“penafsiran sayid quṬb tentang kriteria keluarga...

106
“PENAFSIRAN SAYID QUB TENTANG KRITERIA KELUARGA SAKĪNAH DALAM TAFSĪR FĪ ẒILĀL AL-QUR’ĀNSKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah JakartaSebagai Persyaratan Guna MemperolehGelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: EPENDI NIM: 11140340000042 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1440 H

Upload: hakhanh

Post on 15-May-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

“PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA

KELUARGA SAKĪNAH DALAM TAFSĪR FĪ ẒILĀL AL-QUR’ĀN”

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

JakartaSebagai Persyaratan Guna MemperolehGelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

EPENDI

NIM: 11140340000042

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1440 H

Page 2: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt
Page 3: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt
Page 4: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt
Page 5: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

iv

ABSTRAK

Ependi: “Penafsiran Sayid Quṭb Tentang Kriteria Keluarga Sakīnah dalam

Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān”.

Sayyid Quṭb adalah salah satu ʻulama besar Islam kontemporer. Nama

lengkapnya adalah Sayyid bin al-Haj Quṭb bin Ibrahim bin Husaen al-Sazali.

Beliau adalah salah satu ‘ulama besar yang sangat berpengaruh bagi Islam,

banyak karya-karya beliau yang beredar di negara-negara islam, salah satu karya

terbesarnya adalah Fī Ẓilāl al-Qur’ān yang terdiri dari 12 jilid, yang merupakan

sumber rujukan primer dari penelitian ini. Keluarga merupakan hal yang penting

di kehidupan manusia, dimana keluarga merupakan tempat pertama kali manusia

mendapat pelajaran dan pendidikan untuk meneruskan hidup mereka. Di dalam

berkeluarga penting adanya untuk menciptakan ketenangan, keharmonisan dan

kasih sayang dalam rumah tangga, yang mana hal ini diungkapkan dalam al-

Qur’ān dalam al-ʻarāf ayat 189 dan Qs. ar-Rūm ayat 21 yang menyatakan bahwa

tujuan berkeluarga adalah untuk menciptakan sebuah keluarga yang harmonis,

aman, damai dan tentram. Atau yang sering dikenal dengan Sakīnah, Mawaddah,

dan Rahmah.

Dalam hubungan suami istri kadang kala terjadinya kesalah pahaman, dan

kurangnya komunikasi yang baik antara suami-istri, maka akan menimbulkan

ketidak harmonisan dalam berkeluarga bahkan bisa terjadi kesalahan fatal yaitu

berakhir dengan perceraian. Oleh karena itu perlu adanya konsep atau kriteria

untuk menjadikan sebuah hubungan suami-istri menjadi sebuah keluarga yang

dimaksud al-Qur’an itu sendiri, untuk mendapatkan kriteria tersebut penulis

menggunakan penafsiran Sayd Quṭb Fī Ẓilāl al-Qur’ān. Penelitian ini bersipat

kepustakaan (library recearch). Sumber primernya diambil dari tafsir Fī Ẓilāl al-

Qur’ān. Sementara itu sumber sekundernya diambil dari berbagai kitab, buku,

jurnal, dan berbagai sumber lainnya yang berkaitan dengan pkok permasalahan.

Adapun metode yang penulis digunakan adalah (diskriptip-analitis),

adalah mengumpulkan data dan menyusun data, kemudian dilakukan analisis

terhadap data tersebut. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa ayat-ayat

yang berhubungan dengan kriteria keluarga sakīnah, Sayyid Quṭb mengaitkan

dengan hadis-hadis nabi dan dengan tokoh-tokoh serta para mufassir lainnya.

Sedangkan kesimpulan dari penelitian ini ialah: konsep atau unsur-unsur yang

menjadikan kriteria sebuah keluarga sakīnah menurut Sayyid Quṭb ada tiga

macam: pertama. Ketenangan (ketentraman) Qs. al-aʻrāf 189 dan ar-Rūm 21,

yang kedua. Muʻāsyarah bi al-Maʻrūf Qs. an-Nisā 189, yang ketiga. Bertanggung

Jawab Qs. at-Tahrīm 6 dan Luqman 13-14.

Kata Kunci: Kriteria Sakīnah, Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān (Sayid Quṭb).

Page 6: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

v

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحن الرحيم

يان واليقي. اللهم صل على سيدنا ، الذي حبانا بال رسلي، المد هلل الملك الق المبي

د، خات األنبياء وامل ممين. أما ب عد وعلى آله الطيبي، وأصحابه األخيار أجعي، ومن تبعهم بإحسان إل ي وم الد

Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam yang telah memberikan

kenikmatan jasmani maupun rohani, serta Rahmat dan hidayah-Nya, dan

kemudahan serta kesabaran dalam menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah ini (Sktipsi) berkat

pertolongan-Nya. Sholawat dan salam saya sampaikan dan saya haturkan kepada

manusia yang paling mulia kekasih Allah Swt yakni baginda Nabi besar

Muhammad Saw. Beliaulah Nabi akhir zaman yang telah memberikan cahaya dan

tuntunan petunjuk jalan yang lurus kepada umat islam untuk mendapatkan

kebahagiaan di dunia dan di akhirat, serta doʻa untuk keluarganya, sahabatnya,

dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir yang harus saya selesaikan

untuk menamatkan kuliah dan mengantarkan saya meraih gelar sarjana Starata-1

pada jurusan Ilmu al-Qur’ān dan Tafsīr Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini tidak akan tuntas tampa bantuan,

arahan, nasehat, dan bimbingan, dukungan dan kontribusi dari banyak pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berjasa dan membantu saya

dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Page 7: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

vi

Terlebih dahulu saya sembahkan bakti doa dan rasa terima kasih kepada

kedua orang tua saya, ibu dan bapak saya, yang mana dalam setiap sujud mereka

selalu mendo’akan kesuksesan anak-anaknya. Mereka yang telah bersabar dalam

mengasuh dan mendidik, memberikan kasih sayang, dan tentunya selalu ikhlas

mendoʻakan setiap langkah anak-anaknya demi tercapai cita-cita yang mulia.

Mereka juga yang selalu memotivasi saya untuk menjadi manusia yang lebih baik

dan bermanfaat bagi orang lain, selain dari itu mereka juga berpesan agar

menjauhi sifat sombong, angkuh, dengki dan sebagainya, mereka juga berpesan

bersifatlah engkau seperti padi, makin meninggi makin merunduk. Semoga Allah

senantiasa mengampuni dan memaafkan segala khilaf dan salahnya dan

menempatkan mereka derajat kedudukan yang paling tinggi. Amīn.

Selanjutnya saya sampaikan rasa terima kasih saya yang setinggi-tingginya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir Fakultas Ushuluddin dan ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd, selaku

Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. Serta seluruh dosen dan staf

akademik fakultas Ushuluddin, khususnya jurusan ilmu al-Qur’an dan tafsir

yang telah membagikan waktu, tenaga dan ilmu pengetahuan juga pengalaman

Page 8: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

vii

yang berharga kepada penulis. Semoga setiat langkah dan segala amal bapak

ibu dosen di balas dengan balasan semulia-mulianya. Amīn yā robbal ālamīn.

4. Bapak Ahmad Rifki Muchtar, M.A, selaku dosen pembimbing penulis yang

telah memberikan arahan, saran dan dukungan kepada penulis, sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan. Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika selama proses

bimbingan penulis banyak merepotkan. Semoga bapak senantiasa diberikan

kesehatan, dan kelancaran dalam segala urusan. Amīn.

5. Teman-teman seperjuangan, kepada seluruh teman-teman jurusan Ilmu Al-

Qur’an dan Tafsir angkatan 2014, khususnya teman-teman TH-B yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu. Semoga kita semua tetap dalam ikatan

silaturahmi dan jalinan persahabatan yang indah tiada akhir. Terima kasih atas

kerja sama selama ini semoga kita semua di lancarkan oleh Allah dalam segala

urusan. Amīn.

6. Teman-teman KKN-ARJUNA 108 Tahun 2017, yang tidak saya sebutkan satu

persatu, terima kasih atas kebersamaan dan warna baru dalam perjalanan kuliah

serta pengabdian kepada masyarakat selama sebulan penuh, semoga jalinan

silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt dan kita semua dilancarkan dalam

segala urusan. Amīn.

7. Pimpinan pondok pesantren Dārul Qur’ān al-Irsyadiah, Salman Arsyad, SQ.

Serta para Asātidz dan Asātidzah yang selalu memberika dukungan dan do’a

untuk saya. Semoga kalian semua guru-guruku diberi kesehatan dan

dipanjangkan umurnya oleh Allah Swt dan dimudahkan dalam segala urusan.

Amīn..

Page 9: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

viii

8. Bapak Dr. Ahmad Ridha, DESA., selaku ketua yayasan di Masjid Al-Muttaqīn

dan bapak Jendral Abdul Bahri, selaku bendahara Masjid Al-Muttaqin Rempoa

Komplek Mabad 60, Rengas, Ciputat Timur Tanggerang selatan. Yang selalu

memberikan dukungan motivasi serta bantuan dan telah memberikan saya

tempat tinggal selama saya kuliah di Jakarta ini, terima kasih banyak, dan

semoga Allah membalas segala kebaikan bapak dengan balasan yang luar

biasa. Amīn..

9. Serta masih banyak lagi pihak-pihak yang sangat berpengaruh dalam proses

penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah Swt membalas semua kebaikan yang telah diberikan, dan

semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan

umumnya bagi para pembaca agar selalu berpegang pada ajaran-ajaran Rasūlullāh

Saw. Amin yā Robbal ʻālamīn..

Ciputat, 20 september 2018

Ependi

Page 10: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman TransliterasiArab Latin yang merupakan hasil keputusan

bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikandan Kebudayaan R.I.

Nomor:158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

1. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya kedalam huruf Latin dapat

dilihat padahalaman berikut:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alīf اTidak

dilambangkan

Tidak dilambangkan

Ba B Be ب

Ta T Te ت

Ṡa Ṡ Es (dengan titik diatas) ث

Jim J Je ج

Ḥa Ḥ Ha (dengan titik di bawah) ح

Kha Kh Ka dan ha خ

Dal D De د

Żal Ż Zet (dengan titik di atas) ذ

Ra R Er ر

Zai Z Zet ز

Sin S Es س

Syin Sy Es dan ye ش

Page 11: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

x

Ṣad Ṣ Es (dengan titik di bawah) ص

Ḍad Ḍ De (dengan titik di bawah) ض

Ṭa Ṭ Te (dengan titik di bawah) ط

Hamzah(ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi

tanda apapun. Jika ia terletak ditengah atau diakhir, maka ditulis dengan tanda

(‟)

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa

Ẓa Ẓ Zet (dengan titik di bawah) ظ

ʻAin „___ Apostrof terbalik ع

Gain G Ge غ

Fa F Ef ف

Qaf Q Qi ق

Kaf K Ka ك

Lam L El ل

Mim M Em م

Nun N En ن

Wau W We و

Ha H Ha ه

Hamzah ___‟ Apostrof ء

Yā′ Y Ye ي

Page 12: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

xi

Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai

berikut:

Tanda Nama Huruflatin Nama

Fatḥah A A ا

Kasrah ا

I I

Ḍammah U U ا

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruflatin Nama

Fatḥah dan ya Ai A dan I ى ي

ىو

Fatḥah dan

Wau

Au A dan U

Contoh: ك يف: kaifa ه ول: haula

3. MADDAH

Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,

transliterasinya berupa huruf dan tanda,yaitu:

Harkatdan

Huruf

Nama Hurufdan

tanda

Nama

ي ... |ا... Fatḥaḥ dan alif

atau ya

ā

a dan garis di atas

Page 13: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

xii

ىي

Kasrah dan ya

Ī

ī dan garis di atas

ى و

Ḍammah dan Wau

Ū

ū dan garis di atas

Contoh:

qīla : ق يل māta : م ات

yamūtu : ي وت ramā : ر م ى

4. Ta marbūṭah

Ttansliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang hidup

atau mendapat harkat fatḥah, kasrah, ḍammah, transliterasinya adalah (t).

Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun, translterasinya

adalah (h).

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata

yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka

ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:

rauḍah al-aṭfāl : ر وض ة ال طف ال

ل ة al-madīnah al-fāḍilah : ا لم د ي ن ة الف اض

ة al-Ḥikmah : ا ل كم

Page 14: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

xiii

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda tasydid ( ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan

perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah. Contoh:

al-ḥaqq : ا ل ق al-ḥajj : ا ل ج rabbanā : ر ب ن ا

ن ا م ع ن najjaīnā : ن ي : nu‘‘ima و د ع : ‘aduwwun

Jika huruf ى ber-tasydid diakhir sebuah kata dan didahului oleh huruf

kasrah ( ي ), maka ia ditrasnliterasi seperti huruf maddah (i). Contoh:

ي ل ع : „Alī (bukan „Aliyy atau „Aly).

ر ع ب :„Arabī (bukan „Arabbiy atau Araby).

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem penulisan tulisan Arab dilambangkan dengan

Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi .(alif lam ma’rifah)ال

seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti huruf syamsiah maupun huruf qamariah.

Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata

sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan

garis mendatar (-). Contohnya:

al-falsafah : ا لف لس ف ة al-syamsu (bukan asy-syamsu) : ا لشمس

د al-zalzalah : ا لزلز ل ة al-bilādu : ا لب ل

Page 15: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

xiv

7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi huruf (‟) hanya berlaku bagi

hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di

awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contohnya:

syai’un : ش يء ta’murūna : ت أم ر ون

umirtu : أ م رت al-nau : ا لن وء

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Penulisan Kata Arab yang lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata,

istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang

belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah

lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah

sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara

transliterasi di atas Misalnya kata Al-Qur'an (dari al-Qur'an), Sunnah, khusus dan

umum Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks

Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh: Fī Ẓilāl al-Qur’an,

Al-Sunnah qabl al-tadwīn, Al-‘Ibārāt bi ‘ūmūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab.

9. Lafẓ al-Jalālah (هللا)

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya

atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaihi (frasa nominal), ditransliterasi tanpa

huruf hamzah. Contoh:

billāh : ب االل dīnullāh : د ين الل

Page 16: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

xv

Adapun ta ta marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-

jalālah, ditranliterasi dengan huruf [t]. Contoh: ر م ة الل hum fī raḥmatillāh : ه مي

10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam

transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf

kapital berdasarkan pedoman eiaan BahasaIndonesia yang berlaku (EYD). Huruf

kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang,

tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri

didahului oleh katasandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap

huruf awalnama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak

padaawal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakanhuruf

kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awaldari judul

referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika iaditulis dalam teks

maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh: Wa mā

Muḥammadun illā rasūl, Inna awwala baitin wuḍi’a linnāsu lallażī bi Bakkata

mubārakan, Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fih al-Qur’an, Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī,

Abū Naṣr al-Farābī, Al-Ghazālī, Al-Munqiż min al-Ḍalāl.

Page 17: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

xvi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. iii

ABSTRAK............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

PEDOMAN TRANSLITERASI......................................................................... ix

DAFTAR ISI....................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.. .........................................................1

B. Perumusan Masalah.................................................................12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................13

D. Tinjauan Pustaka.....................................................................14

E. Metode Penelitian....................................................................18

F. Sistematika Penulisan..............................................................19

BAB II BIOGRAFI SAYYID QUṬB DAN SEPUTAR TAFSĪR FĪ

ẒILĀL AL-QUR’ĀN

A. Biografi Sayyid Quṭb.............................................................. 21

1. Riwayat hidup................................................................... 21

2. Perkembangan Karir Intelektual Sayyid Quṭb................... 24

3. Karya-karya Ilmiah Sayyid Quṭb....................................... 26

B. Metodologi Penafsiran Fī Ẓilāl al-Qur’ān............................. 29

1. Latar Belakang Penulisan Fī Ẓilāl al-Qur’ān.................... 29

2. Metode dan Corak Penafsiran............................................ 33

3. Sistematika Penulisan........................................................ 36

Page 18: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

xvii

4. Penilaian Ulama Terhadap Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān........ 37

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KELUARGA SAKĪNAH

A. Pemahaman Tentang Keluarga.............................................. 39

1. Pengertian Keluarga........................................................... 40

2. Proses Terbentuknya Keluarga.......................................... 41

3. Tujuan Berkeluarga........................................................... 43

4. Tanggung jawab dalam berkeluarga.................................. 47

B. Pemahaman Tentang Sakīnah................................................. 53

1. Pengertian Sakīnah............................................................ 54

2. Unsur-unsur Mewujudkan Keluarga Sakīnah dalam

Berkeluarga........................................................................ 55

BAB IV KRITERIA KELUARGA SAKĪNAH MENURUT SAYYID

QUṬB DALAM TAFSĪR FĪ ẒILĀL AL-QUR’AN

A. Ketenangan (ketentraman)...................................................... 58

B. Muʻāsyaroh bi al-Maʻrūf........................................................ 65

C. Bertanggung Jawab................................................................ 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................. 82

B. Saran-saran............................................................................. 83

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 84

Page 19: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan oleh Allah berpasang-pasangan agar dapat saling

menyayangi, saling menerima dan memberi antara satu dengan yang lainnya,

untuk memperoleh ketentraman jiwa dalam beribadah kepada Allah Swt.

Melaksanakan pernikahan adalah melaksanakan perintah agama sekaligus

memenuhi sunnah Rasulullah Saw. Oleh karena itu, jika seseorang sudah

mencukupi persyaratan untuk menikah maka dia diperintahuntuk

melaksanakanya, karena dengan menikah hidupnya akan lebih sempurna.1

Karena cinta dan demi cinta langit dan bumi diciptakan, dan atas dasarnya

makhluk diwujudkan, demi cinta seluruh planet beredar dan dengannya pula

semua gerak mencapai tujuannya serta bersambung awal dan akhirat. Dengan

cinta semua jiwa meraih harapannya dan mendapatkan idamannya serta

terbebaskan dari segala yang meresahkannya. Demikian pandangan Ibnu Qayyim

al-jauziah (w. 1350 M).2

“Seandainya waktu untuk hidup tinggal lima menit lagi untuk mengatakan

sesuatu, maka semua telepon umum akan dipenuhi orang-orang yang menelpon

orang lain untuk mengatakan padanya “Aku cinta padamu” (Cristopher Morly).

Tidak ada rasa takjub yang lebih memukau daripada rasa takjub karena dicintai

atau mencintai. Tapi apakah cinta itu? tidak mudah menjelaskannya, ʻUlama besar

1 Juariyah, Hadis Tarbawi, (Yogyakarta: TERAS, 2010), h. 130.

2 M. Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera hati, cet IV, 2007), h. 23.

Page 20: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

2

Ibn Hazm, yang wafat sekitar seribu tahun yang lalu, tepanya 456 H, menulis

sebuah buku berjudul Thauq al-Hamāmah (kalung merpati) yang menggambarkan

pengalaman pribadinya dan pengalaman orang lain dalam memahami cinta.

„Ulama itu menulis: “Cinta awalnya adalah permainan dan akhirnya adalah

kesungguhan”. Ia tidak dapat dilukiskan, tetapi harus dialami dan diketahui,

agama tidak menolaknya dan syariaʻatpun tidak melarangnya, karena hati

ditangan Tuhan, Dia yang membolak baliknya.3

Cintapun bermacam-macam, ada cinta kepada Allah, ada juga kepada

manusia, bahkan ada cinta kepada tanah air, binatang dan benda-benda tak

bernyawa, tergantung dari makna kata cinta yang dimaksud. Cinta kepada

manusia berbeda-beda, ada yang kepada lawan jenis, pasangan suami istri atau

tunangan, kepada anak, ibu, saudara dan manusia yang lain. Cinta sejati antara

manusia terjalin bila ada sifat-sifat didambakan oleh sipencinta melekat kepada

sosok yang dicintainya dan yang terasa olehnya, rasa inilah yang mendorong dan

menguatkan kecenderungan itu, semakin banyak dan kuat sifat-sifat yang

dimaksud, dan semakin terasa oleh masing-masing pihak, semakin kuat dan dalam

jalinan hubungan mereka demikian kurang lebih uraian ʻUlama besar Ibn

Qayyim Al-jauziah.

Dengan demikian, lahirnya cinta tidak cukup dengan hadirnya sifat yang

disenangi kekasih pada diri pribadi seseorang, tetapi kehadirannya itu harus

disadari dan dirasakan oleh mitranya, karena itu boleh jadi seseorang sangat

cantik atau gagah, boleh jadi sangat baik dan jujur yang merupakan sifat-sifat

3M. Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an, h. 24.

Page 21: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

3

yang disenangi, tetapi bila itu tidak disadari dan dirasakan maka keistimewaan ini

tidak mengundang cinta. Oleh karena itu untuk meraih jenjang yang lebih lanjut

(menikah), maka adanya rasa cinta yang tertanam dalam hati.4

Pernikahan.5 Bagi umat manusia adalah sesuatu yang sangat sakral dan

mempunyai tujuan yang sakral pula, menurut para ahli ushul Fiqih dan bahasa

kata nikah digunakan secara haqīqah (arti sebenarnya) untuk arti hubungan intim,

dan secara majaz (kiasan) untuk arti akad. Sekiranya kata nikah tertera didalam

al-Qur‟an dan sunah tampa adanya indikasi lain maka yang dimaksud adalah

hubungan intim,6 dan tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan yang ditetapkan

syari‟at agama. Tujuan utama dari pernikahan adalah untuk membentuk

keluarga bahagia yang penuh ketenangan cinta dan rasa kasih sayang.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin dapat hidup sendiri. Ia

pasti membutuhkan orang lain untuk berkomunikasi, melaksanakan tugas dan

memenuhi segala kebutuhanya. Selain itu manusia juga dikaruniai nafsu berupa

kecenderungan tabiat kepada sesuatu yang dirasa cocok. Kecenderungan ini

merupakan satu bentuk ciptaan yang ada pada diri manusia, sebagai urgensi

kelangsungan hidupnya. Seperti makan, minum dan menikah.

Lebih spesifik, Islam adalah agama kehidupan yang menghargai insting

biologis (seks) yang merupakan bagian penting dari kehidupan ini. Sudah menjadi

sunnatullah, bahwa Islam mampu menangani semua itu secara seimbang, menarik

4M. Quraish Shihab, (Pengantin Al-Qur’an), h. 26.

5Penggunaan kata “pernikahan” disamakan dengan “perkawinan”, dimaksudkan untuk

memudahkan penyusun karena banyak referensi yang menggunakan kedua kata tersebut dengan

maksud yang sama. 6Wahbah Az-Zuhailī, Fiqih Islam Wadillatuhu, Terj, Abdul Hayyi al-Kattani dkk,

(Jakarta: Gema Insani, cet ke 10, 2007), h. 48.

Page 22: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

4

dan obyektif, selama manusia masih menganggap perkawinan merupakan elemen

penting dalam kehidupan ini. Syari‟at yang ditentukan Islam mengajak pasangan

suami-istri untuk selalu berusaha menemukan kebaikan, keteguhan dan

perjuangan pasangannya disamping hanya sekedar kenikmatan berhubungan

badan.

