pemotongan makroskopis uterus & cervix

28
PEMOTONGAN MAKROSKOPIS UTERUS DAN CERVIX Yessi Devita Azraini Dewi, H. Soekimin Sp.PA Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Pemotongan makroskopis pada uterus dan servix ini adalah langkah awal dalam melakukan diagnosa dari suatu penyakit. Seorang ahli patolog dalam melakukan pemeriksaan makroskopis harus dengan cermat dan teliti. Sebelum pemotongan spesimen dilakukan, seorang peneliti terlebih dahulu mengukur jaringan tersebut. Pada pemotongan jangan tergesa-gesa karena dapat mengakibatkan hal yang fatal dan merugikan si penderita. Sebaiknya pada pengiriman jaringan dalam keadaan segar tanpa fiksasi. Jaringan yang telah difiksasi akan mengalami penyusutan sekitar 15 – 30 %. Pemotongan makroskopis pada spesimen servik dan uterus dibedakan atas jenis spesimen yang diterima yaitu spesimen biopsi, spesimen conization dan spesimen reseksi. Pemeriksaan makroskopis merupakan penunjang yang akurat dalam menentukan diagnosa dari suatu penyakit. Kata kunci : pemotongan uterus dan servix ABSTRACT Macroscopic of the cervical and uterus dissection is the first step in making the diagnosis of a disease. An expert pathologist on macroscopic examination should be carefully and thoroughly. 1

Upload: hanny-pranowo

Post on 19-Jan-2016

495 views

Category:

Documents


92 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

PEMOTONGAN MAKROSKOPIS UTERUS DAN CERVIX

Yessi Devita Azraini Dewi, H. Soekimin Sp.PA

Departemen Patologi Anatomi

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Pemotongan makroskopis pada uterus dan servix ini adalah langkah awal dalam

melakukan diagnosa dari suatu penyakit. Seorang ahli patolog dalam melakukan

pemeriksaan makroskopis harus dengan cermat dan teliti. Sebelum pemotongan

spesimen dilakukan, seorang peneliti terlebih dahulu mengukur jaringan tersebut.

Pada pemotongan jangan tergesa-gesa karena dapat mengakibatkan hal yang fatal dan

merugikan si penderita. Sebaiknya pada pengiriman jaringan dalam keadaan segar tanpa

fiksasi. Jaringan yang telah difiksasi akan mengalami penyusutan sekitar 15 – 30 %.

Pemotongan makroskopis pada spesimen servik dan uterus dibedakan atas jenis

spesimen yang diterima yaitu spesimen biopsi, spesimen conization dan spesimen

reseksi. Pemeriksaan makroskopis merupakan penunjang yang akurat dalam

menentukan diagnosa dari suatu penyakit.

Kata kunci : pemotongan uterus dan servix

ABSTRACT

Macroscopic of the cervical and uterus dissection is the first step in making the diagnosis

of a disease. An expert pathologist on macroscopic examination should be carefully and

thoroughly. Before cutting the specimen, a researcher must measuring the specimen. On

the cutting do not rush because it can cause a fatal case and the detriment of the patient.

Should the delivery of fresh tissue in a state without fixation. Which has been fixed

network will experience a depreciation of about 15-30%. Cutting macroscopic in cervical

and uterus specimens distinguished by the type specimens received by the specimen

biopsy, conization specimens and resection specimens. Macroscopic examination is

accurate in determining support the diagnosis of a disease.

Key word : uterus and cercix dissection

1

Page 2: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

PENDAHULUAN

Kemampuan untuk membuat diagnosis diantaranya terletak pada pemotongan

specimen patologis. Seorang ahli patologi perlu dilatih untuk menangani spesimen bedah

secara konsisten dan tepat dengan tujuan memberikan informasi diagnostik optimal dan

korelasi patologi memadai dengan temuan klinis dan radiologis.1

Penanganan penyakit kanker telah menekankan pentingnya spesimen

histopatologi dalam manajemen pasien dan menyoroti peran penting histopatologis

sebagai bagian dari tim multidisciplin. Spesimen memerlukan penanganan hati-hati, rinci

dan konsisten untuk memastikan beberapa faktor prognostik yang relevan dengan

pengelolaan yang tepat pada setiap pasien. Hal ini harus berasal dari latar belakang

pengetahuan anatomi yang relevan, presentasi klinis dan investigasi penyakit, proses

patologi umum dan bagaimana mereka mempengaruhi baik pada jaringan dan keadaan

umum pasien. Penanganan spesimen harus mencerminkan teknik investigasi, misalnya,

