pengarah 2.69 kompetensi olah gerak dan sistem kemudi kompas yang kurang relevan dengan industri...

156

Upload: vannga

Post on 05-Jun-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pengarah:Dr. Ir. M Bakrun, MMDirektur Pembinaan SMK

Arie Wibowo Khurniawan, S.Si. M.Ak.Kasubdit Program dan Evaluasi, Direktorat Pembinaan SMK

Chrismi Widjajanti, S.E, MBAKepala Seksi Program, Direktorat Pembinaan SMK

Penanggung Jawab

Ketua Tim

Tim Penyusun

Editor

Desain dan Tata Letak

Penerbit

Optimalisasi Kompetensi Lulusan SMKDalam Industri / Teknologi Terapan

Prof. Dr. Trisno Martono, M.MDr. Eng. Herman Saputro, S.Pd., M.Pd., M.T

Universitas Sebelas MaretUniversitas Sebelas MaretUniversitas Sebelas MaretUniversitas Sebelas Maret

Universitas Sebelas Maret

Budi Wahyono, S.Pd., M.Pd.Pringgo Widyo Laksono, S.T., M.Eng.Fajar Danur Isnantyo, S.T., M.Sc.

Mohamad HerdykaMuhammad Abdul MajidAri

Rayi Citha DwisendyKarin Faizah Tauristy

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah KejuruanDirektorat Jenderal Pendidikan Dasar dan MenengahKementerian Pendidikan dan Kebudayaan

ISBN :

Ari
Stamp

ii

KATA PENGANTAR

Pemenuhan SDM berkualitas di Indonesia

salah satunya dapat dilakukan melalui pengembangan

layanan pendidikan menengah kejuruan yang bermutu

dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan zaman.

Pendidikan kejuruan di Indonesia saat ini masih

menghadapi bebagai permasalahan, salah satunya

adalah masih tingginya tingkat pengangguran lulusan

SMK yang disebabkan oleh kurang sesuainya

kompetensi lulusan SMK dengan kebutuhan industri.

Buku ini disusun berdasarkan kajian hasil

penelitian tentang Kebutuhan Kompetensi Lulusan SMK

Dalam Industri/Teknologi Terapan, yang telah dilakukan

di 8 provinsi, yaitu: DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah

Istimewa Yogyakarta, Kepulauan Riau, Jawa Timur,

Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Sumatera

Selatan. Sampel SMK dipilih berdasarkan kompetensi

keahlian yang di SMK yang meliputi: 1) Teknik

Pemesinan, 2) Teknik Kendaraan Ringan, 3) Desain

Pemodelan dan Informasi Bangunan, 4) Nautika Kapal

Niaga, 5) Kecantikan Kulit dan Rambut, 6) Kriya Kreatif

Batik dan Tekstil, dan 7) Teknik Komputer dan Jaringan.

Hasil kajian ini merupakan gagasan yang ditawarkan

iii

oleh penyusun, dan berdasarkan masukan dari FGD

dengan para praktisi (Du/Di, Wakil Kepala Sekolah

Bidang Kurikulum dan Humas, serta Guru Produktif).

Buku ini menawarkan usulan model untuk

mengoptimalkan kompetensi lulusan SMK dalam

industri/teknologi terapan.

Oleh karena itu, dengan tersusunnya buku

Ini, penyusun mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan

yang maha Kuasa atas limpahan rahmat-Nya, diiringi

dengan ucapan terima kasih pada semua pihak yang

telah membantu terselesaikannya buku ini. Terlebih lagi

penyusun mengucapkan terima kasih atas kepercayan

pimpinan FKIP UNS dan Direktorat PSMK yang telah

memberikan kepercayaan kepada penyusun untuk ikut

serta berjuang memajukan mutu Pendidikan di

Indonesia. Penyusun berharap buku ini dapat

bermanfaat dan dapat dipergunakan oleh seluruh

instansi terkait, baik negeri maupun swasta sehingga

mampu mengoptimalkan kompetensi lulusan SMK

dalam industri/teknologi terapan.

Oktober, 2018

Tim Penyusun

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DIREKTUR PEMBINAAN SMK ......... . i

KATA PENGANTAR PENULIS .......................................... . ii

DAFTAR ISI ....................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................ iv

DAFTAR TABEL ................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................... 1

A. Pendidikan Kejuruan dan Teknologi Terapan ......... 1

B. Keterampilan untuk Masa Depan ............................ 7

C. Tantangan dalam Menyiapakan Kompetensi

Baru untuk Siswa SMK pada Era Revolusi

Industri 4.0 ............................................................. 14

D. Permasalahan Pengembangan Keterampilan di

SMK ....................................................................... 16

BAB II KEBUTUHAN KOMPETENSI DI SMK .................... 18

A. Kesenjangan Kompetensi di SMK dan

Kebutuhan Industri ................................................. 19

B. Kebutuhan Kompetensi di SMK .............................. 118

BAB III MODEL OPTIMALISASI KOMPETENSI SISWA

SMK ................................................................................... 123

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 135

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tingkat pengangguran terbuka (TPT)

Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 ........................... 4

Gambar 1.2 Demografi Penduduk Indonesia ....................... 5

Gambar 1.3 Categorization of skills into skill family ............ 10

Gambar 1.4 Change in demand for core work-related

skills, 2015-2020, all industries .......................................... 12

Gambar 1.5 Important qualifications & skills to have for

Industry 4.0 ........................................................................ 14

Gambar 2.1 Kompetensi Pengoperasian Mesin Frais

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ....... 21

Gambar 2.2 Kompetensi Pengoperasian Mesin Frais

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru

Produktif ............................................................................ 22

Gambar 2.3 Kompetensi Pengoperasian Mesin Frais

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka

Kurikulum .......................................................................... 23

Gambar 2.4 Kompetensi Pengoperasian Mesin Frais

yang perlu Ditingkatkan Menurut Waka Humas ................. 24

Gambar 2.5 Kompetensi Pengoperasian Mesin NC/CNC

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ....... 25

v

Gambar 2.6 Kompetensi Pengoperasian Mesin NC/CNC

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru

Produktif ............................................................................ 26

Gambar 2.7 Kompetensi Pengoperasian Mesin NC/CNC

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka

Kurikulum .......................................................................... 27

Gambar 2.8 Kompetensi Pengoperasian Mesin NC/CNC

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka

Humas .............................................................................. 28

Gambar 2.9 Kompetensi Pemeliharaan Kendaraan

Ringan Sistem Injeksi yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Du/Di ...................................................... 30

Gambar 2.10 Kompetensi Pemeliharaan Kendaraan

Ringan Sistem Injeksi yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Guru Produktif ........................................ 31

Gambar 2.11 Kompetensi Pemeliharaan Kendaraan

Ringan Sistem Injeksi yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Waka Kurikulum ..................................... 32

Gambar 2.12 Kompetensi Pemeliharaan Kendaraan

Ringan Sistem Injeksi yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Waka Humas .......................................... 33

Gambar 2.13 Kompetensi Pemeliharaan Berkala

Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Du/Di ...................................................... 34

vi

Gambar 2.14 Kompetensi Pemeliharaan Berkala

Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Guru Produktif ......................................... 35

Gambar 2.15 Kompetensi Pemeliharaan Berkala

Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Waka Kurikulum ..................................... 36

Gambar 2.16 Kompetensi Pemeliharaan Berkala

Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Waka Humas .......................................... 37

Gambar 2.17 Kompetensi Spooring Balancing

Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Du/Di ...................................................... 38

Gambar 2.18 Kompetensi Spooring Balancing

Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Guru Produktif ........................................ 39

Gambar 2.19 Kompetensi Spooring Balancing

Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Waka Kurikulum ..................................... 40

Gambar 2.20 Kompetensi Spooring Balancing

Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Waka Humas .......................................... 41

Gambar 2.21 Kompetensi Pemeliharaan/Servis Chasis

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ...... 42

vii

Gambar 2.22 Kompetensi Pemeliharaan/Servis Chasis

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru

Produktif ........................................................................... 43

Gambar 2.23 Kompetensi Pemeliharaan/Servis Chasis

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka

Kurikulum .......................................................................... 44

Gambar 2.24 Kompetensi Pemeliharaan/Servis Chasis

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka

Humas .............................................................................. 45

Gambar 2.25 Kompetensi Pemeliharaan Sistem

Elektrikal (Kelistrikan Body) yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Du/Di ......................................... 46

Gambar 2.26 Kompetensi Pemeliharaan Sistem

Elektrikal (Kelistrikan Body) yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Guru Produktif ........................... 47

Gambar 2.27 Kompetensi Pemeliharaan Sistem

Elektrikal (Kelistrikan Body) yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Waka Kurikulum ........................ 48

Gambar 2.28 Kompetensi Pemeliharaan Sistem

Elektrikal (Kelistrikan Body) yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Waka Humas ............................. 49

Gambar 2.29 Kompetensi Pemeliharaan AC Pada

Kendaraan yang Kurang Relevan dengan Industri

Menurut Du/Di ................................................................... 50

viii

Gambar 2.30 Kompetensi Pemeliharaan AC Pada

Kendaraan yang Kurang Relevan dengan Industri

Menurut Guru Produktif ...................................................... 51

Gambar 2.31 Kompetensi Pemeliharaan AC Pada

Kendaraan yang Kurang Relevan dengan Industri

Menurut Waka Kurikulum .................................................. 52

Gambar 2.32 Kompetensi Pemeliharaan AC Pada

Kendaraan yang Kurang Relevan dengan Industri

Menurut Waka Humas ...................................................... 53

Gambar 2.33 Kompetensi Konfigurasi Perangkat

Jaringan Komputer yang Relevan dengan Industri

Menurut Du/Di ................................................................... 54

Gambar 2.34 Kompetensi Konfigurasi Perangkat

Jaringan Komputer yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Guru Produktif ........................................ 55

Gambar 2.35 Kompetensi Konfigurasi Perangkat

Jaringan Komputer yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Waka Kurikulum ..................................... 56

Gambar 2.36 Kompetensi Konfigurasi Perangkat

Jaringan Komputer yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Waka Humas .......................................... 57

Gambar 2.37 Kompetensi Konfigurasi Routing Pada

Perangkat Jaringan Komputer yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Du/Di ......................................... 58

ix

Gambar 2.38 Kompetensi Konfigurasi Routing Pada

Perangkat Jaringan Komputer yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Guru Produktif ............................ 59

Gambar 2.39 Kompetensi Konfigurasi Routing Pada

Perangkat Jaringan Komputer yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Waka Kurikulum ......................... 60

Gambar 2.40 Kompetensi Konfigurasi Routing Pada

Perangkat Jaringan Komputer yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Waka Humas .............................. 61

Gambar 2.41 Kompetensi Kriya Kreatif Batik dan Tekstil

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ....... 62

Gambar 2.42 Kompetensi Kriya Kreatif Batik dan Tekstil

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru

Produktif ........................................................................... 63

Gambar 2.43 Kompetensi Kriya Kreatif Batik dan Tekstil

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka

Kurikulum ........................................................................... 64

Gambar 2.44 Kompetensi Kriya Kreatif Batik dan Tekstil

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka

Humas .............................................................................. 65

Gambar 2.45 Kompetensi Menggambar Arsitektur yang

Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ........................... 66

x

Gambar 2.46 Kompetensi Menggambar Arsitektur yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

.......................................................................................... 67

Gambar 2.47 Kompetensi Menggambar Arsitektur yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas ... 68

Gambar 2.48 Kompetensi Menggambar Struktur yang

Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ........................... 69

Gambar 2.49 Kompetensi Menggambar Struktur yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

.......................................................................................... 70

Gambar 2.50 Kompetensi Menggambar Struktur yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka

Kurikulum .......................................................................... 71

Gambar 2.51 Kompetensi Menggambar Menggambar

Jalan dan Jembatan yang Relevan dengan Industri

Menurut Du/Di ................................................................... 72

Gambar 2.52 Kompetensi Menggambar Menggambar

Jalan dan Jembatan yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Guru Produktif ........................................ 73

Gambar 2.53 Kompetensi Menggambar Menggambar

Jalan dan Jembatan yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Waka Kurikulum ..................................... 74

xi

Gambar 2.54 Kompetensi Perawatan Kulit Kepala dan

Pengeringan Rambut yang Relevan dengan Industri

Menurut Du/Di ................................................................... 76

Gambar 2.55 Kompetensi Perawatan Kulit Kepala dan

Pengeringan Rambut yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Guru Produktif ........................................ 77

Gambar 2.56 Kompetensi Perawatan Kulit Kepala dan

Pengeringan Rambut yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Waka Kurikulum ..................................... 78

Gambar 2.57 Kompetensi Perawatan Kulit Kepala dan

Pengeringan Rambut yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Waka Humas .......................................... 79

Gambar 2.58 Kompetensi Perawatan Tangan, Kaki dan

Badan yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ......... 80

Gambar 2.59 Kompetensi Perawatan Tangan, Kaki dan

Badan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut

Guru Produktif ................................................................... 81

Gambar 2.60 Kompetensi Pemangkasan, Pratata dan

Pengeritingan Rambut yang Relevan dengan Industri

Menurut Du/Di ................................................................... 82

Gambar 2.61 Kompetensi Pemangkasan, Pratata dan

Pengeritingan Rambut yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Guru Produktif ........................................ 83

xii

Gambar 2.62 Kompetensi Pemangkasan, Pratata dan

Pengeritingan Rambut yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Waka Kurikulum ..................................... 84

Gambar 2.63 Kompetensi Pemangkasan, Pratata dan

Pengeritingan Rambut yang Kurang Relevan dengan

Industri Menurut Waka Humas .......................................... 85

Gambar 2.64 Kompetensi Merias Wajah Korektif yang

Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ........................... 86

Gambar 2.65 Kompetensi Merias Wajah Korektif yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

.......................................................................................... 87

Gambar 2.66 Kompetensi Merias Wajah Korektif yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka

Kurikulum .......................................................................... 88

Gambar 2.67 Kompetensi Merias Wajah Korektif yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas ... 89

Gambar 2.68 Kompetensi Olah Gerak dan Sistem

Kemudi Kompas yang Relevan dengan Industri Menurut

Du/Di ................................................................................. 90

Gambar 2.69 Kompetensi Olah Gerak dan Sistem

Kemudi Kompas yang Kurang Relevan dengan Industri

Menurut Guru Produktif ..................................................... 91

xiii

Gambar 2.70 Kompetensi Olah Gerak dan Sistem

Kemudi Kompas yang Kurang Relevan dengan Industri

Menurut Waka Kurikulum .................................................. 92

Gambar 2.71 Kompetensi Olah Gerak dan Sistem

Kemudi Kompas yang Kurang Relevan dengan Industri

Menurut Waka Humas ...................................................... 93

Gambar 2.72 Kompetensi P2TL dan Dinas Jaga Kapal

dan Komunikasi yang Relevan dengan Industri Menurut

Du/Di ................................................................................. 94

Gambar 2.73 Kompetensi P2TL dan Dinas Jaga Kapal

dan Komunikasi yang Kurang Relevan dengan Industri

Menurut Guru Produktif ..................................................... 95

Gambar 2.74 Kompetensi P2TL dan Dinas Jaga Kapal

dan Komunikasi yang Kurang Relevan dengan Industri

Menurut Waka Kurikulum .................................................. 96

Gambar 2.75 Kompetensi P2TL dan Dinas Jaga Kapal

dan Komunikasi yang Kurang Relevan dengan Industri

Menurut Waka Humas ...................................................... 97

Gambar 2.76 Kompetensi Penanganan dan Pengaturan

Muatan dan Perlengkapannya yang Relevan dengan

Industri Menurut Du/Di ...................................................... 98

Gambar 2.77 Kompetensi Penanganan dan Pengaturan

Muatan dan Perlengkapannya yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Guru Produktif ........................... 99

xiv

Gambar 2.78 Kompetensi Penanganan dan Pengaturan

Muatan dan Perlengkapannya yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Waka Kurikulum ...................... 100

Gambar 2.79 Kompetensi Penanganan dan Pengaturan

Muatan dan Perlengkapannya yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Waka Humas ........................... 101

Gambar 2.80 Kompetensi Pelayaran Datar dan Alat

Navigasi yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di .. 102

Gambar 2.81 Kompetensi Pelayaran Datar dan Alat

Navigasi yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut

Guru Produktif ................................................................. 103

Gambar 2.82 Kompetensi Pelayaran Datar dan Alat

Navigasi yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut

Waka Kurikulum .............................................................. 104

Gambar 2.83 Kompetensi Pelayaran Datar dan Alat

Navigasi yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut

Waka Humas .................................................................. 105

Gambar 2.84 Kompetensi Klaster 1 yang Kurang

Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ......................... 106

Gambar 2.85 Kompetensi Klaster 1 yang Kurang

Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif ........... 107

Gambar 2.86 Kompetensi Klaster 1 yang Kurang

Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum ......... 108

xv

Gambar 2.87 Kompetensi Klaster 1 yang Kurang

Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas ............. 109

Gambar 2.88 Kompetensi Klaster 2 yang Kurang

Relevan dengan Industri Menurut Du/Di .......................... 110

Gambar 2.89 Kompetensi Klaster 2 yang Kurang

Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif ........... 111

Gambar 2.90 Kompetensi Klaster 2 yang Kurang

Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum ......... 112

Gambar 2.91 Kompetensi Klaster 2 yang Kurang

Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas ............. 113

Gambar 2.92 Kompetensi Klaster 3 yang Kurang

Relevan dengan Industri Menurut Du/Di ......................... 114

Gambar 2.93 Kompetensi Klaster 3 yang Kurang

Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif ........... 115

Gambar 2.94 Kompetensi Klaster 3 yang Kurang

Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum ......... 116

Gambar 2.95 Kompetensi Klaster 3 yang Kurang

Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas ............. 117

Gambar 3.1 Model Optimalisasi Kompetensi Siswa SMK 125

Gambar 3.2 Teaching Factory ......................................... 126

Gambar 3.3 Penyelarasan Laboratorium SMK dengan

Industri ............................................................................. 133

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sebaran Responden Berdasarkan

Kompetensi Keahlian ......................................................... 19

Tabel 2.2 Rekapitulasi Kompetensi di SMK yang Perlu

Ditingkatkan agar Relevan dengan Kebutuhan Industri

Menurut Du/Di .................................................................. 118

1

BAB I PENDAHULUAN

A. PENDIDIKAN KEJURUAN DAN TEKNOLOGI TERAPAN Salah satu pilar pendidikan tentang pemerataan

akses dan mutu pendidikan akan membuat warga negara

Indonesia memiliki kompetensi hidup (life skills) yang

akan mendorong terwujudnya pembangunan manusia

seutuhnya yang dijiwai nilai-nilai Pancasila. Hal ini sejalan

dengan amanat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan

yang bermutu bagi setiap warga negara sesuai dengan

minat dan bakat yang dimiliki tanpa memandang status

sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama dan gender

berhak memperolehnya sesuai dengan hak asasi setiap

warga Negara Indonesia.

