pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak ... · tanggungan (apht) merupakan perjanjian yang...

16
PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN ATAS HARTA BERSAMA JURNAL ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat S-1 Pada Program Studi Ilmu Hukum Oleh : L.M SHAUFI SEMAH D1A 013 187 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2017

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK

    TANGGUNGAN ATAS HARTA BERSAMA

    JURNAL ILMIAH

    Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

    Untuk Mencapai Derajat S-1 Pada

    Program Studi Ilmu Hukum

    Oleh :

    L.M SHAUFI SEMAH

    D1A 013 187

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS MATARAM

    MATARAM

    2017

  • PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK

    TANGGUNGAN ATAS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN

    NAMA : L.M.SHAUFI SEMAH

    NIM : D1A013187

    FAKULTAS HUKUM UNRAM

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara atau prosedur pelaksanaan perjanjian

    kredit dengan jaminan hak tanggungan atas jaminan harta bersama dalam perkawinan dan

    kedudukan hukum dari perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan atas harta

    bersama dalam perkawinan. Harta bersama merupakan harta yang diperoleh setelah

    terjadinya perkawinan dan yang diperoleh selama perkawinan yang sah. Harta bersama

    sering digunakan untuk menjadi jaminan dalam mengajukan angunan kredit ke bank, akan

    tetapi memerlukan persetujuan dari para pihak (suami atau isteri).Adapun jenis penelitian

    yang digunakan adalah penelitian normatif empiris. Hasil penelitian dari permasalahan

    yang dikaji menunjukan bahwa prosedur dalam pelaksanaan pemberian kredit atas

    jaminan hak tanggungan atas harta bersama perkawinan sangatlah spesifik dan teliti

    dengan prinsip kehati-hatian yang dianut oleh bank untuk memberikan agunan kepada

    nasabahnya sedangkan kedudukan jaminan hak tanggungan atas harta bersama sah

    menurut hukum apabila syarat-syarat terpenuhi dan selama tidak bertentangan dengan

    aturan dan Undang-Undang yang berlaku.

    Kata kunci : Perjanjian Kredit (Hak tanggungan) Dengan Jaminan Harta Bersama

    IMPLEMENTATION OF CREDIT AGREEMENT WITH WARRANTY OF RIGHTS

    THE RESPONSIBILITY OF THE PROPERTY IN MARRIAGE

    ABSTRACT

    The objective of this research is to know the way or procedure of credit

    agreementimplementation with guarantee of mortgage of mutual assurance in marriage

    and legal position of credit agreement with guarantee of mortgage of joint property in

    marriage. Collective property is the property acquired after the marriage and obtained

    during a legitimate marriage. Common property is often used to be a guarantee in

    proposing credit to the bank, but requires the consent of the parties (husband or wife).

    The type of research used is empirical normative research. The results of the study of the

    problems studied indicate that the procedure in the implementation of the provision of

    credit for the guarantee of the mortgage of the joint marriage property is very specific

    and meticulous with the prudent principle adopted by the bank to provide collateral to its

    customers as well as the position of guarantee of the right of dependents on the joint

    property legitimate according to Law where conditions are met and as long as they do not

    conflict with applicable rules and regulations.

    Keywords :Implementation Of Credit Agreement With Assurance Community Property

  • I. PENDAHULUAN

    Dalam kehidupan masyarakat, kredit bukanlah merupakan sesuatu yang asing

    lagi. Setiap usaha apakah itu dibidang industri, pertanian, perhubungan, perdagangan

    memerlikan kredit yang berfungsi sebagai faktor produksi sehingga melalui bantuan

    kredit dari bank usaha semakin besar dan berkembang. Menurut Muhammad

    Abdulkadir, Perjanjian kredit adalah :

    “Perjanjian kredit perorangan dengan mana kreditur memberi pinjaman sejumlah uang

    kepada debitur tidak melebihi Rp5000. Pinjaman itu adalah kredit perorangan apabila

    peminjam (debitur) itu adalah individu atau persekutuan, bukan badan hukum.1

    Pengertian formal mengenai kredit perbankan di Indonesia terdapat dalam

    ketentuan Pasal 1 angka 11 UU Perbankan Indonesia 1992/1998 yang menentukan

    bahwa :

    “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

    berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan

    pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah

    jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga bank.”

    Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi di masyarakat dapat

    diperhatikan bahwa umumnya sering dipersyaratkan adanya penyerahan jaminan

    utang oleh pihak peminjam kepada pihak pemberi pinjaman. Jaminan utang dapat

    berupa barang sehingga merupakan jaminan kebendaan dan atau berupa janji

    penanggungan utang sehingga merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan

    1Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Cet.2, PT Alumni, Bandung, 1986, hlm.300

  • memberikan hak kebendaan kepada pemeagang jaminan.yang sering terjadi adalah

    jaminan kredit dengan menggunakan harta bersama perkawinan yang berupa tanah

    (Hak Tanggungan). Oleh sebab itu pihak suami atau isteri bisa dirugikan karena

    jaminan yang digunakan untuk meminjam kepada bank tersebut adalah harta bersama

    selama perkawinan. Biasanya pihak suami atau isteri melakukan perjanjian kredit

    dengan kesepakatan bersama akan tetapi sering juga salah satu pihak melakukan

    perjanjian kredit tersebut tanpa sepengetahuan pihak yang lain baik itu suami atau

    isteri, ini yang menyebabkan sering timbulnya permasalahan dimana sah atau

    tidaknya dan keabsahan dari perjanjian kredit tersebut.

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penyusun merumuskan

    masalah sebagai berikut : a. bagaimana prosedur pelaksanaan pemberian kredit

    dengan jaminan Hak Tanggungan atas harta bersama perkawinan ? ; b. bagaimana

    kedudukan pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan atas harta bersama

    dalam perkawinan ?.

    Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai yaitu : a. untuk mengetahui

    prosedur pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan atas harta

    bersama dalam perkawinan; b. untuk mengetahui kedudukan pemberian kredit dengan

    jaminan Hak Tanggungan atas harta bersama dalam perkawinan.

    Adapun manfaat penelitian ini adalah : a. secara teoritis, penelitian ini

    diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu hukum pada

    umumnya dan hukum jaminan pada khususnya; b. secara praktis, untuk memberikan

    sumbangan pemikiran kepada masyarakat khususnya memberikan informasi ilmiah

  • mengenai perjanjian kredit dengan jaminan harta bersama dan diharapkan dapat

    menjadi sumbangan pemikiran bagi penegak hukum dalam menyelesaikan masalah

    dalam perjanjian kredit dengan jaminan harta bersama.

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif empiris,

    dengan metode pendekatan menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue

    approach), pendekatankonsepsual (conceptual approach), dan pendekatan sosiologis.

    Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data kepustakaan yang berasal dari

    peraturan perundang-undangan dan buku-buku, data lapangan berasal dari wawancara

    di tempat penelitian. Analisis bahan hukum yang digunakan adalah analisis deskriptif

    kualitatis.

  • I. PEMBAHASAN

    Prosedur Pelaksanaan Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan

    Atas Harta Bersama Dalam Perkawinan

    Pembebanan hak tanggungan dibuat dalam bentuk Akta Pembebanan Hak

    Tanggungan (APHT) merupakan perjanjian yang dibuat antara kreditor dan debitor.

    Dimana pemberi hak tanggungan berjanji untuk memberikan ha katas tanah sebagai

    jaminan atas pelunasan utang yang timbul sebagai akibat adanya perjanjian utang

    piutang atau perjanjian lainnya yang dapat menimbulkan utang antara kreditor dan

    debitor.

    Sebagai suatu bentuk perjanjian, maka untuk keabsahan perjanjian tersebut

    harus memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana tercantum dalam pasal

    1320 KUH Perdata. Keabsahan akta pembebanan Hak Tanggungan sebagai suatu

    bentuk perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Sepakat mereka

    yang mengikatkan diri; 2. Cakap dalam membuat suatu perjanjian; 3. Mengenai suatu

    hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal.