CT / MRI Scan dan prosedur operasi bedah yang digunakan. Laporan histopatologi

harus cepat dan akurat menggunakan klasifikasi, dan mendokumentasikan penyebaran

regional yang cocok dengan pilihan terapeutik dan prognostik. Penting dilakukan

pendekatan standar untuk penanganan spesimen dan pelaporan untuk mencapai

kualitas tinggi secara konsisten.2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Page 3: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

Jenis spesimen yang datang di meja potong tampak sangat beragam, dan

kompleksitas spesimen ini kadang-kadang dapat membingungkan. Spesimen biopsi

jarum sederhana atau komposit reseksi berbelit-belit, harus ditangani dengan hati-hati

sama dan presisi. Sebelum membuat potongan pertama, luangkan waktu untuk

memvisualisasikan hasil akhir dari pekerjaan Anda. Terlepas dari kompleksitas spesimen,

masalah ini dapat diatasi secara efisien dengan pendekatan empat langkah sistematis.

Dengan menguasai keempat langkah dasar pemotongan spesimen patologis, seorang

patolog akan dapat menangani spesimen serumit apapun dengan baik.1

1. Orientasi specimen

Jika laporan patologi bedah adalah hasil akhir dari pemotongan makroskopis,

orientasi spesimen mungkin dianggap sebagai jalan yang digunakan untuk mencapai

tujuan akhir. Dengan orientasi, suatu spesimen jaringan yang rumit ditempatkan dalam

konteks klinis dan anatomi yang tepat dan dianggap sebagai unit struktural sehingga

tehnik pemotongan makrospopis yang tepat dapat dilakukan. Tanpa orientasi,

pemotongan makroskopis spesimen dapat dilakukan dengan cepat tetapi tidak pernah

dapat mencapai tujuan yang diinginkan.1

Orientasi biasanya memikirkan segi struktural anatomi spesimen. Meskipun

pertimbangan anatomis penting, spesimen yang juga harus dipahami dalam hal konteks

klinis. Strategi untuk pemotongan makroskopis spesimen apapun harus diarahkan oleh

sejarah klinis. Misalnya, spesimen jaringan rahim dengan leiomyomas ditangani sangat

berbeda dengan spesimen jaringan rahim dengan kanker serviks.1

Orientasi anatomis sebaiknya dilakukan pada awal pemotongan makroskopis

pada saat spesimen masih utuh. Orientasi anatomi dapat dilakukan dengan melihat

konsisten fitur (suatu bentuk, kontur, struktur, dll) yang berfungsi untuk menunjukkan

3

Page 4: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

suatu struktur atau posisi tertentu. Misalnya, rahim bisa benar berorientasi oleh posisi

relatif dari refleksi peritoneal. Sebelum melanjutkan dengan pemotongan makroskopis

spesimen apapun, ahli patologi harus akrab dengan anatomi spesimen dan harus dapat

mengenali serta menafsirkan yang orientasi anatomis.1

2. Pemotongan specimen

Dalam pemotongan specimen diharapkan harus bersih. Pada pemotongan

specimen ada beberapa alat yang dibutuhkan seperti penggaris, skala, scapel dengan

pisau bedah disposible, gunting, forseb dan pensil. Pada saat pemotongan specimen,

specimen yang lain tidak boleh diletakkan di atas meja hal ini untuk menghindari bahaya

misalnya tertukar dalam pemberian label sehingga dapat membahayakan terhadap

pasien tersebut.1

Setelah semua jaringan teridentifikasi dalam suatu container specimen, harus

diperhatikan aman sampai di laboratorium histology dan memudahkan untuk

memprosesnya. Potongan-potongan jaringan tersebut dibungkus di kertas penyerap atau

bias juga diletakkan di antara foam berpori sebelum ditempatkan dalam kaset jaringan.1

Beberapa tinta hitam dapat kita gunakan untuk menandai hal-hal yang penting

pada specimen. Pewarna ini sangat membantu pada saat orientasi specimen secara

makroskopis maupun mikroskopis. Sebaiknya sebelum pemotongan dioleskan dahulu

tinta India tersebut. Pemakaian tinta India tidak boleh berlebihan. Permukaan pada

specimen dikeringkan dengan menggunakan kertas penyerap.1

Pemotongan specimen sangat bervariasi, tergantung dari jenis specimen

tersebut. Ada beberapa cara dalam pemotongan specimen yaitu:

1. Lokalisir lesi sebelum pemotongan

Lesi dengan cara meraba terkadang dibutuhkan untuk melokalisir lesi

tersebut seperti dari gambaran radiologi untuk menetukan ukuran-ukuran

4

Page 5: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

dan lokasi lesi. Setelah kita mengetahui lokasinya, specimen tersebut

dapat dipotong untuk pemeriksaan patologi.1

2. Specimen dibuka untuk melihat hubungan lesi dan jaringan sekitarnya.

Untuk tumor pada organ yang padat specimen harus dipotong sepanjang

sumbu yang terpanjang dari tumor untuk mengetahui permukaan terluas

dari tumor tersebut.1

3, Pada pemotongan semua specimen harus diperiksa dan diteliti

Sering kali pemotongan hanya terfokus pada lesi sehingga sisa spesimen

tidak diteliti. Pemotongan tidak sempurna menghilangkan peluang untuk

mengungkapkan proses patologi lesi secara lengkap.Jaringan yang tersisa

tidak boleh dibuang tetapi harus disimpan pada wadah tertutup dengan

baik. Setiap wadah harus diberi lebel yang jelas, nomor, nama pasien dan

nomor rekam medik.1

Spesimen dipotong tipis-tipis dengan ketebalan 2-3mm dan sebaiknya

dikirim dalam keadaan segar ke laboratorium, namun pada prakteknya lebih

sering spesimen dikirim dalam keadaan sudah difiksasi. Jaringan yang sudah

terfiksasi akan mengalami perubahan ukuran dari yang sebenarnya ( penyusutan

15-30% ), sehingga ada perbedaan antara klinisi dengan ahli patologi misalnya

dalam pemeriksaan batas tumor. Fiksasi yang adekuat memerlukan waktu satu

hari atau lebih. Pada organ yang besar atau kista yang besar larutan fiksasi tidak

terserab dengan baik.Untuk mengatasi hal ini jaringan atau kista yang besar

harus dibuka dan jaringan yang padat harus dipotong.1

3. Deskripsi makroskopis

Hubungan antara makroskopis dan mikroskopis sangat penting untuk menilai

suatu specimen dan untuk menentukan diagnosa. Sasaran makroskopis antara lain agar

pembaca dapat memahami suatu jaringan, terhadap lokasi, luas dan gambaran patologik.

5

Page 6: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

Seorang patolog dapat membaca hubungan antara slide jaringan dengan lokasi sampel

jaringan dan jumlah slide harus menjelaskan banyaknya potongan dalam blok jaringan.1

Gambaran makroskopis yang tepat adalah dapat mengidentifikasi pasien dan

specimen. Ukuran specimen merupakan karakteristik yang utama. Deskripsi makroskopis

sebaiknya didokumentasikan untuk penelitian dan diagnostik.1

4. Sampling specimen

Sampel suatu specimen bermanfaat dan penting dalam menetukan suatu

diagnosa dan derajat dari suatu penyakit tersebut. Sampel jaringan ini kita peroleh dari

dokter-dokter ahli yang dikirim ke laboratorium. Sering pemeriksa mendapat bagian

tengah dari specimen dalam keadaan nekrosis sehingga si pemeriksa tidak dapat

menghasilkan informasi histologik yang bermanfaat. Tepi dari bagian tumor menunjukkan

hubungan tumor dengan jaringan sekitarnya. Sebaiknya suatu sempel yang dikirim oleh

tenaga ahli sebaiknya diberi tanda dengan tinta India atau benang yang dijahit pada

specimen tersebut. Banyaknya bagian – bagian yang harus diambil tergantung pada

jenis-jenis spesimen. Untuk membantu ahli patologi menginterpretasikan penemuan

histologi, deskripsi makroskopis perlu dengan jelas didokumentasikan bagaimana tentang

sampel dari tepi sayatan.1

ANATOMI UTERUS

Uterus terletak di rongga panggul antara rektum posterior dan kandung kemih

anterior. Corpus uterus merupakan bagian superior dan bergabung dengan leher rahim,

6

Page 7: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

yang merupakan bagian inferior rahim. Panjang uterus bervariasi tergantung pada paritas

dan status menopause tetapi umumnya berkisar antara 5-15 cm tanpa terlibat dengan

berbagai proses patologis yang spesifik. Berat uterus juga sangat bervariasi antara 20

dan 120 g. Uterus pada multigravid jauh lebih besar daripada uterus nulligravid. Uterus

dilapisi oleh endometrium yang terdiri dari kelenjar dalam endometrium dan stroma.

Sebagian besar dinding terdiri dari otot polos miometrium. Lumen uterus terhubung ke

lumen saluran tuba. Bagian dari uterus yang terletak di atas saluran tuba disebut fundus.

Bagian bawah uterus yang menyatu dengan serviks dikenal sebagai isthmus.2,3

Tuba fallopi adalah sepasang saluran yang menghubungkan rahim dengan kutub

medial ovarium. Umumnya memiliki panjang 8-12 cm. Tuba fallopii terbagi atas empat

segmen, yang dari medial ke lateral adalah segmen intramural, isthmus, ampula dan

infundibulum. Aspek lateral infundibulum memiliki fimbria dan membuka ke

rongga panggul. Secara mikroskopik, tuba fallopi terdiri dari mukosa, submucosa,

muskularis dan serosa yang ditutupi oleh satu lapisan sel mesothelial.2,4

Servix bergabung dengan uterus dan biasanya memiliki ukuran 2,5 sampai 3 cm.

Kandung kemih terletak pada posisi anterior dan dipisahkan dari serviks oleh jaringan ikat

longgar. Daerah posterior serviks bagian atas ditutupi oleh peritoneum. Bagian dari cervix

yang berada dalam vagina dan dikelilingi oleh sebuah refleksi dari dinding vagina disebut

forniks. Ectocervix (serviks bagian luar) ditutupi oleh non-keratinising epitel skuamosa

berlapis. Exocervix ukurannya kira-kira panjang 3 cm dan lebar 2,5 cm. Endocervix

(servix bagian dalam) dibatasi oleh satu lapisan sel epitel yang mengeksresi mucin.

Saluran endoservix mempunyai ukuran terlebar kira-kira 7 mm sampai 8 mm pada

wanita yang berusia reproduktif.2,3

Squamous columnar junction adalah anatomical junction dari squamous dan

mucinous epitel. Area di antara endoservix dan ruang endometrial dinamakan isthmus

atau segmen bawah uterus. Area yang berada di antara squamo kolumnar junction origin

pada exocervix dengan squamo kolumnar juntcion baru pada internal os dinamakan

7

Page 8: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

transformation zone. Transformation zone mengalami beberapa kali metaplasia

sepanjang hidup.2,3

Gambar 1. Anatomi Uterus2

Gambar 2. Kanker cervix5

SURGICAL PATOLOGI SPESIMEN UTERUS-CERVIX

Ada dua cara yang dipergunakan untuk memperoleh specimen uterus - cervix:

1. Specimen biopsy

Biopsi endometrium dapat dilakukan secara buta atau di bawah visualisasi

histeroskopi. Dilatasi dan endometrial kuretase yang dilakukan di bawah anestesi umum.2

8

Page 9: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

Banyak biopsi spesimen serviks diserahkan ke laboratorium patologi terdiri punch

biopsi yang dilakukan pada pemeriksaan colposcopic. Polip serviks dihapus dengan

visualisasi langsung dari leher rahim. Wedge biopsi secara umum diambil dari neoplasma

yang jelas terlihat, untuk mengkonfirmasi kehadiran tumor.1,2

Loop biopsy dan biopsi kerucut ( cone biopsy ) merupakan excisi lokal dari leher

rahim, biasanya dilakukan pada pemeriksaan colposcopic, yang dilakukan bukan hanya

sebagai prosedur diagnostik, tetapi juga untuk therapi Cervical Intraepithelial Neoplasia

(CIN) . Biopsi kerucut serviks adalah eksisi berbentuk kerucut dari saluran cervix

dilakukan dengan baik laser atau pisau bedah (cold knife excision). Bagian yang lebih

luas dari kerucut adalah ectocervix luar, dan ujung yang meruncing adalah margin

endocervix.1,2,9,10,11,12.

Gambar 3. Gambaran bentuk cone pada abdominal Magnetic Resonance Imaging

(MRI)7

9

Page 10: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

2. Specimen reseksi

Endometrium dan miometrium dapat diambil dengan cara Trans Cervical Resection

Endometrium (TCRE). Sebagian besar terdiri dari spesimen uterus histerektomi,

yang dilakukan baik secara abdominal atau vaginal. Kadang-kadang servix tidak ikut

diambil. Hal ini dikenal sebagai histerektomi subtotal. Ovarium dan tuba falopii juga dapat

diangkat bersama dengan uterus dan servix. Sebuah histerektomi radikal seringkali

diindikasikan untuk kanker serviks atau kanker endometrium yang melibatkan servix serta

pengangkatan segmen vagina dan parametrium pada kedua aspek lateral uterus.1,2

GAMBAR 4. MAKROSKOPIS PADA CERVIX NORMAL3

10

Page 11: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

GAMBAR 5. MAKROSKOPIS PADA CERVICITIS3

GAMBAR 6. MAKROSKOPIS PADA CARCINOMA CERVIX8

11

Page 12: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

GAMBAR 7. MAKROSKOPIS PADA KISTA ENDOMETRIUM8

A. PEMOTONGAN MAKROSKOPIS SPECIMEN BIOPSI

1. ENDOMETRIUM

a. Prosedur

. .- Pergunakan saringan metal atau selembar kertas filter didalam

sebuah corong untuk mengumpulkan spesimen.

- Dalam kasus diduga aborsi, cari chorionic villi, jika perlu dibawah

mikroskop.

- Dalam kasus aborsi berulang, ambil satu sampel dari villi untuk

evaluasi sitogenetik. Bersihkan forsep, instrumen lain, dan meja

secara hati-hati sebelum memeriksa kasus lainnya.1,2,6

b. Diskripsi

. Catat gambaran warna dan konsistensi bekuan darah, proporsi

bekuan terhadap keseluruhan spesimen apakah ada ukuran yang

tidak normal, apakah ada jaringan globular, nekrosis, jaringan yang

merupakan hasil dari konsepsi.1,2,6

c. Blok Histology

12

Page 13: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

- Untuk biopsi endometrium atau kuretase, periksa semua jaringan.

- Untuk kuretase endometrial pada aborsi inkomplit periksa bagian

jaringan apakah ada plasenta,dan bagian janin.1,2,6

2. CERVIX

a. Prosedur

Jangan memotong spesimen kecuali diameternya lebih besar dari

4 mm.

Semua jaringan yang diterima harus diproses meskipun sangat

kecil.1,2,6

b. Deskripsi

Catat jumlah, bentuk dan warna potongan sampel yang diterima.

Catat ukuran masing-masing potongan.1,2,6

c. Blok histologi

i. Catat spesimen secara keseluruhan

ii. Jika spesimen diterima dengan identifikasi khusus ( misalnya sisi

anterior, sisi posterior ), beri label dan catat secara terpisah.

iii. Jika spesimen yang diterima berasal dari kerokan endoservix,

catat sebagai sebuah spesimen terpisah ( termasuk endoservikal

mukous ).1,2,6

13

Page 14: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

B. PEMOTONGAN MAKROSKOPIS

1. UTERUS SPECIMEN HYSTERECTOMI

a. Prosedur

- Catat ukuran dan berat specimen

- JIka uterus diterima utuh dan segar:

i. Buka dengan memotong menggunakan gunting melalui

kedua dinding

lateral, dari servik ke kornu uterus.

ii. Tandai yang mana bagian anterior dan posterior .

iii. Buat potongan–potongan tambahan melalui masa yang ada

pada dinding uterus.

iv. Fiksasi selama beberapa jam atau satu malam.

v. Buat potongan transversal yang paralel dengan jarak 1 cm

mulai dari

bagian atas dari saluran endoservikal dan periksa setiap permukaan

dengan teliti.

vi. Buat beberapa potongan pada servik sepanjang saluran

endoservikal

vii. Buat setidaknya satu potongan menyilang pada setiap

myoma yang ada

dan periksa secara teliti.1,2,6

b. Deskripsi

1. Catat tipe hysterectomy, apakah total atau radikal.

2. Catat bentuk uterus.

3. Periksa ketebalan dan kelainan dinding uterus

4. Catat ketebalan dan permukaan endometrium, ukuran dan

bentuk polip atau kista

14

Page 15: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

5. Pada servik diperiksa gambaran permukaan exoservix, squamo

columnar junction, saluran endoservix, erosi, polip, kista.

6. Jumlah myoma, lokasi, ukuran, perdarahan, nekrosis, kalsifikasi

dan ulserasi.1,2,6

c. Blok histologi

1. Servix: satu potongan dari anterior dan posterior

2. Corpus: sedikitnya dua potongan yang dekat ke fundus termasuk

endometrium dan myometrium.

3. Myoma: setidaknya satu potongan dari setiap myoma

4. Polip servix atau endometrium.1,2,6

Gambar 8. Pemotongan makroskopis uterus spesimen hysterektomi6

15

Page 16: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

2. SPECIMEN CERVICAL CONIZATION

a. Prosedur

Idealnya spesimen diterima dalam keadaan utuh, dengan bentuk yang

segar dan dengan garis atau material penanda pada posisi jam 12.

Buka spesimen dengan memasukkan gunting yang berujung runcing

ke dalam saluran servix dan potong secara longitudinal sepanjang

posisi jam dua belas. Jika spesimen tidak diketahui posisinya, buka

pada sembarang tempat.

Lakukan fiksasi dengan formalin 10 % selama beberapa jam

Warnai spesimen dengan tinta India.

Potong-potong cervix secara paralel dengan ukuran 2-3 mm,

sepanjang bidang kanal endocervix mulai dari posisi jam 12 searah

putaran jarum jam.1,2,6

b. Deskripsi

Periksa dan catat ukuran dari spesimen berupa panjang (cm ),

lebar (cm ), tebal (cm ), utuh atau terpotong.

Dicatat warna, konsistensi, pemukaan jaringan, erosi, laserasi,

massa (ukuran, bentuk, lokasi), kista (ukuran, isi).1,2,6

c. Blok histologi

1. Semua jaringan harus dilaporkan

2. Jika cone sudah ditentukan posisi jam 12 –nya, identifikasi per bagian

dengan cara :

.- Bagian dari posisi jam 12 ke posisi jam 3 ditandai sebagai A1

- Bagian dari posisi jam 3 ke posisi jam 6 ditandai sebagai A2

- Bagian dari posisi jam 6 ke posisi jam 9 ditandai sebagai A3

- Bagian dari posisi jam 9 ke posisi jam 12 ditandai sebagai A41,2,6

16

Page 17: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

3. SERVIK SPESIMEN RESEKSI

a. Prosedur

Ukur dan timbang spesimen, tandai bagian anterior dan posterior.

Potong servix dari korpus kira-kira 2,5 cm diatas external os dengan pisau

tajam.

Buka servix dengan gunting melalui kanal endoservix pada posisi jam 12.

Fiksasi dengan merendam pada wadah yang berisi formalin selama

beberapa jam.

Warnai dengan tinta India.

