
43%
43%
14%
14%
14%
14%
14%
14%
14%
Membaca dan memahami gambar teknik
Menggunakan dan memelihara alat ukur
Memelihara/servis sistem kemudi
Memelihara/servis sistem suspensi
Melaksanakan pekerjaan pelurusanroda/spooring
Membalance roda/ban
Melepas, memasang, dan menyetel roda
Kurang Relevan Relevan Sangat Relevan
39
Mayoritas guru produktif menyatakan bahwa
kompetensi membaca dan memahami gambar
teknik, mem-balance roda/ban, serta
melaksanakan pekerjaan pelurusan/spooring
masih perlu ditingkatkan.
Gambar 2.18 Kompetensi Spooring Balancing Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru
Produktif
75%
75%
75%
75%
92%
83%
75%
42%
42%
83%
17%
25%
17%
17%
8%
17%
17%
42%
42%
17%
Membaca dan memahami gambar teknik
Menggunakan dan memelihara alat ukur
Mengikuti prosedur kesehatan & keselamatan kerja
Menggunakan dan memelihara peralatan danperlengkapan tempat kerja
Melaksanakan operasi penanganan secara manual
Memelihara/servis sistem kemudi
Memelihara/servis sistem suspensi
Melaksanakan pekerjaan pelurusan roda/spooring
Membalance roda/ban
Melepas, memasang, dan menyetel roda
Kurang Relevan Relevan
40
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Waka
Kurikulum bahwa kompetensi balancing dan
spooring ban masih perlu ditingkatkan
kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.19 Kompetensi Spooring Balancing Kendaraan
Ringan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
86%
86%
86%
57%
57%
86%
14%
14%
14%
29%
43%
14%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Membaca dan memahami gambarteknik
Menggunakan dan memelihara alatukur
Memelihara/servis sistem suspensi
Melaksanakan pekerjaan pelurusanroda/spooring
Membalance roda/ban
Melepas, memasang, dan menyetelroda
Perlu Ditingkatkan Cukup
41
Menurut Waka Humas, selain kompetensi
balancing dan spooring ban, masih terdapat satu
kompetensi yang perlu dirpioritaskan untuk
ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan
industri. Kompetensi tersebut adalah
melaksanakan operasi penanganan secara
manual.
Gambar 2.20 Kompetensi Spooring Balancing Kendaraan
Ringan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas
86%
86%
43%
71%
57%
29%
29%
57%
14%
0%
43%
14%
29%
57%
57%
29%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Membaca dan memahami gambarteknik
Menggunakan dan memeliharaperalatan dan perlengkapan…
Melaksanakan operasi penanganansecara manual
Memelihara/servis sistem kemudi
Memelihara/servis sistem suspensi
Melaksanakan pekerjaan pelurusanroda/spooring
Membalance roda/ban
Melepas, memasang, dan menyetelroda
Perlu Ditingkatkan Cukup
42
d. Pemeliharaan/Servis Chasis Sebagain besar Du/Di menyatakan kompetensi
pemeliharaan/servis chasis ini sudah relevan
dengan industri. Namun, terdapat juga Du/Di
yang menyatakan belum relevan dan perlu
ditingkatkan.
Gambar 2.21 Kompetensi Pemeliharaan/Servis Chasis yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
71%
86%
57%
57%
57%
57%
43%
14%
0%
29%
29%
29%
29%
43%
14%
14%
14%
14%
14%
14%
14%
Perakitan dan pemasangan sistem remdan komponen-komponennya
Pemelihraaan/servis sistem rem
Perbaikan sistem rem
Overhaul sistem rem
Melepas, memasang, dan menyetel roda
Memelihara/servis sistem kemudi
Memelihara/servis sistem suspensi
Kurang Relevan Relevan Sangat Relevan
43
Kompetensi memelihara/servis sistem suspensi
dan kemudi serta overhaul sistem rem
merupakan kompetensi masih perlu ditingkatkan
menurut sebagian besar guru produktif.
Gambar 2.22 Kompetensi Pemeliharaan/Servis Chasis yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
92%
92%
92%
83%
92%
75%
67%
8%
8%
8%
17%
8%
25%
25%
Perakitan dan pemasangansistem rem dan komponen-
komponennya
Pemelihraaan/servis sistemrem
Perbaikan sistem rem
Overhaul sistem rem
Melepas, memasang, danmenyetel roda
Memelihara/servis sistemkemudi
Memelihara/servis sistemsuspensi
Kurang Relevan Relevan
44
Seperti halnya pernyataan guru produktif,
menurut sebagian besar Waka Kurikulum
kompetensi servis sistem suspensi dan kemudi
merupakan dua kompetensi yang perlu
ditingkatkan kesesuaiannya dengan kebutuhan
industri.
Gambar 2.23 Kompetensi Pemeliharaan/Servis Chasis yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
100%
100%
100%
100%
100%
86%
71%
0%
0%
0%
0%
0%
14%
14%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Perakitan dan pemasangan sistemrem dan komponen-komponennya
Pemelihraaan/servis sistem rem
Perbaikan sistem rem
Overhaul sistem rem
Melepas, memasang, dan menyetelroda
Memelihara/servis sistem kemudi
Memelihara/servis sistem suspensi
Perlu Ditingkatkan Cukup
45
Menurut Waka Humas, masih ada satu
kompetensi lagi yang perlu ditingkatkan selain
kompetensi servis sistem suspensi dan kemudi.
Kompetensi tersebut adalah overhaul sistem rem.
Gambar 2.24 Kompetensi Pemeliharaan/Servis Chasis yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas
100%
100%
100%
86%
100%
86%
71%
0%
0%
0%
14%
0%
14%
14%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Perakitan dan pemasangan sistemrem dan komponen-komponennya
Pemelihraaan/servis sistem rem
Perbaikan sistem rem
Overhaul sistem rem
Melepas, memasang, dan menyetelroda
Memelihara/servis sistem kemudi
Memelihara/servis sistem suspensi
Perlu Ditingkatkan Cukup
46
86%
57% 57%
29%
0%
29% 29%
43%
14% 14% 14%
29%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Perbaikan ringanpada
rangkaian/sistemkelistrikan
Memasang, menguji,dan memperbaiki
sistem penerangandan wiring
Memasang, menguji,dan memperbaikisistem pengaman
kelistrikan dankomponennya
Memasangperlengkapan
kelistrikan tambahan(aksesoris)
Sangat Relevan Relevan Kurang Relevan
e. Pemeliharaan Sistem Elektrikal (Kelistrikan Body) Menurut Du/Di kompetensi memasang
perlengkapan listrik tambahan (aksesoris)
merupakan kompetensi yang belum relevan
dengan persentase terbesar, sehingga
kompetensi tersebut perlu ditingkatkan.
Gambar 2.25 Kompetensi Pemeliharaan Sistem Elektrikal (Kelistrikan Body) yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut
Du/Di
47
Menurut guru produktif, kompetensi memasang,
menguji dan memperbaiki sistem pengaman
kelistrikan dan komponennya merupakan
kompetensi yang perlu ditingkatkan dengan
persentase terbesar.
Gambar 2.26 Kompetensi Pemeliharaan Sistem Elektrikal
(Kelistrikan Body) yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut
Guru Produktif
75%
67%
58% 58%
17%
33%
42%
33%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Perbaikan ringan padarangkaian/sistem
kelistrikan
Memasang, menguji,dan memperbaiki sistempenerangan dan wiring
Memasang, menguji,dan memperbaiki sistem
pengaman kelistrikandan komponennya
Memasangperlengkapan kelistrikan
tambahan (aksesoris)
Relevan Kurang Relevan
48
Berbeda dengan guru produktif, menurut Waka
Kurikulum, kompetensi yang perlu mendapatkan
prioritas untuk ditingkatkan agar sesuai dengan
kebutuhan industri adalah kompetensi
memasang perlengkapan kelistrikan tambahan
(aksesoris).
Gambar 2.27 Kompetensi Pemeliharaan Sistem Elektrikal
(Kelistrikan Body) yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut
Waka Kurikulum
86%
71% 71%
57%
14%
29% 29%
43%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Perbaikan ringanpada
rangkaian/sistemkelistrikan
Memasang,menguji, danmemperbaiki
sistempenerangan dan
wiring
Memasang,menguji, danmemperbaiki
sistem pengamankelistrikan dankomponennya
Memasangperlengkapan
kelistrikantambahan(aksesoris)
Cukup Perlu Ditingkatkan
49
Pernyataan Waka Kurikulum sebagaimana
ditampilkan dalam Gambar 2.27 tersebut juga
didukung oleh Waka Humas. Menurut Waka
Humas kompetensi memasang perlengkapan
kelistrikan tambahan (aksesoris) memang perlu
ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan
industri.
Gambar 2.28 Kompetensi Pemeliharaan Sistem Elektrikal
(Kelistrikan Body) yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut
Waka Humas
86%
71% 71%
57%
14%
29% 29%
43%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Perbaikan ringanpada
rangkaian/sistemkelistrikan
Memasang,menguji, danmemperbaiki
sistempenerangan dan
wiring
Memasang,menguji, danmemperbaiki
sistem pengamankelistrikan dankomponennya
Memasangperlengkapan
kelistrikantambahan(aksesoris)
Cukup Perlu Ditingkatkan
50
f. Pemeliharaan AC Pada Kendaraan Kompetensi memperbaiki/retrofit sistem A/C
merupakan kompetensi yang perlu ditingkatkan
dengan persentase terbesar menurut Du/Di.
Selain itu, kompetensi lain yang juga perlu
ditingkatkan adalah memasang sistem A/C dan
overhaul komponan sistem A/C.
Gambar 2.29 Kompetensi Pemeliharaan AC Pada Kendaraan
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
43% 43% 43%
57%
43% 43%
29% 29%
14% 14%
29%
14%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Memasang sistem A/C (AirConditioner)
Overhaul komponen sistemA/C (Air Conditioner)
Memperbaiki/retrofit sistemA/C (Air Conditioner)
Memelihara/servis sistemA/C (Air Conditioner)
Sangat Relevan Relevan Kurang Relevan
51
Hal senada juga dikemukakan oleh mayoritas
guru produktif, yaitu bahwa memperbaiki/retrofit
sistem A/C merupakan kompetensi yang perlu
ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan
industri.
Gambar 2.30 Kompetensi Pemeliharaan AC Pada Kendaraan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru
Produktif
42%
33%
25%
50%
33%
50% 50%
42%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Memasang sistem A/C (AirConditioner)
Overhaul komponen sistemA/C (Air Conditioner)
Memperbaiki/retrofitsistem A/C (Air Conditioner)
Memelihara/servis sistemA/C (Air Conditioner)
Relevan Kurang Relevan
52
Pendapat Waka Kurikulum berbeda dengan Du/Di
maupun Guru Produktif. Menurut Waka Kurikulum,
kompetensi Memelihara/servis sistem A/C (Air
Conditioner) yang perlu mendapatkan prioritas untuk
ditingkatkan kesesuaiannya dengan kebutuhan
industri.