Maka Rasulullah Saw memberikan anjuran kepada para pemuda yang

belum menikah agar segera menikah, karena begitu besarnya faedah dan tujuan

yang ada padanya. Diantara faedah dan tujuan yang utama adalah: Menjalankan

perintah Allah Swt sebagaimana hal ini tertuang dalam firman-Nya Qs. an-Nūr;

24/32 sebagai berikut:

يامى منكمأ والصالني منأ عبادكمأ وإمائكمأ إن يكونوا ف قراء ي غأنهم الله من له والله وأنكحوا الأ فضأ

واسع عليم

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-

orang yang layak (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan

hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan

memampukan mereka dengan kurunia-Nya. Dan Allah Maha luas

(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”7

Kemudian tujuan yang kedua ialah untuk meneladani Sunnah Rasulullah

Saw, Sebagaimana dikisahkan dalam hadits bahwa suatu ketika Rasulullah Saw

didatangi oleh tiga orang. Yang pertama mengatakan bahwa dirinya akan

melaksanakan shalat malam secara terus menerus, yang kedua mengatakan bahwa

dirinya akan melaksanakan shaum sepanjang masa (shaum Dhahr). Adapun yang

7Departmen Agama Republik Indonesia, al-Qur’ān dan terjemahannya (Jakarta: Pustaka

al-Mubin, 2013), h. 354.

Page 23: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

5

ketiga mengatakan bahwa dirinya akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah

untuk selama-lamanya. Maka seketika itu, Rasulullah Saw marah dan

mengatakan bahwa barang siapa yang membenci sunnahku maka ia bukan dari

golonganku.8

Tujuan yang ketiga ialah Agar orang yang beriman mengetahui

kenikmatan di dunia berupa berhubungan badan dan membandingkannya dengan

kenikmatan di akhirat nanti. Dengan mengetahui nikmat yang telah Allah Swt

anugerahkan kepada seorang yang beriman, berupa kenikmatan berhubungan

badan, maka seorang yang beriman akan membandingkannya dengan kenikmatan

yang akan diperoleh orang-orang yang senantiasa taat terhadap perintah-perintah-

Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, yang akan Allah berikan pada kehidupan

yang kekal di Surga kenikmatan yang berlipat ganda yang belum pernah

seorangpun merasakannya. Sehingga hal itu akan menambah keimanan dan

ketakwaan seseorang kepada Allah Swt.

Kemudian tujuan yang keempat ialah untuk melestarikan keturunan, dan

mendapatkan generasi yang shalih yang siap berjuang di jalan Allah Swt demi

menegakkan kalimatullah di muka bumi ini. Suatu hal yang lebih urgen pada

pernikahan bukan hanya sekedar untuk memperoleh anak, akan tetapi berusaha

mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang

shalih dan bertaqwa kepada Allah Swt yang siap mengembangkan dakwah dan

8Lihat HR. al-Bukhari, dalam kitab: Nikah, bab: Anjuran untuk Menikah, ( no. 5063 ) dan

Muslim dalam syarah-nya, dalam kitab: Nikah, bab: Disunahkan Menikah bagi orang yang

memiliki keinginan dan memiliki kemampuan dan menyibukkan diri dengan puasa bagi yang tidak

mampu (no. 3389).

Page 24: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

6

berjihad di jalan-Nya demi menegakkan kalimatullah di muka bumi ini. Generasi

seperti inilah yang sangat diharapkan kelahirannya di muka bumi ini.

Kemudian tujuan yang kelima ialah untuk Menjaga kemaluan,

menundukkan pandangan dan memelihara kehormatan wanita. Islam memandang

pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk memelihara

pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.

Rasulullah Saw bersabda yang artinya:

“Wahai para pemuda Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk

nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan

lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu,

maka hendaklah ia puasa karena puasa itu dapat membentengi dirinya”.9

Rasulullah Saw juga bersabda bahwa sesuatu yang banyak menyebabkan

manusia tergelincir kedalam neraka, adalah mulut dan kemaluan.10

Kemudian

tujuan yang ke enam ialah meredam syahwat dan menyalurkannya kepada sesuatu

yang halal demi mengharapkan pahala dan ridha Allah Swt. Sebagaimana sabda

Rasulullah Saw yang artinya;

ر قال وته ويكون له فيها أجأ ع أحدكمأ صدقة قالوا يا رسول الله أيأت أحدنا شهأ أرأي أتمأ لوأ وف بضأ

را وضعها ف حرام أكان عليأه لل كان له أجأ فيها وزأر فكذلك إذا وضعها ف الأ

“Dan hubungan badan diantara kalian adalah shadaqah.“ Para sahabat

bertanya, “Wahai Rasulullah mengapa seseorang yang menyalurkan

syahwatnya mendapatkan pahala?” Beliau bersabda, “Tidakkah kalian

ketahui, jika ia menyalurkannya pada sesuatu yang haram, maka ia akan

9Lihat HR. al-Bukhari dalam kitab: Nikah, (no. 5065)

10Lihat: HR. at-Tirmidzi, dalam kitab: Kebaikan dan Silaturahmi, bab: Akhlak yang

Baik, (no. 2004).

Page 25: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

7

mendapatkan dosa, Adapun jika ia menyalurkanya pada yang sesuatu

yang halal, maka ia akan mendapatkan pahala.”11

Kemudian tujuan yang terakhir ialah menciptakan ketenangan jiwa dan

rasa kasih sayang antara suami-isteri. Sebagaimana hal ini juga dituliskan oleh Dr.

Lilik Ummu kaltsum dan Dr. Abd Moqsith Ghazali dalam bukunya Tafsīr Ahkam

yaitu terciptanya sebuah ketenangan batin, sebagaimana al-Qur‟an menyebutnya

Sakinah.12

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-qur‟an surah al-Rūm/30: 21

dan al-ʻArāf /7: 189 sebagai berikut:

نكمأ مودة ورحأ ها وجعل ب ي أ كنوا إلي أ لك إن ف ذ ة ومنأ آياته أنأ خلق لكمأ منأ أن أفسكمأ أزأواجا لتسأ

م ي ت فكرون ليا ت لقوأ “dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untukmu

istri-istri dan jenismu sendiri supaya kamu merasa tenang tentram

kepadanya dan dijadikannya diantara kamu rasa cinta kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda

bagi kaum yang berfikir. (QS. al-Rūm/30:21).13

ه س واحدة وجعل من أ هاهو الذي خلقكمأ منأ ن فأ كن إلي أ ا زوأجها ليسأ

“Dialah (Allah) Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari

padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang

kepadanya”.(QS. alʻArāf/7:189)14

Ayat di atas mengamanatkan kepada seluruh umat manusia bahwa

diciptakannya seorang istri bagi suami adalah agar suami bisa hidup tentram

11

Lihat HR. Muslim dalam syarah-nya, dalam kitab: Zakat, bab: Penjelasan bahwa

shadaqah terdapat pada semua hal yang ma‟ruf, (no. 1006). 12

Lilik Ummu kaltsum dan Abd Moqsith Ghazalī, Tafsīr Ahkam (Jakarta: UIN press

2014), h. 206. 13

Departmen Agama Republik Indonesia, al-Qur’ān dan terjemahannya (Jakarta: Pustaka

al-Mubin, 2013), h. 406 14

Departmen Agama Republik Indonesia, al-Qur’ān dan terjemahannya, h. 174.

Page 26: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

8

bersama dalam membina keluarga begitupun sebaliknya istri juga merasakan hal

yang sama. Ketentraman seorang suami dalam membina bersama istri dapat

tercapai apabila diantara keduanya terdapat kerjasama timbal-balik yang serasi,

selaras, dan seimbang. Masing-masing tidak bisa bertepuk sebelah tangan

sebagai laki-laki sejati, suami tentu tidak akan merasa tentram, jika istrinya

telah berbuat sebaik-baiknya demi kebahagian suami, tetapi suami tidak mampu

memberikan kebahagian terhadap istrinya.

Demikian pula sebaliknya, Suami baru akan merasa tentram, jika dirinya

mampu membahagiakan istrinya dan istri-pun sanggup memberikan pelayanan

yang seimbang demi kebahagiaan suaminya. Kedua pihak bisa saling mengasihi

dan menyayangi, saling mengerti antara satu dengan yang lainya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing demi tercapainya keluarga yang Sakīnah,

Mawaddah, dan Rahmah.15

Kata sakīnah berarti ketenangan, ketentraman, dan kedamaian, artinya

keluarga sakinah itu ialah keluarga yang mampu menciptakan suasana kehidupan

berkeluarga yang tentram, merasa aman, damai, penuh cinta dan kasih sayang.16

Sakinah harus di dahului oleh gejolak, menunjukkan bahwa ketenangan yang

dimaksud adalah ketenangan dinamis, pasti dalam setiap rumah tangga ada saat-

saat dimana gejolak bahkan kesalah pahaman dapat terjadi, namun ia dapat segera

tertanggulangi bila ada agama didalam hatinya, yakni tuntunan-tuntunanya

15

Fuad Kauma dan Nipan, Membimbing Istri Mendampingi Suami, (Yogyakarta: Mitra

Usaha, 1997), h. 52. 16

Asrofi dan M. Thohir, keluarga sakinah dalam tradisi islam jawa, (yogyakarta: Arindo

nusa Media, 2006), h. 3.

Page 27: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

9

dipahami dan dihayati oleh anggota keluarga atau dengan kata lain bila agama

berperan dengan baik dalam kehidupan keluarga.

Sakinah bukan sekedar apa yang terlihat pada ketenangan lahir yang

tercermin pada kecerahan muka, karena yang ini bisa muncul akibat keluguan,

ketidaktahuan, atau kebodohan. Tapi sakīnah terlihat pada kecerahan muka yang

disertai dengan kelapangan dada, budi bahasa yang halus, yang dilahirkan oleh

ketenangan batin akibat menyatunya pemahaman dan kesucian hati, serta

bergabungnya kejelasan pandangan dengan tekad yang kuat.17

Hidup berumah tangga merupakan fitrah manusia sebagai makhluk sosial.

Keluarga atau rumah tangga muslim adalah lembaga terpenting dalam kehidupan

kaum muslimin. Ini semua disebabkan karena peran besar yang dimainkan oleh

keluarga, yaitu mencetak dan menumbuhkan generasi masa depan, pilar

penyangga bangunan umat dan perisai penyelamat bagi negara.18

Akan tetapi didalam membangun sebuah keluarga tidaklah semudah apa

yang dibayangkan, bahkan bisa saja terjadi kesalah-pahaman dengan situasi

rumah tangga yang semakin memanas sehingga terjadi konflik keluarga yang

berkepanjangan dan berdampak pada ketidak harmonisan dalam berkeluarga,

terjadinya tindak penganiayaan, bahkan lebih dari itu bisa saja terjadi perceraian.

Tidak hanya faktor dari dalam keluarga saja yang dapat mempengaruhi ketidak

harmonisan dalam sebuah keluarga, tapi juga dipengaruhi oleh latar belakang

sosial kemasyarakatan dan lingkungan tempat tinggal.

17

M. Quraish Shihab, (Pengantin Al-Qur’an), h. 82. 18

Mustafa Masyhur, Qudwah diJalan Dakwah, terj. Ali Hasan, (Jakarta: Citra Islami

Press, 1998), h. 52.

Page 28: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

10

Dari beberapa peristiwa dalam institusi rumah tangga ternyata masih

menyebabkan adanya persoalan dalam keluarga, seperti seseorang yang

merasakan sesuatu yang aneh, merasa terasing dengan diri sendiri, seolah-

olah dia merasakan ada sesuatu yang belum terpenuhi, seperti kehilangan

eksistenti diri. Padahal nampak dari luar hubungan dengan keluarga harmonis

dan secara biologis dan materi tidak ada kebutuhan yang tak terpenuhi,

orang seperti ini mungkin yang dikatakan terasing dengan dirinya.19

kurang memahami diri dan kehendak hatinya, maka dia sekedar hidup

atas dasar kesetiaan atau ketulusan yang dibuat-buat, baik pada suami atau istri,

keluarga, atau juga pada institusi dan simbol yang bersumber dari-atau hidup

dalam-tradisi sosial dan agama, Persoalan seperti ini dapat menimbulkan peristiwa

kekerasan dalam rumah tangga. Beberapa persolan di atas membuat manusia lupa

untuk memperhatikan makna dan tujuan dari sebuah pernihakan sebagai kerangka

nilai dari pernikahan sebagaimana yang terlampir dalam surat al-Rūm/30: 21

tersebut.

Sebagian dari manusia memahami secara dangkal bahkan tidak

mengetahui bagaimana cara mencapai tujuan dari pernikahan, khususnya

membentuk keluarga sakīnah, tidak semua diantara suami dan istri yang sudah

membina rumah tangga tau bagaimana membina keluarga sakīnah terlebih pada

zaman sekarang banyak yang menikah muda, setelah beberapa bulan menikah lalu

bercerai, mereka tidak tau bagaimana membentuk akan sebuah keluarga yang

harmonis, merasa aman, damai, dan tentram. Bagi yang tau akan ilmu agama bisa

19

Khoirul Rasyadi, Cinta dan Keterasingan, Editor M. Arif Hakim, cet. 1, (Yogyakarta:

Lkis, 2000), h. 26-28.

Page 29: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

11

membina keluarganya, namun bagi masyarakat awam, orang-orang biasa yang

kesehariannya hanya nongkrong dan jauh dari pengetahuan agama, mereka tidak

bisa membina keluarga yang sakīnah sehingga yang terjadi kemudian pernikahan

tidak memiliki esensi seperti yang dimaksudkan oleh al-Qur‟an itu sendiri.

Dari uraian diatas tidak mengherankan jika banyak kalangan pemikir atau

ulama islam berusaha membuat rumusan atau konsep tentang keluarga sakīnah

demi terbentuknya keluarga yang penuh rahmat dari Allah swt. Dalam kondisi

seperti ini maka diperlukan pencerahan kembali bagaimana membina keluarga

yang sakīnah bagi pasangan suami-istri yang sudah lama membina rumah

tangganya, terlebih bagi pasangan yang baru membina rumah tangga. bagaimana

menciptakan suasana rumah tangga menjadi indah, tentram, damai, dan bahagia

sampai akhir hayat tentunya merasakan hal yang sama antara satu sama lain.

tentunya pencerahan yang berdasarkan aturan agama Islam.

Berangkat dari hal tersebut penulis tertarik untuk menghadirkan salah satu

pemikir ʻulama yang merumuskan tentang konsep keluarga sakinah yaitu Sayyid

Quṭhb bin Ibrahim bin Husain al-Sazali, ketertaikan ini karena Sayyid Quṭhb

adalah salah satu „ulama besar yang sangat berpengaruh bagi islam, beliau yang

sangat populer dengan pemikiran dan pemahamannya dalam tatanan sosial dan

politik agamis dengan didasari manhaj ilāhi (syariat). Beliaupun seorang mufassir

rasional yang berusaha menyampaikan pesan al-Qurān secara rasional kepada

masyarakat islam pada masalah sosial dan politik bahkan pada masalah tauhid.

banyak karya-karyanya yang beredar di negara-negara islam, bahkan di negara-

negara Eropa, Afrika, Asia dan Amerika.

Page 30: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

12

Penulis semakin tertarik dengan beliau karna dipengantar karyanya Tafsīr

Fī Ẓilāl al-Qur’ān beliau menuliskan kalimat “Sungguh nikmat hidup dibawah

naungan al-Qur‟ān, nikmat yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang pernah

menghayati”, artinya hidup dibawah naungan al-Qur‟ān manusia akan merasakan

kebahagiaan dan dengan izin Allah akan terselamatkan diakhirat nanti, oleh

karena itu pada penelitian ini penulis ingin mengungkapkan bagaimanakah

pemikiran sayyid Quṭb terhadap kriteria/konsep keluarga sakinah dalam Tasīr Fī

Ẓilāl al-Qur’ān.

Dari uraian diatas hemat penulis, maka perlu diadakan penelitian supaya

semua tahu bagaimana penafsiran sayyid Quṭb terhadap ayat-ayat yang

berhubungan dengan tema penelitian guna untuk mendapatkan konsep baru untuk

mewujudkan keluarga yang sakinah dalam kehidupan ini. Maka dari itu penulis

ingin meneliti dan menganalisa melalui Tafsīr Fīzilālil al-Qur’ān.

Untuk mengetahui bagaimanakah konsep/penafsiran ayat-ayat tentang

menbina keluarga yang sakīnah, maka penulis akan melakukan penelitian dengan

judul: “Penafsīran Sayyid Quṭb Tentang Kriteria Keluarga Sakīnah dalam

Tafsīr Fīzilāl al-Qur’ān”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk memperjelas dan menghindari pembahasan yang tidak mengarah

pada maksud dan tujuan penulisan skripsi ini, maka penulis akan membatasi

permasalahan dengan dititik beratkan pada:

Page 31: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

13

Penafsiran Qs. al-Aʻrāf/7: 189, Qs. al-Rūm/30:21, Qs. an-Nisā/4:19, Qs.

Luqmān/31: 13-14 dan Qs. At-Tharīm/66:6, yang terdapat dalam Tafsīr Fī Ẓilāl

al-Qur’ān karya Sayyid Quṭb. Pemilihan ayat tersebut dikarenakan tercapainya

sebuah hubungan berumah tangga yang harmonis tentu ada kriteria atau unsur-

unsur yang menjadikannya sebuah hubungan tersebut menjadi harmonis. Melalui

ayat inilah penulis mengutip ayat al-Qur‟an tersebut demi tercapainya sebuah

keluarga yang bahagia yang di berkahi Allah Swt.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan

pokok masalah yang dibahas dalam penelitian skripsi ini, yaitu: Bagaimana

penafsiran Sayid Quṭb terhadap ayat-ayat al-Qur‟ān tentang kriteria keluarga

sakīnah dalam Tafsīr Fī Ẓilāl al-Qur’ān.?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

Adapun tujuan penyusun Skripsi ini tidak terlepas dari beberapa tujuan

yang jelas berkaitan dengan pokok masalah yang menjadi bahasan utama. Skripsi

ini mempunyai tujuan yaitu: Untuk mengetahui dan memahami bagaimana

pandangan al-Qur‟ān tentang konsep keluarga sakīnah, Mawaddah, dan

Warahmah menurut Sayyid Quṭb, serta untuk mengetahui bagaimana Penafsiran

Ayat-ayat tentang kriteria keluarga sakīnah dalam Tafsīr Fī Ẓilāl al-Qur’ān.

Kemudian adapun secara teoritis hasil penelitian ini yaitu Sebagai

Sumbangan Ilmiah supaya dapat memperkaya Khazanah keilmuan khususnya

produk Tafsir tematik tentang konsep menciptakan keluarga sakīnah bagi

kepustakaan Islam, hususnya dalam bidang Tafsīr.

Page 32: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

14

Kemudian tujuan lainnya yaitu Sebagai penambah atau pelengkap

penjelasan yang terkait dengan penelitian ini, dan tentunya sebagai tugas akhir

dari perkuliahan, guna memperoleh gelar sarjana (SI) dalam bidang Tafsīr di

Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Dari berbagai Skripsi, Tesis, Disertasi maupun Jurnal yang penulis baca,

ada beberapa Skripsi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin baik jurusan Tafsir maupun

Hadits, yang pertama Skripsi Khusen As‟ari yang membahas tentang “Pernikahan

Dini Dalam Perspektif Hadis (Sebuah pendekatan kontekstual). Hasil dari

penelitiannya menjelaskan bagaimana arti sebuah pernikahan dalam perspektif

hadis.20

Sedangkan dalam penelitian penulis menjelaskan bagaimana dalam

sebuah pernikahan menciptakan kriteria sakinah dalam rumah tangga berdasarkan

ayat-ayat al-Qur‟an yang terdapat dalam Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān karangan

Sayyid Quṭb.

Kemudan Skripsi yang kedua yaitu: Ahmad Sahal yamg membahas

tentang “Keluarga berencana dalam al-Qur’an menurut pandangan tafsir al-

Misah‟‟.21

Ia menjelaskan bagaimana dalam sebuah hubungan rumah tangga

menyikapi (KB) dalam keluarganya berdasarkan penafsiran M. Quraish Shihab

tentang keluarga berencana dalam al-Qur‟an. Sedangkan dalam penelitian penulis

20

Lihat Skripsi „Khusen As‟ari” Mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Ushuluddin jurusan

Tafsir Hadits, tahun 2009. 21

Lihat Skripsi “ Ahmad Sahal” Mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Ushuluddin jurusan

Tafsir Hadits, tahun 1430 H/ 2009 M.

Page 33: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

15

menjelaskan bagaimana penafsiran Sayyid Quṭb tentang kriteria untuk

menciptakan sebuah keluarga sakinah dalam Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān.

Kemudia Skripsi yang ketiga yaitu: Ahmad Arifuz Zaki yang membahas

tentang “Konsep Pra-Nikah Dalam Al-Qur’ān” (Kajian Tafsir Tematik), Ia

menjelaskan bagaimanakah penafsiran ayat-ayat tentang konsep pra-nikah dalam

al-Qur‟an yaitu Qs. al-Baqarha ayat 221, 234, 235, Qs.Yasīn ayat 36 dan Qs. An-

Nisā ayat 9, 22 dan 23.22

Penelitian Ahmad Arifuz Zaki ini berbeda dengan

penelitian yang penulis lakukan. Perbedaanya Penulis lebih mengarah kepada

ayat-ayat al-Qur‟an yang membahas tentang konsep atau kriteria untuk

menciptakan sebuah keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Warahmah. Melalui Qs.

al-Rūm ayat 21, Qs. an-Nisā ayat 19, Qs. al-ʻArāf ayat 189, Qs. Luqmān ayat 13-

14 dan Qs. At-Tharim ayat 6. Sedangkan Ahmad Arifuz Zaki ini dia lebih

mengarah kepada ayat-ayat al-Qur‟ān yang membahas mengenai tata cara

memilih pasangan sesuai dengan tuntunan al-Qur‟ān melalui ayat-ayat Qs. al-

Baqarha ayat 221, 234, 235, Qs.Yasīn ayat 36 dan Qs. An-Nisā ayat 9, 22 dan 23.

Kemudian yang keempat penulis juga menemukan Skripsi dari UIN Sunan

Kalijaga daerah istimewa Yogyakarta Fakultas Ushuluddin yaitu Rofiq Rahardi

yang judulnya “Konsep keluarga sakinah menurut Tafsir al-Misbah”.23

(Studi

tematik atas penafsiran M. Qurais shihab terhadap ayat-ayat keluarga dalam surah

an-Nisā), dengan rumusan masalah bagaimanakah konsep keluarga sakinah

menurut Quraish Shihab dan bagaimanakah penafsiran Quraish shihab terhadap

22

Lihat Skripsi “Ahmad Arifuz Zaki” Mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Ushuluddin

jurusan ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, tahun 2017. 23

Lihat Skripsi “ Rofiq Rahardi” Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas

Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadist, Tahun 1430 H/2008 M.

