penentuanamoniadalamair-141218094809-conversion-gate01.pdf

Upload: anisaaanr

Post on 06-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 penentuanamoniadalamair-141218094809-conversion-gate01.pdf

    1/8

    k.wr ‘14

    PENENTUAN AMONIA DALAM AIR

    TUJUAN

    Mempelajari metode analisis ammonia dengan indofenol serta aplikasinya untuk penentuankandungan ammonia dalam sampel air alam.

    DASAR TEORI

    Ammonia (NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Ion ammonium

    merupakan bentuk transisi dari ammonia. Selain terdapat dalam bentuk gas, ammonia

    membentuk kompleks dengan beberapa ion logam. Ammonia banyak digunakan dalam proses

    produksi urea, industry bahan kimia, serta industry bubur kertas dan kertas. Ammonia yang

    terukur di perairan berupa ammonia total (NH3  dan NH4+). Ammonia bebas tidak dapat

    terionisasi, sedangkan ammonium (NH4+) dapat terionisasi (Effendi, 2003).

    Konsentrasi ammonia yang tinggi pada permukaan air menyebabkan kematian ikan

    pada perairan tersebut. Nilai pH sangat mempengaruhi apa jumlah ammonia yang ada akan

    bersifat racun atau tidak. Pada kondisi pH rendah akan beracun bila jumlah ammonia banyak,

    sedangkan pada pH tinggi hanya dengan jumlah ammonia yang rendah sudah bersifat racun

    (Jenie, 1993).

    BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah oksigen yang diperlukan oleh

    mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawa kimia. Nilai BOD berguna untuk mengetahui

    apakah air limbah mengalami bidegradasi atau tidak. COD (Chemical Oxygen Demand) adalah

    kebutuhan oksigen dalam proses oksidasi secara kimia. Nilai COD selalu lebih besar dari BOD

    karena senyawa kimia lebih mudah teroksidasi secara kimia daripada secara biologi (Siregar,

    2005).

    Ammonia sangat berperan dalam pencemaran air. Ammonia merupakan salah satu zat

    beracun serta bahan organic yang berbahaya. Keadaan ini menyebabkan berkurangnya

    kandungan oksigen terlarut dalam air. Air yang hampir murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1

    ppm, dan air yang mempunyai nilai BOD 3 ppm masih dianggap cukup murni. Tapi kemurnian

    air diragukan jika nilai BODnya mencapai 5 ppm atau lebih (Fardiaz, 1992).

    Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor KEP-

    51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industry menyatakan bahwa

    baku mutu limbah cair ammonia bebas dikatakan normal pada rentang 1  – 5 mg/L. Selain itu

     juga dijelaskan beberapa kadar maksimal ammonia bebas dalam berbagai industry seperti

    industry peyamakan kulit 10,0 mg/L, industry minyak sawit 20 mg/L, industry karet 10 mg/L,

    industry pupuk urea 50 mg/L, industry karet lateks pekat 15 mg/L, industry karet bentuk kering

    5 mg/L, dan industry kayu lapis 4 mg/L (MENLH, 1995).

  • 8/17/2019 penentuanamoniadalamair-141218094809-conversion-gate01.pdf

    2/8

    k.wr ‘14

    Metode standar untuk menentukan ammonia dalam sampel air yakni dengan reaksi

    klasik indophenol-blue. Dalam larutan alkaline pH 10,8  –  11,4, ammonia bereaksi secara

    kuantitatif dengan hipoklorida membentuk monokloramin. Hasil senyawa bereaksi dengan

    fenol dalam katalis ion nitroprusida dan adanya sisa jumlah hiploklorida membentuk indofenol-

    blue. Besarnya jumlah indophenol-blue yang terbentuk diukur secara spektrofotometri pada630 nm (Karlberg, 1989).