Gambar 2.31 Kompetensi Pemeliharaan AC Pada Kendaraan
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
57% 57% 57%
43%43% 43% 43%
57%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Memasang sistemA/C (Air Conditioner)
Overhaul komponensistem A/C (Air
Conditioner)
Memperbaiki/retrofitsistem A/C (Air
Conditioner)
Memelihara/servissistem A/C (Air
Conditioner)
Cukup Perlu Ditingkatkan
53
Menurut Waka Humas, kompetensi yang perlu
ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan industri
adalah kompetensi overhaul komponen sistem A/C
dan memelihara/servis sistem A/C.
Gambar 2.32 Kompetensi Pemeliharaan AC Pada Kendaraan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas
57% 57% 57% 57%
14%
29%
14%
29%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Memasang sistemA/C (Air Conditioner)
Overhaul komponensistem A/C (Air
Conditioner)
Memperbaiki/retrofitsistem A/C (Air
Conditioner)
Memelihara/servissistem A/C (Air
Conditioner)
Cukup Perlu Ditingkatkan
54
3. Teknik Komputer dan Jaringan Teknik Komputer Jaringan mempunyai beberapa
kompetensi yang bisa dikelompokkan menjadi dua
kategori, yaitu konfigurasi perangkat jaringan
komputer dan konfigurasi routing pada perangkat
jaringan komputer.
a. Konfigurasi Perangkat Jaringan Komputer Pada konfigurasi perangkat jaringan komputer,
menurut Du/Di semua kompetensi yang
disampaikan di SMK sudah sangat relevan
dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.33 Kompetensi Konfigurasi Perangkat Jaringan Komputer yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
90%
80%
70%
70%
70%
80%
10%
20%
30%
30%
30%
20%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Menentukan spesifikasi perangkatjaringan
Memasang jaringan nirkabel
Merancang topologi jaringan
Merancang pengalamatan jaringan
Mengkonfigurasi switch padajaringan
Memasang perangkat jaringan kedaiam sistem jaringan
Relevan Sangat Relevan
55
Berbeda dengan Du/Di, menurut guru produktif,
masih ada beberapa kompetensi yang perlu
ditingkatkan supaya relevan dengan kebutuhan
industri. Salah satu kompetensi yang perlu
ditingkatkan adalah merancang topologi jaringan.
Gambar 2.34 Kompetensi Konfigurasi Perangkat Jaringan
Komputer yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
94%
88%
75%
94%
88%
94%
6%
13%
25%
6%
6%
6%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Menentukan spesifikasi perangkatjaringan
Memasang jaringan nirkabel
Merancang topologi jaringan
Merancang pengalamatan jaringan
Mengkonfigurasi switch padajaringan
Memasang perangkat jaringan kedaiam sistem jaringan
Perlu Ditingkatkan Cukup
56
Waka Kurikulum juga menyatakan hal yang
senada dengan Guru Produktif, bahwa masih
terdapat beberapa kompetensi yang perlu
ditingkatkan. Menurut Waka Kurikulum,
kompetensi yang masih perlu ditingkatkan
kesesuaiannya dengan kebutuhan industri adalah
memasang jaringan nirkabel.
Gambar 2.35 Kompetensi Konfigurasi Perangkat Jaringan
Komputer yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
100%
80%
90%
90%
90%
90%
0%
20%
10%
10%
10%
10%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Menentukan spesifikasi perangkatjaringan
Memasang jaringan nirkabel
Merancang topologi jaringan
Merancang pengalamatan jaringan
Mengkonfigurasi switch padajaringan
Memasang perangkat jaringan kedaiam sistem jaringan
Perlu Ditingkatkan Cukup
57
Hal yang senada dengan pernyataan Guru
Produktif dan Waka Kurikulum juga disampaikan
oleh Waka Humas. Menurut Waka Humas
kompetensi memasang jaringan nirkabel dan
merancang topologi jaringan merupakan
kompetensi yang perlu ditingkatkan agar relevan
dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.36 Kompetensi Konfigurasi Perangkat Jaringan
Komputer yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas
90%
70%
70%
80%
90%
80%
10%
30%
30%
20%
10%
20%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Menentukan spesifikasi perangkatjaringan
Memasang jaringan nirkabel
Merancang topologi jaringan
Merancang pengalamatan jaringan
Mengkonfigurasi switch padajaringan
Memasang perangkat jaringan kedaiam sistem jaringan
Perlu Ditingkatkan Cukup
58
b. Konfigurasi Routing Pada Perangkat Jaringan Komputer Menurut Du/Di terdapat satu kompetensi dalam
konfigurasi routing pada perangkat jaringan
komputer yang perlu ditingkatkan agar relevan
dengan kebutuhan industri. Kompetensi tersebut
adalah memonitor keamanan dan pengaturan
akun pengguna dalam jaringan komputer,
sebagaimana ditampilkan dalam gambar 2.37
berikut.
Gambar 2.37 Kompetensi Konfigurasi Routing Pada Perangkat
Jaringan Komputer yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
60%
50%
60%
40%
40%
40%
0%
10%
0%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
Mengkonfigurasi routing padaperangkat jaringan dalam satu
autonomous system
Memonitor keamanan danpengaturan akun pengguna dalam
jaringan komputer
Mengganti perangkat jaringan sesuaidengan kebutuhan baru
Kurang Relevan Relevan Sangat Relevan
59
Menurut Guru Produktif, selain kompetensi
memonitor keamanan dan pengaturan akun
pengguna dalam jaringan komputer, masih
terdapat satu kompetensi lagi yang masih perlu
ditingkatkan. Kompetensi tersebut adalah
mengkonfigurasi routing pada perangkat jaringan
dalam satu autonomous system.
Gambar 2.38 Kompetensi Konfigurasi Routing Pada Perangkat
Jaringan Komputer yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
81% 81%88%
19% 19%13%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Mengkonfigurasirouting pada perangkat
jaringan dalam satuautonomous system
Memonitor keamanandan pengaturan akun
pengguna dalamjaringan komputer
Mengganti perangkatjaringan sesuai dengan
kebutuhan baru
Cukup Perlu Ditingkatkan
60
Berbeda dengan Du/Di dan Guru Produktif,
menurut Waka Kurikulum kompetensi mengganti
perangkat jaringan sesuai dengan kebutuhan
baru merupakan kompetensi yang masih perlu
ditingkatkan agar sesuai dengan kebutuhan
industri. Pernyataan Waka Kurikulum tersebut
terlihat dalam gambar 2.39 berikut.
Gambar 2.39 Kompetensi Konfigurasi Routing Pada Perangkat
Jaringan Komputer yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
89%
80%
70%
11%
20%
30%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Mengkonfigurasirouting pada perangkat
jaringan dalam satuautonomous system
Memonitor keamanandan pengaturan akun
pengguna dalamjaringan komputer
Mengganti perangkatjaringan sesuai dengan
kebutuhan baru
Cukup Perlu Ditingkatkan
61
Sama halnya dengan Du/Di dan Guru Produktif,
Waka Humas menyatakan bahwa kompetensi
memonitor keamanan dan pengaturan akun
pengguna dalam jaringan komputer masih perlu
ditingkatkan kesesuaiannya dengan kebutuhan
industri.
Gambar 2.40 Kompetensi Konfigurasi Routing Pada Perangkat
Jaringan Komputer yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas
80%
70%
80%
20%
30%
20%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Mengkonfigurasirouting pada perangkat
jaringan dalam satuautonomous system
Memonitor keamanandan pengaturan akun
pengguna dalamjaringan komputer
Mengganti perangkatjaringan sesuai dengan
kebutuhan baru
Cukup Perlu Ditingkatkan
62
4. Kriya Kreatif Batik dan Tekstil Dalam kompetensi keahlian kriya kreatif batik dan
tekstil, terdapat dua kompetensi yang belum relevan
dengan kebutuhan industri, sehingga perlu
ditingkatkan. Menurut Du/Di, kompetensi tersebut
terdapat dalam kategori batik cap, yaitu kompetensi
mewarnai kain batik dengan cara mencolet dan
mewarnai kain batik dengan cara mencelup. Dua
kompetensi tersebut perlu ditingkatkan agar sesuai
dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.41 Kompetensi Kriya Kreatif Batik dan Tekstil yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
50%
0%
50%
100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Mewarnai kain batik dengan caramencolet
Mewarnai kain batik dengan caramencelup
Sangat Relevan Kurang Relevan
63
Menurut guru produktif, kompetensi yang belum
relevan dengan industri bukan hanya dari kategori
batik cap saja, melainkan juga terdapat pada kategori
lain.
Gambar 2.42 Kompetensi Kriya Kreatif Batik dan Tekstil yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
88%
88%
88%
88%
88%
50%
25%
88%
88%
88%
13%
13%
13%
13%
13%
25%
38%
13%
13%
13%
Memindahkan pola batik dengan cara ngeblat
Mewarnai kain batik dengan cara mencelup
Menggunakan peralatan yang dijalankan dengantenaga listrik untuk pembuatan kriya tekstil
Kriya tekstil jahit tindas/aplikasi untuk keperluanbusana dan keperluan rumah tangga
Menjahit tindas lembaran untuk komponenpelengkapan pakaian
Menggunakan peralatan yang dijalankan dengantenaga listrik untuk pembuatan kriya tekstil
Membuat sulam sulam/ bordir denganmenggunakan mesin jahit biasa dan mesin jahit
listrik
Membuat tenun/tapestri dengan ATBM
Menenun/tapestri dengan berbagai strukturtenunan
Menenun/tapestri dengan berbagai macam seratvariasi warna dan anyaman
Batik
Cap
Jahi
tSu
lam
Tenu
n
Kurang Relevan Relevan
64
Menurut Waka Kurikulum kompetensi melaksanakan
prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K-3)
merupakan kompetensi yang perlu ditingkatkan baik
itu pada batik cap, jahit, sulam, tenun, maupun cetak
saring.
Gambar 2.43 Kompetensi Kriya Kreatif Batik dan Tekstil yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
Mewarnai kain batik dengan caramencelup
Melaksanakan Prosedur Kesehatandan Keselamatan Kerja (K-3)
Melaksanakan Prosedur Kesehatandan Keselamatan Kerja (K-3)
Menggunakan peralatan yangdijalankan dengan tenaga listrikuntuk pembuatan kriya tekstil
Melaksanakan Prosedur Kesehatandan Keselamatan Kerja (K-3)
Melaksanakan Prosedur Kesehatandan Keselamatan Kerja (K-3)
Membuat karya cetak saring tanpafilm/kodactrace
Melaksanakan Prosedur Kesehatandan Keselamatan Kerja (K-3)
Batik
Cap
Jahi
tSu
lam
Tenu
nCe
tak
Sarin
g
Perlu Ditingkatkan Cukup
65
Waka Humas menyatakan bahwa beberapa
kompetensi yang perlu ditingkatkan adalah pada batik
cap dan sulam. Kompetensi pada batik cap terutama
dalam kompetensi memindahkan pola batik dengan
cara ngeblat dan mewarnai kain batik dengan cara
mencelup. Sedangkan pada sulam, kompetensi yang
perlu ditingkatkan adalah jahit strimin/kristik, berupa
sulaman silang-silang benang yang berulang dan
beratur.
