harta dalam al-qur’an: studi penafsiran

115
HARTA DALAM AL- QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN QS. AL-HUMAZAH MENURUT MUTAWALLI> < AL-SYA’RA<WI< Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Aliyyul Adzhiim NIM 11150340000004 PROGRAM STUDI ILMU AL- QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M/1442 H

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

QS. AL-HUMAZAH MENURUT MUTAWALLI>< AL-SYA’RA<WI<

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Aliyyul Adzhiim

NIM 11150340000004

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M/1442 H

Page 2: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

i

HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

QS. AL-HUMAZAH MENURUT MUTAWALLI>< AL-SYA’RA<WI><

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Aliyyul Adzhiim

NIM 11150340000004

Pembimbing

Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A.

NIP. 19690822 199703 1 002

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M/1442 H

Page 3: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

dc

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN QS. AL-HUMAZAH MENURUT MUTAWALLĪ AL-SYA’RĀWĪ telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Januari 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 9 Februari 2021

Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, MA

Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dr. Ahsin Sakho Muhammad, MA

Dr. Faizah Ali Syibromalisi, MA NIP. 19560221 199602 1 001 NIP. 19550725 200012 2 001

Pembimbing,

Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, MA NIP. 19690822 199703 1 002

Page 4: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Aliyyul Adzhiim

NIM : 11150340000004

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul HARTA

DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN Qs. AL-HUMAZAH

MENURUT MUTAWALLI<> AL-SYA’RA<WI < adalah benar karya saya

sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya.

Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya

cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan

proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang

beralaku jika ternyata skripsi ini sebagian besar atau keseluruhan

merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Tangerang, Februari 2021

Aliyyul Adzhiim

Page 5: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

iv

ABSTRAK

Aliyyul Adzhiim

Harta dalam Al-Qur’an Studi Penafsiran: Qs. Al-Humazah Menurut

Mutawalli> Al-Sya’ra >wi>

Penelitian ini mengkaji makna harta dalam Qs. al-Humazah. Harta

merupakan suatu salah satu bagian dari kebutuhan dari setiap manusia.

Akan tetapi sikap manusia yang berlebihan terhadap harta menyebabkan

gemar menimbun harta yang menimbulkan sikap angkuh sehingga

melahirkan sifat humazah dan lumazah yang dengan mudah merendahkan

orang lain. Persoalan harta hal ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana

makna harta dalam Qs. al-Humazah?

Penulis memilih Tafsi>r al-Sya‟ra >wi>> yang bercorak al-adabi> al-

Ijtima >‟i> karya Mutawalli > al-Sya‟ra >wi> yang merupakan salah satu ulama

kontemporer. Penelituan ini menggunakan metode penelitian kepustakaan

(Library Research) dengan tujuan agar penelitian ini mendapatkan

pemahaman secara utuh mengenai harta dalam Qs. al-Humazah.

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa makna harta dalam Qs.

al-Humazah adalah harta tidak hanya bermakna kekakayaan berupa

materi, namun juga bisa berarti segala sesuatu yang membuat hati merasa

lebih tinggi dibanding orang lain seperti, kepintaran, kecantikan,

kesuksesan yang membuat seseorang merasa diri lebih tinggi dibanding

orang sekitarnya.

Kata Kunci : Harta, Al-Humazah, Humazah, Lumazah, Al-Sya’ra>wi>

Page 6: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan

karunia Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian skripsi pada

program Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir yang berjudul “Harta dalam Al-

Qur’an Studi Penafsiran Qs. Al-Humazah Menurut Mutawalli < Al-

Sya’ra>wi>”. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda

Nabi Muhammad Saw. penghulu seluruh bangsa manusia dan sebagai

panutan yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan hingga

zaman terangnya ilmu dan pengetahuan.

Dalam perjalanan penelitian ini, penulis menyadari bahwa skripsi

ini tidak akan selesai dengan daya dan upaya penulis sendiri, melainkan

ada banyak sosok guru, sahabat, dan kerabat, serta berbagai pihak yang

menjadi penyemangat dan telah membantu penulis. Pada bagian ini

penulis ingin berterima kasih kepada semua pihak yang telah banyak

membantu dan mendukung penelitian skripsi ini hingga selesai.

Pihak pertama terima kasih kepada civitas akademik Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Prof. Dr. Hj. Amany

Burhanuddin Umar Lubis, Lc, M.A, selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Yusuf Rahman, M.A,

selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya kepada Bapak Dr. Eva Nugraha, M.A,

selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir dan Bapak Farizal

Mahdi, Lc, MIRKH selaku sekretaris Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

Dosen pembimbing skripsi, Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, MA yang

senantiasa selalu sabar, meluangkan waktu, memberikan arahan, dukungan

Page 7: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

vi

serta semangat kepada penulis agar cepat menyelesaikan penelitian skripsi

ini. Semoga beliau selalu diberikan kesehatan, panjang umur, dan

keberkahan dari Allah Swt. Tak lupa kepada Bapak Dr. KH. Ahsin Sakho

Muhammad, MA selaku dosen penasihat akademik yang selalu

memberikan masukan saran dan semangat penulis. Terima kasih juga

kepada seluruh dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri atas

ilmu-ilmu yang diberikan kepada penulis.

Terima kasih kepada kedua orang tua penulis, Bapak Bambang

Siswanto dan Mamah Ita Mulyati yang tanpa lelah selalu berdo‟a dan

memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian

skripsi ini. Semoga kalian berdua selalu diberikan kesehatan, keberkahan,

dan umur panjang, a >mi>n. Adik penulis Umarullah, terimakasih juga selalu

mendukung.

Terima kasih kepada warga Sukamanah RT. 02/RW15 Kelurahan

Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang, yang selalu

menanyakan, “kapan lulus wisudanya, Mas RT?..”. Semoga kita semakin

rukun dan kompak dalam memajukan kampung Sukamanah.

Terima kasih kepada para staff Perpustakaan Umum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, staff Perpustakaan Fakultas

Ushuluddin, dan staff Perpustakaan Pascasarjana UIN Jakarta karena

berkat referensi yang ada di dalam perpustakaan penulis bisa

menyelesaikan penelitian ini.

Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2015

Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir terkhusus untuk Asep Ridwan Nugraha,

Ahmad Sopian, Rifa Tsamrotul Sa‟adah. Terimakasih telah membantu

penulis, menjadi tempat curhat dan sharing yang baik.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang

tak pernah bosan memberikan perhatian untuk penulis, semoga Allah

Page 8: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

vii

membalas kebaikan kalian semua, a >mi>n. Terakhir, penulis berharap

semoga tulisan ini dapat menambah khazanah ilmu bagi siapapun yang

membaca serta membawa manfaat untuk masyarakat umum dan terkhusus

untuk penulis sendiri.

Jakarta, Februari 2021

Aliyyul Adzhiim

Page 9: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini

berpedoman pada buku pedoman skripsi yang terdapat dalam buku

pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.

A. Padanan Aksara

Huruf

Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif tidak dilambangkan ا

ba' b Be ب

ta' t Te ت

sa' s> es (dengan titik di atas) ث

jim j Je ج

{ha‟ h حha (dengan titik di

bawah)

kha' kh ka dan ha خ

dal d De د

zal z> zet (dengan titik di atas) ذ

ra' r Er ر

zai z Zet ز

sin s Es س

syin sy es dan ye ش

{sad s صes (dengan titik di

bawah)

{dad d ضde (dengan titik di

bawah)

{ta' t طte (dengan titik di

bawah)

{za' z ظzet (dengan titik di

bawah)

ain „ koma terbalik di atas‘ ع

gain gh Ge غ

fa f Ef ف

qaf q Qi ق

kaf K Ka ك

lam L El ل

mim M Em م

Page 10: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

ix

nun N En ن

wawu W We و

ha‟ H Ha ه

hamzah ’ Apostrof ء

ya Y Ye ي

B. Vokal Pendek

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong. Untuk

vocal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut :

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fath}ah

I Kasrah

U D {amah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i اي

Au a dan u او

C. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan denga harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a ــا > a dengan topi di atas

i> i dengan topi di atas ـــي

u ـــى > u dengan topi di atas

Page 11: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

x

D. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiah

maupun huruf qamariah. Contoh:

Ditulis al-rija الرجال >l

Ditulis al-diwa الذواى >n

E. Syaddah (Tasydi >d)

Syaddah atau tasydi>d yang dalam system tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda tasydi >d ( ) dalam alih aksara ini dilambangkan

dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda

syaddah itu. Akan tetapi, hal itu tidak berlaku jika huruf yang menerima

tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-

huruf suamsiyah. Misalnya, kata (الضرورة) tidak ditulis ad-daru >rah

melainkan al-d{aru >rah, demikian seterusnya.

F. Ta Marbu>t}ah

1. Jika ta marbu>t}ah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka

huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”, contoh:

Ditulis Madrasah هذرست

Ditulis Qaryah قريت

(Ketentuan ini tidak diberlakaukan terhadap kata-kata Arab yang

sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan

sebagainya, kecuali bila dikendaki lafal aslinya).

Hal tersebut juga berlaku bila diikuti dengan kata sandang “al”

serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan “h”,

Ditulis al-ja الجاهعتالإسلاهيت >mi‟ah al-Isla >miyyah

Page 12: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

xi

2. Jika ta marbu>t}ah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf

tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/,

Ditulis wah{dat al-wuju وحذةالىجىد >d

G. Huruf Kapital

Dalam alih aksara huruf kapital digunakan mengikuti ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk

menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,

nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka

yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,

bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: al-Ghaza >li> bukan Al-

Ghaza >li>, al-Kindi bukan Al-Kindi.

H. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kera (fi‟il), kata benda (ism), maupun huruf

(harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara

atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada

ketentua-ketentuan di atas:

ـ ـسقىىقىمالف Ditulis qaum al-fa >siqu >na

ءالحسي الأسوـا Ditulis al-asma >’ al-h{usna >

ـالحوذالل لويير الع Ditulis alh{amdulillah rabbi al-

„a >lami>n

Page 13: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................... ii

SURAT PERNYATAAN ...............................................................................iii

ABSTRAK ........................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................viii

DAFTAR ISI ….. .......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 8

C. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ..................................... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 9

E. Metode Penelitian ........................................................................ 10

F. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 12

G. Sistematika Penulisan .................................................................. 15

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG HARTA

A. Definisi Harta ............................................................................. 17

B. Proses Kepemilikan Harta ......................................................... 18

C. Fungsi Harta .............................................................................. 28

D. Derifasi Kata Ma>l dalam al-Qur‟an .......................................... 32

E. Penyebutan Harta Dalam Al-Qur‟an......................................... 34

BAB III BIOGRAFI MUTAWALLI> AL-SYA’RA>WI>

A. Riwayat Hidup ........................................................................... 43

B. Perjalanan Akademik ................................................................. 45

C. Pokok-Pokok Pemikirannya ...................................................... 47

Page 14: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

xiii

D. Karatkeristik Tafsir Al-Sya‟ra >wi> .............................................. 53

1. Gamabaran Umum Tafsir Al-Sya‟ra >wi> ........................... 54

2. Metode dan Corak Penafsiran .......................................... 57

3. Sumber Penafsiran ............................................................ 59

4. Sistematika Penulisan ....................................................... 60

BAB IV HARTA DALAM SURAT AL-HUMAZAH PERSPEKTIF

MUTAWALLI <> AL-SYA’RA<WI ><

A. Profil dan Kandungan Surat al-Humazah ................................. 64

B. Makna Harta dan Relevansinya dengan Pengumpat serta

Penimbun Harta.......................................................................... 70

C. Dampak Kepemilikan Harta dalam Surat al-Humazah ........... 80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 92

B. Saran dan Kritik ........................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 94

Page 15: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN
Page 16: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam pandangan Islam harta merupakan alat untuk mendekatkan diri

kepada Allah, sebagai jalan agar mempunyai sikap dermawan, sebagai

cara untuk meninggikan derajat seorang mukmin dan memelihara

kemuliannya. Juga sebagai sarana untuk memajukan masyarakat dan

mengangkat martabat, serta mempertahankan kehormatan dan

eksistensinya.1

Manusia menurut tabiatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak bisa hidup

sendiri, melainkan harus berinteraksi dengan yang lainya. Ia memerlukan

bantuan orang lain dan juga diperlukan oleh yang lainnya. Dalam

melakukan interaksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya, salah

satu yang menjadi objek adalah harta (ma >l).2

Di era kekinian dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan

teknologi, banyak manusia berlomba-lomba untuk memperoleh harta.

Mereka sibuk dengan urusan yang hanya mementingkan kemewahan dan

keindahan duniawi. Sehingga mereka menjadikan harta sebagai sasaran

utama dalam kehidupan. Tidak jarang juga kita temukan dalam

masyarakat tindakan mubazir dan membuang-buang harta. Ada juga

tindakan yang gemar menumpuk-numpuk atau menimbun harta sehingga

menjadikan pribadi yang angkuh dan kikir.

Materi atau harta dalam pandangan Islam, bukan merupakan sasaran

yang pokok. Materi atau harta adalah sebagai jalan, bukan satu-satunya

tujuan, dan bukan sebagai sebab yang dapat menjelaskan semua kejadian-

1 Wahbah az-Zuhaily, Al-Qur‟an dan Paradigma Peradaban, terj. M. Thohir

dan Team Titian Ilahi (Yogyakarta: Dinamika, 1996), 173. 2 Ahmad Ardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: AMZAH, 2013), 54.

Page 17: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

2

kejadian. Akan tapi sebagai jalan untuk menjamin segala kebutuhan

manusia. Maka disana kewajiban itu lebih dipentingkan dari pada materi.3

Harta dalam Islam tidak tercela tetapi dapat pula tercela jika harta itu

dijadikan sebagai tujuan atau sebab. Harta yang tercela adalah harta yang

dijadikan sebagai objek tujuan, dan bagi pemilik harta menjadikan harta

sebagai perlindungan terhadap harta yang ditimbunnya atau yang

disembunyikannya. Sehingga akan timbul sifat kikir atau memejamkan

mata.4

Allah Swt. berfirman :

ام يلتدوا وك

يا ول ـ م يصه

نفليا ل

ذين اذا ا

ن ةحن ذلك كياما وال

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka

tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) kikir tetapi adalah

(pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara yang demikian”. (Q.S.

al-Furqān (25) : 67)5

Al-Qur'an yang kandungannya multidimensional itu tidak hanya

menyodorkan ajaran-ajaran agama yang berdimensi teologi ritualistik

seperti aqidah, ibadah, akhkak. Tetapi, mengungkapkan pula pedoman dan

arahan tentang kehidupan sosial yang pragmatis seperti ekonomi, politik,

budaya, serta hubungan antar bangsa.6

Islam telah mencela kepada orang-orang yang menimbun emas dan

perak, yang mereka enggan membelanjakan hartanya dijalan Allah. Maka

3 Muhammad Mahmud Bably, Kedudukan Harta Dalam Pandangan Islam, terj.

Abdul Fatah Idris (Jakarta: Mulia, 1989), 5. 4 Muhammad Mahmud Bably, Kedudukan Harta, 6.

5 Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan

(Jakarta: Hidaya Media Dakwah, 2013), 365. 6 Muhammad Saiful Mujab, “Ujaran Kebencian dalam Perspektif M. Quraish

Shihab: Analisis Qs. al-Hujurat ayat 11 dalam Tafsir al Misbah”. (Skripsi S1, Fakultas

Ushuluddin, UIN Walisongo, 2018), 1-2.

Page 18: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

3

akan datang berita peringatan pada mereka dengan siksaan yang amat

pedih.

يى الناس يا

ميال

ين ا

لكيأوتان ل حتار والر

ان ال رحدا م

منيا ان ك

ذين ا

ا ال

ا ث ول فض

وب وال جذون الذ

ذين يك

وال ون غن سبيل الله باطل ويصد

ةال

ب ـ ليم ينفلينىا في سبيل اللههوم ةػذاب ا

يىا في نار ٣٤شمى عل يم يح ي

م نفسك

جذحم لا

وذا ما ك يى ةىا ستاوىم وسنيبهم وظىيروم

خك ـ م سىن

ذوكي جذون ـنخم حك

٣٥ا ما ك

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar

dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-

benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka

menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang

yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada

jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka

akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas

perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi

mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada

mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu

sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu

simpan itu". (Q.S. at-Taubah (9) : 34-35)7

Setiap individu memiliki ketergantungan dengan individu yang

lainnya. Tiada satupun individu yang hidup tanpa masyarakat. Individu di

dalam masyarakat terbentuk dari struktur yang paling kecil, yaitu keluarga

hingga yang paling besar adalah negara. Sekumpulan dari individu-

individu tersebut membentuk suatu komunitas, kelompok masyarakat.8

Oleh karena itu, dorongan berinfak (membelanjakan harta) berarti

memberi manfaat terhadap sesama manusia. Jika ambil contoh sebaliknya

7 Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 192. 8 Amin Nurdin, Dadi Darmadi, Eva Nugraha, Sosiologi al Qur'an: Agama dan

Masyarakat dalam Islam (Jakarta: LPPM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), 80.

Page 19: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

4

yaitu menimbun dari penggunaan harta atau menahan dari peredarannya,

maka akan menutup penggunaan terhadap pihak lainnya dan

menghentikan kebutuhan sesama manusia. Oleh karena itu, menimbun

harta dan menahan harta dari peredarannya adalah merugikan pihak lain.9

Hubungan sesama manusia dalam berinteraksi harus dilandasi dengan

nilai-nilai kebenaran. Ambisi manusia untuk menjadi pribadi yang lebih

unggul terkadang membuat manusia melenceng dari sifat-sifat terpuji.

Menghalalkan segala cara untuk dapat memuaskan keinginannya dan tidak

memperdulikan dampak dari tindakannya. Salah satunya adalah mulut

melalui lisan yang dapat digunakan untuk mengumpat dan mencela serta

merendahkan martabat seseorang.

Surat al-Humazah merupakan salah satu surat yang terdapat dalam juz

30 yang terdiri dari 9 ayat dan merupakan urutan surat ke 104 yang

tergolong Makiyyah. Kandungan pokok surat al-Humazah berisi ancaman

bagi orang-orang yang suka mengumpat dan mencela sesama dan para

penimbun harta. Mereka menilai kesuksesan hanya pada keberhasilan

mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Mereka beranggapan bahwa

harta dapat menyelamatkannya dan membuatnya hidup kekal. Manusia

yang berpikir seperti ini akan menjadi pribadi yang sombong, mudah

meremehkan dan menganggap hina orang lain. Maka Allah mengancam

kedua sifat tersebut dengan siksa neraka hutamah.

Pada ayat pertama surat berisi ancaman bagi pelaku Hammāz dan

Lammāz (pengumpat dan pencela) kepada sesama manusia.

مزة ومزة ل

كل

ل ١ويل

"Celakalah orang yang suka mengumpat dan mencela". 10

9 Muhammad Mahmud Bably, Kedudukan Harta, 83.

10 Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 601.

Page 20: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

5

Banyak ayat al Qur'an yang berbicara tentang etika berkomunikasi

yang baik, namun sedikit yang dapat mempraktikannya dalam kehidupan

sehari-hari. Bahkan saat ini banyak lisan-lisan yang tidak beretika di

tengah masyarakat tanpa memperhatikan lawan bicaranya.

Allah Swt berfirman,

ا س يا كيل

وكيل منيا احليا الله

ذين ا

يىا ال

٧٠ديدا يا

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan

katakanlah perkataan-perkataan yang benar". (Q.S. al-Ahzab (33) :

70)11

Lisan merupakan karunia yang amat penting bagi manusia. Lisan juga

merupakan salah satu organ tubuh yang paling sering digunakan. Oleh

karena itu, wajib bagi kita untuk menjaga lisan, apakah banyak

menyampaikan kebaikan yang hak ataupun terjerumus pada dosa dan

maksiat. Lisanlah yang menghubungkan manusia dengan manusia, lisan

lah yang menciptakan bahasa, dan lisan lah yang memberikan suara yang

merupakan ungkapan pikiran manusia, lisanlah yang memberi warna

semua pikiran dan cita, lisan yang memberi nasehat serta dapat

menerangkan gelora amarah dalam dada.12

Hal yang mendorong seseorang sering tergelincir lidahnya,

adakalanya menghendaki kejelekan orang yang diceritakannya atau

menjilat kepada seseorang. Sesudah itu si pengadu domba akan

mengambil keuntungan dari upayanya ini, atau memang hanyalah ingin

memuaskan hatinya yang hitam penuh dengan kedengkian terhadap orang

11 Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 427.

12

Imam Ghazali, Bahaya Lisan (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 2.

Page 21: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

6

lain. Masing-masing pihak saling membenci dan menceritakan keburukan

lawannya.13

Prinsip bermasyarakat pada dasarnya mengutamakan terciptanya

suasana yang menciptakan batin tenteram. Hal demikian tentu tidak bisa

terlepas dari kodrat manusia sebagai makhluk yang mendambakan

ketentraman dan kesejahteraan dalam hidupnya. Meskipun banyak dari

manusia yang memiliki cara sendiri untuk meraihnya. Namun umumnya

ketentraman batin dan kesejahteraan batin merupakan hal yang dicari

manusia. Tidak hanya sesuatu yang bersifat intra personal, dalam hidup

bermasyarakat juga mendambakan hal yang sama. Namun, terkadang

terbentur oleh "keragaman" yang dapat menyebabkan bias. Mengenai

keragaman dan kemajemukan, diterangkan juga dalam al-Qur'an:

"Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka

Allah mengutus para Nabi, sebagai pemberi peringatan dan Allah

menurunkan bersama mereka kitab yang benar untuk memberi keputusan

diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan".1415

Kemudian pada ayat kedua dan ketiga Q.S. al-Humazah yang

berbunyi,

ده عد ا وذي جمع مال

ال ٢ ده

خل ا ه ن مال

سب ا ٣يح

"Yaitu orang-orang yang mengumpulkan hartanya. Dia menyangka

bahwa kekayaannya itu akan mengekalkannya ". (Q.S. al-Humazah

(104) : 2-3)16

Jika kita perhatikan pada ayat pertama, kedua, dan ketiga dalam Q.S.

al-Humazah maka ada kesinambungan antara perilaku pengumpat dan

13

Imam Ghazali, Bahaya Lisan, 130

14

Lihat Q.S. al- Al Baqarah (2): 213. 15

Amin Nurdin, Dadi Darmadi, Eva Nugraha, Sosiologi al Qur'an, 42-43. 16

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 601.

Page 22: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

7

pencelah dengan penimbun harta. Harta kekayaan yang dimiliki oleh

seseorang tersebut membuat dirinya bersifat takabbur. Jika seseorang

yang orientasi hidupnya hanya memandang harta, maka dirinya akan

beranggapan dengan harta semua akan bisa dimiliki. Kekayaan yang

dimilikinya mampu mengatasi semua masalah. Kematian termasuk dapat

dalam anggapan mereka yang merasa dapat hidup di dunia ini selamanya

dengan menikmati kekayaan yang dimilikinya.

Banyak orang yang berkeyakinan, bahwa modal harta kekayaan bisa

melindungi dirinya dari kemiskinan, dan bahkan bisa membahagiakan

hidupnya. Ada lagi yang berkeyakinan, bahwa dengan cara yang haram

seseorang bisa dapat memiliki dan memperoleh kekayaan. Mereka adalah

orang-orang yang telah disesatkan setan, jiwanya diliputi rasa takut dan

gelilsah, karena kurang kuat imannya dan mudah tergoda.17

Firman Allah Swt,

ؤمنحن انما نخم مـين ان ك يوم وخا ـ ا خ

ا ت

ل ـ ولياءه

ف ا

يطن يخي م الش ١٧٥ذلك

“Sesungguhnya setan-setan itu hanya mempertakuti orang-orang yang

dibawah pimpinannya, sebab itu jangan lah kamu takut kepada

mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang yang

beriman”. (Q.S. Ali Imran (3) : 175)

Allah Swt memberi balasan dari ancaman pada bagian akhir surat al-

Humazah. Neraka Hut}amah merupakan balasan yang Allah berikan bagi

pelaku pengumpat, pencela, dan para penimbun harta yang merendahkan

sesama. Siksaan dalam neraka hutamah merupakan suatu ilustrasi

ancaman yang tidak sepele bagi para pelaku pengumpat dan penimbun

17 Mutawalli asy Sya‟rawi, Rezeki, terj. Salim Basyarahil (Jakarta: Gema Insani

Press, 1994), 13.

Page 23: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

8

harta sebagai balasan keangkuhan dan keacuhan sikap mereka selama

hidup bermasyarakat.

Realita Q.S. Al-Humazah dalam kehidupan masyarakat yaitu

kebiasaan mencela dan merendahkan orang lain sering terjadi. Kemudian

para penimbun harta dengan kesibukan dalam mengumpulkan dan

menghitung-hitung harta, serta menganggap bahwa harta yang di dapatkan

adalah usahanya sendiri. Akibatnya, ia merasa dengan harta yang

dimiliki, ia mempunyai kedudukan dan kemuliaan yang tinggi. Dengan

kedudukan dan harta yang melimpah, mendorong ia akan merendahkan

orang lain. Antara sifat Humazah dan Lumazah dengan penimbun harta

memiliki kesinambungan. Oleh sebab itu, al-Qur‟an mencoba

mengantisipasi agar perilaku individu masyarakat tidak terjadi demikian.

Tokoh mufasir yaitu Mutawallī Al-Syaʿrāwī merupakan salah satu

ulama tafsir kontemporer yang berasal dari Mesir dengan kitab tafsir yang

bernama Khawa >t}ir H {aula al-Qur‟a >n al-Kari>m. Pemilihan tokoh Al-

Sya’ra >wi> karena ia merupakan mufassir terkenal yang berpengaruh pada

abad 20. Permasalahan kontemporer yang muncul dan dihadapinya akan

memberikan pengaruh yang kuat atas pemikiran dan penafsirannya

sehingga membuka peluang adanya perbedaan dengan tafsir sebelumnya.