    Spektrofotometer UV-Visibel digunakan untuk mengukur absorbansi pada spectrum

    daerah UV dan visible. Instrument ini merupakan bentuk colorimeter yang dapat menyediakan

    cahaya monokromatis. Prisma akan memecah cahaya menjadi komponen warnanya dan dapat

    langsung menjadi cahaya monokromatis dari larutan sampel yang dianalisis. Sorotan cahaya

    mengandung kekuatan foton. Saat foton mengenai molekul analit, analit akan terabsorb oleh

    foton, sehingga jumlah foton berkurang (Nair, 2007).

    ALAT DAN BAHAN

    Alat-alat yang diperlukan pada percobaan ini meliputi spektrofotometer UV-Vis, labu

    takar, gelas beker, pipet ukur, pipet tetes, pipet pump, wadah sampel, kuvet, dan tisu.

    Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini meliputi larutan standar

    NH4  10 ppm, fenol 10%, larutan natrium nitropussida, larutan oksidator, akuades, sampel 1

    (ammonia), sampel 2 (ammonia + Cr(VI)), dan sampel 3 (ammonia + nitrit).

    CARA KERJA

    Pada pembuatan larutan standar, ke dalam 7 buah labu takar 25 ml dimasukkan

    berturut-turut 0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; dan 0,6 ml larutan standar NH4 10 ppm, ditambahkan

    tiap labu takar dengan 2 ml larutan fenol 10% dan dikocok sampai sempurna. Selanjutnya

    ditambahkan ke tiap labu takar 1 ml natrium nitroprussida dan 2 ml oksidator, diaduk sampai

    homogen dan diencerkan tiap labu takar dengan akuades sampai batas. Larutan lalu dituang ke

    wadah sampel dan ditutup serta dibiarkan pada suhu ruang selama kira-kira 1 jam.

    Pada penentuan panjang gelombang maksimum indofenol, digunakan larutan yang

    mengandung 0,3 ml larutan standar NH4  10 ppm sebagai pengukuran dan larutan yang

    mengandung 0 ml larutan standar NH4  10 ppm sebagai blangko. Pengukuran absorbansi

    dilakukan untuk panjang gelombang antara 580 – 680 nm dengan interval 10 nm.

    Pengukuran larutan standar digunakan larutan yang mengandung 0 ml larutan standar

    NH4  10 ppm sebagai blangko. Kemudian diukur semua larutan standar yang telah dibuat

    sebelumnya menggunakan panjang gelombang maksimum. Lalu dibuat kurva kalibrasinya.

    Pada penentuan kandungan ammonia dalam sampel, ke dalam 3 buah labu takar 25 ml

    dimasukkan 0,3 ml larutan sampel 1, 2, dan 3, serta ditambahkan tiap labu takar dengan 2 ml

  • 8/17/2019 penentuanamoniadalamair-141218094809-conversion-gate01.pdf

    3/8

    k.wr ‘14

    larutan fenol 10% dan dikocok sampai sempurna. Selanjutnya ditambahkan ke tiap labu takar 1

    ml natrium nitroprussida dan 2 ml oksidator, diaduk sampai homogen dan diencerkan tiap labu

    takar dengan akuades sampai batas. Larutan lalu dituang ke wadah sampel dan ditutup. Setiap

     jenis sampel dibuat 3 kali. Kemudian larutan dibiarkan pada suhu ruang selama kira-kira 1 jam.

    Setelah itu, diukur absorbansinya dengan menggunakan panjang gelombang maksimumnya.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

      HASIL PERCOBAAN

      Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

    Panjang Gelombang (λ) 

    (nm)Absorbansi (A)

    580

    590600

    610

    620

    630

    640

    650

    660

    670

    680

    0,015

    0,0200,015

    0,030

    0,090

    0,080

    0,075

    0,060

    0,055

    0,040

    0,030

      Penentuan Kurva Kalibrasi

    Volume larutan standar

    NH4 10 ppm (ml)Absorbansi (A)

    Konsentrasi (C)

    (ppm)