Gambar 2.44 Kompetensi Kriya Kreatif Batik dan Tekstil yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas
67% 67% 67%
33% 33% 33%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Memindahkan polabatik dengan cara
ngeblat
Mewarnai kain batikdengan cara mencelup
Jahit strimin/kristik,berupa sulaman silang-
silang benang yangberulang dan beratur
Batik Cap Sulam
Cukup Perlu Ditingkatkan
66
5. Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan Kompetensi dalam Desain Pemodelan dan Informasi
Bangunan dapat dikategorikan menjadi tiga jenis,
yaitu kompetensi menggambar arsitektur,
menggambar struktur serta menggambar jalan dan
jembatan.
a. Kompetensi Menggambar Arsitektur Menurut Du/Di semua kompetensi menggambar
arsitektur yang diberikan di SMK sudah relevan
dengan kebutuhan dunia industri, sebagaimana
ditampilkan dalam gambar 2.45 berikut.
Gambar 2.45 Kompetensi Menggambar Arsitektur yang Relevan
dengan Industri Menurut Du/Di
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Menggambar proyeksi bangunan
Menggambar rencana tapak
Menggambar denah
Menggambar tampak
Menggambar potongan
Menggambar rencana kusen dan daunpintu/jendela dari kayu
Menggambar konstruksi tangga danrailing dari besi/baja
Menggambar konstruksi langit-langitkonvensional
Menggambar detai kamar mandi/WC
Relevan Sangat Relevan
67
Berbeda dengan Du/Di, menurut Guru Produktif
terdapat dua kompetensi yang masih perlu
ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan
industri. Dua kompetensi tersebut adalah
menggambar rencana tapak dan menggambar
rencana kusen dan daun pintu/jendela dari kayu.
Gambar 2.46 Kompetensi Menggambar Arsitektur yang Kurang
Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
100%
57%
100%
100%
100%
86%
100%
100%
100%
0%
43%
0%
0%
0%
14%
0%
0%
0%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Menggambar proyeksi bangunan
Menggambar rencana tapak
Menggambar denah
Menggambar tampak
Menggambar potongan
Menggambar rencana kusen dandaun pintu/jendela dari kayu
Menggambar konstruksi tangga danrailing dari besi/baja
Menggambar konstruksi langit-langit konvensional
Menggambar detai kamarmandi/WC
Perlu Ditingkatkan Cukup
68
Waka Kurikulum menyatakan hal senada dengan
Du/Di bahwa semua kompetensi dalam
menggambar arsitektur sudah relevan dengan
kebutuhan industri. Namun, Waka Humas
menyatakan bahwa kompetensi menggambar
detil kamar mandi masih perlu ditingkatkan
kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.47 Kompetensi Menggambar Arsitektur yang Kurang
Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
67%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
33%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Menggambar proyeksi bangunan
Menggambar rencana tapak
Menggambar denah
Menggambar tampak
Menggambar potongan
Menggambar rencana kusen dandaun pintu/jendela dari kayu
Menggambar konstruksi tangga danrailing dari besi/baja
Menggambar konstruksi langit-langit konvensional
Menggambar detai kamarmandi/WC
Perlu Ditingkatkan Cukup
69
b. Kompetensi Menggambar Struktur Seperti halnya pada kompetensi menggambar
arsitektur, dalam kompetensi menggambar
struktur ini menurut Du/Di semua kompetensi
yang disampaikan di SMK sudah relevan dengan
kebutuhan industri. Hal ini bisa dilihat dalam
gambar 2.48 berikut.
Gambar 2.48 Kompetensi Menggambar Struktur yang
Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
67% 67% 67% 67%
33% 33% 33% 33%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Menggambar/plotpeta, diagram dan
profil
Membuat draftgambar rinci
bangunan, instalasidan proyekkonstruksi
Mengaplikasikansketsa kasar
gambar, spesifikasidan data teknik
Mengerjakanrencana anggaran
final (ownerestimate)
Sangat Relevan Relevan
70
Berbeda dengan pernyataan Du/Di, menurut
Guru Produktif, kompetensi menggambar
konstruksi rangka atap sistem kuda-kuda dari
baja pelat siku masih perlu ditingkatkan agar
relevan dengan kebutuhan industri. Lihat gambar
2.49 berikut.
Gambar 2.49 Kompetensi Menggambar Struktur yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
100% 100% 100%
43%
0% 0% 0%
43%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Menggambarkonstruksi
pondasi dangkaltelapak dari
beton bertulang
Menggambarrencana pelat
lantai
Menggambarrencana balokdan kolom dari
beton bertulang
Menggambarkonstruksi rangkaatap sistem kuda-
kuda dari bajapelat siku
Cukup Perlu Ditingkatkan
71
Seperti halnya Guru Produktif, Waka Kurikulum
juga menyatakan bahwa kompetensi
menggambar konstruksi rangka atas sistem
kuda-kuda dari baja pelat siku perlu ditingkatkan
kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.
Sedangkan Waka Humas senada dengan Du/Di
yang menyatakan semua kompetensi
menggambar struktur sudah relevan dengan
kebutuhan industri.
Gambar 2.50 Kompetensi Menggambar Struktur yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
100% 100% 100%
67%
0% 0% 0%
33%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Menggambarkonstruksi
pondasi dangkaltelapak dari
beton bertulang
Menggambarrencana pelat
lantai
Menggambarrencana balokdan kolom dari
beton bertulang
Menggambarkonstruksi rangkaatap sistem kuda-
kuda dari bajapelat siku
Cukup Perlu Ditingkatkan
72
c. Kompetensi Menggambar Jalan dan Jembatan Du/Di menyatakan bahwa semua kompetensi
dalam menggambar jalan dan jembatan sudah
relevan dengan kebutuhan industri. Lihat gambar
2.51 berikut ini.
Gambar 2.51 Kompetensi Menggambar Menggambar Jalan
dan Jembatan yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
67%
67%
67%
67%
33%
33%
33%
33%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
Menggambar/plot peta, diagramdan profil
Membuat draft gambar rincibangunan, instalasi dan proyek
konstruksi
Mengaplikasikan sketsa kasargambar, spesifikasi dan data teknik
Mengerjakan rencana anggaran final(owner estimate)
Relevan Sangat Relevan
73
Mayoritas Guru Produktif menyatakan bahwa
semua kompetensi menggambar jalan dan
jembatan sudah relevan. Namun, terdapat
sebagian Guru Produktif yang menyatakan
bahwa keempat kompetensi dalam menggambar
jalan dan jembatan masih perlu ditingkatkan
kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.52 Kompetensi Menggambar Jalan dan Jembatan
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru
Produktif
86%
86%
86%
86%
14%
14%
14%
14%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Menggambar/plot peta, diagramdan profil
Membuat draft gambar rincibangunan, instalasi dan proyek
konstruksi
Mengaplikasikan sketsa kasargambar, spesifikasi dan data teknik
Mengerjakan rencana anggaran final(owner estimate)
Perlu Ditingkatkan Cukup
74
Waka Humas menyatakan bahwa semua
kompetensi menggambar jalan dan jembatan
sudah relevan dengan kebutuhan industri.
Namun, menurut Waka Kurikulum kompetensi
mengerjakan rencana anggaran final (owner
estimate) masih perlu ditingkatkan agar relevan
dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.53 Kompetensi Menggambar Jalan dan Jembatan
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka
Kurikulum
100%
100%
100%
67%
0%
0%
0%
33%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Menggambar/plot peta, diagramdan profil
Membuat draft gambar rincibangunan, instalasi dan proyek
konstruksi
Mengaplikasikan sketsa kasargambar, spesifikasi dan data teknik
Mengerjakan rencana anggaran final(owner estimate)
Perlu Ditingkatkan Cukup
75
6. Kecantikan Kulit dan Rambut Kompetensi keahlian kecantikan kulit dan rambut
terdiri dari empat jenis kompetensi, yaitu perawatan
kulit kepala dan pengeringan rambut; perawatan
tangan, kaki dan badan; pemangkasan, pratata dan
pengeritingan rambut; serta merias wajah korektif.
a. Perawatan Kulit Kepala dan Pengeringan Rambut Du/Di menyatakan bahwa semua kompetensi
perawatan kulit kepala dan pengeringan rambut
yang disampaikan di SMK sudah sesuai dengan
tuntutan industri. Pernyataan Du/Di ini terangkum
dalam gambar 2.54 berikut.
76
Gambar 2.54 Kompetensi Perawatan Kulit Kepala dan
Pengeringan Rambut yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
Berbeda dengan Du/Di, menurut Guru Produktif
kompetensi merawat dan membentuk hairpiece
60%
60%
60%
60%
60%
60%
80%
80%
60%
60%
40%
40%
40%
40%
40%
40%
20%
20%
40%
40%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Menerapkan lingkungan kerja bersih danaman sesuai prinsip kesehatan dan
keselamatan kerja
Melakukan persiapan kerja
Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu
Melakukan komunikasi denganpelanggan
Melakukan komunikasi dengan temansejawat
Mencuci rambut
Mengeringkan rambut dengan alatpengering
Merawat kulit kepala dan rambut
Merawat dan membentuk hairpiece
Melakukan penataan rambut (styling)
Relevan Sangat Relevan
77
masih perlu ditingkatkan agar relevan dengan
kebutuhan industri.
Gambar 2.55 Kompetensi Perawatan Kulit Kepala dan
Pengeringan Rambut yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
60%
100%
40%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan
dan keselamatan kerja
Melakukan persiapan kerja
Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu
Melakukan komunikasi denganpelanggan
Melakukan komunikasi denganteman sejawat
Mencuci rambut
Mengeringkan rambut dengan alatpengering
Merawat kulit kepala dan rambut
Merawat dan membentuk hairpiece
Melakukan penataan rambut(styling)
Perlu Ditingkatkan Cukup
78
Menurut Waka Kurikulum selain kompetensi
merawat dan membentuk hairpiece, kompetensi
melakukan persiapan kerja juga perlu
ditingkatkan.
Gambar 2.56 Kompetensi Perawatan Kulit Kepala dan
Pengeringan Rambut yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
100%
75%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
50%
100%
0%
25%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
50%
0%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan…
Melakukan persiapan kerja
Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu
Melakukan komunikasi denganpelanggan
Melakukan komunikasi denganteman sejawat
Mencuci rambut
Mengeringkan rambut dengan alatpengering
Merawat kulit kepala dan rambut
Merawat dan membentuk hairpiece
Melakukan penataan rambut(styling)
Perlu Ditingkatkan Cukup
79
Waka Humas menyatakan hal yang sama
dengan Guru Produktif dan Waka Kurikulum
bahwa kompetensi merawat dan membentuk
hairpiece masih perlu ditingkatkan.
