pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun...

21
1 PEMANFAATAN RIZOBAKTERI SEBAGAI PENGINDUKSI KETAHANAN TANAMAN PADI TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) DI LAPANGAN Oleh : Abd. Rahim, Yonathan, D. Tulak I. PENDAHULUAN Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae merupakan salah satu penyakit utama pada padi sawah di Indonesia (Hifni dan Kardin, 1998). Di Indonesia kehilangan hasil akibat penyakit ini dapat mencapai 30 – 50% khususnya pada varietas-varietas rentan seperti pada varietas IR64. Penyakit ini semakin berkembang jika pertumbuhan tanaman padi tidak optimal karena kondisi lahan yang kurang subur. Di Sulawesi Tenggara serangan penyakit hawar daun bakteri telah dilaporkan di sentra pertanaman padi seperti di Kabupaten Konawe, Kolaka, Konawe Selatan (Khaeruni et. al. 2011). Upaya pengendalian penyakit HDB yang umum dilakukan adalah penggunaan varietas tahan (Rao et al,.2003). Penggunaan varietas tahan belum memberikan hasil yang memuaskan karena XOO mempunyai tingkat keragaman patotipe yang tinggi yang disebabkan oleh faktor lingkungan, varietas yang digunakan dan tingkat mutabilitas gen yang tinggi (Keller et al,.2000), Hasil penelitian Rahim et. al (2012), menunjukkan bahwa dari enam varietas komersial yang diuji di lapangan, belum ada yang tahan terhadap XOO patotipe IV. Oleh karena itu pengendalian hayati berupa penggunaan rizobakteri indigenous penginduksi ketahanan tanaman dapat dipertimbangkan sebagai alternatif pengendalian penyakit hawar daun bakteri yang ramah lingkungan.

Upload: sultan-herlino

Post on 13-Jul-2015

941 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

1

PEMANFAATAN RIZOBAKTERI SEBAGAI PENGINDUKSI KETAHANAN

TANAMAN PADI TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI

(Xanthomonas oryzae pv. oryzae) DI LAPANGAN

Oleh : Abd. Rahim, Yonathan, D. Tulak

I. PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv.

oryzae merupakan salah satu penyakit utama pada padi sawah di Indonesia (Hifni

dan Kardin, 1998). Di Indonesia kehilangan hasil akibat penyakit ini dapat mencapai

30 – 50% khususnya pada varietas-varietas rentan seperti pada varietas IR64.

Penyakit ini semakin berkembang jika pertumbuhan tanaman padi tidak optimal

karena kondisi lahan yang kurang subur. Di Sulawesi Tenggara serangan penyakit

hawar daun bakteri telah dilaporkan di sentra pertanaman padi seperti di Kabupaten

Konawe, Kolaka, Konawe Selatan (Khaeruni et. al. 2011).

Upaya pengendalian penyakit HDB yang umum dilakukan adalah penggunaan

varietas tahan (Rao et al,.2003). Penggunaan varietas tahan belum memberikan hasil

yang memuaskan karena XOO mempunyai tingkat keragaman patotipe yang tinggi

yang disebabkan oleh faktor lingkungan, varietas yang digunakan dan tingkat

mutabilitas gen yang tinggi (Keller et al,.2000), Hasil penelitian Rahim et. al (2012),

menunjukkan bahwa dari enam varietas komersial yang diuji di lapangan, belum ada

yang tahan terhadap XOO patotipe IV. Oleh karena itu pengendalian hayati berupa

penggunaan rizobakteri indigenous penginduksi ketahanan tanaman dapat

dipertimbangkan sebagai alternatif pengendalian penyakit hawar daun bakteri yang

ramah lingkungan.

Page 2: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

2

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa penggunaan Plant Growth

Promoting Rhizobacteri(PGPR) mampu memacu pertumbuhan tanaman sekaligus

mengendalikan patogen tanaman sehingga mengurangi pemakaian senyawa kimia

sintesis secara berlebihan, baik dalam penyedia hara tanaman (biofertilizer) maupun

dalam pengendalian patogen tanaman(bioprotectan) (Sutariati, 2006; Khaeruni et. al.

2010). Rhizobakteri selain mampu mengendalikan pathogen tular tanah juga

dilaporkan dapat menginduksi ketahanan tanaman terhadap penyakit virus dan

penyakit filosfer lainnya. Hasil kajian Syair (2012), menunjukkan bahwa

penggunaan rizobakteri isolat P1.1a dan PKLK5 yang diisolasi dari pertanaman padi

sehat mampu memacu pertumbuhan dan menginduksi ketahanan tanaman padi IR64

terhadap penyakit HDB pada skala rumah kasa.

Oleh karena itu, untuk evaluasi kemampuan rizobakteri indigenous sebagai

agensia pemacu pertumbuhan dan penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap

penyakit HDB di skala lapangan perlu dilakukan untuk dapat dijadikan acuan

rekomendasi sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit HDB pada tanaman

padi di Sulawesi Tenggara.

Page 3: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

3

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan persawahan petani yang memiliki sejarah

endemik dengan penyakit HDB di Desa Puday Kecamatan Wonggeduku Kab.

Konawe. Penelitian akan berlangsung dari bulan Maret sampai Juni 20123.

