makalahteknikpantai 150410131433 conversion gate01

Upload: amelia-husnan

Post on 08-Mar-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

uu

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Definisi Pantai

Dalam Triatmodjo (1999) ada dua istilah tentang kepantaian yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Berdasarkan pada gambar dapat dijelaskan mengenai beberapa definisi tentang kepantaian.

Gambar kawasan pantai

1. Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut, sepertipasang surut, angin laut dan perembesan air laut.2. Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah.3. Daratan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi.4. Lautan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi dibawahnya.5. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi.6. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah daratan.

Selain definisi di atas, beberapa definisi yang berkaitan dengan karakteristik gelombang di daerah sekitar pantai juga perlu diketahui. Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan bentuk karena pengaruh perubahan kedalaman laut. Berkurangnya kedalaman laut menyebabkan semakin berkurangnya panjang gelombang dan bertambahnya tinggi gelombang.

Pada saat gelombang (perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang) mencapai batas maksimum, gelombang akan pecah. Untuk penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar Bagian Bagian Pantai

a) Garis gelombang pecah merupakan batas perubahan perilaku gelombang dan juga transpor sedimen pantai. b) Offshore adalah daerah dari garis gelombang pecah ke arah laut. c) Breaker zone (daerah gelombang pecah) adalah daerah di mana gelombang yang datang dari laut (lepas pantai) mencapai ketidak-stabilan dan akhirnya pecah. d) Surf zone adalah daerah yang terbentang antara bagian dalam dari gelombang pecah dan batas naik-turunnya gelombang di pantai. e) Swash zone adalah daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi naiknya gelombang dan batas terendah turunya gelombang di pantai. f) Inshore adalah daerah yang membentang ke arah laut dari foreshore sampai tepat di luar breaker zone. g) Longshore bar yaitu gumuk pasir yang memanjang dan kira-kira sejajar dengan garis pantai. Longshore bar terbentuk karena proses gelombang pecah di daerah inshore. h) Foreshore adalah daerah yang terbentang dari garis pantai pada saat muka air rendah sampai batas atas dari uprush pada saat air pasang tinggi. i)Backshore adalah daerah yang dibatasi oleh foreshore dan garis pantai yang terbentuk pada saat terjadi gelombang badai bersamaan dengan muka air tinggi.

1.2 Angin

Sirkulasi udara yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi disebut angin. Angin terjadi karena perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir dari tempat yang bertekanan tinggi menuju daerah yang bertekanan rendah.

1.3 Fetch

Fetch adalah daerah dimana kecepatan dan arah angin adalah konstan. Arah angin masih bisa dianggap konstan apabila perubahanperubahannya tidak lebih dari 15. Sedangkan kecepatan angin masih dianggap konstan jika perubahannya tidak lebih dari 5 knot (2,5 meter/detik) terhadap kecepatan rerata. Di dalam tinjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut. Di daerah pembentukan gelombang, gelombang tidak hanya dibangkitkan dalamarah yang sama dengan arah angin tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap arah angin (Triadmodjo, 1999).

Fetch rerata efektif diberikan oleh persamaan berikut (dalam Triatmodjo, 1999) : dimana:Feff = fetch rerata efektif (kilometer)Xi = panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung akhir fetch (km)= deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan pertambahan 6 sampai sudut sebesar 42 pada kedua sisi dari arah angin.

1.4 Gelombang

Gelombang merupakan faktor penting di dalam perencanaan bangunan pantai dan pelabuhan. Gelombang dapat terjadi karena angin, pasang surut, gangguan buatan seperti gerakan kapal dan gempa bumi. Pengaruh gelombang terhadap perencanaan bangunan pantai dan pelabuhan antara lain :1. Besar kecilnya gelombang sangat menentukan dimensi dan kedalaman bangunanpemecah gelombang. Gelombang menimbulkan gaya tambahan yang harus diterima oleh kapal dan bangunan dermaga.2. Besarnya gelombang laut tergantung dari beberapa faktor, yaitu : Kecepatan angin. Lamanya angin bertiup. Kedalaman laut dan luasnya perairan.3. Dalam Triatmodjo (1996), gelombang di laut menurut gaya pembangkitnya dapat dibedakan antara lain sebagai berikut : Gelombang angin Gelombang pasang surut Gelombang tsunami Gelombang karena pergerakan kapal1.4.1 Karakteristik Gelombang