Potong servix dengan membuat bagian-bagian longitudinal yang paralel

dengan jarak 2-3 mm sepanjang bidang kanal endoservikal dimulai pada

sisi jam 12 dan bergerak searah jarum jam.1,2,6

b. Deskripsi

Catat warna epitel permukaan, erosi, masa (ukuran, bentuk dan lokasi) kista

( bentuk dan isi ).1,2,6

c. Blok histologi

Semua jaringan dicatat dan diidentifikasi terpisah dengan urutan

Bagian dari posisi jam 12 ke posisi jam 3 ditandai sebagai A1

Bagian dari posisi jam 3 ke posisi jam 6 ditandai sebagai A2

Bagian dari posisi jam 6 ke posisi jam 9 ditandai sebagai A3

Bagian dari posisi jam 9 ke posisi jam 12 ditandai sebagai A4.1,2,6

17

Page 18: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

Gambar 12. Pemotongan makroskopis cervix spesimen reseksi6

KESIMPULAN

Pada pemotongan uterus-cervix secara makroskopis harus dilakukan dengan

benar dan teliti karena hal ini berperan untuk mengetahui suatu penyakit. Pemotongan

makros uterus-cervix harus disesuaikan dengan jenis specimen dan tindakan dalam hal

untuk memperoleh specimen tersebut.1

Seorang ahli patologi harus memiliki dasar yang kuat tentang anatomi suatu

organ dan memahami langkah-langkah prosedur dalam pemotongan makroskopis. Dari

18

Page 19: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

pemotongan makroskopis uterus-cervix dapat memeberi informasi mengenai jenis tumor

dengan melihat massa yang dijumpai dalam uterus-cervix tersebut saat melakukan

pemotongan.2

DAFTAR RUJUKAN

1. Westra WH, Hruban RH, Phelps TH, Isacson C. Uterus, Cervix and Vagina in

Surgical Pathology Dissection, 2nd Edition, Springer-Verlag New York; 2003. p.

146-59.

2. McCluggage WG. Gynaecological Specimens. In Histopathology Speciment

Clinical, Pathological and Laboratory Aspects, Springer-Verlag London; 2004. p.

235-72.

3. Robboy SJ, Duggan MA, Kurman RJ. The Female Reproductive System In

Pathology, 3rd Edition, Lippincot Williams & Wilkins; 1998. p. 962-1027.

19

Page 20: Pemotongan Makroskopis Uterus & Cervix

4 Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF. Endometrium dan Desidua Uterus in

Obstetri Williams, Edisi 18, Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995.p. 29-48.

5. Rodríguez-Cerdeira C, Alcántara R, Guerra-Tapia A, Escalas J and Alba A.

Human Papilloma Virus (HPV) and Genital Cancer. The Open Dermatology

Journal. Bentham Open; 2009; 3 :117-128.

6. Rosai J. Uterus and Cervix in Surgical Pathology, 9 th Edition, Mosby; 2004. p.

2971-6.

7. Shin MY, Seo ES, Choi SJ, Oh SY, Kim BG, Bae DS, Kim JH, Roh CR. The role

of prophylactic cerclage in preventing preterm delivery after electrosurgical

conization. J Gynecol Oncol. 2010 Dec; 21 (4) : 230-6

8. Kumar V, Montag A. The Female Genital System in Robbins Basic Pathology, 8 th

Edition, Saunders Philadelphia; 2008. p. 716-8

9. Park JY, Bae JM, Myong CL, Lim SY, Lee DO, Kang SB et al. Role of high risk-

human papilloma virus test in the follow-up of patients who underwent conization

of the cervix for cervical intraepithelial neoplasia. J Gynecol Oncol. 2009 June; 20

(2) :86-90.

10. Nam K, Chung S, Kim J, Jeon S, Bae D. Factors associated with HPV persistence

after conization in patients with negative margins. J Gynecol Oncol. 2009 June; 20

(2) :91-5

11. Ryu A, Nam K, Chung S, Kim J, Lee H, Koh E, Bae D. Absence of dysplasia in the

excised cervix by a loop electrosurgical excision procedure in the treatment of

cervical intraepithelial neoplasia. J Gynecol Oncol. 2010 June; 21 (2) : 87-92

12. Lee MS, Jun JK. Prediction and prevention of preterm birth after cervical

conization. J Gynecol Oncol. 2010 Dec; 21 (4) : 207-8.

20