    Berdasarkan wawancara dengan pihak legal bank Panin, tahapan pemberian

    kredit dengan kriteria yang dianggap lulus atau terpenuhi menurut prinsip perbankan

    5C. 5C pada hakikatnya adalah akronim dari character, capacity, capital, condition,

    collateral. Dimana jika nasabah telah memenuhi 5 prinsip tersebut, maka bisa

    dipastikan mudah untuk mengakses kredit di bank.

  • Pada dasarnya adanya prinsip 5C ini diadakan dengan harapan sebagai bahan

    refrensi terutama bagi para analis kredit perbankan. Karena bank tentu tidak mau asal

    memberikan kredit mereka kepada nasabah. Bagi orang bank nsabah yang memenuhi

    kriteria 5C ini adalah orang yang sempurna untuk mendapatkan pembiayaan mereka.

    Bank melihat orang yang mempunyai karakter kuat, kemampuan mengembalikan

    uang, jaminan yang berharga, modal yang kuat , dan kondisi perekonomian yang

    aman.

    Setelah prinsip 5C terpenuhi maka tahapan selanjutnya dalam pemberian

    kredit hak tanggungan adalah analisa dokumen pribadi atau nasabah antara lain : 1.

    KTP suami dan isteri; 2. Kartu keluarga; 3. Akta nikah. Analisa dokumen nasabah ini

    untuk memastikan keaslian data atau dokumen yang dimiliki nasabah untuk

    mengajukan pinjaman kepada bank.setelah dipastikan memenuhi syarat dokumen

    nasabah maka tahapan selanjutnya adalah analisa kemampuan pembayaran atau

    pengembalian dilihat dari apakah nasabah tersebut mempunyai usaha atau bisa dilihat

    dari pendapatan nasabah. Hal ini untuk menjamin pengembalian uang pinjaman

    kepada bank terhadap jaminannya.

    Tahapan selanjutnya yaitu analisa jaminan, yang dimaksud dalam analisa jaminan

    ialah jaminan yang akan di jaminkan tersebut apa harta bersama atau harta bawaan,

    nilai dari jaminan tersebut untuk menjamin hutangnya kepada bank. Jaminan bisa

    berupa SHM ( sertifikat hak milik). Atau SHGB (sertifikat hak guna bangunan).

    Dalam hal jaminan kredit hak tanggungan atas harta bersama perkawinan, maka pihak

    bank dapat melihat dan mencocokkan kapan perolehan dari SHM tersebut dan

    dicocokkan dengan kapan pernikahan itu terjadi (sesuai dengan akte nikah).

  • Setelah proses analisa dokumen, analisa kemampuan bayar dan analisa jaminan

    telah terpenuhi maka dilanjutkan dengan pihak dari komite bank yang disebut komite

    persetujuan kredit atau permohonan kredit nasabah untuk melihat layak atau tidaknya

    nasabah tersebut diberikan kredit oleh pihak bank.

    Setelah dikatakan layak mendapatkan kredit oleh komite persetujuan kredit maka

    dilanjutkan dengan proses pengikatan atau perjanjian hutang dengan membuat surat

    hutang. Proses pengecekan kembali jaminan hak tanggungan berupa SHM tersebut di

    BPN (Badan Pertanahan Negara) setempat melalui Notaris atau PPAT yang

    diserahkan pihak bank.

    Jika sudah selesai dan dinyatakan SHM (Sertifikat Hak Milik) tersebut bersih dari

    sengketa atau gugatan dan dari pembebanan Hak Tanggungan Bank lain. Pemeriksaan

    pembebanan Hak Tanggungan tersebut diperiksa di Buku Tanah.