Teori yang paling sederhana adalah teori gelombang linier atau teori gelombang amplitudo kecil, yang pertama kali dikemukakan oleh Airy pada tahun 1845 (dalam Triatmodjo,1999), dimana :Cepat rambat gelombang :

Hubungan cepat rambat dan panjang gelombang dirumuskan sebagai berikut :

1.4.2 Klasifikasi Gelombang Menurut Kedalaman Relatif

Berdasarkan kedalaman relatif, yaitu perbandingan antara kedalaman air (d) dan panjang gelombang (L), (d/L), gelombang dapat diklasifikasikan menjadi 3macam, yaitu :

Klasifikasi ini dilakukan untuk menyederhanakan rumus rumus gelombang.Apabila kedalaman relatif d/L adalah lebih besar dari 0,5 dan nilai tanh = 1,0, sehingga :

Indeks ( 0 ) menunjukkan bahwa nilai-nilai tersebut adalah untuk kondisi di laut dalam. Apabila percepatan gravitasi (g) adalah 9,81 m/s, maka :C0 = 1,56 TL0 = 1,56 T

C = gd L = gdT = CT Untuk kondisi gelombang di laut transisi, yaitu 1/20 < d/L 3,00

Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena adanya gaya tarik benda-benda langit yaitu matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Tinggi pasang surut adalah amplitudo total dari variasi muka air tertinggi (puncak air pasang) dan muka air terendah (lembah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka air pada muka air rerata ke posisi yang sama berikutnya. Dalam Triatmodjo (1996), ada beberapa tipe pasang surut. Secara umum pasang surut di berbagai daerah di Indonesia dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide), yaitu pasang yang memiliki sifat dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan juga dua kali surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat di Selat Malaka sampai Laut Andaman.2. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide), yaitu tipe pasang surut yang apabila dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan Selat Karimata.3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (Mixed Tide Prevailling Semidiurnal), yaitu pasang surut yang dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di parairan Indonesia Timur.4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (Mixed Tide Prevealling Diurnal), yaitu dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat di Selat Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.

Elevasi muka air laut selalu berubah setiap saat, maka diperlukan suatu elevasi yang ditetapkan berdasar data pasang surut, yang dapat digunakan sebagai pedoman di dalam perencanaan suatu pelabuhan. Beberapa elevasi tersebut adalah sebagai berikut :1. MHHWL : Mean Highest High Water Level, tinggi rata-rata dari air tinggi yang terjadi pada pasang surut purnama atau bulan mati (spring tides).2. MLLWL : Mean Lowest Low Water Level, tinggi rata-rata dari air rendah yang terjadi pada pasang surut pasang surut purnama atau bulan mati (spring tides).3. MHWL : Mean High Water Level, tinggi rata-rata dari air tinggi selama periode 19,6 tahun.4. MLWL : Mean Low Water Level, tinggi air rata-rata dari air rendah selama 18,6 tahun.5. MSL : Mean Sea Level, tinggi rata-rata dari muka air laut pada setiap tahap pasang surut selama periode 18,6 tahun, biasanya ditentukan dari pembacaan jam-jaman.6. HWL : High Water Level (High Tide), elevasi maksimum yang dicapai oleh tiap air pasang.7. HHWL : Highest High Water Level, air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati (spring tides).8. LWL : Low Water Level (Low Tide), elevasi minimum yang dicapai oleh tiap air surut.9. LLWL : Lowest Low Water Level, air terendah pada saat pasang surut bulan purnama atau bulan mati (spring tides).

Beberapa definisi muka air tersebut banyak digunakan dalam perencanaan bangunan pantai dan pelabuhan seperti kedalaman kolam pelabuhan dan kedalaman alur pelayaran diperhitungkan terhadap keadaan surut terendah (LLWL), draft kapal serta kelonggaran bawah. Elevasi lantai dermaga, elevasi puncak pemecah gelombang diperhitungkan terhadap keadaan pasang yang tinggi (MHWL), disamping faktorfaktor yang lain seperti kenaikan air (water set up). Di dalam perencanaan pelabuhan diperlukan data pengamatan pasang surut minimal 15 hari yang digunakan untuk menentukan elevasi muka air rencana. Berikut ini contoh kurva pasang surut.

f. Elevasi Muka Air Laut RencanaElevasi muka air laut merupakan parameter sangat penting di dalam perencanaan bangunan pantai. Elevasi tersebut merupakan penjumlahan dari beberapa parameter seperti pasang surut, tsunami, wave setup, wind setup, dan kenaikan muka air karena perubahan suhu global. Pasang surut merupakan faktor terpenting di dalam menentukan elevasi muka air rencana. Penetapan berdasar MHWL atau HHWL tergantung pada kepentingan bangunan yang direncanakan.