Rancangan Percobaan

Penelitian di desain menggunakan Rancangan Faktorial yang diatur dalam

Rancangan Acak Kelompok. Faktor pertama adalah jenis rizobakteri (R), yang terdiri

dari 4 taraf perlakuan yaitu: Tanpa isolat rizobakteri (R0) ; isolat P11a (R1), isolat

PKLK5 (R2), dan kombinasi isolate P11a dan PKLK5 (R3). Faktor kedua adalah

Varietas Tanaman Padi yaitu : varietas IR64 (V1) dan, varietas Cisantana (V2),

sehingga terdapat 8 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali sehingga

diperoleh 24 unit (petak) percobaan.

Pelaksanaan Penelitian

(1) Biopriming benih dengan rizobakteri

Tahapan ini dilakukan biopriming pada benih padi IR64 dan Cisantana

dengan rizobakteri sesuai dengan perlakuan sebagaimana yang telah dijelaskan

sebelumnya (Syair et. al., 2012).

(2) Persiapan lahan

Lahan terlebih dahulu diolah dengan traktor lalu diratakan dengan garuh dan

dibuat petakan percobaan sebanyak 24 unit dengan ukuran 200 cm (p) x 150 cm (l) x

30 cm (t). Jarak antara petak dalam lajur yang sama 30 cm, sedangkan jarak antar

lajur 100 cm (lihat lay out percobaan).

Page 4: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

4

(3). Penanaman Benih.

Benih yang telah diberi perlakuan biopriming terlebih dahulu diperam selama

2 hari hingga membentuk tunas kecambah. Benih selanjutnya ditanam di pot plastik

berdiameter 15 cm yang telah diisi dengan tanah bercampur pupuk kandang (4:1 v/v)

yang telah disterilkan. Bibit yang telah siap pindah tanam dicabut dan dibersihkan

perakarannya dari sisa tanah yang melekat lalu direndam dalam suspensi rizobakteri

selama 30 menit sesuai perlakuan sebelum penanaman dilakukan, sementara bibit

tanpa perlakuan rizobakteri hanya direndam dalam air bersih dengan waktu yang

sama. Setelah perendaman bibit dalam suspensi risobakteri selesai, langsung

dilakukan penanaman maksimal 2 anakan perlubang sesuai perlakuan dengan jarak

tanaman 20 x 20 cm.

(4). Inokulasi Patogen

Xanthomonas oryzaepvoryzae yang digunakan dalam penelitian ini ialah

isolat XOO patotipe IV hasil isolasi dari pertanaman padi di Sulawesi Tenggara

(Koleksi Lab. IHPT Unhalu). Penyiapan dilakukan dengan mensupensikan isolat

murni XOO umur 48 jam dalam akuades sterildengan konsentrasi 108 CFU

/ml.

Inokulasi dilakukan pada tanaman yang berumur 45 hari setelah tanam dengan 2 jenis

metode pelukaan dengan gunting yang telah direndam dalam suspensi patogen

(5). Pengamatan

Pengamatan terhadap respon perlakuan ditentukan pada 5 rumpun tanaman

yang menyebar secara diagonal pada setiap unit/petak perlakuan, sehingga secara

keseluruhan terdapat 120 rumpun tanaman. Parameter yang diamati meliputi :

Page 5: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

5

(a) Jumlah anakan

Jumlah anakan yang terbentuk diamati pada setiap tanaman sampel di setiap

unit percobaan pada saat 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam.

(b) Tingkat intensitas penyakit hawar daun bakteri dihitung menggunakan metode

Abbot (1925) dalam Sudantha et al.,(2006) dengan menggunakan rumus : I =

(A/B) x 100%

Keterangan : I = Intensitas serangan (%),

A = panjang daun yang bergejala hawar pada daun sampel,

B = panjang keseluruhan daun sampel

Pengamatan dilakukan pada umur 2, 3 dan 4 minggu setelah inokulasi

pada 5 lembar daun pada 5 tanaman uji pada setiap unit perlakuan.

(c) Jumlah anakan

Jumlah anakan yang terbentuk diamati pada setiap tanaman sampel di

setiap unit percobaan pada saat 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah semai pada

(d) Hasil Panen.

Hasil panen yang di amati meliputi : jumlah malai, berat malai pada saat

panen, berat gabah kering panen dan berat gabah per 1000 butir

Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam, apabila dalam analisis

ragam terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan

(UJBD) pada taraf nyata α = 5 %.

Page 6: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

6

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Dari hasil analisa data terhadap setiap perlakuan yang didasari oleh hasil

pengamatan dilapang,didapatkan hasil sebagai berikut :

a. Pengaruh setiap perlakuan terhadap rata-rata jumlah anakan

Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan pada setiap perlakuan umur

2 mst – 6 mst dapat dilihat pada tabel lampiran 1 – 3 dan hasil analisis sidik

ragamnya pada tabel lampiran 1a – 3a.Hasil analisis sidik ragam menunjukkan

bahwa,tidak terjadi perbedaan nyata pada umur 2 mst terhadap jumlah anakan

pada setiap perlakuan,namun pada umur 4 mst terjadi perbedaan nyata,dimana

perlakuan kombinasi isolat (R3) terhadap varietas uji (V1) dengan rata-rata

jumlah anakan 17.800 memberikan pengaruh nyata terhadap perlakuan

V2R3,V1R1,V1R2,V2R0 dan V1R0, namun tidak berbeda nyata dengan

perlakuan V2R2 dan V2R1,sehingga diindikasikan ada hubungan interaksi

antar keduanya.Pada umur 6 mst,terjadi pengaruh nyata terhadap isolat R1

pada varietas V2 dengan beberapa isolat lainnya,yaitu V1R1 dan V1R0,

namun tidak berbeda nyata dengan V1R3,V1R2,V2R2 dan V2R3. Apabila

dikonversi setiap isolat terhadap jumlah anakan dan pengaruhnya terhadap

varietas uji (lihat tabel.a.2), nampak bahwa, pada umur 4 mst isolat R3

memberikan pengaruh nyata terhadap isolat R0,yaitu 16.0333, tapi tidak

berbeda nyata dengan isolat R1 dan isolat R2.Sedangkan pada umur 6

mst,terlihat bahwa, isolat R1 memberikan pengaruh nyata terhadap R0,yaitu

18.7667 dan R0 15.6667,namun tidak berbeda nyata dengan R2 dan R3.