Gambar 2.57 Kompetensi Perawatan Kulit Kepala dan
Pengeringan Rambut yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
60%
100%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
40%
0%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan…
Melakukan persiapan kerja
Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu
Melakukan komunikasi denganpelanggan
Melakukan komunikasi denganteman sejawat
Mencuci rambut
Mengeringkan rambut dengan alatpengering
Merawat kulit kepala dan rambut
Merawat dan membentuk hairpiece
Melakukan penataan rambut(styling)
Perlu Ditingkatkan Cukup
80
b. Perawatan Tangan, Kaki dan Badan Menurut Du/Di, Waka Kurikulum dan Waka
Humas semua kompetensi perawatan tangan,
kaki dan badang yang diberikan di SMK sudah
sesuai dengan kebutuhan industri. Lihat gambar
2.58 berikut.
Gambar 2.58 Kompetensi Perawatan Tangan, Kaki dan Badan yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
60%
60%
60%
60%
80%
60%
60%
60%
40%
40%
40%
40%
20%
40%
40%
40%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan
dan keselamatan kerja
Melakukan persiapan kerja
Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu
Melakukan komunikasi denganpelanggan
Melakukan komunikasi denganteman sejawat
Merawat tangan dan mewarnaikuku
Merawat kaki dan mewarnai kuku
Merawat badan secara tradisional
Relevan Sangat Relevan
81
Guru Produktif menyatakan bahwa masih ada
kompetensi perawatan tangan, kaki dan badan
yang masih perlu ditingkatkan. Kompetensi
tersebut adalah merawat badan secara
tradisional.
Gambar 2.59 Kompetensi Perawatan Tangan, Kaki dan
Badan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
73%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
27%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan
dan keselamatan kerja
Melakukan persiapan kerja
Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu
Melakukan komunikasi denganpelanggan
Melakukan komunikasi denganteman sejawat
Merawat tangan dan mewarnaikuku
Merawat kaki dan mewarnai kuku
Merawat badan secara tradisional
Perlu Ditingkatkan Cukup
82
c. Pemangkasan, Pratata dan Pengeritingan Rambut Du/Di menyatakan bahwa semua kompetensi
pemangkasan, pratata dan pengeritingan rambut
yang disampaikan di SMK sudah relevan dengan
kebutuhan industri.
Gambar 2.60 Kompetensi Pemangkasan, Pratata dan Pengeritingan Rambut yang Relevan dengan Industri
Menurut Du/Di
40%
40%
40%
40%
60%
60%
60%
100%
40%
40%
40%
40%
20%
20%
20%
0%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan…
Melakukan persiapan kerja
Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu
Melakukan komunikasi denganpelanggan
Melakukan komunikasi denganteman sejawat
Memangkas rambut
Melakukan pratata
Mengeriting rambut
Relevan Sangat Relevan
83
Menurut Guru Produktif terdapat tiga kompetensi
yang masih perlu ditingkatkan kesesuaiannya
dengan kebutuhan industri. Tiga kompetensi
tersebut adalah melakukan pratata, memangkas
dan mengeriting rambut.
Gambar 2.61 Kompetensi Pemangkasan, Pratata dan
Pengeritingan Rambut yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
100%
100%
100%
100%
100%
87%
73%
80%
0%
0%
0%
0%
0%
13%
27%
20%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan
dan keselamatan kerja
Melakukan persiapan kerja
Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu
Melakukan komunikasi denganpelanggan
Melakukan komunikasi denganteman sejawat
Memangkas rambut
Melakukan pratata
Mengeriting rambut
Perlu Ditingkatkan Cukup
84
Pernyataan yang senada dengan Guru Produktif
juga diungkapkan oleh Waka Kurikulum (Gambar
2.62) dan Waka Humas (Gambar 2.63) bahwa
kompetensi melakukan pratata, memangkas dan
mengeriting rambut masih perlu ditingkatkan.
Gambar 2.62 Kompetensi Pemangkasan, Pratata dan
Pengeritingan Rambut yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
100%
100%
100%
100%
100%
75%
50%
75%
0%
0%
0%
0%
0%
25%
50%
25%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan
dan keselamatan kerja
Melakukan persiapan kerja
Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu
Melakukan komunikasi denganpelanggan
Melakukan komunikasi denganteman sejawat
Memangkas rambut
Melakukan pratata
Mengeriting rambut
Perlu Ditingkatkan Cukup
85
Gambar 2.63 Kompetensi Pemangkasan, Pratata dan
Pengeritingan Rambut yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas
100%
100%
100%
100%
100%
80%
60%
60%
0%
0%
0%
0%
0%
20%
40%
40%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan
dan keselamatan kerja
Melakukan persiapan kerja
Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu
Melakukan komunikasi denganpelanggan
Melakukan komunikasi denganteman sejawat
Memangkas rambut
Melakukan pratata
Mengeriting rambut
Perlu Ditingkatkan Cukup
86
d. Merias Wajah Korektif Seperti halnya pada jenis kompetensi lainnya,
pada kompetensi merias wajah korektif ini Du/Di
menyatakan bahwa semua kompetensinya
relevan dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.64 Kompetensi Merias Wajah Korektif yang
Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
60%
60%
60%
60%
80%
40%
40%
40%
60%
40%
40%
40%
40%
20%
60%
60%
60%
40%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan…
Melakukan persiapan kerja
Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu
Melakukan komunikasi denganpelanggan
Melakukan komunikasi denganteman sejawat
Merias wajah cicatri
Merias wajah geriatri
Merias wajah panggung
Menjual produk dan jasa kecantikan
Relevan Sangat Relevan
87
Sangat berbeda dengan pernyataan Du/Di,
menurut Guru Produktif, semua kompetensi
dalam merias wajah korektif perlu ditingkatkan
agar relevan dengan kebutuhan industri,
terutama pada kompetensi menjual produk dan
jasa kecantikan.
Gambar 2.65 Kompetensi Merias Wajah Korektif yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
93%
93%
93%
93%
93%
67%
67%
80%
60%
7%
7%
7%
7%
7%
33%
33%
20%
40%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan…
Melakukan persiapan kerja
Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu
Melakukan komunikasi denganpelanggan
Melakukan komunikasi denganteman sejawat
Merias wajah cicatri
Merias wajah geriatri
Merias wajah panggung
Menjual produk dan jasa kecantikan
Perlu Ditingkatkan Cukup
88
Waka Kurikulum (Gambar 2.66) dan Waka
Humas (Gambar 2.67) menyatakan hal senada
dengan Guru Produktif, bahwa masih terdapat
beberapa kompetensi yang perlu ditingkatkan
dalam merias wajah korektif.
Gambar 2.66 Kompetensi Merias Wajah Korektif yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
100%
100%
100%
100%
100%
75%
75%
75%
100%
0%
0%
0%
0%
0%
25%
25%
25%
0%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan…
Melakukan persiapan kerja
Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu
Melakukan komunikasi denganpelanggan
Melakukan komunikasi denganteman sejawat
Merias wajah cicatri
Merias wajah geriatri
Merias wajah panggung
Menjual produk dan jasa kecantikan
Perlu Ditingkatkan Cukup
89
Gambar 2.67 Kompetensi Merias Wajah Korektif yang
Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas
100%
100%
100%
100%
100%
80%
80%
80%
100%
0%
0%
0%
0%
0%
20%
20%
20%
0%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan
dan keselamatan kerja
Melakukan persiapan kerja
Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu
Melakukan komunikasi denganpelanggan
Melakukan komunikasi denganteman sejawat
Merias wajah cicatri
Merias wajah geriatri
Merias wajah panggung
Menjual produk dan jasa kecantikan
Perlu Ditingkatkan Cukup
90
7. Nautika Kapal Niaga Kompetensi Keahliah Nautika Kapal Niaga
dikategorikan menjadi empat kompetensi, yaitu: 1)
Olah Gerak dan Sistem Kemudi Kompas; 2) P2TL
dan Dinas Jaga Kapal dan Komunikasi; 3)
Penanganan dan Pengaturan Muatan dan
Perlengkapannya; serta 4) Pelayaran Datar dan Alat
Navigasi.
a. Olah Gerak dan Sistem Kemudi Kompas Menurut Du/Di semua kompetensi olah gerak dan
sistem kemudi kompas yang diberikan di SMK
sudah relevan dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.68 Kompetensi Olah Gerak dan Sistem Kemudi
Kompas yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja
Menggunakan pedoman magnet danpedoman gasing
Menggunakan prosedur dan sistemkemudi otomatis
Mengendalikan faktor-faktor yangmempengaruhi olah gerak kapal yang…
Melakukan prosedur untuk berlabuhjangkar
Melakukan prosedur untuk kapal sandar
Relevan Sangat Relevan
91
Guru Produktif menyatakan hal yang tidak
senada dengan Du/Di. Menurut Guru Produktif
semua kompetensi dalam olah gerak dan sistem
kemudi kompas masih perlu ditingkatkan agar
relevan dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.69 Kompetensi Olah Gerak dan Sistem Kemudi Kompas yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut
Guru Produktif
50%
50%
50%
83%
83%
83%
50%
50%
50%
17%
17%
17%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja
Menggunakan pedoman magnetdan pedoman gasing
Menggunakan prosedur dan sistemkemudi otomatis
Mengendalikan faktor-faktor yangmempengaruhi olah gerak kapal
yang aman
Melakukan prosedur untuk berlabuhjangkar
Melakukan prosedur untuk kapalsandar
Perlu Ditingkatkan Cukup
92
Waka Kurikulum menyatakan bahwa kompetensi
menggunakan prosedur dan sistem kemudi
otomatis serta menggunakan pedoman magnet
dan pedoman gasing masih perlu ditingkatkan
kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.70 Kompetensi Olah Gerak dan Sistem Kemudi Kompas yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut
Waka Kurikulum
100%
50%
50%
100%
100%
100%
0%
50%
50%
0%
0%
0%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja
Menggunakan pedoman magnetdan pedoman gasing
Menggunakan prosedur dan sistemkemudi otomatis
Mengendalikan faktor-faktor yangmempengaruhi olah gerak kapal
yang aman
Melakukan prosedur untuk berlabuhjangkar
Melakukan prosedur untuk kapalsandar
Perlu Ditingkatkan Cukup
93
Waka Humas juga menyatakan hal yang sama
dengan Waka Kurikulum bahwa kompetensi
menggunakan prosedur dan sistem kemudi
otomatis serta menggunakan pedoman magnet
dan pedoman gasing masih perlu ditingkatkan.
Waka Humas menambahkan kompetensi
melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai salah satu kompetensi yang perlu
ditingkatkan juga.
Gambar 2.71 Kompetensi Olah Gerak dan Sistem Kemudi Kompas yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut
Waka Humas
50%
50%
50%
100%
100%
100%
50%
50%
50%
0%
0%
0%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja
Menggunakan pedoman magnetdan pedoman gasing
Menggunakan prosedur dan sistemkemudi otomatis
Mengendalikan faktor-faktor yangmempengaruhi olah gerak kapal
yang aman
Melakukan prosedur untuk berlabuhjangkar
Melakukan prosedur untuk kapalsandar
Perlu Ditingkatkan Cukup
94
b. P2TL dan Dinas Jaga Kapal dan Komunikasi Menurut Du/Di semua kompetensi P2TL dan
Dinas Jaga Kapal dan Komunikasi sudah relevan
dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.72 Kompetensi P2TL dan Dinas Jaga Kapal dan Komunikasi yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja
Menggunakan data meteorologi danoseanografi
Menerapkan isi tugas jaga,penerapan dan tujuan dari
peraturan P2TL 1972
Menerapkan prinsip-prinsip yangdiamati dalam melaksanakan tugas
jaga navigasi
Menggunakan benda/tanda-tandanavigasi, jaringan untuk bernavigasi
dengan aman pada perairan…
Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan normal
Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan darurat
Menggunakan istilah-istilah maritimdalam bahasa inggris
Relevan Sangat Relevan
95
Berbanding terbalik dengan pernyataan Du/Di,
menurut Guru Produktif semua kompetensi P2TL
dan Dinas Jaga Kapal dan Komunikasi yang
diberikan di SMK masih perlu ditingkatkan,
terutama pada kompetensi menggunakan data
meteorologi dan oseanografi.
Gambar 2.73 Kompetensi P2TL dan Dinas Jaga Kapal dan
Komunikasi yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
67%
50%
83%
83%
83%
67%
67%
83%
33%
50%
17%
17%
17%
17%
17%
17%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja
Menggunakan data meteorologi danoseanografi
Menerapkan isi tugas jaga,penerapan dan tujuan dari…
Menerapkan prinsip-prinsip yangdiamati dalam melaksanakan…
Menggunakan benda/tanda-tandanavigasi, jaringan untuk…
Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan normal
Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan darurat
Menggunakan istilah-istilah maritimdalam bahasa inggris
Perlu Ditingkatkan Cukup
96
Waka Kurikulum mempertegas pernyataan Guru
Produktif bahwa sebagian besar kompetensi
P2TL dan Dinas Jaga Kapal dan Komunikasi
masih perlu ditingkatkan agar relevan dengan
kebutuhan industri.
Gambar 2.74 Kompetensi P2TL dan Dinas Jaga Kapal dan
Komunikasi yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
100
50
50
50
50
100
100
50
0
50
50
50
50
0
0
50
0 20 40 60 80 100 120
Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja
Menggunakan data meteorologi danoseanografi
Menerapkan isi tugas jaga,penerapan dan tujuan dari peraturan
P2TL 1972
Menerapkan prinsip-prinsip yangdiamati dalam melaksanakan tugas
jaga navigasi
Menggunakan benda/tanda-tandanavigasi, jaringan untuk bernavigasi
dengan aman pada perairan…
Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan normal
Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan darurat
Menggunakan istilah-istilah maritimdalam bahasa inggris
Perlu Ditingkatkan Cukup
97
Senada dengan pernyataan Guru Produktif dan
Waka Kurikulum, menurut Waka Humas memang
masih banyak kompetensi P2TL dan Dinas Jaga
Kapan dan Komunikasi yang perlu ditingkatkan
kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.75 Kompetensi P2TL dan Dinas Jaga Kapal dan
Komunikasi yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas
50%
50%
100%
100%
100%
50%
50%
50%
50%
50%
0%
0%
0%
50%
50%
50%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja
Menggunakan data meteorologi danoseanografi
Menerapkan isi tugas jaga,penerapan dan tujuan dari
peraturan P2TL 1972
Menerapkan prinsip-prinsip yangdiamati dalam melaksanakan tugas
jaga navigasi
Menggunakan benda/tanda-tandanavigasi, jaringan untuk bernavigasi
dengan aman pada perairan…
Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan normal
Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan darurat
Menggunakan istilah-istilah maritimdalam bahasa inggris
Perlu Ditingkatkan Cukup
98
c. Penanganan dan Pengaturan Muatan dan Perlengkapannya Du/Di menyatakan bahwa semua kompetensi
penanganan dan pengaturan muatan dan
perlengkapannya sudah relevan dengan
kebutuhan industri.
Gambar 2.76 Kompetensi Penanganan dan Pengaturan
Muatan dan Perlengkapannya yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
50%
100%
100%
100%
50%
50%
50%
50%
0%
0%
0%
50%
50%
50%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja
Menggunakan prosedurpenanganan muatan
berbahaya/International Maritime…
Melaksanakan bongkar muatmuatan kapal
Menggunakan tali temali
Memelihara jangkar dan rantaijangkar
Mengidentifikasi jenis-jenisbangunan kapal dan bagian-
bagiannya
Menentukan titik-titik pentingstabilitas
Relevan Sangat Relevan
99
Guru Produktif menyatakan hal yang berbeda
dengan Du/Di. Menurut Guru Produktif, masih
banyak kompetensi penanganan dan pengaturan
muatan dan perlengkapannya yang perlu
ditingkatkan agar relevan dengan tuntutan
industri.
Gambar 2.77 Kompetensi Penanganan dan Pengaturan
Muatan dan Perlengkapannya yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
50%
50%
50%
67%
50%
83%
67%
50%
50%
50%
33%
50%
17%
33%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja
Menggunakan prosedurpenanganan muatan
berbahaya/International Maritime…
Melaksanakan bongkar muatmuatan kapal
Menggunakan tali temali
Memelihara jangkar dan rantaijangkar
Mengidentifikasi jenis-jenisbangunan kapal dan bagian-
bagiannya
Menentukan titik-titik pentingstabilitas
Perlu Ditingkatkan Cukup
100
Waka Kurikulum juga menyatakan hal yang
senada dengan pernyataan Guru Produktif
bahwa masih terdapat beberapa kompetensi
yang perlu ditingkatkan dalam penanganan dan
pengaturan muatan dan perlengkapannya.
Gambar 2.78 Kompetensi Penanganan dan Pengaturan
Muatan dan Perlengkapannya yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
100%
50%
0%
50%
50%
100%
50%
0%
50%
100%
50%
50%
0%
50%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja
Menggunakan prosedurpenanganan muatan
berbahaya/International Maritime…
Melaksanakan bongkar muatmuatan kapal
Menggunakan tali temali
Memelihara jangkar dan rantaijangkar
Mengidentifikasi jenis-jenisbangunan kapal dan bagian-
bagiannya
Menentukan titik-titik pentingstabilitas
Perlu Ditingkatkan Cukup
101
Waka Humas semakin mempertegas pernyataan
Guru Produktif dan Waka Kurikulum bahwa
masih terdapat kompetensi dalam penanganan
dan pengaturan muatan dan perlengkapannya
yang perlu ditingkatkan kesesuaiannya dengan
kebutuhan industri.
Gambar 2.79 Kompetensi Penanganan dan Pengaturan
Muatan dan Perlengkapannya yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas
50%
50%
100%
100%
100%
50%
50%
50%
50%
50%
0%
0%
0%
50%
50%
50%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja
Menggunakan data meteorologi danoseanografi
Menerapkan isi tugas jaga,penerapan dan tujuan dari…
Menerapkan prinsip-prinsip yangdiamati dalam melaksanakan…
Menggunakan benda/tanda-tandanavigasi, jaringan untuk…
Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan normal
Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan darurat
Menggunakan istilah-istilah maritimdalam bahasa inggris
Perlu Ditingkatkan Cukup
102
d. Pelayaran Datar dan Alat Navigasi Pada kompetensi pelayaran datar dan alat
navigasi ini Du/Di menyatakan bahwa semua
kompetensi yang disampaikan di SMK sudah
relevan dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.80 Kompetensi Pelayaran Datar dan Alat Navigasi
yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di
50%
100%
100%
50%
100%
100%
100%
50%
0%
0%
50%
0%
0%
0%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja
Merencanakan trek pelayaran padaperairan yang dipengaruhi arus dan
pasang surut
Menentukan posisi kapal denganmenggunakan: tanda-tanda di darat
dan alat bantu navigasi lainnya
Menentukan nilai deviasi denganmengobservasi benda-benda bumi
Menggunakan peta laut danpublikasi
Menggunakan Radar untukmelakukan navigasi dengan aman
Menentukan posisi kapal denganGlobal Position System (GPS)
Relevan Sangat Relevan
103
Guru Produktif menyatakan hal yang berbeda
dengan Du/Di. Menurut Guru Produktif,
kompetensi menentukan nilai deviasi dengan
mengobservasi benda-benda bumi dan
melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan kompetensi yang perlu diprioritaskan
untuk ditingkatkan kesesuaiannya dengan
tuntutan industri.
Gambar 2.81 Kompetensi Pelayaran Datar dan Alat Navigasi
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif
50%
83%
83%
50%
83%
83%
83%
50%
17%
17%
50%
17%
17%
17%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja
Merencanakan trek pelayaran padaperairan yang dipengaruhi arus dan
pasang surut
Menentukan posisi kapal denganmenggunakan: tanda-tanda di darat dan
alat bantu navigasi lainnya
Menentukan nilai deviasi denganmengobservasi benda-benda bumi
Menggunakan peta laut dan publikasi
Menggunakan Radar untuk melakukannavigasi dengan aman
Menentukan posisi kapal dengan GlobalPosition System (GPS)
Perlu Ditingkatkan Cukup
104
Waka Kurikulum juga menyatakan bahwa masih
ada beberapa komptensi yang perlu ditingkatkan,
terutama pada kompetensi merencanakan trek
pelayaran pada perairan yang dipengaruhi arus
dan pasang surut serta enentukan posisi kapal
dengan menggunakan: tanda-tanda di darat dan
alat bantu navigasi lainnya.
Gambar 2.82 Kompetensi Pelayaran Datar dan Alat Navigasi
yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
100%
50%
50%
100%
100%
100%
100%
0%
50%
50%
0%
0%
0%
0%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja
Merencanakan trek pelayaran padaperairan yang dipengaruhi arus dan
pasang surut
Menentukan posisi kapal denganmenggunakan: tanda-tanda di darat dan
alat bantu navigasi lainnya
Menentukan nilai deviasi denganmengobservasi benda-benda bumi
Menggunakan peta laut dan publikasi
Menggunakan Radar untuk melakukannavigasi dengan aman
Menentukan posisi kapal dengan GlobalPosition System (GPS)
Perlu Ditingkatkan Cukup
105
Waka Humas menyatakan hal senada dengan
Guru Produktif, bahwa kompetensi menentukan
nilai deviasi dengan mengobservasi benda-benda
bumi masih perlu ditingkatkan kesesuaiannya
dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.83 Kompetensi Pelayaran Datar dan Alat Navigasi yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas
50%
100%
100%
50%
100%
100%
100%
50%
0%
0%
50%
0%
0%
0%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja
Merencanakan trek pelayaran padaperairan yang dipengaruhi arus dan
pasang surut
Menentukan posisi kapal denganmenggunakan: tanda-tanda di darat
dan alat bantu navigasi lainnya
Menentukan nilai deviasi denganmengobservasi benda-benda bumi
Menggunakan peta laut danpublikasi
Menggunakan Radar untukmelakukan navigasi dengan aman
Menentukan posisi kapal denganGlobal Position System (GPS)
Perlu Ditingkatkan Cukup
106
8. Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Kompetensi keahlian Agribisnis Tanaman Pangan
dan Hortikultura dikategorikan menjadi 3 klaster, yaitu
klaster 1, 2 dan 3.
a. Klaster 1
Pada klaster 1, Du/Di menyatakan terdapat
empat kompetensi yang belum relevan dengan
kebutuhan industri. Empat kompetensi tersebut
ditampilkan dalam Gambar 2.84 berikut.