Page 34: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

16

ayat-ayat keluarga dalam surah An-Nisā. Di dalam skripsi Rofiq Rohardi ia hanya

fokus pada surah an-Nisā saja sedangkan dalam penelitian penulis, penulis

membahas semua ayat yang berkaitan dengan kriteria keluarga sakinah yang

tertera dalam Tafsīr Fī Ẓilal al-Qur’an.

Kemudian yang kelima penulis juga menemukan Skripsi Evin Fatmawati

yang berjudul “Efektifitas bimbingan pra-nikah calon pengantin sebagai upaya

dalam mewujudkan keluarga sakinah di BP4 kota pekalongan” hasil dari

penelitian Evin Fatmawati ini ia menjelaskan bagaimana masyarakat di BP4 di

kota pekalongan ini menciptakan sebuah keluarga sakinah dalam kehidupannya.24

Sedangkan yang penulis teliti ini berdasarkan beberapa ayat al-Qur‟ān yang

menjelaskan konsep atau kriteria untuk menciptakan sebuah keluarga yang

sakinah menurut Sayyid Qutb dalam tafsirnya.

Kemudian yang keenam penulis juga menemukan Tesis Siti Romlah yang

bejudul “Karakteristik keluarga sakinah dalam perspektif Islam dan pendidikan

umum” hasil dari penelitian Romlah ini, ia hanya terfokuskan pada empat

keluarga yang tinggal di komplek UPI, yaitu dua keluarga di tujukan pada Muslim

yang berpendidikan rendah dan dua keluarga Muslim yang berpendidikan tinggi.

Di tesis Romlah ini ia menjelaskan bagaimana keempat keluarga tersebut

mengartikan sakinah dalam kehidupan sehari-sehari.25

Sedangkan hasil dari

penelitian penulis ialah bagaimana konsep atau kriteria untuk menciptakan sebuah

24

Lihat Skripsi “Evin Fatmawati”, Efektifitas bimbingan pra-nikah calon pengantin

sebagai upaya dalam mewujudkan keluarga sakinah di BP4 kota pekalongan, IAIN Walisongo,

2010. 25

Lihat Tesis “Siti Romlah” karakteristik keluarga sakinah dalam perspektif islam dan

pendidikan umum” Vol. XXV, 2006.

Page 35: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

17

keluarga sakinah berdasarkan penafsiran Sayid Quṭb dalam TafsirFī Ẓilāl al-

Qur’ān.

Kemudian yang ketujuh penulis juga menemukan jurnal yang di tulis oleh

A. M, Ismatullah yang berjudul “Konsep Sakinah, Mawaddah dan Rahmah dalam

al-Qur‟an” (Perspektif penafsiran kitab al-Qur‟an dan Tafsirnya), hasil dari

penelitian Ismatullah ini ia hanya memfokuskan pada satu ayat saja yaitu Qs. al-

Rūm ayat 21, sedangkan penelitian penulis membahas lima ayat termasuk QS. al-

Rūm 21, kemudian Qs. al-Aʻraf 189, an-Nisa 19, at-Tahrīm 6, dan Luqman 13-

14.26

Kemudian yang kedelapan penulis juga menemukan jurnal yang di tulis

oleh Anisia Kumala dan Yulistin Tresnawati yang berjudul “keluarga sakinah

dalam pandangan masyarakat” hasil dari penelitia Anisia Kumala dan Yulistin

Tresna ini ialah bagaimana masyarakat DKI Jakarta sebanyak 300 orang

mengartikan keluarga sakinah ini dalam kehidupannya sehari-hari.27

Sedangkan

penelitian penulis ini mengarahkan bagaimana konsep atau kriteria untuk

menciptakan sebuah keluarga sakinah berdasarkan ayat-ayat al-Qur‟ān dalam

penafsiran Sayid Quṭb TafsirFī Ẓilāl al-Qur’ān.

Kemudian yang kesembilan penulis juga menemukan jurnal yang di tulis

oleh Eka Prasetiawati yang berjudul “Penafsiran ayat-ayat keluarga Sakīnah,

Mawaddah dan Rahmah dalam Tafsir al-Misbah dan Ibn Katsir” hasil dari

penelitian Eka Prasetiawati ini ialah ia menjelaskan ayat-ayat sakinah ini

26

Lihat Jurnal A. M, Ismatullah, Konsep Sakinah, Mawaddah dan Rahmah dalam al-

Qur‟an (Perspektif penafsiran kitab al-Qur‟an dan Tafsirnya). 27

Lihat Jurnal Anisia Kumala dan Yulistin Tresnawati, Keluarga Sakinah dalam

pandangan Masyarakat, Vol 3, no 1, 2017.

Page 36: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

18

berdasarkan Qs. at-Tahrim ayat 6, Qs. Ali-Imran ayat 33, Qs. al-Syuʻara 214, Qs.

al-Rūm 21, Qs. al-Furqan 54, Qs. al-baqarah 187 dan 233, dan Qs. an-Nisa 1 dan

34.28

Sedangkan dalam penelitian penulis menjelasakan bagaimana penafsiran

Sayid Quṭb tentang kriteria keluarga sakinah dalam Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān

berdasarkan Qs. al-Aʻraf 189, Qs. al-Rūm 21, Qs. an-Nisā 19, at-Tahrīm 6 dan

luqman 13-14.

Kemudian yang kesepuluh penulis juga menemukan jurnal yang di tulis

oleh Muhammad Yusuf Pulungan yang berjudul “Peran majelis ta‟lim dalam

membina keluarga sakinah masyarakat muslim di kota padang sidimpuan” hasil

dari penelitiannya ialah bagaimana peran majelis ta‟lim di kota padang sidimpuan

dalam menerapkan sebuah keluarga sakinah dalam kehidupannya.29

Sedangkan

dalam penelitian penulis ini, menjelaskan bagaimana penafsiran konsep atau

kriteria untuk menciptakan sebuah keluarga yang sakinah berdasarkan ayat-ayat

al-Qur‟ān yang terdapat dalam TafsirFī Ẓilāl al-Qur’ān.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan Metode

pengumpulan data, untuk mendukung metode tersebut penulis melakukan

penelitian melalui studi kepustakaan (library recearch) yaitu penelitian yang

dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) baik berupa buku,

28

Lihat Jurnal Eka Prasetiawati, Penafsiran ayat-ayat keluarga Sakīnah, Mawaddah dan

Rahmah dalam Tafsir al-Misbah dan Ibn Katsir, Vol 5, No 2, 2017. 29

Lihat Jurnal Muhammda yusuf pulungan, Peran Majelis Ta‟lim dalam membina

keluarga sakinah masyarakat muslim di kota padang sidimpuan, Vol 9, No 1, 2014.

Page 37: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

19

catatan maupun laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu.30

Dan dalam

pengumpulan data mengenai konsep atau kriteria sakīnāh, penulis menggunakan

data bersipat primer31

dalam hal ini kitab Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān karya Sayid

Quṭb, dan kemudian menggunakan data sekunder32

yang penulis dapatkan dari

buku-buku, majalah, journal dan berbagai sumber lainnya yang berkaitan dengan

masalah yang dibahas yang terdapat di Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta hususnya, maupun berbagai perpustakaan lainnya.

Kemudian dalam teknik pengumpulan data yang penulis gunakan ialah

Metode diskriptip-analitis yaitu usaha untuk mengumpulkan data dan menyusun

data, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut.33

Untuk tehnik

penulisannya, penulis berpedoman pada buku “Pedoman penulisan Karya ilmiah

(Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” Yang disusun oleh tim penyusun UIN Syarif

Hidayatullah jakarta tahun 2014.34

30

M. Ikbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi penelitian dan aplikasinya, (Jakarta:

Ghalia, 2002), h. 11. 31

Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak

tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui

narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian

atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data. Lihat Umi

Narimawati, “Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi”, (Jakarta:

Tarsita, 2008), h. 98. 32

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, Data sekunder ini merupakan data yang sifatnya mendukung keperluan data

primer seperti buku-buku, literatur dan bacaan yang berkaitan dengan pokok permasalahan.

(Sugiono : 2008 : 402). 33

Winarto Surachman, Pengantar penelitian ilmiah: Dasar, Metode dasar teknik,

(Jakarta: Tarsita, 1990), h. 139. 34

Lihat buku pedoman akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2014, h 42.

Page 38: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

20

F. Sistematika Pembahasan

Agar pembahasan dalam skripsi ini bisa sistematis dan terarah dengan

baik, maka disusun sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab pertama merupakan Pendahuluan yang berisi penjelasan mengenai

Latar belakang masalah, Pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat,

kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua menjelaskan sekilas tentang Tafsīr Fī Ẓilāl al-Qur’ān yang

merangkumi di dalamnya berkenaan dengan (A). biografi Sayid Quṭb, meliputi: 1.

Riwayat hidup, 2. Perkembagan Karir intelektual Sayid Quṭb, 3. Karya ilmiah

Sayi Quṭb. (B). Metodologi Penafsiran Fī Ẓilāl al-Qur’ān, meliputi: 1. Latar

Belakang Penulisan Fī Ẓilāl al-Qur’ān, 2. Metode dan Corak Penafsiran, 3.

Sistematika penulisan, 4. Pandangan ulama terhadap Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān.

Bab ketiga Tinjauan Umum tentang Keluarga sakīnah meliputi: A).

Pemahaman tentang keluarga. Meliputi: 1. Pengertian keluaga, 2. Proses

terbentuknya keluarga, 3. Tujuan berkeluarga, 4. Tanggung jawab atau ha dalam

berkeluarga. B). Pemahaman tentang sakīnah. Meliputi: 1. Pengertian sakinah, 2.

Unsur-unsur mewujudkan keluarga sakinah dalam berkeluarga.

Bab keempat Penafsiran dan kriteria keluarga sakīnah menurut Sayid

Quṭb dalam Tafsirnya, Meliputi A). Ketenangan (ketentraman), berdasarkan

Penafsiran Al-ʻArāf/7:189, dan Qs. Ar-Rūm/30:21. B). Muʻasyarah bi al-Maʻrūf ,

berdasakan Penafsiran Qs. An-Nisā/4:19, C). Bertanggung Jawab, berdasarkan

Penafsiran Qs. At-Tharīm/66:6, dan Qs. Luqmān/31:13-14.

Bab kelima Merupakan penutup yang berisi kesimpulan, Saran-saran,

dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 39: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

21

BAB II

BIOGRAFI SAYYID QUṬB DAN

SEPUTAR TAFSĪR FĪ ẒILĀL AL-QUR’ĀN

A. Biografi Sayyid Quṭb

Untuk memahami pemikiran dan kepribadian Sayid Quṭb, maka perlu

mengetahui dan menelusuri latar belakang kehidupannya. Mulai dari riwayat

kehidupannya, karir intelektualnya, dan karya-karyanya, berikut akan di jelaskan

riwayat kehidupan sayyid Quṭb.

1. Riwayat Hidup

Sayyid Quṭb adalah salah satu ʻulama besar islam kontemporer. Nama

lengkapnya adalah Sayyid bin al-Haj Quṭb1 bin Ibrahim bin Husaen al-Sazali.

2

Ia dilahirkan pada 9 Oktober 1906 M/ 1324 H, di Mausyah salah satu desa di

provinsi Asyuth, yaitu dataran tinggi di Mesir. Sayyid Quṭhb mempunyai garis

keturunan dari bangsa India. Nasabnya bertemu ʻAbdullah (kakeknya),

ʻAbdullah mulai menetap di Mesir setelah menunaikan ibadah Haji ke tanah

suci, kakeknya tertarik dengan Desa Mushah karena didalamnya menyimpan

keindahan alam, kebaikan dan keramahan penduduk desa. Diantara salah satu

keturunannya adalah Sayyid Quṭb.3

1Sayyid tersebut bukan gelar yang biasanya diberikan kepada orang Quraisy keturunan

nabi , melainkan Nama asli. 2Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern,

(Jakarta: Lembaga Penelitia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 131. Lihat juga Shalah

ʻAbd al-Fattah al-Khālidī, Taʻrif al-Dārisīn bi Manāhij al-Mufassirīn, (Damaskus: Dār al-Kalam,

2002), h. 597. 3Abu Bunyamin, Dinamika Tafsir Ijtimaʻi Sayyid Quṭhb (Purwakarta: Taqaddum Pesantren

al-Muhajirin, 2012), h. 1.

Page 40: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

22

Nama Ayah dari Sayyid Quṭb adalah Haji Quṭb Ibrahim, keluarganya

hidup serba sederhana yaitu sebagai petani yang mengelola tanah pertanian

dengan rajin dan tekun. Termasuk juga golongan keluarga yang selalu taat

beribadah dan selalu mendorong anaknya untuk selalu taat beribadah pula,

ketaatannya dibuktikan dengan selalu menjalankan shalat lima waktu di masjid

dengan berjamaah setiap harinya dan tidak lupa untuk mengajak anaknya.

Haji Quṭb Ibrahim juga salah seorang anggota al-Hizb al-Wthani (partai

nasional) pimpinan Mustafa Kamil, sekaligus pengelola koran harian al-Liwā,

salah satu koran yang berkembag saat itu. Koran tersebut dibagikan secara

gratis kepada masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat dapat mengikuti

perkembangan berita-berita aktual baik dalam negri maupun luar negri.

Dia memiliki kesadaran politik dan semangat nasional yang tinggi.

Rumah Sayid Quṭb dijadikan markas kegiatan politik partainya, disitulah rapat-

rapat penting di selenggarakan, baik yang boleh dihadiri oleh semua orang

maupun yang bersipat rahasia yang hanya oleh orang tua saja. Oleh sebab itu

seluruh isi dari diskusi dan rapat selalu didengar dan selalu diamati oleh Sayid

Quṭb yang pada saat itu baru berumur 13 tahun. Oleh sebab itu semua itu

memberikan pengaruh yang mendalam bagi perkembangan berfikir Sayid

Quṭb.

Ayahnya meninggal dunia ketika beliau masih remaja, yaitu pada saat

beliau belajar di Kairo. Maka bersama ibunya beliau mewarisi beban tanggung

jawab yang sangat berat, kemudia pada tahun 1940 ibunya meninggal dunia,

musibah ini sangat mempengaruhi psikologisnya, sampai beliau merasakan

Page 41: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

23

kesepian yang mendalam dalam menjalani kehidupan sehari-harinya, tampa

adanya kasih sayang dari seorang ayah dan ibu.

Tahun 1954 Sayyid Quṭb ditangkap oleh Presiden Gamal Abdul Naseer

bersamaan dengan penagkapan besar-besaran para kader dan simpatisan

Ikhwanul Muslimin lainnya, Sayyid Quṭb dituduh telah bersekongkol untuk

menggulingkan pemerintahan Naser sebagai presiden Mesir. Atas tuduhan

tersebut beliau dijatuhi hukuman lima belas tahun penjara. Akan tetapi baru

menjalani hukuman sepuluh tahun dibebaskan dari penjara, pembebasan ini

atas permintaan presiden Irak yaitu ʻAbdul Salam Arif, atas siksaan fisik dan

mental selama didalam penjara yang dialami Sayyid Quṭhb dan teman-

temannya meninggalkan bekas yang mendalam.4

Baru satu tahun Sayyid Quṭb bebas dari belenggu jeruji besi, Dia

kembali ditangkap dengan tiga saudara kandungnya, yaitu Muhammad Quṭhb,

Hamidah dan Aminah dan juga sekitar dua puluh ribu anggota Ikhwanul

Muslimin lainnya, tujuh ratus diantaranya perempuan. Sayyid Quṭhb dan

anggota Ikhwanul Muslimin lainnya ditangkap dengan tuduhan yang sama

seperti sebelumnya, yaitu Ikhwanul Muslimin dituduh kembali bersekongkol

untuk membunuh Presiden Gamal Abdul Naseer.

Sayyid Quṭb dan dua temannya mendapat sanksi hukuman mati (al-

ʻIdam). Pada 29 Agustus 1966 dia dan temannya telah syahid di tiang

gantungan, Pemerintah Mesir tidak memperdulikan terhadap protes yang

4Nuʻim Hidayat, Sayyid Quṭhb: Biografi dan kejernihan pemikirannya (Jakarta: Gema

Insani Press, 2005), h. 44.

Page 42: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

24

diajukan oleh organisasi Amnesti Internasional, mereka menilai hukuman yang

dijatuhkan tersebut sangat bertentangan dengan rasa keadilan.5

2. Perkembangan Karir Intelektual Sayyid Quṭb

Sayyid Quṭb memulai pendidikan dasar modern (madrasah) dan

sekolah al-Qur‟ān tradisional (kuttab) pada tahun 1912 di desanya, ini adalah

modal awal dari perjalanan pendidikannya. Sejak masuk sekolah dasar Sayyid

Quṭb telah menghafal al-Qur‟ān dengan tekun, beilau juga sering mengikuti

beberapa perlombaan menghafal al-Qur‟ān di desanya. Dengan kemampuan

kekuatan daya ingatannya beliau mampu menghafal al-Qur‟ān 30 juz dalam

kurun waktu tiga tahun. Beliau mulai menghafal pada umur delapan tahun dan

mampu menyelesaikannya dengan sempurna pada umur sebelas tahun.6

Sayyid Quṭb menyelesaikan pendidikan pada tingkat dasarnya yaitu

pada tahun 1918, dua bentuk pendidikan ini adalah gambaran umum kondisi

pendidikan Mesir yang berkembang antara pendidikan yang berbasis agama

dan pendidikan sekuler. Masuknya Sayyid Quṭb ke madrasah adalah keinginan

ibunya bertujuan agar dimasa depan anaknya bisa diharapkan sebagai

penyangga beban ekonomi keluarga yang semakin lama dirasa semakin berat.

Dari sini terlihat ibunya mempunyai wawasan yang luas. Dalam

beberapa karyanya, Sayyid Quṭb sering menggambarkan betapa ibunya adalah

seorang yang terpelajar dan relegius. Ibunya berasal dari keluarga yang

memperhatikan bahwa pentingnya pendidikan. Diantara empat saudara ibunya

5Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (jakarta: PT. Ictiar Baru Van

Hoeve, 1994), Jilid IV, h. 145-146. 6 Nuʻim Hidayat, Sayyid Quṭhb: Biografi dan kejernihan pemikirannya, h. 18.

Page 43: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

25

dua diantaranya merupakan alumni al-Azhār.7Setelah penyerbuan bangsa Mesir

terhadap penjajah inggris pada tahun 1921, Sayyid Quṭhb berangkat ke Kairo

(Mesir) untuk melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah dan menetap

dirumah pamannya8 selama empat tahun. Pada tahun 1952 M dia masuk ke

Institusi Diklat keguruan dan lulus dalam waktu tiga tahun dengan

mendapatkan gelar Kafa‟at (kelayakan mengajar).

Seandainya Sayyid Quṭb mencukupkan diri dengan tingkat Muʻallimīn

tersebut, kemudian menjadi guru dan memperoleh penghasilan tetap, agaknya

ini sudah sesuai dengan harapan ibunya. Akan tetapi beliau berkeinginan

melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Karena itu pada tahun

1928 Sayyid Quṭhb dimasukkan pamannya ketingkat persiapan di Dar al-

ʻUlūm sampai memperoleh gelar sarjana muda dalam bidang sastra sekaligus

diploma pendidikan pada tahun 1933 M. Mulai dari pendidikan ini beliau

mengenal barat dan menyukainya. Beliau juga diperkenalkan pamannya

dengan sastrawan besar ʻAbbas Mahmud al-ʻAqqad yang membuka

perpustakaan besarnya untuk Sayyid Quṭhb. Dengan demikian sayyid Quṭhb

berpeluang untuk menggali pemikiran-pemikiran dan pendapat para ahli

dibidang sastra serta kritik sastra kehidupan.9

Sayyid Quṭhb merupakan salah satu Tokoh Ikhwanul Muslimīn yang

sangat berpengaruh, disamping Hasan al-Hudaibi dan Abdul Qadir Audah,

dengan komitmen, kecerdasan, militasi dan gaya tutur bahasanya serta

7Yusuf al-Ahzami, Al-syahid Sayyid Quṭhb: Hayātuh wa madarasatuh wa Atsāruh, (Beirut:

Darul qalam, 1980), h. 21-22 8Nama pamannya adalah Ahmad Husain Osman (salah satu saudara ibunya) yang

menyelesaikan pendidikannya di al-Azhār Kairo. 9Abu Bunyamin, Dinamika Tafsir Ijtimaʻi Sayyid Quṭhb, h. 16.

Page 44: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

26

tulisannya yang mudah dimengerti membuatnya menjadi magnet bagi kader-

kader dan simpatisan Ikhwanul Muslimin. Sehingga dia mempunyai manfaat

yang sangat besar bagi organisasi ini, yaitu menjadikan organisasi tersebut

mempunyai bobot tersendiri, dia juga sering disebut-sebut sebagai idiologinya

Ikhwanul Muslimin, setelah Hasan al-Banna.

Ikhwanul Muslimin adalah salah satu gerakan social yang sangat

berhasil menyebarkan idiologinya, selain di Mesir. Ikhwanul Muslimin juga

menyebar ke suriah, Yordania, Sudan, dan Afrika Utara. Kadan-kadang

organisasi ini diakui secara formal, termasuk sebagai partai politik. Hal ini

dilakukan untuk mencari dan memperluas dukungan, atau dalam rangka

mengimbangi politik lain, seperti kalangan “Nasseris” di Mesir pada masa

Anwar sadat dan kelompok “Kini” di Yordania. Akan tetapi adakalanya

Ikhwanul Muslimin tidak diakui eksistensinya secara legal, seperti halnya di

Mesir yang melarang adanya partai keagamaan.10

3. Karya-karya Ilmiah Sayyid Quṭb

Banyak diantara karya-karya Sayyid Quṭb yang beredar di Negara-

negara Islam, selain karya-karyanya juga dapat ditemukan di Nega-negara

Eropa, Afrika, Asia dan Amerika. Bila di satu daerah terdapat pengikut

Ikhwanul Muslimin maka dapat dipastikan terdapat pula buku-buku hasil

karyanya.

10

Dewan Redaksi Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Dinamika Masa Kini, (Jakarta: PT.

Ictiar Baru Van Hoeve, 2002), h. 89.

Page 45: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

27

1. Dibidang Sastra: Muhimmah Asy-Syaʻir wa Syiʻir al-Jail al-Hadīr (1933),

al-Tashwīr al-Fanni fi al-Qur‟ān (1947).11

Masyāhidul Qiyamah Fil al-

Qur‟ān (1947).12

2. Dibidang Cerita: al-Atyaf al-Arbaʻah (1945), buku ini hasil karyanya

bersama saudara-saudaranya, yaitu Aminah, Muhammda dan Hamidah.