    Setelah dinyatakan bersih dan layak barulah proses pengikatan (surat utang) dan

    pembebanan Hak Tanggungan itu terjadi. Proses penandatangan Akta Pembebanan

    Hak Tanggungan ( harta bersama dalam perkawinan) dilakukan oleh : 1. Suami dan

    isteri; 2. Pejabat yang ditunjuk oleh pimpinan bank; 3. Notaris atau PPAT setempat

    yang ditunjuk oleh Bank.

    Setelah APHT selesai ditandatangani dan segala proses selesai, pihak Bank akan

    membawa SHM yang menjadi Hak tanggungan nasabah dan pihak nasabah menerima

    pinjaman dalam bentuk uang dan mempunyai kewajiban untuk mengembalikan

    pemberian Bank.

  • Dengan demikian atas lahirnya perjanjian kredit maka secara otomatis lahir pula

    hubungan hukum antara para pihak (bank dan nasabah). Hubungan hukum pada

    perjanjian itu mengawali adanya hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang

    berbeda satu sama lainnya. Bagi pihak bank kewajiban yang dimilikinya merupakan

    hak yang harus diterima oleh debiturnya, begitu pula sebaliknya. Berikut akan

    dijelaskan hak dan kewajiban bagi kreditur dan debitur sebagai berikut : 1. Hak dan

    kewajiban yang dimiliki oleh kreditor : a) Hak kreditur, Hak-hak yang dimiliki oleh

    pihak kreditur disini ditulis berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Staff

    Legal PT. Bank Panin Mataram, dimana pihak kreditur berhak menerima

    pengembalian kredit yang disalurkan kepada debitur, baik dalam bentuk angsuran

    maupun bentuk lain yang telah disepakati kedua bealh pihak. b) kewajiban kreditur,

    PT. Bank Panin Mataram sebagai kreditur mempunyai kewajiban untuk menyerahkan

    sejumlah uang yang telah diperjanjikan sebelumnya sebagai Pinjaman Kredit. 2. Hak

    dan kewajiban yang dimiliki debitor : a) Hak yang dimiliki Debitur, Pihak debitur

    berhak menerima sejumlah uang pinjaman dengan waktu yang telah disepakati kedua

    belah pihak.Jumlah uang pinjaman yang diberikan berdasarkan pada tingkat

    kelancaran usaha yang dijalankan oleh debitur. b) kewajiban yang dimiliki debitur,

    Pihak debitur berkewajiban untuk mengembalikan seluruh pinjaman kredit yang telah

    dipinjamkan disertai dengan bunga yang telah ditentukan.Selain itu, debitur juga

    diwajibkan untuk memenuhi semua aturan yang telah dicantumkan dalam formulir

    pengajuan permohonan kredit dan aturan-aturan yang telah ditetapkan Bank.

  • Kedudukan Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Atas Harta

    Bersama Dalam Perkawinan

    Akibat perkawinan terhadap harta kekayaan bersama yang diperoleh suami

    dan isteri selama perkawinan adalah milik bersama. Suami dan isteri selaku pemilik

    yang sah dapat berbuat bebas untuk menjual atau meminjamkannya. Harta bersama

    suami isteri dapat berupa tanah maupun bukan tanah. Didasarkan hukum tanah, tanah

    yang dimiliki suami isteri berikut atau tidak berikut segala sesuatu yang merupakan

    satu kesatuan dengan tanah apabila dijaminkannya maka jaminannya adalah hak

    tanggungan.

    Berdasarkan wawancara dengan pihak bank , kedudukan dari pemberian kredit

    dengan jaminan hak tanggungan atas harta bersama dalam perkawinan ialah sah

    menurut hukum, kecuali jika salah satu pihak baik suami atau isteri tidak menyetujui

    dijaminkannya obyek harta bersama mereka maka kedudukannya batal demi hukum.

    Dalam hal pemberian jaminan, misalnya hak tanggungan. Dalam hal objek

    jaminannya yang akan dibebani hak tanggungan merupakan harta bersama diperlukan

    persetujuan dari pasangan hidup baik itu suami maupun isterimya.