Gambar 2.84 Kompetensi Klaster 1 yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Du/Di
33% 33% 33%
0%
33% 33% 33%
67%
33% 33% 33% 33%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Melakukanpengapuran lahan
masam padabudidaya tanaman
kedelai
Melakukanpemupukan
anorganik padabudidaya tanaman
kedelai
Melakukanpemulsaan pada
budidaya tanamankedelai
Mengoperasikandan merawat
traktor
Sangat Relevan Relevan Kurang Relevan
107
Guru Produktif menyatakan bahwa masih banyak
kompetensi pada klaster 1 ini yang perlu
ditingkatkan.
Gambar 2.85 Kompetensi Klaster 1 yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Guru Produktif
83%
67%
83%
75%
83%
83%
75%
83%
83%
75%
58%
75%
67%
17%
33%
17%
25%
17%
17%
17%
17%
17%
25%
42%
25%
33%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Menerapkan prosedur K3(Keselamatandan Kesehatan Kerja) pada budidaya…
Melakukan kerjasama dengan timsekerja pada budidaya tanaman kedelai
Melaksanakan sanitasi lingkungandalam budidaya tanaman kedelai
Membaca dan menginterpretasikandata agroklimat
Menggunakan data kondisi lahan dansumber air
Membuat perencanaan dan laporanrencana kerja
Melakukan pengapuran lahan masampada budidaya tanaman kedelai
Melakukan pengolahan lahan padabudidaya tanaman kedelai
Melakukan pemupukan organik padabudidaya tanaman kedelai
Melakukan pemupukan anorganik padabudidaya tanaman kedelai
Melakukan pemulsaan pada budidayatanaman kedelai
Membuat jaringan irigasi dan drainase
Mengoperasikan dan merawat traktor
Perlu Ditingkatkan Cukup
108
Waka Kurikulum juga menyatakan bahwa masih
terdapat beberapa kopetensi yang perlu
ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan
industri. Kompetensi-kompetensi tersebut
terutama adalah membuat perencanaan dan
laporan rencana kerja serta melakukan
kerjasama dengan tim sekerja pada budidaya
tanaman kedelai.
Gambar 2.86 Kompetensi Klaster 1 yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
50%
75%
50%
75%
75%
75%
50%
25%
50%
25%
25%
25%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
Melakukan kerjasama dengan timsekerja pada budidaya tanaman
kedelai
Menggunakan data kondisi lahan dansumber air
Membuat perencanaan dan laporanrencana kerja
Melakukan pengapuran lahan masampada budidaya tanaman kedelai
Membuat jaringan irigasi dan drainase
Mengoperasikan dan merawat traktor
Perlu Ditingkatkan Cukup
109
Waka Humas juga menyatakan hal yang senada
dengan Guru Produktif dan Waka Kurikulum
bahwa masih banyak kompetensi yang perlu
ditingkatkan. Menurut Waka Humas, salah satu
kompetensi yang perlu mendapat prioritas untuk
ditingkatkan adalah membaca dan
menginterpretasikan data agroklimat.
Gambar 2.87 Kompetensi Klaster 1 yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Waka Humas
50%
50%
75%
25%
75%
50%
75%
75%
75%
50%
50%
50%
50%
50%
25%
75%
25%
50%
25%
25%
25%
50%
50%
50%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
Menerapkan prosedur K3(Keselamatandan Kesehatan Kerja) pada budidaya…
Melakukan kerjasama dengan tim sekerjapada budidaya tanaman kedelai
Melaksanakan sanitasi lingkungan dalambudidaya tanaman kedelai
Membaca dan menginterpretasikan dataagroklimat
Menggunakan data kondisi lahan dansumber air
Melakukan pengapuran lahan masampada budidaya tanaman kedelai
Melakukan pengolahan lahan padabudidaya tanaman kedelai
Melakukan pemupukan organik padabudidaya tanaman kedelai
Melakukan pemupukan anorganik padabudidaya tanaman kedelai
Melakukan pemulsaan pada budidayatanaman kedelai
Membuat jaringan irigasi dan drainase
Mengoperasikan dan merawat traktor
Perlu Ditingkatkan Cukup
110
b. Klaster 2 Menurut Du/Di dalam klaster 2 ini terdapat satu
kompetensi yang masih perlu ditingkatkan agar
relevan dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.88 Kompetensi Klaster 2 yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Du/Di
0%
33%
0%
33%
33%
33%
33%
0%
0%
0%
33%
33%
0%
100%
67%
100%
67%
67%
67%
67%
100%
100%
100%
67%
67%
67%33%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Melaksanakan perlakuan benih / seedtreatment kedelai
Melakukan penanaman tanaman kedelaisesuai rekomendasi (teknologi yang berlaku)
Melakukan penyulaman pada budidayatanaman kedelai
Melakukan tindakan pengendalian gulma
Melakukan tindakan pengendalian hama danpenyakit
Memanen hasil tanaman
Melakukan penanganan pascapanen
Melakukan penjualan produk dan jasa
Menyediakan prasarana pembiakan
Menyiapkan bahan tanam
Mempertahankan viabilitas bahan tanam
Memelihara tanaman
Mengoperasikan alat mesin pengendalianOPT
Kurang Relevan Relevan Sangat Relevan
111
Guru Produktif menyatakan masih terdapat
delapan kompetensi yang perlu dirtingkatkan
kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.
Gambar 2.89 Kompetensi Klaster 2 yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Guru Produktif
92%
67%
75%
75%
92%
83%
75%
92%
8%
33%
25%
25%
8%
17%
25%
8%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Melaksanakan perlakuan benih /seed treatment kedelai
Melakukan penanaman tanamankedelai sesuai rekomendasi
(teknologi yang berlaku)
Melakukan penyulaman padabudidaya tanaman kedelai
Melakukan tindakan pengendalianhama dan penyakit
Memanen hasil tanaman
Melakukan penjualan produk danjasa
Mempertahankan viabilitas bahantanam
Mengoperasikan alat mesinpengendalian OPT
Perlu Ditingkatkan Cukup
112
Waka Kurikulum menyatakan bahwa terdapat
tiga kompetensi yang masih perlu ditingkatkan
agar relevan dengan kebutuhan industri. Tiga
kompetensi tersebut adalah melakukan
penanganan pascapanen, mempertahankan
viabilitas bahan tanam dan mengoperasikan alat
mesin pengendalian OPT.
Gambar 2.90 Kompetensi Klaster 2 yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
75%
50%
75%
25%
50%
25%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
Melakukan penanganan pascapanen
Mempertahankan viabilitas bahantanam
Mengoperasikan alat mesinpengendalian OPT
Perlu Ditingkatkan Cukup
113
Menurut Waka Humas masih terdapat delapan
kompetensi pada klaster 2 yang perlu
ditingkatkan agar sesuai dengan kebutuhan
industri.
Gambar 2.91 Kompetensi Klaster 2 yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Waka Humas
50%
75%
50%
75%
75%
75%
75%
50%
50%
25%
50%
25%
25%
25%
25%
50%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
Melaksanakan perlakuan benih /seed treatment kedelai
Melakukan penanaman tanamankedelai sesuai rekomendasi
(teknologi yang berlaku)
Melakukan penyulaman padabudidaya tanaman kedelai
Melakukan tindakan pengendalianhama dan penyakit
Melakukan penanganan pascapanen
Menyediakan prasarana pembiakan
Mempertahankan viabilitas bahantanam
Mengoperasikan alat mesinpengendalian OPT
Perlu Ditingkatkan Cukup
114
c. Klaster 3 Du/Di menyatakan masih terdapat tiga jenis
kompetensi yang perlu ditingkatkan agar relevan
dengan tuntutan industri.
Gambar 2.92 Kompetensi Klaster 3 yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Du/Di
67%
67%
67%
67%
67%
0%
34%
0%
67%
67%
67%
67%
67%
75%
33%
67%
0%
0%
0%
0%
0%
25%
33%
67%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
Memberikan perlakuan untuk mediakhusus pada budidaya tanaman
anggrek
Menangani bibit dalam botol padabudidaya tanaman anggrek
Menangani bibit pot kelompok padabudidaya tanaman anggrek
Menangani bibit individu pot tunggalpada budidaya tanaman anggrek
Melaksanakan penyiraman sesuaijadwal yang ditetapkan padabudidaya tanaman anggrek
Melakukan pemberian Zat PengaturTubuh (ZPT) pada budidaya tanaman
anggrek
Memasang net tanaman padabudidaya krisan potong
Memelihara sistem hidroponik
Kurang Relevan Relevan Sangat Relevan
115
Menurut Guru Produktif terdapat beberapa
kompetensi yang perlu ditingkatkan agar relevan
dengan kebutuhan industri, bahkan terdapat satu
kompetensi yang belum disampaikan di SMK.
Gambar 2.93 Kompetensi Klaster 3 yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Guru Produktif
92%
92%
100%
92%
92%
92%
25%
83%
8%
8%
0%
8%
8%
8%
33%
17%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
42%
0%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Memberikan perlakuan untuk media khususpada budidaya tanaman anggrek
Menangani bibit dalam botol padabudidaya tanaman anggrek
Menangani bibit pot kelompok padabudidaya tanaman anggrek
Menangani bibit individu pot tunggal padabudidaya tanaman anggrek
Melaksanakan penyiraman sesuai jadwalyang ditetapkan pada budidaya tanaman
anggrek
Melakukan pemberian Zat Pengatur Tubuh(ZPT) pada budidaya tanaman anggrek
Memasang net tanaman pada budidayakrisan potong
Memelihara sistem hidroponik
Belum Diterapkan Perlu Ditingkatkan Cukup
116
Waka Kurikulum juga menyatakan hal senda
dengan Guru Produktif bahwa masih ada
beberapa kompetensi yang perlu ditingkatkan.
Selain itu, Waka Kurikulum juga menyatakan
bahwa kompetensi memasang net pada
budidaya krisan potong belum diberikan di SMK.
Gambar 2.94 Kompetensi Klaster 3 yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Waka Kurikulum
100%
100%
100%
100%
100%
75%
50%
75%
0%
0%
0%
0%
0%
25%
25%
25%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
25%
0%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Memberikan perlakuan untuk media khususpada budidaya tanaman anggrek
Menangani bibit dalam botol pada budidayatanaman anggrek
Menangani bibit pot kelompok padabudidaya tanaman anggrek
Menangani bibit individu pot tunggal padabudidaya tanaman anggrek
Melaksanakan penyiraman sesuai jadwalyang ditetapkan pada budidaya tanaman
anggrek
Melakukan pemberian Zat Pengatur Tubuh(ZPT) pada budidaya tanaman anggrek
Memasang net tanaman pada budidayakrisan potong
Memelihara sistem hidroponik
Belum Dilaksanakan Perlu Ditingkatkan Cukup
117
Menurut Waka Humas semua kompetensi sudah
diterapkan di SMK, namun memang masih
terdapat beberapa kompetensi yang perlu
ditingkatkan keseuaiannya dengan kebutuhan
industri.