Dalam buku ini menceritakan kisah cintanya dan lamarannya terhadap gadis

pujaanya. Tifi min al-Qaryah (1946),13

al-Madīnah al-Masyūrah (1946).14

3. Dibidang Agama, social, Budaya, dan Politik: al-ʻAdalah al-Ijtimaʻiyyah fi

al-Islam wa al-Ra‟sumaliyyah, (di terbitkan pada bulan april 1949),15

Maʻrakah al-Islam wa al-Ra‟sumaliyyah, (diterbitkan pada bulan Februari

1951), al-Salam al-ʻAlami wa al-Islam, ( diterbitkan pada bulan oktober

1951), Khasāis al-Tasawwur al-Islami wa wamuqawwimatuh,16

Fī Ẓilāl al-

Qur‟ān (diterbitkan pada bulan oktober 1952, juz pertama), al-Shati‟ al-

Majhul (diterbitkan pada bulan januari 1935). Satu-satunya diwan Syiʻir-nya

yang dipublikasikan. Kutub wa al-Shakhsiyyah, serial pertamanya tentang

11

Karya Sayyid Quṭhb yang pertama yang berisi tentang Islam. Dalam buku ini juga di

jelaskan tentang karakteristik-karakteristik umum yang mengenai keindahan artistik dalam al-

Qur‟an. Lihat juga Nuim Hidayat, Sayyid Quṭhb, h. 24. 12

Buku ini berbicara tentang gambaran seni dalam pemandangan-pemandangan kiamat:

berupa kenikmatan dan azab. Diantara karya lainnya adalah al-Naqd al-Adabī Usūluhūwa Manal-

ijuh (1948), buku ini bebicara tentang pandangan mengenai kritik sastra. Naqd al-Kitab,

Mustaqbal al-Taqhafah fi Misr (1939), al-Qishah bainat- taurat wal Qur‟ān, an-Namādzul

Insaniyyah Filal-Qur‟ān, al-Mantiqu al-Widjāni Fil-Qur‟ān, serta Asālib al-ʻArdh al-Fanni Fil-

Qur‟ān. 13

Dalam buku ini beliau mendiskripsikan desanya dan masa kanak-kanaknya. Lihat juga

Abu Bunyamin, Dinamika Tafsir Ijtima‟iSayyid Quṭhb, h. 16. 14

Berisi tentang sebuah kisah khayalan, semisal kisah seribu satu malam. Lihat juga Nuʻim

Hidayat, Sayyid Quṭhb, h. 22. 15

Buku ini ditulis ketika sosialisme sangat berpengaruh di Mesir, buku tersebut ditulis

sebelum beliau berangkat ke Amerika dan sebelum bergabung dengan Ikhwanul Muslimin dan

mengajak kaum muslimin agar memulai berpegang teguh terhadap aqidah sistem Islam dan

berhukum kepada Syariʻat Islam. 16

Dalam buku ini berbicara mengenai spesipikasi aqidah atau meluruskannya, Lihat juga

Abu Bunyamin, Dinamika Tafsir Ijtimaʻi Sayyid Quṭhb, h. 16.

Page 46: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

28

studi terhadap kitab-kitab karya orang lain. Raudah al-Tifl, karya bersama

Aminah, al-Saʻid dan Murad. Dirasat Islamiyyah (diterbitkan pada tahun

1953), Bunga rampai makalah yang dikumpulkan oleh Muhib al-Din al-

Khatib. Hadha al-Din, berisi tentang kunci haraki dalam memahami al-

Qur‟ān dan Agama Islam. Al-Mustaqbal li Hadha al-Din, dianggap sebagai

pelengkap kitab Hadha al-Din.17

4. Dibidang Pendidikan: al-Qasās al-dina, buku ini ditulis bersama ʻAbdul

Hamid jadwah al-Sahhār. Al-Jadīd fi al-Lughah al-ʻArabiyyah, al-Jadīd fi

al-mahfuzāt.18

Adapun kesimpulan dari penjelasan di atas bahwa Sayyid Quṭb adalah salah

satu ʻulama besar islam kontemporer. Nama lengkapnya adalah Sayyid bin al-Haj

Quṭhb bin Ibrahim bin Husaen al-Sazali. Ia tinggal di desa mausyah di provinsi

Asyut (Mesir). Ayahnya yang bernama al-Haji Quṭb Ibrahim dan ibundanya yang

bernama Fatimah Husain ʻUtsman, ia memiliki lima saudara kandung dan sayyid

Quṭb sendiri anak yang kedua dari lima bersaudara tersebut.

Sayyid Quṭb memulai karir intelektualnya mulai dari tingkat dasar, di

pendidikan dasar modern, ia seorang anak yang cerdas bahkan ia dapat menghafal

al-Qur‟an dalam kurun waktu kurang lebih tiga tahun. Setelah lulus dari tingkat

dasar ia melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu di madrasah Tsanawiyah di kairo

(Mesir), ia tinggal di rumah pamannya. Setelah lulus tingkat kedua dalam

studinya ia berkeinginan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu kuliah di

17

Adalah al-Islam wa Muskhilat al-Hadarah, Maʻalim fi al-Thariq merupakan simpulan

pemikiran haraki-nya, karya inilah yang menyebabkan Sayyid Quṭhb menerima hukuman mati.

Lihat juga Abu Bunyamin, Dinamika Tafsir Ijtimaʻi Sayyid Quṭhb, h. 17. 18

Lihat juga Abu Bunyamin, Dinamika Tafsir Ijtimaʻi Sayyid Quṭhb, h. 16.

Page 47: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

29

Dar Ulūm dalam bidang sastra dan diploma dalam bidang pendidikan. Berbagai

ilmu dia dapatkan baik di negaranya sendiri bahkan di negara eropa. Dan sayyid

Quṭb sendiri adalah sebagai tokoh ikhwanul Muslimin yang sangat berpengaruh,

banyak karya-karyanya di antaranya di bidang sastra, bidang pendidikan, bidang

cerita, bidang Agama, sosial, budaya dan politik.

B. Metodologi Penafsiran Fī Ẓilāl al-Qur’ān

1. Latar Belakang Penulisan Fī Ẓilāl al-Qur‟ān

Tafsir ini secara luas diterjemahkan didalam berbagai bahasa:

Inggris, Melayu, Indonesia, dan lain-lain. Terciptanya Fī Ẓilālal-Qurʻān

dalam rentang waktu antara tahun 1952 sampai 1965. Tafsir ini lahir bukan

hasil dari mengisi waktu luang dan penulisannya pun tidak melakukan ritual

semedi atau kontemplasi atau mengasingkan diri dari masyarakat. Tentu

aktivitas yang dijalani penulisnya memberikan pengaruh atau isi tafsirnya.

Pergulatan bersama Ikhwanul muslimin menghadapi rezim otoriter

yang berkuasa ketika itu di mesir membuat isi tafsir penuh dengan nuansa

seruan perjuangan dan getaran-getaran semangat pergerkan. Tafsir Fī Ẓilāl

al-Qur‟ān ditulis dengan tinta keringat bercampur darah penulisnya, karena

setiap untaian kata yang keluar dari ujung pena penulis memberikan getaran

elektromagnetik yang menembus, menyelusup kedalam jauh kerelung hati

para pembacanya.

Pada awal tahun 1952, sayyid Quṭb ditawari oleh Saʻid Ramadhan,

pemilik majalah al-muslimun, untuk menulis artikel bulanan yang ditulis

Page 48: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

30

dalam sebuah serial atau rubrik tetap. Sayyid Quṭhb menerima tawaran itu

dan menulis dalam rubrik dengan judul “Fī Ẓilāl al-Qur‟ān” yang isinya

mengupas tafsir al-Qur‟an. Episode rubrik ini dibuat dalam majalah itu pada

edisi III yang terbit bulan Februari 1952, dimulai dari surat al-fātihah dan

diteruskan dengan surat al-baqarah pada episode berikutnya.

Quṭhb mempublikasikan tulisannya dalam majalah ini sebanyak

tujuh episode. Pada episode ketujuh ketika membahas ayat 103 dari surat al-

Baqarah ia mengumumkan pemberhentian rubrik tafsir al-Qur‟an karena

akan menafsirkan al-Qur‟am secara utuh dalam satu kitab tafsir tersendiri

seraya berjanji akan menerbitkan tafsir ini dua bulan sekali setiap juznya.

Quṭb sendiri akan tetap mengisi rubrik dalam majalah tersebut dengan tema

lain yang berjudul “Nahwa Mujtama‟ Islami”.19

Sayyid Quṭb memenuhi janjinya pada Oktober 1952 dengan

meluncurkan satu juz Fī Ẓilāl al-Qur‟ān dan juz-juz selanjutnya yang terbit

setiap dua bulan sampai akhirnya ia ditahan pada November 1954. Selama

kurun waktu dua tahun, sejak penulisan pertama sampai ditahannya, sayyid

Quṭhb telah menyelesaikan 16 juz Fī Ẓilāl al-Qur‟ān dan diterbitkan secara

berkala oleh penerbit Dār ihyā al-Kutub al-ʻArabiyyah.

Pada masa penahanan, sebagaimana diuraikan diatas sayyid Quṭhb

mendapatkan berbagai siksaan hingga akhirnya ia dipindahkan kerumah

sakit penjara. Disitulah ia mendapat sarana tulis menulis yang kemudian

dapat meneruskan penulisan tafsirnya. Ada kisah menarik sehubungan

19

Shalah Abd Fattah al-Khalidi, Pengantar memeahami Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur‟ān, (Solo:

Era Inter Media, 2001), h. 55.

Page 49: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

31

dengan penulisan tafsir ini selama dalam penjara. Pada awalnya pemerintah

melarang Quṭb menulis dalam penjara karna khawatir akan menimbulkan

reaksi masyarakat akibat dari tulisannya akan tetapi, penerbit Dār Ihyā al-

Kutub al-ʻArabiyyah yang menerbitkan tafsir tersebut mengajukan tutunan

kepada pemerintah sebanyak 10.000 pounds karena menganggap adanya

larangan untuk menulis bagi Quṭb menimbulkan kerugian, baik meterial

maupun immaterial, bagi pihak penerbit. Akhirnya pemerintah mencabut

larangan menulis bagi Sayyid Quṭb dan membebaskan untuk meneruskan

penulisan tafsirnya selama dalam penjara dari pada harus mengabulkan

tuntutan penerbit.20

Selama dalam penjara, setelah berinteraksi dengan al-Qur‟an dalam

jangka waktu yang lama dan penulisan tafsir Ẓilāl sudah sampai 27 juz,

Quṭb baru mendapat jawaban atas hikmah dibalik penahanan dirinya dan

kawan-kawannya: mengapa masyarakat menjadi bodoh dan mereka siap

melaksankan intruksi pemimpin-pemimpin dengan gigih dan giat? mengapa

mereka tidak menyayangi orang yang benar dan ikhlas? Selama dalam

penjara pula Quṭb melihat semangat kawannya membentuk masyarakat

islami serta ketabahan dan ketegaran mereka menerima segala bentuk

penyiksaan dan cobaan selama dipenjara.

Kesimpulan jawabannya adalah bahwa ada kesepakatan semua

kelompok jahiliah untuk memerangi semua pergeraakan islam, harus

melakukan pergolakan kepada jahiliyah dengan melakukan pembinaan jiwa,

20

Shalah Abd Fattah al-Khalidi, Pengantar memeahami Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur‟ān, h. 58.

Page 50: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

32

pemikiran islam dan pembentukan generasi Qur‟ani melalui dakwah dan

harokah (pergerakan). Dengan demikan Quṭb telah mengetahui kunci

pergerakan yang kemudian dipublikasikan dalam tafsir yang ditulisnya.21

Oleh karena itu Quṭb menulis tiga juz terakhir dengan metode barunya

dengan menjelaskan al-Qur‟an dari sisi pergerakan, pendidikan dan dakwah

yang dikenal dengan manhaj haraki (metode pergerakan), ini tidak berarti

juz-juz sebelumya sunyi dari penjelasan tersebut, penjelasan tersebut tetap

ada akan tetapi tidak menjadi tujuan utamanya sebagaimana dalam tiga juz

terakhir.

Ketika Syyid Quṭb melihat kembali juz-juz pertama dari Ẓilāl yang

ia tulis dengan manhaj Fikri Islami (Metode Pemikiran Islam) dan melihat

kurang adanya pembekalan dari sisi pergerakan dan tarbiyyah yang

dibutuhkan dalam kehidupan, timbul keinginan pada dirinya untuk merevisi

dan membenahi juz-juz sebelumnya. Ia pun mulai melakukan revisi atas

tafsirnya itu. Namun, keinginannya untuk melakukan revisi hingga juz 27

tidak terlaksana karena ketika revisi itu baru sampai juz 13 pemerintah telah

melakukan hukuman mati kepadanya.22

Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur‟ān dan revisinya hingga juz 13 telah dicetak

pada 1965. Sebelumnya pemerintah telah mengangkat syaikh Muhammad

al-Ghazali sebagai pengawas agama yang bertugas memeriksa tafsir

tersebut. Syaikh pun mengizinkan Ẓilāl untuk dicetak dan tidak menghapus

tulisan Sayyid Quṭb kecuali anotasi dalam penafsiran surat al-burūj yang

21

Shalah Abd Fattah al-Khalidi, Tafsir Metodologi Pergerakan, terj Asmuni Solihan

Zamakhasyari, (Jakarta: Yayasan Bunga Karang, 1995), h. 22-23. 22

Shalah Abd Fattah al-Khalidi, Pengantar memeahami Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur‟ān, h. 69.

Page 51: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

33

menunjukkan penyiksaan yang dialaminya selama dalam penjara. Anotasi

ini kemudian dijadikan salah satu bab dalam buku Maʻalim Fī al-Tariq

dengan judul hadza huwa al-ṭoiq dengan sedikit perubahan dan

pengungkapan.23

Buku ini ditulis saat Quṭb bebas dari penjara 1965 dan

dijadikan bukti tuntutan kepadanya.

Setelah kematian Sayyid Quṭb, Muhammad Quṭb sang adik,

mengadakan kontrak dengan penerbit Dār al-Syuruq untuk mencetak buku-

buku karangan Sayyid Quṭb, termasuk tafsir Fī Ẓilāl al-Qur‟ān, setelah

sebelumnya diterbitkan oleh penerbit Dār Ihyā al-Kutub al-ʻArobiyyah.24

2. Metode dan Corak Penafsiran

Sungguh nikmat hidup dibawah naungan al-Qur‟ān. Nikmat yang

hanya bisa dirasakan oleh orang yang pernah menghayati.25

Itulah ungkapan

Sayyid Quṭb pertama dalam pengantar tafsirnya. Ungkapan yang sederhana

tetapi cukup repsentatif untuk menerjemahkan pemikirannya. Sayyid Quṭb

mempunyai keinginan bahwa al-Qur‟ān dijadikan satu-satunya kurikulum

hidup bagi umat Islam. Dia mengkritik pemikiran barat, yang menurutnya

materialistik.

Beliau berkeingnan menjadikan umat Islam menjadi mandiri “berdiri

sendiri” tidak terpengaruh oleh pemikiran Asing. Berbeda dengan Sayyid

Quṭb, Muhamad Iqbal, Ali Syariati dan Muhammed Arkoun yang produk

eropa, pembela islam yang tidak segan-segan menggukan pemikiran barat,

sedangkan Sayyid Quṭhb alergi dengan pemikiran barat, termasuk

23

Shalah Abd Fattah al-Khalidi, Pengantar memeahami Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur‟ān, h. 60. 24

Shalah Abd Fattah al-Khalidi, Pengantar memeahami Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur‟ān, h. 70. 25

Sayyid Quṭhb, Fī Ẓilāl al-Qur‟ān (dibawah Naungan al-Qur‟ān), h. 11.

Page 52: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

34

Filsafatnya.26

Ia bertolak belakang dengan Muhammad Abduh27

yang

mendamaikan Doktrin Islam dengan pemikiran Eropa yang konsisten

dengan rasionalitas sains dan sekuralisme masyarakat.

Paradigma berfikir Sayyid Quṭhb terjadi perubahan mendasar

sepulang dari Amerika, namun cara pandangnya terhadap al-Qur‟ān tidak

mengalami perubahan berarti. Bagi Sayyid Quṭhb al-Qur‟ān adalah kitab

artistik sehingga beliau menyebut al-Taswīr, karena didalam al-Qur‟ān

berbicara tentang cerita gambaran yang jelas dalam mengungkapkan

berbagai hal-hal yang bersifat abstrak. Lengkap dengan kondisi psikologis

dibalik sebab-sebab yang melingkupi sebab-sebab turunnya ayat-ayat al-

Qur‟ān. Gagasan-gagasan dibalik ayat-ayat al-Qur‟ān bisa ditangkap lewat

perasaan yang lebih hidup, lansung dan dinamis. Sehingga gagasan abstrak

tersebut bisa melahirkan bentuk dan gerakan, suasana dan keadaan

psikologis menjadi kenyataan yang bisa diamati oleh peristiwa dan sejarah

yang muncul dalam bentuk aktual dan dramatis, tipe-tipe manusia seolah-

olah hadir dan hidup, watak manusiapun terwujud dan nampak terlihat.28

Sebagaimana disebutkan diatas, Sayyid Quṭb menuliskan tafsirnya

dalam penjara. Oleh karenanya kondisi seperti itu tidak bisa kita nafikan

26

Menggukan akal sebagai satu-satunya tolak ukur dalam memahami nash-nash al-Qur‟ān

tentang peristiwa-peristiwa alam, sejarah kemanusiaan, hal-hal gaib, berarti menggunakan sesuatu

yang terbatas terhada perbuatan-perbuatan tuhan,Allah yang maha mutlak lagi tidak terbatas. Lihat

Sayyid Quṭhb, Tafsir juz ʻAmma, (Lebanon: Dar al-Falah, 1967), Cet. Ke 5, 1967, h. 255-256. 27

Abduh dipengaruhi oleh lingkungan Masyarakat eropa dan masyarakat Muslim yang

masing-masing menilai peranan akal scara bertolak belakang, sehingga dalam menghadapi

keduanya Abduh akal seimbang dengan wahyu, bahkan mengharuskan perwakilan ayat-ayat al-

Qur‟ān agar sejalan dengan akal. Sayyid Quṭhb, Khasais al-Tasawwur al-Islami, Cet ke-3, 1968,

h. 19. 28

Ungkapan Isa Boullata yang dikutip oleh Anthony H. Johns, bebaskan kaumku : Refleksi

Sayyid Quṭhb atas kisah Nabi Musa as dalam al-Qur‟ān, jurnal al-Hikmah, No 15, Vol VI, 1995,

h. 11.

Page 53: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

35

untuk memahami Ẓilāl sebagai sebuah tafsir, Fī Ẓilāl al-Qur‟ān memeliki

metode dan corak khas yang berbeda dengan tafsir-tafsir lainnya.

Penelaahan terus menerus yang dilakukan terhadap al-Qur‟an, agaknya telah

berhasil memberikan pengalaman spritual yang dirasakannya demikian

indah. Dia seakan-akan telah menangkap kedalaman arti dan merasakan

keindahan ungkapan-ungkapan yang ada didalam al-Qur‟an.

Penafsiran Sayyid Quṭhb menggunakan metode dan corak al-Adabī

al-Ijtimaʻi, yaitu berusaha memehami al-Qur‟an dengan cara

mengungkapkan kandungan secara teliti dan jelas, dengan cara menjelaskan

makna-makna yang terkandung dalam setiap ayat, serta menggunakan gaya

bahasa-bahasa yang indah dan menarik. Beliau berusaha menghubungkan

ayat-ayat al-Qur‟an yang dikaji dengan keadaan sosial pada saat itu dan

sistem budaya yang ada. Berusaha untuk membaantu memecahkan segala

persoalan yang dihadapi oleh umat Islam pada masa itu.29

Karakternya yang khas serta diwarnai oleh pemikirannya yang

berkembang pada saat itu dengan merespon berbagai situasi dan kondisi

yang aktual, diantaranya berbicara tentang, kebangkitan dunia islam. Politik,

dan Filsafat, kebangsaan, dan doktrin Islam (ajaran-ajaran dan nilai-nilai

atau syariʻat Islam). Adapun ciri-ciri ke khasan tulisan beliau ada tiga hal:

pertama, sumber yang digunakan sebagai Rujukan adalah berdasarkan al-

Qur‟an dan al-Sunnah. Kedua, Sayyid Quṭhb menggunakan bahasa sastra

29

Abdul Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu‟i; suatu pengantar, Terj. Suryan A.

Jamran (Jakarta: PT. Rja Grapindo Persada, 1996), h. 28.

Page 54: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

36

yang indah dan tidak pernah menggunkan bahasa filsafat atau ilmiyah.

Ketiga, gagasan-gagasan yang yang ditulisnya sangat kritis dan historis.30

3. Sistematika Penulisan

Dalam menguraikan setiap surah al-Qur‟an, Sayyid Quṭhb terlebih

dahulu memberikan muqaddimah, beliau menyatakan hidup dibawah

naungan al-Qur‟ān merupakan kenikmatan yang hanya bisa dirasakan

lansung oleh pelakunya, tampa bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Untuk

itu beliau mengatakan: “Al-hayatu Fī Ẓilāl al-Qur‟ān Niʻmatun. Niʻmatun

La yaʻrifiha illa man Zaqoha Niʻmatun Tarfaʻu al-ʻUmara wa tubarrikahu

wa Tuzakkihi”31

Setelah muqaddimah tersebut beliau mengucapkan hamdalah,

selanjutnya Sayyid Quṭhb menjelaskan tema-tema yang ada dalam surat

tersebut, seraya menyebutkan ayat-ayat mana yang mengandung tema yang

dimaksud. Sesudah itu, beliau melakukan pengelompokan ayat untuk

ditafsirkan. Hanya dalam pengertian itulah kita bisa menyebutkan sebagai

tafsir Maudhuʻi dalam menafsirkan beliau menolak takwil, akan tetapi

penolakannya hanya dilakukan terhadap ayat-ayat tertentu yang memang

dipandang tidak perlu ditakwilkan lebih jauh, hususnya ayat-ayat yang

berkaitan dengan kisah-kisah.

Sistematika penulisan adalah setiap juz di awali dengan halaman

judul: halaman keterangan isi juz tersebut. Menyebutkan nama surah,

jumlah ayatnya, dijelaskan juga ayat-ayat tersebut tergolong sebagai surah

30

Abu Bunyamin, Dinamika Tafsir Ijtimaʻi Sayyid Quṭhb, h. 16 31

Sayyid Quṭhb, Fī Ẓilāl al-Qur‟ān (Dibawah naungan al-Qur‟an), h. 3.

Page 55: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

37

Makiyyah/Madaniyyah, kemudian dikemukakan juga pengantar surat serta

mengemukakan sejumlah riwayat sesuai dengan surat yang akan dibahas,

jika memang hal itu ada dibagian akhir penulisan ditutup dengan keterangan

bahwa juz tersebut telah selesai. Dan dilanjutkan dengan juz selanjutnya,

dan diawali dengan ayat atau awal surat tertentu. Jika yang ditafsirkan pada

awal juz merupakan surah, maka Sayyid Quṭhb memulainya dengan

basmalah, begitu juga dengan awal setiap surah, kecuali suarh at-Taubah.