Dengan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis mengambil

judul, "Harta dalam Al-Qur’an : Studi Penafsiran Qs. Al-Humazah

Menurut Mutawallī Al-Syaʿrāwī .

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maka di atas, penulis menemukan

beberapa masalah yang perlu di identifikasikan dalam penelitian ini,

1. Sebagai salah satu pembahasan dalam al-Qur‟an, Bagaimana al-

Qur‟an berbicara tentang harta ?

Page 24: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

9

2. Bagaimana pendapat Mutawalli > al-Sya‟ra >wi> tentang harta dalam

Qs. al-Humazah?

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1 Batasan Masalah

Agar dalam penelitian ini tersusun dengan baik dan rapi, maka perlu

dijelaskan pula batasan-batasan masalah yaitu, bahwa penulis akan

membahas ayat yang berbicara tentang harta dalam al-Qur‟an studi

penafsiran Qs. al-Humazah menurut pandangan Mutawalli > al-Sya’ra >wi>.

2 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan-batasan masalah yang penulis uraikan di atas,

maka penulis dapat menyimpulkan rumusan-rumusan masalah

sebagaimana berikut :

a. Bagaimana penafsiran Mutawalli > al- Sya‟ra>wi> mengenai harta

dalam al-Qur‟an studi penafsiran Qs. al-Humazah.

D. Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis rumuskan di atas, ada

beberapa alasan dan tujuan yang mendasari penulis memilih judul skripsi

ini :

1. Untuk mengetahui penafsiran mengenai harta dalam al-Qur‟an

2. Untuk memberikan wawasan kepada para pembaca tentang

penjelasan tafsir Qs. al-Humazah

3. Sebagai sumbangan ilmiah untuk menambahkan bahan bacaan

dalam kepustakaan Islam.

Page 25: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

10

4. Memenuhi tugas akhir perkuliahan untuk mencapai gelar sarjana

strata (S1) pada jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini antara lain,

1. Secara akademis, penelitian ini menguatkan pendapat Mutawallī

Al-Syaʿrāwī mengenai harta dalam penafsiran Qs. al-Humazah.

2. Secara praktis, skripsi ini dapat digunakan sebagai rujukan alternatif

dan bahan bacaan dalam mendukung kajian tafsir.

E. Metode Penelitian

Penelitian atau penggunaan metode ilmiah secara terancang dan

sistematis, atau kegiatan penelaahan secara ilmiah, tidak dapat dipisahkan

dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan. Hal tersebut menunjukan bahwa

ilmu pengetahuan, berkepentingan dengan penemuan pengetahuan-

pengetahuan baru yang kebenarannya teruji secara ilmiah.18

Metode penelitian merupakan cara yang dipakai untuk mencari,

mencatat, menemukan, dan menganalisis sampai menyusun laporan guna

mencapai tujuan.19

Adapun metode penelitian dalam pembahasan skripsi

ini meliputi berbagai hal sebagai berikut :

1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk menyusun skripsi ini adalah

penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu mengumpulkan data-data

melalui bacaan dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan

pembahasan penulis. Dengan sumber pokoknya adalah mencari bahan

pengetahuan dari kitab tafsir dan kaidah tafsir, serta sebagai

18 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2005), 11. 19

Cholid Nur Boko dan Abu Ahmadi, Metode Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara

Pustaka), 1.

Page 26: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

11

penunjangannya yaitu buku-buku dan jurnal yang secara khusus mengenai

masalah penelitian yang dibahas. Karena penelitian ini bertujuan mengkaji

pandangan Mutawalli > al-Sya‟ra>wi> mengenai harta dalam Qs. al-Humazah,

maka jenis penelitian yang sesuai adalah penelitian pustaka yang bercorak

deskriptif-analitis.

2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam sumber data,

yaitu :

a. Sumber Data Primer

Data primer ini merupakan sumber utama yang berperan dalam

pengumpulan data untuk kepentingan penelitian. Karena penelitian

ini berjenis kajian pustaka, maka sumber utamanya yaitu al-Qur‟an

dan kitab-kitab tafsir terutama karya Mutawallī Al-Syaʿrāwī.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dijadikan pendukung

dalam pengumpulan data yang peneliti butuhkan. Data sekunder

yang penulis gunakan berupa berupa buku-buku, artikel-artikel,

jurnal, majalah, dan sumber tertulis lainnya.

3. Pengolahan Data

Dalam Pengolahan data penulis akan melakukan pendekatan

kualitatif. Untuk menemukan pengertian yang diinginkan, penulis

megolah data yang ada, selanjutya disajikan secara komprehensif

sebagai bangunan konsep.

4. Metode Analisis

Pada analisis, penulis akan mencoba menggunakan tiga macam

metode, yaitu :

a. Induktif, yaitu metode analisis yang berangkat dari fakta-fakta

yang khusus lalu ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum

Page 27: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

12

b. Deduktif, yaitu metode yang digunakan untuk menyajikan

bahan atau teori yang sifatnya umum untuk kemudian dan

diterapkan secara khusus dan terperici.

c. Komparatif, yaitu metode penyajian yang dilakukan dengan

mengadakan perbandingan antara satu konsep dengan lainnya,

kemudian menarik suatu kesimpulan.

F. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari terjadinya kesamaan dengan penelitian yang lain,

penulis mencoba menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan dan

memiliki kesamaan atau kemiripan. Selanjutnya, hasil penelusuran ini

akan menjadi acuan penulis untuk tidak mengangkat metodelogi yang

sama, sehingga penilitian ini benar-benar bukan hasil dari plagiat dari

kajian yang ada.

Berdasarkan hasil penelusuran dari berbagai skripsi dan jurnal,

maupun semua yang berkaitan dengan judul ini, penulis menemukan

beberapa karya yang membahas permasalahan ini. Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Zakiyatul Munawaroh dalam skripsi yang berjudul Harta

dan Hak Kepemilikan dalam Perspektif Al-Qur‟an.20

Berisi tentang

pandangan al-Qur‟an mengenai harta dan bagaimana konsep hak

kepemilikan dalam al-Qur‟an serta implementasinya dalam kehidupan

sehari-hari.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisa dalam skripsi

yang berjudul Kritik Sosial dalam Qs. al-Humazah.21

Penelitian ini berisi

20 Zakiyatul Munawaroh, “Harta dan Hak Kepemilikan dan Perspektif Al-

Qur‟an”. (Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Sunan Ampel, 2019). 21

Khairunnisa, “Kritik Sosial dalam Qs. al-Humazah”. (Skripsi S1, Fakultas

Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016).

Page 28: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

13

kritik sosial dalam penafsiran Qs. al-Humazah dan menganalisa dari segi

kebahasaan dan mengaitkan dengan ayat-ayat yang saling berhubungan.

Skripsi yang ditulis oleh Atropal Asparina yang berjudul Kontruksi

Social Criticism dalam al-Qur‟an: Studi Terhadap Kesenjangan Sosial

yang Digambarkan al-Qur‟an dalam Penafsiran Juz „Amma.22

Penelitian

ini berisi suatu penelitian dengan menggunakan pendekatan sosio-historis

dengan menggunakan metode tafsir tematik untuk mencari surat-surat

dalam Juz „amma yang menggambarkan suatu proses kritik sosial.

Kesenjangan sosial yang santer digambarkan adalah kesewenang-

wenangan orang-orang kaya yang memonopoli sistem ekonomi, politik,

bahkan sosial.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh oleh Abdul Karim dalam

jurnal yang berjudul Fungsi Harta Menurut Al-Qur‟an.23 Berisi bahwa

pada prinsipnya harta adalah milik Allah, sedangkan pemilikan manusia

terhadap harta hanya pemilikan manfaat (istikhlaf) dan itupun terbatas

selama manusia masih hidup.

Selain itu, kajian-kajian tentang tokoh Mutawalli Al-Syaʿrāwī pun

telah banyak dilakukan oleh para sarjanawan. Seperti penelitian yang

dilakukakan oleh Badruzzaman M. Yunus dalam disertasinya yang

berjudul Tafsir Al-Sya‟ra>wi>; Tinjauan Terhadap Sumber, Metode, dan

Ittija>h.24 Penelitian ini berisi kaidah-kaidah dasar metodelogis yang

terdapat dalam tafsir al-Sya‟ra >wi>, seperti latar belakang penafsiran,

sumber, metode, serta ittija >h.

22Atropal, “Kontruksi Social Critism dalam al-Qur‟an: Studi Terhadap

Kesenjangan Sosial yang Digambarkan al-Qur‟an dalam Penafsiran Juz „Amma”.

(Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

2015). 23

Abdul Karim, “Fungsi Harta Menurut Al-Qur‟an”. Al-Hikmah, vol.12, no.1

(2011). 24 Badruzaman M. Yunus, “Tafsir Al-Sya’ra>wi>; Tinjauan Terhadap Sumber,

Metode, dan Ittija>h”. (Disertasi S3, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2009).

Page 29: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

14

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Zakaria Syafe‟i dalam jurnal

yang berjudul Harta Menurut Ajaran Islam.25

Berisi kedudukan harta

yang menjadi hak milik manusia pada hakikatnya adalah titipan yang

harus di tasharufkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan.

Selanjutnya kajian yang dilakukan oleh Taufiq dalam jurnal Ilmiah

Syariah yang berjudul Memakan Harta Secara Batil (Perspektif Surat An-

Nisa: 29 dan At-Taubah: 34.26

Berisi tentang makna larangan memakan

harta secara batil dalam dua surat. Dalam surat an-Nisa >’ ayat 29

menyebutkan larangan memakan harta dengan cara batil menurut mufasir

adalah setiap usaha baik cara memperoleh maupun memanfaatkan harta.

Sedangkan surat at-Taubah ayat 34 menegaskan larangan melakukan

penimbunan harta berupa emas dan perak.

Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Saiful Mujab, "Ujaran

Kebencian dalam Perspektif M. Quraish Shihab (Analisis Qs. Al-Hujurat

ayat 11 dalam Tafsir al Misbah).27 Skripsi ini membahas penafsiran Qs.

al-Hujurat ayat 11 mengenai tingkah-laku masyarakat yang suka megolok-

olok dan meyebarkan ujaran kebencian ditengah maraknya kecanggihan

teknologi masa kini. Banyak orang yang tak menyadari dampak buruk dari

penyebaran hate speach secara hukum dan sosial.

Selanjutnya penelitian yang dilakkan oleh Atikah Salsabila Zahra

dalam tesis yang berjudul Penafsiran Al-Sya‟rawi tentang Ayat-ayat Israf

dalam Al-Qur‟an.28

Berisi pendapat al-Sya‟ra >wi> tentang ruang lingkup

25 Zakaria Syafe‟i, “Harta Menurut Ajaran Islam”, DEDIKASI, vol.2, no.2

(Juli-Desember 2010). 26 Taufiq, “Memakan Harta Secara Batil (Perspektif Surat An-Nisa: 29 dan At-

Taubah: 34“, Jurnal Ilmiah Syari‟ah, vol.17, no.2 (Juli-Desember 2018). 27 Muhammad Saiful Mujab, “Ujaran Kebencian dalam Perspektif M. Quraish

Shihab (Analisis Qs. Al-Hujurat ayat 11 dalam Tafsir al-Misbah”. (Skripsi S1, Fakultas

Ushuluddin, UIN Walisongo Semarang, 2018). 28

Atika Salsabila Zahra, “Penafsiran Al-Sya‟rawi tentang Ayat-ayat Israf dalam

Al-Qur‟an”. (Tesis S2, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2019).

Page 30: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

15

Israf yang terbagi menjadi tiga; sesuatu yang halal digunakan secara

berlebihan hukumnya haram, segala perbuatan halal dicampur dengan

perbuatan yang haram, susuatu yang halal itu diambilnya dengan cara

yang haram.

Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Dikalustian

Rizkiputra dalam skripsi yang berjudul Bahaya Lisan dan Pencegahannya

dalam Al Qur'an.29

Membahas permasalahan-permasalahan yang

berkaitan dengan bahaya lisan yang sering terjadi dalam kehidupan

bermasyarakat. Diantaranya, menggunjing, menuduh, dusta, mengolok-

olok, dan sumpah palsu. Diakhir penulisnya mencantumkan metode

pencegahan dan manfaat menjaga bahaya lidah.

Dari tinjauan pustaka di atas, penulis berkesimpulan bahwa masih

sedikit kajian yang membahasa tentang harta dalam al-Qur‟an terutama

yang terdapat dalam Q.S. al-Humazah. Kajian yang ada saat ini hanya

berfokus membahas tentang harta secara umum. Sedangkan kajian yang

penulis lakukan adalah mengenai pemaknaan harta dalam Qs. al-Humazah

Menurut Mutawalli al-Sya‟ra >wi>.

G. Sistematika Pembahasan

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, maka penulis

menjadikan sistematika penulisan ini dalam lima bab, yang mana ke lima

bab tersebut terdiri dari sub-sub yang terkait. Sistematika penulisan

sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan pendahuluan. Dimana digambarkan

didalamnya latar belakang yang menjelaskan mengapa penelitian ini

dilakukan, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

29 Dikalustian Rizkiputra, “Bahaya Lisan dan Pencegahannya dalam Al Qur'an”.

(Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta, 2011).

Page 31: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

16

metode penelitian, tinjauan pustaka (kajian terdahulu yang relevan), dan

diakhiri dengan sistematika penyusunan. Hal ini bertujuan agar pembaca

mendapatkan informasi awal secara umum mengenai isi skripsi.

Bab kedua; merupakan landasan teori, dalam bab ini memuat

pengertian harta, macam-macam harta, fungsi harta, dan kosa kata harta

dalam al-Qur‟an.

Bab ketiga, merupakan biografi Mutawallī Al-Syaʿrāwī dan kitab

Tafsirnya. Mulai dari riwayat hidup, perjalanan ilmiah, dan pokok-pokok

pemikirannya. Selain itu, dalam bab ini juga menjelaskan seputar tafsir al-

Syaʿrāwī. Bagaimana gambaran umum tentang tafsir al-Sya‟ra >wi>, metode

penulisannya, corak, sumber, dan sistematika penafsirannya.

Bab keempat; merupakan pandangan Mutawallī Al-Syaʿrāwī mengenai

harta dalam Qs. al-Humazah.

Bab kelima; merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan

jawaban yang didasarkan pada keseluruhan uraian dan pembahasan yang

telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dan juga memuat kritik dan

saran sebagai rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Bab ini berusaha

menjawab pertanyaan yang dibuat pada perumusan masalah sehingga para

pembaca dapat mengetahui jawaban dari masalah tersebut.30

Page 32: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

17

BAB II

KAJIAN TEORI TENTANG HARTA

Setiap manusia mempunyai dorongan untuk selalu menjaga

kelangsungan hidupnya. Agar tetap terjaga, sudah pasti manusia harus

rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sebagai makhluk

sosial manusia tidak bisa hidup sendiri dan harus berinteraksi dengan

dengan yang lainnya. Salah satu yang menjadi objek dalam melakukan

interaksi dengan sesama manusia adalah harta (ma >l). Secara dasar,

manusia tidak dapat melepaskan diri dari kebutuhan material yaitu harta

benda.

A. Definisi Harta

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), harta mempunyai

dua arti. Pertama, barang-barang yang menjadi kekayaan. Kedua,

kekayaan yang berwujud dan tidak berwujud yang bernilai dan yang

menurut hukum dimiliki perusahaan.1 Dalam bahasa arab kata harta yaitu

berasal dari kata الوال –هال هيلاا-يويل , yang artinya condong atau

berpaling dari tengah ke salah satu sisi.2 Secara bahasa harta merupakan

sesuatu yang dapat dimiliki oleh manusia dengan bekerja baik berupa

materi atau manfaat.3

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

ed. 3, cet. III (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 299. 2 Jamaluddin Ibnu Mukarram Ibnu Manzhur, Lisa>n al-Arab, juz 11 (Beirut: Da>r

Al- Sha>dir, 1414), 634-635. 3 Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islami > wa Adilatuhu, juz 4 (Damsyik: Da>r al-Fikr,

1989), 40.

Page 33: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

18

Secara istilah, harta adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan

segala sesuatu yang ingin dimiliki, baik dalam jumlah banyak atau

sedikit.4

Dari beberapa pendapat, TM. Hasbi Ash-Shiddieqy mengambil

kesimpulan:5

1. Harta adalah sesuatu yang ditetapkan semata-mata untuk

kemaslahatan manusia, dapat disimpan pada suatu tempat dan

dapat dikelola dengan jalan ikhtiyar

2. Benda yang dijadikan harta itu dapat dimiliki oleh seluruh manusia

maupun oleh sebagian manusia

3. Harta adalah sesuatu yang dapat diperjual belikan

4. Harta adalah sesuatu yang diperbolehkan untuk dimiliki walaupun

tidak dipandang harta, seperti sebiji beras

5. Harta adalah sesuatu yang berwujud

6. Harta adalah sesuatu yang dapat disimpan dalam jangka waktu

tertentu dan sewaktu-waktu dapat dipergunakan pada saat

dibutuhkan.

Dari paparan diatas, harta adalah segala sesuatu yang mempunyai

nilai dan dapat diambil manfaatnya ketika dibutuhkan yang dimiliki oleh

individu ataupun kelompok secara legal menurut hukum syara‟. Harta

juga merupakan penopang kehidupan manusia sebagai kebutuhan yang

tidak dapat dipisahkan yang didalamnya membawa unsur kebahagiaan

bagi pemiliknya.

B. Proses Kepemilikan Harta

4 Ibn Imarah, Qa >mush al-Must}alah}at al-Iqtisad fi al-Hasharah al-Islamiyyah

(Kairo: Da>r al-Syuruq, 1993), 503. 5 Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqih Mu‟amalah, cet. I (Jakarta: Bulan

Bintang, 1974), 150.

Page 34: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

19

Setiap manusia memiliki hak untuk memperoleh dan memiliki harta.

Kemudian si pemilik juga berhak untuk menjual, menggadaikan,

mewarisi, dan menjaga hartanya. Hal tersebut karena Islam tidak

membatasi mencari dan memperoleh harta dengan cara apapun, selama

tidak melanggar prinsip-prinsip yang telah ditentukan oleh syara‟. Namun,

agar manusia terhindar dari sifat tamak dan z}alim terhadap harta, Al-

Qur‟an juga memberikan batasan dengan melarang seseorang memperoleh

harta dengan cara yang haram (ba>t}il).6 Proses memperoleh harta yang

dimiliki oleh seseorang timbul karena beberapa sebab yaitu:

1. Usaha

Berusaha atau bekerja merupakan salah satu ibadah. Usaha

merupakan suatu pekerjaan secara maksimal yang dilakukan manusia,

baik lewat gerak anggota tubuh atau akal untuk menambah kekayaan,

baik dilakukan seseorangan atau kolektif, baik untuk pribadi atau

untuk orang lain. 7

يماآح ـ ار الآخرة وةخؼ جيا اك الل الد ا حنس نصيتك من الدما ول

حسن ك

وأ

يك حسن الل إل

ف أ

ا حتؼ ال

د ول

رض سا

مفسدين فى الأ

ب ال يح

إن الل لا

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada

orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya

Allah tidak meyukai orang-orangyang berbuat kerusakan.” Q.S. al-

Qasas (28): 778

Dalam menjalani kehidupan, seorang mukmin tidak boleh berhenti

dalam mengerjakan suatu amalan yang bermutu. Amal berarti

6 Lihat Q.S. al-Baqarah : 188. 7 Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam (Jakarta: Gema Insani Pres,

1997), 104-105. 8 Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 394.

Page 35: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

20

pekerjaan, usaha, perbuatan atau keaktifan hidup. Menurut kacamata

pemikiran modern, ayat ini dengan tegas mendorong agar setiap orang

harus produktif. Termasuk usaha ekonomi yaitu mencari harta yang

halal. Allah pasti akan memberikan balasan terhadap amal perbuatan,

baik yang berhubungan dengan prestasi kerja duniawi maupun yang

berhubungan dengan nilai-nilai ukhrawi.9

Kegiatan usaha yang dilakukan manusia seperti,

a. Jual Beli

Sebagai sarana untuk memenuhi hajat dan kebutuhan setiap

manusia, jual beli merupakan kegiatan usaha yang sering kita

jumpai disetiap lingkungan masyarakat. Jual beli merupakan

bentuk muamalah yang didasarkan atas rasa saling membutuhkan.

Jual beli dalam bahasa Arab disebut al-bay‟ (البيع) yang

merupakan bentuk masdar dari kata بيع اءب ـ يبيع ـ yang artinya

menjual.10

Sedangkan kata beli dalam bahasa arab disebut (شراء)

bentuk masdar dari شراءـيشتريـشرا , yaitu bentuk kata benda

dari kata شري yang artinya membeli.11

Namun pada umumnya

sudah mencangkup keduanya, dengan demikian kata (البيع) berarti

jual dan sekaligus berarti membeli.12

Menurut istilah jual beli

adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang

mempunyai nilai secara suka rela diantara kedua belah pihak, yang

satu menerima benda-benda dan pihak lain yang menerimanya

9 Hamka, Tafsir al-Azhar, jilid 4 (Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 1982),

3120. 10

Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir: Arab-Indonesia, cet. 4

(Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997), 124. 11

Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, 716. 12

Parni, “Konsep Jual Beli Dalam Pandangan Al-Qur‟an”. (Skripsi S1, Jurusan

IAT Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah, IAIN PAlopo, 2016), 17.

Page 36: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

21

sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan

syara‟dan disepakati.13

Jumhur ulama menyatakan rukun jual beli

itu ada empat yaitu, adanya penjual dan pembeli, shighat (ijab dan

qabul), adanya barang, dan terdapat nilai tukar pengganti uang.14

م الر بيع وحر الل ال

حل

ةيا ...... وأ

“..Allah menghalalkan jaul beli dan mengharamkan riba…”

Q.S. al-Baqarah (2): 27515

Hukum jual beli pada dasarnya adalah halal atau boleh. Artinya

setiap orang Islam dalam mencari nafkahnya boleh dengan cara

jual beli. Hukum jual beli dapat menjadi wajib apabila dalam

mempertahankan hidup hanya satu-satunya (yaitu jual beli) yang

dilaksanakan seseorang. Dan menjadi haram jika tidak memenuhi

syarat dan rukun jual beli yang telah ditentukan oleh syara‟.16

Dengan didasarkan atas rasa saling membutuhkan, maka hikmah

dari jual beli adalah terciptanya rasa persaudaraan dan hubungan

yang harmonis (serasi) antar sesama manusia. Penjual

membutuhkan pembeli agar membeli barang dagangannya

sehingga memperoleh uang. Sedangkan pembeli akan memperoleh

barang yang dibutuhkan tentunya dengan nilai tukar yang

disepakati kedua belah pihak.17

b. Bertani

Salah satu usaha untuk mendapatkan harta sebagai penopang

kehidupan adalah bertani atau usaha di bidang pertanian. Definisi

13 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 67-

68. 14 Nasroen Harun, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 115. 15

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 47. 16

Ibnu Mas‟ud, Fiqhi Madzhab Syafi‟i, cet. I (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 4. 17 Parni, “Konsep Jual Beli”, 1-3.

Page 37: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

22

dari pertanian adalah kegiatan produksi yang berlangsung di atas

sebidang tanah (ladang) dengan tujuan menghasilkan sumber daya

alam baik berupa tanaman, hewan, maupun sumber daya alam

lainnya seperti garam. Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia

tanpa merusak tanah (ladang) yang bersangkutan untuk kegiatan

produksi selanjutnya.18

خلفا رع مخ والزات مػروشات وغحدمػروشات والنخل سن

شأنذي أ

وويال

م يخين والر ه والزلكي من ذمره إذا أذمر وآحيا ان متشاةىا وغحد متشاةه أ

لك

ه ييم حصاده حل يا ـ تصه

حن ولا ـ مسه

ب ال ايح

إنه ل

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung

dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang

bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa

(bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari

buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan

tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan

disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu

berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang

yang berlebih-lebihan.” Q.S. al-An‟am (6): 141.19

Indonesia sebagai Negara kepulauan tidak hanya memiliki

kekayaan tradisi budaya, namun juga kekayaan tanah-tanah yang

subur sehingga bertani merupakan salah satu mata pencaharian

masyarakat Indonesia. Disamping dipengaruhi oleh lingkungan

khususnya pertanian tentu saja kesuksesan usaha pertanian juga

dipengaruhi oleh sisi petaninya, baik pengetahuannya,

keterampilannnya, kerajinan, dan kesungguhan maupun ketaatan

kepada Allah Swt. Maka untuk meningkatkan pengetahuan dalam

18 Hendri Mulyadi, “Pertanian Dalam Perspektif Al-Qur‟an”. (Tesis S2, Program

Studi Hukum Keluarga Konsentrasi Tafsir Hadits, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2020),

29. 19

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 146.

Page 38: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

23

bidang pertanian disamping hasil pengalaman tentunya juga yang

penting mencari panduan-panduan dasarnya dari al-Qur‟an.20

Allah telah menyediakan lapangan pekerjaan dalam bidang

pertanian atau perkebunan untuk mendapatkan makanan dari hasil

cocok tanam. Apabila hasil panen tersebut itu sudah memenuhi

kadar untuk dikeluarkan zakatnya, maka Allah mewajibkan petani

yang memilki lahan persawahan untuk mengeluarkan zakat dari

hasil tanaman untuk dikeluarkan zakatnya dan dibagikan kepada

fakir miskin atau orang yang membutuhkan.

Pada dasarnya Allah telah menjanjikan rezeki kepada setiap

makhluknya. Karunia yang diberikan Allah kepada manusia berupa

panca indera, fisik, akal, dan sebagainya harus digunakakan secara

optimal untuk mendatangkan hasil dalam memenuhi kebutuhannya.