Gambar 2.95 Kompetensi Klaster 3 yang Kurang Relevan
dengan Industri Menurut Waka Humas
75%
100%
75%
100%
100%
100%
50%
100%
25%
0%
25%
0%
0%
0%
50%
0%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Memberikan perlakuan untuk mediakhusus pada budidaya tanaman
anggrek
Menangani bibit dalam botol padabudidaya tanaman anggrek
Menangani bibit pot kelompok padabudidaya tanaman anggrek
Menangani bibit individu pot tunggalpada budidaya tanaman anggrek
Melaksanakan penyiraman sesuaijadwal yang ditetapkan pada budidaya
tanaman anggrek
Melakukan pemberian Zat PengaturTubuh (ZPT) pada budidaya tanaman
anggrek
Memasang net tanaman padabudidaya krisan potong
Memelihara sistem hidroponik
Perlu Ditingkatkan Cukup
118
B. KEBUTUHAN KOMPETENSI DI SMK Temuan penelitian mengindikasikan bahwa masih
terdapat kesenjangan antara kompetensi yang diberikan
di SMK dengan yang dibutuhkan oleh industri. Hal ini
mengindikasikan diperlukannya penyesuaian antara
kompetensi di SMK dengan yang dibutuhkan oleh industri.
Adapun rekapitulasi kompetensi di SMK yang perlu
ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan industri
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Rekapitulasi Kompetensi di SMK yang Perlu
Ditingkatkan agar Relevan dengan Kebutuhan Industri
Menurut Du/Di
No Kompetensi Keahlian di SMK
Kompetensi yang Belum Relevan dengan Kebutuhan Industri Menurut Du/Di
1 Teknik Pemesinan
1. Pengoperasian Mesin Frais a. Menerapkan prosedur-
prosedur mutu b. Menggunakan perkakas
tangan c. Melakukan pekerjaan
dengan mesin frais 2. Pengoperasian Mesin Bubut
a. Menerapkan prosedur-prosedur mutu
b. Mengukur dengan menggunakan alat ukur
c. Mengoperasikan dan mengamati mesin/proses
d. Mengoperasikan mesin NC/CNC (dasar)
119
No Kompetensi Keahlian di SMK
Kompetensi yang Belum Relevan dengan Kebutuhan Industri Menurut Du/Di
e. Mengeset mesin dan program mesin NC/CNC (dasar)
f. Memprogram mesin NC/CNC (dasar)
2 Teknik Kendaraan Ringan
1. Pemeliharaan Kendaraan Ringan Sistem Injeksi a. Menggunakan dan
memelihara alat ukur b. Memelihara/servis sistem
kontrol emisi c. Memelihara/servis dan
memperbaiki engine management system
2. Pemeliharaan Berkala Kendaraan Ringan a. Melaksanakan
pemeliharaan servis komponen
b. Membaca dan memahami gambar teknik
c. Menggunakan dan memelihara alat ukur
d. Memelihara/servis engine dan komponen-komponennya
e. Memelihara/servis sistem pendingin dan komponennya
f. Memelihara/servis sistem injeksi bahan bakar diesel
g. Pemeliharaan/servis sistem kontrol emisi
h. Memelihara/servis transmisi
120
No Kompetensi Keahlian di SMK
Kompetensi yang Belum Relevan dengan Kebutuhan Industri Menurut Du/Di
otomatis i. Memelihara/servis unit final
drive/garden 3. Spooring Balancing Kendaraan
Ringan a. Membaca dan memahami
gambar teknik b. Menggunakan dan
memelihara alat ukur c. Memelihara/servis sistem
kemudi d. Memelihara/servis sistem
suspensi e. Melaksanakan pekerjaan
pelurusan roda/spooring f. Membalance roda/ban g. Melepas, memasang, dan
menyetel roda 4. Pemeliharaan/Servis Chasis
a. Perakitan dan pemasangan sistem rem dan komponen-komponennya
b. Pemelihraaan/servis sistem rem
c. Perbaikan sistem rem d. Overhaul sistem rem e. Melepas, memasang, dan
menyetel roda f. Memelihara/servis sistem
kemudi g. Memelihara/servis sistem
suspensi 5. Pemeliharaan Sistem Elektrikal
(Kelistrikan Body)
121
No Kompetensi Keahlian di SMK
Kompetensi yang Belum Relevan dengan Kebutuhan Industri Menurut Du/Di
a. Perbaikan ringan pada rangkaian/sistem kelistrikan
b. Memasang, menguji, dan memperbaiki sistem penerangan dan wiring
c. Memasang, menguji, dan memperbaiki sistem pengaman kelistrikan dan komponennya
d. Memasang perlengkapan kelistrikan tambahan (aksesoris)
6. Pemeliharaan AC Pada Kendaraan a. Memasang sistem A/C (Air
Conditioner) b. Overhaul komponen sistem
A/C (Air Conditioner) c. Memperbaiki/retrofit sistem
A/C (Air Conditioner) d. Memelihara/servis sistem
A/C (Air Conditioner) 3 Teknik
Komputer dan Jaringan
Memonitor keamanan dan pengaturan akun pengguna dalam jaringan komputer
4 Kriya Kreatif Batik dan Tekstil
1. Mewarnai kain batik dengan cara mencolet
2. Mewarnai kain batik dengan cara mencelup
5 Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
1. Melakukan pengapuran lahan masam pada budidaya tanaman kedelai
2. Melakukan pemupukan
122
No Kompetensi Keahlian di SMK
Kompetensi yang Belum Relevan dengan Kebutuhan Industri Menurut Du/Di
anorganik pada budidaya tanaman kedelai
3. Melakukan pemulsaan pada budidaya tanaman kedelai
4. Mengoperasikan dan merawat traktor
5. Mengoperasikan alat mesin pengendalian OPT
6. Melakukan pemberian Zat Pengatur Tubuh (ZPT) pada budidaya tanaman anggrek
7. Memasang net tanaman pada budidaya krisan potong
8. Memelihara sistem hidroponik Sumber: data primer diolah (2018)
Menurut Du/Di, kompetensi yang diberikan di
SMK pada kompetensi keahlian kecantikan kulit dan
rambut, desain pemodelan dan informasi bangunan, serta
nautika kapal niaga sudah sesuai dengan kebutuhan
dunia industri. Sedangkan kompetensi keahlian lainnya,
seperti teknik pemesinan, teknik kendaraan ringan, teknik
komputer dan jaringan, kriya kreatif batik dan tekstil, serta
agribisnis tanaman pangan dan hortikultura masih ada
beberapa kompetensi yang perlu ditingkatkan agar
relevan dengan kebutuhan industri sebagaimana terinci
dalam tabel 2.2 di atas.
123
BAB III MODEL OPTIMALISASI KOMPETENSI
SISWA SMK
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan
data kompetensi-kompetensi yang menjadi kebutuhan industri.
Dari data tersebut kemudian dibuat perumusan tentang
pengelompokkan kompetensi-kompetensi yang sejenis atau
serumpun. Berdasarkan masukan dalam forum group diskusi
(FGD) dengan praktisi industri dan SMK, maka kompetensi-
kompetensi tersebut dapat dikelompokkan kedalam 3
kelompok kompetensi yaitu: 1) Kompetensi dasar (Base
Competency), 2) Kompetensi inti (Core Competency) dan 3)
Kompetensi penunjang (Supporting Competency).
Kompetensi dasar (base competency) yaitu
kombinasi keterampilan, pengetahuan dan kecakapan dalam
menangani dan memahami materi dan proses berbagai objek
yang terkait dengan pekerjaan, seperti kompetensi dasar
mekanik otomotif, kompetensi dasar operatar mesin CNC dan
lain sebagainya. Kompetensi ini melengkapi komptensi inti
yang dipersyaratkan dalam sebuah profesi. Sehingga
kompetensi dasar merupakan kompetensi yang berhubungan
dan menunjang terhadap kompensi inti. Keberadaan
kompetensi dasar pada diri seorang lulusan SMK merupakan
124
syarat awal untuk menjadi seorang yang profesioanl di dunia
kerja.
Kompetensi inti (core competency) yaitu kombinasi
keterampilan, pengetahuan dan kecakapan yang dibutuhkan
agar mampu melaksanakan tugas-tugas profesi secara
minimal dengan kesalahan minimum. Kompetensi ini merujuk
pada sejumlah pengetahuan dasar yang dibutuhkan dalam
jabatan-jabatan mekanik yang spesifik.
Kompetensi penunjang (supporting competency) yaitu
merupakan kombinasi keterampilan, pengetahuan dan
kecakapan dalam hal mental dan sikap (thinking & attitude),
ekspresi kualitas personal (personal quality) dan kecakapan
bekerja sama dengan orang lain (working with others)
sehingga seorang lulusan SMK memiliki kecakapan dalam
memberikan impresi lebih pada profesinya.
Pembentukan lulusan SMK yang mampu menguasai
satu jenis jabatan pekerjaan (profesi/keahlian) formal yang
berjenjang, skills (hard skills maupun softskills) maka perlu
dibuat sebuah model. Dari hasil kajian ini menyarankan
sebuah model yang dapat diterapkan pada jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan. Model optimalisasi lulusan SMK
agar sesuai dengan kebutuhan industri dapat tervisualisaskan
seperti pada Gambar 3.1 berikut ini.
125
Gambar 3.1 Model Optimalisasi Kompetensi Siswa SMK
Model yang ada di Gambar 3.1 adalah fleksibel dalam
pelaksanaanya. Setiap SMK dapat memilih dari ke enam cara
untuk meningkatkan kompetensi siswa SMK, sesuai dengan
kemampuan sekolah masing-masing. Adapun penjelasan
untuk masing-masing cara adalah sebagai berikut:
1. Du/Di Pendamping Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk
mengoptimalkan kompetensi lulusan SMK yaitu melalui
peran industri pendamping, diantaranya dengan:
a. Magang Industri
Magang industri bisa diterapkan untuk siswa maupun
guru. Dengan magang di industri secara langsung,
maka diharapkan kompetensi yang diperoleh siswa di
Sertifikasi Kompetensi
Optimalisasi guru
Kurikulum K-13 + SKKNI (KKNI Level 2)
Pembudayaan industri di lingkungan SMK:
Teaching factory (TeFa)
Optimalisasi Lab. Untuk mendukung Te-Fe:
Praktek dengan sistem blok
Du/Di Pendamping: 1. Magang industri 2. Te-Fa 3. Kelas Industri
OptimalisasiKompetensiSiswaSMK
126
SMK sesuai dengan kebutuhan industri. Yang perlu
diperhatikan adalah kesesuaian pekerjaan yang
diberikan pada saat magang dengan kompetensi
keahlian masing-masing siswa.
b. Teaching Factory
Menurut Kuswantoro (2014) teaching factory bisa
menjadi konsep implementasi kompetensi yang
diberikan dengan keadaan yang sesungguhnya
seperti di industri. Sehingga, teaching factory bisa
menjembatani antara kompetensi yang diberikan di
SMK dengan kebutuhan industri.