    Segala hal yang menyangkut harta bersama, suami dan isteri dapat bertindak

    jika mendapatkan persetujuan. Demi keamanan untuk memperoleh pengembalian

    hutang-hutang debitor, maka dalam memberikan fasilitas kredit kepada masyarakat

    bank lebih memilih menerima jaminan berupa hak atas tanah yang dapat dibuktikan

    dengan adanya sertifikat.pembuktian mengenai hak atas tanah dengan sertifikat

    dianggap sebagai bukti yang paling memenuhi kepastian hukum.

  • Pemberian jaminan kredit hak tanggungan atas harta bersama tetap

    memungkinkan terjadinya kredit macet atau keterlambatan dalam pembayaran

    pelunasan hutangnya. Dalam hal ini pihak bank sangat dirugikan karena sejak

    terbentuknya perjanjian tersebut para pihak telah mempunyai hak dan kewajibannya

    masing-masing.

    Apabila salah satu tidak menjalankan kewajibannya maka pihak tersebut telah

    melakukan wanprestasi. Adapun dari hasil penelitian yang dilakukan apabila salah

    satu pihak wanprestasi dan terjadinya kredit macet maka pihak bank mempunyai

    prosedur-prosedur yang dilakukan untuk mengantisipasi kredit macet tersebut. Berikut

    cara untuk mengatasi kemacetan kredit pada bank : a) Surat peringatan, Surat

    peringatan akan diberikan kepada nasabah saat nasabah menunggak, pada umumnya

    satu bulan pertama dia mengalami kemacetan dalam pembayaran kredit pinjaman di

    bank, pihak bank akan memberikan surat peringatan atau teguran untuk segera

    melunasi tunggakan tersebut beserta bunganya. b) Datang langsung ke tempat

    nasabah, Tindakan bank untuk mendatangi langsung pada tempat tinggal atau tempat

    kerja nasabah dilakukan bila surat teguran diatas diabaikan oleh nasabah. Pada dua

    bulan pertama terjadinya tunggakan, bank bisa datang langsung ke rumah nasabah

    untuk menyelesaikan permasalahan ini. Jika nasabah minta keringanan waktu untuk

    membayar, pihak bank bisa membuat surat pernyataan bermaterai yang menyatakan

    kapan nasabah akan membayar tunggakannya. c). Eksekusi, Jika dua tindakan diatas

    memang tidak bisa membuat nasabah menjadi sadar dengan kewajibannya dan

    tunggakan atau kemacetan nasabah bersangkutan semakin banyak, pihak bank bisa

    melakukan eksekusi atas harga yang dimiliki nasabah. Eksekusi ini dilakukan dengan

  • mengambil sebagian atau seluruh harga pribadi nasabah sebesar pinjamannya.

    Penyitaan barang milik nasabah ini akan dikembalikan kepada nasabah jika dia bisa

    melunasi kemacetan kewajibannya pada pihak bank. d) Penghapusan kredit, Jika

    eksekusi terhadap harga pribadi nasabah tidak bisa dilakukan, nasabah tersebut kabur,

    bank bisa melakukan penghapusan piutang yang tersisa. Penghapusan piutang tersebut

    hanya pada pinjaman pokok nasabah. Penghapusan piutang ini bisa disusutkan

    sebagai beban tiap bulan.

    Dalam penelitian yang dilakukan di bank dalam hal jaminan harta bersama

    terdapat satu kasus dimana pihak suami tersebut telah bercerai (cerai hidup) dengan

    pihak istrinya yang harta bersama mereka telah dijaminkan kepada bank. Pinjaman

    yang dilakukan tersebut terjadi kredit macet dan keterlambatan dalam membayar

    kewajibannya. Setelah dilakukan pengawasan oleh pihak bank ternyata suami tersebut

    telah cerai dan memiliki istri lagi tanpa sepengetahuan bank. pihak bank pun meninjau

    kembali kemampuan bayar dari debitur dan tetap karena jaminan atas tanah tersebut

    merupakan harta bersama dalam perkawinan pertamanya maka tetap harus dapat

    persetujuan dari pihak istrinya untuk melanjutkan pelunasan kepada pihak bank.