2.2 Peramalan Garis pantaiPenyesuaian bentuk pantai merupakan tanggapan yang dinamis alami pantai terhadap laut. Proses dinamis pantai sangat dipengaruhi oleh littoral transport, yang didefinisikan sebagai gerak sedimen di daerah dekat pantai (nearshore zone) oleh gelombang dan arus. Littoral transport dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu transpor sepanjang pantai (longshore transport) dan transpor tegak lurus pantai (onshore-offshore transport). Material pasir yang ditranspor disebut dengan littoral drift. Transpor tegak lurus pantai terutama ditentukan oleh kemiringan gelombang, ukuran sedimen dan kemiringan pantai.

Pada umumnya gelombang dengan kemiringan besar menggerakkan material ke arah laut (abrasi), dan gelombang kecil dengan periode panjang menggerakkan material ke arah darat (akresi). Bentuk profil pantai sangat dipengaruhi oleh serangan gelombang, sifat-sifat sedimen seperti rapat massa dan tahanan terhadap erosi, ukuran dan bentuk partikel, kondisi gelombang dan arus, serta bathimetri pantai.

2.3 Bentuk PantaiPantai bisa terbentuk dari material dasar berupa lumpur, pasir, atau kerikil (gravel). Kemiringan dasar pantai tergantung pada bentuk dan ukuran material dasar. Pada pantai kerikil kemiringan pantai bisa mencapai 1:4, pantai pasir mempunyai kemiringan 1:20 - 1:50 dan untuk pantai berlumpur mempunyai kemiringan sangat kecil mencapai 1:5000.

Pantai berlumpur terjadi di daerah pantai dimana terdapat banyak muara sungai yang membawa sedimen suspensi dalam jumlah besar ke laut. Selain itu kondisi gelombang di pantai tersebut relatif tenang sehingga tidak mampu membawa sedimen tersebut ke perairan dalam laut lepas.

Suhu permukaan bumi secara global telah mengalami kenaikan sekitar 0,74 C antara awal dan akhir abad ke-20. Perubahan ini berpengaruh besar terhadap iklim bumi. Kenaikan suhu ini mengakibatkan dua hal utama yang terjadi di lapisan atmosfer paling bawah, yaitu fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikan muka air laut. Pada pertengahan abad ke-20, penyebaran panas menyebabkan kenaikan permukaan air laut setinggi 2,5 cm. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan sejak 1993-2003, lajupeningkatan permukaan air laut rata-rata adalah 3,1 mm/tahun (Bindoff et. al., 2007).

Naiknya permukaan air laut akibat pemanasan global, mengakibatkan garis pantai melebar dan terjadi erosi. Erosi air laut secara terus-menerus oleh gelombang laut dan arus laut merusak dinding pantai. Dampak dari erosi pantai ini adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnya kemampuan lahan (degradasi lahan).

Metode penanggulangan erosi pantai adalah dengan membuat struktur pelindung pantai, dimana struktur tersebut berfungsi sebagai peredam energi gelombang pada lokasi tertentu. Struktur pelindung pantai terbaik untuk pengelolaan dan perlindungan garis pantai adalah dengan cara membuat situasi dimana garis pantai berorientasi secara paralel terhadap garis puncak gelombang datang, sehingga meminimalkan angkutan sedimen transport sepanjang pantai dan menciptakan pola pantai yang setimbang.

Kerusakan serta longsornya tanah di daratan pinggiran pantai serta menjadikan bangunan yang berada di daerah pantai tetap aman dan stabil, meskipun naiknya permukaan air laut oleh pemanasan global dapat dihindari, yaitu dengan membuat struktur pelindung pantai.

2.4 Kondisi Hidraulis

Kondisi gelombang sangat bergantung pada fitur batimetri lepas pantai sebagai batas daratan, pulau lepas pantai dan kedalaman air. Gelombang ini dapat diciptakan oleh angin lokal (keadaan laut) atau gelombang besar dan karakteristiknya berubah sesuai dengan perambatannya pada air dangkal. Iklim gelombang di area dekat pantai ditentukan oleh iklim gelombang lepas pantai.

Data angin untuk prediksi gelombang secara normal didapat melalui cara observasi langsung melalui fetch (daerah pembentukan gelombang) yang diasumsikan memiliki kecepatan dan arah angin yang relative konstan dari pengamatan di darat. Arah dan kecepatan maksimum angin harian akan digunakan untuk memprediksi tinggi dan perioda gelombang maksimum yang dapat dibangkitkan angin dalam perioda ulang waktu tertentu. Dalam tulisan ini penghitungan gelombang (yang dibangkitkan angin) dilakukan dengan cara hindcasting berdasarkan formulasi yang tersusun di dalam buku Shore Protection Manual, Departement of The Army, Coastal Engineering Reseach Center (1984).

Prinsip dasar metode ini adalah mengestimasi tinggi dan perioda gelombang yang dihitung dari data angin dan fetch efektif dengan menggunakan metoda empiris, tinggi dan perioda gelombang. Dalam perhitungan ini digunakan kecepatan angin maksimum, yang dimaksudkan untuk menganalisis kondisi-kondisi ekstrim dari gelombang. Arah angin dinyatakan dari arah datangnya angin. Hal ini diperlakukan sama terhadap gelombang, dimana gelombang dinyatakan dari arah datangnya gelombang.

Tinggi gelombang merupakan tinggi gelombang lepas pantai. Sebelum mencapai pantai, gelombang tersebut mengalami proses refraksi (perubahan arah gelombang) dan shoaling (perubahan panjang dan tinggi gelombang). Selain itu, gelombang tersebut pada kedalaman tertentu mengalami fase pecah gelombang sebelum mencapai pantai, sehingga gelombang di pantai lebih kecil dari pada gelombang di lepas pantai. Untuk keperluan perencanaan dapat digunakan formula tinggi gelombang pecah.

Pasang surut merupakan fenomena fisika oseanografi yang perlu dipelajari dalam upaya memahami pola sirkulasi massa air laut. Parameter pasang surut ini umumnya menentukan gerakan air dalam periode tengah harian sampai harian, tergantung pada tipe pasang surut yang terjadi pada perairan tersebut. Observasi pasut jangka panjang (~30 tahun) dapat memberikan data yang sangat reliabel dan akurat untuk fluktuasi permukaan air termasuk bulanan, musiman dan variasi tahunan.

Data pasut yang kurang akurat dapat terjadi dalam pengumpulan set konstituen pasut dari Tabel Pasut Indonesia (ITT), database IHO atau Admiralty Tide Tables (ATT). Namun, pasut ini hanya terdiri dari konstituen utama yang berkontribusi terhadap sinyal pasut dan hanya tersedia untuk lokasi tertentu seperti pelabuhan utama dan kota-kota besar yang terletak di sepanjang pantai. Umumnya, fluktuasi musiman dan tahunan dari sinyal pasut tidak dapat diderivasitersendiri dari konstituen ini.

Selanjutnya dengan melakukan levelling pengikatan nol pelskal terhadap patok BM pengukuran topografi diperoleh elevasi pasang surut. Gambar pengikatan nol pelskal seperti pada Gambar 2. Hasil pengamatan pengukuran pasang surut digunakan juga untuk menentukan elevasi muka air HHWL (Highest High Water Level), MSL (Mean Sea Level) dan LLWL (Lowest Low Water Level). Berdasarkan data hasil pengamatan, dibuat peramalan karakteristik tinggi muka air di lokasi pantai Bengkulu dengan elevasi seperti pada Tabel .

Tabel Karakteristik Elevasi Muka AirKondisi Muka AirElevasi (m)

Highest High Water Level (HHWL)2,2966

Mean High Water Spring (MHWS)1,8911

Mean High Water Neap (MHWN)0,8025

Mean Sea Level (MSL)0

Mean Low Water Neap (MLWN)-0,8121

Mean Low Water Spring (MLWS)-1,1410

Lowest Low Water Level (LLWL)-1,6540

Elevasi muka air laut rencana merupakan parameter sangat penting di dalam perencanaan struktur pelindung pantai. Elevasi tersebut merupakan penjumlahan dari beberapa parameter, seperti tinggi run-up, tinggi kebebasan, dan tinggi muka air laut tertinggi, serta kenaikan muka air karena perubahan suhu global. Gelombang dominan dari kedalaman di Pantai bengkulu muncul dari arah Selatan untuk periode ulang 25 tahun dan tingginya adalah 5,52 meter. Untukmendapatkan nilai tinggi gelombang (H) desain untuk kondisi di daerah bibir pantai dengan kondisi gelombang sudah pecah adalah

dan panjang gelombang ( 0 L ) di lokasi struktur pelindung pantai adalah

dimana d adalah tinggi air laut rata-rata dan T adalah perioda ulang gelombang.Tinggi rayapan gelombang untuk menentukan nilai run-up gelombang diperoleh dengan menggunakan rumus Irribaren:

Dimana adalah sudut kemiringan sisi struktur pelindung pantai (1:2).Dengan menggunakan grafik run-up gelombang diperoleh:

Nilai run-up gelombang ( u R ) yang digunakan adalah 1,4 meter. Kemudian menentukan elevasi muka air rencana sebagai berikut:Elevasi puncak HHWL R Tinggi jagaan 4,00 meter atau + 4,00 (MSL, mean sea level) dimana HHWL adalah muka air tertinggi (highest high water level) = 2,3 meter, dan tinggi jagaan atau freeboard adalah 0,3 meter.

BAB IIIMANFAAT DAN KERUGIAN YANG DITIMBULKAN

3.1 Manfaat dan Kerugian

Perubahan iklim global sebagai implikasi dari pemanasan global telah mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat dengan permukaan bumi. Pemanasan global ini disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca yang dominan ditimbulkan oleh industri-industri. Gas-gas rumah kaca yang meningkat ini menimbulkan efek pemantulan dan penyerapan terhadap gelombang panjang yang bersifat panas (inframerah) yang diemisikan oleh permukaan bumi kembali ke permukaan bumi.

Pengamatan temperatur global sejak abad 19 menunjukkan adanya perubahan rata-rata temperatur yang menjadi indikator adanya perubahan iklim. Perubahan temperatur global ini ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga 0.74oC antara tahun 1906 hingga tahun 2005. Temperatur rata-rata global ini diproyeksikan akan terus meningkat sekitar 1.8-4.0oC di abad sekarang ini, dan bahkan menurut kajian lain dalam IPCC diproyeksikan berkisar antara 1.1-6.4oC.

Gambar Perubahan di Indonesia untuk tahun 1950-2100(Susandi,2004)

Perubahan temperatur atmosfer menyebabkan kondisi fisis atmosfer kian tak stabil dan menimbulkan terjadinya anomali-anomali terhadap parameter cuaca yang berlangsung lama. Dalam jangka panjang anomali-anomali parameter cuaca tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim tersebut diantaranya adalah : Semakin banyak penyakit (Tifus, Malaria, Demam, dll.) Meningkatnya frekuensi bencana alam/cuaca ekstrim (tanah longsor, banjir, kekeringan, badaitropis, dll.) Mengancam ketersediaan air Mengakibatkan pergeseran musim dan perubahan pola hujan Menurunkan produktivitas pertanian Peningkatan temperatur akan mengakibatkan kebakaran hutan Mengancam biodiversitas dan keanekaragaman hayati Kenaikan muka laut menyebabkan banjir permanen dan kerusakan infrastruktur di daerah pantai

Terdapat dua dampak yang menjadi isu utama berkenaan dengan perubahan iklim, yaitu fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikan muka laut yang menyebabkan tergenangnya air di wilayah daratan dekat pantai. Dampak lain yang diakibatkan oleh naiknya muka laut adalah erosi pantai, berkurangnya salinitas air laut, menurunnya kualitas air permukaan, dan meningkatnya resiko banjir

Gambar Kenaikan Muka Air Laut Banjarmasin Tahun 2010

Gambar Kenaikan Muka Air Laut Banjarmasin Tahun 2050

Gambar Kenaikan Muka Air Laut Banjarmasin Tahun 2100

Ketiga gambar tersebut di atas, yaitu Gambar yang menunjukkan genangan air yang diakibatkan oleh kenaikan muka laut hingga tahun 2100. Beberapa kecamatan di Banjarmasin mengalami dampak dari kenaikan muka laut tersebut. Diantaranya adalah kecamatan Banjarmasin Tengah, Banjarmasin Utara, Banjarmasin Barat, dan Banjarmasin Selatan.

Daratan yang hilang karena terendam air dapat dilihat melalui Tabel berikut: Luas daratan Banjarmasin yang hilang karena kenaikan muka laut TahunLuas daratan yang hilang (km2)

2010 0.530

2050 1.039

2100 2.581

Daratan Banjarmasin yang hilang karena kenaikan muka laut menurut proyeksi yang dilakukan akan berdampak juga pada beberapa sektor perekonomian di Banjarmasin. Estimasi dampak sosial dan ekonomi yang terjadi sebagai akibat dari genangan air di Banjarmasin adalah : Terganggunya lalu lintas jalan raya. Munculnya genangan-genangan air di wilayah perkotaan. Berkurangnya lahan-lahan produktif di sektor pertanian. Bekunya aktifitas-aktifitas industri dan bisnis diakibatkan kerusakan/terganggunya infrastruktur-infrastruktur.

Hasil perhitungan proyeksi kerugian ekonomi dari ditunjukkan dalam tabel berikut: Proyeksi Kerugian Ekonomi dari Lahan akibat Kenaikan Muka Laut di Banjarmasin Tahun Luas Areal yang Tergenang (km2) Kerugian Ekonomi dari Lahan (106$)

2010 0.530 0.03

2050 1.039 0.14

2100 2.581 0.69

Dari Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2100 dengan luas daerah yang tergenang sebesar 2.581 km2 kerugian ekonomi lahan diproyeksikan mencapai 0.69 juta dollar. Selain kerugian ekonomi lahan, tergenangnya lahan akibat kenaikan muka laut juga akan menyebabkan banyaknya pengungsian dari daerah sekitar sungai. Diperkirakan sebanyak 40.720 jiwa penduduk Banjarmasin harus diungsikan ke daerah yang lebih tinggi. Proyeksi Jumlah Pengungsi akibat Kenaikan Muka Laut Tahun Kepadatan Penduduk Rata-Rata Pengungsi

2010 9,670 5,125

2050 13,002 13,509

2100 15,602 40,270

BAB IVPENUTUP

4.1 SARAN

Berkenaan dengan proyeksi kenaikan muka laut, telah dilakukan penelitian sebelumnya, yaitu proyeksi kenaikan muka laut untuk wilayah Indonesia. Hasil proyeksi tersebut menunjukkan wilayah Indonesia mengalami kehilangan daratan-daratan akibat kenaikan muka laut. Jika diambil hasil proyeksi untuk tahun 2010, 2050, dan 2100 dengan luas daratan yang hilang secara berturut-turut seluas 7408 km2, 30120 km2, dan 90260 km2 (Susandi, dkk., 2008), maka sekitar 0.03% luas daratan yang hilang tersebut adalah bagian dari daratan Banjarmasin.

Daratan yang hilang di wilayah Banjarmasin ini diakibatkan karena sungai Barito yang mengalir di antara Kota Kalimantan dan Kabupaten Barito Kuala mendapatkan massa air kiriman dari laut Jawa. Permukaan sungai Barito menjadi naik sebagai akibat kenaikan muka laut di laut Jawa karena perubahan iklim. Banjir yang terjadi disebabkan karena daratan Banjarmasin yang rendah, sehingga permukaan air sungai Barito yang lebih tinggi menyebabkan meluapnya air ke daratan.

4.2 kesimpulan Beberapa kesimpulan penting dalam kajian proyeksi kenaikan muka laut di Banjarmasin adalah sebagai berikut : Kenaikan muka laut diproyeksikan akan terjadi di wilayah Kalimantan Selatan, terutama Banjarmasin dan sekitarnya sebagai implikasi dari perubahan iklim. Akibat yang ditimbulkan dari kenaikan muka laut tersebut akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Banjarmasin dan sekitarnya. Beberapa infrastruktur yang menjadi media pembangunan ekonomi di wilayah Banjarmasin dan sekitarnya akan mengalami kerusakan dan kerugian dari bencana tersebut yang tidak dapat dihindari jika kenaikan muka laut terus berlanjut. Tindakan adaptasi dan mitigasi perlu segera dilakukan untuk mengurangi dampak kenaikan muka laut di wilayah Banjarmasin dan sekitarnya. Beberapa kegiatan adaptasi yang dapat dilakukan di Banjarmasin adalah pembuatan tanggul di pinggir Sungai Barito, relokasi penduduk di sekitar sungai ke daerah yang lebih tinggi serta pembangunan rumah panggung.

29