Awal juz tidak selalu sama dengan awal juz yang terdapat didalam al-

Qur‟ān. Beliau juga tidak lupa memberikan catatan kaki. Khususnya untuk

surah yang pendek-pendek, terus ditafsirkan dalam satu bagian, akan tetapi

untuk surat yang panjang dibagi dalam beberapa bagian.32

4. Penilaian Ulama Terhadap Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur‟ān

Sudah jelas sekali bahwa keimanan beliau yang kuat, pembacaan

beliau yang luas, pengalamannya yang mendalam dan bakat-bakat yang

gemilang telah menjadikan Tasir Fī Ẓilāl al-Qur‟an sebuah tafsir yang unik

dan secara objektif dapat diletakkan sebagai pemuncak tafsir-tafsir yang

lama dan yang baru, di mana terkumpul penjelasan-penjelasan yang

memuaskan, himpunan ilmu pengetahuan, uraian yang citarasa dan da‟wah

yang lantang untuk membangun hayat Islami.

Salah Abdul Fatah al-Khalidi pengkaji karya-karya Sayyid Qutb dan

penulis biografinya yang terkenal ia mengatakan: “Sayyid Quṭb dalam Tafsir

“Fī Zilāl al-Quran” adalah dianggap sebagai mujahid di dalam dunia tafsir,

32

Abu Bunyamin, Dinamika Tafsir Ijtimaʻi Sayyid Quṭhb, h. 33-35.

Page 56: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

38

kerana beliau telah menambahkan berbagai pengertian dan pemikiran, dan

berbagai pandangan yang melebihi tafsir-tafsir yang sebelumnya, juga

dianggap sebagai pengagas pengkajian baru dalam ilmu tafsir.33

Menurut Manna Khalīl al-Qaṭṭān, Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur‟ān adalah

tafsir yang berisi petunjuk kehidupan yang lengkap di bawah sinar al-

Qur‟an dan petunjuk Islam. Umat Islam dianggap oleh sayyid Quṭb sedang

berada di bawah kesengsaraan yang disebabkan berbagai faham dan aliran

yang merusak, serta disebabkan pula oleh pertarungan dan pertumpahan

darah yang tiada henti.34

Menurut Abu Hayyan, bahasa dan sastra yang digunakan oleh

Sayyid Quṭb dalam menulis tafsir ini cukup memadai. Manurut Abu al-

Mundhir, kelebihan tafsir ini terletak pada ketelitian dan kejelian Sayyid

Quṭb dalam menafsirkan al-Qur‟an. Menurut Ibnu Khaldun berpendapat

bahwa kitab ini merupakan kitab terbaik dalam segi bahasa, i‟rab dan

balaghahnya. Sedangkan Menurut Syehk Haidar, kitab tafsir ini memiliki

derajat yang tinggi tidak ada bandingannya.35

33

http://blogspot.co.id/2012/05/sayyid-quthub-fi-zilal-al-qur-an.html, di akses pada pukul

22:13 pada tanggal 20-05-2018. 34

Manna Khalil al-Qaṭṭān, Mabāhiṭ fī „Ulūmi al-Qur‟ān. (Mesir: Masyūrat al-„Isyari al-

Hadith, 1973), h. 10. 35

M. Ridlwan Nasir, Memahami al-Qur‟ān Perspektif Baru Metodologi Tafsir Muqarin,

(Surabaya: Cv. Indra Media, 2003), h. 49-50.

Page 57: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

39

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG KELUARGA SAKĪNAH

Pada bab ketiga ini penulis akan menjelaskan gambaran tentang keluarga,

pengertian keluarga, bagaimana proses terbentuknya sebuah keluarga, apa tujuan

seseorang untuk berkeluarga, seseorang yang sudah berkeluarga (menikah) pasti

mempunyai tujuan dari pernikahannya tersebut pada sub bab ini akan di jelasakan,

di dalam berkeluarga antara suami maupun istri mempunyai haknya masing-

masing yang harus di penuhi satu sama lain, kemudian seseorang yang sudah

menjalin keluarga juga pasti meneginginkan bagaimana unsur-unsur untuk

menjadikan keluarganya menjadi sebuah kelurga yang diinginkan semua orang

yaitu menjadi keluarga yang Sakīnah, Mawaddah dan Rahmah, keluarga yang di

naungi oleh Allah Swt.

A. Pemahaman Tentang Keluarga

Keluarga dalam bahasa arab disebut ahlun. Disamping kata ahlun kata

yang juga bisa memiliki pengertian keluarga adalah āli dan āsyir. Kata ahlun

berasal dari kata ahila yang berarti senang, suka, atau ramah. Menurut pendapat

lain kata ahlun berasal dari kata ahala yang berati menikah. Secara lebih luas,

ahlun adalah sekelompok orang yang disatukan oleh hubungan-hubungan

tertentu, seperti hubungan darah (keluarga), agama, pekejaan, rumah atau negara.

Dalam Al-Qur‟an kata ahlun disebut sebanyak 227 kali. Dari penyebutan

sebanyak itu, kata ahlun memiliki tiga pengertian antara lain:

Page 58: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

40

a) Yang menunjuk pada manusia yang memiliki pertalian darah atau perkawinan,

seperti ungkapan ahlu al-bait pengertian ini dalam bahasa indonesia disebut

keluarga.

b) Menunjuk pada suatu penduduk yang mempunyai wilayah-geografis atau

tempat tinggal, seperti ucapan ahlu al-Qur‟an, Ahli yastrib, ahlu al-balad,

dan lain-lain. Dalam bahasa sehari-hari disebut keluarga atau penduduk.

c) Menunjukkan pada status manusia secara teologis seperti ahlu al-dzikr, ahlu

al-kitab, ahlu al-nār, ahlu al-jannah, dan sebagainya.

Meskipun tampak ada perbedaan, namun ketiganya sebenarnya terkait,

yakni ahlun yang berarti orang yang memiliki hubungan dekat, baik karena

perkawinan, satu kampung, kampus, negara, atau satu agama. Terjadinya

hubungan kedekatan itu menjadikan pergaulan diantara mereka hidup dengan

suka cita, senang dan damai.1

1. Pengertian Keluarga

Adapun definisi keluarga yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara

lain:

a. Menurut Bailon dan Maglaya (1978), keluarga adalah dua atau lebih

individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan

darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka selain berinteraksi satu dengan

yang lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya.

1 Waryono Abdul Ghafur, Hidup bersama al-Qur‟an, (Yogyakarta: Rihlah, 2006), h. 320.

Page 59: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

41

b. Menurut Departemen kesehatan (1988), keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang

berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling bergantungan.

c. Menurut Friedman (1998), keluarga adalah dua atau lebih individu yang

tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan

melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka

sebagai bagian dari keluarga.

Menurut konsep Islam, keluarga adalah satu kesatuan hubungan antara

laki-laki dan perempuan melalalui akad nikah menurut ajaran Islam. Dengan

adanya akad ikatan pernikahan tersebut dimaksudkan anak dan keturunan yang

dihasilkan menjadi sah secara hukum agama.2

2. Proses Terbentuknya Keluarga

Adapun jalan pertama atau proses untuk membentuk keluarga sebuah

rumah tangga ialah dengan pernikahan antara laki-laki dan perempuan, untuk

melangsungkan proses tersebut melalui beberapa pendahuluan atau tahap

berkeluarga, yaitu:

a. Meminang (Khitbah)

Khitbah (meminang) adalah seorang laki-laki meminta seorang

wanita untuk dinikahinya. Jika permohonannya diterima, maka

kedudukannya tidak lebih sebagai janji untuk menikah. Dengan kata lain

pernikahan belum dianggap terlaksana dengan persetujuan ini dan wanita

itu masih tetap sebagai wanita asing hingga laki-laki tersebut

2Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,

2001), h. 70.

Page 60: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

42

melangsungkan akad pernikahan dengannya. Meminang adalah

pendahuluan sebuah pernikahan yang tidak membawa konsekuensi apapun

seperti yang ada pada pernikahan sesungguhnya.

Meminang bukanlah syarat sah suatu pernikahan. Apabila

pernikahan berlansung tanpa didahului pinangan, maka pernikahan ini

dinilai sah. Namun biasanya, meminang dijadikan sebagai sarana menuju

pernikahan. Menurut jumhur, meminang adalah perkara yang

diperbolehkan. Seorang laki-laki muslim yang akan menikahi seorang

muslimah dianjurkan melakukan peminangan terlebih dahulu, karena

dimungkinkan dia sedang dipinang orang lain.3

b. Pernikahan

Definisi Nikah an-Nikāh (النكاح) menurut bahasa arab berarti adh-

dhamm ( الضم, yakni menghimpun). Lafaz ini dimutlakkan untuk akad atau

persetubuhan. Sedangkan menurut Syariat, pengertiannya sebagaimana

dijelaskan oleh Ibn Qudamah “Nikah menurut Syariat adalah akad

pernikahan. Ketika kata nikah diucapkan secara mutlak, maka ia bermakna

demikian selama tidak ada dalil yang memalingkan dirinya.”4

Perkawinan atau pernikahan dalam fiqih berbahasa arab disebut

dengan dua kata yaitu nikah dan zawaj. Menurut fiqih, nikah adalah salah

satu asal pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan atau masyarakat

yang sempurna. Pendapat-pendapat tentang pengertian pernikahan antara

lain adalah:

3Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Panduan Keluarga Sakinah, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-

Syafi‟i, 2011) Cet 10, h. 82. 4Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Panduan Keluarga Sakinah, h. 11.

Page 61: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

43

1. Menurut Hanabilah, nikah adalah akad yang menggunakan lafaz nikah

yang bermakna tajwiz dengan maksud mengambil manfaat untuk

bersenang-senang.5

2. Menurut Sajuti Thalib, nikah adalah suatu perjanjian yang kuat dan

kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki dengan

seorang perempuan membentuk keluarga yang kekal, santun menyantuni,

kasih-megasihi, tenteram, dan bahagia.6

Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1974, pernikahan adalah ikatan

lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

ketuhanan yang Maha Esa. Oleh karena itu pengertian pernikahan dalam ajaran

Islam mempunyai nilai ibadah, sehingga pasal 2 kompilasi Hukum Islam

menegaskan bahwa pernikahan adalah akad yang sangat kuat untuk menaati

perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.7

3. Tujuan berkeluarga

Ahmad Azhar Basyir menyatakan bahwa tujuan pernikahan dalam

Islam adalah untuk memenuhi tuntutan naluri hidup manusia, berhubungan

dengan laki-laki dan perempuan, dalam rangkan mewujudkan kebahagiaan

keluarga sesuai ajaran Allah dan Rasul-Nya.8 Imam al-Ghazali dalam Ihya‟nya

mengembangkan tujuan dari pembentukan keluarga menjadi lima macam yaitu:

5 Abdurrahman al-Jaziri, kitab „ala mazahib al-arbaʻah, (Beirut Libanon: Dar ihya al-

Turas al-Arabi, 1986), h. 3. 6 Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta:Bumi Askara, 1996), h. 2.

7 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 7.

8 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta:UII Press, 2000), h. 86.

Page 62: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

44

a. Memperoleh keturunan yang sah dan mengembangkan suku-suku bangsa

manusia

Manusia mempunyai naluri untuk memperoleh keturunan, kehidupan

keluarga bahagia umumnya antara lain ditentukan oleh kehadiran anak-

anak. Begitu pentingnya keturunan, dalam Al-Qur‟an, Allah menganjurkan

agar manusia selalu berdoa supaya di anugerahi keturunan yang bisa jadi

mutiara. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur‟an surah Al-Furqān ayat 74

sebagai berikut:

ماماوالذين ي قولون رب نا ىب لنا من أزواجنا وذرياتنا ق رة أعي واجعلنا للمتقي إ

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah

kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang

hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang

bertakwa. (Qs. al-Furqān:25/74)9

Dalam salah satu hadistnya Rasulullah Saw juga menganjurkan untuk

menikahi perempuan yang produktif:

“Nikahilah wanita-wanita yang berketurunan dan pengasih sayang,

sesungguhnya aku berbangga dengan banyaknya kalian terhadap

nabi-nabi lain dihari kiamat”10

Anak merupakan penolong baik dalam kehidupan baik di dunia

maupun di akhirat bagi orang tuanya. Selain itu secara universal yang

berhubungan dengan keturunan adalah anak sebagai penyambung keturunan

seseorang dan akan selalu berkembang untuk meramaikan dunia.11

9 Departmen Agama RI, al-Qur‟an dan terjemahannya, h. 366.

10 Abū Daūd, Sunan Abī Daūd, Jilid I (Kairo: al-Maknaz al-Islāmi, 2000), h. 348.

11 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Pperkawinan, ( Yogyakarta:

Liberty, 2007), h. 15.

Page 63: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

45

b. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya serta kasih

sayangnya berdasarkan tanggung jawab

Sudah menjadi kodrat manusia diciptakan secara berpasangan dan

saling mengandung daya tarik. Keinginan untuk berhubungan antara pria

dan wanita sebagaimana firman Allah dalam surat Ali-ʻImrān ayat 14

ىب والفضة واليل زين للناس حب الشهوات من النساء والبني والقن اطري المقنطرة من الذ

ن يا ذ المسومة والن عام والرث واللو عنده حسن المآب لك متاع الياة الد

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-

apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang

banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak

dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi

Allah-lah tempat kembali yang baik. (Ali Imrān:3/14)12

Al-Qur‟an juga melukiskan keduanya sebagai pakaian satu sama

lain, Al-Baqarah ayat 187. Selain itu pembentukan keluarga juga

menyalurkan rasa kasih dan sayang secara harmonis dan tanggung jawab

baik terhadap pasangan maupun anak (keluarga).

c. Memenuhi panggilan agama untuk memelihara diri dari kejahatan dan

kerusakan.

Ketenangan hidup, cinta dan kasih sayang keluarga dapat ditunjukkan

melalui pembentukan keluarga dengan jalan pernikahan (ar-Rūm 21).

Karena manusia mempunyai nafsu yang cenderung mengajak pada

perbuatan yang tidak baik (Yusūf 53). Dengan adanya pernikahan, nafsu

(yang biologis) dapat tersalurkan dan dapat terjaga. Sebagaimana hadis nabi

Saw:

12

Departmen Agama RI, al-Qur‟an dan terjemahannya, h. 51.

Page 64: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

46

يستطع ل منو للفرج وأحصن للبصر اغض فإنو ف ليت زوج اءة الب استطاع من باب الش معشر يا

وجاء لو فإنو بالصوم ف عليو

“Wahai para pemuda siapa saja diantara kalian yang telah

berkemampuan untuk menikah maka menikahlah, karena pernikahan

itu lebih menundukkan pandangan dan lebih membentengi farji

(kemaluan). Adapun bagi siapa saja yang tidak mampu maka

hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat membentengi dirinya”13

d. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak dan

kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta secara halal.

Dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan orang yang belum

berkeluarga tindakannya masih sering dipengaruhi emosi sehingga kurang

mantab dan bertanggung jawab:

ب عض وبا أن فقوا من أموالم على النساء با فضل اللو ب عضهم على الرجال ق وامون

لغيب با حفظ اللو فالصالات قانتات حافظات ل Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas

sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah

menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita

yang salehah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri

ketika suaminya tidak ada. (Qs. an-Nisā:4/34)

e. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram atas

dasar cinta dan kasih sayang.

Dalam hidup manusia memerlukan ketenangan dan ketentraman untuk

mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan masyarakat dapat tercapai dengan

13

Lihat HR. Al-Bukhori, (no. 1905, 5065, 5066), Ahmad (1/424, 425, 432), Muslim (no.

1400), at-Tirmizi (no. 1081), an-Nasāi (IV/56, 57), Ibnu Majah (no. 1845), ad-Darimi (II/132), al-

Baihaqi (VII/77), dari Abdullah bin Masʻud.

Page 65: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

47

adanya ketentraman anggota keluarga dalam keluarga. Karena keluarga

merupakan dari bagian masyarakat, keberadaannya menjadi faktor

terpenting dalam penentuan ketenangan dan ketentraman masyarakat.

Ketenangan dan ketenteraman keluarga tergantung dari keberhasilan

pembinaan yang harmonis antara suami istri dalam keluarga. Keharmonisan

diciptakan oleh adanya kesadaran anggota keluarga dalam menggunakan

hak dan memenuhi kewajiban. Allah menjadikan unit keluarga yang dibina

dengan pernikahan dalam rangka membentuk ketenangan dan ketentraman

serta mengembangkan cinta dan kasih sayang sesama warganya.

4. Tanggung Jawab atau hak dalam berkeluarga

Apabila akad nikah telah berlangsung dan sah memenuhi syarat dan

rukunnya, maka akan menimbulkan pula hak dan kewajibannya selaku suami

istri dalam berkeluarga.14

Jadi dalam sebuah rumah tangga, suami mempunyai

hak dan begitu pula istri mempunyai hak. Sebaliknya suami mempunyai

beberapa kewajiban begitu pula sebaliknya.15

a. Hak dan kewajiban suami terhadap istri

Diantara hak dan kewajiban tersebut seperti tersurat dalam Sabda

Rasulullah Saw dari Muʻawiyah bin Haidah bin Muʻawiyah al-Qusyairi,

suatu ketika dia bertanya kepada beliau: “Wahai Rasulullah, apakah hak

seorang istri yang harus dipenuhi suaminya?” beliau menjawab:

“Yaitu engkau memberinya makan apabila engkau makan, engkau

memberinya pakaian apabila engkau berbapakaian, janganlah

engkau memukul wajahnya, janganlah engkau menjelek-jelekannya,

14

Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 155. 15

Amir Syarifuddin,Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), h.

159.

Page 66: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

48

dan engkau tidak meninggalkannya (yakni tidak boleh berpisah

tempat tidur) melainkan di dalam rumah”.16

1. Memberikan Mahar

Ketika seorang laki-laki akan melaksanakan akad nikah,

diwajibkan bagi mereka menentukan dan memberikan mahar,

sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur‟ān surah an-Nisā ayat 4 sebagai

berikut:

فإن طب لكم عن شيء منو ن فسا فكلوه ىنيئا مريئا وآتوا النساء صدقاتن نلة

“Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu

nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika

mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari (maskawin) itu

dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu

dengan senang hati”.(Qs. an-Nisā:4/4).17

2. Memberi Nafkah

Yang dimaksud dengan nafkah yaitu memberikan kebutuhan

makan, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya. Dasar kewajiban suami

ini terdapat dalam Al-Qur‟an maupun hadis nabi SAW, di antara Al-

Qur‟an yang menyatakan hal tersebut terdapat dalam surah al-Baqarah

ayat 233:

وعلى المولود لو رزق هن وكسوت هن بالمعروف

Dan kewajiban ayah (suami) memberi makan dan pakaian kepada

ibu (istri) dengan cara ma'ruf.

16Lihat HR. Abu Daud (no. 2142), Ibnu Majah (no. 1850), Ahmad (IV/447, V/3, 5), Ibnu

Hibban (no. 1286 – al-Mawārid), al-Baihaqi (VII/295, 305, 466-467), al-Baghawi dalam syarhus

sunnah (IX/159-160), dan an-Nasāi dalam ʻIsyratun nisāi (no. 289), dan Tafsir an-Nasāi (no. 124),

dan al-Hakim (II/187-188), yang ditulis oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Panduan Keluarga

Sakinah, h, 166. 17

Departmen Agama RI, al-Qur‟an dan terjemahannya, h. 77.

Page 67: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

49

3. Menjaga dan menyayangi istrinya ketika istri sedang hamil

Seorang suami menyayangi istrinya itu sudah seharusnya, ini

merupakan kewajiban dan bernilai ibadah yang harus dilakukan kapan

saja. Namun, ketika sang istri hamil sesungguhnya rasa sayang dari

seorang suami kepada istrinya sangat diperlukan untuk ditingkatkan. hal

ini dirasa penting karena perkembangan janin juga sangat dipengaruhi

oleh keadaaan psikis seorang ibu yang sedang mengandungnya. Dimasa-

masa kehamilannya, calon ibu dan janin membutuhkan semangat dan

dukungan jasmani maupun rohani, di sini peran seorang suami sebagai

kepala keluarga dan calon ayah dari janin yang dikandung istrinya.

Tugas suami saat istri hamil adalah menjaga dengan baik istri dan

anaknya. Menjaga janin agar tumbuh kembangnya optimal selama di

dalam kandungan karena janin tidak hanya butuh perhatian sang ibu,

peran ayah pun sangat diperlukan saat si kecil masih dalam kandungan.

Berikut beberapa hal yang harus dilakukan seorang suami saat istri

sedang hamil yaitu: Menghiburnya, memenuhi calon ibu dan bayi,

hindari pertengkaran, berikan perhatian dan kasih sayang, berikan pijatan

secara teratur, memantau kesehatan ibu dan janin secara berkala,

memperhatikan gizinya, membantu meringankan aktifitas sang istri,

berbagi tugas dalam merawat dan mengasuh anak, menjaga dan

menghindari perilaku buruk, mempersiapkan tempat bersalin, menjadi

suami siaga, harus tau ciri-ciri istri yang mau melahirkan, jangan sampai

Page 68: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

50

terlambat mendapat bantuan, mendampingi istri saat persalinan

berlansung.18

b. Hak dan kewajiban istri terhadap Suami

Masing-masing dari suami maupun istri memiliki hak dan kewajiban.

Di antara hak-hak suami yang harus dipenuhi istri antara lain sebagaimana

uraian berikut:

1. Istri wajib Taat dan patuh kepada suami

Setelah wali atau orang tua sang istri menyerahkan kepada

suaminya, maka kewajiban taat kepada suami menjadi hak tertinggi yang

harus dipenuhi, setelah kewajiban taatnya kepada Allah dan Rasulnya:

ا أن يسجد لحد لمرت المرأة أن تسجد لزوجهالو كنت آمرا أحد “Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada

seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud

kepada suaminya”.19

2. Istri harus banyak bersyukur dan tidak banyak menuntut kepada suami

Seorang istri diperintahkan untuk bersyukur kepada suaminya

yang telah memberikan nafkah lahir dan batin. Karena dengan syukurnya

istri kepada suaminya, juga sikapnya yang tidak banyak menuntut,

maka rumah tangga mereka akan diliputi kebahagiaan. Adapun istri yang

tidak bersyukur kepada suaminya dan banyak menuntut merupakan

18

Mutmainnah Afra Rabbani, (1001 kewajiban suami dalam mengarungi bahtera Rumah

Tangga), (Tanggerang: Lembaga Pustaka Indonesia, 2014), h. 231-240. 19

Lihat Hadits hasan shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1159), Ibnu Hibban (no.

1291 – al-Mawārid) dan al-Baihaqi (VII/291), dari Abu Hurairah radhiyallaahu „anhu. Hadits ini

diriwayatkan juga dari beberapa Shahabat. Lihat juga Irwā-ul Ghalīl (no. 1998), yang ditulis oleh

Yazid bin Abdul Qadir Jawas dalam bukunya, Panduan Keluarga Sakinah, h. 201.

Page 69: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

51

pertanda kepribadian wanita yang tidak baik. Sebab ia tidak merasa

cukup dengan rizki yang Allah karuniakan kepadanya.

Perintah bersyukur amat ditekankan dalam Islam, bahkan Nabi

mengancam dengan neraka para wanita yang tidak bersyukur kepada

suami, dan pada hari kiamat Allah pun tidak melihat wanita yang

bersikap demikian, sebagaimana sabda Nabi Saw sebagai berikut:

ث نا عبد اللو بن مسلمة عن مالك عن زيد بن أسلم عن عطاء بن يسار عن ابن حد

فرن عباس قال قال النب صلى اللو عليو وسلم أريت النار فإذا أكث ر أىلها النساء يك

حسان لو أحسن ىرت إل إحد قيل أيكفرن باللو قال يكفرن العشري ويكفرن ال اىن الد

را قطث رأت منك شيئا قالت م ا رأيت منك خي

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah dari

Malik dari Zaid bin Aslam dari 'Atho' bin Yasar dari Ibnu 'Abbas

berkata, Nabi Saw bersabda: "Aku diperlihatkan neraka, ternyata

kebanyakan penghuninya adalah wanita. Karena mereka sering

mengingkari". Ditanyakan: Apakah mereka mengingkari Allah?

Beliau bersabda: "Mereka mengingkari pemberian suami,

mengingkari kebaikan, Seandainya kamu berbuat baik terhadap

seseorang dari mereka sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja

kejelekan darimu maka dia akan berkata: aku belum pernah

melihat kebaikan sedikit pun darimu". 20

3. Istri harus berhias diri, selalu tersenyum dan tidak bermuka masam

dihadapan suami.

Seorang istri tidak boleh meremehkan kebersihan dirinya, sebab

kebersihan bagian dari keimanan. Ia harus selalu mengikuti sunnah,

seperti mandi, memakai minyak wangi, dan merawat tubuhnya agar

20Lihat HR. Al-Bukhari (no. 29, 1052,5197), dan Muslim (no. 907), Abu Awanah

(II/379-380), Malik (I/166167, no, 2), an-Nasāi (III/146, 147, 148), al-Baihaqi (VII/294), Yang

ditulis Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas dalam bukunya, Panduan Keluarga Sakinah, h. 208.

Page 70: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

52

selalu berpenampilan menarik, bersih, dan harum di hadapan suami.

Yang demikain menyebabkan terus berseminya cinta kasih antara

keduanya, dan kehidupan ini akan terasa nikmat.

Seorang istri ideal selalu tampak ceria, lemah lembut, dan

menyenangkan suami. Jika suami pulang ke rumah setelah seharian

bekerja, maka ia mendapatkan sesuatu yang dapat menenangkan dan

menghibur hatinnya.21

4. Istri tidak boleh menyakiti suami baik dengan perbuatan maupun ucapan

Seorang istri tidak boleh memanggil suaminya dengan kejelekan

atau mencaci makinya, karena yang demikian itu dapat menyakiti hati

suami. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw sebagai berikut:

“Tidak ada seorang istri-pun yang menyakiti suaminya di dunia,

kecuali istrinya dari bidadari surga akan berkata: janganlah kamu

menyakitinya, celakalah dirimu, karena ia hanya sejenak

berkumpul denganmu yang kemudian meninggalkannmu untuk

kembali kepada kami”

5. Seorang istri mengikuti tempat tinggal suami

Seorang istri wajib mengikuti tempat tinggal suaminya. Akan tetapi

apabila lingkungan tempat tinggal yang disediakan oleh suami ternyata

akan merusak akhlak atau tidak aman, baik dari segi bangunan atau

keselamatan maka istri memiliki hak untuk menolak. Akan tetapi apabila

suami telah memilihkan lingkungan yang dapat memelihara akhlak istri

dan keluarganya, meskipun rumahnya kurang bagus karena suami tidak

21 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Panduan Keluarga Sakinah, h, 214.

Page 71: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

53

mampu menyediakannya yang lebih baik, maka istri tetap wajib tinggal

dirumah suaminya tersebut.22

Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari penjelasan di atas

bahwasanya keluarga itu ialah sekelompok orang yang disatukan oleh hubungan-

hubungan tertentu, seperti hubungan darah (keluarga), agama, pekejaan, rumah

atau negara. Lebih rincinya untuk meraih keluarga dalam rumah tangga itu perlu

adanya proses untuk mencapai tahap tersebut, salah satu proses yang di lakukan

ialah meminang (melamar) dan di lanjutkan ke jenjang pernikahan.

Dalam pernikahan itu sendiri memiliki beberapa tujuan salah satu tujuan

yang diharapkan dalam berkeluarga ialah mendapatkan keluarga yang sakīnah,

mawaddah, dan rahmah. Di dalam berkeluarga juga suami dan istri mempunyai

hak ataupun peran masing-masing, diantaranya hak istri terhadap suami, yang

harus dipenuhi oleh suami untuk istrinya, dan begitupun sebaliknya hak suami

terhadap istri, yang harus dipenuhi oleh istri untuk suaminya.

B. Pemahaman Tentang Sakinah

Keluarga sakīnah ialah keluarga yang mampu menciptakan suasana

kehidupan berkeluarga yang tenteram, aman dan damai, penuh kasih dan sayang

yang senantiasa di berkahi oleh Allah Swt dalam kehidupannya sehari-hari. Pada

sub bab ini penulis akan menjelaskan pemahaman tentang keluarga, apa saja

unsur untuk memperoleh sebuah rumah tangga yang Sakīnah, Mawaddah, dan

Rahmah itu.

22

Mutmainnah Afra Rabbani, (1001 kewajiban Istri dalam mengarungi bahtera Rumah

Tangga), (Tanggerang: Lembaga Pustaka Indonesia, 2014), h. 153-156.

Page 72: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

54

1. Pengertian Sakinah

Sakinah berasal dari kata “ س كينة -يس كن -س كن ” yang berarti rasa tenteram,

menjadi tenang, aman, dan damai.23

Dalam kamus Muʻjam Maqāyis al-Lughah

berasal dari kata (Sakana) yaitu dari huruf sīn, kāf, dan nūn. Yang berarti suatu

tempat yang memberikan sebuah ketenangan, maka ia akan merasakan

ketenangan itu.24

Jadi, keluarga sakinah ialah keluarga yang mampu

menciptakan suasana kehidupan berkeluarga yang tenteram, aman dan damai,

penuh kasih dan sayang.25

Sedangkan kata sakinah dalam kamus bahasa Indonesia adalah

kedamaian, ketentraman, ketenangan, dan kebahagiaan.26

Secara etimologi

sakinah adalah ketenangan, kedamaian, dari asal kata س كن menjadi tenang,

damai, merdeka, hening dan tinggal.27

Dalam islam kata sakinah menandakan

ketenangan dan kedamaian secara khusus, yakni kedamaian dari Allah yang

berada dalam hati.

Sedangkan secara terminologi keluarga sakinah adalah keluarga yang

tenang dan tentram, rukun dan damai. Dalam keluarga itu terjalin hubungan

mesra dan harmonis, diantara semua anggota keluarga dengan penuh

kelembutan dan kasih sayang.

23

Lihat Aplikasi: Kamus Al-maʻānī (Likulli Ismin Maʻna), dari kata sakana, yaskunu,

sakinatan. 24

Ahmad bin Fāris bin Zakariya al-Qazwaini al-Rāzī, Muʻjamu Maqāyisa al-Lughati,

(Damaskus:Darul Fikri,1994), h. 1103. 25

Asrofi dan M. Thohir, Keluarga sakinah dalam tradisi Islam Jawa, (Yogyakarta:

Arindo Nusa Media, 2006), h. 3. 26

Tim Penyusun Kamus pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet I, h. 413. 27

Cyril Glasse, Ensiklopedia Islam, penerjemah Ghuron A. Mas‟adi, (Jakarta: PT. Raja

Grapindo Persada, 1991), cet II, h. 351.

Page 73: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

55

2. Unsur-unsur mewujudkan keluarga Sakīnah dalam Berkeluarga

Setelah suami-istri memahami hak dan kewajibannya dalam berkeluarga,

tentu ada pula beberapa unsur atau kriteria yang sangat perlu ditempuh dalam

rumah tangga guna untuk mewujudkan keluarga sakīnah, Mawaddah, dan

Rahmah sebagai berikut.28

a. Mewujudkan harmonisasi hubungan Suami-istri

Untuk mewujudkan keharmonisan dalam rumah tangga ini adanya

rasa saling membutuhkan seperti pakaian yang dipakai sebagaimana yang

dijelaskan Allah dalam Qs. al-baqarah ayat 187 yang artinya “ Mereka

adalah pakaian bagimu dan kamupun adalah pakaian bagi mereka”. Jadi

upaya untuk mewujudkan rasa keharmonisan dalam keluarga ini dapat

dicapai antara lain: Adanya saling pengertian,29

Saling Menerima

Kenyataan, Saling melakukan penyesuaian diri.30

Memupuk Rasa Cinta,

Melaksanan Asas Musyawarah, dan saling memaafkan.31

b. Selalu menjaga ketaqwaan saat bersama maupun sendirian

Seabagaimana yang disabdakan Saw sebagai berikut :

اتق اهلل حيثما كنت ، وأتبع السيئة السنة تحها ، وخالق الناس بلق "Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Iringilah

perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya (perbuatan baik)

akan menghapusnya (perbuatan buruk). Dan berperilakulah terhadap

sesama manusia dengan akhlak yang baik."

c. Membina antara anggota keluarga dan lingkungan

28

Syahmini Zaini, Membina Rumah Tangga Bahagia, (Jakarta: Kalamulia, 2004), h. 10. 29

Kanwil Depetemen Agama provinsi Riau, Pedoman Gerakan Keluarga Sakinah,

(Pekanbaru: Proyek pembinaan keluarga sakinah, 2004), h. 31. 30

Syahmini Zaini, Membina Rumah Tangga Bahagia, h, 13 31

Kanwil Departmen Agama provinsi Riau, Pedoman Gerakan Keluarga Sakinah, h. 33.

Page 74: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

56

Keluarga dalam lingkup yang lebih besar tidak hanya terdiri dari

ayah, ibu dan anak. Akan tetapi menyangkut hubungan persaudaraan yang

lebih besar lagi baik hubungan antara anggota keluarga maupun hubungan

dengan lingkungan masyarakat.

d. Menjaga syariat dan menegakkan ketaatan kepada Allah

Setiap muslim harus berusaha menegakkan syariat islam dalam

rumah tangganya. Terlebih suami sebagai kepala keluarga (kepala rumah

tangga) wajib menjaga diri dan keluarganya dari api neraka, menjaga batas-

batas syariat Allah, dan menjauhkan perbuatan syirik dan bidʻah.

Sebagaimana sabda Nabi Saw dari Ibn ʻAbbas Ra:

احفظ اهلل يفظك (jagalah Syariʻat Allah niscaya Allah akan menjagamu)

32

Adapun kesimpula yang dapat penulis ambil dari penjelasan di atas ialah

bahwasanya Keluarga sakinah ialah keluarga yang mampu menciptakan suasana

kehidupan berkeluarga yang tenteram, aman dan damai, penuh kasih dan sayang

yang senantiasa di berkahi dan diridhai oleh Allah Swt dalam kehidupannya

sehari-hari.

Untuk mencapai unsur-unsur kehidupan keluarga yang sakīnah itu di

antaranya: selalu mewujudkan keharmonisan antara suami dan istri, selalu

32

Lihat HR at-Tirmidzi (no. 2516), Ibnus Sunni dalam „Amalul Yaum wal Lailah (no.

425), Ibnu Abi „Ashim dalam as-Sunnah (no. 316, 317, 318), Abu Ya‟la dalam Musnadnya (no.

2549), Ahmad (I/293, 303, 307), Al-Ajurri dalam asy-Syarī‟ah (II/829-830, no. 412), al-Lālika-i

dalam Syarh Ushul I‟tiqād Ahlis Sunnah wal Jama‟ah (no. 1094, 1095), ath-Thabrāni dalam al-

Mu‟jamul Kabīr (no. 11243, 11416, 11560, 12988), „Abd bin Humaid dalam Musnadnya (no.

635), al-Hâkim (III/541, 542), Abu Nu‟aim dalam al-Hilyatul Auliyā‟ (I/389, no. 1110), al-

Baihaqi dalam Syu‟abul Imān (no. 192), yang ditulis oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas dalam

bukunya, Panduan Keluarga Sakinah,..h. 63.

Page 75: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

57

menjaga ketaqwaan kepada Allah swt, senantiasa membina keluarganya dari

pengaruh lingkungan, dan selalu menjaga syariʻat dan menegakkan ketaatan

kepada Allah Swt.

Page 76: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

58

BAB IV

KRITERIA KELUARGA SAKĪNAH MENURUT

SAYYID QUṬB DALAM TAFSĪR FĪ ẒILĀL AL-QUR’ĀN

Di dalam al-Qur’ān ayat-ayat yang terkait sakīnah dalam berkeluarga ada

dua surah saja di antaranya, Qs. al-Aʻrāf/7:189 dan Qs. al-Rūm/30:21, akan tetapi,

untuk tercapainya sebuah keluarga yang Sakīnah tentunya berbagai kriteria atau

berbagai unsur untuk meraih keluarga sakīnah itu sendiri. Salah satu unsur untuk

mencapai sebuah keluarga yang bahagia, aman, tentram dan harmonis tentunya

mempunyai konsep atau kriteria.

Maka dengan ini penulis mengutip Qs. an-Nisā/4:19, Qs. Luqmān/31:13-

14 dan Qs. At-Tharīm/66:6. Kemudian penulis juga akan memaparkan bagaimana

penafsiran Sayyid Quṭb terhadap ayat-ayat di atas berdasarkan kriteria untuk

memperoleh sebuah keluarga yang sakīnah, mawaddah, dan rahmah di dalam

Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān. Di antara unsur-unsur untuk mewujudkan sebuah

keluarga yang sakīnah sebagai berikut:

A. Ketenangan (ketentraman)

Salah satu esensi dari pernikahan yaitu sakīnah ketenangan (ketentraman),

sebagaimana ungkapan Sayyid Quṭb bahwa sakīnah ialah menjadikan dalam

hubungan berumah tangga itu rasa tenang bagi jiwa dan sarafnya, rasa tenang bagi

tubuh dan hatinya, memberikan kedamaian bagi kehidupan dan penghidupannya,

suka cita bagi ruh dan nuraninya, serta membuat tenang bagi laki-laki dan

perempuan.

Page 77: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

59

Oleh karena itu media untuk meraih sakīnah itu sendiri adanya mawaddah

dan rahmah. Kata mawaddah yang berarti rasa kasih sayang yang membuat

tenang bagi tubuh dan hatinya. Adapun kata rahmah yang berarti memberikan

kedamaian bagi kehidupan dan penghidupannya, suka cita bagi ruh dan nuraninya,

yang senantiasa diberikan rahmat Oleh Allah Swt dalam keluarganya.1 Konsep di

mana sebuah rumah tangga ataupun keluarga dapat dikatakan bahagia apabila di

dalam kehidupan mereka terdapat ketenangan, kedamaian, dan ketentraman baik

itu dari segi lahiriyah maupun batiniyah yang di selimuti rasa cinta, kasih, dan

sayang. Hal ini berdasarkan penafsiran Sayid Quṭb terhadap Qs. al-ʻAraf 189 dan

Qs. al-Rūm ayat 21 sebagai berikut:

ها ها زوجها ليسكن إلي هو الذي خلقكم من ن فس واحدة وجعل من

“Dialah (Allah) Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari

padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang

kepadanya”.2

Menurut watak penciptaanya, ia adalah diri yang satu, meskipun

pungsinya berbeda antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan ini agar suami

merasa senang dan tenang kepadanya, ini adalah teori islam tentang hakikat

manusia, dan fungsi perkawainan dalam melahirkan keturunan. Inilah teori yang

sempurna yang tepat yang dibawa Islam sejak empat belas abad yang lalu. Yaitu

ketika agam-agama yang telah disimpangkan menganggap wanita sebagai pangkal

bencana manusia, menganggapnya terkutuk, najis, dan perangkap dosa yang harus

diwaspadai.

1Sayyid Quṭb, Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān (Dibawah Naungan al-Qur’an), Terj. M. Misbah

dkk, (Jakarta: Robbani Press, 2008), h. 648 2Departmen Agama Republik Indonesia, al-Qur’ān dan terjemahannya.., h. 175.

Page 78: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

60

Ketika berbagai peganisme hingga kini menganggap sebagai barang

tercecer, atau paling banter pelayan yang lebih rendah martabatnya ketimbang

laki-laki, dan tidak diperhitungkan sama sekali. Dasar dalam pertemuan suami-

istri adalah ketenangan, ketentraman, keakraban dan kestabilan. Agar ketenangan

dan rasa aman menaungi tempat asuhan yang di dalamnya embrio berkembang,

bisa menghasilkan keturunan manusia yang berharga, dan membuatnya pantas

menjadi generasi baru untuk membawa warisan peradaban manusia dan

meningkatkannya.3 Kemudian dijelaskan juga Qs. Ar-Rūm 21 sebagai berikut:

نكم مودة ورحة إن ف ذ ومن آياته أن خلق لكم من أن فسكم أزواجا لتسكنوا إلي لك ها وجعل ب ي

ليات لقوم ي ت فكرون“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih

dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.4

Manusia mengetahui perasaan mereka terhadap lawan jenis, dan hubungan

di antara dua jenis itu membuat saraf dan perasaan mereka bergerak. Perasaan-

perasaan yang berbeda-beda bentuk dan arah antara laki-laki dan perempuan itu

mengerakkan langkah-langkahnya serta mendorong aktivitasnya. Namun, sedikit

sekali mereka mengingat tangan kekuasaan Allah yang telah menciptakan

pasangan bagi mereka dari jenis mereka.

Dan menganugerahkan perasaan-perasaan dan rasa cinta itu dalam jiwa

mereka. Juga menjadikan dalam hubungan itu rasa tenang bagi jiwa dan sarafnya,

3Sayyid Quṭb, Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān (Dibawah Naungan al-Qur’an), h. 487

4Departmen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan terjemahan kata-perkata (Jakarta:

PT. Syamil, cipta Medan, Bandung, 2007), h. 406

Page 79: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

61

rasa tenang bagi tubuh dan hatinya, memberikan kedamaian bagi kehidupan dan

penghidupannya, suka cita bagi ruh dan nuraninya, serta membuat tenang bagi

laki-laki dan perempuan. Ungkapan al-Qur’an yang lembut dan akrab ini

menggambarkan hubungan tersebut dalam suatu gambaran yang inspiratif.

Seakan-akan, al-Qur’an memperoleh gambaran tersebut dari kedalaman hati dan

perasaan.

“supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-

Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”

(Ar-rūm 21).

Dengan ayat ini mereka memahami hikmah Allah yang Maha pencipta

dalam menciptakan masing-masing jenis sedemikian rupa sehingga sesuai untuk

lawan jenisnya dan bisa memenuhi kebutuhan fitrahnya, psikologis, intelektual

dan biologis. Sehingga ia mendapatkan padanya rasa tenang, damai dan

ketentraman. Keduanya menemukan dalam pertemuan mereka rasa ketenangan

dan saling melengkapi, juga rasa cinta dan kasih sayang. Karena susunan jiwa,

saraf dan fisik bersifat saling memenuhi kebutuhan masing-masing terhadap

pasangannya. Perpaduan dan pembaruan keduanya untuk melahirkan kehidupan

baru yang merepresentasikan generasi baru.5

Untuk memperkuat penafsiran Sayid Quṭb di atas maka penulis

menambahkan beberapa pendapat ulama tafsir lainnya di antaranya, Abū Jaʻfar

Muhammad bin Jarir aṭ-Ṭabari, menafsirkan bahwasanya di antara kekuasaan-Nya

dan bukti-bukti kebesaran-Nya yaitu; Dia ciptakan pasangan bagi bapak kamu

(Adam) dari dirinya, agar adam merasa tenteram kepadanya, yaitu dengan

5Sayyid Quṭb, Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān (Di bawah Naungan al-Qur’an), h. 684

Page 80: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

62

menciptkan Hawa dari salah satu tulang rusuk Adam. Sebagaimana yang telah

diriwayatkan oleh Qatadah tentang ayat tersebut bahwasanya Allah menciptakan

pasanganmu dari tulang rusukmu. Firman-Nya “Dan dijadikan-Nya di antaramu

rasa kasih dan sayang” ialah dengan menjalin hubungan kekeluargaan dengan

perkawinan diantara kamu, dijadikannya kasih sayang di antara kamu, dengan

itulah kamu menjalin hubungan, dengan itu pula Dia jadikan rahmat di antara

kamu, sehingga kamu saling menyayangi.6

Selain pada penafsiran di atas penulis juga mengutip penafsiran Abū

ʻAbdullah Muhammad bin Ahmad bin Abū Bakar Al-Anshari al-Qurthubi

menjelaskan pada firman Allah أن خل ق لك م م ن أن فس كم أزواج ا bahwasanya Allah telah

menciptakan kepada kalian perempuan-perempuan yang kalian merasa tenteram

kepadanya. وجع ل ب ي نكم م ودة ورح ة Ibnu Abbas R.a dan Mujahid berkata: “Mawaddah

adalah hubungan intim dan Rahmah adalah anak” pendapat ini disebutkan oleh

Mawardi dalam tafsirnya (3/261). Seperti ini juga pendapat yang dikemukakan

oleh hasan. Ada yang mengatakan bahwa Mawaddah dan Rahmah adalah kasih

sayang hati mereka satu sama lain. As-Suddi berkata: “Mawaddah adalah cinta

dan rahmah adalah rasa sayang”. Diriwayatkan juga dari Ibnu Abbas R.a tentang

makna ayat ini ialah “Mawaddah” cinta seorang laki-laki kepada istrinya dan

rahmah adalah kasih sayangnya kepada istrinya bila dia terkena sesuatu yang

buruk.7

6 Abū Jaʻfar Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari (Jamiʻ Al-bayan al-

Taʻwil ayi al-Qurʻān), Terj. Ahsan askan dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 625-626. 7Syaik imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi (Al-jamiʻ al-Ahkām al-Qurʻān) Terj. Sudi

Rosadi dkk, (Jakarta: Pustaka Azzan, 2008), h. 39-40.

Page 81: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

63

Penulis juga mengutip penafsiran Wahbah az-Zuhailī terkait ayat tersebut

bahwasanya Allah Swt menciptakan untuk kalian pasangan hidup (istri) yang

berasal dari kalian sendiri dengan menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam dan

menciptakan segenap kaum perempuan lainnya dari nuṭfah laki-laki dan

perempuan. ه ا supaya kalian cenderung dan tertarik kepada mereka, merasa لتس كنوا إلي

familiar dengan mereka dan mereka tidak terasa asing oleh kalian. Karena

kesamaan jenis merupakan faktor terciptanya ketertarikan, keharmonisan,

kefamiliaran, kecocokan dan kedekatan, sedangkan perbedaan jenis menjadi sebab

keengganan dan ketidakcocokan. وجع ل ب ي نكم م ودة ورح ة dan Allah menjadikan di antara

individu-individu sejenis atau di antara laki-laki dan perempuan, perasaan cinta

kasih, rasa sayang dan welas asih melalui pernikahan untuk menata kehidupan dan

penghidupan, beda dengan makhluk hidup lainnya.8

Ibnu katsir juga menjelaskan pada ayat ini bahwasanya Allah meciptakan

dari jenis kalian wanita sebagai pasangan hidup bagi kalian, ه ا لتس كنوا إلي “Supaya

kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” Semakna dengan apa yang

disebutkan dalam firman Allah al-ʻAraf 189 “Dialah Yang menciptakan kamu

dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa

senang kepadanya." Yang dimaksud dengan pasangannya adalah Hawa. Allah

menciptakan Hawa dari tulang rusuknya yang terpendek dari sebelah kirinya.

Seandainya Allah menjadikan semua bani adam terdiri dari laki-laki, dan

menjadikan pasangan mereka dari jenis lain yang bukan dari jenis manusia,

8Wahbah Az-Zuhailī, Tafsīl al-munīr (fī al-ʻAqīdah wa al-Syariʻah wa al-Manhaj), ter.

Abdul Hayyi al-Kattani dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2016), h. 88-89.

Page 82: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

64

misalnya jin atau hewan, maka pastilah tidak akan terjadi kerukunan dan

kecenderungan di antara mereka dan tidak akan terjadi pula perkawinan. Bahkan

sebaliknya yang terjadi adalah saling bertentangan dan saling berpaling,

seandainya mereka berpasangan bukan dari mahkluk sesama manusia.

Selanjutnya, di antara kesempurnaan kasih sayang Allah terhadap manusia

adalah bahwa Allah menjadikan pasangan mereka dari jenis mereka sendiri. Allah

menciptakan pada masing-masing pasangan itu rasa cinta dan kasih sayang.

Karena tidaklah seorang laki-laki mempersunting seorang wanita terkecuali

karena rasa cinta dan kasih sayang kepadanya, atau sebaliknya karena istri

memerlukan perlindungan dari sang-suami atau memerlukan nafkah darinya,

menciptakan rasa cinta di antara keduanya, dan lain sebagainya.9

Adapun kesimpulan atau analisa yang dapat penulis ambil dari

penafsirannya sayid Quṭb dan berbagai penafsiran lainnya yang penulis kutip

bahwa dapat disimpulkan dalam Qs. al-ʻAraf 189 dan Qs. al-Rūm 21 Allah

menjadikan pasangan hidup dari jenisnya sendiri (satu jenis) dari tulang rusuknya

adam. Tujuannya supaya mereka (suami-istri) bisa mengikat suatu hubungannya

yaitu sebuah rumah tangga (pernikahan), maka dengan itulah mereka menciptakan

rasa kasih dan sayangnya masing-masing, rasa keharmonisannya, kedamaian,

serta menjaga keimanannya.

Beitupun pada Qs. al-ʻAraf 189 bahwa Allah juga menciptakan pasangan

dari mereka dari jenis yang satu, dengan itu mereka mengikat suatu hubungannya

dengan pernikahan, maka dengan pernikahan tersebut mereka bisa merasakan

9Syaik Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibn Katsir, Penerj. Suhairian, Lc. Dkk, (Jakarta:

Darus Sunnah Press, 2014), h. 168-169.

Page 83: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

65

kedamaian, ketentraman dan keharmonisan dalam berkeluarga. Akan tetapi pada

Qs. al-ʻAraf 189, rasa ketenangan dan ketentraman ini lebih condong agar

pasangan suami istri itu bisa menghasilkan keturunan manusia yang lebih

berharga, lebih bermartabat, yang pantas menjadi generasi muda untuk membawa

warisan peradaban dan meningkatkannya. Dari perkawinan itulah seseorang

meraih ketenangan, kedamaian, kenyamanan serta kebahagiaan hidup bagi

pasangan suami dan istri serta dapat mealahirkan keturunannya yang bisa

meneruskan generasi yang berahlakul karimah bagi nusa dan bangsa.

B. Muʻāsyaroh bi al-Maʻrūf

Sayyid Quṭb mengartikan Muʻāsyaroh bi al-Maʻrūf (menggauli istri

dengan baik), ialah kemauan mutlak agar semuanya dapat berjalan dengan

sambut-meyambuti, sayang-menyayangi, dan cinta-mencintai.10

Di dalam al-

Fiqhul Islami wa Adillatuhu karya Wahbah az-Zuhaili menjelaskan, mu’asyarah

bi al-ma’ruf berarti suami mempergauli isterinya secara wajar, tidak menyakiti,

tidak menghalangi hak-hak isterinya selagi ia mampu untuk itu, tidak

menampakkan kebencian dan permusuhan dihadapan isterinya serta tidak

mengungkit-ungkit kebaikannya.11

Dalam sebuah keluarga tentunya harus terdapat Muʻāsyaroh bil maʻruf

(Memperlakukan dengan baik), Di antara bentuk perlakuan yang baik adalah

melapangkan nafkah, saling menghormati, meminta pendapat dalam urusan rumah

10

Sayyid Quṭb, Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān (Dibawah Naungan al-Qur’an), h. 706-708 11

http://ali3g.blogspot.com/2010/10/muasyarah-bil-maruf.html. Diakses pada tanggal 25

september 2018 pada pukul 22.42 wib.

Page 84: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

66

tangga, menutup aib masing-masing (suami dan istri), menjaga penampilan dan

membantu tugas-tugas di rumah. Salah satu hikmah Allah Swt mewajibkan

seorang suami untuk Muʻāsyaroh bi al-ma’ruf kepada istrinya adalah agar

pasangan suami istri itu mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup.

Oleh karena itu, Muʻāsyaroh bil ma’ruf ini sebagai kewajiban yang harus

dilakukan oleh para suami agar mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangga.

Hal ini berdasarkan penafsiran Sayid Quṭb terhadap Qs. an-Nisā ayat- 19 sebagai

berikut:

هن آت يتموما ب عض ول ت عضلوهن لتذهبوا ب يا أي ها الذين آمنوا ل يل لكم أن ترثوا النساء كرها

أن تكرهوا شيئا فإن كرهتموا هن ف عسى وعاشروهن بالمعروف إل أن يأتني بفاحشة مب ي نة

را كثريا ۞ ويعل الله فيه خي

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai

wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka

karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu

berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang

nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu

tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak

menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang

banyak”.12

Sentuhan terakhir dalam ayat ini menghubungkan jiwa dengan Allah,

menenangkan dari gejolak kemarahan dan memadamkan api kebencian sehingga

mengembalikan jiwa manusia kepada ketenangan dan keteduhan. Dengan

demikian jalinan suami istri tidak porak-poranda yang dipermainkan embusan

angin. Maka, Islam mengikat pernikahan itu dengan tali pengikat yang kuat,

12

Departmen Agama Republik Indonesia, al-Qur’ān dan terjemahannya (Jakarta: Pustaka

al-Mubin, 2013), h. 406

Page 85: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

67

abadi, yaitu dengan ikatan yang menghubungkan seorang hati mukmin dengan

Tuhannya, hubungan yang sangat kuat dan abadi (kokoh).

Islam yang memandang rumah tangga sebagai tempat ketenangan dan

kedamaian, dan kesejahteraan. Islam juga memandang hubungan dan jalinan

suami-istri dengan menyifatinya sebagai hubungan cinta, kasih dan sayang, dan

menegakkan unsur ini diatas pilihan dan kemauan mutlak agar semuanya dapat

berjalan dengan sambut-meyambuti, sayang-menyayangi, dan cinta-mencintai.

Islam ini sendirilah yang berkata kepada para suami:

“..Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah)

karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan

padanya kebaikan yang banyak..”

Tujuan agar ia mempertahankan ikatan pernikahan dan tidak begitu saja

memutuskannya dengan memperturutkan lintasan hati yang pertama saat timbul,

agar ia berpegang pada tali pernikahan itu dan tidak begitu saja memutuskannya

ketika mula-mula timbul emosinya, dan agar ia memelihara kewibawaan manusia

yang terbesar ini dengan sebaik-baiknya dan tidak menjadikan sebagai sasaran

emosi yang berbolak-balik, dan sasaran kebodohan kecenderungan yang terbang

kesana kemari.

Betapa agung perkataan Umar Ibn Khatṭab Ra kepada seorang yang

hendak menceraikan istrinya karena dia tidak suka, “Celakalah engkau! Bukankah

engkau telah membangun rumah tangga atas dasar cinta? Maka, dimanakah

pemeliharaan dan perawatanmu?”. Alangkah buruknya perkataan murahan yang

diungkapkan atas nama “Cinta”, padahal yang mereka maksud adalah

kecenderungan emosi yang tidak stabil, dan atas nama cinta pula mereka

Page 86: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

68

memperkenankan pemutusan jalinan suami istri dan menghancurkan lembaga

rumah tangga. Penghianatan istri kepada suaminya! Bukankah ia sudah tidak

mencintainya? Dan penghiantan suami terhadap istrinya! Bukankah dia tidak

mencintainya?.

Tidaklah terlintas di dalam jiwa yang hina dan kardil ini, mengandung arti

yang lebih besar daripada kecenderungan emosi yang tidak stabil dan naluri

binatang yang bergejolak. Perlu digaris bawahi bahwa sama sekali tidak terlintas

dalam hati mereka bahwa dalam kehidupan ini terdapat harga diri, keindahan,

kesabaran dan tanggung jawab, yang lebih besar dan lebih agung daripada apa

yang mereka omongkan dengan gambaran yang rendah dan hina. Perlu digaris

bawahi pula bahwa tidak terlintas sama sekali dalam hati mereka akan adanya

Allah. Mereka jauh sekali dari Allah, karena terbenam dalam lumpur kejahiliahan.

Hati mereka tidak merasan apa yang difirmankan-Nya kepada orang-orang yang

beriman:

“..Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah)

karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan

padanya kebaikan yang banyak..”

Hanya akidah ilmiah sajalah yang dapat mengangkat jiwa manusia,

mengangkat cita-citanya, mengangkat perhatiannya, dan mengangkat kehidupan

manusia naluri binatang, kerakusan pedagang dan kebingungan orang-orang yang

hampa. Apabila sudah jelas setelah kesabaran, ketegaran, upaya dan harapan dan

berharap bahwa sudah tidak dapat lagi ditempuh kehidupan bersama, harus

berpisah dan ganti pasangan yang lain. Saat itulah wanita leluasa dengan mahar

yang telah diambilnya dan harta yang diwarisinya, tidak boleh diminta lagi

Page 87: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

69

sedikitpun, sekalipun berupa satu kilo emas. Karena mengambil sesuatu dari

mahar atau warisan itu adalah dosa yang nyata dan kemungkaran yang tidak

diragukan lagi.13

Ibn katsir juga menjelaskan pada ayat tersebut “Dan bergaullah dengan

mereka secara patut” yaitu sampaikanlah perkataan kalian kepada mereka dengan

sebaik-baiknya, dan perbaikilah perbuatan dan tingkah laku kalian terhadap

mereka sesuai dengan kemampuan kalian, sebagaimana kalian menyukai hal

tersebut dari mereka, maka lakukanlah oleh kalian hal yang serupa terhadap

mereka. Sebagaimana sabda nabi Saw “Orang-orang terbaik di antara kalian

adalah orang yang paling baik di antara kalian kepada istrinya, dan aku adalah

orang yang paling baik di antara kalian kepada istriku”.

Di antara ahklak Nabi saw adalah beliau sangat baik dalam bergaul, selalu

tersenyum dan mesra kepada istrinya. Bersikap lembut kepada mereka, memberi

mereka kelapangan dalam urusan nafkah, dan selalu membuat istrinya tersenyum.

Bahkan beliau pernah berlomba dengan lari dengan Aisyah ra, dengan cara itu

beliau berkasih mesra dengannya. Aisyah Ra berkata: “Rasulullah Saw pernah

berlomba lari denganku dan aku berhasil mengalahkannya, namun itu terjadi

sebelum aku bertubuh gemuk. Kemudian setelah aku bertubuh gemuk, aku

kembali berlomba lari dengan beliau dan beliau berhasil mengalahkanku. Lalu

beliau bersabda: “kemenangan ini untuk membalas kekalahan yang kemaren”.

Setiap malam seluruh istri Nabi Saw berkumpul di rumah yang padanya

beliau bermalam, lalu beliau makan malam bersama mereka di beberapa

13

Sayyid Quṭb, Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān (Dibawah Naungan al-Qur’an), h. 706-708.

Page 88: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

70

kesempatan. Lalu setiap dari mereka kembali pulang ke rumah masing-masing.

Beliau sering tidur bersama satu orang dari istri-istrinya dengan menggunakan

satu selimut, beliau melepasa selendang dari kedua pundaknya dan tidur dengan

sarung, apabila beliau sudah melaksanakan sholat isya, beliau masuk ke rumahnya

untuk berbincang-bincang bersama istrinya sebentar sebelum tidur, dengan cara

itulah baginda Nabi Saw mempergauli (mereka) istrinya.14

Wahbah az-Zuhailī menafsirkan bahwa pergaulilah istri kalian secara patut

dengan bertutur kata kepada mereka dengan tutur kata yang baik, memberi nafkah

dan tempat tinggal yang layak. Al-Maʻrūf adalah sesuatu yang disenangi oleh

tabiʻat yang sehat dan tidak di anggap sesuatu yang jelek oleh agama, lalu apabila

kalian tidak menyukai para istri kalian itu,maka bersabarlah.15

Adapun kesimpulan atau analisa yang dapat penulis ambil dari penafsiran

Sayid Quṭb dan berbagai penafsiran yang sudah penulis kutip bahwasanya, Allah

ingin menunjukkan dan membuktikan kesabaran seorang laki-laki (suami) dalam

mendidik dan merawat keluarganya serta mengingatkan dan memerintahkan

kepada para laki-laki (suami) supaya senantiasa memperlakukan terhadap istri

maupun anaknya dengan perlakuan yang baik dan tidak kasar kepada mereka.

Tidak menyakiti hati mereka, dengan cara menasehati, berkata lemah

lembut, tidak kasar dan tentunya membuat hati istri dan buah hatinya merasakan

kebahagiaan dan kenyamanan dalam keluarganya tidak boleh semena-mena saja,

seorang bapak (suami) tentunya menjaga dan melindungi istri dan anaknya dari

berbagai hal, baik itu dari kejahatan orang-orang yang ingin mencelakai atau

14

Syaik Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibn Katsir, h. 54-55. 15

Wahbah Az-zuhailī, Tafsīl al-munīr (fī al-ʻAqīdah wa al-Syariʻah wa al-Manhaj), h.

638.

Page 89: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

71

mencederai keluarganya, atau dari segala marabahaya yang menimpa

keluarganya.

Tentunya peran ayah (suami) atau tanggung jawab suami yang pasti lebih

menonjol, lebih ekstra, lebih teliti dalam menjaga keamanan, keharmonisan dan

kedamaian dalam berkeluarga, bagi seorang istripun harus bisa juga menjaga

hubungan baik terhadap suaminya, harus mengetahui haknya sebagai istri tidak

boleh bersantai tampa mengurusi anak maupun suaminya, dan tentunya seorang

istri harus selalu mendukung dan mensupor suaminya dalam segala hal yang baik

yang mendatangkan rahmat dan keberkahan-Nya dalam berkeluarga.

C. Bertanggung Jawab

Sebuah keluarga tentunya ada rasa bertanggung jawab sesuai dengan peran

masing-masing menjalankan hak-hak di antara keduanya.16

Bertanggung jawab

menurut Sayid Quṭb ialah membentengi dirinya dan keluarganya dari api neraka

dengan cara menasehati dan mengajarkan ilmu agama kepada keluarganya.17

Terlebih Seorang suami (ayah) sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam

segala hal untuk keluarganya, memberi nafkah lahir maupun nafkah batin, materil

maupun non Materil. Nafkah lahir di antaranya memberikan tempat tinggal,

pakaian dan lain-lain. Sebagaimana di sebutkan pada (Qs. Aṭ-ṭālaq ayat 6), Dan

nafkah batin di antaranya menjaga keimanan keluarganya agar terhindar dari

kemusyrikan dan di jauhkan dari siksa neraka. hal ini berdasarkan penafsiran

Sayid Quṭb pada Qs. at-Tahrīm ayat 6 sebagai berikut:

16

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Panduan Keluarga Sakinah, h. 160. 17

Sayyid Quṭb, Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān (Dibawah Naungan al-Qur’an), h. 1053.

Page 90: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

72

ها ملئكة غلظ شداد ل يا أي ها الذين آمنوا قوا أن فسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والجارة علي

ي عصون الله ما أمرهم وي فعلون ما ي ؤمرون

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah

terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan.18

Sesungguhnya beban tanggung jawab seorang mukmin dalam dirinya dan

keluarganya merupakan beban yang sangat berat dan menakutkan. Sebab neraka

telah menantinya disana, dan dia beserta keluarganya terancam dengannya. Maka

merupakan kewajiban membentengi dirinya dan keluarganya dari neraka ini yang

selalu mengintai dan menantinya, sesungguhnya ia adalah neraka dan api yang

menyala-nyala serta membakar hangus.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,”

Manusia didalam neraka itu sama persis dengan batu, hina seperti batu,

murah seperti batu, dilemparkan seperti batu, tidak dianggap dan diperhatikan.

Betapa mengerikan neraka yang dinyalakan dengan batu ini, betapa pedihnya azab

yang dihimpun dengan kerasnya sengatan kehinaan dan kerendahan, setiap yang

ada didalamnya dan setiap yang berhubungan dengannya sangat seram dan

menakutkan. “penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,,” tabiat para

malaikat itu sesuai dengan tabiat azab yang diperintahkan dan diserahkan kepada

mereka untuk menimpanya. “yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

18

Departmen Agama Republik Indonesia, al-Qur’ān dan terjemahannya, h. 560.

Page 91: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

73

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan”

Jadi, di antara karakteristik mereka adalah menaati semua perintah Allah.

Dan diantara karakter mereka adalah mampu melaksanakan segala yang

diperintahkan kepada mereka oleh Allah. Mereka dengan segala tabiaat yang

garang, bengis, kejam dan juga keras, mereka diserahkan tugas untuk

melaksanakan azab neraka yang keras dan kejam. Maka hendaklah setiap mukmin

melindungi dirinya dan keluarganya dari azab neraka ini. Ia harus menghalang

antara keluarga dan neraka itu sebelum hilang kesempatan dan sebelum alasan

tidak berguna lagi.19

Untuk menguatkan pendapatnya Sayid Quṭb penulis menambahkan dengan

beberapa Tafsir salah satunya Tafsir Ibnu Katsir, dalam tafsirnya menjelaskan

ayat ini bahwasanya dari Ali tentang firman Allah Swt “Periharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka” Maksudnya, didiklah mereka dan ajarilah mereka.

Ibnu Abbas juga berkata: “Beramallah dengan mentaati Allah, jauhilah maksiat

kepada Allah, dan perintahkanlah keluargamu untuk mengingat (berdzikir),

niscaya Allah akan menyelamatkan kalian dari api neraka”.

Berkenaan dengan makna ayat ini terdapat hadis yang diriwayatkan oleh

imam Ahmad, Abu daud, At-Tirmidzi dari ʻAbdul Malik bin ar-Rabiʻ bin Sabrah

dari ayahnya dari kakeknya ia berkata bahwasanya Nabi Saw bersabda:

“Periharalah anak-anak kalian untuk sholat ketika mereka berumur tujuh tahun,

jika telah berumur sepuluh tahun (dan belum mau melaksanakan sholat) maka

19

Sayyid Quṭb, Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān (Dibawah Naungan al-Qur’an), h. 1053-1055.

Page 92: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

74

pukullah mereka”. Ini adalah lafadz Abu daud, At-Tirmidzi mengatakan “ini

adalah hadis hasan”. Para ahli Fiqih juga mengatakan, “Demikian halnya dengan

ibadah puasa, dalam rangka memberikan latihan ibadah kepada mereka, sehingga

ketika dewasa mereka terus berada dalam ibadah, ketaatan, menjauhi maksiat dan

meninggalkan kemungkaran”.20

Wahbah Zuhailī dalam Tafsirnya juga menjelaskan pada ayat ini, wahai

orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, didiklah diri kalian,

buatlah perisai untuk memproteksi diri kalian dari api neraka, perihara, jaga, dan

lindungilah diri kalian, dengan mengerjakan apa yang diperintahkan Allah kepada

kalian dan meninggalkan apa yang dilarang bagi kalian.

Qatadah mengatakan maksudnya adalah kamu memerintahkan mereka

untuk taat kepada Allah Swt, mencegah mereka dari bermaksiat kepada-Nya,

menjalankan perintah Allah Swt terhadap mereka dan memerintahkan mereka

untuk melaksankan perintahnya, serta mendukung dan membantu mereka untuk

menjalankan perintah Allah Swt, kamu hardik dan cegahlah mereka.

Ibnu jarir mengatakan, menjadi kewajiban kita untuk mengajarkan agama

dan kebaikan adab, etika, dan tata krama yang mutlak diperlukan kepada anak-

anak kita. Yang dimaksud keluarga adalah istri, anak-anak dan pembantu, ayat ini

menjadi dalil yang menunjukkan bahwa seorang pendidik dan pengajar harus

mengetahui apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang.21

Adapun kesimpulan

yang bisa penulis ambil, bahwasanya seorang kepala keluarga (ayah) haruslah

menjaga dirinya dan keluarganya dari pedihnya siksa neraka, dengan cara

20

Syaik Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibn Katsir, h. 588-589. 21

Wahbah Az-zuhailī, Tafsīl al-munīr (fī al-ʻAqīdah wa al-Syariʻah wa al-Manhaj), h.

691-692.

Page 93: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

75

mengajari ahlak yang baik terhadap keluarganya, mengajarkan ilmu agama,

senantiasa bertaqwa kepada Allah Swt. Oleh karena itu seorang ayah hendaklah

menjaga keluarganya dengan cara mengerjakan apa yang di perintahkan Allah dan

Rasul-Nya dan menjauhi segala yang dilarang Allah dan juga Rasul-Nya.

dalam sebuah keluarga merupakan tempat untuk mengenal keimanan

seseorang terhadap Allah. Terlebih bagi seorang anak, orang tua (keluarga) adalah

lingkungan pertama yang dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga

pendidikan pertama bagi anak, hendaknya orang tua bersifat arif dan bijaksana

dalam membimbing dan mengarahkan anak-anaknya. Hal ini berdasarkan pada

penafsiran Sayyid Quṭb pada Qs. Luqman ayat 13-14 sebagai berikut:

نا ۞ عظيم إن الشرك لظلم وإذ قال لقمان لبنه وهو يعظه يا ب ن ل تشرك بالله ووصي

نسان بوالديه حلته أمه وهنا على ل ولوالديك إل المصري عامني أن اشكر وهن وفصاله ف ال

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

benar-benar kezaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada

manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah

mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan

menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua

orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.22

Sungguh, ini merupakan nasihat yang tidak dicurigai memuat maksud

yang tidak baik, karena seorang ayah tidak menghendaki apapun bagi anaknya

selain kebaikan, dan yang harus dilakukan ayah kepada anaknya adalah

menasehati. Lukman al-Hakim melarang anaknya melakukan kemusyrikan, dan

memberi alasan terhadap larangan ini bahwa kemusyrikan merupakan kezaliman

22

Departmen Agama Republik Indonesia, al-Qur’ān dan terjemahannya, h. 412.