Berdasarkan data United Nations Development

Programme (2017) bahwa peringkat mutu sumber daya

manusia (Human Development Index / HDI) Indonesia

berada pada urutan ke 116 di dunia dan 6 di ASEAN.

Sesuai data tersebut diketahui bahwa posisi daya

saing Indonesia dibandingkan dengan negara-negara

ASEAN dan ASIA relatif masih rendah. Indikator tingkat

keberhasilan pembangunan nasional sangat terkait

dengan kualitas sumber daya manusia. Oleh sebab itu

2

pemerintah telah berupaya memaksimalkan

pembangunan kapasitas sumber daya manusia Indonesia

melalui sektor pendidikan, baik melalui jalur pendidikan

formal maupun jalur pendidikan non formal.

Salah satu jalur pendidikan formal yang

menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di

dunia kerja adalah Sekolah Menangah Kejuruan (SMK).

Idealnya lulusan SMK merupakan tenaga kerja tingkat

menengah yang siap pakai, dalam arti langsung bisa

bekerja di dunia usaha dan industri.

Sejalan dengan RPJMN 2015 – 2019, oleh

Direktorat PSMK dalam rencana strategis 2015 – 2019

memiliki visi “Terbentuknya Insan dan Ekosistem

Pendidikan SMK yang berkarakter dengan belandaskan

gotong royong.” Salah satu program prioritas untuk

merealisasikan visi tersebut adalah program

pengembangan Teaching Factory dan Technopark di

SMK. Permasalahan SMK saat ini umumnya terkait

dengan keterbatasan peralatan, masih rendahnya biaya

praktik, dan lingkungan belajar yang belum sesuai dengan

kebutuhan dunia kerja. Oleh karena itu, untuk

mendapatkan lulusan SMK yang siap pakai, perlu

dilakukan kerjasama antara SMK dengan dunia usaha

/dunia industri dengan tujuan untuk mempercepat waktu

penyesuaian bagi lulusan SMK dalam memasuki dunia

3

kerja / dunia industri dengan tujuan untuk mempercepat

waktu penyesuaian bagi lulusan SMK dalam memasuki

dunia kerja dan pada akhirnya juga akan meningkatkan

mutu SMK.

Pertumbuhan jumlah siswa SMK baik negeri

maupun swasta menunjukkan trend yang semakin

meningkat yaitu: 4.334.987 siswa pada tahun 2015,

kemudian pada tahun 2016 meningkat menjadi 4.682.913,

sedangkan pada tahun 2017 menjadi 4.785.106 (Pusat

Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).

Sehingga komitmen pada revitalisasi SMK yang

dicanangkan pemerintah harus dijadikan momentum

untuk membuat pendidikan vokasi khususnya di SMK

akan mampu menjawab kebutuhan akan tenaga kerja

terdidik dan terampil di tingkat menengah yang

berkualitas. Namun, dari data BPS per Agustus 2017

menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT)

lulusan SMK tergolong sangat tinggi yaitu 11,41 % atau

sekitar 12,59 juta lulusan tidak terserap di dunia kerja

(Gambar 1.1). Kondisi ini menempatkan pendidikan SMK

pada pertama penyumbang pengangguran terbuka

berdasarkan jenjang pendidikan disusul SMA di urutan ke

dua dan Diploma diurutan ke tiga. Fenomena ini tentunya

sangat bertolak belakang dengan fungsi dan tujuan

diselenggarakannya pendidikan kejuruan (SMK) di

4

Indonesia, dimana lulusan SMK seharusnya siap pakai di

dunia kerja.

Gambar 1.1 Tingkat pengangguran terbuka (TPT)

Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017

Sumber: BPS (2017)

Fokus usaha untuk meningkatkan kualitas

lulusan SMK secara simultan telah disusun dan dilakukan,

baik melalui kebijakan-kebijakan maupun revitalisasi

pendidikan kejuruan, seperti: 1) Pengembangan

kelembagaan sekolah kejuruan, 2) Keterlibatan dunia

usaha dan dunia industri dalam pendidikan kejuruan, 3)

Penyelarasan kurikulum, 4) Sertifikasi kompetensi lulusan,

5) Pemenuhan sarana dan prasarana, 6) Penyediaan dan

peningkatan kualitas guru, 7) Akreditasi dan tata kelola

penyelenggaraan pendidikan kejuruan, dan 8) Regulasi-

regulasi untuk mendukung pendidikan kejuruan.

Dukungan pemerintah dalam memajukan kualitas

pendidikan kejuruan sangat serius, karena pendidikan

5

kejuruan disebut-sebut sebagai solusi yang paling relevan

terhadap masalah lapangan pekerjaan. Dukungan

pemerintah didasarkan pada data bahwa pada tahun

2025 Indonesia akan mendapat bonus demografi yaitu

tingginya usia produktif (BPS, 2010). Tingginya usia

produksi tersebut harus didukung dengan kompetensi

yang memadai untuk menyuplai kebutuhan tenaga kerja

industri-industri di dalam negeri. Sehingga pendidikan

kejuruan (SMK) dapat mengambil peran utama dalam

menyiapak generasi emas yaitu generasi usia produktif

dengan membekali kompetensi-kerampilan yang relevan

dengan kebutuhan industri saat ini.

Gambar 1.2 Demografi Penduduk Indonesia

(Sumber: BPS, 2010)

6

Di USA komitmen pemerintah dalam mendukung

ketersediaan tenaga kerja terampil diwujudkan dengan

dikeluarkannya undang-undang pendidikan kejuruan dan

teknologi terapan (Vocational and Applied Technology

Education Act of 1990 (20 U.S.C. 2301et seq.)). Sekilas

pendidikan kejuruan yang dimaksud pada undang undang

tersebut adalah sama dengan pola pendidikan kejuruan

yang kita terapkan di Indonesia yaitu: menyiapkan lulusan

yang siap bekerja di dunia kerja. The Perkins Act defines vocational-technical education as organized educational programs offering sequences of courses directly related to preparing individuals for paid or unpaid employment in current or emerging occupations requiring other than a baccalaureate or advanced degree. Programs include competency-based applied learning which contributes to an individual's academic knowledge, higher-order reasoning, problem solving skills, and the occupational-specific skills necessary for economic independence as a productive and contributing member of society. (U.S. Department of Education, 2002).

Namun, yang membedakan adalah pada

undang–undang tersebut di dalamnya ada muatan

pendidikan berbasis teknologi terapan. Pendidikan

berbasis teknologi terapan yang dimaksud adalah proses

belajar dimana sekolah berkerjasama dengan industri

mengajarkan dan melatihkan kepada siswa tentang

teknologi-teknologi terapan yang diterapkan di industri.

7

Sehingga kompetensi siswa akan meningkat dan sejalan

dengan kebutuhan di industri.

Penyiapan kompetensi untuk generasi emas

Indonesia dalam menyongsong tingginya usia produktif di

tahun 2025 dapat mengadopsi pola pendidikan kejuruan

dengan berbasis teknologi terapan. Pola pendidikan ini

akan sejalan dengan tuntutan era Revolusi Industri 4.0

yang dicirikan oleh kompleksnya permasalahan yang

akan dihadapi penduduk dunia. Semua jenis pekerjaan

semakin kompleks, hal ini disebabkan kombinasi

globalisasi dan teknologi informasi dengan kecepatannya

luar biasa dan di luar dugaan. Usia-usia produktif yang

merupakan aset bangsa ini untuk berkiprah di era

Revolusi Industri 4.0 diperlukan kecakapan dalam

menangani persoalan yang kompleks.

B. KETERAMPILAN UNTUK MASA DEPAN Pendidikan kejuruan memainkan peran penting

dalam menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai untuk

industri, khususnya bidang pekerjaan dengan level

menengah. Namun dalam kenyataanya saat ini, banyak

industri yang kesulitan mendapatkan tenaga kerja yang

siap pakai. Banyak lulusan sekolah menengah kejuruan

(SMK) yang siap bekerja sebagai karyawan, namun

sebagian besar angkatan kerja yang berpendidikan SMK

8

tersebut tidak memiliki kecocokan keterampilan atau

kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Roe (2001) mendefinisakan kompetensi sebagai

kemampuan untuk melakukan tugas atau peran secara

memadai. Kompetensi merupakan pengintegrasian

pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai pribadi dan sikap.

Kompetensi dibangun berdasarkan pengetahuan dan

keterampilan dan diperoleh melalui pengalaman kerja dan

pembelajaran. Menurut Standar Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia (SKKNI), kompetensi adalah

pernyataan tentang bagaimana seseorang dapat

mendemontrasikan: keterampilan, pengetahuan dan sikap

di tempat kerja sesuai dengan persyaratan yang

ditetapkan oleh tempat kerja (industri).

Industri di Indonesia menghadapi tantangan

dalam mencari tenaga kerja terampil pada tingkat

keterampilan yang dibutuhkan pada era revolusi industri

4.0. Dimana teknologi berkembang lebih cepat dari

sebelumnya. Hal ini sangat penting untuk dipahami

perubahan-perubahan yang menjadi tuntutan Industri 4.0.

Pergerakan revolusi industri 4.0 atau terdapatnya revolusi

industri generasi keempat menurut Schwab (2017)

ditandai dengan munculnya supercomputer, aneka robot

canggih, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetic dan

perkembangan neuroteknologi yang dapat memungkinkan

9

manusia untuk lebih mengoptimalkan kerja fungsi syaraf

pusat otak.

Revolusi industri 4.0 telah dipandang sebagai

sebuah tantangan. Dengan adanya perkembangan

teknologi komputasi dan robotik di era revolusi industri 4.0

ini akan membawa dampak pada hilangnya pekerjaan

terutama untuk pekerja level menengah ke bawah karena

akan berubah menjadi otomatisasi (Sung, 2017). Namun,

bagi tenaga kerja terampil akan memiliki kesempatan

untuk mengambil bagian dalam berbagai tugas yang lebih

besar dan tidak lagi terkait dengan hanya satu jenis

pekerjaan tertentu. Akan ada pengurangan yang

signifikan dalam pekerjaan yang monoton dan ergonomis.

Karyawan harus berbagi ruang dengan robot cerdas.

Kerja tim akan menjadi pusat, tidak hanya di tingkat

horisontal dan vertikal, tapi juga di keseluruan tempat

kerja.

Perubahan lingkungan kerja menyesuiakan

dengan revolusi industri 4.0 akan melahirkan kompetensi

baru. Keterampilan baru ini tidak akan menggantikan

keahlian yang ada. Sebaliknya, keterampilan baru ini akan

dibutuhkan di samping keterampilan yang penting dalam

skenario saat ini. Keterampilan kerja inti terkait dapat

dikelompokkan menjadi 3 kategori dan 9 subkategori

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.3 di bawah ini:

10

Gambar 1.3 Categorization of skills into skill family

Source: World Economic Forum (2016)

Sesuai dengan survei 'Future of Jobs' yang

dilakukan oleh World Economic Forum, diharapkan

sejumlah keterampilan yang tidak dianggap penting dalam

konteks saat ini ini akan membentuk sepertiga dari

kompetensi inti yang dibutuhkan pada berbagai bidang

pekerjaan di tahun 2020 Pergeseran kebutuhan

keterampilan seperti itu didukung oleh dengan

peningkatan digitalisasi. Kemampuan untuk bekerja

dengan data dan membuat keputusan berbasis data akan

11

memainkan peran utama dalam pekerjaan di masa depan.

Dengan adopsi otomasi dan kecerdasan buatan, sejumlah

tugas yang melibatkan keterampilan teknis seperti

memecahkan masalah mesin, dan keterampilan

manajemen sumber daya lainnya. Seperti orang dan

manajemen waktu akan dihilangkan. Sesuai dengan

survei tersebut, diharapkan bahwa persentase pekerjaan

yang memerlukan Keterampilan Manajemen Keterampilan

dan Keterampilan Teknis sebagai bagian dari keahlian inti

mereka akan turun dari saat ini masing-masing 14% dan

14% menjadi 12% dan 13% pada tahun 2020. Namun,

permintaan akan keterampilan teknis yang diperlukan

untuk perbaikan dan pemeliharaan akan meningkat.

Persentase pekerjaan yang membutuhkan Kemampuan

Kognitif sebagai keterampilan inti akan meningkat menjadi

15%, dari tingkat saat ini sebesar 11% (Gambar 1.4).

12

Gambar 1.4 Change in demand for core work-related

skills, 2015-2020, all industries

Source: World Economic Forum (2016)

Manufaktur industri yang didominasi seperti

automotive diharapkan dapat melihat peningkatan

permintaan akan kemampuan kognitif, keterampilan

konten, keterampilan sistem dan keterampilan proses di

masa depan. Hal ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa

industri otomotif berada di garis depan mengadopsi

teknologi Industri 4.0 dan akan menjadi yang pertama

mengalami Industri 4.0 dalam skala yang lebih besar.

Meskipun permintaan keterampilan di tingkat

industri agregat diperkirakan akan berkembang seperti di

atas, tingkat perubahan persyaratan keterampilan dalam

keluarga pekerjaan individu bahkan lebih signifikan

13

(Gambar 1.2). Misalnya, di antara semua pekerjaan yang

membutuhkan kemampuan kognitif sebagai bagian dari

keahlian inti mereka, 52% pekerjaan tidak memiliki

persyaratan seperti sekarang dan diperkirakan akan

meningkat pada tahun 2020. Dalam 30% pekerjaan,

permintaan saat ini adalah tinggi dan diharapkan memiliki

permintaan yang stabil. Sisanya 16% dari pekerjaan yang

membutuhkan kemampuan kognitif tinggi saat ini akan

melihat penurunan pentingnya kemampuan kognitif.

Kemampuan kognitif, keterampilan sistem dan

keterampilan pemecahan masalah yang kompleks adalah

tiga keterampilan teratas yang diharapkan tinggi

permintaan dan akan tetap menjadi hal yang penting.

Kemampuan kognitif, keterampilan sistem dan

keterampilan pemecahan masalah yang kompleks adalah

tiga keterampilan teratas yang diharapkan tinggi

permintaan dan akan terus menjadi penting.

Dalam konteks Revolusi Industri 4.0, walaupun

diharapkan tenaga kerja harus memiliki keterampilan

baru, kualifikasi dan keterampilan inti yang diberikan

dalam pendidikan khususnya pendidikan kejuruan saat ini

masih akan tetap penting dan harus diperbaharui dengan

evolusi teknologi industri. Keterampilan penting yang akan

dibutuhkan dapat dikelompokkan menjadi empat kategori

utama (Gambar 1.5)

14

Gambar 1.5 Important qualifications & skills to have for

Industry 4.0

Source: Berger (2016)

C. TANTANGAN DALAM MENYIAPKAN KOMPETENSI BARU UNTUK SISWA SMK PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 Dengan dimulainya Era Revolusi Industri 4.0, Sekolah

Menengah Kejuruan tidak hanya menghadapi tantangan

dalam menyiapkan siswa yang terampil, tetapi juga

beberapa tantangan lain yang berkaitan dengan program

tenaga kerja dan pengembangan keterampilan yang telah

ada seperti di bawah ini:

1. Up-skilling: SMK harus meningkatkan keterampilan

siswa mereka melalui pelatihan internal atau

eksternal. Sebagai contoh, seorang siswa harus

mengembangkan keterampilan untuk bisa

15

mengoperasikan alat baru secara efisien. Hal ini

tentunya dituntut kerjasama dengan dunia industri.

2. Re-skilling: Industri 4.0 diharapkan menghasilkan

perpindahan kerja sampai batas tertentu. Sejumlah

pekerjaan tidak akan ada lagi. Dan sejumlah

pekerjaan baru akan tercipta. SMK harus melakukan

investasi untuk melakukan re-skilling siswa guna

mempersiapkan perubahan yang diharapkan ini.

3. Continuous Learning: Teknologi akan menjadi

usang pada tingkat yang lebih cepat. Strategi

pengembangan profesional berkelanjutan akan

diminta untuk dengan mudah menyesuaikan diri

dengan perubahan yang dibawa oleh kemajuan

teknologi.

4. Mindset changer: Mengingat bahwa siswa harus

menyesuaikan diri dengan sejumlah perubahan,

mereka akan bisa menjadi mudah menyesuaikan

perubahan atau bahkan tidak dapat menyesuaikan

dengan perubahan, akan tergantung pada bagaimana

SMK membekali siswanya. Ini akan mengharuskan

SMK mempu merencanakan pembelajaran yang

sesuai.

16

D. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DI SMK Pemerintah saat ini menyadari pentingnya

pengembangan keterampilan dalam mencapai

pertumbuhan ekonomi di masa depan dan telah

mengambil berbagai langkah untuk menjembatani

kesenjangan keterampilan. Dari peningkatan belanja

pendidikan hingga peningkatan jaringan pelatih kejuruan

dengan meluncurkan program nasional, inisiatif telah

diluncurkan untuk membuat industri angkatan kerja siap

pakai.

1. Ketidaksesuaian antara permintaan dan kesediaan:

Saat ini, pengembangan pendidikan kejuruan di

Indonesia terutama didorong oleh dorongan, yaitu

keterampilan yang diberikan oleh SMK tidak sesuai

dengan kebutuhan industri. Untuk mengatasi masalah

ini, SMK telah menjalankan program pelatihan

internal untuk memberikan keterampilan yang

diperlukan.