Page 7: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

7

Terhadap varietas,keduanya tidak menunjukkan perbedaan nyata,baik

varietas IR.64 (V1) maupun varietas cisantana (V2). Hasil uji DMRT taraf

0,05 pengaruh setiap isolat terhadap perlakuan kelompok rata-rata jumlah

anakan dan pengaruh nyata antar isolat serta pengaruhnya terhadap varietas,

disajikan pada tabel a.1 dan tabel a.2 di bawah ;

Tabel a.1. Pengaruh setiap perlakuan terhadap rata-rata jumlah anakan , umur

2 mst, 4 mst dan 6 mst

Perlakuan Rata2

DMRT

JA. 2 mst

0.05

Perlakuan Rata2 DMRT

JA. 4 mst 0.05

Perlakuan Rata2 DMRT

JA.6 mst 0.05

V2R3 6,9000 a V1R3 17.800

a V2R1 20.000

a

V1R1 6.8000 a

2=8617 V2R2 15.333

ab 2=2.737 V1R3 19.267

ab 2=3.003

V1R2 6.7000 a

3=9030 V2R1 15.067

ab 3=2.686 V1R2 19.000

ab 3=3.147

V2R1 6.7000 a

4=9284 V2R3 14.267

b 4=2.948 V2R2 18.333

ab 4=3.235

V2R2 6.6000 a

5=9456 V1R1 13.933

b 5=3.003 V2R3 17.933

abc 5=3.295

V1R3 6.5000 a

6=9578 V1R2 13.267

b 6=3.042 V1R1 17.533

abc 6=3.369

V1R0 6.4667 a

7=9666 V2R0 13.000

b 7=3.070 V1R0 16.467

cb 7=3.369

V2R0 6.0667 a

8=9734 V1R0 12.933

b 8=3.091 V2R0 14.867

c 8=3.392

Ket. : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama,tidak berbeda

nyata pada uji DMRT taraf 0,05

- V1 = varietas IR64, V2 = varietas Cisantana, R0 = tanpa isolat rizobakteri, R1 =

isolat P11a, R2 = isolat PKLK5, R3 = kombinasi isolate P11a dan PKLK5.

Page 8: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

8

Tabel a.2. Konversi setiap isolat (R) terhadap rata-rata jumlah anakan dan

pengaruhnya terhadap varietas uji umur 4 mst dan 6 mst.

Isolat(R) rata2 jlh anakan DMRT

4 mst 0.05

Isolat(R) Rata2 jlh anakan DMRT

6 mst 0.05

R3 16.0333a

R1 14.5000ab

2=1.284

R2 14.3000ab

3=1.346

R0 12.9667b 4=1.383

R1 18.7667a

R2 18.6667ab

2=2.460

R3 18.6000ab

3=2.578

R0 15.6667b 4=2.651

Varietas rata2 jlh anakan DMRT

4 mst 0.05

Varietas rata2 jlh anakan DMRT

6 mst 0.05

V1 14.4833a

V2 14.4167

a 2=1.368

V1 18.0667a

V2 17.7833a 2=1.502

Ket. : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama,tidak berbeda nyata

pada uji DMRT taraf 0,05

- V1 = varietas IR64, V2 = varietas Cisantana, R0 = tanpa isolat rizobakteri, R1 = isolat

P11a, R2 = isolat PKLK5, R3 = kombinasi isolate P11a dan PKLK5.

b. Pengaruh setiap perlakuan isolat terhadap perkembangan HDB (IS)

pada varietas uji

Hasil pengamatan intensitas serangan (tabel lampiran4 - 6) dan hasil

analisis sidik ragam (tabel lampiran 4a – 6a) menujukkan bahwa, terjadi

perbedaan nyata pada setiap minggu pengamatan,kecuali pada pengamatan 87

hst tidak memberikan pengaruh nyata antar varietas.Pada umur 59 hst dan 73

hst terjadi pengaruh nyata dan sangat nyata antar setiap perlakuan,baik

perlakuan kelompok,kombinasi perlakuan,varietas,isolat dan interaksinya.

Hasil uji DMRT taraf 0,05 pengaruh setiap perlakuan terhadap perkembangan

HDB (IS) pada varietas uji,disajikan pada tabel b.1 ;