Page 94: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

76

yang besar. Ia menegaskan hakekat ini dua kali, Satu kali dengan mendahulukan

larangan dan merinci alasannya, dan satu kali dengan kata inna (sesungguhnya)

dan ia (benar-benar), inilah hakikat yang disampaikan Nabi Muhammad Saw

kepada kaumnya, lalu mereka mendebatnya, meragukan tujuan dibalik

penyampaiannya.

Mereka takut jika hal itu bertujuan untuk merampas kekuasaan dari tangan

mereka dan untuk mengungguli mereka! Lalu, apa yang mereka katakan

sedangkan luqman al-Hakim menyampaikan nasehat itu dan memerintahkannya

kepada anaknya? Bukankah nasehat ayah kepada anak itu bersih dari setiap

keraguan dan jauh dari setiap prasangka? Ketahuilah, ini adalah hakikat lama

yang keluar dari lisan setiap orang yang diberikan hikmah oleh Allah, dan hanya

menginginkan kebaikan semata, tidak ada yang lain, inilah penggugah psikologis

yang dimaksud.

Di bawah naungan nasihat ayah kepada anaknya, al-Qur’an memaparkan

hubungan antara kedua orang tua dan anak adalah gaya bahasa yang lembut, dan

melukiskan hubungan ini secara inspiratif, mengandung emosi dan kelembutan,

miskipun demikian, hubungan akidah harus dikedepankan daripada hubungan

yang erat tersebut. “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)

kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan

lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah

kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah

kembalimu”.

Page 95: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

77

Nasehat kepada anak untuk berbakti kepada kedua orang tua sering

diulang dalam al-Qur’an al-Karim dan pesan-pesan Rasulullah Saw. Sedangkan

nasehat kepada kedua orang tua untuk berbuat baik kepada anak itu sangat sedikit.

Sebagian besar dalam kasus mengubur anak hidup-hidup dan itu adalah kasus

khusus pada kondisi tertentu. Karena fitrah semata telah orang tua melindungi

anaknya. Karena fitrah didorong untuk melindungi generasi baru untuk menjamin

keberlansungan kehidupan sebagaimana yang dikehendaki Allah.

Orang tua pasti mau mengorbankan jiwa, raga, usia, dan segala miliknya

yang berharga untuk anaknya, tampa berkeluh kesah, bahkan tampa menyadari

dan merasakan apa yang telah dikorbankannya! Bahkan dalam suasana penuh

semangat, gembira, dan senang, seolah-olah orang tualah yang mengambil. Jadi,

fitrah semata telah menjamin nasihat untuk orang tua, tampa memerlukan nasihat

lain.

Sedangkan anak membutuhkan nasihat yang berulang ulang agar ia

memperhatikan generasi yang telah berkorban, mendidik, mengayomi, dan telah

sampai diusia senja kehidupannya, setelah ia mengorbankan usia, jiwa dan

raganya untuk generasi yang menyongsong masa depan kehidupan. Seorang anak

tidak mampu dan tidak bisa mengganti apa yang telah dikorbankan orang tuanya,

meskipun ia menghibahkan usianya untuk keduanya.

Gambaran ini sangat inspiratif : ibunya telah mengandungnya dalam

keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun,,”

gambaran ini memberi naungan tentang pengorbanan yang luar biasa. Sudah

barang tentu ibu mengandung bagian yang lebih besar, dan berbuat baik kepada

Page 96: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

78

anaknya dalam kasih sayang yang lebih besar, dan berbuat baik kepada anaknya

dalam kasih sayang yang lebih besar, lebih dalam, lebih hangat dan lebih lembut.

Al-Hafizh Abu bakar dalam Musnad-nya meriwayatkan dengan sanadnya

dari Buraid, dari ayahnya, bahwa ada seorang laki-laki melakukan tawaf sambil

mengendong ibunya untuk tawaf bersama. Lalu ia bertanya kepada Nabi Saw,

“apakah laki-laki itu telah membayar hak ibunya?” Beliau menjawab, “Tidak,

meskipun untuk satu desahan nafas yang panjang”. Demikianlah, meskipun untuk

satu keluhan nafas yang panjang, baik saat kehamilan atau dalam persalinan. Ibu

mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah.

Di bawah naungan gambaran yang lembut itu, al-Qur’am mengarahkan

untuk bersyukur kepada Allah sebagai pemberi nikmat yang pertama, dan kepada

kedua orang tua sebagai pemberi nikmat yang kedua, al-Qur’an menyusun

kewajiban-kewajiban dimana syukur kepada Allah disebut terlebih dahulu, lalu

disusul dengan syukur kepada kedua orang tua “..Bersyukurlah kepada-Ku dan

kepada dua orang ibu bapakmu,,” lalu al-Qur’an menghubungkan hakikat ini

dengan hakikat akhirat, “,,Hanya kepada-Kulah kembalimu..”, di mana bekal

syukur yang disimpan itu bermanfaat.23

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah Swt berfirman

mengabarkan tentang wasiat luqman kepada anaknya. Allah telah menceritkan

dengan cerita yang sangat baik, karena Allah Swt telah memberikan hikmah

kepadanya, dan luqman memberikan wasiat kepada anaknya, yaitu rang-orang

yang paling dia sayang dan paling dia cintai, sehingga dia orang-orang yang

23

Sayyid Quṭb, Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān (Dibawah Naungan al-Qur’an), h. 723-726.

Page 97: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

79

paling berhak diberikan kebaikan yang paling utama. Oleh karena itu dia

memberikan wasiat kepadanya pertama kali agar menyembah Allah Swt semata

dan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikitpun.

Lalu dia berkata seraya memberikan peringatan kepadanya,“sesungguhnya

mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Yaitu syirik

adalah kezaliman yang paling besar. Selanjutnya dia menyandingkan wasiat

kepada anakanya agar menyembah Allah Swt semata dengan berbakti kepada

kedua orang tuanya, sebagaimana Allah berfirman: “Dan kami perintahkan

kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya, ibunya telah

mengandungnya dalam keadaaan lemah yang bertambah-tambah”. Mujahid

menafsirkan “kesulitan mengandung anak” Qathadah menafsirkan “kesusahan

demi kesusahan” menurut Atha’Al-Khurasani meyebutkan “kelemahan demi

kelemahan”.

Sesungguhnya Allah Swt menyebutkan asuhan seorang ibu, kepayahan,

dan kesusahannya dalam begadang siang dan malam, agar anaknya dapat

mengingat kebaikan yang telah diberikan kepada ibunya. Sebagaimana Allah

berfirman dalam Qs. Al-Isrā ayat 24 yang artinya: “,,Dan ucapkanlah, Wahai

tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku

waktu kecil”. Oleh karena itu Allah berfirman “Bersyukurlah kepada-Ku dan

kepada kedua orang tuamu hanya kepada-Ku kembalimu”, yaitu karena

sesungguhnya Aku akan memberi balasan kepadamu atas hal tersebut dengan

balsan yang sempurna.24

24

Syaik Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibn Katsir,.. h. 216-218.

Page 98: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

80

Adapun kesimpulan atau analisa yang bisa penulis ambil dari penafsiran

Sayid Quṭb dan berbagai penafsiran yang penulis kutib di atas Qs. at-Tahrīm ayat

6 dan Luqman ayat 13-14, bahwasanya untuk tercapainya sebuah keluarga yang

Sakīnah, tentunya seorang ayah harus lebih bertanggung jawab menjaga

keluarganya, seorang ayah (suami) senantiasa menjaga keimanan istri dan

anaknya dengan cara mengajarkan ahklak yang baik, mengajarkan ilmu agama,

dan menerapkan pola keshalehan terhadap anak maupun istrinya agar supaya

keluarganya tidak menyekutukan Allah Swt dan terhindar dari bencana atau azab

neraka di hari kiamat nanti.

Ahklak yang pertama atau ilmu yang paling utama di dapatkan seorang

anak adalah dari ayah dan ibunya, oleh karena itu ayah dan ibunya harus

memberikannya dengan cara menasehati dan menanamkan ilmu agama kepada

anaknya, seorang ayah harus selalu memberikan nasehat-nasehat yang baik

kepada anak-anaknya agar besik seorang anak tertanam sejak usia dini.

Kemudian sebagai seorang anak tentunya harus mengetahui haknya

sebagai anak dengan cara mematuhi, menghormati, dan juga memuliakan kedua

orang tuanya, seorang anak juga harus selalu mendoakan kebaikan untuk kedua

orang tuanya, yang telah bersusah payah merawatnya sedari kecil sampai buah

hatinya menjadi orang yang berhasil, pastinya itu semua tidak luput dari do’a

kedua ayah dan ibunya. Kemudian sebuah keluarga harus selalu mensyukuri atas

segala kenikmatan yang Allah berikan terhadap keluarganya.

Kalau tiga konsep atau kriteria di atas sudah diterapkan atau diaplikasikan

dalam sebuah hubungan rumah tangga, menerapkan rasa Ketenangan

Page 99: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

81

(ketentraman), menerapkan Muʻā syarah bi al-Maʻrūf, dan menerapkan rasa

Tanggung jawab terhadap keluarganya, maka akan terciptalah dalam hubungan

rumah tangga yang dijalankan itu, merasakan ketenangan, kedamaian,

keharmonisan. Di mana bumi di pijak disitu langit menjunjung artinya kemanapun

atau apapun rintangan atau cobaan yang diterima tentunya keluarganya selalu

dilindungi dan diberkahi oleh Allah Swt.

Page 100: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil penelitian skripsi ini, bahwasanya Sayid

Quṭb adalah salah satu ʻulama besar islam kontemporer. Beliau adalah salah

satu ‘ulama besar yang sangat berpengaruh bagi islam, yang sangat populer

dengan pemikiran dan pemahamannya dalam tatanan sosial dan politik,

agamis dengan di dasari manhaj ilāhi (syariat).

Kemudian setelah penulis melakukan penelitian terhadap Tafsir Fī

Ẓilāl al-Qurʻān ini, dan melihat bagaimana latar belakang penafsiran serta

mufassirnya maka disini penulis menarik tiga macam kesimpulan yang

menjadi konsep atau kriteria untuk mewujudkan sebuah keluarga yang

sakīnah menurut Sayyid Quṭb, kriteria tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Ketenangan (ketentraman), kriteria ini berdasarkan penafsiran Sayyid Quṭb

terhadap Qs. al-ʻAraf ayat 189 dan QS. ar-Rūm ayat 21.

2. Muʻāsyarah bi al-Maʻruf, kriteria ini berdasarkan penafsiran Sayyid Quṭb

terhadap QS. an-Nisā ayat 19.

3. Bertanggung Jawab, kriteria ini berdasarkan penafsiran Sayyid Quṭb

terhadap QS. at-Tahrim ayat 6 dan Qs. Luqman ayat 13-14.

Page 101: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

83

B. Saran-saran

Adapun saran dari penulis terhadap pembaca Skripsi ini, baik dari

kalangan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun dari kalangan

luar lingkup kampus, antara lain:

1. Sebagai kajian keilmuan, penafsiran tentang keluarga sakīnah ini dalam

arti umum sudah banyak di bahas oleh akademisi lain, sementara kajian

mengenai konsep/kriteria keluarga sakīnah berdasarkan pemikiran

beberapa tokoh mufassir masih perlu untuk di kaji lebih banyak lagi,

mengingat tidak sedikit pula para mufassir dengan karya-karyanya yang

indah dan menarik untuk dibahas.

2. Melihat akan ilmu pengetahuan yang terus berkembang di era-zaman

modern saat ini, maka penelitian mengenai penafsiran Sayid Quṭb Tentang

kriteria keluarga Sakīnah yang penulis lakukan ini, akan lebih baik lagi jika

dikembangkan dengan temuan-temuan yang baru.

Page 102: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

84

DAFTAR PUSTAK

Abdul Ghafur. Waryono, Hidup bersama al-Qur‟an, (Yogyakarta: Rihlah, 2006).

Abdul Qadir Jawas. Yazid, Panduan Keluarga Sakinah, (Jakarta: Pustaka Imam

Asy-Syafi’i, 2011).

Abū Daūd. Sunan, (no. 2142), Ibn Majah (no. 1850), Ahmad (IV/447, V/3, 5),

Ibnu Hibban (no. 1286 – al-Mawārid), al-Baihaqi (VII/295, 305, 466-

467), al-Baghawi dalam syarhus sunnah (IX/159-160), dan an-Nasāi

dalam ʻIsyratun nisāi (no. 289), dan Tafsir an-Nasāi (no. 124), dan al-

Hakim (II/187-188), yang dikuti oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas,

Panduan Keluarga Sakinah.

________. Sunan, Sunan Abī Daūd, Jilid I (Kairo: al-Maknaz al-Islāmi, 2000).

Ahzami. Yusuf, al-syahid Sayyid Quṭb: Hayātuh wa madarasatuh wa Atsāruh,

(Beirut: Darul qalam, 1980).

Ali. Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,

2007).

al-Khālidī. Shalah ʻAbd al-Fattah, Pengantar memeahami Tafsir Fī Ẓilāl al-

Qur‟ān, (Solo: Era Inter Media, 2001).

________,Shalah ʻAbd al-Fattah, Tafsir Metodologi Pergerakan, terj. Asmuni

Solihan Zamakhasyari, (Jakarta: Yayasan Bunga Karang, 1995).

________,Shalah ʻAbd al-Fattah, Taʻrif al-Dārisīn bi al-Manāhij al-Mufassirīn,

(Damaskus: Dār al-Kalam, 2002).

al-Qaṭṭān. Manna Khalil, Mabāhiṭ fī „Ulūmi al-Qur‟ān. (Mesir: Masyūrat al-

‘Isyari al-Hadith, 1973).

aṭh-Thabāri, Tafsir ath-Thabari (Jamiʻ Al-bayan al-Taʻwil ay al-Qurʻān), Terj.

Ahsan askan dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009).

at-Tirmidzī. Sunan, (no. 2516), Ibnu Sunni dalam ‘Amālul Yaum wal Lailah (no.

425), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 316, 317, 318), Abu Ya’la

dalam Musnadnya (no. 2549), Ahmad (I/293, 303, 307), Al-Ajurri

dalam asy-Syarī‟ah (II/829-830, no. 412), al-Lālika-i dalam Syarh

Ushul I‟tiqād Ahlis Sunnah wal Jama‟ah (no. 1094, 1095), ath-

Thabrāni dalam al-Mu‟jamul Kabīr (no. 11243, 11416, 11560, 12988),

‘Abd bin Humaid dalam Musnadnya (no. 635), al-Hākim (III/541, 542),

Abu Nu’aim dalam al-Hilyatul Auliyā’ (I/389, no. 1110), al-Baihaqi

Page 103: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

85

dalam Syu‟abul Imān (no. 192), yang ditulis oleh Yazid bin Abdul

Qadir Jawas dalam bukunya, Panduan Keluarga Sakinah.

________Sunan, dalam kitab: Kebaikan dan Silaturahmi, bab: Akhlak yang Baik,

(no. 2004).

________ Sunan, hadis hasan shahīh: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1159),

Ibnu Hibban (no. 1291 – al-Mawārid) dan al-Baihaqi (VII/291), dari

Abu Hurairah radhiyallaahu „anhu. Hadits ini diriwayatkan juga dari

beberapa Shahabat. Lihat juga Irwā-ul Ghalīl (no. 1998), yang ditulis

oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas dalam bukunya, Panduan Keluarga

Sakinah.

az-Zuhailī. Wahbah, Fiqih Islam Wadillatuhu ( Jakarta: Gema Insani, cet ke 10,

2007).

________ Wahbah, Tafsīl al-munīr (fī al-ʻAqīdah wa al-Syariʻah wa al-Manhaj),

Ter. Abdul Hayyi al-Kattani dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2016).

Basyir. Ahmad Azhar, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UI Press, 2000).

Boullata. Isa, yang dikutip oleh Anthony H. Johns, bebaskan kaumku : Refleksi

Sayyid Quṭhb atas kisah Nabi Musa as dalam al-Qur‟ān, jurnal al-

Hikmah, No 15, Vol VI, 1995.

Bukhārī. Shohīh, (no. 1905, 5065, 5066), Ahmad (1/424, 425, 432), Muslim (no.

1400), at-Tirmidzī (no. 1081), an-Nasāi (IV/56, 57), Ibn Mājah (no.

1845), ad-Dārimi (II/132), al-Baihaqi (VII/77), dari Abdullah bin

Masʻud.

________,Shohīh, (no. 29, 1052, 5197), dan Shohīh Muslim (no. 907), Abu

Awanah (II/379-380), Malik (I/166167, no, 2), an-Nasāi (III/146, 147,

148), al-Baihaqi (VII/294), Yang ditulis Oleh Yazid bin Abdul Qadir

Jawas dalam bukunya, Panduan Keluarga Sakinah.

_______,Shohīh, dalam kitab: Nikah, bab: Anjuran untuk Menikah, (no. 5063)

dan Muslim dalam syarah-nya, dalam kitab: Nikah, bab: Disunahkan

Menikah bagi orang yang memiliki keinginan dan memiliki

kemampuan dan menyibukkan diri dengan puasa bagi yang tidak

mampu (no. 3389).

Buku Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2014).

Bunyamin. Abu, Dinamika Tafsir Ijtimaʻi Sayyid Quṭhb (Purwakarta: Taqaddum

Pesantren al-Muhajirin, 2012).

Page 104: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

86

Departmen Agama Republik Indonesia, al-Qur‟an dan terjemahan kata-perkata

(Jakarta: PT. Syamil, Cipta Medan, Bandung, 2007).

________,Agama Republik Indonesia, al-Qur‟ān dan terjemahannya (Jakarta:

Pustaka al-Mubin, 2013).

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (jakarta: PT. Ictiar Baru

Van Hoeve, 1994).

_______Redaksi Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Dinamika Masa Kini,

(Jakarta: PT. Ictiar Baru Van Hoeve, 2002).

Faqih. Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII

Press, 2001).

Fāris. Ibn Ahmad, bin Zakariya al-Qazwaini al-Rāzī, Muʻjamu Maqāyisa al-

Lughati, (Damaskus:Darul Fikri,1994).

Farmawi. Abdul Hayyi, Metode Tafsir Maudhu‟i suatu pengantar, terj. Suryan A.

Jamran (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 1996).

Glasse. Cyril, Ensiklopedia Islam, penerjemah Ghuron A. Mas’adi, (Jakarta: PT.

Raja Grapindo Persada, 1991).

Hasan. M. Ikbal, Pokok-pokok Materi Metodologi penelitian dan aplikasinya,

(Jakarta: Ghalia, 2002).

Hidayat. Nuʻim, Sayyid Quṭhb: Biografi dan kejernihan pemikirannya (Jakarta:

Gema Insani Press, 2005)..

http://blogspot.co.id/2012/05/sayyid-quthub-fi-zilal-al-qur-an.html, di akses pada

pukul 22:13 pada tanggal 20-05-2018.

https://icc-jakarta.com/muasyarah-bil-maruf-dalam-rumah-tangga-bag-1/. Diakses

pada tanggal 25 september 2018 pada pukul 22.39 wib.

Juariyah, Hadis Tarbawi, (Yogyakarta: Teras, 2010).

Kaltsum. Lilik Ummu, dan Abd Muqsit Ghazalī, Tafsīr Ahkam (Jakarta: UIN

press 2014).

Kanwil Departmen Agama provinsi Riau, Pedoman Gerakan Keluarga Sakinah,

(Pekanbaru: Proyek pembinaan keluarga sakinah, 2004).

Kauma. Fuad dan Nipan, Membimbing Istri Mendampingi Suami (Yogyakarta:

Mitra Usaha, 1997).

Page 105: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

87

Masyhur. Mustafa, Qudwah diJalan Dakwah, terj. Ali Hasan, (Jakarta: Citra

Islami Press, 1998).

Muslim. Shohīh, dalam syarah-nya, dalam kitab: Zakat, bab: Penjelasan bahwa

shadaqah terdapat pada semua hal yang ma’ruf, (no. 1006).

Narimawati. Umi, “Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori

dan Aplikasi”, (Jakarta: Tarsita, 2008).

Nasir. Ridlwan, Memahami al-Qur‟ān Perspektif Baru Metodologi Tafsir

Muqarin, (Surabaya: Cv. Indra Media, 2003).

Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi (Al-jamiʻ al-Ahkām al-Qurʻān) Terj. Sudi Rosadi

dkk, (Jakarta: Pustaka Azzan, 2008).

Quṭb. Sayyid, Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur‟ān (Dibawah Naungan al-Qur‟an), (Jakarta:

Robbani Press, 2008).

________, Tafsir juz ʻAmma, (Lebanon: Dar al-Falah, 1967).

Rabbani. Mutmainnah Afra, 1001 kewajiban Istri dalam mengarungi bahtera

Rumah Tangga, (Tanggerang: Lembaga Pustaka Indonesia, 2014).

________,Mutmainnah Afra, 1001 kewajiban suami dalam mengarungi bahtera

Rumah Tangga, (Tanggerang: Lembaga Pustaka Indonesia, 2014).

Rahman al-Jaziri. Abdul, kitab „ala mazahib al-arbaʻah, (Beirut Libanon: Dar

ihya al-Turas al-Arabi).

Rahman Ghazaly. Abdul, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006).

Ramulyo. Muhammad Idris, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta:Bumi Askara,

1996).

Rasyadi. Khoirul, Cinta dan Keterasingan, Editor M. Arif Hakim, cet. 1

(Yogyakarta: LKiS, 2000).

Shihab. M. Quraish, Al-Lubāb (makna dan tujuan dan pelajaran dari surah-surah

al-Qur‟ān), (Jakarta: Lentera Hati, 2012).

______,M. Quraish, Pengantin Al-Qur‟an, ( Jakarta: Lentera hati, cet IV, 2007).

Skripsi Ahmad Arifuz Zaki, Mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Ushuluddin jurusan

ilmu al-Qur’an dan Tafsir, tahun 2017.

Page 106: “PENAFSIRAN SAYID QUṬB TENTANG KRITERIA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42957/1/EPENDI-FUF.pdf · silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt

88

Skripsi Ahmad Sahal, Mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir

Hadits, tahun 1430 H/ 2009 M.

Skripsi Khusen As’ari, Mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Ushuluddin jurusan

Tafsir Hadits, tahun 2009.

Skripsi Rofiq Rahardi, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas

Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadist, tahun 1430 H/2008 M.

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Pperkawinan,

(Yogyakarta: Liberty, 2007).

Surachman. Winarto, Pengantar penelitian ilmiah: Dasar, Metode dasar teknik,

(Jakarta: Tarsita, 1990).

Syakir. Ahmad, Mukhtashar Tafsir Ibn Katsir, Terj. Suhairian, Lc. Dkk, (Jakarta:

Darus Sunnah Press, 2014).

Syarifuddin. Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,

2009).

Syibromalisi. Faizah Ali dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-

Modern, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2011).

Thohir. M dan Asrofi, keluarga sakinah dalam tradisi islam jawa (Yogyakarta:

Arindo nusa Media, 2006).

Tim Penyusun Kamus pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988).

Zaini. Syahmini, Membina Rumah Tangga Bahagia, (Jakarta: Kalamulia, 2004).