2. Akses: Kurangnya akses terhadap pendidikan

kejuruan juga berkontribusi terhadap kesenjangan

keterampilan yang ada saat ini karena sejumlah siswa

tidak dapat melanjutkan pendidikan kejuruan karena

jumlah sekolah kejuruan dan lembaga pelatihan yang

memadai di seluruh negeri tidak ada.

17

3. Kurangnya pelatihan industri: Saat ini, program

magang industri belum terkelola dengan baik. Hal ini

disebabkan oleh keterkaitan industri yang lemah di

Indonesia, yang mengakibatkan kurangnya

kesempatan magang bagi semua siswa.

4. Kualitas: Indonesia juga menghadapi tantangan

dalam hal kurikulum yang tidak fleksibel dan

ketinggalan zaman, kekurangan guru dan pelatih

yang berkualitas dan tidak tersedianya infrastruktur

dan bangunan yang tepat dan terkini.

18

BAB II KEBUTUHAN KOMPETENSI DI SMK

Pada bab ini disajikan hasil penelitian terkait

kebutuhan kompetensi di SMK. Sampel penelitian ini terdiri

dari SMK yang tersebar di delapan provinsi di Indonesia, yang

meliputi: DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa

Yogyakarta, Kepulauan Riau, Jawa Timur, Kalimantan Timur,

Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan. Adapun sebaran

responden berdasarkan masing-masing kompetensi keahliah

di SMK sampel ditunjukkan dalam tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Sebaran Responden Berdasarkan Kompetensi

Keahlian

No Kompetensi Keahlian

Jumlah Responden Jumlah

Du/Di GP WK Kur WK Hu 1 Teknik Pemesinan 8 12 8 8 36 2 Teknik Kendaraan

Ringan 7 12 7 7 33

3 Teknik Komputer dan Jaringan

10 16 10 10 46

4 Kriya Kreatif Batik dan Tekstil

2 9 2 3 16

5 Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan

3 7 3 3 16

6 Kecantikan Kulit 5 15 5 5 30

19

Sumber: data primer diolah (2018) Keterangan:

Du/Di = Dunia Usaha / Dunia Industri GP = Guru Produktif WK Kur = Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum WK Hu = Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan

Masyarakat

Responden dalam kajian yang telah dilakukan

meliputi Du/Di, Guru Produktif, Waka Kurikulum, dan Waka

Humas. Du/Di sebagai stakeholders (pengguna lulusan) SMK,

memberikan berbagai informasi terkait dengan relevansi

kompetensi yang diberikan di SMK dengan kebutuhan industri.

Guru produktif berperan dalam proses pembelajaran di SMK,

menyampaikan berbagai kompetensi yang nantinya akan

diperlukan lulusan SMK dalam bekerja di dunia industri. Wakil

Kepala Sekolah Bidang Kurikulum sebagai perancang desain

kurikulum di SMK, yang idealnya selalu disesuaikan dengan

kebutuhan industri. Terakhir, Wakil Kepala Sekolah Bidang

Humas sebagai penghubung antara pihak SMK dengan

Industri.

dan Rambut 7 Nautika Kapal

Niaga 2 6 2 2 12

8 Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura

6 12 4 4 26

Jumlah 43 89 41 42

20

A. KESENJANGAN KOMPETENSI DI SMK DAN KEBUTUHAN INDUSTRI Kesenjangan kompetensi yang dibahas dalam buku ini

meliputi kesenjangan dalam 8 (delapan) kompetensi

keahlian, yaitu: 1) Teknik Pemesinan, 2) Teknik

Kendaraan Ringan, 3) Teknik Komputer dan Jaringan, 4)

Kriya Kreatif Batik dan Tekstil, 5) Desain Pemodelan dan

Informasi Bangunan, 6) Kecantikan Kulit dan Rambut, 7)

Nautika Kapal Niaga, dan 8) Agribisnis Tanaman Pangan

dan Hortikultura.

1. Teknik Pemesinan Menurut pihak Du/Di, Guru Produktif, Waka

Kurikulum, dan Waka Humas masih terdapat

beberapa kesenjangan/kurang relevannya

kompetensi yang diberikan di SMK dengan kebutuhan

industri. Beberapa kompetensi tersebut dapat

dikategorikan sebagai berikut:

21

a. Pengoperasian Mesin Frais Menurut Du/Di beberapa kompetensi

pengoperasian mesin frais yang diajarkan di

kurikulum SMK sudah relevan dengan kebutuhan

industri. Namun, pada kompetensi

pengoperasian mesin frais masih terdapat tiga

kompetensi yang perlu ditingkatkan lagi agar

relevan dengan kebutuhan industri. Ketiga

kompetensi tersebut adalah menerapkan

prosedur mutu, menggunakan perkakas tangan

dan melakukan pekerjaan dengan mesin frais,

seperti terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kompetensi Pengoperasian Mesin Frais yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

57%

71%

57%

29%

14%

29%

14% 14% 14%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Menerapkan prosedur-prosedur mutu

Menggunakan perkakastangan

Melakukan pekerjaandengan mesin frais

Sangat Relevan Relevan Kurang Relevan

22

Hal ini sejalan dengan deskripsi data kuesioner

guru produktif kompetensi keahlian teknik

pemesinan, bahwa kompetensi menerapkan

prosedur mutu dan melakukan pekerjaan dengan

mesin frais masih perlu dioptimalkan agar relevan

dengan industri, seperti data pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Kompetensi Pengoperasian Mesin Frais yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Guru Produktif

Dari sudut pandang Waka Kurikulum pun

diketahui hal yang senada dengan pernyataan

Du/Di serta guru produktif, bahwa kompetensi

92%83%

92% 92%

8% 17% 8% 8%0%

10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Menerapkan prinsip-prinsip keselamatan

dan kesehatan kerja dilingkungan kerja

Menerapkanprosedur-prosedur

mutu

Membaca gambarteknik

Melakukan pekerjaandengan mesin frais

Relevan Kurang Relevan

23

menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dan

kesehatan kerja di lingkungan kerja, menerapkan

prosedur-prosedur mutu dan melakukan

pekerjaan dengan mesin frais masih perlu

ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan

industri. Hal ini bisa dilihat dalam tabel 2.3

berikut.

Gambar 2.3 Kompetensi Pengoperasian Mesin Frais yang Kurang

Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

88%

75%

88%

13%

25%

13%0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dan

kesehatan kerja dilingkungan kerja

Menerapkan prosedur-prosedur mutu

Melakukan pekerjaandengan mesin frais

Releavan Kurang Relevan

24

Berdasarkan pengamatan Waka Humas, semua

kompetensi dalam pengoperasian mesin frais

masih perlu ditingkatkan kesesuaiannya dengan

kebutuhan industri, meskipun dengan persentase

yang cukup kecil (13%). Lihat gambar 2.4 berikut

ini.

Gambar 2.4 Kompetensi Pengoperasian Mesin Frais yang perlu

Ditingkatkan Menurut Waka Humas

88%

88%

88%

88%

88%

88%

13%

13%

13%

13%

13%

13%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Menerapkan prinsip-prinsipkeselamatan dan kesehatan kerja di

lingkungan kerja

Menerapkan prosedur-prosedurmutu

Mengukur dengan menggunakanalat ukur

Membaca gambar teknik

Menggunakan perkakas tangan

Melakukan pekerjaan dengan mesinfrais

Perlu Ditingkatkan Cukup

25

b. Pengoperasian Mesin NC/CNC Menurut Du/Di dalam kompetensi pengoperasian

mesin NC/CNC masih terdapat enam kompetensi

yang perlu ditingkatkan agar relevan dengan

industri, seperti terihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Kompetensi Pengoperasian Mesin NC/CNC yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

Hasil kuesioner dari guru-guru produktif juga

menyatakan bahwa kompetensi pengoperasian

mesin NC/CNC yang diajarkan pada siswa-siwa

50%

33%

33%

33%

33%

33%

33%

50%

50%

50%

50%

50%

17%

17%

17%

17%

17%

17%

Menerapkan prosedur-prosedur mutu

Mengukur dengan menggunakan alatukur

Mengoperasikan dan mengamatimesin/proses

Mengoperasikan mesin NC/CNC (dasar)

Mengeset mesin dan program mesinNC/CNC (dasar)

Memprogram mesin NC/CNC (dasar)

Kurang Relevan Relevan Sangat Relevan

26

SMK masih perlu ditingkatkan agar relevan

dengan industri, seperti terlihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Kompetensi Pengoperasian Mesin NC/CNC yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

Hal senada juga dikemukakan oleh Waka Kurikulum,

bahwa masih terdapat beberapa kompetensi yang

perlu ditingkatkan kesesuaiannya dengan kebutuhan

industri. Kompetensi tersebut terutama memprogram

83%

75%

83%

83%

75%

67%

67%

75%

8%

17%

8%

8%

17%

17%

25%

17%

Menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dankesehatan kerja di lingkungan kerja

Menerapkan prosedur-prosedur mutu

Menggunakan perkakas tangan

Mengoperasikan dan mengamati mesin/proses

Bekerja dengan mesin umum

Mengoperasikan mesin NC/CNC (dasar)

Mengeset mesin dan program mesin NC/CNC (dasar)

Memprogram mesin NC/CNC (dasar)

Kurang Relevan Relevan

27

dan mengeset mesin NC/CNC seperti terlihat dalam

gambar 2.7 berikut.

Gambar 2.7 Kompetensi Pengoperasian Mesin NC/CNC yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

Dilihat dari sudut pandang Waka Humas juga tidak

jauh berbeda dengan pernyataan Waka Kurikulum,

bahwa kompetensi memprogram dan mengeset

mesin NC/CNC masih perlu ditingkatkan

kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.

88%

88%

88%

88%

75%

63%

50%

13%

13%

13%

13%

25%

38%

50%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Menerapkan prinsip-prinsipkeselamatan dan kesehatan kerja di

lingkungan kerja

Menerapkan prosedur-prosedurmutu

Mengoperasikan dan mengamatimesin/proses

Bekerja dengan mesin umum

Mengoperasikan mesin NC/CNC(dasar)

Mengeset mesin dan program mesinNC/CNC (dasar)

Memprogram mesin NC/CNC (dasar)

Perlu Ditingkatkan Cukup

28

Pernyataan Waka Humas terangkum dalam gambar

2.8 berikut.

Gambar 2.8 Kompetensi Pengoperasian Mesin NC/CNC yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas

88%

88%

88%

88%

88%

88%

88%

88%

75%

75%

13%

13%

13%

13%

13%

13%

13%

13%

25%

25%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Menerapkan prinsip-prinsipkeselamatan dan kesehatan kerja…

Menerapkan prosedur-prosedurmutu

Mengukur dengan menggunakanalat ukur

Menggunakan perkakas tangan

Mengoperasikan dan mengamatimesin/proses

Membaca gambar teknik

Bekerja dengan mesin umum

Mengoperasikan mesin NC/CNC(dasar)

Mengeset mesin dan program mesinNC/CNC (dasar)

Memprogram mesin NC/CNC (dasar)

Perlu Ditingkatkan Cukup

29

2. Teknik Kendaraan Ringan Kompetensi keahlian kedua yang diteliti adalah teknik

kendaraan ringan. Seperti halnya pada kompetensi

keahlian teknik pemesinan, terdapat beberapa

kompetensi yang perlu ditingkatkan agar relevan

dengan kebutuhan industri. Adapun kompetensi

dalam teknik kendaraan ringan dapat dikategorikan

sebagai berikut:

a. Pemeliharaan Kendaraan Ringan Sistem Injeksi Menurut Du/Di, dalam Pemeliharaan Kendaraan

Ringan Sistem Injeksi terdapat tiga kompetensi

yang masih perlu ditingkatkan kesesuaiannya

dengan kebutuhan industri. Tiga kompetensi

tersebut dapat dilihat dalam gambar 2.9 berikut.

30

Gambar 2.9 Kompetensi Pemeliharaan Kendaraan Ringan

Sistem Injeksi yang Kurang Relevan dengan Industri

Menurut Du/Di

Menurut Guru Produktif, kompetensi

memelihara/servis sistem kontrol emisi

merupakan prioritas utama yang harus

ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan

industri.

57%

86%

57%

29%

0%

29%

14% 14% 14%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Menggunakan danmemelihara alat ukur

Memelihara/servissistem kontrol emisi

Memelihara/servis danmemperbaiki enginemanagement system

Sangat Relevan Relevan Kurang Relevan

31

Gambar 2.10 Kompetensi Pemeliharaan Kendaraan Ringan

Sistem Injeksi yang Kurang Relevan dengan Industri

Menurut Guru Produktif

Seperti halnya pernyataan Guru Produktif, Waka

Kurikulum juga menyatakan bahwa kompetensi

memelihara sistem komtrol emisi merupakan

kompetensi yang harus diprioritaskan

kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.

75%

75%

58%

50%

50%

25%

25%

33%

42%

33%

Membaca dan memahami gambar teknik

Menggunakan dan memelihara alat ukur

Mengikuti prosedur kesehatan dankeselamatan

Memelihara/servis sistem kontrol emisi

Memelihara/servis dan memperbaikiengine management system

Kurang Relevan Relevan

32

Gambar 2.11 Kompetensi Pemeliharaan Kendaraan Ringan

Sistem Injeksi yang Kurang Relevan dengan Industri

Menurut Waka Kurikulum

Menurut Waka Humas, selain kompetensi

memelihara sistem kontrol emisi masih ada dua

kompetensi lagi yang perlu mendapatkan

prioritas untuk ditingkatkan. Dua kompetensi

tersebut adalah memperbaiki engine

100%

86%

71%

57%

86%

0%

14%

29%

43%

14%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Membaca dan memahami gambarteknik

Menggunakan dan memelihara alatukur

Mengikuti prosedur kesehatan dankeselamatan

Memelihara/servis sistem kontrolemisi

Memelihara/servis danmemperbaiki engine management

system

Perlu Ditingkatkan Cukup

33

management system dan menggunakan dan

memelihara alat ukur.

Gambar 2.12 Kompetensi Pemeliharaan Kendaraan Ringan

Sistem Injeksi yang Kurang Relevan dengan Industri

Menurut Waka Humas

b. Pemeliharaan Berkala Kendaraan Ringan Terdapat sembilan kompetensi dalam

pemeliharaan berkala kendaraan ringan yang

86%

71%

86%

57%

57%

14%

29%

0%

29%

29%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Membaca dan memahami gambarteknik

Menggunakan dan memelihara alatukur

Mengikuti prosedur kesehatan dankeselamatan

Memelihara/servis sistem kontrolemisi

Memelihara/servis danmemperbaiki engine management

system

Perlu Ditingkatkan Cukup

34

menurut Du/Di perlu ditingkatkan agar relevan

dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.13 Kompetensi Pemeliharaan Berkala Kendaraan

Ringan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

Hasil pernyataan guru produktif dalam

kuesioner sejalan dengan pernyataan Du/Di,

bahwa masih banyak terdapat kompetensi yang

57%

29%

57%

43%

43%

43%

43%

43%

57%

29%

57%

29%

43%

43%

43%

43%

43%

29%

14%

14%

14%

14%

14%

14%

14%

14%

14%

Melaksanakan pemeliharaan serviskomponen

Membaca dan memahami gambar teknik

Menggunakan dan memelihara alat ukur

Memelihara/servis engine dankomponen-komponennya

Memelihara/servis sistem pendingin dankomponennya

Memelihara/servis sistem injeksi bahanbakar diesel

Pemeliharaan/servis sistem kontrol emisi

Memelihara/servis transmisi otomatis

Memelihara/servis unit finaldrive/gardan

Kurang Relevan Relevan Sangat Relevan

35

perlu ditingkatkan dalam pemeliharaan berkala

kendaraan ringan ini. Mayoritas guru produktif

menyatakan bahwa kompetensi

memelihara/servis transmisi otomatis perlu

ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan

industri.

Gambar 2.14 Kompetensi Pemeliharaan Berkala Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru

Produktif

75%

83%

75%

67%

67%

92%

75%

50%

58%

33%

75%

25%

17%

17%

25%

33%

8%

25%

33%

33%

50%

25%

Melaksanakan pemeliharaan serviskomponen

Membaca dan memahami gambarteknik

Mengikuti prosedur kesehatan &keselamatan kerja

Menggunakan dan memeliharaperalatan dan perlengkapan tempat…

Kontribusi komunikasi di tempat kerja

Memelihara/servis engine dankomponen-komponennya

Memelihara/servis sistem pendingindan komponennya

Memelihara/servis sistem injeksi bahanbakar diesel

Pemeliharaan/servis sistem kontrolemisi

Memelihara/servis transmisi otomatis

Memelihara/servis unit finaldrive/gardan

Kurang Relevan Relevan

36

Waka Kurikulum juga menyatakan hal senada,

bahwa mayoritas kompetensi pemeliharaan

kendaraan ringan perlu ditingkatkan. Namun,

terdapat dua kompetensi yang perlu

diprioritaskan kesesuaiannya dengan kebutuhan

industri. Dua kompetensi tersebut adalah

kontribusi komunikasi dan servis transmisi

otomatis, seperti terlihat dalam gambar 2.15

berikut.

Gambar 2.15 Kompetensi Pemeliharaan Berkala Kendaraan Ringan

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

86%

86%

71%

57%

86%

71%

71%

57%

57%

14%

14%

29%

43%

14%

29%

29%

29%

43%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Melaksanakan pemeliharaan serviskomponen

Mengikuti prosedur kesehatan &keselamatan kerja

Menggunakan dan memeliharaperalatan dan perlengkapan tempat…

Kontribusi komunikasi di tempat kerja

Memelihara/servis engine dankomponen-komponennya

Memelihara/servis sistem pendingin dankomponennya

Memelihara/servis sistem injeksi bahanbakar diesel

Pemeliharaan/servis sistem kontrol emisi

Memelihara/servis transmisi otomatis

Perlu Ditingkatkan Cukup

37

Menurut Waka Humas, selain kompetensi

kontribusi komunikasi dan servis transmisi

otomatis masih ada dua kompetensi lagi yang

perlu ditingkatkan agar relevan dengan

kebutuhan industri. Dua kompetensi tersebut

adalah servis sistem kontrol emisi dan servis

sistem injeksi bahan bakar diesel. Hal ini

terangkum dalam gambar 2.16 berikut.

Gambar 2.16 Kompetensi Pemeliharaan Berkala Kendaraan Ringan

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas

71%

71%

86%

86%

71%

57%

71%

86%

14%

29%

14%

14%

29%

29%

29%

14%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Melaksanakan pemeliharaan serviskomponen

Kontribusi komunikasi di tempat kerja

Memelihara/servis engine dankomponen-komponennya

Memelihara/servis sistem pendingin dankomponennya

Memelihara/servis sistem injeksi bahanbakar diesel

Pemeliharaan/servis sistem kontrol emisi

Memelihara/servis transmisi otomatis

Memelihara/servis unit finaldrive/gardan

Perlu Ditingkatkan Cukup

38

c. Spooring Balancing Kendaraan Ringan Berikut ini beberapa kompetensi dalam spooring

balancing kendaraan ringan yang menurut Du/Di

perlu ditingkatkan agar relevan dengan

kebutuhan industri.

Gambar 2.17 Kompetensi Spooring Balancing Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

43%

71%

57%

43%

43%

43%

43%

43%

14%

29%

43%

43%

43%

43%

14%

14%

14%

14%

14%

14%

14%

Membaca dan memahami gambar teknik

Menggunakan dan memelihara alat ukur

Memelihara/servis sistem kemudi

Memelihara/servis sistem suspensi

Melaksanakan pekerjaan pelurusanroda/spooring

Membalance roda/ban

Melepas, memasang, dan menyetel roda

Kurang Relevan Relevan Sangat Relevan

39

Mayoritas guru produktif menyatakan bahwa

kompetensi membaca dan memahami gambar

teknik, mem-balance roda/ban, serta

melaksanakan pekerjaan pelurusan/spooring

masih perlu ditingkatkan.

Gambar 2.18 Kompetensi Spooring Balancing Kendaraan Ringan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru

Produktif

75%

75%

75%

75%

92%

83%

75%

42%

42%

83%

17%

25%

17%

17%

8%

17%

17%

42%

42%

17%

Membaca dan memahami gambar teknik

Menggunakan dan memelihara alat ukur

Mengikuti prosedur kesehatan & keselamatan kerja

Menggunakan dan memelihara peralatan danperlengkapan tempat kerja

Melaksanakan operasi penanganan secara manual

Memelihara/servis sistem kemudi

Memelihara/servis sistem suspensi

Melaksanakan pekerjaan pelurusan roda/spooring

Membalance roda/ban

Melepas, memasang, dan menyetel roda

Kurang Relevan Relevan

40

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Waka

Kurikulum bahwa kompetensi balancing dan

spooring ban masih perlu ditingkatkan

kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.19 Kompetensi Spooring Balancing Kendaraan

Ringan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

86%

86%

86%

57%

57%

86%

14%

14%

14%

29%

43%

14%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Membaca dan memahami gambarteknik

Menggunakan dan memelihara alatukur

Memelihara/servis sistem suspensi

Melaksanakan pekerjaan pelurusanroda/spooring

Membalance roda/ban

Melepas, memasang, dan menyetelroda

Perlu Ditingkatkan Cukup

41

Menurut Waka Humas, selain kompetensi

balancing dan spooring ban, masih terdapat satu

kompetensi yang perlu dirpioritaskan untuk

ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan

industri. Kompetensi tersebut adalah

melaksanakan operasi penanganan secara

manual.

Gambar 2.20 Kompetensi Spooring Balancing Kendaraan

Ringan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas

86%

86%

43%

71%

57%

29%

29%

57%

14%

0%

43%

14%

29%

57%

57%

29%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Membaca dan memahami gambarteknik

Menggunakan dan memeliharaperalatan dan perlengkapan…

Melaksanakan operasi penanganansecara manual

Memelihara/servis sistem kemudi

Memelihara/servis sistem suspensi

Melaksanakan pekerjaan pelurusanroda/spooring

Membalance roda/ban

Melepas, memasang, dan menyetelroda

Perlu Ditingkatkan Cukup

42

d. Pemeliharaan/Servis Chasis Sebagain besar Du/Di menyatakan kompetensi

pemeliharaan/servis chasis ini sudah relevan

dengan industri. Namun, terdapat juga Du/Di

yang menyatakan belum relevan dan perlu

ditingkatkan.

Gambar 2.21 Kompetensi Pemeliharaan/Servis Chasis yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

71%

86%

57%

57%

57%

57%

43%

14%

0%

29%

29%

29%

29%

43%

14%

14%

14%

14%

14%

14%

14%

Perakitan dan pemasangan sistem remdan komponen-komponennya

Pemelihraaan/servis sistem rem

Perbaikan sistem rem

Overhaul sistem rem

Melepas, memasang, dan menyetel roda

Memelihara/servis sistem kemudi

Memelihara/servis sistem suspensi

Kurang Relevan Relevan Sangat Relevan

43

Kompetensi memelihara/servis sistem suspensi

dan kemudi serta overhaul sistem rem

merupakan kompetensi masih perlu ditingkatkan

menurut sebagian besar guru produktif.

Gambar 2.22 Kompetensi Pemeliharaan/Servis Chasis yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

92%

92%

92%

83%

92%

75%

67%

8%

8%

8%

17%

8%

25%

25%

Perakitan dan pemasangansistem rem dan komponen-

komponennya

Pemelihraaan/servis sistemrem

Perbaikan sistem rem

Overhaul sistem rem

Melepas, memasang, danmenyetel roda

Memelihara/servis sistemkemudi

Memelihara/servis sistemsuspensi

Kurang Relevan Relevan

44

Seperti halnya pernyataan guru produktif,

menurut sebagian besar Waka Kurikulum

kompetensi servis sistem suspensi dan kemudi

merupakan dua kompetensi yang perlu

ditingkatkan kesesuaiannya dengan kebutuhan

industri.

Gambar 2.23 Kompetensi Pemeliharaan/Servis Chasis yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

100%

100%

100%

100%

100%

86%

71%

0%

0%

0%

0%

0%

14%

14%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Perakitan dan pemasangan sistemrem dan komponen-komponennya

Pemelihraaan/servis sistem rem

Perbaikan sistem rem

Overhaul sistem rem

Melepas, memasang, dan menyetelroda

Memelihara/servis sistem kemudi

Memelihara/servis sistem suspensi

Perlu Ditingkatkan Cukup

45

Menurut Waka Humas, masih ada satu

kompetensi lagi yang perlu ditingkatkan selain

kompetensi servis sistem suspensi dan kemudi.

Kompetensi tersebut adalah overhaul sistem rem.

Gambar 2.24 Kompetensi Pemeliharaan/Servis Chasis yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas

100%

100%

100%

86%

100%

86%

71%

0%

0%

0%

14%

0%

14%

14%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Perakitan dan pemasangan sistemrem dan komponen-komponennya

Pemelihraaan/servis sistem rem

Perbaikan sistem rem

Overhaul sistem rem

Melepas, memasang, dan menyetelroda

Memelihara/servis sistem kemudi

Memelihara/servis sistem suspensi

Perlu Ditingkatkan Cukup

46

86%

57% 57%

29%

0%

29% 29%

43%

14% 14% 14%

29%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Perbaikan ringanpada

rangkaian/sistemkelistrikan

Memasang, menguji,dan memperbaiki

sistem penerangandan wiring

Memasang, menguji,dan memperbaikisistem pengaman

kelistrikan dankomponennya

Memasangperlengkapan

kelistrikan tambahan(aksesoris)

Sangat Relevan Relevan Kurang Relevan

e. Pemeliharaan Sistem Elektrikal (Kelistrikan Body) Menurut Du/Di kompetensi memasang

perlengkapan listrik tambahan (aksesoris)

merupakan kompetensi yang belum relevan

dengan persentase terbesar, sehingga

kompetensi tersebut perlu ditingkatkan.

Gambar 2.25 Kompetensi Pemeliharaan Sistem Elektrikal (Kelistrikan Body) yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut

Du/Di

47

Menurut guru produktif, kompetensi memasang,

menguji dan memperbaiki sistem pengaman

kelistrikan dan komponennya merupakan

kompetensi yang perlu ditingkatkan dengan

persentase terbesar.

Gambar 2.26 Kompetensi Pemeliharaan Sistem Elektrikal

(Kelistrikan Body) yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut

Guru Produktif

75%

67%

58% 58%

17%

33%

42%

33%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Perbaikan ringan padarangkaian/sistem

kelistrikan

Memasang, menguji,dan memperbaiki sistempenerangan dan wiring

Memasang, menguji,dan memperbaiki sistem

pengaman kelistrikandan komponennya

Memasangperlengkapan kelistrikan

tambahan (aksesoris)

Relevan Kurang Relevan

48

Berbeda dengan guru produktif, menurut Waka

Kurikulum, kompetensi yang perlu mendapatkan

prioritas untuk ditingkatkan agar sesuai dengan

kebutuhan industri adalah kompetensi

memasang perlengkapan kelistrikan tambahan

(aksesoris).

Gambar 2.27 Kompetensi Pemeliharaan Sistem Elektrikal

(Kelistrikan Body) yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut

Waka Kurikulum

86%

71% 71%

57%

14%

29% 29%

43%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Perbaikan ringanpada

rangkaian/sistemkelistrikan

Memasang,menguji, danmemperbaiki

sistempenerangan dan

wiring

Memasang,menguji, danmemperbaiki

sistem pengamankelistrikan dankomponennya

Memasangperlengkapan

kelistrikantambahan(aksesoris)

Cukup Perlu Ditingkatkan

49

Pernyataan Waka Kurikulum sebagaimana

ditampilkan dalam Gambar 2.27 tersebut juga

didukung oleh Waka Humas. Menurut Waka

Humas kompetensi memasang perlengkapan

kelistrikan tambahan (aksesoris) memang perlu

ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan

industri.

Gambar 2.28 Kompetensi Pemeliharaan Sistem Elektrikal

(Kelistrikan Body) yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut

Waka Humas

86%

71% 71%

57%

14%

29% 29%

43%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Perbaikan ringanpada

rangkaian/sistemkelistrikan

Memasang,menguji, danmemperbaiki

sistempenerangan dan

wiring

Memasang,menguji, danmemperbaiki

sistem pengamankelistrikan dankomponennya

Memasangperlengkapan

kelistrikantambahan(aksesoris)

Cukup Perlu Ditingkatkan

50

f. Pemeliharaan AC Pada Kendaraan Kompetensi memperbaiki/retrofit sistem A/C

merupakan kompetensi yang perlu ditingkatkan

dengan persentase terbesar menurut Du/Di.

Selain itu, kompetensi lain yang juga perlu

ditingkatkan adalah memasang sistem A/C dan

overhaul komponan sistem A/C.

Gambar 2.29 Kompetensi Pemeliharaan AC Pada Kendaraan

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

43% 43% 43%

57%

43% 43%

29% 29%

14% 14%

29%

14%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Memasang sistem A/C (AirConditioner)

Overhaul komponen sistemA/C (Air Conditioner)

Memperbaiki/retrofit sistemA/C (Air Conditioner)

Memelihara/servis sistemA/C (Air Conditioner)

Sangat Relevan Relevan Kurang Relevan

51

Hal senada juga dikemukakan oleh mayoritas

guru produktif, yaitu bahwa memperbaiki/retrofit

sistem A/C merupakan kompetensi yang perlu

ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan

industri.

Gambar 2.30 Kompetensi Pemeliharaan AC Pada Kendaraan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru

Produktif

42%

33%

25%

50%

33%

50% 50%

42%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Memasang sistem A/C (AirConditioner)

Overhaul komponen sistemA/C (Air Conditioner)

Memperbaiki/retrofitsistem A/C (Air Conditioner)

Memelihara/servis sistemA/C (Air Conditioner)

Relevan Kurang Relevan

52

Pendapat Waka Kurikulum berbeda dengan Du/Di

maupun Guru Produktif. Menurut Waka Kurikulum,

kompetensi Memelihara/servis sistem A/C (Air

Conditioner) yang perlu mendapatkan prioritas untuk

ditingkatkan kesesuaiannya dengan kebutuhan

industri.

Gambar 2.31 Kompetensi Pemeliharaan AC Pada Kendaraan

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

57% 57% 57%

43%43% 43% 43%

57%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Memasang sistemA/C (Air Conditioner)

Overhaul komponensistem A/C (Air

Conditioner)

Memperbaiki/retrofitsistem A/C (Air

Conditioner)

Memelihara/servissistem A/C (Air

Conditioner)

Cukup Perlu Ditingkatkan

53

Menurut Waka Humas, kompetensi yang perlu

ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan industri

adalah kompetensi overhaul komponen sistem A/C

dan memelihara/servis sistem A/C.

Gambar 2.32 Kompetensi Pemeliharaan AC Pada Kendaraan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas

57% 57% 57% 57%

14%

29%

14%

29%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Memasang sistemA/C (Air Conditioner)

Overhaul komponensistem A/C (Air

Conditioner)

Memperbaiki/retrofitsistem A/C (Air

Conditioner)

Memelihara/servissistem A/C (Air

Conditioner)

Cukup Perlu Ditingkatkan

54

3. Teknik Komputer dan Jaringan Teknik Komputer Jaringan mempunyai beberapa

kompetensi yang bisa dikelompokkan menjadi dua

kategori, yaitu konfigurasi perangkat jaringan

komputer dan konfigurasi routing pada perangkat

jaringan komputer.

a. Konfigurasi Perangkat Jaringan Komputer Pada konfigurasi perangkat jaringan komputer,

menurut Du/Di semua kompetensi yang

disampaikan di SMK sudah sangat relevan

dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.33 Kompetensi Konfigurasi Perangkat Jaringan Komputer yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

90%

80%

70%

70%

70%

80%

10%

20%

30%

30%

30%

20%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Menentukan spesifikasi perangkatjaringan

Memasang jaringan nirkabel

Merancang topologi jaringan

Merancang pengalamatan jaringan

Mengkonfigurasi switch padajaringan

Memasang perangkat jaringan kedaiam sistem jaringan

Relevan Sangat Relevan

55

Berbeda dengan Du/Di, menurut guru produktif,

masih ada beberapa kompetensi yang perlu

ditingkatkan supaya relevan dengan kebutuhan

industri. Salah satu kompetensi yang perlu

ditingkatkan adalah merancang topologi jaringan.

Gambar 2.34 Kompetensi Konfigurasi Perangkat Jaringan

Komputer yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

94%

88%

75%

94%

88%

94%

6%

13%

25%

6%

6%

6%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Menentukan spesifikasi perangkatjaringan

Memasang jaringan nirkabel

Merancang topologi jaringan

Merancang pengalamatan jaringan

Mengkonfigurasi switch padajaringan

Memasang perangkat jaringan kedaiam sistem jaringan

Perlu Ditingkatkan Cukup

56

Waka Kurikulum juga menyatakan hal yang

senada dengan Guru Produktif, bahwa masih

terdapat beberapa kompetensi yang perlu

ditingkatkan. Menurut Waka Kurikulum,

kompetensi yang masih perlu ditingkatkan

kesesuaiannya dengan kebutuhan industri adalah

memasang jaringan nirkabel.

Gambar 2.35 Kompetensi Konfigurasi Perangkat Jaringan

Komputer yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

100%

80%

90%

90%

90%

90%

0%

20%

10%

10%

10%

10%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Menentukan spesifikasi perangkatjaringan

Memasang jaringan nirkabel

Merancang topologi jaringan

Merancang pengalamatan jaringan

Mengkonfigurasi switch padajaringan

Memasang perangkat jaringan kedaiam sistem jaringan

Perlu Ditingkatkan Cukup

57

Hal yang senada dengan pernyataan Guru

Produktif dan Waka Kurikulum juga disampaikan

oleh Waka Humas. Menurut Waka Humas

kompetensi memasang jaringan nirkabel dan

merancang topologi jaringan merupakan

kompetensi yang perlu ditingkatkan agar relevan

dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.36 Kompetensi Konfigurasi Perangkat Jaringan

Komputer yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas

90%

70%

70%

80%

90%

80%

10%

30%

30%

20%

10%

20%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Menentukan spesifikasi perangkatjaringan

Memasang jaringan nirkabel

Merancang topologi jaringan

Merancang pengalamatan jaringan

Mengkonfigurasi switch padajaringan

Memasang perangkat jaringan kedaiam sistem jaringan

Perlu Ditingkatkan Cukup

58

b. Konfigurasi Routing Pada Perangkat Jaringan Komputer Menurut Du/Di terdapat satu kompetensi dalam

konfigurasi routing pada perangkat jaringan

komputer yang perlu ditingkatkan agar relevan

dengan kebutuhan industri. Kompetensi tersebut

adalah memonitor keamanan dan pengaturan

akun pengguna dalam jaringan komputer,

sebagaimana ditampilkan dalam gambar 2.37

berikut.

Gambar 2.37 Kompetensi Konfigurasi Routing Pada Perangkat

Jaringan Komputer yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

60%

50%

60%

40%

40%

40%

0%

10%

0%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

Mengkonfigurasi routing padaperangkat jaringan dalam satu

autonomous system

Memonitor keamanan danpengaturan akun pengguna dalam

jaringan komputer

Mengganti perangkat jaringan sesuaidengan kebutuhan baru

Kurang Relevan Relevan Sangat Relevan

59

Menurut Guru Produktif, selain kompetensi

memonitor keamanan dan pengaturan akun

pengguna dalam jaringan komputer, masih

terdapat satu kompetensi lagi yang masih perlu

ditingkatkan. Kompetensi tersebut adalah

mengkonfigurasi routing pada perangkat jaringan

dalam satu autonomous system.

Gambar 2.38 Kompetensi Konfigurasi Routing Pada Perangkat

Jaringan Komputer yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

81% 81%88%

19% 19%13%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Mengkonfigurasirouting pada perangkat

jaringan dalam satuautonomous system

Memonitor keamanandan pengaturan akun

pengguna dalamjaringan komputer

Mengganti perangkatjaringan sesuai dengan

kebutuhan baru

Cukup Perlu Ditingkatkan

60

Berbeda dengan Du/Di dan Guru Produktif,

menurut Waka Kurikulum kompetensi mengganti

perangkat jaringan sesuai dengan kebutuhan

baru merupakan kompetensi yang masih perlu

ditingkatkan agar sesuai dengan kebutuhan

industri. Pernyataan Waka Kurikulum tersebut

terlihat dalam gambar 2.39 berikut.

Gambar 2.39 Kompetensi Konfigurasi Routing Pada Perangkat

Jaringan Komputer yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

89%

80%

70%

11%

20%

30%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Mengkonfigurasirouting pada perangkat

jaringan dalam satuautonomous system

Memonitor keamanandan pengaturan akun

pengguna dalamjaringan komputer

Mengganti perangkatjaringan sesuai dengan

kebutuhan baru

Cukup Perlu Ditingkatkan

61

Sama halnya dengan Du/Di dan Guru Produktif,

Waka Humas menyatakan bahwa kompetensi

memonitor keamanan dan pengaturan akun

pengguna dalam jaringan komputer masih perlu

ditingkatkan kesesuaiannya dengan kebutuhan

industri.

Gambar 2.40 Kompetensi Konfigurasi Routing Pada Perangkat

Jaringan Komputer yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas

80%

70%

80%

20%

30%

20%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Mengkonfigurasirouting pada perangkat

jaringan dalam satuautonomous system

Memonitor keamanandan pengaturan akun

pengguna dalamjaringan komputer

Mengganti perangkatjaringan sesuai dengan

kebutuhan baru

Cukup Perlu Ditingkatkan

62

4. Kriya Kreatif Batik dan Tekstil Dalam kompetensi keahlian kriya kreatif batik dan

tekstil, terdapat dua kompetensi yang belum relevan

dengan kebutuhan industri, sehingga perlu

ditingkatkan. Menurut Du/Di, kompetensi tersebut

terdapat dalam kategori batik cap, yaitu kompetensi

mewarnai kain batik dengan cara mencolet dan

mewarnai kain batik dengan cara mencelup. Dua

kompetensi tersebut perlu ditingkatkan agar sesuai

dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.41 Kompetensi Kriya Kreatif Batik dan Tekstil yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

50%

0%

50%

100%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Mewarnai kain batik dengan caramencolet

Mewarnai kain batik dengan caramencelup

Sangat Relevan Kurang Relevan

63

Menurut guru produktif, kompetensi yang belum

relevan dengan industri bukan hanya dari kategori

batik cap saja, melainkan juga terdapat pada kategori

lain.

Gambar 2.42 Kompetensi Kriya Kreatif Batik dan Tekstil yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

88%

88%

88%

88%

88%

50%

25%

88%

88%

88%

13%

13%

13%

13%

13%

25%

38%

13%

13%

13%

Memindahkan pola batik dengan cara ngeblat

Mewarnai kain batik dengan cara mencelup

Menggunakan peralatan yang dijalankan dengantenaga listrik untuk pembuatan kriya tekstil

Kriya tekstil jahit tindas/aplikasi untuk keperluanbusana dan keperluan rumah tangga

Menjahit tindas lembaran untuk komponenpelengkapan pakaian

Menggunakan peralatan yang dijalankan dengantenaga listrik untuk pembuatan kriya tekstil

Membuat sulam sulam/ bordir denganmenggunakan mesin jahit biasa dan mesin jahit

listrik

Membuat tenun/tapestri dengan ATBM

Menenun/tapestri dengan berbagai strukturtenunan

Menenun/tapestri dengan berbagai macam seratvariasi warna dan anyaman

Batik

Cap

Jahi

tSu

lam

Tenu

n

Kurang Relevan Relevan

64

Menurut Waka Kurikulum kompetensi melaksanakan

prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K-3)

merupakan kompetensi yang perlu ditingkatkan baik

itu pada batik cap, jahit, sulam, tenun, maupun cetak

saring.

Gambar 2.43 Kompetensi Kriya Kreatif Batik dan Tekstil yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Mewarnai kain batik dengan caramencelup

Melaksanakan Prosedur Kesehatandan Keselamatan Kerja (K-3)

Melaksanakan Prosedur Kesehatandan Keselamatan Kerja (K-3)

Menggunakan peralatan yangdijalankan dengan tenaga listrikuntuk pembuatan kriya tekstil

Melaksanakan Prosedur Kesehatandan Keselamatan Kerja (K-3)

Melaksanakan Prosedur Kesehatandan Keselamatan Kerja (K-3)

Membuat karya cetak saring tanpafilm/kodactrace

Melaksanakan Prosedur Kesehatandan Keselamatan Kerja (K-3)

Batik

Cap

Jahi

tSu

lam

Tenu

nCe

tak

Sarin

g

Perlu Ditingkatkan Cukup

65

Waka Humas menyatakan bahwa beberapa

kompetensi yang perlu ditingkatkan adalah pada batik

cap dan sulam. Kompetensi pada batik cap terutama

dalam kompetensi memindahkan pola batik dengan

cara ngeblat dan mewarnai kain batik dengan cara

mencelup. Sedangkan pada sulam, kompetensi yang

perlu ditingkatkan adalah jahit strimin/kristik, berupa

sulaman silang-silang benang yang berulang dan

beratur.

Gambar 2.44 Kompetensi Kriya Kreatif Batik dan Tekstil yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas

67% 67% 67%

33% 33% 33%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Memindahkan polabatik dengan cara

ngeblat

Mewarnai kain batikdengan cara mencelup

Jahit strimin/kristik,berupa sulaman silang-

silang benang yangberulang dan beratur

Batik Cap Sulam

Cukup Perlu Ditingkatkan

66

5. Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan Kompetensi dalam Desain Pemodelan dan Informasi

Bangunan dapat dikategorikan menjadi tiga jenis,

yaitu kompetensi menggambar arsitektur,

menggambar struktur serta menggambar jalan dan

jembatan.

a. Kompetensi Menggambar Arsitektur Menurut Du/Di semua kompetensi menggambar

arsitektur yang diberikan di SMK sudah relevan

dengan kebutuhan dunia industri, sebagaimana

ditampilkan dalam gambar 2.45 berikut.

Gambar 2.45 Kompetensi Menggambar Arsitektur yang Relevan

dengan Industri Menurut Du/Di

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Menggambar proyeksi bangunan

Menggambar rencana tapak

Menggambar denah

Menggambar tampak

Menggambar potongan

Menggambar rencana kusen dan daunpintu/jendela dari kayu

Menggambar konstruksi tangga danrailing dari besi/baja

Menggambar konstruksi langit-langitkonvensional

Menggambar detai kamar mandi/WC

Relevan Sangat Relevan

67

Berbeda dengan Du/Di, menurut Guru Produktif

terdapat dua kompetensi yang masih perlu

ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan

industri. Dua kompetensi tersebut adalah

menggambar rencana tapak dan menggambar

rencana kusen dan daun pintu/jendela dari kayu.

Gambar 2.46 Kompetensi Menggambar Arsitektur yang Kurang

Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

100%

57%

100%

100%

100%

86%

100%

100%

100%

0%

43%

0%

0%

0%

14%

0%

0%

0%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Menggambar proyeksi bangunan

Menggambar rencana tapak

Menggambar denah

Menggambar tampak

Menggambar potongan

Menggambar rencana kusen dandaun pintu/jendela dari kayu

Menggambar konstruksi tangga danrailing dari besi/baja

Menggambar konstruksi langit-langit konvensional

Menggambar detai kamarmandi/WC

Perlu Ditingkatkan Cukup

68

Waka Kurikulum menyatakan hal senada dengan

Du/Di bahwa semua kompetensi dalam

menggambar arsitektur sudah relevan dengan

kebutuhan industri. Namun, Waka Humas

menyatakan bahwa kompetensi menggambar

detil kamar mandi masih perlu ditingkatkan

kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.47 Kompetensi Menggambar Arsitektur yang Kurang

Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

67%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

33%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Menggambar proyeksi bangunan

Menggambar rencana tapak

Menggambar denah

Menggambar tampak

Menggambar potongan

Menggambar rencana kusen dandaun pintu/jendela dari kayu

Menggambar konstruksi tangga danrailing dari besi/baja

Menggambar konstruksi langit-langit konvensional

Menggambar detai kamarmandi/WC

Perlu Ditingkatkan Cukup

69

b. Kompetensi Menggambar Struktur Seperti halnya pada kompetensi menggambar

arsitektur, dalam kompetensi menggambar

struktur ini menurut Du/Di semua kompetensi

yang disampaikan di SMK sudah relevan dengan

kebutuhan industri. Hal ini bisa dilihat dalam

gambar 2.48 berikut.

Gambar 2.48 Kompetensi Menggambar Struktur yang

Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

67% 67% 67% 67%

33% 33% 33% 33%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Menggambar/plotpeta, diagram dan

profil

Membuat draftgambar rinci

bangunan, instalasidan proyekkonstruksi

Mengaplikasikansketsa kasar

gambar, spesifikasidan data teknik

Mengerjakanrencana anggaran

final (ownerestimate)

Sangat Relevan Relevan

70

Berbeda dengan pernyataan Du/Di, menurut

Guru Produktif, kompetensi menggambar

konstruksi rangka atap sistem kuda-kuda dari

baja pelat siku masih perlu ditingkatkan agar

relevan dengan kebutuhan industri. Lihat gambar

2.49 berikut.

Gambar 2.49 Kompetensi Menggambar Struktur yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

100% 100% 100%

43%

0% 0% 0%

43%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Menggambarkonstruksi

pondasi dangkaltelapak dari

beton bertulang

Menggambarrencana pelat

lantai

Menggambarrencana balokdan kolom dari

beton bertulang

Menggambarkonstruksi rangkaatap sistem kuda-

kuda dari bajapelat siku

Cukup Perlu Ditingkatkan

71

Seperti halnya Guru Produktif, Waka Kurikulum

juga menyatakan bahwa kompetensi

menggambar konstruksi rangka atas sistem

kuda-kuda dari baja pelat siku perlu ditingkatkan

kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.

Sedangkan Waka Humas senada dengan Du/Di

yang menyatakan semua kompetensi

menggambar struktur sudah relevan dengan

kebutuhan industri.

Gambar 2.50 Kompetensi Menggambar Struktur yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

100% 100% 100%

67%

0% 0% 0%

33%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Menggambarkonstruksi

pondasi dangkaltelapak dari

beton bertulang

Menggambarrencana pelat

lantai

Menggambarrencana balokdan kolom dari

beton bertulang

Menggambarkonstruksi rangkaatap sistem kuda-

kuda dari bajapelat siku

Cukup Perlu Ditingkatkan

72

c. Kompetensi Menggambar Jalan dan Jembatan Du/Di menyatakan bahwa semua kompetensi

dalam menggambar jalan dan jembatan sudah

relevan dengan kebutuhan industri. Lihat gambar

2.51 berikut ini.

Gambar 2.51 Kompetensi Menggambar Menggambar Jalan

dan Jembatan yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

67%

67%

67%

67%

33%

33%

33%

33%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

Menggambar/plot peta, diagramdan profil

Membuat draft gambar rincibangunan, instalasi dan proyek

konstruksi

Mengaplikasikan sketsa kasargambar, spesifikasi dan data teknik

Mengerjakan rencana anggaran final(owner estimate)

Relevan Sangat Relevan

73

Mayoritas Guru Produktif menyatakan bahwa

semua kompetensi menggambar jalan dan

jembatan sudah relevan. Namun, terdapat

sebagian Guru Produktif yang menyatakan

bahwa keempat kompetensi dalam menggambar

jalan dan jembatan masih perlu ditingkatkan

kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.52 Kompetensi Menggambar Jalan dan Jembatan

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru

Produktif

86%

86%

86%

86%

14%

14%

14%

14%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Menggambar/plot peta, diagramdan profil

Membuat draft gambar rincibangunan, instalasi dan proyek

konstruksi

Mengaplikasikan sketsa kasargambar, spesifikasi dan data teknik

Mengerjakan rencana anggaran final(owner estimate)

Perlu Ditingkatkan Cukup

74

Waka Humas menyatakan bahwa semua

kompetensi menggambar jalan dan jembatan

sudah relevan dengan kebutuhan industri.

Namun, menurut Waka Kurikulum kompetensi

mengerjakan rencana anggaran final (owner

estimate) masih perlu ditingkatkan agar relevan

dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.53 Kompetensi Menggambar Jalan dan Jembatan

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka

Kurikulum

100%

100%

100%

67%

0%

0%

0%

33%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Menggambar/plot peta, diagramdan profil

Membuat draft gambar rincibangunan, instalasi dan proyek

konstruksi

Mengaplikasikan sketsa kasargambar, spesifikasi dan data teknik

Mengerjakan rencana anggaran final(owner estimate)

Perlu Ditingkatkan Cukup

75

6. Kecantikan Kulit dan Rambut Kompetensi keahlian kecantikan kulit dan rambut

terdiri dari empat jenis kompetensi, yaitu perawatan

kulit kepala dan pengeringan rambut; perawatan

tangan, kaki dan badan; pemangkasan, pratata dan

pengeritingan rambut; serta merias wajah korektif.

a. Perawatan Kulit Kepala dan Pengeringan Rambut Du/Di menyatakan bahwa semua kompetensi

perawatan kulit kepala dan pengeringan rambut

yang disampaikan di SMK sudah sesuai dengan

tuntutan industri. Pernyataan Du/Di ini terangkum

dalam gambar 2.54 berikut.

76

Gambar 2.54 Kompetensi Perawatan Kulit Kepala dan

Pengeringan Rambut yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

Berbeda dengan Du/Di, menurut Guru Produktif

kompetensi merawat dan membentuk hairpiece

60%

60%

60%

60%

60%

60%

80%

80%

60%

60%

40%

40%

40%

40%

40%

40%

20%

20%

40%

40%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Menerapkan lingkungan kerja bersih danaman sesuai prinsip kesehatan dan

keselamatan kerja

Melakukan persiapan kerja

Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu

Melakukan komunikasi denganpelanggan

Melakukan komunikasi dengan temansejawat

Mencuci rambut

Mengeringkan rambut dengan alatpengering

Merawat kulit kepala dan rambut

Merawat dan membentuk hairpiece

Melakukan penataan rambut (styling)

Relevan Sangat Relevan

77

masih perlu ditingkatkan agar relevan dengan

kebutuhan industri.

Gambar 2.55 Kompetensi Perawatan Kulit Kepala dan

Pengeringan Rambut yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

60%

100%

40%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan

dan keselamatan kerja

Melakukan persiapan kerja

Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu

Melakukan komunikasi denganpelanggan

Melakukan komunikasi denganteman sejawat

Mencuci rambut

Mengeringkan rambut dengan alatpengering

Merawat kulit kepala dan rambut

Merawat dan membentuk hairpiece

Melakukan penataan rambut(styling)

Perlu Ditingkatkan Cukup

78

Menurut Waka Kurikulum selain kompetensi

merawat dan membentuk hairpiece, kompetensi

melakukan persiapan kerja juga perlu

ditingkatkan.

Gambar 2.56 Kompetensi Perawatan Kulit Kepala dan

Pengeringan Rambut yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

100%

75%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

50%

100%

0%

25%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

50%

0%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan…

Melakukan persiapan kerja

Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu

Melakukan komunikasi denganpelanggan

Melakukan komunikasi denganteman sejawat

Mencuci rambut

Mengeringkan rambut dengan alatpengering

Merawat kulit kepala dan rambut

Merawat dan membentuk hairpiece

Melakukan penataan rambut(styling)

Perlu Ditingkatkan Cukup

79

Waka Humas menyatakan hal yang sama

dengan Guru Produktif dan Waka Kurikulum

bahwa kompetensi merawat dan membentuk

hairpiece masih perlu ditingkatkan.

Gambar 2.57 Kompetensi Perawatan Kulit Kepala dan

Pengeringan Rambut yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

60%

100%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

40%

0%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan…

Melakukan persiapan kerja

Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu

Melakukan komunikasi denganpelanggan

Melakukan komunikasi denganteman sejawat

Mencuci rambut

Mengeringkan rambut dengan alatpengering

Merawat kulit kepala dan rambut

Merawat dan membentuk hairpiece

Melakukan penataan rambut(styling)

Perlu Ditingkatkan Cukup

80

b. Perawatan Tangan, Kaki dan Badan Menurut Du/Di, Waka Kurikulum dan Waka

Humas semua kompetensi perawatan tangan,

kaki dan badang yang diberikan di SMK sudah

sesuai dengan kebutuhan industri. Lihat gambar

2.58 berikut.

Gambar 2.58 Kompetensi Perawatan Tangan, Kaki dan Badan yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

60%

60%

60%

60%

80%

60%

60%

60%

40%

40%

40%

40%

20%

40%

40%

40%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan

dan keselamatan kerja

Melakukan persiapan kerja

Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu

Melakukan komunikasi denganpelanggan

Melakukan komunikasi denganteman sejawat

Merawat tangan dan mewarnaikuku

Merawat kaki dan mewarnai kuku

Merawat badan secara tradisional

Relevan Sangat Relevan

81

Guru Produktif menyatakan bahwa masih ada

kompetensi perawatan tangan, kaki dan badan

yang masih perlu ditingkatkan. Kompetensi

tersebut adalah merawat badan secara

tradisional.

Gambar 2.59 Kompetensi Perawatan Tangan, Kaki dan

Badan yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

73%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

27%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan

dan keselamatan kerja

Melakukan persiapan kerja

Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu

Melakukan komunikasi denganpelanggan

Melakukan komunikasi denganteman sejawat

Merawat tangan dan mewarnaikuku

Merawat kaki dan mewarnai kuku

Merawat badan secara tradisional

Perlu Ditingkatkan Cukup

82

c. Pemangkasan, Pratata dan Pengeritingan Rambut Du/Di menyatakan bahwa semua kompetensi

pemangkasan, pratata dan pengeritingan rambut

yang disampaikan di SMK sudah relevan dengan

kebutuhan industri.

Gambar 2.60 Kompetensi Pemangkasan, Pratata dan Pengeritingan Rambut yang Relevan dengan Industri

Menurut Du/Di

40%

40%

40%

40%

60%

60%

60%

100%

40%

40%

40%

40%

20%

20%

20%

0%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan…

Melakukan persiapan kerja

Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu

Melakukan komunikasi denganpelanggan

Melakukan komunikasi denganteman sejawat

Memangkas rambut

Melakukan pratata

Mengeriting rambut

Relevan Sangat Relevan

83

Menurut Guru Produktif terdapat tiga kompetensi

yang masih perlu ditingkatkan kesesuaiannya

dengan kebutuhan industri. Tiga kompetensi

tersebut adalah melakukan pratata, memangkas

dan mengeriting rambut.

Gambar 2.61 Kompetensi Pemangkasan, Pratata dan

Pengeritingan Rambut yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

100%

100%

100%

100%

100%

87%

73%

80%

0%

0%

0%

0%

0%

13%

27%

20%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan

dan keselamatan kerja

Melakukan persiapan kerja

Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu

Melakukan komunikasi denganpelanggan

Melakukan komunikasi denganteman sejawat

Memangkas rambut

Melakukan pratata

Mengeriting rambut

Perlu Ditingkatkan Cukup

84

Pernyataan yang senada dengan Guru Produktif

juga diungkapkan oleh Waka Kurikulum (Gambar

2.62) dan Waka Humas (Gambar 2.63) bahwa

kompetensi melakukan pratata, memangkas dan

mengeriting rambut masih perlu ditingkatkan.

Gambar 2.62 Kompetensi Pemangkasan, Pratata dan

Pengeritingan Rambut yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

100%

100%

100%

100%

100%

75%

50%

75%

0%

0%

0%

0%

0%

25%

50%

25%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan

dan keselamatan kerja

Melakukan persiapan kerja

Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu

Melakukan komunikasi denganpelanggan

Melakukan komunikasi denganteman sejawat

Memangkas rambut

Melakukan pratata

Mengeriting rambut

Perlu Ditingkatkan Cukup

85

Gambar 2.63 Kompetensi Pemangkasan, Pratata dan

Pengeritingan Rambut yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas

100%

100%

100%

100%

100%

80%

60%

60%

0%

0%

0%

0%

0%

20%

40%

40%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan

dan keselamatan kerja

Melakukan persiapan kerja

Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu

Melakukan komunikasi denganpelanggan

Melakukan komunikasi denganteman sejawat

Memangkas rambut

Melakukan pratata

Mengeriting rambut

Perlu Ditingkatkan Cukup

86

d. Merias Wajah Korektif Seperti halnya pada jenis kompetensi lainnya,

pada kompetensi merias wajah korektif ini Du/Di

menyatakan bahwa semua kompetensinya

relevan dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.64 Kompetensi Merias Wajah Korektif yang

Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

60%

60%

60%

60%

80%

40%

40%

40%

60%

40%

40%

40%

40%

20%

60%

60%

60%

40%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan…

Melakukan persiapan kerja

Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu

Melakukan komunikasi denganpelanggan

Melakukan komunikasi denganteman sejawat

Merias wajah cicatri

Merias wajah geriatri

Merias wajah panggung

Menjual produk dan jasa kecantikan

Relevan Sangat Relevan

87

Sangat berbeda dengan pernyataan Du/Di,

menurut Guru Produktif, semua kompetensi

dalam merias wajah korektif perlu ditingkatkan

agar relevan dengan kebutuhan industri,

terutama pada kompetensi menjual produk dan

jasa kecantikan.

Gambar 2.65 Kompetensi Merias Wajah Korektif yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

93%

93%

93%

93%

93%

67%

67%

80%

60%

7%

7%

7%

7%

7%

33%

33%

20%

40%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan…

Melakukan persiapan kerja

Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu

Melakukan komunikasi denganpelanggan

Melakukan komunikasi denganteman sejawat

Merias wajah cicatri

Merias wajah geriatri

Merias wajah panggung

Menjual produk dan jasa kecantikan

Perlu Ditingkatkan Cukup

88

Waka Kurikulum (Gambar 2.66) dan Waka

Humas (Gambar 2.67) menyatakan hal senada

dengan Guru Produktif, bahwa masih terdapat

beberapa kompetensi yang perlu ditingkatkan

dalam merias wajah korektif.

Gambar 2.66 Kompetensi Merias Wajah Korektif yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

100%

100%

100%

100%

100%

75%

75%

75%

100%

0%

0%

0%

0%

0%

25%

25%

25%

0%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan…

Melakukan persiapan kerja

Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu

Melakukan komunikasi denganpelanggan

Melakukan komunikasi denganteman sejawat

Merias wajah cicatri

Merias wajah geriatri

Merias wajah panggung

Menjual produk dan jasa kecantikan

Perlu Ditingkatkan Cukup

89

Gambar 2.67 Kompetensi Merias Wajah Korektif yang

Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas

100%

100%

100%

100%

100%

80%

80%

80%

100%

0%

0%

0%

0%

0%

20%

20%

20%

0%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Menerapkan lingkungan kerja bersihdan aman sesuai prinsip kesehatan

dan keselamatan kerja

Melakukan persiapan kerja

Melakukan komunikasi di tempatmenerima tamu

Melakukan komunikasi denganpelanggan

Melakukan komunikasi denganteman sejawat

Merias wajah cicatri

Merias wajah geriatri

Merias wajah panggung

Menjual produk dan jasa kecantikan

Perlu Ditingkatkan Cukup

90

7. Nautika Kapal Niaga Kompetensi Keahliah Nautika Kapal Niaga

dikategorikan menjadi empat kompetensi, yaitu: 1)

Olah Gerak dan Sistem Kemudi Kompas; 2) P2TL

dan Dinas Jaga Kapal dan Komunikasi; 3)

Penanganan dan Pengaturan Muatan dan

Perlengkapannya; serta 4) Pelayaran Datar dan Alat

Navigasi.

a. Olah Gerak dan Sistem Kemudi Kompas Menurut Du/Di semua kompetensi olah gerak dan

sistem kemudi kompas yang diberikan di SMK

sudah relevan dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.68 Kompetensi Olah Gerak dan Sistem Kemudi

Kompas yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja

Menggunakan pedoman magnet danpedoman gasing

Menggunakan prosedur dan sistemkemudi otomatis

Mengendalikan faktor-faktor yangmempengaruhi olah gerak kapal yang…

Melakukan prosedur untuk berlabuhjangkar

Melakukan prosedur untuk kapal sandar

Relevan Sangat Relevan

91

Guru Produktif menyatakan hal yang tidak

senada dengan Du/Di. Menurut Guru Produktif

semua kompetensi dalam olah gerak dan sistem

kemudi kompas masih perlu ditingkatkan agar

relevan dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.69 Kompetensi Olah Gerak dan Sistem Kemudi Kompas yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut

Guru Produktif

50%

50%

50%

83%

83%

83%

50%

50%

50%

17%

17%

17%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja

Menggunakan pedoman magnetdan pedoman gasing

Menggunakan prosedur dan sistemkemudi otomatis

Mengendalikan faktor-faktor yangmempengaruhi olah gerak kapal

yang aman

Melakukan prosedur untuk berlabuhjangkar

Melakukan prosedur untuk kapalsandar

Perlu Ditingkatkan Cukup

92

Waka Kurikulum menyatakan bahwa kompetensi

menggunakan prosedur dan sistem kemudi

otomatis serta menggunakan pedoman magnet

dan pedoman gasing masih perlu ditingkatkan

kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.70 Kompetensi Olah Gerak dan Sistem Kemudi Kompas yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut

Waka Kurikulum

100%

50%

50%

100%

100%

100%

0%

50%

50%

0%

0%

0%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja

Menggunakan pedoman magnetdan pedoman gasing

Menggunakan prosedur dan sistemkemudi otomatis

Mengendalikan faktor-faktor yangmempengaruhi olah gerak kapal

yang aman

Melakukan prosedur untuk berlabuhjangkar

Melakukan prosedur untuk kapalsandar

Perlu Ditingkatkan Cukup

93

Waka Humas juga menyatakan hal yang sama

dengan Waka Kurikulum bahwa kompetensi

menggunakan prosedur dan sistem kemudi

otomatis serta menggunakan pedoman magnet

dan pedoman gasing masih perlu ditingkatkan.

Waka Humas menambahkan kompetensi

melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja

sebagai salah satu kompetensi yang perlu

ditingkatkan juga.

Gambar 2.71 Kompetensi Olah Gerak dan Sistem Kemudi Kompas yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut

Waka Humas

50%

50%

50%

100%

100%

100%

50%

50%

50%

0%

0%

0%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja

Menggunakan pedoman magnetdan pedoman gasing

Menggunakan prosedur dan sistemkemudi otomatis

Mengendalikan faktor-faktor yangmempengaruhi olah gerak kapal

yang aman

Melakukan prosedur untuk berlabuhjangkar

Melakukan prosedur untuk kapalsandar

Perlu Ditingkatkan Cukup

94

b. P2TL dan Dinas Jaga Kapal dan Komunikasi Menurut Du/Di semua kompetensi P2TL dan

Dinas Jaga Kapal dan Komunikasi sudah relevan

dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.72 Kompetensi P2TL dan Dinas Jaga Kapal dan Komunikasi yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja

Menggunakan data meteorologi danoseanografi

Menerapkan isi tugas jaga,penerapan dan tujuan dari

peraturan P2TL 1972

Menerapkan prinsip-prinsip yangdiamati dalam melaksanakan tugas

jaga navigasi

Menggunakan benda/tanda-tandanavigasi, jaringan untuk bernavigasi

dengan aman pada perairan…

Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan normal

Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan darurat

Menggunakan istilah-istilah maritimdalam bahasa inggris

Relevan Sangat Relevan

95

Berbanding terbalik dengan pernyataan Du/Di,

menurut Guru Produktif semua kompetensi P2TL

dan Dinas Jaga Kapal dan Komunikasi yang

diberikan di SMK masih perlu ditingkatkan,

terutama pada kompetensi menggunakan data

meteorologi dan oseanografi.

Gambar 2.73 Kompetensi P2TL dan Dinas Jaga Kapal dan

Komunikasi yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

67%

50%

83%

83%

83%

67%

67%

83%

33%

50%

17%

17%

17%

17%

17%

17%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja

Menggunakan data meteorologi danoseanografi

Menerapkan isi tugas jaga,penerapan dan tujuan dari…

Menerapkan prinsip-prinsip yangdiamati dalam melaksanakan…

Menggunakan benda/tanda-tandanavigasi, jaringan untuk…

Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan normal

Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan darurat

Menggunakan istilah-istilah maritimdalam bahasa inggris

Perlu Ditingkatkan Cukup

96

Waka Kurikulum mempertegas pernyataan Guru

Produktif bahwa sebagian besar kompetensi

P2TL dan Dinas Jaga Kapal dan Komunikasi

masih perlu ditingkatkan agar relevan dengan

kebutuhan industri.

Gambar 2.74 Kompetensi P2TL dan Dinas Jaga Kapal dan

Komunikasi yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

100

50

50

50

50

100

100

50

0

50

50

50

50

0

0

50

0 20 40 60 80 100 120

Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja

Menggunakan data meteorologi danoseanografi

Menerapkan isi tugas jaga,penerapan dan tujuan dari peraturan

P2TL 1972

Menerapkan prinsip-prinsip yangdiamati dalam melaksanakan tugas

jaga navigasi

Menggunakan benda/tanda-tandanavigasi, jaringan untuk bernavigasi

dengan aman pada perairan…

Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan normal

Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan darurat

Menggunakan istilah-istilah maritimdalam bahasa inggris

Perlu Ditingkatkan Cukup

97

Senada dengan pernyataan Guru Produktif dan

Waka Kurikulum, menurut Waka Humas memang

masih banyak kompetensi P2TL dan Dinas Jaga

Kapan dan Komunikasi yang perlu ditingkatkan

kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.75 Kompetensi P2TL dan Dinas Jaga Kapal dan

Komunikasi yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas

50%

50%

100%

100%

100%

50%

50%

50%

50%

50%

0%

0%

0%

50%

50%

50%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja

Menggunakan data meteorologi danoseanografi

Menerapkan isi tugas jaga,penerapan dan tujuan dari

peraturan P2TL 1972

Menerapkan prinsip-prinsip yangdiamati dalam melaksanakan tugas

jaga navigasi

Menggunakan benda/tanda-tandanavigasi, jaringan untuk bernavigasi

dengan aman pada perairan…

Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan normal

Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan darurat

Menggunakan istilah-istilah maritimdalam bahasa inggris

Perlu Ditingkatkan Cukup

98

c. Penanganan dan Pengaturan Muatan dan Perlengkapannya Du/Di menyatakan bahwa semua kompetensi

penanganan dan pengaturan muatan dan

perlengkapannya sudah relevan dengan

kebutuhan industri.

Gambar 2.76 Kompetensi Penanganan dan Pengaturan

Muatan dan Perlengkapannya yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

50%

100%

100%

100%

50%

50%

50%

50%

0%

0%

0%

50%

50%

50%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja

Menggunakan prosedurpenanganan muatan

berbahaya/International Maritime…

Melaksanakan bongkar muatmuatan kapal

Menggunakan tali temali

Memelihara jangkar dan rantaijangkar

Mengidentifikasi jenis-jenisbangunan kapal dan bagian-

bagiannya

Menentukan titik-titik pentingstabilitas

Relevan Sangat Relevan

99

Guru Produktif menyatakan hal yang berbeda

dengan Du/Di. Menurut Guru Produktif, masih

banyak kompetensi penanganan dan pengaturan

muatan dan perlengkapannya yang perlu

ditingkatkan agar relevan dengan tuntutan

industri.

Gambar 2.77 Kompetensi Penanganan dan Pengaturan

Muatan dan Perlengkapannya yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

50%

50%

50%

67%

50%

83%

67%

50%

50%

50%

33%

50%

17%

33%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja

Menggunakan prosedurpenanganan muatan

berbahaya/International Maritime…

Melaksanakan bongkar muatmuatan kapal

Menggunakan tali temali

Memelihara jangkar dan rantaijangkar

Mengidentifikasi jenis-jenisbangunan kapal dan bagian-

bagiannya

Menentukan titik-titik pentingstabilitas

Perlu Ditingkatkan Cukup

100

Waka Kurikulum juga menyatakan hal yang

senada dengan pernyataan Guru Produktif

bahwa masih terdapat beberapa kompetensi

yang perlu ditingkatkan dalam penanganan dan

pengaturan muatan dan perlengkapannya.

Gambar 2.78 Kompetensi Penanganan dan Pengaturan

Muatan dan Perlengkapannya yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

100%

50%

0%

50%

50%

100%

50%

0%

50%

100%

50%

50%

0%

50%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja

Menggunakan prosedurpenanganan muatan

berbahaya/International Maritime…

Melaksanakan bongkar muatmuatan kapal

Menggunakan tali temali

Memelihara jangkar dan rantaijangkar

Mengidentifikasi jenis-jenisbangunan kapal dan bagian-

bagiannya

Menentukan titik-titik pentingstabilitas

Perlu Ditingkatkan Cukup

101

Waka Humas semakin mempertegas pernyataan

Guru Produktif dan Waka Kurikulum bahwa

masih terdapat kompetensi dalam penanganan

dan pengaturan muatan dan perlengkapannya

yang perlu ditingkatkan kesesuaiannya dengan

kebutuhan industri.

Gambar 2.79 Kompetensi Penanganan dan Pengaturan

Muatan dan Perlengkapannya yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas

50%

50%

100%

100%

100%

50%

50%

50%

50%

50%

0%

0%

0%

50%

50%

50%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja

Menggunakan data meteorologi danoseanografi

Menerapkan isi tugas jaga,penerapan dan tujuan dari…

Menerapkan prinsip-prinsip yangdiamati dalam melaksanakan…

Menggunakan benda/tanda-tandanavigasi, jaringan untuk…

Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan normal

Melakukan komunikasi di kapaldalam keadaan darurat

Menggunakan istilah-istilah maritimdalam bahasa inggris

Perlu Ditingkatkan Cukup

102

d. Pelayaran Datar dan Alat Navigasi Pada kompetensi pelayaran datar dan alat

navigasi ini Du/Di menyatakan bahwa semua

kompetensi yang disampaikan di SMK sudah

relevan dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.80 Kompetensi Pelayaran Datar dan Alat Navigasi

yang Relevan dengan Industri Menurut Du/Di

50%

100%

100%

50%

100%

100%

100%

50%

0%

0%

50%

0%

0%

0%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja

Merencanakan trek pelayaran padaperairan yang dipengaruhi arus dan

pasang surut

Menentukan posisi kapal denganmenggunakan: tanda-tanda di darat

dan alat bantu navigasi lainnya

Menentukan nilai deviasi denganmengobservasi benda-benda bumi

Menggunakan peta laut danpublikasi

Menggunakan Radar untukmelakukan navigasi dengan aman

Menentukan posisi kapal denganGlobal Position System (GPS)

Relevan Sangat Relevan

103

Guru Produktif menyatakan hal yang berbeda

dengan Du/Di. Menurut Guru Produktif,

kompetensi menentukan nilai deviasi dengan

mengobservasi benda-benda bumi dan

melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja

merupakan kompetensi yang perlu diprioritaskan

untuk ditingkatkan kesesuaiannya dengan

tuntutan industri.

Gambar 2.81 Kompetensi Pelayaran Datar dan Alat Navigasi

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Guru Produktif

50%

83%

83%

50%

83%

83%

83%

50%

17%

17%

50%

17%

17%

17%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja

Merencanakan trek pelayaran padaperairan yang dipengaruhi arus dan

pasang surut

Menentukan posisi kapal denganmenggunakan: tanda-tanda di darat dan

alat bantu navigasi lainnya

Menentukan nilai deviasi denganmengobservasi benda-benda bumi

Menggunakan peta laut dan publikasi

Menggunakan Radar untuk melakukannavigasi dengan aman

Menentukan posisi kapal dengan GlobalPosition System (GPS)

Perlu Ditingkatkan Cukup

104

Waka Kurikulum juga menyatakan bahwa masih

ada beberapa komptensi yang perlu ditingkatkan,

terutama pada kompetensi merencanakan trek

pelayaran pada perairan yang dipengaruhi arus

dan pasang surut serta enentukan posisi kapal

dengan menggunakan: tanda-tanda di darat dan

alat bantu navigasi lainnya.

Gambar 2.82 Kompetensi Pelayaran Datar dan Alat Navigasi

yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

100%

50%

50%

100%

100%

100%

100%

0%

50%

50%

0%

0%

0%

0%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja

Merencanakan trek pelayaran padaperairan yang dipengaruhi arus dan

pasang surut

Menentukan posisi kapal denganmenggunakan: tanda-tanda di darat dan

alat bantu navigasi lainnya

Menentukan nilai deviasi denganmengobservasi benda-benda bumi

Menggunakan peta laut dan publikasi

Menggunakan Radar untuk melakukannavigasi dengan aman

Menentukan posisi kapal dengan GlobalPosition System (GPS)

Perlu Ditingkatkan Cukup

105

Waka Humas menyatakan hal senada dengan

Guru Produktif, bahwa kompetensi menentukan

nilai deviasi dengan mengobservasi benda-benda

bumi masih perlu ditingkatkan kesesuaiannya

dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.83 Kompetensi Pelayaran Datar dan Alat Navigasi yang Kurang Relevan dengan Industri Menurut Waka Humas

50%

100%

100%

50%

100%

100%

100%

50%

0%

0%

50%

0%

0%

0%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Melaksanakan keselamatan dankesehatan kerja

Merencanakan trek pelayaran padaperairan yang dipengaruhi arus dan

pasang surut

Menentukan posisi kapal denganmenggunakan: tanda-tanda di darat

dan alat bantu navigasi lainnya

Menentukan nilai deviasi denganmengobservasi benda-benda bumi

Menggunakan peta laut danpublikasi

Menggunakan Radar untukmelakukan navigasi dengan aman

Menentukan posisi kapal denganGlobal Position System (GPS)

Perlu Ditingkatkan Cukup

106

8. Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Kompetensi keahlian Agribisnis Tanaman Pangan

dan Hortikultura dikategorikan menjadi 3 klaster, yaitu

klaster 1, 2 dan 3.

a. Klaster 1

Pada klaster 1, Du/Di menyatakan terdapat

empat kompetensi yang belum relevan dengan

kebutuhan industri. Empat kompetensi tersebut

ditampilkan dalam Gambar 2.84 berikut.

Gambar 2.84 Kompetensi Klaster 1 yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Du/Di

33% 33% 33%

0%

33% 33% 33%

67%

33% 33% 33% 33%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Melakukanpengapuran lahan

masam padabudidaya tanaman

kedelai

Melakukanpemupukan

anorganik padabudidaya tanaman

kedelai

Melakukanpemulsaan pada

budidaya tanamankedelai

Mengoperasikandan merawat

traktor

Sangat Relevan Relevan Kurang Relevan

107

Guru Produktif menyatakan bahwa masih banyak

kompetensi pada klaster 1 ini yang perlu

ditingkatkan.

Gambar 2.85 Kompetensi Klaster 1 yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Guru Produktif

83%

67%

83%

75%

83%

83%

75%

83%

83%

75%

58%

75%

67%

17%

33%

17%

25%

17%

17%

17%

17%

17%

25%

42%

25%

33%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Menerapkan prosedur K3(Keselamatandan Kesehatan Kerja) pada budidaya…

Melakukan kerjasama dengan timsekerja pada budidaya tanaman kedelai

Melaksanakan sanitasi lingkungandalam budidaya tanaman kedelai

Membaca dan menginterpretasikandata agroklimat

Menggunakan data kondisi lahan dansumber air

Membuat perencanaan dan laporanrencana kerja

Melakukan pengapuran lahan masampada budidaya tanaman kedelai

Melakukan pengolahan lahan padabudidaya tanaman kedelai

Melakukan pemupukan organik padabudidaya tanaman kedelai

Melakukan pemupukan anorganik padabudidaya tanaman kedelai

Melakukan pemulsaan pada budidayatanaman kedelai

Membuat jaringan irigasi dan drainase

Mengoperasikan dan merawat traktor

Perlu Ditingkatkan Cukup

108

Waka Kurikulum juga menyatakan bahwa masih

terdapat beberapa kopetensi yang perlu

ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan

industri. Kompetensi-kompetensi tersebut

terutama adalah membuat perencanaan dan

laporan rencana kerja serta melakukan

kerjasama dengan tim sekerja pada budidaya

tanaman kedelai.

Gambar 2.86 Kompetensi Klaster 1 yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

50%

75%

50%

75%

75%

75%

50%

25%

50%

25%

25%

25%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Melakukan kerjasama dengan timsekerja pada budidaya tanaman

kedelai

Menggunakan data kondisi lahan dansumber air

Membuat perencanaan dan laporanrencana kerja

Melakukan pengapuran lahan masampada budidaya tanaman kedelai

Membuat jaringan irigasi dan drainase

Mengoperasikan dan merawat traktor

Perlu Ditingkatkan Cukup

109

Waka Humas juga menyatakan hal yang senada

dengan Guru Produktif dan Waka Kurikulum

bahwa masih banyak kompetensi yang perlu

ditingkatkan. Menurut Waka Humas, salah satu

kompetensi yang perlu mendapat prioritas untuk

ditingkatkan adalah membaca dan

menginterpretasikan data agroklimat.

Gambar 2.87 Kompetensi Klaster 1 yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Waka Humas

50%

50%

75%

25%

75%

50%

75%

75%

75%

50%

50%

50%

50%

50%

25%

75%

25%

50%

25%

25%

25%

50%

50%

50%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Menerapkan prosedur K3(Keselamatandan Kesehatan Kerja) pada budidaya…

Melakukan kerjasama dengan tim sekerjapada budidaya tanaman kedelai

Melaksanakan sanitasi lingkungan dalambudidaya tanaman kedelai

Membaca dan menginterpretasikan dataagroklimat

Menggunakan data kondisi lahan dansumber air

Melakukan pengapuran lahan masampada budidaya tanaman kedelai

Melakukan pengolahan lahan padabudidaya tanaman kedelai

Melakukan pemupukan organik padabudidaya tanaman kedelai

Melakukan pemupukan anorganik padabudidaya tanaman kedelai

Melakukan pemulsaan pada budidayatanaman kedelai

Membuat jaringan irigasi dan drainase

Mengoperasikan dan merawat traktor

Perlu Ditingkatkan Cukup

110

b. Klaster 2 Menurut Du/Di dalam klaster 2 ini terdapat satu

kompetensi yang masih perlu ditingkatkan agar

relevan dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.88 Kompetensi Klaster 2 yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Du/Di

0%

33%

0%

33%

33%

33%

33%

0%

0%

0%

33%

33%

0%

100%

67%

100%

67%

67%

67%

67%

100%

100%

100%

67%

67%

67%33%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Melaksanakan perlakuan benih / seedtreatment kedelai

Melakukan penanaman tanaman kedelaisesuai rekomendasi (teknologi yang berlaku)

Melakukan penyulaman pada budidayatanaman kedelai

Melakukan tindakan pengendalian gulma

Melakukan tindakan pengendalian hama danpenyakit

Memanen hasil tanaman

Melakukan penanganan pascapanen

Melakukan penjualan produk dan jasa

Menyediakan prasarana pembiakan

Menyiapkan bahan tanam

Mempertahankan viabilitas bahan tanam

Memelihara tanaman

Mengoperasikan alat mesin pengendalianOPT

Kurang Relevan Relevan Sangat Relevan

111

Guru Produktif menyatakan masih terdapat

delapan kompetensi yang perlu dirtingkatkan

kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.

Gambar 2.89 Kompetensi Klaster 2 yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Guru Produktif

92%

67%

75%

75%

92%

83%

75%

92%

8%

33%

25%

25%

8%

17%

25%

8%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Melaksanakan perlakuan benih /seed treatment kedelai

Melakukan penanaman tanamankedelai sesuai rekomendasi

(teknologi yang berlaku)

Melakukan penyulaman padabudidaya tanaman kedelai

Melakukan tindakan pengendalianhama dan penyakit

Memanen hasil tanaman

Melakukan penjualan produk danjasa

Mempertahankan viabilitas bahantanam

Mengoperasikan alat mesinpengendalian OPT

Perlu Ditingkatkan Cukup

112

Waka Kurikulum menyatakan bahwa terdapat

tiga kompetensi yang masih perlu ditingkatkan

agar relevan dengan kebutuhan industri. Tiga

kompetensi tersebut adalah melakukan

penanganan pascapanen, mempertahankan

viabilitas bahan tanam dan mengoperasikan alat

mesin pengendalian OPT.

Gambar 2.90 Kompetensi Klaster 2 yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

75%

50%

75%

25%

50%

25%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Melakukan penanganan pascapanen

Mempertahankan viabilitas bahantanam

Mengoperasikan alat mesinpengendalian OPT

Perlu Ditingkatkan Cukup

113

Menurut Waka Humas masih terdapat delapan

kompetensi pada klaster 2 yang perlu

ditingkatkan agar sesuai dengan kebutuhan

industri.

Gambar 2.91 Kompetensi Klaster 2 yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Waka Humas

50%

75%

50%

75%

75%

75%

75%

50%

50%

25%

50%

25%

25%

25%

25%

50%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Melaksanakan perlakuan benih /seed treatment kedelai

Melakukan penanaman tanamankedelai sesuai rekomendasi

(teknologi yang berlaku)

Melakukan penyulaman padabudidaya tanaman kedelai

Melakukan tindakan pengendalianhama dan penyakit

Melakukan penanganan pascapanen

Menyediakan prasarana pembiakan

Mempertahankan viabilitas bahantanam

Mengoperasikan alat mesinpengendalian OPT

Perlu Ditingkatkan Cukup

114

c. Klaster 3 Du/Di menyatakan masih terdapat tiga jenis

kompetensi yang perlu ditingkatkan agar relevan

dengan tuntutan industri.

Gambar 2.92 Kompetensi Klaster 3 yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Du/Di

67%

67%

67%

67%

67%

0%

34%

0%

67%

67%

67%

67%

67%

75%

33%

67%

0%

0%

0%

0%

0%

25%

33%

67%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Memberikan perlakuan untuk mediakhusus pada budidaya tanaman

anggrek

Menangani bibit dalam botol padabudidaya tanaman anggrek

Menangani bibit pot kelompok padabudidaya tanaman anggrek

Menangani bibit individu pot tunggalpada budidaya tanaman anggrek

Melaksanakan penyiraman sesuaijadwal yang ditetapkan padabudidaya tanaman anggrek

Melakukan pemberian Zat PengaturTubuh (ZPT) pada budidaya tanaman

anggrek

Memasang net tanaman padabudidaya krisan potong

Memelihara sistem hidroponik

Kurang Relevan Relevan Sangat Relevan

115

Menurut Guru Produktif terdapat beberapa

kompetensi yang perlu ditingkatkan agar relevan

dengan kebutuhan industri, bahkan terdapat satu

kompetensi yang belum disampaikan di SMK.

Gambar 2.93 Kompetensi Klaster 3 yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Guru Produktif

92%

92%

100%

92%

92%

92%

25%

83%

8%

8%

0%

8%

8%

8%

33%

17%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

42%

0%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Memberikan perlakuan untuk media khususpada budidaya tanaman anggrek

Menangani bibit dalam botol padabudidaya tanaman anggrek

Menangani bibit pot kelompok padabudidaya tanaman anggrek

Menangani bibit individu pot tunggal padabudidaya tanaman anggrek

Melaksanakan penyiraman sesuai jadwalyang ditetapkan pada budidaya tanaman

anggrek

Melakukan pemberian Zat Pengatur Tubuh(ZPT) pada budidaya tanaman anggrek

Memasang net tanaman pada budidayakrisan potong

Memelihara sistem hidroponik

Belum Diterapkan Perlu Ditingkatkan Cukup

116

Waka Kurikulum juga menyatakan hal senda

dengan Guru Produktif bahwa masih ada

beberapa kompetensi yang perlu ditingkatkan.

Selain itu, Waka Kurikulum juga menyatakan

bahwa kompetensi memasang net pada

budidaya krisan potong belum diberikan di SMK.

Gambar 2.94 Kompetensi Klaster 3 yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Waka Kurikulum

100%

100%

100%

100%

100%

75%

50%

75%

0%

0%

0%

0%

0%

25%

25%

25%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

25%

0%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Memberikan perlakuan untuk media khususpada budidaya tanaman anggrek

Menangani bibit dalam botol pada budidayatanaman anggrek

Menangani bibit pot kelompok padabudidaya tanaman anggrek

Menangani bibit individu pot tunggal padabudidaya tanaman anggrek

Melaksanakan penyiraman sesuai jadwalyang ditetapkan pada budidaya tanaman

anggrek

Melakukan pemberian Zat Pengatur Tubuh(ZPT) pada budidaya tanaman anggrek

Memasang net tanaman pada budidayakrisan potong

Memelihara sistem hidroponik

Belum Dilaksanakan Perlu Ditingkatkan Cukup

117

Menurut Waka Humas semua kompetensi sudah

diterapkan di SMK, namun memang masih

terdapat beberapa kompetensi yang perlu

ditingkatkan keseuaiannya dengan kebutuhan

industri.

Gambar 2.95 Kompetensi Klaster 3 yang Kurang Relevan

dengan Industri Menurut Waka Humas

75%

100%

75%

100%

100%

100%

50%

100%

25%

0%

25%

0%

0%

0%

50%

0%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Memberikan perlakuan untuk mediakhusus pada budidaya tanaman

anggrek

Menangani bibit dalam botol padabudidaya tanaman anggrek

Menangani bibit pot kelompok padabudidaya tanaman anggrek

Menangani bibit individu pot tunggalpada budidaya tanaman anggrek

Melaksanakan penyiraman sesuaijadwal yang ditetapkan pada budidaya

tanaman anggrek

Melakukan pemberian Zat PengaturTubuh (ZPT) pada budidaya tanaman

anggrek

Memasang net tanaman padabudidaya krisan potong

Memelihara sistem hidroponik

Perlu Ditingkatkan Cukup

118

B. KEBUTUHAN KOMPETENSI DI SMK Temuan penelitian mengindikasikan bahwa masih

terdapat kesenjangan antara kompetensi yang diberikan

di SMK dengan yang dibutuhkan oleh industri. Hal ini

mengindikasikan diperlukannya penyesuaian antara

kompetensi di SMK dengan yang dibutuhkan oleh industri.

Adapun rekapitulasi kompetensi di SMK yang perlu

ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan industri

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Rekapitulasi Kompetensi di SMK yang Perlu

Ditingkatkan agar Relevan dengan Kebutuhan Industri

Menurut Du/Di

No Kompetensi Keahlian di SMK

Kompetensi yang Belum Relevan dengan Kebutuhan Industri Menurut Du/Di

1 Teknik Pemesinan

1. Pengoperasian Mesin Frais a. Menerapkan prosedur-

prosedur mutu b. Menggunakan perkakas

tangan c. Melakukan pekerjaan

dengan mesin frais 2. Pengoperasian Mesin Bubut

a. Menerapkan prosedur-prosedur mutu

b. Mengukur dengan menggunakan alat ukur

c. Mengoperasikan dan mengamati mesin/proses

d. Mengoperasikan mesin NC/CNC (dasar)

119

No Kompetensi Keahlian di SMK

Kompetensi yang Belum Relevan dengan Kebutuhan Industri Menurut Du/Di

e. Mengeset mesin dan program mesin NC/CNC (dasar)

f. Memprogram mesin NC/CNC (dasar)

2 Teknik Kendaraan Ringan

1. Pemeliharaan Kendaraan Ringan Sistem Injeksi a. Menggunakan dan

memelihara alat ukur b. Memelihara/servis sistem

kontrol emisi c. Memelihara/servis dan

memperbaiki engine management system

2. Pemeliharaan Berkala Kendaraan Ringan a. Melaksanakan

pemeliharaan servis komponen

b. Membaca dan memahami gambar teknik

c. Menggunakan dan memelihara alat ukur

d. Memelihara/servis engine dan komponen-komponennya

e. Memelihara/servis sistem pendingin dan komponennya

f. Memelihara/servis sistem injeksi bahan bakar diesel

g. Pemeliharaan/servis sistem kontrol emisi

h. Memelihara/servis transmisi

120

No Kompetensi Keahlian di SMK

Kompetensi yang Belum Relevan dengan Kebutuhan Industri Menurut Du/Di

otomatis i. Memelihara/servis unit final

drive/garden 3. Spooring Balancing Kendaraan

Ringan a. Membaca dan memahami

gambar teknik b. Menggunakan dan

memelihara alat ukur c. Memelihara/servis sistem

kemudi d. Memelihara/servis sistem

suspensi e. Melaksanakan pekerjaan

pelurusan roda/spooring f. Membalance roda/ban g. Melepas, memasang, dan

menyetel roda 4. Pemeliharaan/Servis Chasis

a. Perakitan dan pemasangan sistem rem dan komponen-komponennya

b. Pemelihraaan/servis sistem rem

c. Perbaikan sistem rem d. Overhaul sistem rem e. Melepas, memasang, dan

menyetel roda f. Memelihara/servis sistem

kemudi g. Memelihara/servis sistem

suspensi 5. Pemeliharaan Sistem Elektrikal

(Kelistrikan Body)

121

No Kompetensi Keahlian di SMK

Kompetensi yang Belum Relevan dengan Kebutuhan Industri Menurut Du/Di

a. Perbaikan ringan pada rangkaian/sistem kelistrikan

b. Memasang, menguji, dan memperbaiki sistem penerangan dan wiring

c. Memasang, menguji, dan memperbaiki sistem pengaman kelistrikan dan komponennya

d. Memasang perlengkapan kelistrikan tambahan (aksesoris)

6. Pemeliharaan AC Pada Kendaraan a. Memasang sistem A/C (Air

Conditioner) b. Overhaul komponen sistem

A/C (Air Conditioner) c. Memperbaiki/retrofit sistem

A/C (Air Conditioner) d. Memelihara/servis sistem

A/C (Air Conditioner) 3 Teknik

Komputer dan Jaringan

Memonitor keamanan dan pengaturan akun pengguna dalam jaringan komputer

4 Kriya Kreatif Batik dan Tekstil

1. Mewarnai kain batik dengan cara mencolet

2. Mewarnai kain batik dengan cara mencelup

5 Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura

1. Melakukan pengapuran lahan masam pada budidaya tanaman kedelai

2. Melakukan pemupukan

122

No Kompetensi Keahlian di SMK

Kompetensi yang Belum Relevan dengan Kebutuhan Industri Menurut Du/Di

anorganik pada budidaya tanaman kedelai

3. Melakukan pemulsaan pada budidaya tanaman kedelai

4. Mengoperasikan dan merawat traktor

5. Mengoperasikan alat mesin pengendalian OPT

6. Melakukan pemberian Zat Pengatur Tubuh (ZPT) pada budidaya tanaman anggrek

7. Memasang net tanaman pada budidaya krisan potong

8. Memelihara sistem hidroponik Sumber: data primer diolah (2018)

Menurut Du/Di, kompetensi yang diberikan di

SMK pada kompetensi keahlian kecantikan kulit dan

rambut, desain pemodelan dan informasi bangunan, serta

nautika kapal niaga sudah sesuai dengan kebutuhan

dunia industri. Sedangkan kompetensi keahlian lainnya,

seperti teknik pemesinan, teknik kendaraan ringan, teknik

komputer dan jaringan, kriya kreatif batik dan tekstil, serta

agribisnis tanaman pangan dan hortikultura masih ada

beberapa kompetensi yang perlu ditingkatkan agar

relevan dengan kebutuhan industri sebagaimana terinci

dalam tabel 2.2 di atas.

123

BAB III MODEL OPTIMALISASI KOMPETENSI

SISWA SMK

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan

data kompetensi-kompetensi yang menjadi kebutuhan industri.

Dari data tersebut kemudian dibuat perumusan tentang

pengelompokkan kompetensi-kompetensi yang sejenis atau

serumpun. Berdasarkan masukan dalam forum group diskusi

(FGD) dengan praktisi industri dan SMK, maka kompetensi-

kompetensi tersebut dapat dikelompokkan kedalam 3

kelompok kompetensi yaitu: 1) Kompetensi dasar (Base

Competency), 2) Kompetensi inti (Core Competency) dan 3)

Kompetensi penunjang (Supporting Competency).

Kompetensi dasar (base competency) yaitu

kombinasi keterampilan, pengetahuan dan kecakapan dalam

menangani dan memahami materi dan proses berbagai objek

yang terkait dengan pekerjaan, seperti kompetensi dasar

mekanik otomotif, kompetensi dasar operatar mesin CNC dan

lain sebagainya. Kompetensi ini melengkapi komptensi inti

yang dipersyaratkan dalam sebuah profesi. Sehingga

kompetensi dasar merupakan kompetensi yang berhubungan

dan menunjang terhadap kompensi inti. Keberadaan

kompetensi dasar pada diri seorang lulusan SMK merupakan

124

syarat awal untuk menjadi seorang yang profesioanl di dunia

kerja.

Kompetensi inti (core competency) yaitu kombinasi

keterampilan, pengetahuan dan kecakapan yang dibutuhkan

agar mampu melaksanakan tugas-tugas profesi secara

minimal dengan kesalahan minimum. Kompetensi ini merujuk

pada sejumlah pengetahuan dasar yang dibutuhkan dalam

jabatan-jabatan mekanik yang spesifik.

Kompetensi penunjang (supporting competency) yaitu

merupakan kombinasi keterampilan, pengetahuan dan

kecakapan dalam hal mental dan sikap (thinking & attitude),

ekspresi kualitas personal (personal quality) dan kecakapan

bekerja sama dengan orang lain (working with others)

sehingga seorang lulusan SMK memiliki kecakapan dalam

memberikan impresi lebih pada profesinya.

Pembentukan lulusan SMK yang mampu menguasai

satu jenis jabatan pekerjaan (profesi/keahlian) formal yang

berjenjang, skills (hard skills maupun softskills) maka perlu

dibuat sebuah model. Dari hasil kajian ini menyarankan

sebuah model yang dapat diterapkan pada jenjang pendidikan

Sekolah Menengah Kejuruan. Model optimalisasi lulusan SMK

agar sesuai dengan kebutuhan industri dapat tervisualisaskan

seperti pada Gambar 3.1 berikut ini.

125

Gambar 3.1 Model Optimalisasi Kompetensi Siswa SMK

Model yang ada di Gambar 3.1 adalah fleksibel dalam

pelaksanaanya. Setiap SMK dapat memilih dari ke enam cara

untuk meningkatkan kompetensi siswa SMK, sesuai dengan

kemampuan sekolah masing-masing. Adapun penjelasan

untuk masing-masing cara adalah sebagai berikut:

1. Du/Di Pendamping Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk

mengoptimalkan kompetensi lulusan SMK yaitu melalui

peran industri pendamping, diantaranya dengan:

a. Magang Industri

Magang industri bisa diterapkan untuk siswa maupun

guru. Dengan magang di industri secara langsung,

maka diharapkan kompetensi yang diperoleh siswa di

Sertifikasi Kompetensi

Optimalisasi guru

Kurikulum K-13 + SKKNI (KKNI Level 2)

Pembudayaan industri di lingkungan SMK:

Teaching factory (TeFa)

Optimalisasi Lab. Untuk mendukung Te-Fe:

Praktek dengan sistem blok

Du/Di Pendamping: 1. Magang industri 2. Te-Fa 3. Kelas Industri

OptimalisasiKompetensiSiswaSMK

126

SMK sesuai dengan kebutuhan industri. Yang perlu

diperhatikan adalah kesesuaian pekerjaan yang

diberikan pada saat magang dengan kompetensi

keahlian masing-masing siswa.

b. Teaching Factory

Menurut Kuswantoro (2014) teaching factory bisa

menjadi konsep implementasi kompetensi yang

diberikan dengan keadaan yang sesungguhnya

seperti di industri. Sehingga, teaching factory bisa

menjembatani antara kompetensi yang diberikan di

SMK dengan kebutuhan industri.

Gambar 3.2 Teaching Factory

Sumber: Direktorat PSMK (2016)

127

Teaching factory merupakan irisan antara SMK

dengan industri. Lokasi TeFa di SMK, akan tetapi

sarana produksinya bisa di-support dari industri.

Sistem produksinya harus senantiasa disesuaikan

dengan industri, sehingga kompetensi yang diperoleh

siswa relevan dengan kebutuhan industri. Adanya

kerja sama antara SMK dengan industri ini bisa

membawa dampak pada kesesuaian kompetensi yang

diberikan di SMK dengan kebutuhan industri (Işgören,

Çinar, Tektaş, Oral, Büyükpehlivan, Ulusman,

Uzmanoǧlu, 2009).

c. Kelas Industri

Beberapa SMK di Indonesia sudah bekerja sama

dengan Du/Di untuk membuka kelas industri di SMK.

Kelas industri bisa dijadikan sebagai salah satu wujud

Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan

dalam dunia pendidikan. Dalam kelas Industri,

rekrutmen siswa disesuaikan dengan standar

perusahaan. Selain itu, guru langsung didatangkan

dari industri untuk mengajar penuh di kelas industri,

bukan sekedar menjadi guru tamu. Setelah lulus dari

kelas industri ini, siswa bisa langsung bekerja pada

industri yang bersangkutan.

128

2. Optimalisasi Guru Beberapa permasalahan di SMK yang terkait dengan guru

diantaranya kurangnya jumlah guru produktif, kurangnya

kompetensi guru produktif, serta tidak semua kompetensi

keahlian di SMK ada calon gurunya di LPTK (Sitorus,

2016). Untuk mengoptimalkan peran guru tersebut, bisa

dilakukan dengan beberapa cara berikut:

a. Baedhowi, Masykuri, Triyanto, Totalia & Wahyono

(2017) menyatakan bahwa untuk mengatasi

kekurangan guru produktif SMK, pemerintah melalui

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah

merancang Program Keahlian Ganda, yang

sebelumnya dikenal dengan Program Alih Fungsi

Guru. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan

kompetensi guru SMA/SMK yang mengampu mata

pelajaran adaptif untuk memperoleh kompetensi

keahlian tambahan dan mampu menjadi guru mata

pelajaran produktif di SMK. Solusi lain yang bisa

dilakukan adalah dengan mendatangkan guru dari

industri.

b. Solusi untuk mengatasi masalah kurangnya

kompetensi guru produktif bisa dilakukan dengan cara

program magang industri bagi guru. Hal ini dilakukan

agar guru juga bisa mengikuti perkembangan

kebutuhan kompetensi di industri. Pada akhirnya,

129

diharapkan guru mampu menyampaikan kompetensi

kepada siswa yang sesuai dengan tuntutan

kebutuhan di industri. Cara lain yang dapat ditempuh

adalah dengan seminar, workshop dan bisa juga

dengan meningkatkan peran lembaga Pusat

Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan

Tenaga Kependidikan (P4TK) dalam menciptakan

tenaga pendidik yang lebih profesional (Sitorus,

2016).

c. Tidak semua kompetensi keahlian di SMK ada calon

gurunya di LPTK. Masalah ini bisa diatasi dengan

tidak hanya merekrut calon guru SMK dari LPTK

melainkan bisa pula dari politeknik atau dari lulusan

sarjana murni dengan bidang yang relevan dengan

kompetensi keahliah di SMK. Pemerintah juga telah

menugaskan Kementerian Riset Teknologi dan

Pendidikan Tinggi melalui Instruksi Presiden No. 9

Tahun 2016 untuk mempercepat penyediaan guru

kejuruan SMK melalui pendidikan, penyetaraan, dan

pengakuan serta mengembangkan program studi di

perguruan tinggi untuk menghasilkan guru kejuruan

yang dibutuhkan SMK.

130

3. Sertifikasi Kompetensi Lulusan SMK diharapkan mempunyai kompetensi yang

dibutuhkan industri, sehingga bisa langsung terserap di

dunia kerja. Namun, realitanya masih banyak lulusan

SMK yang menganggur. Salah satu penyebab banyaknya

lulusan SMK yang menganggur adalah karena industri

masih memandang bahwa lulusan SMK belum memenuhi

standar atau persyaratan sebagai karyawan dan belum

memiliki kesiapan mental bekerja (Sitorus, 2016). Salah

satu langkah yang ditempuh untuk mengatasi permasalah

ini adalah dengan meningkatkan kompetensi siswa

melalui progam sertifikasi kompetensi.

Program sertifikasi kompetensi digunakan untuk

menjamin agar lulusan SMK mempunyai kompetensi

relevan dengan kebutuhan industri, sehingga diharapkan

lulusan SMK bisa lebih mudah terserap di dunia industri.

Untuk mendapatkan sertifikat kompetensi ini bisa

dilakukan melalui Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Satu

(LSP-P1). LPSP-P1 merupakan Lembaga pelaksana

sertifikasi kerja yang mendapatkan lisensi dari Badan

Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), dengan kata lain

LSP-P1 merupakan kepanjangan tangan BNSP. Saat ini,

terdapat 327 SMK telah menjadi Lembaga Sertifikasi

Profesi Pihak Satu (LSP-P1) (Maulipaksi, 2017).

131

BNSP telah menyusun SKKNI (Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) untuk keperluan

evaluasi. Untuk lulusan SMK sendiri menggunakan KKNI

Level II. SKKNI ini nanti kemudian digunakan sebagai

acuan dalam menyusun instrumen uji kompetensi siswa

SMK. SKKNI seharusnya sudah disesuaikan dengan

kebutuhan industri dan juga perkembangan revolusi

industri 4.0. Namun, berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan, masih terdapat beberapa kompetensi

yang perlu ditingkatkan agar relevan dengan kebutuhan

industri, sebagaimana dijelaskan dalam Bab 2 buku ini.

4. Kurikulum 2013 dan SKKNI (KKNI Level 2) Seperti halnya sekolah formal lainnya, SMK juga

mengimplementasikan kurikulum 2013. Dalam

implementasinya, kurikulum 2013 harus bisa berbarengan

dengan SKKNI. Langkah yang bisa dilakukan SMK dalam

menyelaraskan anatara implementasi kurikulum 2013

dengan SKKNI adalah dengan penyusunan jobsheet.

Jobsheet atau lembar kerja merupakan lembaran-

lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan siswa.

Menurut Widarto (2013) jobsheet memuat paling tidak:

judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu

penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja,

132

tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus

dikerjakan. Jobsheet disesuaikan untuk tiap kompetensi

dasar yang hendak dicapai. Dalam menyusun jobsheet ini

guru bisa menyelaraskan antaran kompetensi dasar

dalam kurikulum 2013 dengan kompetendi menurut

SKKNI.

5. Pembudayaan Industri di Lingkungan SMK Pendidikan bisa dikatakan sebagai proses pembudayaan.

Dengan demikian, apabila ingin menyiapkan siswa untuk

bekerja di indsutri, maka penting untuk membudayakan

industri di lingkungan SMK. Pembudayaan industri

dimaksudkan untuk mengoptimalkan teaching factory agar

kompetensi siswa nantinya relevan dengan kebutuhan

industri.

Pembudayaan yang dimaksud di sini tidak hanya

sekedar mengerti berbagai standar di industri, tetapi juga

mengimplementasikannya. Agar proses pembudayaan ini

bisa berjalan lancar, maka perlu didukung oleh segenap

ekosistem sekolah. Tidak hanya siswa saja yang

membudayakan industri, tetapi juga oleh segenap

ekosistem sekolah, seperti kepala sekolah, tenaga

pendidik dan juga tenaga kependidikan.

133

6. Optimalisasi Laboratorium untuk Mendukung Teaching Factory Untuk mengoptimalkan teaching factory, diperlukan

dukungan laboratorium yang memadai/sesuai dengan

kondisi di industri, baik dalam hal manajemen maupun

sarana dan prasarana yang tersedia.

Gambar 3.3 Penyelarasan Laboratorium SMK dengan

Industri

Sumber: Susanto (2014)

SMK harus melakukan penyelarasan

laboratorium yang dimiliki dengan kondisi di industri,

sehingga siswa bisa praktik menggunakan sistem yang

sesuai dengan industri. Pada akhirnya diharapkan

kompetensi lulusan SMK bisa relevan dengan kebutuhan

industri. SMK juga bisa mengembangkan dan

134

memanfaatkan laboratorium virtual. Laboratorium virtual

bisa digunakan SMK untuk meningkatkan kompetensi

peserta didik (Jaya, Haryoko, & Dirawan, 2011).

135

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2017). Berita Resmi Statistik: Keadaan

Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017. No.

103/11/Th. XX, 06 November 2017.

Baedhowi; Masykuri, M.; Triyanto; Totalia, S. A.; & Wahyono,

B. (2017). Tata Kelola Sekolah Menengah Kejuruan

Dalam Meningkatkan Kualitas dan Daya Saing

Sumber Daya Manusia Indonesia. Jakarta: Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Berger. R. (2016). Whitepaper: Skill Development for Industry

4.0. BRICS Business Council.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. (2015).

Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-

2019.

_________. (2016). Teaching Factory.

https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1870/teaching-

factory.

Işgören, N. Ç., Çinar, A., Tektaş, N., Oral, B., Büyükpehlivan,

G., Ulusman, L., … Uzmanoǧlu, S. (2009). The

importance of cooperation between vocational

schools and industry. Procedia - Social and

Behavioral Sciences, 1(1), 1313–1317.

http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2009.01.232.

136

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi

Sekolah Menengah Kejuruan Dalam Rangka

Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya

Manusia Indonesia.

Jaya, H., Haryoko, S., Dirawan, G.D. (2011). Effectiveness the

use of Virtual Laboratories in Improving Vocational

Competence and Character Behavior for Students

Vocational High School in Makassar. International

Journal of Applied Engineering ResearchVolume 11,

Issue 9, 2016, Pages 6396-6401.

Kuswantoro, A. (2014). Teaching Factory: Rencana dan Nilai

Entrepreneurship. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Maulipaksi, D. (2017). LSP Upaya Branding Lulusan SMK.

Jakarta: Kemdikbud

(https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/03/327-

smk-sudah-jadi-lembaga-sertifikasi-profesi).

Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (2017)

Statistik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Roe, R.A. (2001). Competencies and competence

management. Paper European Congress for W&O

Psychology, Prague, May 16-19, 2001.

Sitorus, R. A. (2016). Tantangan dan Harapan Pendidikan

Kejuruan di Indonesia Dalam Mewujudkan Sekolah

Menengah Kejuruan yang Memiliki Daya Saing

137

Ketenagakerjaan. Simposium Nasional Direktorat

Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud

2016.

Sung, T.K. (2017). Industri 4.0: a Korea perspective.

Technological Forecasting and Social Change

Journal, 1-6.

Schwab, K. (2017). The Fourth Industrial Revolution. New

York: Random House USA Inc.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

United Nations Development Programme. (2017). Human

Development Index and Its Components.

http://hdr.undp.org/en/composite/HDI.

U.S. Department of Education. (2002). The Carl D. Perkins

Vocational and Technical Education Act, Public Law

105-332.

https://www2.ed.gov/offices/OVAE/CTE/perkins.html.

Widarto. (2013). Panduan Penyusunan Jobsheet Mapel

Produktif Pada SMK. Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pen

gabdian/dr-widarto-mpd/panduan-penyusunan-

jobsheet-mapel-produktif-pada-smk.pdf.

138

World Economic Forum. (2016). The Future of Jobs:

Employment, Skills and Workforce Strategy for the

Fourth Industrial Revolution.

http://www3.weforum.org/docs/WEF_Future_of_Jobs.

pdf.