    Dari kasus diatas dapat ditarik kesimpulan, selama apapun yang berkaitan

    dengan harta bersama yang dijaminkan kepada bank, pihak suami atau isteri

    mempunyai kewenangan yang sama dalam mengambil keputusan mengenai harta

    bersama mereka. Karena kedudukan mereka sama maka tidak bisa atau tidak dapat

    harta bersama tersebut dijaminkan tanpa sepengetahuan dan persetujuan pihak

    lainnya.

  • II. PENUTUP

    Kesimpulan

    Setelah penulis menguraikan teori-teori hukum yang berkenaan dengan judul skripsi

    ini, maka berikut ini penulis memberikan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut : a)

    Prosedur yang harus dipenuhi dan dilaksanakan pada pelaksanaan pemberian kredit

    dengan jaminan Hak Tanggungan atas harta bersama sama halnya dengan proses

    pengajuan kredit perbankan pada umumnya. Pihak bank akan selalu mengacu pada

    prinsip 5C perbankan untuk melihat apakah debitur tersebut layak atau tidaknya untuk

    mendapatkan pinjaman kredit. Apabila pengajuan kredit tersebut telah disetujui maka

    akan lahir hubungan hukum antara kreditur dan debitur. Adanya hubungan hukum ini

    membuat para pihak memiliki Hak dan Kewajiban yang harus dipenuhi. b) Kedudukan

    pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan atas Harta Bersama dalam

    perkawinan jika pengajuan kredit dan syarat-sayarat yamg harus dipenuhi dari pihak

    perbankan telah terpenuhi dan dianggap layak untuk mendapatkan pinjaman kredit maka

    kedudukan pemberian kredit itu sah menurut Hukum dan tidak melanggar ketentuan

    PerUndang-Undangan atau Hukum yang berlaku. Pemberian kredit tersebut dapat batal

    apabila salah satu pihak tidak mengetahui atau menyetujui pengajuan kredit Hak

    tanggungan atas harta bersama tersebut. Karena dalam hal pengajuan jaminan kredit hak

    tanggungan harta bersama perkawinan haruslah mendpatkan persetujuan dari pihak suami

    atau isteri.

  • Saran

    Adapun saran yang peneliti dapat kemukakan adalah sebagai berikut : a) Pihak bank

    harusnya lebih menyulitkan dalam hal pemberian atau penyaluran kredit ke masyarakat,

    karena bank harus menjamin bahwa nasabah tersebut dapat atau sanggung untuk melunasi

    pemberian kredit dari bank. Prinsip 5C yang dianut perbankan tersebut harus selalu

    dijadikan patokan dalam menentukan nasabah yang layak untuk mendapatkan kredit dari

    bank; b) Dalam hal pengajuan kredit hak tanggungan dengan jaminan harta bersama,pihak

    bank harus memastikan bahwa pihak suami dan isteri ini sah dan harta yang dijaminkan

    merupakan harta kekayaan mereka bersama. Agar perjanjian yang akan dibuat tersebut

    sah menurut hukum. Untuk menghindari hal tersebut penulis yakin pihak bank dengan

    prinsip kehati-hatian yang dianut perbankan bisa menjamin bahwa nasabah tersebut dapat

    melunasi pinjamannya kepada bank.

  • DAFTAR PUSTAKA

    A. Buku

    Abdulkadir Muhammad. Hukum Perjanjian. PT. Alumni. Bandung. 1986.

    B. Peraturan Perundang-Undangan

    Indonesia, Undang-undang Dasar 1945

    Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar

    Pokok-Pokok Agraria

    Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Hak Atas

    Tanah Beserta Benda-Benda Yang Terkait Dengan Tanah

    Indonesia ,Undang-undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

    Indonesia, Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan