pengalaman spiritual mahasiswa sebelum dan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5111/1/skripsi...

125
PENGALAMAN SPIRITUAL MAHASISWA SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF PADA MAHASISWA PROGDI PAI STAIN SALATIGA ANGKATAN 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh : AFIF KURNIA ROHMAN NIM : 11110007 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014

Upload: duongliem

Post on 10-Jun-2019

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

i

PENGALAMAN SPIRITUAL MAHASISWA SEBELUM

DAN SESUDAH MENGIKUTI MATA KULIAH

AKHLAK TASAWUF PADA MAHASISWA PROGDI

PAI STAIN SALATIGA ANGKATAN 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

AFIF KURNIA ROHMAN

NIM : 11110007

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2014

i

PENGALAMAN SPIRITUAL MAHASISWA SEBELUM

DAN SESUDAH MENGIKUTI MATA KULIAH

AKHLAK TASAWUF PADA MAHASISWA PROGDI

PAI STAIN SALATIGA ANGKATAN 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

AFIF KURNIA ROHMAN

NIM : 11110007

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2014

ii

iii

PENGALAMAN SPIRITUAL MAHASISWA SEBELUM

DAN SESUDAH MENGIKUTI MATA KULIAH

AKHLAK TASAWUF PADA MAHASISWA PROGDI

PAI STAIN SALATIGA ANGKATAN 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

AFIF KURNIA ROHMAN

NIM : 11110007

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2014

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:

Nama : Afif Kurnia Rohman

NIM : 11110007

Jurusan Tarbiyah : Pendidikan Agama Islam

Judul : Pengalaman Spiritual Mahasiswa Sebelum dan Sesudah

Mengikuti Mata Kuliah Akhlak Tasawuf pada Mahasiswa Progdi PAI STAIN

Salatiga Angkatan 2012 telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 15 Juli 2014

Pembimbing

Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd.

NIP. 19681104 199803 1 003

v

SKRIPSI

PENGALAMAN SPIRITUAL MAHASISWA SEBELUM DAN SESUDAH

MENGIKUTI MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF PADA

MAHASISWA PROGDI PAI STAIN SALATIGA ANGKATAN 2012

DISUSUN OLEH

AFIF KURNIA ROHMAN

NIM: 111 10 007

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah,

Sekolah Tinggi AgamaIslam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 20

September 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar

sarjana S1 Kependidikan Islam

Susunan Penguji

Ketua Penguji Dr. H. Agus Waluyo, M. Ag. ______________________

Sekretaris Penguji Dra. Maryatin, M.Pd. ______________________

Penguji I Drs. Juz‟an, M. Hum. ______________________

Penguji II Mufiq, S. Ag., M. Phil. ______________________

Penguji III Drs. Ahmad Sultoni, M. Pd. ______________________

Salatiga, 25 September 2014

Ketua STAIN Salatiga

Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

NIP. 19670112 199203 1 005

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Afif Kurnia Rohman

NIM : 11110007

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 15 Juli 2014

Yang menyatakan,

Afif Kurnia Rohman

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Agama bukanlah sekedar pengetahuan, melainkan pengalaman spiritual. Maka,

jadilah orang beragama yang yakin, dekat, dan cinta kepada Tuhan.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Kedua orang tuaku yang selalu mendidik dan membimbingku dalam kebaikan,

sehingga aku menjadi pribadi yang pantang menyerah dan terus meningkatkan

potensi kebaikan.

Inspiratorku Bapak Ahmad Sultoni dan Bapak Yusuf Khumaini yang selalu

membimbingku dalam menemukan pengalaman spiritual dan ilmu langit yang

sangat menakjubkan dalam hidupku dan Motivatorku Pak Walyono yang rutin

setiap minggu selalu memberikan pencerahan spiritual kepadaku.

Tim COSMo Trainer (Community of Spiritual Motivation) yang selalu

menemaniku untuk berjuang menebar kebaikan di setiap training dan Tim Bimbel

RADHWA yang selalu memberikan ruang untuk terus meningkatkan potensi

akademikku.

Sahabat-sahabatku mahasiswa STAIN Salatiga angkatan 2010 dan teman-teman

klien yang selalu memberikan inspirasi baru di setiap konseling dan konsultasi.

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, serta para pengikutnya.

Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya di hari akhir. Aamiin.

Sebagai insan yang dhoif, penulis sadar bahwa skripsi ini bukanlah tugas

yang ringan, yang tidak akan terselesaikan tanpa bantuan pihak yang

berkompeten, yang penulis tidak mampu menyebutkan satu persatu. Oleh karena

itu dengan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan,

bimbingan, motivasi dan iktikad baik kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.

3. Rasimin, S.Pd.I., M.Pd., selaku Ketua Program Studi PAI.

4. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si., selaku Pembimbing Akademik.

5. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd., selaku pembimbing yang telah

mencurahkan waktu, pikiran dan tenaganya , hingga akhirnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabatkuku tercinta yang telah memberikan bekal baik materiil

maupun spirituil.

ix

7. Teman-teman mahasiswa progdi PAI angkatan 2012 yang telah bersedia

meluangkan waktunya membantu penulis dalam pengambilan data skripsi

ini.

Akhirnya penulis hanya bisa berdo‟a semoga Allah SWT senantiasa

memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda kepada mereka.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik

dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kajian yang akan

datang yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita

semua, Aamiin.

Salatiga, 15 Juli 2014

Penulis

Afif Kurnia Rohman

NIM.11110007

x

ABSTRAK

Rohman, Afif Kurnia. 2014. Pengalaman Spiritual Mahasiswa Sebelum dan

Sesudah Mengikuti Mata Kuliah Akhlak Tasawuf pada Mahasiswa

Progdi PAI STAIN Salatiga Angkatan 2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah.

Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri. Pembimbing: Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd

.

Kata Kunci: Pengalaman Spiritual Mahasiswa, Mata Kuliah Akhlak Tasawuf.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman spiritual mahasiswa

progdi PAI STAIN Salatiga angkatan 2012 yang telah mengambil mata kuliah

akhlak tasawuf. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.

Dilaksanakan di Kampus I STAIN Salatiga dari tanggal 5-17 April 2013 dan 19

Nopember 2013-25 Februari 2014. Responden dalam penelitian ini ada 100

mahasiswa (3 kelas mata kuliah akhlak tasawuf) dari 232 mahasiswa dan

Informan ada 10 mahasiswa PAI angkatan 2012. Metode pengumpulan data

dengan metode angket, wawancara dan dokumentasi. Analisis yang digunakan

adalah analisis deduktif secara deskriptif.

Kesimpulan penelitian: (1) Perubahan sikap mahasiswa diantaranya:

Kepribadian; Mahasiswa yang sebelumnya tidak tahu mengenai pribadinya sendiri

menjadi lebih mengenali dirinya sendiri, Mahasiswa yang sebelumnya sering

mengeluh menjadi menikmati indahnya bersyukur, Mahasiswa yang sebelumnya

ragu dan bimbang menjadi percaya akan keajaiban dan kekuasaan Tuhan, Perilaku

Sosial; Mahasiswa yang sebelumnya membantah perintah orangtua menjadi

semakin patuh kepada orangtuanya, Mahasiswa yang sebelumnya tidak

mempunyai rasa peduli dengan sesamanya menjadi bersimpati kepada orang lain,

Mahasiswa yang sebelumnya tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya menjadi

perhatian terhadap kelestarian lingkungan sekitar, Keaktifan Beribadah;

Mahasiswa yang sebelumnya jarang sholat menjadi rajin dan rutin melaksanakan

sholat, Mahasiswa yang sebelumnya malas-malasan berpuasa menjadi rajin

melaksanakan puasa sunnah, Mahasiswa yang sebelumnya jarang menyentuh al-

Qur‟an menjadi rajin membaca al-Qur‟an dan memahami maknanya. (2)

Pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan: mereka mendapatkan

kenikmatan dalam melakukan berbagai aktifitas dengan ridho orangtua dan

merasakan bahwa karomah orangtua benar-benar ada, mereka merasakan

kenikmatan tersendiri ketika bisa bersedekah dan mendapatkan kesenangan batin

diluar prediksi serta mendapatkan kenikmatan diluar batas kemampuan, serta

mahasiswa mendapatkan balasan secara cepat dan tidak terduga setelah berdoa

dengan keyakinan dan kepasrahan kepada Allah SWT. (3) Cara mahasiswa

mendapatkan pengalaman spiritual adalah dengan memahami ilmu dan wawasan

tentang: Sholat Berjamaah, Berdoa, Sedekah, Puasa Sunnah, Sholat Tahajud,

Sholat Dhuha, Membaca Al-Qur‟an, dan Membaca Sholawat, secara sungguh-

sungguh dan konsisten sehingga mereka yakin bahwa Allah akan mengangkat

derajat orang yang beriman dan berilmu.

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................. i

LEMBAR BERLOGO ....................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................... vi

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

ABSTRAK .......................................................................................................... x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Definisi Operasional ................................................................................. 5

C. Rumusan Masalah .................................................................................... 7

D. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7

E. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 8

F. Metode Penelitian ..................................................................................... 9

G. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................................. 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengalaman Spiritual

1. Pengantar ...................................................................................... 17

2. Pengertian ..................................................................................... 20

3. Karakteristik ................................................................................. 23

4. Tujuan .......................................................................................... 26

5. Contoh-contoh .............................................................................. 27

xii

B. Akhlak Tasawuf

1. Pengertian ..................................................................................... 29

2. Tujuan dan Ruang Lingkup ........................................................... 33

3. Metode Pembelajaran ................................................................... 36

4. Tema Pokok ................................................................................. 38

C. Pengalaman spiritual dalam akhlak tasawuf ............................................ 47

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. PAPARAN DATA

1. Sejarah Kampus STAIN Salatiga ................................................. 49

2. Visi dan Misi STAIN Salatiga ..................................................... 53

3. Kondisi Objektif Mahasiswa STAIN Salatiga ............................ 54

B. TEMUAN PENELITIAN

1. Data Hasil Angket Terbuka .......................................................... 56

2. Data Hasil Wawancara ................................................................. 58

BAB IV ANALISIS

A. Perubahan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah

mengikuti kuliah akhlak tasawuf ............................................................. 75

B. Pengalaman spiritual yang mahasiswa ..................................................... 79

C. Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual ............................... 81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 90

B. Saran ......................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL I Data Perubahan Sikap Mahasiswa Sebelum dan Sesudah

mengikuti Mata Kuliah Akhlak Tasawuf ..................................... 56

TABEL II Data Pengaruh Akhlak Tasawuf terhadap Kepribadian,

Perilaku Sosial dan Keaktifan Beribadah ..................................... 57

TABEL III Data Informan Wawancara .......................................................... 58

TABEL IV Data Perubahan Sikap Para Informan ........................................... 59

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Angket Penelitian

3. Lembar Wawancara

4. Verbatim Hasil Wawancara

5. Nota Pembimbing

6. Daftar SKK

7. Lembar Konsultasi Skripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah salah satu makhluk yang paling mulia yang diciptakan

sebagai khalifah di bumi ini. Manusia tidak bisa hidup dengan tentram dan

damai jika tidak berkomunikasi dengan Tuhan. Relasi manusia dengan

Tuhannya akan berakhir bahwa Tuhanlah satu-satunya referensi yang pokok

dan dasar dari segala yang ada. Ma‟rifat Allah merupakan perbendaharaan

dan kemuliaan bagi manusia yang memiliki kalbu, arti rohani sering disebut

akal, nafsu dan ruh (Simuh, 1999:33). Dengan hati dan akal inilah manusia

diharapkan mampu membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang

buruk.

Tasawuf berasal dari kata “Shofa-un” yang artinya bersih atau murni.

Kata inti yang menjadi motivasi dan laku sufi (orang yang melakukan ajaran

tasawuf) adalah pembersihan batin atau hati. Kesucian hati sangat dibutuhkan

bahkan menjadi prasyarat tercapainya penglihatan atau ma‟rifat Tuhan.

Adapun tujuan dari tasawuf yang hakiki adalah pembinaan akhlak secara

pribadi dan berhubungan dengan makhluk lain, yang semua itu dilakukan

untuk memperoleh kerelaan Tuhan. Kesadaran diri akan kehadiran Tuhan

dengan segala kesempurnaan sifat-Nya.

Proses untuk membersihkan diri dan mengendalikan nafsu yang muncul

dari dalam diri manusia akibat pengaruh lingkungan duniawi inilah hakekat

2

dari tasawuf. Untuk dapat mengetahui dan membaca situasi dan kondisi

dimana manusia berada membutuhkan keadaan diri yang suci dan bersih. Hal

ini merupakan tuntunan dari syariat dan untuk menuju pada hakekat agama

islam. Sinergi antara pencarian ilmu dan penyucian diri seperti tersebut dalam

Al-Quran Surat Al-„Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah

dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan

perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya.”

Ayat di atas memerintahkan manusia untuk membaca dalam arti

membaca kondisi masyarakat yang membutuhkan perubahan ke arah yang

lebih baik. Tentu ini menjadi dakwah yang paling logis ketika dimulai dengan

membersihkan diri dengan mengagungkan Asma Allah sebagai landasan

untuk beramal baik dengan disertai niat yang suci karena tasawuf pada

dasarnya menekankan pada keadaan batiniah dan jiwa serta lahiriyah dalam

beribadah yaitu penyerahan diri secara total kepada Allah SWT.

3

Akhlak tasawuf merupakan salah satu ilmu yang mengembangkan

sistem pendidikan yang khas dimana persoalan batiniah menjadi persoalan

yang paling dominan dalam memberikan pengalaman spiritual dan

mempengaruhi watak serta kepribadian seseorang. Akhlak tasawuf secara

esensial menjadi sebuah pembelajaran yang praktis dan implementatif untuk

mendidik, membimbing serta membina seseorang mengikuti suatu cara

berfikir, merasa dan bertindak sesuatu. Akhlak tasawuf merupakan kolaborasi

antara ilmu akidah dan ilmu akhlak dimana seseorang yang mempunyai

akidah yang baik bisa dipastikan mempunyai akhlak, tindakan serta

pengalaman spiritual yang baik pula. Kita sadar bahwa manusia mempunyai

naluri ber-Tuhan. Naluri ber-Tuhan yang terdapat menurut kejadian diri

setiap orang mungkin akan lenyap apabila tidak dipupuk dan dipelihara.

Apalagi kalau disengaja untuk dihilangkan atau dimatikan dengan jalan

melepaskan diri kepada pengaruh kerohanian dan rasa ke-Tuhanan.

Allah SWT menciptakan manusia dengan membawa jiwa imanitas dan

humanitas yang tumbuh sebelum manusia lahir di dunia. Yang dimaksud

imanitas adalah manusia dilahirkan di dunia ini pada hakekatnya adalah

dalam keadaan iman dan bahwasanya sebelum dilahirkan manusia meyakini

Allah yang menciptakan manusia tersebut karena setiap bayi yang dilahirkan

di dunia ini adalah dalam keadaan suci. Sedangkan yang dimaksud dengan

humanitas adalah di mana manusia sebagai salah satu khalifah ataupun

individu yang diberi kelebihan oleh Allah SWT yang memiliki kehendak

untuk mengendalikan, mengarahkan dan mengembangkan segenap potensi-

4

potensi positif yang ada dalam jiwa manusia, jiwa inilah yang menandakan

substansi manusia yang berbeda dengan substansi makhluk lain. Manusia

mungkin bisa menemukan dirinya karena dengan mengenal dirinya ia akan

mengenal Tuhan, seperti yang tertera dalam QS. Al-Hasyr: 19 yang berbunyi

Artinya: “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada

Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka

Itulah orang-orang yang fasik.”

Mayoritas mahasiswa yang mengimplementasikan akhlak tasawuf dalam

kehidupan pribadinya, mengalami hal-hal ajaib yang mengindikasikan bahwa

mereka telah mendapatkan pengalaman spiritual yang baik meskipun ada juga

mahasiswa yang belum berhasil mendapatkan pengalaman spiritual karena

rendahnya tingkat keyakinannya kepada Allah. Moralitas yang menjadi inti

dari ajaran tasawuf dapat mendorong mahasiswa untuk memelihara dirinya

dari menelantarkan kebutuhan-kebutuhan spiritualitasnya. Sebab,

menelantarkan kebutuhan spiritualitas sangat bertentangan dengan tindakan

yang dikehendaki Allah. Di samping itu, hubungan perasaan mistis dan

berbagai pengalaman spiritual yang dirasakan oleh mahasiswa juga dapat

menjadi pengobat, penyegar, dan pembersih jiwa yang ada dalam diri

manusia.

Ada alasan berbeda dalam mensikapi eksistensi akhlak tasawuf. Ada

yang menolak karena Akhlak Tasawuf dipandang sebagai ilmu yang

5

mengajarkan kemustahilan dan tidak sesuai dengan logika, anggapan itu

muncul dari beberapa mahasiswa yang masih menganut paham humanism,

dimana ukuran kebenaran adalah otak dan logikanya. Kebanggaan dirinya

atas kuasa otak menutup hatinya untuk menerima kekuatan yang lebih besar

dari apa yang ia miliki (Sultoni, 2007:2). Fakta tersebut yang mengakibatkan

mahasiswa yang satu dengan mahasiswa lainnya mempunyai kuantitas dan

kualitas pengalaman spiritual yang berbeda-beda. Mahasiswa yang

melaksanakan ajaran Akhlak Tasawuf dengan keyakinan yang benar secara

signifikan akan mendapatkan pengalaman spiritual yang ajaib, serta kualitas

akidah dan akhlaknya semakin meningkat.

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul: Pengalaman Spiritual Mahasiswa

Sebelum dan Sesudah Mengikuti Mata Kuliah Akhlak Tasawuf pada

Mahasiswa Progdi PAI STAIN Salatiga Angkatan 2012.

B. Definisi Operasional

Untuk memberikan batasan-batasan yang jelas dalam skripsi ini, penulis

perlu menegaskan istilah-istilah dalam judul di atas.

1. Pengalaman Spiritual

Pengalaman adalah hasil persentuhan alam dengan panca indra

manusia. Spiritual adalah kata sifat yang berhubungan dengan atau bersifat

kejiwaan (rohani, batin), dimensi supra natural, berbeda dengan dimensi

6

fisik, sesuatu yang suci, keagamaan, dan lain-lain.

(http://www.id.wikipedia.org/wiki)

Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengalaman

spiritual mahasiswa yang sifatnya positif seperti merasakan kenikmatan

bisa melakukan ibadah, mendapatkan ketenangan batin atas berbagai

masalah yang dihadapi, mendapatkan kesenangan diluar dugaan serta

mendapatkan kenikmatan di luar batas kemampuan mahasiswa setelah

mahasiswa mengenal Allah SWT, sehingga mahasiswa lebih yakin, lebih

dekat dan lebih cinta kepada Allah SWT.

Artinya: “…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan

Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang

tiada disangka-sangkanya…” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

2. Akhlak Tasawuf

Akhlak tasawuf adalah ilmu yang mengajarkan kepada manusia

untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah. Urgensi tasawuf

adalah upaya positif untuk sadar dan mengenal pada eksistensi Tuhannya

(Sultoni, 2007:20).

Akhlak tasawuf yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mata

kuliah akhlak tasawuf yang diajarkan kepada mahasiswa STAIN Salatiga,

dimana tema pokoknya adalah The Power of Praying (kekuatan berdoa)

dan The Power of Giving (kekuatan sedekah). Keduanya sejalan dengan

7

tujuan mata kuliah akhlak tasawuf yang diajarkan di STAIN Salatiga yaitu

pada akhir semester mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini

diharapkan akandapat memahami upaya manusia dalam merealisasikan

kesempurnaan akhlak, pemahaman tentang hakekat realitas dan

kebahagiaan rohani dalam wujud komunikasi dan dialog antara roh

manusia dengan Allah serta mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep-

konsep Tasawuf dalam mensikapi problema kehidupan.

C. Rumusan Masalah

1. Apa perubahan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti

perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf?

2. Apa pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan ketika mereka

mengaplikasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata kuliah akhlak

tasawuf?

3. Bagaimana cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual sehingga

mereka yakin bahwa Tuhan benar-benar ada, Maha Kuasa dan Cinta

kepada hambaNya?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa perubahan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah

mengikuti perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf.

8

2. Untuk mengetahui apa pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan

ketika mereka mengaplikasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata

kuliah akhlak tasawuf.

3. Untuk mengetahui bagaimana cara mahasiswa mendapatkan pengalaman

spiritual sehingga mereka yakin bahwa Tuhan benar-benar ada, Maha

Kuasa dan Cinta kepada hambaNya.

E. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat praktis

a. Bagi Dosen

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para

dosen dalam mendidik dan membimbing mahasiwa agar mau

meningkatkan kualitas amal shalih sehingga menemukan pengalaman

spiritual dengan Tuhannya.

b. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

mahasiswa, agar mereka senantiasa mengaplikasikan apa yang telah

diajarkan dalam mata kuliah akhlak tasawuf sehingga menemukan

pengalaman spiritual yang positif.

2. Manfaat teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan pertimbangan

bagi keberlangsungan pendidikan keagamaan terutama Akhlak Tasawuf di

9

kalangan mahasiswa STAIN Salatiga serta memperkaya ilmu pengetahuan

dalam dunia pendidikan islam.

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah penelitian

kualitatif. Sugiyono (2012: 9) mengatakan bahwa:

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data yang

dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil

penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.”

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala

perubahan sikap mahasiswa ke arah yang lebih baik setelah mengikuti

perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2012:215).

10

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa

PAI angkatan 2012 yang telah mengikuti mahasiswa mata kuliah

akhlak tasawuf berjumlah 232 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki populasi (Sugiyono, 2012:215). Pengambilan sampel yang

subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan populasi. Selanjutnya jumlah subjek yang

lebih dari 100 maka diambil salah satunya antara 10-15% atau 20-

25% atau lebih (Arikunto, 1998:20).

Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel 43% dari

232 orang sehingga besarnya sampel berjumlah 100 orang untuk

dijadikan responden untuk mengisi angket terbuka. Sedangkan dari

100 orang responden di atas, peneliti mengambil 10 informan

untuk diwawancarai berkaitan dengan pengalaman spiritual para

informan.

3. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, segala sesuatu yang akan dicari dari

obyek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil

yang diharapkan semuanya belum jelas. Rancangan penelitian masih

bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki obyek

penelitian. Selain itu dalam memandang realitas, penelitian kualitatif

berasumsi bahwa realitas itu bersifat holistik (menyeluruh), dinamis, tidak

11

dapat dipisah-pisahkan ke dalam variabel-variabel penelitian. Kalaupun

dapat dipisah-pisahkan, variabelnya akan banyak sekali. Dengan demikian

dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan instrumen

penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Oleh karena itu

dalam penelitian kualitatif ini adalah the researcher is the key instrument.

Jadi peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian

kualitatif. (Sugiyono: 2012:223)

4. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kampus I Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dengan unit analisisnya

adalah mahasiswa program studi pendidikan agama islam. Selain letaknya

yang strategis, alasan lain pemilihan tempat penelitian adalah berkaitan

dengan upaya meningkatkan kesadaran mahasiswa STAIN Salatiga

tentang pentingnya pengalaman spiritual yang terkandung dalam ajaran

mata kuliah akhlak tasawuf khususnya saat berada di kampus, maupun di

masyarakat nantinya.

5. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian ini ada dua

macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan

langsung dari tangan pertama, yaitu kata-kata dan tindakan subyek

serta gambaran dan pemahaman dari subyek yang diteliti sebagai

12

dasar utama melakukan interpretasi data. Data tersebut diperoleh

secara langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui

masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data yang

diperlukan. Pada penelitian ini yang menjadi sumber data primer

adalah mahasiswa STAIN Salatiga progdi PAI angkatan 2012 yang

telah mengikuti mata kuliah akhlak tasawuf. Dalam hal ini yang

menjadi informan kunci adalah dosen mata kuliah akhlak tasawuf

STAIN Salatiga. Dari informasi informan kunci tersebut akan

dilakukan penelusuran lebih lanjut kepada pihak-pihak terkait.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang mengandung dan

melengkapi sumber-sumber data primer. Adapun sumber data

sekunder dalam penelitian ini adalah mahasiswa STAIN Salatiga

program studi selain PAI.

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan fokus penelitian,

maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi:

a. Metode Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,

2012:142). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket

terbuka. Metode ini penulis terapkan untuk mengetahui apa

13

perubahan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti

perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf.

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. (Sugiyono,

2012:231)

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui apa

pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan ketika mereka

mengaplikasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata

kuliah akhlak tasawuf dan bagaimana cara mahasiswa

mendapatkan pengalaman spiritual sehingga mereka yakin bahwa

Tuhan benar-benar ada, Maha Kuasa dan Cinta kepada

hambaNya.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode wawancara dalam penelitian

kualitatif (Sugiyono, 2012:240). Dokumentasi yang penulis

gunakan adalah rekaman hasil wawancara. Rekaman wawancara

digunakan untuk menelaah lebih detail informasi-informasi yang

disampaikan oleh narasumber.

14

7. Teknik Analisis Data

Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data.

Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,

sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena

memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah. Untuk menganalisis data,

penulis menggunakan metode analisis data secara deduktif, yaitu suatu

metode berfikir yang bertolak dari fenomena yang umum, konkrit

kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.

8. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam

penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka perlu dilakukan

pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin

validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu. Dalam penelitian ini peneliti memanfaatkan teknik

triangulasi dengan sumber dan triangulasi dengan metode.

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari

sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif,

wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama

secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari

15

sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. (Sugiyono,

2012:241)

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab, di masing-masing bab

saling berkaitan, dengan penjelasan sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN, yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Definisi

Operasional, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,

Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Skripsi.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA, menjelaskan tentang : Studi tentang

pengalaman spiritual meliputi: pengantar, pengertian, karakteristik, tujuan dan

contoh-contoh pengalaman spiritual, Studi tentang akhlak tasawuf meliputi:

pengertian, tujuan, metode pembelajaran, tema pokok akhlak tasawuf, dan

Studi tentang pengalaman spiritual dalam akhlak tasawuf.

BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, yang tentang:

Sejarah Kampus STAIN Salatiga, Visi dan Misi STAIN Salatiga, Kondisi

Objektif Mahasiswa STAIN Salatiga; Data Hasil Angket Terbuka meliputi

Data tentang Perubahan sikap yang dilakukan mahasiswa sebelum dan

sesudah mengikuti kuliah akhlak tasawuf. Data Hasil Wawancara meliputi:

Data Tentang Pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan, Data Tentang

Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual.

16

BAB IV: ANALISIS, yang berisi tentang: Perubahan sikap mahasiswa

sebelum dan sesudah mengikuti kuliah akhlak tasawuf, Pengalaman spiritual

yang mahasiswa, dan Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual.

BAB V: PENUTUP, yang merupakan bab terakhir dan kesimpulan dari hasil

penelitian dengan melihat permasalahan serta saran.

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Studi tentang Pengalaman Spiritual

1. Pengantar pentingnya pengalaman spiritual

Masyarakat Indonesia mayoritas menganut Agama Islam. Menurut

hasil sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010,

tercatat sebanyak 207.176.162 penduduk Indonesia memeluk Agama

Islam. Sementara itu jika dihitung prosentasenya jumlah 207.176.162

tersebut setara dengan 87,18% dari total penduduk Indonesia. Setiap

muslim mempunyai tingkat pengetahuan pemahaman yang berbeda-beda

dalam melaksanakan ibadah. Pemahaman yang berbeda itu pun

menjadikan setiap muslim mempunyai pengalaman spiritual yang berbeda-

beda juga. (http://dokumenpemudatqn.com/2013/07/persentase-jumlah-

umat-islam-berbagai.html, diakses tanggal 9 November 2013)

Jaya (1994) mengemukakan pendapatnya bahwa “ilmu pengetahuan

sekarang mulai menyelidiki gejala alamiah perkembangan spiritual sebagai

aspek esensial dari kehidupan manusia. Manusia sering kali melakukan

tindakan yang tidak sesuai dengan perintah Allah yang membuat dirinya

berada pada tahap perkembangan spiritual yang paling bawah. Allah

menurunkan keimanan ke dalam hati manusia agar mereka dapat

berkembang kembali pada tingkat spiritual yang lebih tinggi. Dengan

demikian, Islam mengajarkan adanya perbedaan tingkat spiritualitas.

18

Tingkat spiritualits manusia dapat berubah dari satu waktu ke waktu lain.

Jadi manusia mengalami perkembangan spiritual dalam hidupnya”.

Muslim yang mempunyai pengalaman spiritual akan mengutamakan

kualitas dalam melaksanakan ibadahnya kepada Tuhan. Ibadah adalah

segala kegiatan manusia beriman yang dilakukan dengan ikhlas dan

bertujuan untuk mencapai ridlo Allah, sehingga terdapat korelasi yang erat

dengan tujuan penciptaan manusia agar segala ektivitas hidupnya

berorientasi pengabdian kepada Allah semata (Kaelang, 2000:100). Tujuan

ibadahnya tidak lagi karena merupakan sebuah kewajiban, namun lebih

pada kebutuhan untuk terus mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan

kapada dirinya.

Pengalaman spiritual merupakan perjalanan ruhani seorang hamba

untuk menuju dan bertemu dengan Tuhannya. Dalam kondisi itulah,

seorang hamba akan merasa nyaman berada dalam suasana keakraban

bersama Tuhan yang didambakannya sehingga akan mempengaruhi

sikapnya kearah yang lebih baik. Untuk menumbuhkembangkan sikap

yang baik, adalah berpadunya emosi, rasionalitas dan spiritualitas secara

seimbang, untuk menumbuhkan emosi dan rasionalitas, seorang harus

dididik dengan ilmu dan moralitas (Syukur, 2006:203).

Orientasi hidupnya hanya untuk berbakti dan meningkatkan kualitas

amal shalih sebagai wujud cinta dan syukur kepada Tuhan, sehingga harta

dan materi yang ia punya semata-mata untuk mendukung ibadah menuju

ridho Tuhan. Hidupnya dipenuhi dengan keberkahan dan energi spiritual

19

yang mengantarkan ia menjadi pribadi yang unggul, bermartabat serta

menjadi pandangan terindah bagi Tuhannya. Hidupnya serba mudah, serba

cukup dan relatif tidak mempunyai masalah karena semua permasalahan

hidup disandarkan kepada TuhanYang Maha Memberi Solusi bagi setiap

permasalahan yang muncul.

Bertolak belakang dari uraian di atas, muslim yang tidak mempunyai

pengalaman spiritual hanya akan melakukan ibadah dalam skala kuantitas.

Ibadah hanya merupakan kewajiban dan sekedar ritual-ritual tidak

mempunyai makna yang mendalam untuk mempengaruhi kehidupannya.

Ibadah hanya sebagai formalitas keagamaan yang dianutnya. Muslim

seperti ini memaknai kata iman sekedar dalam hati dan lisan semata, tanpa

melibatkan tindakan nyata sebagai wujud iman yang sebenarnya. Karena

bagaimanapun juga, iman merupakan gabungan tiga unsur yang tidak

dapat dipisahkan satu sama lain, yakni: meyakini dalam hati,

mengucapkan dengan lisan, serta mengaplikasikan dalam tindakan sehari-

hari. Meski tingkat kuantitas ibadahnya tinggi, muslim yang tidak

mempunyai pengalaman spiritual hidupnya akan serba sulit, serba kurang

dan banyak masalah. Ini dikarenakan menjalani hidup tanpa melibatkan

Tuhan dalam perilakunya.

Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ternyata

agama bukan sekedar pengetahuan dan ritual ibadah, namun agama adalah

pengalaman spiritual untuk terus fokus menuju Tuhan dalam setiap

tindakan yang dilakukan sehingga akan menjadikan orang mempunyai

20

kepribadian. Al Musawa (2008:76) menyatakan bahwa, “manusia yang

berkepribadian akan memiliki sifat konsisten. Sikap konsisten bagi

seorang muslim juga mencakup kesamaan antara perkataan dan perbuatan.

Allah melarang keras seorang muslim yang kontradiktif antara perkataan

dan perbuatannya.”

2. Pengertian Pengalaman Spiritual

a. Pengalaman

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, Poerwadarminta (1982:963)

mengatakan bahwa pengalaman ialah barang apa yang telah dirasai

(diketahui, dikerjakan, dan sebagainya). Pengalaman memungkinkan

seseorang menjadi tahu dan hasil tahu ini kemudian disebut

pengetahuan. Pengalaman merupakan suatu aktivitas maupun tindakan

nyata yang dikerjakan untuk tujuan tertentu.

b. Spiritual

Spiritual berasal dari kata “spirit” yang berarti semangat. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah “spiritual” dapat didefinisikan

sebagai pengalaman manusia secara umum dari suatu pengertian akan

makna, tujuan dan moralitas (Poerwadarminta, 1982:963).

Kata “spirit” juga berasal dari kata benda bahasa latin “spiritus”

yang berarti napas dan kata kerja “spirare” yang berarti untuk bernapas.

Melihat asal katanya, untuk hidup adalah untuk bernapas, dan memiliki

napas artinya memiliki spirit. Menjadi spiritual berarti memiliki ikatan

yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan

21

dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material. Spiritualitas

merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai tujuan

dan makna hidup. Spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan

kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Hasan (2008:289) mengatakan

bahwa spiritualitas merupakan ekspresi dari kehidupan yang

dipersepsikan lebih tinggi, lebih kompleks atau lebih terintegrasi dalam

pandangan hidup seseorang, dan lebih daripada hal yang bersifat

indrawi. Salah satu aspek dari menjadi spiritual adalah memilki arah

tujuan, yang secara terus-menerus meningkatkan kebijaksanaan dan

kekuatan berkehendak dari seseorang, mencapai hubungan yang lebih

dekat dengan ketuhanan dan alam semesta, dan menghilangkan ilusi

dari gagasan salah yang berasal dari alat indra, perasaan, dan pikiran.

Menurutnya, spiritualitas memiliki dua proses. Pertama, proses ke atas,

yang merupakan tumbuhnya kekuatan internal yang mengubah

hubungan seseorang dengan Tuhan. Kedua, proses ke bawah yang

ditandai dengan peningkatan realitas fisik seseorang akibat perubahan

internal. Konotasi lain, perubahan akan timbul pada diri seseorang

dengan meningkatnya kesadaran diri, dimananilai-nilai ketuhanan di

dalam akan termanifestasi ke luar melalui pengalaman dan kemajuan

diri.

Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek: 1)

Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian

dalam kehidupan, 2) Menemukan arti dan tujuan hidup, 3) Menyadari

22

kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam

dirisendiri, 4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan

dengan yang maha tinggi.

(http://id.scribd.com/doc/58789726/Pengertian-Spiritual, diakses

tanggal 9 November 2013)

c. Pengalaman Spiritual

Menurut Dister (1988:31), Intisari perbuatan beragama bukanlah

suatu esensi yang stabil. Oleh karena hakikat pengalaman religius yaitu

kepekaan terhadap yang suci, timbul dalam pergaulan dengan dunia,

maka pengalaman religius harus dikatakan bukan hanya natural tetapi

juga kultural sifatnya. Sedangkan Sudiarja (1994:49) berpendapat

bahwa pengalaman religius akan didapatkan seseorang dengan

mengawali usahanya dengan sesuatu yang nyata, yang bersungguh-

sungguh, tanpa pamrih untuk memahami dari dalam kepercayaan,

dunia, arketipe-arketipe, kebudayaan, latar belakang mistis dan

konseptual, serta hubungan-hubungan emosional dan historis

sesamanya. Sehingga dia harus mengusahakan dengan serius suatu

inkarnasi eksistensial dirinya ke dalam dunia lain yang tentu melibatkan

kehidupan doa, inisiasi, pengetahuan dan peribadatannya.

Pengalaman spiritual adalah aktivitas ataupun tindakan yang akan

mengantarkan seseorang pada semangat untuk menuju dan menemukan

Tuhan. Secara sederhana pengalaman spiritual adalah pengalaman-

pengalaman yang bisa didapat oleh objek-objek yang melakukan ritual-

23

ritual keagamaan. Akan tetapi jika pengalaman-pengalaman ini

dikonotasikan sebagai pengalaman yang akan diperoleh oleh objek-

objek yang melakukan ritual keagamaan, hal ini akan sangat

membatasi. Jika memang tidak terbatas, maka hal yang perlu

diperhatikan adalah bahwa pengalaman spiritual adalah pengalaman

yang bisa diperoleh oleh orang atau objek-objek yang memiliki

kesehatan psikologis yang optimal.

Kesadaran spiritual roh/rasa/jiwa berlawanan dengan hawa nafsu

(kecenderungan sesuatu yang buruk/jahat). Karena kesadaran

intelektual bersifat netral, maka kesadaran ini mengikuti dan

mengeksekusi sesuatu yang akan menjadi kebaikan/keburukan,

bergantung pada kombinasi kesadaran spiritual dan kesadaran

emosional (Kurnia, 2008:188).

3. Karakteristik Pengalaman Spiritual

Kedekatan kepada Allah, yang merupakan tuntutan dan puncak

kesempurnaan manusia, memiliki sejumlah tingkatan. Sekecil apapun

suatu perbuatan ikhtiari, asalkan memenuhi persyaratan, pada tingkatan

tertentu dapat mendekatkan manusia kepada Tuhannya…keimanan

sempurna dan tauhid murni senantiasa meniscayakan tercapainya puncak

derajat kepada Tuhan. (Rajabi, 2006:257)

Abraham Maslow (Seorang Psikolog pencetus aliran Humanistik

dalam psikologi) dalam teorinya menggunakan istilah pengalaman puncak.

Ia menggambarkan pengalaman puncak sebagai saat-saat diliputi perasaan

24

khidmat, kebahagiaan yang mendalam, kegembiraan, ketentraman, dan

ekstase. Orang-orang yang mengalami pengalaman puncak merasa lebih

terintegrasi, lebih bersatu dengan dunia, lebih menjadi raja atas diri mereka

sendiri, lebih spontan, kurang menyadari ruang dan waktu, lebih cepat dan

mudah mencerap sesuatu, dan memiliki persepsi yang murni terhadap

realitas. Pengalaman ini memiliki beberapa karakteristik berikut:

a. Emosi yang amat kuat dan mendalam hampir sama dengan ektase.

b. Merasakan kedamaian atau ketenangan yang mendalam.

c. Merasa selaras, harmonis, atau menyatu dengan alam semesta.

d. Merasa memiliki pemahaman yang mendalam.

e. Merasa peristiwa tersebut sebagai peristiwa yang yang istimewa dan

mustahil untuk diceritakan.

Pengalaman Spiritual adalah pengalaman di saat kebermaknaan

atas pengetahuan-pengetahuan yang kita miliki sebelumnya. Pengalaman-

pengalaman tersebut tidak bisa diungkap secara langsung dalam konteks

rasional. Seseorang yang mampu mendapatkan kebermaknaan itu adalah

seseorang yang mampu mengarahkan hidupnya pada pikiran-pikiran yang

sehat optimal. Dalam dunia Islam Pengalaman-pengalaman spiritual

terbahasa luas dalam kajian sufisme, dalam dunia tasawuf dikenal seorang

ahli sufi yaitu Al-Ghazali. Al-Ghazali adalah seorang filosof Islam dari

Persia. Secara global, tujuan para sufi adalah Allah SWT, segala sesuatu

terputuskan kecuali mengarahakan hati pada Allah SWT. Al-Ghazali

dikenal dengan konsep zuhud dan ma‟rifahnya. Praktik para sufi adalah

25

dzikrullah, mengingat Allah SWT secara total. Konsep ma‟rifah yang

dijadikan sebagai tujuan akhir dalam pangalaman bertasawufnya bermakna

tersingkapnya sesuatu dengan jelas, sehingga tidak ada lagi ruang untuk

ragu-ragu, tak mungkin salah atau keliru. Disisi lain ia menyebutkan

“ma‟rifah ialah mengetahui rahasia Allah dan peraturan-peraturanNya

tentang segala yang ada”. Keistimewaan khusus milik para sufi tidak

mungkin tercapai hanya dengan belajar, tetapi harus dengan

ketersingkapan batin, keadaan rohani serta rehabilitasi tabiat-tabiat yang

tercela. Selain itu, secara umum seperti yang telah dituliskan di atas jika

pengalaman ini bisa diperoleh dengan media agama akan terlalu sempit

dan terbatas. Pada kenyataannya, pengalaman spiritual itu bisa diperoleh

salah satunya dengan Meditasi. Meski dalam islam meditasi diusung

secara khusyu‟ dalam sholat.

(http://chantiksekali.blogspot.com/2011/12/pengalaman-spiritual.html, di-

akses tanggal 9 November 2013)

Menurut Anis Matta (2007:137), Salah satu cara menjaga nuansa

spiritual adalah dengan memperhatikan ibadah harian…setiap gerak,

keinginan, cara berfikir, dan sikap anda akan mudah terpengaruh dengan

nuansa spiritual anda. Metodologi dan pelatihan hanya dapat efektif jika

emosi dan akal bekerja dengan baik. Sedangkan Hardjana (2002)

berpendapat bahwa orang beriman bukan hanya ditandai oleh perilaku

hidup etikal dan moral yang bercirikan agama yang dianutnya. Inti hidup

orang beriman adalah berkata “ya” secara total kepada Tuhan. Orang

26

beriman adalah orang yang terlibat dan setia kepada Tuhan secara nyata

dalam hidupnya.

4. Tujuan Pengalaman Spiritual

Menurut Jaya (1994:64), secara umum tujuan spiritualisasi islam yaitu

pembentukan keharmonisan hubungan jiwa manusia dengan Allah SWT,

dengan sesama manusia dan makhluk-Nya, dan dengan dirinya sendiri.

Adapun tujuan khususnya dari komponen ibadah adalah pembentukan jiwa

manusia yang alim, mukmin, abid, muqarrib, mau beramal, berdoa,

berdzikir, sadar akan keterbatasab umurnya, mau menjadikan Al-Qur‟an

sebagai pedoman hidup, dan berkemampuan dalam menjadikan seluruh

aktivitas hidupnya bernilai ibadah kepada Allah.

Tujuan spiritualisasi islam tampak muluk sehingga tersa sulit untuk

mencapainya. Sesungguhnya tujuan tersebut bukanlah sesuatu yang

mustahiluntuk dicapai. Kalau orang mau bermujahadah dalam

mendapatkannya, pasti ia mendapatkan, karena ia berarti beradapada jalan

Allah. Orang yang berjihad di jalan Allah, maka Allah akan

menunjukinya. Firman allah dalam QS. Al-Ankabut: 69, berbunyi:

Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)

Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.

dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat

baik.”

27

Ada empat tingkatan manusia taat yang ingin dibentuk Al-Ghazali

dengan tujuan spiritualisasi islamnya. Pertama, tingkatan ketaatan orang

awam atau sederhana. Kedua, tingkat ketaatan orang shalih. Ketiga,

tingkat ketaqwaan orang taqwa atau muqarrib. Keempat, tingkat ketaatan

orang yang benar lagi arif, yaitu tingkatan yang dekat dengan nabi dan

rasul.

Jadi tujuan pengalaman spiritual adalah agar seorang hamba

menemukan hikmah dari segala bentuk aktivitas yang dijalani dalam

ibadahnya kepada Tuhan. Menurut Mahmudin (2006), hikmah ialah ilmu

tentang hakikat sesuatu, tentang faedah dan manfaatyang terkandung

didalamnya, yang membangkitkan orang untuk berusaha mengerjakannya.

Ia juga berarti falsafah praktis, seperti ilmu jiwa, ilmu akhlak, ilmu tentang

rahasia-rahasia makhluk dan hokum-hukum kemasyarakatan. Sedangkan

Khalafallah (2008:181) mengatakan bahwa hikmah adalah ilmu sahih yang

memobilisasi kehendak untuk melakukan amal yang bermanfaat.

Perangkat hikmah adalah akal sehat yang mana memiliki daya untuk

memilah pelbagai problem pengetahuan.

5. Contoh Pengalaman Spiritual

Pengalaman merupakan kata yang netral, sehingga aka nada

kemungkinan pengalaman baik maupun pengalaman yang kurang baik.

Pengalaman baik/buruk nantinya juga akan mengarahkan seorang hamba

untuk bertemu dan menuju Tuhannya. Testimoni tentang pengalaman

spiritual akan banyak kita dapatkan dari orang-orang disekitar kita. Namun

28

disini penulis hanya akan mengambil dua contoh pengalaman spiritual,

diantaranya.

a. Contoh pengalaman spiritual yang positif

Seorang mahasiswa sedang membutuhkan sepeda motor untuk

mempermudah langkahnya dalam perjalanan untuk menuntut ilmu di

kampus, namun dia tidak mempunyai uang yang cukup. Ia lalu

berikhtiar dan beribadah secara sungguh-sungguh kepada Allah, serta

memohon agar segera mempunyai sepeda motor. Ia rajin belajar,

tahajud, dhuha, baca al-qur‟an, dan sering sedekah kepada anak yatim

untuk mempercepat terkabulnya doa. Orang tua yang memperhatikan

kesungguhan anaknya itu lalu tergerak hatinya untuk membelikan

sepeda motor walaupun anaknya tidak memintanya secara langsung.

Sejak kejadian itu, mahasiswa tersebut semakin menghormati dan

menyayangi orang tuanya, serta bertambah rajin ibadahnya kepada

Allah.

b. Contoh pengalaman spiritual yang negatif

Seorang mahasiswa berkeinginan menjenguk temannya yang

sedang dirawat di salah satu RSU, saat itu cuaca sedang dalam keadaan

hujan deras. Ibu mahasiswa tadi melarangnya mengendarai sepeda

motor dan menyuruhnya untuk naik bus. Si mahasiswa tetap bersikeras

mengendarai sepeda motor dengan alasan untuk menghindari macet.

Sepuluh meter sebelum memasuki pintu masuk RSU, mahasiswa tadi

mengalami kecelakaan dan kakinya patah. Ia menangis di pinggir jalan

29

setelah jatuh, namun ia menangis bukan karena rasa sakit yang sedang

dideritanya. Ia menangis karena menyesal tidak menghiraukan nasehat

ibunya. Ia pulang ke rumah dan meminta maaf kepada ibunya. Setelah

kejadian itu, ia selalu menaati nasehat dan saran dari orang tuanya,

terutama kepada ibunya.

Pengalaman bisa ditinjau dari sudut pandang dhohiriyah maupun

batiniyah. Yang dimaksud pengalaman positif maupun pengalaman

negatif di atas adalah pengalaman spiritual yang ditinjau dari

dhohiriyahnya saja. Kalau dilihat dari sudut pandang batiniyah,

pengalaman spiritual hanya bersifat positif karena bagaimanapun

pengalaman spiritualnya, ianya bisa mengantarkan pelakunya menuju

kedekatan terhadap Allah.

B. Akhlak Tasawuf

1. Pengertian Akhlak Tasawuf

a. Akhlak

Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), akhlak adalah budi pekerti,

perangai tingkah laku atau tabi‟at ((Poerwadarminta, 1982:25). Secara

istilah, akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang

tertanam di dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir

berupa perbuatan atau tindakan baik,yang disebut akhlak yang

mulia/terpuji, atau perbuatan buruk, yang disebut sebagai akhlak yang

30

tercela (Asmaran, 2002:1). Sebagaimana tercantum dalam Firman

Allah:

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung.” (QS. Al-Qalam: 4)

Tabiat atau watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-

ulang sehingga menjadi biasa. Kata akhlak dalam bahasa Indonesia

sering disebut dengan istilah kesusilaan, sopan santun; moral, ethnic

dalarn bahasa Inggris, dan ethos, ethios dalam bahasa Yunani. Akhlak

diartikan sebagai ilmu tata krama yaitu ilmu yang berusaha

mengenalkan tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai kepada

perbuatan baik atau buruk. Dari segi istilah (terminologi), Imam al-

Ghazali (2000) mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang tertanam

dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan

mudah tanpa memerlukan pemikiran dan petimbangan terlebih dahulu.

Menurut Al-Ghazali , empat kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu

kriteria: akhlak yang baik dan buruk, yaitu: Kekuatan ilmu atau hikmah;

kekuatan marah yang terkontrol oleh akal yang akan menimbulkan sifat

syaja'ah; kekuatan nafsu syahwat, dan kekuatan keseimbangan

(keadilan). Keempat komponen itu merupakan syarat pokok untuk

mencapai derajat akhlak yang baik secara mutlak. Semua ini dimiliki

secara sempuma oleh Rasulullah SAW. Maka tiap-tiap orang yang

31

dekat dengan empat sifat tersebut, maka ia dekat dengan Rasulullah

SAW, yang berarti ia juga dekat dengan Allah SWT.

Ciri perbuatan akhlak biasanya ditandai dengan tertanam kuat

dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya, dilakukan

dengan mudah tanpa pemikiran, dan timbul dari dalam diri orang yang

mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar, dilakukan

dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Sedangkan ruang lingkup kajian

ilmu akhlak meliputi perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran

baik dan buruk, objeknya adalah norma atau penilaian terhadap

perbuatan tersebut.

Jadi berdasarkan sudut pandang kebahasaan, esensi akhlak dalam

pengertian sehari-hari disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan,

sopan santun, tata krama (versi bahasa Indonesia), sedangkan dalam

bahasa Inggrisnya disamakan dengan moral atau etika.

b. Tasawuf

Secara etimologis, Tasawuf berarti ajaran atau kepercayaan

bahwa pengetahuan kepada kebenaran dan Allah yang dapat dicapai

dengan jalan penglihatan batin, renungan, dan sebagainya

((Poerwadarminta, 1982:1023). Tasawuf adalah bagian dari syari‟ah

islamiyah, yakni wujud dari ihsan, salah satu dari kerangka ajaran islam

yang lain, yakni iman dan islam. Tasawuf sebagai manifestasi dari ihsan

tadi, merupakan penghayatan seseorang terhadap agamanya, dan

berpotensi besar untuk menawarkan pembebasan spiritual, sehingga ia

32

mengajak manusia mengenal dirinya sendiri, dan akhirnya mengenal

Tuhannya (Syukur, 2003:13). Sedangkan menurut Alwi Shihab

(2001:33), tasawuf pada dasarnya adalah rasa dan pengalaman,

sedangkan jiwa universal. Oleh karena itu, bisa saja suatu pengalaman

ditemukan sama meski tidak ada kontak satu sama lain. Kenyataan ini

membuktikan kesatuan pengalaman spiritual walaupun dengan

penafsiran dan ekspresi yang berbeda sesuai dengan kebudayaan yang

bersangkutan.

Dari segi linguistik (kebahasaan) dapat dipahami bahwa tasawuf

adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah,

hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap

mulia. Tasawuf juga bisa dimaknai sebagai suatu bidang ilmu

keislaman dengan berbagai pembagian di dalamnya yaitu tasawuf

akhlaqi, amali, dan falsafi :

1) Tasawuf akhlaqi yaitu berupa ajaran mengenai moral/akhlak yang

hendaknya diterapkan sehari-hari guna memperoleh kebahagiaan.

Tasawuf ahklaqi dibagi menjadi 3, yakni: Takhalli, Tahalli, dan

Tajalli.

2) Tasawuf amali yaitu tentang bagaimana cara mendekatkan diri

kepada Allah SWT.

3) Tasawuf falsafi yaitu paduan visi intuitif tasawuf dan visi rasional

filsafat. (http://radentegarghozali.blogspot.com/2012/12/makalah-

33

implementasi-tasawuf.html, diakses pada hari senin 16 september

2013)

Dari pembahasan di atas, tasawuf bisa diartikan sebagai upaya

mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia

dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah Swt atau kegiatan yang

terkait dengan pembangunan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan

Tuhan.

c. Akhlak Tasawuf

Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak

dan tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur

hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawuf

mengatur jalinan komunikasi vertikal antara manusia dengan

Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga

dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak. Jadi akhlak tasawuf

yand dimaksud disini adalah akhlak yang berdasarkan ajaran yang ada

di dalam mata kuliah akhlak tasawuf yang merupakan budi

pekerti/perilaku seorang hamba kepada sesamanya maupun kepada

Tuhannya.

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Akhlak Tasawuf

Adalah agar seorang hamba mampu mengenal atau ma‟rifat kepada

Allah, sehingga akan membentuk orang-orang yang berakhlak baik, keras

kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam bertingkah

34

laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab,

ikhlas, jujur dan suci.

Secara umum,tujuan terpenting dari tasawuf adalah agar mendekatkan

diri dengan Allah SWT. Rivay Siregar (2000:5) mengatakan bahwa

sasaran tasawuf ada 3, diantaranya:

a. Untuk pembinaan aspek moral; meliputi mewujudkan kestabilan jiwa

yang berkeseimbangan, penguasaan dan pegendalian hawa nafsu

sehingga manusia konsisten dan komitmen hanya kepada keluhuran

moral.

b. Untuk ma‟rifatullah melalui penyingkapan langsung, sehingga sudah

bersifat teoritis dengan seperangkat ketentuan khusus yang

diformulasikan secara sistimatis analitis.

c. Untuk membahas bagaimana sistim pengenalan dan pendekatan diri

kepada Allah secara mistis filosofis, pengkajian garis hubungan antara

Tuhan dengan makhluk, terutama hubungan manusia dengan Tuhan.

Adapun tujuan tasawuf menurut Mustafa Zahri (tt:64) adalah “fanaa”,

untuk mencapai ma‟rifatullah yaitu leburnya pribadi pada kebaqaan Allah

dalam keadaan “Hulul” dimana perasaan keinsanan lenyap dan semua

rahasia yang membatasi diri dengan Allah tersingkap. Menurut Abdullah

(2007:10), tujuan akhlak tasawuf adalah mencapai ketinggian akhlak, yang

diartikan sebagai meletakkan kebahagiaan pada pemuasan nafsu makan,

minum, dan syahwat dengan cara yang halal, sehingga ketinnguan akhlak

diletakkan pada kedudukan (prestise) dan tindakan kea rah pemikiran atau

35

kebijaksanaan (wisdom) atau hikmah. Sedangkan Tamrin (2010:26)

mengatakan bahwa sasaran tasawuf adalah menekankan pembinaan aspek

moralitas yang tinggi sebagaimana yang dikehendaki Rasul SAW: “Aku

diutus untuk menyempurnakan akhlak.”

Untuk mencapai pengalaman spiritual diperlukan ketekunan usaha

pribadi maupun dukungan positif dari lingkungan, bahkan juga bantuan

dari Tuhan sendiri. Sebagai manusia yang lemah, kita akan seringkali

gagal bersikap batin maupun bertindak baik. Dalam keadaan seperti itu

bantuan dari Tuhan dan sesama akan amat berarti, karena akan

membangkitkan semangat kita untuk berusaha lagi. Karena kegagalan itu

sering terjadi, perlulah pertaubatan terus-menerus, koreksi berulangkali,

bahkan juga teguran yang tegas.

Tujuan terakhir dari akhlak tasawuf ialah mendapatkan pengalaman

spiritual dalam arti sebenarnya, sehingga pelaku tasawuf akan

mendapatkan keakraban di dalam zona Allah. Pengalaman spiritual akan

diperoleh ketika pelaku tasawuf mampu mengenal dan bertemu dengan

Tuhannya. Media yang paling efektif untuk mengenal dan bertemu dengan

Allah adalah dengan doa. Adapun tujuan dari mata kuliah akhlak tasawuf

adalah Pada akhir semester mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini

diharapkan akandapat memahami upaya manusia dalam merealisasikan

kesempurnaan akhlak, pemahaman tentang hakekat realitas dan

kebahagiaan rohani dalam wujud komunikasi dan dialog antara roh

36

manusia dengan Allah serta mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep-

konsep Tasawuf dalam mensikapi problema kehidupan.

Sedangkan ruang lingkup yang dibahas dalam mata kuliah akhlak

tasawuf sesuai dengan silabusnya, yakni materi tentang:

a. Urgensi Akhlak Tasawuf dalam kehidupan modern

b. Pengertian, ruang lingkup dan tujuan Ahlak Tasawuf

c. Pengertian tasawuf secara etimologi dan terminologi

d. Manajemen Hati sebagi inti Pendidikan Akhlak

e. Manajemen hati sebagai inti pendidikan akhlak

f. Sejarah dan sumber hukum ajaran tasawuf

g. Taubat

h. Sabar

i. Zuhud

j. Kekuatan Sedekah

k. Khouf wa Raja‟

l. Hubb

m. Kekuatan Doa

n. Fana

3. Metode Pembelajaran Akhlak Tasawuf

Pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas tidak akan berjalan

dengan baik tanpa menggunakan media dan metode yang baik.

Penggunaan metode belajar yang salah akan mengakibatkan isi

pembelajaran yang disampaikan menjadi tidak tersampaikan secara utuh.

37

Dalam perkuliahan akhlak tasawuf di STAIN Salatiga, dosen pengampu

menggunakan metode pembelajaran yang unik, sehingga berbeda dengan

metode pembelajaran dalam mata kuliah lainnya. Mahasiswa diharuskan

mempraktekkan ajaran-ajaran akhlak tasawuf apabila ia ingin

mendapatkan pengalaman spiritual. Metode praktik ini didasarkan pada

trial and learning karena metode ini untuk membuktikan kebenaran yang

ada dalam firman Allah SWT di dalam kitab suci Al-Qur‟an maupun Al-

Hadis Nabi Muhammad SAW, misalnya: untuk membuktikan kebenaran

janji Tuhan yang tertera dalam QS. Al-An‟am: 160 dibawah ini:

Artinya: “Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala)

sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan

jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan

kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”

Mahasiswa harus mempraktekkan sedekah dulu, apabila disertai

dengan keyakinan maka mahasiswa pasti mendapatkan balasan sepuluh

kali lipatnya atau lebih, juga sebaliknya jika mahasiswa meragukan

kebenaran janji Allah SWT maka ia akan mendapatkan balasan sesuai

persangkaannya kepada Allah SWT.

38

4. Tema Pokok Akhlak Tasawuf

Dalam studi mata kuliah akhlak tasawuf di kampus STAIN Salatiga

yang juga merupakan tempat penulis melakukan penelitian, tema pokok

yang dibicarakan dan dibahas dalam perkuliahan akhlak tasawuf ada 2

tema besar, yakni The Power of Praying (Kekuatan Doa) dan The Power

of Giving (Kekuatan Sedekah) sebagai wujud nyata dari berdoa itu sendiri.

Kedua tema di atas akan dibahas berdasarkan buku yang menjadi pedoman

dalam mata kuliah akhlak tasawuf yaitu buku “Sang Maha-Segalanya

Mencintai Sang Maha-Siswa” dimana penulisnya adalah dosen mata

kuliah akhlak tasawuf di STAIN Salatiga yaitu Drs. Ahmad Sultoni,

M.Pd.. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. The Power of Praying (Kekuatan Doa)

Dari segi etimologi (kebahasaan), do‟a berasal dari bahasa Arab

yaitu dari akar kata دعا- دعىة – يدعى - دعا , artinya seruan, panggilan,

permintaan dan permohonan. Jadi, berdo‟a bisa diartikan

meminta/permohonan sesuatu kepada Allah. Allah sudah

memerintahkan hamba-Nya dalam QS. Al Mu‟min: 60.

39

Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya

akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang

menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka

Jahannam dalam Keadaan hina dina.”

Syarat agar doa lebih capat dikabulkan Allah adalah: Menyebut

jelas permintaannya, sungguh-sungguh ketika minta, sanggup

berkurban untuk mendapatkan yang diminta, sangat yakin dengan

Allah, bahkan tidak percaya kalau Allah tidak bisa memenuhi yang

diminta. Penghalang terkabulnya doa, di antaranya: Tidak yakin pada

Allah, tidak merasa kalau sudah dikabulkan, tidak fokus, tidak selaras

antara ucapan lesan dan kata hati, tergesa-gesa dalam meminta, ada

yang haram di dalam perut, berburuk sangka kepada Allah, ada dosa

yang belum terampuni, dam tidak siap menerima.

Quanta Doa adalah pemahaman tentang Doa yang dijelaskan

melalui sifat quanta. Doa bukan yang diucapkan oleh seseorang melalui

lesannya. Doa adalah apa yang tersirat dalam pikiran dan perasaannya.

Inilah yang akan diwujudkan dalam kenyataan. Banyak kajian tentang

langkah-langkah orang berdoa. Ucapan Rasulullah bahwa dalam diri

manusia ada segumpal darah, yang disebut dengan hati, jika baik hati

itu, maka baik seluruh tubuh, jika buruk kondisi hati itu, maka buruk

seluruh tubuh. Manusia dituntut untuk tidak sekedar Positive Thinking

namun juga Positive Feeling.

40

Setelah memahami penjelasan tersebut, maka upaya dasar yang

harus dilakukan oleh seseorang yang menginginkan doanya terkabul,

harus mampu menjaga dhon, atau menjaga hati. Lima langkah di

bawah ini bisa menjadi sebuah metode alternatif untuk menjaga hati.

Menjaga pikiran dan perasaan agar tetap positif, sejalan dengan ucapan

lesan doa seseorang.

Namun ada satu langkah efektif yang powerfull untuk

menyempurnakan aktivitas doa seseorang. Metode yang kami maksud

adalah sedekah. Pemahaman sedekah akan dijelaskan berdasarkan Law

of Giving. Dan dalam sekian waktu eksperimen yang dilakukan dalam

mata kuliah Akhlak Tasawuf, mahasiswa menjadi saksi dan bukti hidup

bagaimana berdayanya saat The Power Of Praying (berbasis Law of

Praying) bergabung dengan The Power of Giving. Perpaduan Doa dan

Sedekah mengantarkan kita pada berbagai pengalaman ajaib.

Pengalaman ajaib bukan pengalaman yang tidak selaras dengan

pikiran dan perasaan kita, namun pikiran dan perasaan kita-lah yang

belum selaras dengan pengalaman itu. Menurut Drs. Ahmad Sultoni,

M.Pd. selaku dosen mata kuliah akhlak tasawuf, langkah-langkah

quanta doa di antaranya:

1) Mensyukuri nikmat

Mensyukuri nikmat adalah dasar dari berlakunya hukum Law Of

Attraction. Dalam etika doa, Islam mengajarkan ucapan

Alhamdulillah sebagai ungkapan rasa syukur sebagai pembuka pintu

41

langit. Dalam pemahaman terbalik, jika doa seseorang itu di bawa

para malaikat ke langit, ia tidak akan bisa menembus pintu langit

jika ia tidak membaca Alhamdulillah. Doanya mengambang antara

bumi dan langit. Dalam pemahaman Law of Attraction, rasa syukur

memiliki daya yang luar biasa berkaitan dengan terkabulnya

permintaan seseorang.

Langkah bersyukur ini sebagai usaha untuk menjadi seseorang

yang merasa kaya dengan semua pemberian dari Allah. Mulailah doa

dengan kondisi yang penuh rasa syukur dan berterima kasih kepada

Allah. Munculkan rasa bahagia telah memiliki Allah yang

mencukupi semua yang kita butuhkan. Dengan perasaan ini, kita

akan menyadari sepenuhnya bahwa doa yang kita lantunkan pasti

akan dikabulkan.

2) Memberi

Pemberian ini bisa berupa doa maupun sedekah. Sebelum kita

meminta, doakan terlebih dahulu Rasul kita, orang tua kita, keluarga/

saudara-saudara kita, guru kita, teman-teman, dan orang-orang yang

kita cintai. Alangkah mulianya, ketika kita juga sanggup mengucap

doa kebaikan untuk orang yang memusuhi kita. Memberi yang lebih

nyata adalah dengan sedekah. Yang paling dianjurkan adalah kepada

dua orang tua kita, kemudian saudara-saudara kandung, tetangga

dekat, anak yatim, fakir miskin, ibnu sabil dan sebagainya sesuai

QS. Al-Baqarah: 215 yang berbunyi:

42

Artinya: “Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan.

Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah

diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-

orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan

apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha

mengetahuinya.”

Setelah rasa syukur, kita wujudkan dengan berbagi nikmat

kepada orang lain. Hal ini untuk lebih menguatkan rasa

berkecukupan kita yang kita peroleh dari langkah pertama

(bersyukur). Langkah „Memberi‟ dapat diwujudkan dengan dua cara,

yakni: mendoakan sesama dan bersedekah.

3) Meminta

Langkah meminta mempunyai beberapa teknis: Mintalah

sesuatu dengan jelas dan terukur. Ketika meminta, tuliskan secara

rinci/ detail kriteria yang diminta. Saat meminta, sesuatu itu

terbayang jelas dalam dipikiran kita. Yang kita minta adalah adalah

43

benar-benar yang kita inginkan. Kalau kita masih sulit menyebutkan

apa yang kita inginkan, maka mulailah dengan hal-hal yang tidak

kita inginkan. Permintaan yang jelas akan membuat pikiran dan

perasaan kita menjadi mudah untuk fokus terhadap apa yang

diminta. Permintaan yang jelas juga membuat pikiran bisa

membayangkan apa yang diminta.

4) Yakin

Untuk mendapatkan keyakinan hati, maka perlu dilakukan hal-

hal sebagai berikut: Tuliskan semua hal yang menyebabkan Anda

merasa tidak yakin bahwa doa Anda akan terkabul. Kemudian

keragu-raguan itu langsung kita bantah sendiri. Tuliskan dosa-dosa

yang Anda rasakan mengganggu (membayang-bayangi pikiran)

sehingga tidak yakin doa akan terkabul. Dosa-dosa tersebut Anda

akui dihadapan Allah dan mohon ampun serta yakinlah Allah

mengampuni. Tuliskan dengan huruf besar bahwa Anda layak

menerima apa yang Anda minta dalam doa. Buktikan keyakinan

bahwa doa Anda akan dikabulkan Allah dengan tetap melangkah

berbekal sabar, tahan terhadap ujian dan pantang menyerah. Sadari

sepenuhnya bahwa Anda dapat berdoa, karena Anda diijinkan Allah

untuk berdoa. Anda dapat menyebutkan permintaan Anda, itu karena

sesungguhnya Allah telah menyediakan apa yang Anda minta itu,

dan sebagai bentuk formalitasnya, Anda digerakkan Allah untuk

berdoa.

44

5) Menerima

Teknis dalam langkah kelima ini adalah: Apa yang Anda minta,

sekarang Anda visualkan dalam pikiran Anda, sampai Anda benar-

benar melihat bentuk, warna dan ukurannya, Anda mencium baunya,

mengecap rasanya, menyentuh wujudnya, membelai seratnya...dalam

pikiran Anda dengan sepenuh perasaan. Anda merasakan bahwa

sesuatu yang Anda minta itu sudah diterima. Sesuatu itu sudah di

tangan Anda, sudah Anda pegang, sudah Anda genggam. Anda

melihatnya bahwa di sana (bayangan benda dalam pikiran) tertera

nama dan alamat Anda. Tujuannya agar otak Anda menangkap

dengan jelas apa yang Anda minta, dan alam bawah sadar Anda

mengetahui dengan jelas, apa yang sekarang sedang dipikirkan dan

segera diproses agar menjelma menjadi nyata.

6) Mengikhlaskan

Ketika berdoa/ meminta sesuatu kepada Allah, maka ucapkan

atau tuliskan dengan ketulusan hati, kalimat yang menyatakan: “Ya

Allah Yang Maha Rahman, aku ikhlaskan hasilnya pada Kehendak-

mu. Biarlah permintaan ini akan wujud sesuai yang aku harapkan

atau menjadi lebih baik sesuai Kehendak-mu ya Allah”. Tujuannya

untuk mempersiapkan diri dalam menerima doa. Kita bersungguh-

sungguh dalam meminta dan ihlas dalam menerima hasil. Apapun

pemberian Allah, itulah yang terbaik, karena tidak ada sedikitpun

maksud tidak baik didalam kehendak Allah.

45

b. The Power of Giving (Kekuatan Sedekah)

Kata Sedekah berasal dari bahasa Arab Sadaqa, yang artinya benar.

Benar dalam artian sejalannya perbuatan dan ucapan serta keyakinan.

Banyak kata Sedekah dalam berbicara berarti benar. Tasaddaqa dalam

hal kekayaan berati dizakatkan atau disedekahkan, dan bentuk kata

Ashdaqa kepada perempuan, berarti membayar mahar. Perubahan Ta‟rif

itu dimaksudkan untuk menunjukkan arti tertentu setiap kasus, dan

diungkapkannya semua dengan akar kata Sadaqa, dimaksudkan untuk

menunjukkan perbuatan menyedekahkan itu.

Sedekah dari sudut pandang tasawuf merupakan aktifitas doa yang

dilakukan seorang hamba dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.

Sedekah menjadi media untuk membuktikan janji dan kebenaran ayat-

ayat Tuhan. Dalam perkuliahan akhlak tasawuf, mahasiswa diajarkan

untuk melakukan sedekah sebagai media untuk menjemput proyek yang

ingin dicapainya. Sedekah yang dianjurkan dalam mata kuliah ini

adalah sedekah kepada ibu dan sedekah kepada anak yatim.

1) Sedekah kepada Ibu

Sedekah dapat menjadi pendamping dan percepatan sebuah doa.

Bahkan sedekah itu sendiri adalah bentuk aktivitas doa. Sedekah

dalam metode ini kami utamakan sedekah kepada Ibu. Rasulullah

SAW mengajarkan bahwa doa anak yang sholeh akan dikabulkan

oleh Allah. Salah satu bentuk kesholihan anak adalah dengan

membahagiakan orang tua. Tidaklah cukup bentuk amal anak sholeh

46

hanya membaca doa: Allahumaghfirli waliwalidaiya warhamhuma

kama rabbayani shoghira. Keshalihan dengan membaca doa, adalah

keshalihan anak kecil. Tepatnya latihan jadi anak shalih. Untuk yang

sudah gedhe, kesholihannya diwujudkan dengan menyayangi Ibu

dengan sesuatu yang nyata (tidak hanya ucapan doa). Gusti Allah

mengajarkan bahwa sedekah terbaik adalah kepada kedua orang tua

sesuai QS Al Baqoroh: 215 di atas. Selanjutnya mendasarkan hadis

Rasul SAW yang menyebut Ibu tiga kali di banding ayah, maka

untuk bakti ke orang tua, sedekah diutamakan ke ibu terlebih dahulu.

Jika Ibu sudah tidak ada baru ke ayah dan kepada yang lainnya.

Begitulah Rasulullah SAW menyebut tiga kali Ibu baru bapak.

Metode ini ingin merasakan ‟keajaiban‟ karomah ibu. Dan sepanjang

pengalaman bereksperimen dengan para mahasiswa. Sedekah ke ibu

memiliki keajaiban yang sangat ajaib.

2) Sedekah kepada Yatim

Anak yatim merupakan kekasih Rasulullah, sehingga orang yang

menyayanginya maka Allah akan mengabulkan hajatnya. Rasulullah

bersabda: "Adakah kamu suka hatimu menjadi lembut, dan kamu

memperolehi hajat keperluanmu? Kasihanilah anak yatim, usaplah

kepalanya, dan berikanlah dia daripada makananmu, niscaya

lembutlah hatimu dan kamu akan memperolehi hajatmu." (HR.

Thorani)

47

Berdasar hadis Nabi itulah mahasiswa berlomba-lomba

untuk memberikan sedekah yang terbaik kepada anak yatim untuk

mengakselerasi doanya agar lebih cepat dikabulkan Allah.

C. Pengalaman Spiritual dalam Akhlak Tasawuf

Setiap mahasiswa yang mengikuti mata kuliah akhlak tasawuf di STAIN

Salatiga selalu diberi tugas untuk membuat proyek hidup. Proyek disini

diartikan sebagai harapan, keinginan, cita-cita, serta hajat yang ingin dicapai

maupun fasilitas-fasilitas hidup yang sedang dibutuhkan mahasiswa. Fasilitas

yang dibutuhkan mahasiswa di kampus umumnya berwujud material, seperti:

Handphone, laptop, sepeda motor dan lain sebagainya. Proyek tersebut bisa

dicapai dengan cara mengimplementasikan serta mengaplikasikan ajaran-

ajaran yang terkandung dalam akhlak tasawuf seseuai tema besarnya yaitu

tentang kekuatan doa dan kekuatan sedekah.

Mahasiswa ada yang konsisten mempraktekkan ajaran akhlak tasawuf

selama masa perkuliahan maupun setelah perkuliahan selesai, namun ada juga

yang tidak konsisten melaksanakan ajaran akhlak tasawuf ini. Tingkat

konsistensi mahasiswa itulah yang menyebabkan antara mahasiswa yang satu

dan mahasiswa yang lainnya mempunyai pengalaman spiritual yang berbeda-

beda dalam merasakan kenikmatan batin dalam mendapatkan proyeknya. Ada

yang selalu berhasil, namun ada juga yang belum pernah mendapatkan proyek

yang diinginkannya. Semua itu disebabkan oleh keistiqomahan mahasiswa

dalam membuktikan kekuatan doa dan sedekah, serta ditentukan oleh tingkat

48

keyakinannya kepada Tuhan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa

dan Cinta kepada hambanya,termasuk mahasiswa yang konsisten berikhtiat

dan beribadah kepada-Nya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman spiritual dalam akhlak

tasawuf yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pengalaman-

pengalaman ajaib dan positif yang diperoleh mahasiswa ketika mahasiswa

benar-benar konsisten melaksanakan ajaran-ajaran dalam akhlak tasawuf (doa

dan sedekah) serta yakin kepada ke-Maha Kuasaan dan Ke-MahaCintaan

Allah SWT, sehingga mahasiswa mendapatkan proyek yang didambakannya

sebagai balasan atas wujud ikhtiar dan ibadahnya kepada Tuhan di dunia ini.

49

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Sejarah Kampus STAIN Salatiga

a. Pendirian

Sejak berdirinya sampai saat ini, STAIN Salatiga telah melewati

sejarah yang cukup panjang, dan mengalami beberapa kali perubahan

kelembagaan. Pendirian lembaga ini bermula dari cita-cita masayarakat

Islam Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu

didirikan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (IKIP) “Nahdlatul Ulama” di Salatiga. Lembaga ini

menempati gedung milik Yayasan Pesantren Luhur, yang berlokasi di

Jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga, yang berdiri berkat dukungan

dari berbagai pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul

Ulama Jawa Tengah.

Dalam rentang waktu kurang dari setahun, lembaga ini berubah

nama semula FIK IKIP menjadi fakultas Tarbiyah. Maksud perubahan

tersebut adalah agar lembaga ini dapat dinegerikan bersamaan dengan

persiapan berdirinya IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang. Guna

memenuhi persyaratan formal, maka dibentuk panitia pendirian yang

diketuai oleh ulama kharismatik K.H. Zubair dan sekaligus diangkat

sebagai dekannya.

50

Dalam waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN

Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga

diusulkan untuk dinegerikan sebagai cabang IAIN Sunan Kalijaga,

akhirnya pembinaan dan pengawasan Fakultas Tarbiyah Salatiga

diserahkan kepada IAIN Walisongo Semarang. Keputusan ini

didasarkan pada Surat Menteri Agama c.q. Direktorat Pembinaan

Perguruan Tingggi Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 31

November 1969.

Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri,

Fakultas Tarbiyah Salatiga mndapatkan status negeri, dan menjadi

cabang IAIN Walisongo. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama

Nomor 30 tahun 1970 tanggal 16 April 1970.

b. Bergabung dengan IAIN Walisongo

Meskipun telah berstatus negeri dan menjadi cabang IAIN

Walisongo sebagai Fakultas Tarbiyah, namun kondisinya tidak berubah

dalam waktu singkat untuk bisa sejajar dengan Perguruan Tinggi yag

lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1) Sarana dan prasarana yang belum memadai, terutama belum

tersedianya gedung milik sendiri.

2) Jumlah tenaga profesional edukatif maupun administrasi yang masih

kurang, dan

3) Animo mahasiswa yang masih sedikit

51

4) Masyarakat Jawa Tengah banyak yang belum tahu bahwa di Salatiga

ada Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri.

Keadaan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga

kondisi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Salatiga dapat dikatakan

kurang layak untuk disebut sebagai Perguruan Tinggi Negeri, terutama

dari segi sarana dan prasarana yang dimilikinya. Oleh karena itu pernah

berkembang isu bahwa lembaga ini akan ditutup.

Mengingat kendala pengembangan lembaga ini, maka para

pengelola fakultas mencurahkan perhatian dan usahanya untuk

menjawab berbagai tantangan yang ada. Jalan satu-satunya yang mesti

ditempuh adalah membeli areal tanah kampus, mengingat untuk

mengharapkan wakaf dari masyarakat dan meminta kepada pemerintah

daerah belum memungkinkan.

Dalam perkembangan selanjutnya, ada seorang warga

Muhammadiyah salatiga (H. Asrori Asif) yang menaruh perhatian

terhadap keberadaan Fakultas Tarbiyah IAINN Walisongo Salatiga.

Beliau menawarkan tanah pekarangannya seluas 0, 75 ha, yang

berlokasi di Jl. Caranggito (sekarang Jl. Tentara Pelajar) lengkap

dengan bangunnya yang letaknya cukup strategis untuk

menyelenggarakan pendidikan.

Dalam rangka menangkap tawaran tanah dan rencana

pengembangan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga, maka

bapak Drs. Achmadi mengajukan surat permohonan kepada Menteri

52

Agama RI (bapak H. Alamsyahratu Prawiranegara). Surat tersebut

bernomor 031/A-a/FT-WS/I/1979, tanggal 24 Januarai 1979.

Bapak Drs. Achmadi memohon dukungan pula kepada bapak

Moh. Natsir (Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) untuk

pengembangan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga tersebut.

Bapak Moh. Natsir memberikan respon positif dengan cara

mengkomunikasikan rencana Bapak Drs. Achmadi kepada Menteri

Agama. Dukungan Bapak Moh. Natsir pada Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Salatiga sangat terasa bila dibaca dalam surat-suratnya

kepada Bapak Drs. Achmadi. Misalnya dalam surat Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia Nomor 274/B/DDII/79 perihal balasan surat

tertanggal 29 Rab. Awwal 1339 H/ 26 Februari 1979 dan surat Dewan

Dakwah Islamiyah Indinesia Nomor 349/B/DDI/79 perihal Rencana

Pembelian tanah Ra. Tsani 1339 H/ 19 Maret 1979.

Atas perhatian Menteri Agama RI, maka Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Salatiga dapat membeli tanah yang ditawarkan oleh bapak

(H. Ansori Arif). Gedung pun dibangun dengan menggunakan dana DIP

Pusat (tahun anggaran 1980/ 1981 dan 1981/ 1982). Di antara dasar

pengembangannya adalah Surat Dirgen Bimbaga Islam Nomor

E/Dag/BI/2828 tertanggal 10 Agustus 1982. Tercatat mulai tahun 1982

fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga hijrah dari kampus lama ke

kampus baru milik sendiri, tepatnya di jalan Caranggito 2 (sekarang

berubah menjadi Tentara Pelajar 2). Kampus baru dinilai sebagai

53

jawaban tepat yang bersifat fisik atas tantangan rasionalisasi yang

digelindingkan oleh pemerintah pada waktu itu.

c. Alih Status Menjadi STAIN

Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11

Tahun 1997, maka secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997 Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih status menjadi Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Sesuai dengan

keputusan itu, STAIN tetap didudukkan sebagai Perguruan tinggi di

bawah naungan Departemen Agama Islam Republik Indonesia yang

menyelenggarakan pendidikan akademik dan/ atau profesional dalam

disiplin ilmu pengetahuan agama Islam. Sebagai salah satu bentuk

satuan Pendidikan Tinggi. STAIN Salatiga masih tetap pula memiliki

kedudukan dan fungsi yang sama dengan institute maupun universitas

negeri lainnya.

2. Visi dan Misi STAIN Salatiga

Visi lembaga STAIN Salatiga adalah: “Menjadi Perguruan Tinggi

yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual,

kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual”.

Dengan Visi tersebut, maka misi yang diemban lembaga dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemantapan aqidah, kedalaman

spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan ilmu pengetahuan.

54

b. Memberikan layanan kepada civitas akademika dan masyarakat dalam

menggali ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

c. Mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada

masyarakat melalui kinerja intelektual dan eksternal.

d. Mengembangkan college based management dengan melibatkan stake

holder dan masyarakat.

e. Mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai-nilai Islam dan

budaya bangsa.

3. Kondisi Objektif Mahasiswa STAIN Salatiga

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga merupakan

salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang berada di bawah naungan

Departemen Agama Republik Indonesia dan Departemen Pendidikan

Nasional. Sebagai salah satu Perguruan Tinggi Agama Islam, maka

STAIN Salatiga menyelenggarakan beberapa program pendidikan untuk

sarjana Strata Satu (S-1), sarjana Strata Dua (S-2) dan Diploma Tiga

(D.III) yang brcorak keislaman. Untuk program Strata Satu (S-1) tersebut

adalah jurusan Tarbiyah, jurusan Syari‟ah dan jurusan program Khusus

Kelas Internasional. Program Diploma III adalah program Studi Perbankan

Syari‟ah (PS).

Mayoritas mahasiswa STAIN Salatiga datang dari daerah-daerah

sekitar kota Salatiga, namun ada juga yang datang dari luar propinsi dan

luar jawa. Mereka datang dengan berbagai latar belakang pendidikan dan

ekonomi yang berbeda. Namun demikian kebanyakan dari mereka adalah

55

lulusan pesantren dan dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Bahkan

tidak sedikit dari mereka yang berasal dari kampung atau dusun-dusun

terpencil.

a. Keberadaan STAIN Salatiga mempunyai fungsi:

1) Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan program

2) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan

agama Islam dan teknologi serta seni yang bernafaskan Islam.

3) Melaksanakan penelitian dalam rangka pengmbangan ilmu-ilmu

keislaman dan teknologi serta seni yang bernafaskan Islam.

4) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.

5) Melaksanakan pembinaan kemahasiswaan.

6) Melaksanakan kegiatan civitas akademika dan hubungan dengan

lingkungannya.