Gambar 3.2 Teaching Factory
Sumber: Direktorat PSMK (2016)
127
Teaching factory merupakan irisan antara SMK
dengan industri. Lokasi TeFa di SMK, akan tetapi
sarana produksinya bisa di-support dari industri.
Sistem produksinya harus senantiasa disesuaikan
dengan industri, sehingga kompetensi yang diperoleh
siswa relevan dengan kebutuhan industri. Adanya
kerja sama antara SMK dengan industri ini bisa
membawa dampak pada kesesuaian kompetensi yang
diberikan di SMK dengan kebutuhan industri (Işgören,
Çinar, Tektaş, Oral, Büyükpehlivan, Ulusman,
Uzmanoǧlu, 2009).
c. Kelas Industri
Beberapa SMK di Indonesia sudah bekerja sama
dengan Du/Di untuk membuka kelas industri di SMK.
Kelas industri bisa dijadikan sebagai salah satu wujud
Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan
dalam dunia pendidikan. Dalam kelas Industri,
rekrutmen siswa disesuaikan dengan standar
perusahaan. Selain itu, guru langsung didatangkan
dari industri untuk mengajar penuh di kelas industri,
bukan sekedar menjadi guru tamu. Setelah lulus dari
kelas industri ini, siswa bisa langsung bekerja pada
industri yang bersangkutan.
128
2. Optimalisasi Guru Beberapa permasalahan di SMK yang terkait dengan guru
diantaranya kurangnya jumlah guru produktif, kurangnya
kompetensi guru produktif, serta tidak semua kompetensi
keahlian di SMK ada calon gurunya di LPTK (Sitorus,
2016). Untuk mengoptimalkan peran guru tersebut, bisa
dilakukan dengan beberapa cara berikut:
a. Baedhowi, Masykuri, Triyanto, Totalia & Wahyono
(2017) menyatakan bahwa untuk mengatasi
kekurangan guru produktif SMK, pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
merancang Program Keahlian Ganda, yang
sebelumnya dikenal dengan Program Alih Fungsi
Guru. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kompetensi guru SMA/SMK yang mengampu mata
pelajaran adaptif untuk memperoleh kompetensi
keahlian tambahan dan mampu menjadi guru mata
pelajaran produktif di SMK. Solusi lain yang bisa
dilakukan adalah dengan mendatangkan guru dari
industri.
b. Solusi untuk mengatasi masalah kurangnya
kompetensi guru produktif bisa dilakukan dengan cara
program magang industri bagi guru. Hal ini dilakukan
agar guru juga bisa mengikuti perkembangan
kebutuhan kompetensi di industri. Pada akhirnya,
129
diharapkan guru mampu menyampaikan kompetensi
kepada siswa yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan di industri. Cara lain yang dapat ditempuh
adalah dengan seminar, workshop dan bisa juga
dengan meningkatkan peran lembaga Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (P4TK) dalam menciptakan
tenaga pendidik yang lebih profesional (Sitorus,
2016).
c. Tidak semua kompetensi keahlian di SMK ada calon
gurunya di LPTK. Masalah ini bisa diatasi dengan
tidak hanya merekrut calon guru SMK dari LPTK
melainkan bisa pula dari politeknik atau dari lulusan
sarjana murni dengan bidang yang relevan dengan
kompetensi keahliah di SMK. Pemerintah juga telah
menugaskan Kementerian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi melalui Instruksi Presiden No. 9
Tahun 2016 untuk mempercepat penyediaan guru
kejuruan SMK melalui pendidikan, penyetaraan, dan
pengakuan serta mengembangkan program studi di
perguruan tinggi untuk menghasilkan guru kejuruan
yang dibutuhkan SMK.
130
3. Sertifikasi Kompetensi Lulusan SMK diharapkan mempunyai kompetensi yang
dibutuhkan industri, sehingga bisa langsung terserap di
dunia kerja. Namun, realitanya masih banyak lulusan
SMK yang menganggur. Salah satu penyebab banyaknya
lulusan SMK yang menganggur adalah karena industri
masih memandang bahwa lulusan SMK belum memenuhi
standar atau persyaratan sebagai karyawan dan belum
memiliki kesiapan mental bekerja (Sitorus, 2016). Salah
satu langkah yang ditempuh untuk mengatasi permasalah
ini adalah dengan meningkatkan kompetensi siswa
melalui progam sertifikasi kompetensi.
Program sertifikasi kompetensi digunakan untuk
menjamin agar lulusan SMK mempunyai kompetensi
relevan dengan kebutuhan industri, sehingga diharapkan
lulusan SMK bisa lebih mudah terserap di dunia industri.
Untuk mendapatkan sertifikat kompetensi ini bisa
dilakukan melalui Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Satu
(LSP-P1). LPSP-P1 merupakan Lembaga pelaksana
sertifikasi kerja yang mendapatkan lisensi dari Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), dengan kata lain
LSP-P1 merupakan kepanjangan tangan BNSP. Saat ini,
terdapat 327 SMK telah menjadi Lembaga Sertifikasi
Profesi Pihak Satu (LSP-P1) (Maulipaksi, 2017).
131
BNSP telah menyusun SKKNI (Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) untuk keperluan
evaluasi. Untuk lulusan SMK sendiri menggunakan KKNI
Level II. SKKNI ini nanti kemudian digunakan sebagai
acuan dalam menyusun instrumen uji kompetensi siswa
SMK. SKKNI seharusnya sudah disesuaikan dengan
kebutuhan industri dan juga perkembangan revolusi
industri 4.0. Namun, berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, masih terdapat beberapa kompetensi
yang perlu ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan
industri, sebagaimana dijelaskan dalam Bab 2 buku ini.
4. Kurikulum 2013 dan SKKNI (KKNI Level 2) Seperti halnya sekolah formal lainnya, SMK juga
mengimplementasikan kurikulum 2013. Dalam
implementasinya, kurikulum 2013 harus bisa berbarengan
dengan SKKNI. Langkah yang bisa dilakukan SMK dalam
menyelaraskan anatara implementasi kurikulum 2013
dengan SKKNI adalah dengan penyusunan jobsheet.
Jobsheet atau lembar kerja merupakan lembaran-
lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan siswa.
Menurut Widarto (2013) jobsheet memuat paling tidak:
judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu
penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja,
132
tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus
dikerjakan. Jobsheet disesuaikan untuk tiap kompetensi
dasar yang hendak dicapai. Dalam menyusun jobsheet ini
guru bisa menyelaraskan antaran kompetensi dasar
dalam kurikulum 2013 dengan kompetendi menurut
SKKNI.
5. Pembudayaan Industri di Lingkungan SMK Pendidikan bisa dikatakan sebagai proses pembudayaan.
Dengan demikian, apabila ingin menyiapkan siswa untuk
bekerja di indsutri, maka penting untuk membudayakan
industri di lingkungan SMK. Pembudayaan industri
dimaksudkan untuk mengoptimalkan teaching factory agar
kompetensi siswa nantinya relevan dengan kebutuhan
industri.
Pembudayaan yang dimaksud di sini tidak hanya
sekedar mengerti berbagai standar di industri, tetapi juga
mengimplementasikannya. Agar proses pembudayaan ini
bisa berjalan lancar, maka perlu didukung oleh segenap
ekosistem sekolah. Tidak hanya siswa saja yang
membudayakan industri, tetapi juga oleh segenap
ekosistem sekolah, seperti kepala sekolah, tenaga
pendidik dan juga tenaga kependidikan.
133
6. Optimalisasi Laboratorium untuk Mendukung Teaching Factory Untuk mengoptimalkan teaching factory, diperlukan
dukungan laboratorium yang memadai/sesuai dengan
kondisi di industri, baik dalam hal manajemen maupun
sarana dan prasarana yang tersedia.
Gambar 3.3 Penyelarasan Laboratorium SMK dengan
Industri
Sumber: Susanto (2014)
SMK harus melakukan penyelarasan
laboratorium yang dimiliki dengan kondisi di industri,
sehingga siswa bisa praktik menggunakan sistem yang
sesuai dengan industri. Pada akhirnya diharapkan
kompetensi lulusan SMK bisa relevan dengan kebutuhan
industri. SMK juga bisa mengembangkan dan
134
memanfaatkan laboratorium virtual. Laboratorium virtual
bisa digunakan SMK untuk meningkatkan kompetensi
peserta didik (Jaya, Haryoko, & Dirawan, 2011).
135
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2017). Berita Resmi Statistik: Keadaan
Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017. No.
103/11/Th. XX, 06 November 2017.
Baedhowi; Masykuri, M.; Triyanto; Totalia, S. A.; & Wahyono,
B. (2017). Tata Kelola Sekolah Menengah Kejuruan
Dalam Meningkatkan Kualitas dan Daya Saing
Sumber Daya Manusia Indonesia. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Berger. R. (2016). Whitepaper: Skill Development for Industry
4.0. BRICS Business Council.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. (2015).
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-
2019.
_________. (2016). Teaching Factory.
https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1870/teaching-
factory.
Işgören, N. Ç., Çinar, A., Tektaş, N., Oral, B., Büyükpehlivan,
G., Ulusman, L., … Uzmanoǧlu, S. (2009). The
importance of cooperation between vocational
schools and industry. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 1(1), 1313–1317.
http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2009.01.232.
136
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi
Sekolah Menengah Kejuruan Dalam Rangka
Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya
Manusia Indonesia.
Jaya, H., Haryoko, S., Dirawan, G.D. (2011). Effectiveness the
use of Virtual Laboratories in Improving Vocational
Competence and Character Behavior for Students
Vocational High School in Makassar. International
Journal of Applied Engineering ResearchVolume 11,
Issue 9, 2016, Pages 6396-6401.
Kuswantoro, A. (2014). Teaching Factory: Rencana dan Nilai
Entrepreneurship. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Maulipaksi, D. (2017). LSP Upaya Branding Lulusan SMK.
Jakarta: Kemdikbud
(https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/03/327-
smk-sudah-jadi-lembaga-sertifikasi-profesi).
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (2017)
Statistik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Roe, R.A. (2001). Competencies and competence
management. Paper European Congress for W&O
Psychology, Prague, May 16-19, 2001.
Sitorus, R. A. (2016). Tantangan dan Harapan Pendidikan
Kejuruan di Indonesia Dalam Mewujudkan Sekolah
Menengah Kejuruan yang Memiliki Daya Saing
137
Ketenagakerjaan. Simposium Nasional Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud
2016.
Sung, T.K. (2017). Industri 4.0: a Korea perspective.
Technological Forecasting and Social Change
Journal, 1-6.
Schwab, K. (2017). The Fourth Industrial Revolution. New
York: Random House USA Inc.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
United Nations Development Programme. (2017). Human
Development Index and Its Components.
http://hdr.undp.org/en/composite/HDI.
U.S. Department of Education. (2002). The Carl D. Perkins
Vocational and Technical Education Act, Public Law
105-332.
https://www2.ed.gov/offices/OVAE/CTE/perkins.html.
Widarto. (2013). Panduan Penyusunan Jobsheet Mapel
Produktif Pada SMK. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pen
gabdian/dr-widarto-mpd/panduan-penyusunan-
jobsheet-mapel-produktif-pada-smk.pdf.