Page 9: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

9

Tabel b.1. Pengaruh setiap perlakuan terhadap perkembangan HDB (IS) pada

varietas uji,umur 59 hst,73 hst dan 87 hst. Perlakuan Rata2 DMRT

IS (%) 0.05

59 Hst

Perlakuan Rata2 DMRT

IS (%) 0.05

73 Hst

Perlakuan Rata2 DMRT

IS (%) 0.05

87 Hst

V2R0 10.5467a V1R0 23.783

a V2R0 40.500

a

V1R0 9.6100ab

2=1.816 V2R0 21.533a 2=3.479 V1R0 34.647

b 2=4.015

V1R2 8.6633abc

3=1.903 V1R2 14.647b 3=3.646 V1R1 22.953

c 3=4.207

V1R3 8.4133bc

4=1.957 V1R1 14.390b 4=3.794 V2R3 19.743

cd 4=4.325

V1R1 8.3267bc

5=1.993 V2R2 13.673b 5=3.818 V1R2 19.123

cd 5=4.405

V2R3 7.6733bc

6=2.019 V2R3 13.270b 6=3.867 V2R2 18.827

cd 6=4.462

V2R1 7.2100cd

7=2.037 V1R3 12.913b 7=3.903 V2R1 18.640

cd 7=4.503

V2R2 5.6233d 8=2.051 V2R1 12.507

b 8=3.930 V1R3 18.300

d 8=4.535

Ket. : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama,tidak berbeda nyata

pada uji DMRT taraf 0,05

- V1 = varietas IR64, V2 = varietas Cisantana, R0 = tanpa isolat rizobakteri, R1 = isolat

P11a, R2 = isolat PKLK5, R3 = kombinasi isolate P11a dan PKLK5.

Tabel b.2. Konversi setiap isolat terhadap intensitas serangan (%) HDB dan

pengaruhnya terhadap varietas,umur 59 Hst,73 Hst dan 87 Hst. Isolat(R) IS(%) DMRT

59 Hst 0.05

Isolat(R) IS(%) DMRT

59 Hst 0.05 Isolat(R) IS(%) DMRT

59 Hst 0.05

R0 10.0783a

R3 8.0433b 2=1.284

R1 7.7683b 3=1.346

R2 7.1433b 4=1.383

R0 22.658a

R2 14.160b 2=2.460

R1 13.448b 3=2.578

R3 13.092b 4=2.651

R0 37.573a

R1 20.797b 2=2.839

R3 19.022b 3=2.975

R2 18.975b 4=3.058

Varietas IS(%) DMRT

59 Hst 0.05

Varietas IS(%) DMRT

59 Hst 0.05 Varietas IS(%) DMRT

59 Hst 0.05

V1 8.7533

a

V2 7.7633

b 2=9080

V1 16.4333a

V2 15.2458a 2=1.740

V2 24.4275a

V1 23.7558a 2=2.007

Ket. : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama,tidak berbeda nyata

pada uji DMRT taraf 0,05

- V1 = varietas IR64, V2 = varietas Cisantana, R0 = tanpa isolat rizobakteri, R1 = isolat

P11a, R2 = isolat PKLK5, R3 = kombinasi isolate P11a dan PKLK5.

Hubungan antara perlakuan kelompok(tabel b.1) dan konversi setiap

isolat serta pengaruhnya terhadap varietas (tabel.b.2),nampak bahwa,pada

umur 59 Hst, konversi isolat R2 memberikan intensitas serangan HDB

terendah dibanding isolat lainnya,yaitu 7.1433%, dan berdasarkan hasil

Page 10: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

10

analisis DMRT menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dengan isolat

R0.namun tidak menunjukkan perbedaan nyata dengan isolat R1 da

R3.Apabila dihubungkan dengan perlakuan pada tabel .b.1, terlihat pengaruh

nyata antara isolat R2 pada varietas cisantana (V2) memberikan intensitas

serangan terendah,yaitu 5,6233% dibanding perlakuan V2R3, V1R1, V1R3,

V1R2, V1R0 dan V2R0.Pengaruh nyata lainnya terjadi pada varietas,dimana

intensitas serangan HDB pada varietas cisantana (V2) lebih rendah dibanding

varietas IR 64 (V1).

Umur 73 HST intensitas serangan terendah terjadi pada varietas

cisantana dengan isolat P11a (V2R1) yaitu 12,51%, namun tidak berbeda

nyata dengan perlakuan V1R3, V2R3, V2R2, V1R1 dan V1R2. Intensitas

serangan tertinggi terjadi pada semua varietas yang diujikan tanpa isolat

(V1R0 dan V2R0) yang masing-masing menunjukkan angka seranganX.

oryzaepv. oryzae yaitu 23,8% dan 21,5% yang berbeda sangat nyata terhadap

semua perlakuan yang diujikan.Apabila dihubungkan dengan konversi setiap

isolat nampak ketiga isolat,yaitu R1,R2 dan R3 tidak menunjukkan perbedaan

nyata,tetapi isolat R3 menunjukkan intensitas serangan yang lebih rendah.

Pengamatan 87 HST menunjukkan bahwa perlakuan V1R3

memperlihatkan intensitas penyakit terendah yaitu 18,30% yang berbeda tidak

nyata dengan perlakuan V1R2, V2R1, V2R2, V2R3, tetapi berbeda nyata

dengan perlakuan lainnya. Pada pengamatan ini persentase intersitas serangan

tertinggi terjadi pada perlakuan V2R0 yaitu 40,5% yang berbeda nyata

dengan perlakuan lainnya. Apabila dihubungkan dengan konversi setiap

Page 11: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

11

isolat,nampak isolat R2 menunjukkan intensitas`serangan yang lebih rendah,

yaitu 18.975% diikuti isolat R3 19.022, R1 20.797 dan R0 37.573.

c. Pengaruh perlakuan isolat terhadap jumlah malai, berat gabah kering

panen dan berat gabah 1000 biji.