Rezeki tidak akan datang kepada manusia yang berdiam diri tanpa

melakukan sesuatu, maka manusia harus berusaha. Jika kerjanya baik,

maka akan mendapatkan imbalan yang baik yakni harta yang baik.

Islam tidak membatasi bentuk dan macam usaha dari seseorang

untuk memperoleh harta. Namun Islam memberi garis-garis pokok

yang wajib dipenuhi, yaitu:21

a. Dengan bentuk yang halal dan tidak dilarang oleh agama

b. Tidak menimbulkan mud}arat atau mafsadat kepada orang lain

c. Tidak melarang hak-hak asasi orang.

Bekerja serta berusaha merupakan suatu fitrah bagi manusia,

sehingga bekerja yang didasarkan dan didorong oleh semangat iman,

akan menambah nilai manfaat dari hasil usaha tersebut. Kerja yang

baik, maka akan mendapatkan imbalan berupa harta yang baik, namun

20 Hendri Mulyadi, “Pertanian Dalam Perspektif Al-Qur‟an”, 12. 21 Zakaria Syafe‟i, “Harta Menurut Ajaran Islam”. DEDIKASI, vol.2, no.2 (Juli-

Desember, 2010): 48.

Page 39: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

24

sebaliknya jika kerjanya buruk, maka akan memperoleh imbalan yang

buruk.

2. Warisan

Salah satu sumber harta yang diizinkan agama adalah harta yang

diterima dari orang-orang yang telah meninggal seperti ayah, ibu,

anak, saudara, dan lain-lain yang telah ada dalam hukum fara >id

disebut dengan warisan. Syariat Islam bukan saja membahas

persoalan ibadah saja, melainkan mengatur masyarakat dengan jalan

yang jelas. Dalam susunan peneriman waris, ada yang menerima

separuh, dua per tiga, sepertiga, seperenam, menerima sepenuhnya,

dan lain-lain. Peraturan waris dalam Islam adalah salah satu alat untuk

menumbuhkan sifat adil tanpa membedakan besar dan kecil.22

م يمانك

ذين غلدت أ

كرةين وال

أيالدان وال

ا حرك ال نا ميالي م

سػل

ولكل

ان ك آحيوم نصيتىم إن الل شيء شىيدا ـ

لى ك

عل

“Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu

bapak dan karib kerabat, kami jadikan pewaris-pewarisnya. Dan

(jika ada) orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan

mereka, maka berilah kepada mereka bagiannya. Sesungguhnya

Allah menyaksikan segala sesuatu”. Q.S. an-Nisa‟ (4) : 3323

Kata waris berasal dari bahasa arab waritsa-yaritsu-irtsan-

mi>ra >tsan. Secara bahasa memiliki makna berpindahnya sesuatu dari

seseorang kepada orang lain, atau dari suatu kaum kepada kaum lain.

Pengertian ini tidaklah terbatas hanya pada hal-hal yang berkaitan

dengan harta tetapi mencangkup harta benda dan non-benda.

Sedangkan makna al-mi>rats menurut istilah yang dikenal para ulama

ialah berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal

22

Hamka, Keadilan Sosial Dalam Islam (Depok: Gema Insani, 2015), 90. 23

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 83.

Page 40: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

25

kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu

berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal

secara syar'i.24

Al-Qur'an menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum

yang berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seorang

pun. Setiap manusia memiliki ahli waris dan wali-wali, maka setiap

orang hendaknya memanfaatkan harta peninggalan itu dan jangan

menginginkan harta oran lain.25

3. Pemberian

a. Hibah

Hibah menurut bahasa adalah menyedekahkan atau memberi

sesuatu, baik berbentuk harta maupun selain itu kepada orang lain.

Menurut syar‟i, hibah adalah suatu akad yang mengakibatkan

berpindahnya kepemilikan harta dari seseorang kepada orang lain

secara sukarela atas dasar kasih sayang untuk kepentingan

seseorang atau kepentingan badan sosial keagamaan yang dilakukan

selama masih hidup.26

Hibah adalah pemindahan hak milik kepada

orang yang diberi. Dengan syarat si pemberi itu dewasa, sehat akal

dan tidak karena dipaksa.

Allah berfirman dalam Q.S. al-Baqarah (2): 177

حن وآتى تيكخاب والن

ث وال

ائك

مل

آخر وال

ييم ال

وال بد من آمن ةالل

كن ال

..…ول

ائلحن وفي بيل والس مساكحن واةن السيخامى وال

لربى وال

ه ذوي ال ى حت

عل

مال

ال

24

Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Dalam Islam, terj. AM.

Basamalah (Jakarta: Gema Insani Press, 1995),19. 25

Abi „Abdillah Muhammad bin Ahmad Abi Bakrin al-Qurt}ubi, Al-Ja>mi’ li

Ahka>m al-Qur‟a>n, terj. Asmuni, jilid 5 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008) , 385. 26 Syiah Khosyi‟ah, Wakaf Hibah Persepektif Ulama Fiqh Dan

Perkembangannya di Indonesia (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), 239.

Page 41: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

26

اةرين ين ةػىدوم إذا عاودوا والص ـ مياة وال

اة وآتى الزك

ل كام الص

كاب وأ الر

اء ه ساء والضبأذين صدكيا في ال

ئك ال

ولس أ

بأمخلين وححن ال

ئك وم ال

ول وأ

“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur

dan barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang

beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab,

dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada

kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam

perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan

hamba sahaya… “ (Q.S. al-Baqarah (2): 177)27

b. Hadiah

Secara sederhana hadiah dapat diartikan sebagai pemberian

barang dari seseorang kepada orang lain dengan tidak ada

tukarannya dengan maksud memuliakan (ikara >man wa

tawaddadan).28

ثد ا حمجن تسخك

ول

“Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh

(balasan) yang lebih banyak”. (Q.S. al-Mudatsir (74): 6)29

Sebagaimana tradisi pemberian hadiah antar individu dan

sesama, seperti ketika seseorang ulang tahun, saling memberi

sesuatu barang berharga. Memberikan hadiah dianjurkan dalam

Islam karena salah satu hikmahnya adalah dapat menimbulkan rasa

kasih sayang dan menghilangkan penyakit dengki, yakni penyakit

yang terdapat dalam hati dan dapat merusak nilai-nilai keimanan.

27

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 27. 28

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),

211. 29

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 575.

Page 42: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

27

Sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Tirmidzi dari

Abi Hurairah r.a. Nabi Muhammad SAW bersabda,

در ث حذوب وحرالص ىديإن ال ـ حىادوا

“Beri-memberilah kamu, karena pemberian itu dapat

menghilangkan sakit hati (dengki)”.30

Beberapa ulama menegaskan bahwa dalam hadiah tidak murni

memberikan tanpa imbalan, namun ada tujuan tertentu seperti untuk

menyambung tali silaturahmi, mendekatkan hubungan, dan

memuliakan. Jika dipahami ada persamaan antara hibah dan hadiah.

Perbedaannya jika hibah murni pemberian tanpa imbalan,

sedangkan hadiah bertujuan untuk memuliakan. Karena hadiah

haruslah tamlikan li al-„ain (pemindahan/penyerahan pemilikan atas

suatu harta kepada pihak lain).31

Penguasaan seseorang atas harta harus mendapat pengakuan dari syar‟i

(pemerintah) yang pada hakikatnya adalah menguasai harta dan memberikan

kepada manusia menurut aturannya. Ulama Fikih menyatakan bahwa

kepemilikan harta dapat diperoleh melalui empat cara yaitu,32

1. Ihraz al-Mubahat, yaitu melalui penguasaan terhadap harta yang

dimiliki oleh seseorang atau badan hukum lainnya, dalam Islam

disebut dengan harta mubah. Contohnya, kayu di hutan yang belum

dimiliki siapapun.

2. Melalui Akad (transaksi) yang dilakukan dengan orang atau suatu

badan hukum, seperti jual beli.

30

Imam Bukhari, Shahih Bukhari, jilid. 2 (Mesir: Da>r Ibnu Hisyam, 2002), 214. 31

MS. Setiawan, “Analisis Hukum Islam Terhadap Penukaran Kupon Air Isi

Ulang Di Depo Zha-Za Kalilom Lor Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya”. (Skripsi S1

Jurusan Hukum Ekomomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum Perdata Islam, UIN

Sunan Ampel Surabaya, 2017), 23. 32 Wahbah Zuhaily, al-Fiqh Al-Islami > wa Adilatuhu, juz 4, 68-73.

Page 43: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

28

3. Melalui Khalafiyah (penggantian), baik penggantian dari seseorang

ke orang lain (waris), maupun penggantian sesuatu dari suatu benda

yang disebut tadmin atau ta‟wid (ganti rugi)

4. Tawallud min Mamluk, yakni hasil dari harta yang telah dimiliki

seseorang.

Pada intinya Islam tidak melarang setiap manusia untuk memperoleh

dan memilki harta, namun yang perlu diingat bahwa harta pada hakikatnya

adalah milik Allah sedangkan manusia hanya memegang amanah ataupun

pinjaman dari Allah sebagai pencipta dari segala sumber-sumber produksi.

Kepemilikan manusia atas harta hanyalah kepemilikan untuk

memperdayakan harta yang ada, bukan sebagai pemilik yang hakiki.

C. Fungsi Harta

Jika berbicara tentang harta, maka hal pertama yang harus diingat

bahwa pemilik mutlak atas segala sesuatu yang ada di bumi ini adalah

Allah. Kepemilikan harta oleh manusia hanya bersifat relatif, sebatas

melaksanakan amanah dengan mengelola dan memanfaatkan sesuai

dengan ketentuannya. Sebagai sarana untuk memenuhi segala hajat dan

kebutuhan manusia serta sebagai salah satu objek dalam kehidupan

bermuamalah, harta memiliki berbagai fungsi diantaranya:

1. Kebutuhan hidup

Harta merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Tanpa

harta manusia akan kesulitan untuk beribadah kepada Allah Swt dan

membantu sesama manusia. Selain itu, tanpa harta manusia akan

mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya terutama untuk

Page 44: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

29

menopang kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu harta memilki fungsi

yaitu:33

كميال

فىاء ا ا حؤحيا الس

سيوم ول

يىا واك ـ ارزكيوم م كيما و

ك ل الله

تي سػل

م ال

ا ـ ػرو ا مىم كيل

يا ل

٥وكيل

“Dan janganlah kamu menyerahkan kepada orang-orang yang

belum sempurna akalnya, harta kamu yang dijadikan Allah untuk

kamu sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan

pakaian dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (Q.S.

an-Nisa >‟ (4) : 5)34

Harta merupakan kebutuhan manusia yang harus dipergunakan

dengan cara yang wajar serta tidak saling merugikan. Apabila harta

berkurang dalam suatu masyarakat, maka kebutuhan hidup mereka

pasti serba kekurangan. Oleh karena itu segala bentuk harta yang

nampak harus dikelola oleh orang yang bertanggung jawab sehingga

harus dipelihara dan tidak boleh diboroskan atau digunakan bukan pada

tempatnya. Kata (amwa>likum) bermakna harta mereka dan harta

siapapun pada dasarnya milik bersama yang dapat beredar dan

menghasilkan manfaat.35

2. Sebagai perhiasan hidup

Perhiasan pada umumnya bermakna suatu barang yang digunakan

untuk menghias diri dan timbul dari kerinduan terhadap hal yang indah.

33 Toha Andiko, “Konsep Harta Dan Pengolahannya Dalam Al-Quran”. Jurnal

AL-INTAI , vol.2, no.1 (Maret 2016): 65-67. 34

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 77. 35 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2000), 331.

Page 45: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

30

ك ذياةا لحج خحد غند رة تليج الصه

جيا وال حيية الد

بنين زينث ال

وال

مال

لا

ا مل

خحد ا ٤٦و

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi

amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih bak pahalanya di

sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (Q.S. al-

Kahfi (18): 46)36

Harta dan anak adalah perhiasan kehidupan dunia karena

mengandung keindahan dan manfaat. Pada anak terdapat kekuatan dan

pertahanan nasab seseorang. Keduanya adalah perhiasan kehidupan

dunia yang hina ini, maka jangan sampai mengikuti nafsunya.

Perhiasan kehidupan dunia adalah tipuan yang fana dan tidak akan

kekal.37

Sebagaimana tanaman kering yang tertiup oleh angin.

3. Perekat kehidupan

Dalam kehidupan di lingkungan masyarakat, manusia harus

menyadari kekurangan dirinya sebagai makhluk sosial. Rasa ta‟awun

(tolong menolong) merupakan perekat kehidupan muamalah yang

sangat dibutuhkan. Yusuf al-Qardawi mengatakan salah satu bentuk

ta‟awun adalah takaful yaitu saling menanggung/kesetiakawanan

diantara anggota masyarakat baik dalam bidang moral, materi,

ekonomi, politik, militer, sosial, dan budaya. Takaful itu dimulai

dengan hubungan kerabatan mulai dari keluarga, tetangga, dan

lingkungan. Islam mengajarkan kepada kita agar hidup dalam

masyarakat dengan senantiasa menjalin hubungan kesetiakawanan

36

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 299. 37

Imam Qurt}ubi, Al-Ja>mi’ li Ahka>m al-Qur‟a>n, jilid 11, 1049.

Page 46: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

31

dalam perkara-perkara sosial, muamalah, dan kemasyarakatan.38

Sehingga ta‟awun ini bisa dilakukan dengan apa dan siapa saja tanpa

ada aturan persyaratan. Semua bisa mengerjakannya, baik yang masih

kecil, remaja dan dewasa, serta tua atau muda, sepanjang dalam

mengerjakan kebaikan dan kebajikan.

Allah berfirman dalam Q.S. al-Nisa‟ (4) : 95,

مؤ لاعدون من ال

ا يسخيي ال

مشاودون في سبيل ل

هر وال ي الض ول

منحن غحد أ

ى نفسىم عل

ميالىم وأ

مشاودين ةأ

ال الل

ل ض ـ نفسىم

ميالىم وأ

ةأ الل

ال الل

ل ض ـ حسنى و

ال ا وعد الل

للاعدين درسث وك

لاعدين ال

ى ال

مشاودين عل

سرا غظيما أ

“Tidaklah sama anatar mukmin yang duduk (yang tidak turut

berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang

berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah

melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya

atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing

mereka Allah menjanjikan pahala baik (surga) dan Allah melebihkan

orang-orang yangberjihad atas orangyang duduk dengan pahal yang

luar biasa”.39

Pemanfaatan harta harus memperhatikan aspek-aspek sosial

kemasyarakatan. Ajaran Islam juga memelihara keseimbangan terhadap

hal-hal yang berlawanan seperti antara pelit dan boros, tidak hanya dengan

mengakui hak milik pribadi, tetapi juga dengan menjamin pembagian

kekayaan yang seluas-luasnya. Pengolahan harta yang baik tidak hanya

38

Yusuf Qardhawi, Sistem Masyarakat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah, cet. I

(Solo: Citra Islami Press, 1997), 214. https://www.slideshare.net/Kamdaserang/sistem-

masyarakat-islam-dalam-al-quran-dan-sunnah-dr-yusuf-qardhawi. 39 Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 94.

Page 47: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

32

dari segi konsumsi namun juga upaya investasi untuk pengembangan harta

yang dimiliki.40

D. Derifasi kata Ma>l dalam al-Qur‟an

Kata harta dalam al-Qur‟an ada sebanyak 86 kali dengan kedudukan

yang berbeda. Terdapat dalam 79 ayat dalam 38 surat. Dari jumlah

tersebut, 25 kali kata al-Ma>l dalam bentuk tunggal dan 61 kali dalam

bentuk jamak. Kata tersebut 32 kali terdapat pada ayat dan surat periode

Mekkah, 54 kali terdapat pada ayat dan surat periode Madinah. 41

Secara

tekstual, struktur kata tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

bentuk sebagai berikut, 42

1. Bentuk tunggal (mufrad).

Dalam bentuk mufrad, kata ma >l secara tekstual dapat

diklasifikasikan menjadi dua bentuk, yaitu:

a. Ma‟rifah (definit) (al-Mal/الوال)

Kata harta dalam Al-Qur‟an yang termasuk bentuk Ma‟rifah

disebutkan dalam sebanyak 14 kali. Pertama, Ma‟rifah murni yang di

tunjuki oleh huruf al (ال) diawal kata sebanyak 4 kali, yaitu Q.S. al-

Baqarah: 177 dan 247, Q.S. al-Kahfi: 46, Q.S. al-Fajr: 20. Kedua,

Idha>fah (penyandaran) kepada kata ganti (dami>r) sebanyak 7 kali, yaitu

Q.S. al-Baqarah: 264, Q.S. Nuh: 21, Q.S. al-Lail: 11 dan 18, Q.S. al-

Humazah: 3, Q.S. al-Lahab: 2, Q.S. al-Haqqah: 28. Dan Ketiga,

Idha>fah yang disandarkan pada Mudha >>f ilai>h sebanyak 3 kali, yaitu

Q.S. al-An‟am: 152, Q.S. al-Isra‟: 34, Q.S. an-Nu>r: 3

40

Toha Andiko, “Konsep Harta dan Pengolahannya Dalam Al-Qur‟an”, 68-69. 41 Fuad Abdul Baqi, Mu‟jam Mufahrash Li al-fa>dzi al-Qur‟an al-Karim (Beirut:

Dar al-Fikr, 1987), 682-683. 42

Ahmad Munir, Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an (Ponorogo: STAIN Po

Press,2010), 109-113.

Page 48: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

33

b. Nakirah (Ma>l / هال)

Kata harta dalam Al-Qur‟an yang termasuk bentuk nakirah

disebutkan sebanyak 12 kali. Pertama, 3 kali jika dikaitkan dengan

kata bani>n (بيي/ بىى), yaitu Q.S. al-Mu’minu >n : 55, Q.S. al-

Syu‟ara >: 88, Q.S. al-Qala: 14. Kedua, 2 kali jika dikaitkan dengan

kata walad (ولذ), yaitu Q.S. al-Kahfi: 39, Q.S. Maryam: 77. Ketiga,

5 kali jika dikaitkan dengan sikap bangga terhadap harta, yaitu Q.S.

al-Kahfi: 34, Q.S. an-Naml: 36, Q.S. al-Fajr: 20, Q.S. al-Mudatsir:

12, Q.S. al-Balad: 6. Keempat, 2 kali apabila dikaitkan dengan

kecaman akibat salah penggunaan harta, yaitu Q.S. Hu>d: 29, Q.S. al-

Humazah: 2.

2. Bentuk jamak (amwa >l / أهىال )

Dalam bentuk jamak, kata harta (الوال) dalam Al-Qur‟an dapat

diklasifikasikan dalam dua bentuk, yaitu:

a. Bentuk ma‟rifah (al-amwa >l / ألاهىال )

Kata harta dalam bentuk jamak yang termasuk ma‟rifat disebutkan

sebanyak 56 kali. Pertama, 3 kali dalam bentuk Ma‟rifat murni, yaitu

Q.S. al-Baqarah/2: 155, Q.S. al-Isra >‟/17: 64, Q.S. al-Hadi>d /57: 20.

Kedua, 5 kali dalam bentuk Idha>fah (penyandaran) kepada kata Mudha>f

Ilai>h, yaitu 4 kali jika disandarkan pada kata al-na>s (الاش): Q.S. al-

Baqarah /2; 188, Q.S. al-Nisa >‟/4: 161, Q.S. al-Taubah/9: 34, Q.S. al-

Ru>m/30: 39, Sekali jika disandarkan pada kata al-yata>ma> (اليتاها) yaitu

Q.S. al-Nisa >/4:10. Ketiga, 47 kali di Idha>fahkan pada kata ganti

(dhami>r); 2 kali dengan dhami >r na -yaitu Q.S. Hu>d/11: 87, Q.S. al (ا) <

Fath/48: 11; 14 kali dengan dhami >r kum (كن) yaitu Q.S. al-Baqarah /2:

188, 279, Q.S. Ali-Imran /3: 186, Q.S. al-Nisa‟/4: 2, 5, 24, 29, Q.S. al-

Page 49: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

34

Anfal /8: 28, Q.S. at-Taubah/9: 41, Q.S. Saba‟ 34: 37, Q.S. Muhammad

47: 36, Q.S. al-Saff/61: 11, Q.S. al-Munafiqu>n/63: 9, Q.S. at-

Tagha>bun/64 :15; dan 31 kali dengan dhami>r hum (هن) yaitu Q.S. al-

Baqarah/2: 261, 262, 265, 274, Q.S. Ali Imran /3: 10, 116, Q.S. al-

Nisa‟/4: 2,6, 34, 38, 95, Q.S. al-Anfal/8: 36, 72, Q.S. at-Taubah/9: 20,

44, 55, 81, 85, 88,103, 111, Q.S. Yunus/10: 88, Q.S. al-Ahza>b/33: 27,

Q.S. al-Hujurat/49: 15, Q.S. al-Zariyat 51: 19, Q.S. al-Mujadalah/58:

17, Q.S. al-Hasyr/59: 8, dan Q.S. al-Ma’a>rij/70: 24.

b. Bentuk Nakirah (amwa >l / أهىال )

Kata harta dalam bentuk jamak yang termasuk dalam bentuk

nakirah disebutkan sebanyak 6 kali. Pertama, 2 kali Dikaitkan dengan

keturunan (bani >n/بيي) yaitu Q.S. al-Isra‟: 6 dan Nuh: 12. Kedua, 2 kali

Dikaitkan dengan anak (awla >d / أولاد) yaitu Q.S. at-Taubah : 69 dan

Q.S. Saba: 35. Ketiga, 2 kali Dikaitkan dengan perdagangan (tija >rah

/ dan hiasan (zi>nah (تجارة/ زيتت ), yaitu Q.S. at-Taubah: 24 dan Q.S.

Yunus: 88.

E. Penyebutan Harta dalam al-Qur‟an

Dalam al-Qur‟an harta memiliki banyak sinonim dengan penyebutan

yang berbeda-beda. Hal ini karena harta merupakan salah satu objek

penting dalam kehidupan bermuamalah. Berikut adalah istilah-istilah yang

digunakan al-Qur‟an dalam penyebutan harta yaitu:

1. Rizq

Rizq diartikan dengan rezeki yang menunjuk seluruh pemberian

Allah yang dapat memberikan manfaat. Kata rizq menunjukkan segala

pemberian yang berlangsung terus-menerus, adakalanya di awali

dengan usaha dan ada yang sudah ditentukan, menunjukan apa yang

Page 50: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

35

diminum, yang dimakan, harta benda, nasib, kehormatan, dan ilmu

pengetahuan yang bersifat duniawi maupun ukhrawi.43

Di dalam Al-Qur‟an, kata rizq diulang sebanyak 133 kali, 55 kali

berbentuk kata benda dan 78 kali berbentuk kata kerja.44

Adapun dalam

Q.S. Hu>d (11): 6

رزكىا ى اللها عل

رض ال

ا .…وما من داةث فى ال

“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan

Allah lah yang memberi rezekinya... ”.45

Kata rezeki dalam ayat di atas menunjukkan bahwa Allah telah

memberikan jaminan kehidupan kepada setiap makhluknya ciptaannya

tanpa terkecuali. Seluruh isi bumi ini adalah persediaan yang cukup

bagi seluruh makhluk yang hidup. Ada pertalian hidup dan jaminan

untuk kehidupan di darat dan laut.46

Dengan berbagai jenis dan bentuk

makhluk ciptaan Allah, sudah pasti rezeki itu diberikan secara teratur.

Khusus bagi manusia, Allah mengetahui dimana tempat menetap

mereka. Seperti pencatatan nama dan alamat tempat tinggal yang

terdapat dalam kartu tanda penduduk yang dimiliki setiap masyarakat.

Hal ini berfungsi agar pemerintah bisa mengetahui dan mengecek

kondisi warganya.

Dalam Q.S. al-Ra‟du ayat 26 dijelaskan bahwa rezeki tidak hanya

harta benda saja, akan tapi kecerdasan berfikir, keluasan ilmu

pengetahuan yang berada dalam diri manusia.47

43 Bunyamin Yusuf Surur, “Rezeki Dalam Perspektif Al-Qur‟an”. Suhuf, vol.1

no.1 (2008): 43-44. 44 Ahmad Munir, Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an, 133. 45

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 222. 46

Hamka, al-Azhar, jilid 5, 3434. 47 Hamka, al-Azhar, jilid 5, 3758.

Page 51: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

36

2. Khai>r

Penggunaan kata al-Khai>r merupakan salah satu keunikan dari Al-

Qur‟an yang kaya dengan bahasa dan sastra. Lafaz ini mempunyai

makna yang sangat banyak, salah satunya adalah bermakna harta. Harta

dalam satu segi dapat membawa kepada hal-hal yang positif sehingga

dapat juga dikatakan al-Khai>r.48 Kata Khair dalam Al-Qur‟an diulang

sebanyak 179 kali, sebagian menunjukka sifat, dan sebagian lain

menunjuk pada sesuatu.49

شديد حد ل خ

٨وانه لحب ال

Artinya: “Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya

terhadap harta”. Q.S. Al-„Adiyat (100) : 850

Al-Khai>r dalam ayat di atas memiliki makna harta yang banyak;

harta tidak disebut khair bila tidak banyak. Cinta harta, serakah, dan

tamak adalah penyebab semua penderitaan manusia di dunia. Hal

tersebut karena manusia berusaha memperoleh kekayaan dengan

segenap cara tanpa mengindahkan nilai-nilai moral dan kepatuhan

bahkan hukum. Di dunia modern, perilaku ini dipicu oleh sifat

hedonistik bahwa kesenangan jasmaniah adalah segalanya.

Hedonisme51

melahirkan materialisme52

, paham bahwa kebahagiaan

ditentukan oleh adanya kekayaan.53

48

Toha Andiko, “Konsep Harta dan Pengolahannya dalam Al-Qur‟an”, 62. 49

Ahmad Munir, Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an, 157. 50

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 599. 51

Hedonisme adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan

materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Software KBBI online, Diakses, 13 Februari,

2020. 52

Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang

termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata dengan

mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Software KBBI online,

Diakses, 13 Februari, 2020. 53

Salman Harun, Secangkir Tafsir Juz Terakhir (Jakarta: Lentera Hati, 2017),

276.

Page 52: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

37

3. Qint}a >r

Kata Qint }a >r adalah bentuk mashdar dari kata qant}ara yang berarti

memiliki harta yang banyak. Kata tersebut dengan berbagai

derivasinya, di dalam al-Qur‟an diulang sebanyak tiga kali yang

terdapat dalam dua surat, yaitu Q.S. Ali Imran (3):14, 75 dan Q.S. An-

Nisa‟ (4) : 20.54

ملنطرة من لناطحد ال

بنحن وال

ساء وال

ىيت من الن ن للناس حب الش زي

حرث نػام وال

امث وال مسي

يل ال خ

ث وال فض

وب وال .…الذ

Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan

kepada apa-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita, anak-anak,

harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-

binatang ternak, sawah ladang”. (Q.S. Ali Imran (3) : 14)55

Hamka dalam tafsirnya menjelaskan kata qana>ti>ri berarti kekayaan

berupa emas dan perak. Hal ini karena emas merupakan standar

kekayaan dari seseorang. Walaupun dalam suatu waktu kita hidup

dalam uang kertas, namun uang kertas itu mempunyai sandaran emas

di Bank. Setiap manusia mempunyai keinginan untuk memilki harta

yang banyak, terlebih dalam ayat disebut berpikul-pikul, karena sangat

banyak.56

4. Kanz

Kata Kanz adalah bentuk masdar dari kata kerja kanaza - yaknizu

yang berarti mengumpulkan, menyimpan di dalam bumi. Bentuk jamak

kata tersebut adalah kunu >z yang berarti harta yang dikumpulkan dan

dipelihara di tempat tertentu atau dipendam di dalam bumi. Kata kanz

54

Ahmad Munir, Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an, 161. 55

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 51. 56 Hamka, al-Azhar, jilid 2, 723.

Page 53: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

38

dalam al-Qur‟an disebut sebanyak 9 kali, 6 kali dalam bentuk isim dan

3 kali dalam bentuk fi‟il.

فض .… وب وال جذون الذ

ذين يك

هوم وال

بش ـ ا ينفلينىا في سبيل اللهث ول

ليم ٣٤٣٤ةػذاب ا

“….. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak

manafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada

mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”. (Q.S.

At-Taubah (9) : 34)57

Kata yaknizu >n berarti menghimpun sesuatu dalam suatu wadah,

baik wadah itu ada di dalam tanah atau dipermukaan bumi. Dalam ayat

di atas ada dua macam yang dihimpun, yaitu emas dan perak., karena

biasanya kedua hal itu yang menjadi ukuran nilai atau yang umumnya

disimpan. Ayat ini tidak mengecam semua yang mengumpulkan harta

apalagi yang menabungnya untuk masa depan. Kecaman ditujukan

terhadap mereka yang menghimpun tanpa menafkahkannya di jalan

Allah.58

5. Khazanah

Kata Khazanah adalah bentuk masdar dari kata kerja khazana-

yakhzunu-khaznan yang berarti menyimpan dan menjaga sesuatu dalam

kotak. Kata tersebut dalam al-Qur‟an diulang sebanyak 13 kali, 4 kali

dalam bentuk mufrad dan 9 kali dalam bentuk jamak.59

م غندي خزاىن اللهك لكيل

ا ا

… ول

57

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 192. 58

Quraish Shihab, al-Misbah, jilid 5 , 82. 59

Ahmad Munir, Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an, 168.

Page 54: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

39

“Dan aku tidak mengatakan kepada kamu bahwa, “Aku

mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah”. (Q.S.

Al-Hu>d (11) : 3)60

Hamka dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Khaza >in merupakan

perbendaharaan berupa harta kekayaan yang dimiliki .61

Perbedaan

lafaz al-Ma >l dengan Khaza >in adalah jika al-Ma >l berarti harta secara

umum, sedangkan Khaza >in berarti harta yang disimpan atau tersimpan,

dapat juga diartikan dengan perbendaharaan harta.62

Al-Qur‟an

menyinonimkan harta kekayaan dengan khaza >in serta

menyandarkannya kepada Allah. Hal ini menunjukkan pada dasarnya

harta dan kekayaan pada dasarnya memiliki fungsi sosial yang harus

disalurkan dalam kehidupan. Term ini jika disandarkan pada manusia,

memberikan gambaran bahwa manusia kikir dalam menafkahkan

hartanya karena merasa kesulitan dalam memperolehnya.

6. Al-Anfa>l

Makna al-Anfa>l lebih khusus yaitu menerangkan bahwa harta

tersebut berasal dari rampasan perang. Sedangkan al-Ma >l mempunyai

makna yang umum, tanpa merinci apakah harta tersebut hasil dari

rampasan perang atau hasil yang lain.63

Kata anfa >l di dalam al-Qur‟an disebut dua kali dalam surat Al-

Anfa >l.64

سيل والر ه للنفال

انفال كل ال

اينك غن ال

ل ـ يس

60 Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 221. 61 Hamka, al- Azhar, jilid 5, 3464-3465. 62

Toha Andiko, “Konsep Harta dan Pengolahannya Dalam Al-Qur‟an”, 61. 63

Toha Andiko, “Konsep Harta dan Pengolahannya”, 62. 64 Ahmad Munir, Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an, 187.

Page 55: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

40

Artinya: “Mereka bertanya kepada engkau tentang rampasan

perang. Katalanlah ”Rampasan perang adalah untuk Allah dan

Rasul”. (Q.S. Al-Anfal (8) : 1)65

Al-Anfal66 merupakan jamak dari an-nafl (tambahan), berarti harta-

harta rampasan di dalam peperangan yang didapat kaum muslimin dari

harta benda musuh. Ibnu Taimiyah (w. 728) mengatakan al-anfa>l

berarti tambahan bagi harta kaum muslimin.67

Dengan begitu seluruh

hak sebelum dibagi ialah di tangan Allah dan Rasul. Pelaksananya

adalah Rasulullah saw., kemudian dilanjutkan oleh Khalifah atau

kepala negara. Maka dengan demikian yang dimaksud al-Anfal adalah

tambahan pembagian yang diberikan kepada pejuang, sebagai

tambahan dari bagiannya.68

Harta dari pihak musuh menjadi pihak yang menang, kemudian

harta tersebut dikumpulkan dan didaftarkan. Empat per lima boleh

dimiliki oleh pasukan dan seperlima diserahkan kepada komando

65 Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 177. 66 Dalam Q.S. Al-Anfa>l ayat 41, Kata Al-Anfa >l yang bermakna sebagai harta

rampasan memiliki beberapa sinonim yaitu:

1. Al-Ghani>mah menurut syara‟ ialah harta rampasan yang diambil oleh kaum

Muslimin dari musuh., terdiri dari barang-barang kekayaan mereka yang dibawa

dalam perang.

2. Al-Fai-u berarti penyerahan. Maknanya sama dengan Ghanimah tetapi lebih luas

lagi. Maka seluruh harta benda, tanah, dan negeri musuh, dan diri musuh itu

sendiri, bila mereka telah dapat dikalahkan, diserahkan semuanya oleh Tuhan. Sebab itu al-Fai-u terjadi setelah satu negeri diserbu.

3. As-Salbu artinya adalah apa yang dirampas dari badan musuh yang tela terbunuh

dalam suatu pertempuran. Misalnya, pedang, tombak, atau pakaiannya.

4. Ash-Shafiyyu yaitu setelah barang-barang rampasan itu terkumpul, kalau ada

satu barang yang Kepala Perang sendiri ingin mempunyainya, lalu dengan di

saksikan oleh orang banyak, maka diperbolehkan sebelum barang-barang yang

lain dibagi-bagi. 67

Hamka, al-Azhar, jilid 4, 2685. 68

Abu> Ja‟far al-Tabari, Tasi >r Al-Tabari >, terj. Ahsan Askan (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2008), 64.

Page 56: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

41

tertinggi. Karena akan dibagikan kepada fakir miskin, anak yatim, dan

orang terlantar.69

7. „Arad }

Al-Qur‟an juga menggunakan lafadz „arad{ untuk menggambarkan

sesuatu yang mengandung makna harta.

جيا ..… ٦٧حريدون غرض الد

“Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah

menghendaki (pahala) akhirat (untukmu)”. (Q.S. al-Anfal (8) :

67)70

„Arad { merupakan harta benda dunia yang selalu dikejar oleh

manusia. Padahal „arad { (harta benda dunia) mempunyai sifat

sementara, tidak kekal, karena datang sementara dan sewaktu-waktu

pergi lagi. Lantaran demikian manusia akan menghadapi perjuangan

selanjutnya, yaitu menuju kehidupan akhirat yang bersifat kekal.71

8. Zi>nah

Kata zi>nah berarti keindahan, secara hakikat adalah sesuatu yang

tidak menjadikan seseorang merasa hina, baik di dunia maupun di

akhirat, baik zi>nah nafsiyyah (psikologis) seperti ilmu, kepercayaan,

zi>nah badaniyyah (fisik) seperti kekuatan, kecantikan, maupun zi>nah

kha>rijiyyah (eksternal) seperti kekayaan dan perhiasan.72

ى كيمه في زينخه خرج عل ـ

69 Hamka, Keadilan Sosial Dalam Islam, 85. 70

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 185. 71

Hamka, al-Azhar, jilid 5, 2810. 72 Ahmad Munir, Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an, 174.

Page 57: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

42

“Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya”.

(Q.S. al-Qasas (28) : 79)73

Kata harta yang diposisikan zi>nah berfungsi sebagai perhiasan dunia

yang kerap melalaikan manusia dari mengingat Allah Swt.74

Zi>nah juga

berarti kehidupan dunia yang diupayakan dan dikejar untuk menambah

gemerlap kehidupan. Sebagai contoh hidup berhias, bersolek, berjalan

dengan memperlihatkan harta yang dimiliki. Segala perhiasan yang

lazim pada zamannya sehingga membuat orang-lain takjub dan

mengangap harta itu adalah sebuah keberuntungan.75

Berbicara tentang harta, memang tidak lepas dari berbicara masalah

pola hidup dan pola pikir manusia. Walaupun harta sebagai salah satu

objek dalam interaksi muamalah namun, al-Qur‟an melarang

menjadikannya sebagai orientasi kedidupan duniawi saja. Manusia

diperitahkan agar memenuhi kebutuhan secara wajar dan normal saja,

tidak dengan boros.

73

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 395. 74

Sarmiana Batubara, “Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an: Studi Tafsir Ayat-

Ayat Ekonomi”, Jurnal Imarah, vol.2, no.2 (Desember 2018): 142. 75

Hamka, al-Azhar, jilid 7, 5378.

Page 58: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

43

BAB III

BIOGRAFI MUTAWALLI > AL-SYA‟RAWI >

A. Riwayat Hidup

Para tokoh-tokoh mufasir lahir dari suatu latar belakang kehidupan

yang berbeda. Pendidikan, wilayah tinggal, situasi, dan kondisi zaman dan

waktu yang bermacam-macam mempengaruhi pemikirannya. Beberapa

tokoh pembaharu Islam dalam bidang tafsir lahir dengan membawa

pemikiran yang modern. Salah satu dari mereka adalah Mutawalli al-

Sya‟ra >wi dengan tafsirnya yang berjudul Khawa >t}ir H}aula Al-Qur‟a >n Al-

Kari>m.

Al-Sya‟ra>wi> adalah seorang tokoh yang muncul dari rahim tanah

Mesir yang menjadi lahan subur bagi lahirnya para pembaharu Islam,

seperti al-T {ant}awi, al-Afgha>ni, Muhammad Abduh, Rashid Ridho dan

lainnya. Beliau dikenal sebagai Syeikh Imam ad-Da>‟iyat al-Isla >m (penyeru

agama Islam/da‟i pemikir yang popular saat itu, juga termasuk salah

seorang ahli bahasa arab, ahli tafsir kontemporer, dan da‟i di masanya

yang telah menghasilkan beberapa karya tafsir.1

Nama lengkap dari Al-Sya‟ra >wi> adalah Syeikh Muh {ammad Mutawalli >

al-Sya‟ra>wi> al-H {asani, beliau dilahirkan ketika masa pemerintahan dinasti

Fatimiyyah saat Mesir dalam kekuasaan Inggris.2 Pada hari Ahad tanggal

17 Rabi‟ul al-Tsa>ni 1329 H atau 15 April 1911 M, tepatnya desa

Daqa>du>s, sebuah desa kecil yang terletak di kepulauan timur kecamatan

Midghamar, kabupaten Daqhaliyhah. Beliau wafat pada hari Rabu, 22

1 Muhammad Ali Iya>zi>, Al-Mufassiru>n H}aya>tuhum wa Manhajuhum (Taheran:

Mu‟assasah al-Thaba>‟ah wa al-Nasyr, 1372 H), 268. 2 Badruzaman M. Yunus, “Tafsir Al-Sya’ra>wi>; Tinjauan Terhadap Sumber,

Metode, dan Ittija>h”. (Disertasi S3, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), 37.

Page 59: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

44

Safar 1419 H atau 17 Juni 1998 M dalam usia 87 tahun dan dimakamkan

di desa Daqa>dus.3

Beliau berasal dari keluarga sederhana namun memiliki keturunan

terhormat. Ayahnya bernama Mutawalli > Al-Sya’ra >wi> adalah seorang

petani sederhana yang mengolah tanah milik orang lain. Walaupun

demikian, ayah al-Sya‟ra >wi> mempunyai kecintaan terhadap ilmu dan

sering mendatangi majelis-majelis untuk mendengarkan tausiyah para

ulama.4 Sang ayah mempunyai keinginan yang besar agar anaknya

menjadi ilmuwan. Untuk mewujudkan cita-citanya, ia selalu memantau al-

Sya‟ra >wi> kecil ketika sedang belajar. al-Sya‟ra >wi> mengakui besarnya

peran sang ayah dalam membentuk kepribadiannya. Diibaratkan jika dari

gurunya al-Sya‟ra >wi> mengambil 10% maka yang 90% diperoleh dari

ayahnya.5 Adapun kakeknya yaitu, Sayyid Abdullah al-Anshari berasal

dari keluarga baik-baik. Suatu malam saat Al- Sya’ra >wi> dilahirkan,

ayahnya terlambat datang ke masjid, para jama‟ah menunggunya karena

beliau biasa menjadi imam. Ketika datang kakeknnya bertanya:

“Darimana kamu wahai Mutawalli >?”. Lalu ayahnya menjawab, “Istriku

tadi malam melahirkan sehingga aku sangat sibuk”. Serta merta bidan

yang mengurusi kelahiran Al- Sya‟ra>wi> menimpali, “Alhamdulillah

istrinya telah melahirkan anak laki-laki”. Para jama‟ah serentak

berkata,”Ma>sya >’ Allah , semoga Allah memberkahimu, Mutawalli >,”.

Kemudian kakeknya berkata, “Aku mendapat kabar gembira hari malam

ini, aku melihatnya dalam mimpiku”, sambil menunjuk ke arah mimbar

dan berkata “aku melihatnya di atas mimbar, dia seperti seekor anak ayam

yang berkhutbah di hadapan manusia”. Para jama‟ah tercengang dan

3 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-

Modern (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), 143. 4 Said Abu al-Ainain, Al-Sya’ra>wi> al-ladzi> la na‟rifuhu (Kairo: Akhba>r al-

Yaum, 1995), 16. 5 Said Abu al-Ainain, Al-Sya’ra>wi> al-ladzi> la na‟rifuhu, 20.

Page 60: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

45

berkata “anak ayam di atas mimbar dan berkhutbah? Kemudian salah

seorang jama‟ah yang mengetahui asal anak ayam berkomentar “anak

ayam yang berbicara semula dari telur yang berbicara pula”.6

B. Perjalanan Akademik

Pada saat revolusi Mesir pertama tahun 1919, Al-Sya’ra >wi> sudah

diperkenalkan dengan kegiatan pergerakan yang dilakukan oleh Sa‟ad

Zaghlul.7 Sejak kecil beliau sudah biasa di ladang dan pernah mempunyai

cita-cita mejadi seorang petani yang mempunyai tanah sendiri, namun

ayahnya mempunyai tekad besar untuk menyekolahkannya di Sekolah

Dasar (Madrasah Ibtida‟iyyah), maka ia pun beralih perhatian untuk

belajar prinsip-prinsip berhitung, menulis, dikte, dan qawa >id.8 Masa kecil

al-Sya’ra >wi> dilalui di salah satu kutta>b9 untuk menghapal al-Qur‟an,

belajar membaca, dan menulis. Al-Sya’ra >wi> sangat menyenangi sastra,

khusunya sya‟ir. Pada usia 11 tahun ia berhasil menghapal al-Qur‟an

dibawah bimbingan Syekh Abdul Majid Pasha.10

Pendidikan formalnya

diawali dengan menuntut ilmu Sekolah Dasar di Lembaga Pendidikan al-

Azhar tahun 1926 yang berada di kota Zaqa>ziq. Selanjutnya, Al-Sya‟ra >wi

6 Said Abu al-Ainain, Al-Sya’ra>wi> al-ladzi> la> na‟rifuh , 17. 7Sejak pertengahan abad 19 sampai pertengahan abad 20, Mesir telah

mengalami tiga kali perubahan bentuk pemerintahan. Pertama, bentuk monarki absolut,

yaitu sejak pemerintahan Khedevi Taufiq (1879-1892) sampai masa awal pemerintahan

Raja Fuad I (1917-1936). Kedua, bentuk monarki konstitusional, yaitu sejak revolusi

Mesir 1919 samapi pemerintahan Raja Faruq (1936-1952). Ketiga, Revolusi Monarki ke

bentuk Republik terjadi pada 23 Juli 1952 yang dipimpin Jamal Abdul Nasser. Lihat

Diana Trisnawati, “Revolusi Mesir 23 Juli 1952: Berakhirnya Pemerintahan Raja

Farouk”. Istoria, vol.11, no.2 (Maret 2016): 48. 8 Badruzzaman M. Yunus, “Tafsir Al-Sya’ra>wi> “, 38. 9 Kutta>b berasal dari kara dasar kataba yang berarti menulis atau tempat

menulis. Kutta>b adalah tempat belajar membaca dan menulis Al-Qur‟an dan membahas pokok-pokok agama. Lihat Mukhlis Fahruddin, “Kuttab:Madrasah Pada Masa Awal

Umayyah”. Madrasah, vol.11, no.2 (Januari-Juni 2010): 209. 10

Zuraidah, “Konsep Adil Dalam Pembagian Harta Warisan Studi Penafsiran

Al-Sya‟rawi dan Hamka terhadap Qs. Al-Nisa Ayat 11”. (Skripsi S1, Fakultas

Ushuluddin, UIN Jakarta, 2010), 37.

Page 61: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

46

melanjutkan pendidikan SMP hingga SMA di Lembaga Pendidikan yang

sama. Setelah mendapatkan ijazah Madrasah „Aliyah pada tahun 1937,

beliau melanjutkan pendidikan di Universitas al-Azhar dengan memilih

jurusan Bahasa Arab dan tamat tahun 1941 M dengan gelar Lc,.

Sementara gelar Doktoral berhasil diselesaikannya pada tahun 1943 M.11

Al-Sya’ra >wi> merupakan sosok ulama yang mempunyai kemampuan

yang luar biasa terutama dalam Tafsir Al-Qur‟an. Kegiatan intelektual al-

Sya’ra >wi pada umumnya bersifat oral, berupa kuliah, ceramah, diskusi,

seminar, dialog, wawancara, dan sebagainya. Karirnya diawali sebagai

tenaga pengajar di Ma‟had al-Azhar Thanta, Ma‟had Alexandria, Ma‟had

Zaqa >ziq, dan meneruskan kegiatan ceramah ke masjid-masjid. Beliau

menjadi ketua misi al-Azhar di al-Jazair pada tahun 1966, dan menjadi

dosen pada jurusan tafsir hadis di fakultas Syari‟ah Universitas Malik

Abdul Aziz di Makkah sejak tahun 1950 selama sembilan tahun. Al-

Sya‟ra >wi> juga pernah diangkat menjadi wakil kepala sekolah al-Azhar,

dan pernah memangku jabatan sebagai direktur dalam pengembangan

dakwah Islam pada departemen wakaf tahun 1961 M. Nama beliau mulai

terkenal menjadi seorang da‟i kondang dan pengisi acara Nu>r „ala Nu>r di

salah satu Stasiun televisi Mesir tahun 1973. Setelah beliau menjadi

Menteri Urusan Wakaf dan Urusan al-Azhar pada tahun 1976, dan

kementrian ini beliau jadikan sebagai sarana untuk mengembangkan

dakwahnya. Pada tahun 1977 beliau diutus untuk menghadiri Konferensi

Islam Internasional dan ceramah di London dan sekitarnya, sampai tahun

1983, ketika berkunjung ke Amerika Serikat, beliau mendapat kehormatan

11

Malkan, “Tafsir Al-Sya’ra>wi>: Tinjauan Biografis dan Metodologis dan

Biologis”. Alqalam, vol.29, no.2 (Mei-Agustus 2012): 193.

Page 62: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

47

menjadi khatib dan imam shalat Jum‟at di masjid yang terdapat di gedung

PBB New York pada tanggal 27 Oktober 1983.12

Yang menarik dari Al-Sya’ra >wi> bahwasanya beliau tidak pernah

menulis buku-bukunya karena beliau berpendapat bahwa kalimat yang

disampaikan secara langsung dan diperdengarkan akan lebih membekas

daripada kalimat yang disebarluaskan dengan perantara tulisan, sebab

semua manusia akan mendengar dari narasumber yang asli. Kitab ini

merupakan kolaborasi kreasi yang di buat oleh murid-muridnya yaitu

Muhammad al-Sinrawi dan Abdul Waris al-Dasuqi dari kumpulan-

kumpulan pidato-pidato atau ceramah-ceramah Al-Sya’ra >wi>. Sementara

itu, hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Tafsir Al-Sya’ra >wi> ditakhrij

oleh Ahmad Umar Hasyim. Kitab inu diterbitkan oleh Akhba>r al-Yaum

Idarah al-Kutub wa al-Maktabah pada tahun 1991 (yaitu tujuh tahun

sebelum al-Sya’ra >wi> wafat). Dengan demikian, Tafsir Al-Sya’ra >wi>

merupakan kumpulan ceramah dan pidatonya selama hidup kemudian di

edit dalam bentuk tulisan buku oleh murid-murdinya. Tafsir ini merupakan

golongan Tafsir bi al-Lisan atau tafsir Sauti (hasil pidato atau ceramah

yang kemudian di bukukan).13

C. Pokok-Pokok Pemikiran

Pemikiran al-Sya’ra >wi> terbentuk dari aktifitasnya sebagai seorang

intelektual yang lahir dalam situasi sosio kultural dan politik Mesir pada

masa al-Sya’ra >wi> hidup. Hiruk pikuk pergerakan untuk memperoleh

kemerdekaan dan instabilitas politik yang terjadi sampai kepemimpinan

Anwar Sadat telah membenuk karakter al-Sya’ra >wi> menjadi tokoh

12 M Yunus Badruzzaman, “Tafsir Al-Sya‟ra>wi >”, 40. 13 Muhammad Azmi, “Parenting Dalam Al-Qur‟an : Studi Terhadap Tafsir

Khawa>tir Asy-Sya‟ra>wi > H}aula Al-Qur‟an Al-Kari >m Karya Syekh Mutawalli Asy-

Sya‟ra >wi”. (Tesis S2, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2017), 34.

Page 63: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

48

pembaharu dalam bidang keagamaan sekaligus pigur yang ditauladani

oleh masyarakat Mesir di zamannya. Selain situasi dan kondisi pada saat

itu, pengaruh al-Azhar telah membentuk dan menjadikan al-Sya’ra >wi>

sebagai seorang intelektual.14

Saat menjadi siswa, al-Sya’ra >wi> sangat gemar dengan sastra,

khususnya syi‟ir yang mewarnai corak keislaman. Sya‟ir-sya‟irnya

memiliki keunggulan, diantaranya penyusunan pada kalimatnya mudah

dipamahami dan memiliki keindahan, terdengar tegas namun tetap lembut,

terlebih banyak mengutip dari ayat-ayat Al-Qur‟an. Hal ini yang

menjadikan al-Sya’ra >wi> bagian dari Fakultas Bahasa Arab di al-Azhar.

Fakultas ini tidak hanya mempelajari sastra bahasa arab, tetapi juga ilmu-

ilmulainnya seperti Tafsir, Hadis, Fiqih, dan sebagainya. Sehingga

memebentuknya menjadi seorang tokoh yang kaya akan khazanah

keilmuan pada bidangnya, khususnya kajian tafsir.15

Kemampuannya dalam bidang sastra membuat ceramah-ceramahnya,

baik di radio, televisi, maupun di tempat-tempat lainnya selalu baru dan

inovatif sehingga orang yang mendengarnya tidak merasa bahwa

ucapannya itu tidak keluar dari mulutnya, melainkan merasa datang dari

lubuk hatinya. Al-Sya’ra >wi> beranggapan bahwa agama itu adalah

kehidupan, pergaulan, dan perilaku sehari-hari yang berlaku bagi semua

orang.16

Diantara pemikiran-pemikiran dari al-Sya’ra >wi> yaitu:

1. Akidah

Mengenai masalah akidah ini, terutama pada pembahasan sifat-sifat

Allah yang manusia juga memilikinya, Al-Sya’ra >wi> tidak memihak pada

14

Badruzzaman M. Yunus, “Tafsir Al-Sya’ra>wi>”, 21. 15

Hikmatiar Pasya, “Studi Metodologi Tafsir Asy-Sya‟rawi”. Studia Quranika,

vol.1, no.2 (Januari 2017): 149. 16

Badruzzaman M. Yunus, “Tafsir Al-Sya’ra>wi >”, 46.

Page 64: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

49

kelompok apapun baik takwil ataupun tasybih. Beliau selalu mengatakan

bahawa semua sifat Allah tersebut berada pada daerah (ليس كمرله شيء).

Jadi tidak boleh dibayangkan seperti sifat-sifat tersebut, cukup kita

mengimani apa yang tertera dalam Al-Qur‟an tanpa mendalami seperti apa

yang bagaimana sifat tersebut. Dengan sikap seperti ini maka tidak

diperlukan lagi takwil dan tasybih.17

Hal tersebut dapat kita lihat pada penafsiran beliau dalam Q.S. asy-

Syu >ra ayat 51 mengenai kalam Allah dan pewahyuan.

ا رسيل

و يرسل

و من وراء حشاب أ

ا وحيا أ

إل مه الل

ن يكل

ان لبشه أ

وما ك

ييحي ةإذنه ما يشاء إنه علي حكيم ـ

“Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata

dengan dia kecuali dengan perantara wahyu atau di belakang tabir atau

dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan

kepadanya dengan seizin-Nya apa yang dikehendaki-Nya.

Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”.18

Yang dimaksud dengan pewahyuan disini adalah memberikan ilham.

Hal ini terjadi jika seseorang siap untuk menerima ilham itu dari Allah.

Jika ia tidak siap untuk menerima pemberian ilham itu tidak akan terjadi.

Kesiapan itu menurut al-Sya’ra >wi ketika seseorang sedang dekat dengan

sifat-sifat Allah SWT. Untuk mempermudah masyarakat dalam

17

Muhammad Azmi, “Parenting Dalam Al-Qur‟an”, 37-38. 18 Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 488.

Page 65: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

50

memahami apa yang disampaikan, beliau kemudian memberikan contoh

yang biasa masyarakat temui dalam kehidupam mereka.19

2. Ibadah

Untuk ayat-ayat yang berkaitan dengan ibadah seperti shalat, zakat,

wudhu, puasa, dan lain-lain, jika terjadi perbedaan pendapat antara para

ulama pada hal-hal yang cabang, beliau akan memaparkan semua

pendapat dan menganalisanya secara bahasa. Hal ini sesuai dengan

keahlian beliau yaitu bidang bahasa.

Kemudian beliau tidak memberikan tarjih atas pendapat-pendapat

yang ada, tetapi memaparkan dasar pemikiran masing-masing pendapat

atas istinba >t hukum yang diambil dari sebuah dalil. Hal tersebut beliau

lakukan sebagai seorang da‟i yang harus memberikan keterangan kepada

masyarakat untuk melakukan ibadah dengan keyakinan dan saling

menghormati perbedaan yang ada.20

Contoh penafsiran Al-Sya‟ra >wi> tentang zakat yang terdapat dalam Q.S.

at-Taubah ayat 103,

يىم عل

يىم ةىا وصل

روم وحزك ميالىم صدكث حطى

خذ من أ

“Ambillah zakat dari harta mereka, untuk membersihkan dan

menyucikan mereka, dan berdo‟alah untuk mereka……..”21

ميالىم(وكؿ الػلماء رضي الل غنىم ونا وكاليا : ان كيله الحق : و )خذ من أ

لايػني إغتتار الجزء المأخيذ من المال للفلحد وي حق الفلحد ، ةل وي مال

19

Al-Sya’ra>wi>, Tafsir al-Sya‟ra >wi >, juz 22 (Kairo: Akhba>r al-Yaum, 1991),

13825-13828. 20

Muhammad Azmi, Parenting Dalam Al-Qur‟an, 38-39. 21

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 203

Page 66: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

51

المؤدى ، ولي يتحن الل حق الفلحد وغزله غن مال صاحته ، ـىذا يػنى أن

شيء ، ولكن لأن المال الؾني ـحق الفلحد المال إن ولك ـليس للفلحد

محفيظ فى ذمث صاحب المال ، ووذ أـضل للفلحد ، ـإن الؾني ليلم يؤد

الزكاة فى ساغخىا ، وةػد ذالك حدث أن ولك المال.

يىم(وعلى من يػيد كيله الحق : روم وحزك > السطحيين فى الفىم )حطى

ي المال الذى نأخذ منه. لكن يليلين : إنىاحطىر من نأخذ منه المال ، وحزك

فى الفىم يليل: مادامج وناك فى وذه الآيث غناصه ، من يملك غملا

ـضهورى أن يػيد الخطىحد والتذكيث عليىا ،

أما من ناحيث المال نفسه ، ـالصدكث حطىر المال : لأن الماللد يزيد ـيه

شيء ـيه شتىث ـالزكاة حطىره.

يحخاج إلى حطىحد , وكيؿ حكين الصدكث حطىحدا للآخذ ووي لم يذنب ذجبا

مػطي له لأنه محخاج؟( ونليل : إن الآخذ ححن يأخذ من مال غحده ، ةل وي

Page 67: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

52

ووي عاسز غن الكسب ـىي يخطىر من الحلد على ذى النػمث : لأنه وصله

ةػض من المال الذى غند ذي النػمث،ـلا يحلد عليه ولايحسده ، ـىي إن

، من الخحد يػيد عليه.رأى غنده خحدا

22دعاله ةالزيادة : لأن ةػضا

Orang-orang yang mengakui dirinya berdosa sudah sepatutnya untuk

dibersihkan dari noda-noda. Allah memerintahkan zakat tidak hanya untuk

suatu individu atau golongan, namun untuk umum yaitu mengambil

bagian dari harta kekayaan dari seseorang untuk dibagikan kepada mereka

yang oleh agama Islam telah ditentukan sebagai orang-orang yang berhak

menerima zakat. Kata “sebagian” bermakna bukan seluruhnya dan bukan

sebagian besar. Zakat ini bertujuan sebagai tobat dari pemilik harta

dengannya akan menyucikan dan membersihkan harta mereka.

Pemikirannnya yang cemerlang melahirkan banyak karya yang lahir

dari tangan dingin Al-Sya’ra >wi>. Akan tetapi beliau bukanlah seorang yang

ahli dalam menulis dan mengarang. Karya-karya beliau yang beredar

sekarang ini, seperti tafsir ataupun fatwa, merupakan materi kajian yang

disampaikan secara lisan, kemudian ditulis murid-muridnya. Beberapa

orang yang mencintainya mengumpulkan dan menyusunnya untuk

disebarluaskan, sedangkan karya yang paling popular dan paling

fenomenal adalah Tafsi>r Khawa >tir Haula Al-Qur‟a >n Al-Kari>m. Adapun

karya-karya beliau, antara lain:

1. Al-Mukhta >r min Tafsi>r al-Qur‟a >n, terdiri dari 3 jilid

2. Mukjizat al-Qur‟a >n al-Kari>m,

3. Al-Qur‟a >n al-Kari>m Mu‟jizatun wa Manhajun,

22

Al-Sya’ra>wi >, al-Sya‟ra>wi >, juz 9, 5464-5470.

Page 68: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

53

4. Al-Isra >‟ wa al- Mi’ra>j (Mu‟jizat Al-Kubro),

5. Al-Qashashu al-Qur‟a>ny fi> Su>rat al-Kahfi,

6. Al-Mar‟ah fi > al-Qur‟a >n al-Kari>m,

7. Al-Ghaib,

8. Mu’jiza >tu al-Rasu >l,

9. Al-H>}ala>l wa al-H}ara>m,

10. Al-H}ajj al-Mabru>r,

11. Khawa>t}irSyeikh Asy-Sya‟ra >wi> H}aula „Imra >n al-Mujtama‟

12. Asra >r Bism Alla >h ar-Rahma >n ar-Rahi>m,

13. Al-Isla >m wa al-Fikr wa al-Ma‟a >shi>,

14. Aqi>dah wa Manhaj,

15. Tarbiyah al-Awlad.23

D. Karakteristik Tafsir Al-Sya’ra >wi>

Perkembangan tafsir kontemporer tidak dapat begitu saja dilepaskan

dengan perkembangannya di masa modern. Paling tidak, gagasan-gagasan

yang berkembang pada masa kontemporer ini sudah bermula sejak zaman

modern, yakni pada masa Muhammad Abduh dan Rasyi >d Ridha >’ yang

sangat kritis melihat produk-produk penafsiran Al-Qur‟an. Paradigma

tafsir kontemporer dapat diartikan sebagai sebuah model atau cara

pandang, totalitas premis-premis dan metodologis yang dipergunakan

dalam penafsiran al-Qur‟an di era kekinian. Meskipun masing-masing

paradigma tafsir memiliki keunikan dan karakteristik sendiri,namun ada

beberapa karakteristik yang menonjol dalam paradigama tafsir

kontemporer, antara lain :

1. Memposisikan al-Qur‟an sebagai kitab petunjuk

2. Bernuansa Hermeneutis

23 Muhammad Ali Iya>zi >, Mufassirun H{aya >tuhum wa Manhajuhum, 268-269.

Page 69: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

54

3. Kontektual dan berorientasi pada spirit al-Qur‟an

4. Ilmiah, kritis, dan non-sektarian24

Salah satu karya paling monumental al-Sya’ra >wi di era kontemporer ini

adalah tafsirnya yang diberi nama Khawa >tir H {aula Al-Qur‟a >n Al-Kari>m.

Dalam beberapa kesempatan Al-Sya’ra>wi> menyatakan akan lebih setuju

jika karya itu tidak disebut sebagai tafsir al-Qur‟an. Sebab menurutnya al-

Qur‟an adalah kitab yang sangat jelas dan tidak perlu ditafsirkan.

1. Gambaran Umum Tafsir Al-Sya’ra >wi>

Diantara tokoh-tokoh mufassir Mesir yang ada di penghujung abad

ke-20 adalah Muhammad Mutawalli Al-Sya’ra >wi>. Beliau dikenal

sebagai seorang ulama sekaligus tokoh yang menekuni bidang Al-

Qur‟an. Kemahirannya dalam bidang bahasa, sehingga melalui

penjelasan dalam setiap dakwahya mudah dipahami dan diterima oleh

masyarakat tanpa menghilangkan keaslian makna dalam Al-Qur‟an.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pada awalnya tafsir Al-

Sya’ra >wi> bukan merupakan tafsir Al-Qur‟an melainkan kumpulan

ceramah dan dukumentasi yang dimuat dalam majalah al-Liwa al-

Islami. Atas inisiatif para muridnya dokumentasi ceramah dan pidato

dari al-Sya’ra >wi> dikumpulkan dengan berseri yang diberi nama

Khawa >thiri> H{}awla Al-Qur‟a >n Al-Kari>m.

Khawa>tir dengan akar kata kha, tha, dan ra berarti sesuatu yang

terbetik di dalam hati secara tiba-tiba tanpa diketahui darimana

datangnya. Telepati semacam ini hanya diperoleh oleh orang-orang

yang jernih hati dan pikirannya karena merupakan hal yang tidak

mengalir jelas dalam hati dan pikiran manusia alam ini.

24

Abdul Mustaqim, Epistimologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: LKis Group,

2012), 58-65.

Page 70: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

55

Motivasi penafsirannya adalah beliau ingin menanamkan

keyakinan kepada umat islam akan keagungan mukjizat Al-Qur‟an dari

sisi bahasa, kandungan, serta rahasia-rahasia lain yang harus diungkap

dari al-Qur‟an. Dengan tafsirnya, beliau ingin menjaga kelestarian

kemukjizatan al-Qur‟an sebagai kalam Allah. Karena menurutnya,

dinamakan al-Qur‟an karena dibaca dan dinamakan al-Kitab karena al-

Qur‟an juga ditulis, oleh karena itu ada dua metode untuk menjaga

kelestarian al-Qur‟an yaitu dengan menghapal dalam hati dan

menuliskannya dalam buku.25

Ketika menafsirkan al-Qur‟an al-Sya’ra>wi> berpegang pada dua

aspek, yaitu :

a. Komitmen kepada Islam yang dianggapnya sebagai metode atau

landasan memperbaiki kerusakan yang diderita umat Islam saat ini

terutama dalam bidang pemikiran dan keyakinannya.

b. Modernisasi, dimana al-Sya’ra>wi> menganggap/mengikuti

perkembangan saat ini, sehingga tafsirnya bisa dikatakan bercirikan

modern.26

Pada tahun 1991, penerbit Akhba>r al-Yaum Idarah al-Kutub wa al-

Maktabah telah menerbitkan menjadi sebuah karya tafsir. Sebagai

pengakuan bahwa Tafsir al- Sya‟ra>wi> dapat disandarkan kepada al-

Sya’ra>wi>, pada jilid pertama dimuat tulisan tangan Sya’ra>wi> yang berisi

pengakuan bahwa karya tersebut adalah benar rekaman atas apa yang

telah disampaikan sehingga memang benar menjadi karyanya. Salah

satu cara untuk membuktikan bahwa karya-karya yang ditulis oleh team

tetap terjaga sebagai suatu karya orisinal al- Sya’ra>wi>, maka karya

tersebut dibuatkan sebuah pernyataan yang ditulis sendiri oleh Sya’ra>wi>

25

Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas, 152. 26 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas, 153.

Page 71: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

56

dan disertai tanda tangannya sebagai bentuk pengakuan atas apa yang

tertuang dalam karyanya adalah benar dari pemikiran dan

pembicaraannya. Bahkan, banyak karya-karya yang disandarkan

kepada beliau adalah karya tulis yang langsung di bawah

bimbingannya.27

Khawatir yang berarti renungan sebagaimana beliau sampaikan

dalam muqaddimah tafsirnya yang berbunyi,

خياطرى حيل اللرآن الكريم لاحػني حفسحدا لللرآن ... وإنماني وتات

صفائيث .. تخطر على كلب مؤمن فى آيث أو ةضع آيات .. وليأن اللرآن من

الل عليه وسلم أولى الناس ةخفسحده الممكن أن يفسه .. لكان رسيل الل صل

ؼ وةه علم و غمل ... وله ظىرت مػشزاحه .. لأنه عليه نزل وةهأنفػل وله ةل

..28 “Hasil renungan saya terhadap al-Qur‟an bukan berarti tafsiran

terhadap al-Qur‟an, melainkan hanya percikan pemikiran yang

terlintas dalam hati sesorang mukmin pada saat membaca al-Qur‟an.

Seandainya al-Qur‟an memungkinkan untuk ditafsirkan, pastilah

Rasulullah adalah yang paling berhak untuk menafsirkannya, karena

kepada beliaulah al-Qur‟an diturunkan dan langsung berinteraksi

dalam kehidupannya“.29

Selain mendapatkan pengakuan dari pemiliknya, Tafsir al-Sya‟ra >wi >

juga ditashih oleh Lembaga Penelitian Al-Azhar, yaitu Majma‟ al-

Buthuts al-Islamiyyah, suatu lembaga otoritatif yang bisa menentukan

27

Badruzaman, Tafsir Al-Sta‟ra>wi >, 54. 28 Al-Sya’ra>wi >, Tafsir al-Sya‟ra>wi >, juz 1, 9. 29

Imroatus Sholihah, “Konsep Kebahagiaan Dalam Al-Qur‟an Persepektif

Tafsir Mutawalli Asy Sya‟rawi Dan Psikologi Positif”. (Tesis S2, Jurusan Ilmu Agama

Islam, Pascasarjana, UIN Maulana Malang, 2016), 72.

Page 72: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

57

apakah suatu karya ilmiah layak atau tidak, dapat dikonsumsi publik

atau tidak. Selain itu.30

2. Metode dan Corak Penafsiran

Badruzzaman M. Yunus dalam disertasinya yang berjudul Tafsir

Asy-Sya‟rawi: Tinjauan Terhadap Sumber, Metode, dan Ittijah

membagi metode dalam Tafsir al-Sya’ra>wi> menjadi dua, yaitu Metode

umum dan metode khusus. Dalam menjelaskan metode umum, kitab

tafsir al-Sya’ra>wi> termasuk pada kelompok kitab tafsir yang

menggunakan metode tahli>liy. Hal itu didasarkan kepada metode yang

digunakan al-Sya’ra >wi>, dimana beliau berusaha menjelaskan

kandungan makna-makna ayat Al-Qur‟an dari berbagai aspeknya,

dengan memperhatikan urutan ayat sebagaimana yang tercantum dalam

mushaf. Sedangkan metode khusus, sebagai suatu arah metodologi

penafsiran yang khas dan tidak terlepas dari kerangka berfikir al-

Sya’ra >wi> terhadap Al-Qur‟an. Kerangka berfikir ini menjadi tujuan

atau haddaf dalam melakukan penafsiran Al-Qur‟an. Dalam

menafsirkan ayat atau kelompok ayat, al-Sya’ra >wi> menganalisis dengan

bahasa yang tajam dari lafadz yang dianggap penting dengan

berpedoman kepada kaidah-kaidah bahasa, baik dari aspek nahwu,

sharaf, balaghah, dan lain sebagainya. Beberapa komponen yang bisa

membantu memperluas penafsiran dikemukakan, seperti tentang

Qira‟at, asba >b al-nuzu>l, kaidah kebahasaan, riwayat dan sya‟ir arab,

serta hukum-hukum yang dikandungnya.31

Beberapa metodologi yang digunakan al-Sya‟ra >wi> dalam

menafsirkan Al-Qur‟an, diantaranya:32

30

Badruzaman, “Tafsir Al-Sta‟ra>wi >” 54. 31

Badruzzaman, “Tafsir Al-Sya’ra>wi >“ 120-127. 32 Badruzzaman, “Tafsir al-Sya‟ra>wi >” 128.

Page 73: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

58

a. Menggunakan kaidah-kaidah bahasa Arab

b. Mengurai makna lughawi dari suatu kata yang dianggap penting.

c. Menggunakan syair-syair, baik klasik maupun modern, untuk

menguatkan makna kata atau kalimat yang sedang dijelaskan

d. Memberikan contoh-contoh yang aktual dan kekinian untuk

mendekatkan makna yang semula dianggap jauh menjadi benar-

benar meresap ke dalam hati sanubari

e. Menjelaskan ayat dengan sesuatu pemahaman yang berdasarkan

realitas, dengan tujuan bahwa nilai-nilai yang dikandung Al-

Qur‟an dapat dijalankan atau diaktualisasikan dalam kehidupan

manusia di bumi

f. Menggunakan model dialog, seperti tanya jawab, untuk

menjelaskan hal-hal yang ada dan menjadi maksud ayat

g. Menggunakan teori simbolik dari kata atau kalimat tertentu yang

terdapat dalam ayat.

h. Menggunakan teori kesatuan tema antara ayat yang ditafsirkan

dengan ayat-ayat lain yang sama dalam Al-Qur‟an.

i. Menggunakan teori kolerasi ayat dengan ayat dan kolerasi surat

dengan surat (muna >sabat al-a>yat wa al-suwar).

j. Menggunakan asba >b al-nuzu>l sebagai dasar menafsirkan suatu

ayat.

Sedangkan corak tafsir atau kecenderungan pemikiran dan ide yang

mendominasi sebuah karya tafsir dalam tafsir al-Sya’ra >wi> adalah

tarbawi > dan hida >‟i.33 Tafsir tarbawi > adalah tafsir yang digunakan

sebagai alat untuk mengeksplor ajaran-ajaran Islam dalam kaitannya

untuk mengembangkan dan mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan

33

Malkan, “Tafsir asy-Sya’ra >wi>: Tinjauan Biografis dan Metodologis”. Alqalam,

vol.29, no.2 (Mei-Agustus 2012): 198.

Page 74: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

59

corak hida>i adalah corak yang dilatarbelakangi oleh pemikiran untuk

menjadikan hidayah atau akhlak Al-Qur‟an ,menjadi poros atau sentral

dari usaha penafsiran terhadap Al-Qur‟an.34

3. Sumber Penafsiran

Tafsir al-Sya’ra >wi>, sebagai salah satu karya tafsir modern

diidentifikasi sebagai salah satu tafsir bil ra‟yi. Sejatinya tafsir yang

demikian menggunakana nalar sebagai sumber penafsirannya. Al-

Dzahabi> menjelaskan tafsir bil ra‟yi adalah suatu hasil penafsiran Al-

Qur‟an dengan menggunakan ijtihad setelah seseorang mufassir

memahami terhadap gaya bahasa Arab beserta aspek-aspeknya,

memahami lafadz-lafadz bahasa Arab dan segi dilalah-nya, termasuk di

dalamnya mengetahui sya‟ir orang Arab jahiliyah, asbab al-nuzu>l,

na>sikh mansu>kh, dan perangkat-perangkat lainnya.35

Maka dapat

ditelusuri sumber-sumber yang digunakan dalam penafsiran. Berikut

beberapa hal yan digunakan Al-Sya’ra>wi> dalam menggunakan

penafsirannya, yaitu:36

a. Etimologi makna kata dengan kaidah dan struktur bahasa.

b. Kontruksi bahasa Al-Qur‟an

c. Kalimat identik pada lafadz Al-Qur‟an

d. Rekontruksi ayat dengan ayat.

Kitab-kitab tafsir yang menjadi sumber-sumber penafsiran yang

digunakan oleh al-Sya‟ra >wi,> diantaranya Tafsir al-Manar karya

Muh}ammad Abduh dan Ra >syid Ridha, Fi> Zhila >li Al-Qur‟a >n karya

Sayyid Qutub, Al-Thabari karya Ibnu Jarir al-Thabari, Mafa >tih } al-

34 Abdul Syukur, “Mengenal Corak Tafsir Al-Qur‟an”. Al-Furqonia, vol.1, no.1

(Agustus 2015): 96. 35 Muhammad Husain al-Dzahabi >, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, juz 1 (Kairo:

Maktabah Wahbah, 2000), 183. 36 Hikmatiar Pasya, “Studi Metodologi Tafsir Asy-Sya‟rawi”, 150.

Page 75: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

60

Ghaib karya Fakhruddi >n al-Razi, Al-Khasysya>f karya al-Zamakhsyari,

Al-Anwa >r al-Tanzi>l wa asra >r al-Ta‟wi>l karya al-Baidhawi, dan Tafsir

Dur al-Mantsu >r karya Jala >luddi>n al-Shuyu >thi.37

4. Sistematika Penulisan

Secara sistematis, penafsiran dalam Tafsir al-Sya’ra>wi> diawali

dengan menjelaskan munasabah, yaitu menjelaskan hubungan surat

yang akan ditafsirkan dengan surat sebelumnya, setelah itu ia

menjelaskan penamaan suatu surat, dan menjelaskan tentang apa saja

yang terkandung dalam surat tersebut serta hikmah yang terdapat di

dalamya. Sebelum memasuki penafsiran ayat, terlebih dahulu

menuliskan basmalah dan ayatnya, kecuali sebelum surat al-Fatihah,

dijelaskan terlebih dahulu arti pentingnya ta‟a >wudz. Selanjutnya

menafsirkan atau menjelaskan ayat-ayat Al-Qur‟an.38

Kitab tafsir al-Sya’ra>wi> terdiri dari 18 jilid. Pembahasannya

dimulai dari surat al-Fa >tih}ah sampai surat al-Shaffa >t ayat 138 . Rincian

kitab tafsir al-Sya’ra>wi dalam setiap jilid, yaitu:39

1. Jilid I; Pendahuluan, Q.S. al-Fa >tih}ah – Q.S. al-Baqarah : 154

2. Jilid II; Q.S. al-Baqarah : 155 - Q.S . Ali Imra >n : 13

3. Jilid III; Q.S. Ali Imra >n : 14 – 189

4. Jilid IV; Q.S. Ali Imra >n : 190 – Q.S. al-Nisa >’ : 100

5. Jilid V; Q.S. al-Nisa >’ : 101 – Q.S. al-Ma >idah : 54

6. Jilid VI; Q.S. al-Ma >idah : 55 – Q.S. al-An‟a >m : 109

7. Jilid VII; Q.S. al-An‟a >m : 110 – Q.S. al-A‟ra >f : 188

8. Jilid VIII; Q.S. al-A‟ra >f : 189 - Q.S. al-Taubah : 44

9. Jilid IX; Q.S. al-Taubah : 45 – Q.S. Yu >nus : 14

37

Malkan, “Tafsir Asy- Sya’ra >wi>: Tinjauan Biografis dan Metodologis”, 201. 38

Malkan, “Tafsi>r Asy-Sya’ra >wi>: Tinjauan Biografis dan Metodologis”, 200-

201. 39

Mutawalli Sya‟ra>wi >, al-Sya‟ra>wi >, 17351

Page 76: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

61

10. Jilid X; Q.S. Yu >nus : 15 – Q.S. Hu >d : 27

11. Jilid XI; Q.S. Hu >d : 28 – Q.S. Yu >suf : 96

12. Jilid XII; Q.S. Yu >suf : 97 – Q.S. al-H }ijr : 47

13. Jilid XIII; Q.S. al-H }ijr : 48 – Q.S. al-Isra >‟ : 4

14. Jilid XIV;Q.S. al-Isra >‟ : 5 – Q.S. al-Kahfi : 98

15. Jilid XV; Q.S. al-Kahfi : 99 – Q.S. al-Anbiya >‟ : 90

16. Jilid XVI; Q.S. al-Anbiya >‟ : 91 – Q.S. al-Nu >r : 35

17. Jilid XVII; Q.S. al-Nu >r : 36 – Q.S. al-Qas}as : 29

18. Jilid XVIII; Q.S. al-Qas}as : 30 – Q.S. al-Ru >m : 58

Muhammad Ali Iya >zi dalam kitabnya menyatakan bahwa kitab

tafsir al-Sya’ra >wi> dicetak 29 jilid, yang mencangkup seluruh surat dan

ayat dalam Al-Qur‟an 30 juz.40

Namun, penulis hanya menemukan

kitab tafsir al-Sya’ra >wi> dalam 27 juz yang sudah mencangkup seluruh

surat dalam Al-Qur‟an mulai dari Q.S. al-Fatih}ah sampai Q.S. an-Na >s.

Kitab tafsir al-Sya’ra >wi> telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

oleh tim terjemah Safir al-Azhar Indonesia yang diketuai oleh Zainal

Arifin. Untuk saat ini juz 30 sudah terbit terlebih dahulu yang

seharusnya diterbitkan terakhir. Namun karena juz 29 belum selesai

diterbitkan oleh Akba>r al-Yaum, Kairo dan jilid 11 sudah terbit sejak

tahun 2013, maka juz 30 diterbitkan lebih awal karena juz ini sering

dihapal oleh pemula dan juz ini lebih familiar bagi umat Islam di

dunia. Sementara itu, ceramah al-Sya’ra >wi> yang menafsirkan Juz

„Amma telah dibukukan dan diterbitkan oleh Da>r al-Ra>yah Mesir pada

tahun 2008.41

19. Jilid XIX; Q.S. al-Ru>m : 59 – Q.S. al-Ahza>b : 63

40 Ali Iya>zi, Al -Mufassiru>n H}aya >tuhum wa Manhajuhum, 270. 41 Syeikh Muhammad Mutawalli Sya‟rawi, Tafsir Sya‟rawi, terj. Zainal Arifin,

jilid 15 (Jakarta: Safir Al-Azhar, 2016), Pendahuluan.

Page 77: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

62

20. Jilid XX; Q.S. al-Ahza>b : 64 – Q.S. ash-Sha>ffa>t : 138

21. Jilid XXI; Q.S. ash-Sha>ffa>t : 139 – Q.S. Gha>fir

22. Jilid XXII; Q.S. Fushilat – Q.S. al-Ja>tsiyah 23

23. Jilid XXIII; Q.S. al-Ja>tsiyah : 23 - -Q.S. al-Qomar : 1

24. Jilid XXIV; Q.S. al-Qomar : 2 – Q.S. Al-Jumu‟ah

25. Jilid XXV; Q.S. al-Muna>fiqu>n – Q.S. al-Mulk : 3

26. Jilid XXVI; Q.S. al-Mulk : 3 – Q.S. al-Mursala >t

27. Juz „Amma42

Sistematika penulisan Tafsir al-Sya’ra >wi>, dimulai dengan

lembaran pengesahan dari Lembaga Penelitian al-Azhar yang bernama

Majma‟ al-Buhuts al-Islamiyyah, dan catatan pengesahan yang ditulis

langsung al-Sya’ra >wi> untuk menunjukkan bahwa tafsir tersebut adalah

hasil pemikirannya. Selanjutnya diberi pengantar yang menjelaskan

tentang alasan dan tujuan dari penulisan tafsir tersebut, sekalipun al-

Sya’ra >wi> sendiri menyebutkan bahwa karya tersebut tidak dimaksud

sebagai tafsir terhadap Al-Qur‟an melainkan ide yang muncul dari

pemikiran dan hati (khawa >t}ir) untuk mengungkapkan nilai-nilai

kemukjizatan al-Qur‟an dan menjadikannya pengalaman dalam

kehidupan manusia di bumi. Dalam sistematika penyusunan tafsirnya,

al-Sya’ra >wi> menjelaskan ayat per ayat. Hal ini untuk menunjukkan

bahwa setiap ayat Al-Qur‟an berdiri sendiri dan memiliki pemahaman

tersendiri. Terkecuali ketika menyusun surat al-Fa >tih}ah dan beberapa

surat terakhir dari mulai surat Fa >thir sampai surat al-Shaffa >t, dengan

mempola secara tematik ayat. 43

Perjalanan panjang al- Sya‟ra>wi> sebagai seorang ulama dengan

segudang ilmu yang dimiliki olehnya yang telah melahirkan banyak karya

42

Mutawalli Sya‟ra>wi >, al-Sya‟ra>wi, Daftar isi, 17351 43

Badruzzaman, “Tafsir al-Sya’ra>wi>“, 116-117.

Page 78: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

63

yang menjadi amal jariyah baginya. Penyampaian al-Sya‟ra >wi> yang

sederhana dan mudah dicernah serta penafsirannya tidak terbatas ruang

dan waktu membuat tafsirnya mudah diterima dikalangan masyarakat

umum dan sampai saat ini tafsir al-Sya‟ra >wi> telah banyak dugunakan

sebagai bahan referensi ilmiah dan kehidupan di era modern ini.

Page 79: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

64

BAB IV

HARTA DALAM QS. AL-HUMAZAH PERSPEKTIF MUTAWALLI

AL-SYA‟RAWI

Salah satu ciri dari juz 30 atau yang lebih popular dengan sebutan Juz

„Amma adalah jumlah surat yang banyak dengan ayat yang pendek-

pendek. Salah satunya adalah Qs. al-Humazah yang berarti pengumpat dan

pencela. Surat ini berbicara salah satu point penting dalam kehidupan,

yaitu tentang harta dengan tegas menjelaskan, siapa yang akan mengalami

kerugian bahkan kecelakaan. Sebagai seorang ulama kontemporer

bagaimana Mutawalli al-Sya‟ra >wi> memandang mengenai harta dalam Qs.

al-Humazah.

A. Profil dan Pokok Kandungan Surat al-Humazah

Surat al-Humazah merupakan salah satu surat yang berbicara

mengenai kehidupan sosial ditengah masyarakat. Surat ini merupakan

cuplikan dari kehidupan masyarakat Mekkah saat dakwah dimulai dan

terus berulang dalam kehidupan umat manusia.1 Ulama sepakat

menyatakan bahwa surat ini turun di Mekkah sebelum Nabi Muhammad

Saw berhijrah ke Madinah. Namanya surat al-Humazah atau surat Wail Li

Kulli Humazah merupakan dua nama yang ditemukan dalam sekian

banyak mushaf dan kitab tafsir. Ada juga yang menamainya surah al-

H {ut}amah. Nama-nama itu diangkat dari ayat pertama dan keempat surat

ini.2

1 Mutawalli > al-Sya‟ra>wi >, Tafsir al-Sya‟ra>wi >, terj. Zainal Arifin, jilid 15 (Jakarta:

Safir Al-Azhar, 2016), 449. 2 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid 15 (Jakarta: Lentera Hati, 2000),

509.

Page 80: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

65

Terdiri dari 9 ayat dan merupakan urutan ke-104 dalam Al-Qur‟an.

Diturunkan sesudah surat al-Qiya >mah dan sebelum surat al-Mursala >t.

Surat ini memberikan kepada kita gambaran nilai yang biasa terdapat

dalam fenomena kehidupan yaitu nilai harta dan gambaran bahwa pemilik

harta menganggap orang yang tidak memiliki harta berada pada derajat

yang rendah.3 Ancaman dalam surta ini berlaku bagi siapa saja yang

melakukan perbuatan mengumpat dan mencela orang lain, yang

menimbun-nimbun harta, seakan-akan dengan penimbunan itu ia akan

dapat kekal hidup di dunia ini. Surat ini juga berisi mengenai sebuah sebab

akibat dari perbuatan manusia dan menjelaskan dengan tegas siapa yang

akan mengalami kerugian bahkan kecelakaan.

مز ومزة ل

كل

ل

دهۥ ٱ(١ة)ويل ا وعد

ذى جمع مال

ه ۥ(٢)ل

ن مال

سب أ يح

خل

ينتذن فى (٣)دهۥ أ

ا ل

لحطمث ٱك

درىك وما(٤)ل

حطمث ٱ ما أ

ٱ نار (٥)ل لل

ميكدة ٱتىٱ(٦)ل

لع ل ى حط

دة ٱ عل ـ

ـ أيىم إنىا(٧)ل

ؤصدة عل غمد فى(٨)م

دة د (٩)م

“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela (1) yang

mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya (2) Dia (manusia)

mengira bahwa harta itu dapat mengekalkannya (3) Sekali-kali tidak!

Pasti di akan dilemparkan ke dalam (neraka) Hut}amah (4) Dan

tahukah kamu apakah (neraka) H}ut}amah itu? (5) (Yaitu) api azab

Allah yang dinyalakan, (6) yang membakar sampai ke hati (7)

Sungguh, api itu ditutup rapat atas (diri) mereka (8) (sedang mereka

itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang (9).4

3 Mutawalli > al-Sya‟ra>wi >, al-Sya‟ra>wi >, jilid 15, 450.

4 Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 601.

Page 81: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

66

1. Asbabun Nuzul

Dalam kitab Luba>b an-Nuqu>l fi> Asbab an-Nuzu>l menyebutkan

bahwa surat ini turun berkaitan dengan Umayyah bin Khalaf yang setiap

kali bertemu dengan Rasulullah suka menghina dan mencaci maki beliau.

Kemudian Allah menurunkan ayat-ayat dalam surat ini secara

keseluruhan.5

Umayyah bin Khalaf merupakan seorang pemimpin suku Quraisy

yang terkemuka. Sejak kecil, ia sudah hidup berkecukupan harta dari

ayahnya yang seorang pedagang besar. Hal tersebut membuatnya menjadi

kikir dan angkuh saat dewasa. Harta kekayaan yang banyak membuat

Umayyah merasa kuat dan berpandangan bahwa harta adalah nilai

tertinggi dalam kehidupan. Sementara, nilai manusia dan kebenaran

dipandang rendah. Kebiasaan berikutnya yang sering dilakukannya adalah

mengolok-olok dan menghalangi dakwah Rasulullah saat di Mekkah.

Umayyah wafat terbunuh saat perang Badar tahun 624 M / 2 H. 6

2. Munasabah Ayat

Surat ini turun untuk menanggapi sikap sejumlah kaum musyrikin

yang melakukan penghinaan dan melemparkan aneka isu negatif terhadap

kaum Muslim.7 Awal surat ini diawali dengan kata “wail” yang memiliki

dua makna baik secara harfiah dan istilah. Secara harfiah, kata ”wail”

merupakan sebuah tempat di neraka yang merupakan lembah yang paling

mengerikan. Kata “wail” juga berarti ancaman, yaitu tidak saja siksaan

yang mutlak dan absolut, tetapi lebih dari itu adalah azab khusus dari

Allah. Maka ancaman wail harus dipahami dalam bingkai kekuasaan

5 Jalaluddin as-Suyuthi, Luba>b an-Nuqu>l fi> Asbab an-Nuzu>l, terj. Abdul Hayyie

(Jakarta: Gema Insani, 2008), 640. 6 Agung Sasongko, “Kisah Umayah bin Khalaf Yang Tegila-Gila Harta, 2018”

Diakses, 28 Juli, 2020, https://republika.co.id/berita/p982s5313/kisah-umayyah-bin-

khalaf-yang-tergilagila-harta. 7 Quraish Shihab, Al-Luba>b (Jakarta: Lentera Hati, 2008), 741.

Page 82: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

67

Allah.8 Sedangkan huruf lam dalam kata likulli bisa bermakna tiga; milik,

hak, dan khusus. Kata kulli bisa bermakna jami>‟ artinya masing-masing

atau bermakna majmu‟, artinya untuk semuanya sekaligus.9 Akan tetapi

jika Allah berkata “wail”, maka ia telah mengancam dan mampu untuk

melaksanakan apa yang dikatakannya, sedangkan manusia tidak luput dari

kuasa-Nya.10

Celaka adalah hidup tidak bahagia. Kata “celaka” biasanya

terjadi sebagai hukuman bagi orang-orang berdosa. Ancaman hidup celaka

itu akan diderita oleh setiap humazah (pengumpat) dan Lumazah

(pengejek). Mereka yang tidak puas-puasnya dengan keadaan

bagaimanapun baiknya, lalu mengumpat-umpat dan selalu menyalahkan

orang lain.11

Sifat keji dalam diri pengumpat dan pencela yang orientasi hidupnya

hanyalah mengejar kekayaan dunia, menumbuhkan rasa tamak (selalu

mengumpulkan harta) dengan gemar menambah kekayaan dengan cara

apapun yang dapat dilakukan, halal maupun haram. Setiap hari selalu

menghitung-hitung kekayaannya. Mereka tidak mau kekayaannya

berkurang sedikit pun, tetapi yang diharapkan adalah selalu bertambah.

Sehingga menimbulkan sifat kikir. Prinsip hidup yang sudah mendarah

daging dengan beranggapan bahwa uang adalah segalanya dan dengan

uang segala persoalan dapat diatasi, termasuk masalah kematian. Karena

itu, dia merasa akan bisa hidup di dunia ini selama-lamanya.12

Dengan harta benda dia menyangka akan terpelihara dari gangguan

penyakit, dari bahaya tersembunyi, dan dari kemurkaan Allah. Karena

8 Mutawalli > Sya’ra >wi>, al-Sya‟ra>wi >, jilid 15,451. 9 Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman: Tafsir Ilmiah Juz „Amma

(Bandung: Mizan Pustaka, 2014), 512. 10 Mutawalli > Sya’ra >wi>, al-Sya‟ra>wi >, jilid 15, 450. 11 Salman Harun, Secangkir Tafsir Juz Terakhir (Tangerang: Lentera Hati,

2018), 308-309. 12 Salman Harun, Secangkir Tafsir, 309.

Page 83: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

68

jiwanya sudah terpukau oleh harta, menyebabkan dia lupa bahwa hidup ini

akan mati.

Dalam Islam, tempat kehidupan akhir itu diterangkan dengan sangat

jelas. Surga diperuntukan bagi yang baik sedangkan neraka bagi yang

jahat. Pada ayat ke-4 Q.S. al-Humazah terdapat kata “Nabaza”, yang

bermakna membuang karena tidak ada gunanya. Jadi para pelaku

kejahatan sosial, tamak, pengejek, dan pelit tidak ada harganya dalam

pandangan Allah. Mereka akan dicampakkan ke neraka H}ut}amah.13

H}ut}amah adalah salah satu nama neraka, sebagaimana sebutan

Jahannam, Saqar, dsb. Neraka H}ut}amah adalah Neraka Allah.

Dikaitkannya neraka itu dengan Allah berarti mengandung makna khusus.

Berasal dari akar kata (حطم) h}at}ama yang berarti hancur/

menghancurkan.14

Dalam Al-Qur‟an, kata H}at}ama disebutkan sebanyak

enam kali dengan berbagai derivasinya.1516

Sehingga al-H {ut}hamah dapat

diartikan menghancurkan, membinasakan, dan melumatkan.17

Lukisan

yang tepat bagi orang yang melakukan kejahatan sosial, sebab perbuatan

memfitnah dan menggunjing itu tidak akan mungkin membina

kebersamaan dan saling percaya, dan orang kikir yang menimbun itu akan

menutup rapat segala pintu pelayanan ekonomi.18

تد ـ ين حط اذم يىيز ا ذم يك ا ام ه مصفر …

13

Salman Harun, Secangkir Tafsir, 311. 14

Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indoneia,

cet. I (Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Ponpes Krapyak, 1996), 777. 15 Fuad Abdul Baqi, Mu‟jam Mufahrash Li al-fa>dzi al-Qur‟an al-Karim (Beirut:

Dar al-Fikr, 1987), 207. 16

Lihat Q.S. an-Naml (27):18, Q.S. az-Zumar (39):21, Q.S. al-Wa>qi‟ah (56):65,

Q.S. al-H{adi >d (57):20, Q.S. al-Humazah (104):4,5. 17

Quraish Shihab, al-Mishba>h, jilid 15, 607. 18

„Abdullah Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali, terj. Ali Audah (Bogor: Pustaka Litera

Antar Nusa, 2009), 1693.

Page 84: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

69

“Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu melihat warnanya

kuning kemudian hancur.” (Q.S. al-H {adi>d (57) : 20)19

Kedahsyatan gambaran neraka Hut}amah yang digambarkan dalam

surat al-Humazah memiliki karakteristik tersendiri, diantaranya api yang

menyala-nyala yang dapat membakar hingga ke hati manusia. Karena hati

adalah penentu baik buruk manusia. Jika dahulu ejekan dan hinaan dari

penghina sampai pada tahap menyakitkan hati, melemahkan semangat,

membunuh karakter, potensi dan kemampuan diri, maka balasan

membakar ke dalam hati, adalah balasan yang setimpal. Dengan demikian,

manusia akan memperoleh dua macam siksaan, yaitu siksaan fisik dan

ruhani. Siksaan fisik sudah digambarkan dalam ayat, namun siksaan

ruhani berupa kepedihan hati merasakan hebatnya kesengsaraan yang

ditimpakan dan belum dibayangkan di dunia.20

ا حرسػين ينا ل

م إل

نكم غبرا وأ

لناك

نما خل

حسبخم أ ـ ملك (111) أ

ال ى الل

خػال ـ

ريم كػرش ال

ا وي رب ال

ه إل

ا إل

حق ل

ال

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami

menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak

akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja

Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang

mempunyai) ´Arsy yang mulia”. (Q.S. al-Mu‟minu >n (23) : 115-116)21

Selain itu, ciri neraka Hut}amah yaitu tertutup rapat, seperti sebuah

lubang yang sangat dalam dengan api yang berkobar-kobar. Sehingga

kedap panas dan tidak ada celah keluarnya uap panas tersebut dan celah

untuk melarikan diri. Didalamnya terdapat tiang-tiang yang panjang.

19

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 540. 20

Salman Harun, Secangkir Tafsir, 313. 21 Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 349.

Page 85: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

70

Sebuah bangunan yang kuat biasanya disangga dengan tiang-tiang

pancang yang menghujam jauh ke dalam.22

Dalam Tafsir at-T {abari >

dijelaskan neraka hutamah terdapat tiang-tiang yang membentang panjang

dengan tingkatan.23

Pada akhir surat al-Humazah berisi tentang hari

kebangkitan pada hari kiamat yang dikaitkan dengan para pelaku

pengumpat dan pencela dan manusia yang tamak terhadap harta.

Surat ini berisi pelajaran tentang jiwa yang kerdil, yang menilai

kesuksesan hanya pada keberhasilan mengumpulkan materi. Mereka

melihat bahwa keberhasilan moral, etika, dan bakat seorang tidak ada arti

dalam hidup ini. Islam melarang menghina dan merendahkan martabat

orang lain. Dalam surat ini dijelaskan pelarangan itu begitu mengesankan

dan mendalam, hingga masuk ke dalam neraka wail.24

Pada bagian awal surat ini berbicara tentang wail yang merupakan

kecelakaan, kenistaan, dan penghinaan, maka pada bagian akhir surat

dijelaskan tidak ada yang lebih celaka daripada orang yang dibakar

sekujur tubuhnya di dalam neraka serta diikat di tiang-tiang yang sangat

panjang. Demikian bertemu awal surat ini dan akhirnya.25

B. Makna Harta dan Relevansinya dengan Pengumpat serta Penimbun

Harta

1. Pengertian Pengumpat (Humazah) dan Pencela (Lumazah)

Salah satu fitrah bagi sesama manusia adalah berkomunikasi

dengan baik. Kemampuan komunikasi antar sesama dapat menumbuhkan

fungsi sosial di tengah masyarakat. Akan tetapi dalam berkomunikasi juga

harus disertai dengan etika. Komunikasi yang baik akan membawa pada

22

Salman Harun, Secangkir Tafsir, 314. 23

Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir at-T{abari >, Jami‟ al-Bayan an Ta‟wil Ayi Al-

Qur‟an, terj. Amir Hamzah, jilid 26 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 936. 24

Muta walli > Sya’ra >wi>, al-Sya‟ra>wi >, 449. 25

Quraish Shihab, al-Misbah, 609.

Page 86: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

71

kehidupan yang nyaman. Namun, jika komunikasi tidak memiliki etika

maka akan mendatangkan permasalahan-permasalahan seperti

menimbulkan kebencian dan permusuhan antar individu atau golongan.

م من يه وسل

ى الل عل

الل صل

رسيل

: كال

بي وريرة رضي الل غنه كال

غن أ

يلل

ل ـ آخر

ييم ال

ان يؤ من ةاالل وال

و ليصمج .....ك

خحدا أ

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah Saw.

Bersabda: Barang siapa yang beriman kepada Allah Swt, dan hari

kiamat, maka ia hendaknya berkata hanya perkara yang baik atau

diam,…” (HR. Bukhari).26

Imam al-Ghaza >li mengatakan anggota tubuh yang paling durhaka

kepada manusia adalah lisan. Sungguh lisan itu merupakan alat perangkap

setan yang paling jitu untuk menjerumuskan manusia.27

Berkaitan tentang

lisan, dalam Qs. al-Humazah terdapat dua sifat buruk yang tanpa kita

sadari terdapat dalam diri manusia yaitu Humazah dan Lumazah yang

dapat menyebabkan sifat sombong karena memiliki kelebihan dalam harta.

Kata Humazah dan Lumazah adalah berbentuk mubalagah isim fa >‟il yang

artinya menjelaskan bahwa perbuatan tersebut dilakukan sering kali

dilakukan.28

Secara bahasa Humazah berarti mengumpat.29

Kata al-

Humazah berasal dari kata “الهوس” al-Hamzu, yang berarti tekanan atau

dorongan. Huruf hamzah dalam alphabet bahasa arab, dinamai demikian

karena posisi lidah dalam pengucapannya berada di ujung tenggorokan

sehingga untuk mengucapkannya dibutuhkan semacam tekanan dan

26

Abu „Abdullah Muhammad bin Isma>‟il bin al-Mughi >rah al-Bukha>ri, Shahih

Bukha>ri, juz 20 (Beiru>t: Dar al-Fikr, 2006), 11. 27 Imam al-Ghazali, Bahaya Lidah, cet. I (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),1. 28 Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman, 511. 29 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indoneia,

1980.

Page 87: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

72

dorongan. Mendorong orang lain dengan lidah (ucapan) atau dengan kata

lain menggunjing, mengumpat, atau mencela orang lain tidak di hadapan

yang bersangkutan.30

ياطحن .…ومزات الش

“… dorongan-dorongan setan untuk melakukan kejahatan.” (Q.S. al-

Mu‟minu >n (23) : 97)31

Sedangkan, secara bahasa kata Lumazah berasal dari kata لوس yang

berarti mencela.32

Kata Lumazah berasal dari “اللوس” al-Lamzu, yang

digunakan untuk menggambarkan ejekan yang mengundang tawa atau bisa

juga diartikan mengejek dengan menggunakan isyarat mata atau tangan

yang disertai dengan kata-kata yang diucapkan baik secara bisik-bisik,

dihadapan maupun di belakang orang yang di ejek.33

م نفسك

مزو أ

حل ولا

“Dan janganlah kamu mengejek dirimu sendiri..” (Q.S. al-H }ujura >t (49)

: 11)34

Menurut Al-Sya‟ra >wi>, Humazah adalah orang yang mencela orang

lain, baik dari segi fisik atau status sosial serta mencela segala perbuatan

dari seseorang yang dilakukan secara terbuka di depan umum. Sedangkan

Lumazah adalah suatu perbuatan yang mengandung ejekan, bisa dengan

lisan atau isyarat mata dan gerakan-gerakan yang dilakukan secara

30

Quraish Shihab, al-Misbah, 602. 31

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan,

348. 32

Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indoneia,

1562. 33

Ibnu Mandzu >r, Lisa>n al-„Arabi, juz 12, 326. 34

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 516.

Page 88: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

73

tersembunyi dan berulang-berulang. Pada umumnya, sifat ini lebih berani

membuka aib seseorang karena dilakukan secara tersembunyi.3536 Kedua

sifat tersebut adalah orang-orang yang suka menyebarkan fitnah, yang

membangkitkan perselisihan diantara orang-orang yang saling mengasihi,

dan yang mencari aib makhluk.37

Mengumpat dan mencela orang lain lain

adalah perbuatan yang diharamkan dan dilarang oleh agama. Menganggap

rendah derajat orang lain, merendahkan atau menyebut-nyebut kekurang

dengan cara yang dapat membuat bahan tertawaan. Dan merasa dirinya

lebih mulia, lebih tinggi kedudukannya, sehingga orang lain dianggapnya

rendah, hina serta tidak berderajat.

Humazah dan Lumazah memiliki persamaan makna yang sama

dengan ghi>bah dan Sukhriyyah. Dalam kitab Lisa >n al-„Arabi, ghi>bah

berasal dari kata ,الإغتيا ,إغتيا ,إغتياباا, yang berarti menggunjing

atau menuturkan keburukan orang lain yang tidak disukai. Jika yang

digunjingnya itu memang benar adanya pada diri seseorang. Dan jika yang

digunjingnya itu tidak terdapat pada seseorang, maka itu disebut buhta >n

(kebohongan besar).38

Sedangkan kata Sukhriyyah berasal dari kata السخريت , سخر ,

السخري , yaitu olok-olokan atau ejekan yang menimbulkan tertawaan

orang, atau bisa diartikan perkataan pedas yang menyakitkan hati.39

Sukhriyyah bisa juga terjadi dengan menyebut kekurangan orang lain atau

meniru dengan perkataan, perbuatan, atau isyarat orang yang diolok-olok

35 Mutawalli Sya‟ra>wi >, al-Sya‟ra>wi >, jilid 15, 451. 36

Lihat penafsiran al-Sya‟rawi pada Q.S. al-Qalam ayat 11, Mutawalli Sya‟ra >wi >,

Tafsir al-Sya‟ra>wi >, 16210-16212 37 Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, terj. Dudi Rosyadi dan Faturrahman,

jilid 20 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 718. 38

Ibnu Manzu >r, Lisa>n al-„Arab, juz 10, 152. 39 Ibnu Manzu >r, Lisa>n al-„Arabi, juz 15, 84.

Page 89: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

74

apabila keliru perkataan atau perbuatannya bahkan rupanya yang buruk

agar menjadi bahan tertawaan.40

Persamaan keempat sifat tersebut adalah sama-sama perbuatan yang

dilarang dalam agama dan hukum sosial dalam bermasyarakat. Karena

dengan mudah merendahkan orang lain. Jika sifat-sifat tersebut sudah

menjadi kebiasaan dalam masyarakat suatu kampung maka akan

menimbulkan perpecahan. Sedangkan perbedaan yang terdapat dalam

Humazah dan Lumazah adalah dilakukan secara berulang-ulang.

2. Relevansi Harta dengan Pengumpat dan Penimbun Harta

Harta merupakan ujian kemuliaan. Allah memberikan gambaran

kehidupan, dimana ditemukan banyak orang yang memiliki kelebihan

harta namun, tidak memposisikan diri pada tempatnya. Dia memperoleh

dan mengeluarkan harta bukan pada tempatnya. Dengan begitu sebagian

orang berkesimpulan bahwa harta pada dasarnya bukan merupakan

kemuliaan bagi yang memiliki dan bukan penghinaan bagi yang tidak

memiliki. Akan tetapi harta merupakan ujian dan cobaan. Barangsiapa

yang mensyukuri nikmat Allah lulus dalam ujian dan barang siapa yang

sabar atas kemiskinan maka dia lulus dalam ujian tersebut.41

مز ومزة ل

كل

لدهۥ ٱ(١ة)ويل ا وعد

ذى جمع مال

(٢)ل

“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela (1) yang

mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya (2)”42

Pada Bab 2, penulis sudah menjelaskan pengertian harta. Salah

satunya berarti cenderung atau senang. Dinamai seperti itu karena

40

Abdullah Husaeri, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur‟an: Kajian

Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13”. (Skripsi S1, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurusan,

UIN Jakarta, 2008), 27. 41

Mutawalli > Sya’ra >wi>, al-Sya‟ra>wi >, jilid 15, 293-294. 42

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 601.

Page 90: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

75

sebagian manusia cenderung lebih mencintai harta benda. Pada umumnya

Al-Qur‟an menggunakan kata harta (al-Ma>l), dalam bentuk tunggal atau

jamak, jumlah derifasi dalam bentuk jamak lebih banyak ini memberi

kesan bahwa harta harus memiliki fungsi sosial dan tidak hanya dijadikan

semata-mata milik pribadi.

Kepemilikan manusia terhadap harta bukanlah kepemilikan dalam arti

hakiki, melainkan kepemilikan dalam bentuk semu (nisbi), dan

kepemilikan tersebut hanya terbatas semasa manusia hidup saja.

Sedangkan apabila manusia meninggal dunia, harta yang menjadi

miliknya kembali menjadi miliki Allah, sebagai pemilik yang hakiki

sesungguhnya.43

Tidak seorangpun yang dapat hidup kekal di dunia ini.

Setiap orang dari kita pasti meyakini bahwa pada suatu saat nanti pasti

mati. Para penimbun harta mengira bahwa harta yang di timbunnya akan

membuanya kekal hidup di dunia. Dia dapat melakukan apa saja agar harta

tersebut abadi dan tidak berubah. Padahal harta itu bersifat berubah, tidak

kekal.44

Sifat gemar mengumpulkan harta yang mengira bahwa apa yang

mereka miliki akan membuatnya kekal yang mengira bahwa ada sebuah

kekuatan yang dapat membeli segala sesuatu. Sifat mengumpulkan harta

akan membentuk pribadi yang tidak peduli pada lingkungan sosial yang

mendekatkan pada pribadi yang bakhil. Jika harta merupakan segala

sesuatu yang mendatangkan kesenangan bagi pemiliknya, maka

kesenangan yang melahirkan sebuah kekuatan karena menduga bahwa

harta-harta tersebut membuatnya kekal, akan menimbulkan rasa sombong

sehingga dengan mudah merendahkan derajat orang disekitarnya. Harta

43

Abdul Karim, “Fungsi Harta Menurut Al-Qur‟an”, 65. 44 Mutawalli > Sya’ra >wi>, al-Sya‟ra>wi >, jilid 15, 454.

Page 91: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

76

memiliki banyak definisi jika dikaitkan dengan sifat pengumpat dan

pencela yang suka menghina dan menimbun diantaranya,

1. Harta merupakan Kekayaan Materi

Pada umumnya kebanyakan orang menganggap bahwa harta

merupakan kekayaan material yang tampak dimiliki oleh pemilik

harta. Seperti, memiliki rumah yang mewah, mobil-mobil, hamparan

lahan yang luas, cara menggunakan pakaian serta bahan pakaian yang

dikenakan, dsb. Segala sesuatu yang berharga yang didalamnya

terdapat kesenangan bagi pemiliknya terutama dalam bidang

ekonominya sehingga menjadikan orang tersebut memiliki status

sosial yang tinggi di lingkungannya.

Ukuran nilai seseorang dalam pandangan Allah tidak ditentukan

oleh materi duniawi yang dimiliki seseorang. Kesemuanya itu

hanyalah nilai palsu yang menipu mata manusia. Namun Islam

menekankan bahwa kesemuanya itu tidak bisa dijadikan sebagai

tujuan hidup. Siapa yang ingin menikmatinya, maka ia boleh

menikmatinya. Namun demikian, hendaknya tidak membuat lalai dari

mengingat Allah dan selalu bersyukur kepada Allah atas semua

nikmat yang telah diterimanya.45

Sebaliknya, kekayaan materi yang

diiringi dengan kebiasaan mengumpat dan mencela hanya akan

menumbuhkan pribadi sombong yang suka merendahkan orang-orang

sekelilingnya terutama yang dianggap lebih rendah dalam hal materi.

Mereka akan menganggap segala yang didapatnya merupakan hasil

jerih payahnya tanpa bantuan tangan manusia lain.

2. Harta merupakan Kedudukan atau Jabatan,

45

Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan al-Qur‟an (Jakarta:

Gema Insani Press, 2006), 73.

Page 92: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

77

Menjadi orang terhormat, orang yang disegani, atau orang yang

terkenal barangkali menjadi cita cita atau impian sebagian orang. Hal

tersebut berhubungan dengan sebuah jabatan atau kedudukan. Ada

berbagai niat seseorang ingin memiliki jabatan, ada yang berniat baik

misalnya ingin membantu, bermanfaat untuk orang banyak,

melindungi yang lemah. Tetapi tidak sedikit pula yang menginginkan

jabatan karena niat yang buruk atau niat duniawi semata, misalnya

ingin memiliki kekayaan sebanyak-banyaknya dan menganggap

segalanya bisa dibeli dengan uang, untuk kebanggaan diri atau

bersikap sombong.46

Banyak diantara manusia beranggapan bahwa dengan harta dapat

memberikan martabat yang terhormat kepada orang yang

memilikinya. Pada dasarnya kedudukan atau jabatan merupakan

sebuah amanah. Jabatan atau kedudukan yang terdapat didunia ini

ada periode waktu yang membatasi seperti, preside menjabat selama 5

tahun dan dapat dipilih 2 periode. Jabatan yang digunakan secara

sewengan-wenang, melampaui batas, dan tidak berjalan pada

tempatnya hanya akan merugikan diri sendiri dan lingkungan

sekitarnya.

Kedudukan atau jabatan bermakna harta karena didalamnya

terdapat kesenangan, sehingga bagi yang mendapatkan posisi tesebut

merasa bangga. Dengannya membawa arti penting dimana seorang

akan memiliki pengaruh dan akan mempengaruhi status sosial

seseorang ditengah masyarakat dengan beberapa hak istimewa yang

dimilikinya. Tak jarang juga jabatan menjadi bahan kesombongan jika

bersamaan dengan kebiasaan suka mengumpat dan mencela antar

46

Tim Redaksi Dalamislam, “Hukum Membeli Jabatan Dalam Islam”, Diakses,

29 Januari, 2021, https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-membeli-jabatan-dalam-

islam.

Page 93: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

78

sesama sehingga mudah merendahkan orang lain yang hanya

memandang status dalam pergaulan, dan bahkan apa yang dimilikinya

akan mendukung segala ambisi pribadi.

3. Harta Merupakan Kesukesesan

Kesuksesan merupakan harapan semua orang di dunia ini, baik

kesuksesan di dunia atau di akhirat, karena setiap manusia selalu

memiliki impian dan tujuan dalam hidupnya. Kesuksesan adalah buah

dari usaha yang maksimal dengan kegigihan, ulet, dan pantang

menyerah. Berkaitan dengan kehidupan duniawi, kesuksesan juga

merupakan harta karena didalam kesuksesan adalah suatu yang

berharga dan kebanggaan bagi yang mengalaminya.

روا الل واذك ضل الل ـ رض وةخؾيا من

انتشهوا فى الأ ـ ة

لا إذا كضيج الص ـ

م حفلحين كػلرحدا ل

ك

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di

muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-

banyak supaya kamu beruntung”. Q.S. al-Jumu‟ah (62): 1047

Keseimbangan antara tuntutan hidup di bumi berupa pekerjaan,

perjuangan, aktivitas, dan usaha. Dzikrullah harus dilakukan di

tengah-tengaj mencari penghidupan.48

Namum kesuksesan yang

dibanggakan secara berlebihan akan mengantarkan kepada sifat

angkuh dan menilai manusia hanya dari status sosial. Buah

keberhasilannya hanya dijadikan sebagai ajang ria/ pamer dan

memandang rendah orang lain sehingga kesuksesan yang dimilikinya

adalah hasil usahanya sendiri tanpa bantuan orang disekitarnya.

4. Harta Merupakan Kepintaran

47

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 554. 48

Sayyid Qut }b, Fi> Zila>l al-Qur‟a>n, juz 6 (Jakarta: Gema Insani Press, 2003),

3570

Page 94: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

79

Memiliki serta menguasai ilmu pengetahuan merupakan sebuah

anugerah dari sang Khalik. Tidak semua orang memiliki ilmu

pengetahuan, oleh karena itu untuk memperolehnya membutuhkan

proses serta perjuangan dalam menuntut ilmu. Anugerah kepintaran

yang dimiliki oleh seorang yang menuntut ilmu merupakan sebuah

keberkahan, karena merupakan senuah jihad dan orang yang berilmu

akan Allah angkat derajatnya49

. Jika ilmu tersebut diamalkan dengan

baik, maka ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh orang yang berilmu

akan menjadi sebuah aset berharga bagi dirinya. Oleh karena itu, ilmu

pengetahuan merupakan harta karena sebagai aset berharga yang

memiliki suatu nilai dan berharap dapat memberikan manfaat.

Ilmu sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai

ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut terkadang

menyebabkan terjadinya akibat yang negatif seperti, bukan mutu ilmu

yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya.50

Hal ini

merupakan salah satu perbuatan mengamalkan ilmu yang tidak baik.

Jika kepintaran yang menjadi ukuran adalah gelar kesarjaannya atau

dengan tujuan mencari kehormatan, maka akan tertanam rasa

sombong dalam jiwanya. Terlebih jika bersamaan dengan kebiasaan

mengumpat dan mencela orang lain yang merendahkan orang

disekitarnya terutama dari segi pendidikan.

Jadi, surat al-Humazah mendefinisikan makna harta dengan beberapa

arti, Pertama, harta adalah segala bentuk kekayaan materi yang dimiliki

seseorang yang dapat membawa unsur kesenangan. Kedua, kedudukan

atau jabatan yang merupakan perantara untuk memperoleh hidup

49

Lihat Q.S. al-Muja>dilah (58): 11 50

Tien Pratiwi, “Konsep Kehormatan Manusia Dalam Al-Qur‟an Dan

Relevansinya Dengan Kehidupan Masyarakat Modern”, (Skripsi S1, Fakultas

Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Ponorogo, 2018), 21.

Page 95: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

80

terhormat kemudian meraka bisa menggiring masa untuk memenuhi

ambisinya sehingga hanya untuk meninggikan kedudukan mereka di mata

orang sekitar. Ketiga, kesukesesan yang diraih oleh seorang yang

beranggapan bahwa segala kesuksesan yang diperolehnya adalah hasil

usaha sendiri tanpa melibatkan orang lain. Keempat. kepintaran yang

dimiliki terkadang membuat dirinya mudah merendahkan orang lain.

Para pengumpat yang gemar mengumpulkan harta, banyak

menggunakan logika pemikiran mereka untuk menilai banyak hal menurut

cara pandang mereka. Orang yang kikir akan menilai harta yang sedikit

sebagai banyak akibat kekikirannya. Tetapi harta yang banyak itu pada

hakikatnya sedikit jika dilihat dari sudut pandang Allah.Dalam tafsir al-

Misbah, Humazah dan Lumazah memahaminya dalam arti suatu group

atau kelompok yang berada disekeliling yang bersangkutan yang

mengumpul harta dan menghimpun orang-orang sekelilingnya untuk

mendukung kebijaksanaan dan ambisinya. Disamping itu pula

mempersiapkan harta tersebut untuk anak dan keturunannya.51

Kekayaan materi, kedudukan atau jabatan, kesuksesan, kepintaran

yang di anugerahkan Allah kepada seseorang tertentu, jika diiringi dengan

sifat pengumpat karena kelebihan yang dimilikinya sehingga

menimbulkan sifat sombong hanya membuat hidupnya sia-sia dan tidak

berarti. Kenikmatan atas suatu kelebihannya tersebut tidak dimanfaatkan

sebaik-baiknya. Peribahasa mengatakan siapa yang menanam, maka dia

yang memetik. Harta tersebut jika dimanfaatkan untuk kemaslahatan

manusia disekitarnya, maka akan membuahkan ketentraman dan investasi

kebaikan bagi dirinya. Harta itulah yang membawa keberkahan dan

kesejahteraan bagi pemiliknya, baik sejahtera lahir maupun batin.

C. Dampak Kepemilikan Harta dalam Qs. al-Humazah

51

Quraish Shihab, al-Misbah, jilid 15, 606.

Page 96: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

81

Banyak orang yang mengukur nilai dan martabat seseorang dengan

jumlah kekayaan yang dimiliki. Apabila sesorang tersebut kaya maka

dianggap mulia, sebaliknya dianggap rendah dan hina. Pada hakekatnya

cara yang digunakan dalam memperoleh harta akan berpengaruh terhadap

fungsi harta. Orang yang memperoleh harta dengan mencuri,

memfungsikannya kebanyakan untuk kesenangan semata, seperti mabuk,

bermain wanita, judi dan lain-lain. Sejatinya, Islam mengajarkan sebuah

persaudaraan meliputi seluruh golongan masyarakat, maka tidak ada

segolongan manusia lebih tinggi daripada segolongan yang lainnya. Tidak

boleh harta, kedudukan, nasab atau status sosial atau apapun menjadi

penyebab sombongnya sebagian manusia atas sebagian yang lain.

Harta bukanlah suatu yang abadi, tidak juga kekal. Namun, mereka

mengira bahwa harta yang dikumpulkan akan bersifat kekal dan akan

mengekalkan hidupnya. Sifat gemar mengumpulkan harta membuat hati

manusia jauh dari sifat empati melihat manusia yang susah dan menderita

dan membuatnya bakhil. Dengan kekuatan harta, mereka dapat membeli

dan melakukan segalanya agar harta tersebut tidak berubah. Padahal harta

itu dapat datang dan pergi. 52

Salah satu contoh bahwa harta itu tidak

bersifat abadi, dalam kehidupan manusia akan dihadapkan pada dua

kenyataan yang tidak dapat dipungkiri yaitu hartanya kekal, tetapi ia tidak,

atau mereka kekal sedang hartanya tidak. Hartanya meninggalkan dia,

karena dicuri atau dirampok. Jadi dua keadaan ini ada dalam kehidupan

manusia sehingga membuatnya tidak dapat menjamin kebahagiaan abadi

lewat pintu harta.53

Salah satu sifat dari pengumpat dan pengejek itu, yaitu

menghimpun harta yang banyak dan sering sekali menghitung-hitungnya.

52

Mutawalli > Sya’ra >wi>, al-Sya‟ra>wi >, jilid 15, 454. 53 Mutawalli > Sya‟rawi >, al-Sya‟ra>wi >, jilid 15, 455.

Page 97: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

82

Hal itu dilakukan karena mengira bahwa hartanya akan melanggengkan

hidup dan kebahagiaanya.

Semua kekayaan di bumi ini adalah kepunyaan Allah dan bukan milik

seseorang. Walaupun seseorang memiliki banyak harta, namun pada

hakikatnya adalah milik Allah. Harta merupakan perantara untuk

memakmurkan bumi. Maka kita harus membuka pintu-pintu rezeki bagi

sesama manusia. Hal ini memberikan dorongan jiwa agar manusia mau

bekerja, berusaha, dan membangun.54

Al-Qur‟an telah memberikan

batasan-batasan dalam menyikapi harta. Kecintaan yang berlebihan

terhadap harta membuat seseorang menghalalkan segala cara untuk

mendapatkan kesenangan dalam hidupnya seperti, menipu, mencuri,

korupsi).

Dilihat dari struktur bahasa, ayat 1 dan 2 pada surat ini merupakan

suatu kesatuan memberikan isyarat ilmiah tentang proses jiwa yang rusak

secara psikologis.55

Karena lafaznya umum, maka ayat diatas berlaku

secara umum dan universal. Maka larangan supaya jangan menghina atau

merendahkan orang lain bukan saja berlaku bagi kaum lelaki, tetapi juga

berlaku bagi kaum wanita. Terlebih kaum wanita cenderung lebih

emosional dan sensitif, dan paling sering memberi penilaian atau sangka

kepada sesama perempuan baik mengenai bentuk, pakaian maupun

tentang gaya.56

Apabila kamu melihat kisah yang memiliki sebab turun,

maka janganlah kamu menganggap bahwa sebablah yang membuat ayat

itu turun. Akan tetapi sebab adalah sarana untuk mempertajam prinsip.57

Dalam urusan harta, ada kecenderungan manusia untuk menimbun

sebanyak-banyaknya harta itu dengan tujuan status sosial. Hal ini biasanya

54 Mutawali Sya‟rawi, Halal dan Haram, terj. Amir Hamzah (Jakarta: Pustaka

Al-Kautsar, 1994), 74. 55

Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman, 510-511. 56

Imam Al-Ghazali, Bahaya Lidah, 170. 57

Mutawalli > Sya’ra >wi>, al-Sya‟ra>wi >, jilid 15, 454.

Page 98: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

83

disebabkan oleh pertama, sifat tamak atau serakah, ingin memperoleh

sesuatu yang sebanyak-banyaknya untuk diri sendiri. Tapi tidak hanya itu,

orang yang serakah ingin mendapatkan sesuatu yang lebih banyak

daripada yang dimiliki oleh orang lain. Ketamakan manusia terhadap harta

ini digambarkan dalam Al-Qur‟an seperti “kera” yang selalu rakus

terhadap makanan,58

dan lebih buruk lagi digambarkan seperti “anjing”

yang selalu menjulurkan lidahnya, baik dalam keadaan lapar maupun

kenyang59

. Sebagian mufasir menjelaskan watak anjing yang paling tidak

terpuji adalah jika dia sedang terjepit ia teriak-teriak minta tolong, tetapi

ketika ia ditolong dilepaskan justru menggigit orang yang menolongnya.

Demikian perumpamaan manusai yang tamak terhadap harta.60

Sifat

tamak akan membawa seseorang kepada kedengkian. Jika keduanya sudah

menyatu, maka rusaklah kehidupan.61

اه إلا ـ

ن يملأ

ه واديان ، ول

ين ل

ن يك

حب أ

ن لاةن آدم واديا من ذوب أ

ي أ

ل

ى من حاب داب ، ويخيب الل عل الت

“Dari Ibnu Syihab, dari Anas bin Malik, dari Rasulullah saw

bersabda, “Seandainya anak Adam memiliki satu bukit dari emas,

tentu di lebih senang lagi jika memiliki bukit (emas) yang lain. Dan

tidak akan memenuhi mulutnya selain tanah. Dan Allah menerima

taubat orang yang bertaubat”. (HR Muslim)

Sifat tamak (serakah) akan menimbulkan datangnya sifat kikir

(bakhil). Kedua, sifat kikir merupakan hasil rekayasa setan yang menakut-

58

Lihat Q.S. al-Baqarah (2): 65. 59 Lihat Q.S. al-A‟ra>f (7): 176. 60

Anwar Sutoyo, Manusia Dalam Perspektif Al-Qur‟an (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2015), 155. 61 Achmad Chodjim, Al-Falaq:Sembuh Dari Penyakit Batin Dengan Surah

Subuh (Jakarta, PT. Serambi Ilmu Semesta, 2002), 143.

Page 99: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

84

nakuti manusia akan menjadi miskin jika suka memberi62

. Bagi mereka

yang bersifat kikir, kemungkinan tidak akan luput dari 7 hal, yaitu:63

1. Jika meninggal dunia, hartanya akan dihabiskan oleh ahli warisnya

untuk kemaksiaatan

2. Hartanya akan dirampas oleh pengusaha setelah ia dihinakan

(dipenjara),

3. Akan tumbuh nafsu syahwat yang menyebabkan hartanya habis

sia-sia,

4. Tumbuh keinginan untuk membangun usaha, namun Allah

menghendaki untuk bangkrut usahanya,

5. Akan ditimpa bencana berupa kebanjiran, kebakaran, dan

perampokan sehingga hartanya habis,

6. Akan ditimpa penyakit kronis, sehingga hartanya habis untuk

mengobatinya,

7. Harta itu disimpan di suatu tempat (Bank dan sejenisnya), tetapi

ketika hendak dibutuhkan tiba-tiba datang musibah (bank tersebut

kabur, atau perampokan).

Sifat Bakhil (pelit) juga merupakan bagian dari sifat serakah. Mereka

beranggapan semua yang diperoleh adalah hasil usaha dan kerja keras

sendiri. Padahal dari semua yang diperoleh terdapat bagian dari orang

yang membutuhkan. Sifat ini juga akan menghalangi terciptanya

persaudaraan dan rasa saling tolong menolong.

Bakhil atau pelit berasal dari kata bakhila-yabkhalu-bakhlan atau

bakhula-yabkhulu-bukhlan artinya kikir. Sedangkan menurut istilah bakhil

adalah suatu sikap mental yang tidak mau mengeluarkan harta atau yang

lainnya kepada orang lain yang memerlukan, sementara dirinya

62

Lihat Q.S. al-Baqarah (2): 268. 63

Anwar Sutoyo, Manusia Dalam Perspektif Al-Qur‟an, 159.

Page 100: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

85

berkecukupan. Orang yang bersifat bakhil berarti egois, yang hanya

memperhatikan dan memperdulikan dirinya sendiri. Orang seperti ini tidak

merasa dirinya akan binasa dan tidak memiliki rasa kasih sayang serta

martabat kemanusiaan.64

واسخؾنى )( ل ا من بخ م

وا

ب ةاال ذ

ػسهى )(ومايؾني وك

هه لل

سنيس ـ حسنى )(

ه إذاحرد )( غنه ما ل

“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta

mendustakan yang terbaik, maka kelak Kami akan memudahkan

baginya kesukaran dan tidak berguna baginya hartanya apabila ia

telah binasa”. (Q.S. al-Lail (92) : 8-11)65

Pada intinya sifat kikir dan serakah disertai kecenderungan untuk

menimbun harta sebanyak-banyaknya dapat melecehkan nilai-nilai

kehidupan dalam bermasyarakat. Sifat tersebut akan berdampak negatif

bagi diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu Al-Qur‟an menganjurkan

pentingnya berbagi dengan bersedekah.

شديد حد ل خ

وإنه لحب ال

“Dan ia sangat mencintai kebaikan” (Q.S. al-„Adiyat (100) : 8)66

Disini, harta disifatkan sebagai kebaikan. Ini menunjukan bahwa cinta

harta terkadang menjadi utama jika dikumpulkan dengan jalan yang halal,

menunaikan hak Allah Swt yang ada didalamnya, menafkahkannya di

64 Rosihan Anwar, Akidah Akhlak (Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2008),

212. 65

Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 595. 66 Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 599.

Page 101: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

86

jalan kebaikan dan ketaatan, dan menjaga diri dari merendahkan orang

lain, serta berlomba beramal soleh.67

Quraish Shihab menjelaskan sikap seorang terhadap harta dilihat dari

tingkat kedermawanan dan tingkat keengganan memberi, yang dapat

digolongkan menjadi tiga, yaitu memberi tanpa diminta, memberi setelah

diminta, memberi setelah diajukan kepadanya permintaan yang

mengundang rasa iba.68

Dalam Qs. al-Humazah dampak apabila harta yang amanahkan hanya

untuk meremehkan orang lain dan tidak dimanfaatkan dengan baik

balasannya adalah akan dimasukan ke neraka h }utamah. Api yang menyala-

nyala yan dapat membakar hingga ke hati manusia. Karena hati

merupakan awal dimana seorang bersikap dan mempengaruhi baik

buruknya sikap tesebut. Jika pada saat memiliki harta digunakan untuk

menyakiti hati, menghina, merendahkan orang lain, melemahkan semangat

maka balasan siksaan neraka h }utamah yang membakar hingga ke dalam

hati adalah balasan yang setimpal. Balasan ini merupakan lukisan bagi

pelaku pengumpat dan para penimbun harta yang mengabaikan hartanya

untuk nilai-nilai sosial di masyarakat.

Taubat adalah jalan terakhir bagi mereka yang telah melakukan

kesalahan-kesalahan (mengumpat dan mencela), dengan bertaubat berarti

sebuah penyesalan dengan tekad yang sunguh-sungguh untuk tidak

mengulangi perbuatan di masa mendatang sehinga tidak ada lagi orang

yang tersakiti dan sebaliknya jika mereka tidak mau bertaubat maka

mereka pada dasarnya telah melakukan perbuatan yang dilarang oleh

agama dan pada akhirnya akan mengantarkannya menuju neraka. Dalam

67 Anas Ahmad Karzon, Tazkiyatun Nafs (Gelombang Energi Penyucian Jiwa

Menurut Al-Qur‟an dan as-Sunnah di Atas Manhaj Salafus Sha>lih) , terj. Emiel Threeska, cet. IV (Jakarta: Akbar Media, 2016), 249

68 Anwar Sutoyo, Manusia Dalam Perspektif Al-Qur‟an, 158.

Page 102: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

87

Al-Qur‟an memberikan beberapa alternatif cara mencegah perbuatan

penyalahgunaan harta dalam Qs. al-Humazah yaitu:

1. Muhasabah diri

Intropeksi diri adalah memperhatikan dan merenungkan hal-hal

baik dan buruk yang telah dilakukan. Termasuk memperhatikan niat

dan tujuan suatu perbuatan yang telah dilakukan, serta menghitung

untung dan rugi suatu perbuatan. Jadi sebenarnya muhasabah

mencakup hal-hal yang telah dilalui, yang sedang dijalani, dan yang

akan datang. Walaupun nampaknya hanya mencakup masa lalu dan

kini saja.69

ذين ءامنيااحليالل يىاال

يأ إن الل مج لؾد )( واحليالل اكد تنظرنفس م

ول

ين ختحد ةماحػمل

“Hai orang-orangyang beriman, bertaqwalahkepada Allah dan

hendaklah setaip diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya

untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, Sungguh,

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. al-H {asyr

(59) : 18)70

Untuk membantu agar terus muhasabah diri, kita harus menyadari

bahwa gerak-gerik kita selalu dalam pengawasan Allah, termasuk

segala perbuatan yang tersembunyi.

2. Menjunjung Kehormatan dan Persamaan Derajat antar Sesama

Dalam Al-Qur‟an surat al-Hujura >t ayat 13 menjelaskan bahwa

manusia diciptakan dengan bermacam bangsa dan suku agar saling

ta‟aruf. Menjalin hubungan muamalah yang baik dan selalu membawa

69

Anas Ahmad Karzon, Tazkiyatun Nafs, 154. 70 Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 548.

Page 103: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

88

nilai-nilai positif kepada lingkungan sekitar, maka tidak sepantasnya

manusia berperilaku sombong. Karena yang membedakan kedudukan

mereka di mata Allah hanyalah nilai ketakwaan.

Belajar menghormati sesama manusia harus dimulai sejak anak-

anak di lingkungan rumah (keluarga). Sebab pendidikan keluarga

merupakan pendidikan pertama kali yang dirasakan dan menyentuh

jiwa anak. Sebagai contoh seorang anak yang sehari-harinya biasa

melihat ibu berdusta maka sulit bagi anak menjadi orang yang jujur.

Demikian pula seorang anak yang sehari-harinya biasa melihat orang

tuanya mengolok-olok, mencela, menggunjing, dan memanggil ibunya

dengan kecacatan yang ada pada ibu tersebut maka sulit bagi anak

menjadi orang yang menghormati orang lain.71

3. Husnudzan

Dengan berparasangka baik seseorang akan hidup dengan tenang

dan tentram di tengah masyarakat, seorang prasangka tidaklah

dinyatakan bersalah sebelum terbukti kesalahannya dan tidak dapat

dituntut sebelum terbukti kebenaran dugaan yang dihadapkan

kepadanya. Dengan ber-husnudzan akan membentengi suatu

masyarakan dari prasangka yang mengarah pada perbuatan yang sia-

sia.

Rasulullah SAW bersabda:

بى غرج, غن أ

ناد, غن الأ

بي الزى مالك, غن أ

ت عل

ي,كال : كرأ ي ةن يح ثنا يح حد

حديد, ذب ال

كن أ إن الظ ـ , ن م والظ

: إياك

كال الل

ن رسيل

وريرة أ

71

Abdullah Husaeri, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur‟an : Kajian

Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13”. (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

UIN Jakarta, 2008), 63-64.

Page 104: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

89

اسيا ول س ج

ات

سيا ول س ح

ات

احداةروا ول

اتباؽضيا ول

اسدوا ول ح

ات

سيا ول ـ تنا

إخيانا ينيا غتادالل وك

Rasulullah bersabda: Hindarilah zann (berprasangka)

sesungguhnya z {ann (berprasangka) adalah perkataan yang paling

dusta, dan janganlah saling menilai kesalahan orang lain, janganlah

saling mematai, janganlah saling menghasud, janganlah saling

membenci, dan saling bermusuhan, jadilah kamu hamba Allah

yang bersaudara”. (HR. Muslim)72

4. Menjaga Perkataan

Sebuah peribahasa mengatakan bahwa “lidah tak bertulang”. Hal

inilah yang menyebabkan banyak orang terpeleset dengan lisannya.

Terkadang banyak perpepecahan individu atau kelompok disebabkan

karena salah perkataan. Bahkan perkataan yan keluar dari lisan

menggambarkan perbuatannya. Oleh karena itu Islam mengajarkan

kepada kita agar membiasakan diri berkata dengan kalimat thayibah

yang terbagi menjadi tiga yaitu:

a. Qaulan Karima73

Qaulan Karima menyiratkan suatu prinsip utama dalam etika

komunikasi Islam, yaitu penghormatan. Komunikasi dalam Islam

harus memperlakukan orang lain dengan penuh rasa hormat. Karena

orang lain dinilai dari harga diri dan integritasnya sebagi manusai.

Dakwah secara qaulan karima dapat diterapkan ketika menghadapi

sasaran yang tergolong lanjut usia dan perkataan yang digunakan

72 Imam Muslim, Shahih Muslim, vol. 16 (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah), 118-

119. 73 Dalam Al-Qur‟an Qaulan Karima terdapat dalam Q.S. al-Isra‟ (17) : 23.

Page 105: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

90

adalah perkataan yang mulia, santun, penuh penghormatan, dan

penghargaan, serta tidak bersifat menggurui.74

b. Qaulan Sadida

Berkata benar serta jujur tanpa berbelit-belit merupakan pengertian

dari qaulan sadida yang mengandung kebenaran dan kejujuran. Orang

yang selalu berkata benar, maka perasaannya akan sealu tenang, jauh

dari resah dan gelisah sebab ia tidak pernah menzholimi orang lain

dengan kedustaan.75

c. Qaulan Ma‟rufan76

Kata qaulan ma‟rufa mengandung pengertian perkataan yang baik

dan pantas. Sasaran dalam konteks komunikasi ini adalah para da‟i

yang sepatutnya menyampaikan dengan cara santun, beradab, dan

menjunjung tinggi martabat manusia. Etika dalam komunikasi ini lebih

menekankan pada budi pekerti yang baik.77

d. Qaulan Baligha78

Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Jadi,

qaulan baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif dan tepat

sasaran.79

e. Qaulan Layyina80

Qaulan Layyina adalah etika komunikasi yang diimbangi dengan

sikap dan perilaku yang baik dan lemah lembut, tanpa emosi dan caci

maki. Contohnya, dalam keluarga, orang tua sebaiknya berkomunikasi

74

Anita Ariani, “Etika Komunikasi Dakwah Menurut Al-Qur‟an”. Alhadharah,

vol.11, no.21 (Januari-Juni 2012): 10. 75

Anita Ariani, “Etika Komunikasi Dakwah”, 11. 76

Dalam Al-Qur‟an Qaulan Ma‟rufa terdapat dalam Q.S. al-Baqarah (2): 235

dan 263; Q.S. an-Nisa>‟ (4): 5 dan 8; Q.S. al-Ahza>b (33): 32. 77

Anita Ariani, “Etika Komunikasi Dakwah, 12. 78

Dalam Al-Qur‟an Qaulan Baligha terdapat dalam Q.S. al-Nisa>‟ (4): 63. 79

Nazarullah, “Teori-Teori Komunikasi Massa Dalam Persepektif Islam”.

Jurnal Peurawi, vol.1, no.1 (2008): 4. 80

Dalam Al-Qur‟an Qaulan Layyina terdapat dalam Q.S. T{a>ha> (20): 44.

Page 106: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

91

pada anak dengan cara lemah lembut, jauh dari kekerasan dan

permusuhan.81

f. Qaulan Maisu >ra82

Dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan, dianjurkan untuk

menggunakan bahasa yang mudah, ringkas, dan tepat sehingga mudah

dicerna dan dimengerti. Bila qaulan ma‟ru>fa berisi petunjuk lewat

perkataan yang baik, qaulan maisu>ra berisi hal-hal yang

menggembirakan lewat pekataan yang mudah atau pantas.83

Demikian beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah

perilaku penimbun harta yang gemar mengumpat dan mencela aib orang

lain. Semoga penulis dan pembaca dapat mempraktekan beberapa cara ini

dengan baik dan benar sehingga dapat menimalisir kejelekan-kejelakan

sifat yang terdapat dalam Qs. al-Humazah.

81

Anita Ariani, “Etika Komunikasi Dakwah, 14-15. 82

Dalam Al-Qur‟an Qaulan Maisu >ra terdapat dalam Q.S. al-Isra‟ (17):28. 83 Anita Ariani, “Etika Komunikasi Dakwah”, 15.

Page 107: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

92

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari pertanyaan permasalahan yang tertulis dalam

rumusan masalah, dapat disimpulkan bahwa secara umum harta adalah

segala sesuatu yang mempunyai nilai dan dapat diambil manfaatnya

menurut syara‟ yang didalamnya membawa unsur kesenangan bagi

pemiliknya. Dalam Islam, harta befungsi untuk pengembangan,

pemakmuran, dan membuka pintu-pintu rezeki bagi manusia agar mereka

dapat bekerja dan berusaha dengan cara yang halal sehingga dapat

dimanfaatkan bersama. Menurut penafsiran al-Sya‟ra >wi> dalam surat al-

Humazah, harta tidak hanya bermakna kekakayaan berupa materi, namun

juga bisa berarti segala sesuatu yang membuat hati merasa lebih tinggi

dibanding orang lain seperti, kepintaran, kecantikan, kesuksesan, dan

kekemapanan yang membuat seseorang merasa diri lebih tinggi dibanding

orang sekitarnya.

Surat ini berisi pelajaran tentang jiwa yang kerdil, yang menilai

kesuksesan hanya pada keberhasilan mengumpulkan materi. Mereka

melihat bahwa keberhasilan moral, etika, dan bakat seorang tidak ada arti

dalam hidup ini. Sehingga dengan mudah mengumpat, mencela, atau

merendahkan orang lain.

Menurut al-Sya‟ra >wi> sebuah kisah yang memilki sebab turun, maka

jangan selau beranggapan bahwa sebablah yang membuat ayat itu turun.

Akan tetapi sebab adalah sarana untuk mempertajam prinsip. Sifat tersebut

(Humazah dan Lumazah) berlaku untuk umum bukan sekedar individu.

Karena lafaznya umum, maka ayat diatas berlaku secara umum dan

universal. Maka larangan supaya jangan menghina atau merendahkan

Page 108: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

93

orang lain bukan saja berlaku bagi kaum lelaki, tetapi juga berlaku bagi

kaum wanita. Terlebih kaum wanita cenderung lebih emosional dan

sensitif, dan paling sering memberi penilaian atau sangka kepada sesama

perempuan., baik mengenai bentuk, pakaian maupun tentang gaya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, penulis

mengharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bacaan dan

moral untuk masyarakat umum yang dapat membuat umat Islam sadar

bahwa kekayaan harta, kesuksesan, kepintaran, dan kemapanan seseorang

jangan membuatnya tinggi hati yang mudah meremehkan orang lain.

Penelitian tentang harta dalam Qs. al-Humazah ini masih banyak

kekurangan namun penulis mengharapkan perkembangan penelitian

tentang harta dalam suatu ayat dengan menggunakan cara baca mufasir

lain. Penulis juga menyadari banyak kekurangan dalam penulisan ini,

maka dari itu penulis mengharapkan kritik, atau saran atas penulisan ini

maka penulis akan menerimanya dengan senang sehingga dapat

perkembangan ilmu kedepannya.

Page 109: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

94

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ainain, Said Abu. Al-Sya’ra>wi> al-ladzi> la na‟rifuhu. Kairo: Akhba>r al-

Yaum, 1995.

Ali, Abdullah Yusuf. Tafsir Yusuf Ali, terj. Ali Audah. Bogor: Pustaka

Litera Antar Nusa, 2009.

Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. Kamus Kontemporer Arab-

Indoneia, cet. I. Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Ponpes Krapyak,

1996.

Anwar, Rosihan. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2008.

Ariani, Anita. “Etika Komunikasi Dakwah Menurut Al-Qur‟an”.

Alhadharah. vol. 11, no. 21 (Januari-Juni 2012).

Andiko, Toha. “Konsep Harta Dan Pengolahannya Dalam Al-Quran”.

Jurnal AL-INTAI. vol. 2, no.1 (Maret 2016).

Atropal. “Kontruksi Social Critism dalam al-Qur‟an: Studi Terhadap

Kesenjangan Sosial yang Digambarkan al-Qur‟an dalam Penafsiran

Juz „Amma”. Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam,

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2015.

Azmi, Muhammad. “Parenting Dalam Al-Qur‟an: Studi Terhadap Tafsir

Khawa >tir Asy-Sya‟ra >wi> H }aula Al-Qur‟an Al-Kari>m Karya Syekh

Mutawalli Asy-Sya‟ra >wi>”. Tesis S2, UIN Sunan Ampel Surabaya.

2017.

Bably, Muhammad Mahmud. Kedudukan Harta Dalam Pandangan

Islam. terj. Abdul Fatah Idris. Jakarta: Mulia, 1989.

Ba >qi>, Muhammad Fua >d Abdul. al-Mu‟jam Mufahrash Li al-fa >z {i al-Qur‟a >n

al-Kari>m. Beirut: Da >r al-Fikr, 1987.

Batubara, Sarmiana. “Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an: Studi Tafsir

Ayat-Ayat Ekonomi”. Jurnal Imarah. vol. 2, no. 2 (Desember

2018).

Page 110: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

95

Boko, Cholid Nur dan Abu Ahmadi. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi

Aksara Pustaka, 2005.

al-Bukha >ri, Abu „Abdullah Muhammad bin Isma >‟il bin al-Mughi>rah.

Shahih Bukha>ri, juz 20. Beiru >t: Dar al-Fikr, 2006.

_______. Shahih Bukhari. Mesir: Da>r Ibnu Hisyam, 2002.

Chodjim, Achmad. Al-Falaq: Sembuh Dari Penyakit Batin Dengan Surah

Subuh. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2002.

Dahlan, Muhammad Syawir. “Etika Komunikasi dalam al Qur'an dan

Hadits”. Jurnal Dakwah Tabligh. vol. 15, no. 1 (Juni 2014).

Al-Dzahabi>, Muhammad Husain. al-Tafsi>r wa al-Mufassiru >n, juz 1.

Kairo: Maktabah Wahbah, 2000.

Fahruddin, Mukhlis. “Kuttab: Madrasah Pada Masa Awal Umayyah”.

Madrasah. vol. 11, no. 2 (Januari-Juni 2010).

Faisal, Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2005.

Ghazali, Imam. Bahaya Lidah. Jakarta: Bumi Aksara 1994.

Hamka. Keadilan Sosial Dalam Islam. Depok: Gema Insani, 2015.

_______. Tafsir al-Azhar. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 1982.

Harun, Salman. Secangkir Tafsir Juz Terakhir. Jakarta: Lentera Hati,

2017.

Husaeri, Abdullah. “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur‟an

(Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13)”. Skripsi S1, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Jakarta. 2008.

Imarah, Ibn. Qamush al-Must}alah}at al-Iqtisad fi al-Hasharah al-

Islamiyyah. Kairo: Dar al-Syuruq, 1993.

Iya>zi, Muhammad Ali. Al-Mufassiru >n H }aya > tuhum wa Manhajuhum.

Taheran: Mu‟assasah al-Thaba >‟ah wa al-Nasyr, 1372 H.

Page 111: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

96

Jazuli, Ahzami Samiun. Kehidupan dalam Pandangan al-Qur‟an. Jakarta:

Gema Insani Press, 2006..

Karim, Abdul. “Fungsi Harta Menurut Al-Qur‟an”. Al-Hikmah. vol. 12,

no. 1 (2011).

Karzon, Anas Ahmad. Tazkiyatun Nafs (Gelombang Energi Penyucian

Jiwa Menurut Al-Qur‟an dan as-Sunnah di Atas Manhaj Salafus

Sha>lih). terj. Emiel Threeska, cet. IV. Jakarta: Akbar Media,

2016.

Khairunnisa. “Kritik Sosial dalam Qs. al-Humazah”. Skripsi S1, Fakultas

Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. 2016.

Khosyi‟ah, Syiah. Wakaf Hibah Persepektif Ulama Fiqh Dan

Perkembangannya di Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia,

2010.

Malkan. “Tafsir Al-Sya’ra>wi>: Tinjauan Biografis dan Metodologis dan

Biologis”. Alqalam. vol. 29, no. 2 (Mei-Agustus 2012).

Manzur, Jamaluddin Ibnu Mukarram Ibnu. Lisa>n al-Arab, juz 11. Beirut:

Da>r Al- Sha >dir, 1414.

Mas‟ud, Ibnu. Fiqhi Madzhab Syafi‟i, cet. I. Bandung: Pustaka Setia,

2004.

Mubarak, Muhammad Fajar. “Prinsip Ta‟awun dalam al-Qur‟an: Studi

Tafsir Al-Sya‟rāwi>”. Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan

Gunung Djati. 2019.

Mujab, Muhammad Saiful. “Ujaran Kebencian dalam Perspektif M.

Quraish Shihab: Analisis Qs. al-Hujurat ayat 11 dalam Tafsir al

Misbah”. Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin, UIN Walisongo.

2018.

Mulyadi, Hendri. “Pertanian Dalam Perspektif Al-Qur‟an”. Tesis S2,

Program Studi Hukum Keluarga Konsentrasi Tafsir Hadits,UIN

Sultan Syarif Kasim Riau. 2020.

Page 112: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

97

Munawaroh, Zakiyatul. “Harta dan Hak Kepemilikan dan Perspektif Al-

Qur‟an”. Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN

Sunan Ampel. 2019.

Munir, Ahmad. Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an. Ponorogo: STAIN Po

Press, 2010.

Muslich, Ahmad Ardi. Fiqh Muamalat. Jakarta: AMZAH, 2013.

Muslim, Imam. Shahih Muslim. Beirut: Da >r al-Kutub al-Ilmiyah.

Mustaqim, Abdul. Epistimologi Tafsir Kontemporer. Yogyakarta: LKis

Group, 2012.

Nazarullah. “Teori-Teori Komunikasi Massa Dalam Persepektif Islam”.

Jurnal Peurawi. vol. 1, no. 1 (2008).

Nurdin, Amin, Dadi Darmadi, Eva Nugraha. Sosiologi al Qur'an: Agama

dan Masyarakat dalam Islam. Jakarta: LPPM UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2015.

Parni, “Konsep Jual Beli Dalam Pandangan Al-Qur‟an”. Skripsi S1,

Jurusan IAT Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah, IAIN

Palopo. 2016.

Pasya, Hikmatiar. “Studi Metodologi Tafsir Asy-Sya‟rawi”. Studia

Quranika. vol. 1, no. 2 (Januari 2017).

Pratiwi, Tien. “Konsep Kehormatan Manusia Dalam Al-Qur‟an Dan

Relevansinya Dengan Kehidupan Masyarakat Modern”. Skripsi

S1, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Ponorogo.

2018.

Qardawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani

Pres, 1997.

_______. Sistem Masyarakat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah, cet. I. Solo:

Citra Islami Press, 1997.

https://www.slideshare.net/Kamdaserang/sistem-masyarakat-

islam-dalam-al-quran-dan-sunnah-dr-yusuf-qardhawi

Page 113: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

98

Al-Qur‟an, Tim Penyusun Lajnah Pentashihan Mushaf. Al-Qur‟an dan

Terjemahan. Jakarta: Hidaya Media Dakwah. 2013.

Al-Qurt}ubi, Abi „Abdillah Muhammad bin Ahmad Abi Bakrin. Al-Ja>mi’ li Ahka >m al-Qur‟a >n, terj. Asmuni, jilid 5. Jakarta: Pustaka Azzam,

2008.

_______. Tafsir al-Qurthubi, terj. Dudi Rosyadi dan Faturrahman, jilid

20. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Qut}b, Sayyid. Fi> Zila >l al-Qur‟a >n, juz 6. Jakarta: Gema Insani Press, 2003.

RI, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Rizkiputra, Dikalustian. “Bahaya Lisan dan Pencegahannya dalam Al

Qur'an”. Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta. 2011.

Sasongko, Agung. Kisah Umayah bin Khalaf Yang Tegila-Gila Harta.

Diakses, 28 Juli, 2020.

https://republika.co.id/berita/p982s5313/kisah-umayyah-bin-

khalaf-yang-tergilagila-harta.

Setiawan, MS. “Analisis Hukum Islam Terhadap Penukaran Kupon Air Isi

Ulang Di Depo Zha-Za Kalilom Lor Kecamatan Kenjeran Kota

Surabaya”. Skripsi S1, Jurusan Hukum Ekomomi Syariah,

Fakultas Syariah dan Hukum Perdata Islam, UIN Sunan Ampel

Surabaya. 2017.

Ash-Shabuni, Muhammad Ali. Pembagian Waris Dalam Islam. terj. AM.

Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

Ash-Shiddieqy, Hasbi. Pengantar Fiqih Mu‟amalah, cet. I. Jakarta: Bulan

Bintang, 1974.

Ash-Shiddiq, Muhammad Nejatul. Kegiatan Ekonomi Dalam Islam.

Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Shihab, Quraish. Al-Luba>b. Jakarta: Lentera Hati, 2008.

_______. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasihan al-Qur‟an.

Jakarta: Lentera Hati, 2000.

Page 114: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

99

Shirazi, Dastghaib. Bermasyarakat Menurut Al-Qur‟an, terj. Salman

Parisi. Jakarta: Al-Huda, 2005.

Sholihah, Imroatus. “Konsep Kebahagiaan dalam Al-Qur‟an: Perspektif

Tafsir Mutawalli Al-Syaʿrāwī dan Psikologi Positif”. Tesis S2,

Fakultas Ilmu Agama Islam, UIN Maulana Malik Ibrahim. 2016.

Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2008.

Surur, Bunyamin Yusuf. “Rezeki Dalam Perspektif Al-Qur‟an”. Suhuf.

vol. 1, no. 1, (2008).

Sutoyo, Anwar. Manusia Dalam Perspektif Al-Qur‟an. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2015.

As-Suyuthi, Jalaluddin. Luba>b an-Nuqu>l fi> Asbab an-Nuzu>l, terj. Abdul

Hayyie. Jakarta: Gema Insani, 2008.

Al-Sya‟ra>wi>, Mutawalli>. Tafsir al-Sya‟ra>wi>. Kairo: Akhba >r al-Yaum,

1991.

_______. Halal dan Haram. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1994.

_______. Rezeki. terj. Salim Basyarahil. Jakarta: Gema Insani Press, 1994.

_______. Tafsir Sya‟rawi, terj. Zainal Arifin. Jakarta: Safir Al-Azhar,

2016.

Syafe‟i, Zakaria. “Harta Menurut Ajaran Islam”. DEDIKASI. vol. 2, no. 2

(Juli-Desember 2010).

Syibromalisi, Faizah Ali dan Jauhar Azizy. Membahas Kitab Tafsir

Klasik-Modern. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah, 2011.

Syukur, Abdul. “Mengenal Corak Tafsir Al-Qur‟an”. Al-Furqonia. vol. 1,

no. 1 (Agustus 2015).

Al-Tabari, Abu> Ja‟far. Tasi>r Al-Tabari >, terj. Ahsan Askan. Jakarta:

Pustaka Azzam, 2008.

Page 115: HARTA DALAM AL-QUR’AN: STUDI PENAFSIRAN

100

_______. Jami‟ al-Bayan an Ta‟wil Ayi Al-Qur‟an, terj. Amir Hamzah,

jilid 26. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Taufiq. “Memakan Harta Secara Batil”. Durriah Syari‟ah. vol. 17, no. 2

(Juli-Desember 2018).

Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB. Tafsir Salman: Tafsir Ilmiah Juz „Amma.

Bandung: Mizan Pustaka, 2014.

Trisnawati, Diana. “Revolusi Mesir 23 Juli 1952: Berakhirnya

Pemerintahan Raja Farouk”. Istoria. vol. 11, no. 2 (Maret 2016).

Wiyono, M. “Tanggung Jawab Sosial Dalam Al-Qur‟an : Analisis Kritis

Tafsir Tematik Kemenag RI”. Diya al-Afkar. vol. 04, no. 02

(Desember 2018).

Yunus, Badruzaman M. “Tafsir Al-Sya’ra>wi>; Tinjauan Terhadap Sumber,

Metode, dan Ittija>h”. Disertasi S3, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. 2009.

Zahra, Atika Salsabila. “Penafsiran Al-Sya‟rawi tentang Ayat-ayat Israf

dalam Al-Qur‟an”. Tesis S2, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan

Gunung Djati Bandung. 2019.

Zuhaily, Wahbah. al-Fiqh al-Islami> wa Adilatuhu, juz 4. Damsyik: Da>r

al-Fikr, 1989.

_______. Al-Qur‟an dan Paradigma Peradaban, terj. M. Thohir dan

Team Titian Ilahi. Yogyakarta: Dinamika, 1996.

_______. Tafsi>r al-Muni>r fi al-„Aqi>dah wa al-Syari>‟ah w al-Manhaj, jilid

8. Lebanon: Da >r al-Fikr al-Ma‟a >s}ir, 1991.

Zuraidah. “Konsep Adil Dalam Pembagian Harta Warisan Studi

Penafsiran Al-Sya‟rawi dan Hamka terhadap Qs. Al-Nisa Ayat

11”. Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta. 2010.