7) Melaksanakan kerja dengan Perguruan Tinggi dan / atau lembaga-

lembaga lain.

8) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan kegiatan.

9) Melaksanakan penilaian prestasi dan proses penyelengaraan kegiatan

serta penyusunan laporan.

b. Adapun tujuan penyelenggaraan pendidikan STAIN Salatiga

adalah:

1) Menyiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik dan/ atau profesional yang dapat menerapkan,

56

megembangkan, dan/ atau menciptakan ilmu-ilmu keislaman dan

teknologi serta seni yang bernafaskan Islam.

2) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu-ilmu keislaman

dan/atau teknologi serta seni yang bernafaskan Islam dan

mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

B. Temuan Penelitian

1. Data Hasil Angket Terbuka

Angket terbuka ini diberikan kepada 100 responden ( 3 kelas)

sebagai sampelnya, yakni mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah

akhlak tasawuf, lebih dari 80% menjawab seperti yang telah penulis

rangkum dibawah ini, yaitu:

a. Perubahan sikap yang dilakukan mahasiswa sebelum dan sesudah

mengikuti mata kuliah akhlak tasawuf

Tabel 1

Sebelum mengikuti kuliah Sesudah mengikuti kuliah

Merasa rendah diri menghadapi

hidup

Merasa percaya diri meraih masa

depan

Menyalahkan takdir saat tertimpa

musibah dan kecelakaan

Berprasangka baik terhadap

kehendak Allah

Merasa ragu dengan janji Allah Sangat yakin dengan janji Allah

Bermalas-malasan dalam ibadah Selalu bersemangat dan rajin

dalam beribadah

Selalu berfikir tidak logis terhadap

keajaiban Allah

Semuanya menjadi serba

mungkin bagi Allah

Bosan dan jenuh belajar ilmu

agama

Semakin giat mendalami ilmu

agama islam

Sering mengeluh/ galau Selalu bersyukur disaat suka

maupun duka

57

Sulit menemukan solusi saat

bermasalah

Mudah menemukan solusi dengan

curhat kepada Allah

Merasa berat melaksanakan sholat Ibadah menjadi sangat ringan

dilakukan

Tidak peduli terhadap teman Berempati dan lebih peduli

kepada teman

Tidak bisa menjaga perkataan Lebih hati-hati menjaga lisan

Bingung terhadap tujuan hidup Mengetahui identitas diri dan

tujuan hidup

Membantah nasehat orang tua Menghormati dan menghargai

nasehat orang tua

Perasaan kacau dan gundah Hati merasa nyaman dan tenang

Mudah marah Lebih penyabar

Sering hura-hura dengan teman Membuat skala prioritas dalam

beraktivitas

Pelit dalam berbagi rejeki kepada

orang yang membutuhkan

Dermawan terhadap orang lain

yang membutuhkan bantuan

b. Pengaruh akhlak tasawuf terhadap kepribadian, perilaku sosial,

dan keaktifan beribadah

Tabel 2

Kepribadian Perilaku Sosial Keaktifan Beribadah

Mengenal diri

sendiri

Menghargai orang

lain

Berdoa dengan penuh

keyakinan akan

dikabulkan

Percaya pada

keajaiban Allah

Bersyukur dalam

suka maupun duka

Sedekah tanpa

perhitungan lagi

(sedekah brutal)

Mengerti makna

hidup

Lebih sering

bersedekah kepada

fakir miskin

Rajin sholat malam dan

sholat dhuha

Bijaksana dan lebih

dewasa

Peduli terhadap

orang yang

membutuhkan

bantuan

Tepat waktu

menjalankan sholat

fardhu

Pandangan hidup ke

depan lebih cerah

Peduli dan

menghargai

kebersihan

lingkungan sekitar

Mempunyai jadwal

meeting dengan Allah

Semakin

meningkatkan

kualitas keimanan

Mengasihi anak-

anak yatim dan

pengemis

Rajin puasa sunah senin

dan kamis

58

Bisa memotivasi diri

sendiri

Dekat dengan

orang tua, terutama

Ibu

Mengistiqomahkan

sholat sunah rawatib

Bisa menghargai

waktu

Sering menolong

teman

Sholat menjadi lebih

khusyuk

Mengambil semua

peluang kebaikan

Santun terhadap

orang tua

Rajin membaca al-

Qur‟an, terutama QS. Al-

Waqi‟ah

2. Data Hasil Wawancara

a. Data Informan

Berdasarkan jumlah beberapa informan yang diteliti oleh peneliti

yang berada di kampus STAIN Salatiga. Masing-masing informan

terdiri dari mahasiswa progdi PAI angkatan 2012 dan dosen

pembimbing mahasiswa yang bersangkutan. Dalam melakukan

penelitian, penulis berhasil mendapatkan informasi dari 10 mahasiswa

sebagai informan dari 100 responden, yang telah penulis wawancarai

mengenai pengalaman spiritual paling mengesankan yang mereka

dapatkan dalam perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf. Wawancara

dilakukan secara bergantian kepada seluruh informan pada tanggal 19

Nopember 2013 di Ruang Konsultasi 2, Biro Konsultasi Psikologi

Tazkia STAIN Salatiga pukul 08.45 sampai pukul 13.25 WIB.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat data informan dari tabel berikut

ini:

Tabel 3

No Inisial Informan NIM Progdi Alamat

1 SA 11112146 PAI 2012 Susukan

2 NN 11112097 PAI 2012 Susukan

3 NK 11112093 PAI 2012 Temanggung

59

4 WR 11112085 PAI 2012 Banyubiru

5 DP 11112084 PAI 2012 Karang Tengah

6 MN 11112068 PAI 2012 Tuntang

7 FR 11112049 PAI 2012 Boyolali

8 NR 11112167 PAI 2012 Magelang

9 CW 11112108 PAI 2012 Banyubiru

10 NW 11112189 PAI 2012 Magelang

Adapun perubahan sikap yang dialami 10 informan yang

telah penulis wawancarai adalah sebagai berikut:

Tabel 4

Informan Perubahan Sikap

1

“Setelah mengikuti kuliah ini, saya menjadi pribadi yang

lebih sabar, mudah nrimo dan legowo ketika ada ujian

dan cobaan yang menghampiri”

2

“Akhlak tasawuf membuat hidup saya yang dulu biasa-

biasa aja sekarang jadi luar biasa. Keyakinan saya kepada

Allah semakin bertambah kuat dan percaya akan

keajaiban Allah”

3

“Setelah mengikuti kuliahnya pak sultoni (akhlak

tasawuf), saya jadi tidak berani menunda-nunda sholat,

lebih sering berbagi rejeki ke teman-teman, dan bisa

menghormati orang yang lebih tua dengan bahasa jawa

krama alus.”

4

“Saya yang dulunya jarang sedekah sekarang jadi rutin

dan tidak peritungan lagi, lebih bisa menghargai orang

lain dan tentunya lebih dekat dengan orang tua terutama

ibu. Dulu saya kalau curhat dengan teman mesti ceplas-

ceplos menceritakan hal yang bersifat privasi juga, tapi

sekarang jadi sadar dan lebih hati-hati dalam berbicara

dan bisa introspeksi diri.”

5

“Kata-kata pak sultoni menjadikan saya lebih sabar

menghadapi permasalahan, lebih mengerti dan

memahami karakter orang, jadi tambah rajin ibadah

seperti puasa sunnah dan membaca Al-Qur‟an, dan rajin

sedekah ke adik-adik SD yang kurang mampu.”

6

“Sebelum bertemu ilmu akhlak tasawuf, saya kalau

berdoa masih ada keragu-raguan dan kurang yakin apakah

Allah benar-benar akan mengabulkan atau tidak,

Alhamdulillah sekarang sudah tahu caranya berdoa

sehingga saya lebih yakin dan tenang. Dulu saya cuek

banget sama teman dan sekarang sudah sering membantu,

perhatian dan peduli sama teman-teman sekitar.”

60

7

“Ketika ayah meninggal, saya merasa tidak terima dan

selalu menyalahkan Allah, tetapi akhlak tasawuf telah

mengajarkanku tentang takdir dan arti keikhlasan

sehingga perlahan-lahan saya bisa nrimo dan ikhlas atas

meninggalnya ayah saya, ternyata cobaan dan ujian itu

terasa indah jika kita bisa sabar dan bersyukur.”

8

“Dulu saya orangnya acuh tak acuh sama teman, cuek dan

tidak peduli serta sering berpikiran negatif. Alhamdulillah

setelah ikut kuliah akhlak tasawuf, saya bisa mengoreksi

diri, lebih pemaaf, dan lebih penyabar.”

9

“Dulunya saya dikenal teman-teman sebagai orang yang

pelit, mudah minder dan sering menyalahkan Allah jika

mengalami musibah. Alhamdulillah sekarang jadi lebih

dermawan selalu mensyukuri apapun yang terjadi, dan

tidak mudah putus asa”

10

“Dulunya ketika bertemu pengemis atau anak jalanan,

saya merasa iba dan sedih tanpa memberi uang,

Alhamdulillah sekarang juga masih iba tetapi dengan

memberikan sedekah kepada mereka karena bertambah

yakin bahwa Allah pasti membalas kebaikan kita.”

b. Pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan saat dan setelah

mengikuti perkuliahan akhlak tasawuf.

Sebagaimana tercantum pada pembahasan yang sudah ditulis pada

bab II mengenai pengalaman spiritual dalam akhlak tasawuf, maka

teori tersebut sangat relevan apabila diaplikasikan dengan kondisi

mahasiswa agar bisa diketahui hal-hal apa saja pengalaman spiritual

yang dialami oleh mahasiswa, baik pengalaman positif maupun

negatif.

Setelah peneliti menggali data dengan wawancara dan observasi.

Maka dapat digambarkan sebagai berikut. Diungkapkan oleh beberapa

mahasiswa PAI angkatan 2012, kepada peneliti beberapa waktu yang

lalu.

61

Berikut jawaban dari beberapa pertanyaan yang diberikan peneliti

kepada para informan. Jawaban dari informan seputar pengalaman

spiritual yang mahasiswa dapatkan saat dan setelah mengikuti

perkuiahan akhlak tasawuf.

1) Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan orang tua,

terutama ibu.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab II dimana ibu

menempati posisi yang penting, sampai Allah berkata lewat

RasulNya bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu. Dalam

melakukan penelitian ini, beberapa informan mempunyai

pengalaman spiritual yang unik dan ajaib yang mana berhubungan

dengan nasehat seorang ibu. Karena pengalaman sifatnya masih

netral, maka dapat peneliti bedakan dan ketahui bahwasanya

pengalaman spiritual pun ada yang positif, dan ada pula

pengalaman yang negatif.

Peneliti mengetahui informasi pengalaman spiritual negative

yang dialami beberapa informan. NN menceritakan peristiwa

kecelakaan yang membuatnya tidak lagi berani menantang perintah

ibunya:

“Saya pernah hampir tertabrak mobil karena tidak patuh pada

nasehat Ibu. Waktu itu, saya akan berangkat kuliah tetapi ibu saya

melarang karena saya sedang dalam kondisi sakit, saya tetap

berangkat karena ada kuliah yang mengharuskan saya untuk

presentasi makalah. Waktu di jalan dekat kampus, saya tersrempet

mobil dan tidak jadi mengikuti kuliah, saya menangis dan

mengingat ibu, sampai ke rumah saya langsung memeluk ibu dan

62

meminta maaf. Karena hal itulah saya sekarang menjadi taat dan

tidak berani melawan Ibu.”

Hampir sama dengan yang dialami NN, pengalaman yang

dialami DP membuatnya semakin patuh dengan apa yang

dinasehatkan ibu kepadanya:

“Saya pernah diingatkan Ibu untuk berangkat kuliah 15 menit

sebelum jam 7 tetapi saya justru berangkat jam 7 kurang 5 menit,

saya tergesa-gesa dan mengebut walaupun rumah saya dekat

dengan kampus. Hampir sampai kampus, saya tersrempet motor

dan akhirnya jatuh. Saya menjadi tidak berani lagi menantang

nasehat Ibu.”

NW juga mengalami hal yang sama, dia mengatakan:

“Biasanya, saat berangkat kuliah saya pamitan dahulu kepada

orang tua, suatu ketika saya tidak pamitan karena terburu-buru.

Dampaknya saya mengalami kesulitan: angkotnya mogok, telat

masuk kuliah dan tidak konsentrasi saat mengikuti kuliah. Saya

menyesal sekali hari itu.”

CW juga menambahkan pengalaman yang tidak berbeda

yang semakin menguatkan data peneliti bahwa nasehat ibu memang

harus dilakukan oleh anaknya, CW mengungkapkan:

“Saya pernah ingins ekali pergi ke bandungan untuk menghadiri

suatu acara tetapi ibu melarang saya naik angkot karena akan

diantar bapak, saya tetap pergi sendiri menuju jalan raya. Hampir

satu jam saya menunggu tetapi tidak ada angkot yang lewat. saya

pulang kembali untuk minta diantar bapak. Setelah sampai jalan

raya banyak sekali angkot yang lewat.”

Pengalaman yang dialami NR juga semakin menguatkan data

peneliti, NR mengatakan:

“Saya tinggal di Asrama milik saudara yang aturannya sangat ketat,

salah satunya tidak memperbolehkan menggunakan HP. Suatu

63

ketika ibu melarangku membawa HP saat akan kembali ke asrama

tetapi saya tetap ngoto membawa HP, akibatnya 2 hari kemudian

HP saya hilang”

Selain pengalaman negatif, informan juga mempunyai

pengalaman positif yang membuat mereka semakin percaya bahwa

ridho Tuhan ada pada ridho kedua orang tuanya, terutama ridho

seorang ibu. WR menceritakan:

“Awalnya saya tidak menginginkan kuliah di STAIN karena saya

telah diterima di UNS di jurusan matematika tanpa ijin orang tua

dulu. Orang tua tidak setuju dan terpaksa saya masuk STAIN

Salatiga. Setelah dijalani, saya sangat bersyukur karena kampus ini

lebih mendukung saya untuk lebih dekat dengan Allah, saya

menjadi lebih tahu ajaran agama sehingga menguubah sikap saya

ke arah yang lebih baik tentunya. Saya diterima di kampus ini

dengan mendapatkan beasiswa BIDIKMISI besarnya 3.600.00 per

semester, Alhamdulillah bisa mengurangi beban biaya orang tua.

Ini semua karena doa dan ridho orang tua saya.”

Hal yang ajaib lainnya juga dialami WR, dia mengatakan

demikian:

“Saya disuruh orang tua untuk menjadi panitia pengajian sampai

larut malam, padahal paginya saya ada ujian tengah semester dan

saya tidak sempat belajar, tetapi ajaibnya tanpa belajar pun saya

bisa menjawab soal tes dengan lancar dan benar, mungkin karena

ridho orang tua juga.”

NK juga menambahkan cerita pengalamannya kepada

peneliti, NK memberitahukan:

“Saya diajak teman pergi ke jogja dan ibu mengijinkan. Awalnya

saya tidak ada kemauan karena sedang dalam kondisi lelah. Saya

tetap pergi. Di jogja, saya senang sekali bisa merasakan liburan dan

hati saya yang awalnya ragu untuk pergi, sekarang menjadi lega

karena ridho Ibu juga.”

64

Beberapa pengalaman yang dialami informan semakin

meyakinkan peneliti bahwa pengalaman positif maupun negatif,

muaranya selalu menuju ke Allah. Informan yang mempunyai

pengalaman negatif dengan ibunya, mereka menjadi lebih patuh

kepada ibunya. Juga informan yang mempunyai pengalaman positif

dengan ridho ibu, mereka semakin yakin bahwa orang tua, terutama

ibu mempunyai karomah unik yang tidak dimiliki oleh orang lain

dalam kehidupannya.

2) Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan sedekah

Setiap orang mempunyai keinginan dan kebutuhan yang

berbeda-beda. Cara-cara yang ditempuh setiap orang agar

memperoleh keinginannya pun berbeda-beda. Salah satu cara yang

dilakukan informan yang telah diwawancarai yaitu dengan berdoa.

Dalam kajian pusaka di bab II telah dijelaskan bahwa aktifitas doa

yang bisa dibuktikan kebenarannya secara langsung adalah dengan

sedekah. Pengalaman spiritual yang dialami informan juga tidah

jauh dari aktifitas sedekah seperti yang diungkapkan oleh NK:

“Saya mengajar les 5-10 anak SD dan mengajar TPQ di rumah

secara gratis karena niat saya memang untuk mengajari mereka.

Saya mempunyai uang Rp 50.000, uang Rp 35.000 saya berikan

kepada tetangga yang kurang mampu yang tidak bisa membayar

listrik karena tidak mempunyai uang, sisanya Rp 15.000 saya

belikan jajanan untuk anak-anak les. Tanpa saya duga, saya

dibelikan HP baru oleh Bulik seharga Rp 440.000. mungkin itu

balasan dari Allah.”

65

Tidak jauh beda dengan NK, WR yang juga teman kuliah NK

menuturkan pengalamannya:

“Saya sedekah ke anak yatim minimal Rp 5.000 setiap hari.

Alhamdulillah saya mempunyai proyek bisa terkabul. Sekarang

saya sudah mempunyai laptop walaupun masih second, sepeda

motor, HP yang lama sudah berganti dengan HP yang lebih

lengkap fiturnya”

Pengalaman sedekah yang unik juga dialami oleh CW yang

sampai sekarang masih takjub dengan cara kerja sedekah. CW

menceritakan:

“Saya pergi ke kampus dengan uang saku Rp 10.000. Saat berada

di dekat jalan raya, datanglah seorang bapak pengemis lalu saya

memberikan semua uang saku saya. Tanpa saya duga sebelumnya,

ada teman yang menawarkan boncengan, pada waktu akan pulang

kuliah secara kebetulan ada kakak bahkan ditraktir makan siang,

padahal saya sudah was-was karena tidak mempunyai uang saku,

tetapi saya yakin dengan balasan Allah.”

Itulah pengalaman spiritual dengan cara sedekah yang

dialami informan, mereka hanya bersedekah dengan penuh

keyakinan bahwa Allah akan memberikan balasan yang berlimpah

melalui jalan yang tidakterduga dan tidak pernag disangka-sangka.

3) Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan doa.

Doa adalah permohonan yang dilakukan seorang hamba

kepada Tuhannya. Mahasiswa berdoa kepada Allah karena

mempunyai beberapa keinginan yang mahasiswa butuhkan. Salah

satu informan mendapatkan apa yang butuhkannya dengan berdoa

kepada Allah. FR mempunyai pengalaman berdoa yang bisa

66

dikatakan sangat ajaib yang pernah dialaminya, FR menuturkan

dengan penuh kekaguman bahwa:

“Saya berangkat kuliah lajo dari rumah dengan uang saku Rp

10.000. Sepulang kuliah uang saya tinggal Rp 2.000 untuk naik

angkot. Di jalan ada pengemis yang minta-minta, saya memberikan

uang terakhir saya yang harusnya untuk naik angkot sambil berdoa

agar dimudahkan perjalanan pulang menuju rumah. Setelah

berjalan 5 meter, ada tetangga yang menawari boncengan,

Alhamdulillah saya diantar sampai rumah padahal dari jalan raya

jaraknya sekitar 4 km. Anehnya lagi disaat matahari yang terik

panasnya menyengat kulit, saya merasa ada awan yang melindungi

saya ketika membonceng tetangga saya tadi. Saya juga pernah

sedekah Rp 50.000 ke Ibu dengan niat sebagai DP (Down

Payment) dan berdoa agar selama liburan mendapatkan tambahan

pemasukan karena memang saya sedang membutuhkan uang Rp

600.000 untuk membayar SPP semesteran. Selama liburan kuliah,

saya ditawari pekerjaan oleh bulik di Bekasi, saya di gaji Rp

1.600.000 selama 2 bulan, lalu mendapat uang bonus Rp 500.000

dan THR dari distributor Rp 100.000 yang akhirnya saya pulang

kerumah membawa uang lebih dari Rp 2.000.000.”

Allah akan mengabulkan permintaan dan permohonan

hambaNya yang bersungguh-sungguh mengerjakan amal shalih

serta meyakini bahwa Allah benar-benar akan mengabulkan

doanya. Pengalaman yang dialami FR mengindikasikan bahwa

pengalaman spiritual dalam berdoa dapat dialami siapa pun yang

meyakini kebesaran dan kekuasaan Allah.

c. Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual

Pengalaman spiritual yang dialami oleh informan memang ajaib.

Hal itu terjadi karena informan mengaplikasikan beberapa cara yang

diajarkan dalam mata kuliah akhlak tasawuf. Cara NR mendapatkan

67

pengalaman spiritualnya dengan merutinkan sholat malam, membaca

al-Qur‟an serta dengan bersedekah:

“Saya merutinkan sholat malam, membaca al-Qur‟an antara juz 1-10

karena saya sedang dalam tahap hafalan, saya juga sering sedekah ke

anak-anak didik dengan memberikan alat tulis dan makanan. Mungkin

semua itu yang membuat saya mempunyai pengalaman spiritual yang

unik.”

FR juga menambahkan bahwa selain sholat malam, ia juga

merutinkan pusa sunah dan sholat dhuha seperti penuturannya sebagai

berikut:

“Saya rutin melakukan sholat malam (8 rakaat sholat tahajud, 2 rakaat

sholat taubat, 3 rakaat sholat witir), puasa senin kamis, sholat dhuha 4

rakaat, membaca al-Qur‟an usai sholat magrib minimal satu surat

panjang.”

Lain lagi dengan NK, selain cara yang disebutkan di atas, ia juga

mendawamkan sholat wajib berjama‟ah dan membaca surat waqiah

seperti yang dikatakannya:

“Saya rutin puasa senin kamis, sholat jama‟ah, sholat dhuha dan

sedekah serta mendawamkan surat waqi‟ah usai sholat shubuh dan

sholat magrib.”

CW juga menambahkan cara-cara yang pernah diajarkan Nabi Saw,

salah satunya dengan memperbanyak bacaan sholawat dan kalimat

hasbiyallah:

“Saya merutinkan sholat dhuha, membaca sholawat nabi dan kalimat

hasbiyallah, serta sedekah tentunya.”

Dari pengamatan di atas, peneliti setuju dengan cara-cara yang

dilakukan oleh informan karena semuanya merupakan perintah dalam

68

al-Qur‟an dan hadis Nabi SAW, yakni: sholat wajib berjama‟ah, sholat

malam (tahajud, witir, taubat, dan lainnya), membaca al-Qur‟an, puasa

sunah senin kamis, sholat dhuha, sedekah, berdoa, membaca sholawat

dan kalimat hasbiyallah. Itulah yang berperan sebagai perantara dari

informan untuk mendapatkan pengalaman spiritual dalam menjemput

apa yang diinginkannya dan segala kebutuhan yang diperlukannya,

yang muaranya menuju ke Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha

Kaya. Para informan yang berhasil mendapatkan pengalaman spiritual

yang positif adalah mereka yang melaksanakan amalan-amalan wajib

maupun sunnah secara sungguh-sungguh dan sadar memaknai

kebersamaan dengan yang mereka sembah, serta konsisten

melaksanakan amalan itu dengan hati yang yakin dan pasrah akan

kehendak Allah SWT. Itu sesuai firman Allah dalam QS. Fushshilat: 30

yang berbunyi:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami

ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka

Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah

69

kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka

dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”

d. Balasan Allah ketika mahasiswa mempraktekkan tugas-tugas

perkuliahan akhlak tasawuf

Pada saat perkuliahan berlangsung di dalam kelas akhlak tasawuf,

dosen selalu memberikan tugas-tugas kepada mahasiswanya untuk

membuktikan bahwa Allah itu Maha Kuasa dan Cinta kepada

hambaNya. Mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar membaca ayat

(mengagumi testimoni orang lain), tetapi juga diharapkan mampu

menjadi ayat yang dibaca oleh orang lain. Tugas yang diberikan dosen

adalah tugas dengan cara praktik secara langsung untuk membuktikan

bahwa Allah Maha Kaya, sehingga mahasiswa yang melaksanakan

tugas dengan konsisten menerapkan ajaran-ajaran akhlak tasawuf akan

mendapatkan pengalaman spiritual yang sebelumnya tidak pernah

mahasiswa dapatkan seperti dalam mata kuliah lainnya. Adapun tugas-

tugas yang telah diberikan dosen kepada mahasiswa adalah sebagai

berikut:

1) Visualisasi uang Rp. 50.000

Tugas pertama yang diberikan dosen ketika awal masuk kuliah

akhlak tasawuf adalah visualisasi uang Rp. 50.000. Mahasiswa

dibimbing dalam kondisi rileks (duduk tegak dengan memejamkan

mata) untuk mendengarkan musik terapi dan memasuki alam bawah

sadarnya, serta dosen memberikan sugesti agar mahasiswa

70

memvisualisasikan uang Rp. 50.000 sebanyak beberapa lembar

sesuai keinginan mahasiswa sendiri, yang seakan-akan telah

diterimanya dari Allah. Berikut pengalaman spiritual yang dialami

mahasiswa setelah mempraktekkan tugas pertamanya. SA

mengungkapkan bahwa:

“Saya mempraktekkan visualisasi uang Rp 50.000 sebanyak 10

lembar, Alhamdulillah teman saya melunasi hutang-hutangnya ke

saya sebanyak Rp 500.000 tanpa saya menagihnya, padahal sudah 3

bulan dia tidak pernah memberikan kabar kepada saya.”

Selanjutnya pengalaman unik dari NN, dia menceritakan

bahwa:

“Saya pernah visualisasi uang Rp 50.000. Setelah itu, saya

browshing di internet dan mencetak gambar uang Rp 50.000 serta

menempelkannya di dinding kamar dengan maksud saya bisa

melihatnya setiap hari karena saya ingin membeli Al-Qur‟an

terjemah. Secara tiba-tiba, Bapak datang menghampiri saya dengan

memberikan uang Rp 50.000 meskipun saya tidak pernah meminta

kepada beliau. Alhamdulillah saya bisa membeli Al-Qur‟an terjemah

dengan uang pemberian Bapak itu.”

FR juga mengalami keajaiban setelah mempraktekkan tugas

pertamanya dengan memvisualisasikan uang Rp. 50.000 sebanyak 20

lembar, berikut penuturannya:

“Pada saat visualisasi, saya membayangkan uang Rp 50.000

sebanyak 20 lembar.Pada waktu kakak sakit, tiba-tiba Budhe

menelpon dan memberitahu bahwa beliau telah mentransfer uang Rp

1.000.000 padahal sudah hampir 5 bulan lost-contact dengan

Budhe.”

Hal tidak terduga juga dialami NR yang mendapatkan kiriman

uang secara mengejutkan dari kakaknya.

71

“Saat visualisasi, saya membayangkan uang Rp 50.000 sebanyak 5

lembar. Setelah perkuliahan selesai, saya ditelpon kakak bahwa dia

baru saja mendapatkan rejeki dan mentranfer uang Rp 250.000 ke

rekening saya untuk keperluaan kuliah.”

Lain halnya dengan pengalaman informan sebelumnya, NW

mendapatkan uang Rp 5.000.000 setelah ia minta uang kepada Allah

melalui visualisasi:

“Saat berlangsungnya proses visualisasi, saya membayangkan uang

Rp 50.000 sebanyak 100 lembar saya kantongi, seminggu kemudian

saya ditranfer uang oleh orang tua sebanyak Rp 5.000.000 untuk

membeli laptop padahal saya tidak pernah meminta sebelumnya.”

Pengalaman dia atas bukan merupakan halyang mustahil karena

memang Allah akan mengabulkan permintaan hambaNya sesuai

dengan apa yang diprasangkakan hamba terhadapNya. Hanya orang-

orang yang yakin dengan kuasa Allah yang akan mendapatkan

berbagai kejaiban dan pengalaman spiritual yang menakjubkan.

2) Proyek sedekah Ibu

Pada kajian pustaka bab II telah dijelasakan bahwa Gusti Allah

mengajarkan bahwa sedekah terbaik adalah kepada kedua orang tua

(QS. Al-Baqoroh: 215). Selanjutnya mendasarkan hadis Rasul SAW

yang menyebut Ibu tiga kali di banding ayah, maka untuk bakti ke

orang tua, sedekah diutamakan ke ibu terlebih dahulu. Jika beliau

sudah tidak ada baru ke ayah dan kepada yang lainnya. Tugas kedua

ini juga deberikan dosen kepada mahasiswa dengan maksud agar

mahasiswa bisa merasakan karomah dan kejaiban yang ada dalam

72

orang utanya, terutama ibunya. Dalam hadis, Nabi SAW mebgatakan

bahwa surge berada di bawah telapak kaki ibu, juga ridho Allah ada

pada ridho orang tua, yang dalam hal ini adalah ridho ibu. Berikut

pengalaman mahasiswa yang telah mempraktekkan tugas kedua,

yaitu sedekah ke ibu.

Pengalaman yang dialami oleh NK membuat ia yakin dengan

karomah seorang ibu, NK mengungkapkan:

“Saya setiap hari menyisihkan uang saku Rp 5.000 selama 2 minggu.

Setelah uang terkumpul, saya membelikan longdress untuk Ibu

seharga Rp 85.000, beliau tersenyum bahagia dan terharu. Esok

harinya, saya dibelikan dua longdrees oleh Pakdhe seharga masing-

masing Rp 148.000 sama seperti yang saya inginkan tanpa saya

minta.”

WR yang juga seorang penulis juga menceritakan

pengalamannya ketika bersedekah kepada ibunya:

“Saya setiap bulan menyisihkan uang untuk sedekah ke Ibu dalam

bentuk bumbu dapur, alat mandi serta keperluan rumah lainnya.

Dengan doa ibu, tulisan saya sering dimuat di majalah dan sudah

sering mengikuti lomba menulis.”

Lain halnya dengan NK dan WR, apa yang dialami CW

membuatnya semakin yakin dengan keajaiban sedekah kepada ibu:

“Saya pernah membelikan rujak untuk Ibu seharga Rp 3.000 karena

sebelumnya Ibu pernah mengatakan bahwa beliau ingin makan rujak.

73

Setelah sampai di rumah, saya memberikan rujak ke Ibu. Tanpa saya

sangka, saya diberi uang oleh kakak sebanyak Rp 100.000.”

Pengalaman di atas bukan merupakan sesuatu yang mustahil

terjadi, karena Allah memang berjanji siapa yang bersedekah, maka

Allah akan melipatgandakan apa yang telah disedekahkannya.

Balasan Allah bisa berwujud, uang dan barang, namun juga bisa

berwujud ketenangan dan ketentraman hati yang bisa dirasakan oleh

pelaku sedekah.

e. Kendala mahasiswa dalam mendapatkan pengalaman spiritual

Pengalaman spiritual yang dialami mahasiswa pasti berbeda-beda.

Perbedaan itu disebabkan karena beberapa alasan yang merupakan

kendala mahasiswa dalam mendapatkan pengalaman

spiritualnya.kendala yang sering dialami mahasiswa adalah mahasiswa

kurang konsisten melaksanakan ajaran-ajaran yang terkandung dalam

akhlak tasawuf, seperti yang diungkapkan oleh DP:

“Saya ingin mempunyai motor baru tetapi sampai sekarang belum

terkabul, mungkin karena saya kurang konsisten melaksanakan ajaran

tasawufnya Pak Sultoni.”

Tidak jauh berbeda dengan DP, MN juga mengakui hal yang

demikian:

“Sampai saat ini, proyek pribadi saya belum terealisasikarena saya

masih bermalas-malasan dan tidak konsisten menerapkan ajaran

tasawuf yang diajarkan Pak Sultoni.”

74

Peneliti paham dengan kendala yang dialami mahasiswa karena

memang akhlak tasawuf adalah perpaduan ilmu akhlak (dalam hal ini

adalah sedekah, doa, dan amalan fiqih seprti: sholat, puasa, membaca

al-Qur‟an, dan lainnya) dan ilmu tauhid yang mengharuskan mahasiswa

secara konsisten menerapkan keduanya. Amalan yang dilakukan tanpa

keyakinan kepda Kuasa Tuhan tidak akan pernah menghasilkan

pengalaman spiritual yang maksimal. Begitu juga keyakinan yang besar

terhadap Kuasa dan Cinta Tuhan yang tidak disertai dengan amalan

yang yang konsisten juga tidakakan pernah mendapatkan pengalaman

spiritual yang menakjubkan. Jadi, pengalaman spiritual dalam akhlak

tasawuf akan bisa didapatkan mahasiswa ketika mahasiswa konsisten

menerapkan perpaduan ilmu akhlak dan ilmu tauhid itu dalam

kehidupan sehari-harinya.

75

BAB IV

ANALISIS

A. Perubahan sikap yang dilakukan mahasiswa sebelum dan sesudah

mengikuti perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh, peneliti menganalisis data

mengenai perubahan sikap yang dilakukan mahasiswa sebelum dan sesudah

mengikuti perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf. Hal yang pertama

peneliti analisis berkaitan mengenai perubahan dalam hal kepribadian,

perilaku sosial, dan keaktifan beribadah.

1. Perubahan sikap dalam kepribadian

Berdasarkan hasil angket terbuka yang peneliti berikan kepada para

responden, perubahan kepribadian yang dialami sebagian besar

responden bermacam-macam. Beberapa perubahan sikap dalam hal

kepribadian yang mahasiswa lakukan setelah melaksanakan ajaran-ajaran

tasawuf secara konsisten adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa lebih mengenali dirinya sendiri. Krisis identitas memang

wajar melanda kaum muda, terutama masa-masa remaja yang memang

masih dalam tahap pencarian identitas dirinya. Cara yang terbukti

kebenarannya untuk lebih mengenal diri sendiri Tuhan, karena

memang dasar dari ilmu tasawuf adalah orang yang mengenal Tuhan

pasti akan mengenal dirinya, juga berlaku sebaliknya. Dengan bekal

pengenalan diri, mahasiswa bisa memaknai hakikat hidup ini dengan

76

hati yang optimis agar bisa melihat masa depan lebih gemilang karena

segala perilaku hidupnya selalu didampingi kuasa dan cinta Tuhan.

b. Rasa syukurnya bertambah. Mahasiswa yang sudah mengenali Tuhan

dan mengenali dirinya akan mengerti bahwa Tuhan sebenarnya Maha

Kaya, Maha Kuasa dan Maha Cinta terhadap dirinya. Oleh sebab

itulah, mahasiswa yang mengerti dan paham akan tujuan pembelajaran

akhlak tasawuf akan mempunyai kualitas rasa syukur yang berlebih. Ia

akan selalu mensyukuri apapun yang terjadi dengan dirinya karena

yakin bahwa Tuhan Maha Baik dan hanya akan memberikan yang

terbaik bagi hambaNya, sehingga hatinya akan selalu ikhlas menerima

segala ujian dan cobaan yang diberikan oleh Tuhan terhadap dirinya,

baik itu suka maupun duka.

c. Percaya akan keajaiban Tuhan. Akhlak tasawuf di STAIN Salatiga

memang mengharuskan mahasiswa untuk membuktikan langsung

tentang keajaiban Tuhan, yaitu dengan doa dan sedekah. Mahasiswa

yang berhasil mendapatkan proyek-proyeknya (keinginan, kebutuhan,

impian) akan bertambah keyakinannya kepada keajaiban Tuhan

karena ia tidak hanya membaca ayat, tetapi sudah menjadi ayat yang

dibaca oleh mahasiswa lainnya. Keyakinannya terhadap Tuhan

semakin kuat akan kejaiban Tuhan yang seringkali datang tanpa

diduga dan disangka-sangka olehnya.

77

2. Perubahan sikap dalam perilaku sosial

Perilaku sosial dalam masyarakat sangatlah penting dimilki oleh

mahasiswa karena mahasiswa seringkali disebut sebagai agen perubahan

(agent of change), sehingga diharapkan mampu bersosialisasi dalam

lingkungan masyarakat luas, khususnya di lingkungan tempat tinggalnya.

Akhlak tasawuf mempunyai peranan penting untuk mengubah sikap

mahasiswa dalam hal perilaku sosial mahasiswa. Mahasiswa mengakui

bahwa setelah mengambil mata kuliah akhlak tasawuf, ia merasa ada

yang berubah dalam perilaku sosialnya, di antaranya adalah:

a. Patuh terhadap orangtua. Beberapa mahasiswa yang telah

mendapatkan pengalaman spiritual negative menjadi berubah perilaku

sosialnya. Mahasiswa yang dahulu selalu membantah dan

mengabaikan perintah orang tua (terutama ibu) menjadi patuh

terhadap segala nasehat ibunya. Mahasiswa yang mendapatkan

pengalaman spiritual setelah melakukan doa dan sedekah kepada ibu,

merasakan keajaiban doa ibu sehingga mahasiswa laebih menghargai,

menghormati dan patuh terhadap segala nasehat orang tuanya.

b. Simpati terhadap orang lain. Mahasiswa mengakui akhlak tasawuf

menjadikan dirinya lebih simpai dan peduli terhadap orang lain,

terutama orang-orang yang membutuhkan bantuannya, misalnya

teman, sahabat, fakir miskin, pengemis, dan yang lainnya.

c. Peduli terhadap kelestarian lingkungan sekitar. Mahasiswa yang

mengerti dan paham bahwa Tuhan akan membalas sekecil apapun

78

peluang kebaikan yang dilakukannya, maka akan menjadi pribadi

yang peduli terhadap kebersihan lingkungan di sekitarnya. Tidak

peduli apakah ada teman atau orang lain yang memperhatikannya,

mahasiswa pelaku akhlak tasawuf akan dengan hati yang ikhlas untuk

mengambil peluang kebaikan yang ada di depannya.

3. Perubahan sikap dalam keaktifan beribadah

Mahasiswa yang paham akan kandungan ajaran-ajaran akhlak

tasawuf tidak akan ragu untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

keaktifan beribadahnya kepada Tuhan, diantara perubahan sikap

mahasiswa dalam keaktifan beribadah setelah mahasiswa melaksanakan

ajaran akhlak tasawuf adalah:

a. Rajin dan rutin melaksanakan sholat. Mahasiswa menjadi giat

melakukan sholat baik sholat wajib maupun sholat sunnah. Mahasiswa

merasa hatinya gelisah kalau belum melaksanakan sholat. Selain

melaksanakan sholat wajib lima waktu, mahasiswa menjadi terbiasa

melaksanakan sholat sunnah seperti sholat dhuha, sholat tahajud dan

sholat sunnah rawatib.

b. Rajin melaksanakan puasa sunnah. Puasa menjadi sarana mahasiswa

untuk belajar menahan diri dari nafsu yang bergejolak dalam hati dan

sarana belajar mengatur emosinya. Mahasiswa pelaku tasawuf yang

mengetahui hikmah puasa berdasarkan sudut pandang tasawuf,

menjadi lebih konsisten melaksanakan puasa sunnah,seperti puasa

sunnah senin dan kamis.

79

c. Rajin membaca al-Qur‟an dan memahami maknanya. Mahasiswa yang

mengerti tentang hakikat doa sebagai komunikasi, akan lebih sering

berkomunikasi langsung kepada Tuhan. Salah satu bentuk komunikasi

langsung kepada Tuhan adalah dengan membaca firman-Nya,

memahami maknanya, dan mentafakkuri apa yang terkandung

didalamnya. Mahasiswa merasa hatinya nyaman dan tentram ketika

melantunkan ayat-ayatNya. Semakin merdu lantunan ayat Tuhan yang

dibacanya, maka hatinya semakin yakin bahwa Tuhan sedang berada

didekatnya dan berkomunikasi langsung kepadanya. Dari situlah

mahasiswa menjadi terbiasa membaca al-Qur‟an dengan hati yang

yakin akan keberadaan Tuhhan disampingnya.

B. Pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan ketika mereka

mengaplikasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata kuliah

akhlak tasawuf.

Setelah melakukan wawancara terhadap 10 informan, peneliti bisa

menganalisis pengalaman-pengalaman yang mahasiswa dapatkan ketikan

mahasiswa secara konsisten melaksanakan ajaran yang terkandung dalam

mata kuliah akhlak tasawuf. Tema pokok dalam ajaran akhlak tasawuf di

STAIN Salatiga adalah doa dan sedekah. Oleh karena itu, peneliti membagi

pengalaman spiritual yang dialami 10 informan menjadi dua, yaitu:

80

1. Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan doa orang tua

(positif/negatif).

Mahasiswa yang ingin mendekatkan diri kepada Tuhan harus bisa

mendekatkan diri terhadap makhluk yang telah dipilih Tuhan untuk

dipatuhi, yaitu Rasulullah Muhammad SAW dan kedua orangtua. Kedua

makhluk itulah yang harus kita utamakan untuk dipatuhi agar mahasiswa

bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Karena Rasul Muhammad SAW

sudah wafat, maka cara mematuhi beliau adalah dengan melaksanakan

sunnahnnya, sedangkan cara untuk mematuhi kedua orantua adalah

dengan menghormati dan menghargai nasehat-nasehatnya selama nasehat

itu tidak bertentangan dengan hukum syar‟i.

Beberapa mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual negatif

setelah mereka tidak menghiraukan nasehat orangtuanya, misalnya hati

mereka menjadi resah melawan perintah orangtua dan menerima

ketidaksenangan atas akibat yang diperolehnya. Disisi lain, mahasiswa

mendapatkan pengalaman positif selama mereka patuh terhadap nasehat

kedua orangtuanya, misalnya mereka mendapatkan kenikmatan dalam

melakukan berbagai aktifitas dengan ridho orangtua dan merasakan

bahwa karomah orangtua benar-benar ada. Itu menjadi bukti yang tidak

terbantahkan bahwa apabila seseorang berkeinginan untuk mendekatkan

diri kepada Tuhan, ia harus mematuhi perintah Rasul Muhammad SAW

dan mematuhi nasehat kedua orangtuanya.

2. Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan sedekah dan berdoa.

81

Sedekah merupakan aktifitas doa yang secara langsung bisa

dibuktikan kebenarannya oleh mahasiswa. Dalam perkuliahan akhlak

tasawuf, mahasiswa dianjurkan untuk membuktikan langsung keajaiban

sedekah. Terbukti semua informan yang telah bersedekah mendapatkan

pengalaman spiritual yang menakjubkan. Tuhan tidak pernah

mengingkari janjinya. Siapa saja yang bersyukur akan ditambah

nikmatnya. Siapa saja yang bersedekah akan dilipatgandakan rejekinya.

Setelah melakukan sedekah, mereka merasakan bahwa janji Tuhan

adalah benar ketika mereka yakin akan Kuasa dan Cinta Tuhan. Sedekah

membuat mereka mendapatkan pengalaman spiritual yang

membahagiakan, yaitu: mereka merasakan kenikmatan tersendiri ketika

bisa berdoa secara langsung kepada Tuhannya, mendapatkan kesenangan

batin diluar prediksi serta mendapatkan kenikmatan diluar batas

kemampuan mereka.

C. Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual.

Pengalaman spiritual yang dialami oleh informan memang ajaib dan

magis. Para informan yang berhasil mendapatkan pengalaman spiritual yang

positif adalah mereka yang melaksanakan amalan-amalan wajib maupun

sunnah secara sungguh-sungguh dan sadar memaknai kebersamaan dengan

yang mereka sembah, serta konsisten melaksanakan amalan itu dengan hati

yang yakin dan pasrah akan kehendak Allah SWT. Beberapa cara yang

dilakukan mahasiswa di antaranya adalah:

82

1. Sholat Berjamaah

Sholat berjama‟ah adalah sholat yang sangat dianjurkan oleh

Rasulullah SAW sebagai wujud rasa persaudaraan sesama muslim dan

solidaritas terhadap orang Islam, serta sebagai syiar kepada masyarakat

luas bahwa orang muslim mempunyai kekuatan yang besar dalam

lingkungan sosial kemasyarakatan. Orang yang melaksanakan sholat

berjama‟ah diberi pahala 27 kali lipat daripada sholat sendirian

(Munfarid). Mahasiswa bisa mengingat dan merasakan kepasrahan yang

total ketika bermunajat dengan Tuhan dengan hati yang yakin akan

kebesaran-Nya.

Artinya: ”Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka

(sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama

mereka…” ( QS. An Nisa‟: 102)

Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta

orang-orang yang ruku'.” (QS. Al-Baqarah: 43)

2. Berdoa

Berdoa sangat dianjurkan oleh Allah sebagai wujud rasa syukur dan

permohonan seorang hamba kepada Tuhan-Nya. Allah menyuruh orang

83

yang sedang mempunyai keinginan dan kebutuhan untuk berdoa

kepadaNya. Mahasiswa yang berdoa merasa lemah sehingga

membutuhkan Dzat yang lebih tinggi dan merasa bersyukur telah

diberikan kesempatan untuk meminta permohonan, serta merasa yakin

bahwa Tuhan selalu mengabulkan apa yang diminta oleh hamba-Nya.

Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang

Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan

permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka

hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah

mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam

kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)

3. Sedekah

Sedekah banyak sekali manfaat yang terkandung di dalamnya.

Orang yang terbiasa bersedekah akan dimudahkan dalam memperoleh

rejeki yang selalu bertambah. Allah juga akan mempercepat terkabulnya

doa dan hajat orang yang senang bersedekah. Sedekah bisa

mendatangkan rejeki sepuluh kali lipat, 700 kali lipat bahkan sampai

tidak terhingga bagi mereka yang dikehendaki.

84

Artinya: “Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya

(pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa

perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang

dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya

(dirugikan).” (QS.Al-An‟am: 160)

Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang

yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir

benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.

Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan

85

Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-

Baqarah: 261)

4. Puasa sunnah Senin dan Kamis

Orang yang melaksanakan puasa secara konsisten akan diberi

kesehatan yang prima karena secara medis, para pakar kesehatan telah

meneliti manfaat puasa. Puasa yang dilakukan di hari Senin dan Kamis

membuat pelakunya akan dicintai Allah dan RasulNya karena doa orang

yang sedang dalam melakukan puasa sangat mustajab. Mahasiswa yang

melakukan puasa senin kamis secara konsisten mendapatkan rejeki yang

tidak terprediksi, sesuai janji Allah bahwa Dia akan memberikan pahala

yang tanpa batas kepada orang yang bersabar dalam menjalankan puasa.

Allah berfirman dalam QS. Az-Zumar: 10.

Artinya: “Katakanlah: „Hai hamba-hamba-Ku yang beriman.

bertakwalah kepada Tuhanmu‟. orang-orang yang berbuat baik di dunia

ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas.

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah (dalam berpuasa)

yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.

86

5. Sholat Tahajud

Sholat tahajud merupakan ibadah tambahan yang dicintai oleh

Allah, sehingga Allah akan mengangakat ke tempat yang terpuji bagi

pelakunya dan mengabulkan apa yang menjadi hajat dan keinginannya.

Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah

kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-

mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.” (QS. Al Isro‟: 79)

6. Sholat Dhuha

Seseorang melakukan sholat dhuha karena termotivasi oleh

manfaat dan keutamaan yang terkandung di dalamnya yaitu bahwa sholat

dhuha dapat mendatangkan ampunan Allah SWTdan mendatangkan

rejeki serta menolak kefakiran seperti sabda Nabi berikut ini.

Hadits Abu Dzarr Al Ghifari r.a., bahwasanya Rasulullah SAW

bersabda:

يصبح على كل سالمى مه أحدكم صدقت فكل تسبيحت صدقت وكل تحميدة صدقت

وكل تهليلت صدقت وكل تكبيرة صدقت وأمر بالمعروف صدقت ووهي عه المىكر

صدقت ويجزئ مه ذلك ركعتان يركعهما مه الضحى

“Setiap tulang salah seorang dari kalian wajib ditunaikan sedekahnya.

Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil

adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyeru kepada kebaikan

87

adalah sedekah, dan melarang dari kemungkaran adalah sedekah. Dan

cukup sebagai pengganti itu semua dua rakaat yang dilakukan ketika

waktu dhuha.” (HR. Muslim)

7. Membaca Al-Qur‟an

Membaca al-Qur‟an memang banyak manfaat dan keutamaannya,

salah satunya adalah bahwa Allah akan memberikan perniagaan yang

tidak akan pernah merugi sesuai QS. Faatir: 29-30 yang berbunyi:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah

dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang

Kami anuge rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-

terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.

Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan

menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”

88

8. Membaca Sholawat

Allah bersholawat kepada Rasulullah SAW dengan cara

mencurahkan rahmat dan kasih sayang kepada beliau, maka orang yang

bersholawat untuk Rasulullah akan diberikan kasih sayang oleh Allah,

serta akan mendapatkan syafa‟at dari beliau di hari Kiamat kelak. Orang

yang bersholawat akan mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat-lipat

jumlahnya karena Allah dan para MalaikatNya juga bersholawat kepada

Nabi Muhammad SAW.

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat

untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk

Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab:

56).

Dari beberapa penjelasan di atas, amalan wajib maupun sunnah

yang dilakukan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman spiritual

semuanya adalah berdasarkan syari‟at yang telah ditetapkan dalam al-

Qur‟an dan Hadis, padahal akhlak tasawuf berkaitan dengan hal yang

bersifat hakikat. Hal itu wajar karena langkah dalam mengenal Tuhan

adalah beribadah karena Allah sesuai jalan syari‟at, selanjutnya akan

89

menemukan kenyamanan beribadah bersama Allah, dan akhirnya hakikat/

tujuan utama beribadah adalah untuk menuju Allah.

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan dan analisis, ada beberapa hal yang

menjadi titik tekan sebagai simpulan dalam skripsi ini, sebagai berikut.

1. Perubahan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti

perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf adalah sebagai berikut:

Kepribadian; Mahasiswa yang sebelumnya tidak tahu mengenai

pribadinya sendiri menjadi lebih mengenali dirinya sendiri, Mahasiswa

yang sebelumnya sering mengeluh menjadi menikmati indahnya

bersyukur, Mahasiswa yang sebelumnya ragu dan bimbang menjadi

percaya akan keajaiban dan kekuasaan Tuhan, Perilaku Sosial;

Mahasiswa yang sebelumnya membantah perintah orangtua menjadi

semakin patuh kepada orangtuanya, Mahasiswa yang sebelumnya tidak

mempunyai rasa peduli dengan sesamanya menjadi bersimpati kepada

orang lain, Mahasiswa yang sebelumnya tidak peduli dengan

lingkungan sekitarnya menjadi perhatian terhadap kelestarian

lingkungan sekitar, Keaktifan Beribadah; Mahasiswa yang sebelumnya

jarang sholat menjadi rajin dan rutin melaksanakan sholat, Mahasiswa

yang sebelumnya malas-malasan berpuasa menjadi rajin melaksanakan

puasa sunnah, Mahasiswa yang sebelumnya jarang menyentuh al-

Qur‟an menjadi rajin membaca al-Qur‟an dan memahami maknanya.

91

2. Pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan ketika mereka

mengaplikasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata kuliah

akhlak tasawuf, di antaranya: Pengalaman spiritual yang berkaitan

dengan doa orang tua: mereka mendapatkan kenikmatan dalam

melakukan berbagai aktifitas dengan ridho orangtua dan merasakan

bahwa karomah orangtua benar-benar ada, Pengalaman spiritual yang

berkaitan dengan sedekah: mereka merasakan kenikmatan tersendiri

ketika bisa bersedekah dan mendapatkan kesenangan batin diluar

prediksi serta mendapatkan kenikmatan diluar batas kemampuan, serta

Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan doa: mahasiswa

mendapatkan balasan secara cepat dan tidak terduga setelah berdoa

dengan keyakinan dan kepasrahan kepada Allah SWT.

3. Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual adalah dengan:

Sholat Berjamaah, Berdoa, Sedekah, Puasa Sunnah, Sholat Tahajud,

Sholat Dhuha, Membaca Al-Qur‟an, dan Membaca Sholawat, secara

sungguh-sungguh dan konsisten sehingga mereka benar-benar yakin

bahwa Tuhan Maha Kuasa dan Cinta kepada hambaNya.

B. Saran

Berdasarkan permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini yaitu

mengenai pengalaman spiritual dalam akhlak tasawuf, maka peneliti hendak

menyampaikan saran sebagai berikut:

92

1. Bagi mahasiswa

Mahasiswa yang telah mengikuti dan menerapkan ajaran-ajaran yang

terkandung dalam akhlak tasawuf diharapkan tetap mempertahankan sikap

dan akhlak mahmudahnya, serta konsisten agar terus menemukan

pengalaman-pengalaman spiritual yang akan membuatnya lebih dekat dan

yakin akan kebesaran Tuhan yang Maha Kuasa , Maha Kaya dan maha

Cinta kepada hamba-Nya.

2. Bagi dosen

Para dosen akhlak tasawuf diharapkan tetap memberikan dorongan

dan pendidikan akhlak kepada mahasiswa untuk konsisten dan bersungguh-

sungguh dalam menjalankan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata

kuliah akhlak tasawuf. Selain itu, para dosen juga diharapkan mampu

membantu menumbuhkembangkan sifat yakin dan motivasi dalam diri

mahasiswa agar lebih mengenal Tuhan sehingga hidupnya selalu berada

dalam kasih sayang dan cinta Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Quran. Jakarta:

Amzah.

Al-Ghazali. 2000. Ihya Ulumuddin. Qairo, Mesir: Daaral-Taqwa.

Al-Musawa, Nabiel F. 2008. The Islam Way: 25 Solusi Islam untuk permasalahan

Masyarakat Modern. Bandung: Arkan Publishing.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).

Jakarta: Rineka Putra.

Asmaran. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Ed. Revisi. Cet. 3. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Dister, Nico Syukur. 1988. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Edisi Kedua.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Endang, Saifudidin Anshari. 1987. Ilmu Filsafat dan Agama. Jakarta: PT Bina

Ilmu.

Hardjana. 2002. Penghayatan Agama: Yang Otentik dan Tidak Otentik. Cetakan

VII. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Hasan, Aliah B. Purwakania. 2008. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

http://chantiksekali.blogspot.com/2011/12/pengalaman-spiritual.html

http://dokumenpemudatqn.com/2013/07/persentase-jumlah-umat-islam-

berbagai.html

http://id.scribd.com/doc/58789726/Pengertian-Spiritual

http://id.wikipedia.org/wiki

http://radentegarghozali.blogspot.com/2012/12/makalah-implementasi-

tasawuf.html

http:/stainsalatiga.ac.id

Jalaluddin. 2001. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.

Jaya, yahya. 1994. Spiritualisasi Islam: Dalam Menumbuhkembangkan

Kepribadian & Kesehatan Mental. Jakarta: CV RUHAMA.

Kaelang. 2000. Islam & Aspek-aspek Kemasyarakatan. Edisi 2 Cetakan I. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Khalafallah, Muhammad Ahmad. 2008. Masyarakat Muslim Ideal. Yogyakarta:

Insan Madani.

Kurnia, Jusuf. 2008. Quantum Ibadah: Mengelola Diri dengan Mengenali

Perjalanan Hidup. Cetakan I. Solo: Tiga Serangkai.

Mahmudin. 2006. Menemukan Kebenaran Islam. Cetakan I. Yogyakarta: Gava

Media.

Matta, Anis. 2007. Model Manusia Muslim Abad ke-21. Cetakan III. Bandung:

Syaamil Cipta Media.

Sunarto, Ahmad. 2005. Himpunan Hadits Al Jami’ush Shahih. Jakarta: ANNUR

PRESS

Sudiarja, Raimundo. 1994. Dialog Intrareligius. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Poerwadarminta, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Cetakan V. Jakarta: Balai Pustaka.

Rajabi, Mahmoud. 2006. Horison Manusia. Jakarta: Al-Huda.

Shihab, Alwi. 2001. Islam Sufistik: “Islam Pertama” dan pengaruhnya hingga

kini di Indonesia. Cetakan I. Bandung: Penerbit MIZAN.

Siregar, Rivay. 2000. Tasawuf: Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme. Edisi I

Cetakan 2. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Simuh. 1999. Sufisme Jawa, Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa.

Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya.

Sultoni, Ahmad. 2007. Sang Maha-Segalanya Mencintai Sang Maha-Siswa.

Salatiga: STAIN SALATIGA PRESS.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan 16.

Bandung: ALFABETA.

Syukur, Amin. 2003. Tasawuf Sosial. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syukur, Amin. 2006. Tasawuf bagi orang awam: Menjawab Problem Kehidupan.

Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tamrin, Dahlan. 2010. Tasawuf Irfani: Tutup Nasut Buka Lahut. Cetakan I.

Malang: UIN-MALIKI PRESS.

Zahri, Mustafa.____. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: PT BINA

ILMU.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Afif Kurnia Rohman

Tempat, tanggal lahir : Kab. Semarang, 10 November 1991

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Baran Jurang RT 03 RW 06

Kec. Ambarawa, Kab. Semarang

Pendidikan

No. Tingkatan Nama Sekolah Tahun Lulus

1. SD/MI MI Baran 2003

2. SLTP/MTs SMP Negeri 1 Ambarawa 2006

3. SMA/MAN SMA Negeri 1 Ambarawa 2009

4 Strata 1 S1 Tarbiyah STAIN Salatiga 2014

Organisasi

No. Organisasi Jabatan Periode

1. Remas “RIMA” Baran

Jurang, Ambarawa

Ketua Umum 2009-2013

2. Tim Majlis Doa Mawar

Allah STAIN Salatiga

Sie Humas 2012-sekarang

3. Biro Konsultasi Psikologi

TAZKIA STAIN

Salatiga

Peer Counselor,Tester

Psikotes, Ice Breaker

2011-sekarang

ANGKET PENELITIAN

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MATA KULIAH AKHLAK

TASAWUF

NAMA :______________________________

No. HP :______________________________

1. Apa saja perubahan sikap yang anda rasakan setelah mengikuti perkuliahan

akhlak tasawuf?

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

2. Apakah perkuliahan akhlak tasawuf ini mempengaruhi kepribadian, perilaku

sosial dan keaktifan beribadah anda? Mengapa?

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

LEMBAR WAWANCARA

Pengalaman Spiritual dalam Akhlak Tasawuf

Nama Lengkap : _______________________________________________

NIM : _______________________________________________

1. Pengalaman Spiritual apa saja yang anda dapatkan saat dan setelah

mengikuti perkuiahan akhlak tasawuf?

Negatif:

______________________________________________________

______________________________________________________

______________________________________________________

______________________________________________________

______________________________________________________

Positif:

______________________________________________________

______________________________________________________

______________________________________________________

______________________________________________________

______________________________________________________

2. Bagaimana cara anda mendapatkan pengalaman spiritual tersebut?

______________________________________________________

______________________________________________________

______________________________________________________

____________________________________

3. Apa balasan dari Allah? dan bagaimana perasaan anda ketika

mempraktekkan tugas-tugas perkuliahan akhlak tasawuf, yakni:

Visualisasi uang 50 ribu

______________________________________________________

______________________________________________________

______________________________________________________

Proyek sedekah Ibu

______________________________________________________

______________________________________________________

______________________________________________________

Proyek SMS Tuhan

______________________________________________________

______________________________________________________

______________________________________________________

Proyek pribadi

______________________________________________________

______________________________________________________

______________________________________________________

VERBATIM HASIL WAWANCARA

Pengalaman Spiritual dalam Akhlak Tasawuf

Wawancara dilakukan secara bergantian kepada seluruh informan pada tanggal 19

Nopember 2013 di Ruang Konsultasi 2, Biro Konsultasi Psikologi Tazkia STAIN Salatiga

pukul 08.45 sampai pukul 13.25 WIB.

Informan 1:

“Setelah mengikuti kuliah ini, saya menjadi pribadi yang lebih sabar, mudah nrimo dan

legowo ketika ada ujian dan cobaan yang menghampiri. Saya membutuhkan uang untuk

membayar kuliah dan beberapa keperluan pribadi, Alhamdulillah saya mendapatkan

informasi dari teman bahwa STAIN mengadakan seleksi beasiswa DIPA, dan saya

mendapatkan beasiswa dua juta rupiah, bahkan saya tidak menyangka sebelumnya. Saya

mempraktekkan visualisasi uang 50 ribu sebanyak 10 lembar, Alhamdulillah teman saya

melunasi hutang-hutangnya ke saya tanpa saya menagihnya, padahal sudah 3 bulan dia tidak

pernah memberikan kabar kepada saya. Saya juga sering sedekah ke ibu yang membuat

rejeki saya lancar bahkan sering diberi uang saku oleh keluarga dekat walaupun saya tidak

pernah meminta.Ketika saya mendapatkan masalah dan hati saya gelisah, saya berdoa

kepada Allah dan Alhamdulillah Allah memberikan jawaban sehingga saya bisa mudah

menemukan solusi dalam setiap permasalahan dan merasa ada dorongan yang kuat untuk

terus melakukan ibadah..Subhanallah. saya selalu sholat tahajud pada pukul 3 pagi dan tak

henti-hentinya berdoa sampai Allah benar-benar memberikan jawaban dari doa saya”

Informan 2:

“akhlak tasawuf membuat hidup saya yang dulu biasa-biasa saja sekarang jadi luar biasa,

saya mendapatkan banyak pengalaman. Saya pernah kesrempet mobil gara-gara tidak patuh

pada nasehat ibu. Waktu itu saya mau berangkat kuliah tapi ibu saya melarang karena saya

lagi sakit, tapi saya tetap ngeyel karena memang ada kuliah yang mengharusakan saya untuk

presentasi makalah. Waktu dijalan dekat kampus, saya kesrempet mobil dan tidak jadi

kuliah, saya menangis dan ingat ibu, sampai ke rumah saya langsung memeluk ibu dan

meminta maaf.karena hal itulah saya sekarang jadi taat dan tidak berani melawan ibu.

Saya pernah visualisasi uang 50 ribu, setelah itu saya browsing di internet dan mencetak

gambar uang 50 ribu serta menempelkannya di dinding kamar dengan maksud saya bisa

melihatnya setiap hari karena memang saya pengen membeli Al-Qur‟an terjemah. Eh tiba-

tiba saja Bapak dating menghampiri dengan memberikan uang 50 ribu meskipun saya tidak

pernah minta beliau, sungguh ajaib..alhamdulillah saya bisa membeli Al-Qur‟an terjemah

dengan uang pemberian Bapak itu. Sekarang saya masih rutin melakukan solat malam,

sholat dhuha, puasa senin kamis..akhlak tasawuf mengajarkan saya banyak keajaiban..Allah

memang baik deh”

Informan 3:

“Setelah mengikuti kuliahnya pak sultoni (akhlak tasawuf), saya jadi tidak berani menunda-

nunda sholat, lebih sering berbagi rejeki ke teman-teman, dan bisa menghormati orang yang

lebih tua dengan bahasa jawa krama alus. Saya punya pengalaman spiritual negative, sabtu

sore saya dilarang pergi menjenguk teman yang lagi sakit oleh ibu karena cuaca hujan, tapi

saya tetap ngeyel..yah akhirnya kecelakaan di jalan tapi tidak apa-apa. Minggu pagi saya

mengulanginya lagi, dan terjadi kecelakaan yang parah. Saat itulah saya mengerti bahwa

saya memang harus taat sama nasehat ibu. Pengalaman spiritual positif saya juga masih

tentang ibu, saya diajak teman pergi ke jogja dan ibu mengijinkan. Awalnya saya kurang

sreg karena memang dalam kondisi capek badan sih. saya tetap pergi, eh di jogja saya

senang sekali bisa merasakan liburan dan hati saya yang awalnya ragu untuk pergi, sekarang

jadi lega dan plong. Ya mungkin karena ridho ibu juga.

Saya juga ngelesi 5-10 anak SD dan ngajar TPQ dirumah secara gratis karena niat saya

memang untuk mengajari mereka. Saya punya uang 50 ribu, yang 35 ribu saya kasihkan

tetangga kurang mampu yang tidak bisa bayar listrik karena tidak punya uang, sisanya 15

ribu saya belikan jajanan buat anak-anak les. Eh nggak nyangka saya dibelikan HP baru oleh

Bulek seharga 440.000. mungkin itu balsan dari Allah. Untuk sedekah ibu, saya setiap hari

menyisihkan uang cuma 5 ribu selama 2 minggu, setelah uang ngumpul, saya belikan

longdress seharga 85 ribu untuk ibu, beliau tersenyum bahagia dan terharu. esok harinya

saya dibelikan dua longdrees oleh pakdhe seharga masing-masing 148.000 persis seperti

yang saya dambakan. Padahal saya ndak minta lho.

Yah sampai sekarang saya rutin puasa senin kamis, sholat jama‟ah, dhuha dan sedekah serta

mendawamkan surat waqi‟ah usai shubuhan dan magriban.”

Informan 4:

“Ajaib pokoke..saya yang dulunya jarang sedekah sekarang jadi rutin dan ndak peritungan

lagi, lebih bisa menghargai orang lain dan tentunya lebih deket dengan orang tua terutama

ibu. Dulu saya kalo curhat sama temen mesti ceplas-ceplos menceritakan hal yang bersifat

privasi juga, tapi sekarang jadi sadar dan lebih hati-hati dalam berbicara dan bisa introspeksi

diri lah..awalnya saya tidak mau kuliah di STAIN karena memang saya telah diterima di

UNS di jurusan matematika tanpa ngomong orang tua dulu..orang tua ndak setuju dan

terpaksa saya masuk STAIN Salatiga. Eh setelah dijalani, saya jadi bersyukur karena

kampus ini lebih mendukung untuk lenih dekat dengan Allah, saya jadi lebih tau ajaran

agama sehingga merubah sikap saya ke arah yang lebih baik tentunya. Saya diterima di

kampus ini dengan mendapatkan beasiswa BIDIKMISI besarnya 3.600.00 per semester,

Alhamdulillah bisa mengurangi beban biaya orang tua.

Saat visualisasi saya nangis karena memang sedang butuh uang untuk membeli buku kuliah,

setelah saya pulang kuliah langsung dikasih uang budhe 50 ribu. Ajaib tenan. Saya setiap

bulan menyisihkan uang untuk sedekah ke ibu dalam bentuk bumbu dapur, alat mandi serta

keperluan rumah lainnya..dengan doa ibu, tulisan saya sering dimuat di majalah dan udah

sering ikut lomba nulis juga lho..tiap malam sebelum tidur dan bangun tidur saya selalu

SMS Allah dan tak luapa saya juga rutin sholat malam dan puasa senin kamis dan sedekah

anak yatim minimal ngluarin uang 5 ribu tiap hari.alhamdulillah saya punya proyek bisa

terkabul..sekarang punya laptop walaupun masih second, sepeda motor juga, HP yang jadul

sudah berganti yang lebih lengkap fiturnya”

Informan 5:

“Kata-kata pak sultoni menjadikan saya lebih sabar menghadapi permasalahan, lebih

ngertiin orang, jadi tambah rajin ibadah dan rajin sedekah ke adik-adik SD yang kurang

mampu. Saya pernah diingatkan ibu untuk berangkat kuliah 15 menit sebelum jam 7..eh

saya ngeyel berangkat jam 7 kurang 5 menit, saya kesusu dan ngebut walaupun rumah saya

deket dengan kampus..hampir nyampe kampus malah kesrempet motor dan jatuh. Saya jadi

ndak berani lagi nantang dan ngeyel sama ibu.hehe..

Selesai visualisasi, 2 hari kemudian saya dikasih duit 50 ribu sama mbah. Nggak nyangka

banget, mbah kan niasanya pelit. Minta saja gak dikasih eh sekarang gak minta malah di

kasih. Ajaib. Saya juga sering curhat ke Allah lewat SMS untuk dipertemukan dengan

cowok yang bisa menjaga an menjadi imam dunia akhirat..kemarin sudah ada sinyal-sinya

ada pria yang menurut saya sholih mulai pengen mengenal saya lebih jauh lagi. Saya

seneeeeeeeng sekali. Saya juaga punya proyek pengen dapat motor baru tapi sampai

sekarang belum terkabul, mungkin karena saya kurang konsisten melaksanakan ajran

tasawufnya pak sultoni. Saya masih rutin sholat malam minimal 3 kali dalam seminggu,

sholat dhuha, yasinan setiap malam jum‟at dan membaca qur‟an setelah magriban.”

Informan 6:

“Sebelum ketemu ilmu akhlak tasawuf, saya kalo berdoa masih ada keragu-raguan dan

kurang yakin apakah Allah benar-benar akan mengabulkan atau ndak, Alhamdulillah

sekarang sudah tau caranya berdoa sehingga saya lebih yakin dan tenang. Dulu saya cuek

banget sama temen dan sekarang sudah sering membantu, perhatian dan peduli sama temen-

temen sekitar. Saya punya pengalaman unik, saya disuruh ngajar ngaji sama tetangga.

Walaupun awalnya terpaksa, saya tetap saja menjalaninya. Nah saat sudah mulai ngajar

ngajiitulah, kakak saya sering ngasih uang jajan yang lebih kepada saya, padahal

sebelumnya nggak pernah. Aneh tapi nyata. Visualisasi uang 50 ribu saat kuliah akhlak

tasawuf bener-bener keren, saya iseng-iseng membayangkan telah menerima uang 50 ribuan

sebanyak 20 lembar. Eh saya malah dapat beasiswa 2 juta dari kampus. Padahal saya

mengira bahwa beasiswa cuma 1,2 juta seperti tahun sebelumnya. Sampai saat ini proyek

pribadi saya belum terealisasi, mungkin karena saya masih males-malesan dan nggak

konsisten menerapkan ajaran tasawuf yang diajarkan pak sultoni.hehe

Tapi Alhamdulillah sampai saat ini saya kadang masih mau sholat malam, puasa sunah,

sholat jama‟ah di masjid, dan rutin membaca qur‟an selesai magriban.”

Informan 7:

“Ketika ayah meninggal, saya merasa tidakterima dan selalu menyalahkan Allah.tapi akhlak

tasawuf telah mengajarkanku tentang takdir dan arti keikhlasan sehingga perlahan-lahan sya

bisa nrimo dan ikhlas atas meninggalnya ayah saya, ternyata cobaan dan ujian itu tersa indah

jika kita bisa sabar dan bersyukur. Saya punya beberapa pengalaman yang unik dan ajaib.

Saya selalucium tangan ibu ketika mau berangkat kuliah. Nah saya pernah lupa tidak

salaman karena buru-buru. Akibatnya saya sulit mendapatkan angkot sampai telat masuk

kuliah 2 jam, eh sekali dapat angkot malah bannnya bocor alias kemps dan sesampainya

dikampus uang saya hilang. Sejak itulah saya tidak pernah lupa lagi salaman ke ibu. Kapok

rasanya.hehehe

Saya berangkat kuliah nglaju dari rumah dengan uang saku 10 ribu. Pulang kuliah uang saya

tinggal 2 ribu untuk ngangkot. Di jalan ada pengemis yang minta uang, saya berikan uang

terakhir saya yang harusnya untuk ngangkot. Eh baru mau jalan 5 meter ada tetangga yang

menawari tebengan, Alhamdulillah saya diantar sampai rumah padahal dari jalan raya

jaraknya sekitar 4 km. Anehnya lagi disaat matahari yang terik panasnya menyengat kulit,

saya merasa ada awan yang melindungi saya ketika membonceng tetangga saya tadi. Saya

juga pernah sedekah 50 ribu ke ibu dengan niat sebagai DP karena memang saya butuh uang

600 ribu untuk membayar uang semesteran, setelah itu selama liburan kuliah saya ditawari

pekerjaan oleh bulik di bekasi, saya di gaji 1,6 juta selama 2 bulan, terus dapat uang bonus

500 ribu dan THR dari distributor 100 ribu yang akhirnya saya pulang kerumah membawa

uang lebih dari 2 juta. Subhanallah..

Pada saat visualisasi, saya membayangkan uang 50 ribu sebanyak 20 lembar, pada waktu

kaka k sakit, tiba-tiba budhe telfon telah mentransfer uang 1 juta. Padahal sudah 5 bulan

lost-contact. Sampai sekarang saya rutin sholat malam (8 rakaat sholat tahajud, 2 rakaat

sholat taubat, 3 rakaat sholat witir), puasa senin kamis, sholat dhuha 4 rakaat, baca qur‟an

habis magrib minimal satu surat panjang.”

Informan 8:

“Dulu saya orangnya tuh acuh tak acuh sama temen, cuek gitu lho..dan sering berpikiran

negative. Alhamdulillah setelah ikut kuliah akhlak tasawuf, saya bisa mengoreksi diri, lebih

pemaaf, dan lebih penyabar. Saya tinggal di asrama milik saudara yang aturannya sangat

ketat, salah satunya tidak memperbolehkan menggunakan HP. Suatu ketika ibuku melarang

saya membawa HP saat mau ke asrama tapi saya tetap ngeyel, akibatnya 2 hari kemudian

HP saya hilang. Saya pulang ke rumah tidak bilang apa-apa ke ibu mengenai peristiwa itu,

bahkan saya malah berdoa kepada Allah untuk minta HP buat adek sayayang cuma seharga

200ribu. Seminggu kemudian saya melihat pengumuman beasiswa dikampus dan

Alhamdulillah dapat 2 juta. Saya bisa membelikan HP adek juga beli HP sendiri tanpa

sepengetahuan ibu. Hehehe

Pas visualisasi saya membayangkan uang 50ribu sebanyak 5 lembar, setelah perkuliahan

selesai saya ditelfon kakak bahwa dia baru dapat rejeki dan mentranfer 250ribu ke rekening

saya untuk keperluaan kuliah. Senang rasanya. Sya juga mebelikan barang kesukaan ibu

yaitu tas dan kerudung, alahmdulillah hati jadi tenang dan dilancarkan rejeki kerja di bimbel.

Saya merutinkan sholat malam, baca qur‟an antara juz 1-10 karena memang saya sedang

dalam tahap hafalan, saya juga sering sedekah ke anak-anak didik dengan memberikan alat

tulis dan makanan. Mungkin semua itu yang membuat saya punya pengalaman spiritual

yang unik.”

Informan 9:

“Dulunya saya dikenal temen-temen sebagai orang yang pelit, gampang minder dan sering

nyaklahke Allah jika mengalami musibah. Alhamdulillah sekarang jadi lebih dermawan

selalu mensyukuri apapun yang terjadi, dan nggak gampang putus asa. Saya pernah pengen

pergi ke bandungan untuk menghadiri suatu acara tapi bi melarang saya ngangkot karena

biar dianter bapak, saya tetep pergi sendiri menuju jalan raya eh hampir satu jam nunggu

tapi nggak ada angkot lewat. Terus saya pulang lagi minta dianter bapak. Eh setelah nyampe

jalan raya banyak sekali angkot yang lewat. Yah mungkin karena ridho ibu tadi kali ya. Say

juga pernah mau ke kampus dengan uang saku 10 ribu, deket jalan raya datanglah seorang

bapak pengemis terus saya kasih semua uang saku dengan yakinnya. Ajaibnya tiba-tiba ada

teman yang menawarkan tebengan, pas pulang kuliah eh kebetulan ada kakak bahkan

ditraktik makan siang.hehehe

Terus uasai visualisasi 50ribu, sepulang kuliah saya dikadih uang 50ribu sama embah

padahal nggak minta lho. Saya pernah beliin ibu rujak seharga 3 ribu karena sebelumnya ibu

pernah bilang kalau pengen rujak, setelah sampai dirumah saya kasihkan rujak eh malah

saya dikasih uang kakak 100 ribu. Saya masih merutinkan sholat dhuha, baca sholawat nabi

dan kalimat hasbiyallah, serta sedekah tentunya.”

Informan 10:

“dulunya ketika bertemu pengemis atau anak jalanan, saya merasa iba dan sedih tanpa

member uang, Alhamdulillah sekarang juga masih iba tapi dengan memberikan sedekah

kepada mereka karena bertambah yakin bahwa Allah pasti membalas kebaikan kita.

Biasanya kalau berang kuliah saya pamitan dulu sama orang tua, suatu ketika saya nggak

pamitan karena sedang buru-buru. Dampaknya saya mengalami kesulitan: angkotnya

mogok, telat masuk kuliah dan nggak konsen mengikuti kuliah. Saya mengesal sekali hari

itu. Pernah juga saya disuruh orang tua untuk ngurus jadi panitia pengajian sampai larut

malam padahal paginya ujian tengan semester dan saya tidak sempat belajar, tapi ajaibnya

tanpa belajarpun say bisa menjawab soal tes dengan lancar dan benar, yah mungkin karena

ridho orang tua juga. Pas visualisasi saya membayangkan uang 50 ribu sebanyak 100 lembar

saya kantongi, seminggu kemudian saya ditranfer uang oleh orang tua sebanyak 5 juta untuk

membeli laptop padahal saya tidak pernah meminta sebelumnya. Ajaib banget, subhanallah.

Sampe sekarang saya mendawamkan sholat malam, puasa senin kamis, baca qur‟an setiap

hari, serta rutin sedekah ke orang tua dan anak yatim dengan penghasialn saya sendiri

sebagai salah satu tentor di bimbel.”

Nota Pembimbing

DAFTAR NILAI SKK

Nama : Afif Kurnia Rohman Jurusan : Tarbiyah PAI

NIM : 11110007

No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai

1 OPAK 25-27 Agustus 2010 Peserta

3

2 User Education

Perpustakaan STAIN

Salatiga

20 – 25 September

2010

Peserta 3

3 Pra-DM Bedah Film

“Nothing Is Impossible in

this wordl”

4 Oktober 2010 Peserta 2

4 Penerimaan Anggota Baru

ITTAQO‟

30 Oktober 2010 Peserta 3

5 Penerimaan Anggota Baru

JQH

13 Nopember 2010 Peserta 3

6 Kajian Tafsir Tematik JQH

“Indonesia Menangis

Darah”

29 Nopember 2010 Peserta 3

7 National Workshop of

Enterepreneurship and

Basic Cooperation 2010

19 desember 2010 Peserta 6

8 Seminar nasional

Pendidikan “Realisasi

Pendidikan Karakter

Bangsa dalam Kurikulum

Pendidikan Nasional” HMJ

Tarbiyah

20 Juni 2011 Panitia 6

9 Praktikum Baca Tulis Al-

Qur‟an (BTA)

22 Juni 2011 Peserta

2

10 Seminar Nasional “Pilar-

pilar penanggulangan

Korupsi di Indonesia

Perspektif Agama, Budaya,

dan Negara”

22Juni 2011 Peserta 6

11 Seminar Regional

“Meningkatkan

Nasionalisme di tengah

Goncangan Disintegrasi

dan Pengikisan Ideologi

Nasional”

26 Oktober 2011 Peserta 4

12 Pelatihan Kewirausahaan

“membangun Kejayaan

Bangsa dengan

Entrepreneurship” FIB

UNDIP

2011 Peserta 3

13 Lembaga Bimbingan

Belajar COMPAC CAMP

SEMARANG

2 Januari 2012 Tentor 3

14 Pelatihan Sholat Khusyu‟

Biro TAZKIA

29 Januari 2012 Peserta 3

15 Praktikum Etika Profesi

Keguruan

10 Februari 2012 Peserta 2

16 Praktikum Komputer

Multimedia

14 – 15 Februari 2012 Peserta 2

17 Seminar Nasional

Entrepreneurship “Tren

Bisnis Berbasis

Multimedia dan Teknologi

Informatika sebagai Wujud

Pasar modern”

21 April 2012 Peserta 6

18 Seminar Regional “Urgensi

Media dalam Mencerahkan

Umat”

30 April 2012 Peserta 4

19 Workshop Parenting

“Merajut Cinta

Mengokohkan Dakwah”

6 Mei 2012 Peserta 3

20 Bedah Buku”Dari Minder

Jadi Super”

17 Mei 2012 Peserta 2

21 Seminar International

Bahasa Arab

2 Juni 2012 Peserta 3

22 Seminar Nasional

Pendidikan “Pendidikan

Multikultural sebagai Pilar

Karakter Bangsa”

6 Juni 2012 Peserta 6

23 Pelatihan Mengatasi

Kecemasan Tampil di

Depan Umum

9 Juni 2012 Peserta 3

24 Seminar Nasional

“Mewaspadai gerakan

Islam Garis Keras di

Perguruan Tinggi”

23 Juni 2012 Peserta 6

25 Pesantren Remaja Ahli

Sorga (PARAS 19)

22 Juli 2012 Pemateri 3

26 Pengabdian Masyarakat

pada kegiatan Traumatic

Healing bagi Korban

Kebakaran Pasar Projo

Ambarawa, Kab. Semarang

13 Agustus 2012 Volunter 3

27 Praktikum Perawatan

Jenazah

17 September 2012 Peserta 2

28 MTQ Umum IV

Mahasiswa, Pesantren,

SMA Sederajat se-Salatiga

dan sekitarnya

3 Oktober 2012 Panitia 3

29 Islamic Public Speaking

Training (IPST)

25 Oktober 2012 Peserta

3

30 Pelatihan Manajemen dan

Konselor Klinik Berhenti

Merokok di Perguruan

Tinggi FKM UNDIP

30 – 31 Oktober 2012 Peserta 4

31 Seminar Pencegahan

Bahaya

NAPZA,HIV/AIDS dan

Launching PIK

SAHAJASA STAIN

Salatiga

29 April 2013 Panitia 3

32 Seminar Nasioanal

Entrepreneurship

“Menumbuhkan Jiwa

Entrepreneur Generasi

Muda”

27 Mei 2013 Peserta 6

33 Pelatihan Strategi Sukses

Kuliah

8 Juni 2013 Peserta

3

34 Seminar Nasional

“Mengawal Pengendalian

BBM Bersubsidi,

Kebijakan BLSM yang

Tepat Sasaran serta

Pengendalian Inflasi

Dalam Negeri sebagai

Dampak Kenaikan Harga

BBM Bersubsidi”

8 Juli 2013 Peserta 6

35 Pesantren Remaja Ahli

Sorga (PARAS 20)

11 Juli 2013 Pemateri

3

36 Workshop “Persiapan

Karir & Kematangan

Menikah”

22 Oktober 2013 Peserta

3

Jumlah 129

Salatiga, 15 Juli 2014

Mengetahui

Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan dan

Kerjasama

Moh Khusen, M.Ag., M.A.

NIP. 19741212 199903 1 003

Lembar Konsultasi