Hasil pengambilan sampel terhadap jumlah malai,berat malai, berat

gabah kering panen dan berat gabah 1000 biji serta sidik ragamnya pada

semua perlakuan dapat dilihat pada tabel lampiran 7ab, 8ab,9ab dan

10ab..Hasil analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa, dari 5 parameter

perlakuan yang diujikan terhadap jumlah malai,menunjukkan perbedaan

yang nyata dan sangat nyata terhadap semua perlakuan yang

diujikan.Pengaruh yang sangat nyata lainnya terjadi pada berat malai dan

berat gabah kering panen,yaitu parameter perlakuan kelompok,isolat dan

interaksinya.Sedangkan pada berat gabah 1000 biji tidak memberikan

pengaruh yang nyata antar parameter uji, kecuali pada perlakuan isolat. Hasil

uji DMRT taraf 0.05 pengaruh nyata antara perlakuan isolat terhadap jumlah

malai, berat malai,berat gabah kering panen dan berat gabah 1000 biji

disajikan pada tabel.c.1 dibawah.

Page 12: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

12

Tabel.c.1. Pengaruh setiap perlakuan isolat terhadap jumlah malai,berat gabah kering

panen dan berat gabah 1000 biji.

Perlakuan Jlh malai DMRT

0.05

Perlakuan Berat malai DMRT

(g) 0.05

V2R2 25.4000a

V1R3 23.6667ab

2=1.792

V2R1 23.0667b 3=1.878

V2R3 21.8000b

4 =1.931

V2R0 17.8667c 5=1.967

V1R2 17.7333c 6=1.992

V1R1 16.4667c 7=2.010

V1R0 16.2000c 8=2.025

V2R2 45.200a

V1R3 42.800a 2=3.196

V2R1 42.733a 3=3.348

V2R3 42.133a 4=3.443

V2R0 37.867b 5=3.507

V1R2 36.933bc

6=3.552

V1R1 34.233cd

7=3.585

V1R0 32.467d 8=3.610

Perlakuan Brt gabah DMRT

krg panen (g) 0.05

Perlakuan Brt gabah DMRT

1000 bj (g) 0.05

V2R1 1686.67a

V2R3 1683.33a 2=92.0

V1R2 1603.33ab

3=96.0

V1R3 1556.67bc

4=99.1

V2R2 1525.00bcd

5=100.9

V1R1 1505.00bcd

6=102.2

V2R0 1488.33cd

7=103.2

V1R0 1435.00d 8=103.9

V2R3 28.000a

V2R2 27.667ab

2=3.072

V1R1 27.667ab

3=3.219

V1R3 27.667ab

4=3.310

V1R2 26.667ab

5=3.371

V2R1 26.667ab

6=3.415

V2R0 24.667ab

7=3.446

V1R0 24.333b 8=3.470

Ket. : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama,tidak berbeda nyata pada uji

DMRT taraf 0,05

- V1 = varietas IR64, V2 = varietas Cisantana, R0 = tanpa isolat rizobakteri, R1 = isolat P11a,

R2 = isolat PKLK5, R3 = kombinasi isolate P11a dan PKLK5.

Tabel. c.2. Konversi setiap isolat terhadap jumlah malai,berat malai,berat gabah kering

panen dan berat gabah 1000 biji serta pengaruhnya terhadap varietas. Isolat JM DMRT

0.05

Isolat BM DMRT

(g) 0.05

Isolat BGKP DMRT

(g) 0.05

Isolat BG1000 DMRT

Biji(g) 0.05

R3 22.7333a

R2 21.5667a 2=1.267

R1 19.7667b 3=1.328

R0 17.0333c 4=1.365

R1 42.433a

R2 40.900a 2=2.260

R3 40.333a 3=2.368

R0 33.350b 4=2.434

R3 1620.00a

R1 1595.83a 2=65.03

R2 1564.17a 3=68.14

R0 1461.67b 4=70.06

R3 27.833a

R2 27.167a 2=2.172

R1 27.167a 3=2.276

R0 24.500b 4=2.340

Var. JM DMRT

0.05

Var. BM DMRT

(g) 0.05

Var. BGKP DMRT

(g) 0.05

Var. BG 1000 DMRT

Biji(g) 0.05

V2 22.0333a

V1 18.5167b 2=8961

V2 39.7750a

V1 38.7333a 2=1.598

V2 1595.83a

V1 1525.00b 2=45.98

V2 26.7500a

V1 26.5833a 2=1.536

Ket. : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama,tidak berbeda nyata pada uji

DMRT taraf 0,05

- V1 = varietas IR64, V2 = varietas Cisantana, R0 = tanpa isolat rizobakteri, R1 = isolat P11a,

R2 = isolat PKLK5, R3 = kombinasi isolate P11a dan PKLK5.

- JM=jumlah malai,BM=berat malai,BGKP=berat gabah kering panen,BG=berat gabah 1000 biji.

Page 13: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

13

Tabel.c.1 diatas memperlihatkan jumlah malai tertinggi terjadi pada perlakuan

V2R2 dengan rata-rata jumlah malai 25,40 yang tidak berbeda nyata dengan

perlakuan V1R3 namun berbeda nyata dengan perlakuan V2R1 dan V2R3,

sedangkan perbedaan yang sangat nyata terjadi pada perlakuan V1R0, V1R1,

V1R2 dan V2R0.Apabila dihubungkan dengan konversi setiap isolat (lihat tabel

c.2) nampak bahwa,isolat R3 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap

isolat R1 dan R0,yaitu rata-rata jumlah malai 22.7333,namun tidak berbeda nyata

dengan isolat R2. Terhadap varietas, keduanya memberikan pengaruh yang

sangat nyata,dimana varietas cisantana (V2) berbeda sangat nyata dengan

varietas IR 64 (V1).

Pengaruh isolat terhadap berat malai pada masing – masing perlakuan

(lihat tabel.c.1) memperlihatkan bahwa , perlakuan V2R2 memberikan pengaruh

yang sangat nyata dengan perlakuan V2R3,V1R2,V2R0 dan V1R0,dengan nilai

rata-rata 45.200,tapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan V1R3,V1R1 dan

V2R1. Apabila dihubungkan dengan konversi setiap isolat,nampak bahwa, isolat

R1 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap isolat R0,dengan nilai rata-

rata 42.433,tapi tidak menunjukkan perbedaan nyata dengan isolat R2 dan isolat

R3.Pada uji berat malai ini,kedua varietas tidak menunjukkan perbedaan nyata.

Berat gabah kering panen,memperlihatkan perlakuan V2R1 memberikan

rata-rata berat gabah kering panen 1686.67 gram yang berbeda tidak nyata

dengan perlakuan V2R3 dan V1R2, tetapi berbeda sangat nyata dengan

perlakuan V2R0 danV1R0 yang menunjukkan nilai rata-rata terendah yaitu

Page 14: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

14

1488.33 gram dan 1435,0 gram. Apabila dihubungkan dengan konversi setiap

isolat (lihat tabel c.2) nampak bahwa,isolat R3 memberikan pengaruh yang nyata

terhadap R0,yaitu 1620.00 gram,tapi tidak mnunjukkan perbedaan nyata dengan

isolat R1 dan R2. Pada uji berat gabah kering panen ini,kedua varietas

memperlihatkan pengaruh nyata,dimana varietas cisantana (V2) memberikan

pengaruh nyata terhadap varietas IR 64 (V1).

Pengaruh isolat terhadap berat gabah 1000 biji (lihat tabel .c.1)

memperlihatkan, perlakuan V2R3 memberikan nilai rata-rata tertinggi, yaitu

28,000 gram yang berbeda tidak nyata dengan hampir semua perlakuan yang

diujikan, tetapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan V1R0 yang menunjukkan

berat gabah 1000 biji terendah dengan nilai rata-rata 24,333 gram.Apabila

dihubungkan dengan konversi setiap isolat (tabel.c.2),nampak isolat R3

memperlihatkan pengaruh nyata terhadap isolat R0,yaitu 27.833 gram,sedangkan

isolat R0 memperlihatkan berat gabah 1000 biji terendah, yaitu 24.500

gram.Dengan isolat R2 dan R1 tidak menunjukkan perbedaan nyata. Pada uji

berat gabah 1000 biji ini,kedua varietas tidak memberikan pengaruh nyata.

A. Pembahasan

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa semua varietas padi

yang diinokulasikan X. oryzaepv. oryzae(XOO) memperlihatkan gejala penyakit

hawar daun bakteri (HDB),tergantung ketahanan varietas dan perlakuan isolat.

Gejala ini ditandai dengan munculnya bercak memanjang dengan tepi

bergelombang dari ujung daun yang berkembang sepanjang tepi daun kemudian

Page 15: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

15

berkembang menjadi hawar daun dan warna berubah menjadi kuning pucat (Mew,

1988; Liu et al., 2006, Agustiansyah, 2011).

Pengamatan penyakit hawar daun bakteri hasil inokulasi Xoo terhadap

varietas uji,mencakup,pengaruh setiap isolat terhadap jumlah anakan,

perkembangan intensitas serangan,jumlah malai,berat malai, berat gabah kering

panen, berat gabah 1000 biji dan pengaruhnya terhadap varietas.

Hasil pengamatan pada tabel.a.1 menunjukkan bahwa, pada pengamatan 2

MST tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua perlakuan yang diujikan.

Namun pada pengamatan 4 MST jumlah anakan tertinggi ditunjukkan pada

perlakuan V1R3 yaitu dengan rata-rata 17,800 yang berbeda sangat nyata dengan

perlakuan tanpa isolat rizobakter. Sedangkan pada pengamatan 6 MST jumlah

anakan tertinggi diperlihatkan pada perlakuan V2R1 dengan rata-rata jumlah

anakan 20,000 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan V1R2, V1R3 dan

V2R2, tetapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan V2R0 yang menunjukkan

jumlah anakan terendah dengan rata-rata 14,867.Apabila setiap isolat dikonversi

dan dihubungkan dengan kombinasi perlakuan, nampak bahwa,pada umur 4

Mst,kombinasi isolat P11a dan PKLK5 memperlihatkan pengaruh nyata terhadap

perlakuan tanpa rhizobakteri,namun pada umur 6 Mst,isolat P11a memperlihatkan

rata-rata jumlah anakan tertinggi,yaitu 18.7667,tapi tidak berbeda nyata dengan

perlakuan kombinasi isolat dan isolat PKLK5. Dari hal tersebut,dapat

diindikasikan bahwa,diantara isolat-isolat rizobakter yang digunakan, isolat P11a

memberikan respon jumlah anakan terhadap varietas cisantana dan kombinasi

isolat P11a + PKLK5 terhadap varietas IR.64. Hasil penelitian Thakuria et al.,

Page 16: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

16

(2004) menyatakan bahwa secara langsung rizobakter berkemampuan dalam

menyediakan dan memobilisasi penyerapan unsur hara dari dalam tanah,

melarutkan fosfor dan menghasilkan hormon tumbuh sehingga dapat memacu

pertumbuhan tanaman. Sedangkan rhizobakteri yang memiliki kemampuan

memacu pertumbuhan tanaman digolongkan sebagai rizobakteri pemacu

pertumbuhan tanaman (Tanuta, 2006). Selain itu penurunan jumlah anakan yang

diakibatkan oleh inokulasi X. Oryzaepv. Oryzae dengan pelukaan daun dengan

menggunakan gunting yang telah dicelupkan suspensi patogen terlebih dahulu

memungkinkan patogen dapat masuk dan menginfeksi jaringan tanaman dengan

cepat sehingga dapat mengganggu metabolisme dalam sel dan jaringan tanaman

yang berpengaruh terhadap pembentukan anakan dan jumlah daun.