    0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    0

    0,015

    0,025

    0,030

    0,050

    0,100

    0,160

    0

    0,04

    0,08

    0,12

    0,16

    0,20

    0,24

      Penentuan Kandungan Ammonia dalam Sampel

    SampelAbsorbansi (A) Konsentrasi (C)

    (ppm)I II III

  • 8/17/2019 penentuanamoniadalamair-141218094809-conversion-gate01.pdf

    4/8

    k.wr ‘14

    Sampel I

    (ammonia)0,085 0,07 0,065 12,643±1,441

    Sampel II

    (ammonia+Cr(VI)0,06 0,065 0,065 11,258±0,399

    Sampel III(ammonia+nitrit)

    0,06 0,07 0,07 11,720±0,799

      PEMBAHASAN

    Pada percobaan ini akan dilakukan penentuan kadar ammonia dalam air metode

    indofenol dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pada analisis ammonia ini

    dilakukan tiga macam percobaan, yaitu penentuan panjang gelombang maksimum,

    pembuatan kurva kalibrasi, dan penentuan konsentrasi ammonia dalam beberapa

    sampel air. Adapun sampel air yang akan dianalisis kadar amonianya, yakni sampel 1

    (ammonia), sampel 2 (ammonia+Cr(VI)), dan sampel 3 (ammonia+nitrit).Pada analisis amonia ini digunakan spektrofotometer UV-Vis. Penggunaan

    spektrofotometer UV-Vis ini dikarenakan pada metode indofenol ini akan membentuk

    senyawa kompleks indophenol-blue yang berwarna biru. Senyawa indophenol-blue ini

    tentunya mengandung kromofor, sehingga tentu dapat dianalisis menggunakan

    spektrofotometer UV-Vis karena spektrofotometer ini hanya dapat menganalisa

    senyawa yang mengandung kromofor (zat warna).

    Metode indofenol merupakan metode untuk menentukan ammonia secara tidak

    langsung. Larutan oksidator pada percobaan ini merupakan larutan campuran alkali dan

    larutan hipoklorida, sehingga penambahan oksidator akan mengoksidasi ammoniamenjadi suatu amina klorida. Adanya penambahan natrium nitroprusida berfungsi

    sebagai katalisator yang dapat mempercepat berlangsungnya reaksi, sedangkan

    penambahan fenol berfungsi untuk pereaksi yang dapat membentuk kompleks dengan

    ammonia (sebagai pengompleks), sehingga menghasilkan senyawa berwarna biru yang

    disebut indophenol-blue.

    Secara lebih jelas, proses reaksi dengan metode indofenol ini terjadi saat larutan

    yang mengandung ammonia dioksidasi oleh ion hipoklorida (oksidator) menjadi suatu

    amina klorida (monokloramin). Adanya katalis natrium nitroprusida menyebabkan

    amina klorida yang terbentuk lalu bereaksi dengan fenol yang telah terdeprotonasi

    menghasilkan suatu senyawa intermediate. Senyawa intermediate ini kemudian akan

    bereaksi lagi dengan kelebihan fenol membentuk senyawa kompleks berwarna biru

    (indophenol-blue). Besarnya jumlah indophenol-blue yang terbentuk inilah yang diukur

    menggunakan spektrofotometri UV-Vis.

  • 8/17/2019 penentuanamoniadalamair-141218094809-conversion-gate01.pdf

    5/8

    k.wr ‘14

    Reaksi selengkapnya yang terjadi adalah sebagai berikut.

    Jika dilihat dari reaksi di atas, terlihat bahwa 1 mol indophenol-blue sebanding

    dengan 1 mol ammonia (NH3). Sehingga, walaupun yang dihitung merupakan absorbansi

    indophenol-blue namun juga dapat dijadikan nilai konsentrasi untuk ammonia karema

    perbandingan molnya sama.

    Setiap analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis, perlu diukur terlebih

    dahulu panjang gelombang maksimumnya. Hal ini dikarenakan panjang gelombang

    maksimum merupakan panjang gelombang di mana absorbansi yang dialami oleh suatu

    zat terjadi yang paling besar. Hal ini karena pada panjang gelombang tersebut cahaya

    yang diserap oleh larutan telah sesuai, sehingga memberikan absorbansi yang

    maksimum. Cahaya/sinar visible yang diserap sudah merupakan warna komplementer

    dari warna larutan yang dianalisis. Sehingga, pada panjang gelombang maksimum inilai

    yang merupakan kondisi paling sesuai untuk melakukan analisis.

    Pada penentuan panjang gelombang maksimum, digunakan salah satu jenis

    larutan standar dengan konsentrasi tertentu (pada percobaan ini digunakan konsentrasi

    0,12 ppm). Penggunaan konsentrasi yang akan digunakan tidak terlalu berpengaruh

    ingin digunakan konsentrasi berapapun asalkan saat pengujian selalu digunakan

    konsentrasi yang sama. Pengujian dilakukan pada panjang gelombang 580  –  680 nm

    dengan interval 10 nm. Semakin pendek interval yang digunakan akan semakin baik

    karena akan lebih teliti.

    Larutan yang akan diuji dimasukkan ke dalam kuvet. Penggunaan kuvet harus

    dengan bentuk dan ukuran yang sama antara satu larutan dengan yang lainnya. Hal ini

    dimaksudkan agar luasan daerah paparan penyerapan sinar oleh larutan dapat sama

    pada setiap analisis larutan. Jika penggunaan ukuran kuvet berbeda, maka dapat

    mempengaruhi perbandingan hasil absorbansi yang terjadi.

    Penuangan larutan yang akan dianalisis juga harus sama pada setiap larutan

    (volumenya harus sama). Hal ini dikarenakan jika volumenya berbeda antar larutan,

    maka tentu saja besarnya komposisi yang terpapar oleh sinar pun akan berbeda,

    sehingga juga dapat mempengaruhi perbandingan absorbansi yang terjadi. Sebelum

  • 8/17/2019 penentuanamoniadalamair-141218094809-conversion-gate01.pdf

    6/8

    k.wr ‘14

    dimasukkan ke sel sampel, bagian luar kuvet juga perlu dibersihkan agar tidak basah

    karena dapat berpengaruh pada hasil absorbansinya.

    Setiap pengukuran spektrofotometri harus ada larutan blangko. Larutan blangko

    ini bertujuan untuk mengetahui besarnya absorbansi terhadap larutan jika tanpa analit.

    Larutan blanko biasanya digunakan untuk larutan pembanding dalam analisis ataularutan penetralan karena untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase dari

    sumber cahaya. Sehingga, saat pengujian dengan spektrofotometri UV-Vis, pengujian

    harus selalu diawali pengujian terhadap larutan blangko dahulu baru pengujian pada

    larutan yang akan dianalisis.

    Berdasarkan hasil percobaan penentuan panjang gelombang maksimum,

    diperoleh nilai absorbansi tertinggi yakni pada 0,09 yang diperoleh saat nilai panjang

    gelombangnya 620 nm. Hal ini berarti bahwa panjang gelombang maksimumnya yakni

    620 nm. Jika dibandingkan dengan teoritis, diketahui bahwa kompleks indophenol-blue

    menyebabkan larutan berwarna biru. Warna ini merupakan warna yang diamati, namun

    warna yang diserap merupakan warna komplementernya. Warna biru memiliki warna

    komplementer oranye dengan panjang gelombang sekitar 630 nm. Sehingga, panjang

    gelombang 620 nm yang diperoleh sudah mendekati benar karena berada pada rentang

    panjang gelombang warna oranye yang merupakan warna komplementer dari

    larutannya.

    Pada penentuan absorbansi larutan standar, digunakan larutan standar NH4 

    dengan konsentrasi yang bervariasi, yakni dengan konsentrasi 0,04; 0,08; 0,12; 0,16; 0,2;

    dan 0,24 ppm yang diukur absorbansinya dengan menggunakan panjang gelombang 620

    nm. Pada sampel dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dengan tujuan untuk

    mengurangi tingkat kesalahan pengukurannya.

    Berdasarkan hasil percobaan penentuan absorbansi larutan standar konsentrasi

    0; 0,04; 0,08; 0,12; 0,16; 0,2; dan 0,24 ppm, sehingga dapat dibuat kurva kalibrasi antara

    C vs A. Kurva akan membentuk garis lurus dengan persamaan garis y = 0,602x  – 0,018

    dan R2 = 0,846. Dengan menggunakan persamaan garis tersebut, maka absorbansi tiap

    sampel yang diperoleh disubstitusikan ke dalam persamaan tersebut dan dapat

    diketahui konsentrasi ammonia dalam setiap sampel. Pada sampel 1 (ammonia)

    diperoleh konsentrasi 12,643±1,441 ppm, pada sampel 2 (ammonia+Cr(VI)) diperoleh

    konsentrasi 11,258±0,399 ppm, dan pada sampel 3 (ammonia+nitrit) diperoleh

    konsentrasi 11,720±0,799 ppm. Jika dibandingkan dengan batas maksimum kadar

    ammonia dalam air berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor

    KEP-51/MENLH/10/1995 dapat dikatakan bahwa ketiga sampel air tersebut telah

    tercemar ammonia dan tidak layak digunakan.

    Penggunaan setiap larutan standard dan sampel harus diencerkan dahulu saat

    preparasi karena proses analisis dengan spektrofotometer tidak bisa dilakukan dengan

  • 8/17/2019 penentuanamoniadalamair-141218094809-conversion-gate01.pdf

    7/8

    k.wr ‘14

    larutan yang memiliki konsentrasi tinggi. Jika digunakan larutan dengan konsentrasi

    tinggi justru akan menyebabkan penyimpangan nilai absorbansinya, sehingga grafik

    yang terbentuk tidak lagi linear. Hal ini karena konsentrasi yang tinggi akan terdapat

    banyak molekul dalam larutan, sehingga justru terjadi interaksi antar molekul itu

    sendiri. Hal ini menyebabkan interaksi molekul dengan cahaya atau penyerapan radiasimenjadi tidak maksimal.

    KESIMPULAN

    ...

    DAFTAR PUSTAKA

    Departemen Lingkungan Hidup, 1995, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No KEP-

    51/MENLH/10/1995, Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

    Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan,

    Penerbit Kanisius, Jogyakarta.

    Fardiaz, S., 1992, Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

    Jenie, dkk., 1993, Penanganan Limbah Industri Pangan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

    Karlberg, B., 1989, Flow Injection Analysis: A Practical Guide, Elsevier Science Publisher,

    Amsterdam.

    Nair, A. J., 2007, Principle of Biotechnology, Laxmi Publications, New Delhi.

    Siregar, S. A., 2005, Instalasi Pengolahan Air Limbah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

    MSDS Ammonia

      Sifat fisik dan kimia

      Rumus molekul: NH3 

      Berat molekul : 17,03 g/mol

      Titik didih : -33⁰C (-27,4 ⁰F) 

      Titik beku : -77,7⁰C (-107,9⁰F)

      Identifikasi Hazard

    Tidak merusak atau membakar wadah, tidak menghirup gas ammonia, tidak mengenai

    pada kulit atau pakaian. Digunakan hanya dengan ventilasi yang memadai, disimpan

    wadah tertutup, dan dicuci bersih setelah menangani.

      P3K

      Mata : dibilas dengan air mengalir selama 15 menit dengan kelopak mata

    terbuka.

  • 8/17/2019 penentuanamoniadalamair-141218094809-conversion-gate01.pdf

    8/8

    k.wr ‘14

      Kulit : dibilas dengan air dan sabun, serta diberi obat penahan rasa sakit (krim

    anti bakteri)

      Terhirup : mencari udara segar, jika sulit bernafas diberi oksigen

      Tertelan : tidak memberi apapun lewat mulut