Hasil pengamatan menunjukkan, terjadi pengaruh pada setiap perlakuan

pada umur 59 HST dimana pada varietas cisantana dengan isolat PKLK5 (V2R2)

menunjukkan intensitas penyakit terendah, yaitu 5,6233%, sedangkan untuk

varietas cisantana tanpa isolat (V2R0) menunjukkan intensitas penyakit tertinggi

yaitu 10,5467%. Namun hal ini tidak berbeda nyata dengan varietas IR64 tanpa

isolat (V1R0) yang menunjukkan intensitas penyakit yaitu 9,6100%. Hal ini

menunjukkan bahwa, tingkat ketahanan tanaman padi varietas cisantana yang

lebih baik dengan perlakuan rizobakter dibandingkan pada tanaman padi tanpa

perlakuan rizobakter yang mengindikasikan bahwa perlakuan rizobakter pada

benih mampu menginduksi ketahanan tanaman secara sistemik terhadap serangan

X. oryzaepv. oryzae pada umur tersebut. Induksi ketahanan sistemik ialah

Page 17: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

17

fenomena terjadinya peningkatan ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen

setelah terjadi rangsangan dari luar. Ketahanan ini adalah perlindungan tanaman

bukan untuk mengeliminasi patogen tetapi lebih pada aktivitas dari mekanisme

pertahanan tanaman (Sticher et al.,1997; Van loon et al., 1998; Durrant nan

Dong, 2004).

Hasil penelitian Valled et al., (2004) menjelaskan terjadi peningkatan

ketahanan tanaman jagung terhadap penyakit bulai yang diinduksi dengan

perlakuan pada benih sebelum tanam. Intensitas penyakit pada petak yang diberi

perlakuan sebesar 17%, sementara yang tidak diberi perlakuan,hasilnya mencapai

39%, peningkatan ketahanan tanaman tersebut berkaitan dengan terjadinya

peningkatan akumulasi asam salisilat di dalam jaringan tanaman, hal ini

dibuktikan dengan terjadinya peningkatan kandungan asam salisilat pada tanaman

jagung yang memperlihatkan ketahanan terhadap penyakit bulai setelah diinduksi

melalui perlakuan pada benih sebelum ditanam.

Hasil pengamatan intesitas penyakit (lihat tabel b.1) pada umur 73 HST

menunjukkan bahwa, intensitas penyakit terendah terjadi pada perlakuan varietas

cisantana dengan isolat P11a (V2R1) yaitu 12,507%, dimana perlakuan tersebut

lebih tahan terhadap serangan X. oryzae pv. oryzae meskipun tidak berbeda nyata

dengan beberapa perlakuan lainnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rahim

et al., (2010) melaporkan bahwa varietas padi cisantana lebih tahan terhadap

infeksi X. oryzaepv. oryzae dibandingkan dengan varietas inpari 10 dan IR64.

Tingkat ketahanan varietas yang diuji terhadap serangan X. oryzaepv. oryzae

diduga dipengaruhi oleh struktur morfologi permukaan daun dimana varietas

Page 18: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

18

cisantana memiliki permukaan daun yang halus dibandingkan dengan varietas

IR64, serta pengaruh dari pemberian isolat rizobakter pada varietas yang diujikan

di lapangan dimana penelitian lainnya menjelaskan bahwa perlakuan interaksi

rizobakteri P11a dengan inokulasi X. oryzae pv. oryzae menggunakan metode

pencelupan, secara nyata mampu menginduksi ketahanan tanaman padi terhadap

penyakit hawar daun dengan keparahan penyakit 17,22% (Fitriani, 2013). Hasil

pengamatan pada umur 87 HST menunjukkan bahwa perlakuan V1R3

memperlihatkan intensitas penyakit terendah yaitu 18,30% dimana perlakuan ini

tidak berbeda nyata dengan perlakuan V2R1 dan beberapa perlakuan lainnya.

Apabila masing-masing isolat dikonversi berdasarkan umur tanaman,terlihat

bahwa,pada umur 59 Hst ,isolat PKLK5 (R2) menunjukkan intensitas serangan

terendah dibanding isolat lainnya,yaitu 7.1433%, Hal ini sinkron dengan interaksi

antara varietas dengan isolat,dimana isolat PKLK5 memberikan respon positif

terhadap varietas cisantana (V2) dalam menekan intensitas serangan X00. Umur

73 Hst, terlihat konversi isolat R3 memberikan intensitas serangan terendah, yaitu

13,092%, tapi tidak berbeda nyata dengan isolat P11a (R1) dan isolat PKLK5

(R2),namun apabila dilihat dari interaksi antara varietas dengan isolat,nampak

bahwa, isolat P11a (R1) memberikan respon ketahanan Xoo terhadap varietas

cisantana (R2). Sedangkan pada umur 87 Hst,memperlihatkan konversi isolat

PKLK5 (R2) memberikan intensitas terendah,yaitu 18,975%.

Hal ini mengindikasikan bahwa pada pengamatan ini pengaruh interaksi

antara varietas dengan isolat rizobakteri yang diberikan dapat bersimbiosis

Page 19: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

19

dengan baik sehingga dapat menurunkan tingkat intensitas seranganX. oryzaepv.

oryzaepenyebab penyakit HDB.

Berdasarkan hasil sidik ragam (dilihat pada tabel 1) pada variabel

pengamatan jumlah malai menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap semua

perlakuan. Hasil pada tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah malai tertinggi

diperlihatkan pada perlakuan V2R2 yaitu 25,40 yang tidak berbeda nyata dengan

perlakuan V1R3 yaitu 23,67 namun berbeda sangat nyata dengan perlakuan V1R0

dan V2R0. Sedangkan pada pengamatan berat gabah kering panen perlakuan

V2R3 menunjukkan hasil yang lebih tinggi yaitu 1683,33 g yang berbeda sangat

nyata terhadap perlakuan semua varietas tanpa isolat rizobakter. Pada

pengamatan Berat gabah 1000 biji hasil terbaik ditunjukkan pada perlakuan V2R3

yaitu 28,00 yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan V1R0 yaitu 24,30. Hal

ini membuktikan bahwa pemberian isolat rizobakter sangat berpengaruh terhadap

produksi tanaman padi yang terserang X. oryzae pv. oryzae. Serangan X.

oryzaepv. oryzae pada tanaman padi yang menyebabkan penyakit HDB akan

menghambat pertumbuhan pada tanaman padi, karena adanya pengurangan

jumlah daun dan dapat mengganggu terjadinya proses fotosintesis sehingga secara

tidak langsung menurunkan produksi melalui pengurangan jumlah malai yang

terbentuk, berat gabah kering panen dan berat gabah 1000 biji. Penurunan

produksi yang diakibatkan oleh serangan X. oryzaepv. oryzae dapat mencapai

50% sehingga perlu dilakuan pemantauan secara berkala untuk mewaspadai

terjadinya serangan X. oryzae pv. oryzae yang dapat menurunkan produksi

tanaman padi (Manik, 2005).

Page 20: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

20

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

simpulan sebagai berikut :

1. Perlakuan rizobakteri mampu menginduksi ketahanan tanaman padi IR64 dan

Cisantana terhadap X. oryzaepv. oryzaejuga

2. Perlakuan rizobakteri mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman

padi di lapangan

3. Perlakuan campuran rizobakteri PKLK5 dan P11.a, cenderung meningkatkan

induksi ketahanan padi varietas IR64 terhadap X. oryzae pv. oryzaedi

lapangan dibandingkan perlakuan rizobakteri secara tunggal, perlakuan ini

juga cenderung memperlihatkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang

lebih baik dibandingkan pada perlakuan rizobakteri secara tunggal.

B. Saran

Perlu dilakukan sosialisasi kepada petani padi sawah untuk penggunaan

rizobakter agar dapat menekan penurunan hasil produksi padi yang diakibatkan

seranganX. oryzaepv. oryzaepenyebab hawar daun bakteri.

Page 21: Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (xanthomonas oryzae pv. oryzae) di lapangan

21

DAFTAR PUSTAKA

Keller, B.C. Feuillet, and M. Messmer. 2000. Basic conceps an aplication in

resistance breeding. Pp:01 – 160. In : A.J. Slusarenko, R.S.S. Fraser, L.C.

van Loon (eds.). Mechanisms of Resistance to Plant Diseases.Kluwer

Academic Publisher. London.

Khaeruni A., G.A.K. Sutariati, S. Wahyuni. 2010. Karakterisasi dan uji aktifitas

bakteri rizosfer lahan ultisol sebagai pemacu pertumbuhan tanaman dan

agensia hayati cendawan patogen tular tanah secara in-vitro. Jurnal Hama

dan Penyakit Tanaman TropikaVol 10(2):123-130

Khaeruni A., T. Wijayanto, Syair. 2011. Determinasi Patotipe dan Virulensi

Xanthomonas oryzae pv. oryzae, Serta Pencarian Sumber Gen Ketahanan

Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri Pada Padi Lokal di Sulawesi

Selatan dan Tenggara. Laporan Kemajuan Penelitian Fundamental.

Lembaga Penelitian Universitas Haluoleo. Kendari.

Rahim, A. Khaeruni, T. Wijayanto. 2012. Reaksi ketahanan beberapa Varietas Padi

Komersial Terhadap Xanthomonas oryzae pv. oryzae isolat Sulawesi

Tenggara. Makalah pada Seminar Nasional Bidang Perlindungan Tanaman,

Kendari, 21-22 Mei 2012.

Rao, K.K,. K.K. Jena, and M.L. Narasu. 2003. Molecular Tagging of a New Bacterial

Blight Resistence Gene in Rice Using RAPD and SSR Markers (On line)

http//dspace.irri.org-8080/dspce/bitst-ream/123456789/1308/1/ Kameswara

%20RAO,%20K,%20Molecular% 20tagging.pdf.

Sutariati, G A K., 2006. Perlakuan Benih dengan Agens Biokontrol untuk

Pengendalian Penyakit Antraknosa, Peningkatan Hasil dan Mutu Benih Cabai,

Cendawan Patogen. Agriplus. 15:272-281.

Syair, Rahman A, Asniah, Khaeruni A. 2012. Pemanfaatan rizobakteri indigenous

untuk memacu pertumbuhan dan menginduksi ketahanan padi IR64 terhadap

penyakit hawar daun bakteri. Laporan hasil penelitian BOPTN Universitas

Haluoleo